Kode Etik Farmasis “ - Contoh Makalah

21
MAKALAH UNDANG UNDANG KESEHATAN “ Kode Etik Farmasis “ Disusun Oleh : G 701 11 056 PRAMITA PUTRI G 701 11 074 MAGFIRA G 701 11 057 RIZKYAH G 701 11 072 TRI JULIANTI G 701 11 088 ZAHRA MEGAWATI Kelompok : IV ( Empat ) Dosen Penanggung jawab : Ihwan, S.Si., M.Kes., Apt. PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS TADULAKO PALU 2013 / 2014

Transcript of Kode Etik Farmasis “ - Contoh Makalah

Page 1: Kode Etik Farmasis “ - Contoh Makalah

MAKALAH UNDANG – UNDANG KESEHATAN

“ Kode Etik Farmasis “

Disusun Oleh :

G 701 11 056 PRAMITA PUTRI

G 701 11 074 MAGFIRA

G 701 11 057 RIZKYAH

G 701 11 072 TRI JULIANTI

G 701 11 088 ZAHRA MEGAWATI

Kelompok :

IV ( Empat )

Dosen Penanggung jawab :

Ihwan, S.Si., M.Kes., Apt.

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS TADULAKO

PALU

2013 / 2014

Page 2: Kode Etik Farmasis “ - Contoh Makalah

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat hidayah dan rahmat-Nya

yang diberikan kepada kami berupa kesehatan rohani dan jasmani sehingga kami dapat

menyelesaikan Makalah Undang-Undang Kesehatan yang berjudul “Kode Etik Farmasis“,

yang dapat diselesaikan dengan baik.

Dalam menyelesaikan penulisan makalah ini, kami banyak menemukan hambatan,

tetapi berkat dukungan dan bantuan dari pihak-pihak yang telah membantu serta para dosen-

dosen farmasi yang telah banyak membantu kami dengan baik, kami dapat menyelesaikannya

dengan baik. Untuk itu tidak lupa kami mengucapkan terimakasih kepada orang-orang yang

telah membantu dalam membuat makalah ini hingga makalah undang-undang kesehatan ini

dapat terselesaikan dngan baik.

Tidak lupa kami menyadari bahwa penulisan makalah ini masih belum sempurna,

oleh karena itu untuk memperbaiki makalah ini kami mengharapkan kritik-kritik dan saran-

saran yang membangun. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kami khususnya dan para

pembaca pada umumnya, serta dapat dimanfaatkan dengan baik untuk menjadi pedoman bagi

mata kuliah undang-undang kesehatan selanjutnya. Atas perhatiannya diucapkan terima

kasih.

Palu, 11 Maret 2014

Kelompok IV

Page 3: Kode Etik Farmasis “ - Contoh Makalah

DAFTAR ISI

Sampul ............................................................................................................................ 1

Kata Pengantar ................................................................................................................ 2

Daftar Isi ......................................................................................................................... 3

Bab. I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 4

1.2 Tujuan ...................................................................................................... 5

Bab. II Pembahasan

2.1 Kode Etik Farmasi dan Peran Kode Etik Farmasi ................................... 7

2.2 Kewajiban Seorang Apoteker Terhadap Pekerjaan, Rekan Sejawat Dan Profesi

Kesehatan Lain. ....................................................................................... 7

2.3 Kewajiban Seorang Asisten Apoteker Terhadap Pekerjaan, Rekan Sejawat Dan

Profesi Kesehatan Lain. ........................................................................... 8

2.4 Interaksi Profesi Farmasi Dengan Tenaga Kesehatan Lain Dalam Praktek

Pelayanan Kefarmasian ........................................................................... 9

2.5 ................................................................................................................. 10

Bab III. Penutup

3.1 Kesimpulan .............................................................................................. 13

3.2 Saran ........................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

Page 4: Kode Etik Farmasis “ - Contoh Makalah

BAB I

P E N D A H U L U A N

1.1 Latar Belakang

1.2 Tujuan

Page 5: Kode Etik Farmasis “ - Contoh Makalah

B A B II

P E M B A H A S A N

2.1 Kode Etik Farmasi dan Peran Kode Etik Farmasi

Berdasarkan keputusan Kongres Nasional XVIII/2009 Ikatan Sarjana Farmasi

Indonesia, Nomor 006/Kongers XVIII/ISFI/2009, Mukadimah :

Bahwasanya seorang Apoteker di dalam menjalankan tugas kewajibannya serta

dalam mengamalkan keahliannya harus senantiasa mengharapkan bimbingan dan

keridhaan Tuhan Yang Maha Esa.

Apoteker di dalam pengabdiannya kepada nusa dan bangsa serta di dalam

mengamalkan keahliannya selalu berpegang teguh kepada sumpah/janji Apoteker.

Menyadari akan hal tersebut Apoteker di dalam pengabdian profesinya berpedoman

pada satu ikatan moral yaitu Kode Etik Apoteker Indonesia Dalam Pelaksanaan

Pekerjaan Kefarmasian

Setiap apoteker dalam melakukan pengabdian dan pengamalan ilmunya harus

didasari oleh sebuah niat luhur untuk kepentingan makhluk lain sesuai dengan tuntunan

Tuhan Yang Maha Esa.

Sumpah dan janji Apoteker adalah komitmen seorang apoteker yang harus

dijadikan landasan moral dalam pengabdian profesinya.

Kode etik sebagai kumpulan nilai-nilai atau prinsip harus diikuti oleh apoteker

sebagai pedoman dan petunkuk serta standar perilaku dalam bertindak dan mengambil

keputusan.

Page 6: Kode Etik Farmasis “ - Contoh Makalah

2.2 Kewajiban Seorang Apoteker Terhadap Pekerjaan, Rekan Sejawat Dan Profesi

Kesehatan Lain.

KODE ETIK APOTEKER INDONESIA

DALAM PELAKSANAAN PEKERJAAN KEFARMASIAN

BAB I

KEWAJIBAN UMUM

Pasal 1

Sumpah/Janji

Seorang Apoteker harus menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan Sumpah /

janji Apoteker.

Pasal 2

Seorang Apoteker harus berusaha dengan sungguh-sungguh menghayati dan

mengamalkan Kode Etik Apoteker Indonesia.

Implementasi – Jabaran Kode Etik :

Sumpah / janji apoteker yang diucapkan seorang apoteker untuk dapat

diamalkan dalam pengabdiannya, harus dihayati dengan baik dan dijadikan

landasan moral dalam setiap tindakan dan perilaku.

Dalam sumpah apoteker ada beberapa poin yang harus diperhatikan, yaitu :

1. Melaksanakan asuhan kefarmasian

2. Merahasiakan kondisi pasien, resep dan medication record untuk pasien

3. Melaksanakan praktik profesi sesuai landasan praktik profesi yaitu ilmu,

hukum dan etik.

Implementasi – Jabaran Kode Etik :

Kesungguhan dalam menghayati dan mengamalkan kode etik apoteker

Indonesia dinilai dari : ada tidaknya laporan masyarakat, ada tidaknya

laporan dari sejawat apoteker atau sejawat tenaga kesehatan lain, serta tidak

ada laporan dari sejawat apoteker atau sejawat tenaga kesehatan lain, serta

tidak ada laporan dari dinas kesehatan. Pengaturan pemberian sanksi

ditetapkan dalam peraturan organisasi (PO).

Page 7: Kode Etik Farmasis “ - Contoh Makalah

Pasal 3

Seorang Apoteker harus senantiasa menjalankan profesinya sesuai kompetensi

Apoteker Indonesia serta selalu mengutamakan dan berpegang teguh pada prinsip

kemanusiaan dalam melaksanakan kewajibannya.

Pasal 4

Seorang Apoteker harus selalu aktif mengikuti perkembangan di bidang kesehatan pada

umumnya dan di bidang farmasi pada khususnya.

Implementasi – Jabaran Kode Etik :

Setiap apoteker Indonesia harus mengerti, menghayati dan mengamalkan

kompetensi sesuai dengan standar kompetensi apoteker Indonesia. Kompetensi

yang dimaksud adalah : keterampilan, sikap, dan perilaku yang berdasarkan

pada ilmu, hukum, dan etik.

Ukuran kompetensi seorang apoteker dinilai lewat uju kompetensi

Kepentingan kemanusiaan harus menjadi pertimbangan utama dalam setiap

tindakan dan keputusan seorang apoteker Indonesia.

Bilamana suatu saat bila seorang apoteker dihadapkan kepada konflik

tanggung jawab professional, maka dari berbagai opsi yang ada, seorang

apoteker harus memilih resiko yang paling kecil dan paling tepat untuk

kepentingan pasien serta masyarakat.

Implementasi – Jabaran Kode Etik :

Seorang apoteker harus mengembangkan pengetahuan dan keterampilan

profesionalnya secara terus menerus

Aktivitas seorang apoteker dalam mengikuti perkembangan dibidang

kesehatann, diukur dari nilai SKP yang diperoleh dari hasil uji kompetensi.

Jumlah SKP minimal yang harus diperoleh apoteker ditetapkan dalam

peraturan organisasi.

Page 8: Kode Etik Farmasis “ - Contoh Makalah

Pasal 5

Di dalam menjalankan tugasnya setiap Apoteker harus menjauhkan diri dari usaha

mencari keuntungan diri semata yang bertentangan dengan martabat dan tradisi luhur

jabatan kefarmasian.

Pasal 6

Seorang Apoteker harus berbudi luhur dan menjadi contoh yang baik bagi orang lain.

Implementasi – Jabaran Kode Etik :

Seorang apoteker dalam tindakan profesionalnya harus menghindari diri dari

perbuatan yang akan merusak atau seseorang ataupun merugikan orang lain

Seorang apoteker dalam menjalankan tugasya dapat memperoleh imbalan dari

pasien dan masyarakat atas jasa yang diberikannya dengan tetap memegang

teguh kepada prinsip mendahulukan kepentingan pasien.

Besarnya jasa pelayanan ditetapkan dalam peraturan organisasi.

Implementasi – Jabaran Kode Etik :

Seorang apoteker harus menjaga kepercayaan masyarakat atas profesi yang

disandangkan dengan jujur dan penuh integritas.

Seorang apoteker tidak menyalahgunakan kemampuan profesionalnya kepada

orang lain

Seorang apoteker harus menjaga perilakunya dihadapan publik

Page 9: Kode Etik Farmasis “ - Contoh Makalah

Pasal 7

Seorang Apoteker harus menjadi sumber informasi sesuai dengan profesinya.

Pasal 8

Seorang Apoteker harus aktif mengikuti perkembangan peraturan perundang-undangan

di Bidang Kesehatan pada umumnya dan di Bidang Farmasi pada khususnya.

Implementasi – Jabaran Kode Etik :

Seorang apoteker memberikan informasi kepada pasien / masyarakat harus

dengan cara yang mudah dimengerti dan yakin bahwa informasi tersebut

harus sesuai, relevan, dan ‘up to date’.

Sebelum memberikan informasi apoteker harus menggali informasi yang

dibutuhkan dari pasien ataupun orang yang datang menemui apoteker

mengenai oasien serta penyakitnya.

Seorang apoteker harus mampu berbagi informasi mengenai pelayanan

kepada pasien dengan tenaga profesi kesehatan yang terlibat

Seorang apoteker harus senantiasa meningkatkan pemahaman masyarakat

terhadap obat, dalam bentuk penyuluhan, memberikan informasi secara jelas,

melakukan monitoring penggunaan obat dan sebagainya.

Kegiatan penyuluhan ini mendapat nilai SKP.

Implementasi – Jabaran Kode Etik :

Tidak ada alasan bagi apoteker tidak tahu perundangan yang terkait dengan

kefarmasian. Untuk itu setiap apoteker harus selalu aktif mengikuti

perkembangan peraturan, sehingga setiap apoteker dapat menjalankan

profesinya dengan tetap berada dalam koridor peraturan perundangan yang

berlaku.

Apoteker harus membuat Standar Prosedur Operasional (SPO) sebagai

pedoman kerja bagi seluruh personil di industri, dan sarana kefarmasian

sesuai kewenangan atas dasar peraturan perundangan yang ada.

Page 10: Kode Etik Farmasis “ - Contoh Makalah

BAB II

KEWAJIBAN APOTEKER TERHADAP PENDERITA

Pasal 9

Seorang Apoteker dalam melakukan pekerjaan kefarmasian harus mengutamakan

kepentingan masyarakat dan menghormati hak asazi penderita dan melindungi makhluk

hidup insani.

Implementasi – Jabaran Kode Etik :

Kepedulian kepada pasien adalah merupakan hal yang paling utama dari

seorang apoteker

Setiap tindakan dan keputusan profesional dari apoteker harus berpihak

kepada kepentingan pasien dan masyarakat

Seorang apoteker harus mampu mendorong pasien untuk terlibat dalam

keputusan pengobatan mereka

Seorang apoteker harus mengambil langkah-langkah untuk menjaga

kesehatan pasien khususnya janin, bayi, anak-anak serta orang yang dalam

kondisi lemah.

Seorang apoteker harus yakin bahwa obat yang diserahkan kepada pasien

adalah obat yang terjamin mutu, keamanan, dan khasiat dan cara pakai obat

yang tepat.

Seorang apoteker harus menjaga kerahasiaan pasien, rahasia kefarmasian,

dan rahasia kedokteran dengan baik

Seorang apoteker harus menghormati keputusan profesi yang telah ditetapkan

oleh dokter dalam bentuk penulisan resep dan sebagainya

Dalam hal seorang apoteker akan mengambil kebijakan yang berbeda dengan

permintaan seorang dokter, maka apoteker harus melakukan komunikasi

dengan dokter tersebut, kecuali peraturan perundangan memnolehkan

apoteker mengambil keputusan demi kepentingan pasien.

Page 11: Kode Etik Farmasis “ - Contoh Makalah

BAB III

KEWAJIBAN APOTEKER TERHADAP TEMAN SEJAWAT

Pasal 10

Setiap Apoteker harus memperlakukan Teman Sejawatnya sebagaimana ia sendiri ingin

diperlakukan.

Pasal 11

Sesama Apoteker harus selalu saling mengingatkan dan saling menasehati untuk

mematuhi ketentuan-ketentuan Kode Etik.

Pasal 12

Setiap Apoteker harus mempergunakan setiap kesempatan untuk meningkatkan

kerjasama yang baik sesama Apoteker di dalam memelihara keluhuran martabat jabatan

kefarmasian, serta mempertebal rasa saling mempercayai di dalam menunaikan

tugasnya.

Implementasi – Jabaran Kode Etik :

Setiap apoteker harus menghargai teman sejawatnya, termasuk rekan

kerjanya

Bilamana seorang apoteker dihadapkan kepada suatu situasi yang

problematik, baik secara moral atau peraturan perundangan yang berlaku,

tentang hubungannya dengan sejawatnya, maka komunikasi antar sejawat

harus dilakukan dengan baik dan santun.

Apoteker harus berkoordinasi dengan IAI ataupun majelis Pembina etik

apoteker dalam menyelesaikan permasalahan dengan teman sejawat.

Implementasi – Jabaran Kode Etik :

Bilamana seorang apoteker mengetahui sejawatnya melanggar kode etik,

dengan cara yang santun dia harus melakukan komunikasi dengan sejawatnya

tersebut untuk mengingatkan kekeliruan tersebut. Bilamana ternyata yang

bersangkutan sulit menerima maka dia dapat menyamoaikan kepada pengurus

cabang dan atau MPEAD secara berjenjang.

Page 12: Kode Etik Farmasis “ - Contoh Makalah

BAB IV

KEWAJIBAN APOTEKER/FARMASIS TERHADAP SEJAWAT PETUGAS

KESEHATAN LAIN

Pasal 13

Setiap Apoteker harus mempergunakan setiap kesempatan untuk membangun dan

meningkatkan hubungan profesi, saling mempercayai, menghargai dan menghormati

Sejawat Petugas Kesehatan.

Pasal 14

Setiap Apoteker hendaknya menjauhkan diri dari tindakan atau perbuatan yang dapat

mengak ibatkan berkurangnya/hilangnya kepercayaan masyarakat kepada sejawat

petugas kesehatan lain.

Implementasi – Jabaran Kode Etik :

Seorang apoteker harus menjalin dan memelihara kerjasama dengan sejawat

apoteker lainnya

Seorang apoteker harus membantu teman sejawatnya dalam menjalankan

pengabdian profesinya

Seorang apoteker harus saling mempercayai teman sejawatnya dalam

menjalin, memelihara kerjasama.

Implementasi – Jabaran Kode Etik :

Apoteker harus mampu menjalin hubungan yang harmonis dengan tenaga

profesi kesehatan lainnya secara seimbang dan bermartabat.

Implementasi – Jabaran Kode Etik :

Bilamana seorang apoteker menemui hal-hal yang kurang tepat dari pelayanan

profesi kesehatan lainnya, maka apoteker tersebut harus mampu

mengkomunikasikannya dengan baik kepada profesi tersebut, tanpa yang

bersangkutan harus merasa dipermalukan.

Page 13: Kode Etik Farmasis “ - Contoh Makalah

BAB V

PENUTUP

Pasal 15

Setiap Apoteker bersungguh-sungguh menghayati dan mengamalkan Kode Etik

Apoteker Indonesia dalam menjalankan tugas kefarmasiannya sehari-hari. Jika seorang

Apoteker baik dengan sengaja maupun idtak sengaja melanggar atau tidak mematuhi

Kode Etik Apoteker Indonesia, maka Apoteker tersebut wajib mengakui dan menerima

sanksi dari pemerintah, Ikatan/Organisasi Profesi Farmasi yang menanganinya yaitu

ISFI dan mempertanggungjawabkannya kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Ditetapkan : Jakarta

Pada Tanggal : 08 Desember 2009

Implementasi – Jabaran Kode Etik :

Apabila Apoteker melakukan pelanggaran kode etik apoteker, yang

bersangkutan dikenakan sanksi organisasi. Sanksi dapat berupa pembinaan,

peringatan, pencabutan keanggotaan sementara, dan pencabutan keanggotaan

tetap. Kriteria pelanggaran kode etik diatur dalam peraturan organisasi, dan

ditetapkan setelah melalui kajian yang mendalam dai MPEAD.

Selanjutnya MPEAD menyampaikan hasil telaahnya kepada pengurus cabang,

pengurus daerah, dan MPEA.

Page 14: Kode Etik Farmasis “ - Contoh Makalah

2.3 Kewajiban Seorang Asisten Apoteker Terhadap Pekerjaan, Rekan Sejawat Dan

Profesi Kesehatan Lain.

2.4 Interaksi Profesi Farmasi Dengan Tenaga Kesehatan Lain Dalam Praktek

Pelayanan Kefarmasian

A. Peran Farmasi (Apoteker)

Apoteker adalah seseorang yang mempunyai keahlian dan kewenangan

dibidang kefarmasian baik di apotek, rumah sakit, industri pendidikan dan bidang

lainnya yang masih berkaitan dengan bidang kefarmasian. Peran farmasi yaitu :

a) Sebagai penanggung jawab di industri farmasi pada bagian pemastian mutu,

produksi dan pengawasan mutu.

b) Sebagai penanggungjawab fasilitas pelayanan kefarmasian yaitu di apotek,

rumah sakit, puskesmas, klinik obat atau praktek bersama.

c) Apoteker dapat mengganti obat merek dagang dengan obat generik yang sama

komponen aktifnya atau obat merek dagang lainnya atas persetujuan dokter

dan/atau pasien.

d) Dalam melakukan pekerjaan kefarmasian pada fasilitas pelayanan kefarmasian,

apoteker dapat mengangkat seseorang apoteker pendamping yang memiliki

SIPA.

B. Bidang Pelayanan Kefarmasian

a) Pelayanan Informasi Obat (PIO)

Pelayanan Informasi obat harus benar, jelas, mudah dimengerti,

akurat, tidak bias, etis, bijaksana dan terkini diperlukan dalam upaya

penggunaan obat yang rasional oleh pasien. Informasi yang perlu diberikan

kepada pasien adalah kapan obat digunakan dan berapa banyak; lama

pemakaian obat yang dianjurkan; cara penggunaan obat; dosis obat; efek

samping obat; obat yang berinteraksi dengan kontrasepsi oral; dan cara

menyimpan obat

b) Pelayanan Konseling Obat

Konseling obat adalah suatu proses komunikasi dua arah yang

sistematik antara apoteker dan pasien untuk mengidentifikasi dan memecahkan

permasalahan yang berkaitan dengan obat. Apoteker perlu memberikan

konseling mengenai sediaan farmasi, pengobatan dan perbekalan kesehatan

lainnya, sehingga yang bersangkutan terhindar dari bahaya penyalahgunaan

Page 15: Kode Etik Farmasis “ - Contoh Makalah

atau penggunaan obat yang salah, terutama untuk penderita penyakit kronis

seperti kardiovaskular, diabetes, tuberkulosis dan asma

c) Home Care

Pelayanan Residensial (home care) adalah pelayanan apoteker

sebagai care giver dalam pelayanan kefarmasian di rumah pasien, khususnya

untuk kelompok lansia, pasien kardiovaskular, diabetes, tuberkulosis, asma,

dan penyakit kronis lainnya. Untuk kegiatan ini apoteker harus membuat

catatan pengobatan pasien (patient medication record).

Dalam Peraturan Pemerintah RI Nomor 51 tahun 2009 disebutkan

pelayanan resep atau penyerahan obat resep dokter di pelayanan kefarmasian

(salah satunya puskesmas) harus dilakukan oleh apoteker.1 Menurut Uyung

Pramudiarja (2011) hanya 10% puskesmas yang memiliki apoteker.4 Masalah

penelitian adalah belum diketahui bagaimana peran apoteker di puskesmas dan

permasalahan pelayanan kefarmasi-an di puskesmas. Tujuan penelitian adalah

mendapatkan informasi tentang peran apoteker dan permasalahannya dalam

pelayanan kefarmasian di puskesmas perawatan. Hasil penelitian diharapkan

sebagai masukan bagi pihak yang terkait untuk meningkatkan ketersediaan

apoteker dalam pelayanan kefarmasian di puskesmas.

C. Berdasarkan Penelitian Sudibyo S., dkk, mengenai Evaluasi Peran Apoteker

Berdasarkan Pedoman Pelayanan di beberapa Puskesmas yang terletak di

Kota Bandung, Tangerang dan Pulau Jawa.

Kesimpulan :

a) Apoteker belum tersedia di semua puskesmas perawatan, apalagi puskesmas

non perawatan, sehingga pelayanan resep belum dilakukan oleh tenaga yang

profesional.

b) Peran apoteker di puskesmas umumnya pengelolaan obat sudah berjalan

dengan baik sesuai dengan tugas pokoknya, khususnya dalam pelayanan obat

resep dan pembuatan LP-LPO bulanan.

c) Peran apoteker dalam pelayanan kefarmasian: (a) informasi obat dilakukan

pada saat penyerahan obat resep kepada pasien, sebelum pelayanan puskesmas

dimulai, dan pada saat kunjungan ke posyandu balita dan posyandu lansia, (b)

konseling obat dilakukan terbatas mengingat ketersediaan waktu dan belum

ada ruangan, (c) visite pasien sudah dilakukan, baik dengan dokter maupun

Page 16: Kode Etik Farmasis “ - Contoh Makalah

sendiri kepada pasien bersalin rawat inap, (d) home care belum berjalan

dengan baik.

d) Permasalahan yang terkait dengan apoteker di puskesmas adalah ketersediaan

dan jumlahnya. Ada apoteker yang merasa kurang mampu dalam memberikan

informasi obat kepada tenaga kesehatan lain, khususnya dokter spesialis di

beberapa puskesmas perawatan, sehingga masih diperlukan pembinaan dan

pelatihan.

Saran agar setiap puskesmas perawatan tersedia apoteker dibantu

minimal seorang AA untuk pelayanan resep. Tugas pokok dan fungsi apoteker

dalam pelayanan kefarmasian di puskesmas diperjelas melalui peraturan daerah

agar dapat dipahami oleh tenaga kesehatan lainnya. Juga disarankan agar apoteker

puskesmas mendapat pelatihan yang terkait dengan prosedur birokrasi/prosedur

tetap, ilmu komunikasi dan farmakoterapi. Dalam rangka menjamin mutu apoteker

di puskesmas, IAI perlu melakukan sertifikasi, registrasi dan kode etik untuk

apoteker di puskesmas, termasuk bekerja sama dengan perguruan tinggi farmasi

dalam memfasilitasi pelatihan sesuai kebutuhan anggotanya.

D. Interaksi Farmasis (Apoteker) dengan tenaga kesehatan lain.

Dalam kode etik apoteker Indonesia pada Bab IV. Kewajiban Apoteker

terhadap sejawat petugas kesehatan lain.disebutkan Pasal 13 “Setiap Apoteker

harus mempergunakan setiap kesempatan untuk membangun dan meningkatkan

hubungan profesi, saling mempercayai, menghargai dan menghormati Sejawat

Petugas Kesehatan” dan Pasal 14 “Setiap Apoteker hendaknya menjauhkan diri

dari tindakan atau perbuatan yang dapat mengakibatkan berkurangnya/hilangnya

kepercayaan masyarakat kepada sejawat petugas kesehatan lainnya”.

Hubungan apoteker dengan sejawat petugas kesehatan lainnya adalah

hubungan harmonis yang saling memahami hak dan kewajiban masing-masing

profesi tenaga kesehatan. Adapun tenaga kesehatan lain yang dimaksud antara lain:

a) Tenaga medis, meliputi dokter dan dokter gigi

b) Tenaga keperawatan meliputi perawat dan bidan (Depkes, 1996)

c) Tenaga kefarmasian, dalam hal ini selain apoteker yakni tenaga teknis

kefarmasian meliputi sarjana farmasi, analis farmasi, dan tenaga menengah

farmasi/asisten apoteker (Depkes, 1996; Depkes, 2009)

Page 17: Kode Etik Farmasis “ - Contoh Makalah

d) Tenaga kesehatan masyarakat meliputi epidemolog kesehatan, entomolog

kesehatan, mikribiolog kesehatan, penyuluh kesehatan, administrator

kesehatan dan sanitarian

e) Tenaga gizi meliputi nutrisionis dan dietisien.

f) Tenaga keterapian fisik meliputi fisioterapis, okupasioterapis, dan terapis

wicara

g) Tenaga keteknisan medis meliputi radiografer, radioterapis, teknisi gigi,

teknisi elektromedis, analis kesehatan, refraksionis optisien, otorik prostetik,

teknisi transfusi dan perekam medis (Depkes, 1996)

Tetapi harus dilihat saat ini tetap ada persoalan dalam hal hubungan

apoteker dengan sejawat petugas kesehatan lainnya. Hubungan ini biasa juga

disebut sebagai kemitraan. Sebagai contoh kemitraan antara apoteker dan tenaga /

staf medik lainnya di rumah sakit (dokter, dokter gigi, perawat, bidan) sudah ada

selama ini. Kemitraan tersebut masih dipandang sebagian apoteker belum sebagai

“mitra” tetapi apoteker sering masih sebagai pembantu.

Selama ini obat dalam pelayanan kesehatan selalu disebut sebagai unsur

penunjang walaupun hampir 80% pelayanan kesehatan diintervensi dengan obat.

Hubungan kemitraan seperti ini tidak lepas dari sejarah pelayanan kefarmasian

yang dititik beratkan pada produk (membuat, meracik) serta menyerahkan obat

kepada pasien. Hubungan interaksi langsung apoteker dengan pasien sangat jarang

dan bahkan komunikasi antara apoteker dengan staf medik lainnya juga sangat

kurang, padahal kemitraan dimulai dengan komunikasi yang baik. Peran dokter

yang sangat sentral dalam pelayanan kesehatan di rumah sakit dan adanya

hambatan komunikasi antara apoteker dengan staf medik lainnya selama ini

menyebabkan kemitraan antara apoteker dan staf medik masih seperti disebut

diatas.

Dalam Pasal 13 disebutkan “Setiap Apoteker harus mempergunakan

setiap kesempatan untuk membangun dan meningkatkan hubungan profesi, saling

mempercayai, menghargai dan menghormati Sejawat Petugas Kesehatan” dalam

penjabaran implementasinya dijelaskan bahwa seorang apoteker harus mampu

menjalin hubungan yang harmonis dengan tenaga profesi kesehatan lainnya secara

seimbang dan bermartabat. Begitupula apoteker dalam menjalankan profesinya

dapat dibantu oleh asisten apoteker atau tenaga lainnya yang kompeten. Untuk itu

apoteker harus menghargai dan memperlakukan teman kerja tersebut dengan baik.

Page 18: Kode Etik Farmasis “ - Contoh Makalah

Pencapaian hubungan harmonis dalam bentuk kemitraan dengan

keharusan seorang apoteker menghargai dan memperlakukan teman kerja tersebut

dengan baik perlu dilakukan dengan keterampilan komunikasi seorang apoteker. .

Tanpa komunikasi maka tidak ada kemitraan, karena Apoteker yang mengharapkan

untuk dapat diterima sebagai mitra oleh staf medik lain (dokter, perawat, bidan dan

dokter gigi) maka haruslah apoteker yang aktif memulai / menyambung

komunikasi. Harus diakui hambatan / barriers untuk berkomunikasi selama ini

harus ditinggalkan dan mulai melangkah. Apoteker tidak dapat meminta profesi

lain untuk menunggu, Tetapi haruslah apoteker yang berlari untuk mengejar

ketinggalan.

Karena itu apa yang menjadi hambatan dalam berkomunikasi selama ini

harus dihilangkan dan kemampuan berkomunikasi harus ditingkatkan. Kalau

selama ini lebih banyak menghadapi produk yang tidak membutuhkan komunikasi

maka sekarang berubah menghadapi pasien dan tenaga medis yang kebutuhan

dasarnya berkomunikasi. Kelancaran dan keberhasilan apoteker untuk

berkomunikasi tergantung dari adanya bahan yang akan dikomunikasikan yang

berguna bagi staf medik lain dan pasien. Dalam bidang kefarmasian diharapkan

dan seharusnya demikian, Apoteker harus menjadi pusat informasi obat-obatan

dalam segala aspek. Kalau kemampuan ini tidak ada maka kemajuan dan

keberanian berkomunikasi akan lemah dan akhirnya apoteker akan ditinggalkan

dan kemitraan yang diharapkan tidak akan terjadi. Oleh sebab itu peningkatan

kemampuan merupakan kunci utama untuk peningkatan kemitraan. Peningkatan

kemampuan dapat dilakukan oleh tiga pihak yaitu :

a) Apoteker sendiri

Apoteker sendiri harus dengan disiplin yang tinggi berupaya untuk menambah

kemampuan khususnya dalam bidang klinis dan ilmu kefarmasian untuk dapat

berkomunikasi lebih baik dengan profesi lain. Ikatan profesi harus dapat

menyusun standar pelayanan kefarmasian dan mempersiapkan pelatihan-

pelatihan untuk meningkatkan kemampuan apoteker melakukan tugasnya

dalam pelayanan kefarmasian di rumah sakit.

b) Ikatan Profesi

c) Pergutuan tinggi

Perguruan tinggi Farmasi di Indonesia sudah sangat berjasa mempersiapkan

apoteker khususnya dalam kemampuan pembuatan dan analisa obat, sesuai

Page 19: Kode Etik Farmasis “ - Contoh Makalah

dengan peran apoteker dalam pelayanan yang dituntut pada waktu itu. Namun

tuntutan pelayanan kefarmasian telah berubah sesuai dengan perubahan ilmu

pengetahuan dan visi kesehatan. Oleh sebab itu hendaknya pula kurikulum

perguruan tinggi Farmasi dapat disempurnakan untuk menopang pelayanan

kefarmasian seperti yang berkembang dewasa ini.

Page 20: Kode Etik Farmasis “ - Contoh Makalah

B A B III

P E N U T U P

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

Page 21: Kode Etik Farmasis “ - Contoh Makalah

DAFTAR PUSTAKA

Sudibyo, S., dkk., 2012, Artikel : Evaluasi Peran Apoteker Berdasarkan Pedoman

Pelayanan Kefarmasian Di Puskesmas, Pusat Teknologi Intervensi Kesehatan

Masyarakat, Jakarta Pusat.

Desi, Y., P., Relasi Sosial Antara Penyedia Layanan Kesehatan Dengan Pasien

Dipuskesmas (Studi Pada Puskesmas Desa Palemraya Kecamatan Indralaya Utara

Kabupaten Ogan Ilir).

Menkes, 2008, Standar Profesi Asisten Apoteker, Keputusan Mentri Kesehatan RI, Jakarta.

ISFI, 2009, Kode Etik Apoteker Indonesia, Keputusan Kongres Nasional XVIII ; Ikatan

Sarjana Farmasi Indonesia, Jakarta Barat.

Anonim, 2011, Buletin Farmasi ; Implementasi Kewajiban Apoteker Terhadap Sejawat

Petugas Kesehatan Lain, [http://buletinfarmasi.blogspot.com], Diakses Tanggal

11/03/2014, Pukul 21.55 WITA.