kmb fraktur

39
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penulisan Terdapat beberapa pengertian mengenai fraktur, sebagaimana yang dikemukakan para ahli melalui berbagai literature. Menurut FKUI (2000), fraktur adalah rusaknya dan terputusnya kontinuitas tulang, sedangkan menurut Boenges, ME., Moorhouse, MF dan Geissler, AC (2000) fraktur adalah pemisahan atau patahnya tulang. Back dan Marassarin (1993) berpendapat bahwa fraktur adalah terpisahnya kontinuitas tulang normal yang terjadi karena tekanan pada tulang yang berlebihan. Ada beberapa cara yang digunakan dalam penanganan pertama pada kasus fraktur diantaranya adalah dengan traksi dan gips. Traksi adalah tahanan yang dipakai dengan berat atau alat lain untuk menangani kerusakan atau gangguan pada tulang dan otot. Dengan tujuan untuk menangani fraktur, dislokasi atau spasme otot dalam usaha untuk memperbaiki deformitas dan mempercepat penyembuhan. Sedangkan gips merupakan salah satu pengobatan konservatif pilihan (terutama pada fraktur) dan dapat digunakan di daerah terpencil dengan hasil yang cukup baik bila cara pemasangan, indikasi, kontraindikasi serta perawatan setelah pemasangan diketahui dengan baik. 1

Transcript of kmb fraktur

Page 1: kmb fraktur

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penulisan

Terdapat beberapa pengertian mengenai fraktur, sebagaimana yang dikemukakan para ahli

melalui berbagai literature. Menurut FKUI (2000), fraktur adalah rusaknya dan terputusnya

kontinuitas tulang, sedangkan menurut Boenges, ME., Moorhouse, MF dan Geissler, AC (2000)

fraktur adalah pemisahan atau patahnya tulang. Back dan Marassarin (1993) berpendapat bahwa

fraktur adalah terpisahnya kontinuitas tulang normal yang terjadi karena tekanan pada tulang yang

berlebihan.

Ada beberapa cara yang digunakan dalam penanganan pertama pada kasus fraktur

diantaranya adalah dengan traksi dan gips. Traksi adalah tahanan yang dipakai dengan berat atau

alat lain untuk menangani kerusakan atau gangguan pada tulang dan otot. Dengan tujuan untuk

menangani fraktur, dislokasi atau spasme otot dalam usaha untuk memperbaiki deformitas dan

mempercepat penyembuhan. Sedangkan gips merupakan salah satu pengobatan konservatif

pilihan (terutama pada fraktur) dan dapat digunakan di daerah terpencil  dengan hasil yang cukup

baik bila cara pemasangan, indikasi, kontraindikasi serta perawatan setelah pemasangan diketahui

dengan baik.

Saat ini, penyakit muskuloskeletal telah menjadi masalah yang banyak dijumpai di pusat-

pusat pelayanan kesehatan di seluruh dunia. Bahkan WHO telah menetapkan dekade 2000-2010

menjadi Dekade Tulang dan Persendian. Penyebab fraktur terbanyak adalah karena kecelakaan

lalu lintas. Kecelakaan lalu lintas ini, selain menyebabkan fraktur, menurut WHO, juga

menyebabkan kematian 125 juta orang setiap tahunnya, dimana sebagian besar korbannya adalah

remaja atau dewasa muda.

1

Page 2: kmb fraktur

B. Tujuan Penulisan

Makalah ini dibuat dengan tujuan agar mahasiswa/i s1 keperawatan, mendapatkan

pengetahuan lebih mengenai fraktur dan juga pemberian gips dan traksi. Selain itu, mahasiswa/i

juga mendapatkan gambaran nyata dalam memberikan Asuhan Keperawatan pada klien dengan

gips dan traksi. Serta mampu mengimplementasikan cara memberi / memasang gips dan traksi

pada klien.

C. Metode Penulisan

Dalam penulisan makalah ini penulis menggunakan beberapa metode agar mahasiswa

dapat memahami dan mengerti tujuan makalah yang telah dibuat, yaitu ;

a) metode deskriptif yang bertujuan untuk memperoleh gambaran serta sistematik agar

mahasiswa yang membaca makalah penulis dapat memahami maksud dan tujuannya.

b) study ke perpustakaan yaitu dengan membaca buku-buku atau bahan ilmiah yang bersifat

teoritis yang berhubungan dengan judul makalah. Data – data yang yang penulis ambil

dari buku perpustakaan merupakan buku Keperawatan Medikal Bedah.

c) study internet yaitu dengan membuka website yang berhubungan dengan tema makalah

penulis berdasarkan sumber / situs yang terpercaya.

D. Sistematika Penulisan

Penulis membagi makalah ini menjadi tiga bagian yaitu:

1) Bab I pendahuluan

2) Bab II Pembahasan

3) Bab III penutup

2

Page 3: kmb fraktur

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar Fraktur

1. Anatomi Fisiologi Tulang

a. Sistem Rangka

Rangka manusia dewasa tersusun dari tulang-tulang (sekitar 206 tulang) yang

membentuk suatu kerangka tubuh yang kokoh. Walaupun rangka terutama tersusun dari

tulang, rangka di sebagian tempat dilengkapi kartilago utama.

1) Rangka aksial terdiri dari beberapa tulang yang membentuk aksis panjang tubuh

yang melindungi organ-oran pada kepala, leher dan torso.

a) Kolumna vertebra (tulang belakang) terdiri dari 26 vertebra yang dipisahkan

oleh diskus vertebra

b) Tengkorak diseimbangkan pada kolumna vertebra

c) Kerangka toraks (rangka iga) meliputi tulang-tulang iga dan sternum yang

membungkus dan melindungi organ-organ thoraks.

2) Rangka aperdikular terdiri dari 126 tulang yang membentuk lengan, tungkai dan

tulang pektoral (serta tonjolan pelvis yang menjadi tempat melekatnya lengan dan

tungkai pada rangka aksial)

3) Persendian adalah artikulasi dari dua tulang atau lebih.

b. Fungsi Sistem Rangka

1. Memberikan topangan dan bentuk pada tubuh

2. Pergerakan tulang berartikulasi dengan tulang lain pada sebuah persendian dan

berfungsi sebagai pengungkit jika otot berkontraksi, kekuatan yang diberikan pada

pengungkit menghasilkan gerakan.

3. Perlindungan sistem rangka, melindungi organ-organ lunak yang ada dalam tubuh.

4. Pembentukan sel darah (hematopoisis) sumsum tulang merah, yang ditemukan

pada orang dewasa dalam tulang sternum, tulang iga, badan vertebra, tulang pipi

3

Page 4: kmb fraktur

pada kranium dan pada bagian ujung tulang panjang. Merupakan tempat produksi

sel darah merah, sel darah putih dan trombosit darah.

5. Tempat penyimpanan mineral.

c. Komposisi Jaringan Tulang

1) Tulang terdiri atas sel-sel dan matriks ekstrakuler. Sel-sel tersebut adalah

osteoblast dan osteoklas.

2) Matriks tulang tersusun dari serat-serat kolagen organik yang tertanam pada

substansi dasar dan garam-garam organik tulang seperti fosfor dan kalsium.

3) Tulang kompak adalah jaringan yang tersusun rapat dan terutama ditemukan

sebagai lapisan di atas jaringan tulang concelles, parositasnya bergantung pada

saluran mikroskopik (kanalikuli) yang mengandung pembuluh darah yang

berhubungan dengan saluran havers.

4

Page 5: kmb fraktur

2. Definisi

Fraktur adalah terputusnya kontuinitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan

luasnya, fraktur terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari yang dapat

diabsorbsinya (Smelter & Bare, 2002).

Fraktur adalah pemisahan atau patahnya tulang. Lima utama klasifikasi fraktur :

incomplete, complete, tetutup, terbuka, fraktur patologis. (Doengoes E. Marilyn. 2002).

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan

luasnya fraktur terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari yang dapat

diabsorpsinya. Fraktur dapat disebabkan oleh pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan

puntir mendadak, dan bahkan kontraksi otot ekstream (Burner & Suddarth. 2002).

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa fraktur merupakan suatu gangguan

integritas tulang yang ditandai dengan rusaknya atau terputusnya kontinuitas jaringan tulang

dikarenakan tekanan yang berlebihan.

3. Etiologi

Adapun etiologi dari fraktur yaitu ;

a. Trauma ( benturan )

Ada dua trauma yang dapat mengakibatkan fraktur :

1) Trauma langsung ; menyebabkan tekanan langsung pada tulang . Hal tersebut dapat

mengakibatkan terjadinya fraktur pada daerah tekanan. Fraktur yang terjadi biasanya

bersifat kominutif dan jaringan lunak ikut mengalami kerusakan.

2) Trauma tidak langsung ; Apabila trauma dihantarkan kedaerah yang lebih jauh dari

daerah fraktur. Misalnya, jatuh dengan tangan ekstensi dapat menyebabkan fraktur

pada klavikula. Pada keadaan ini biasanya jaringan lunak tetap utuh.

5

Page 6: kmb fraktur

b. Tekanan / stress yang terus menerus berlangsung lama

Tekanan kronis berulang dalam jangka waktu lama akan mengakibatkan fraktur

yang kebanyakan pada tulang tibia, fibula, atau metatarsal pada olahragawan, militer

maupun penari. Misalnya seorang yang baris – berbaris atau suka menghentak hentakkan

kakinya, maka mungkin terjadi patah tulang di daerah tertentu.

c. Adanya keadaan yang tidak normal pada tulang dan usia

Kelemahan tulang yang abnormal karena adanya proses patologis seperti tumor,

maka dengan energi kekerasan yang minimal akan mengakibatkan fraktur yang pada

orang normal belum dapat menimbulkan fraktur.

4. Patofisiologi

Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya pegas untuk

menahan. Tapi apabila tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat diserap

tulang, maka terjadilah trauma pada tulang yang mengakibatkan rusaknya atau terputusnya

kontinuitas tulang. Setelah terjadi fraktur, periosteum dan pembuluh darah serta saraf dalam

korteks, marrow, dan jaringan lunak yang membungkus tulang rusak. Perdarahan terjadi

karena kerusakan tersebut dan terbentuklah hematoma di rongga medula tulang. Jaringan

tulang segera berdekatan ke bagian tulang yang patah. Jaringan yang mengalami nekrosis

ini menstimulasi terjadinya respon inflamasi yang ditandai dengan vasodilatasi, eksudasi

plasma dan leukosit, dan infiltrasi sel darah putih. Kejadian inilah yang merupakan dasar

dari proses penyembuhan tulang nantinya.

6

Page 7: kmb fraktur

5. Klasifikasi fraktura. Menurut Depkes RI (1995), berdasarkan luas dan garis traktur meliputi:

1) Fraktur komplit adalah patah atau diskontinuitas jaringan tulang yang luas sehingga

tulang terbagi menjadi dua bagian dan garis patahnya menyeberang dari satu sisi ke

sisi lain serta mengenai seluruh korteks.

2) Fraktur inkomplit adalah patah atau diskontinuitas jaringan tulang dengan garis patah

tidak menyeberang, sehingga tidak mengenai seluruh korteks (masih ada korteks yang

utuh).

b. Menurut Black dan Matassarin (1993) yaitu fraktur berdasarkan hubungan dengan dunia

luar, meliputi:

1) Fraktur tertutup yaitu fraktur tanpa adanya komplikasi, kulit masih utuh, tulang tidak

keluar melewati kulit.

2) Fraktur terbuka yaitu fraktur yang merusak jaringan kulit, karena adanya hubungan

dengan lingkungan luar, maka fraktur terbuka potensial terjadi infeksi. Fraktur

terbuka dibagi menjadi 3 grade yaitu:

a) Grade I : Robekan kulit dengan kerusakan kulit dan otot.

b) Grade II : Seperti grade I dengan memar kulit dan otot.

c) Grade III : Luka sebesar 6-8 cm dengan kerusakan pembuluh darah, syaraf,

otot dan kulit.

c. Long (1996) membagi fraktur berdasarkan garis patah tulang, yaitu:

1) Green Stick yaitu pada sebelah sisi dari tulang ( retak dibawah lapisan periosteum) /

tidak mengenai seluruh kortek, sering terjadi pada anak-anak dengan tulang lembek.

2) Transverse yaitu patah melintang ( yang sering terjadi ).

3) Longitudinal yaitu patah memanjang.

4) Oblique yaitu garis patah miring.

5) Spiral yaitu patah melingkar.

6) Communited yaitu patah menjadi beberapa fragmen kecil

7

Page 8: kmb fraktur

d. Black dan Matassarin (1993) mengklasifikasi lagi fraktur berdasarkan kedudukan

fragmen yaitu:

1) Tidak ada dislokasi

2) Adanya dislokasi, yang dibedakan menjadi:

a) Disklokasi at axim yaitu membentuk sudut.

b) Dislokasi at lotus yaitu fragmen tulang menjauh.

c) Dislokasi at longitudinal yaitu berjauhan memanjang.

d) Dislokasi at lotuscum controltinicum yaitu fragmen tulang menjauh dan memendek

6. Manifestasi klinis

Menurut Lewis (2006) ;

a. Nyeri ; Nyeri dirasakan langsung setelah terjadi trauma. Hal ini dikarenakan adanya

spasme otot, tekanan dari patahan tulang atau kerusakan jaringan sekitarnya.

b. Bengkak / edema ; Edema muncul lebih cepat dikarenakan cairan serosa (protein plasma)

yang terlokalisir pada daerah fraktur dan extravasi daerah di jaringan sekitarnya.

c. Memar / ekimosis ; Merupakan perubahan warna kulit sebagai akibat dari extravasi

daerah di jaringan sekitarnya.

d. Spasme otot ; Merupakan kontraksi otot involunter yang terjadi disekitar fraktur.

e. Penurunan sensasi ; Terjadi karena kerusakan syaraf, tertekannya syaraf karena edema.

f. Gangguan fungsi ; Terjadi karena ketidakstabilan tulang yang fraktur, nyeri atau spasme

otot, paralysis dapat terjadi karena kerusakan syaraf.

g. Mobilitas abnormal ; Adalah pergerakan yang terjadi pada bagian-bagian yang pada

kondisi normalnya tidak terjadi pergerakan. Ini terjadi pada fraktur tulang panjang.

h. Krepitasi ; Merupakan rasa gemeretak yang terjadi jika bagian-bagaian tulang

digerakkan.

i. Deformitas ; Abnormalnya posisi dari tulang sebagai hasil dari kecelakaan atau trauma

dan pergerakan otot yang mendorong fragmen tulang ke posisi abnormal, akan

menyebabkan tulang kehilangan bentuk normalnya.

j. Gambaran X-ray menentukan fraktur ; Gambaran ini akan menentukan lokasi dan tipe

fraktur

8

Page 9: kmb fraktur

7. Komplikasi fraktur

1) Komplikasi Awal

a. Kerusakan Arteri

Pecahnya arteri karena trauma dapat ditandai dengan tidak adanya nadi, CRT

menurun, sianosis pada bagian distal, hematoma melebar, dan dingin pada

ekstremitas yang disebabkan oleh tindakan darurat splinting, perubahan posisi pada

yang sakit, tindakan reduksi, dan pembedahan.

b. Sindrom kompartemen

Merupakan komplikasi serius yang terjadi karena terjebaknya otot, tulang saraf, dan

pembuluh darah dalam jaringan parut. Hal ini disebabkan  oleh edema atau

perdarahan yang menekan otot, saraf, dan pembuluh darah, atau karena tekanan dari

luar seperti gips dan pembebatan yang terlalu kuat.

c. Fat Embolism Syndrome (FES)

Adalah komplikasi serius yang sering terjadi pada kasus fraktur tulang panjang. FES

terjadi karena sel-sel lemak yang dihasilkan bone marrow kuning masuk ke aliran

darah dan menyebabkan kadar oksigen dalam darah menjadi rendah. Ditandai

dengan gangguan pernafasan, tahikardi, hipertensi, tahipnea, dan demam.

d. Infeksi

Sistem pertahanan tubuh akan rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada trauma

ortopedi, infeksi dimulai pada kulit (superficial) dan masuk ke dalam. Hal ini

biasanya terjadi pada kasus fraktur terbuka, tetapi dapat juga karena penggunaan

bahan lain dalam pembedahan, seperti pin (ORIF & OREF) dan plat.

e. Nekrosis Avaskular

Terjadi karena aliran darah ke tulang rusak atau terganggu sehingga menyebabkan

nekosis tulang.

f. Syok

Terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya permeabilitas kapiler

sehingga menyebabkan oksigenasi menurun.

2) Komplikasi Lama

9

Page 10: kmb fraktur

a. Delayed Union. Merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi sesuai dengan waktu

yang dibutuhkan tulang untuk menyambung. Hal ini terjadi karena suplai darah ke

tulang menurun.

b. Non-union. Adalah fraktur yang tidak sembuh antara 6-8 bulan dan tidak didapatkan

konsolidasi sehingga terdapat pseudoartrosis (sendi palsu). Pseudoartrosis dapat

terjadi tanpa infeksi, tetapi dapat juga terjadi bersama-sama infeksi.

c. Mal-union. Adalah keadaan ketika fraktur menyembuh pada saatnya, tetapi terdapat

deformitas yang berbentuk angulasi, varus/valgus, rotasi, pemendekan, atau union

secara menyilang, misalnya pada fraktur tibia-fibula.

8. Penatalaksanaan fraktur (Konservatif & Operatif )

Cara Konservatif

Dilakukan pada anak-anak dan remaja dimana masih memungkinkan terjadinya

pertumbuhan tulang panjang. Selain itu, dilakukan karena adanya infeksi atau diperkirakan

dapat terjadi infeksi. Tindakan yang dilakukan adalah dengan gips dan traksi.

Cara operatif / pembedahan

Pada saat ini metode penatalaksanaan yang paling banyak keunggulannya mungkin

adalah pembedahan. Metode perawatan ini disebut fiksasi interna dan reduksi terbuka.

Pada umumnya insisi dilakukan pada tempat yang mengalami cedera dan diteruskan

sepanjang bidang anatomik menuju tempat yang mengalami fraktur. Hematoma fraktur dan

fragmen-fragmen tulang yang telah mati diirigasi dari luka. Fraktur kemudian direposisi

dengan tangan agar menghasilkan posisi yang normal kembali. Sesudah direduksi, fragmen-

fragmen tulang ini dipertahankan dengan alat-alat ortopedik berupa pen, sekrup, pelat, dan

paku.

B. Konsep Dasar Gips

10

Page 11: kmb fraktur

1. Definisi

Gips adalah imobilisasi eksternal yang kaku yang dicetak sesuai kontur tubuh

tempat gips dipasang (brunner dan suddart, 2000).

Gips merupakan suatu bahan kimia yang pada saat ini tersedia dalam lembaran

dengan komposisi kimia (CaSO4)2 H2O + 3 H2O = 2 (SaSO42H2O) dan bersifat anhidrasi

yang dapat mengikat air sehingga membuat kalsium sulfat hidrat menjadi solid/keras.

Jadi gips adalah alat immobilisasi eksternal yang terbuat dari bahan mineral yang

terdapat di alam dengan formula khusus dengan tipe plester atau fiberglass. Yang bahan

bahannya yakni plester atau non plester.

2. Indikasi pemasangan gips

Indikasi pemasangan gips adalah pasien dislokasi sendi, fraktur, pasca operasi,

skoliosis, spondilitis TB.

3. Jenis-jenis gips

a. Gips lengan pendek

gips ini dipasang memanjang dari bawah siku sampai lipatan telapak tangan, dan

melingkar erat didasar ibu jari.

b. Gips lengan panjang

gips ini dipasang memanjang dari setinggi lipat ketiak sampai disebelah prioksimal

lipatan telapak tangan. Siku buasanya dimobilisasi dalam posisi tegak lurus.

c. Gips tungkai pendek : gips ini dipasang memanjang dari bawah lutut sampai dasar jari

kaki. Kaki dalam sudut tegak lurus dalam posisi netral.

11

Page 12: kmb fraktur

d. Gips tungkai panjang : gips ini memanjang dari perbatasan sepertiga atas dan tengah

paha sampai dasar jari kaki. Lutut harus sedikit fleksi.

e. Gips berjalan : gips tungkai panjang atau pendek yang dibuat lebih kuat dan dapat

disertai telapak untuk berjalan.

f. Gips tubuh : gips ini melingkar dibatang tubuh.

g. Gips spika bahu : jaket tubuh yang melingkari batang tubuh, dan satu ekstermitas bawah

(gips spika tunggal atau ganda).

h. Gips spika : gips ini melibatkan sebagian batang tubuh dan satu atau dua ekstermitas

(gips spika tunggal atau ganda).

12

Page 13: kmb fraktur

i. Gips spika pinggul : gips ini melingkari batang tubuh dan satu ekstremitas bawah (gips

spika tunggal atau ganda).

4. hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemasangan gips

a) Gips akan siap/kering : 3-5 detik (bergantung suhu air dan tebal gips)

b) Gips menjadi kuat : 36-72 jam (cara mengetahui : gips diketuk-ketuk)

c) Tanggal pemasangan, gambar/sketsa fraktur, window

d) Gips yang pas tidak akan menimbulkan perlukaan

e) Gips patah tidak bisa digunakan

f) Gips yang terlalu kecil atau terlalu longgar sangat membahayakan klien

g) Jangan merusak / menekan gips

h) Jangan pernah memasukkan benda asing ke dalam gips / menggaruk

i) Jangan meletakkan gips lebih rendah dari tubuh terlalu lama

5. Bahan – bahan gips

a. Plester

Gips pembalut dapat mengikuti kontur tubuh secara halus. Gulungan krinolin,

diimpregnasi dengan serbuk kalsium sulfat an hidrus (Kristal gypsum). Jika basah terjadi

reaksi kristalisasi dan mengeluarkan panas (reaksi eksodermis). Kristalisasi

menghasilkan pembalutan yang kaku. Kekuatan penuh baru tercapai setelah kering,

memerlukan waktu 24 – 72 jam untuk mengering. Gips yang kering berwarna putih

mengkilap, berdenting, tidak berbau, dan kaku sedangkan gips yang basah berwarna abu

– abu atau kusam, perkusinya pekak, teraba lembab, dan berbau lembap.

b. Non plester

Secara umum berarti gips fiber glass, bahan poliuretan yang diaktivasi air ini

mempunyai sufat yang sama dengan gips dan mempunyai kelebihan karena lebih ringan

13

Page 14: kmb fraktur

dan lebih kuat, tahan air dan tidak mudah pecah. Dibuat dari bahan rajutan terbuka, tidak

menyerap,diimpregnasi dengan bahan pengeras yang dapat mencapai kekuatan kaku

penuhnya dalam beberapa menit.

Non plester berpori-pori Sehingga masalah kulit dapat dihindari. Gips ini tidak

menjadi lunak jika terkena air, sehingga memungkinkan hidroterapi. Jika basah dapat

dikeringkan dengan pengering rambut yang disetel dingin. Pengeringan secara merata

sangat penting agar tidak melukai kulit.

6. Tujuan pemasangan gips

a. Imobilisasi bagian tubuh dalam posisi tertentu dan memberikan tekanan yang merata

pada jaringan lunak yang terletak di dalamnya.

b. Mengimobilisasi fraktur yang telah direduksi

c. Mengoreksi deformitas

d. Memberikan tekanan merata pada jaringan lunak dibawahnya

e. Memberi dukungan dan stabilitas bagi sendi yang mengalami kelemahan.

7. Bentuk-bentuk Pemasangan gips

Beberapa bentuk pemasangan gips yang dapat dilakukan adalah :

a. Bentuk lembaran sehingga gips menutup separuh atau dua pertiga lingkaran permukaan

anggota gerak.

b. Gips lembaran yang dipasang pada kedua sisi antero-posterior anggota gerak sehingga

merupakan gips yang hampir melingkar.

c. Gip sirkuler yang dipasang lengkap meliputi seluruh anggota gerak.

d. Gips yang ditopang dengan besi atau karet dan dapat dipakai untuk menumpu atau

berjalan pada patah tulang anggota gerak bawah

8. pemasangan gips

alat – alat ;

a. Bahan gips dengan ukuran sesuai ekstremitas tubuh yang akan di gips

14

Page 15: kmb fraktur

b. Baskom berisi air biasa ( untuk merendam gips)

c. Baskom berisi air hangat

d. Gunting perban

e. Bengkok

f. Perlak dan alasnya

g. Waslap

h. Kasa dalam tempatnya

i. Alat cukur

j. Sabun dalam tempatnya

k. Handuk

l. Krim kulit

m. Spons rubs

n. Padding (bantalan)

9. Teknik pemasangan gips

a. Siapkan pasien dan jelaskan prosedur yang akan dikerjakan

b. Siapkan alat –alat yang akan digunakan untuk pemasangan gips.

c. Daerah yang akan dipasang gips dicukur, dibersihkan, dan dicuci dengan sabun,

kemudian dikeringkan dengan handuk dan diberi krim kulit.

d. Sokong ekstremiras atau bagian tubuh yang akan digips.

e. Posisikan dan pertahankan bagian yang akan di gips dalam posisi yang ditentukan dokter

selama prosedur.

f. Pasang spongs rubbs (bahan yang menyerap keringat) pada bagian tubuh yang akan

dipasang gips, pasang dengan cara yang halus dan tidak mengikat. Tambahkan bantalan

(padding) di daerah tonjolan tulang dan pada jalur syaraf.

g. Masukkan gips dalam baskom berisi air, rendam beberapa saat

sampai gelembung – gelembung udara dari gips harus keluar.

Selanjutnya, diperas untuk mengurangi jumlah air dalam gips.

h. Pasang gips

secara merata

pada bagian

15

Page 16: kmb fraktur

tubuh. Pembalutan gips secara melingkar mulai dari distal ke proksimal tidak terlalu

kendur atau terlalu ketat. Pada waktu membalut, lakukan dengan gerakan

bersinambungan agar terjaga ketumpah tindihan lapisan gips. Dianjurkan dalam jarak

yang tetap. Lakukan dengan gerakan yang bersinambungan agar terjaga kontak yang

constant dengan bagain tubuh.

i. Setelah selesai pemasangan, haluskan tepinya, potong serta bentuk dengan pemotongan

gips atau cutter.

j. Bersihkan partikel bagian gips dari kulit yang terpasang.

k. Sokong gips selama pengerasan dan pengeringan dengan telapak tangan. Jangan

diletakkan pada permukaan keras atau pada tepi yang tajam dan hindari tekanan pada

gips.

10. Pelepasan gips

Alat yang diperlukan untuk pelepasan gips :

a. Gergaji listrik/pemotongan gips.

b. Gergaji kecil manual.

c. Gunting besar.

d. Baskom berisi air hangat.

e. Gunting perban.

16

Page 17: kmb fraktur

f. Bengkok dan plastic untuk tempat gips

g. Sabun dalam tempatnya

h. Handuk

i. Perlak dan alasnya

j. Waslap.

k. Krim atau minyak.

11. Teknik pelepasan gips

a. Jelaskan pada pasien prosedur yang akan dilakukan.

b. Yakinkan pasien bahwa gergaji listrik atau pemotongan gips tidak akan mengenai kulit.

c. Gips akan dibelah dengan menggunakan gergaji listrik.

d. Gunakan pelindung mata pada pasien dan petugas pemotong gips.

e. Potong bantalan gips dengan gumting.

f. Sokong bagian tubuh ketika gips dilepas.

g. Cuci dan keringkan bagian yang habis di gips dengan lembut, oleskan krim atau

minyak.

h. Ajarkan pasien secara bertahap melakukan aktivitas tubuh sesuai program terapi.

i. Ajarkan pasien agar meninggkan ekstremitas atau menggunakan elastis perban jika

perlu untuk mengontrol pembengkakan.

Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

a. Aktivitas/Istirahat

Keterbatasan/kehilangan fungsi pada bagian yang terkena (mungkin segera fraktur itu

sendiri atau terjadi secara sekunder dari pembengkakan jaringan, nyeri).

b. Sirkulasi

- Hipertensi (kadang-kadang terlihat sebagai respons terhadap nyeri/ansietas) atau

hipotensi (kehilangan darah)

17

Page 18: kmb fraktur

- Takikardia (Respon stress, hipovolemia)

- Pembengkakan jaringan atau massa hematoma pada sisi cedera.

c. Neurosensori

Gejala :

- Hilang gerakan/sensasi, spasme otot

- Kebas/kesemutan (parestesis)

Tanda :

- Deformitas lokal, angulasi abnormal, pemendekan, rotasi, krepitasi (bunyi berderit),

spasme otot, terlihat kelemahan/hilang fungsi.

- Agitasi (mungkin berhubungan dengan nyeri/ansietas atau trauma lain).

d. Nyeri/Kenyamanan

- Nyeri berat tiba-tiba pada saat ceder (mungkin terlokasasi pada area jaringan/kerusakan

tulang: dapat berkurang pada imobilisasi) tak ada nyeri akibat kerusakan saraf.

- Spasme/kram otot (setelah imobilisasi).

e. Keamanan

- Laserasi kulit, avulsi jaringan, perdarahan, perubahan warna.

- Pembengkakan lokal (dapat meningkat secara bertahap atau tiba-tiba).

2. Diagnosa

a. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d terputusnya kontinuitas jaringan.

b. Keterbatasan mobilitas fisik atau aktivitas b.d imobilisasi.

c. Resiko terjadinya gangguan integritas kulit: dekubitus b.d tirah baring lama.

d. Resiko terjadinya konstipasi b.d imobilisasi.

3. Intervensia. Dx I

1) Kaji TTV

R/ mengetahui keadaan umum klien terutama yang mendukung diagnosa.

2) Kaji keluhan nyeri/ketidaknyamanan: lokasi, karakteristik, intensitas, skala

R/ Mempengaruhi pilihan/pengawasan keefektifan intervensi, tingkat ansietas dapat

mempengaruhi persepsi/reaksi terhadap nyeri.

3) Lakukan dan awasi latihan gerak pasif/aktif

18

Page 19: kmb fraktur

R/ mempertahankan kekuatan dan mobilitas otot yang sakit dan memudahkan resdusi

inflamasi pada jaringan yang cidera.

4) Berikan alternatif tindakan kenyamanan, contoh pijatan punggung, perubahan posisi.

R/ meningkatkan sirkulasi umum, menurunkan area tekanan lokal dan kekakuan otot.

5) Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam, visualisasi, imajinasi, distraksi, retraksi

R/ mengalihkan stimulus nyeri

6) Kolaborasi dengan dokter mengenai pemberian analgesik

R/ membantu mengurangi nyeri.

b. Dx II

1) Kaji tingkat immobilitas yang dihasilkan oleh cedera/pengobatan dan perhatian persepsi

pasien terhadap imobilitas

R/ klien mungkin dibatasi oleh pandangan diri/persepsi diri tentang keterbatasan fisik

aktual, memerlukan informasi/intervensi untuk meningkatkan kemajuan kesehatan.

2) Ubah posisi secara periodik dan dorong untuk latihan batuk dan nafas dalam

R/ mencegah atau menurunkan insiden komplikasi kulit atau pernafasan.

3) Berikan atau bantu dalam mobilisasi diri

R/ mobilisasi diri menurunkan komplikasi tirah baring dan meningkatkan

penyembuhan.

4) Bantu atau dorong perawatan diri serta kebersihan, contoh: mandi

R/ meningkatkan kekuatan otot dan sirkulasi, meningkatkan kontrol klien dalam situasi

dan meningkatkan kesehatan diri langsung.

5) Kolaborasi dengan dokter engenai program defekasi, ahli terapi fisik dan spesialis

psikiatri klinik. R/ membantu mempercepat penyembuhan dan penerimaan diri.

c. Dx III

1) Kaji kulit untuk luka terbuka, benda asing, kemerahan, perdarahan, perubahan warna

kelabu, memutih.

R/ memberikan informasi tentang sirkulasi kulit dan masalah yang memungkinkan

disebabkan oleh alat dan pembentukan edema yang membutuhkan intervensi lebih

lanjut.

19

Page 20: kmb fraktur

2) Massa kulit dan penonjolan tulang pertahankan tempat tidur kering dan bebas kerukan.

Tempat bantalan air/bantalan lain di bawah siku/tumit sesuai indikasi.

R/ menurunkan tekanan pada area yang peka dan resiko abrasi/kerusakan kulit.

3) Ubah posisi dengan sering

R/ mengurangi tekanan konstan pada area yang sama dan meminimalkan resiko

kerusakan kulit.

d. Dx IV

1) Latihan klien untuk melakukan pergerakan yang melibatkan daerah abdomen seperti

miring kanan dan kiri.

R/ mempertahankan pergerakan usus

2) Auskultasi bising usus

R/ mengetahui adanya bising usus yang aktif

3) Berikan cairan yang adekuat

R/ mempertahankan kebutuhan cairan

4) Berikan makanan tinggi serat

R/ memperlancar proses buang air besar

4. evaluasi

a. Menunjukan tindakan santai/tidak menangis

b. Menunjuk teknik yang mampu melakukan aktivitas

c. Menyatakan ketidaknyamanan hilang

d. Tidak menunjukan adanya konstipasi

e. Tidak menunjukkan adanya komplikasi.

C. Konsep Dasar Traksi

1. Definisi

Traksi adalah penggunaan kekuatan penarikan

pada bagian tubuh. Ini dapat dicapai dengan memberi

beban yang cukup untuk mengatasi penarikan otot.

Secara umum traksi dilakukan dengan menempatkan

20

Page 21: kmb fraktur

beban dengan tali pada ekstermitas pasien. Tempat tarikan disesuaikan sedemikian rupa

sehingga arah tarikan segaris dengan sumbu panjang tulang yang patah.

2. Jenis – jenis traksi

a. Traksi lurus atau langsung : traksi ini memberi gaya tarikan dalam satu garis lurus

dengan bagian tubuh berbaring ditempat tidur. Contohnya traksi ekstansi buck dan traksi

pelvis.

b. Traksi suspensi seimbang. Traksi ini memberi dukugan pada ekstermitas yang sakit

diatas tempat tidur, sehungga memungkinkan mobilisasi pasien sampai batas tertentu

tanpa terputusnya gaya tarikan.

3. Tujuan pemasangan traksi

a. untuk meminimalkan spasme otot.

b. untuk mempertahankan kesejajaran tubuh.

c. untuk mengimobilisasi fraktur.

d. untuk mengurangi deformitas.

e. untuk mempercepat penyembuhan.

4. pemasangan traksi khusus

a. Traksi kulit adalah traksi yang dapat dilakukan pada kulit. Berat beban yang dipasang

tidak boleh lebih dari 2-3 kg tetapi pada traksi pelvis umumnya 4,5 – 9 kg bergantung

pada berat badan pasien .

traksi kulit antara lain :

1) Traksi ekstensi buck ( unilateral dan bilateral )

adalah bentuk traksi kulit yang tarikan diberikan pada satu bidang jika hanya

imobilisasi parsial atau temporer yang diinginkan.

Sebelum di pasang traksi, kulit diinspeksi adanya abrasi dan gangguan

peredaran darah. Kulit dan peredaran darah harus dalam keadaan sehat agar dapat

menoleransi traksi. Kulit harus bersih dan kering sebelum boot spoon atau pita traksi

dipasang.

21

Page 22: kmb fraktur

Untuk memasang traksi buck dengan pita, dipasang dulu spon karet.

Bantalan strap dengan permukaan spon menghadap kekulit pada kedua sisi tungkai

yang sakit. Satu lengkungan pita sepanjang 10 – 15 cm disisakan dibawah telapak

kaki. Spreader harus dipasang di ujung distal pita untuk mencegah terjadinya

tekanan sepanjang sisi kaki. Kedua maleolus dan fibula priksimal dilindungi dengan

bantalan gips untuk mencegah terbentuknya ulkus akibat tekanan dan nekrosis

tulang. Sementara salah satu orang meninggikan dan menyangga ekstermitas di

bawah tumit dan lutut pasien. Orang lain melilitkan balutan elastis dengan arah

spiral di atas pita traksi, dimulai dari pergelangan kaki dan berakhir di tuberoses

tibia.

Balutan elastis dapat membantu pita melekat kekulit dan mencegah meleset.

Bantalan kulit domba dapat diletakkan dibawah tungkai untuk mengurangi gesekan

tumit terhadap tempat tidur. Luka yang dipasang traksi buck dengan boot spon, tumit

pasien harus diletakkan tepat di tumit boot.strip Velcro dipasang melingkar di

tungkai dan tekanan yang berlebihan diatas maleolus dan fibula proksimal dapat

dihindari. Pemberat dihubungkan ke tali melalui spreader atau lapisan telapak kaki

dan dilanjutkan melalui sebuah katrol yang di pasang di ujung tempat tidur.

Pemberat digantung pada tali itu.

2) Traksi russel

Traksi russel dapat digunakan untuk

fraktur pada plot tibia, menyokonh lutut yang

fleksi pada penggantung dan memberi gaya

tarikan horizontal melalui pita trkasi dan

balutan elastis ke tungkai bawah. Jika perlu,

tungkai dapat disangga dengan banyal agar

lutut benar –benar fleksi dan menghindari

tekanan pada tumit.

22

Page 23: kmb fraktur

3) Traksi Dunlop

adalah traksi pada ekstermitas atas. Traksi horizontal diberikan pada humerus

dalam posisi abduksi dan traksi vertical diberikan pada lengan bawah dalam posisi

fleksi.

b. Traksi skelet adalah traksi yang dilakukan

langsung pada skelet/tulang tubuh. Traksi

dipasang langsung ketulang menggunakan pin

logam atau kawat.yang dimasukkan kedalam

tulang disebelah distal garis fraktur,

menghindari saraf dan pembuluh darah, otot,

serta tendon dan sendi . tong yang dipasang di

kepala di fiksasi di kepala untuk memberi traksi

yang mengimobilisasi fraktur leher.

5. Prinsip pemasangan traksia. Tali utama dipasang di pin rangka sehingga menimbulkan gaya tarik

b. Berat ekstremitas dengan alat penyokong harus seimbang dengan pemberat agar reduksi

dapat dipertahankan

c. Pada tulang-tulang yang menonjol sebaiknya diberi lapisan khusus

d. Traksi dapat bergerak bebas dengan katrol

e. Pemberat harus cukup tinggi di atas permukaan lantai

f. Traksi yang dipasang harus baik dan terasa nyaman

Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

Pengkajian fungsi system tubuh perlu dilakukan terus menerus karena imobilisasi

dapat menyebabkan terjadinya masalah pada kulit, respirasi, gastrointerstinal, perkemihan dan

kardiovaskuler. Masalah tersebut dapat berupa ulkus akibat tekanan, kongesti,kehilangan nafsu

makan, statis kemih dan infeksi saluran kemih. Pengkajian dilakukan pada bagian tubuh yang

23

Page 24: kmb fraktur

traksi meliputi status nenro vascular yang di evaluasi dan bandingkan dengan ekstermitas yang

sehat. Selain itu kaji adanya nyeri tekan betus, hangat, kemerahan, pembengkakan , atau tanda

homan pasif. Selain itu, Pengkajian psikologis perlu dilakukan karena pasien takut melihat

peralatannya.

2. Diagnosa

a. resiko perubahan integritas kulit yang berhubungan dengan pemasangan traksi.

b. Resiko infeksi yang berhubungan dengan pemasangan pin pada tulang melelalui permukaan

kulit.

c. Nyeri berhubungan dengan traksi dan imobilisasi.

d. Resiko gangguan pola eleminasi pole defekasi, yaitu konstipasi

3. Intervensi

a. Resiko perubahan integritas kulit yang berhubungan dengan pemasangan traksi.

Tujuan : sirkulasi tetap utuh

Intervensi :

1) monitor status neurovaskuler setiap 2 jam selama 24 jam pertama, kemudian setiap 4 jam

inspeksi kemerahan pada bagian yang tertekan setiap 8 jam untuk deteksi dini

kemungkinan terjadinya kerusakan jaringan.

2) pertahankan tali bebas dan hambatan. Jika pasien mengeluh kedinginan, pergunakan kain

untuk menutup bagian tubuh yang dilakukan traksi.

3) hubungi teknisi ortopedik untuk menambahkan bantalan jika ada tanda iritasi kulit.

Longgarkan balutan elastis pada traksi jika pasien merasa ada rasa baal. Tindakan ini

mencegah kerusakan kulit dan kerusakan saraf.

b. Resiko infeksi yang berhubungan dengan pemasangan pin pada tulang melalui permukaan

kulit.

Tujuan : tidak terjadi infeksi

Intervensi :

1) pantau suhu setiap 4 jam, hasil pemeriksaan laboratorium, dan penampilan kulit sekitar

sisi pin setiap pergantian tugas perawat. Ini untuk deteksi gejala tanda infeksi.

24

Page 25: kmb fraktur

2) laporkan kepada dokter jika anda tanda infeksi ( kemerahan , drainase, demam, nyeri

yang tak hilang dengan analgesia dan jumlah sel darah putih >10.000/mm3).

3) Kolaborasi dalam pemberian antibiotic sesuai program untuk untuk menghilang kan

infeksi.

c. Nyeri berhubungan dengan traksi dan imobilisasi

Tujuan : nyeri teratasi atau mencapai tingkat kenyamanan maksimal.

Intervensi :

1) tekanan pada bagian tubuh yang ditraksi dapat dihilangkan dengan mengubah posisi

pasien dan tetap mempertahankan posisi traksi.

2) kolaborasi dengan medis dalam pemberian anal getik untuk mengurangi nyeri.

d. Resiko gangguan pola eleminasi pole defekasi, yaitu konstipasi

Tujuan : tidak terjadi gangguan pola eliminasi

Intervensi :

1) anjurkan diet tinggi serat.

2) anjurkan minum 2500 – 3000 setiap 24 jam.

3) kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian pelunak feses, laksatif, supositoria dan

huknah.

4. Evaluasi

a. Tidak terjadi komplikasi

b. Nyeri berkurang

c. Pola defekasi menjadi efektif

d. Klien dapat mengatasi gangguan mobilitas

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

25

Page 26: kmb fraktur

Pemasangan gips dan traksi merupakan cara konservatif pada penatalaksanaan fraktur.

Dilakukan pada anak-anak dan remaja dimana masih memungkinkan terjadinya pertumbuhan

tulang panjang. Selain itu, dilakukan karena adanya infeksi atau diperkirakan dapat terjadi infeksi.

Tindakan yang dilakukan adalah dengan gips dan traksi.

Traksi adalah tahanan yang dipakai dengan berat atau alat lain untuk menangani kerusakan

atau gangguan pada tulang dan otot. Dengan tujuan untuk menangani fraktur, dislokasim atau

spasme otot dalam usaha untuk memperbaiki deformitas dan mempercepat penyembuhan.

Sedangkan gips merupakan salah satu pengobatan konservatif pilihan (terutama pada fraktur) dan

dapat digunakan di daerah terpencil dengan hasil yang cukup baik bila cara pemasangan,

indikasi, kontraindikasi serta perawatan setelah pemasangan diketahui dengan baik.

B. Saran

Dalam pemasangan gips dan traksi, perawat harus dapat memperhatikan prinsip

pemasangannya. Selain itu, perawat harus menginformasikan kepada klien terlebih dahulu

mengenai maksud, tujuan, serta komplikasi yang akan terjadi pada klien atas pemasangan gips

dan traksi ini. Perawat juga harus mampu melakukan intervensi sebaik mungkin dan mengajak

klien untuk ikut berpartisipasi dalam program pengobatan.

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddart. 2004. Keperawatan Medikal Bedah edisi 8. Jakarta : EGC

Doenges, Marlynn C. 2002. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC

26

Page 27: kmb fraktur

Price, Sylvia Anderson. 2006. Patofisiologi, Konsep Klinis Proses-proses Penyakit edisi 6.

Jakarta : EGC

27