Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset · Rangka Kredit Program Pada Masa Peralihan ... Rekam...

149
Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset Kredit Likuiditas Bank Indonesia

Transcript of Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset · Rangka Kredit Program Pada Masa Peralihan ... Rekam...

Page 1: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset · Rangka Kredit Program Pada Masa Peralihan ... Rekam Jejak Regulasi Kredit dan Pembiayaan Modal Kerja Bank ... Contoh Perhitungan Imbalan

Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia

AsetKredit Likuiditas Bank Indonesia

Page 3: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset · Rangka Kredit Program Pada Masa Peralihan ... Rekam Jejak Regulasi Kredit dan Pembiayaan Modal Kerja Bank ... Contoh Perhitungan Imbalan

Tim Penyusun Ramlan Ginting

Chandra Murniadi Dudy Iskandar

Gantiah Wuryandani Siti Astiyah

Wahyu Yuwana Hidayat Komala Dewi

Wirza Ayu Novriana Anggayasti Hayu Anindita Sulistiadi Dono Iskandar

Ristia Icha Pramesi

Pusat Riset dan Edukasi Bank Sentral Bank Indonesia Telp: 021-29817321 Fax.: 021-2311580 email: [email protected] Hak Cipta © 2013, Bank Indonesia 2013

Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia

Aset Kredit Likuiditas Bank Indonesia

Page 4: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset · Rangka Kredit Program Pada Masa Peralihan ... Rekam Jejak Regulasi Kredit dan Pembiayaan Modal Kerja Bank ... Contoh Perhitungan Imbalan

Aset Kredit Likuiditas Bank Indonesia

i

DAFTAR ISI

Paragraf Halaman

Daftar Isi Hal. i – vii Rekam Jejak Regulasi Kredit Likuiditas Bank Indonesia Dalam Rangka Kredit Program Pada Masa Peralihan

Hal. viii

Rekam Jejak Regulasi Pengalihan Pengelolaan Kredit Likuiditas Bank Indonesia Dalam Rangka Kredit Program

Hal. ix

Rekam Jejak Regulasi Kredit Kepada Pengusaha Kecil dan Pengusaha Mikro Melalui Bank Umum

Hal. x

Rekam Jejak Regulasi Kredit Usaha Tani Hal. xi Rekam Jejak Regulasi Kredit Investasi Pengembangan Perkebunan dengan Pola Perusahaan Inti Rakyat yang Dikaitkan dengan Program Transmigrasi (PIR-Trans) Pra Konversi

Rekam Jejak Regulasi Kredit dan Pembiayaan Modal Kerja Bank Indonesia dalam Rangka Pengembangan BPR dan BPRS

Hal. xii

Rekam Jejak Regulasi Kredit Kepada Koperasi Primer Untuk Anggotanya

Hal. xii

Rekam Jejak Regulasi Pemberian Kredit atau Pembiayaan oleh Bank Umum dan Bantuan Teknis dalam Rangka Pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah

Hal. xiv

Rekam Jejak Regulasi Pemberian Kredit atau Pembiayaan oleh Bank Umum dan Bantuan Teknis dalam Rangka Pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah

Hal. xv

Rekam Jejak Regulasi Kredit Pemilikan Rumah Sederhana dan Kredit Pemilikan Rumah Sangat Sederhana

Hal. xvi

Dasar Hukum Hal. xvii Regulasi Terkait Hal. xviii Regulasi Bank Indonesia Hal. xix Kredit Likuiditas Bank Indonesia Dalam Rangka Kredit Program Pada Masa Peralihan

Ketentuan Umum Par. 1 – 3 Hal. 1

Pengalihan Pengelolaan Kredit Likuiditas Bank Indonesia Dalam Rangka Kredit Program

Ketentuan Umum Par. 4 Hal. 1 – 2 Pengelolaan KLBI Par. 5 – 7 Hal. 2 – 7 Wewenang dan Tanggung Jawab Par. 8 – 10 Hal. 7 – 13 Penyaluran Kembali Angsuran KLBI Par. 11 – 13 Hal. 13 – 15 Tata Cara Pelunasan KLBI Par. 14 – 16 Hal. 15 – 19 Pelaporan Par. 17 Hal. 20 Sanksi Par. 18 Hal. 20 – 22

Page 5: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset · Rangka Kredit Program Pada Masa Peralihan ... Rekam Jejak Regulasi Kredit dan Pembiayaan Modal Kerja Bank ... Contoh Perhitungan Imbalan

Aset Kredit Likuiditas Bank Indonesia

ii

Kredit Kepada Pengusaha Kecil dan Pengusaha Mikro Melalui Bank Umum

Ketentuan Umum Par. 19 Hal. 22 Usaha-Usaha yang Dibiayai Par. 20 Hal. 22 – 23

Bank Penyalur KPKM Par. 21 – 22 Hal. 23 – 24

Syarat dan Tugas Kelompok Par. 23 – 24 Hal. 24

Syarat-Syarat KPKM Par. 25 – 30 Hal. 24 – 26

Syarat-Syarat Kredit Likuiditas Bank Indonesia Par. 31 – 33 Hal. 26

Tata Cara Pengajuan KLBI Par. 34 – 38 Hal. 26 – 28

Tata Cara Pembayaran Bunga dan Pengembalian KLBI Par. 39 Hal. 28 – 29

Laporan Par. 40 Hal. 29

Sanksi Par.41 Hal. 29 – 30

Kredit Usaha Tani Ketentuan Umum Par. 42 Hal. 30 – 31

Usaha-Usaha Yang Dibiayai Par. 43 Hal. 31

Syarat dan Tugas Bank Par. 44 – 45 Hal. 31 – 32

Fungsi, Tugas, dan Syarat Koperasi/LSM Par. 46 – 48 Hal. 32 – 34

Syarat dan Tugas Kelompok Tani Par. 49 – 50 Hal. 34

Syarat-Syarat KUT Par. 51 – 56 Hal. 34 – 36

Syarat-Syarat Kredit Likuiditas Bank Indonesia Par. 57 – 59 Hal. 36 Prosedur Pemberian KUT Par. 60 Hal. 37

Prosedur Pengajuan Plafon KLBI Par. 61 – 65 Hal. 37 – 40

Sanksi Par. 66 Hal. 40 – 41 Tugas dan Fungsi PPL Par. 67 Hal. 41

Laporan Par. 68 Hal. 41 – 42

Ketentuan Peralihan Par. 69 Hal. 42

Kredit Investasi Pengembangan perkebunan Dengan Pola Perusahaan Inti Rakyat Yang Dikaitkan Dengan Program Transmigrasi (PIR-Trans) Pra Konversi

Ketentuan Umum Par. 70 Hal. 42 – 43

Ketentuan Kredit Investasi Proyek PIR-TRANS Par. 71 – 77 Hal. 43 – 45

Tata Cara Pelaksanaan Kredit Investasi Proyek PIR-TRANS Par. 78 – 81 Hal. 45 – 46

Ketentuan Kredit LIkuiditas Bank Indonesia Par. 82 – 84 Hal. 46

Tata Cara Kredit Likuiditas Bank Indonesia Par. 85 – 89 Hal. 46 – 48

Perimbangan Luas Lahan Par. 90 Hal. 48 – 49

Konversi Kebun Plasma Par. 91 – 94 Hal. 49 – 51

Laporan Par. 95 Hal. 51 – 52

Sanksi Par. 96 – 99 Hal. 52

Ketentuan Peralihan Par. 100 Hal. 53

Kredit Modal Kerja Bank Indonesia Dalam Rangka Pengembangan Bank Perkreditan Rakyat

Ketentuan Umum Par. 101 Hal. 53

Usaha-Usaha Yang Dibiayai Par. 102 – 103 Hal. 53

Page 6: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset · Rangka Kredit Program Pada Masa Peralihan ... Rekam Jejak Regulasi Kredit dan Pembiayaan Modal Kerja Bank ... Contoh Perhitungan Imbalan

Aset Kredit Likuiditas Bank Indonesia

iii

Persyaratan BPR Par. 104 Hal. 53 – 54

Syarat-Syarat KMK-BPR Par. 105 – 107 Hal. 54

Syarat-Syarat Penyaluran KMK-BPR Kepada Debitur Par. 108 – 109 Hal. 54 – 55

Tata Cara Pengajuan Permohonan Dan Pembayaran Kembali KMK-BPR

Par. 110 – 114 Hal. 55 – 56

Laporan Par. 115 Hal. 56

Sanksi Par. 116 Hal. 56

Pembiayaan Modal Kerja Bank Indonesia Dalam Rangka Pengembangan Bank Perkreditan Rakyat Syariah

Ketentuan Umum Par. 117 Hal. 56 – 57

Usaha-Usaha yang Dibiayai Par. 118 – 119 Hal. 57

Persyaratan BPRS Pgr. 120 Hal. 57

Syarat-Syarat PMK-BPRS Par. 121 Hal. 57

Nisbah Bagi Hasil Par. 122 – 123 Hal. 58

Syarat-Syarat Penyaluran PMK-BPRS Kepada Nasabah Par. 124 Hal. 58

Tata Cara Pengajuan Permohonan dan Pembayaran Kembali PMK-BPRS

Par. 125 – 129 Hal. 58 – 59

Laporan Par. 130 Hal. 59

Sanksi Par. 131 Hal. 60

Kredit Kepada Koperasi Primer Untuk Anggotanya (KKPA)

Ketentuan Umum Par. 132 Hal. 60

Usaha-Usaha yang Dibiayai Par. 133 – 134 Hal. 60 – 61

Bank Pemberi KKPA Par. 135 Hal. 61

Fungsi, Tugas, dan Syarat Koperasi Primer Par. 136 – 139 Hal. 61 – 62

Syarat-Syarat KKPA Par. 139 – 148 Hal. 62 – 64

Tata Cara Penyediaan Plafon Induk Par. 149 – 153 Hal. 64

Tata Cara Penyediaan Plafon Individual Par. 154 – 158 Hal. 65

Tata Cara Pelimpahan dan Pelunasan Kredit Likuiditas Par. 159 – 164 Hal. 65 – 67

Laporan Par. 165 Hal. 65 – 68

Ketentuan Peralihan Par. 166 Hal. 68

Pemberian Kredit Kepada Koperasi Primer Untuk Anggotanya (KKPA) Dalam Rangka Penyaluran Kembali Angsuran Kredit Likuiditas Bank Indonesia (KLBI) Yang dikelola Oleh PT. Permodalan Nasional Madani (Persero)

Pokok-Pokok Ketentuan Par. 167 Hal. 68 – 69

Kredit Kepada Koperasi Primer Untuk Anggotanya Dalam Rangka Pembiayaan Usaha Nelayan

Ketentuan Umum Par. 168 Hal. 69

Usaha-Usaha Yang Dibiayai Par. 169 – 170 Hal. 69 – 70

Bank Pemberi KKPA-Nelayan Par. 171 Hal. 70

Fungsi, Tugas, dan Syarat Koperasi Primer Par. 172 – 175 Hal. 70

Syarat-Syarat KKPA-Nelayan Par. 176 – 181 Hal. 70 – 72

Syarat-Syarat Kredit Likuiditas Par. 182 – 184 Hal. 72

Page 7: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset · Rangka Kredit Program Pada Masa Peralihan ... Rekam Jejak Regulasi Kredit dan Pembiayaan Modal Kerja Bank ... Contoh Perhitungan Imbalan

Aset Kredit Likuiditas Bank Indonesia

iv

Tata Cara Penyediaan Plafon Induk Par. 185 – 189 Hal. 72 – 73

Tata Cara Penyediaan Plafon Individual Par. 190 – 194 Hal. 73 – 74

Tata Cara Pelimpahan dan Pelunasan Kredit Likuiditas Bank Indonesia

Par. 195 – 200 Hal. 74 – 76

Usaha-Usaha yang Dibiayai Par. 201 – 203 Hal. 76

Syarat-Syarat dan Tugas Bank, Perusahaan Inti dan Koperasi Par. 204 – 208 Hal. 77 – 78

Syarat-Syarat KKPA-Unggas Par. 209 – 213 Hal. 78

Syarat-Syarat Kredit Likuiditas Par. 214 – 216 Hal. 78 – 79

Tata Cara Penyediaan Plafon Induk Par. 217 – 220 Hal. 79

Tata Cara Penyediaan Plafon Individual Par. 221 – 224 Hal. 80

Tata Cara Pelimpahan dan Pelunasan Kredit Likuiditas Par. 225 – 226 Hal. 80 – 81

Laporan Par. 227 Hal. 81

Sanksi Par. 228 Hal. 81

Ketentuan Peralihan Par. 229 Hal. 81

Kredit Pembiayaan Tenaga Kerja Indonesia Dengan Pola Kredit Kepada Koperasi Primer Untuk Anggotanya

Ketentuan Umum Par. 230 Hal. 82 – 83

Penggunaan Kredit Par. 231 Hal. 83

Syarat, Fungsi dan Kewajiban Bank Par. 232 – 234 Hal. 83

Syarat-Syarat, Fungsi, dan Kewajiban PJTKI Par. 235 – 237 Hal. 83 – 84

Syarat dan Kewajiban TKI Par. 238 – 239 Hal. 84

Syarat-Syarat, Tata Cara Penyediaan, Penarikan, dan Pengembalian Kredit

Par. 240 – 247 Hal. 84 – 87

Syarat-Syarat Kredit Likuiditas Par. 248 – 250 Hal. 87 – 88

Tata Cara Penyediaan Plafon Induk Par. 251 – 255 Hal. 88 – 89

Tata Cara Penyediaan Plafon Individual Par. 256 – 260 Hal. 89 – 90

Laporan Par. 261 Hal. 90 – 91

Kredit Kepada Koperasi Primer Untuk Anggotanya Dengan Pola Perusahaan Inti Rakyat Transmigrasi Dalam Rangka Pembukaan Pemukiman Transmigrasi Baru Di Kawasan Timur Indonesia

Ketentuan Umum Par. 262 Hal. 91 – 92

Usaha yang Dibiayai Par. 263 Hal. 92

Wilayah Usaha Par. 264 Hal. 92

Fungsi, Tugas, dan Syarat Bank Pemberi KKPA PIR-Trans Par. 265 Hal. 92

Fungsi, Tugas, dan Syarat Koperasi Primer Par. 266 – 269 Hal. 93

Fungsi, Tugas, dan Syarat Inti Par. 270 – 272 Hal. 94

Syarat-Syarat KKPA PIR-Trans Par. 273 – 278 Hal. 95 – 96

Ketentuan Pengalihan KKPA PIR-Trans Par. 279 – 284 Hal. 96 – 99

Syarat-Syarat Kredit Likuiditas Par. 285 – 287 Hal. 99

Tata Cara Penyediaan Kredit Likuiditas Par. 288 – 293 Hal. 99 – 100

Tata Cara Pelimpahan dan Pelunasan Kredit Likuiditas Par. 294 – 297 Hal. 100 – 102

Tata Cara Pelimpahan dan Pelunasan KKPA PIR-Trans Par. 298 Hal. 102

Laporan Par. 299 Hal. 103

Page 8: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset · Rangka Kredit Program Pada Masa Peralihan ... Rekam Jejak Regulasi Kredit dan Pembiayaan Modal Kerja Bank ... Contoh Perhitungan Imbalan

Aset Kredit Likuiditas Bank Indonesia

v

Pemberian Kredit atau Pembiayaan oleh Bank Umum dan Bantuan Teknis dalam Rangka Pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah

Ketentuan Umum Par. 300 Hal. 104 – 105

Kewajiban Bank dan Cakupan Kredit Pembiayaan UMKM Par. 301 – 303 Hal. 105 – 109

Transparansi dan Relaksasi dalam Rangka Pemberian Kredit atau Pembiayaan UMKM

Par. 304 – 305 Hal. 109 – 110

Bantuan Teknis Par. 306 – 308 Hal. 110 – 115

Kerja Sama Par. 309 Hal. 115 – 116

Publikasi, Penghargaan, dan Pembinaan Par. 310 – 311 Hal. 116 – 119

Sanksi Par. 312 Hal. 119 – 120

Ketentuan Penutup Par. 313 – 314 Hal. 120

Kredit Pemilikan Rumah Sederhana dan Kredit Pemilikan Rumah Sangat Sederhana

Ketentuan Umum Par. 315 Hal. 120 – 121

Ketentuan KPRS dan KPRSS Par. 316 – 318 Hal. 121

Syarat, Tugas, dan Fungsi Bank Pemberi KPRS dan KPRSS Par. 319 – 321 Hal. 121 – 122

Persyaratan KPRS dan KPRSS Par. 322 – 327 Hal. 122 – 123

Persyaratan Kredit Likuiditas Bank Indonesia (KLBI) Par. 328 – 330 Hal. 123 – 124

Tata Cara Penyediaan Plafon KLBI Par. 331 – 336 Hal. 124

Tata Cara Pelimpahan dan Pelunasan KLBI Par. 337 – 340 Hal. 124 – 125

Sanksi Par. 341 – 342 Hal. 126

Laporan Par. 343 Hal. 126 – 127

Ketentuan Peralihan Par. 344 Hal. 127

Lampiran Hal. 128 – 251 Lampiran 1: Daftar Kantor PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero)

Penerima Pengalihan Pengelolaan KLBI Dalam Rangka Kredit Program

Hal. 128 – 130

Lampiran 2: Daftar Kantor PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Penerima Pengalihan Pengelolaan KLBI Dalam Rangka Kredit Program

Hal. 131 – 133

Lampiran 3: Laporan Bulanan Pelimpahan Kelonggaran Tarik Dan Penyesuaian Baki Debet / Penerimanan Angsuran

Hal. 134

Lampiran 4 : Contoh Perhitungan Imbalan Penyaluran KPKM Melalui Kelompok

Hal. 135

Lampiran 5: Surat Pernyataan Anggota Kelompok Hal. 136

Lampiran 6: Rencana Penyaluran KPKM Hal. 137

Lampiran 7: Daftar Realisasi Pemberian KPKM Hal. 138

Lampiran 8: Laporan Penerimaan Bunga dan atau Pelunasan KPKM Hal. 139

Lampiran 9: Laporan Bulanan Baki Debet KPKM Hal. 140

Lampiran 10: Rekapitlasi Daftar Pemberian KPKM Hal. 141

Lampiran 11: Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok Tani (RDKK) Yang Memerlukan Kredit Usaha Tani (KUT) Padi/Palawija dan Hortikultura

Hal. 142

Lampiran 12: Rekapitulasi RencanaDefinitif Kebutuhan Kelompok Tani Yang Memerlukan Kredit Usaha Tani (KUT)

Hal. 143

Page 9: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset · Rangka Kredit Program Pada Masa Peralihan ... Rekam Jejak Regulasi Kredit dan Pembiayaan Modal Kerja Bank ... Contoh Perhitungan Imbalan

Aset Kredit Likuiditas Bank Indonesia

vi

Padi/Palawija dan Hortikultura

Lampiran 13: Contoh Perhitungan Bunga KUT Hal. 144

Lampiran 14: Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok Tani (RDKK) Yang Memerlukan Kredit Usaha Tani (KUT)

Hal. 145 – 146

Lampiran 15: Rekapitulasi RDKK Yang Membutuhkan KUT Dalam Pola Tanam Setahun Per Koperasi

Hal. 147 – 148

Lampiran 16: Permohonan Reimburs KL KUT Hal. 149

Lampiran 17: Laporan Pelunasan KrediT Usaha Tani Hal. 150

Lampiran 18: Rekapitulasi Perkembangan Kredit Usaha Tani Intensifikasi Padi/Palawija dan Hortilkultura

Hal. 151

Lampiran 19: Laporan Pembayaran Bunga KUT untuk Intensifikasi Padi/Palawija/Hortikultura

Hal. 152

Lampiran 20: Laporan Perkembangan KI dan KLBI Proyek PIR Trans Pra Konversi Kebun Plasma Posisi PER

Hal. 153 – 154

Lampiran 21: Laporan Penggunaan KMK-BPR* Hal. 155

Lampiran 22: Laporan Penggunaan PMK-BPRS* Hal. 156

Lampiran 23: Surat Kuasa Anggota kepada Koperasi Primer Hal. 157

Lampiran 24: Contoh Perhitungan Bunga dan Imbalan- Koperasi Primer sebagai Pelaksana Pemberian KKPA

Hal. 158

Lampiran 25: Contoh Perhitungan Bunga dan Imbalan- Koperasi Primer sebagai Penyalur KKPA

Hal. 159

Lampiran 26: Formulir Penilaian Proyek Kredit kepada Koperasi Primer untuk Anggotanya (KKPA)- Untuk Proyek dengan Pembiayaan Bertahap

Hal. 160 – 163

Lampiran 27: Formulir Penilaian Proyek Kredit kepada Koperasi Primer untuk Anggotanya (KKPA)- Untuk Proyek dengan Pembiayaan Tidak Bertahap

Hal. 164 – 167

Lampiran 28: Surat Permohonan Penarikan Kredit Likuiditas KKPA PT. Bank …………………..

Hal. 168

Lampiran 29: Laporan Pertanggungjawaban Pelaksanaan Proyek Bertahap untuk Perkebunan

Hal. 169

Lampiran 30: Laporan Perkembangan Proyek Tidak Bertahap (Investasi)

Hal. 170

Lampiran 31: Pemberitahuan Kredit Baru Hal. 171

Lampiran 32: Perubahan/ Koreksi Pinjaman yang Sudah Diberikan Hal. 172

Lampiran 33: Laporan Baki Debet (Outstanding) Hal. 173

Lampiran 34: Surat Kuasa kepada Anggota Koperasi Primer Hal. 174

Lampiran 35: Surat Pernyataan Anggota Kelompok Nelayan Hal. 175

Lampiran 36: Formulir Penilaian Proyek KKPA-Nelayan Hal. 176 – 179

Lampiran 37: Surat Permohonan Penarikan Kredit Likuiditas KKPA-Nelayan PT. Bank…………………..

Hal. 180

Lampiran 38: Pemberitahuan Kredit Baru Hal. 181

Lampiran 39: Perubahan/ Koreksi Pinjaman yang Sudah Diberikan Hal. 182

Lampiran 40: Laporan Baki Debet (Outstanding) Hal. 183

Lampiran 41: Formulir Penilaian Proyek Kredit kepada Koperasi Primer untuk Anggotanya (KKPA) Dalam Rangka Pembiayaan Unggas

Hal. 184 – 187

Lampiran 42: Pemberitahuan Kredit Baru Hal. 188

Lampiran 43: Perubahan/ Koreksi Pinjaman yang Sudah Diberikan Hal. 189

Page 10: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset · Rangka Kredit Program Pada Masa Peralihan ... Rekam Jejak Regulasi Kredit dan Pembiayaan Modal Kerja Bank ... Contoh Perhitungan Imbalan

Aset Kredit Likuiditas Bank Indonesia

vii

Lampiran 44: Laporan Baki Debet (Outstanding) Hal. 190

Lampiran 45: Rencana Kebutuhan Kredit (RKK) Tahun Anggaran…………….

Hal. 191

Lampiran 46: Daftar Penarikan Kredit (DPK) Hal. 192

Lampiran 47: Laporan Pertanggungjawaban Kredit (LPJ) tentang Realisasi Keberangkatan TKI

Hal. 193

Lampiran 48 : (Lampiran tidak tersedia) Hal. 194

Lampiran 49 : (Lampiran tidak tersedia) Hal. 195

Lampiran 50 : (Lampiran tidak tersedia) Hal. 196

Lampiran 51 : (Lampiran tidak tersedia) Hal. 197

Lampiran 52 : (Lampiran tidak tersedia) Hal. 198

Lampiran 53 : (Lampiran tidak tersedia) Hal. 199

Lampiran 54 : (Lampiran tidak tersedia) Hal. 200

Lampiran 55 : Jadwal Angsuran Hutang TKI Hal. 201

Lampiran 56 : Contoh Perhitungan Pengenaan Suku Bunga Berbeda atas Kekurangan Reimburs

Hal. 202

Lampiran 57 : Contoh Perhitungan Penyesuaian Baki Debet Hal. 203

Lampiran 58 : Pemberitahuan Kredit Baru Hal. 204

Lampiran 59 : Perubahan/ Koreksi Pinjaman yang Sudah Diberikan Hal. 205

Lampiran 60 : Laporan Baki Debet (Outstanding) Hal. 206

Lampiran 61 : Rekapitulasi Laporan Pertanggungjawaban Kredit (Rekapitulasi LPJ)

Hal. 207

Lampiran 62a : Pedoman Pemberian Kredit UMKM Pelaporan dalam LBU

Hal. 208 – 219

Lampiran 62b : Pedoman Pemberian Pembiayaan UMKM Pelaporan dalam LBUS

Hal. 220 – 232

Lampiran 63 : Laporan Realisasi Pemberian Kredit atau Pembiayaan UMKM Secara Tidak Langsung dengan Pola Executing

Hal. 234

Lampiran 64 : Share Biaya yang Ditanggung Penerima Bantuan Teknis

Hal. 235

Lampiran 65 : Rencana Penyelenggaraan Pelatihan UMKM Oleh Bank Umum

Hal. 236 – 237

Lampiran 66 : Realisasi Penyelenggaraan Pelatihan UMKM Oleh Bank Umum

Hal. 238 – 239

Lampiran 67 : Formulir Permohonan Penyediaan Plafon Kredit Likuiditas KPRS dan KPRSS

Hal. 240

Lampiran 68 : Rekapitulasi Daftar Realisasi KPRS dan KPRSS Hal. 241 – 248

Lampiran 68a Hal. 242

Lampiran 68b Hal. 243

Lampiran 68c Hal. 244

Lampiran 68d Hal. 245

Lampiran 68e Hal. 246

Lampiran 68f Hal. 247

Lampiran 68g Hal. 248

Lampiran 69 : Laporan Pemberian KPRS/KPRSS Hal. 249

Lampiran 70 : Pendanaan Program KP-RS/RSS Pelita VI Hal. 259

Lampiran 71 : Daftar Debitur Penerima KL KPRS/RSS yang Lunas Sebelum Jatuh Tempo

Hal. 251

Page 11: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset · Rangka Kredit Program Pada Masa Peralihan ... Rekam Jejak Regulasi Kredit dan Pembiayaan Modal Kerja Bank ... Contoh Perhitungan Imbalan

Aset Kredit Likuiditas Bank Indonesia

viii

Rekam Jejak Kredit Likuiditas BI Dalam Rangka Kredit Program Pada Masa Peralihan

1/5/PBI/1999Kredit Likuiditas BI Dalam

Rangka Kredit Program Pada Masa Peralihan

PBI Masih Berlaku

Keterangan:

Page 12: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset · Rangka Kredit Program Pada Masa Peralihan ... Rekam Jejak Regulasi Kredit dan Pembiayaan Modal Kerja Bank ... Contoh Perhitungan Imbalan

Aset Kredit Likuiditas Bank Indonesia

ix

Rekam Jejak Regulasi Pengalihan Pengelolaan Kredit Likuiditas Bank Indonesia dalam Rangka Kredit Program

5/20/PBI/2003Pengalihan Pengelolaan

Kredit Likuiditas BI Dalam Rangka Kredit Program

2/3/PBI/2000Pengalihan Pengelolaan

Kredit Likuiditas BI Dalam Rangka Kredit Program

SE 5/30/BKr 2003

SE 6/28/BKr 2004Perubahan atas SE 5/30/Dkr

SE 2/5/DKr 2000

SE 2/4/DKr 2000Pelaksanaan Pengalihan Pengelolaan

KLBI Dalam Rangka Kredit/Pembiayaan Modal Kerja melalui

BPR/BPRS dan Kredit/Pembiayaan kepada Pengusaha Kecil dan

Pengusaha Mikro melalui BPR/BPRS

14/19/PBI/2012Pengalihan Pengelolaan

Kredit Likuiditas BI Dalam Rangka Kredit Program Pasal 2 (2, 3, 4, 5)

Pasal 5 (1) huruf l. 2.g, Pasal 5 (3,4) dihapus, Penjelasan Pasal 6 (4), Pasal 8 (2a), Pasal 10A, Pasal 11 (1, 4, 6, 7, 8) Butir VI. 3

Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 487/KMK.017/1999 tentang Badan

Usaha Milik Negara Sebagai Koordinator Penyaluran Kredit

Program

Diubah

Dicabut

Terkait

PBI Masih Berlaku

PBI/KEP DIR BI Tidak Berlaku

SE Masih Berlaku

SE Tidak Berlaku

Keterangan:

Regulasi Terkait

Page 13: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset · Rangka Kredit Program Pada Masa Peralihan ... Rekam Jejak Regulasi Kredit dan Pembiayaan Modal Kerja Bank ... Contoh Perhitungan Imbalan

Aset Kredit Likuiditas Bank Indonesia

x

Rekam Jejak Regulasi Kredit Kepada Pengusaha Kecil Dan Pengusaha Mikro Melalui Bank Umum

SE 31/20/UK 1999

31/185/KEP/DIR/1999Kredit Kepada Pengusaha

Kecil Dan Pengusaha Mikro Melalui Bank Umum

SE 11/27/DKBU 2009Perubahan Atas Surat Edaran

Bank Indonesia Nomor 31/20/UK Perihal Kredit Kepada Pengusaha

Kecil Dan Pengusaha Mikro Melalui Bank Umum

Romawi V huruf B,Lampiran 3

31/156/KEP/DIR/1998Persyaratan Bank Pelaksana Kredit

Program

6/26/PBI 2004Suku Bunga dan Nisbah Atas Pembiayaan dengan Prinsip

Bagi Hasil Kredit Program

Pasal 8 ayat (1) dan Pasal 14 ayat (1)

Diubah

Terkait

PBI/KEP DIR Masih Berlaku

SE Masih Berlaku

Keterangan:

Dicabut

Page 14: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset · Rangka Kredit Program Pada Masa Peralihan ... Rekam Jejak Regulasi Kredit dan Pembiayaan Modal Kerja Bank ... Contoh Perhitungan Imbalan

Aset Kredit Likuiditas Bank Indonesia

xi

Rekam Jejak Regulasi Kredit Usaha Tani

SE 11/26/DKBU 2009Perubahan Atas Surat Edaran Bank Indonesia

Nomor 31/17/UK (1999) Perihal Kredit Usaha Tani

SE 31/17/UK 1999 Kredit Usaha Tani

Romawi III.B

SE 31/7/UK 1998 Kredit Usaha Tani

31/164/KEP/DIR/1998Kredit Usaha Tani

31/58/KEP/DIR/1998Perubahan Surat

Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 31/24.A (1998) tentang

Kredit Usaha Tani

31/24.A/KEP/DIR 1998 Kredit Usaha Tani

Pasal 1, 4, 6 (1)a, Bab IV A, 8A, 8B, 8C, 9a, 13 (3), 14,

20 (1,2,4), 27 (1), 28e, Bab XII A, 29A

28/4/KEP/DIR(1995) Kredit Usaha Tani Pola

Khusus

27/9/KEP/DIR(1994) Kredit Usaha Tani

31/156/KEP/DIR/1998Persyaratan Bank Pelaksana Kredit

Program

Diubah

Dicabut

PBI/ KEP DIR Masih Berlaku

PBI/ KEP DIRTidak Berlaku

SE Masih Berlaku

SE Tidak Berlaku

Keterangan:

Terkait

Page 15: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset · Rangka Kredit Program Pada Masa Peralihan ... Rekam Jejak Regulasi Kredit dan Pembiayaan Modal Kerja Bank ... Contoh Perhitungan Imbalan

Aset Kredit Likuiditas Bank Indonesia

xii

Rekam Jejak Regulasi Kredit Investasi Pengembangan Perkebunan dengan Pola Perusahaan Inti Rakyat yang Dikaitkan dengan Program Transmigrasi

(PIR-Trans) Pra Konversi

6/26/PBI 2004Suku Bunga dan Nisbah Atas Pembiayaan dengan Prinsip

Bagi Hasil Kredit Program

6/12/PBI/2004Kredit Investasi Pengembangan

Perkebunan dengan Pola Perusahaan IntiRakyat yang Dikaitkan dengan Program Transmigrasi (PIR-Trans) Pra Konversi

Pasal 5

19/14/KEP/DIR/1986Ketentuan Kredit mutasi

Pengembangan Perkebunan dengan Pola Perusahaan Inti Rakyat yang

Dikaitkan dengan Program

Transmigrasi.

SE 19/3/UKU 1986Kredit Investasi Pengembangan

Perkebunan dengan Pola Perusahaan Inti Rakyat (PIR) yang

dikaitkan dengan Program Transmigrasi atau disingkat Proyek

PIR-TRANS

SE 22/6/UKU 1990 Kredit Investasi

Angka IV. 1

Diubah

Dicabut

Terkait

PBI/ KEP DIRMasih Berlaku

PBI/ KEP DIRTidak Berlaku

SE Masih Berlaku

SE Tidak Berlaku

Keterangan:

Surat Menteri Keuangan dan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan

Nasional/Kepala Bapenas No: S-688/MK.017/1998 S-7018/MK/12/1998

tanggal 31 Desember 1998.

Regulasi Terkait

Page 16: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset · Rangka Kredit Program Pada Masa Peralihan ... Rekam Jejak Regulasi Kredit dan Pembiayaan Modal Kerja Bank ... Contoh Perhitungan Imbalan

Aset Kredit Likuiditas Bank Indonesia

xiii

Rekam Jejak Regulasi Kredit dan Pembiayaan Modal Kerja Bank Indonesia dalam Rangka Pengembangan BPR dan BPRS

31/39/KEP/DIR 1998Kredit Modal Kerja Bank Indonesia dalam rangka

Pengembangan BPR

Psl 6 ayat (1) dan Psl 9

Diubah

PBI/ KEP DIR Masih Berlaku

Keterangan:

SE 31/3/UK 1998Penyampaian

31/39/KEP/DIR/1998

6/26/PBI 2004Suku Bunga dan Nisbah Atas

Pembiayaan dengan Prinsip Bagi Hasil Kredit Program

31/64/KEP/DIR 1998Pembiayaan Modal Kerja Bank

Indonesia dalam Rangka Pengembangan BPRS

Psl 6 ayat (1), (3) dan (4)

SE 31/8/UK 1998Penyampaian

31/64/KEP/DIR 1998

SE Masih Berlaku

Dicabut

Page 17: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset · Rangka Kredit Program Pada Masa Peralihan ... Rekam Jejak Regulasi Kredit dan Pembiayaan Modal Kerja Bank ... Contoh Perhitungan Imbalan

Asset Kredit Likuiditas Bank Indonesia

xiv

SE 3/2/BKr 2001Pemberian Kredit Kepada Koperasi Primer Untuk Anggotanya (KKPA)

Dalam Rangka Penyaluran Kembali Angsuran Kredit Likuiditas Bank

Indonesia (KLBI) Yang dikelola Oleh PT. Permodalan Nasional Madani

(Persero)

31/45/KEP/DIR/1998Kredit Kepada Koperasi

Primer Untuk Anggotanya

30/97/KEP/DIR/1997Kredit Kepada Koperasi

Primer Untuk Anggotanya

6/26/PBI/2004Suku Bunga dan Nisbah

Atas Pembiayaan dengan Prinsip Bagi Hasil Kredit

Program

Psl 10 ayat (1), 16 ayat 1

29/67/KEP/DIR 1996Kredit Pembiayaan

Tenaga Kerja Indonesia dgn pola Kredit kpd Koperasi Primer utk

Anggotanya

31/92/KEP/DIR 1998Perubahan 29/69/

KEP/DIR 1996

31/165A/KEP/DIR 1998Kredit kpd Koperasi Primer

utK Anggotanya dlm rangka Pembiayaan Usaha

Nelayan

29/69/KEP/DIR 1996Kredit kpd Koperasi Primer utk

Anggotanya dgn Pola Perusahaan Inti Rakyat Transmigran dlm

Rangka Pembukaan Pemukiman Transmigrasi Baru di Kawasan

Timur Indonesia

31/165B/KEP/DIR 1998Kredit kpd Koperasi Primer utK Anggotanya dlm rangka

Pembiayaan Usaha Peternakan Unggas

31/91/KEP/DIR 1998Perubahan 29/67/

KEP/DIR 1996

29/66/KEP/DIR 1996Kredit Kepada Koperasi

Primer Untuk Anggotanya

27/11/KEP/DIR 1994Kredit Kepada Koperasi

Primer Untuk Anggotanya

Psl 12, 19, 20, 30 (3) Psl 13, 24, 25

SE 29/2/UK 1996 SE 29/4/UK 1996

SE 31/4/UK 1998

SE 29/1/UK 1996

SE 31/11/UK 1998Penyampaian Surat

Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 31/91/

KEP/DIR

SE 31/12/UK 1998Penyampaian Surat

Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 31/92/

KEP/DIR

31/46/KEP/DIR 1998Kredit kpd Koperasi Primer

Kredit Kepada Koperasi Primer Untuk Anggotanya

Dalam Rangka Pembiayaan Tebu Rakyat.

8/30/PBI/2006Pencabutan atas Surat Keputusan Direksi Bank

Indonesia No.31/46/KEP/DIR tanggal 10 Juni 1998 Tentang Kredit Kepada Koperasi Primer untuk Anggotanya dalam Rangka Pembiayaan Tebu

Rakyat Sebagaimana Telah Diubah dengan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesi No.31/307/KEP/

DIR tanggal 31 Maret 1999 Beserta Peraturan

Pelaksanaannya

SE 31/6/UK 1998

31/307/KEP/DIR 1999Perubahan 31/46/KEP/

DIR 1998

Psl 7, 10(1), 11(1)

29/12/KEP/DIR 1996Kredit Pembiayaan Tenaga Kerja Indonesia dgn pola

Kredit kpd Koperasi Primer utk Anggotanya

Psl 12 ayat (1), (2), (3), (4),psl 20 ayat (1)

Psl 12 ayat (1), psl 25 ayat (1)

Psl 10 ayat (1),psl 16 ayat (1)

Psl 11 ayat (1),psl 16 ayat (1)

31/42/DIR/UK 1998Penyaluran KKPA Untuk

Pembiayaan Ayam Ras 1998

28/50/KEP/DIR 1995Pemberian Kredit kpd Koperasi Primer utk

Anggotanya dgn Pola Perusahaan Inti Rakyat Transmigran dlm Rangka

Pembukaan Pemukiman Transmigrasi Baru di Kawasan Timur Indonesia

Diubah

Dicabut

PBI/ KEP DIR Masih Berlaku

PBI/ KEP DIR Tidak Berlaku

SE Masih Berlaku

SE Tidak Berlaku

Keterangan:

SE 31/22/UK 1999

Rekam Jejak Regulasi Kredit Kepada Koperasi Primer Untuk Anggotanya

Page 18: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset · Rangka Kredit Program Pada Masa Peralihan ... Rekam Jejak Regulasi Kredit dan Pembiayaan Modal Kerja Bank ... Contoh Perhitungan Imbalan

Asset Kredit Likuiditas Bank Indonesia

xv

Rekam Jejak Regulasi Pemberian Kredit atau Pembiayaan oleh Bank Umum dan Bantuan Teknis dalam Rangka Pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan

Menengah

14/22/PBI/2012Pemberian Kredit atau Pembiayaan

oleh Bank Umum dan Bantuan Teknis dalam Rangka

Pengembangan UMKM

7/39/PBI/2005Pemberian Bantuan Teknis dalam

Rangka Pengembangan UMKM

5/18/PBI/2003Pemberian Bantuan Teknis dalam

Rangka Pengembangan Usaha Mikro dan Kecil

3/2/PBI/2001Pemberian Kredit Usaha Kecil

30/4/KEP/DIR/1997Pemberian Kredit Usaha Kecil

30/55/KEP/DIR/1997Pemberian Kredit Usaha Kecil untuk

Mendukung Program Kemitraan Terpadu dan Pengembangan

Koperasi26/24/KEP/DIR/1993

Kredit Usaha Kecil

22/81/KEP/DIR/1990Penyempurnaan Sistem Perkreditan

SE 30/1/UK 1997

Pemberian Kredit Usaha Kecil

SE 3/9/Bkr 2001Petunjuk Pelaksanaan Pemberian Kredit Usaha

Kecil

Pasal 4

Pasal 5 Ayat 2 dan 3

10/107/KEP/DIR/UPK/1977Suku Bunga Kredit Investasi Kecil dan Kredit Modal Kerja Permanen untuk Golongan

Pengusaha Kecil

7/6/KEP/DIR/1974Suku Bunga Kredit Investasi dan

Kredit Modal Kerja Permanen Bank-Bank Pemerintah

19/14/KEP/DIR/1986Ketentuan Kredit mutasi

Pengembangan Perkebunan dengan Pola Perusahaan Inti Rakyat yang

Dikaitkan dengan Program Transmigrasi

12/71/KEP/DIR/UPK/1979Pemberian Kredit Likuiditas Bank

Indonesia kepada Bank-Bank Pembangunan Daerah dan Bank-

Bank Umum Swasta Nasional.

20/3/KEP/DIR/1987Perubahan atas 16/9/KEP/DIR/

1983

21/13KEP/DIR/1988Pemberian Kredit Investasi sampai

dengan Rp. 75 Juta dan Kredit Modal Kerja sampai dengan Rp. 75

Juta oleh Bank-bank Umum dan Bank Pembangunan di Indonesia.

16/9/KEP/DIR/1983Perkreditan Bank-Bank Pemerintah

17/12/KEP/DIR/1984Pemberian Kredit Modal Kerja

Kepada Pengusaha/ Perusahaan Golongan Ekonomi Lemah sampai

dengan Rp. 75,- Juta.

17/11/KEP/DIR/1984Pemberian Kredit Modal Kerja

dalam Rangka Pelaksanaan Keputusan Presiden Nomor 29

Tahun 1984

22/9/KEP/DIR/1989Kredit Ekspor

21/43/KEP/DIR/1988Kredit Ekspor

Romawi VII

Keterangan :

SE Tidak Berlaku

PBI/KEP DIR Tidak Berlaku

PBI/ KEP DIR Masih Berlaku

Dicabut

15/12/KEP/DIR/UKK/1982Kredit Mahasiswa Indonesia

13/11/PBI/2011Pencabutan 3/2/PBI/2001 dan SE 3/9/

BKr 2001

- 12/21/PBI/2010 tentang Rencana Bisnis Bank- 12/2/PBI/2010 tentang Laporan Bulanan Bank Umum- 9/14/PBI/2007 tentang Sistem Informasi Debitur- 7/6/PBI/2005 tentang Transparansi Informasi Produk Bank dan Penggunaan Data Pribadi Nasabah- 14/15/PBI/2012 tentang Penilaian Kualitas Aset Bank Umum-8/13/PBI/2006 tentang Batas Maksimum Pemberian Kredit Bank Umum- 8/15/PBI/2006 tentang Perlakuan Khusus Terhadap Kredit Bank bagi Daerah-Daerah Tertentu di Indonesia yang Terkena Bencana Alam- 10/15/PBI/2008 tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Umum- 3/22/PBI/2001 tentang Transparansi Kondisi Keuangan Bank

Terkait

Regulasi Terkait

SE 15/35/DPAU 2013

Page 19: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset · Rangka Kredit Program Pada Masa Peralihan ... Rekam Jejak Regulasi Kredit dan Pembiayaan Modal Kerja Bank ... Contoh Perhitungan Imbalan

Asset Kredit Likuiditas Bank Indonesia

xvi

Rekam Jejak Regulasi Kredit Pemilikan Rumah Sederhana dan Kredit Pemilikan Rumah Sangat Sederhana

SE 9/18/BKr 2007Perubahan Atas SE 31/13/UK 1998

SE 31/13/UK 1998

31/93/KEP/DIR/1998Kredit Pemilikan Rumah Sederhana dan Kredit Pemilikan Rumah Sangat

Sederhana

30/141/KEP/DIR/1997Perubahan Atas

29/149/KEP/DIR/1996

29/149/KEP/DIR/1996Kredit Pemilikan Rumah Sederhana dan Kredit Pemilikan Rumah Sangat

Sederhana

Pasal 14, 15,dan 25

SE 29/6/UK 1996

SE 30/6/UK 1997

- Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 05/PERMEN/M/2007

tentang Pengadaan Perumahan dan

Pemukiman dengan Dukungan

Fasilitas Subsidi Perumahan Melalui

KPRS/KPRS Mikro Bersubsidi

- Peraturan Menteri Keuangan Nomor 82/PMK.06/2005 tentang Pengelolaan Dana Investasi

Angka 1, 1A, 2A, 4, dan 6

Keterangan :

Dicabut

SE Tidak Berlaku

PBI/KEP DIR Tidak Berlaku

PBI/KEP DIR Masih Berlaku

Diubah

Terkait

Regulasi Terkait

Page 20: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset · Rangka Kredit Program Pada Masa Peralihan ... Rekam Jejak Regulasi Kredit dan Pembiayaan Modal Kerja Bank ... Contoh Perhitungan Imbalan

Asset Kredit Likuiditas Bank Indonesia

xvii

Dasar Hukum : - Undang-undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-

Undang Nomor 6 Tahun 2009 - Undang-undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian - Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-

Undang Nomor 10 Tahun 1998 - Peraturan Pemerintah Nomor 70 Tahun 1992 tentang Bank Umum sebagaimana telah diubah beberapa kali

dan terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 1998 - Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 1992 tentang Bank Perkreditan Rakyat Tahun 1992 Nomor 118 - Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 1992 tentang Bank Berdasarkan Prinsip Bagi Hasil - Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1994 tanggal 18 April 1994 tentang Koordinasi

Penyelenggaraan Transmigrasi dan Pemukiman Perambah Hutan - Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 1995 tanggal 18 April 1994 tentang Dewan

Pengembangan Kawasan Timur Indonesia - Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 22/81/KEP/DIR 1990 tentang Penyempurnaan Sistem

Perkreditan - Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999

tentang Bank Indonesia Menjadi Undang-Undang - Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah - Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah - Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1968 tentang Bank Sentral - Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Pemukiman - Surat Keputusan Menteri Negara Perumahan Rakyat selaku Ketua Badan Kebijaksaan dan Pengendalian

Pembangunan Perumahan dan Pemukiman Nasional Nomor 04/KPTS/BKP4N/1995 tentang Ketentuan Lebih Lanjut Surat Keputusan Bersama Menteri Dalam Negeri, Menteri Pekerjaan Umum, dan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 648-384 Tahun 1992, Nomor 739/KPTS/1992, dan nomor09/KPTS/1992 tentang Pedoman Pembangunan dan Pemukiman dengan Lingkungan Hunian yang Berimbang

- Surat Keputusan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 05/KPTS/1993 tentang tentang Perubahan Surat Keputusan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 02/KPTS/1993 tentang Pengadaan Perumahan dan Pemukiman dengan Dukungan Fasilitas Kredit Pemilikan Kapling Siap Bangun (KP-KSB), Kredit Pemilikan Rumah Sangat Sederhana (KP-RSS), Kredit Pemulikan Rumah Sederhana (KP-RS), dan Kredit Pemilikan Rumah Susun Sederhana (RS-Rusun)

- Surat Keputusan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 02/KPTS/1990 tentang Perubahan Surat Keputusan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 8/KPTS/1992 tentang Pengadaan Perumahan dan Pemukiman dengan Dukungan Fasilitas Kredit Pemilikan Kapling Siap Bangun (KP-KSB), Kredit Pemilikan Rumah Sangat Sederhana (KP-RSS), dan Kredit Pemilikan Rumah Susun Sederhana (RS-Rusun)

Regulasi Terkait : - Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 487/KMK.017/1999 tentang Badan Usaha Milik

Negara Sebagai Koordinator Penyaluran Kredit Program - Surat Menteri Keuangan dan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bapenas - No: S-688/MK.017/1998 tanggal 31 Desember 1998

S-7018/MK/12/1998 - Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 05/PERMEN/M/2007 tentang Pengadaan Perumahan

dan Pemukiman dengan Dukungan Fasilitas Subsidi Perumahan Melalui KPRS/KPRS Mikro Bersubsidi - Peraturan Menteri Keuangan Nomor 82/PMK.06/2005 tentang Tambahan Atas Keputusan Menteri

Keuangan 346/KMK.017/2000 tentang Pengelolaan Dana Investasi - Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/15/PBI/2012 tentang Penilaian Kualitas Aset Bank Umum - Peraturan Bank Indonesia Nomor 12/21/PBI/2010 tentang Rencana Bisnis Bank - Peraturan Bank Indonesia Nomor 12/2/PBI/2010 Perubahan Kedua Atas Peraturan Bank Indonesia Nomor

10/40/PBI/2008 tentang Laporan Bulanan Bank Umum

Page 21: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset · Rangka Kredit Program Pada Masa Peralihan ... Rekam Jejak Regulasi Kredit dan Pembiayaan Modal Kerja Bank ... Contoh Perhitungan Imbalan

Asset Kredit Likuiditas Bank Indonesia

xviii

- Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/15/PBI/2008 tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Umum

- Peraturan Bank Indonesia Nomor 9/14/PBI/2007 tentang Sistem Informasi Debitur - Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/15/PBI/2006 tentang Perlakuan Khusus Terhadap Kredit Bank bagi

Daerah-Daerah Tertentu di Indonesia yang Terkena Bencana Alam - Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/13/PBI/2006 Perubahan atas Peraturan Bank Indonesia Nomor

7/3/PBI/2005 Tentang Batas Maksimum Pemberian Kredit Bank Umum - Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/6/PBI/2005 tentang Transparansi Informasi Produk Bank dan

Penggunaan Data Pribadi Nasabah - Peraturan Bank Indonesia Nomor 3/22/PBI/2001 tentang Transparansi Kondisi Keuangan Bank - Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 14/5/DSM 2012 Perubahan Kedua atas Surat Edaran Bank Indonesia

Nomor 11/2/DSM 2009 Perihal Laporan Bulanan Bank Umum - Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13 /30 /DPNP 2011 Perubahan Ketiga atas Surat Edaran Bank

Indonesia Nomor 3/30/DPNP tanggal 14 Desember 2001 perihal Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan dan Bulanan Bank Umum serta Laporan Tertentu yang Disampaikan kepada Bank Indonesia

- Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 12/27/DPNP 2010 tentang Rencana Bisnis Bank Umum - Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 11/3/DPNP 2009 tentang Perhitungan Aset Tertimbang Menurut

Risiko (ATMR) untuk Risiko Operasional dengan Menggunakan Pendekatan Indikator Dasar (PID) - Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 10/47/DPNP 2008 tentang Sistem Informasi Debitur - Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 7/25/DPNP 2005 tentang Transparansi Informasi Produk Bank dan

Penggunaan Data Pribadi Nasabah - Surat Edaran Bank Indonesia 7/14/DPNP 2005 tentang Batas Maksimum Pemberian Kredit Bank Umum - Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 31/156/KEP/DIR tanggal 23 November 1998 tentang

Persyaratan Bank Pelaksana Kredit Program Regulasi Bank Indonesia : - Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/22/PBI/2012 tentang Pemberian Kredit atau Pembiayaan oleh Bank

Umum dan Bantuan Teknis dalam Rangka Pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah - Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/19/PBI/2012 Perubahan Atas Peraturan Bank Indonesia Nomor

5/20/PBI/2003 tentang Pengalihan Pengelolaan Kredit Likuiditas Bank Indonesia Dalam Rangka Kredit Program

- Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/26/PBI/2004 tentang Suku Bunga Nisbah Atas Pembiayaan Dengan Prinsip Bagi Hasil Kredit Program

- Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/12/PBI/2004 tentang Kredit Investasi Pengembangan Perkebunan dengan Pola Perusahaan Inti Rakyat yang Dikaitkan dengan Program Transmigrasi (PIR-Trans) Pra Konversi

- Peraturan Bank Indonesia Nomor 5/20/PBI/2003 tentang Pengalihan Pengelolaan Kredit Likuiditas Bank Indonesia Dalam Rangka Kredit Program

- Peraturan Bank Indonesia Nomor 1/5/PBI/1999 tentang Pengalihan Pengelolaan Kredit Likuiditas BI Dalam Rangka Kredit Program Pada Masa Peralihan

- Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 15/35/DPAU 2013 perihal Pemberian Kredit atau Pembiayaan oleh Bank Umum dan Bantuan Teknis dalam Rangka Pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah

- Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 11/27/DKBU 2009 Perubahan Atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 31/20/UK 1999 perihal Kredit Kepada Penguasa Kecil Dan Pengusaha Mikro Melalui Bank Umum

- Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 11/26/DKBU 2009 Perubahan Atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 31/17/UK 1999 perihal Kredit Usaha Tani

- Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 9/18/BKr 2007 perihal Perubahan atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 31/13/UK 1998 perihal Kredit Pemilikan Rumah Sederhana dan Kredit Pemilikan Rumah Sangat Sederhana

- Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 6/28/BKr 2004 Perubahan Atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 5/30/BKr 2003 perihal Pelaksanaan Pengalihan Pengelolaan Kredit Likuiditas Bank Indonesia Dalam Rangka Kredit Program

Page 22: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset · Rangka Kredit Program Pada Masa Peralihan ... Rekam Jejak Regulasi Kredit dan Pembiayaan Modal Kerja Bank ... Contoh Perhitungan Imbalan

Asset Kredit Likuiditas Bank Indonesia

xix

- Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 5/30/BKr 2003 perihal Pelaksanaan Pengalihan Pengelolaan Kredit Likuiditas Bank Indonesia Dalam Rangka Kredit Program

- Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 3/2/BKr 2001 perihal Pemberian Kredit Kepada Koperasi Primer Untuk Anggotanya (KKPA) Dalam Rangka Penyaluran Kembali Angsuran Kredit Likuiditas Bank Indonesia (KLBI) yang Dikelola Oleh PT. Permodalan Nasional Madani (Persero)

- Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 2/4/DKr 2000 perihal Pelaksanaan Pengalihan Pengelolaan Kredit Likuiditas Bank Indonesia Dalam Rangka Kredit/Pembiayaan Modal Kerja melalui Bank Perkreditan Rakyat/Bank Perkreditan Rakyat Syari’ah dan Kredit/Pembiayaan kepada Pengusaha Kecil dan Pengusaha Mikro melalui Bank Perkreditan Rakyat/Bank Perkreditan Rakyat Syari'ah

- Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 31/20/UK 1999 perihal Kredit Kepada Penguasa Kecil Dan Pengusaha Mikro Melalui Bank Umum

- Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 31/13/UK 1998 perihal Kredit Pemilikan Rumah Sederhana dan Kredit Pemilikan Rumah Sangat Sederhana

- Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 29/4/UK 1996 perihal Kredit Kepada Koperasi Primer untuk Anggotanya dengan Pola Perusahaan Inti Rakyat Transmigrasi Dalam Rangka Pembukaan Pemukiman Transmigrasi Baru di Kawasan Timur Indonesia

- Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 29/2/UK 1996 perihal Kredit Pembiayaan Tenaga Kerja Indonesia dengan pola Kredit kepada Koperasi Primer untuk Anggotanya

- Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 31/185/KEP/DIR/1999 tentang Kredit Kepada Pengusaha Kecil dan Pengusaha Mikro Melalui Bank Umum

- Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 31/165A/KEP/DIR/1998 tentang Kredit kepada Koperasi Primer untuK Anggotanya dalam rangka Pembiayaan Usaha Nelayan

- Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 31/165B/KEP/DIR/1998 tentang Kredit kepada Koperasi Primer untuk Anggotanya dalam rangka Pembiayaan Usaha Peternakan Unggas

- Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 31/164/KEP/DIR/1998 tentang Kredit Usaha Tani - Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 31/93/KEP/DIR/1998 tentang Kredit Pemilikan Rumah Sederhana

dan Kredit Pemilikan Rumah Sangat Sederhana - Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 31/92/KEP/DIR/1998 Perubahan Atas Surat Keputusan

DIreksi Bank Indonesia Nomor 29/69/KEP/DIR/1996 tentang Kredit Kepada Koperasi Primer untuk Anggotanya dengan Pola Perusahaan Inti Rakyat Transmigrasi Dalam Rangka Pembukaan Pemukiman Transmigrasi Baru di Kawasan Timur Indonesia

- Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 31/91/KEP/DIR/1998 Perubahan Atas Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 29/67/KEP/DIR/1996 tentang Kredit Pembiayaan Tenaga Kerja Indonesia dengan Pola Kredit kepada Koperasi Primer untuk Anggotanya

- Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 31/64/KEP/DIR/1998 tentang Pembiayaan Modal Kerja Bank Indonesia dalam Rangka pengembangan BPRS

- Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 31/39/KEP/DIR/1998 tentang Kredit Modal kerja Bank Indonesia dalam Rangka Pengembangan BPR

- Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 31/45/KEP/DIR/1998 tentang Kredit Kepada Koperasi Primer Untuk Anggotanya

- Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 29/69/KEP/DIR/1996 tentang Kredit kepada Koperasi Primer untuk Anngotanya dengan Pola Perusahaan Inti Rakyat Transmigran dlm Rangka Pembukaan Pemukiman Transmigrasi Baru di Kawasan Timur Indonesia

- Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 29/67/KEP/DIR/1996 tentang Kredit Pembiayaan Tenaga Kerja Indonesia dengan Pola Kredit kepada Koperasi Primer untuk Anggotanya

Page 23: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset · Rangka Kredit Program Pada Masa Peralihan ... Rekam Jejak Regulasi Kredit dan Pembiayaan Modal Kerja Bank ... Contoh Perhitungan Imbalan

Asset Kredit Likuiditas Bank Indonesia

1

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

Perbankan Aset Kredit Likuiditas BI Dalam Rangka Kredit Program Pada Masa

Peralihan Ketentuan Umum

1 Pasal 1 1/5/PBI/1999

1. Kredit Likuiditas Bank Indonesia, yang selanjutnya disebut KLBI, adalah kredit yang diberikan oleh Bank Indonesia kepada Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat dalam rangka menunjang program Pemerintah.

2. Plafon KLBI adalah penyediaan dana KLBI yang telah disetujui oleh Bank Indonesia kepada Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat.

3. Two Step Loan adalah pinjaman yang diterima oleh Pemerintah Republik Indonesia dari Lembaga Keuangan Internasional yang diteruskan kepada Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat melalui Bank Indonesia, dalam rangka menunjang program Pemerintah, termasuk bantuan teknis yang terkait dengan pinjaman tersebut.

4. Bantuan Teknis adalah bantuan penelitian, pelatihan, dan konsultasi yang diberikan oleh Bank Indonesia kepada pihak-pihak yang terkait dalam rangka menunjang program pemerintah dan tidak termasuk bantuan teknis yang terkait dengan Two Step Loan.

5. Badan Usaha Milik Negara, yang selanjutnya disebut BUMN, adalah Badan Usaha Milik Negara yang ditunjuk oleh Pemerintah untuk menerima pengalihan KLBI.

2 Pasal 2 1/5/PBI/1999 Ayat (1) dan (3)

(1) Dengan berlakunya Undang-undang No. 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia, Bank Indonesia tidak dapat lagi memberikan KLBI .

(2) Pengalihan Two Step Loan dan bantuan teknis yang terkait dengan Two Step Loan akan dilaksanakan sesuai dengan kesepakatan antara Pemerintah dengan pihak pemberi pinjaman.

Batas waktu pengalihan Two Step Loan dan bantuan teknis yang terkait dengan Two Step Loan kepada BUMN ditentukan berdasarkan kesepakatan antara Pemerintah dengan pihak pemberi pinjaman. Dengan demikian selama belum tercapai kesepakatan, maka Bank Indonesia tetap melaksanakan Two Step Loan dan bantuan teknis dimaksud.

3 Pasal 3 1/5/PBI/1999 Ayat (2)

Bank Indonesia melanjutkan pelaksanaan Two Step Loan dan bantuan teknis selama kesepakatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) (Paragraf 2 ayat (2) dalam kodifikasi ini) belum tercapai.

Pengalihan Pengelolaan Kredit Likuiditas Bank Indonesia Dalam Rangka Kredit Program

Ketentuan Umum 4 Pasal 1

5/20/PBI/2003

1. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) adalah Badan Usaha Milik Negara sebagaimana dimaksud dalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor 487/KMK.017/1999 tanggal 13 Oktober 1999.

2. Bank Pelaksana adalah bank penerima fasilitas Kredit Likuiditas Bank Indonesia (KLBI) dalam rangka Kredit Program.

3. Kredit Program adalah kredit atau pembiayaan yang disalurkan bank pelaksana dalam rangka mendukung program Pemerintah.

Page 24: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset · Rangka Kredit Program Pada Masa Peralihan ... Rekam Jejak Regulasi Kredit dan Pembiayaan Modal Kerja Bank ... Contoh Perhitungan Imbalan

Asset Kredit Likuiditas Bank Indonesia

2

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

SE 5/30/BKr 2003 Romawi I No. 8 – 13

4. KLBI adalah kredit atau pembiayaan yang disediakan oleh Bank Indonesia dalam rangka membiayai Kredit Program.

5. Hak Tagih KLBI adalah tagihan Bank Indonesia kepada Bank Pelaksana yang timbul sehubungan dengan pemberian fasilitas KLBI dari Bank Indonesia kepada Bank Pelaksana, dan tagihan eks KLBI yang masih dikelola oleh BUMN.

6. Pengelolaan KLBI, adalah pengelolaan baki debet tagihan KLBI dan kelonggaran tarik KLBI, termasuk penyaluran kembali (relending) dana angsuran KLBI yang dikelola oleh BUMN.

7. Surat Persetujuan Kredit (SPK) adalah surat persetujuan kredit dari Bank

Indonesia kepada Bank Pelaksana. 8. Baki debet adalah jumlah KLBI pada posisi tertentu yang telah ditarik bank

pelaksana dan masih tercatat dalam rekening pinjaman bank pelaksana di Bank Indonesia.

9. Komitmen plafon adalah jumlah maksimum penyediaan KLBI yang telah disetujui oleh Bank Indonesia kepada bank pelaksana berdasarkan SPK Individual.

10. Kelonggaran tarik adalah selisih antara komitmen plafon dengan jumlah KLBI yang telah ditarik oleh bank pelaksana. Penyediaan kelonggaran tarik tersebut mengikuti ketentuan masing-masing skim kredit.

11. Jatuh tempo angsuran KLBI adalah jatuh tempo angsuran KLBI dari bank pelaksana sesuai dengan jadwal yang telah disepakati oleh Bank Indonesia dan bank pelaksana sebagaimana tercantum SPK.

12. Jatuh tempo KLBI adalah tanggal jatuh tempo pembayaran angsuran terakhir atau pelunasan KLBI sebagaimana disepakati dalam SPK. Dalam hal terdapat SPK Individual maka yang menjadi acuan untuk penetapan tanggal jatuh tempo KLBI adalah SPK Individual antara Bank Indonesia dengan bank pelaksana.

13. Kantor BUMN adalah : a. Kantor wilayah PT. BRI sebagaimana ditetapkan oleh PT. BRI (Lampiran

1) (Lampiran 1 dalam kodifikasi ini) ; b. Kantor cabang PT. BTN sebagaimana ditetapkan oleh PT. BTN (Lampiran

2) (Lampiran 2 dalam kodifikasi ini); dan c. Kantor Pusat PT. PNM

Pengelolaan KLBI 5 Pasal 2

14/19/PBI/2012

(1) Pengelolaan KLBI dalam rangka Kredit Program dialihkan kepada BUMN yang ditunjuk oleh Pemerintah.

(2) BUMN sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) yang ditunjuk sebagai penerima pengalihan pengelolaan KLBI, terdiri dari : 1. PT. Bank Tabungan Negara (Persero); 2. PT. Permodalan Nasional Madani (Persero).

Penunjukan BUMN yang menerima pengalihan pengelolaan KLBI ditetapkan Pemerintah berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 487/KMK.017/1999 tanggal 13 Oktober 1999 tentang Penunjukan Badan Usaha Milik Negara Sebagai Koordinator Penyaluran Kredit Program. Dalam perkembangannya, dari beberapa BUMN yang ditunjuk terdapat BUMN yang tidak melaksanakan pengelolaan KLBI.

Page 25: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset · Rangka Kredit Program Pada Masa Peralihan ... Rekam Jejak Regulasi Kredit dan Pembiayaan Modal Kerja Bank ... Contoh Perhitungan Imbalan

Asset Kredit Likuiditas Bank Indonesia

3

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

(3) KLBI yang dialihkan pengelolaannya kepada BUMN sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) masing-masing terdiri dari : KLBI dengan skim Kredit Usaha Tani (KUT), Kredit kepada Koperasi (KKop) dan Kredit kepada Koperasi Primer untuk Anggotanya-Tebu Rakyat (KKPA-TR) tetap dikelola oleh Bank Indonesia. a. PT. Bank Tabungan Negara (Persero); Kredit Pemilikan Rumah

Sederhana (KPRS) dan Kredit Pemilikan Rumah Sangat Sederhana (KPRSS). 1. Kredit Pemilikan Rumah Sederhana (KPRS); dan 2. Kredit Pemilikan Rumah Sangat Sederhana (KPRSS).

b. PT. Permodalan Nasional Madani (Persero); 1. Kredit kepada Koperasi Primer untuk Anggotanya (KKPA);

2. Kredit kepada Koperasi Primer untuk Anggotanya-Bagi Hasil (KKPA-Bagi Hasil);

3. Kredit kepada Koperasi Primer untuk Anggotanya dalam rangka pembiyaaan Usaha Nelayan (KKPA- Nelayan);

4. Kredit kepada Koperasi Primer untuk Anggotanya dalam rangka Pembiayaan Usaha Peternakan (KKPA- Unggas);

5. Kredit Pembiayaan Tenaga Kerja Indonesia dengan pola Kredit Kepada Koperasi Primer untuk Anggotanya – (KKPA- TKI);

6. Kredit kepada Koperasi Primer untuk Anggotanya dengan Pola Perusahaan Inti Rakyat Transmigrasi dalam rangka Pembukaan Pemukiman Transmigrasi Baru di Kawasan Timur Indonesia (KKPA Pir- Trans);

7. Kredit/Pembiayaan Modal Kerja dalam rangka pengembangan Bank Perkreditan Rakyat/Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (KMK-BPR/PMK-BPRS);

8. Kredit kepada Pengusaha Kecil dan Pengusaha Mikro melalui Bank Umum (KPKM-Bank Umum);

9. Kredit/Pembiayaan kepada Pengusaha Kecil dan Pengusaha Mikro melalui Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (KPKM-BPR/PPKM-BPRS);

10. Kredit Usaha Angkutan Umum Bus Perkotaan (KUAUBP); 11. Kredit Perkebunan Besar Swasta Nasional (PBSN); 12. Kredit Investasi Pengembangan Perkebunan dengan Pola

Perusahaan Inti Rakyat (PIR) yang Dikaitkan dengan Program Transmigrasi (PIR-Trans). Yang dimaksud dengan “Kredit Investasi Pengembangan Perkebunan dengan Pola Perusahaan Inti Rakyat (PIR) yang Dikaitkan dengan Program Transmigrasi (PIR-Trans)” meliputi Kredit Investasi PIR Trans Pra Konversi dan Kredit Investasi Kecil Pasca Konversi.

(4) Pelaksanaan pengalihan pengelolaan KLBI kepada BUMN sebagaimana

dimaksud dalam ayat (3) masing-masing dilakukan dengan Perjanjian Pengalihan Pengelolaan Kredit Likuiditas Bank Indonesia.

(5) Dalam hal terdapat perkembangan kondisi dan situasi yang mengakibatkan Perjanjian Pengalihan Pengelolaan Kredit Likuiditas Bank Indonesia

Page 26: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset · Rangka Kredit Program Pada Masa Peralihan ... Rekam Jejak Regulasi Kredit dan Pembiayaan Modal Kerja Bank ... Contoh Perhitungan Imbalan

Asset Kredit Likuiditas Bank Indonesia

4

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

SE 2/4/DKr 2000 Romawi V

sebagaimana dimaksud pada ayat (4) perlu diubah, Perjanjian Pengalihan Pengelolaan Kredit Likuiditas Bank Indonesia dapat diubah sesuai kesepakatan antara Bank Indonesia dengan BUMN.

1) Pengalihan pengelolaan Kredit Likuiditas Bank Indonesia (KLBI) untuk

skim Kredit / Pembiayaan Modal Kerja melalui Bank Perkreditan Rakyat / Bank Perkreditan Rakyat Syari’ah (KMK-BPR / PMK-BPRS) dan Kredit / Pembiayaan kepada Pengusaha Kecil dan Pengusaha Mikro melalui Bank Perkreditan Rakyat / Bank Perkreditan Rakyat Syari'ah (KPKM-BPR / PPKM-BPRS) kepada PT. Permodalan Nasional Madani (Persero) (PT. PNM), telah dilakukan berdasarkan Perjanjian Pengalihan Pengelolaan KLBI yang ditandatangani pada tanggal 15 November 1999, dan berlaku efektif tanggal 16 November 1999.

2) KLBI yang dialihkan pengelolaannya meliputi baki debet dan kelonggaran tarik posisi tanggal 16 November 1999 berdasarkan hasil rekonsiliasi antara Bank Indonesia dan BPR / BPRS.

3) Hak tagih atas KLBI yang telah dialihkan kepada PT. PNM, sampai dengan KLBI dimaksud jatuh tempo dan dilunasi atau dilunasi sebelum KLBI jatuh tempo, tetap dimiliki oleh Bank Indonesia.

4) Bunga KLBI yang dialihkan pengelolaannya tetap merupakan hak Bank Indonesia dan akan tetap dihitung dan dibebankan kepada BPR / BPRS sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

5) BPR / BPRS wajib mengembalikan KLBI pada saat jatuh tempo, sehingga tidak dimungkinkan adanya perpanjangan jangka waktu KLBI.

6) PT. PNM dapat menyalurkan kembali KMK-BPR / PMK-BPRS dan KPKMBPR / PPKM-BPRS yang dananya berasal dari angsuran pokok KLBI (relending), sepanjang sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia.

7) Dalam hal diperlukan penyesuaian ketentuan Bank Indonesia dimaksud, maka PT. PNM harus mengajukan permohonan kepada Bank Indonesia.

8) Perubahan / penyesuaian ketentuan sebagaimana dimaksud dalam butir 7 di atas, tidak menunda pelaksanaan pembayaran kembali KLBI kepada Bank Indonesia pada saat jatuh tempo.

9) Dalam ketentuan ini yang dimaksud dengan : a. Baki debet adalah jumlah KLBI pada posisi tertentu yang telah ditarik

BPR / BPRS dan masih tercatat dalam rekening pinjaman BPR / BPRS di Bank Indonesia.

b. Kelonggaran tarik adalah selisih antara komitmen plafon dengan jumlah KLBI yang telah ditarik oleh BPR / BPRS, tidak termasuk jumlah KLBI yang tidak dapat ditarik oleh BPR / BPRS yang bersangkutan dikarenakan telah melampaui batas waktu penarikan yang telah ditetapkan. Dalam hal ini yang dimaksud komitmen plafon adalah jumlah maksimum penyediaan KLBI yang telah disetujui oleh Bank Indonesia kepada bank pelaksana berdasarkan Surat Perjanjian Kredit (SPK) Individual.

c. Jatuh tempo KLBI adalah jatuh tempo pembayaran angsuran terakhir / pelunasan KLBI sebagaimana ditetapkan dalam SPK antara Bank Indonesia dengan BPR / BPRS.

Wewenang dan Tanggung Jawab PT. PNM dalam Pengelolaan KLBI : 1. Wewenang dan tanggung jawab PT. PNM dalam pengelolaan KLBI

Page 27: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset · Rangka Kredit Program Pada Masa Peralihan ... Rekam Jejak Regulasi Kredit dan Pembiayaan Modal Kerja Bank ... Contoh Perhitungan Imbalan

Asset Kredit Likuiditas Bank Indonesia

5

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

adalah sebagai berikut : a. Melakukan koordinasi dengan BPR / BPRS, sehingga penyaluran

kredit dimaksud mencapai sasaran akhir secara efektif dan efisien. b. Membantu melaksanakan pengawasan dan pemantauan atas

penyaluran kredit di masing-masing BPR / BPRS, sehingga penyaluran kredit dimaksud mencapai sasaran yang telah ditentukan.

c. Mengadministrasikan penyaluran kredit yang dilaksanakan oleh masing-masing BPR / BPRS.

d. Melakukan langkah-langkah pengamanan di lapangan yang sifatnya memerlukan penanganan segera, dan melakukan konsultasi sesegera mungkin mengenai hal tersebut kepada Bank Indonesia.

e. Mengupayakan agar BPR / BPRS dapat memenuhi kewajibannya kepada Bank Indonesia pada jangka waktu yang telah ditetapkan.

f. Menyusun dan menyampaikan laporan atas perkembangan penyaluran dan pengembalian kredit secara periodik kepada Bank Indonesia.

g. Mengupayakan sumber pendanaan untuk pelaksanaan penyaluran skim kredit program yang pengelolaannya dialihkan kepada PT. PNM.

2. Untuk keperluan administrasi pengelolaan KLBI, atas mutasi pencairan kelonggaran tarik KLBI dan penarikan KLBI yang telah jatuh tempo maupun pelunasan KLBI sebelum jatuh tempo, PT. PNM memperoleh tembusan / fotokopi warkat pembukuan mutasi tersebut dengan mekanisme sebagai berikut : a. Untuk mutasi yang dilakukan oleh Kantor Pusat Bank Indonesia

(KPBI), maka KPBI memberitahukan kepada PT. PNM untuk mengambil tembusan / fotokopi warkat pembukuan mutasi tersebut di Bank Indonesia.

b. Untuk mutasi yang dilakukan oleh Kantor Bank Indonesia (KBI), maka KBI mengirimkan tembusan / fotokopi warkat pembukuan mutasi tersebut kepada PT. PNM.

Tata Cara Pencairan Kelonggaran Tarik KLBI : 1. Bagi BPR / BPRS yang masih memiliki kelonggaran tarik, agar

mengajukan permohonan pencairan KLBI kepada PT. PNM sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan Bank Indonesia.

2. Untuk mempermudah pemrosesan permohonan pencairan kelonggaran tarik oleh PT. PNM, BPR / BPRS harus mencantumkan kantor Bank Indonesia yang selama ini memberikan KMK-BPR / PMK-BPRS atau KPKM-BPR / PPKM-BPRS.

3. PT. PNM memproses permohonan pencairan dimaksud. Dalam hal permohonan tersebut dapat disetujui, PT. PNM menyampaikan permohonan dimaksud kepada Bank Indonesia yang selama ini menyediakan plafon KMK-BPR / PMK-BPRS atau KPKM-BPR / PPKM-BPRS tersebut.

4. Bank Indonesia akan melakukan pencairan permohonan dimaksud sepanjang sesuai dengan jadwal pencairan dan kelonggaran tarik yang tersedia untuk masing-masing BPR / BPRS.

5. Pencairan kelonggaran tarik tersebut dilakukan dengan cara Bank

Page 28: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset · Rangka Kredit Program Pada Masa Peralihan ... Rekam Jejak Regulasi Kredit dan Pembiayaan Modal Kerja Bank ... Contoh Perhitungan Imbalan

Asset Kredit Likuiditas Bank Indonesia

6

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

Indonesia melimpahkan KLBI tersebut ke rekening BPR/BPRS di bank umum yang ditunjuk oleh BPR/BPRS, melalui kliring.

Tata Cara Pembayaran Bunga KLBI : 1. Bank Indonesia melakukan pembebanan pembayaran bunga KMK-BPR /

PMK-BPRS atau KPKM-BPR / PPKM-BPRS sebesar bunga yang harus dibayarkan oleh BPR / BPRS sesuai dengan ketentuan skim kredit yang berlaku.

2. Penghitungan bunga dilakukan sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia untuk masing-masing skim kredit.

Tata Cara Pelunasan KLBI : 1. Pada saat jatuh tempo KLBI, Bank Indonesia menarik kembali seluruh

KLBI yang telah dilimpahkan berikut bunga KLBI yang masih terutang dengan cara melakukan pendebetan rekening giro atau tabungan BPR / BPRS yang bersangkutan pada bank umum yang ditunjuk. Untuk itu, BPR / BPRS yang bersangkutan diwajibkan untuk menyediakan dana sejumlah KLBI dan bunga KLBI yang terutang.

2. Dalam hal BPR / BPRS tidak dapat menyediakan dana, maka atas KLBI yang belum dapat dilunasi, Bank Indonesia tetap mengenakan bunga.

3. Dalam hal BPR/BPRS melunasi KLBI sebelum jatuh tempo, maka BPR/BPRS harus memberitahukan Bank Indonesia. Selanjutnya Bank Indonesia mendebet rekening giro/tabungan BPR / BPRS yang bersangkutan pada bank umum yang ditunjuk sebesar jumlah KLBI yang telah dilimpahkan berikut bunga KLBI yang masih terutang.

Pelaporan : Untuk keperluan monitoring atas pelaksanaan pemberian KLBI, BPR / BPRS tetap wajib menyampaikan laporan kepada Bank Indonesia sesuai dengan ketentuan yang berlaku untuk masing-masing skim dengan tembusan kepada PT. PNM.

6 Pasal 3 5/20/PBI/2003

(1) Bank Indonesia tetap memiliki hak tagih atas KLBI yang telah dialihkan kepada BUMN sampai dengan KLBI dimaksud jatuh tempo dan dilunasi atau dilunasi sebelum KLBI jatuh tempo.

Dengan tidak beralihnya hak tagih kepada BUMN, dalam hal KLBI tidak dapat dilunasi pada saat jatuh tempo maka Bank Indonesia tetap mempunyai wewenang untuk melakukan penagihan.

(2) Bank Indonesia tetap memiliki hak tagih atas angsuran KLBI yang telah

dikelola oleh BUMN sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), termasuk dalam hal bank pelaksana melunasi sebelum tanggal jatuh tempo KLBI sebagaimana tercantum dalam SPK.

Dalam hal debitur atau Bank Pelaksana melunasi KLBI sebelum jatuh tempo sebagaimana tercantum dalam SPK, Bank Indonesia tidak menarik angsuran KLBI yang telah dikelola oleh BUMN. Angsuran KLBI yang telah dikelola oleh BUMN tersebut tetap merupakan hak Bank Indonesia.

Page 29: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset · Rangka Kredit Program Pada Masa Peralihan ... Rekam Jejak Regulasi Kredit dan Pembiayaan Modal Kerja Bank ... Contoh Perhitungan Imbalan

Asset Kredit Likuiditas Bank Indonesia

7

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

(3) Bank Indonesia tetap menerima bunga tagihan KLBI yang dibayarkan oleh Bank Pelaksana atas tagihan KLBI yang masih berjalan dan telah dialihkan pengelolaannya.

7 Pasal 4 5/20/PBI/2003 SE 5/30/BKr 2003 Romawi I No. 5 Penjelasan Pasal 4 5/20/PBI/2003

Ketentuan pemberian KLBI dalam rangka Kredit Program yang masih berjalan untuk masing-masing skim tetap berlaku. Sampai dengan KLBI jatuh tempo dan dilunasi atau dilunasi sebelum KLBI jatuh tempo. Yang dimaksud dengan KLBI yang masih berjalan adalah KLBI yang sudah disetujui oleh Bank Indonesia sebelum pengalihan pengelolaan kepada BUMN yang terdiri dari : - KLBI yang sudah ditarik seluruhnya; - KLBI yang belum ditarik seluruhnya.

Wewenang dan Tanggung Jawab 8 Pasal 5

5/20/PBI/2003 Ayat (1) a SE 5/30/BKr 2003 Romawi II No 1.a Pasal 5 5/20/PBI/2003 Ayat (1) b SE 5/30/BKr 2003 Romawi II No 1.a SE 5/30/BKr 2003 Romawi II No 1.c Pasal 5 5/20/PBI/2003 Ayat 1.c – d SE 5/30/BKr 2003 Romawi II No 1.d

(1) Wewenang dan tanggung jawab BUMN ditetapkan sebagai berikut : a. Menerima permohonan pencairan kelonggaran tarik dari Bank

Pelaksana. Permohonan dapat berupa permohonan pelimpahan kelonggaran tarik, perubahan jadwal penarikan dan jadwal pembayaran angsuran, pengalihan debitur, dan hal-hal lain yang dapat mengubah SPK dan atau Akte F yang telah disetujui oleh Bank Indonesia.

b. Menganalisis persyaratan teknis dan finansial terhadap permohonan kelonggaran tarik yang diajukan oleh Bank Pelaksana dan bertanggung jawab atas hasil analisis dimaksud;

BUMN bertanggung jawab atas hasil analisis teknis dan finansial yang dilakukan terhadap permohonan pencairan kelonggaran tarik.

Sesuai SPK dan skim ketentuan masing-masing skim kredit. Melakukan analisis persyaratan teknis dan finansial terhadap permohonan penyediaan KL Kredit Investasi Pengembangan perkebunan dengan pola Perusahaan Inti Rakyat (PIR) yang dikaitkan dengan program transmigrasi pasca konversi (PIR Trans Pasca Konversi) yang dianjurkan oleh bank pelaksana.

c. Membuat rekomendasi untuk Bank Indonesia atas permohonan

pencairan kelonggaran tarik yang diajukan oleh Bank Pelaksana; d. Menerbitkan SPK dan Akte F untuk dan atas nama Bank Indonesia

Kepada bank pelaksana yang memiliki kelonggaran tarik untuk proyek KKPA bertahap (multi years) dan PIR Trans Pasca Konversi yang belum dicakup dengan SPK, Akte F dan Surat Aksep, atau dalam hal terjadi

Page 30: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset · Rangka Kredit Program Pada Masa Peralihan ... Rekam Jejak Regulasi Kredit dan Pembiayaan Modal Kerja Bank ... Contoh Perhitungan Imbalan

Asset Kredit Likuiditas Bank Indonesia

8

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

Pasal 5 5/20/PBI/2003 Ayat 1.e – k Pasal 5 14/19/PBI/2012 ayat (1) l SE 5/30/BKr 2003 Romawi II.3 Pasal 5 5/20/PBI/2003 Ayat (1) m – n SE 5/30/BKr 2003 Romawi II.2

pengalihan debitur (novasi), serta menerbitkan perubahan SPK dan Akte F dan atau jadwal penarikan atau angsuran KLBI.

e. Memberitahukan keputusan atas permohonan pencairan kelonggaran tarik kepada Bank Pelaksana;

f. Mengadministrasikan kelonggaran tarik dan baki debet KLBI yang dikelolanya;

g. Melaksanakan pengawasan dan pemantauan atas penyaluran KLBI di masing-masing Bank Pelaksana, sehingga penyaluran KLBI dimaksud mencapai sasaran yang telah ditentukan;

h. Melakukan koordinasi dengan Bank Pelaksana, sehingga penyaluran KLBI dimaksud mencapai sasaran akhir secara efektif dan efisien;

i. Mengelola hasil angsuran pokok KLBI yang diterima dari masing-masing Bank Pelaksana untuk disalurkan kembali melalui Bank Pelaksana sampai dengan jatuh tempo KLBI;

j. Mengupayakan agar Bank Pelaksana dapat memenuhi kewajibannya kepada Bank Indonesia sesuai jangka waktu yang telah ditetapkan, termasuk penagihan terhadap KLBI yang belum dilunasi pada saat jatuh tempo;

Termasuk dalam pengertian bank pelaksana adalah Bank Beku Operasi (BBO) dan Bank Beku Kegiatan Usaha (BBKU) atau yang dapat dipersamakan dengan itu.

k. Mengembalikan dana angsuran KLBI yang dikelola pada saat jatuh

tempo KLBI; l. Menyampaikan laporan perkembangan penerimaan angsuran,

penyesuaian baki debet, penyaluran kembali dan pelunasan KLBI; BUMN wajib menyampaikan laporan perkembangan penyaluran dan pengembalian KLBI secara bulanan kepada Bank Indonesia.

m. Melakukan pengamanan kredit dan melakukan konsultasi mengenai hal tersebut kepada Bank Indonesia; dan

Yang dimaksud dengan pengamanan kredit adalah pengamanan yang dilakukan antara lain apabila terdapat indikasi terjadi kemacetan kredit atau penyaluran KLBI yang tidak sesuai dengan ketentuan.

n. Mengadministrasikan dana KLBI yang telah dialihkan dari Bank

Indonesia kepada Bank Pelaksana dan penyaluran KLBI yang dilaksanakan oleh masing-masing Bank Pelaksana.

Dalam rangka pengelolaan hasil angsuran pokok KLBI, BUMN bertanggung jawab terhadap hal-hal sebagai berikut : a. Mengelola hasil angsuran pokok KLBI yang diterima dari masing-masing

bank pelaksana untuk disalurkan kembali (relending) melalui bank pelaksana sampai dengan jatuh tempo KLBI.

b. Menyalurkan kembali (relending) KLBI sebagaimana dimaksud dalam

Page 31: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset · Rangka Kredit Program Pada Masa Peralihan ... Rekam Jejak Regulasi Kredit dan Pembiayaan Modal Kerja Bank ... Contoh Perhitungan Imbalan

Asset Kredit Likuiditas Bank Indonesia

9

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

Pasal 5 5/20/PBI/2003 Ayat (2) a – f Pasal 5 14/19/PBI/2012 Ayat (2) g Pasal 5 5/20/PBI/2003 Ayat (2) h – i SE 5/30/BKr 2003 Romawi II No. 2.4

huruf a sesuai dengan skim KLBI yang dialihkan kepada masing-masing BUMN dan sesuai dengan ketentuan KLBI masing-masing skim kredit, kecuali ketentuan yang mengatur tata cara penyediaan plafon, tata cara pelimpahan, tata cara pelunasan, pengenaan sanksi dan pelaporan.

c. Mengajukan permohonan kepada Kantor Pusat Bank Indonesia dalam hal BUMN Koordinator bermaksud melakukan penyesuaian terhadap ketentuan KLBI diluar hal-hal yang disebutkan dalam huruf a dan huruf b. Keputusan atas permohonan dimaksud disampaikan oleh Bank Indonesia secara tertulis kepada BUMN.

d. Menyediakan dana pada rekening giro di Bank Indonesia minimal sebesar kumulatif angsuran KLBI yang telah diterima dan jatuh tempo, pada saat jatuh tempo KLBI.

(2) Wewenang dan tanggung jawab Bank Indonesia ditetapkan sebagai berikut:

a. Memberikan keputusan atas permohonan pencairan kelonggaran tarik yang diajukan oleh Bank Pelaksana melalui BUMN, dengan memperhatikan ketersediaan kelonggaran tarik dan kesesuaian dengan SPK proyek yang bersangkutan serta ketentuan yang berlaku;

b. Memberitahukan keputusan atas permohonan pencairan kelonggaran tarik yang diajukan oleh Bank Pelaksana;

c. Mengadministrasikan KLBI; d. Menghitung dan membebankan bunga KLBI yang menjadi hak Bank

Indonesia; e. Mendebet rekening Bank Pelaksana pada saat jatuh tempo angsuran

KLBI dan memindahbukukan angsuran KLBI dimaksud untuk untung rekening BUMN;

f. Menarik kembali KLBI yang jatuh tempo, KLBI yang dilunasi dan KLBI yang tidak sesuai dengan ketentuan, baik dari Bank Pelaksana maupun BUMN;

g. Melakukan pengawasan dan pemeriksaan terhadap pelaksanaan pengelolaan KLBI oleh BUMN dan penyaluran KLBI oleh Bank Pelaksana;

Pengawasan dan pemeriksaan kepada Bank Pelaksana dilakukan terhadap KLBI yang telah diberikan oleh Bank Indonesia dan masih berjalan. Pengawasan dan pemeriksaan kepada BUMN dilakukan terhadap pengelolaan KLBI termasuk dana relending. Pengawasan dan pemeriksaan dapat dilakukan terhadap BUMN, Bank Pelaksana maupun debitur penerima kredit.

h. Mengenakan sanksi kepada Bank Pelaksana dan BUMN dalam hal terjadi pelanggaran atas ketentuan Bank Indonesia yang mengatur kredit program dan pelaksanaan pengalihan; dan

i. Menyediakan kelonggaran tarik KLBI sesuai SPK dari Bank Indonesia kepada Bank Pelaksana.

j. Penyesuaian terhadap wewenang dan tanggung jawab BUMN dalam pengelolaan KLBI sebagaimana dimaksud dalam angka 1 dan angka 2 dapat dilakukan dalam hal BUMN tidak dapat melaksanakan satu atau lebih wewenang dan tanggungjawab dimaksud. Penyesuaian tersebut

Page 32: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset · Rangka Kredit Program Pada Masa Peralihan ... Rekam Jejak Regulasi Kredit dan Pembiayaan Modal Kerja Bank ... Contoh Perhitungan Imbalan

Asset Kredit Likuiditas Bank Indonesia

10

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

SE 5/30/BKr 2003 Romawi III No. 1 – 4

dituangkan dalam Perjanjian Pengalihan Pengelolaan KLBI antara Bank Indonesia dengan masing-masing BUMN atau secara tertulis antara Bank Indonesia dan masing-masing BUMN.

Tata Cara Pencairan Kelonggaran Tarik KLBI adalah sebagai berikut: (1) Tata cara penyelesaian permohonan pencairan kelonggaran tarik yang telah

dicakup dalam SPK, Akte F dan Surat Aksep, ditetapkan sebagai berikut : a. Bank pelaksana yang masih memiliki kelonggaran tarik KLBI, termasuk

kelonggaran tarik untuk proyek KKPA bertahap (multi years) dan proyek PIR-Trans Pasca Konversi, dapat mengajukan permohonan pencairan kelonggaran tarik KLBI sesuai dengan jadwal pencairan yang telah disetujui Bank Indonesia.

b. Khusus untuk skim KKPA bertahap (multi years) bank pelaksana harus mencantumkan nama Kantor Pusat atau Kantor Bank Indonesia yang memberikan KLBI untuk proyek tersebut dalam permohonan pencairan kelonggaran tarik.

c. PT. PNM melakukan analisis atas persyaratan teknis dan finansial dalam SPK atas permohonan pencairan dimaksud, dan bertanggung jawab atas hasil analisis yang telah dilakukan.

d. PT. PNM menyampaikan permohonan beserta hasil analisis sebagaimana tersebut pada huruf c kepada Kantor Pusat atau Kantor Bank Indonesia yang memberikan KLBI untuk proyek tersebut.

e. Bank Indonesia dapat menyetujui permohonan pencairan dimaksud sepanjang memenuhi persyaratan administrasi yang meliputi kelengkapan dokumen yang disyaratkan, kesesuaian dengan jadwal penarikan, dan ketersediaan kelonggaran tarik serta program moneter Bank Indonesia.

f. Bank Indonesia melakukan pencairan kelonggaran tarik KLBI dengan cara pemindahbukuan ke rekening bank pelaksana yang ada di Bank Indonesia.

(2) Tata cara penyelesaian permohonan pencairan kelonggaran tarik KLBI yang belum dicakup dalam SPK penyediaan untuk Skim PIR Trans Pasca Konversi atau SPK Induk untuk KKPA bertahap, Akte F dan Surat Aksep, ditetapkan sebagai berikut : a. Untuk skim KKPA bertahap (multi years) :

1) PT. PNM melakukan analisis persyaratan teknis dan finansial atas permohonan penyediaan KLBI dari bank pelaksana antara lain meliputi: a) Kelengkapan administrasi (SPK Plafon Individual, Jadwal

penarikan dan pelunasan); b) Kesesuaian jadwal penarikan; c) Kesesuaian penyediaan KLBI per Tahun Anggaran; d) Ketersediaan kelonggaran tarik; e) Jangka waktu. PT. PNM bertanggung jawab atas hasil analisis dimaksud.

2) PT.PNM menyampaikan permohonan beserta hasil analisis sebagaimana tersebut pada angka 1) kepada Kantor Pusat atau Kantor Bank Indonesia yang menerbitkan SPK untuk proyek tersebut.

3) Berdasarkan permohonan dari PT. PNM :

Page 33: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset · Rangka Kredit Program Pada Masa Peralihan ... Rekam Jejak Regulasi Kredit dan Pembiayaan Modal Kerja Bank ... Contoh Perhitungan Imbalan

Asset Kredit Likuiditas Bank Indonesia

11

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

a) Bank Indonesia memeriksa kesesuaian permohonan sebagaimana dimaksud dalam angka 2) dengan SPK Individual dan ketentuan Bank Indonesia terkait;

b) Dalam hal Bank Indonesia menyetujui permohonan PT PNM sebagaimana dimaksud dalam angka 2), maka: i) PT PNM wajib menerbitkan SPK untuk dan atas nama

Bank Indonesia dan menerbitkan Akte F kepada masing-masing bank pelaksana yang masih memiliki kelonggaran tarik tersebut, dan

ii) bank pelaksana wajib menerbitkan Surat Aksep untuk Bank Indonesia.

b. Untuk skim PIR Trans Pasca Konversi : 1) PT PNM melakukan analisis persyaratan teknis dan finansial atas

permohonan penyediaan KLBI dari bank pelaksana antara lain meliputi: a) Kelengkapan administrasi, meliputi SPK Kebun Plasma, luas

lahan, dan jumlah petani; b) Kesesuaian jadwal dan jumlah angsuran; c) Ketersediaan kelonggaran tarik; d) Penilaian cash flow petani plasma; f) Jangka waktu; dan g) Penetapan besarnya beban kredit kepada petani plasma yang

dihitung berdasarkan biaya satuan (unit cost ). Biaya satuan tersebut ditetapkan oleh Pemerintah Daerah setempat sebagaimana diatur dalam Surat Menteri Keuangan dan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas

2) Atas hasil analisis tersebut PT.PNM bertindak untuk dan atas nama

Bank Indonesia menerbitkan SPK dan Akte F pada masing-masing bank pelaksana atas nama masing-masing proyek yang bersangkutan

c. PT. PNM menyerahkan tembusan SPK dan Akte F yang telah ditandatangani oleh bank pelaksana serta asli Surat Aksep bank pelaksana kepada Bank Indonesia.

d. Bank pelaksana mengajukan permohonan pencairan kelonggaran tarik sesuai dengan jadwal penarikan proyek yang bersangkutan kepada PT. PNM Untuk skim PIR-Trans Pasca Konversi, permohonan bank pelaksana untuk pencairan tersebut didasarkan atas rencana dan/atau realisasi konversi.

e. Khusus untuk skim KKPA bertahap (multi years), bank pelaksana harus mencantumkan nama Kantor Pusat atau Kantor Bank Indonesia yang memberikan KLBI untuk proyek tersebut dalam permohonan pencairan kelonggaran tarik.

f. PT. PNM melakukan analisis atas persyaratan teknis dan finansial atas permohonan pencairan dimaksud, dan bertanggung jawab atas hasil analisis yang telah dilakukan.

g. PT. PNM menyampaikan permohonan beserta hasil analisis sebagaimana tersebut pada huruf f kepada Kantor Pusat atau Kantor

Page 34: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset · Rangka Kredit Program Pada Masa Peralihan ... Rekam Jejak Regulasi Kredit dan Pembiayaan Modal Kerja Bank ... Contoh Perhitungan Imbalan

Asset Kredit Likuiditas Bank Indonesia

12

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

Bank Indonesia yang memberikan KLBI untuk proyek tersebut. h. Bank Indonesia dapat menyetujui permohonan pencairan dimaksud

sepanjang memenuhi persyaratan administrasi yang meliputi kelengkapan dokumen yang disyaratkan, kesesuaian dengan jadwal penarikan, dan ketersediaan kelonggaran tarik serta program moneter Bank Indonesia.

i. Bank Indonesia melakukan pencairan kelonggaran tarik KLBI dengan cara pemindahbukuan ke rekening bank pelaksana yang ada di Bank Indonesia.

(3) Untuk permohonan pencairan kelonggaran tarik yang melampaui batas akhir jadwal pencairan yang telah disetujui oleh Bank Indonesia, ditetapkan sebagai berikut : a. Bank pelaksana mengajukan permohonan perubahan jadwal batas

akhir pencairan sebelum batas akhir pencairan tersebut. Untuk skim PIR Trans Pasca Konversi, dalam hal permohonan diajukan setelah batas pengajuan permohonan pelimpahan, maka SPK untuk proyek dimaksud tidak berlaku;

b. PT. PNM melakukan analisis atas permohonan tersebut dengan memperhatikan Laporan Pertanggungjawaban (LPJ), kebutuhan proyek, kemampuan mengangsur, jatuh tempo KLBI dan atau batas jangka waktu pencairan;

c. Dalam hal permohonan dapat disetujui, PT. PNM menerbitkan perubahan SPK jadwal penarikan dan pelunasan sebelum batas akhir pencairan dimaksud;

d. Dalam permohonan pencairan kelonggaran tarik, khusus untuk skim KKPA bertahap (multi years) bank pelaksana harus mencantumkan nama Kantor Pusat atau Kantor Bank Indonesia yang memberikan KLBI untuk proyek tersebut;

e. PT. PNM melakukan analisis atas persyaratan teknis dan finansial dalam SPK atas permohonan pencairan dimaksud, dan bertanggung jawab atas hasil analisis yang telah dilakukan;

f. PT. PNM menyampaikan permohonan beserta hasil analisis sebagaimana tersebut pada huruf e kepada Kantor Pusat atau Kantor Bank Indonesia yang memberikan KLBI untuk proyek tersebut;

g. Bank Indonesia dapat menyetujui permohonan pencairan dimaksud sepanjang memenuhi persyaratan administrasi yang meliputi kelengkapan dokumen yang disyaratkan, kesesuaian dengan jadwal penarikan, dan ketersediaan kelonggaran tarik serta program moneter Bank Indonesia;

h. Bank Indonesia melakukan pencairan kelonggaran tarik KLBI dengan cara pemindahbukuan ke rekening bank pelaksana yang ada di Bank Indonesia.

(4) Bank Indonesia memberikan tembusan atau fotokopi atas mutasi pencairan kelonggaran tarik KLBI untuk keperluan administrasi Kantor BUMN, dengan mekanisme sebagai berikut : a. Kantor BUMN yang berada dalam satu wilayah dengan Bank Indonesia

harus mengambil tembusan warkat atau fotokopi tembusan warkat pembukuan mutasi tersebut di Bank Indonesia.

b. Bank Indonesia yang tidak berada dalam satu wilayah dengan Kantor BUMN akan mengirimkan tembusan atau fotokopi warkat pembukuan

Page 35: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset · Rangka Kredit Program Pada Masa Peralihan ... Rekam Jejak Regulasi Kredit dan Pembiayaan Modal Kerja Bank ... Contoh Perhitungan Imbalan

Asset Kredit Likuiditas Bank Indonesia

13

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

SE 5/30/BKr 2003 Romawi V

mutasi tersebut kepada Kantor BUMN. Tata Cara Pembayaran Bunga KLBI adalah sebagai berikut: (1) Skim Kredit dengan Pola Channeling

a. Bank pelaksana kredit program dengan pola channeling wajib menyampaikan kepada Bank Indonesia laporan penerimaan bunga dari nasabah, sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia yang mengatur masing-masing skim kredit program.

b. Atas dasar laporan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, Bank Indonesia mendebet rekening giro bank yang bersangkutan di Bank Indonesia sebesar bunga yang menjadi hak Bank Indonesia.

c. Dalam hal masih terdapat bunga KLBI yang belum dilunasi pada saat jatuh tempo KLBI dan berdasarkan laporan bank pelaksana terdapat penerimaan bunga dari nasabah, maka Bank Indonesia akan menarik kembali bunga yang menjadi hak Bank Indonesia.

(2) Skim Kredit dengan Pola Executing a. Bank Indonesia mendebet rekening giro bank pelaksana sebesar bunga

yang harus dibayarkan oleh bank pelaksana sesuai dengan ketentuan yang mengatur masing-masing skim kredit program yang berlaku.

b. Penghitungan dan pembebanan bunga KLBI menggunakan tanggal valuta yang sama dengan tanggal pembukuan.

Penyaluran Kembali Angsuran KLBI 11 Pasal 6

5/20/PBI/2003 (1) BUMN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) (Paragraf 5 ayat (2)

dalam kodifikasi ini) diberi hak untuk mengelola angsuran pokok yang diterima dari Bank Pelaksana, sampai KLBI dimaksud jatuh tempo.

Yang dimaksud dengan jatuh tempo KLBI adalah jatuh tempo KLBI untuk masing-masing skim/proyek yang bersangkutan sesuai dengan SPK yang ditandatangani oleh Bank Indonesia dengan Bank Pelaksana.

(2) BUMN wajib menyampaikan rencana penyaluran kembali angsuran pokok

KLBI yang dikelolanya kepada Bank Indonesia 1 (satu) bulan sebelum dimulai tahun anggaran berikutnya, untuk mendapat persetujuan Bank Indonesia.

(3) BUMN wajib menyalurkan kembali angsuran pokok KLBI yang dikelola oleh BUMN sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), sesuai dengan rencana penyaluran yang disampaikan kepada Bank Indonesia.

(4) BUMN dilarang menyalurkan kembali angsuran KLBI yang dikelolanya selain untuk kredit atau pembiayaan. Penyaluran kembali KLBI oleh BUMN harus untuk tujuan kredit atau pembiayaan sesuai dengan ketentuan masing-masing skim KLBI yang dialihkan kepada masing-masing BUMN.

(5) Bank Indonesia tidak mengenakan bunga terhadap angsuran pokok yang dikelola oleh BUMN. Pengenaan bunga tidak dilakukan karena dengan pengenaan bunga berarti terjadi pemberian kredit baru, sedangkan sesuai dengan ketentuan Undang-

Page 36: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset · Rangka Kredit Program Pada Masa Peralihan ... Rekam Jejak Regulasi Kredit dan Pembiayaan Modal Kerja Bank ... Contoh Perhitungan Imbalan

Asset Kredit Likuiditas Bank Indonesia

14

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, Bank Indonesia tidak diperkenankan lagi memberikan KLBI dalam rangka kredit program.

12 Pasal 7 5/20/PBI/2003 SE 5/30/BKr 2003 Romawi VII No. 1 – 13

(1) BUMN wajib menyalurkan kembali (relending) angsuran pokok KLBI sesuai dengan ketentuan pemberian KLBI untuk masing-masing skim.

(2) BUMN dapat mengatur tata cara penyediaan plafon, tata cara pelimpahan, tata cara pelunasan, pengenaan sanksi dan pelaporan yang berkaitan dengan penyaluran kembali KLBI (relending) oleh BUMN.

(3) BUMN wajib mendapat persetujuan Bank Indonesia dalam hal diperlukan penyesuaian atas ketentuan selain ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2).

BUMN mengajukan permohonan penyesuaian ketentuan kepada Bank Indonesia dan persetujuan/penolakan atas permohonan penyesuaian ketentuan tersebut akan disampaikan secara tertulis oleh Bank Indonesia.

Penyaluran Kembali Angsuran KLBI oleh BUMN Koordinator (Relending) 1. Dalam rangka pengelolaan angsuran KLBI, BUMN wajib menyampaikan

rencana penyaluran kembali (relending) angsuran pokok KLBI yang dikelolanya kepada Bank Indonesia untuk 1 (satu) tahun anggaran berikutnya berdasarkan besarnya angsuran KLBI yang akan diterima dan dapat dikelola selama 1 (satu) tahun anggaran tersebut. Rencana penyaluran (business plan) dimaksud sekurang-kurangnya menyebutkan rencana besarnya kredit yang akan disalurkan.

2. Rencana besarnya KLBI yang akan disalurkan kembali (relending) sekurang-kurangnya 90% (sembilan puluh per seratus) dari jumlah angsuran KLBI yang akan diterima oleh masing-masing BUMN pada tahun anggaran yang bersangkutan, setelah memperhitungkan pelunasan KLBI pada tahun yang bersangkutan dan saldo angsuran KLBI pada tahun sebelumnya.

3. BUMN wajib menyampaikan rencana penyaluran kembali KLBI (relending) sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), paling lambat 1 (satu) bulan sebelum tahun anggaran berikutnya dimulai, dan disampaikan kepada Bank Indonesia cq. Biro Kredit.

4. Rencana penyaluran kembali KLBI (relending) sebagaimana dimaksud dalam angka 1 dapat diubah, dan perubahan rencana tersebut paling lambat harus diterima Bank Indonesia 6 (enam) bulan sebelum berakhirnya tahun anggaran yang bersangkutan.

5. Dalam hal BUMN merencanakan untuk menyalurkan KLBI sebesar kurang dari 90 % (sembilan puluh per seratus) dari angsuran pokok KLBI yang akan diterima pada tahun anggaran yang bersangkutan, maka, Bank Indonesia menarik KLBI yang direncanakan tidak akan disalurkan.

6. Penyaluran kembali KLBI (relending) oleh BUMN harus sesuai dengan rencana penyaluran yang disampaikan oleh BUMN kepada Bank Indonesia.

7. Atas dasar laporan bulanan untuk posisi akhir tahun anggaran yang disampaikan oleh BUMN, Bank Indonesia akan mengevaluasi realisasi penyaluran kembali KLBI (relending) yang dilakukan oleh BUMN Koordinator dibandingkan dengan rencana penyaluran (business plan) yang telah disampaikan.

8. Penyaluran kembali KLBI (relending) oleh BUMN harus untuk tujuan kredit atau pembiayaan dan sesuai dengan ketentuan masing-masing skim kredit

Page 37: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset · Rangka Kredit Program Pada Masa Peralihan ... Rekam Jejak Regulasi Kredit dan Pembiayaan Modal Kerja Bank ... Contoh Perhitungan Imbalan

Asset Kredit Likuiditas Bank Indonesia

15

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

serta skim KLBI yang dialihkan kepada masing-masing BUMN. 9. Ketentuan penyaluran kembali KLBI (relending) harus sesuai dengan

ketentuan masing-masing skim kredit dikecualikan untuk ketentuan mengenai tata cara penyediaan plafon, tata cara pelimpahan, tata cara pelunasan, pengenaan sanksi dan pelaporan. BUMN berwenang mengatur tata cara penyediaan plafon, tata cara pelimpahan, tata cara pelunasan, pengenaan sanksi dan pelaporan untuk keperluan penyaluran kembali (relending).

10. Perubahan atau penyesuaian ketentuan sebagaimana dimaksud dalam angka 7 dan 8 tidak menunda pelaksanaan pembayaran kembali KLBI kepada Bank Indonesia pada saat jatuh tempo angsuran KLBI.

11. Dalam hal diperlukan penyesuaian ketentuan pemberian KLBI di luar halhal sebagaimana dimaksud dalam angka 8, BUMN harus mengajukan permohonan penyesuaian ketentuan kepada Bank Indonesia. Bank Indonesia menyampaikan persetujuan atau penolakan atas permohonan penyesuaian ketentuan tersebut secara tertulis kepada BUMN.

12. Khusus untuk PT PNM, selain untuk keperluan eskalasi kebun, ketentuan penyaluran kembali angsuran pokok KLBI sesuai dengan skim KLBI yang dialihkan kepada masing-masing BUMN Koordinator, dikecualikan untuk skim : a) Perkebunan Besar Swasta Nasional (PBSN), b) Kredit Investasi Pengembangan Perkebunan dengan Pola Perusahaan

Inti Rakyat (PIR) yang dikaitkan dengan program transmigrasi (PIRTrans) Pra Konversi dan Pasca Konversi, serta

c) kredit kepada Koperasi Primer untuk Anggotanya dengan Pola Perusahaan Inti Rakyat Transmigrasi dalam rangka pembukaan Pemukiman Transmigrasi Baru di Kawasan Timur Indonesia (KKPA PIR-Trans), mengingat penyediaan kredit baru bagi ketiga skim kredit tersebut sudah tidak dimungkinkan lagi dan pemberian KLBI tersebut hanya merupakan pelaksanaan dari komitmen KLBI.

13. Pada saat jatuh tempo KLBI, Bank Indonesia akan mendebet rekening BUMN di Bank Indonesia sebesar jumlah KLBI yang dikelola oleh BUMN. BUMN wajib menyediakan dana pada rekening giro yang ada di Bank Indonesia minimal sebesar kumulatif angsuran KLBI yang dikelola dan jatuh tempo dimaksud.

Tata Cara Pelunasan KLBI 14 Pasal 8

5/20/PBI/2003 Ayat (1)

(1) BUMN wajib mengembalikan KLBI kepada Bank Indonesia pada saat jatuh tempo sehingga tidak dimungkinkan adanya perpanjangan jangka waktu KLBI.

Sesuai dengan Undang-undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, BUMN harus mengembalikan KLBI pada saat jatuh tempo. Pengembalian KLBI kepada Bank Indonesia pada saat jatuh tempo dilakukan dengan cara Bank Indonesia mendebet rekening giro BUMN sebesar jumlah kumulatif angsuran KLBI yang terutang.

Page 38: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset · Rangka Kredit Program Pada Masa Peralihan ... Rekam Jejak Regulasi Kredit dan Pembiayaan Modal Kerja Bank ... Contoh Perhitungan Imbalan

Asset Kredit Likuiditas Bank Indonesia

16

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

SE 5/30/BKr 2003 Romawi I No. 7 Pasal 8 5/20/PBI/2003 Ayat (2) Pasal 8 14/19/PBI/2012 Ayat (2a) Pasal 8 5/20/PBI/2003 Ayat (3) SE 5/30/BKr 2003 Romawi VI No. 1 – 2

BUMN dan bank pelaksana wajib mengembalikan KLBI pada saat jatuh tempo, sehingga tidak dimungkinkan adanya perpanjangan jangka waktu KLBI.

(2) Pada saat KLBI jatuh tempo, BUMN wajib menyediakan dana pada rekening

giro yang ada di Bank Indonesia sebesar kumulatif angsuran KLBI yang terutang.

Mengingat tidak seluruh BUMN berupa bank yang memiliki kewajiban giro wajib minimum, maka kepada BUMN yang tidak memiliki kewajiban giro wajib minimum diwajibkan untuk menyediakan dana sebesar jumlah kumulatif angsuran KLBI yang terutang pada saat KLBI jatuh tempo.

(2a) Dalam hal KLBI jatuh tempo pada hari libur, kewajiban menyediakan dana pada rekening giro yang ada di Bank Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan pada hari kerja sebelumnya.

(3) Untuk skim kredit dengan pola channeling, dalam hal pada saat jatuh

tempo masih terdapat KLBI yang tertunggak, Bank Indonesia tetap mempunyai hak tagih atas KLBI dimaksud sampai lunas.

Untuk kredit yang disalurkan dengan pola channeling, yaitu Bank Pelaksana tidak menanggung risiko kredit, pendebetan rekening Bank Pelaksana dan atau BUMN dilakukan setelah ada pembayaran dari debitur kepada Bank Pelaksana. Pelaksanaan pendebetan dilakukan berdasarkan laporan yang disampaikan oleh Bank Pelaksana setiap bulan.

Tata Cara Pembayaran Bunga KLBI adalah sebagai berikut: 1. Skim Kredit dengan Pola Channeling

a. Pada saat jatuh tempo KLBI, bank pelaksana wajib menyampaikan kepada Bank Indonesia laporan pembayaran angsuran dari nasabah yang telah diterima namun belum disetor.

b. Atas dasar laporan tersebut, Bank Indonesia mendebet rekening giro bank yang bersangkutan di Bank Indonesia.

c. Pada saat yang bersamaan Bank Indonesia mendebet rekening giro Kantor BUMN sebesar jumlah angsuran KLBI yang telah diterima oleh Kantor BUMN.

d. Dalam hal masih terdapat KLBI yang belum dilunasi pada saat jatuh tempo KLBI, maka terhadap sisa KLBI yang masih terutang, Bank Indonesia akan menarik kembali KLBI berdasarkan laporan pembayaran angsuran dari nasabah yang disampaikan oleh bank pelaksana setiap bulan sampai dengan KLBI tersebut lunas atau dilakukan pembayaran atas risk sharing. Dalam hal ini tidak perlu dilakukan penyesuaian atau perpanjangan SPK dan Surat Perjanjian Penerusan Kredit (SPPK).

2. Skim Kredit dengan Pola Executing a. KLBI Tanpa Angsuran

Pada saat jatuh tempo KLBI, Bank Indonesia langsung mendebet rekening giro bank pelaksana sebesar saldo baki debet KLBI yang masih terutang.

Page 39: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset · Rangka Kredit Program Pada Masa Peralihan ... Rekam Jejak Regulasi Kredit dan Pembiayaan Modal Kerja Bank ... Contoh Perhitungan Imbalan

Asset Kredit Likuiditas Bank Indonesia

17

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

b. KLBI Dengan Angsuran (dengan jadwal angsuran atau penyesuaian baki debet) 1) Pada saat jatuh tempo KLBI, Bank Indonesia langsung mendebet

rekening giro bank pelaksana sebesar saldo baki debet KLBI yang masih terutang.

2) Pada hari yang sama Bank Indonesia mendebet rekening giro Kantor BUMN sebesar jumlah angsuran KLBI yang telah diterima oleh Kantor BUMN.

15 Pasal 9 5/20/PBI/2003 SE 5/30/BKr 2003 Romawi I No. 7 SE 5/30/BKr 2003 Romawi IV

Bank pelaksana wajib mengembalikan angsuran KLBI kepada Bank Indonesia pada saat jatuh tempo sebagaimana diperjanjikan dalam SPK. Sehingga tidak dimungkinkan adanya perpanjangan jangka waktu KLBI. Tata Cara Penyesuaian Baki Debet dan Pembayaran Angsuran adalah sebagai berikut : (1) Penyesuaian Baki Debet untuk Skim Kredit Usaha Tani (KUT) dan Kredit

Kepada Koperasi (KKop) a. Bank pelaksana wajib menyampaikan laporan bulanan baki debet

kepada Bank Indonesia dengan tembusan kepada Kantor PT BRI. b. Bank Indonesia melakukan penyesuaian baki debet pada rekening

pinjaman KLBI masing-masing bank atas dasar laporan tersebut. c. Hasil penyesuaian baki debet dari bank pelaksana tidak dilimpahkan ke

rekening PT. BRI, karena PT. BRI tidak menyalurkan kembali (relending) KLBI dimaksud.

d. Khusus untuk skim KKop dengan angsuran, pada saat jatuh tempo angsuran KLBI, Bank Indonesia menyesuaikan baki debet KLBI sesuai dengan jadwal angsuran.

(2) Pembayaran angsuran untuk Skim Kredit Lainnya a. Pada saat jatuh tempo angsuran KLBI, Bank Indonesia mendebet

rekening bank pelaksana yang ada di Bank Indonesia sesuai dengan jadwal angsuran dan atau laporan yang disampaikan oleh bank pelaksana kepada Bank Indonesia.

b. Bank Indonesia memindahbukukan angsuran KLBI dimaksud untuk untung rekening BUMN di Bank Indonesia.

(3) Bank Indonesia memberikan tembusan atau fotokopi atas mutasi penyesuaian baki debet KLBI untuk keperluan administrasi Kantor BUMN, dengan mekanisme sebagai berikut : a. Kantor BUMN yang berada dalam satu wilayah dengan Bank Indonesia

harus mengambil tembusan warkat atau fotokopi tembusan warkat pembukuan mutasi tersebut di Bank Indonesia.

b. Bank Indonesia yang tidak berada dalam satu wilayah dengan Kantor BUMN akan mengirimkan tembusan atau fotokopi warkat pembukuan mutasi tersebut kepada Kantor BUMN.

16 Pasal 10 5/20/PBI/2003 Ayat (1)

(1) Dalam hal bank pelaksana melunasi KLBI lebih cepat dari tanggal jatuh tempo sebagaimana yang ditetapkan dalam SPK, maka : a. Bank Indonesia menarik sisa KLBI yang masih terutang di Bank

Pelaksana; b. BUMN tetap dapat mengelola angsuran pokok yang telah diterima atas

Page 40: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset · Rangka Kredit Program Pada Masa Peralihan ... Rekam Jejak Regulasi Kredit dan Pembiayaan Modal Kerja Bank ... Contoh Perhitungan Imbalan

Asset Kredit Likuiditas Bank Indonesia

18

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

SE 6/28/BKr 2004

KLBI yang dilunasi lebih cepat dari tanggal jatuh tempo tersebut.

Yang dimaksud dengan pelunasan KLBI lebih cepat adalah KLBI yang dilunasi sebelum tanggal jatuh tempo yang tercantum dalam SPK, yang disebabkan adanya pelunasan dini, pembatalan proyek, pengalihan proyek pada AMU/BPPN, dan hal-hal lain yang dapat dipersamakan dengan itu.

1. Pelunasan Sebelum Tanggal Jatuh Tempo

a. 1) Dalam hal debitur dan atau bank pelaksana melunasi KLBI Dengan Angsuran sebelum tanggal jatuh tempo, atau proyek yang dibiayai oleh KLBI Dengan Angsuran dialihkan kepada Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) atau Lembaga Pengelola Aset Negara lainnya, maka bank pelaksana harus memberitahukan pelunasan atau pengalihan tersebut kepada Bank Indonesia dengan tembusan kepada Kantor BUMN, paling lambat 14 (empat belas) hari kalender terhitung sejak tanggal pelunasan atau pengalihan dimaksud. Pemberitahuan dimaksud sekurang-kurangnya memuat informasi mengenai tanggal pelunasan atau pengalihan, nama skim, nama proyek, nomor SPK, dan jumlah KLBI yang dilunasi atau dialihkan.

2) Dalam hal debitur dan atau bank pelaksana melunasi KLBI Dengan Angsuran sebelum tanggal jatuh tempo sebelum tanggal berlakunya Peraturan Bank Indonesia No. 5/20/PBI/2003 tanggal 17 September 2003 tentang Pengalihan Pengelolaan Kredit Likuiditas Bank Indonesia Dalam Rangka Kredit Program, bank pelaksana harus memberitahukan kepada Bank Indonesia.

3) Atas dasar pemberitahuan sebagaimana dimaksud dalam angka 1) dan angka 2), Bank Indonesia mendebet rekening giro bank pelaksana sebesar baki debet KLBI yang dilunasi sebelum tanggal jatuh tempo atau yang dialihkan kepada BPPN atau Lembaga Pengelola Aset Negara Lainnya.

4) Jumlah angsuran pokok KLBI yang telah diterima oleh Kantor BUMN akan didebet oleh Bank Indonesia pada saat jatuh tempo KLBI.

b. 1) Dalam hal proyek yang dibiayai oleh KLBI Dengan Angsuran dibatalkan oleh Bank Indonesia karena adanya pelanggaran ketentuan atau hal-hal lain yang dapat menyebabkan batalnya SPK, maka Bank Indonesia mendebet rekening giro bank pelaksana sebesar baki debet KLBI yang dibatalkan.

2) Jumlah angsuran pokok KLBI yang telah diterima oleh Kantor BUMN didebet oleh Bank Indonesia pada saat jatuh tempo KLBI.

c. Atas dana angsuran KLBI yang telah dikelola BUMN untuk skimskim kredit yang dipercepat pelunasannya sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan b tersebut, maka Bank Indonesia menerbitkan Surat Penegasan kepada BUMN untuk mengelola angsuran KLBI yang telah diterima BUMN sebelum percepatan pelunasan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan b, sampai dengan jatuh tempo KLBI sesuai dengan masing-masing SPK. Untuk pertama kali Surat Penegasan dimaksud mencantumkan seluruh angsuran KLBI yang

Page 41: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset · Rangka Kredit Program Pada Masa Peralihan ... Rekam Jejak Regulasi Kredit dan Pembiayaan Modal Kerja Bank ... Contoh Perhitungan Imbalan

Asset Kredit Likuiditas Bank Indonesia

19

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

Pasal 10 5/20/PBI/2003 Ayat (2) – 3 SE 5/30/BKr 2003, Romawi VI No. 4

dilunasi sebelum tanggal jatuh tempo KLBI, yang dilakukan sebelum berlakunya Surat Edaran ini. Surat Penegasan dimaksud memuat sekurang-kurangnya: 1) Nomor SPK; 2) Bank pelaksana; 3) Skim kredit; 4) Nama debitur; 5) Jumlah angsuran KLBI yang telah diterima BUMN; dan 6) Tanggal jatuh tempo KLBI sesuai dengan masing-masing SPK.

d. 1) Dalam hal debitur dan atau bank pelaksana melunasi KLBI Tanpa

Angsuran sebelum jatuh tempo atau proyek yang dibiayai oleh KLBI Tanpa Angsuran dialihkan kepada BPPN atau Lembaga Pengelola Aset Negara lainnya, maka bank pelaksana harus memberitahukan pelunasan atau pengalihan tersebut kepada Bank Indonesia dengan tembusan kepada Kantor BUMN, paling lambat 14 (empat belas) hari kalender terhitung sejak tanggal pelunasan atau pengalihan dimaksud.

2) Atas dasar pemberitahuan dimaksud, Bank Indonesia mendebet rekening giro bank pelaksana sebesar baki debet KLBI.

(2) BUMN dapat mengelola angsuran pokok KLBI sebagaimana dimaksud dalam

ayat (1) huruf b sampai dengan tanggal jatuh tempo yang ditetapkan dalam SPK. Angsuran pokok yang telah diterima/dikelola oleh BUMN adalah angsuran KLBI yang telah diterima oleh BUMN sebagai pembayaran angsuran pokok dari Bank Pelaksana sebelum terjadinya pelunasan dipercepat.

(3) Dalam hal terjadi pelunasan KLBI lebih cepat sebagaimana dimaksud dalam

ayat (1), Bank Pelaksana wajib melaporkan hal tersebut kepada Bank Indonesia dengan tembusan kepada BUMN, selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari kalender terhitung sejak tanggal pelunasan lebih cepat oleh debitur.

Laporan yang disampaikan oleh bank pelaksana sekurang-kurangnya berisi informasi mengenai skim kredit, nomor SPK, nama debitur, jumlah yang dilunasi, dan tanggal pelunasan/pengalihan kredit tersebut.

Bank Indonesia memberikan tembusan atau fotokopi atas mutasi penarikan KLBI yang telah jatuh tempo atau pelunasan KLBI sebelum jatuh tempo, untuk keperluan administrasi Kantor BUMN, dengan mekanisme sebagai berikut : a. Kantor BUMN yang berada dalam satu wilayah dengan Bank Indonesia harus

mengambil tembusan warkat atau fotokopi tembusan warkat pembukuan mutasi tersebut di Bank Indonesia.

b. Bank Indonesia yang tidak berada dalam satu wilayah dengan Kantor BUMN akan mengirimkan tembusan atau fotokopi warkat pembukuan mutasi tersebut kepada Kantor BUMN Koordinator.

Page 42: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset · Rangka Kredit Program Pada Masa Peralihan ... Rekam Jejak Regulasi Kredit dan Pembiayaan Modal Kerja Bank ... Contoh Perhitungan Imbalan

Asset Kredit Likuiditas Bank Indonesia

20

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

Pelaporan 17 Pasal 10A

14/19/PBI/2012 Ayat (1) SE 5/30/BKr 2003, Romawi VIII No. 1 dan 2 Pasal 10A 14/19/PBI/2012 Ayat (2)

(1) BUMN wajib menyampaikan laporan penerimaan angsuran, penyesuaian baki debet, penyaluran kembali dan pelunasan KLBI secara bulanan kepada Bank Indonesia paling lambat tanggal 15 bulan berikutnya. Bank pelaksana wajib menyampaikan laporan kepada Bank Indonesia sesuai dengan ketentuan yang berlaku untuk masing-masing skim kredit program, dengan tembusan kepada Kantor BUMN. Kantor Pusat PT. BTN dan PT. PNM sebagai BUMN wajib menyampaikan laporan bulanan kepada Bank Indonesia c.q. Biro Kredit atas penerimaan angsuran KLBI yang telah diterima dan pengelolaan angsuran tersebut dengan format sebagaimana Lampiran 3 (Lampiran 3 dalam kodifikasi ini), dan paling lambat diterima Bank Indonesia tanggal 15 bulan berikutnya.

(2) Dalam hal tanggal 15 jatuh pada hari libur, penyampaian laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan pada hari kerja sebelumnya.

SANKSI 18 Pasal 11

14/19/PBI/2012 Ayat (2) SE 5/30/BKr 2003 Romawi IX No. 2 Pasal 11 14/19/PBI/2012 Ayat (3) Pasal 11 14/19/PBI/2012 Ayat (4)

(1) Pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 6 ayat (2) (Paragraf 11 ayat (2) dalam kodifikasi ini) dikenakan sanksi kewajiban membayar sebesar Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah) setiap keterlambatan.

Bank Indonesia c.q. Biro Kredit akan melaksanakan sanksi sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dengan mendebet rekening giro BUMN di Bank Indonesia.

(2) Pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 6 ayat (3) (Paragraf 11 ayat (3) dalam kodifikasi ini) dikenakan sanksi berupa tidak dilimpahkannya angsuran KLBI yang diterima dari Bank Pelaksana kepada BUMN sebesar jumlah KLBI yang tidak disalurkan sesuai rencana penyaluran.

(3) Pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (4) (Paragraf 11 ayat (4) dalam kodifikasi ini) dikenakan sanksi sebagai berikut: a. penarikan kembali angsuran KLBI yang disalurkan oleh BUMN diluar

tujuan kredit atau pembiayaan; dan b. kewajiban membayar sebesar suku bunga Jakarta Inter Bank Offered

Rate (JIBOR) overnight ditambah 200 bps dikalikan jumlah angsuran KLBI yang disalurkan di luar tujuan kredit atau pembiayaan, dan dihitung selama pelanggaran.

Yang dimaksud “suku bunga JIBOR overnight” adalah suku bunga JIBOR overnight pada tanggal terjadinya penyimpangan penyaluran angsuran KLBI selain untuk kredit atau pembiayaan KLBI. Yang dimaksud dengan “selama pelanggaran” adalah sejak tanggal angsuran KLBI yang disalurkan di luar tujuan kredit atau pembiayaan sampai dengan KLBI tersebut ditarik oleh Bank Indonesia atau pelanggaran dimaksud dihentikan oleh BUMN.

Page 43: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset · Rangka Kredit Program Pada Masa Peralihan ... Rekam Jejak Regulasi Kredit dan Pembiayaan Modal Kerja Bank ... Contoh Perhitungan Imbalan

Asset Kredit Likuiditas Bank Indonesia

21

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

SE 5/30/BKr 2003 Romawi IX No. 5 Pasal 11 14/19/PBI/2012 Ayat (5) – (6)

SE 5/30/BKr 2003 Romawi IX No. 7 SE 5/30/BKr 2003 Romawi IX No. 9 Pasal 11 14/19/PBI/2012 Ayat (7)

Sanksi kewajiban membayar dihitung sejak tanggal KLBI disalurkan di luar tujuan kredit atau pembiayaan tersebut sampai dengan KLBI tersebut ditarik oleh Bank Indonesia atau sampai dengan pelanggaran dimaksud dihentikan oleh BUMN.

(4) Pelanggaran terhadap ketentuan dalam Pasal 7 ayat (1) (Paragraf 12 ayat

(1) dalam kodifikasi ini), BUMN dikenakan sanksi berupa tidak dilimpahkannya angsuran KLBI dari Bank Pelaksana yang seharusnya dapat dikelola oleh BUMN, sebesar KLBI yang disalurkan tidak sesuai dengan ketentuan tersebut.

Pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam ayat ini dapat berupa penggunaan dana angsuran KLBI yang penyalurannya tidak sesuai ketentuan antara lain ketentuan mengenai plafon kredit, suku bunga, tujuan kredit.

(5) Pelanggaran terhadap ketentuan dalam Pasal 8 ayat (2) (Paragraf 14 ayat

(2) dalam kodifikasi ini), dikenakan sanksi kewajiban membayar sebesar suku bunga JIBOR overnight ditambah 200 bps dikalikan jumlah KLBI yang terutang, dihitung selama pelanggaran.

Yang dimaksud dengan “suku bunga JIBOR overnight” adalah suku bunga JIBOR overnight pada tanggal KLBI jatuh tempo. Dalam hal jatuh tempo KLBI terjadi pada hari libur, maka yang digunakan sebagai acuan perhitungan adalah suku bunga JIBOR overnight hari kerja terakhir sebelumnya, dihitung sejak tanggal KLBI tersebut jatuh tempo sampai dengan tersedianya dana dimaksud pada rekening giro BUMN di Bank Indonesia. Yang dimaksud dengan “selama pelanggaran” adalah sejak tanggal KLBI tersebut jatuh tempo sampai dengan tersedianya dana dimaksud pada rekening giro BUMN di Bank Indonesia.

Sanksi kewajiban membayar tersebut dihitung sejak tanggal KLBI tersebut jatuh tempo sampai dengan tersedianya dana dimaksud pada rekening giro BUMN di Bank Indonesia, sebagaimana diinformasikan secara tertulis oleh BUMN kepada Bank Indonesia.

Sanksi dimaksud dibebankan Bank Indonesia kepada rekening giro bank yang ada di Bank Indonesia.

(6) Pelanggaran terhadap ketentuan dalam Pasal 10 ayat (3) (Paragraf 16 ayat

(3) dalam kodifikasi ini), dikenakan sanksi kewajiban membayar sebesar suku bunga JIBOR overnight ditambah 200 bps dikalikan angsuran KLBI yang dilunasi lebih cepat, dan dihitung selama pelanggaran. Yang dimaksud dengan “suku bunga JIBOR overnight” adalah suku bunga JIBOR overnight pada tanggal terjadinya pelunasan dini. Dalam hal pelunasan dini KLBI terjadi pada hari libur, maka yang digunakan sebagai acuan perhitungan adalah suku bunga JIBOR overnight hari kerja terakhir sebelumnya. Yang dimaksud dengan “selama pelanggaran” adalah sejak

Page 44: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset · Rangka Kredit Program Pada Masa Peralihan ... Rekam Jejak Regulasi Kredit dan Pembiayaan Modal Kerja Bank ... Contoh Perhitungan Imbalan

Asset Kredit Likuiditas Bank Indonesia

22

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

Pasal 11 14/19/PBI/2012 Ayat (8) SE 5/30/BKr 2003 Romawi IX No. 10

tanggal pelunasan lebih cepat sampai dengan laporan disampaikan.

(7) Pelanggaran terhadap ketentuan dalam Pasal 10A (Paragraf 17 ayat (1) dalam kodifikasi ini) dikenakan sanksi kewajiban membayar sebesar Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah) setiap keterlambatan.

Pelanggaran oleh bank pelaksana atas ketentuan sebagaimana diatur dalam ketentuan masing-masing skim kredit program, bank pelaksana dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan masing-masing skim kredit program yang berlaku.

Kredit Kepada Pengusaha Kecil dan Pengusaha Mikro Melalui Bank Umum

BAB I Ketentuan Umum

19 Pasal 1 31/185/KEP/DIR/1999

1. Bank penyalur kredit adalah bank umum sebagaimana diatur dalam undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang nomor 10 tahun 1998, dan memenuhi persyaratan dalam Surat Keputusan ini yang selanjutnya disebut Bank.

2. Kelompok Pengusaha Kecil atau Pengusaha Mikro adalah kumpulan dari pengusaha kecil perorangan atau pengusaha mikro perorangan yang dibentuk atas dasar kebutuhan bersama yang bertujuan untuk memperkuat anggotanya dalam permodalan, yang selanjutnya disebut Kelompok.

3. Kredit Kepada Pengusaha Kecil dan Pengusaha Mikro melalui bank umum adalah kredit investasi dan atau kredit modal kerja yang disalurkan melalui Bank baik kepada Kelompok maupun kepada pengusaha kecil atau pengusaha mikro agar mampu mengembangkan usahanya, yang selanjutnya disebut KPKM.

4. Usaha produktif adalah usaha yang dapat memberikan nilai tambah dan meningkatkan pendapatan pengusaha kecil atau pengusaha mikro.

5. Plafon Kredit Likuiditas Bank Indonesia adalah jumlah maksimum kredit likuiditas Bank Indonesia yang dapat ditarik (disbursed) oleh Bank dalam 1 (satu) tahun anggaran untuk seluruh pemberian KPKM, yang selanjutnya disebut Plafon KLBI.

BAB II Usaha-Usaha yang Dibiayai 20 Pasal 2

31/185/KEP/DIR/1999 Ayat (1) SE 31/20/UK 1999 Romawi I Pasal 2 31/185/KEP/DIR/1999 Ayat (2)

(1) Usaha yang dapat dibiayai dengan KPKM adalah Usaha Produktif pada semua sektor ekonomi yang layak untuk dibiayai berdasarkan asas-asas perkreditan yang sehat, serta tidak sedang dibiayai dengan fasilitas kredit perbankan. KPKM dapat diberikan kepada debitur, yaitu perseorangan, badan usaha yang tidak berbadan hokum, badan usaha yang berbadan hukum termasuk koperasi, atau kelompok orang perseorangan, yang usahanya memenuhi kriteria usaha kecil atau cirri-ciri usaha mikro.

(2) Usaha produktif sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) terdiri dari: a. Usaha Kecil, yaitu usaha yang memiliki kriteria sebagai berikut:

1) Memiliki kekayaan bersih paling banyak RP 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha

Page 45: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset · Rangka Kredit Program Pada Masa Peralihan ... Rekam Jejak Regulasi Kredit dan Pembiayaan Modal Kerja Bank ... Contoh Perhitungan Imbalan

Asset Kredit Likuiditas Bank Indonesia

23

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

atau memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah);

2) Milik Warga Negara Indonesia; 3) Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan, atau cabang

perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha menengah atau usaha besar; dan

4) Berbentuk badan usaha perseorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum, atau badan usaha yang berbadan hukum, termasuk koperasi.

b. Usaha Mikro, yaitu usaha yang memiliki ciri-ciri sekurang-kurangnya: 1) Dimiliki oleh keluarga atau perorangan warga negara Indonesia; 2) Mempergunakan teknologi sederhana; dan 3) Lapangan usahanya mudah dimasuki dan ditinggalkan.

BAB III Bank Penyalur KPKM 21 Pasal 3

31/185/KEP/DIR/1999 Pasal 2 31/156/KEP/DIR/1999 Pasal 3 31/185/KEP/DIR/1999 Huruf b – c

Bank yang dapat menyalurkan KPKM adalah: a. Bank yang memenuhi persyaratan sebagai bank pelaksana kredit program

sebagaimana diatur dalam Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 31/156/KEP/DIR tanggal 23 November 1998 tentang Persyaratan Bank Pelaksana Kredit Program; (1) Bank yang dapat menyalurkan Kredit Program adalah:

(a) Bank sebelum ditetapkannya Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan berbentuk persero, dan;

(b) Bank selain yang ditetapkan dalam huruf (a) tetapi tidak berkantor pusat di luar Indonesia atau sebagian sahamnya dimiliki oleh orang dan atau badan hukum selain orang atau badan hukum Indonesia, yang memiliki tingkat kesehatan pada posisi Desember 1997 sekurang-kurangnya Cukup Sehat.

(2) Dalam hal setelah bulan Desember 1997 tingkat kesehatan Bank sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b mengalami penurunan sebagai akibat dari gejolak moneter sehingga tingkat kesehatannya menjadi di bawah Cukup Sehat, Bank yang bersangkutan dapat dipertimbangkan ikut serta dalam pelaksanaan Kredit Program.

(3) Ketentuan sebagaimnaa dimaksud dalam ayat (2), tidak berlaku bagi Bank yang mengalami penurunan tingkat kesehatan karena kesalahan manajemen dalam pengelolaan bank dan atau pelanggaran terhadap ketentuan dan atau peraturan yang berlaku.

(4) Bagi Bank sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b tetapi memiliki tingkat kesehatan di bawah Cukup Sehat, namun setelah bulan Desember 1997 tingkat kesehatannya memenuhi persyaratan sekurang-kurangnya Cukup Sehat, maka Bank yang bersangkutan dapat dipertimbangkan ikut serta dalam pelaksanaan Kredit Program.

b. Telah mendapat persetujuan dari Bank Indonesia sebagai Bank penyalur

KPKM; dan c. Tunggakan KPKM untuk periode-periode sebelumnya (kumulatif) setinggi-

tingginya 25% (dua puluh lima perseratus).

Page 46: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset · Rangka Kredit Program Pada Masa Peralihan ... Rekam Jejak Regulasi Kredit dan Pembiayaan Modal Kerja Bank ... Contoh Perhitungan Imbalan

Asset Kredit Likuiditas Bank Indonesia

24

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

22 Pasal 4 31/185/KEP/DIR/1999

(1) Dalam penyaluran KPKM, tugas utama Bank adalah: a. Menyalurkan KPKM kepada perorangan ataupun kelompok; b. Membuat surat perjanjian penerusan kredit dengan calon debitur; c. Melakukan pembayaran imbalan kepada Kelompok; d. Mengadministrasikan KPKM; e. Menerima pengembalian KPKM dari perorangan atau Kelompok; dan f. Meneruskan pengembalian KPKM kepada Bank Indonesia.

(2) Selain tugas utama sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bank juga bertugas membantu mengamankan pelaksanaan penyaluran KPKM yaitu dengan melakukan: a. Analisa dan memeriksa pemenuhan persyaratan KPKM; b. Pengawasan penggunaan KPKM; c. Penagihan pengembalian KPKM; dan d. Penatausahaan surat sanggup membayar utang (Surat Aksep) nasabah.

BAB IV Syarat dan Tugas Kelompok

23 Pasal 5 31/185/KEP/DIR/1999

Kelompok yang dapat menerima KPKM adalah Kelompok yang memenuhi persyaratan: a. Jumlah anggota antara 5 (lima) sampai dengan 15 (lima belas) orang, dan

masing-masing anggota melakukan kegiatan usaha produktif; b. Mempunyai organisasi dengan pengurus yang aktif, minimal ketua dan

bendahara; c. Mempunyai aturan kelompok yang disepakati oleh seluruh anggota

kelompok; d. Menyelenggarakan pertemuan secara teratur; e. Bersedia mengadakan tabungan Kelompok dan menempatkannya pada

Bank penyalur KPKM; dan f. Sekurang-kurangnya mempunyai pembukuan sederhana

24 Pasal 6 31/185/KEP/DIR/1999

Ketua atau pengurus Kelompok berkewajiban: a. Menyeleksi calon anggota berdasarkan karakter; b. Membantu anggota membuat rencana usaha; c. Membantu anggota membuat permohonan kredit ke Bank; d. Menyusun rekapitulasi kebutuhan kredit para anggota Kelompok; e. Menerima kuasa dari anggota Kelompok untuk menandatangani Perjanjian

Penerusan kredit atau Surat Pengakuan Utang dan sanggup membayar utang (Surat Aksep);

f. Menerima dan menyalurkan KPKM kepada anggota Kelompok; g. Memobilisasi tabungan anggotanya ke Bank; h. Membantu dalam pengawasan penggunaan kredit; dan i. Menjamin kelancaran pengembalian kredit.

BAB V Syarat-Syarat KPKM 25 Pasal 7

31/185/KEP/DIR/1999

Jumlah KPKM yang dapat diberikan disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan mengembalikan kredit dari debitur perorangan atau masing-masing anggota debitur Kelompok, dengan jumlah maksimum per debitur perorangan atau masing-masing anggota debitur Kelompok sebagai berikut: a. Untuk kredit investasi maksimum sebesar Rp 25.000.000,00 (dua puluh lima

juta rupiah); b. Untuk kredit modal kerja maksimum sebesar Rp 5.000.000,00 (lima juta

Page 47: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset · Rangka Kredit Program Pada Masa Peralihan ... Rekam Jejak Regulasi Kredit dan Pembiayaan Modal Kerja Bank ... Contoh Perhitungan Imbalan

Asset Kredit Likuiditas Bank Indonesia

25

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

rupiah); dan c. Untuk kredit investasi dan kredit modal kerja yang terkait dengan

investasinya maksimum sebesar Rp 30.000.000,00 (tiga puluh juta rupiah), dengan ketentuan kredit modal kerja yang dapat diberikan maksimum sebesar kredit investasi yang disetujui.

26 Pasal 3 6/26/PBI/2004 Huruf c No. 1 Pasal 8 31/185/KEP/DIR/1999 Ayat (2) SE 31/20/UK (1999) Romawi II No. 2

Pasal 8 31/185/KEP/DIR/1999 Ayat (3)

SE 31/20/UK (1999) Romawi II No. 3 Pasal 8 31/185/KEP/DIR/1999 Ayat (4)

(1) Suku bunga kredit dari Bank kepada debitur ditetapkan sebesar 14% (empat belas persen) setahun. Suku bunga dimaksud tidak dikenakan secara bunga berbunga.

(2) Dalam suku bunga sebagaimana dimaksud pada ayat (1), termasuk imbalan bagi bank sebesar 3% (tiga perseratus), dengan ketentuan dalam hal KPKM diberikan melalui Kelompok, imbalan tersebut sebesar 1% (satu perseratus) diberikan kepada Kelompok. Sehingga imbalan yang diterima oleh bank menjadi sebesar 2% setahun. Imbalan yang diterima oleh kelompok, penggunaannya diserahkan kepada kelompok yang bersangkutan.

(3) Imbalan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) diambil dari setiap angsuran

Imbalan bagi Bank dan Kelompok diperhitungkan atas dasar pembayaran angsuran dari debitur. Contoh perhitungan imbalan dalam hal KPKM diberikan melalui Kelompok tercantum dalam Lampiran 1 (Lampiran 4 dalam kodifikasi ini).

(4) Dalam hal terjadi perubahan suku bunga dan imbalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2), maka perubahan tersebut dilakukan berdasarkan persetujuan Direksi Bank Indonesia dan akan diberitahukan dengan Surat Edaran Bank Indonesia.

27 Pasal 9 31/185/KEP/DIR/1999

Jangka waktu KPKM didasarkan pada kemampuan debitur perorangan atau anggota Kelompok untuk membayar kembali KPKM dari Usaha Produktif yang dibiayai, dengan ketentuan: a. Untuk pembiayaan investasi maksimum 5 (lima) tahun termasuk masa

tenggang maksimum 1 (satu) tahun; dan b. Untuk pembiayaan modal kerja maksimum 1 (satu) tahun dan dapat

diperpanjang maksimum 2 (dua) kali.

28 Pasal 10 31/185/KEP/DIR/1999

Bank tidak diperkenankan memungut commitment fee dan provisi kepada debitur perorangan atau Kelompok dalam penyaluran KPKM.

29 Pasal 11 31/185/KEP/DIR/1999

Dalam hal KPKM diberikan untuk membiayai usaha yang dimiliki oleh Kelompok, maka anggota Kelompok tersebut bertanggung jawab atas pengembalian KPKM secara tanggung renteng yang ditandatangani oleh masing-masing anggota di atas materai sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Page 48: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset · Rangka Kredit Program Pada Masa Peralihan ... Rekam Jejak Regulasi Kredit dan Pembiayaan Modal Kerja Bank ... Contoh Perhitungan Imbalan

Asset Kredit Likuiditas Bank Indonesia

26

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

Surat pernyataan anggota Kelompok sebagaimana contoh dalam Lampiran 1 Surat Keputusan ini (Lampiran 5 dalam kodifikasi ini).

30 Pasal 12 31/185/KEP/DIR/1999

Jaminan KPKM ditetapkan : a. Kelayakan usaha yang dibiayai; dan b. Surat sanggup membayar utang (Surat Aksep) dari debitur perorangan atau

Kelompok.

BAB VI Syarat-Syarat Kredit Likuiditas Bank Indonesia

31 Pasal 13 31/185/KEP/DIR/1999

Sumber pembiayaan KPKM 100% (seratus perseratus) dalam bentuk Kredit Likuiditas Bank Indonesia (KLBI).

32 Pasal 3 6/26/PBI/2004 Huruf c No. 2 Pasal 14 31/185/KEP/DIR/1999 Ayat (2) – (3)

(1) Suku bunga KLBI dari Bank Indonesia atau BUMN Koordinator kepada Bank ditetapkan sebesar 7% (tujuh persen) setahun. Suku bunga dimaksud tidak dikenakan secara bunga berbunga.

(2) Suku bunga KLBI sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat ditinjau kembali oleh Bank Indonesia.

(3) Dalam hal terjadi perubahan suku bunga KLBI sebagaimana dimaksud pada ayat (2), maka perubahan tersebut dilakukan berdasarkan persetujuan Direksi Bank Indonesia dan diberitahukan dengan Surat Edaran Bank Indonesia.

33 Pasal 15 31/185/KEP/DIR/1999

Jangka waktu KLBI diatur sebagai berikut: a. Untuk pembiayaan investasi maksimum 6 (enam) tahun; dan b. Untuk pembiayaan modal kerja maksimum 2 (dua) tahun dan dapat

diperpanjang maksimum 2 (dua) kali dengan jangka waktu perpanjangan masing-masing 1 (satu) tahun.

BAB VII Tata Cara Pengajuan KLBI 34 Pasal 16

31/185/KEP/DIR/1999

(1) Permohonan KLBI diajukan oleh Bank atas dasar rencana penyaluran KPKM selama 1 (satu) tahun anggaran (1 April sampai dengan 31 Maret).

(2) Untuk pertama kali, permohonan KLBI dapat diajukan sekaligus untuk rencana penyaluran Bulan Pebruari sampai dengan Maret 1999 dan rencana penyaluran Tahun Anggaran 1999/2000.

35 Pasal 17 31/185/KEP/DIR/1999 SE 31/20/UK 1999 Romawi IV No. 1a

Permohonan plafon KLBI tahun anggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 (Paragraf 34 dalam kodifikasi ini) diajukan sebagai berikut: a. Bagi Bank yang berkantor pusat di wilayah DKI Jakarta,

Kabupaten/Kotamadya Serang, Pandeglang, Lebak, Tangerang, Bogor, Karawang, dan Bekasi disampaikan kepada kantor pusat Bank Indonesia c.q. Urusan Kredit; dan

b. Bagi Bank yang berkantor pusat di luar wilayah tersebut dalam huruf a, disampaikan kepada Kantor Bank Indonesia yang mewilayahinya.

Kantor pusat Bank mengajukan permohonan KLBI untuk 1 tahun anggaran (1 April s.d. 31 Maret) kepada Bank Indonesia yang mewilayahinya selambat-lambatnya pada akhir bulan Januari sebelum dimulainya tahun

Page 49: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset · Rangka Kredit Program Pada Masa Peralihan ... Rekam Jejak Regulasi Kredit dan Pembiayaan Modal Kerja Bank ... Contoh Perhitungan Imbalan

Asset Kredit Likuiditas Bank Indonesia

27

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

anggaran yang harus dilampiri dengan formulir rencana penyaluran KPKM yang tercantum dalam Lampiran 2 (Lampiran 6 dalam kodifikasi ini).

36 Pasal 18 31/185/KEP/DIR/1999 Ayat (1) – (2) SE 31/20/UK 1999 Romawi IV No. 2a, 3a – b

(1) Dalam hal permohonan KLBI sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 (Paragraf 35 dalam kodifikasi ini) dapat disetujui, maka Bank Indonesia akan menyediakan plafon KLBI dengan membuat Surat Persetujuan Kredit Likuiditas (SPK) dan Surat Perjanjian Penerusan Kredit yang ditandatangani oleh Bank di atas materai sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan dikembalikan kepada Bank Indonesia.

(2) Penyediaan plafon KLBI sebagaimana dimaksud pada ayat (1) akan didislokasikan kepada Kantor Bank Indonesia yang mewilayahinya sesuai permintaan Bank. 1. Atas dasar persetujuan plafon KLBI tersebut, kantor pusat bank dapat

mengajukan permohonan dislokasi KLBI kepada Bank Indonesia yang mewilayahinya untuk masing-masing kantor cabangnya.

2. Bagi kantor bank yang telah memperoleh dislokasi KLBI, dapat mengajukan permohonan penyediaan plafon kepada Bank Indonesia yang mewilayahinya.

3. Apabila permohonan tersebut disetujui, maka Bank Indonesia yang mewilayahinya akan menerbitkan Surat Penegasan Penyediaan Plafon KLBI

37 Pasal 19 31/185/KEP/DIR/1999 Ayat (1) SE 31/20/UK 1999 Romawi V A No. 1

Pasal 19 31/185/KEP/DIR/1999 Ayat (2) SE 31/20/UK 1999 Romawi IV No. 4

(1) Berdasarkan dislokasi sebagaimana dimaksud pada Pasal 18 ayat (2) (Paragraf 36 ayat (2) dalam kodifikasi ini), kantor Bank dapat mengajukan permohonan uang muka KLBI kepada Kantor Bank Indonesia maksimum sebesar 10% (sepuluh perseratus) Atas dasar plafon KLBI yang pertama kali disediakan, Bank Indonesia akan melimpahkan uang muka sesuai dengan permohonan kantor Bank maksimum sebesar 10% (sepuluh perseratus) dari plafon KLBI dimaksud.

(2) Dalam hal terdapat kekurangan plafon KLBI, kantor Bank dapat mengajukan tambahan plafon KLBI kepada Kantor Bank Indonesia setempat. Dalam hal kantor Bank memerlukan tambahan plafon KLBI, maka pengajuan permohonan diatur sebagai berikut: a. Bagi Bank yang berkantor pusat di DKI, Kabupaten/Kotamadya Serang,

Pandeglang, Lebak, Tangerang, Bogor, Karawang dan Bekasi, permohonan diajukan oleh kantor pusat Bank kepada KP BI c.q. Urusan Kredit.

b. Bagi Bank yang berkantor pusat di luar wilayah sebagaimana dimaksud pada butir a, permohonan diajukan oleh kantor pusat Bank kepada Bank Indonesia yang mewilayahi.

c. Permohonan tambahan plafon KLBI dimaksud, diajukan maksimum 4 (empat) kali dalam satu tahun anggaran.

38 Pasal 20 31/185/KEP/DIR/1999 Ayat (1)

(1) Atas dasar permohonan penarikan uang muka KLBI sebagaimana dimaksud pada Pasal 19 ayat (1) (Paragraf 37 ayat (1) dalam kodifikasi ini), Kantor Bank Indonesia akan melimpahkan uang muka KLBI dengan cara pemindahbukuan.

Page 50: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset · Rangka Kredit Program Pada Masa Peralihan ... Rekam Jejak Regulasi Kredit dan Pembiayaan Modal Kerja Bank ... Contoh Perhitungan Imbalan

Asset Kredit Likuiditas Bank Indonesia

28

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

SE 31/20/UK 1999 Romawi V A (2–3) Pasal 20 31/185/KEP/DIR/1999 Ayat (2) SE 31/20/UK 1999 Romawi V A No. 4 Pasal 20 31/185/KEP/DIR/1999 Ayat (3) SE 31/20/UK 1999 Romawi V A No.5 Pasal 20 31/185/KEP/DIR/1999 Ayat (4)

Atas pelimpahan uang muka tersebut, kantor Bank dikenakan suku bunga sebesar 13% setahun (efektif) yang dihitung dari baki debet uang muka KLBI dan akan dibebankan pada rekening giro kantor Bank yang bersangkutan di Bank Indonesia pada setiap akhir bulan. Dalam hal terjadi penambahan plafon KLBI, Bank Indonesia tidak akan menambah jumlah uang muka yang diberikan.

(2) Pelimpahan KLBI selanjutnya akan dilakukan setelah Bank mempertanggungjawabkan uang muka yang telah ditarik tersebut dengan menyampaikan Daftar Realisasi Pemberian KPKM dengan menggunakan formulir sebagaimana dimaksud dalam Lampiran 2 Surat Keputusan ini (Lampiran 7 dalam kodifikasi ini) dan dilampiri dengan bukti realisasi KPKM yang dapat berupa rekening pinjaman perorangan atau Kelompok yang bersangkutan. Pelimpahan KLBI selanjutnya akan dilakukan atas dasar KPKM yang telah disalurkan kepada nasabah, dengan cara kantor Bank mengajukan permohonan pelimpahan KLBI kepada Bank Indonesia disertai daftar realisasi pemberian KPKM dan bukti realisasi KPKM yang dapat berupa salinan rekening debitur yang bersangkutan.

(3) Dalam hal pada saat mempertanggungjawabkan uang muka Bank belum

dapat menyerahkan bukti realisasi KPKM sebagaimana dimaksud pada ayat (2), maka bukti realisasi tersebut harus sudah diterima oleh Kantor Bank Indonesia bersamaan dengan penyerahan laporan bulanan KPKM. Permohonan pelimpahan KLBI beserta daftar realisasi KPKM dapat disampaikan dengan menggunakan sarana surat kawat, atau faksimili. Dalam hal bank tidak dapat menyampaikan salinan rekening debitur bersamaan dengan permohonan pelimpahan, maka salinan rekening debitur tersebut dapat disampaikan bersamaan dengan penyampaian laporan bulanan baki debet.

(4) Pelimpahan KLBI sebagaimana dimaksud pada ayat (2), akan dilakukan

dengan cara pemindahbukuan.

BAB VIII Tata Cara Pembayaran Bunga dan Pengembalian KLBI 39 Pasal 21

31/185/KEP/DIR/1999 SE 11/27/DKBU 2009 Romawi V huruf B (2)

(1) Atas pembayaran angsuran bunga dan atau pelunasan KPKM yang diterima dari debitur, kantor Bank wajib mengembalikan KLBI tersebut kepada Kantor Bank Indonesia selambat-selambatnya pada setiap akhir bulan yang bersangkutan. Penarikan Kembali KLBI 1. Bank wajib mengembalikan pembayaran bunga dan/atau pelunasan

KPKM yang diterima dari nasabah kepada Bank Indonesia. 2. Pengembalian pembayaran bunga dan/atau pelunasan KPKM kepada

Bank Indonesia tersebut dilakukan oleh Bank dengan cara: a. Bank menyampaikan laporan sebagaimana formulir dalam Lampiran

3 Surat Edaran ini (Lampiran 8 dalam kodifikasi ini) dan dapat

Page 51: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset · Rangka Kredit Program Pada Masa Peralihan ... Rekam Jejak Regulasi Kredit dan Pembiayaan Modal Kerja Bank ... Contoh Perhitungan Imbalan

Asset Kredit Likuiditas Bank Indonesia

29

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

Pasal 21 31/185/KEP/DIR/1999 Ayat (2) – (3)

disampaikan melalui sarana faksimili atau surat. b. Laporan sebagaimana dimaksud pada huruf a paling lambat

diterima oleh Bank Indonesia pada setiap akhir bulan. Dalam hal akhir bulan dimaksud jatuh pada hari libur maka laporan harus sudah diterima oleh Bank Indonesia pada hari kerja berikutnya.

c. Atas dasar laporan sebagaimana dimaksud pada huruf b tersebut, Bank Indonesia akan mendebet rekening giro Bank di Bank Indonesia.

(2) Dalam hal debitur tidak dapat melunasi KPKM pada saat jatuh tempo, maka

debitur tersebut harus mengajukan surat pernyataan penundaan pembayaran beserta alasannya kepada kantor Bank selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kerja sebelum kredit jatuh tempo.

(3) Kantor Bank wajib meneruskan surat pernyataan penundaan pembayaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) kepada kantor Bank Indonesia selambat-lambatnya 3 (tiga) hari kerja sebelum kredit jatuh tempo.

BAB IX Laporan 40 Pasal 22

31/185/KEP/DIR/1999

(1) Kantor Bank wajib menyampaikan Laporan Bulanan Baki Debet kepada Bank Indonesia dengan menggunakan format laporan sebagaimana dimaksud dalam Lampiran 3 Surat Keputusan ini (Lampiran 9 dalam kodifikasi ini).

(2) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sudah harus diterima Bank Indonesia paling lambat tanggal 20 bulan berikutnya.

(3) Dalam hal tanggal 20 jatuh pada hari libur maka laporan harus sudah diterima pada hari kerja berikutnya

(4) Atas dasar laporan dari kantor Bank, Kantor Pusat Bank wajib menyampaikan Laporan Rekapitulasi Daftar Pemberina KPKM kepada Kantor Pusat Bank Indonesia dengan menggunakan formulir sebagaimana dimaksud pada Lampiran 4 Surat Keputusan ini (Lampiran 10 dalam kodifikasi ini).

(5) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (4), harus sudah diterima oleh Bank Indonesia selambat-lambatnya pada akhir bulan laporan.

BAB X SANKSI 41 Pasal 23

31/185/KEP/DIR/1999

(1) Uang muka KLBI yang telah dilimpahkan akan dievaluasi setiap triwulan takwim, yaitu pada bulan Januari, April, Juli, Oktober, terhadap realisasi yang terjadi selama triwulan takwim sebelumnya.

(2) Dalam hal realisasi KPKM selama triwulan takwim lebih kecil dari besarnya uang muka KLBI, maka terhadap selisih dimaksud, Bank dikenakan suku bunga deposito tertinggi yang berlaku di kantor Bank yang bersangkutan yang dihitung sejak awal triwulan sampai akhir triwulan yang bersangkutan.

(3) Tingkat suku bunga deposito tertinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (2), adalah tingkat suku bunga deposito tertinggin yang berlaku pada Bank yang bersangkutan pada akhir triwulan.

(4) Dalam hal kantor Bank tidak menyetorkan angsuran bunga dan atau pelunasan KPKM yang telah diterima dari debitur dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada Pasal 21 ayat (1) (Paragraf 39 ayat (1) dalam kodifikasi ini) maka atas jumlah KLBI yang terlambat disetorkan, Bank dikenakan suku bunga deposito tertinggi yang berlaku pada kantor Bank yang bersangkutan, yang dihitung sejak tanggal diterima angsuran bunga

Page 52: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset · Rangka Kredit Program Pada Masa Peralihan ... Rekam Jejak Regulasi Kredit dan Pembiayaan Modal Kerja Bank ... Contoh Perhitungan Imbalan

Asset Kredit Likuiditas Bank Indonesia

30

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

SE 11/27/DKBU 2009 Romawi V huruf B (3 – 4)

dan atau pelunasan KPKM oleh kantor Bank sampai dengan tanggal dikembalikannya KLBI kepada Bank Indonesia.

(5) Tingkat suku bunga deposito tertinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (4) adalah tingkat suku bunga deposito tertinggi pada tanggal diterimanya angsuran bunga dan atau pelunasan KPKM oleh Bank.

(6) Dalam hal pembayaran bunga dan/atau pelunasan KPKM dilaporkan oleh Bank melewati batas waktu yang ditentukan sebagaimana dimaksud pada Pasal 21 ayat (1) 2 b (Paragraf 39 ayat (1) 2b dalam kodifikasi ini), maka atas jumlah pembayaran bunga dan/atau pelunasan KPKM akan dikenakan suku bunga deposito tertinggi yang berlaku pada Bank yang bersangkutan yang dihitung sejak tanggal diterima pembayaran bunga dan/atau pelunasan KPKM oleh Bank sampai dengan tanggal diterimanya laporan tersebut oleh Bank Indonesia.

(7) Tingkat suku bunga deposito tertinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (6) adalah tingkat suku bunga deposito tertinggi pada tanggal diterimanya pembayaran bunga dan/atau pelunasan KPKM oleh Bank.

Kredit Usaha Tani BAB I Ketentuan Umum

42 Pasal 1 31/164/KEP/DIR/1998

a. Kredit Usaha Tani adalah kredit modal kerja yang diberikan melalui bank pemberi kredit kepada koperasi primer atau lembaga swadaya masyarakat sebagai pelaksana pemberian kredit untuk keperluan petani yang tergabung dalam kelompok tani guna membiayai usaha lainnya dalam rangka intensifikasi padi, palawija dan hortikultura , selanjutnya disebut KUT.

b. Bank Pemberi Kredit adalah bank umum sebagaimana diatur dalam Undang-undang nomor 10 Tahun 1998, dan memenuhi persyaratan dalam Surat Keputusan ini, selanjutnya disebut Bank.

c. Koperasi Primer adalah koperasi yang didirikan oleh dan beranggotakan orang-seorang, sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian, termasuk Koperasi Unit Desa (KUD), selanjutnya disebut Koperasi.

d. Lembaga Swadaya Masyarakat adalah suatu organisasi non pemerintah yang dibentuk oleh masyarakat dan dalam kegiatan operasionalnya tidak mencari untung (nirlaba), selanjutnya disebut LSM.

e. Kelompok Tani adalah kumpulan petani yang dibentuk atas dasar kebutuhan bersama dan berada dalam 1 (satu) hamparan.

f. Intensifkasi Padi, Palawija dan Hortikultura adalah usaha budidaya Komoditas Padi, Palawija dan Hortikultura untuk meningkatkan produktivitas, sebagaimana yang ditetapkan setiap tahun dalam Keputusan Menteri Pertanian selaku Ketua Badan Pengendali Bimas.

g. Komoditas Palawija adalah : 1. Tanaman umbi-umbian, termasuk tetapi tidak terbatas pada talas, ubi

kayu dan ubi jalar; 2. Tanaman kacang-kacangan, termasuk tetapi tidak terbatas pada kacang

tanah, kacang kedelai dan kacang hijau; dan 3. Tanaman biji-bijian, termasuk tapi tidak terbatas pada jagung, sorghum

dan gandum. Sebagaimana yng ditetapkan setiap tahun dalam Keputusan Menteri Pertanian.

h. Komoditas Hortikultura adalah:

Page 53: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset · Rangka Kredit Program Pada Masa Peralihan ... Rekam Jejak Regulasi Kredit dan Pembiayaan Modal Kerja Bank ... Contoh Perhitungan Imbalan

Asset Kredit Likuiditas Bank Indonesia

31

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

1. Tanaman buah-buahan, termasuk tetapi tidak terbatas pada nenas, pisang, pepaya, markisa, jeruk, dan salak;

2. Tanaman sayur-sayuran, termasuk tetapi tidak terbatas pada cabai merah, kentang, bawang merah, dan bawang putih; dan

3. Tanaman obat-obatan, termasuk tetapi tidak terbatas pada jahe; Sebagaimana yang ditetapkan setiap tahun dalam Keputusan Menteri Pertanian.

i. Rencana Definitif Kelompok Tani adalah rencana kerja usaha tani dan Kelompok Tani untuk suatu periode tertentu yang disusun melalui musyawarah dan berisi rincian kegiatan dan kesepakatan bersama dalam pengelolaan usaha tani sehamparan wilayah Kelompok Tani, seperti: sasaran areal tanam, pola tanam, gerakan-gerakan, jadwal kegiatan, pembagian tugas dan lain-lain, selanjutnya disebut RDK.

j. Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok Tani adalah rencana kebutuhan Kelompok Tani untuk satu periode tertentu yang disusun berdasarkan musyawarah anggota Kelompok Tani meliputi kebutuhan benih, pupuk, pestisida, serta modal kerja untuk mendukung pelaksanaan RDK yang dibutuhkan oleh petani yang merupakan pesanan Kelompok Tani kepada Koperasi atau LSM atau lembaga lain, selanjutnya disebut RDKK.

k. Tabungan Kelompok Tani adalah tabungan yang dibentuk oleh Kelompok Tani yang besarnya disesuaikan dengan kemampuan Kelompok Tani yang bersangkutan dan disimpan di Bank.

l. Penyuluh Pertanian Lapangan adalah Pegawai Negeri Sipil Pusat yang diperbantukan pada pemerintah daerah dan mempunyai tugas pokok membimbing dan meningkatkan kemampuan petani/Kelompok Tani dalam menerapkan teknologi yang dianjurkan, selanjutnya disebut PPL.

m. Musim Tanam adalah periode pelaksanaan Intensifikasi Padi, Palawija, dan Hortikultura dalam satu musim, musim rendengan (penghujan) atau musim gadu (kemarau), selanjutnya disebut MT.

n. Tahun penyediaan adalah periode penyediaan kredit yang sama waktunya dengan 2 (dua) MT, selanjutnya disebut TP.

o. Plafon Kredit Likuiditas Bank Indonesia untuk KUT adalah jumlah maksimum kredit likuiditas Bank Indonesia yang dapat ditarik oleh Bank, selanjutnya disebut Plafon KLBI.

p. Plafon Awal Kredit Likuiditas KUT adalah plafon kredit likuiditas KUT yang disetujui oleh Kantor Bank Indonesia pada awal TP berdasarkan pengajuan dari kantor wilayah atau kantor cabang bank yang bersangkutan, selanjutnya disebut Plafon Awal.

BAB II Usaha-Usaha Yang Dibiayai 43 Pasal 2

31/164/KEP/DIR/1998

(1) KUT digunakan untuk pembiayaan Intensifikasi Padi, Palawija dan Hortikultura

(2) KUT untuk intensifikasi Hortikultura diberikan: a. Secara selektif berdasarkan daerah maupun komoditasnya, dengan

memperhatikan pola pembiayaan hortikultura yang sudah berjalan di daerah yang bersangkutan; dan

b. Mempunyai prospek pemasaran. (3) KUT untuk komoditas Hortikultura yang berupa nenas, pisang, pepaya,

markisa jeruk dan salak hanya diberikan dalam rangka pemeliharaan tanaman yang sudah menghasilkan.

Page 54: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset · Rangka Kredit Program Pada Masa Peralihan ... Rekam Jejak Regulasi Kredit dan Pembiayaan Modal Kerja Bank ... Contoh Perhitungan Imbalan

Asset Kredit Likuiditas Bank Indonesia

32

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

BAB III Syarat Dan Tugas Bank 44 Pasal 3

31/164/KEP/DIR/1998 huruf a Pasal 2 31/156/KEP/DIR/1999 Pasal 3 31/164/KEP/DIR/1998 huruf b

Bank yang dapat menyalurkan KUT adalah: a. Bank yang dapat memenuhi persyaratan sebagai bank pelaksana kredit

program sebagaimana diatur dalam Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 31/156/KEP/DIR tanggal 23 November 1998 tentang persyaratan Bank Pelaksana Kredit Program; (1) Bank yang dapat menyalurkan Kredit Program adalah:

(a) Bank sebelum ditetapkannya Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor7 tahun 1992 tentang Perbankan berbentuk persero, dan;

(b) Bank selain yang ditetapkan dalam huruf (a) tetapi tidak berkantor pusat di luar Indonesiaatau sebagian sahamnya dimiliki oleh orang dan atau badan hukum selain orang atau badan hukum Indonesia, yang memiliki tingkat kesehatan pada posisi Desember 1997 sekurang-kurangnya Cukup Sehat.

(2) Dalam hal setelah bulan Desember 1997 tingkat kesehatan Bank sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b mengalami penurunan sebagai akibat dari gejolak moneter sehingga tingkat kesehatannya menjadi di bawah Cukup Sehat, Bank yang bersangkutan dapat dipertimbangkan ikut serta dalam pelaksanaan Kredit Program.

(3) Ketentuan sebagaimnaa dimaksud dalam ayat (2), tidak berlaku bagi Bank yang mengalami penurunan tingkat kesehatan karena kesalahan manajemen dalam pengelolaan bank dan atau pelanggaran terhadap ketentuan dan atau peraturan yang berlaku.

(4) Bagi Bank sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b tetapi memiliki tingkat kesehatan di bawah Cukup Sehat, namun setelah bulan Desember 1997 tingkat kesehatannya memenuhi persyaratan sekurang-kurangnya Cukup Sehat, maka Bank yang bersangkutan dapat dipertimbangkan ikut serta dalam pelaksanaan Kredit Program.

dan; b. Telah mendapat persetujuan dari Bank Indonesia sebagai Bank penyalur

KUT.

45 Pasal 4 31/164/KEP/DIR/1998 SE 31/17/UK 1999 Romawi I No. 1 huruf a, b, c, d, f, g, h, i, j

Tugas Bank dalam pemberian KUT adalah: a. Menyalurkan KUT kepada Koperasi/LSM, mengawasi penggunaan dan

menagih pengembalian KUT, serta mengadministrasikan KUT; dan b. Memeriksa pemenuhan persyaratan KUT

c. Menerima permohonan KUT dari Koperasi/LSM yang berupa rekapitulasi

RDKK yang telah diperiksa dan direkomendasi oleh Kantor Departemen Koperasi Pengusaha Kecil dan Menengah setempat (Kabupaten/Kotamadya).

d. Memeriksa pemenuhan persyaratan administrasi. e. Membuat surat perjanjian penerusan kredit kepada koperasi/LSM atas

nama Bank Indonesia. f. Menerima dan mengadministrasikan surat aksep dari koperasi/LSM. g. Melaksanakan pembayaran fee/imbalan kepada pihak yang berhak

menerima.

Page 55: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset · Rangka Kredit Program Pada Masa Peralihan ... Rekam Jejak Regulasi Kredit dan Pembiayaan Modal Kerja Bank ... Contoh Perhitungan Imbalan

Asset Kredit Likuiditas Bank Indonesia

33

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

h. Menatausahakan pembayaran fee/imbalan yang belum dibayarkan dalam bentuk simpanan beku atas nama masing-masing pihak yaitu Bank, Koperasi/LSM dan dana titipan pemerintah.

i. Menatausahakan pelaksanaan pemberian KUT. j. Menerima pengembalian/pelunasan KUT dari Koperasi/LSM dan

meneruskannya kepada pihak Bank Indonesia k. Menyampaikan laporan penyaluran dan pengembalian KUT.

BAB IV Fungsi, Tugas, Dan Syarat Koperasi/LSM 46 Pasal 5

31/164/KEP/DIR/1998

(1) Koperasi/LSM berfungsi sebagai pelaksana pemberian KUT (executing agent).

(2) Tugas Koperasi /LSM adalah sebagai berikut: a. Menyeleksi calon peserta KUT berdasarkan kriteria yang ditetapkan dan

atas dasar informasi dari Kelompok Tani; b. Memeriksa kebenaran RDKK yang diajukan oleh Kelompok Tani; c. Mengajukan permohonan KUT kepada Bank berupa rekapitulasi RDKK

yang dibuat oleh Kelompok Tani; d. Menerima dan menyalurkan KUT dari Bank kepada petani melalui

Kelompok Tani; e. Melaksanakan administrasi KUT sesuai pedoman dan peraturan yang

ditetapkan oleh Bank; f. Mengawasi penggunaan KUT oleh petani dan melakukan penagihan

KUT; g. Melakukan pembinaan kepada petani dan Kelompok Tani; h. Mengembangkan Kelompok Tani menjadi perwakilan Koperasi/LSM

sebagai tempat pelayanan Koperasi/LSM di desa-desa yang bersangkutan;

i. Menyediakan sarana produksi pertanian sesuai dengan kebutuhan dan tepat waktu; dan

j. Memasarkan hasil produksi pertanian dan melaksanakan kegiatan simpan pinjam bagi anggotanya. Contoh RDKK dan rekapitulasi RDKK sebagaimana tercantum pada Lampiran 1 dan Lampiran 2 Surat Keputusan ini (Lampiran 11 dan Lampiran 12 dalam kodifikasi ini).

(3) Koperasi/LSM bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan atas pelunasan KUT dari Kelompok Tani/Petani kepada Bank secara penuh.

(4) Penandatanganan perjanjian penerusan KUT dilakukan oleh pengurus Koperasi/LSM dari Bank.

47 Pasal 6 31/164/KEP/DIR/1998

(1) Persyaratan Koperasi yang berfungsi sebagai pelaksana pemberian KUT adalah Koperasi yang memenuhi persyaratan: a. Sudah menjadi badan hukum; dan b. Memiliki pengurus yang aktif.

(2) Selain persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipersyaratkan pula tunggakan KUT untuk 2 MT atau TP sebelumnya tidak melebihi 50% (lima puluh per seratus) dari total KUT.

(3) Besarnya persyaratan tunggakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), berlaku untuk MT 1998/99

Page 56: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset · Rangka Kredit Program Pada Masa Peralihan ... Rekam Jejak Regulasi Kredit dan Pembiayaan Modal Kerja Bank ... Contoh Perhitungan Imbalan

Asset Kredit Likuiditas Bank Indonesia

34

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

(4) Untuk MT 1999 dan MT selanjutnya besarnya persyaratan tunggakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) akan diatur kembali oleh Bank Indonesia dengan mempertimbangkan kondisi pada tahun yang bersangkutan

48 Pasal 7 31/164/KEP/DIR/1998

(1) Persyaratan LSM yang dapat berfungsi sebagai pelaksana pemberian KUT adalah LSM yang memenuhi persyaratan: a. Sudah menjadi badan hukum; dan b. Memiliki pengurus yang aktif

(2) Di samping persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), persyaratan

lainnya akan ditetapkan lebih lanjut oleh Departemen Koperasi, Pengusaha Kecil, dan Menengah.

(3) Untuk MT 1999 dan MT selanjutnya akan dipersyaratkan besarnya tunggakan dengan mempertimbangkan kondisi pada tahun yang bersangkutan.

BAB V Syarat Dan Tugas Kelompok Tani 49 Pasal 8

31/164/KEP/DIR/1998

Kelompok Tani yang dapat menerima KUT adalah Kelompok Tani yang memenuhi persyaratan: a. Pengurus dan anggota Kelompok Tani telah menjadi anggota Koperasi atau

anggota Kelompok Tani di bawah binaan LSM. b. Mempunyai anggota yang melaksanakan budidaya komoditas yang dapat

dibiayai dengan KUT; c. Mempunyai organisasi dengan pengurus yang aktif, minimal ketua dan

bendahara; d. Mempunyai aturan yang disepakati oleh para anggota; e. Menyelenggarakan pertemuan secara teratur; dan f. Sekurang-kurangnya mempunyai pembukuan sederhana.

50 Pasal 9 31/164/KEP/DIR/1998

Tugas pengurus Kelompok Tani dalam pemberian KUT adalah: a. Menyeleksi petani anggota Kelompok Tani; b. Menyusun kebutuhan KUT para anggota Kelompok Tani dalam RDKK; c. Menerima dan menyalurkan KUT kepada anggota; d. Menagih pengembalian KUT; e. Mengelola kegiatan simpan pinjam; dan f. Membina kerjasama dan kesatuan anggota.

BAB VI Syarat-Syarat KUT 51 Pasal 10

31/164/KEP/DIR/1998

(1) Besarnya plafon KUT ditetapkan atas dasar kebutuhan nyata dari petani per TP dalam rangka Intensifikasi Padi, Palawija dan Hortikultura.

(2) Realisasi plafon KUT sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilaksanakan per MT.

(3) Besarnya kebutuhan pembiayaan per hektas ditetapkan oleh Menteri Pertanian selaku Ketua Badan Pengendali Bisnis, sebagaimana diatur dlam Surat Keputusan Menteri Pertanian yang diterbitkan setiap tahun.

52 Pasal 11 31/164/KEP/DIR/1998

Jangka waktu KUT ditetapkan maksimum 1 (satu) tahun terhitung sejak ditandatanganinya perjanjian penerusan KUT.

Page 57: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset · Rangka Kredit Program Pada Masa Peralihan ... Rekam Jejak Regulasi Kredit dan Pembiayaan Modal Kerja Bank ... Contoh Perhitungan Imbalan

Asset Kredit Likuiditas Bank Indonesia

35

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

53 Pasal 12 31/164/KEP/DIR/1998 Ayat (1) – (4) SE 31/17/UK 1999 Romawi V No. 1 – 2 Pasal 12 31/164/KEP/DIR/1998 Ayat (5) SE 31/17/UK 1999 Romawi V No. 3 – 8

(1) Suku bunga KUT ditetapkan sebesar 10,5% (sepuluh setengah per seratus) setahun dan tidak bunga berbunga.

(2) Suku bunga KUT sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat ditinjau kembali oleh Bank Indonesia.

(3) Dalam hal terjadi perubahan suku bunga KUT sebagaimana dimaksud pada ayat (2), maka perubahan tersebut dilakukan berdasarkan persetujuan Direksi Bank Indonesia dan diberitahukan dengan Surat Edaran Bank Indonesia.

(4) Suku bunga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. Fee untuk Bank sebesar 2% (dua perseratus) b. Imbalan bagi PPL sebesar 1% (satu per seratus) c. Imbalan bagi Koperasi/LSM sebesar 5% (lima per seratus).

d. Pembayaran premi kepada Perum PKK sebesar 1,5% (satu setengah

perseratus); dan e. Dana titipan Pemerintah yang disimpan pada Perum PKK sebesar 1%

(satu perseratus). Bunga tersebut akan dibebankan dimuka sehingga besarnya KUT merupakan penjumlahan dari kebutuhan KUT dan bunga dibebankan dimuka

(5) Pelaksanaan pembayaran fee, imbalan premi dan dana titipan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diatur dalam Surat Edaran Bank Indonesia. 1. Bunga KUT yang dibebankan dimuka tersebut, dihitung sesuai dengan

jangka waktu KUT yang tercantum dalam masing-masing rekapitulasi RDKK, dengan perhitungan sebagai berikut: a. Besarnya fee untuk bank = 2% x kebutuhan KUT x jangka waktu KUT. b. Besarnya imbalan untuk PPL = 1% x kebutuhan KUT x jangka waktu

KUT. c. Besarnya imbalan bagi Koperasi/LSM = 5% x kebutuhan KUT x jangka

waktu KUT. d. Besarnya premi untuk Perum PKK = 1,5% x kebutuhan KUT x jangka

waktu KUT. e. Besarnyadana titipan pemerintah yang disimpan pada Perum PKK =

1% x kebutuhan KUT x jangka waktu KUT. Contoh perhitungan bunga KUT sebagaimana dalam Lampiran 13

2. Bunga yang telah dibebankan dimuka tersebut akan dibayarkan kepada bank, PPL, Koperasi/LSM, Perum PKK, dan dana titipan Pemerintah secara bertahap dengan ketentuan sebagaimana tabel berikut:

No. Pihak Penerima Tahap I Tahap II Tahap III

1 Bank 1% 1% 2%

2 Koperasi 2% 5%

3 PPL 1% - 1%

4 Perum PKK 1,5% - 1,5%

5 Dana Titipan Pemerintah - 1% 1%

Total 5,5% 5% 10,5%

Page 58: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset · Rangka Kredit Program Pada Masa Peralihan ... Rekam Jejak Regulasi Kredit dan Pembiayaan Modal Kerja Bank ... Contoh Perhitungan Imbalan

Asset Kredit Likuiditas Bank Indonesia

36

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

3. Pembayaran tahap I akan diberikan pada saat realisasi KUT kepada Koperasi/LSM, sedangkan tahap II akan diberikan kepada masing-masing pihak yang bersangkutan pada saat kredit lunas atau setelah selesai pembagian risiko.

4. Selama pembayaran tahap II belum diberikan, dana milik masing-masing pihak tersebut disimpan sebagai tabungan beku atas nama masing-masing koperasi/LSM dengan mendapat bunga sebesar suku bunga tabungan yang berlaku pada bank yang bersangkutan.

5. Pada waktunya dana tahap II tersebut akan diberikan kepada masing-masing pihak yang berhak, sedangkan bunga dari tabungan beku tersebut diperlakukan sebagai berikut: a. Dalam hal KUT telah dibayar lunas oleh Koperasi/LSM, maka bunga

diberikan kepada petani melalui Koperasi/LSM; atau b. Dalam hal KUT belum dibayar lunas oleh Koperasi/LSM (ada

tunggakan), maka bunga tersebut digunakan untuk mengurangi tunggakan KUT.

6. Mengingat bunga KUT telah dibebankan dimuka, maka setelah KUT jatuh tempo (sesuai dengan jangka waktu dalam RDKK), bunga tidak dihitung dan tidak dibebankan lagi.

54 Pasal 13 31/164/KEP/DIR/1998

(1) Kelompok Tani disarankan membentuk tabungan yang besarnya disesuaikan dengan kemampuan Kelompok Tani yang bersangkutan untuk Tabungan Kelompok Tani dan disimpan di Bank.

(2) Tabungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), digunakan oleh Kelompok Tani untuk meningkatkan kesejahteraan anggota Kelompok Tani.

55 Pasal 14 31/164/KEP/DIR/1998

Provisi kredit dan biaya lainnya tidak dipungut.

56 Pasal 15 31/164/KEP/DIR/1998

Jaminan KUT ditetapkan sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 8 Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan.

BAB VII Syarat-Syarat Kredit Likuiditas Bank Indonesia 57 Pasal 16

31/164/KEP/DIR/1998

Sumber pembiayaan KUT berasal dari kredit Likuiditas Bank Indonesia (KLBI) sebesar 100% (seratus per seratus).

58 Pasal 17 31/164/KEP/DIR/1998

(1) Suku bunga KLBI ditetapkan sebesar 0% (nol per seratus) setahun. (2) Suku bunga KLBI sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat ditinjau

kembali oleh Bank Indonesia. (3) Dalam hal terjadi perubahan suku bunga KLBI sebagaimana dimaksud pada

ayat (2), maka perubahan tersebut dilakukan berdasarkan persetujuan Direksi Bank Indonesia, dan diberitahukan dengan Surat Edaran Bank Indonesia.

59 Pasal 18 31/164/KEP/DIR/1998

(1) Jangka waktu KLBI ditetapkan maksimum 2 (dua) tahun terhitung sejak tanggal Surat Persetujuan KLBI (SPK KLBI) kepada Bank

(2) Perpanjangan jangka waktu KLBI diberitahukan oleh Bank Indonesia sebelum jangka waktu KLBI berakhir, dengan disertai rincian sisa kredit.

Page 59: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset · Rangka Kredit Program Pada Masa Peralihan ... Rekam Jejak Regulasi Kredit dan Pembiayaan Modal Kerja Bank ... Contoh Perhitungan Imbalan

Asset Kredit Likuiditas Bank Indonesia

37

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

BAB VIII Prosedur Pemberian KUT 60 Pasal 19

31/164/KEP/DIR/1998 Ayat (1) SE 31/17/UK 1999 Romawi IV No. 1 Pasal 19 31/164/KEP/DIR/1998 Ayat (2) SE 31/17/UK 1999 Romawi IV No. 2 – 3 Pasal 19 31/164/KEP/DIR/1998 Ayat (3) – (4)

(1) Permohonan KUT diajukan oleh Kelompok Tani dalam bentuk RDKK kepada Koperasi atau LSM. Besarnya KUT dalam RDKK meliputi pinjaman pokok dan beban bunga yang harus dibayar oleh petani.

(2) Koperasi atau LSM menyampaikan permohonan KUT kepada kantor Bank setempat dalam bentuk rekapitulasi RDKK disertai dengan RDKK masing-masing Kelompok Tani.

Rekapitulasi RDKK tersebut telah diperiksa dan disetujui oleh Kandep Koperasi, Pengusaha Kecil dan menengah setempat, yaitu dengan mencantumkan bahwa Kandep Koperasi, Pengusaha Kecil dan Menengah tersebut menyetujui dan bertanggung jawab atas jumlah KUT yang akan dicairkan/dibayarkan. Dalam menyampaikan rekapitulasi RDKK tersebut dilampiri puladengan RDKK pendukung yang kebenarannya telah diperiksa oleh Petugas Penyuluh Lapangan (PPL). Dalam hal ini rekapitulasi RDKK disusun berdasarkan jangka waktu masing-masing RDKK kelompok tani. Untuk lebih memudahkan pembuatan RDKK dan perhitungan bunga yang tercantum dalam RDKK, maka RDKK dan rekapitulasi RDKK tersebut di atas dapat menggunakan formulir RDKK dan rekapitulasi RDKK sebagaimana dalam Lampiran 14 dan 15

(3) Penarikan kredit dilakukan oleh Koperasi/LSM sesuai dengan rencana

penarikan KUT yang diajukan berdasarkan RDKK (4) Untuk penarikan KUT sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Koperasi/LSM

harus menyerahkan surat pengakuan utang (Surat Aksep) yang ditanda tangani oleh pengurus Koperasi/LSM.

BAB IX Prosedur Pengajuan Plafon KLBI 61 Pasal 20

31/164/KEP/DIR/1998 No. (1)a SE 31/17/UK 1999 Romawi II No. 1 Pasal 20 31/164/KEP/DIR/1998 No. (1)b–(2)

(1) Pengajuan permohonan Plafon KLBI diajukan sebagai berikut: a. Bagi Bank yang berkantor pusat di wilayah DKI Jakarta,

Kabupaten/Kotamadya Serang, Pandeglang, Lebak, Tangerang, Bogor, Karawang, dan Bekasi diajukan kepada Kantor Pusat Bank Indonesia; dan Kantor pusat bank mengajukan permohonan plafon KLBI kepada Kantor Pusat Bank Indonesia (KPBI) cq: Urusan Kredit sekurang-kurangnya satu bulan sebelum dimulainya tahun penyediaan (TP).

b. Bagi Bank yang berkantor pusat di luar wilayah tersebut pada huruf a,

diajukan kepada Kantor Bank Indonesia setempat.

(2) Pengajuan permohonan plafon KLBI sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilampiri dengan Surat Pernyataan dari Departemen Koperasi, Pengusaha Kecil dan Menegah atau Kantor Wilayah setempat yang menyatakan akan bertanggung jawab atas penyaluran KUT sampai kepada petani dan penagihan pengembalian KUT dari petani kepada Bank.

Page 60: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset · Rangka Kredit Program Pada Masa Peralihan ... Rekam Jejak Regulasi Kredit dan Pembiayaan Modal Kerja Bank ... Contoh Perhitungan Imbalan

Asset Kredit Likuiditas Bank Indonesia

38

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

SE 31/17/UK 1999 Romawi II No. 3

Surat pernyataan tersebut juga menyatakan bahwa Departemen Koperasi, Pengusaha Kecil, dan Menengah akan bertanggung jawab dalam hal pengembalian tambahan dari KUT yang diajukan petani kepada Bank. Surat pernyataan tersebut ditandatangani oleh pejabat yang berwenang di atas materai sesuai dengan ketentuan yang berlaku

62 Pasal 21 31/164/KEP/DIR/1998 Ayat (1) SE 31/17/UK 1999 Romawi II No. 2 Pasal 21 31/164/KEP/DIR/1998 Ayat (2) SE 31/17/UK 1999 Romawi II No. 4 Pasal 21 31/164/KEP/DIR/1998 Ayat (3) SE 31/17/UK 1999 Romawi II No. 5

(1) Pengajuan permohonan plafon KLBI sebagaimana dimaksud pada Pasal 20 (Paragraf 61 dalam kodifikasi ini), dilakukan atas dasar permohonan KUT yang diajukan oleh Koperasi/LSM untuk pembiayaan kebutuhan 1 (satu) TP. Dalam mengajukan permohonan plafon KLBI kepada Bank Indonesia, kantor pusat bank mengacu kepada rencana penyaluran KUT yang realistis dalam 1 (satu) TP secara nasional, dengan memperhatikan kebutuhan KUT yang dibuat oleh Departemen Pertanian dan Departemen Koperasi, Pengusaha Kecil dan Menengah. Kebutuhan KUT yang direncanakan tersebut berisi informasi mengenai jumlah Koperasi/LSM peserta, jumlah kebutuhan kredit, luas areal dan lokasi yang akan dibiayai. Mengenai besarnya kebutuhan indikatif KUT per hektar ditentukan berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian/Ketua Badan Pengendali Bimas yang berlaku.

(2) Apabila permohonan plafon KLBI sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disetujui oleh Bank Indonesia, maka Bank Indonesia menyediakan Plafon KLBI dengan membuat Surat Persetujuan KLBI (SPK KLBI) dan Surat Perjanjian Penerusan KUT yang ditandatangani oleh Bank di atas materai sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan dikembalikan kepada Bank Indonesia.

Surat Perjanjian Penerusan Kredit ditandatangani oleh Bank Indonesia dan kantor pusat bank di atas materai sesuai dengan ketentuan yang berlaku, dan Surat Persetujuan KLBI (SPK) tembusannya ditandatangani oleh kantor pusat bank di atas materai sesuai dengan ketentuan yang berlaku, dan dikembalikan kepada Bank Indonesia.

(3) Penyediaan Plafon KLBI sebagaimana dimaksud pada ayat (2) akan didislokasikan kepada Kantor Bank Indonesia yang mewilayahinya. Bank indonesia akan mendislokasikan plafon tersebut pada Pasal 20 ayat (2) (Paragraf 61 ayat (2) dalam kodifikasi ini) kepada KBI sesuai dengan perencanaan alokasi plafon yang diajukan oleh bank.

63 Pasal 22 31/164/KEP/DIR/1998 Ayat (1) SE 31/17/UK 1999 Romawi II No. 6

(1) Berdasarkan dislokasi sebagaimana dimaksud pada Pasal 21 ayat (3) (Paragraf 62 ayat (3) dalam kodifikasi ini) kantor wilayah atau kantor cabang Bank mengajukan permohonan Plafon Awal dan uang muka KLBI kepada Kantor Bank Indonesia setempat.

Besarnya plafon awal yang akan diberikan tidak melebihi plafon yang dialokasikan.

Page 61: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset · Rangka Kredit Program Pada Masa Peralihan ... Rekam Jejak Regulasi Kredit dan Pembiayaan Modal Kerja Bank ... Contoh Perhitungan Imbalan

Asset Kredit Likuiditas Bank Indonesia

39

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

Pasal 22 31/164/KEP/DIR/1998 Ayat (2) SE 31/17/UK 1999 Romawi III A No. 1 – 2 Pasal 22 31/164/KEP/DIR/1998 Ayat (3) SE 31/17/UK 1999 Romawi III A No. 3 dan 5 Pasal 22 31/164/KEP/DIR/1998 Ayat (4) SE 31/17/UK 1999 Romawi III A No. 4 dan 6 Pasal 22 31/164/KEP/DIR/1998 Ayat (5)

(2) Apabila permohonan Plafon Awal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disetujui, maka Kantor Bank Indonesia akan melimpahkan uang muka KLBI sebesar 15% (lima belas perseratus) dari Plafon Awal yang disetujui dengan cara pemindahbukuan. Atas dasar plafon awal yang telah disediakan, Bank Indonesia akan melimpahkan uang muka sesuai dengan permohonan kantor bank, maksimum sebesar 15% (lima belas perseratus) dari plafon awal.

Dalam hal terjadi kelebihan atau kekurangan uang muka yang telah dilimpahkan, kantor bank dapat mengajukan permohonan pengurangan atau penambahan uang muka, dengan ketentuan uang muka yang diberikan tidak melebihi 15% (lima belas per seratus) dari plafon awal. Pengurangan atau penambahan uang muka dimaksud berlaku untuk triwulan berikutnya.

(3) Pelimpahan KLBI selanjutnya akan dilakukan dengan cara penggantian (reimburse) setelah kantor Bank melakukan realisasi kepada Kelompok Tani. Pelimpahan KUT dilakukan oleh Bank berdasarkan rekapitulasi RDKK dengan disertai RDKK pendukung. Dalam rekapitulasi RDKK dicantumkan bahwa Kandep Koperasi, Pengusaha Kecil dan Menengah menyetujui dan bertanggungjawab atas jumlah KUT yang akan dicairkan/ dibayarkan. Besarnya reimburse yang diajukan kepada Bank Indonesia adalah merupakan penjumlahan dari KUT yang dibayarkan oleh bank ditambah dengan beban bunga KUT yang dibayar dimuka sesuai dengan rekapitulasi RDKK, yang penyusunannya dibedakan per jangka waktu.

(4) Pengajuan Pelimpahan kredit likuiditas dengan cara reimburse sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat dilakukan oleh Kantor Bank dengan menggunakan sarana surat, kawat, atau fax kepada Kantor Bank Indonesia. Permohonan tersebut menggunakan formulir dalam Lampiran 16.

Untuk keperluan reimburse bank pelaksana juga wajib menyerahkan bukti realisasi KUT yang dapat berupa salinan rekening pinjaman koperasi/LSM yang bersangkutan. Bukti realisasi KUT dapat disampaikan bersamaan dengan pengajuan reimburse atau bersamaan dengan penyampaian laporan bulanan perkembangan KUT.

(5) Kantor Bank Indonesia akan melimpahkan KLBI sebagaimana dimaksud pada ayat (3) paling lambat 3 (tiga) hari kerja sejak diterimanya surat permohonan kantor wilayah atau kantor cabang Bank.

64 Pasal 23 31/164/KEP/DIR/1998 Ayat (1)

(1) Dalam hal terdapat kekurangan plafon KLBI, kantor Bank dapat mengajukan permohonan tambahan plafon kepada Kantor Bank Indonesia setempat.

Page 62: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset · Rangka Kredit Program Pada Masa Peralihan ... Rekam Jejak Regulasi Kredit dan Pembiayaan Modal Kerja Bank ... Contoh Perhitungan Imbalan

Asset Kredit Likuiditas Bank Indonesia

40

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

SE 31/17/UK 1999 Romawi II No. 7 Pasal 23 31/164/KEP/DIR/1998 Ayat (2) – (3)

Permohonan tambahan plafon dimaksud didasarkan atas pengajuan RDKK atau rencana penyaluran KUT yang mengacu pada sasaran areal intensifikasi daerah setempat.

(2) Permohonan tambahan plafon sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diputuskan oleh Kantor Bank Indonesia setempat.

(3) Tambahan plafon sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak menambah jumlah uang muka.

65 Pasal 24 31/164/KEP/DIR/1998 Ayat (1) SE 11/26/DKBU 2009 Romawi III B No. 1 – 4 Pasal 24 31/164/KEP/DIR/1998 Ayat (2) – (3)

(1) Atas pembayaran angsuran suku bunga dan pelunasan KUT yang diterima dari Koperasi/LSM, kantor Bank wajib mengembalikan KLBI tersebut kepada Bank Indonesia selambat-lambatnya pada akhir bulan yang bersangkutan. 1. Bank wajib mengembalikan pembayaran pelunasan pokok dan bunga

KUT yang diterima dari Koperasi/LSM kepada Bank Indonesia. 2. Pengembalian pembayaran pelunasan pokok dan bunga KUT tersebut

dilakukan dengan cara: a. Bank menyampaikan Laporan Pelunasan KUT sebagaimana formulir

dalam Lampiran 2 (Lampiran 17 dalam kodifikasi ini) dan dapat disampaikan melalui sarana faksimili atau surat

b. Laporan sebagaimana dimaksud pada huruf a, paling lambat diterima oleh Bank Indonesia pada setiap akhir bulan. Dalam hal akhir bulan dimaksud jatuh pada hari libur, maka laporan harus sudah diterima oleh Bank Indonesia pada hari kerja berikutnya.

c. Atas dasar laporan sebagaimana dimaksud pada huruf b tersebut, Bank Indonesia akan mendebet rekening giro Bank di Bank Indonesia.

3. Dalam hal pelunasan pokok dan bunga KUT dilaporkan oleh Bank melewati batas waktu yang ditentukan sebagaimana dimaksud pada butir 2b, maka atas jumlah pelunasan pokok dan bunga KUT akan dikenakan suku bunga deposito tertinggi yang berlaku pada Bank yang bersangkutan yang dihitung sejak tanggal diterima pelunasan pokok dan bunga KUT oleh Bank sampai dengan tanggal diterimanya Laporan Pelunasan KUT tersebut oleh Bank Indonesia.

4. Tingkat suku bunga deposito tertinggi sebagaimana dimaksud pada angka 3 adalah tingkat suku bunga deposito tertinggi pada tanggal diterimanya pelunasan pokok dan bunga KUT oleh Bank.

(2) Dalam hal Koperasi/LSM tidak dapat melunasi KUT pada saat jatuh tempo,

maka Koperasi/LSM tersebut harus mengajukan surat pernyataan penundaan pembayaran beserta alasannya kepada kantor Bank selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kerja sebelum kredit jatuh tempo.

(3) Kantor Bank wajib meneruskan surat pernyataan penundaan pembayaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) kepada Bank Indonesia selambat-lambatnya 3 (tiga) hari kerja sebelum KLBI jatuh tempo.

BAB X SANKSI 66 Pasal 25

31/164/KEP/DIR/1998

(1) Uang muka KLBI sebagaimana dimaksud pada Pasal 22 ayat (2) (Paragraf 63 ayat (2) dalam kodifikasi ini) dievaluasi setiap triwulan takwim, yaitu pada bulan Januari, April, Juli dan Oktober, erhadap realisasi yang terjadi selama

Page 63: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset · Rangka Kredit Program Pada Masa Peralihan ... Rekam Jejak Regulasi Kredit dan Pembiayaan Modal Kerja Bank ... Contoh Perhitungan Imbalan

Asset Kredit Likuiditas Bank Indonesia

41

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

triwulan takwim sebelumnya. (2) Dalam hal realisasi dalam triwulan takwim tersebut lebih kecil dari besarnya

uang muka KLBI, maka terhadap selisih dimaksud, Bank dikenakan suku bunga deposito tertinggi yang berlaku di kantor bank yang bersangkutan, dan dihitung sejak awal triwulan sampai dengan akhir triwulan yang bersangkutan.

(3) Tingkat suku bunga deposito tertinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah tingkat suku bunga tertinggi pada akhir triwulan yang berlaku pada Bank yang bersangkutan.

(4) Dalam hal kantor Bank tidak menyetorkan pelunasan KUT yang telah diterima dari Koperasi/LSM dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada Pasal 24 ayat (1) (Paragraf 65 ayat (1) dalam kodifikasi ini), maka atas jumlah KLBI yang terlambat disetorkan kantor Bank dikenakan suku bunga deposito tertinggi yang berlaku pada kantor Bank yang bersangkutan yang dihitung sejak tanggal diterima pelunasan KUT oleh Kantor Bank sampai dengan tanggal dikembalikannya KLBI Bank Indonesia.

BAB XI Tugas dan Fungsi PPL 67 Pasal 26

31/164/KEP/DIR/1998

Tugas dan fungsi PPL dalam pemberian KUT, adalah: a. Meningkatkan partisipasi petani dalam setiap tahapan kegiatan intensifikasi,

yaitu dalam perencanaan, persiapan, pelaksanaan, pemantauan dan pemecahan masalah;

b. Menumbuhkan dinamika dan kepemimpinan anggota Kelompok Tani melalui kegiatan musyawarah, diskusi, dan penyusunan RDK/RDKK;

c. Menyampaikan anjuran teknologi tepat guna kepada petani dan membina penerapannya dalam rangka peningkatan mutu intensifikasi;

d. Membina dan mendorong berkembangnya organisasi dan kemampuan petani dalam pengamalan 5 (lima) jurus kemampuan Kelompok Tani;

e. Mendorong terwujudnya hubungan melembaga antara Kelompok Tani dan Koperasi;

f. Membina pelaksanaan perakitan/rancang bangun dan rekayasa usaha tani intensifikasi sesuai dengan kondisi setempat; dan

g. Menyiapkan bahan penyusunan program penyuluhan pertanian dan menyusun rencana kerja di wulayah binaannya.

BAB XII Laporan 68 Pasal 27

31/164/KEP/DIR/1998 Ayat (1) SE 31/17/UK 1999 Romawi VI No. 1 Pasal 27 31/164/KEP/DIR/1998 Ayat (2)

(1) Kantor Bank wajib menyampaikan laporan kepada Kantor Bank Indonesia setempat dengan tembusan kepada kantor pusat Bank yang bersangkutan mengenai baki debet pemberian KUT per MT, penerimaan bunga dari Kelompok Tani serta imbalan yang telah diberikan kepada Koperasi/LSM dan PPL. Selain itu juga wajib disampaikan realisasi KUT (jumlah koperasi/ LSM, luas areal yang dibiayai, mutasi debet). Laporan tersebut disampaikan dengan menggunakan formulir dalam Lampiran 18 dan 19.

(2) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib disampaikan setiap akhir bulan dan selambat-lambatnya pada tanggal 15 bulan berikutnya.

Page 64: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset · Rangka Kredit Program Pada Masa Peralihan ... Rekam Jejak Regulasi Kredit dan Pembiayaan Modal Kerja Bank ... Contoh Perhitungan Imbalan

Asset Kredit Likuiditas Bank Indonesia

42

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

Pasal 27 31/164/KEP/DIR/1998 Ayat (3) SE 31/17/UK (1999) Romawi VI No. 3

(3) Kantor Pusat Bank wajib membuat kompilasi atas laporan bulanan yang diterima dari kantor cabangnya dan menyampaikan kompilasi dimaksud kepada Kantor Pusat Bank Indonesia setiap akhir bulan. Kompilasi dibuat atas dasar tembusan laporan bulanan dan disampaikan kepada Kantor Pusat Bank Indonesia c.q. Bagian Pemberian Kredit II (PmK2) selambat lambatnya akhir bulan berikutnya.

BAB XIII Ketentuan Peralihan

69 Pasal 28 31/164/KEP/DIR/1998

(1) KUT yang sudah diberikan sebelum berlakunaya Surat Keputusan ini, tetap mengikuti ketentuan sebagaimana diatur dalam masing-masing SPK KLBI yang bersangkutan. Bagi KUT yang disetujui sebelum tanggal 1 Desember 1998 berlaku Surat keputusan Direksi Bank Indonesia No. 31/24A/KEP/DIR tanggal 2 Mei 1998 tentang Kredit Usaha tani sebagaimana telah diubah dengan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 31/58/KEP/DIR tanggal 2 Juli 1998

(2) KUT yang sedang diajukan dan belum mendapat persetujuan Bank, mengikuti ketentuan dalam Surat Keputusan ini. 1. Bagi KUT yang disetujui mulai tanggal 1 Desember 1998 berlaku Surat

Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 31/164/KEP/DIR tanggal 8 Desember 1998 tentang Kredit Usaha Tani.

2. Bagi plafon KLBI yang disediakan mulai tanggal 1 Desember 1998 dan bank belum menyampaikan Surat Pernyataan dari Departemen Koperasi, Pengusaha Kecil, dan Menengah / Kanwil Departemen Koperasi, Pengusaha Kecil dan Menengah sebagaimana dimaksud pada butir II.3, bank diwajibkan segera mengupayakan Surat Pernyataan tersebut dan menyampaikannya kepada Bank Indonesia.

3. Sanksi terhadap uang muka untuk triwulan pertama (Oktober 1998 sampai dengan Desember 1998) TP 1998/99 berlaku Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 31/24A/KEP/DIR tanggal 2 Mei 1998 tentang Kredit Usaha Tani sebagaimana telah diubah dengan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 31/158/KEP/DIR tanggal 2 Juli 1998.

4. Atas realisasi KUT yang telah dilakukan sejak tanggal 1 Desember 1998 dan bank belum memperhitungkan beban bunga KUT yang dibayar dimuka, maka bank dapat mengajukan permohonan penggantian beban bunga KUT yang dibayar dimuka tersebut kepada Bank Indonesia. Permohonan penggantian beban bunga KUT yang dibayar dimuka dan disetujui olah Bank Indonesia menjadi komponen KUT.

Kredit Investasi Pengembangan perkebunan Dengan Pola Perusahaan Inti Rakyat Yang Dikaitkan Dengan Program Transmigrasi (PIR-Trans) Pra Konversi

BAB I Ketentuan Umum 70 Pasal 1

6/12/PBI/ 2004

1. Bank adalah bank pelaksana Kredit Investasi Pengembangan Perkebunan dengan Pola Perusahaan Inti Rakyat (PIR) yang dikaitkan dengan program Transmigrasi (PIR-Trans), yaitu PT.Bank Rakyat Indonesia (Persero), PT.Bank Negara Indonesia (Persero) dan PT. Bank Mandiri (Persero).

2. Pola Perusahaan Inti Rakyat yang selanjutnya disebut Pola PIR adalah pola

Page 65: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset · Rangka Kredit Program Pada Masa Peralihan ... Rekam Jejak Regulasi Kredit dan Pembiayaan Modal Kerja Bank ... Contoh Perhitungan Imbalan

Asset Kredit Likuiditas Bank Indonesia

43

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

pelaksanaan pengembangan perkebunan dengan menggunakan perkebunan besar sebagai inti yang membantu dan membimbing perkebunan rakyat disekitarnya sebagai plasma dalam suatu sistem kerjasama yang saling menguntungkan, utuh dan berkesinambungan.

3. Proyek Perusahaan Inti Rakyat Transmigrasi yang selanjutnya disebut Proyek PIR-Trans, merupakan suatu paket pengembangan wilayah yang utuh yang terdiri dari komponen utama yang meliputi pembangunan perkebunan inti, pembangunan kebun plasma dan unit pengolahannya, serta pembangunan pemukiman yang terdiri dari lahan pekarangan dan perumahan serta komponen penunjang yang meliputi prasarana umum, tidak termasuk proyek PIR-Trans Perkebunan atas dasar mekanisme Daftar Isian Pembiayaan Proyek.

4. Perusahaan Inti adalah perusahaan di bidang perkebunan yang dimiliki baik oleh negara maupun swasta yang membangun Kebun Inti dan Kebun Plasma berikut fasilitas pengolahan hasil kebun dimaksud, yang telah ditetapkan oleh Menteri Pertanian sebagai pelaksana proyek dalam Proyek PIR-Trans.

5. Kebun Inti adalah kebun yang dibangun, dikembangkan dan dimiliki oleh Perusahaan Inti untuk tanaman perkebunan dalam rangka pelaksanaan Proyek PIR-Trans.

6. Kebun Plasma adalah kebun yang dibangun oleh Perusahaan Inti untuk tanaman perkebunan yang akan dialihkan kepada petani peserta Proyek PIR-Trans.

7. Petani peserta Proyek PIR -Trans yang selanjutnya disebut Petani adalah petani transmigran, penduduk setempat, petani lokal dan perambah hutan sebagaimana ditetapkan dalam Instruksi Presiden No. 1 tahun 1986 yang disesuaikan dengan Surat/Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. 1094A.PR.01 .31.2001 tanggal 14 Agustus 2001.

8. Biaya Proyek PIR-Trans adalah biaya yang diperlukan untuk pembangunan Kebun Inti beserta unit pengolahannya, dan Kebun Plasma, termasuk didalamnya bunga selama masa pembangunan, namun tidak termasuk biaya pembangunan pemukiman.

9. Biaya Satuan adalah biaya untuk pembangunan Kebun Plasma per hektar yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan dan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Ketua Bappenas setelah mempertimbangkan pendapat Menteri Pertanian, yang dapat ditinjau setiap tahun dan sejak tahun 1999/2000 ditetapkan oleh Pemerintah Daerah setempat, sebagaimana diatur dalam Surat Menteri Keuangan dan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas No. S-6 8 8/MK.0 17/1998 Tanggal 31 Desember 1998.

S-7018/MK/12/1998 10. Kredit Investasi pra konversi perkebunan dengan Pola PIR- Trans yang

selanjutnya disebut Kredit Investasi (KI) adalah kredit yang diberikan oleh Bank kepada perusahaan inti dan diperuntukan bagi pembangunan Kebun Inti dan unit pengolahannya, serta Kebun Plasma, dengan sumber dana berasal dari Bank dan Bank Indonesia.

11. Kredit Likuiditas Bank Indonesia yang selanjutnya disebut KLBI adalah kredit likuiditas dari Bank Indonesia untuk pembiayaan Proyek PIR-Trans yang telah disetujui penyediaannya oleh Bank Indonesia.

12. Konversi adalah pengalihan kepemilikan Kebun Plasma yang telah memenuhi persyaratan dari Perusahaan Inti kepada Petani disertai dengan

Page 66: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset · Rangka Kredit Program Pada Masa Peralihan ... Rekam Jejak Regulasi Kredit dan Pembiayaan Modal Kerja Bank ... Contoh Perhitungan Imbalan

Asset Kredit Likuiditas Bank Indonesia

44

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

pengalihan KI untuk pembangunan Kebun Plasma yang semula merupakan beban Perusahaan Inti menjadi beban masing-masing Petani melalui KIK Pasca Konversi.

13. PT. Permodalan Nasional Madani (Persero) yang selanjutnya disebut PT. PNM adalah salah satu BUMN Koordinator yang menerima pengalihan pengelolaan KLBI, sebagaimana ditetapkan dalam Keputusan Menteri Keuangan No.487/KMK.017/1999 tanggal 13 Oktober 1999 Tentang Penunjukkan Badan Usaha Milik Negara Sebagai Koordinator Penyaluran Kredit Program.

BAB II Ketentuan Kredit Investasi Proyek PIR-TRANS 71 Pasal 2

6/12/PBI/ 2004

(1) Biaya Proyek PIR-Trans berasal dari dana Perusahaan Inti dan KI. (2) Pangsa pendanaan untuk Biaya Proyek PIR-Trans sebagaimana dimaksud

dalam ayat (1) ditetapkan sebagai berikut : a. Untuk pembiayaan pembangunan Kebun Inti, minimal 35% (tiga puluh

lima per seratus) berasal dari Perusahaan Inti dan selebihnya dibiayai dengan KI.

b. Untuk pembiayaan pembangunan Kebun Plasma, 100% (seratus per seratus) dibiayai dengan KI.

72 Pasal 3 6/12/PBI/ 2004

KI diberikan kepada Perusahaan Inti untuk membiayai Proyek PIR-Trans dengan ketentuan sebagai berikut: a. KI dipergunakan untuk membiayai pembangunan Kebun Inti termasuk unit

pengolahannya dan pembangunan Kebun Plasma. b. Jenis tanaman perkebunan yang dapat dibiayai dengan KI adalah kelapa

sawit dan kelapa hybrida. c. Pembangunan unit pengolahan sebagaimana dimaksud dalam huruf a yang

dapat dibiayai dengan KI adalah sebesar kapasitas maksimal yang diperlukan untuk menampung hasil produksi Kebun Plasma dan Kebun Inti yang bersangkutan.

73 Pasal 4 6/12/PBI/ 2004

Sumber pembiayaan KI berasal dari KLBI sebesar 55% (lima puluh lima per seratus) dan dana Bank sebesar 45% (empat puluh lima per seratus) dari kebutuhan KI.

74 Pasal 3 6/26/PBI/2004 (1)e

1. Suku bunga kredit dari Bank kepada debitur ditetapkan sebesar 14% (empat belas persen) setahun;

2. Suku bunga KLBI dari Bank Indonesia atau BUMN Kordinator kepada Bank ditetapkan sebesar 6,5% (enam koma lima persen) setahun.

Suku bunga dimaksud tidak dikenakan secara bunga berbunga.

75 Pasal 6 6/12/PBI/ 2004

(1) Jangka waktu KI ditetapkan sesuai dengan kemampuan Proyek PIR-Trans yang tercermin dari proyeksi keuangan.

Bank menetapkan jangka waktu KI dengan mempertimbangkan proyeksi keuangan masing-masing Proyek PIR - Trans.

(2) Jangka waktu KI sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan paling lama 13 (tiga belas) tahun, tidak termasuk perpanjangan KI.

Page 67: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset · Rangka Kredit Program Pada Masa Peralihan ... Rekam Jejak Regulasi Kredit dan Pembiayaan Modal Kerja Bank ... Contoh Perhitungan Imbalan

Asset Kredit Likuiditas Bank Indonesia

45

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

76 Pasal 7 6/12/PBI/ 2004

(1) Commitment fee dan provisi KI kepada Perusahaan Inti tidak dipungut. (2) Bea meterai dikenakan sesuai dengan ketentuan bea meterai yang berlaku.

77 Pasal 8 6/12/PBI/ 2004

(1) Jaminan KI dan pengikatan jaminan KI dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

(2) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) merupakan wewenang Bank.

Penetapan dan pengikatan jaminan diserahkan kepada masing-masing Bank dengan tetap memperhatikan azas perkreditan yang sehat.

BAB III Tata Cara Pelaksanaan Kredit Investasi Proyek PIR-TRANS 78 Pasal 9

6/12/PBI/ 2004

(1) Perusahaan Inti yang dapat memperoleh KI adalah: a. Perusahaan milik negara yang telah mendapatkan izin Menteri

Keuangan;

Yang dimaksud dengan Izin Menteri Keuangan adalah rekomendasi dari Menteri Keuangan (selaku Pemerintah) sebagai pemegang saham dari perusahaan milik negara untuk dapat mengikuti program PIR Trans.

b. Perusahaan Swasta Nasional; atau c. Perusahaan Penanaman Modal Asing dalam rangka Undang-Undang No. 1 tahun 1967 dan ketentuan perubahannya.

(2) Perusahaan Penanaman Modal Asing sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf c hanya dapat mengajukan KI untuk membiayai pembangunan Kebun Plasma.

Perusahaan Penanaman Modal Asing dimaksud hanya dapat mengajukan KI untuk pembiayaan Kebun Plasma sepanjang perusahaan tersebut memiliki unit pengolahan yang dibiayai sendiri guna menampung hasil Kebun Plasma tersebut.

(3) Perusahaan Inti sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) wajib memenuhi

persyaratan sebagai berikut: a. Memiliki Surat Keputusan Menteri Pertanian tentang rencana

pelaksanaan proyek PIR-Trans; dan b. Memiliki Surat Persetujuan Menteri Keuangan mengenai rencana

pembiayaan pembangunan proyek PIR - Trans yang bersifat jamak tahun (multi years).

Rencana pembiayaan pembangunan PIR-Trans yang bersifat jamak tahun tersebut adalah berdasarkan saran Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS).

79 Pasal 10 6/12/PBI/ 2004

Permohonan KI diajukan secara tertulis oleh Perusahaan Inti kepada Bank dan wajib dilengkapi dengan: a. Dokumen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 (Paragraf 78 dalam

kodifikasi ini). b. Izin yang berkaitan dengan legalitas badan usaha dan kegiatan usaha.

Page 68: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset · Rangka Kredit Program Pada Masa Peralihan ... Rekam Jejak Regulasi Kredit dan Pembiayaan Modal Kerja Bank ... Contoh Perhitungan Imbalan

Asset Kredit Likuiditas Bank Indonesia

46

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

Yang dimaksud dengan izin tersebut diantaranya adalah Sertifikat Hak Guna Usaha (HGU) dan Surat Keputusan Tetap (SKPT) Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM).

c. Studi kelayakan yang dibuat oleh konsultan independen. d. Laporan keuangan perusahaan 3 tahun terakhir yang telah diaudit oleh

akuntan publik bagi perusahaan lama dan sekurang-kurangnya neraca awal bagi perusahaan baru. Yang dimaksud perusahaan lama adalah perusahaan¬perusahaan yang pada saat dimulainya program PIR- Trans merupakan perusahaan-perusahaan yang sudah memiliki pengalaman dibidang perkebunan dengan pola PIR. Yang dimaksud perusahaan baru adalah perusahaan¬perusahaan yang baru didirikan sehubungan dengan adanya program PIR-Trans.

80 Pasal 11 6/12/PBI/ 2004

Bank wajib melakukan penilaian atas permohonan KI sesuai dengan azas pemberian kredit yang sehat dengan mengacu kepada prinsip kehati-hatian.

81 Pasal 12 6/12/PBI/ 2004

(1) Perusahaan Inti melakukan pembayaran angsuran KI untuk Kebun Inti secara triwulanan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan.

Jadwal ditetapkan berdasarkan proyeksi arus dana (cash ftow). Pembayaran angsuran KI untuk Kebun Inti dilaksanakan setelah masa tenggang berakhir.

(2) Pelunasan KI untuk Kebun Plasma dilaksanakan secara bertahap sesuai

dengan pelaksanaan Konversi.

Ketentuan dan tata cara pelunasan KI untuk Kebun Plasma diatur di Peraturan Bank Indonesia tentang KLBI KIK PIR-Trans Pasca Konversi.

BAB IV Ketentuan Kredit Likuiditas Bank Indonesia 82 Pasal 13

6/12/PBI/ 2004

Suku bunga KLBI ditetapkan 6,5% (enam setengah per seratus) setahun dan dapat ditinjau kembali oleh Bank Indonesia.

83 Pasal 14 6/12/PBI/ 2004

Jangka waktu KLBI masing-masing Proyek PIR-Trans disesuaikan dengan jangka waktu KI. Jangka waktu KLBI ditetapkan dalam SPK masing-masing Proyek PIR - Trans.

84 Pasal 15 6/12/PBI/ 2004

(1) Jaminan KLBI adalah Surat Aksep yang diterbitkan dan ditandatangani oleh Bank.

(2) Surat Aksep sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) wajib diperbaharui setiap tahun selama KLBI belum lunas

BAB V Tata Cara Kredit Likuiditas Bank Indonesia 85 Pasal 16

6/12/PBI/ 2004

(1) Bank mengajukan permohonan KLBI kepada Bank Indonesia melalui PT. PNM setelah Bank melakukan penilaian terhadap permohonan KI sesuai dengan azas pemberian kredit yang sehat.

Page 69: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset · Rangka Kredit Program Pada Masa Peralihan ... Rekam Jejak Regulasi Kredit dan Pembiayaan Modal Kerja Bank ... Contoh Perhitungan Imbalan

Asset Kredit Likuiditas Bank Indonesia

47

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

(2) KLBI yang diajukan oleh Bank sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) terdiri dari KLBI untuk pembangunan Kebun Inti beserta unit pengolahannya (KLBI Kebun Inti) dan KLBI untuk pembangunan Kebun Plasma (KLBI Kebun Plasma).

(3) Bank menyampaikan permohonan KLBI kepada Bank Indonesia melalui PT. PNM secara tertulis dengan melampirkan : a. Penilaian Bank terhadap KI sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) b. Dokumen yang disampaikan Perusahaan Inti pada saat pengajuan KI

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 (Paragraf 79 dalam kodifikasi ini).

86 Pasal 17 6/12/PBI/ 2004

(1) Besarnya KLBI Kebun Plasma dihitung menurut kebutuhan atas dasar Biaya Satuan untuk tahun yang bersangkutan ditambah overhead cost dan jasa manajemen sebesar 15% (lima belas per seratus) dari total biaya.

(2) Besarnya KLBI Kebun Inti dihitung menurut kebutuhan Proyek PIR-Trans termasuk biaya untuk pembangunan unit pengolahan.

(3) Besarnya KLBI sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) maksimum sebesar plafon KLBI dalam Surat Penegasan Kredit (SPK) yang telah disetujui Bank Indonesia sebelum berlakunya Peraturan Bank Indonesia ini.

Dalam hal ini tidak dimungkinkan eskalasi dengan menggunakan KLBI.

87 Pasal 18 6/12/PBI/ 2004

(1) Pelimpahan KLBI dilaksanakan secara bertahap tiap triwulan atas dasar jadwal pelimpahan yang tercantum dalam proyeksi arus dana (cash flow).

(2) Pelimpahan KLBI didasarkan atas rencana kebutuhan dana Proyek PIRTrans dengan memperhatikan prestasi fisik dan Biaya Proyek PIR-Trans, sebagaimana dicantumkan dalam laporan pertanggungjawaban penggunaan KI, dengan ketentuan sebagai berikut: a. Untuk pelimpahan pertama kali (tahun pertama) yaitu triwulan I dan II

dapat dilaksanakan tanpa laporan pertanggungjawaban; b. Untuk pelimpahan triwulan III dilaksanakan setelah disampaikan

laporan pertanggungjawaban triwulan I; c. Untuk triwulan IV dengan penyampaian laporan pertanggungjawaban

triwulan II tahun pertama; d. Pelimpahan triwulan I tahun ke dua dengan penyampaian laporan

pertanggungjawaban triwulan III tahun pertama; e. Pelimpahan triwulan II tahun kedua dengan penyampaian laporan

pertanggungjawaban triwulan IV tahun pertama; f. Pelimpahan triwulan III tahun kedua dengan penyampaian laporan

pertanggungjawaban triwulan I tahun kedua, demikian untuk seterusnya sampai dengan jadwal pelimpahan selesai.

(3) Bank wajib memeriksa kebenaran atas laporan pertanggungjawaban penggunaaan KI tersebut di atas.

(4) Bank Indonesia menetapkan batas akhir pelimpahan KLBI dan menyampaikannya secara tertulis kepada Bank. Bank Indonesia menetapkan batas akhir pelimpahan KLBI atas dasar masukan dari Bank dan Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan.

Page 70: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset · Rangka Kredit Program Pada Masa Peralihan ... Rekam Jejak Regulasi Kredit dan Pembiayaan Modal Kerja Bank ... Contoh Perhitungan Imbalan

Asset Kredit Likuiditas Bank Indonesia

48

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

88 Pasal 19 6/12/PBI/ 2004

(1) Bank wajib merealisasikan seluruh KLBI kepada Proyek PIR-Trans. (2) Atas realisasi KLBI dimaksud, Bank wajib merealisasikan KI kepada Proyek

PIR-Trans sesuai dengan ketentuan pangsa pendanaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 (Paragraf 73 dalam kodifikasi ini).

Dalam merealisasikan KI kepada Proyek PIR-Trans, Bank harus menjaga agar proporsi KI dimaksud terdiri dari 55% (lima puluh lima per seratus) KLBI dan 45% (empat puluh lima per seratus) dana Bank.

(3) Bank wajib merealisasikan KI sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), paling

lambat 5 (lima) hari kerja setelah KLBI dilimpahkan kepada Bank. (4) Bank wajib menyampaikan kepada Bank Indonesia bukti realisasi

sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) dalam 10 (sepuluh) hari kerja sejak tanggal pelimpahan KLBI.

Bukti realisasi tersebut agar disampaikan kepada Biro Kredit Bank Indonesia.

89 Pasal 20 6/12/PBI/ 2004

(1) Pembayaran angsuran KLBI Kebun Inti dilakukan secara triwulanan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan berdasarkan proyeksi arus dana (cash flow).

Pembayaran angsuran KLBI Kebun Inti dilaksanakan setelah masa tenggang pembayaran angsuran berakhir.

(2) Pelunasan KLBI Kebun Plasma dilakukan secara bertahap sesuai dengan

pelaksanaan Konversi.

Konversi untuk masing-masing Petani dilaksanakan secara bertahap sesuai dengan kesiapan masing-masing Proyek PIR-Trans.

(3) Pelunasan KLBI sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dilakukan melalui

pemberian KLBI atas beban kredit Petani.

KLBI yang diberikan atas beban kredit Petani tersebut selanjutnya disebut KLBI KIK PIR-Trans Pasca Konversi, yang diatur dalam Peraturan Bank Indonesia tentang KLBI KIK PIR-Trans Pasca Konversi.

BAB VI Perimbangan Luas Lahan 90 Pasal 21

6/12/PBI/ 2004 (1) Perimbangan luas lahan Kebun Inti dan Kebun Plasma ditetapkan Bank

Indonesia dengan mengacu kepada ketetapan Menteri Pertanian. (2) Perimbangan luas lahan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah 20 :

80 (dua puluh berbanding delapan puluh) atau dapat disesuaikan dengan kondisi setempat.

Penyesuaian perimbangan luas lahan adalah berdasarkan SK Menteri Pertanian No.353/Kpts/KB.5106/2003 tanggal 30 Juni 2003, dan penyesuaian perimbangan luas lahan dimungkinkan sepanjang memenuhi kriteria yang diatur dalam Keputusan Direktur Jenderal Bina Produksi Perkebunan No.: 50/Kpts/KB.5 10/7/2003 tanggal 30

Page 71: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset · Rangka Kredit Program Pada Masa Peralihan ... Rekam Jejak Regulasi Kredit dan Pembiayaan Modal Kerja Bank ... Contoh Perhitungan Imbalan

Asset Kredit Likuiditas Bank Indonesia

49

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

Juli 2003 dan ketentuan perubahannya.

(3) Penyesuaian perimbangan luas lahan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dilakukan sebagai berikut: a. Perusahaan Inti mengajukan permohonan penyesuaian perimbangan

luas lahan kepada Direktur Jenderal Bina Produksi Perkebunan untuk mendapatkan rekomendasi.

b. Setelah memperoleh rekomendasi dari Direktur Jenderal Bina Produksi Perkebunan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, Perusahaan Inti mengajukan permohonan penyesuaian perimbangan luas lahan kepada Bank.

c. Bank mengajukan permohonan penyesuaian perimbangan luas lahan kepada PT. PNM dengan disertai rekomendasi dari Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan.

d. PT PNM melakukan penilaian atas permohonan yang diajukan Bank, dan meneruskan hasil penilaian kepada Bank Indonesia untuk mendapatkan persetujuan.

(4) Dalam hal Bank Indonesia menyetujui permohonan penyesuaian perimbangan luas lahan, maka: a. PT. PNM melakukan penyesuaian plafon KLBI yang telah disetujui Bank

Indonesia sebelumnya.

Penyesuaian plafon KLBI dimaksud dilakukan dalam SPK penyediaan KLBI secara proporsional.

b. Dalam hal KLBI yang sudah dilimpahkan nilainya lebih kecil dari plafon

KLBI yang telah disesuaikan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, maka kelonggaran tarik KLBI yang tersedia adalah selisih antara plafon KLBI yang telah disesuaikan dengan KLBI yang sudah dilimpahkan.

c. Dalam hal KLBI yang sudah dilimpahkan nilainya lebih besar dari plafon KLBI yang telah disesuaikan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, maka Bank Indonesia melakukan oenarikan atas kelebihan KLBI dimaksud.

Penarikan KLBI dilakukan oleh Bank Indonesia dengan mendebet rekening giro Bank di Bank Indonesia.

BAB VII Konversi Kebun Plasma 91 Pasal 22

6/12/PBI/ 2004 (1) Konversi dapat dilaksanakan setelah dipenuhinya persyaratan sebagai

berikut: a. Budidaya tanaman telah dinilai oleh Departemen Pertanian sesuai

dengan persyaratan atau kriteria yang ditetapkan dan disetujui oleh Bank.

b. Aspek perbankan yang menyangkut jaminan kredit, administrasi Petani peserta, dan persyaratan lainnya yang ditetapkan oleh Bank telah dipenuhi.

Yang dimaksud dengan aspek perbankan yang menyangkut jaminan kredit di antaranya adalah sertifikat tanah.

Page 72: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset · Rangka Kredit Program Pada Masa Peralihan ... Rekam Jejak Regulasi Kredit dan Pembiayaan Modal Kerja Bank ... Contoh Perhitungan Imbalan

Asset Kredit Likuiditas Bank Indonesia

50

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

c. Petani telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh Departemen Pertanian

Pemenuhan syarat administrasi Petani dipersiapkan oleh Perusahaan Inti.

(2) Dalam hal persyaratan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) telah

dipenuhi Perusahaan Inti dapat mengajukan permohonan Konversi kepada Bank dengan melampirkan bukti-bukti pemenuhan persyaratan.

(3) Dalam hal Bank menyetujui permohonan Konversi sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) maka Konversi dapat dilaksanakan.

(4) Biaya Proyek PIR-Trans untuk membangun Kebun Plasma yang telah dikeluarkan oleh Perusahaan Inti dikonversi menjadi beban kredit Petani bersamaan dengan penyerahan pemilikan Kebun Plasma kepada Petani.

(5) Kredit Petani sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) disebut Kredit Investasi Kecil (KIK) Pasca Konversi dan selanjutnya tunduk kepada ketentuan KIK Pasca Konversi yang berlaku.

92 Pasal 23 6/12/PBI/ 2004

(1) Biaya Proyek PIR-Trans yang dikonversi menjadi KIK Pasca Konversi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (4) (Paragraf 91 ayat (4) dalam kodifikasi ini) adalah biaya yang dikeluarkan sejak tahap persiapan sampai dengan saat penyerahan Kebun Plasma, ditambah overhead cost dan jasa manajemen sebesar 15% (lima belas per seratus) dari total biaya termasuk bunga KI Kebun Plasma selama masa pembangunan .

(2) Besarnya KIK Pasca Konversi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan sebesar 166,17% (seratus enam puluh enam tujuh belas perseratus) dikalikan dengan jumlah biaya selama periode pembangunan Kebun Plasma yang didasarkan pada Biaya Satuan.

Penetapan besarnya kredit tersebut adalah agar besarnya beban kredit kepada setiap petani sama besarnya untuk setiap tahun tanam yang sama, yakni atas dasar rumus perhitungan X+15%X+(%BMPx115%X), dimana X adalah Biaya Satuan dan BMP adalah biaya bunga selama masa pembangunan.

(3) Sumber dana untuk KIK Pasca Konversi kepada Petani tersebut berasal dari

KLBI KIK Pasca Konversi sebesar 80% (delapan puluh perseratus) dan dana Bank sebesar 20% (dua puluh perseratus).

93 Pasal 24 6/12/PBI/ 2004

(1) Pelaksanaan Konversi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 (Paragraf 91 dalam kodifikasi ini) dilakukan secara bertahap sesuai dengan kondisi masing-masing Proyek PIR-Trans, yang keseluruhan proyek harus dikonversikan paling lambat tahun 2008.

Batas akhir Konversi untuk setiap Proyek PIR-Trans ditetapkan oleh Bank Indonesia, atas dasar usulan dari Bank dan Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan.

(2) Dalam hal sampai batas akhir Konversi yang ditetapkan masih terdapat

Kebun Plasma yang belum dilakukan Konversi dan masih terdapat baki

Page 73: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset · Rangka Kredit Program Pada Masa Peralihan ... Rekam Jejak Regulasi Kredit dan Pembiayaan Modal Kerja Bank ... Contoh Perhitungan Imbalan

Asset Kredit Likuiditas Bank Indonesia

51

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

debet KLBI Kebun Plasma, maka ditetapkan hal-hal sebagai berikut: a. Kelonggaran tarik KLBI KIK Pasca Konversi yang belum dilimpahkan

menjadi hangus. b. Baki debet KLBI Kebun Plasma ditarik oleh Bank Indonesia. c. Penyelesaian kepemilikan lahan yang belum dikonversi diserahkan

kepada Tim Koordinasi PIR-Trans.

Yang dimaksud dengan Tim Koordinasi PIR Trans adalah sebagaimana ditetapkan dalam SK Mentan No. 183/ Kpts/KP.150/4/86 tanggal 5 April 1986 juncto Keputusan Menteri Pertanian No. 485/Kpts/KP. 150/6/96 tentang Tim Koordinasi Pengembangan Perkebunan Dengan Pola PIR yang Dikaitkan Dengan Program Transmigrasi.

94 Pasal 25 6/12/PBI/ 2004

(1) Dalam hal salah satu syarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 Ayat (1) (Paragraf 92 Ayat (1) dalam kodifikasi ini) tidak dipenuhi sehingga Konversi tidak dapat dilaksanakan, maka Perusahaan Inti wajib segera memberitahukan hal tersebut kepada Tim Koordinasi PIR-Trans untuk mendapatkan penyelesaian lebih lanjut.

Dalam hal ini penyebab Konversi tidak dapat dilaksanakan adalah bukan karena kesalahan Perusahaan Inti.

(2) Penerimaan hasil Kebun Plasma yang diperoleh Perusahaan Inti selama

proses penyelesaian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur dalam sistem escrow account, dengan ketentuan sebagai berikut: a. Perusahaan Inti menyetor dana penerimaan hasil Kebun Plasma ke

dalam escrow account di Bank. b. Bank memberikan bunga atas dana escrow account, yang besarnya

sama dengan suku bunga KIK Pasca Konversi yang dikenakan kepada Petani dalam rangka Konversi.

Bunga tersebut dihitung atas dasar saldo harian.

c. Perusahaan Inti dapat menarik dana escrow account untuk membiayai

pemeliharaan Kebun Plasma dan membayar kewajiban KI Kebun Plasma yang timbul atas dasar KI Kebun Plasma yang akan dialihkan kepada Petani yang bersangkutan.

d. Dalam hal telah terjadi Konversi, maka dana escrow account sebagaimana dimaksud dalam huruf a digunakan untuk membayar kewajiban Petani kepada Perusahaan Inti dan atau Bank.

BAB VIII Laporan 95 Pasal 26

6/12/PBI/ 2004 (1) Bank wajib menyampaikan kepada Bank Indonesia dengan tembusan

kepada PT. PNM, laporan-laporan sebagai berikut : a. Laporan semesteran perkembangan Proyek PIR-Trans pada posisi bulan

Juni dan Desember, yang disampaikan paling lambat 2 (dua) bulan setelah berakhirnya bulan yang bersangkutan.

b. Laporan tahunan keuangan Perusahaan Inti yang telah diaudit oleh Kantor Akuntan, dan disampaikan paling lambat 6 (enam) bulan setelah berakhirnya tahun yang bersangkutan.

Page 74: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset · Rangka Kredit Program Pada Masa Peralihan ... Rekam Jejak Regulasi Kredit dan Pembiayaan Modal Kerja Bank ... Contoh Perhitungan Imbalan

Asset Kredit Likuiditas Bank Indonesia

52

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

c. Laporan bulanan posisi baki debet KI atas nama masing-masing Perusahaan Inti yang telah dikonsolidasikan oleh Kantor Pusat Bank dengan menggunakan format sebagaimana pada lampiran 1 (lampiran 20 dalam kodifikasi ini), dan diterima oleh Bank Indonesia paling lambat tanggal 15 bulan berikutnya.

(2) Kewajiban penyampaian laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku sampai dengan Konversi selesai dilaksanakan.

Yang dimaksud dengan Konversi selesai dilaksanakan adalah telah dilaksanakan Konversi kepada seluruh Petani.

BAB IX Sanksi 96 Pasal 27

6/12/PBI/ 2004 (1) Pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 19 ayat (2) (Paragraf 88 ayat (2)

dalam kodifikasi ini) sehingga menyebabkan porsi KLBI yang dilimpahkan melebihi 55% (lima puluh lima per seratus) dari KI dikenakan sanksi penarikan kembali kelebihan KLBI dimaksud dan sanksi kewajiban membayar sebesar suku bunga deposito berjangka 3 (tiga) bulan yang berlaku di Bank yang bersangkutan pada saat tanggal pelimpahan KLBI dikalikan kelebihan KLBI dimaksud.

Pengenaan sanksi kepada Bank dilakukan dengan cara membebankan rekening giro Bank di Bank Indonesia.

(2) Pengenaan sanksi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dihitung sejak

tanggal pelimpahan KLBI sampai dengan tanggal penarikan KLBI.

97 Pasal 28 6/12/PBI/ 2004

(1) Pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 19 ayat (3) (Paragraf 88 ayat (3) dalam kodifikasi ini) dikenakan sanksi penarikan kembali KLBI yang telah dilimpahkan dan sanksi kewajiban membayar sebesar suku bunga deposito berjangka 3 (tiga) bulan yang berlaku di Bank yang bersangkutan pada saat tanggal pelimpahan KLBI dikalikan jumlah KLBI yang telah dilimpahkan kepada Bank tersebut.

Pengenaan sanksi kepada Bank dilakukan dengan cara membebankan rekening giro Bank di Bank Indonesia.

(2) Pengenaan sanksi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dihitung sejak

tanggal pelimpahan KLBI sampai dengan tanggal penarikan KLBI.

98 Pasal 29 6/12/PBI/ 2004

Pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 19 ayat (4) (Paragraf 88 ayat (4) dalam kodifikasi ini) dikenakan sanksi kewajiban membayar sebesar Rp1.000.000,- (satu juta rupiah).

99 Pasal 30 6/12/PBI/ 2004

Untuk setiap keterlambatan penyampaian laporan sebagaimana dimaksud pada Pasal 26 ayat (1) huruf a, b dan c (Paragraf 95 ayat (1) huruf a, b, dan c dalam kodifikasi ini), Bank dikenakan sanksi kewajiban membayar masing-masing sebesar Rp 1.000.000,- (satu juta rupiah).

Page 75: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset · Rangka Kredit Program Pada Masa Peralihan ... Rekam Jejak Regulasi Kredit dan Pembiayaan Modal Kerja Bank ... Contoh Perhitungan Imbalan

Asset Kredit Likuiditas Bank Indonesia

53

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

BAB X Ketentuan Peralihan 100 Pasal 31

6/12/PBI/ 2004 Persyaratan dan kondisi untuk KLBI PIR-Trans yang telah diberikan sebelum berlakunya Peraturan Bank Indonesia ini tetap berlaku sampai dengan berakhirnya jangka waktu masing-masing SPK yang bersangkutan. Yang dimaksud persyaratan dan kondisi adalah sebagaimana yang tercantum dalam SPK masing-masing Proyek PIR-Trans.

Kredit Modal Kerja Bank Indonesia Dalam Rangka Pengembangan Bank Perkreditan Rakyat

BAB I Ketentuan Umum 101 Pasal 1

31/39/PBI/1998 1. Bank Perkreditan Rakyat, yang selanjutnya disebut BPR, adalah Bank

Perkreditan Rakyat sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, dan telah memperoleh ijin usaha sebagai Bank Perkreditan Rakyat dari Menteri Keuangan.

2. BPR Syari'ah adalah BPR yang dalam kegiatan operasionalnya berdasarkan syari'ah.

3. Kredit Modal Kerja Bank Indonesia dalam rangka pengembangan BPR, yang selanjutnya disebut KMK-BPR, adalah kredit modal kerja yang diberikan oleh Bank Indonesia kepada BPR dalam rangka membantu pendanaan BPR agar mampu memberikan kredit kepada usaha kecil.Bantuan Teknis adalah bantuan penelitian, pelatihan, dan konsultasi yang diberikan oleh Bank Indonesia kepada pihak-pihak yang terkait dalam rangka menunjang program pemerintah dan tidak termasuk bantuan teknis yang terkait dengan Two Step Loan.

4. Batas Maksimum Pemberian Kredit, yang selanjutnya disebut BMPK, adalah batas maksimum penyediaan dana yang diperkenankan untuk dilakukan oleh BPR kepada peminjam atau kelompok peminjam tertentu.

BAB II Usaha-Usaha Yang Dibiayai 102 Pasal 2

31/39/PBI/1998 (1) Usaha yang dapat dibiayai dengan KMK-BPR diutamakan usaha yang

produktif atau membuka / memperluas kesempatan kerja, pada semua sektor ekonomi dan dinyatakan layak oleh BPR berdasarkan asas-asas perkreditan yang sehat.

(2) Usaha-usaha sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak termasuk kredit kepada pengembang perumahan dan kantor.

103 Pasal 3 31/39/PBI/1998

(1) KMK-BPR tidak dapat diberikan kepada pihak yang terkait dengau BPR yang bersangkutan.

(2) Pihak terkait sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah sesuai dengan ketentuan BMPK yang berlaku.

BAB III Persyaratan BPR 104 Pasal 4

31/39/PBI/1998 (1) BPR yang dapat diberikan KMK-BPR adalah:

a. BPR yang didirikan setelah tanggal 28 Oktober 1988; b. Bank Pasar atau Bank Desa yang telah berbadan hukum; c. Bank Karya Produksi Desa (BKPD); dan d. BPR yang berasal dan pengukuhan Lembaga Dana dan Kredit Pedesaan

(LDKP).

Page 76: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset · Rangka Kredit Program Pada Masa Peralihan ... Rekam Jejak Regulasi Kredit dan Pembiayaan Modal Kerja Bank ... Contoh Perhitungan Imbalan

Asset Kredit Likuiditas Bank Indonesia

54

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

(2) BPR sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), harus telah beroperasi minimum 2 (dua) tahun.

BAB IV Syarat- Syarat KMK-BPR 105 Pasal 5

31/39/PBI/1998 (1) Besarnya KMK-BPR yang dapat diberikan diatur sebagai berikut:

a. Maksimum 3 (tiga) kali modal disetor bagi BPR yang telah memperoleh Tingkat Kesehatan (TKS) dengan predikat Sehat selama 1 (satu) tahun terakhir dan minimum Cukup Sehat selama 2 (dua) tahun sebelumnya.

b. Maksimum 2 (dua) kali modal disetor bagi BPR yang telah memperoleh TKS dengan predikat minimum Cukup Sehat selama 2 (dua) tahun terakhir.

c. Maksimum 1 (satu) kali modal disetor bagi BPR yang memperoleh TKS dengan predikat Cukup Sehat selama 1 (satu) tahun terakhir.

d. Maksimum 1 (satu) kali modal disetor bagi BPR yang memperoleh TKS dengan predikat Kurang Sehat selama 1 (satu) tahun terakhir dan pada bulan¬bulan di dalamnya tidak terdapat TKS dengan predikat Tidak Sehat, serta inodalnya masih positif (modal disetor setelah dikurangi rugi) dan masih memperoleh laba pada bulan terakhir.

(2) Jumlah maksimum KMK-BPR yang dapat diberikan kepada masing-masing BPR sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a, b dan c adalah sebesar Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)

(3) Jumlah maksimum KMK-BPR yang dapat diberikan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf d adalah sebesar Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).

106 Pasal 3 PBI 6/26/2004 Ayat (1)d.2 Pasal 6 31/39/PBI/1998 Ayat (2) – (4)

(1) suku bunga KLBI dari Bank Indonesia atau BUMN Koordinator kepada Bank ditetapkan sebesar 13% (tiga belas persen) setahun.

Suku bunga dimaksud tidak dikenakan secara bunga berbunga.

(2) Suku bunga KMK-BPR dihitung setiap bulan dan dibayar oleh BPR setiap

triwulan tahun takwim. (3) Dalam hal terjadi perubahan suku bunga KMK-BPR sebagaimana dimaksud

dalam ayat (1), maka perubahan tersebut akan diatur dalam Surat Edaran Bank Indonesia.

(4) Untuk KMK-BPR tidak dikenakan provisi kredit.

107 Pasal 7 31/39/PBI/1998

(1) Jangka waktu KMK-BPR ditetapkan maksimum 1 (satu) tahun dan apabila diperlukan dapat diperpanjang maksimum 3 (tiga) kali.

(2) Dalam hal BPR akan memperpanjang jangka waktu KMK-BPR, maka permohonan perpanjangan jangka waktu tersebut hams sudah diterima oleh Bank Indonesia selambat-lambatnya 1 (satu) bulan sebelum KMK-BPR tersebut jatuh tempo.

(3) Dalam hal BPR tidak mengajukan permohonan perpanjangan jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), maka BPR hams melunasi KMK-BPR sesuai dengan tanggal jatuh tempo.

BAB V Syarat-Syarat Penyaluran KMK-BPR Kepada Debitur 108 Pasal 8

31/39/PBI/1998 (1) Jumlah kredit yang dapat diberikan BPR kepada masing-masing debitur

disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan mengembalikan kredit,

Page 77: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset · Rangka Kredit Program Pada Masa Peralihan ... Rekam Jejak Regulasi Kredit dan Pembiayaan Modal Kerja Bank ... Contoh Perhitungan Imbalan

Asset Kredit Likuiditas Bank Indonesia

55

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

dengan jumlah maksimum Rp 15.000.000,00 (lima belas juta rupiah). (2) Kredit yang diberikan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), tidak boleh

melanggar BMPK.

109 Pasal 3 PBI 6/26/2004 Ayat (1)d.1

suku bunga kredit dari Bank kepada debitur ditetapkan sebesar 28% (dua puluh delapan persen) setahun. Suku bunga dimaksud tidak dikenakan secara bunga berbunga.

BAB VI

Tata Cara Pengajuan Permohonan Dan Pembayaran Kembali KMK-BPR

110 Pasal 10 31/39/PBI/1998

Permohonan KMK-BPR diajukan sebagai berikut: a. Bagi BPR yang berada di wilayah DKI Jakarta, Kabupaten/Kotamadya Serang,

Pandeglang, Lebak, Tangerang, Bogor, Karawang, dan Bekasi disampaikan kepada Kantor Pusat Bank Indonesia c.q. Bagian Pemberian Kredit 2 - Urusan Kredit, Jl. M.H. Thamrin No. 2 Jakarta; dan

b. Bagi BPR yang berada di luar wilayah sebagaimana dimaksud dalam huruf a, disampaikan kepada Kantor Bank Indonesia yang mewilayahinya.

111 Pasal 11 31/39/PBI/1998

(1) Dalam hal permohonan KMK-BPR sebagaimana dimaksud pada Pasal 10 (Paragraf 110 dalam kodifikasi ini) dapat disetujui, maka Bank Indonesia akan menyediakan plafond KMK-BPR untuk jangka waktu 1 (satu) tahun dengan membuat Surat Persetujuan KMK-BPR (SPK) dan Surat Perjanjian Kredit (Akta F).

(2) Dengan tersedianya plafond sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), BPR dapat mengajukan permohonan pelimpahan KMK-BPR dengan melampirkan rencana kebutuhan pembiayaan kepada debitur.

(3) Permohonan pelimpahan KMK-BPR sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dapat dilakukan secara bertahap maksimum 4 (empat) kali dalam 1 (satu) tahun.

112 Pasal 12 31/39/PBI/1998

Untuk menerima plafond KMK-BPR sebagaimana dimaksud pada Pasal 11 ayat (1) (Paragraf 111 ayat (1) dalam kodifikasi ini) BPR wajib menyerahkan: a. Surat kuasa dan pemilik BPR kepada Bank Indonesia untuk bertindak atas

nama pemilik BPR guna mengalihkan saham BPR dan atau bukti kepemilikan BPR lainnya, serta menerima hasil pengalihan dimaksud untuk membayar kembali KMK BPR dalam hal BPR tidak memenuhi kewajibannya.

b. Surat pernyataan dari pemilik BPR untuk tidak mengalihkan kepemilikan BPR kepada pihak lain selama pemberian KMK-BPR berlangsung.

c. Surat Aksep d. Surat pernyataan dari pemilik dan pengurus BPR bahwa akan bertanggung

jawab atas pengembalian KMK-BPR sampai harta kekayaan pribadi; dan e. Surat pernyataan dari pengurus BPR berisi kesediaaan bertanggung jawab

atas keberhasilan penyaluran kredit yang berasal dari KMK-BPR dan meningkatkan atau mempertahankan TKS setelah memperoleh KMK-BPR.

113 Pasal 13 31/39/PBI/1998

(1) Pelimpahan KMK-BPR ke rekening BPR di kantor bank umum terdekat dilakukan melalui kliring

(2) Pelaksanaan pelimpahan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan: a. setelah SPK dan Akta F ditandatangani oleh BPR, dan b. setelah BPR menyerahkan dokumen-dokurnen sebagaimana dimaksud

Page 78: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset · Rangka Kredit Program Pada Masa Peralihan ... Rekam Jejak Regulasi Kredit dan Pembiayaan Modal Kerja Bank ... Contoh Perhitungan Imbalan

Asset Kredit Likuiditas Bank Indonesia

56

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

pada Pasal 12 (Paragraf 112 dalam kodifikasi ini). (3) KMK-BPR yang telah dilimpahkan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),

wajib disalurkan kepada debitur selambat-lambatnya dalam waktu 1 (satu) bulan.

114 Pasal 14 31/39/PBI/1998

(1) Pembayaran kembali KMK-BPR beserta kewajiban lainnya dilakukan dengan mendebet rekening BPR pada Bank Umum yang ditunjuk.

(2) Pendebetan rekening sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan berdasarkan surat kuasa dari BPR kepada Bank Indonesia.

BAB VII Laporan 115 Pasal 15

31/39/PBI/1998 BPR wajib menyampaikan laporan atas penggunaan KMK-BPR yang telah dilimpahkan sesuai dengan contoh terlampir selambat-lambatnya 45 (empat puluh lima) hari kalender setelah tanggal pelimpahan (lampiran 21 dalam kodifikasi ini).

BAB VIII Sanksi 116 Pasal 16

31/39/PBI/1998 (1) Dalam hal KMK-BPR yang telah dilimpahkan tidak dapat disalurkan dalam

jangka wak-tu 1 (satu) bulan sebagaimana dimaksud pada Pasal 13 ayat (3) (Paragraf 113 ayat (3) dalam kodifikasi ini) baik sebagian maupun seluruhnya, maka untuk jumlah KMK-BPR yang tidak dapat disalurkan tersebut, BPR akan dikenakan sanksi berupa kewajiban membayar bunga sebesar suku bunga deposito tertinggi pada BPR yang bersangkutan, terhitung sejak tanggal pelimpahan sampai dengan tanggal penyaluran kepada debitur.

(2) Dalam hal KMK-BPR yang telah dilimpahkan sebagaimana dimaksud pada Pasal 13 ayat (1) dan (2) (Paragraf 113 ayat (1) dan (2) dalam kodifikasi ini), tidak dapat disalurkan dan dikembalikan kepada Bank Indonesia, maka untuk jumlah yang tidak dapat disalurkan dan dikembalikan tersebut, BPR akan dikenakan sanksi berupa kewajiban membayar bunga sebesar suku bunga deposito tertinggi pada BPR yang bersangkutan, terhitung sejak tanggal pelimpahan sampai dengan tanggal pengembalian.

(3) BPR yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud pada Pasal 2, Pasal 3, Pasal 8, dan Pasal 9 (Paragraf 102, Paragraf 103, Paragraf 108, dan Paragraf 109 dalam kodifikasi ini) dapat dikenakan sanksi berupa pencabutan fasilitas untuk memperoleh KMK-BPR.

Pembiayaan Modal Kerja Bank Indonesia Dalam Rangka Pengembangan Bank Perkreditan Rakyat Syariah

BAB I Ketentuan Umum 117 Pasal 1

31/64/KEP/DIR/ 1998

1. Bank Perkreditan Rakyat Syariah yang selanjutnya disebut BPRS, adalah Bank Perkreditan Rakyat sebagaimana diatur dalam Undang-undang nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, dan telah memperoleh izin usaha sebagai Bank Perkreditan Rakyat yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip bagi hasil dari Menteri Keuangan.

2. Pembiayaan Modal kerja Bank Indonesia dalam rangka pengembangan BPRS, yang selanjutnya disebut PMK-BPRS, adalah kredit modal kerja yang diberikan oleh Bank Indonesia kepada BPRS dalam rangka membantu pendanaan BPRS agar mampu memberikan pembiayaan kepada usaha

Page 79: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset · Rangka Kredit Program Pada Masa Peralihan ... Rekam Jejak Regulasi Kredit dan Pembiayaan Modal Kerja Bank ... Contoh Perhitungan Imbalan

Asset Kredit Likuiditas Bank Indonesia

57

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

kecil. 3. Batas Maksimum Pemberian Kredit, yang selanjutnya disebut BMPK, adalah

batas maksimum penyediaan dana yang diperkenankan untuk dilakukan oleh BPRS kepada peminjam atau kelompok peminjam tertentu.

4. Nisbah bagi hasil adalah perbandingan pendapatan yang akan diterima pemberi dana dan penerima dana.

BAB II Usaha-Usaha yang Dibiayai 118 Pasal 2

31/64/KEP/DIR/ 1998

(1) Usaha yang dapat dibiayai dengan PMK-BPRS diutamakan usaha yang produktif atau membuka/memperluas kesempatan kerja, pada semua sektor ekonomi dan dinyatakan layak oleh BPRS berdasarkan asas-asas pembiayaan yang sehat.

(2) Usaha-usaha sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak termasuk pembiayaan kepada pengembang perumahan dan kantor.

119 Pasal 3 31/64/KEP/DIR/ 1998

(1) PMK-BPRS tidak dapat diberikan kepada pihak yang terkait dengan BPRS yang bersangkutan.

(2) Pihak terkait sebgaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah sesuai dengan ketentuan BMPK yang berlaku.

BAB III Persyaratan BPRS 120 Pasal 4

31/64/KEP/DIR/ 1998

(1) BPRS yang dapat diberikan PMK-BPRS adalah: a. BPRS yang telah mendapatkan izin usaha dari Menteri Keuangan

Republik Indonesia; b. Bank Perkreditan Rakyat yang telah mendapat persetujuan Menteri

Keuangan Republik Indonesia untuk mengubah kegiatan usahanya menjadi Bank Perkreditan Rakyat yang semata-mata berdasarkan syari’ah.

(2) BPRS dan Bank Perkreditan Rakyat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), harus telah beroperasi minimum 2 (dua) tahun.

BAB IV Syarat-Syarat PMK-BPRS 121 Pasal 5

31/64/KEP/DIR/ 1998

(1) Besarnya PMK-BPRS yang dapat diberikan diatur sebagai berikut: a. Maksimum 3 (tiga) kali modal disetor bagi BPRS yang telah memperoleh

Tingkat Kesehatan (TKS) dengan predikat Sehat selama 1 (satu) tahun terakhir dan minimum Cukup Sehat selama 2 (dua) tahun sebelumnya.

b. Maksimum 2 (dua) kali modal disetor bagi BPRS yang telah memperoleh TKS dengan predikat minum Cukup Sehat selama 2 (dua) tahun terakhir.

c. Maksimum 1 (satu) kali modal disetor bagi BPS yang memperoleh TKS dengan predikat Cukup Sehat selama 1 (satu) tahun terakhir.

d. Maksimum 1 (satu) kali modal disetor bagi BPRS yang memperoleh TKS dengan predikat Kurang Sehat selama 1 (satu) tahun terakhir dan pada bulan-bulan di dalamnya tidak terdapat TKS dengan predikat Tidak Sehat, serta modalnya masih positif (modal disetor setelah dikurangi rugi) dan masih memperoleh laba pada bulan terakhir.

(2) Jumlah maksimum PMK-BPRS yang dapat diberikan kepada masing-masing BPRS sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a, b dan c adalah sebesar Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

(3) Jumlah maksimum PMK-BPRS yang dapat diberikan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf d adalah sebesar Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).

Page 80: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset · Rangka Kredit Program Pada Masa Peralihan ... Rekam Jejak Regulasi Kredit dan Pembiayaan Modal Kerja Bank ... Contoh Perhitungan Imbalan

Asset Kredit Likuiditas Bank Indonesia

58

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

BAB V Nisbah Bagi Hasil 122 Pasal 3

PBI 6/26/2004 Ayat (2)b.1 Pasal 6 31/64/KEP/DIR/ 1998 Ayat (2) Pasal 3 PBI 6/26/2004 Ayat (2)b.2 – 3 Pasal 6 31/64/KEP/DIR/ 1998 Ayat (5) – (6)

(1) nisbah atas pembiayaan dengan prinsip bagi hasil dari Bank kepada debitur ditetapkan dengan marjin maksimum sebesar 28% (dua puluh delapan persen) setahun. Nisbah dimaksud tidak dikenakan pada nisbah selanjutnya.

(2) Bagi hasil PMK-BPRS dihitung setiap bulan dan dibayar oleh BPRS setiap triwulan tahun takwim.

(3) Nisbah atas pembiayaan dengan prinsip bagi hasil dari Bank Indonesia atau

BUMN Koordinator kepada Bank ditetapkan setara dengan suku bunga sebesar 13% (tiga belas persen) setahun.

Nisbah dimaksud tidak dikenakan pada nisbah selanjutnya.

(4) dalam hal terjadi kekurangan atau kelebihan pendapatan Bank dari debitur,

pendapatan Bank Indonesia atau BUMN Koordinator tidak berubah. (5) Dalam hal terjadi perubahan nisbah bagi hasil PMK-BPRS sebagaimana

dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (3), maka perubahan tersebut akan diatur dalam Surat Edaran Bank Indonesia.

(6) Untuk PMK-BPRS tidak dikenakan provisi.

123 Pasal 7 31/64/KEP/DIR/ 1998

(1) Jangka waktu PMK-BPRS ditetapkan maksimum 1 (satu) tahun dan apabila diperlukan dapat diperpanjang maksimum 3 (tiga) kali.

(2) Dalam hal BPRS akan memperpanjang jangka waktu PMK-BPRS, maka permohonan perpanjangan jangka waktu tersebut harus sudah diterima oleh Bank Indonesia selambat-lambatnya 1 (satu) bulan sebelum PMK-BPRS tersebut jatuh tempo.

(3) Dalam hal BPRS tidak mengajukan permohonan perpanjangan jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), maka BPRS wajib melunasi PMK-BPRS sesuai dengna tanggal jatuh tempo.

BAB VI Syarat-Syarat Penyaluran PMK-BPRS Kepada Nasabah 124 Pasal 8

31/64/KEP/DIR/ 1998

(1) Jumlah Pembiayaan yang dapat diberikan BPRS kepada masing-masing debitur disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan membayar kembali, dengan jumlah maksimum Rp 15.000.000,00 (lima belas juta rupiah).

(2) Pembiayaan yang diberikan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), tidak boleh melanggar BMPK.

BAB VII

Tata Cara Pengajuan Permohonan dan Pembayaran Kembali PMK-BPRS

125 Pasal 9 31/64/KEP/DIR/ 1998

Permohonan PMK-BPRS diajukan sebagai berikut: a. Bagi BPRS yang berada di wilayah DKI Jakarta, Kabupaten/Kotamadya

Serang, Pandeglang, Lebak, Tangerang, Bogor, Karawang, dan Bekasi disampaikan kepada Kantor Pusat Bank Indonesia c.q. Bagian Pemberian Kredit 2 – Urusan Kredit, Jl. M.H. Thamrin No. 2 Jakarta; dan

Page 81: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset · Rangka Kredit Program Pada Masa Peralihan ... Rekam Jejak Regulasi Kredit dan Pembiayaan Modal Kerja Bank ... Contoh Perhitungan Imbalan

Asset Kredit Likuiditas Bank Indonesia

59

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

b. Bagi BPRS yang berada di luar wilayah sebagaimana dimaksud dalam huruf a, disampaikan kepada Kantor Bank Indonesia yang mewilayahinya.

126 Pasal 10 31/64/KEP/DIR/ 1998

(1) Dalam hal permohonan PMK-BPRS sebagaimana dimaksud pada Pasal 9 (Paragraf 125 dalam kodifikasi ini) dapat disetujui, maka Bank Indonesia akan menyediakan plafon PMK-BPRS untuk jangka waktu 1 (satu) tahun dengan membuat Surat Persetujuan PMK-BPRS (SPK) dan Surat Perjanjian PMK-BPRS (Akta F).

(2) Dengan tersedianya plafon sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), BPRS dapat mengajukan permohonan pelimpahan PMK-BPRS dengan melampirkan rencana kebutuhan pembiayaan kepada debitur.

(3) Permohonan pelimpahan PMK-BPRS sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dapat dilakukan secara bertahap maksimum 4 (empat) kali dalam 1 (satu) tahun.

127 Pasal 11 31/64/KEP/DIR/ 1998

Untuk menerima plafon PMK-BPRS sebagaimana dimaksud pada Pasal 10 ayat (1) (Paragraf 126 ayat (1) dalam kodifikasi ini) BPRS wajib menyerahkan: a. Surat kuasa dari pemilik BPRS kepada Bank Indonesia untuk bertindak atas

nama pemilik BPRS guna mengalihkan saham BPRS dan atau bukti kepemilikan BPRS lainnya, serta menerima hasil pengalihan dimaksud untuk membayar kembali PMK-BPRS dalam hal BPRS tidak memenuhi kewajibannya.

b. Surat pernyataan dari pemilik BPRS untuk tidak mengalihkan kepemilikan BPRS kepada pihak lain selama pemberian PMK-BPRS berlangsung.

c. Surat Aksep; d. Surat pernyataan dari pemilik dan pengurus BPRS bahwa akan bertanggung

jawab atas pengembalian PMK-BPRS sampai harta kekayaan pribadi; dan e. Surat pernyataan dari pengurus BPRS berisi kesediaan bertanggung jawab

atas keberhasilan penyaluran pembiayaan yang berasal dari PMK-BPRS dan meningkatkan atau mempertahankan TKS setelah memperoleh PMK-BPRS.

128 Pasal 12 31/64/KEP/DIR/ 1998

(1) Pelimpahan PMK-BPR ke rekening BPRS di kantor bank umum terdekat dilakukan melalui kliring.

(2) Pelaksanaan pelimpahan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan: a. Setelah SPK dan Akta F ditandatangani oleh BPRS, dan b. Setelah BPRS menyerahkan dokumen-dokumen sebagaimana dimaksud

pada Pasal 11 (Paragraf 127 dalam kodifikasi ini). (3) PMK-BPRS yang telah dilimpahkan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),

wajib disalurkan kepada debitur selambat-lambatnya dalam waktu 1 (satu) bulan.

129 Pasal 13 31/64/KEP/DIR/ 1998

(1) Pembayaran kembali PMK-BPRS beserta kewajiban lainnya dilakukan dengan mendebet rekening BPRS pada bank umum yang ditunjuk.

(2) Pendebetan rekening sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan berdasarkan Surat Kuasa dari BPRS kepada Bank Indonesia.

BAB VIII Laporan 130 Pasal 14

31/64/KEP/DIR/ 1998

BPRS wajib menyampaikan laporan atas penggunaan PMK-BPRS yang telah dilimpahkan sesuai dengan contoh terlampir selambat-lambatnya 45 (empat puluh lima) hari kalender setelah tanggal pelimpahan (lampiran 22 dalam kodifikasi ini).

Page 82: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset · Rangka Kredit Program Pada Masa Peralihan ... Rekam Jejak Regulasi Kredit dan Pembiayaan Modal Kerja Bank ... Contoh Perhitungan Imbalan

Asset Kredit Likuiditas Bank Indonesia

60

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

BAB IX Sanksi 131 Pasal 15

31/64/KEP/DIR/ 1998

(1) Dalam hal PMK-BPRS yang telah dilimpahkan tidak dapat disalurkan dalam jangka waktu 1 (satu) bulan sebagaimana dimaksud pada Pasal 12 ayat (3) (Paragraf 128 ayat (3) dalam kodifikasi ini) baik sebagian maupun seluruhnya, maka untuk jumlah PMK-BPRS yang tidak dapat disalurkan tersebut, BPRS akan dikenakan sanksi berupa kewajiban membayar nisbah bagihasil deposito tertinggi pada BPRS yang bersangkutan, terhitung sejak tanggal pelimpahan sampai dengan tanggal penyaluran kepada debitur.

(2) Dalam hal PMK-BPRS yang telah dilimpahkan sebagaimana dimaksud pada Pasal 12 ayat (1) dan (2) (Paragraf 128 ayat (1) dan (2) dalam kodifikasi ini) tidak dapat disalurkan dan selanjutnya dikembalikan kepada Bank Indonesia, maka untuk jumlah yang tidak dapat disalurkan kepada Bank Indonesia, maka untuk jumlah yang tidak dapat disalurkan dan telah dikembalikan, dikenakan sanksi berupa kewajiban membayar sebesar nisbah bagi hasil deposito tertinggi pada BPRS yang bersangkutan, terhitung sejak tanggal pelimpahan sampai dengan tanggl pengembalian.

(3) BPRS yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud pada Pasal 2, Pasal 3, dan Pasal 8 (Paragraf 118, Paragraf 119, dan Paragraf 124 dalam kodifikasi ini) dapat dikenakan sanksi berupa pencabutan fasilitas untuk memperoleh PMK-BPRS.

Kredit Kepada Koperasi Primer Untuk Anggotanya (KKPA) BAB I Ketentuan Umum

132 Pasal 1 31/45/KEP/DIR/ 1998

Dalam surat keputusan ini yang dimaksud dengan: 1. Bank Pemberi Kredit, yang selanjutnya disebut Bank, adalah bank umum

sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan dan memenuhi persyaratan dalam Surat Keputusan ini.

2. Koperasi Primer adalah koperasi yang didirikan oleh dan beranggotakan orang-seorang, sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang perkoperasian

3. Usaha Produktif adalah semua usaha yang dapat memberikan nilai tambah. 4. Kredit kepada Koperasi Primer untuk Anggotanya, yang selanjutnya disebut

KKPA, adalah kredit investasi dan atau modal kerja yang diberikan oleh Bank kepada Koperasi Primer untuk diteruskan kepada anggotanya guna membiayai Usaha Produktif anggota koperasi.

5. Plafon Induk Kredit Likuiditas, yang selanjutnya disebut Plafon Induk, adalah jumlah maksimum kredit likuiditas Bank indonesia yang dapat ditarik (disbursed) oleh Bank dalam 1 (satu) tahun anggaran untuk seluruh pemberian KKPA.

6. Plafon Individual Kredit Likuiditas, yang selanjutnya disebut Plafon Individual adalah jumlah maksimum kredit Likuiditas Bank Indonesia yang dapat disetujui (approved) oleh Bank Indonesia bagi Bank untuk setiap pemberian KKPA.

BAB II Usaha-Usaha yang Dibiayai 133 Pasal 2

31/45/KEP/DIR/ 1998

(1) Usaha yang dapat dibiayai dengan KKPA adalah Usaha Produktif pada semua sektor ekonomi.

(2) Usaha produktif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dinyatakan layak oleh Bank berdasarkan asas-asas perkreditan yang sehat.

Page 83: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset · Rangka Kredit Program Pada Masa Peralihan ... Rekam Jejak Regulasi Kredit dan Pembiayaan Modal Kerja Bank ... Contoh Perhitungan Imbalan

Asset Kredit Likuiditas Bank Indonesia

61

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

(3) Usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) belum pernah mendapat fasilitas kredit perbankan.

134 Pasal 3 31/45/KEP/DIR/ 1998

(1) KKPA diberikan untuk : a. Investasi; atau b. Modal kerja; atau c. Investasi dan modal kerja yang terkait langsung dengan investasinya.

(2) Khusus untuk usaha di sektor perdagangan dan jasa, pembiayaan modal kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c hanya dapat diberikan maksimum sebesar kredit investasi yang disetujui.

BAB III Bank Pemberi KKPA

135 Pasal 4 31/45/KEP/DIR/ 1998

Bank yang dapat memberikan KKPA adalah Bank yang memenuhi persyaratan tingkat kesehatan sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia sekurang-kurangnya cukup sehat, kecuali ditentukan lain oleh Direksi Bank Indonesia.

BAB IV Fungsi, Tugas, dan Syarat Koperasi Primer 136 Pasal 5

31/45/KEP/DIR/ 1998

Koperasi Primer berfungsi sebagai: a. Pelaksana pemberian KKPA (executing agent); atau b. Penyalur KKPA (channeling agent).

137 Pasal 6 31/45/KEP/DIR/ 1998

(1) Dalam hal Koperasi Primer berfungsi sebagai Pelaksana pemberian KKPA, maka tugas Koperasi Primer adalah melakukan: a. Pengajuan usulan proyek yang akan dibiayai; b. Seleksi anggota yang layak dibiayai; c. Penyaluran KKPA kepada anggota; d. Pengawasan penggunaan KKPA; e. Pembinaan kepada anggota; f. Penagihan angsuran KKPA; dan g. Administrasi pemberian KKPA.

(2) Koperasi Primer bertanggungjawab atas pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan atas risiko pengembalian KKPA secara penuh.

(3) Penandatanganan akad kredit dilakukan oleh pengurus Koperasi Primer dan Bank.

138 Pasal 7 31/45/KEP/DIR/ 1998

(1) Dalam hal Koperasi Primer berfungsi sebagai Penyalur KKPA, maka tugas Koperasi Primer adalah melakukan: a. Pengajuan usulan proyek yang akan dibiayai; b. Seleksi anggota yang layak dibiayai; c. Koordinasi penyaluran KKPA kepada anggota; d. Pengawasan penggunaan KKPA; e. Pembinaan kepada anggota; f. Penagihan angsuran KKPA; dan g. Administrasi penyaluran KKPA.

(2) Koperasi Primer bertanggung jawab atas pelaksanaan tuga sebagaimana dimaksud pada ayt (1).

(3) Penandatanganan akad kredit dapat dilakukan oleh Bank dengan: a. Masing-masing anggota Koperasi Primer, yang harus diketahui oleh

pengurus Koperasi Primer; atau b. Koperasi Primer yang bertindak atas nama masing-masing anggota

Page 84: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset · Rangka Kredit Program Pada Masa Peralihan ... Rekam Jejak Regulasi Kredit dan Pembiayaan Modal Kerja Bank ... Contoh Perhitungan Imbalan

Asset Kredit Likuiditas Bank Indonesia

62

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

Koperasi Primer berdasarkan surat kuasa anggota kepada Koperasi Primer. Contoh surat kuasa sebagaimana terlampir dalam Lampiran 1 Surat Keputusan ini (Lampiran 23 dalam kodifikasi ini).

139 Pasal 8 31/45/KEP/DIR/ 1998

(1) Koperasi Primer yang dapat melaksanakan pemberian atau menyalurkan KKPA adalah Koperasi primer yang sudah menjadi badan hukum dan bukan merupakan Koperasi Karyawan.

(2) Koperasi Karyawan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), adalah Koperasi yang seluruh atau sebagian anggotanya merupakan karyawan suatu perusahaan, instansi, atau badan hukum lain yang dipersamakan dengan itu.

BAB V Syarat-Syarat KKPA 140 Pasal 9

31/45/KEP/DIR/ 1998

(1) Jumlah KKPA yang dapat diberikan kepada masing-maisng anggota Koperasi Primer disesuaikan dangen kebutuhan dan kemampuan megembalikan KKPA (dengan jumlah maksimum sebesar Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).

(2) Khusus untuk pembiayaan modal kerja di sektor perdagangan dan jasa sebagaimana disebut dalam Pasal 3 ayat (1) huruf b (Paragraf 134 ayat (1) huruf b dalam kodifikasi ini), jumlah KKPA yang dapat diberikan maksimum sebesar Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) per anggota.

(3) Untuk pemberian KKPA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), Bank mensyaratkan adanya pemupukan tabungan anggota Koperasi Primer, atau tabungan Koperasi Primer dan anggota Koperasi Primer.

141 Pasal 3 PBI 6/26/2004 Ayat (1)a.1

Pasal 10 31/45/KEP/DIR/ 1998 Ayat (2) – (4)

(1) Suku bunga kredit dari Bank kepada debitur, ditetapkan sebesar 14% (empat belas persen) setahun.

Suku bunga dimaksud tidak dikenakan secara bunga berbunga.

(2) Dalam suku bunga sebagaimana dimaksudpada ayat (1) termasuk imbalan sebesar 2% (dua perseratus) setahun bagi Koperasi Primer dengan ketentuan sebagai berikut: a. Dalam hal Koperasi Primer bertindak sebagai Pelaksana pemberian

KKPA, maka seluruh imbalan diberikan kepada Koperasi Primer dan pembayaran dilakukan sebagai berikut: 1) Sebesar 50% (lima puluh perseratus) dari imbalan dibayarkan

kepada Koperasi Primer atas dasar realisasi pembayaran angsuran pokok dan bunga oleh anggota Koperasi Primer; dan

2) Sisanya disimpan dalam bentuk tabungan beku pada Bank dan dikembalikan setelah diperhitungkan dengan tunggakan yang timbul pada saat KKPA jatuh tempo. Tabungan tersebut diberi bunga sebesar suku bunga yang berlaku oada Bank yang bersangkutan.

b. Dalam Hal Koperasi Primer bertindak sebagai Penyalur KKPA, maka 50% (lima puluh perseratus) dari imbalan diberikan kepada Koperasi Primer atas dasar realisasi pembayaran angsuran pokok dan bunga oleh anggota Koperasi Primer, dan sisanya menjadi bagian penerimaan Bank.

Contoh perhitungan imbalan bagi Koperasi Primer sebagaimana terlampir dalam Lampiran 2.a dan 2.b Surat Keputusan ini (Lampiran 24 dan 25 dalam kodifikasi ini).

(3) Imbalan bagi Koperasi Primer selama masa tenggang tidak diberikan,

Page 85: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset · Rangka Kredit Program Pada Masa Peralihan ... Rekam Jejak Regulasi Kredit dan Pembiayaan Modal Kerja Bank ... Contoh Perhitungan Imbalan

Asset Kredit Likuiditas Bank Indonesia

63

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

sehingga suku bunga yang dibayarkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berkurang dengan 2% (dua perseratus) setahun.

(4) Bunga KKPA selama masa tenggang dapat dikapitalisasikan menjadi pokok pinjaman.

142 Pasal 11 31/45/KEP/DIR/ 1998

(1) Suku bunga KKPA dan imbalan sebagaimana dimaksud pada Pasal 10 (Paragraf 141 dalam kodifikasi ini) bersifat tidak tetap dan dapat ditinjau kembali.

(2) Perubahan suku bunga KKPA dan atau imbalan bersifat otomatis walaupun jangka waktu KKPA belum berakhir.

(3) Tata cara perubahan suku bunga dan imbalan akan diatur dalam Surat Edaran Bank Indonesia.

143 Pasal 12 31/45/KEP/DIR/ 1998

Jangka waktu KKPA didasarkan pada kemampuan anggota Koperasi Primer untuk membayar kembali KKPA dari Usaha Produktif yang dibiayai, dengan ketentuan: a. Jangka waktu KKPA untuk pembiayaan investasi disesuaikan dengan

kemampuan nyata Usaha Produktif yang dibiayai, dengan maksimum 15 (lima belas) tahun;

b. Jangka waktu KKPA untuk pembiayaan modal kerja adalam maksimum 1 (satu) tahun;

c. Jangka waktu KKPA untuk pembiayaan modal kerja bagi pembiayaan tanaman musiman tertentu dimungkinkan lebih dari 1 (satu) tahun;

d. Jangka waktu KKPA untuk pembiayaan modal kerja yang terkait dengan investasi sebagaimana dimaksud pada huruf a adalah maksimum 5 (lima) tahun;

e. Jangka waktu KKPA untuk pembiayaan investasi dan pembiayaan modal kerja sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf d, termasuk masa tenggang uang lamanya disesuaikan dengan kemampian nyata Usaha Produktif yang dibiayai.

144 Pasal 13 31/45/KEP/DIR/ 1998

Commitment fee, provisi kredit, dan biaya lainnya tidak dipungut.

145 Pasal 14 31/45/KEP/DIR/ 1998

Jaminan kredit ditetapkan sesuai ketentuan dalam Pasal 8 Undang-undang Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan.

146 Pasal 15 31/45/KEP/DIR/ 1998

(1) Sumber pembiayaan KKPA berasal dari kredit likuiditas Bank Indonesia sebesar 100% (seratus perserauts).

(2) Risiko atas kredit likuiditas KKPA ditanggung sepenuhnya oleh Bank.

147 Pasal 3 PBI 6/26/2004 Ayat (1)a.2 Pasal 16 31/45/KEP/DIR/ 1998

(1) Suku bunga KLBI dari Bank Indonesia atau BUMN Kordinator kepada Bank, ditetapkan sebesar 7% (tujuh persen) setahun.

Suku bunga dimaksud tidak dikenakan secara bunga berbunga.

(2) Suku bunga kredit KKPA dihitung dan dibebankan setiap bulan. (3) Perubahan suku bunga kredit likuiditas KKPA sebagaimanadimaksud pada

ayat (1) akan diatur dalam Surat Edaran Bank Indonesia.

Page 86: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset · Rangka Kredit Program Pada Masa Peralihan ... Rekam Jejak Regulasi Kredit dan Pembiayaan Modal Kerja Bank ... Contoh Perhitungan Imbalan

Asset Kredit Likuiditas Bank Indonesia

64

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

148 Pasal 17 31/45/KEP/DIR/ 1998

Jangka waktu kredit likuiditas KKPA diatur sebagai berikut: a. Untuk Plafon Induk ditentukan maksimum 16 (enam belas( tahun bagi

pembiayaan investasi dan 6 tahun bagi pembiayaan modal kerja; b. Untuk plafon individual ditentukan sama dengan jangka waktu KKPA yang

dihitung sejak tanggal Surat Persetujuan Kredit Likuiditas Individual (SPK Individual).

BAB VII Tata Cara Penyediaan Plafon Induk 149 Pasal 18

31/45/KEP/DIR/ 1998

Permohonan Plafon Induk diajukan atas dasar rencana penarikan KKPA dalam 1 (satu) tahun anggaran (1 April sampai dengan 31 Maret)

150 Pasal 19 31/45/KEP/DIR/ 1998

Permohonan penyediaan Plafon Induk diajukan sebagai berikut: a. Bagi bank yang berkantor pusat di wilayah DKI Jakarta,

Kabupaten/Kotamadia Serang, Pandeglang, Lebak, Tangerang, Bogor, Karawang dan Bekasi disampaikan kepada Kantor Pusar Bank Indonesia; dan

b. Bagi Bank yang berkantor pusat di luar wilayah tersebut pada huruf a, disampaikan kepada Kantor Pusat Bank Indonesia melalui Kantor Bank Indonesia yang mewilayahinya.

151 Pasal 20 31/45/KEP/DIR/ 1998

Dalam hal menurut penilaian Bank Indonesia permohonan Plafon Induk sebagaimana dimaksud pada Pasal 18 (Paragraf 149 dalam kodifikasi ini) dapat disetujui, maka Bank Undonesia akan menyediakan Plafon Induk dengan membuat Surat Persetujuan Kredit Likuiditas Induk (SPK Induk) dan Surat Perjanjian Kredit (Akte F)

152 Pasal 21 31/45/KEP/DIR/ 1998

(1) Penyediaan Plafon Induk sebagaimana dimaksud pada Pasal 20 (Paragraf 151 dalam kodifikasi ini), didislokasikan ke Kantor Bank Indonesia yang mewilayahinya atas dasar permintaan kantor pusat Bank. Ketentuan dislokasi Plafon Induk ditetapkan oleh Bank Indonesia

(2) Dislokasi Plafon Induk sebagaimana dimaksud pada ayat (1), baru dapat dilaksanakan setelah SPK Induk dan Akte F ditandatangani oleh Bank di atas materai sesuai dengan ketentuan yang berlaku, dan dikembalikan kepada Bank Indonesia.

(3) Untuk menerima Plafon Induk, Bank wajib menerbitkan Surat Aksep yang ditandatangani di atas materai sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

(4) Surat Aksep sebagaimana dimaksud pada ayat (3), diperbaharui setiap tahun sampai dengan jangka waktu kredit likuiditas berakhir.

153 Pasal 22 31/45/KEP/DIR/ 1998

(1) Plafon Induk yang telah disediakan sebagaimna dimaksud pada Pasal 20 (Paragraf 151 dalam kodifikasi ini), harus direalisasikan menjadi Plafon Individual pada tahun anggaran yang bersangkutan. Sisa Plafon Induk yang tidak direalisasikan pada akhir tahun anggaran tersebut dinyatakan tidak berlaku (hangus) dan akan dilakukan penyesuaian terhadap Plafon Induknya.

(2) Dalam hal tingkat kesehatan Bank tidak memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 (Paragraf 135 dalam kodifikasi ini), maka permohonan Plafon individual tidak dapat disetujui sampai tingkat kesehatan Bank memenuhi persyaratan sekurang-kurangnya cukup sehat, kecuali ditentukan lain oleh Direksi Bank Indonesia.

Page 87: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset · Rangka Kredit Program Pada Masa Peralihan ... Rekam Jejak Regulasi Kredit dan Pembiayaan Modal Kerja Bank ... Contoh Perhitungan Imbalan

Asset Kredit Likuiditas Bank Indonesia

65

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

BAB VIII Tata Cara Penyediaan Plafon Individual 154 Pasal 23

31/45/KEP/DIR/ 1998

Atas dasar Plafon Induk yang telah disediakan, sebagaimana dimaksud pada Pasal 21 ayat (1) (Paragraf 152 ayat (1) dalam kodifikasi ini), Bank dapat mengajukan permohonan Plafon Individual kepada Kantor Bank Indonesia.

155 Pasal 24 31/45/KEP/DIR/ 1998

Pengajuan permohonan Plafon Individual, sebagaimana dimaksud pada Pasal 23 (Paragraf 154 dalam kodifikasi ini), dilakukan sebagai berikut: a. Untuk jumlah KKPA sampai dengan Rp 2.000.000.000,00 (dua milyar

rupiah), permohonan Plafon Individual disampaikan oleh kantor Bank atau kantor pusat Bank kepada kantor Bank Indonesia yang mewilayahinya; dan

b. Untuk jumlah KKPA lebih dari Rp 2000.000.000,00 (dua miliar rupiah), permohonan Plafon Individual disampaikan oleh kantor pusat Bank kepada Kantor Pusat Bank Indonesia.

156 Pasal 25 31/45/KEP/DIR/ 1998

(1) Untuk jumlah permohonan KKPA sampai dengan Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah), Plafon individual diajukan dengan melampirkan formulir sebagaimana terlampir dalam Lampiran 3 Surat Keputusan ini (Lampiran 26 dan Lampiran 27 dalam kodifikasi ini).

(2) Untuk permohonan KKPA lebih dari Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah), Plafon individual diajukan dengan melampirkan formulir sebagaimana terlampir dalam Lampiran 3 Surat Keputusan ini (Lampiran 26 dan Lampiran 27 dalam kodifikasi ini) dan studi kelayakan.

(3) Studi kelayakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), untuk jumlah permohonan KKPA lebih dari Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah) harus disusun oleh perusahaan konsultan independen yang kepemilikannya, pengelolaannya dan atau kepengurusannya tidak terkait dengan Bank atau Koperasi Primer.

157 Pasal 26 31/45/KEP/DIR/ 1998

Dalam hal menurut penilaian Bank Indonesia permohonan Plafon Individual sebagaimana dimaksud pada Pasal 23 (Paragraf 154 dalam kodifikasi ini) dapat distujui, maka Bank Indonesia membuat SPK Individual sebagai dasar penarikan kredit likuiditas KKPA.

158 Pasal 27 31/45/KEP/DIR/ 1998

(1) Bank harus merealisasikan Plafon Individual selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan sejak SPK Individual.

(2) Dalam hal Bank tidak merealisasikan kredit likuiditas KKPA dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1), maka SPK Individual otomatis batal.

BAB IX Tata Cara Pelimpahan dan Pelunasan Kredit Likuiditas 159 Pasal 28

31/45/KEP/DIR/ 1998

(1) Atas dasar penyediaan kredit likuiditas KKPA sebagaimana dimaksud pada Pasal 26 (Paragraf 157 dalam kodifikasi ini), Bank wajib mengajukan rencana penarikan kredit likuiditas KKPA kepada Bank Indonesia dengan ketntuan sebagai berikut: a. Untuk proyek tidak bertahap, rencana penarikan kredit likuiditas sesuai

kebutuhan proyek; dan b. Untuk proyek bertahap, rencana penarikan kredit likuiditas KKPA

sebagaimana terlampir dalam Lampiran 4 Surat Keputusan ini (Lampiran 28 dalam kodifikasi ini).

Page 88: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset · Rangka Kredit Program Pada Masa Peralihan ... Rekam Jejak Regulasi Kredit dan Pembiayaan Modal Kerja Bank ... Contoh Perhitungan Imbalan

Asset Kredit Likuiditas Bank Indonesia

66

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

(2) Dalam hal Bank Indonesia menyetujui permohonan penarikan kredit likuiditas KKPA dan Bank telah memenuhi persyaratan penarikan kredit likuiditas KKPA, maka pelimpahan kredit likuiditas KKPA dapat dilaksanakan.

(3) Pelimpahan kredit likuiditas KKPA sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dilakukan dengan cara pemindahbukuan dengan memperhatikan rencana penarikan kredit likuiditas KKPA yang telah disampaikan sebelumnya dan telah disetujui oleh Bank Indonesia.

(4) Dalam hal terjadi perubahan jadwal penarikan kredit likuiditas, maka Bank wajib menyampaikan perubahannya untuk mendapat persetujuan kembali dari Bank Indonesia.

160 Pasal 29 31/45/KEP/DIR/ 1998

Dalam hal membiayai proyek bertahap (multi years), maka Bank wajib mengajukan permohonan alokasi Plafon Individual yang telah disetujui atas beban Plafon Induk tahun anggaran yang bersangkutan.

161 Pasal 30 31/45/KEP/DIR/ 1998

(1) Pelimpahan kredit likuiditas KKPA untuk proyek dengan masa pembangunan bertahap, dilakukan sebagai berikut: a. Untuk triwulan I dan triwulan II dapat dilimpahkan seluruhnya sesuai

dengan rencana penarikan kredit likuiditas KKPA yang telah disetujui oleh Bank Indonesia;

b. Untuk triwulan III dilakukan dengan memperhatikan Laporan Pertanggungjawaban (LPJ) triwulan I atas penggunaan kredit yang telah ditarik pertama kali;

c. Untuk triwulan IV dilakukan dengan memperhatikan LPJ triwulan II; dan d. Untuk triwulan selanjutnya dengan cara yang sama.

(2) Pelimpahan kredit likuiditas KKPA untuk triwulan III dan seterusnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, huruf c, dan huruf d, dilakukan sesuai dengan rencana penarikan triwulan yang bersangkutan, setelah diperhitungkan dengan kelebihan/kekurangan pelimpahan kredit likuiditas KKPA.

(3) Pelimpahan kredit likuiditas KKPA untuk pertama kali dapat dilakukan pada triwulan ke-1, triwulan ke-2, triwulan ke-3 atau triwulan ke-4 tahun anggaran.

162 Pasal 31 31/45/KEP/DIR/ 1998

(1) LPJ sebagaimana dimaksud pada Pasal 30 ayat (1) huruf b (Paragraf 161 ayat (1) huruf b dalam kodifikasi ini) dibuat oleh Perusahaan Inti dan telah disahkan oleh Bank, yang terdiri atas Laporan Perkembangan Proyek dan Laporan Realisasi Kredit. Bentuk LPJ sebagaimana terlampir dalam Lampiran 5 Surat Keputusan ini (Lampiran 29 dalam kodifikasi ini.

(2) LPJ harus sudah diterima oleh Bank Indonesia selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kerja awal dua triwulan berikutnya, yaitu LPJ triwulan I telah diterima pada 7 (tujuh) hari kerja awal triwulan III, LPJ triwulan II telah diterima pada 7 (tujuh) hari kerja awal triwulan IV, dan seterusnya.

(3) Dalam hal LPJ diterima oleh Bank Indonesia melebihi batas waktu sebagaimana ditetapkan pada ayat (2), maka penyampaian LPJ tersebut akan dikenakan sanksi sebagai berikut: a. Untuk keterlambatan sampai dengan 7 (tujuh) hari kerja sejak tanggal

batas waktu penyampaian LPJ, Bank dikenakan kewajiban membayar sebesar Rp 500.000,00 (lima ratus ribu rupiah); dan

b. Untuk keterlambatan lebih dari 7 (tujuh) hari kerja sejak tanggal batas

Page 89: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset · Rangka Kredit Program Pada Masa Peralihan ... Rekam Jejak Regulasi Kredit dan Pembiayaan Modal Kerja Bank ... Contoh Perhitungan Imbalan

Asset Kredit Likuiditas Bank Indonesia

67

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

waktu penyampaian LPJ, Bank dikenakan kewajiban membayar sebesar Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah).

(4) Kewajiban membayar sebagaimana dimaksud pada ayat (3), akan dibebankan kepada rekening giro Bank pada Bank Indonesia.

(5) Sanksi keterlambatan penyampaian LPJ sebagaimana dimaksud pada ayat (3), tidak dapat dibebankan kepada proyek atau menjadi beban KKPA.

163 Pasal 32 31/45/KEP/DIR/ 1998

(1) Kredit likuiditas KKPA yang telah ditarik oleh Bank wajib direalisasikan kepada Koperasi Primer dalam jangka waktu selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari sejak kredit likuiditas KKPA dilimpahkan.

(2) Bank wajib menyampaikan bukti realisasi kredit kepada Koperasi Primer. Bukti tersebut selambat-lambatnya diterima oleh Bank Indonesia 15 (lima belas) hari sejak kredit likuiditas KKPA dilimpahkan.

(3) Dalam hal kredit likuiditas KKPA tidak direalisasikan dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1), maka kepada Bank akan dikenakan suku bunga berbeda sebesar suku bunga deposito 1 (satu) bulan yang berlaku pada Bank yang bersangkutan pada saat kredit likuiditas KKPA dilimpahkan.

(4) Pengenaan suku bunga sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dihitung sejak tanggal pelimpahan kredit likuiditas KKPA sampai tanggal realisasi KKPA kepada nasabah.

(5) Suku bunga berbeda sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dikenakan atas jumlah kredit likuiditas KKPA yang terlambat direalisasikan

164 Pasal 33 31/45/KEP/DIR/ 1998

(1) Angsuran atau pelunsasan kredit likuiditas KKPA ditetapkan oleh Bank Indonesia atas dasar usulan dari Bank dengan memperhatikan kondisi proyek dan kemampuan membayar kembali anggota Koperasi Primer.

(2) Dalam hal Bank Indonesia tidak menerima surat permohonan perpanjangan jangka waktu kredit likuiditas KKPA selambat-lambatnya 1 (satu) hari sebelum jadwal atau pelunasan kredit likuiditas KKPA berakhir, maka Bank Indonesia akan menarik kredit likuiditas KKPA dimaksud.

BAB IX Laporan 165 Pasal 34

31/45/KEP/DIR/ 1998

(1) Kantor Bank yang wajib menyampaikan laporan adalh kantor Bank yang menerima penyediaan Plafon Individual.

(2) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), adalah: a. Untuk proyek bertahap:

1. Laporan Keuangan Proyek yang dibiayai KKPA, yang disampaikan setiap akhir tahun takwim sampai dengan kredit lunas;

2. Laporan Penyelesaian Proyek yang disusun oleh Konsultan Independen, yang disampaikan pada akhir tahun terakhir masa tenggang; dan

3. LPJ, yang disampaikan setiap triwulan selama masa pembangunan; b. Untuk proyek tidak bertahap:

1. Laporan Keuangan Proyek yang dibiayai KKPA, yang disampaikan setiap akhir tahun takwim sampai dengan kredit lunas; dan

2. Laporan Perkembangan Proyek (LPP), yang disampaikan setiap akhir tahun takwim sampai dengan jangka waktu KKPA berakhir; dan

Bentuk LPP sebagaimana terlampir dalam Lampiran 6 Surat Keputusan ini (Lampiran 30 dalam kodifikasi ini).

Page 90: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset · Rangka Kredit Program Pada Masa Peralihan ... Rekam Jejak Regulasi Kredit dan Pembiayaan Modal Kerja Bank ... Contoh Perhitungan Imbalan

Asset Kredit Likuiditas Bank Indonesia

68

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

c. Laporan perkembangan kredit dengan menggunakan formulir KKA, KKB, dan KKC, yaitu: 1. Formulir KKA digunakan oleh Bank untuk melaporkan tentang

adanya pemberian KKPA baru, yang merupakan data dasar tentang kredit yang telah diberikan Bank, mencakup antara lain jenis kredit, plafon kredit, suku bunga, dan sektor ekonomi;

2. Formulir KKB digunakan oleh Bank untuk melaporkan adanya perubahan atau koreksi atas data yang sebelumnya disampaikan dengan menggunakan formulir KKA; dan

3. Formulir KKC adalah formulir yang digunakan oleh Bank untuk melaporkan posisi baki debet dan tunggakan kredit nasabahnya setiap bulan.

Contoh formulir KKA, KKB, dan KKC sebagaimana terlampir dalam Lampiran 7.a, 7.b, dan 7.c Surat Keputusan ini (Lampiran 31, 32, dan 33. Dalam kodifikasi ini.

(3) Laporan sebagaimana dimaksud pada aya (2) huruf c, harus sudah diterima Bank Indonesia selambat-lambatnya tanggal 15 bulan berikutnya.

BAB X Ketentuan Peralihan 166 Pasal 35

31/45/KEP/DIR/ 1998

(1) Ketentuan dalam Surat Keputusan ini berlaku bagi KKPA yang Plafon Indiviualnya disetujui Bank Indonesia atas beban Plafon Induk sejak tahun anggaran 1998/99, kecuali ditentukan lain oleh Direksi Bank Indonesia.

(2) Pembiayaan Plafon Individual untuk proyek bertahap (multi years) atas beban Plafon Induk sebelum tahun anggaran 1998/99 tetap mengacu pada ketentuan yang tercantum dalam SPK Plafon Individual masing-masing proyek.

(3) Untuk pelaporan KKPA yang Plafon Individualnya disetujui Bank Indonesia atas beban Plafon Induk sebelum tahun anggaran 1998/99, berlaku ketentuan pelaporan sebagaimana diatur pada Pasal 34 (Paragraf 165 dalam kodifikasi ini).

Pemberian Kredit Kepada Koperasi Primer Untuk Anggotanya (KKPA) Dalam Rangka Penyaluran Kembali Angsuran Kredit Likuiditas Bank Indonesia (KLBI) Yang dikelola Oleh PT. Permodalan Nasional Madani (Persero)

Pokok-Pokok Ketentuan

167 SE 3/2/BKr 2001 Romawi I

1) Pemberian KKPA atas dasar angsuran KLBI yang dikelola oleh PT. PNM, yang selanjutnya disebut pemberian KKPA atas dasar KLBI-relending, pengajuannya oleh Bank kepada PT. PNM tidak lagi memerlukan Plafon Induk, tetapi cukup dengan Plafon Individual.

2) Plafon Individual adalah jumlah maksimum KLBI-relending yang dapat disetujui oleh PT. PNM untuk setiap pemberian KKPA kepada Bank untuk pembiayaan masing-masing proyek, baik proyek yang bersifat bertahap (multiyears) maupun proyek yang sifatnya tidak bertahap (non multiyears).

3) Suku bunga KKPA dari Bank kepada nasabah adalah sebagaimana diatur dalam pasal 10 Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 31/45/KEP/DIR tanggal 10 Juni 1998 tentang KKPA. Suku bunga KKPA ditetapkan oleh Bank Indonesia, dan dapat ditinjau kembali bila diperlukan.

4) Suku bunga KLBI-relending dari PT. PNM kepada Bank adalah

Page 91: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset · Rangka Kredit Program Pada Masa Peralihan ... Rekam Jejak Regulasi Kredit dan Pembiayaan Modal Kerja Bank ... Contoh Perhitungan Imbalan

Asset Kredit Likuiditas Bank Indonesia

69

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

sebagaimana diatur dalam Pasal 16 ayat (1) dan (2) Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 31/45/KEP/DIR tanggal 10 Juni 1998 dan Surat Edaran Bank Indonesia No. 31/4/UK tanggal 10 Juni 1998 masing-masing tentang KKPA. Dalam hal diperlukan peninjauan suku bunga KLBI-relending dari PT. PNM kepada Bank, PT. PNM dapat menyampaikan usulan perubahan suku bunga KLBI-relending kepada Bank Indonesia, yang berlaku umum untuk semua Bank.

5) Pengaturan mengenai mekanisme pemberian KKPA atas dasar KLBI-relending yang antara lain meliputi penyediaan plafon, pelimpahan, pelunasan, pengenaan sanksi dan laporan, yang belum diatur dalam Surat Edaran ini selanjutnya diatur oleh PT. PNM.

Kredit Kepada Koperasi Primer Untuk Anggotanya Dalam Rangka Pembiayaan Usaha Nelayan

BAB I Ketentuan Umum 168 Pasal 1

31/165A/KEP/DIR/ 1998

1. Bank Pemberi Kredit, adalah bank umum sebagaimana diatur dalam Undang undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 dan memenuhi persyaratan dalam Surat Keputusan ini, selanjutnya disebut Bank.

2. Koperasi Primer adalah koperasi yang didirikan oleh dan beranggotakan orang¬seorang, sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian, yang telah berbadan hukum dan mempunyai pengurus yang aktif.

3. Kredit kepada Koperasi Primer untuk Anggotanya dalam rangka Pembiayaan Usaha Nelayan, adalah kredit investasi dan atau modal kerja yang diberikan oleh Bank kepada Koperasi Primer untuk diteruskan kepada nelayan atau kelompok nelayan anggota Koperasi Primer guna membiayai usaha penangkapan ikan dan atau pengolahannya, selanjutnya disebut KKPA-Nelayan.

4. Plafon Induk Kredit Likuiditas, adalah jumlah maksimum kredit likuiditas Bank Indonesia yang dapat ditarik (disbursed) oleh Bank dalam 1 (satu) tahun anggaran untuk seluruh pemberian KKPA-Nelayan, selanjutnya disebut Plafon Induk.

5. Plafon Individual Kredit Likuiditas, adalah jumlah maksimum kredit likuiditas Bank Indonesia yang dapat disetujui (approved) oleh Bank Indonesia bagi Bank untuk setiap pemberian KKPA- Nelayan, selanjutnya disebut Plafon Individual.

BAB II Usaha-Usaha Yang Dibiayai 169 Pasal 2

31/165A/KEP/DIR/ 1998

(1) Usaha yang dapat dibiayai dengan KKPA-Nelayan adalah usaha penangkapan ikan dan atau pengolahannya, baik yang dimiliki oleh kelompok nelayan anggota Koperasi Primer maupun yang dimiliki oleh masing-masing anggota Koperasi Primer.

(2) Usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dinyatakan layak oleh Bank berdasarkan asas-asas perkreditan yang sehat.

(3) Usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak sedang mendapat fasilitas kredit perbankan.

Page 92: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset · Rangka Kredit Program Pada Masa Peralihan ... Rekam Jejak Regulasi Kredit dan Pembiayaan Modal Kerja Bank ... Contoh Perhitungan Imbalan

Asset Kredit Likuiditas Bank Indonesia

70

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

170 Pasal 3 31/165A/KEP/DIR/ 1998

KKPA-Nelayan diberikan untuk: a. Investasi; atau b. Modal kerja; atau c. Investasi dan modal kerja yang terkait lanfsung dengan investasinya.

BAB III Bank Pemberi KKPA- Nelayan 171 Pasal 4

31/165A/KEP/DIR/ 1998

Bank yang dapat menyalurkan KKPA-Nelayan wajib memenuhi persyaratan sebagai bank pelaksana kredit program sebagaimana diatur dalam Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 31/156/KEP/DIR tanggal 23 November 1998 tentang Persyaratan Bank Pelaksana Kredit Program.

BAB IV Fungsi, Tugas, dan Syarat Koperasi Primer 172 Pasal 5

31/165A/KEP/DIR/ 1998

Dalam pelaksanaan pemberian KKPA-Nelayan, Koperasi Primer dapat berfungsi sebagai: a. Pelaksana pemberian KKPA-Nelayan (executing agent); atau b. Penyalur KKPA-Nelayan (channeling agent)

173 Pasal 6 31/165A/KEP/DIR/ 1998

Koperasi Primer sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 (Paragraf 172 dalam kodifikasi ini) wajib melakukan: a. pengajuan usulan proyek yang akan dibiayai; b. seleksi anggota yang layak dibiayai; c. penyaluran KKPA-Nelayan kepada anggota; d. pengawasan penggunaan KKPA-Nelayan; e. pembinaan kepada anggota; f. penagihan angsuran KKPA-Nelayan; dan g. administrasi pemberian KKPA-Nelayan

174 Pasal 7 31/165A/KEP/DIR/ 1998

(1) Koperasi Primer sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 (Paragraf 172 dalam kodifikasi ini), bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 (Paragraf 173 dalam kodifikasi ini).

(2) Dalam hal Koperasi Primer berfungsi sebagai pelaksana pemberian KKPA-Nelayan, maka Koperasi Primer bertanggung jawab pula atas pengembalian kredit secara penuh.

175 Pasal 8 31/165A/KEP/DIR/ 1998

(1) Dalam hal Koperasi Primer berfungsi sebagai pelaksana pemberian KKPA-Nelayan, maka penandatanganan akad kredit dilakukan oleh pengurus Koperasi Primer dan Bank.

(2) Dalam hal Koperasi Primer berfungsi sebagai penyalur KKPA-Nelayan, maka penandatanganan akad kredit dilakukan oleh Bank dengan : a. masing-masing anggota Koperasi Primer, yang harus diketahui oleh

pengurus Koperasi Primer; atau b. Koperasi Primer yang bertindak atas nama masing-masing anggota

Koperasi Primer berdasarkan surat kuasa anggota kepada Koperasi Primer sebagaimana contoh dalam Lampiran 1 Surat Keputusan ini (Lampiran 34 dalam kodifikasi ini).

BAB V Syarat-Syarat KKPA-Nelayan 176 Pasal 9

31/165A/KEP/DIR/ 1998

(1) Jumlah KKPA-Nelayan yang dapat diberikan untuk investasi saja atau investasi dan modal kerja yang terkait dengan investasi disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan mengembalikan KKPA-Nelayan dari masing-

Page 93: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset · Rangka Kredit Program Pada Masa Peralihan ... Rekam Jejak Regulasi Kredit dan Pembiayaan Modal Kerja Bank ... Contoh Perhitungan Imbalan

Asset Kredit Likuiditas Bank Indonesia

71

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

masing nelayan anggota Koperasi Primer dengan jumlah maksimum sebesar Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah), dengan ketentuan jumlah modal kerja yang terkait dengan investasi maksimum sebesar Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah).

(2) Khusus untuk pembiayaan modal kerja saja jumlah KKPA-Nelayan yang dapat diberikan maksimum sebesar Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah).

(3) Dalam hal KKPA-Nelayan digunakan untuk membiayai usaha yang dimiliki oleh kelompok nelayan, maka jmulah KKPA-Nelayan yang dapat diberikan maksimum sebesar jumlah maksimum KKPA-Nelayan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) atau ayat (2) kali jumlah anggota kelompok nelayan tersebut.

(4) Untuk pemberian KKPA-Nelayan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2) dan ayat (3), Bank mensyaratkan adanya pemupukan : a. tabungan nelayan anggota Koperasi Primer; atau b. tabungan Koperasi Primer dan nelayan anggota Koperasi Primer.

177 Pasal 3 PBI 6/26/2004 Ayat (1)a.1 Pasal 10 31/165A/KEP/DIR/ 1998 Ayat (2) – (4)

(1) Suku bunga kredit dari Bank kepada debitur, ditetapkan sebesar 14% (empat belas persen) setahun;

Suku bunga dimaksud tidak dikenakan secara bunga berbunga.

(2) Dalam suku bunga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) termasuk imbalan

sebesar 2% (dua perseratus) setahun bagi Koperasi Primer dengan ketentuan sebagai berikut : a. dalam hal Koperasi Primer bertindak sebagai Pelaksana pemberian

KKPA-Nelayan, maka seluruh imbalan diberikan kepada Koperasi Primer dan pembayarannya dilakukan sebagai berikut : 1) sebesar 50% (lima puluh perseratus) dari imbalan dibayarkan

kepada Koperasi Primer atas dasar realisasi pembayaran angsuran pokok dan bunga oleh anggota Koperasi Primer; dan

2) sisanya disimpan dalam bentuk tabungan beku pada Bank dan dikembalikan setelah diperhitungkan dengan tunggakan yang timbul pada saat KKPA Nelayan jatuh tempo. Tabungan tersebut diberi bunga sebesar suku bunga yang berlaku pada Bank yang bersangkutan.

b. dalam hal Koperasi Primer bertindak sebagai Penyalur KKPA-Nelayan, maka 50% (lima puluh perseratus) dari imbalan diberikan kepada Koperasi Primer atas dasar realisasi pembayaran angsuran pokok dan bunga oleh anggota Koperasi Primer, dan sisanya menjadi bagian penerimaan Bank.

(3) Suku bunga KKPA-Nelayan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat ditinjau kembali oleh Bank Indonesia.

(4) Dalam hal terjadi perubahan suku bunga KKPA-Nelayan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), maka perubahan tersebut dilakukan berdasarkan persetujuan Direksi Bank Indonesia dan diberitahukan dengan Surat Edaran Bank Indonesia

178 Pasal 11 31/165A/KEP/DIR/ 1998

Jangka waktu KKPA-Nelayan ditetapkan sebagai berikut :

a. jangka waktu KKPA-Nelayan untuk pembiayaan investasi disesuaikan dengan kernampuan nyata Usaha Produktif yang dibiayai, dengan

Page 94: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset · Rangka Kredit Program Pada Masa Peralihan ... Rekam Jejak Regulasi Kredit dan Pembiayaan Modal Kerja Bank ... Contoh Perhitungan Imbalan

Asset Kredit Likuiditas Bank Indonesia

72

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

maksimum 15 (lima belas) tahun;

b. jangka waktu KKPA-Nelayan untuk pembiayaan modal kerja acialah maksimum 1(satu) tahun dan dapat diperpanjang maksimum 4 (empat) kali; dan

c. jangka waktu KKPA-Nelayan untuk pembiayaan modal kerja yang terkait dengan investasi sebagaimana dimaksud pada huruf a adalah maksimum 5 (lima) tahun;

179 Pasal 12 31/165A/KEP/DIR/ 1998

Dalam pemberian KKPA-Nelayan, Commitment fee, provisi kredit, dan biaya lainnya tidak dipungut.

180 Pasal 13 31/165A/KEP/DIR/ 1998

Dalam hal KKPA-Nelayan diberikan untuk membiayai usaha yang dimiliki oleh kelompok nelayan, maka anggota kelompok nelayan tersebut bertanggung jawab atas pengembalian KKPA-Nelayan secara tanggung renteng yang dinyatakan dalam surat pernyataan yang ditandatangani oleh masing-masing anggota di atas materai sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan disaksikan oleh pengurus Koperasi Primer. Surat pernyataan anggota kelompok nelayan sebagaimana contoh dalam Lampiran 2 Surat Keputusan ini (Lampiran 35 dalam kodifikasi ini).

181 Pasal 14 31/165A/KEP/DIR/ 1998

Jaminan kredit ditetapkan sesuai ketentuan dalam Pasal 8 Undang-undang Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan, sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998.

BAB VI Syarat-Syarat Kredit Likuiditas 182 Pasal 15

31/165A/KEP/DIR/ 1998

(1) Sumber pembiayaan KKPA-Nelayan berasal dari Kredit Likuiditas Bank Indonesia (KLBI) sebesar 100% (seratus perseratus).

(2) Risiko atas KLBI ditanggung sepenuhnya oleh Bank.

183 Pasal 3 PBI 6/26/2004 Ayat (1)a.2

Pasal 16 31/165A/KEP/DIR/ 1998 Ayat (2) – (4)

(1) Suku bunga KLBI dari Bank Indonesia atau BUMN Koordinator kepada Bank, ditetapkan sebesar 7% (sembilan perseratus) setahun. Suku bunga dimaksud tidak dikenakan secara bunga berbunga.

(2) Bunga sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dihitung dan dibebankan setiap bulan.

(3) Suku bunga KLBI sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat ditinjau kembali oleh Bank Indonesia.

(4) Dalam hal terjadi perubahan suku bunga KLBI sebagaimana dimaksud pada ayat (2), maka perubahan tersebut dilakukan berdasarkan persetujuan Direksi Bank Indonesia dan diberitahukan dengan Surat Edaran Bank Indonesia.

184 Pasal 17 31/165A/KEP/DIR/ 1998

Jangka waktu KLBI diatur sebagai berikut : a. untuk Plafon Induk ditentukan maksimum 16 (enam belas) tahun bagi

pembiayaan investasi dan 6 (enam) tahun bagi pembiayaan modal kerja; b. untuk Plafon Individual ditentukan sama dengan jangka waktu KKPA-

Nelayan yang dihitung sejak tanggal Surat Persetujuan Kredit Likuiditas Individual (SPK Individual).

Page 95: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset · Rangka Kredit Program Pada Masa Peralihan ... Rekam Jejak Regulasi Kredit dan Pembiayaan Modal Kerja Bank ... Contoh Perhitungan Imbalan

Asset Kredit Likuiditas Bank Indonesia

73

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

BAB VII Tata Cara Penyediaan Plafon Induk 185 Pasal 18

31/165A/KEP/DIR/ 1998

(1) Permohonan Plafon Induk diajukan atas dasar rencana penarikan KKPA-Nelayan dalam 1 (satu) tahun anggaran (1 April sampai dengan 31 Maret).

(2) Untuk pertania kali permohonan Plafon Induk diajukan atas dasar rencana penarikan KKPA-Nelayan sampai dengan tanggal 31 Maret 1999.

186 Pasal 19 31/165A/KEP/DIR/ 1998

Permohonan penyediaan Plafon Induk diajukan sebagai berikut : a. bagi Bank yang berkantor pusat di wilayah DKI Jakarta,

Kabupaten/Kotamadia Serang, Pandeglang, Lebak, Tangerang, Bogor, Karawang, dan Bekasi disampaikan kepada Kantor Pusat Bank Indonesia; dan

b. bagi Bank yang berkantor pusat di luar wilayah tersebut pada huruf a, disampaikan kepada Kantor Pusat Bank Indonesia melalui Kantor Bank Indonesia yang mewilayahinya.

187 Pasal 20 31/165A/KEP/DIR/ 1998

Dalam hal menurut penilaian Bank Indonesia permohonan Plafon Induk sebagaimana dimaksud pada Pasal 18 (Paragraf 185 dalam kodifikasi ini) dapat disetujui, maka Bank Indonesia akan menyediakan Plafon Induk dengan membuat Surat Persetujuan Kredit Likuiditas Induk (SPK Induk) dan Surat Perjanjian Kredit (Akte F).

188 Pasal 21 31/165A/KEP/DIR/ 1998

(1) Penyediaan Plafon Induk sebagaimana dimaksud pada Pasal 20 (Paragraf 187 dalam kodifikasi ini), didislokasikan ke Kantor Bank Indonesia yang mewilayahinya atas dasar permintaan kantor pusat Bank. Ketentuan dislokasi Plafon Induk ditetapkan oleh Bank Indonesia.

(2) Dislokasi Plafon Induk sebagaimana dimaksud pada ayat (1), baru dapat dilaksanakan setelah SPK Induk dan Akte F ditandatangani oleh Bank di atas meterai sesuai dengan ketentuan yang berlaku, dan dikembalikan kepada Bank Indonesia.

(3) Untuk menerima Plafon Induk, Bank wajib menerbitkan Surat Aksep yang ditandatangani di atas meterai sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

(4) Surat Aksep sebagaimana dimaksud pada ayat (3), diperbaharui setiap tahun sampai dengan jangka waktu kredit likuiditas berakhir.

189 Pasal 22 31/165A/KEP/DIR/ 1998

Plafon Induk yang telah disediakan sebagaimana dimaksud pada Pasal 20 (Paragraf 187 dalam kodifikasi ini), harus direalisasikan menjadi Plafon Individual pada tahun anggaran yang bersangkutan. Sisa Plafon Induk yang tidak direalisasikan pada akhir tahun anggaran tersebut dinyatakan tidak berlaku (hangus) dan akan dilakukan penyesuaian terhadap Plafon Induknya.

BAB VIII Tata Cara Penyediaan Plafon Individual 190 Pasal 23

31/165A/KEP/DIR/ 1998

Atas dasar Plafon Induk yang telah disediakan, sebagaimana dimaksud pada Pasal 21 ayat (1) (Paragraf 188 ayat (1) dalam kodifikasi ini), Bank dapat mengajukan permohonan Plafon Individual kepada Kantor Bank Indonesia.

191 Pasal 24 31/165A/KEP/DIR/ 1998

Pengajuan permohonan Plafon Individual, sebagaimana dimaksud pada Pasal 23 (Paragraf 190 dalam kodifikasi ini), dilakukan sebagai berikut :

a. untuk jumlah KKPA-Nelayan sampai dengan Rp 2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah), permohonan Plafon Individual disampaikan oleh kantor Bank atau kantor pusat Bank kepada kantor Bank Indonesia yang

Page 96: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset · Rangka Kredit Program Pada Masa Peralihan ... Rekam Jejak Regulasi Kredit dan Pembiayaan Modal Kerja Bank ... Contoh Perhitungan Imbalan

Asset Kredit Likuiditas Bank Indonesia

74

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

mewilayahinya; dan b. untuk jumlah KKPA-Nelayan lebih dari Rp 2.000.000.000,00 (dua miliar

rupiah), permohonan Plafon Individual disampaikan oleh kantor pusat Bank kepada Kantor Pusat Bank Indonesia.

192 Pasal 25 31/165A/KEP/DIR/ 1998

(1) Untuk jumlah permohonan KKPA-Nelayan sampai dengan Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah), Plafon Individual diajukan dengan melampirkan formulir sebagaimana terlampir dalam Lampiran 3 Surat Keputusan ini (Lampiran 36 dalam kodifikasi ini).

(2) Untuk jumlah permohonan KKPA-Nelayan lebih dari Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah), Plafon Individual diajukan dengan melampirkan formulir sebagaimana terlampir dalam Lampiran 3 Surat Keputusan ini (Lampiran 36 dalam kodifikasi ini) dan studi kelayakan.

193 Pasal 26 31/165A/KEP/DIR/ 1998

Dalam hal menurut penilaian Bank Indonesia permohonan Plafon Individual sebagaimana dimaksud pada Pasal 23 (Paragraf 190 dalam kodifikasi ini) dapat disetujui, maka Bank Indonesia membuat SPK Individual sebagai dasar penarikan kredit likuiditas Bank Indonesia (KLBI).

194 Pasal 27 31/165A/KEP/DIR/ 1998

(1) Bank harus merealisasikan Plafon Individual selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan sejak tanggal SPK Individual.

(2) Dalam hal Bank tidak merealisasikan KLBI dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1), maka SPK Individual otomatis batal.

BAB IX

Tata Cara Pelimpahan dan Pelunasan Kredit Likuiditas Bank Indonesia

195 Pasal 28 31/165A/KEP/DIR/ 1998

(1) Atas dasar penyediaan KLBI sebagaimana dimaksud pacia Pasal 26 (Paragraf 193 dalam kodifikasi ini), Bank wajib mengajukan rencana penarikan KLBI kepada Bank Indonesia sesuai dengan kebutuhan proyek. Surat perthohonan penarikan KLBI sebagaimana contoli dalam Lampiran 4 Surat Keputusan ini (Lampiran 37 dalam kodifikasi ini).

(2) Dalam hal Bank Indonesia menyetujui permohonan penarikan KLBI dan Bank telah memenuhi persyaratan penarikan KLBI, maka pelimpahan KLBI dapat dilaksanakan.

(3) Persyaratan penarikan KLBI sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) meliputi: a. Akte F yang telah kami tandatangani; b. Aksep atas KLBI yang kamu terima; c. SPK yang telah kami tandatangani di atas materai; d. Jadwal penarikan dan angsuran KLBI yang telah disetujui BI; e. Daftar nama anggita koperasi; f. Perijinan yang diperlukan dan; g. Surat pernyataan dari anggota kelompok nelayan, dalam hal KKPA-

Nelayan diberikan kepada kelompok nelayan. (4) Pelimpahan KLBI sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dilakukan dengan

cara pemindahbukuan dengan memperhatikan rencana penarikan KLBI yang telah disampaikan sebelumnya dan telah disetujui oleh Bank Indonesia.

(5) Dalam hal terjadi perubahan jadwal penarikan kredit likuiditas, maka Bank wajib menyampaikan perubahannya untuk mendapat persetujuan kembali dari Bank Indonesia.

Page 97: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset · Rangka Kredit Program Pada Masa Peralihan ... Rekam Jejak Regulasi Kredit dan Pembiayaan Modal Kerja Bank ... Contoh Perhitungan Imbalan

Asset Kredit Likuiditas Bank Indonesia

75

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

196 Pasal 29 31/165A/KEP/DIR/ 1998

(1) KLBI yang telah ditarik oleh Bank wajib direalisasikan kepada Koperasi Primer dalam jangka waktu selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari sejak KLBI dilimpahkan.

(2) Bank wajib menyampaikan bukti realisasi kredit kepada Koperasi Primer. Bukti tersebut selambat-lambatnya diterima Bank Indonesia 15 (lima belas) hari sejak KLBI dilimpahkan.

197 Pasal 30 31/165A/KEP/DIR/ 1998

(1) Jumlah angsuran atau pelunasan KLBI ditetapkan oleh Bank Indonesia atas dasar usulan dari Bank dan akan dibebankan pada rekening giro Bank yang ada di Bank Indonesia sesuai dengan jadwal jatuh tempo angsuran.

(2) Dalam hal Bank Indonesia tidak menerima surat permohonan perpanjangan jangka waktu KLBI selambat-lambatnya 1 (satu) hari sebelum jadwal atau pelunasan KLBI berakhir, maka Bank Indonesia akan menarik KLBI dimaksud.

BAB X Laporan 198 Pasal 31

31/165A/KEP/DIR/ 1998

(1) Kantor Bank yang wajib menyampaikan laporan adalah kantor Bank yang menerima penyediaan Plafon Individual.

(2) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), adalah Laporan perkembangan kredit dengan menggunakan formulir KKA, KKB, dan KKC, yaitu : a. formulir KKA digunakan oleh Bank untuk melaporkan tentang adanya

pemberian KKPA-Nelayan baru, yang merupakan data dasar tentang kredit yang telah diberikan Bank, mencakup antara lain jenis kredit, plafon kredit, suku bunga, dan sektor ekonomi;

b. formulir KKB digunakan oleh Bank untuk melaporkan adanya perubahan atau koreksi atas data yang sebelumnya disampaikan dengan menggunakan formulir KKA; dan

c. formulir KKC adalah formulir yang digunakan oleh Bank untuk melaporkan posisi baki debet dan tunggakan kredit nasabahnya setiap bulan

Formulir KKA, KKB, dan KKC sebagaimana contoh dalam Lampiran 5.a, 5.b, dan 5.c Surat Keputusan ini (Lampiran 38, 39 dan 40 dalam kodifikasi ini).

(3) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), harus sudah diterima Bank Indonesia selambat-lambatnya tanggal 15 bulan berikutnya.

BAB XI Sanksi 199 Pasal 32

31/165A/KEP/DIR/ 1998

(1) Dalam hal KLBI yang telah dilimpahkan tidak direalisasikan dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada Pasal 29 ayat (1) (Paragraf 196 ayat (1) dalam kodifikasi ini), maka atas jumlah KLBI yang terlambat direalisasikan, kepada Bank dikenakan suku bunga berbeda sebesar suku bunga deposito tertinggi yang berlaku pada Bank yang bersangkutan pada saat KLBI dilimpahkan.

(2) Pengenaan suku bunga sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dihitung sejak tanggal pelimpahan KLBI sampai tanggal realisasi KKPA-Nelayan kepada nasabah.

(3) Dalam hal Bank terlambat menyerahkan bukti realisasi kredit kepada Koperasi Primer dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada Pasal 29 ayat (2) (Paragraf 196 ayat (2) dalam kodifikasi ini), maka atas keterlambatan penyampaian bukti realiSasi tersebut, Bank dikenakan sanksi

Page 98: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset · Rangka Kredit Program Pada Masa Peralihan ... Rekam Jejak Regulasi Kredit dan Pembiayaan Modal Kerja Bank ... Contoh Perhitungan Imbalan

Asset Kredit Likuiditas Bank Indonesia

76

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

sebagai berikut: a. untuk keterlambatan sampai dengan 7 (tujuh) hari kerja sejak tanggal

batas waktu penyampaian bukti realisasi, Bank dikenakan kewajiban membayar sebesar Rp 500.000,00 (lima ratus ribu rupiah); dan

b. untuk keterlambatan lebih dari 7 (tujuh) hari kerja sejak tanggal batas waktu penyampaian bukti realisasi, Bank dikenakan kewajiban membayar sebesar Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah).

Kredit Kepada Koperasi Primer Untuk Anggotanya Dalam Rangka Pembiayaan Usaha Peternakan Unggas

BAB I Ketentuan Umum 200 Pasal 1

31/165B/KEP/DIR/ 1998

1. Bank Penyalur Kredit adalah Bank umum sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang.; Nomor 10 Tabun 1998 dan memenuhi persyaratan dalam Surat Keputusan ini, selanjutnya disebut Bank.

2. Koperasi Primer adalah Koperasi yang didirikan oleh dan beranggotakan orang-seorang, sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian.

3. Perusaliaan Inti, adalah perusahaan mitra dari Koperasi Primer yang bertindak sebagai penjamin pasar hasil produksi dan penjamin tersedianya sarana produksi peternakan anggota Koperasi Primer.

4. Kredit kepada Koperasi Primer untuk Anggotanya dalam rangka

Pembiayaan Usaha Peternakan Unggas, adalah kredit investasi dan atau modal kerja yang diberikan oleh Bank kepada Koperasi Primer untuk diteruskan kepada peternak unggas guna membiayai usaha peternakannya dengan pola kemitraan, selanjutnya disebut KKPAUnggas.

5. Plafon lnduk Kredit Likuiditas, adalah jumlah maksimum kredit likuiditas

Bank Indonesia yang dapat ditarik (disbursed) oleh Bank dalam 1 (sau) tahun anggaran untuk seluruh pemberian KKPA-Unggas, selanjutnya disebut Plafon lnduk.

6. Plafon Individual Kredit Likuiditas adalah jumali maksimum kredit likuiditas

Bank Indonesia yang dapal disetujui (approved) oleh Bank Indonesia untuk setiap pemberian KKPA- Unggas

BAB II Usaha-Usaha yang Dibiayai 201 Pasal 2

31/165B/KEP/DIR/ 1998

(1) Usaha yang dapat dibiayai dengan KKPA-Unggas adalah usaha peternakan ayam pedaging dan atau ayam petelur.

(2) Usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak sedang mendapat fasilitas kredit perbankan.

202 Pasal 3 31/165B/KEP/DIR/ 1998

(1) penilaian kelayakan usaha peternakan anggota Koperasi Primer yang akin dibiayai dengan KKPA-Unggas menjadi tanggung jawab Kantor Dinas Peternakan setempat dan Perusahaan Inti yang menjadi mitranya.

(2) Hasil penilaian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berupa surat pernyataan atau tanda persetujuan pada usulan proyek yang akan dibiayai.

203 Pasal 4 31/165B/KEP/DIR/ 1998

KKPA-Unggas diberikan untuk pembiayaan investasi dan atau modal kerja.

Page 99: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset · Rangka Kredit Program Pada Masa Peralihan ... Rekam Jejak Regulasi Kredit dan Pembiayaan Modal Kerja Bank ... Contoh Perhitungan Imbalan

Asset Kredit Likuiditas Bank Indonesia

77

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

BAB III Syarat-Syarat Dan Tugas Bank, Perusahaan Inti dan Koperasi 204 Pasal 5

31/165B/KEP/DIR/ 1998

Bank yang dapat menyalurkan KKPA-Unggas wajib memenuhi persyaratan sebagai bank pelaksana kredit program sebagaimana diatur dalam Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 31/156/KEP/DIR tanggal 23 November 1998 tentang Persyaratan Bank Pelaksana Kredit Program.

205 Pasal 6 31/165B/KEP/DIR/ 1998

(1) Tugas Bank adalah sebagai berikut: a. Menyalurkan dan mengadministrasikan KKPA-Unggas; b. Menerima dan mengadministrasikan pengembalian KKPA-Unggas; c. Memeriksa kelengkapan administrasi dan persyaratan KKPA-Unggas; d. Menandatangani Surat Perjanjian Penerusan Kredit dengan Bank

Indonesia e. Melakukan pengikatan jaminan dengan Perusahaan Inti atas nama Bank

Indonesia; f. Membantu mengawasi penggunaan KKPA-Unggas; g. Membuat dan menandatangani perjanjian penerusan kredit dengan

pengurus Koperasi Primer. (2) Bank merealisasikan KKPA-Unggas kepada Koperasi Primer yang usahanya

telah dinyatakan layak oleh Kantor Dinas Peternakan setempat dan Perusahaan Inti yang menjadi mitranya.

206 Pasal 7 31/165B/KEP/DIR/ 1998

Perusahaan Inti bertugas sebagai berikut: 1. Melakukan kerjasama dengan Koperasi Primer dengan cara membuat nota

kesepakatan yang diketahui oleh Kantor Dinas Peternakan, yang membuat antara lain:

2. Menyediakan seluruh kebutuhan peternak anggota Koperasi Primer yang menjadi mitranya dalam rangka melakukan budidaya unggas;

3. Turut bertanggungjawab atas pengembalian KKPA-Unggas; 4. Melakukan pengikatan jaminan dengan Bank;

207 Pasal 8 31/165B/KEP/DIR/ 1998

Koperasi Primer yang dapat melaksanakan pemberian KKPA-Unggas adalah Koperasi Primer yang sudah menjadi badan hukum dan mempunyai pengurus yang aktif.

208 Pasal 9 31/165B/KEP/DIR/ 1998

(1) Koperasi Primer berfungsi sebagai Pelaksana pemberian KKPA-Unggas (executing agent) dengan tugas sebagai berikut: a. melakukan kerjasama dengan Perusahaan Inti dengan cara membuat

nota kesepakatan; b. mengajukan usulan proyek yang akan dibiayai sesuai dengan

kesepakatan dengan Perusahaan Inti; c. menyeleksi anggota yang Iayak dibiayai; d. menyalurkan KKPA-Unggas kepada anggota sesuai dengan kesepakatan

dengan Perusahaan Inti; e. mengawasi penggunaan KKPA-Unggas; f. membina anggotanya; g. menagih angsuran KKPA-Unggas sesuai kesepakatan bersama dengan

Perusahaan Inti; dan h. mengadministrasikan pemberian KKPA-Unggas.

(2) Koperasi Primer bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan atas pengembalian KKPA-Unggas sccara penuh.

Page 100: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset · Rangka Kredit Program Pada Masa Peralihan ... Rekam Jejak Regulasi Kredit dan Pembiayaan Modal Kerja Bank ... Contoh Perhitungan Imbalan

Asset Kredit Likuiditas Bank Indonesia

78

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

(3) Penandatanganan akad kredit dengan Bank dilakukan oleh pengurus Koperasi Primer untuk dan atas nama anggota berdasarkan surat kuasa.

BAB IV Syarat-Syarat KKPA-Unggas 209 Pasal 10

31/165B/KEP/DIR/ 1998

Jumlah dari KKPA Unggas yang dapat diberikan kepada masing anggota Koperasi Primer disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan mengembalikan KKPA-Unggas maksimum sebesar Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah)

210 Pasal 3 PBI 6/26/2004 Ayat (1)a.1 Pasal 11 31/165B/KEP/DIR/ 1998 Ayat (2) – (5)

(1) Suku bunga kredit dari Bank keapda debitur, ditetapkan sebesar 14% (empat belas perseratus) setahun. Suku bunga dimaksud tidak dikenakan secara bunga berbunga.

(2) Suku bunga KKPA-Unggas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat ditinjau kembali oleh Bank Indonesia.

(3) Dalam hal terjadi perubahan suku bunga KKPA-Unggas sebagaimana dimaksud pada ayat (2), maka perubahan tersebut dilakukan berdasarkan persetujuan Direksi Bank-Indonesia dan diberitahukan dengan Surat Edaran Bank Indonesia.

(4) Dalam suku bunga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) termasuk: a. Imbalan untuk Bank sebesar 2% (dua perseratus); b. Imbalan bagi Koperasi Primer sebesar 2% (dua perseratus); dan c. Pembayaran premi kepada Perum PKK sebesar 3% (tiga perseratus)

(5) Pembayaran imbalan dan premi sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diambil dan dibayarkan dari setiap penerimaan angsuran.

211 Pasal 12 31/165B/KEP/DIR/ 1998

Jangka waktu KKPA-Unggas didasarkan pada kemampuan anggota Koperasi Primer untuk membayar kembali KKPA-Unggas dari Usaha Produktif yang dibiayai, dengan ketentuan: a. jangka waktu KKPA-Unggas untuk pembiayaan investasi disesuaikan dengan

kcinamptian nyala Usaha Produktif yang dibiayai, dengan maksimum 5 (lima) tahun; dan

b. jangka waktu KKPA-Unggas untuk pcmbiayaan modal kerja maksimum 1 (satu) tahun dan diperpanjang maksimum 2 (dua) kali.

212 Pasal 13 31/165B/KEP/DIR/ 1998

Dalam pemberian KKPA-Unggas, Commitment fee, provisi kredit, dan biaya lainnya tidak dipungut.

213 Pasal 14 31/165B/KEP/DIR/ 1998

Jaminan kredit ditetapkan sesuai ketentuan dalam Pasal 8 Undang-undang Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan, sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998

BAB V Syarat-Syarat Kredit Likuiditas 214 Pasal 15

31/165B/KEP/DIR/ 1998

Sumber pembiayaan KKPA-Unggas berasal dari kredit likuiditas Bank Indonesia (KLBI) sebesar 100% (seratus perseratus)

215 Pasal 3 PBI 6/26/2004 Ayat (1)a.2

1. Suku bunga KLBI dari Bank Indonesia atau BUMN Koordinator kepada Bank, ditetapkan sebesar 7% (tujuh persen) setahun. Suku bunga dimaksud tidak dikenakan secara bunga berbunga.

Page 101: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset · Rangka Kredit Program Pada Masa Peralihan ... Rekam Jejak Regulasi Kredit dan Pembiayaan Modal Kerja Bank ... Contoh Perhitungan Imbalan

Asset Kredit Likuiditas Bank Indonesia

79

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

Pasal 16 31/165B/KEP/DIR/ 1998 Ayat (2) – (3)

2. Suku bunga KLBI sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat ditinjau kembali oleh Bank Indonesia.

3. Dalam hal terjadi perubahan suku bunga KLBI sebagaimana dimaksud pada ayat (2), maka perubahan tersebut dilakukan berdasarkan persetujuan Direksi Bank Indonesia dan diberitahukan dengan Surat Edaran Bank Indonesia.

216 Pasal 17 31/165B/KEP/DIR/ 1998

Jangka Waktu KLBI diatur sebagai berikut: a. Untuk Plafon Induk ditentukan maksimum 6 (enam) tahun bagi pembiayaan

investasi dan 4 (empat) tahun bagi pembiayaan modal kerja; b. Untuk plafon individual ditentukan sama dengan jangka waktu KKPA-Unggas

yang dihitung sejak tanggal Surat Persetujuan Kredit Likuiditas Individual (SPK Individual)

BAB VII Tata Cara Penyediaan Plafon Induk 217 Pasal 18

31/165B/KEP/DIR/ 1998

(1) Permohonan Plafon Induk diajukan atas dasar rencana penarikan KKPA-Unggas dalam 1 (satu) tahun anggaran (1 April sampai dengan 3I Maret).

(2) Untuk pertama kali permohonan Plafon Induk diajukan atas dasar rencana penarikan KKPA-Unggas sampai dcngan tanggal 3I Maret 1999.

218 Pasal 19 31/165B/KEP/DIR/ 1998

Permohonan penyediaan Plafon Induk diajukan sebagai bcrikut : a. bagi Bank yang berkantor pusat di wilayah DKI Jakarta,

Kabupaten/Kotamadia Serang, Pandeglang, Lebak, Tangerang, Bogor, Karawang, dan Bekasi disampaikan kepada Kantor Pusat Bank Indonesia; dan

b. bagi Bank yang, berkantor pusat di luar wilayah tersebut pada huruf a, disampaikan kcpada Kantor Pusat Bank Indonesia melalui Kantor Bank Indonesia yang mewilayahinya.

219 Pasal 20 31/165B/KEP/DIR/ 1998

(1) Apabila permohonan Plafon induk sebagaimana dimaksud pada Pasal 19 (Paragraf 218 dalam kodifikasi ini) disetujui, maka Bank Indonesia menyediakan Plafon Induk dengan membuat Surat Persetujuan Kredit Likuiditas Induk (SPK Induk) dan Surat Perjanjian Penerusan KKPA-Unggas yang ditandatangani oleh Bank di atas materai sesuai dengan ketentuan yang berlaku. dan dikembalikan kepada Bank Indonesia.

(2) Penyediaan Plafon KLBI scbagaimana dimaksud pada ayat (1) akan didislokasikan kepada Kantor Bank Indonesia yang mewilayahinya atas dasar permintaan kantor pusat Bank. Ketentuan dislokasi Plafon Induk ditetapkan oleh Bank Indonesia.

(3) Diskikasi Plafon Induk sebnaimana dimaksud pada ayat (1) baru dapat dilaksanakan setelah SPK Induk dan Surat Perjanjian Penerusan Pinjaman KKPA-Unggas ditandatantaani olch Bank di alas meterai sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan dikembalikan kepada Bank Indonesia.

220 Pasal 21 31/165B/KEP/DIR/ 1998

Plafon Induk yang telah discdiakan sebagaimana dimaksud pada Pasal 20 (Paragraf 219 dalam kodifikasi ini), harus direalisasikan menjadi Plafon Individual pada tahun anggaran yang bersangkutan. Sisa Plafon Induk yang tidak direalisasikan pada akhir tahun anggaran tersebut dinyatakan tidak berlaku (hangus) dan akan dilakukan penyesuaian terhadap Plafon Induknya.

Page 102: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset · Rangka Kredit Program Pada Masa Peralihan ... Rekam Jejak Regulasi Kredit dan Pembiayaan Modal Kerja Bank ... Contoh Perhitungan Imbalan

Asset Kredit Likuiditas Bank Indonesia

80

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

BAB VIII Tata Cara Penyediaan Plafon Individual 221 Pasal 22

31/165B/KEP/DIR/ 1998

Atas dasar plafon Induk yang telah disediakan, sebagaimana dimaksud pada Pasal 20 ayat (1) (Paragraf 119 ayat (1) dalam kodifikasi ini), bank dapat mengajukan permohonan Plafon Individual kepada Kantor Bank Indonesia.

222 Pasal 23 31/165B/KEP/DIR/ 1998

Pengajuan permohonan Plafon Individual, sebagaimana dimaksud pada Pasal 21 (Paragraf 220 dalam kodifikasi ini), dilakukan sebagai berikut: a. untuk jumlah KKPA-unggas sampai dengan Rp 2.000.000.000,00 (dua miliar

rupiah), permohonan Plafon Individual disampaikan oleh kantor Bank atau kantor pusat Bank kepada kantor Bank Indonesia yang mewilayahinya; dan

b. unluk jumlah KKPA-unggas lebih dad Rp 2.000.000.000,00 (dua miliar), permohonan Plafon Individual disampaikan oleh kantor pusat Bank kepada Kantor Pusat Bank Indonesia.

223 Pasal 24 31/165B/KEP/DIR/ 1998

Permohonan Plalon Individual KL KKPA-Unggas diajukan dengan melampirkan formulir sebagaimana terlampir dalam lampiran 1 Surat Keputusan ini (Lampiran 41 dalam kodifikasi ini) dan studi kelayakan serta penilaian dari Kantor Dinas Peternakan dan Perusahaan Inti yang menjadi mitranya.

224 Pasal 25 31/165B/KEP/DIR/ 1998

Dalam hal menurut penilaian Bank Indonesia permohonan Plafon Individual sebagaimana dimaksud pada Pasal 23 (Paragraf 222 dalam kodifikasi ini) dapat disetujui, maka Bank Indonesia membuat SPK Individual sebagai dasar penarikan kredit likuiditas KKPA-Unggas.

BAB IX Tata Cara Pelimpahan dan Pelunasan Kredit Likuiditas 225 Pasal 26

31/165B/KEP/DIR/ 1998

(1) Atas dasar penyediaan kredit likuiditas KKPA sebagaimana dimaksud pada Pasal 25 (Paragraf 224 dalam kodifikasi ini), Bank wajib mengajukan rencana penarikan kredit likuiditas KKPA-Unggas kepada Bank Indonesia sesuai dengan kebutuhan proyek

(2) Dalam hal permohonan pelimpahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disetujui, maka Kantor Bank Indonesia akan melimpahkan KLBI dengan cara pemindahbukuan.

(3) KLBI yang telah dilimpahkan harus segera realisasikan kepada Koperasi Primer dengan melimpahkan KLBI tersebut ke rekening Koperasi Primer yang bersangkutan selambat-lambatnya pada hari kera berikutnya setelah diterimanya KLBI.

(4) Untuk Penarikan KKPA-Unggas dilakukan oleh Koperasi Primer atau Perusahaan Inti atas kuasa dari Koperasi Primer sesuai dengan rencana yang ditetapkan.

(5) Untuk penarikan KKPA-Unggas sebagaimana dimaksud pada ayat (4), Koperasi Primer harus menyerahkan surat pengakuan utang (Surat Aksep) yang ditandatangani oleh pengurus Koperasi Primer.

(6) Bank wajib menyampaikan bukti realisasi kredit kepada Koperasi Primer. Bukti tersebut selambat-lambatnya diterima Bank Indonesia 3 (tiga) hari sejak KLBI diterima.

226 Pasal 27 31/165B/KEP/DIR/ 1998

(1) Angsuran atau pelunasan kredit likuiditas KKPA-Unggas ditetapkan oleh Bank Indonesia dengan memperhatikan usuIan dari Koperasi Primer yang disampaikan melalui Bank dan berdasarkan pada kondisi proyek dan kemampuan membayar kembali anggota Koperasi Primer.

Page 103: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset · Rangka Kredit Program Pada Masa Peralihan ... Rekam Jejak Regulasi Kredit dan Pembiayaan Modal Kerja Bank ... Contoh Perhitungan Imbalan

Asset Kredit Likuiditas Bank Indonesia

81

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

(2) Atas pembayaran angsuran bunga dan pelunasan KKPA-Unggas yang diterima dari Koperasi Primer, kantor Bank wajib mengembalikan KLBI tersebut kepada Bank Indonesia selambat-lambatnya pada hari kerja berikutnya.

(3) Dalam hal Koperasi Primer tidak dapat melunasi KKPA-Unggas pada saat jatuh tempo, maka Koperasi Primer tersebut harus mengajukan surat pernyataan penundaan pembayaran beserta alasannya kepada kantor Bank selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kerja sebelum kredit jatuh tempo.

(4) Kantor Bank wajib meneruskan surat pernyataan penundaan pembayaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) kepada Bank Indonesia selambat-lambatnya 3 (tiga) hari kerja sebelum KLBI jatuh tempo

BAB X Laporan 227 Pasal 28

31/165B/KEP/DIR/ 1998

(1) Kantor Bank wajib menyampaikan laporan perkembangan KKPA-Unggas dengan menggunakan formulir sebagaimana contoh dalam lampiran 2a, 2b dan 2c Surat Keputusan ini (lampiran 42, 43 dan 44 dalam kodifikasi ini).

(2) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus sudah diterima Bank Indonesia selambat-lambatnya langgal 15 bulan berikutnya.

BAB XI Sanksi 228 Pasal 29

31/165B/KEP/DIR/ 1998

(1) Dalam hal KLBI yang telah dilimpahkan tidak dlirealisasikan dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada Pasal 26 ayat (3) (Paragraf 225 ayat (3) dalam kodifikasi ini), maka atas jumlah KLBI yang terlambat direalisasikan, kepada Bank dikenakan suku bunga berbeda sebesar suku bunga deposito tertinggi yang berlaku pada Bank yang bersangkutan pada saat KLBI.

(2) Pengenaan suku bunga sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dihitung sejak tanggal pelimpahan KLBI sampai tanggal realisasi KKPA-Unggas kepada nasabah.

(3) Suku bunga berbeda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenakan atas jumlah kredit likuiditas KKPA-Unggas yang terlambat direalisasikan.

(4) Dalam hal Bank terlambat menyerahkan bukti realisasi penerusan kredit kepada Koperasi Primer dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada Pasal 26 ayat (6) (Paragraf 225 ayat (6) dalam kodifikasi ini), maka atas keterlambatan penyampaian bukti realisasi tersebut, Bank dikenakan sanksi sebagai berikut: a. untuk keterlambatan sampai dengan 7 (tujuh) hari kerja sejak tanggal

batas waktu penyampaian bukti realisasi, Bank dikenakan kewajiban membayar sebesar Rp 500.000,00 (lima ratus ribu rupiah); dan

b. untuk keterlambatan lebih dari 7 (tujuh) hari kerja sejak tanggal batas waktu penyampaian bukti realisasi, Bank dikenakan kewajiban membayar sebesar Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah).

BAB XII Ketentuan Peralihan 229 Pasal 30

31/165B/KEP/DIR/ 1998

Penyaluran KKPA untuk pembiayaan ayam ras yang telah disetujui sebelum berlakunya Surat Keputusan ini tetap berlaku ketentuan sebagaimana tercantum dalam Surat Persetujuan Kredit sampai dengan berakhirnya jangka waktu.

Page 104: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset · Rangka Kredit Program Pada Masa Peralihan ... Rekam Jejak Regulasi Kredit dan Pembiayaan Modal Kerja Bank ... Contoh Perhitungan Imbalan

Asset Kredit Likuiditas Bank Indonesia

82

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

Kredit Pembiayaan Tenaga Kerja Indonesia Dengan Pola Kredit Kepada Koperasi Primer Untuk Anggotanya

BAB I Ketentuan Umum 230 Pasal 1

29/67/KEP/DIR/ 1996

1. Tenaga Kerja Indonesia yang selanjutnya disebut TKI adalah warga Negara Indonesia baik laki-laki maupun perempuan yang mempunyai profesi di bidang perekonomian, sosial, keilmuan, kesenian dan olah raga serta mengikuti pelatihan kerja atau bekerja di luar negeri dalam jangka waktu tertentu berdasarkan perjanjian kerja.

2. Pola Kredit kepada Koperasi Primer untuk Anggotanya (KKPA) adalah pola kredit investasi dan/atau kredit modal kerja yang diberikan oleh Bank kepada Koperasi Primer untuk diteruskan kepada anggota-anggotanya guna membiayai usaha anggota yang produktif.

3. Bank Pemberi Kredit, yang selanjutnya disebut Bank, adalah bank umum sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan dan memenuhi persyaratan serta telah disetujui oleh Bank Indonesia sebagai pemberi kredit menurut Surat Keputusan ini.

4. Perusahaan Jasa Tenaga Kerja Indonesia, yang selanjutnya disebut PJTKI, adalah Badan Usaha yang berbentuk hukum Perseroan Terbatas (PT) atau koperasi, yang memiliki Surat Ijin Usaha (SIUP) PJTKI untuk melaksanakan kegiatan jasa penempatan tenaga kerja ke luar negeri.

5. Kredit Pembiayaan TKI dengan pola Kredit kepada Koperasi Primer untuk Anggotanya, yang selanjutnya disebut Kredit, adalah kredit modal kerja yang diberikan oleh Bank melalui PJTKI untuk membiayai persiapan dan keberangkatan TKI ke luar negeri, dengan persyaratan dan tatacara seperti yang berlaku dalam KKPA dengan penyesuaian seperlunya. Mengingat belum semua PJTKI berbentuk koperasi primer, maka peranan koperasi untuk sementara dapat digantikan oleh PJTKI yang berbadan hukum Perseroan Terbatas (PT).

6. Pengguna aasa Tenaga Kerja, yang selanjutnya disebut Pengguna Jasa, adalah Instansi Pemerintah atau badan usaha berbentuk badan hukum dan badan usaha lainnya di luar negeri yang bertanggung jawab mempekerjakan tenaga kerja.

7. Rencana Kebutuhan Kredit, yang selanjutnya disebut RKK, adalah perkiraan kebutuhan kredit dalam 1 (satu) tahun anggaran yang antara lain memuat jumlah TKI dan jumlah Kredit, serta jadwal penarikan Kredit.

8. Daftar Penarikan Kredit, yang selanjutnya disebut DPK, adalah-daftar kebutuhan Kredit definitif yang antara lain merinci nama-nama TKI, jenis pekerjaan, dan jum1ah kebutuhan pembiayaan untuk masing-masing TKI

9. Laporan Pertanggungjawaban Kredit, yang selanjutnya disebut LPJ, adalah laporan realisasi dari DPK yang memuat nama-nama TKI yang telah diberangkatkan, jangka waktu perjanjian kerja, jangka waktu hutang,jumlah hutang pokok, jumlah hutang pokok dan bunga, jumlah angsuran, jumlah tabungan wajib, nama dan alamat Pengguna Jasa, alamat TKI di Indonesia, serta nomor dan tanggal paspor.

10. Bank Luar Negeri adalah bank di luar negeri yang ditunjuk Bank dan PJTKIuntukmenerima danmentransferkepada Bank, setoran-setoran dari Pengguna Jasa dalam rangka memenuhi kewajiban TKI kepada PJTKI serta untuk pemupukan tabungan yang diwajibkan.

11. Plafon Induk Kredit Likuiditas, yang selanjutnya disebut Plafon Induk, adalah jumlah maksimum kredit likuiditas Bank Indonesia yang dapat ditarik

Page 105: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset · Rangka Kredit Program Pada Masa Peralihan ... Rekam Jejak Regulasi Kredit dan Pembiayaan Modal Kerja Bank ... Contoh Perhitungan Imbalan

Asset Kredit Likuiditas Bank Indonesia

83

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

(disbursed) oleh Bank dalam 1 (satu) tahun anggaran untuk seluruh pemberian kredit.

12. Plafon Individual Kredit Likuiditas, yang selanjutnya disebut Plafon Individual, adalah jumlah maksimum kredit likuiditas Bank Indonesia yang dapat disetujui (approved) oleh Bank Indonesia bagi Bank untuk setiap pemberian kredit.

BAB II Penggunaan Kredit 231 Pasal 2

29/67/KEP/DIR/ 1996

Kredit dapat digunakan oleh PJTKI untuk membiayai persiapan dan keberangkatan TKI ke luar negeri, yang menurut penilaian Bank layak untuk dibiayai dan memenuhi persyaratan seperti ditentukan dalam Surat Keputusan ini.

BAB III Syarat, Fungsi, dan Kewajiban Bank 232 Pasal 3

29/67/KEP/DIR/ 1996

Bank yang dapat ditunjuk untuk memberikan Kredit adalah Bank yang memenuhi persyaratan tingkat kesehatan sesuai ketentuan Bank Indonesia, sekurang-kurangnya cukup sehat, kecuali ditentukan lain oleh Direksi Bank Indonesia.

233 Pasal 4 29/67/KEP/DIR/ 1996

Fungsi Bank adalah menilai, memutuskan dan melaksanakan pemberian Kredit

234 Pasal 5 29/67/KEP/DIR/ 1996

Kewajiban Bank adalah: 1. Menilai kelayakan, memutuskan, mengelola dan mengawasi pemberian

Kredit; 2. melaksanakan pembukaan rekening tabungan atas nama masing-masing TKI

yang sudah diberangkatkan. Pengisian formulir pembukaan rekening tabungan dikoordinasikan dengan PJTKI gebelum TKI diberangkatkan;

3. Menegaskan kepada masing-masing TKI dengan tembusan kepada Pengguna Jasa mengenai pembukaan rekening tabungan atas nama TKI yang bersangkutan dengan menyebutkan nomor rekening tabungan dan alamat kantor Bank;

4. Membebani rekening tabungan masing-masing TKI setiap bulan, untuk untung rekening PJTKI sebesar angsuran hutang dan bunga yang telah ditetapkan oleh PJTKI bagi TKI yang bersangkutan;

5. Membantu PJTKI dalam pengelolaan hutang TKI; dan 6. Memberikan penegasan setiap bulan kepada PJTKI mengenai jumlah yang

dipindahbukukan dari rekening-rekening tabungan seluruh TKI untuk untung rekening PJTKI, serta nomor dan nama-nama rekening tabungan TKO yang tidak dapat dibebani karena TKI yang bersangkutan belum memenuhi kewajibannya.

BAB IV Syarat-Syarat, Fungsi, dan Kewajiban PJTKI 235 Pasal 6

29/67/KEP/DIR/ 1996

PJTKI yang dapat menjadi penerima Kredit harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: 1. Telah memiliki SIUP PJTKI; 2. Aktif menjalankan usaha penempatan TKI ke luar negeri dan berpengalaman

sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun; 3. Terdaftar sebagai anggota Asosiasi Perusahaan Jasa Tenaga Kerja Indonesia

(APJATI) 4. Tidak tercatat sebagai debitur macet; dan

Page 106: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset · Rangka Kredit Program Pada Masa Peralihan ... Rekam Jejak Regulasi Kredit dan Pembiayaan Modal Kerja Bank ... Contoh Perhitungan Imbalan

Asset Kredit Likuiditas Bank Indonesia

84

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

5. Dinilai layak oleh Bank.

236 Pasal 7 29/67/KEP/DIR/ 1996

PJTKI berfungsi sebagai penerima Kredit dan bertanggungjawab aas penggunaan dan pelunasan kredit.

237 Pasal 8 29/67/KEP/DIR/ 1996

(1) Kewajiban PJTKI adalah: 1. Membuat RKK (lampiran 1) (lampiran 45 dalam kodifikasi ini) untuk

permohonan Kredit; 2. Menyusun DPK (lampiran 2) (lampiran 46 dalam kodifikasi ini) untuk

penarikan Kredit; 3. Membuat dan menyampaikan LPJ (lampiran 3) (lampiran 47 dalam

kodifikasi ini) kepada Bank selambat-lambatnya 1 (satu) bulan setelah keberangkatan TKI, dengan melampirkan bukti-bukti permintaan nyata dari Pengguna Jasa;

4. Menetapkan jumlah angsuran hutang dan tabungan wajib yang harus disetor oleh masing-maisng TKI setiap bulan;

5. Mengembalikan Kredit yang diperuntukkan bagi TKI yang tidak jadi diberangkatkan, selambat-lambatnya 1 (satu) bulan setelah penarikan Kredit;

6. Membuat perjanjian dengan Pengguna Jasa untuk mengirimkan/mentransfer kepada Bank sebagian gaji TKI minimum sebesar ekuivalen angsuran hutang dan tabungan wajib yang ditetapkan melalui Bank Luar Negeri;

7. Mengadministrasikan jumlah kewajiban serta setoran-setoran yang diterima dari masing-masing TKI yang telah diberangkatkan;

8. menutup dan membayar premi asuransi jiwa dan jaminan sosiaI tenaga kerja (jamsostek);

9. memberi kuasa kepada Bank untuk itendebet rekening gironya dalam rangka pelunasan Kredit yang diterimanya;

10. memberi surat pernyataan tidak keberatan kepada Bank dalam hal Bank memberikan informasi kepada APJATI tentang keragaan kreditnya; dan

11. melakukan langkah-langkah untuk menjamin agar semua TKI yang penempatannya dibiayai dengan kredit selalu memenuhi kewajiban yang diperjanjikan.

(2) PJTKI bertanggungjawab atas pelaksanaan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan risiko pengembalian Kredit secara penuh.

BAB V Syarat dan Kewajiban TKI 238 Pasal 9

29/67/KEP/DIR/ 1996

TKI yang dibiayai dengan Kedit adalah TKI yang mempunyai perjanjian kerja dengan pengguna Jasa dan PJTKI, serta memenuhi persyaratan lain yang ditetapkan oleh Departemen Tenaga Kerja.

239 Pasal 10 29/67/KEP/DIR/ 1996

Kewajiban TKI adalah: 1. Menandatangani perjanjian kerja dan perjanjian hutang piutang dengan

PJTKI; 2. Menyetor/mentransfer sebagian dari penghasilannya setiap bulan melalui

Pengguna Jasa ke dalam rekening tabungannya pada Bank minimal,sebesar angsuran hutang dan tabungan wajib yang ditetapkan; dan

3. Memberi kuasa kepada Bank untuk membebani rekening tabungannya dalam rangka memenuhi kewajiban angsuran hutangnya kepada PJTKI.

Page 107: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset · Rangka Kredit Program Pada Masa Peralihan ... Rekam Jejak Regulasi Kredit dan Pembiayaan Modal Kerja Bank ... Contoh Perhitungan Imbalan

Asset Kredit Likuiditas Bank Indonesia

85

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

BAB VI

Syarat-Syarat, Tata Cara Penyediaan, Penarikan, Dan Pengembalian Kredit

240 Pasal 11 29/67/KEP/DIR/ 1996

(1) Jumlah Kredit meliputi seluruh biaya yang diperlukan untuk pembiayaan TKI di dalam negeri, yaitu biaya pengurusan jati diri, pemeriksaan kesehatan, administrasi, seleksi, pelatihan, pembuatan paspor dan visa, asuransi, akomodasi/penampungan, penempatan, jasa perusahaan TKI, serta pembiayaan TKI di luar negeri yaitu biaya hidup TKI bulan pertama, termasuk kapitalisasi bunga kredit yang timbul selama masa tenggang.

(2) Jumlah kebutuhan pembiayaan TKI dihitung berdasarkan jumlah TKI yang direncanakan akan diberangkatkan dalam waktu 1 (satu) tahun, yang dihitung sesuai dengan standar biaya yang ditetapkan oleh Departemen Tenaga Kerja untuk masing-masing jenis pekerjaan dan negara tujuan TKI.

(3) Besarnya Kredit yang diterima oleh PJTKI maksimum 85% dari total pembiayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2).

241 Pasal 3 6/26/PBI/2004 Ayat (1)b.1 Pasal 12 31/91/KEP/DIR/ 1998 Ayat (2) – (8)

(1) suku bunga kredit dari Bank kepada Perusahaan Jasa Tenaga Kerja Indonesia (PJTKI), ditetapkan sebesar 14% (empat belas persen) setahun, dengan ketentuan sebagai berikut: a. dalam hal Bank mewajibkan pertanggungan kredit kepada lembaga

penjaminan kredit, maka suku bunga kredit kepada PJTKI ditetapkan sebesar 12% (dua belas persen) efektif setahun, dan PJTKI diwajibkan membayar premi asuransi pertanggungan kredit;

b. dalam hal Bank tidak mewajibkan pertanggungan kredit, maka suku bunga kredit kepada PJTKI adalah 14% (empat belas persen) efektif setahun, dengan ketentuan bahwa jumlah 2% (dua persen) akan dikembalikan kepada PJTKI sebagai imbalan pada waktu kredit berakhir, dan apabila ada tunggakan kredit, maka imbalan tersebut akan diperhitungkan terlebih dahulu dengan tunggakan-tunggakan kredit yang bersangkutan;

Suku bunga dimaksud tidak dikenakan secara bunga berbunga.

(2) Jumlah angsuran bulanan masing-masing TKI dihitung atas dasar suku bunga

efektif 16% (enam belas perseratus) setahun. (3) Dalam hal Bank mewajibkan pertanggungan Kredit kepada lembaga

penjaminan Kredit, maka suku bunga kepada PJTKI ditetapkan sebesar 14% (empat belas perseratus) efektif setahun, dan PJTKI diwajibkan membayar premi asuransi pertanggungan Kredit.

(4) Dalam hal Bank tidak mewajibkan pertanggungan Kredit, suku bunga yang dibayar PJTKI adalah 16% (enam betas perseratus) efektif setahun, dengan ketentuan bahwa jumlah 2% (dua perseratus) akan dikembalikan kepada PJTKI sebagai imbalan pada waktu Kredit berakhir, dan apabila ada tunggakan Kredit, maka imbalan tersebut akan diperhitungkan terlebih dahulu dengan tunggakan-tunggakan Kredit yang bersangkutan..

(5) Bunga Kredit setelah masa tenggang berakhir, dihitung dan dibebankan setiap bulan.

(6) Suku bunga Kredit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sewaktu-waktu dapat diubah oleh Bank Indonesia.

(7) Perubahan suku bunga Kredit sebagaimana dimaksud pada ayat (6), bersifat otomatis walaupun jangka waktu Kredit belum herakhir.

Page 108: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset · Rangka Kredit Program Pada Masa Peralihan ... Rekam Jejak Regulasi Kredit dan Pembiayaan Modal Kerja Bank ... Contoh Perhitungan Imbalan

Asset Kredit Likuiditas Bank Indonesia

86

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

(8) Perubahan suku bunga Kredit sebagaimana dimaksud pada ayat (6), akan diatur dalam Surat Edaran Bank Indonesia.

242 Pasal 13 29/67/KEP/DIR/ 1996

(1) Jangka waktu Kredit ditetapkan sesuai dengan jangka waktu perjanjian kerja TKI ditambah masa persiapan dengna maksimum 2 (dua) tahun 6 (enam) bulan.

(2) Dalam jangka waktu Kredit sebagaimana dimaksud pada ayat (1), termasuk masa tenggang dengan maksimum 6 (enam) bulan.

(3) Masa tenggang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri dari masa persiapan ditambah 2 (dua) bulan.

243 Pasal 14 29/67/KEP/DIR/ 1996 SE 29/2/UK 1996 Romawi II No. 4

(1) Provisi kredit, dan biaya lainnya tidak dipungut. (2) Bea materai kredit dikenakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Biaya lain di luar bunga hutang TKI kepada PJTKI, tidak boleh dibebankan kepada TKI, kecuali bea materai sesuai dengan ketentuan bea materai umum yang berlaku.

244 Pasal 15 29/67/KEP/DIR/ 1996 Ayat (1) – (2)

SE 29/2/UK 1996 Romawi IV No. 2

SE 29/2/UK 1996 Romawi V No. 3c

Pasal 15 29/67/KEP/DIR/ 1996 Ayat (3) SE 29/2/UK 1996 Romawi IV No. 4 SE 29/2/UK 1996 Romawi IV No. 5

(1) Jaminan kredit ditetapkan sesuai ketentuan dalam Pasal 8 Undang-undang Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan.

(2) PJTKI diwajibkan mempunyai tabungan berku pada Bank minimum sebesar 10% dari kredit yang ditarik, dengan bunga 2 (dua) angka prosentasi lebih rendah dari suku bunga Kredit.

Tabungan beku sebagaimana dimaksud pada ayat (2) digunakan sebagai jaminan pembayaran angsuran bulanan apabila terjadi keterlambatan pembayaran/ tunggakan. Untuk keperluan tersebut, dalam akad Kredit dicantumkan kuasa dari PJTKI kepada Bank untuk membebani rekening tabungan beku dimaksud. Tabungan beku ini baru dapat ditarik setelah Kredit dilunasi.

Apabila pada saat pembebanan kewajiban tersebut rekening giro PJTKI tidak mencukupi, maka kekurangan tersebut akan dibebankan pada rekening tabungan beku PJTKI.

(3) Setiap setoran yang dilakukan oleh TKI harus meliputi angsuran Kredit dan tabungan wajib minimum sebesar 25% dari angsuran hutang setiap bulan. Setelah PJTKI dan Bank menandatangani akad Kredit, kemudian Bank membuka rekening tabungan atas nama masing-masing TKI untuk menampung antara lain angsuran hutang dan tabungan wajib. Tabungan wajib TKI tersebut digunakan sebagai jaminan pembayaran angsuran bulanan apabila terjadi keterlambatan pembayaran. Tabungan wajib ini baru dapat ditarik setelah hutang dilunasi. Dalam hal tabungan wajib tidak mencukupi dan TKI mempunyai tabungan lain, maka tabungan lainnya tersebut digunakan pula sebagai pembayaran angsuran atau pelunasan Kredit.

Page 109: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset · Rangka Kredit Program Pada Masa Peralihan ... Rekam Jejak Regulasi Kredit dan Pembiayaan Modal Kerja Bank ... Contoh Perhitungan Imbalan

Asset Kredit Likuiditas Bank Indonesia

87

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

245 Pasal 16 29/67/KEP/DIR/ 1996

(1) Permohonan Kredit diajukan oleh PJTKI kepada kantor Bank atas dasar kebutuhan pembiayaan untuk 1 (satu) tahun yang dirinci dalam RKK.

(2) Jika dianggap perlu, Bank dapat meminta APJATI untuk mengetahui dan mengesahkan RKK.

(3) Dalam hal permohonan Kredit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disetujui oleh Bank, maka Bank dapat mengajukan permojonan Plafon Individual kepada Bank Indonesia sebagaimana diatur pada Pasal 27 (Paragraf 256 dalam kodifikasi ini).

(4) Atas dasar persetujuan Plafon Individual, maka Bank mengeluarkan Surat Penegasan Kredit (SPK) kepada PJTKI.

(5) Penarikan Kredit oleh PJTKI dilakukan atas dasar kebutuhan pembiayaan yang sudah definitif, sebagaimana tercantum dalam DPK.

246 Pasal 17 29/67/KEP/DIR/ 1996

(1) Kredit yang ditarik oleh PJTKI harus segera dimanfaatkan untuk kepentingan TKI sesuai dengan tujuan Kredit, selambat-lambatnya 1 (satu) bulan sejak tanggal penarikan Kredit.

(2) Dalam hal Kredit tidak dimanfaatkan sesuai dengan ketentuan, kepada PJTKI dikenakan suku bunga yang berbeda yaitu sebesar suku bunga pinjaman yang berlaku di Bank yang bersangkutan.

(3) Setelah para TKI yang tercantum dalam suatu DPK diberangkatkan, PJTKI penerima Kredit menyampaikan LOJ kepada Bank.

247 Pasal 18 29/67/KEP/DIR/ 1996 SE 29/2/UK 1996 Romawi III No. 1 – 2

Pengembalian Kredit dilakukan secara angsuran setiap bulan. Besarnya angsuran TKI kepada PJTKI dihitung oleh PJTKI dengan jumlah tetap. Jika dipandang perlu Bank dapat membantu PJTKI dalam menghitung besarnya angsuran hutang TKI tersebut. Rumus Angsuran hutang TKI kepada PJTKI per bulan adalah sebagai berikut Angsuran = Pokok x Dimana : Pokok = Pokok pinjaman i = suku bunga per bulan n = masa angsuran dalam bulan (tidak termasuk masa tenggang) Untuk memudahkan perhitungan, besarnya angsuran setiap bulan dapat dibulatkan dalam ribuan, dan sisanya dihitung pada angsuran terakhir. Contoh perhitungan angsuran terlampir (Lampiran 1) ((Lampiran 55 dalam kodifikasi ini).

BAB VII Syarat-Syarat Kredit Likuiditas 248 Pasal 19

31/91/KEP/DIR/ 1998

Sumber pembiayaan Kredit berasal dari kredit likuiditas Bank Indonesia sebesar 100% (seratus perseratus).

249 Pasal 3 6/26/PBI/2004 Ayat (1)b.2

(1) Suku bunga KLBI dari Bank Indonesia atau BUMN Koordinator kepada Bank ditetapkan sebesar 7% (tujuh persen) setahun.

Page 110: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset · Rangka Kredit Program Pada Masa Peralihan ... Rekam Jejak Regulasi Kredit dan Pembiayaan Modal Kerja Bank ... Contoh Perhitungan Imbalan

Asset Kredit Likuiditas Bank Indonesia

88

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

Pasal 20 31/91/KEP/DIR/ 1998

Suku bunga dimaksud tidak dikenakan secara bunga berbunga. (2) Bunga kredit likuiditas dihitung dan dibebankan setiap bulan. (3) Suku bunga kredit likuiditas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), sewaktu-

waktu dapat diubah oleh Bank Indonesia. (4) Perubahan suku bunga kredit likuiditas sebagaimana dimaksud pada ayat

(3), akan diatur dalam Surat Edaran Bank Indonesia.

250 Pasal 21 29/67/KEP/DIR/ 1996

Jangka waktu kredit likuiditas sama dengan jangka waktu Kredit, dengan maksimum 2 (dua) tahun 6 (enam) bulan.

BAB VIII Tata Cara Penyediaan Plafon Induk 251 Pasal 22

29/67/KEP/DIR/ 1996

Permohonan Plafon Induk didasarkan atas rencana penarikan (disburment) Kredit dalam 1 (satu) tahun anggaran (1 April sampai dengan 31 Maret tahun berikutnya) berdasarkan perkiraan kebutuhan pembiayaan yang diajukan oleh PJTKI kepada Bank sesuai dengan RKK.

252 Pasal 23 29/67/KEP/DIR/ 1996

SE 29/2/UK 1996 Romawi VI No. 1 d

Permohonan penyediaan Plafon Induk diajukan sebgai berikut: 1. Bagi Bank yang berkantor pusat di wilayah DKI Jakarta,

Kabupaten/Kotamadia Serang, Pandeglang, Lebak, Tangerang, Bogor, Karawang, dan Bekasi disampaikan kepada Kantor Pusat Bank Indoresia dan

2. Bagi Bank yang berkantor pusat di luar wilayah tersebut pada angka 3. disampaikan kepada Kantor Bank Indonesia yang mewilayahinya.

Permohonan Plafon Induk disampaikan kepada Bank Indonesia dengan rincian sebagai berikut : (1) Nama PJTKI yang akan dibiayai, (2) Jumlah TKI menurut jenis pekerjaan dan Negara tujuan, (3) Kebutuhan Kredit, (4) Kebutuhan kredit likuiditas, (5) Lokasi kantor cabang Bank.

253 Pasal 24 29/67/KEP/DIR/ 1996

Dalam hal menurut penilaian Bank Indonesia permohonan Plafon Induk, sebagaimana dimaksud pada Pasal 23 (Paragraf 252 dalam kodifikasi ini), dapat disetujui, maka Bank Indonesia akan menyediakan Plafon Induk dengan membuat Surat Persetujuan Kredit Likuiditas Induk (SPK Induk) dan Surat Perjanjian Kredit (Akte F)

254 Pasal 25 29/67/KEP/DIR/ 1996

(1) Penyediaan Plafon Induk sebagaimana dimaksud pada Pasal 24 (Paragraf 253 dalam kodifikasi ini), didislokasikan ke Kantor Bank Indonesia yang mewilayahinya atas dasar permintaan kentor pusat Bank.

(2) Dislokasi Plafon Induk sebagaimana pada ayat (1), dapat dilaksanakan setelah SPK induk dan Akte F sebagaimana dimaksud pada Pasal 24 (Paragraf 253 dalam kodifikasi ini), ditandatangani oleh Bank di atas meterai sesuai ketentuan yang berlaku dan dikembalikan kepada BAnk Indonesia.

(3) Untuk menerima Plafon Induk, Bank wajib menerbitkan Surat Aksep yang ditandatangani di atas meterai sesuai ketentuan yang berlaku.

255 Pasal 26 29/67/KEP/DIR/ 1996

(1) Plafon Induk yang telah disediakan sebagaimana dimaksud pada Pasal 24 (Paragraf 253 dalam kodifikasi ini) harus direalisasikan menjadi Plafon Individual pada tahun anggaran yang bersangkutan.

(2) Sisa Plafon Induk yang tidak direalisasikan pada akhir tahun anggaran

Page 111: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset · Rangka Kredit Program Pada Masa Peralihan ... Rekam Jejak Regulasi Kredit dan Pembiayaan Modal Kerja Bank ... Contoh Perhitungan Imbalan

Asset Kredit Likuiditas Bank Indonesia

89

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

dinyatakan tidak berlaku dan akan dilakukan penyesuaian terhadap Plafon Induknya.

(3) Dalam hal tingkat kesehatan Bank tidak sesuai lagi dengan ketentuan sebagaimana diatur dalam Pasal 3 (Paragraf 241 dalam kodifikasi ini), maka sisa Plafon Induk yang belum direalisasikan menjadi Plafon Individual dinyatakan tidak belaku, kecuali ditetapkan lain oleh Direksi Bank Indonesia.

BAB IX Tata Cara Penyediaan Plafon Individual 256 Pasal 27

29/67/KEP/DIR/ 1996

Atas Dasar Plafon Induk yang telah disediakan, sebagaimana dimaksud pada Pasal 25 ayat (1) (Paragraf 254 ayat (1) dalam kodifikasi ini), Bank dapat mengajukan permohonan Plafon Individual kepada Kantor Bank Indonesia, dengan melampirkan DPK.

257 Pasal 28 29/67/KEP/DIR/ 1996

Pengajuan permohonan Plafon Individual, sebagaimana dimaksud pada Pasal 27 (Paragraf 256 dalam kodifikasi ini), dilakukan sebagai berikut: 1. Untuk jumlah Kredit lebih dari Rp 1 miliar, permohonan Plafon Individual

disampaikan oleh kantor pusat Bank kepada Kantor Pusat Bank Indonesia; dan

2. Untuk jumlah Kredit sampai dengan Rp 1 miliar, permohonan Plafon Individual disampaikan oleh kantor Bank kepada Kantor Bank Indonesia yang mewilayahinya.

258 Pasal 29 29/67/KEP/DIR/ 1996

Dalam hal menurut penilaian Bank Indonesia permohonan Plafon Individual sebagaimana dimaksud pada Pasal 27 (Paragraf 256 dalam kodifikasi ini) dapat disetujui, maka Bank Indonesia membuat Surat Persetujuan Kredit Likuiditas. Individual (SPK Individual).

259 Pasal 30 29/67/KEP/DIR/ 1996 Ayat (1)

SE 29/2/UK 1996 Romawi VI No. 2a Pasal 30 29/67/KEP/DIR/ 1996 Ayat (2) Pasal 30 31/91/KEP/DIR/ 1998 Ayat (3) Pasal 30 29/67/KEP/DIR/ 1996 Ayat (4)

(1) Setelah tembusan SPK Induk ditandatangani oleh Bank di atas meterai sesuai ketentuan yang berlaku, maka Bank dapat menarik uang muka sebesar 15% dan Plafon Induk. Besarnya uang muka dapat disesuaikan dari waktu ke waktu dengan Surat Edaran Bank Indonesia. Uang muka akan ditarik kembali seluruhnya pada akhir tahun anggaran.

Penyediaan uang muka dimulai sejak tembusan SPK Plafon Induk disampaikan kepada Bank Indonesia sampai dengan berakhirnya tahun anggaran yang bersangkutan.

(2) Atas dasar penyediaan uang muka, Bank dapat melaksanakan pemberian

Kredit kepada PJTKI. Selanjutnya Bank dapat mereimburs pemberian Kredit dimaksud dengan mengajukan surat permohonan penarikan kredit likuiditas individual dengan melampirkan bukti penarikan Kredit oleh nasabah berupa copy rekening Kredit atas nama PJTKI.

(3) Penarikan uang muka dan reimburs dilaksanakan dengan cara pemindahbukuan. Bagi Bank yang telah melakukan penarikan uang muka dan reimburs dengan menggunakan bilyet giro sejak tanggal 1 April 1998 sampai dengan ditetapkannya Surat Keputusan ini, tidak perlu menyesuaikan dengan cara pemindahbukuan.

(4) Uang muka Plafon Induk yang sudah ditarik harus direalisasikan kepada PJTKI selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan sejak tanggal uang muka kredit likuiditas dicairkan. Dalam hal jumlah reimburs yang diajukan Bank kepada Bank Indonesia selama 3 (tiga) bulan kurang dari jumlah uang muka, maka

Page 112: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset · Rangka Kredit Program Pada Masa Peralihan ... Rekam Jejak Regulasi Kredit dan Pembiayaan Modal Kerja Bank ... Contoh Perhitungan Imbalan

Asset Kredit Likuiditas Bank Indonesia

90

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

SE 29/2/UK 1996 Romawi VI No. 4c SE 29/2/UK 1996 Romawi VI No. 2e SE 29/2/UK 1996 Romawi VI No. 4d

untuk kekurangannya Bank dikenakan suku bunga sebesar 3 (tiga) bulan. Untuk selanjutnya hal yang sama dilakukan setiap 3 (tiga) bulan. Perhitungan tersebut akan dilakukan setiap 3 (tiga) bulan (contoh perhitungan pada (Lampiran 2) (Lampiran 56 dalam kodifikasi ini). Pada akhir tahun anggaran, uang muka yang tidak direalisasikan akan ditarik kembali seluruhnya.

Penetapan suku bunga deposito 3 (tiga) bulan tersebut atas dasar rata-rata tertinggi suku bunga deposito perbankan yang dihitung oleh Bank Indonesia.

260 Pasal 31 29/67/KEP/DIR/ 1996 Ayat (1) SE 29/2/UK 1996 Romawi VI No. 5b SE 29/2/UK 1996 Romawi VI No. 5a Pasal 31 29/67/KEP/DIR/ 1996 Ayat (2)

(1) Pelunasan kredit likuiditas dilakukan dengan penyesuaian baki debet atas dasar laporan bulanan posisi baki debet Kredit kepada PJTKI tanpa memperhitungkan uang muka. Setelah jangka waktu kredit likuiditas individual berakhir, maka fasilitas kredit likuiditas individual yang bersangkutan ditarik kembali oleh Bank Indonesia.

Contoh perhitungan pada (Lampiran 3) (Lampiran 57 dalam kodifikasi ini).

Penyesuaian baki debet tersebut dilaksanakan apabila 65% dari baki debet Kredit nasabah lebih kecil daripada baki debet kredit likuditas.

(2) Perpanjangan jangka waktu kredit likuiditas individual hanya dapat

dipertimbangkan karena,alasan-alasan "force majeur" dan permohonan perpanjangan diajukan oleh Bank selambat-lambatnya 1 (sate) hari sehelumkredit likuiditas individual jatuh tempo.

BAB X Laporan 261 Pasal 32

29/67/KEP/DIR/ 1996 Ayat (1) SE 29/2/UK 1996 Romawi VI No. 6 huruf b – d Pasal 32 29/67/KEP/DIR/ 1996 Ayat (2) – (3)

(1) Bank wajib menyampaikan laporan perkembangan Kredit kepada Bank Indonesia.

Yang dimaksud dengan “force majeur” adalah segala kejadian yang langsung menghambat terpenuhinya kewajiban dan berada di luar kekuasaan serta kemampuan pihak-pihak terkait yaitu Bank, PJTKI, dan TKI. Dalam hal Kredit diasuransikan, maka jangka waktu kredit likuiditas individual dapat diperpanjang sampai dengan klaim pertanggungan Kredit diselesaikan baik dibayar maupun tidak dibayar, selambat-lambatnya satu tahun. Dalam hal Kredit tidak diasuransikan, maka jangka waktu kredit likuiditas individual dapat diperpanjang maksimum satu tahun.

(2) Kantor Bank wajib menyampaikan laporan kantor Bank yang menerima

penyediaan Plafon Individual. (3) Pedoman tata cara pelaporan akan ditetapkan kemudian oleh Bank

Indonesia.

Page 113: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset · Rangka Kredit Program Pada Masa Peralihan ... Rekam Jejak Regulasi Kredit dan Pembiayaan Modal Kerja Bank ... Contoh Perhitungan Imbalan

Asset Kredit Likuiditas Bank Indonesia

91

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

SE 29/2/UK 1996 Romawi VII No. 2

Penyampaian laporan dimaksud dilakukan dengan formulir KKA, KKB, dan KKC dengan penggunaan sebagai berikut : a. Formulir KKA adalah formulir yang digunakan oleh Bank untuk

melaporkan tentang adanya pemberian Kredit baru, yang merupakan data dasar tentang Kredit yang diberikan Bank, mencakup antara lain jenis kredit, plafon kredit, suku bunga dan sektor ekonomi (Lampiran 4) (Lampiran 58 dalam kodifikasi ini).

b. Formulir KKB adalah formulir yang digunakan Bank untuk melaporkan adanya perubahan atau koreksi atas data yang sebelumnya telah disampaikan dengan menggunakan formulir KKA (Lampiran 5 (Lampiran 59 dalam kodifikasi ini);

c. Formulir KKC adalah formulir yuang digunakan oleh Bank untuk melaporkan posisi baki debet dan tunggakan Kredit nasabah pada setiap bulan Lampiran 6 ((Lampiran 60 dalam kodifikasi ini).

Bank diwajibkan pula menyampaikan rekapitulasi Laporan Pertanggungjawaban Krdit (LPJ) yang memuat nama PJTKI, alamat PJTKI, Negara tujuan, nomor SPK Kredit LIkuiditas Individual, jumlah TKI, jumlah hutang pokok TKI, jumlah hutang pokok dan bunga TKI Lampiran 4 (Lampiran 61 dalam kodifikasi ini); Laporan tersebut selambat-lambatnya pada tanggal 15 bukan berikutnya sudah diterima ileh Kantor Bank Indonesia yang mewilayahinya.

Kredit Kepada Koperasi Primer Untuk Anggotanya Dengan Pola Perusahaan Inti Rakyat Transmigrasi Dalam Rangka Pembukaan Pemukiman Transmigrasi Baru Di Kawasan Timur Indonesia

BAB I Ketentuan Umum 262 Pasal 1

29/69/KEP/DIR/ 1996

1. Bank Pemberi Kredit, yang selanjutnya disebut Bank, adalah bank umum sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan dan memenuhi persyaratan dalam Surat Keputusan ini.

2. Koperasi Primer adalah koperasi yang didirikan oleh dan beranggotakan orang-seorang, sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian.

3. Pola Perusahaan Inti Rakyat Transmigrasi, yang selanjutnya disebut PIR-Trans, adalah pembangunan kebun plasma di daerah Pemukiman Transmigrasi Baru (PTB) di kawasan Timur Indonesia (KTI) yang dilakukan oleh Perusahaan Inti, yang kemudian akan dialihkan oleh Perusahaan Inti kepada Anggota Koperasi Primer.

4. Kredit kepada Koperasi Primer untuk Anggotanya dengan Pola PIR-Trans, yang selanjutnya disebut KKPA PIR-Trans, adalah kredit investasi yang iberikan oleh Bank untuk PIR-Trans, adalah kredit investasi yang diberikan oleh Bank untuk PIR-Trans melalui Perusahaan Inti, yang kemudian kredit tersebut akan dialuihkan oleh Perusahaan Inti kepada/melalui Koperasi Primer untuk Anggotanya.

5. Anggota Koperasi Primer adalah petani plasma anggota koperasi primer yang ditetapkan sebagai penerima pemilikan kebun plasma dan pengalihan hutang, yang dapat terdiri atas transmigran, petani lokal terkena proyek, petani lokal sekitar proyek, dan perambah hutan.

6. Perusahaan Inti, yang selanjutnya disebut Inti, adalah perusahaan di bidang

Page 114: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset · Rangka Kredit Program Pada Masa Peralihan ... Rekam Jejak Regulasi Kredit dan Pembiayaan Modal Kerja Bank ... Contoh Perhitungan Imbalan

Asset Kredit Likuiditas Bank Indonesia

92

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

perkebunan baik milik negara maupun swasta yang membangun kebun inti dan kebun plasma serta fasilitas pengolahan hasil keun yang dimaksud yang telah ditetapkan sebagai pelaksana proywh dalam rangka program KKPA PIR-Trans.

7. Kebun Inti adalah kebun yang dibangun, dikembangkan dan dimiliki oleh Inti untuk tanaman perkebunan.

8. Kebun Plasma adalah kebun yang dibangun oleh Inti untuk tanaman perkebunan yang kemudian akan dialihkan kepada Anggota Koperasi Primer.

9. Tim Penilai Fisik Kebun Plasma, yang selanjutnya disebut Tiim Penilai, adalah tim yang dibentuk oleh Departemen Pertanian, yang bertugas untuk melakukan penilaian fisik Kebun Plasma yang akan dialihkan oleh Inti kepada Anggota Koperasi Primer.

10. Tim Koordinasi PIR-Trans, yang selanjutnya disebut Tim Koordinasi, adalah tim yang dibentuk oleh Departemen Pertanian, yang bertugas: a. Memantau perencanaan dan pelaksanaan program PIR-Trans; b. Menyerasikan langkah instansi-instansi yang lingkup tugas dan

tanggung-jawabnya bersangkutan dengan pelaksanaan program PIR-Trans; dan

c. Menampung dan menyelesaikan masalah-masalah yang dapat menghambat pelaksanaan program PIR-Trans

BAB II Usaha yang Dibiayai 263 Pasal 2

29/69/KEP/DIR/ 1996

KKPA PIR-Trans dapat diberikan untuk membiayai usaha perkebunan tanaman keras, yang terkait dengan proyek Pemukiman Transmigrasi Baru (PTB), dengan masa pembangunan lebih dari 3 (tiga) tahun, yang menurut penilaian Bank layak untuk dibiayai dan memenuhi persyaratan seperti ditentukan dalam Surat Keputusan ini.

BAB III Wilayah Usaha 264 Pasal 3

29/69/KEP/DIR/ 1996

Usaha yang dapat dibiayai dengan KKPA PIR-Trans adalah usaha yang berada di propinsi-propinsi, sebagaimana ditetapkan dalam Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 220 Tahun 1993 tentang Dewan Pengembangan Kawasan Timur Indonesia, yang meliputi Propinsi Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Timor Timur, Irian Jaya, Maluku, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Barat, serta pulau-pulau yang ditetapkan oleh pemerintah sebagai daerah tertinggal.

BAB IV Fungsi, Tugas, dan Syarat Bank Pemberi KKPA PIR-Trans 265 Pasal 4

29/69/KEP/DIR/ 1996

(1) Fungsi Bank adalah melaksanakan pemberian KKPA PIR-Trans. (2) Tugas Bank adalah menilai kelayakan proyek, memutuskan, mengelola dan

mengawasi pemberian KKPA PIR-Trans, atas risiko sendiri (3) Bank yang dapat memberikan KKPA PIR-Trans adalah Bank yang memenuhi

persyaratan tingkat kesehatan sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia, sekurang-kurangnya cukup sehat, kecuali ditentukan lain oleh Direksi Bank Indonesia.

Page 115: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset · Rangka Kredit Program Pada Masa Peralihan ... Rekam Jejak Regulasi Kredit dan Pembiayaan Modal Kerja Bank ... Contoh Perhitungan Imbalan

Asset Kredit Likuiditas Bank Indonesia

93

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

BAB V Fungsi, Tugas, dan Syarat Koperasi Primer 266 Pasal 5

29/69/KEP/DIR/ 1996

Koperasi Primer berfungsi sebagai: (1) Pelaksana Pemberian KKPA PIR-Trans (executing agent); atau (2) Penyalur KKPA PIR-Trans (channeling agent).

267 Pasal 6 29/69/KEP/DIR/ 1996

(1) Dalam hal Koperasi Primer berfungsi sebagai Pelaksana pemberian KKPA PIR-Trans sebagaimana dimaksud pada Pasal 5 butir 1 (Paragraf 266 butir 1 dalam kodifikasi ini), maka tugas Koperasi Primer adalah melakukan: 1. Koordinasi pengalihan kebun termasuk KKPA PIR-Trans dari Inti kepada

anggota; 2. Pembinaan kepada anggota 3. Penagihan angsuran KKPA PIR-Trans; dan 4. Administrasi KKPA PIR-Trans

(2) Pelaksana pemberian KKPA PIR-Trans bertanggungjawab atas pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan atas risiko pengembalian KKPA PIR-Trans secara penuh.

(3) Dalam hal Koperasi Primer berfungsi sebagai Pelaksana pemberian KKPA PIR-Trans, sebagaimana dimaksud pada Pasal 5 butir 1 (Paragraf 266 butir 1 dalam kodifikasi ini), maka penandatanganan akad kredit dilakukan oleh pengurus Koperasi Primer dan Bank.

268 Pasal 7 29/69/KEP/DIR/ 1996

(1) Dalam hal Koperasi Primer berfungsi sebagai Penyalur KKPA PIR-Trans, sebagaimana dimaksud pada Pasal 5 butir 2 (Paragraf 266 butir 2 dalam kodifikasi ini), maka tugas Koperasi Primer adalah melakukan: 1. Koordinasi penyaluran KKPA PIR-Trans kepada Anggota; 2. Pembinaan kepada anggota; 3. Pengawasan pelaksanaan angsuran KKPA PIR-Trans; dan 4. Administrasi KKPA PIR-Trans.

(2) Penyalur KKPA PIR-Trans bertanggungjawab atas pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

(3) Dalam hal Koperasi Primer bertindak sebagai Penyalur KKPA PIT-Trans, sebgaimana dimaksud pada Pasal 5 butir 2 (Paragraf 266 butir 2 dalam kodifikasi ini), maka penandatanganan akad kredit dilakukan oleh Bank dengan: 1. Masing-masing anggota Koperasi Primer, yang harus diketahui oleh

pengurus Koperasi Primer; atau 2. Koperasi Primer yang bertindak atas nama masing-masing Anggota

Koperasi Primer berdasarkan kuasa dari anggota kepada Koperasi Primer. Contoh surat kuasa terlampir (Lampiran 1) (Lampiran 48 dalam kodifikasi ini)

269 Pasal 8 29/69/KEP/DIR/ 1996

(1) Koperasi Primer yang dapat melaksanakan pemberian atau menyalurkan KKPA PIR-Trans adalah Koperasi Primer yang sudah berbadan hukum, dan harus sudah dibentuk selambat-lambatnya 1 (satu) tahun sebelum pengalihan kebun dari Inti kepada anggotanya.

(2) Anggota Koperasi Primer harus sudah berada di lokasi proyek selambat-lambatnya 1 (satu) tahun sebelum waktu pengalihan dimaksud pada ayat (1).

Page 116: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset · Rangka Kredit Program Pada Masa Peralihan ... Rekam Jejak Regulasi Kredit dan Pembiayaan Modal Kerja Bank ... Contoh Perhitungan Imbalan

Asset Kredit Likuiditas Bank Indonesia

94

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

BAB VI Fungsi, Tugas, Dan Syarat Inti 270 Pasal 9

29/69/KEP/DIR/ 1996

Fungsi Inti adalah: (1) Membangun, membina, danmenjamin pemasaran hasil Kebun Plasma yang

dibiayai KKPA PIR-Trans; dan (2) Menjamin pembayaran angsuran KKPA PIR-Trans sampai dengan kredit

tersebut dilunasi oleh Koperasi Primer atau Anggota Koperasi Primer, kecuali dalam hal KKPA PIR-Trans tersebut dijamin dengan cara lain yang disetujui oleh Bank.

271 Pasal 10 29/69/KEP/DIR/ 1996

Tugas Inti adalah: 1. Membangun Kebun Inti lengkap dengan fasilitas pengolahan yang dapat

menampung hasil Kebun Inti dan Kebun Plasma; 2. Melaksanakan pembangunan Kebun Plasma sesuai dengan petunjuk

operasional dan standar fisik yang ditetapkan oleh Depertemen Pertanian; 3. Melaksanakan penyiapan lahan pekarangan dan pembangunan perumahan

petani peserta, dengan petunjuk-petunjuk teknis dari Departemen Transmigrasi dan Pemukiman Perambah Hutan;

4. Melakukan pembinaan kepada pengurus Koperasi Primer binaannya agar mampu melaksanakan fungsi dan tugasnya;

5. Memberikan bantuan teknis kepada para Anggota Koperasi Primer agar mampu mengusahakan kebunnya dengan baik;

6. Membeli seluruh hasil Kebun Plasma dengan harga yang layak berdasarkan pedoman yang ditetapkan oleh Pemerintah dalam hal ini Menteri Pertanian;

7. Membantu proses pelaksanaan pembayaran kembali KKPA PIR-Trans dari Koperasi Primer atau Anggota Koperasi Primer kepada bank; dan

8. Membayar angsuran/melunasi KKPA PIR-Trans apabila Koperasi Primer atau Anggota Koperasi Primer tidak dapat membayar angsuran/melunasi kreditnya sesuai dengan yang diperjanjikan, kecuali bagi Koperasi Primer atau Anggota Koperasi Primer yang dijamin dengan cara lain sesuai dengan persetujuan dengan Bank.

272 Pasal 11 29/69/KEP/DIR/ 1996

Inti yang dapat ikut serta di dalam Program KKPA PIR-Trans harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: 1. Telah memiliki:

a. Surat persetujuan Menteri Keuangan mengenai rencana pembiayaan pembangunan program PIR-Trans berdasarkan saran dari Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Ketua BAPPENAS;

b. Surat Keputusan Menteri Pertanian tentang rencana pelaksanaan program PIR-Trans; dan

c. Surat Keputusan Menteri Transmigrasi dan Pemukiman Perambah Hutan tentang izin pelaksanaan transmigrasi.

2. Mampu mengembangkan lahan perkebunan dalam program KKPA PIR-Trans dengan luas Kebun Inti minimal 20% dan maksimal 40%dari total luas kebun; dan

3. Mampu menyediakan/memiliki fasilitas pabrik/unit pengolahan dengan kapasitas yang dapat menampung seluruh hasil produksi Kebun Plasma dan Kebun Inti yang bersangkutan.

Page 117: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset · Rangka Kredit Program Pada Masa Peralihan ... Rekam Jejak Regulasi Kredit dan Pembiayaan Modal Kerja Bank ... Contoh Perhitungan Imbalan

Asset Kredit Likuiditas Bank Indonesia

95

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

BAB VII Syarat-Syarat KKPA PIR-Trans 273 Pasal 12

29/69/KEP/DIR/ 1996

(1) Jumlah KKPA PIR-Trans yang diberikan oleh Bank untuk membangun Kebun Plasma melalui Inti meliputi seluruh biaya yang diperlukan untuk pembangunan Kebun Plasma termasuk di dalamnya kapitalisasi bunga KPPA PIR-Trans yang timbul selama masa pembangunan/masa tenggang.

(2) Jumlah kebutuhan KKPA PIR-Trans dihitung berdasarkan kebutuhan nyata Anggota Koperasi Primer, dengan biaya proyek untuk pembangunan Kebun Plasma merupakan biaya satuan/unit cost yang ditetapkan dan bunga masa tenggang yang dikapitalisasikan, serta biaya umum (overhead cost) yang menjadi bagian pembangunan Kebun Plasma ditambah jasa manajemen maksimum sebesar 15% dari total biaya proyek. Besarnya biaya satuan/ unit cost ditetapkan oleh Menteri Keuangan dan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Ketua BAPPENAS setelah mendengar pendapat dari Menteri Pertanian.

(3) KKPA PIR-Trans kepada masing-masing Anggota Koperasi Primer maksimum sebesar Rp 50 juta untuk membiayai pembangunan Kebun Plasma dengan luas 2 (dua) hektar sampai dengan 4 (empat) hektar.

274 Pasal 3 6/26/PBI/2004 Ayat (1)a Pasal 13 31/92/KEP/DIR/ 1998 Ayat (2) – (5)

(1) Suku bunga kredit dari Bank kepada debitur, ditetapkan sebesar 14% (empat belas persen) setahun. Suku bunga dimaksud tidak dikenakan secara bunga berbunga.

(2) Dalam suku bunga sebagaimana dimaksud pada ayat (1), termasuk imbalan sebesar 2% (dua perseratus) bagi Koperasi Primer dengan ketentuan sebagai berikut: 1. dalam hal Koperasi Primer bertindak sebagai Pelaksana pemberian KKPA

PIR-Trans, maka seluruh imbalan diberikan kepada Koperasi Primer dan pembayarannya dilakukan sebagai berikut: a. sebesar 50% dari imbalan dibayarkan kepada Koperasi Primer atas

dasar realisasi pembayaran angsuran pokok dan bunga oleh Anggota Koperasi Primer; dan

b. sebesar 50% (lima puluh perseratus) sisanya disimpan dalam bentuk tabungan beku pada Bank dan dibayarkan setelah KKPA PIR-Trans lunas. Tabungan tersebut diberi bunga sebesar suku bunga yang berlaku pada Bank yang bersangkutan.

2. dalam hal Koperasi Primer bertindak sebagai penyalur KKPA PIR-Trans, maka 50% (lima puluh perseratus) dari imbalan diberikan kepada Koperasi Primer atas dasar realisasi pembayaran angsuran pokok dan bunga oleh Anggota Koperasi Primer, dan sisanya menjadi bagian penerimaan Bank. Contoh perhitungan imbalan bagi Koperasi Primer, sebagaimana tercantum dalam Lampiran 2a dan Lampiran 2b Surat Keputusan ini (Lampiran 49 dan Lampiran 50 dalam kodifikasi ini).

(3) Suku bunga KKPA PIR-Trans dan imbalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), sewaktu-waktu dapat diubah oleh Bank Indonesia.

(4) Perubahan suku bunga dan imbalan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), bersifat otomatis walaupun jangka waktu kredit belum berakhir.

(5) Perubahan suku bunga dan imbalan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), akan di atur dalam Surat Edaran Bank Indonesia.

Page 118: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset · Rangka Kredit Program Pada Masa Peralihan ... Rekam Jejak Regulasi Kredit dan Pembiayaan Modal Kerja Bank ... Contoh Perhitungan Imbalan

Asset Kredit Likuiditas Bank Indonesia

96

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

275 Pasal 14 29/69/KEP/DIR/ 1996

(1) Imbalan bagi Koperasi Primer, sebagaimana dimaksud pada Pasal 13 ayat (2) (Paragraf 274 ayat (2) dalam kodifikasi ini), selama masa tenggang tidak diberikan sehingga suku bunga yang dibayarkan berkurang dengan 2% setahun.

(2) Bunga KKPA PIR-Trans selama masa tenggang dapat dikapitalisasikan menjadi pokok pinjaman

276 Pasal 15 29/69/KEP/DIR/ 1996

Jangka waktu KKPA PIR-Trans untuk pembiayaan investasi, termasuk masa tenggang, disesuaikan dengan kemampuan nyata proyek yang dibiayai, dengan maksimal 15 (lima belas) tahun.

277 Pasal 16 29/69/KEP/DIR/ 1996

(1) Commitment fee, provisi kredit, dan biaya lainnya tidak dipungut. (2) Bea meterai kredit dikenakan sesuai dengan ketentuan bea materai umum

yang berlaku.

278 Pasal 17 29/69/KEP/DIR/ 1996

Jaminan kredit ditetapkan sesuai ketentuan dalam pasal 8 Undang-undang Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan.

BAB VIII Ketentuan Pengalihan KKPA PIR-Trans 279 Pasal 18

29/69/KEP/DIR/ 1996

(1) Inti wajib mengalihkan kepemilikan Kebun Plasma kepada Anggota Koperasi Primer, atas dasar penilaian yang dilakukan oleh Tim Penilai.

(2) Inti mengalihkan KKPA PIR-Trans yang telah digunakan untuk pembangunan Kebun Plasma kepada Anggota Koperasi Primer bersamaan dengan pengalihan kepemilikan Kebun Plasma sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

280 Pasal 19 29/69/KEP/DIR/ 1996

(1) Jumlah KKPA PIR-Trans yang dialihkan sebesar biaya yang direalisasikan sejak tahap persiapan sampai pada saat penyerahan Kebun Plasma sesuai dengan ketentuan Pasal 12 (Paragraf 273 dalam kodifikasi ini).

(2) Syarat-syarat pengalihan KKPA PIR-Trans minimal adalah: 1. Kebun Plasma telah dinilai layak oleh Tim Penilai; 2. Persyaratan bank teknis telah dipenuhi; dan 3. Anggota Koperasi Primer telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan

oleh Tiim Penilai

281 Pasal 20 29/69/KEP/DIR/ 1996

(1) Inti wajib mengajukan rencana pengalihan Kebun Plasma kepada Tim Penilai dan Bank selambat-lambatnya 6 (enam) bulan sebelum masa tenggang berakir, dengan melampirkan persyaratan-persyaratan yang ditentukan oleh Tim Penilai dan Bank.

(2) Tim Penilai dan Bank melakukan penilaian atas rencana pengalihan yang diajukan Inti.

(3) Dalam hal persyaratan-persyaratan sebagaimana dimaksud pada Pasal 19 ayat (2) (Paragraf 280 ayat (2) dalam kodifikasi ini) dipenuhi, Inti harus melaksanakan pengalihan Kebun Plasma dan KKPA PIR-Trans selambat-lambatnya 6 (enam) bulan sejak masa tenggang berakhir.

(4) Dalam hal Bank menyetujui permohonan pengalihan, pengalihan dilaksanakan dengan memperhatikan fungsi Koperasi Primer sebagaimana dimaksud pada Pasal 6 dan Pasal 7 (Paragraf 267 dan Paragraf 268 dalam kodifikasi ini), sebesar jumlah yang ditetapkan pada Pasal 19 ayat (1) (Paragraf 280 ayat (1) dalam kodifikasi ini).

Page 119: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset · Rangka Kredit Program Pada Masa Peralihan ... Rekam Jejak Regulasi Kredit dan Pembiayaan Modal Kerja Bank ... Contoh Perhitungan Imbalan

Asset Kredit Likuiditas Bank Indonesia

97

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

282 Pasal 21 29/69/KEP/DIR/ 1996

(1) Dalam hal salah satu syarat sebagaimana dimaksud pada Pasal 19 ayat (2) (Paragraf 280 ayat (2) dalam kodifikasi ini) tidak dipenuhi sehingga pengalihan tidak dapat dilaksanakan pada waktunya, maka Inti segera menyapaikan masalahnya kepada Tim Koordinasi.

(2) Tim Koordinasi menyelesaikan masalah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) selambat-lambatnya 6 (enam) bulan sejak permasalahannya disampaikan kepada Tim Koordinasi.

(3) Sebelum diperoleh penyelesaian atas masalah sebagaimana dimaksud pada ayat (2), seluruh penerimaan hasil Kebun Plasma ditampung dalam rekening penampungan (escrow account) pada Bank dengan cara sebagai berikut: 1. Penyetoran dana ke rekening penampungan dilakukan oleh Inti; 2. Dana pada rekening penampungan ini diberi bunga sebesar suku bunga

KKPA PIR-Trans sebagaimana dimaksud pada Pasal 13 ayat (1) (Paragraf 274 ayat (1) dalam kodifikasi ini), yang dihitung atas dasar saldo harian;

3. Dana dari rekening penampungan hanya dapat ditarik oleh Inti untuk membiayan pemeliharaan kebun dan membayar kewajiban-kewajiban kredit yang timbul atas KKPA PIR-Trans yang akan dialihkan kepada Anggota Koperasi Primer, setelah mendapat persetujan Bank;

4. Rekening penampungan ditutup setelah seluruh KKPA PIR-Trans dari Inti dialihkan menjadi KKPA PIR-Trans atas nama masing-masing Anggota Koperasi Primer; dan

5. Dalam hal masih terdapat saldo kredit pada saat rekening penampungan ditutup, maka kelebihan saldo dimaksud diperhitungkan dengan baki debet KKPA PIR-Trans yang dialihkan.

283 Pasal 22 29/69/KEP/DIR/ 1996

(1) Dalam hal pengalihan KKPA PIR-Tran tidak dapat dilaksanakan pada waktu yang ditentukan sebagaimana dimaksud pada Pasal 21 ayat (2) (Paragraf 282 ayat (2) dalam kodifikasi ini), baik sebagian maupun seluruhnya, maka atas KKPA PIR-Trans untuk Kebun Plasma yang tidak dapat dialihkan, diberlakukan ketentuan sebagai berikut:

1. Dalam hal pengalihan belum dapat dilakukan maka pengalihan menjadi tertunda, dengan masa penundaan dibatasi maksimum 1 (satu) tahun terhitung sejak Tim Koordinasi menyampaikan keputusan penyebab penundaan; dan

2. Dalam hal pengalihan tidak dapat dilakukan atau gagal maka masa penundaan tidak diberlakukan.

(2) Dalam hal pengalihan tertunda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) butir 1, maka diberlakukan ketentuan sebagai berikut: 1. Dalam hal pengalihan tertunda karena kesalahan Inti, maka selama

masa penundaan: a. kepada Bank akan dikenakan suku bunga kredit likuiditas yang

dihitung aas dasar rata-rata suku bunga SBI 3 (tiga) bulan selama 6 (enam) bulan; dan

b. kepada Inti akan dikenakan suku bunga pinjaman komersial atas kredit yang telah direalisasikan.

2. Dalam hal pengalihan tertunda karena bukan kesalahan Inti, maka selama masa penundaan: a. Kepada Bank dan kepada Inti akan dikenakan suku bunga KKPA PIR-

Trans yang berlaku sebagaimana dimaksud pada Pasal 13 dan Pasal 25 (Paragraf 274 dan Paragraf 286 dalam kodifikasi ini); dan

Page 120: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset · Rangka Kredit Program Pada Masa Peralihan ... Rekam Jejak Regulasi Kredit dan Pembiayaan Modal Kerja Bank ... Contoh Perhitungan Imbalan

Asset Kredit Likuiditas Bank Indonesia

98

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

b. Seluruh penerimaan hasil Kebun Plasma ditampung dalam rekening penampungan dengan cara sebagaimana diatur pada Pasal 21 ayat (3) (Paragraf 282 ayat (3) dalam kodifikasi ini).

(3) Dalam hal pengalihan tidak dapat dilakukan atau gagal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) butir 2, maka diberlakukan ketentuan sebagai berikut: 1. Dalam hal pengalihan gagal karena kesalahan Inti, maka kredit Likuiditas

Bank Indonesia akan ditarik kembali sehingga sejak kredit likuiditas Bank Indonesia dilimpahkan sampai dengan kredit likuiditas Bank Indonesia ditarik, berlaku ketentuan sebagai berikut: a. Kepada Bank akan dikenakan suku bunga kedit likuiditas yang

dihitung atas dasar rata-rata suku bunga SBI 3 (tiga) bulan selama 6 (enam) bulan; dan

b. Kepada Inti akan dikenakan suku bunga pinjaman komersial atas kredit yang telah direalisasikan.

2. Dalam hal pengalihan gagal karena bukan kesalahan Inti, maka kredit likuiditas Bank Indonesia akan ditarik kembali sesuai jadwal.

(4) Setelah masa penundaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) butir 1 berakhir maka pengalihan harus dilakukan sebagaimana diatur pada Pasal 18 ayat (1) dan ayat (2) (Paragraf 279 ayat (1) dan ayat (2) dalam kodifikasi ini).

(5) Dalam hal setelah masa penundaan berakhir, sebagian atau seluruh kebun Plasma tetap belum dapat dialihkan maka berlaku ketentuan sebagai berikut: 1. Dalam hal pengalihan gagal karena kesalahan Inti, maka kredit likuiditas

Bank Indonesia akan ditarik kembali sehingga sejak masa penundaan berakhir sampai dengan kredit likuiditas Bank Indonesia ditarik, berlaku ketentuan sebagai berikut: a. Kepada Bank akan dikenakan suku bunga kredit likuiditas yang

dihitung atas dasar rata-rata suku bunga SBI 3 (tiga) bulan selama 6 (3nam) bulan; dan

b. Kepada Inti akan dikenakan suku bunga pinjaman komersial atas kredit yang telah direaslisasikan.

2. Dalam hal pangalihan gagal karena bukan kesalahan Inti maka kredit likuiditas Bank Indonesia akan ditarik kembali sesuai jadwal.

3. Dalam hal pengalihan belum dapat dilakukan karena bukan kesalahan Inti tetapi karena jumlah petani peserta yang tersedia belum lengkap, maka diberlakukan masa pengelolaan, yang dibatasi maksimum 2 (dua) tahun sejak masa penundaan berakhir, dengan ketentuan selama masa pengelolaan adalah sebagai beikut: a. Inti dapat mengelola kebun yang belum dapat dialihkan tersebut; b. Secara bertahap, Inti harus mengalihkan pengelolaan kebun yang

belum dialihkan tersebut kepada Koperasi Primer. Seluruh pengalihan pengelolaan dari Inti kepada Koperasi Primer harus selesai selambat-lambatnya sampai dengan masa pengelolaan berakhir;

c. Koperasi Primer dan atau Inti wajib mengalohkan kebun dan KKPA PIR-Trans kepada petani pada saat petani dimaksud tiba di lokasi;

d. Prioritas Kebun Plasma yang dialihkan kepada petani yang baru datang sebagaimana dimaksud pada huruf c dimulai dari kebun

Page 121: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset · Rangka Kredit Program Pada Masa Peralihan ... Rekam Jejak Regulasi Kredit dan Pembiayaan Modal Kerja Bank ... Contoh Perhitungan Imbalan

Asset Kredit Likuiditas Bank Indonesia

99

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

yang dikelola oleh Koperasi Primer; serta e. Seluruh penerimaan hasil Kebun Plasma ditamoung dalam rekening

penampungan dengan cara sebagaimana diatur pada Pasal 21 ayat (3) (Paragraf 282 ayat (3) dalam kodifikasi ini).

(6) Dalam hal setelah masa pengelolaan berakhir, berlaku ketentuan sebagai berikut: 1. Seluruh Kebun Plasma yang belum dapat dialihkan harus dialihkan

kepada Koperasi Primer; dan 2. Dalam hal terdapat petani yang baru datang ke lokasi proyek setelah

masa pengelolaan berakhir, maka Koperasi Primer yang menerima pengalihan harus segera mengalihkan Kebun Plasma dan KKPA PIR-Trans kepada petani yang baru datang sesuai proporsinya.

284 Pasal 23 29/69/KEP/DIR/ 1996

Dalam hal pengalihan Kebun Plasma yang dilakukan secara bertahap telah berakhir, dan menurut perhitungan jumlah KKPA PIR-Trans yang dapat dialihkan berbeda dengan baki debat KKPA PIR-Trans Inti, diatur sebagai berikut: 1. Dalam hal nilai pengalihan leih kecil dari baki debet KKPA PIR-Trans, selisih

antara nilai pengalihan dengan baki debet KKPA PIR-Trans menjadi beban Inti:

2. Dalam hal nilai pengalihan lebih besar dari baki debet KKPA PIR-Trans, selisih antara nilai pengalihan dengan baki debet KKPA PIR-Trans menjadi untuk untung Inti.

BAB IX Syarat-Syarat Kredit Likuiditas 285 Pasal 24

31/92/KEP/DIR/ 1998

Sumber pembiayaan KKPA PIR-Trans berasal dari kredit likuiditas Bank Indonesia sebesar 100% (seratus perseratus).

286 Pasal 3 6/26/PBI/ 2004 Ayat (1)a Pasal 25 31/92/KEP/DIR/ 1998 Ayat (2) – (4)

(1) Suku bunga kredit likuiditas KKPA PIR-Trans ditetapkan sebesar 7% setahun Suku bunga dimaksud tidak dikenakan secara bunga berbunga.

(2) Suku bunga kredit likuiditas KKPA PIR-Trans dihitung dan dibebankan setiap bulan.

(3) Suku bunga kredit likuiditas KKPA PIR-Trans sebagaimana dimaksud pada ayat (1), sewaktu-waktu dapat diubah oleh Bank Indonesia.

(4) Perubahan suku bunga kredit likuiditas KKPA PIR Trans sebagaimana dimaksud pada ayat (3), akan diatur dalam Surat Edaran Bank Indonesia.

287 Pasal 26 29/69/KEP/DIR/ 1996

Jangka waktu kredit likuiditas KKPA PIR-Trans sama dengan jangka waktu KKPA PIR-Trans.

BAB X Tata Cara Penyediaan Kredit Likuiditas 288 Pasal 27

29/69/KEP/DIR/ 1996

(1) Kredit likuiditas KKPA PIR-Trans disediakan sampai dengan akhir Maret 1998.

(2) Atas dasar kredit likuiditas KKPA PIR-Trans yang telah disediakan, Bank harus merealisasikan KKPA PIR-Trans dalam waktu 4 (empat) tahun terhitung sejak penyediaan kredit likuiditas KKPA PIR-Trans.

289 Pasal 28 29/69/KEP/DIR/ 1996

Permohonan plafon kredit likuiditas KKPA PIR-Trans didasarkan atas rencana pemberian KKPA PIR-Trans untuk masing-masing proyek.

Page 122: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset · Rangka Kredit Program Pada Masa Peralihan ... Rekam Jejak Regulasi Kredit dan Pembiayaan Modal Kerja Bank ... Contoh Perhitungan Imbalan

Asset Kredit Likuiditas Bank Indonesia

100

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

290 Pasal 29 29/69/KEP/DIR/ 1996

Permohonan penyediaan plafon kredit likuiditas KKPA PIR-Trans diajukan sebagai berikut: 1. Bagi Bank yang berkantor pusat di wilayah DKI Jakarta,

Kabupaten/Kotamadia Serang, Pandeglang, Lebak, Tangerang, Bogor, Karawang, dan Bekasi disampaikan kepada Kantor Pusat Bank Indonesia; dan

2. Bagi Bank yang berkantor pusat di luar wilayah tersebut pada butir 1 disampaikan kepada Kantor Bank Indonesia yang mewilayahinya.

291 Pasal 30 29/69/KEP/DIR/ 1996

Permohonan plafon kredit likuiditas KKPA-Trans diajukan dengan melampirkan formulir sebagaimana terlampir dalam Surat Keputusan ini (Lampiran 3) (Lampiran 51 dalam kodifikasi ini), studi kelayakan dan fotokopi surat-surat persetujuan/keputusan dari Menteri Keuangan, Menteri Pertanian, serta Menteri Transmigrasi dan Pemukiman Perambah Hutan.

292 Pasal 31 29/69/KEP/DIR/ 1996

Dalam hal menurut penilaian Bank Indonesia permohonan plafon kredit likuiditas KKPA PIR-Trans, sebagaimana dimaksud pada Pasal 29 (Paragraf 290 dalam kodifikasi ini), dapat disetujui, maka Bank Indonesia akan menyediakan plafon kredit likuiditas KKPA PIR-Trans dengan membuat Surat Persetujuan Kredit Likuiditas (SPK) dan Surat Perjanjian Kredit (Akte F).

293 Pasal 32 29/69/KEP/DIR/ 1996

(1) Plafon kredit likuiditas KKPA PIR-Trans dapat direalisasikan setelah SPK dan Akte F, sebagaimana dimaksuda pada Pasal 31 (Paragraf 292 dalam kodifikasi ini), ditandatangani oleh Bank di atas materai sesuai dengan ketentuan yang berlaku, dan dikembalikan kepada Bank Indonesia.

(2) Untuk menerima plafon kredit likuiditas KKPA PIR-Trans, Bank wajib menyampaikan jaminan kredit likuiditas KKPA PIR-Trans berupa Surat Aksep, dengan nilai nominal sebesar jumlah kredit likuiditas KKPA PIR-Trans yang disediakan, yang ditandatangani di atas materai sesuai dengan ketentuan yang berlaku, dan wajib diperbaharui setiap tahun sampai KKPA PIR-Trans tersebut lunas.

(3) Bank harus merealisasikan plafon kredit likuiditas KKPA PIR-Trans selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan sejak tanggal SPK.

(4) Dalam hal Bank tidak merealisasikan kredit likuiditas KKPA PIR-Trans dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), maka Bank Indonesia akan membatalkan plafon kredit likuiditas KKPA PIR-Trans.

BAB XI Tata Cara Pelimpahan dan Pelunasan Kredit Likuiditas 294 Pasal 33

29/69/KEP/DIR/ 1996

(1) Atas dasar penyediaan kredit likuiditas KKPA PIR-Trans, pada setiap awal tahun Bank wajib menyampaikan jadwal pencairan kredit likuiditas KKPA PIR-Trans untuk tahun yang bersangkutan, yang dirinci sesuai kebutuhan setiap triwulan anggaran kepada Bank Indonesia. Contoh jadwal pencairan sebagaimana terlampir (Lampiran 4) (Lampiran 52 dalam kodifikasi ini).

(2) Bank harus mengajukan surat permohonan kepada Bank Indonesia untuk setiap pencairan kredit likuiditas KKPA PIR-Trans, yang disampaikan per triwulan dengan mengemukakan jadwal pencairan untuk triwulan yang bersangkutan dan dirinci sesuai kebutuhan kegiatan proyek per bulan untuk mendapat persetujuan dari Bank Indonesia.

(3) Surat permohonan harus sudah diterima oleh Bank Indonesia paling lambat

Page 123: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset · Rangka Kredit Program Pada Masa Peralihan ... Rekam Jejak Regulasi Kredit dan Pembiayaan Modal Kerja Bank ... Contoh Perhitungan Imbalan

Asset Kredit Likuiditas Bank Indonesia

101

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

2 (dua) minggu sebelum batas awal periode triwulan yang diajukan, dengan periode triwulanan mengacu pada periode triwulanan tahun anggaran. Contoh surat permohonan pencairan kredit likuiditas KKPA PIR-Trans terlampir (Lampiran 5) (Lampiran 53 dalam kodifikasi ini).

(4) Dalam hal Bank Indonesia menyetujui permohonan penarikan kredit likuiditas KKPA PIR-Trans dan warkat-warkat KKPA PIR-Trans telah diselesaikan, maka pelimpahan kredit Likuiditas KKPA PIR-Trans dapat dilaksanakan.

(5) Pelimpahan kredit likuiditas KKPA PIR-rans dilakukan dengan cara pemindahbukuan dan dilakukan secara bertahap setiap triwulan dengan memperhatikan rencana penarikan (disbursement) kredit likuiditas KKPA PIR-Trans yang telah disampaikan sebelumnya dan telah disetujui oleh Bank Indonesia.

(6) Dalam hal terjadi perubahan jadwal pencairan kredit likuiditas tahunan, maka Bank wajib menyampaikan perubahannya untuk mendapat persetujuan kembali dari Bank Indonesia.

(7) Pelimpahan kredit likuiditas KKPA PIR-Trans diatur sebagai berikut: 1. Untuk triwulan I dan triwulan II dapat dilimpahkan seluruhnya sesuai

rencana penarikan kredit likuiditas KKPA PIR-Trans; 2. Untuk triwulan III dilakukan dengan melampirkan Laporan

Pertanggungjawaban (LPJ) triwulan I; 3. Untuk triwulan IV dilakukan dengan melampirkan LPJ triwulan II dan

seterusnya. (8) Pelimpahan kredit likuiditas KKPA PIR-Trans untuk triwulan III dan

seterusnya sebagaimana dimaksud pada ayat (4) butir 2 dan 3, dilakukan sesuai dengan rencana penarikan triwulan yang bersangkutan setelah diperhitungkan dengan kelebihan/kekurangan pelimpahan kredit likuiditas KKPA PIR-Trans triwulan I dan seterusnya.

(9) Pelimpahan kredit likuiditas KKPA PIR-Trans untuk yang pertama kali dapat dilakukan pada triwulan I, triwulan II, triwulan III atau triwulan IV tahun anggaran.

295 Pasal 34 29/69/KEP/DIR/ 1996

(1) LPJ sebagaimana dimaksud pada Pasal 33 ayat (4) butir 2 dan 3 (Paragraf 294 ayat (4) butir 2 dan 3 dalam kodifikasi ini) dibuat oleh Inti dan telah disahkan oleh Bank, yang terdiri dari Laporan Perkembangan Proyek dan Laporan Realisasi/Kredit.. Bentuk LPJ sebagaimana terlampir dalam Surat Keputusan ini (lampiran 6) (lampiran 54 dalam kodifikasi ini).

(2) LPJ harus sudah diterima oleh Bank Indonesia se/ambatlambatnya pada tanggal 7 (tujuh) dua triwulan yang akan datang, yaitu LPJ triwulan ke II telah diterima pada tanggal 7 (tujuh) awal triwulan ke III, LPJ triwulan ke II telah diterima pada tanggal 7 (tujuh) awal triwulan ke IV, dan seterusnya.

(3) Dalam hal LPJ diterima oleh Bank Indonesia melebihi batas waktu sebagaimana yang ditetapkan, maka terhadap keterlambatan penyampaian LPJ tersebut akan dikenakan sanksi sebagai berikut: a. Untuk keterlambatan sampai dengan 7 (tujuh) hari kerja sejak tanggal

batas waktu penyampaian LPJ, Bank dikenakan kewajiban membayar sebesar Rp 500.000,00 (lima ratus ribu rupiah); dan

b. Untuk keterlambatan lebih dari 7 (tujuh) hari kerja setelah tanggal batas waktu penyampaian LPJ, Bank dikenakan kewajiban membayar sebesar Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah).

Page 124: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset · Rangka Kredit Program Pada Masa Peralihan ... Rekam Jejak Regulasi Kredit dan Pembiayaan Modal Kerja Bank ... Contoh Perhitungan Imbalan

Asset Kredit Likuiditas Bank Indonesia

102

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

(4) Jumlah kewajiban membayar akan dibebankan kepada rekening giro Bank pada Bank Indonesia.

(5) Sanksi keterlambatan penyampaian LPJ tidak dapat dibebankan kepada proyek atau menjadi beban KKPA PIR-Trans.

296 Pasal 35 29/69/KEP/DIR/ 1996

(1) Kredit likuiditas KKPA PIR-Trans yang telah ditarik oleh Bank harus segera direalisasikan.

(2) Dalam hal 1 (satu) bulan sejak kredit likuiditas KKPA PIR-Trans dilimpahkan, kredit likuiditas KKPA PIR-Trans tidak direalisasikan, maka Bank dikenakan bunga sebesar tingkat suku bunga deposito 3 (tiga) bulan yang berlaku pada Bank ang bersangkutan pada saat 1 (satu) bulan sejak kredit likuiditas KKPA PIR-Trans dilimpahkan.

(3) Pengenaan suku bunga sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dihitung sejak tanggal pelimpahan kredit likuiditas KKPA PIR-Trans sampai tanggal realisasi KKPA PIR-Trans kepada nasabah.

(4) Suku bunga berbeda tersebut dikenakan hanya terhadap jumlah kredit likuiditas KKPA PIR-Trans yang terlambat direalisasikan.

297 Pasal 36 29/69/KEP/DIR/ 1996

(1) Angsuran atau pelunasan kredit likuiditas KKPA PIR-Trans dilakukan secara triwulanan dengna memperhatikan jadwal angsuran atau pelunasan KKPA PIR-Trans yang disampaikan oleh Bank dan telah disetujui oleh Bank Indonesia.

(2) Dalam hal Bank tidak mengajukan permohonan perpanjangan jangka waktu kredit likuiditas KKPA PIR-Trans selambat-lambatnya 1 (satu) hari sebelum jadwal atau pelunasan kredit likuiditas KKPA PIR-Trans selambat-lambatnya 1 (satu) hari sebelum jadwal atau pelunasan kredit likuiditas KKPA PIR-Trans berakhir, maka Bank Indonesia akan menarik kredit likuiditas KKPA PIR-Trans dimaksud.

Bab XII Tata Cara Pelimpahan Dan Pelunasan KKPA PIR-Trans 298 BAB XII

29/69/KEP/DIR/ 1996

(1) Tata cara pelimpahan KKPA PIR-Trans diserahkan sepenuhnya kepada masing-masing Bank;

(2) Tata cara pelunasan KKPA PIR-Trans diatur sebagai berikut: 1. Pengembalian KKPA PIR-Trans dilakukan dengan cara angsuran pada

setiap panen, dengan besarnya angsuran pokok dan bunga adalah sebagai berikut: a. untuk tahun pertama dan kedua setelah masa tenggang berakhir,

angsuran ditetapkan minimal sebesar 25% dari, nilai penjualan hasil kebun plasma; dan

b. untuk tahun ketiga dan selanjutnya angsuran ditetapkan minimal sebesar 35% dari nilai penjualan hasil kebun plasma.

2. Pembayaran angsuran kepada Bank sebagaimana dimaksud pada butir 1 diiaksanakan dengan cara Inti memotong langsung penjualan hasil kebun plasma.

3. Koperasi Primer baik bertindak sebagai Pelaksana pemberian maupun Penyalur KKPA PIR-Trans berhak meminta bukti setoran pembayaran angsuran KKPA PIR-Trans dari Inti kepada Bank.

Page 125: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset · Rangka Kredit Program Pada Masa Peralihan ... Rekam Jejak Regulasi Kredit dan Pembiayaan Modal Kerja Bank ... Contoh Perhitungan Imbalan

Asset Kredit Likuiditas Bank Indonesia

103

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

BAB XIII Laporan 299 Pasal 37

29/69/KEP/DIR/ 1996 Ayat (1) – (2) .1

SE 29/4/UK 1996 Huruf B Romawi I No. 1 c Pasal 37 29/69/KEP/DIR/ 1996 Ayat (2).2 – (2).3 SE 29/4/UK 1996 Huruf B Romawi I No. 1.a.ii dan ii Pasal 37 29/69/KEP/DIR/ 1996 Ayat (2).3 – (2).5

(1) Kantor Bank yang menerima penyediaan plafon kredit likuiditas KKPA PIR-Trans wajib menyampaikan laporan kepada Bank Indonesia.

(2) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah: 1. Laporan keuangan proyek yang telah di audit oleh akuntan publik, yang

disampaikan setiap tahun selama masa pembangunan.

Disampaikan selambat-lambatnya 6 (enam) bulan setelah berakhirnya tahun yang bersangkutan.

2. LPJ, yang disampaikan setiap triwulan selama masa pembangunan. 3. Laporan perkembangan KKPA PIR-Trans, yang disampaikan setiap bulan

selama masa pembangunan dan setelah masa pembangunan berakhir. Harus disampaikan oleh Bank kepada Kantor Bank Indonesia yang mewilayahinya adalah :

i. Laporan realisasi KKPA PIR-Trans oleh Bank kepada nasabahnya yang berisi : - Tanggal realisasi KKPA PIT-Trans kepada nasabah; dan - Jumlah KKPA PIR-Trans yang telah direalisasikan.

Laporan tersebut harus sudah diterima oleh Bank Indonesia selambat-lambatnya pada tanggal 15 bulan berikutnya setelah bulan realisasi KKPA PIR-Trans.

ii. Laporan perkembangannya KKPA PIR-Trans disampaikan dengan menggunakan formulir KKA, KKB, dan KKC, yaitu : - Formulir KKA adalah formulir yang digunakan oleh Bank untuk

melaporkan tentang adanya pemberian KKPA PIR-Trans baru, yang merupakan data dasar tentang KKPA PIR-Trans yang telah diberikan Bank, mencakup antara lain jenis KKPA PIR-Trans, plafon KKPA PIR-Trans, suku bunga, dan sektor ekonomi;

- Formulir KKB adalah formulir yang digunakan Bank untuk melaporkan adanya perubahan atau koreksi atas data yang sebelumnya disampaikan dengan menggunakan formulir KKA; dan

- Formulir KKC adalah formulir yang digunakan oleh Bank untuk melaporkan posisi baki debet dan tunggakan KKPA PIR-Trans nasabahnya setiap bulan. Contoh formulir KKA, KKB dan KKC sebagaimana terlampir dalam Surat Edaran ini (Lampiran 1a, 1b, dan 1c) (Lampiran 62a, 62b, dan 62c dalam kodifikasi ini). Pedoman pengisian formulir-formulir tersebut baik secara manual maupun dengan menggunakan komputer beserta ketentuan tata cara pelaksanaan pelaporan dapat diperoleh pada Kantor Bank Indonesia yang mewilayahinya.

(3) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat(2) butir 1 dan 2 merupakan

laporan sebelum pengalihan Kebun Plasma dan KKPA PIR-Trans. (4) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) butir 3 merupakan laporan

sebalum dan sesudah pengalihan Kebun Plasma dan KKPA PIR-Trans. (5) Pedoman tata cara pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) akan

ditetapkan kemudian oleh Bank Indonesia.

Page 126: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset · Rangka Kredit Program Pada Masa Peralihan ... Rekam Jejak Regulasi Kredit dan Pembiayaan Modal Kerja Bank ... Contoh Perhitungan Imbalan

Asset Kredit Likuiditas Bank Indonesia

104

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

Pemberian Kredit atau Pembiayaan oleh Bank Umum dan Bantuan Teknis dalam Rangka Pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah

BAB I Ketentuan Umum 300 Pasal 1

14/22/PBI/2012 1. Bank Umum adalah Bank Umum sebagaimana dimaksud dalam Undang-

Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 dan Bank Umum Syariah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, termasuk kantor cabang bank yang berkedudukan di luar negeri dan Bank Campuran.

2. Bank Campuran adalah Bank yang didirikan dan dimiliki oleh bank yang berkedudukan di luar negeri dan Bank di Indonesia yang telah memperoleh izin usaha sebelum mulai berlakunya Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan dan pada saat mulai berlakunya Peraturan Bank Indonesia ini komposisi pemegang saham masih tetap bank yang berkedudukan di luar negeri dan Bank di Indonesia.

3. Kredit adalah Kredit sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998.

4. Pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah adalah Pembiayaan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.

5. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan, yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, yaitu:

a. memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

b. memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).

6. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, yaitu:

a. memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

b. memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah).

7. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri,

yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil

Page 127: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset · Rangka Kredit Program Pada Masa Peralihan ... Rekam Jejak Regulasi Kredit dan Pembiayaan Modal Kerja Bank ... Contoh Perhitungan Imbalan

Asset Kredit Likuiditas Bank Indonesia

105

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, yaitu:

a. memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

b. memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).

8. Kredit atau Pembiayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah yang selanjutnya disebut dengan Kredit atau Pembiayaan UMKM adalah Kredit atau Pembiayaan yang diberikan kepada pelaku usaha yang memenuhi kriteria Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.

9. Bantuan Teknis adalah bantuan yang diberikan oleh Bank Indonesia dalam rangka pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.

BAB II Kewajiban Bank dan Cakupan Kredit atau Pembiayaan UMKM

301 Pasal 2 14/22/PBI/2012 Ayat (1) – (3) SE 15/35/DPAU 2013 Romawi III

(1) Bank Umum wajib memberikan Kredit atau Pembiayaan UMKM. Yang dimaksud dengan memberikan "Kredit atau Pembiayaan UMKM" adalah kredit atau pembiayaan yang diberikan kepada pelaku usaha yang memenuhi kriteria Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.

(2) Jumlah Kredit atau Pembiayaan UMKM sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

ditetapkan paling rendah 20% (dua puluh persen) yang dihitung berdasarkan rasio Kredit atau Pembiayaan UMKM terhadap total Kredit atau Pembiayaan.

(3) Pencapaian rasio pemberian Kredit atau Pembiayaan UMKM sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dihitung pada setiap akhir tahun. A. Bank Indonesia melakukan perhitungan pencapaian rasio pemberian

Kredit atau Pembiayaan UMKM secara gabungan untuk seluruh kantor Bank Umum di dalam negeri posisi akhir bulan Desember tahun bersangkutan yang bersumber dari Laporan Bulanan Bank Umum yang disampaikan kepada Bank Indonesia pada bulan Januari tahun berikutnya sesuai batas waktu penyampaian secara online sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai Laporan Bulanan Bank Umum.

B. Perhitungan pencapaian rasio pemberian Kredit atau Pembiayaan UMKM sebagaimana dimaksud pada huruf A dilakukan dengan formula sebagai berikut :

C. Dalam melakukan perhitungan pencapaian rasio pemberian Kredit atau Pembiayaan UMKM sebagaimana dimaksud pada huruf B, berlaku ketentuan sebagai berikut : 1. Total Kredit atau Pembiayaan UMKM adalah jumlah baki debet

Page 128: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset · Rangka Kredit Program Pada Masa Peralihan ... Rekam Jejak Regulasi Kredit dan Pembiayaan Modal Kerja Bank ... Contoh Perhitungan Imbalan

Asset Kredit Likuiditas Bank Indonesia

106

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

Pasal 2 14/22/PBI/2012 Ayat (4)

Kredit atau Pembiayaan UMKM dalam Rupiah dan valuta asing, yaitu : a. Untuk Bank Umum, berasal dari pemberian Kredit atau

Pembiayaan UMKM kepada pelaku usaha yang memenuhi criteria UMKM yang dilakukan secara : 1) langsung; dan/atau 2) tidak langsung yaitu melalui kerjasama dengan pihak

tertentu menggunakan pola executing, pola channeling, atau pembiayaan bersama (sindikasi).

b. Untuk kantor cabang bank yang berkedudukan di luar negeri dan Bank Campuran, berasal dari : 1) pemberian Kredit atau Pembiayaan UMKM kepada pelaku

usaha yang memenuhi kriteria UMKM yang dilakukan secara : a) langsung; dan/atau b) tidak langsung yaitu melalui kerjasama dengan pihak

tertentu menggunakan pola executing; 2) pemberian kredit atau pembiayaan untuk produk ekspor

non migas. c. Pedoman rincian komponen Kredit atau Pembiayaan UMKM

dan/atau ekspor non migas yang diperhitungkan sebagai Kredit atau Pembiayaan UMKM sebagaimana dimaksud pada huruf a dan b mengacu pada Lampiran 1.a dan Lampiran 1.b (Lampiran 63a dan Lampiran 63b Kodifikasi ini) yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Surat Edaran Bank Indonesia ini.

2. Total Kredit atau Pembiayaan adalah jumlah baki debet Kredit atau Pembiayaan dalam Rupiah dan valuta asing.

(4) Pencapaian rasio pemberian Kredit atau Pembiayaan UMKM sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) dilakukan secara bertahap, sebagai berikut: a. Tahun 2013: rasio Kredit atau Pembiayaan UMKM terhadap total Kredit

atau Pembiayaan sesuai kemampuan Bank Umum yang dicantumkan dalam Rencana Bisnis Bank;

Yang dimaksud dengan "kemampuan Bank Umum" adalah kemampuan Bank Umum dalam merealisasikan rencana bisnis bank terkait pemberian Kredit atau Pembiayaan UMKM yang disesuaikan dengan sumber daya Bank.

b. Tahun 2014: rasio Kredit atau Pembiayaan UMKM terhadap total Kredit

atau Pembiayaan sesuai kemampuan Bank Umum yang dicantumkan dalam Rencana Bisnis Bank;

c. Tahun 2015: rasio Kredit atau Pembiayaan UMKM terhadap total Kredit atau Pembiayaan paling rendah 5% (lima persen);

d. Tahun 2016: rasio Kredit atau Pembiayaan UMKM terhadap total Kredit atau Pembiayaan paling rendah 10% (sepuluh persen);

e. Tahun 2017: rasio Kredit atau Pembiayaan UMKM terhadap total Kredit atau Pembiayaan paling rendah 15% (lima belas persen); dan

f. Tahun 2018 dan seterusnya: rasio Kredit atau Pembiayaan UMKM terhadap

Page 129: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset · Rangka Kredit Program Pada Masa Peralihan ... Rekam Jejak Regulasi Kredit dan Pembiayaan Modal Kerja Bank ... Contoh Perhitungan Imbalan

Asset Kredit Likuiditas Bank Indonesia

107

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

SE 15/35/DPAU 2013 Romawi II Pasal 2 14/22/PBI/2012 Ayat (5)

total Kredit atau Pembiayaan paling rendah 20% (dua puluh persen).

A. Rencana pemberian Kredit atau Pembiayaan UMKM merupakan bagian dari Rencana Bisnis Bank (RBB), yang ditetapkan dengan ketentuan sebagai berikut : 1. Bank Umum menyusun dan menyampaikan rencana pemberian

Kredit atau Pembiayaan UMKM dengan memperhatikan tahapan pencapaian rasio Kredit atau Pembiayaan UMKM terhadap total Kredit atau Pembiayaan, yaitu : a. pada tahun 2013 dan tahun 2014, sesuai kemampuan Bank

Umum; b. tahun 2015, paling rendah 5% (lima persen); c. tahun 2016, paling rendah 10% (sepuluh persen); d. tahun 2017, paling rendah 15% (lima belas persen); e. tahun 2018 dan seterusnya, paling rendah 20% (dua puluh

persen). 2. Bank Umum menyusun rencana pemberian Kredit atau Pembiayaan

UMKM yang dikelompokkan berdasarkan : a. lapangan usaha; b. jenis penggunaan; dan c. propinsi.

B. Dalam hal terdapat perubahan rencana pemberian Kredit atau Pembiayaan UMKM dari rencana yang telah ditetapkan pada tahun berjalan, Bank Umum wajib menyampaikan perubahan berikut alasannya kepada Bank Indonesia.

C. Format, cakupan, dan tata cara pelaporan rencana pemberian Kredit atau Pembiayaan UMKM maupun pelaporan perubahan rencana pemberian Kredit atau Pembiayaan UMKM dan penyampaiannya berpedoman pada ketentuan Bank Indonesia mengenai rencana bisnis bank.

(5) Perhitungan besarnya persentase pemberian Kredit atau Pembiayaan UMKM

sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dilakukan secara gabungan untuk seluruh kantor Bank Umum.

302 Pasal 3 14/22/PBI/2012

Pemberian Kredit atau Pembiayaan UMKM oleh Bank Umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 (Paragraf 301 Kodifikasi ini), dilakukan secara: a. langsung kepada Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah; dan/atau b. tidak langsung melalui kerjasama pola executing, pola channeling,

dan/atau pembiayaan bersama (sindikasi). Yang dimaksud dengan "tidak langsung" adalah pemberian Kredit atau Pembiayaan UMKM oleh Bank Umum melalui: a. bank perkreditan rakyat; b. bank pembiayaan rakyat syariah; dan/atau c. lembaga keuangan non bank lainnya sebagaimana dimaksud dalam

ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai pedoman penyusunan laporan bulanan bank umum, yaitu Koperasi Simpan Pinjam, Baitul Maal Wa Tamwil dan lembaga-lembaga lainnya yang dapat dipersamakan dengan itu.

Page 130: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset · Rangka Kredit Program Pada Masa Peralihan ... Rekam Jejak Regulasi Kredit dan Pembiayaan Modal Kerja Bank ... Contoh Perhitungan Imbalan

Asset Kredit Likuiditas Bank Indonesia

108

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

SE 15/35/DPAU 2013 Romawi IV

A. Pola Executing 1. Pola executing merupakan penyaluran Kredit atau Pembiayaan

UMKM kepada debitur UMKM yang dilakukan oleh lembaga keuangan tertentu, yaitu : a. Bank Perkreditan Rakyat (BPR); b. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS); dan/atau c. Lembaga Keuangan Non Bank Lainnya sebagaimana dimaksud

dalam ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai pedoman penyusunan Laporan Bulanan Bank Umum, yaitu Koperasi Simpan Pinjam, Baitul Maal Wa Tamwil, dan lembaga-lembaga lainnya yang dapat dipersamakan dengan itu.

2. Lembaga keuangan tertentu sebagaimana dimaksud pada angka 1 merupakan pihak yang menanggung risiko apabila debitur UMKM wanprestasi atau cidera janji.

3. Untuk memastikan bahwa lembaga keuangan tertentu sebagaimana dimaksud pada angka 1 menyalurkan dana tersebut kepada UMKM, maka Bank Umum membuat Perjanjian Kerjasama dengan lembaga keuangan tertentu dimaksud yang memuat paling kurang hal-hal sebagai berikut : a. penetapan jangka waktu maksimum penyaluran dana kepada

UMKM; b. tahapan penyaluran dana dari Bank Umum dilakukan sesuai

kesepakatan; c. kewajiban Bank Umum melakukan monitoring atas realisasi

penyaluran dana; dan d. kewajiban lembaga keuangan tertentu untuk menyalurkan dan

melaporkan realisasi penyaluran dana dari Bank Umum sesuai jangka waktu dan tahapan penyaluran.

4. Dalam rangka penghitungan pencapaian realisasi pemberian Kredit atau Pembiayaan UMKM, Bank Umum melaporkan realisasi penyaluran dana pola executing yang dilakukan melalui lembaga keuangan tertentu kepada Bank Indonesia secara triwulan selambat-lambatnya 10 (sepuluh) hari kerja setelah triwulan bersangkutan dengan format sesuai Lampiran 2 (Lampiran 64 Kodifikasi ini), yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Surat Edaran Bank Indonesia ini.

5. Pedoman rincian komponen Kredit atau Pembiayaan UMKM Bank Umum melalui kerjasama pola executing mengacu pada lampiran 1.a dan 1.b (Lampiran 63a dan Lampiran 63b Kodifikasi ini) yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Surat Edaran Bank Indonesia ini.

B. Pola Channeling 1. Pola channeling merupakan penyaluran Kredit atau Pembiayaan

UMKM kepada debitur UMKM melalui lembaga keuangan tertentu, yaiut ; a. BPR b. BPRS; dan/atau c. Lembaga Keuangan Non Bank Lainnya sebagaimana dimaksud

dalam ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai

Page 131: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset · Rangka Kredit Program Pada Masa Peralihan ... Rekam Jejak Regulasi Kredit dan Pembiayaan Modal Kerja Bank ... Contoh Perhitungan Imbalan

Asset Kredit Likuiditas Bank Indonesia

109

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

pedoman penyusunan Laporan Bulanan Bank Umum, yaitu Koperasi Simpan Pinjam, Baitul Maal Wa Tamwil, dan lembaga-lembaga lainnya yang dapat dipersamakan dengan itu.

2. Lembaga keuangan tertentu sebagaimana dimaksud pada angka 1 tidak mempunyai kewenangan memutus pemberian Kredit atau Pembiayaan UMKM.

3. Bank Umum sebagai pemilik dana merupakan pihak yang berwenang memutus pemberian Kredit atau Pembiayaan UMKM dan menanggung risiko apabila debitur UMKM wanprestasi atau cidera janji.

4. Pedoman rincian komponen Kredit atau Pembiayaan UMKM Bank Umum melalui kerjasama pola channeling mengacu pada Lampiran 1.a dan 1.b (Lampiran 63a dan Lampiran 63b Kodifikasi ini) yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Surat Edaran Bank Indonesia ini.

C. Pembiayaan Bersama (Sindikasi) 1. Pembiayaan bersama merupakan penyaluran Kredit atau

Pembiayaan UMKM kepada debitur UMKM yang dilakukan bersama oleh Bank Umum dan lembaga keuangan tertentu, yaitu : a. BPR; b. BPRS; dan/atau c. Lembaga Keuangan Non Bank Lainnya sebagaimana dimaksud

dalam ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai pedoman penyusunan Laporan Bulanan Bank Umum, yaitu Koperasi Simpan Pinjam, Baitul Maal Wa Tamwil, dan lembaga-lembaga lainnya yang dapat dipersamakan dengan itu.

2. Bank Umum dan Lembaga keuangan tertentu sebagaimana dimaksud pada angka 1 merupakan pihak yang menanggung risiko secara bersama-sama sesuai dengan porsi pembiayaan masing-masing apabila debitur UMKM wanprestasi atau cidera janji.

3. Pedoman rincian komponen Kredit atau Pembiayaan UMKM Bank Umum melalui kerjasama pola pembiayaan bersama (sindikasi) dilakukan dengan mengacu pada Lampiran 1.a dan 1.b (Lampiran 63a dan Lampiran 63b Kodifikasi ini) yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Surat Edaran Bank Indonesia ini.

303 Pasal 4 14/22/PBI/2012

Pemenuhan kewajiban pemberian Kredit atau Pembiayaan UMKM sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 (Paragraf 301 Kodifikasi ini) dan Pasal 3 (Paragraf 302 Kodifikasi ini) bagi kantor cabang bank yang berkedudukan di luar negeri dan Bank Campuran berlaku ketentuan sebagai berikut: a. Kredit atau Pembiayaan untuk produk ekspor non migas dapat

diperhitungkan sebagai Kredit atau Pembiayaan UMKM; b. Pemberian Kredit atau Pembiayaan UMKM dapat dilakukan secara langsung

dan/atau tidak langsung melalui kerjasama pola executing.

BAB III

Transparansi dan Relaksasi dalam Rangka Pemberian Kredit atau Pembiayaan UMKM

304 Pasal 5 14/22/PBI/2012

Dalam memberikan Kredit atau Pembiayaan UMKM sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 (Paragraf 301 Kodifikasi ini), Bank Umum wajib berpedoman pada

Page 132: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset · Rangka Kredit Program Pada Masa Peralihan ... Rekam Jejak Regulasi Kredit dan Pembiayaan Modal Kerja Bank ... Contoh Perhitungan Imbalan

Asset Kredit Likuiditas Bank Indonesia

110

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai: a. rencana bisnis bank; b. laporan bulanan bank umum; c. laporan keuangan publikasi triwulanan dan bulanan bank umum serta

laporan tertentu; d. sistem informasi debitur; e. transparansi informasi produk bank dan penggunaan data pribadi nasabah.

305 Pasal 6 14/22/PBI/2012

Bank Umum yang memberikan Kredit atau Pembiayaan UMKM sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 (Paragraf 301 Kodifikasi ini), memperoleh relaksasi sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai: a. pedoman perhitungan aset tertimbang menurut risiko untuk risiko Kredit

atau Pembiayaan dengan menggunakan pendekatan standar, yaitu berupa perhitungan bobot risiko tagihan kepada Usaha Mikro dan Usaha Kecil;

b. penilaian kualitas aset Bank Umum, yaitu berupa penetapan kualitas Kredit atau Pembiayaan Bank Umum kepada Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah;

c. batas maksimum pemberian Kredit atau Pembiayaan Bank Umum, yaitu berupa pengecualian batas maksimum pemberian Kredit atau Pembiayaan untuk pemberian Kredit atau Pembiayaan UMKM; dan

d. perlakuan khusus terhadap Kredit atau Pembiayaan bank bagi daerah-daerah tertentu di Indonesia yang terkena bencana alam, yaitu berupa penetapan kualitas penyediaan dana dan kredit serta penyediaan dana dan pemberian kredit baru kepada debitur yang terkena dampak bencana alam.

BAB IV Bantuan Teknis 306 Pasal 7

14/22/PBI/2012 Bank Indonesia dapat memberikan Bantuan Teknis dalam rangka mendukung pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Bantuan Teknis diberikan oleh Bank Indonesia untuk mendukung pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dalam rangka meningkatkan kapasitas ekonomi daerah dan/atau pengendalian inflasi.

307 Pasal 8 14/22/PBI/2012 Huruf a SE 15/35/DPAU 2013 Romawi V. A No. 1

Bantuan Teknis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 (Paragraf 306 Kodifikasi ini) dapat berupa: a. penelitian;

Penelitian yang dilakukan oleh Bank Indonesia antara lain berupa penelitian mengenai pola pembiayaan komoditas yang dibiayai bank dan komoditas/produk/jasa usaha unggulan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, yang disampaikan kepada stakeholders. a) Tujuan Penelitian

1) mengidentifikasi permasalahan UMKM dan memberi masukan dalam penetapan kebijakan dan pengaturan dalam pengembangan UMKM;

2) mendukung penyediaan informasi terkait pengembangan UMKM bagi stakeholder, dan

3) mendukung pelaksanaan koordinasi dengan stakeholder. b) Format Penelitian

Page 133: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset · Rangka Kredit Program Pada Masa Peralihan ... Rekam Jejak Regulasi Kredit dan Pembiayaan Modal Kerja Bank ... Contoh Perhitungan Imbalan

Asset Kredit Likuiditas Bank Indonesia

111

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

Pasal 8 14/22/PBI/2012 Huruf b SE 15/35/DPAU 2013 Romawi V. A No. 2

Penelitian dapat dilakukan antara lain dalam bentuk survey, kajian, dan studi banding.

c) Topik Penelitian : 1) komoditas/produk/jenis usaha unggulan UMKM; 2) pola pembiayaan untuk komoditas UMKM yang potensial dibiayai

bank; 3) pengembangan infrastruktur keuangan dan kelembagaan; dan 4) topik lain yang terkait dengan upaya pengembangan UMKM.

b. pelatihan;

a) Tujuan Pelatihan

1) meningkatkan pengetahuan dan kemampuan serta mendorong Bank dan Lembaga Pembiayaan UMKM dalam menyalurkan Kredit atau Pembiayaan UMKM;

2) meningkatkan pengetahuan dan kemampuan Lembaga Penyedia Jasa (LPJ) untuk memfasilitasi UMKM dalam meningkatkan akses terhadap kredit atau pembiayaan;

3) meningkatkan pengetahuan dan kemampuan UMKM dalam rangka meningkatkan elijibilitas dan kapasitas UMKM.

b) Format Pelatihan Pelatihan dilaksanakan dalam bentuk klasikal.

c) Kriteria Penerima Pelatihan 1) Bank Umum, BPR, dan/atau BPRS yang paling kurang memenuhi

kriteria sebagai berikut : a. Bank Umum yang memiliki visi dan komitmen untuk

menyalurkan Kredit atau Pembiayaan UMKM yang tercermin antara lain dalam visi dan misi, struktur organisasi, dan produk Kredit atau Pembiayaan UMKM. Bank Umum tersebut diprioritaskan yang belum mencapai rasio pemberian Kredit atau Pembiayaan UMKM yang ditetapkan; dan

b. BPR dan/atau BPRS yang memiliki visi dan komitmen untuk menyalurkan Kredit atau Pembiayaan UMKM yang tercermin antara lain dalam visi dan misi, struktur organisasi, dan produk Kredit atau Pembiayaan UMKM.

2) Lembaga Pembiayaan UMKM yang paling kurang memenuhi kriteria sebagai berikut : a. merupakan lembaga keuangan non bank yang berbadan

hukum; b. berada dibawah kepemilikan/pembinaan dan/atau

direkomendasikan oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah; dan

c. memiliki tugas dalam menyediakan kredit atau pembiayaan bagi UMKM dan telah melakukan aktivitas usaha tersebut paling kurang 2 (dua) tahun.

3) LPJ yang paling kurang memenuhi kriteria sebagai berikut : a. berbentuk badan hukum dan telah terdaftar pada instansi

pemerintah, dan/atau dibentuk oleh instansi pemerintah paling kurang selama 1 (satu) tahun;

Page 134: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset · Rangka Kredit Program Pada Masa Peralihan ... Rekam Jejak Regulasi Kredit dan Pembiayaan Modal Kerja Bank ... Contoh Perhitungan Imbalan

Asset Kredit Likuiditas Bank Indonesia

112

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

Pasal 8 14/22/PBI/2012 Huruf c SE 15/35/DPAU 2013 Romawi V. A No. 3

b. mempunyai komitmen dalam pengembangan UMKM yang tertuang dalam visi dan misi dalam Akta Pendirian dan/atau Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga;

c. mempunyai pengalaman dalam membina UMKM selain di bidang keuangan paling kurang selama 1 (satu) tahun; dan

d. membutuhkan peningkatan kompetensi di bidang keuangan.

Termasuk dalam kriteria ini adalah Petugas Penyuluh lapangan (PPL) atau Petugas Pendamping yang berada di bawah pembinaan Kementerian, Dinas terkait, atau asosiasi.

4) UMKM yang paling kurang memenuhi kriteria sebagai berikut : a. tergabung dalam klaster yang dibina oleh Bank Indonesia; atau b. berada di bawah pembinaan Kementerian atau Dinas Terkait

atau anggota asosiasi usaha yang mempunyai kerjasama dengan Bank Indonesia.

d) Topik Pelatihan 1) Topik pelatihan kepada Bank Umum, BPR atau BPRS, dan Lembaga

Pembiayaan UMKM, meliputi antara lain : a. Survei Potensi Pengembangan UMKM; b. Analisis Kredit atau Pembiayaan UMKM; c. Penanganan Kredit atau Pembiayaan UMKM Bermasalah;

dan/atau d. Pengembangan Hubungan Bank dengan Kelompok Swadaya

Masyarakat (PHBK).

2) Topik pelatihan kepada LPJ yaitu berupa pelatihan mengenai aspek keuangan, yang meliputi aspek-aspek penyusunan kelayakan usaha (proposal kredit) dan perencanaan usaha (business plan).

3) Topik pelatihan kepada UMKM meliputi anara lain pembuatan laporan keuangan sederhana, penyusunan kelayakan usaha (proposal kredit), dan perencanaan usaha (business plan).

c. penyediaan informasi; dan/atau

Penyediaan informasi antara lain dapat berupa pameran, sosialisasi, workshop, pencantuman informasi dalam website untuk mendiseminasikan hasil-hasil penelitian, statistik dan informasi lainnya terkait pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. a) Tujuan Penyediaan Informasi

Menginformasikan data dan program pengembangan UMKM Bank Indonesia kepada pihak internal dan eksternal.

b) Format Penyediaan Informasi Penyediaan informasi antara lain dapat dilakukan melalui media cetak, media elektronik, website Bank Indonesia, pameran, sosialisasi, workshop, seminar, atau kegiatan sejenis lainnya.

c) Jenis Penyedian informasi, meliputi antara lain : 1) Data statistik kredit UMKM; 2) Data komoditas/produk/jenis usaha unggulan UMKM atau potensial

di suatu daerah;

Page 135: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset · Rangka Kredit Program Pada Masa Peralihan ... Rekam Jejak Regulasi Kredit dan Pembiayaan Modal Kerja Bank ... Contoh Perhitungan Imbalan

Asset Kredit Likuiditas Bank Indonesia

113

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

Pasal 8 14/22/PBI/2012 Huruf d SE 15/35/DPAU 2013 Romawi V. A No. 4

3) Pola pembiayaan komoditi yang potensial dibiayai Bank (lending model);

4) Database profil UMKM; 5) Data sentra UMKM; 6) Program pengembangan klaster; 7) Ketentuan atau kebijakan Bank Indonesia terkait pengembangan

UMKM. d. fasilitasi.

Kegiatan fasilitasi antara lain klaster, inkubator bisnis atau kegiatan serupa dalam rangka pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, yang dapat didukung dengan penyediaan sarana produksi.

a) Tujuan Fasilitasi

1) Mendukung pengembangan dan peningkatan daya saing UMKM melalui program yang terintegrasi, antara lain klaster, inkubator bisnis, dan pengembangan institusi pendukung dalam rangka kemandirian UMKM.

2) Membantu mempersiapkan UMKM dalam rangka peningkatan akses keuangan.

3) Mendorong lembaga keuangan untuk meningkatkan penyaluran Kredit atau Pembiayaan UMKM.

b) Kriteria Penerima Fasilitasi 1) Bank Umum, BPR, BPRS, lembaga pembiayaan UMKM, dan/atau LPJ

dapat memperoleh fasilitasi dalam rangka peningkatan penyaluran Kredit atau Pembiayaan UMKM dalam bentuk seminar/Focus Group Discussion dan kegiatan lain yang terkait antara lain fasilitasi kepada lembaga penunjang seperti asuransi, lembaga penjaminan kredit, dan lain-lain. Penerima fasilitasi tersebut paling kurang memenuhi kriteria sebagai berikut: a. Bank Umum :

i. memiliki visi dan komitmen untuk menyalurkan Kredit atau Pembiayaan UMKM yang tercermin antara lain dalam visi dan misi, struktur organisasi, dan produk Kredit atau Pembiayaan UMKM. Bank Umum tersebut diprioritaskan yang belum mencapai rasio pemberian Kredit atau Pembiayaan UMKM yang ditetapkan; atau

ii. ditunjuk sebagai pelaksana kredit program Pemerintah. b. BPR dan/atau BPRS :

i. memiliki visi dan komitmen untuk menyalurkan Kredit atau Pembiayaan UMKM yang tercermin antara lain dalam visi dan misi, struktur organisasi, dan produk Kredit atau Pembiayaan UMKM; atau

ii. sebagai peserta program Pemerintah atau Bank Indonesia dalam pengembangan UMKM.

c. Lembaga Pembiayaan UMKM : i. merupakan lembaga keuangan non bank yang berbadan

hukum; ii. berada di bawah kepemilikan/pembinaan dan/atau

Page 136: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset · Rangka Kredit Program Pada Masa Peralihan ... Rekam Jejak Regulasi Kredit dan Pembiayaan Modal Kerja Bank ... Contoh Perhitungan Imbalan

Asset Kredit Likuiditas Bank Indonesia

114

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

SE 15/35/DPAU 2013 Romawi V. B

direkomendasikan oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah; dan

iii. memiliki tugas dalam menyediakan kredit atau pembiayaan bagi UMKM dan telah melakukan aktivitas usaha tersebut paling kurang 2 (dua) tahun.

d. LPJ : i. berbentuk badan hukum dan telah terdaftar pada instansi

pemerintah, dan/atau dibentuk oleh instansi pemerintah paling kurang selama 1 (satu) tahun;

ii. mempunyai komitmen dalam pengembangan UMKM yang tertuang dalam visi dan misi dalam Akta Pendirian dan/atau Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga;

iii. mempunyai pengalaman dalam membina UMKM selain di bidang keuangan paling kurang selama 2 (dua) tahun; dan

iv. membutuhkan peningkatan kompetensi di bidang keuangan.

2) UMKM dapat memperoleh fasilitasi dalam bentuk seminar/Focus Group Discussion, magang, studi banding, promosi, pendampingan, dan kegiatan yang sejenis, paling kurang memenuhi kriteria sebagai berikut : a. tergabung dalam klaster yang dibina oleh Bank Indonesia; atau b. berada di bawah pembinaan Kementerian atau Dinas terkait atau

anggota asosiasi usaha yang mempunyai kerjasama dengan Bank Indonesia.

Biaya pelaksanaan bantuan teknis ditetapkan sebagaimana dimaksud dalam Lampiran 3 (Lampiran 65 Kodifikasi ini), yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Surat Edaran Bank Indonesia ini. Biaya pelaksanaan bantuan teknis dalam rangka kerjasama Bank Indonesia dengan kementerian, dinas terkait, lembaga domestik, atau lembaga internasional diatur sesuai dengan kesepakatan para pihak.

308 Pasal 9 14/22/PBI/2012

(1) Pihak-pihak yang dapat menerima Bantuan Teknis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 (Paragraf 307 Kodifikasi ini) adalah: a. Bank Umum, Bank Perkreditan Rakyat, dan/atau Bank

Pembiayaan Rakyat Syariah; b. Lembaga Pembiayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah;

Lembaga Pembiayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah adalah lembaga keuangan non bank lainnya yang menyediakan pembiayaan kepada Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai pedoman penyusunan laporan bulanan bank umum, yaitu Koperasi Simpan Pinjam, Baitul Maal Wa Tamwil, dan lembagalembaga lainnya yang dipersamakan dengan itu.

c. Lembaga Penyedia Jasa (LPJ);

Lembaga Penyedia Jasa adalah lembaga yang menyediakan jasa

Page 137: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset · Rangka Kredit Program Pada Masa Peralihan ... Rekam Jejak Regulasi Kredit dan Pembiayaan Modal Kerja Bank ... Contoh Perhitungan Imbalan

Asset Kredit Likuiditas Bank Indonesia

115

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

SE 15/35/DPAU 2013 Romawi V. C

pendampingan dan/atau pembinaan kepada Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, termasuk Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) yang dikoordinasikan oleh kementerian terkait.

d. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.

(2) Pihak-pihak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat menerima Bantuan Teknis dari Bank Indonesia sepanjang memenuhi kriteria yang ditetapkan.

(3) Dalam rangka pelaksanaan pemberian Bantuan Teknis kepada pihak-pihak sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bank Indonesia dapat menunjuk pihak lain.

Pihak lain meliputi antara lain lembaga pendidikan, konsultan/tenaga ahli atau lembaga lainnya.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai kriteria dan tata cara pengajuan permohonan

Bantuan Teknis oleh penerima Bantuan Teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dalam Surat Edaran Bank Indonesia. 1. Pihak yang memenuhi kriteria dapat mengajukan permintaan secara

tertulis untuk memperoleh bantuan teknis kepada : a. Bank Indonesia c.q. Departemen Pengembangan Akses Keuangan

dan UMKM, Jl. M.H. Thamrin No. 2, Jakarta 10350, bagi yang berkedudukan di propinsi DKI Jakarta, Kabupaten/Kota Bekasi, Bogor, Karawang, dan Depok.

b. Kantor Perwakilan Bank Indonesia setempat, bagi yang berkedudukan di luar wilayah sebagaimana dimaksud dalam huruf a.

2. Persetujuan atas permintaan sebagaimana dimaksud pada angka 1 didasarkan pada analisis yang dilakukan oleh Bank Indonesia yang antara lain didasarkan pada pertimbangan pemenuhan kriteria, pembiayaan, bentuk Bantuan Teknis, dan ketersediaan sumber daya manusia.

3. Pengajuan permintaan dan persetujuan sebagaimana dimaksud pada angka 1 dan angka 2 tidak berlaku untuk bentuan teknis berupa penyediaan informasi yang sudah dipublikasikan oleh Bank Indonesia baik melalui website atau media lainnya.

BAB V Kerja Sama 309 Pasal 10

14/22/PBI/2012 (1) Dalam rangka mendukung pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah,

Bank Indonesia dapat bekerjasama dengan pihak lain. Yang dimaksud dengan "pihak lain" antara lain Kementerian, Lembaga Pemerintah Non Kementerian, Pemerintah Daerah, dan lembaga atau asosiasi lainnya. Kegiatan kerjasama dilakukan dalam bentuk kemitraan strategis antara lain melalui Forum Komunikasi/Koordinasi (Focus Group Discussion), Training for Trainers, dan penyediaan database bersama.

(2) Dalam melakukan kerja sama sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bank

Page 138: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset · Rangka Kredit Program Pada Masa Peralihan ... Rekam Jejak Regulasi Kredit dan Pembiayaan Modal Kerja Bank ... Contoh Perhitungan Imbalan

Asset Kredit Likuiditas Bank Indonesia

116

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

Indonesia dapat memberikan Bantuan Teknis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 (Paragraf 307 Kodifikasi ini).

(3) Kerja sama dengan pihak lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dituangkan dalam bentuk Nota Kesepahaman, Surat Keputusan, dan/atau dokumen lainnya.

BAB VI Publikasi, Penghargaan, dan Pembinaan 310 Pasal 11

14/22/PBI/2012 Ayat (1) SE 15/35/DPAU 2013 Romawi VI Pasal 11 14/22/PBI/2012 Ayat (2) – (3) SE 15/35/DPAU 2013 Romawi VII

(1) Bank Indonesia mempublikasikan peringkat pencapaian rasio Kredit atau Pembiayaan UMKM terhadap total Kredit atau Pembiayaan oleh Bank Umum dalam website Bank Indonesia. Bank Indonesia mempublikasikan peringkat pencapaian rasio Kredit atau Pembiayaan UMKM terhadap total Kredit atau Pembiayaan oleh Bank Umum dalam website Bank Indonesia yang antara lain dimuat dalam menu siaran pers atau info terbaru.

(2) Bank Indonesia memberikan penghargaan kepada Bank Umum yang memenuhi

kriteria tertentu dalam pemberian Kredit atau Pembiayaan UMKM. Yang dimaksud dengan "kriteria tertentu" antara lain rasio realisasi Kredit atau Pembiayaan UMKM terhadap total Kredit atau Pembiayaan perbankan dan Non Performing Loan.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai kriteria, tata cara penilaian, dan pihak

penilai dalam rangka pemberian penghargaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dalam Surat Edaran Bank Indonesia.

A. Bank Indonesia secara berkala memberikan penghargaan kepada Bank

Umum yang berhasil menyalurkan Kredit atau Pembiayaan UMKM yang memenuhi kriteria yang ditetapkan dan memenuhi tema sesuai dengan program atau kebijakan Bank Indonesia.

B. Kriteria yang ditetapkan sebagaimana dimaksud pada huruf A paling kurang adalah : 1. Pencapaian rasio realisasi Kredit atau Pembiayaan UMKM sesuai

dengan tahapan yang telah ditetapkan; 2. Non Performing Loan – gross Kredit atau Pembiayan UMKM paling

tinggi 5% (lima persen); 3. pertumbuhan pencapaian pemberian Kredit atau Pembiayaan UMKM

lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan Kredit atau Pembiayaan UMKM nasional; dan

4. memiliki produk dan/atau skim kredit untuk UMKM. C. Dalam proses penilaian, Bank Indonesia dapat membentuk tim penilai,

atau bekerja sama dengan pihak ketiga sebagai pendukung penilaian. D. Dalam hal proses penilaian dilakukan oleh tim penilai yang dibentuk

Bank Indonesia maka tim penilai paling kurang terdiri dari : 1. Bank Indonesia; 2. Kementerian terkait; 3. Pakar/pengamat UMKM atau akademisi; dan 4. Pihak eksternal terkait.

Page 139: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset · Rangka Kredit Program Pada Masa Peralihan ... Rekam Jejak Regulasi Kredit dan Pembiayaan Modal Kerja Bank ... Contoh Perhitungan Imbalan

Asset Kredit Likuiditas Bank Indonesia

117

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

E. Dalam hal proses penilaian dilakukan oleh pihak ketiga yang ditunjuk oleh Bank Indonesia maka tim penilai terdiri dari bank Indonesia dan pihak ketiga sebagai pendukung penilaian yang paling kurang memenuhi kriteria sebagai berikut : 1. Merupakan badan hukum atau lembaga yang resmi; 2. Memiliki kompetensi di bidang UMKM; dan 3. Memiliki reputasi yang baik.

F. Proses penilaian sebagaimana dimaksud pada huruf C dilakukan sebagai berikut : 1. Penetapan tema dan periode penilaian oleh Bank Indonesia; 2. Pengumuman tema dan periode penilaian oleh Bank Indonesia; 3. Pembentukan tim penilai atau penunjukan pihak ketiga sebagai

pendukung penilaian; 4. Proses penilaian oleh Bank Indonesia atau tim penilai; dan 5. Penetapan dan pengumuman pemenang oleh Bank Indonesia.

311 Pasal 12 14/22/PBI/2012 Ayat (1) SE 15/35/DPAU 2013 Romawi VIII. A – C SE 15/35/DPAU 2013 Romawi VIII. F – G

(1) Dalam hal pencapaian realisasi pemberian Kredit atau Pembiayaan UMKM sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (4) huruf c, huruf d, huruf e, dan huruf f (Paragraf 301 Kodifikasi ini) tidak terpenuhi pada akhir tahun, Bank Umum wajib menyelenggarakan pelatihan kepada pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah yang tidak sedang dan/atau belum pernah mendapat Kredit atau Pembiayaan UMKM.

Bank Umum selain dapat menggunakan data yang dimilikinya mengenai pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah yang tidak sedang dan/atau belum pernah mendapat Kredit atau Pembiayaan UMKM, dapat juga menggunakan antara lain data yang berasal dari Bank Indonesia, Kementerian, dan Dinas terkait.

A. Bank Umum yang tidak mencapai realisasi Kredit atau Pembiayaan

UMKM sesuai rasio yang ditetapkan, wajib menyelenggarakan pelatihan kepada pelaku UMKM. Kewajiban tersebut mulai berlaku untuk pencapaian rasio pemberian Kredit atau Pembiayaan UMKM pada tahun 2015.

B. Pelatihan sebagaimana dimaksud pada huruf A ditujukan kepada pelaku UMKM yang tidak sedang dan/atau belum pernah mendapat Kredit atau Pembiayaan UMKM. Data Pelaku UMKM bersumber dari data yang dimiliki Bank Umum, Bank Indonesia, dan/atau Kementerian dan Dinas terkait.

C. Bank Umum menyampaikan rencana pelatihan yang disampaikan kepada bank Indonesia sebelum batas waktu pelaksanaan pelatihan dan penyampaian laporan pada tanggal 30 September setiap tahunnya. Rencana pelatihan dilaporkan dengan format sesuai Lampiran 4 (Lampiran 66 Kodifikasi ini), yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Surat Edaran ini.

D. Topik pelatihan yang dapat dilakukan oleh Bank Umum antara lain mengenai aspek keuangan, aspek pemasaran, aspek produksi, aspek kelembagaan, untuk meningkatkan jumlah pelaku UMKM yang dapat memperoleh Kredit atau Pembiayaan UMKM dari Bank Umum.

E. Metode pelatihan dapat dilaksanakan dalam bentuk klasikal, magang,

Page 140: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset · Rangka Kredit Program Pada Masa Peralihan ... Rekam Jejak Regulasi Kredit dan Pembiayaan Modal Kerja Bank ... Contoh Perhitungan Imbalan

Asset Kredit Likuiditas Bank Indonesia

118

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

Pasal 12 14/22/PBI/2012 Ayat (2) – (3) SE 15/35/DPAU 2013 Romawi VIII. E Pasal 12 14/22/PBI/2012 Ayat (4) SE 15/35/DPAU 2013 Romawi VIII. D

studi banding, promosi, dan pendampingan. (2) Besar dana pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung berdasarkan

persentase tertentu dari selisih antara rasio Kredit atau Pembiayaan UMKM yang wajib dipenuhi dengan realisasi pencapaian pada setiap akhir tahun, dengan jumlah paling besar Rp10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah).

(3) Pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib dilakukan dan dilaporkan paling lambat pada tanggal 30 September tahun berikutnya. Pelatihan kepada UMKM dilakukan dan dilaporkan kepada Bank Indonesia paling lambat pada tanggal 30 September tahun berikutnya dengan format sesuai Lampiran 5 (Lampiran 67 Kodifikasi ini), yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Surat Edaran Bank Indonesia ini. Dalam hal tanggal 30 September jatuh pada hari libur, maka pelatihan kepada UMKM dan pelaporan kepada Bank Indonesia disampaikan pada 1 (satu) hari kerja sebelumnya.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai persentase tertentu dari selisih antara rasio Kredit atau Pembiayaan UMKM sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dalam Surat Edaran Bank Indonesia. Jumlah dana yang dialokasikan dalam rangka pelatihan sebagaimana dimaksud dalam huruf A adalah minimal sebesar 2% (dua persen) yang dihitung dari selisih antara kewajiban pencapaian rasio Kredit atau Pembiayaan UMKM dikurangi dengan realisasi pencapaian rasio Kredit atau Pembiayaan UMKM pada setiap akhir tahun berjalan, dengan jumlah paling banyak Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah). Contoh 1: - Pada tahun 2015, total kredit atau pembiayaan yang diberikan Bank A

sebesar Rp 500 milyar. - Bank A wajib memberikan Kredit atau Pembiayaan UMKM sebesar 5%

dari total kreditnya yaitu 5% dari total kreditnya yaitu 5% x Rp 500 milyar = Rp 25 milyar.

- Realisasi pencapaian pada akhir Desember 2015 sebesar Rp 20 milyar. - Selisih antara rasio Kredit atau Pembiayaan yang wajib dipenuhi dengan

realisasi pencapaian pada akhir tahun = Rp 25 milyar – Rp 20 milyar = Rp 5 milyar.

- 2% dari selisih antara rasio Kredit atau Pembiayaan yang wajib dipenuhi dengan realisasi pencapaian pada akhir tahun = 2% x Rp 5 milyar = Rp 100 juta.

Bank A wajib menyelenggarakan pelatihan dengan dana pelatihan sebesar Rp 100 juta. Contoh 2: - Pada tahun 2015, total Kredit atau Pembiayaan yang diberikan Bank B

sebesar Rp 20 triliun. - Bank B wajib memberikan Kredit atau Pembiayaan UMKM sebesar 5%

dari total kreditnya yaitu 5% x Rp 20 triliun = Rp 1 triliun. - Realisasi pencapaian pada akhir Desember 2015 sebesar Rp 400 milyar.

Page 141: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset · Rangka Kredit Program Pada Masa Peralihan ... Rekam Jejak Regulasi Kredit dan Pembiayaan Modal Kerja Bank ... Contoh Perhitungan Imbalan

Asset Kredit Likuiditas Bank Indonesia

119

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

- Selisih antara rasio Kredit atau Pembiayaan yang wajib dipenuhi dengan realisasi pencapaian pada akhir tahun = Rp 1 triliun – Rp 400 milyar = Rp 600 milyar.

- 2% dari selisih antara rasio Kredit atau Pembiayaan yang wajib dipenuhi dengan realisasi pencapaian pada akhir tahun = 2% x Rp 600 milyar = Rp 12 milyar.

Bank B wajib menyelenggarakan pelatihan dengan dana pelatihan sebesar Rp 10 milyar.

BAB VII Sanksi 312 Pasal 13

14/22/PBI/2012 SE 15/35/DPAU 2013 Romawi X

(1) Bank Umum yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (4) (Paragraf 301 Kodifikasi ini), dikenakan sanksi administratif berupa teguran tertulis.

(2) Bank Umum yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf b (Paragraf 303 Kodifikasi ini), dikenakan sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 ayat (2) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan UndangUndang Nomor 10 Tahun 1998 berupa: a. teguran tertulis; dan/atau b. penurunan tingkat kesehatan bank berupa penurunan peringkat faktor

manajemen dalam penilaian tingkat kesehatan. (3) Bank Umum yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12

ayat (1), Pasal 12 ayat (2), dan/atau Pasal 12 ayat (3) (Paragraf 311 Kodifikasi ini), dikenakan sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 ayat (2) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 berupa penurunan tingkat kesehatan bank yaitu penurunan peringkat faktor manajemen dalam penilaian tingkat kesehatan.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengenaan sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan (3) diatur dalam Surat Edaran Bank Indonesia. A. Bank Umum yang melanggar ketentuan mengenai pentahapan

pencapaian rasio pemberian Kredit atau Pembiayaan UMKM sebagaimana dimaksud pada butir II.A.1 (SE 15/35/DPAU 2013 Romawi II.A.1) (Paragraf 301 Kodifikasi ini) dikenakan sanksi administratif berupa teguran tertulis yang diikuti dengan kewajiban untuk menyelenggarakan pelatihan kepada pelaku UMKM sebagaimana dimaksud pada angka VIII (SE 15/35/DPAU 2013 Romawi VIII).

B. Bank Umum yang tidak melakukan kewajiban untuk menyelenggarakan pelatihan sebagaimana dimaksud pada huruf A, dikenakan sanksi adminstratif berupa penurunan peringkat faktor manajemen atau prinsip-prinsip Good Corporate Governance dalam penilaian tingkat kesehatan bank. Pengenaan sanksi dimaksud didasarkan pada analisis terkait Pengawasan Bank oleh Bank Indonesia.

C. Kantor cabang bank yang berkedudukan di luar negeri dan Bank Campuran yang memberikan Kredit atau Pembiayaan UMKM melalui kerjasama pola channeling dan/atau pembiayaan bersama (sindikasi), dikenakan sanksi administratif berupa teguran tertulis.

D. Kantor cabang bank yang berkedudukan di luar negeri dan Bank

Page 142: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset · Rangka Kredit Program Pada Masa Peralihan ... Rekam Jejak Regulasi Kredit dan Pembiayaan Modal Kerja Bank ... Contoh Perhitungan Imbalan

Asset Kredit Likuiditas Bank Indonesia

120

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

Campuran yang tetap melakukan pelanggaran setelah adanya teguran tertulis sebagaimana dimaksud pada huruf C, dikenakan sanksi administratif berupa penurunan peringkat factor manajemen atau prinsip-prinsip Good Corporate Governance dalam penilaian tingkat kesehatan bank. Pengenaan sanksi dimaksud didasarkan pada analisis terkait Pengawasan Bank oleh Bank Indonesia.

BAB VIII Ketentuan Penutup 313 Pasal 14

14/22/PBI/2012 Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (4) (Paragraf 301 Kodifikasi ini) mulai berlaku bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah pada tahun 2014.

314 Pasal 15 14/22/PBI/2012 SE 15/35/DPAU 2013 Romawi IX

Ketentuan lebih lanjut dari Peraturan Bank Indonesia ini diatur dalam Surat Edaran Bank Indonesia. A. Pelaporan mengenai pencapaian realisasi pemberian Kredit atau

Pembiayaan UMKM melalui kerjasama pola executing sebagaimana dimaksud pada Lampiran 2 (Lampiran 64 Kodifikasi ini), disampaikan dalam bentuk hardcopy kepada : Departemen Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM Jl. M.H. Thamrin No. 2 Jakarta 10350 dengan tembusan kepada : a. Departemen Pengawasan Bank terkait, Jl. M.H. Thamrin No. 2 Jakarta

10350, bagi Bank Umum yang berkantor pusat di wilayah kerja kantor pusat Bank Indonesia;

b. Kantor Perwakilan Bank Indonesia setempat, bagi Bank Umum yang berkantor pusat selain di wilayah kerja kantor pusat Bank Indonesia.

B. Pelaporan mengenai rencana pelatihan dan pelaksanaan pelatihan kepada pelaku UMKM yang dilakukan oleh Bank Umum sebagaimana dimaksud pada Lampiran 4 dan Lampiran 5 (Lampiran 66 dan Lampiran 67 Kodifikasi ini), disampaikan dalam bentuk hardcopy kepada : a. Departemen Pengawasan Bank terkait, Jl. M.H. Thamrin No. 2 Jakarta

10350, bagi Bank Umum yang berkantor pusat di wilayah kerja kantor pusat Bank Indonesia;

b. Kantor Perwakilan Bank Indonesia setempat, bagi Bank Umum yang berkantor pusat selain di wilayah kerja kantor pusat Bank Indonesia.

dengan tembusan kepada : Departemen Pengembangan Akses Keuangan dn UMKM Jl. M.H. Thamrin No. 2 Jakarta 10350

Kredit Pemilikan Rumah Sederhana dan Kredit Pemilikan Rumah Sangat Sederhana

BAB I Ketentuan Umum 315 Pasal 1

31/93/KEP/DIR 1998

1. Bank Pemberi Kredit, yang selanjutnya disebut Bank, adalah bank umum sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan dan memenuhi persyaratan dalam Surat Keputusan ini.

2. Rumah Sederhana, yang selanjutnya disebut RS, adalah rumah sederhana tidak bersusun dengan luas lantai bangunan 18 m2 (T-18), 21m2 (T-21),

Page 143: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset · Rangka Kredit Program Pada Masa Peralihan ... Rekam Jejak Regulasi Kredit dan Pembiayaan Modal Kerja Bank ... Contoh Perhitungan Imbalan

Asset Kredit Likuiditas Bank Indonesia

121

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

27m2 (T-27), dan 36m2 (T-36), sekurang-kurangnya memiliki kamar mandi dengan WC dan ruang serba guna, yang dibangun diatas tanah dengan luas kavling 60m2 sampai dengan 200m2 dengan biaya pembangunan per m2 tertinggi untuk pembangunan rumah dinas tipe C yang berlaku.

3. Rumah Sangat Sederhana, yang selanjutnya disebut RSS, adalah rumah tidak bersusun dengan luas lantai 21m2 (T-21), 27m2 (T-27), dan 36m2 (T-36) dan sekurang-kurangnya memiliki kamar mandi dengan WC dan ruang serbaguna, dengan biaya pembangunan per m2 sekitar setengah dari biaya pembangunan per m2 tertinggi untuk RS.

4. Kredit Pemilikan Rumah Sederhana dan Kredit Pemilikan Rumah Sangat Sederhana, yang selanjutnya disebut KPRS dan KPRSS, adalah kredit yang diberikan kepada masyarakat oleh Bank untuk membiayai pemilikan RS atau RSS.

BAB II Ketentuan KPRS dan KPRSS 316 Pasal 2

31/93/KEP/DIR 1998

(1) KPRS dan KPRSS hanya dapat digunakan untuk membiayai : a. RS T-18, T-21, T-27, dan T-36; dan b. RSS T-21, T-27, dan T-36.

(2) Jumlah unit RS dan atau RSS dalam satu lokasi minimal terdiri dari 15 (lima belas) unit.

(3) RS dan RSS yang dapat dibiayai adalah rumah siap huni yang berlokasi di areal yang diperuntukkan bagi pemukiman yang telah memiliki izin lokasi dan bukti penguasaan tanah, disertai gambar rinci dan Izin mendirikan Bangunan (IMB).

317 Pasal 3 31/93/KEP/DIR 1998

Pemohon yang boleh mengajukan KPRS atau KPRSS, adalah pemohon yang memenuhi persyaratan sebagai berikut: a. belum memiliki rumah; b. rumah yang dibeli harus ditempati sendiri; dan c. selama kredit belum lunas, rumah tidak dapat dipindahtangankan kepada

pihak lain tanpa persetujuan Bank.

318 Pasal 4 31/93/KEP/DIR 1998 SE 9/18/BKr 2007 No. 4

Maksimum penghasilan keluarga per bulan yang disesuaikan dengan tipe rumah yang akan dibeli dan menurut wilayah, mengikuti ketentuan sebagaimana diatur dalam Surat Keputusan Menteri Negara Perumahan Rakyat dan Pemukiman. Besarnya batas penghasilan, maksimum harga jual rumah dan jumlah Kredit Pemilikan Rumah mengacu kepada Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat.

BAB III Syarat, Tugas, dan Fungsi Bank Pemberi KPRS dan KPRSS 319 Pasal 5

31/93/KEP/DIR 1998

Bank yang dapat memberikan KPRS dan KPRSS adalah Bank yang memenuhi persyaratan sebagai berikut : a. tingkat kesehatannya sekurang-kurangnya tergolong cukup sehat, kecuali

ditentukan lain oleh Direksi Bank Indonesia; dan b. telah mendapat persetujuan dari Bank Indonesia sebagai bank pemberi

KPRS dan atau KPRSS.

Page 144: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset · Rangka Kredit Program Pada Masa Peralihan ... Rekam Jejak Regulasi Kredit dan Pembiayaan Modal Kerja Bank ... Contoh Perhitungan Imbalan

Asset Kredit Likuiditas Bank Indonesia

122

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

320 Pasal 6 31/93/KEP/DIR 1998

(1) Tugas dan fungsi Bank dalam pemberian KPRS dan KPRSS adalah : a. menyalurkan, mengawasi penggunaan, menagih pengembalian, dan

mengadministrasikan KPRS dan KPRSS, dan b. melakukan pengawasan dan pemenuhan persyaratan KPRS dan KPRSS.

(2) Bank bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud ayat (1) dan atas risiko pengembalian KPRS dan KPRSS secara penuh.

321 Pasal 7 31/93/KEP/DIR 1998

(1) Bank wajib melakukan penilaian atas pembangunan RS dan RSS sesuai dengan pedoman teknis yang dikeluarkan instansi terkait.

(2) Penilaian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dapat dilakukan melalui kerjasama dengan konsultan penilai atau perusahaan penilai.

(3) Laporan Pemeriksaan Akhir (LPA) yang telah disetujui oleh Bank dapat dijadikan dasar penandatanganan akad kredit antara Bank dengan debitur.

BAB IV Persyaratan KPRS dan KPRSS 322 Pasal 8

31/93/KEP/DIR 1998 SE 9/18/BKr 2007 No. 4

Maksimum harga jual dan jumlah maksimum KPRS dan KPRSS untuk masing-masing wilayah, mengikuti ketentuan sebagaimana diatur dalam Surat Keputusan Menteri Negara Perumahan Rakyat dan Pemukiman. Besarnya batas penghasilan, maksimum harga jual rumah dan jumlah Kredit Pemilikan Rumah mengacu kepada Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat.

323 Pasal 9 31/93/KEP/DIR 1998 SE 9/18/BKr 2007 No. 1A

(1) Suku bunga KPRS T-18 dan T-21 ditetapkan sebesar 11% (sebelas perseratus) setahun, sedangkan KPRS T-27 dan T-36 ditetapkan sebesar 14% (empat belas perseratus) setahun, dan tidak bunga berbunga.

(2) Suku bunga KPRSS ditetapkan sebesar 8,5% (delapan setengah perseratus) per tahun.

(3) Suku bunga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), sewaktu-waktu dapat diubah oleh Bank Indonesia.

(4) Apabila terjadi perubahan suku bunga, maka perubahan tersebut hanya diberlakukan terhadap kredit-kredit yang disetujui sejak tanggal diberlakukan perubahan suku bunga dimaksud.

(5) Perubahan suku bunga sebagaimana dimaksud pada ayat (3), akan diatur dalam Surat Edaran Bank Indonesia.

Perubahan suku bunga sebagaimana diatur pada Pasal 9 ayat (5) Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 31/93/KEP/DIR tanggal 9 September 1998 mengacu kepada Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat.

324 Pasal 10 31/93/KEP/DIR 1998

Uang muka untuk KPRSS, KPRS T-18, dan KPRS T-21 ditetapkan sekurang-kurangnya sebesar 10% (sepuluh perseratus) dari harga jual, sedangkan uang muka untuk KPRS T-27 dan KPRS T-36 ditetapkan sekurang-kurangnya sebesar 20% (dua puluh perseratus) dari harga jual.

325 Pasal 11 31/93/KEP/DIR 1998

Jangka waktu KPRS dan KPRSS maksimum selama 20 (dua puluh) tahun terhitung sejak tanggal penandatanganan akad kredit antara Bank dengan debitur.

Page 145: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset · Rangka Kredit Program Pada Masa Peralihan ... Rekam Jejak Regulasi Kredit dan Pembiayaan Modal Kerja Bank ... Contoh Perhitungan Imbalan

Asset Kredit Likuiditas Bank Indonesia

123

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

326 Pasal 12 31/93/KEP/DIR 1998

Atas pemberian KPRS dan KPRSS, Bank tidak diperkenankan memungut Commitment fee.

327 Pasal 13 31/93/KEP/DIR 1998

Jaminan kredit ditetapkan sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 8 Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan.

BAB V Persyaratan Kredit Likuiditas Bank Indonesia (KLBI) 328 Pasal 14

31/93/KEP/DIR 1998 SE 9/18/BKr 2007 No. 1

(1) Pangsa KLBI untuk pembiayaan KPRS dan KPRSS ditetapkan sebagai berikut: a. untuk KPRS T-18 dan KPRS T-21 sebesar 60% (enam puluh per seratus); b. untuk pembiayaan KPRS T-27 dan KPRS T-36 sebesar 62,5% (enam

puluh dua setengah per seratus); dan c. untuk pembiayaan KPRSS sebesar 67,5% (enam puluh tujuh setengah

per seratus). (2) Pangsa KLBI sebagaimana dimaksud pada ayat (1), sewaktu-waktu dapat

diubah oleh Bank Indonesia. (3) Perubahan pangsa KLBI sebagaimana dimaksud pada ayat (2), akan diatur

dalam Surat Edaran Bank Indonesia. a. Pangsa pendanaan Kredit Likuiditas Bank Indonesia dan dana

Bank ditetapkan:

KELOMPOK SASARAN

Pangsa KLBI Pangsa Bank

I 65% 35%

II 85% 15%

III 100% 0%

b. Perubahan pangsa KLBI sebagaimana dimaksud pada butir a hanya

diberlakukan terhadap kredit-kredit yang merupakan penyaluran kembali (relending) yang disetujui sejak tanggal diberlakukannya ketentuan ini (29 Agustus 2007).

329 Pasal 15 31/93/KEP/DIR 1998

(1) Suku bunga KLBI ditetapkan sebagai berikut : a. untuk KPRS T-18 dan T-21 sebesar 3% (tiga perseratus) per tahun; b. untuk KPRS T-27 dan T-36 sebesar 9% (sembilan perseratus) per tahun;

dan c. untuk KPRSS sebesar 3% (tiga perseratus) per tahun.

(2) Suku bunga uang muka KLBI ditetapkan sebesar 3% (tiga perseratus). (3) Bunga KLBI dan uang muka KLBI dihitung dan dibebankan setiap bulan. (4) Suku bunga KLBI dan uang muka KLBI sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dan ayat (2), sewaktu-waktu dapat diubah oleh Bank Indonesia. (5) Perubahan suku bunga KLBI dan uang muka KLBI sebagaimana dimaksud

pada ayat (4), akan diatur dalam Surat Edaran Bank Indonesia.

330 Pasal 16 31/93/KEP/DIR 1998

(1) Jangka waktu KLBI ditetapkan maksimum 21 (dua puluh satu) tahun, terhitung sejak awal tahun anggaran penyediaan plafon KLBI.

(2) Jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1), tidak dapat

Page 146: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset · Rangka Kredit Program Pada Masa Peralihan ... Rekam Jejak Regulasi Kredit dan Pembiayaan Modal Kerja Bank ... Contoh Perhitungan Imbalan

Asset Kredit Likuiditas Bank Indonesia

124

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

diperpanjang kecuali ditentukan lain oleh Direksi Bank Indonesia.

BAB VI Tata Cara Penyediaan Plafon KLBI 331 Pasal 17

31/93/KEP/DIR 1998

Permohonan penyediaan plafon KLBI diajukan sebagai berikut : a. bagi Bank yang berkantor pusat di wilayah DKI Jakarta,

Kabupaten/Kotamadya Serang, Pandeglang, Lebak, Tangerang, Bogor, Karawang, dan Bekasi, disampaikan kepada Kantor Pusat Bank Indonesia; dan

b. bagi Bank yang berkantor pusat di luar wilayah sebagaimana dimaksud pada huruf a, disampaikan kepada Kantor Pusat Bank Indonesia melalui Kantor Bank Indonesia yang mewilayahinya.

332 Pasal 18 31/93/KEP/DIR 1998

(1) Permohonan plafon KLBI didasarkan atas rencana pemberian KPRS dan KPRSS selama satu tahun anggaran (1 April sampai dengan 31 Maret), dengan melampirkan Formulir Permohonan Penyediaan Plafon KLBI sebagaimana dimaksud dalam Lampiran 1 Surat Keputusan ini (Lampiran 68 Kodifikasi ini).

(2) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), sudah diterima Bank Indonesia selambat-lambatnya pada akhir bulan Januari sebelum dimulainya tahun anggaran.

333 Pasal 19 31/93/KEP/DIR 1998

Dalam hal menurut penilaian Bank Indonesia permohonan plafon KLBI sebagaimana dimaksud pada Pasal 17 (Paragraf 331 Kodifikasi ini) dapat disetujui, maka Bank Indonesia akan membuat Surat Persetujuan Kredit Likuiditas (SPK) dan Surat Perjanjian Kredit (Akte F).

334 Pasal 20 31/93/KEP/DIR 1998

(1) Atas penyediaan plafon KLBI, Bank wajib menerbitkan Surat Aksep sejumlah plafon tersebut yang ditandatangani oleh pejabat yang berwenang di atas materai yang cukup sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

(2) Surat Aksep sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diperbaharui setiap tahun sampai dengan jangka waktu KLBI berakhir.

335 Pasal 21 31/93/KEP/DIR 1998

(1) Bank dikenakan provisi sebesar 1‰ (satu perseribu) dari jumlah plafon KLBI.

(2) Provisi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dibayar setiap terjadi penyediaan plafon KLBI, baik plafon baru maupun plafon tambahan.

336 Pasal 22 31/93/KEP/DIR 1998

Plafon KLBI yang telah disediakan harus sudah direalisasikan salama tahun anggaran yang bersangkutan, dan sisa plafon KLBI yang tidak direalisasikan pada akhir tahun anggaran dinyatakan tidak berlaku.

BAB VII Tata Cara Pelimpahan dan Pelunasan KLBI 337 Pasal 23

31/93/KEP/DIR 1998

(1) Untuk mendapat pelimpahan KLBI, Bank wajib menyampaikan terlebih dahulu warkat kredit berupa tembusan SPK yang ditandatangani di atas meterai, Akte F, dan Surat Aksep yang telah ditandatangani oleh pajabat yang berwenang.

(2) Untuk menampung pelimpahan dana KLBI sebagaimana disebutkan pada ayat (1), Kantor Pusat Bank Indonesia atau Kantor Bank Indonesia setempat akan membuka rekening KLBI untuk masing-masing Bank dan

Page 147: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset · Rangka Kredit Program Pada Masa Peralihan ... Rekam Jejak Regulasi Kredit dan Pembiayaan Modal Kerja Bank ... Contoh Perhitungan Imbalan

Asset Kredit Likuiditas Bank Indonesia

125

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

masing-masing jenis kredit termasuk rekening untuk uang muka KLBI.

338 Pasal 24 31/93/KEP/DIR 1998 Ayat (1) SE 13/31/UK 1998 No. 2 Pasal 24 31/93/KEP/DIR 1998 Ayat (2) – (3)

(1) Apabila kantor pusat Bank telah menyelesaikan warkat kredit sebagaimana dimaksud pada Pasal 23 ayat (1) (Paragraf 337 Kodifikasi ini), maka kantor pusat Bank dapat mengajukan permohonan penarikan uang muka KLBI maksimum sebesar 10% (sepuluh perseratus) dari plafon awal yang disetujui Bank Indonesia. Dalam rangka mempercepat proses pemberian KPRS/KPRSS, Bank Indonesia terlebih dahulu memberikan uang muka KLBI sebesar maksimum 10% dari plafon awal yang disetujui, dan untuk selanjutnya bank dapat mengajukan reimburse atas realisasi KPRS/KPRSS yang telah diberikan kepada debitur.

(2) Dalam hal Bank mengajukan tambahan plafon KLBI, maka tambahan plafon

KLBI tersebut tidak mempengaruhi jumlah uang muka KLBI. (3) Pada akhir tahun anggaran, uang muka KLBI akan ditarik seluruhnya oleh

Bank Indonesia.

339 Pasal 25 31/93/KEP/DIR 1998

(1) Atas dasar permohonan penarikan uang muka KLBI sebagaimana dimaksud pada Pasal 24 ayat (1) (Paragraf 338 Kodifikasi ini), Bank Indonesia akan melimpahkan uang muka KLBI dengan cara pemindahbukuan.

(2) Selanjutnya, Bank dapat mengajukan permohonan reimburs atas pemberian KPRS dan KPRSS kepada Bank Indonesia setelah Bank menyampaikan Daftar Realisasi KPRS dan KPRSS dengan menggunakan formulir sebagaimana dimaksud dalam Lampiran 2 dan Lampiran 2a sampai dengan Lampiran 2g Surat Keputusan ini (Lampiran 69 dan Lampiran 69a sampai dengan Lampiran 69g Kodifikasi ini).

(3) Daftar Realisasi KPRS dan KPRSS sebagaiman dimaksud pada ayat (2), harus sudah diterima Bank Indonesia selambat-lambatnya tanggal 20 setelah akhir bulan laporan, yaitu Daftar Realisasi KPRS dan KPRSS bulan April harus sudah diterima selambat-lambatnya tanggal 20 Juni, dan seterusnya.

(4) Pelaksanaan reimburs atas pemberian KPRS dan KPRSS sebagaimana dimaksud ayat (2), dilakukan satu kali untuk setiap bulan, dan pelimpahan KLBI didasarkan atas tersedianya kelonggaran tarik terhadap plafon KLBI yang masih tersedia.

340 Pasal 26 31/93/KEP/DIR 1998

(1) Angsuran atau pelunasan KLBI ditetapkan oleh Bank Indonesia atas dasar usulan Bank dengan memperhatikan jadwal angsuran debitur dan jatuh tempo, yaitu setiap akhir semester takwim (akhir Juni dan akhir Desember).

(2) Angsuran KLBI sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan selambat-lambatnya pada minggu pertama awal bulan berikutnya dengan cara membebani rekening giro Bank pada Bank Indonesia.

(3) Dalam hal terjadi pembatalan atau pelunasan dini kredit oleh debitur kepada Bank, Bank wajib mengembalikan kelebihan KLBI kepada Bank Indonesia selambat-lambatnya pada akhir bulan terjadinya pembatalan atau pelunasan dini kredit tersebut.

Page 148: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset · Rangka Kredit Program Pada Masa Peralihan ... Rekam Jejak Regulasi Kredit dan Pembiayaan Modal Kerja Bank ... Contoh Perhitungan Imbalan

Asset Kredit Likuiditas Bank Indonesia

126

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

BAB VIII Sanksi 341 Pasal 27

31/93/KEP/DIR 1998 Ayat (1) SE 13/31/UK 1998 No. 3 Pasal 27 31/93/KEP/DIR 1998 Ayat (2)

(1) Dalam hal jumlah reimburs yang diajukan Bank kepada Bank Indonesia setiap bulan kurang dari jumlah uang muka KLBI yang telah dilimpahkan, maka atas uang muka KLBI yang tidak direalisasikan tersebut, Bank dikenakan suku bunga berbeda. Dalam hal jumlah reimburs yang diajukan oleh bank kurang dari uang muka KLBI yang telah dilimpahkan, maka atas uang muka KLBI yang tidak direalisasikan tersebut, bank akan dikenakan sanksi berupa pengenaan suku bunga berbeda, yaitu suku bunga deposito 1 (satu) bulan yang berlaku pada bank yang bersangkutan.

(2) Pengenaan suku bunga berbeda sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diatur sebagai berikut : a. untuk bulan pada saat terjadinya pelimpahan uang muka, penggenaan

suku bunga berbeda didasarkan pada suku bunga deposito 1 (satu) bulan yang berlaku pada Bank yang bersangkutan pada saat tanggal pelimpahan uang muka KLBI, dan dihitung sejak tanggal pelimpahan uang muka sampai dengan akhir bulan yang bersangkutan; dan

b. untuk bulan-bulan selanjutnya, pengenaan suku bunga berbeda didasarkan pada suku bunga deposito 1 (satu) bulan yang berlaku pada Bank yang bersangkutan pada saat awal bulan, dan dihitung sejak tanggal 1 sampai dengan tanggal terakhir pada bulan yang bersangkutan.

342 Pasal 28 31/93/KEP/DIR 1998

(1) Dalam hal sampai dengan batas waktu pengembalian kelebihan KLBI sebagaimana dimaksud pada Pasal 26 ayat (3) (Paragraf 340 Kodifikasi ini) dilampaui, maka atas kelebihan KLBI tersebut, Bank dikenakan bunga sebesar tingkat suku bunga deposito 1 (satu) bulan yang berlaku pada Bank yang bersangkutan pada saat terjadinya pembatalan atau pelunasan dini kredit oleh debitur.

(2) Pengenaan bunga sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dihitung sejak tanggal terjadinya pembatalan atau pelunasan dini kredit sampai tanggal penarikan kembali KLBI oleh Bank Indonesia.

BAB IX Laporan 343 Pasal 29

31/93/KEP/DIR 1998 SE 9/18/BKr 2007 No. 2A

(1) Bank wajib menyampaikan Laporan Pemberian KPRS dan KPRSS dengan menggunakan format laporan sebagaimana dimaksud dalam Lampiran 3 Surat Keputusan ini (Lampiran 70 Kodifikasi ini).

(2) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), sudah diterima Bank Indonesia selambat-lambatnya tanggal 20 setelah akhir bulan laporan. Pelaporan Pelunasan Dini :

a. Dalam hal terjadi pelunasan dini kredit oleh debitur kepada bank sebagaimana diatur pada Pasal 26 Ayat (3) Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 31/93/KEP/DIR tanggal 9 September 1998 (Paragraf 340 Kodifikasi ini), bank wajib menyampaikan laporan pelunasan dini kredit tersebut dengan menggunakan format laporan sebagaimana dimaksud pada Lampiran 1 Surat Edaran ini (Lampiran 72 Kodifikasi ini).

Page 149: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset · Rangka Kredit Program Pada Masa Peralihan ... Rekam Jejak Regulasi Kredit dan Pembiayaan Modal Kerja Bank ... Contoh Perhitungan Imbalan

Asset Kredit Likuiditas Bank Indonesia

127

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

b. Dalam hal terjadi pelunasan dini kredit sebagaimana dimaksud pada butir a, bank dapat mengajukan permohonan penyesuaian jadwal angsuran kredit likuiditas kepada Bank Indonesia. Permohonan tersebut diajukan selambat-lambatnya akhir bulan Mei untuk periode angsuran Juni, dan pada akhir bulan November untuk periode angsuran Desember.

c. Penyesuaian jadwal angsuran sebagaimana dimaksud pada butir b ditetapkan oleh Bank Indonesia secara semesteran. Penyesuaian jadwal angsuran tersebut didasarkan kepada baki debet kredit likuiditas yang tercatat di Bank Indonesia.

d. Dalam hal bank tidak mengajukan permohonan penyesuaian jadwal angsuran kredit likuiditas sebagaimana dimaksud pada butir b, maka Bank Indonesia akan mengkompensir pada angsuran terakhir pada jadwal angsuran.

BAB X Ketentuan Peralihan 344 Pasal 30

31/93/KEP/DIR 1998 SE 13/31/UK 1998 No. 5 SE 9/18/BKr 2007 No. 6

KLBI KPRS dan KPRSS yang telah disediakan sebelum dikeluarkannya Surat Keputusan ini tetap berlaku sesuai dengan SPK yang bersangkutan. Pangsa RDI dan biaya administrasi RDI tetap mengacu pada surat Menteri Keuangan No. S-294/MK.017/1997 tanggal 11 Juni 1997 perihal Pendanaan Program KP-RS/RSS Pelita VI, sebagaimana tercantum dalam Lampiran 2 Surat Edaran ini (Lampiran 71 Kodifikasi ini). Ketentuan angka 1 sampai dengan 4 (Paragraf 328, Paragraf 323, Paragraf 338, Paragraf 343, Paragraf 341, Paragraf 318, dan Paragraf 322) berlaku untuk PT. BTN (Persero) selaku bank yang melakukan penyaluran kembali (relending) kredit skim KPRS dan KPRSS, sedangkan untuk bank lain yang menyalurkan KPRS/KPRSS hanya berlaku ketentuan sebagaimana dimaksud pada angka 3 (Paragraf 341 Kodifikasi ini).