Klp. Sos. Dlm Masy. Multikultural

94
M A K A L A H D I S U S U N O l e h : FIRMAN. S KELAS XI IPS. 1

Transcript of Klp. Sos. Dlm Masy. Multikultural

Page 1: Klp. Sos. Dlm Masy. Multikultural

M A K A L A H

D

I

S

U

S

U

N

O l e h :

FIRMAN. S

KELAS XI IPS. 1

TAHUN 2009

Page 2: Klp. Sos. Dlm Masy. Multikultural

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, sehingga

makalah Sosiologi ini dapat diselesaikan, makalah ini saya susun berdasarkan

pembelajaran yang saya ikuti di sekolah saat ini.

Walaupun dalam penyusunannya masih jauh dari kata cukup namun

saya berharap bisa memberi nilai tambah bagi saya. Mudahan-mudahan di

masa yang datang saya lebih baik dari saat ini.

Demikianlah makalah ini saya susun berdasarkan kemampuan saya

semoga dapat memberikan manfaat bagi saya dan teman-teman yang

membacanya.

Wassalam

Maros, Juni 2009

Penyusun

i

Page 3: Klp. Sos. Dlm Masy. Multikultural

DAFTAR ISI

Kata Pengantar........................................................................................ i

Daftar Isi ................................................................................................. ii

KELOMPOK SOSIAL DALAM MASYARAKAT MULTIKULTURAL

PEMBAGIAN KELOMPOK SOSIAL................................................... 1

A. Konsep Dasar Kelompok Sosial........................................................ 2

1. Pengertian Kelompok Sosial........................................................ 2

2. Tipe-Tipe Kelompok Sosial ........................................................ 4

B. Konsep Dasar Masyarakat Multikultural........................................... 20

1. Pengertian Masyarakat Multikultural .......................................... 20

2. Multikultural di Indonesia ........................................................... 22

C. Aneka Ragam Kebudayaan Sosial dan Kebudayaan di Indonesia... . 28

1. Tipe Masyarakat Pertama............................................................. 28

2. Tipe Masyarakat Kedua............................................................... 29

3. Tipe Masyarakat Ketiga............................................................... 29

4. Tipe Masyarakat Keempat........................................................... 30

5. Tipe Masyarakat Kelima.............................................................. 30

6. Tipe Masyarakat Keenam............................................................. 31

D. Dinamika Kelompok Sosial dalam Masyarakat Majemuk................ 31

PERKEMBANGAN KELOMPOK SOSIAL DALAM

MASYARAKAT MULTIKULTURAL................................................. 35

A. Terjadinya Dinamika Kelompok....................................................... 36

B. Proses Dinamika Kelompok.............................................................. 37

C. Dimensi Hubungan Antar kelompok................................................. 41

ii

Page 4: Klp. Sos. Dlm Masy. Multikultural

D. Analisa Perkembangan Kelompok Sosial ......................................... 44

E. Pengaruh Perkembangan Kelompok Sosial dalam Masyarakat

Multikultural...................................................................................... 45

KERAGAMAN KELOMPOK SOSIAL DALAM MASYARAKAT

MULTIKULTURAL............................................................................... 46

A. Identifikasi Keragaman Kelompok Sosial dalam Masyarakat

Multikultural...................................................................................... 47

B. Berbagai Alternatif Pemecahan Masalah........................................... 51

C. Sikap Kritis terhadap Hubungan Keragaman dan Perubahan Budaya 54

Daftar Pustaka ........................................................................................ 56

iii

Page 5: Klp. Sos. Dlm Masy. Multikultural

KELOMPOK SOSIAL DALAM

MASYARAKAT MULTIKULTURAL

KELOMPOK SOSIAL DALAM

MASYARAKAT

Konsep DasarKelompok Sosial

Konsep DasarMasyarakat

Multikultural

Aneka Ragam Kelompok Sosial dan Kebudayaan

di Indonesia

Dinamika Kelompok Sosial dalam Masyarakat

Majemuk

Pengertian Kelompok Sosial (Social Group)

Tipe-tipe Kelompok Sosial

Pengertian Masyarakat Multikultural

Multikultural di Indonesia

Tipe Masyarakat Pertama.

Tipe Masyarakat Kedua.

Tipe Masyarakat Ketiga.

Tipe Masyarakat Keempat.

Tipe Masyarakat Kelima.

Tipe masyarakat Keenam.

Pem

baha

san

Terd

iri a

tas

Terd

iri a

tas

Terd

iri a

tas

1

Page 6: Klp. Sos. Dlm Masy. Multikultural

A. Konsep Dasar Kelompok Sosial

1. Pengertian Kelompok Sosial (Social Group)

Kelompok sosial (social group) merupakan suatu kelompok yang

anggotanya mempunyai kesadaran sebagai bagian dari kelompok serta

saling berhubungan satu dengan yang lain dan sebagai faktor pengikat

untuk menambah eratnya hubungan antara anggota, berstruktur,

berkaidah dan mempunyai pola perilaku tertentu.

Multikultural dalam masyarakat terjadi karena banyaknya

perbedaan yang ada di masyarakat itu sendiri. Perbedaan-perbedaan

tersebut menyebabkan kemajemukan dalam masyarakat.

Untuk menghadapi dan menyesuaikan diri dengan kedua

keinginan tersebut, manusia menggunakan pikiran, perasaan dan

kehendaknya. Agar dapat diterima manusia lain disekelilingnya,

manusia berusaha menyesuaikan diri dengan adat istiadat dan kebiasaan

masyarakat dimanapun ia berada. Sementara itu, dalam menghadapi

alam sekitarnya manusia juga harus makan agar badannya tetap sehat.

Untuk itu, manusia dapat mengambil makanan sebagai hasil dari alam

sekitarnya dengan menggunakan akalnya. Semua itu menimbulkan

kelompok sosial (social group) di dalam kehidupan manusia karena

manusia tidak mungkin hidup sendiri. Kelompok sosial merupakan

2

Page 7: Klp. Sos. Dlm Masy. Multikultural

himpunan atau kesatuan manusia yang hidup bersama karena adanya

hubungan dengan yang lain, baik berupa hubungan timbal balik yang

saling mempengaruhi maupun kesadaran untuk saling tolong-menolong.

Oleh sebab itu, muncullah pertanyaan, apakah setiap himpunan

manusia dapat dinamakan kelompok sosial ? Jawabannya belum tentu

semuanya disebut kelompok sosial karena ada beberapa syarat tertentu

suatu himpunan manusia dapat disebut sebagai kelompok sosial. Syarat-

syarat tersebut adalah sebagai berikut :

a. Setiap anggota kelompok harus ada kesadaran sebagai bagian dari

kelompok yang bersangkutan.

b. Adanya hubungan timbal balik antara anggota dalam kelompok

tersebut.

c. Ada faktor yang dimiliki bersama oleh anggota kelompok sehingga

hubungan diantara mereka bertambah erat. Faktor milik bersama

itulah yang dapat membentuk adanya persamaan nasib, tujuan, dan

ideologi politik yang sama. Selain itu, faktor musuh bersama,

misalnya juga dapat menjadi faktor pengikat atau pemersatu

masyarakat dalam kelompok tersebut, serta

d. Berstruktur, berkaidah dan berperilaku.

3

Page 8: Klp. Sos. Dlm Masy. Multikultural

2. Tipe-Tipe Kelompok Sosial

Beberapa tokoh mengklasifikasikan tipe kelompok sosial atas

dasar berbagai kriteria dan ukuran, antara lain sebagai berikut :

a. George Simmel (seorang sosiologi Jerman) mengkaji kelompok

sosial berdasarkan ukuran besar kecilnya jumlah anggota kelompok

mulai dengan bentuk terkecil yang terdiri atas satu orang sebagai

fokus hubungan sosial yang dinamakan monad, yang kemudian

dikembangkan dengan meneliti kelompok yang terdiri atas dua atau

tiga orang, yaitu dyad dan triad serta kelompok kecil lainnya.

b. Leopold von Wiese dan Howard Becker mengkaji ukuran kelompok

sosial berdasarkan derajat interaksi sosial dalam kelompok sosial

tersebut.

c. F. Stuart Chapin merupakan tipe kelompok sosial dilihat dari tinggi

rendahnya derajat eratnya hubungan antara anggota kelompok sosial.

Beberapa sosiolog memperhatikan pembagian atas dasar yang antara

anggotanya saling mengenal (face-to-face groupings), seperti

keluarga, rukun tetangga dan desa dengan kelompok sosial, seperti

kota, korporasi, dan negara yang anggotanya tidak mempunyai

hubungan yang erat.

4

Page 9: Klp. Sos. Dlm Masy. Multikultural

d. Suatu ukuran lainnya adalah ukuran kepentingan dan wilayah. Suatu

community (masyarakat setempat), misalnya, merupakan kelompok

atau kesatuan atas dasar wilayah yang tidak mempunyai kepentingan

khusus atau tertentu. Suatu asosiasi sebagai suatu perbandingan

justru dibentuk untuk memenuhi kepentingan tertentu. Sudah tentu

anggota masyarakat dan asosiasi sedikitnya sadar akan adanya

kepentingan bersama walaupun hal itu tidak dikhususkan secara

terperinci atau dijabarkan lebih lanjut.

e. Menurut Soerjono Soekanto, berlangsungnya suatu kepentingan

merupakan ukuran lain bagi klasifikasi tipe sosial. Suatu kerumunan,

misalnya, merupakan kelompok yang berlangsung atau terbentuk

dalam kurun waktu singkat karena kepentingannya tidak

berlangsung lama. Lain halnya dengan kelas atau community yang

kepentingannya secara relatif bersifat tetap (permanen). Selanjutya,

atas dasar ukuran derajat organisasi, kelompok sosial terdiri atas :

1) Kelompok yang terorganisasi dengan baik sekali, seperti negara;

2) Kelompok yang hampir tak terorganisasi, seperti suatu

kerumunan.

Dasar yang akan diambil sebagai salah satu alternatif untuk

mengadakan klasifikasi tipe kelompok sosial tersebut adalah ukuran

5

Page 10: Klp. Sos. Dlm Masy. Multikultural

jumlah atau derajat interaksi sosial atau kepentingan kelompok, atau

organisasinya dan kombinasi dari ukuran tersebut.

Berdasarkan uraian tersebut disimpulkan bahwa untuk

membedakan kelompok sosial, dapat dilihat dari beberapa faktor, yaitu

sebagai berikut :

a. Kesadaran akan jenis yang sama

b. Adanya hubungan sosial

c. Orientasi pada tujuan yang sudah ditentukan.

Soerjono Soekanto membagi kelompok sosial dalam masyarakat

sebagai berikut :

a. Kelompok Sosial Dilihat dari Sudut Individu

Seorang warga masyarakat yang masih sederhana susunannya

secara relatif juga menjadi anggota dari kelompok kecil secara terbatas.

Kelompok sosial yang dimaksud biasanya atas dasar kekerabatan, usia,

jenis kelamin, dan kadang-kadang atas dasar perbedaan pekerjaan atau

kedudukan. Keanggotaan setiap kelompok sosial tersebut memberikan

kedudukan atau prestise tertentu yang sesuai dengan adat istiadat dan

lembaga kemasyarakatan di dalam masyarakat.

6

Page 11: Klp. Sos. Dlm Masy. Multikultural

b. Dalam Kelompok (In Group) dan Luar Kelompok (Out Group)

Dalam proses sosialisasi, orang mendapatkan pengetahuan antara

kami dengan mereka dan bahwa kepentingan suatu kelompok sosial

serta sikap yang mendukungnya terwujud dalam perbedaan kelompok

sosial tersebut yang dibuat oleh individu. Jadi, individu

mengidentifikasikan dirinya merupakan in group-nya. Apabila suatu

kelompok sosial merupakan in group atau tidak bagi individu bersifat

relatif dan bergantung pada situasi sosial yang tertentu. Out group

diartikan sebagai kelompok yang menjadi lawan in group-nya yang

sering dihubungkan dengan istilah kami atau kita dan mereka.

Sikap in group didasarkan pada faktor simpati dan selalu

mempunyai perasaan dekat dengan anggota kelompok. Sikap terhadap

out group selalu ditandai dengan suatu kelainan yang berwujud suatu

antagonisme atau antipati. Perasaan in group dan out group atau

perasaan dalam serta luar kelompok dapat merupakan dasar suatu sikap

yang dinamakan etnosentrisme.

7

Page 12: Klp. Sos. Dlm Masy. Multikultural

c. Kelompok Primer (Primary Group) dan Kelompok Sekunder

(Secondary Group)

Di dalam klasifikasi kelompok sosial, perbedaan yang luas dan

fundamental adalah perbedaan antara kelompok kecil yang hubungan

antara anggotanya rapat sekali di satu pihak dengan kelompok yang

lebih besar di pihak lain. Sejalan dengan perbedaan tersebut, Charles

Horton Cooley mengemukakan perbedaan antara primary group dengan

secondary group yang ditulisnya dalam karyanya yang berjudul Social

Organization pada tahun 1909. Primary group dan secondary group

mungkin dapat diterjemahkan dengan istilah kelompok utama dan

kelompok sekunder.

1) Kelompok Primer (Primary Group)

Menurut Charles Horton Cooley, primary group adalah kelompok

yang ditandai dengan ciri-ciri saling mengenal antara anggotanya

serta kerjasama erat yang bersifat pribadi. Salah satu hasil hubungan

yang erat dan bersifat pribadi tersebut adalah pelebaran individu

dalam satu kelompok sehingga tujuan individu menjadi tujuan

kelompoknya.

8

Page 13: Klp. Sos. Dlm Masy. Multikultural

a) Kondisi fisik dari primary group

Hubungan saling mengenal belum cukup untuk menerangkan

persyaratan yang penting bagi adanya suatu primary group.

Syarat-syarat yang sangat penting adalah sebagai berikut :

(1) Anggota kelompok tersebut secara fisik berdekatan satu

dengan lainnya.

(2) Kelompok tersebut kecil

(3) Adanya suatu kelanggengan dalam hubungan antara anggota

kelompok yang bersangkutan.

b) Sifat hubungan primer

Sifat utama hubungan primer adalah kesamaan tujuan dari

individu yang tergabung di dalam kelompok tersebut. Satu

diantara tujuan bersama itu adalah hubungan antar individu. Jadi,

hubungan itu bukan merupakan alat untuk mencapai tujuan,

melainkan merupakan salah satu tujuan utama. Hal ini berarti

bahwa hubungan tersebut terlepas dari unsur kontrak, ekonomi,

politik, maupun hubungan kerja. Hubungan tersebut bersifat

pribadi, spontan, sentimental dan inklusif.

Persamaan tujuan dapat mempunyai dua arti, yaitu pertama

bahwa individu yang bersangkutan mempunyai keinginan dan

9

Page 14: Klp. Sos. Dlm Masy. Multikultural

sikap yang sama sehingga mereka berusaha untuk mencapai

tujuan yang sama pula. Misalnya, dua orang sahabat yang

merupakan dua orang sarjana yang mengkhususkan dirinya pada

ilmu yang sama dan salah satu pihak bersedia untuk berkorban

demi kepentingan pihak lain. Contoh lain, seorang ibu berkorban

untuk kepentingan dan kebahagiaan anaknya dan merasakan suka

duka anaknya.

c) Kelompok yang konkrit dan hubungan primer

Keluarga batih merupakan salah satu kelompok konkrit yang ada

dalam masyarakat. Kehidupan keluarga batih dianggap sebagai

primary group yang utama, masyarakat meletakkan kewajiban

yang dapat dipaksakan. Misalnya, orang tua harus membesarkan

anak-anaknya. Anak-anak menjadi ahli waris orang tuanya dan

suami yang bertindak sebagai kepala keluarga.

2) Kelompok Sekunder (secondary group)

Menurut Soerjono Soekanto, hubungan antar bangsa dianggap

sebagai secondary group karena antara anggotanya kurang ada

hubungan yang akrab. Namun, hubungan yang akrab tersebut dapat

kita jumpai pada keluarga batih dan rukun tetangga yang merupakan

10

Page 15: Klp. Sos. Dlm Masy. Multikultural

unsur dari bangsa tersebut. Mungkin antara individu yang menjadi

bangsa tadi terjadi hubungan primer. Namun, apabila pimpinan

bangsa itu berhubungan dengan rakyatnya, tidak mungkin terjadi

hubungan primer yang bersifat pribadi. Hubungan sekunder itulah

yang menjadi ciri utama bagi secondary group.

d. Paguyuban (Gemeinshaft) dan Patembayan (Gesellschaft)

Berawal dari pemikiran Charles Horton Cooley tentang primary

group, pemikiran Ferdinand Tonnis tentang gemeinschaft dan

gesellschaft cukup menarik untuk dibahas.

1) Sifat hubungan positif di antara manusia menurut Ferdinand Tonnis

Hubungan positif antar manusia selalu bersifat paguyuban

(gemerinschaftlich) atau patembayan (gesellschaftlich).

a) Gemeinschaft merupakan kehidupan bersama yang setiap

anggotanya diikat oleh hubungan batin yang murni, bersifat

alamiah, dan kekal. Dasar hubungan tersebut adalah rasa cinta

dan kesatuan batin yang memang telah dikodratkan. Kehidupan

itu bersifat nyata dan organis, sebagaimana diumpamakan

dengan organ tubuh manusia atau hewan. Bentuk gemeinschaft

11

Page 16: Klp. Sos. Dlm Masy. Multikultural

dapat dijumpai di dalam keluarga, kelompok kekerabatan, dan

rukun tetangga.

b) Gesellschaft merupakan ikatan lahir yang bersifat pokok untuk

jangka waktu yang pendek, bersifat sebagai suatu bentuk dalam

pikiran belaka (imaginary), serta strukturnya bersifat mekanis

sebagaimana dapat diumpamakan dengan sebuah mesin. Bentuk

gesellschaft terdapat di dalam hubungan perjanjian yang

berdasarkan ikatan timbal balik, misalnya ikatan antara

pedagang, organisasi dalam suatu pabrik atau industri, panitia

sebuah acara, dan sebagainya.

2) Dua bentuk kemauan asasi dari manusia

Ferdinand Tonnis menyesuaikan kedua bentuk kehidupan

bersama manusia yang pokok tersebut dengan dua bentuk kemauan

asal dari manusia, yaitu yang dinamakan wesenwille dan kurwille.

a) Wesenwille merupakan bentuk kemauan yang dikodratkan yang

timbul dari keseluruhan kehidupan alami. Pada wesenwille,

perasaan dan akal merupakan kesatuan dan keduanya terikat pada

kesatuan hidup yang alamiah dan organis. Contohnya, kehidupan

beragama.

12

Page 17: Klp. Sos. Dlm Masy. Multikultural

b) Kurwille merupakan bentuk kemauan yang dipimpin oleh cara

berpikir yang didasarkan pada akal. Kurwille juga merupakan

kemauan yang ditujukan pada tujuan tertentu dan bersifat

rasional. Tujuan dan unsur kehidupan lainnya hanya berfungsi

sebagai alat belaka. Contohnya, kebutuhan makanan sehari-hari.

Ferdinand Tonnis mengatakan bahwa gemeinshaft

mempunyai beberapa ciri pokok, sebagai berikut :

a) Intimate, artinya hubungan menyeluruh yang mesra sekali

b) Private, artinya hubungan bersifat pribadi, khusus untuk

beberapa orang saja.

c) Exclusive, artinya bahwa hubungan tersebut hanyalah untuk kita

saja dan tidak untuk lain di luar kita.

Menurut Ferdinand Tonnis, di dalam setiap masyarakat selalu

dijumpai salah satu diantara tiga tipe gemeinshaft, yaitu sebagai

berikut :

a) Gemeinshcaft by blood, yaitu gemeinschaft yang ikatannya

didasarkan pada ikatan darah atau keturunan, misalnya keluarga

dan kelompok kekerabatan.

b) Gemeinshcaft of place, yaitu Gemeinshcaft yang terdiri dari

orang yang berdekatan tempat tinggalnya sehingga dapat saling

13

Page 18: Klp. Sos. Dlm Masy. Multikultural

tolong menolong, misalnya : rukun tetangga, rukun warga, dan

arisan.

c) Gemeinshcaft of mind, yaitu Gemeinshcaft yang walaupun tidak

mempunyai hubungan darah ataupun tempat tinggalnya tidak

berdekatan, tetapi mereka mempunyai jiwa dan pikiran yang

sama karena ideologi yang sama. Gemeinshcaft yang semacam

ini biasanya ikatannya tidaklah sekuat Gemeinshcaft by blood.

e. Kelompok Formal (Formal Group) dan kelompok Informal (informal

Group)

Ada juga kelompok sosial yang disebut kelompok formal dan

kelompok informal. Perbedaan keduanya akan dijelaskan sebagai

berikut :

1) Formal group

Formal group merupakan kelompok yang mempunyai peraturan

yang tegas dan dengan sengaja diciptakan oleh anggotanya untuk

mengatur hubungan antara anggotanya. Misalnya peraturan untuk

memilih seorang ketua dan pemungutan uang iuran. Anggotanya

mempunyai kedudukan tertentu sebagaimana telah diatur dan

sekaligus berarti suatu pembatasan tugas dan wewenang baginya.

Formal group demikian disebut association. Misalnya,

14

Page 19: Klp. Sos. Dlm Masy. Multikultural

perkumpulan pelajar, himpunan wanita suatu instansi

pemerintah, dan persatuan sarjana dari suatu perguruan tinggi

tertentu.

2) Informal group

Informal group tidak mempunyai struktur dan organisasi yang

tertentu atau yang pasti. Kelompok tersebut biasanya terbentuk

karena pertemuan berulang kali menjadi dasar bagi bertemunya

kepentingan dan pengalaman yang sama. Contoh lain adalah

clique yang merupakan suatu kelompok kecil tanpa struktur

formal yang sering timbul dalam kelompok besar. Clique

ditandai dengan adanya pertemuan timbal balik antar anggotanya

dan biasanya hanya bersifat antara kita saja.

f. Kelompok Anggota (Membership Group) dan Kelompok Acuan

(Reference Group)

Robert K Merton membedakan antara membership group dan

reference group, yaitu sebagai berikut :

1) Kelompok anggota (membership group)

Kelompok anggota merupakan kelompok yang setiap orang

secara fisik menjadi anggota kelompok tersebut. Batas yang

15

Page 20: Klp. Sos. Dlm Masy. Multikultural

dipakai untuk menentukan keanggotaan seseorang pada

kelompok secara fisik tidak dapat dilakukan secara mutlak. Hal

tersebut karena perubahan keadaan akan dapat mempengaruhi

derajat interaksi dalam kelompok itu sehingga ada kalanya

seorang anggota tidak begitu sering berkumpul dengan

kelompoknya walaupun secara resmi ia belum keluar dari

kelompok itu.

2) Kelompok acuan (reference group)

Kelompok acuan merupakan kelompok sosial yang menjadi

ukuran bagi seseorang (bukan anggota kelompok tersebut)

membentuk pribadi dan perilakunya. Seseorang bukan anggota

kelompok sosial yang bersangkutan mengidentifikasikan dirinya

dengan kelompok tersebut.

Robert K. Merton membagi tipe umum kelompok acuan sebagai

berikut :

a) Tipe normatif

Tipe normatif (normative type) menentukan dasar

kepribadian seseorang yang berfungsi sebagai sumber nilai

bagi individu, baik anggota maupun bukan anggota kelompok

tersebut.

16

Page 21: Klp. Sos. Dlm Masy. Multikultural

b) Tipe perbandingan

Tipe perbandingan (comparison type) merupakan suatu

pegangan bagi individu di dalam menilai kepribadiannya.

Tipe tersebut lebih dipakai sebagai perbandingan untuk

memberi kedudukan seseorang.

g. Kelompok Sosial yang Tidak Teratur

1. Kerumunan (Crowd)

Suatu ukuran utama adanya kerumunan adalah kehadiran orang

secara fisik. Sedikit banyaknya batas kerumunan adalah selama

mata dapat melihatnya dan telinga dapat mendengarkannya.

Kerumunan tersebut akan segera mati setelah orang-orangnya

bubar. Oleh karena itu, kerumunan merupakan suatu kelompok

sosial yang bersifat sementara (temporer).

Dapat dibedakan antara kerumunan yang berguna bagi organisasi

sosial masyarakat dan timbul dengan sendirinya tanpa diduga

sebelumnya serta pembedaan antara kerumunan yang

dikendalikan oleh keinginan pribadi. Atas dasar pembedaan

tersebut, didapati bentuk umum kerumunan adalah sebagai

berikut :

17

Page 22: Klp. Sos. Dlm Masy. Multikultural

a) Kerumunan yang berartikulasi dengan struktur sosial

(1) Penonton atau pendengar yang formal (formal audiences)

merupakan kerumunan yang mempunyai pusat perhatian

dan persamaan tujuan, tetapi sifatnya pasif.

(2) Kelompok ekspresif yang telah direncanakan (planned

expressive group) merupakan kerumunan yang pusat

perhatiannya tidak begitu penting, tetapi mempunyai

persamaan tujuan yang tersimpul dalam aktivitas

kerumunan tersebut serta kepuasan yang dihasilkannya.

Fungsinya adalah sebagai penyalur keterangan yang

dialami orang karena pekerjaannya sehari-hari.

b) Kelompok ekspresif yang telah direncanakan

(1) Kumpulan yang kurang menyenangkan (inconvenient

aggregations) merupakan sekumpulan orang yang antri

karcis dan sekumpulan orang yang menunggu bis.

(2) Kerumunan orang yang sedang dalam keadaan panik

(panic crowds), yaitu orang yang bersama-sama berusaha

menyelamatkan diri dari suatu bahaya. Dorongan dalam

diri individu dalam kerumunan tersebut mempunyai

kecenderungan untuk mempertinggi rasa panik.

18

Page 23: Klp. Sos. Dlm Masy. Multikultural

(3) Kerumunan penonton (spectator crowds) merupakan

sekumpulan orang yang ingin melihat kejadian tertentu.

Kerumunan semacam ini hampir sama dengan penonton,

bedanya kerumunan penonton tidak direncanakan dan

kegiatannya pada umumnya pun tidak terkendalikan.

c) Kerumunan yang berlawanan dengan norma hukum (lawless

crowds)

(1) Kerumunan yang bertindak emosional (acting crowds).

Kerumunan semacam itu bertujuan untuk mencapai

tujuan tertentu dengan menggunakan kekuatan fisik yang

berlawanan dengan norma yang berlaku dalam

masyarakat. Biasanya kumpulan orang tersebut bergerak

karena merasakan bahwa hak mereka diinjak-injak atau

karena ketidakadilan.

(2) Kerumunan yang bersifat immoral (immoral crowds)

hampir sama dengan kelompok ekspresi. Bedanya adalah

kerumunan yang bersifat immoral bertentangan dengan

norma masyarakat.

19

Page 24: Klp. Sos. Dlm Masy. Multikultural

2. Publik

Publik merupakan kelompok yang bukan merupakan

kesatuan. Interaksi yang terjadi dinamakan khalayak umum atau

khalayak ramai dan secara tidak langsung melalui alat

komunikasi, misalnya pembicaraan secara pribadi yang berantai,

melalui desas-desus, surat kabar, radio, televisi, dan film. Alat

penghubung tersebut lebih memungkinkan publik untuk

mempunyai pengikut yang lebih luas dan lebih besar jumlahnya.

Setiap aksi publik diprakarsai oleh keinginan individual.

B. Konsep Dasar Masyarakat Multikultural

1. Pengertian Masyarakat Multikultural

Multikulturalisme merupakan sebuah ideologi yang

mengagungkan perbedaan budaya atau sebuah keyakinan yang

mengakui dan mendorong terwujudnya pluralisme (keberagaman)

budaya sebagai suatu corak kehidupan masyarakat. Multikulturalisme

mengagungkan dan berusaha melindungi keanekaragaman budaya

termasuk kebudayaan dari mereka yang tergolong minoritas.

Pengertian Multikulturalisme sebuah masyarakat bangsa dilihat

sebagai sebuah kebudayaan bangsa yang merupakan mainstream seperti

20

Page 25: Klp. Sos. Dlm Masy. Multikultural

sebuah mozaik dan di dalam kebudayaan bangsa tersebut terdapat

berbagai perbedaan corak budaya.

Multikulturalisme merupakan pengikat dan jembatan yang

mengakomodasi berbagai perbedaan, termasuk perbedaan

Kesukubangsaan dan suku bangsa dalam masyarakat yang multicultural.

Perbedaan tersebut terlihat di tempat-tempat umum seperti tempat kerja

dan pasar.

Istilah masyarakat multikultural sering disamakan dengan istilah

lain bagi masyarakat majemuk walaupun pada prinsipnya kedua istilah

tersebut memiliki makna yang berbeda. Salah satu negara yang

memiliki masyarakat yang majemuk adalah Indonesia. Negara lain yang

memiliki masyarakat multikultural adalah Swiss, Australia, dan

Amerika Serikat.

Istilah masyarakat majemuk bagi masyarakat Indonesia

diperkenalkan oleh J.S. Furnivall untuk menggambarkan masyarakat

Indonesia pada masa Hindia Belanda karena masyarakat Indonesia

memiliki ciri adanya perbedaan suku bangsa, agama, adat dan

kedaerahan. Menurut J.S. Furnivall, masyarakat Indonesia pada masa

Hindia Belanda merupakan suatu masyarakat majemuk, yaitu suatu

masyarakat yang terdiri atas dua atau lebih elemen yang hidup sendiri-

21

Page 26: Klp. Sos. Dlm Masy. Multikultural

sendiri tanpa ada pembauran satu sama lain di dalam suatu kesatuan

politik. Sebagai masyarakat majemuk, masyarakat Indonesia disebut

sebagai suatu tipe masyarakat daerah tropis tempat mereka yang

berkuasa dan mereka yang dikuasai memiliki perbedaan ras.

Pada zaman penjajahan, orang Belanda sebagai golongan

minoritas adalah penguasa yang memerintah sebagian besar orang

Indonesia yang menjadi warga kelas tiga di negerinya sendiri. Orang

Tionghoa menempati kedudukan menengah di antara kedua golongan

tersebut.

Pola produksi pun dibagi berdasarkan ras, yaitu setiap ras

memiliki fungsi produksi sendiri-sendiri. Orang Belanda bekerja di

bidang perkebunan, orang Indonesia di bidang pertanian, dan orang

Tionghoa di bidang pemasaran serta menjadi perantara.

Kesimpulan dari konsep J.S. Furnivall adalah bahwa masyarakat

majemuk merupakan masyarakat tempat sistem nilai yang dianut

berbagai kesatuan sosial yang menjadi bagiannya sehingga anggota

masyarakat kurang memiliki loyalitas terhadap masyarakat secara

keseluruhan, kurang memiliki homogenitas kebudayaan, atau bahkan

kurang memiliki dasar untuk saling memahami satu sama lain.

22

Page 27: Klp. Sos. Dlm Masy. Multikultural

2. Multikultural di Indonesia

Model Multikulturalisme sebenarnya telah digunakan sebagai

acuan oleh para pendiri bangsa Indonesia dalam mendesain apa yang

dinamakan sebagai kebudayaan bangsa sebagaimana yang terungkap

dalam Pasal 32 UUD 1945, yang berbunyi “kebudayaan bangsa

(Indonesia) adalah puncak kebudayaan daerah”.

Walaupun Multikulturalisme itu telah digunakan oleh pendri

bangsa Indonesia untuk mendesain kebudayaan bangsa Indonesia, pada

umumnya orang Indonesia masa kini memandang Multikulturalisme

sebagai sebuah konsep asing. Konsep Multikulturalisme tidak dapat

disamakan dengan konsep keanekaragaman suku bangsa atau

kebudayaan suku bangsa yang menjadi ciri masyarakat majemuk karena

Multikulturalisme menekankan keanekaragaman kebudayaan dalam

derajat yang sama. Alasan Multikulturalisme setidaknya juga harus

mengulas berbagai permasalahan yang mendukung ideologi ini, yaitu

politik dan demokrasi, keadilan dan penegakan hukum, kesempatan

kerja dan berusaha, HAM, hak budaya komunitas dan golongan

minoritas, prinsip etika dan moral, dan tingkat serta mutu produktivitas.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya kemajemukan

masyarakat Indonesia, antara lain sebagai berikut :

23

Page 28: Klp. Sos. Dlm Masy. Multikultural

a. Keadaan Geografis dan Pluralitas Kesukuan

Meningkatnya mobilitas geografis penduduk Indonesia

menyebabkan kontak antar individu dengan latar belakang sosial

budaya yang berlainan berlangsung semakin intensif. Selain ada

dampak positif, gejala ini juga menimbulkan dampak negatif.

Adanya mobilitas geografis menyebabkan peta heterogenitas

atau kemajemukan budaya yang ada mulai mengalami perubahan.

Jika dahulu kemajemukan budaya itu adalah kemajemukan seperti

potongan kain atau lempengan kaca dengan warna yang berlainan

dan disatukan membentuk sebuah mozaik budaya yang disebut

budaya Indonesia, kini kemajemukan itu berubah menjadi sebuah

permadani yang terdiri dari benang budaya yang beraneka warna

yang sedang dalam proses penyulaman menjadi sebuah permadani

budaya.

b. Topografi dan Pluralitas Regional

Iklim, curah hujan, struktur dan kesuburan tanah yang

berbeda di Indonesia merupakan faktor yang menciptakan pluralitas

regional atau kemajemukan daerah. Pluralitas regional dalam

masyarakat Indonesia terwujud dalam dua macam lingkungan

ekologis yang berbeda, yaitu daerah pertanian sawah yang banyak

24

Page 29: Klp. Sos. Dlm Masy. Multikultural

terdapat di Pulau Jawa dan Bali dan daerah pertanian ladang yang

banyak terdapat di luar Pulau Jawa.

Integrasi suku bangsa dalam kesatuan nasional menjadi

bangsa Indonesia dalam wilayah Negara Kesatuan Republik

Indonesia (NKRI) paling tidak dipacu oleh empat peristiwa penting

berikut :

(1) Kerajaan Sriwijaya (abad VII) dan Majapahit (abad XIII) telah

mempersatukan suku bangsa Indonesia dalam kesatuan politis,

ekonomi, dan sosial.

(2) Kekuasaan kolonial Belanda selama hampir tiga setengah abad

telah menyatukan suku bangsa di Indonesia yang

dilatarbelakangi oleh persamaan nasib dan cita-cita untuk

memperoleh kemerdekaan.

(3) Selama periode pergerakan nasional, para pemuda Indonesia

telah menolak menonjolkan isu Kesukubangsaan dan

melahirkan Sumpah Pemuda pada Tahun 1928. Bahkan, bahasa

milik suku minoritas Melayu Riau telah ditetapkan sebagai

bahasa nasional (bukan bahasa mayoritas Jawa).

25

Page 30: Klp. Sos. Dlm Masy. Multikultural

(4) Proklamasi Kemerdekaan RI pada tanggal 17 Agustus 1945

mendapat dukungan dari semua suku bangsa di Indonesia yang

mengalami nasib yang sama di bawah penjajahan Belanda.

Walaupun integritas secara nasional dan politis telah

terbentuk, tetapi dalam kenyataan di sepanjang sejarahnya bangsa

Indonesia selalu mengalami konflik secara internal. Hal itu menurut

Pierre L Van den Berg karena adanya kenyataan bahwa masyarakat

majemuk Indonesia memiliki beberapa karakteristik sebagai

berikut :

(1) Terjadi segmentasi ke dalam bentuk kelompok yang seringkali

memiliki sub kebudayaan yang berbeda satu dengan yang lain.

(2) Struktur sosial yang terbagi ke dalam lembaga yang bersifat non

komplementer.

(3) Kurang dikembangkan konsensus di antara para anggotanya

terhadap nilai yang bersifat dasar.

(4) Sering terjadi konflik di antara kelompok yang satu dan

kelompok yang lain.

(5) Integrasi sosial tumbuh di atas paksaan dan saling

ketergantungan di dalam bidang ekonomi.

26

Page 31: Klp. Sos. Dlm Masy. Multikultural

(6) Ada dominasi politik oleh suatu kelompok atas kelompok

lainnya. Selain itu, masyarakat majemuk Indonesia juga

mempunyai potensi yang dapat dimanipulasi secara sosial politik

untuk dapat dipecah belah dikarenakan hal-hal berikut :

(a) Masyarakat majemuk menghasilkan batas suku bangsa yang

didasari oleh stereotype dan prasangka yang menghasilkan

penjenjangan sosial secara primodial yang subjektif dan jika

berkembang lebih lanjut dapat menghasilkan stigma (cap

negatif) sosial yang dilakukan oleh suatu suku bangsa yang

ditunjukkan kepada suku bangsa lainnya.

(b) Setiap kelompok suku bangsa menempati sebuah wilayah

tempatnya hidup sebagai hak ulayat. Konsep hak ulayat itu

secara politik dapat berkembang menjadi diskriminasi antara

warga suku bangsa asli setempat dengan warga suku bangsa

pendatang.

(c) Berbagai konflik antar suku bangsa yang terjadi di tanah air

disebabkan oleh permasalahan hubungan antar suku bangsa

asli dengan pendatang. Suku bangsa asli menuntut pengakuan

tentang keunggulan budaya mereka dan memaksakan sistem

adat setempat untuk diikuti oleh suku bangsa pendatang

27

Page 32: Klp. Sos. Dlm Masy. Multikultural

dengan ungkapan “dimana bumi dipijak di situ langit

dijunjung”.

(d) Upaya penyeragaman kebudayaan yang dilakukan oleh

pemerintah Orde Baru melalui penataan pedoman

penghayatan dan pengamalan Pancasila (P-4) sama dengan

upaya mereduksi keanekaragaman kebudayaan di Indonesia.

Kini, upaya yang dilakukan ke arah pembentukan budaya

bangsa (nation building) dan pendidikan kemasyarakatan

(civil education).

C. Aneka Ragam Kebudayaan Sosial dan Kebudayaan di Indonesia

Menurut Soerjono Soekanto, di Indonesia terdapat beraneka ragam

masyarakat dan kebudayaan yang terdiri atas enam tipe, antara lain sebagai

berikut :

1. Tipe Masyarakat Pertama

Tipe masyarakat ini berdasarkan sistem berkebun yang amat

sederhana, dengan keladi dan ubi jalar sebagai tanaman pokoknya

dalam kombinasi dengan berburu dan meramu; penanaman padi tidak

dibiasakan; sistem dasar kemasyarakatannya berupa desa terpencil tanpa

direferensiasi dan stratifikasi yang berarti. Gelombang pengaruh

28

Page 33: Klp. Sos. Dlm Masy. Multikultural

kebudayaan tidak dialami pada masa menanam padi, kebudayaan

perunguu, kebudayaan Hindu, dan agama Islam. Isolasi, dibuka oleh

Zending atau Missie. Contohnya masyarakat di wilayah pegunungan di

luar jawa.

2. Tipe Masyarakat Kedua

Tipe masyarakat ini berada di daerah pedesaan berdasarkan

bercocok tanam di ladang atau di sawah dengan padi sebagai tanaman

pokok. Sistem dasar kemasyarakatannya berupa komunitas petani

dengan adanya diferensiasi dan stratifikasi sosial. Masyarakat kota yang

menjadi arah orientasinya, mewujudkan peradaban kepegawaian yang

dibawa oleh sistem pemerintah kolonial beserta Zending dan Missie,

atau pemerintah Republik Indonesia yang merdeka. Gelombang

pengaruh tidak dialami pada kebudayaan Hindu dan Islam.

3. Tipe Masyarakat Ketiga

Tipe masyarakat pedesaan ini berdasarkan bercocok tanam di

ladang atau di sawah dengan padi sebagai tanaman pokoknya. Sistem

dasar kemasyarakatannya berupa desa komunitas petani dengan

diferensiasi dan stratifikasi sosial yang sedang. Masyarakat kota yang

menjadi arah orientasinya mewujudkan peradaban bekas kerajaan

29

Page 34: Klp. Sos. Dlm Masy. Multikultural

berdagang dengan pengaruh yang kuat dari Islam bercampur dengan

peradaban kepegawaian yang dibawa pemerintahan kolonial.

Gelombang pengaruh kebudayaan Hindu tidak dialami atau hanya

sedemikian kecilnya sehingga terhapus oleh pengaruh Islam.

Contohnya, masyarakat Minangkabau, Makassar, dan Aceh.

4. Tipe Masyarakat Keempat

Tipe masyarakat pedesaan ini berdasarkan bercocok tanam di

sawah dengan padi sebagai tanaman pokoknya. Sistem dasar

kemasyarakatannya berupa komunitas petani dengan diferensiasi dan

stratifikasi sosial yang agak kompleks. Masyarakat kota yang menjadi

arah orientasinya mewujudkan peradaban bekas kerajaan pertanian

dengan peradaban kepegawaian yang dibawa oleh sistem pemerintahan

kolonial. Semua gelombang pengaruh kebudayaan asing dialami.

Contohnya, kebudayaan Bali, gelombang pengaruh Islam hanya

setengah abad terakhir ini.

5. Tipe Masyarakat Kelima

Tipe masyarakat ini berada di daerah pertokoan yang memiliki

ciri-ciri pusat pemerintahan dengan sektor perdagangan dan industri

yang lemah. Contohnya, sebagian kota kabupaten di luar Jawa.

30

Page 35: Klp. Sos. Dlm Masy. Multikultural

6. Tipe Masyarakat Keenam

Tipe ini merupakan masyarakat metropolitan yang mulai

mengembangkan sektor perdagangan dan industri yang agak berat,

namun masih didominasi aktivitas kehidupan pemerintah dengan sektor

kepegawaian yang luas dan kesibukan politik di tingkat daerah maupun

nasional. Contohnya, di DKI Jakarta, Bandung dan Semarang.

D. Dinamika Kelompok Sosial dalam Masyarakat Majemuk

Berubahnya struktur kelompok sosial dapat terjadi karena sebab-

sebab dari luar, yaitu sebagai berikut :

1. Perubahan yang disebabkan oleh suatu situasi tertentu

Situasi yang dimaksudkan adalah keadaan tempat kelompok itu hidup.

Perubahan pada situasi yang bersangkutan dapat pula mengubah

struktur kelompok sosial tadi. Ancaman dari luar, misalnya, seringkali

merupakan faktor yang mendorong terjadinya perubahan struktur

kelompok sosial. Situasi yang membahayakan yang berasal dari luar

memperkuat rasa persatuan dan mengurangi keinginan untuk

mementingkan diri sendiri dari anggota kelompok sosial yang

bersangkutan.

31

Page 36: Klp. Sos. Dlm Masy. Multikultural

2. Karena pergantian anggota kelompok

Pergantian anggota suatu kelompok sosial tidak selalu membawa

perubahan struktur kelompok tersebut, misalnya personalia pasukan.

Angkatan bersenjata ada yang sering mengalami pergantian yang tidak

selalu mengakibatkan perubahan strukturnya secara keseluruhan.

Namun ada pula kelompok sosial yang mengalami kegoncangan apabila

ditinggalkan salah seorang anggotanya, apalagi kalau ia mempunyai

kedudukan penting, misalnya dalam suatu keluarga.

3. Perubahan yang terjadi dalam situasi sosial dan ekonomi

Dalam keadaan depresi, misalnya, suatu keluarga akan bersatu untuk

menghadapinya walaupun anggota keluarga tersebut mempunyai agama

maupun pandangan politik yang berbeda satu dengan lainnya.

Pada dinamika kelompok mungkin terjadi antagonisme antar

kelompok. Apabila terjadi peristiwa tersebut, secara hipotetis prosesnya

adalah sebagai berikut :

1. Bila dua kelompok bersaing, timbul strereotipe

2. Kontak antara kedua kelompok yang bermusuhan tidak akan

mengurangi sikap bermusuhan.

3. Tujuan yang harus dicapai dengan kerjasama akan dapat

menetralisasikan sikap bermusuhan.

32

Page 37: Klp. Sos. Dlm Masy. Multikultural

4. Di dalam kerjasama mencapai tujuan, stereotype yang semula negatif

menjadi positif.

Masalah dinamika kelompok juga menyangkut gerak atau perilaku

kolektif. Gejala tersebut merupakan cara berpikir, merasa dan bereaksi serta

tidak berstruktur. Sebab-sebab kolektif menjadi agresif antara lain :

1. Frustasi selama jangka waktu yang lama

2. Tersinggung

3. Dirugikan

4. Ada ancaman dari luar

5. Diperlakukan tidak adil dan

6. Terkena pada bidang kehidupan yang sangat sensitif.

Di sisi lain, di tengah terjadinya berbagai kemelut konflik, banyak

orang yang kemudian menginginkan terjadinya integrasi dalam masyarakat.

Ada dua dimensi utama dalam konsep integrasi, yaitu sebagai berikut :

1. Integrasi vertikal atau sering disebut integrasi politik yang meliputi

masalah yang timbul dalam hubungan negara dan masyarakat.

2. Integrasi horizontal lebih bersifat kultural yang meliputi kesatuan ikatan

kelompok sosial kultural dan masyarakat yang heterogen atau

multikultural.

33

Page 38: Klp. Sos. Dlm Masy. Multikultural

Sementara itu, Myron Weiner tidak setuju pada pembedaan secara

tajam antara integrasi vertikal dan horizontal saja. Ia justru memandang

penting semua aspek integrasi yang meliputi lima persoalan sekaligus, yaitu

sebagai berikut :

a. Integrasi bangsa

b. Integrasi wilayah

c. Integrasi elite massa

d. Integrasi nilai dan

e. Perilaku integratif

34

Page 39: Klp. Sos. Dlm Masy. Multikultural

PERKEMBANGAN KELOMPOK SOSIAL

DALAM MASYARAKAT MULTIKULTURAL

PERKEMBANGAN KELOMPOK SOSIAL

DALAM MASYARAKAT

MULTIKULTURAL

Proses Dinamika Kelompok

Pengaruh Perkembangan

Kelompok Sosial dalam Masyarakat

Multikultural

Kelompok Mayoritas dan Minoritas.

Rasisme dan Rasialisme.

EtnosentrismeSeksismeAgeisme

Dimensi SejarahDimensi DemografiDimensi Hubungan

Antar Kelompok.Pola Hubungan antar

Kelompok.

Pem

baha

san

Terd

iri a

tas

Terd

iri a

tas

Terjadinya Dinamika Kelompok

Dimensi Hubungan Antar

Kelompok

Analisa Perkembangan

Kelompok Sosial

35

Page 40: Klp. Sos. Dlm Masy. Multikultural

A. Terjadinya Dinamika Kelompok

Kelompok sosial adalah suatu kategori yang sifatnya horizontal.

Kelompok sosial bukan merupakan suatu yang statis. Setiap kelompok

sosial pasti mengalami perkembangan serta perubahan. Beberapa kelompok

sosial mempunyai perkembangan yang stabil atau relatif statistik

dibandingkan dengan kelompok yang lain atau sebaliknya. Mengkaji

perkembangan kelompok berarti melihat perubahan struktur sosial yang

terjadi di dalam kelompok dan dalam skala sistem sosial (makro). Dalam

perkembangan yang besar dan cepat, struktur kelompok atau struktur sosial

yang terjadi di dalam kelompok dan dalam skala sistem sosial (makro).

Dalam perkembangan yang besar dan cepat, struktur kelompok atau

struktur sosial dapat mengalami perubahan yang mencolok.

Penyebab perubahan struktur sosial dari luar, yaitu pertama adalah

karena perubahan situasi. Situasi yang dimaksud adalah keadaan kelompok

yang hidup atau yang dikenal dengan lingkungan. Perubahan situasi itu

dapat mengubah struktur melalui ancaman dari luar, atau berubahnya

sistem ekonomi dalam skala global, yaitu adanya kebijakan yang

dikeluarkan oleh pemerintah setempat.

Kedua, karena pergantian anggota kelompok. Pergantian anggota

kelompok tidak selalu menimbulkan perubahan struktur, seperti pergantian

36

Page 41: Klp. Sos. Dlm Masy. Multikultural

anggota dalam sebuah kesatuan tempur atau pasukan. Namun, ada pula

kelompok sosial yang mengalami kegoncangan apabila ditinggalkan salah

seorang anggotanya dan biasanya, anggota itu yang menduduki posisi yang

penting itu diganti atau hilang. Misalnya, pergantian pemimpin negara atau

meninggalnya kepala keluarga.

B. Proses Dinamika Kelompok

Kontak antara kelompok merupakan kegiatan yang berlangsung

seumur hidup. Namun, ada juga kelompok tertentu yang sengaja menutup

diri dan tidak melakukan kontak dengan kelompok lain. Biasanya

masyarakat yang menutup diri cenderung memiliki perkembangan yang

lambat dan hidup dengan cara yang bersahaja (sederhana atau tradisional).

Dapat disimpulkan bahwa pergaulan atau hubungan dengan orang lain atau

kelompok lain merupakan kebutuhan alami manusia. Artinya, pergaulan

atau kontak diperlukan untuk pertumbuhan manusia itu sendiri. Jika

kebutuhan akan pergaulan tidak terpenuhi akan menimbulkan

kecenderungan negatif pada manusia seperti keterbelakangan mental,

timbulnya sikap asosiasi, kurang menyukai tantangan, dan terlalu mencintai

dirinya atau kelompoknya (cauvinis).

37

Page 42: Klp. Sos. Dlm Masy. Multikultural

Berikut ini akan diuraikan beberapa paham atau aliran pemikiran

yang membenarkan adanya hubungan yang tidak sederajat, antara sebagai

berikut :

1. Kelompok Mayoritas dan Minoritas

Salah satu bentuk hubungan yang banyak disorot dalam kajian

hubungan antar kelompok adalah hubungan mayoritas minoritas.

Konsep hubungan mayoritas minoritas didefinisikan secara berbeda

oleh beberapa ahli. Konloch mendefinisikan bahwa mayoritas sebagai

kelompok kekuasaan. Kelompok tersebut menganggap dirinya normal,

sedangkan kelompok lain (kelompok minoritas) dianggap tidak normal

serta lebih rendah karena dinilai mempunyai ciri tertentu. Atas dasar

anggapan tersebut, kelompok lain itu mengalami eksplorasi dan

diskriminasi. Ciri tertentu yang dimaksud ialah ciri fisik, ekonomi,

budaya, dan perilaku.

2. Rasisme dan Rasialisme

Sanderson mendefinisikan ras sebagai kelompok atau kategori

orang yang mengidentifikasikan diri mereka sendiri dan

diidentifikasikan orang lain sebagai perbedaan sosial yang ditandai ciri

fisik atau biologis. Rasisme merupakan ideologi yang didasarkan pada

38

Page 43: Klp. Sos. Dlm Masy. Multikultural

keyakinan bahwa ciri tertentu yang dibawa sejak lahir menandakan

bahwa pemilik ciri itu lebih rendah sehingga mereka didiskriminasi.

Realisme tidak berbicara mengenai ideologi tetapi mengenai

praktik diskriminasi terhadap kelompok lain. Praktik berupa penolakan

menjual atau menyewakan rumah atau kamar kepada anggota kelompok

ras atau etnis tertentu, tidak mau menikah dengan orang yang berbeda

ras, dan hanya mau bekerja atau memperkerjakan karyawan dari etnis

tertentu merupakan contoh praktik rasialis.

3. Etnosentrisme

Berbeda dengan ras yang didasarkan pada persamaan ciri fisik,

konsep kelompok etnis didasarkan pada persamaan kebudayaan.

Kelompok etnis merupakan sejenis komunitas yang menampilkan

persamaan bahasa, adat istiadat, wilayah, sejarah, sikap, dan sistem

politik. Menurut Koentjaraningrat, konsep etnis sama maknanya dengan

konsep suku yang dipakai di Indonesia. Etnosentrisme adalah ideologi

yang meyakini bahwa etnis tertentu mempunyai kelebihan atau

keistimewaan dan memandang rendah etnis yang lain. Etnosentrisme

yang juga kita kenal dengan fanatisme, merupakan sikap menilai

39

Page 44: Klp. Sos. Dlm Masy. Multikultural

kebudayaan masyarakat lain dengan menggunakan ukuran yang berlaku

di masyarakatnya.

4. Seksisme

Di samping kedua ideologi tersebut, ada juga ideologi yang

berusaha membenarkan diskriminasi terhadap kelompok lain atas dasar

anggapan bahwa perbedaan jenis kelamin berhubungan dengan

ketidaksamaan status. Penganut ideologi ini percaya bahwa dalam hal

kecerdasan dan kekuatan, fisik laki-laki melebihi perempuan dan

perempuan lebih emosional daripada laki-laki. Atas dasar ideologi itu

dilakukan diskriminasi terhadap perempuan. Kita sering mendapati di

dalam kehidupan sehari-hari bahwa anak laki-laki mendapat prioritas

pendidikan formal daripada perempuan, perempuan lebih sulit

menduduki posisi tertentu dalam pekerjaan, jabatan publik, dan politik

serta perempuan sering mendapat perlakuan yang tidak baik dalam

pekerjaan maupun dalam rumah tangga.

5. Ageisme

Satu lagi ideologi yang dikaitkan dengan ciri yang dibawa sejak

lahir ialah ideologi bahwa orang pada usia tertentu layak

didiskriminasikan karena mereka kurang mampu dibandingkan dengan

40

Page 45: Klp. Sos. Dlm Masy. Multikultural

orang dalam kelompok usia lain. Diskriminasi itu dapat terjadi di dalam

pekerjaan, pendapatan, pengambilan keputusan, dan bidang lainnya.

Dalam hal itu, orang tua dan anak-anak akan memperoleh penghasilan

yang berbeda dibandingkan dengan kelompok usia dewasa.

C. Dimensi Hubungan Antar kelompok

Hubungan antar kelompok mempunyai berbagai dimensi. Kinloch

(dalam Sunarto, 2000:146) mengemukakan bahwa faktor yang

mempengaruhi hubungan kelompok menjadi tidak sederajat dapat dikaji

dengan mengemukakan enam dimensi yang berlainan, yaitu dimensi

sejarah, demografi, sikap, institusi, gerakan sosial, dan hubungan

antarkelompok. Berikut ini kita hanya akan membahas tuga dimensi, yaitu

dimensi sejarah, dimensi demografi, dan dimensi hubungan antarkelompok.

1. Dimensi Sejarah

Kajian dari dimensi sejarah diarahkan pada masalah tumbuh dan

berkembangnya hubungan antar kelompok. Misalnya, kapan dan

dimana kotak pertama bangsa Indonesia dengan bangsa kulit putih serta

bagaimana kontak tersebut, kemudian berkembang menjadi hubungan

dominasi yang pada akhirnya menyebabkan terjadinya penjajahan.

Masalah yang terus menyita perhatian setelah Perang Dunia II sampai

41

Page 46: Klp. Sos. Dlm Masy. Multikultural

sekarang adalah hubungan antara negara Israel (bangsa Yunani) dan

negara, khususnya negara Palestina. Untuk memahami permasalahan

ini, kita dapat mengkaji dari dimensi sejarah bangsa Yahudi yang telah

ada lebih kurang 3.000 tahun yang lalu.

2. Dimensi Demografi

Dimensi demografi melihat hubungan pengelompokan

masyarakat berdasarkan perkembangan penduduk yang disebabkan oleh

kelahiran, kematian, dan keimigrasian. Ketiga variabel tersebut ikut

menentukan dinamika kelompok.

3. Dimensi Hubungan Antar Kelompok

Hubungan antar kelompok sebagai suatu hal yang wajar dapat

terjadi secara alami dan dengan desain. Dari sisi tujuan, hubungan antar

kelompok terjadi dengan tujuan kerjasama, persaingan, dan konflik.

Dari hasil hubungan tersebut para ilmuwan sosial mengidentifikasi

berbagai pola hubungan. Banton mengemukakan bahwa kontak di

antara dua kelompok ras dapat diikuti proses akulturasi, dominasi,

peternalisme, pluralisme atau integrasi.

4. Pola Hubungan Antar Kelompok

J.S. Furnivall, Noel mengidentifikasi beberapa pola hubungan

antar kelompok sebagai berikut :

42

Page 47: Klp. Sos. Dlm Masy. Multikultural

a. Akulturasi

Pola hubungan itu terjadi manakala kedua kelompok yang

bertemu mulai berbaur dan berpadu.

b. Dominasi

Dominasi, terjadi jika suatu kelompok menguasai kelompok

lain. Hubungan dominasi dapat kita jumpai dalam hubungan antar

ras, antar kelompok etnis, laki-laki mendominasi perempuan, orang

kaya mendominasi orang miskin.

c. Paternalisme

Peternalisme merupakan bentuk dominasi kelompok ras

pendatang atas kelompok ras pribumi. Banton mengemukakan

bahwa pola itu muncul saat kelompok pendatang secara politik lebih

kuat dengan mendirikan koloni di daerah jajahan. Dalam hal itu,

Banton membedakan tiga macam masyarakat, yaitu masyarakat

pribumi yang dijajah. Dalam pola itu penduduk pribumi tetap berada

di bawah kekuasaan penguasa pribumi, tetapi penguasa pribumi

mengakui kedaulatan penguasa asing atas wilayah mereka.

d. Integrasi

Menurut Banton integrasi merupakan suatu pola hubungan

yang mengakui adanya perbedaan ras dalam masyarakat, tetapi tidak

43

Page 48: Klp. Sos. Dlm Masy. Multikultural

memberikan makna penting pada perbedaan ras tersebut. Hak dan

kewajiban yang terkait dengan ras seseorang hanya terbatas pada

bidang tertentu dan tidak ada sangkut pautnya dengan bidang

pekerjaan atau status yang diraih dengan usaha. Misalnya, dua orang

karyawan dari suku yang berbeda tetap mendapatkan bagian

pekerjaan yang sama.

e. Pluralisme

Pluralisme merupakan pola hubungan yang mengenal

pengakuan persamaan hak politik dan hak perdata semua warga

masyarakat, tetapi memberikan arti penting lebih besar pada

kemajemukan kelompok ras lebih besar.

D. Analisa Perkembangan Kelompok Sosial

Hubungan yang terjadi dalam masyarakat yang multietnis, seperti

Indonesia, akan diikuti oleh proses akulturasi, dominasi, peternalisme,

pluralisme, atau integrasi. Namun, dalam masyarakat yang kompleks setiap

individu memiliki tidak hanya satu peran, melainkan beberapa peran

sekaligus.

Dalam teori fungsional, struktural masyarakat kompleks atau

masyarakat modern dapat diciptakan dengan diferensiasi struktural atau

44

Page 49: Klp. Sos. Dlm Masy. Multikultural

lebih sederhananya dengan pembagian kerja yang spesifik. Pembagian

kerja akan menciptakan saling ketergantungan antar sesama dan akan

menjadi perekat masyarakat.

E. Pengaruh Perkembangan Kelompok Sosial dalam Masyarakat

Multikultural

Van de Berghe membagi karakteristik masyarakat majemuk sebagai

berikut :

1. Terjadi segmentasi ke dalam kelompok yang mempunyai kebudayaan,

tepatnya subkebudayaan yang berbeda-beda satu sama lain.

2. Struktur sosial terbagi ke dalam lembaga yang bersifat non

komplementer

3. Diantara para anggota masyarakat kurang mengembangkan konsensus

mengenai nilai-nilai sosial yang bersifat dasar.

4. Secara relatif sering terjadi konflik antar kelompok

5. Secara relatif, integrasi sosial tumbuh di atas paksaan (coercion) dan

ketergantungan ekonomi.

6. Ada dominasi politik oleh suatu kelompok terhadap kelompok yang

lain.

45

Page 50: Klp. Sos. Dlm Masy. Multikultural

KERAGAMAN KELOMPOK SOSIAL DALAM

MASYARAKAT MULTIKULTURAL

KERAGAMAN KELOMPOK SOSIAL

DALAM MASYARAKAT

MULTIKULTURAL

Identifikasi Keragaman

Kelompok sosial dalam Masyarakat

Multikultural

Berbagai Alternatif Pemecahan Masalah

Sikap Kritis terhadap Hubungan

Keragaman dan Perubahan Budaya

Pem

baha

san

46

Page 51: Klp. Sos. Dlm Masy. Multikultural

A. Identifikasi Keragaman Kelompok Sosial dalam Masyarakat

Multikultural

Keragaman kelompok sosial di dalam masyarakat multikultural

tanpa kita sadari sebenarnya sudah ada di sekitar lingkungan kita, mulai

dari keragaman adat istiadat, suku bangsa, pola perilaku, keyakinan, tata

cara berpakaian, tata pergaulan, dan sebagainya. Namun, keragaman

tersebut seringkali menimbulkan ketegangan dari mulai yang terkecil

hingga konflik massa. Sikap kritis dalam menyikapi masyarakat yang

beragam adalah memahami keragaman itu sebagai kekuatan integrasi

masyarakat dan bagaimana upaya dapat dilakukan untuk menerapkan sikap

toleran secara arif dan bijaksana dalam kehidupan.

Pembahasan mengenai identifikasi hubungan antar identitas suku

bangsa dan nasional telah dilakukan secara ilmiah. Pendekatan lain

berdasarkan gagasan tentang situasi mengenai perjuangan tetap dalam

pikiran individu antara loyalitas etnis dan nasional yang mendominasi

kehidupan pribadi dan bidang kehidupan umum sehingga kedua loyalitas

itu saling melengkapi daripada saling bersaing atau terlibat konflik.

Integrasi masyarakat sangat bergantung pada kematangan politik dan

demokrasi sehingga masalah Kesukubangsaan negara multietnis akan

hilang dengan sendirinya.

47

Page 52: Klp. Sos. Dlm Masy. Multikultural

Keragaman masyarakat yang multietnis tidak terlepas dari faktor

perkembangan sejarah bangsa, letak geografi, distribusi penduduk,

perbedaan bahasa (linguistik), agama, ras, dan suku bangsa.

Beberapa negara multietnis di antaranya adalah Singapura.

Singapura merupakan negara kota multietnis yang tetap stabil sejak

memproklamasikan kemerdekaannya pada tahun 1960-an dengan

memperkuat ideologi nasional, kemajuan ekonomi, dan kemakmuran dalam

kurun waktu kurang dari 25 tahun.

Indonesia dikenal sebagai negara yang multikultural dan memiliki

luas wilayah yang besar dengan sejumlah etnik kultural di dalamnya (suku

bangsa dan etnik linguistik). Kemajemukan masyarakat Indonesia yang

menggambarkan kekayaan budayanya ternyata juga menimbulkan beragam

masalah yang harus dihadapi oleh masyarakat Indonesia.

Berdasarkan penelitian Van Vollenhoven, Kepulauan Nusantara

memiliki 19 lingkungan adat dan menurut Ter Haar terdapat 24 lingkungan

adat. Kemajemukan masyarakat Indonesia pun dapat dilihat dari keragaman

suku bangsa dan bahasa. Menurut Muliono (1987 : 107), bahasa daerah di

Indonesia tercatat 577 bahasa yang tersebar di seluruh Indonesia.

Menurut Nasikun, timbulnya permasalahan akibat keragaman

masyarakat di Indonesia disebabkan adanya perbedaan lingkungan ekologis

48

Page 53: Klp. Sos. Dlm Masy. Multikultural

antara Jawa dan luar Jawa yang menimbulkan kontradiktif dalam tiga

bidang, yaitu sebagai berikut :

1. Kependudukan

Kesuburan tanah dan pemusatan pemerintahan atau birokrasi

mendorong pemusatan prasarana sosial, ekonomi dan budaya, seperti

sekolah, jalan raya, dan rumah sakit jiwa. Akibatnya, di Pulau Jawa dan

Madura yang hanya memiliki luas 7 persen dari seluruh wilayah

Indonesia dipadati penduduk yang meliputi 65-70 persen dari jumlah

penduduk Indonesia.

2. Ekonomi

Jumlah penduduk yang padat membuat kepemilikan tanah

sedemikian sempit sehingga setiap petani di Pulau Jawa rata-rata hanya

memiliki tanah kurang dari setengah hektar. Luas tanah tersebut sulit

memenuhi kebutuhan yang paling dasar. Akibatnya, kebanyakan petani

di Pulau Jawa hanya mampu mengolah tanahnya untuk memenuhi

kebutuhan sendiri. Sementara itu, petani di luar Pulau Jawa mampu

memasarkan produksi pertaniannya. Akan tetapi, untuk barang

konsumsi lainnya, daerah di luar Pulau Jawa sangat bergantung pada

Pula Jawa karena di Pulau Jawa terdapat banyak industri yang

memproduksi kebutuhan masyarakat.

49

Page 54: Klp. Sos. Dlm Masy. Multikultural

3. Sosial Budaya

Kesuburan tanah dan sistem pertanian yang intesif di Pulau Jawa

telah menjadi landasan bagi pentingnya peranan daerah itu pada masa

silam. Sistem pertanian seperti itu membutuhkan kerja sama

memelihara sistem irigasi menjadi unit kemasyarakatan yang lebih besar

untuk mengintegrasikan berbagai desa. Di Pulau Jawa berkembang

kerajaan yang didukung sejumlah besar desa sebagai pembayar pajak,

sementara kerajaan memberikan pelayanan birokrasi dan perlindungan

pada masyarakat.

Kerajaan, raja, dan para bangsawan yang ada merupakan pusat

pemerintahan dan kebudayaan. Dalam sejarahnya, pengaruh buddhisme

dan hinduisme membuat sistem aristokrasi menjadi semakin kuat

dengan konsep kerajaan yang bersifat suci dan mengandung magis

sebagai landasannya. Sebagai akibat dari terdesaknya pengaruh

perdagangan laut oleh masuknya orang kulit putih di perairan Indonesia,

sejak abad ke-17 M kebudayaan Jawa berpaling dari dunia luar ke dunia

dalam dengan mempertinggi dan memperluas kehidupan kraton. Tata

kemasyarakatan semakin mendasarkan diri atas kekuasaan di daratan

agraris.

50

Page 55: Klp. Sos. Dlm Masy. Multikultural

Berbeda sekali dengan pola perkembangan tersebut, sistem

pertanian ladang di luar Pulau Jawa telah mendorong tumbuhnya suatu

tatanan atau sistem kemasyarakatan yang mendasarkan diri atas

kekuasaan di lautan. Kekuasaan itu diusahakan melalui keunggulan di

dalam perdagangan laut internasional.

B. Berbagai Alternatif Pemecahan Masalah

Masyarakat multikultural tidak terlepas dari permasalahan yang

disebabkan kondisi yang dihadapi masyarakat heterogen dan perubahan

kebudayaannya. Permasalahan tersebut memerlukan alternatif pemecahan.

Hal penting untuk dapat mempertahankan keberadaan masyarakat

multikultural dan multietnis adalah adanya konsensus bersama.

Menurut William Liddle, konsensus nasional diperlukan untuk

membentuk integrasi nasional yang tangguh. Integrasi nasional hanya dapat

berkembang apabila :

1. Sebagian besar anggota suatu masyarakat sepakat tentang batas teritorial

dari negara sebagai suatu kehidupan politik. Syarat itu merupakan

kesadaran dari sejumlah orang bahwa mereka sama-sama merupakan

warga dari suatu bangsa. Suatu kesadaran nasional membedakan apakah

seseorang termasuk sebagai warga dari suatu bangsa atau tidak.

51

Page 56: Klp. Sos. Dlm Masy. Multikultural

2. Sebagian besar anggota masyarakat sepakat mengenai struktur

pemerintahan dan aturan serta proses politik dan sosial yang berlaku

bagi seluruh masyarakat di seluruh wilayah negara. Syarat itu

merupakan konsensus nasional mengenai bagaimana suatu kehidupan

bersama sebagai bangsa harus diwujudkan dan diselenggarakan.

Konsensus nasional mengenai bagaimana kehidupan bangsa

Indonesia harus diselenggarakan dapat ditemukan dalam Pancasila. Karena

Pancasila merupakan perwujudan dari nasionalisme atau jika diperinci

Pancasila merupakan :

1. Pernyataan anti kolonialisme

2. Pernyataan bersama dari berbagai komponen masyarakat Indonesia

untuk menumbuhkan toleransi dan akomodasi timbal balik yang

bersumber pada pengakuan akan kebhinnekaan masyarakat Indonesia.

3. Perumusan tekad bersama bangsa Indonesia untuk menyelenggarakan

kehidupan bersama bangsa Indonesia di atas dasar cita-cita Ketuhanan

Yang Maha Esa, Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, Persatuan

Indonesia, Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan

Dalam Permusyawaratan / Perwakilan, dan Keadilan Sosial Bagi

Seluruh Rakyat Indonesia.

52

Page 57: Klp. Sos. Dlm Masy. Multikultural

Prinsip Pancasila tersebut kemudian dijabarkan dalam bentuk norma

hukum berupa Undang-Undang Dasar 1945 dan berbagai peraturan

perundang-undangan. Pancasila telah menjadi faktor yang

mengintegrasikan masyarakat Indonesia.

Namun, karena Indonesia belum terlalu lama berdiri sebagai satu

kesatuan, Pancasila belum mampu sepenuhnya mempengaruhi perilaku dari

seluruh warga Indonesia untuk bertingkah laku sesuai Pancasila dalam

kehidupan sehari-hari sehingga masih sering ditemukan adanya konflik

dalam masyarakat.

Untuk mengarungi konflik diperlukan adanya coercion dalam proses

integrasi Indonesia, yaitu mekanisme perwasitan untuk menyelesaikan

permasalahan yang ada. Coercion juga dapat berupa governmental

sanction, yaitu suatu tindakan yang diambil oleh penguasa untuk

menetralisir, menindak, atau meniadakan suatu ancaman terhadap

keamanan pemerintah, rezim yang berkuasa, atau negara. Governmental

sanction dapat berupa hal berikut :

a. Penyensoran, yang meliputi tindakan pemerintah untuk membatasi,

mengekang, atau mengancam media massa, seperti surat kabar, majalah,

buku, radio, dan televisi.

53

Page 58: Klp. Sos. Dlm Masy. Multikultural

b. Pembatasan partisipasi, yang meliputi tindakan khusus terhadap

perseorangan, partai politik, atau organisasi politik lain, yang dianggap

melakukan kegiatan yang mengancam keamanan negara.

c. Pengawasan, yang meliputi tindakan pemerintah tempat seorang atau

sejumlah orang ditahan dengan tuduhan kegiatan mata-mata, sabotase

atau campur tangan di dalam masalah politik dalam negeri yang

mengancam keamanan negara.

C. Sikap Kritis terhadap Hubungan Keragaman dan Perubahan Budaya

Sebagai bagian dari masyarakat multikultural, setiap individu dan

kelompok sosial tentu seringkali dihadapkan pada berbagai permasalahan.

Hal itu berkaitan dengan perubahan dan keragaman unsur budaya dan etnik

kultural sehingga dampak yang muncul dapat berupa konflik atau

disintegrasi sosial di masyarakat multikultura.

Konflik yang dijumpai setelah kemerdekaan Indonesia harus

disadari bukanlah sebagai konflik di antara golongan yang bersifat

eksklusif seperti pada masa penjajahan Belanda, melainkan di antara

golongan yang bersifat silang menyilang.

Konflik agama, ras, dan etnis di suatu wilayah perlu disikapi secara

bijak dan kejernihan berpikir dalam menentukan alternatif pemecahan

54

Page 59: Klp. Sos. Dlm Masy. Multikultural

masalahnya. Upaya membangun masyarakat multikultural hanya mungkin

dapat terwujud apabila :

1. Konsep multikulturalisme menyebar luas dan dipahami secara utuh oleh

masyarakat, serta adanya keinginan masyarakat yang multikultural

untuk mengadopsi dan menjadi pedoman hidupnya.

2. Kesamaan pemahaman di antara para ahli mengenai makna

multikulturalisme dan bangunan konsep yang mendukungnya.

3. Pengembangan upaya yang dapat dilakukan untuk mewujudkan cita-

cita.

55

Page 60: Klp. Sos. Dlm Masy. Multikultural

DAFTAR PUSTAKA

Buku IPS Sosiologi Kelas 2 SMA. Penerbit : Bumi Karsa

56