knee joint
-
Upload
daengnompok -
Category
Documents
-
view
95 -
download
26
description
Transcript of knee joint
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Penemuan Sinar-x oleh Prof. Williem Conrad Roentgen pada
penghujun tahun 1895 tekah membuka cakrawala kedokteran dan di
anggap sebagai salah satu tonggak sejarah yang paling penting untuk
saat itu. Ilmu Radiologi adalah bagian dari ilmu kedokteran yang memiliki
peranan penting dalam proses penegakan diagnose. Untuk menegakkan
diagnosa suatu penyakit yang terletak didalam tubuh memerlukan
pemeriksaan radiodiagnostik. Dengan pemeriksaan ini organ-organ yang
berada didalam tubuh dapat diperlihatkan melalui gambaran atau
pencitraan radiografi.
Sinar-X adalah pancaran gelombang elektromagnetik yang
mempunyai kemampuan menembus benda atau materi sesuai dengan
kepadatanya membuat film menjadi hitam dan membuat bahan-bahan
yang berfluoresensi jadi bercahaya. Salah satu pemeriksaan yang
mengunakan sinar-x yaitu pemeriksaan radiologi, guna untuk
memvisualisasiakan struktur anatomi dan fisiologi didalam tubuh manusia.
Pemeriksaan yang juga memerlukan kreativitas yang optimal adalah
pemeriksaan ekstremitas bawah dalam hal ini artikulasio genu yang
bertujuan untuk memberikan gambaran struktur anatomi, fisiologi, dan
patologi dari artikulasio genu. Pemeriksaan ini dapat mengevaluasi agar
gambar tampak lebih jelas dan dapat memberikan informasi yang optimal,
jenis pemeriksaan yang sering kita temui di unit radiologi adalah
pemeriksaan artikulasio genu dengan proyeksi basic AP-LAT.
Adapun teknik-teknik yang sering dilakukan pada pemeriksaan
Articulatio Genu yaitu AP (Antero-Posterior), PA (Postero Anteroir),
2
LATERAL, ANTERO POSTERIOR OBLIQUE Rotasi Kearah Lateral,
ANTERO POSTERIOR OBLIQ Rotasi Kearah Medial, ANTERO
POSTERIOR WEIGHT BEARING, POSTERO ANTERIOR WEIGHT
BEARING,POSTERO ANTERIOR OBLIQ Rotasi Medial, POSTERO
ANTERIOR OBLIQUE Rotasi Lateral.
Dengan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk menyusun
laporan kasus yang berjudul “TEKNIK PEMERIKSAAN ARTICULATIO
GENU PADA KASUS OSTEOARTHRITISDI INSTALASI RADIOLOGI
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA MAKASSAR”.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana teknik pemeriksaan radiografi knee joint pada Instalasi
Radiologi RS Bhayangkara Makassar ?
2. Anatomi dan patologi apa saja yang ditampakkan pada hasil
radiografknee joint ?
3. Apa yang dimaksud Osteoarthritis ?
4. Apa gejala dan penyebab Osteoarthritis ?
C. TUJUAN PENULISAN
Berdasarkan uraian rumusan masalah di atas, maka tujuan
penelitian yang ingin dicapai adalah :
1. Mengetahui Prosedur pemeriksaan Articulatio Genupadakasus
Osteoarthritis Di RumahSakit Bhayangkara Makassar.
2. Mengetahui hasil Radiograf Articulatio Genu pada kasus
Osteoarthritis Di Rumah Sakit Bhayangkara Makassar.
3. Mengetahui patologi yang dapat timbul pada articulation genu.
4. Mengetahui penyebab dan gejala dari osteoarthrits.
3
D. Manfaat Penulisan
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Pengetahuan proyeksi-proyeksi pada Articulatio Genu
2. Mengetahui hasil radiograf Articulatio Genu
3. Penulis berharap tugas ini dapat bermanfaat untuk semua
kalangan.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. PROFIL RS BHAYANGKARA MAKASSAR
Berawal dari perintah lisan PANGDAK XVIII SULSELRA BRIGJEN
IMAM SUPOYO kepada kapten polisi dr. ADAM IMAN SANTOSA pada
tanggal 2 nopember 1965, untuk menempati dan memfungsikan bekas
SEKOLAH POLISI NEGARA DJONGAYA menjadi RUMAH SAKIT
KEPOLISIAN BHAYANGKARA MAKASSAR. Satu bulan kemudian,
tepatnya pada tanggal 1 desember 1965 mulai difungsikan poliklinik
Umum dan bagian Kebidanan. Saat itu juga Lettu Polisi dr. ZAINAL
ARIFIN yang bertugas di Poliklinik Poltabes Makassar mulai aktif di
Poliklinik Umum dan dr. ABADI GUNAWAN di bagian Kebidanan Rumah
Sakit Kepolisian Makassar Pada tanggal 1 september 1966 mulai
difungsikan bangsal laki-laki, bangsal wanita dan bangsal anak-anak.
Tanggal 1 januari 1967 bagian roentgen difungsikan. Tanggal 2 nopember
1968 diusulkan pendidikan SPK C dengan lama pendidikan 2 (dua) tahun,
oleh dr. ADAM IMAN SANTOSA dan diteruskan oleh Pangdak VIII Brigjen
Pol. Johny Anwar ke Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
sehingga bulan Juni 1969 pendidikan SPK C angkatan I dimulai atas ijin
Depkes RI. Tanggal 1 september 1969 dilakukan renovasi gudang
kaporlap SPN Jongaya menjadi ruang pertemuan personil Rumah Sakit
Kepolisian Bhayangkara. Tanggal 10 Januari 1970 Rumah Sakit
Kepolisian Bhayangkara diakui secara resmi oleh Mabes Polri dengan
surat Keputusan Kapolri No. Pol. : B/117/34/SB/1970 yang ditandatangani
oleh Wakalpolri Inspektur Jendral Polisi T.A.AZIZ, yang berbunyi sesuai
teks aslinya sebagai berikut :
Menarik Surat Saudara tanggal 29 April 1969 No. Pol. :
346/Kes/III/69, dengan ini dipermaklumkan, bahwa kami sangat
5
mmenghargai usaha tersebut dalam rangka meningkatkan kesejahteraan,
khususnya dalam perawatan kesehatan anggota/pegawai sipil dan
keluarganya, sekaligus merupakan pengisian dari pada fungsi dan
organisasi seksi kesehatan Komdak XVIII/Sulselra.
Mengenai pembinaan selanjutnya dilaksanakan melalui Direktorat
Kesehatan Mabak menurut ketentuan-ketentuan yang berlaku dan
menyesuaikan dengan kemampuan keuangan yang ada. Dengan
demikian Rumah Sakit tersebut secara resmi kami nyatakan menjadi :
“Rumah Sakit Kepolisian R.I.” dan merupakan formasi organik dari Seksi
Kesehatan Komdak XVIII/Sulselra.
Mengenai pembinaan selanjutnya dilaksanakan melalui Direktorat
Kesehatan Mabak menurut ketemtuan-ketentuan yang berlaku dan
menyesuaikan dengan kemampuan keuangan yang ada. Dengan
demikian Rumah Sakit tersebut secara resmi kami nyatakan menjadi :
“Rumah Sakit Kepolisian R.I” dan merupakan formasi organik dari Seksi
Kesehatan Komdak XVIII/sulseltra.
Tanggal 10 Desember 1979 SPK C secara resmi ditutup dan
diganti dengan nama SPK Gaya Baru, yang hanya berlangsung selama 2
tahn yakni tahun 1979-1980, dan pada tahun 1980 SPK Gaya Baru
berubah menjadi SPK dengan masa pendidikan 3 tahun, dan pada tahun
1984 menerima anggota Polri dari seluruh Indonesia untuk dididik menjadi
tenaga kesehatan.
Perkembangan fisik Rumah Sakit Kepolisisan Bhayangkara
Makassar dimulai pada tanggal 7 oktober 1971 dengan diresmikannya
ruang Disdokdes dan Rumah Sakit Kepolisian Bhayangkara Makassar
oleh Kapolda Sulsel.
Pembangunan tahap pertama tahun 1973 yang ditandai dengan
diresmikannya ruang perawatan perwira (paviliun). Tahun 1977 dengan
dukungan anggaran dari Menhankam Pangab Jendral M. Yusuf,
dibangunlah sarana pendukung diagnostic dan sarana pelayanan
kesehatan.
6
Pembagunan tahap kedua tahun 1983 terdiri atas Ruang
Perawatan Anak 2 (dua) lantai, Ruang Fisioterapi dan Gizi serta Ruang
Gawat Darurat. Tahun 1996 diresmikan ruang Otopsi dan Muhsolla, tahun
1997 diresmikan ruang ICU dan Ruang Operasi, tahun 2000 Rumah Sakit
Kepolisian Bhayangkara Makassar mendapat bantuan lunak dari Spanyol
berupa peralatan kesehatan.
Perkembangan pembangunan selanjutnya adalah pembangunan
koridor yang menghubungkan ruang-ruang perawatan maupun polikliniik,
gedung perawatan garruda dan kasuari yang berlantai 2 (dua). Tanggal 1
Januari 1999 Gedung Kantin Bhayangkara, Gedung Primkoppol dan
tambahan Masjid Bhayangkara diresmikan oleh KADISDOKKES POLDA
SULSEL LETKOL POL. Dr. S BUDI SISWANTO. Tanggal 10 Oktober
2001 Rumah Sakit Kepolisian Bhayangkara Makassar berubah status
menjadi Rumah Sakit tingkat II dengan Surat Keputusan Kapolri No. Pol. :
SKEP/1549/X/2001. Untuk menghilangan kesan bahwa Rumah Sakit
Kepolisian Bhayangkara hanya diperunukkan bagi anggota Polri maka
berdasarkan Surat Keputusan Kapolda Sulsel No. Pol.:SKEP/321/X/2001
tanggal 16 Oktober 2001 diputuskan penggantian nama Rumah Sakit
Kepolisian Bhayangkara Makassar menjadi Rumah Sakit Bhayangkara Tk.
II Mappa Oudang Makassar yang diresmikan oleh Kapolda Sulsel Irjen
Pol. Drs. FIRMAN GANI, sekaigus meminta restu kepada adik kandung.
Tanggal 14 januari 2009. Depkes RI memberikan Sertifikat
Akreditasi Rumah Sakit Nomor : YM.01.10/III/125/09 dengan status
Akreditasi Penuh Tingkat Dasar yang berlaku tanggal 14 Januari 2009
sampai dengan 14 Januari 2012 kepada Rumah Sakit Bhayangkara
Mappa Oudang sebagai pengakuan bahwa rumah sakit telah memenuhi
standar pelayanan yang meliputi : Administrasi Manajemen, Pelayanan
Medis, Pelayanan Gawat Darurat, Pelayanan Keperawatan, dan Rekam
Medis. Yang ditandatangani atas nama Mentri Kesehatan Direktur
Jenderal Bina Pelayanan Medik FARID W. HUSAIN. Peresmian gedung
IGD pada tanggal 18 September 2009 oleh KAPOLDA SULSEL IRJEN
7
POL. Drs. MATHIUS SALEMPANG Pada tanggal 15 Juli 2009 KETUA
UMUM BHAYANGKARA NY. NANNY BAMBANG HENDARSO
meresmikan Renovasi Ruang Cendrawasih. Peresmian Renovasi Ruang
Perawatan Cendrawasih B pada tanggal 16 desember 2009 oleh
KAPOLDA SULSEL IRJEN POL. Drs. ADANG ROCHJANA. Peresmian
Renovasi Ruang intermediate care unit, USG, Treadmill dan Ruang
Makan Karyawan oleh KAPOLDA SULSEL IRJEN POL. Drs. ADANG
ROCHJANA tanggal 17 september 2010.
Tanggal 23 november 2010, Mentri Keuangan RI mengesahkan
Penempatan Rumah Sakit Bhayangkara Tk. II Mappa Oudang Makassar
pada Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai Instansi Pemerintah
yang menerapkan pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (PK-
BLU), dengan Surat Keputusan Mentri Keuangan AGUS D.W. SPTOW
ARDOJO.
Tanggal 8 Juni 2011 nomenklatur Rumah Sakit Bhayangkara Tk. II
Mappa Oudang Makassar berubah nama menjadi Rumah Sakit
Bhayangkara Makassar dengan kode Kemenkeu 646307.
Pada hari Jumat, tanggal 21 Oktober 2011 jam 14.00 wita secara
resmi KAPOLDA SULSEL INSPEKTUR JENDERAL POLISI Drs. H.
JOHNY WAINAL USMAN, MM melakukan peletakan batu pertama dalam
rangka dimulainya renovasi ruang : Perawatan dan Bedah sentral serta
ICU yang berlantai 3 (tiga). Pada hari Selasa, tanggal 20 November 2013
telah diresmikan dan digunakan Gedung perawatan, Bedah Sentral an
ICU serta Ruang perkantoran Rumkit Bhayangkara Makassar oleh
Kapolda sulsel IRJEN POL. Drs. BURHANUDDIN ANDI, S.H.,M.H.
PIMPINAN RUMAH SAKIT BHAYANGKARA MAKASSAR
Sejak berdirinya pada tanggal 2 November 1965,Rumah Sakit
Bhayangkara Makassar telah mengalami beberapa kali pergantian
Pimpinan/Kepala, yaitu :
8
1. Letkol Pol dr. ZAINAL ARIFIN,Sp.M (1969 – 1985 )
2. Letkol Pol. dr. IDA BAGUS PUTRA DJUNGUTAN, SP .B (1985 –
1991)
3. Letkol Pol dr. ROESMAN ROESLI, Sp.PD (1991 – 1993)
4. Kombes Pol. drg. PETER SAHELANGI, DFM (1993 – 2007)
5. Kombes Pol. dr. SYAFRIZAL, MM (2007 – 2009)
6. Kombes Pol. dr. DIDI MINTADI, Sp.JP (2009 – 2010)
7. Kombes Pol. dr. PURWADI, MS.,MARS (2010 – 2013)
8. Kombes Pol. dr. BUDI HERYADI, MM (2013 – Sekarang)
VISI :
Menjadi Rumah Sakit Bhayangkara terbaik di kawasan Timur
Indonesia dan jajaran Polri, dengan pelayanan prima dan mengutamakan
penyembuhan serta terkendali dalam pembiayaan.
MISI :
1. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang prima dengan
meningkatkan kualitas disegala bidang pelayanan kesehatan,
termasuk kegiatan kedokteran kepolisian (forensik, perawatan
tahanan, kesehatan kamtibmas dan DVI) baik kegiatan operasional
kepolisian, pembinaan kemitraan maupun pendidikan dan latihan.
2. Menyelenggarakan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan
pengawasan anggaran secara transparan dan akuntabel.
3. Meningkatkan kualitas SDM yang profesional, bermoral dan memiliki
budaya organisasi sebagai pelayanan prima.
4. Mengelolah seluruh sumber daya secara efektif, efisien dan akuntabel
guna mendukung pelaksanaan tugas pembinaan maupun operasional
polri.
9
NILAI :
1. Disiplin
2. Ekstra Pelayanan Prima
3. Kebersamaan
4. Akuntabilitas dan Transparansi
5. Prestasi Kerja
MOTTO :
Prima dalam pelayanan, utama dalam penyembuhan, terkendali
dalam pembiayan.
TUJUAN :
1. Tersediyanya pelayanan kesehatan spesialisasi yang lengkap dan
sesuai dengan standar akreditasi
2. Meningkatkan kepuasan pelanggan dengan meminimalisir
komplain guna meningkatkan kepercayaan masyarakat kepada
Rumah Sakit Bhayangkara Makassar
3. Meningkatkan mutu pelayanan sesuai dengan standar akreditasi
4. Meningkatkan kompetensi dan profesionalisme SDM
5. Menjaga kuantitas SDM secara ideal sesuai dengan beban dan
ancaman tugas
6. Meningkatkan kesejahteraan dan etos kerja SDM
7. Terwujudnya transparansi dan akuntabilitas dibidang keuangan
8. Terwujudnya pengelolaan seluruh sumber daya lainnya secara
efektif, efisien dan akuntabel.
10
STRUKTUR ORGANISASI RUMAH SAKIT BHAYANGKARA
MAKASSAR
Gambar 01. Struktur Organisasi RS Bhayangkara Makassar
KARUMKIT
WAKARUMKIT
DEWANPENGAWASPOKJABFUNG
-KOM. MEDIK-KOM. KEP.-KOM. FARMASI-BAKORDIK-HUMSAH-INSTALASI-R. PERAWATAN-UR. MATKES
SUBBAGWASINTEREN
SUBBAGRENMIN
SUBBAGBINFUNG
URWASBIN
UR WASOPSY
UR SIM & RM
URDIKLIT
UR TU UR REN UR MIN UR KEU
SUBBID KANMEDOKPO
L
SUBBID JANGMEDUM
UR YANWAT
UR YANDOKPO
UR YANMED
UR JANGMED
UR JANGUM
INST. 1-2INST. 1-4INST. 1-5INST. 1-2INST. 1-4
11
FASILITAS DAN JENIS LAYANAN :
1. Mengembangkan pelayanan terpadu
Fokus pengembangan layanan terpadu pada berbagai jenis layanan
kesehatan sesuai dengan kemampuan rumah sakit yang bertujuan
untuk memberikan kemudahan, kecepatan, akurasi, pelayanan prima
dan tetap mengutamakan penyembuhan serta pengendalian
pembiayaan, sehingga fungsi sosial rumah sakit tetap tidak terabaikan.
2. Pelayanan kesehatan / Medik yang telah dimiliki rumah sakit lebih dari
lima kegiatan, terdiri atas :
a. Pelayan Rawat Jalan, terdiri atas :
1) Klinik Umum
2) Klinik Gigi
3) Klinik KB dan KIA
4) Klinik Kecantikan
5) Spesialis Penyakit Dalam
6) Spesialis Anak
7) Spesialis Bedah
8) Spesialis Obsgyn
9) Spesialis Ortopedi
10)Spesialis Mata
11)Spesialis Paru
12)Spesialis THT
13)Spesialis Saraf
14)Spesialis Jantung
15)Spesialis Jiwa
16)Spesialis Kulit dan Kelamin
17)Radiologi
18)Spesialisasi lainnya, yang tidak memiliki poliklinik (bedah urologi,
bedah digestif, bedah plastik, rehab medik, gizi klinik, dll)
b. Pelayanan Rawat Inap, terdiri atas :
1) Pelayanan Rawat Inap Kelas VVIP
12
2) Pelayanan Rawat Inap Kelas VIP
3) Pelayanan Rawat Inap Kelas I
4) Pelayanan Rawat Inap Kelas II
5) Pelayanan Rawat Inap Kelas III
6) Pelayanan Intensif Care Unit (IC)
DENAH RUANGAN RADIOLOGI
B. ANATOMI, FISIOLOGI, DAN PATOLOGI KNEE JOINT
R. Tunggu
R. P
emer
iksa
an
Poli Jantung
R. Istirahat
R. USG
K. Ganti
wc
Dark Room
R. Operator
13
Gambar 02. Anatomi Knee Joint
Knee joint adalah salah satu sendi kompleks dalam tubuh manusia.
Femur, tibia, fibula, dan patella disatukan menjadi satu kelompok yang
kompleks oleh ligament. (Ballinger, 2007)
Sendi merupakan pertemuan antara dua atau beberapa tulang dari
kerangka. Terdapat tiga jenis utama berdasarkan kemungkinan
gerakannya yaitu sendi fibrus, sendi tulang rawan dan sendi sinovial (C
Evelyn, 1999).
Sendi fibrus atau sinartroses adalah sendi yang tidak dapat bergerak
atau merekat ikat, maka tidak mungkin ada gerakan antara tulang –
tulangnya, misalnya: sutura antara tulang pipih tengkorak. Sendi tulang
rawan atau amfiartroses adalah sendi dengan gerakan sedikit dan
permukaan persendiannya dipisahkan oleh bahan dan mungkin sedikit
gerakannya. Misalnya, Simphisis pubis, dimana sebuah bantalan tulang
rawan mempersatukan kedua tulang pubis. Sendi synovial atau
diartroses adalah persendian yang bergerak bebas dan terdapat banyak
ragamnya.
14
Gambar 03. Anatomi Knee Joint kanan dari sisi Anterior view dan
Posterior view (Nucleus Medical Art, 1997-2007)
Gambar 04. Anatomi Knee Joint Kanan dari sisi Lateral view dan Medial
view (Nucleus Medical Art, 1997-2007)
Sendi lutut dibentuk oleh epiphysis distalis tulang femur, epiphysis
proksimalis, tulang tibia dan tulang patella, serta mempunyai beberapa
sendi yang terbentuk dari tulang yang berhubungan, yaitu antar tulang
femur dan patella disebut articulatio patella femoral, antara tulang tibia
dengan tulang femur disebut articulatio tibio femoral dan antara tulang
tibia dengan tulang fibula proximal disebut articulatio tibio fibular
proxsimal (De Wolf, 1996).
15
Sendi lutut merupakan suatu sendi yang disusun oleh beberapa
tulang , ligament beserta otot, sehingga dapat membentuk suatu kesatuan
yang disebut dengan sendi lutut atau knee joint. Anatomi sendi lutut terdiri
dari:
Tulang pembentuk sendi lutut
a. Tulang Femur
Merupakan tulang pipa terpanjang dan terbesar di dalam tulang
kerangka pada bagian pangkal yang berhubungan dengan
acetabulum membentuk kepala sendi yang disebut caput femoris.
Di sebelah atas dan bawah dari columna femoris terdapat taju
yang disebut trochantor mayor dan trochantor minor, di bagian
ujung membentuk persendian lutut, terdapat dua buah tonjolan
yang disebut condylus medialis dan condylus lateralis, di antara
kedua condylus ini terdapat lekukan tempat letaknya tulang
tempurung lutut (patella) yang disebut dengan fosa condylus
(Syaifuddin, 1997).
b. Tulang Tibia
Tulang tibia bentuknya lebih kecil, pada bagian pangkal melekat
pada os fibula, pada bagian ujung membentuk persendian dengan
tulang pangkal kaki dan terdapat taju yang disebut os maleolus
medialis. (Syaifuddin, 1997).
c. Tulang Fibula
Merupakan tulang pipa yang terbesar sesudah tulang paha yang
membentuk persendian lutut dengan os femur pada bagian
ujungnya. Terdapat tonjolan yang disebut os maleolus lateralis atau
mata kaki luar. (Syaifuddin, 1997).
d. Tulang Patella
Pada gerakan fleksi dan ekstensi patella akan bergerak pada
tulang femur. Jarak patella dengan tibia saat terjadi gerakan
adalah tetap dan yang berubah hanya jarak patella dengan femur.
Fungsi patella di samping sebagai perekatan otot-otot atau tendon
16
adalah sebagai pengungkit sendi lutut. Pada posisi flexi lutut 90
derajat, kedudukan patella di antara kedua condylus femur dan
saat extensi maka patella terletak pada permukaan anterior femur
(Syaifuddin, 1997).
Patologi
Pada OA terdapat proses degenerasi, reparasi, dan inflamasi yang
terjadi dalam jaringan ikat, lapisan rawan, sinovium, dan tulang
subchondral. Pada saat penyakit aktif salah satu proses dapat dominan
atau beberapa proses dapat terjadi secara bersamaan dalam tingkat
intensitas yang berbeda. OA lutut berhubungan dengan berbagai defisit
patofisiologi seperti instabilitas sendi lutut, menurunnya LGS, disused
atrophy dari otot quadriceps, nyeri lutut sangat kuat berhubungan dengan
penurunan kekuatan otot quadriceps yang merupakan stabilisator utama
sendi lutut dan sekaligus berfungsi untuk melindungi struktur sendi lutut.
Pada penderita usia lanjut kekuatan quadriceps bisa menurun 1/3 nya
dibanding dengan kekuatan quadriceps pada kelompok usia yang sama
yang tidak menderita OA lutut.(Pardjoto, 2000).
Perubahan yang terjadi pada sendi lutut oleh karena OA menurut
pardjoto (2000) adalah sebagai berikut:
1. Degradasi rawan
Degradasi timbul sebagai akibat dari ketidakseimbangan antara
regenerasi (reparasi) dengan degenerasi rawan sendi melalui
beberapa tahap yaitu fibrilasi, pelunakan, perpecahan, dan
pengelupasan lapisan rawan sendi. Proses ini dapat berlangsung
cepat atau lambat. Yang cepat dalam waktu 10-15 tahun, sedang
yang lambat 20-30 tahun. Akhirnya permukaan sendi menjadi botak
tanpa lapisan rawan sendi.
2. Osteofit
17
Bersama timbulnya dengan degenerasi rawan, timbul reparasi.
Reparasi berupa pembentukan osteofit di tulang subchondral.
3. Sclerosis subchondral
Pada tulang subchondral terjadi reparasi berupa sclerosis pemadatan
atau penguatan tulang tepat di bawah lapisan rawan yang mulai
rusak.
4. Sinovitis
Sinovitis ialah inflamasi dari sinovium dan terjadi akibat proses
sekunder degenerasi dan fragmentasi. Matrik rawan sendi yang putus
terdiri dari kondrosit yang menyimpan proteoglycan yang bersifat
immunogenik dan dapat mengantisipasi lekosit.Sinovitis dapat
meningkatkan cairan sendi. Cairan lutut yang mengandung
bermacam-macam enzim akan tertekan ke dalam celah-celah rawan.
Ini mempercepat proses pengerusakan rawan. Pada tahap lanjut
terjadi tekanan yang tinggi dari cairan sendi terhadap permukaan
sendi yang botak. Cairan ini akan didesak ke dalam celah- celah
tulang subchondral dan akan menimbulkan kantong yang disebut kista
subchondral.
5. Osteoarthritis
Defenisi Osteoarthritis
Osteoarthritis disebut juga penyakit sendi degeneratif. Penyakit Ini
mempengaruhi sekitar 33 juta orang Amerika dan merupakan kondisi
sendi kronis yang paling umum.
Osteoarthritis merupakan akibat dari terlalu sering menggunakan
sendi, misalnya karena keras berolahraga, obesitas, atau penuaan. Jika
Anda seorang atlet atau penari, Anda mungkin bertanya-tanya mengapa
lutut atau pinggul Anda sakit ketika Anda turun dari tempat tidur di pagi
hari. Sebaiknya tanyakan kepada dokter Anda mengenai osteoarthritis.
Penyakit ini bisa menyerang lebih awal pada atlet atau mereka yang
mengalami cedera di masa muda. Osteoarthritis di tangan seringnya
diwariskan dan sering terjadi pada wanita paruh baya.
18
Osteoarthritis paling sering terjadi pada sendi yang menanggung
berat badan, misalnya lutut, pinggul, kaki, dan tulang belakang.
Osteoarthritis ini sering datang secara bertahap selama berbulan-bulan
atau bahkan bertahun-tahun. Kecuali nyeri pada sendi yang terkena,
biasanya Anda tidak merasa sakit, dan tidak ada kelelahan yang tidak
biasa atau kecapaian seperti pada beberapa jenis arthritis lain.
Pada osteoarthritis, tulang rawan rusak secara bertahap. Tulang
rawan adalah bahan licin yang menutupi ujung tulang dan berfungsi
sebagai peredam kejut tubuh. Seiring kerusakan bertambah, tulang rawan
mulai terkikis, atau tidak bekerja sebaik dulu untuk melindungi sendi.
Sebagai contoh, tekanan ekstra pada lutut akibat kelebihan berat badan
dapat menyebabkan kerusakan pada tulang rawan lutut. Hal tersebut,
seiring waktu, menyebabkan tulang rawan untuk terkikis lebih cepat dari
biasanya.
Seiring tulang rawan menjadi aus, maka efek bantalan sendi
semakin hilang. Hasilnya adalah rasa nyeri sewaktu sendi bergerak.
Bersamaan dengan rasa sakit, kadang-kadang Anda dapat mendengar
suara gemeretak ketika permukaan tulang rawan yang kasar antara 2
tulang saling bergesekan. Benjolan yang menyakitkan mungkin muncul
pada ujung tulang, terutama pada jari tangan dan kaki. Meskipun bukan
gejala utama dari osteoarthritis, peradangan dapat terjadi di lapisan sendi
sebagai reaksi terhadap kerusakan tulang rawan.
Jenis Radang Sendi
Terdapat dua jenis arthritis yang umum yaitu:
Osteoarthritis, yang merupakan “keausan” arthritis. Rematik ini
disebabkan oleh kerusakan jaringan tulang rawan
Rheumatoid arthritis, yang merupakan jenis peradangan arthritis
yang terjadi ketika sistem kekebalan tubuh tidak bekerja dengan
benar.
19
Selain 2 jenis yang paling umum di atas, arthritis yang juga sering
didiagnosa pada pasien adalah:
Gout, yang disebabkan oleh penumpukan kristal pada sendi (baca
artikel Dokita mengenai rematik dan asam urat)
Psoriatic arthritis, lupus, dan septic arthritis merupakan jenis kondisi
umum yang lain.
PenyebabOsteoarthritis
Meskipunbiasanyatimbul daritrauma, osteoarthritissering
mempengaruhibeberapaanggotakeluarga yang sama, menunjukkan
bahwa adakecenderungan herediterkondisi ini. Sejumlahpenelitian telah
menunjukkanbahwa adaprevalensi yang lebih besardaripenyakitantara
saudara kandungdankembaridentikkhususnya, menunjukkan secaraturun-
temurun. Sampai dengan60% darikasusOAdiperkirakan akibatdarifaktor
genetik. Para penelitijuga menyelidikikemungkinanalergi, infeksi, atau
jamursebagai penyebab.
Faktor-faktoryang mungkin menyebabkanhal itumeliputi:
Kelebihan berat badan
semakin tua
cedera sendi
Sendiyang tidakterbentukdengan benar
Sebuah cacatgenetik padatulang rawan sendi
Menekankanpada sendidaripekerjaan tertentudanbermain olahraga.
Gejala Osteoarthritis
Gejala osteoartritis tergantung pada sendi atau sendi-sendi mana yang
terkena. Gejala yang mungkin terjadi yaitu:
Rasa nyeri yang mendalam
Kesulitan memakai baju atau menyisir rambut
Kesulitan mencengkeram benda
Kesulitan duduk atau membungkuk
20
Sendi terasa hangat saat disentuh
Kekakuan di pagi hari selama kurang dari satu jam
Nyeri saat berjalan
Kekakuan setelah beristirahat
Pembengkakan sendi
Kehilangan gerak pada sendi
Faktor Risiko Umum untuk Osteoarthritis
Faktor risiko untuk osteoarthritis meliputi:
Jajaran sendi yang abnormal
Usia
Atletik (cedera dalam olahraga dan atletik)
Mengubah beban (meletakkan berat badan pada satu lutut atau
pinggul)
Jenis kelamin
Penggunaan sendi yang berat dan konstan
Cedera bersama akibat arthritis jenis lain
Operasi lutut
Pemakaian berlebihan atau cedera
Obesitas atau kelebihan berat badan
Osteoarthritis ini sangat umum dan dapat berdampingan
dengan arthritis jenis lain, seperti rheumatoid atau gout.
21
Gambar 05. Patologi knee joint yang terserang OA
C. TEKNIK PEMERIKSAAN KNEE JOINT
1. Proyeksi AP ( Antero-Posterior )
Gambar 06 : Gambar Proyeksi AP Articulatio Genu (Knee Joint)
PP :Pasien diatur dalam posisi supine, dan atur tubuh sehingga
pelvis tidak mengalami rotasi.
PO :Letakkan kaset berada di bawah knee pasien, sedikit fleksikan
sendi, tempatkan apex patella, dan luruskan knee pasien, atur
½ inchi (1,3 cm) bawah apex patella di pertengahan kaset. Ini
22
akan menempatkan ruang sendi di pertengahan kaset. Atur
kaki pasien dengan meletakkan femoral epicondyles parallel
terhadap kaset agar true AP. Patella sedikit menempel ke sisi
medial. Jika knee tidak bisa full ekstensi, membengkokkan
kaset mungkin diperlukan.
FFD : 90 Cm
CR : Tegak lurus kearah film
CP : Pada titik ½ inchi (1,3 cm) inferior apex patella.
Kriteria Radiograf :
Gambar 07 : Hasil Radiograf AP Knee Joint Normal (CLARK,
2005)
1) Struktur yang terlihat
- Distal femur dan proksimal tibia dan fibula terlihat
- Ruangfemorotibial joint terbuka, dengan articular facies tibia
terlihat di akhirdenganvisualisasi area permukaan yang
minimalis.
2) Posisi
- Tidak ada rotasi dibuktikan dengan tibial condyles dan ruang
sendinya simetris.
- Kira-kira setengah dari pertengahan caput fibula superposisi
dengan tibia.
23
- Intercondylar eminence terlihat di pertengahan intercondylar
fossa.
- Kolimasi dan CR
- Lapangan kolimasi lurus dengan poros panjang IR.
- Pertengahan lapangan kolimasi berada di pertengahan knee
joint.
3) Kriteria eksposi
- Eksposi yang optimal akan menampakkan garistepi patella
padasistal femur, dan caput fibula danleher fibula
tidakterlihat overeksposi.
- Tidak ada pergerakan, trabekula tulang tampak dan tajam
- Tampak soft tissue
2. PROYEKSI POSTERO ANTERIOR (PROYEKSI PA)
Gambar 08 : Posisi Knee untuk Proyeksi Postero Anterior (Ballinger,
2007)
PP : Atur pasien prone dengan jari kaki diistirahatkan diatas meja
pemeriksaan, atau letakkan sandi bagian bawah ankle untuk
fiksasi.
PO : Letakkan ½ inchi (1,3 cm) bawah apex patella pada
pertengahan IR, dan atur kaki pasien sehingga femoral
epicondyles parallel dengan permukaan atas meja pemeriksaan
24
FFD : 90 Cm
CR : Tegak lurus pada film
CP :pertengahan knee joint
Kriteria Radiograf :
Gambar 09 : Posisi Knee untuk Proyeksi Postero Anterior (Ballinger,
s2007)
1) Struktur yang ditunjukkan
- Knee joint dan patella terlihatdengan detail patella yang
optimal karena penurunan Object Image Distance (OID) jika
dibuat dengan proyeksi Postero Anterior (PA).
2) Posisi
- Tidak ada rotasi ditandai dengan condyles tampak simetris.
- Patella berada di pertengahan femur dengan anterior knee
sedikit rotasi internal.
3) Kolimasi dan CR
- Pertengahandan penyudutanbenar jika knee joint terbuka
dan patella berada di pertengahan bidang kolimasi.
4) Kriteria Eksposi
- Eksposi optimal tanpapergerakanakan memperlihatkan soft
tissue di area sendi dan juga terlihat jelas ketajaman
25
trabekula tulang dan garis tepi parela yang terlihat pada
distal femur.
3. PROYEKSI LATERAL (MEDIOLATERAL)
Gambar 10 : Posisi Knee untuk Proyeksi Lateral
(Mediolateral) (CLARK,2005)
PP : Atur pasien untuk memutar badan ke sisi yang sakit. Pastikan
bahwa pelvis tidak mengalami rotasi. Untuk proyeksi lateral
standar, atur pasien untuk meletakkan knee di depan dan
luruskan knee yang tidak diperiksa di belakangnya. Knee yang
lain dapat ditempatkan di depan knee yang sakit untuk fiksasi.
PO : Memfleksikan 200 hingga 300 biasanya lebih digunakan karena
posisi ini merelaksasi otot dan menunjukkan volume maksimal
dari rongga sendi. Untuk mencegah celah fragmen dalam
fraktur patela baru atau belum sembuh, knee tidak harus di
feksikan lebih dari 100. Letakkan fiksasi dibawah ankle. Pegang
epicondilus dan tambahkan fiksasi sehingga dapat tegak lurus
dengan kaset (condylus superposisi). Patella akan tegak lurus
dengan kaset.
FFD : 90 Cm
CR : Tegak lurus
CP : Condylus Medialis
26
Kriteria Radiograf :
Gambar 11 : Radiograf Proyeksi Lateral
1) Struktur yang terlihat
- Distal femur, proksimal tibia dan fibula, dan patella
terlihatdalamposisi lateral
- Femoropatellardan knee joint terbuka
2) Posisi
- Overrotasiatauunderrotasidapat dilihat dengan identifikasi
adductor tubercle pada medial condyle, jika memungkinkan
dan superposisi caput fibula dengan tibia. (overrotasi, sedikit
superposisi caput fibula; enderotasi, lebih superposisi)
- True lateral knee tanparotasi tampak dengan posterior
border dari femoral condyles superposisi.
- Patella tampakdengan ruangfemoropatellar joint membuka.
3) Kolimasi dan CR
- Sudut CR 50hingga 100
cephaladdihasilkandalamsuperposisilangsung distal border
condyles.
- Knee joint berada di pertengahanlapangan kolimasi.
Meminimalkan kolimasi. Terlihat soft tissue.
27
4) Kriteria eksposi
- Eksposi yang optimal tanpa pergerakan akan menampakkan
detail soft tissue, termasuk lapisan lemak anterior knee joint
dantrabekula yang tajam.
4. PROYEKSI ANTERIOR POSTERIOR OBLIQUE (PROYEKSI AP
OBLIQUE)Rotasi Ke Arah Lateral
Gambar 12 : Posisi Knee untuk Proyeksi Antero Posterior
Oblique kearah lateral (Ballinger, 2007)
PP : Atur pasien supine diatas meja pemeriksaan dan beri fiksasi
pada ankle joint.
PO : Jika diperlukan, angkat hip joint pada sisi yang tidak sakit untuk
merotasikan bagian yang sakit. Beri fiksasi pada hip yang
diangkat dan knee pada bagian yang tidak sakit. ½ inchi (1,3
cm) bawah apex patella berada di pertengahan IR. Rotasikan
eksternal bagian yang sakit sebesar 450°
FFD : 90 Cm
CR :Tegak Lurus
CP :pertengahan knee joint
28
Kriteria Radiograf :
Gambar 13 : Gambaran Radiograf Knee Joint Normal pada
Proyeksi Antero Posterior Oblique ke arah lateral (Ballinger,
2007)
1) Struktur yang terlihat
- Terlihat distal femur danproksimal tibia dan fibula
superposisidengan femoral condyles lateral.
- Medial condyles femur dan tibia ditunjukkandenganbaik, dan
medial dan lateral ruangsenditampaktidaksama
2) Posisi
- Objek dalam posisi oblique ditunjukkan dengan proksimal
fibula superposisi dengan proksimal tibia, medial condyles
femur dan tibia terlihatpadahasilradiograf.
- Kira-kirasetengah patella bebas superposisi dengan femur
3) Kolimasi dan CR
- Ruang knee joint berada di pertengahan CR
danluaslapangankolimasi.
29
4) Kriteria Eksposi
- Eksposi yang optimal tanpa sepergerakan terlihat dengan
tampaknya soft tissue di area knee joint, dan trabekulatulang
terlihat jelas dan tajam.
- Mengindikasikan tidak ada pergerakan.
- Teknik harus cukup untuk menunjukkan caput dan leher
fibula supeimposisi dengan tibia.
5. PROYEKSI ANTERO POSTERIOR OBLIQUE (PROYEKSI AP
OBLIQUE)Rotasi Ke Arah Medial
Gambar 14 Posisi Knee untuk Proyeksi Antero Posterior
Oblique ke arah medial (Ballinger, 2007)
PP : Pasien supine diatas meja pemeriksaan, beri fiksasi pada ankle
joint.
PO : Rotasikan bagian yang sakit ke arah medial dan angkat sedikit
hip di bagian yang sakit untuk rotasi sebesar 450°. Letakkan
ALAT fiksasi dibawah hip, jika dibutuhkan.
FFD : 90 Cm
CR : Tegak Lurus
CP : pertengahan knee joint
30
Kriteria Radiograf :
Gambar 15 Gambaran Radiograf Knee Joint Normal pada
Proyeksi Antero Posterior Oblique ke arah medial (Ballinger,
2007)
1) Struktur yang terlihat
- Terlihat distal femur dan proksimal tibia dan fibula
superposisi dengan femoral condyles medial.
- Lateral condyles femur dan tibia ditunjukkan dengan baik,
dan medial dan lateral ruang sendi tampak tidak sama
2) Posisi
- Objek dalam posisi oblique ditunjukkan dengan proksimal
persendian tibiofibular terbuka dengan lateral condyles
femur dan tibia terlihat pada hasil.
- Caput dan leher fibula tidak superposisi dan kira-kira
setengah patella bebas superposisi dengan femur
3) Kolimasi dan CR
- Ruang knee joint berada di pertengahan CR dan luas
lapangan kolimasi.
4) Kriteria Eksposi
- Eksposi yang optimal tanpa pergerakan terlihat dengan
tampaknya soft tissue di area knee joint, dan trabekula
31
tulang terlihat jelas dan tajam. Caput danleher fibula
tidakoverekspose.
6. PROYEKSI ANTERO POSTERIOR WEIGHT BEARING(Berdiri)
Gambar 16 Posisi Knee untuk Proyeksi Antero Posterior
Weight Bearing (Ballinger, 2007)
Leach, Gregg, dan siber merekomendasikan bahwa proyeksi
weight bearing Antero Posterior bilateral akan lebih sering digunakan
di pemeriksaan radiografi pada arthtritic knees. Mereka menemukan
bahwa weight bearing mempelajari tentang pembatasan ruang sendi
yang terlihat normal dalam pembelajaran non weight bearing
PP : Tempatkan pasien dalam posisi tegak dengan bagian belakang
menempel grid vertical.
PO : Atur posisi knee pasien di pertengahan IR. Letakkan jari-jari
kaki lurus didepan, dengan kaki diberi sedikit jarak untuk
keseimbangan. Minta pasien untuk berdiri lurus dengan knee
full ekstensi dan lebar sama besar pada kaki. ½ inchi (1,3 cm)
bawah permukaan patella terletak di pertengan IR.
FFD : 90 Cm
CR :Horizontal terhadap bidang film
32
CP : pertengahan kedua knee joint
Kriteria Radiograf :
Gambar 17 Gambaran Radiograf Knee Joint Normal pada
Proyeksi Antero Posterior Weight Bearing (Ballinger, 2007)
1) Struktur yang terlihat
- Tampak distal femur, proksimaltibia, dan fibuladanruang
femorotibial joint terlihat bilateral.
2) Posisi
- Tidakadarotasiantara kedua knee terlihatdari femoral
dantibial condyles simetris.
- Sedikitbagianproksimal fibula superposisi dengan tibia.
3) Kolimasi dan CR
- Ruang knee joint terlihat terbuka jika sudut CR benar
(parallel dengan tibial plateau)
- Lapangankolimasiharusberada di tengah ruang knee joint
dan sedikit femur untuk menentukan poros panjang dari
tulang panjang untuk ketetapan penjajaran.
4) Kriteria eksposi
- Eksposi yang optimal harus menampakkan garis tepi patella
pada femur
33
- Soft tissue terlihat, tampaktrabekulatulang yang tajam,
mengindikasikantidakadapergerakan.
7. PROYEKSI POSTERO ANTERIOR WEIGHT BEARING
(ROSENBERG METHOD) Berdiri Fleksi
Gambar 18 Posisi Knee untuk Proyeksi Postero Anterior
Weight Bearing (Rosenberg Method) (Ballinger, 2007)
PP : Pasien berdiri dengan aspek anterior knee berada di
pertengahan grid vertical
PO: Untuk proyeksi PA, pasien berdiri dengan kedua knee
menempel di grid vertical. Pertengahan kaset berada pada ½
inchi (1,3 cm) bawah apicies patella. Pasien menggenggam
tepi grid dan knee difleksikan untuk menempatkan femur
pada sudut 450
FFD :90 Cm
CR :Horizontal terhadap petengahan kaset.
CP :pertengahan kedua knee joint
34
Kriteria radiograf :
Gambar 19 Gambaran Radiograf Knee Joint Normal pada
Proyeksi Postero Anterior Weight Bearing (Rosenberg Method)
(Ballinger, 2007)
1) Struktur yang ditunjukkan
- Distal femur, proksimal tibia, dan fibula, ruang femorotibial
joint, dan intecondylar fossa terlihat bilateral atau unilateral.
2) Struktur Posisi
- Tidakadarotasikedua knee terlihat jelas dengan femoral dan
tibial condyles simetris.
- Intercondylar fossa terbuka
3) Kolimasi dan CR
- Ruang knee joint tampak terbuka jika sudut CR benar dan
tibia difleksikan 450.
- Ruang knee joint berada di pertengahan kolimasi.
4) Kriteria Eksposi
- Eksposi yang optimal memperlihatkan intercondylar fossa
dan proksimal tibia dengan runag sendi yang membuka.
- Trabekulatulangtampakjelas dan tajam,
mengindikasikantidakadapergerakan.
35
8. PROYEKSI POSTERO ANTERIOR OBLIQUE (PROYEKSI PA
OBLIQUE)Rotasi Medial
Gambar 20 Posisi Knee untuk Proyeksi Postero Anterior Oblique ke
arah medial (Ballinger, 2007)
PP : Pasien prone diatas meja pemeriksaan
PO : Kaki dirotasikan ke arah medial, angkat hip pada bagian yang
tidak sakit agar objek membentuk sudut 450 medial. Letakkan
fiksasi dibawah hip, jika diperlukan.
FFD : 90 Cm
CR : Tegak lurus terhadap knee joint
CP :Pada ½ inchi (1,3 cm) bawah apex patella.
36
Kriteria Radiograf :
Gambar 21 Gambaran Radiograf Knee Joint Normal pada
Proyeksi Postero Anterior Oblique ke arah medial (Ballinger,
2007)
1) Struktur yang ditunjukkan
- hasilgambarmenunjukkanproyeksi PA oblique dari rotasi
femoral condyles medial, patella, tibial condyles, tiniofibular
joint proksimal, dan caput fibula.
2) Kriteria Evaluasi
- Tibia danfibulahterpisahpadapersambunganbagianproksimal
- Posterior tibia
- Lateral condyles dari femur dan tibia
- Keduatibia plateau
- Knee joint terbuka
- Tepi patella terproyeksisedikit melebihi sisi medial femoral
condyle
- Soft tissue di area knee joint
- Detail tulangpadadital femur dan proksimal tibia
37
9. PROYEKSI POSTERO ANTERIOR OBLIQUE (PROYEKSI PA
OBLIQUE) Rotasi Lateral
Gambar 22 Posisi Knee untuk Proyeksi Postero Anterior
Oblique ke arah lateral (Ballinger, 2007)
P P: Pasien prone diatas meja pemeriksaan
PO :Angkat hip joint pada bagian yang sakit, dan rotasikan jari kaki
dan knee ke arah lateral agar membentuk sudut sebesar
450.Beri fiksasi pada hip. Holmblad merekomendasikan knee
difleksikan sebesar 100.
CR : Tegak lurus terhadap knee joint
CP : Pada ½ inchi (1,3 cm) bawah apex patella.
38
Kriteria Radiograf :
Gambar 23 Gambaran Radiograf Knee Joint Normal pada
Proyeksi Postero anterior Oblique ke arah lateral (Ballinger, 2007)
1) Struktur yang ditunjukkan
- Hasilgambardariproyeksi PA oblique menunjukkan rotasi
lateral femoral condyles, patella, tibial condyles, dan caput
fibula.
2) Kriteria Evaluasi
- Medial femoral dantibial condyles
- Tibial plateau
- Knee joint terbuka
- Fibula superposisidiatasbagian lateral tibia
- Tepi patella terproyeksisedikitmelebihi femoral condyles
lateral.
- Soft tissue di daerah knee joint
- Detail tulangpada distal femur dan proksimal tibia
39
BAB III
METODE PEMERIKSAAN
A. Tempat Dan Waktu Pemeriksaan
Tempat pelaksanaan pemeriksaan : ruangan pemeriksaan instalasi
Radiologi RS Bhayangkara Makassar pada tanggal 29 desember
2014.
B. Kronologis Riwayat Pasien
Nama : Hj. Saodah
Umur : 87 Tahun
Klinis : Osteoarthtritis
Ruangan : Poli Penyakit Dalam
Pasien merasakan nyeri pada bagian lutut saat beraktivitas, hal
tersebut dirasakan sejak beberapa tahun yang terakhir. Pasien
bahkan susah untuk berdiri dan tidak bisa melakukan pekerjaan yang
berat dikarenakan nyeri pada daerah lutut tersebut. Karena keluarga
merasa khawatir akan penyakit ibunya, maka sang ibu di antar
berobat ke Poliklinik Penyakit Dalam RS Bhayangkara dengan klinis
osteoartritis. Untuk mendapatkan hasil diagnosa yang lebih akurat
maka doker merujuk pasien tersebut ke bagian radiologi untuk
melakukan pemeriksaan foto Genu.
40
C. Persiapan Alat Dan Bahan
1. Pesawat Sinar-X
Gambar 24. Pesawat Sinar-X
Tabung
Thosiba Electron Tubes & Devices CO., LTD
1385, Shimoishigami, Otawara-Shi, Tochigi 324-8550
Made In Japan
Manufactured : januari 2012
Unit Model : E7239X
Ser. No : 12A1294
Insert Model : E7239
Ser. No : 2A0835
Max. Voltage : 125 kV
Focal Spot : 2.0/1.0
Permanent Filtration : 0.9 Al/75
Stator : XS-AV
Kolimator
REF : MRC
SN : AEC1220051
Feb. 2012
Inferent Filtration : 1.2 mm Al eq
Line power Rating : 24~, 6A, 50/60 Hz
Meja kontrol
41
Meja pemeriksaan
REF : PBT-4
SN : AET1220042
Feb. 2012
2. Kaset ukuran 35×35 cm
3. Film ukuran 35×35 cm @ 2 lembar
4. Mesin Pencuci Film
Gambar 25. Automatic Processing
5. Marker
D. PROSEDUR KERJA
#proyeksi AP Bilateral
Beritahu pasien tentang tindakan yang akan dilakukan.
PP : pasien erect AP
PO: kedua kaki erect dengan true AP, tempatkan knee joint pada
garis tengah kaset, marker sesuai letak objek.
CP : Pertengahan Kaset
CR : Tegak Lurus bidang Film
FFD : 100 cm
42
# proyeksi Lateral
PP : pasien duduk di atas meja pemeriksaan
PO : kaset dibagi 2 kaki yang diperiksa fleksio, kaki yang tidak
doperiksa lurus, dan tempatkan condylus medialis pada titik tengah
kaset,marker sesuai letak objek.
CP : pada Condylus Medialis
CR : Tegak Lurus Bidang Film
FFD : 100 cm
E. Teknik Pemeriksaan Laporan Kasus Di RS
Pemeriksaan articulasio Genu
# proyeksi AP Bilateral
Beritahu pasien tentang tindakan yang akan dilakukan.
PP : pasien duduk di atas meja pemeriksaan
PO: kedua kaki lurus diatas kaset dalam posisi AP dan letakkan
bagian knee joint pada garis tengah kaset. Marker sesuai dengan
letak kaki (R/L).
CP : Pertengahan Kaset
CR : Tegak Lurus bidang Film
FFD : 100 cm
Faktor Eksposi : kV :46 – mA : 80 – s : 64 – mAs : 5.12
Gambar 26. Posisi Pasien AP
43
# proyeksi Lateral
PP : pasien duduk di atas meja pemeriksaan
PO : kaset dibagi 2 dengan knee joint fleksio dan tempatkan condylus
medialis pada titik tengah kolimatordan gunakan marker sesuai
dengan bagian genu yang diperiksa (R/L)
CP : pada Condylus Medialis
CR : Tegak Lurus Bidang Film
FFD : 100 cm
Faktor Eksposi : kV :46 – mA : 80 – s : 64 – mAs : 5.12
Gambar 27. Posisi Pasien Lateral
44
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pemeriksaan Laporan Kasus
Dari hasil pemeriksaan ini maka diperoleh radiograf
Gambar 28. Radiograf Proyeksi AP
Gambar 29. Radiograf Proyeksi Lateral
45
Dengan hasil interpretasi Dokter :
Gambar 30. Hasil Baca Dokter
Dokter Pemeriksa : dr. Hj. Erlyn Sp.Rad
Hasil pemeriksaan :
Aligmen artis genu D/S baik, tidak ada dislokasi
Tulang-tulang pembentuk artik genu D/S intak tidak ada
destruksi tulang atau spur
Celah sendi baik
Mineralisasi tulang berkurang
Kesan :
Tulang-tulang intak dengan Oesteoporosis
46
B. Pembahasan Laporan Kasus
Teknik pemeriksaan knee joint pada instalasi Radiologi Rumah
Sakit Bhayangkara Makassar berbeda dengan teori untuk kasus
osteoarthtritis. Pada kasus osteoarthtritis seharusnya pemeriksaan
dilakukan dalam keadaan berdiri (kecuali proyeksi lateral), hal ini
bertujuan untuk mengetahui kemampuan tulang dalam menahan berat
badan. Teknik pemeriksaan yang digunakan dalam kasus ini kurang
memperoleh hasil yang optimal karena pemeriksaan dilakukan dalam
posisi duduk.
Dari pemeriksaan yang dilakukan maka diperoleh hasil kandungan
mineral dalam tulang sudah berkurang, ditandai pula dengan penurunan
massa yang berakibat meningkatnya kerapuhan tulang sehingga
memperoleh kesan Oesteoporosis.
47
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Osteoarthritis merupakan akibat dari terlalu sering menggunakan
sendi, misalnya karena keras berolahraga, obesitas, atau penuaan.
Jika Anda seorang atlet atau penari, Anda mungkin bertanya-tanya
mengapa lutut atau pinggul Anda sakit ketika Anda turun dari tempat
tidur di pagi hari. Sebaiknya tanyakan kepada dokter Anda mengenai
osteoarthritis. Penyakit ini bisa menyerang lebih awal pada atlet atau
mereka yang mengalami cedera di masa muda. Osteoarthritis di
tangan seringnya diwariskan dan sering terjadi pada wanita paruh
baya.
Osteoarthritis paling sering terjadi pada sendi yang menanggung
berat badan, misalnya lutut, pinggul, kaki, dan tulang belakang.
Osteoarthritis ini sering datang secara bertahap selama berbulan-
bulan atau bahkan bertahun-tahun. Kecuali nyeri pada sendi yang
terkena, biasanya Anda tidak merasa sakit, dan tidak ada kelelahan
yang tidak biasa atau kecapaian seperti pada beberapa jenis arthritis
lain.
Dari kasus yang kami angkat, kami memperoleh diagnosa :
“Tulang-tulang intak dengan Oesteoporosis” dengan klinis osteoartritis
pada articulatio genu.
B. Saran
Dalam membuat suatu laporan akhir Praktek Kerja Lapangan
sebaiknya mengambil referensi lebih banyak dari jurnal atau buku
agar laporan yang dibuat lebih bagus.
48
DAFTAR PUSTAKA
http://aretnasih.blogspot.com/2013/11/anatomi-fisiologi-knee-joint.html
http://www.news-medical.net/health/Osteoarthritis-Symptoms-
%28Indonesian%29.aspx
http://www.news-medical.net/health/Osteoarthritis-Causes.aspx
http://ayoncrayon5.blogspot.com/2012/11/osteoarthritis.html
http://radiografernotes.blogspot.com/2014/01/teknik-pemeriksaan-genu-
knee-joint.html
49
LAMPIRAN
A. Pengantar Foto
B. Hasil Baca Laporan Kasus
50
C. Biodata Anggota Kelompok
1. NAMA LENGKAP : SITI INDAH SUCI
PANGGILAN : SUCI
NIM : 13130
KELAS : C
T.T.L : KARIANGO, 25 NOVEMBER 1995
ASAL DAERAH : TAKALAR
ASAL SMA : SMK NEGERI 6 TAKALAR
ALAMAT : JL. MANNURUKI XIII NO. 18 MKS
HOBBY : NONTON
CONTACT PERSON
HP : 085256130432
EMAIL : [email protected]
2. NAMA LENGKAP : JUNAERAH
PANGGILAN : HERA
NIM : 13107
KELAS : C
T.T.L : SINJAI, 14 MARET 1996
ASAL DAERAH : SINJAI
ASAL SMA : SMA NEG 2 SINJAI
ALAMAT : Jl. TARAKAN KOMP. PU B/G1 NO.115
HOBBY :JALAN-JALAN
CONTACT PERSON
HP : 081341962646
EMAIL : [email protected]
3. NAMA LENGKAP : MUTMAINNAH MUSTAJAB
PANGGILAN : INNAH
NIM : 13029
51
KELAS : A
T.T.L : BONTO KAPPONG, 06 JULI 1995
ASAL DAERAH : GOWA
ASAL SMA : M.A SYECH YUSUF
ALAMAT : BIRING NGALA’
HOBBY : NONTON
CONTACT PERSON
HP : 085241653619
EMAIL : -
4. NAMA LENGKAP : ANNA RUFAIDAH
PANGGILAN : ANNA
NIM : 13095
KELAS : C
T.T.L : POLO PANGALE, 07 JULI 1995
ASAL DAERAH : MAMUJU
ASAL SMA : SMA BUQ’ATUN MUBARAK
ALAMAT : Jl. Dr. Samratulangi
HOBBY : NONTON
CONTACT PERSON
HP : 085298801021
EMAIL : [email protected]
5. NAMA LENGKAP : NUTRISNAWATI LA HASIMI
PANGGILAN : ISNA
NIM : 13118
KELAS : C
T.T.L : DESA BARU, 07 AGUSTUS 1995
ASAL DAERAH : TERNATE
ASAL SMA : SMA NEG 1 OBI
ALAMAT : Jl. Baji Pangaseng, Cendrawasih
52
HOBBY :
CONTACT PERSON
HP : 082293841818
EMAIL : [email protected]
6. NAMA LENGKAP : FITRIANI BUNGA LALANG
PANGGILAN : FITRI
NIM : 13059
KELAS : B
T.T.L : MATARIN, 05 MARET 1995
ASAL DAERAH : PALOPO
ASAL SMA : SMA NEG 1 WALENDRANG
ALAMAT : Jl. Ince Nurdin
HOBBY :
CONTACT PERSON
HP : 085398120432
EMAIL : -
7. NAMA LENGKAP : AWALUDDIN SYAHPUTA
PANGGILAN : AWAL
NIM : 13007
KELAS : A
T.T.L : UJUNG PANDANG, 23 NOVEMBER 1995
ASAL DAERAH : MAKASSAR
ASAL SMA : SMA NEG 20 MAKASSAR
ALAMAT : Jl. Abd. Kuddus Bontoa
HOBBY :
CONTACT PERSON
HP : 082349132537
EMAIL : [email protected]
53
8. NAMA LENGKAP : RIRIN
PANGGILAN : RIRIN
NIM : 13126
KELAS : C
T.T.L : BAU-BAU, 1 DESEMBER 1995
ASAL DAERAH : BAU-BAU
ASAL SMA : SMA NEG 1 BAU-BAU
ALAMAT : Jl. Pampang
HOBBY :
CONTACT PERSON
HP : 085394533307
EMAIL :
D. Dokumentasi Kegiatan PKL
54
55
56
57