Klp 4_ PSP 6 & 7
-
Upload
tin-atin-supreh -
Category
Documents
-
view
25 -
download
0
description
Transcript of Klp 4_ PSP 6 & 7
1
BAB IPENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Audit pada sektor pemerintah berbeda dengan audit yang dilakukan pada sektor
swasta. Perbedaan tersebut disebabkan oleh adanya perbedaan latar belakang institusional
dan hukum, dimana audit sektor pemerintah mempunyai prosedur dan tanggungjawab
yang berbeda serta peran yang lebih luas dibanding audit sektor swasta. Menurut Undang-
Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab
Keuangan Negara, audit dalam sektor pemerintah (publik) terdiri dari tiga jenis yaitu audit
keuangan, audit kinerja dan audit dengan tujuan tertentu. Pada Undang-Undang tersebut
dinyatakan bahwa pemeriksaan dengan tujuan tertentu adalah pemeriksaan yang dilakukan
dengan tujuan khusus, di luar pemeriksaan keuangan dan pemeriksaan kinerja. Termasuk
dalam pemeriksaan tujuan tertentu ini adalah pemeriksaan atas hal-hal yang berkaitan
dengan keuangan dan pemeriksaan investigatif.
Berdasarkan Peraturan BPK Nomor 1 Tahun 2007, audit dengan tujuan tertentu
dapat bersifat: eksaminasi (examination), reviu (review), atau prosedur yang disepakati
(agreed-upon procedures). Eksaminasi ialah pengujian yang memadai untuk menyatakan
simpulan dengan tingkat keyakinan positif bahwa suatu pokok masalah telah sesuai atau
telah disajikan secara wajar dalam semua hal yang material sesuai dengan kriteria. Reviu
yang dimaksud sebelumnya, ialah pengujian yang memadai untuk menyatakan simpulan
dengan tingkat keyakinan negatif bahwa tidak ada informasi yang diperoleh pemeriksa dari
pekerjaan yang dilaksanakan, menunjukkan bahwa pokok masalah tidak sesuai dengan
kriteria dalam semua hal yang material. Adapun prosedur adalah pengujian yang memadai
untuk menyatakan simpulan atas hasil pelaksanaan prosedur tertentu yang disepakati
dengan pemberi tugas terhadap pokok masalah. Untuk menentukan sifat pemeriksaan
1
dengan tujuan tertentu dalam pemeriksaan dapat dilakukan melalui pertimbangan prosedur
yang akan dijalankan dan tingkat keyakinan yang diinginkan oleh pengguna. Apabila
prosedur pemeriksaan yang akan dijalankan telah disepakati dengan pemakai tertentu,
pemeriksa harus melakukan pemeriksaan dengan tujuan tertentu yang bersifat agreed upon
procedures. Apabila tidak, maka pemeriksa dapat melakukan pemeriksaan pemeriksaan
dengan tujuan tertentu yang bersifat eksaminasi atau permeriksaan yang bersifat reviu.
Sebagian besar pemeriksaan yang dijalankan BPK adalah pemeriksaan dengan tujuan
tertentu yang bersifat reviu.
Audit dengan tujuan tertentu meliputi antara lain audit atas hal-hal lain di bidang
keuangan, audit investigatif, dan audit atas sistem pengendalian intern. Apabila auditor
melakukan audit dengan tujuan tertentu berdasarkan permintaan, maka BPK harus
memastikan melalui komunikasi tertulis yang memadai bahwa sifat audit dengan tujuan
tertentu adalah telah sesuai dengan permintaan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian singkat diatas dapat dirumuskan beberapa pokok pembahasan,
yaitu:
1. Apa perbedaan pemeriksaan kinerja, pemeriksaan keuangan dan pemeriksaan dengan
tujuan tertentu?
2. Bagaimana pelaksanaan pemeriksaan dengan tujuan tertentu menurut Pernyataan
Standar Pemeriksaan Nomor 06?
3. Bagaimana standar pelaporan pemeriksaan tujuan tertentu menurut Pernyataan Standar
Pemeriksaan Nomor 07?
4. Bagaimana kedudukan dan peran Pernyataan Standar Pemeriksaan Nomor 06 dan 07
dengan standar profesi?
1
BAB IIPEMBAHASAN
2.1 Pengertian Standar Pemeriksaan Akuntan Publik (SPAP) dan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) Dalam Audit
Standar Pemeriksaan Akuntan Publik (SPAP ) adalah standar profesional yang
diterbitkan Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) yang digunakan oleh akuntan publik
dalam melakukan pemeriksaan atas entitas swasta (diluar keuangan negara), standar ini
merupakan standar profesional yang digunakan untuk memperoleh mutu tertinggi dalam
pemeriksaan sesuai standar profesional yang telah ditetapkan. Adapun Standar
Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) adalah standar profesional yang diterbitkan
Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia yang digunakan oleh akuntan dalam
melakukan pemeriksaan atas entitas pemerintah yang mengelola keuangan negara, standar
ini merupakan standar profesional yang digunakan untuk memperoleh mutu tertinggi
dalam pemeriksaan sesuai standar profesional yang telah ditetapkan.
Dengan demikian kedua standar profesional tersebut digunakan akuntan publik
dalam melakukan pemeriksaan, Apabila mengaudit entitas swasta (non keuangan negara)
maka standar profesional yang digunakan menggunakan standar SPAP, sedangkan apabila
akuntan publik memeriksa entitas pemerintah maka standar yang digunakan dalam
pemeriksaan menggunakan standar profesional SPKN.
1
2.2 Pengertian Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu
Pemeriksaan/audit menurut Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 dapat
dibedakan menjadi :
1. Audit Keuangan
Pemeriksaan keuangan merupakan pemeriksaan atas laporan keuangan. Pemeriksaan
keuangan tersebut bertujuan untuk memberikan keyakinan yang memadai (reasonable
assurance) apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar, dalam semua hal
yang material sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia atau
basis akuntansi komprehensif selain prinsip akuntansi yang berlaku umum di
Indonesia.
2. Audit Kinerja
Pemeriksaan kinerja merupakan pemeriksaan atas pengelolaan keuangan negara yang
terdiri atas pemeriksaan aspek ekonomi dan efisiensi serta pemeriksaan aspek
efektivitas. Pemeriksaan kinerja dilakukan secara obyektif dan sistematik terhadap
berbagai macam bukti, untuk dapat melakukan penilaian secara independen atas
kinerja entitas atau program/kegiatan yang diperiksa.
3. Audit Dengan Tujuan Tertentu
Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu bertujuan untuk memberikan simpulan atas
suatu hal yang diperiksa. Pemeriksaan dengan tujuan tertentu meliputi antara lain
pemeriksaan atas hal-hal lain di bidang keuangan, pemeriksaan investigatif, dan
pemeriksaan atas sistem pengendalian intern.
Pemeriksaan/audit dengan tujuan tertentu dapat dibedakan menjadi :
1. Audit Ketaatan
Audit ketaatan adalah audit yang dilakukan untuk menilai kesesuaian antara
kondisi/pelaksanaan kegiatan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
1
Kriteria yang digunakan dalam audit ketaatan adalah peraturan perundang-
undangan yang berlaku bagi auditi. Perundang-undangan di sini diartikan dalam
arti luas, termasuk ketentuan yang dibuat oleh yang lebih tinggi dan dari luar auditi
asal berlaku bagi auditi dengan berbagai bentuk atau medianya, tertulis maupun
tidak tertulis.
2. Audit Investigatif
Audit investigatif adalah audit yang dilakukan untuk membuktikan apakah suatu
indikasi penyimpangan/kecurangan apakah memang benar terjadi atau tidak terjadi.
Jadi fokus audit investigatif adalah membuktikan apakah benar kecurangan telah
terjadi. Dalam hal dugaan kecurangan terbukti, audit investigatif harus dapat
mengidentifikasi pihak yang harus bertanggung jawab atas
penyimpangan/kecurangan tersebut.
Perbedaan antara audit keuangan, audit kinerja dan audit dengan tujuan tertentu dapat dilihat
pada tabel berikut ini :
Audit Dengan Tujuan Tertentu
Audit KeuanganAudit KinerjaAspekNo
UMUM
Memberikan simpulan atas suatu hal yang diperiksa
Menilai apakah akun-akun disajikan secara wajar
Menilai apakah auditee telah mencapai tujuan atau harapan yang telah ditetapkan
Tujuan1
Bermacam-macam tergantung pada penugasan
Sistem akuntansi dan sistem manajemen
Program dan kegiatan organisasi
Fokus2
Ekonomi, ilmu poitik, sosiologi, dan lain-lain
AkuntansiEkonomi, ilmu poitik, sosiologi, dan lain-lain
Dasar akademik3
BervariasiKurang lebih telah terstandar
Bervariasi antara satu proyek/program/kegiatan dan proyek/ program kegiatan lainnya
Metode4
1
Audit Dengan Tujuan Tertentu
Audit KeuanganAudit KinerjaAspekNo
Terdapat kriteria yang unik untuk masing-masing pemeriksaan
Kriteria yang sama untuk semua kegiatan audit
Terdapat kriteria yang unik untuk masing-masing pemeriksaan
Kriteria penilaian
5
Struktur dan isi laporan bervariasi
Dipublikasikan secara tidak tetap
Bentuk laporan kurang lebih terstandarisasi
Dipublikasikan secara berkala
Struktur dan isi laporan bervariasi
Dipublikasikan secara tidak tetap
Laporan6
STANDAR PELAKSANAAN
SPKN memberlakukan dua pernyataan standar pekerjaan lapangan SPAP IAI dan menetapkan lima standar pelaksanaan tambahan
SPKN memberlakukan tiga pernyataan standar pekerjaan lapangan SPAP IAI dan menetapkan lima standar pelaksanaan tambahan
SPKN menetapkan empat standar pelaksanaan
Pernyataan Standar Pemeriksaan
1
Dilakukan apabila PDTT berupa eksaminasi
Untuk menentukan kedalaman pengujian substantive yang akan dilakukan
Apabila PI berpengaruh signifikan terhadap tujuan audit, PI bisa menjadi salah satu tujuan akhir yang diperiksa dan diberikan rekomendasi.
Pengendalian internal
2
MaterialitasMaterialitasSignifikansiIstilah yang digunakan untuk menunjuk pada materialitas/ signifikansi
3
Pernyataan standar pekerjaan lapangan kedua SPAP-IAI.
Menekankan pada kecukupan bukti
Merupakan dasar bagi simpulan
Pernyataan standar pekerjaan lapangan ketiga SPAP-IAI
Menekankan pada kompetensi bukti
Merupakan dasar untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan
Pernyataan standar pekerjaan lapangan ketiga
Menekankan pada kecukupan, kompetensi, dan relevansi bukti.
Merupakan dasar bagi temuan dan rekomendasi
Bukti audit4
1
Audit Dengan Tujuan Tertentu
Audit KeuanganAudit KinerjaAspekNo
pemeriksa.
Prinsip akuntansi yang berlaku umum (GAAP)
Tidak dijelaskan dalam standar
Spesifik untuk setiap penugasan audit
Bagian dari standar pelaksanaan pertama tentang perencanaan
Tidak dijelaskan dalam standar
Kriteria5
STANDAR PELAPORAN
Di luar standar pelaporan SPAP-IAI laporan memuat:
a. Pernyataan kepatuhan terhadap standar pemeriksaan
b. Pelaporan tentang kelemahan pengendalian internal, kecurangan, penyimpangan, serta ketidakpatutan;
c. Hasil pemeriksaan berupa simpulan
d. Pelaporan tanggapan dari pejabat yang bertanggung jawab
e. Pelaporan Informasi Rahasia
Di luar standar pelaporan SPAP-IAI laporan memuat:
a. Pernyataan kepatuhan terhadap standar pemeriksaan
b. Pelaporan kepatuhan terhadap ketentuan peraturan perundangan
c. Pelaporan tentang pengendalian internal
d. Hasil pemeriksaan berupa opini
e. Pelaporan tanggapan dari pejabat yang bertanggung jawab
f. Pelaporan Informasi Rahasia
Di luar standar pelaporan SPAP-IAI laporan memuat:
a. Pernyataan pemeriksaan dilakukan sesuai standar pemeriksaan
b. Tujuan, lingkup, dan metodologi pemeriksaan
c. Hasil pemeriksaan berupa temuan, simpulan, dan rekomendasi;
d.
Pelaporantanggapan dari pejabat yang bertanggung jawab
Isi laporan1
Tidak diatur dalam pernyataan standar karena tema pemeriksaan yang bervariasi
Tidak diatur dalam pernyataan standar karena tujuannya sudah jelas yaitumemberikan opini atas laporan keuangan
Harus dimuat dalam laporan karena tujuan, lingkup, dan metodologi setiap pemeriksaan belum tentu sama
Tujuan, lingkup, dan metodologi
2
Tidak diatur dalam pernyataan standar
Tidak diatur dalam pernyataan standar
Tepat waktu, lengkap, akurat, objektif, meyakinkan,
Unsur mutu laporan
3
1
Audit Dengan Tujuan Tertentu
Audit KeuanganAudit KinerjaAspekNo
jelas, dan ringkas.
2.3 Standar Pelaksanaan Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu (PSP 06)
Pernyataan Standar Pemeriksaan 06 tentang Standar Pelaksanaan Pemeriksaan
Dengan Tujuan Tertentu merupakan bagian dari Standar Pemeriksaan Keuangan Negara
(SPKN) yang didalamnya menyatakan bahwa untuk pemeriksaan dengan tujuan tertentu,
Standar Pemeriksaan memberlakukan dua pernyataan standar pekerjaan lapangan
perikatan/penugasan atestasi Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) yang ditetapkan
IAI berikut ini:
Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus
disupervisi dengan semestinya.
Bukti yang cukup harus diperoleh untuk memberikan dasar rasional bagi simpulan
yang dinyatakan dalam laporan.
Standar Pemeriksaan menetapkan standar pelaksanaan tambahan Pemeriksaan
Dengan Tujuan Tertentu berikut ini:
1. Komunikasi Pemeriksaan
Pemeriksa harus mengkomunikasikan informasi yang berkaitan dengan sifat,
saat, dan lingkup pengujian serta pelaporan yang direncanakan atas hal yang akan
dilakukan pemeriksaan, kepada manajemen entitas yang diperiksa dan atau pihak yang
meminta pemeriksaan, antara lain kepada:
1. Manajemen entitas yang diperiksa
2. Lembaga/badan yang memiliki fungsi pengawasan terhadap manajemen atau
pemerintah seperti DPR/DPRD, dewan komisaris, komite audit, dewan pengawas.
3. Pihak yang memiliki kewenangan dan tanggung jawab terhadap hal yang diperiksa.
1
2. Pertimbangan Terhadap Hasil Pemeriksaan Sebelumnya
Dengan memahami tindak lanjut atas rekomendasi yang signifikan, pemeriksa
dapat mengevaluasi hal yang diperiksa. Pemeriksa harus menggunakan pertimbangan
profesionalnya dalam menentukan:
1. periode yang harus diperhitungkan,
2. lingkup pekerjaan pemeriksaan yang diperlukan untuk memahami tindak lanjut
temuan signifikan yang mempengaruhi pemeriksaan, dan
3. pengaruhnya terhadap penilaian risiko dan prosedur pemeriksaan dalam
perencanaan pemeriksaan.
3. Pengendalian Intern
Dalam merencanakan suatu Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu dalam bentuk
eksaminasi, pemeriksa harus memperoleh suatu pemahaman atas pengendalian intern
yang berkaitan dengan hal yang diuji yang bersifat keuangan maupun non-keuangan.
Pengendalian intern tersebut terkait dengan:
1. Efektivitas dan efisiensi kegiatan, termasuk penggunaan sumber daya entitas.
2. Tingkat keandalan pelaporan keuangan, termasuk laporan pelaksanaan anggaran
dan laporan lain, baik untuk intern maupun ekstern.
3. Kepatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan.
4. Pengamanan aktiva.
Sistem Pengendalian Intern (SPI) merupakan suatu proses yang terintegrasi pada
tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh
personil dalam organisasi untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya suatu
tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien sehingga dapat dicapainya
suatu pelaporan keuangan yang andal.
1
Untuk mencapai pengelolaan keuangan negara yang efektif, efisien, transparan,
dan akuntabel, menteri/pimpinan lembaga, gubernur, dan bupati/walikota wajib
menyelenggarakan sistem pengendalian intern dalam kegiatan pemerintahan.
Komponen yang membentuk pengendalian intern tersebut meliputi:
Lingkungan pengendalian, menunjukkan kondisi suatu organisasi yang
memengaruhi sikap, kesadaran dan tindakan manajemen terhadap lingkungan
pengendalian intern, antara lain mencakup integritas dan nilai etika, komitmen
terhadap kompetensi, gaya operasi dan filosofi manajemen, struktur organisasi,
tanggung jawab dan wewenang, serta kegiatan pengawasan.
Penaksiran risiko, merupakan suatu hal yang sangat mempengaruhi pencapaian
tujuan dan sasaran entitas, risiko harus dapat dikenali dan dinilai. Untuk dapat
mengenali dan menilai risiko tersebut maka entitas harus terlebih dahulu
menentukan tujuan dan sasaran dalam jangka panjang maupun jangka pendek, baik
yang bersifat umum maupun khusus/spesifik pada unit-unit kerja entitas. Unsur-
unsur penilaian resiko tersebut antara lain:
1. Penetapan Tujuan Organisasi
2. Identifikasi Risiko
3. Analisa Resiko
Aktivitas pengendalian, terdiri dari:
1. Pelaksanaan reviu oleh manajemen pada tingkat atas (top – level reviews)
2. Pembinaan sumber daya manusia
3. Mereviu pengelolaan informasi untuk memastikan tingkat keakuratan dan
kelengkapan informasi
4. Menetapkan dan memantau indikator dan ukuran kinerja
5. Pemisahan tugas dan fungsi
1
6. Mereviu otorisasi kepada personil tertentu dalam melakukan suatu transaksi
7. Pembatasan akses dan akuntabilitas terhadap sumber daya dan catatan-catatan
8. Pendokumentasian
Informasi dan komunikasi, meliputi pengendalian atas informasi yang digunakan
oleh entitas serta saluran komunikasi yang digunakan entitas untuk menyalurkan
informasi yang tersedia.
Pemantauan, meliputi pelaksanaan pemantauan oleh manajemen terhadap
pengendalian intern serta pemantauan hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh satuan
audit internal Pemerintah dalam hal ini Inspektorat.
4. Merancang Pemeriksaan Untuk Mendeteksi Terjadinya Penyimpangan Dari
Ketentuan Peraturan Perundang-undangan; Kecurangan (fraud), Serta
Ketidakpatutan (abuse).
Pemeriksa harus waspada terhadap situasi atau peristiwa yang dapat
mengindikasikan terjadinya ketidakpatutan. Apabila informasi yang diperoleh
pemeriksa (hal ini bisa melalui prosedur pemeriksaan, pengaduan yang diterima
mengenai terjadinya kecurangan atau cara-cara yang lain) mengindikasikan telah terjadi
ketidakpatutan, pemeriksa harus mempertimbangkan apakah ketidakpatutan tersebut
secara signifikan mempengaruhi hasil pemeriksaan. Apabila indikasi terjadinya
ketidakpatutan memang ada dan secara signifikan akan mempengaruhi hasil
pemeriksaan, pemeriksa harus memperluas langkah dan prosedur pemeriksaan, untuk:
1. Menentukan apakah ketidakpatutan memang benar-benar terjadi, dan
2. Apabila memang benar-benar terjadi, pemeriksa harus menentukan pengaruhnya
terhadap hasil pemeriksaan.
Metodologi pemeriksaan yang dilakukan dalam pemeriksaan dengan tujuan
tertentu dilakukan dengan pendekatan-pendekatan sebagai berikut:
1
a. Pendekatan risiko
Metodologi yang diterapkan dalam melakukan pemeriksaan terhadap
pelaksanaan anggaran dilakukan dengan menggunakan pendekatan risiko yang
didasarkan pada pemahaman dan pengujian atas efektivitas SPI. Hasil pemahaman
dan pengujian atas SPI tersebut akan menentukan tingkat keandalan SPI. Penetapan
risiko pemeriksaan (audit risk) simultan dengan tingkat keandalan pengendalian
(risiko pengendalian), tingkat bawaan (inherent risk) entitas yang akan dapat
digunakan sebagai acuan dalam menentukan risiko deteksi (detection risk) yang
diharapkan dan jumlah pengujian yang akan dilakukan serta menentukan fokus
pemeriksaan. Dalam konteks tersebut pengendalian anggaran dengan memperhatikan
tingkat materialitas akan digunakan untuk menentukan jumlah pengujian obyek.
b. Pengujian dalam pemeriksaan
Pemeriksaan terhadap kegiatan pengendalian terbatas dilakukan dengan
pengujian substantif atas transaksi keuangan secara terbatas yang dilakukan dengan
cara uji petik atas bukti transaksi atau bukti pendukung diikuti dengan melakukan
konfirmasi kepihak terkait.
c. Uji-Petik Pemeriksaan (sampling audit)
Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara melakukan pengujian secara uji petik
atas unit-unit dalam populasi yang akan diuji. Kesimpulan pemeriksaan didapat
berdasarkan hasil uji petik yang dijadikan dasar untuk menggambarkan kondisi
populasinya. Dalam pemeriksaan ini, pemeriksa menggunakan metode non statistical
sampling atau metode sampling yang berdasarkan judgement, dengan memperhatikan
tingkat resiko yang ada untuk menentukan jumlah dan unit populasi yang akan diuji
1
petik. Judgement pemeriksa diarahkan untuk menjamin kecukupan jumlah sampel
yang akan di uji dan keterwakilan sampel yang dipilih dari populasi baik dari segi
nilai angka rupiah dan jenis transaksinya.
d. Pelaporan
Setiap permasalahan yang ditemukan dalam pemeriksaan pelaksanaan
anggaran harus dikomunikasikan dengan entitas yang diperiksa untuk memperoleh
tanggapan tertulis sebelum disajikan sebagai temuan pemeriksaan. Atas temuan yang
telah disajikan dalam hasil pemeriksaan tersebut selanjutnya diberikan saran tindak
perbaikan yang disajikan dalam laporan yang sama.
4. Dokumentasi Pemeriksaan
Pemeriksa harus mempersiapkan dan memelihara dokumentasi pemeriksaan
dalam bentuk kertas kerja pemeriksaan. Dokumentasi pemeriksaan yang terkait dengan
perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan pemeriksaan harus berisi informasi yang
cukup untuk memungkinkan pemeriksa yang berpengalaman tetapi tidak mempunyai
hubungan dengan pemeriksaan tersebut dapat memastikan bahwa dokumentasi
pemeriksaan tersebut dapat menjadi bukti yang mendukung pertimbangan dan simpulan
pemeriksa.
Untuk pemeriksaan dengan tujuan tertentu, Standar Pemeriksaan
memberlakukan empat pernyataan standar pelaporan perikatan/penugasan atestasi
dalam SPAP yang ditetapkan IAI sebagai berikut:
a. Laporan harus menyebutkan asersi yang dilaporkan dan menyatakan sifat perikatan
atestasi yang bersangkutan.
1
b. Laporan harus menyatakan simpulan praktisi mengenai apakah asersi disajikan
sesuai dengan standar yang telah ditetapkan atau kriteria yang dinyatakan dipakai
sebagai alat pengukur.
c. Laporan harus menyatakan semua keberatan praktisi yang signifikan tentang
perikatan dan penyajian asersi.
d. Laporan suatu perikatan untuk mengevaluasi suatu asersi yang disusun berdasarkan
kriteria yang disepakati atau berdasarkan suatu perikatan untuk melaksanakan
prosedur yang disepakati harus berisi suatu pernyataan tentang keterbatasan
pemakaian laporan hanya oleh pihak-pihak yang menyepakati kriteria atau prosedur
tersebut.
Hasil Pemeriksaan dengan tujuan tertentu harus mengungkapkan:
a. kelemahan pengendalian intern yang berkaitan dengan hal yang diperiksa,
b. kepatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan termasuk
pengungkapan atas penyimpangan administrasi, pelanggaran atas perikatan perdata,
maupun penyimpangan yang mengandung unsur tindak pidana yang terkait dengan
hal yang diperiksa,
c. ketidakpatutan yang material terhadap hal yang diperiksa.
Dalam melaporkan pengendalian intern, kepatuhan terhadap ketentuan peraturan
perundang-undangan atau ketidakpatutan, pemeriksa harus menempatkan temuan
pemeriksaan dalam perspektif yang wajar. Untuk memberikan dasar bagi pengguna
laporan hasil pemeriksaan dalam mempertimbangkan kejadian dan konsekuensi kondisi
tersebut, hal-hal yang diidentifikasi harus dihubungkan dengan hasil pemeriksaan
secara keseluruhan, dan jika memungkinkan, dapat dinyatakan dalam satuan mata
uang.
Pedoman dalam melaporkan unsur-unsur temuan yaitu:
1
a. Kondisi; memberikan bukti mengenai hal-hal yang ditemukan oleh pemeriksa di
lapangan. Pelaporan lingkup atau kedalaman dari kondisi dapat membantu pengguna
laporan dalam memperoleh perspektif yang wajar.
b. Kriteria; memberikan informasi yang dapat digunakan oleh pengguna laporan hasil
pemeriksaan untuk menentukan keadaan seperti apa yang diharapkan.
c. Akibat; memberikan hubungan yang jelas dan logis untuk menjelaskan pengaruh dari
perbedaan antara apa yang ditemukan oleh pemeriksa (kondisi) dan apa yang
seharusnya (kriteria).
d. Sebab; memberikan bukti yang meyakinkan mengenai faktor yang menjadi sumber
perbedaan antara kondisi dan kriteria.
Dalam hal pemeriksa menyimpulkan bahwa ketidakpatuhan atau penyimpangan
dari ketentuan peraturan perundang-undangan telah terjadi atau kemungkinan telah
terjadi, maka BPK harus menanyakan kepada pihak yang berwenang tersebut dan atau
kepada penasehat hukum apakah laporan mengenai adanya informasi tertentu tentang
penyimpangan dari ketentuan peraturan perundang-undangan tersebut akan
mengganggu suatu proses penyidikan atau proses peradilan. Apabila laporan
pemeriksaan akan mengganggu proses penyidikan atau peradilan tersebut, BPK harus
membatasi laporannya, misalnya pada hal-hal yang telah diketahui oleh umum
(masyarakat).
Cara yang paling efektif untuk menjamin bahwa suatu laporan hasil
pemeriksaan telah dibuat secara wajar, lengkap dan obyektif adalah dengan
mendapatkan reviu dan tanggapan dari pejabat yang bertanggung jawab pada entitas
yang diperiksa. Tanggapan dari pejabat yang bertanggung jawab tidak hanya mencakup
temuan dan simpulan yang dibuat oleh pemeriksa, tetapi juga tindakan perbaikan yang
1
direncanakan. Pemeriksa harus memuat tanggapan pejabat tersebut dalam laporan hasil
pemeriksaannya. Pemeriksa harus meminta pejabat yang bertanggung jawab untuk
memberikan tanggapan tertulis terhadap temuan dan simpulan termasuk
mengungkapkan tindakan perbaikan yang direncanakan oleh manajemen entitas yang
diperiksa.
Laporan hasil pemeriksaan harus didistribusikan tepat waktu kepada pihak yang
berkepentingan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Namun dalam
hal yang diperiksa merupakan rahasia negara maka untuk tujuan keamanan atau
dilarang disampaikan kepada pihak-pihak tertentu atas dasar ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku, pemeriksa dapat membatasi pendistribusian laporan
tersebut. Apabila akuntan publik atau pihak lain yang ditugasi untuk melakukan
pemeriksaan berdasarkan Standar Pemeriksaan, akuntan publik atau pihak lain tersebut
harus memastikan bahwa laporan hasil pemeriksaan didistribusikan secara memadai.
Jika akuntan publik tersebut ditugasi untuk mendistribusikan laporan hasil
pemeriksaannya, maka perikatan/penugasan tersebut harus menyebutkan pihak yang
harus menerima laporan hasil pemeriksaan tersebut.
Apabila suatu pemeriksaan dihentikan sebelum berakhir, tetapi pemeriksa tidak
mengeluarkan laporan hasil pemeriksaan, maka pemeriksa harus membuat catatan yang
mengikhtisarkan hasil pemeriksaannya sampai tanggal penghentian dan menjelaskan
alasan penghentian pemeriksaan. Pemeriksa juga harus mengkomunikasikan secara
tertulis alasan penghentian pemeriksaan tersebut kepada manajemen entitas yang
diperiksa, entitas yang meminta pemeriksaan tersebut, atau pejabat lain yang
berwenang.
2.4 Standar Pelaporan Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu (PSP 07)
1
Sebagaimana dengan Pernyataan Standar Pemeriksaan 06, Pernyataan Standar
Pemeriksaan 07 tentang Standar Pelaporan Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu juga
merupakan bagian dari Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) yang menyatakan
bahwa untuk pemeriksaan dengan tujuan tertentu, Standar Pemeriksaan memberlakukan
empat pernyataan standar pelaporan perikatan/penugasan atestasi dalam Standar
Profesional Akuntan Publik (SPAP) yang ditetapkan IAI sebagai berikut:
1. Laporan harus menyebutkan asersi yang dilaporkan dan menyatakan sifat perikatan
atestasi yang bersangkutan.
2. Laporan harus menyatakan simpulan praktisi mengenai apakah asersi disajikan sesuai
dengan standar yang telah ditetapkan atau kriteria yang dinyatakan dipakai sebagai
alat pengukur.
3. Laporan harus menyatakan semua keberatan praktisi yang signifikan tentang perikatan
dan penyajian asersi.
4. Laporan suatu perikatan untuk mengevaluasi suatu asersi yang disusun berdasarkan
kriteria yang disepakati atau berdasarkan suatu perikatan untuk melaksanakan
prosedur yang disepakati harus berisi suatu pernyataan tentang keterbatasan
pemakaian laporan hanya oleh pihak-pihak yang menyepakati kriteria atau prosedur
tersebut.
Pernyataan tambahan lainnya adalah sebagai berikut:
1. Laporan hasil pemeriksaan harus menyatakan bahwa pemeriksaan dilakukan sesuai
dengan Standar Pemeriksaan.
2. Laporan hasil pemeriksaan dengan tujuan tertentu harus mengungkapkan:
kelemahan pengendalian intern yang berkaitan dengan hal yang diperiksa
1
kepatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan termasuk
pengungkapan atas penyimpangan administrasi, pelanggaran atas perikatan
perdata, maupun penyimpangan yang mengandung unsur tindak pidana yang
terkait dengan hal yang diperiksa
ketidakpatutan yang material terhadap hal yang diperiksa
3. Laporan hasil pemeriksaan yang memuat adanya kelemahan dalam pengendalian
intern, kecurangan, penyimpangan dari ketentuan peraturan perundang-undangan, dan
ketidakpatutan, harus dilengkapi tanggapan dari pimpinan atau pejabat yang
bertanggung jawab pada entitas yang diperiksa mengenai temuan dan simpulan serta
tindakan koreksi yang direncanakan.
4. Informasi rahasia yang dilarang oleh ketentuan peraturan perundang-undangan untuk
diungkapkan kepada umum tidak diungkapkan dalam laporan hasil pemeriksaan.
Namun laporan hasil pemeriksaan harus mengungkapkan sifat informasi yang tidak
dilaporkan tersebut dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang menyebabkan
tidak dilaporkannya informasi tersebut.
5. Laporan hasil pemeriksaan diserahkan kepada lembaga perwakilan, entitas yang
diperiksa, pihak yang mempunyai kewenangan untuk mengatur entitas yang diperiksa,
pihak yang bertanggung jawab untuk melakukan tindak lanjut hasil pemeriksaan, dan
kepada pihak lain yang diberi wewenang untuk menerima laporan hasil pemeriksaan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Hasil temuan dan simpulan yang diperoleh dari pemeriksaan dengan tujuan tertentu
kemudian harus mendapatkan tanggapan dari pejabat yang bertanggung jawab pada entitas
yang diperiksa untuk menjamin bahwa suatu laporan hasil pemeriksaan telah dibuat secara
wajar, lengkap dan obyektif. Tanggapan dari pejabat yang bertanggung jawab tidak hanya
mencakup temuan dan simpulan yang dibuat oleh pemeriksa, tetapi juga tindakan
1
perbaikan yang direncanakan. Pemeriksa harus memuat tanggapan pejabat tersebut dalam
laporan hasil pemeriksaannya. Laporan Hasil Pemeriksaan final yang telah ditandatangi
oleh penanggung jawab didistribusikan kepada pihak yang secara resmi berkepentingan
atau pihak yang telah disepakati sebagai penerima laporan
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan
Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Negara menyatakan bahwa Laporan
Hasil Pemeriksaan (LHP) dengan tujuan tertentu disampaikan kepada DPR/DPD/DPRD
sesuai dengan kewenangannya, dan disampaikan pula kepada
Presiden/gubernur/bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya agar masing-masing
pihak yang bersangkutan dapat memperoleh informasi secara menyeluruh tentang hasil
pemeriksaan. Dalam rangka transparansi dan peningkatan partisipasi publik, Undang
undang ini menetapkan bahwa setiap laporan hasil pemeriksaan yang sudah disampaikan
kepada lembaga perwakilan dinyatakan terbuka untuk umum. Laporan hasil pemeriksaan
yang terbuka untuk umum berarti dapat diperoleh dan/atau diakses oleh masyarakat.
Dengan demikian, masyarakat dapat memperoleh kesempatan untuk mengetahui hasil
pemeriksaan, antara lain melalui publikasi dan situs web BPK. LHP yang dinyatakan
terbuka tidak termasuk laporan yang memuat Rahasia Negara yang diatur dalam peraturan
perundang undangan
2.5 Kedudukan dan Peran Pernyataan Standar Pemeriksaan 06 dan 07 Terhadap Standar Profesi
Lahirnya Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) yang didalamnya juga
membahas tentang PSP 01 hingga PSP 07 menjadi warna sehingga melengkapi standarisasi
pelaksanaan tugas profesi yang ada. Selama ini sektor swasta telah lebih maju di
1
bandingkan sektor publik. Dalam pengelolaan keuangan sektor privat (atau lebih banyak
swasta yang terlibat) telah dikenal Standar Akuntansi Keuangan (SAK) dan di bidang
pemeriksaannya telah dikenal Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) yang keduanya
telah diterbitkan oleh Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) sebagi organisasi profesi yang ada
dan diakui sampai saat ini.
Pada sektor publik, dalam pengelolaan keuangan khususnya pemerintahan,
pemerintah telah menerbitkan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) yang ditetapkan
dengan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 24 Tahun 2005. Oleh karenanya dengan
ditetapkannya SPKN dengan Peraturan BPK Nomor 01 Tahun 2007 melengkapi satandar
yang ada tersebut. Terhadap penggunaan standar-standar tersebut dapat digambarkan
bahwa sektor publik dalam pengelolaan keuangannya menggunakan dualisme standar yaitu
SAP digunakan untuk pengelolaan sektor publik di pemerintahan sebagai kekayaan negara
yang tidak dipisahkan, sedangkan kekayaan negara yang dipisahkan yang dikelola oleh
BUMN/ BUMD/ pihak lain tetap menggunakan SAK demi menjaga peran pemerintah
untuk langsung berinvestasi dan membentuk iklim ekonomi yang sehat. Namun SPKN
tetap digunakan untuk semua keuangan negara baik pemeriksaan atas pengelolaan
kekayaan oleh Pemerintah maupun oleh BUMN/ BUMD.
1
BAB IIIPENUTUP
Berdasarkan pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Perbedaan pemeriksaan kinerja, pemeriksaan keuangan dan pemeriksaan dengan tujuan
tertentu dapat dilihat darii beberapa hal, yaitu : (a) umum yang meliputi tujuan, focus,
dasar akademik, metode, kriteria penilaian dan laporan; (b) standar pelaksanaan yang
meliputi pernyataan standar pemeriksaan, pengendalian internal, istilah yang
digunakan untuk menunjukkan pada materialitas/signifikansi, bukti audit serta kriteria;
(c) standar pelaporan yang meliputi isi laporan, tujuan, lingkupp dan metodologi serta
unsur mutu laporan.
2. Pernyataan Standar Pemeriksaan 06 mengenai Standar Pelaksanaan Pemeriksaan
Dengan Tujuan Tertentu mengatur tentang pelaksanakan pekerjaan lapangan
perikatan/penugasan atestasi mulai dari perencanaaan, pelaksanaan hingga
pelaporannya dengan menggunakan metode-metode pemeriksaan yang tersedia dengan
tetap memperhatikan prosedur dan tingkat keyakinan yang diinginkkan terhadap
pekerjaan yang dilakukan.
3. Pernyataan Standar Pemeriksaan 07 mengenai Standar Pelaporan Pemeriksaan Dengan
Tujuan Tertentu mengatur tentang hal-hal pokok yang ada dalam laporan
perikatan/penugasan atestasi, hal-hal apa yang harus diungkapkan serta hal-hal apa
yang tidak perlu diungkapkan karena bersifat rahasia dan penyerahan laporan kepada
pihak-pihak terkait.
4. Pernyataan Standar Pemeriksaan Nomor 06 dan 07 sebagai bagian dari Standar
Pemeriksaan Keuangan Negara menjadi warna sehingga melengkapi standarisasi
pelaksanaan tugas profesi yang ada.
1
DAFTAR PUSTAKA
Mardiasmo, 2009. Akuntansi Sektor Publik. Penerbit Andi. Yogyakarta.
_____________, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2006 tentang
Badan Pemeriksa Keuangan.
_____________, Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia No. 01 Tahun
2007 tentang Standar Pemeriksaan Keuangan Negara.
_____________, Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Repubik Indonesia Nomor 2/K/I-
XIII.2.2.2009 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu
_____________, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 2008 tentang
Sistem Pengendalian Intern Pemerintah.
_____________, Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor:
PER/05/M.PAN/03/2008 tentang Standar Audit Aparat Pengawasan Intern
Pemerintah.