knee joint

73
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Penemuan Sinar-x oleh Prof. Williem Conrad Roentgen pada penghujun tahun 1895 tekah membuka cakrawala kedokteran dan di anggap sebagai salah satu tonggak sejarah yang paling penting untuk saat itu. Ilmu Radiologi adalah bagian dari ilmu kedokteran yang memiliki peranan penting dalam proses penegakan diagnose. Untuk menegakkan diagnosa suatu penyakit yang terletak didalam tubuh memerlukan pemeriksaan radiodiagnostik. Dengan pemeriksaan ini organ-organ yang berada didalam tubuh dapat diperlihatkan melalui gambaran atau pencitraan radiografi. Sinar-X adalah pancaran gelombang elektromagnetik yang mempunyai kemampuan menembus benda atau materi sesuai dengan kepadatanya membuat film menjadi hitam dan membuat bahan-bahan yang berfluoresensi jadi bercahaya. Salah satu pemeriksaan yang mengunakan sinar-x yaitu pemeriksaan radiologi, guna untuk memvisualisasiakan struktur anatomi dan fisiologi didalam tubuh manusia.

description

oj;j

Transcript of knee joint

Page 1: knee joint

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Penemuan Sinar-x oleh Prof. Williem Conrad Roentgen pada

penghujun tahun 1895 tekah membuka cakrawala kedokteran dan di

anggap sebagai salah satu tonggak sejarah yang paling penting untuk

saat itu. Ilmu Radiologi adalah bagian dari ilmu kedokteran yang memiliki

peranan penting dalam proses penegakan diagnose. Untuk menegakkan

diagnosa suatu penyakit yang terletak didalam tubuh memerlukan

pemeriksaan radiodiagnostik. Dengan pemeriksaan ini organ-organ yang

berada didalam tubuh dapat diperlihatkan melalui gambaran atau

pencitraan radiografi.

Sinar-X adalah pancaran gelombang elektromagnetik yang

mempunyai kemampuan menembus benda atau materi sesuai dengan

kepadatanya membuat film menjadi hitam dan membuat bahan-bahan

yang berfluoresensi jadi bercahaya. Salah satu pemeriksaan yang

mengunakan sinar-x yaitu pemeriksaan radiologi, guna untuk

memvisualisasiakan struktur anatomi dan fisiologi didalam tubuh manusia.

Pemeriksaan yang juga memerlukan kreativitas yang optimal adalah

pemeriksaan ekstremitas bawah dalam hal ini artikulasio genu yang

bertujuan untuk memberikan gambaran struktur anatomi, fisiologi, dan

patologi dari artikulasio genu. Pemeriksaan ini dapat mengevaluasi agar

gambar tampak lebih jelas dan dapat memberikan informasi yang optimal,

jenis pemeriksaan yang sering kita temui di unit radiologi adalah

pemeriksaan artikulasio genu dengan proyeksi basic AP-LAT.

Adapun teknik-teknik yang sering dilakukan pada pemeriksaan

Articulatio Genu yaitu AP (Antero-Posterior), PA (Postero Anteroir),

Page 2: knee joint

2

LATERAL, ANTERO POSTERIOR OBLIQUE Rotasi Kearah Lateral,

ANTERO POSTERIOR OBLIQ Rotasi Kearah Medial, ANTERO

POSTERIOR WEIGHT BEARING, POSTERO ANTERIOR WEIGHT

BEARING,POSTERO ANTERIOR OBLIQ Rotasi Medial, POSTERO

ANTERIOR OBLIQUE Rotasi Lateral.

Dengan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk menyusun

laporan kasus yang berjudul “TEKNIK PEMERIKSAAN ARTICULATIO

GENU PADA KASUS OSTEOARTHRITISDI INSTALASI RADIOLOGI

RUMAH SAKIT BHAYANGKARA MAKASSAR”.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana teknik pemeriksaan radiografi knee joint pada Instalasi

Radiologi RS Bhayangkara Makassar ?

2. Anatomi dan patologi apa saja yang ditampakkan pada hasil

radiografknee joint ?

3. Apa yang dimaksud Osteoarthritis ?

4. Apa gejala dan penyebab Osteoarthritis ?

C. TUJUAN PENULISAN

Berdasarkan uraian rumusan masalah di atas, maka tujuan

penelitian yang ingin dicapai adalah :

1. Mengetahui Prosedur pemeriksaan Articulatio Genupadakasus

Osteoarthritis Di RumahSakit Bhayangkara Makassar.

2. Mengetahui hasil Radiograf Articulatio Genu pada kasus

Osteoarthritis Di Rumah Sakit Bhayangkara Makassar.

3. Mengetahui patologi yang dapat timbul pada articulation genu.

4. Mengetahui penyebab dan gejala dari osteoarthrits.

Page 3: knee joint

3

D. Manfaat Penulisan

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Pengetahuan proyeksi-proyeksi pada Articulatio Genu

2. Mengetahui hasil radiograf Articulatio Genu

3. Penulis berharap tugas ini dapat bermanfaat untuk semua

kalangan.

Page 4: knee joint

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. PROFIL RS BHAYANGKARA MAKASSAR

Berawal dari perintah lisan PANGDAK XVIII SULSELRA BRIGJEN

IMAM SUPOYO kepada kapten polisi dr. ADAM IMAN SANTOSA pada

tanggal 2 nopember 1965, untuk menempati dan memfungsikan bekas

SEKOLAH POLISI NEGARA DJONGAYA menjadi RUMAH SAKIT

KEPOLISIAN BHAYANGKARA MAKASSAR. Satu bulan kemudian,

tepatnya pada tanggal 1 desember 1965 mulai difungsikan poliklinik

Umum dan bagian Kebidanan. Saat itu juga Lettu Polisi dr. ZAINAL

ARIFIN yang bertugas di Poliklinik Poltabes Makassar mulai aktif di

Poliklinik Umum dan dr. ABADI GUNAWAN di bagian Kebidanan Rumah

Sakit Kepolisian Makassar Pada tanggal 1 september 1966 mulai

difungsikan bangsal laki-laki, bangsal wanita dan bangsal anak-anak.

Tanggal 1 januari 1967 bagian roentgen difungsikan. Tanggal 2 nopember

1968 diusulkan pendidikan SPK C dengan lama pendidikan 2 (dua) tahun,

oleh dr. ADAM IMAN SANTOSA dan diteruskan oleh Pangdak VIII Brigjen

Pol. Johny Anwar ke Departemen Kesehatan Republik Indonesia,

sehingga bulan Juni 1969 pendidikan SPK C angkatan I dimulai atas ijin

Depkes RI. Tanggal 1 september 1969 dilakukan renovasi gudang

kaporlap SPN Jongaya menjadi ruang pertemuan personil Rumah Sakit

Kepolisian Bhayangkara. Tanggal 10 Januari 1970 Rumah Sakit

Kepolisian Bhayangkara diakui secara resmi oleh Mabes Polri dengan

surat Keputusan Kapolri No. Pol. : B/117/34/SB/1970 yang ditandatangani

oleh Wakalpolri Inspektur Jendral Polisi T.A.AZIZ, yang berbunyi sesuai

teks aslinya sebagai berikut :

Menarik Surat Saudara tanggal 29 April 1969 No. Pol. :

346/Kes/III/69, dengan ini dipermaklumkan, bahwa kami sangat

Page 5: knee joint

5

mmenghargai usaha tersebut dalam rangka meningkatkan kesejahteraan,

khususnya dalam perawatan kesehatan anggota/pegawai sipil dan

keluarganya, sekaligus merupakan pengisian dari pada fungsi dan

organisasi seksi kesehatan Komdak XVIII/Sulselra.

Mengenai pembinaan selanjutnya dilaksanakan melalui Direktorat

Kesehatan Mabak menurut ketentuan-ketentuan yang berlaku dan

menyesuaikan dengan kemampuan keuangan yang ada. Dengan

demikian Rumah Sakit tersebut secara resmi kami nyatakan menjadi :

“Rumah Sakit Kepolisian R.I.” dan merupakan formasi organik dari Seksi

Kesehatan Komdak XVIII/Sulselra.

Mengenai pembinaan selanjutnya dilaksanakan melalui Direktorat

Kesehatan Mabak menurut ketemtuan-ketentuan yang berlaku dan

menyesuaikan dengan kemampuan keuangan yang ada. Dengan

demikian Rumah Sakit tersebut secara resmi kami nyatakan menjadi :

“Rumah Sakit Kepolisian R.I” dan merupakan formasi organik dari Seksi

Kesehatan Komdak XVIII/sulseltra.

Tanggal 10 Desember 1979 SPK C secara resmi ditutup dan

diganti dengan nama SPK Gaya Baru, yang hanya berlangsung selama 2

tahn yakni tahun 1979-1980, dan pada tahun 1980 SPK Gaya Baru

berubah menjadi SPK dengan masa pendidikan 3 tahun, dan pada tahun

1984 menerima anggota Polri dari seluruh Indonesia untuk dididik menjadi

tenaga kesehatan.

Perkembangan fisik Rumah Sakit Kepolisisan Bhayangkara

Makassar dimulai pada tanggal 7 oktober 1971 dengan diresmikannya

ruang Disdokdes dan Rumah Sakit Kepolisian Bhayangkara Makassar

oleh Kapolda Sulsel.

Pembangunan tahap pertama tahun 1973 yang ditandai dengan

diresmikannya ruang perawatan perwira (paviliun). Tahun 1977 dengan

dukungan anggaran dari Menhankam Pangab Jendral M. Yusuf,

dibangunlah sarana pendukung diagnostic dan sarana pelayanan

kesehatan.

Page 6: knee joint

6

Pembagunan tahap kedua tahun 1983 terdiri atas Ruang

Perawatan Anak 2 (dua) lantai, Ruang Fisioterapi dan Gizi serta Ruang

Gawat Darurat. Tahun 1996 diresmikan ruang Otopsi dan Muhsolla, tahun

1997 diresmikan ruang ICU dan Ruang Operasi, tahun 2000 Rumah Sakit

Kepolisian Bhayangkara Makassar mendapat bantuan lunak dari Spanyol

berupa peralatan kesehatan.

Perkembangan pembangunan selanjutnya adalah pembangunan

koridor yang menghubungkan ruang-ruang perawatan maupun polikliniik,

gedung perawatan garruda dan kasuari yang berlantai 2 (dua). Tanggal 1

Januari 1999 Gedung Kantin Bhayangkara, Gedung Primkoppol dan

tambahan Masjid Bhayangkara diresmikan oleh KADISDOKKES POLDA

SULSEL LETKOL POL. Dr. S BUDI SISWANTO. Tanggal 10 Oktober

2001 Rumah Sakit Kepolisian Bhayangkara Makassar berubah status

menjadi Rumah Sakit tingkat II dengan Surat Keputusan Kapolri No. Pol. :

SKEP/1549/X/2001. Untuk menghilangan kesan bahwa Rumah Sakit

Kepolisian Bhayangkara hanya diperunukkan bagi anggota Polri maka

berdasarkan Surat Keputusan Kapolda Sulsel No. Pol.:SKEP/321/X/2001

tanggal 16 Oktober 2001 diputuskan penggantian nama Rumah Sakit

Kepolisian Bhayangkara Makassar menjadi Rumah Sakit Bhayangkara Tk.

II Mappa Oudang Makassar yang diresmikan oleh Kapolda Sulsel Irjen

Pol. Drs. FIRMAN GANI, sekaigus meminta restu kepada adik kandung.

Tanggal 14 januari 2009. Depkes RI memberikan Sertifikat

Akreditasi Rumah Sakit Nomor : YM.01.10/III/125/09 dengan status

Akreditasi Penuh Tingkat Dasar yang berlaku tanggal 14 Januari 2009

sampai dengan 14 Januari 2012 kepada Rumah Sakit Bhayangkara

Mappa Oudang sebagai pengakuan bahwa rumah sakit telah memenuhi

standar pelayanan yang meliputi : Administrasi Manajemen, Pelayanan

Medis, Pelayanan Gawat Darurat, Pelayanan Keperawatan, dan Rekam

Medis. Yang ditandatangani atas nama Mentri Kesehatan Direktur

Jenderal Bina Pelayanan Medik FARID W. HUSAIN. Peresmian gedung

IGD pada tanggal 18 September 2009 oleh KAPOLDA SULSEL IRJEN

Page 7: knee joint

7

POL. Drs. MATHIUS SALEMPANG Pada tanggal 15 Juli 2009 KETUA

UMUM BHAYANGKARA NY. NANNY BAMBANG HENDARSO

meresmikan Renovasi Ruang Cendrawasih. Peresmian Renovasi Ruang

Perawatan Cendrawasih B pada tanggal 16 desember 2009 oleh

KAPOLDA SULSEL IRJEN POL. Drs. ADANG ROCHJANA. Peresmian

Renovasi Ruang intermediate care unit, USG, Treadmill dan Ruang

Makan Karyawan oleh KAPOLDA SULSEL IRJEN POL. Drs. ADANG

ROCHJANA tanggal 17 september 2010.

Tanggal 23 november 2010, Mentri Keuangan RI mengesahkan

Penempatan Rumah Sakit Bhayangkara Tk. II Mappa Oudang Makassar

pada Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai Instansi Pemerintah

yang menerapkan pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (PK-

BLU), dengan Surat Keputusan Mentri Keuangan AGUS D.W. SPTOW

ARDOJO.

Tanggal 8 Juni 2011 nomenklatur Rumah Sakit Bhayangkara Tk. II

Mappa Oudang Makassar berubah nama menjadi Rumah Sakit

Bhayangkara Makassar dengan kode Kemenkeu 646307.

Pada hari Jumat, tanggal 21 Oktober 2011 jam 14.00 wita secara

resmi KAPOLDA SULSEL INSPEKTUR JENDERAL POLISI Drs. H.

JOHNY WAINAL USMAN, MM melakukan peletakan batu pertama dalam

rangka dimulainya renovasi ruang : Perawatan dan Bedah sentral serta

ICU yang berlantai 3 (tiga). Pada hari Selasa, tanggal 20 November 2013

telah diresmikan dan digunakan Gedung perawatan, Bedah Sentral an

ICU serta Ruang perkantoran Rumkit Bhayangkara Makassar oleh

Kapolda sulsel IRJEN POL. Drs. BURHANUDDIN ANDI, S.H.,M.H.

PIMPINAN RUMAH SAKIT BHAYANGKARA MAKASSAR

Sejak berdirinya pada tanggal 2 November 1965,Rumah Sakit

Bhayangkara Makassar telah mengalami beberapa kali pergantian

Pimpinan/Kepala, yaitu :

Page 8: knee joint

8

1. Letkol Pol dr. ZAINAL ARIFIN,Sp.M (1969 – 1985 )

2. Letkol Pol. dr. IDA BAGUS PUTRA DJUNGUTAN, SP .B (1985 –

1991)

3. Letkol Pol dr. ROESMAN ROESLI, Sp.PD (1991 – 1993)

4. Kombes Pol. drg. PETER SAHELANGI, DFM (1993 – 2007)

5. Kombes Pol. dr. SYAFRIZAL, MM (2007 – 2009)

6. Kombes Pol. dr. DIDI MINTADI, Sp.JP (2009 – 2010)

7. Kombes Pol. dr. PURWADI, MS.,MARS (2010 – 2013)

8. Kombes Pol. dr. BUDI HERYADI, MM (2013 – Sekarang)

VISI :

Menjadi Rumah Sakit Bhayangkara terbaik di kawasan Timur

Indonesia dan jajaran Polri, dengan pelayanan prima dan mengutamakan

penyembuhan serta terkendali dalam pembiayaan.

MISI :

1. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang prima dengan

meningkatkan kualitas disegala bidang pelayanan kesehatan,

termasuk kegiatan kedokteran kepolisian (forensik, perawatan

tahanan, kesehatan kamtibmas dan DVI) baik kegiatan operasional

kepolisian, pembinaan kemitraan maupun pendidikan dan latihan.

2. Menyelenggarakan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan

pengawasan anggaran secara transparan dan akuntabel.

3. Meningkatkan kualitas SDM yang profesional, bermoral dan memiliki

budaya organisasi sebagai pelayanan prima.

4. Mengelolah seluruh sumber daya secara efektif, efisien dan akuntabel

guna mendukung pelaksanaan tugas pembinaan maupun operasional

polri.

Page 9: knee joint

9

NILAI :

1. Disiplin

2. Ekstra Pelayanan Prima

3. Kebersamaan

4. Akuntabilitas dan Transparansi

5. Prestasi Kerja

MOTTO :

Prima dalam pelayanan, utama dalam penyembuhan, terkendali

dalam pembiayan.

TUJUAN :

1. Tersediyanya pelayanan kesehatan spesialisasi yang lengkap dan

sesuai dengan standar akreditasi

2. Meningkatkan kepuasan pelanggan dengan meminimalisir

komplain guna meningkatkan kepercayaan masyarakat kepada

Rumah Sakit Bhayangkara Makassar

3. Meningkatkan mutu pelayanan sesuai dengan standar akreditasi

4. Meningkatkan kompetensi dan profesionalisme SDM

5. Menjaga kuantitas SDM secara ideal sesuai dengan beban dan

ancaman tugas

6. Meningkatkan kesejahteraan dan etos kerja SDM

7. Terwujudnya transparansi dan akuntabilitas dibidang keuangan

8. Terwujudnya pengelolaan seluruh sumber daya lainnya secara

efektif, efisien dan akuntabel.

Page 10: knee joint

10

STRUKTUR ORGANISASI RUMAH SAKIT BHAYANGKARA

MAKASSAR

Gambar 01. Struktur Organisasi RS Bhayangkara Makassar

KARUMKIT

WAKARUMKIT

DEWANPENGAWASPOKJABFUNG

-KOM. MEDIK-KOM. KEP.-KOM. FARMASI-BAKORDIK-HUMSAH-INSTALASI-R. PERAWATAN-UR. MATKES

SUBBAGWASINTEREN

SUBBAGRENMIN

SUBBAGBINFUNG

URWASBIN

UR WASOPSY

UR SIM & RM

URDIKLIT

UR TU UR REN UR MIN UR KEU

SUBBID KANMEDOKPO

L

SUBBID JANGMEDUM

UR YANWAT

UR YANDOKPO

UR YANMED

UR JANGMED

UR JANGUM

INST. 1-2INST. 1-4INST. 1-5INST. 1-2INST. 1-4

Page 11: knee joint

11

FASILITAS DAN JENIS LAYANAN :

1. Mengembangkan pelayanan terpadu

Fokus pengembangan layanan terpadu pada berbagai jenis layanan

kesehatan sesuai dengan kemampuan rumah sakit yang bertujuan

untuk memberikan kemudahan, kecepatan, akurasi, pelayanan prima

dan tetap mengutamakan penyembuhan serta pengendalian

pembiayaan, sehingga fungsi sosial rumah sakit tetap tidak terabaikan.

2. Pelayanan kesehatan / Medik yang telah dimiliki rumah sakit lebih dari

lima kegiatan, terdiri atas :

a. Pelayan Rawat Jalan, terdiri atas :

1) Klinik Umum

2) Klinik Gigi

3) Klinik KB dan KIA

4) Klinik Kecantikan

5) Spesialis Penyakit Dalam

6) Spesialis Anak

7) Spesialis Bedah

8) Spesialis Obsgyn

9) Spesialis Ortopedi

10)Spesialis Mata

11)Spesialis Paru

12)Spesialis THT

13)Spesialis Saraf

14)Spesialis Jantung

15)Spesialis Jiwa

16)Spesialis Kulit dan Kelamin

17)Radiologi

18)Spesialisasi lainnya, yang tidak memiliki poliklinik (bedah urologi,

bedah digestif, bedah plastik, rehab medik, gizi klinik, dll)

b. Pelayanan Rawat Inap, terdiri atas :

1) Pelayanan Rawat Inap Kelas VVIP

Page 12: knee joint

12

2) Pelayanan Rawat Inap Kelas VIP

3) Pelayanan Rawat Inap Kelas I

4) Pelayanan Rawat Inap Kelas II

5) Pelayanan Rawat Inap Kelas III

6) Pelayanan Intensif Care Unit (IC)

DENAH RUANGAN RADIOLOGI

B. ANATOMI, FISIOLOGI, DAN PATOLOGI KNEE JOINT

R. Tunggu

R. P

emer

iksa

an

Poli Jantung

R. Istirahat

R. USG

K. Ganti

wc

Dark Room

R. Operator

Page 13: knee joint

13

Gambar 02. Anatomi Knee Joint

Knee joint adalah salah satu sendi kompleks dalam tubuh manusia.

Femur, tibia, fibula, dan patella disatukan menjadi satu kelompok yang

kompleks oleh ligament. (Ballinger, 2007)

Sendi merupakan pertemuan antara dua atau beberapa tulang dari

kerangka. Terdapat tiga jenis utama berdasarkan kemungkinan

gerakannya yaitu sendi fibrus, sendi tulang rawan dan sendi sinovial (C

Evelyn, 1999).

Sendi fibrus atau sinartroses adalah sendi yang tidak dapat bergerak

atau merekat ikat, maka tidak mungkin ada gerakan antara tulang –

tulangnya, misalnya: sutura antara tulang pipih tengkorak. Sendi tulang

rawan atau amfiartroses adalah sendi dengan gerakan sedikit  dan

permukaan persendiannya dipisahkan oleh bahan dan mungkin sedikit

gerakannya. Misalnya, Simphisis pubis, dimana sebuah  bantalan tulang

rawan  mempersatukan kedua tulang pubis. Sendi synovial atau

diartroses  adalah persendian yang bergerak bebas dan terdapat banyak

ragamnya.

Page 14: knee joint

14

Gambar 03. Anatomi Knee Joint kanan dari sisi Anterior view dan

Posterior view (Nucleus Medical Art, 1997-2007)

Gambar 04. Anatomi Knee Joint Kanan dari sisi Lateral view dan Medial

view (Nucleus Medical Art, 1997-2007)

Sendi lutut dibentuk oleh epiphysis distalis tulang femur, epiphysis

proksimalis, tulang tibia dan  tulang patella, serta mempunyai beberapa

sendi yang terbentuk dari tulang yang berhubungan, yaitu antar tulang

femur dan patella disebut articulatio patella femoral, antara tulang tibia

dengan tulang  femur  disebut  articulatio tibio femoral dan antara tulang

tibia  dengan tulang  fibula proximal disebut  articulatio tibio fibular

proxsimal (De Wolf, 1996).

Page 15: knee joint

15

Sendi lutut merupakan suatu sendi yang disusun oleh beberapa

tulang , ligament beserta otot, sehingga dapat membentuk suatu kesatuan

yang disebut dengan sendi lutut atau knee joint. Anatomi sendi lutut terdiri

dari:

Tulang pembentuk sendi lutut

a. Tulang Femur

Merupakan tulang pipa terpanjang dan terbesar di dalam tulang

kerangka pada bagian  pangkal yang berhubungan dengan

acetabulum membentuk kepala sendi yang disebut caput femoris.

Di sebelah  atas dan bawah dari columna femoris  terdapat  taju

yang disebut  trochantor  mayor dan trochantor  minor, di bagian

ujung membentuk persendian lutut, terdapat dua buah tonjolan

yang disebut condylus medialis dan condylus lateralis, di antara

kedua condylus ini terdapat lekukan tempat letaknya tulang

tempurung lutut (patella) yang disebut dengan fosa condylus

(Syaifuddin, 1997).

b. Tulang Tibia

Tulang tibia bentuknya lebih kecil, pada bagian pangkal melekat

pada os fibula, pada bagian ujung membentuk persendian dengan

tulang pangkal kaki dan terdapat taju yang disebut os maleolus

medialis. (Syaifuddin, 1997).

c. Tulang Fibula

Merupakan tulang pipa yang terbesar sesudah tulang paha yang

membentuk persendian lutut dengan os femur pada bagian

ujungnya. Terdapat tonjolan yang disebut os maleolus lateralis atau

mata kaki luar. (Syaifuddin, 1997).

d. Tulang Patella

Pada gerakan fleksi dan ekstensi patella akan bergerak pada

tulang femur.  Jarak patella dengan tibia saat terjadi gerakan

adalah  tetap dan yang berubah hanya jarak patella dengan femur.

Fungsi patella di samping sebagai perekatan otot-otot atau tendon

Page 16: knee joint

16

adalah sebagai pengungkit sendi lutut. Pada posisi flexi lutut 90

derajat,  kedudukan patella di antara kedua condylus femur dan

saat extensi maka patella terletak pada permukaan anterior femur

(Syaifuddin, 1997).

Patologi

Pada OA terdapat proses degenerasi, reparasi, dan inflamasi yang

terjadi dalam jaringan ikat, lapisan rawan, sinovium, dan tulang

subchondral. Pada saat penyakit aktif salah satu proses dapat dominan

atau beberapa proses dapat terjadi secara bersamaan dalam tingkat

intensitas yang berbeda. OA lutut berhubungan dengan berbagai defisit

patofisiologi seperti instabilitas sendi lutut, menurunnya LGS, disused

atrophy dari otot quadriceps, nyeri lutut sangat kuat berhubungan dengan

penurunan kekuatan otot quadriceps yang merupakan stabilisator utama

sendi lutut dan sekaligus berfungsi untuk melindungi struktur sendi lutut.

Pada penderita usia lanjut kekuatan quadriceps bisa menurun 1/3 nya

dibanding dengan kekuatan quadriceps pada kelompok usia yang sama

yang tidak menderita OA lutut.(Pardjoto, 2000).

Perubahan yang terjadi pada sendi lutut oleh karena OA menurut

pardjoto (2000) adalah sebagai berikut:

1. Degradasi rawan

Degradasi timbul sebagai akibat dari ketidakseimbangan antara

regenerasi (reparasi) dengan degenerasi rawan sendi melalui

beberapa tahap yaitu fibrilasi, pelunakan, perpecahan, dan

pengelupasan lapisan rawan sendi. Proses ini dapat berlangsung

cepat atau lambat. Yang cepat dalam waktu 10-15 tahun, sedang

yang lambat 20-30 tahun. Akhirnya permukaan sendi menjadi botak

tanpa lapisan rawan sendi.

2. Osteofit

Page 17: knee joint

17

Bersama timbulnya dengan degenerasi rawan, timbul reparasi.

Reparasi berupa pembentukan osteofit di tulang subchondral.

3. Sclerosis subchondral

Pada tulang subchondral terjadi reparasi berupa sclerosis pemadatan

atau penguatan tulang tepat di bawah lapisan rawan yang mulai

rusak.

4. Sinovitis

Sinovitis ialah inflamasi dari sinovium dan terjadi akibat proses

sekunder degenerasi dan fragmentasi. Matrik rawan sendi yang putus

terdiri dari kondrosit yang menyimpan proteoglycan yang bersifat

immunogenik dan dapat mengantisipasi lekosit.Sinovitis dapat

meningkatkan cairan sendi. Cairan lutut yang mengandung

bermacam-macam enzim akan tertekan ke dalam celah-celah rawan.

Ini mempercepat proses pengerusakan rawan. Pada tahap lanjut

terjadi tekanan yang tinggi dari cairan sendi terhadap permukaan

sendi yang botak. Cairan ini akan didesak ke dalam celah- celah

tulang subchondral dan akan menimbulkan kantong yang disebut kista

subchondral.

5. Osteoarthritis 

Defenisi Osteoarthritis

Osteoarthritis disebut juga penyakit sendi degeneratif. Penyakit Ini

mempengaruhi sekitar 33 juta orang Amerika dan merupakan kondisi

sendi kronis yang paling umum.

Osteoarthritis merupakan akibat dari terlalu sering menggunakan

sendi, misalnya karena keras berolahraga, obesitas, atau penuaan. Jika

Anda seorang atlet atau penari, Anda mungkin bertanya-tanya mengapa

lutut atau pinggul Anda sakit ketika Anda turun dari tempat tidur di pagi

hari. Sebaiknya tanyakan kepada dokter Anda mengenai osteoarthritis.

Penyakit ini bisa menyerang lebih awal pada atlet atau mereka yang

mengalami cedera di masa muda. Osteoarthritis di tangan seringnya

diwariskan dan sering terjadi pada wanita paruh baya.

Page 18: knee joint

18

Osteoarthritis paling sering terjadi pada sendi yang menanggung

berat badan, misalnya lutut, pinggul, kaki, dan tulang belakang.

Osteoarthritis ini sering datang secara bertahap selama berbulan-bulan

atau bahkan bertahun-tahun. Kecuali nyeri pada sendi yang terkena,

biasanya Anda tidak merasa sakit, dan tidak ada kelelahan yang tidak

biasa atau kecapaian seperti pada beberapa jenis arthritis lain.

Pada osteoarthritis, tulang rawan rusak secara bertahap. Tulang

rawan adalah bahan licin yang menutupi ujung tulang dan berfungsi

sebagai peredam kejut tubuh. Seiring kerusakan bertambah, tulang rawan

mulai terkikis, atau tidak bekerja sebaik dulu untuk melindungi sendi.

Sebagai contoh, tekanan ekstra pada lutut akibat kelebihan berat badan

dapat menyebabkan kerusakan pada tulang rawan lutut. Hal tersebut,

seiring waktu, menyebabkan tulang rawan untuk terkikis lebih cepat dari

biasanya.

Seiring tulang rawan menjadi aus, maka efek bantalan sendi

semakin hilang. Hasilnya adalah rasa nyeri sewaktu sendi bergerak.

Bersamaan dengan rasa sakit, kadang-kadang Anda dapat mendengar

suara gemeretak ketika permukaan tulang rawan yang kasar antara 2

tulang saling bergesekan. Benjolan yang menyakitkan mungkin muncul

pada ujung tulang, terutama pada jari tangan dan kaki. Meskipun bukan

gejala utama dari osteoarthritis, peradangan dapat terjadi di lapisan sendi

sebagai reaksi terhadap kerusakan tulang rawan.

Jenis Radang Sendi

Terdapat dua jenis arthritis yang umum yaitu:

Osteoarthritis, yang merupakan “keausan” arthritis. Rematik ini

disebabkan oleh kerusakan jaringan tulang rawan

Rheumatoid arthritis, yang merupakan jenis peradangan arthritis

yang terjadi ketika sistem kekebalan tubuh tidak bekerja dengan

benar.

Page 19: knee joint

19

Selain 2 jenis yang paling umum di atas, arthritis yang juga sering

didiagnosa pada pasien adalah:

Gout, yang disebabkan oleh penumpukan kristal pada sendi (baca

artikel Dokita mengenai rematik dan asam urat)

Psoriatic arthritis, lupus, dan septic arthritis merupakan jenis kondisi

umum yang lain.

PenyebabOsteoarthritis

Meskipunbiasanyatimbul daritrauma, osteoarthritissering

mempengaruhibeberapaanggotakeluarga yang sama, menunjukkan

bahwa adakecenderungan herediterkondisi ini. Sejumlahpenelitian telah

menunjukkanbahwa adaprevalensi yang lebih besardaripenyakitantara

saudara kandungdankembaridentikkhususnya, menunjukkan secaraturun-

temurun. Sampai dengan60% darikasusOAdiperkirakan akibatdarifaktor

genetik. Para penelitijuga menyelidikikemungkinanalergi, infeksi, atau

jamursebagai penyebab.

Faktor-faktoryang mungkin menyebabkanhal itumeliputi:

Kelebihan berat badan

semakin tua

cedera sendi

Sendiyang tidakterbentukdengan benar

Sebuah cacatgenetik padatulang rawan sendi

Menekankanpada sendidaripekerjaan tertentudanbermain olahraga.

Gejala Osteoarthritis

Gejala osteoartritis tergantung pada sendi atau sendi-sendi mana yang

terkena. Gejala yang mungkin terjadi yaitu:

Rasa nyeri yang mendalam

Kesulitan memakai baju atau menyisir rambut

Kesulitan mencengkeram benda

Kesulitan duduk atau membungkuk

Page 20: knee joint

20

Sendi terasa hangat saat disentuh

Kekakuan di pagi hari selama kurang dari satu jam

Nyeri saat berjalan

Kekakuan setelah beristirahat

Pembengkakan sendi

Kehilangan gerak pada sendi

Faktor Risiko Umum untuk Osteoarthritis

Faktor risiko untuk osteoarthritis meliputi:

Jajaran sendi yang abnormal

Usia

Atletik (cedera dalam olahraga dan atletik)

Mengubah beban (meletakkan berat badan pada satu lutut atau

pinggul)

Jenis kelamin

Penggunaan sendi yang berat dan konstan

Cedera bersama akibat arthritis jenis lain

Operasi lutut

Pemakaian berlebihan atau cedera

Obesitas atau kelebihan berat badan

Osteoarthritis ini sangat umum dan dapat berdampingan

dengan arthritis jenis lain, seperti rheumatoid atau gout.

Page 21: knee joint

21

Gambar 05. Patologi knee joint yang terserang OA

C. TEKNIK PEMERIKSAAN KNEE JOINT

1. Proyeksi AP ( Antero-Posterior )

Gambar 06 : Gambar Proyeksi AP Articulatio Genu (Knee Joint)

PP :Pasien diatur dalam posisi supine, dan atur  tubuh sehingga

pelvis tidak mengalami rotasi.

PO :Letakkan kaset berada di bawah knee pasien, sedikit fleksikan

sendi, tempatkan apex patella, dan luruskan knee  pasien, atur

½ inchi (1,3 cm) bawah apex patella di pertengahan kaset. Ini

Page 22: knee joint

22

akan menempatkan ruang sendi di pertengahan kaset. Atur

kaki pasien dengan  meletakkan femoral epicondyles parallel

terhadap kaset agar true AP. Patella sedikit menempel ke sisi

medial. Jika knee tidak bisa full ekstensi, membengkokkan

kaset mungkin diperlukan.

FFD : 90 Cm

CR : Tegak lurus kearah film

CP : Pada titik ½ inchi (1,3 cm) inferior apex patella.

Kriteria Radiograf :

Gambar 07 : Hasil Radiograf AP Knee Joint Normal (CLARK,

2005)

1) Struktur yang terlihat

- Distal femur dan proksimal tibia dan fibula terlihat

- Ruangfemorotibial joint terbuka, dengan articular facies tibia

terlihat di akhirdenganvisualisasi area permukaan yang

minimalis.

2) Posisi

- Tidak ada rotasi dibuktikan dengan tibial condyles dan ruang

sendinya simetris.

- Kira-kira setengah dari pertengahan caput fibula superposisi

dengan tibia.

Page 23: knee joint

23

- Intercondylar eminence terlihat di pertengahan intercondylar

fossa.

- Kolimasi dan CR

- Lapangan kolimasi lurus dengan poros panjang IR.

- Pertengahan lapangan kolimasi berada di pertengahan knee

joint.

3) Kriteria eksposi

- Eksposi yang optimal akan menampakkan garistepi patella

padasistal femur, dan caput fibula danleher fibula

tidakterlihat overeksposi.

- Tidak ada pergerakan, trabekula tulang tampak dan tajam

- Tampak soft tissue

2. PROYEKSI POSTERO ANTERIOR (PROYEKSI PA)

Gambar 08 : Posisi Knee untuk Proyeksi Postero Anterior (Ballinger,

2007)

PP : Atur pasien prone dengan jari kaki diistirahatkan diatas meja

pemeriksaan, atau letakkan sandi bagian bawah ankle untuk

fiksasi.

PO : Letakkan ½ inchi (1,3 cm) bawah apex patella pada

pertengahan IR, dan atur kaki pasien sehingga femoral

epicondyles parallel dengan permukaan atas meja pemeriksaan

Page 24: knee joint

24

FFD : 90 Cm

CR : Tegak lurus pada film

CP :pertengahan knee joint

Kriteria Radiograf :

Gambar 09 : Posisi Knee untuk Proyeksi Postero Anterior (Ballinger,

s2007)

1) Struktur yang ditunjukkan

- Knee joint dan patella terlihatdengan detail patella yang

optimal karena penurunan Object Image Distance (OID) jika

dibuat dengan proyeksi Postero Anterior (PA).

2) Posisi

- Tidak ada rotasi ditandai dengan condyles tampak simetris.

- Patella berada di pertengahan femur dengan anterior knee

sedikit rotasi internal.

3) Kolimasi dan CR

- Pertengahandan  penyudutanbenar jika knee joint terbuka

dan patella berada di pertengahan bidang kolimasi.

4) Kriteria Eksposi

- Eksposi optimal tanpapergerakanakan memperlihatkan soft

tissue di area sendi dan juga terlihat jelas ketajaman

Page 25: knee joint

25

trabekula tulang dan garis tepi parela yang terlihat pada

distal femur.

3.      PROYEKSI LATERAL (MEDIOLATERAL)

Gambar 10 : Posisi Knee untuk Proyeksi Lateral

(Mediolateral) (CLARK,2005)

PP : Atur pasien untuk memutar badan ke sisi yang sakit. Pastikan

bahwa pelvis tidak mengalami rotasi. Untuk proyeksi lateral

standar, atur pasien untuk meletakkan knee di depan dan

luruskan knee yang tidak diperiksa di belakangnya. Knee yang

lain dapat ditempatkan di depan knee yang sakit untuk fiksasi.

PO : Memfleksikan 200 hingga 300 biasanya lebih digunakan karena

posisi ini merelaksasi otot dan menunjukkan volume maksimal

dari rongga sendi. Untuk mencegah celah fragmen dalam

fraktur patela baru atau belum sembuh, knee tidak harus di

feksikan lebih dari 100.  Letakkan fiksasi dibawah ankle. Pegang

epicondilus dan tambahkan fiksasi sehingga dapat tegak lurus

dengan kaset (condylus superposisi). Patella akan tegak lurus

dengan kaset.

FFD : 90 Cm

CR : Tegak lurus

CP : Condylus Medialis

Page 26: knee joint

26

Kriteria Radiograf :

Gambar 11 : Radiograf Proyeksi Lateral

1) Struktur yang terlihat

- Distal femur, proksimal tibia dan fibula, dan  patella

terlihatdalamposisi lateral

- Femoropatellardan  knee joint terbuka

2) Posisi

- Overrotasiatauunderrotasidapat dilihat dengan identifikasi

adductor tubercle pada medial condyle, jika memungkinkan

dan superposisi caput fibula dengan tibia. (overrotasi, sedikit

superposisi caput fibula; enderotasi, lebih superposisi)

- True lateral knee tanparotasi  tampak  dengan posterior

border dari femoral condyles superposisi.

- Patella tampakdengan  ruangfemoropatellar joint membuka.

3) Kolimasi dan CR

- Sudut CR 50hingga 100

cephaladdihasilkandalamsuperposisilangsung distal border

condyles.

- Knee joint berada di pertengahanlapangan  kolimasi.

Meminimalkan kolimasi. Terlihat soft tissue.

Page 27: knee joint

27

4) Kriteria eksposi

- Eksposi yang optimal tanpa pergerakan akan  menampakkan

detail soft tissue, termasuk lapisan lemak anterior knee joint

dantrabekula yang tajam.

4. PROYEKSI ANTERIOR POSTERIOR OBLIQUE (PROYEKSI AP

OBLIQUE)Rotasi Ke Arah Lateral

Gambar 12 : Posisi Knee untuk Proyeksi Antero Posterior

Oblique kearah lateral (Ballinger, 2007)

PP : Atur  pasien supine diatas meja pemeriksaan dan beri fiksasi

pada ankle joint.

PO : Jika diperlukan, angkat hip joint pada sisi yang tidak sakit untuk

merotasikan bagian yang sakit. Beri fiksasi pada hip yang

diangkat dan knee pada bagian yang tidak sakit. ½ inchi (1,3

cm) bawah apex patella berada di pertengahan IR. Rotasikan

eksternal bagian yang sakit sebesar 450°

FFD : 90 Cm

CR :Tegak Lurus

CP :pertengahan knee joint

Page 28: knee joint

28

Kriteria Radiograf :

Gambar 13 : Gambaran Radiograf Knee Joint Normal pada

Proyeksi Antero Posterior Oblique ke arah lateral (Ballinger,

2007)

1) Struktur yang terlihat

- Terlihat distal femur danproksimal tibia dan fibula

superposisidengan femoral condyles lateral.

- Medial condyles femur dan tibia ditunjukkandenganbaik, dan

medial dan lateral ruangsenditampaktidaksama

2) Posisi

- Objek dalam posisi oblique ditunjukkan dengan proksimal

fibula superposisi dengan proksimal tibia, medial condyles

femur dan tibia terlihatpadahasilradiograf.

- Kira-kirasetengah patella bebas superposisi dengan femur

3) Kolimasi dan CR

- Ruang knee joint berada di pertengahan CR

danluaslapangankolimasi.

Page 29: knee joint

29

4) Kriteria Eksposi

- Eksposi yang optimal tanpa sepergerakan terlihat dengan

tampaknya soft tissue di area knee joint, dan trabekulatulang

terlihat jelas dan tajam.

- Mengindikasikan tidak ada pergerakan.

- Teknik harus cukup untuk menunjukkan caput dan leher

fibula supeimposisi dengan tibia.

5.      PROYEKSI ANTERO POSTERIOR OBLIQUE (PROYEKSI AP

OBLIQUE)Rotasi Ke Arah Medial

Gambar 14 Posisi Knee untuk Proyeksi Antero Posterior

Oblique ke arah medial (Ballinger, 2007)

PP : Pasien supine diatas meja pemeriksaan, beri fiksasi pada ankle

joint.

PO : Rotasikan bagian yang sakit ke arah medial dan angkat sedikit

hip di bagian yang sakit untuk rotasi sebesar 450°. Letakkan

ALAT fiksasi dibawah hip, jika dibutuhkan.

FFD : 90 Cm

CR : Tegak Lurus

CP : pertengahan knee joint

Page 30: knee joint

30

Kriteria Radiograf :

Gambar 15 Gambaran Radiograf Knee Joint Normal pada

Proyeksi Antero Posterior Oblique ke arah medial (Ballinger,

2007)

1) Struktur yang terlihat

- Terlihat distal femur dan proksimal tibia dan fibula

superposisi dengan femoral condyles medial.

- Lateral condyles femur dan tibia ditunjukkan dengan baik,

dan medial dan lateral ruang sendi tampak tidak sama

2) Posisi

- Objek dalam posisi oblique ditunjukkan dengan proksimal

persendian tibiofibular  terbuka dengan lateral condyles

femur dan tibia terlihat pada hasil.

- Caput dan leher fibula tidak superposisi dan kira-kira

setengah patella bebas superposisi dengan femur

3) Kolimasi dan CR

- Ruang knee joint berada di pertengahan CR dan luas

lapangan kolimasi.

4) Kriteria Eksposi

- Eksposi yang optimal tanpa pergerakan terlihat dengan

tampaknya soft tissue di area knee joint, dan trabekula

Page 31: knee joint

31

tulang terlihat jelas dan tajam. Caput danleher fibula

tidakoverekspose.

6. PROYEKSI ANTERO POSTERIOR WEIGHT BEARING(Berdiri)

Gambar 16 Posisi Knee untuk Proyeksi Antero Posterior

Weight Bearing (Ballinger, 2007)

Leach, Gregg, dan siber merekomendasikan bahwa proyeksi

weight bearing Antero Posterior bilateral akan lebih sering digunakan

di pemeriksaan radiografi pada arthtritic knees. Mereka menemukan

bahwa weight bearing mempelajari tentang pembatasan ruang sendi

yang terlihat normal dalam pembelajaran non weight bearing

PP : Tempatkan pasien dalam posisi tegak dengan bagian belakang

menempel grid vertical.

PO : Atur posisi knee pasien di pertengahan IR. Letakkan jari-jari

kaki lurus didepan, dengan kaki diberi sedikit jarak untuk

keseimbangan. Minta pasien untuk berdiri lurus dengan knee

full ekstensi dan lebar sama besar pada kaki. ½ inchi (1,3 cm)

bawah permukaan patella terletak di pertengan IR.

FFD : 90 Cm

CR :Horizontal terhadap bidang film

Page 32: knee joint

32

CP : pertengahan kedua knee joint

Kriteria Radiograf :

Gambar 17 Gambaran Radiograf Knee Joint Normal pada

Proyeksi Antero Posterior Weight Bearing (Ballinger, 2007)

1) Struktur yang terlihat

- Tampak distal femur, proksimaltibia, dan fibuladanruang

femorotibial joint terlihat bilateral.

2) Posisi

- Tidakadarotasiantara kedua knee terlihatdari femoral

dantibial condyles simetris.

- Sedikitbagianproksimal fibula superposisi dengan tibia.

3) Kolimasi dan CR

- Ruang knee joint terlihat terbuka jika sudut CR benar

(parallel dengan tibial plateau)

- Lapangankolimasiharusberada di tengah ruang knee joint

dan sedikit femur untuk menentukan poros panjang dari

tulang panjang untuk ketetapan penjajaran.

4) Kriteria eksposi

- Eksposi yang optimal harus menampakkan garis tepi patella

pada femur

Page 33: knee joint

33

- Soft tissue terlihat, tampaktrabekulatulang yang tajam,

mengindikasikantidakadapergerakan.

7. PROYEKSI POSTERO ANTERIOR WEIGHT BEARING

(ROSENBERG METHOD) Berdiri Fleksi

Gambar 18 Posisi Knee untuk Proyeksi Postero Anterior

Weight Bearing (Rosenberg Method) (Ballinger, 2007)

PP : Pasien berdiri dengan aspek anterior knee berada di

pertengahan grid vertical

PO: Untuk proyeksi PA, pasien berdiri dengan kedua knee

menempel di grid vertical. Pertengahan kaset berada pada ½

inchi (1,3 cm) bawah apicies patella. Pasien menggenggam

tepi grid dan knee difleksikan untuk menempatkan femur

pada sudut 450

FFD :90 Cm

CR :Horizontal terhadap petengahan kaset.

CP :pertengahan kedua knee joint

Page 34: knee joint

34

Kriteria radiograf :

Gambar 19 Gambaran Radiograf Knee Joint Normal pada

Proyeksi Postero Anterior Weight Bearing (Rosenberg Method)

(Ballinger, 2007)

1) Struktur yang ditunjukkan

- Distal femur, proksimal tibia, dan fibula, ruang femorotibial

joint, dan intecondylar fossa terlihat bilateral atau unilateral.

2) Struktur Posisi

- Tidakadarotasikedua knee terlihat jelas dengan femoral dan

tibial condyles simetris.

- Intercondylar fossa terbuka

3) Kolimasi dan CR

- Ruang knee joint tampak terbuka jika sudut CR benar dan

tibia difleksikan 450.

- Ruang knee joint berada di pertengahan kolimasi.

4) Kriteria Eksposi

- Eksposi yang optimal memperlihatkan intercondylar fossa

dan proksimal tibia dengan runag sendi yang membuka.

- Trabekulatulangtampakjelas dan tajam,

mengindikasikantidakadapergerakan.

Page 35: knee joint

35

8. PROYEKSI POSTERO ANTERIOR OBLIQUE (PROYEKSI PA

OBLIQUE)Rotasi Medial

Gambar 20  Posisi Knee untuk Proyeksi Postero Anterior Oblique ke

arah medial (Ballinger, 2007)

PP : Pasien prone diatas meja pemeriksaan

PO : Kaki dirotasikan ke arah medial, angkat hip pada bagian yang

tidak sakit agar objek membentuk sudut 450 medial. Letakkan

fiksasi dibawah hip, jika diperlukan.

FFD : 90 Cm

CR : Tegak lurus terhadap knee joint

CP :Pada ½ inchi (1,3 cm) bawah apex patella.

Page 36: knee joint

36

Kriteria Radiograf :

Gambar 21 Gambaran Radiograf Knee Joint Normal pada

Proyeksi Postero Anterior Oblique ke arah medial (Ballinger,

2007)

1) Struktur yang ditunjukkan

- hasilgambarmenunjukkanproyeksi PA oblique dari rotasi

femoral condyles medial, patella, tibial condyles, tiniofibular

joint proksimal, dan caput fibula.

2) Kriteria Evaluasi

- Tibia danfibulahterpisahpadapersambunganbagianproksimal

- Posterior tibia

- Lateral condyles dari femur dan tibia

- Keduatibia plateau

- Knee joint terbuka

- Tepi patella terproyeksisedikit melebihi sisi medial femoral

condyle

- Soft tissue di area knee joint

- Detail tulangpadadital femur dan proksimal tibia

Page 37: knee joint

37

9. PROYEKSI POSTERO ANTERIOR OBLIQUE (PROYEKSI PA

OBLIQUE) Rotasi Lateral

Gambar 22 Posisi Knee untuk Proyeksi Postero Anterior

Oblique ke arah lateral (Ballinger, 2007)

P P: Pasien prone diatas meja pemeriksaan

PO :Angkat hip joint pada bagian yang sakit, dan rotasikan jari kaki

dan knee ke arah lateral agar membentuk sudut sebesar

450.Beri fiksasi pada hip. Holmblad merekomendasikan knee

difleksikan sebesar 100.

CR : Tegak lurus terhadap knee joint

CP : Pada ½ inchi (1,3 cm) bawah apex patella.

Page 38: knee joint

38

Kriteria Radiograf :

Gambar 23 Gambaran Radiograf Knee Joint Normal pada

Proyeksi Postero anterior Oblique ke arah lateral (Ballinger, 2007)

1) Struktur yang ditunjukkan

- Hasilgambardariproyeksi PA oblique menunjukkan rotasi

lateral femoral condyles, patella, tibial condyles, dan caput

fibula.

2) Kriteria Evaluasi

- Medial femoral dantibial condyles

- Tibial plateau

- Knee joint terbuka

- Fibula superposisidiatasbagian lateral tibia

- Tepi patella terproyeksisedikitmelebihi femoral condyles

lateral.

- Soft tissue di daerah knee joint

- Detail tulangpada distal femur dan proksimal tibia

Page 39: knee joint

39

BAB III

METODE PEMERIKSAAN

A. Tempat Dan Waktu Pemeriksaan

Tempat pelaksanaan pemeriksaan : ruangan pemeriksaan instalasi

Radiologi RS Bhayangkara Makassar pada tanggal 29 desember

2014.

B. Kronologis Riwayat Pasien

Nama : Hj. Saodah

Umur : 87 Tahun

Klinis : Osteoarthtritis

Ruangan : Poli Penyakit Dalam

Pasien merasakan nyeri pada bagian lutut saat beraktivitas, hal

tersebut dirasakan sejak beberapa tahun yang terakhir. Pasien

bahkan susah untuk berdiri dan tidak bisa melakukan pekerjaan yang

berat dikarenakan nyeri pada daerah lutut tersebut. Karena keluarga

merasa khawatir akan penyakit ibunya, maka sang ibu di antar

berobat ke Poliklinik Penyakit Dalam RS Bhayangkara dengan klinis

osteoartritis. Untuk mendapatkan hasil diagnosa yang lebih akurat

maka doker merujuk pasien tersebut ke bagian radiologi untuk

melakukan pemeriksaan foto Genu.

Page 40: knee joint

40

C. Persiapan Alat Dan Bahan

1. Pesawat Sinar-X

Gambar 24. Pesawat Sinar-X

Tabung

Thosiba Electron Tubes & Devices CO., LTD

1385, Shimoishigami, Otawara-Shi, Tochigi 324-8550

Made In Japan

Manufactured : januari 2012

Unit Model : E7239X

Ser. No : 12A1294

Insert Model : E7239

Ser. No : 2A0835

Max. Voltage : 125 kV

Focal Spot : 2.0/1.0

Permanent Filtration : 0.9 Al/75

Stator : XS-AV

Kolimator

REF : MRC

SN : AEC1220051

Feb. 2012

Inferent Filtration : 1.2 mm Al eq

Line power Rating : 24~, 6A, 50/60 Hz

Meja kontrol

Page 41: knee joint

41

Meja pemeriksaan

REF : PBT-4

SN : AET1220042

Feb. 2012

2. Kaset ukuran 35×35 cm

3. Film ukuran 35×35 cm @ 2 lembar

4. Mesin Pencuci Film

Gambar 25. Automatic Processing

5. Marker

D. PROSEDUR KERJA

#proyeksi AP Bilateral

Beritahu pasien tentang tindakan yang akan dilakukan.

PP : pasien erect AP

PO: kedua kaki erect dengan true AP, tempatkan knee joint pada

garis tengah kaset, marker sesuai letak objek.

CP : Pertengahan Kaset

CR : Tegak Lurus bidang Film

FFD : 100 cm

Page 42: knee joint

42

# proyeksi Lateral

PP : pasien duduk di atas meja pemeriksaan

PO : kaset dibagi 2 kaki yang diperiksa fleksio, kaki yang tidak

doperiksa lurus, dan tempatkan condylus medialis pada titik tengah

kaset,marker sesuai letak objek.

CP : pada Condylus Medialis

CR : Tegak Lurus Bidang Film

FFD : 100 cm

E. Teknik Pemeriksaan Laporan Kasus Di RS

Pemeriksaan articulasio Genu

# proyeksi AP Bilateral

Beritahu pasien tentang tindakan yang akan dilakukan.

PP : pasien duduk di atas meja pemeriksaan

PO: kedua kaki lurus diatas kaset dalam posisi AP dan letakkan

bagian knee joint pada garis tengah kaset. Marker sesuai dengan

letak kaki (R/L).

CP : Pertengahan Kaset

CR : Tegak Lurus bidang Film

FFD : 100 cm

Faktor Eksposi : kV :46 – mA : 80 – s : 64 – mAs : 5.12

Gambar 26. Posisi Pasien AP

Page 43: knee joint

43

# proyeksi Lateral

PP : pasien duduk di atas meja pemeriksaan

PO : kaset dibagi 2 dengan knee joint fleksio dan tempatkan condylus

medialis pada titik tengah kolimatordan gunakan marker sesuai

dengan bagian genu yang diperiksa (R/L)

CP : pada Condylus Medialis

CR : Tegak Lurus Bidang Film

FFD : 100 cm

Faktor Eksposi : kV :46 – mA : 80 – s : 64 – mAs : 5.12

Gambar 27. Posisi Pasien Lateral

Page 44: knee joint

44

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pemeriksaan Laporan Kasus

Dari hasil pemeriksaan ini maka diperoleh radiograf

Gambar 28. Radiograf Proyeksi AP

Gambar 29. Radiograf Proyeksi Lateral

Page 45: knee joint

45

Dengan hasil interpretasi Dokter :

Gambar 30. Hasil Baca Dokter

Dokter Pemeriksa : dr. Hj. Erlyn Sp.Rad

Hasil pemeriksaan :

Aligmen artis genu D/S baik, tidak ada dislokasi

Tulang-tulang pembentuk artik genu D/S intak tidak ada

destruksi tulang atau spur

Celah sendi baik

Mineralisasi tulang berkurang

Kesan :

Tulang-tulang intak dengan Oesteoporosis

Page 46: knee joint

46

B. Pembahasan Laporan Kasus

Teknik pemeriksaan knee joint pada instalasi Radiologi Rumah

Sakit Bhayangkara Makassar berbeda dengan teori untuk kasus

osteoarthtritis. Pada kasus osteoarthtritis seharusnya pemeriksaan

dilakukan dalam keadaan berdiri (kecuali proyeksi lateral), hal ini

bertujuan untuk mengetahui kemampuan tulang dalam menahan berat

badan. Teknik pemeriksaan yang digunakan dalam kasus ini kurang

memperoleh hasil yang optimal karena pemeriksaan dilakukan dalam

posisi duduk.

Dari pemeriksaan yang dilakukan maka diperoleh hasil kandungan

mineral dalam tulang sudah berkurang, ditandai pula dengan penurunan

massa yang berakibat meningkatnya kerapuhan tulang sehingga

memperoleh kesan Oesteoporosis.

Page 47: knee joint

47

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Osteoarthritis merupakan akibat dari terlalu sering menggunakan

sendi, misalnya karena keras berolahraga, obesitas, atau penuaan.

Jika Anda seorang atlet atau penari, Anda mungkin bertanya-tanya

mengapa lutut atau pinggul Anda sakit ketika Anda turun dari tempat

tidur di pagi hari. Sebaiknya tanyakan kepada dokter Anda mengenai

osteoarthritis. Penyakit ini bisa menyerang lebih awal pada atlet atau

mereka yang mengalami cedera di masa muda. Osteoarthritis di

tangan seringnya diwariskan dan sering terjadi pada wanita paruh

baya.

Osteoarthritis paling sering terjadi pada sendi yang menanggung

berat badan, misalnya lutut, pinggul, kaki, dan tulang belakang.

Osteoarthritis ini sering datang secara bertahap selama berbulan-

bulan atau bahkan bertahun-tahun. Kecuali nyeri pada sendi yang

terkena, biasanya Anda tidak merasa sakit, dan tidak ada kelelahan

yang tidak biasa atau kecapaian seperti pada beberapa jenis arthritis

lain.

Dari kasus yang kami angkat, kami memperoleh diagnosa :

“Tulang-tulang intak dengan Oesteoporosis” dengan klinis osteoartritis

pada articulatio genu.

B. Saran

Dalam membuat suatu laporan akhir Praktek Kerja Lapangan

sebaiknya mengambil referensi lebih banyak dari jurnal atau buku

agar laporan yang dibuat lebih bagus.

Page 48: knee joint

48

DAFTAR PUSTAKA

http://aretnasih.blogspot.com/2013/11/anatomi-fisiologi-knee-joint.html

http://www.news-medical.net/health/Osteoarthritis-Symptoms-

%28Indonesian%29.aspx

http://www.news-medical.net/health/Osteoarthritis-Causes.aspx

http://ayoncrayon5.blogspot.com/2012/11/osteoarthritis.html

http://radiografernotes.blogspot.com/2014/01/teknik-pemeriksaan-genu-

knee-joint.html

Page 49: knee joint

49

LAMPIRAN

A. Pengantar Foto

B. Hasil Baca Laporan Kasus

Page 50: knee joint

50

C. Biodata Anggota Kelompok

1. NAMA LENGKAP : SITI INDAH SUCI

PANGGILAN : SUCI

NIM : 13130

KELAS : C

T.T.L : KARIANGO, 25 NOVEMBER 1995

ASAL DAERAH : TAKALAR

ASAL SMA : SMK NEGERI 6 TAKALAR

ALAMAT : JL. MANNURUKI XIII NO. 18 MKS

HOBBY : NONTON

CONTACT PERSON

HP : 085256130432

EMAIL : [email protected]

2. NAMA LENGKAP : JUNAERAH

PANGGILAN : HERA

NIM : 13107

KELAS : C

T.T.L : SINJAI, 14 MARET 1996

ASAL DAERAH : SINJAI

ASAL SMA : SMA NEG 2 SINJAI

ALAMAT : Jl. TARAKAN KOMP. PU B/G1 NO.115

HOBBY :JALAN-JALAN

CONTACT PERSON

HP : 081341962646

EMAIL : [email protected]

3. NAMA LENGKAP : MUTMAINNAH MUSTAJAB

PANGGILAN : INNAH

NIM : 13029

Page 51: knee joint

51

KELAS : A

T.T.L : BONTO KAPPONG, 06 JULI 1995

ASAL DAERAH : GOWA

ASAL SMA : M.A SYECH YUSUF

ALAMAT : BIRING NGALA’

HOBBY : NONTON

CONTACT PERSON

HP : 085241653619

EMAIL : -

4. NAMA LENGKAP : ANNA RUFAIDAH

PANGGILAN : ANNA

NIM : 13095

KELAS : C

T.T.L : POLO PANGALE, 07 JULI 1995

ASAL DAERAH : MAMUJU

ASAL SMA : SMA BUQ’ATUN MUBARAK

ALAMAT : Jl. Dr. Samratulangi

HOBBY : NONTON

CONTACT PERSON

HP : 085298801021

EMAIL : [email protected]

5. NAMA LENGKAP : NUTRISNAWATI LA HASIMI

PANGGILAN : ISNA

NIM : 13118

KELAS : C

T.T.L : DESA BARU, 07 AGUSTUS 1995

ASAL DAERAH : TERNATE

ASAL SMA : SMA NEG 1 OBI

ALAMAT : Jl. Baji Pangaseng, Cendrawasih

Page 52: knee joint

52

HOBBY :

CONTACT PERSON

HP : 082293841818

EMAIL : [email protected]

6. NAMA LENGKAP : FITRIANI BUNGA LALANG

PANGGILAN : FITRI

NIM : 13059

KELAS : B

T.T.L : MATARIN, 05 MARET 1995

ASAL DAERAH : PALOPO

ASAL SMA : SMA NEG 1 WALENDRANG

ALAMAT : Jl. Ince Nurdin

HOBBY :

CONTACT PERSON

HP : 085398120432

EMAIL : -

7. NAMA LENGKAP : AWALUDDIN SYAHPUTA

PANGGILAN : AWAL

NIM : 13007

KELAS : A

T.T.L : UJUNG PANDANG, 23 NOVEMBER 1995

ASAL DAERAH : MAKASSAR

ASAL SMA : SMA NEG 20 MAKASSAR

ALAMAT : Jl. Abd. Kuddus Bontoa

HOBBY :

CONTACT PERSON

HP : 082349132537

EMAIL : [email protected]

Page 53: knee joint

53

8. NAMA LENGKAP : RIRIN

PANGGILAN : RIRIN

NIM : 13126

KELAS : C

T.T.L : BAU-BAU, 1 DESEMBER 1995

ASAL DAERAH : BAU-BAU

ASAL SMA : SMA NEG 1 BAU-BAU

ALAMAT : Jl. Pampang

HOBBY :

CONTACT PERSON

HP : 085394533307

EMAIL :

D. Dokumentasi Kegiatan PKL

Page 54: knee joint

54

Page 55: knee joint

55

Page 56: knee joint

56

Page 57: knee joint

57