KOEFISIEN INBREEDING JALAK BALI (Leucopsar rotschildi ... · rothschild. i. Stresemann 1922) di ....

53
KOEFISIEN INBREEDING JALAK BALI (Leucopsar rotschildi Stresemann 1922) DI PENANGKARAN TEGAL BUNDER TAMAN NASIONAL BALI BARAT ADILIA PUTRI RAHMAWATI DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016

Transcript of KOEFISIEN INBREEDING JALAK BALI (Leucopsar rotschildi ... · rothschild. i. Stresemann 1922) di ....

Page 1: KOEFISIEN INBREEDING JALAK BALI (Leucopsar rotschildi ... · rothschild. i. Stresemann 1922) di . ... IPB, keluarga besar Cantigi Gunung (KSHE angkatan 49), HIMAKOVA, Kelompok Pemerhati

KOEFISIEN INBREEDING JALAK BALI (Leucopsar rotschildi

Stresemann 1922) DI PENANGKARAN TEGAL BUNDER

TAMAN NASIONAL BALI BARAT

ADILIA PUTRI RAHMAWATI

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2016

Page 2: KOEFISIEN INBREEDING JALAK BALI (Leucopsar rotschildi ... · rothschild. i. Stresemann 1922) di . ... IPB, keluarga besar Cantigi Gunung (KSHE angkatan 49), HIMAKOVA, Kelompok Pemerhati
Page 3: KOEFISIEN INBREEDING JALAK BALI (Leucopsar rotschildi ... · rothschild. i. Stresemann 1922) di . ... IPB, keluarga besar Cantigi Gunung (KSHE angkatan 49), HIMAKOVA, Kelompok Pemerhati

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Koefisien inbreeding

jalak bali (Leucopsar rotschildi Stresemann 1922) di penangkaran Tegal Bunder

Taman Nasional Bali Barat adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi

pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi

mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan

maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan

dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Desember 2016

Adilia Putri Rahmawati

NIM E34120052

Page 4: KOEFISIEN INBREEDING JALAK BALI (Leucopsar rotschildi ... · rothschild. i. Stresemann 1922) di . ... IPB, keluarga besar Cantigi Gunung (KSHE angkatan 49), HIMAKOVA, Kelompok Pemerhati

ABSTRAK

ADILIA PUTRI RAHMAWATI. Koefisien Inbreeding Jalak Bali (Leucopsar

rothschildi Stresemann 1922) di Penangkaran Tegal Bunder Taman Nassional Bali

Barat. Dibimbing oleh BURHANUDDIN MASY’UD dan LIN NURIAH GINOGA.

Penangkaran Tegal Bunder merupakan salah satu lembaga konservasi eks-

situ yang menangkarkan jalak bali untuk pelepasliaran. Penangkaran eks-situ

memiliki resiko terjadinya silang dalam atau inbreeding tinggi, yang dapat

menyebabkan adanya perubahan atau abnormalitas pada satwa. Penelitian

dilakukan untuk menganalisis manajemen perkawinan dan mengidentifikasi

inbreeding melalui hubungan kekerabatan, koefisien inbreeding, serta karakteristik

morfologis. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan metode observasi

lapang, wawancara, dan studi pustaka. Hasil identifikasi inbreeding yang diperoleh

menunjukkan bahwa telah terjadi inbreeding pada jalak bali, sedangkan pada

pengamatan karakteristik morfologis diduga telah terjadi tekanan inbreeding pada

jalak bali di penangkaran Tegal Bunder.

Kata kunci: inbreeding, jalak bali, manajemen perkawinan

ABSTRACT

ADILIA PUTRI RAHMAWATI. Inbreeding Coefficient of Bali Starling

(Leucopsar rothschildi Stresemann 1922) in Tegal Bunder captive West Bali

National Park. Supervised by BURHANUDDIN MASY’UD and LIN NURIAH

GINOGA.

Tegal Bunder captive is one of ex-situ conservation organization that breed

bali starling for release. The risk of inbreeding is high as an animal captivity. This

research aimed to analyse management breeding and identify in breeding based on

kinship, inbreeding coefficient, and morphological characteristic. Observation,

interview, and literature study were used in this research. The identification of

inbreeding showed that there was indeed inbreeding occured in Tegal Bunder

captive, and there was significant difference of morphological characteristic, body

size of the progeny, which indicated inbreeding depression of bali starling in Tegal

Bunder captive.

Keywords: bali starling, inbreeding, management of breeding

Page 5: KOEFISIEN INBREEDING JALAK BALI (Leucopsar rotschildi ... · rothschild. i. Stresemann 1922) di . ... IPB, keluarga besar Cantigi Gunung (KSHE angkatan 49), HIMAKOVA, Kelompok Pemerhati

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kehutanan

pada

Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata

KOEFISIEN INBREEDING JALAK BALI (Leucopsar rotschildi

Stresemann 1922) DI PENANGKARAN TEGAL BUNDER

TAMAN NASIONAL BALI BARAT

ADILIA PUTRI RAHMAWATI

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2016

Page 6: KOEFISIEN INBREEDING JALAK BALI (Leucopsar rotschildi ... · rothschild. i. Stresemann 1922) di . ... IPB, keluarga besar Cantigi Gunung (KSHE angkatan 49), HIMAKOVA, Kelompok Pemerhati
Page 7: KOEFISIEN INBREEDING JALAK BALI (Leucopsar rotschildi ... · rothschild. i. Stresemann 1922) di . ... IPB, keluarga besar Cantigi Gunung (KSHE angkatan 49), HIMAKOVA, Kelompok Pemerhati

Judul Skripsi: Koefisien Inbreeding Jalak Bali (Leucopsar rotschildi Stresemann

1922) di Penangkaran Tegal Bunder Taman Nassional Bali Barat Nama

NIM : Adilia Putri Rahmawati : E34120052

Dr Ir Burhanuddin Masy'ud, MS

Pembimbing I

Tanggal Lulus: 2 � OEC 2016

Disetujui oleh

Ir Lin Nuriah Ginoga, MSi

Pembimbing II

Page 8: KOEFISIEN INBREEDING JALAK BALI (Leucopsar rotschildi ... · rothschild. i. Stresemann 1922) di . ... IPB, keluarga besar Cantigi Gunung (KSHE angkatan 49), HIMAKOVA, Kelompok Pemerhati

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala

karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema dari penelitian

yang telah dilakukan berjudul “Koefisien inbreeding Jalak Bali (Leucopsar rotschildi

Stresemann 1922) di Penangkaran Tegal Bunder Taman Nasional Bali Barat”.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Burhanuddin Masy’ud, MS dan Ir Lin

Nuriah Ginoga MSi selaku pembimbing skripsi yang telah memberikan arahan,

bimbingan, dan saran kepada penulis selama penyusunan penelitian, pelaksanaan

penelitian, dan penyusunan skripsi. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada

pihak Taman Nasional Bali Barat yang telah mengizinkan, memfasilitasi, dan

membantu penulis sehingga penelitian ini berjalan dengan lancar sampai selesai.

Penulis menyampaikan penghargaan sebesar-besarnya kepada kedua orang tua,

Bapak Cucuk Sugiarto dan Ibu Yuni Hastuti serta kedua orang kakak penulis yang

selalu memberikan do’a dan memberi dukungan bagi penulis. Penghargaan penulis

sampaikan kepada Pak Nana, Pak Putu, Pak Heri, Mas Ari, Mas Hanung, Mas Harpa,

serta seluruh staff Pusat Pembinaan Jalak Bali Tegal Bunder Taman Nasional Bali

Barat yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terimakasih juga

disampaikan kepada keluarga besar Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan

Ekowisata (DKSHE) IPB, keluarga besar Cantigi Gunung (KSHE angkatan 49),

HIMAKOVA, Kelompok Pemerhati Kupu-Kupu SARPEDON, sahabat dunia

akhirat, serta seluruh pihak yang turut menyukseskan penyusunan karya ilmiah ini

yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat.

Bogor, Desember 2016

Adilia Putri Rahmawati

Page 9: KOEFISIEN INBREEDING JALAK BALI (Leucopsar rotschildi ... · rothschild. i. Stresemann 1922) di . ... IPB, keluarga besar Cantigi Gunung (KSHE angkatan 49), HIMAKOVA, Kelompok Pemerhati

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GAMBAR vii

DAFTAR LAMPIRAN vii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 1

Manfaat Penelitian 2

METODE 2

Lokasi dan Waktu Penelitian 2

Alat dan Bahan 3

Objek Penelitian 3

Metode Pengumpulan Data 3

Metode Analisis Data 8

HASIL DAN PEMBAHASAN 9

Hasil 9

Pembahasan 17

SIMPULAN DAN SARAN 23

Simpulan 23

Saran 23

DAFTAR PUSTAKA 23

LAMPIRAN 26

Page 10: KOEFISIEN INBREEDING JALAK BALI (Leucopsar rotschildi ... · rothschild. i. Stresemann 1922) di . ... IPB, keluarga besar Cantigi Gunung (KSHE angkatan 49), HIMAKOVA, Kelompok Pemerhati

vii

DAFTAR TABEL

1 Jenis data dan metode pengumpulan data 3 2 Pengukuran ukuran tubuh jalak bali di PPJB Tegal Bunder 4 3 Kategori tingkat inbreeding 8 4 Dasar pemilihan bibit jalak bali jantan dan betina di PPJB Tegal Bunder 9 5 Ciri-ciri morfologis jalak bali jantan dan betina di PPJB Tegal Bunder 10 6 Jenis dan ukuran kandang jalak bali PPJB Tegal Bunder 11 7 Asal indukan transfer jalak bali di PPJB Tegal Bunder 13 8 Nilai koefisien inbreeding jalak bali tiap generasi 14 9 Perbandingan ukuran tubuh jalak bali jantan dan betina pada SPSS 15

10 Perbandingan peubah ukuran tubuh jalak bali tiap generasi pada SPSS 15 11 Perbandingan pola (variasi) jalak bali di PPJB Tegal Bunder 16

12 Rekomendasi skenario pengaturan kawin jalak bali di PPJB Tegal

Bunder 22

DAFTAR GAMBAR

1 Peta lokasi penelitian 2 2 Contoh silsilah suatu individu X 8 3 Pasangan jalak bali di kandang pembiakan (A) jantan dan (B) betina 10 4 Gowok pada kandang jalak bali di PPJB Tegal Bunder 12 5 Penelusuran silsilah jalak bali dengan kode TNBB 534 13 6 Diagram panah hubungan kekerabatan jalak bali di PPJB Tegal Bunder 14

7 Rentang sayap (A) dan bulu ekor (B) jalak bali di PPJB Tegal Bunder 21 8 Warna mata (A) dan kaki (B) jalak bali di PPJB Tegal Bunder 21

DAFTAR LAMPIRAN

1 Perhitungan nilai koefisien inbredding jalak bali di PPJB Tegal Bunder 26 2 Silsilah jalak bali di PPJB Tegal Bunder 28

Page 11: KOEFISIEN INBREEDING JALAK BALI (Leucopsar rotschildi ... · rothschild. i. Stresemann 1922) di . ... IPB, keluarga besar Cantigi Gunung (KSHE angkatan 49), HIMAKOVA, Kelompok Pemerhati

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Jalak bali (Leucopsar rothschildi Stresemann, 1912) atau juga dikenal oleh

masyarakat lokal dengan nama curik bali merupakan burung yang berasal dari suku

sturnidae. Jalak bali merupakan satwa endemik Bali yang berstatus terancam punah

(critically endangered) (IUCN 2012) dan saat ini habitat alaminya hanya ditemukan

di Taman Nasional Bali Barat (TNBB). Jalak bali juga terdaftar di dalam Apendiks

I CITES yakni termasuk kelompok yang terancam punah dan dilarang untuk

diperdagangkan. Di Indonesia burung ini masuk dalam kategori jenis yang dilindu

ngi oleh pemerintah melalui SK Menteri Pertanian No.421/Kpts/Um/8/70 tanggal

26 Agustus 1970 dan Peraturan Pemerintah No 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan

Tumbuhan dan Satwa Liar.

Populasi jalak bali di alam setiap tahunnya mengalami penurunan, sampai

dengan tahun 2005 tercatat bahwa jumlah populasi jalak bali di alam sebanyak 12

ekor (Rianto 2006). Menurut TNBB (2013) hal ini disebabkan karena perburuan,

predator, dan kebakaran hutan. Jumlah populasi jalak bali yang sangat sedikit

menjadi alasan pentingnya upaya konservasi, salah satunya adalah penangkaran dan

pelepasliaran hasil penangkaran ke alam. Saat ini, upaya konservasi eks-situ jalak

bali telah tersebar di berbagai daerah di Indonesia. Keberadaan jalak bali di eks-situ

selain meningkatkan populasi juga dapat membantu upaya konservasi dan

penelitian jalak bali.

Program penangkaran di Pusat Pembinaan Jalak Bali (PPJB) Tegal Bunder

ditujukan untuk menangkarkan jenis yang terancam punah dan dikembalikan atau

dilepasliarkan ke habitat alaminya. Untuk keberhasilan pelepasliaran dibutuhkan

bibit jalak bali yang berkualitas baik dengan salah satu indikator berupa kualitas

dan genetik yang baik. Di dalam penangkaran jalak bali ada kecenderungan

terjadinya silang dalam atau inbreeding. Inbreeding dapat diidentifikasi melalui

analisis silsilah jalak bali dan besarannya dapat dilihat dari nilai koefisien

inbreeding. Inbreeding dapat menimbulkan pengaruh buruk seperti penurunan

fertilitas, peningkatan mortalitas, penurunan daya tahan tubuh terhadap penyakit,

penurunan daya hidup, dan penurunan laju pertumbuhan (Noor 2008). Kondisi

abnormalitas juga dapat terjadi pada satwa sebagai efek dari inbreeding. Untuk

mengetahui terjadinya abnormalitas ini, maka perlu diketahui perihal koefisisen

inbreeding agar dapat dilakukan pengaturan perkawinan dengan tepat dan

penelaahan karakteristik morfologis untuk mengetahui ada atau tidaknya tekanan

inbreeding pada jalak bali di Pusat Pembinaan Jalak Bali (PPJB) Tegal Bunder.

Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah :

1. Mengkaji manajemen perkawinan pada jalak bali di PPJB Tegal Bunder

2. Menghitung hubungan kekerabatan dengan menggunakan diagram pohon dan

koefisien inbreeding pada jalak bali di PPJB Tegal Bunder

Page 12: KOEFISIEN INBREEDING JALAK BALI (Leucopsar rotschildi ... · rothschild. i. Stresemann 1922) di . ... IPB, keluarga besar Cantigi Gunung (KSHE angkatan 49), HIMAKOVA, Kelompok Pemerhati

2

3. Mengukur perbandingan karakteristik morfologis jalak bali untuk

mengidentifikasi keberadaan tekanan inbreeding pada jalak bali di PPJB Tegal

Bunder.

Manfaat

Hasil penelitian mengenai koefisien inbreeding pada jalak bali diharapkan

dapat dijadikan dasar pengelolaan PPJB dan lembaga konservasi eks-situ lainnya,

dan memperoleh informasi mengenai tingkat inbreeding pada jalak bali, serta

memperoleh informasi mengenai karakteristik morfologis pada jalak bali yang ada

di PPJB Tegal Bunder.

METODE

Lokasi dan Waktu

Penelitian mengenai analisis koefisien inbreeding jalak bali dilakukan di

PPJB Tegal Bunder, Taman Nasional Bali Barat tersaji pada Gambar 1. Penelitian

dilakukan pada bulan Maret – September 2016.

Gambar 1 Peta lokasi penelitian

Alat dan Bahan Penelitian

Alat-alat yang digunakan dalam pengumpulan data antara lain alat tulis,

penggaris, jangka sorong, kamera digital, dan pita ukur. Bahan yang digunakan

adalah tally sheet.

Page 13: KOEFISIEN INBREEDING JALAK BALI (Leucopsar rotschildi ... · rothschild. i. Stresemann 1922) di . ... IPB, keluarga besar Cantigi Gunung (KSHE angkatan 49), HIMAKOVA, Kelompok Pemerhati

3

Objek Penelitian

Objek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jalak bali

(Leucopsar rothschildi Stresemann, 1912) dengan spesifikasi analisis koefisien

inbreeding.

Jenis dan Metode Pengumpulan Data

Data primer

Data primer merupakan data yang didapatkan langsung di lokasi penelitian.

Data primer yang diambil meliputi manajemen perkawinan, koefisien inbreeding

dan karakteristik morfologis (Tabel 1). Metode pengambilan data meliputi

pengamatan langsung, pengukuran, wawancara semi terstruktur kepada pihak

pengelola, dan perhitungan.

Tabel 1 Jenis data dan metode pengumpulan data

Data yang diambil Metode

Pengamatan Pengukuran Wawancara Perhitungan

A. Manajemen

perkawinan

1. Pemilihan bibit v v

2. Penentuan jenis

kelamin

v v

3. Penjodohan

4. Pemantauan

selama massa

bertelur dan

penyapihan anak

5. Pengaturan

kawin kembali

v

v

v

v

v

v

B. Koefisien

inbreeding

Silsilah jalak bali v v

C. Karakteristik

morfologis

Data kuantitatif

(pengukuran

terhadap peubah

ukuran tubuh)

v v v

Data kualitatif

(warna, pola

bulu sayap dan

bulu ekor)

v

v

Keterangan : v (data yang diambil)

Page 14: KOEFISIEN INBREEDING JALAK BALI (Leucopsar rotschildi ... · rothschild. i. Stresemann 1922) di . ... IPB, keluarga besar Cantigi Gunung (KSHE angkatan 49), HIMAKOVA, Kelompok Pemerhati

4

A. Manajemen perkawinan

Data mengenai manajemen perkawinan meliputi pemilihan bibit, penentuan

jenis kelamin, penjodohan, dan pengaturan kawin. Data pemilihan bibit di

maksudkan untuk mengetahui cara penentuan jenis kelamin indukan. Kegiatan

pengaturan kawin yaitu cara penjodohan yang dilakukan pengelola.

B. Koefisisen inbreeding

Perhitungan koefisien inbreeding pada jalak bali diawali dengan penelaahan

hubungan kekerabatan atau silsilah seluruh individu jalak bali pada (studbook)

kemudian dibuat dalam diagram panah untuk menentukan hubungan kekerabatan

antar jalak bali (Gambar 16). Pengambilan data juga dilakukan dalam bentuk

wawancara kepada pengelola untuk mengetahui silsilah jalak bali yang ada di PPJB.

C. Karakteristik morfologis

Data karakteristik morfologis yang bersifat kuantitatif meliputi ukuran tubuh

yang diukur mencakup panjang paruh, tinggi paruh, lebar pangkal paruh atas,

panjang kepala, lebar kepala, tinggi kepala, panjang tibia kanan dan kiri, panjang

tarsometatarsus kanan dan kiri, panjang jari kaki ketiga kanan dan kiri, diameter

tarsometatarsus kanan dan kiri, panjang tubuh total, panjang rentang sayap kanan

dan kiri, serta panjang bulu ekor (Tabel 2). Perkembangan pertumbuhan individu-

individu jalak bali ini akan dijadikan salah satu parameter untuk mengetahui

tekanan inbreeding yang terjadi. Salah satu dampak yang ditimbulkan akibat

adanya inbreeding adalah pertumbuhan tidak normal. Pada peubah ukuran tubuh

yang tersebar secara bilateral (kiri-kanan), maka pengukuran dilakukan pada kedua

bagian tubuh tersebut (peubah ukuran tubuh bagian kiri dan bagian kanan).

Data karakteristik morfologis yang bersifat kualitatif meliputi warna dan pola

bulu sayap dan bulu ekor, warna kaki, warna mata, dan daerah sekitar mata. Data

yang diperoleh dijadikan sebagai salah satu indikator terhadap adanya gejala

inbreeding pada jalak bali.

Tabel 2 Pengukuran ukuran tubuh jalak bali di PPJB Tegal Bunder NO Peubah Ukuran Tubuh Gambar Pengukuran

1. Panjang tubuh total

yang diukur dari ujung

paruh sampai dengan

ujung bulu ekor

Page 15: KOEFISIEN INBREEDING JALAK BALI (Leucopsar rotschildi ... · rothschild. i. Stresemann 1922) di . ... IPB, keluarga besar Cantigi Gunung (KSHE angkatan 49), HIMAKOVA, Kelompok Pemerhati

5

Tabel 2 Pengukuran peubah ukuran tubuh jalak bali di PPJB Tegal Bunder

(lanjutan) No Peubah Ukuran Tubuh Gambar Pengukuran

2. Panjang paruh yang

merupakan panjang

maxilla (paruh atas)

3. Tinggi paruh pada

bagian paruh tertinggi

4. Lebar pangkal paruh

atas diukur melintang

pada lebar pangkal

paru atas

5. Panjang kepala yang

diukur dari bagian

tengkuk hingga ujung

paruh

6. Lebar kepala yang

diukur dari bagian

tengah kepala terlebar

Page 16: KOEFISIEN INBREEDING JALAK BALI (Leucopsar rotschildi ... · rothschild. i. Stresemann 1922) di . ... IPB, keluarga besar Cantigi Gunung (KSHE angkatan 49), HIMAKOVA, Kelompok Pemerhati

6

Tabel 2 Pengukuran peubah ukuran tubuh jalak bali di PPJB Tegal Bunder

(lanjutan) No Peubah Ukuran Tubuh Gambar Pengukuran

7. Tinggi kepala diukur

dari bagian tinggi

kepala terbesar

8. Panjang rentang sayap

diukur dari pangkal

sayap hingga ujung

sayap

9. Panjang ekor yang

diukur dari pangkal

ekor sampai ujung

ekor

10. Panjang kaki yang

diukur dari pangkal

kaki hingga ujung kaki

11. Panjang tibia diukur

dari panjang tulang

femur hingga tulang

metatarsal

Page 17: KOEFISIEN INBREEDING JALAK BALI (Leucopsar rotschildi ... · rothschild. i. Stresemann 1922) di . ... IPB, keluarga besar Cantigi Gunung (KSHE angkatan 49), HIMAKOVA, Kelompok Pemerhati

7

Tabel 2 Pengukuran peubah ukuran tubuh jalak bali di PPJB Tegal Bunder

(lanjutan) No Peubah Ukuran Tubuh Gambar Pengukuran

12. Panjang

tarsometatarsus diukur

dari persendian

tarsometatarsus

sampai tempat jari-jari

kaki melekat

13. Panjang jari ketiga

diukur dari pangkal

hingga ujung jari

ketiga

14. Diameter

tarsometatarsus diukur

mengelilingi

tarsometatarsus

Data sekunder Data sekunder yang diambil meliputi data jalak bali yang ada di studbook atau

buku catatan informasi jalak bali dan data mengenai jalak bali berdasarkan literatur

yang berkaitan dengan tujuan penelitian seperti buku, jurnal ilmiah, skripsi, dan

artikel.

Metode Analisis Data

Manajemen perkawinan

Data menajemen perkawinan dianalisis secara deskriptif kuantitatif dan

dijabarkan dalam uraian atau penjelasan disertai dengan gambar atau foto untuk

memperjelas atau indikator tentang ada tidaknya pengaruh inbreeding terhadap

manajemen perkawinan.

Page 18: KOEFISIEN INBREEDING JALAK BALI (Leucopsar rotschildi ... · rothschild. i. Stresemann 1922) di . ... IPB, keluarga besar Cantigi Gunung (KSHE angkatan 49), HIMAKOVA, Kelompok Pemerhati

8

Perhitungan koefisien inbreeding

Menurut Noor (2008), koefisien inbreeding dapat dihitung menggunakan

diagram panah. Pembuatan diagram panah setiap individu pada kedua silsilah

tersebut dimasukkan sekali pada diagram panah walaupun pada kenyataannya

individu-individu tersebut muncul beberapa kali. Contoh silsilah (pohon filogeni)

dan aliran genetik disajikan dalam Gambar 2.

(a) (b) M : Male, F : Female

Gambar 2 (a) Silsilah suatu individu G; (b) Aliran gen individu G.

Langkah 1 : Individu G memiliki nenek moyang yang sama (B), dapat dipastikan

bahwa koefisian inbreeding-nya lebih besar dari nol

Langkah 2 : Nenek moyang B tidak diketahui sehingga koefisien inbreeding B

diasumsikan nol (noninbred)

Langkah 3 : Terdapat satu moyang bersama individu G, yaitu G-D-B-E-G.

Koefisien inbreeding dari individu dihitung dengan menentukan n, yaitu

banyaknya individu dalam alur (tidak termasuk individu yang diperhatikan) yang

terdiri dari moyang bersama dari tetua yang kawin sedarah (inbred). Nilai F berkisar

antara 0 atau tidak ada perkawinan sedarah sama sekali hingga 1 atau kawin sedarah

total (Allendorf dan Luikart 2008). Perhitungan koefisien inbreeding pada dasarnya

adalah mengalikan koefisien kekerabatan dengan ½ . Nilai koefisien inbreeding

dihitung dengan rumus menurut Allendorf dan Luikart (2008) :

Fx= Σ[( 1/2)n-1 (1+Fca )] Keterangan:

F = Nilai Koefisien inbreeding

n = banyaknya anak panah dalam setiap jalur

Fca = Koefisien inbreeding moyang bersama

Menurut Cervantes et al. (2007), hasil perhitungan koefisien inbreeding ini

kemudian dibagi ke dalam empat selang nilai disajikan dalam Tabel 3.

Tabel 3 Kategori tingkat inbreeding

Nilai Koefisien Inbreeding (F) Kategori

0 Non Inbreed

0 - 6,25 % Rendah

6,25 - 12,5 % Sedang

> 12,5 % Tinggi Sumber: Cervantes et al. (2007)

G B (M)

E (F)

D (M)

G

A (M) B (F) B (M) C (F)

E (F) D (M)

Page 19: KOEFISIEN INBREEDING JALAK BALI (Leucopsar rotschildi ... · rothschild. i. Stresemann 1922) di . ... IPB, keluarga besar Cantigi Gunung (KSHE angkatan 49), HIMAKOVA, Kelompok Pemerhati

9

Karakteristik morfologis

Data karakteristik morfologis yang dianalisis berupa data kuantitatif dan

kualitatif. Data kuantitatif ditabulasi dan dihitung nilai rataan dan simpangan

bakunya, selanjutnya dilakukan pengujian perbandingan nilai rataan dengan uji t-

student pada selang kepercayaan 95% menggunakan software SPSS untuk

menentukan adanya perbedaan antar jenis kelamin dan tiap generasinya. Data

kualitatif dianalisis secara deskriptif untuk menentukan ada tidaknya indikasi

tekanan inbreeding karena terjadinya penurunan dari sifat-sifat morfologisnya.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Manajemen perkawinan

Manajemen perkawinan atau reproduksi merupakan komponen pengelolaan

yang penting dan perlu diperhatikan dalam penangkaran satwa karena salah satu

indikator keberhasilan sebuah penangkaran. Pemilihan indukan yang tepat dapat

menjadi faktor penentu keberhasilan reproduksi. Berdasarkan hasil pengamatan dan

wawancara oleh pihak pengelola, aspek reproduksi yang terdapat di penangkaran

PPJB Tegal Bunder meliputi pemilihan bibit, penentuan jenis kelamin, penjodohan,

pemantauan selama masa bertelur dan penyapihan anak, serta pengaturan kawin

kembali.

1. Pemilihan bibit

Langkah awal dalam menangkarkan jalak bali yaitu dengan menyeleksi atau

memilih bibit kualitas baik yang nantinya akan dipelihara atau dikembangbiakan.

Tujuan dari adanya seleksi bibit ini unuk mendapatkan jalak bali yang benar-benar

bagus dan sehat sehingga nantinya dapat menghasilkan indukan yang berkualitas

baik. Dasar bagi pengelola penangkaran PPJB Tegal Bunder dalam pemilihan bibit

jalak bali untuk indukan dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Dasar pemilihan bibit jalak bali jantan dan betina di PPJB Tegal Bunder

No Kriteria Jantan Betina

1 Perilaku Aktif (lincah) Aktif (Lincah)

2 Bulu Bulu terlihat tidak kusam Bulu terlihat tidak kusam

3 Usia Minimal berumur 1 tahun Minimal berumur 8 bulan

4 Fisik Tidak cacat atau kelainan Tidak cacat atau kelainan

2. Penentuan jenis kelamin

Penentuan jenis kelamin merupakan suatu pekerjaan yang tidak mudah

dilakukan, karena tampilan luar antara jalak bali jantan dan jalak bali betina tidak

jauh berbeda. Penangkaran di PPJB Tegal Bunder mempunyai cara sendiri dalam

menentukan jenis kelamin jantan dan jenis kelamin betina pada jalak bali

berdasarkan morfologi dan aktivitasnya (Tabel 5).

Page 20: KOEFISIEN INBREEDING JALAK BALI (Leucopsar rotschildi ... · rothschild. i. Stresemann 1922) di . ... IPB, keluarga besar Cantigi Gunung (KSHE angkatan 49), HIMAKOVA, Kelompok Pemerhati

10

Tabel 5 Ciri-ciri morfologis jalak bali jantan dan betina di PPJB Tegal Bunder

No Kriteria Ciri Jantan Betina

1 Morfologis Postur Tubuh Tampak lebih besar

dari betina

Tampak lebih kecil

dari jantan

Jambul Menjurai diatas

kepala lebih panjang

Menjurai di atas

kepala lebih pendek

Daerah

sekitar mata

Warna biru lebih

gelap, permukaan

mata tampak lebih

kasar

Warna biru lebih

terang, permukaan

mata tampak lebih

halus

2 Aktivitas Gerakan

Lebih aktif dan

agresif

Kurang aktif

Identifikasi jenis kelamin penting untuk mempermudah proses perkawinan

sehingga tidak terjadi kesalahan dalam pemilihan indukan, baik pada jantan

maupun betina. Di penangkaran jalak bali PPJB Tegal Bunder identifikasi jenis

kelamin jalak bali dilakukan dengan melihat ciri morfologis yang ada pada jantan

dan betina (Gambar 3).

Gambar 3 Pasangan jalak bali di kandang pembiakan (A) jantan dan (B) betina

3. Penjodohan

Langkah awal yang dilakukan untuk mengembangbiakan jalak bali adalah

membentuk pasangan atau menjodohkan pasangan jalak bali yang ditangkarkan.

Penjodohan dilakukan dengan mengawinkan satu jantan dan satu betina dalam satu

kandang pembiakan (Tabel 6).

Page 21: KOEFISIEN INBREEDING JALAK BALI (Leucopsar rotschildi ... · rothschild. i. Stresemann 1922) di . ... IPB, keluarga besar Cantigi Gunung (KSHE angkatan 49), HIMAKOVA, Kelompok Pemerhati

11

Tabel 6 Jenis dan ukuran kandang jalak bali di PPJB Tegal Bunder

No Jenis

Kandang Jumlah

Ukuran

Kandang Fasilitas Fungsi

1 Kandang

Pembiakan

37 4 m x 4 m x

2,5 m dan 3

m x 2,5 m x

2,25 m

Gowok (tempat

bersarang),

tempat

bertengger, pohon

(sawo, murbei,

tekik), tempat

makan dan

minum

Penjodohan,

bertelur,

mengeram,

menetas, dan

mengasuh

anakan

2 Kandang

Sapihan

5 3 m x 3 m x

2,5 m

Tempat

bertengger, pohon

(sawo, murbei,

tekik), tempat

makan dan

minum

Menampung

anakan usia

sapih

3 Kandang

Karantina

2 4 m x 3 m x

2,5 m

Tempat

bertengger,

tempat makan dan

minum

Menempatkan

burung-

burung jalak

bali yang baru

datang atau

burung yang

sakit

4 Kandang

Habituasi

(kubah)

2 Tinggi 27,5

m dan

diameter

17,5 m

Gowok (2 buah),

tempat

bertengger,

tempat makan dan

minum, rumput,

pohon (asam)

Menampung

individu yang

akan

dilepasliarkan

(individu

calon

pelepasliaran)

Penentuan pasangan dilakukan dengan membiarkan jalak bali memilih

pasangannya sendiri, dengan cara menempatkan beberapa pasang jalak bali yang

sudah dewasa kelamin di dalam satu kandang biak. Perkembangbiakan diawali

dengan pemilihan pasangan jalak bali pada kandang sapih. Induk diperoleh dari

anakan di kandang sapih, yaitu individu anakan yang telah berumur lebih dari 7

bulan. Pemilihan calon indukan dari kandang sapih harus berasal dari individu

anakan burung yang menunjukkan tingkah laku berpasangan. Hal ini akan

mempengaruhi keberhasilan penjodohan burung jalak bali. Apabila terdapat jalak

bali yang berpasangan, maka akan diamati lebih lanjut kecocokan pasangannya,

termasuk diperiksa hubungan kekerabatannya dengan cara melihat buku silsilah

(studbook). Berdasarkan perilakunya akan ditetapkan pasangan untuk masing-

masing jalak bali apabila menunjukan ketidakcocokan maka pasangan akan diganti

dengan yang baru. Jalak bali yang sudah berjodoh ditandai selalu berdua dengan

pasangannya dan berkicau sahut menyahut. Pasangan jalak bali yang telah berjodoh

diamati perkembangannya sampai terjadi perkawinan dan bertelur. Apabila sudah

terjadi proses perkawinan, maka intensitas perawatan kandang harus dikurangi.

Page 22: KOEFISIEN INBREEDING JALAK BALI (Leucopsar rotschildi ... · rothschild. i. Stresemann 1922) di . ... IPB, keluarga besar Cantigi Gunung (KSHE angkatan 49), HIMAKOVA, Kelompok Pemerhati

12

Keberhasilan penjodohan jalak bali sangat tergantung pada keberhasilan pemilihan

bibit dan membedakan jenis kelamin (jantan dan betina), baik pada jalak anakan

maupun jalak dewasa, oleh karena itu burung yang akan dijodohkan harus dapat

dipastikan kualitas bibit baik dan jenis kelaminnya masing-masing (jandan dan

betina).

4. Pemantauan selama massa bertelur dan penyapihan anak

Penangkaran PPJB Tegal Bunder selama satu tahun jalak bali betina dapat

menghasilkan empat kali masa bertelur. Proses perkawinan jalak bali menurut

pengelola PPJB Tegal Bunder terjadi setiap bulan dengan jumlah telur yang

dihasilkan antara 2 – 4 butir, dengan masa bertelur selama 2 hari. Jalak bali betina

mengeluarkan telur per hari dan terus berlanjut hingga jumlah telur di tubuhnya

habis. Proses dilanjutkan dengan mengerami telur selama 14 hari hingga menetas.

Telur jalak bali menetas pada usia 14-15 hari. Apabila telah memasuki hari ke-16,

maka telur yang gagal menetas dibuang agar tidak membusuk di dalam gowok.

Kandang pembiakan dilengkapi dengan gowok (Gambar 4) yang berfungsi

untuk tempat meletakkan telur. Keberhasilan kawin dapat dilihat dari tingkah laku

betina yang aktif membuat sarang di dalam gowok, tingkah laku tersebut dapat

dilihat dengan adanya aktivitas betina mengumpulkan bahan-bahan sarang yang

dimasukkan ke dalam gowok sebagai tempat bertelur.

Gambar 4 Gowok di dalam kandang jalak bali di PPJB Tegal Bunder

Pengecekan telur dilakukan setiap hari dan dilakukan pencatatan terkait tanggal

bertelur indukan. Berdasarkan hasil wawancara dari pihak pengelola PPJB Tegal

Bunder penyebabkan kegagalan dalam penetasan telur jalak bali biasanya

dikarenakan faktor lingkungan sehingga ini dapat mempengaruhi proses

pengeraman pada indukan.

5. Pengaturan kawin kembali

Pengaturan kawin jalak bali kembali dilakukan pasca penyapihan anak.

Penyapihan anakan di PPJB Tegal Bunder ini dilakukan secara alami, yaitu

penyapihan dilakukan secara intensif oleh indukan sendiri. Penyapihan secara alami

ini untuk menjaga sifat liar dari burung jalak bali karena penangkaran ini bertujuan

menghasilkan keturunan yang produktif untuk memenuhi kebutuhan cikal bakal

peliaran dalam rangka pemulihan populasi liar Jalak Bali. Penyapihan secara alami

juga bertujuan untuk mengurangi kematian jalak bali di penangkaran. Proses

Page 23: KOEFISIEN INBREEDING JALAK BALI (Leucopsar rotschildi ... · rothschild. i. Stresemann 1922) di . ... IPB, keluarga besar Cantigi Gunung (KSHE angkatan 49), HIMAKOVA, Kelompok Pemerhati

13

penyapihan indukan terhadap anakannya berlangsung selama 45 hari atau sampai

anakan bisa makan dengan sendirinya. Pengaturan kawin kembali dapat dilakukan

ketika indukan telah selesai melakukan penyapihan anakan ± 45 hari. Selama

pengaturan kawin kembali pasangan jalak bali akan diamati perilakunya, ketika

salah satu individu jalak bali menunjukkan perilaku tidak mau kawin maka indukan

akan diganti.

Koefisien inbreeding

Jalak bali di penangkaran PPJB Tegal Bunder berdasarkan data terakhir

Januari 2015 berjumlah 150 individu dengan jumlah jantan 34 individu, betina 35

individu, dan anakan berjumlah 81 individu. Indukan jalak bali didapatkan melalui

sumbangan dan penukaran antar indukan dari beberapa penangkaran (Tabel 7).

Asal indukan jalak bali yang ada di penangkaran PPJB Tegal Bunder

diberikan kode atau penamaan untuk memudahkan penjodohan jalak bali (Tabel 7),

antara lain yaitu Kebun Binatang Surabaya (KBS), Taman Mini Indonesia Indah

(TMII), Taman Safari Indonesia (TSI), BKSDA DKI (DKI), penangkar di

Denpasar (DPS), penangkar di Bandung (BDG), penangkar di Madiun (MDN),

Asosiasi Penangkar Curik Bali (APCB), dan Pemerintah Jepang (Jepang).

Tabel 7 Asal indukan transfer jalak bali di PPJB Tegal Bunder

No Transfer Jumlah

Asal Tahun Jumlah

1 1995 3 3 KBS

2 1996 6 8 KBS/DPS

3 1997 12 20 TMII/BDG

4 1998 10 30 TMII

5 1999 7 31 TMII/MDN/TSI

6 2000 - 17 -

7 2001 - 5 -

8 2002 4 9 DKI/BDG

9 2003 9 14 DKI/BDG

10 2004 34 35 DKI/Jepang

11 2005 2 35 TSI/APCB

12 2007 30 33 TSI/Jepang

13 2009 30 31 TSI/Jepang Sumber : BTNBB 2012

Berdasarkan penelusuran silsilah Gambar 5 dapat dilihat bahwa asal indukan

jalak bali di penangkaran PPJB Tegal Bunder adalah DPS 2, KBS 82, KBS 104,

KBS 103, 0319 RTMII dan 048 CZoo dengan tetua nenek moyang yang tidak

diketahui sehingga diasumsikan berasal dari alam dengan koefisien inbreeding 0.

Inbreeding terjadi pada perkawinan antara jalak bali jantan TNBB 424 dengan

betina TNBB 428.

Page 24: KOEFISIEN INBREEDING JALAK BALI (Leucopsar rotschildi ... · rothschild. i. Stresemann 1922) di . ... IPB, keluarga besar Cantigi Gunung (KSHE angkatan 49), HIMAKOVA, Kelompok Pemerhati

14

M : Male, F : Female

Gambar 5 Penelusuran silsilah jalak bali dengan kode TNBB 685

Jalak bali jantan TNBB 424 dengan betina TNBB 428 merupakan saudara

sedarah sehingga perkawinan antar kedua jalak bali ini menghasilkan anakan yang

inbreed yaitu TNBB 685. Hal ini menghasilkan data diagram panah kekerabatan

seperti dalam Gambar 6. Nilai koefisien inbreeding pada individu TNBB 685

sebesar 0.062.

Keterangan : : Hubungan antara individu ke anak jalak bali di PPJB Tegal Bunder

M : Male

F : Female

Gambar 6 Diagram panah hubungan kekerabatan jalak bali di PPJB Tegal Bunder

Hasil analisis dari data silsilah dan hubungan kekerabatan jalak bali yang

berada di penangkaran PPJB Tegal Bunder berdasarkan perhitungan nilai koefisien

inbreeding memiliki hasil seperti ditampilkan pada Tabel 8 (Lampiran 1-2).

Tabel 8 Nilai koefisien inbreeding jalak bali di PPJB Tegal Bunder tiap generasi

No Status Filial Jumlah Total Kosfisien Inbreeding

1 F2 1 0.25

2 F3 12 0.71

3 F4 32 1.22

4 F5 4 0.03

Rata-rata 0.045 Keterangan: F2 : Anak generasi 2

F3 : Anak generasi 3

F4 : Anak generasi 4

F5 : Anak generasi 5

DPS 2

M

048 CZoo

F

0319 RTMII

M

KBS 103

F

KBS 104

M

KBS 103

F

KBS 104

M KBS 82

F

TNBB 31

M TNBB 57

F TNBB 77

M

TNBB 33

F

TNBB 428

F TNBB 424

M

TNBB 685 TNBB 686 TNBB 687 TNBB 672

TNBB

685

428 (F)

424 (M)

57 (F)

33 (F)

Kbs 103

(F)

Kbs 104

(M)

Page 25: KOEFISIEN INBREEDING JALAK BALI (Leucopsar rotschildi ... · rothschild. i. Stresemann 1922) di . ... IPB, keluarga besar Cantigi Gunung (KSHE angkatan 49), HIMAKOVA, Kelompok Pemerhati

15

Berdasarkan data yang diperoleh (Tabel 8), terdapat empat generasi jalak bali

dengan koefisien inbreeding yang berbeda. Koefisien inbreding mulai terjadi pada

generasi kedua sebesar 0.25, generasi ketiga terdapat 12 individu dengan nilai

koefisien inbreeding yaitu 0.71. Koefisien terbanyak terjadi pada generasi keempat

terjadi pada 32 individu dengan nilai koefisien inbreeding sebesar 1.22. Generasi

kelima terdapat empat individu dengan koefisiean inbreeding sebesar 0.03

Karakteristik morfologis

Hasil perbandingan ukuran tubuh jalak bali jantan dan betina disajikan di

dalam Tabel 9 dan hasil perbandingan ukuran tubuh jalak bali tiap generasi

disajikan pada Tabel 10.

Tabel 9 Perbandingan ukuran tubuh jalak bali jantan dan betina pada SPSS

No Parameter (cm) Jantan

(n=3)

Betina

(n=3)

Uji t-

student

1 Panjang total tubuh 25.91 ± 0.75 25.44 ± 0.46 0.503

2 Panjang paruh 2.64 ± 0.32 2.64 ± 0.23 0.691

3 Tinggi paruh 0.96 ± 0.26 0.91 ± 0.09 0.14

4 Lebar pangkal paruh 0.92 ± 0.05 0.9 ± 0.04 0.83

5 Panjang kepala 7.03 ± 0.35 6.73 ± 0.65 0.352

6 Lebar kepala 2.51 ± 0.5 2.39 ± 0.41 0.666

7 Tinggi kepala 2.66 ± 0.25 2.62 ± 0.37 0.457

8 Panjang rentang sayap kiri 18.89 ± 1.56 18.7 ± 0.94 0.254

9 Panjang rentang sayap kanan* 18.86 ± 1.63 18.59 ± 0.36 0.039

10 Panjang ekor 9.46 ± 0.68 9.69 ± 0.31 0.297

11 Panjang kaki 6.24 ± 0.51 6.4 ± 0.7 0.688

12 Panjang tibia kanan 5.19 ± 0.21 5.09 ± 0.21 0.974

13 Panjang tibia kiri 5.22 ± 0.22 5.13 ± 0.19 0.707

14 Panjang tarsometatarsus kanan 3.3 ± 0.32 3.21 ± 0.67 0.089

15 Panjang tarsometatarsus kiri 3.25 ± 0.27 3.22 ± 0.21 0.601

16 Panjang jari ketiga kanan 3.01 ± 0.07 3.14 ± 0.11 0.444

17 Panjang jari ketiga kiri 2.99 ± 0.07 3.27 ± 0.1 0.358

18 Diameter tarsometatarsus kanan 0.31 ± 0.01 0.36 ± 0.05 0.066

19 Diameter tarsometatarsus kiri 0.37 ± 0.01 0.32 ± 0.23 0.116 Keterangan : *) Beda nyata (P<0,05)

Tabel 10 Perbandingan peubah ukuran tubuh jalak bali tiap generasi pada SPSS

No Parameter (cm) F0

(n=3)

F1

(n=4)

F2

(n=4)

1 Panjang total tubuh 23.3 ± 0.31a 24.01 ± 1.17a 24.87 ± 0.33a

2 Panjang paruh* 1.95 ± 0.31a 2.02 ± 0.06a 2.08 ± 0.16b

3 Tinggi paruh 0.96 ± 0.14a 0.91 ± 0.20a 0.92 ± 0.10a

4 Lebar pangkal paruh 0.92 ± 0.08a 0.9 ± 0.01a 0.86 ± 0.04a

5 Panjang kepala 5.66 ± 0.85a 6.1 ± 0.09a 6.19 ± 0.09a

Page 26: KOEFISIEN INBREEDING JALAK BALI (Leucopsar rotschildi ... · rothschild. i. Stresemann 1922) di . ... IPB, keluarga besar Cantigi Gunung (KSHE angkatan 49), HIMAKOVA, Kelompok Pemerhati

16

Tabel 10 Perbandingan peubah ukuran tubuh jalak bali tiap generasi pada SPSS

(lanjutan)

No Parameter (cm) F0

(n=3)

F1

(n=4)

F2

(n=4)

6 Lebar kepala* 2.17 ± 0.67a 2.21 ± 0.18a 1.95 ± 0.13b

7 Tinggi kepala 3.56 ± 0.91a 3.16 ± 0.17a 2.64 ± 0.17a

8 Panjang rentang sayap kiri 18.89 ± 1.56a 18.7 ± 0.37a 19.12 ± 0.41a

9 Panjang rentang sayap

kanan 18.86 ± 1.63a 18.56 ± 0.36a 18.51 ± 0.11a

10 Panjang ekor 6.91 ± 0.74a 6.97 ± 0.22a 8.76 ± 0.37a

11 Panjang kaki 6.2 ± 0.51a 6.39 ± 0.85a 5.99 ± 0.19a

12 Panjang tibia kanan 5.18 ± 0.21a 5.09 ± 0.05a 4.90 ± 0.37a

13 Panjang tibia kiri 5.22 ± 0.21a 5.13 ± 0.06a 5.18 ± 0.22a

14 Panjang tarsometatarsus

kanan 3.3 ± 0.33a 3.21 ± 0.07a 3.19 ± 0.28a

15 Panjang tarsometatarsus

kiri 3.25 ± 0.27a 3.22 ± 0.05a 3.11 ± 0.11a

16 Panjang jari ketiga kanan 3.17 ± 0.08a 3.28 ± 0.02a 2.81 ± 0.10a

17 Panjang jari ketiga kiri 2.99 ± 0.07a 3.27 ± 0.53a 2.89 ± 0.18a

18 Diameter tarsometatarsus

kanan 0.30 ± 0.04a 0.36 ± 0.07a 0.30 ± 0.02a

19 Diameter tarsometatarsus

kiri 0.34 ± 0.03a 0.32 ± 0.01a 0.27 ± 0.04a

Keterangan : *) huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata

P<0,05)

Penelaahan terhadap pola warna bulu sayap, bulu ekor, mata, kaki dari ketiga

pasang jalak bali contoh dibandingkan dengan pola (variasi) merutut (Alikodra

1987) tidak menujukan tidak ada perbedaan (Tabel 11).

Tabel 11 Perbandingan pola (variasi) jalak bali di PPJB tegal Bunder

No Parameter Alikodra (1987)

Hasil Warna Pola

1 Bulu Sayap Putih bersih hanya pada

ujung sayap berwarna

hitam (blackspotted)

Rata - rata memiliki

17-18 helai bulu

sayap

Tidak

berbeda

2 Bulu ekor Putih bersih hanya pada

ujung ekor berwarna

hitam (blackspotted) ±

25 mm

Rata - rata memiliki

10-11 helai bulu

ekor

Tidak

berbeda

3 Mata Biru tua Pelupuk mata

berwarna biru tua

mengelilingi bola

mata

Tidak

berbeda

4 Kaki Biru abu - abu empat jemari ( satu

ke belakang dan tiga

kedepan)

Tidak

berbeda

Page 27: KOEFISIEN INBREEDING JALAK BALI (Leucopsar rotschildi ... · rothschild. i. Stresemann 1922) di . ... IPB, keluarga besar Cantigi Gunung (KSHE angkatan 49), HIMAKOVA, Kelompok Pemerhati

17

Pembahasan

Manajemen perkawinan

Faktor yang sangat diperhatikan pada proses pengembangbiakan di

penangkaran PPJB Tegal Bunder adalah pemilihan bibit indukan jalak bali,

penentuan jenis kelamin, penjodohan, dan pengaturan kawin. Tujuan dari seleksi

bibit ini adalah untuk mendapatkan bibit jalak bali yang benar-benar bagus dan

sehat sehingga nantinya dapat menghasilkan jalak bali yang berkualitas baik. Dalam

hal penangkaran, kualitas bibit yang digunakan perlu memperoleh perhatian sangat

serius, khususnya dalam hal variasi genetiknya (Thohari 1987). Apabila bibit jalak

bali yang digunakan kualitasnya buruk, seberapa pun bagusnya kualitas

pemeliharaan yang telah diberikan tidak akan memperoleh hasil yang maksimal.

Menurut Masy’ud (2010) pemilihan bibit jalak bali yang dijadikan sebagai indukan

yaitu harus dalam kondisi sehat dan tidak cacat, energik (aktif), nafsu makannya

baik, mata jernih, bulunya bersih mengkilap, dan gerakannya lincah. Hal ini juga

dijadikan dasar bagi pengelola penangkaran PPJB Tegal Bunder, pemilihan bibit

jalak bali memiliki ciri-ciri sehat yaitu mempunyai tingkah laku yang aktif lincah

dan bulu terlihat tidak kusam (bulu harus terlihat cerah dan mengembang). Menurut

Panuju dan Sri (2006) memilih calon indukan yang unggul baik betina maupun

jantan harus mempertimbangkan tujuh kriteria yakni (1) sehat, (2) tidak cacat, (3)

tidak mudah stress, (4) jika bisa burung calon indukan hasil penangkaran, (5) tidak

buas, (6) mutu suara bagus dan (7) bentuk fisik besar dan lincah, sehingga perlu

dijadikan acuan tambahan bagi pengelola dalam pemilihan bibit jalak bali. Jalak

Bali mempunyai sifat yang peka tehadap gangguan, mudah mengalami stress dalam

keadaan lingkungan yang tidak wajar (Alikodra 1987). Secara umum burung jalak

bali yang dipilih sebagai bibit lebih baik yang masih muda karena kemungkinan

stress dengan sifat liarnya relatif kecil (Masy’ud 2010).

Identifikasi jenis kelamin jalak bali yang dikenal dengan istilah sexing ini

sangat penting untuk dilakukan karena berkaitan dengan proses penjodohan. Hal ini

untuk mempermudah proses penjodohan sehingga tidak terjadi kesalahan dalam

pemilihan indukan, baik pada jantan maupun pada betina yang dijodohkan.

Masy’ud (2010) juga menyebutkan jalak bali termasuk burung monomorfik yang

memiliki tampilan luar relatif sama, maka membedakan jenis kelamin antara

burung jantan dan betina relatif sulit. Tidak ada kriteria baku dalam menentukan

jenis kelamin jalak bali. Penangkaran PPJB Tegal Bunder mengidentifikasi jalak

bali dengan melihat ukuran tubuh, jambul, dan daerah sekitar mata. Jalak bali jantan

mempunyai ciri berupa bentuk tubuh yang lebih besar dari burung jalak bali betina,

burung jalak bali jantan mempunyai ukuran bulu jambul di kepala yang lebih

panjang dari burung jalak bali betina, serta bagian kulit yang tidak berbulu di sekitar

mata pada burung jalak bali jantan terasa dan terlihat lebih kasar dari pada burung

betina serta terlihat berwarna lebih biru tua dari pada burung betina (Gambar 3).

Pengelola PPJB Tegal Bunder dalam mngidentifikassi jenis kelamin jalak bali

diamati juga melalui aktivitas yaitu jalak bali jantan lebih aktif dan agresif

dibandingkan betina. Menurut Masy’ud (2010) perbedaan antara jalak bali jantan

dan jalak bali betina yaitu jalak bali jantan memiliki volume suara yang lebih besar,

bulunya lebih cerah, gerakannya lincah dan gesit, serta jambulnya relatif lebih

panjang jika dibandingkan dengan betina. Selain itu Yunanti (2012) menambahkan,

untuk menentukan jenis kelamin pada jalak bali dapat dilakukan dengan teknik

Page 28: KOEFISIEN INBREEDING JALAK BALI (Leucopsar rotschildi ... · rothschild. i. Stresemann 1922) di . ... IPB, keluarga besar Cantigi Gunung (KSHE angkatan 49), HIMAKOVA, Kelompok Pemerhati

18

endoskopi (pemeriksaan organ kelamin bagian dalam melalui pembedahan ringan

dan dengan bantuan endoskop) dan analisa karyotipe (kromosoma) atau analisa

DNA.

Penjodohan terhadap jalak bali yang berada di penangkaran PPJB Tegal

Bunder adalah dengan mengawinkan satu jantan dengan satu betina dalam satu

kandang pembiakan. Jalak tergolong hewan monogamus yang hanya memiliki satu

pasangan dalam satu musim kawin sehingga sex rasionya adalah 1:1 (Masy’ud

2010). Penentuan pasangan dilakukan dengan membiarkan jalak bali memilih

pasangannya sendiri, dengan cara menempatkan beberapa pasang jalak bali yang

sudah dewasa kelamin di dalam satu kandang biak, cara penentuan pasangan seperti

ini telah sesuai dengan Masy’ud (2010) dan penelitian Yunanti (2012) di

penangkaran Mega Bird and Orchid Farm Bogor. Campur tangan manusia

dilakukan dalam mengatur pemilihan pasangan. Sistem monogami yang

dikembangkan tidak bersifat tetap, artinya pasangan yang dibentuk bisa diganti atau

dipasangkan lagi dengan yang lain. Hal ini juga dilakukan oleh pengelola

penangkaran PPJB Tegal Bunder ketika salah satu pasangan baik itu jantan atau

betina yang menunjukkan sikap tidak mau bereproduksi maka akan digantikan

dengan indukan yang lainnya. Jalak bali yang sudah berjodoh ditandai selalu berdua

dengan pasangannya dan berkicau sahut menyahut. Masy’ud (2010) juga

menyatakan hal yang sama, calon indukan yang sudah berjodoh dan memasuki

masa birahi akan ditandai dengan perilaku bersuara/berkicau sepanjang hari yang

diikuti dengan aktivitas saling dekat.

Jalak bali penangkaran PPJB Tegal Bunder selama satu tahun dapat

menghasilkan empat kali masa bertelur, namun berdasarkan hasil penelitian Aziz

(2013) di penangkaran UD Anugrah Kediri menunjukkan bahwa jalak bali selama

satu tahun dapat menghasilkan 12 kali masa bertelur. Hal ini dikarenakan adanya

perbedaan cara pembesaran piyik yang dilakukan oleh penangkar. Purnamasari

(2014) juga menyatakan hal yang sama yaitu perbedaan masa bertelur dapat

dipengaruhi oleh pengaturan perkembangbiakan, perawatan, pembesaran anak dan

frekuensi perawatan burung berhubungan nyata dengan kematian burung. Menurut

Masy’ud (2010) perkembangbiakan jalak bali di penangkaran pada dasarnya dapat

diatur, sehingga dapat memberikan hasil yang lebih maksimal. Tingkat gangguan

lingkungan kandang juga sangat berpengaruh terhadap daya tetas telur, terutama

untuk pasangan burung jalak bali. Dalam pengamatan diketahui bahwa jika ada

gangguan maka cenderung induk betina jalak bali yang sedang mengerami telur

akan meninggalkan telurnya bahkan seringkali telurnya dimakan atau dipecahkan.

Hal ini sejalan dengan penelitian Widiyanti (2015) burung jalak bali sifat liarnya

masih relatif tinggi sehingga kepekaannya terhadap gangguan faktor lingkungan

masih sangat tinggi. Masy’ud (2010) juga menyatakan hal yang sama, dalam proses

perkawinan intensitas kandang harus dikurangi dan faktor-faktor gangguan sedapat

mungkin harus dihindari karena jika terdapat gangguan jalak bali seringkali

memperlihatkan sifat tidak mau bertelur, dan tidak mau mengerami telurnya bahkan

kanibalisme.

Pemilihan pembesaran anakan jalak bali secara alami dimaksudkan untuk

menjaga sifat liar karena penangkaran ini bertujuan untuk pelepasliaran jalak bali

di alam. Hal ini sesuai dengan pernyataan Yunanti (2012) perawatan secara alami

akan menghasilkan anak-anak burung tumbuh secara sehat dan mandiri karena

piyik mendapatkan menu makanan yang paling sesuai, kenyamanan hidup yang

Page 29: KOEFISIEN INBREEDING JALAK BALI (Leucopsar rotschildi ... · rothschild. i. Stresemann 1922) di . ... IPB, keluarga besar Cantigi Gunung (KSHE angkatan 49), HIMAKOVA, Kelompok Pemerhati

19

optimal dalam lingkungan “kasih sayang” induk, serta mendapatkan pendidikan

dasar dari indukannya. Penangkaran PPJB Tegal Bunder juga melakukan

penyapihan secara alami dengan tujuan untuk megurangi kematian pada jalak bali

hal ini telah dibuktikan oleh penelitian Widiyanti (2015) bahwa angka kematian

piyik jalak bali di PPJB Tegal Bunder lebih kecil jika dibandingkan dengan

penangkaran UD Anugrah Kediri. Pengaturan kawin kembali dapat dilakukan

ketika indukan telah selesai melakukan penyapihan anakan ± 45 hari. Menurut

Masy’ud (2010) Jalak bali yang telah bertelur dan menetaskan anaknya akan

bertelur kembali setelah berusia sekitar 4-5 minggu atau jarak waktu bertelur sekitar

dua bulan.

Koefisien inbreeding

Inbreeding merupakan perkawinan yang terjadi antara dua individu yang

berasal dari satu garis keluarga dekat (Thohari 1987). Inbreeding atau silang dalam

adalah persilangan antar satwa yang memiliki hubungann kekerabatan yang lebih

dekat jika dibanding dengan rataan hubungann kekerabatan kelompok tempat satwa

tersebut (Noor 2008). Menurut Allendorf dan Luikart (2008) perkawinan

inbreeding akan menyebabkan kehilangan variasi genetik. Kedua individu yang

dikawinkan secara inbreeding tersebut akan mempunyai moyang bersama pada

beberapa generasi keatasnya dan dengan adanya peristiwa inbreeding pada satwa

berpengaruh terhadap pertumbuhan satwa tersebut (Dinarwati 2011). Dengan

demikian, keturunan dari hasil perkawinan inbreeding ini akan mempunyai dua gen

pada lokus yang identik dengan gen moyang bersama (Hardjosubroto, 2001).

Berdasarkan data yang diperoleh (Tabel 8), terdapat empat generasi jalak bali

dengan koefisien inbreeding yang berbeda. Koefisien inbreding mulai terjadi pada

generasi kedua sebesar 0,25. Generasi ketiga terdapat 12 individu dengan nilai

koefisien Inbreeding yaitu 0,71. Koefisien terbanyak terjadi pada generasi keempat

terjadi pada 32 individu dengan nilai koefisien inbreeding sebesar 1,22. Generasi

kelima terdapat empat individu dengan koefisiean inbreeding sebesar 0,03.

Cervantes et al. (2007) menyajikan nilai koefisien inbreeding berdasarkan

selang angka tertentu. Secara umum, rata-rata koefisien inbreeding jalak bali di

PPJB Tegal Bunder adalah 0,045 atau 4,5 % sehingga termasuk kedalam kategori

rendah. Hal ini perlu sangat diperhatikan oleh pihak pengelola penangkaran di PPJB

Tegal Bunder. Inbreeding di PPJB Tegal Bunder dapat berubah apabila terus

dilakukan kawin, maka kategori inbreeding yang ada dapat meningkat yang

disebabkan keterbatasan jumlah pasangan jantan dan betina dalam populasi jalak

bali yang bisa dikawinkan. Hal ini sesuai dengan pendapat Wiener (1994) bahwa

pada populasi yang terbatas, inbreeding tidak dapat dihindari namun hanya dapat

dikurangi. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi inbreeding yaitu

mengawinkan jalak bali secara teratur disertai dengan pencatatan yang lengkap

terhadap semua individu. Menurut Thohari (1987) semakin tinggi variasi genetik

dari bibit yang digunakan maka semakin tinggi kualitasnya sebagai induk, demikian

pula kualitas yang diharapkan pada keturunannya akan bertambah kecil apabila

jumlah populasi pada penangkaran semakin besar. Menurut Armbruster dan Reed

(2005) efek dari inbreeding cenderung terjadi lebih parah di dalam komunitas yang

terbatas dengan tekanan yang tinggi. Nilai koefisien inbreeding jalak bali di

penangkaran PPJB Tegal Bunder dapat berkurang dengan menerapkan cara

Page 30: KOEFISIEN INBREEDING JALAK BALI (Leucopsar rotschildi ... · rothschild. i. Stresemann 1922) di . ... IPB, keluarga besar Cantigi Gunung (KSHE angkatan 49), HIMAKOVA, Kelompok Pemerhati

20

pengembangbiakkan satwa menurut Thohari (1987) agar terhindar dari inbreeding,

antara lain:

1. Pada penangkaran jalak Bali perlu dilakukan perkawinan secara teratur dan

pencatatan terhadap semua individu secara lengkap. Dengan demikian,

pengelola akan tahu kedudukan seluruh individu dalam keluarga.

2. Secara berkala dimasukkan individu-individu jalak Bali baru dan memiliki

kekerabatan yang jauh dengan individu lama dalam kelompok yang sedang

ditangkar, sebagai upaya penyegaran genetik ke dalam kelompok lama.

Apabila kondisi jumlah jalak bali dengan hubungan sedarah tinggi maka

kemungkinan munculnya gejala efek gen lethal pada jalak bali pun tinggi dan akan

memicu terjadinya pengurangan, atau bahkan kepunahan satwa baik di alam dan

dalam penangkaran (Rivanisa 2015). Penurunan keanekaragaman genotipe sebagai

akibat dari efek inbreeding, penyimpangan genetik atau perkawinan sedarah dapat

menyebabkan perubahan kondisi suatu organisme (Zakharov 1997). Inbreeding

dapat menimbulkan pangaruh buruk seperti penurunan fertilitas, peningkatan

mortalitas, penurunan daya tahan terhadap penyakit, penurunan daya hidup, dan

penurunan laju pertumbuhan (Noor 2008). Thohari (1987) juga menyatakan bahwa

hasil perkawinan dalam atau inbreeding umumnya rentan dalam kemampuan

reproduksi, kekuatan, dan mengurangi penampilan (performance) bibit jalak Bali.

Koefisien inbreeding dapat digunakan untuk mengukur peningkatan

homozigositas suatu individu akibat silang dalam atau inbreeding (Noor 2000).

Terjadinya peningkatan homozigositas dapat menyebabkan terjadinya tekanan

inbreeding (Thohari 1987). Yunanti (2012) menambahkan, Inbreeding dapat

menimbulkan karakter buruk pada satwa jika terlalu dekat hubungan kerabatnya

karena karakter buruk ini bersifat resesif. Menurut Allendorf dan luikart (2008) laju

peningkatan homozigositas akibat silang dalam pada suatu individu tergantung dari

seberapa dekat hubungan kekerabatan kedua tetuanya. Apabila koefisien

inbreeeding meningkat, jumlah anak yang mampu untuk hidup menurun, penurunan

ini disebut tekanan inbreeding yang meliputi tiga macam yaitu tekanan terhadap

kemampuan hidup, tekanan terhadap fekunditas, dan tekanan terhadap sex ratio

(Thohari 1987).

Karakteristik morfologis Pekembangan suatu individu dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan.

Faktor genetik ditentukan oleh susunan gen dan kromosom yang dimiliki tiap

individu. Faktor genetik merupakan faktor yang bersifat baku atau tidak berubah

selama hidupnya sedangkan faktor lingkungan bersifat tidak baku atau tidak dapat

diwariskan pada keturunannya (Hardjosubroto 2001). Hasil pengukuran terhadap

tiga pasang individu jalak bali di penangkaran PPJB Tegal Bunder terlihat adanya

perbedaan ukuran tubuh jalak bali jantan lebih besar dibandingkan jalak bali betina

(Tabel 8), hal ini sesuai dengan Masy’ud (2010) Ukuran tubuh jantan relatif lebih

besar dan panjang dari pada betina. Hal ini juga didukung oleh penelitian

Kurniawan (2014), penangkar jalak bali di Mega Bird and Orchid Farm (MBOF)

menyatakan bahwa ukuran tubuh jantan lebih besar dibandingkan dengan betina,

memiliki kicauan lebih nyaring dan sering, dan sebaliknya pada individu betina,

selain itu, warna bulu tubuh jantan lebih cerah dan ekornya lebih panjang

dibandingkan dengan betina.

Page 31: KOEFISIEN INBREEDING JALAK BALI (Leucopsar rotschildi ... · rothschild. i. Stresemann 1922) di . ... IPB, keluarga besar Cantigi Gunung (KSHE angkatan 49), HIMAKOVA, Kelompok Pemerhati

21

Pengaruh terjadinya inbreeding pada jalak bali di PPJB Tegal Bunder dapat

dilihat dengan membandingkan ukuran jalak bali pada individu jantan dan betina

dengan perhitungan uji t dengan selang kepercayaan 95% menggunakan SPSS.

Hasil pengamatan (Tabel 9) menunjukkan terdapat perbedaan yang nyata (P<0.05)

pada peubah ukuran tubuh panjang rentang sayap kanan (P=0,039). Hasil

pengukuran (Tabel 9) menunjukkan peubah ukuran tubuh yang berbeda nyata

antara individu jantan dan betina dengan nilai pengukuran individu jantan selalu

lebih besar dibandingkan dengan betina. Hasil pengukuran peubah ukuran tubuh

jalak bali pada tiap generasi (Tabel 10) terdapat perbedaan yang signifikan pada

panjang paruh (P=0.038) dan lebar kepala (P=0.045) pada generasi pertama (F0),

generasi kedua (F1) dan generasi ketiga (F2). Hal ini menunjukkan adanya

perbedaan performa pertumbuhan pada peubah ukuran tubuh yang dibandingkan.

Beda nyata yang terdapat pada peubah ukuran tubuh panjang paruh dan lebar

kepala jalak bali di PPJB Tegal Bunder dapat disebabkan oleh faktor genetik dan

lingkungan. Apabila terdapat perbedaan pada performa individu maka penyebabnya

adalah faktor genetik, pengaruh lingkungan yang diasumsikan sama (Maulana

2014). Menurut Lacy (2000) pada kondisi dimana kondisi lingkungan dan

manajemen yang sama, diduga faktor inbreeding memiliki peran yang cukup besar

terhadap perubahan kondisi yang dialami satwa.

Hasil analisis statistik perbandingan rata-rata dari semua komponen ukuran

tubuh dengan menggunakan uji t-student menunjukan ada perbedaan yang nyata

pada panjang paruh, lebar kepala, dan panjang ekor pada selang kepercayaan 95%.

Hal ini diduga bahwa telah adanya tekanan inbreeding pada jalak bali di

penangkaran PPJB Tegal Bunder namun masih rendah.

Penelaahan terhadap pola warna bulu sayap, bulu ekor, mata, kaki dari ketiga

pasang jalak bali contoh menunjukkan tidak ada perbedaan (Tabel 10). Dari hasil

pengamatan terhadap pola pola warna bulu sayap dan bulu ekor (Gambar 7), mata

dan kaki (Gambar 8) menunjukkan pola warna yang sama (tidak berbeda).

(A) (B)

Gambar 7 Rentang sayap (A) dan bulu ekor (B) jalak bali di PPJB Tegal Bunder

(A) (B)

Gambar 8 Pola warna mata (A) dan kaki (B) jalak bali di PPJB Tegal Bunder

Page 32: KOEFISIEN INBREEDING JALAK BALI (Leucopsar rotschildi ... · rothschild. i. Stresemann 1922) di . ... IPB, keluarga besar Cantigi Gunung (KSHE angkatan 49), HIMAKOVA, Kelompok Pemerhati

22

Variasi pada sifat bawaan dalam suatu kelompok timbul karena adanya faktor

keturunn dan faktor lingkungan. Selain itu Thohari (1987) menambahkan variasi

genetik tersebut dapat dimungkinkan akibat adanya individu-individu yang

memiliki kombinasi gen-gen (genotipe) yang berbeda sehingga tidak dapat diamati

secara langsung, oleh karena itu perlu meggunakan sifat-sifat luar yang bisa

diamati, disebut fenotipe. Dengan demikian sifat kualitatif secara fenotipe dari

ketiga pasang jalak bali contoh untuk pola warna bulu sayap, bulu ekor, mata, dan

kaki tidak terlihat adanya perbedaan. Hal ini dapat dinyatakan bahwa jalak bali di

penangkaran PPJB Tegal Bunder belum menunjukkan adanya perubahan (variasi)

pola sifat secara kualitatif.

Skenario pengaturan perkawinan jalak bali di PPJB Tegal Bunder

Pengaturan kawin jalak bali perlu dilakukan untuk menekan atau mengurangi

adanya inbreeding di penangkaran PPJB Tegal Bunder. Berdasarkan data analisis

koefisien inbreeding jalak bali di PPJB Tegal Bunder dapat direkomendasikan

skenario pengaturan kawin jalak bali di PPJB Tegal Bunder (Tabel 12). Masing-

masing indukan jalak bali yang di rekomendasikan memiliki nilai koefisien

inbreeding sebesar 0, sehingga dapat dipastikan tidak ada perkawinan sedarah antar

tetuanya.

Tabel 12 Rekomendasi skenario pengaturan kawin jalak bali di PPJB Tegal Bunder

NO Indukan

Jantan Betina

1 TNBB 296 TNBB 535

2 TNBB 386 TNBB 535

3 GA 195 TNBB 403

4 TNBB 407 TNBB 535

5 TNBB 412 Kbs 134

6 TNBB 412 TNBB 134

7 TNBB 412 TNBB 403

8 TNBB 412 TNBB 524

9 TNBB 412 TNBB 528

10 TNBB 412 TNBB 535

11 TNBB 419 TNBB 403

12 TNBB 419 TNBB 406

13 TNBB 419 TNBB 523

14 TNBB 419 TNBB 524

15 TNBB 419 TNBB 528

16 TNBB 419 TNBB 537

17 TNBB 419 TNBB 571

18 TNBB 419 TNBB 572

19 TNBB 419 TNBB 579

20 TNBB 424 TNBB 535

21 TNBB 515 TNBB 535

22 TNBB 515 TNBB 579

Page 33: KOEFISIEN INBREEDING JALAK BALI (Leucopsar rotschildi ... · rothschild. i. Stresemann 1922) di . ... IPB, keluarga besar Cantigi Gunung (KSHE angkatan 49), HIMAKOVA, Kelompok Pemerhati

23

Tabel 12 Rekomendasi skenario pengaturan kawin jalak bali di PPJB Tegal Bunder

(lanjutan)

NO Indukan

Jantan Betina

23 TNBB 526 TNBB 535

24 TNBB 534 TNBB 535

25 TNBB 566 TNBB 535

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

1. Manajemen perkawinan di PPJB Tegal Bunder diawali dengan pemilihan bibit,

penentuan jenis kelamin jantan, penjodohan, dan pengaturan kawin.

2. Hubungan kerabat dekat sebanyak 49 individu atau sebesar 32,67% dari 150

jumlah total individu jalak bali di PPJB Tegal Bunder, dan pada silsilah jalak

bali ditemukan adanya jalak bali yang inbreeding dengan nilai koefisien

inbreeding total 4,5% yang tergolong dalam koefisien inbreeding rendah.

3. Hasil dari penelaahan morfologis dengan membandingkan antara tiap generasi

menggunakan uji t-student diperoleh hasil adanya perbedaan morfologis

kuantitaif yang nyata antara generasi (F0), generasi kedua (F1) dan generasi

ketiga (F2) pada peubah ukuran panjang paruh (P=0.038) dan lebar kepala

(P=0.045) di penangkaran PPJB Tegal Bunder. Hal ini diduga bahwa telah

adanya tekanan inbreeding pada jalak bali di penangkaran PPJB Tegal Bunder.

Saran

1. Manajemen perkawinan jalak bali di PPJB Tegal Bunder perlu ditingkatkan

dari segi pembukuan silsilah jalak bali (studbook) dan digunakan sebagai acuan

dalam manajemen perkawinan untuk mengurangi perkawinan sedarah.

2. Perlu dilakukan pengaturan sistem pengawinan jalak bali dengan individu yang

memliki tetua yang berbeda melalui sistem pertukaran satwa dari penangkaran

atau kebun binatang lain untuk mengatasi inbreeding.

DAFTAR PUSTAKA

Alikodra HS. 1987. Masalah pelestarian jalak bali. Media Konservasi Vol 1 No 4.

Alikodra HS. 2010. Teknik Pengelolaan Satwaliar dalam Rangka Mempertahankan

Keanekaragaman Hayati Indonesia. Bogor (ID) : IPB Press.

Allendorf FW, Luikart G. 2008. Conservation and the Genetics of Population.

Victoria (UK): Blackwell Publishing.

Armbruster P, Reed DH. 2005. Inbreeding Depression in Benign and Stressful

Environments. Heredity 95: 235–242.

Page 34: KOEFISIEN INBREEDING JALAK BALI (Leucopsar rotschildi ... · rothschild. i. Stresemann 1922) di . ... IPB, keluarga besar Cantigi Gunung (KSHE angkatan 49), HIMAKOVA, Kelompok Pemerhati

24

Azis AS. 2013. Teknik Penangkaran dan Aktivitas Jalak Bali (Leucopsar

rothschildi) di Penangkaran UD Anugerah Kediri Jawa Timur [Skripsi].

Bogor (ID) : Fakultas Kehutanan IPB.

BTNBB. 2012. Rencana induk (grand design) pelestarian curik bali di Taman

Nasional Bali Barat. Gilimanuk (ID) : BTNBB.

Cervantes I, Molina A, Goyache F, Gutiérrez JP, Valera M. 2007. Population

history and genetik variability in the spanish arab horse assessed via pedigree

analysis. Livestock Science 113: 24–33.

Dinarwati D. 2011. Evaluasi Koefisien dan Laju Inbreeding pada Kuda Militer di

Detasemen Kavaleri Berkuda (DENKAVKUD) Parongpong, Bandung

[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Hardjosubroto W. 2001. Genetika Hewan. Yogyakarta (ID): Fakultas Peternakan

Universitas Gadjah Mada.

[IUCN] International Union for the Conservation of Nature. 2012. IUCN red list

of threatened species [internet]. (diunduh 2016 Jan 18). Tersedia pada :

http//www.iucnredlist.org.

Kurniawan H. 2014. Teknik Penangkaran dan Aktivitas Harian Jalak Bali

(Leucopsar rothschildi Stresemann, 1912) di Megabird and Orchid Farm

Bogor, Jawa Barat [skripsi]. Bogor(ID): Institut Pertanian Bogor.

Lacy RC. 2000. Should We Select Genetic Alleles in Our Conservation Breeding

Programs. Zoo Biol. 19: 279–282.

Masyud B. 2010. Teknik Menangkarkan Burung Jalak di Rumah. Bogor: IPB Press.

Maulana B. 2014. Analisis Koefisien Inbreeding dan Karakteristik Suara Jalak

Putih (Sturnus melanopterus Daudin 1800) di Pusat Penyelamatan Satwa

Cikananga Jawa Barat, Jawa Barat [skripsi]. Bogor(ID): Institut Pertanian

Bogor.

Noor RR. 1996. Genetika Ternak. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.

Noor RR. 2008. Genetika Ternak. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.

Panuju K, Sri. 2006. Cucakrowo, Pelestarian Fauna Indonesia. Yogyakarta (ID):

Kanisius.

Purnamasari I. 2014. Model keberhasilan penangkaran jalak bali (Leocopsar

rothschildi) berdasarkan peubah sosial masyarakat. [Tesis]. Bogor (ID):

Pascasarjana IPB.

Rianto T. 2006. Review faktor pembatas ekologi dalam upaya pengembalian

populasi liar jalak bali (Leucopsar rothschildi) taman nasional bali barat.

Gilimanuk (ID) : BTNBB.

Rivanisa FP. 2015. Koefisien Inbreeding, Perilaku Harian dan Ciri Fisik Harimau

Sumatera (Panthera tigris sumatrae) di Kebun Binatang Bandung Jawa Barat

[Skripsi]. Bogor (ID) : Fakultas Kehutanan IPB.

Setio P, Takandjandji M. 2007. Konservasi ek-situ burung endemic langka melalui

penangkaran. Prosiding Ekspose Hasil-hasil Penelitian; Padang, 20

September 2006. Bogor (ID) : Pusat Penelitian dan Pengembangan

Kehutanan dan Konservasi Alam.

Thohari M. 1987. Gejala inbreeding dalam penangkaran satwa liar. Media

Konservasi 1(4): 1-10.

TNBB. 2013. Evaluasi review rencana pengelolaan Taman Nasional Bali Barat.

Gilimanuk (ID) : BTNBB.

Page 35: KOEFISIEN INBREEDING JALAK BALI (Leucopsar rotschildi ... · rothschild. i. Stresemann 1922) di . ... IPB, keluarga besar Cantigi Gunung (KSHE angkatan 49), HIMAKOVA, Kelompok Pemerhati

25

Warwick EJ, Astuti JM, Hardjosubroto W. 1990. Pemuliaan Ternak. Yogyakarta

(ID) : Gajah Mada University Press.

Widiyanti R. 2015. Perbandingan Sistem Penangkaran Jalak Bali (Leucopsar

rothschildi Stresemann, 1912) di Sistem Lingkungan Terkontrol dan Semi

Alami, Jawa Barat [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Wiener G. 1994. Animal Breeding. London (UK): The MacMillan Press.

Yunanti BD. 2012. Teknik Penangkaran dan Analisis Koefisien Inbreeding pada

Jalak Bali (Leucopsar rothschildi Stresemann, 1912) di Mega Bird and

Orchid Farm, Bogor, Jawa barat [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian

Bogor.

Zakharov VM, Sikorski MD. 1997. Inbreeding and developmental stability in a

laboratory strain of the bank vole Clethrionomys glareolus. Acta

Theriologica. 4 (1997): 73-78.

Page 36: KOEFISIEN INBREEDING JALAK BALI (Leucopsar rotschildi ... · rothschild. i. Stresemann 1922) di . ... IPB, keluarga besar Cantigi Gunung (KSHE angkatan 49), HIMAKOVA, Kelompok Pemerhati

26

Lampiran 1 Nilai koefisien inbreeding jalak bali di PPJB Tegal Bunder tiap

generasi

No Nama Indukan Status

Filial

Koefisien

Inbreeding Jantan Betina

1 TNBB 639 TNBB 566 TNBB 540 F2 0.25

2 TNBB 534 TNBB 426 TNBB 422 F3 0.024

3 TNBB 685 TNBB 424 TNBB 428 F3 0.062

4 TNBB 686 TNBB 424 TNBB 428 F3 0.062

5 TNBB 687 TNBB 424 TNBB 428 F3 0.062

6 TNBB 672 TNBB 424 TNBB 428 F3 0.062

7 TNBB 633 TNBB 424 TNBB 406 F3 0.062

8 TNBB 634 TNBB 424 TNBB 406 F3 0.062

9 TNBB 602 TNBB 424 TNBB 406 F3 0.062

10 TNBB 595 TNBB 424 TNBB 406 F3 0.062

11 TNBB 596 TNBB 424 TNBB 406 F3 0.062

12 TNBB 580 TNBB 424 TNBB 406 F3 0.062

13 TNBB 573 TNBB 424 TNBB 406 F3 0.062

14 TNBB 696 TNBB 529 TNBB 523 F4 0.016

15 TNBB 697 TNBB 529 TNBB 523 F4 0.016

16 TNBB 673 TNBB 529 TNBB 523 F4 0.016

17 TNBB 674 TNBB 529 TNBB 523 F4 0.016

18 TNBB 660 TNBB 529 TNBB 523 F4 0.016

19 TNBB 661 TNBB 529 TNBB 523 F4 0.016

20 TNBB 639 TNBB 529 TNBB 523 F4 0.016

21 TNBB 622 TNBB 529 TNBB 523 F4 0.016

22 TNBB 607 TNBB 529 TNBB 523 F4 0.016

23 TNBB 670 TNBB 386 TNBB 528 F4 0.064

24 TNBB 659 TNBB 386 TNBB 528 F4 0.064

25 TNBB 652 TNBB 386 TNBB 528 F4 0.064

26 TNBB 653 TNBB 386 TNBB 528 F4 0.064

27 TNBB 632 TNBB 386 TNBB 528 F4 0.064

28 TNBB 631 TNBB 386 TNBB 528 F4 0.064

29 TNBB 643 TNBB 526 TNBB 537 F4 0.064

30 TNBB 612 TNBB 526 TNBB 537 F4 0.064

31 TNBB 603 TNBB 526 TNBB 537 F4 0.064

32 TNBB 667 TNBB 572 TNBB 559 F4 0.064

33 TNBB 655 TNBB 572 TNBB 559 F4 0.064

34 TNBB 685 TNBB 424 TNBB 428 F4 0.064

35 TNBB 686 TNBB 424 TNBB 428 F4 0.016

36 TNBB 687 TNBB 424 TNBB 428 F4 0.016

37 TNBB 672 TNBB 424 TNBB 428 F4 0.016

38 TNBB 692 TNBB 531 TNBB 524 F4 0.032

Page 37: KOEFISIEN INBREEDING JALAK BALI (Leucopsar rotschildi ... · rothschild. i. Stresemann 1922) di . ... IPB, keluarga besar Cantigi Gunung (KSHE angkatan 49), HIMAKOVA, Kelompok Pemerhati

27

Lampiran 1 Nilai koefisien inbreeding jalak bali di PPJB Tegal Bunder tiap

generasi (lanjutan)

No Nama Indukan Status

Filial

Koefisien

Inbreeding Jantan Betina

39 TNBB 693 TNBB 531 TNBB 524 F4 0.032

40 TNBB 619 TNBB 531 TNBB 524 F4 0.032

41 TNBB 618 TNBB 531 TNBB 524 F4 0.032

42 TNBB 617 TNBB 531 TNBB 524 F4 0.032

43 TNBB 668 TNBB 575 TNBB 571 F4 0.032

44 TNBB 669 TNBB 575 TNBB 571 F4 0.032

45 TNBB 656 TNBB 575 TNBB 571 F4 0.032

46 TNBB 688 TNBB 515 TNBB 569 F5 0.008

47 TNBB 648 TNBB 515 TNBB 569 F5 0.008

48 TNBB 640 TNBB 515 TNBB 569 F5 0.008

49 TNBB 630 TNBB 515 TNBB 569 F5 0.008

Page 38: KOEFISIEN INBREEDING JALAK BALI (Leucopsar rotschildi ... · rothschild. i. Stresemann 1922) di . ... IPB, keluarga besar Cantigi Gunung (KSHE angkatan 49), HIMAKOVA, Kelompok Pemerhati

28 L

ampir

an 2

Sil

sila

h J

alak

Bal

i di

Pen

angkar

an P

PJB

Teg

al B

under

a). T

NB

B 6

06

L

inta

san

N

K

on

trib

usi

TN

BB

69

4 <

A-4

26

-104

-Kb

s 8

2-3

1-4

22

-A >

TN

BB

69

4

7

(1/2

)7 =

0,0

08

TN

BB

69

4 <

A-4

26

-39

-Kb

s 10

4-3

3-4

22

-A >

TN

BB

69

4

7

(1/2

)7 =

0,0

08

TN

BB

69

4 <

A-4

26

-39

-Kb

s 10

3-3

3-4

22

-A >

TN

BB

69

4

7

(1/2

)7 =

0,0

08

Fx

0,0

24

A

TN

BB

651

422

(F

)

426

(M

)

33 (

F)

39 (

F)

31 (

M)

KB

S

103

(F

)

KB

S 8

2

(F)

KB

S

104

(M

)

104

(M

)

DP

S 1

M

KB

S 8

2

F

DP

S 2

M

KB

S 1

03

F

KB

S 1

04

M

KB

S 1

03

F

KB

S 1

04

M

KB

S 8

2

F

TN

BB

104

M

TN

BB

33

F

TN

BB

31

M

TN

BB

39

F

TN

BB

422

F

TN

BB

426

M

TN

BB

534

M

GA

20

1

F

WIL

D

TN

BB

657

WIL

D

WIL

D

WIL

D

WIL

D

WIL

D

WIL

D

WIL

D

WIL

D

TN

BB

695

TN

BB

606

T

NB

B

694

TN

BB

626

TN

BB

676

TN

BB

627

TN

BB

6

51

TN

BB

675

Page 39: KOEFISIEN INBREEDING JALAK BALI (Leucopsar rotschildi ... · rothschild. i. Stresemann 1922) di . ... IPB, keluarga besar Cantigi Gunung (KSHE angkatan 49), HIMAKOVA, Kelompok Pemerhati

29 L

ampir

an 2

Sil

sila

h J

alak

Bal

i di

Pen

angkar

an P

PJB

Teg

al B

under

(la

nju

tan

)

b).

TN

BB

666

c). T

NB

B 6

39

Lin

tasa

n

N

Ko

ntr

ibu

si

TN

BB

63

9 <

A-4

26

-540

> T

NB

B

63

9

3

(1/2

)3 =

0,1

25

TN

BB

63

9 <

A-4

22

-540

> T

NB

B

63

9

3

(1/2

)3 =

0,1

25

Fx

0,2

5

TN

BB

426

M

TN

BB

422

F

TN

BB

422

F

TN

BB

426

M

TN

BB

540

F

TN

BB

566

M

TN

BB

639

WIL

D

WIL

D

WIL

D

WIL

D

0319

RT

MII

M

048

CZ

oo

F

KB

S 1

04

M

KB

S 1

03

F

TN

BB

77

M

TN

BB

57

F

0319

RT

MII

M

048

CZ

oo

F

TN

BB

296

M

TN

BB

412

F

TN

BB

637

WIL

D

WIL

D

WIL

D

WIL

D

WIL

D

WIL

D

TN

BB

639

B (

F)

A (

M)

422

(F

)

426

(M

)

Page 40: KOEFISIEN INBREEDING JALAK BALI (Leucopsar rotschildi ... · rothschild. i. Stresemann 1922) di . ... IPB, keluarga besar Cantigi Gunung (KSHE angkatan 49), HIMAKOVA, Kelompok Pemerhati

30 L

ampir

an 2

Sil

sila

h J

alak

Bal

i di

Pen

angkar

an P

PJB

Teg

al B

under

(la

nju

tan

) d

). T

NB

B 6

65

e). T

NB

B 6

39

Mae

stro

16

M

TN

BB

448

F

TN

BB

665

WIL

D

WIL

D

TN

BB

6

13

TN

BB

6

14

TN

BB

6

04

TN

BB

589

TN

BB

590

TN

BB

556

TN

BB

5

23

TN

BB

5

32

TN

BB

5

47

TN

BB

5

46

TN

BB

558

TN

BB

557

TN

BB

5

13

TN

BB

426

M

TN

BB

422

F

TN

BB

566

M

WIL

D

WIL

D

TN

BB

426

M

TN

BB

422

F

TN

BB

540

F

WIL

D

WIL

D

TN

BB

6

39

Page 41: KOEFISIEN INBREEDING JALAK BALI (Leucopsar rotschildi ... · rothschild. i. Stresemann 1922) di . ... IPB, keluarga besar Cantigi Gunung (KSHE angkatan 49), HIMAKOVA, Kelompok Pemerhati

31 L

ampir

an 2

Sil

sila

h J

alak

Bal

i di

Pen

angkar

an P

PJB

Teg

al B

under

(la

nju

tan

) f)

. TN

BB

697

Lin

tasa

n

N

Ko

ntr

ibu

si

TN

BB

69

7 <

A-4

21

-72

-Kb

s 10

4-5

7-

42

1-A

> T

NB

B 6

97

7

(1/2

)7 =

0,0

08

TN

BB

69

7 <

A-4

21

-72

-Kb

s 10

3-5

7-

42

1-A

> T

NB

B 6

39

7

(1/2

)7 =

0,0

08

Fx

0,0

16

KB

S 1

03

F

KB

S 1

04

M

KB

S 1

03

F

KB

S 1

04

M

TN

BB

72

M

TN

BB

57

F

TN

BB

421

M

TN

BB

529

M

i88

7

F

WIL

D

TN

BB

697

WIL

D

WIL

D

WIL

D

WIL

D

048

CZ

oo

F

0139

RT

MII

M

TN

BB

412

F

KB

S 1

34

M

TN

BB

523

F

WIL

D

WIL

D

WIL

D

TN

BB

607

TN

BB

638

TN

BB

622

TN

BB

660

TN

BB

661

TN

BB

673

TN

BB

674

TN

BB

696

A (

M)

TN

BB

697

421

(M

)

57 (

F)

72 (

M)

KB

S 1

03

(M)

KB

S 1

04

(M)

Page 42: KOEFISIEN INBREEDING JALAK BALI (Leucopsar rotschildi ... · rothschild. i. Stresemann 1922) di . ... IPB, keluarga besar Cantigi Gunung (KSHE angkatan 49), HIMAKOVA, Kelompok Pemerhati

32 L

ampir

an 2

Sil

sila

h J

alak

Bal

i di

Pen

angkar

an P

PJB

Teg

al B

under

(la

nju

tan

) g)

. TN

BB

68

5

h).

TN

BB

63

3

Lin

tasa

n

N

Ko

ntr

ibu

si

TN

BB

68

5 <

A-3

3-K

bs

104

-57

-B >

TN

BB

63

9

5

(1/2

)5 =

0,0

31

TN

BB

68

5 <

A-3

3-K

bs

103

-57

-B >

TN

BB

63

9

5

(1/2

)5 =

0,0

31

Fx

0,0

62

Lin

tasa

n

N

Ko

ntr

ibusi

TN

BB

685 <

A-3

3-K

bs

104

-57-B

> T

NB

B 6

39

5

(1

/2)5

= 0

,031

TN

BB

685 <

A-3

3-K

bs

103

-57-B

> T

NB

B 6

39

5

(1

/2)5

= 0

,031

Fx

0,0

62

DP

S 2

M

048

CZ

oo

F

0319

RT

MII

M

KB

S 1

03

F

KB

S 1

04

M

KB

S 1

03

F

KB

S 1

04

M

KB

S 8

2

F

TN

BB

31

M

TN

BB

57

F

TN

BB

77

M

TN

BB

33

F

TN

BB

428

F

TN

BB

424

M

TN

BB

685

WIL

D

WIL

D

WIL

D

WIL

D

WIL

D

WIL

D

WIL

D

WIL

D

TN

BB

686

TN

BB

687

TN

BB

672

TN

BB

685

B (

F)

A (

M)

57

(F)

33 (

F)

Kb

s 1

03

(F)

Kb

s 1

04

(M)

DP

S 2

M

048

CZ

oo

F

0319

RT

MII

M

KB

S 1

03

F

KB

S 1

04

M

KB

S 1

03

F

KB

S 1

04

M

KB

S 8

2

F

TN

BB

31

M

TN

BB

57

F

TN

BB

77

M

TN

BB

33

F

TN

BB

406

F

TN

BB

424

M

TN

BB

633

WIL

D

WIL

D

WIL

D

WIL

D

WIL

D

WIL

D

WIL

D

WIL

D

TN

BB

634

TN

BB

602

TN

BB

594

TN

BB

595

TN

BB

596

TN

BB

573

TN

BB

580

TN

BB

633

B (

F)

A (

M)

57

(F)

33 (

F)

Kb

s 1

03

(F)

Kb

s 1

04

(M)

Page 43: KOEFISIEN INBREEDING JALAK BALI (Leucopsar rotschildi ... · rothschild. i. Stresemann 1922) di . ... IPB, keluarga besar Cantigi Gunung (KSHE angkatan 49), HIMAKOVA, Kelompok Pemerhati

33 L

ampir

an 2

Sil

sila

h J

alak

Bal

i di

Pen

angkar

an P

PJB

Teg

al B

under

(la

nju

tan

) i)

. TN

BB

670

Lin

tasa

n

N

Ko

ntr

ibu

si

TN

BB

67

0 <

A-3

1-D

PS

2-3

1-4

22-B

>

TN

BB

67

0

6

(1/2

)6 =

0,0

16

TN

BB

67

0 <

A-3

1-K

bs

82

-104

-42

6-B

>

TN

BB

67

0

6

(1/2

)6 =

0,0

16

TN

BB

67

0 <

A-3

3-K

bs

104

-39

-42

6-B

>

TN

BB

67

0

6

(1/2

)6 =

0,0

16

TN

BB

67

0 <

A-3

3-K

bs

103

-39

-42

6-B

>

TN

BB

67

0

6

(1/2

)6 =

0,0

16

Fx

0,0

64

DP

S 1

M

KB

S 8

2

F

DP

S 2

M

KB

S 1

03

F

KB

S 1

04

M

KB

S 1

03

F

KB

S 1

04

M

KB

S 8

2

F

TN

BB

104

M

TN

BB

33

F

TN

BB

31

M

TN

BB

39

F

TN

BB

422

F

TN

BB

426

M

TN

BB

528

F

TN

BB

6

31

WIL

D

WIL

D

WIL

D

WIL

D

WIL

D

WIL

D

WIL

D

WIL

D

TN

BB

386

M

TN

BB

33

F

TN

BB

31

M

KB

S 8

2

F

DP

S 2

M

KB

S 1

03

F

KB

S 1

04

M

WIL

D

TN

BB

6

52

TN

BB

6

70

TN

BB

6

32

TN

BB

6

59

TN

BB

653

A (

M)

TN

BB

688

422

(F

)

31 (

M)

426

(M

)

33 (

F)

39 (

F)

KB

S 1

03

(F

)

KB

S 1

04

(M

) B

(F

)

104

(M

)

KB

S 8

2 (

F)

DP

S 2

(F

)

Page 44: KOEFISIEN INBREEDING JALAK BALI (Leucopsar rotschildi ... · rothschild. i. Stresemann 1922) di . ... IPB, keluarga besar Cantigi Gunung (KSHE angkatan 49), HIMAKOVA, Kelompok Pemerhati

34 L

ampir

an 2

Sil

sila

h J

alak

Bal

i di

Pen

angkar

an P

PJB

Teg

al B

under

(la

nju

tan

) j)

. T

NB

B 6

79

k). T

NB

B 6

11

DP

S 1

M

KB

S 1

03

F

KB

S 1

04

M

KB

S 8

2

F

TN

BB

104

M

TN

BB

39

F

TN

BB

403

F

WIL

D

WIL

D

WIL

D

WIL

D

GA

19

5

M

WIL

D

TN

BB

6

79

TN

BB

6

79 K

BS

103

F

KB

S 1

04

M

KB

S 2

92

F

KB

S 1

26

M

TN

BB

77

M

TN

BB

57

F

TN

BB

407

M

TN

BB

611

WIL

D

WIL

D

WIL

D

WIL

D

048

CZ

oo

F

0139

RT

MII

M

TN

BB

535

F

WIL

D

WIL

D

Page 45: KOEFISIEN INBREEDING JALAK BALI (Leucopsar rotschildi ... · rothschild. i. Stresemann 1922) di . ... IPB, keluarga besar Cantigi Gunung (KSHE angkatan 49), HIMAKOVA, Kelompok Pemerhati

35 L

ampir

an 2

Sil

sila

h J

alak

Bal

i di

Pen

angkar

an P

PJB

Teg

al B

under

(la

nju

tan

) L)

. TN

BB

64

3

Lin

tasa

n

N

Kon

trib

usi

TN

BB

643

< A

-42

6-1

04

-DP

S 2

-31

-42

2-A

> T

NB

B 6

43

7

(1/2

)7 =

0,0

08

TN

BB

643

< A

-42

6-1

04

-Kb

s 82

-31

-42

2-A

> T

NB

B 6

43

7

(1/2

)7 =

0,0

08

TN

BB

643

< A

-42

6-3

9-K

bs

104

-33

-42

2-A

> T

NB

B 6

43

7

(1/2

)7 =

0,0

08

TN

BB

643

< A

-42

6-3

9-K

bs

104

-57

-42

1-B

> T

NB

B 6

43

7

(1/2

)7 =

0,0

08

TN

BB

643

< A

-42

6-3

9-K

bs

103

-33

-42

2-A

> T

NB

B 6

43

7

(1/2

)7 =

0,0

08

TN

BB

643

< A

-42

6-3

9-K

bs

103

-57

-42

1-B

> T

NB

B 6

43

7

(1/2

)7 =

0,0

08

TN

BB

643

< A

-42

2-3

3-K

bs

104

-57

-42

1-B

> T

NB

B 6

43

7

(1/2

)7 =

0,0

08

TN

BB

643

< A

-42

2-3

3-K

bs

103

-57

-42

1-B

> T

NB

B 6

43

7

(1/2

)7 =

0,0

08

Fx

0

,064

DP

S 1

M

KB

S 1

03

F

KB

S 1

04

M

KB

S 8

2

F

TN

BB

104

M

TN

BB

39

F

TN

BB

426

M

WIL

D

WIL

D

WIL

D

WIL

D

DP

S 1

M

048

CZ

oo

F

0319

RT

MII

M

KB

S 1

03

F

KB

S 1

04

M

KB

S 1

03

F

KB

S 1

04

M

KB

S 8

2

F

TN

BB

31

M

TN

BB

57

F

TN

BB

77

M

TN

BB

33

F

TN

BB

421

M

TN

BB

422

F

TN

BB

526

M

TN

BB

6

43

WIL

D

WIL

D

WIL

D

WIL

D

WIL

D

WIL

D

WIL

D

WIL

D

i88

7

F

TN

BB

537

F

TN

BB

612

WIL

D

TN

BB

603

A (

M)

TN

BB

643

422

(F

)

31 (

M)

426

(M

)

33 (

F)

39 (

F)

KB

S 1

03

(F

)

KB

S 1

04

(M

) B

(F

)

104

(M

)

KB

S 8

2 (

F)

DP

S 2

(F

)

421

(M

)

57 (

F)

Page 46: KOEFISIEN INBREEDING JALAK BALI (Leucopsar rotschildi ... · rothschild. i. Stresemann 1922) di . ... IPB, keluarga besar Cantigi Gunung (KSHE angkatan 49), HIMAKOVA, Kelompok Pemerhati

36 L

ampir

an 2

Sil

sila

h J

alak

Bal

i di

Pen

angkar

an P

PJB

Teg

al B

under

(la

nju

tan

) m

). T

NB

B 6

67

Lin

tasa

n

N

Ko

ntr

ibu

si

TN

BB

66

7 <

A-4

27

-77

-031

9 R

TM

II-4

12

-B >

TN

BB

66

7

6

(1/2

)6 =

0,0

16

TN

BB

66

7 <

A-4

27

-77

-031

9 R

TM

II-1

34

-B >

TN

BB

66

7

6

(1/2

)6 =

0,0

16

TN

BB

66

7 <

A-4

27

-77

-048

CZ

oo

-41

2-B

>

TN

BB

66

7

6

(1/2

)6 =

0,0

16

TN

BB

66

7 <

A-4

27

-77

-048

CZ

oo

-41

2-B

>

TN

BB

66

7

6

(1/2

)6 =

0,0

16

Fx

0,0

64

TN

BB

572

M

TN

BB

559

F

0319

RT

MII

M

048

CZ

oo

F

WIL

D

KB

S 1

03

F

KB

S 1

04

M

048

CZ

oo

F

TN

BB

77

M

0319

RT

MII

M

TN

BB

57

F

KB

S 1

34

M

TN

BB

427

M

BS

MP

16

F

TN

BB

412

F

TN

BB

667

WIL

D

WIL

D

WIL

D

TN

BB

655

WIL

D

0319

RT

MII

M

048

CZ

oo

F

WIL

D

A (

M)

TN

BB

667

412

(F

)

427

(M

)

134

(M

)

77 (

M)

048

CZ

oo

(F)

0319

RT

MII

(M)

B (

F)

Page 47: KOEFISIEN INBREEDING JALAK BALI (Leucopsar rotschildi ... · rothschild. i. Stresemann 1922) di . ... IPB, keluarga besar Cantigi Gunung (KSHE angkatan 49), HIMAKOVA, Kelompok Pemerhati

37 L

ampir

an 2

Sil

sila

h J

alak

Bal

i di

Pen

angkar

an P

PJB

Teg

al B

under

(la

nju

tan

) n).

TN

BB

677

o).

TN

BB

64

9

048

CZ

oo

F

0319

RT

MII

M

KB

S 1

03

F

KB

S 1

04

M

0187

RT

MII

M

TN

BB

57

F

TN

BB

77

M

0381

RT

MII

F

TN

BB

406

F

TN

BB

419

M

TN

BB

677

WIL

D

WIL

D

WIL

D

WIL

D

WIL

D

WIL

D

TN

BB

677

TN

BB

677

TN

BB

677

TN

BB

677

0319

RT

MII

M

048

CZ

oo

F

TN

BB

412

M

WIL

D

WIL

D

KB

S 1

34

F

WIL

D

TN

BB

649

TN

BB

462

TN

BB

523

TN

BB

5

52

TN

BB

559

TN

BB

636

TN

BB

650

Page 48: KOEFISIEN INBREEDING JALAK BALI (Leucopsar rotschildi ... · rothschild. i. Stresemann 1922) di . ... IPB, keluarga besar Cantigi Gunung (KSHE angkatan 49), HIMAKOVA, Kelompok Pemerhati

38 L

ampir

an 2

Sil

sila

h J

alak

Bal

i di

Pen

angkar

an P

PJB

Teg

al B

under

(la

nju

tan

) p).

TN

BB

68

5

Lin

tasa

n

N

Ko

ntr

ibu

si

TN

BB

68

5 <

A-4

10

-40

-Kb

s 10

4-5

7-4

27

-B>

TN

BB

68

5

7

(1/2

)7 =

0,0

08

TN

BB

68

5 <

A-4

10

-40

-Kb

s 10

3-5

7-4

27

-B>

TN

BB

68

5

7

(1/2

)7 =

0,0

08

Fx

0,0

16

BS

MP

16

F

048

CZ

oo

F

0319

RT

MII

M

KB

S 1

03

F

KB

S 1

04

M

KB

S 1

03

F

KB

S 1

04

M

BS

MP

08

F

0104

RT

MII

M

TN

BB

57

F

TN

BB

77

M

TN

BB

40

F

TN

BB

427

M

TN

BB

410

M

TN

BB

553

M

TN

BB

579

F

WIL

D

TN

BB

672

WIL

D

WIL

D

WIL

D

WIL

D

WIL

D

WIL

D

WIL

D

WIL

D

TN

BB

687

TN

BB

686

TN

BB

685

TN

BB

685

B (

F)

A (

M)

427

(M

)

410

(M

)

Kb

s 1

03

(F)

Kb

s 1

04

(M)

57 (

F)

40 (

F)

Page 49: KOEFISIEN INBREEDING JALAK BALI (Leucopsar rotschildi ... · rothschild. i. Stresemann 1922) di . ... IPB, keluarga besar Cantigi Gunung (KSHE angkatan 49), HIMAKOVA, Kelompok Pemerhati

39 L

ampir

an 2

Sil

sila

h J

alak

Bal

i di

Pen

angkar

an P

PJB

Teg

al B

under

(la

nju

tan

) q).

TN

BB

68

8

Lin

tasa

n

N

Ko

ntr

ibu

si

TN

BB

68

8 <

A-3

84

-57

-Kb

s 10

4-2

-32

3-

52

0-A

> T

NB

B 6

88

8

(1/2

)8 =

0,0

04

TN

BB

68

8 <

A-3

84

-57

-Kb

s 10

3-2

-32

3-

52

0-A

> T

NB

B 6

88

8

(1/2

)8 =

0,0

04

Fx

0,0

08

0319

RT

MII

M

KB

S 1

03

F

KB

S 1

04

M

KB

S 8

2

F

TN

BB

02

M

KB

S 1

03

F

KB

S 1

04

M

048

CZ

oo

F

TN

BB

77

M

TN

BB

323

F

KB

SD

DI

06

M

TN

BB

57

F

TN

BB

520

F

TN

BB

384

M

TN

BB

569

F

TN

BB

6

88

WIL

D

WIL

D

WIL

D

WIL

D

WIL

D

WIL

D

WIL

D

WIL

D

WIL

D

836

KA

B

F

GA

16

5

M T

NB

B 5

15

M

WIL

D

TN

BB

630

TN

BB

640

TN

BB

648

A (

F)

TN

BB

688

520

(F

)

384

(M

)

323

(F

)

57 (

F)

02 (

M)

KB

S 1

03

(M

)

KB

S 1

04

(M

)

Page 50: KOEFISIEN INBREEDING JALAK BALI (Leucopsar rotschildi ... · rothschild. i. Stresemann 1922) di . ... IPB, keluarga besar Cantigi Gunung (KSHE angkatan 49), HIMAKOVA, Kelompok Pemerhati

40 L

ampir

an 2

Sil

sila

h J

alak

Bal

i di

Pen

angkar

an P

PJB

Teg

al B

under

(la

nju

tan

) r)

. T

NB

B 6

92

Lin

tasa

n

N

Ko

ntr

ibu

si

TN

BB

69

2 <

A-4

08

-31

-DP

S 2

-31-4

31

-B >

TN

BB

69

2

7

(1/2

)7 =

0,0

08

TN

BB

69

2 <

A-4

08

-31

-Kb

s 82

-31

-43

1-B

>

TN

BB

69

2

7

(1/2

)7 =

0,0

08

TN

BB

69

2 <

A-4

08

-33

-Kb

s 10

4-3

3-4

31

-B >

TN

BB

69

2

7

(1/2

)7 =

0,0

08

TN

BB

69

2 <

A-4

08

-33

-Kb

s 10

3-3

3-4

31

-B >

TN

BB

69

2

7

(1/2

)7 =

0,0

08

Fx

0,0

32

DP

S 2

M

KB

S 8

2

F

DP

S 2

M

KB

S 1

03

F

KB

S 1

04

M

KB

S 1

03

F

KB

S 1

04

M

KB

S 8

2

F

TN

BB

31

M

TN

BB

33

F

TN

BB

31

M

TN

BB

33

F

TN

BB

431

F

TN

BB

408

F

TN

BB

524

F

TN

BB

619

WIL

D

WIL

D

WIL

D

WIL

D

WIL

D

WIL

D

WIL

D

WIL

D

BS

MP

17

M

WIL

D

0381

RT

MII

F

0187

RT

MII

M

TN

BB

419

M

WIL

D

TN

BB

531

M

WIL

D

TN

BB

692

TN

BB

6

93

TN

BB

6

18

TN

BB

617

A (

M)

TN

BB

692

431

(F

)

31 (

M)

408

(F

)

33 (

F)

KB

S 1

03

(F

)

KB

S 1

04

(M

)

B (

F)

KB

S 8

2 (

F)

DP

S 1

(F

)

Page 51: KOEFISIEN INBREEDING JALAK BALI (Leucopsar rotschildi ... · rothschild. i. Stresemann 1922) di . ... IPB, keluarga besar Cantigi Gunung (KSHE angkatan 49), HIMAKOVA, Kelompok Pemerhati

41 L

ampir

an 2

Sil

sila

h J

alak

Bal

i di

Pen

angkar

an P

PJB

Teg

al B

under

(la

nju

tan

) s)

. T

NB

B 5

54

t). T

NB

B 6

28

KB

S 1

26

M

Kb

s 2

92

F

TN

BB

5

55

WIL

D

WIL

D

TN

BB

5

74

TN

BB

554

GA

20

1

M

GA

24

0

F

TN

BB

6

08

WIL

D

WIL

D

TN

BB

6

09

TN

BB

610

TN

BB

6

29

TN

BB

6

28

Page 52: KOEFISIEN INBREEDING JALAK BALI (Leucopsar rotschildi ... · rothschild. i. Stresemann 1922) di . ... IPB, keluarga besar Cantigi Gunung (KSHE angkatan 49), HIMAKOVA, Kelompok Pemerhati

42 L

ampir

an 2

Sil

sila

h J

alak

Bal

i di

Pen

angkar

an P

PJB

Teg

al B

under

(la

nju

tan

) u).

TN

BB

66

8

Lin

tasa

n

N

Ko

ntr

ibu

si

TN

BB

66

8 <

A-4

07

-77

-031

9 R

TM

II-7

7-4

27

-B >

TN

BB

66

8

7

(1/2

)7 =

0,0

08

TN

BB

66

8 <

A-4

07

-77

-048

CZ

oo

-77

-42

7-B

>

TN

BB

66

8

7

(1/2

)7 =

0,0

08

TN

BB

66

8 <

A-4

07

-57

-Kb

s 10

4-5

7-4

27

-B >

TN

BB

66

8

7

(1/2

)7 =

0,0

08

TN

BB

66

8 <

A-4

07

-57

-Kb

s 10

4-5

7-4

27

-B >

TN

BB

66

8

7

(1/2

)7 =

0,0

08

Fx

0,0

32

0319

RT

MII

M

048

CZ

oo

F

TN

BB

77

M

WIL

D

WIL

D

TN

BB

407

M

TN

BB

575

M

KB

S 1

03

F

KB

S 1

04

M

TN

BB

57

F

WIL

D

WIL

D

TN

BB

57

F

TN

BB

77

M

WIL

D

WIL

D

WIL

D

WIL

D

KB

S 1

04

M

KB

S 1

03

F

0319

RT

MII

M

048

CZ

oo

F

KB

S 2

92

F

KB

S 1

26

M T

NB

B 5

35

F

WIL

DW

ILD

TN

BB

427

M

BS

MP

16

F

TN

BB

571

M

TN

BB

668

TN

BB

656

TN

BB

669

WIL

D

A (

M)

TN

BB

668

427

(M

)

407

(M

) 5

7

(F)

77 (

M)

048

CZ

oo

(F)

0319

RT

MII

(M)

B (

F)

KB

S 1

03

(F

)

KB

S 1

04

(M

)

Page 53: KOEFISIEN INBREEDING JALAK BALI (Leucopsar rotschildi ... · rothschild. i. Stresemann 1922) di . ... IPB, keluarga besar Cantigi Gunung (KSHE angkatan 49), HIMAKOVA, Kelompok Pemerhati

RIWAYAT HIDUP

Tuhan mengamanahkan Bapak Cucuk Sugiarto dan Ibu Yuni Hastuti untuk

melahirkan penulis pada 13 Juli 1994 sebagai anak ketiga dari tiga bersaudara.

Penulis menempuh pendidikan formal Sekolah Dasar di SDN 6 Selong Kecamatan

Selong, Lombok Timur pada tahun 2000-2006, SMP Negeri 1 Selong pada tahun

2006-2009, SMA Negeri 1 Selong pada tahun 2009-2012, kemudian melanjutkan

ke tingkat perguruan tinggi di Institut Pertanian Bogor pada Departemen

Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan pada tahun

2012-2016.

Penulis aktif sebagai anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat

Fakultas Kehutanan, Anggota Himpunan Mahasiswa Konservasi Sumberdaya

Hutan dan Ekowisata (HIMAKOVA) yang tergabung dalam Kelompok Pemerhati

Kupu-kupu “Sarpedon” dan Kelompok Pemerhati Flora “Rafflesia”pada tahun

2014-2015. Tahun 2014, penulis mengikuti kegiatan Ekspedisi Rafflesia di CA

Gunung Tilu Kabupaten Kuningan Jawa Barat, pada tahun 2014 penulis mengikuti

Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan di CA Sancang Timur dan CA Papandayan,

pada tahun 2014 penulis juga mengikuti ekspedisi SURILI HIMAKOVA di TN

Aketajawe Lolobata, Maluku Utara. Penulis mengikuti Praktek Pengenalan Hutan

di Hutan Pendidikan Gunung Walat dan mengikuti kegiatan Ekspedisi SURILI

HIMAKOVA di TN Tambora, NTB pada tahun 2015.

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan di

Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor, penulis melaksanakan penelitian

dengan judul “Koefisien Inbreeding Jalak Bali (Leucopsar rotschildii Stresemann

1922) di Pusat Pembinaan Jalak Bali Tegal Bunder Taman Nasional Bali Barat”

dibimbing oleh Dr. Ir. Burhanuddin Masy’ud, MS dan Ir. Lin Nuriah Ginoga, MSi.