Koas Orto Yogi 1

24
LAPORAN PEMERIKSAAN DAN RENCANA PERAWATAN ORTODONTIK Pasien Baru ke 1 Tugas Kepaniteraan Ortodontik NOMOR MODEL NAMA PASIEN : Raditya Dwiangga Rizqi OPERATOR : Yogi Gladi Prayudi No. MHS : 10/297105/KG/8627 PEMBIMBING : drg. JCP. Heryumani Sulandjari, M.S., Sp.Ort (K) 2 3 4 9 2 3 4 1

description

ortho

Transcript of Koas Orto Yogi 1

Page 1: Koas Orto Yogi 1

LAPORAN PEMERIKSAAN DANRENCANA PERAWATAN ORTODONTIK

Pasien Baru ke 1

Tugas Kepaniteraan Ortodontik

NOMOR MODEL

NAMA PASIEN : Raditya Dwiangga Rizqi

OPERATOR : Yogi Gladi Prayudi

No. MHS : 10/297105/KG/8627

PEMBIMBING : drg. JCP. Heryumani Sulandjari, M.S., Sp.Ort (K)

BAGIAN ORTODONSIAFAKULTAS KEDOKTERAN GIGIUNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA2014

2 3 4 9 2 341

Page 2: Koas Orto Yogi 1

UNIVERSITAS GADJAH MADAFAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

BAGIAN ORTODONSIA

I. IDENTITAS

Operator : Yogi Gladi Prayudi

No. Mhs : 10/297105/KG/8627

Pembimbing : drg. JCP. Heryumani Sulandjari, M.S., Sp.Ort (K)

No. Model : 23414923

Nama Pasien : Raditya Dwiangga Rizqi

Suku : Jawa

Umur : 23 tahun

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Alamat : Jalan Monjali

Telepon :

Kode Pos :

Pekerjaan : Mahasiswa

Nama Ayah : Hasyim Arfani

Suku : Jawa

Umur :

Pekerjaan : Wiraswasta

Nama Ibu : Robiyah

Suku : Jawa

Umur :

Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat orang tua : Karimun Jawa

Telp :

II. WAKTU PERAWATAN

Pendaftaran :

Pencetakan :

Pemasangan alat : -

Retainer : -

Page 3: Koas Orto Yogi 1

III. PEMERIKSAAN KLINIS

A. Pemeriksaan Subjektif (Anamnesis) :

Keluhan utama :

Gigi depan rahang bawah berjejal sehingga menganggu penampilan.

Riwayat Kesehatan:

Menurut pengakuan: pasien tidak mempunyai penyakit sistemik yang menggangu

perkembangan gigi geligi dan tidak ada riwayat alergi.

Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan Gigi-Geligi

Periode gigi desidui

Pasien tidak pernah mengalami rampan karies.

Belum pernah ke dokter gigi.

Periode gigi bercampur

Pernah mencabutkan gigi geraham kiri saat kelas 6 SD.

Periode gigi permanen

Gigi geraham bawah kiri pertama pernah ditambal.

Gigi geraham bawah kanan pertama dan kedua pernah ditambal.

Gigi geraham terakhir sudah tumbuh.

Rutin membersihkan karang gigi

Kebiasaan jelek yang berkaitan dengan keluhan pasien : ada

Jenis Kebiasaan Durasi Frekuensi Intensitas Keterangan

1. Kerot SMP-sekarang Sering Ringan

Riwayat keluarga yang berkaitan dengan keluhan pasien:

Ayah : Gigi Rahang Bawah Berjejal

Ibu : Normal

Anak I (Laki-laki) : Gigi berjejal rahang atas dan rahang bawah

Anak II (Perempuan) : Pasien

B. Pemeriksaan Objektif :

1.Umum :

Jasmani : Normal, tidak ada kelainan sehingga tidak menganggu

perawatan orthodontic yang akan dilakukan.

Page 4: Koas Orto Yogi 1

Mental : Kooperatif dan komunikatif, mampu merespon saat

wawancara, mampu memahami instruksi sehingga mampu menjalani

perawatan orthodontic yang akan dilakukan.

Status Gizi: Tinggi Badan : 1,65 m

Berat Badan : 75 kg

Indeks masa tubuh = BB (kg) = 75 = 27,5 kg/m2

TB² (m) (1,65)²m

Status Gizi : Lebih

Kategori : Gemuk

2.Lokal :

Ekstra oral :

Kepala

Lebar kepala : 159 mm

Panjang kepala: 186 mm

Indeks kepala : lebar kepala x 100 = 159 mm x 100 = 85,48

Panjang kepala 186 mm

Bentuk kepala : Brakisefali

Muka

Jarak Nasion-Gnation : 101 mm

Lebar Bizygomatik : 140 mm

Indeks muka = Jarak N-GN x 100 = 101 x 100 = 72,14

Lebar Bizygomatik 140

Bentuk muka : Hipereuriprosop

Simetris

Profil Muka : Cembung normal

Garis Simon (bidang Orbital)

RA : kanan 1/3 C Kiri 1/3 distal C

RB : kanan 1/3 P1 Kiri 1/3 P1

Posisi rahang terhadap bidang orbital/ garis simon

Maksila : Normal

Mandibula : Protusif

Page 5: Koas Orto Yogi 1

Sendi Temporomandibular (TMJ) : Normal ketika membuka mulut tidak

ada kelainan

Tonus otot mastikasi : Normal pada saat dilakukan pemeriksaan tidak

ada kelainan

Tonus otot bibir : Normal pada saat dilakukan pemeriksaan tidak

ada kelainan

Bibir posisi istirahat : Tebal, tertutup, kompeten pada saat dilakukan

pemeriksaan bibir tertutup tanpa paksaan

Free way space : 1, 74 mm (kurang dari normal yaitu 2-4)

Intra Oral :

Higiene Mulut : OHI : Baik

Pola Atrisi : Sedang

Keterangan : Sedang pada gigi anterior bawah.

Lingua : Sedang tidak ada krenasi bentuk normal tidak ada

kelainan

Palatum : Vertikal : Sedang

Lateral : Sedang

Gingiva : Normal, warna coral pink

Mukosa : Normal

Frenulum :

Fren. Labii Superior: Normal

Fren. Labii Inferior : Normal

Frenulum Lingualis : Normal

b. Tonsila : Normal tidak ada tanda –tanda infeksi seperti

peradangan atau pembengkakan

Pemeriksaan gigi-gigi

55 54 53 52 51 61 62 63 64 65

18 17 16 15 14 13 12 11 21 22 23 24 25 26 27 28

48 47 46 45 44 43 42 41 31 32 33 34 35 36 37 38

85 84 83 82 81 71 72 73 74 75

Page 6: Koas Orto Yogi 1

K = Karies, R = Radiks, T = Tumpatan O = Belum Erupsi

3.A. Analisis Foto Muka

Tampak depan Tampak Samping

Bentuk muka : Hipereuriprosop, simetris Profil muka : Cembung normal

I. ANALISIS MODEL STUDI

Bentuk Lengkung Gigi

RA = Parabola & asimetris

RB =Parabola & simetris

Malposisi Gigi Individual

Rahang Atas Rahang Bawah

14 palatoversi 35 mesiolinguoversi

13 distolabioversi 34 mesiolabiotorsiversi

11 distolabioversi 33 distolinguotorsiversi

23 distolabioversi 32 mesiolinguoversi

24 distopalatoversi 31 mesiolinguoversi

41 mesiolinguoversi

43 distolinguotorsiversi

45 mesiolinguoversi

Page 7: Koas Orto Yogi 1

Relasi Gigi-gigi pada Oklusi Sentrik

Anterior : Overjet : 3,4 mm Overbite : 4,15 mm

Palatal bite : tidak ada

Deep bite : 12 11 21 22

42 41 31 32

Open bite : tidak ada

Edge to edge bite : tidak ada

Cross bite : tidak ada

Posterior

Cross bite : tidak ada

Open bite : tidak ada

Scissor bite : tidak ada

Cup to cup bite : tidak ada

Relasi Molar pertama kanan : Klas I

Relasi Molar pertama kiri : Klas I

Relasi Kaninus kanan : Klas 1

Relasi Kaninus kiri : Klas I

Garis tengah Rahang Bawah terhadap Rahang Atas : segaris

Garis inter insisivi sental terhadap garis tengah rahang : segaris

Rahang atas tidak bergeser /normal

Lebar mesiodistal gigi-gigi (mm)

Rahang Atas Rahang Bawah

Gigi Gigi Normal Ket Gigi Gigi Normal Ket

11 7,8 21 7,7 7,87-8,73 N N 41 5,4 31 5,4 5,07-5,67 N N

12 6,6 22 6,3 6,24-7,26 N N 42 5,9 32 5,8 5,65-6,27 N N

13 8,1 23 8 7,44-8,16 N N 43 6,4 33 6,5 6,39-6,99 N N

14 7,6 24 7,5 7,14-7,86 N N 44 7,4 34 7,7 6,97-7,73 N N

15 8,8 25 8,2 6,67-7,41 L L 45 7,3 35 7,9 7,01-7,77 N L

16 11,6 26 11 10,24-11,8 N N 46 11,4 36 11,7 10,93-12,03 N N

17 9,4 27 9,5 9,48-10,58 N N 47 10,6 37 10,9 9,77-10,97 N N

Page 8: Koas Orto Yogi 1

II. SKEMA GIGI-GIGI DARI OKLUSAL

Rahang Atas Rahang bawah

III. PERHITUNGAN-PERHITUNGAN

Metode Pont

Jumlah mesiodistal gigi 11, 12, 21, 22 : 28, 4mm

Jarak P1 – P1 pengukuran : 36,4 mm

Jarak P1 - P1 perhitungan : x 100 = 35,5 mm

Diskrepansi : +0,9 mm distraksi ringan

Jarak M1 – M1 pengukuran : 51,1 mm

Jarak M1 – M1 perhitungan : x 100 = 55,57 mm

Diskrepansi : -4,47 mm kontraksi ringan

Page 9: Koas Orto Yogi 1

Keterangan Pertumbuhan dan perkembangan lengkung gigi rahang atas pada

regio P lebih dari normal, terdapat distraksi sebanyak +0,9 mm. Lengkung gigi

pada regio M1 kurang dari normal, terdapat kontraksi sebanyak -4,47 mm.

Metode Korkhaus

Tabel Korkhaus : 16,8 mm

Jarak I – (P1 – P1) pengukuran : 13,6 mm

Diskrepansi : -3,2mm retraksi

Keterangan Pertumbuhan dan perkembangan lengkung gigi ke arah anterior

retraksi sebanyak -3,2 mm.

Metode Howes

Jumlah lebar mesiodistal M1 - M1 : 99,2 mm

Jarak P1 – P1 (tonjol) : 41,4 mm

Indeks P = x 100 % = 41,43 % Normal: 43%

Lengkung gigi untuk menampung gigi-gigi kurang

Jarak Inter fossa Canina : 44,5 mm

Indeks FC = x 100 % = 44,85 % Normal: 44%

Lengkung basal untuk menampung gigi-gigi lebih

Inklinasi gigi-gigi regio posterior konvergen

Keterangan :

Lengkung gigi lebih untuk menampung gigi geligi

Lengkung basal lebih untuk menampung gigi geligi

Indeks fossa canina lebih besar dari indeks premolar, maka inklinasi gigi-gigi

regio posterior kurang.

Determinasi Lengkung Gigi

Keterangan :

Overjet awal : 3,4 mm

Retraksi/Protraksi RA : -

Retraksi/Protaksi RB : -

Overjet akhir : 3,4 mm

Rahang Atas :

Page 10: Koas Orto Yogi 1

Panjang lengkung ideal : 96,1 mm

(kanan = 49,3 mm, kiri= 46,8 mm)

Jml lebar mesiodistal : 99,2 mm

(kanan= 50,5 mm kiri= 48,7 mm)

Diskrepansi : - 3,1 mm

(kanan= -1,2 mm,kiri= -1,9 mm)

Rahang bawah :

Panjang lengkung ideal : 85,4 mm

(kanan= 43,2 mm, kiri= 42,2 mm)

Jml lebar mesiodistal : 89,3 mm

(kanan= 45 mm kiri= 44,3 mm)

Diskrepansi : -3,9 mm

(kanan= -1,8 mm, kiri= -2,1 mm)

IV. DIAGNOSIS SEMENTARA

Kasus maloklusi menyangkut masalah : estetik, dental,crowding gigi rahang bawah,

malposisi gigi individual. Solusi sementara:

RA : ekspansi.

RB : ekspansi.

V. DIAGNOSIS FINAL

Maloklusi Angle Klas 1 dengan crowding gigi rahang atas dan rahang bawah serta

malposisi gigi individual dengan gigi 14 palatoversi, 35 mesiolinguoversi, 13 distolabioversi,

34 mesiolabiotorsiversi, 11 distolabioversi, 33distolinguotorsiversi, 23 distolabioversi, 32

mesiolinguoversi, 24 distopalatoversi, 31 mesiolinguoversi, 41 mesiolinguoversi, 43

distolinguotorsiversi, 45 mesiolinguoversi.

Maloklusi Dewey Klas 1 dengan gigi anterior yang berjejal. Adanya diskrepansi

lengkung gigi rahang atas sebesar -3,1 dan rahang bawah sebesar -4,8 mm, yang

menyebabkan gigi crowding.

Page 11: Koas Orto Yogi 1

VI. ANALISIS ETIOLOGI MALOKLUSI

Crowding pada gigi rahang bawah pada kasus ini terjadi karena pertumbuhan

lengkung gigi ke arah anterior kurang sehingga menyebabkan lengkung gigi menyempit dan

terdapat beberapa gigi-geligi yang lebih besar dari normal, selain itu juga dikarenakan ukuran

gigi geligi yang lebih besar dari normal serta desakan pertumbuhan gigi Molar ketiga.

14 palatoversi : terjadi akibat pertumbuhan dan perkembangan lengkung gigi ke arah

anterior kurang sehingga lengkung gigi tidak cukup untuk menampung gigi geligi

sehingga gigi 14 bergerak ke arah labial.

13 distolabioversi : terjadi akibat pertumbuhan dan perkembangan lengkung gigi ke arah

anterior kurang sehingga lengkung gigi tidak cukup untuk menampung gigi geligi

sehingga gigi 13 bergerak ke arah labial.

11 distolabioversi : terjadi akibat pertumbuhan dan perkembangan lengkung gigi ke arah

anterior kurang sehingga lengkung gigi tidak cukup untuk menampung gigi geligi

sehingga gigi 11 bergerak ke arah labial.

23 distolabioversi : terjadi akibat pertumbuhan dan perkembangan lengkung gigi

ke arah anterior kurang sehingga lengkung gigi tidak cukup untuk menampung gigi

geligi sehingga gigi 23 bergerak ke arah labial.

24 distopalatoversi : terjadi akibat pertumbuhan dan perkembangan lengkung gigi

ke arah anterior kurang sehingga lengkung gigi tidak cukup untuk menampung gigi

geligi sehingga gigi 24 bergerak ke arah labial.

b. Rahang bawah:

35 mesiolinguoversi : terjadi akibat erupsinya gigi 38 dan mendesak gigi 35

sehingga bagian mesial dari gigi 35 bergerak ke arah lingual.

34 mesiolabioversi : terjadi akibat erupsinya gigi 38 dan mendesak gigi 34 sehingga

bagian mesial dari gigi 34 bergerak ke arah labial.

33 distolinguotorsiversi: terjadi akibat pertumbuhan dan perkembangan lengkung gigi ke

arah anterior kurang sehingga lengkung gigi tidak cukup untuk menampung gigi geligi

dan menyebabkan bagian distal gigi 33 bergerak ke arah lingual.

32 mesiolinguoversi: terjadi akibat pertumbuhan dan perkembangan lengkung gigi ke

arah anterior kurang sehingga lengkung gigi tidak cukup untuk menampung gigi geligi

dan menyebabkan bagian distal gigi 32 bergerak ke arah lingual.

Page 12: Koas Orto Yogi 1

31 mesiolinguoversi : terjadi akibat pertumbuhan dan perkembangan lengkung gigi ke

arah anterior kurang sehingga lengkung gigi tidak cukup untuk menampung gigi geligi

dan menyebabkan bagian distal gigi 31 bergerak ke arah lingual.

41 mesiolinguoversi: terjadi akibat pertumbuhan dan perkembangan lengkung gigi ke

arah anterior kurang sehingga lengkung gigi tidak cukup untuk menampung gigi geligi

dan menyebabkan bagian distal gigi 41 bergerak ke arah lingual.

43 distolinguotorsiversi: terjadi akibat pertumbuhan dan perkembangan lengkung gigi

ke arah anterior kurang sehingga lengkung gigi tidak cukup untuk menampung gigi

geligi dan menyebabkan bagian distal gigi 43 bergerak ke arah lingual.

45 mesiolinguoversi: terjadi akibat erupsinya gigi 48 dan mendesak gigi 45 sehingga

bagian mesial dari gigi 45 bergerak ke arah lingual.

VII. PROSEDUR PERAWATAN

1. Motivasi pasien

2. Analisis ruang

3. Koreksi malposisi gigi individual RA dan RB

4. Penyesuaian oklusi

5. Pemakaian retainer

6. Kontrol

Jalannya perawatan:

1. Memotivasi pasien

2. Analisis ruang melalui prosedur perhitungan dan determinasi lengkung:

a. Menurut perhitungan dengan metode Pont pertumbuhan dan perkembangan

lengkung gigi rahang atas pada regio P lebih dari normal, terdapat distraksi ringan

sebanyak sebanyak 0,09 mm. Lengkung gigi pada regio M1 kurang dari normal,

terdapat kontraksi sebanyak -4,47 mm. Sehingga dalam perawatan ini dilakukan

ekspansi ke arah lateral untuk pencarian ruang.

b. Menurut perhitungan metode Karkhaus pertumbuhan dan perkembangan gigi ke

anterior mengalami retraksi sebesar -3,2 mm, sehingga dalam perawatan ini dilakukan

ekspansi untuk pencarian ruang.

c. Menurut perhitungan dengan metode Howes, didapatkan bahwa indeks fossa canina

lebih besar dari indeks premolar berarti dapat dikatakan bahwa inklinasi gigi-gigi

posterior diregio premolar konvergen sehingga merupakan indikasi ekspansi.

Page 13: Koas Orto Yogi 1

d. Berdasarkan perhitungan determinasi lengkung indikasi ekspansi dipilih karena

kekurangan ruang pada rahang atas sebesar -3,1 mm dan pada rahang bawah sebesar -

4,8 mm.

3. Koreksi malposisi gigi individual rahang atas dan rahang bawah:

RA

Tahap 1: dengan plat ekspansi bilateral yang digunakan terdiri dari:

a. Plat dasar

b. Adam klamer dipasang pada gigi 16, 26, 36 dan 46 dengan kawat stainless steel

berdiameter 0,7 mm

c. Elemen ekspansif

d. Busur labial

Jalannya perawatan: Kekurangan ruang untuk rahang atas disisi kanan sebesar 1,2

mm. Ekspansi 1 mm ke arah lateral menghasilkan lengkung perimeter 0,6 mm. Untuk

mendapatkan lengkung perimeter 1 mm maka diekspan sebesar 2 (1,2/0,6) mm.

Pemutaran sekrup ekspansi dilakukan sebanyak 11,1 (2/0,18) kali ¼ putaran (setiap

minggu 2 x ¼ putaran).

Kekurangan ruang untuk rahang atas disisi kanan sebesar 1,9 mm. Setelah

menggunakan alat ekspasi bilateral, masih terdapat kekurangan ruang pada rahang

atas kanan sebesar 1,9 mm -1,2 mm= 0,7 mm. Kekurangan ruang dapat didapatkan

dengan melakukan grinding pada 4 gigi pada 7 sisi, pada sisi kanan rahang atas pada

kedua sisi mesial dan atau distal sebesar 0,1 mm.

Tahap 2: dengan menggunakan plat aktif yang terdiri dari komponen:

a. Inverted labial (Labial arch), dengan loop pada gigi 15 dan 25 dengan kawat

stainless steel dengan diameter 0,7 mm

b. Continuous simple spring pada gigi 14 dan 24 dengan kawat stainless steel

berdiameter 0,6 mm

c. Klamer adam pada gigi 16 dan 26 untuk retensi dan stabilisasi, dengan kawat

stainless steel berdiameter 0,7 mm

Jalannya perawatan:

Continous simple spring untuk mendorong gigi 14 dan 24 ke arah

bukal

Page 14: Koas Orto Yogi 1

Selanjutnya labial arch diaktifkan untuk memasukkan sisi mesial gigi

13, 23 dan 11 kearah palatal.

RB

Tahap 1: dengan menggunakan plat aktif yang terdiri dari komponen:

a. Plat dasar

b. Adam klamer dipasang pada gigi 16, 26, 36 dan 46 dengan kawat stainless steel

berdiameter 0,7 mm

c. Elemen ekspansif

d. Busur labial

Jalannya perawatan: Kekurangan ruang untuk rahang atas disisi kanan sebesar 1,8

mm. Setelah menggunakan alat ekspasi bilateral, masih terdapat kekurangan ruang

pada rahang bawah kanan sebesar 1,8 mm -1,2 mm= 0,6 mm. Kekurangan ruang

dapat didapatkan dengan melakukan grinding pada 3 gigi pada sisi kanan rahang

bawah pada kedua sisi mesial dan distal sebesar 0,1 mm.

Kekurangan ruang untuk rahang atas disisi kiri sebesar 2,4 mm. Setelah menggunakan

alat ekspasi bilateral, masih terdapat kekurangan ruang pada rahang bawah kiri

sebesar 2,4 mm -1,2 mm= 1,2 mm. Kekurangan ruang dapat didapatkan dengan

melakukan grinding pada 6 gigi pada sisi kiri rahang bawah pada kedua sisi mesial

dan distal sebesar 0,1 mm.

Tahap 2:

a. Inverted labial (Labial arch), dengan loop pada gigi 35 dan 45 dengan kawat

stainless steel dengan diameter 0,7 mm

b. T spring pada gigi 45 dan 35 dengan kawat stainless steel berdiameter 0,6 mm

c. Continuous simple spring pada gigi 31, 32, 33, 34, 35, 41, 43 menggunakan stainless

steel berdiameter 0,6 mm

d. Klamer adam pada gigi 36 dan 46 untuk retensi dan stabilisasi, dengan kawat

stainless steel berdiameter 0,7 mm

Jalannya perawatan:

T spring untuk mendorong gigi 45 dan 35 ke arah bukal

Continuous spring untuk memprotaksi sisi mesial gigi 31,32,41 ke arah

labial dan memprotraksi sisi distal gigi 33 dan 43.

Page 15: Koas Orto Yogi 1

Selanjutnya labial arch diaktifkan untuk memasukkan gigi 34 kearah

lingual

4. Penyesuaian oklusi

Setelah koreksi lengkung gigidan malposisi gigi dengan melihat interdigitasi gigi molar

serta menghilangkan traumatik oklusi. Pengecekan kontak oklusi dilakukan dengan

articulating paper, dimana pasien diintruksikan untuk menggigit articulating peper

dalam posisi sentrik dan berfungsi. Setelah itu, tonjol oklusi dicek dari tepi incisal dan

oklusi gigi, dilihat apakah ada bagian dari kertas artikulasi yang berwarna lebih

mencolok. Tempat yang berwarna lebih mencolok menandakan adanya traumatik

oklusi sehingga bagian tersebut harus digrinding. Dilakukan cek oklusi ulang sekali

lagi, lalu penghalusan dilakukan pada bagian yang digrinding. Polishing dan topikal

aplikasi fluor pada gigi yang digrinding untuk mencegah karies.

5. Pemakaian Retainer

Tujuan : untuk mempertahankan gigi-gigi yang telah dikoreksi agar tidak relaps dan

menunggu pembentukan tulang baru melalui proses resorpsi dan aposisi sementum

serta tulang alveolar di soket gigi.

Retainer : Hawley retainer, dengan plat dasar, verkeilung pada semua gigi dan

klamer Adam (Ø = 0,7 mm)] di gigi 16, 26,36, dan 46, serta labial arch (Ø = 0,7 mm).

3 bulan pertama retainer dipakai siang dan malam hari, dilepas saat menyikat gigi

dan sehabis makan untuk dibersihkan dan dilakukan kontrol 1 bulan 2 kali dianjurkan

retainer tidak sering dibuka dan dilihat kegoyahan giginya.

3 bulan kedua jika masih ada kegoyahan pada 3 bulan pertama ,dilakukan kontrol

dan setiap pemeriksaan dicek apakah retainer tarasa sesak,jika sesak berarti terjadi

perubahan atau relaps, alat digunakan dan dikontrol setiap 2 minggu sampai benar-

benar tidak terasa sesak sampai tidak dicurigai terjadi relaps ,waktu pemakaian semakin

lama semakin dikurangi.

VIII. GAMBAR / DESAIN ALAT

Page 16: Koas Orto Yogi 1

IX. PROGNOSIS

Baik, karena pasien kooperatif, komunikatif dan memiliki motivasi yang tinggi untuk

merapikan giginya, sosial ekonominya tinggi. Selain itu pasien masih muda sehingga

Page 17: Koas Orto Yogi 1

kesehatan gigi dan jaringan periodontal baik dan memungkinkan untuk keberhasilan jalannya

perawatan serta kasusnya bisa dikoreksi menggunakan alat orthodontik lepasan.

Indikasi perawatan kuratif.

Yogyakarta, 24 september 2014

Menyetujui Pembimbing Operator

drg. JCP. Heryumani Sulandjari, M.S., Sp.Ort (K) Yogi Gladi Prayudi NIP : NIM : 10/ 297105/KG/8607