KOHESI SOSIAL INTERN UMAT ISLAM (Studi Terhadap Relasi Antara Warga...
Transcript of KOHESI SOSIAL INTERN UMAT ISLAM (Studi Terhadap Relasi Antara Warga...
i
KOHESI SOSIAL INTERN UMAT ISLAM
(Studi Terhadap Relasi Antara Warga Muhammadiyah
dan NU di Dusun Honggosari Desa Jogonegoro
Kecamatan Mertoyudan Kabupaten Magelang)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam
Oleh :
NILASARI UMININGSIH
11111180
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2015
ii
iii
iv
v
vi
MOTTO
Berangkat dengan penuh keyakinan
Berjalan dengan penuh keikhlasan
Istiqomah dalam menghadapi cobaan
Dan . . . kekuatan terbesar adalah DO”A
“Cukuplah Allah bagiku dan hanya kepada-Nya aku bertawakal “
(Q.S.At-Taubat : 129)
vii
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan Skripsi ini untuk. . .
Bapakku, Kamidi dan Ibuku, Sutarni;
“Jerih payahmu tidak akan pernah bisa aku balas” “Senantisa mencurahkan kasih sayang, dukungan, dan doa yang tak pernah
putus untuk anak-anaknya, Terimakasih untuk segalanya”
Adik-adiku, Rico Dwi Maulana dan Arga Maulana; “Yang membuatku termotivasi dan semangat untuk melangkah menuju
kesuksesan” Bapak Drs. K.H.Nasafi, M.Pd.I dan Ibu Nyai. Asfiyah
“selaku Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Asna Pulutan Salatiga” “Yang senantiasa membimbingku dan memberikan bekal ilmu duniawi dan
akhirati”
Teman-teman PAI E (ExcLusive) dan Sahabat”ku; “Teruntuk teman-teman PAI E angakatan 2011 khususnya sahabat-sahabatku yang selalu membantu, berbagi keceriaan dan melewati setiap suka dan duka selama kuliah, terimakasih banyak. "
...........”Tiada hari yang indah tanpa kalian semua" ...........
*Arigato gozaimashita*
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur alhamdulillah, kami ucapkan ke hadirat Allah SWT. yang
telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya. Sholawat dan salam semoga selalu
tercurahkan kepada junjungan Nabi besar kita Nabi Muhammad SAW., sehingga
penyusunan skripsi yang berjudul KOHESI SOSIAL INTERN UMAT
ISLAM(Studi Terhadap Relasi Antara Warga Muhammadiyah dan NU di Dusun
Honggosari Desa Jogonegoro Kecamatan Mertoyudan Kabupaten Magelang) di
IAIN Salatiga dapat terselesaikan.
Dalam penyelesaian penelitian ini penulis banyak mendapatkan bantuan,
bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak baik berupa materi maupun
spiritual. Sehubungan dengan hal tersebut, penulis hanya bisa mengucapkan
banyak terima kasih dan dengan diiringi doa semoga amal baik yang telah di
berikan,mendapatkan balasan pahala dari sisi Allah SWT.
Untuk itu penulis ucapkan banyak terima kasih kepada yang terhormat:
1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag selaku Ketua Program Studi Pendidikan Agama
Islam.
3. Bapak Achmad Maimun, M.Ag selaku Pembimbing yang telah meluangkan
waktu, tenaga dan fikiranya dengan penuh kesabaran dan kebijaksanaan dalam
memberikan bimbingan pengarahan sehingga penulis dapat menyelesaikan
penelitian ini.
ix
4. Bapak, Ibu dan segenap keluarga yang telah memberikan doa restunya kepada
penulis untuk menyelesaikan penelitian ini.
5. Rekan-rekan yang telah membantu penulis hingga terselesainya penelitian ini.
Karena keterbatasan penulis, penulis menyadari dalam penulisan
penelitian ini masih banyak kekurangannyadan penulis berharap saran dan
masukan dari para pembaca demi kebaikan penelitian ini.
Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan
pembaca pada umumnya serta dapat menunjang pengembangan ilmu
pengetahuan.
Salatiga,15 September 2015
Penulis
x
ABSTRAK
Ningsih Nilasari Umi, 2015.KOHESI SOSIAL INTERN UMAT ISLAM(Studi
Terhadap Relasi Antara Warga Muhammadiyah dan NU di Dusun
Honggosari Desa Jogonegoro Kecamatan Mertoyudan Kabupaten
Magelang). Dosen Pembimbing: Achmad Maimun, M.Ag
Kata kunci: Kohesi Sosial Intern Umat Islam yang Berbeda Pemahaman
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai: kohesi sosial
intern umat Islam (studi terhadap relasi antara warga muhammadiyah dan warga
NU di dusun Honggosari. Sehubungan dengan itu hendak diketahui bagaimana
relasi sosial antara kedua kelompok keagamaan tersebut serta faktor-faktor apa
yang mendukung terjadinya kohesi sosial yakni warga Muhammadiyah dan
Nahdlatul Ulama(NU). Pertanyaan utama yang ingin dijawab dalam penelitian ini
adalah (1) Bagaimana relasi warga Muhammadiyah dan NU di dusun
Honggosari? (2) Bagaimana cara pandang keagamaan warga Muhammadiyah dan
NU terhadap pemahaman yang berbeda di dusun Honggosari? (3)Faktor apa saja
yang melatarbelakangi kohesi Sosial warga Muhammadiyah dan NU di dusun
Honggosari? (4)Bagaimana pendidikan keagamaan di kalangan warga
Muhammadiyah dan NU di dusun Honggosari?
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif dan untuk mendapatkan
data maka digunakan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi.Subyek
penelitian ini adalahwarga Muhammadiyah dan NU di dusun Honggosari.Setelah
dianalisis dan disimpulkan bahwa perbedaan paham antara Muhammadiyah dan
Nahdlatul Ulama (NU) itu tidak menjadi masalah bagi warga dusun Honggosari
karena selama semua itu tidak melenceng dari Al-Qur’an dan Hadis. Serta, kohesi
sosial intern umat Islam antara Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU) di
dusun Honggosari ini baik. Baik ini karena hubungan di antara mereka didasarkan
pada beberapa faktor, antara lain:1) kerjasama, baik dalam bidang keagamaan dan
sosial. Misalnya, dalam pengelolaan masjid, semua warga Muhammadiyah
maupun NU dilibatkan, dalam pengelolaan TPA, walaupun lembaga TPA
didirikan oleh warga Muhammadiyah, tetapi ada kerjasama dari warga NU, yaitu
dengan mengajikan anaknya di TPA tersebut. 2) Adanya rasa toleran, yaitu saling
menghargai pemahaman yang berbeda dan tetap berpegang terhadap pemahaman
masing-masing. Contohnya; ketika hari raya warga NU sholat ied di Masjid dan
warga Muhammadiyah di Lapangan, dan hal itu bagi warga NU maupun
Muhammadiyah tidak menjadi masalah. 3) Adanya kebersamaan antara warga
Muhammadiyah dan NU, seperti sholat bersama, mengurus masjid bersama. 4)
Serta cara pandang yang tidak fanatik, yaitu membiarkan orang lain berbeda
dengan pemahamannya dan memberikan kebebasan untuk menjalankannya, di sisi
lain tetap berpegang teguh kepada yang diyakini benar.
DAFTAR ISI
xi
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN LOGO ......................................................................................... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ....................................................... v
MOTTO .......................................................................................................... vi
PERSEMBAHAN ............................................................................................ vii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... viii
ABSTRAK ....................................................................................................... x
DAFTAR ISI .................................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ...................................................................... 5
D. Kegunaan Penelitian ................................................................. 6
E. Penegasan Istilah ...................................................................... 7
F. Metode Penelitian ..................................................................... 9
G. Sistematika Penulisan ............................................................... 18
xii
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kohesi Sosial Intern Umat Islam .............................................. 22
1. Kohesi sosial ...................................................................... 22
2. Ukhuwah dalam Islam........................................................ 23
a. Pengertian ukhuwah ........................................................ 23
b. Macam-macam ukhuwah ................................................ 26
c. Tingkatanukhuwah .......................................................... 28
d. Pentingnya ukhuwah..................................................... .. 29
B. Sekilas Sejarah Berdirinya NU dan Muhammadiyah ............... 30
1. Muhammadiyah.................................................................. 30
a. Sejarah berdirinya Muhammadiyah ................................ 30
b. Konsep ukhuwah Muhammadiyah ................................. 32
c. Keyakinan dan cita-cita hidup Muhammadiyah ............. 33
2. Nahdlatul Ulama(NU) ........................................................ 35
a. Sejarah berdirinya NU ................................................... 35
b. Ukhuwah NU .................................................................. 37
c. Basis massa NU .............................................................. 38
C. Pemahaman Keagamaan Antara Muhammadiyah dan NU ...... 39
1. Paham keagamaan Muhammadiyah ................................ 39
2. Paham keagamaan Nahdlatul Ulama .............................. 40
D. Prinsip-Prinsip keberagamaan Muhammadiyah dan NU ......... 42
1. Dasar-dasar paham keagamaan Muhammadiyah ............ 42
2. Dasar-dasar paham keagamaan Nahdlatul Ulama .......... 43
xiii
BAB III LAPORAN PENELITIAN
A. Letak Geografis Dusun Honggosari ......................................... 46
1. Keadaan Monografi......................................................... 46
2. Keadaan Demografi ........................................................ 46
B. Keadaan Sosial Kemasyarakatan Agama ................................. 50
C. Struktur Organisasi Muhammadiyah dan NU .......................... 53
D. Kegiatan Bersama Muhammadiyah dan NU ............................ 56
E. Kerukunan dan Upaya Peningkatan ......................................... 57
F. Temuan Penelitian .................................................................... 62
BAB IV ANALISIS DATA
A. Analisis Data ............................................................................ 67
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................. 82
B. Saran ........................................................................................ 83
C. Penutup ..................................................................................... 84
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
1. Kisi-kisi Instrumen
2. Pedoman Wawancara
3. Daftar Riwayat Hidup
4. Daftar SKK
5. Lembar Konsultasi
6. Surat Pembimbing
7. Surat Ijin Penelitian
8. Hasil Wawancara
9. Hasil Observasi
10. Dokumentasi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bangsa Indonesia adalah bangsa yang mempunyai keanekaragaman
agama, aliran kepercayaan, bahasa, adat istiadat, serta pemahaman agama yang
berbeda-beda. Agama merupakan sebuah sistem keyakinan yang berisikan
suatu ajaran dan petunjuk bagi para penganutnya supaya selamat dunia akhirat
serta sarana bagi manusia untuk melakukan hubungan atau komunikasi dengan
Tuhan.Agama merupakan wujudyang mengatur kehidupan rohani manusia.
Islam yang berarti damai, selamat, sejahtera, penyerahan diri, taat, dan
patuh mengandung pengertian yang menunjukkan bahwa agama Islam adalah
agama yang mengajarkan pada pemeluknya untuk menyebarkan benih
perdamaian, keamanan, dan keselamatan untuk diri sendiri, sesama manusia,
dan kepada lingkungan sekitarnya sehingga dapat menciptakan suasana yang
rukun. Perdamaian, keamanan, dan keselamatan ini hanya dapat diperoleh
setiap muslim yang taat dan patuh pada perintah Allah SWT. dan menjauhi
larangan-Nya seperti yang dijelaskan dalam Al-Qur’an. Sedangkan, kerukunan
adalah suatu kesatuan yang terdiri atas berbagai unsur yang berlainan, dan
setiap unsur tersebut saling menguatkan (Didiek, 2012: 54)
Salah satu masalah yang dihadapi umat Islam sekarang ini adalah
rendahnya rasa kesatuan dan persatuan sehingga kekuatan mereka menjadi
2
lemah, hal itu salah satunya disebabkan oleh rendahnya penghayatan terhadap
nilai-nilai Islam. Persatuan dikalangan muslim tampaknya belum dapat
diwujudkan secara nyata, perbedaan pemahaman sering kali menjadi sebab
kerenggangan umat Islam kadang kala di masyarakat, seperti warga
Muhammadiyah dan NU.Contohnya di desa Ketanggi kabupaten Suruh antara
warga Muhammadiyah dan NU ada semacam sekat.Misalnya, warga NU
mempunyai hajat, tetapi warga Muhammadiyah sama sekali tidak ikut
berpartisipasi dan sebaliknya. Maka dengan keadaan tersebut sangat terlihat
ketidakrukunan antara warga Muhammadiyah dengan NU di desa Ketanggi.
Namun, di dusun Honggosari ini antara warga Muhammadiyah dan NU sangat
rukun, mereka saling bergotong-royong baik masalah agama maupun masalah
sosial. Misalnya, sholat berjamaah antara warga Muhammadiyah dan warga
NU walaupun yang menjadi imam dari salah satu pihak, ketika ada yang
meninggal dunia baik warga Muhammadiyah maupun NU, semua ikut
berpartisipasi dalam proses pemakaman.
Dapat dilihat disisi lain,sering kali terjadi perbedaan pendapat atau
penafsiran mengenai suatu hukum yang kemudian melahirkan berbagai
pandangan yang berbeda. Misalnya,orang Muhammadiyah sholat subuh tanpa
doa qunut sedangkan orang NU menggunakan doa qunut, setiap malam jum’at
biasanya warga NU membaca surat yasin dan mungkin sebaliknya warga
Muhammadiyah juga membaca tetapi dengan bacaan surat al-kahfi, demikian
juga bacaan-bacaan sholatnya pun juga ada sebagian yang berbeda.
Seharusnya semua itu tidak menjadi masalah di kalangan umat Islam karena
3
selama ajaran - ajaran tersebut tidak bertentangan dengan Al-Qur’an dan hadis.
Maka, hal tersebut tidak boleh dipermasalahkan karena hal itu dapat
menimbulkan kerenggangan bahkan dapat menjadi perpecahan antara umat
Islam sendiri.
Di dalam Al-Qur’an di jelaskan dalam QS.Ali-imron[ 3] : 103
Artinya:Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan
janganlah kamu bercerai-berai, dan ingatlah akan nikmat Allah
kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan,
maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena
nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara, dan kamu telah berada di
tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya.
Demikianlah Allah SWT.menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar
kamu mendapat petunjuk. (QS.Ali-imron [3]: 103)
Sering dijumpai di sekitar umat Islam yang kurang menyatu karena
perbedaan pemahaman, mereka sama-sama berpegang teguh dan menguatkan
egonya masing-masing bahwa pemahaman yang di anutnya lah yang paling
benar dan seketika itu juga mereka mengecam bahwa pemahaman orang lain
itu tidak benar. Apabila umat Islam sendiri tidak dapat menjaga kesatuan, maka
agama lain akan memandang bahwa agama Islam bukanlah agama yang
4
baik,sebab agama yang baik adalah agama yang mengajarkan kehidupan yang
rukun, damai, dan saling mengahargai satu sama lain.
Berbeda dengan yang telah dipaparkan di atas bahwa warga dusun
Honggosari meskipun mereka berbeda paham keagamaannya (ada yang
muhammadiyah dan ada yang NU), akan tetapi mereka dapat bekerjasama
dalam lingkup keagamaan maupun sosial.Di dusun Honggosari ini, mereka
saling menghargai satu sama lain dan menjadikan perbedaan pemahaman ini
suatu ilmu yang baru dan semata-mata dengan niat mencari ridho Allah SWT.
Kehidupan yang multikultural ini bisa berdamai dan saling tolong-
menolong dalam suka maupun duka. Manusia adalah insan sosial, dengan
demikian dia tidak bisa berdiri sendiri, antara satu sama lain saling
membutuhkan. Manusia yang satu dengan yang lainnya mempunyai corak yang
berbeda, kendati demikian keduanya mempunyai kepentingan yang sama
dalam menjalani kehidupannya.
Mengenai realita ini penulis ingin mencoba memberikan suatu gambaran
tentang kohesi sosial intern umat Islam studi terhadap relasi antara warga
Muhammadiyah dan NU di dusun Honggosari desa Jogonegoro kecamatan
Mertoyudan kabupaten Magelang, dimana masyarakat dusun ini semua
beragama Islam, tetapi terdapat 2 aliran atau pemahaman yang berbeda yaitu
Muhammadiyah dan NU.Namun, masyarakat di dusun ini mampu menerapkan
sikap toleransi antar umat Islam. Misalnya, warga Muhammadiyah dan warga
NU sama-sama mau mengurus masjid yang ada di dusun Honggosari ini
meskipun masjid tersebut diketuai oleh warga Muhammadiyah, dan setiap
5
malam selasa di masjid tersebut ada kegiatan pengajian warga Muhammadiyah
dan warga NU pun juga ikut serta dalam pengajian tersebut. Perbedaan paham
itu tidak menjadi masalah bagi warga dusun Honggosari karena selama semua
itu tidak melenceng dari Al-Qur’an dan Hadis. Penulis mengangkat judul ini
agar dapat menjadi contoh di kalangan umat Islam yang lain.
Dari paparan di atas penulis merasa tertarik membahas masalah tersebut.
Maka, dalam hal ini penulis ingin membuat penelitian dengan judul KOHESI
SOSIAL INTERN UMAT ISLAM(Studi Terhadap Relasi antara Warga
Muhammadiyah dan NU di dusun Honggosari desa Jogonegoro kecamatan
Mertoyudan kabupaten Magelang).
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana relasi warga Muhammadiyah dan NU di dusun Honggosari?
2. Bagaimana cara pandangkeagamaan warga Muhammadiyah dan NU
terhadap pemahaman yang berbeda di dusun Honggosari?
3. Faktor apa saja yang melatarbelakangi kohesi sosial warga Muhammadiyah
dan NU di dusun Honggosari?
4. Bagaimana pendidikan keagamaan di kalangan warga Muhammadiyah dan
NU di dusun Honggosari?
C. Tujuan Penelitian
Melihat dari rumusan masalah tersebut, maka penulis dapat merumuskan
tujuan penelitian sebagai berikut:
6
1. Untuk mengetahuirelasi warga Muhammadiyah dan NU di dusun
Honggosari.
2. Untuk mengetahui cara pandang keagamaan warga Muhammadiyah dan NU
terhadap pemahaman yang berbeda di dusun Honggosari.
3. Untuk mengetahui apa saja yang melatarbelakangi kohesi sosial warga
Muhammadiyah dan NU di dusun Honggosari.
4. Untuk mengetahui pendidikan keagamaan di kalangan warga
Muhammadiyah dan NU di dusun Honggosari
D. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bisa memberikan informasi yang jelas
tentangkohesi intern umat Islam studi terhadap relasi antara warga
Muhammadiyah dan NUdi dusun Honggosari.Dari informasi tersebut
diharapkan mampu memberikan manfaat secara teoritis maupun praktisyaitu:
1. Secara Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah pengetahuan
khususnya tentang kerukunan intern umat Islam yang berbeda pemahaman
di dusun Honggosari dan menambah toleransi sesama umat Islam.
2. Secara Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat mengetahui kerukunan umat Islam
yang mempunyai pemahaman agama Islam yang berbeda serta memberi
masukan bagi masyarakat muslim di lapangan setempat dalam menjaga
relasi antara umat Islam, antara lain :
7
a. Dapat mempererat tali silaturrahim dan menghindari terjadinya
perpecahan.
b. Dapat menciptakan suasana damai dalam bermasyarakat.
c. Meminimalisir konflik yang mengatasnamakan agama.
E. Penegasan Istilah
Sebelum diuraikan lebih panjang tentang penelitian ini terlebih dahulu
peneliti memberikan penjelasan-penjelasan terhadap istilah-istilah yang
terkandung dalam skripsi ini, dengan maksud agar nantinya tidak salah
pengertian di kalangan pembaca dalam memahami skripsi ini. Adapun istilah-
istilah yang dimaksud adalah:
1. Kohesi Sosial
Kohesi adalah kesatuan, kohesi yang dimaksudkan dalam penelitian
ini adalah ukhuwah, kata ukhuwah berarti persaudaraan. Maksudnya
adanya perasaan simpati dan empati antara dua orang atau lebih. Masing-
masing memiliki satu kondisi atau perasaan yang sama, baik suka maupun
duka, baik senang maupun sedih. Jalinan perasaan ini menimbulkan sikap
timbal balik untuk saling membantu bila pihak lain mengalami kesulitan
dan sikap saling membagi kesenangan kepada pihak lain mengalami
kesulitan.
2. Umat Islam
Menurut KBBI (1982: 1123), kata umat berarti : para penganut atau
pengikut suatu agama. Umat adalah sekelompok orang yang menganut
suatu agama dan melaksanakan ajaran agama tersebut. Islam adalah agama
8
yang diajarkan oleh nabi Muhammad SAW. (KBBI, 1982: 388).
Sedangkan menurut Mudjahid (1996: 125) Islam adalah penyerahan diri.
Islam mempunyai lima tiang utama yaitu : syahadat, sholat, puasa, zakat,
dan haji,Islam mengajarkan bahwa Allah SWT.menurunkan firman-Nya
kepada manusia melalui para nabi dan rasul utusan-Nya dan meyakini
dengan sungguh-sungguh bahwa Muhammad SAW. adalah nabi dan rasul
terakhir yang diutus ke dunia oleh Allah SWT.
Jadi umat Islam adalah sekelompok orang yang mengakui bahwa
tidak ada Tuhan selain Allah SWT. yang wajib disembah dan Muhammad
adalah utusan-Nya serta mendirikan sholat, mengeluarkan zakat,
menunaikan ibadah haji ke Baitullah jika mampu.
3. Muhamadiyah
Muhammadiyah adalah organisasi yang lahir sebagai alterntif
berbagai persoalan yang dihadapi umat Islam di Indonesia sekitar akhir
abad 19 dan awal abad 20 yang didirikan K.H. Ahmad Dahlan(Mulkhan,
1990:1).
Warga Muhammadiyah lebih menekankan kepada amar ma’ruf nahi
mungkar, setiap warga Muhammadiyah melaksanakan ibadah mahdhah
dengan sebaik-baiknya dan membudayakan ibadah sunah sesuai dengan
tuntutan Rasulullah SAW. serta tidak menjauhkan diri dari kehidupan
dengan landasan Iman, Islam, dan Ihsan.
9
4. Nahdatul Ulama (NU)
Nahdatul Ulama (NU) adalah sebuah organisasi Islam yang didirikan
oleh Syaikh Hasyim Asy’ari pada tanggal 31 Januari 1926 di Surabaya
(Jaiz, 2006:141). NU pada dasarnya adalah sebuah identitas kultural
keagamaan yang dianut mayoritas umat Islam Nusantara. Warga NU
menganut paham ahlussunah wal jama’ah, bahwa mereka mengakui empat
madzhab dan menganut satu dari empat madzhab (Hanafi, Maliki, Syafi’i,
Hambali) tersebut dalam menjalankan ibadahnya.
Jadi yang peneliti maksudkan kerukunan intern umat Islam yang
berbeda pemahaman adalah tidak terjadinya perpecahan umat Islamantara
Muhamadiyah dan NU dan saling menghargai pendapat satu sama lain.
F. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, Lexy J.Moleong
menjelaskan penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk
memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek
penelitian.Misalnya, perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, secara holistik,
dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu
konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode
ilmiah (Moleong, 1988:6).
Dalam penelitian ini yang akan diamati adalah warga dusun
Honggosari yang beragama Islam .
10
Penelitian kualitatif bersifat generating theory bukan hipotesis
testing,sehingga teori yang dihasilkan bukan teori subtansif dan teori-teori
yang diangkat dari dasar. Dalam penelitian kualitatif ini peneliti hanya
mencari gambaran dan data yang bersifat deskriptif yang berada di dusun
Honggosari.
2. Kehadiran Peneliti
Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai pengumpul data dan
sebagai instrumen aktif dalam upaya mengumpulkan data-data dilapangan.
Sedangkan instrumen pengumpulan data yang lain selain manusia adalah
berbagai bentuk alatbantu dan berupa dokumen-dokumen lainnya yang
dapat digunakan untuk menunjang keabsahan hasil penelitian, namun
berfungsi sebagai instrument pendukung.Oleh karena itu, kehadiran
peneliti secara langsung di lapangan sebagai tolak ukur keberhasilan untuk
memahami kasus yang diteliti, sehingga keterlibatan peneliti secara
langsung dan aktif dengan informan dan atau sumber data lainnya disini
mutlak diperlukan.
3. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di dusun Honggosari desa Jogonegoro
kecamatan Mertoyudan kabupaten Magelang mulai bulan April hingga
selesai.
Pemilihan lokasi didusun Honggosari sebagai tempat penelitian
karena melihat realita yang ada yaitu rukunnya umat Islam yang berbeda
pemahaman agama Islam yaitu Muhamadiyah dan NU.
11
4. Sumber Data
Berdasarkan sumbernya, jenis data dibagi menjadi dua yaitu data
primer dan data sekunder. Menurut Lofland dan Lofland seperti yang
dikutip oleh Moelong (2010: 157) sumber data primer dalam penelitian
kualitatif adalah kata-kata perilaku dan data tambahan seperti dokumen.
Data yang dikumpulkan meliputi berbagai macam data yang berhubungan
dengan pola kerukunan hidup intern umat Islam yang berbeda pemahaman
di dusun Honggosari desa Jogonegoro kecamatan Mertoyudan kabupaten
Magelang. Sedangkan, data sekunder adalah sebagai data pendukung data
primer dari dokumen, serta data yang telah dikumpulkan oleh kantor balai
desaJogonegoro. Adapun data yang dapat diambil, sebagai berikut :
1) Data primer : data yang diambil dari hasil interview dengan
tokoh masyarakat setempat seperti pak lurah, pak kadus, tokoh
masyarakat, serta sebagian warga dusun Honggosari, yaitu tentang
keadaan sosio kultural masyarakat dusun Honggosari, bentuk
kerukunan hidup intern umat Islam yang berbeda pemahaman di
dusun Honggosari, dan faktor yang melatarbelakangi kerukunan
antara warga Muhammadiyah dan NU di dusun Honggosari.
2) Data sekunder :Keadaan geografis dusun Honggosari, sejarah
Masjid Al-Mubarok dusun Honggosari, serta struktur organisasi
Muhammadiyah dan NU di dusun Honggosari.
Seperti halnya dalam bentuk tabel, sebagai berikut :
12
Jenis data Sumber Data Tekhnik
Data Primer
1. kerukunan antara warga
Muhammadiyah dan NU
2. Relasi antara warga
Muhammadiyah dan NU
3. Cara pandang warga
Muhammadiyah dan NU
terhadap pemahaman yang
berbeda
4. Faktor yang
melatarbelakangi kohesi sosial
warga Muhammadiyah dan
NU di dusun Honggosari
5. Pendidikan keagamaan
dikalangan warga
Muhammadiyah dan NU di
dusun Honggosari
1. Tokoh masyarakat
2. Pemuka Agama
3. Masyarakat
4. Warga
Muhammadiyah
5. Warga NU
wawancara
Data Sekunder
1. Keadaan geografis
2. Keadaan demografi
3. Sejarah masjid
4. Kegiatan masyarakat antara
warga Muhammadiyah dan
NU di dusun Honggosari
5. Struktur organisasi warga
Muhammadiyah dan NU
1.
1. Dokumen dusun
Honggosari
2. Monografi
masyarakat
3. Pengurus
Muhammadiyah dan
NU
Observasi
Dokumentasi
6. Prosedur Pengumpulan Data
a. Observasi
Secara umum, observasi berarti pengamatan, penglihatan.
Sedangkan secara khusus, dalam dunia penelitian observasi adalah
mengamati dan mendengar dalam rangka memahami, mencari
jawaban, mencari bukti terhadap fenomena sosialkeagamaan
13
(perilaku, kejadian-kejadian, keadaan, benda, dan simbol-simbol
tertentu) selama beberapa waktu tanpa memengaruhi fenomena yang
diobservasi yaitu dengan mencatat, merekam, memotret fenomena
tersebut guna penemuan data analisis (Thobrani, 2001: 167).Menurut
peneliti observasi adalah mengamati objek untuk dijadikan ukuran ada
tidaknya kerukunan intern agama Islam yang berbeda pemahaman di
dusun tersebut.
Black dan Champion mengelompokkan observasi dalam dua
kelompok besar yaitu observasi nonpartisipan dan observasi
partisipan. Observasi yang sesuai dengan penelitian ini adalah
observasi nonpartisipan dimana peneliti tidak banyak dituntut peranan
tingkah laku atau keterlibatannya terhadap kegiatan atau fenomena
dari subjek yang diteliti. Perhatian peneliti terfokus pada bagaimana
mengamati, merekam, memotret, mempelajari dan mencatat tingkah
laku atau fenomena yang diteliti. Dan observasi ini bersifat terbuka
karena diketahui oleh subjek yang diteliti (Suprayogo,2003:167).
Data-data yang akan digali melalui observasi pengumpulan data
dapat dikelompokkan sebagai berikut :
1) Kondisi obyektif warga dusun Honggosari
Dalam hal ini, peneliti mengamati langsung kondisi obyektif
warga dusun Honggosari dengan cara melakukan wawancara
kepada warga dan mengamati langsung keadaan yang ada.
14
2) Kerukunan intern umat Islam yang berbeda pemahaman
Peneliti melakukan wawancara kepada masing-masing warga
Muhammadiyah dan warga NU dengan menggunakan pedoman
wawancara.
b. Interview / Wawancara
Interview yaitu percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan
itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang
mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang
memberikan jawaban atas pertanyaan itu(Moleong,2011:186).
Sedangkan menurut Zulganef (2008:162) wawancara adalah suatu
proses interaksi dan komunikasi antara peneliti dengan responden
dimana pewawancara diharapkan menyampaikan pertanyaan kepada
responden secara lisan, merangsang responden untuk menjawabnya,
menggali jawaban lebih jauh bila dikehendaki dan mencatatnya.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode wawancara
terbuka dimana para subjeknya tahu bahwa mereka sedang
diwawancarai dan mengetahui pula apa maksud dan tujuan wawancara
itu. Selain itu, penelitian ini juga termasuk kedalam jenis wawancara
terstruktur dimana dalam suatu kegiatan wawancara yang
pewawancaranya menetapkan sendiri masalah dan pertanyaan-
pertanyaan yang akan diajukan. Untuk itu pertanyaan-pertanyaan
disusun dengan rapi dan ketat (Moleong, 2008:188).
15
Untuk membantu mendapatkan data penting maka peneliti
menggunakan tape recorder. Dalam wawancara, pewawancara
harus mampu menciptakan hubungan yang baik, sehingga
informan bersedia bekerjasama dan merasa bebas berbicara serta
dapat memberikan informasi yang sebenarnya.
Wawancara akan dilakukan dengan beberapa warga dusun
Honggosari yang berpaham Muhammadiyah dan NU baik itu laki-
laki maupun perempuan. Metode ini digunakan untuk mencari
informasi mengenai kohesi sosial intern umat Islam studi terhadap
relasi warga Muhammadiyah dan NU di dusun Honggosari.
c. Dokumentasi
Suharsimi Arikunto (1998:236) menjelaskan metode
dokumentasi yaitu laporan tertulis dari suatu peristiwa yang isinya
terdiri atas penjelasan dan pemikiran terhadap peristiwa itu dan
tertulis dengan sengaja untuk menyimpan keterangan atau
merumuskan keterangan mengenai peristiwa untuk mencari data
mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan dan buku.
Data-data yang akan digali melalui dokumentasi, antara lain
sebagai berikut :
1) Letak geografis dusun Honggosari
2) Sejarahmasjid Honggosari
3) Struktur organisasi Muhammadiyah dan NU di dusun
Honggosari
16
7. Teknik Analisis Data
Berdasarkan hasil pengumpulan data, selanjutnya peneliti akan
melakukan analisa dan pembahasan secara deskriptif. Dengan demikian
data yang diperoleh disusun sedemikian rupa sehingga dikupas secara
runtut.
Menurut Salim (Maslikhah, 2013:323) proses analisis data
sebagaimana penelitian kualitatif, maka digunakan teknik analisis data
dengan reduksi data, penyajian data, dan verifikasi. Reduksi data yaitu
proses pemilihan, pemusatan pada penyederhanaan, abstraksi dan
transformasi data kasar yang diperoleh di lapangan. Penyajian data yaitu
deskripsi kumpulan informasi tersusun yang memungkinkan untuk
melakukan penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Verifikasi
dari permulaan pengumpulan data, periset kualitatif mencari makna dari
gejala yang diperoleh di lapangan, mencatat keteraturan atau pola
penjelasan dan konfigurasi yang mungkin ada, alur akusalitas, dan
proposisi. Jadi, dalam analisis data terdapat tiga hal yaitu dengan reduksi
data, penyajian data, dan verifikasi.
Maka dalam hal ini peneliti menggunakan analisis data kualitatif,
dimana data dianalisa dengan metode deskriptif analisis non statistik yang
meliputi cara berfikir induktif, yaitu peneliti berangkat dari pengetahuan
yang bersifat khusus untuk menilai suatu kejadian umum.
17
8. Pengecekan Keabsahan Temuan
Untuk menetapkan keabsahan (trustworthiness) data yang
dikumpulkan, peneliti menggunakan trianggulasi. Triangulasi adalah
teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain
dalam membandingkan hasil wawancara terhadap objek penelitian
(Moloeng, 2011:330).
Dalam penelitian ini, Triangulasi yang peneliti gunakan yaitu,
metode wawancara, sumber, dan observasi. Triangulasi wawancara adalah
menggali kebenaran informan melalui wawancara dari informan tersebut,
dan triangulasi sumber adalah menggali kebenaran informan tertentu
melalui sumber yang berbeda. Sedangkan, triangulasi observasi adalah
menggali kebenaran informan tertentu dengan mengamati langsung dan
dokumentasi. (http://mudjiarahardjo.com/component/content.html, diakses
8April 2015). Misalnya dengan bertanya kepada orang terdekat dari
informan untuk memperkaya pengetahuan peneliti.
9. Tahap-tahap penelitian
Pelaksanaan penelitian ada empat tahap yaitu : tahap sebelum ke
lapangan, tahap pekerjaan lapangan, tahap analisis data, dan tahap
penelitian laporan.Dalam penelitian ini tahap yang ditempuh adalah
sebagai berikut:
a. Tahap sebelum kelapangan
Tahap ini meliputi kegiatan penentuan fokus, penyesuaian
paradigma dengan teori, penjajakan alat peneliti, mencakup observasi
18
lapangan dan permohonan ijin kepada subyek yang diteliti, konsultasi
fokus penelitian, penyusunan usulan penelitian.
b. Tahap pekerjaan lapangan
Tahap ini meliputi pengumpulan bahan-bahan yang berkaitan
dengan kerukunan intern umat Islam yang berbeda pemahaman di
dusun honggosari.
c. Tahap Analisis Data
Tahap analisis data, meliputi analisis data baik yang diperoleh
melalui observasi, dokumen maupun wawancara mendalam tentang
kerukunan intern umat Islam yang berbeda pemahaman. Kemudian,
dilakukan penafsiran data sesuai dengan konteks permasalahan yang
diteliti, selanjutnya melakukan pengecekan keabsahan data dengan
cara mengecek sumber data yang didapat dan metode perolehan data,
sehingga data benar-benar valid sebagai dasar dan bahan untuk
memberikan makna data yang merupakan proses penentuan dalam
memahami konteks penelitian yang sedang diteliti.
d. Tahap Laporan
Tahap ini meliputi kegiatan penyusunan hasil penelitian dari
semua rangkaian, kegiatan pengumpulan data sampai pemberian
makna data. Setelah itu, melakukan konsultasi hasil penelitian dengan
dosen pembimbing untuk mendapatkan perbaikan saran-saran demi
kesempurnaan skripsi yang kemudian ditindaklanjuti hasil bimbingan
19
tersebut dengan peneliti skripsi yang sempurna.Langkah terakhir
melakukan penyusunan kelengkapan persyaratan untuk ujian skripsi.
G. Sistematika Penulisan Skripsi
Skripsi ini disusun dalam 5 bab, yang secara sistematis dapat
dijabarkan sebagai berikut:
BABI PENDAHULUAN
Dalam bab pendahuluan akan dibahas:
A. Latar belakang masalah
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Kegunaan Penelitian
E. Penegasan Istilah
F. Metode penelitian
1. Jenis Penelitian
2. Kehadiran Peneliti
3. Lokasi Penelitian
4. Sumber Data
5. Prosedur pengumpulan Data
6. Analisis Data
7. Pengecekan Keabsahan Data
8. Tahap-tahap Penelitian
G. Sistematika penulisan
Bab II LANDASAN TEORI
20
Dalam bab ini akan dibahas beberapa teori yang berhubungan
dengan penelitian yang berhubungan dengan penelitian yang
dilakukan, antara lain:
A. Kohesi sosialintern umat Islam
1. Kohesi sosial
2. Ukhuwah dalam Islam
a. Pengertian ukhuwah
b. Macam-macam ukhuwah
c. Tingkat ukhuwah
d. Pentingnya ukhuwah
B. Sekilas Sejarah Muhammadiyah dan NU
1. Muhammadiyah
a. Sejarah Muhammadiyah
b. Konsep ukhuwah Muhammadiyah
c. Keyakinan dan cita-cita Muhammadiyah
2. Nahdalatul Ulama (NU)
a. Sejarah NU
b. Ukhuwah NU
c. Basis massa NU
C. Pemahaman keagamaan antara Muhammadiyah dan NU
1. Paham Muhammadiyah
2. Paham Nahdlatul Ulama (NU)
D. Prinsip-prinsip keberagamaan Muhammadiyah dan NU
21
1. Dasar-dasar paham keagamaan Muhammadiyah
2. Dasar-dasar paham keagamaan NU
Bab III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
Bab ini akan dibahas beberapa laporan penelitian antaralain:
1. Letak geografis dusun Honggosari.
2. Sejarah Masjid Al-Mubarok dusun Honggosari.
3. Struktur organisasi Muhammadiyah dan NU di dusun
Honggosari.
4. Kondisi obyektif warga Muhammadiyah dan NU di dusun
Honggosari.
Bab IV PEMBAHASAN
Meliputi :
1. Relasi warga Muhammadiyah dan NU di dusun Honggosari.
2. Cara pandang keagamaan warga Muhammadiyah dan NU
terhadap pemahaman yang berbeda di dusun Honggosari.
3. Faktor apa saja yang melatarbelakangi kohesi sosial warga
Muhammadiyah dan NU di usun Honggosari.
4. Pendidikan keagamaan di kalangan warga Muhammadiyah
dan NU di dusun Honggosari.
Bab V PENUTUP
1. Kesimpulan
2. Saran
3. Penutup
22
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kohesi Sosial Intern Umat Islam
1. Kohesi Sosial
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 712) salah satu
pengertian dari kohesi adalah hubungan yang erat; perpaduan yang kokoh.
Sedangkan, sosial adalah berkenaan dengan masyarakat; suka
memperhatikan kepentingan umum. Jadi, kohesi sosial adalah kekuatan
yang berlaku pada anggota suatu masyarakat untuk tinggal di dalamnya,
dan dengan aktif berperan untuk kelompok menjadi kompak.
(https://googleweblight.com/, di akses 14 September 2015)
Dari pengertian di atas dapat disimpulkanbahwa kohesi merupakan
usaha suatu kelompok untuk menyatu dengan kelompok yang lain.
Sedangkan, sosial adalah hubungan manusia dengan manusia dalam suatu
lingkungan, yang di dalamnya terdapat interaksi kehidupan seperti gotong-
royong. Jadi, kohesi sosial adalah keterikatan manusia dalam sebuah
kelompok yang saling mendorong dan membantu satu sama lain dengan
landasan kebersamaan dan persaudaran.
Persatuan adalah buah persaudaraan, di mana masyarakat Islam yang
bersaudara adalah masyarakat yang satu dalam akidah, ibadah, akhlak,
nilai-nilai kemanusiaan dan dasar-dasar hukumnya. Islam telah
menyatukan seseorang dalam ikatan persaudaraan yang di dalamnya
23
terdapat berbagai perbedaan aliran pemikiran, keanekaragaman budaya,
serta tingkat kehidupan sosial, ekonomi, maupun politik (Musa, 2005:68).
Kohesi dalam Islam tidak lain adalah ukhuwah, seperti halnya kohesi
kelompok dalam bidang akidah atau akhlak dapat dilihat secara real dalam
bentuk ukhuwah antar umat Islam.
2. Ukhuwah dalam Islam
a. Pengertian Ukhuwah
Ukhuwah berasal dari kata أخااا -يااا خ –أخااا yang berarti
“menjadikan saudara atau kawan” (Yunus, 1973: 36). Persaudaraan
yang dimaksud dalam ukhuwah ini bukan hanya terbatas pada saudara
yang masih punya hubungan darah, melainkan saudara
seiman.Sehingga dalam ukhuwah Islamiyah tidak hanya terbatas oleh
suku, bangsa dan lain sebagainya.Adapun secara istilah ukhuwah
islamiyah adalah kekuatan iman dan spiritual yang dikaruniakan Allah
kepada hamba-Nya yang beriman dan bertakwa yang menumbuhkan
perasaan kasih sayang, persaudaraan, kemuliaan, dan rasa saling
percaya terhadap saudara seakidah.
Ukhuwah (persaudaraan) adalah sesuatu yang telah dicontohkan
oleh Rasullullah SAW. dan menjadi salah satu keharusan dalam syariat
Islam di mana Islam begitu menjunjung tinggi persaudaraan, baik
sesama muslim maupun non muslim, dan inilah bukti bahwa Islam
adalah agama rahmatan lil alamin.
24
Dengan berukhuwah akan timbul sikap saling tolong-menolong,
saling pengertian dan tidak mendzalimi harta maupun kehormatan
orang lain yang semua itu muncul karena Allah semata. Sedangkan,
menurut Muhaimin, (2005: 357) ukhuwah berarti kesamaan dan
keserasian dalam banyak hal.Dengan konsep ukhuwah, diharapkan ada
persaudaraan dan persamaan yang tidak membeda-bedakan umat
manusia atas jenis kelamin, asal-usul, etnis, warna kulit, latar belakang
historis, sosial, status ekonomi, mengingat umat Muhammad adalah
umat yang satu (QS.Al-Isra’ ayat 27).
Islam sangat menekankan pentingnya ajaran ukhuwah Islamiyah
(persaudaraan antara sesama muslim) baik dalam Al-Qur’an maupun
dalam Hadis. Ajaran tentang ukhuwah ini sangat ditekankan dengan
maksud untuk membina dan mengembangkan terciptanya pilar-pilar
kerukunan hidup dan hubungan harmonis antara sesama umat Islam
(Faisal, 2004: 41).
Jadi ukhuwah antar umat Islam itu didasarkan pada akidah
Islamnya dan pemenuhan kebutuhan sosial yang digambarkan
bagaikan satu bangunan, di mana umat Islam satu sama lain saling
menguatkan dan juga digambarkan seperti satu tubuh,jika ada bagian
tubuh yang sakit maka seluruh anggota tubuh merasakan sakit.
Ukhuwah sangat diperlukan bagi manusia dalam
mempertahankan hidupnya baik untuk dirinya sendiri, kelompok
ataupun untuk berbangsa. Manusia itu sendiri akan membentuk
25
kelompok agar keinginan dapat terwujud, maka setiap kelompok
masyarakat harus dapat memelihara keberagaman agama dan
kerukunan tersebut.
Nilai-nilai sosial yang ditekankan oleh Islam adalah ukhuwah
(persaudaraan), maka hendaknya manusia hidup di masyarakat itu
saling mencintai dan saling menolong dengan diikat oleh perasaan
layaknya anak-anak dalam satu keluarga (Yusuf, 2003: 221).Di antara
buah persaudaraan adalah persatuan (wihdah).
Masyarakat Islam tidak pantas bila berpecah-belah seperti
masyarakat lainnya yang dipicu oleh fanatisme golongan, ras, warna
kulit, tanah air, bahasa, kelas sosial, madzhab, atau yang lainnya
sehingga umat Islam dapat bersatu dengan tidak memandang sebelah
mata perbedaan yang ada. Perbedaan pendapat tidak boleh menjadi
penyebab perpecahan atau permusuhan, karena para sahabat dan tabiin
juga berselisih dalam berbagai persoalan.Akan tetapi, hal itu tidak
membuat mereka berpecah-belah, bahkan mereka toleran dan saling
mendoakan (Yusuf, 2003: 238).
Al-Qur’an menegaskan konsep persaudaraan sesama umat Islam
dalam surat Al-Hujurat [49]: 10
Artinya: Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Oleh
sebab itu,damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua
26
saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu
mendapat rahmat.Al-Hujurat [49]: 10
Berikut merupakan pengertian ukhuwah menurut beberapa ahli:
1) Menurut Imam Hasan Al Banna, ukhuwah adalah keterikatan hati
dan jiwa satu sama lain dengan ikatan akidah.
2) Menurut Ibnu Katsir, ukhuwah adalah semuanya adalah saudara
seagama, Rasulullah SAW. bersabda bahwa seorang muslim
saudara bagi muslim yang lain, tidak mendzalimi dan tidak
mencelakakannya.
Jadi ukhuwah adalah segala apa saja yang terhindar dari sesuatu
yang menunjukkan perbedaan ras ataupun golongan. Islam itu
didasarkan pada kasih sayang yang mencerminkan persatuan
dan persaudaraan.
b. Macam-macam Ukhuwah
Menurut Musa (2005: 67) manusia yang baik adalah manusia
yang dapat menjalin dan mempereratukhuwah antar sesama manusia.
Ada empat macam ukhuwah yang seharusnya dijalin dikehidupan
manusia.
1) Ukhuwah Basyariah adalah persaudaraan yang lahir dari kodrat
kehidupan manusia, terutama dalam dimensi kehidupan kebutuhan
yakni kebutuhan makan, minum, dan kebutuhan fisik lainnya. Ini
antara satu dengan yang lainnya saling membutuhkan dan
tergantung, sehingga ketika muncul bahaya kelaparan yang ditandai
oleh adanya kekurangan makanan dan minuman, maka bahaya
27
kelaparan itu sesungguhnya merupakan tantangan fundamental bagi
ukhuwah basyariah. Oleh karenanya, setiap individu sebagai
basyarberkewajiban untuk ikut membantu dan mengatasinya.
2) Ukhuwah Insaniyah adalah persaudaraan yang terbawa oleh kodrat
manusia sebagai makhluk berfikir yang menjadi basis
berkembangnya kemampuan penciptaan dan kreativitas. Ukhuwah
Insaniyah ini harus dilandasi oleh ajaran, bahwa semua umat
manusia adalah makhluk Allah SWT. Sekalipun, Allah
memberikan petunjuk kebenaran melalui ajaran Islam, tetapi Allah
juga memberikan kebebasan kepada setiap manusia untuk memilih
jalan hidup berdasarkan atas pertimbangan rasionya.
Apabila Ukhuwah Insaniyah, tidak dilandasi dengan ajaran
agama, keimanan, dan ketakwaan, maka yang akan muncul adalah
jiwa kebinatangan yang penuh keserakahan dan tak kenal halal atau
haram bahkan dapat bersikap kanibal terhadap sesamanya.
3) Ukhuwah Wathoniyah adalah persaudaraan yang diikat oleh jiwa
nasionalisme atau jiwa kebangsaan tanpa membedakan agama,
suku, warna kulit, adat istiadat, budaya, dan aspek-aspek
kekhususan lainnya. Semuanya itu adalah saudara yang perlu untuk
dijalin, karena sama-sama satu bangsa yaitu Indonesia. Mengingat
pentingnya menjalin hubungan kebangsaan ini Rasulullah SAW.
bersabda “hubbul wathon minal iman” artinya cinta sesama
saudara setanah air termasuk sebagian dari iman.
28
4) Ukhuwah Islamiyah adalahpersaudaraan yang lahir karena
keyakinan Islam yang dipeluk oleh sekelompok orang atau
masyarakat tanpa membedakan golongan, dengan Islam diletakkan
sebagai pedoman bagi kehidupannya. Sama akidahnyalaa ilaaha
illallah maka itu adalah saudara dan harus dijalin dengan sebaik-
baiknya.
Sesama umat Islam adalah saudara dan wajib menjalin terus
persaudaraan di antara sesama umat Islam, marilah yang
saudaradijadikan saudara dan janganlah saudara dianggap sebagai
musuh hanya karena masalah-masalah sepele kecil yang tidak
berarti. Jika dilakukan, maka akan terjadi permusuhan yang pada
akhirnya dapat melumpuhkan kerukunan dan keutuhan bangsa
terutama kerukunan umat Islam sendiri. Menurut Yusuf, (2003:
234) masyarakat Islam yang bersaudara adalah masyarakat yang
satu dalam sumber hukum sekaligus sebagai sumber hidayah yaitu
Al-Qur’an dan Sunnah, memiliki satu idola yaitu Rasulullah SAW.
sebagai uswah khasanah serta tidak berpecah-belah karena
fanatisme golongan, ras, kelas sosial, madzhab sehingga dapat
merongrong persatuan.
Jadi Islam memandang bahwa keempat bentuk ukhuwah itu
sebagai satu kesatuan yang tak terpisahkan dan harus dijalankan
secara seimbang.Sebagai seorang muslim harus berupaya
semaksimal mungkin untuk mengaktualiksasikan keempat macam
29
ukhuwah tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Apabila
keempatnya terjadi secara bersamaan, maka yang harus
diprioritaskan adalah Ukhuwah Islamiyah, karena ukhuwah ini
menyangkut kehidupan dunia dan akhirat.
c. Tingkatan Ukhuwah
1) Kadar ukhuwah umat Islam menurun ke tingkat paling rendah dan
sewaktu-waktu bisa terjadi disintegrasi, manakala masalah-masalah
paham keagamaan ditanggapi tidak dengan pemahaman, melainkan
dengan emosi atau hawa nafsu.
2) Kadar ukhuwah umat Islam dapat mencapai tingkat tinggi dan utuh
serta tidak ada lagi batas minna wa minhum,manakala interaksi
antar kelompok umat Islam dilaksanakan menurut ketentuan Al-
Qur’an dan Hadis (Sjamsudduha, 1999:151).
d. Pentingnya Ukhuwah Dalam Kehidupan
Di tengah-tengah kehidupan zaman modern kerukunan atau
ukhuwah menjadi hal yang sangat penting untuk dibangun demi
terciptanya tatanan masyarakat yang rukun dan damai, menjaga
kerukunan adalah suatu bentuk ketakwaan kepada Allah SWT.
Ada beberapa keutamaan dari ukhuwah yang terjalin antar sesama
umat Islam, diantaranya:
1) Ukhuwah menciptakan wihdah (persatuan)
Sebagai contoh dapat dilihat dalam kisah heroik perjuangan
para pahlawan, bangsa negeri yang bisa dijadikan landasan, betapa
30
ukhuwah benar-benar mampu mempersatukan para pejuang pada
waktu itu. Tidak ada rasa sungkan untuk berjuang bersama, tidak
terlihat lagi perbedaan suku, ras dan golongan, yang ada hanyalah
keinginan bersama untuk merdeka, dan kemerdekaan hanya bisa
dicapai dengan persatuan.
2) Ukhuwah menciptakan quwwah (kekuatan)
Adanya perasaan ukhuwah dapat menciptakan kekuatan
(quwwah) karena rasa persaudaraan atau ikatan keimanan yang
sudah ditanamkan dapat menentramkan dan menenangkan hati
yang awalnya gentar menjadi tegar sehingga ukhuwah yang telah
terjalin dapat menimbulkan kekuatan yang maha dahsyat.
3) Ukhuwah menciptakan mahabbah (cinta dan kasih sayang)
Sebuah kerelaan yang lahir dari rasa ukhuwah yang telah
tertanam kuat dengan baik pada akhirnya memunculkan rasa kasih
sayang antar sesama saudara seiman,yang dulunya belum kenal
sama sekali namun setelah dipersaudarakan semuanya dirasakan
bersama. Inilah puncak tertinggi dari ukhuwah yang terjalin antar
sesama umat Islam (http://cakhakam.blogspot.com, di akses 6
Agustus 2015).
Oleh karena itu, ikatan persaudaraan khususnya antara sesama
mukmin merupakan model persaudaraan yang paling berharga dan
hubungan paling mulia antara sesama manusia. Apabila umat Islam
bisa membangun persaudaraan yang lebih kokoh, tanpa memandang
31
perbedaan akidah dan saling melengkapi satu sama lain, maka agama
Islam akan lebih indah dan bermakna. Seperti dalam sebuah hadits
yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, dikatakan bahwa “hubungan
antara muslim itu bagaikan anggota tubuh yang tidak bisa terpisah
satu sama lain”.
B. Sekilas Sejarah Muhammadiyah dan NU
1. Muhammadiyah
a. Sejarah Muhammadiyah
Nama kecil KH Muhammad Dahlan ialah Muhammad Darwis,
semasa kecilnya, Muhammad Darwis tidak pernah pergi ke Sekolah.
Ayah Darwis sendirilah yang mendidiknya, seperti mengaji sebelum
mengirimkannya ke ulama lain untuk memperdalam agamanya,
kemudian ia menuntut ilmu di Mekkah dan melaksanakan ibadah haji
pada tahun 1890 saat berusia 22 tahun. Setelah melaksanakan haji, ia
berganti nama menjadi Ahmad Dahlan. Ia pernah berguru selama 2
tahun kepada Syekh Ahmad Chatib, ulamakelahiran Bukit Tinggi yang
berkedudukan di Masjid Al-Haram sebagai imam mazhab Syafii.
Ahmad Dahlan juga diperkenalkan kepada Hasyim Asy’ariyang kelak
menjadi pendiri Nahdlatul Ulama (Rusli, 1986: 3).
Organisasi Muhammadiyah didirikan di Yogyakarta pada tanggal
8 Dzulhijjah tahun 1330 Hijriyah atau 18 Nopember 1912 Masehi
(Umar Hasyim, 1990:5). Nama Muhammadiyah mengandung
pengertian sebagai sekelompok orang yang berusaha
32
mengidentifikasikan dirinya atau membangsakan dirinya sebagai
pengikut, penerus, dan pelanjut perjuangan dakwah Rasulullah dalam
mengembangkan tata kehidupan masyarakat. Dengan
demikian,Muhammadiyah dimaksudkan sebagai organisasi yang gerak
perjuangannya ditujukan untuk mengembangkan suatu tata kehidupan
masyarakat sebagaimana dikehendaki Islam (Mulkhan, 1990: 8).
Organisasi Muhammadiyah ini pada mulanya hanya terbatas pada
lingkup Yogyakarta, kemudian berkembang di berbagai tempat Pulau
Jawa, dan pada akhirnya ke seluruh Indonesia. Perkembangan gerakan
Muhammadiyah yang cepat itu didukung oleh tiga faktor, yaitu:
keberadaan K.H.Ahmad Dahlan sebagai anggota yang berpengaruh di
organisasi Budi Utomo (BU), pengaruh kalangan pedagang dari
Sumatera Barat yang beroperasi di Pulau Jawa, sikap K.H.Ahmad
Dahlan sendiri yang akomodatif terhadap pihak-pihak yang
dipengaruhinya. Hal inilah yang menjadikan Muhammadiyah mampu
menjalin hubungan yang baik dengan pihak-pihak lain, sehingga
perkembangan Muhammadiyah pun semakin mengalami peningkatan
(Zudi, 2007: 71)
Organisasi Islam yang mempunyai peranan sangat penting di
Indonesia adalah Organisasi Muhammadiyah. Perjuangannya sangat
gigih dalam menyebarkan misi dakwah pada waktu itu, yang masih
banyak mengerjakan bid’ah dan lain sebagainya yang akan menjauhkan
33
umatnya pada kesyirikan sehingga akan membawa kesesatan pada umat
manusia (Rusli, 1986: 290).
b. Konsep ukhuwah Muhammadiyah
Menurut Amin (1995: 66) konsep ukhuwah Muhammadiyah ini
dikembalikan pada tahuid atau keesaan Allah. Jalan akan lebih mudah
kalau berpegang pada tauhid dan amal shaleh sebagai hal yang pokok
dalam Islam. Perbedaan-perbedaan ajaran agama tidak menjadi masalah
untuk masuk surga selama tidak bertentangan dengan Al-Qur’an dan
Hadits.
Sedangkan bagi KH. Ahmad Dahlan, perbedaan adalah rahmat. Ia
tidak akan mengusik perbedaan yang terjadi di tengah-tengah
masyarakat bila tidak bersinggungan dengan agama Islam. Islam
mengajarkan bagaimana umatnya untuk selalu bersikap dan bertingkah
laku sesuai dengan syariat Islam (M. Sanusi, 2013: 158).
Sebagai seorang muslim seharusnya tidak perlu berdebat soal
dikotomi tradisional atau modern, qunut, tarawih 11 atau 23 rakaat, doa
pakai mengangkat dua tangan atau satu tangan. Semua itu tidak perlu
dipersoalkan yang penting adalah kesamaannya yaitu iman dan amal
shaleh. Kesamaan itulah yang harus menjadi perekat dalam ukhuwah
Islamiyah.
c. Keyakinan dan cita-cita Hidup Muhammadiyah
keyakinan dan cita-cita hidup Muhammadiyah adalah
menyangkut fungsi dan misi Muhammadiyah dalam kehidupan,
34
khususnya di lingkungan masyarakat dan bangsa Indonesia, bahwa
Muhammadiyah mengajak seluruh bangsa Indonesia untuk berusaha
bersama-sama menjadikan suatu negara yang adil, makmur, dan
diridhoi Allah SWT.
Keyakinan dan cita-cita hidup Muhammadiyah sebagai buah
pemikiran dasar Muhammadiyah yang mengandung risalah atau misi
Muhammadiyah,sertapaham Muhammadiyah tentang Islam dan
tanggung jawab Muhammadiyah terhadap Negara Republik Indonesia
yang berfalsafah Pancasila ini diyakini dan menjadi cita-cita hidup
Muhammadiyah (Haedar, 1992: 30). Keyakinan dan cita-cita hidup
Muhammadiyah antara lain sebagai berikut:
1) Muhammadiyah adalah gerakan Islam dan dakwah amar ma’ruf
nahi munkar. Berakidah Islam dan bersumber pada Al-Qur’an dan
Hadis, bercita-cita dan bekerja untuk terwujudnya masyarakat
utama, adil, makmur yang diridhoi Allah SWT. untuk
melaksanakan fungsi dan misi manusia sebagai hamba dan khalifah
Allah dimuka bumi.
2) Muhammadiyah berkeyakinan bahwa Islam adalah agama Allah
yang diwahyukan kepada Rasul-Nya, sejak Nabi Adam, Nuh,
Ibrahim, Musa, Isa, dan seterusnya sampai kepada nabi penutup
yaitu Muhammad SAW. sebagai hidayah dan rahmat Allah kepada
umat manusia sepanjang masa dan menjamin kesejahteraan hidup
materil dan spiritual, duniawi, serta ukhrawi.
35
3) Muhammadiyah dalam mengamalkan Islam berdasarkan Al-Qur’an
dan Hadis.
4) Muhammadiyah bekerja untuk terlaksananya ajaran-ajaran Islam
yang meliputi bidang-bidang akidah, akhlak, ibadah dan muamalah.
5) Muhammadiyah mengajak lapisan bangsa Indonesia yang telah
mendapat karunia Allah berupa tanah air yang mempunyai
kekayaan, kemerdekaan bangsa dan negara Republik Indonesia
yang berdasar Pancasila dan UUD 1945 untuk bersama-
samamenjadikan suatu negara yang adil dan makmur dan diridhoi
Allah SWT.
Menurut Rusli (1998:288) cita-cita hidup Muhammadiyah adalah
pengalaman Islam dalam rangka terjelmanya masyarakat yang mulia. Ia
membawakan suatu simponi wahyu Allah yang terakhir, yang
digemakan oleh nabi Muhammad SAW. yang memberi uswah khasanah
kepada umat manusia (muslimin) untuk mengubah dunia dengan iman,
amal, dan ilmu, serta akhlakul kharimah.
2. Nahdatul Ulama
a. Sejarah Nahdatul Ulama (NU)
Nahdatul Ulama (NU) didirikan oleh para ulama pesantren di
Surabaya Jawa Timur pada tahun 1926. Secara sosiologis-antropologis,
NU berakar kuat pada sendi-sendi paham keagamaan dan tradisi para
kiai serta ulama. Paham dan ajaran para kiai sangat kental mewarnai
36
dasar-dasar pemahaman, bangunan tradisi dan perilaku sosial
keagamaan, dan kebudayaan yang dianut oleh NU (Faisal, 2004: 73).
Sejarah perkembangan NU secara luas bisa dibagi dalam tiga
fase: periode awal sebagai organisasi sosial keagamaan, periode tengah
sebagai partai politik atau menjadi unsur formal dari sebuah partai, dan
periode terakhir kembali ke aktivitas-aktivitas sosial keagamaan (Grek,
1996: 1).
Nahdatul Ulama (NU) adalah organisasi yang dalam hal berfiqih
menganut salah satu madzhab empat, dalam berakidah menganut
Asy’ari Maturidi. Bermazdhab adalah mengikuti salah satu mazdhab.
“Mazdhab” itu sendiri artinya aliran atau jalan, bagi orang NU kalau
tidak mau mengikuti NU berarti bukan orang NU. Sebab, bagi orang
NU beragama harus memakai dasar Al-Qur’an dan Hadis, tidak
sembarang orang boleh diikuti. Para ulama NU bersepakat, imam yang
layak dijadikan sebagai panutan hanya empat mujtahid, sedang
madzhab-madzhab yang sah diikuti oleh orang NU tidak lebih dari
empat madzhab yaitu; Hanafi, Maliki, syafi’i, dan Hambali.
Jadi ajaran Nahdlatul Ulama amat menghargai perbedaan
pendapat dan menjaga jangan sampai umat Islam terpecah-belah
dikarenakan berbeda melakukan ritual syari’ah. Dalam masyarakat,
perbedaan merupakan sebuah perbedaan yang pasti ada. Oleh karena
itu, saling menghargai sangat diperlukan agar hubungan antarsesama
manusia dapat berjalan dengan baik. Sebagai umat Islam, harus tetap
37
menjaga harga diri dan identitas serta sikap sebagai seorang muslim
yang teguh dan baik. Dengan demikian, tugas manusia sebagai
rahmatan lil-alamindapat dilaksanakan dengan baik.
Keberagaman adalah keniscayaan hidup, tidak mungkin dunia
bisa diseragamkan, bahkan dalam suatu komunitas pun susah
memaksakan seluruh manusianya agar sepemikiran atau sepaham
(Ahmad, 2012: 84).Perbedaan merupakan sunatullah yang ditetapkan
Allah SWT. bagi sekalian makhluk-Nya, maka dengan perbedaan itulah
kehidupan di muka bumi ini dapat berlangsung dengan dinamis dan
interaktif. Untuk itulah,umat Islam harus meneladani contoh Rasulullah
SAW. bertoleransi dalam perbedaan yang ada.
b. Ukhuwah Nahdatul Ulama
Nahdatul Ulama dibangun berlandaskan perdamaian (islah).Hal
ini selaras dengan cita-cita pembangunan nasional secara aktif dan
positif bukan sekedar menjalankan tanggung jawab sebagai bangsa tapi
juga untuk melaksanakan kewajiban agama serta untuk merealisasikan
cita-cita (Grek, 1996: 82).
Tiga prinsip utama dalam paham ahlussunah wal jama’ah :
1) Tawasuth
NU memiliki prinsip tawasuthyang dimaksudkan sebagai sikap
tengah, yang berintikan pada prinsip hidup yang menjujung tinggi
keharusan berlaku adil dan lurus di tengah kehidupan bersama dan
menghindari sikap ekstrim.
38
2) Tasamuh
Tasamuh bagi NU diartikan sebagai sikap toleran terhadap perbedaan
pandangan, baik dalam masalah keagamaan, kemasyarakatan, maupun
kebudayaan. NU mengajarkan untuk tidak pernah bersikap keras
apalagi memusuhi umat beragama lain.
3) Tawazun
NU memegang teguh prinsip tawazun yang berarti dalam setiap
gerakan maupun langkahnya harus bersikap seimbang. Sikap ini
menekankan keseimbangan pengabdian manusia terhadap Allah SWT.
dan sesama manusia. Warga NU menyeimbangkan antara
hubungannya dengan Allah serta hubungannya dengan sesama
manusia dan lingkungannya. NU juga memiliki sebuah prinsip, yakni
mempertahankan tradisi lama yang baik dan mengambil tradisi baru
yang lebih baik atau dapat juga diartikan menyelaraskan kepentingan
masa lalu, masa sekarang, dan masa yang akan datang (Nur Khalik,
2010: 463).
c. Basis massa NU
Pembentukan NU sebagai sebuah organisasi keagamaan merupakan
upaya peneguhan kembali sebuah tradisi keagamaan dan sosial.
Lembaga-lembaga pesantren, kiai, santri, jama’ah, serta perkumpulan
tarekat berpaham ahlussunnah wal jama’ah yang tersebar di seluruh
pelosok tanah air sebagai unit-unit komunitas sosial budaya masyarakat
Islam yang telah menjadikan NU lebih mudah dalam melebarkan sayap
39
organisasinya (Zudi, 2007:79). Basis massa NU atau jumlah warga NU
diperkirakan mencapai lebih dari 40 juta orang yang berasal dari beragam
profesi, dan sebagian dari mereka adalah rakyat biasa baik di kota
maupun di desa.
Penyebaran NU di desa-desa pun menunjukkan hal yang
menggembirakan, hal ini dapat dilihat dari jumlah anggota NU yang
semakin bertambah banyak. Mereka tidak hanya berasal dari kalangan
pesantren, tetapi juga masyarakat desa terutama di sekitar pondok
pesantren. Basis massa NU yang paling dominan hingga saat ini memang
masih terkonsentrasi di pondok-pondok pesantren. Hal ini karena NU
lahir dari kalangan pondok pesantren yang pada umumnya terletak di
pedesaan. Namun seiring berjalanya waktu, perkembangan NU mampu
mencakup wilayah pinggiran kota dan kota, kemudian banyak didirikan
pondok pesantren di wilayah perkotaan (Zudi, 2007: 86).
C. Pemahaman Keagamaan antara Muhammadiyah dan NU
1. Paham keagamaan Muhammadiyah
Muhammadiyah menganut paham amar ma’ruf nahi mungkar.
Ma'ruf adalah segala perbuatan yang mendekatkan diri kepada Allah
SWT, sedangkan Munkar ialah segala perbuatan yang menjauhkan diri
dari pada-Nya. Menurut Mulkhan (1990 : 64) agama menurut paham
Muhammadiyah adalah segala perintah dan larangan Allah SWT.yang
merupakan pola pengembangan hidup manusia duniawi dan ukhrawi.
Sedangkan, urusan dunia adalah segala masalah kehidupan manusia yang
40
tidak dijelaskan secara detail baik dalam Al-Qur’an dan Hadis. Jadi,
masalah dunia adalah masalah yang dipercayakan kepada kreativitas
manusia, dan Muhammadiyah adalah gerakan Islam dan dakwah amar
ma’ruf nahi mungkar berakidah Islam yang bersumber pada Al-Qur’an
dan Hadis.
Kata Muhammadiyah berasal dari kata Muhammad yaitu nama
Rasulullah SAW. artinya bahwa Muhammadiyah merupakan organisasi
yang mengikuti jejak perjuangan nabi Muhammad SAW. Sebagai
gerakan dakwah, Muhammadiyah mengajak umat manusia untuk
memeluk agama Islam, menyuruh pada yang ma’ruf dan mencegah dari
yang munkar sehingga hidup manusia selamat, bahagia, dan sejahtera di
dunia dan akhirat. Maka, seluruh warga, pimpinan hingga berbagai
komponen yang terdapat dalam Muhammadiyah, termasuk amal usaha
dan orang-orang yang berada di dalamnya, haruslah memahami
Muhammadiyah serta mengaktualisasikannya dalam kehidupan nyata.
Seperti yang dijelaskan dalam Al-Qur’an, QS.Ali Imran [3]: 104
Artinya : Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang
menyeru kepada kebajikan,menyuruh kepada yang ma'ruf
dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang
yang beruntung.(QS.Ali-imron [3]: 104)
41
Ayat tersebut, menurut para tokoh Muhammadiyahmengandung
isyarat agar umat Islam dalam menjalankan dakwah secara terorganisasi dan
menjadi umat yang bergerak dalam kebajikan.
2. Paham keagamaan Nahdlatul Ulama
Nahdlatul Ulama menganut paham ahlussunah waljamaa’ah,
sebuah pola pikir yang mengambil jalan tengah, karena itu sumber
pemikiran bagi NU tidak hanya Al-Qur’an dan Hadis, tetapi juga
menggunakan kemampuan akal dan realita. ASWAJA (ahlusunnah wal
jama’ah) terbentuk dari tiga kata dasar yakni,Ahl, al-Sunnah, dan al-
Jama’ah. Dari kamus al-Munawwir, Ahl berarti family atau kerabat, al-
Sunnah berarti perilaku, dan al-jama’ah berarti kelompok (Badrun,
2000: 23). Menurut Zudi, (2007: 97) ahlussunnah berarti penganut
sunnah nabi Muhammad SAW. dan wal jama’ah adalah penganut
i’tiqad (kepercayaan) jama’ah sahabat-sahabat nabi Muhammad SAW.
Menurut istilah adalah kaum yang menganut i’tiqad yang dianut oleh
nabi Muhammad dan para sahabatnya.Sedangkan, menurut Fattah
(2006: 7) ahlusunnah wal jama’ah terdiri dari kata ahlun yang artinya
golongan, sunnah artinya hadits, dan jama’ah artinya mayoritas,
maksudnya adalah golongan orang-orang yang ibadah dan tingkah
lakunya selalu berdasarkan pada Al-Qur’an dan Hadis, sementara
pengambilan hukum Islamnya mengikuti mayoritas ilmu fiqh (sebagian
besar ulama ahli hukum Islam).
42
Nahdlatul Ulama menerapkan ahlussunah wal jama’ah sebagai
pemahaman keagamaan dengan metode yang komprehensif, yakni
dengan memadukan antara wahyu dan akal yang mencakup seluruh
aspek kehidupan. Dengan metode ini, NU merumuskan tiga prinsip
utama dalam paham ahlussunah wal jama’ah yang dianut oleh NU,
yaitu: tawasuth, tawazun, dan tasamuh (Zudi, 2007: 103).
Dalam menjalankan ritual agamanya warga NU menganut satu
dari madzhab empat: Hanafi, Maliki, Syafi’i, dan Hambali. Empat
ulama tersebut telah diakui para ulama di seluruh dunia bahwa mereka
sangat mumpuni dan termasuk tingkatan mujtahid karena kedalaman
ilmu agamanya, mereka berhak mengambil ketentuan ijtihad atas
hukum Islam dari sumbernya, yakni Al-Qur’an dan Hadits.
Dari pemahaman-pemahaman tersebut yang sering menyebabkan
munculnya perbedaan pendapat adalah :
1) Adanya paham-paham keagamaan yang dianggap sebagai kebenaran.
2) Kebenaran paham keagamaan yang dipegangi secara kukuh oleh
kelompok-kelompok masyarakat tersebut menyebabkan mereka
merasa paling benar
3) Kelompok yang berbeda paham keagamaan itu bersaing
menawarkan kebenaran pahamnya kepada orang-orang yang belum
menganutnya.
D. Prinsip-prinsip Keberagamaan Muhammadiyah dan NU
43
1. Dasar-dasar keberagamaan Muhammadiyah
Muahammadiyah dalam mengamalkan Islam berdasarkan pada
Al-Qur’an dan Hadis dengan menggunakan akal fikiran sesuai dengan
ajaran Islam. Penggunaan akal fikiran hanya untuk mengembangkan
pemahaman dan pengalaman ajaran Al-Qur’an dan Hadis. Sedangkan,
Menurut Haedar (1992: 104) ulama-ulama pada zaman dahulu
menunjuk Al-Qur’an, Hadis, Ijma’, dan Qiyas sebagai sumber ajaran
Islam, maka majlis tarjih berpendirian hanya Al-Qur’an dan Hadis yang
menjadi sumber ajaran Islam, selebihnya masuk ke dalam ijtihad.
Dengan demikian, ijtihad di lingkungan Islam menurut Muhammadiyah
mutlak diperlukan.
1) Bidang Akidah, Muhammadiyah mengikuti ahlusunnah wal jama’ah.
tetapi tidak dibatasi dengan kriteria Nahdlatul Ulama (NU), dan
Muhammadiyah bersumber kepada Al-Qur’an dan Hadis. Akal
diperlukan untuk mengukuhkan kebenaran Nash (Al-Qur'an dan
Hadis ), bukan untuk mentakwil ajaran akidah yang memang di luar
jangkauan akal.
2) Di bidang Fiqih, Muhammadiyah berfiqih namun tidak dibatasi oleh
madzhab.
3) Di bidang tasawuf, Muhammadiyah tidak terlembagakan dalam
tasawuf .
44
4) Di bidang Ijtihad, tidak dibatasi oleh hasil pemikiran ulama
terdahulu, maka langsung merujuk kepada Al-Qur’an dan sunnah,
serta ada lembaga tarjih.
2. Dasar-dasar paham keagamaan Nahdlatul Ulama (NU)
Menurut Nur Khalik (2010: 462) Nahdlatul Ulama mendasarkan
paham keagamaannya pada sumber ajaran agama Islam yaitu Al-
Qur’an, Sunnah, Ijma’, dan Qiyas. Dalam memahami dan menafsirkan
Islam dari sumber-sumbernya, NU mengikuti paham ahlussunnah wal
jama’ah dan menggunakan jalan pendekatan madzhab, antara lain
sebagai berikut:
1) Di bidang akidah, Nahdlatul Ulama mengikuti ahlussunnah wal
jama’ah yang dipelopori oleh Imam Abu Hasan al-Asy’ari dan Imam
Abu Manshur al-Maturidi.
2) Di bidang fiqih, Nahdlatul Ulama mengikuti jalan pendekatan (al-
madzhab) salah satu dari madzhab Abu Hanifah, Imam Malik bin
Anas, Imam Muhammad bin Idris Asy-Syafi’I, dan Imam Ahmad
bin Hanbal.
3) Di bidang tasawuf, mengikuti antara lain Imam al-Junaid al-
Baghdadi, dan Imam al-Ghazali serta imam-imam yang lain.
4) Di bidang Ijtihad, merujuk kepada hasil ijtihad atau pemikiran
ulama-ulama tertentu maka disitu ada lembaga bahtsul masail.
45
Sebagai suatu organisasi keagamaan dan kemasyarakatan, NU
memiliki prinsip yang berkaitan dengan upaya untuk memahami dan
mengamalkan serta melaksanakan ajaran Islam, baik yang berhubungan
dengan komunikasi (vertikal) dengan Allah SWT. maupun komunikasi
(horizontal) dengan sesama manusia. Nahdlatul Ulama mengikuti
pendirian, bahwa Islam adalah agama yang fitri, yang bersifat
menyempurnakan segala kebaikan yang sudah dimiliki manusia.
Seperti halnya dalam tabel berikut :
Aspek Muhammadiyah Nahdlatul Ulama
Akidah Ahlusunnah wal jama’ah
tetapi tidak dibatasi dengan
kriteria di atas
Ahlusunnah wal jama’ah
Fiqih Berfiqih tapi tidak dibatasi
oleh madzhab
mengikuti salah satumadzhab
Tasawuf Tidak terlembagakan dalam
tasawuf dan thariqot
Mengikuti imam al-Junaid al
Baghdadi dan imam ghazali
Ijtihad Tidak dibatasi oleh hasil
pemikiran ulama terdahulu
(langsung merujuk kepada
Al-Qur’an dan sunnah) dan
ada lembaga tarjih
Merujuk kepada hasil ijtihad atau
pemikiran ulama-ulama tertentu
maka disitu ada lembaga bahtsul
masail
46
BAB III
LAPORAN HASIL PENELITIAN
A. Letak Geografisdusun Honggosari desa Jogonegoro
1. Keadaan Monografi
Desa Jogonegoro terdiri dari 9 dusun dan dusun Honggosari adalah
salah satunya. Desa Jogonegoro merupakan salah satu desa yang terletak di
kecamatan Mertoyudankabupaten Magelang.
Adapun dusun-dusun yang berbatasan dengan dusun Honggosari
sebagai berikut.
1) Sebelah utara :dusun Soroyudan.
2) Sebelah Selatan : perumahan Laguna.
3) Sebelah Timur : desa Sukorejo.
4) Sebelah Barat : dusun Kemaran.
Luas dusun Honggosari ± 5 ha yang terdiri dari 4 RT yaitu RT 01, RT
02, RT 03, RT 04.
2. Keadaan Demografi
Menurut data bulan April 2015, penduduk dusun Honggosari terdiri
dari 205 kepala keluarga dengan jumlah 660 jiwa, dari jumlah tersebut
terbagi 316 jiwa berjenis kelamin laki-laki dan 344 jiwa berjenis kelamin
perempuan. Di bawah ini adalah deskripsi penduduk dusun Honggosari desa
Jogonegoro kecamatan Mertoyudan kabupaten Magelang berdasarkan data
yang diperoleh dari kantor kelurahan desa Jogonegoro.
47
Tabel 3.1.
Jumlah penduduk menurut kelompok umur
No Uraian / Jenis Data jumlah Satuan
1. Jumlah Penduduk 660 Orang
a. Laki-laki 316 orang
b. Perempuan 344 orang
No Kelompok Umur Jumlah satuan
1 0-4 tahun 53 Anak
2 5-9 tahun 49 Anak
3 10-14 tahun 49 Anak
4 15-19 tahun 49 Anak
5 20-24 tahun 58 Orang
6 25-29 tahun 45 Orang
7 30-34 tahun 70 Orang
8 35-39 tahun 56 Orang
9 40-44 tahun 36 Orang
10 45-49 tahun 40 Orang
11 50-54 tahun 47 Orang
12 55-59 tahun 33 Orang
13 60-64 tahun 30 Orang
14 65-69 tahun 12 Orang
15 70-74 tahun 18 Orang
16 75tahun ke atas 15 Orang
Jumlah 660 Orang
Sumber: Dokumen dusun Honggosari
3. Keadaan Keagamaan
Masyarakat dusun Honggosari semua beragama Islam, namun
terdapat dua paham yaitu Muhammadiyah dan NU. Adapun paham yang
dianut oleh masyarakat dusun Honggosari adalah sebagai berikut:
Tabel 3.2
Data Pemeluk Agama
48
No Agama Pemahaman Prosentase
1
ISLAM
Muhammadiyah
40%
NU
60%
Sumber: Dokumen dusun Honggosari
4. Keadaan Pendidikan dan Mata Pencaharian
Dusun Honggosari ini letaknya sangat strategis, dusun ini dekat
dengan kantor walikota Magelang, Artos, dan kota Magelang. Maka,
masyarakat dusun Honggosari ini memiliki motivasi untuk memperoleh
pendidikan sangat besar, hal ini terbukti bahwa masyarakat dusun
Honggosari telah dinyatakan bebas dari tiga buta sejak 1990. Hal ini berarti
bahwa para orang tua memiliki kemauan yang tinggi untuk memasukkan
anak-anaknya ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi walaupun harus ke
luar kota.
Eksistensi pendidikan merupakan satu hal penting yang harus
dipenuhi oleh setiap orang untuk memajukan tingkat kesejahteraan
masyarakat pada umumnya dan tingkat perekonomian pada khususnya.
Pendidikan membentuk dasar dari setiap masyarakat, karena pertumbuhan
masyarakat tergantung pada kualitas pendidikan yang disampaikan. Dengan
tingkat pendidikan yang tinggi maka akan memacu pemikiran masyarakat
yang maju. Pendidikan biasanya akan mempertajam pola pikir individu
sehingga mudah menerima informasi dan tidak gagap teknologi.
Menurut tingkat pendidikan yang ditempuh oleh penduduk dusun
Honggosari dapat digambarkan sebagai berikut :
49
Tabel 3.3.
Pendidikan Masyarakat
No Jenis Pendidikan Jumlah
1 Universitas D4/S1/S2 32
2 Diploma I/ II/ III 26
3 SMA 75
4 SMK 79
5 SMP 146
6 SD 141
7 Tidak/ belum tamat SD 64
8 Tidak/ belum pernah sekolah 67
Sumber: Dokumen dusun Honggosari
Adapun sarana pendidikan yang ada di dusun Honggosari
Tabel 3.4.
Sarana Pendidikan
No Jenis Sarana Jumlah Jumlah Murid
1 PAUD Aisyiyah 1 32
2 TK Aisyiyah 1 78
Sumber: Dokumen dusun Honggosari
Perekonomian masyarakat dusun Honggosari dapat digolongkan
maju, terbukti sebagian besar masyarakat bermata pencaharian sebagai
pegawai negeri, pedagang, buruh dan petani.
Adapun pekerjaan menurut lapangan usaha
Tabel 3.5
Pekerjaan menurut lapangan usaha
No Pekerjaan Menurut Lapangan Usaha Jumlah
1 Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, dan Perikanan 14 Orang
2 Pertambangan dan Penggalian 4 Orang
3 Industri Pengolahan 45 Orang
4 Listrik, Gas, dan Air bersih 4 Orang
5 Bangunan 45 Orang
50
6 Perdagangan Besar, Eceran, Rumah Makan dan hotel 51 Orang
7 Angkutan Penggudangan dan Komunikasi 2 Orang
8 Keuangan, Asuransi, Usaha Sewa Bangunan, Tanah,
dan Jasa Perusahaan
4 Orang
9 Jasa kemasyarakatan 18 Orang
10 Rumah Usaha 8 Orang
11 Lain-lain 127Orang
Sumber: Dokumen dusun Honggosari
B. Keadaan Sosial Kemasyarakatan Agama
1. Keadaan Masjid
Dahulunya dusun Honggosari ini tidak mempunyai masjid sendiri,
masyarakat dusun ini ketika sholat berjamaah khususnya sholat jum’at di
Kemaran, kemudian mbah Abdurrahmanmewaqofkan tanah didusun
Honggosari. Setelah itu, Bapak Muhsalim dan Bapak Ahmad Mastur
mempunyai inisiatif untuk membangun masjid sendiri di dusun Honggosari.
kedua orang tersebut
kemudian silaturahmi
kepada kakaknya dan
meminta pendapat untuk
membuat masjid sendiri.
Setelah dirundingkan,
kemudian datang kepada
Bapak Sholehan Ihsan untuk meminta restu, dan pada akhirnya pada tahun
1932 mulai mengumpulkan bahan-bahan untuk membangun seperti kusen,
pasir, batu bata, dan lain-lain. Kemudian, pada tanggal 10 April 1938 resmi
dibuat karena dirasa dana sudah mencukupi dan pada tahun 1975 baru diberi
nama AL-Mubarok oleh Mas Salim yang artinya memberkahi.
51
Masjid tersebut memiliki 7 kubah, karena yang mewaqofkan tanah
tersebut 7 bersaudara dan masjid ini juga menjadikan kerukunan antara
warga Muhammadiyah dan NU di dusun Honggosari. Sebab, 7 kubah yang
dimaksud di sini mempunyai arti satu keturunan, 7 bersaudara tersebut
melahirkan generasi baru yaitu anak dan cucu yang juga bertempat tinggal
di dusun Honggosari. Jadi, 45 % masyarakat yang ada di dusun Honggosari
ini, masih kerabat keluarga dan di dalam keluarga tersebut juga terdapat dua
paham yaitu Muhammadiyah dan NU, sehingga menjadikan dusun ini rukun
dan damai karena warganya mayoritas masih kerabat keluarga dan
mayoritas dari keluarga tersebut menjadi tokoh masyarakat di dusun ini.
Seperti halnya yang di ungkapakan Bapak Fauzi,
“kebetulan 45 % tokoh-tokoh yang ada di sini juga keluarga semua.
Cikal bakal dusun Honggosari ini kan mbah-mbah saya, ya kebetulan
pahamnya mbah-mbah saya di sekolahkan di Muhammadiyah. Jadi,
kerukunan sudah tertanam sejak dulu”.(wawancara halaman 14)
2. Keadaan TPA (Taman Pendidikan Al-Qur’an)
Taman pendidikan Al-Qur’an merupakan lembaga atau kelompok
masyarakat yang menyelenggarakan pendidikan non formal Islam yang
bertujuan untuk memberikan pengajaran Islam seperti membaca Al-Qur’an
dan memahami dasar-dasar Islam. Dahulunya di dusun Honggosari ada
lembaga TPA yang berada di Masjid Al-Mubarok, TPA ini sangat maju dan
berkembang. Anak-anak dusun Honggosari sangat antusias untuk menimba
ilmu di TPA tersebut. Mereka sangat senang dan gembira karena di TPA
tersebut, selain banyak teman, mereka juga mendapatkan ilmu.
52
Ustadz dan
ustadzah di TPA
ini berasal dari
dusun Honggosari
juga yang ditunjuk
oleh takmir untuk
mengajar atas
sukarela. Namun, lambat laun TPA tersebut mulai surut, dikarenakan ustadz
dan ustadzah yang mengajar semakin berkurang hingga pada akhirnya
tinggal satu orang yang masih bertahan sampai sekarang. Hal tersebut
dikarenakan para pengajar semakin lama merasa bahwa mereka perlu uang
untuk memenuhi kebutuhannya sehingga lama-kelamaan para pengajar
berhenti dari TPA tersebut. Semua itu tidak dapat dipungkiri, bahwa semua
manusia pasti mempunyai kebutuhan, dan untuk mencukupi kebutuhannya
mereka membutuhkan uang.
Seperti halanya yang diungkapkan Bapak Safrudin :
”Saya kecewa mbak, dulu TPA Honggosari sangat makmur hampir
30-40 anak ikut di TPA tersebut, tapi sekarang kurang lancar
dikarenakan faktor dari pengajarnya. Saya usul kepada ketua takmir,
jadi gini yang namanya perjuangan kalau tidak di managemen
dengan baik kadang-kadang capek, tolong cari ustadz tapi di gaji tiap
bulan. Tapi takmir tidak setuju karena menurutnya ustadz adalah
pejuang dan menjadi pejuang itu harus ikhlas. Dalam hati saya mbak
berkata, di dunia ini siapa to yang ikhlas karena sekarang ini
kebutuhan sudah macam-macam. Kalau menurut saya, carikan guru
yang berkulitas tapi di gaji jadi sebenarnya TPA di sini menjadi
pecah beberapa tempat karena faktor pengajar yang tidak digaji dan
akhirnya muridnya juga ikut bubar.”(wawancara halaman 8)
53
Setelah TPA di
dusun Honggosari
sudah tidak bisa di
pertahankan, kemudian
terpecah menjadi tiga
pusat, salah satunya
TPA yang berada di
Rumah Bu Syamhari yang dikelola oleh pemilik TPA sendiri. TPA ini
dikelola juga atas dasar sukarela. TPA ini dimulai pukul 15.00 – 16.30 WIB.
C. Struktur Organisasi Muhammadiyah dan NU
Untuk mencapai tujuan yang optimal dalam melaksanakan tugas
diperlukan organisasi yang baik. Organisasi dalam arti yang luas adalah
badan yang mengatur segala urusan untuk mencapai tujuan. Untuk mencapai
tujuan tersebut, maka diperlukan organisasi yang teratur. Adapun organisasi
kepengurusan Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama di dusun Honggosari
kecamatan Mertoyudan adalah sebagai berikut :
Susunan dan Personalia
Pengurus ranting Muhammadiyah Jogonegoro
Periode Muktamar 46; 2011-2016
Penasehat : 1. H. Achroji
2. H.Thohari Syamhari, BA
Ketua I :Zaenal Arifin, A.Ma.Pd
54
Ketua II : Hilal Muhtar, S.Ag
Sekertaris I : M.Irwanto, S.Pd.,MM.Pd
Sekertaris II : H.Masruri, S.Pd
Bendahara I : H.Purwanto, SH
Bendahara II : Suwardi
Bidang-bidang :
A. Bidang Dakwah : 1. H.Fatoni, BA
2. H.Achin
B. PKS/ Pembangunan : 1. Suwardi
2. H. Edi Suyanto
C. Wakaf : 1. H. Maryadi
2.Bambang Sukirman
3. M. Yasir
D. Kader : 1. H. Rasyid Ridho
2. Faesal Reza
3. Sulistyo
E. Pendidikan :1.H.M.Syafaat Haryanto,BA
2. Edy M. Fauzi
3. M. Zaeny, S.Pd
F. Humas : Bakin
55
Susunan Pengurus
Ranting Nahdlatul Ulama Jogonegoro
Kecamatan Mertoyudan
A. Pengurus Syuriah
I. Mustasyar : 1. K.H. Nahrowi
2. K.H. Mahmudi
3. Ky. Abdul Azis
II. Rois Syuriah
Wakil Rois : Ky. Muflikhun
Wakil Rois : K.H. Sirojul Munir
Wakil Rois : Ky. Muhtar Arifin
III. Katib Syuriah : Ky. Yasak
Wakil Katib : Ky. Asrofi
Wakil Katib : Ky. Muhadi
IV. Akwan Syuriah : 1. H. Slamet
2. Ky. Subandi
3. Zubaedi
B. Pengurus Tanfidziyah
I. Ketua : H. Afif Ardani
Wakil Ketua : Purhadi BA.
56
Wakil Ketua : Anwar Sofyan
Sekertaris : Ngelman Efendi
Wakil Sekertaris : Ghufron
Bendahara : Warasudin Santoso
Wakil Bendahara : M. Khabib
D. Kegiatan Bersama antara Warga Muhammadiyah dan NU
1. Kegiatan sosial warga Honggosari baik Muhammadiyah maupun NU.
Adapun kegiatan yang sifatnya sosial antara lain :
a. Kerja bakti dusun Honggosari yang dilaksanakan satu bulan sekali setiap
hari minggu
b. Selapanan dusun Honggosari yang dilaksanakan 35 hari satu kali yang
bertempat di Masjid dan acara ini diwajibkan untuk warganya sebagian
membawa nasi serta lauk pauk dan sebagian membawa uang.
2. Kegiatan keagamaan warga Muhammadiyah
a. Kumpulan RT/ PKK dengan tausiyah dari ibu-ibu PKKyang
dilaksanakan 2 minggu sekali setiap malam jum’at .
b. Pengajian ibu-ibu aisiyah yang dilaksanakan setiap jum’at kliwon di
gedung Muhammadiyah Soroyudan.
c. Tafsir Al-Qur’an yang dilaksankan setiap malam selasa di Masjid Al-
Mubarok yang dipimpin oleh Bp.H.Tohari Syamhari.
d. Pertemuan organisasi Muhammadiyah yang dilaksanakan setiap 1 bulan
sekali.
57
3. Kegiatan keagamaan warga NU
a. Kumpulan RT/ PKK dengan tausiyah dari ibu-ibu PKK yang dilaksankan
2 minggu sekali setiap malam jum’at.
b. Berjanji atau dzibaan yang dilaksanakan setiap malam jum’at.
c. Pertemuan organisasi NU yang dilaksanakan setiap 1 bulan sekali.
E. Kerukunan dan Upaya Peningkatan Umat Islam di Dusun Honggosari
1. Kerukunan di Masyarakat
Kondisi keagamaan masyarakat dusun Honggosari ini seluruh
masyarakatnya memeluk agama Islam dengan dua paham agama yang
berbeda yaitu Muhammadiyah dan NU, kondisi sosial masyarakat nampak
sangat baik, dengan terciptanya kerukunan yang harmonis dalam
masyarakat.
a. Tokoh masyarakat- dusun Honggosari
Di dusun Honggosari, seorang tokoh masyarakat tidak hanya diakui
sebagai pemimpin untuk menjaga dan melestarikan desanya yang telah
dipimpin, tetapi juga dianggap masyarakat sebagai bapak dari
masyarakatanya. Sebagai seorang pemimpin sekaligus seorang bapak
yang memiliki pengaruh tinggi pada kesejahteraan masyarakatnya, tokoh
masyarakat juga disegani, dihormati, dan dipatuhi.
Kerukunan masyarakat yang ada di dusun Honggosari ini dalam
bidang sosial berupa kerjasama antar warga, seperti kerjabakti dan
gotong-royong. Dalam kehidupan bermasyarakat, tokoh masyarakat
58
berupaya untuk mempereratkan semua penduduk agar saling mengenal
satu sama lain, dengan cara memberikan arahan untuk hidup rukun serta
memberi contoh yang baik, sehingga hubungan mereka jauh lebih baik
lagi dan saling mengenal lebih dekat walaupun berbeda paham, hal
tersebut dilakukan agar tidak ada yang bermusuhan.
Dalam dunia kehidupan bermasyarakat, tokoh masyarakat
menempati stratifikasi sosial serta mempunyai kharismatik sebagai
seorang pemimpin. Maka, sebagai orang yang dituakan harus menjaga
kewibawaannya di masyarakat sebagai contoh dan suri tauladan yang
baik untuk rakyatnya. Seperti halnya yang diungkapakan Bapak Fauzi,
“ya pertama dari figur kepemimpinan mbak, orang itu kalau
memberi contoh yang baik, maka di bawahnya pun juga akan ikut
baik. Tapi kalau yang di atas sering ngompor-ngompori yang tidak
baik, ya itu jelas malah menanamkan kebencian, apalagi kan ada
dua kubu mbak. Apabila tokoh-tokoh yang dituakan memberi
contoh yang tidak baik otomatis akan menjadikan yang tidak baik
dan membentuk gep”.(wawancara halaman 14)
Sehingga hubungan kerukunan pemimpin dan masyarakatnya di
dusun Honggosari tetap berjalan dengan baik dan sesuai dengan perintah
Islam.
b. Tokoh agama – masyarakat Honggosari
Dalam menjaga kerukunan antar umat Islam, yang dilakukan oleh
tokoh agama, baik tokoh Muhammadiyah maupun tokoh NU adalah
menjaga hubungan baik antar sesama umat Islam. Ajaran agama Islam di
masyarakat muslim yaitu saling toleransi dan berbuat baik.
59
Sebagai umat Islam hendaknya saling menghormati dan tolong-
menolong, tidak pandang bulu dalam membantu umat Islam yang
berbeda paham. Organisasi masyarakat baik Muhammadiyah atau NU itu
hanyalah sebuah organisasi yang pengikutnya dalam memahami
ajarannya berbeda-beda. Namun hal tersebut tidak menjadikan
perselisihan. Maka, wujudkanlah kerukunan dengan menerima perbedaan
yang ada”.
Hidup satu keluarga dengan keyakinan yang berbeda itu luar biasa.
Tidak ada konflik yang terjadi di dusun Honggosari ini, mereka hidup
berdampingan dengan tentram dan damai.
Tokoh agama NU juga mengatakan bahwa:
“gini mbak yang namanya organisasi apapun adalah sebuah
jembatan menuju ke Sana intinya semua kan Sana mbak. Dan
perbedaan adalah sebuah rahmah, rahmah adalah suatu anugrah.
Jadi, perbedaan jangan di jadikan satu-satunya perselisihan tapi
menambah wawasan. Kita harus syukuri dengan syarat saling
menghormati dan tidak usah merasa paling benar, paling
pintar”.(wawancara halaman 7)
c. Kerukunan masyarakat Honggosari
Dalam perspektif Islam, kerukunan merupakan ajaran Islam yaitu
hubungan manusia untuk memelihara kemaslahatan dan menghindarkan
dari kemadharatan, serta memelihara keserasian antara satu dengan yang
lainnya dalam rangka menciptakan kedamaian yang didasarkan pada
persaudaraan. Kehidupan kerukunan yang terjadi di dusun Honggosari
ini, semua masyarakatnya menganut agama Islam, akan tetapi ada paham
yaitu Muhammadiyah dan NU. Maka, untuk menjaga hubungan antara
60
keduanya diperlukan sikap toleransi di masyarakat seperti halnya ketika
sholat berjamaah, mereka sholat bersama di Masjid walaupun ada
perbedaan paham di antara mereka. Seperti halnya yang dikatakan Bu
Muslimah,
“ya saya ikut sholat berjamaah mbak di Masjid dengan pak Tohari,
ya sebetulnya juga agak sulit bagi keyakinan saya. Tapi saya
niatnya untuk jama’ah saja, pasrah bongkoan saja”.(wawancara
halaman 34)
Kerukunan tersebut juga dilatarbelakangi oleh kegiatan-kegiatan
yang dilakukan antara warga Muhammadiyah dan NU. Misalnya, sholat
fardhu berjamaah di Masjid Al-Mubarok, pengajian bersama, PKK,
karang taruna, bersih-bersih masjid bersama, kerjabakti, dan peringatan
hari-hari besar Islam, seperti: Isro’ Miroj, syawalan, nyadran, pengajian
silaturahmi. Dengan adanya kegiatan-kegiatan tersebut, maka warga
dusun Honggosari ini dapat mempererat tali silaturahmi dan terus dapat
menjaga kerukunan yang sudah tebina sejak dahulu.
2. Upaya peningkatan kerukunanmasyarakat Honggosari
Upaya yang dilakukan oleh tokoh masyarakat, seperti tokoh agama
dan kepala desa yang kebetulan bertempat tinggal di dusun Honggosari ini,
mereka berusaha untuk meningkatkan kerukunan umat Islam yang berbeda
prinsip pemahaman dengan berbagai cara diantaranya, sebagai berikut :
a. Upaya peningkatan kerukunan yang dilakukan oleh tokoh masyarakat
Pak Fauzi yang menjabat sebagai kepala desa Jogonegoro yang
kebetulan tinggal di dusun Honggosari ini berusaha meningkatkan
kerukunan pada warganya, dengan cara sering berkunjung dan bermain
61
di lingkungannya untuk menjalin silaturahim pada warganya dan
membangun komunikasi yang lebih baik. Usaha lain yang
dilakukannyauntuk meningkatkan kerukunan sesuai dengan programnya
adalah melakukan kerjabakti bersama seluruh masyarakat desa
Jogonegoro.
“Semua dalam hal sosial bersama-sama mbak. Apalagi saya
pemimpin di sini, ya misal ada kerjabakti ya kita bersama-sama,
selain itu saya juga kadang-kadang berkunjung ke wilayah-wilayah
lain yang masih lingkup desa Jogonegoro, ya untuk menjalin tali
silaturahmi”.(wawancara halaman 12)
Dengan upaya yang dilakukannya tersebut, maka dapat
mempererat hubungan antara warga Muhammadiyah dan NU, tanpa
harus membedakan antar satu dengan yang lainnya,serta saling memiliki
toleransi yang tinggi. Dari pernyataan di atas, tercermin bahwa seorang
tokoh masyarakat berusaha untuk menanamkan sikap toleransi antar
sesama umat Islam.
b. Upaya peningkatan kerukunan yang dilakukan tokoh agama
Untuk meningkatkan kerukunan setiap harinya yang dilakukan
ustadz Tohari sebagai tokoh agama Muhammadiyah adalah menjaga
hubungan dengan baik pada anggota masyarakat setiap harinya. Seperti
halnya yang diungkapkan Bapak Tohari,
“untuk menjaga kerukunan ya dengan cara mengadakan
pengajian-pengajian, jadi ketika saya mengisi pengajian tidak
pernah berkata bahwa kalau menurut Muhammadiyah ajarannya
seperti ini sedangkan menurut NU ajarannya seperti ini Tapi
qur’annya ini lho dan hadisnya ini lho. Jadi, marilah kita ngaji
trus sampai ketemu dalam satu titik”.(wawancara halaman 5)
62
Sedangkan, upaya peningkatan kerukunan yang dilakukan oleh
tokoh masyarakat adalah berusaha menjaga hubungan dengan
masyarakat, khususnya masyarakat di dusun Honggosari, karena di
mana-mana yang namanya seorang pemimpin pasti berada di depan. Jadi,
sebagai orang yang berada di depan harus tanggap dan memberi contoh
yang baik kepada orang-orang yang ada di belakangnya, serta harus sigap
dan tanggap akan masalah yang ada.
“Kita harus tanggap mbak, jika ada rakyat kelakuannya kurang
baik maka harus ditegur. contoh ketika di kampung kok ngebut
naek motor ya saya tegur, soalnya kalau tidak langsung ditegur
maka akan menjadi kebiasaan”.(wawancara halaman 10)
F. Temuan Penelitian
Setelah melaksanakan wawancara dengan beberapa informan,maka peneliti
memperoleh data sebagai berikut:
Keadaan warga Muhammadiyah dan NU di dusun Honggosari rukun
dan baik dalam masalah keagamaan maupun sosial. Organisasi masyarakat
hanya merupakan jembatan untuk mencari ridho Allah SWT. Kerukunan
dusun Honggosari ini terbentuk dalam bidang keagamaan serta sosial.
Tokoh masyarakat seperti kepala desa merupakan orang yang dipercaya
untuk memimpin lingkungannya. Pemimpin dan panutan yang berada di
strata atas ini merupakan bapak serta panutan bagi masyarakat sebagai
contoh, yaitu seorang guru yang harus dihormati serta ditaati oleh murid-
muridnya.
63
Tokoh masyarakat yang lain, seperti tokoh agama merupakan figur
yang dapat diteladani dan dapat membimbing masyarakatanya, sehingga apa
yang diperbuat oleh mereka akan dipercayai dan diikuti secara taat. Tokoh-
tokoh beragama sangat berperan dalam membina umat beragama, maka
harus ditingkatkan pengetahuan dan wawasannya dalam pengetahuan
agama. Jika pemuka-pemuka agama tidak bisa memahami dan meneladani
perbedaan dan persamaan antar pemahaman agama yang ada, maka akan
timbul kasus-kasus yang mengakibatkan konflik intern umat beragama,
yang di manfaatkan oleh golongan ekstrim dalam bentuk adu domba atau
memecah-belah.
Dalam meningkatkan kerukunan yang dilakukan para tokoh agama
yaitu saling menjaga hubungan baik, saling menyapa setiap harinya antara
tokoh agama dan masyarakat yang memilki keyakinan paham yang berbeda
agar tidak terjadi permusuhan, serta saling toleransi antar sesama. Toleransi
sangat dibutuhkan karena semua manusia sebagai makhluk sosial yang
mempunyai ketergantungan terhadap orang lain, sehingga mendambakan
kedamaian, tanpa toleransi tidak mungkin ada kedamaian. Rasa tentram dan
susana saling menghormati merupakan kegiatan yang jelas diperlukan dalam
kehidupan beragama, karena hal itu memungkinkan umat Islam untuk
melaksanakan ajaran agamanya dengan sebaik-baiknya. Arti toleransi
banyak yang memberikan penafsiran, tetapi inti dari toleransi adalah
menerima perbedaan yang ada, selain itu juga menghargai dan menghormati
64
perbedaan yang ada baik itu masalah agama atau keyakinan, ekonomi,
sosial, serta pendidikan.
Agama menjadi pondasi utama, sebab agama memiliki nilai-nilai
positif yang dapat mengikat dan merekatkan berbagai komunitas sosial
walaupun berbeda pemahaman, suku, maupun kelas sosial.Dalam membina
kerukunan, ada strategi yang digunakan yaitu menciptakan ukhuwah dengan
bertoleransi antar sesama, membimbing umat beragama agar semakin
meningkatkan keimanan dan ketakwaannya kepada Allah SWT. serta tidak
mencampuri urusan akidah orang lain dengan cara menghormati keyakinan
orang lain. Umat manusia perlu menyadari dan memahami bahwa semua
agama pada prinsipnya mengajarkan toleransi, perdamaian, dan kerukunan
dalam menjalani hidup, demikian semangat hidup bersama dapat terwujud
dalam kehidupan.
Umat Islam di dusun Honggosari mempunyai hubungan
kemasyarakatan yang akrab dan harmonis, hubungan yang akrab ini
dilandasi oleh kesadaran yang sangat terkait dengan pentinganya hidup
rukun antara sesama manusia, hubungan kemasyarakatan ini terlihat ketika
peringatan hari besar Islam. Dalam peringatan tersebut, semua warga datang
baik dari warga Muhammadiyah maupun NU, mereka bersama-sama
mendengarkan ceramah dari kiai, kehadiran semua warga tersebut
merupakan solidaritas. Solidaritas yang berarti ada rasa kebersamaan yang
terjalin dalam masyarakat untuk datang menghadiri peringatan hari besar
Islam tersebut.
65
Jika Penulis amati, dalam pergaulan masyarakat dusun Honggosari
sehari-hari antara warga Muhammadiyah dan NU, mereka bergaul dengan
baik dan tidak memandang atau pilih kasih dalam bergaul, jadi mereka
berbaur menjadi satu dalam masyarakat.
Motivasi yang mendorong mereka untuk saling rukun walaupun
berbeda paham agama adalah karena tulus untuk menjalin
persaudaraan,serta di antara mereka masih banyak yang mempunyai
hubungan darah. Mereka juga saling berbagi suka maupun duka seperti
ketika tetangga sedang mengalami musibah seperti kematian, semua warga
ikut berpartisipasi membantu proses pemakaman, ketika ada yang sakit,
semua warga menjenguk, dan ketika ada yang membutuhkan bantuan baik
masalah ekonomi maupun sosial, mereka saling membantu.
Ketika masyarakat di dusun Honggosari dihadapkan pada kehidupan
masyarakat yang plural dalam perbedaan, mereka dapat hidup bersama dan
menerima perbedaan. Dalam suatu kegiatan keagamaan maupun sosial,
kadang-kadang terjadi perbedaan pendapat, tetapi mereka bisa
menyelesaikan dengan baik dan mencari jalan keluar bersama-sama untuk
semua persoalan yang mereka hadapi.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa kohesi sosial yang terjalin
pada masyarakat dusun Honggosari didasarkan pada rasa kekeluargaan dan
kegotong-royongan, karena hidup pada masyarakat yang saling membantu
dalam bidang sosial bahkan dalam bidang keagamaan. Perilaku keagamaan
66
mereka menuunjukkan sikap toleransi yang tinggi sebab mereka dapat
menurunkan egoisme dan memahami betul arti toleransi beragama.
Adapun faktor yang mempengaruhi mereka untuk bertoleransi dengan
sesama umat Islam walaupun berbeda paham adalah atas dasar kesadaran
masing-masing, serta berusaha mengikuti apa yang sudah ada di dusun
Honggosari. Seperti yang diungkapkan Bu Pras,
“yang pasti kesadaran mbak apalagi saya hanya pendatang, bukan
asli dari lahir di dusun ini. Jadi saya hanya mengikuti dan memahami
apa yang sudah ada di dusun Honggosari ini”.(wawancara halaman
29)
Sikap toleran yang dilakukan ini mempunyai dampak positif seperti
terjalinya sikap saling menghormati, terjalinya tali persaudaraan dan
solidaritas yang tinggi, sehingga menciptakan masyarakat yang harmonis.
67
BAB IV
ANALISIS DATA
1. Relasi Warga Muhammadiyah dan Nahdatul Ulama (NU) di dusun
Honggosari
Muhammadiyin dan Nahdiyyin boleh berbeda pendapat dalam hal
keagamaan, tetapi dalam lingkup sosial, tidak ada alasan untuk memutus
tali silaturrahim.Muhammadiyah dan NU memang terbentang dalam
sebuah jarak pemikiran yang berbeda, sebagaimana Muhammadiyah yang
hanya menggunakan Al-Qur’an dan Hadis sebagai tolak ukur dalam
kehidupannya,akan tetapi berbeda dengan NU yang juga mengutamakan
ijma’ dan qiyas dalam memecahkan masalah, namun hal itu tidak menutup
kemungkinan untuk tetap bersatu.
Kini relasi antara Muhammadiyah dan NU semakin membaik,
misalnya saja dalam hal pengelolaan Masjid Al-Mubarok di dusun
Honggosari, dalam pengelolaan masjid semua warga dilibatkan baik dari
warga Muhammadiyah maupun dari warga NU. Mereka sama-sama
mengelola masjid tersebut dengan sebaik-baiknya, akan tetapi untuk
masalah peribadahan seperti imam, muadzin, dan khotib semua dari warga
Muhammadiyah, namun hal itu tidak dipermasalahkan. Selain itu, dalam
kelembagaan TPA (Taman Pendidikan Al-Qur’an), di dusun ini ada tiga
tempat yang menjadi pusat belajar anak-anak, jadi tidak terfokus pada satu
tempat saja. Seperti halnya yang diungkapkanBu lurah,
68
“Kalau TPA di sini tidak hanya satu tempat mbak, ada tiga tempat
jadi pengurusnya ya sendiri-sendiri. Tiga tempat itu ada dari
Muhammadiyah dan ada juga dari NU dan untuk urusan anak-anak
yang mengaji campur ada yang dari NU ada juga yang dari
Muhammadiyah”.(wawancara halaman 16)
Seperti halnya yang diungkapakan Bapak Tohari juga bahwa,
“bersama kalau dalam kepengurusan masjid, namun dalam
peribadahan seperti imam, muadzin semua dari warga kami
Muhammadiyah”.(wawancara halaman 3)
Pengurus-pengurus TPA merupakan pemilik lembaga TPA tersebut
kecuali di Masjid Al-Mubarok yang secara langsung ditunjuk oleh takmir
dan atas dasar suka rela dari Bapak Muji yang mengajar TPA
tersebut.Namun, di dusun Honggosari ini walaupun ada tiga tempat TPA
tidak menutup kemungkinan untuk saling bersatu antara warga
Muhammadiyah dan NU.Misalnya, di TPA Bu SAM, guru yang mengajar
dari warga Muhammadiyah, tapi anak-anak yang mengaji di TPA tersebut
juga banyak dari warga NU. Bagi warga NU walaupun berbeda paham
ajarannya, tidak menjadi masalah selama masih dalam lingkup Islam dan
tidak melenceng dari Al-Qur’an dan sunnah, sebab mereka hanya ingin
membiasakan anak-anaknya untuk belajar sejak dini dan belajar menerima
perbedaan yang ada serta diniatkan untuk tholabul ilmi dan menambah
wawasan yang luas. Seperti yang diungkapkan ibu Muslimah,
“diniatkan silaturahmi saja mbak, kemudian tholabul ilmi dan
kerukunan saja”.(wawancara halaman 34)
Islam menyerukan persatuan dan menjadikan suatu keharusan untuk
berpegang teguh pada tali Allah SWT.sebagai poros, yang di sekitarnya
kaum muslimin wajib berhimpun. Sebagaimana dalam surat Ali-Imron
69
ayat 112: “Hendaklah kalian semua berpegang teguh pada tali Allah dan
janganlah berpecah-belah” (Sayyid, 1984: 33).
Kohesi sosial intern umat Islam diikat oleh kesamaan akidah dan
sikap beragamanya didasarkan atas Al-Qur'an dan Hadis.Di dusun
Honggosari meskipun mereka berbeda pemahaman, tetapi mereka dapat
hidup dalam satu lingkup kerukunan yang mana beusaha untuk dapat
membaur menjadi satu dengan tujuan menciptakan suasana yang
damai.Mereka saling menghargai satu sama lain dan menjadikan
perbedaan pemahaman ini suatu ilmu yang baru dan semata-mata dengan
niat mencari ridho Allah SWT. Selain itu, mereka juga sangat menjaga
toleransi dalam hubungan sosial, seperti halnya dalam mengurus masjid
bersama, bekerja bakti bersama, pengajian bersama antara warga
Muhammadiyah dan NU, sebab toleransi dapat membentuk sikap lahiriyah
seseorang untuk dapat berhubungan baik dengan masyarakat.
Peneliti berpendapat bahwa sikap warga baik Muhammadiyah
maupun NU dalam mengikuti pengajian bersama terlihat baik. Dengan
demikian, interaksi sosial di antara mereka membentuk proses sosial yang
bersifat mendekatkan dan kemudian membawa ke dalam kehidupan yang
harmonis di dusun Honggosari. Kerukunan yang sudah terbina ini dapatlah
dijadikan teladan bagi umat Islam di seluruh penjuru dunia dan patut
dikembangkan lebih luas.
Oleh karena itu, interaksi sesama menjadi penting, tanpa adanya
hubungan sosial yang ada adalah keegoisan masing-masing kelompok,
70
sikap saling menyalahkan, dan ujung-ujungnya menjadi renggang bahkan
menjadi perpecahan umat. Maka dari itu, warga Muhammadiyah dan NU
harus bersikap terbuka satu sama lain agar ukhuwah di antara keduanya
tetap terjaga.
Ukhuwah Islamiyah saat ini menjadi prioritas utama bagi umat Islam
khususnya di dusun Honggosari, sebab ukhuwah dapat mendorong
seseorang agar saling membantu sehingga mewujudkan kesatuan umat
Islam. Menurut Syafiq (1991: 141) Al-Qur’an menegaskan bahwa kaum
mukmin itu bersaudara, maka carilah jalan kerukunan (ishlah) diantara
sesama saudara, Rasulullah SAW. juga menekankan bahwa kaum
muslimin itu bersaudara dan hendaknya kesadaran ini dipegang teguh.
Warga Muhammadiyah dan NU yang ikut dalam pengajian
menyadari bahwa diantara mereka terdapat perbedaan keyakinan dalam
Islam, tetapi sikap mereka sebagai sesama muslim dan sesama warga
dusun Honggosari tetap positif demi terbinanya ukhuwah Islamiyah dan
terciptanya kerukunan di dusun Honggosari. Hal tersebut tercermin dari
tingkah laku mereka yang teramati dalam kehidupan sehari-hari di
masyarakat, mereka berusaha saling menghargai dan menjauhi perdebatan
akibat perbedaan keyakinan dalam Islam.
Nasution (1976: 115) mengatakan ciri-ciri toleransi itu diantaranya
tergambar dalam kebesaran jiwa seseorang, keluasaan paham dan
pengertiannya, serta lapang dada dan sabar menghadapi pendapat-
pendapat atau pendirian orang lain yang bertentangan dengan pendapat
71
dan pikirannya sendiri. Maka sikap toleransi menghendaki bahwa
perbedaan agama, paham atau kayakinan itu tidak boleh membuat satu
garis pemisah yang mempengaruhi hubungan di segala bidang kehidupan.
Organisasi apapun yang diduduki umat Islam hendaknya benar-benar
dijadikan perantara semata-mata untuk kepentingan yang lebih luas, yang
bermanfaat bagi umat Islam demi kemaslahatan dunia dan
akhirat.Muhammadiyah dan NU pada dasarnya adalah saudara di bumi ini,
karena sama-sama pewarna sejarah bangsa, pembela, dan pejuang sesuai
dengan karakternya masing-masing.Apabila dilihat dari sisi ajaran agama,
maka kedua organisasi tersebut memikul tugas yang berat dan bertanggung
jawab atas Islam dan kaum muslimin di Indonesia ke depannya.
2. Cara Pandang Keagamaan Warga Muhammadiyah dan
NUTerhadap Pemahaman yang Berbeda di dusun Honggosari
Umat Islam pada mulanya satu dan bersatu dalam keadaan yang
baik, tidak ada organisasi-organisasi seperti saat ini, semua membina
agamanya menurut caranya masing-masing yang dipermasalahkan
hanyalah di satu segi masalah syariat.Menurut Said (2001: 191) Syariat
adalah hukum yang diterapkan oleh Allah SWT.dengan perantaraan Rasul-
Nya di atas permukaan bumi ini. Hukum tersebut ada yang menyangkut
hubungan manusia dengan Allah SWT.dan hubungan antara sesama
manusia atau menyangkut dengan alam sekitarnya.Hukum Allah yang
dimaksud adalah hukum-hukum yang berhubungan dengan akidah atau
72
tauhid dan hukum yang berkaitan dengan tingkah laku dan perbuatan para
mukallaf.
Perbedaan pendapat di kalangan umat Islam adalah suatu anugerah
termasuk dalam soal madzhab, kalau perbedaan pendapat itu tidak ada,
mungkin wawasan dan pikiran seseorang akan menjadi fanatik. Akan
tetapi, perbedaan pendapat tersebut bukan berarti perselisihan apalagi
permusuhan.Perbedaan di sini timbul untuk memecahkan masalah hukum
yang tidak diatur secara pasti di dalam Al-Qur’an dan Hadis.
Islam mentoleransi perbedaan pendapat di kalangan umatnya, yang
mana perbedaan itu timbul oleh kemauan untuk mencari
kebenaran.Masing-masing menganggap ijtihadnya adalah yang paling
benar, namun sesungguhnya ada semacam tali pengikat di antara mereka.
Jadi, di antara perbedaan tersebut mempunyai tujuan yang sama yaitu
memperjuangkan Islam dancinta kepada Islam. Sehingga, perbedaan
tersebut jangan sampai memutuskan tali silaturahim, diskusi, dan
sebagainya. Seperti halnya yang dikatakan Mbak Dila,
“Pemahaman yang berbeda itu wajar ya mbak, setiap orang
memiliki pemikiran masing-masing, yang mana alur berfikirnya
pun juga berbeda-beda jadi tergantug kita yang menyikapainya.
Dari satu syariat Islam dipahami oleh banyak orang maka mereka
akan melahirkan pemahaman yang berbeda-beda termasuk dari
pakar pemimpin Muhammadiyah dan NU tersebut. Sebenarnya
perbedaan tersebut itu hanyalah masalah furu’ saja mbk, tapi kan
tujuanya sama yaitu sama-sama memperjuangkan
Islam”.(wawancara halaman 29)
Perbedaan lain yang masih ditolerir bahkan sampai pada batas yang
cukup tajam adalah perbedaan dalam masalah-masalah yang membahas
73
ilmu fiqih, yang disebut furu’ (cabang-cabang agama) dan untungnya
perbedaan diantara umat Islam memang terbatas, hanya dalam masalah
furu’ saja.
Peneliti berpendapat bahwa masalah furu’ adalah masalah perbedaan
definisi saja, jadi tidak perlu dilemparkan pada masyarakat umum, sebab
hal ini akan mempersulit keadaan dan tidak akan memecahkan masalah.
Allah SWT.menurunkan syariat yang sama akan tetapi pendapat dan cara
pemahaman mereka berbeda antara satu dengan yang lainnya, dalam arti
bahwa masing-masing ajaran memilki sifat dan tolak ukur sendiri-sendiri.
Jadi, setiap kolompok pasti memiliki prinsip atau dasar masing-masing
dalam memahami agamanya, namun pada dasarnya syariat itu benar dan
datang dari sumber yang sama yaitu Allah SWT.
Seperti halnya di dusun Honggosari yang hidup dalam satu agama
dengan paham yang berbeda, akan tetapi masih dalam lingkup sosial yang
sama. Warga Muhammadiyah memandang bahwa perbedaan paham
hanyalah pemahamannya saja yang berbeda kalau NU menggunakan
penalaran dalam ibadah mahdhoh sedangkan Muhammadiyah tidak.Dalam
segi latar belakang jelas berbeda, Muhammadiyah lahir karena masyarakat
banyak kurofat, tahayul, sedangkan NU lahir karena ada salah satu faktor
yaitu adanya gerakan Muhammadiyah. Seperti halnya yang dikatakan Pak
Tohari,
“Kalau NU menggunakan penalaran dalam ibadah mahdhoh
sedangkan Muhammadiyah tidak. Dalam segi latar belakang jelas
berbeda Muhammadiyah lahir karena masyarakat banyak kurofat,
tahayul, dan bid’ah. sedangkan NU mengikuti Islam yang nanti akan
74
diluruskan oleh Hasyim Asy’ari dan muncul karena ada salah satu
gerakan yaitu Muhammadiyah”.(wawancara halaman 2)
Sedangkan warga NU berpendapat bahwa perbedaan paham adalah
sesuatu yang tidak perlu diperdebatkan, setiap orang memiliki keyakinan
masing-masing dalam hidupnya khususnya dalam pelaksanaan ibadah.
Mereka mengaku Islam akan tetapi cara pengamalannya berbeda-beda
sesuai dengan apa yang mereka pelajari sebelumnya, yang terpenting
tidak keluar dari jalur Islam dan tetap pada prinsip dan keyakinan masing-
masing serta menjaga hubungan silaturrahim.
3. Faktor yang Melatarbelakangi Kohesi Sosial Warga Muhammadiyah
dan NU di dusun Honggosari
a. Kesadaran pentingnya ukhuwah
Membangun toleransi dalam keragaman harus berawal dari
kesadaran. Jadi, setelah individu sudah mengerti dan sadar tentang
pentingnya saling menjaga kerukunan, ukhuwah, maka akan mudah
untuk saling bersilaturahmi seperti halnya masyarakat di dusun
Honggosari.
Peneliti berpendapat bahwa kesadaran masyarakat dusun
Honggosari ini muncul karena ada faktor dari hati nurani yang
memang mengakui bahwa ukhuwah sangat penting dan agama Islam
pun juga mengajarkan untuk saling rukun.
Kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga ukhuwah dan
membangun toleransi di dusun Honggosari ini, memang terlihat sudah
berjalan dengan baik. Hal ini terbukti dari hasil wawancara bahwa di
75
dusun Honggosari tidak ada perselisihan yang mengatasnamakan
agama, kesadaran ini hadir di tengah-tengah masyarakat dalam
menjalankan kerukunan tanpa paksaan.Seperti yang diungkapkan
Bapak Safrudin,
“Kalau saya tetap berpaham bagaimana sikap saya untuk
masyarakat bahwa masjid itu tetap dipertahankan dan
dikembangkan, yang penting membawa kemaslahatan. Untuk
masyarakat Honggosari ini tidak berpandangan pada golongan,
Jadi, kesimpulanya tidak ada rencana untuk membuat masjid,
dulu sudah pernah mbak mau direncanakan, kalau ada dua
mushola pasti akan melemahkankebersamaanyang mana juga
akan melemahkan ukhuwah umat Islam”. (wawancara halaman
8)
b. Memiliki hubungan kekerabatan
Ada suatu keadaan yang berkembang di dusun Honggosari sejak
dahulu yang sangat mendukung kerukunan umat Islam, yaitu
kekerabatan. Mayoritas penduduk Honggosariini memiliki hubungan
keluarga dan mereka mempunyai paham yang berbeda yaitu
Muhammadiyah dan NU.Seperti halnya yang diungkapkanPak Lurah,
“Ya sebenarnya dari dulu kebetulan 45 % adalah keluarga,
tokoh-tokoh yang ada di sini juga keluarga semua. Cikal bakal
dusun Honggosari ini kan mbah-mbah saya, ya kebetulan
pahamnya mbah-mbah saya di sekolahkan di Muhammadiyah.
Jadi, kerukunan sudah tertanam sejak dulu”.(wawancara
halaman 11)
Terciptanya kerukunan umat Islam yang berbeda paham di
dusun Honggosari ini dikarenakan masih satu keturunan. Subyekitifas
perbedaan paham agama masyarakat terkalahkan olehkeeratan
kekerabatan keluarga. Di dusun ini sangat sukar untuk muncul konflik
antar umat Islam yang berbeda paham, apabila ada seorang profokator
76
yang akan memicu konflik, maka dari berbagai keluarga baik dari
Muhammadiyah maupun NU akan mengantisipasi.
3. Kebersamaan antara warga Muhammadiyah dan NU
Toleransi merupakan dambaan semua umat manusia dalam
kehidupan bermasyarakat, sikap saling menghormati dan menghargai
adalah kunci utama dalam kehidupan sosial, memang tidak dapat
dipungkiri bahwa sebagian kecil dari mereka gigih dengan prinsip
agama mereka. Namun, hal itu sama sekali tidak menghalangi mereka
untuk menegakkan toleransi dalam hidup bermasyarakat, dan sampai
sekarang kerukunan itu masih tetap terjaga dengan baik.
Terhadap pemeluk Islam sendiri peraturan Islam sesungguhnya
terdapat toleransi.Artinya, dalam bidang ibadah pun juga terdapat
toleransi, karena Islam adalah agama fitrah dan sesuai dengan naluri
(Hasyim, 1979: 249).
4. Cara pandang antara warga Muhammadiyah dan NU
Muhammadiyah dan NU mewakili dua golongan besar umat
Islam, kedua organisasi ini memiliki berbagai perbedaan
pandangan.Berbeda pendapat atau pemahaman merupakan hal yang
wajar, maka yang terpenting adalah bagaimana cara
menyikapinya.Dalam kehidupan masyarakat perbedaan yang paling
nyata adalah masalah furu’.Misalnya, Muhammadiyah melarang
bacaan qunut di waktu subuh sedangkan NU mensunahkan. Namun,
perbedaan pandangan ini sudah tidak menjadikan pertentangan lagi di
77
dusun Honggosari, karena cara pandang mereka yang tidak fanatik dan
toleransi yang besar sehingga dapat mewujudkan ukhuwah di antara
keduanya.
Seperti halnya di Masjid Al-Mubarok yang menjadi imam
adalah takmir masjid yaitu Pak Tohari dari warga Muhammadiyah.
Namun, para jamaahnya juga sebagian adalah wargaMuhammadiyah
dan sebagian warga NU.Mereka semua hidup rukun tanpa beradu
argumen, bahkan ketika sholat jamaah subuh pun warga NU tetap
mengikuti imam yang mana tidak membaca qunut dan ketika sholat
tarawih warga NU juga mengikuti 11 rokaat. Sama halnya warga
Muhammadiyah juga ikut berpartisipasi ketika warga NU mengadakan
berjanji (dzibaan). Contoh lain warga NU juga aktif dalam pengajian
Tafsir Al-Qur’an (Muhammadiyah) dan di dalam pengajian tersebut
mereka mendengarkan apa yang disampaikan tanpa memandang
perbedaan ajaran yang melekat. (Observasi halaman 3)
Peneliti berpendapat bahwa cara pandang keagamaan baik dari
warga Muhammadiyah maupun NU, keduanya tidak memandang
buruk satu sama lain, karena pada prinsipnya semua agama itu
mengajarkan sesuatu yang baik. Perbedaan paham yang sudah ada di
tengah-tengah kehidupan tersebut mereka jadikan ilmu yang baru,
sehingga mereka dapat menjalin hubungan sosial dengan baik dan
dapat memperkokoh ukhuwah antara umat Islam.
78
Adapun cara menjaga kerukunan atau kohesi sosial dalam
masyarakat tersebut, antara lain:
1) Menjunjung tinggi toleransi antar umat Islam
Rasa toleransi bisa berbentuk dalam macam-macam hal,
misalnya dalam hal kematian, apabila warga NU mengadakan ritual
keagamaan seperti 7 hari, 40 hari, dan seterusnya maka warga
Muhammadiyah tidak merasa keberatan. Bagi yang mau ikut
silahkan dan apabila tidak ikut juga tidak masalah, hal tersebut
merupakan cara warga Muhammadiyah untuk menghormati, apa
yang sudah menjadi kebiasaan warga NU.
2) Membantu siapa saja yang membutuhkan
Manusia terlahir sebagai makhluk sosial yang tidak bisa
hidup sendiri karena pada hakekatnya manusia tidak bisa hidup
sendiri tanpa bantuan orang lain. Dalam kehidupan nyata,
contohnya ketika membangun Rumah mereka butuh bantuan orang
lain, maka mereka bisa saling memanfaatkan satu sama lain.
Sebagai umat Islam maka harus selalu siap membantu sesama
dalam keadaan apapun dan tanpa melihat status orang tersebut,
justru membantu mereka yang kesusahan maka akan mempererat
tali persaudaraan sehingga secara tidak langsung akan
memperkokoh persatuan. Saling tolong-menolong merupakan
pencerminan dari sikap gotong royong.
79
3) Saling menghormati dan menghargai
Untuk mewujudkan ukhuwah Islamiyah harus dilandasi
dengan kerukunan. Dan untuk menciptakan kerukunan maka perlu
adanya sikap saling menghormati dan menghargai antara satu sama
lain tanpa memandang perbedaan paham yang melekat. Misalnya
bersikap ramah, selalu berbicara halus dan sopan kepada siapapun,
mendengarkan pendapat orang lain meskipun tidak sependapat,
terlebih lagi menghormati orang lain tanpa memandang perbedaan
yang ada. Hal ini tentu akan mempererat kerukunan antar umat,
khususnya umat Islam.
4) Menyelesaikan masalah dengan kepala dingin
Bila terjadi masalah yang membawa nama agama, maka
selesaikan dengan kepala dingin dan damai tanpa harus saling
tunjuk dan menyalahkan. Para pemuka agama dan tokoh
masyarakat sangat diperlukan peranannya dalam pencapaian solusi
yang baik dan tidak merugikan pihak-pihak manapun, atau
mungkin malah menguntungkan semua pihak.Hal ini diperlukan
karena banyak hal yang bisa dilakukan untuk menunjukkan sikap
toleransi.
Cara di atas tersebut sangat penting demi menjaga tali kerukunan
umat Islam, karena jika rasa toleransi antar umat Islam semakin tinggi,
maka konflik-konflik yang mengatasnamakan agama Islam dengan
sendirinya akan berkurang.
80
4. Pendidikan Keagamaan diKalangan Warga Muhammadiyah dan NU
di dusun Honggosari
Generasi muda merupakan generasi yang pada nantinya akan
meneruskan kelangsungan hidup bangsa dan negara. Menjaga kerukunan
dan mengembangkan nilai-nilai positif bagi generasi muda sangatlah perlu
dilakukan agar mengerti.Penanaman moral sangatlah diperlukan sejak dini.
Misalnya saja orang yang lebih muda bisa menghormati orang yang lebih
tua, Jika memberikan bantuan kepada orang lain tidak boleh memandang
perbedaan yang ada, dapat menghargai pendapat orang lain.
Warga Muhammadiyah maupun Nahdlatul Ulama (NU) di dusun
Honggosari ketika menanamkan keagamaan, mereka tidak menonjolkan
organisasi, sebab organisasi hanyalah sebuah jembatan menuju ke jalan
Allah SWT.Perbedaan adalah sebuah rahmat dan itu merupakan anugerah
dari Allah SWT.Jadi, perbedaan tidak dijadikan perselisihan,namun
menambah wawasan.Perbedaan harus disyukuri dengan syarat saling
menghormati dan tidak boleh merasa paling benar dan paling
pintar(wawancara halaman 6).
Ketika menanamkan kepribadian, mereka tidak menonjolkan
organisasi namun ajaran agamanya yang ditanamkan baik warga
Muhammadiyah maupun NU.Dalam arti adalah tholabul ilmi dan untuk
mencari ridho Allah SWT.dengan adanya pengajian, TPA, karang taruna,
Muslimatan, kerjabakti dapat menanamkan kerukunan di dusun
Honggosari. Jika semua itu dilakukan secara terus-menerus dari generasi
81
ke generasi, maka kerukunan umat Islam dapat terwujud secara
nyata.Seperti yang diungkapakan Bu Muslimah,
“Di sini kan ada karang taruna, jadi mungkin ditanamkan
kerukunan juga. Masalahnya karang taruna sendiri kalau sholat
ied ada yang ke Masjid ada juga yang ke Lapangan. Maka dengan
hal tersebut sudah terlihat adanya toleransi dan
kerukunan”.(wawancara halaman 37)
Manusia diberikan akal untuk berfikir yaitu bagaimana manusia bisa
hidup berdampingan dengan rukun dan tidak harus membawa
bendera.Bendera hanyalah sebuah simbol dan keyakinan adalah sebuah
pedoman manusia untuk melaksanakan perintah Allah SWT. Dengan
sebaik-baiknya.
Seperti yang diungkapkan Bapak Fauzi,
“Ya artinya gini, kita di dalam dua bendera itu tidak menonjolkan
benderannya. Jadi, ya ditanamkan agamanya saja, ditanamkan
akhlaknya. Di sini juga banyak kok anak dari warga NU di
sekolahkan ngaji di Muhammadiyah, jadi tidak apa-apa yang
penting sekolah di agama”.(wawancara halaman 14)
Islam adalah agama rahmatan lil alamin, yang mana Islam
merupakan agama yang membawa rahmat bagi seluruh alam semeta,
termasuk hewan, tumbuhan, apalagi sesama manusia. Manusia adalah
khalifah di bumi yang bertugas untuk memakmurkan alam semesta.
Sebagai khalifah, manusia mempunyai tugas penting yang harus
dipertanggungjawabkan dihadapan Allah SWT. Maka, untuk menjaga
alam yang penuh rahmat ini, sebagai hamba Allah SWT. harus dapat
menjaga apa yang sudah dititipkan di muka bumi ini, termasuk menjaga
hubungan dengan manusia secara baik.
82
BAB V
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data pada bab-bab sebelumnya, maka
peneliti dapat menyimpulkan bahwa hasil penelitian tentang kohesi sosial
intern umat Islam yang berbeda pemahaman antara Muhammadiyah dan
Nahdlatul Ulama (NU) di dusun Honggosari baik. Baik ini karena
hubungan di antara mereka didasarkan pada beberapa faktor, antara lain:
1) Adanya kerjasama, baik dalam bidang keagamaan dan sosial. Misalnya,
dalam pengelolaan masjid, semua warga Muhammadiyah maupun NU
dilibatkan, dalam pengelolaan TPA, walaupun lembaga TPA didirikan
oleh warga Muhammadiyah, tetapi ada kerjasama dari warga NU, yaitu
dengan mengajikan anaknya di TPA tersebut. 2) Adanya rasa toleran, yaitu
saling menghargai pemahaman yang berbeda dan tetap berpegang terhadap
pemahaman masing-masing. Contohnya; ketika hari raya warga NU sholat
ied di Masjid dan warga Muhammadiyah di Lapangan, dan hal itu bagi
warga NU maupun Muhammadiyah tidak menjadi masalah. 3) Adanya
kebersamaan antara warga Muhammadiyah dan NU, seperti sholat
bersama, mengurus masjid bersama. 4) Cara pandang yang tidak fanatik,
yaitu membiarkan orang lain berbeda dengan pemahamannya dan
memberikan kebebasan untuk menjalankannya, di sisi lain tetap berpegang
teguh kepada yang diyakini benar.
83
Di dusun Honggosari ini, mereka saling menghargai satu sama lain
dan menjadikan perbedaan pemahaman ini suatu ilmu yang baru dan
semata-mata dengan niat mencari ridho Allah SWT. Perbedaan paham itu
tidak menjadi masalah bagi warga dusun Honggosari, karena selama
semua itu tidak melenceng dari Al-Qur’an dan Hadis. Hal tersebut
dikarenakan adanya ukhuwah.
B. Saran
Saran yang dapat peneliti berikan khususnya masyarakat dusun
Honggosari yaitu agar tetap menjaga ukhuwah antara warga
Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama yang sudah terjalin baik agar dapat
dipertahankan supaya tidak terjadi konflik-konflik yang dapat
menyebabkan kerenggangan bahkan dapat menjadi perpecahan antar umat
Islam. Mereka harus bisa hidup dalam kedamaian, saling tolong-
menolong, bekerjasama dalam hal kebaikan, dan tidak saling bermusuhan
agar agama Islam bisa menjadi pemersatu bangsa Indonesia yang secara
tidak langsung memberikan stabilitas dan kemajuan negara. Sebagai umat
muslim sudah sepantasnya untuk bersatu, maka jadikan perbedaan itu
adalah sebuah ujian agar dapat mencari kebenaran Islam.
84
C. Penutup
Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa penelitian skripsi belum
mencapai tahap kesempurnaan.Hal ini dikarenakan keterbatasan
kemampuan peneliti.Oleh karena itu, demi kesempurnaan skripsi ini
peneliti sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca, semoga
dengan kritik dan saran yang pembaca berikan dapat membangun skripsi
ini untuk mendekati tahap kesempurnaan
85
DAFTAR PUSTAKA
Alena, Badrun. 2000. NU: Kritisisme dan Pergeseran makna ASWAJA.
Yogyakarta: Tiara Wacana. Cetakan pertama.
Al-Munawar, Said Agil Husin. 2001. Dimensi-Dimensi Kehidupan Dalam
Perspektif Islam. Malang: Pasca Sarjana Unisma.
Al-Riddlawi, Sayyid Murtadla. 1984. Membina Kerukunan Muslimin. Jakarta:
Pustaka jaya. Cetakan Pertama.
Arikunto, Suharsimi. 1998.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: PT Rineka Cipta.
Asy’arie, Musa. 2005. Islam Keseimbangan, Rasionalitas, Moralitas, dan
Spiritualitas. Yogyakarta: Lesfi. Cetakan Pertama.
Barton, Grek. 1997. Tradisionalisme Radikal Persinggungan Nahdatul Ulama
Negara. Yogyakarta: LkiS. Cetakan Pertama.
Basri, Syafiq. 1991. Satu Islam. Bandung: Anggota IKAPI.
Fattah, Munawar Abdul. 2012. Tradisi orang-Orang NU. Yogyakarta: Pustaka
Pesantren.
Hasyim, Umar. 1979. Toleransi Kemerdekaan Beragama Dalam Islam Sebagai
Dasar Menuju Dialog dan Kerukunan Antar Agama. Surabaya: PT. Bina
Ilmu.
Ismail, Faisal. 2004. Dilema NU Di Tengah Badai Pragmatisme Politik. Jakarta:
Proyek Peningkatan Pengkajian Kerukunan Hidup Umat Beragama
Puslitbang Kehidupan Umat Beragama Badan Litbang Agama dan Diklat
Keagamaan Departemen Agama RI. Cetakan Pertama.
Jaiz, Hartono Ahmad. 2006. Bila Kyai DiperTuhankan(membedah sikap
beragama NU). Jakarta :Pustaka Al-Kautsar. Cet.ke-7.
Kamus Besar Bahasa Indonesia. 1982. Jakarta : Balai Pustaka.
Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2008. Jakarta : PT Gramedia Pustaka.
Karim, M. Rusli. 1986. Muhammadiyah Dalam Kritik dan Komentar. Jakarta:
Rajawali.
Manaf, Mudjahid Abdul. 1996. Sejarah agama-agama. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada. Cetakan Ke-2.
Moleong. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT remaja
Rosdakarya.
Muhaimin, 2005. Kawasan dan Wawasan Studi Islam. Jakarta: Kencana. Cetakan
Pertama.
Mulkhan, Abdul Munir. 1990. Pemikiran Kyai Haji Ahmad Dahlan dan
Muhammadiyah (dalam perpektif perubahan sosial). Jakarta : Bumi
Aksara.
Mulkhan, Abdul Munir. 2010. 1 Abad Muhammadiyah. Jakarta: Buku Kompas.
Nashir, Haedar. 1992. Dialog Pemikiran Islam Sdalam Muhammadiyah.
Yogyakarta: BPK PP Muhammadiyah. Cetakan Pertama.
Nasution, Yunan. 1976. Pegangan Hidup. Jakarta: Publicita. Cetakan Pertama.
Qardhawi, Yusuf. 2003. Masyrakat Berbasis Syariat Islam. Solo : Era Intermedia.
Cetakan Pertama.
86
Rais, Amien. 1995. Moralitas Politik Muhammadiyah. Yogyakarta: Dinamika.
Ridwan, Nur Khalik. 2010. NU dan Bangsa 1914-2010: Pergulatan Politik dan
Kekuasaan. Yogjakarta: Ar-Ruzz Media. Cetakan Pertama.
Setiawan, Zudi. 2007. Nasionalisme NU. Semarang. CV. Aneka Ilmu.
Sjamsudduha. 1999. Konflik Dan Rekonsilasi NU-Muhammadiyah. Surabaya: PT
Bina Ilmu. Cetakan Pertama.
Supadie, Didiek Ahmad. 2012. Pengantar Studi Islam. Jakarta: Rajawali Pers.
Cet.ke-2.
Suprayogo, Imam Thobroni. 2001. Metodologi Penelitian Sosial Agama.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Yunus, Mahmud. 1973. Kamus Arab-Indonesia. Jakarta : Padang.
https://googleweblight.com/, di akses 14 September 2015
http://cakhakam.blogspot.com, di akses 6 Agustus 2015
1
LAMPIRAN-LAMPIRAN
2
KISI-KISI INSTRUMEN
KOHESI SOSIAL ANTARA WARGA MUHAMMADIYAH DAN NU DI
DUSUN HONGGOSARI
No Pokok
Masalah
Dimensi Sumber Tekhnik
Pengumpul
Data
Alat Pengumpul
Data
1 Gambaran
Umum
dusun
Honggosari
1. Profil Dusun
2. Keadaan
Monografi
3. Keadaan
Demografi
4. Keadaan
keagamaan
masyarakat
5. Keadaan
Pendidikan
dan mata
pencaharian
masyarakat
6. Keadaan
sosial
kemasyarakata
n
1. Kepala
dusun
Honggosari
2. Masyarakat
dusun
Honggosari
1. Wawancara
2. Observasi
1. Pedoman
wawancara
2. Dokumentasi
Dusun
Honggosari
2 Kerukunan
antara
warga
Muhammad
iyah dan
NU di
dusun
Honggosari
1. Relasi antara
warga
Muhammadiy
ah dan NU
2. Cara pandang
terhadap
pemahaman
yang berbeda
antara warga
Muhammadiy
ah dan NU
3. Faktor yang
melatarbelaka
ngi kerukunan
antara warga
Muhammadiy
ah dan NU
4. Pendidikan
kegamaan di
kalangan
warga
Muhammadiy
ah dan NU
1. Tokoh
masyarakat
2. Pemuka
agama
3. Masyarakat
4. Warga
Muhammadi
yah
5. Warga NU
1. Wawancara
2. Observasi
1. Pedoman
wawancara
2. Dokumentasi
1
PEDOMAN WAWANCARA
1. Bagaimana pandangan warga tentang paham Muhammadiyah dan NU?
2. Apa pendapat warga mengenai pemahaman yang berbeda tersebut?
3. Bagaimana hubungan antara warga Muhammadiyah dan NU di dusun
Honggosari?
4. Apakah ada kebersamaan dalam sosial kemasyarakatan?
5. Adakah kegiatan keagamaan yang dapat dilaksanakan secara bersama-
sama antara warga Muhammadiyah dan NU di dusun Honggosari?
6. Bagaimana kerjasama antara warga Muhammadiyah dan NU dalam
kelembagaan, misalnya dalam mengurus masjid dan TPA ?
7. Apakahdalam pengelolaan masjid seimbang?
8. Apakah tidak ada rasa iri dari masing-masing paham?
9. Bagaimana dengan pengeolaan TPA?
10. Adakah kendala yang dihadapi dalam kerukunan tersebut, jika ada
bagaimana cara menghadapi kendala tersebut?
11. Apa yang menjadi prinsip masing-masing paham dalam menjalankan
kerukunan di bawah perbedaan?
12. Apakah ada pergantian imam dalam sholat sehari-hari?
13. Apakah dalam sholat tarawih dilakukan bersama-sama antara
Muhammadiyah dan NU ?
14. Apakah sama dalam penentuan hari raya?
15. Bagaimana dengan hari raya idul adha, apakah penyembelihan qurban
secara bersama-sama?
16. Bagaimana jika membantu tetangga berbeda paham?
17. Apakah warga berpartisipasi ketika ada kematian, sedangkan mereka
berbeda paham?
18. Apakah masih ada ritual 7 hari, 40 hari,100 hari di dusunHonggosari?
19. Apa faktor yang melatarbelakangi kerukunan?
20. Bagaimana upaya untuk menjaga agar kerukunan antara warga
Muhammadiyah dan NU di dusun ini dapat dipertahankan?
2
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya :
Nama : Nilasari Uminingsih
Tempat/tanggal lahir : Semarang, 04 Juli 1992
NIM : 11111180
Jurusan : Pendidikan Agama Islam (PAI)
Alamat Asal : Jl.Kaligawe Sawah Besar RT 03/RW 03, Gang III
Semarang
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Warga Negara : Indonesia
Jenjang Pendidikan :
1. SDN Bangunharjo Semarang lulus tahun 2004
2. MTs N 02 Semarang lulus tahun 2007
3. MAN 1 Semaranglulus tahun 2010
4. S1 Jurusan PAI Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan IAIN Salatiga tahun 2015
Demikian riwayat hidup ini dibuat dengan sebenar-benarnya.
Salatiga, 9 September 2015
Penulis
Nilasari Uminingsih
3
4
5
6
7
8
9
10
1
Pengumpulan Data
No Metode Pengumpulan
Data
Sumber Data Jenis Data
1.
Wawancara
Tokoh masyarakat
Pemuka Agama
Masyarakat
Warga
Muhammadiyah
Warga NU
Remaja
Relasi antara warga
Muhammadiyah dan
NU
Cara pandang warga
Muhammadiyah dan
NU terhadap
pemahaman yang
berbeda
Faktor yang
melatarbelakangi
kohesi sosial warga
Muhammadiyah dan
NU di dusun
Honggosari
Pendidikan keagamaan
dikalangan warga
Muhammadiyah dan
NU di dusun
Honggosari
2.
Observasi
Dusun Honggosari
Pengurus
Muhammadiyah
Pengurus NU
Masyarakat
Profil dusun
Letak geografis
Letak demografi
Sejarah masjid
Struktur organisasi
Kondisi obyektif dusun
Honggosari
3.
Dokumentasi
Foto kegiatan
2
Catatan Wawancara
Informan : THR (Muhammadiyah)
Hari, tanggal : Sabtu, 29 Agustus 2015
Jam : 18.30 WIB
Fokus : Kohesi Sosial Intern Umat Islam (Relasi antara warga
Muhammadiyah dan NU)
Kode : KS
Prolog
Sabtu tepatnya pada tanggal 29 Agustus 2015 pada malam hari sekitar
pukul 18.30 WIB.Saya berkunjung ke rumah bapak takmir yang bernama Pak
THR(berusia 70 tahun)yang kebetulan sudah membuat janji. Setelah tiba di
Rumahnya saya mengetuk pintu dan ternyata yang membukakan pintu adalah
istrinya. Kemudian saya dipersilahkan masuk dan duduk. Karena, Pak THR
sedang mandi, maka saya wawancara dengan istrinya dahulu, kemudian di tengah-
tengah wawancara saya dengan istrinya, Pak THR datang dan memberikan salam,
kemudian setelah selesai, saya mulai wawancara dengan Pak THR. Pak THR ini
merupakan takmir di Masjid Al-Mubarok, kesehariannya bekerja sebagai seorang
mubaligh.Pak THR dikaruniai 3 anak dari istrinya SAM dan kebetulan sudah
menikah semua.
Sebelumnya antara peneliti dengan informan sudah kenal sejak KKN di
dusun Honggosari, karena kondisi peneliti yang sudah kenal dengan informan,
maka memudahkan peneliti untuk melakukan penelitian terhadap informan.
Terjalinnya hubungan baik antara peneliti dengan informan juga cukup membantu
terhadap proses penelitian yang dilakukan oleh peneliti.
Kerukunan hidup antara warga Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU) di
dusun Honggosari. Berikut adalah proses wawancara dengan informan.
Proses Wawancara :
Peneliti : Bagaimana pandangan bapak tentang paham
Muhammadiyah dan NU ?
Informan : Kalau NU menggunakan penalaran dalam ibadah mahdhoh
sedangkan Muhammadiyah tidak. Dalam segi latar belakang
jelas berbeda Muhammadiyah lahir karena masyarakat banyak
kurofat, tahayul, dan bid’ah. sedangkan NU mengikuti Islam
yang nanti akan diluruskan oleh Hasyim Asy’ari dan muncul
karena ada salah satu gerakan yaitu Muhammadiyah.
3
Peneliti : Apa pendapat bapak mengenai pemahaman yang berbeda
tersebut ?
Informan : Tidak masalah, pengikutnya saja memahaminya berbeda. saya
yakin umat Islam itu semakin pandai. Contoh; NU setiap hari
membaca qunut ketika sholat subuh. Sedangkan,
Muhammadiyah membaca qunut jika ada musibah, kemudian
NU bacaan Doa, tahlil akan sampai, sedangkan Muhammadiyah
tidak sampai.
Peneliti : Kemudian bagaimana hubungan antara warga
Muhammadiyah dan NU di dusun Honggosari ini pak?
Informan : Rukun-rukun saja, saling menghormati dalam acara tahlilan ikut
serta.
Peneliti : Apakah ada kebersamaan dalam sosial kemasyarakatan?
Informan : Ada, kalau masalah kemasyarakatan bareng mbak. Misalkan,
kerjabakti, jadi ya sama-sama dikerjakan bareng-bareng.
Peneliti : Adakah kegiatan keagamaan yang dapat dilaksanakan
secara bersama-sama antara warga Muhammadiyah dan
NU?
Informan : Ya ada, seperti peringatan hari-hari besar.
Peneliti : Apakah ada kerjasama antara warga Muhammadiyah dan
NU dalam kelembagaan pak, misalnya dalam mengurus
masjid dan TPA ?
Informan : Ya ada, Bapak SN sebagai pembangunan, Bapak HR sebagai
keamanan, dan Bapak HN sebagai peralatan. Namun untuk
urusan imam dari warga NU belum ada yang memenuhi kriteria
untuk jadi imam.
Peneliti : Berarti dalam pengelolaan masjid seimbang ya pak?
Informan : Bersama kalau dalam kepengurusan masjid, namun dalam
peribadahan seperti imam, muadzin semua dari warga kami
Muhammadiyah.
Peneliti : Apakah tidak ada rasa iri dari warga NU Pak?
Informan : Ya kalau masalah iri mau iri bagaimana, masalahnya di sini dari
NU tidak ada yang memenuhi kriteria untuk jadi imam dan tidak
ada kemauan pula.
Peneliti : Kalau dalam pengeolaan TPA pak ?
Informan : Di Rumah saya juga ada TPA, jadi yang mengurusi saya dengan
istri saya, TPA di sini ada tiga. Akan tetapi juga rukun, soalnya
yang sekolah ngaji TPA di tempat saya banyak juga dari warga
NU, mereka menyuruh anaknya ngaji di sini itu niatnya untuk
tholabul ilmi mbak.
4
Peneliti : Adakah kendala yang dihadapi dalam kerukunan tersebut,
jika ada bagaimana bapak menghadapi kendala tersebut ?
Informan : Tidak ada kendala, umpama kok yang meninggal
Muhammadiyah ya NU ya tetep ikut berpartisipasi dari
memandikan, ngafani.Kemudian dalam penyelenggara
pengajian, siapa yang mampu ya kita rekrut.
Peneliti : Lalu apa yang menjadi prinsip bapak dalam menjalankan
kerukunan di bawah perbedaan ini ?
Informan : ya tidak apa-apa.
Peneliti : Kalau dalam masalah peribadahan, apakahada pergantian
imam pak?
Informan : Ada mbak tapi dari Muhammadiyah semua, soalnya yang dari
NU tidak ada yang memenuhi kriteria imam. Kalau masalah
imam sudah di jadwalkan tapi ya masalah imam di Masjid dusun
ini dari Muhammadiyah semua.
Peneliti : Apakah dalam sholat tarawih dilakukan bersama-sama
antara Muhammadiyah dan NU ?
Informan : Ya, tarawih kita bersama-sama 11 rokaat sama saya.
Peneliti : Kemudian dengan Hari Raya pak, apakah bersama?
Informan : Ini ada 2, sebagian besar ke Tanah lapangan dan sebagian ke
Masjid. Tapi saya amati mereka tidak ke Lapangan itu bukan
karena keyakinan tapi karena jauh, yang karena keyakinan itu
paling cuma satu dua.
Peneliti : Untuk hari raya idul Adha, Apakah menyembelih hewan
qurbannya bersama pak?
Informan : Kalau idul adha misalkan ada dua versi, ada yang jum’at ada
yang sabtu, ya kita toleran. Misalkan tahun kemarin, kita yang
Muhammadiyah toleran ngemong yang lebaran besok, jadi
menyembelihnya setelah lebaran NU.
Peneliti : Bagaimana menurut bapak jika membantu tetangga
berbeda paham ?
Informan : Tetap di bantu. Misalnya, di Masjid ini kan, ketika pengajian
ada infaq khusus untuk dhuafa Jadi,tidak pandang bulu, di dusun
Honggosari siapa saja yang dhuafa ya kita bantu. Jadi, tidak ada
sekat satu sama lain.
Peneliti : Ketika ada warga NU yang sakit apakah bapak juga ikut
menjenguk ?
Informan : Ya ikut.
Peneliti : Kalau dalam hal kematian, apa bapak juga ikut
berpartisipasi jika warga NU meninggal dunia ?
5
Informan : Iya jelas saya ikut.Kematian juga termasuk kemasyarakatan
mbak, jadi misal yang meninggal RT 2 jadi yang mencarikan
tempat ya RT 1.
Peneliti : Ritual 7 hari, 40 hari,100 hari, apakah masih tetap
terlaksana di sini bagi warga NU ?
Informan : Sekarang tradisi urusan kematian tidak lebih dari 3 hari, kalau 3
hari kan sesuai dengan Rasulullah SAW. batas takziyah kan 3
hari. Jadi, mereka-mereka tidak mengadakan acara 7 hari, dan
seterusnya itu bukan karena prinsip agama tapi karena
kebutuhan hidup yaitu selak nyambut gawe.
Peneliti : Sebenarnya faktor apa yang melatarbelakangi kerukunan
iniPak?
Informan : Kesadaran pribadi masing-masing karena antaranya hanya beda
pemahaman saja, trus yang kedua apalagi 1 kampung kita kan
saudara semua. Contohnya yang samping ibunya fauzi masih
kakak adik, samping masjid buleknya sehingga kuat.
Peneliti : Bagaimana upaya untuk menjaga agar kerukunan antara
warga Muhammadiyah dan NU di dusun ini dapat
dipertahankanpak ?
Informan : Untuk menjaga kerukunan ya dengan cara mengadakan
pengajian-pengajian, jadi ketika saya mengisi pengajian tidak
pernah berkata bahwa kalau menurut Muhammadiyah ajarannya
seperti ini sedangkan menurut NU ajarannya seperti ini Tapi
qur’annya ini lho dan hadisnya ini lho. Jadi, marilah kita ngaji
trus sampai ketemu dalam satu titik.
Peneliti : Bagaimana cara menanamkan kepribadian, sehingga tetap
menjaga kerukunan ?
Informan : oh ya di sini kan ada 4 RT ya, kebetulan mubaligh-mubalighnya
orang-orang kita (warga Muhammadiyah). Jadi, saya pesan
kepada para mubaligh untuk mengajak warganya bareng-bareng
dalam hal kebaikan di dusun Honggosari ini.
Dari wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa kerukunan yang
dihadapi informan tidak ada kendala atau problem yang dapat memutus
silaturahmi antara warga Muhammadiyah dan NU di dusun Honggosari ini,
sehingga kerukunan di dusun ini baik-baik saja.
6
Catatan Wawancara
Informan : SN (NU)
Hari, tanggal : Sabtu, 29Agustus 2015
Jam : 20.00 WIB
Fokus : Kohesi Sosial Intern Umat Islam (Relasi antara warga
Muhammadiyah dan NU)
Kode : KS
Prolog
Pada hari sabtu tanggal 29 Agustus 2015 pada malam hari sekitar pukul
20.00 WIB, tepatnya setelah sholat isyak, saya berkunjung ke rumah Bapak
mantan DPR yang bernama Pak SN (berusia 66 tahun) yang belum membuat janji.
Rumahnya yang berada di samping masjid tersebut tampak sepi sekali, saya
berulang kali mengetuk pintu dengan mengucapkan salam. Namun, salam saya
tidak ada yang menjawab dan akhirnya saya menunggu di depan rumah, tampak
dari arah timur ada sebuah mobil datang menuju ke rumah Pak SN dan setelah
dibukapintu mobil tersebut ternyata Pak SN. Kebetulan saya sudah kenal waktu
KKN dan akhirnya saya dipersilahkan masuk ke dalam rumahnya dan
dipersilahkan duduk. Kemudian saya menjelaskan bahwa saya sedang penelitian
skripsi dan ingin melakukan wawancara. Setelah itu saya dipersilahkan untuk
wawancara. Pak SN ini merupakan Tokoh Nahdlatul Ulama (NU) di Jogonegoro,
beliau dikaruniai 5 anak dari istrinya dan kelima anaknya pun sudah berumah
tangga.
Sebelumnya antara peneliti dengan informan sudah kenal sejak KKN di
dusun Honggosari, karena kondisi peneliti yang sudah kenal dengan informan,
maka memudahkan peneliti untuk melakukan penelitian terhadap informan.
Terjalinnya hubungan baik antara peneliti dengan informan juga cukup membantu
terhadap proses penelitian yang dilakukan oleh peneliti.
Kerukunan hidup antara warga Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU) di
dusun Honggosari. Berikut adalah proses wawancara dengan informan.
Proses Wawancara :
Peneliti : Bagaimana pandangan bapak tentang paham
Muhammadiyah dan NU ?
Informan : Gini mbak yang namanya organisasi apapun adalah sebuah
jembatan menuju ke Sana intinya semua kan Sana mbak. Dan
perbedaan adalah sebuah rahmah dan itu merupakan suatu
7
anugerah. Jadi, perbedaan jangan dijadikan satu-satunya
perselisihan tapi menambah wawasan. Kita harus syukuri
dengan syarat saling menghormati dan tidak usah merasa paling
benar, paling pintar.
Peneliti : Apa pendapat bapak mengenai pemahaman yang berbeda
tersebut ?
Informan : Ya menurut saya kita tidak usah mencampuri urusan orang lain,
maka aman-aman saja. Jadi, marilah kita bareng-bareng
fastabiqul khoirot dengan berlomba-lomba.
Peneliti : Kemudian hubungan antara warga Muhammadiyah dan
NU di dusun Honggosari ini bagaimana pak?
Informan : Owh aman-aman saja mbak, sangat rukun mbak.
Peneliti : Apakah ada kebersamaan dalam sosial kemasyarakatan?
Informan : Jelas mbak, Honggosari ini tempatnya kalau dalam urusan sosial
kita meninggalkan baju. Contoh, katakan ada hari besar Islam,
semua hadir bareng-bareng antara warga dan tokoh
Muhammadiyah dan NU semua ikut mendengarkan, Nyadran
ada tahlilanya, Muhammadiyah juga ikut entah itu ikhlas atau
tidak, yang penting kemasyarakatannya ikut.
Peneliti : Adakah kegiatan keagamaan yang dapat dilaksanakan
secara bersama-sama antara warga Muhammadiyah dan
NU?
Informan : Ya tadi hari-hari besar mbak, misalnya Isro’ Miroj, syawalan,
nyadran, sholat dan ada juga kegiatan yang sama seperti ibadah
mahdhoh yaitu sholat wajib berjamaah di Masjid Al-Mubarok,
kadang sekali tempo berbeda, seperti sholat ied.
Peneliti : Apakah ada kerjasama antara warga Muhammadiyah dan
NU dalam kelembagaan pak, misalnya dalam mengurus
masjid dan TPA ?
Informan : Tadi saya sudah cerita di awal, kalau kita tidak selalu dipakai
padahal kita ada yang layak baik imam, khatib.
Peneliti : Berarti dalam pengelolaan Masjid seimbang ya pak?
Informan : Ya tadi mbak, masalah pengelolaan masjid dalam hal
pembangunan dan kepengurusan dilakukan seimbang tapi kalau
masalah imam, khotib, muadzin hanya sepihak. Jadi seolah-olah
Maasjid ini yang menguasai Muhammadiyah padahal
sebenarnya dari kelompok saya (NU) itu ada yang layak. Tapi
bagi kami tidak masalah,sebab yang namanya ibadah harus
dilandasi dengan ikhlas.
8
Peneliti : Semisal ada tanah kosong, apakah dari warga NU di dusun
Honggosari ini tidak ingin membuat masjid sendiri ?
Informan : Kalau saya tetap berpaham bagaimana sikap saya untuk
masyarakat bahwa masjid itu tetap dipertahankan dan
dikembangkan, yang penting membawa kemaslahatan. Untuk
masyarakat Honggosari ini tidak berpandangan pada golongan,
Jadi, kesimpulanya tidak ada rencana untuk membuat masjid,
dulu sudah pernah mbak mau direncanakan,kalau ada dua
mushola pasti akan melemahkan kebersamaan yang mana juga
akan melemahkan ukhuwah umat Islam.
Peneliti : Kalau dalam pengeolaan TPA pak ?
Informan : Lha kalau masalah TPA saya kecewa mbak, jadi gini mbak dulu
itu TPA di sini itu maju. Di Masjid Al-Mubarok bareng-bareng
semuanya ikut TPA baik dari Muhammadiyah maupun NU.
Tapi karena yang mengajar itu tidak di gaji ya sudah akhirnya
mrotoli mbak, namanya manusia itu kebutuhan pasti ada tapi
karena takmirnya tidak setuju untuk masalah gaji menggaji ya
sudah akhirnya TPA yang tadi bareng-bareng di Masjid pecah
karena tidak ada gurunya tapi masih satu guru yang setia
mengajar mbak. Jadi untuk TPA di sini ada 3 yang di Masjid, di
Rumah takmir, dan di tempat lain.
Peneliti : Adakah kendala yang dihadapi dalam kerukunan tersebut,
jika ada bagaimana bapak menghadapi kendala tersebut ?
Informan : Ya gini mbak, jadi yang namanya perbedaan pasti punya efek.
Kalau tidak punya efek itu namanya tidak berbeda , tapi masih
bisa dikendalikan.
Peneliti : Lalu apa yang menjadi prinsip bapak dalam menjalankan
kerukunan di bawah perbedaan ini ?
Informan : Gini, sebenarnya Allah SWT. sudah memberikan suatu tata cara
kita bermasyarakat. Jadi, yang namanya Islam itu kan rahmatan
lil alamin, ini penjabarannya luas. rahmatan lil alamin adalah
suatu sikap orang Islam yang bisa diterima kemanfaatannya
untuk orang banyak, walaupun di dalam Islam tidak ada
ajarannya.
Peneliti : Kalau dalam masalah peribadahan, apakahbapakjuga
sholat berjamaah di Masjid dengan imam yang berbeda
paham?
Informan : Owh iya saya ikut jamaah.
Peneliti : Kemudian jika sholat subuh, apakah bapak membaca qunut
?
9
Informan : Itu keyakinan mbak, kalau saya tetap pakai qunut, itu keyakinan
owg mbak. Jadi, yang namanya keyakinan tidak boleh ragu-
ragu.
Peneliti : Apakah bapak juga melaksanakan sholat tarawih
berjamaah di Masjid ?
Informan : Ya saya ikut.
Peneliti : Kemudian dengan hari raya pak, apakah bersama?
Informan : Ya kalau hari raya sekali tempo sama, sekali tempo berbeda.
Kalau masalah urusan hari raya kan yang Muhammadiyah
dengan perhitungan dan yang NU dengan ru’yah. Sholatnya pun
di bagi menjadi dua. Kalau NU di Masjid dan yang
Muhammadiyah di Lapangan.
Peneliti : Untuk hari raya idul Adha, apakah menyembelih hewan
qurbannya bersama pak?
Informan : Kalau masalah penyembelihan qurban, dikerjakan bareng-
bareng mbak. Itu kan sudah masalah sosial kemasyarakatan.
Peneliti : Lalu bagaimana prinsip bapak sebagai warga NU?
Informan : Ya gini mbak sebenarnya Allah kan sudah memberi lampu
kepada kita, memberikan tatacara dalam bermasyarakat. Islam
itu merupakan rahmatan lil alamin jadi satu manusia ini bisa
diterima kemanfaatanya untuk orang banyak.
Peneliti : Bagaimana menurut bapak jika membantu tetangga
berbeda paham ?
Informan : Nabi itu kan orang-orang yang betul-betul jadi pedoman ya
mbak, nabi itu tidak membeda-bedakan mbak. Jadi, kita sebagai
umatnyapunjuga tidak masalah mbak, dan apalagi seorang
pemimpin maka harus adil.
Peneliti : Ketika ada warga Muhammadiyah yang sakit apakah bapak
juga ikut menjenguk ?
Informan : Oh di sini bareng-bareng mbak, di dusun Honggosari ini sudah
pas mbak untuk urusan sosial.
Peneliti : Kalau dalam hal kematian, apa bapak juga ikut
berpartisipasi jika warga Muhammadiyah meninggal dunia
?
Informan : Ya dateng mbak, intinya kita kan menghormati. Ada juga yang
tidak pakai tahlil, ya itu kan keyakinan dia, jadi kita tidak
masalah.
Peneliti : Ritual 7 hari, 40 hari,100 hari, apakah masih tetap
terlaksana di sini bagi warga NU ?
10
Informan : Ya ada, gini mbak namanya anaknya orang banyak ya, jadi
pendapatnya juga berbeda-beda. Ada yang ekstrim tidak setuju
tapi ya masih berjalan.
Peneliti : Sebenarnya faktor apa yang melatarbelakangi kerukunan
iniPak?
Informan : Semua yang namanya aturan kebijakan di desa manapun itu
menjadi rujukan, sifatnya mendidik, jadi memang dusun
Honggosari ini dari awalnya sudah terlatih, tertib, dan disiplin,
entah itu lewat pengajian, kelembagaan RT atau RW, jadi
kebersamaan, kalau mbak lihat setiap jumat pasti rapat.
Peneliti : Bagaimana upaya untuk menjaga agar kerukunan antara
warga Muhammadiyah dan NU di dusun ini dapat
dipertahankanpak ?
Informan : Kita harus tanggap mbak, jika ada rakyat kelakuannya kurang
baik maka harus ditegur.contoh ketika di kampung kok ngebut
naek motor ya saya tegur, soalnya kalau tidak langsung ditegur
maka akan menjadi kebiasaan.
Dari wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa kerukunan yang
dilakukan informan ada kendala untuk urusan kepengurusan masjid dalam
peribadahan yaitu seolah-olah masjid tersebut dikuasai oleh Muhammadiyah.
Namun, hal tersebut tidak menjadikan kerukunan di dusun Honggosari ini
terepecah-belah karena Pak SN ini dapat menurunkan egonya demi kemaslahatan
bersama. Apalagi Pak SN ini adalah seorang tokoh masyarakat, jadi sebagai
seorang pemimpin masyarakat harus memberikan contoh yang baik untuk
masyarakatnya serta tanggap terhadap maslah yang ada.
11
Catatan Wawancara
Informan : FZ (Muhammadiyah)
Hari, tanggal : Sabtu, 30 Agustus 2015
Jam : 08.00 WIB
Fokus : Kohesi Sosial Intern Umat Islam (Relasi antara warga
Muhammadiyah dan NU)
Kode : KS
Prolog
Pada hari minggu tanggal 30 Agustus 2015, pada pagi hari sekitar pukul
08.00 WIB. Saya menghampiri Pak FZ yang sedang duduk di ruang tengah,
karena sebelumnya saya sudah meminta ijin kepada Pak FZ untuk menginap di
rumahnya, dan kebetulan rumah Pak FZ ini adalah tempat tinggal saya ketika
KKN dulu. Jadi, saya dengan Pak FZ sudah lumayan akrab karena selama KKN
sudah saling kenal. Setelah samapai di ruang tengah saya dipersilahkan untuk
melakukan wawancara. Bapak Lurah FZ (berusia 50 tahun) merupakan Lurah di
desa Jogonegoro kabupaten Magelang ini sehari-harinya bekerja di kelurahan. Pak
Lurah dikaruniai 2 anak laki-laki dari istrinya ET.
Sebelumnya antara peneliti dengan informan sudah kenal sejak KKN di
dusun Honggosari, karena kondisi peneliti yang sudah kenal dengan informan,
maka memudahkan peneliti untuk melakukan penelitian terhadap informan.
Terjalinnya hubungan baik antara peneliti dengan informan juga cukup membantu
terhadap proses penelitian yang dilakukan oleh peneliti.
Kerukunan hidup antara warga Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU) di
dusun Honggosari. Berikut adalah proses wawancara dengan informan.
Proses Wawancara :
Peneliti : Bagaimana pandangan bapak tentang paham
Muhammadiyah dan NU ?
Informan : Muhammadiyah adalah suatu organisasi di bidang sosial, kalau
NU ya intinya sama.
Peneliti : Apa pendapat bapak mengenai pemahaman yang berbeda
tersebut ?
Informan : Ya pendapat saya, perbedaan pendapat itu tidak apa-apa.
Peneliti : Kemudian hubungan antara warga Muhammadiyah dan
NU di dusun Honggosari ini bagaimana pak?
12
Informan : Ya baik-baik saja alhamdulillah, artinya jika NU ada kegiatan
Muhammadiyah mendukung.
Peneliti : Apakah ada kebersamaan dalam sosial kemasyarakatan?
Informan : Semua dalam hal sosial bersama-sama mbak. Apalagi saya
pemimpin di sini, ya misal ada kerjabakti ya kita bersama-sama,
selain itu saya juga kadang-kadang berkunjung ke wilayah-
wilayah lain yang masih lingkup desa Jogonegoro, ya untuk
menjalin tali silaturahmi.
Peneliti : Adakah kegiatan keagamaan yang dapat dilaksanakan
secara bersama-sama antara warga Muhammadiyah dan
NU?
Informan : Ya ada kalau event peringatan hari besar pasti bareng, seperti ;
Isro’ Miroj, syawalan. Dan kalau untuk mengurusi hari-hari
besar misalnya siapa mubalighnya nanti. Itu semua saya yang
ngurusi.
Peneliti : Apakah ada kerjasama antara warga Muhammadiyah dan
NU dalam kelembagaan pak, misalnya dalam mengurus
masjid dan TPA ?
Informan : Ya bareng-bareng, artinya gini kalau di dusun Honggosari ini,
memang ada dua bendera tapi kalau dalam hal keagamaan
maupun sosial bareng-bareng jadi tidak menonjolkan egonya
benderanya masing-masing. artinya kemasyarakatanya dan
gotong royongnya sama-sama.
Peneliti : Berarti dalam pengelolaan Masjid seimbang ya pak?
Informan : Seimbang mbak.
Peneliti : Kalau dalam pengeolaan TPA pak ?
Informan : Ya TPA kan di sini ada tiga tempat jadi masalah pengelolaan ya
dikelola oleh orang yang bersangkutan dalam arti guru ngajinya
sendiri.
Peneliti : Adakah kendala yang dihadapi dalam kerukunan tersebut,
jika ada bagaimana anda menghadapi kendala tersebut ?
Informan : Tidak ada.
Peneliti : Lalu apa yang menjadi prinsip bapak dalam menjalankan
kerukunan di bawah perbedaan ini ?
Informan : Kalau masalah prinsip ini, sebelumnya maaf, memang saya dari
Muhammadiyah, saya agak condong dalam agama tapi saya
tidak menonjolkan organisasi. Saya saja kalau ngaji juga ke
mana-mana tidak memandang itu kyai Muhammadiyah atau dari
NU. ya pokoknya yang baik saya pakai.
13
Peneliti : Kalau dalam masalah peribadahan, apakahbapakjuga
sholat berjamaah di Masjid dengan imam yang berbeda
paham?
Informan : Ya kalau untuk sholat wajib saya bermajaah di dusun ini dengan
imam yang sepaham juga. namun ketika tarwih kemarin saya
juga ikut tarwih keliling mbak. Saya kan di sini pemimpin ya
mbak jadi saya berusaha memantau keadaan di luar juga. jadi
ketika sholat tarwih pada imam NU ya saya ikut tapi hanya
sampai 8 rokaat nanti saya nunggu witir baru ikut jamaah lagi.
Kalau dalam prinsip ibadah saya tetap Muhammadiyah tapi
kalau dalam sosial saya meninggalkan bendera saya. Artinya
saya tidak egois walaupun saya ikut berjamaah pada imam NU
tapi tetap 11 rokaat, dan apa yang saya kerjakan di sini kan
terselip rasa toleransi mbak.
Peneliti : Kemudian dengan hari raya pak, apakah bersama?
Informan : Ya kalau hari raya berbeda mbak. Kalau masalah urusan hari
raya kan yang Muhammadiyah dengan hitungan dan NU ikut
pemerintah. sholatnya pun di bagi menjadi dua. Kalau NU di
Masjid dan yang Muhammadiyah di Lapangan.
Peneliti : Untuk hari raya idul adha, apakah menyembelih hewan
qurbannya bersama pak?
Informan : Ya sama, kalau qurban kan dikelola oleh takmir dan takmirnya
di sini kan ada Muhammadiyah dan ada NU, jadi ya
pengelolaanya bareng-bareng di bawah naungan PHBI, ya PHBI
kan saya.
Peneliti : Kalau ada dzibaan, ziarah apa bapak juga ikut ?
Informan : Tidak mbak, tapi ya ada yang ikut kadang-kadang.
Peneliti : Bagaimana menurut bapak jika membantu tetangga
berbeda paham ?
Informan : Tidak masalah. artinya gini urusan sosial itu kita tidak ngurusi
golongan apa, golongan apa. Sosial kemasyarakatan bersama.
Peneliti : Ketika ada warga Muhammadiyah yang sakit apakah bapak
juga ikut menjenguk ?
Informan : Ya ikut.
Peneliti : Kalau dalam hal kematian, apa bapak juga ikut
berpartisipasi jika warga Muhammadiyah meninggal dunia
?
Informan : Ya jelas ikut mbak.
Peneliti : Ritual 7 hari, 40 hari,100 hari, apakah masih tetap
terlaksana di sini bagi warga NU ?
14
Informan : Kematian di sini sudah diputuskan di rapat RW tiga hari. Jadi, di
sini rata-rata sudah menggunakan 3 hari.
Peneliti : Sebenarnya faktor apa pak yang melatarbelakangi
kerukunan ini ?
Informan : Ya pertama dari figur kepemimpinan mbak, orang itu kalau
memberi contoh yang baik maka di bawah nya juga akan ikut
baik. Tapi kalau yang di atas sering ngompor-ngompori yang
tidak baik ya itu jelas malah menanamkan kebencian. Apalagi
kan ada dua kubu apabila tokoh-tokoh yang dituakan memberi
contoh yang tidak baik otomatis akan menjadikan gep. Yang
kedua keluarga, kebetulan 45 % tokoh-tokoh yang ada di sini
juga keluarga semua. Cikal bakal dusun Honggosari ini kan
mbah-mbah saya, ya kebetulan pahamnya mbah-mbah saya di
sekolahkan di Muhammadiyah. Jadi, kerukunan sudah tertanam
sejak dulu.
Peneliti : Bagaimana upaya untuk menjaga agar kerukunan antara
warga Muhammadiyah dan NU di dusun ini dapat
dipertahankan pak ?
Informan : Saling menjaga, ya berusaha menanamkan kerukunan saja. Ya
di dalam pengajian tidak usah menonjolkan bendera. Jadi, ngaji
ya ngaji tidak usah membawa-bawa bendera.
Peneliti : Bagaimana cara menanamkan kepribadian, sehingga tetap
menjaga kerukunan ?
Informan : Ya artinya gini, kita di dalam dua bendera itu tidak menonjolkan
benderannya. Jadi, ya ditanamkan agamanya saja, ditanamkan
akhlaknya. Di sini juga banyak kok anak dari warga NU di
sekolahkan ngaji di Muhammadiyah, jadi tidak apa-apa yang
penting sekolah di agama.
Dari wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa kerukunan yang
dilakukan informan tidak ada kendala atau problem yang dapat memutus tali
silaturahmi antara warga Muhammadiyah dan NU di dusun Honggosari ini,
sehingga kerukunan di dusun ini baik-baik saja. Sebab, dimata Pak FZ perbedaan
hanyalah sebuah bendera yang menjadi simbol dan simbol itu tidak menjadikan
kerukunan di dusun Honggosari ini pecah. Namun, dalam hal agama Pak FZ
tetap berprinsip pada keyakinannya, tapi hal itu tidak menutup kemungkinan
untuk tetap bersatu dengan semua masyarakat dan Pak FZ ini selalu menerapkan
sikap toleran.
15
Catatan Wawancara
Informan : ET (NU)
Hari, tanggal : Sabtu, 30 Agustus 2015
Jam : 09.00 WIB
Fokus : Kohesi Sosial Intern Umat Islam (Relasi antara warga
Muhammadiyah dan NU)
Kode : KS
Prolog
Pada hari sabtu tanggal 30 Agustus 2015, pada pagi hari sekitar pukul
09.00 WIB. Saya menghampiri Bu ET yang sedang masak untuk menanyakan
waktu luang untuk wawancara, kebetulan saya menginap di rumahnya dan
sebelumnya saya sudah meminta ijin kepada Bu ET untuk menginap di rumahnya,
dan kebetulan rumah Bu ET ini adalah tempat tinggal saya ketika KKN dulu. Jadi,
saya dengan Bu ET sudah sangat akrab karena selama KKN sudah saling kenal.
Kemudian, setelah saya bertanya tentang waktu luang untuk wawncara, saya
malah disuruh makan dulu. Akhirnya setelah selesai makan saya mulai wawancara
dengan Bu Lurah.Ibu Lurah yang bernama ET (berusia 51 tahun) ini sehari-
harinya adalah ibu rumah tangga dan Bu ET ini istri dari bapak FZ.
Sebelumnya antara peneliti dengan informan sudah kenal sejak KKN di
dusun Honggosari, karena kondisi peneliti yang sudah kenal dengan informan,
maka memudahkan peneliti untuk melakukan penelitian terhadap informan.
Terjalinnya hubungan baik antara peneliti dengan informan juga cukup membantu
terhadap proses penelitian yang dilakukan oleh peneliti.
Kerukunan hidup antara warga Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU) di
dusun Honggosari. Berikut adalah proses wawancara dengan informan.
Proses Wawancara :
Peneliti : Bagaimana pandangan ibuk tentang paham
Muhammadiyah dan NU ?
Informan : Pandangan saya Muhammadiyah dan NU adalah sama-sama
organisasi yang sesuai ajaran Islam mbak.
Peneliti : Apa pendapat ibuk mengenai pemahaman yang berbeda
tersebut ?
Informan : Bagi saya yang berbeda itu adalah pemahamannya, jadi orang
sendiri-sendiri menafsirkannya akan tetapi pada dasarnya satu
sumber yaitu Al-Qur’an.
16
Peneliti : Kemudian hubungan antara warga Muhammadiyah dan
NU di dusun Honggosari ini bagaimana buk?
Informan : Hubungannya baik-baik saja mbak, secara menyeluruh rukun.
Peneliti : Apakah ada kebersamaan dalam sosial kemasyarakatan?
Informan : Ada mbak, ya seperti kerja bakti, PKK, gotong royong.
Seandainya ada event-event desa Muhammadiyah dan NU
rukun, misal dalam hal masak dalam acara besar, bagian masak
NU bagian snak Muhammadiyah. Jadi, gotong royong, ayo
baren-bareng.
Peneliti : Adakah kegiatan keagamaan yang dapat dilaksanakan
secara bersama-sama antara warga Muhammadiyah dan
NU?
Informan : Ada mbak, ya Isthigosah bersama, selapanan, pengajian, di sini
ada pengajian rutin yang dilakukan semua warga dalam arti dari
Muhammadiyah ikut dan dari NU juga ikut, seperti hari-hari
besar kecuali hari raya.
Peneliti : Apakah ada kerjasama antara warga Muhammadiyah dan
NU dalam kelembagaan buk, misalnya dalam mengurus
masjid dan TPA ?
Informan : Ada mbak, di sini kalau memang tujuannya baik ya bareng-
bareng.
Peneliti : Berarti dalam pengelolaan Masjid seimbang ya buk ?
Informan : Ya seimbang.
Peneliti : Kalau dalam pengeolaan TPA buk ?
Informan : Kalau TPA di sini tidak hanya satu tempat mbak, ada tiga
tempat jadi pengurusnya ya sendiri-sendiri. Tiga tempat itu ada
dari Muhammadiyah dan ada juga dari NU dan untuk urusan
anak-anak yang mengaji campur ada yang dari NU ada juga
yang dari Muhammadiyah.
Peneliti : Adakah kendala yang dihadapi dalam kerukunan tersebut,
jika ada bagaimana ibuk menghadapi kendala tersebut ?
Informan : Tidak ada.
Peneliti : Lalu apa yang menjadi prinsip ibuk dalam menjalankan
kerukunan di bawah perbedaan ini ?
Informan : Ya prinsip saya kerukunan itu berarti masalah sosial ya mbak,
jadi untuk urusan sosial saya melepaskan label yang melekat
pada diri saya.
Peneliti : Kalau dalam masalah peribadahan, apakahibukjuga sholat
berjamaah di Masjid dengan imam yang berbeda paham?
17
Informan : ikut mbak, apalagi rumah saya depan masjid. Jadi untuk jamaah
saya sering ikut.
Peneliti : Kemudian jika sholat subuh, apakah ibuk membaca qunut ?
Informan : Ya kalau saya sholat sendiri ya pakai qunut tetapi kalau saya
ikut berjamaah ya saya mengikuti imam saja.
Peneliti : Apakah ibuk juga melaksanakan sholat tarawih berjamaah
di Masjid ?
Informan : Ya mbak, kalau masalah tarawih saya ikut imam nya saja,
kebetulan imamnya di sini adalah bapak THR beliau dari
Muhammadiyah, tapi saya tidak memandang dari
Muhammadiyah atau NU, yang saya pandang beliau adalah kyai
di sini.
Peneliti : Kemudian dengan hari raya buk, apakah bersama?
Informan : Tidak mbak, kalau Muhammadiyah kan dengan hitungan dan
NU ikut ru’yatul hilal.
Peneliti : Untuk Hari Raya idul Adha, apakah menyembelih hewan
qurbannya bersama buk?
Informan : Kalau untuk urusan penyembelihan qurban kami bersama-sama.
Jadi, apabila dari Muhammadiyah lebaran duluan maka nunggu
NU lebaran dulu baru kemudian Qurban kita sembelih bersama-
sama. Toleransi di Dusun ini sangat diutamakan mbak.
Peneliti : Lalu bagaimana prinsip ibuk sebagai warga NU?
Informan : Ya sebenarnya di hati kecil saya NU tapi ya karna di keluarga
besar saya adalah Muhammadiyah, maka untuk urusan agama,
sayaikuti sesuai jalur yang ada saja. Jadi, bagi say
Muhammadiyah dan NU hanyalah urusan organisasi.
Peneliti : Bagaimana menurut ibuk jika membantu tetangga berbeda
paham ?
Informan : Membantu tidak ada masalah jadi diniati gotong royong saja
mbak.
Peneliti : Ketika ada warga Muhammadiyah yang sakit apakah ibuk
juga ikut menjenguk ?
Informan : Jelas ikut, apalagi saya adalah istri dari pemimpin dusun
Honggosari ini.
Peneliti : Kalau dalam hal kematian, apa ibuk juga ikut berpartisipasi
jika warga Muhammadiyah meninggal dunia ?
Informan : Ya sayaikut mbak
Peneliti : Ritual 7 hari, 40 hari,100 hari, apakah masih tetap
terlaksana di sini bagi warga NU ?
18
Informan : Ya selama ini 3 hari, sudah menjadi keputusan 3 hari, ya misal
ingin 7 hari, ya cuma satu keluargayang datang dalam acara
tersebut.
Peneliti : Sebenarnya faktor apa buk yang melatarbelakangi
kerukunan ini ?
Informan : Yang pasti pemuka agamanya yang selalu mengajak-ajak untuk
saling bersatu, rukun antara umat Islam.
Peneliti : Bagaimana upaya untuk menjaga agar kerukunan antara
warga Muhammadiyah dan NU di dusun ini dapat
dipertahankanbuk ?
Informan : Ya hidup sesuai dengan Al-Qur’an saja, apabila kita hidup
sesuai dengan pedoman Al-Qur’an maka kerukunan juga akan
terwujud dengan sendirinya.
Peneliti : Bagaimana cara menanamkan kepribadian, sehingga tetap
menjaga kerukunan ?
Informan : Penting kita rukun di dasari dengan kegotong-royongan, kita kan
hidup di dalam masyarakat.
Dari wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa kerukunan yang
dilakukan informan ada kendala dalam prinsip agama. Namun, hal tersebut tidak
menjadikan informan untuk tetap saling rukun dan toleransi antar umat Islam,
sehingga kerukunan di dusun ini baik-baik saja. Sertaprinsip Bu ET ini
bahwauntuk urusan sosial, dia melepaskan label organisasi yang melekat pada
dirinya.
19
Catatan Wawancara
Informan : ASR (NU)
Hari, tanggal : Sabtu, 30 Agustus 2015
Jam : 09.00 WIB
Fokus : Kohesi Sosial Intern Umat Islam (Relasi antara warga
Muhammadiyah dan NU)
Kode : KS
Prolog
Pada hari sabtu tanggal 30 Agustus 2015 pada pagi hari sekitar pukul
09.00 WIB. Pada waktu itu kami bertemu di jalan yang kebetulan hari minggu,
dia sedang libur sekolah. Saat itu dia sedang membeli sayur-sayuran, sepulang
dari warung sayuran, kami berpapasan di jalan depan Masjid Al-Mubarok dan
saya menghampirinya, kemudian saya memulai perbincangan dengan basa-basi
sedikit dan pada akhirnya niat saya, saya ungkapkan bahwa saya sedang penelitian
skripsi dan saya butuh untuk wawancara dengannya. Kemudian dengan senang
hati, dia mengajak saya untuk wawancara di rumahnya karena belanjaannya sudah
ditunggu ibunya. Dan sesampai di rumahnya saya dipersilahkan masuk dan duduk
dan kebetulan orang tuanya juga berada di rumah, setelah itu saya melakukan
wawancara. Remaja yang bernama ASR ini (berusia 17 tahun), dia masih duduk
di bangku SMA kelas 3.
Sebelumnya antara peneliti dengan informan belum saling kenal dan
belum ada janji juga antara peneliti dengan informan.
Kerukunan hidup antara warga Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU) di
dusun Honggosari. Berikut adalah proses wawancara dengan informan.
Proses Wawancara :
Peneliti : Bagaimana pandangan adek tentang paham
Muhammadiyah dan NU ?
Informan : Apa ya mbak, kalau Muhammadiyah itu tidak ada nyadran dan
lebih cenderung pada agamanya. Sedangkan, kalau NU ada
nyadran dan biasa.
Peneliti : Apa pendapat adek mengenai pemahaman yang berbeda
tersebut ?
Informan : Tidak ada masalah mbak.
20
Peneliti : Kemudian hubungan antara warga Muhammadiyah dan
NU di dusun Honggosari ini bagaimana dek?
Informan : Tetap rukun mbak, ya mengikuti masing-masing.
Peneliti : Apakah ada kebersamaan dalam sosial kemasyarakatan?
Informan : Ada mbak seperti kerjabakti, karang taruna, REMAS, trus kalau
ada orang meninggal kita yang remaja ikut berpartisipasi seperti
bagian masang tenda.
Peneliti : Adakah kegiatan keagamaan yang dapat dilaksanakan
secara bersama-sama antara warga Muhammadiyah dan
NU?
Informan : Ada mbak, ya pengajian fatayat
Peneliti : Apakah ada kerjasama antara warga Muhammadiyah dan
NU dalam kelembagaan dek, misalnya dalam mengurus
masjid dan TPA ?
Informan : Kurang tau mbak, tapi sepertinya ada.
Peneliti : Berarti dalam pengelolaan Masjid seimbang ya dek ?
Informan : Ya mungkin mbak
Peneliti : Kalau dalam pengeolaan TPA dek ?
Informan : Kalau TPA di sini banyak mbak. Kalau saya waktu kecil ikut di
Masjid sama pak MJ beliau dari Muhammadiyah, tapi sekarang
saya sudah tidak ikut TPA, ngaji sendiri di Rumah.
Peneliti : Adakah kendala yang dihadapi dalam kerukunan tersebut,
jika ada bagaimana aadek menghadapi kendala tersebut ?
Informan : Tidak ada mbak.
Peneliti : Lalu apa yang menjadi prinsip adek dalam menjalankan
kerukunan di bawah perbedaan ini ?
Informan : Apa ya mbak prinsipnya, ya yang penting rukun mbak saling
menghormati dan saling menghargai.
Peneliti : Kalau dalam masalah peribadahan, apakahadekjuga sholat
berjamaah di Masjid ?
Informan : Ya, kadang-kadang.
Peneliti : Kemudian jika sholat subuh, apakah adek membaca qunut ?
Informan : Kalau sholat sendiri ya pakai qunut mbak, tapi kalau ikut
berjamaah tidak.
Peneliti : Apakah adek juga melaksanakan sholat tarawih berjamaah
di Masjid ?
Informan : Ya mbak ikut.
Peneliti : Kemudian dengan hari raya dek, apakah bersama?
Informan : Ya kalau hari raya, NU sholat di Masjid tapi kalau
Muhammadiyah sholat di Lapangan.
21
Peneliti : Untuk hari raya idul adha, apakah menyembelih hewan
qurbannya bersama dek?
Informan : Ya mbak bersama-sama.
Peneliti : Lalu bagaimana prinsip adek sebagai warga NU?
Informan : Ya menyesuaikan saja mbak dalam hal ibadah selama tidak
melenceng dari aturan Islam.
Peneliti : Bagaimana menurut adek jika membantu tetangga berbeda
paham ?
Informan : Tidak apa-apa mbak.
Peneliti : Ketika ada warga Muhammadiyah yang sakit apakah adek
juga ikut menjenguk ?
Informan : Ikut mbak.
Peneliti : Kalau dalam hal kematian, apa adek ikut berpartisipasi jika
ada warga Muhammadiyah meninggal dunia ?
Informan : Ya saya ikut mbak, kalau untuk remaja bagian masang tenda.
Peneliti : Ritual 7 hari, 40 hari,100 hari, apakah masih tetap
terlaksana di sini bagi warga NU ?
Informan : Setau saya di sini cuma tiga hari mbak, tapi untuk acara-acara
seperti itu saya tidak ikut ,jadi untuk orang- tua saja.
Peneliti : Sebenarnya faktor apa dek yang melatarbelakangi
kerukunan ini ?
Informan : faktor kesadaran dan saling toleransi.
Peneliti : Bagaimana upaya untuk menjaga agar kerukunan antara
warga Muhammadiyah dan NU di dusun ini dapat
dipertahankandek ?
Informan : Tetap adanya kebersamaan, saling menghormati, kumpul
bersama.
Dari wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa kerukunan yang dihadapi
informan tidak ada kendala atau problem yang dapat memutus silaturahmi antara
warga Muhammadiyah dan NU di dusun Honggosari ini, sehingga kerukunan di
dusun ini baik-baik saja.Serta informan tidak mempermasalahkan perbedaan
pemahaman yang ada selama tidak melenceng dari aturan Islam.
22
Catatan Wawancara
Informan : SAM (Muhammadiyah)
Hari, tanggal : Sabtu, 29Agustus 2015
Jam : 16.30 WIB
Fokus : Kohesi Sosial Intern Umat Islam (Relasi antara warga
Muhammadiyah dan NU)
Kode : KS
Prolog
Pada hari sabtu tanggal 29 Agustus 2015, pada sore hari sekitar pukul
16.30WIB. Saya berkunjung ke rumah Bu SAM, yang kebetulan sudah membuat
janji. Setelah tiba di Rumahnya saya mengetuk pintu dan yang membuka pintu Bu
SAM sendiri. Kemudian saya dipersilahkan masuk dan duduk. Setelah itu, saya
langsung melakukan wawancara. Bu SAM (berusia 65 tahun) ini merupakan
uztadzah TPA di dusun Honggosari. selain itu juga mengajar TPA anak-anak
dusun Honggosari, juga merupakan Ibu rumah tangga dan sudah dikaruniai 3
anak.
Sebelumnya antara peneliti dengan informan sudah kenal sejak KKN di
dusun Honggosari, karena kondisi peneliti yang sudah kenal dengan informan,
maka memudahkan peneliti untuk melakukan penelitian terhadap informan.
Terjalinnya hubungan baik antara peneliti dengan informan juga cukup membantu
terhadap proses penelitian yang dilakukan oleh peneliti.
Kerukunan hidup antara warga Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama
(NU) di dusun Honggosari. Berikut adalah proses wawancara dengan informan.
Proses Wawancara :
Peneliti : Bagaimana pandangan ibuk tentang paham
Muhammadiyah dan NU ?
Informan : Ya sama-sama organisasi masyarakat yang intinya mengajarkan
kebaikan untuk mencari pahala.
Peneliti : Apa pendapat ibuk mengenai pemahaman yang berbeda
tersebut ?
Informan : Ya kalau masalah pemahaman ya berbeda, jadi Muhammadiyah
kalau sholat subuh ya tidak pakai qunut, trus bacaan iftitah juga
beda sini menggunakan Allahhumma bait sana kabiro.
23
Peneliti : Kemudian hubungan antara warga Muhammadiyah dan
NU di dusun Honggosari ini bagaimana buk?
Informan : Baik-baik saja mbak, jadi tidak ada saingan apa-apa. Jika ada
warga NU mengadakan acara ya kita menghormati, kemudian
apabila suami saya THR mengisi pengajian RT ya semua
datang.
Peneliti : Apakah ada kebersamaan dalam sosial kemasyarakatan?
Informan : Ada, ya kerjabakti jadi ya dilaksanakan bareng-bareng, kalau
untuk urusan sosial Label NU dan Muhammadiyah tidak diikut-
ikutkan.
Peneliti : Adakah kegiatan keagamaan yang dapat dilaksanakan
secara bersama-sama antara warga Muhammadiyah dan
NU?
Informan : Ada mbak, sini kalau mengadakan pengajian ibu-ibu aisiyah ya
warga NU juga ada yang datang, kecuali yang NU fanatik
beneran.
Peneliti : Apakah ada kerjasama antara warga Muhammadiyah dan
NU dalam kelembagaan buk, misalnya dalam mengurus
masjid dan TPA ?
Informan : Ada mbak, di sini untuk urusan pengelolaan masjid semua
warga dilibatkan. Tapi kalau imam nya dari Muhammadiyah
semua.
Peneliti : Berarti dalam pengelolaan masjid seimbang atau sepihak
buk?
Informan : Ya bisa dikatakan seimbang kalau dalam pembangunan masjid,
tapi bisa dikatakan sepihak kalau dalam urusan imam dan
muadzin.
Peneliti : Kalau dalam pengeolaan TPA buk ?
Informan : Ya kalau TPA di sini banyak, kebetulan di Rumah saya juga ada
TPA. Jadi, masalah pengelolaan ya saya dengan suami saya.
Peneliti : Adakah kendala yang dihadapi dalam kerukunan tersebut,
jika ada bagaimana ibuk menghadapi kendala tersebut ?
Informan : Tidak ada, semua rukun di dusun Honggosari.
Peneliti : Lalu apa yang menjadi prinsip ibuk dalam menjalankan
kerukunan di bawah perbedaan ini ?
Informan : Ya menyambung silaturahmi.
Peneliti : Kalau dalam masalah peribadahan, apakahibukjuga sholat
berjamaah di Masjid ?
Informan : Ya mbak.
Peneliti : Kemudian dengan hari raya buk apakah bersama?
24
Informan : Bersama, cuma bedanya tempatnya sholat ada dua di Masjid
sama di Lapangan.
Peneliti : Untuk hari raya idul adha, apakah menyembelih hewan
qurbannya bersama buk?
Informan : Iya baren-bareng.
Peneliti : Kalau ada dzibaan, ziarah, apa ibuk juga ikut ?
Informan : Ya kalau saya pribadi tidak, tapi mungkin ada hanya beberapa
orang. Sebenarnya dzibaan kan hanya syair Islam mbak, jadi
hanya merupakan seni, kan tidak ada juga dalam perintah
Rasulullah SAW. dan kalau ziarah saya pun juga tidak ikut.
Peneliti : Bagaimana menurut ibuk jika membantu tetangga berbeda
paham ?
Informan : Kalau membantu ya semua di bantu.
Peneliti : Ketika ada warga NU yang sakit apakah ibuk juga ikut
menjenguk ?
Informan : Ya ikut mbak
Peneliti : Kalau dalam hal kematian, apa ibuk juga ikut berpartisipasi
jika warga NU meninggal dunia ?
Informan : Ya dateng, ya kalau ibu-ibu aisiyah terus langsung datang
mandiin yang putri.
Peneliti : Ritual 7 hari, 40 hari,100 hari, apakah masih tetap
terlaksana di sini bagi warga NU ?
Informan : Kalau di sini 3 hari sudah dibubarkan, jadi tidak sampai 7 hari.
Peneliti : Sebenarnya faktor apa yang melatarbelakangi kerukunan
inibuk ?
Informan : Toleransi antar sesama, jadi dengan adanya toleransi tersebut
dapat memperkuat kerukunan di sini.
Peneliti : Bagaimana upaya untuk menjaga agar kerukunan antara
warga Muhammadiyah dan NU di dusun ini dapat
dipertahankanbuk ?
Informan : Ya dengan adanya pengajian bersama, sholat berjamaah di
Masjid, PKK, kerjabakti itu upaya juga untuk menjaga
kerukunan di Dusun ini sebab dengan sering berinteraksi kita
lebih dapat menjalin silaturahmi.
Dari wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa kerukunan yang
dilakukan informan tidak ada kendala atau problem yang dapat memutus tali
silaturahmi antara warga Muhammadiyah dan NU di dusun Honggosari ini,
sehingga kerukunan di dusun ini baik-baik saja. Kebetulan Masjid dusun
25
Honggosari ini lebih condong terhadap paham Muhammadiyah, jadi dalam hal
peribadahan tidak ada masalah.
Catatan Wawancara
Informan : PRS (NU)
Hari, tanggal : Sabtu, 29 Agustus 2015
Jam : 11.00 WIB
Fokus : Kohesi Sosial Intern Umat Islam (Relasi antara warga
Muhammadiyah dan NU)
Kode : KS
Prolog
Pada hari sabtu tanggal 29 Agustus 2015, pada siang hari sekitar pukul
11.00 WIB. Saya berkunjung ke rumah Bu PRS, yang kebetulan sudah membuat
janji. Sebelumnya saya telefon dahulu untuk menanyakan waktu luang guna
melakukan wawancara. Kemudian setelah saya tiba di rumahnya, saya mengetuk
pintu berulang-ulang tetapi tidak ada yang membukakan. Ternyata Bu PRS sedang
belanja ke Pasar, mungkin karena saya berangkat agak kepagian dari jadwal yang
sudah dijanjikan. Tak lama kemudian Bu PRS datang dengan menggunakan
sepeda motor dan membawa barang-barang belanjaannya. Bu PRS pun kaget
karena saya sudah berada di depan rumahnya, akhirnya saya dipersilahkan masuk
dan duduk. Kemudian saya ngobrol-ngobrol sedikit dan setelah itu baru mulai
wawancara. Bu PRS (berusia 50 tahun) ini merupakan ibu rumah tangga yang
sehari-harinyabekerja sebagai penjahit. Bu PRS dikaruniai 5 orang anak dan
suaminya bekerja sebagai kuli bangunan.
Sebelumnya antara peneliti dengan informan sudah kenal sejak KKN di
dusun Honggosari, karena kondisi peneliti yang sudah kenal dengan informan,
maka memudahkan peneliti untuk melakukan penelitian terhadap informan.
Terjalinnya hubungan baik antara peneliti dengan informan juga cukup membantu
terhadap proses penelitian yang dilakukan oleh peneliti.
Kerukunan hidup antara warga Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU) di
dusun Honggosari. Berikut adalah proses wawancara dengan informan.
Proses Wawancara :
Peneliti : Bagaimana pandangan ibuk tentang paham
Muhammadiyah dan NU ?
26
Informan : Menurut saya, semua agama sama dan tujuannya pun juga sama
yaitu mencari ridho Allah. Intinya semua agama baik mbak.
Peneliti : Apa pendapat ibuk mengenai pemahaman yang berbeda
tersebut ?
Informan : Ya intinya semua agama itu baik, jadi bagi saya tidak masalah
asalkan tidak melenceng dari Al-Qur’an.
Peneliti : Kemudian hubungan antara warga Muhammadiyah dan
NU di dusun Honggosari ini bagaimana buk?
Informan : Owh masalah hubungan sangat rukun sekali mbak di dusun ini.
Peneliti : Apakah ada kebersamaan dalam sosial kemasyarakatan?
Informan : Ada mbak, ya seperti PKK, kerja bakti. Di sini ada yang
mengatur mbak dalam bidang sosial jadi kita sebagai warga
tinggal mengikuti saja.
Peneliti : Adakah kegiatan keagamaan yang dapat dilaksanakan
secara bersama-sama antara warga Muhammadiyah dan
NU?
Informan : Ada mbak, ya seperti pengajian silaturahmi, pengajian
syawalan, isro’ miroj, dan pengajian rutin 2 minggu sekali per
RT.
Peneliti : Apakah ada kerjasama antara warga Muhammadiyah dan
NU dalam kelembagaan buk, misalnya dalam mengurus
masjid dan TPA ?
Informan : Saya kurang faham mengenai itu mbak, masalahnya saya kan di
sini hanya warga biasa. Jadi, kalau masalah kepengurusan
kurang begitu faham tapi setau saya yang mengurusi dusun ini
kebanyakan dari waga Muhammadiyah mbak.
Peneliti : Berarti dalam pengelolaan Masjid hanya sepihak ya buk ?
Informan : Mungkin ya mbak, karena dusun ini tokoh-tokohnya
kebanyakan orang Muhammadiyah dan NU di sini dalam
kepengurusan tidak begitu menonjol.
Peneliti : Kalau dalam pengeolaan TPA buk ?
Informan : Kalau TPA di sini tidak hanya satu tempat mbak.
Peneliti : Adakah kendala yang dihadapi dalam kerukunan tersebut,
jika ada bagaimana anda menghadapi kendala tersebut ?
Informan : Tidak ada mbak, ya tidak mempermasalahkan satu sama lain, di
sini intinya kalau mau ikut ya silahkan kalau tidak, ya tidak apa-
apa. Jadi sifat nya bebas, tidak memaksa.
Peneliti : Lalu apa yang menjadi prinsip ibuk dalam menjalankan
kerukunan di bawah perbedaan ini ?
27
Informan : Kita kan sebagai orang Islam ya mbak, jadi yang dicari adalah
kerukunan, yang penting ibadah mencari pahala. Kalau masalah
kecil di besar-besarkan akan pecah nantinya, ya di mana-mana
perbedaan pasti ada mbak.
Peneliti : Kalau dalam masalah peribadahan, apakahibukjuga sholat
berjamaah di Masjid dengan imam yang berbeda paham?
Informan : Terus terang saya belajar dari sini, doanya pakai
Muhammadiyah. Kalau masalah jama’ah saya terus terang tidak
jama’ah di Masjid, ya mungkin memang aku kesadarannya
masih kurang.
Peneliti : Kemudian jika sholat subuh, apakah ibuk membaca qunut ?
Informan : Ya tadi mbak, kalau saya sholat di Masjid ya saya ikut imam
saja, tapi kalau saya sholat di rumah ya pakai qunut.
Peneliti : Apakah ibuk juga melaksanakan sholat tarawih berjamaah
di masjid ?
Informan : Ya mbak, kalau masalah tarawih saya ikut imamnya saja,
kebetulan imamnya di sini adalah bapak THR beliau dari
Muhammadiyah, tapi saya tidak memandang dari
Muhammadiyah atau NU, yang saya pandang beliau adalah kyai
di sini.
Peneliti : Kemudian dengan hari raya buk, apakah bersama?
Informan : Tidak mbak. Itu sesuai keyakinan masing-masing, yang
Muhammadiyah ya ikut Muhammadiyah dan yang NU ya ikut
NU.
Peneliti : Untuk hari raya idul adha, apakah menyembelih
Qurbannya bersama buk?
Informan : Bersama-sama mbak.
Peneliti : Lalu bagaimana prinsip ibuk sebagai warga NU?
Informan : Saya tidak memandang Muhammadiyah atau NUnya mbak, jadi
selama ajaran itu baik ya saya gunakan.
Peneliti : Bagaimana menurut ibuk jika membantu tetangga berbeda
paham ?
Informan : Tidak masalah mbak, kalau sini masalah kesusahan memang
semuanya ikut.
Peneliti : Ketika ada warga Muhammadiyah yang sakit apakah ibuk
juga ikut menjenguk ?
Informan : Ikut mbak, itu tetap satu, sosial tidak bisa dipecahkan.
Peneliti : Kalau dalam hal kematian, apa ibuk juga ikut berpartisipasi
jika warga Muhammadiyah meninggal dunia ?
Informan : Ikut mbak
28
Peneliti : Ritual 7 hari, 40 hari,100 hari apakah masih tetap
terlaksana di sini bagi warga NU ?
Informan : Kalau masalah 7, 40, 100 hari tergantung yang punya hajat
mbak. Tapi di sini rata-rata 3 hari sudah selesai baik yang
meninggal warga Muhammadiyah maupun NU.
Peneliti : Sebenarnya faktor apa buk yang melatarbelakangi
kerukunan ini ?
Informan : Yang pasti kesadaran mbak apalagi saya hanya pendatang,
bukan asli dari lahir di dusun ini. Jadi, saya hanya mengikuti dan
memahami apa yang sudah ada di dusun Honggosari ini.
Peneliti : Bagaimana upaya untuk menjaga agar kerukunan antara
warga Muhammadiyah dan NU di dusun ini dapat
dipertahankanbuk ?
Informan : Ya sama-sama saling memahami, istilahnya kalau situ mau
menjalani ya monggo tidak ya monggo, toleransilah mbak.
Peneliti : Bagaimana cara menanamkan kepribadian, sehingga tetap
menjaga kerukunan ?
Informan : Ya di sini kan ada perkumpulan remaja. Kan remaja tidak ada
mengecam, kamu warga Muhammadiyah kamu warga NU, tapi
saya juga tanamkan harus ngaji di luar. Jadi, pemahaman agama
bisa langsung sendiri
Dari wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa kerukunan yang dihadapi
informan tidak ada kendala atau problem yang dapat memutustali silaturahmi
antara warga Muhammadiyah dan NU di dusun Honggosari ini, sehingga
kerukunan di dusun ini baik-baik saja.Apalagi Bu PRS ini hanyalah seorang
pendatang di dusun ini, jadi hanya mengikuti apa yang sudah ada di dusun
tersebut baik dari segi keagamaan maupun sosial. Bagi Bu PRS sebagai orang
Islam yang dicari hanyalah kerukunan, yang penting ibadah mencari pahala.
Kalau masalah kecil di besar-besarkan akan pecah nantinya karena perbedaan itu
di mana-mana pasti ada.
29
Catatan Wawancara
Informan : DL (Muhammadiyah)
Hari, tanggal : Sabtu, 30 Agustus 2015
Jam : 11.00 WIB
Fokus : Kohesi Sosial Intern Umat Islam (Relasi antara warga
Muhammadiyah dan NU)
Kode : KS
Prolog
Pada hari sabtu tanggal 30 Agustus 2015, pada siang hari sekitar pukul
11.00 WIB. Saya berkunjung ke rumah mbak DL dan sebelumnya memang saya
sudah membuat janji. Saat tiba di rumahnya, mbak DL mempersilahkan saya
masuk sebelumnya juga sudah kenal waktu KKN dulu, jadi sudah lumayan akrab.
Kebetulan hari itu kuliahnya juga libur, Kemudian saya langsung melakukan
wawncara dengannya. Mbak DL adalah Mahasiswa UMM (berusia 22 tahun) ini,
yang masih semester 5 jurusan ekonomi S1.
Sebelumnya antara peneliti dengan informan sudah kenal sejak KKN di
dusun Honggosari, karena kondisi peneliti yang sudah kenal dengan informan,
maka memudahkan peneliti untuk melakukan penelitian terhadap informan.
Terjalinnya hubungan baik antara peneliti dengan informan juga cukup membantu
terhadap proses penelitian yang dilakukan oleh peneliti.
Kerukunan hidup antara warga Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU) di
dusun Honggosari. Berikut adalah proses wawancara dengan informan.
Proses Wawancara :
Peneliti : Bagaimana pandangan mbak tentang paham
Muhammadiyah dan NU ?
Informan : Paham Muhammadiyah dan NU, keduanya merupakan aliran
Islam termasuk aliran besar di Indonesia, yang mana keduanya
memiliki paham atau keyakinan masing-masing, keduanya
memiliki perbedaan dari segi pengamalan ibadah
Peneliti : Apa pendapat mbak mengenai pemahaman yang berbeda
tersebut ?
Informan : Pemahaman yang berbeda itu wajar ya mbak, setiap orang
memiliki pemikiran masing-masing, yang mana alur berfikirnya
30
pun juga berbeda-beda jadi tergantug kita yang menyikapainya.
Dari satu syariat Islam dipahami oleh banyak orang maka
mereka akan melahirkan pemahaman yang berbeda-beda
termasuk dari pakar pemimpin Muhammadiyah dan NU
tersebut. Sebenarnya perbedaan tersebut itu hanyalah masalah
furu’ saja mbk, tapi kan tujuanya sama yaitu sama-sama
memperjuangkan Islam.
Peneliti : Kemudian hubungan antara warga Muhammadiyah dan
NU di dusun Honggosari ini bagaimana mbak?
Informan : Baik-baik saja mbak, ya layaknya sebagai masyarakat apalagi
orang desa, mereka mengedepankan adanya kerukunan. Jadi,
perbedaan paham seperti ini kita anggap sebuah kewajaran yang
mana tetap pada prinsip masing-masing, namun tetap menjaga
toleransi dan kerukunan dalam kehidupan sosial.
Peneliti : Apakah ada kebersamaan dalam sosial kemasyarakatan?
Informan : Ada mbak, ya kita sering seperti PKK, kerjabakti, bersih-bersih
masjid. jadi ya di laksanakan bareng-bareng, kalau untuk urusan
sosial label NU dan Muhammadiyah tidak diikut-ikutkan.
Pokoknya yang berbau sosial kita pro jadi tidak melihat
perbedaan paham kita.
Peneliti : Adakah kegiatan keagamaan yang dapat dilaksanakan
secara bersama-sama antara warga Muhammadiyah dan
NU?
Informan : Ada mbak, sholat berjamaah.
Peneliti : Apakah ada kerjasama antara warga Muhammadiyah dan
NU dalam kelembagaan mbak, misalnya dalam mengurus
masjid dan TPA ?
Informan : Ada mbak, ya kita bareng-bareng mengelolanya, tapi biasanya
yang mengajar dan yang yang mengimami sering-seringnya dari
warga kami (Muhammadiyah).
Peneliti : Berarti dalam pengelolaan Masjid tidak seimbang mbak?
Informan : Kurang tahu mbak.
Peneliti : Kalau dalam pengeolaan TPA mbak ?
Informan : Ya kalau TPA di sini banyak, tidak hanya di Masjid tapi ada di
Rumah-rumah warga.
Peneliti : Adakah kendala yang dihadapi dalam kerukunan tersebut,
jika ada bagaimana mbak menghadapi kendala tersebut ?
Informan : Tidak ada, semua fine-fine saja, kita jalani kehidupan di
masyarakat ini dengan tentram dan sejahtera.
31
Peneliti : Lalu apa yang menjadi prinsip mbak dalam menjalankan
kerukunan di bawah perbedaan ini ?
Informan : Prinsip saya adalah ya terpenting saya punya keyakinan sendiri
dalam hati, saya melakukan ini karena saya punya dasar seperti
ini dan saya berkata seperti ini karena saya punya prinsip seperti
ini.
Peneliti : Kalau dalam masalah peribadahan, apakahmbakjuga sholat
berjamaah di Masjid?
Informan : Kalau masalah sholat di Masjid, kadang-kadang mbak.
Kebanyakan sholatnya di Rumah.
Peneliti : Kemudian dengan hari raya mbak apakah bersama?
Informan : Ya kalau hari raya berbeda.
Peneliti : Untuk hari raya idul adha, apakah menyembelih hewan
qurbannya bersama mbak?
Informan : Iya kalau masalah idul adha bersama mbak.Ya kita nunggu
sebentar dan juga mengambil kemudahan agar pengelolaanya
bareng sekaligus.
Peneliti : Kalau ada dzibaan, ziarah, apa mbak juga ikut ?
Informan : Tidak mbak, itu memang rutinitas dari warga NU.
Peneliti : Bagaimana menurut mbak jika membantu tetangga berbeda
paham ?
Informan : Kalau masalah bantu-membantu fine-fine aja mbak, tidak ada
masalah. Jadi, itu kan kaitannya dengan sosial, adapun dia
punya hajat ataupun sakit tetap dibantu.
Peneliti : Ketika ada warga NU yang sakit apakah mbak juga ikut
menjenguk ?
Informan : Ya ikut mbak, soal hati dan sosial itu kita sembunyikan dulu
paham yang melekat.
Peneliti : Kalau dalam hal kematian, apa mbak juga ikut
berpartisipasi jika warga NU meninggal dunia ?
Informan : Ya kalau itu, saya ikut.
Peneliti : Ritual 7 hari, 40 hari,100 hari, apakah masih tetap
terlaksana di sini bagi warga NU ?
Informan : Sudah jarang mbak, karena memang sudah jadi keputusan di sini
tiga hari sudah selesai tapi ya masih ada paling cuma beberapa
orang.
Peneliti : Sebenarnya faktor apa yang melatarbelakangi kerukunan
inimbak ?
32
Informan : Mayoritas di sini keluarga mbak, jadi misalnya saya
Muhammadiyah, pakde saya NU, bude saya Muhammadiyah.
Ya kita toleransi walaupun berbeda paham.
Peneliti : Bagaimana upaya untuk menjaga agar kerukunan antara
warga Muhammadiyah dan NU di dusun ini dapat
dipertahankanmbak ?
Informan : Ya intinya kita saling menghormati bahwa kita punya prinsip
sendiri-sendiri yang mungkin sebagian dari prinsip tersebut
tidak bisa dilakukan bersama dan tetap menjaga toleransi.
Dari wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa kerukunan yang
dilakukan informan tidak ada kendala atau problem yang dapat memutus tali
silaturahmi antara warga Muhammadiyah dan NU di dusun Honggosari ini,
sehingga kerukunan di dusun ini baik-baik saja, selain itu kerukunan di dusun
Honggosari ini ada kekerabatan juga sehingga bisa lebih mempererat ukhuwah di
Dusun ini.
33
Catatan Wawancara
Informan : MSL (NU)
Hari, tanggal : Sabtu, 29 Agustus 2015
Jam : 21.00 WIB
Fokus : Kohesi Sosial Intern Umat Islam (Relasi antara warga
Muhammadiyah dan NU)
Kode : KS
Prolog
Pada hari sabtu tanggal 29 Agustus 2015, pada malam hari sekitar pukul
21.00 WIB. Saya berkunjung ke rumah Bu MSL, dan karena saya belum tahu
rumahnya saya bertanya-tanya kepada warga sekitar. Namun, sebenarnya kami
sudah kenal sejak KKN dulu. Ketika di jalan untuk mencari rumahnya, ada
seorang ibu-ibu sedang berjalan, kemudian saya menghampirinya dan bertanya
rumah Ibu MSL dan ternyata dari tempat saya bertanya sudah dekat, kemudian ibu
tersebut menunjukkan rumahnya. Setelah itu, saya berjalan ke rumahnya dan
sesampai di rumahnya saya mengetuk pintu, tetapi yang membuka pintu adalah
anaknya. Dan saya memastikan dengan bertanya kepada anakanya, apakah benar
rumahnya Bu MSL dan ternyata benar. Kemudian dipanggilkan oleh anaknya, dan
akhirnya Bu MSL keluar dan mempersilahkan saya masuk dan duduk. Setelah itu,
saya ngobrol-ngobrol sebentar baru kemudian melakukan. Ibu Rumah tangga Bu
MSL yang (berusia 44 tahun) ini merupakan ibu rumah tangga dan penggerak NU
di dusun ini.
Sebelumnya antara peneliti dengan informan sudah kenal sejak KKN di
dusun Honggosari, karena kondisi peneliti yang sudah kenal dengan informan,
maka memudahkan peneliti untuk melakukan penelitian terhadap informan.
Terjalinnya hubungan baik antara peneliti dengan informan juga cukup membantu
terhadap proses penelitian yang dilakukan oleh peneliti.
Kerukunan hidup antara warga Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU) di
dusun Honggosari. Berikut adalah proses wawancara dengan informan.
Proses Wawancara :
Peneliti : Bagaimana pandangan ibuk tentang paham
Muhammadiyah dan NU ?
34
Informan : Ya kalau saya pribadi dari NU tapi kalau untuk urusan
Muhammadiyah saya kurang paham, saya rasa sama.
Peneliti : Apa pendapat ibuk mengenai pemahaman yang berbeda
tersebut ?
Informan : bisa jalan bersama-sama mbak dengan kegiatan yang ada.
Peneliti : Kemudian hubungan antara warga Muhammadiyah dan
NU di dusun Honggosari ini bagaimana buk?
Informan : Alhamdulillah baik sekali mbak.
Peneliti : Apakah ada kebersamaan dalam sosial kemasyarakatan?
Informan : Ada, kita kan dalam satu payung, satu wadah, satu dusun jadi
selalu bersama mbak. Kalau sudah terjun dalam sosial kita tidak
menyangkut-nyangkutkan akidah. NU dan Muhammadiyah
hanyalah akidah masing-masing saja.
Peneliti : Adakah kegiatan keagamaan yang dapat dilaksanakan
secara bersama-sama antara warga Muhammadiyah dan
NU?
Informan : Ada mbak, ya seperti pengajian RT dan PKK. Kalau dzibaan
saja Muhammadiyah juga ada yang ikut mbak. Jadi kita di sini
intinya satu payung.
Peneliti : Apakah ada kerjasama antara warga Muhammadiyah dan
NU dalam kelembagaan buk, misalnya dalam mengurus
masjid dan TPA ?
Informan : Ada mbak. Jadi untuk mengurus masjid diambilkan dari semua
warga, tidak memandang dari Muhammadiyah ataupun NU.
Peneliti : Berarti dalam pengelolaan masjid seimbang ya buk ?
Informan : Ya seimbang mbak, kan diambilkan dari semua warga.
Peneliti : Kalau dalam pengeolaan TPA buk ?
Informan : TPA di sini banyak mbak jadi tidak terfokus pada satu tempat.
Peneliti : Adakah kendala yang dihadapi dalam kerukunan tersebut,
jika ada bagaimana anda menghadapi kendala tersebut ?
Informan : Tidak ada mbak, baik-baik saja di sini.
Peneliti : Lalu apa yang menjadi prinsip ibuk dalam menjalankan
kerukunan di bawah perbedaan ini ?
Informan : Diniatkan silaturahmi saja mbak, kemudian tholabul ilmi dan
kerukunan saja.
Peneliti : Kalau dalam masalah peribadahan, apakahibukjuga sholat
berjamaah di Masjid dengan imam yang berbeda paham?
Informan : Ya ikut sholat berjamaah mbak di Masjid dengan Pak Tohari, ya
sebetulnya juga agak sulit bagi keyakinan saya. Tapi saya
niatnya untuk jama’ah saja, pasrah bongkoan saja.
35
Peneliti : Kemudian jika sholat subuh, apakah ibuk membaca qunut ?
Informan : Ya tadi saya ikut imam saja mbak, kalau imamnya tidak pakai
ya ikut imam saja.
Peneliti : Apakah ibuk juga melaksanakan sholat tarawih berjamaah
di Masjid ?
Informan : Terus terang saya pribadi untuk sholat tarawih saya tidak ke
Masjid, saya jamaah sendiri dengan suami saya di Rumah. Ya
memang mbak shalat tarawih di sunahkan untuk jamaah di
Masjid tapi ya karena keyakinan masing-masing tadi. Jadi,
alangkah lebih baik nya saya berjamaah sendiri dengan suami.
Peneliti : Kemudian dengan hari raya buk, apakah bersama?
Informan : Tidak mbak, yang Muhammadiyah di Lapangan dengan Pak
THR dan yang NU di Masjid sini dengan Pak SN. Ya kalau saya
ikut di Masjid.
Peneliti : Untuk hari raya idul adha, apakah menyembelih
Qurbannya bersama buk?
Informan : Bersama-sama mbak.
Peneliti : Lalu bagaimana prinsip ibuk sebagai warga NU?
Informan : Ya prinsip saya kalau untuk beribadah ya beribadah saja.
Peneliti : Bagaimana menurut ibuk jika membantu tetangga berbeda
paham ?
Informan : Tidak masalah mbak, semua kegiatan bentuk kerukunan tidak
masalah tapi satu prinsip untuk beribadah ya sesuai keyakinan
saya saja.
Peneliti : Ketika ada warga Muhammadiyah yang sakit apakah ibuk
juga ikut menjenguk ?
Informan : Ya mbak
Peneliti : Kalau dalam hal kematian, apa ibuk juga ikut berpartisipasi
jika warga Muhammadiyah meninggal dunia ?
Informan : Ikut mbak
Peneliti : Ritual 7 hari, 40 hari,100 hari apakah masih tetap
terlaksana di sini bagi warga NU ?
Informan : Kalau di sini tiga hari sudah jadi keputusan. Jadi, forum
resminya sudah ditetapkan tiga hari, tapi kalau untuk
melanjutkan ya silahkan. Selama tiga hari itu ya di isi dengan
tahlilan, ceramah.
Peneliti : Sebenarnya faktor apa buk yang melatarbelakangi
kerukunan ini ?
Informan : Ya insyaAllah kesadaran mbak serta kerukunan dari para tokoh-
tokoh di sini juga.
36
Peneliti : Bagaimana upaya untuk menjaga agar kerukunan antara
warga Muhammadiyah dan NU di dusun ini dapat
dipertahankanbuk ?
Informan : Ditekankan bahwa masalah kerukunan dan silaturahmi antar
sesama, karena silaturahmi pahalanya kan banyak sekali. Jadi,
yang dipetik cuma hikmahnya saja.
Peneliti : Bagaimana cara menanamkan kepribadian, sehingga tetap
menjaga kerukunan ?
Informan : Di sini kan ada karang taruna, jadi mungkin ditanamkan
kerukunan juga. Masalahnya karang taruna sendiri kalau sholat
ied ada yang ke Masjid ada juga yang ke Lapangan. Maka
dengan hal tersebut sudah terlihat adanya toleransi dan
kerukunan.
Dari wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa kerukunan yang dihadapi
informan ada kendala dalam prinsip beribadah, Bu MSL merasa sulit karena itu
sudah menyangkut kayakinan. Namun, hal itu tidak membuat informan untuk
tetap saling rukun apalagi beliau adalah tokoh NU. Bagi Bu MSL umat Islam
merupakan satu payung, maka harus menjaga kerukunan.
1
Catatan Observasi
Peristiwa : Selapanan
Hari, tanggal : Kamis, 16 April 2015
Jam : 19.30 WIB
Fokus : Kerukunan Hidup
Kode : KH
Prolog
Pada hari kamis tanggal 16 April 2015, tepatnya malam jumat pahing
sekitar pukul 19.30 WIB, saya mengikuti kegiatan rutin selapanan di Masjid Al-
Mubarok dusun Honggosari. Saya datang bersama Pak lurah dan Bu Lurah yang
kebetulan juga mengikuti acara tersebut.Dari rumah Pak Lurah, kami berjalan
menuju masjid, setelah sampai di Masjid Pak Lurah ikut berkumpul dengan
jama’ah laki-laki dan saya dengan Bu Lurah duduk didekat tangga. Sebenarnya
kegiatan tersebut hanya dihadiri oleh jamaah laki-laki, akan tetapi saya mengikuti
kegiatan tersebut sebagai data observasi penelitian saya, dan seiring berjalannya
kegiatan tersebut, saya mengamati jalanya acara secara cermat yang didampingi
oleh ibu lurah.
Catatan Peristiwa
Pengajian Selapanan adalah kegiatan rutin masyarakat, setiap selapan hari
sekali atau setiap 35 hari sekali yang dilaksanankan pada malam hari di Masjid
Al-Mubarok, acara ini
diwajibkan bagi warga
dusun Honggosari
untuk menambah
kerekatan persaudaraan
dalam masyarakat.
Acara pengajian ini
disambut antusias oleh
semua warga dusun
Honggosari, hal ini
dibuktikan dengan
ramainya warga yang
datang ke Masjid.
2
Budaya pengajian ini rutin dilaksanakan di mana anggota keluarga yang laki-laki
di setiap rumah datang berbondong-bondong ke Masjid dengan membawa uang
dan makanan sendiri yang nantinya akan disajikan pada saat pengajian, makanan
tersebut antara lain nasi, sambel goreng, mie goreng serta ayam dan telur. Malam
itu cuaca sangat terang, terlihat dari jalan satu persatu orang datang mengenakan
pakaian muslim rapi, bapak-bapak mengenakan baju koko dan ada juga yang
mengenakan batik lengan panjang, serta anak laki-laki yang juga mengenakan
pakaian muslim, semua jamaah laki-laki tersebut semua terlihat mengenakan
sarung dan peci.
Dalam acara ini, sebagian dari mereka membawa nasi serta lauk pauk dan
sebagian membawa uang. Setelah sampai di Masjid mereka akan mengumpulkan
uang tersebut sebagai kas pembangunan masyarakat dusun Honggosari dan
sebagian warga yang lain meratakan nasi tersebut di atas tempat yang sudah
disediakan oleh panitia. Sebelum memulai makan bersama, mereka berdoa
bersama dengan membaca tahlil yang dipimpin oleh Bapak Tohari dan
dikesempatan ini juga Pak lurah memberikan sambutan dengan menyampaikan
himbauan, informasi, laporan kondisi desa masyarakat, serta juga sebagai ajang
silaturahmi. Dalam kegiatan tersebut nampak tidak ada perbedaan antara warga
Muhammadiyah dan NU, semua masyarakat merasa menjalani kegiatan tersebut
atas dasar kebersamaan dan kerukunan.
Refleksi
Dari hasil observasi di atas dapat disimpulkan bahwa inti kegiatan tersebut
adalah untuk menjaga kebersamaan dusun Honggosari dan membudayakan
sodaqoh terhadap sesama. Serta menjadikan masyarakat menjadi lebih rukun dan
juga sebagai ajang silaturahmi.
3
Catatan Observasi
Peristiwa : Pengajian Tafsir Al-Qur’an
Hari, tanggal : Senin, 13 April 2015
Jam : 18.30 WIB
Fokus :Mencari Ilmu
Kode : MI
Prolog
TepatnyamalamSelasa tanggal 13 April 2015, saya mengikuti kegiatan
rutin pengajian tafsir Al-Qur’an yang dilaksanakan satu minggu sekali di Masjid
Al-Mubarok dusun Honggosari. Pengajian ini dipimpin oleh bapak takmir masjid
yaitu Bapak Tohari. Pengajian ini dilaksanakan setelah sholat maghrib, dan
kebetulan saya juga ikut sholat maghrib di Masjid tersebut, selesai sholat maghrib
kami menempatkan diri masing-masing dan Bapak Tohari berada di tengah-
tengan jama’ahnya seperti halnya halaqoh. Pada saat itu, saya tidak membawa Al-
Qur’an, kemudian saya disodori Al-Qur’an oleh bapak-bapak yang mana Al-
Qur’an tersebut sudah disediakan bagi yang tidak membawa dari rumah.
Kemudian saya mengikuti acara tersebut hingga selesai.
Catatan Peristiwa
Pengajian Tafsir Al-Qur’an ini dilaksanakan setiap 1 minggu sekali pada
malam Selasa setelah sholat maghrib berjamaah, yang bertempat di Masjid Al-
Mubarok. Pengajian ini
diikuti oleh bapak-bapak
dan ibu-ibu dusun
Honggosari baik dari warga
Muhammadiyah maupun
NU, semua mendengarkan
penjelasan Tafsir Al-Qur’an
yang disampaikan oleh Pak
Tohari sebagai kiai di dusun
Honggosari. Pak Tohari
membuka pengajian dengan
mengucapkan salam kepada
jama’ahnya, kemudian
4
membaca surat Al-a’raf ayat 134 yang diawalinya, kemudian ditirukan oleh
jama’ahnya, setelah itu menerjemahkan ayat kata demi kata model pesantren
dengan pengantar bahasa Jawa. Setelah dijelaskan jama’ah tafsir Al-Qur’an diberi
kesempatan untuk bertanya bagi yang belum paham. Dan selesai pengajian
tersebut dilanjutkan sholat isyak berjamaah.
Refleksi
Dari hasil observasi di atas dapat disimpulkan bahwa inti kegiatan tersebut
adalah untuk tholabul ilmi, karena pada dasarnya mencari ilmu itu penting dalam
kehidupan manusia, dengan ilmu manusia bisa menjalani hidup sesuai dengan
syariat Islam. Bagi warga Muhammadiyah maupun NU, apabila kegiatan tersebut
bertujuan baik dan diniatkan untuk mencari ridho Allah SWT. maka dilaksanakan
walaupun tidak sepaham, serta dengan kegiatan tersebut menjadikan masyarakat
menjadi lebih rukun dan juga sebagai ajang silaturahmi antara warga
Muhammadiyah dan NU di dusun Honggosari..
1
DOKUMENTASI
Masjid Al-Mubarok
Pengajian per RT(Warga Muhammadiyah dan NU)
2
Pengajian Tafsir Al-Qur’an
Selapanan
3
Pengajian Muslimatan
4
TPA (Warga Muhammadiyah dan Warga NU)