Knowledge Capturing 2009_Low Res

46
KNOWLEDGE CAPTURING 2009 *Seri Knowledge Management Belajar dari pemikiran Julius Wahjono & Mulyono Widodo Vol.01 PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Tengah dan DI. Yogyakarta

Transcript of Knowledge Capturing 2009_Low Res

Page 1: Knowledge Capturing 2009_Low Res

KNOWLEDGECAPTURING

2009

*Seri Knowledge Management

Belajar dari pemikiranJulius Wahjono &Mulyono Widodo

Vol.01

PT. PLN (Persero)Distribusi Jawa Tengah dan DI. Yogyakarta

Page 2: Knowledge Capturing 2009_Low Res

KNOWLEDGE CAPTURING 2009

Tim Knowledge Management

PT. PLN (Persero)Distribusi Jawa Tengah dan DI. Yogyakarta

Page 3: Knowledge Capturing 2009_Low Res

KNOWLEDGE CAPTURING 2009PLN DISTRIBUSI JAWA TENGAH & DI. YOGYAKARTA

PENULISChabib Duta Hapsoro

Firdaus Hanif

PERWAJAHAN & TATA LETAKAmong Prakosa

PENANGGUNG JAWABTri Prantoro

PENGARAHM. Budi Susilo

NARASUMBERJ. Wahjono

Mulyono Widodo

PENERBITTim Knowledge Management

PLN Distribusi Jawa Tengah & DI Yogyakarta

Page 4: Knowledge Capturing 2009_Low Res

Daftar Isi

SAMBUTAN GENERAL MANAGERKATA PENGANTAR

JULIUS WAHJONO....................................................................Biodata........................................................................................Bekerja Dengan Hati......................................................................Meneladani Ki Hajar Dewantara.....................................................5 Poin Pelayanan...........................................................................Bukan Bisnis Sambung Baru...........................................................HUMAS, Kerja Keras Di Saat Tenang.................................................Perjalanan Karir............................................................................

MULYONO WIDODO.................................................................Biodata........................................................................................Berprestasi Dengan Filosofi Ojo Dumeh..........................................Keandalan Jaringan Keandalan Layanan.........................................Memutus Rantai Kelaziman...........................................................Perjalanan Karir............................................................................

789

1115212428

293031343845

1.

2.

Page 5: Knowledge Capturing 2009_Low Res

SAMBUTAN GENERAL MANAGER

Manajemen PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Tengah dan DI Yogyakarta menyambut baik terbitnya buku Knowledge Capturing tahun 2009 ini.

Buku ini, yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Kegiatan Knowledge Management, bertujuan menciptakan pegawai pembelajar. Dengan adanya Knowledge Capturing ini diharapkan pengetahuan yang ada di pegawai bisa tetap berada di perusahaan dan bisa terus dipergunakan guna kemajuan perusahaan, tidak hilang seiring dengan mutasi pegawai ataupun purna tugas.

Kedepan, semoga semakin banyak pegawai yang mau menuliskan pengetahuan maupun pengalamannya kedalam wadah Knowledge Capturing sehingga semakin banyak dan juga semakin cepat alih pengetahuan antar generasi di PLN.

Terima kasih buat para narasumber yang telah meluangkan waktu dan pikirannya, sumbangsih saudara semua akan sangat bermanfaat bagi perusahaan PLN kita tercinta.

Semoga PLN Distribusi Jawa Tengah dan DI Yogyakarta bisa berkembang lebih baik .

Terima kasih,

Semarang, Desember 2009General Manager

PT PLN (Persero) DistribusiJawa Tengah & DI. Yogyakarta

FERY KRISNA

Page 6: Knowledge Capturing 2009_Low Res

KATA PENGANTAR

Kegiatan Knowledge Capturing merupakan kegiatan untuk menuliskan pengetahuan yang bersifat Tacit dari seorang pegawai menjadi sebuah pengetahuan yang sifatnya ekspisit (bisa dipelajari untuk kemajuan perusahaan).

Knowledge Capturing, sebagai salah satu target dalam kegiatan Knowledge Management, bertujuan menumbuhkan Knowledge Worker di lingkungan kerja PLN. Beberapa manfaat Knowledge Management adalah :

KM dibutuhkan untuk mengetahui apa yang organisasi ketahui agar 1. tidak terjadi ”re-inventing the wheel”KM dibutuhkan untuk menyimpan dan menahan pengetahuan, agar 2. tidak terjadi knowledge walkout atau knowledge drain.KM dibutuhkan untuk mengembangkan pengetahuan perusahaan.3. KM dibutuhkan untuk mengembangkan inovasi-inovasi perusahaan.4.

Semoga dengan buku Knowledge Capturing Edisi I Tahun 2009 ini bisa menjadi permulaan yang baik untuk berbagi pengetahuan di dalam perusahaan dan bisa bermanfaat bagi PT PLN (Persero) khususnya PLN Distribusi Jawa Tengah dan DI Yogyakarta.

Terima kasih kami ucapkan kepada Bpk. Ir. J. Wahjono dan Bpk Ir. Mulyono Widodo atas dedikasi yang telah diberikan guna penulisan Knowledge Capturing ini, dan tidak lupa saran dan masukkan dari pembaca guna perbaikan Knowledge Capturing Edisi selanjutnya.

Semarang, Desember 2009Ketua Tim Knowledge Management

PT PLN (Persero) DistribusiJawa Tengah & DI Yogyakarta

TRI PRANTORO

Page 7: Knowledge Capturing 2009_Low Res

Ir. Julius Wahjono

BEKERJADENGAN HATI

“Saya coba mengenal mereka satu persatu,”

Page 8: Knowledge Capturing 2009_Low Res

Nama : Ir. Julius Wahjono Tempat, Tanggal Lahir : Klaten, 1 Juli 1953Pekerjaan : Pensiunan Pegawai PLNIstri : A. WidiyastutiAnak : Y. Wiranto Cahyono Ign. Ryan Adianto E. L. Wahyu Widiatri C. F. WidihapsariAlamat : Jl. Dr. Wahidin No. 4 MagelangTelepon : 0293-313202,

Pendidikan :SD Negeri 3 Klaten1. SMP NEgeri 3 Klaten2. SMA Katolik St. Yosef Surakarta3. Jurusan Elektro, Fak. Teknik UGM4.

Ir. J. Wahjono

KNOWLEGE CAPTURING | 8 Ir. J. Wahjono

Page 9: Knowledge Capturing 2009_Low Res

BEKERJA DENGAN HATI terwujud dalam menjalin pertemanan secara tulus dari hati ke hati. Itulah yang diperbuat oleh Julius Wahjono. Kepada rekan kerja, tidaklah hanya mengenal nama. Kepada rekan kerja terlebih kepada pegawai yang menjadi bawahannya Wahjono berbincang secara baik dengannya untuk mengenal lebih jauh tentang situasi dan kondisi keluarganya.

“Ya memang, bekerja itu harusnya dengan hati. Bukan dengan emosi yang meluap-luap,” ucap Wahjono.

Ini disadari oleh Wahjono, karena dia tahu setiap orang akan mempunyai masalah. Pada suatu saat nanti, masalah yang dirasakan staf pegawainya bisa memberi dampak buruk pada kualitas kerja.

Ketika Wahjono melihat ada kesalahan pekerjaan yang terkait langsung dengan salah satu pegawainya, dia tidak serta merta memarahinya. Dia telusuri dan temukan apa penyebab pegawainya itu melakukan kecerobohan atau kelalaian. Mungkin, orang tersebut sedang kedapatan masalah keluarga. Jadi, tak ada dalam prinsip Wahjono untuk bersikap marah kepada bawahannya.

Bila kenal tak sekedar nama, berapa banyak pegawai yang dikenal oleh Wahjono? Ada banyak, jawabnya. Dimulai dari kantor APJ Surakarta, di sana terdapat 97 orang pegawai. Masih ditambah pegawai-pegawai di sebelas kantor UPJ se-APJ Surakarta, bila rata-rata tiap UPJ ada 20 orang pegawai maka kurang lebih ada 220 orang di tingkat UPJ. Selanjutnya, berdasarkan data terdapat sejumlah total 303 pegawai yang bertugas di APJ Surakarta. Sejumlah itu pula yang ingin dia kenal. “Saya mencoba mengenal mereka satu persatu,” tutur dia.

Bila suatu UPJ sering mengalami ganngguan, Wahjono pun berfikir, “Saya tahu itu karena Supervisor begini dan begini.” Dengan mengetahui kondisi Supervisor terkait, Wahjono dapat mengambil sikap yang tepat tanpa perlu meluapkan emosi.

BEKERJADENGAN HATI

KNOWLEDGE CAPTURING | 9

Page 10: Knowledge Capturing 2009_Low Res

BAGAIMANA WAHJONO DAPAT MENGENAL para rekan kerjanya? Dia mengaku bahwa ia suka menyapa mereka. Menyapa juga berarti mengunjungi tempat kerja mereka. Sejauh apapun kantor UPJ mereka tetap secara rutin dia kunjungi.

U n i k n y a , d a l a m mengunjungi UPJ tak pernah ada pemberitahuan sebelumnya. Wahjono menyebutnya sebagai sidak. Dan menurutnya, kegiatan sidak itu dinantikan oleh para pegawai. “Memang ternyata itu yang diinginkan oleh teman-teman. “Yaitu sering dilihat,” jelasnya.

Sidak itu banyak manfaatnya. Pertama, pemimpin dapat mengetahui seperti apa kejadian sehari-hari. Dengan bahasa lain, seperti apakah kelangsungan pekerjaan bila pemimpin tidak ada di sana. Manfaat kedua, adalah mampu merubah perilaku dan ketertiban bekerja.

Manfaat kedua itu benar-benar dirasakan oleh APJ Surakarta. Wahjono menceritakan, awal mula ia melakukan sidak, dia menjumpai kebiasaan pegawainya bisa dikatakan jorok. Setelah dilangsungkan sidak perubahan mulai dirasakan. Dari segi kebersihan kantor dan kerapihan administrasi telah ada perubahan. Selain itu, ketersediaan material dan pergudangan menjadi lebih tertib.

Bermula dari sidak pula Wahjono mencoba memperhatikan situasi ruang pelayanan dan kenyamanannya. Kenyamanan berguna agar SDM bekerja optimal. Ditegaskan oleh Wahjono, bekerja baik itu bila suasana kerja nyaman. Apa jadinya bila kantor kerja tidak nyaman? Bisa jadi pegawai tidak betah di kantor. “Tahu-tahu mereka menghilang. Suka pergi dan lain sebagainya,” pungkas nya.

“...bekerja itu dengan hati. Bukan dengan emosi yang meluap-luap.”

KNOWLEDGE CAPTURING | 10 Ir. J. Wahjono

Page 11: Knowledge Capturing 2009_Low Res

IR. JULIUS WAHJONO, pegawai PLN yang pernah diamanahi menjadi Manajer APJ Magelang dan Surakarta ini dikenal sebagai pemimpin yang mengadopsi model kepemimpinan Ki Hajar Dewantara, sang tokoh pendidikan Indonesia.

Dalam kesempatan Knowledge Sharing pada Komunitas Knowledge Management di Kantor Distribusi, Wahjono pernah menyampaikan bahwa dirinya senantiasa menerapkan metode kepemimpinan yang dicetuskan oleh sang tokoh pendidikan itu. Sebelum membicarakan

MeneladaniKI HAJAR DEWANTARA

KNOWLEDGE CAPTURING | 11

Page 12: Knowledge Capturing 2009_Low Res

apa yang diterapkan Wahjono, tak rugi bila kita mengenal terlebih dulu tentang sosok Ki Hajar Dewantara.

Ki Hajar Dewantara terlahir dengan nama Raden Mas Soewardi Soeryaningrat di Yogyakarta pada Kamis, 2 Mei 1889. Ia dibesarkan dalam lingkungan keluarga Kraton Yogyakarta. Saat berusia 40 tahun, barulah ia berganti nama dengan Ki Hajar Dewantara. Dan gelar kebangsawanan pun dia tinggalkan agar dirinya bebas dan dekat dengan rakyat.

Di usia mudanya, Ki Hajar pernah bekerja sebagai wartawan di beberapa surat kabar. Ia tergolong penulis yang handal pada masanya. Tulisannya sangat tegar dan patriotik serta mampu membangkitkan semangat antikolonial bagi pembacanya.

Perjuangan Ki Hajar dalam dunia menulis sempat menyeretnya dihukum buang ke Pulau Bangka oleh Pemerintah Kolonial Belanda. Ki Hajar meminta kepada Pemerintah Kolonial agar diasingkan di Negeri Belanda saja. Beruntung Ki Hajar diijinkan menjalani masa hukuman di Negeri Belanda. Kesempatan itu digunakannya untuk mendalami dunia pengajaran dan pendidikan. Maka sepulang dari pengasingan, Ki Hajar bersama Douwes Dekker dan Cipto Mangoenkoesoemo mendirikan Perguruan Nasional Taman Siswa.

Di Taman Siswa inilah Ki Hajar menerapkan pengajaran dengan sistem among, demikian seperti dituturkan oleh MJ Mooridjan , salah seorang murid Ki Hajar. Mengajar sama dengan mengemong. Kegiatan mengemong dan mengajar, bagi Ki Hajar, ada 3 bentuk: Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madya Mangun Karso, Tut Wuri Handayani.

Guru atau pamong (pemimpin) harus dapat menjadi contoh, membangun karsa/semangat dan memberikan dorongan.

Kembali kepada J. Wahjono atau akrab disapa Pak J, dia tertarik dengan 3 model kepemimpinan Ki Hajar. Pemimpin sama halnya dengan guru. Keduanya sama-sama mendidik. Pemimpin harus dapat menempatkan dirinya di tiga posisi, depan, tengah, dan belakang. Tak hanya mampu berpindah ke tiga posisi itu, pemimpin juga bertindak secara tepat pada posisi yang sesuai.

Pemimpin berada di depan untuk memberikan teladan. Pemimpin juga berada di tengah kelompoknya untuk ikut bekerja. Bahkan

KNOWLEDGE CAPTURING | 12 Ir. J. Wahjono

Page 13: Knowledge Capturing 2009_Low Res

pemimpin tidak melupakan posisi belakang. Di belakang pemimpin wajib mendorong dan mendukung anggotanya.

Demikianlah yang diterapkan Pak J baik tatkala memimpin APJ Surakarta, Magelang, serta Dumai. Pertama, pemimpin itu Ing Ngarso Sung Tulodo. Siapapun yang diangkat menjadi manajer, mau tak mau, dia harus memberikan teladan.

Keteladanan adalah suatu yang dibutuhkan. Kesuksesan organisasi dimulai dari keteladanan yang diberikan. Keteladanan mencakup tentang sikap dan ketertiban. Manajer adalah panutan dalam bersikap dan berbicara. Sikap yang ditunjukkan erat kaitannya dengan pelayanan. Kuncinya, bertutur katalah yang ramah dan bersahabat.

Tak hanya sikap, seorang pemimpin mampu menjadi panutan dalam ketertiban. Tentunya tertib di semua urusan, mulai dari tertib masuk kantor, hingga tertib administrasi. Menurut penuturannya, Pak J tak pernah telat masuk kantor. Semenjak tahun 1981, awal menjadi pegawai PLN, hingga pensiun Pak J tak pernah terlambat masuk kantor karena setengah tujuh pagi dia telah berada di kantor.

Memang seharusnya, pemimpin memberi contoh tertib waktu. Bagi Pak J, datang ke kantor pagi-pagi membuatnya punya waktu tambahan sebelum bekerja. Waktu yang ada digunakan untuk melihat-lihat kondisi kantor. Mengapa? Pak J ingin agar para pegawainya tertib dan rapi secara administrasi. Ketertiban administrasi juga dia pantau saat itu. Maka, tak hanya tertib waktu saja, pemimpin juga mencontohkan tertib administrasi.

Ketertiban administrasi bisa dimulai dengan menata dokumentasi. Dokumentasi itu banyak ragamnya, ada buku, arsip, SK, kontrak, dan lain sebagainya. Karena banyak ragamnya, maka penataan yang tepat itu diperlukan. Penataan tepat ini dirancang untuk memastikan pelayanan terjadi dengan cepat dan lebih mudah dilakukan. Sering dijumpai, pegawai diminta mencarikan suatu berkas tertentu oleh

Pemimpin menempatkan dirinya di tengah untuk ikut bekerja

KNOWLEDGE CAPTURING | 13 Ir. J. Wahjono

Page 14: Knowledge Capturing 2009_Low Res

pimpinan. Bahkan, pelanggan atau tamu juga terkadang perlu dilayani dengan menyajikan berkas yang dimaksud. Kecepatan dalam menemukan berkas dan arsip akan mempengaruhi cepat tidaknya pelayanan yang diberikan.

Keberadaan lemari arsip bisa menjadi alat bantu dalam penataan dokumen. Pak J pun berpesan, hindari tumpukan-tumpukan dokumen di atas meja kerja. Dokumen-dokumen itu sebaiknya ditata secara tepat di lemari yang disediakan. Tengoklah meja kerja Pak J sewaktu beliau bekerja. Dia organisir dokumen-dokumen yang ada, tak ada tumpukan dokumen atau berkas di atas meja kerja supaya meja tetap terlihat indah serta ruangan tak berdebu. Bersih dan rapi adalah suatu kata kunci yang dipegang dia.

Pemimpin menempatkan dirinya di tengah untuk ikut bekerja. Menurutnya, ing madyo mangun karso adalah ikut bekerja serta membantu teman-teman bekerja. Wahjono tak mau sekedar memberi instruksi. “Dah terserah kamu! Segera laksanakan!” Bukan itu yang diperbuat olehnya.

“Saya ikut menyambangi, membantu teman-teman yang kesulitan,” tutur dia. Pernah dia membantu mengolah data, mengajarkan komputer, membuat redaksi surat, SOP, dan lain-lainya. Tegasnya, pemimpin harus mau bekerja di semua bidang.

Sementara itu, tut wuri handayani dia artikan dengan langkah nyata selalu mendukung teman-teman. Agar para pegawai tambah rajin, dia terus memberikan dorongan-dorongan dan motivasi. Agar pekerjaan yang mereka lakukan menghasilkan sesuatu yang lebih baik, Pak J tak absen untuk memperlihatkan dukungan-dukungannya.

Itulah model kepemimpinan Ki Hajar Dewantara yang diadopsi Julius Wahjono. Berkat ini, dia mampu mengantarkan APJ Surakarta menjadi lebih baik. Maka, sebaiknya semakin banyak penerus Ki Hajar Dewantara di perusahaan kita. Yang mau mempraktikkan Ing ngarso sung tulodo, Ing madya mangun karso, dan Tutwuri handayani. Maju dan modern, PT PLN (Persero)!

KNOWLEDGE CAPTURING | 14 Ir. J. Wahjono

Page 15: Knowledge Capturing 2009_Low Res

SEBAGAI SEBUAH PERUSAHAAN yang memiliki pelanggan yang pasti, PLN harus terus meningkatkan pelayanan untuk pelanggannya. Terlebih, pelayanan PLN kini memburuk lagi. Pemadaman bergilir kembali terjadi. Tak pelak, pelayanan harus ditingkatkan baik oleh petugas di lapangan maupun di kantor. Artinya, mereka dituntut profesional dalam bekerja dalam rangka meningkatkan pelayanan tersebut.

Pelayanan bertujuan untuk memuaskan pelanggan. Sementara itu, kepuasan itu sendiri tidak pernah berhenti. Tuntutan masyarakat selalu berkembang. Tuntutan masyarakat sekarang semakin naik, sehingga nilai kepuasan menjadi lebih sulit dicapai. Kepuasan baru bisa dicapai bila ada usaha yang lebih baik dari sebelumnya.

Pelayanan PLN itu tidak hanya tentang kehandalan jaringan dan kecukupan pasokan, namun pelayanan juga berkaitan dengan etika menjawab keluhan pelanggan. Perlu kehati-hatian dalam menjawab keluhan pelanggan. Jangan sampai terjadi lagi perilaku sembarangan dalam menjawab keluhan. Misalnya, ditanya oleh pelanggan, “Mbak, mengapa ini sering mati?” Petugas pelayanan tak boleh asal memberikan jawaban seperti, “Tidak tahu, Pak, dari pusatnya begitu.”

Petugas pelayanan di kantor semestinya memberikan jawaban yang tepat dan tidak asal jawab. Selain itu, petugas tidak diperkenankan menunjukkan tindakan yang tidak menyenangkan. Contoh jawaban petugas yang asal jawab di atas termasuk tindakan yang tidak menyenangkan bagi pelanggan.

I. KEPASTIANBerbicara tentang kepastian, yang menjadi utama adalah kepastian waktu. Ketika listrik padam, pelanggan pasti bertanya, “Mbak/Mas kapan hidupnya?” Biasanya, petugas pelayanan akan sulit menjawab

PoinPELAYANAN5

KNOWLEDGE CAPTURING | 15

Page 16: Knowledge Capturing 2009_Low Res

pertanyaan tersebut. “Wah, kami tidak tahu, Pak. Ini ada gangguan di ini itu,” jawab petugas. Dari dialog itu terlihat bahwa pelayanan belum dapat memberikan kepastian waktu.

Kepastian waktu juga diperlukan dalam pelayanan pasang baru. Petugas pelayanan hendaknya mampu memberikan jawaban yang menggambarkan kepastian. Berikut ini, dialog antara pelanggan dan petugas pelayanan. Jawaban petugas pelayanan berikut hendaknya tidak ditiru.

Pelanggan/calon pelanggan :“Mbak, saya mau pasang baru. Kira-kira, kapan bisa dilayani?”Petugas :“Wah, enggak tahu. Ini trafonya sudah OB.”

Jawaban di atas tidak boleh disampaikan kepada pelanggan atau calon pelanggan. Jawaban ini tidak memberikan kepastian bagi pelanggan. Ada kalanya, jawaban menjadi lebih buruk bila petugas menambahkan jawaban dengan hal-hal yang sebenarnya pelanggan tidak perlu tahu karena bukan menjadi urusan mereka.

Petugas :“Masih menunggu, belum ada materialnya, Pak.”

Jawaban petugas tidak boleh ditambah dengan bunga-bunga jawaban. Bunga-bunga jawaban itu selain bukan merupakan urusan pelanggan, juga akan mengaburkan unsur kepastian. Sekali lagi, pelayanan itu harus menunjukkan kepastian.

Lantas, seperti apa contoh jawaban yang benar? Karena pelanggan menanyakan kepastian, maka kriteria kepastian harus terpenuhi dalam memberikan pelayanan. Petugas pelayanan boleh memberikan jawaban seperti berikut.

Petugas :“Pak, kira-kira sepuluh hari lagi bapak akan dilayani.”

KNOWLEDGE CAPTURING | 16 Ir. J. Wahjono

Page 17: Knowledge Capturing 2009_Low Res

Tentukan saja lama waktu yang dibutuhkan oleh UPJ agar dapat melakukan tugasnya. Diperbolehkan untuk menjawab dengan hitungan hari yang lebih lama, asalkan ada sedikit kepastian bagi pelanggan. Namun, bila dalam bulan tersebut tidak bisa melayani sambungan baru, maka katakan secara jelas kepada pelanggan.

Selain kepastian waktu, yang perlu diperhatikan berikutnya adalah kepastian harga. Biasanya, pelanggan belum mendapat gambaran kepastian harga ketika mengajukan sambungan baru. Oleh karena itu, UPJ haruslah melengkapi ruang pelayanan degan diagram (flowchart) sambung baru, yang memuat juga waktu dan biaya yang dikenaka PLN. Serta, sampaikan bahwa biaya intalasi menjadi kewenangan Biro Teknil Listrik.

II. KEJELASANKejelasan perlu disampaikan kepada pelanggan bila diminta. Kejelasan dapat berupa informasi penyebab gangguan yang terjadi dan informasi rinci tentang biaya sambungan baru. Ketika pelanggan meminta untuk dijelaskan biaya pasang baru, jelaskan secara detail biaya yang dikenakan PLN dan perkiraan biaya instalasi dari BTL.

Meski biaya instalasi per titik lampu menjadi kewenangan BTL, petugas pelayanan boleh minta tahu. Sehingga petugas pelayanan bisa menjelaskan kepada calon pelanggan berapa perkiraan biaya untuk instalasinya.

Sejalan dengan itu, agar poin kejelasan dapat terpenuhi dengan baik, kita membutuhkan seperangkat media atau alat bantu. Khususnya memuat tentang layanan informasi pasang baru. Informasi tersebut harus tertulis dan disajikan dalam bentuk brosur, papan informasi dan diagram alir (flowchart).

III. KESEDERHANAANKesederhanaan itu terkait dengan persyaratan yang diminta oleh PLN kepada calon pelanggan. Biasanya calon pelanggan diminta menyerahkan fotokopi KTP, denah lokasi, IMB dan rekening tetangga. Saat ini, kesederhanaan sangat diperlukan. Fotokopi KTP sudah tak relevan lagi untuk diminta. Fotokopi KTP sebenarnya tidak

KNOWLEDGE CAPTURING | 17 Ir. J. Wahjono

Page 18: Knowledge Capturing 2009_Low Res

dipergunakan dalam pelayanan PLN. Apalagi, fotokopi KTP akhirnya hanya ditumpuk saja sebagai berkas.

Menurut fungsinya, KTP itu sebagai identitas pemohon. Sehingga, pelayanan yang tepat bukan meminta fotokopi KTP, tetapi cukup mencocokkan identitas pemohon dengan KTP. Pencocokan identitas ini hanyalah memastikan apakah pemohon yang datang adalah orangnya sendiri dan bukan calo.

Oleh karenanya, jangan sampai persyaratan yang diminta berlebihan. Kuncinya, bila PLN telah memiliki peta jaringan listrik sampai ke rumah, maka persyaratan yang bermacam-macam itu sudah tak relevan lagi. Pembuatan peta jaringan harus segera dimulai. Sebagai informasi, di APJ Surakarta telah ada 5 UPJ yang memilikinya. Jadi, calon pelanggan yang datang tidak perlu membawa persayaratan seperti fotokopi KTP, denah lokasi, dan rekening tetangga.

Kalau bisa, calon pelanggan cukup datang saja tanpa membawa persyaratan. Kemudian petugas menanyakan alamat rumahnya dan membuka peta jaringan, serta menyampaikan apakah trafonya masih cukup. “Bapak bisa dilayani dari trafo ini. Trafonya masih cukup. Sekarang bapak membayar biaya penyambungan sejumlah sekian. Besok sudah nyala lho, Pak!” demikian contoh jawaban petugas. Nah, kalau demikian pelanggan akan senang.

IV. KENYAMANANRuang pelayanan kini mulai banyak ditinggalkan oleh PLN. Mengapa? Pelayanan sekarang sudah banyak dibantu dan dilakukan di Kantor Pos dan bank-bank. Meski demikian, tetap diperlukan kenyamanan di ruang pelayanan. Sebab, ketidaknyamanan ruang pelayanan bisa mendorong pelanggan suka menunggak dalam membayar listrik. Pelanggan, sudah tentu, merasa malas untuk mengantri di ruang pelayanan yang tidak nyaman.

Guna memenuhi kriteria pelayanan, diperlukan rasa nyaman bagi pelanggan. Kenyamanan ini biasanya terpenuhi dengan adanya tempat atau ruang yang sesuai dengan standar. Standar pun telah tertulis dalam SK Direksi yang di antaranya berisi tentang daya tampung ruangan. Pelayanan harus dilengkapi counter dengan jumlah yang

KNOWLEDGE CAPTURING | 18 Ir. J. Wahjono

Page 19: Knowledge Capturing 2009_Low Res

cukup. Kounter juga tak boleh lagi dibatasi dengan kaca, sehingga pelanggan dan petugas bisa berhadapan muka tanpa penyekat.

Saat ini, kenyamanan juga tidak lepas dari fasilitas AC. Bila digunakan kipas angin aliran udaranya kurang baik dan bisa saja membuat pelanggan masuk angin. Pemakaian AC ini mendinginkan suhu ruangan agar pelanggan yang mengantri bisa rileks dan lega.

Kenyamanan juga terkait dengan kesehatan. Sehingga, terbuka atau tertutupnya pintu juga wajib diperhatikan. Apakah ketika pintu terbuka debu masuk ke ruangan? Apakah ruangan menggunakan AC sehingga pintu harus selalu ditutup?

Terakhir, kenyamanan juga terkait dengan keamanan. Baik itu keamanan diri maupun keamanan kendaraan. Tentu saja, pelanggan tidak ingin ketika datang ke loket pembayaran dia kehilangan motornya yang diparkir di luar.

V. KERAMAH-TAMAHANDi samping kenyamanan, faktor keramah-tamahan petugas harus diperhatikan. Pelayanan harus memenuhi kriteria keramah-tamahan. Itu sejalan dengan UU Pelayanan Publik yang akan diberlakukan mulai tahun 2010, yang juga mengatur tentang keramahtamahan petugas.

Tangan Panjang Pelayanan PlnPelayanan di lokasi PLN sekarang sudah mulai kurang diutamakan. Pelayanan di loket tak lagi ditangani oleh PLN tetapi oleh outsourcing. Meskipun begitu, outsourcing itu tangan panjangnya PLN, dan itu dilihat oleh pelanggan sebagai pelayanan PLN, bukan pelayanan outsourcing, karena di situ khusus untuk membayar listrik PLN. Lain halnya dengan Kantor Pos. Pelayanan di Kantor Pos itu sudah campur dengan pembayaran lain semisal pembayaran telkom dan kredit cicilan motor.

Pelayanan di Kantor Pos menjadi gabungan pelayanan dari beberapa perusahaan. Kantor Pos harus mampu melayani dengan tepat semua pelanggan yang datang. Kantor Pos juga harus tahu masalah perhitungan-perhitungan yang ada. Misalnya seorang pelanggan PLN

KNOWLEDGE CAPTURING | 19 Ir. J. Wahjono

Page 20: Knowledge Capturing 2009_Low Res

komplain, “Ini mengapa kok bayarnya naik?” Kantor pos tidak boleh menjawab, “Wah, tidak tahu. Itu urusannya PLN. Silahkan ke PLN saja.” Bila jawabannya semacam itu membuat ketidaknyamanan bagi pelanggan.

Oleh karena itu, kerja sama pembayaran listrik semisal dengan Kantor Pos dan bank-bank haruslah disertai dengan kerjasama pemberian informasi. Dalam hal pelayanan, Kantor Pos dan PPOB dituntut mampu memberikan informasi yang benar. Kantor Pos dan PPOB harus tahu informasi yang mereka butuhkan. Begitulah, agar pelayanan sesuai dengan yang diharapkan oleh masyarakat. Dan tentunya, pelayanan bertujuan untuk memuaskan pelanggan.

KNOWLEDGE CAPTURING | 20 Ir. J. Wahjono

Page 21: Knowledge Capturing 2009_Low Res

BUKANBISNIS

SAMBUNGBARU

BISNIS PLN HENDAKNYA DIPAHAMI secara berbeda dengan model bisnis perusahaan lain. PLN tidaklah seperti penjual roti, warung bakmi, atau rumah makan yang harus banyak pelanggannya. PLN juga bukan seperti bank yang harus banyak nasabahnya.

Namun demikian, pasang baru juga harus tetap ada. Ini dikarenakan kita harus memenuhi harapan dari Pemerintah dan masyarakat bahwa elektrifikasi harus menyentuh banyak lapisan masyarakat. Itulah yang disebut dengan rasio elektrifikasi. Diharapkan, sesuai dengan visi misi PLN 75-100, setiap rumah di Indonesia telah berlistrik pada tahun 2020, artinya rasio elektrifikasi tercapai 100%.

Apakah visi misi 75-100 bisa diwujudkan? PLN sendiri mungkin tidak mampu. Oleh karena itu, harus didukung oleh instansi lain khususnya pemerintah daerah. Beruntung, kini ada UU Kelistrikan yang baru, sehingga, ada peluang bagi pemerintah daerah dan badan usaha untuk membantu melistriki Indonesia. Penerapan undang-undang ini tetap saja membuat PLN mendominasi sebagai penyalur energi listrik. Terutama, untuk wilayah perkotaan yang relatif bisa dijangkau oleh PLN sudah pasti menjadi tugas PLN. Akan tetapi, untuk kawasan pulau terpencil atau pegunungan terpencil maka tidak harus menjadi beban PLN. Kawasan ini harus didukung oleh pemerintah daerah.

MENJUAL ENERGI Perusahaan kita, PLN berbisnis dengan cara menjual energi listrik. Energi listrik diukur dengan satuan kWh. KWh diperoleh dari besar pemakaian daya dikalikan waktu pemakaian. Kitapun menyadari bahwa harga jual listrik sebagaimana tertera dalam Tarif Dasar Listrik (TDL) saat ini masih di bawah harga pokok penyediaan (HPP). Akibatnya, ada kerugian atau defisit yang dialami PLN.

KNOWLEDGE CAPTURING | 21

Page 22: Knowledge Capturing 2009_Low Res

Sampai saat ini, PLN masih harus mendapat subsidi dari Pemerintah untuk memperkecil kerugian yang dialami PLN. Kami sebut itu kerugian walaupun Pemerintah telah menutupinya dengan subsidi listrik. Nah, kita sebagai insan perusahaan sudah selayaknya yang kita perbuat adalah dalam rangka memperkecil kerugian. Jangan sampai menambah rugi bagi perusahaan.

Mari kita cermati, sambung baru/pasang baru tidak banyak menguntungkan bagi perusahaan. Tetapi sebaliknya, tambah daya lebih untung bagi perusahaan kita daripada melayani pasang baru. Berikut ada beberapa alasannya.

Pertama, sambung baru membutuhkan investasi, baik itu investasi untuk material alat ukur kWh meter, maupun bila diperlukan PLN harus membuka jaringan baru ke lokasi yang belum teraliri listrik PLN. Kedua, pasang baru belum tentu memberi pemasukan dari penjualan energi pada bulan tersebut karena mungkin belum dibaca, padahal listriknya sudah dipakai. Artinya, terjadi jarak antara pemakaian pelanggan dan pendapatan PLN, yaitu ada pemakaian energi yang seharusnya sudah dibiayai tetapi kenyataannya belum ada pendapatan yang masuk.

Berbeda halnya dengan tambah daya. Tambah daya membuat harga jual (rupiah per kWh) naik, sehingga kerugian PLN menjadi berkurang. Setelah itu, pendapatan PLN bulan berikutnya langsung bisa meningkat. Tambah daya pun tidak memerlukan investasi sebesar pasang baru. Tambah daya lebih efisien karena hanya mengganti MCB. Dan MCB lama menjadi asset PLN kembali, serta masih dapat dipakai untuk keperluan lain.

ANTARA DORONGAN TAMBAH DAYADAN KAMPANYE HEMAT LISTRIKHingga hari ini, PLN sebetulnya masih belum mampu melayani kebutuhan listrik. Ini terkait dengan persoalan kekurangan daya di Jawa-Bali. Terlebih lagi untuk Luar Jawa, hampir seluruhnya kekurangan daya, dimana kerap terjadi pemadaman bergilir. PLN sering tidak mampu untuk mengaliri seluruh pelanggannya. Hal itu perlu investasi yang besar. Sekarang sedang dibangun 3000 MW

KNOWLEDGE CAPTURING | 22 Ir. J. Wahjono

Page 23: Knowledge Capturing 2009_Low Res

untuk Luar Jawa, itu pun belum memenuhi semua kebutuhan di pulau-pulau itu.

Oleh karenanya, saat ini digencarkan kampanye hemat listrik. Di sini, kami mendorong untuk menyemarakkan tambah daya sekaligus tetap berkampanye hemat listrik. Hemat listrik itu diarahkan untuk menekan kWh (konsumsi energi) bukan menekan daya. Sedangkan dorongan kepada pelanggan untuk tambah daya juga bukan bertujuan untuk meningkatkan kWh.

Memang, efek dari tambah daya terkadang meningkatkan kWh-nya. Tapi itu tidak banyak, karena tetap sesuai dengan kebutuhan pelanggan. Misalnya sebuah rumah berdaya 450 watt memiliki peralatan listrik yang beragam. Peralatan listrik bermacam-macam tersebut biasanya tak pernah dinyalakan secara serempak. Meski demikian, pemilik rumah akan berupaya memastikan daya listriknya cukup bila beberapa peralatan digunakan bersamaan. Dengan demikian, jumlah pemakaian listriknya (kWh) tetap relatif sama dan kontinyu sebesar itu.

KAPAN SARAN TAMBAH DAYA DIBERIKAN?Pembaca yang budiman, kami bukan bermaksud untuk memacu tambah daya, tetapi mengharapkan pelanggan menggunakan daya sesuai dengan porsi kebutuhan masing-masing. Bila kebutuhannya hanya 450 watt, maka biarkan dayanya tetap sebesar itu dan tidak perlu tambah daya. Kalau memang hanya butuh 900 watt, biarkan pula tetap sebesar itu dan jangan berlebihan.

Saran untuk tambah daya diberikan ketika pelanggan sering mengalami njeglak-njeglek (padam karena kelebihan daya). Tambah daya disarankan guna menghindari pelanggan meminta pasang baru sehingga satu rumah punya 2 meteran listrik.

Saran tambah daya juga disampaikan kepada ruko yang mengalami perluasan ruang usaha. Ruko yang semakin meluas biasanya butuh daya lebih tinggi, maka saran tambah daya layak diberikan dan bukan saran untuk pasang baru.

KNOWLEDGE CAPTURING | 23 Ir. J. Wahjono

Page 24: Knowledge Capturing 2009_Low Res

PEKERJAAN KEHUMASAN sebetulnya melibatkan semua pegawai. Mulai dari GM, Manajer APJ atau Manajer Bidang hingga pegawai-pegawai di semua lini. Meski begitu, kehumasan bisa dibentuk. Apa saja bentuknya? Misalnya, perusahaan mengumpulkan wartawan untuk press release, atau menggelar temu pelanggan dalam rangka sosialisasi.

Humas dapat dibedakan menjadi dua, yakni humas masa kritis dan humas masa tenang. Bila diperhatikan, humas PLN saat ini baru tampil di tengah masyarakat saat ada masalah. Itulah yang dikategorikan sebagai humas masa kritis. Humas masa kritis akan menghadapi orang-orang yang marah. Orang-orang ini marah atau kecewa kepada PLN karena menjadi korban pemadaman. Tentunya, humas masa kritis kurang memberi hasil yang menguntungkan bagi PLN, sebab orang-orang yang marah bila diberi penjelasan tidak reda marahnya, justru bertambah marahnya.

Humas yang baik adalah humas masa tenang. Ketika kondisi PLN dalam keadaan aman dan tenang humas harus bekerja lebih giat.

HUMASKerja Keras

di Saat Tenang

KNOWLEDGE CAPTURING | 24

Page 25: Knowledge Capturing 2009_Low Res

Bekerja lebih keras daripada saat menghadapi masa kritis. Humas yang demikian membawa manfaat yaitu memperpanjang masa tenang. Artinya, saat PLN terpaksa melakukan pemadaman, masyarakat tak akan semarah ini.

HUMAS MASA TENANGBeberapa hal berikut dapat menjadi contoh dalam menerapkan humas masa tenang.

HUMAS SEBAGAICUSTOMER SERVICEDalam melaksanakan tugasnya, pejabat humas secara rutin mendatangi pelanggan-pelanggan terutama pelanggan besar. Di APJ Surakarta, pejabat humas mendatangi pelanggan-pelanggan besar setiap bulannya. Pejabat humas tersebut cukuplah datang dengan membawa kuesioner interaktif dan melakukan tanya jawab.

Saat kunjungan itu, pejabat humas hendaknya menuliskan semua pertanyaan, permasalahan dan keluhan yang disampaikan pelanggan. Bila tim humas tak bias menyelesaikan keluhan saat itu, permasalahan ini kemudian dibawa ke manajemen untuk dibahas. Barulah hasil pembahasan disampaikan kepada pelanggan besar kurang lebih seminggu kemudian.

MENAMPUNG ASPIRASIPELANGGAN DAN MASYARAKATTim humas harus siap sedia menghadiri undangan dari masyarakat meski dalam skala RT/RW. Penuhi permintaan mereka untuk hadir pada acara mereka. Pada kesempatan itu sampaikan ilmu dan wawasan ke-PLN-an yang telah dibekali oleh APJ.

Menghadiri undangan acara masyarakat juga merupakan sarana untuk belajar berbicara. Secara umum, diakui atau tidak, orang PLN itu sulit berbicara tapi pintar dalam bekerja. Kata Wahjono, “Orang PLN itu kalau sudah ngomong pasti teng gratul – tidak terstruktur.”

Oleh karena itu, pegawai PLN yang memenuhi undangan

KNOWLEDGE CAPTURING | 25 Ir. J. Wahjono

Page 26: Knowledge Capturing 2009_Low Res

masyarakat, RT atau RW berkesempatan untuk belajar berbicara. Belajar berbicara adalah proses pembelajaran. Berbicara itu membangun kepercayaan diri. Hanya saja perlu ditekankan di sini, berbicara itu harus punya dasar. Bila dasar pengetahuan kita tidak cukup maka jangan ngomong. Jangan sampai, apa yang disampaikan keliru, sehingga membingungkan masyarakat.

MEMBERI INFO SELUAS-LUASNYAKEPADA MAHASISWA DAN BEMMahasiswa-mahasiswa yang tergabung dalam BEM perlu diberi ilmu terkait PLN. Tujuannya, agar para pemuda yang kritis ini tidak asal demo. Hantam sana, hantam sini sebelum benar-benar tahu kondisi sebenarnya. Mahasiswa perlu mengetahui sistem pembangkitan, transmisi dan distribusi listrik dan hal-hal kelistrikan lainnya.

Misalkan, terjadi gangguan pemadaman di gardu induk, maka diharapkan tidak ada orang yang demo ke APJ. Saat ini yang terjadi, gangguan terjadi di GI tetapi massa berdemo di APJ, padahal seharusnya demo yang tepat ke P3B. Kami tidak bermaksud menyalahkan salah satu pihak, akan tetapi hendaknya kita ambil hal positifnya. Dengan memberikan ilmu dan wawasan yang luas kepada mahasiswa, maka tindakan mereka akan lebih terkontrol dan tidak gegabah. Seperti kata pepatah, Tak kenal maka tak sayang.

COMMUNITY DEVELOPMENTSEBAGAI KEPANJANG TANGANAN HUMASProgram Community Development yang digulirkan manajemen PLN sebetulnya adalah alat humas yang canggih. Yang ditekankan di sini bukan tentang pemberian bantuan atau jumlah bantuan yang diberikan. Tetapi untuk kondisi saat ini, PLN memang harus dekat dengan masyarakat. PLN harus dekat dengan lingkungan.

Besarnya bantuan memang tidaklah banyak. Namun itu salah satu senjata yang ampuh bagi kita saat ini. Kita melakukan penyisihan anggaran untuk menunjukkan sikap peduli kepada lingkungan. Dan kepedulian perusahaan kepada lingkungannya akan menciptakan lingkungan yang tidak acuh kepada perusahaan. Pujian dan dukungan

KNOWLEDGE CAPTURING | 26 Ir. J. Wahjono

Page 27: Knowledge Capturing 2009_Low Res

dengan sendirinya akan mengalir dari masyarakat untuk perusahaan. Berbeda halnya bila perusahaan kita tidak peduli pada lingkungan.

Suatu saat perusahaan mengalami masalah akan didiamkan saja atau justru dikatakan bahwa PLN tidak kenal kepada masyarakat. Repotlah kita.

BELAJAR DAN MENGAJARKANBUKU SAKU PELAYANANMemahami informasi yang benar tentang pelayanan PLN adalah menjadi kunci bagi kerja kehumasan. Kerja kehumasan tidaklah hanya wajib dilakukan oleh tim humas akan tetapi seluruh pegawai, sehingga mereka perlu memahami tentang pelayanan PLN secara komplit.

Lewat Buku Saku Pelayanan yang diterbitkan oleh APJ Surakarta, kita dapat belajar dan mengetahui hal-hal yang sudah sepatutnya kita ketahui. Dalam buku tersebut termaktub prosedur. Pada buku itu juga disampaikan informasi tentang proses sambung baru, perhitungan tarif, perubahan daya, pelayanan, penerangan jalan umum, dan lain sebagainya. Informasi lain yang tak ketinggalan adalah larangan-larangan dan tindak pencurian.

APJ Surakarta membagikan buku dan informasi ini kepada siapapun yang membutuhkan, termasuk kepada wartawan media massa. Diharapkan, melalui wartawan dapat disampaikan prosedur-prosedur yang benar tentang PLN kepada masyarakat.

KNOWLEDGE CAPTURING | 27 Ir. J. Wahjono

Page 28: Knowledge Capturing 2009_Low Res

PERJALANAN KARIR, IR. JULIUS WAHJONO

01 September 1981 - 01 Februari 1982Calon Pegawai, pada PLN Distribusi Jawa Tengah &DI. Yogyakarta

01 Maret 1982Diangkat sebagai Pegawai PLN pada PLN Distribusi Jawa Tengah& DI. Yogyakarta

th. 1982 - 1985Kordinator Seksi Rele, Meter, Kontrol & Telekomunikasi, padaBagian Operasi Distribusi PLN Distribusi Jawa Tengah& DI. Yogyakarta

th. 1985 - 1987Kepala Seksi Operasi Komputer, pada Bagian Pengolahan DataPLN Distribusi Jawa Tengah & DI. Yogyakarta

th. 1987 - 1992Kepala Seksi Analisa & Evaluasi Pemasaran, pada BagianPembinaan Pengusahaan PLN Distribusi Jateng & DI. Yogyakarta

th. 1992 - 1997Kepala Bagian Pemasaran, pada Bidang Pengusahaan PLNWilayah VI Kalimantan Selatan, Tengah & Timur

th. 1997 - 2001Kepala PLN Cabang Dumai, pada PLN Wilayah III Sumatra Barat & Riau

th. 2001 - 2004Manajer PLN Area Pelayanan & Jaringan Megelang, pada PLNDistribusi Jawa Tengah & DI. Yogyakarta

th. 2004 - 2009Manajer PLN Area Pelayanan & Jaringan Surakarta, pada PLN Distribusi Jawa Tengah & DI. Yogyakarta

01 Agustus 2009Memasuki Purna Tugas

KNOWLEGE CAPTURING | 28 Ir. J. Wahjono

Page 29: Knowledge Capturing 2009_Low Res

Mulyono Widodo

OJO DUMEH“Jangan mentang-

mentang pejabat bisa seenaknya,”

Page 30: Knowledge Capturing 2009_Low Res

Nama : Mulyono WidodoTempat, Tanggal Lahir : Semarang, 15 Oktober 1953Pekerjaan : Pensiunan pegawai PLNIstri : Sri MurniAnak : Maulana Utomo Widodo TaufikAriefWidodoAlamat : Jl. Puspanjolo VII Nomor 6 SemarangNo Telp : 0811277175

Pendidikan :STM Negeri 1 Dr Cipto Semarang1. D3 Teknik Elektro Universitas Diponegoro2. S1 Teknik Elektro Universitas Tanjung Pura 3. S2 Bidang Manajemen Distribusi Institut Teknologi Sepuluh 4. November

Mulyono Widodo

KNOWLEGE CAPTURING | 30 Mulyono Widodo

Page 31: Knowledge Capturing 2009_Low Res

OJO DUMEH alias jangan mentang-mentang. Mulyono Widodo, mantan Manajer APJ Semarang mengaku filosofi itulah yang selalu ia pegang saat ia bekerja. Segudang prestasi telah ia torehkan. Kini, setelah pensiun ia berharap masih dapat memberi andil kepada perusahaan.

“Jangan mentang-mentang jadi pejabat kita bisa seenaknya. Jangan mentang-mentang jadi pengawas itu seenaknya dan tidak bekerja dengan serius,” tegasnya. Filosofi ojo dumeh inilah yang membuat seseorang selalu bersikap rendah hati dan tidak menyepelekan apa saja. Dengan sikap rendah hati ada perasaan untuk selalu meningkatkan kinerja karena selalu merasa kurang. Tentu saja hal ini tidak dilambari dengan sikap pesimistis dan tidak percaya diri dengan potensi yang dimiliki. Sikap ojo dumeh menjadi dasar untuk bekerja keras dan sepenuh hati untuk mengantisipasi hal-hal tak terduga di masa depan.

Filosofi ojo dumeh juga melandasi seseorang untuk menghargai orang lain. Dalam konteks perusahaan sikap menghargai ini mewujud pada rekan kerja dan pelanggan. Mulyono Widodo menegaskan pula jika sikap Ojo Dumeh memastikan kita dapat bekerja secara profesional. Mulyono menyebutkan tiga hal yang harus dimiliki tiap karyawan untuk dapat profesional saat bekerja antara lain attitude, ilmu pengetahuan dan ketrampilan.

Attitude atau sikap berarti seseorang bekerja menunjukkan apresiasinya terhadap perusahaan dengan menghormati pimpinan, menghargai rekan kerja dan melayani pelanggan dengan sepenuh hati. Dengan attitude seseorang dapat dihargai. Attitude mengondisikan segala hal yang berhubungan dengan seseorang dapat teryakinkan dan menciptakan iklim kondusif saat bekerja.

Dengan para pimpinan, segala tindak tanduknya membuat pimpinan yakin atas dirinya sehingga tak ragu untuk diandalkan. Dengan rekan

Berprestasi dengan Filosofi Ojo Dumeh

KNOWLEDGE CAPTURING | 31

Page 32: Knowledge Capturing 2009_Low Res

kerja, attitude membuat dirinya dapat bekerjasama secara sinergis dengan rekan kerja sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai. Bagi para pelanggan, attitude yang ditunjukkan tiap anggota perusahaan dapat mengangkat citra perusahaan sehingga pelanggan memiliki loyalitas terhadap produk. Attitude secara praktik mewujud pada sikap-sikap empatif yakni ramah, penuh perhatian terhadap lawan bicara dan mau mendengarkan kritik serta saran. Nilai tambahnya, attitude dapat menciptakan hubungan interpersonal. Hubungan tiap personal tidak hanya di permukaan dan dalam konteks kerja saja.

Attitude saja tidak cukup, tiap anggota perusahaan harus memiliki ilmu pengetahuan dalam bidang kerja yang ia jalankan. Tak hanya itu tiap anggota perusahaan setidaknya harus tahu segala hal yang berhubungan dengan perusahaannya. Hal ini menjadi kontekstual tatkala seorang karyawan dari bidang non teknik ditanyai oleh pelanggan perihal teknik. Jika ia tidak bisa menjawab, turunlah kepercayaan pelanggan karena ia memandang karyawan perusahaan itu tidak berkompeten. Pelanggan tidak mau tahu karyawan itu membidangi bagian teknik maupun non teknik. Mulyono juga menekankan tiap anggota perusahaan harus memiliki panggilan hati untuk menambah ilmu pengetahuan. Apa jadinya sebuah perusahaan jika karyawannya memiliki keingintahuan yang rendah? Perusahaan itu bakal tidak mampu menjawab perubahan yang terjadi setiap saat.

Dua hal di atas perlu dilengkapi dengan keterampilan. Seringkali teori di atas kertas tak sejalan dengan praktik di lapangan. Dengan jam terbang setiap anggota perusahaan akan mampu menyelesaikan masalah spesifik yang sering mereka hadapi. Dengan melakoni dua hal sebelumnya keterampilan dalam bekerja akan didapatkan. Bekerja sepenuh hati dan panggilan hati untuk mengembangkan diri membuat ia tak canggung dan tanggung untuk menghadapi masalah. Keterampilan ini juga mengondisikan sebuah perusahaan mampu

KNOWLEDGE CAPTURING | 32 Mulyono Widodo

“Janganmentang-mentang pejabat kita bisa seenaknya.

Page 33: Knowledge Capturing 2009_Low Res

memperhitungkan pencapaian target dengan jangka waktu tertentu. Kerja perusahaan bakal lebih efektif dan efisien.

Mulyono juga memiliki treatment khusus dalam menjadi seorang pemimpin. Pemimpin yang baik harus memanusiakan bawahannya.”Masalahnya adalah bagaimana cara kita merangkul karyawan. Mereka sebenarnya sudah tahu apa yang akan mereka kerjakan. Kita sebagai pemimpin hanya mengarahkan dan memberi motivasi saja,” terangnya.

Dengan bekal Ojo Dumeh Mulyono Widodo berhasil meraih banyak prestasi saat diberi tanggungjawab mengelola unit-unit PLN. PLN Cabang Kota Baru, Gresik, Mojokerto, PLN Area Jaringan Tangerang ia antar menjadi unit-unit berkinerja terbaik.

KNOWLEDGE CAPTURING | 33 Mulyono Widodo

Page 34: Knowledge Capturing 2009_Low Res

PADA AWAL KARIERNYA Mulyono Widodo ditempatkan di proyek induk pembangunan jaringan di wilayah Jawa Tengah. Kala itu, ia belajar selama beberapa waktu kepada seorang Chas T Man, sebutan untuk konsultan konstruksi jaringan dari Amerika Serikat. “Dia mengajarkan bagaimana menggambar jaringan, bagaimana mensurvey jaringan dan bagaimana mengawasi konstruksi,” kata Mulyono.

Perlu diketahui bahwa, sistem jaringan yang di wilayah Jawa Tengah dan DIY menggunakan sistem 3 kawat. Sistem ini juga diberlakukan di Negara Amerika Serikat. ”Jawa Tengah dan DIY satu-satunya yang menerapkan sistem ini,” sambungnya.

Banyak sekali ilmu dan pengalaman yang didapat Mulyono saat itu. Satu hal yang terngiang di benak Mulyono hingga saat ini adalah pentingnya kedetilan. Bagaimana mengukur sudut-sudut kabelnya diperhitungkan detil di lapangan. Kemudian jarak antar tiang dan banyak lagi. Itu semua harus diperhatikan,” katanya.

KNOWLEDGE CAPTURING | 34

Keandalan JARINGANKeandalan LAYANAN

Page 35: Knowledge Capturing 2009_Low Res

Ia menceritakan beberapa pengalaman saat diajar dan dilatih oleh Chas T Man tersebut. “Saat itu yang dikursus dites seberapa cepat dan tepat dalam mengukur jaringan. Kami disediakan perlengkapan dan peralatan. Kecepatan pemasangan kami diukur dengan stopwatch. Kami pencet stopwatch kemudian menaiki tiang lalu memasang instalasi jaringan hingga lengkap. Kami turun untuk memencet stopwatch kembali,” Mulyono Widodo menceritakan salah satu pengalamannya,

Proyek Induk jaringan Jawa Tengah dilaksanakan pada tahun 1976. Karier Mulyono berawal dari bawah sebagai kru teknik jaringan hingga menjadi seorang General Inspector saat itu. General Inspector adalah jabatan pengawas tertinggi di sebuah wilayah. Mulyono menjadi General Inspector untuk wilayah Semarang.

Setelahnya, karier Mulyono meningkat hingga dengan menjadi kepala cabang dan manajer di beberapa unit PLN. Mulyono mengalami sendiri praktik-praktik teknik jaringan. Bisa dikatakan ia mumpuni dalam bidang jaringan. Unit-unit PLN yang ia antar menjadi unit berkinerja terbaik selalu menekankan pada keandalan jaringan.

Keandalan jaringan juga menyangkut responsifnya sebuah unit untuk memperbaiki gangguan. Unit-unit yang ia pimpin juga acapkali memperoleh prestasi dalam bidang perbaikan dalam keadaan bertegangan bertegangan (PDKB). PLN Area Mojokerto pernah mencapai 10 besar terbaik PDKB se-Indonesia. Sedangkan PLN Area Jaringan Tangerang pernah merengkuh penghargaan PDKB terbaik se-Indonesia. Baginya, keandalan jaringan adalah keandalan layanan. Keandalan jaringan berarti ada jaminan seluruh proses konstruksi, supervisi dan pemeliharaan dilakukan dengan benar.

BANYAK PENYIMPANGANSebagai salah satu dari beberapa orang yang mendapatkan ilmu langsung dari sumbernya, Mulyono Widodo merasakan adanya banyak penyimpangan pada implementasi survey, konstruksi dan pemeliharaan jaringan saat ini khususnya di wilayah kerja Distrubusi Jateng dan DIY. Ia amat menyayangkan hal ini. “Sebenarnya saya juga tidak tahu kenapa kok sekarang penerapannya banyak yang tidak

KNOWLEDGE CAPTURING | 35 Mulyono Widodo

Page 36: Knowledge Capturing 2009_Low Res

sesuai dengan yang diajarkan pada saya dulu,” kata Mulyono WidodoIa mencontohkan beberapa hal menyimpang yang sempat ia lihat

langsung di lapangan. Misalnya pemasangan angkur tali penopang tiang jaringan. “Kalau pemasangnya benar angkur yang tertanam di dalam tanah jika diputar seharusnya tidak merubah tanah. Tanah tidak akan bergerak karena angkur dipasang lurus dan tidak ada tekukan. Tapi kalau kontraktornya nakal, angkurnya hanya ditekuk sehingga kalau diputar tanah akan bergerak, retak dan berlubang,” papar Mulyono. Jika ini terjadi hal ini akan mengurangi daya dukung tali penopang tiang. Tiang tidak akan kokoh.

Ia juga menceritakan pengalamannya saat ditunjukan rencana peta jaringan program listrik desa oleh bawahannya. Ia mengeluhkan ketidaklengkapan notasi-notasi untuk standar operasional untuk pembangunan jaringan-jaringan itu. “Misalnya sudut-sudut lead, panjang tiang tidak disertakan. Bagaimana kita bisa memasang dengan benar jika tidak ada petunjuk yang lengkap?” keluh Mulyono.

Satu hal lain yang ia rasakan menyimpang adalah prosedur pemasangan kabel konduktor. Pemasangan kabel konduktor yang menghubungkan tiang tidak boleh dilakukan di bawah. “Kabel harus tetap di atas, tidak boleh ditumpukan pada cross arm maupun isolator karena bisa menyebabkan konduktor tergores. Ini memperpendek umur jaringan,” tukas Mulyono. Mulyono sangat menyesalkan hal ini karena ia pernah melihat kabel konduktor justru diseret di tanah.

Penarikan andongan juga tak luput dari perhatiannya. Andongan adalah lengkungan pada kabel konduktor. “Setelah di saging (pemasangan kabel) diukur andongannya. Jadi orang tidak mungkin memasang kawat itu lurus. Ini dulu diukur seberapa besar lengkungannya. Semakin besar penampang, semakin kendur kawatnya. Semakin kecil semakin kencang. Saya yakin pasti sekarang tidak diukur karena tidak punya alatnya,” paparnya. Jika terlalu kendur kawat yang terkena angin bisa goyang dan menyentuh kabel lain. Jika terlalu kencang maka akan elastisitasnya habis kemudian memuai. “Suhu di sekitar tiang juga diukur untuk diketahui seberapa besar pengaruhnya pada pemuaian kawat. Saya tidak tahu kalau sekarang,” lanjut Mulyono.

KNOWLEDGE CAPTURING | 36 Mulyono Widodo

Page 37: Knowledge Capturing 2009_Low Res

Sebenarnya masih banyak hal lain yang ingin disampaikan Mulyono terkait pengelolaan jaringan. “Pemasangan jaringan itu harus benar dan baik. Benar mengindikasikan instalasi dipasang sesuai fungsi. Baik mengindikasikan pemasangannya sesuai estetika dan enak dilihat. Ini yang saya lihat masih kebalik-balik,” tuturnya. Menurut Mulyono ini juga membuat rekoso kepada pegawai generasi penerus nantinya. “Hal yang salah didiamkan lama-lama jadi kelaziman dan dianggap benar. Nanti kalau ada gangguan mereka bingung menemukan sebabnya,” tukasnya.

Untuk mengantisipasi hal ini Mulyono Widodo menyarankan adanya semacam pelatihan bagi kontraktor, surveyor dan kru teknik dari PLN sendiri. Hal ini dimaksudkan untuk menyamakan pengetahuan dan persepsi sehingga tidak muncul standar yang berbeda pada penerapan di lapangan. “Masing-masing peran harus dilaksanakan secara professional,” imbuhnya. Bagi Mulyono keandalan jaringan mutlak diperlukan untuk meningkatkan kualitas pelayanan. Jaringan yang baik akan mengondisikan pasokan listrik yang berkualitas pada pelanggan. Prosedur yang benar juga berimplikasi pada umur jaringan yang lebih panjang. Mulyono berpendapat jika kebijakan efisiensi yang diambil perusahaan seharusnya tidak menafikan hal-hal seperti ini.

“Bagaimana kita bisa memasang dengan benar jika tidak ada petunjuk yang lengkap?”

KNOWLEDGE CAPTURING | 37 Mulyono Widodo

Page 38: Knowledge Capturing 2009_Low Res

SEBAGAI SESEORANG yang mumpuni dalam bidang jaringan Mulyono Widodo menemukan banyak penyimpangan yang dilakukan kontraktor dan minimnya peran surveyor dalam mengawasi kelaikan jaringan. Ini amat mengkhawatirkan jika terus dibiarkan. Hal yang salah jika dibiarkan akan menjadi kelaziman dan dianggap benar. Dalam kesempatan ini akan ditampilkan beberapa dari banyak penyimpangan pengelolalaan jaringan yang ditemukan oleh Mulyono Widodo.

KETIDAKLENGKAPAN NOTASI PENDUKUNGDALAM PETA JARINGANAcapkali ditemukan rencana peta jaringan yang notasi pendukungnya tidak lengkap bahkan amat kurang. Notasi-notasi itu antara lain ketiadaan sudut lead pada tiang, jarak lead antara angkur dengan tiang, sudut kabel konduktor dengan cross arm, jarak antar kawar konduktor pada cross arm, jarak andongan dan suhu lingkungan di sekitar tiang dan lain. Jika hal-hal tersebut tidak disertakan bagaimana penerapan di lapangan nantinya? Besar kemungkinan standar-standar itu tidak terukur di lapangan.

Jarak lead dengan tiang yang terlalu pendek akan mengurangi tingkat topangan kawat angkur. Paling tidak titik penanaman angkur membentuk sudut 450 antara tanah dan kawat angkur. Penentuan jarak ini juga harus disertakan.

Sudut antar kawat konduktor dan cross harus terukur. Ini untuk menentukan seberapa panjang cross arm. Makin kecil sudut maka cross arm juga harus makin panjang. Hal ini untuk menghindari sentuhan antar kawat konduktor jika tertiup angin. Jarak antar kawat juga harus terukur.

MemutusRantaiKELAZIMAN

KNOWLEDGE CAPTURING | 38

Page 39: Knowledge Capturing 2009_Low Res

KNOWLEDGE CAPTURING | 39 Mulyono Widodo

Gambar 1, Penentuan Jarak Angkur

Gambar 3, Penentuan sudut cross arm dan jarak antar konduktor.

Gambar 2, Penentuan Jarak Angkur

Page 40: Knowledge Capturing 2009_Low Res

Andongan adalah lengkungan pada kabel konduktor. Setelah di saging (pemasangan kabel) diukur andongannya. Tidak mungkin memasang kawat itu lurus. Ini dulu diukur seberapa besar lengkungannya. Semakin besar penampang, semakin kendur kawatnya. Semakin kecil semakin kencang. Banyak sekali kontraktor yang tidak mengukur jarak andongan ini. Jika terlalu kendur kawat yang terkena angin bisa goyang dan menyentuh kabel lain. Jika terlalu kencang maka akan elastisitasnya habis kemudian memuai. Suhu di sekitar tiang juga diukur untuk diketahui seberapa besar pengaruhnya pada pemuaian kawat.

KONTRAKTOR YANG NAKAL DALAM MEMASANG ANGKURAngkur sebagai pasak penopang tiang jaringan seharusnya tidak terpasang dalam keadaan bengkok. Pemasangan angkur yang benar harus menyertakan semacam pipa besi untuk lubang masuk angkur. Saat sudah pas tertancap di dalam tanah ujung angkur akan mengembang untuk mencengkeram tanah. Cara mudah untuk memastikan apakah angkur terpasang dengan benar adalah dengan memutarnya. Jika angkur terpasang dengan benar struktur tanah tidak bergerak dan tidak meninggalkan lubang. Angkur yang dibengkokkan

KNOWLEDGE CAPTURING | 40 Mulyono Widodo

Gambar 4, Jarak Andongan

Page 41: Knowledge Capturing 2009_Low Res

akan melubangi tanah. Angkur yang bengkok ini tidak cukup kuat untuk menopang tiang.

PENGABAIAN PRINSIP FACE TO FACE-BACK TO BACKBanyak juga para surveyor yang mengabaikan atau malah tidak tahu prinsip face to face-back to back pada rangkaian jaringan. Cross arm disusun sedemikan rupa sehingga saling menopang. Di lapangan yang terjadi adalah cross arm terpasang seragam. Jika satu cross arm membelakangi tiang, cross arm di belakangnya juga membelakagi tiang. Begitu juga sebaliknya. Yang benar adalah dibuat saling membelakangi dan berhadapan. Ini untuk memperkuat jaringan. Jika terjadi getaran akibat angin dan gempa jaringan dengan prinsip ini bakal lebih kuat.

KNOWLEDGE CAPTURING | 41 Mulyono Widodo

Gambar 5, Pemasangan Angkur

Gambar 6, Tiang yang memakai prinsip face to face back to back

Page 42: Knowledge Capturing 2009_Low Res

KNOWLEDGE CAPTURING | 42 Mulyono Widodo

Gambar 6, Tiang yang tidak memakai prinsip face to face back to back

Gambar 7, Face to face back to back tampak samping

Page 43: Knowledge Capturing 2009_Low Res

PENGABAIAN PRINSIP FACE TO FACE-BACK TO BACKKadangkala ditemukan ada dua jaringan yang berpapasan. Seringkali ini diantisipasi dengan menggabungkan ketiga kawat tersebut (jumper). Ini sebetulnya tidak boleh dilakukan karena membuat rentan kawat konduktor. Seharusnya salah satu dari jaringan itu disambungkan ke tiang jaringan lain.

Gambar 8, Jumper yang salah

Gambar 9, Jumper yang benar

KNOWLEDGE CAPTURING | 43 Mulyono Widodo

Page 44: Knowledge Capturing 2009_Low Res

KNOWLEDGE CAPTURING | 44 Mulyono Widodo

PEMASANGAN ISOLATOR YANG TERBALIKMasih banyak yang mengabaikan cara pemasangan isolator. Padahal sebenarnya hal ini sangat mendasar. Bentuk isolator yang cekung harus terpasang tengkurap. Khususnya pada isolator bawah. Jika tengkurap ini membuat isolator sama seperti wadah air. Kondisi ini amat rentan. Isolator yang penuh air membahayakan jaringan saat terjadi lompatan tegangan.

Gambar 10, Pemasangan Isolatoryang salah

Gambar 11, Pemasangan Isolatoryang benar

Page 45: Knowledge Capturing 2009_Low Res

PERJALANAN KARIR & PRESTASI, MULYONO WIDODO

KARIER :th. 1985

KB TEK Proyek Jaring Distribusi PT Pikitring Jawa Tengahth. 1988

KBNK PT PLN (Persero) Wil. Vth. 1992

KBRK PT PLN (Persero) Wil. Vth. 1996

Kacab. PT PLN (Persero) Cabang Kota Baru Wilayah VIth. 1999

Manajer PT PLN (Persero) APJ Gresik Distribusi Jawa Timurth. 2002

Manajer PT PLN (Persero) APJ Mojokerto Dis. Jatimth. 2004

Manajer PT PLN (Persero) APJ Tangerang Dist. DKI Jaya danTangerang

th. 2006Manajer PT PLN (Persero) APJ Semarang Distribusi Jawa Tengah& DI. Yogyakarta

PRESTASI :th. 1997

Unit Terbaik di PT PLN (Persero) Wilayah VIth. 2002

Unit Terbaik PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Timurth. 2003

Termasuk 10 unit cabang unggulan se-Indonesiath. 2004

Unit Terbaik PT PLN (Persero) DKI Jaya dan Tangerang

KNOWLEGE CAPTURING | 45 Mulyono Widodo

Page 46: Knowledge Capturing 2009_Low Res

Knowledge ManagementPT. PLN (Persero)

Distribusi Jawa Tengah dan DI. Yogyakarta@2009