KOLABORASI RISET DOSEN DAN MAHASISWA ANALISIS …eprints.perbanas.ac.id/3719/7/ARTIKEL...
Transcript of KOLABORASI RISET DOSEN DAN MAHASISWA ANALISIS …eprints.perbanas.ac.id/3719/7/ARTIKEL...
ANALISIS VARIBEL YANG MEMPENGARUHI TAX AVOIDANCE PADA
PERUSAHAAN PERBANKAN DI ASIA TENGGARA
ARTIKEL ILMIAH
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Penyelesaian
Program Pendidikan Sarjana
Program Studi Akuntansi
Disusun Oleh:
IQBAL BAGUS PRAKOSO
2014310016
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI PERBANAS
SURABAYA
2018
KOLABORASI RISET
DOSEN DAN MAHASISWA
1
ANALISIS VARIBEL YANG MEMPENGARUHI TAX AVOIDANCE PADA
PERUSAHAAN PERBANKAN DI ASIA TENGGARA
Iqbal Bagus Prakoso
STIE Perbanas Surabaya
Email : [email protected]
Jl. Wonorejo Timur No.16, Wonorejo, Rungkut, Surabaya
ABSTRACT
Taxes are one of the largest revenues the state has and it is a compulsory duty for both
citizens and companies to pay to the state. The collected funds are used by the state to
build state infrastructure. However, not all individuals or companies are willing to pay the
dues voluntarily. This creates an avoidance of tax dues called tax avoidance. There are
many factors that may affect tax avoidance practices such as institutional ownership,
gender board of directors, audit committee and firm size. This study aims to determine the
effect of institutional ownership, gender board of directors, audit committee and firm size
to tax avoidance practice with current effective tax rate approach and using SPSS test tool
version 22. Total sample used amounted to 568 with criteria banking company in
Southeast Asia registered in Orbis, publishes english financial statements, gains profit and
pays taxes in the year of research. Based on the research result, it is found that
institutional ownership has a significant effect on tax avoidance. Likewise audit committee
and firm size also have a significant effect on tax avoidance. However, the gender of the
board of directors has no significant effect on tax avoidance.
Keywords: Institutional ownership, gender board of directors, audit committee and firm
size
PENDAHULUAN
Pemerintah membutuhkan biaya
yang tidak sedikit jumlahnya untuk
meningkatkan pembangunan dan
perkembangan seluruh pelosok di
Indonesia. Dana yang dibutuhkan juga
semakin meningkat sebanding dengan
jumlah kenaikan dan pengembangan
pembangunan tersebut. Pajak merupakan
salah satu sumber dana terbesar yang
dimiliki oleh pemerintah dengan
menyumbang sekitar 70% dari seluruh
pendapatan (Direktorat Jenderal Pajak
Kementrian Keuangan, 2012). Sektor
pajak menjadi sumber dana dalam
penyelenggaraan pemerintahan, pelayanan
umum dan pembangunan nasional.
Selama 10 tahun terakhir telah
terjadi banyak penyelewengan pajak yang
dilakukan oleh badan maupun orang
pribadi yang sangat merugikan negara.
Salah satunya adalah kasus yang terjadi
pada tahun 2014, yaitu pada Bank Central
Asia (BCA). BCA yang merupakan bank
2
swasta terbesar di Indonesia tengah sibuk
berurusan dengan KPK, pasalnya pada
Senin 21 April 2014, KPK menetapkan
Hadi Poernomo (DirJen Pajak) sebagai
tersangka dalam kasus Non Performance
Loan (NPL) pihak BCA bernilai Rp 5,7
triliun yang menyebabkan kerugian negara
senilai Rp 375 Miliar (Sutaya, 2014).
Hal lainnya seperti yang terjadi
pada perusahaan Toyota di Thailand pada
tahun 2015. Toyota Thailand sedang
terkena masalah yang cukup pelik
berkaitan dengan mobil hybrid Toyota
Prius. National Anti-Corruption Network
(NACN) Thailand meminta menteri
keuangan Thailand untuk memeriksa
apakah Toyota Motor Thailand telah
melakukan manipulasi pajak. Jika temuan
ini terbukti benar, maka Toyota Thailand
wajib bertanggung jawab atas pajak
penjualan domestik sebesar 30 miliar baht,
atau sekitar 11,9 triliun rupiah (Satrio,
2015).
Pada kasus tersebut dapat
menjelaskan bagaimana usaha sebuah
perusahaan untuk menghindari pajak
dengan berbagai cara baik legal (tax
avoidance) maupun non legal (tax
evasion). Tax avoidance yang dilakukan
secara legal dapat dilakukan dengan
memanfaatkan loop holes dari sistem
hukum perpajakan di Indonesia maupun di
Asia. Menurut Mardiasmo (2003) tax
avoidance adalah upaya, usaha perusahaan
(badan ataupun orang pribadi) untuk
meringankan beban pajak yang terhutang
dengan tidak melanggar Undang-Undang
Perpajakan yang ada. Pendapat lain
mengenai tax avoidance adalah suatu
usaha penngurangan (beban pajak) secara
legal yang dilakukan dengan cara
memanfaatkan ketentuan tertentu
(loopholes) di bidang perpajakan secara
optimal, yaitu diantarannya pengecualian
dan pemotongan yang diperkenankan
maupun manfaat hal-hal yang belum diatur
dan kelemahan-kelemahan yang ada dalam
peraturan perpajakan yang berlaku
(Suandy, 2011)
Menurut Arifin (2016) dewan
direksi merupakan salah satu komponen
dalam tata kelola perusahaan (corporate
governance) yang terdiri dari beberapa
anggota untuk menentukan kebijakan dan
pengambilan keputusan dalam perusahaan.
Semakin banyak dewan direksi akan
memberikan suatu bentuk manajemen
yang baik bagi perusahaan. Termasuk
salah satunya dalam kebijakan untuk
efisiensi pajak yang menjadi alternative
manajemen untuk menekan beban pajak
sehingga diharapkan mampu
meningkatkan laba perusahaan.
Peran wanita semakin nyata
dalam perusahaan, terutama kemampuan
untuk menjadi pemimpin perusahaan
(Ferreira, 2009). Hal ini cenderung
semakin nampak ketika dewan direksi
berada di bawah tekanan untuk memiliki
direktur wanita dalam anggota dewan
direksi (Ferreira, 2009), sehingga pengaruh
gender dalam dewan direksi akan
berdampak pada keputusan yang diambil,
dalam hal ini adalah tax avoidance. Gender
dewan direksi berpengaruh signifikan
terhadap tax avoidance. Artinya, diversitas
gender dewan direksi meningkatkan
aktifitas tax avoidance suatu perusahaan
(Amri, 2017).
Semakin besar ukuran
perusahaan, maka perusahaan akan lebih
mempertimbangkan risiko dalam hal
mengelola beban pajaknya. Salah satunya
pada transaksi. I Gede Hendy Darmawan
dan I Made Sukartha (2014) dalam
penelitiannya menyatakan bahwa ukuran
3
perusahaan berpengaruh signifikan pada
tax avoidance. Sedangkan menurut Mella
Virgi Amelia, Dudi Pratomo dan Kurnia
(2017) dalam penelitan tersebut
menunjukan bahwa variable ukuran
perusahaan tidak berpengaruh signifikan
terhadap tax avoidance.
Menurut Ngadiman dan
Puspitasari (2014), kepemilikan
institusional merupakan kepemilikan
saham oleh pemerintah, institusi keuangan,
intitusi berbadan hukum, institusi luar
negeri, dan dana perwalian serta institusi
lainnya. Institusi-institusi tersebut
memiliki wewenang untuk melakukan
pengawasan atas kinerja manajemen.
Adanya kepemilikan institusional di suatu
perusahaan akan mendorong peningkatan
pengawasan yang lebih optimal terhadap
kinerja manajemen.
Menurut Ikatan Komite Audit
Indonesia (2004), tugas pokok dari komite
audit adalah membantu dewan komisaris
dalam melakukan fungsi pengawasan
kinerja perusahaan, Hal tersebut berkaitan
dengan review sistem pengendalian intern
perusahaan, memastikan kualitas laporan
keuangan, dan meningkatkan efektivitas
fungsi audit.
KERANGKA TEORITIS DAN
HIPOTESIS
Teori Agensi
Teori keagenan merupakan basis
teori yang mendasari praktik bisnis
perusahaan yang dipakai selama ini. Teori
tersebut berakar dari sinergi teori ekonomi,
teori keputusan, sosiologi, dan teori
organisasi. Prinsip utama teori ini
menyatakan adanya hubungan kerja antara
pihak yang memberi wewenang yaitu
investor dengan pihak yang menerima
wewenang (agensi) yaitu manajer.
Dalam teori keagenan (agency
theory), hubungan agensi muncul ketika
satu orang atau lebih (principal)
memperkerjakan orang lain (agen) untuk
memberikan suatu jasa dan kemudian
mendelegasikan wewenang pengambilan
keputusan kepada agent tersebut.
Hubungan antara principal dan agent dapat
mengarah pada kondisi ketidakseimbangan
informasi (asymmetrical information)
karena agent berada pada posisi yang
memiliki informasi yang lebih banyak
tentang perusahaan dibandingkan dengan
principal. Dengan asumsi bahwa individu-
individu bertindak untuk memaksimalkan
kepentingan diri sendiri, maka dengan
informasi asimetri yang dimilikinya akan
mendorong agent untuk menyembunyikan
beberapa informasi yang tidak diketahui
principal. Dalam kondisi yang asimetri
tersebut, agent dapat mempengaruhi
angka-angka akuntansi yang disajikan
dalam laporan keuangan dengan cara
melakukan manajemen laba.
Menurut Jensen dan Meckling
(1976) teori agensi merupakan pemisahan
antara pemilik dan prinsipal dan manajer
sebagai agen yang menjalankan
perusahaan maka akan muncul
permasalahan agensi karena masingmasing
pihak tersebut akan selalu berusaha untuk
memaksimalkan fungsi utilitasnya. Sejalan
dengan konsep tersebut, pendapat
mengenai teori agensi diungkapkan juga
oleh Anthony dan Govindrajan (2005:269),
yaitu hubungan antara prinsipal dan agen.
Prinsipal mempekerjakan agen untuk
melakukan tugas untuk kepentingan.
Agency theory muncul berdasarkan adanya
fenomena pemisahan antara pemilik
perusahaan (pemegang saham/owner)
4
dengan para manajer yang mengelola
perusahaan.
Penghindaran Pajak (Tax Avoidance)
Pajak merupakan iuran wajib
kepada negara bagi masyarkat yang
memiliki penghasilan sesuai
dipersyaratkan oleh negara. Definisi pajak
sendiri telah di jelaskan pada Undang
Undang tentang Ketentuan Umum
Perpajakan (UU KUP, 2013) bahwa Pajak
adalah kontribusi wajib kepada negara
yang terutang oleh orang pribadi dan
badan yang bersifat memaksa berdasarkan
Undang-Undang, dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan
digunakan untuk keperluan negara bagi
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat (UU
KUP, 2013).
Seperti penjelasan dari pasal
tersebut yang menyatakan bahwa iuran
pajak tidak mendapatkan imbalan secara
langsung, membuat pelaku bisnis
menganggap bahwa pajak sebagai beban.
Semakin besar beban pajak maka semakin
kecil laba bersih yang didapat oleh
perusahaan, sehingga menjadi hal yang
wajar apabila perusahaan (badan) dan
orang pribadi (pengusaha atau pekerjaan
bebas) berusaha untuk menghindari pajak
dengan melakukan penghindaran pajak
(tax avoidance) sesuai ketentuan
perundang-undangan perpajakan yang
berlaku. Namun tidak sedikit juga ada
perusahaan atau orang pribadi yang
melakukan penggelapan pajak (tax
evasion) dengan melanggar peratutan
perundang-undangan perpajakan.
Sumarsan (2013 : 16)
mendefinisikan penghindaran pajak
merupakan tindakan Wajib Pajak yang
tidak secara jelas melanggar undang-
undang, sekalipun kadang-kadang dengan
jelas menafsirkan undang-undang tidak
sesuai dengan maksud dan tujuan pembuat
undang-undang. Sumarsan menjelaskan
pada bukunya Tax Review dan Startegi
Perencanaan Pajak bahwa penghindaran
pajak dapat dilakukan dan dipengaruhi
melalui dua cara, yaitu sebagai berikut :
1. Menahan diri
2. Lokasi Terpencil
3. Adanya celah yang dapat
dimanfaatkan
Kepemilikn Institusional
Jensen dan Meckling (1976)
menyatakan bahwa kepemilikan
institusional memiliki peranan yang sangat
penting dalam meminimalisasi konflik
keagenan yang terjadi antara manajer dan
pemegang saham. Keberadaan investor
institusional dianggap mampu menjadi
mekanisme monitoring yang efektif dalam
setiap keputusan yang diambil oleh
manajer. Hal ini disebabkan investor
institusional terlibat dalam pengambilan
yang strategis sehingga tidak mudah
percaya terhadap tindakan manipulasi laba.
Kepemilikan institusional
memiliki arti penting dalam memonitor
manajemen karena dengan adanya
kepemilikan oleh institusional akan
mendorong peningkatan pengawasan yang
lebih optimal. Monitoring tersebut
tentunya akan menjamin kemakmuran
untuk pemegang saham, pengaruh
kepemilikan institusional sebagai agen
pengawas ditekan melalui investasi mereka
yang cukup besar dalam pasar modal.
Tingkat kepemilikan institusional yang
tinggi akan menimbulkan usaha
pengawasan yang lebih besar oleh pihak
investor institusional sehingga dapat
menghalangi perilaku opportunistic
seorang manajer
5
Gender Dewan Direksi
Teori Organisasi Gender (Theory
of Gendered Organizations) menjelaskan
diversitas gender dalam organisasi.
Menurut Acker (1990) organisasi adalah
sebuah proses gender (gendered process).
Terbentuknya organisasi ialah melalui
tahapan-tahapan gender, yaitu melalui pola
perbedaan antara maskulin dan feminim.
Proses gender terjadi melalui setidaknya
lima proses interaksi: (1) Pembagian
konstruksi sepanjang garis gender, (2)
Pembangunan simbol dan gambar yang
menjelaskan, mengungkapkan,
memperkuat, atau terkadang menentang
divisi (pembagian gender), (3) Proses yang
menghasilkan struktur sosial gender,
termasuk organisasi, merupakan interaksi
antara wanita dan pria, wanita dan wanita,
pria dan pria, termasuk seluruh pola yang
menetapkan dominansi (kekuasaan) dan
kepatuhan. (4) Proses ini menghasilkan
komponen identitas gender individu,
mencakup kesadaran akan keberadaan tiga
aspek lain gender; dalam organisasi,
pilihan pekerjaan yang sesuai, penggunaan
bahasa, pakaian, dan penyajian diri sebagai
anggota gender dari sebuah organisasi. (5)
Kelima, gender terlibat dalam hal
mendasar, proses berkelanjutan dari
penciptaan dan konseptualisasi struktur
sosial. Gender merupakan elemen
konstitutif dalam keluarga dan
kekerabatan, hal ini membantu untuk
membingkai hubungan yang mendasari
struktur lain, termasuk organisasi yang
kompleks.
Gender dapat meningkatkan
keberagaman karakteristik eksekutif
sehingga diharapkan dapat memberikan
alternatif penyelesaian terhadap suatu
masalah yang pada akhirnya dapat
mempengaruhi tax avoidance. Hal ini
dapat dijelaskan dengan teori atribusi yang
menyatakan bahwa setiap tindakan
individu dalam eksekutif dipengaruhi sifat,
karakter dan motivasi sehingga dapat
menjelaskan suatu keputusan tindakan
tersebut. Direktur utama wanita dapat
memberikan perubahan dalam organisasi,
dari struktur yang ketat melalui gaya
kepemimpinannya yang luwes,
kepercayaan, kerja tim, maupun kontrol.
Wanita cenderung mendengarkan,
memotivasi dan memberikan dukungan
dan melakukan dengan lebih baik daripada
pria.
Komite Audit
Komite audit adalah komite yang
bertanggung jawab mengawasi audit
eksternal dan merupakan kontak utama
antara auditor dengan perusahaan (Jati,
2014). Dewan komisaris wajib membentuk
komite audit yang beranggotakan
sekurang-kurangnya tiga orang anggota
diangkat serta diberhentikan serta
bertanggung jawab kepada dewan
komisaris. Komite audit yang
beranggotakan sedikit, cenderung dapat
bertindak lebih efisien, namun juga
memiliki kelemahan, yakni minimnya
pengalaman anggota, sehingga anggota
komite audit seharusnya memiliki
pemahaman memadai tentang pembuatan
laporan keuangan dan pengawas prinsip-
prinsip pengawasan internal. Kualifikasi
terpenting dari anggota komite audit
adalah pada common sense, kecerdasan
dan suatu pandangan yang independen
(Pohan, 2008).
Komite audit bertugas melakukan
control dalam proses penyusunan laporan
keuangan perusahaan untuk menghindari
kecurangan pihak manajemen.
Berjalannya fungsi komite audit secara
6
efektif memungkinkan pengendalian pada
perusahaan dan laporan keuangan yang
lebih baik serta mendukung good
corporate governance. Komite audit dalam
suatu perushaan dapat meminimalkan
kecurangan dalam laporan keuangan yang
dilakukan oleh pihak manajemen.
Perusahaan yang memiliki komite audit
memungkinkan adanya pengendalian
laporan keuangan yang efektif dan dapat
mendukung adanya corporate governance
dalam suatu perusahaan.
Ukuran Perusahaan
Secara umum dapat diartikan
sebagai suatu perbandingan besar atau
kecilnya suatu objek. Besar kecilnya
perusahaan dilihat dari besarnya nilai
equity, nilai penjualan atau nilai aktiva.
Total asset dan jumlah penjualan menjadi
alat pengukur ukuran perusahaan. Ukuran
perusahaan dibagi menjadi beberapa
klasifikasi, yaitu (Undang-Undang
Republik Indonesia, 2008);
1. Perusahaan Mikro
2. Perusahaan Kecil
3. Perusahaan Menengah
4. Perusahaan Besar
Berdasarkan beberapa definisi
tersebut, maka dapat diketahui bahwa
ukuran perusahaan adalah suatu skala yang
menentukan besar kecilnya perusahaan
yang dapat dilihat dari nilai ekuitas, nilai
penjualan, jumlah karyawan dan nilai total
aktiva, dan lainnya
Hubungan Antar Variabel
Pengaruh Kepemilikan Institusional
Terhadap Tax Avoidance
Kepemilikan institusional
memiliki arti penting dalam memonitor
manajemen karena dengan adanya
kepemilikan institusional akan mendorong
peningkatan pengawasan yang lebih
optimal terutama dalam pelaksanaan tax
avoidance. Semakin tinggi kepemilikan
institusional diharapkan nilai Current
Effective Tax Rate (CuETR) semakin
tinggi pula. Jika nilai CuETR tinggi maka
perusahaan tersebut semakin patuh dan
tidak melakukan penghindaran pajak.
Penjelasan tersebut didukung dengan hasil
dari penelitian yang telah dilakukan oleh
Fadila (2017) menyatakan bahwa
kepemilikan institusional berpengaruh
terhadap tax avoidance. Berdasarkan
penjelasan diatas maka hipotesis yang
dapat dirumuskan adalah sebagai berikut:
Hipotesis 1: Kepemlikian Institusional
berpengaruh signifikan
terhadap Tax Avoidance
Pengaruh Gender Dewan Direksi
Terhadap Tax Avoidance
Penghindaran pajak yang
dilakukan oleh perusahaan dipengaruhi
langsung oleh keputusan eksekutif.
Eksekutif berperan dalam menentukan
langkah yang diambil perusahaan, hal ini
juga terkait dengan keputusan dalam hal
penghindaran pajak. Diversitas gender
dalam susunan eksekutif diakui juga
memiliki peranan dalam pengambilan
keputusan tersebut. Peran wanita dalam
jajaran dewan eksekutif akan
mempengaruhi cara pandang dan
kebijakan penghindaran pajak. Karena
wanita cenderung untuk patuh terhadap
peraturan dan cenderung untuk
menghindari resiko yang mungkin akan
dihadapi suatu saat nanti. Berdasarkan hal
tersebut diharapkan setidaknya terdapat 1
wanita dalam jajaran eksekutif untuk
mewujudkan perusahaan yang patuh
terhadap peraturan. Semakin banyak
jumlah wanita dalam jajaran eksekutif
7
perusahaan, maka dimungkinkan
perusahaan tersebut lebih patuh terhadap
peraturan daripada perusahaan yang tidak
memiliki wanita dalam jajaran
eksekutifnya. Berdasarkan penjelasan
diatas maka hipotesis yang dapat
dirumuskan adalah sebagai berikut:
Hipotesis 2: Gender Dewan Direksi
berpengaruh signifikan
terhadap Tax Avoidance
Pengaruh Komite Audit terhadap Tax
Avoidance
Komite audit sesuai fungsinya
membantu dewan komisaris dalam
melakukan pengawasan serta memberikan
rekomendasi kepada manajemen dan
dewan komisaris terhadap pengendalian
yang telah berjalan sehingga dapat
mencegah asimetri informasi. Semakin
ketatnya pengawasan yang dilakukan pada
suatu manajemen perusahaan maka akan
menghasilkan suatu informasi yang
berkualitas dan kinerja yang efektif
(Zulaikha, 2013). Berdasarkan hal tersebut,
komite audit dengan wewenang yang
dimilikinya akan dapat mencegah segala
perilaku atau tindakan yang menyimpang
terkait dengan laporan keuangan
perusahaan. Semakin tinggi kepemilikan
institusional diharapkan nilai CuETR
semakin tinggi pula. Jika nilai CuETR
tinggi maka perusahaan tersebut semakin
patuh dan tidak melakukan penghindaran
pajak. Berdasarkan penjelasan diatas maka
hipotesis yang dapat dirumuskan adalah
sebagai berikut:
Hipotesis 3: Komite Audit berpengaruh
signifikan terhadap Tax
Avoidance
Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap
Tax Avoidance
Ukuran perusahaan adalah suatu
skala yang menentukan besar kecilnya
perusahaan yang dapat dilihat dari nilai
equity, nilai penjualan, jumlah karyawan
dan nilai total aktiva, dan lainnya
(Ngadiman, 2014). Penentuan ukuran
perusahaan didasarkan kepada total aset
perusahaan. Semakin besar total aset maka
menunjukan bahwa perusahaan memiliki
prospek baik dalam jangka waktu yang
relatif panjang. Hal ini juga
menggambarkan bahwa perusahaan lebih
stabil dan lebih mampu dalam
menghasilkan laba dibandingkan dengan
perusahaan dengan total aset yang kecil.
Berdasarkan penelitian Ngadiman (2014),
dalam penelitian tersebut ditemukan
bahwa ukuran perusahaan memiliki
pengaruh yang segnifikan terhadap
penghindaran pajak. Berdasarkan
penjelasan diatas maka hipotesis yang
dapat dirumuskan adalah sebagai berikut:
Hipotesis 4: Ukuran Perusahaan
berpengaruh signifikan
terhadap Tax Avoidance
8
Kerangka Pemikiran
METODE PENELITIAN
Klasifikasi Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah
perusahaan manufaktur terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI) periode 2012-2015.
Teknik pemilihan sampel dalam penelitian
ini adalah dengan menggunakan metode
purposive sampling. Adapun beberapa
kriteria sampel penelitian, antara lain :
1. Perusahaan yang termasuk dalam jenis
perusahaan perbankan yang terdaftar
di Orbis pada periode 2012-2016
2. Perusahaan yang memiliki data
keuangan lengkap dan laporan
tahunan lengkap (annual report)
terkait dengan variabel yang
dibutuhkan
3. Perusahaan tidak mengalami kerugian
agar tidak mengakibatkan nilai
Current Effective Tax Rate (CuETR)
terdistorsi.
4. Perusahaan yang benar-benar
membayar pajak pada tahun
penelitian. Tidak termasuk
kompensasi kerugian, manfaat pajak
dan hal lain yang menambah manfaat
atas pajak yang ditanggung.
5. Melaporkan data keuangan dan
laporan tahunan lengkap (annual
report) menggunakan bahasa
internasional yaitu bahasa Inggris
Dari total perusahaan perbankan
yang terdaftar di Orbis terdapat 568
perusahaan yang menjadi sampel
penelitian sesuai dengan kriteria pemilihan
sampel
Data Penenlitian
Data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah jenis data sekunder
yang bersumber dari pihak ketiga. Data
sekunder yang digunakan yaitu berupa
laporan tahunan perusahaan perbankan
yang memiliki variabel terkait penelitian
periode 2012-2016. Data sekunder tersebut
dapat diperoleh melalui website resmi
Orbis (www.orbis.com).
Gambar 1
Kerangka Pemikiran
9
Variabel Penelitian
Variabel penelitian yang
digunakan dalam penelitian saat ini
meliputi variable dependen yaitu tax
avoidance dan variable independen yang
terdiri dari kepemilikan institusional,
gender dewan direksi, komite audit dan
ukuran perusahaan.
Definisi Operasional Variabel
Tax Avoidance
Dalam penelitian saat ini untuk
variable Penghindaran pajak peneliti
menerapkan Current ETR adalah jumlah
pajak penghasilan badan yang dibayarkan
perusahaan pada tahun berjalan. Fungsi
dari Current ETR adalah
mengakomodasikan pajak yang dibayarkan
oleh perusahaan sehingga dapat mengukur
tax avoidance dalam jangka pendek.
Kepemilikan Institusional
Kepemilikan institusional ditunjukkan
dengan persentase kepemilikan
institusional di dalam perusahaan.
Semakin tinggi prosentase kepemilikan
institusional dalam perusahaan, maka
institusi dapat menjadi alat monitoring
yang efektif sehingga akan dapat
meningkatkan nilai perusahaan. Menurut
Siregar dan Utama (2005) kepemilikan
institusional adalah kepemilikan saham
oleh institusi atau lembaga, seperti
perusahaan asuransi, bank, dana pensiun,
dan investment banking. Pengukuran
kepemilikan institusional dapat dihitung
menggunakan :
Gender Dewan Direksi
Gender dapat meningkatkan keberagaman
karakteristik eksekutif sehingga
diharapkan dapat memberikan alternatif
penyelesaian terhadap suatu masalah yang
pada akhirnya dapat mempengaruhi tax
avoidance. Hal ini dapat dijelaskan dengan
teori atribusi yang menyatakan bahwa
setiap tindakan individu dalam eksekutif
dipengaruhi sifat, karakter dan motivasi
sehingga dapat menjelaskan suatu
keputusan tindakan tersebut. Diharapkan
dengan semakin banyaknya dewan
eksekutif wanita mampu untuk menekan
tindakan penghindaran pajak pada
perusahaan tersebut.
Komite Audit
Komite audit bertugas melakukan
kontrol dalam proses penyusunan laporan
keuangan perusahaan untuk menghindari
kecurangan pihak manajemen. Berjalannya
fungsi komite audit secara efektif
memungkinkan pengendalian pada
perusahaan dan laporan keuangan yang
lebih baik serta mendukung good
corporate governance. Maka dalam
penelitian ini dapat diasumsikan
perusahaan yang memiliki komite audit
diharapkan memiliki kemungkinan yang
sangat kecil dalam melakukan
penghindaran pajak karena memiliki
pengawasan dan pengontrolan yang baik
dalam perusahaan tersebut.
KA = Jumlah keberadaan komite audit
dalam perusahaan i pada tahun
10
Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan adalah suatu
skala yang menentukan besar kecilnya
perusahaan yang dapat dilihat dari nilai
equity, nilai penjualan, jumlah karyawan
dan nilai total aktiva, dan lainnya Ukuran
perusahaan (SIZE) dapat dirumuskan
sebagai berikut:
SIZE = Ln (total aset)
Alat Analisis
Untuk menguji hubungan antara
kepemilikan institusional, gender dewan
direksi, komite audit dan ukuran
perusahaan untuk perusahaan sector
perbankan di Asia tenggara yang terdaftar
pada Orbis periode 2012-2016
menggunakan model regresi linier
berganda.
Alasannya dipilihnya model
regresi linier berganda karena untuk
menguji pengaruh beberapa variabel bebas
terhadap satu variabel terikat. Untuk
mengetahui hubungan tersebut, maka
berikut adalah persamaan regresinya:
Y= a +b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + e
Keterangan :
a : Harga Konstanta
b : Koefisien Regresi
Y : Penghindaran Pajak
X1 : Kepemilikan Institusional
X2 : Gender Dewan Direksi
X3 : Komite Audit
X4 : Ukuran Perusahaan
e : error
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Uji Deskriptif
Analisis deskriptif digunakan untuk
memberikan gambaran mengenai variabel-
variabel dalam penelitian ini yaitu variabel
kepemilikan institusional, gender dewan
direksi, komite audit dan ukuran
perusahaan. Tabel 1 berikut adalah hasil
uji deskriptif:
Tabel 1
Hasil Analisis Deskriptif
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
CuETR 568 .0008 .4473 .210646 .0763058
KI 568 0.0000 1.0000 .629583 .2745521
GDD 568 0.0000 .7500 .159655 .1362578
KA 568 2 10 3.64 1.071
SIZE 568 15.1081 28.2100 21.325660 2.5013435
Sumber : Data diolah
Berdasarkan pada tabel 1 CuETR
memiliki nilai rata-rata sebesar 0,210247
dengan standar deviasi sebesar 0,0786494.
Didukung dengan data deskriptif,
ditemukan bahwa terdapat 327 data
perusahaan sampel yang memiliki nilai
CuETR diatas rata-rata dan 241 data
perusahaan sampel yang memiliki nilai
CuETR dibawah rata-rata, sehingga dapat
disimpulkan bahwa perusahaan perbankan
di Asia Tenggara cenderung lebih patuh
dalam pembayaran pajak, hal tersebut
didukung dengan jumlah perusahaan yang
memiliki nilai CuETR diatas rata-rata
11
lebih banyak dibandingkan perusahaan
yang memiliki nilai CuETR di bawah rata-
rata. Semakin besar nilai CuETR maka
dapat disimpulkan bahwa perusahaan di
Asia Tenggara semakin taat terhadap
pajak, karena nilai CuETR yang tinggi
menggambarkan kondisi perusahaan dalam
membayar pajak semakin patuh.
Rata-rata untuk variabel
kepemilikan institusional (KI) adalah
0,6296. Artinya, keseluruhan perusahaan
dalam penelitian lebih banyak dimiliki
oleh pihak institusional. Terdapat 322 data
perusahaan sampel yang memiliki nilai
kepemilikan institusional diatas rata-rata
dan sisanya sebanyak 246 data perusahaan
sampel memiliki nilai kepemilikan
institusional dibawah rata-rata, sehingga
dapat disimpulkan bahwa jika dinilai dari
rata-rata kepemilikan institusionalnya,
pemegang saham dari pihak institusi
mempunyai kontrol dan wewenang yang
cukup besar dalam perusahaan sampel.
Diharapkan dengan semakin besar jumlah
kepemilikan institusional dapat mengawasi
tindakan dan kebijakan perusahaan
sehingga perusahaan dapat menaikan nilai
CuETR. Semakin tinggi nilai CuETR
maka semakin tinggi pula beban pajak
yang dibayarkan perusahaan. Kondisi
tersebut menggambarkan bahwa
perusahaan semakin patuh dalam
membayar pajak.
Rata-rata nilai gender dewan
direksi dari tahum 2012 sampai dengan
2016 pada perusahaan perbankan di Asia
Tenggara adalah sebesar 0,15965, artinya
rata-rata direksi dengan gender wanita
pada perusahaan adalah sebesar 15.965%
dari total dewan direksi yang dimiliki
perusahaan. Terdapat 259 data perusahaan
sampel yang memiliki nilai gender dewan
direksi diatas rata-rata dan 309 data
perusahaan sampel yang memiliki nilai
gender dewan direksi dibawah rata-rata,
sehingga dapat disimpulkan bahwa
perusahaan perbankan di Asia Tenggara
cenderung terdapat seorang laki-laki
daripada wanita untuk memegang peran
sebagai dewan direksi. Semakin banyak
jumlah wanita dalam jajaran dewan direksi
diharapkan dapat meningkatkan nilai
CuETR. Nilai CuETR yang tinggi
menggambarkan bahwa perusahaan
tersebut mampu membayar pajak sesuai
peraturan dan dapat dinyatakan bahwa
perusahaan tersebut patuh.
Rata-rata nilai komite audit dari
tahum 2012 sampai dengan 2016 pada
perusahaan perbankan di Asia Tenggara
adalah sebesar 3,64, artinya rata-rata
komite audit yang dimiliki perusahaan
berada pada angka 3 sampai dengan 4.
Terdapat 221 data perusahaan sampel yang
memiliki nilai komite audit diatas rata-rata
dan 347 data perusahaan sampel yang
memiliki nilai komite audit dibawah rata-
rata, termasuk 12 perusahaan dengan
jumlah komite audit sebanyak 2, sehingga
dapat disimpulkan bahwa perusahaan
perbankan di Asia Tenggara cenderung
telah memiliki jumlah komite audit yang
ideal yaitu pada angka 3. Perusahaan yang
memiliki jumlah komite audit yang banyak
diharapkan memiliki nilai CuETR yang
semakin tinggi dan dapat dinyatakan patuh
terhadap peraturan perpajakan.
Rata-rata nilai ukuran perusahaan
dari tahun 2012 sampai dengan 2016 pada
perusahaan perbankan di Asia Tenggara
adalah sebesar 21,33, artinya rata-rata
perusaahan perbankan di Asia Tenggara
memiliki nilai total asset sebesar $
1.300.000.000. Terdapat 273 data
perusahaan sampel yang memiliki nilai
ukuran perusahaan diatas rata-rata dan 295
12
data perusahaan sampel yang memiliki
nilai ukuran perusahaan dibawah rata-rata,
Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata
perusahaan yang digunakan sebagai
sampel memiliki total aset kurang dari
$1.300.000.000, dengan kata lain rata-rata
perusahaan Asia yang terdaftar di Orbis
tergolong sebagai medium firms. Semakin
besar perusahaan dimungkinkan perusahan
akan cenderung berfikir ulang mengenai
beban pajak yang dimiliki, sehingga
dimungkinkan semakin besar perusahaan
akan semakin kecil nilai CuETR dan
mengindikasi bahwa perusahaan
melakukan praktik penghindaran pajak.
Hal tersebut dapat terjadi karena
perusahaan besar memeiliki transaksi yang
kompleks dan memiliki SDM perpajakan
yang ahli dalam mengelola pajak.
Hasil Analisis dan Pembahasan
Tabel 2
Hasil Analisis Regresi Linier Berganda
Variabel Model CuETR
t-hit Sig.
Kepemilikan Institusional 2,143 0,033
Gender Dewan Direksi 0,019 0,985
Komite Audit 2,157 0,031
Ukuran Perusahaan -3,577 0,000
Constant 9,595 0,000
R Square 0,029
Adj R Square 0,023
F hit 4,269
Sig F 0,002
Pengaruh Kepemilikan Institusional
terhadap Tax Avoidance
Menurut Siregar dan Utama
(2005) kepemilikan institusional adalah
kepemilikan saham oleh institusi atau
lembaga, seperti perusahaan asuransi,
bank, dana pensiun, dan
investmentbanking, serta selain saham
individu. Kepemilikan institusional di
dalam perusahaan, digunakan sebagai
pengawas akan seluruh tindakan pihak
eksekutif perusahaan dalam mengambil
tindakan bisnis, apakah tindakan tersebut
menguntungkan perusahaan ataukah tidak
serta memberikan rasa tanggung jawab
terhadap perusahaan agar memahami
bahwa dana yang digunakan oleh pihak
perusahaan tidak hanya dana milik satu
perusahaan melainkan bisa dimiliki oleh
lebih dari satu perusahaan. Dana tersebut
sepatutnya digunakan sebaik mungkin dan
tidak digunakan dengan tujuan pribadi
maupun kelompok selain hanya untuk
mengembangkan perusahaan.
Berdasarkan hal tersebut dapat
dipastikan bahwa semakin tinggi jumlah
kepemilikan saham institusional
perusahaan maka akan semakin tinggi pula
beban pajak kini yang ditanggung
perusahaan, karena perusahaan dinilai
semakin patuh terhadap peraturan
perpajakan dan tidak ingin melakukan
tindakan yang merugikan perusahaan.
Maka dari itu semakin tinggi nilai
13
kepemilikan institusional perusahaan maka
praktik tax avoidance pada perusahaan
tersebut semakin berkurang.
Pada variabel kepemilikan
institusional menunjukkan hasil
berpengaruh signifikan. Hasil ini
mendukung hipotesis penelitian H1 yang
menyatakan adanya pengaruh signifikan
atas kepemilikan institusional terhadap tax
avoidance yang dilakukan perusahaan
perbankan. Berdasarkan data diskriptif
pergerakan diantara variabel kepemilikan
institusional dengan variabel tax avoidance
(CuETR) adalah searah, artinya setiap
terjadi kenaikan atas kepemilikan
institusional maka akan terjadi kenaikan
atas beban pajak yang ditanggung oleh
perusahaan. Semakin besar beban pajak
yang ditanggung oleh perusahaan pada
suatu tahun, maka dapat dipastikan bahwa
perusahaan tersebut patuh terhadap
peraturan perpajakan yang berlaku.
Penelitian saat ini menggunakan
sampel perusahaan perbankan di Asia
Tenggara. Sebagai perusahaan yang
bekerja secara multinasional
memungkinkan untuk memiliki jenis
transaksi yang lebih kompleks, sehingga
akan banyak sekali celah yang dapat
dimanfaatkan perusahaan untuk
mengurangi beban pajak yang dimiliki.
Berdasarkan hal tersebut, kepemilikan
saham institusional merupakan salah satu
cara yang diharapkan dapat memperkecil
celah praktik tax avoidance. Besarnya
tuntutan pemegang saham kepada
perusahaan untuk melaporkan laporan
keuangannya sebenar- benarnya
memberikan tekanan terhadap perusahaan
untuk menjaga reputasi di mata para
pemegang saham.
Menilik dari segi grand theory
dalam penelitian saat ini yaitu Agency
Theory, dapat dijelaskan lebih lanjut
bahwa hubungan antara variabel
kepemilikan institusional dan variabel tax
avoidanc (CuETR) merupakan contoh
hubungan kepentingan antara agen dan
prinsipal, dimana agen dalam hal ini
adalah pengelola perusahaan dan prinsipal
merupakan para pemegang saham. Adanya
kepentingan yang berbeda antara agen dan
prinsipal, membuat terjadinya perbedaan
tujuan dalam menjalankan perusahaan.
Kondisi tersebut lebih dikenal dengan
masalah keagenan, dimana adanya selisih
tujuan antara agen dan prinsipal.
Permasalahan keagenan yang
terjadi adalah ketika pengelola perusahaan
selaku Agen ingin mendapatkan
keuntungan sebesar-besarnya namun pihak
pemegang saham selaku prinsipal tetap
menekankan pada perusahaan agar terbuka
dan melaporkan secara sebenar-benarnya
pada pemegang saham dan melakukan
kegiatan usaha sesuai dengan peraturan
yang berlaku. Hal tersebut bertujuan untuk
menjaga nama baik perusahaan dan citra
perusahaan di mata masyarakat, sehingga
dapat dipastikan bahwa kepemilikan
institusional berpengaruh pada tax
avoidance (CuETR).
Hasil penelitian ini mendukung
penelitian Ngadiman dan Christiany
(2014), Fadila (2017) yang menyatakan
bahwa variabel kepemilikan institusional
memiliki pengaruh signifikan terhadap tax
avoidance. Hasil penelitan ini
mengindikasikan bahwa pemegang saham
cenderung menolak adanya penghindaran
pajak perusahaan demi menjaga reputasi
dan nama baik perusahaan.
Hasil penelitian ini tidak
mendukung penelitian sebelumnya,
Amelia dkk (2017) dan Pohan (2009) yang
menemukan bahwa variabel kepemilikan
14
institusional tidak berpengaruh terhadap
tax avoidance pada perusahaan perbankan.
Pohan (2009) berargumen bahwa dimana
tax avoidance adalah bagian dari tugas
manajemen untuk memaksimumkan laba.
Pengaruh Gender Dewan Direksi
terhadap Tax Avoidance.
Sebagai dewan direksi pada suatu
perusahaan, seseorang akan dituntut untuk
memberikan keputusan yang baik dan
paling tepat bagi perusahaan. Pada kondisi
seperti tersebut seorang laki-laki akan
lebih mudah mengambil keputusan karena
seorang laki-laki lebih cenderung sebagai
risk taker daripada seorang wanita.
Seorang laki-laki akan cenderung
mengedepankan tujuan untuk
mengembangkan perusahaan dengan
berbagai cara,baik hal tersebut patuh atau
melanggar ketentuan yang berlaku.
Berkebalikan dengan sesorang wanita,
dimana seorang wanita akan cenderung
patuh terhadap segala ketentuan yang telah
ditetapkan baik itu peraturan perusahaan
maupung peraturan perpajakan.
Perbedaan tersebut akan
berpengaruh besar ketika seorang wanita
menjadi Chief Executive Officer (CEO)
sebuah perusahaan, dimana mereka
(wanita) akan lebih menekan para staff dan
manajer untuk melakukan tindakan sesuai
dengan hukum dan ketentuan. Seorang
wanita akan cenderung lebih risk averse
dari pada seorang laki-laki. Perbedaan
tersebut dapat terjadi karena adanya
perbedaan pola pikir antara seorang laki-
laki dan wanita, dimana seorang wanita
lebih berfikir panjang atas segala tindakan
yang telah diambil dan bagaimana dampak
berkelanjutan atau snowball effect atas
tindakan tersebut dimasa mendatang.
Diharapkan dengan adanya seorang wanita
pada jajaran dewan direksi dapat
berpengaruh terhadap tax avoidance di
perusahaan.
Hasil Penelitian pada variabel
gender dewan direksi menunjukkan hasil
tidak berpengaruh signifikan. Hasil ini
mendukung hipotesis penelitian H0 yang
menyatakan tidak adanya pengaruh
signifikan atas gender dewan direksi
terhadap tax avoidance yang dilakukan
perusahaan perbankan di Asia Tenggara.
Berdasarkan data diskriptif bahwa
pergerakan diantara variabel gender dewan
direksi dengan variabel tax avoidance
(CuETR) adalah searah, artinya setiap
terjadi kenaikan atas gender dewan direksi
maka akan terjadi kenaikan atas beban
pajak yang ditanggung oleh perusahaan,
meskipun hasil dari uji statistik
menyatakan tidak berpengaruh signifikan.
Tidak berpengaruhnya gender
dewan direksi terhadap tax avoidance
dimungkinkan karena sedikitnya jumlah
wanita yang terdapat dalam jajaran dewan
direksi atau bahkan tidak ada wanita pada
jajaran dewan direksi di setiap perusahaan,
sehingga suara dari anggota wanita
menjadi suara minoritas. Berdasarkan data
deskriptif, secara keseluruhan CEO pada
perusahan yang menjadi sampel dalam
penelitian saat ini didominasi oleh laki-
laki. Kondisi tersebut menekan para wanita
untuk mengikuti suara mayoritas atau laki-
laki dalam pengambilan keputusan..
Hasil penelitian ini mendukung
penelitian Hanafi dan Harto (2014) yang
menyatakan bahwa variabel gender dewan
direksi tidak memiliki pengaruh signifikan
terhadap tax avoidance. Hasil penelitian
tersebut mengindikasi bahwa gender
eksekutif tidak mempengaruhi
keputusanpenghindaran pajak perusahaan.
Adanya perbedaan prinsip dalam
15
memandang permasalahan dan
pengambilan keputusan antara laki-laki
dan wanita, ternyata tidak mempengaruhi
keputusan atas praktik tax avoidance.
Hasil penelitian ini tidak
mendukung penelitian sebelumnya,
Winasis dkk (2017) dan Amri (2017) yang
menemukan bahwa variabel gender dewan
direksi berpengaruh terhadap tax
avoidance pada perusahaan perbankan.
Winasis dkk (2017) berargumen bahwa
alasan yang mendasar dalam hal ini adalah
bahwa kehadiran wanita dalam susunan
eksekutif perusahaan memberikan
alternatif yang lebih bervariasi bagi
perusahaan dalam melakukan perencaan
pajaknya. Keberadaan wanita ini juga
dapat memperbaiki tata kelola perusahaan
dalam kaitannya dengan good corporate
governance karena keberadaan wanita
akan memberikan pertimbangan yang lebih
matang bagi keputusan eksekutif mengenai
dampak yang akan ditimbulkan bagi
keputusan perusahaan dari aspek legalitas.
Hal ini dikarenakan wanita lebih
cenderung bertindak taat hukum dan
menghindari resiko (risk averse).
Pengaruh Komite Audit terhadap Tax
Avoidance
Komite audit bertugas melakukan
control dalam proses penyusunan laporan
keuangan perusahaan untuk menghindari
kecurangan pihak manajemen.
Berjalannya fungsi komite audit secara
efektif memungkinkan pengendalian pada
perusahaan dan laporan keuangan yang
lebih baik serta mendukung good
corporate governance.
Dewan direksi yang merangkap
sebagai komite audit dalam perusahaan
yang sama, ditakutkan melakukan
intevensi atau tekanan terhadap anggota
independen komite audit lainnya untuk
memberikan keleluasan pihak manajemen
melakukan perannya sebagai pembentuk
laporan keuangan.
Diharapkan dengan semakin
banyaknya komite audit, perusahaan lebih
patuh terhadap peraturan dan ketentuan
yang berlaku, sehingga perusahaan
berkenan untuk membayar pajak sesuai
dengan keadaan sebenarnya dan
mengurangi praktik tax avoidance secara
signifikan.
Hasil uji statistik pada komite
audit menunjukkan hasil berpengaruh
signifikan. Hasil ini mendukung hipotesis
penelitian H3 yang menyatakan adanya
pengaruh signifikan atas variabel komite
audit terhadap tax avoidance yang
dilakukan perusahaan perbankan.
Berdasarkan hasil tersebut didukung
dengan data diskriptif yang menunjukan
bahwa pergerakan diantara variabel komite
audit dengan variabel tax avoidance
(CuETR) adalah searah, artinya setiap
terjadi kenaikan atas komite audit maka
akan terjadi kenaikan atas beban pajak
yang ditanggung oleh perusahaan.
Semakin besar beban pajak yang
ditanggung oleh perusahaan pada suatu
tahun, maka dapat dipastikan bahwa
perusahaan tersebut patuh terhadap
peraturan perpajakan yang berlaku.
Berdasarkan grand theory yang
digunakan pada penelitian saat ini, komite
audit dinilai mampu memberikan jembatan
atau penghubung yang baik antar
manajemen perusahaan dengan pihak luar
atau investor melalui laporan keuangan
yang baik. Komite audit sebagai dewan
independen diharapkan mampu
mewujudkan hubungan yang baik dan
sehat antara agen dan prinsipal, sehingga
perusaaan mampu berjalan sebagaimana
16
seharusnya dan dapat mengurangi konflik
keagenan.
Hasil penelitian ini mendukung
penelitian Sabrina dan Soepriyanto (2013)
yang menyatakan bahwa variabel komite
audit memiliki pengaruh signifikan
terhadap tax avoidance. Hasil penelitian
tersebut mengindikasi bahwa komite audit
mempengaruhi keputusan penghindaran
pajak perusahaan. Adanya peran komite
audit mampu untuk memberikan
pengawasan yang lebih baik atas tindakan
perusahaan.
Hasil penelitian ini tidak
mendukung penelitian sebelumnya,
Cahyono dkk (2016) dan Saputra dan
Asyik (2017) yang menemukan bahwa
variabel komite audit tidak berpengaruh
terhadap tax avoidance pada perusahaan
perbankan.
Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap
tax Avoidance
Perusahaan yang termasuk dalam
perusahaan besar cenderung memiliki
sumber daya yang lebih besar
dibandingkan perusahaan yang memiliki
skala lebih kecil untuk melakukan
pengelolaan pajak. Termasuk dalam
memiliki sumber daya manusia yang ahli
dalam perpajakan diperlukan agar dalam
pengelolaan pajak yang dilakukan oleh
perusahaan dapat maksimal untuk
menekan beban pajak perusahaan namun
tidak melanggar hukum. Perusahaan
berskala kecil tidak dapat optimal dalam
mengelola beban pajaknya dikarenakan
kekurangan ahli dalam perpajakan,
sehingga perusahaan kecil akan cenderung
apa adanya dan patuh dalam melaporkan
beban pajak yang ditanggungnya.
Hasil uji statistik pada variabel
ukuran perusahaan menunjukkan hasil
berpengaruh signifikan. Hasil ini
mendukung hipotesis penelitian H4 yang
menyatakan adanya pengaruh signifikan
atas variabel ukuran perusahaan terhadap
tax avoidance yang dilakukan perusahaan
perbankan. Berdasarkan hasil tersebut
dapat dijelaskan bahwa pergerakan
diantara variabel ukuran perusahaan
dengan variabel tax avoidance (CuETR)
adalah tidak searah, artinya dimana setiap
terjadi kenaikan atas ukuran perusahaan
maka akan terjadi penurunan atas beban
pajak yang ditanggung oleh perusahaan,
sehingga mengindikasi bahwa perusahaan
tersebut semakin banyak melakukan
praktik tax avoidance. Begitu juga
sebalikya, setiap penurunan atas ukuran
perusahaan maka akan terjadi kenaikan
atas beban pajak yang ditanggung
perusahaan, sehingga mengindikasi bahwa
perusahaan tersebut semakin sedikit
melakukan praktik tax avoidance.
Sehubungan dengan grand theory
yang menjadi dasar penelitian ini dapat
dijelaskan bahwa memang terjadi konflik
keagenan diantara pihak manajemen dan
stakeholder, dimana pihak manajemen
yang mengetahui bahwa perusahaan
(besar) memiliki transaksi yang komplek,
cenderung untuk memilih praktik tax
avoidance yang hal tersebut bertolak
belakang dengan keinginan stakeholder.
Keinginan yang dimaksud adalah laba
yang besar disertai keterbukaan transaksi
dan kejujuran atas citra perusahaan,
sehingga dalam konsisi tersebut terjadi
konflik keagenan diantara pihak
manajemen perusahaan dan stakeholder.
Hasil penelitian ini mendukung
penelitian Ngadiman dan Puspitasari
(2014) serta Darmawan dan Sukartha
(2014) yang menyatakan bahwa variabel
ukuran perusahaan memiliki pengaruh
17
signifikan terhadap tax avoidance. Hasil
penelitian tersebut mengindikasi bahwa
ukuran perusahaan mempengaruhi
keputusan penghindaran pajak perusahaan.
Semakin besar sebuah perusahaan maka
akan semakin beragam jenis transaksinya
dan semakin banyak pula celah dalam
memanfaatkan transaksi tersebut.
Hasil penelitian ini tidak
mendukung penelitian sebelumnya,
Cahyono dkk (2016) dan Amelia dkk
(2017) yang menemukan bahwa variabel
ukuran perusahaan tidak berpengaruh
terhadap tax avoidance pada perusahaan
perbankan. Cahyono dkk (2017)
berargumen bahwa perusahaan harus lebih
berhati-hati dalam melakukan tindakan tax
avoidance karena mengandung resiko yang
sangat tinggi dengan peraturan perpajakan
karena perusahaan besar memiliki
kecenderungan untuk memanfaatkan celah
yang ada.
KESIMPULAN KETERBATASAN
DAN SARAN
Berdasarkan dari hasil pengujian
statistik yang telah dilakukan maka
diperoleh hasil pengujian hipotesis
sehingga mendapatkan kesimpulan hasil
hipotesis sebagai berikut:
Hasil pengujian hipotesis pertama
pada penelitian ini menyatakan bahwa H0
telah ditolak dan H1 diterima sehingga
kepemilikan institusional secara statistik
berpengaruh positif signifikan terhadap tax
avoidance. Berarti semakin tinggi jumlah
kepemilikan institusional yang dimiliki
perusahaan maka nilai CuETR-nya juga
akan semakin tinggi.
Hasil pengujian hipotesis kedua
pada penelitian ini menyatakan bahwa H0
telah diterima dan H2 ditolak sehingga
nilai gender dewan direksi secara statistik
tidak berpengaruh signifikan terhadap tax
avoidance. Hal ini berarti bahwa semakin
tinggi nilai gender dewan direksi dalam
perusahaan tidak mempengaruhi besarnya
nilai CuETR begitu pula jika nilai gender
dewan direksi dalam perusahaan rendah
tidak akan mempengaruhi besarnya nilai
CuETR
Hasil pengujian hipotesis ketiga
pada penelitian ini menyatakan bahwa H0
telah ditolak dan H3 diterima sehingga
komite audit secara statistik berpengaruh
positif signifikan terhadap tax avoidance.
Hal ini berarti semakin tinggi jumlah
komite audit yang dimiliki perusahaan
maka nilai CuETR-nya juga akan semakin
tinggi
Hasil pengujian hipotesis keempat
pada penelitian ini menyatakan bahwa H0
telah ditolak dan H4 diterima sehingga
ukuran perusahaan secara statistik
berpengaruh positif signifikan terhadap tax
avoidance. Hal ini berarti semakin tinggi
jumlah ukuran perusahaan atau semakin
tinggi total asset yang dimiliki oleh
perusahaan maka nilai CuETR-nya akan
menjadi semakin rendah.
Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan, pada penelitian ini masih
memiliki beberapa keterbatasan sebagai
berikut (1) Data Penelitian ketika
dianalisis tergolong dalam distribusi tidak
normal sehingga harus di outlier sebanyak
enam kali menggunakan metode casewise
coevariate diagnose, (2) Terdapat variabel
yang menjadi heteroskedastisitas yaitu
komite audit dan ukuran perusahaan, (3)
Nilai autokorelasi yang menggunakan uji
Runs Test pada penelitian ini, menunjukan
data penelitian mengalami gejala
autokorelasi, (4) Perusahaan tidak
menerbitkan laporan keuangan pada tahun
penelitian sebanyak 5 perusahaan dengan
18
total 25 data laporan keuangan, (5) Peneliti
menyamaratakan peraturan perpajakan
setiap negara di Asia tenggara sesuai
dengan peraturan perpajakan di Indonesia
Keterbatasan yang ada dalam
penelitian ini, mendorong peneliti untuk
memberikan saran yang bertujuan untuk
mengembangkan penelitian yang akan
datang. Saran tersebut adalah (1) Peneliti
selanjutnya diharapkan menggunakan alat
uji lain selain casewise coevariate
diagnose agar data dapat berdistribusi
normal dan jika data setelah dilakukan
outlier tetap menunjukan data tidak
normal, maka sebaiknya data yang
digunakan adalah data sebelum dilakukan
outlier, (2) Pada Penelitian selanjutnya
diharapkan untuk menambah sampel
perusahaan karrena sampel mewakili
populasi yang digunakan dalam penelitian,
sehingga dengan semakin banyan sampel
maka semakin meningkat generalisasinya,
(3) Peneliti selanjutnya dapat menambah
variabel lain yang dapat mendeteksi
adanya aktivitas penghindaran pajak
perusahaan, seperti kualitaas audit,
hubungan politik dan kepemilikan
keluarga dan selainnya, (4) Peneliti
selanjutnya sebaiknya memberi batasan
sampel yang tidak mengeluarkan laporan
keuangannya bisa diberi angka 0 pada saat
tabulasi, (5) Peneliti selanjutnya
diharapkan dapat memberikan penelitian
sesuai dengan tariff pajak masing-masing
negara, sehingga kesimpulan yang
diberikan dapat sesuai dengan keadaan
masing-masing perusahaan di setiap
negara.
DAFTAR RUJUKAN
Acker, J. (1990, Juni). Hierarchies, Jobs,
Bodies: A Theory of Gendered
Organizations. Gender and Society,
4(2), 139-158.
Amri, M. (2017). Pengaruh Kompensasi
Manajemen Terhadap
Penghindaran Pajak Dengan
Moderasi Diversifikasi Gender
Direksi Dan Preferensi Risiko
Eksekutif Perusahaan Di Indonesia.
Jurnal Aset (Akuntansi Riset), 9(1),
1-14.
Anonim. (2012, April 14). Direktorat
Jenderal Pajak Kementrian
Keuangan. Retrieved Februari 15,
2018, from
http://www.pajak.go.id/content/bel
ajar-pajak
Anthony, Robert Newton, Vijay
Govindarajan, and John Dearden.
(2005). Management control
systems. Jakarta: Salemba Empat.
Arifin, L. d. (2016). Pengaruh Firm Size,
Corporate Governance, dan
Karakteristik Perusahaan Terhadap
Manajemen Laba. Jurnal Bisnis
dan Akuntansi, 18(1), 84-93.
Fadila, M. (2017, Februari). Pengaruh
Return On Asset, Leverage,
Ukuran Perusahaan, Kompensasi
Rugi Fiskal, Kepemilikan
Institusional Dan Koneksi Politik
Terhadap Penghindaran Pajak.
JOM Fekon, 4(1), 1671-1684.
Ferreira, R. B. (2009). Women in The
Boardroom and Their Impact on
Governance and Perfomance.
Journal of Financial Economics,
94, 291-309.
Jati, N. N. (2014). Pengaruh Karakter
Eksekutif, Karakteristik
Perusahaan dan Dimensi Tata
Kelola Perusahaan yang Baik Pada
Tax Avoidance di Bursa Efek
Indonesia. E-Jurnal Akuntansi
Universitas Udayana, 6(2), 249-
260.
19
Jensen M. & Meckling W. (1976). Theory
Of The Firm: Managerial Behavior,
Agency Costs, and Ownership
Structure. Journal of Financial
Economics, 3, 305-360.
Jensen, M. C. (1986). Agency costs of free
cash flow, corporate finance, and
takeovers. The American economic
review, 76(2), 323-329.
Mardiasmo. (2003). Perpajakan.
Yogyakarta.
Mella Virgi Amelia, D. P. (2017).
Pengaruh Kepemilikan
Institusional dan Kepemilikan
Manajerial dengan Variabel
Kontrol Ukuran Perusahaan dan
Leverage Terhadap Penghindaran
Pajak. e-Proceeding of
Management, 4(2), 1510-1515.
Ngadiman, N. d. (2014, September).
Pengaruh Leverage, Kepemilikan
Institusional Dan Ukuran
Perusahaan Terhadap Penghindaran
Pajak (Tax Avoidance) Pada
Perusahaan Sektor Manufaktur
Yang Terdaftar Di Bursa Efek
Indonesia 2010-2012. Jurnal
Akuntansi, 18(03), 408-421.
Pajak, K. K. (2013). UU KUP.
Pohan, H. T. (2009). Analisis pengaruh
kepemilikan institusi, rasio tobin q,
akrual pilihan, tarif efektif pajak,
dan biaya pajak ditunda terhadap
penghindaran pajak pada
perusahaan publik. Jurnal
Informasi, Perpajakan, Akuntansi
dan Keuangan Publik, 4(2), 113-
135.
Satrio, H. (2015, Maret 10). Autonetmagz.
Retrieved Februari 15, 2018, from
https://autonetmagz.com/pemerinta
h-thailand-temukan-indikasi-
kecurangan-toyota-untuk-
menghindari-pajak/26672/
Suandy, E. (2011). Perencanaan Pajak.
Jakarta: Salemba Empat.
Sukartha, I. G. (2014). Pengaruh
Penerapan Corporate Governance,
Leverage, Return On Assets Dan
Ukuran Perusahaan Pada
Penghindaran Pajak. E-Jurnal
Akuntansi Universitas Udayana,
9(1), 143-161.
Sumarsan, T. (2013). Tax Review dan
Strategi Perencanaan Pajak.
Yogyakarta: PT. Indeks.
Sutaya, T. (2014, Agustus 19).
Kompasiana. Retrieved Februari
15, 2018, from
http://www.kompasiana.com/tatang
sutaya1/kronologis-kasus-pajak-
bca_54f601a5a333116a7d8b47f1
Undang-Undang Republik Indonesia.
(2008). tentang Usaha Mikro Kecil
dan Menengah.
Winasis, Setia E., dan Yuyetta, Etna N. A.
(2017). Pengaruh Gender Diversity
Eksekutif Terhadap Nilai
Peerusahaan, Tax Avoidance
Sebagai Variabel Intervening :
Studi Kasus Pada Perusahaan
Pertambangan Yang Terdaftar di
BEI Tahun 2012-2015.
Diponegoro Journal of Accounting,
6(1), 311-324.
Zulaikha, H. R. (2013). Pengaruh
Karakteristik Corporate
Governance Terhadap Effective
Tax Rate. Diponegoro Journal Of
Accounting, 2(2), 1-10.