Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset - bi.go.id dan... · Lampiran 16 : Contoh Perhitungan...

136
Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK) dan Prinsip Kehati-Hatian dalam Kegiatan Penyertaan Modal

Transcript of Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset - bi.go.id dan... · Lampiran 16 : Contoh Perhitungan...

Page 1: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset - bi.go.id dan... · Lampiran 16 : Contoh Perhitungan Potential Future Credit Exposure Hal. 140 ... Pada Komputer yang Sudah Ter-install Aplikasi

Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia

Aset Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK) dan Prinsip Kehati-Hatian dalam Kegiatan Penyertaan Modal

Page 3: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset - bi.go.id dan... · Lampiran 16 : Contoh Perhitungan Potential Future Credit Exposure Hal. 140 ... Pada Komputer yang Sudah Ter-install Aplikasi

Tim Penyusun Ramlan Ginting

Siti Astiyah Gantiah Wuryandani

Wahyu Yuwana Hidayat Komala Dewi

Wirza Ayu Novriana Indri Triyana

Ristia Icha Pramesi

Pusat Riset dan Edukasi Bank Sentral (PRES) Bank Indonesia Telp: 021 28917321 Fax.: 021 2311580 email: [email protected] Hak Cipta © 2013, Bank Indonesia 2013

Kodifikasi Peraturan Perbankan Indonesia

Aset Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK) dan Prinsip Kehati-hatian dalam Kegiatan Penyertaan Modal

Page 4: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset - bi.go.id dan... · Lampiran 16 : Contoh Perhitungan Potential Future Credit Exposure Hal. 140 ... Pada Komputer yang Sudah Ter-install Aplikasi

Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal

i

DAFTAR ISI

Paragraf Halaman

Daftar Isi Hal. i – v

Rekam Jejak Regulasi Batas Maksimum Pemberian Kredit Hal. vi Rekam Jejak Regulasi Prinsip Kehati-hatian dalam Kegiatan Penyertaan Modal

Hal. vii

Dasar Hukum Hal. viii

Regulasi Terkait Hal. viii – x

Regulasi Bank Indonesia Hal. x

Batas Maksimum Pemberian Kredit Bank Umum

Ketentuan Umum Par. 1 – 3 Hal. 1 – 6

BMPK Kepada Pihak Terkait Par. 4 – 10 Hal. 6 – 19

BMPK Kepada Pihak Tidak Terkait Par. 11 – 12 Hal. 19 – 22

Perhitungan BMPK Par. 13 – 22 Hal. 22 – 33

Kredit Par. 13 Hal. 22 – 23

Surat Berharga Par. 14 – 17 Hal. 23 – 25

Derivatif Kredit (Credit Derivative) Par. 18 Hal. 25 – 28

Tagihan Akseptasi Par. 19 Hal. 28 – 29

Transaksi Rekening Administratif Par. 20 Hal. 29

Transaksi Derivatif Par. 21 Hal. 29 – 32

Penyertaan Par. 22 Hal. 32 – 33

Pelampauan BMPK Par. 23 Hal. 33 – 35

Penyelesaian Pelanggaran dan Pelampauan BMPK Par. 24 – 26 Hal. 35 – 36

Pengecualian Par. 27 – 43 Hal. 36 – 49

Pelaporan Par. 44 Hal. 49

Ketentuan Lain Par. 45 – 46 Hal. 49 – 50

Sanksi Par. 47 – 48 Hal. 50 – 51

Batas Maksimum Pemberian Kredit Bank Perkreditan Rakyat

Ketentuan Umum Par. 49 – 51 Hal.51 – 59

Dasar Perhitungan BMPK Par. 52 Hal. 59

BMPK Kepada Pihak Terkait Par. 53 – 56 Hal. 59 – 61

BMPK Kepada Pihak Tidak Terkait Par. 57 – 58 Hal. 62 – 64

Pelampauan BMPK Par. 59 Hal. 64 – 65

Penyelesaian Pelanggaran dan/atau Pelampauan Par. 60 – 62 Hal. 65 – 68

Pengecualian Par. 63 – 65 Hal. 68 – 71

Tata Cara Penyampaian Laporan BMPK dan Koreksi Laporan BMPK Par. 66 – 71 Hal. 71 – 76

Ketentuan Lain Par. 72 – 73 Hal. 76 – 77

Sanksi Par. 74 Hal. 77 – 79

Keadaan Memaksa (Force Majeure) Par. 75 Hal. 79 – 80

Page 5: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset - bi.go.id dan... · Lampiran 16 : Contoh Perhitungan Potential Future Credit Exposure Hal. 140 ... Pada Komputer yang Sudah Ter-install Aplikasi

Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal

ii

Batas Maksimum Penyaluran Dana Bank Pembiayaan Rakyat Syariah

Ketentuan Umum Par. 76 – 78 Hal. 80 – 85

Dasar Perhitungan BMPD Par. 79 Hal. 85 – 86

BMPD Kepada Pihak Terkait Par. 80 – 83 Hal. 86 – 88

BMPD Kepada Pihak Tidak Terkait Par. 84 – 85 Hal. 88 – 90

Pelampauan BMPD Par. 86 Hal. 90 – 92

Penyelesaian Pelanggaran dan/atau Pelampauan BMPK Par. 87 – 89 Hal. 92 – 94

Pengecualian Par. 90 – 92 Hal. 95 – 98

Tatacara Penyampaian Laporan BMPD dan Koreksi Laporan BMPD Par. 93 – 98 Hal. 98 – 102

Ketentuan Lain Par. 99 – 103 Hal. 103 – 106

Sanksi Par. 104 Hal. 106 – 108

Keadaan Memaksa (Force Majeure) Par. 105 Hal. 108

Prinsip Kehati-hatian dalam Kegiatan Penyertaan Modal

Ketentuan Umum Par.106 Hal. 108 – 109

Ruang lingkup dan Persyaratan Penyertaan Modal Par.107 – 115 Hal. 109 – 112

Tata Cara Pengajuan dan Persetujuan Penyertaan Modal Par.116 – 120 Hal. 113 – 116

Pelampauan Batasan Penyertaan Modal Sesuai BUKU Par. 121 Hal. 116 – 117

Divestasi Penyertaan Modal dan Penyertaan Modal Sementara Par. 122 – 126 Hal. 117 – 119

Penyertaan Modal oleh Perusahaan Anak Par.127 – 128 Hal. 119 – 121

Alamat Pelaporan Par.129 Hal. 121

Perlakuan Akuntansi dan Kualitas Penyertaan Modal dan Penyertaan Modal Sementara

Par. 130 – 131 Hal. 121

Transparansi dan Pengelolaan Penyertaan Modal dan Penyertaan Modal Sementara

Par. 132 – 133 Hal. 121 – 122

Lain-Lain Par.134 – 137 Hal. 122 – 123

Sanksi Par. 138 Hal. 123

Ketentuan Peralihan Par. 139 Hal. 123

Lampiran Hal. 124 – 294

Lampiran 1 : Pengendali Bank Hal. 124

Lampiran 2 : Pengendali Bank Secara Bersama-sama Hal. 125

Lampiran 3 : Perusahaan yang Dikendalikan Bank Hal. 126

Lampiran 4 : Pengendali Lain Hal. 127

Lampiran 5 : Perusahaan Afiliasi Hal. 128

Lampiran 6 : Kontrak Investasi Kolektif Hal. 129

Lampiran 7 : Peminjam-Peminjam dalam Satu Pengendalian Hal. 130

Lampiran 8 : Hubungan Kepengurusan Hal. 131

Lampiran 9 : Contoh Perhitungan BMPK Peminjam Bukan Pihak Terkait

Hal. 132

Lampiran 10 : Pembelian Tagihan/Kredit Hal. 133

Lampiran 11 : Transaksi Repo Hal. 134

Lampiran 12 : Transaksi Efek Beragun Aset Hal. 135 – 136

Lampiran 13 : Contoh Transaksi Reksadana Hal. 137

Lampiran 14 : Credit Default Swap Hal. 138

Lampiran 15 : Total Return Swap Hal. 139

Page 6: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset - bi.go.id dan... · Lampiran 16 : Contoh Perhitungan Potential Future Credit Exposure Hal. 140 ... Pada Komputer yang Sudah Ter-install Aplikasi

Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal

iii

Lampiran 16 : Contoh Perhitungan Potential Future Credit Exposure Hal. 140 – 141

Lampiran 17 : Contoh Perhitungan Potential Future Credit Exposure untuk Transaksi yang Dilengkapi Perjanjian Saling Hapus

Hal. 142 – 143

Lampiran 18 : Contoh Perhitungan BMPK Penyediaan Dana yang Dijamin Prime Bank

Hal. 144 – 145

Lampiran 19 : Contoh Penyediaan Dana Kepada Anak Perusahaan Hal. 146 – 147

Lampiran 20 : Contoh Penyediaan BMPK secara Konsolidasi Hal. 148 – 151

Lampiran 21 : Contoh Penyediaan Dana Kepada BUMN Hal. 152 – 153

Lampiran 22 : Contoh Pengelompokan Peminjam Dalam Beberapa Kelompok Peminjam

Hal. 154 – 155

Lampiran 23 : Contoh Kelompok Peminjam Karena Terdapat Penjaminan

Hal. 156 – 157

Lampiran 24 : Pedoman Penyusunan Laporan Batas Maksimum Pemberian Kredit Bank Perkreditan Rakyat

Hal. 158 – 177

Halaman Judul Hal 158

Bab I Penjelasan Umum Hal. 159 – 160

Bab II Laporan BMPK Hal. 161 – 177

II.1.1 Laporan Penyediaan Dana Pihak Terkait Hal. 161

II.1.2 Penjelasan LaporanPenyediaan Dana Pihak Terkait Hal. 162 – 166

II.2.1 Laporan Pelanggaran BMPK Pihak Tidak Terkait Hal. 167

II.2.2 Penjelasan Laporan Pelanggaran BMPK Pihak Tidak Terkait Hal. 168 – 171

II..3.1 Laporan Pelampauan BMPK Hal. 172

II.3.2 Penjelasan Laporan Pelampauan BMPK Hal. 173 – 177

Lampiran 25 : Petunjuk Teknis Aplikasi Data Entry Laporan Batas Maksimum Pemberian Kredit Bank Perkreditan Rakyat

Hal. 178 – 236

Halaman Judul Hal. 178

Bab I Pendahuluan Hal. 179 – 182

1.1. Konfigurasi S/W dan H/W Minimum Hal. 179

1.2. Penjelasan Umum Hal. 180 – 182

1.2.1. Struktur Menu Sistem Hal. 180

1.2.2. Masukan dan Keluaran Hal. 180 – 182

Bab II Instalasi Hal. 183 – 197

2.1. Pada Komputer yang Sudah Ter-install Aplikasi Laporan Bulanan Versi 02.02

Hal. 183 – 195

2.1.1. Backup Data Hal. 183 – 185

2.1.2. Uninstall Aplikasi yang Ada Hal. 185 – 188

2.1.3. Instalasi Aplikasi Versi 03.02 Hal. 189 – 192

2.1.4. Me-restore Data yang telah Di-backup Hal. 192 – 195

2.2. Pada Komputer yang Belum Ada Aplikasi Laporan Bulanan Hal. 195 – 197

Bab III Petunjuk Teknis Hal. 198 – 209

3.1. Menggunakan Aplikasi Laporan Berkala Pertama Kali Hal. 198 – 208

3.1.1. Inisialisasi Data Pokok Hal. 198 – 199

3.1.2. Login ke Sistem Hal. 199 – 200

3.1.3. Pembuatan Otoritas Pemakai Hal. 200 – 203

3.1.4. Mengubah Password Hal. 203 – 204

3.1.5. Inisialisasi Data Laporan Hal. 204 – 208

Page 7: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset - bi.go.id dan... · Lampiran 16 : Contoh Perhitungan Potential Future Credit Exposure Hal. 140 ... Pada Komputer yang Sudah Ter-install Aplikasi

Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal

iv

3.2. Sistem Hal. 208 – 209

3.2.1. Login Hal. 208 – 209

3.2.2. Logout Hal. 209

3.2.3. Keluar Hal. 209

Bab IV Laporan BMPK Hal. 210 – 236

4. 1. Data Entry Hal. 210 – 221

4.1.1. Entry Kelompok Debitur Hal. 210 – 211

4.1.2. Penyediaan Dana Pihak Terkait Hal. 211 – 215

4.1.3. Pelanggaran BMPK Pihak Tidak Terkait Hal. 215 – 218

4.1.4. Pelampauan BMPK Hal. 218 – 221

4.2. Laporan Hal. 221 – 236

4.2.1. Penyediaan Dana Pihak Terkait Hal. 221 – 223

4.2.2. Pelanggaran BMPK Pihak Tidak Terkait Hal. 223 – 225

4.2.3. Pelampauan BMPK Hal. 225 – 227

4.3. Validasi Hal. 228 – 229

4.4. File Kirim Hal. 229 – 230

4.5. Export Hal. 230 – 231

4.6. Struktur Data Export Hal. 231 – 234

4.7. Import Hal. 234 – 235

4.8. Back-Up Hal. 235 – 236

4.9. Restore Hal. 236

Lampiran 26 : Petunjuk Teknis Aplikasi Web BPR Laporan Batas Maksimum Pemberian Kredit Bank Perkreditan Rakyat

Hal. 237 – 261

Halaman Judul Hal. 237

Bab I Pendahuluan Hal. 238

1.1. Konfigurasi Minimal Hal. 238

Bab II Instalasi Hal. 239 – 244

2.1. Pra-instalasi Hal. 239 – 241

2.2. Menjalankan Internet Explorer Hal. 241 – 243

2.3. Halaman Utama BPR Hal. 243 – 244

Bab III Petunjuk Teknis Hal. 245 – 261

3.1. Halaman Upload Hal. 245 – 249

3.2. Halaman Tabel Referensi Hal. 249 – 250

3.3. Halaman Laporan Hal. 250 – 256

3.4. Halaman Helpdesk Hal. 256 – 259

3.5. Halaman Berita Hal. 259 – 260

3.6. Halaman Teguran Hal. 260

3.7. Halaman Log Hal. 261

Lampiran 27 : Pedoman Penyusunan Laporan Batas Maksimum Penyaluran Dana Bank Pembiayaan Rakyat Syariah

Hal. 262 – 294

Halaman Judul Hal. 262

Kata Pengantar Hal. 263

Penjelasan Umum Hal. 264

Bab 1 Laporan Pelanggaran Batas Maksimum Penyaluran Dana (BMPD) Pihak Terkait

Hal. 265 – 272

1.1 Formulir 1 Laporan Pelanggaran BMPD Pihak Terkait Hal. 265

Page 8: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset - bi.go.id dan... · Lampiran 16 : Contoh Perhitungan Potential Future Credit Exposure Hal. 140 ... Pada Komputer yang Sudah Ter-install Aplikasi

Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal

v

1.2 Rincian Formulir 1 Laporan Pelanggaran BMPD Pihak Terkait Hal. 266 – 267

1.3 Penjelasan Formulir 1 Laporan Pelanggaran BMPD Pihak Terkait

Hal. 268 – 272

Bab 2 Laporan Penyaluran Dana Dan Pelampauan Batas Maksimum Penyaluran Dana (BMPD) Pihak Terkait

Hal. 273 – 279

2.1 Formulir 2 Laporan Penyaluran Dana dan Pelampauan BMPD Pihak Terkait

Hal. 273

2.2 Rincian Formulir 2 Laporan Penyaluran Dana dan Pelampauan BMPD Pihak Terkait

Hal. 274 – 275

2.3 Penjelasan Formulir 2 Laporan Penyaluran Dana dan Pelampauan BMPD Pihak Terkait

Hal. 276 – 279

Bab 3 Laporan Pelanggaran Batas Maksimum Penyaluran Dana (BMPD) Pihak Tidak Terkait

Hal. 280 – 287

3.1 Formulir 3 Laporan Pelanggaran BMPD Pihak Tidak Terkait Hal. 280

3.2 Rincian Formulir 3 Laporan Pelanggaran BMPD Pihak Tidak Terkait

Hal. 281 – 282

3.3 Penjelasan Formulir 3 Laporan Pelanggaran BMPD Pihak Tidak Terkait

Hal. 283 – 287

Bab 4 Laporan Pelampauan Batas Maksimum Penyaluran Dana (BMPD) Pihak Tidak Terkait

Hal. 288 – 294

4.1 Formulir 4 Laporan Pelampauan BMPD Pihak Tidak Terkait Hal. 288

4.2 Rincian Formulir 4 Laporan Pelampauan BMPD Pihak Tidak Terkait

Hal. 289 – 290

4.3 Penjelasan Formulir 4 Laporan Pelampauan BMPD Pihak Tidak Terkait

Hal. 291 – 294

Page 9: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset - bi.go.id dan... · Lampiran 16 : Contoh Perhitungan Potential Future Credit Exposure Hal. 140 ... Pada Komputer yang Sudah Ter-install Aplikasi

Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal

vi

Rekam Jejak Regulasi Batas Maksimum Pemberian Kredit

8/13/PBI/2006Batas Maksimum

Pemberian Kredit Bank Umum

7/3/PBI/2005Batas Maksimum

Pemberian Kredit Bank Umum

SE 7/14/DPNP 2005

Pasal 1,2,8,12,23(1) huruf d, 24(4),

30,37,40,40A,40B,40C

SE 31/16/UPPB

31/177/KEP/DIR/1998Batas Minimum

Pemberian Kredit Bank Umum

2/5/PBI/2000Penyediaan Dana oleh

Bank yang Dijamin Bank Lain

2/16/PBI/2000Batas Minimum

Pemberian Kredit Bank Umum

25/97/KEP/DIR/1992Penyertaan Modal dan Pemilikan Saham oleh

Bank

26/21/KEP/DIR/1993Batas Minimum

Pemberian Kredit Bank Umum

28/63/KEP/DIR/1995BMPK u/ Perusahaan

yang Sahamnya Diperdagangkan Di

Bursa Efek

13/5/PBI/2011Batas Maksimum

Penyaluran Dana BPR Syariah11/13/PBI/2009

Batas Maksimum Pemberian Kredit BPR

31/61/KEP/DIR/1998Batas Maksimum

Pemberian Kredit BPR

21/50/KEP/DIR/1988BMPK Kepada Debitur/

Debitur Grup

21/51/KEP/DIR/1988Pemberian Kredit Kepada Pengurus/Pemegang Saham

SE 11/21/DKBU 2009

SE 13/17/DPbs 2011

Pasal 15(3),15A,15B

SE 28/3 BPPPBatas Maksimum Pemberian

Kredit Untuk Perusahaan yang Sahamnya

Diperdagangkan di Bursa Efek

SE 26/8 BPPPBatas Maksimum Pemberian Kredit

SE 26/3 BPPPBatas Maksimum Pemberian Kredit

SE 25/1 BPPPPenyertaan Modal dan Pemilikan Saham oleh

Bank

Diubah

Dicabut

Terkait

PBI/KEP DIR Masih Berlaku

PBI/KEP DIR Tidak Berlaku

Keterangan :

- UU No. 32/2004 tentang Pemerintah Daerah- UU No. 33/2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat & Daerah- 5/8/PBI/2003 tentang Manajemen Resiko Bank Umum- 5/10/PBI/2003 tentang Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal- 28/119/KEP/DIR 1995 tentang Transaksi Derivatif

Regulasi Terkait

SE Masih Berlaku

SE Tidak Berlaku

Page 10: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset - bi.go.id dan... · Lampiran 16 : Contoh Perhitungan Potential Future Credit Exposure Hal. 140 ... Pada Komputer yang Sudah Ter-install Aplikasi

Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal

vii

Rekam Jejak Regulasi Prinsip Kehati-hatian dalam Kegiatan Penyertaan Modal

5/10/PBI/2003Prinsip Kehati-hatian dalam Kegiatan Penyertaan Modal

31/147/KEP/DIR/1998Kualitas Aktiva Produktif

23/66/KEP/DIR/1991Penyertaan Pada Bank dan

Lembaga Keuangan Lain diluar Negeri

- 14/26/PBI/2012 tentang Kegiatan Usaha dan Jaringan Kantor Berdasarkan Modal Inti Bank- 14/24/PBI/2012 tentang Kepemilikan Tunggal pada Perbankan Indonesia- 14/23/PBI/2012 tentang Transfer Dana - 14/15/PBI/2012 tentang Penilaian Kualitas Aset Bank Umum- 14/14/PBI/2012 tentang Transparansi dan Publikasi Laporan Bank- 14/18/PBI/2012 tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Umum- 14/8/PBI/2012 tentang Kepemilikan Saham Bank Umum

- 14/2/PBI/2012 tentang Penyelenggaraan Kegiatan APMK- 13/23/PBI/2011 tentang Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah- 8/13/PBI/2006 tentang Batas Maksimum Pemberian Kredit Bank Umum- 13/1/PBI/2011 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum- 11/25/PBI/2009 tentang Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank Umum- 11/12/PBI/2009 tentang Uang Elektronik- 32/37/KEP/DIR/1999 tentang Kantor Cabang Bank Asing- 31/51/KEP/DIR/1999 tentang Persyaratan dan Tata Cara Merger, Konsolidasi, dan Akuisisi Bank Umum- Peraturan Otoritas Perusahaan Anak tentang Penyertaan Modal

Ps 10 ayat (2)

PBI/KEP DIR Masih Berlaku

PBI/KEP DIR Tidak Berlaku

Terkait

Diubah

Keterangan :

Dicabut

Regulasi Terkait

15/11/PBI/2013Prinsip Kehati-hatian dalam Kegiatan Penyertaan Modal

Page 11: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset - bi.go.id dan... · Lampiran 16 : Contoh Perhitungan Potential Future Credit Exposure Hal. 140 ... Pada Komputer yang Sudah Ter-install Aplikasi

Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal

viii

Dasar Hukum : - Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-

Undang Nomor 10 tahun 1998 - Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan

Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004 - Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah terakhir dengan

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2009 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia Menjadi Undang-Undang

- Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah Regulasi Terkait : - Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 UU tentang Pemerintah Daerah - Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan

Daerah - Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1999 tentang Merger, Konsolidasi dan Akuisisi Bank - Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1999 tentang Pembelian Saham Bank Umum - Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/26/PBI/2012 tentang Kegiatan Usaha dan Jaringan Kantor

Berdasarkan Modal Inti Bank - Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/24/PBI/2012 tentang Kepemilikan Tunggal pada Perbankan Indonesia - Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/23/PBI/2012 tentang Transfer Dana - Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/18/PBI/2012 tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank

Umum - Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/15/PBI/2012 tentang Penilaian Kualitas Aset Bank Umum - Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/14/PBI/2012 tentang Transparansi dan Publikasi Laporan Bank - Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/8/PBI/2012 tentang Kepemilikan Saham Bank Umum - Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/2/PBI/2012 tentang Perubahan atas Peraturan Bank Indonesia Nomor

11/11/PBI/2009 tentang Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran Menggunakan Kartu - Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/26/PBI/2011 tentang Perubahan Pertama atas 8/19/PBI/2006 tentang

Kualitas Aktiva Produktif dan Pembentukan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif Bank Perkreditan Rakyat

- Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/23/PBI/2011 tentang Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah

- Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/14/PBI/2011 tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bagi Bank Pembiayaan Rakyat Syariah

- Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/13/PBI/2011 tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah

- Peraturan Perbankan Indonesia Nomor 13/9/PBI/2011 tentang Perubahan atas Peraturan Perbankan Indonesia Nomor 10/18/PBI/2008 tentang Restrukturisasi Pembiayaan bagi Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah (berlaku juga untuk Bank Pembiayaan Rakyat Syariah)

- Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/1/PBI/2011 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum - Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/25/PBI/2009 tentang Perubahan Atas Peraturan Bank Indonesia

Nomor 5/8/PBI/2003 tentang Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank Umum - Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/12/PBI/2009 tentang Uang Elektronik - Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/2/PBI/2009 tentang Perubahan Ketiga atas Nomor 7/2/PBI/2005 atas

Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum - Peraturan Perbankan Indonesia Nomor 10/18/PBI/2008 tentang Restrukturisasi Pembiayaan bagi Bank

Syariah dan Unit Usaha Syariah (berlaku juga untuk Bank Pembiayaan Rakyat Syariah) - Peraturan Bank Indonesia Nomor 9/6/PBI/2007 tentang Perubahan Kedua atas Nomor 7/2/PBI/2005 atas

Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum

Page 12: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset - bi.go.id dan... · Lampiran 16 : Contoh Perhitungan Potential Future Credit Exposure Hal. 140 ... Pada Komputer yang Sudah Ter-install Aplikasi

Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal

ix

- Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/19/PBI/2006 tentang Kualitas Aktiva Produktif dan Pembentukan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif Bank Perkreditan Rakyat

- Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/2/PBI/2006 tentang Perubahan Pertama atas Nomor 7/2/PBI/2005 atas Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum

- Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/50/PBI/2005 tentang Perubahan Peraturan Bank Indonesia Nomor 3/22/PBI/2001 tentang Transparansi Kondisi Keuangan Bank

- Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/3/PBI/2005 tentang Batas Maksimum Pemberian Kredit Bank Umum - Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/2/PBI/2005 tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum - Peraturan Bank Indonesia Nomor 5/8/PBI/2003 tentang Manajemen Resiko Bank Umum - Peraturan Bank Indonesia Nomor 3/22/PBI/2001 tentang Transparansi Kondisi Keuangan Bank - Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 32/37/KEP/DIR/1999 tentang Kantor Cabang Bank Asing - Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 31/51/KEP/DIR/1999 tentang Persyaratan dan Tata Cara

Merger, Konsolidasi, dan Akuisisi Bank Umum - Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 28/119/KEP/DIR/1995 tentang Transaksi Derivatif - Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 15/28/DPNP 2013 perihal Penilaian Kualitas Aset Bank Umum - Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 15/23/DPNP 2013 perihal Transfer Dana - Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 15/7/DPNP 2013 perihal Pembukaan Jaringan Kantor Bank Umum

Berdasarkan Modal Inti - Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 15/4/DPNP 2013 perihal Kepemilikan Saham Bank Umum - Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 15/2/DPNP 2013 perihal Kepemilikan Tunggal pada Perbankan

Indonesia - Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 14/37/DPNP 2012 perihal Kewajiban Penyediaan Modal Minimum

Bank Umum - Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 14/35/DPNP 2012 perihal Laporan Tahunan Bank Umum dan Laporan

Tahunan Tertentu yang disampaikan kepada Bank Indonesia - Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 14/17/DASP 2012 perihal Perubahan atas SE 11/10/DASP 2009 perihal

Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran dengan Menggunakan Kartu - Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/24/DPNP 2011 perihal Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum - Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/23/DPNP 2011 perihal Perubahan atas Surat Edaran Nomor

5/21/DPNP 2003 perihal Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank Umum - Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/18/DPbS 2011 perihal Perubahan atas Surat Edaran Bank Indonesia

Nomor 18/34/DPbS 2008 tentang Restrukturisasi Pembiayaan bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah

- Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/16/DPbS 2011 perihal Perubahan atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 18/35/DPbS 2008 tentang Restrukturisasi Pembiayaan bagi Bank Pembiayaan Rakyat Syariah

- Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/11/DPbS 2011 perihal Penilaian Kualitas Aktiva Bagi Bank Pembiayaan Rakyat Syariah

- Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/10/DPbS 2011 perihal Penilaian Kualitas Aktiva Bagi Bank Umum Syariah dan unit Usaha Syariah

- Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 11/11/DASP 2009 perihal Uang Elektronik - Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 10/35/DPbS 2008 perihal Restrukturisasi Pembiayaan bagi Bank

Pembiayaan Rakyat Syariah - Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 10/34/DPbS 2008 perihal Restrukturisasi Pembiayaan bagi Bank

Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah - Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 7/56/DPbS 2005 perihal Laporan Tahunan, Laporan Keuangan

Publikasi Triwulanan dan Bulanan serta Laporan tertentu dari Bank yang disampaikan kepada Bank Indonesia

- Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 7/3/DPNP 2005 perihal Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum - Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 32/7/UPPB 1999 perihal Persyaratan dan Tata Cara Merger,

Konsolidasi, dan Akuisisi Bank Umum - Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 21 tentang Akuntansi Ekuitas

Page 13: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset - bi.go.id dan... · Lampiran 16 : Contoh Perhitungan Potential Future Credit Exposure Hal. 140 ... Pada Komputer yang Sudah Ter-install Aplikasi

Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal

x

- Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 55 tentang Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Penurunan

- Peraturan Otoritas Perusahaan Anak tentang Penyertaan Modal Regulasi Bank Indonesia : - Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/5/PBI/2011 tentang Batas Maksimum Penyaluran Dana BPR Syariah - Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/13/PBI/2009 tentang Batas Maksimum Pemberian Kredit BPR - Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/13/PBI/2006 tentang Perubahan Atas Peraturan Bank Indonesia Nomor

7/3/PBI/2005 Tentang Batas Maksimum Pemberian Kredit Bank Umum - Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/3/PBI/2005 tentang Batas Maksimum Pemberian Kredit Bank Umum - Peraturan Bank Indonesia Nomor 5/10 /PBI/2003 tentang Prinsip Kehati-hatian dalam Kegiatan Penyertaan

Modal - Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/17/DPbS 2011 perihal Batas Maksimum Penyaluran Dana BPR

Syariah - Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 11/21/DKBU 2009 perihal Batas Maksimum Pemberian Kredit BPR - Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 7/14/DPNP 2005 perihal Batas Maksimum Pemberian Kredit Bank

Umum

Page 14: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset - bi.go.id dan... · Lampiran 16 : Contoh Perhitungan Potential Future Credit Exposure Hal. 140 ... Pada Komputer yang Sudah Ter-install Aplikasi

Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal

1

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

Perbankan Aset Batas Maksimum Pemberian Kredit Bank Umum BAB I Ketentuan Umum

1 Pasal 1 8/13/PBI/2006

1. Bank adalah Bank Umum sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998, termasuk kantor cabang bank asing.

2. Batas Maksimum Pemberian Kredit yang selanjutnya disebut dengan BMPK adalah persentase maksimum penyediaan dana yang diperkenankan terhadap modal Bank.

3. Penyediaan Dana adalah penanaman dana Bank dalam bentuk: a. kredit; b. surat berharga; c. penempatan; d. surat berharga yang dibeli dengan janji dijual kembali; e. tagihan akseptasi; f. derivatif kredit (credit derivative); g. transaksi rekening administratif; h. tagihan derivatif; i. potential future credit exposure; j. penyertaan modal; k. penyertaan modal sementara; l. bentuk penyediaan dana lainnya yang dapat dipersamakan dengan

huruf a sampai dengan huruf k. 4. Modal adalah:

a. modal inti dan modal pelengkap bagi Bank yang berkantor pusat di Indonesia; atau

b. dana bersih kantor pusat dan kantor-kantor cabang lainnya di luar negeri (Net Head Office Fund), bagi kantor cabang bank asing, sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Umum.

5. Pihak Terkait adalah perseorangan atau perusahaan/badan yang mempunyai hubungan pengendalian dengan Bank, baik secara langsung maupun tidak langsung, melalui hubungan kepemilikan, kepengurusan, dan atau keuangan.

6. Pelanggaran BMPK adalah selisih lebih antara persentase BMPK yang diperkenankan dengan persentase Penyediaan Dana terhadap Modal Bank pada saat pemberian Penyediaan Dana.

7. Pelampauan BMPK adalah selisih lebih antara persentase BMPK yang diperkenankan dengan persentase Penyediaan Dana terhadap Modal Bank pada saat tanggal laporan dan tidak termasuk Pelanggaran BMPK sebagaimana dimaksud pada angka 6.

8. Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara Bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga, termasuk: a. cerukan (overdraft) yaitu saldo negatif pada rekening giro nasabah

Page 15: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset - bi.go.id dan... · Lampiran 16 : Contoh Perhitungan Potential Future Credit Exposure Hal. 140 ... Pada Komputer yang Sudah Ter-install Aplikasi

Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal

2

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

yang tidak dapat dibayar lunas pada akhir hari; b. pengambilalihan tagihan dalam rangka kegiatan anjak piutang; c. pengambilalihan atau pembelian kredit dari pihak lain.

9. Surat Berharga adalah surat pengakuan utang, wesel, obligasi, sekuritas kredit, atau setiap derivatifnya, atau kepentingan lain, atau suatu kewajiban dari penerbit, dalam bentuk yang lazim diperdagangkan dalam pasar modal dan pasar uang.

10. Penempatan adalah penanaman dana Bank pada bank lain, dalam bentuk giro, interbank call money, deposito berjangka, sertifikat deposito, kredit, dan penanaman dana lainnya yang sejenis.

11. Surat Berharga Yang Dibeli Dengan Janji Dijual Kembali adalah pembelian Surat Berharga dari pihak lain yang dilengkapi dengan perjanjian untuk menjual kembali kepada pihak lain tersebut pada akhir periode dengan harga atau imbalan yang telah disepakati sebelumnya (reverse repurchase agreement).

12. Tagihan Akseptasi adalah tagihan yang timbul sebagai akibat akseptasi yang dilakukan terhadap wesel berjangka.

13. Tagihan Derivatif adalah tagihan karena potensi keuntungan dari suatu perjanjian/kontrak transaksi derivatif (selisih positif antara nilai kontrak dengan nilai wajar transaksi derivatif pada tanggal laporan), termasuk potensi keuntungan karena mark to market dari transaksi spot yang masih berjalan.

14. Potential Future Credit Exposure adalah seluruh potensi keuntungan dari suatu perjanjian/kontrak transaksi derivatif selama umur kontrak, yang ditentukan berdasarkan persentase tertentu dari nilai nosional perjanjian/kontrak transaksi derivatif tersebut.

15. Penyertaan Modal adalah penanaman dana Bank dalam bentuk saham pada bank atau perusahaan di bidang keuangan lainnya sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku seperti perusahaan sewa guna usaha, modal ventura, perusahaan efek, asuransi, serta lembaga kliring penyelesaian dan penyimpanan, termasuk penanaman dalam bentuk surat utang konversi (convertible bonds) dengan opsi saham (equity options) atau jenis transaksi tertentu yang berakibat Bank memiliki atau akan memiliki saham pada bank dan atau perusahaan yang bergerak di bidang keuangan lainnya.

16. Penyertaan Modal Sementara adalah penyertaan modal oleh Bank pada perusahaan peminjam untuk mengatasi kegagalan kredit (debt to equity swap), termasuk penanaman dalam bentuk surat utang konversi (convertible bonds) dengan opsi saham (equity options) atau jenis transaksi tertentu yang berakibat Bank memiliki atau akan memiliki saham pada perusahaan peminjam.

17. Transaksi Rekening Administratif adalah kewajiban komitmen dan kontinjensi yang antara lain meliputi penerbitan jaminan, letter of credit (L/C), stand-by letter of credit (SBLC), dan atau kewajiban komitmen dan kontinjensi lain, kecuali fasilitas Kredit yang belum ditarik.

18. Peminjam adalah nasabah perorangan atau perusahaan/badan yang memperoleh Penyediaan Dana dari Bank, termasuk: a. debitur, untuk Penyediaan Dana berupa Kredit; b. penerbit Surat Berharga, pihak yang menjual Surat Berharga, manajer

investasi kontrak investasi kolektif, dan atau reference entity, untuk

Page 16: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset - bi.go.id dan... · Lampiran 16 : Contoh Perhitungan Potential Future Credit Exposure Hal. 140 ... Pada Komputer yang Sudah Ter-install Aplikasi

Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal

3

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

Penyediaan Dana berupa Surat Berharga; c. pihak yang mengalihkan risiko kredit (protection buyer) dan atau

reference entity, untuk Penyediaan Dana berupa derivatif kredit (credit derivatives);

d. pemohon (applicant), untuk Penyediaan Dana berupa jaminan (guarantee), letter of credit (L/C), standby letter of credit (SBLC), atau instrumen serupa lainnya;

e. pihak tempat Bank melakukan Penyertaan Modal (investee), untuk Penyediaan Dana berupa Penyertaan Modal;

f. Bank atau debitur, untuk Penyediaan Dana berupa tagihan akseptasi; g. pihak lawan transaksi (counterparty), untuk Penyediaan Dana berupa

Penempatan dan transaksi derivatif; h. pihak lain yang wajib melunasi tagihan kepada Bank.

19. Reference Entity adalah pihak yang berutang atau mempunyai kewajiban membayar (obligor) dari aset yang yang mendasari (underlying reference asset), termasuk: a. penerbit dari Surat Berharga yang ditetapkan sebagai aset yang

mendasari (underlying reference asset); b. pihak yang berkewajiban untuk melunasi piutang dari kredit atau

tagihan yang dialihkan dan ditetapkan sebagai aset yang mendasari (underlying reference asset).

20. Komisaris: a. bagi perusahaan berbentuk hukum perseroan terbatas adalah

Komisaris sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 5 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas;

b. bagi perusahaan berbentuk hukum perusahaan daerah adalah Komisaris sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah;

c. bagi perusahaan berbentuk hukum koperasi adalah pengawas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian, termasuk pejabat yang ditunjuk untuk melakukan fungsi pengawasan sebagaimana Komisaris.

21. Direksi: a. bagi perusahaan berbentuk hukum perseroan terbatas adalah Direksi

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 4 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas;

b. bagi perusahaan berbentuk hukum perusahaan daerah adalah Direksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah;

c. bagi perusahaan berbentuk hukum koperasi adalah pengurus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian, termasuk pejabat yang mempunyai wewenang sebagaimana Direksi.

22. Pejabat Eksekutif adalah Pejabat yang mempunyai pengaruh terhadap kebijakan dan operasional Bank atau perusahaan, termasuk kepala satuan kerja audit intern, akuntansi, dan manajemen risiko Bank.

2 Pasal 2 8/13/PBI/2006 Ayat (1)

(1) Bank wajib menerapkan prinsip kehati-hatian dan manajemen risiko dalam memberikan Penyediaan Dana, khususnya Penyediaan Dana kepada Pihak Terkait, Penyediaan Dana besar (large exposures), dan atau Penyediaan

Page 17: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset - bi.go.id dan... · Lampiran 16 : Contoh Perhitungan Potential Future Credit Exposure Hal. 140 ... Pada Komputer yang Sudah Ter-install Aplikasi

Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal

4

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

SE 7/14/DPNP 2005 Romawi II

Dana kepada pihak lain yang memiliki kepentingan terhadap Bank. Pengaturan dalam ayat ini dimaksudkan agar penerapan manajemen risiko, khususnya kepada Pihak Terkait, Penyediaan Dana besar (large exposures), dan atau Penyediaan Dana kepada pihak lain yang memiliki kepentingan terhadap Bank dilaksanakan secara wajar (arm’s length basis), disesuaikan dengan kemampuan permodalan Bank, dan tidak terkonsentrasi secara signifikan kepada Peminjam atau kelompok Peminjam tertentu. Yang dimaksud dengan pihak lain yang memiliki kepentingan terhadap Bank termasuk pejabat atau pegawai Bank beserta keluarganya. Penerapan prinsip kehati-hatian dan pengelolaan risiko ini antara lain dilakukan dengan menetapkan batas (limit) Penyediaan Dana. Penetapan batas (limit) Penyediaan Dana tersebut harus dilakukan berdasarkan analisis dampak Penyediaan Dana terhadap struktur neraca dan profil risiko Bank, yaitu dengan mempertimbangkan besaran, jenis, jangka waktu Penyediaan Dana maupun dampak Penyediaan Dana terhadap kebijakan dan strategi diversifikasi portofolio Bank secara menyeluruh. Selain penetapan limit terhadap eksposur kepada pihak tertentu, maka untuk keperluan internal, Bank dapat menetapkan limit berdasarkan area geografis (geographic limits) dan sektor industri tertentu (certain industries). Analisa dampak Penyediaan Dana terhadap struktur neraca dan profil risiko tersebut dilakukan antara lain dengan cara mengukur risiko kredit terhadap sekumpulan Penyediaan Dana (pools of provision of funds) yang memiliki karakteristik yang serupa, dari sisi besaran, jenis, dan atau jangka waktu. Risiko kredit tersebut diukur antara lain berdasarkan data historis tingkat kegagalan (historical default rate) dan perpindahan kualitas Penyediaan Dana (credit rating migration) selama periode tertentu. Analisa terhadap risiko konsentrasi tersebut selanjutnya dijabarkan dalam suatu batas (limit) maksimum Penyediaan Dana yang dapat diberikan untuk Peminjam. Batas (limit) maksimum Penyediaan Dana tersebut pada umumnya ditentukan berdasarkan kerugian maksimum dari Penyediaan Dana yang dapat ditolerir oleh permodalan Bank (maximum loss rate as percentage of capital). Selain melakukan analisa terhadap konsentrasi Penyediaan Dana kepada Peminjam dan sekumpulan Penyediaan Dana sebagaimana dijelaskan diatas, Bank juga harus melakukan analisa terhadap alokasi yang ditetapkan untuk masing-masing komponen portofolio Penyediaan Dana. Hal ini dimaksudkan agar Bank dapat memiliki komposisi portofolio yang optimum dari struktur neraca Bank secara keseluruhan. Dalam menentukan alokasi tersebut, Bank harus mempertimbangkan korelasi risiko antara komponen portofolio Penyediaan Dana maupun tingkat volatilitas dari masing-masing komponen portofolio.

Page 18: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset - bi.go.id dan... · Lampiran 16 : Contoh Perhitungan Potential Future Credit Exposure Hal. 140 ... Pada Komputer yang Sudah Ter-install Aplikasi

Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal

5

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

Pasal 2 8/13/PBI/2006 Ayat (2) – (6)

(2) Dalam rangka penerapan prinsip kehati-hatian dan manajemen risiko sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Bank wajib memiliki pedoman kebijakan dan prosedur tertulis tentang Penyediaan Dana kepada Pihak Terkait, Penyediaan Dana besar (large exposures), dan atau Penyediaan Dana kepada pihak lain yang memiliki kepentingan terhadap Bank.

(3) Pedoman kebijakan dan prosedur tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (2) paling kurang mencakup: a. standar dan kriteria untuk melakukan seleksi dan penilaian kelayakan

Peminjam dan kelompok Peminjam; Dalam melakukan seleksi dan penilaian kelayakan, Bank harus memastikan tersedianya informasi yang cukup antara lain mencakup data dan informasi mengenai pemegang saham, kepengurusan, struktur kelompok usaha, dan kondisi keuangan dari Peminjam dan atau kelompok Peminjam.

b. standar dan kriteria untuk penetapan batas (limit) Penyediaan Dana; Batas (limit) Penyediaan Dana ditetapkan paling tinggi sesuai dengan batas yang diatur dalam Peraturan Bank Indonesia ini. Limit Penyediaan Dana ditetapkan berdasarkan analisis dampak Penyediaan Dana terhadap struktur neraca dan profil risiko Bank. Analisis dampak pada struktur neraca dan profil risiko Bank dilakukan dengan mempertimbangkan besar, jenis, jangka waktu, dan diversifikasi portofolio Penyediaan Dana secara keseluruhan sehingga dapat mencegah portofolio Penyediaan Dana terkonsentrasi pada satu Peminjam atau kelompok Peminjam tertentu.

c. sistem informasi manajemen Penyediaan Dana; Sistem informasi manajemen harus dapat memungkinkan pengurus Bank secara tepat waktu mengidentifikasi antara lain konsentrasi Penyediaan Dana, khususnya kepada Pihak Terkait, Penyediaan Dana besar (large exposures), dan atau Penyediaan Dana kepada pihak lain yang memiliki kepentingan terhadap Bank. Selain itu, sistem informasi manajemen harus mencakup tersedianya sistem pelaporan kepada pengurus Bank mengenai Penyediaan Dana yang melampaui atau diperkirakan akan melampaui limit Penyediaan Dana.

d. sistem pemantauan terhadap Penyediaan Dana; dan Sistem pemantauan terhadap Penyediaan Dana kepada Pihak Terkait, eksposur besar (large exposures), dan atau Penyediaan Dana kepada pihak lain yang memiliki kepentingan terhadap Bank antara lain mencakup: 1. kepatuhan terhadap limit; 2. kecukupan agunan dibandingkan Penyediaan Dana; 3. identifikasi kualitas Penyediaan Dana.

Page 19: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset - bi.go.id dan... · Lampiran 16 : Contoh Perhitungan Potential Future Credit Exposure Hal. 140 ... Pada Komputer yang Sudah Ter-install Aplikasi

Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal

6

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

e. penetapan langkah pengendalian untuk mengatasi konsentrasi Penyediaan Dana. Langkah pengendalian sebagaimana dimaksud dalam huruf ini antara lain mencakup: 1. penambahan modal dalam rangka mengatasi peningkatan eksposur

risiko; 2. sindikasi; 3. sekuritisasi aset.

(4) Pedoman kebijakan dan prosedur tertulis tentang Penyediaan Dana

sebagaimana dimaksud pada ayat (3) paling kurang sama atau lebih berhati-hati (prudent) dibandingkan dengan kebijakan dan prosedur pelaksanaan manajemen risiko kredit secara umum.

(5) Pedoman kebijakan dan prosedur tertulis tentang Penyediaan Dana sebagaimana dimaksud pada ayat (3) wajib dikaji ulang secara periodik paling kurang 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun.

Frekuensi kaji ulang dapat ditingkatkan intensitasnya sesuai dengan perkembangan konsentrasi risiko Penyediaan Dana.

(6) Pedoman kebijakan dan prosedur tentang Penyediaan Dana sebagaimana

dimaksud pada ayat (3) merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kebijakan, prosedur, dan penetapan risiko kredit sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia tentang Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank Umum.

3 Pasal 3 7/3/PBI/2005

Bank dilarang: a. membuat suatu perikatan atau perjanjian atau menetapkan persyaratan

yang mewajibkan Bank untuk memberikan Penyediaan Dana yang akan mengakibatkan terjadinya Pelanggaran BMPK; dan

Pengaturan pada huruf ini mencakup bentuk perikatan atau perjanjian atau persyaratan yang ditetapkan untuk Penyediaan Dana yang tercatat di neraca maupun rekening administratif.

b. memberikan Penyediaan Dana yang mengakibatkan Pelanggaran BMPK.

Kewajiban pemenuhan ketentuan pada huruf ini berlaku untuk setiap saat pemberian Penyediaan Dana.

BAB II BMPK Kepada Pihak Terkait 4 Pasal 4

7/3/PBI/2005 SE 7/14/DPNP 2005 Romawi IV.B

Seluruh portofolio Penyediaan Dana kepada Pihak Terkait dengan Bank ditetapkan paling tinggi 10% (sepuluh perseratus) dari Modal Bank. Yang dimaksud dengan Modal Bank adalah: 1. untuk Bank yang berkantor pusat di Indonesia adalah modal inti dan

modal pelengkap; 2. untuk Unit Usaha Syariah dari Bank yang melakukan kegiatan usaha

konvensional adalah modal inti dan modal pelengkap yang dihitung

Page 20: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset - bi.go.id dan... · Lampiran 16 : Contoh Perhitungan Potential Future Credit Exposure Hal. 140 ... Pada Komputer yang Sudah Ter-install Aplikasi

Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal

7

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

secara konsolidasi dari unit yang melakukan kegiatan usaha secara konvensional dan unit usaha syariah Bank.

3. untuk kantor cabang bank asing adalah dana bersih kantor pusat dan kantor-kantor cabang lainnya di luar negeri atau yang dikenal dengan Net Head Office Funds.

Modal sebagaimana dimaksud diatas tidak termasuk modal pelengkap tambahan dan tidak dikurangi penyertaan. Penempatan yang dilakukan kantor cabang bank asing pada kantor-kantor cabang dan kantor pusatnya di luar negeri merupakan komponen pengurang Net Head Office Funds. bBgi kantor cabang bank asing, penempatan pada kantor-kantor cabang dan kantor pusatnya diluar negeri tidak termasuk Penyediaan Dana dalam perhitungan BMPK. Adapun Penyediaan Dana dari kantor cabang bank asing kepada Pihak Terkait dengan kantor pusat dari kantor cabang bank asing tersebut, termasuk Penyediaan Dana kepada Pihak Terkait. Untuk menentukan jumlah modal dalam perhitungan pelanggaran BMPK, modal yang digunakan adalah posisi modal bulan terakhir sebelum realisasi Penyediaan Dana.

5 Pasal 5 7/3/PBI/2005

(1) Bank dilarang memberikan Penyediaan Dana kepada Pihak Terkait yang bertentangan dengan prosedur umum Penyediaan Dana yang berlaku. Yang dimaksud dengan prosedur umum Penyediaan Dana adalah prosedur yang diterapkan di Bank tersebut dan berlaku sama untuk semua nasabah Peminjam serta tetap memberikan keuntungan yang wajar bagi Bank. Termasuk dalam pengertian prosedur umum yang berlaku adalah penggunaan nilai pasar (market value) dalam analisis Penyediaan Dana.

(2) Bank dilarang memberikan Penyediaan Dana kepada Pihak Terkait tanpa

persetujuan dewan Komisaris Bank. (3) Bank dilarang membeli aktiva berkualitas rendah dari Pihak Terkait.

Yang dimaksud dengan aktiva berkualitas rendah adalah aktiva yang: 1. mempunyai status non-accrual yaitu aktiva yang pembayaran pokok

dan atau bunganya telah menunggak lebih dari 90 (sembilan puluh) hari; dan atau

2. persyaratannya telah dinegosiasi ulang sebagai akibat penurunan kondisi keuangan pemilik aktiva.

(4) Apabila kualitas Penyediaan Dana kepada Pihak Terkait menurun menjadi kurang lancar, diragukan, atau macet, Bank wajib mengambil langkah-langkah penyelesaian untuk memperbaiki antara lain dengan cara: a. pelunasan kredit selambat-lambatnya dalam jangka waktu 60 (enam

puluh) hari sejak turunnya kualitas Penyediaan Dana; dan atau

Pelunasan antara lain dapat dilakukan dengan cara menjual Kredit tersebut kepada pihak lain.

b. melakukan restrukturisasi kredit sejak turunnya kualitas Penyediaan Dana.

Restrukturisasi Kredit dilakukan sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia yang berlaku tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum.

Page 21: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset - bi.go.id dan... · Lampiran 16 : Contoh Perhitungan Potential Future Credit Exposure Hal. 140 ... Pada Komputer yang Sudah Ter-install Aplikasi

Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal

8

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

6 Pasal 6 7/3/PBI/2005

(1) Penyediaan Dana kepada Peminjam yang bukan merupakan Pihak Terkait yang disalurkan dan atau digunakan untuk keuntungan Pihak Terkait digolongkan sebagai Penyediaan Dana kepada Pihak Terkait.

(2) Peminjam yang bukan merupakan Pihak Terkait yang menerima Penyediaan Dana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikategorikan sebagai Pihak Terkait.

7 Pasal 7 7/3/PBI/2005

Dalam hal Bank akan memberikan Penyediaan Dana dalam bentuk Penyertaan Modal yang mengakibatkan pihak tempat Bank melakukan Penyertaan Modal (investee) menjadi Pihak Terkait, Bank wajib memastikan: a. rencana Penyediaan Dana tersebut tidak melanggar ketentuan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 (Paragraf 4 Kodifikasi ini); b. Penyediaan Dana yang akan dan telah diberikan kepada investee tersebut

setelah ditambah dengan seluruh portfolio Penyediaan Dana kepada Pihak Terkait yang telah ada tidak melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 (Paragraf 4 Kodifikasi ini);

c. persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 (Paragraf 5 Kodifikasi ini)dipenuhi.

8 Pasal 8 8/13/PBI/2006

(1) Pihak Terkait meliputi: a. perseorangan atau perusahaan/badan yang merupakan pengendali

Bank; b. perusahaan/badan dimana Bank bertindak sebagai pengendali; c. perseorangan atau perusahaan/badan lain yang bertindak sebagai

pengendali dari perusahaan sebagaimana dimaksud pada huruf b; d. perusahaan dimana:

1) perseorangan dan atau perusahaan/badan sebagaimana dimaksud pada huruf a bertindak sebagai pengendali;

2) perseorangan dan atau perusahaan/badan sebagaimana dimaksud pada huruf c bertindak sebagai pengendali;

e. Komisaris, Direksi, dan Pejabat Eksekutif Bank; f. pihak yang mempunyai hubungan keluarga sampai dengan derajat

kedua, baik horisontal maupun vertikal: 1) dari perseorangan yang merupakan pengendali Bank sebagaimana

dimaksud pada huruf a; 2) dari Komisaris, Direksi, dan Pejabat Eksekutif pada Bank

sebagaimana dimaksud pada huruf e.

Yang dimaksud dengan hubungan keluarga sampai dengan derajat kedua baik horisontal maupun vertikal adalah pihak-pihak sebagai berikut: 1. orang tua kandung/tiri/angkat; 2. saudara kandung/tiri/angkat; 3. anak kandung/tiri/angkat; 4. kakek atau nenek kandung/tiri/angkat; 5. cucu kandung/tiri/angkat; 6. saudara kandung/tiri/angkat dari orang tua; 7. suami atau istri; 8. mertua atau besan; 9. suami atau istri dari anak kandung/tiri/angkat;

Page 22: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset - bi.go.id dan... · Lampiran 16 : Contoh Perhitungan Potential Future Credit Exposure Hal. 140 ... Pada Komputer yang Sudah Ter-install Aplikasi

Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal

9

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

10. kakek atau nenek dari suami atau istri; 11. suami atau istri dari cucu kandung/tiri /angkat; 12. saudara kandung /tiri/angkat dari suami atau istri beserta suami

atau istrinya dari saudara yang bersangkutan.

g. Komisaris, Direksi, dan Pejabat Eksekutif pada perusahaan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, huruf c, dan atau huruf d;

h. perusahaan/badan yang Komisaris, Direksi, dan atau Pejabat Eksekutifnya merupakan: 1) Komisaris, Direksi, dan atau Pejabat Eksekutif pada Bank;

Yang dimaksud dengan Direksi Bank hanyalah Direksi Bank yang dapat menjadi anggota dewan Komisaris pada perusahaan anak yang dikendalikan oleh Bank tersebut yang tidak termasuk sebagai rangkap jabatan dalam ketentuan Bank Indonesia yang berlaku mengenai Good Corporate Governance.

2) Komisaris, Direksi, dan atau Pejabat Eksekutif pada

perusahaan/badan sebagaimana dimaksud pada huruf a, dan huruf b;

i. Perusahaan/badan yang 50% (lima puluh perseratus) atau lebih

Komisaris dan Direksinya merupakan Komisaris, Direksi dan/atau Pejabat Eksekutif pada perusahaan/badan sebagaimana dimaksud pada huruf c dan atau huruf d; Jumlah 50% (lima puluh perseratus) atau lebih dihitung dari jumlah kumulatif Komisaris dan/atau Direksi.

j. perusahaan/badan dimana: 1) Komisaris, Direksi, dan atau Pejabat Eksekutif Bank sebagaimana

dimaksud pada huruf e bertindak sebagai pengendali; 2) Komisaris, Direksi, dan atau Pejabat Eksekutif dari pihak-pihak

sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, huruf c, dan atau huruf d, bertindak sebagai pengendali;

k. perusahaan/badan yang memiliki hubungan keuangan dengan Bank dan atau pihak sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, huruf c, huruf d, huruf e, huruf f, huruf g, huruf h, huruf i dan atau huruf j; Hubungan keuangan dilihat dari beberapa faktor sebagai berikut: 1. terdapat bantuan keuangan dari Bank dan atau Pihak Terkait atau

bantuan keuangan kepada Bank dan atau Pihak Terkait lainnya dengan persyaratan yang ditetapkan sedemikian rupa sehingga menyebabkan pihak yang memberikan bantuan keuangan mempunyai kemampuan untuk menentukan (controlling influence) kebijakan strategis perusahaan/badan yang menerima bantuan keuangan. Yang dimaksud dengan kebijakan strategis adalah kebijakan yang menyangkut penetapan arah dan tujuan pelaksanaan usaha yang berdampak signifikan; dan atau

Page 23: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset - bi.go.id dan... · Lampiran 16 : Contoh Perhitungan Potential Future Credit Exposure Hal. 140 ... Pada Komputer yang Sudah Ter-install Aplikasi

Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal

10

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

2. terdapat keterkaitan rantai bisnis yang signifikan dalam operasional usaha Bank atau pihak terkait dengan perusahaan/ badan lain sehingga terdapat ketergantungan antara satu pihak dengan pihak lainnya yang mengakibatkan : a. salah satu pihak tidak mampu dengan mudah mengalihkan

transaksi bisnis tersebut kepada pihak lain; dan b. ketidakmampuan dengan mudah mengalihkan transaksi bisnis

tersebut menyebabkan cash flow salah satu pihak akan mengalami gangguan yang signifikan sehingga mengalami kesulitan untuk memenuhi kewajibannya.

l. kontrak investasi kolektif dimana Bank dan atau pihak-pihak sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, huruf c, huruf d, huruf e, huruf f, huruf g, huruf h, huruf i dan atau huruf j memiliki 10% (sepuluh perseratus) atau lebih saham pada manajer investasi kontrak investasi kolektif tersebut;

m. Peminjam berupa perseorangan atau perusahaan/badan bukan bank yang memberikan jaminan kepada pihak-pihak sebagaimana dimaksud pada huruf a sampai dengan huruf l; Yang dimaksud dengan jaminan adalah janji yang diterbitkan oleh satu pihak untuk mengambil alih dan atau melunasi sebagian atau seluruh kewajiban pihak yang berutang dalam hal pihak yang berutang gagal memenuhi kewajibannya (wanprestasi).

n. Peminjam yang diberikan jaminan oleh pihak-pihak sebagaimana

dimaksud pada huruf a sampai dengan huruf l; Yang dimaksud dengan jaminan adalah janji yang diterbitkan oleh satu pihak untuk mengambil alih dan atau melunasi sebagian atau seluruh kewajiban pihak yang berutang dalam hal pihak yang berutang gagal memenuhi kewajibannya (wanprestasi).

o. Bank lain yang memberikan jaminan kepada pihak-pihak sebagaimana dimaksud pada huruf a sampai dengan huruf l sepanjang terdapat counterguarantee dari Bank dan atau pihak-pihak sebagaimana dimaksud pada huruf a sampai dengan huruf l kepada bank lain tersebut.

p. Perusahaan/badan lain yang didalamnya terdapat kepentingan dari pihak-pihak sebagaimana dimaksud pada huruf f. Yang dimaksud dengan kepentingan adalah apabilan terdapat pengendalian dari hubungan kepemilikan, kepengurusan, dan keuangan.

(2) Pengendali sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, huruf b, dan huruf c adalah apabila perseorangan atau perusahaan/badan secara langsung atau tidak langsung:

Yang dimaksud dengan memiliki secara tidak langsung saham adalah memiliki atau mengendalikan saham secara bersama-sama atau melalui

Page 24: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset - bi.go.id dan... · Lampiran 16 : Contoh Perhitungan Potential Future Credit Exposure Hal. 140 ... Pada Komputer yang Sudah Ter-install Aplikasi

Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal

11

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

pihak lain, termasuk: 1. saham Bank atau perusahaan/badan lain yang dimiliki oleh pihak lain

yang hak suaranya dapat digunakan atau dikendalikan pengendali; 2. saham Bank atau perusahaan/badan lain yang dimiliki oleh pihak

yang dikendalikan oleh pengendali; 3. saham Bank atau perusahaan/badan lain yang dimiliki oleh pihak

terafiliasi dari pengendali; 4. saham Bank atau perusahaan/badan lain yang dimiliki oleh anak

perusahaan dari perusahaan/badan yang dikendalikan oleh pengendali;

5. saham Bank atau perusahaan/badan lain yang dimiliki oleh pihak-pihak yang bertindak untuk dan atas nama pengendali (saham nominee) berdasarkan atau tidak berdasarkan perjanjian tertentu;

6. saham Bank atau perusahaan/badan lain dimiliki oleh pihak lain yang pemindahtangannya memerlukan persetujuan dari pengendali;

7. saham perusahaan/badan lain yang dimiliki Bank melalui perusahaan/badan yang dikendalikan oleh Bank secara berjenjang sampai dengan perusahaan/badan terakhir (ultimate subsidiary);

8. saham Bank atau perusahaan/badan lain selain saham sebagaimana dimaksud pada angka 1 sampai dengan angka 7 yang dikendalikan oleh Bank atau pengendali.

Yang dimaksud dengan pihak terafiliasi dari pengendali sebagaimana dimaksud dalam angka 3 adalah:

a. Komisaris, Direksi, atau yang setara atau kuasanya, pejabat, atau karyawan perusahaan pengendali;

b. pengurus, pengawas, pengelola, atau kuasanya, pejabat, atau karyawan perusahaan pengendali, khusus bagi perusahaan yang berbentuk hukum koperasi;

c. pihak yang memberikan jasa kepada perusahaan pengendali, antara lain akuntan publik, penilai, konsultan hukum, dan konsultan lain yang terbukti dikendalikan oleh pengendali;

d. pihak yang mempunyai hubungan keluarga dengan pengendali baik karena perkawinan maupun karena keturunan sampai dengan derajat kedua baik secara horisontal maupun vertikal, termasuk besan;

e. pihak yang menurut penilaian Bank Indonesia turut serta mempengaruhi pengelolaan pengendali, antara lain pemegang saham dan keluarganya, keluarga Komisaris, keluarga pengawas, keluarga Direksi, dan keluarga pengurus.

Yang dimaksud dengan saham adalah semua jenis saham yang memiliki hak suara. a. memiliki secara sendiri atau bersama-sama 10% (sepuluh perseratus)

atau lebih saham Bank atau perusahaan/badan lain; b. memiliki hak opsi atau hak lainnya untuk memiliki saham yang apabila

digunakan akan menyebabkan pihak tersebut memiliki dan atau mengendalikan secara sendiri atau bersama-sama 10% (sepuluh perseratus) atau lebih saham Bank atau perusahaan/badan lain;

Page 25: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset - bi.go.id dan... · Lampiran 16 : Contoh Perhitungan Potential Future Credit Exposure Hal. 140 ... Pada Komputer yang Sudah Ter-install Aplikasi

Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal

12

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

c. melakukan kerjasama atau tindakan yang sejalan untuk mencapai tujuan bersama dalam mengendalikan Bank atau perusahaan/badan lain (acting in concert), dengan atau tanpa perjanjian tertulis dengan pihak lain, sehingga secara bersama-sama memiliki dan atau mengendalikan 10% (sepuluh perseratus) atau lebih saham Bank atau perusahaan/badan lain;

d. melakukan kerjasama atau tindakan yang sejalan untuk mencapai tujuan bersama dalam mengendalikan Bank atau perusahaan/badan (acting in concert), dengan atau tanpa perjanjian tertulis dengan pihak lain tersebut, sehingga secara bersama-sama mempunyai hak opsi atau hak lainnya untuk memiliki saham, yang apabila hak tersebut dilaksanakan menyebabkan pihak-pihak tersebut memiliki dan atau mengendalikan secara bersama-sama 10% (sepuluh perseratus) atau lebih saham Bank atau perusahaan/badan lain;

e. memiliki kewenangan dan atau kemampuan untuk menyetujui, mengangkat dan atau memberhentikan anggota Komisaris dan atau Direksi Bank atau perusahaan/badan lain;

f. memiliki kemampuan untuk menentukan (controlling influence) kebijakan strategis Bank atau perusahaan/badan lain; Yang dimaksud dengan kebijakan strategis adalah kebijakan yang menyangkut penetapan arah dan tujuan pelaksanaan usaha yang berdampak signifikan.

g. mengendalikan 1 (satu) atau lebih perusahaan lain yang secara keseluruhan memiliki dan atau mengendalikan secara bersama-sama 10% (sepuluh perseratus) atau lebih saham Bank atau perusahaan/badan lain;

h. melakukan pengendalian terhadap pengendali sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf g.

(3) Pengendali sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d dan huruf j adalah apabila perseorangan atau perusahaan/badan secara langsung atau tidak langsung: Yang dimaksud dengan memiliki secara tidak langsung saham adalah memiliki atau mengendalikan saham secara bersama-sama atau melalui pihak lain, termasuk:

1. saham perusahaan/badan lain yang dimiliki oleh pihak lain yang hak suaranya dapat digunakan atau dikendalikan pengendali;

2. saham perusahaan/badan lain yang dimiliki oleh pihak yang dikendalikan oleh pengendali;

3. saham perusahaan/badan lain yang dimiliki oleh pihak terafiliasi dari pengendali;

4. saham perusahaan/badan lain yang dimiliki oleh anak perusahaan dari perusahaan/badan yang dikendalikan oleh pengendali;

5. saham perusahaan/badan lain yang dimiliki oleh pihak-pihak yang bertindak untuk dan atas nama pengendali (saham nominee) berdasarkan atau tidak berdasarkan perjanjian tertentu;

6. saham perusahaan/badan lain dimiliki oleh pihak lain yang pemindahtangannya memerlukan persetujuan dari pengendali;

Page 26: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset - bi.go.id dan... · Lampiran 16 : Contoh Perhitungan Potential Future Credit Exposure Hal. 140 ... Pada Komputer yang Sudah Ter-install Aplikasi

Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal

13

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

7. saham perusahaan/badan lain yang dimiliki melalui perusahaan/badan yang dikendalikan pengendali secara berjenjang sampai dengan perusahaan/badan terakhir (ultimate subsidiary);

8. saham perusahaan/badan lain selain saham sebagaimana dimaksud pada angka 1 sampai dengan angka 7 yang dikendalikan oleh pengendali.

Yang dimaksud dengan pihak terafiliasi dari pengendali sebagaimana dimaksud pada angka 3 adalah:

1. Komisaris, Direksi, atau yang setara atau kuasanya, pejabat, atau karyawan perusahaan pengendali;

2. pengurus, pengawas, pengelola, atau kuasanya, pejabat, atau karyawan perusahaan pengendali, khusus bagi perusahaan yang berbentuk hukum koperasi;

3. pihak yang memberikan jasa kepada perusahaan pengendali, antara lain akuntan publik, penilai, konsultan hukum, dan konsultan lain yang terbukti dikendalikan oleh pengendali;

4. pihak yang mempunyai hubungan keluarga dengan pengendali baik karena perkawinan maupun karena keturunan sampai dengan derajat kedua baik secara horisontal maupun vertikal, termasuk besan;

5. pihak yang menurut penilaian Bank Indonesia turut serta mempengaruhi pengelolaan pengendali, antara lain pemegang saham dan keluarganya, keluarga Komisaris, keluarga pengawas, keluarga Direksi, dan keluarga pengurus.

Yang dimaksud dengan saham adalah semua jenis saham yang memiliki hak suara. a. memiliki 10% (sepuluh perseratus) atau lebih saham perusahaan/badan

lain dan porsi kepemilikan tersebut merupakan porsi yang terbesar; b. memiliki secara sendiri atau bersama-sama 25% (dua puluh lima

perseratus) atau lebih saham perusahaan/badan lain; c. memiliki hak opsi atau hak lainnya untuk memiliki saham yang apabila

digunakan akan menyebabkan pihak tersebut memiliki dan atau mengendalikan saham perusahaan/badan lain sebagaimana dimaksud pada huruf a atau huruf b;

d. melakukan kerjasama atau tindakan yang sejalan untuk mencapai tujuan bersama dalam mengendalikan perusahaan/badan lain (acting in concert), dengan atau tanpa perjanjian tertulis dengan pihak lain, sehingga secara bersama-sama memiliki dan atau mengendalikan saham perusahaan lain sebagaimana dimaksud pada huruf a atau huruf b;

e. melakukan kerjasama atau tindakan yang sejalan untuk mencapai tujuan bersama dalam mengendalikan perusahaan/badan (acting in concert), dengan atau tanpa perjanjian tertulis dengan pihak lain tersebut, sehingga secara bersama-sama mempunyai hak opsi atau hak lainnya untuk memiliki saham, yang apabila hak tersebut dilaksanakan menyebabkan pihak-pihak tersebut memiliki dan atau mengendalikan secara bersama-sama saham perusahaan/badan lain sebagaimana dimaksud pada huruf a atau huruf b;

Page 27: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset - bi.go.id dan... · Lampiran 16 : Contoh Perhitungan Potential Future Credit Exposure Hal. 140 ... Pada Komputer yang Sudah Ter-install Aplikasi

Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal

14

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

SE 7/14/DPNP 2005 Romawi III.A No. 1

f. memiliki kewenangan dan atau kemampuan untuk menyetujui, mengangkat dan atau memberhentikan anggota Komisaris dan atau Direksi perusahaan/badan lain;

g. memiliki kemampuan untuk menentukan (controlling influence) kebijakan strategis perusahaan/badan lain. Yang dimaksud dengan kebijakan strategis adalah kebijakan yang menyangkut penetapan arah dan tujuan pelaksanaan usaha yang berdampak signifikan.

(4) Konsepsi dasar penentuan Pihak Terkait dan kelompok Peminjam

menggunakan unsur “pengendalian” baik secara langsung maupun tidak langsung sebagai faktor penentu. Unsur pengendalian dapat dianalisa berdasarkan hubungan kepemilikan, kepengurusan dan atau keuangan. Adapun cara-cara perseorangan atau perusahaan/badan melakukan pengendalian dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Pengendalian tersebut antara lain melalui kepemilikan saham secara langsung, hak opsi, maupun acting in concert. Walaupun tidak memiliki saham, pengendalian juga dapat dilakukan melalui kemampuan dalam penentuan kepengurusan maupun kemampuan dalam menentukan kebijakan operasional atau kebijakan keuangan Bank. A. Kepemilikan Saham.

Hubungan pengendalian antara lain dapat timbul sebagai akibat kepemilikan saham suatu pihak, baik itu berbentuk perseorangan atau perusahaan/badan terhadap suatu perusahaan/badan. Kepemilikan ini dijabarkan dalam bentuk kepemilikan saham yang memiliki hak suara pada suatu perusahaan/badan. Dalam menentukan kepemilikan saham, termasuk didalamnya kepemilikan saham secara bersama-sama atau melalui pihak lain, seperti saham dari Pihak Terkait/anggota kelompok lainnya ataupun saham dari keluarganya. - Pihak Terkait dengan Bank

a. Pengendali Bank Berdasarkan Kepemilikan Saham Suatu pihak dianggap mempunyai hubungan pengendalian dengan Bank apabila pihak tersebut memiliki 10% (sepuluh perseratus) atau lebih saham Bank. Apabila pihak yang menjadi pengendali Bank dikendalikan oleh pihak lain, baik berbentuk perseorangan atau perusahaan/badan, maka pengendali dari pengendali ditetapkan pula sebagai pengendali Bank. Dalam menentukan pengendali dari pengendali tersebut tidak ada batas jenjang tertentu, sehingga penentuan pengendali dari pengendali hendaknya ditelusuri sampai dengan pengendali akhir. Apabila pengendali Bank adalah perorangan, maka pihak yang mempunyai hubungan keluarga baik vertikal maupun horisontal dari perseorangan tersebut juga merupakan pengendali Bank. Adapun pihak-pihak yang mempunyai hubungan keluarga dimaksud termasuk suami atau istri dari saudara kandung/tiri/angkat perseorangan yang bersangkutan. Pengendalian terhadap Bank sebagaimana dijelaskan diatas dapat dicontohkan dengan struktur kepemilikan sebagaimana

Page 28: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset - bi.go.id dan... · Lampiran 16 : Contoh Perhitungan Potential Future Credit Exposure Hal. 140 ... Pada Komputer yang Sudah Ter-install Aplikasi

Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal

15

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

digambarkan dalam Lampiran 1 dan Lampiran 2 (Lampiran 1 dan 2 Kodifikasi ini).

b. Perusahaan/Badan Dimana Bank Bertindak Sebagai Pengendali Suatu perusahaan/badan dianggap dibawah pengendalian Bank apabila Bank memiliki 10% (sepuluh perseratus) atau lebih saham perusahaan/badan tersebut. Sebagaimana dalam menentukan pengendali dari pengendali Bank, tidak ada batas jenjang tertentu untuk menentukan perusahaan/badan yang berada dibawah pengendalian Bank. Penelusuran perusahaan/badan yang berada dibawah pengendalian Bank dilakukan sampai dengan perusahaan/badan terakhir (ultimate subsidiary). Hal ini antara lain dicontohkan dalam Lampiran 3 (Lampiran 3 Kodifikasi ini).

c. Pengendali Lain Dari Perusahaan/Badan Yang Dibawah Pengendalian Bank Pengendali lain dari perusahaan/badan yang dibawah pengendalian Bank dengan kepemilikian 10% (sepuluh perseratus) atau lebih saham, dianggap sebagai Pihak Terkait. Hal ini antara lain dicontohkan pada Lampiran 4 (Lampiran 4 Kodifikasi ini).

d. Perusahaan/Badan Dibawah Pengendalian Pihak-Pihak Dalam Huruf a dan Huruf c Perusahaan/badan lain yang dikendalikan oleh pengendali Bank serta perusahaan/badan yang dikendalikan oleh pengendali lain dari anak perusahaan Bank juga ditetapkan sebagai Pihak Terkait. Dalam menentukan parameter pengendalian dari sisi kepemilikan saham, persentase yang digunakan adalah sebesar:

1) 10% (sepuluh perseratus) atau lebih dan porsi kepemilikan tersebut merupakan porsi terbesar; atau

2) 25% (dua puluh lima perseratus) atau lebih kepemilikan atas saham perusahaan/badan tersebut. Hal ini antara lain dicontohkan dalam Lampiran 5 (Lampiran 5 Kodifikasi ini).

e. Kontrak Investasi Kolektif (KIK) Kontrak investasi kolektif secara umum didefinisikan sebagai suatu kontrak antara manajer investasi dan bank kustodian yang mengikat pemegang efek dimana manajer investasi diberi wewenang untuk mengelola portfolio investasi kolektif dan bank kustodian diberi wewenang untuk melaksanakan penitipan kolektif. Dalam konteks BMPK, manajer investasi KIK ditetapkan sebagai subjek untuk menentukan hubungan pengendalian. Apabila Bank dan atau Pihak Terkait dengan Bank memiliki 10% (sepuluh perseratus) atau lebih saham pada suatu manajer investasi KIK maka penanaman dana pada KIK yang dikelola manajer investasi tersebut dan atau Penyediaan Dana kepada manajer investasi tersebut ditetapkan sebagai Penyediaan Dana kepada Pihak Terkait. Hal ini antara lain dicontohkan dalam Lampiran 6 (Lampiran 6 Kodifikasi ini).

Page 29: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset - bi.go.id dan... · Lampiran 16 : Contoh Perhitungan Potential Future Credit Exposure Hal. 140 ... Pada Komputer yang Sudah Ter-install Aplikasi

Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal

16

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

SE 7/14/DPNP 2005 Romawi VII.B SE 7/14/DPNP 2005 Romawi III. B No.1

Apabila Pemda memiliki 10% (sepuluh perseratus) atau lebih pada suatu Bank maka Pemda tersebut ditetapkan sebagai Pihak Terkait dengan Bank. Sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku pinjaman daerah dapat bersumber dari lembaga keuangan Bank. Dalam memberikan Penyediaan Dana kepada Pemda bank wajib memperhatikan prinsip kehati-hatian serta mematuhi ketentuan mengenai persyaratan Pinjaman Daerah, antara lain; 1. Jumlah sisa pinjaman daerah ditambah dengan jumlah pinjaman

yang akan ditarik tidak melebihi dari 75% (tujuh puluh lima perseratus) penerimaan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) pada tahun sebelumnya;

2. Pemda memiliki rasio kemampuan daerah minimum sesuai yang telah ditetapkan dalam ketentuan yang berlaku;

3. Tidak mempunyai tunggakan atas pengembalian pinjaman yang berasal dari Pemerintah;

4. Telah tercantum dan dianggarkan dalam APBD pada tahun yang bersangkutan;

5. Telah disetujui oleh DPRD; dan’ 6. Dilengkapi dengan surat otorisasi kepala daerah.

Dalam pengelompokan Peminjam, dapat dikemukakan bahwa Pemerintah Daerah, antara Pemda Tingkat I dan Pemda Tingkat II, mempunyai independensi yang antara lain dituangkan dalam bentuk penyelenggaraan urusan pemerintah yang menjadi kewenangan daerah masing-masing, termasuk pengelolaan kekayaan dan APBD yang terpisah, sehingga antara Pemda Tingkat I dan Pemda Tingkat II serta antara masing-masing Pemda Tingkat II, tidak ditetapkan sebagai kelompok Peminjam.

B. Kepengurusan Hubungan pengendalian dapat timbul sebagai akibat hubungan kepengurusan. - Pihak Terkait.

a. Komisaris, Direksi dan atau Pejabat Eksekutif Bank beserta keluarganya ditetapkan sebagai Pihak Terkait. Adapun yang dimaksud dengan keluarga disini termasuk suami/istri dari saudara kandung/tiri/angkatnya. Hal ini antara lain dapat dicontohkan dalam Lampiran 8 (Lampiran 8 Kodifikasi ini) dalam bentuk garis putus-putus yang melingkari Bank.

b. Komisaris, Direksi dan atau Pejabat Eksekutif dari pihak-pihak yang telah ditetapkan sebagai Pihak Terkait termasuk juga sebagai Pihak Terkait. Hal ini antara lain dicontohkan dalam Lampiran 8 (Lampiran 8 Kodifikasi ini) dalam bentuk garis putus-putus yang melingkari pengendali Bank dan pihak-pihak yang dikendalikan oleh Bank.

c. Perusahaan/badan dimana Komisaris, Direksi dan atau Pejabat Eksekutif yang telah ditetapkan sebagai Pihak Terkait memiliki pengendalian, maka perusahaan/badan tersebut ditetapkan sebagai Pihak Terkait. Hal ini dapat dicontohkan dalam Lampiran 8 (Lampiran 8 Kodifikasi ini).

Page 30: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset - bi.go.id dan... · Lampiran 16 : Contoh Perhitungan Potential Future Credit Exposure Hal. 140 ... Pada Komputer yang Sudah Ter-install Aplikasi

Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal

17

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

SE 7/14/DPNP 2005 Romawi III. C

d. Apabila Komisaris, Direksi dan atau Pejabat Eksekutif yang telah ditetapkan sebagai Pihak Terkait merangkap jabatan pada suatu perusahaan/badan lain, maka perusahaan/badan tersebut ditetapkan pula sebagai Pihak Terkait.

e. Perusahaan-perusahaan yang didalamnya terdapat kepentingan dari keluarga Dewan Komisaris, Direksi, dan atau Pejabat Eksekutif Bank termasuk dalam pengertian Pihak Terkait. Oleh karena itu, perusahaan-perusahaan dimana keluarga dari Dewan Komisaris, Direksi, dan atau Pejabat Eksekutif Bank bertindak sebagai Dewan Komisaris, Direksi, atau Pejabat Eksekutif ditetapkan sebagai Pihak Terkait dengan Bank. Selain itu, keluarga dari pengendali perseorangan Bank merupakan Pihak Terkait dengan Bank. Dengan demikian, perusahaan-perusahaan dimana keluarga dari pengendali tersebut bertindak sebagai Dewan Komisaris, Direksi, dan atau Pejabat Eksekutif juga merupakan Pihak Terkait dengan Bank. Hal-hal tersebut diatas antara lain dicontohkan dalam Lampiran 8 (Lampiran 8 Kodifikasi ini).

C. Keuangan.

Hubungan pengendalian dapat pula diakibatkan melalui hubungan keuangan. Hubungan keuangan itu sendiri ditetapkan berdasarkan beberapa unsur sebagai berikut: 1) Ketergantungan keuangan (financial interdependence)

Salah satu faktor yang digunakan untuk menentukan adanya ketergantungan keuangan antara 2 (dua) pihak adalah dengan melihat nilai transaksi antara kedua belah pihak tersebut. Dalam hal terdapat transaksi yang materiil antara 1 (satu) pihak dengan pihak lain yang mengakibatkan kesehatan keuangan pihak tersebut dipengaruhi secara langsung oleh pihak lain lain, maka antara pihak-pihak tersebut ditetapkan memiliki ketergantungan keuangan (financial interdependence). Beberapa faktor yang dapat digunakan dalam menganalisa hubungan transaksi antar pihak yang dapat menyebabkan ketergantungan keuangan antara lain adalah ketergantungan penjualan pada pihak tertentu dan atau ketergantungan terhadap pinjaman maupun sumber dana dari pihak tertentu. Analisa ketergantungan keuangan sebagaimana dijelaskan diatas dititikberatkan hanya kepada hubungan transaksional antara 1 (satu) pihak secara langsung dengan pihak lain. Pihak-pihak tersebut dapat digolongkan kedalam satu kelompok Peminjam apabila cash flow dari satu pihak akan terganggu secara signifikan akibat gangguan cash flow dari pihak lain, sehingga secara signifikan mempengaruhi kemampuan masing-masing pihak dalam membayar kewajibannya kepada Bank.

2) Pengalihan Risiko Melalui Penjaminan Faktor lain yang digunakan untuk menentukan adanya ketergantungan keuangan antara 2 (dua) pihak adalah adanya pengalihan risiko kredit melalui penjaminan dimana pihak yang menjamin akan mengambil alih sebagian atau keseluruhan risiko

Page 31: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset - bi.go.id dan... · Lampiran 16 : Contoh Perhitungan Potential Future Credit Exposure Hal. 140 ... Pada Komputer yang Sudah Ter-install Aplikasi

Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal

18

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

keuangan dari pihak yang dijamin. Bentuk penjaminan yang diberikan dalam menentukan hubungan keuangan dapat terdiri dari berbagai bentuk seperti: personal guarantee, corporate guarantee, dan atau aval. Hubungan keuangan sebagaimana dijelaskan diatas berlaku baik untuk Pihak Terkait dengan Bank maupun bukan. Dalam penentuan Pihak Terkait, apabila diantara pihak-pihak yang mempunyai hubungan keuangan merupakan Pihak Terkait dengan Bank maka keseluruhan pihak yang mempunyai hubungan keuangan tersebut ditetapkan sebagai Pihak Terkait dengan Bank. Hubungan keuangan sebagaimana dijelaskan diatas tidak berlaku untuk fasilitas Penyediaan Dana yang diberikan Bank kepada debiturnya dalam rangka kegiatan usaha Bank pada umumnya seperti pinjaman dan atau penjaminan yang diberikan dalam berbagai bentuk seperti; performance bond, bid bonds, atau akseptasi. Tidak termasuk pula dalam pengertian hubungan keuangan sebagaimana dijelaskan diatas adalah hubungan penjaminan karena kegiatan perasuransian oleh perusahaan asuransi dan jaminan yang diberikan oleh pemerintah, baik itu Pemerintah Republik Indonesia atau pemerintah negara lain.

9 Pasal 9 7/3/PBI/2005

(1) Kantor pusat dan kantor cabang lainnya dari kantor cabang bank asing tidak termasuk dalam pengertian Pihak Terkait dengan kantor cabang bank asing tersebut.

(2) Pihak Terkait dengan kantor pusat dari kantor cabang bank asing termasuk dalam pengertian Pihak Terkait dengan kantor cabang bank asing tersebut.

10 Pasal 10 7/3/PBI/2005

(1) Bank wajib memiliki dan menatausahakan daftar rincian Pihak Terkait dengan Bank.

Daftar rincian Pihak Terkait paling kurang memuat rincian pemegang saham, pengurus, sektor bisnis/usaha, serta hubungan pengendalian dari dan antara masing-masing Pihak Terkait. Dalam hal memungkinkan penyusunan daftar rincian Pihak Terkait memuat diagram struktur kelompok usaha (corporate tree).

(2) Daftar rincian Pihak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib disampaikan Bank kepada Bank Indonesia:

a. untuk pertama kali paling lambat 3 (tiga) bulan sejak ditetapkannya Peraturan Bank Indonesia ini; dan

b. 2 (dua) kali dalam 1 (satu) tahun apabila terdapat perubahan masing-masing untuk posisi Juni dan posisi Desember, paling lambat pada bulan berikutnya.

(3) Bank Indonesia dapat sewaktu-waktu meminta Bank menyampaikan daftar rincian Pihak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

SE 7/14/DPNP 2005 Romawi VII.C

(4) Bank wajib memiliki dan menatausahakan daftar rincian Pihak Terkait dengan Bank serta menyampaikannya kepada Bank Indonesia, yaitu: 1. Direktorat Pengawasan Bank terkait, Jl. MH. Thamrin No.2 Jakarta

10110,bagi Bank yang berkantor pusat di wilayah kerja kantor pusat Bank Indonesia; atau

Page 32: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset - bi.go.id dan... · Lampiran 16 : Contoh Perhitungan Potential Future Credit Exposure Hal. 140 ... Pada Komputer yang Sudah Ter-install Aplikasi

Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal

19

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

2. Kantor Bank Indonesia setempat, bagi Bank yang berkantor pusat di luar wilayah kantor pusat Bank Indonesia.

Daftar rincian Pihak Terkait tersebut ditandatangani oleh Direksi Bank. Daftar rincian Pihak Terkait paling kurang memuat rincian pemegang saham, pengurus, sektor bisnis/usaha, serta hubungan pengendalian dari dan antara masing-masing Pihak Terkait. Dalam hal memungkinkan penyusunan daftar rincian Pihak Terkait juga memuat diagram struktur kelompok usaha (corporate tree) dari Pihak Terkait dengan Bank. Dalam menyusun daftar rincian Pihak Terkait ini Bank mencantumkan semua pihak-pihak yang termasuk dalam definisi Pihak Terkait, baik pihak-pihak yang mempunyai eksposur secara langsung atau tidak langsung, maupun tidak mempunyai eksposur pada Bank. Namun demikian, khusus untuk keluarga dari Direksi, Komisaris, dan atau Pejabat Eksekutif, yang dicantumkan pada daftar rincian Pihak Terkait hanya pihak-pihak keluarga dimana Bank memiliki eksposur, baik secara langsung maupun tidak langsung.

BAB III BMPK Kepada Pihak Tidak Terkait 11 Pasal 11

7/3/PBI/2005 SE 7/14/DPNP 2005 Romawi IV.A

(1) Penyediaan Dana kepada 1 (satu) Peminjam yang bukan merupakan Pihak Terkait ditetapkan paling tinggi 20% (dua puluh perseratus) dari Modal Bank.

(2) Penyediaan Dana kepada 1 (satu) kelompok Peminjam yang bukan merupakan Pihak Terkait ditetapkan paling tinggi 25% (dua puluh lima perseratus) dari Modal Bank.

(3) Dalam hal pada satu kelompok Peminjam terdapat pelanggaran terhadap BMPK kelompok Peminjam serta pelanggaran terhadap salah satu Peminjam yang merupakan anggota kelompok Peminjam tersebut, maka perhitungan pelanggaran hanya terhadap kelompok Peminjam, namun action plan penyelesaian pelanggaran hendaknya dilakukan untuk kedua pelanggaran BMPK tersebut. Contoh perhitungan BMPK untuk kelompok Peminjam dapat digambarkan dalam Lampiran 9 (Lampiran 9 Kodifikasi ini).

12 Pasal 12 8/13/PBI/2006 Ayat (1)

(1) Peminjam digolongkan sebagai anggota suatu kelompok Peminjam sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 (Paragraf 11 Kodifikasi ini) ayat (2) apabila Peminjam mempunyai hubungan pengendalian dengan Peminjam lain baik melalui hubungan kepemilikan, kepengurusan, dan atau keuangan, yang meliputi:

a. Peminjam merupakan pengendali Peminjam lain; b. 1 (satu) pihak yang sama merupakan pengendali dari beberapa

Peminjam (common ownership);

Contoh: Perusahaan A dan perusahaan B mendapatkan Penyediaan Dana dari Bank dan masing-masing perusahaan tersebut 25 % (dua puluh lima perseratus) atau lebih sahamnya dimiliki oleh perusahaan C. Oleh karena itu, perusahaan A dan perusahaan B dikelompokkan dalam 1 (satu) kelompok Peminjam. Dalam hal perusahaan C merupakan Peminjam pada Bank maka perusahaan A, perusahaan B, dan perusahaan C dikelompokkan dalam 1 (satu) kelompok Peminjam.

Page 33: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset - bi.go.id dan... · Lampiran 16 : Contoh Perhitungan Potential Future Credit Exposure Hal. 140 ... Pada Komputer yang Sudah Ter-install Aplikasi

Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal

20

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

SE 7/14/DPNP 2005 Romawi III.A No. 2

c. Peminjam memiliki hubungan keuangan dengan Peminjam lain;

Hubungan keuangan dapat dianalisa berdasarkan beberapa faktor sebagai berikut: 1. terdapat bantuan keuangan dari Peminjam kepada Peminjam lain

dengan persyaratan yang ditetapkan sedemikian rupa sehingga menyebabkan pihak yang memberikan bantuan keuangan mempunyai kemampuan untuk menentukan (controlling influence) kebijakan strategis perusahaan/badan yang menerima bantuan keuangan. Yang dimaksud dengan kebijakan strategis adalah kebijakan yang menyangkut penetapan arah dan tujuan pelaksanaan usaha yang berdampak signifikan; dan atau

2. terdapat keterkaitan rantai bisnis yang signifikan dalam operasional usaha Peminjam dengan Peminjam lain sehingga terdapat ketergantungan antara satu pihak dengan pihak lainnya yang mengakibatkan : a. salah satu pihak tidak mampu dengan mudah mengalihkan

transaksi bisnis tersebut kepada pihak lain; dan b. ketidakmampuan dengan mudah mengalihkan transaksi bisnis

tersebut menyebabkan cash flow salah satu pihak akan mengalami gangguan yang signifikan sehingga mengalami kesulitan untuk memenuhi kewajibannya.

d. Peminjam menerbitkan jaminan (guarantee) untuk mengambil alih dan

atau melunasi sebagian atau seluruh kewajiban Peminjam lain dalam hal Peminjam lain tersebut gagal memenuhi kewajibannya (wanprestasi) kepada Bank;

Yang dimaksud dengan jaminan adalah janji yang diterbitkan oleh satu pihak untuk mengambil alih dan atau melunasi sebagian atau seluruh kewajiban pihak yang berutang dalam hal pihak yang berutang gagal memenuhi kewajibannya (wanprestasi).

e. Direksi, Komisaris, dan atau Pejabat Eksekutif Peminjam menjadi

Direksi dan atau Komisaris pada Peminjam lain. (2) Dari sisi kepemilikan saham, untuk menentukan hubungan pengendalian

antara 1 (satu) Peminjam dengan Peminjam lain adalah sebagai berikut: a. Peminjam, baik secara langsung maupun tidak langsung, memiliki

saham sebesar 10% (sepuluh perseratus) atau lebih saham Peminjam lain dan porsi kepemilikan tersebut adalah porsi terbesar; atau

b. Peminjam, baik secara langsung maupun tidak langsung, memiliki saham sebesar 25% (dua puluh lima perseratus) atau lebih saham Peminjam lain. Apabila 1 (satu) Peminjam memiliki saham Peminjam lain dengan persentase sebagaimana dijelaskan pada huruf a atau huruf b, maka kedua Peminjam tersebut digolongkan sebagai 1 (satu) kelompok Peminjam. Penggolongan kelompok Peminjam berlaku pula apabila 1 (satu) pihak yang sama menjadi pengendali beberapa Peminjam, yaitu apabila pihak tersebut memiliki saham di beberapa Peminjam dengan persentase sebagaimana dijelaskan pada huruf a dan atau huruf b. Hal

Page 34: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset - bi.go.id dan... · Lampiran 16 : Contoh Perhitungan Potential Future Credit Exposure Hal. 140 ... Pada Komputer yang Sudah Ter-install Aplikasi

Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal

21

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

SE 7/14/DPNP 2005 Romawi III.B No. 2 SE 7/14/DPNP 2005 Romawi III.C

ini antara lain dicontohkan dalam Lampiran 7 (Lampiran 7 Kodifikasi ini).

(3) Unsur dasar penentu hubungan pengendalian melalui kepengurusan antara beberapa Peminjam bukan Pihak Terkait, secara umum sama dengan Pihak Terkait. Dalam hal Direksi, Komisaris, dan atau Pejabat Eksekutif Peminjam juga mendapatkan Penyediaan Dana dari Bank, maka eksposur Penyediaan Dana baik kepada Peminjam serta kepada Direksi, Komisaris, dan atau Pejabat Eksekutif Peminjam tersebut diperhitungkan sebagai satu kesatuan dan Peminjam beserta Direksi, Komisaris, dan atau Pejabat Eksekutif Peminjam ditetapkan sebagai 1 (satu) kelompok Peminjam. Sebagaimana halnya dengan perlakuan untuk Pihak Terkait apabila terdapat beberapa perusahaan yang Komisaris, Direksi, dan atau Pejabat Eksekutifnya merupakan pihak yang sama, maka perusahaan-perusahaan tersebut ditetapkan sebagai 1 (satu) kelompok Peminjam.

(4) Hubungan pengendalian dapat pula diakibatkan melalui hubungan keuangan. Hubungan keuangan itu sendiri ditetapkan berdasarkan beberapa unsur sebagai berikut: 1) Ketergantungan keuangan (financial interdependence)

Salah satu faktor yang digunakan untuk menentukan adanya ketergantungan keuangan antara 2 (dua) pihak adalah dengan melihat nilai transaksi antara kedua belah pihak tersebut. Dalam hal terdapat transaksi yang materiil antara 1 (satu) pihak dengan pihak lain yang mengakibatkan kesehatan keuangan pihak tersebut dipengaruhi secara langsung oleh pihak lain lain, maka antara pihak-pihak tersebut ditetapkan memiliki ketergantungan keuangan (financial interdependence). Beberapa faktor yang dapat digunakan dalam menganalisa hubungan transaksi antar pihak yang dapat menyebabkan ketergantungan keuangan antara lain adalah ketergantungan penjualan pada pihak tertentu dan atau ketergantungan terhadap pinjaman maupun sumber dana dari pihak tertentu. Analisa ketergantungan keuangan sebagaimana dijelaskan diatas dititikberatkan hanya kepada hubungan transaksional antara 1 (satu) pihak secara langsung dengan pihak lain. Pihak-pihak tersebut dapat digolongkan kedalam satu kelompok Peminjam apabila cash flow dari satu pihak akan terganggu secara signifikan akibat gangguan cash flow dari pihak lain, sehingga secara signifikan mempengaruhi kemampuan masing-masing pihak dalam membayar kewajibannya kepada Bank.

2) Pengalihan Risiko Melalui Penjaminan Faktor lain yang digunakan untuk menentukan adanya ketergantungan keuangan antara 2 (dua) pihak adalah adanya pengalihan risiko kredit melalui penjaminan dimana pihak yang menjamin akan mengambil alih sebagian atau keseluruhan risiko keuangan dari pihak yang dijamin. Bentuk penjaminan yang diberikan dalam menentukan hubungan keuangan dapat terdiri dari berbagai bentuk seperti: personal guarantee, corporate guarantee, dan atau aval. Hubungan keuangan sebagaimana dijelaskan diatas berlaku baik untuk Pihak Terkait dengan Bank maupun bukan. Dalam penentuan Pihak Terkait, apabila diantara pihak-pihak yang mempunyai hubungan keuangan merupakan Pihak Terkait dengan Bank maka keseluruhan pihak yang mempunyai

Page 35: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset - bi.go.id dan... · Lampiran 16 : Contoh Perhitungan Potential Future Credit Exposure Hal. 140 ... Pada Komputer yang Sudah Ter-install Aplikasi

Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal

22

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

Pasal 12 8/13/PBI/2006 Ayat (2)

hubungan keuangan tersebut ditetapkan sebagai Pihak Terkait dengan Bank.

Hubungan keuangan sebagaimana dijelaskan diatas tidak berlaku untuk fasilitas Penyediaan Dana yang diberikan Bank kepada debiturnya dalam rangka kegiatan usaha Bank pada umumnya seperti pinjaman dan atau penjaminan yang diberikan dalam berbagai bentuk seperti; performance bond, bid bonds, atau akseptasi. Tidak termasuk pula dalam pengertian hubungan keuangan sebagaimana dijelaskan diatas adalah hubungan penjaminan karena kegiatan perasuransian oleh perusahaan asuransi dan jaminan yang diberikan oleh pemerintah, baik itu Pemerintah Republik Indonesia atau pemerintah negara lain

(5) Pengendali sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf b adalah pengendali sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 (Paragraf 8 Kodifikasi ini) ayat (3).

BAB IV Perhitungan BMPK Bagian Pertama Kredit

13 Pasal 13 7/3/PBI/2005 Ayat (1) SE 7/14/DPNP 2005 Romawi IV.C No. 1

Pasal 13 7/3/PBI/2005 Ayat (2) – (5)

(1) Penyediaan Dana berupa Kredit ditetapkan sebagai Penyediaan Dana kepada debitur.

Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara Bank dengan pihak lain yang mewajibkan peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Termasuk dalam pengertian Kredit adalah: a. Cerukan (overdraft) yaitu saldo negatif pada rekening giro nasabah

yang tidak dapat dibayar lunas pada akhir hari; b. Pengambilalihan tagihan dalam rangka kegiatan anjak piutang; c. Pengambilalihan atau pembelian kredit dari pihak lain.

Penyediaan Dana berupa Kredit ditetapkan sebagai eksposur terhadap Peminjam atau debitur Kredit tersebut. Sementara itu untuk menghitung BMPK, Penyediaan Dana berupa Kredit dihitung berdasarkan baki debet. Hal ini antara lain dicontohkan dalam Lampiran 10 (Lampiran 10 Kodifikasi ini).

(2) BMPK untuk Kredit dihitung berdasarkan baki debet. (3) Debitur untuk pengambilalihan tagihan dalam rangka anjak piutang atau

pembelian kredit dengan persyaratan tanpa janji untuk membeli kembali (without recourse) adalah pihak yang berkewajiban untuk melunasi piutang. Contoh: Bank mengambil alih tagihan dari PT. Z terhadap PT X without recourse sebesar Rp. 150.000.000 (seratus lima puluh juta rupiah), maka BMPK Bank ditetapkan sebagai Penyediaan Dana kepada PT. X.

(4) Debitur untuk pengambilalihan dalam rangka anjak piutang atau

pembelian kredit dengan persyaratan janji untuk membeli kembali (with recourse) adalah pihak yang menjual tagihan/kredit.

Page 36: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset - bi.go.id dan... · Lampiran 16 : Contoh Perhitungan Potential Future Credit Exposure Hal. 140 ... Pada Komputer yang Sudah Ter-install Aplikasi

Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal

23

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

Contoh: Bank mengambil alih tagihan dari PT. Z terhadap PT X with recourse sebesar Rp. 150.000.000 (seratus lima puluh juta rupiah), maka BMPK Bank ditetapkan sebagai Penyediaan Dana kepada PT. Z.

(5) Baki debet untuk pengambilalihan dalam rangka anjak piutang atau pembelian kredit dihitung berdasarkan harga beli.

Bagian Kedua Surat Berharga 14 Pasal 14

7/3/PBI/2005

Penyediaan Dana berupa Surat Berharga oleh Bank wajib memenuhi persyaratan sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia yang berlaku.

15 Pasal 15 7/3/PBI/2005

(1) Penyediaan Dana berupa Surat Berharga ditetapkan sebagai Penyediaan Dana kepada penerbit Surat Berharga tersebut, kecuali ditetapkan tersendiri.

(2) BMPK untuk pembelian Surat Berharga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung berdasarkan harga beli, kecuali ditetapkan tersendiri.

SE 7/14/DPNP 2005 Romawi IV.C No. 2

(3) Penyediaan Dana berupa Surat Berharga ditetapkan sebagai eksposur terhadap penerbit Surat Berharga tersebut. Sementara itu untuk menghitung BMPK, Penyediaan Dana berupa Surat Berharga dihitung berdasarkan harga beli Surat Berharga. Kecuali ditetapkan tersendiri kedua pengaturan diatas berlaku untuk Surat Berharga secara umum.

16 Pasal 16 7/3/PBI/2005

(1) Penyediaan Dana berupa Surat Berharga yang Dibeli dengan Janji Dijual Kembali ditetapkan sebagai Penyediaan Dana kepada pihak yang menjual Surat Berharga. Contoh: Bank membeli surat berharga PT. X yang dimiliki Bank Z dengan janji akan dijual kembali. BMPK untuk Surat Berharga Yang Dibeli Dengan Janji Dijual Kembali tersebut ditetapkan sebagai Penyediaan Dana kepada Bank Z sebagai penjual. Sedangkan Bank Z tetap memiliki Penyediaan Dana surat berharga kepada PT. X sebagai penerbit surat berharga. Selanjutnya apabila pada tanggal jatuh tempo transaksi repo Bank Z tidak dapat melunasi tagihan repo maka Bank akan memiliki Penyediaan Dana surat berharga kepada PT. X.

(2) BMPK untuk Surat Berharga yang Dibeli dengan Janji Dijual Kembali sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung berdasarkan harga beli.

SE 7/14/DPNP 2005 Romawi IV.C No. 2a

(3) Pembelian Surat Berharga secara repo bagi reverse party, ditetapkan sebagai Penyediaan Dana terhadap pemilik Surat Berharga yang dijual secara repo (repo party). Sementara itu, bagi repo party, Surat Berharga yang direpokan tetap diperhitungkan sebagai Penyediaan Dana kepada penerbit Surat Berharga (issuer). Lampiran 11 (Lampiran 11 Kodifikasi ini) merupakan contoh umum mekanisme transaksi Surat Berharga secara repo.

Page 37: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset - bi.go.id dan... · Lampiran 16 : Contoh Perhitungan Potential Future Credit Exposure Hal. 140 ... Pada Komputer yang Sudah Ter-install Aplikasi

Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal

24

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

17 Pasal 17 7/3/PBI/2005 Ayat (1) SE 7/14/DPNP 2005 Romawi IV.C No.2b

(1) Penyediaan Dana berupa Surat Berharga yang dihubungkan atau dijamin dengan aset tertentu yang mendasari (underlying reference asset) ditetapkan sebagai berikut: a. untuk Surat Berharga yang pembayaran kewajibannya terkait langsung

dengan aset yang mendasari (pass through) dan tidak dapat dibeli kembali (non redemption) oleh penerbit ditetapkan sebagai Penyediaan Dana kepada Reference Entity;

b. untuk Surat Berharga yang tidak memenuhi kriteria sebagaimana dimaksud pada huruf a ditetapkan sebagai Penyediaan Dana kepada: 1) penerbit; dan 2) Reference Entity.

Yang dimaksud dengan Surat Berharga yang dihubungkan/dijamin dengan aset tertentu yang mendasari (underlying reference asset) adalah bentuk Surat Berharga dimana harga/nilai dari Surat Berharga tersebut ditentukan antara lain berdasarkan harga/nilai dari suatu instrumen tertentu yang ditetapkan sebagai instrumen dasar seperti reksadana atau efek beragun aset. Pengaturan untuk Surat Berharga sebagaimana dimaksud diatas dapat dibagi 2 sebagai berikut:

1) Pass-Through dan Non-Redemption Yang dimaksud dengan pass-through adalah apabila pembayaran kewajiban Surat Berharga sepenuhnya terkait langsung dengan aset/instrumen yang mendasari penerbitan Surat Berharga, yaitu apabila pembayaran pokok dan bunga Surat Berharga tersebut sepenuhnya berasal dan merupakan penerusan dari pembayaran pokok dan bunga aset/instrumen yang mendasari. Sementara itu yang dimaksud dengan non-redemption adalah apabila: a. Surat Berharga tersebut tidak dapat dicairkan kepada penerbit

sebelum Surat Berharga jatuh tempo; b. pada saat jatuh tempo, pembayaran/pencairan Surat Berharga

tersebut sepenuhnya bergantung pada kualitas aset/instrumen yang mendasari Surat Berharga tersebut. Risiko atas terjadinya wanprestasi pembayaran dari aset/instrumen yang mendasari yang menyebabkan terjadinya wanprestasi pembayaran Surat Berharga, sepenuhnya diambil alih oleh pembeli Surat Berharga tersebut; dan

c. tidak dapat dibeli kembali oleh Penerbit Surat Berharga. Pembelian Surat Berharga yang dihubungkan/ dijamin dengan aset/instrumen tertentu yang mendasari (underlying reference asset) dan memenuhi kriteria pass-through dan non-redemption sebagaimana dijelaskan di atas ditetapkan sebagai Penyediaan Dana kepada Reference Entity. Sementara itu, BMPK untuk masing-masing Reference Entity tersebut dihitung secara proporsional berdasarkan proporsi aset/instrumen dasar dari masing-masing Reference Entity terhadap Surat Berharga secara keseluruhan. Lampiran 12 (Lampiran 12 Kodifikasi ini) merupakan contoh transaksi efek beragun aset.

2) Non-Pass Through dan atau Redemption Pembelian Surat Berharga yang dihubungkan/ dijamin dengan aset/instrumen tertentu yang mendasari (underlying reference asset)

Page 38: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset - bi.go.id dan... · Lampiran 16 : Contoh Perhitungan Potential Future Credit Exposure Hal. 140 ... Pada Komputer yang Sudah Ter-install Aplikasi

Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal

25

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

Pasal 17 7/3/PBI/2005 Ayat (2) – (3)

dan tidak memenuhi kriteria pass-through dan non-redemption sebagaimana dijelaskan pada angka 1) diatas ditetapkan sebagai Penyediaan Dana baik kepada Reference Entity maupun kepada penerbit dari Surat Berharga tersebut. Lampiran 13 (Lampiran 13 Kodifikasi ini) merupakan contoh transaksi reksadana.

(2) BMPK untuk Surat Berharga kepada Reference Entity sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf b angka 2) dihitung secara proporsional berdasarkan proporsi aset yang mendasari (underlying reference asset) dari masing-masing Reference Entity.

Contoh : Bank melakukan investasi di reksadana yang diterbitkan oleh PT.A dengan harga beli sebesar Rp. 150.000.000 (seratus lima puluh juta rupiah) yang portofolionya terdiri dari:

1. Obligasi PT. X sebesar 60% (enam puluh perseratus); 2. Obligasi PT. Y sebesar 40% (empat puluh perseratus).

BMPK untuk portofolio reksadana kepada PT. X dan PT. Y dihitung secara proporsional berdasarkan proporsi asset dasar (reference asset) dari masing-masing PT. X yaitu sebesar 60% (enam puluh perseratus) x Rp 150.000.000 (seratus lima puluh juta rupiah) dan PT Y yaitu sebesar 40% (empat pulu perseratus) x Rp 150.000.000 (seratus lima puluh juta rupiah).

(3) BMPK untuk Surat Berharga kepada penerbit sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) huruf b angka 1) dihitung berdasarkan harga beli. Contoh: Bank melakukan investasi di reksadana yang diterbitkan oleh PT.A dengan harga beli sebesar Rp. 150.000.000 (seratus lima puluh juta rupiah) yang portofolionya terdiri dari:

1) Obligasi PT. X sebesar 60% (enam puluh perseratus); 2) Obligasi PT. Y sebesar 40% (empat puluh perseratus).

BMPK untuk portofolio reksadana kepada PT. A adalah sebesar Rp150.000.000 (seratus lima puluh juta rupiah).

Bagian Ketiga Derivatif Kredit (Credit Derivative) 18 Pasal 18

7/3/PBI/2005

Penyediaan Dana berupa derivatif kredit (credit derivative) ditetapkan sebagai berikut: Jaminan/perlindungan dalam rangka derivatif kredit (credit derivative) tidak mengurangi eksposur Penyediaan Dana bagi pihak yang mengalihkan risiko (protection buyer). a. untuk derivatif kredit (credit derivative) berupa credit default swap atau

instrumen serupa lainnya ditetapkan sebagai Penyediaan Dana kepada Reference Entity.

Contoh: Bank A mengambil alih risiko kredit (protection seller) portofolio aset keuangan dari Bank B dalam bentuk credit default swap. Credit default swap oleh Bank A kepada portofolio aset keuangan Bank B ditetapkan

Page 39: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset - bi.go.id dan... · Lampiran 16 : Contoh Perhitungan Potential Future Credit Exposure Hal. 140 ... Pada Komputer yang Sudah Ter-install Aplikasi

Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal

26

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

SE 7/14/DPNP 2005 Romawi IV.C No. 3

sebagai Penyediaan Dana kepada Reference Entity portofolio aset keuangan tersebut.

b. untuk derivatif kredit (credit derivative) berupa total rate of return swap atau instrumen serupa lainnya ditetapkan sebagai Penyediaan Dana kepada Reference Entity. Contoh: Bank A melakukan pembayaran kepada Bank B sejumlah bunga tertentu ditambah kompensasi kerugian dari portofolio kredit yang dimiliki Bank B yang telah ditetapkan sebagai aset yang mendasari (underlying reference asset). Sementara itu, atas pembayaran dari Bank A tersebut, Bank B membayarkan bunga yang diperoleh dari aset yang mendasari (underlying reference asset) kepada Bank A. Penyediaan Dana Bank A dalam transaksi total rate of return swap ini ditetapkan sebagai Penyediaan Dana kepada Reference Entity dari portofolio kredit yang dimiliki Bank B tersebut.

c. untuk derivatif kredit (credit derivative) berupa credit linked notes atau instrumen serupa lainnya ditetapkan sebagai Penyediaan Dana kepada: 1) Reference Entity; dan 2) penerbit credit linked notes.

Contoh: Penerbit credit linked notes adalah pihak yang mengalihkan risiko kredit (protection buyer). Bank A membeli credit linked notes dari Bank B, dimana aset yang mendasari (underlying reference asset) dari credit linked notes tersebut terdiri dari aset keuangan yang dimiliki Bank B. Pembelian credit linked notes tersebut oleh Bank A diperhitungkan dalam BMPK sebagai Penyediaan Dana kepada: 1. Bank B selaku penerbit credit linked notes; dan 2. Reference Entity dari aset yang mendasari (underlying reference aset) credit linked notes.

d. untuk derivatif kredit (credit derivative) selain sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, dan huruf c, BMPK ditetapkan sesuai dengan risiko kredit yang melekat dari masing-masing instrumen derivatif kredit (credit derivative).

e. BMPK untuk derivatif kredit ditetapkan sesuai dengan risiko kredit yang melekat pada masing- masing instrumen derivatif kredit. Berikut adalah contoh-contoh transaksi derivatif kredit.

a) Credit Default Swap Dalam credit default swap, pihak yang mengambil alih risiko/investor (protection seller) hanya memberikan pembayaran kepada pihak yang mengalihkan risiko (protection buyer) apabila terjadi suatu credit event pada reference asset. Sementara itu, protection buyer hanya melakukan pembayaran terhadap jaminan yang diberikan protection seller dalam bentuk premi. Mekanisme transaksi credit default swap sebagaimana dijelaskan diatas antara lain dapat dicontohkan dalam Lampiran 14 (Lampiran 14 Kodifikasi ini).

Page 40: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset - bi.go.id dan... · Lampiran 16 : Contoh Perhitungan Potential Future Credit Exposure Hal. 140 ... Pada Komputer yang Sudah Ter-install Aplikasi

Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal

27

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

Pembayaran oleh protection seller pada saat terjadi credit event dapat dilakukan sebagai berikut: 1) sebesar nilai par (par value) yang ditukarkan dengan pengiriman

fisik (physical delivery) dari reference asset; 2) dalam bentuk kompensasi sebesar selisih antara nilai par (par

value) dan nilai pengembalian (recovery value) dari reference asset pada saat terjadi credit event; atau

3) jumlah tetap yang telah diperjanjikan sebelumnya. Bagi protection seller, yaitu pihak yang mengambil alih risiko reference asset, jaminan yang diberikan atas reference asset merupakan subjek BMPK dan ditetapkan sebagai eksposur kepada reference entity. Adapun nilai dari jaminan yang diberikan tersebut diperhitungkan dalam BMPK sebesar jumlah maksimum kerugian yang mungkin ditanggung oleh protection seller dalam hal terjadi credit event pada reference asset, sebagaimana telah ditetapkan dalam kontrak/perjanjian transaksi credit default swap dimaksud.

b) Total (rate of) Return Swap Lampiran 15 (Lampiran 15 Kodifikasi ini) merupakan contoh transaksi total (rate of) return swap. Dalam contoh tersebut diatas, protection buyer menukarkan (swap) pendapatan (return) yang diterima dari reference aset ditambah dengan margin tertentu (termasuk kenaikan nilai reference asset), kepada protection seller. Sebagai gantinya, protection seller akan memberi pembayaran dalam jumlah tertentu kepada protection buyer ditambah dengan kompensasi atas turunnya nilai dari reference asset. Dengan pola transaksi total (rate of) return swap sebagaimana dijelaskan diatas, maka protection seller mengambil alih keseluruhan risiko kredit (dan risiko pasar) dari reference asset selama periode transaksi. Berdasarkan hal tersebut diatas, maka bagi protection seller, yaitu pihak yang mengambil alih risiko reference asset, jaminan yang diberikan atas kerugian nilai dari reference asset merupakan subjek BMPK dan ditetapkan sebagai eksposur kepada reference entity. Adapun nilai dari jaminan yang diberikan tersebut diperhitungkan dalam BMPK sebesar jumlah maksimum kerugian yang mungkin ditanggung oleh protection seller, sebagaimana telah ditetapkan dalam kontrak/perjanjian transaksi total (rate of) return) swap dimaksud.

c) Credit Linked Notes Credit linked notes atau CLN merupakan Surat Berharga yang diterbitkan oleh protection buyer yang akan dibayarkan sebesar nilai par pada saat jatuh tempo dengan persyaratan tidak terjadi credit event terhadap reference aset sampai dengan Surat Berharga tersebut jatuh tempo. Dalam hal terjadi credit event maka pemegang CLN mencairkan CLN tersebut kepada penerbit CLN (dengan nilai antara lain sebesar selisih antara nilai par (par value) dan nilai pengembalian (recovery value) dari reference asset pada saat terjadi credit event).

Page 41: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset - bi.go.id dan... · Lampiran 16 : Contoh Perhitungan Potential Future Credit Exposure Hal. 140 ... Pada Komputer yang Sudah Ter-install Aplikasi

Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal

28

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

Berdasarkan karakteristiknya CLN merupakan kombinasi antara obligasi dan credit default swap, sehingga sebagaimana halnya credit default swap, hanya risiko kredit dari reference asset yang dijamin. Namun terdapat perbedaan antara CLN dan credit default swap atau total (rate of) return swap yaitu dalam hal CLN, pihak pembeli CLN atau protection seller membeli/melakukan pembayaran dimuka sebesar nilai reference asset yang mendasari CLN. Berdasarkan hal tersebut diatas maka eksposur yang timbul dari pembelian CLN ditetapkan sebagai eksposur kepada 2 (dua) pihak, yaitu: 1) sebagai eksposur kepada penerbit CLN; dan 2) sebagai eksposur kepada reference entity, dan masing-masing

eksposur tersebut ditetapkan sebagai subjek BMPK. BMPK kepada penerbit untuk pembelian CLN dihitung sebagaimana halnya pembelian Surat Berharga pada umumnya, yaitu sebesar harga beli. Sementara itu, BMPK terhadap reference entity diperlakukan sebagaimana halnya jaminan yang diberikan kepada reference entity dan dihitung secara proporsional berdasarkan proporsi aset yang mendasari.

d) Lainnya Untuk derivatif kredit yang mempunyai karakteristik yang berbeda dengan ketiga bentuk yang telah dijelaskan pada huruf a. sampai dengan huruf c., maka BMPK untuk derivatif kredit tersebut ditetapkan berdasarkan risiko kredit yang melekat serta besarnya risiko yang dialihkan/diambil alih dari instrumen derivatif kredit tersebut. Dalam hal Bank akan melakukan Penyediaan Dana dalam bentuk pembelian derivatif kredit, Bank hendaknya mengacu pula pada Peraturan Penerapan Manajemen Risiko Bank Umum, khususnya yang berkaitan dengan pengelolaan risiko produk dan aktivitas baru. Sehubungan dengan itu, sepanjang Penyediaan Dana dalam bentuk derivatif kredit cukup signifikan dan mempengaruhi profil risiko Bank, Bank harus melaporkannya kepada Bank Indonesia.

Bagian Keempat Tagihan Akseptasi 19

Pasal 19 7/3/PBI/2005

SE 7/14/DPNP 2005 Romawi IV.C No. 4

(1) Penyediaan Dana berupa Tagihan Akseptasi ditetapkan sebagai Penyediaan Dana kepada: a. bank apabila pihak yang wajib melunasi tagihan adalah bank lain; dan

atau b. debitur (applicant) apabila pihak yang wajib melunasi tagihan adalah

debitur. (2) BMPK untuk Tagihan Akseptasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dihitung sebesar nilai wesel yang diaksep.

Yang dimaksud dengan nilai wesel yang diaksep adalah nilai bruto tagihan terhadap debitur (applicant) atau pihak yang menjamin.

(3) Penyediaan Dana berupa Tagihan Akseptasi ditetapkan sebagai eksposur kepada pihak yang wajib melunasi Tagihan Akseptasi tersebut. Untuk Tagihan Akseptasi yang telah diaksep bank lain without recourse, pihak yang berkewajiban melunasi Tagihan Akseptasi tersebut adalah bank

Page 42: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset - bi.go.id dan... · Lampiran 16 : Contoh Perhitungan Potential Future Credit Exposure Hal. 140 ... Pada Komputer yang Sudah Ter-install Aplikasi

Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal

29

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

yang mengaksep tagihan tersebut. Sementara itu, untuk Tagihan Akseptasi yang telah diaksep bank lain dengan syarat with recourse atau tagihan akseptasi yang tidak diaksep oleh bank, maka pihak yang berkewajiban melunasi Tagihan Akseptasi dalam kaitannya dengan perhitungan BMPK adalah nasabah tersebut atau pihak lain yang wajib melunasi Tagihan Akseptasi. Adapun BMPK, untuk Tagihan Akseptasi tersebut dihitung sebesar nilai wesel yang diaksep yaitu sebesar nilai bruto tagihan terhadap pihak yang menjamin.

Bagian Kelima Transaksi Rekening Administratif 20 Pasal 20

7/3/PBI/2005

(1) Penyediaan Dana untuk Transaksi Rekening Administratif berupa jaminan (guarantee), letter of credit (L/C), standby letter of credit (SBLC), atau instrumen serupa lainnya ditetapkan sebagai Penyediaan Dana kepada pemohon (applicant).

(2) BMPK untuk Transaksi Rekening Administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung sebesar nilai yang telah diterbitkan (outstanding).

(3) Jaminan untuk Peminjam dan atau Kelompok Peminjam yang diterima Bank dari bank lain dan atau pihak lain tidak diperhitungkan sebagai pengurang Penyediaan Dana. Bank lain yang memberikan jaminan tetap memperhitungkan jaminan kepada pihak penerima jaminan dalam Transaksi Rekening Administratif.

Bagian Keenam Transaksi Derivatif 21 Pasal 21

7/3/PBI/2005

(1) Penyediaan Dana berupa transaksi derivatif yang berkaitan dengan suku bunga atau valuta asing ditetapkan sebagai Penyediaan Dana kepada pihak lawan (counterparty).

Yang dimaksud transaksi derivatif yang berkaitan dengan suku bunga atau valuta asing adalah: a. kontrak suku bunga seperti single currency interest rate swaps,

forward rate agreements dan instrumen serupa lainnya; b. kontrak valuta asing seperti cross currency swap, cross currency

interest rate swap, forward foreign exchange contracts, dan instrumen serupa lainnya.

Sesuai dengan ketentuan yang berlaku, transaksi derivatif yang diperkenankan adalah transaksi yang berkaitan dengan suku bunga atau valuta asing. Sementara itu transaksi derivatif yang berkaitan dengan saham hanya dapat dilakukan atas izin Bank Indonesia atau dalam rangka Penyertaan Modal atau Penyertaan Modal Sementara sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia yang berlaku.

(2) BMPK untuk transaksi derivatif sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dihitung berdasarkan risiko kredit transaksi derivatif. (3) Risiko kredit transaksi derivatif sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri

dari Tagihan Derivatif ditambah Potential Future Credit Exposure. (4) Dalam menghitung nilai risiko kredit transaksi derivatif sebagaimana

dimaksud pada ayat (3), Bank dapat melakukan saling hapus (set-off)

Page 43: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset - bi.go.id dan... · Lampiran 16 : Contoh Perhitungan Potential Future Credit Exposure Hal. 140 ... Pada Komputer yang Sudah Ter-install Aplikasi

Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal

30

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

SE 7/14/DPNP 2005 Romawi IV.C No. 6a SE 7/14/DPNP 2005 Romawi IV.C No. 6b

sepanjang memenuhi persyaratan sebagai berikut: a. merupakan instrumen sejenis; b. memiliki transaksi yang mendasari (underlying transaction) yang

sejenis;

Yang dimaksud dengan transaksi yang mendasari (underlying transaction) yang sejenis antara lain adalah suku bunga dengan suku bunga, dan nilai tukar dengan nilai tukar.

c. memiliki valuta yang sama; d. dilakukan dengan pihak lawan (counterparty) yang sama; e. mempunyai jangka waktu yang sama; dan f. diatur dalam perjanjian para pihak (netting agreement) berdasarkan

peraturan perundang-undangan yang berlaku. (5) Penyediaan Dana berupa transaksi derivatif yang didasari oleh suku bunga

atau valuta asing ditetapkan sebagai eksposur kepada pihak lawan transaksi (counterparty). Contoh transaksi derivatif tersebut di atas antara lain seperti single currency interest rate swap, forward rate agreements, cross currency swap, cross currency interest rate swap, forward foreign exchange contracts atau instrumen serupa lainnya. Tidak termasuk dalam pengertian transaksi derivatif disini adalah transaksi derivatif berupa derivatif kredit.

(6) BMPK untuk transaksi derivatif sebagaimana tersebut diatas dihitung berdasarkan risiko kredit transaksi derivatif tersebut. Risiko kredit transaksi derivatif adalah penjumlahan dari:

1) Tagihan derivatif yaitu jumlah positif potensi keuntungan suatu perjanjian/kontrak transaksi derivatif yang diperoleh dari proses mark to market dari perjanjian/kontrak transaksi derivatif (selisih positif antara nilai kontrak dengan nilai wajar transaksi derivatif); dan Potential Future Credit Exposure yaitu seluruh potensi keuntungan suatu perjanjian/kontrak transaksi derivatif selama umur perjanjian/kontrak transaksi derivatif yang ditentukan berdasarkan persentase tertentu dari nilai nosional perjanjian/kontrak transaksi derivatif tersebut. Besarnya persentase tertentu yang ditetapkan sebagai faktor konversi untuk menentukan jumlah Potential Future Credit Exposure ditentukan berdasarkan jangka waktu dan faktor yang mendasari perjanjian/kontrak transaksi derivatif sebagaimana dijelaskan dalam tabel berikut ini.

Page 44: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset - bi.go.id dan... · Lampiran 16 : Contoh Perhitungan Potential Future Credit Exposure Hal. 140 ... Pada Komputer yang Sudah Ter-install Aplikasi

Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal

31

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

SE 7/14/DPNP 2005 Romawi IV.C No. 6c SE 7/14/DPNP 2005 Romawi IV.C No. 6d SE 7/14/DPNP 2005 Romawi IV.C No. 6e

Sementara itu, yang dimaksud dengan nilai nosional dari suatu perjanjian/kontrak adalah nilai nosional efektif yang digunakan/ditetapkan untuk menentukan jumlah arus pembayaran antara para pihak yang terlibat dalam transaksi.

(7) Jangka waktu untuk menghitung Potential Future Credit Exposure adalah jangka waktu perjanjian/kontrak transaksi derivatif, kecuali ditetapkan tersendiri sebagai berikut: 1) Untuk perjanjian/kontrak transaksi derivatif yang secara otomatis

kembali menjadi 0 (nol) (automatically reset to zero) setelah pembayaran, jangka waktu yang digunakan adalah sisa jangka waktu sampai dengan pembayaran berikutnya. Dalam hal perjanjian/kontrak transaksi derivatif berdasarkan suku bunga memiliki jangka waktu lebih dari 1 (satu) tahun, maka persentase konversi yang ditetapkan serendah-rendahnya 0.5% (nol koma lima perseratus) walaupun periode reset kurang dari 1 (satu) tahun;

2) Untuk perjanjian/kontrak transaksi derivatif yang melakukan penyesuaian tingkat bunga (interest rate adjustment), jangka waktu yang digunakan adalah sisa jangka waktu sampai dengan penyesuaian tingkat bunga berikutnya. Dalam hal perjanjian/kontrak transaksi derivatif berdasarkan suku bunga memiliki jangka waktu lebih dari 1 (satu) tahun, maka persentase konversi yang ditetapkan serendah-rendahnya 0.5% (nol koma lima perseratus) walaupun periode penyesuaian tingkat bunga kurang dari 1 (satu) tahun;

3) Untuk perjanjian/kontrak transaksi derivatif yang didasarkan pada suatu instrumen referensi yang mempunyai jangka waktu, jangka waktu yang digunakan adalah jangka waktu dari instrumen referensi tersebut.

(8) Dalam hal transaksi derivatif merupakan transaksi yang berbasis nilai tukar, maka Potential Future Credit Exposure dihitung dengan menggunakan kurs yang telah diperjanjikan dalam transaksi. Lampiran 16 (Lampiran 16 Kodifikasi ini) merupakan contoh perhitungan Potential Future Credit Exposure.

(9) Perhitungan risiko kredit beberapa transaksi derivatif yang dilengkapi dengan perjanjian saling hapus antara pihak yang melakukan transaksi (bilateral netting agreement), dilakukan dengan menghitung eksposur bersih (net exposures) dari masing-masing transaksi tersebut, baik untuk komponen Potential Future Credit Exposure maupun komponen tagihan derivatif. Perhitungan eksposur bersih untuk komponen Potential Future Credit Exposure dalam menentukan risiko kredit transaksi derivatif dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

A net = [0,4 x A gross + (0,6 x NGR x A gross)]

dimana: 1) Anet adalah eksposur bersih (net exposure) Potential Future Credit

Exposure (adjusted sum Potential Future Credit Exposure); 2) Agross adalah jumlah seluruh eksposur kotor (gross exposure) Potential

Future Credit Exposure dari masing-masing transaksi derivatif; dan 3) NGR adalah rasio eksposur bersih terhadap eksposur kotor (net to

gross ratio)

Page 45: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset - bi.go.id dan... · Lampiran 16 : Contoh Perhitungan Potential Future Credit Exposure Hal. 140 ... Pada Komputer yang Sudah Ter-install Aplikasi

Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal

32

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

Sementara itu, untuk menghitung eksposur bersih tagihan derivatif untuk transaksi yang dilengkapi perjanjian saling hapus dilakukan dengan menjumlahkan jumlah positif dan jumlah negatif nilai mark to market dari transaksi-transaki yang dilengkapi dengan perjanjian saling hapus tersebut. Apabila hasil penjumlahan tersebut adalah negatif, maka nilai yang digunakan adalah 0 (nol). Lampiran 17 (Lampiran 17 Kodifikasi ini) merupakan contoh perhitungan Potential Credit Exposure untuk transaksi yang dilengkapi perjanjian saling hapus.

Bagian Ketujuh Penyertaan 22 Pasal 22

7/3/PBI/2005 SE 7/14/DPNP 2005 Romawi IV.C No. 7

(1) Penyediaan Dana berupa Penyertaan Modal ditetapkan sebagai Penyediaan Dana kepada perusahaan tempat Bank melakukan Penyertaan Modal (investee).

(2) BMPK untuk Penyertaan Modal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung berdasarkan harga perolehan.

Yang dimaksud harga perolehan dalam ayat ini adalah harga beli ditambah biaya lain yang dikeluarkan pertama kali pada saat Penyertaan Modal dilakukan. Perhitungan harga perolehan untuk Penyertaan Modal berupa penanaman dana dalam bentuk surat utang konversi (convertible bond) dengan opsi saham (equity option) atau jenis transaksi tertentu yang berakibat Bank memiliki atau akan memiliki saham adalah sebesar nilai saham atau penyertaan yang akan dimiliki.

(3) Penyediaan Dana berupa Penyertaan Modal ditetapkan sebagai eksposur

kepada perusahaan tempat Bank melakukan Penyertaan (investee). Definisi Penyertaan Modal adalah penanaman dana Bank dalam bentuk saham pada bank atau perusahaan di bidang keuangan lainnya sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku seperti perusahaan sewa guna usaha, modal ventura, perusahaan efek, asuransi serta lembaga kliring penyelesaian dan penyimpanan, termasuk penanaman dalam bentuk surat konversi utang (convertible bonds) dengan opsi saham (equity options) atau jenis transaksi tertentu yang berakibat Bank memiliki atau akan memiliki saham pada bank dan atau perusahaan yang bergerak di bidang keuangan lainnya. Adapun jumlah Penyediaan Dana dalam bentuk penyertaan saham adalah sebesar harga perolehan, yakni seluruh biaya yang dikeluarkan dalam rangka penyertaan. Untuk penanaman dalam bentuk surat konversi utang (convertible bonds) dengan opsi saham (equity options), yang diperhitungkan adalah sebesar nilai saham atau penyertaan yang akan diperoleh Bank apabila surat konversi utang (convertible bonds) dikonversi menjadi saham. Untuk jenis transaksi tertentu yang berakibat Bank memiliki atau akan memiliki saham seperti transaksi opsi saham, Penyediaan Dana yang diperhitungkan dalam BMPK adalah sebesar nilai keseluruhan saham yang akan dimiliki apabila opsi tersebut di-exercise. Adapun transaksi opsi saham yang termasuk dalam Penyertaan adalah opsi saham dimana Bank memiliki pengendalian berdasarkan 2 faktor sebagai berikut: a. Faktor Potential Voting Rights yakni yang dilihat berdasarkan

1) hak atas keuntungan/laba yang diperoleh investee,

Page 46: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset - bi.go.id dan... · Lampiran 16 : Contoh Perhitungan Potential Future Credit Exposure Hal. 140 ... Pada Komputer yang Sudah Ter-install Aplikasi

Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal

33

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

2) risiko dalam menanggung kerugian investee dan atau 3) hak untuk menggunakan hak suara atau mengurangi hak suara

pemegang saham lain; serta b. Faktor waktu kepemilikan (presently exercisable) atas Potential Voting

Rights yakni apakah hak ataupun risiko sebagaimana dijelaskan pada huruf a telah berada/dapat digunakan investor pada saat transaksi opsi saham dilakukan. Dalam hal ini perlu diperhatikan apakah opsi saham dapat diexercise sewaktu-waktu (exercise at any time); atau apakah transaksi opsi saham distruktur sedemikian rupa sehingga opsi tersebut wajib di-exercise (mandatory exercise), misalnya penetapan strike price opsi yang sedemikian rupa sehingga mengharuskan opsi di-exercise pada saat jatuh tempo atau perpanjangan terus menerus dari opsi yang mengindikasikan keinginan dari pihak pemegang opsi untuk meng-exercise opsi tersebut. Adapun kemampuan keuangan (financial capability) dari Bank untuk dapat menggunakan hak tersebut tidak mempengaruhi penilaian faktor waktu kepemilikan sebagaimana dijelaskan diatas. Dalam melakukan transaksi opsi saham, Bank hendaknya mengacu pada Transaksi Derivatif. Sesuai ketentuan tersebut, transaksi derivatif yang diperkenankan adalah transaksi derivatif yang didasarkan atas suku bunga dan nilai tukar. Sementara itu, transaksi derivatif atas dasar saham hanya diperkenankan apabila transaksi tersebut memenuhi persyaratan yang diatur dalam ketentuan BMPK dan ketentuan prinsip kehatihatian dalam kegiatan penyertaan modal. Adapun transaksi derivatif atas dasar saham yang diperuntukan untuk jual beli saham, yaitu transaksi yang tidak memenuhi persyaratan dalam kedua ketentuan diatas, tidak diperkenankan.

BAB V Pelampauan BMPK

23 Pasal 23 8/13/PBI/2006

(1) Penyediaan Dana oleh Bank dikategorikan sebagai Pelampauan BMPK apabila disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut: a. penurunan Modal Bank; b. perubahan nilai tukar; c. perubahan nilai wajar;

Termasuk dalam perubahan nilai wajar antara lain adalah perubahan nilai dalam pencatatan penyertaan dengan metode ekuitas (equity method) yang telah lebih dari 1 (satu) tahun atau pencatatan Surat Berharga yang dimiliki dengan menggunakan nilai pasar (mark to market).

d. penggabungan usaha, perubahan struktur kepemilikan dan atau

perubahan struktur kepengurusan yang menyebabkan perubahan Pihak Terkait dan atau kelompok Peminjam;

e. perubahan ketentuan. Termasuk dalam perubahan ketentuan adalah perubahan pihak-pihak yang dikategorikan sebagai Pihak Terkait atau kelompok Peminjam.

Page 47: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset - bi.go.id dan... · Lampiran 16 : Contoh Perhitungan Potential Future Credit Exposure Hal. 140 ... Pada Komputer yang Sudah Ter-install Aplikasi

Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal

34

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

SE 7/14/DPNP 2005 Romawi IV SE 7/14/DPNP 2005 Romawi V

(2) Penentuan Peminjam dalam perhitungan Pelampauan BMPK dilakukan sesuai ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 sampai dengan Pasal 22 (Paragraf 13 sampai dengan Paragraf 22 Kodifikasi ini).

(3) Pelampauan BMPK dihitung berdasarkan nilai yang tercatat pada tanggal laporan. Nilai yang tercatat pada tanggal laporan adalah sebagaimana diatur dalam Standar Akuntansi Kuangan yang berlaku terhadap masing-masing instrumen. Khusus untuk Transaksi Derivatif, nilai tercatat pada tanggal laporan termasuk nilai Potential Future Credit Exposure.

(4) Bank dinyatakan melakukan pelanggaran BMPK, apabila terdapat selisih lebih antara persentase BMPK yang diperkenankan dengan persentase Penyediaan Dana terhadap Modal Bank yang terjadi pada saat pemberian Penyediaan Dana. Bank dinyatakan melakukan pelampauan BMPK apabila terdapat selisih lebih antara persentase BMPK yang diperkenankan dengan persentase Penyediaan Dana terhadap Modal Bank yang terjadi pada tanggal laporan.

(5) Penyediaan Dana oleh Bank dikategorikan sebagai Pelampauan BMPK apabila terdapat selisih lebih antara persentase Penyediaan Dana terhadap Modal Bank dengan persentase BMPK yang diperkenankan yang disebabkan oleh penurunan Modal Bank, perubahan nilai tukar, perubahan nilai wajar, penggabungan usaha dan atau perubahan struktur kepengurusan yang menyebabkan perubahan Pihak Terkait dan atau kelompok Peminjam, dan atau perubahan ketentuan. Perhitungan Pelampauan BMPK didasarkan pada nilai tercatat pada tanggal laporan (carrying value) dari penyediaan dana yang dicatat sesuai Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku. Untuk transaksi derivatif, nilai tercatat pada tanggal laporan termasuk Potential Future Credit Exposure yang telah ditetapkan untuk transaksi tersebut. A. Penurunan Modal Bank

Yang dimaksud dengan penurunan Modal Bank dalam kaitannya dengan Pelampauan BMPK adalah penurunan modal inti dan atau modal pelengkap atau NHOF, yang mengakibatkan Modal Bank, sebagai faktor penyebut untuk perhitungan BMPK, menjadi lebih kecil.

B. Perubahan Nilai Tukar dan atau Nilai Wajar Perubahan nilai tukar dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan nilai tercatat Penyediaan Dana dalam bentuk valuta asing, sehingga dapat mengakibatkan Pelampauan BMPK. Sesuai standar akuntansi keuangan, penyesuaian atas nilai tukar hanya dilakukan untuk akun-akun dalam bentuk monetary asset, sehingga penyertaan modal dalam valuta asing tidak disesuaikan dengan kurs pada tanggal laporan. Yang dimaksud dengan perubahan nilai wajar adalah perubahan nilai sesuai standar akuntansi keuangan yang berlaku, misalnya pencatatan Surat Berharga sesuai nilai pasar dan pencatatan penyertaan dengan menggunakan equity method. Peningkatan jumlah penyertaan akibat equity method yang belum melampaui jangka waktu 1 (satu) tahun, tidak diperhitungkan sebagai pelampauan BMPK. Penyertaan yang dikonsolidasi dan menghasilkan goodwill, dapat diamortisasi dalam

Page 48: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset - bi.go.id dan... · Lampiran 16 : Contoh Perhitungan Potential Future Credit Exposure Hal. 140 ... Pada Komputer yang Sudah Ter-install Aplikasi

Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal

35

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

jangka waktu tertentu. Sejalan dengan itu, maka nilai penyertaan dalam laporan keuangan bank secara individual juga dianggap mengalami penurunan nilai (impairement) sebesar amortisasi goodwill tersebut. Penurunan nilai tersebut diakui sebagai kerugian atas penurunan nilai penyertaan dan mengurangi nilai tercatat pada laporan keuangan bank secara individual. Untuk transaksi derivatif yang dinilai kembali (repricing), komponen Potential Future Credit Exposure dihitung kembali pada waktu dilakukannya penilaian kembali.

C. Penggabungan Usaha dan atau Perubahan Struktur Kepengurusan Penggabungan usaha, baik dalam bentuk akuisisi, merger, atau perubahan struktur kepemilikan lainnya, dan atau perubahan struktur kepengurusan baik yang dilakukan oleh Bank penyedia dana maupun oleh Peminjam dapat mengakibatkan berubahnya pihak-pihak yang ditetapkan sebagai Pihak Terkait atau kelompok Peminjam. Sehubungan dengan itu, sebagai akibat terjadinya penggabungan usaha dan atau perubahan struktur kepengurusan tersebut, Bank harus mengevaluasi ulang jumlah eksposur yang dimilikinya atas Peminjam berkaitan dengan batasan (limit) tentang Batas Maksimum Pemberian Kredit Bank Umum untuk Pihak Terkait dan atau kelompok Peminjam.

BAB VI Penyelesaian Pelanggaran dan Pelampauan BMPK 24 Pasal 24

8/13/PBI/2006

(1) Bank wajib menyusun dan menyampaikan rencana tindak (action plan) untuk penyelesaian Pelanggaran BMPK dan atau Pelampauan BMPK.

(2) Action plan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib memuat paling kurang langkah-langkah untuk penyelesaian Pelanggaran BMPK dan atau Pelampauan BMPK serta target waktu penyelesaian.

(3) Target waktu penyelesaian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan sebagai berikut: a. untuk Pelanggaran BMPK, paling lambat dalam jangka waktu 1 (satu)

bulan sejak action plan disampaikan kepada Bank Indonesia. b. untuk Pelampauan BMPK yang disebabkan oleh hal-hal sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 23 huruf a, huruf b, dan huruf c (Paragraf 23 Kodifikasi ini) ditetapkan paling lambat 9 (sembilan) bulan sejak action plan disampaikan kepada Bank Indonesia.

c. untuk Pelampauan BMPK yang disebabkan oleh hal-hal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 (Paragraf 23 Kodifikasi ini) huruf d, ditetapkan paling lambat 12 (dua belas) bulan sejak action plan disampaikan kepada Bank Indonesia.

d. untuk Pelampauan BMPK yang disebabkan oleh hal-hal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 (Paragraf 23 Kodifikasi ini) huruf e, ditetapkan paling lambat 18 (delapan belas) bulan sejak batas akhir waktu penyampaian action plan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 (Paragraf 25 Kodifikasi ini) ayat (3).

(4) Dalam hal jangka waktu penyelesaian action plan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dinilai tidak mungkin dicapai, Bank atas dasar persetujuan Bank Indonesia dapat menetapkan jangka waktu penyelesaian action plan yang berbeda dengan jangka waktu penyelesaian action plan sebagaimana dimaksud pada ayat (3).

Page 49: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset - bi.go.id dan... · Lampiran 16 : Contoh Perhitungan Potential Future Credit Exposure Hal. 140 ... Pada Komputer yang Sudah Ter-install Aplikasi

Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal

36

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

25 Pasal 25 7/3/PBI/2005

(1) Action plan untuk Pelanggaran BMPK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 (Paragraf 24 Kodifikasi ini) harus diterima Bank Indonesia paling lambat 1 (satu) bulan sejak terjadinya Pelanggaran BMPK.

(2) Action plan untuk Pelampauan BMPK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 (Paragraf 24 Kodifikasi ini) yang disebabkan oleh hal-hal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 (Paragraf 23 Kodifikasi ini) huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d harus diterima Bank Indonesia paling lambat 1 (satu) bulan setelah akhir bulan laporan.

Untuk Pelampauan BMPK yang disebabkan oleh penggabungan usaha, jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat ini adalah 1 (satu) bulan setelah akhir bulan laporan sejak disahkannya akta penggabungan usaha oleh instansi yang berwenang.

(3) Action plan untuk Pelampauan BMPK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 (Paragraf 24 Kodifikasi ini) yang disebabkan oleh hal-hal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 (Paragraf 23 Kodifikasi ini) huruf e harus diterima Bank Indonesia paling lambat 3 (tiga) bulan sejak diberlakukannya ketentuan baru.

26 Pasal 26 7/3/PBI/2005

(1) Bank wajib menyampaikan laporan pelaksanaan action plan masing-masing untuk Pelanggaran BMPK dan Pelampauan BMPK.

(2) Laporan pelaksanaan action plan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib disampaikan kepada Bank Indonesia paling lambat 14 (empat belas) hari kerja setelah realisasi action plan.

BAB VII Pengecualian 27 Pasal 27

7/3/PBI/2005

(1) Ketentuan BMPK dikecualikan untuk: a. pembelian Surat Berharga yang diterbitkan oleh Pemerintah Indonesia

dan atau Bank Indonesia sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

Yang dimaksud dengan Pemerintah Indonesia adalah pemerintah pusat dan pemerintah daerah.

b. bagian Penyediaan Dana yang dijamin oleh Pemerintah Indonesia

sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku dan memenuhi persyaratan sebagai berikut: 1) jaminan bersifat tanpa syarat (unconditional) dan tidak dapat

dibatalkan (irrevocable);

Yang dimaksud dengan tanpa syarat (unconditional) adalah apabila:

1. manfaat yang diperoleh Bank penyedia dana dari jaminan tidak berkurang secara substansial walaupun terjadi kerugian yang disebabkan oleh faktor-faktor di luar kendali Bank; dan

2. tidak memuat persyaratan prosedural, seperti: a. mempersyaratkan waktu pengajuan pemberitahuann

wanprestasi (notification of default);

Page 50: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset - bi.go.id dan... · Lampiran 16 : Contoh Perhitungan Potential Future Credit Exposure Hal. 140 ... Pada Komputer yang Sudah Ter-install Aplikasi

Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal

37

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

b. mempersyaratkan kewajiban pembuktian itikad baik (good faith) oleh Bank penyedia dana; dan atau

c. mempersyaratkan pencairan jaminan dengan cara dilakukannya saling hapus (set-off) terlebih dahulu dengan kewajiban Bank penyedia dana kepada pihak penjamin.

2) harus dapat dicairkan selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kerja

sejak diajukan klaim, termasuk pencairan sebagian; 3) mempunyai jangka waktu paling kurang sama dengan jangka

waktu Penyediaan Dana; dan 4) tidak dijamin kembali (counter guarantee) oleh Bank penyedia

dana atau bank yang bukan prime bank. c. bagian Penyediaan Dana yang dijamin oleh:

1) agunan dalam bentuk agunan tunai berupa giro, deposito, tabungan, setoran jaminan dan atau emas;

Dalam hal agunan tunai berupa emas maka nilai agunan ditentukan berdasarkan harga pasar (market value).

2) agunan berupa Surat Berharga yang diterbitkan oleh Pemerintah

Indonesia dan atau Bank Indonesia, sepanjang memenuhi persyaratan sebagai berikut:

Termasuk dalam pengertian Penyediaan Dana yang dijamin agunan Surat Berharga yang diterbitkan oleh Pemerintah Indonesia dan atau Bank Indonesia adalah Surat Berharga Yang Dibeli Dengan Janji Dijual Kembali (reverse repurchase agreement). Dalam hal agunan berupa Surat Utang Negara (SUN) maka nilai agunan ditentukan berdasarkan nilai pasar (market value) SUN tersebut atau dalam hal tidak tersedia nilai pasar ditentukan berdasarkan nilai wajar (fair value).

a) agunan diblokir dan dilengkapi dengan surat kuasa pencairan

dari pemilik agunan untuk keuntungan Bank penerima agunan, termasuk pencairan sebagian untuk membayar tunggakan angsuran pokok/bunga;

b) bersifat tanpa syarat (unconditional) dan tidak dapat dibatalkan (irrevocable);

Yang dimaksud dengan tanpa syarat (unconditional) adalah apabila: 1. manfaat yang diperoleh Bank Penyedia Dana dari

jaminan tidak berkurang secara substansial walaupun terjadi kerugian yang disebabkan oleh faktor-faktor di luar kendali Bank; dan

2. tidak memuat persyaratan prosedural, seperti: a. mempersyaratkan waktu pengajuan pemberitahuan

wanprestasi (notification of default);

Page 51: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset - bi.go.id dan... · Lampiran 16 : Contoh Perhitungan Potential Future Credit Exposure Hal. 140 ... Pada Komputer yang Sudah Ter-install Aplikasi

Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal

38

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

SE 7/14/DPNP 2005 Romawi VI.A

b. mempersyaratkan kewajiban pembuktian itikad baik (good faith) oleh Bank penyedia dana; dan atau

c. mempersyaratkan pencairan jaminan dengan cara dilakukannya saling hapus (setoff) terlebih dahulu dengan kewajiban Bank penyedia dana kepada pihak penjamin.

c) jangka waktu pemblokiran sebagaimana dimaksud pada

huruf a) paling kurang sama dengan jangka waktu Penyediaan Dana;

d) memiliki pengikatan hukum yang kuat (legally enforceable) sebagai agunan, bebas dari segala bentuk perikatan lain, bebas dari sengketa, tidak sedang dijaminkan kepada pihak lain, termasuk tujuan penjaminan yang jelas;

e) untuk agunan tunai sebagaimana dimaksud pada angka 1), disimpan atau ditatausahakan pada Bank penyedia dana atau pada prime bank.

(2) Bank wajib mengajukan klaim terhadap jaminan atau agunan yang diterima sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dan huruf c paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sejak Peminjam wanprestasi (event of default).

(3) Peminjam dianggap wanprestasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) apabila: a. terjadi tunggakan pokok dan atau bunga dan atau tagihan lainnya

selama 90 (sembilan puluh hari); b. tidak diterimanya pembayaran pokok dan atau bunga dan atau tagihan

lainnya pada saat Penyediaan Dana jatuh tempo; atau c. tidak dipenuhinya persyaratan lainnya selain pembayaran pokok dan

atau bunga yang dapat mengakibatkan terjadinya wanprestasi. (4) Penyediaan Dana yang dijamin oleh agunan tunai dikecualikan dari

ketentuan BMPK. Latar belakang penggunaan agunan tunai sebagai agunan yang dapat digunakan dalam pengecualian BMPK adalah bahwa agunan tunai bersifat sangat likuid, mudah dicairkan, dan mempunyai nilai yang relatif tetap. Oleh karena itu, risiko Penyediaan Dana yang dijamin agunan tunai tersebut dapat dimitigasi secara menyeluruh. Apabila fungsi mitigasi tersebut tidak dapat dipenuhi oleh agunan tunai yang diberikan, antara lain disebabkan bahwa agunan tunai berasal dari Penyediaan Dana yang diberikan Bank penyedia dana, maka agunan tunai tersebut tidak dapat diakui sebagai agunan yang dapat digunakan dalam pengecualian BMPK. Agunan yang memenuhi syarat agunan tunai sesuai ketentuan tersebut diatas adalah agunan tunai yang memenuhi persyaratan-persyaratan yang ditetapkan dalam ketentuan termasuk jangka waktu pemblokiran yang paling kurang sama dengan jangka waktu Penyediaan Dana serta jangka waktu pengajuan klaim. Sehubungan dengan itu agunan tunai tersebut adalah agunan yang digunakan untuk menjamin Penyediaan Dana yang bersifat sebagai utang piutang dan tidak termasuk Penyediaan Dana dalam bentuk Penyertaan.

28 Pasal 28 7/3/PBI/2005

Prime bank sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 (Paragraf 27 Kodifikasi ini) ayat (1) huruf c angka 2) huruf e) wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut: a. memiliki peringkat investasi yang diberikan oleh lembaga pemeringkat

Page 52: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset - bi.go.id dan... · Lampiran 16 : Contoh Perhitungan Potential Future Credit Exposure Hal. 140 ... Pada Komputer yang Sudah Ter-install Aplikasi

Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal

39

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

paling kurang: 1) BBB- berdasarkan penilaian Standard & Poors; 2) Baa3 berdasarkan penilaian Moody’s; 3) BBB- berdasarkan penilaian Fitch; atau 4) peringkat investasi setara dengan angka 1), angka 2), dan atau angka

3) berdasarkan penilaian lembaga pemeringkat terkemuka lain yang ditetapkan oleh Bank Indonesia,berdasarkan penilaian terhadap prospek usaha jangka panjang (long term outlook) banK tersebut; dan

b. memiliki total aset yang termasuk dalam 200 (dua ratus) besar dunia berdasarkan informasi yang tercantum dalam banker’s almanac.

29 Pasal 29 7/3/PBI/2005

Ketentuan BMPK dikecualikan untuk Penempatan sepanjang Penempatan tersebut termasuk dalam cakupan yang dijamin dan memenuhi syarat program penjaminan Pemerintah serta Bank tempat Penempatan memenuhi persyaratan program penjaminan Pemerintah. Program penjaminan Pemerintah yang berlaku adalah yang diselenggarakan oleh Unit Pelaksana Program Penjaminan atau Lembaga Penjamin Simpanan sebagaimana diatur dalam peraturan perundangundangan yang berlaku.

30 Pasal 30 8/13/PBI/2006 SE 7/14/DPNP 2005 Romawi VI.C

(1) Dalam hal program penjaminan Pemerintah tidak meliputi Penempatan maka Penempatan merupakan komponen Penyediaan Dana yang diperhitungkan dalam BMPK.

Yang dimaksud program penjaminan Pemerintah tidak meliputi Penempatan termasuk apabila Penempatan tidak memenuhi syarat untuk dijamin berdasarkan program penjaminan Pemerintah. Program penjaminan Pemerintah mengacu kepada peraturan perundang-undangan tentang Lembaga Penjamin Simpanan.

(2) Dalam hal Penempatan tidak merupakan cakupan program penjaminan

Pemerintah, maka bagian dari Penempatan berupa Penempatan kepada Bank lain di Indonesia melalui Pasar Uang Antar Bank (PUAB) untuk tujuan manajemen likuiditas dengan jangka waktu sampai dengan 14 (empat belas) hari dikecualikan dari ketentuan BMPK.

Yang dimaksud dengan manajemen likuiditas adalah kegiatan yang dilakukan Bank untuk mengelola risiko likuiditas (liquidity risk) dan mengoptimalkan likuiditas yang tersedia.

(3) Penempatan tidak merupakan cakupan program penjaminan Pemerintah, maka bagian dari Penempatan berupa Penempatan kepada Bank lain di Indonesia melalui Pasar Uang Antar Bank (PUAB) untuk tujuan manajemen likuiditas dengan jangka waktu sampai dengan 14 (empat belas) hari dikecualikan dari BMPK. Pengaturan ini berlaku untuk counterparty Bank yang merupakan Bank lain di Indonesia baik yang merupakan peserta program penjaminan Pemerintah ataupun tidak. Pasar Uang Antar Bank (PUAB) yang dimaksud dalam pengaturan ini adalah PUAB di Indonesia sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia yang berlaku.

Page 53: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset - bi.go.id dan... · Lampiran 16 : Contoh Perhitungan Potential Future Credit Exposure Hal. 140 ... Pada Komputer yang Sudah Ter-install Aplikasi

Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal

40

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

31 Pasal 31 7/3/PBI/2005 SE 7/14/DPNP 2005 Romawi VI.D

(1) Penyertaan Modal kepada bank lain di Indonesia dikecualikan dari ketentuan BMPK sepanjang Bank melakukan konsolidasi dengan bank penerima Penyertaan Modal (investee).

Yang dimaksud dengan bank lain di Indonesia adalah bank umum dan bank perkreditan rakyat. Yang dimaksud dengan konsolidasi pada ayat ini adalah konsolidasi laporan keuangan dan konsolidasi dalam pelaksanaan prinsip kehatihatian yang antara lain mencakup kewajiban penyediaan modal minimum, batas maksimum pemberian kredit, dan posisi devisa neto serta tindak lanjut pengawasan dan penetapan status Bank.

(2) Pengecualian Penyertaan Modal sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

berlaku dengan ketentuan sebagai berikut: a. Penyertaan Modal yang dilakukan mengakibatkan Bank wajib

melakukan konsolidasi laporan keuangan dengan investee; Kewajiban melakukan konsolidasi sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku.

b. Bank dan investee bersedia memberikan komitmen secara tertulis kepada Bank Indonesia untuk menerapkan pengawasan Bank dan investee secara individual maupun secara konsolidasi; dan Penerapan pengawasan Bank dan investee meliputi penerapan ketentuan kehati-hatian yaitu kewajiban penyediaan modal minimum, batas maksimum pemberian kredit, dan posisi devisa neto serta tindak lanjut pengawasan dan penetapan status Bank.

c. Penyertaan Modal memenuhi persyaratan sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia yang berlaku. Ketentuan yang berlaku antara lain adalah Peraturan Bank Indonesia tentang Prinsip Kehati-hatian Dalam Kegiatan Penyertaan Modal.

(3) Penyediaan Dana selain Penyertaan Modal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada investee merupakan komponen Penyediaan Dana yang diperhitungkan dalam BMPK.

(4) Penyertaan Modal kepada bank lain di Indonesia dapat dikecualikan dari BMPK sepanjang memenuhi persyaratan tertentu. Salah satu persyaratan yang wajib dipenuhi untuk pengecualian Penyertaan Modal tersebut adalah Bank dan investee bersedia memberikan komitmen secara tertulis kepada Bank Indonesia untuk menerapkan pengawasan Bank dan investee secara individual maupun konsolidasi. Adapun penerapan pengawasan secara konsolidasi tersebut meliputi penerapan ketentuan kehati-hatian yaitu kewajiban penyediaan modal minimum, batas maksimum pemberian kredit, dan posisi devisa neto serta tindak lanjut pengawasan dan penetapan status Bank. Rasio-rasio yang diperhatikan dalam penetapan pengawasan khusus dan pengawasan intensif, antara lain mencakup giro wajib minimum, rasio kredit bermasalah terhadap total kredit, dan penilaian tingkat kesehatan. Penerapan pengawasan secara individual

Page 54: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset - bi.go.id dan... · Lampiran 16 : Contoh Perhitungan Potential Future Credit Exposure Hal. 140 ... Pada Komputer yang Sudah Ter-install Aplikasi

Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal

41

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

maupun secara konsolidasi sebagaimana dimaksud diatas diilustrasikan dalam Lampiran 19 dan Lampiran 20 (Lampiran 19 dan 20 Kodifikasi ini).

32

Pasal 32 7/3/PBI/2005

Pengambilalihan (negosiasi) wesel ekspor berjangka dikecualikan dari perhitungan BMPK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 dan Pasal 11 (Paragraf 4 dan Paragraf 11 Kodifikasi ini) sepanjang memenuhi persyaratan sebagai berikut: a. wesel ekspor berjangka diterbitkan atas dasar Letter of Credit (L/C)

berjangka (Usance L/C) yang sesuai dengan Uniform Customs and Practice for Documentary Credits (UCP) yang berlaku; dan

b. telah diaksep oleh prime bank sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 (Paragraf 28 Kodifikasi ini).

33 Pasal 33 7/3/PBI/2005

(1) Bagian Penyediaan Dana kepada Peminjam yang dijamin oleh prime bank sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 (Paragraf 28 Kodifikasi ini) dikecualikan dari perhitungan BMPK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 dan Pasal 11 (Paragraf 4 dan Paragraf 11 Kodifikasi ini) sepanjang jaminan yang diberikan memenuhi persyaratan sebagai berikut: a. berbentuk standby letter of credit yang diterbitkan sesuai dengan

Uniform Customs and Practice for Documentary Credits (UCP) atau International Standby Practices (ISP) yang berlaku;

b. bersifat tanpa syarat (unconditional) dan tidak dapat dibatalkan (irrevocable); Yang dimaksud dengan tanpa syarat (unconditional) adalah apabila: 1. manfaat yang diperoleh Bank penyedia dana dari jaminan tidak

berkurang secara substansial walaupun terjadi kerugian yang disebabkan oleh faktor-faktor di luar kendali Bank; dan

2. tidak memuat persyaratan prosedural, seperti: a. mempersyaratkan waktu pengajuan pemberitahuan

wanprestasi (notification of default); b. mempersyaratkan kewajiban pembuktian itikad baik (good

faith) oleh Bank penyedia dana; dan atau c. mempersyaratkan pencairan jaminan dengan cara

dilakukannya saling hapus (set-off) terlebih dahulu dengan kewajiban Bank penyedia dana kepada pihak penjamin.

c. harus dapat dicairkan selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kerja sejak

diajukan klaim, termasuk pencairan sebagian; d. mempunyai jangka waktu paling kurang sama dengan jangka waktu

Penyediaan Dana; dan e. tidak dijamin kembali (counter guarantee) oleh Bank penyedia dana

atau bank yang bukan prime bank. (2) Pengecualian dari perhitungan BMPK sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

ditetapkan paling tinggi: a. 90% (sembilan puluh perseratus) dari Modal Bank untuk Penyediaan

Dana kepada Pihak Terkait; b. 80% (delapan puluh perseratus) dari Modal Bank untuk Penyediaan

Dana kepada 1 (satu) Peminjam yang bukan merupakan Pihak Terkait; dan

Page 55: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset - bi.go.id dan... · Lampiran 16 : Contoh Perhitungan Potential Future Credit Exposure Hal. 140 ... Pada Komputer yang Sudah Ter-install Aplikasi

Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal

42

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

c. 75% (tujuh puluh lima perseratus) dari Modal Bank untuk Penyediaan Dana kepada 1 (satu) kelompok Peminjam yang bukan merupakan Pihak Terkait.

(3) Bank wajib mengajukan klaim terhadap jaminan yang diterima sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sejak Peminjam wanprestasi (event of default).

(4) Peminjam dianggap wanprestasi (event of default) sebagaimana dimaksud pada ayat (3) apabila: a. terjadi tunggakan pokok dan atau bunga dan atau tagihan lainnya

selama 90 (sembilan puluh) hari; b. tidak diterimanya pembayaran pokok dan atau bunga dan atau tagihan

lainnya pada saat Penyediaan Dana jatuh tempo; atau c. tidak dipenuhinya persyaratan lainnya selain pembayaran pokok dan

atau bunga yang dapat mengakibatkan terjadinya wanprestasi (event of default).

34 Pasal 34

7/3/PBI/2005

SE 7/14/DPNP 2005 Romawi VI.B

Penempatan pada setiap prime bank sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 (Paragraf 28 Kodifikasi ini) tidak diperhitungkan dalam Batas Maksimum Pemberian Kredit dengan jumlah paling tinggi masing-masing sebesar Modal Bank.

Penempatan kepada setiap prime bank tidak diperhitungkan dalam BMPK dengan jumlah paling tinggi masing-masing sebesar Modal Bank. Hal ini antara lain dicontohkan dalam Lampiran 18 (Lampiran 18 Kodifikasi ini).

35 Pasal 35

7/3/PBI/2005

(1) Bagian Penyediaan Dana kepada Peminjam yang dijamin oleh lembaga pembangunan multilateral dikecualikan dari perhitungan BMPK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 dan Pasal 11 (Paragraf 4 dan Paragraf 11 Kodifikasi ini) sepanjang jaminan yang diberikan memenuhi persyaratan sebagai berikut: a. penyediaan Dana bertujuan untuk pembiayaan di Indonesia; b. penjamin merupakan lembaga pembangunan multilateral yang

ditetapkan Bank Indonesia; dan

Yang dimaksud dengan lembaga pembangunan multilateral dalam huruf ini adalah International Bank for Reconstruction and Development (IBRD), Inter-American Development Bank, Asian Development Bank (ADB), International Finance Corporation (IFC), European Investment Bank (EIB), Islamic Development Bank (IDB), Council of Europe Social Development Fund (Council of Europe Resettlement Fund), Nordic Investment Bank, European Bank for Reconstruction and Development (EBRD), European Investment Fund, Inter-American Investment Corporation, dan Africa Development Bank (AfDB), serta lembaga pembangunan multilateral lainnya yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.

c. jaminan yang diberikan memenuhi persyaratan sebagai berikut:

1) bersifat tanpa syarat (unconditional) dan tidak dapat dibatalkan (irrevocable);

Page 56: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset - bi.go.id dan... · Lampiran 16 : Contoh Perhitungan Potential Future Credit Exposure Hal. 140 ... Pada Komputer yang Sudah Ter-install Aplikasi

Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal

43

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

Yang dimaksud dengan tanpa syarat (unconditional) adalah apabila: 1. manfaat yang diperoleh Bank penyedia dana dari jaminan tidak

berkurang secara substansial (berdasarkan asas materialitas) walaupun terjadi kerugian yang disebabkan oleh faktor-faktor di luar kendali Bank; dan

2. tidak memuat persyaratan prosedural, seperti: a. mempersyaratkan waktu pengajuan pemberitahuan

wanprestasi (notification of default); b. mempersyaratkan kewajiban pembuktian itikad baik (good

faith) oleh Bank penyedia dana; dan atau c. mempersyaratkan pencairan jaminan dengan cara

dilakukannya saling hapus (set-off) terlebih dahulu dengan kewajiban Bank penyedia dana kepada pihak penjamin.

2) harus dapat dicairkan selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kerja

sejak diajukan klaim, termasuk pencairan sebagian; 3) mempunyai jangka waktu paling kurang sama dengan jangka

waktu Penyediaan Dana; dan 4) tidak dijamin kembali (counter guarantee) Bank penyedia dana

atau bank yang bukan prime bank. (2) Pengecualian dari perhitungan BMPK sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

ditetapkan paling tinggi: a. 90% (sembilan puluh perseratus) dari Modal Bank untuk Penyediaan

Dana kepada Pihak Terkait; b. 80% (delapan puluh perseratus) dari Modal Bank untuk Penyediaan

Dana kepada 1 (satu) Peminjam yang bukan merupakan Pihak Terkait; atau

c. 75% (tujuh puluh lima perseratus) dari Modal Bank untuk Penyediaan Dana kepada 1 (satu) kelompok Peminjam yang bukan merupakan Pihak Terkait.

(3) Bank wajib mengajukan klaim terhadap jaminan yang diterima sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sejak Peminjam wanprestasi (event of default).

(4) Peminjam dianggap wanprestasi (event of default) sebagaimana dimaksud pada ayat (3) apabila: a. terjadi tunggakan pokok dan atau bunga dan atau tagihan lainnya

selama 90 (sembilan puluh) hari; b. tidak diterimanya pembayaran pokok dan atau bunga dan atau tagihan

lainnya pada saat Penyediaan Dana jatuh tempo; atau c. tidak dipenuhinya persyaratan lainnya selain pembayaran pokok dan

atau bunga yang dapat mengakibatkan terjadinya wanprestasi (event of default).

36 Pasal 36 7/3/PBI/2005

(1) Penyertaan Modal Sementara untuk mengatasi kegagalan Kredit sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia yang berlaku dikecualikan dari perhitungan BMPK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 dan Pasal 11 (Paragraf 4 dan Paragraf 11 Kodifikasi ini) dan ketentuan Pihak Terkait sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 (Paragraf 8 Kodifikasi ini).

Page 57: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset - bi.go.id dan... · Lampiran 16 : Contoh Perhitungan Potential Future Credit Exposure Hal. 140 ... Pada Komputer yang Sudah Ter-install Aplikasi

Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal

44

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

(2) Dalam hal terdapat Penyediaan Dana baru yang diberikan terhadap perusahaan dimana Bank melakukan Penyertaan Modal Sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (1), maka Penyediaan Dana baru tersebut diperhitungkan dalam BMPK. Dalam hal Penyertaan Modal Sementara untuk mengatasi kegagalan Kredit dilakukan kepada pihak yang bukan merupakan Pihak Terkait, BMPK untuk Penyediaan Dana baru ditetapkan sebagai BMPK untuk pihak yang bukan merupakan Pihak Terkait.

37 Pasal 37 8/13/PBI/2006 SE 7/14/DPNP 2005 Romawi VII. A

(1) Penggolongan kelompok Peminjam sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 (Paragraf 12 Kodifikasi ini) dikecualikan untuk pemberian Kredit kepada nasabah (end user) melalui lembaga pembiayaan dengan metode penerusan (channeling) sepanjang memenuhi persyaratan sebagai berikut : a. Bank melakukan pengawasan terhadap penilaian kelayakan yang

dilakukan oleh lembaga pembiayaan terhadap nasabah (end-user); b. Bank memiliki risiko langsung atas Penyediaan Dana yang disalurkan

kepada nasabah (end-user); Yang dimaksud dengan memiliki risiko langsung adalah apabila kualitas Penyediaan Dana yang disalurkan Bank kepada nasabah (end-user) dengan metode penerusan (channeling) melalui lembaga pembiayaan mencerminkan secara langsung risiko terkini dari masing-masing nasabah (end user).

c. perjanjian Kredit dilakukan antara nasabah (end-user) dengan Bank atau dengan pihak yang diberi kuasa bertindak untuk dan atas nama Bank; Agunan yang diberikan nasabah diikat untuk kepentingan Bank sehingga Bank dapat secara langsung melakukan eksekusi agunan dalam hal terjadi wanprestasi.

d. pembayaran dari nasabah (end-user) untuk keuntungan Bank; dan Tidak termasuk pembayaran dari nasabah (end-user) untuk keuntungan Bank adalah spread yang timbul dari perbedaan tingkat bunga yang diterima bank dan lembaga pembiayaan yang merupakan jasa bagi lembaga pembiayaan dalam melakukan pengelolaan kredit.

e. lembaga pembiayaan tidak menjamin untuk mengambil alih atau melunasi sebagian atau seluruh kewajiban nasabah (end-user) dalam hal nasabah tersebut gagal memenuhi kewajibannya kepada Bank.

(2) Dalam pengelompokan Peminjam, terdapat kemungkinan dimana beberapa kelompok Peminjam memiliki pengendalian terhadap 1 (satu) Peminjam. Dalam perhitungan BMPK, eksposur yang dimiliki Bank terhadap Peminjam ditambahkan kedalam eksposur masing-masing kelompok Peminjam tersebut, dan Peminjam tersebut ditetapkan sebagai anggota masing-masing kelompok Peminjam tersebut di atas. Perhitungan BMPK dan pengelompokan Peminjam sebagaimana dimaksud di atas dapat

Page 58: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset - bi.go.id dan... · Lampiran 16 : Contoh Perhitungan Potential Future Credit Exposure Hal. 140 ... Pada Komputer yang Sudah Ter-install Aplikasi

Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal

45

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

dicontohkan dalam Lampiran 22 dan Lampiran 23 (Lampiran 22 dan Lampiran 23 Kodifikasi ini). Apabila hubungan pengendalian disebabkan semata-mata karena hubungan keuangan yang disebabkan oleh adanya penjaminan, maka eksposur BMPK bagi Peminjam di atas dihitung secara proporsional untuk masing-masing kelompok Peminjam berdasarkan proporsi penjaminan yang diterima atas Penyediaan Dana Bank kepada Peminjam. Sementara itu, bentuk jaminan yang diakui untuk menghitung BMPK secara proporsional sebagaimana dijelaskan di atas adalah jaminan berupa corporate guarantee. Apabila jaminan yang diterima berbentuk selain corporate guarantee, maka BMPK tidak dihitung secara proporsional. Pengelompokan Peminjam karena adanya jaminan sebagaimana dimaksud di atas dapat dicontohkan dalam Lampiran 23 (Lampiran 23 Kodifikasi ini).

38 Pasal 38

7/3/PBI/2005

Pemberian Kredit dengan pola kemitraan inti-plasma dimana perusahaan inti menjamin Kredit kepada plasma dikecualikan dari pengertian kelompok Peminjam sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 (Paragraf 12 Kodifikasi ini) sepanjang: a. Kredit diberikan dengan pola kemitraan;

Yang dimaksud dengan pola kemitraan adalah pola pengembangan dengan menggunakan perusahaan inti yang membantu membimbing perusahaan rakyat sekitarnya sebagai plasma dalam suatu sistem kerjasama yang saling menguntungkan, utuh, dan berkesinambungan.

b. perusahaan inti bukan merupakan Pihak Terkait dengan Bank; c. plasma bukan merupakan anak perusahaan atau cabang yang dimiliki,

dikuasai, atau berafiliasi dengan inti; d. plasma memproduksi komponen yang diperlukan perusahaan inti sebagai

bagian dari produksi perusahaan inti; dan e. perjanjian Kredit dengan plasma dilakukan oleh Bank secara langsung

dengan plasma.

39 Pasal 39 7/3/PBI/2005

Kredit kepada Pejabat Eksekutif Bank dikecualikan sebagai pemberian Kredit kepada Pihak Terkait sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 dan Pasal 8 (Paragraf 4 dan Paragraf 8 Kodifikasi ini) sepanjang diberikan dalam rangka kesejahteraan sumber daya manusia Bank yang didasarkan pada kebijakan tunjangan dan fasilitas jabatan serta diberikan secara wajar. Yang dimaksud dengan diberikan secara wajar antara lain : 1. berdasarkan kemampuan untuk mengembalikan Kredit yang diterima; 2. tatacara penilaian pemberian Kredit dilakukan dengan memperhatikan

prinsip kehati-hatian yang setara dengan pemberian Kredit kepada pihak-pihak yang bukan merupakan Pejabat Eksekutif Bank;

3. tidak ada perlakuan khusus antar Pejabat Eksekutif Bank dalam pemberian Kredit; dan

4. tatacara pemberian Kredit diatur dalam peraturan kepegawaian yang berlaku umum.

Page 59: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset - bi.go.id dan... · Lampiran 16 : Contoh Perhitungan Potential Future Credit Exposure Hal. 140 ... Pada Komputer yang Sudah Ter-install Aplikasi

Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal

46

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

40 Pasal 40 8/13/PBI/2006 Ayat (1) SE 7/14/DPNP 2005 Romawi VI. E Pasal 40 8/13/PBI/2006 Ayat (2)

(1) Penyediaan Dana Bank kepada Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk tujuan pembangunan ditetapkan paling tinggi sebesar 30% (tiga puluh perseratus) dari Modal Bank. Yang dimaksud dengan BUMN dalam Paragraf ini adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan sebagaimana diatur dalam perundang-undangan yang berlaku. Yang dimaksud dengan Penyediaan Dana kepada BUMN untuk tujuan pembangunan antara lain adalah Penyediaan Dana untuk:

1. pengadaan pangan; 2. pengadaan rumah sangat sederhana; 3. pengadaan/penyediaan/pengelolaan minyak dan gas bumi serta

sumber alam pengganti energi lainnya yang setara; 4. pengadaan/pengolahan komoditi yang berorientasi ekspor; 5. pengadaan/penyediaan/pengelolaan air; 6. pengadaan/penyediaan/pengelolaan listrik; 7. pengadaan infrastruktur penunjang transportasi darat, laut, dan udara

berupa pembangunan jalan, jembatan, rel kereta api, pelabuhan laut dan bandar udara.

Perhitungan Penyediaan Dana kepada 1 (satu) BUMN didasarkan pada keseluruhan Penyediaan Dana yang telah diterima BUMN tersebut, baik untuk tujuan sebagaimana dicantumkan pada angka 1 sampai dengan angka 6 diatas, maupun untuk tujuan lainnya. Selain itu Penyediaan Dana yang diperhitungkan selain Penyediaan Dana secara langsung kepada BUMN yang bersangkutan, maupun kepada kelompok BUMN tersebut. Hal ini dapat diilustrasikan pada Lampiran 21 (Lampiran 21 Kodifikasi ini). Batasan 30% (tiga puluh perseratus) diberlakukan apabila antara Bank dengan BUMN yang menerima Penyediaan Dana tidak mempunyai hubungan pengendalian. Dalam hal terdapat hubungan pengendalian, selain karena adanya kepemilikan pemerintah, maka BMPK untuk BUMN tersebut mengikuti BMPK untuk Pihak Terkait dengan Bank.

(2) Hubungan antara Bank yang berbentuk BUMN atau Badan Usaha Milik

Daerah (BUMD) dengan Peminjam yang berbentuk BUMN dan atau BUMD dikecualikan dari pengertian Pihak Terkait sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 (Paragraf 8 Kodifikasi ini) sepanjang hubungan tersebut semata-mata disebabkan karena kepemilikan langsung Pemerintah Indonesia. Yang dimaksud dengan BUMD dalam ayat ini adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh pemerintah daerah melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan daerah yang dipisahkan sebagaimana diatur dalam perundangundangan yang berlaku. Termasuk sebagai perusahaan BUMN adalah Bank BUMN yang direstrukturisasi sehingga menjadi bagian dari suatu bank holding company yang merupakan BUMN.

Page 60: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset - bi.go.id dan... · Lampiran 16 : Contoh Perhitungan Potential Future Credit Exposure Hal. 140 ... Pada Komputer yang Sudah Ter-install Aplikasi

Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal

47

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

SE 7/14/DPNP 2005 Romawi VI. F Pasal 40 8/13/PBI/2006 Ayat (3)

Pengecualian dari pengertian Pihak Terkait tersebut juga diberlakukan untuk Bank non-BUMN/BUMD yang terdapat kepemilikan saham Pemerintah Indonesia melalui PPA dengan jumlah 10% atau lebih, sepanjang hubungan tersebut semata-mata disebabkan karena kepemilikan langsung Pemerintah Indonesia. Dengan demikian apabila antara Bank dengan BUMN/BUMD tersebut antara lain memiliki hubungan kepengurusan, maka penyediaan dana kepada BUMN/BUMD tersebut diperhitungkan BMPK kepada Pihak Terkait.

(3) Perusahaan-perusahaan BUMN dan atau BUMD tidak diperlakukan sebagai kelompok Peminjam sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 (Paragraf 12 Kodifikasi ini) sepanjang hubungan tersebut semata-mata disebabkan karena kepemilikan langsung Pemerintah Indonesia. Yang dimaksud dengan BUMD dalam ayat ini adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh pemerintah daerah melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan daerah yang dipisahkan sebagaimana diatur dalam perundangundangan yang berlaku. Termasuk sebagai perusahaan BUMN adalah Bank BUMN yang direstrukturisasi sehingga menjadi bagian dari suatu bank holding company yang merupakan BUMN.

41

Pasal 40A 8/13/PBI/2006

Penyediaan Dana kepada perusahaan/badan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 (Paragraf 8 Kodifikasi ini) ayat (1) huruf b yang dikendalikan oleh Bank melalui dana pensiun Bank yang bersangkutan, dikecualikan dari perhitungan BMPK kepada Pihak Terkait sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 (Paragraf 4 Kodifikasi ini) sepanjang memenuhi persyaratan sebagai berikut: a. Hubungan pengendalian antara Bank dengan perusahaan/badan yang

dikendalikan oleh dana pensiun Bank tersebut semata-mata disebabkan adanya kepemilikan dana pensiun terhadap perusahaan/badan tersebut; dan

Sebagai contoh Bank A mengendalikan dana pensiun B. Perusahaa-perusahaan yang dimiliki oleh dana pensiun B bukan merupakan pihak terkait Bank A sepanjang:

1. tidak terdapat pengendalian lain secara langsung dari Bank A; dan atau

2. tidak terdapat pengendalian dari dana pensiun B selain kepemilikan. Yang dimaksud dengan dana pensiun adalah dana pensiun sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku.

b. Penyediaan Dana diberikan dengan persyaratan yang wajar (arm’s length) dan sesuai dengan prosedur umum Penyediaan Dana yang berlaku.

42

Pasal 40B 8/13/PBI/2006

(1) Penyediaan Dana kepada pihak-pihak sebagaimana dimaksud dalam: a. Pasal 8 (Paragraf 8 Kodifikasi ini) ayat (1) huruf c; b. Pasal 8 (Paragraf 8 Kodifikasi ini)ayat (1) huruf d angka 2); c. Pasal 8 (Paragraf 8 Kodifikasi ini) ayat (1) huruf g, huruf j angka 2),

huruf k sampai dengan huruf o, hanya untuk pihak-pihak sebagaimana

Page 61: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset - bi.go.id dan... · Lampiran 16 : Contoh Perhitungan Potential Future Credit Exposure Hal. 140 ... Pada Komputer yang Sudah Ter-install Aplikasi

Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal

48

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

dimaksud pada Pasal 8 (Paragraf 8 Kodifikasi ini) ayat (1) huruf c dan huruf d angka 2,

dikecualikan dari perhitungan BMPK kepada Pihak Terkait sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 4 sepanjang memenuhi persyaratan tertentu

(2) Persyaratan tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sebagai berikut: a. Hubungan pengendalian antara Bank dengan pihak-pihak sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 8 (Paragraf 8 Kodifikasi ini) ayat (1) huruf c dan atau Pasal 8 (Paragraf 8 Kodifikasi ini) ayat (1) huruf d angka 2) semata-mata disebabkan oleh hubungan kepemilikan;

b. Penyediaan Dana diberikan dengan persyaratan yang wajar (arm’s length) dan sesuai dengan prosedur umum Penyediaan Dana yang berlaku; dan

c. Penyediaan Dana diberikan oleh Bank pada saat Bank tidak ditempatkan dalam pengawasan intensif Bank Indonesia.

Termasuk dalam pengertian pemberian Penyediaan Dana oleh Bank ada lah perpanjangan jangka waktu Penyediaan Dana.

(3) Bank yang tidak ditempatkan dalam pengawasan intensif Bank Indonesia

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c adalah bank yang memenuhi kriteria sebagai berikut : a. memiliki peringkat komposit dalam penilaian tingkat kesehatan paling

kurang 3; b. tidak memiliki permasalahan aktual dan atau potensial terhadap

keseluruhan risiko (composite risks); c. tidak memiliki pelanggaran dan atau pelampauan BMPK; d. tidak memiliki pelanggaran posisi devisa neto; e. memiliki rasio giro wajib minimum sama dengan atau lebih besar dari

rasio yang ditetapkan; f. memiliki rasio kredit bermasalah terhadap total kredit secara neto

kurang dari 5% (lima perseratus); dan g. tidak memiliki permasalahan profitabilitas yang mendasar.

Penjelasan masing-masing kriteria sebagaimana dimaksud pada angka 1 sampai dengan angka 7 mengacu pada ketentuan yang berlaku mengenai tindak lanjut pengawasan dan penetapan status Bank.

43

Pasal 40C 8/13/PBI/2006

(1) Penyediaan Dana kepada perusahaan/badan dimana Komisaris, Direksi, dan atau Pejabat Eksekutifnya merupakan: a. Komisaris pada Bank, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 (Paragraf 8

Kodifikasi ini) ayat (1) huruf e; dan atau b. keluarga Komisaris Bank sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8

(Paragraf 8 Kodifikasi ini) ayat (1) huruf f angka 2, dikecualikan dari perhitungan BMPK kepada Pihak Terkait sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 (Paragraf 4 Kodifikasi ini) sepanjang memenuhi persyaratan tertentu.

(2) Persyaratan tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sebagai berikut:

a. Komisaris pada Bank merupakan Komisaris Independen;

Page 62: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset - bi.go.id dan... · Lampiran 16 : Contoh Perhitungan Potential Future Credit Exposure Hal. 140 ... Pada Komputer yang Sudah Ter-install Aplikasi

Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal

49

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

Yang dimaksud dengan Komisaris Independen adalah Komisaris Independen sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia yang berlaku tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance Bagi Bank Umum.

b. Penyediaan Dana diberikan dengan persyaratan yang wajar (arm’s

length) dan sesuai dengan prosedur umum Penyediaan Dana yang berlaku;

c. Komisaris Independen tidak terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung dalam pengambilan keputusan untuk Penyediaan Dana tersebut; dan

d. Tidak terdapat hubungan pengendalian lainnya.

BAB VIII Pelaporan 44 Pasal 41

7/3/PBI/2005

(1) Bank wajib menyampaikan laporan secara berkala dan benar kepada Bank Indonesia mengenai Batas Maksimum Pemberian Kredit.

(2) Tata cara penyusunan dan penyampaian laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), termasuk sanksi pelaporan, mengacu kepada ketentuan Bank Indonesia yang berlaku tentang Laporan Berkala Bank Umum.

(3) Bank wajib menyesuaikan penyusunan Laporan Berkala Bank Umum untuk laporan Batas Maksimum Pemberian Kredit sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia ini. Termasuk yang disesuaikan antara lain definisi Penyediaan Dana, BMPK untuk Kelompok Peminjam, BMPK untuk Kredit yang dijamin oleh lembaga pembangunan multilateral.

BAB IX Ketentuan Lain 45 Pasal 42

7/3/PBI/2005

(1) Bank Indonesia berwenang melakukan koreksi terhadap pelaksanaan ketentuan BMPK oleh Bank. Yang dimaksud dengan pelaksanaan ketentuan BMPK antara lain adalah perhitungan Penyediaan Dana, perhitungan Modal, penentuan kelompok Peminjam dan atau penentuan Pihak Terkait.

(2) Bank wajib melakukan koreksi yang ditetapkan Bank Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam laporan Bank kepada Bank Indonesia dan laporan publikasi sebagaimana diatur dalam ketentuan yang berlaku. Koreksi terhadap laporan kepada Bank Indonesia dan laporan publikasi dilakukan paling kurang untuk periode berikutnya sejak ditetapkannya koreksi Bank Indonesia.

46 Pasal 43 7/3/PBI/2005

(1) Ketentuan dalam Peraturan Bank Indonesia ini berlaku pula bagi Penyediaan Dana oleh Bank yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah.

(2) Definisi Penyediaan Dana sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Bank Indonesia ini bagi Bank yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan

Page 63: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset - bi.go.id dan... · Lampiran 16 : Contoh Perhitungan Potential Future Credit Exposure Hal. 140 ... Pada Komputer yang Sudah Ter-install Aplikasi

Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal

50

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

prinsip syariah, termasuk unit usaha syariah Bank konvensional, disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku untuk Bank yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah.

BAB X Sanksi 47 Pasal 44

7/3/PBI/2005

(1) Bank yang melakukan Pelanggaran BMPK dan atau Pelampauan BMPK dikenakan sanksi penilaian tingkat kesehatan Bank sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia yang berlaku.

(2) Bank yang menyampaikan action plan untuk Pelanggaran BMPK setelah batas akhir waktu sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 25 (Paragraf 25 Kodifikasi ini) ayat (1) sampai dengan 14 (empat belas) hari kerja setelah batas akhir waktu tersebut, dikenakan sanksi berupa kewajiban membayar sebesar Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) per hari kerja keterlambatan.

(3) Bank yang belum menyampaikan action plan untuk Pelanggaran BMPK setelah batas akhir waktu sebagaimana ditetapkan pada ayat (2), dikenakan sanksi berupa kewajiban membayar sebesar Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

(4) Bank yang menyampaikan action plan untuk Pelampauan BMPK setelah batas akhir waktu sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 25 (Paragraf 25 Kodifikasi ini) ayat (2) atau ayat (3) sampai dengan 14 (empat belas) hari kerja setelah batas akhir waktu tersebut, dikenakan sanksi berupa kewajiban membayar sebesar Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah) per hari kerja keterlambatan.

(5) Bank yang belum menyampaikan action plan untuk Pelampauan BMPK setelah batas akhir waktu sebagaimana ditetapkan pada ayat (4), dikenakan sanksi berupa kewajiban membayar sebesar Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).

(6) Bank yang menyampaikan laporan pelaksanaan action plan setelah batas akhir waktu sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 26 (Paragraf 26 Kodifikasi ini) ayat (2) sampai dengan 14 (empat belas) hari kerja setelah batas waktu tersebut, dikenakan sanksi berupa kewajiban membayar sebesar Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah) per hari kerja keterlambatan.

(7) Bank yang belum menyampaikan laporan pelaksanaan action plan setelah batas akhir waktu sebagaimana ditetapkan pada ayat (6), dikenakan sanksi berupa kewajiban membayar sebesar Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).

(8) Bank yang tidak mematuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 (Paragraf 2 Kodifikasi ini) ayat (1), ayat (2), ayat (3), ayat (4), dan ayat (5), Pasal 3 (Paragraf 3 Kodifikasi ini), Pasal 5 (Paragraf 5 Kodifikasi ini)ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4), Pasal 7 (Paragraf 7 Kodifikasi ini), Pasal 10 (Paragraf 10 Kodifikasi ini) ayat (1) dan ayat (2), dan Pasal 24 (Paragraf 24 Kodifikasi ini) ayat (1) dapat dikenakan sanksi administratif antara lain berupa: a. teguran tertulis; b. pencantuman anggota pengurus, pegawai Bank, pemegang saham

dalam daftar pihak-pihak yang mendapat predikat tidak lulus dalam penilaian kemampuan dan kepatutan sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia yang berlaku;

c. pembekuan kegiatan usaha tertentu.

Page 64: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset - bi.go.id dan... · Lampiran 16 : Contoh Perhitungan Potential Future Credit Exposure Hal. 140 ... Pada Komputer yang Sudah Ter-install Aplikasi

Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal

51

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

(9) Bank yang tidak menyelesaikan Pelanggaran BMPK dan/atau Pelampauan BMPK sesuai dengan action plan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 (Paragraf 24 Kodifikasi ini) dan atau tidak melakukan atau tidak melaksanakan langkah penyelesaian sesuai koreksi yang ditetapkan Bank Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 (Paragraf 45 Kodifikasi ini) ayat (2), setelah diberi peringatan 2 (dua) kali oleh Bank Indonesia dengan tenggang waktu 1 (satu) minggu untuk setiap teguran, dikenakan sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 ayat (2) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998, antara lain berupa: a. pencantuman anggota pengurus, pegawai Bank, pemegang saham

dalam daftar pihak-pihak yang mendapat predikat tidak lulus dalam penilaian kemampuan dan kepatutan sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia yang berlaku;

b. pembekuan kegiatan usaha tertentu, antara lain tidak diperkenankan untuk ekspansi Penyediaan Dana; dan atau

c. larangan untuk turut serta dalam rangka kegiatan kliring. (10) Bank yang tidak menyelesaikan Pelanggaran BMPK selain dikenakan sanksi

sebagaimana dimaksud pada ayat (9), terhadap Dewan Komisaris, Direksi, pegawai Bank, pemegang saham maupun pihak terafiliasi lainnya dapat dikenakan sanksi pidana sebagaimana diatur dalam Pasal 49 ayat (2) huruf b, Pasal 50, dan Pasal 50 A Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998.

48 Pasal 45

7/3/PBI/2005

(1) Bank yang menyampaikan daftar rincian Pihak Terkait setelah batas akhir waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 (Paragraf 10 Kodifikasi ini) ayat (2) sampai dengan 14 (empat belas) hari kerja setelah batas akhir waktu tersebut dikenakan sanksi berupa kewajiban membayar sebesar Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah) per hari keterlambatan.

(2) Bank yang belum menyampaikan daftar rincian Pihak Terkait setelah batas akhir waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenakan sanksi kewajiban membayar sebesar Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).

Batas Maksimum Pemberian Kredit Bank Perkreditan Rakyat BAB I Ketentuan Umum

49 Pasal 1 11/13/PBI/2009

1. Bank adalah Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 dan Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.

2. Bank Perkreditan Rakyat, yang selanjutnya disebut BPR, adalah Bank Perkreditan Rakyat sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998, yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional.

Page 65: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset - bi.go.id dan... · Lampiran 16 : Contoh Perhitungan Potential Future Credit Exposure Hal. 140 ... Pada Komputer yang Sudah Ter-install Aplikasi

Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal

52

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

3. Batas Maksimum Pemberian Kredit yang selanjutnya disebut dengan BMPK adalah persentase maksimum realisasi penyediaan dana yang diperkenankan terhadap modal BPR.

4. Penyediaan Dana adalah penanaman dana BPR dalam bentuk: a. kredit, dan/atau b. penempatan dana antar bank.

5. Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara BPR dengan pihak lain yang mewajibkan pihak Peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan.

6. Penempatan Dana Antar Bank adalah penanaman dana BPR pada Bank lain, dalam bentuk giro, tabungan, deposito berjangka, sertifikat deposito, kredit yang diberikan dan penanaman dana lainnya yang sejenis.

7. Modal adalah modal inti dan modal pelengkap sebagaimana diatur dalam Peraturan Bank Indonesia tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum BPR.

8. Pihak Terkait adalah perorangan atau perusahaan/badan yang mempunyai hubungan kepemilikan, kepengurusan, dan/atau keuangan dengan BPR.

9. Pihak Tidak Terkait adalah perorangan atau perusahaan/badan yang tidak mempunyai hubungan kepemilikan, kepengurusan, dan/atau keuangan dengan BPR.

10. Pelanggaran BMPK adalah selisih lebih antara persentase Penyediaan Dana pada saat direalisasikan terhadap Modal BPR dengan BMPK yang diperkenankan.

11. Pelampauan BMPK adalah selisih lebih antara persentase Penyediaan Dana yang telah direalisasikan terhadap Modal BPR pada saat tanggal laporan dengan BMPK yang diperkenankan dan tidak termasuk Pelanggaran BMPK sebagaimana dimaksud pada angka 10.

12. Peminjam adalah nasabah perorangan atau perusahaan/badan yang memperoleh Penyediaan Dana dari BPR berupa Kredit.

13. Direksi: a. bagi BPR berbentuk hukum Perseroan Terbatas adalah Direksi

sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas;

b. bagi BPR berbentuk hukum Perusahaan Daerah adalah Direksi sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah;

c. bagi BPR berbentuk hukum Koperasi adalah pengurus sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian.

14. Dewan Komisaris: a. bagi BPR berbentuk hukum Perseroan Terbatas adalah Dewan Komisaris

sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas;

b. bagi BPR berbentuk hukum Perusahaan Daerah adalah pengawas sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah;

Page 66: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset - bi.go.id dan... · Lampiran 16 : Contoh Perhitungan Potential Future Credit Exposure Hal. 140 ... Pada Komputer yang Sudah Ter-install Aplikasi

Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal

53

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

c. bagi BPR berbentuk hukum Koperasi adalah pengawas sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian.

50 Pasal 2 11/13/PBI/2009 SE 11/21/DKBU 2009 Romawi I No. 1

BPR wajib memperhatikan prinsip kehati-hatian dalam membuat Perjanjian Kredit antara BPR dan Peminjam yang mencantumkan Penyediaan Dana. BPR dalam menyediakan dana perlu memperhatikan prinsip kehati-hatian antara lain dengan penyebaran portofolio penyediaan dana yang diberikan agar risiko penyediaan dana tersebut tidak terpusat pada Peminjam atau kelompok Peminjam tertentu.

51 Pasal 3 11/13/PBI/2009

SE 11/21/DKBU 2009 Romawi III

(1) BPR dilarang membuat Perjanjian Kredit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 (Paragraf 50 Kodifikasi ini) apabila Perjanjian Kredit tersebut mewajibkan BPR untuk menyediakan dana yang akan mengakibatkan terjadinya pelanggaran BMPK.

(2) BPR dilarang memberikan Penyediaan Dana yang mengakibatkan Pelanggaran BMPK.

Kewajiban pemenuhan ketentuan pada ayat ini berlaku untuk setiap saat pemberian/realisasi Penyediaan Dana.

(3) BPR dinyatakan melakukan pelanggaran BMPK apabila terdapat selisih lebih antara persentase penyediaan dana pada saat direalisasikan terhadap Modal BPR dengan BMPK yang diperkenankan. BPR tetap dinilai melanggar BMPK selama pelanggaran BMPK tersebut belum diselesaikan.

(4) Modal BPR yang digunakan dalam perhitungan BMPK adalah jumlah Modal Inti dan Modal Pelengkap sebagaimana diatur dalam Peraturan Bank Indonesia tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum BPR pada posisi bulan terakhir sebelum realisasi penyediaan dana.

(5) Dalam hal terdapat pelanggaran BMPK berupa penyediaan dana dalam bentuk kredit kepada satu atau lebih Peminjam Pihak Tidak Terkait yang merupakan bagian dari kelompok Peminjam Pihak Tidak Terkait maka pelanggaran BMPK dihitung berdasarkan penjumlahan pelanggaran atas pemberian kredit kepada masing-masing Peminjam dan pelanggaran pemberian kredit kepada satu kelompok Peminjam Pihak Tidak Terkait.

Contoh Perhitungan BMPK: Contoh 1: Kredit dengan angsuran yang ditarik sekaligus BPR ”X” memberikan fasilitas kredit dengan pembayaran angsuran kepada debitur A (Pihak Tidak Terkait) yang penarikannya dilakukan secara sekaligus dengan kondisi sebagai berikut: a. Modal BPR : per akhir Juni 2009 sebesar Rp1.500 juta dan

per akhir Juli 2009 sebesar Rp1.400 juta b. BMPK Pihak Tidak Terkait : 20% c. bulan Juli 2009 sebesar Rp300 juta (= 20% x Rp1.500 juta) d. bulan Agustus 2009 sebesar Rp280 juta (= 20% x Rp1.400 juta) e. Fasilitas Kredit : Rp 400 juta f. Jangka Waktu : 18 (delapan belas bulan) g. Tanggal Akad Kredit : 15 Juli 2009 h. Realisasi Kredit : Pencairan Kredit sekaligus pada tanggal 15 Juli 2009

Page 67: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset - bi.go.id dan... · Lampiran 16 : Contoh Perhitungan Potential Future Credit Exposure Hal. 140 ... Pada Komputer yang Sudah Ter-install Aplikasi

Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal

54

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

i. Baki Debet : - per akhir Juli 2009 sebesar Rp 375 juta - per akhir Agustus 2009 sebesar RP 350 juta

Perhitungan Pelanggaran BMPK 1) Bulan Juli 2009

Berdasarkan persentase atas baki debet pada saat realisasi/pencairan kredit debitur A yaitu sebesar Rp400 juta terhadap modal BPR per akhir Juni 2009 sebesar Rp1.500 juta dikurangi dengan persentase BMPK Pihak Tidak Terkait (20%), diperoleh hasil sebagai berikut: (400 juta / 1.500 juta x 100%) – 20% = 6,67% Terdapat pelanggaran BMPK sebesar 6,67%.

2) Bulan Agustus 2009 Berdasarkan persentase atas baki debet debitur A pada akhir Agustus 2009 yaitu sebesar Rp350 juta terhadap modal BPR per akhir Juli 2009 sebesar Rp1.400 juta dikurangi dengan persentase BMPK Pihak Tidak Terkait (20%), diperoleh hasil sebagai berikut: (350 juta / 1.400 juta x 100%) – 20% = 5,00% Terdapat pelanggaran BMPK sebesar 5,00%.

Contoh 2: Kredit yang pencairannya dilakukan secara bertahap BPR ”Y” memberikan fasilitas kredit kepada debitur B (Pihak Terkait) yang pencairannya dilakukan secara bertahap dengan kondisi sebagai berikut: a. Modal BPR :

- per akhir Juli 2009 sebesar Rp2.000 juta - per akhir Agustus 2009 sebesar Rp1.500 juta

b. BMPK Pihak Terkait : 10% - bulan Agustus 2009 sebesar Rp200 juta (= 10% x Rp2.000 juta) - bulan September 2009 sebesar Rp150 juta (= 10% x Rp1.500 juta)

c. Fasilitas kredit : Rp 200 juta d. Jangka waktu : 24 (dua puluh empat bulan) e. Tanggal akad kredit : 10 Agustus 2009 f. Realisasi kredit : Pencairan Kredit secara bertahap

- Pencairan tahap I, tanggal 10 Agustus 2009 : Rp 100juta - Pencairan tahap II, tanggal 10 September 2009 : Rp 100juta

Perhitungan BMPK 1) Bulan Agustus 2009

Berdasarkan persentase atas baki debet pada saat realisasi/pencairan kredit debitur B tahap I sebesar Rp100 juta terhadap modal BPR per akhir Juli 2009 sebesar Rp2.000 juta dikurangi dengan persentase BMPK Pihak Terkait (10%), diperoleh hasil sebagai berikut:

(100 juta / 2.000 juta x 100%) – 10% = -5% Tidak terdapat pelanggaran BMPK.

2) Bulan September 2009 Dengan adanya realisasi/pencairan kredit debitur B tahap II sebesar Rp100 juta sehingga baki debet menjadi sebesar Rp200 juta maka persentase atas baki debet tersebut terhadap modal BPR per akhir Agustus 2009 sebesar Rp1.500 juta dikurangi dengan persentase BMPK Pihak Terkait (10%), diperoleh hasil sebagai berikut:

(200 juta / 1.500 juta x 100%) – 10% = 3,33% Terdapat pelanggaran BMPK sebesar 3,33%.

Page 68: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset - bi.go.id dan... · Lampiran 16 : Contoh Perhitungan Potential Future Credit Exposure Hal. 140 ... Pada Komputer yang Sudah Ter-install Aplikasi

Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal

55

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

Contoh 3: Kredit dengan fasilitas rekening koran BPR ”Y” memberikan fasilitas kredit rekening koran kepada debitur C (Pihak Tidak Terkait) dengan kondisi sebagai berikut:

a. Modal BPR : per akhir Agustus 2009 sebesar Rp 1.800juta b. BMPK Pihak Tidak Terkait : 20% atau sebesar Rp 360juta (=20% x RP

1.800juta) c. Fasilitas kredit : Rp 400juta d. Jangka waktu : 12 (dua belas) bulan e. Tanggal akad kredit : 5 September 2009 f. Realisasi baki debet pada bulan September 2009:

Tanggal Penarikan Penyetoran Saldo Debet

8 September 2009 Rp370.000.000,- Rp370.000.000,-

15 September 2009 Rp5.000.000,- Rp365.000.000,-

28 September 2009 Rp35.000.000,- Rp400.000.000,-

29 September 2009 Rp15.000.000,- Rp385.000.000,-

Perhitungan BMPK Perhitungan BMPK didasarkan pada persentase atas baki debet tertinggi pada bulan yang bersangkutan (September 2009) yaitu sebesar Rp400 juta terhadap modal BPR per akhir Agustus 2009 sebesar Rp1.800 juta dikurangi dengan persentase BMPK Pihak Tidak Terkait (20%), dengan perhitungan sebagai berikut: (400 juta / 1.800 juta x 100%) – 20% = 2,22% Terdapat pelanggaran BMPK sebesar 2,22%.

Contoh 4: Pemberian kredit yang secara individu Peminjam tidak melebihi BMPK namun secara kelompok Peminjam melebihi BMPK BPR ”X” memberikan fasilitas kredit kepada debitur A (Pihak Tidak Terkait) dan debitur PT B (PT B menjamin kredit yang diberikan oleh BPR ”X” kepada debitur A) yang pencairannya dilakuk an secara sekaligus dengan kondisi sebagai berikut:

a. Modal BPR : per akhir September 2009 sebesar Rp 3.000juta b. BMPK Pihak Tidak Terkait:

- Individu Peminjam : 20% atau sebesar Rp 600juta (=20% x Rp 3.000juta)

- Kelompok Peminjam : 30% atau sebesar Rp 900juta (=30% x Rp 3.000juta)

c. Fasilitas krdit : debitur A sebesar Rp 500juta dan debitur PT B sebesar Rp 600juta

d. Jangka waktu : masing-masing 24 (dua puluh empat) bulan e. Tanggal akad kredit : debitur A, tanggal 15 Oktober 2009 dan debitur

PT B, tanggal 20 Oktober 2009 f. Realisasi kredit : Pencairan dilakukan sekaligus debitur A, tanggal

15 Oktober 2009 dan debitur PT B, tanggal 20 Oktober 2009

Page 69: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset - bi.go.id dan... · Lampiran 16 : Contoh Perhitungan Potential Future Credit Exposure Hal. 140 ... Pada Komputer yang Sudah Ter-install Aplikasi

Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal

56

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

Perhitungan BMPK 1) BMPK Individu Peminjam

a) Pemberian kredit BPR ”X” kepada debitur A sebesar R p500 juta tidak melanggar BMPK dengan perhitungan sebagai

berikut: (500 juta / 3.000 juta x 100%) – 20% = -3,34%

b) Pemberian kredit BPR ”X” kepada debitur PT B sebesa r Rp600 juta tidak melanggar BMPK dengan perhitungan sebagai berikut:

(600 juta / 3.000 juta x 100%) – 20% = 0% 2) BMPK Kelompok Peminjam

Mengingat debitur A dan PT B memenuhi kriteria kelompok Peminjam maka perhitungan BMPK juga dihitung berdasarkan baki debet kelompok Peminjam yaitu sebesar Rp1.100 juta (Rp500 juta + Rp600 juta). BMPK kelompok Peminjam Pihak Tidak Terkait yaitu 30%. Perhitungan BMPK kelompok Peminjam tersebut sebagai berikut: (1.100 juta / 3.000 juta x 100%) – 30% = 6,67% Terdapat Pelanggaran BMPK kelompok Peminjam Pihak Tidak Terkait sebesar 6,6,7% Berdasarkan perhitungan angka 1) dan angka 2) diatas, pemberian kredit kepada masing-masing Peminjam yaitu debitur A dan PT B tidak melanggar BMPK namun secara kelompok Peminjam melanggar BMPK sebesar 6,67%.

Contoh 5: Pemberian Kredit dan Penempatan dana pada BPR lain yang secara individu Peminjam melebihi BMPK namun secara kelompok Peminjam tidak melebihi BMPK BPR ”Y” menempatkan dananya pada BPR ”Z” dan member ikan fasilitas kredit kepada debitur PT A (Pihak Tidak Terkait yang memiliki saham BPR ”Z” sebesar 40%) dengan kondisi sebagai berikut:

a. Modal BPR : per akhir Oktober 2009 sebesar Rp5.000 juta b. BMPK Pihak Tidak Terkait:

- Individu Peminjam : 20% atau sebesar Rp1.000 juta (= 20% x Rp5.000 juta) - Kelompok Peminjam : 30% atau sebesar Rp1.500 juta (= 30% x Rp5.000 juta)

g. Penyediaan Dana BPR ”Y” pada BPR ”Z” berupa: - Deposito : Rp500 juta, jangka waktu 3 (tiga) bulan (10

November 2009 – 10 Februari 2010) - Kredit : Rp700 juta

d. BPR ”Y” memberikan kredit kepada debitur PT A sebes ar Rp800 juta e. Jangka waktu : 36 (tiga puluh enam) bulan f. Tanggal akad kredit : - BPR ”Z”, tanggal 4 November 2009 dan debitur

PT A, tanggal 11 November 2009 g. Realisasi kredit : Pencairan dilakukan sekaligus BPR ”Z” pada tanggal 4 November 2009 debitur PT A pada tanggal 11 November 2009

Perhitungan BMPK: (1) BMPK Individu Peminjam

Penempatan dana BPR ”Y” pada BPR ”Z” berupa deposito sebesar Rp500 juta dan kredit sebesar Rp700 juta, sehingga jumlah

Page 70: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset - bi.go.id dan... · Lampiran 16 : Contoh Perhitungan Potential Future Credit Exposure Hal. 140 ... Pada Komputer yang Sudah Ter-install Aplikasi

Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal

57

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

penempatan dana sebesar Rp1.200 juta. BMPK Penempatan Dana Antar Bank pada BPR lain yaitu sebesar 20%. Perhitungan BMPK Penempatan Dana Antar Bank tersebut sebagai berikut: (1.200 juta / 5.000 juta x 100%) – 20% = 4,00% Pemberian kredit BPR ”Y” kepada debitur PT A sebesa r Rp800 juta tidak melanggar BMPK dengan perhitungan sebagai berikut:

(800 ta / 5.000 juta x 100%) – 20% = -4,00%

(2) BMPK Kelompok Peminjam Mengingat debitur PT A dan BPR ”Z” memenuhi kriteri a kelompok Peminjam maka perhitungan BMPK juga dihitung berdasarkan kelompok Peminjam. Berdasarkan perhitungan, BMPK kelompok Peminjam tidak melanggar BMPK karena secara keseluruhan jumlah baki debet dalam bentuk kredit masing-masing kepada debitur PT A Rp700 juta dan BPR ”Z” Rp800 juta yaitu sebesar Rp1.500 juta, tidak melebihi BMPK kelompok Peminjam Pihak Tidak Terkait yaitu paling tinggi 30%, dengan perhitungan sebagai berikut: (1.500 juta / 5.000 juta x 100%) – 30% = 0,00% Berdasarkan perhitungan diatas, maka:

a. Penempatan dana BPR ”Y” pada BPR ”Z” melanggar BMPK untuk Penempatan Dana Antar Bank pada BPR lain sebesar 4,00%.

b. Pemberian kredit BPR ”Y” kepada debitur PT A tidak melanggar BMPK.

c. Pemberian kredit kepada BPR ”Z” dan debitur PT A se bagai kelompok Peminjam Pihak Tidak Terkait juga tidak melanggar BMPK.

Contoh 6: Pemberian Kredit yang secara individu dan kelompok Peminjam melebihi BMPK BPR ”B” memberikan fasilitas kredit kepada debitur Pihak Tidak Terkait PT X dan PT Y. PT X dan PT Y dimiliki oleh Sdr. S dengan kepemilikan saham pada masing-masing PT tersebut 50%. Pencairan kredit dilakukan sekaligus dengan kondisi sebagai berikut:

a. Modal BPR : per akhir November 2009 sebesar Rp4.000 juta b. BMPK Pihak Tidak Terkait:

- Individu Peminjam : 20% atau sebesar Rp800 juta (= 20% x Rp4.000 juta) - Kelompok Peminjam : 30% atau sebesar Rp1.200 juta (= 30% x Rp4.000 juta)

c. Fasilitas kredit : - debitur PT X sebesar Rp1.000 juta dan - debitur PT Y sebesar Rp900 juta

d. Jangka waktu : masing-masing 48 (empat puluh delapan) bulan e. Tanggal akad kredit :

- debitur PT X, tanggal 7 Desember 2009 - debitur PT Y, tanggal 15 Desember 2009

f. Realisasi kredit : Pencairan dilakukan sekaligus debitur PT X, tanggal 7 Desember 2009, debitur PT Y, tanggal 15 Desember 2009

Page 71: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset - bi.go.id dan... · Lampiran 16 : Contoh Perhitungan Potential Future Credit Exposure Hal. 140 ... Pada Komputer yang Sudah Ter-install Aplikasi

Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal

58

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

Perhitungan BMPK 1) BMPK Individu Peminjam

Pemberian kredit BPR ”B” kepada debitur PT X sebesar Rp1.000 juta melanggar BMPK dengan perhitungan sebagai berikut:

(1.000 juta / 4.000 juta x 100%) – 20% = 5,00% Pemberian kredit BPR ”B” kepada debitur PT Y sebesa r Rp900 juta melanggar BMPK dengan perhitungan sebagai berikut:

(900 juta / 4.000 juta x 100%) – 20% = 2,50%

2) BMPK Kelompok Peminjam Mengingat debitur PT X dan PT Y memenuhi kriteria kelompok Peminjam Pihak Tidak Terkait maka perhitungan BMPK juga dihitung berdasarkan kelompok Peminjam yaitu sebesar Rp1.900 juta (Rp1.000 juta + Rp900 juta). BMPK kelompok Peminjam Pihak Tidak Terkait yaitu 30%. Perhitungan BMPK kelompok Peminjam tersebut sebagai berikut:

(1.900 juta / 4.000 juta x 100%) – 30% = 17,50%

Berdasarkan perhitungan diatas, maka - Pemberian kredit BPR ”B” kepada debitur PT X secara individu

melanggar BMPK sebesar 5%. - Pemberian kredit BPR ”B” kepada debitur PT Y secara individu

melanggar BMPK sebesar 2,5%. - Pemberian kredit BPR ”B” kepada debitur PT X dan PT Y sebagai

kelompok Peminjam Pihak Tidak Terkait melanggar BMPK kelompok Peminjam Pihak Tidak Terkait sebesar 17,50%.

Dengan demikian persentase jumlah keseluruhan pelanggaran BMPK yang dilakukan oleh BPR ”B” adalah 25%.

Contoh 7: Penempatan Dana Antar Bank pada BPR lain dalam bentuk deposito BPR ”Y” menempatkan dananya dalam bentuk deposito p ada BPR ‘Z” dengan kondisi sebagai berikut: a. Modal BPR ”Y” :

- per akhir Agustus 2009 sebesar Rp 4.900 juta - per akhir September 2009 sebesar Rp5.000 juta

b. BMPK Penempatan Dana pada BPR lain : 20% - bulan September 2009 sebesar Rp980 juta (= 20% x Rp4.900 juta) - bulan Oktober 2009 sebesar Rp1.000 juta (= 20% x Rp5.000 juta)

c. Penyediaan Dana BPR ”Y” pada BPR ”Z” berupa: - Deposito I : Rp700 juta dengan jangka waktu 3 (tiga) bulan

(10 Juli 2009 – 10 Oktober 2009) - Deposito II: Rp500 juta dengan jangka waktu 1 (satu) bulan

(2 Oktober 2009 – 2 November 2009)

Perhitungan BMPK 1) Bulan September 2009

Berdasarkan persentase atas jumlah nominal sebagaimana tercantum dalam bilyet deposito I sebesar Rp700 juta terhadap modal BPR per akhir Agustus 2009 sebesar Rp4.900 juta dikurangi dengan persentase BMPK Penempatan Dana Antar Bank pada BPR lain Pihak Tidak Terkait

Page 72: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset - bi.go.id dan... · Lampiran 16 : Contoh Perhitungan Potential Future Credit Exposure Hal. 140 ... Pada Komputer yang Sudah Ter-install Aplikasi

Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal

59

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

(20%), diperoleh hasil sebagai berikut: (700 juta / 4.900 juta x 100%) – 20% = -5,71%

Tidak terdapat pelanggaran BMPK.

2) Bulan Oktober 2009 Dengan adanya penempatan deposito II sebesar Rp500 juta pada tanggal 2 Oktober 2009 maka jumlah seluruh penempatan deposito pada BPR ”Z” pada tanggal tersebut menjadi sebesar Rp1.200 juta. Dengan demikian persentase atas nominal Penempatan Dana Antar Bank tersebut terhadap modal BPR per akhir September 2009 sebesar Rp5.000 juta dikurangi dengan persentase BMPK Penempatan Dana Antar Bank pada BPR lain Pihak Tidak Terkait (20%), diperoleh hasil sebagai berikut:

(1.200 juta / 5.000 juta x 100%) – 20% = 4,00% Terdapat pelanggaran BMPK sebesar 4,00%.

Berdasarkan contoh perhitungan sebagaimana dimaksud pada angka 4 contoh 1, 3, 4, 5 dan 6 maka selain melanggar BMPK, BPR juga melanggar Paragraf 3 ayat (1) PBI No.11/13/PBI/2009 tanggal 17 April 2009 tentang BMPK BPR yang menyatakan bahwa BPR dilarang membuat Perjanjian Kredit yang mewajibkan BPR untuk menyediakan dana yang akan mengakibatkan terjadinya pelanggaran BMPK.

BAB II Dasar Perhitungan BMPK 52 Pasal 4

11/13/PBI/2009

(1) BMPK untuk Kredit dihitung berdasarkan baki debet Kredit. (2) BMPK untuk Penempatan Dana Antar Bank pada BPR lain dihitung

berdasarkan nominal Penempatan Dana Antar Bank. SE 11/21/DKBU

2009 Romawi II No. 1 – 3

(3) Perhitungan BMPK untuk Kredit dilakukan berdasarkan baki debet seluruh kredit yang diterima oleh debitur yang bersangkutan, termasuk pemberian kredit atas nama debitur lain yang digunakan untuk keuntungan debitur yang bersangkutan. Untuk kredit dalam bentuk rekening koran, perhitungan BMPK dilakukan berdasarkan baki debet tertinggi pada bulan laporan.

(4) BMPK untuk Penempatan Dana Antar Bank dalam bentuk tabungan Perhitungan BMPK untuk Penempatan Dana Antar Bank dalam bentuk tabungan dilakukan berdasarkan saldo tertinggi pada bulan laporan.

(5) BMPK untuk Penempatan Dana Antar Bank dalam bentuk deposito Perhitungan BMPK untuk Penempatan Dana Antar Bank dalam bentuk deposito dilakukan berdasarkan jumlah nominal sebagaimana tercantum dalam seluruh bilyet deposito pada BPR yang sama.

BAB III BMPK Kepada Pihak Terkait 53 Pasal 5

11/13/PBI/2009

Penyediaan Dana kepada seluruh Pihak Terkait ditetapkan paling tinggi 10% (sepuluh persen) dari Modal BPR.

54 Pasal 6 11/13/PBI/2009

Penyediaan Dana dalam bentuk Kredit kepada Pihak Terkait wajib memperoleh persetujuan dari 1 (satu) orang anggota Direksi dan 1 (satu) orang anggota Dewan Komisaris BPR.

Page 73: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset - bi.go.id dan... · Lampiran 16 : Contoh Perhitungan Potential Future Credit Exposure Hal. 140 ... Pada Komputer yang Sudah Ter-install Aplikasi

Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal

60

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

Persetujuan anggota Dewan Komisaris dimaksudkan sebagai pelaksanaan tugas pengawasan yang dilakukan oleh Komisaris atas tindakan kepengurusan oleh Direksi dan tidak menghilangkan tanggung jawab Direksi sebagai pemutus.

55 Pasal 7 11/13/PBI/2009

Pihak Terkait meliputi: a. pemegang saham yang memiliki saham 10% (sepuluh persen) atau lebih

dari modal disetor; b. anggota Dewan Komisaris; c. anggota Direksi; d. pihak yang mempunyai hubungan keluarga sampai dengan derajat kedua,

baik horisontal maupun vertikal, dengan pihak-pihak sebagaimana dimaksud pada huruf a sampai dengan huruf c;

Yang dimaksud dengan hubungan keluarga sampai dengan derajat kedua, baik horisontal maupun vertikal, adalah pihak-pihak sebagai berikut: 1. orang tua kandung/tiri/angkat; 2. saudara kandung/tiri/angkat; 3. anak kandung/tiri/angkat; 4. kakek atau nenek kandung/tiri/angkat; 5. cucu kandung/tiri/angkat; 6. saudara kandung/tiri/angkat dari orang tua; 7. suami atau isteri; 8. mertua; 9. besan; 10. suami atau isteri dari anak kandung/tiri/angkat; 11. kakek atau nenek dari suami atau isteri; 12. suami atau isteri dari cucu kandung/tiri/angkat; 13. saudara kandung/tiri/angkat dari suami atau isteri beserta suami atau

isteri dari saudara yang bersangkutan.

e. Pejabat Eksekutif;

Yang dimaksud dengan Pejabat Eksekutif adalah Pejabat Eksekutif sebagaimana diatur dalam Peraturan Bank Indonesia tentang BPR.

f. Perusahaan-perusahaan bukan Bank yang dimiliki oleh pihak-pihak sebagaimana dimaksud pada huruf a sampai dengan huruf e yang kepemilikannya baik individual maupun keseluruhan sebesar 25% (dua puluh lima persen) atau lebih dari modal disetor perusahaan;

g. BPR lain yang dimiliki oleh pihak-pihak sebagaimana dimaksud pada huruf a sampai dengan huruf e yang kepemilikannya secara individual sebesar 10% (sepuluh persen) atau lebih dari modal disetor pada BPR lain tersebut; Yang dimaksud dengan “BPR lain” termasuk pula Bank Pembiayaan Rakyat Syariah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Perbankan Syariah.

h. BPR lain yang: 1. anggota Dewan Komisarisnya merupakan anggota Dewan Komisaris

BPR; dan

Page 74: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset - bi.go.id dan... · Lampiran 16 : Contoh Perhitungan Potential Future Credit Exposure Hal. 140 ... Pada Komputer yang Sudah Ter-install Aplikasi

Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal

61

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

2. rangkap jabatan pada BPR lain dimaksud merupakan 50% (lima puluh persen) atau lebih dari jumlah keseluruhan anggota Dewan Komisaris dan Direksinya.

Ketentuan huruf h memperhatikan ketentuan pembatasan rangkapjabatan sebagaimana diatur dalam Peraturan Bank Indonesia tentang BPR. Contoh: BPR A menyediakan dana kepada BPR B. BPR A mempunyai 2 (dua) orang Direktur dan 2 (dua) orang Komisaris. Kedua Komisaris BPR A tersebut menjabat sebagai Komisaris pada BPR B yang mempunyai 2 (dua) orang Direktur dan 2 (dua) orang Komisaris. Mengingat 2 (dua) orang Komisaris pada BPR B memenuhi asas mayoritas sebesar 50% (lima puluh persen) dari jumlah keseluruhan anggota Dewan Komisaris dan Direksi BPR B maka BPR B tersebut merupakan Pihak Terkait dari BPR A, sehingga penyediaan dana BPR A kepada BPR B paling tinggi sebesar 10% (sepuluh persen).

i. Perusahaan yang 50% (lima puluh persen) atau lebih dari jumlah keseluruhan anggota Dewan Komisaris dan anggota Direksinya merupakan anggota Dewan Komisaris BPR; Ketentuan huruf i memperhatikan ketentuan pembatasan rangkap jabatan sebagaimana sebagaimana diatur dalam Peraturan Bank Indonesia tentang BPR. Contoh: BPR C menyediakan dana kepada PT D. BPR C mempunyai 2 (dua) orang Direktur dan 2 (dua) orang Komisaris. Salah satu Komisaris BPR C tersebut menjabat sebagai Komisaris pada PT D yang mempunyai 1 (satu) orang Direktur dan 1 (satu) orang Komisaris. Mengingat 1 (satu) orang Komisaris pada PT D tersebut memenuhi asas mayoritas sebesar 50% (lima puluh persen) dari jumlah keseluruhan anggota Dewan Komisaris dan Direksi PT D maka PT D tersebut merupakan Pihak Terkait dari BPR C, sehingga penyediaan dana BPR C kepada PT D paling tinggi sebesar 10% (sepuluh persen).

j. Peminjam yang diberikan jaminan oleh pihak sebagaimana dimaksud pada huruf a sampai dengan huruf i. Yang dimaksud dengan jaminan adalah janji yang dibuat secara tertulis oleh pihak yang menjamin untuk mengambil alih dan/atau melunasi sebagian atau seluruh kewajiban pihak yang berutang dalam hal pihak yang berutang gagal memenuhi kewajibannya (wanprestasi).

56 Pasal 8 11/13/PBI/2009

Penyediaan Dana kepada pihak-pihak selain yang dimaksud dalam Pasal 7 (Paragraf 55 Kodifikasi ini) dapat dikategorikan sebagai Penyediaan Dana kepada Pihak Terkait apabila penyediaan dana tersebut digunakan untuk keuntungan Pihak Terkait.

Page 75: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset - bi.go.id dan... · Lampiran 16 : Contoh Perhitungan Potential Future Credit Exposure Hal. 140 ... Pada Komputer yang Sudah Ter-install Aplikasi

Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal

62

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

BAB IV BMPK Kepada Pihak Tidak Terkait 57 Pasal 9

11/13/PBI/2009 SE 11/21/DKBU 2009 Romawi II No. 6

(1) Penyediaan Dana dalam bentuk Penempatan Dana Antar Bank kepada BPR lain yang merupakan Pihak Tidak Terkait ditetapkan paling tinggi 20% (dua puluh persen) dari Modal BPR. Yang dimaksud dengan Penempatan Dana Antar Bank kepada BPR lain adalah penempatan dana dalam bentuk Tabungan, Deposito dan Kredit yang Diberikan.

(2) Penyediaan Dana dalam bentuk Kredit kepada 1 (satu) Peminjam Pihak Tidak Terkait ditetapkan paling tinggi 20% (dua puluh persen) dari Modal BPR.

(3) Penyediaan Dana dalam bentuk Kredit kepada 1 (satu) kelompok Peminjam Pihak Tidak Terkait ditetapkan paling tinggi 30% (tiga puluh persen) dari Modal BPR. Perhitungan BMPK untuk penyediaan dana dalam bentuk kredit kepada satu atau lebih Peminjam Pihak Tidak Terkait yang merupakan bagian dari kelompok Peminjam Pihak Tidak Terkait dihitung berdasarkan pemberian kredit kepada masing-masing Peminjam dan pemberian kredit kepada satu kelompok Peminjam Pihak Tidak Terkait. BMPK pemberian kredit kepada satu kelompok Peminjam Pihak Tidak Terkait sebesar 30% (tiga puluh persen) dari modal BPR.

58 Pasal 10 11/13/PBI/2009

Peminjam digolongkan sebagai anggota suatu kelompok Peminjam sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 (Paragraf 57 Kodifikasi ini) ayat (3) apabila Peminjam mempunyai keterkaitan dengan Peminjam lain baik melalui hubungan kepemilikan, hubungan kepengurusan dan/atau hubungan keuangan, yang meliputi:

(1) perusahaan-perusahaan yang masing-masing 25% (dua puluh lima persen) atau lebih modal disetornya dimiliki oleh suatu perusahaan/badan atau perorangan atau secara bersama oleh suatu keluarga; Yang dimaksud dengan suatu keluarga adalah keluarga inti yang terdiri dari suami, isteri dan anak kandung/tiri/angkat; suami dan isteri; suami dan anak kandung/tiri/angkat; atau isteri dan anak kandung/tiri/angkat. Contoh: 1. 25% (dua puluh lima persen) atau lebih saham masing-masing

perusahaan A, perusahaan B dan perusahaan C, dimiliki oleh 1 (satu) orang/perusahaan. Apabila perusahaan A, perusahaan B dan perusahaan C menjadi Peminjam BPR yang sama maka perusahaan-perusahaan tersebut digolongkan sebagai 1 (satu) kelompok Peminjam.

2. 25% (dua puluh lima persen) atau lebih saham masing-masing perusahaan A, perusahaan B dan perusahaan C, dimiliki secara bersama oleh X, Y dan Z yang merupakan suami, isteri dan anak kandung/tiri/angkat. Apabila perusahaan A, perusahaan B dan perusahaan C menjadi Peminjam BPR yang sama maka perusahaan-perusahaan tersebut digolongkan sebagai 1 (satu) kelompok Peminjam.

Page 76: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset - bi.go.id dan... · Lampiran 16 : Contoh Perhitungan Potential Future Credit Exposure Hal. 140 ... Pada Komputer yang Sudah Ter-install Aplikasi

Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal

63

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

3. 25% (dua puluh lima persen) atau lebih saham perusahaan A dimiliki oleh suami dan anak pertama, 25% (dua puluh lima persen) atau lebih saham perusahaan B dimiliki oleh isteri dan anak kedua. Apabila perusahaan A dan perusahaan B menjadi Peminjam BPR yang sama maka perusahaan-perusahaan tersebut digolongkan sebagai 1 (satu) kelompok Peminjam.

b. perusahaan-perusahaan yang salah satunya memiliki 25% (dua puluh lima persen) atau lebih modal disetor perusahaan lainnya; Contoh: Perusahaan A memiliki 25% (dua puluh lima persen) saham perusahaan B. Perusahaan B memiliki 25% (dua puluh lima persen) saham perusahaan C. Apabila perusahaan A, perusahaan B dan perusahaan C menjadi Peminjam BPR maka perusahaan A dan perusahaan B digolongkan sebagai 1 (satu) kelompok Peminjam. Sementara perusahaan B dan perusahaan C digolongkan sebagai 1 (satu) kelompok Peminjam yang lain.

c. perusahaan-perusahaan yang 50% (lima puluh persen) atau lebih dari

jumlah keseluruhan anggota Dewan Komisaris dan anggota Direksi pada perusahaan yang satu menjadi Dewan Komisaris dan/atau Direksi pada perusahaan lainnya. Pertimbangan azas mayoritas 50% (lima puluh persen) atau lebih dihitung dari jumlah kumulatif Dewan Komisaris dan/atau Direksi. Dalam hal perusahaan tersebut berbadan hukum Koperasi maka untuk menentukan mayoritas adalah jumlah kumulatif dari pengurus, pengawas dan pengelola yang diangkat oleh pengurus dari Koperasi dimaksud.

d. perusahaan-perusahaan yang tidak memenuhi kriteria sebagaimana dimaksud pada huruf a sampai dengan huruf c, namun terdapat bantuan keuangan dari salah satu perusahaan tersebut terhadap perusahaan lainnya yang mengakibatkan adanya pengendalian oleh perusahaan tersebut terhadap perusahaan lainnya. Yang dimaksud dengan bantuan keuangan adalah bantuan keuangan yang disertai dengan persyaratan tertentu yang menyebabkan pihak yang memberikan bantuan mempunyai kewenangan untuk menentukan kebijakan strategis perusahaan/badan yang menerima bantuan, antara lain namun tidak terbatas pada keputusan untuk melakukan pembagian deviden dan perubahan pengurus.

e. perusahaan-perusahaan dan/atau perorangan yang salah satunya bertindak sebagai penjamin kredit atas kredit yang diterima oleh perusahaan atau perorangan lainnya. Yang dimaksud dengan penjamin adalah pihak yang memberikan jaminan dalam bentuk janji yang dibuat secara tertulis yang menyatakan bahwa penjamin akan mengambilalih dan/atau melunasi sebagian atau seluruh kewajiban pihak yang berutang, dalam hal pihak yang berutang gagal

Page 77: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset - bi.go.id dan... · Lampiran 16 : Contoh Perhitungan Potential Future Credit Exposure Hal. 140 ... Pada Komputer yang Sudah Ter-install Aplikasi

Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal

64

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

memenuhi kewajibannya (wanprestasi). Termasuk dalam pengertian ini adalah pihak-pihak yang berutang yang dijamin dengan menggunakan agunan yang sama.

BAB V Pelampauan BMPK 59 Pasal 11

11/13/PBI/2009

Penyediaan Dana oleh BPR dikategorikan sebagai Pelampauan BMPK apabila terjadi selisih lebih antara persentase Penyediaan Dana yang telah direalisasikan terhadap Modal BPR pada saat tanggal laporan dengan BMPK yang diperkenankan yang disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut: a. penurunan Modal BPR; b. penggabungan usaha, peleburan usaha, pengambilalihan usaha,

perubahan struktur kepemilikan dan/atau kepengurusan yang menyebabkan perubahan Pihak Terkait dan/atau kelompok Peminjam;

Yang dimaksud dengan penggabungan usaha atau merger adalah penggabungan usaha 2 (dua) atau lebih perusahaan Peminjam dengan perusahaan lainnya dan/atau BPR dengan BPR lainnya dengan tetap mempertahankan berdirinya salah satu perusahaan Peminjam dan/atau BPR dan membubarkan perusahaan Peminjam dan/atau BPR lainnya tanpa melikuidasi terlebih dahulu. Yang dimaksud dengan peleburan usaha atau konsolidasi adalah penggabungan usaha 2 (dua) atau lebih perusahaan Peminjam dengan perusahaan lainnya dan/atau BPR dengan BPR lainnya dengan cara mendirikan perusahaan Peminjam dan/atau BPR baru dan membubarkan perusahaan Peminjam dan/atau BPR tersebut tanpa melikuidasi terlebih dahulu. Yang dimaksud dengan pengambilalihan usaha atau akuisisi adalah pengambilalihan kepemilikan suatu perusahaan Peminjam dan/atau BPR yang mengakibatkan beralihnya pengendalian perusahaan Peminjam dan/atau BPR. Yang dimaksud dengan perubahan struktur kepemilikan adalah perubahan struktur kepemilikan di perusahaan Peminjam dan/atau di BPR. Yang dimaksud dengan perubahan kepengurusan adalah perubahan kepengurusan di perusahaan Peminjam dan/atau di BPR. Yang dimaksud dengan perubahan Pihak Terkait dan/atau kelompok Peminjam adalah: 1) Peminjam Pihak Tidak Terkait menjadi Peminjam Pihak Terkait;

dan/atau 2) Peminjam perorangan menjadi kelompok Peminjam.

c. perubahan ketentuan.

Yang dimaksud dengan perubahan ketentuan adalah perubahan ketentuan yang menyebabkan perubahan kriteria Pihak Terkait dan/atau kelompok Peminjam BPR dan/atau perubahan ketentuan lainnya yang

Page 78: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset - bi.go.id dan... · Lampiran 16 : Contoh Perhitungan Potential Future Credit Exposure Hal. 140 ... Pada Komputer yang Sudah Ter-install Aplikasi

Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal

65

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

SE 11/21/DKBU 2009 Romawi IV No. 3

menyebabkan terjadinya pelampauan BMPK.

Contoh: Perhitungan Pelampauan BMPK karena penurunan modal BPR ”X” memberikan fasilitas kredit dengan pembayar an angsuran kepada debitur A (Pihak Tidak Terkait) yang penarikannya dilakukan secara sekaligus dengan kondisi sebagai berikut:

a. Modal BPR : - per akhir Agustus 2009 sebesar Rp1.500 juta - per akhir September 2009 sebesar Rp1.200 juta

b. BMPK Pihak Tidak Terkait : 20% - bulan September 2009 sebesar Rp300 juta (= 20% x Rp1.500 juta) - bulan Oktober 2009 sebesar Rp240 juta (= 20% x Rp1.200 juta)

c. Fasilitas kredit : Rp300 juta

d. Jangka waktu : 18 (delapan belas) bulan

e. Tanggal akad kredit : 17 September 2009

f. Realisasi kredit : Pencairan Kredit sekaligus pada tanggal 21 September 2009 g. Baki debet : - per akhir September 2009 sebesar Rp300

juta

- per akhir Oktober 2009 sebesar Rp285

juta Perhitungan pelampauan BMPK 1) Bulan September 2009

Berdasarkan persentase atas baki debet pada saat realisasi kredit debitur A yaitu sebesar Rp300 juta terhadap modal BPR per akhir Agustus 2009 sebesar Rp1.500 juta dikurangi dengan persentase BMPK Pihak Tidak Terkait (20%), diperoleh hasil sebagai berikut:

(300 juta / 1.500 juta x 100%) – 20% = 0% Tidak terdapat pelanggaran BMPK.

2) Bulan Oktober 2009 Berdasarkan persentase atas baki debet debitur A pada akhir Oktober 2009 yaitu sebesar Rp285 juta terhadap modal BPR per akhir September 2009 sebesar Rp1.200 juta dikurangi dengan persentase BMPK Pihak Tidak Terkait (20%), diperoleh hasil sebagai berikut:

(285 juta / 1.200 juta x 100%) – 20% = 3,75% Terdapat pelampauan BMPK sebesar 3,75%

BAB VI Penyelesaian Pelanggaran dan/atau Pelampauan BMPK 60 Pasal 12

11/13/PBI/2009

(1) BPR wajib menyusun dan menyampaikan rencana tindak (action plan) untuk penyelesaian Pelanggaran BMPK dan/atau Pelampauan BMPK.

(2) Action plan untuk Pelanggaran BMPK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus disampaikan oleh BPR dan diterima oleh Bank Indonesia paling lambat 1 (satu) bulan setelah batas akhir penyampaian laporan BMPK bulan yang bersangkutan atau 14 (empat belas) hari sejak exit meeting untuk Pelanggaran BMPK yang ditemukan dalam pemeriksaan.

Page 79: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset - bi.go.id dan... · Lampiran 16 : Contoh Perhitungan Potential Future Credit Exposure Hal. 140 ... Pada Komputer yang Sudah Ter-install Aplikasi

Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal

66

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

Yang dimaksud dengan exit meeting adalah pertemuan akhir antara pengurus BPR dan Bank Indonesia untuk membahas hasil pemeriksaan.

(3) Action plan untuk Pelampauan BMPK sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) yang disebabkan karena hal-hal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 (Paragraf 59 Kodifikasi ini) huruf a dan huruf b harus disampaikan oleh BPR dan diterima oleh Bank Indonesia paling lambat 1 (satu) bulan setelah akhir bulan laporan BMPK bulan yang bersangkutan atau 14 (empat belas) hari sejak exit meeting untuk Pelampauan BMPK yang ditemukan dalam pemeriksaan.

Untuk Pelampauan BMPK yang disebabkan oleh penggabungan usaha, peleburan usaha atau pengambilalihan usaha, jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat ini adalah 1 (satu) bulan setelah akhir bulan laporan sejak disahkannya akta penggabungan usaha, peleburan usaha atau pengambilalihan usaha oleh instansi yang berwenang.

(4) Action plan untuk Pelampauan BMPK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang disebabkan karena hal-hal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 (Paragraf 59 Kodifikasi ini) huruf c harus disampaikan oleh BPR dan diterima oleh Bank Indonesia paling lambat 3 (tiga) bulan sejak diberlakukannya ketentuan baru.

(5) Dalam hal jangka waktu penyampaian action plan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), ayat (3) dan ayat (4) jatuh pada hari Sabtu atau hari libur maka BPR wajib menyampaikan action plan pada hari kerja sebelumnya.

61 Pasal 13 11/13/PBI/2009

(1) Action plan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 (Paragraf 60 Kodifikasi ini) ayat (1) wajib memuat paling kurang langkah-langkah untuk penyelesaian Pelanggaran BMPK dan/atau Pelampauan BMPK serta target waktu penyelesaian.

Langkah-langkah penyelesaian Pelanggaran BMPK dan/atau Pelampauan BMPK meliputi antara lain: a. Pelunasan seluruh/sebagian Kredit yang melanggar dan/atau

melampaui BMPK; b. Penambahan modal disetor.

(2) Target waktu penyelesaian sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

ditetapkan sebagai berikut: a. Untuk Pelanggaran BMPK, paling lambat dalam jangka waktu 3 (tiga)

bulan sejak action plan disampaikan kepada Bank Indonesia. b. Untuk Pelampauan BMPK yang disebabkan oleh hal-hal sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 11 (Paragraf 59 Kodifikasi ini) huruf a dan huruf b, paling lambat 6 (enam) bulan sejak action plan disampaikan kepada Bank Indonesia.

c. Untuk Pelampauan BMPK yang disebabkan oleh hal-hal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 (Paragraf 59 Kodifikasi ini) huruf c, paling lambat 12 (dua belas) bulan sejak action plan disampaikan kepada Bank Indonesia.

Page 80: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset - bi.go.id dan... · Lampiran 16 : Contoh Perhitungan Potential Future Credit Exposure Hal. 140 ... Pada Komputer yang Sudah Ter-install Aplikasi

Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal

67

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

(3) Dalam hal sisa jangka waktu penyediaan dana sampai dengan jatuh tempo lebih pendek daripada target waktu penyelesaian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) maka target waktu penyelesaian paling lambat sampai dengan penyediaan dana jatuh tempo.

Contoh: 1. Pada tanggal 1 April 2009 BPR B memberikan Kredit kepada debitur X

(Pihak Tidak Terkait) sebesar Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) yang merupakan 20% (dua puluh persen) dari modal BPR B dengan jangka waktu 12 (dua belas) bulan. Pada tanggal 31 Mei 2009 modal BPR B turun karena mengalami kerugian sehingga persentase Kredit kepada debitur X menjadi 25% (dua puluh lima persen) dari modal BPR B atau melampaui BMPK yang ditetapkan sebesar 5% (lima persen). Untuk itu BPR B wajib membuat action plan untuk menyelesaikan pelampauan tersebut dengan target waktu penyelesaian paling lambat 6 (enam) bulan sejak action plan disampaikan kepada Bank Indonesia.

2. Pada tanggal 1 April 2009 BPR A menempatkan Deposito 3 bulan (jatuh tempo pada tanggal 1 Juli 2009) pada BPR B (Pihak Tidak Terkait) sebesar Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) yang merupakan 30% (tiga puluh persen) dari modal BPR A. Pada tanggal 10 Mei 2009 dikeluarkan ketentuan mengenai BMPK BPR yang mengatur bahwa penempatan dana BPR ke BPR lain paling tinggi 20% (dua puluh persen) dari modal. Dengan asumsi modal BPR A tetap maka dengan adanya ketentuan BMPK tersebut penempatan Deposito BPR A ke BPR B menjadi melampaui BMPK yang ditetapkan sebesar 10% (sepuluh persen). Untuk itu BPR A wajib membuat action plan untuk menyelesaikan pelampauan tersebut dengan target waktu penyelesaian paling lambat sampai dengan jatuh tempo Deposito yaitu tanggal 1 Juli 2009.

(4) Target waktu penyelesaian pelanggaran dan/atau pelampauan BMPK atas Penempatan Dana Antar Bank yang tidak memiliki jatuh tempo berupa Tabungan pada BPR lain, paling lambat 1 (satu) bulan sejak action plan disampaikan kepada Bank Indonesia.

Contoh: Pada tanggal 1 April 2009 BPR A menempatkan Tabungan pada BPR B (Pihak Tidak Terkait) sebesar Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) yang merupakan 30% (tiga puluh persen) dari modal BPR A. Pada tanggal 10 Mei 2009 dikeluarkan ketentuan mengenai BMPK BPR yang mengatur bahwa penempatan dana BPR ke BPR lain paling tinggi 20% (dua puluh persen) dari modal. Dengan asumsi modal BPR A tetap maka dengan adanya ketentuan BMPK tersebut penempatan Tabungan BPR A ke BPR B menjadi melampaui BMPK yang ditetapkan sebesar 10% (sepuluh persen). Untuk itu BPR A wajib membuat action plan untuk menyelesaikan pelampauan tersebut dengan target waktu penyelesaian paling lambat 1 (satu) bulan sejak action plan disampaikan kepada Bank Indonesia.

(5) Bank Indonesia dapat meminta BPR melakukan penyesuaian action plan yang disampaikan apabila menurut penilaian Bank Indonesia langkah-langkah dan/atau target waktu penyelesaian tidak mungkin dicapai.

Page 81: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset - bi.go.id dan... · Lampiran 16 : Contoh Perhitungan Potential Future Credit Exposure Hal. 140 ... Pada Komputer yang Sudah Ter-install Aplikasi

Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal

68

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

62 Pasal 14 11/13/PBI/2009

(1) BPR wajib menyampaikan laporan pelaksanaan action plan untuk penyelesaian Pelanggaran BMPK dan/atau Pelampauan BMPK disertai dengan bukti pendukungnya.

Yang dimaksud dengan bukti pendukung antara lain adalah bukti setoran modal dan bukti pembayaran atau pelunasan Kredit.

(2) Laporan pelaksanaan action plan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib disampaikan oleh BPR dan diterima oleh Bank Indonesia paling lambat 14 (empat belas) hari sejak realisasi action plan.

Yang dimaksud dengan realisasi action plan adalah tahapan pelaksanaan penyelesaian Pelanggaran dan/atau Pelampauan BMPK.

(3) Dalam hal jangka waktu 14 (empat belas) hari sebagaimana dimaksud pada ayat (2) jatuh pada hari Sabtu atau hari libur maka BPR wajib menyampaikan laporan pelaksanaan action plan pada hari kerja sebelumnya.

BAB VII Pengecualian 63 Pasal 15

11/13/PBI/2009

Ketentuan BMPK dikecualikan untuk: a. Penempatan Dana Antar Bank pada Bank Umum, termasuk Bank Umum

yang memenuhi kriteria Pihak Terkait sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 (Paragraf 55 Kodifikasi ini);

Yang dimaksud dengan Bank Umum adalah Bank Umum sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 dan Bank Umum Syariah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.

b. Bagian Penyediaan Dana yang dijamin oleh: 1) Agunan dalam bentuk agunan tunai berupa deposito atau tabungan di

BPR;

Deposito dan Tabungan yang dapat dijadikan sebagai agunan adalah Deposito dan Tabungan yang ditempatkan pada BPR yang sama.

2) Emas dan/atau logam mulia; dan/atau

Nilai agunan yang berupa emas dan/atau logam mulia ditentukan berdasarkan harga pasar (market value).

3) Sertifikat Bank Indonesia, sepanjang memenuhi persyaratan sebagai berikut: a) agunan diblokir dan dilengkapi dengan surat kuasa

pencairan/penjualan yang tidak dapat dibatalkan dari pemilik agunan untuk keuntungan BPR penerima agunan, termasuk pencairan/penjualan sebagian untuk membayar tunggakan angsuran pokok/bunga;

b) jangka waktu pemblokiran sebagaimana dimaksud pada huruf a) paling kurang sama dengan jangka waktu Penyediaan Dana; dan

Page 82: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset - bi.go.id dan... · Lampiran 16 : Contoh Perhitungan Potential Future Credit Exposure Hal. 140 ... Pada Komputer yang Sudah Ter-install Aplikasi

Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal

69

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

c) untuk agunan tunai sebagaimana dimaksud pada angka 1) dan angka 2), disimpan atau ditatausahakan pada BPR yang bersangkutan.

c. Bagian Penyediaan Dana yang dijamin oleh Pemerintah Indonesia secara langsung maupun melalui Badan Usaha Milik Negara (BUMN) atau Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku dan memenuhi persyaratan sebagai berikut:

Yang dimaksud dengan Pemerintah Indonesia adalah Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Yang dimaksud dengan BUMN dan BUMD dalam Paragraf ini adalah sebagaimana diatur dalam Peraturan Bank Indonesia tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) BPR.

1) jaminan bersifat tanpa syarat (unconditional) dan tidak dapat

dibatalkan (irrevocable);

Yang dimaksud dengan tanpa syarat (unconditional) adalah apabila tidak memuat persyaratan prosedural, seperti: a. mempersyaratkan waktu pengajuan pemberitahuan wanprestasi

(notification of default); b. mempersyaratkan kewajiban pembuktian itikad baik (good faith)

oleh BPR penyedia dana; dan/atau c. mempersyaratkan pencairan jaminan dengan cara dilakukannya

saling hapus buku (set-off) terlebih dahulu dengan kewajiban BPR penyedia dana kepada pihak penjamin.

2) harus dapat dicairkan paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sejak klaim

diajukan, termasuk pencairan sebagian; dan 3) mempunyai jangka waktu penjaminan paling kurang sama dengan

jangka waktu Penyediaan Dana. d. Bagian Penempatan Dana Antar Bank pada BPR lain sepanjang memenuhi

persyaratan: 1) Terdapat kesepakatan antar BPR yang menempatkan dananya dengan

BPR lain yang menerima penempatan dana; 2) Dalam rangka menanggulangi kesulitan likuiditas BPR; dan 3) Bagian Penempatan Dana dimaksud:

1. merupakan simpanan/iuran/porsi dana yang wajib ditempatkan oleh BPR pada BPR lain sesuai kesepakatan sebagaimana dimaksud pada angka 1); atau

2. berasal dari simpanan/iuran/porsi dana dari BPR-BPR yang ditujukan untuk menanggulangi kesulitan likuiditas masing-masing BPR.

Bagian Penempatan Dana yang dimaksud dalam ayat ini adalah bagian penempatan dana dalam rangka memenuhi simpanan/iuran/porsi dana atau penempatan dana dalam rangka penanggulangan likuiditas yang ditetapkan sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak.

Contoh: Terdapat 28 BPR yang membuat kesepakatan untuk menempatkan dana

Page 83: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset - bi.go.id dan... · Lampiran 16 : Contoh Perhitungan Potential Future Credit Exposure Hal. 140 ... Pada Komputer yang Sudah Ter-install Aplikasi

Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal

70

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

berupa simpanan/iuran/porsi dana pada salah satu BPR yang ditunjuk untuk mengkoordinir pengelolaan dana yang terhimpun. Dalam kesepakatan tersebut dimuat antara lain: - Jumlah simpanan/iuran/porsi dana yang wajib ditempatkan oleh BPR

pada BPR lain yang ditunjuk, misalnya Rp25.000.000,00 (dua puluh lima juta rupiah) per BPR.

- Jumlah maksimum dana/pinjaman likuiditas yang dapat ditempatkan oleh BPR yang ditunjuk kepada salah satu dari 28 BPR tersebut, misalnya 10 (sepuluh) kali dari jumlah simpanan/iuran/porsi dana yang ditempatkan atau Rp250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah).

Yang dikecualikan dari perhitungan BMPK dalam contoh tersebut adalah: - masing-masing penempatan dana dari 28 BPR tersebut kepada BPR

yang ditunjuk sebesar Rp25.000.000,00 (dua puluh lima juta rupiah). - penempatan dana dari BPR yang ditunjuk kepada salah satu dari 28

BPR yang mengalami kesulitan likuiditas sebesar Rp250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah).

64 Pasal 16 11/13/PBI/2009

(1) Penyediaan dana BPR berupa Kredit dengan pola kemitraan inti-plasma atau pola Pengembangan Hubungan Bank dan Kelompok Swadaya Masyarakat (PHBK) dikecualikan dari pengertian kelompok Peminjam Pihak Tidak Terkait sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 (Paragraf 57 Kodifikasi ini) ayat (3).

Yang dimaksud dengan pola kemitraan adalah pola pengembangan dengan menggunakan perusahaan inti yang membantu membimbing perusahaan rakyat sekitarnya sebagai plasma dalam suatu sistem kerjasama yang saling menguntungkan, utuh dan berkesinambungan. Yang dimaksud dengan pola PHBK adalah pola pembiayaan dalam upaya mengembangkan prasarana pelayanan keuangan bagi pengusaha mikro, yang bersifat saling menguntungkan antara tiga unsur yang berbeda yaitu BPR, Lembaga Pengembangan Swadaya Masyarakat (LPSM), dan Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM).

(2) Pola kemitraan inti-plasma sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat

dikecualikan dari pengertian kelompok Peminjam Pihak Tidak Terkait sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 (Paragraf 57 Kodifikasi ini) ayat (3), sepanjang memenuhi persyaratan: a. Kredit diberikan dengan pola kemitraan; b. Perusahaan inti merupakan Pihak Tidak Terkait dengan BPR; c. Plasma bukan merupakan anak perusahaan atau cabang yang

dimiliki, dikuasai atau berafiliasi dengan perusahaan inti; d. Plasma memproduksi komponen yang diperlukan perusahaan inti

sebagai bagian dari produksi perusahaan inti; dan e. Perjanjian Kredit antara BPR dengan plasma dilakukan secara

langsung. (3) Pola PHBK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dikecualikan dari

pengertian kelompok Peminjam Pihak Tidak Terkait sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 (Paragraf 57 Kodifikasi ini) ayat (3), sepanjang

Page 84: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset - bi.go.id dan... · Lampiran 16 : Contoh Perhitungan Potential Future Credit Exposure Hal. 140 ... Pada Komputer yang Sudah Ter-install Aplikasi

Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal

71

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

memenuhi persyaratan: a. Kredit diberikan kepada kelompok;

Yang dimaksud kelompok disini adalah KSM.

b. Partisipan PHBK telah melalui seleksi;

Yang dimaksud partisipan PHBK adalah perorangan dan/atau lembaga yang terlibat seperti LPSM dan KSM.

c. Menghargai otonomi lembaga partisipan; d. Mempromosikan tabungan dan mengkaitkan tabungan dengan

kredit; e. Mengenakan tingkat bunga pasar; f. Mengembangkan dan menerima agunan alternatif;

Termasuk dalam agunan alternatif yaitu jaminan tanggung renteng di antara anggota kelompok.

g. Terdapat bantuan teknis/pendampingan untuk membina kelompok.

65 Pasal 17 11/13/PBI/2009

Kredit kepada anggota Direksi, anggota Dewan Komisaris dan/atau pegawai BPR yang memenuhi kriteria Pihak Terkait yang ditujukan untuk peningkatan kesejahteraan serta dibayar kembali dari pendapatan yang diperoleh dari BPR yang bersangkutan dikecualikan sebagai pemberian Kredit kepada Pihak Terkait sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 (Paragraf 55 Kodifikasi ini). Yang dimaksudkan dengan pemberian Kredit yang dikecualikan pada Paragraf ini adalah fasilitas BPR kepada anggota Direksi, anggota Dewan Komisaris dan/atau pegawai BPR yang memenuhi kriteria Pihak Terkait yang antara lain ditujukan untuk biaya sekolah, biaya pengobatan/sakit, biaya kontrak rumah, cicilan rumah, uang muka pembelian rumah, biaya pernikahan dan pembelian kendaraan bermotor. Pemberian Kredit kepada pihak-pihak tersebut di atas dikategorikan sebagai penyediaan dana kepada Pihak Tidak Terkait dan mengacu pada ketentuan BMPK kepada Pihak Tidak Terkait.

BAB VIII

Tata Cara Penyampaian Laporan BMPK dan Koreksi Laporan BMPK

66 Pasal 18 11/13/PBI/2009

(1) BPR wajib menyusun dan menyampaikan laporan BMPK kepada Bank Indonesia secara on-line setiap bulan secara benar, lengkap dan tepat waktu.

Yang dimaksud dengan penyampaian secara on-line adalah penyampaian laporan dengan mengirim atau mentransfer rekaman data secara langsung kepada Kantor Pusat Bank Indonesia melalui fasilitas ekstranet Bank Indonesia atau sarana teknologi lainnya.

Page 85: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset - bi.go.id dan... · Lampiran 16 : Contoh Perhitungan Potential Future Credit Exposure Hal. 140 ... Pada Komputer yang Sudah Ter-install Aplikasi

Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal

72

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

SE 11/21/DKBU 2009 Romawi VI SE 11/21/DKBU 2009 Romawi VII

(2) Laporan BMPK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup: a. Penyediaan Dana kepada Pihak Tidak Terkait yang melanggar dan

melampaui BMPK; dan b. Seluruh Penyediaan Dana kepada Pihak Terkait.

Perhitungan BMPK kepada Pihak Terkait dihitung secara keseluruhan Penyediaan Dana.

(3) Tatacara penyampaian laporan BMPK sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) akan diatur dalam Surat Edaran Bank Indonesia. (4) Format dan tata cara penyusunan laporan BMPK dan/atau koreksi

laporan BMPK berpedoman pada Lampiran 1 (Lampiran 24 Kodifikasi ini) mengenai Pedoman Penyusunan Laporan BMPK dan/atau Koreksi Laporan BMPK BPR, yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Surat Edaran ini.

(5) Prosedur pengoperasian aplikasi laporan BMPK dan/atau koreksi laporan BMPK diatur dalam Lampiran 2 (Lampiran 25 Kodifikasi ini) mengenai Petunjuk Teknis Aplikasi Data Entry Laporan BMPK BPR dan Lampiran 3 (Lampiran 26 Kodifikasi ini) mengenai Petunjuk Teknis Aplikasi Web BPR Laporan BMPK BPR, yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Surat Edaran ini.

(6) Dalam rangka penyusunan dan penyampaian laporan BMPK dan/atau koreksi laporan BMPK, BPR perlu melakukan persiapan dan menyediakan sarana sebagai berikut: 1. Komputer dengan memenuhi konfigurasi minimal hardware dan

software sebagaimana tercantum dalam Petunjuk Teknis Aplikasi Data Entry Laporan BMPK BPR dan Petunjuk Teknis Aplikasi Web BPR Laporan BMPK BPR.

2. BPR menunjuk: a. Pegawai yang ditugaskan (Petugas) untuk mengoperasikan

aplikasi dan melakukan verifikasi laporan BMPK dan/atau koreksi laporan BMPK.

b. Pejabat atau Pegawai BPR yang bertanggungjawab (Penanggungjawab) untuk melakukan verifikasi ulang dalam rangka meyakini kebenaran laporan BMPK dan/atau koreksi laporan BMPK serta menyampaikan laporan BMPK dan/atau koreksi laporan BMPK kepada Bank Indonesia.

3. Nama Petugas dan Penanggungjawab sebagaimana dimaksud pada angka 2, wajib disampaikan kepada Kantor Bank Indonesia yang mewilayahi kantor pusat BPR.

4. BPR menyusun pedoman tertulis tentang sistem dan prosedur penyusunan dan penyampaian laporan BMPK dan/atau koreksi laporan BMPK dengan mengacu pada Pedoman Penyusunan Laporan BMPK BPR, Petunjuk Teknis Aplikasi Data Entry Laporan BMPK BPR dan Petunjuk Teknis Aplikasi Web BPR Laporan BMPK BPR.

5. BPR memiliki: a. sistem pengamanan yang memadai terhadap: sarana komputer,

aplikasi, dan data laporan BMPK dan/atau koreksi laporan BMPK. b. back up data laporan BMPK dan/atau koreksi laporan BMPK yang

ditatausahakan dengan baik.

Page 86: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset - bi.go.id dan... · Lampiran 16 : Contoh Perhitungan Potential Future Credit Exposure Hal. 140 ... Pada Komputer yang Sudah Ter-install Aplikasi

Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal

73

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

SE 11/21/DKBU 2009 Romawi IX

(7) Laporan BMPK dan/atau laporan koreksi BMPK disampaikan kepada Bank Indonesia secara on-line melalui fasilitas jaringan ekstranet Bank Indonesia.

(8) BPR pelapor yang berkedudukan di wilayah yang belum memiliki fasilitas jaringan ekstranet atau mengalami keadaan memaksa (force majeure), laporan disampaikan secara off-line kepada Kantor Bank Indonesia (KBI) yang mewilayahi BPR pelapor.

(9) Dalam hal terjadi masalah/gangguan pada ekstranet, BPR pelapor menyampaikan laporan BMPK dan/atau koreksi laporan BMPK secara off-line kepada: a. Direktorat Kredit, BPR dan UMKM cq. Bagian Informasi,

Dokumentasi dan Administrasi (IDAd), Jl. M.H. Thamrin No.2 Jakarta 10350, bagi BPR pelapor yang berkedudukan di wilayah DKI Jakarta Raya, Provinsi Banten, Bogor, Depok, Karawang, dan Bekasi.

b. Kantor Bank Indonesia yang mewilayahi BPR pelapor, bagi BPR pelapor yang berkedudukan di luar wilayah sebagaimana dimaksud pada huruf a.

(10) Penyampaian nama petugas, penanggungjawab dan nomor telepon yang digunakan untuk menyampaikan laporan BMPK dan/atau koreksi laporan BMPK serta perubahan nama dan nomor telepon tersebut ditujukan kepada Bank Indonesia dengan alamat sebagaimana dimaksud pada angka 3 (ayat (3) Paragraf ini).

(11) Pertanyaan yang berkaitan dengan aplikasi laporan BMPK disampaikan kepada help desk Bank Indonesia dengan alamat Jl. M.H. Thamrin No.2 Jakarta 10350, telp. (021) 3818000 (hunting), faksimili (021) 3866071 atau email address: [email protected].

67 Pasal 19 11/13/PBI/2009 SE 11/21/DKBU 2009 Romawi V No. 2

(1) BPR bertanggungjawab atas kebenaran dan kelengkapan isi laporan BMPK yang disampaikan kepada Bank Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 (Paragraf 66 Kodifikasi ini) ayat (1).

(2) Dalam hal terdapat kekeliruan dan/atau kesalahan atas laporan BMPK yang telah disampaikan kepada Bank Indonesia, BPR wajib menyampaikan koreksi atas laporan BMPK secara on-line dengan memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 (Paragraf 66 Kodifikasi ini).

BPR pelapor menyampaikan koreksi laporan BMPK kepada Bank Indonesia secara on-line melalui fasilitas ekstranet Bank Indonesia atau sarana teknologi lainnya paling lambat tanggal 20 (dua puluh) pada bulan berikutnya setelah berakhirnya bulan laporan.

68 Pasal 20 11/13/PBI/2009

(1) Kewajiban penyampaian laporan BMPK dan/atau koreksi laporan BMPK secara on-line sebagaimana dimaksud pada Pasal 18 (Paragraf 66 Kodifikasi ini) ayat (1) dan Pasal 19 (Paragraf 67 Kodifikasi ini) ayat (2) dikecualikan dalam hal:

a. BPR berkedudukan di daerah yang belum tersedia fasilitas komunikasi sehingga tidak memungkinkan untuk menyampaikan laporan BMPK dan/atau koreksi laporan BMPK secara on-line;

b. BPR baru beroperasi dengan batas waktu paling lama 2 (dua) bulan setelah melakukan kegiatan operasional;

Page 87: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset - bi.go.id dan... · Lampiran 16 : Contoh Perhitungan Potential Future Credit Exposure Hal. 140 ... Pada Komputer yang Sudah Ter-install Aplikasi

Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal

74

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

c. BPR mengalami gangguan teknis; atau Yang dimaksud dengan gangguan teknis adalah gangguan yang mengakibatkan BPR tidak dapat menyampaikan laporan BMPK dan/atau koreksi laporan BMPK secara online, antara lain gangguan pada jaringan telekomunikasi atau pemadaman listrik.

d. Terjadi kerusakan dan/atau gangguan pada database atau jaringan komunikasi di Bank Indonesia.

(2) BPR memperoleh pengecualian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, huruf b atau huruf c setelah menyampaikan pemberitahuan tertulis terlebih dahulu kepada Bank Indonesia dengan mengemukakan alasannya.

(3) BPR wajib menyampaikan laporan BMPK dan/atau koreksi laporan BMPK secara on-line setelah kegiatan operasional kembali berjalan secara normal.

69 Pasal 21 11/13/PBI/2009 Ayat (1) SE 11/21/DKBU 2009 Romawi V No. 7 Pasal 21 11/13/PBI/2009 Ayat (2)

(1) BPR yang tidak dapat menyampaikan laporan BMPK dan/atau koreksi laporan BMPK secara on-line sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 (Paragraf 68 Kodifikasi ini), wajib menyampaikan laporan dimaksud secara off-line.

Yang dimaksud dengan penyampaian secara off-line adalah penyampaian laporan dengan menyampaikan rekaman data dalam bentuk disket atau media perekam data elektronik lainnya disertai hasil validasi kepada Kantor Bank Indonesia setempat.

Dalam hal terjadi kerusakan disket atau media perekam data elektronik lainnya yang telah diterima oleh Bank Indonesia secara off-line, BPR pelapor menyampaikan ulang disket atau media perekam data elektronik lainnya setelah diminta oleh Bank Indonesia.

(2) Tatacara penyampaian laporan BMPK sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) akan diatur dalam Surat Edaran Bank Indonesia.

70 Pasal 22 11/13/PBI/2009

(1) Laporan BMPK wajib disampaikan oleh BPR kepada Bank Indonesia paling lambat tanggal 14 (empat belas) pada bulan berikutnya setelah berakhirnya bulan laporan yang bersangkutan.

Laporan BMPK dapat disampaikan secara on-line pada hari libur atau hari Sabtu.

(2) Dalam hal tanggal 14 (empat belas) jatuh pada hari libur atau hari Sabtu

maka BPR yang menyampaikan laporan BMPK secara off-line wajib menyampaikan laporan BMPK pada hari kerja sebelumnya.

(3) BPR dinyatakan telah menyampaikan laporan BMPK pada tanggal diterimanya laporan BMPK oleh Bank Indonesia.

Bukti penerimaan untuk laporan BMPK yang disampaikan secara online adalah berupa soft copy yang dapat diambil secara on-line (download).

Page 88: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset - bi.go.id dan... · Lampiran 16 : Contoh Perhitungan Potential Future Credit Exposure Hal. 140 ... Pada Komputer yang Sudah Ter-install Aplikasi

Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal

75

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

SE 11/21/DKBU 2009 Romawi V No. 4 SE 11/21/DKBU 2009 Romawi V No. 6 SE 11/21/DKBU 2009 Romawi V No. 9

Sedangkan bukti penerimaan untuk laporan BMPK yang disampaikan secara off-line adalah berupa tanda terima apabila disampaikan langsung kepada Bank Indonesia atau tanggal stempel pos apabila dikirimkan melalui pos.

(4) Dalam hal terdapat kekeliruan dan/atau kesalahan atas laporan BMPK yang

telah disampaikan, BPR wajib menyampaikan koreksi atas laporan BMPK dimaksud kepada Bank Indonesia secara on-line paling lambat tanggal 20 (dua puluh) pada bulan berikutnya setelah berakhirnya bulan laporan yang bersangkutan.

Koreksi laporan BMPK dapat disampaikan secara on-line pada hari libur atau hari Sabtu.

(5) Dalam hal tanggal 20 (dua puluh) jatuh pada hari libur atau hari Sabtu

maka BPR yang menyampaikan koreksi laporan BMPK secara off-line wajib menyampaikan laporan BMPK pada hari kerja sebelumnya.

Contoh: Koreksi laporan BMPK untuk data bulan Mei 2009 disampaikan secara off-line paling lambat tanggal 19 Juni 2009 (hari Jumat) untuk penyampaian secara langsung kepada Bank Indonesia maupun untuk penyampaian melalui pos, mengingat tanggal 20 Juni 2009 jatuh pada hari Sabtu.

(6) BPR dinyatakan telah menyampaikan koreksi laporan BMPK pada tanggal diterimanya koreksi laporan BMPK oleh Bank Indonesia.

Bukti penerimaan untuk koreksi laporan BMPK yang disampaikan secara on-line adalah berupa soft copy yang dapat diambil secara online (download). Sedangkan bukti penerimaan untuk koreksi laporan BMPK yang disampaikan secara off-line adalah berupa tanda terima apabila disampaikan langsung kepada Bank Indonesia atau tanggal stempel pos apabila dikirimkan melalui pos.

(7) Penyampaian laporan BMPK dan/atau koreksi laporan BMPK secara on-line

dilakukan sampai dengan akhir bulan laporan. Laporan BMPK dan/atau koreksi laporan BMPK secara on-line tersebut dapat disampaikan pada hari libur atau hari Sabtu.

(8) Dalam hal penyampaian laporan BMPK dan/atau koreksi laporan BMPK dilakukan setelah berakhirnya bulan laporan maka laporan tersebut hanya dapat disampaikan secara off-line. Penyampaian laporan BMPK dan/atau koreksi laporan BMPK secara off-line dilakukan dalam bentuk disket atau media perekam data elektronik lainnya disertai hasil validasi yang telah ditandatangani oleh penanggung jawab dan disampaikan kepada Bank Indonesia yang mewilayahi kantor pusat BPR.

(9) Hari libur yang terkait dengan penyampaian laporan BMPK dan/atau koreksi laporan BMPK secara off-line adalah hari libur nasional dan hari libur setempat yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah setempat.

Page 89: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset - bi.go.id dan... · Lampiran 16 : Contoh Perhitungan Potential Future Credit Exposure Hal. 140 ... Pada Komputer yang Sudah Ter-install Aplikasi

Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal

76

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

71 Pasal 23 11/13/PBI/2009 Ayat (1) SE 11/21/DKBU 2009 Romawi V No. 3 Pasal 23 11/13/PBI/2009 Ayat (2) SE 11/21/DKBU 2009 Romawi V No. 5 Pasal 23 11/13/PBI/2009 Ayat (3) – (4)

(1) BPR dinyatakan terlambat menyampaikan laporan BMPK apabila sampai dengan batas waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (1) (Paragraf 70 Kodifikasi ini) BPR belum menyampaikan laporan BMPK. Dalam hal laporan disampaikan melewati batas waktu sebagaimana dimaksud pada angka 1 dan angka 2 (SE 11/21/DKBU 2009 Romawi V.1 dan V.2), maka BPR dinyatakan terlambat menyampaikan laporan BMPK dan/atau koreksi laporan BMPK.

(2) BPR dinyatakan terlambat menyampaikan koreksi laporan BMPK apabila sampai dengan batas waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (4) (Paragraf 70 Kodifikasi ini) BPR belum menyampaikan koreksi laporan BMPK. Dalam hal BPR tidak menyampaikan laporan BMPK dan/atau koreksi laporan BMPK sampai dengan akhir bulan laporan maka BPR dinyatakan tidak menyampaikan laporan BMPK dan/atau koreksi laporan BMPK.

(3) BPR dinyatakan tidak menyampaikan laporan BMPK dan/atau koreksi laporan BMPK apabila sampai dengan akhir bulan berikutnya setelah berakhirnya bulan laporan yang bersangkutan BPR belum menyampaikan laporan BMPK dan/atau koreksi laporan BMPK. Contoh: BPR dinyatakan tidak menyampaikan laporan BMPK dan/atau koreksi laporan BMPK untuk data bulan Juni 2009 apabila laporan dimaksud belum diterima Bank Indonesia sampai dengan tanggal 31 Juli 2009.

(4) BPR yang dinyatakan tidak menyampaikan laporan BMPK dan/atau koreksi laporan BMPK sebagaimana dimaksud pada ayat (3), tetap wajib menyampaikan laporan BMPK dan/atau koreksi laporan BMPK.

BAB IX Ketentuan Lain 72 Pasal 24

11/13/PBI/2009

(1) Bank Indonesia berwenang melakukan koreksi terhadap pelaksanaan ketentuan BMPK oleh BPR. Yang dimaksud dengan pelaksanaan ketentuan BMPK antara lain adalah perhitungan Penyediaan Dana, perhitungan Modal, penentuan kelompok Peminjam dan/atau penentuan Pihak Terkait.

(2) BPR wajib melakukan koreksi yang ditetapkan Bank Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam laporan BMPK BPR kepada Bank Indonesia. Koreksi terhadap laporan BMPK kepada Bank Indonesia dilakukan untuk posisi penelitian dan/atau pemeriksaan oleh Bank Indonesia berdasarkan penelitian dan/atau pemeriksaan Bank Indonesia atas Laporan BMPK yang telah disampaikan oleh BPR pelapor.

(3) Dalam hal terdapat koreksi Bank Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (1), BPR wajib menyampaikan koreksi laporan BMPK dimaksud kepada

Page 90: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset - bi.go.id dan... · Lampiran 16 : Contoh Perhitungan Potential Future Credit Exposure Hal. 140 ... Pada Komputer yang Sudah Ter-install Aplikasi

Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal

77

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

Bank Indonesia paling lambat 14 (empat belas) hari sejak tanggal pemberitahuan oleh Bank Indonesia atau sejak tanggal exit meeting.

(4) Dalam hal jangka waktu 14 (empat belas) hari sebagaimana dimaksud pada ayat (3) jatuh pada hari Sabtu atau hari libur maka BPR wajib menyampaikan koreksi atas laporan BMPK pada hari kerja sebelumnya.

73 Pasal 25 11/13/PBI/2009

(1) BPR dinyatakan terlambat menyampaikan koreksi laporan BMPK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 (Paragraf 72 Kodifikasi ini) ayat (2) apabila sampai dengan batas waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 (Paragraf 72 Kodifikasi ini) ayat (3) BPR belum menyampaikan koreksi laporan BMPK.

(2) BPR dinyatakan tidak menyampaikan koreksi laporan BMPK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 (Paragraf 72 Kodifikasi ini) ayat (2) apabila sampai dengan 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal pemberitahuan oleh Bank Indonesia atau sejak tanggal exit meeting, BPR belum menyampaikan koreksi laporan BMPK.

(3) BPR yang dinyatakan tidak menyampaikan koreksi laporan BMPK sebagaimana dimaksud pada ayat (2), tetap wajib menyampaikan koreksi laporan BMPK.

BAB X Sanksi 74 Pasal 27

11/13/PBI/2009

(1) BPR yang melakukan Pelanggaran BMPK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2), Pasal 5, dan Pasal 9 (Paragraf 51, Paragraf 53, dan Paragraf 57 Kodifikasi ini) dikenakan sanksi penilaian tingkat kesehatan BPR sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia yang berlaku.

(2) Terhadap setiap kesalahan laporan BMPK yang ditemukan berdasarkan penelitian dan/atau pemeriksaan Bank Indonesia, dikenakan sanksi kewajiban membayar sebesar Rp10.000,00 (sepuluh ribu rupiah) per jenis kesalahan atau paling banyak sebesar Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah). Yang dimaksud dengan jenis kesalahan adalah nominal yang dilaporkan meliputi jumlah Kredit yang diberikan dan nilai agunan. Jenis kesalahan dihitung per rekening (per baris). Nama debitur tidak termasuk yang diperhitungkan dalam jenis kesalahan. Termasuk jenis kesalahan adalah pelanggaran/pelampauan yang tidak dilaporkan.

(3) Dalam hal jenis kesalahan yang sama terjadi pada laporan bulanan BPR sesuai ketentuan yang berlaku dan atas kesalahan tersebut BPR telah dikenakan sanksi maka BPR tidak lagi dikenakan sanksi atas jenis kesalahan yang sama tersebut pada laporan BMPK.

(4) BPR yang dinyatakan terlambat menyampaikan laporan BMPK dan/atau koreksi laporan BMPK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (1) dan ayat (2) (Paragraf 71 Kodifikasi ini) dan Pasal 25 ayat (1) (Paragraf 73 Kodifikasi ini) dikenakan sanksi kewajiban membayar sebesar Rp 50.000,00 (lima puluh ribu rupiah) per hari keterlambatan.

(5) BPR yang dinyatakan tidak menyampaikan laporan BMPK dan/atau koreksi laporan BMPK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (3) (Paragraf 71 Kodifikasi ini) dan Pasal 25 ayat (2) (Paragraf 73 Kodifikasi ini) dikenakan sanksi kewajiban membayar sebesar Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah).

Page 91: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset - bi.go.id dan... · Lampiran 16 : Contoh Perhitungan Potential Future Credit Exposure Hal. 140 ... Pada Komputer yang Sudah Ter-install Aplikasi

Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal

78

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

SE 11/21/DKBU 2009 Romawi VIII

(6) BPR yang melanggar ketentuan dalam Pasal 3 ayat (1), Pasal 6, Pasal 12, Pasal 14 serta Pasal 24 ayat (2) (Paragraf 51 ayat (1), Paragraf 54, Paragraf 60, Paragraf 62 serta Paragraf 72 ayat (2) Kodifikasi ini), dikenakan sanksi administratif sesuai dengan Pasal 52 ayat (2) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998, berupa: a. teguran tertulis; dan b. penurunan nilai kredit aspek manajemen dalam perhitungan tingkat

kesehatan. (7) BPR yang melanggar ketentuan dalam Pasal 3 ayat (1), Pasal 6, Pasal 12,

Pasal 14 serta Pasal 24 ayat (2) (Paragraf 51 ayat (1), Paragraf 54, Paragraf 60, Paragraf 62 serta Paragraf 72 ayat (2) Kodifikasi ini) selain dikenakan sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (6) dapat dikenakan sanksi administratif sesuai dengan Pasal 52 ayat (2) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998, berupa pencantuman anggota Direksi, anggota Dewan Komisaris dan/atau pemegang saham dalam daftar pihak-pihak yang memperoleh predikat tidak lulus dalam penilaian kemampuan dan kepatutan BPR sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia yang berlaku.

(8) BPR yang tidak menyelesaikan Pelanggaran BMPK dan/atau Pelampauan BMPK sesuai dengan action plan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 (Paragraf 61 Kodifikasi ini) ayat (2) dan/atau tidak melaksanakan langkah penyelesaian sesuai koreksi yang ditetapkan Bank Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 (Paragraf 72 Kodifikasi ini) ayat (2), setelah diberi peringatan 2 (dua) kali oleh Bank Indonesia, dikenakan sanksi administratif sesuai dengan Pasal 52 ayat (2) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998, berupa: a. pencantuman anggota Direksi, anggota Dewan Komisaris dan/atau

pemegang saham dalam daftar pihak-pihak yang memperoleh predikat tidak lulus dalam penilaian kemampuan dan kepatutan BPR sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia yang berlaku; dan/atau

b. pembekuan kegiatan usaha tertentu, antara lain tidak diperkenankan untuk ekspansi Penyediaan Dana.

(9) BPR yang tidak menyelesaikan Pelanggaran BMPK selain dikenakan sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (7), terhadap anggota Direksi, anggota Dewan Komisaris, pemegang saham maupun pihak terafiliasi lainnya dapat dikenakan sanksi pidana sebagaimana diatur dalam Pasal 49 ayat (2) huruf b, Paragraf 50, dan Paragraf 50 A Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998.

(10) Pembayaran sanksi kewajiban membayar sebagaimana dimaksud pada Pasal 27 PBI No. 11/13/PBI/2009 tanggal 17 April 2009 tentang BMPK (Paragraf 74 Kodifikasi ini) BPR dilakukan oleh kantor pusat BPR pelapor kepada Bank Indonesia secara tunai atau non tunai dengan cara sebagai berikut: 1. Pembayaran secara tunai

a. bagi BPR pelapor yang berkedudukan di wilayah DKI Jakarta

Page 92: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset - bi.go.id dan... · Lampiran 16 : Contoh Perhitungan Potential Future Credit Exposure Hal. 140 ... Pada Komputer yang Sudah Ter-install Aplikasi

Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal

79

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

Raya, Provinsi Banten, Bogor, Depok, Karawang, dan Bekasi, menyetor kepada Bagian Pengelolaan Uang Kas Keluar (BPUK),

b. bagi BPR pelapor yang berkedudukan di luar wilayah sebagaimana dimaksud pada huruf a, menyetor kepada Kantor Bank Indonesia, pada setiap hari kerja, waktu layanan kas, pukul 08.00 s.d 12.00 waktu setempat (hari Senin s.d. Kamis) atau pukul 08.00 s.d 11.30 waktu setempat (hari Jumat), untuk untung rekening nomor 566.000447 - ”Rekening antara sehubungan dengan penerimaan sanks i administratif BPR”.

2. Pembayaran secara non tunai a. Kliring

Transfer ditujukan ke rekening nomor 566.000447 - ” Rekening antara sehubungan dengan penerimaan sanksi administratif BPR”, dengan mencantumkan ”pembayaran sanksi kewajiban membayar dari BPR XXX atas kesalahan/keterlambatan/tidak menyampaikan laporan BMPK dan/atau koreksi laporan BMPK periode MM-YYYY” pada kolom keterangan.

b. BI-RTGS Transfer ditujukan ke rekening nomor 566.000447 - ” Rekening antara sehubungan dengan penerimaan sanksi administratif BPR”, dengan mencantumkan Transaction Reference Number (TRN) BIRBK566 dan pada kolom keterangan dicantumkan ”pembayaran sanksi kewajiban membayar dari BPR XXX atas kesalahan/keterlambatan/tidak menyampaikan laporan BMPK dan/atau koreksi laporan BMPK periode MM-YYYY”.

BPR pelapor menyampaikan fotokopi bukti pembayaran sanksi kewajiban membayar kepada Bank Indonesia dengan alamat sebagaimana dimaksud pada butir IX.2.

BAB XI Keadaan Memaksa (Force Majeure) 75 Pasal 29

11/13/PBI/2009

(1) BPR yang mengalami Keadaan Memaksa (force majeure) selama satu atau lebih periode penyampaian laporan BMPK dan/atau koreksi laporan BMPK dikecualikan dari kewajiban menyampaikan laporan BMPK dan/atau koreksi laporan BMPK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (1), Pasal 19 ayat (2), dan Pasal 24 ayat (3) (Paragraf 66 ayat (1), Paragraf 67 ayat (2) dan Paragraf 72 ayat (3) Kodifikasi ini);

Yang dimaksud dengan “keadaan memaksa (force majeure)” adalah keadaan yang secara nyata menyebabkan BPR tidak dapat menyusun dan/atau menyampaikan laporan BMPK dan/atau koreksi laporan BMPK secara on-line dan off-line, antara lain kebakaran, kerusuhan massa, perang, sabotase, serta bencana alam seperti gempa bumi dan banjir, yang dibenarkan oleh pejabat instansi yang berwenang dari daerah setempat.

(2) BPR yang mengalami Keadaan Memaksa (force majeure) kurang dari satu

periode penyampaian laporan BMPK dan/atau koreksi laporan BMPK dikecualikan dari kewajiban menyampaikan laporan BMPK dan/atau koreksi laporan BMPK dalam batas waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 (Paragraf 70 Kodifikasi ini) ayat (1), ayat (2), ayat (4) dan ayat (5);

Page 93: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset - bi.go.id dan... · Lampiran 16 : Contoh Perhitungan Potential Future Credit Exposure Hal. 140 ... Pada Komputer yang Sudah Ter-install Aplikasi

Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal

80

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

(3) BPR yang mengalami Keadaan Memaksa (force majeure), menyampaikan pemberitahuan secara tertulis kepada Bank Indonesia, dengan disertai penjelasan mengenai Keadaan Memaksa yang dialami;

(4) BPR wajib menyampaikan laporan BMPK dan/atau koreksi laporan BMPK setelah kembali melakukan kegiatan operasional secara normal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 dan Pasal 24 ayat (3) (Paragraf 70 dan Paragraf 72 ayat (3) Kodifikasi ini).

Batas Maksimum Penyaluran Dana Bank Pembiayaan Rakyat Syariah

BAB I Ketentuan Umum 76 Pasal 1

13/5/PBI/2011 1. Bank adalah Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat sebagaimana

dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998, serta Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.

2. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah, yang selanjutnya disebut BPRS, adalah Bank Pembiayaan Rakyat Syariah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.

3. Batas Maksimum Penyaluran Dana yang selanjutnya disebut dengan BMPD adalah persentase maksimum realisasi penyaluran dana yang diperkenankan terhadap modal BPRS.

4. Penyaluran Dana adalah penanaman dana BPRS dalam bentuk: a. pembiayaan, dan/atau b. penempatan dana antar bank.

5. Pembiayaan adalah Pembiayaan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.

6. Penempatan Dana Antar Bank adalah penanaman dana BPRS pada Bank Umum Konvensional, Bank Umum Syariah, Unit Usaha Syariah dan/atau BPRS lain, dalam bentuk giro, tabungan, deposito berjangka, sertifikat deposito, pembiayaan yang diberikan dan penanaman dana berdasarkan prinsip syariah lainnya yang sejenis. Penempatan Dana Antar Bank yang terkena Batas Maksimum Penyaluran Dana (BMPD) adalah penempatan dana BPRS pada BPRS lain dalam bentuk tabungan, deposito berjangka dan pembiayaan yang diberikan.

7. Modal adalah modal sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai kewajiban penyediaan modal minimum BPRS.

8. Pihak Terkait adalah perorangan atau perusahaan/badan yang mempunyai hubungan kepemilikan, kepengurusan, dan/atau keuangan dengan BPRS.

9. Pihak Tidak Terkait adalah perorangan atau perusahaan/badan yang tidak mempunyai hubungan kepemilikan, kepengurusan, dan/atau keuangan dengan BPRS.

10. Pelanggaran BMPD adalah selisih lebih antara persentase Penyaluran Dana pada saat direalisasikan terhadap Modal BPRS dengan BMPD yang diperkenankan.

11. Pelampauan BMPD adalah selisih lebih antara persentase Penyaluran Dana

Page 94: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset - bi.go.id dan... · Lampiran 16 : Contoh Perhitungan Potential Future Credit Exposure Hal. 140 ... Pada Komputer yang Sudah Ter-install Aplikasi

Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal

81

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

yang telah direalisasikan terhadap Modal BPRS pada saat tanggal laporan dengan BMPD yang diperkenankan dan tidak termasuk Pelanggaran BMPD sebagaimana dimaksud pada angka 10.

12. Nasabah Penerima Fasilitas adalah perorangan, perusahaan atau badan yang memperoleh fasilitas dana atau yang dipersamakan dengan itu berdasarkan prinsip syariah.

13. Direksi adalah Direksi sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.

14. Dewan Komisaris adalah Dewan Komisaris sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.

77 Pasal 2

13/5/PBI/2011 SE 13/17/DPbS 2011 Romawi I No. 1 SE 13/17/DPbS 2011 Romawi I No. 3

BPRS wajib memperhatikan prinsip kehati-hatian dan prinsip syariah dalam membuat akad Pembiayaan antara BPRS dengan Nasabah Penerima Fasilitas.

BPRS dalam menyalurkan dana perlu memperhatikan prinsip kehati-hatian antara lain dengan penyebaran portofolio Penyaluran Dana yang diberikan agar risiko Penyaluran Dana tersebut tidak terpusat pada Nasabah Penerima Fasilitas atau sekelompok Nasabah Penerima Fasilitas tertentu. Pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berupa:

a. transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah; b. transaksi sewa-menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli dalam

bentuk ijarah muntahiya bittamlik; c. transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam, dan

istishna’; d. transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang qardh; dan e. transaksi sewa-menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi

multijasa, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara BPRS dan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai dan/atau diberi fasilitas dana untuk mengembalikan dana tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan ujrah, tanpa imbalan, atau bagi hasil.

78 Pasal 3

13/5/PBI/2011 SE 13/17/DPbS 2011 Romawi III

(1) BPRS dilarang membuat akad Pembiayaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 (Paragraf 77 Kodifikasi ini) apabila akad Pembiayaan tersebut mewajibkan BPRS untuk menyalurkan dana yang akan mengakibatkan terjadinya pelanggaran BMPD.

(2) BPRS dilarang memberikan Penyaluran Dana yang mengakibatkan Pelanggaran BMPD. Larangan pada ayat ini berlaku untuk setiap saat pemberian/realisasi Penyaluran Dana.

(3) BPRS dinyatakan melakukan pelanggaran BMPD apabila terdapat selisih lebih antara persentase Penyaluran Dana pada saat direalisasikan terhadap Modal BPRS, dengan BMPD yang diperkenankan. BPRS tetap dinilai melanggar BMPD selama pelanggaran BMPD tersebut belum diselesaikan.

Page 95: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset - bi.go.id dan... · Lampiran 16 : Contoh Perhitungan Potential Future Credit Exposure Hal. 140 ... Pada Komputer yang Sudah Ter-install Aplikasi

Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal

82

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

(4) Modal BPRS yang digunakan sebagai dasar dalam perhitungan pelanggaran BMPD adalah Modal BPRS pada posisi bulan terakhir sebelum tanggal realisasi Penyaluran Dana.

(5) Dalam hal terdapat Penyaluran Dana dalam bentuk Pembiayaan kepada anggota kelompok Nasabah Penerima Fasilitas Pihak Tidak Terkait yang secara individu tidak melanggar BMPD namun secara kelompok terdapat pelanggaran BMPD, maka pelanggaran BMPD dihitung terhadap satu kelompok Nasabah Penerima Fasilitas Pihak Tidak Terkait.

(6) Dalam hal terdapat Penyaluran Dana dalam bentuk Pembiayaan kepada salah satu anggota kelompok Nasabah Penerima Fasilitas Pihak Tidak Terkait yang secara individu melanggar BMPD namun secara kelompok tidak terdapat pelanggaran BMPD, maka pelanggaran BMPD dihitung terhadap individu Nasabah Penerima Fasilitas Pihak Tidak Terkait.

(7) Dalam hal terdapat Penyaluran Dana dalam bentuk Pembiayaan kepada salah satu anggota kelompok Nasabah Penerima Fasilitas Pihak Tidak Terkait yang secara individu melanggar BMPD dan secara kelompok terdapat pelanggaran BMPD, maka pelanggaran BMPD dihitung berdasarkan penjumlahan atas pelanggaran BMPD untuk masing-masing anggota kelompok dan pelanggaran BMPD terhadap satu kelompok Nasabah Penerima Fasilitas Pihak Tidak Terkait.

Contoh Perhitungan BMPD: BPRS ”X” melakukan Penyaluran Dana berupa Pembiayaan kepada beberapa nasabah dan Penempatan Dana Antar Bank kepada BPRS “Y” (Pihak Tidak Terkait) masing-masing sebagai berikut: - Mudharabah kepada nasabah A sebesar Rp100.000.000,00 (seratus

juta rupiah), nisbah bagi hasil 25:75, jangka waktu 2 (dua) tahun, tanggal akad 7 Maret 2011.

- Musyarakah kepada nasabah B sebesar Rp80.000.000,00 (delapan puluh juta rupiah), nisbah bagi hasil 20:80, jangka waktu 1 (satu) tahun, tanggal akad 9 Maret 2011.

- Murabahah untuk pembelian rumah kepada nasabah C dengan - harga pokok rumah sebesar Rp450.000.000,00 (empat ratus lima

puluh juta rupiah) dan margin sebesar Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah), jangka waktu 50 (lima puluh) bulan, tanggal akad 11 Maret 2011.

- Salam untuk pembelian beras jenis IR45 sebanyak 2 (dua) ton - kepada nasabah D sebesar Rp50.000.000,00 (lima puluh juta

rupiah), jangka waktu 6 (enam) bulan, tanggal akad 15 Maret 2011. - Ijarah atas hak penggunaan kios yang diperoleh dari Tuan F - dengan harga perolehan sewa sebesar Rp120.000.000,00 (seratus

dua puluh juta rupiah) selama 2 (dua) tahun kepada nasabah E dan BPRS menetapkan pendapatan sewa (ujroh) sebesar Rp20.000.000,00 (dua puluh juta rupiah), jangka waktu 2 (dua) tahun, tanggal akad 22 Maret 2011.

- Musyarakah kepada BPRS “Y” sebesar Rp450.000.000,00 (empat ratus lima puluh juta rupiah), nisbah bagi hasil 20:80, jangka waktu 3 (tiga) tahun, tanggal akad 15 Maret 2011.

Page 96: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset - bi.go.id dan... · Lampiran 16 : Contoh Perhitungan Potential Future Credit Exposure Hal. 140 ... Pada Komputer yang Sudah Ter-install Aplikasi

Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal

83

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

- Penempatan Dana Antar Bank pada BPRS “Y” berupa deposito mudharabah sebesar Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dengan nisbah bagi hasil 30:70, jangka waktu 6 (enam) bulan, mulai tanggal 24 Maret 2011 hingga jatuh tempo tanggal 23 September 2011.

Nasabah A, B, C, D dan E serta BPRS “Y” tersebut di atas memiliki hubungan kepemilikan, kepengurusan dan/atau keuangan, sehingga merupakan satu kelompok (satu grup).

Modal BPRS “X”: - per akhir Februari 2011 sebesar Rp2.000.000.000,00 (dua miliar

rupiah). - per akhir Maret 2011 sebesar Rp1.900.000,00 (satu miliar sembilan

ratus juta rupiah). BMPD Pihak Tidak Terkait: Individual 20%:

- bulan Maret 2011 sebesar Rp400.000.000,00 (empat ratus juta rupiah) = (20% x Rp2.000.000.000,00)

- bulan April 2011 sebesar Rp380.000.000,00 (tiga ratus delapan puluh juta rupiah) = (20% x Rp1.900.000,00)

Kelompok 30%:

- bulan Maret 2011 sebesar Rp600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah) = (30% x Rp2.000.000.000,00)

- bulan April 2011 sebesar Rp570.000.000,00 (lima ratus tujuh puluh juta rupiah) = (30% x Rp1.900.000,00)

Saldo masing-masing Pembiayaan dan nominal Penempatan Dana Antar Bank per akhir April 2011:

- Pembiayaan mudharabah kepada nasabah A dengan baki debet Rp95.000.000,00 (sembilan puluh lima juta rupiah).

- Pembiayaan musyarakah kepada Nasabah B dengan baki debet Rp75.000.000,00 (tujuh puluh lima juta rupiah).

- Pembiayaan murabahah kepada Nasabah C dengan saldo piutang sebesar Rp539.000.000,00 (lima ratus tiga puluh sembilan juta rupiah) dan saldo margin yang ditangguhkan sebesar Rp98.000.000,00 (sembilan puluh delapan juta rupiah).

- Pembiayaan salam kepada Nasabah D dengan saldo piutang sebesar Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).

- Pembiayaan ijarah kepada Nasabah E dengan harga perolehan aktiva ijarah sebesar Rp120.000.000,00 (seratus dua puluh juta rupiah) dan akumulasi amortisasi sebesar Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah).

- Pembiayaan musyarakah kepada BPRS “Y” sebesar Rp440.000.000,00 (empat ratus empat puluh juta rupiah).

- Penempatan Dana Antar Bank pada BPRS “Y” sebesar Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).

Page 97: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset - bi.go.id dan... · Lampiran 16 : Contoh Perhitungan Potential Future Credit Exposure Hal. 140 ... Pada Komputer yang Sudah Ter-install Aplikasi

Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal

84

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

Perhitungan Pelanggaran BMPD 1) Bulan Maret 2011

Berdasarkan perhitungan tersebut di atas, terdapat pelanggaran BMPD kelompok Nasabah Penerima Fasilitas Pihak Tidak Terkait sebesar 40% (empat puluh persen) yang terdiri dari pelanggaran individu Nasabah Penerima Fasilitas atas nama nasabah C (Pembiayaan murabahah) sebesar 2,50% (dua koma lima puluh persen), pelanggaran individu Nasabah Penerima Fasilitas atas nama nasabah BPRS “Y” (Pembiayaan musyarakah & Penempatan Dana Antar Bank) sebesar 5% (lima persen), dan pelanggaran secara kelompok Nasabah Penerima Fasilitas sebesar 32,50% (tiga puluh dua koma lima puluh persen). Jumlah Penyaluran Dana kepada BPRS “Y” yang diperhitungkan dalam pelanggaran BMPD Nasabah Penerima Fasilitas Pihak Tidak Terkait secara individual adalah sebesar Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) yang berasal dari Pembiayaan sebesar Rp450.000.000,00 (empat ratus lima puluh juta rupiah) dan Penempatan Dana Antar Bank sebesar Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah), sedangkan jumlah Penyaluran Dana kepada BPRS “Y” yang diperhitungkan dalam pelanggaran BMPD kelompok Nasabah Penerima Fasilitas Pihak Tidak Terkait hanya berupa Pembiayaan yaitu sebesar Rp450.000.000,00 (empat ratus lima puluh juta rupiah).

Nama Jumlah

Penyaluran

BMPD

Pelanggaran BMPD

Nasabah Dana Nominal %

A 100.000.000,00 400.000.000,00 - 0

B 80.000.000,00 400.000.000,00 - 0

C 450.000.000,00 400.000.000,00 50.000.000,00 2,50

D 50.000.000,00 400.000.000,00 - 0

E 120.000.000,00 400.000.000,00 - 0

BPRS "Y" 450.000.000,00

50.000.000,00

500.000.000,00 400.000.000,00 100.000.000,00 5,00

Kelompok 1.250.000.000,

00 600.000.000,00 650.000.000,00 32,50

Jumlah pelanggaran 40,00

Page 98: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset - bi.go.id dan... · Lampiran 16 : Contoh Perhitungan Potential Future Credit Exposure Hal. 140 ... Pada Komputer yang Sudah Ter-install Aplikasi

Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal

85

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

2) Bulan April 2011:

Nama Nasabah

Jumlah Penyaluran

BMPD Pelanggaran BMPD

Dana Nominal %

A 95.000.000,00 380.000.000,00 - 0

B 75.000.000,00 380.000.000,00 - 0

C 441.000.000,00 380.000.000,00 61.000.000,00 3,21

D 40.000.000,00 380.000.000,00 - 0

E 115.000.000,00 380.000.000,00 - 0

BPRS "Y" 440.000.000,00

50.000.000,00

490.000.000,00 380.000.000,00 110.000.000,00 5,79

Kelompok 1.206.000.000,00 570.000.000,00 636.000.000,00 33,47

Jumlah pelanggaran 42,47

Berdasarkan perhitungan tersebut di atas, pada bulan April masih terdapat pelanggaran BMPD kelompok Nasabah Penerima Fasilitas Pihak Tidak Terkait sebesar 42,47% (empat puluh dua koma empat puluh tujuh persen) yang terdiri dari pelanggaran individu Nasabah Penerima Fasilitas atas nama nasabah C (Pembiayaan murabahah) sebesar 3,21% (tiga koma dua puluh satu persen), pelanggaran individu Nasabah Penerima Fasilitas atas nama nasabah BPRS “Y” (Pembiayaan musyarakah & Penempatan Dana Antar Bank) sebesar 5,79% (lima koma tujuh puluh sembilan persen), dan pelanggaran secara kelompok Nasabah Penerima Fasilitas sebesar 33,47% (tiga puluh tiga koma empat puluh tujuh persen). Jumlah Penyaluran Dana kepada BPRS “Y” yang diperhitungkan dalam pelanggaran BMPD Nasabah Penerima Fasilitas Pihak Tidak Terkait secara individual adalah sebesar Rp490.000.000,00 (empat ratus sembilan puluh juta rupiah) yang berasal dari Pembiayaan sebesar Rp440.000.000,00 (empat ratus empat puluh juta rupiah) dan Penempatan Dana Antar Bank sebesar Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah), sedangkan jumlah Penyaluran Dana kepada BPRS “Y” yang diperhitungkan dalam pelanggaran BMPD kelompok Nasabah Penerima Fasilitas Pihak Tidak Terkait hanya berupa Pembiayaan yaitu sebesar Rp440.000.000,00 (empat ratus empat puluh juta rupiah).

BAB II Dasar Perhitungan BMPD 79 Pasal 4

13/5/PBI/2011 SE 13/17/DPbS 2011 Romawi II No. 1 – 3

(1) BMPD untuk Pembiayaan dihitung berdasarkan baki debet Pembiayaan. (2) BMPD untuk Penempatan Dana Antar Bank pada BPRS lain dihitung

berdasarkan nominal Penempatan Dana Antar Bank. (3) BMPD untuk Pembiayaan Perhitungan BMPD untuk Pembiayaan

dilakukan berdasarkan jenis-jenis akad yang digunakan, yaitu: a. Pembiayaan murabahah, Pembiayaan istishna’, dan Pembiayaan

multijasa dihitung berdasarkan saldo harga pokok; b. Pembiayaan salam dihitung berdasarkan harga perolehan;

Page 99: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset - bi.go.id dan... · Lampiran 16 : Contoh Perhitungan Potential Future Credit Exposure Hal. 140 ... Pada Komputer yang Sudah Ter-install Aplikasi

Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal

86

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

c. Pembiayaan mudharabah, Pembiayaan musyarakah dan Pembiayaan qardh dihitung berdasarkan saldo baki debet; dan

d. Pembiayaan ijarah atau ijarah muntahiya bittamlik dihitung berdasarkan saldo harga perolehan aktiva ijarah atau ijarah muntahiya bittamlik dikurangi akumulasi penyusutan atau amortisasi aktiva ijarah atau ijarah muntahiya bittamlik.

(4) BMPD untuk Penempatan Dana Antar Bank dalam bentuk tabungan Perhitungan BMPD untuk Penempatan Dana Antar Bank dalam bentuk tabungan dilakukan berdasarkan saldo tertinggi pada bulan laporan.

(5) BMPD untuk Penempatan Dana Antar Bank dalam bentuk deposito perhitungan BMPD untuk Penempatan Dana Antar Bank dalam bentuk deposito dilakukan berdasarkan jumlah nominal sebagaimana tercantum dalam seluruh bilyet deposito pada BPRS yang sama.

BAB III BMPD Kepada Pihak Terkait 80 Pasal 5

13/5/PBI/2011

Penyaluran Dana kepada seluruh Pihak Terkait ditetapkan paling tinggi 10% (sepuluh persen) dari Modal BPRS.

81 Pasal 6 13/5/PBI/2011

Penyaluran Dana dalam bentuk Pembiayaan kepada Pihak Terkait wajib memperoleh persetujuan dari 1 (satu) orang anggota Direksi dan 1 (satu) orang anggota Dewan Komisaris BPRS. Persetujuan anggota Dewan Komisaris dimaksudkan sebagai pelaksanaan tugas pengawasan yang dilakukan oleh Komisaris atas tindakan kepengurusan oleh Direksi dan tidak menghilangkan tanggung jawab Direksi sebagai pemutus.

82 Pasal 7 13/5/PBI/2011

Pihak Terkait meliputi: a. pemegang saham yang memiliki saham 10% (sepuluh persen) atau lebih

dari modal disetor; b. anggota Dewan Komisaris; c. anggota Direksi; d. pihak yang mempunyai hubungan keluarga sampai dengan derajat kedua,

baik horisontal maupun vertikal, dengan pihak-pihak sebagaimana dimaksud pada huruf a sampai dengan huruf c;

Yang dimaksud dengan hubungan keluarga sampai dengan derajat kedua, baik horisontal maupun vertikal, adalah pihak-pihak sebagai berikut: 1. orang tua kandung/tiri/angkat; 2. saudara kandung/tiri/angkat; 3. anak kandung/tiri/angkat; 4. kakek atau nenek kandung/tiri/angkat; 5. cucu kandung/tiri/angkat; 6. saudara kandung/tiri/angkat dari orang tua; 7. suami atau isteri; 8. mertua; 9. besan; 10. suami atau isteri dari anak kandung/tiri/angkat; 11. kakek atau nenek dari suami atau isteri; 12. suami atau isteri dari cucu kandung/tiri/angkat;

Page 100: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset - bi.go.id dan... · Lampiran 16 : Contoh Perhitungan Potential Future Credit Exposure Hal. 140 ... Pada Komputer yang Sudah Ter-install Aplikasi

Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal

87

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

13. saudara kandung/tiri/angkat dari suami atau isteri beserta suami atau isteri dari saudara yang bersangkutan.

e. Pejabat Eksekutif;

Yang dimaksud dengan Pejabat Eksekutif adalah Pejabat Eksekutif sebagaimana diatur dalam Peraturan Bank Indonesia tentang BPRS.

f. Perusahaan-perusahaan bukan Bank yang dimiliki oleh pihak-pihak

sebagaimana dimaksud pada huruf a sampai dengan huruf e yang kepemilikannya baik individual maupun keseluruhan sebesar 25% (dua puluh lima persen) atau lebih dari modal disetor perusahaan;

g. BPRS lain yang dimiliki oleh pihak-pihak sebagaimana dimaksud pada huruf a sampai dengan huruf e yang kepemilikannya secara individual sebesar 10% (sepuluh persen) atau lebih dari modal disetor pada BPRS lain tersebut;

h. BPRS lain yang: 1) anggota Dewan Komisarisnya merupakan anggota Dewan Komisaris

BPRS; dan 2) rangkap jabatan pada BPRS lain dimaksud merupakan 50% (lima

puluh persen) atau lebih dari jumlah keseluruhan anggota Dewan Komisaris dan Direksinya.

Ketentuan huruf h memperhatikan ketentuan pembatasan rangkapjabatan sebagaimana diatur dalam Peraturan Bank Indonesia tentang BPRS. Contoh: BPRS A menyediakan dana kepada BPRS B. BPRS A mempunyai 2 (dua) orang Direktur dan 2 (dua) orang Komisaris. Kedua Komisaris BPRS A tersebut menjabat sebagai Komisaris pada BPRS B yang mempunyai 2 (dua) orang Direktur dan 2 (dua) orang Komisaris. Mengingat 2 (dua) orang Komisaris pada BPRS B memenuhi asas mayoritas sebesar 50% (lima puluh persen) dari jumlah keseluruhan anggota Dewan Komisaris dan Direksi BPRS B maka BPRS B tersebut merupakan Pihak Terkait dari BPRS A, sehingga penyediaan dana BPRS A kepada BPRS B paling tinggi sebesar 10% (sepuluh persen).

i. perusahaan yang 50% (lima puluh persen) atau lebih dari jumlah

keseluruhan anggota Dewan Komisaris dan anggota Direksinya merupakan anggota Dewan Komisaris BPRS;

Ketentuan huruf i memperhatikan ketentuan pembatasan rangkap jabatan sebagaimana sebagaimana diatur dalam Peraturan Bank Indonesia tentang BPRS. Contoh: BPRS C menyediakan dana kepada PT D. BPRS C mempunyai 2 (dua) orang Direktur dan 2 (dua) orang Komisaris. Salah satu Komisaris BPRS C tersebut menjabat sebagai Komisaris pada PT D yang mempunyai 1 (satu) orang Direktur dan 1 (satu) orang Komisaris. Mengingat 1 (satu) orang Komisaris pada PT D tersebut memenuhi asas mayoritas sebesar 50%

Page 101: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset - bi.go.id dan... · Lampiran 16 : Contoh Perhitungan Potential Future Credit Exposure Hal. 140 ... Pada Komputer yang Sudah Ter-install Aplikasi

Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal

88

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

(lima puluh persen) dari jumlah keseluruhan anggota Dewan Komisaris dan Direksi PT D maka PT D tersebut merupakan Pihak Terkait dari BPRS C, sehingga penyediaan dana BPRS C kepada PT D paling tinggi sebesar 10% (sepuluh persen).

j. Nasabah Penerima Fasilitas yang diberikan jaminan oleh pihak sebagaimana dimaksud pada huruf a sampai dengan huruf i.

Yang dimaksud dengan jaminan adalah janji yang dibuat secara tertulis oleh pihak yang menjamin untuk mengambil alih dan/atau melunasi sebagian atau seluruh kewajiban pihak yang berutang dalam hal pihak yang berutang gagal memenuhi kewajibannya (wanprestasi).

83 Pasal 8 13/5/PBI/2011

Penyaluran Dana kepada pihak-pihak selain yang dimaksud dalam Pasal 7 (Paragraf 82 Kodifikasi ini) dapat dikategorikan sebagai Penyaluran Dana kepada Pihak Terkait apabila Penyaluran Dana tersebut digunakan untuk keuntungan Pihak Terkait.

BAB IV BMPD Kepada Pihak Tidak Terkait 84 Pasal 9

13/5/PBI/2011

(1) Penyaluran Dana dalam bentuk Penempatan Dana Antar Bank kepada BPRS lain yang merupakan Pihak Tidak Terkait ditetapkan paling tinggi 20% (dua puluh persen) dari Modal BPRS. Yang dimaksud dengan Penempatan Dana Antar Bank kepada BPRS lain adalah penempatan dana dalam bentuk Tabungan, Deposito dan Pembiayaan yang Diberikan.

(2) Penyaluran Dana dalam bentuk Pembiayaan kepada 1 (satu) Nasabah Penerima Fasilitas yang merupakan Pihak Tidak Terkait ditetapkan paling tinggi 20% (dua puluh persen) dari Modal BPRS.

(3) Penyaluran Dana dalam bentuk Pembiayaan kepada 1 (satu) kelompok Nasabah Penerima Fasilitas yang merupakan Pihak Tidak Terkait ditetapkan paling tinggi 30% (tiga puluh persen) dari Modal BPRS.

SE 13/17/DPbS 2011 Romawi II No. 6

(4) BMPD untuk Penyaluran Dana dalam bentuk Pembiayaan kepada satu atau lebih Nasabah Penerima Fasilitas Pihak Tidak Terkait yang merupakan bagian dari kelompok Nasabah Penerima Fasilitas Pihak Tidak Terkait. BMPD untuk Penyaluran Dana dalam bentuk Pembiayaan kepada satu kelompok Nasabah Penerima Fasilitas yang merupakan Pihak Tidak Terkait sebesar 30% (tiga puluh persen) dari Modal BPRS, dengan Pembiayaan kepada masing-masing Nasabah Penerima Fasilitas tersebut tidak melebihi 20% (dua puluh persen) dari Modal BPRS. Termasuk dalam pengertian satu kelompok Nasabah Penerima Fasilitas adalah Nasabah Penerima Fasilitas non bank yang memiliki hubungan kepengurusan, kepemilikan, atau keuangan dengan bank selaku Nasabah Penerima Fasilitas.

85 Pasal 10 13/5/PBI/2011

Nasabah Penerima Fasilitas digolongkan sebagai anggota suatu kelompok Nasabah Penerima Fasilitas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 (Paragraf 84 Kodifikasi ini) ayat (3) apabila Nasabah Penerima Fasilitas mempunyai

Page 102: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset - bi.go.id dan... · Lampiran 16 : Contoh Perhitungan Potential Future Credit Exposure Hal. 140 ... Pada Komputer yang Sudah Ter-install Aplikasi

Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal

89

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

keterkaitan dengan Nasabah Penerima Fasilitas lain baik melalui hubungan kepemilikan, hubungan kepengurusan dan/atau hubungan keuangan, yang meliputi: a. perusahaan-perusahaan yang masing-masing 25% (dua puluh lima persen)

atau lebih modal disetornya dimiliki oleh suatu perusahaan/badan atau perorangan atau secara bersama oleh suatu keluarga;

Yang dimaksud dengan suatu keluarga adalah keluarga inti yang terdiri dari suami, isteri dan anak kandung/tiri/angkat; suami dan isteri; suami dan anak kandung/tiri/angkat; atau isteri dan anak kandung/tiri/angkat. Contoh: 1. 25% (dua puluh lima persen) atau lebih saham masing-masing

perusahaan A, perusahaan B dan perusahaan C, dimiliki oleh 1 (satu) orang/perusahaan. Apabila perusahaan A, perusahaan B dan perusahaan C menjadi Nasabah Penerima Fasilitas BPRS yang sama maka perusahaan perusahaan tersebut digolongkan sebagai 1 (satu) kelompok Nasabah Penerima Fasilitas.

2. 25% (dua puluh lima persen) atau lebih saham masing-masing perusahaan A, perusahaan B dan perusahaan C, dimiliki secara bersama oleh X, Y dan Z yang merupakan suami, isteri dan anak kandung/tiri/angkat. Apabila perusahaan A, perusahaan B dan perusahaan C menjadi Nasabah Penerima Fasilitas BPRS yang sama maka perusahaanperusahaan tersebut digolongkan sebagai 1 (satu) kelompok Nasabah Penerima Fasilitas.

3. 25% (dua puluh lima persen) atau lebih saham perusahaan A dimiliki oleh suami dan anak pertama, 25% (dua puluh lima persen) atau lebih saham perusahaan B dimiliki oleh isteri dan anak kedua. Apabila perusahaan A dan perusahaan B menjadi Nasabah Penerima Fasilitas BPRS yang sama maka perusahaan-perusahaan tersebut digolongkan sebagai 1 (satu) kelompok Nasabah Penerima Fasilitas.

b. perusahaan-perusahaan yang salah satunya memiliki 25% (dua puluh lima persen) atau lebih modal disetor perusahaan lainnya; Contoh: Perusahaan A memiliki 25% (dua puluh lima persen) saham perusahaan B. Perusahaan B memiliki 25% (dua puluh lima persen) saham perusahaan C. Apabila perusahaan A, perusahaan B dan perusahaan C menjadi Nasabah Penerima Fasilitas BPRS maka perusahaan A dan perusahaan B digolongkan sebagai 1 (satu) kelompok Nasabah Penerima Fasilitas. Sementara perusahaan B dan perusahaan C digolongkan sebagai 1 (satu) kelompok Nasabah Penerima Fasilitas yang lain.

c. perusahaan-perusahaan yang 50% (lima puluh persen) atau lebih dari jumlah keseluruhan anggota Dewan Komisaris dan anggota Direksi pada 1 (satu) perusahaan tertentu menjadi Dewan Komisaris dan/atau Direksi pada perusahaan lainnya. Pertimbangan azas mayoritas 50% (lima puluh persen) atau lebih dihitung dari jumlah kumulatif Dewan Komisaris dan/atau anggota Direksi

Page 103: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset - bi.go.id dan... · Lampiran 16 : Contoh Perhitungan Potential Future Credit Exposure Hal. 140 ... Pada Komputer yang Sudah Ter-install Aplikasi

Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal

90

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

d. perusahaan-perusahaan yang tidak memenuhi kriteria sebagaimana dimaksud pada huruf a sampai dengan huruf c, namun terdapat bantuan keuangan dari salah satu perusahaan tersebut terhadap perusahaan lainnya yang mengakibatkan adanya pengendalian oleh perusahaan tersebut terhadap perusahaan lainnya.

Yang dimaksud dengan bantuan keuangan adalah bantuan keuangan yang disertai dengan persyaratan tertentu yang menyebabkan pihak yang memberikan bantuan mempunyai kewenangan untuk menentukan kebijakan strategis perusahaan/badan yang menerima bantuan, antara lain namun tidak terbatas pada keputusan untuk melakukan pembagian deviden dan perubahan pengurus.

e. perusahaan-perusahaan dan/atau perorangan yang salah satunya bertindak sebagai penjamin Pembiayaan atas Pembiayaan yang diterima oleh perusahaan atau perorangan lainnya.

Yang dimaksud dengan penjamin adalah pihak yang memberikan jaminan dalam bentuk janji yang dibuat secara tertulis yang menyatakan bahwa penjamin akan mengambilalih dan/atau melunasi sebagian atau seluruh kewajiban pihak yang berutang, dalam hal pihak yang berutang gagal memenuhi kewajibannya (wanprestasi). Termasuk dalam pengertian ini adalah pihak-pihak yang berutang yang dijamin dengan menggunakan agunan yang sama.

BAB V Pelampauan BMPD 86 Pasal 11

13/5/PBI/2011 Butir a

SE 13/17/DPbS 2011 Romawi IV No. 3

Penyaluran Dana oleh BPRS dikategorikan sebagai Pelampauan BMPD apabila terjadi selisih lebih antara persentase Penyaluran Dana yang telah direalisasikan terhadap Modal BPRS pada saat tanggal laporan dengan BMPD yang diperkenankan, yang disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut: a. penurunan Modal BPRS;

Contoh Perhitungan Pelampauan BMPD karena penurunan modal: BPRS ”X” melakukan Penyaluran Dana dalam bentuk Pembiayaan murabahah untuk pembelian mobil kepada Nasabah Penerima Fasilitas A (Pihak Tidak Terkait) pada tanggal 15 April 2011 dengan harga pokok sebesar Rp240.000.000,00 (dua ratus empat puluh juta rupiah) dengan margin sebesar Rp24.000.000,00 (dua puluh empat juta rupiah) selama jangka waktu 1 (satu) tahun. Pembiayaan murabahah diangsur setiap bulan sebesar Rp22.000.000,00 (dua puluh dua juta rupiah).

Modal BPRS: - per akhir Maret 2011 sebesar Rp1.500.000.000,00 (satu miliar lima

ratus juta rupiah). - per akhir April 2011 sebesar Rp1.350.000.000,00 (satu miliar tiga

ratus lima puluh juta rupiah). - per akhir Mei 2011 sebesar Rp1.200.000.000,00 (satu miliar dua

ratus juta rupiah). - per akhir Juni 2011 sebesar Rp800.000.000,00 (delapan ratus

juta rupiah).

Page 104: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset - bi.go.id dan... · Lampiran 16 : Contoh Perhitungan Potential Future Credit Exposure Hal. 140 ... Pada Komputer yang Sudah Ter-install Aplikasi

Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal

91

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

Pasal 11 13/5/PBI/2011 Butir b – c

Saldo Pembiayaan murabahah adalah sebagai berikut: - per akhir April 2011 saldo piutang sebesar Rp242.000.000,00 (dua

ratus empat puluh dua juta rupiah) dan saldo margin yang ditangguhkan sebesar Rp22.000.000,00 (dua puluh dua juta rupiah).

- per akhir Mei 2011 saldo piutang sebesar Rp220.000.000,00 (dua ratus dua puluh juta rupiah) dan saldo margin yang ditangguhkan sebesar Rp20.000.000,00 (dua puluh juta rupiah).

- per akhir Juni 2011 saldo piutang sebesar Rp198.000.000,00 (seratus sembilan puluh delapan juta rupiah) dan saldo margin yang ditangguhkan sebesar Rp18.000.000,00 (delapan belas juta rupiah).

Perhitungan pelampauan BMPD Individu Nasabah Penerima Fasilitas A (Pihak Tidak Terkait) posisi bulan April, Mei dan Juni 2011:

Bulan Saldo Harga Pokok BMPD Pelampauan BMPD

Nominal %

April 220.000.000,00 270.000.000,00 - 0

Mei 200.000.000,00 240.000.000,00 - 0

Juni 180.000.000,00 160.000.000,00 20.000.000,00 2,50

Berdasarkan perhitungan tersebut di atas, terdapat pelampauan BMPD individu Nasabah Penerima Fasilitas Pihak Tidak Terkait sebesar 2,50% (dua koma lima puluh persen) pada bulan Juni 2011.

b. penggabungan usaha, peleburan usaha, pengambilalihan usaha,

perubahan struktur kepemilikan dan/atau kepengurusan yang menyebabkan perubahan Pihak Terkait dan/atau kelompok Nasabah Penerima Fasilitas;

Yang dimaksud dengan “penggabungan usaha atau merger” adalah penggabungan usaha 2 (dua) atau lebih perusahaan Nasabah Penerima Fasilitas dengan perusahaan lainnya dan/atau BPRS dengan BPRS lainnya dengan tetap mempertahankan berdirinya salah satu perusahaan Nasabah Penerima Fasilitas dan/atau BPRS dan membubarkan perusahaan Nasabah Penerima Fasilitas dan/atau BPRS lainnya tanpa melikuidasi terlebih dahulu.

Yang dimaksud dengan “peleburan usaha atau konsolidasi” adalah penggabungan usaha 2 (dua) atau lebih perusahaan Nasabah Penerima Fasilitas dengan perusahaan lainnya dan/atau BPRS dengan BPRS lainnya dengan cara mendirikan perusahaan Nasabah Penerima Fasilitas dan/atau BPRS baru dan membubarkan perusahaan Nasabah Penerima Fasilitas dan/atau BPRS tersebut tanpa melikuidasi terlebih dahulu. Yang dimaksud dengan “pengambilalihan usaha atau akuisisi” adalah pengambilalihan kepemilikan suatu perusahaan Nasabah Penerima Fasilitas dan/atau BPRS yang mengakibatkan beralihnya pengendalian perusahaan Nasabah Penerima Fasilitas dan/atau BPRS.

Page 105: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset - bi.go.id dan... · Lampiran 16 : Contoh Perhitungan Potential Future Credit Exposure Hal. 140 ... Pada Komputer yang Sudah Ter-install Aplikasi

Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal

92

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

Yang dimaksud dengan “perubahan struktur kepemilikan” adalah perubahan struktur kepemilikan di perusahaan Nasabah Penerima Fasilitas dan/atau di BPRS. Yang dimaksud dengan “perubahan kepengurusan” adalah perubahan kepengurusan di perusahaan Nasabah Penerima Fasilitas dan/atau di BPRS. Yang dimaksud dengan “perubahan Pihak Terkait dan/atau kelompok Nasabah Penerima Fasilitas” adalah: 1) Nasabah Penerima Fasilitas Pihak Tidak Terkait menjadi Nasabah

Penerima Fasilitas Pihak Terkait; dan/atau 2) Nasabah Penerima Fasilitas perorangan menjadi kelompok Nasabah

Penerima Fasilitas. c. perubahan ketentuan.

Yang dimaksud dengan “perubahan ketentuan” adalah perubahan ketentuan yang menyebabkan perubahan kriteria Pihak Terkait dan/atau kelompok Nasabah Penerima Fasilitas BPRS dan/atau perubahan ketentuan lainnya yang menyebabkan terjadinya pelampauan BMPD.

BAB VI Penyelesaian Pelanggaran Dan/Atau Pelampauan BMPD 87 Pasal 12

13/5/PBI/2011

(1) BPRS wajib menyusun dan menyampaikan rencana tindak (action plan) untuk penyelesaian Pelanggaran BMPD dan/atau Pelampauan BMPD.

(2) Action plan untuk Pelanggaran BMPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus disampaikan oleh BPRSS dan diterima oleh Bank Indonesia paling lama 1 (satu) bulan setelah batas akhir penyampaian laporan BMPD bulan yang bersangkutan atau 14 (empat belas) hari sejak exit meeting untuk Pelanggaran BMPD yang ditemukan dalam pemeriksaan. Yang dimaksud dengan exit meeting adalah pertemuan akhir antara pengurus BPRS dan Bank Indonesia untuk membahas hasil pemeriksaan.

(3) Action plan untuk Pelampauan BMPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang disebabkan karena hal-hal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 (Paragraf 86 Kodifikasi ini) huruf a dan huruf b harus disampaikan oleh BPRSS dan diterima oleh Bank Indonesia paling lama 1 (satu) bulan setelah akhir bulan laporan BMPD bulan yang bersangkutan atau 14 (empat belas) hari sejak exit meeting untuk Pelampauan BMPD yang ditemukan dalam pemeriksaan.

Untuk Pelampauan BMPD yang disebabkan oleh penggabungan usaha,

peleburan usaha atau pengambilalihan usaha, jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat ini adalah 1 (satu) bulan setelah akhir bulan laporan sejak disahkannya akta penggabungan usaha, peleburan usaha atau pengambilalihan usaha oleh instansi yang berwenang.

(4) Action plan untuk Pelampauan BMPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang disebabkan karena hal-hal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11

Page 106: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset - bi.go.id dan... · Lampiran 16 : Contoh Perhitungan Potential Future Credit Exposure Hal. 140 ... Pada Komputer yang Sudah Ter-install Aplikasi

Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal

93

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

(Paragraf 86 Kodifikasi ini) huruf c harus disampaikan oleh BPRSS dan diterima oleh Bank Indonesia paling lama 3 (tiga) bulan sejak diberlakukannya ketentuan baru.

(5) Dalam hal jangka waktu penyampaian action plan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), ayat (3) dan ayat (4) jatuh pada hari Sabtu atau hari libur maka BPRSS wajib menyampaikan action plan pada hari kerja sebelumnya.

88 Pasal 13 13/5/PBI/2011

(1) Action plan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 (Paragraf 87 Kodifikasi ini) ayat (1) wajib memuat paling kurang langkah-langkah untuk penyelesaian Pelanggaran BMPD dan/atau Pelampauan BMPD serta target waktu penyelesaian. Langkah-langkah penyelesaian Pelanggaran BMPD dan/atau Pelampauan BMPD meliputi antara lain:

a. Pelunasan seluruh/sebagian Pembiayaan yang melanggar dan/atau melampaui BMPD;

b. Penambahan modal disetor. (2) Target waktu penyelesaian sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

ditetapkan sebagai berikut: a. Untuk Pelanggaran BMPD, paling lama dalam jangka waktu 3 (tiga)

bulan sejak action plan disampaikan kepada Bank Indonesia. b. Untuk Pelampauan BMPD yang disebabkan oleh hal-hal sebagaimana

dimaksud dalam Paragraf 86 huruf a dan huruf b, paling lama 6 (enam) bulan sejak action plan disampaikan kepada Bank Indonesia.

c. Untuk Pelampauan BMPD yang disebabkan oleh hal-hal sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 86 huruf c, paling lama 12 (dua belas) bulan sejak action plan disampaikan kepada Bank Indonesia.

(3) Dalam hal sisa jangka waktu penyediaan dana sampai dengan jatuh tempo lebih pendek daripada target waktu penyelesaian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) maka target waktu penyelesaian paling lama sampai dengan penyediaan dana jatuh tempo.

Contoh: 1. Pada tanggal 3 Januari 2011 BPRS B memberikan Pembiayaan kepada

debitur X (Pihak Tidak Terkait) sebesar Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) yang merupakan 20% (dua puluh persen) dari modal BPRS B dengan jangka waktu 12 (dua belas) bulan. Pada tanggal 28 Februari 2011 modal BPRS B turun karena mengalami kerugian sehingga persentase Pembiayaan kepada debitur X menjadi 25% (dua puluh lima persen) dari modal BPRS B atau melampaui BMPD yang ditetapkan sebesar 5% (lima persen). Untuk itu BPRS B wajib membuat action plan untuk menyelesaikan pelampauan tersebut dengan target waktu penyelesaian paling lama 6 (enam) bulan sejak action plan disampaikan kepada Bank Indonesia.

2. Pada tanggal 3 Januari 2011 BPRS A menempatkan Deposito 3 bulan (jatuh tempo pada tanggal 3 April 2011) pada BPRS B (Pihak Tidak Terkait) sebesar Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) yang merupakan 30% (tiga puluh persen) dari modal BPRS A. Pada tanggal 7 Februari 2011 dikeluarkan ketentuan mengenai BMPD BPRS yang mengatur bahwa penempatan dana BPRS ke BPRS lain paling tinggi

Page 107: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset - bi.go.id dan... · Lampiran 16 : Contoh Perhitungan Potential Future Credit Exposure Hal. 140 ... Pada Komputer yang Sudah Ter-install Aplikasi

Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal

94

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

20% (dua puluh persen) dari modal. Dengan asumsi modal BPRS A tetap maka dengan adanya ketentuan BMPD tersebut penempatan Deposito BPRS A ke BPRS B menjadi melampaui BMPD yang ditetapkan sebesar 10% (sepuluh persen). Untuk itu BPRS A wajib membuat action plan untuk menyelesaikan pelampauan tersebut dengan target waktu penyelesaian paling lama sampai dengan jatuh tempo Deposito yaitu tanggal 3 April 2011.

(4) Target waktu penyelesaian pelanggaran dan/atau pelampauan BMPD atas Penempatan Dana Antar Bank yang tidak memiliki jatuh tempo berupa Tabungan pada BPRS lain, paling lama 1 (satu) bulan sejak action plan disampaikan kepada Bank Indonesia. Contoh: Pada tanggal 3 Januari 2011 BPRS A menempatkan Tabungan pada BPRS B (Pihak Tidak Terkait) sebesar Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) yang merupakan 30% (tiga puluh persen) dari modal BPRS A. Pada tanggal 7 Februari 2011 dikeluarkan ketentuan mengenai BMPD BPRS yang mengatur bahwa penempatan dana BPRS ke BPRS lain paling tinggi 20% (dua puluh persen) dari modal. Dengan asumsi modal BPRS A tetap maka dengan adanya ketentuan BMPD tersebut penempatan Tabungan BPRS A ke BPRS B menjadi melampaui BMPD yang ditetapkan sebesar 10% (sepuluh persen). Untuk itu BPRS A wajib membuat action plan untuk menyelesaikan pelampauan tersebut dengan target waktu penyelesaian paling lama 1 (satu) bulan sejak action plan disampaikan kepada Bank Indonesia.

(5) Bank Indonesia dapat meminta BPRS melakukan penyesuaian action plan yang disampaikan apabila menurut penilaian Bank Indonesia langkah-langkah dan/atau target waktu penyelesaian tidak mungkin dicapai.

89 Pasal 14 13/5/PBI/2011

(1) BPRS wajib menyampaikan laporan pelaksanaan action plan untuk penyelesaian Pelanggaran BMPD dan/atau Pelampauan BMPD disertai dengan bukti pendukungnya.

Yang dimaksud dengan bukti pendukung antara lain adalah bukti setoran modal dan bukti pembayaran atau pelunasan Pembiayaan.

(2) Laporan pelaksanaan action plan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib disampaikan oleh BPRS dan diterima oleh Bank Indonesia paling lama 14 (empat belas) hari sejak realisasi action plan.

Yang dimaksud dengan realisasi action plan adalah pelaksanaan tahapan penyelesaian Pelanggaran dan/atau Pelampauan BMPD.

(3) Dalam hal jangka waktu 14 (empat belas) hari sebagaimana dimaksud pada ayat (2) jatuh pada hari Sabtu atau hari libur maka BPRS wajib menyampaikan laporan pelaksanaan action plan pada hari kerja sebelumnya.

Page 108: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset - bi.go.id dan... · Lampiran 16 : Contoh Perhitungan Potential Future Credit Exposure Hal. 140 ... Pada Komputer yang Sudah Ter-install Aplikasi

Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal

95

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

BAB VII Pengecualian 90 Pasal 15

13/5/PBI/2011

Ketentuan BMPD dikecualikan untuk: a. Penempatan Dana Antar Bank pada Bank Umum Konvensional, Bank

Umum Syariah dan/atau Unit Usaha Syariah, termasuk Bank Umum Konvensional, Bank Umum Syariah dan/atau Unit Usaha Syariah yang memenuhi kriteria Pihak Terkait sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 (Paragraf 79 Kodifikasi ini);

Penempatan Dana Antar Bank pada Bank Umum Konvensional adalah dalam bentuk giro dan/atau tabungan. Yang dimaksud dengan Bank Umum Konvensional, Bank Umum Syariah dan/atau Unit Usaha Syariah adalah Bank Umum Konvensional, Bank Umum Syariah dan/atau Unit Usaha Syariah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 21 tentang Perbankan Syariah.

b. Bagian Penyaluran Dana yang dijamin oleh: 1) Agunan dalam bentuk agunan tunai berupa deposito atau tabungan di

BPRSS; Deposito dan Tabungan yang dapat dijadikan sebagai agunan adalah Deposito dan Tabungan yang ditempatkan pada BPRS yang sama.

2) Emas dan/atau logam mulia; dan/atau

Nilai agunan yang berupa emas dan/atau logam mulia ditentukan berdasarkan harga pasar (market value).

3) Sertifikat Bank Indonesia atau Sertifikat Bank Indonesia Syariah,

sepanjang memenuh persyaratan sebagai berikut: a) agunan diblokir dan dilengkapi dengan surat kuasa

pencairan/penjualan yang tidak dapat dibatalkan dari pemilik agunan untuk keuntungan BPRSS penerima agunan, termasuk pencairan/penjualan sebagian untuk membayar tunggakan angsuran pokok/margin/bagi hasil/ujrah;

b) jangka waktu pemblokiran sebagaimana dimaksud pada huruf a) paling singkat sama dengan jangka waktu Penyaluran Dana; dan

c) untuk agunan tunai sebagaimana dimaksud pada angka 1) dan angka 2), disimpan atau ditatausahakan pada BPRSS yang bersangkutan.

c. Bagian Penyaluran Dana yang dijamin oleh Pemerintah Indonesia secara langsung maupun melalui Badan Usaha Milik Negara (BUMN) atau Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku dan memenuhi persyaratan sebagai berikut:

Yang dimaksud dengan Pemerintah Indonesia adalah Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

1) jaminan bersifat tanpa syarat (unconditional) dan tidak dapat dibatalkan (irrevocable);

2) harus dapat dicairkan paling lama 7 (tujuh) hari kerja sejak klaim diajukan, termasuk pencairan sebagian; dan

Page 109: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset - bi.go.id dan... · Lampiran 16 : Contoh Perhitungan Potential Future Credit Exposure Hal. 140 ... Pada Komputer yang Sudah Ter-install Aplikasi

Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal

96

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

3) mempunyai jangka waktu penjaminan paling singkat sama dengan jangka waktu Penyaluran Dana.

d. Bagian Penempatan Dana Antar Bank pada BPRS lain sepanjang:

1) Terdapat kesepakatan antara BPRS yang menempatkan dananya dengan BPRS lain yang menerima penempatan dana, dalam rangka menanggulangi kesulitan likuiditas BPRS; dan

2) Bagian Penempatan Dana dimaksud merupakan simpanan/iuran/porsi dana yang wajib ditempatkan oleh BPRS pada BPRS lain sesuai kesepakatan sebagaimana dimaksud pada angka 1) yang ditujukan untuk menanggulangi kesulitan likuiditas masing-masing BPRS.

Bagian Penempatan Dana yang dimaksud dalam ayat ini adalah bagian penempatan dana dalam rangka memenuhi simpanan/iuran/porsi dana atau penempatan dana dalam rangka penanggulangan likuiditas yang ditetapkan sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak.

Contoh: Terdapat 28 BPRS yang membuat kesepakatan untuk menempatkan dana berupa simpanan/iuran/porsi dana pada salah satu BPRS yang ditunjuk untuk mengkoordinir pengelolaan dana yang terhimpun. Dalam kesepakatan tersebut dimuat antara lain: - Jumlah simpanan/iuran/porsi dana yang wajib ditempatkan oleh BPRS

pada BPRS lain yang ditunjuk, misalnya Rp25.000.000,00 (dua puluh lima juta rupiah) per BPRS.

- Jumlah maksimum dana/pinjaman likuiditas yang dapat ditempatkan oleh BPRS yang ditunjuk kepada salah satu dari 28 BPRS tersebut, misalnya 10 (sepuluh) kali dari jumlah simpanan/iuran/porsi dana yang ditempatkan atau Rp250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah).

Yang dikecualikan dari perhitungan BMPK dalam contoh tersebut adalah: - masing-masing penempatan dana dari 28 BPRS tersebut kepada BPRS

yang ditunjuk sebesar Rp25.000.000,00 (dua puluh lima juta rupiah). - penempatan dana dari BPRS yang ditunjuk kepada salah satu dari 28

BPRS yang mengalami kesulitan likuiditas sebesar Rp250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah).

91 Pasal 16 13/5/PBI/2011

(1) Penyediaan dana BPRS berupa Pembiayaan dengan pola kemitraan inti-plasma atau pola Pengembangan Hubungan Bank dan Kelompok Swadaya Masyarakat (PHBK) dikecualikan dari pengertian kelompok Nasabah Penerima Fasilitas Pihak Tidak Terkait sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 (Paragraf 84 Kodifikasi ini) ayat (3).

Yang dimaksud dengan pola kemitraan adalah pola pengembangan dengan menggunakan perusahaan inti yang membantu membimbing perusahaan rakyat sekitarnya sebagai plasma dalam suatu sistem kerjasama yang saling menguntungkan, utuh dan berkesinambungan. Yang dimaksud dengan pola PHBK adalah pola pembiayaan dalam upaya mengembangkan prasarana pelayanan keuangan bagi pengusaha mikro,

Page 110: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset - bi.go.id dan... · Lampiran 16 : Contoh Perhitungan Potential Future Credit Exposure Hal. 140 ... Pada Komputer yang Sudah Ter-install Aplikasi

Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal

97

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

yang bersifat saling menguntungkan antara tiga unsur yang berbeda yaitu BPRS, Lembaga Pengembangan Swadaya Masyarakat (LPSM), dan Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM).

(2) Pola kemitraan inti-plasma sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dikecualikan dari pengertian kelompok Nasabah Penerima Fasilitas Pihak Tidak Terkait sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 (Paragraf 84 Kodifikasi ini) ayat (3), sepanjang memenuhi persyaratan:

a. Pembiayaan diberikan dengan pola kemitraan; b. Perusahaan inti merupakan Pihak Tidak Terkait dengan BPRS; c. Plasma bukan merupakan anak perusahaan atau cabang yang dimiliki,

dikuasai atau berafiliasi dengan perusahaan inti; d. Plasma memproduksi komponen yang diperlukan perusahaan

intisebagai bagian dari produksi perusahaan inti; dan e. Akad Pembiayaan antara BPRS dengan plasma dilakukan secara

langsung. (3) Pola PHBK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dikecualikan dari

pengertian kelompok Nasabah Penerima Fasilitas Pihak Tidak Terkait sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 (Paragraf 84 Kodifikasi ini) ayat (3), sepanjang memenuhi persyaratan: a. Pembiayaan diberikan kepada kelompok;

Yang dimaksud kelompok disini adalah KSM.

b. Partisipan PHBK telah melalui seleksi;

Yang dimaksud partisipan PHBK adalah perorangan dan/atau lembaga yang terlibat seperti LPSM dan KSM.

c. Menghargai otonomi lembaga partisipan; d. Mempromosikan tabungan dan mengkaitkan tabungan dengan

Pembiayaan; e. Mengenakan tingkat margin/bagi hasil/ujrah sesuai tingkat pasar; f. Mengembangkan dan menerima agunan alternatif;

Termasuk dalam agunan alternatif yaitu jaminan tanggung renteng di antara anggota kelompok.

g. Terdapat bantuan teknis/pendampingan untuk membina kelompok.

92 Pasal 17 13/5/PBI/2011

Pembiayaan kepada anggota Direksi, anggota Dewan Komisaris dan/atau pegawai BPRS yang memenuhi kriteria Pihak Terkait yang ditujukan untuk peningkatan kesejahteraan serta dibayar kembali dari pendapatan yang diperoleh dari BPRS yang bersangkutan dikecualikan sebagai pemberian Pembiayaan kepada Pihak Terkait sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 (Paragraf 82 Kodifikasi ini). Yang dimaksudkan dengan “Pembiayaan untuk peningkatan kesejahteraan” adalah pembiayaan BPRS kepada anggota Direksi, anggota Dewan Komisaris dan/atau pegawai BPRS yang memenuhi kriteria Pihak Terkait yang antara lain ditujukan untuk biaya sekolah, biaya pengobatan/sakit, biaya kontrak rumah,

Page 111: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset - bi.go.id dan... · Lampiran 16 : Contoh Perhitungan Potential Future Credit Exposure Hal. 140 ... Pada Komputer yang Sudah Ter-install Aplikasi

Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal

98

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

cicilan rumah, uang muka pembelian rumah, biaya pernikahan dan pembelian kendaraan bermotor. Pemberian Pembiayaan kepada pihak-pihak tersebut di atas dikategorikan sebagai Penyaluran dana kepada Pihak Tidak Terkait dan mengacu pada ketentuan BMPD kepada Pihak Tidak Terkait.

BAB VIII Tatacara Penyampaian Laporan BMPD Dan Koreksi Laporan BMPD

93 Pasal 18 13/5/PBI/2011 Ayat (1) SE 13/17/DPBS 2011 Romawi V No. 1 Pasal 18 13/5/PBI/2011 Ayat (2) – (3)

(1) BPRS wajib menyusun dan menyampaikan laporan BMPD kepada Bank Indonesia secara on-line setiap bulan secara benar, lengkap dan tepat waktu. Yang dimaksud dengan penyampaian secara on-line adalah penyampaian laporan dengan mengirim atau mentransfer rekaman data secara langsung kepada Kantor Pusat Bank Indonesia melalui fasilitas ekstranet Bank Indonesia atau sarana teknologi lainnya. BPRS pelapor menyampaikan laporan BMPD kepada Bank Indonesia paling lama tanggal 14 (empat belas) pada bulan berikutnya setelah berakhirnya bulan laporan.

(2) Laporan BMPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup: a. Penyaluran Dana kepada Pihak Tidak Terkait yang melanggar dan

melampaui BMPD; dan b. Seluruh Penyaluran Dana kepada Pihak Terkait.

(3) Tatacara penyampaian laporan BMPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam ketentuan Bank Indonesia.

94 Pasal 19

13/5/PBI/2011

(1) BPRS bertanggung jawab atas kebenaran dan kelengkapan isi laporan BMPD yang disampaikan kepada Bank Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 (Paragraf 93 Kodifikasi ini) ayat (1).

SE 13/17/DPbS 2011 Romawi V No. 2 – 3

(2) Dalam hal terdapat kekeliruan dan/atau kesalahan atas laporan BMPD yang telah disampaikan kepada Bank Indonesia, BPRS wajib menyampaikan koreksi atas laporan BMPD secara on-line dengan memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 (Paragraf 93 Kodifikasi ini). BPRS pelapor menyampaikan koreksi laporan BMPD kepada Bank Indonesia secara on-line melalui fasilitas ekstranet Bank Indonesia atau sarana teknologi lainnya paling lama tanggal 20 (dua puluh) pada bulan berikutnya setelah berakhirnya bulan laporan.

Laporan BMPD dan/atau koreksi laporan BMPD secara on-line dapat disampaikan pada hari Sabtu atau hari libur.

95 Pasal 20

13/5/PBI/2011

(1) Kewajiban penyampaian laporan BMPD dan/atau koreksi laporan BMPD secara on-line sebagaimana dimaksud pada Pasal 18 (Paragraf 93 Kodifikasi ini) ayat (1) dan Pasal 19 (Paragraf 94 Kodifikasi ini) ayat (2) dikecualikan dalam hal:

a. BPRS berkedudukan di daerah yang belum tersedia fasilitas

Page 112: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset - bi.go.id dan... · Lampiran 16 : Contoh Perhitungan Potential Future Credit Exposure Hal. 140 ... Pada Komputer yang Sudah Ter-install Aplikasi

Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal

99

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

SE 13/17/DPbS 2011 Romawi I No. 6 – 7

komunikasi sehingga tidak memungkinkan untuk menyampaikan laporan BMPD dan/atau koreksi laporan BMPD secara on-line;

b. BPRS baru beroperasi dengan batas waktu paling lama 2 (dua) bulan setelah dimulainya kegiatan operasional;

c. BPRS mengalami gangguan teknis; atau

Yang dimaksud dengan gangguan teknis adalah gangguan yang mengakibatkan BPRS tidak dapat menyampaikan laporan BMPD dan/atau koreksi laporan BMPD secara online, antara lain gangguan pada jaringan telekomunikasi atau pemadaman listrik.

d. Terjadi kerusakan dan/atau gangguan pada database atau jaringan

komunikasi di Bank Indonesia. (2) BPRS memperoleh pengecualian sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf a, huruf b atau huruf c setelah menyampaikan pemberitahuan tertulis terlebih dahulu kepada Bank Indonesia dengan mengemukakan alasannya.

(3) BPRS wajib menyampaikan laporan BMPD dan/atau koreksi laporan BMPD secara on-line setelah kegiatan operasional kembali berjalan secara normal.

(4) Pada prinsipnya, pelaporan BMPD yang mencakup data kantor pusat dan data seluruh kantor cabang BPRS disampaikan oleh kantor pusat BPRS secara on-line. Namun demikian dalam kondisi tertentu pelaporan BMPD dapat disampaikan secara off-line.

(5) Penyusunan dan penyampaian laporan BMPD pada Bank Indonesia secara on-line dilakukan dengan menggunakan aplikasi Data Entry Laporan Berkala BPRS dan aplikasi Web User BPRS Laporan Berkala BPRS.

96 Pasal 21

13/5/PBI/2011

(1) BPRS yang tidak dapat menyampaikan laporan BMPD dan/atau koreksi laporan BMPD secara on-line sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 (Paragraf 95 Kodifikasi ini), wajib menyampaikan laporan dimaksud secara off-line.

Yang dimaksud dengan penyampaian secara off-line adalah penyampaian laporan dengan menyampaikan rekaman data dalam bentuk media perekam data elektronik disertai hasil validasi kepada Kantor Bank Indonesia setempat.

(2) Tatacara penyampaian laporan BMPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Surat Edaran Bank Indonesia.

97 Pasal 22 13/5/PBI/2011

(1) Laporan BMPD wajib disampaikan oleh BPRS kepada Bank Indonesia paling lama tanggal 14 (empat belas) pada bulan berikutnya setelah berakhirnya bulan laporan yang bersangkutan.

Laporan BMPD dapat disampaikan secara on-line pada hari libur atau hari Sabtu.

(2) Dalam hal tanggal 14 (empat belas) jatuh pada hari libur atau hari Sabtu maka BPRS yang menyampaikan laporan BMPD secara off-line wajib menyampaikan laporan BMPD pada hari kerja sebelumnya.

Page 113: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset - bi.go.id dan... · Lampiran 16 : Contoh Perhitungan Potential Future Credit Exposure Hal. 140 ... Pada Komputer yang Sudah Ter-install Aplikasi

Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal

100

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

(3) BPRS dinyatakan telah menyampaikan laporan BMPD pada tanggal diterimanya laporan BMPD oleh Bank Indonesia.

Bukti penerimaan untuk laporan BMPD yang disampaikan secara online adalah berupa soft copy yang dapat diambil secara on-line (download). Sedangkan bukti penerimaan untuk laporan BMPD yang disampaikan secara off-line adalah berupa tanda terima apabila disampaikan langsung kepada Bank Indonesia atau tanggal stempel pos apabila dikirimkan melalui pos.

(4) Dalam hal terdapat kekeliruan dan/atau kesalahan atas laporan BMPD yang telah disampaikan, BPRS wajib menyampaikan koreksi atas laporan BMPD dimaksud kepada Bank Indonesia secara on-line paling lama tanggal 20 (dua puluh) pada bulan berikutnya setelah berakhirnya bulan laporan yang bersangkutan.

Koreksi laporan BMPD dapat disampaikan secara on-line pada hari libur atau hari Sabtu.

(5) Dalam hal tanggal 20 (dua puluh) jatuh pada hari libur atau hari Sabtu maka BPRS yang menyampaikan koreksi laporan BMPD secara off-line wajib menyampaikan laporan BMPD pada hari kerja sebelumnya.

Contoh: Koreksi laporan BMPD untuk data bulan Februari 2011 disampaikan secara off-line paling lambat tanggal 18 Maret 2011 (hari Jumat) untuk penyampaian secara langsung kepada Bank Indonesia maupun untuk penyampaian melalui pos, mengingat tanggal Maret 2011 jatuh pada hari Minggu.

(6) BPRS dinyatakan telah menyampaikan koreksi laporan BMPD pada tanggal diterimanya koreksi laporan BMPD oleh Bank Indonesia.

Bukti penerimaan untuk koreksi laporan BMPD yang disampaikan secara on-line adalah berupa soft copy yang dapat diambil secara online (download). Sedangkan bukti penerimaan untuk koreksi laporan BMPD yang disampaikan secara off-line adalah berupa tanda terima apabila disampaikan langsung kepada Bank Indonesia atau tanggal stempel pos apabila dikirimkan melalui pos.

98 Pasal 23 13/5/PBI/2011

(1) BPRS dinyatakan terlambat menyampaikan laporan BMPD apabila sampai dengan batas waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 (Paragraf 97 Kodifikasi ini) ayat (1) BPRS belum menyampaikan laporan BMPD.

(2) BPRS dinyatakan terlambat menyampaikan koreksi laporan BMPD apabila sampai dengan batas waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 (Paragraf 97 Kodifikasi ini) ayat (4) BPRS belum menyampaikan koreksi laporan BMPD.

(3) BPRS dinyatakan tidak menyampaikan laporan BMPD dan/atau koreksi laporan BMPD apabila sampai dengan akhir bulan berikutnya setelah berakhirnya bulan laporan yang bersangkutan BPRS belum menyampaikan laporan BMPD dan/atau koreksi laporan BMPD.

Page 114: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset - bi.go.id dan... · Lampiran 16 : Contoh Perhitungan Potential Future Credit Exposure Hal. 140 ... Pada Komputer yang Sudah Ter-install Aplikasi

Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal

101

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

SE 13/17/DPbS 2011 Romawi V No. 4 – 12, 14

Contoh: BPRS dinyatakan tidak menyampaikan laporan BMPD dan/atau koreksi laporan BMPD untuk data bulan Maret 2011 apabila laporan dimaksud belum diterima Bank Indonesia sampai dengan tanggal 30 April 2011.

(4) BPRS yang dinyatakan tidak menyampaikan laporan BMPD dan/atau

koreksi laporan BMPD sebagaimana dimaksud pada ayat (3), tetap wajib menyampaikan laporan BMPD dan/atau koreksi laporan BMPD.

(5) Dalam hal BPRS menyampaikan laporan melewati batas waktu sebagaimana dimaksud pada angka 1 dan angka 2 sampai dengan akhir bulan berikutnya setelah berakhirnya bulan laporan, maka laporan BMPD dan/atau koreksi laporan BMPD yang disampaikan dinyatakan terlambat.

(6) Laporan BMPD dan/atau koreksi laporan BMPD yang mengalami keterlambatan sebagaimana dimaksud pada angka 4 tetap disampaikan secara on-line.

(7) BPRS yang dinyatakan tidak menyampaikan laporan BMPD dan/atau koreksi laporan BMPD sebagaimana dimaksud pada angka 6 tetap wajib menyampaikan laporan BMPD secara off-line.

(8) Dalam hal penyampaian laporan BMPD dan/atau koreksi laporan BMPD dilakukan setelah akhir bulan berikutnya setelah bulan laporan maka laporan tersebut hanya dapat disampaikan secara off-line.

(9) Penyampaian laporan BMPD dan/atau koreksi laporan BMPD secara offline dilakukan dalam bentuk disket atau cd-rom dan hasil cetak komputer (hard copy) sebanyak 1 (satu) set disertai hasil validasi yang telah ditandatangani oleh penanggung jawab dan disampaikan kepada Bank Indonesia dengan alamat: a. Direktorat Perbankan Syariah Jl. M.H. Thamrin No. 2 Jakarta

10350, bagi BPRS Pelapor yang berkedudukan di wilayah DKI Jakarta Raya, Banten, Bogor, Depok, Karawang, dan Bekasi, paling lambat pukul 16.00 WIB; atau

b. Kantor Bank Indonesia setempat, bagi BPRS pelapor yang berkedudukan di luar wilayah sebagaimana dimaksud dalam huruf a, paling lambat pukul 16.00 waktu setempat.

(10) Tanggal penerimaan laporan BMPD yang disampaikan secara off-line adalah tanggal stempel pos untuk yang dikirim via pos atau tanda terima dari jasa ekspedisi atau tanggal tanda terima Bank Indonesia apabila disampaikan secara langsung.

(11) Dalam hal terjadi kerusakan disket atau cd-rom yang telah diterima oleh Bank Indonesia secara off-line, BPRS Pelapor menyampaikan ulang disket atau cd-rom laporan BMPD dan/atau koreksi laporan BMPD setelah diminta oleh Bank Indonesia.

(12) BPRS menyampaikan pemberitahuan secara tertulis kepada Bank Indonesia untuk mendapatkan pengecualian penyampaian laporan BMPD dan/atau koreksi laporan BMPD secara on-line dengan alamat:

a. Direktorat Perbankan Syariah Jl. M.H. Thamrin No. 2 Jakarta 10350, bagi BPRS Pelapor yang berkedudukan di wilayah DKI Jakarta Raya, Banten, Bogor, Depok, Karawang, dan Bekasi, paling lambat pukul 16.00 WIB; atau

Page 115: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset - bi.go.id dan... · Lampiran 16 : Contoh Perhitungan Potential Future Credit Exposure Hal. 140 ... Pada Komputer yang Sudah Ter-install Aplikasi

Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal

102

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

SE 13/17/DPbS 2011 Romawi VI SE 13/17/DPbS 2011 Romawi VII SE 13/17/DPbS 2011 Romawi IX

b. Kantor Bank Indonesia setempat, bagi BPRS pelapor yang berkedudukan di luar wilayah sebagaimana dimaksud dalam huruf a, paling lambat pukul 16.00 waktu setempat.

(13) Hari libur yang terkait dengan penyampaian laporan BMPD dan/atau koreksi laporan BMPD secara off-line adalah hari libur nasional dan/atau hari libur setempat yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah setempat.

(14) Format dan tata cara penyusunan laporan BMPD diatur dalam Pedoman Penyusunan Laporan BMPD sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Surat Edaran ini (Lampiran 27 Kodifikasi ini).

(15) Tata cara pengoperasian aplikasi Laporan BMPD terdapat dalam buku mengenai Tata Cara Aplikasi Data Entry Laporan Berkala BPRS dan Tata Cara Aplikasi Web User BPRS Laporan Berkala BPRS, yang disampaikan kepada BPRS.

(16) Dalam rangka penyusunan dan penyampaian laporan BMPD dan/atau koreksi laporan BMPD, BPRS perlu melakukan persiapan serta menyediakan sarana dan sumber daya manusia sebagai berikut: 1. Personal Computer dengan memenuhi konfigurasi minimal hardware

dan software sebagaimana tercantum dalam buku mengenai Tata Cara Aplikasi Data Entry Laporan Berkala BPRS dan Tata Cara Aplikasi Web User BPRS Laporan Berkala BPRS.

2. Pegawai yang ditugaskan (Petugas) untuk mengoperasikan aplikasi dan melakukan verifikasi laporan BMPD dan/atau koreksi laporan BMPD.

3. Penanggungjawab yang ditunjuk untuk melakukan verifikasi ulangdalam rangka meyakini kebenaran laporan BMPD dan/atau koreksi laporan BMPD serta menyampaikan laporan BMPD dan/atau koreksi laporan BMPD kepada Bank Indonesia.

4. Sistem pengamanan yang memadai terhadap sarana komputer yang digunakan, aplikasi, dan data laporan BMPD dan/atau koreksi laporan BMPD.

5. Back up data laporan BMPD dan/atau koreksi laporan BMPD yang ditatausahakan dengan baik.

(17) Pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan: 1. Aplikasi Data Entry Laporan Berkala BPRS dan aplikasi Web User BPRS

Laporan Berkala BPRS disampaikan kepada Help Desk Bank Indonesia dengan alamat Jl. M.H. Thamrin No. 2 Jakarta 10350, Telepon Nomor 021-3818000 (hunting), Faksimili Nomor 021-3866071 atau Email Address: [email protected].

2. Ketentuan laporan BMPD BPRS disampaikan kepada: a. Direktorat Perbankan Syariah, Jl. M.H. Thamrin No.2 Jakarta

10350, Telepon Nomor 021-3818749, 021-3818513, Faksimili Nomor 021-3447620, 021-3501989, Email Address: [email protected], bagi BPRS pelapor yang berkedudukan di wilayah DKI Jakarta Raya, Banten, Bogor, Depok, Karawang, dan Bekasi.

b. Kantor Bank Indonesia setempat bagi BPRS pelapor yang berkedudukan di luar wilayah sebagaimana dimaksud pada huruf a.

Page 116: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset - bi.go.id dan... · Lampiran 16 : Contoh Perhitungan Potential Future Credit Exposure Hal. 140 ... Pada Komputer yang Sudah Ter-install Aplikasi

Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal

103

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

BAB IX Ketentuan Lain 99 Pasal 24

13/5/PBI/2011

(1) Bank Indonesia berwenang melakukan koreksi terhadap pelaksanaan ketentuan BMPD oleh BPRS. Yang dimaksud dengan “pelaksanaan ketentuan BMPD” antara lain adalah perhitungan Penyaluran Dana, perhitungan Modal, penentuan kelompok Nasabah Penerima Fasilitas dan/atau penentuan Pihak Terkait.

(2) BPRS wajib melakukan penyesuaian atas koreksi yang ditetapkan Bank Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam laporan BMPD BPRS kepada Bank Indonesia. Koreksi terhadap laporan BMPD kepada Bank Indonesia dilakukan untuk posisi hasil penelitian dan/atau pemeriksaan oleh Bank Indonesia atas Laporan BMPD yang telah disampaikan oleh BPRS pelapor.

(3) Dalam hal terdapat koreksi Bank Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (1), BPRS wajib menyampaikan koreksi laporan BMPD dimaksud kepada Bank Indonesia paling lama 14 (empat belas) hari sejak tanggal pemberitahuan oleh Bank Indonesia atau sejak tanggal exit meeting.

(4) Dalam hal jangka waktu 14 (empat belas) hari sebagaimana dimaksud pada ayat (3) jatuh pada hari Sabtu atau hari libur maka BPRS wajib menyampaikan koreksi atas laporan BMPD pada hari kerja sebelumnya.

100 Pasal 25 13/5/PBI/2011

(1) BPRS dinyatakan terlambat menyampaikan koreksi laporan BMPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 (Paragraf 99 Kodifikasi ini) ayat (2) apabila sampai dengan batas waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 (Paragraf 99 Kodifikasi ini) ayat (3) BPRS belum menyampaikan koreksi laporan BMPD.

(2) BPRS dinyatakan tidak menyampaikan koreksi laporan BMPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 (Paragraf 99 Kodifikasi ini) ayat (2) apabila sampai dengan 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal pemberitahuan oleh Bank Indonesia atau sejak tanggal exit meeting, BPRS belum menyampaikan koreksi laporan BMPD.

(3) BPRS yang dinyatakan tidak menyampaikan koreksi laporan BMPD sebagaimana dimaksud pada ayat (2), tetap wajib menyampaikan koreksi laporan BMPD.

101

Pasal 26 13/5/PBI/2011

(1) BPRS wajib melaporkan struktur kelompok usaha yang terkait dengan BPRS termasuk badan hukum pemilik BPRS sampai dengan ultimate shareholders kepada Bank Indonesia, 1 (satu) tahun sekali untuk posisi akhir tahun dan setiap terdapat rencana perubahan struktur kelompok usaha yang menyebabkan perubahan pengendali BPRS.

Laporan struktur kelompok usaha pada ayat ini memuat seluruh perorangan atau badan hukum yang memiliki 10% (sepuluh persen) atau lebih saham BPRS dan pihak-pihak yang melakukan Pengendalian dan/atau memiliki 10% (sepuluh persen) atau lebih saham badan hukum dimaksud, serta menyebutkan pihak yang menjadi ultimate shareholders.

Page 117: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset - bi.go.id dan... · Lampiran 16 : Contoh Perhitungan Potential Future Credit Exposure Hal. 140 ... Pada Komputer yang Sudah Ter-install Aplikasi

Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal

104

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

SE 13/17/DPbS 2011 Romawi X

(2) Laporan struktur kelompok usaha untuk posisi akhir tahun sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib disampaikan paling lama 30 (tiga puluh) hari setelah akhir tahun.

(3) Laporan rencana perubahan struktur kelompok usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib disampaikan kepada Bank Indonesia paling lama 30 (tiga puluh) hari sebelum terjadinya perubahan.

(4) Dalam hal perubahan struktur kelompok usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menurut penilaian Bank Indonesia menyebabkan perubahan pengendali BPRS, maka BPRS wajib mengajukan calon PSP dimaksud untuk dilakukan uji kemampuan dan kepatutan (fit and proper test) oleh Bank Indonesia.

(5) BPRS melaporkan struktur kelompok usaha yang terkait dengan BPRS untuk posisi akhir tahun paling lama 30 (tiga puluh) hari setelah akhir tahun, antara lain berupa:

a. Pemegang saham perorangan yang memiliki 10% (sepuluh persen) atau lebih saham BPRS;

b. Pemegang saham badan hukum yang memiliki 10% (sepuluh persen) atau lebih saham BPRS, sampai dengan perorangan yang menjadi ultimate shareholders;

c. Pemegang saham perorangan yang memiliki 10% (sepuluh persen) atau lebih saham badan hukum yang memiliki 10% (sepuluh persen) atau lebih saham BPRS;

d. Pemegang saham badan hukum yang memiliki 10% (sepuluh persen) atau lebih saham badan hukum yang memiliki 10% (sepuluh persen) atau lebih saham BPRS, sampai dengan perorangan yang menjadi ultimate shareholders;

e. Pemegang saham perorangan yang memiliki saham BPRS kurang dari 10% (sepuluh persen) namun melakukan Pengendalian BPRS; dan/atau

f. Pemegang saham badan hukum yang memiliki 10% (sepuluh persen) atau lebih saham badan hukum yang memiliki saham BPRS kurang dari 10% (sepuluh persen) namun melakukan Pengendalian BPRS, sampai dengan perorangan yang menjadi ultimate shareholders.

Page 118: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset - bi.go.id dan... · Lampiran 16 : Contoh Perhitungan Potential Future Credit Exposure Hal. 140 ... Pada Komputer yang Sudah Ter-install Aplikasi

Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal

105

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

Contoh : Laporan struktur kelompok usaha PT BPRS XYZ :

(6) BPRS melaporkan setiap rencana perubahan struktur kelompok usaha yang

menyebabkan perubahan pengendali BPRS paling lama 30 (tiga puluh) hari sebelum terjadinya perubahan.

(7) BPRS mengajukan calon PSP untuk dilakukan uji kemampuan dan kepatutan (fit and proper test) yang disebabkan oleh adanya perubahan struktur kelompok usaha BPRS yang mengakibatkan terjadinya perubahan Pengendalian

102 Pasal 27 13/5/PBI/2011

Bank Indonesia dapat menolak perubahan pengendali BPRS, apabila berdasarkan penilaian Bank Indonesia perubahan tersebut dapat menyebabkan atau diindikasikan dapat menghambat pelaksanaan pengawasan BPRS. Yang dimaksud dengan menghambat pelaksanaan pengawasan BPRS antara lain apabila Bank Indonesia mengalami atau melihat potensi adanya kesulitan untuk mengakses data dan informasi termasuk informasi sumber keuangan pengendali BPRS.

103 Pasal 28 13/5/PBI/2011

(1) BPRS wajib mengungkapkan ultimate shareholders BPRS dalam laporan keuangan tahunan dan laporan keuangan publikasi BPRS.

(2) Kewajiban pengungkapan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakantambahan atas kewajiban pengungkapan informasi mengenai pemegang saham BPRS sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia yang berlaku.

Page 119: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset - bi.go.id dan... · Lampiran 16 : Contoh Perhitungan Potential Future Credit Exposure Hal. 140 ... Pada Komputer yang Sudah Ter-install Aplikasi

Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal

106

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

Contoh pengungkapan informasi pengendali terakhir (ultimate shareholders):

1. Tuan X melalui PT ABC ...% saham BPRS. 2. Tuan Z melalui: PT A ...% saham BPRS, PT B ...% saham BPRS, dan PT C ...% saham BPRS.

BAB X Sanksi 104 Pasal 29

13/5/PBI/2011

(1) BPRS yang melakukan Pelanggaran BMPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2), Pasal 5, dan Pasal 9 (Paragraf 78 ayat (2), Paragraf 80, dan Paragraf 84 Kodifikasi ini) dikenakan sanksi penilaian tingkat kesehatan BPRS sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia yang berlaku.

(2) Terhadap setiap kesalahan laporan BMPD yang ditemukan berdasarkan penelitian dan/atau pemeriksaan Bank Indonesia, dikenakan sanksi kewajiban membayar sebesar Rp10.000,00 (sepuluh ribu rupiah) per jenis kesalahan atau paling banyak sebesar Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah).

Yang dimaksud dengan “jenis kesalahan” adalah nominal yang dilaporkan meliputi jumlah Pembiayaan yang diberikan dan nilai agunan. Jenis kesalahan dihitung per rekening (per baris). Nama debitur tidak termasuk yang diperhitungkan dalam jenis kesalahan. Termasuk jenis kesalahan adalah pelanggaran/pelampauan yang tidak dilaporkan.

(3) Dalam hal jenis kesalahan yang sama terjadi pada laporan bulanan BPRS sesuai ketentuan yang berlaku dan atas kesalahan tersebut BPRS telah dikenakan sanksi maka BPRS tidak lagi dikenakan sanksi atas jenis kesalahan yang sama tersebut pada laporan BMPD.

(4) BPRS yang dinyatakan terlambat menyampaikan laporan BMPD dan/atau koreksi laporan BMPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (1) dan ayat (2) dan Pasal 25 ayat (1) (Paragraf 98 ayat (1) dan ayat (2) dan Paragraf 100 ayat (1) Kodifikasi ini) dikenakan sanksi kewajiban membayar sebesar Rp50.000,00 (lima puluh ribu rupiah) per hari keterlambatan.

(5) BPRS yang dinyatakan tidak menyampaikan laporan BMPD dan/atau koreksi laporan BMPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (3) dan Pasal 25 ayat (2) (Paragraf 98 ayat (3) dan Paragraf 100 ayat (2) Kodifikasi ini) dikenakan sanksi kewajiban membayar sebesar Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah).

(6) BPRS yang melanggar ketentuan dalam Pasal 3 ayat (1), Pasal 6, Pasal 12, Pasal 14, serta Pasal 24 ayat (2) (Paragraf 78 ayat (1), Paragraf 81, Paragraf 87, Paragraf 89, serta Paragraf 99 ayat (2) Kodifikasi ini), dikenakan sanksi administratif sesuai dengan Pasal 58 ayat (1) Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, berupa:

a. teguran tertulis; dan b. penurunan nilai faktor manajemen dalam perhitungan tingkat

kesehatan. (7) BPRS yang melanggar ketentuan dalam Pasal 3 ayat (1), Pasal 6, Pasal 12,

Pasal 14, serta Pasal 24 ayat (2) (Paragraf 78 ayat (1), Paragraf 81, Paragraf 87, Paragraf 89, serta Paragraf 99 ayat (2) Kodifikasi ini) selain dikenakan sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (6) dapat dikenakan sanksi

Page 120: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset - bi.go.id dan... · Lampiran 16 : Contoh Perhitungan Potential Future Credit Exposure Hal. 140 ... Pada Komputer yang Sudah Ter-install Aplikasi

Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal

107

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

SE 13/17/DPbS 2011 Romawi VIII

administratif sesuai dengan Pasal 58 ayat (1) Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, berupa pencantuman anggota Direksi, anggota Dewan Komisaris dan/atau pemegang saham dalam daftar pihak-pihak yang memperoleh predikat tidak memenuhi persyaratan (tidak lulus) dalam uji kemampuan dan kepatutan BPRS sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia yang berlaku.

(8) BPRS yang tidak menyelesaikan Pelanggaran BMPD dan/atau Pelampauan BMPD sesuai dengan action plan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 (Paragraf 88 Kodifikasi ini) ayat (2) dan/atau tidak melaksanakan langkah penyelesaian sesuai koreksi yang ditetapkan Bank Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 (Paragraf 99 Kodifikasi ini) ayat (2), setelah diberi peringatan 2 (dua) kali oleh Bank Indonesia, dikenakan sanksi administratif sesuai dengan Pasal 58 ayat (1) Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, berupa:

a. pencantuman anggota Direksi, anggota Dewan Komisaris dan/atau pemegang saham dalam daftar pihak-pihak yang memperoleh predikat tidak memenuhi persyaratan (tidak lulus) dalam uji kemampuan dan kepatutan BPRS sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia yang berlaku; dan/atau

b. pembekuan kegiatan usaha tertentu, antara lain tidak diperkenankan untuk ekspansi Penyaluran Dana.

(9) BPRS yang tidak menyelesaikan Pelanggaran BMPD selain dikenakan sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (8), terhadap anggota Direksi, anggota Dewan Komisaris, pemegang saham maupun pihak terafiliasi lainnya dapat dikenakan sanksi pidana sebagaimana diatur dalam Pasal 63 ayat (2) huruf b, Pasal 64, dan Pasal 65 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.

(10) BPRS yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 (Paragraf 101 Kodifikasi ini) ayat (2) dan (3) dikenakan sanksi administratif sesuai dengan Pasal 58 ayat (1) Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, berupa teguran tertulis dan sanksi kewajiban membayar sebesar Rp100.000,00 (seratus ribu rupiah) per hari keterlambatan untuk setiap laporan dengan jumlah paling banyak Rp3.000.000,00 (tiga juta rupiah).

(11) Pembayaran sanksi kewajiban membayar dilakukan oleh kantor pusat BPRS pelapor kepada Bank Indonesia dengan cara transfer melalui: b. Kliring

Transfer ditujukan ke rekening nomor 566.000446.980 - ”Rekening penerimaan sanksi administratif BPRS”, dengan mencantumkan pada kolom keterangan ”pembayaran sanksi kewajiban membayar dari BPRS XXX atas kesalahan/keterlambatan/tidak menyampaikan laporan BMPD dan/atau koreksi laporan BMPD periode BB-TTTT”.

c. BI-RTGS Transfer ditujukan ke rekening nomor 566.000446.980 - ”Rekening penerimaan sanksi administratif BPRS”, dengan mencantumkan Transaction Reference Number (TRN) BIRBK566 dan mencantumkan pada kolom keterangan ”pembayaran sanksi kewajiban membayar dari BPRS XXX atas kesalahan/keterlambatan/ tidak menyampaikan laporan BMPD dan/atau koreksi laporan BMPD periode BB-TTTT”.

Page 121: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset - bi.go.id dan... · Lampiran 16 : Contoh Perhitungan Potential Future Credit Exposure Hal. 140 ... Pada Komputer yang Sudah Ter-install Aplikasi

Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal

108

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

(12) BPRS pelapor menyampaikan fotokopi bukti pembayaran sanksi kewajiban membayar sebagaimana dimaksud pada angka 1 kepada Bank Indonesia dengan alamat:

a. Direktorat Perbankan Syariah Jl. M.H. Thamrin No. 2 Jakarta 10350, atau melalui Faksimili Nomor 021-3447620, 021-3501990, bagi BPRS Pelapor yang berkedudukan di wilayah DKI Jakarta Raya, Banten, Bogor, Depok, Karawang, dan Bekasi; atau

b. Kantor Bank Indonesia setempat, bagi BPRS pelapor yang berkedudukan di luar wilayah sebagaimana dimaksud dalam huruf a.

BAB XI Keadaan Memaksa (Force Majeure) 105 Pasal 31

13/5/PBI/2011

(1) BPRS yang mengalami keadaan memaksa (force majeure) selama satu atau lebih periode penyampaian laporan BMPD dan/atau koreksi laporan BMPD dikecualikan dari kewajiban menyampaikan laporan BMPD dan/atau koreksi laporan BMPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (1), Pasal 19 ayat (2), dan Pasal 24 ayat (3) (Paragraf 93 ayat (1), Paragraf 94 ayat (2) dan Paragraf 99 ayat (3) Kodifikasi ini).

Yang dimaksud dengan “keadaan memaksa (force majeure)” adalah keadaan yang secara nyata menyebabkan BPRS tidak dapat menyusun dan/atau menyampaikan laporan BMPD dan/atau koreksi laporan BMPD secara on-line dan off-line, antara lain kebakaran, kerusuhan massa, perang, sabotase, serta bencana alam seperti gempa bumi dan banjir, yang dibenarkan oleh pejabat instansi yang berwenang dari daerah setempat.

(2) BPRS yang mengalami keadaan memaksa (force majeure) kurang dari satu periode penyampaian laporan BMPD dan/atau koreksi laporan BMPD dikecualikan dari kewajiban menyampaikan laporan BMPD dan/atau koreksi laporan BMPD dalam batas waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 (Paragraf 97 Kodifikasi ini) ayat (1), ayat (2), ayat (4) dan ayat (5).

(3) BPRS yang mengalami keadaan memaksa (force majeure), menyampaikan pemberitahuan secara tertulis kepada Bank Indonesia, dengan disertai penjelasan mengenai keadaan memaksa yang dialami.

(4) BPRS wajib menyampaikan laporan BMPD dan/atau koreksi laporan BMPD setelah kembali melakukan kegiatan operasional secara normal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 dan Pasal 24 ayat (3) (Paragraf 97 dan Paragraf 99 ayat (3) Kodifikasi ini).

Prinsip Kehati-hatian dalam Kegiatan Penyertaan Modal BAB I Ketentuan Umum

106 Pasal 1 15/11/PBI/2013

Dalam Peraturan Bank Indonesia ini yang dimaksud dengan: 1. Bank adalah Bank Umum sebagaimana dimaksud dalam UndangUndang Nomor 7

Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 dan Bank Umum Syariah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.

2. Modal Bank adalah modal sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai kewajiban penyediaan modal minimum Bank.

Page 122: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset - bi.go.id dan... · Lampiran 16 : Contoh Perhitungan Potential Future Credit Exposure Hal. 140 ... Pada Komputer yang Sudah Ter-install Aplikasi

Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal

109

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

3. Penyertaan Modal adalah penanaman dana Bank dalam bentuk saham pada perusahaan yang bergerak di bidang keuangan, termasuk penanaman dalam bentuk surat utang konversi wajib (mandatory convertible bonds) atau jenis transaksi tertentu yang berakibat Bank memiliki atau akan memiliki saham pada perusahaan yang bergerak di bidang keuangan.

4. Penyertaan Modal Sementara adalah penyertaan modal oleh Bank, Unit Usaha Syariah atau kantor cabang dari bank yang berkedudukan di luar negeri, dalam bentuk saham pada perusahaan debitur untuk mengatasi akibat kegagalan kredit atau kegagalan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku.

5. Perusahaan yang Bergerak di Bidang Keuangan adalah bank sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan UndangUndang Nomor 10 Tahun 1998 dan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, dan perusahaan di bidang keuangan lainnya sebagaimana diatur dalam peraturan perundangundangan, seperti sewa guna usaha, modal ventura, perusahaan efek, asuransi, serta lembaga kliring penyelesaian dan penyimpanan.

6. Investee adalah Perusahaan yang Bergerak di Bidang Keuangan tempat Bank melakukan Penyertaan Modal.

7. Perusahaan Anak adalah perusahaan anak sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai transparansi dan publikasi laporan Bank.

8. Bank Umum berdasarkan Kegiatan Usaha yang selanjutnya disebut BUKU adalah pengelompokan Bank berdasarkan kegiatan usaha yang disesuaikan dengan modal inti yang dimiliki sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai kegiatan usaha dan jaringan kantor berdasarkan modal inti Bank.

9. Batas Maksimum Pemberian Kredit yang selanjutnya disingkat BMPK adalah persentase maksimum penyediaan dana yang diperkenankan terhadap Modal Bank sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai batas maksimum pemberian kredit Bank.

BAB II Ruang Lingkup dan Persyaratan Penyertaan Modal 107 Pasal 2

15/11/PBI/2013 Kegiatan Penyertaan Modal wajib dilaksanakan berdasarkan prinsip kehati-hatian.

108 Pasal 3 15/11/PBI/2013

(1) Bank hanya dapat melakukan Penyertaan Modal pada Perusahaan yang Bergerak di Bidang Keuangan.

(2) Bank Umum Syariah hanya dapat melakukan Penyertaan Modal pada Perusahaan yang Bergerak di Bidang Keuangan berdasarkan prinsip syariah.

(3) Unit Usaha Syariah dan kantor cabang dari bank yang berkedudukan di luar negeri hanya dapat melakukan kegiatan Penyertaan Modal Sementara.

Unit Usaha Syariah adalah unit usaha syariah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. Kantor cabang dari bank yang berkedudukan di luar negeri adalah kantor cabang dari bank yang berkedudukan di luar negeri sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai persyaratan dan tata cara pembukaan kantor cabang, kantor cabang pembantu, dan kantor perwakilan dari bank yang berkedudukan di luar negeri.

Page 123: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset - bi.go.id dan... · Lampiran 16 : Contoh Perhitungan Potential Future Credit Exposure Hal. 140 ... Pada Komputer yang Sudah Ter-install Aplikasi

Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal

110

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

109 Pasal 4 15/11/PBI/2013

(1) Bank wajib memperoleh persetujuan Bank Indonesia untuk setiap kali melakukan Penyertaan Modal.

(2) Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1) wajib pula diperoleh untuk setiap Penyertaan Modal lanjutan pada Investee yang sama (subsequent investment). Contoh Penyertaan Modal lanjutan: B a n k A m e m i l i k i P e n y e r t a a n M o d a l b e r u p a s a h a m pada PT. XYZ sebesar Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah). Kemudian Bank A berencana untuk membeli mandatory convertible bonds yang diterbitkan oleh PT. XYZ sebesar Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). Dengan demikian pembelian tersebut merupakan Penyertaan Modal lanjutan sehingga Penyertaan Modal Bank A pada PT. XYZ menjadi sebesar Rp 1.500.000.000,00 (satu miliar lima ratus juta rupiah).

(3) Penyertaan Modal yang berasal dari dividen saham tidak memerlukan persetujuan Bank Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (1). Dividen saham adalah bagian laba yang dibagikan kepada pemegang saham dalam bentuk saham.

110 Pasal 5 15/11/PBI/2013

(1) Penyertaan Modal dapat dilakukan secara langsung atau melalui pasar modal.

(2) Penyertaan Modal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya dapat dilakukan untuk investasi jangka panjang dan tidak dimaksudkan untuk jual beli saham.

111 Pasal 6 15/11/PBI/2013

(1) Jumlah seluruh portofolio Penyertaan Modal ditetapkan paling tinggi sebesar Penyertaan Modal sesuai pengelompokan Bank berdasarkan BUKU.

(2) Jumlah seluruh portofolio Penyertaan Modal sebagaimana pada ayat (1) termasuk peningkatan Penyertaan Modal dan dividen saham.

"Peningkatan Penyertaan Modal" terjadi karena akumulasi laba dan/atau perubahan nilai tukar dan/atau nilai wajar sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku di Indonesia.

112 Pasal 7 15/11/PBI/2013

Bank dilarang melakukan Penyertaan Modal melebihi batas penyediaan dana sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai BMPK.

113 Pasal 8 15/11/PBI/2013

(1) Dalam hal Bank telah menerapkan manajemen risiko secara konsolidasi dengan Perusahaan Anak maka: a. Penyertaan Modal pada Perusahaan Anak tidak diperhitungkan

sebagai penyediaan dana dalam perhitungan BMPK. b. peningkatan Penyertaan Modal dan Penyertaan Modal yang berasal

dari dividen saham pada Perusahaan Anak yang sama dikecualikan dari batas Penyertaan Modal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) dan Pasal 7 (Paragraf 111 dan 112 Kodifikasi ini).

Page 124: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset - bi.go.id dan... · Lampiran 16 : Contoh Perhitungan Potential Future Credit Exposure Hal. 140 ... Pada Komputer yang Sudah Ter-install Aplikasi

Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal

111

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

(2) Peningkatan Penyertaan Modal yang berasal dari akumulasi laba pada Investee yang menggunakan metode ekuitas dikecualikan dari b a t a s P e n y e r t a a n M o d a l s e b a g a i m a n a d i m a k s u d d a l a m Pasal 6 ayat (1) dan Pasal 7 (Paragraf 111 dan 112 Kodifikasi ini), sepanjang tidak melebihi jangka waktu 1 (satu) tahun sejak akhir tahun buku Investee. Investee dalam ayat ini dapat berupa Perusahaan Anak yang belum menerapkan manajemen risiko secara konsolidasi dengan Bank atau bukan Perusahaan Anak.

114 Pasal 9 15/11/PBI/2013

(1) Kegiatan Penyertaan Modal pada Investee di luar negeri hanya dapat dilakukan oleh Bank sesuai pengelompokan Bank berdasarkan BUKU.

(2) Penyertaan Modal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dilakukan dalam valuta asing.

115 Pasal 10 15/11/PBI/2013

(1) Bank yang akan melakukan Penyertaan Modal paling kurang harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: a. rencana Penyertaan Modal telah dicantumkan dalam Rencana Bisnis

Bank (RBB); Rencana Penyertaan Modal dalam RBB paling kurang memuat mengenai bidang usaha, perkiraan jumlah dana yang akan ditanamkan dan persentase kepemil ikan termasuk aspek pengendalian.

b. memenuhi rasio Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) sesuai profil risiko sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai kewajiban penyediaan modal minimum Bank; Rasio KPMM adalah rasio KPMM periode bulan terakhir sebelum pengajuan permohonan persetujuan Penyertaan Modal maupun sebelum realisasi Penyertaan Modal.

c. memiliki tingkat kesehatan dengan peringkat komposit 1 (satu) atau 2 (dua) sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai penilaian tingkat kesehatan Bank, selama: P e n i l a i a n t i n g k a t k e s e h a t a n y a n g d i g u n a k a n a d a l a h penilaian tingkat kesehatan yang dilakukan oleh Bank Indonesia. 1. 3 (tiga) periode penilaian berturut-turut; atau

Y a n g d i m a k s u d d e n g a n p e r i o d e p e n i l a i a n a d a l a h p e n i l a i a n y a n g d i l a k u k a n s e c a r a b e r k a l a s e t i a p semester sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai penilaian tingkat kesehatan Bank.

Page 125: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset - bi.go.id dan... · Lampiran 16 : Contoh Perhitungan Potential Future Credit Exposure Hal. 140 ... Pada Komputer yang Sudah Ter-install Aplikasi

Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal

112

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

2. 4 (empat) periode penilaian berturut-turut apabila calon Investee merupakan perusahaan baru dan/atau perusahaan di luar negeri; Yang dimaksud "perusahaan baru" adalah perusahaan yang sedang dalam proses pendirian atau telah berjalan kurang dari 1 (satu) tahun.

d. t idak mengganggu kelangsungan usaha Bank dan t idak meningkatkan profil risiko Bank secara signifikan; Yang dimaksud dengan "mengganggu kelangsungan usaha Bank" adalah penurunan kondisi keuangan Bank secar signifikan antara lain dari aspek likuiditas dan solvabilitas. Profil risiko Bank tercermin dari risiko yang melekat (inherent risk) pada seluruh bidang usaha Bank dan kualitas penerapan manajemen risiko. Profil risiko Bank meningkat secara signifikan apabila peningkatannya menyebabkan perubahan peringkat profil risiko.

e. memiliki kebijakan dan prosedur tertulis yang dibua t oleh Direksi Bank dan disetujui oleh Dewan Komisaris Bank; dan Kebijakan dimaksud antara lain meliputi kebijakan dalam pengelolaan risiko dan pengendalian intern dalam kegiatan Penyertaan Modal. Prosedur tertulis memuat antara lain: 1. evaluasi secara berkala; 2. laporan berkala dari Investee; dan 3. t indakan Bank apabila terjadi penurunan nilai

Penyertaan Modal (contigency plan).

f. memil ik i s is tem pengendal ian intern yang memadai untuk kegiatan Penyertaan Modal, paling kurang untuk memastikan bahwa terdapat: 1. analisis yang dilakukan secara komprehensif; 2. prosedur pe laksanaan yang sesua i dengan pr ins ip

manajemen risiko; 3. dokumentasi dan pemantauan secara periodik; dan

Dokumentasi dapat berupa hardcopy maupun secara elektronik, dengan tujuan untuk memudahkan dilakukannyajejak audit (audit trail).

4. prosedur akuntansi dan valuasi yang tepat. (2) Dalam hal belum terdapat ketentuan yang mengatur mengenai KPMM

sesuai profil risiko bagi bank umum syariah maka rasio KPMM sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b ditetapkan paling kurang sebesar 10% (sepuluh persen).

Page 126: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset - bi.go.id dan... · Lampiran 16 : Contoh Perhitungan Potential Future Credit Exposure Hal. 140 ... Pada Komputer yang Sudah Ter-install Aplikasi

Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal

113

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

BAB III Tata Cara Pengajuan dan Persetujuan Penyertaan Modal 116 Pasal 11

15/11/PBI/2013 (1) Bank wajib mengajukan permohonan untuk memperoleh persetujuan

Penyertaan Modal kepada Bank Indonesia paling lambat 30 (tiga puluh) hari sebelum Penyertaan Modal di lakukan, dengan melampirkan paling kurang:

a. hasil analisis kondisi dan proyeksi keuangan Bank, termasuk proyeksi kecukupan permodalan sebelum dan sesudah Penyertaan Modal;

b. hasil analisis profil risiko Bank, sebelum dan sesudah Penyertaan Modal, baik secara individual maupun konsolidasi;

c. sistem pengelolaan risiko Penyertaan Modal; d. sumber pendanaan Bank untuk melakukan Penyertaan Modal; e. surat pernyataan dari Direksi Bank yang menyatakan bahwa Penyertaan

Modal yang dilakukan adalah dalam rangka investasi jangka panjang dan tidak dimaksudkan untuk jual beli saham;

f. sistem pengendalian internal dan sistem informasi akuntansi; g. Penyertaan Modal dan/atau rencana Penyertaan Modal yang dilakukan oleh

pihak terkait dengan Bank pada Investee yang sama;

Yang dimaksud dengan pihak terkait dengan Bank adalah p i h a k t erk a i t s e b a g ai m a n a d im a ks u d d a la m k et e nt u a n Bank Indonesia mengenai BMPK.

h. hasil analisis mengenai profil usaha Investee, termasuk dukungan dan manfaat usaha Investee terhadap perkembangan usaha Bank;

Dalam melakukan anal i s i s , Bank mempert imbangkan faktor-faktor antara lain: 1. karakteristik usaha Investee; 2. Penyertaan Modal yang telah dan/atau akan dilakukan oleh Investee;

dan 3. kesesuaian kegiatan usaha Investee dengan peraturan dan

perundang-undangan yang berlaku.

i. laporan keuangan tahun terakhir dan laporan keuangan interim triwulan terakhir, serta proyeksi keuangan Investee;

j. struktur kepemilikan dan kepengurusan terakhir Investee;

Dalam hal Investee adalah perusahaan baru persyaratan dalam huruf ini dapat berupa rancangan struktur kepemilikan dan kepengurusan.

k. identitas dari pemegang saham mayoritas atau pihak yang melakukan pengendalian terhadap Investee atau pihak lain yang akan melakukan Penyertaan Modal bersama-sama dengan Bank;

Dalam hal Investee adalah perusahaan baru persyaratan dalam huruf ini dapat berupa identitas dari calon.

l. perjanjian dan/atau konsep perjanjian yang ada: 1. antar pemegang saham Investee; dan/atau 2. antara Bank dengan pemegang saham Investee yang menjual

saham kepada Bank; dan

Page 127: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset - bi.go.id dan... · Lampiran 16 : Contoh Perhitungan Potential Future Credit Exposure Hal. 140 ... Pada Komputer yang Sudah Ter-install Aplikasi

Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal

114

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

Termasuk perjanjian atau konsep perjanjian adalah perjanjian jual beli saham atau konsep perjanjian lain yang merujuk pada Anggaran Dasar Investee.

m. fotokopi akta pendirian badan hukum dan anggaran dasar Investee.

(2) Persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf i tidak berlaku bagi Investee berupa perusahaan baru.

(3) Dalam hal Investee merupakan perusahaan baru sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Bank wajib menyampaikan dokumen mengenai:

a. tujuan pendirian perusahaan; b. studi kelayakan mengenai perkiraan usaha (business forecasting) dan

peluang pasar Investee; dan Yang dimaksud "perkiraan usaha" adalah perkiraan usaha dari aspek keuangan termasuk proyeksi laporan keuangan, dan aspek non keuangan dari Investee, sedangkan "peluang pasar" adalah peluang dalam industri/pasar lembaga keuangan.

c. dokumentasi pengajuan pendirian kepada atau persetujuan pendirian perusahaan baru dari otoritas yang berwenang.

(4) Bagi Bank yang melakukan Penyertaan Modal sebesar 20% (dua puluh persen) atau lebih dari modal Investee atau memenuhi kriteria pengendalian, selain menyampaikan dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib menyampaikan dokumen berupa: Yang dimaksud dengan "modal Investee" adalah modal disetor Investee. Kriteria pengendalian mengacu pada ketentuan Bank Indonesia mengenai transparansi dan publikasi laporan Bank.

a. studi kelayakan mengenai perkiraan usaha (business forecasting) dan peluang pasar Investee; Yang dimaksud "perkiraan usaha" adalah perkiraan usaha dari aspek keuangan termasuk proyeksi laporan keuangan, dan aspek non keuangan dari Investee, sedangkan peluang pasar adalah peluang dalam industri/pasar lembaga keuangan.

b. informasi mengenai kompetensi dan integritas dari anggota Dewan Komisaris, anggota Direksi dan pejabat eksekutif serta integritas pemegang saham mayoritas dari Investee;

c. rencana penerapan manajemen risiko secara konsolidasi; dan

Manajemen risiko konsolidasi diperlukan dalam hal Investee merupakan Perusahaan Anak.

d. surat keterangan dari otoritas yang berwenang yang mengawasi kegiatan usaha Investee beserta pernyataan tidak keberatan bahwa Bank Indonesia dapat melakukan pemeriksaan kepada Investee.

Page 128: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset - bi.go.id dan... · Lampiran 16 : Contoh Perhitungan Potential Future Credit Exposure Hal. 140 ... Pada Komputer yang Sudah Ter-install Aplikasi

Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal

115

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

Surat keterangan dari otoritas yang berwenang antara lain menjelaskan kinerja dan/atau kondisi keuangan dan non keuangan dari Investee. Surat pernyataan tidak keberatan untuk melakukan pemeriksaan diperlukan dalam hal Investee berkedudukan di luar negeri dan belum terdapat nota kesepahaman terkait dengan cross border supervision.

(5) Selain persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (3) dan/atau ayat (4), Bank menyampaikan hasil due dilligence terhadap Investee dan/atau dokumen pendukung lainnya, apabila diminta oleh Bank Indonesia.

117 Pasal 12 15/11/PBI/2013

Bank wajib menyampaikan surat pernyataan yang menjamin kebenaran dokumen dan data sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1), ayat (3) dan/atau ayat (4) (Paragraf 116 Kodifikasi ini) yang disampaikan dalam rangka permohonan persetujuan Penyertaan Modal kepada Bank Indonesia.

118 Pasal 13 15/11/PBI/2013

(1) Persetujuan atau penolakan atas permohonan Penyertaan Modal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 (Paragraf 116 Kodifikasi ini) akan diberikan setelah mempertimbangkan kelengkapan dokumen dan analisis kemampuan Bank serta kelayakan dan kesesuaian kegiatan Penyertaan Modal yang akan dilakukan oleh Bank.

(2) Dalam rangka memberikan persetujuan, Bank Indonesia dapat meminta Bank dan/atau Investee untuk memberikan komitmen tertulis. Komitmen tertulis antara lain dapat berupa komitmen Bank bahwa Investee tidak akan melakukan kegiatan tertentu yang diperkirakan berdampak negatif terhadap kondisi keuangan dan non keuangan Bank.

119 Pasal 14 15/11/PBI/2013

Dalam hal terdapat pelanggaran terhadap komitmen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (2) (Paragraf 118 Kodifikasi ini), Bank Indonesia akan memerintahkan Bank untuk melakukan tindakan tertentu. Termasuk dalam tindakan tertentu antara lain berupa perintah divestasi.

120 Pasal 15 15/11/PBI/2013

(1) Bank harus merealisasikan rencana Penyertaan Modal paling lama 6 (enam) bulan sejak persetujuan Penyertaan Modal diberikan oleh Bank Indonesia.

(2) Apabila dalam jangka waktu 6 (enam) bulan sejak tanggal persetujuan diber ikan oleh Bank Indonesia, Bank t idak merealisasikan Penyertaan Modal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) maka persetujuan Bank Indonesia menjadi tidak berlaku.

(3) Bank Indonesia berdasarkan permohonan Bank, dapat memperpanjang jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dengan mempertimbangkan faktor tertentu. Faktor tertentu antara lain penyebab terlampauinya jangka waktu seperti faktor eksternal yang tidak dapat dikendalikan oleh Bank, dan/atau hambatan yang timbul untuk memenuhi kebijakan atau ketentuan otoritas Investee.

Page 129: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset - bi.go.id dan... · Lampiran 16 : Contoh Perhitungan Potential Future Credit Exposure Hal. 140 ... Pada Komputer yang Sudah Ter-install Aplikasi

Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal

116

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

(4) Bank wajib menyampaikan laporan realisasi Penyertaan Modal paling lama 7 (tujuh) hari kerja setelah Penyertaan Modal efektif dilakukan.

Yang dimaksud dengan "efektif" adalah: a. pada saat memperoleh persetujuan dari otoritas yang terkait, untuk

perusahaan yang perubahan kepemilikannya harus memperoleh persetujuan otoritas;

b. pada saat terjadi perubahan kepemilikan saham di kustodian, untuk saham yang diperdagangkan di pasar modal dan perubahan kepemilikan atas Investee tidak perlu mendapatkan persetujuan dari otoritas; atau

c. pada saat menyampaikan laporan kepada Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, untuk perusahaan yang tidak perlu mendapatkan persetujuan dari otoritas dan saham tidak diperdagangkan di pasar modal.

BAB IV Pelampauan Batasan Penyertaan Modal Sesuai BUKU 121 Pasal 16

15/11/PBI/2013 (1) Bank wajib menyampaikan rencana tindak dalam hal jumlah seluruh

portofolio Penyertaan Modal melampaui batasan Penyertaan Modal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) (Paragraf 111 Kodifikasi ini) selama 3 (tiga) bulan berturut-turut, yang disebabkan oleh: a. penurunan modal inti;

Penurunan modal inti yang mengakibat kan perubahan kategori BUKU sehingga menurunkan batasan Penyertaan Modal yang diperbolehkan.

b. peningkatan Penyertaan Modal pada Investee; dan/atau c. penurunan Modal Bank.

Penyebab penurunan Modal Bank antara lain karena bank mengalami kerugian.

(2) Rencana tindak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa rencana tindak dalam rangka: a. pemenuhan persyaratan modal inti dan/atau Modal Bank; atau b. penyesuaian jumlah Penyertaan Modal.

Contoh penyesuaian jumlah Penyertaan Modal dilakukan melalui divestasi saham pada Investee.

(3) Rencana tindak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada Bank Indonesia paling lambat pada akhir bulan keempat sejak terjadinya pelampauan batasan Penyertaan Modal. Contoh batas waktu penyampaian rencana tindak adalah sebagai berikut: Bank X dengan modal inti sebesar Rp 5.050.000.000.000,00 (lima triliun lima puluh miliar rupiah) (BUKU 3) dan Modal Bank Rp 8.500.000.000.000,00 (delapan triliun lima ratus miliar rupiah) pada bulan Januari 2014,

Page 130: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset - bi.go.id dan... · Lampiran 16 : Contoh Perhitungan Potential Future Credit Exposure Hal. 140 ... Pada Komputer yang Sudah Ter-install Aplikasi

Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal

117

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

mempunyai total Penyertaan Modal pada Bank Y dan Lembaga Keuangan Z sebesar Rp 1.700.000.000.000,00 (satu triliun tujuh ratus miliar rupiah) setara dengan 20% (dua puluh persen) dari Modal Bank. Pada posisi bulan Februari, Maret dan April 2014, modal inti Bank X mengalami penurunan menjadi:

Bulan Modal Inti

Februari Rp 4.950.000.000.000,00

Maret Rp 4.9 10.000.000.000,00

April Rp 4.880.000.000.000,00

Dengan demikian Bank X berubah menjadi BUKU 2 dan harus menyampaikan rencana tindak kepada Bank Indonesia paling lambat akhir bulan Mei 2014. Rencana tindak tersebut dapat berupa:

a. rencana peningkatan modal int i untuk pemenuhan persyaratan modal inti dari BUKU 2 menjadi BUKU 3, atau

b. rencana penurunan Penyertaan Modal dari 20% ldua puluh persen) dari Modal Bank menjadi paling tinggi 15% llima belas persen) dari Modal Bank.

(4) Rencana tindak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus mendapatkan

persetujuan dari Bank Indonesia dan penyelesaian rencana t indak dimaksud paling lama 1 ( satu) tahun sejak persetujuan dari Bank Indonesia.

BAB V Divestasi Penyertaan Modal dan Penyertaan Modal Sementara 122 Pasal 17

15/11/PBI/2013 (1) Bank wajib melakukan divestasi Penyertaan Modal apabila:

Yang dimaksud dengan "divestasi" adalah pelepasan atau pengurangan Penyertaan Modal pada Investee, baik yang dilakukan secara langsung maupun melalui pasar modal. a. Penyertaan Modal yang di lakukan mengakibatkan atau

diperkirakan mengakibatkan penurunan permodalan Bank dan/atau peningkatan profil risiko Bank secara signifikan; atau Yang d imaksud dengan "penurunan permodalan Bank secara signifikan" adalah apabila penurunan permodalan dimaksud mengakibatkan jumlah Modal Bank lebih rendah dari kewajiban penyediaan modal minimum sesuai profil risiko sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai kewajiban penyediaan modal minimum bagi Bank. Profil risiko Bank meningkat secara signifikan apabila peningkatannya menyebabkan perubahan peringkat profil risiko. Peningkatan ini dapat

Page 131: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset - bi.go.id dan... · Lampiran 16 : Contoh Perhitungan Potential Future Credit Exposure Hal. 140 ... Pada Komputer yang Sudah Ter-install Aplikasi

Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal

118

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

disebabkan antara lain oleh meningkatnya risiko reputasi dan/atau risiko hukum yang mempengaruhi kelangsungan usaha Investee.

b. atas rekomendasi dar i otoritas Perusahaan Anak dan/atau perintah dari Bank Indonesia.

(2) Bank wajib menyampaikan rencana divestasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada Bank Indonesia paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sebelum divestasi Penyertaan Modal dilakukan.

123 Pasal 18 15/11/PBI/2013

(1) Bank dapat melakukan divestasi Penyertaan Modal atas inisiatif sendiri dengan memenuhi persyaratan sebagai berikut: a. divestasi ditujukan untuk menyesuaikan dengan strategi bisnis

Bank; b. Penyertaan Modal telah dilakukan paling singkat selama 5 (lima) tahun; c. dicantumkan dalam RBB untuk tahun yang sama dengan tahun

pengajuan permohonan; d. divestasi dilakukan paling kurang sebesar 50% (l ima puluh

persen) dari saham yang dimiliki; e. divestasi dilakukan melalui suatu transaksi yang wajar (arm's

length transaction); f. divestas i t idak semata-mata ditujukan untuk memperoleh

keuntungan (capital gain); dan g. telah mendapatkan persetujuan dari Bank Indonesia.

(2) Persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku untuk divestasi pada Investee yang dinyatakan pailit atau dalam proses likuidasi.

(3) Bank wajib mengajukan permohonan kepada Bank Indonesia untuk memperoleh persetujuan divestasi atas inisiatif sendiri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling lambat 30 (tiga puluh) hari sebelum divestasi dilakukan dengan melampirkan informasi dan dokumen paling kurang: a. latar belakang dan tujuan divestasi; b. analisis dampak divestasi terhadap kinerja Bank; dan c. informasi mengenai calon pemegang saham baru dan analisis dampak

divestasi pada Investee dalam hal divestasi dilakukan atas sebagian Penyertaan Modal pada Investee dimaksud.

(4) Dalam hal batas waktu pengajuan permohonan persetujuan divestasi atas inis iati f sendiri jatuh pada hari l ibur maka pengajuan permohonan persetujuan divestasi atas inisiatif sendiri disampaikan pada hari kerja berikutnya.

(5) Dalam hal divestasi atas inisiatif sendiri dilakukan pada Perusahaan Anak, selain persyaratan informasi dan dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Bank wajib menyampaikan hasil keputusan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) atau Persetujuan Dewan Komisaris yang memuat rencana divestasi Penyertaan Modal Bank pada Perusahaan Anak.

(6) Dalam hal diperlukan, Bank Indonesia dapat meminta dokumen pendukung selain sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan/atau ayat (5).

Page 132: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset - bi.go.id dan... · Lampiran 16 : Contoh Perhitungan Potential Future Credit Exposure Hal. 140 ... Pada Komputer yang Sudah Ter-install Aplikasi

Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal

119

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

124 Pasal 19 15/11/PBI/2013

(1) Persetujuan atau penolakan atas permohonan divestasi Penyertaan Modal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (3) (Paragraf 123 Kodifikasi ini) diberikan setelah mempertimbangkan kelengkapan dokumen, anal is is kewajaran dan kesesuaian rencana divestasi atas insiatif sendiri.

(2) Bank harus merealisasikan rencana divestasi Penyertaan Modal atas inisiatif sendiri paling lama 6 (enam) bulan sejak persetujuan diberikan oleh Bank Indonesia.

(3) Apabila dalam jangka waktu 6 ( enam) bulan sejak tanggal persetujuan diber ikan oleh Bank Indonesia, Bank t idak merealisasikan divestasi Penyertaan Modal atas inisiatif sendiri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) maka persetujuan Bank Indonesia menjadi tidak berlaku.

125 Pasal 20 15/11/PBI/2013

(1) Divestasi atas Penyertaan Modal Sementara wajib dilakukan apabila Penyertaan Modal Sementara telah melebihi jangka waktu paling lama 5 (lima) tahun atau perusahaan debitur tempat Penyertaan Modal Sementara telah memperoleh laba kumulatif. Yang dimaksud dengan "laba kumulatif" adalah laba perusahaan setelah diperhitungkan dengan kerugian tahun-tahun sebelumnya.

(2) Dalam hal jangka waktu 5 (lima) tahun sebagaimana dimaksud pada ayat (1) akan berakhir dan perusahaan debitur tempat Penyertaan Modal Sementara belum memperoleh laba, dalam rangka persiapan divestasi, Bank wajib menyampaikan rencana pelaksanaan divestasi kepada Bank Indonesia paling lambat 30 (tiga puluh) hari sebelum jangka waktu tersebut berakhir.

(3) Dalam hal batas waktu penyampaian rencana pelaksanaan divestasi Penyertaan Modal Sementara jatuh pada hari libur maka rencana pelaksanaan divestasi Penyertaan Modal Sementara disampaikan pada hari kerja berikutnya.

126 Pasal 21 15/11/PBI/2013

Bank wajib menyampaikan laporan pelaksanaan divestasi Penyertaan Modal dan Penyertaan Modal Sementara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17, Pasal 19 dan Pasal 20 (Paragraf 122, Paragraf 124, dan Paragraf 125 Kodifikasi ini) paling lama 7 (tujuh) hari kerja setelah pelaksanaan divestasi. Divestasi Penyertaan Modal mencakup divestasi wajib atau divestasi atas inisiatif sendiri.

BAB VI Penyertaan Modal oleh Perusahaan Anak 127 Pasal 22

15/11/PBI/2013 (1) Dalam hal Perusahaan Anak melakukan penyertaan modal, Bank harus

memastikan hal-hal sebagai berikut: a. penyertaan modal hanya dapat dilakukan pada Perusahaan yang Bergerak

di Bidang Keuangan dan/atau di perusahaan penunjang jasa keuangan dan dalam bentuk saham;

Termasuk dalam bentuk saham adalah penanaman dalam bentuk surat utang konversi wajib (mandatory convertible bonds).

Page 133: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset - bi.go.id dan... · Lampiran 16 : Contoh Perhitungan Potential Future Credit Exposure Hal. 140 ... Pada Komputer yang Sudah Ter-install Aplikasi

Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal

120

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

b. Perusahaan Anak menerapkan pr insip kehati -hatian dan manajemen risiko yang memadai atas penyertaan modal yang akan dilakukan; dan

Yang dimaksud dengan "prinsip kehati -hatian dan manajemen risiko" adalah penerapan manajemen risiko sebagaimana diatur dalam ketentuan bagi Perusahaan Anak, antara lain: 1. k e t e n t u a n B a n k I n d o n e s i a m e n g e n a i p e n e r a p a n

manajemen risiko bagi bank umum, apabila P erusahaan Anak berupa bank umum; atau

2. k e t e n t u a n B a n k I n d o n e s i a m e n g e n a i p e n e r a p a n m a n a j e m e n r i s i k o b a g i b a n k u m u m s y a r i a h d a n u n i t usaha syar iah, apabi la Perusahaan Anak berupa bank umum syariah.

c. penyertaan modal dilakukan dengan memperhatikan ketentuan yang dikeluarkan oleh otoritas Perusahaan Anak.

(2) Bank wajib melakukan pemantauan perhitungan kecukupan modal secara konsolidasi sampai dengan perusahaan yang dikendalikan oleh Perusahaan Anak.

(3) Perusahaan Anak yang melakukan kegiatan usaha sesuai dengan prinsip syariah hanya dapat melakukan penyertaan modal pada perusahaan yang kegiatan usahanya tidak bertentangan dengan prinsip syariah.

128 Pasal 23 15/11/PBI/2013

(1) Perusahaan penunjang jasa keuangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (1) huruf (a) (Paragraf 127 Kodifikasi ini) merupakan perusahaan yang didirikan atau kegiatan usahanya ditujukan hanya untuk menunjang kegiatan usaha Bank melalui sistem pembayaran, meliputi perusahaan yang melakukan kegiatan usaha sebagai berikut: a. prinsipal alat pembayaran menggunakan kartu (APMK) atau

uang elektronik; b. penerbit APMK atau uang elektronik; c. acquirer APMK atau uang elektronik; d. penyelenggara kliring APMK atau uang elektronik; e. penyelenggara penyelesaian akhir APMK atau uang elektronik; f. penyelenggara transfer dana; g. penyelenggara switching; h. pelaksanaan sertifikasi sistem pembayaran; i. penyedia jaringan sistem pembayaran; j. pengelola standar APMK atau uang elektronik; k. penyedia perangkat pembayaran; dan/atau l. pelaksana personalisasi.

Kegiatan sebagaimana dimaksud pada huruf a sampai dengan huruf l mengacu pada ketentuan Bank Indonesia mengenai: a. alat pembayaran menggunakan kartu; b. uang elektronik; c. transfer dana; dan/atau d. ketentuan Bank Indonesia terkait lainnya di bidang sistem

pembayaran.

Page 134: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset - bi.go.id dan... · Lampiran 16 : Contoh Perhitungan Potential Future Credit Exposure Hal. 140 ... Pada Komputer yang Sudah Ter-install Aplikasi

Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal

121

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

(2) Pelaksanaan kegiatan usaha perusahaan penunjang jasa keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib mematuhi ketentuan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia dan/atau Otoritas Jasa Keuangan.

Ketentuan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia dan/atau Otoritas Jasa Keuangan yang dimaksud dalam ayat ini antara lain ketentuan mengenai perizinan dan kegiatan usaha perusahaan penunjang jasa keuangan.

BAB VII Alamat Pelaporan 129 Pasal 24

15/11/PBI/2013 Permohonan persetujuan Penyertaan Modal dan pelaporan terkait dengan pelaksanaan Penyertaan Modal dalam Peraturan Bank Indonesia ini disampaikan kepada: a . D e p a r t e m e n P e n g a w a s a n B a n k t e r k a i t , B a n k

I n d o n e s i a , J l . M.H. Thamrin No. 2, Jakarta 10350, bagi Bank Umum Konvensional atau Bank Umum Syariah yang berkantor pusat di wilayah kerja Kantor Pusat Bank Indonesia; atau

b . Kantor Perwaki lan Bank Indonesia setempat bagi Bank yang berkantor pusat di luar wilayah kerja Kantor Pusat Bank Indonesia.

BAB VIII

Perlakuan Akuntansi dan Kualitas Penyertaan Modal dan Penyertaan Modal Sementara

130 Pasal 25 15/11/PBI/2013

Perlakuan akuntansi atas Penyertaan Modal dan Penyertaan Modal Sementara mengacu pada Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku di Indonesia.

Perlakuan akuntansi mencakup pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan.

131 Pasal 26 15/11/PBI/2013

Kualitas dan penyisihan penghapusan aset atas Penyertaan Modal dan Penyertaan Modal Sementara mengacu pada ketentuan Bank Indonesia mengenai penilaian kualitas aset Bank.

BAB IX

Transparansi dan Pengelolaan Penyertaan Modal dan Penyertaan Modal Sementara

132 Pasal 27 15/11/PBI/2013

Bank wajib mengungkapkan kegiatan Penyertaan Modal dan Penyertaan Modal Sementara dalam Laporan Tahunan sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai transparansi dan publikasi laporan Bank.

133 Pasal 28 15/11/PBI/2013

(1) Bank wajib menerapkan manajemen risiko dalam mengelola kegiatan Penyertaan Modal dan Penyertaan Modal Sementara dengan mengacu pada ketentuan Bank Indonesia mengenai penerapan manajemen risiko bagi bank umum atau penerapan manajemen risiko bagi bank umum syariah dan unit usaha syariah.

(2) Penerapan manajemen risiko sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling kurang mencakup: a. pengawasan aktif Dewan Komisaris dan Direksi; b. kecukupan kebi jakan, prosedur, dan penetapan l imit

manajemen risiko; c. kecukupan proses identifikasi, pengukuran, pemantauan, dan

pengendalian risiko serta sistem informasi manajemen risiko; dan d. sistem pengendalian intern yang menyeluruh.

Page 135: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset - bi.go.id dan... · Lampiran 16 : Contoh Perhitungan Potential Future Credit Exposure Hal. 140 ... Pada Komputer yang Sudah Ter-install Aplikasi

Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal

122

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

(3) Bank wajib memantau jumlah seluruh portofolio Penyertaan Modal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) (Paragraf 111 Kodifikasi ini) termasuk peningkatan Penyertaan Modal dan Penyertaan Modal yang berasal dari dividen saham pada Perusahaan Anak yang sudah dikecualikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) huruf b (Paragraf 113 Kodifikasi ini).

(4) Bank Indonesia dapat memerintahkan Bank untuk melakukan atau tidak melakukan tindakan tertentu dalam rangka mengendalikan risiko Penyertaan Modal berdasarkan hasil pemantauan sebagaimana dimaksud pada ayat (3).

BAB X Lain-Lain 134 Pasal 29

15/11/PBI/2013 Bank dilarang:

a. menerima penyertaan saham dari Investee atau melakukan Penyertaan Modal pada perusahaan pemegang saham Bank, baik secara langsung maupun tidak langsung; dan

b. melakukan Penyertaan Modal yang mengakibatkan Bank memiliki kewajiban yang tidak terbatas pada Investee.

Larangan ini dimaksudkan agar bank terhindar dari eksposur Penyertaan Modal pada perusahaan yang memiliki open-ended liability, seperti adanya letter of undertaking yang mengikat Investee secara akuntansi maupun secara hukum kepada pihak lain sedemikian rupa sehingga bank memiliki tanggung jawab yang tidak terbatas.

135 Pasal 30 15/11/PBI/2013

Penyertaan Modal pada Investee berupa Bank, selain tunduk pada ketentuan ini juga mengacu pada ketentuan antara lain mengenai pembelian saham Bank, kepemilikan saham Bank, dan kepemilikan tunggal pada perbankan Indonesia, serta merger, konsolidasi dan akuisisi Bank.

136 Pasal 31 15/11/PBI/2013

(1) Bank Indonesia dapat memerintahkan Bank untuk mengambil langkah-langkah perbaikan (corrective actions) dan/atau merekomendasikan kepada otoritas yang berwenang untuk melakukan tindakan perbaikan atau pembekuan sebagian atau seluruh kegiatan Investee.

Termasuk dalam tindakan perbaikan (corrective actions) antara lain perbaikan good corporate governance dan/atau manajemen risiko Perusahaan Anak, dan/atau divestasi seluruh atau sebagian Penyertaan Modal.

(2) Perintah dan/atau rekomendasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan apabila berdasarkan penilaian Bank Indonesia kegiatan Investee: a. mencerminkan kondisi keuangan dan non keuangan yang tidak

sehat; dan/atau b. mengganggu kondisi keuangan dan non keuangan Bank.

137 Pasal 32 15/11/PBI/2013

(1) Bank Indonesia berdasarkan pertimbangan tertentu dapat memerintahkan Bank untuk melakukan divestasi Penyertaan Modal atau menolak permohonan Penyertaan Modal atau divestasi atas inisiatif sendiri.

Page 136: Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset - bi.go.id dan... · Lampiran 16 : Contoh Perhitungan Potential Future Credit Exposure Hal. 140 ... Pada Komputer yang Sudah Ter-install Aplikasi

Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal

123

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

(2) Pertimbangan tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara lain sebagai berikut: a. Penyertaan Modal atau divestasi atas inisiatif sendiri dapat berdampak

negatif terhadap kondisi perekonomian nasional atau tidak sejalan dengan kepentingan nasional; Penyertaan Modal dimaksud adalah Penyertaan Modal yang sudah berjalan atau Penyertaan Modal yang sedang diajukan permohonannya.

b. Penyertaan Modal atau divestasi atas inisiatif sendiri tidak sejalan dengan arah kebijakan pengembangan perbankan di Indonesia; dan/atau

c. Penyertaan Modal atau rencana Penyertaan Modal Bank pada perusahaan yang berlokasi di dalam maupun di luar negeri menyebabkan atau diindikasikan akan menyebabkan kesulitan pengawasan yang dilakukan Bank Indonesia. Indikasi kesulitan pengawasan antara lain: 1. kesulitan otoritas pengawas dalam akses terhadap data dan informasi

Investee; 2. kesulitan dalam pelaksanaan pemeriksaan terhadap Investee; 3. kurang efektifnya atau tidak adanya otoritas pengawas Investee di

tempat kedudukan Investee; dan/atau 4. Investee digunakan sebagai media untuk melakukan rekayasa

keuangan.

BAB XI Sanksi 138 Pasal 33

15/11/PBI/2013 Bank yang melanggar ketentuan dalam Pasal 2, Pasal 3, Pasal 4 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 5 ayat (2), Pasal 6, Pasal 7, Pasal 8 ayat (2), Pasal 9, Pasal 10, Pasal 11, Pasal 12, Pasal 15, Pasal 16, Pasal 17, Pasal 18, Pasal 19 ayat (2), Pasal 20, Pasal 21, Pasal 22, Pasal 23, Pasal 25, Pasal 26, Pasal 27, Pasal 28 dan/atau Pasal 29 (Paragraf 107, Paragraf 108, Paragraf 109, Paragraf 110, Paragraf 111, Paragraf 112, Paragraf 113, Paragraf 114, Paragraf 115, Paragraf 116, Paragraf 117, Paragraf 120, Paragraf 121, Paragraf 122, Paragraf 123, Paragraf 124, Paragraf 125, Paragraf 126, Paragraf 127, Paragraf 128, Paragraf 130, Paragraf 131, Paragraf 132, Paragraf 133, dan/atau Paragraf 134 Kodifikasi ini) dikenakan sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 atau Pasal 58 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.

BAB XII Ketentuan Peralihan 139 Pasal 34

15/11/PBI/2013 Permohonan persetujuan Penyertaan Modal yang telah diajukan sebelum Peraturan Bank Indonesia ini berlaku, wajib disesuaikan dengan persyaratan dalam Peraturan Bank Indonesia ini kecuali persyaratan tentang tingkat kesehatan Bank.