kode etik auditor internal

12
Kode Etik Auditor Internal A. Latar belakang Pada tahun 1978 Institute of Internal Auditor (IIA) mengenalkan Standard for the Professional Practice of Internal Auditing yang harus digunakan oleh Auditor Internal di seluruh dunia untuk menyediakan konsistensi secara internasional dan menjadi alat pengukuran audit quality assurance. Standard tersebut terdiri dari 5 bagian umum dan 25 standard spesifik, yang didalamnya meliputi Statements on Auditing Standars. Standard IIA dibuat untuk mengembangkan panduan yang jelas dan pengukuran yang konsisten atas aktivitas operasional yang dilakukan auditor internal. Standard tersebut menyatukan seluruh peraturan tentang pengauditan internal secara global karena memperbaiki standard internal audit practice, proclaiming the role, scope, performance,and objective of internal auditing,promoting the recognition of internal auditing as a professsion,dan promoting responsibility within the internal auditing profession. Terdapat riset lebih lanjut mengenai peran dari auditor internal, yang dikenal dengan Competency Framework for Internal Auditing (CFIA) yang dilakukan oleh IIA. Riset tersebut dilakukan untuk memperbaharui Common Body of Knowledge (CBOK), yang telah diharapkan oleh auditor internal profesional. CFIA tidak hanya memasukkan kompetensi yang harus dimiliki oleh auditor, tapi juga dilengkapi dengan pemaparan mengenai bagaimana kompetensi tersebut harus dinilai. Berdasarkan riset yang telah dilakukan, IIA juga mengajak kelompok internasional dari profesional audit, yaitu Guidance Task Force (GTF) untuk membentuk formula guidance framework dari pengauditan internal. Kerjasama tersebut menghasilkan Professional Practice Framework, yang terdiri dari Standard, Practice Advisories, dan Development and Practice Aids. Pada bula Januari 2002, IIA mengadopsi standard yang telah direvisi, termasuk didalamnya terdapat definisi baru tentang internal auditing. Sejak tahun 2002, internal auditing didefinisikan sebagai: Internal Auditing is an independent, objective assurance and consulting ativity designed to add value and improve an organization’s operations. It helps an organization accomplish its objectives by bringing a systematic, disciplined approach to

description

auditor, auditor internal, kode etik

Transcript of kode etik auditor internal

Page 1: kode etik auditor internal

Kode Etik Auditor Internal

A. Latar belakangPada tahun 1978 Institute of Internal Auditor (IIA) mengenalkan Standard for the Professional Practice of Internal Auditing yang harus digunakan oleh Auditor Internal di seluruh dunia untuk menyediakan konsistensi secara internasional dan menjadi alat pengukuran audit quality assurance. Standard tersebut terdiri dari 5 bagian umum dan 25 standard spesifik, yang didalamnya meliputi Statements on Auditing Standars. Standard IIA dibuat untuk mengembangkan panduan yang jelas dan pengukuran yang konsisten atas aktivitas operasional yang dilakukan auditor internal. Standard tersebut menyatukan seluruh peraturan tentang pengauditan internal secara global karena memperbaiki standard internal audit practice, proclaiming the role, scope, performance,and objective of internal auditing,promoting the recognition of internal auditing as a professsion,dan promoting responsibility within the internal auditing profession.Terdapat riset lebih lanjut mengenai peran dari auditor internal, yang dikenal dengan Competency Framework for Internal Auditing (CFIA) yang dilakukan oleh IIA. Riset tersebut dilakukan untuk memperbaharui Common Body of Knowledge (CBOK), yang telah diharapkan oleh auditor internal profesional. CFIA tidak hanya memasukkan kompetensi yang harus dimiliki oleh auditor, tapi juga dilengkapi dengan pemaparan mengenai bagaimana kompetensi tersebut harus dinilai.Berdasarkan riset yang telah dilakukan, IIA juga mengajak kelompok internasional dari profesional audit, yaitu Guidance Task Force (GTF) untuk membentuk formula guidance framework dari pengauditan internal. Kerjasama tersebut menghasilkan Professional Practice Framework, yang terdiri dari Standard, Practice Advisories, dan Development and Practice Aids.Pada bula Januari 2002, IIA mengadopsi standard yang telah direvisi, termasuk didalamnya terdapat definisi baru tentang internal auditing. Sejak tahun 2002, internal auditing didefinisikan sebagai:Internal Auditing is an independent, objective assurance and consulting ativity designed to add value and improve an organization’s operations. It helps an organization accomplish its objectives by bringing a systematic, disciplined approach to evaluate and improve the effectiveness of risk management, control, and governance processes. B. Alasan Diperlukannya Standar EtikaDalam merencanakan dan melakukan pekerejaaannya, auditor internal dituntuk untuk profesional. Profesionalisme selalu identik dengan sikap yang menjunjung tinggi nilai integritas, kejujuran, kompetensi, serta selalu memegang teguh amanah. Professional Practice Framework (PPF) yang diterbitkan oleh IIA (2003), menyebutkan salah satu attribute standar bagi pengawas intern adalah proficiency (kecakapan) dan due professional care (menjaga sikap profesional). Proficiency diartikan bahwa pengawas intern harus memiliki pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill), dan kompetensilain yang dibutuhkan untuk menjalankan tanggung jawabnya dengan kinerja yang baik. Aktivitaspengawasan intern secara kolektif harus memiliki pengetahuan, keterampilan dan kompetensi lain yang dibutuhkan untuk menjalankan tanggung jawabnya dengan baik.Selain itu diuraikan lebih lanjut yaitu pimpinan unit pengawas intern harus memperoleh sarandan asistensi yang kompeten jika staf pengawas intern kekurangan pengetahuan, keterampilan, atau kompetensi yang dibutuhkan sesuai kebutuhan penugasan. Pengawas Intern harus memiliki pengetahuan yang cukup untuk mengidentifikasikan indikasi kecurangan (fraud) tetapi tidak diharuskan memiliki seorang ahli untuk mendeteksi dan investigasi kecurangan (fraud).Due professional care diartikan sebagai pengawas internal harus menerapkan kepedulian dan memiliki ketrampilan sebagai pengawas intern yang kompeten dan hati-hati. Hal ini bukan berarti tidak

Page 2: kode etik auditor internal

mungkin berbuat salah. Selain itu pengawas intern harus selalu mengasah pengetahuan, ketrampilan, dan kompetensi lain melalui continuing professional development.Untuk dapat membangun profesionalisme memang tidaklah mudah. Perlu dibangun berbagai aspek atau hallmark untuk mendorong terbangunnya profesionalisme yang kokoh pada sebuah profesi, dimana umumnya ditandai dengan beberapa tanda-tanda. Hal ini diungkapkan oleh Spencer Pickett (2003) pada bukunya The Internal Auditing Handbook.Ia menyebutkan tanda-tanda tersebut, meliputi :1. Memiliki kerangka umum pengetahuan yang jelas (a common body of knowledge atau CBOK). CBOK mencerminkan sebuah tingkat pengetahuan minimal yang harus dipelajari dan dipahami oleh setiap penyandang profesi agar dapat menjalankan profesinya. CBOK ini juga yang menjadi karakteristik atau kekhususan dari sebuah profesi.2. Memiliki program pendidikan dan pelatihan.Penyandang profesi harus mampu menjaga keahlian dan kualitas diri dalam menjalankan profesinya. Untuk itu, sebuah profesi harus didukung dengan program pendidikan dan pelatihan yang baik dan berkelanjutan. Pendidikan dan pelatihan dengan program dan kurikulum yang tepat akan menjaga kualitas setiap individu penyandang profesi hingga ia layak dikategorikan sebagai insan yang profesional.3. Memiliki Kode Etik. Kode Etik merupakan sistem norma, nilai, dan aturan profesional tertulis yang secara tegas menyatakan apa yang baik dan boleh bagi penyandang profesi, dan apa yang tidak baik dan tidak boleh. Hal ini untuk memenuhi kebutuhan profesi dalam menjaga kualitas sikap dan perilaku setiap individu penyandang profesi- nya. Untuk itu kode etik profesi harus dapat dirumuskan secara jelas dan dipahami oleh setiap penyandang profesi.4. Adanya organisasi profesi. Sebuah profesi harus memiliki lembaga profesi yang mencerminkan kepentingan anggota dan menjaga kualitas layanan yang diberikan. Pada lembaga ini kita akan melihat adanya status resmi dari organisasi, pimpinan dan staf pengelola, logo, keanggotaan, rapat dan seminar yang berjalan rutin, beberapa komisi sesuai kebutuhan, adanyakontrak dengan anggota, dan riset-riset.5. Penegakan sanksi atas pelanggaran. Hal ini merupakan jaminan bahwa setiap penyandang profesi memiliki kinerja sesuai standar sebagai kewajiban formal dari profesi kepada masyarakat. Pemberian sanksi yang tegas atas setiap pelanggaran akan mendorong setiap individu penyandang profesi untuk bekerja secara cermat, teliti, dan hati-hati.Auditor internal dituntut bersikap profesional untuk mengembangkan fakta dan detail dalam suatu temuan audit. Dengan adanya standar etika yaitu sikap profesionalisme, maka peranan auditor internal dalam mengungkapkan penyimpangan dapat dilihat dari hasil temuan audit yang kemudian hasil tersebut akan dianalisis dan disimpulkan oleh auditor internal. Dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai profesional, auditor internal harus melaksanakan pertimbangan profesional dan moral dalam seluruh aktivitasnya. Tanggung jawab, memastikan dipatuhinya semua peraturan, termasuk nilai-nilai sosial, yaitu mempertimbangkan tanggung jawab sosial, menghindari penyalahgunaan kekuasaan, menjadi profesional dan memenuhi etika, lingkungan bisnis yang baik.Alasan mengapa diperlukannya standar etika yaitu agar terhindar dari sikap atau perbuatan yang dapat melanggar norma-norma yang ada di lingkungan masyarakat. Manusia yang memiliki etika baik juga akan mendapat perlakuan yang baik dari orang lain. Ketika profesionalisme sebagai standar etika digunakan maka akan kehidupan manusia. Etika memberi manusia orientasi bagaimana ia menjalani hidupnya melalui rangkaian tindakan sehari-hari. Itu berarti etika membantu manusia untuk mengambil sikap dan bertindak secara tepat dalam menjalani hidup ini, dengan demikian etika ini dapat dibagi menjadi beberapa bagian sesuai dengan aspek atau sisi kehidupan manusianya.

C. Standar Etika Auditor Internal1. standar etika institute of internal auditors (IIA)

Page 3: kode etik auditor internal

Brink (2005) menjelaskan secara ringkas mengenai standar etika yang disusun Institute of Internal Auditors (IIA). Standar ini dipublikasikan pada tahun 2000, menggantikan standar tahun 1988 (yang menggantikan standar tahun 1968). Standar ini disajikan secara lebih ringkas dari dua standar yang dipublikasikan sebelumnya dan berlaku bagi semua individu maupun entitas (termasuk anggota dan penerima atau kandidat penerima sertifikasi dari IIA) yang menyediakan jasa pengauditan internal. Pihak yang pelanggaran terhadap kode etik ini akan dikenakan sanksi disiplin. Standar ini menekankan aspek integritas, objektivitas, kerahasiaan, dan kompetensi bagi profesi auditor internal. PembacadapatmembacaTabel 1untukmelihatisikodeetik IIA.

Tabel 1Kode Etik Auditor Internal

1. IntegritasAuditor internal:1.1. Harus melaksanakan pekerjaannya dengan kejujuran, kecermatan dan tanggung jawab.1.2. Harus menaati hukum dan melakukan pengungkapan sesuai hukum dan aturan profesi.1.3. Dilarang terlibat dalam aktivitas ilegal, atau perbuatan yang mendiskreditkan profesi auditor internal atau organisasi.1.4. Harus menghormati dan berkontribusi terhadap legitimasi dan tujuan etis dari organisasi.2. ObjektivitasAuditor internal:2.1. Tidak terlibat dalam aktivitas atau hubungan yang mengurangi atau berpotensi mengurangi ketidakbiasan penilaian auditor. Keterlibatan semcam ini meliputi aktivitas atau hubungan yang dapat menimbulkan konflik kepentingan dari organisasi.2.2. Tidak menerima segala hal yang dapat mengurangi atau berpotensi mengurangi penilaian profesionalnya.2.3. Harus mengungkapkan seluruh fakta material yang mereka ketahui, yang jika tidak diungkapkan dapat mengganggu aktivitas pelaporan yang sedang direviu.3. KerahasiaanAuditor internal:3.1. Berhati-hati dalam penggunaan dan proteksi terhadap informasi yang diperoleh dalam pelaksanaan tugas.3.2. Tidak menggunakan informasi untuk keuntungan pribadi atau dengan cara yang bertentangan dengan hukum atau mengancam tujuan legitimasi dan etis organisasi4. KompetensiAuditor internal:4.1. Hanya terlibat dalam jasa yang pengetahuan, kemampuan, dan pengalamannya dikuasainya.4.2. Harus melaksanakan jasa pengauditan internal sesuai Standards for the Professional Practice of Internal Auditing.4.3. Harus meningkatkan kemampuan dan efektivitas dan kualitas jasa yang diberikan.

Page 4: kode etik auditor internal

2. standar etika information systems audit and control association (ISACA)2.1 OrganisasiInformation Systems Audit and Control Association (ISACA) berdiri secara formal sejak 1969. Pertama kali didirikan, ISACA merupakan asosiasi bagi para IS auditor dengan fungsi sebagai sumber informasi dan pihak yang memberikan panduan-panduan praktik bagi IS auditor. Namun, saat ini, keanggotaan ISACA telah mencapai 35,000 orang yang tersebar di 100 negara di seluruh dunia (di Indonesia terdapat 100 anggota).2.2 SertifikasiSalah satu bentuk pengakuan mengenai keprofesionalan di kalangan para auditor TI adalah diperolehnya CISA (Certified Information System Auditor).Sejak 1978, gelar CISA telah diakui hampir di seluruh dunia sebagai suatu bentuk pencapaian prestasi tersendiri dan menunjukkan kualifikasi tertentu sebagai seorang auditor TI atau auditor SI (sistem informasi).Anggota ISACA harus mematuhi kode etik yang dikeluarkan ISACA.ISACA juga mengeluarkan Audit Standard khusus yang harus ditaati oleh para anggotanya. Pelanggaran atas kode etik dan ketidaksesuaian antara praktik dengan standar audit akan diinvestigasi oleh ISACA dan mendapatkan sangsi khusus, terutama bila terbukti adanya pelanggaran.

2.3 Kode Etik Profesional

Kode Etik Profesional ISACA

The Information Systems Audit and Control Association (ISACA) mengeluarkan kode etik professional (Code of Professional Ethics) untuk dijadikan panduan perilaku bagi para personal maupun professional anggota asosiasi dan atau para penyandang sertifikasi, yaitu:Anggota dan para penyandang sertifikasi ISACA, harus:1. Mendukung penerapan, dan mendorong kesesuaian dengan, standar, prosedur dan pengendalian sistem informasi yang tepat.2. Melakukan tugas-tugas mereka secara sungguh-sungguh (due diligence) dan profesional, sesuai dengan standar-standar professional dan praktik terbaik (best practices).3. Memenuhi kebutuhan para stakeholders dengan secara jujur dan memenuhi aturan/hokum, sambil menjaga tindakan dan perilaku, dan tidak terlibat dalam tindakan-tindakan yang merugikan profesi.4. Tetap menjaga privasi dan kerahasiaan informasi yang diperoleh selama melakukan tugas-tugas mereka, kecuali hal itu diminta oleh pihak yang berwajib (legal authority). Informasi semacam itu tak boleh digunakan untuk keuntungan pribadi atau diberikan kepada pihak yang tidak berkompeten.5. Tetap menjaga kompetensi di bidang masing-masing dan bersedia hanya melakukan kegiatan tersebut, yang dapat mereka harapkan untuk diselesaikan dengan kompetensi profesional.6. Memberitahu para pihak yang berkompeten mengenai hasil kerja yang dilakukan; memberitahu semua fakta nyata kepada mereka.7. Mendukung edukasi professional kepada para stakeholder dalam upaya meningkatkan pemahaman mereka mengenai keamanan dan pengendalian sistem informasi.Gagal dalam memenuhi Kode Etik Profesional ini akan berakibat dilakukannya investigasi terhadap perilaku anggota dan pemegang sertifikasi dan, setinggi-tingginya, akan mendapatkan tindakan indisipliner

Page 5: kode etik auditor internal

Kode etik IIA adalah pedoman bertingkah laku yang dikeluarkan oleh The Institute of Internal Auditor atau IIA. Kode etik tersebut tidak dapat diberlakukan bagi setiap orang, bahkan tidak pula ditujukan bagi semua pengawas internal. Kode etik tersebut disusun secara khusus sebagai pedoman bagi anggota IIA. Walaupun tidak dinyatakan secara tegas, para anggota memahami bahwa IIA dapat mencabut keanggotaa mereka apabila mereka melakukan pelanggaran terhadap kode etik.

Perusahaan bebas untuk memberlakukan kode etika IIA dan dapat menambahkan sanksi sesuai dengan pertimbangannya. Perusahaan dapat mengutip kode etik IIA sebagai dukungan terhadap berbagai ketentuan yang dibuat berdasarkan kebijaksanaan internal perusahaan.

Banyak ketentuan kode etik yang menuntut suatu standar perbuatan yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan yang rata-rata diharapkan dari seorang pegawai pada umumnya. Kode etik memandang pengawas internal sebagai seorang pengurus lembaga trust, yaitu lembaga yang mengurus harta kekayaan seseorang, sehingga ia memiliki kewajiban untuk mempertahankan standar kejujuran, loyalitas, objektivitas, dan ketekunan dalam menjalankan tugasnya.

Kode etik IIA secara jelas menyatakan bahwa para anggotanya ada kalanya perlu menggunakan penilaian dalam penerapan berbagai prinsip yang dicakup oleh kode etik. Dalam memberikan penilaian terhadap suatu situasi yang kompleks, pengawas internal harus melihat berbagai hal dan pertimbangan yang sering kali saling bertentangan. Untuk menyelesaikan persoalan tersebut, pengawas internal harus berusaha mengidentifikasikan sasaran utama yang dikehendaki oleh kode etik, dan menjadikannya sebagai pertimbangan tertinggi dalam menyelesaikan setiap persoalan.

Kode etik memiliki delapan pasal. Pasal satu sampai tujuh terutama sekali membicarakan kewajiban pengawas internal terhadap perusahaan. Penilaian yang objektif terhadap kode etik IIA akan menghasilkan kesimpulan bahwa sasaran utama kode etik IIA adalah loyalitas pengawas internal kepada perusahaan. Kode etik IIA ingin menciptakan suatu ikatan yang khusus antara pengawas internal dan perusahaan. Hal yang akan mengikat mereka adalah rasa percaya yang diberikan oleh perusahaan kepada pengawas internal dan loyalitas yang diberikan oleh pengawas internal kepada perusahaan.

Berikut ke delapan pasal Kode Etik IIA :

Pasal 1

Para anggota berkewajiban untuk bersikap jujur, objektif, dan tekun dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab lainnya.

Pasal ini memerintahkan agar pengawas internal menerapkan tiga kualitas khusus dalam melaksanakan tugasnya. Karena tugas dan tanggung jawab pengawas internal ditetapkan oleh manajemen dan atau dewan direksi, kita dapat menyimpulkan kode etik secara khusus menghendaki agar pengawas internal

Bersikap sesuai dengan kenyataan, terus terang, jujur dalam hubungan dengan pihak perusahaan; dan bersikap hati-hati dan teliti, serta menghindari perasaan keberpihakan, dalam segala hal yang dipastikan, dinilai, dan direkomendasikannya kepada perusahaan.

Pasal 2

Page 6: kode etik auditor internal

Para anggota, alam menjalankan kepercayaan yang diberikan perusahaan, harus menunjukkan loyalitas dalam segala hal yang berkaitan dengan hubungannya dengan perusahaan atau pihak lain yang mungkin akan menerima jasa pengawas internal. Walau demikian, para anggota tidak boleh sengaja turut ambil bagian dalam suatu aktivitas yang ilegal atau tidak sepantasnya dilakukan.

Pasal 2 kode etik IIA menghendaki adanya suatu hubungan yang didasari oleh rasa percaya dan loyalitas antara pengawas internal dan perusahaan. Pasal ini tidak menyebutkan batasan loyalitas yang harus diberikan oleh pengawas internal, namun kita dapat menyimpulkan bahwa pengawas internal haruslah loyal sepanjang loyalitasnya tidak melibatkan dirinya dalam suatu aktivitas ilegal atau tidak sepantasnya.

Pasal 3

Para anggota tidak boleh terlibat dalam suatu aktivitas yang mungkin memiliki kepentingan bertentangan dengan kepentingan perusahaan, atau akan menimbulkan anggapan bahwa mereka tidak dapat lagi menjalankan berbagai tugas dan kewajibannya secara objektif.

Pasal 4

Para anggota tidak boleh menerima bayaran atau hadiah dari para karyawan, klien, pelanggan, atau rekan usaha perusahaan mereka, tanpa sepengetahuan dan persetujuan dari manajemen senior.

Pasal 5

Para anggota harus menggunakan segala informasi yang diperoleh dalam menjalankan tugasnya dengan bijaksana. Para anggota tidak boleh menggunakan suatu informasi yang harus dirahasiakan untuk mendapatkan keuntungan pribadi atau untuk hal-hal lain yang dapat menimbulkan kerugian bagi perusahaan.

Tidak seperti para pegawai lain pada umumnya, jenis pekerjaan yang dilakukan serta berbagai akses khusus yang dimilikinya menyebabkan pengawas internal dapat memperoleh informasi yang belum tentu tersedia bagi pihak lain. Sebagian informasi tersebut mungkin bersifat rahasia atau sensitif.

Pada kenyataannya, pengawas internal memiliki reputasi yang baik dalam menjaga berbagai informasi pemeriksaan yang dilakukannya. Meskipun demikian, pengawas internal perlu bersikap sangat hati-hati karena mungkin saja tidak bermaksud membocorkan informasi yang diketahuinya, namun tanpa sadar telah diperalat oleh pihak lain yang memiliki suatu rencana terhadap perusahaan tempat pengawas internal bekerja.

Kertas kerja yang disusun oleh akuntan publik menjadi milik akuntan publik, sedangnkan berbagai dokumen yang dipersiapkan oleh pengawas internal menjadi milik perusahaan. Penyimpanan berbagai dokumen pengawasan internal terutama sekali diatur berdasarkan tiga pertimbangan, yaitu :

1. Ketentuan yang bersifat memaksa, bila ada;

2. Ketentuan yang bersifat mengatur, bila ada;

Page 7: kode etik auditor internal

3. Kebutuhan perusahaan, termasuk kebutuhan satuan pengawasan internal sendiri.

Pasal 6

Para anggota, dalam mengungkapkan suatu pendapat, harus mengerahkan segenap ketelitian dan perhatian yang sepantasnya dilakukan untuk memperoleh bukti faktual yang memadai guna mendukung pendapatnya tersebut. Dalam membuat laporan, para anggota harus mengemukakan segala bukti dan kebenaran materil yang mereka ketahui yang, apabila tidak dikemukakan, akan berpengaruh terhadap laporan tentang hasil-hasil dari kegiatan-kegiatan yang diperiksa atau dilindungi suatu kegiatan yang bertentangan dengan hukum.

Pasal ini mewajibkan pengawas internal untuk bersikap tekun dan jujur dalam menyusun dan menyampaikan laporan kepada pimpinan perusahaan. Pasal ini secara tegas menyatakan kewajiban pengawas internal untuk melaporkan adanya suatu praktek yang melawan hukum kepada pejabat yang bertanggung jawab di dalam perusahaan.

Berdasarkan pasal ini, dapat disimpulkan bahwa perusahaan, dalam hal ini manajemen, berhak mengetahui informasi pengawas internal pada saat melaksanakan pemeriksaan. Pengawas internal berkewajiban menjaga agar perusahaan tidak dirugikan, mengingat kegiatan ilegal tersebut terjadi dalam aktivitas yang sedang diperiksanya.

Pasal 7

Para anggota harus berusaha untuk meningkatkan kecakapan dan keefektifan dalam menjalankan pekerjaannya.

Pasal ini tidak menyarankan agar pengawas internal meningkatkan kecakapan dan keefektifan demi alasan ambisi, pendapatan, kebanggaan, kepuasan diri, atau perwujudan diri. Pasal ini memandang usaha peningkatan tersebut semata-mata sebagai kewajiban etis pengawas internal terhadap perusahaan.

Pasal 8

Para anggota harus mematuhi hukum dan menjunjung tinggi tujuan IIA. Dalam menjalankan profesinya, para anggota harus selalu ingat akan kewajibannya untuk mempertahankan standar kompetensi, moralitas, dan martabat yang tinggi, yang telah ditetapkan oeh IIA dan para anggotanya.

Pasal ini dipandang sebagai usaha untuk memperkuat berbagai kewajiban auditor pada perusahaan, sebagaimana telah dijabarkan pada tujuh pasal sebelumnya.