KNOWN Aft DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT...

49
Aft KNOWN KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT T7 GEDUNG KARYA LANTAI 12 S.D 17 JL. MEDAN MERDEKA BARAT No. 8 TEL 3811308, 3505006, 3813269, 3447017 TLX : 3844492, 3458540 3842440 JAKARTA- 10110 PST 4213, 4227, 4209, 4135 FAX : 3811786, 3845430, 3507576 PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT NOMOR: HK. 103/3/ 13/DJPL-18 TENTANG TATA CARA PENERBITAN SERTIFIKAT KETENAGAKERJAAN MARITIM DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT, Menimbang : a. bahwa melalui Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2016 tentang Pengesahan Maritime Labour Convention, 2006 (Konvensi Ketenagakerjaan Maritim, 2006) Indonesia telah mengesahkan Maritime Labour Convention, 2006; b. Bahwa dalam rangka pemenuhan terhadap pelaksanaan Konvensi Ketenagakerjaan Maritim di Indonesia, perlu menetapkan Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Laut tentang Tata Cara Penerbitan Sertifikat Ketenagakerjaan Maritim. Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4849); 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2016 tentang Pengesahan Maritime Labour Convention, 2006 (Konvensi Ketenagakerjaan Maritim, 2006) (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 193, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5931); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2000 tentang Kepelautan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 13, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3929); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2002 tentang Perkapalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 95, Tainbahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4227); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2010 tentang Angkutan di Perairan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 26, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5108) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2011 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5208); Model Takah 02 i /17,'eIit?U4L4UtZ &n4a,r "

Transcript of KNOWN Aft DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT...

Aft KNOWN KEMENTERIAN PERHUBUNGAN

DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT

T7 GEDUNG KARYA LANTAI 12 S.D 17

JL. MEDAN MERDEKA BARAT No. 8 TEL 3811308, 3505006, 3813269, 3447017 TLX : 3844492, 3458540 3842440

JAKARTA- 10110 PST 4213, 4227, 4209, 4135 FAX : 3811786, 3845430, 3507576

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT NOMOR: HK. 103/3/ 13/DJPL-18

TENTANG

TATA CARA PENERBITAN SERTIFIKAT KETENAGAKERJAAN MARITIM

DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT,

Menimbang : a. bahwa melalui Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2016 tentang Pengesahan Maritime Labour Convention, 2006 (Konvensi Ketenagakerjaan Maritim, 2006) Indonesia telah mengesahkan Maritime Labour Convention, 2006;

b. Bahwa dalam rangka pemenuhan terhadap pelaksanaan Konvensi Ketenagakerjaan Maritim di Indonesia, perlu menetapkan Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Laut tentang Tata Cara Penerbitan Sertifikat Ketenagakerjaan Maritim.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4849);

2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2016 tentang Pengesahan Maritime Labour Convention, 2006 (Konvensi Ketenagakerjaan Maritim, 2006) (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 193, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5931);

3. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2000 tentang Kepelautan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 13, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3929);

4. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2002 tentang Perkapalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 95, Tainbahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4227);

5. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2010 tentang Angkutan di Perairan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 26, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5108) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2011 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5208);

Model Takah 02 i /17,'eIit?U4L4UtZ &n4a,r "

6. Keputusan Presiden Nomor 60 Tahun 1986 tentang Pengesahan International Training Certification and Watchkeeping for Seafarers 1978 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1986 Nomor 73), sebagaimana telah diubah dengan Amandemen 2010;

7. Peraturan Presiden Nomor 40 Tahun 2015 tentang Kementerian Perhubungan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 75);

8. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 62 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 130 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 62 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1400);

9. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 34 Tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Kesyabbandaran Utama (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 627);

10. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 36 Tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 629), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 135 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 36 Tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1401);

11. Peraturan Menteri Perhubungan PM 70 Tahun 2013 tentang Pendidikan dan Pelatihan, Sertifikasi serta Dinas Jaga Pelaut (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 1089), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 140 Tahun 2016 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 70 Tahun 2013 tentang Pendidikan dan Pelatihan, Sertifikasi serta Dinas Jaga Pelaut (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 1870);

12. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 189 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perhubungan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1844), sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 117 Tahun 2017 tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 189 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perhubungan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 1891);

13. Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Laut Nomor HK. 103/2/ 19/DJPL- 16 tentang Pelaksanaan Penyelenggaraan Kelaiklautan Kapal.

MEMUTUSKAN:

Menerapkan : PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT TENTANG TATA CARA PENERBITAN SERTIFIKAT KETENAGAKERJAAN MARITIM.

BABI KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan mi yang dimaksud dengan:

Maritime Labour Convention, 2006 selanjutnya disebut MLC 2006 adalah konvensi ketenagakerjaan maritim.

2. Sertifikat Ketenagakerjaan Maritim selanjutnya disebut Sertifikat MLC adalah sertifikat yang diterbitkan oleh Direktur Jenderal yang menyatakan suatu kapal telah memenuhi ketentuan MLC 2006 dan amandemennya.

3. Dekiarasi Pemenuhan Ketentuan Ketenagakerj aan Maritim Bagian I selanjutnya disebut Dekiarasi MLC Bagian I adalah dekiarasi yang diterbitkan oleh Direktur Jenderal yang menyatakan suatu kapal telah memenuhi ketentuan MLC 2006 dan amandemennya serta peraturan nasional.

4. Dekiarasi Pemenuhan Ketentuan Ketenagakerj aan Maritim Bagian II selanjutnya disebut Dekiarasi MLC Bagian II adalab dekiarasi yang dibuat oleh pemilik kapal yang menyatakan kapalnya telah memenuhi ketentuan MLC 2006 dan arnandemennya.

5. Sertifikat Ketenagakerjaan Maritim Sementara selanjutnya disebut Sertifikat MLC Sementara adalah sertifikat sementara yang diterbitkan oleh Direktur Jenderal dengan jangka waktu tertentu tanpa dilengkapi dengan Dekiarasi MLC yang menyatakan suatu kapal dalam proses pemenuhan ketentuan MLC 2006 dan amandemennya.

6. Syahbandar adalah pejabat pemerintah di pelabuhan yang diangkat oleh Menteri dan memiliki kewenangan tertinggi untuk menj alankan dan melakukan pengawasan terhadap dipenuhinya ketentuan peraturan perundang-undangan untuk menjamin keselamatan dan keamana pelayaran.

7. Pejabat Pemeriksa Keselamatan Kapal adalah pejabat pemerintah yang merupakan Aparatur Sipil Negara di lingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan Laut yang mempunyai kualifikasi dan keahlian di bidang keselamatan kapal dan diangkat oleh Menteri.

8. Pejabat Pemeriksa Kelaiklautan dan Keamanan Kapal Asing atau Port State Control Officer yang selanjutnya disebut PSCO adalah Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan Laut yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal yang memiliki kewenangan untuk melakukan tugas pemeriksaan kelaiklautan dan keamanan kapal asing sesuai dengan ketentuan konvensi.

9. Unit Pelaksana Teknis adalah Kantor Kesyahbandaran Utama, Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan, Kantor Pelabuhan Batam, Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan yang berada di lingkungan Direktorat Jenderal termasuk Kantor Atase perhubungan pada Kedutaan Besar Republik Indonesia.

10. Direktorat Jenderal adalah Direktorat Jenderal Perhubungan Laut.

11. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal Perhubungan Laut.

BAB II RUANG LINGKUP

Pasal 2

(1) Peraturan Direktur Jenderal mi berlaku untuk kapal berukuran 500 gross tonnage atau lebih yang dimiliki oleh badan hukum maupun perseorangan, yang digunakan dalam kegiatan komersial clan melakukan pelayaran internasional.

(2) Peraturan mi tidak berlaku bagi kapal negara dan kapal perang, kapal yang digunakan untuk penangkapan ikan dan kapal yang dibangun secara tradisional.

BAB III TATA CARA PENERBITAN SERTIFIKAT

Pasal 3

(1) Pemenuhan terhadap ketentuan konvensi MLC dibuktikan dengan: a. Dekiarasi MLC Bagian I; b. Deldarasi MLC Bagian II; clan C. SertifikatMLC.

(2) Sertifikat MLC sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, berlaku selama 5 (lima) tahun.

Pasal 4

(1) Sertifikat MLC Sementara dapat diterbitkan terhadap: a. kapal bangunan baru; b. kapal ganti bendera kebangsaan; atau C. kapal yang ganti kepemilikan.

(2) Sertifikat MLC Sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku paling lama 6 (enam) bulan dan tidak dapat diperpanj ang.

(3) Sertifikat MLC sementara hanya dapat diterbitkan setelah memenuhi persyaratan dengan: a. kapal telah diperiksa; b. pemilik kapal memiliki prosedur terkait pemenuhan

ketentuan sesuai dengan MLC; C. Nakhoda sudah terbiasa dengan ketentuan MLC dan

bertanggung jawab atas penerapannya; clan d. informasi yang revelan telah dikirimkan kepada Direktur

Jenderal untuk mendapatkan Dekiarasi MLC Bagian I.

Pasal 5

(1) Untuk memperoleh Sertifikat MLC clan Dekiarasi MLC Bagian I atau Sertifikat MLC Sementara, pemilik kapal mengajukan permohonan kepada Direktur Jenderal clan wajib dilengkapi dengan persyaratan: a. administrasi; clan b. teknis.

(2) Persyaratan administrasi sebagaimaria dimaksud pada ayat (1) huruf a, terdiri atas: a. fotokopi Surat Ukur; b. fotokopi Surat Tanda Kebangsaan Kapal; C. fotokopi Sertifikat Keselamatan; d. fotokopi Sertifikat Kias; e. fotokopi Sertifikat Minimum Safe Manning; f. fotokopi General Arrangement (GA) yang sudah di approve; g. fotokopi Dekiarasi MLC Bagian II; dan h. fotokopi Sertifikat MLC bagi kapal yang pernah didaftar di

negara lain.

(3) Dalam hal penerbitan Sertifikat MLC Sementara, persyaratan administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf g digantikan dengan fotokopi prosedur perusahaan terkait MLC.

(4) Persyaratan teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, dilakukan dengan pemeriksaan di atas kapal oleh Pejabat Pemeriksa Keselamatan Kapal.

(5) Pemeriksaan di atas kapal sebagaimana dimaksud pada ayat (4) terkait dengan kondisi kerja dan kondisi kehidupan awak kapal meliputi: a. usia minimum; b. sertifikasi medis; c. kualifikasi pelaut; d. perjanjian kerja laut; e. penggunaan izin badan usaha swasta untuk perekrutan

dan penempatan; f. jam kerja atau istirahat; g. tingkat pengawakan di kapal; h. akomodasi; i. fasilitas rekreasi di kapal; j. makanan dan katering; k. kesehatan dan keselamatan serta pencegahan kecelakaan; 1. perawatan medis di kapal; m. prosedur keluhan di kapal; n. pembayaran upah; o. jaminan keuangan untuk pemulangan; dan p. jaminan keuangan terkait tanggungjawab pemilik kapal.

Pasal 6

(1) Berdasarkan permohonan sebagaimana dimaksud Pasal 5, Direktur Jenderal melakukan penelitian kelengkapan persyaratan dalamjangka waktu paling lama (5) han kerja sejak diterima permohonan secara lengkap.

(2) Dalam hal berdasarkan hasil penelitian kelengkapan persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) belum terpenuhi, Direktur Jenderal mengembalikan permohonan secara tertulis kepada pemohon untuk melengkapi persyaratan.

(3) Permohonari yang dikembalikan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dapat diajukan kembali kepada Direktur Jenderal setelah persyaratan dilengkapi.

Pasal 7

(1) Dalam hal berdasarkan hasil penelitiari kelengkapan persyaratan sebagaimana dimaksud pada Pasal 6 telah terpenuhi, Direktur Jenderal melakukan pemeriksaan di atas kapal sesuai dengan checklist pemeriksaan menggunakan format contoh 1 pada Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Direktur Jenderal mi.

(2) Apabila berdasarkan hasil pemeniksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditemukan ketidaksesuaian, pemilik kapal wajib untuk memenuhi ketidaksesuaian itu.

(3) Dalam hal berdasarkan hasil penelitian kelengkapan persyaratan dan pemeriksaan di atas kapal telah terpenuhi, Direktur Jenderal menerbitkan Sertifikat MLC dan Dekiarasi MLC Bagian I atau Sertifikat MLC Sementara menggunakan format Contoh 2 pada Lampiran yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Direktur Jenderal mi.

BAB IV PEMBATALAN ATAU PENCABUTAN SERTIFIKAT

Pasal 8

(1) Sertifikat MLC sebagaimana dimaksud pada Pasal 8 dinyatakan tidak berlaku apabila: a. masa berlaku sudah berakhir; b. tidak melaksanakan pengukuhan sertifikat (endorsment); C. kapal berganti bendera; d. kapal tenggelam; dan/atau e. perubahan data dalam sertifikat MLC.

(2) Sertifkat MLC dibatalkan atau dicabut apabila: a. kapal tidak lagi memenuhi ketentuan MLC dan tindakan

perbaikan yang dipersyaratkari tidak dilaksanakan; atau b. keterangan dalam dokumen kapal yang digunakan untuk

penerbitan sertifikat ternyata tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya; atau

C. sertifikat diperoleh secara tidak sah.

BABV KETENTUAN LAIN-LAIN

Pasal 9

Pejabat Pemeriksa Kelaiklautan Kapal Asing (Port State Control Officer) dapat melakukan pemeriksaan terhadap kapal asing yang menggunakan bendera Negara Anggota MLC dan beroperasi dan pelabuhan atau antara pelabuhan di negara lain.

Pasal 10

Terhadap Kapal berbendera Indonesia yang telah beroperasi dan belum memiliki sertifikat MLC dapat diterbikan sertifikat MLC sementera oleh Direktur Jenderal.

BAB VI PENUTUP

Pasal 11

Peraturan Direktur Jenderal mi mulai berlaku pada tanggal ditetapkan dan apabila di kemudian hari terdapat kekeliruan akan diperbaiki sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di J A K A R T A pada tanggal 10 Agusutus 2018

DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT

ttd,

R. AGUS H. PURNOMO

Salman Peraturan mi disampaikan kepada: 1. Menteri Perhubungan; 2. Sekretaris Jenderal Kementerian Perhubungan; 3. Inspektur Jenderal Kementerian Perhubungan; 4. Direktur Jenderal Perhubungan Laut; 5. Sekretaris Direktorat Jenderal Perhubungan Laut; 6. Para Direktur di Lingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan Laut; 7. Para Kepala Kantor Kesyahbandaran Utama; 8. Kepala Kantor Pelabuhan Batam; 9. Para Kepala Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan; 10. Para Kepala Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan; dan 11. DPP INSA.

SALINAN SESUAI DENGAN ASLINYA KEPALA BAGIAN HUKUM DAN KSLN

c

LOLLAN PANJAITAN, ST, MT Pembina Tk. I (IV/ b)

NIP. 19710125 199703 1 001

Lampiran Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Laut Nomor HK.103/3/13/DJPL-18 Tanggal : 10 Agustus 2018

REPUBLIK INDONESIA REPUBLIC OF INDONESIA

Dekiarasi Pemenuhan Ketentuan Ketenagakerjaan Maritim - Bagian I Declaration of Maritime Labour Compliance - Part I

(Catatan: Dekiarasi mi harus dilampirkan di kapal) (Note: This Declaration must be attached to the ship's Maritime Labour Certificate)

Dikeluarkan oleh yang berwenang: Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Issued under the authority of Directorate General ofSea Transporatat ion

Berkenanan dengan ketentuan Konvensi Ketenagakerjaan Maritim, 2006, referensi kapal sebagai berikut: With respect to provision of the Maritime Labour Convention, 2006 the following referenced ship:

Nana kapal Name of Ship

Nomor IMO IMO number

Tonase kotor Gross tonnage

Adalah sesuai dengan Standar A5.1.3 dari Konvensi Is maintained in accordance with Standard A5.1.3 of the Convention. Yang bertandatangan di bawah mi menyatakan, atas nama yang berwenang tersebut di atas, bahwa: The undersigned declares, on behalf of the abovementioned competent authorithy, that:

a) Ketentuan Konvensi Ketenagakerjaan Maritim sepenuhnya diwujudkan dalam persyaratan nasional yang dirujuk di bawah mi ; The provisions of the Maritime Labour Convention are fully embodied in the national requirements referred to below;

b) Persyaratan nasional tercantum dalam ketentuan nasional yang dirujuk di bawah mi; penjelasan tentang isi ketentuan-ketentuan tersebut disediakan bilamana diperlukan; These national requirements are contained in the national provisions referenced below; explanations concerning the content of those provisions are provided where necessary;

c) Rincian dari setiap kesetaraan subtansial berdasarkan Pasal VI, ayat 3 dan 4 disediakan; The details of any substantial equivalencies under Article VI, paragraphs 3 and 4 are provided;

d) Setiap pengecualian yang diberikan oleh otoritas yang berwenang sesuai dengan Judul 3 ditunjukkan dengan jelas di bagian yang disediakan untuk tujuan mi di bawah mi ; dan Any exemptions granted by the competent authority in accordance with Title 3 are clearly indicated in the section providedfor this purpose below; and

e) Setiap persyaratan spesifik jenis kapal berdasarkan undang-undang nasional juga dirujuk di bawah persyaratan yang bersangkutan. Any ship-type specific requirements under national legislation are also referenced under the requirement concerned.

DMLC Part 1882018 salinan.docx Page 1 of 10

1. Usia minimum (Peraturan 1.1) Minimum age ('Regulation 1.1)

• Usia minimum awak kapal adalah 18 tahun The minimum age of the seafarers is 18 years.

• Awak kapal dengan usia di bawah 18 tahun tetapi di atas 16 tahun dapat dipekerjakan dalam rangka pelatihan sepanjang memperhatikan keamanan dan kesehatan bagi awak kapai yang bersangkutan. Seafarers under the age of 18 years but above 16 years can be employed in the course ofthe training as long as the safety and health of the seafarers is concerned

2. Sertifikat kesehatan (Peraturan • Direktur Jenderal menetapkan standar kesehatan pelaut dan prosedur 1.2) penerbitan sertifikat kesehatan pelaut. Medical certification The Director General shall issue maritime health standards and (Regulation 1.2) health procedures.

• Pelaut yang dapat dipekerjakan di atas kapal adaiah peiaut yang memiiiki sertifikat kepelautan dan sertifikat kesehatan pelaut yang masih beriaku (Psi 13 (4) PM 70) Seafarers who can be hired on board are seafarers who have a seamless maritime certificate and maritime health certificate

• Sertifikat kesehatan pelaut memiliki masa beriaku paling lama 2 tahun, kecuaii peiaut di bawah umur 18 tahun memiiiki masa berlaku 1 tahun. (Psi 13 (6) PM 70) Seafarers' health certificate has a validity period of no longer than 2 years, unless the seafarer under the age of 18 has a validity period of! year.

• Apabila masa beriaku sertifikat kesehatan pelaut teiah berakhir di dalam peiayaran maka dalam periode waktu tidak lebih dari 3 bulan sei-tifikat kesehatan pelaut wajib diperpanjang di pelabuhan berikutnya pada Rumah sakit yang mendapat pengesahan. (Psi 13 (7) PM 70) If the validity period of the seafarers' medical certificate has expired in the voyage, within a period ofnot more than 3 months the maritime health certificate shall be extended at the next port of the approved Hospital.

• Pelaut yang akan bekerja di kapal harus memiliki sertifikat kesehatan yang masih berlaku yang menegaskan bahwa pelaut yang bersangkutan secara medis sehat untuk melaksanakan tugasnya di atas kapal. Seafarers who will work on board must have a valid health certificate confirming that the seafarer is fit to perform his duties on board

3. Kuaiifikasi peiaut (Peraturan • Peiaut yang bekerja di atas kapai berbendera Indonesia wajib 1.3) memiiiki Sertifikat Keahiian Pelaut dan/atau Sertifikat Keterampiian Qualifications of seafarers Peiaut (Regulation 1.3) Seafarers working on board of Indonesian-flagged vessels are

required to have a Certificate of competency and Certificate of proficiency

• Penyelenggaraan dikiat kepelautan beserta pedoman penyelenggaraannya ditetapkan oieh Menteri serta berpedoman

DMLC Part I 882018.docx Page 2 of 10

kepada standar nasional pendidikan dan pelatihan yang diatur dalam Seksi A-I/6 Koda STCW Implementation of the Seafarers training and guideline of its implementation is stipulated by the Minister and shall be guided by the national standard ofeducation and training as setforth in Section A-I16 Code ofSTCW

Pelatihan dan sertifikasi harus menyesuaikan dengan instrumen wajib yang diadopsi oleh IMO (STCW /78 dan amandemennya) dan persyaratan yang ditetapkan dalam peraturan nasional. Training and certification must conform to the compulsory instruments adopted by IMO (STCW 178 and its amendments) and the requirements set out in national regulations.

Perjanjian kerja laut (Peraturan • Setiap orang dilarang mempekerjakan seseorang dikapal dalam 2.1) jabatan apapun tanpa disijil dan tanpa memiliki kompetensi dan Seafarers' employment keterampilan serta dokumen pelaut yang dipersyaratkan. agreement (regulation 2.1) Everyone is prohibited from employing anyone on board in any

position without being mustered and without required competence and skills also seafarers' documents.

• Setiap pelaut yang akan bekerja / disijil harus merniliki perjanjian kerja laut. Every seafarer who worked or mustered must have a seafarer employment agreement.

Perusahaan keagenan awak kapal wajib menginformasikan hak - hak dan kewajiban pelaut berdasarakan perjanijian kerja laut dan memberi kesempatan untuk membaca dan memahami isi perjanjian kerja laut sebelum ditanda tangani. The ship's manning agency company shall inform the seafarers' rights and obligations on the seafarer employment agreement and provide an opportunity to read and understand the contents of the seafarers employment agreement before signing.

Ash Perjanjian Kerja Laut hams dimiliki oleh pelaut I pemihik / operator kapal / agen awak kapal The original of seafares employment agreement must be owned by seafarers / ship owners / ship operators / manning agents

• Perjanjian Kerja Laut untuk penempatan pelaut pada kapal berbendera asing wajib dibuat dalam bahasa indonesia dan bahasa inggris The Seafares employment agreement for foreign vessels must be made in Bahasa Indonesia and English

Semua pelaut yang bekerja di atas kapal berbendera Indonesia harus memihiki perjanjian kerja laut yang ditandatangani oleh pelaut dan pemilik/operator kapah/ agen awak kapal yang diketahui oleh Direktur jenderal atau pejabat yang ditunjuk. All seafarers working on Indonesian-flagged vessels must have a Seafares employment agreement signed by seafarers and owners / operators of ship / manning agents approved by the Director-General or appointed official.

DMLC Part I 882018.docx Page 3 of 10

• Peluang hams diberikan kepada pelaut untuk meninjau kondisi yang tercantum pada perjanjian kerja dan, jika perlu, meminta saran sebelum menandatangani dan menerima mereka. Opportunities should be given to seafarers to review the conditions listed on the Seafares employment agreement and, if necessary, seek advice before signing and accepting them.

• Pemilik kapal dan pelaut harus menandatangani perjanjian kerja laut yang ash dan dipegang masing-masing. The shipowners and seafarers shall signed the original Seafares employment agreement and save each one.

Perjanjian kerja haut harus memuat setidaknya informasi sebagai berikut: - Nama Iengkap pelaut, - Tempat dan tanggah hahir; - Kode pelaut - Nama dan bendera kapal - Nama pemihik/operator kapal - Alamat pemilik/operator kapal - Nama agen awak kapal - Alarnat agen awak kapal - Jabatan di atas kapal - Gaji, upah lembur dan upah cuti tahunan - Pemulangan - Jumlah jam kerja dan jam istirahat - Asuransi, jaminan kesehatan dan fasilitas keselamatan kerja yang

wajib ditanggung oleh pemilik/operator kapal - Pemutusan perjanjian kerja laut - Referensi nomor kesepakatan kerja bersama (KKB), jika ada The Seafares employment agreement must contain at least the

following information: - Full name of seafarer, - Place and date of birth; - Seafarers code - The name andflag of the ship - Name of ship owner / operator - Address ofship owner/ operator - The name of the manning agent - Address of manning agent - Rank on board - Salaries, overtime wages and annual leave pay - Repatriation - Working and rest hour - Insurance, health and safetyfacilities that must be certified by the

ship owner/ ship operator - Termination of Seafares employment agreement - Reference number of collective bargaining agreement, ifany

5. Penggunaan izin badan usaha • Badan usaha yang didirikan khusus untuk keagenan awak kapal swasta untuk perekrutan dan dalam melaksanakan perekrutan dan penempatan pelaut dikapal penempatan (Peraturan 1.4) wajib memiliki izin keagenan awak kapal dari Menteri. Use of any lincensed or certified A private entity established exclusively for the manning agency in or regulated private recruitment carrying out the recruitment and placement of seafarers on board

shall have a ship's manning agency license from the Minister.

DMLC Part I 882018.docx Page 4 of 10

and placement service (Regulation 1.4) • Perusahaan keagenan awak kapal yang memiliki izin wajib

membebaskan atas pungutan biaya kepada pelaut kecuali untuk biaya dokumen perjalanan, biaya pembuatan dokumen pelaut, dan biaya pemeriksaan untuk penerbitan sertifikat kesehatan. Ship licensed manning agency company are required to waive fees to seafarers except for travel document fees, seafarer documentation fees, and health inspectionfeesfor the issuance of health certificates.

• Perusahaan keagenan awak kapal yang telah mendapatkan izin wajib menginformasikan hak - hak dan kewajiban pelaut berdasarkan perjanjian kerja laut dan memberi kesempatan untuk membaca dan memahami isi perjanjian kerja laut sebelum ditanda tangani. The licensed manning agency company informs the seafarers' rights and obligations under a Seafares employment agreement and give an opportunity to read and understand the contents of the Seafares employment agreement before it is signed

6. Jam kerja atau istirahat • Jam kerja awak kapal ditetapkan Sjam per han, 44 jam seminggu. (Peraturan 2.3) Seafarer working hours are set at 8 hours per day, 44 hours per Hours of work or rest week (Regulation 2.3)

• Setiap awak kapal diberikan waktu istirahat paling sedikit 10 jam dalam waktu 24 jam yang dapat dibagi 2 yang salah satu diantaranya tidak kurang dari 6 jam kecuali dalam keadaan darurat. Each seafarer is given a rest period at least 10 hours in 24 hours which can be divided into 2, one of which is not less than 6 hours except in an emergency situation.

7. Tingkat pengawakan di kapal • Pada setiap kapal niaga yang ber!ayar harus diawaki den-an susunan (Peraturan 2.7) yang terdiri dan: Manning levels for the ship - Seorang nahkoda (Regulation 2.7) - Sejumlah perwira

- Sejumlah rating Every commercial vessel sailing shall be manned by an arrangement consisting of- - A captain - A number of officers - A number of ratings

• Susunan awak kapal didasarkan pada: - Daerah pelayaran - Tonasse kotor kapal - Ukuran tenaga penggerak kapal The composition of the crew is based on: - The trading area - Gross tonnage of ship - Main engine propulsion

• Semua kapal wajib memiliki jumlah pelaut yang cukup di kapal untuk memastikan bahwa kapal dioperasikan dengan aman, efisien dan memperhatikan keamanan. All ships are required to have an adequate number of seafarers on board to ensure that ships are operated safely, efficiently and regard to safety.

DMLC Part I 882018.docx Page of 10

8. Akomodasi (Peraturan 3.1) • Semua kapal harus menjaga akomodasi yang Iayak dan aman, serta Accomodation (Regulation 3.1) fasilitas rekreasi bagi pelaut yang bekerja atau tinggal di kapal, sesuai

dengan promosi kesehatan dan kesejahteraan para pelaut. All ships must maintain proper and safe accommodation, as well as recreational facilities for seafarers who work or live on board, in accordance with the promotion of the health and wellbeing of seafarers

• Aturan tekait dengan pembangunan kapal hanya berlaku untuk kapal yang dibangun setelah pemberlakuan Konvensi Ketenagakerjaan Maritim, 2006. The rules relating to ship building apply only to ships which is built after the Maritime Labour Convention, 2006 entry into force

• Untuk kapal yang dibangun sebelum pemberlakuan Konvensi Ketenagakerjaan Maritim, 2006, persyaratan yang berkaitan dengan pembangunan kapal di ditetapkan dalam Konvensi Akomodasi Kru (Revisi), 1949 (No. 92), For ships constructed before the Maritime Labour Convention, 2006 entry into force,, requirements relating to the construction of ships shall be stipulated in the Crew's Accommodation Convention (Revised), 1949 (No. 92),

• Direktur Jenderal harus memberikan perhatian khusus untuk memastikan pelaksanaan persyaratan dari Konvensi mi yang berkaitan dengan: - ukuran kamar dan ruang akomodasi Iainnya; - pemanasan dan ventilasi; - kebisingan dan getaran; - fasilitas sanitasi; - pencahayaan; dan - akomodasi rumah sakit. The Director General shall have a particular attention to ensuring the implementation of the requirements of this Convention relating to: - room size and other accommodation space; - heating and ventilation; - noise and vibration; - sanitation facilities; - lighting; and - hospital accommodation.

(PP 7/2000, PP 5 1/2002 & tJU 15/2016) 9. Fasilitas rekreasi di kapal • Pemilik kapal harus menyediakan fasilitas dan layanan rekreasi bagi

(Peraturan 3.1) pelaut, sesuai kebutuhan khusus pelaut yang tinggal dan bekerja di On-board recreational facilities atas kapal mengacu pada ketentuan tentang perlindungan keamanan, (Regulation 3.1) kesehatan dan pencegahan kecelakaan.

Shipowners should provide recreational facilities and services for seafarers, according to the specific needs of seafarers who live and work on board refers to the provisions on the protection of health, safety and accident prevention.

(PP 7/2000)

DMLC Part I 882018docx Page 6 of 10

10.Makanan dan katering • Di atas kapal wajib tersedia makanan, minuman dan alat-alat (Peraturan 3.2) pelayanan dalam jumlah yang cukup, Iayak dan memenuhi standar Food and catering (Regulation kesehatan untuk setiap pelayaran bagi setiap awak kapal di atas 3.2) kapal.

On board the ships shall have adequate food, water and cutlery, beverage and utensils available for service to every crew on board

Pemilik kapal harus memastikan bahwa pelaut yang terlibat sebagai juru masak kapal dilatih, memenuhi syarat dan ditemukan kompeten untuk posisi tersebut sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan dalam undang-undang dan peraturan. The shipowner shall ensure that the seafarers work as ship's cook are trained, qualified and competentfor that positions in accordance with the requirements set forth in the relevant regulations. (PK 11) & PP70/1998)

• Pelaut yang ditempatkan di bagian food and catering wajib memiliki ship's cook certificate yang dikeluarkan oleh lembaga sertifikasi profesi di bidang pendidikan pariwisata atau maritim;( PM 84/2013) Seafarers are placed in the food and catering section must have a ship's cook certificate issued by a professional certification institution in the tourism or maritime sector.

11.Kesehatan dan keselamatan dan • Pemilik kapal wajib menanggung biaya perawatan dan pengobatan pencegahan kecelakaan bagi awak kapal yang sakit atau cidera selama berada di atas kapal. (Peraturan 4.3) Ship owner are obliged to bear the cost of care and treatmentfor sick Health and safety and accident or injured crew members while on board prevention (Regulation 4.3)

Awak kapal yang sakit atau cedera akibat kecelakaan sehingga tidak dapat bekerja atau harus dirawat, pemilik kapal selain wajib membiayai perawatan dan pengobatan juga wajib membayar gaji penuh jika awak kapal tetap berada atau dirawat di kapal. Crew members who are sick or injured due to accidents, so that they can not work and have to be treated, ship owner other than obliged to pay for treatment and medication are also required to pay full salary ifthe crew stay or be treated on board

Jika awak kapal sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) harus diturunkan dari kapal untuk perawatan di darat, pemilik kapal selain wajib membiayai perawatan dan pengobatan, juga wajib membayar sebesar 100 % dari gaji minimumnya setiap bulan pada bulan pertama dan sebesar 80 % dari gaj i minimumnya setiap bulan pada bulan berikutnya, sampai yang bersangkutan sembuh sesuai surat keterangan petugas medis, dengan ketentuan tidak lebih dan 6 (enam) bulan untuk yang sakit dan tidak Iebih dari 12 (dua belas) bulan untuk yang cedera akibat kecelakaan. If the crew as referred to paragraph (2) shall be deployed from the ship for onshore treated, the ship owner other than obliged to pay the treatment and medication, shall also pay 100% of the minimum monthly salary in the first month and 80% the minimum monthly salary for the following month, until the crew concerned recovers according to the medical officer's statement, no more than 6 (six) months for the sick and no more than 12 (twelve) months for the accidental injury.

DMLC Part I 882018.docx Page 7 of 10

• Bila awak kapal diturunkan dan dirawat di luar negeri, selain biaya perawatan dan pengobatan, pemilik kapal juga menanggung biaya pemulangan kembali ke tempat domisilinya. (Pasal 28 PP7/2000) When the crew is sign off and treated abroad, in addition to the cost of treatment and medication, the ship owner also bear the cost of crew repatriation.

12.Perawatan kesehatan di kapal • Setiap kapal dengan jumlah awak kapal 15 (lima beias) orang atau (Peratruan 4.1) lebih harus diiengkapi dengan ruang perawatan kesehatan yang layak On-board medical care dan memiliki kamar mandi dan jamban tersendiri (Psi 37 (1) PP (Regulation 4.1) 7/2000)

Every ship with number of crew 15 (fifteen) persons or more must be equipped with a proper hospital room and have a separate bathroom and toilet.

• Fasilitas ruang perawatan kesehatan tidak boleh dipergunakan untuk keperluan-keperluan lain selain untuk perawatan orang sakit (Psi 37 (2) PP 7/2000) Hospital facilities should not be usedfor other purposes other than for medication purpose.

• Pada setiap kapal harus tersedia obat-obatan dan bahan-bahan pembalut daiam jumlah yang cukup (Psi 37 (3) PP 7/2000) Every ship there should be adequate of drugs and sanitary materials

• Untuk pemberian pelayanan kesehatan di kapal, Nakhoda daiam keadaan tertentu dapat meminta bantuan nasehat dari tenaga medis di darat (Psi 37 (4) PP 7/2000) For the purpose of health services on board, the muster may seek advice from the medical advisor on shore

13.Prosedur keluhan di kapal • Setiap kapal harus memiiiki sistem manajemen mutu yang antara lain (Peraturan 5.1.5) menyediakan prosedur Keluhan diatas kapal beserta salman On-board complaint procedure perjanjian kerja laut. PM 84/2013 pasai 11(2) (Regulation 5.1.5) Every ship must have a quality management system that provides, a

complaints procedure form on board with a copy of the seafarer employment agreement

14.Pembayaran upah (Regulation • Gaji danjenis mata uang harus dinyatakan pada perjanjian kerja laut 2.2) dan itu hanya akan ditetapkan oleh satuan waktu, pada periode tidak Payment of wages (Regulation lebih dari satu (1) bulan. 2.2) Salary and currency must be stated in the seafarer employment

agreement and it will only be fixed by the time unit, within a period of no more than one (1) month.

• Pelaut akan diberikan rekening buianan dari pembayaran yang jatuh tempo dan jumlah yang dibayarkan, termasuk upah, pembayaran tambahan dan nilai tukar yang digunakan di mana pembayaran telah dilakukan dalam mata uang atau pada tingkat yang berbeda dari yang disetujui. Seafarers will be given monthly accounts of overdue payments and amounts paid, including wages, additional payments and exchange rates used in which payments have been made in currencies or at different rates than those approved.

DMLC Part I 882018.docx Page 8of 10

Nama dan Jabatan Name and Title

Tanda tangan Signature

(cap atau stempel dan otoritas yang berwenang) (seal or stamp of the authority as appropriate)

Tempat Place Tanggal Date

Ketentuan yang setara Substantial equivalencies

(Catatan: Coret pernyataan yang tidak berlaku) (Note: Strike out the statement which is not applicable)

Ketentuan yang setara berikut, sebagaimana diatur dalam Pasal VI, ayat 3 dan 4 dari Konvensi, kecuali disebutkan di atas, dicatat sebagai berikut (masukkan deskripsi jika diperlukan): The following substantial equivalencies, as provided under Article VI, paragraph 3 and 4, of the Convention, except where stated above, are noted (insert description if applicable);

Tidak ada kesetaraan yang diberikan No equivalency has been granted

Nama dan Jabatan Name and Title

Tanda tangan Signature

(cap atau stempel dan otoritas yang berwenang) (seal or stamp of the authority as appropriate)

Tempat Place Tanggal Date

DMLC Part I 882018.docx Page 9 of 10

Pengecualian Exemptions

(Catatan: Coret pernyataan yang tidak berlaku) (Note: Strike out the statement which is not applicable)

Pengecualian berikut yang diberikan oleh otoritas yang berwenang sebagaimana ditetapkan dalam Judul 3 dan Konvensi: The following exemptions granted by the competent authority as provided in Title 3 of the Convention are noted:

Tidak ada pengecualian yang telah diberikan No exemption has been granted

Nama dan Jabatan Name and Title

Tanda tangan Signature

(cap atau stempel dan otoritas yang berwenang) (seal or stamp of the authority as appropriate)

Tempat Place Tanggal Date

DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT

ttd,

R. AGUS H. PURNOMO

SALINAN SESUAI DENGAN ASLINYA KEPALA BAGIAN HUKUM DAN KSLN

LOLLAN PANJAITAN, ST, MT Pembina Tk. I (IV/b)

NIP. 19710125 199703 1 001

DMLC Part 1882018 salinan.docx Page 10 of 10

Lampiran Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Laut Nomor HK.103/3/13/DJPL.-18 Tanggal : 10 Agustus 2018

Dekiarasi Pemenuhan Ketentuan Ketenagakerjaan Maritime-Bagian II Declaration of Maritime Labour Compliance - Pail!!

Langkah-Iangkah yang diadopsi untuk memastikan kepatuhan yang sedang berlangsung antara setiap pengawasan Measure adopted to ensure ongoing compliance between inspections

Langkah-langkah berikut telah disiapkan oleh pemilik kapal, yang disebut di dalam Sertifikat Ketenagakerjaan Maritim yang deklarasinya terlampir, untuk memastikan pemenuhan berkelanjutan di antara pemeriksaan-

pemeriksaan; The/b/lowing measures have been d,ai'n up by the shipowner, named in the Maritime Labour CerlUIcate to which

this Declaration is attached, to ensure ongoing compliance between inspections:

(Di bawah mi adalah langkah-langkah yang telah disusun untuk memastikan pemenuhan item di Bagian I) (State below the measure drawn up to ensure compliance wi/h each of the items in Part I)

Nama kapal Name of Ship

Nomor IMO 1M0 number

Tonase kotor Gross tonnage

1. Usia minimum(Peraturan 1.1) Alinimimni age (Regulation 1. 1)

2. Sertifikat kesehatan (Peraturan 1.2) Medical certification (Regulation 1. 2.)

3. Kualifikasi pelaut (Peraturan 1.3) Qua! ifications ofsealarers (Regulation 1.3)

4. Perjanjian kerja laut (Peraturan 2.1) Seaflirers' employment agreements (Regulation 2. 1)

5. Penggunaan izin badan usaha swasta untuk perekrutan dan penempatan (Peraturan 1.4) Use of any licensed or cert flied or regulated private recruitment and placement service (Regulation 1.4) ...................................................................................................................

6. Jam kerja atau istirahat (Peraturan 2.3) Hours (y ii'ork or rest (Regulation 2.3

7. Tingkat pengawakan di kapal (Peraturan 2.7) Manning levels fbr the ship (Regulation 2.7,)

8. Akomodasi (Peraturan 3.1) Accommodation (Regulation 3. 1)

9. Fasilitas rekreasi di kapal (Peraturan 3.1) On-hoard recreational facilities (Regulation i. ii

10. Makanan dan katering (Peraturan 3.2) Food and catering ('Regulation 3.2)

11. Kesehatan dan keselamatan dan pencegahan kecelakaan (Peraturan 4.3) health and safely and accident preventionRegulttioiu 4.3

12. Perawatan kesehatan di kapal (Peraturan 4.1) On-hoard medical cure (Regulation 4. 1)

13. Prosedur keluhan di kapal (Peraturan 5.1.5) On-board (Ofl2/)1uiiflt procedures ('Regulation 5. 1.5) ru .........................................................................................................................

14. Pembayaran upah (Peraturan 2.2) Pvnzenz of wages (Regulation 2.2)

Saya dengan mi menyatakan bahwa langkah-langkah di atas telah dibuat untuk memastikan pelaksanaan pemenuhan yang berkelanjutan, di antara pemeriksaan-pemeriksaan, dengan persyaratan yang tercantum dalam Bagian I. / hereby ccii that the above measures have been drawn up to ensure ongoing compliance, between inspections, with the requirements listed in Pa,'! F.

Nama Pemilik Kapal iVaine of 'shipowner

Alamat Perusahaan Company address

Tanda tangan petugas Signature of the aulhori:ed signiztOi'v

Nama dan jabatan petugas yang menandatangani Name and title of the authorized sign atorv Tanggal Date

'Pemilik kapal berarti pemilik atau organisasi lain atau orang, seperti manajer, agen atau bareboat charterer, yang dianggap bertanggung jawab untuk pengoperasian kapal dari peiniliknya dan yang, dengan asumsi tanggung jawab tersebut, telah setuju untuk mengambil alih tugas dan tanggungjawab yang dibebankan pada pemilik kapal sesuai dengan Konvensi i, terlepas dan apakah organisasi atau orang lain memenuhi tugas atau tanggung jawab tertentu atas nama pemilik kapal. Lihat Pasal 11 (1) (j) dari Konvensi. Shipowner means the owner of the ship or another organi:ation or person, such as the manager, agent or harehoal chancre,; who has assumed the responsibilitv,lbr the operation of the ship fro,n the owner and who, on assuming such responsibilihiy has agreed to take over the dz,iics and responsibilities imposed on shipowners in accordance 4'i1lz this Convention, regardless qf whether any other organizations or person lid/li certain of the duties or responsibilities on behalf of the shipowner See Article 116)(i)oft/ic Convention.

Langkah-langkah di atas telah ditinjau oleh (diisi nama pejabat yang berwenang atau organisasi yang diakui) dan pemeriksaan kapal berikutnya, telah ditentukan sebagai pemenuhan tujuan sesuai den-an Standar A5.1.3, alinea 10 (b), menurut Iangkah-langkah untuk menjamin awalnya dan berlangsungnya pemenuhan dengan persyaratan-persyaratan yang telah ditentukan didalam Bagian I dari Dekiarasi mi. The above ineasuies have beeii iei;ici'ed by (insert na/ne 0/ competent authority or duly recognized organization,)

and the jblloiving inspection of the ship. have been determined as meeting the purposes set out under Standard A5.1.3, paragraph 100. regarding measures to ensure initial and ongoing compliance with the requirements set out in Part / of this Declaration.

Nama dan Jabatan ;\'cllne U/UI Title

Tanda tangan Signatur

DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT

ttd,

R. AGUS H. PURNOMO

SALINAN SESUAT DENGAN ASLINYA KEPALA BAGIAN HUKUM DAN KSLN

LOLLAN PANJAITAN, ST, MT Pembina Tk. I (IV/ b)

NIP. 19710125 199703 1 001

Lampiran Peraturan Direktur Jenderal - Perhubungan Laut

-' Nomor HK 103/3/ 13/DJPL-18 Tanggal 10 Agustus 2018

REPUBLIK INDONESIA REPUBLIC OF INDONESIA

SERTIFIKAT KETENAGAKERJAAN MARITIM SEMENTARA INTERIM MARITIME LABOUR CERTIFICATE

NO.:

Diterbitkan berdasarkan ketentuan Pasal V dan Bab 5 dari Konvensi Ketenagakerjaan Maritim, 2006 Issued under the provisions of Article V and Title 5 of'l/ze Maritime Labour Convention, 2006

Berdasarkan wewenang Pemerintah Republik Indonesia Under the autizorit)' u/the Government of: Republic of Indonesia

Oleh KEMENTERIAN PERHUBUNGAN BY MINISTRY OF TRANSPORTATION

DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT DIRECTORATE GENERAL OF SEA TRANSPORTATION

Data kapal Particulars of s/np

Angka atau huruf Pelabuhan Tanggal Tonase

Nama kapal pengenal pendaftaraan Pendaftaran kotor' Nomor IMO Name of ship Distinctive

Port 0/registry Date of Gross IMO number

number or regist;y tonnage letters

Jenis kapal Nama dan alamat pemilik kapal 2

7:vje of ship Name and address of the shipowner

Untuk kapal yang tercakup dalam skema sementara pengukuran tonase sebagaimana ditetapkan oleh Organisasi Maritim Intemasional, tonase kotor adalah yang dimuat dalam kolom CATATAN pada Sertifikat Tonase Internasional (1969). Lihat Pasal 11 (1) (c) dari Konvensi. For ships covered by the tonnage nzeasureI,,ent interim scheme adopted by the /510, the gross tonnage is that which is included in i/se REM.4RKS column of the International Tonnage Certificate (1969). See Article 11(I)(c) of the Convention.

Pemilik kapal adalah pemilik dari kapal, atau organisasi atau perseorangan lain, seperti manajer, agen atau bareboat charterer yang telah mengambil tanggung jawab yang dibebankan kepada pemiliki kapal sesuai dengan Konvensi mi, walaupun organisasi atau perseorangan lain telah memenuhi tugas-tugas atau tanggung jawab tertentu atas nama pemilik kapal. Lihat Pasal 11 (1) (j) dari Konvensi. Shipowner means the owner qI the ship or another organization or person. such as i/se manager. agent or bare boa! charterer, who has assumed the responsibilities imposed on shipowners in accordance with this Convention, regardless of whether any other organi:aiions or persons fi4P1 certain of the duties or responsibilities on be/sail of the ,chipowner. See Article !!(/)(j) of the Convention.

Dengan mi menerangkan, untuk tujuan Konvensi Standar A5.1.3, alinea 7, bahwa: This is to cer41 for the purposes of Standard .45.1.3. paragraph 7. of the Convention, that: a) Bahwa kapal telah diperiksa, sejauh Iayak dan dapat dipraktekkan, untuk berbagai hal yang terdaftar di dalam

Konvensi catatan tambahan A5-I, mempertimbangkan verifikasi di materi (b), (c) dan (d) di bawah. This ship has been inspected. as for as reasonable and practicable, for the niatlers listed in Appendix AS-I to Me Convention, taking into account verification of items under (h), (c) and (d) below

b) Pemilik kapal telah mempertunjukkan kepada pejabat yang berwenang atau organisasi yang diakui bahwa kapal telah mempunyai prosedur yang memadai untuk memenuhi ketentuan Konvensi. The shipowner has demonstrated to the competent authority or recognized organization that the ship has adequate procedures to comply with the Convention.

c) Nakhoda telah memahami persyaratan Konvensi dan bertanggungjawab untuk mengimplementasikan; dan The master island/jar with the requirements of/he Convention and the responsibilities for implementation: and

d) Informasi yang relevan telah disampaikan kepada pejabat yang berwenang atau organisasi yang diakui untuk prosedur Dekiarasi Pemenuhan Ketentuan Ketenagakerjaan Maritim. Relevant information has been suhmniued to the cOmflj)etefll aiiihorilv or recognized organization to procedure a Declaration oJ'%iariiimne Labour Compliance.

berdasarkan pemeriksaan menurut Konvensi Standar Sertifikat mi berlaku sampai A5.1.3 dan A5.1.4. This Certificate is valid until subject to inspections in accordance with standards A5. /.3

and A5.1.4. TanggaJ selesai pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada huruf a) di atas Completion date oft/ic inspection referred to tinder a) above was Diterbitkan di pada Issued a! on

Tanda tangan pejabat yang berwenang menerbitkan sertifikat Signature 0/(/14/v authorized official issuing the Certificate

(cap atau stempel dari otoritas yang berwenang) (seal or stamp oft/ic authority as a/ipropriate)

DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT

ttd,

R. AGUS H. PURNOMO

SALINAN SESUAI DENGAN ASLINYA KEPALA BAGIAN HUKUM DAN KSLN

LOLLAN PANJAITAN, ST, MT Pembina Tk. I (IV/ b)

NIP. 19710125 199703 1 001

Lampiran Peraturan Direktur Jendera

. Perhubungan Laut Nomor HK103/3/13/DJPL-18 Tanggai 10 Agustus 2018

REPUBLIK INDONESIA REPUBLIC OF INDONESIA

SERTIFIKAT KETENAGAKERJAAN MARITIM MARITIME LABOUR CERTIFICATE

NO.:

(Catatan: Sertifikat mi melampirkan Dekiarasi Pemenuhan Ketentuan Ketenagakerjaan Maritim) (tVoie: This Certificate shall have a Declaration offaritime Labour Compliance atiachecO

Diterbitkan berdasarkan ketentuan Pasal V dan Bab 5 dari Konvensi Ketenagakerjaan Maritim, 2006 Issued under the provisions of Article V and Title 5 of the Maritime Labour Convention. 2006

Berdasarkan wewenang Pemerintah Republik Indonesia Iirider the authority qi the Government of: Republic of Indonesia

OIeh KEMENTERIAN PERHUBUNGAN BY MINISTRY OF TRANSPORTI4 TION

DIREKTORAT JENDERAL PERIIUBUNGAN LAUT DIRECTORATE GENERAL OF SEA TRANSPORTATION

Data kapal Particulars of ship

Nama kapal Name of ship

Angka atau huruf pengenal

Distinctive number or letters

Pelabuhan pendaftaraan

of registry

Tonase kotor' Nomor IMO IMO number

Jenis kapal Nama dan alamat pemilik kapal 2 Type of ship Name and address of the shipowner

Untuk kapal yang tercakup dalam skema sernentara pengukuran tonase sebagaimana ditetapkan oleh Organisasi Maritim Intemasional, tOnase kotor adalah yang dimuat dalam kolom CATATAN pada Sertifikat Tonase Intemasional (1969). Lihat Pasal 11 (1) (C) dari Konvensi. For ships covered by the tonnage measurement interim scheme adopted by the lii0. the gross tonnage is that which, is inc/tided in the REiIARKS column of the International ionnaie Certificate (1969). See Article /1(/)(c) of the Conve,,tio,,. 2 Pemilik kapal adalah pemilik dari kapal, atau organisasi atau perseorangan lain, seperti manajer, agen atau bareboat charterer yang telah mengambil tanggungjawab yang dibebankan kepada pemiliki kapal sesuai dengan Konvensi mi, walaupun organisasi atau perseorangan lain telah memenuhi tugas-tugas atau tanggungjawab tertentu ataS nama pemilik kapal. Lihat Pasal 11 (1) (j) dari Konvensi. Shipowner means the owner of the ship or another organization or person, such as the manager. agent or hare boat charterer, who has assumed the responsthiillies imposed on shipowners in accordance with this Convention, regardless of whether any oilier organi:arions or persoiis/ii/I/ certain o/'the duties or responsil'ilitks on I'ehalf of the shipowner. &w Article ll(l)(I) of the Convention.

Dengan mi menerangkan: This is to certify 1. Bahwa kapal telah diperiksa dan diverifikasi untuk pemenuhan persyaratan Konvensi, dan ketentuan dan

Dekiarasi Pemenuhan Ketentuan Ketenagakerjaan Maritim terlampir. Thai the ship has been inspected and var f/led to be in compliance with the requirements of the Convention,

and the provision of the aitciclieti Declaration of Maritime. Labour Compliance. 2. Bahwa kondisi kerja dan kehidupan pelaut sebagaimana diatur pada Appendix A5-1 dari Konvensi telah

dianggap sesuai dengan ketentuan nasional yang dipersyaratkan untuk implementasi Konvensi. Persyaratan nasional tersebut telah diringkas dalam Dekiarasi Pemenuhan Ketentuan Ketenagakerjaan Maritim, Bagian I That the seafarers working and living conditions specified in .412pendb .45-/ of the Convention were found to correspond to the aboveinentioned countrys national requirements implementing the Convention. These national requirements are summarized in the Declaration of )%'IclritimnL' Labour Compliance, Part /

namun tergantung pada pemeriksaan sesuai dengan Sertifikat mi benlaku sampai Standar A5.1.3 dan A5.1.4 dari Konvensi. This Certf/lcate is valid 11,7111 sith/ect to inspections in accordance with Standards A5. 1.3

and A5.1.4 of/he Convention. Sertifikat mi berlaku hanya ketika Dekiarasi Pemenuhan Ketentuan Ketenagakerjaan Maritim diterbitkan This Cart f/kate is valid Oii/i F/ien the Declaration of Maritime Labour Compliance issued

di Pada terlampir. I is attached. at 1 1 on I Tanggal selesai pemeriksan pada sertifikat mi berdasarkan pada Completion date of the inspection on which this Certificate is based was Diterbitkan di Pada Issued at I I on

Tanda tangan pejabat yang berwenang menerbitkan sertifikat Signature of dim/v authorized offIcial issuing the Certificate

(cap atau stenipel dari otoritas yang berwenang) (seal or sicunp (yt/ic ant/ion/v as appropriate)

Pengukuhan untuk pemeriksaan menengah yang wajib dan jika diperlukan, setiap pemeriksaan tambahan. Endorse,nenifor mandatory intermediate inspection and if required, any additional inspection.

Hal mi untuk menyatakan bahwa kapal telah diperiksa sesuai dengan Standar A5.1.3 dan A5.1.4 Konvensi dan bahwa kondisi pekerjaan dan kehidupan pelaut yang ditentukan dalam Appendix A5-I dari Konvensi telah dianggap sesuai dengan persyaratan nasional implementasi Konvensi. This is to certf,i: that the ship was inspected in accordance with Standards A5. 1.3 and A5.1.4 of the convention and that the seafarers' working and living conditions specified in Appendix .45-1 of the Convention 14'ere ound to correspond to the ahovemeniionecl country national requirements implementing the Convention.

Pemeriksaan antara: Ditandatangani Intermediate inspection: Signed

(tanda tangan pejabat berwenang) (dilengkapi antara tanggal ulang tahun kedua dan

(signaIure of authori:ed (y,ticiul,)

ketiga) (cap atau stempel dari otonitas 'to be completed between the yang berwenang)

second and third anniversary (sac!l or stamp of/he authority as dates) appropriate)

Tempat Place

Tanggal Date

Pengukuhan tambahan (jika diperlukan) Additional endorsements (frequired)

Hal mi untuk menyatakan bahwa kapal telah menjalani pemeriksaan tambahan untuk tujuan memverifikasi bahwa kapal tetap memenuhi persyaratan nasional untuk implementasi Konvensi, sebagaimana dipersyaratkan pada Standar A3.1, paragraf 3, atau Konvensi (registrasi ulang atau perubahan substansial mengenai akomodasi) atau untuk tujuan lainnya. This is to certi/j.' that the ship was the subject cfan additional inspection for the purpose of verjfring the ship continued to be in compliance with the national requirements implementing the Convention, as required by StandardA3. l, paragraph 3, or the Convention (re-registration or substantial alteration of accommodation) orfbr other reasons.

Pemeriksaan tambahan: Ditandatangani Additional inspection: Signc'I

(tanda tangan pejabat berwenang) (jika dibutuhkan) (signature of authori:ed official) (if required)

(cap atau stempel dari otoritas yang berwenang) ('seal or staniJ) of/he authority as appropriate)

Tempat Place

Tanggal L)iie

Pemeriksaan tambahan: Ditandatangani Additional inspection: Signed

(tanda tangan pejabat berwenang) (jika dibutuhkan) ignature of auihori:ed ofjIcialf ri/required;

(cap atau stempel dari otoritas yang berwenang) (seal or stamp of/he authority as appropriate,)

Tempat Place

Tanggal I)ciie

Pemeriksaan tambahan: Ditandatangani Additional inspection: Signed

(tanda tangan pejabat berwenang) (jika dibutuhkan) (.si,aIzue qJ authorize;! of}lcia/i (if required)

(cap atau stempel dari otoritas yang berwenang) (seal or slump of the authority as appropriate)

Tempat Place

Tanggal

DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT

ttd,

R. AGUS H. PURNOMO

SALINAN SESUAI DENGAN ASLINYA KEPALA BAGIAN HUKUM DAN KSLN

LOLLAN PANJAITAN, ST, MT Pembina Tk. I (IV/b)

NIP. 19710125 199703 1 001

Lainpiran Peraturan Direktur Jenderal Perhubungari Laut Nomor HK.103/3/13/DJPL-18 Tanggal : 10 Agustus 2018

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN MINISTRY OF TRANSPORTATION

DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN LAIJT DIRECTORATE GENERAL OF SEA TRANSPORTATION

a 1 WT7

LAPORAN PEMERIKSAAN KAPAL DALAM RANGKA SERTIFIKASI MARITIME LABOUR CONVENTION (MLC) 2006

NAMA KAPAL

PEMILIK I OPERATOR

AGENT

TEMPAT, TANGGAL PEMERIKSAAN

PEMERIKSA I MARINE INSPECTOR

NOMOR KARTU MI

cek list Pemeriksaan MLC 882018.docx Page 1 of 24

LAPORAN SINGKAT TENTANG PEMENUHAN KAPAL TERHADAP MARITIME LABOUR CONVENTION (MLC) 2006

NAMAKAPAL . ...................................................MILIK ...............................................................

TEMPAT PEMERIKSAAN .............................. PADA TANGGAL ...........................................

OLEH . ................................................................MARINE INSPECTOR: ....................................

No Persyaratan Va Tidak Tidak Keterangan No Requirements Yes No Dipersyaratkan Remarks

1 Persyaratan-persyaratan minimum bagi awak kapal yang bekerja di atas kapal Minimum requirements for seafarers to work on a ship

2 Kondis kerja Condition of employment

3 Akomodasi, fasilitas rekreasi, makanan dan katering Accommodation, recreational facilities, food and catering

4 Perlindungan kesehatan, perawatan medis, kesejahteraan dan jaminan sosial. Health protection, medical care, welfare and social security protection

5 Pemenuhan dan penegakan Compliance and enforcement

cek list Pemeriksaan MLC 8820 18.docx Page 2 of 24

USIA MINIMUM, REGULASI 1.1 MINIMUM AGE, REGULATION 1.1

No Persyaratan Ya Tidak Tidak Keterangan No Requirements Yes No Dipersyaratkan Remarks

1 Orang-orang dengan umur di bawah 16 tahun tidak boleh dipekerjakan atau diberi tugas atau bekerja diatas kapal. Persons below the age of 16 shall not be employed or engaged or work on a ship (Standard Al. 1, paragraph 1).

2 Pelaut-pelaut dengan umur di bawah 18 tahun tidak boleh dipekerjakan atau diberi tugas pada tempat yang dapat membahayakan kesehatan dan keselamatan mereka. Seafarers under the age of 18 shall not be employed or engaged or work where the work is likely to jeopardize their health or safety (Standard Al. 1, paragraph 4).

3 Perhatian khusus untuk pelaut-pelaut dengan umur di bawah 18 harus diberikan untuk keselamatan dan kesehatan sesuai dengan aturan nasional. Special attention must be paid to the safety and health of seafarers under the age of 18, in accordance with national laws and regulations (Standard A4.3, paragraph 2(b)).

4 Dilarang kerja malam untuk pelaut-pelaut dengan umur di bawah 18 tahun pengecualian perpanjangan waktu kerja dibuat oleh pemerintah dalam kegiatan pelatihan. Night work for seafarers under the age of 18 is prohibited, except to the extent that an exemption has been made by the competent authority under Standard Al. 1, paragraph 3, in the case of training programmes (Standard Al. 1, paragraph

-2).

cek list Pemeriksaan MLC 882018.docx Page 3 of 24

SERTIFIKAT KESEHATAN, REGULASI 1.2 MEDICAL CERTIFICATE, REGULATION 1.2

No Persyaratan Ya Tidak l Dipersyaratkan Tidak Keterangan

No Requirements Yes No Remarks 1 Pelaut tidak dibolehkan bekerja di atas

kapal kecuali memiliki Sertifikat Kesehatan yang menyatakan bahwa sehat untuk melaksanakan tugas di atas kapal. Seafarers are not allowed to work on a ship unless they are certified * as medically fit to perform their duties.

2 Untuk pelaut-pelaut yang bekerja di atas kapal-kapal yang melaksanakan pelayaran internasional, Sertifikat Kesehatan harus dalam Bahasa Inggris. For seafarers working on ships ordinarily engaged on international voyages the certificate must be provided in English (Standard A 1.2, paragraph 10).

3 Sertifikat Kesehatan harus dikeluarkan oleh praktisi kesehatan dan harus masih tetap berlaku saat di atas kapal. The medical certificate must have been issued by a duly qualified medical practitioner and must be still valid.

4 Periode masa berlaku sertifikat kesehatan adalah sesuai aturan nasional berikut: The period of validity for a certificate is determined under national law in accordance with the following: - Maksimum 2 tahun untuk sertifikat

kesehatan kecuali untuk pelaut dengan umur dibawah 18 tahun selama 1 tahun. two-year maximum for medical certificates except for seafarers under 18; then it is one year,

- Maksimum 6 tahun untuk sertifikat bebas buta warna. six-year maximum for a colour vision certificate.

cek list Pemeriksaan MLC 882018.docx Page 4 of 24

PELATIHAN DAN KUALIFIKASI, REGULASI 1.3 TRAINING AND QUALIFICATIONS, REGULATION 1.3

No Persyaratan Ya Tidak Tidak Keterangan No Requirements Yes No Dipersyaratkan Remarks

1 Setiap pelaut harus telah mengikuti pelatihan dan memiliki sertifikat keahlian atau kualifikasi lain untuk melaksanakan tugas sesuai dengan peraturan nasional. Seafarers must be trained or certified * as competent or otherwise qualified to perform their duties in accordance with flag State requirements.

2 Setiap pelaut harus telah selesai mengikuti pelatihan keselamatan din dasar di atas kapal. Seafarers must have successfully completed training for personal safety on board ship.

cek list Pemeriksaan MLC 882018.docx Page 5 of 24

PEREKRUTAN DAN PENEMPATAN, REGULASI 1.4 RECRUITMENT AND PLACEMENT, REGULATION 1.4

No Persyaratan Ya Tidak Tidak Keterangan No Requirements Yes No Dipersyaratkan Remarks

1 Jika pemilik kapal menggunakan perusahaan swasta perekrutan dan penempatan awak kapal, perusahaan tersebut harus terdaftar dan disertifikasi sesuai MLC, 2006. Where a shipowner has used a private seafarer recruitment and placement service, * it must be licensed or certified or regulated in accordance with the MLC, 2006.

2 Pelaut-pelaut tidak boleh dipungut biaya dalam menggunakan Iayanan perusaha- an perekrutan dan penempatan tersebut. Seafarers shall not be charged for use of these services.

3 Pemilik kapal yang menggunakan layanan yang berbasis di Negara-negara bukan pihak MLC, 2006, harus memastikan, sejauh dapat dipraktekkan, bahwa Iayanan ini memenuhi persyaratan MLC, 2006. Shipowners using services based in States not party to the MLC, 2006, must ensure, as far as practicable, that these services meet the requirements of the MLC, 2006 (Standard Al. 4, paragraph 9).

cek list Pemeriksaan MLC 882018.docx Page 6 of 24

PERJANJIAN KERJA LAUT, REGULASI 2.1 SEA FARES EMPLOYMENT A GREMENTS, REGULATION 2.1

No Persyaratan Va Tidak Tidak Keterangan No Requirements Yes No Dipersyaratkan Remarks

1 Semua pelaut harus memiliki salman perjanjian kerja laut yang telah dftandatangani oleh pelaut dan pemilik kapal atau perwakilan pemilik kapal. All seafarers must have a copy of their seafarers' employment agreement (SEA) signed by both the seafarer and the shipowner or shipowner's representative (or, where they are not employees, other evidence of contractual or similar arrangements).

2 Dalam perjanjian kerja laut minimum berisi hal-hal sesual Standar A.2.1 paragraf 4, MLC, 2006 A SEA must, at a minimum, contain the matters set out in Standard A2. 1, paragraph 4(a)—(k) of the MLC, 2006 (Standard A2. 1, paragraph 4).

3 Pelaut-pelaut harus diberikan dokumen berisi tentang catatan pekerjaan mereka di atas kapal (buku pelaut) Seafarers must also be given a document containing a record of their employment on the ship (such as a discharge book) (Standard A2. 1, paragraph 1(e)).

4 Jika perjanjian kerja bersama adalah bagian perjanjian kerja laut (PKL), perjanjian kerja bersama harus ada di atas kapal sesuai dengan ketentuan dan dalam Bahasa lnggris. Where a collective bargaining agreement forms all or part of the SEA, the agreement must be on board the ship with relevant provisions in English (except for ships engaged only in domestic voyages) (Standard A2. 1, paragraph 2).

cek list Pemeriksaan MLC 882018.docx Page 7 of 24

GAJI (UPAH), REGULASI 2.2 WAGES, REGULATION 2.2

No Persyaratan Ya Tidak Tidak Keterangan No Requirements Yes No Dipersyaratkan Remarks

1 Pelaut harus dibayar tidak lebih besar dari interval-interval bulanan dan secara penuh untuk pekerjaan mereka sesuai dengan perjanjian kerja mereka. Seafarers must be paid at no greater than monthly intervals and in full for their work in accordance with their employment agreements. *

2 Pelaut berhak atas satu rekening setiap bulan yang menunjukkan upah bulanan dan potongan resmi apa pun seperti pemberian. Seafarers are entitled to an account each month indicating their monthly wage and any authorized deductions such as allotments.

3 Tidak ada pemotongan yang tidak sah, seperti pembayaran untuk perjalanan ke atau dari kapal. No unauthorized deductions, such as payments for travel to or from the ship.

4 Biaya pengiriman uang/jasa transmisi allotment ** harus wajar dan nilai tukar sesuai dengan persyaratan nasional. Charges for remittances/allotment **

transmission services must be reasonable and exchange rates in accordance with national requirements.

cek list Pemeriksaan MLC 882018.docx Page 8 of 24

JAM KERJA DAN JAM ISTIRAHAT, REGULASI 2.3 HOURS OF WORK HOURS OF REST,REGULATION 2.3

No Persyaratan Ya Tidak Tidak Keterangan No Requirements Yes No Dipersyaratkan Remarks

Waktu istirahat minimum * tidak boleh kurang dari sepuluh jam dalam jangka waktu 24 jam dan 77 jam dalam periode tujuh hari apa pun, jika hukum nasional yang terkait terkait dengan jam istirahat, atau, jika hukum nasional yang relevan berkaitan dengan jam kerja, jam kerja maksimum ** tidak boleh melebihi 14 jam dalam jangka waktu 24 jam dan 72 jam dalam setiap periode tujuh han (Standar A2.3, paragraf 5, sebagaimana diimplementasikan dalam standar nasional). The minimum hours of rest * must not be less than ten hours in any 24-hour period and 77 hours in any seven-day period, if the relevant national law relates to hours of rest, or, if the relevant national law relates to hours of work, the maximum hours of work ** must not exceed 14 hours in any 24-hour period and 72 hours in any sevenday period (Standard A2.3, paragraph 5, as implemented in national standards).

2 Jam istirahat dapat dibagi menjadi tidak lebih dari dua periode, salah satunya harus setidaknya enam jam; interval antara periode istirahat berturut-turut tidak boleh melebihi 14 jam (Standar A2.3, paragraf 6, sebagaimana diimplementasikan dalam standar nasional). Hours of rest may be divided into no more than two periods, one of which must be at least six hours; the interval between consecutive periods of rest must not exceed 14 hours (Standard A2.3, paragraph 6, as implemented in the national standards).

3 Penhitungan harus diambil dari bahaya yang ditimbulkan oleh kelelahan pelaut (Standar A2.3, paragraf 4) Account must be taken of the danger posed by the fatigue of seafarers (Standard A2.3, paragraph 4).

cek list Pemeriksaan MLC 882018.docx Page 9 of 24

HAK CUTI, REGULASI 2.4 ENTITLEMENT TO LEAVE, REGULATION 2.4

No Persyaratan Ya Tidak Tidak Keterangan No Requirements Yes No Dipersyaratkan Remarks

1 Pelaut harus diizinkan dibayar cuti tahunan * sesuai dengan hukum dan peraturan nasional yang menerapkan MLC, 2006. Seafarers must be allowed paid annual leave * in accordance with national laws and regulations implementing the MLC, 2006.

2 Perjanjian yang tidak sah untuk membatalkan cuti tahunan minimum dengan bayaran dilarang (Standar A2.4, paragraf 3). Unauthorized agreements to forgo the minimum annual leave with pay are prohibited (Standard A2.4, paragraph 3).

3 Pelaut harus diberikan cuti ke darat untuk memberi manfaat bagi kesehatan dan kesejahteraan mereka dan konsisten dengan persyaratan operasional dan posisi mereka. Seafarers are to be granted shore leave to benefit their health and well-being and consistent with the operational requirements of their positions

cek list Pemeriksaan MLC 882018.docx Page 10 of 24

PEMULANGAN, REGULASI 2.5 REPATRIATION, REGULATION 2.5

No Persyaratan Ya Tidak Tidak No i Dipersyaratkan

Keterangan No Requirements Yes Remarks

Pelaut harus dipulangkan, tanpa biaya untuk diri mereka sendiri, sesuai dengan ketentuari nasional yang menerapkan MLC, 2006. Seafarers are to be repatriated, at no cost to themselves, in accordance with the national provisions implementing the MLC, 2006.

2 Pemilik kapal diharuskan untuk menyediakan keamanan finansial untuk memastikan bahwa repatriasi akan terjadi. Shipowners are required to provide financial security to ensure that repatriation will occur.

3 Salman ketentuan nasional yang berlaku mengenai repatriasi harus dibawa di atas kapal dan tersedia bagi para pelaut dalam bahasa yang sesuai. A copy of the applicable national provisions regarding repatriation must be carried on ships and available to seafarers in an appropriate language (Standard A2.5, paragraph 9).

4 Sekurang-kurangnya pelaut berhak atas repatriasi dalam situasi berikut: At a minimum seafarers are entitled to repatriation in the following circumstances: • Jika perjanjian kerja pelaut berakhir,

sementara mereka berada di luar negeri; if the seafarers' employment agreement expires while they are abroad;

• Ketika perjanjian kerja pelaut mereka dihentikan: when their seafarers' employment agreement is terminated: > OIeh pemilik kapal; atau

by the shipowner; or

cek list Pemeriksaan MLC 882018.docx Page 11 of 24

PEMULANGAN, REGULASI 2.5 REPATRIATION, REGULATION 2.5

No Persyaratan Ya Tidak Tidak Keterangan No Requirements Yes No Dipersyaratkan Remarks

> Oeh pelaut untuk alasan yang dibenarkan; dan by the seafarer for justified reasons; and

Ketika para pelaut tidak lagi dapat melaksanakan tugas mereka di bawah perjanjian kerja mereka atau tidak dapat diharapkan untuk melaksanakannya dalam keadaan khusus. when the seafarers are no longer able to carry out their duties under their employment agreement or cannot be expected to carry them out in the specific circumstances (Standard A2.5, paragraphs 1 and 2).

cek list Pemeriksaan MLC 882018.docx Page 12 of 24

TINGKAT PENGAWAKAN, REGULASI 2.7 MANNING LEVEL, REGULATION 2.7

No Persyaratan Ya Tidak Tidak Keterangan No Requirements Yes No Dipersyaratkan Remarks

Kapal harus memiliki jumlah pelaut yang cukup yang bekerja di kapal untuk memastikan bahwa kapal dioperasikan dengan aman, efisien dan dengan memperhatikan keamanan dalam semua kondisi, dengan mempertimbangkan kekhawatiran tentang kelelahan dan sifat khusus dan kondisi pelayaran. Ship must have a sufficient number of seafarers employed on board to ensure that ships are operated safely, efficiently and with due regard to security under all conditions, taking into account concerns about fatigue and the particular nature and conditions of voyage.

2 Kapal harus mematuhi tingkat pengawakan yang tercantum pada Dokumen Keselamatan Pengawakan atau setara, yang dikeluarkan oleh otoritas yang berwenang. Ship must comply with the manning levels listed on the Safe Manning Document (SMD) or equivalent issued by the competent authority (Standard A2.7, paragraph 1).

cek list Pemeriksaan MLC 882018.docx Page 13 of 24

AKOMODASI DAN FASILITAS REKREASI, REGULASI 3.1 ACCOMMODATION AND RECRA TIONAL FACILITIES, REGULATION 3.1

No Persyaratan Ya Tidak Tidak Keterangan No Requirements Yes No Dipersyaratkan Remarks

Kapal harus sesuai dengan standar minimum yang ditetapkan oleh MLC, 2006, menyediakan dan memelihara akomodasi yang Iayak dan fasilitas rekreasi bagi pelaut yang bekerja atau tinggal di kapal, atau keduanya, konsisten dengan mempromosikan kesehatan dan kesejahteraan pelaut. Ships must be in compliance with the minimum standards established by the MLC, 2006, providing and maintaining decent accommodation and recreational facilities for seafarers working or living on ships, or both, consistent with promoting seafarers' health and well-being.

2 Akomodasi pelaut harus aman dan Iayak dan harus memenuhi persyaratan nasional yang menerapkan MLC, 2006. Seafarer accommodation must be safe and decent and must meet national requirements implementing the ML C, 2006 (Standard A3. 1, paragraph 1).

3 Inspeksi yang sering dilakukan terhadap area akomodasi pelaut dilakukan oteh Nakhoda atau yang ditunjuk (Standar A3.1, paragraf 18) dan dicatat dan catatan tersedia untuk ditinjau ulang. Frequent inspections of seafarer accommodation areas are carried out by the master or a designate (Standard A3. 1, paragraph 18) and are recorded and the records are available for review.

4 Untuk kapal yang akan dioperasikan: lnspektur negara bendera yang hadir harus mengetahui proses persetujuan rencana yang dilakukan selama pembangunan kapal sehubungan dengan pengaturan akomodasi pelaut. Sebagai bagian dari inspeksi pertama kapal, I nspektur perlu memverifikasi bahwa akomodasi dan fasilitas rekreasi telah dibangun sesuai dengan gambar yang disetujui. Hal yang sama berlaku untuk kapal yang telah diubah secara substansial. Proses mi tidak perlu diulang untuk pemeriksaan berikutnya.

cek list Pemeriksaan MLC 382018.docx Page 14 of 24

AKOMODASI DAN FASILITAS REKREASI, REGULASI 3.1 ACCOMMODATION AND RECRATIONAL FACILITIES, REGULATION 3.1

No Persyaratan Va Tidak Tidak Keterangan No Requirements Yes No Dipersyaratkan Remarks

For ships coming into service: The attending flag State inspector should be aware of the plan approval process undertaken during the construction of the ship with respect to the seafarer accommodation arrangements. As part of the first inspection of a ship the inspector will need to verify that the accommodation and recreational facilities have been constructed in accordance with the approved drawings. The same applies to ships that have been substantially altered. This process need not be repeated for subsequent inspections. For ships that were in existence before entry into force of the MLC, 2006, for the flag State: Untuk kapal yang beroperasi sebelum berlakunya MLC 2006, Untuk negara bendera Perhitungan harus diambil dari ketentuan nasionat apa pun yang mungkin telah diadopsi (lihat Bab 2 dari pedoman mi) sehubungan dengan masalah mi. Kapal- kapal mi masih perlu diperiksa sehubungan dengan akomodasi pelaut dan fasilitas rekreasi untuk memverifikasi bahwa kapal: • Memenuhi standar yang ditetapkan

dalam Konvensi ILO No. 92, 133, 147 atau Protokol 1996 untuk Konvensi No. 147 (jika berlaku di Negara Bendera); dan I atau meets the standards set out in either IL Conventions Nos 92, 133, 147 or the Protocol of 1996 to Convention No. 147 (if applicable in the flag State); and/or

cek list Pemeriksaan MLC 882018.docx Page 15 of 24

AKOMODASI DAN FASILITAS REKREASI, REGULASI 3.1 ACCOMMODATION AND RECRATIONAL FACILITIES, REGULATION 3.1

No Persyaratan Va Tidak Tidak Keterangan No Requirements Yes No Dipersyaratkan Remarks

Menyediakan dan memelihara akomodasi yang Iayak dan fasilitas rekreasi bagi pelaut yang bekerja atau tinggal di kapal, atau keduanya, konsisten dengan mempromosikan kesehatan dan kesejahteraan para pelaut sesual dengan undang- undang nasional. provides and maintains decent accommodation and recreational facilities for seafarers working or living on board, or both, consistent with promoting the seafarers' health and well-being in accordance with national legislation.

cek list Pemeriksaan MLC 882018.docx Page 16 of 24

MAKANAN DAN KATERING, REGULASI 3.2 FOOD AND CATERING, REGULATION 3.2

No Persyaratan Ya Tidak Tidak Keterangan No Requirements Yes No Dipersyaratkan Remarks

1 Makanan dan air minum harus memiliki kualitas, ni!ai gizi dan kuantitas yang tepat, dengan mempertimbangkan persyaratan kapal dan latar belakang budaya dan agama pelaut yang berbeda di kapal. Food and drinking water must be of appropriate quality, nutritional value and quantity, taking into account the requirements of the ship and the differing cultural and religious backgrounds of seafarers on the ship.

2 Makanan akan diberikan gratis kepada pelaut selama periode perjanjian. Food is to be provided free of charge to seafarers during the period of engagement.

3 Pelaut yang dipekerjakan sebagal koki kapal * dengan tanggung jawab untuk menyiapkan makanan harus dilatih dan memenuhi syarat untuk posisi mereka. Seafarers employed as ships' cooks *

with responsibility for preparing food must be trained and qualified for their positions.

4 Pelaut yang bekerja sebagal koki kapal tidak boleh kurang dari 18 tahun. Seafarers working as ships' cooks must not be less than 18 years old (Standard A3.2, paragraph 8).

5 Inspeksi yang teratur dan terdokumentasi atas makanan, air dan fasilitas katering dilakukan oleh Nakhoda atau yang ditu nj u k. Frequent and documented inspections of food, water and catering facilities are carried out by the master or a designate (Standard A3. 2, paragraph 7).

cek list Pemeriksaan MLC 8820 18.docx Page 17 of 24

PERAWATAN MEDIK DI ATAS KAPAL DAN DI DARAT, REGULASI 4.1 MEDICAL CARE ON BOARD SHIP AND SHORE, REGULATION 4.1

No Persyaratan Ya Tidak Tidak Keterangan No Requirements Yes No Dipersyaratkan Remarks

1 Pelaut harus dilindungi oleh Iangkah- Iangkah yang memadai untuk melindungi kesehatan mereka dan memiliki akses ke perawatan medis yang cepat dan memadai, termasuk perawatan gigi penting, saat bekerja di kapal. Seafarers must be covered by adequate measures for the protection of their health and have access to prompt and adequate medical care, including essential dental care, whilst working on board.

2 Perlindungan dan perawatan kesehatan harus diberikan tanpa biaya kepada pelaut, sesuai dengan hukum dan praktik nasional. Health protection and care are to be provided at no cost to the seafarer, in accordance with national law and practice.

3 Pemilik kapal harus mengizinkan pelaut hak untuk mengunjungi dokter atau dokter gigi yang berkualifikasi tanpa penundaan di pelabuhan panggilan, jika memungkinkan. Shipowners are to allow seafarers the right to visit a qualified medical doctor or dentist without delay in ports of call, where practicable (Standard A4.1, paragraph 1(c)).

cek list Pemeriksaan MLC 8820 18.docx Page 18 of 24

KEWAJIBAN PARA PEMILIK KAPAL, REGULASI 4.2 SHIPOWNERS LIABILITY, REGULATION 4.2

No Persyaratan Ya Tidak Tidak Keterangan No Requirements Yes No i Dipersyaratkan Remarks

Pelaut memiliki hak untuk mendapatkan bantuan materi dan dukungan dan pemiUk kapal sehubungan dengan konsekuensi keuangan dari penyakit, cedera atau kematian yang tenjadi saat mereka di bawah perjanjian kerja laut atau yang timbul dari pekerjaan mereka berdasarkan perjanjian tersebut. Seafarers have a right to material assistance and support from the shipowner with respect to the financial consequences of sickness, injury or death occurring while they are serving under a SEA or arising from their employment under such agreement.

2 Pemilik kapal bertanggung jawab untuk membiayai pengeluaran perawatan medis, termasuk perawatan medis dan pasokan obat-obatan yang diperlukan dan peralatan terapi, dan papan dan penginapan jauh dari numah sampai pelaut yang sakit atau terluka telah pulih, atau sampai penyakit atau ketidakmampuan telah dinyatakan permanen. Shipowners are liable to defray the expense of medical care, including medical treatment and the supply of the necessary medicines and therapeutic appliances, and board and lodging away from home until the sick or injured seafarer has recovered, or until the sickness or incapacity has been declared of a permanent character (Standard A4.2, paragraph 1(c)).

3 Pemilik kapal hanus menyediakan jaminan keuangan untuk menjamin kompensasi jika terjadi kematian atau cacat jangka panjang pelaut karena cedera, sakit atau bahaya di tempat kerja, sebagaimana diatur dalam hukum nasional, perjanjian kerja laut atau kesepakatan kerja bersama.

cek list Pemeriksaan MLC 882018.docx Page 19 of 24

KEWAJIBAN PARA PEMILIK KAPAL, REGULASI 4.2 SHIPOWNERS LIABILITY, REGULATION 4.2

No Persyaratan Va Tidak Tidak Keterangan No Requirements Yes No Dipersyaratkan Remarks

Shipowners are to provide financial security to assure compensation in the event of the death or long-term disability of seafarers due to an occupational injury, illness or hazard, as set out in national law, the SEA or collective agreement (Standard A4.2, paragraph 1(4)).

4 Langkah-tangkah harus diambil untuk melindungi barang milik pelaut yang ditinggalkan di kapal oleh pelaut yang sakit, terluka atau meninggal. Measures are to be taken to safeguard the property of seafarers left on board by sick, injured or deceased seafarers (Standard A4.2, paragraph 7).

cek list Pemeriksaan MLC 882018.dox Page 20 of 24

PERLINDUNGAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN DAN PENCEGAHAN KECELAKAAN, REGULASI 4.3

HEALTH DAN SAFETY PROTECTION AND ACCIDENT PREVENTION, REGULATION 4.3

No Persyaratan Va Tidak Tidak Keterangan No Requirements Yes No Dipersyaratkan Remarks

Lingkungan kerja, hidup dan pelatihan di kapal harus aman dan higienis dan sesuai dengan hukum dan peraturan nasional dan tindakan lain untuk keselamatan dan perlindungan kesehatan kerja dan pencegahan kecelakaan di atas kapal. Tindakan pencegahan yang wajar harus dilakukan pada kapal untuk mencegah kecelakaan, cedera, dan penyakit dalam pekerjaan termasuk risiko terpapar terhadap tingkat berbahaya dari faktor lingkungan dan bahan kimia serta risiko cedera atau penyakit yang mungkin diakibatkan oleh penggunaan peralatan dan mesin pada kapal The working, living and training environment on ships must be safe and hygienic and conform to national laws and regulations and other measures for occupational safety and health protection and accident prevention on board ship. Reasonable precautions are to be taken on the ships to prevent occupational accidents, injuries and diseases including risk of exposure to harmful levels of ambient factors and chemicals as well as the risk of injury or disease that may result from the use of equipment and machinery on the ship (Standard A4.3, paragraph 1(b)).

2 Kapal harus memiliki kebijakan dan program keselamatan dan kesehatan kerja untuk mencegah kecelakaan dan penyakit kecelakaan kerja, dengan perhatian khusus terhadap keselamatan dan kesehatan pelaut di bawah usia 18 tahun (Standar A4.3, paragraf 1 (c) dan 2 (b)).

cek list Pemeriksaan MLC 882018.docx Page 21 of 24

PERLINDUNGAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN DAN PENCEGAHAN KECELAKAAN, REGULASI 4.3

HEALTH DAN SAFETY PROTECTION AND ACCIDENT PREVENTION, REGULATION 4.3

No Persyaratan Ya Tidak Tidak Keterangan No Requirements Yes No Dipersyaratkan Remarks

Ship must have an occupational safety and health policy and programme to prevent occupational accident injuries and diseases, with a particular concern for the safety and health of seafarers under the age of 18 (Standard A4.3,

. paragraphs 1(c) and 2(b)). 3 Sebuah komite keselamatan kapal, yang

mencakup partisipasi perwakilan keamanan pelaut, diperlukan (untuk kapal dengan lima atau Iebih pelaut). A ship safety committee, that includes participation by the seafarer safety representative, is required (for ships with five or more seafarers) (Standard A4.3, paragraph 2(d)).

4 Evaluasi risiko diperlukan untuk manajemen keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja (dengan mempertim bang kan data statistik yang relevan) Risk evaluation is required for on-board occupational safety and health management (taking into account relevant statistical data) (Standard A4.3, paragraph 8).

cek list Pemeriksaan MLC 882018.docx Page 22 of 24

JAMINAN SOSIAL, REGULASI 4.5 SOCIAL SECURITY, REGULATION 4.5

No Persyaratan Ya Tidak Tidak Keterangan No Requirements Yes No Dipersyaratkan Remarks

1 Pelaut yang tunduk pada undang-undang jaminan sosial negara bendera, dan, sejauh yang diatur dalam undang-undang nasionanya, tanggungan mereka berhak mendapatkan manfaat dari perlindungan jaminan sosial yang tidak kurang menguntungkan dari pada yang dinikmati oleh pekerja-pekerja di darat Seafarers who are subject to the flag State's social security legislation, and, to the extent provided for in its national law, their dependants, are entitled to benefit from social security protection no less favourable than that enjoyed by shore workers

cek list Pemeriksaan MLC 882018.docx Page 23 of 24

PRINSIP-PRINSIP UMUM, REGULASI 5.1.1 GENEREAL PRINCIPLES, REGULATION 5. 1.1

No Persyaratan Ya Tidak Tidak Keterangan

No Requirements Yes No Dipersyaratkan Remarks

1 Kapal wajib memiliki salman MLC, 2006, tersedia di kapal. Ships are required to have a copy of the MLC, 2006, available on board.

PROSEDUR PENGAJUAN KELUHAN DIATAS KAPAL, REGULASI 5.1.5 ON-BOARD COMPLAINT PROCEDURES, REGULATION 5.1.5

No Persyaratan Ya Tidaki Tidak Keterangan No Requirements Yes No Dipersyaratkan Remarks

1 Kapal harus memiliki prosedur di atas kapal untuk penanganan keluhan pelaut yang adil, efektif dan cepat, dugaan pelanggaran persyaratan MLC, 2006 (termasuk hak-hak pelaut). Ships must have on-board procedures for the fair, effective and expeditious handling of seafarer complaints alleging breaches of the requirements of the MLC, 2006 (including seafarers' rights).

2 Semua pelaut harus diberikan salman prosedur pengaduan di atas kapal yang berlaku di kapal. mi harus dalam bahasa kerja kapal. All seafarers must be provided with a copy of the on-board complaint procedures applicable on the ship. This should be in the working language of the ship.

3 Penghukuman pelaut karena mengajukan pengaduan berdasarkan MLC, 2006, adalah dilarang. Victimization of seafarers for filing complaints under the MLC, 2006, is prohibited.

Tempat dan Tanggal Pemeriksaan Place and Date to Survey

Mengetahui: Representative of

Pemeriksa,

MARINE INSPECTOR IDNO........................

DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT

ttd,

R. AGUS H. PURNOMO

SALINAN SESUAI DENGAN ASLINYA KEPALA BAGIAN HUKUM DAN KSLN

LOLLAN PANJAITAN, ST. MT Pembina Tk. I (IV/ b)

NIP. 19710125 199703 1 001