Koenzim Q10
-
Upload
wening-galih -
Category
Documents
-
view
1.000 -
download
16
Transcript of Koenzim Q10
MAKALAH
KOENZIM Q-10
Diajukan untuk memenuhi tugas dari Mata Kuliah Analisis Kimia Bahan
Makanan
Disusun oleh :
Puti Lenggogeni 260110070059
Theresia Noviana N. D. I. 260110070061
Spica Arumning A. G. 260110070063
Uray Camila I. 260110070065
Hikmah Titi 260110070067
Tya Nur Salma Z. 260110070069
Arrum Dyah K. 260110070072
Fakultas Farmasi
Universitas Padjadjaran
2010
1
Koenzim Q-10
A. Monografi
Koenzim Q-10
C59H90O4 863.34 g mol−1
2-[(2E,6E,10E,14E,18E,22E,26E,30E,34E)-3,7,11,15,19,23,27,31,35,39-
decamethyltetraconta-2,6,10,14,18,22,26,30,34,38-decaenyl]-5, 6-dimethoxy-3-
methylcyclohexa-2,5-diene-1,4-dione
(Anonim, 2010).
Struktur teroksidasi coq 10 ditampilkan di atas. Berbagai jenis Koenzim Q
dapat dibedakan dengan jumlah isoprenoid-rantai samping yang mereka miliki.
Koenzim Q yang paling umum yang terdapat pada mitokondria manusia adalah
Coq 10. Angka 10 mengacu pada jumlah pengulangan isoprena (Anonim, 2010).
Koenzim Q 10, juga dikenal sebagai ubiquinone, ubidecarenone, Q
koenzim, dan disingkat Coq 10, coq, Q-10, atau Q, adalah 1,4-benzoquinon ,
dimana Q mengacu pada kuinon kimia kelompok dan 10 mengacu pada jumlah
isoprenil subunit kimia dalam ekornya (Anonim, 2010).
Struktur kimia CoQ-10, dijelaskan oleh Dr Karl Folkers dan kelompoknya,
adalah 2,3-dimetoksi-5-metil-6-decaprenyl-1 ,4-benzoquinon .2 Identifikasi kimia
angka (disebut CAS #) untuk ubiquinone adalah 303-98-0, dan untuk ubiquinol
(bentuk tereduksi CoQ-10) adalah 992-78-9. Struktur ubiquinone dan ubiquinol
disajikan di bawah ini (Anonim, 2010).
2
(Anonim, 2010)
Sifat fisikokimia dari beberapa CoQ-10 (Ubiquinone dan ubiquinol)
ditunjukkan pada Tabel 1 (a) dan 1 (b).
Tabel 1 (a): Sifat Ubiquinone (CoQ-10)
Registry CAS No: 303-98-0
Penampilan Orange kristal (pada suhu kamar)
Rumus empiris C 59 H 90 O 4
Berat molekul 863.358
3
Titik lebur 49 ° C
Kelarutan
Tidak larut dalam air
Kelarutan terbatas dalam minyak dan lemak
Larut dalam pelarut nonpolar
(Anonim, 2010).
Tabel 1 (b): Sifat ubiquinol (CoQ-10 H 2)
Registry CAS No: 992-78-9
Penampilan Putih sangat pucat bubuk kristal kuning
Rumus empiris C 59 H 92 O 4
Berat molekul 865.37
Titik lebur 49.5 ° C
Kelarutan
Praktis tidak larut dalam air.
Kelarutan terbatas dalam minyak dan lemak.
Larut dalam pelarut nonpolar.
(Anonim, 2010).
CoQ-10 adalah bubuk kristal yang tidak larut dalam air. CoQ-10 adalah zat
yang larut dalam lemak. Senyawa ini larut vitamin seperti substansi minyak yang
terdapat di beberapa bagian sel eukariotik, terutama di mitokondria. Senyawa ini
juga merupakan komponen dari rantai transpor elektron dan berpartisipasi dalam
respirasi sel aerobik, menghasilkan energi dalam bentuk ATP. Sembilan puluh
lima persen energi dari tubuh manusia dihasilkan dengan cara ini. Oleh karena itu,
organ-organ dengan kebutuhan energi tertinggi seperti hati, jantung dan ginjal
memiliki konsentrasi CoQ-10 tertinggi (Anonim, 2010).
B. Kegunaan dan Metabolisme
Koenzim Q-10 atau ubikuinon, merupakan salah satu koenzim yang paling
esensial bagi tubuh. Koenzim Q-10 atau ubikuinon merupakan komponen yang
terdapat pada membran dalam (inner membrane) mitokondria. Sebagai satu-
satunya organel yang berperan dalam memproduksi energi berupa adenosin
4
trifosfat (ATP), mitokondria menentukan kelangsungan fungsi setiap sel di dalam
tubuh. Di dalam mitokondria, koenzim Q-10 berperan pada jalur fosforilasi
oksidatif yang sangat penting dalam pembentukan ATP. Bagian tubuh yang
terbanyak mengandung enzim ini adalah jantung, disusul dengan ginjal dan hepar
(Martina, 2009).
Co-Q-10 merupakan faktor obligat pada transfer elektron respirasi aerob
untuk menghasilkan energi. Koenzim ini juga berperan pada molekul redoks aktif
yang terikat pada membran pada berbagai fungsi sel lainnya, misalnya
pembentukan rantai disulfida pada protein, detoksifikasi reactive oxygen species
(ROS), berperan pada status redoks seluler, membangkitkan sinyal sel dan
ekspresi gen (Nasution, 2010).
Koenzim Q-10 adalah kofaktor yang penting pada proses rantai transpor
elektron di mitokondria, di mana koenzim Q-lO menerima elektron dari kompleks
I dan II yang merupakan aktivitas yang penting pada produksi ATP. Koenzim Q-
lO juga mempunyai aktivitas antioksidan di mitokondria dan membran sel, vang
melindungi dari peroksidasi membran lipid. Koenzim Q-10 juga menghambat
oksidaxi LDL-kolesterol, dimana LDL kolesterol adalah faktor yang merupakan
pencetus atherosclerosis (BPOM,2006).
Selain berperan dalam menghasilkan ATP, koenzim Q-10 juga memiliki
aktivitas antioksidan kuat yang bekerja dengan cara mengikat radikal bebas, yaitu
komponen yang merusak DNA, membran sel, dan menyebabkan kematian sel.
Radikal bebas yang terdapat secara alami di dalam tubuh dan lingkungan luar
(sinar ultraviolet, radiasi, asap rokok, dan polusi udara) tersebut dipercaya
bertanggung jawab terhadap terjadinya penuaan dini dan berbagai penyakit seperti
kelainan degeneratif, kelainan jantung, keganasan, hingga infertilitas (Martina,
2009).
Dalam tubuh manusia, koenzim Q-lO dapat dihasilkan secara alami dengan
jalur yang mirip dengan jalur sintesis kolesterol. Hingga usia tertentu, di mana
koenzim Q-l masih disintesis dan berfungsi secara normal, koenzim Q-lO ini
dapat melindungi manusia dari risiko atherosklerosis serta penyakit jantung dan
pembuluh darah lainnya. Namun, seiring dengan pertambahan usia, kadar
5
koenzim Q-10 menurun. Penurunan kadar koenzim Q-10 juga terjadi pada pasien
penyakit kronik seperti pasien penyakit jantung, distropi otot, Parkinson, kanker,
diabetes, serta HIV/AIDS (BPOM,2006).
Koenzim Q-10 merupakan antioksidan kuat, membrane stabilizer, serta
kofaktor integral pada rantai respirasi mitokondria yang membantu menghasilkan
adenosin trifosfat (ATP) sebagai sumber energi seluler terbesar. Selain itu,
koenzim Q-10 juga meregulasi gen yang berkaitan dengan metabolisme sel
(Nasution, 2010).
Suplemen koenzim Q-10 tersedia dalam berbagai bentuk sediaan dan
komposisi. Tersedia bentuk sediaan kapsul basis lemak, kapsul serbuk, tablet,
kapsul lunak, mikroemulsi dan sebagainya. Bentuk sediaan kapsul lunak
mempunyai tingkat penyerapan lebih tinggi. Seperti halnya dosis harian dari
koenzim Q-10 yang bervariasi tergantung kebutuhan individual pasien, sediaan
suplemen koenzim Q-10 juga dibuat bervariasi kadar komposisinya mulai 5
hingga 300 miligram (BPOM,2006).
Suplemen koenzim Q-10 yang masuk ke dalam tubuh akan diserap di usus
halus, namun tingkat penyerapannya rendah (dari seluruh asupan yang masuk,
60%-nya akan terbuang bersama dengan kotoran). Penyerapannya ini tidak hanya
tergantung dari makanan yang dimakan tapi juga banyaknya lemak yang terdapat
pada makanan tersebut Tingkat penyerapaannya sangat rendah jika dikonsumsi
pada keadaan perut kosong dan sangat baik jika dikonsumsi bersama dengan
makanan terutama yang mengandung banyak lemak (BPOM,2006).
Berbagai penelitian telah menguji penggunaan koenzim Q-10 untuk
ditambahkan pada terapi standar yang biasa digunakan. Suplemen koenzim Q-10
dapat digunakan sebagai terapi tambahan pada pengobatan penyakit
kardiovaskular (terutama pada gagal jantung kongesti) sesuai dengan aktivitas
antioksidannya. Aktivitas antioksidan dan koenzim Q-10 terutama karena
senyawa ini bekerja menghambat proses oksidasi LDL-kolesterol. Proses oksidasi
ini diketahui berperan dalam patogenesis atherosclerosis. Kegunaan Koenzim Q-
10 yang disetujui oleh Badan POM adalah untuk memelihara kesehatan fungsi
jantung (BPOM,2006).
6
Suplemen koenzim Q-l0 berinteraksi dengan beberapa jenis obat di antaranya
warfarin, obat penurun lipid golongan statin, doksorubisin, dan obat anti
hipertensi golongan betabloker. Penggunaan koenzim Q-l0 bersama-sama
warfarin harus hati-hati karena koenzim Q-10 dapat menurunkan efektivitas
warfarin. Konsumsi suplemen koenzim Q-10 bersama dengan obat penurun lipid
golongan statin dapat menurunkan kadar koenzim Q-10 dalam tubuh karena
koenzim Q-10 dan kolesterol mengalami jalur metabolisme yang sama
(BPOM,2006).
C. Pembuatan Koenzim Q-10
Secara alami, koenzim Q10 dalam jumlah yang sedikit terdapat dalam
berbagai jenis makanan. Konsumsi setengah kilogram ikan sarden atau satu
kilogram daging sapi atau satu kilogram kacang dapat memberi suplai tubuh 30
mg koenzim Q-10. Sumber Koenzim Q10:
Tabel 2. Sumber Koenzim Q-10
Coq 10 level dalam makanan yang dipilih
Makanan Koenzim Q 10 konsentrasi [mg / kg]
Daging
daging sapi
jantung 113
hati 39-50
otot 26-40
daging babi
jantung 11.8-128.2
hati 22.7-54.0
otot 13.8-45.0
ayam
jantung 116.2-132.2
Ikan
sarden 5-64
7
ikan kembung
daging merah 43-67
daging putih 11-16
ikan salmon 4-8
ikan tongkol 5
Minyak
kedelai 54-280
zaitun 4-160
biji anggur 64-73
bunga matahari 4-15
dedak /
kelapa
Kacang-kacangan
kacang tanah 27
kenari 19
biji wijen 18-23
kacang pistachio 20
hazelnut 17
badam 5-14
Sayur-sayuran
peterseli 8-26
brokoli 6-9
kol kembang 2-7
bayam sampai dengan 10
anggur 6-7
Kubis cina 2-5
8
Buah
alpukat 10
blackcurrant 3
stroberi 1
jeruk 1-2
jeruk bali 1
apel 1
(Prafst, et. al., 2010).
Kebutuhan koenzim Q-10 dapat diperoleh dari biosintesis dalam tubuh
manusia sendiri ataupun dari luar tubuh melalui makanan atau konsumsi suplemen
koenzim Q-10. Koenzim Q10, berasal dari solanesol,-hytroxy-2-decenoic asam 10
(10-HAD) dan solanesylamine, serta dari berbagai sumber yang tercantum pada
tabel di atas, yang berdasarkan pharmaceutical technology, telah dikembangkan
lini produksi yang maju untuk mengekstraksi solanesol murni dan sumber
koenzim Q10 tersebut untuk sintesis koenzim Q10. Hasil ekstrak dalam dosis
tertentu kemudian dibuat sebagai produk suplemen. Karena kepraktisannya,
mengonsumsi suplemen koenzim Q-10 kini lebih banyak dipilih daripada
daripada mengonsumsi makanan sumber alami koenzim Q-10 yang memang
hanya mengandung sedikit koenzim Q-10 dibanding suplemen. Produksi
suplemen koenzim Q10 harus sesuai dengan standar GMP, memenuhi standar
yang ditetapkan dalam Farmakope dan memperoleh izin produksi koenzim Q10
dari FDA (Badan POM RI, 2004).
Suplemen koenzim Q-10 tersedia dalam berbagai bentuk sediaan dan
komposisi. Tersedia bentuk sediaan kapsul basis lemak, kapsul serbuk, tablet,
kapsul lunak, mikroemulsi dan sebagainya. Bentuk sediaan kapsul lunak
mempunyai tingkat penyerapan lebih tinggi. Seperti halnya dosis harian dari
koenzim Q-10 yang bervariasi tergantung kebutuhan individual pasien, sediaan
suplemen koenzim Q-10 juga dibuat bervariasi kadar komposisinya mulai 5
hingga 300 miligram (Badan POM RI, 2004).
D. Analisis Koenzim Q10 (Metode HPLC)
9
Metode : Sampel darah dikumpulkan dalam tabung yang berisi heparin, lalu
didinginkan dan selanjutnya disentrifugasi pada 4°C. Plasma yang
didapat selanjutnya disimpan dalam tabung polypropylene bersekrup
atas pada suhu -80° C hingga analisis dilakukan (Tang, et. al., 2001).
Setelah dilakukan ekstraksi dengan 1-propanol dan disentrifugasi,
supernatan disuntikkan langsung ke dalam sistem HPLC dengan deteksi
kolometri dan didapatkan konsentrasi Co Q10 (Tang, et. al., 2001).
Bahan
a. CoQ10
b. Metanol
c. Etanol
d. 1-propanol
e. 2-propanol
f. Heksana
g. Natrium asetat
h. Asam asetat glasial
(Tang, et. al., 2001)
Perangkat
HPLC-EC dengan konfigurasi sistem:
.
a. Kolom analitis: kolom fase balik Microsorb-MV (4,6 mm x 15 cm,
diameter partikel 5 µm).
b. Kolom Penjaga (Guard Column): berukuran 4,6 x 10 mm, diameter
partikel 5 µm digunakan untuk melindungi kolom analitis.
c. Jarum injektor AS3000 diatur pada ketinggian 1,5 mm, dan volume injeksi
ditetapkan pada 20 uL untuk setiap sampel. Suhu diatur pada suhu 0° C.
10
d. Fase diam: C18
e. Fase gerak untuk elusi isokratik CoQ10 dibuat sebagai berikut: natrium
asetat trihydrate (6,8 g), asam asetat glasial 15 mL, dan 15 ml 2-propanol
ditambahkan pada 695 ml metanol dan 275 mL heksana.
f. pH fase gerak: 6
g. Laju alir 1 mL/ menit
(Tang, et. al., 2001).
Persiapan Kalibrator
Semua pekerjaan persiapan sampel dilakukan tidak dibawah sinar langsung
untuk menghindari dekomposisi fotokimia dari CoQ10. Untuk menyiapkan 5 mg /
L larutan CoQ10, dilarutkan 10 mg CoQ10 ke dalam 10 mL heksana, kemudian
diencerkan sampai 100 mL dengan 1-propanol hingga semuanya terlarut.
Konsentrasi larutan CoQ10 ini kemudian dihitung dengan membaca absorbansi
pada spektrofotometer (pada panjang gelombang 275 nm; kuvet kuarsa 1 cm)
dengan absorptivitas molar 14 200. Larutan kalibrasi dan kemudian disiapkan
pada konsentrasi akhir CoQ10 10, 100, 500, 1000, 2000, dan 4000 mg / L (Tang,
et. al., 2001).
Larutan kontrol disiapkan dengan melarutkan sampel plasma dengan air
suling hingga konsentrasinya 1.65 mg/L, 3.45 mg/L, dan 75 mg/L. Kalibrator dan
kontrol disimpan dalam tabung polypropylene 1.8-mL tanpa penambahan argon
atau nitrogen pada -80 ° C (Tang, et. al., 2001).
Persiapan Sampel Plasma
Sampel darah vena dikumpulkan dalam tabung Vacutainer yangberisi heparin
sebagai antikoagulan dan diaduk perlahan sebanyak 5-6 kali. Tabung Vacutainer
ditutup rapat dan didinginkan sebelum pengolahan (Tang, et. al., 2001).
Sampel darah didiamkan selama 4 jam kemudian disentrifugasi pada 2000g
selama 10 menit pada 4 ° C. Plasma yang didapat, ditempatkan dalam tabung
polypropylene tertutup dan segera disimpan pada atau di bawah -80 ° C tanpa
penambahan argon atau nitrogen hingga dilakukan analisis CoQ10 (Tang, et. al.,
2001).
11
Ekstraksi Cair Cair
Dilakukan dengan campuran dua pelarut: 1-propanol dan campuran etanol :
heksan (2: 5) (Tang, et. al., 2001).
Deteksi Coulometri
Voltamogram hidrodinamika dihasilkan dengan cara penyuntikan berulang ke
dalam sistem HPLC CoQ10 (4 mg / L) dalam air : 1-propanol (1: 9). Potensi
detektor meningkat 0,05 V pada setiap proses penyuntikan (Tang, et. al., 2001).
Panafsiran Interferensi
Untuk mengetahui adanya interferensi, dilakukan pengolahan lyophilized
darah manusia, bahan kimia murni, dan biokimia yang sesuai dengan metode yang
dikembangkan.Kontrol yang berisi 45 obat dan zat endogen, dilengkapi dengan 20
obat resep pada konsentrasi yang melebihi nilai-nilai klinis; 100-uL aliquot
kontrol ditempatkan dalam 1, 8 ml tabung polypropylene tertutup, diolah, dan
dianalisis (Tang, et. al., 2001).
Analisis Sampel
Sampel diproses secara bersamaan dalam batch 20, yang merupakan kapasitas
instrumen sentrifugasi. Setiap sampel beku yang telah sebelumnya disiapkan,
mencair pada suhu kamar, dan kemudian aliquot 100-uL sampel ditempatkan pada
tabung polypropylene 1,8 mL yang berisi 50 uL larutan internal standar. Semua
tabung reaksi disimpan dalam ice-bath. Sampel ini kemudian dicampur dengan
850 uL 1- propanol dingin. Semua tabung reaksi dicampur selama 2 menit dengan
vortex mixer tipe mekanik dan disentrifugasi selama 10 menit pada 21.000 g dan
0° C. Supernatan yang dihasilkan dipisahkan dari endapan, kemudian dipindahkan
ke botol vial kaca. Sampel dalam vial ditempatkan langsung di wadah
autosampler pada 0° C. Batch 20 sampel dianalisis secara langsung (di-running).
Aliquot ekstrak 20-uL 1-propanol dari botol vial disuntikkan langsung ke auto
HPLC. Tinggi puncak untuk setiap penyuntikan dapat diperoleh (Tang, et. al.,
2001).
12
Tinggi puncak dapat digunakan untuk mendapatkan persamaan regresi linier
kuadrat terkecil, yang digunkan untuk menghitung konsentrasi sampel CoQ10 dan
sampel kontrol. Jika kesalahan terjadi pada sistem, segera tutup rapat botol sampel
kembali dan segera disimpan pada suhu -80° C atau kurang untuk analisis ulang.
Proses ini berlangsung selama 4 jam.
(Tang, et. al., 2001)
Data Interval Referensi Awal
Untuk mengevaluasi data referensi Co Q10, sampel darah diperoleh dari 25
individu sehat (5 laki-laki dan 20 perempuan, rentang usia 12-64 tahun). Individu
ini dipilih dengan cermat dan tidak memiliki sejarah penyakit akut atau kronis
atau menggunakan segala bentuk koenzim Q10 sebagai suplemen (Tang, et. al.,
2001).
13
E. Farmakokinetik
Farmakokinetik Koenzim Q10 dibagi berdasarkan :
1. Onset dan jangka waktu respon puncak
2. Tingkat konsentrasi obat
3. ADME
(Mulicia, 2007)
1. Onset dan Jangka waktu respon puncak
Gagal jantung kongestif, oral: 2 minggu sampai 3 bulan. signifikan perbaikan
klinis dan hemodinamik pada pasien dengan gagal jantung kongestif telah
dilaporkan 2 minggu sampai 3 bulan setelah mulai terapi koenzim Q10 (rata-rata,
satu bulan). Darah kadar koenzim Q10 meningkat secara signifikan setelah mulai
terapi pada pasien (Mulicia, 2007).
2. Tingkat konsentrasi obat (untuk memberi efek terapeutik)
Konsentrasi terapeutik obat
o Angina (2.2 mcg / mL)
Tingkat darah normal dari koenzim Q10 telah berkisar 0,7-1 mcg / mL dalam
berbagai penelitian. Pada pasien dengan angina stabil kronis, peningkatan tingkat
darah koenzim Q10 (0,9 hingga 2,2 mcg/mL) yang berkorelasi dengan
meningkatnya durasi selama empat minggu terapi dengan dosis 150 mg sehari
(Mulicia, 2007).
o Gagal jantung kongestif (2 - 2,5 mcg / mL atau lebih) (Mulicia, 2007).
Waktu untuk mencapai puncak konsentrasi
o Oral : 5- 10 jam
Setelah dosis oral 100 mg koenzim Q10 diberikan pada subyek sehat, kadar
puncak rata-rata 1 mcg / ml telah dilaporkan antara 5 dan 10 jam (rata-rata 6,5
jam). Dengan pemberian 100 mg tiga kali sehari, berarti tingkat standarnya 5.4
mcg / mL; 90% dari tingkat ini dicapai setelah 4 hari (Mulicia, 2007).
Pada pasien bedah jantung beresiko tinggi, pemberian koenzim Q10 100 mg
sehari selama dua minggu sebelum operasi peningkatan kadar koenzim Q10 dari
14
0,6 mcg / mL (sebelum perlakuan) menjadi 1,4 mcg / mL pada saat operasi;
tingkat 1,3 mcg / mL dan 1 mcg / mL dilaporkan setelah pendinginan jantung dan
setelah rewarming jantung dan reperfusi, masing-masing. tingkat darah tetap
dipertahankan di atas 1 mcg / mL dengan terapi lanjutan setelah pembedahan (100
mg per hari selama 30 hari). Efek perlindungan miokard dari koenzim Q10 dapat
dilakukan dengan dosis tertentu (Mulicia, 2007).
Tingkat darah dari koenzim Q10 meningkat 3 kali lipat (1,4-4,5 mcg / mL)
setelah 2 bulan pengobatan dengan dosis 300 mg sehari pada pasien dengan
penyakit mitokondria (Mulicia, 2007).
Pada pasien dengan gagal jantung kongestif, darah tingkat koenzim Q10
meningkat 0,8-2 mcg / mL setelah tiga bulan terapi dengan dosis 100 mg sehari.
Kenaikan serupa (0,9 hingga 2,2 mcg / mL) telah diamati dengan dosis 150 mg
sehari selama satu bulan dalam kronik pasien angina stabil (Mulicia, 2007).
3. ADME
o Absorpsi
Obat diserap perlahan. Dalam bentuk sediaan larutan koenzim Q10 diserap
lebih signifikan dan efisien daripada bentuk sediaan oral seperti kapsul softgel
yang mengandung koenzim Q10 suspensi dalam minyak, kapsul ataupun tablet.
Biasanya, koenzim Q10 diserap perlahan (lambat) di saluran cerna karena berat
molekulnya tinggi dan kelarutan dalam airnya kecil (Mulicia, 2007).
o Distribusi
a. Hati (tidak diketahui jumlahnya)
Setelah penyerapan oral atau administrasi intravena, koenzim Q10 diambil
oleh kilomikron. Sebagian besar dosis eksogen didistribusikan ke hati dan
dimasukkan ke dalam VLDL. Koenzim Q10 endogen ditemukan dalam
konsentrasi yang relatif tinggi di jantung, hati, ginjal, dan pankreas. Intraselluler,
sebagian besar koenzim (40% sampai 50%) ditemukan dalam mitokondria
(membran mitokondria dalam). Tempat distribusi intraselular lainnya adalah:
sitosol 5% sampai 10%, mikrosoma 15% sampai 20%, dan inti 25% sampai 30%
(Mulicia, 2007).
15
b. Cairan seminal (127,1 ± 1,9 ng / mL)
Dari penelitian, 22 laki-laki (usia rata-rata, 31 tahun) menerima koenzim Q10
100 miligram dua kali sehari secara oral selama 6 bulan. Setelah 6 bulan
pengobatan, tingkat koenzim Q10 meningkat dalam plasma mani, dengan nilai
rata-rata naik dari 42 ± 5,1 nanogram / mililiter pada awal menjadi 127,1 ± 1,9
ng / mL (Mulicia, 2007).
c. Sperma
Dari penelitian, 22 laki-laki (usia rata-rata, 31 tahun) menerima koenzim Q10
100 miligram dua kali sehari secara oral selama 6 bulan. Sel-sel sperma
menunjukkan peningkatan yang signifikan dalam kadar koenzim Q10 (dari 3,1 ±
0,4-6,5 ±0,3 ng) (Mulicia, 2007).
d. Jaringan (jumlah tidak diketahui)
Setelah penggabungan ke dalam VLDL di hati, koenzim yang kemudian
terkonsentrasi di berbagai jaringan, termasuk adrenal, limpa, paru-paru ginjal,,
dan miokardium. Koenzim Q10 endogen ditemukan dalam konsentrasi yang
relatif tinggi di jantung, hati, ginjal, dan pankreas. Intraselluler, sebagian besar
koenzim (40% sampai 50%) ditemukan dalam mitokondria (membran
mitokondria dalam) (Mulicia, 2007).
o Metabolisme
Sebagian dari dosis serap didistribusikan ke hati dan dimasukkan ke dalam
VLDL (Mulicia, 2007).
o Ekskresi
a. Bersihan total
Koenzim Q10 memiliki bersihan plasma yang minimal (rendah).
b. Ekskresi lainnya
Empedu, koenzim Q10 sebagian besar dikeluarkan melalui saluran
empedu.
16
Feses, lebih dari 60% diekskresi dari dosis oral yang ditemukan dalam
feses selama pemberian kronis (Mulicia, 2007).
c. Waktu paruh
Selama 34 jam (Mulicia, 2007).
F. Produk yang Beredar di Pasaran
1. Ubi-Q 30
GENERIK
Koenzim Q10.
INDIKASI
Untuk mempertinggi efisiensi
penggunaan O2.
Digunakan sebagai antioksidan.
KOMPOSISI
Ubiquinone 30 mg per kapsul
DOSIS
1 kapsul sehari, sampai dengan 3
kapsul sehari jika dosis tinggi
dibutuhkan.
PABRIK
Eisai.
(Wijaya, 2008)
2. Coenzyme Q10 Forte + Vitamin E
Tiap kapsul mengandung: Coenzyme Q10 60 mg,
Vitamin E 5.5 mg
Producer: Aktival
(Wijaya, 2008)
17
3. Koenzim Q10 film-coated tablet
Koenzim Q10 film-coated tablet
Jumlah zat aktif dalam 2 tablet salut film: 20 mg
coenzyme Q10
Producer Béres Pharmaceuticals Ltd
(Wijaya, 2008)
4. Coenzime Q10 COMPOSIION
Satu kapsul mengandung 30 mg of Coenzyme
Q10, yang direkomendasikan digunakan setiap
hari.
Producer: Dibal
(Wijaya, 2008)
5. Koenzym Q10 (30 tablets)
Komposisi: 1 tablet mengandung 10 mg of
coenzym Q 10
Producer: Salviafarm-Vitae
(Wijaya, 2008)
6. Baliin Q10
Komposisi: tiap 250mg kapsul lunak
mengandung:
Koenzim Q10, Safflower oil, Purified Fish Oil
(contain DHA), vitamin E, nikotinamida,
vitamin B6, asam folat, vitamin B12, asam
sitrat
Producer: Kyowa Yakuhin Co., Ltd. 163, Kyoriki, Toyama, Japan (Wijaya,
2008).
DAFTAR PUSTAKA
18
Anonim. 2010. Monograph Co Q-10. Tersedia di : http://en.wikipedia.org
/coQ_10. [Diakses tanggal 23 Oktober 2010].
Anonim. 2010. Properties of CoQ 10. Tersedia di : http://www.
nutrilearn.com/coQ-10/coQ-10.html . [Diakses tanggal 23 Oktober 2010].
Badan POM RI. 2004. Infomatorium Suplemen Makanan Indonesia. Jakarta:
Badan POM RI.
BPOM. 2006. Koenzim Q10. Tersedia di : http://www.majalahfarmacia.com
/rubrik/one_news.asp?IDNews=217. [Diakses tanggal 23 Oktober 2010]
Martina, D. 2009. Peranan Suplementasi Koenzim Q10, Vitamin C, E, dan
Ekstrak Jahe pada Penyakit Degeneratif hingga Infertilitas. Tersedia di :
http://jurnalmedika.com/component/content/article130-fokus/178-
peranansuplementasi-koenzim-q10-vitamin-c-e-dan-ekstrak-jahe-pada-
penyakit-degeneratif-hingga-infertilitas. [Diakses tanggal 23 Oktober 2010]
Mulicia. 2007. Koenzym Q10 (Ubiquinone). Available online at :
http://mulicia.pixnet.net/ blog/post/9691356 . [Diakses tanggal 23 Oktober
2010].
Nasution, Kholisah, 2010. Suplementasi Koenzim Q10, Perlukah. Tersedia di :
h ttp://jurnalmedika.com/edisi-terbaru/243-fokus/425-suplementasi-koenzim
-q10-perlukah. [Diakses tanggal 23 Oktober 2010].
Pravst, I., Zmitek, K., Zmitek, J. 2010. "Coenzyme Q10 Contents in Foods and
Fortification Strategies". Critical Reviews in Food Science and
Nutrition 50 (4): 269–80.
Tang, P. H., Miles, M.V., DeGrauw, A., Hershey, A. and Pesce, A.
2001. HPLC Analysis of Reduced and Oxidized Coenzyme Q10in Human Pla
sma. Available online at: http://www.clinchem.org/cgi
/content/full/47/2/256%20 [Diakses tanggal 23 Oktober 2010].
Wijaya, Peter. 2008. CoQ10 Suplemen untuk Gangguan Jantung dan Hipertensi. Tersedia
di : http://www.tanyadokteranda.com/artikel/2008/05/coq10-suplemen-
untuk-gangguan-jantung-dan-hipertens i . [Diakses tanggal 23 Oktober 2010].
19