KLP 3 HENI
-
Upload
yumni-rumiwang -
Category
Documents
-
view
237 -
download
0
Transcript of KLP 3 HENI
THIBUN NABAWI ( PENGOBATAN RASULULLAH )
DAN PENGOBATAN RASULULLAH
DISUSUN OLEH:
1. SUCI HENDRA LESTARI2. SITI HADIJAH3. SUDARMAN
YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARATSEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah penulis dapat
menyelesaikan makalah“ ithbun nabawi dan pengobatan alternatif ” ini sebatas
pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki. Dan juga kami berterima kasih pada
Dosen Pembimbing mata kuliah Al- Islam yang telah menugaskan pembuatan
makalah ini dan membimbing penulis dalam menyusun makalah.
Penulis sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan penulis tentang ranah perilaku. Penulis juga
menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan
dan jauh dari apa yang penulis harapkan. Untuk itu, penulis berharap adanya
kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa yang akan datang, mengingat
tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi penulis
maupun orang yang ikut membacanya. Sebelumnya penulis mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan. Penulis memohon kritik dan
saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.
Mataram, 21 Juni 2014
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................. i
KATA PENGANTAR........................................................................... ii
DAFTAR ISI.......................................................................................... iii
BAB 1 PENDAHULUAN...................................................................... 1
1.1. Latar Belakang................................................................... 1
1.2. Tujuan Penulisan................................................................
1.3. Manfaat Penulisan..............................................................
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA............................................................
2.1. Thibbun Nabawi.................................................................
2.2. Pengobatan Alternatif........................................................
BAB 3 PENUTUP..................................................................................
3.1. Kesimpulan........................................................................
3.2. Saran...................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1...................................................................................Latar Belakang
Istilah Thibbun Nabawi dimunculkan oleh para dokter muslim sekitar abad ke-13
M untuk menunjukkan ilmu-ilmu kedokteran yang berada dalam bingkai keimanan pada
Allah, sehingga terjaga dari kesyirikan, takhayul dan khurofat. Dunia pengobatan
semenjak dulu selalu berjalan seiring dengan kehidupan manusia. Karena,sebagai
makhluk hidup, manusia amatlah akrab dengan berbagai macam penyakit ringan
maupun berat. Keinginan untuk berlepas diri dari berbagai penyakit itulah yang
mendorong manusia berupaya menyingkap berbagai metode pengobatan, mulai
dari mengkonsumsi berbagai jenis tumbuhan secara tunggal maupun yang sudah
terkontaminasi, yang diyakini berkhasiat menyembuhkan penyakit tertentu, atau
sistem pemijatan, akupuntur, pembekaman hingga operasi dan pembedahan.
Namun seiring dengan perkembangan peradaban manusia, budaya
konsumerisme dan materialisme menggiring manusia mengkonsumsi berbagai
jenis makanan yang dianggap praktis, lezat dan penuh variasi. Sayangnya
kebanyakan mereka tidak menyadari bahwa produksi makanan semacam itu
seringkali terpaksa menggunakan berbagai jenis bahan kimia berbahaya, seperti
borax, formalin, Rhodamin B dan Metanil Yellow (bahan pewarna sintetis),
antibiotik kloramfenikol, dietilpirokarbonat, dulsin, nitrofurazon dan berbagai
bahan kimia yang amat merusak kesehatan. Orang yang sudah banyak
mengkonsumsi berbagai jenis makanan berkomposisi kimia menjadi sering
terserang penyakit komplikasi yang beragam. Sehingga obat-obatan yang
diperlukan juga obat-obatan berkomposisi kimia berat.
Bukan rahasia lagi, pengobatan dengan bahan kimia sintetis (pengobatan
barat/modern) mungkin dapat mengobati suatu penyakit, tetapi dapat juga
menimbulkan penyakit bawaan yang lain sebagai bentuk side effect buruk dari
sifat bahan kimia. Satu penyakit dapat disembuhkan tetapi dapat muncul penyakit
lain. Jadilah lingkaran setan yang tidak ada habisnya dalam dunia pengobatan
modern. Ternyata mahalnya obat kimia sintetis bukan jaminan kesembuhan.
1.2................................................................................Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui khasiat dari pengobatan ithbun nabawi dan pengobatan
alternatif.
1.3..............................................................................Manfaat Penulisan
1. Sebagai bahan pengetahuan untuk dikembangkan lebih jauh
2. Dengan mengetahui manfaat dari ithbun nabawi dan pengobatan alternatif,
maka setidaknya dapat mempermudah dalam pembelajaran
3. Menambah wawasan dan pengetahuan penulis dan pembaca
4. Menambah daya kritis terhadap penulis
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Thibbun Nabawi
Secara teori dan praktek, dapat dikatakan bahwa Thibbun Nabawi adalah
ilmu pengobatan yang disaripatikan dari pesan-pesan, ucapan, perbuatan,
persetujuan dan pensifatan dari ajaran Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa
sallam. Jadi dapat dipahami, bahwa apa saja yang dijadikan resep berupa materi
obat herbal atau syifa’ semisal madu, minyak zaitun, habbatus sauda, bawang
putih, kurma ajwa, kurma, air zam-zam, ismid, kam’ah, dan yang selain dari itu,
ataupun dari macam-macam terapi seperti hijamah (bekam), khitan, mencukur,
wudhu, gurah (sanuuq), dimana ada landasan dalil warid dari Rasulullah
shallallahu alaihi wa sallam, maka semuanya itu dapat dimasukkan ke dalam
pengobatan nabi (Thibbun Nabawi). Sebaliknya, hal-hal ini sekaligus menjadi
pembeda bahwa semua resep obat herbal atau terapi alternatif yang tidak
bersumber pada dalil khusus dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam maka
termasuk ke dalam jenis pengobatan adat (thibb sya’bi) atauthibb al badiil.
Shahabat yang mulia Abu Sa‘id Al-Khudri rahimahullahu berkata:
“Sejumlah shahabat Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam pergi dalam sebuah
safar (perjalanan) yang mereka tempuh, hingga mereka singgah di sebuah
kampung Arab. Mereka kemudian meminta penduduk kampung tersebut agar
menjamu mereka, namun penduduk kampung itu menolak. Tak lama setelah itu,
kepala suku dari kampung tersebut tersengat binatang berbisa. Penduduknya pun
mengupayakan segala cara pengobatan, namun tidak sedikit pun yang
memberikan manfaat untuk kesembuhan pemimpin mereka. Sebagian mereka
berkata kepada yang lain: “Seandainya kalian mendatangi rombongan yang tadi
singgah di tempat kalian, mungkin saja ada di antara mereka punya obat (yang
bisa menghilangkan sakit yang diderita pemimpin kita).” Penduduk kampung itu
pun mendatangi rombongan shahabat Rasulullah yang tengah beristirahat tersebut,
seraya berkata:
“Wahai sekelompok orang, pemimpin kami disengat binatang berbisa.
Kami telah mengupayakan berbagai cara untuk menyembuhkan sakitnya, namun
tidak satu pun yang bermanfaat. Apakah salah seorang dari kalian ada yang
memiliki obat?” Salah seorang shahabat berkata: “Iya, demi Allah, aku bisa
meruqyah. Akan tetapi, demi Allah, tadi kami minta dijamu namun kalian enggan
untuk menjamu kami. Maka aku tidak akan melakukan ruqyah untuk kalian
hingga kalian bersedia memberikan imbalan kepada kami.”
Mereka pun bersepakat untuk memberikan sekawanan kambing sebagai
upah dari ruqyah yang akan dilakukan. Shahabat itu pun pergi untuk meruqyah
pemimpin kampung tersebut. Mulailah ia meniup disertai sedikit meludah dan
membaca: “Alhamdulillah rabbil ‘alamin” (Surah Al-Fatihah). Sampai akhirnya
pemimpin tersebut seakanakan terlepas dari ikatan yang mengekangnya. Ia pun
pergi berjalan, tidak ada lagi rasa sakit (yang membuatnya membolak-balikkan
tubuhnya di tempat tidur). Penduduk kampung itu lalu memberikan imbalan
sebagaimana telah disepakati sebelumnya. Sebagian shahabat berkata: “Bagilah
kambing itu.” Namun shahabat yang meruqyah berkata: “Jangan kita lakukan hal
itu, sampai kita menghadap Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, lalu kita
ceritakan kejadiannya, dan kita tunggu apa yang beliau perintahkan.”
Mereka pun menghadap Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, lalu
mengisahkan apa yang telah terjadi. Beliau bertanya kepada shahabat yang
melakukan ruqyah: “Dari mana engkau tahu bahwa Al-Fatihah itu bisa dibaca
untuk meruqyah? Kalian benar, bagilah kambing itu dan berikanlah bagian
untukku bersama kalian.”
Hadits di atas diriwayatkan Al-Imam Al-Bukhari rahimahullahu dalam
kitab Shahih-nya no. 5749, kitab Ath-Thibb, bab An-Nafats fir Ruqyah.
Diriwayatkan pula oleh Al-Imam Muslim rahimahullahu dalam Shahih-nya no.
5697 kitab As-Salam, bab Jawazu Akhdzil Ujrah ‘alar Ruqyah.
Beberapa faedah yang dapat kita ambil dari hadits Abu Sa‘id Al-Khudri
radhiallahu 'anhu diatas adalah:
1. Surah Al-Fatihah mustahab untuk dibacakan kepada orang yang disengat
binatang berbisa dan orang sakit.
2. Boleh mengambil upah dari ruqyah dan upah itu halal.
3. Seluruh kambing itu sebenarnya milik orang yang meruqyah, adapun yang
lainnya tidak memiliki hak, namun dibagikannya kepada teman-temannya karena
kedermawanan dan kebaikan.
4. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam minta bagian dalam rangka lebih
menenangkan hati para shahabatnya dan untuk lebih menunjukkan bahwa upah
yang didapatkan tersebut halal, tidak mengandung syubhat.
Demikian faedah yang disebutkan Al-Imam An-Nawawi rahimahullahu
dalam Al-Minhaj Syarhu Shahih Muslim (14/410).
Pengobatan Nabawiyyah (At-Thibbun Nabawi) Bukan Pengobatan
Alternatif. Keberadaan berbagai penyakit termasuk sunnah kauniyyah yang
diciptakan oleh Allah Subhanhu Wa Ta'ala. Penyakit-penyakit itu merupakan
musibah dan ujian yang ditetapkan Allah Subhanhu Wa Ta'ala atas hamba-hamba-
Nya. Dan sesungguhnya pada musibah itu terdapat kemanfaatan bagi kaum
mukminin. Shuhaib Ar-Rumi RA berkata:
“Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda: “Sungguh
mengagumkan perkara seorang mukmin. Sungguh seluruh perkaranya adalah
kebaikan. Yang demikian itu tidaklah dimiliki oleh seorangpun kecuali seorang
mukmin. Jika ia mendapatkan kelapangan, ia bersyukur. Maka yang demikian itu
baik baginya. Dan jika ia ditimpa kesusahan, ia bersabar. Maka yang demikian itu
baik baginya.” (HR. Muslim no. 2999)
Termasuk keutamaan Allah Subhanhu Wa Ta'ala yang diberikan kepada
kaum mukminin, Dia menjadikan sakit yang menimpa seorang mukmin sebagai
penghapus dosa dan kesalahan mereka. Sebagaimana tersebut dalam hadits
Abdullah bin Mas‘ud RA, bahwasanya Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam
bersabda: “Tidaklah seorang muslim ditimpa gangguan berupa sakit atau lainnya,
melainkan Allah Subhanhu Wa Ta'ala menggugurkan kesalahan-kesalahannya
sebagaimana pohon menggugurkan daun-daunnya.” (HR. Al-Bukhari no. 5661
dan Muslim no. 6511)
Di sisi lain, sebagaimana Allah Subhanhu Wa Ta'ala menurunkan
penyakit, Dia pun menurunkan obat bersama penyakit itu. Obat itupun menjadi
rahmat dan keutamaan dari-Nya untuk hamba-hamba- Nya, baik yang mukmin
maupun yang kafir. Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda dalam
hadits Abu Hurairah RA: “Tidaklah Allah Subhanhu Wa Ta'ala menurunkan
penyakit kecuali Dia turunkan untuk penyakit itu obatnya.” (HR. Al-Bukhari no.
5678)
Abdullah bin Mas’ud RA mengabarkan dari Nabi Muhammad Shallallahu
'Alaihi wa Sallam: “Sesungguhnya Allah Subhanhu Wa Ta'ala tidaklah
menurunkan penyakit kecuali Dia turunkan pula obatnya bersamanya. (Hanya
saja) tidak mengetahui orang yang tidak mengetahuinya dan mengetahui orang
yang mengetahuinya.” (HR.Ahmad 1/377, 413 dan 453. Dan hadits ini
dishahihkan dalam Ash-Shahihah no. 451)
CARA TEKNIS PENGOBATAN NABAWI
Banyak sekali cara pengobatan nabawi. Kami hanya menyebutkan
beberapa di antaranya, yaitu:
1. Pengobatan dengan madu
Allah Subhanhu Wa Ta'ala berfirman tentang madu yang keluar dari perut
lebah:
“… Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam
warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia.” (An-
Nahl: 69).
Madu dapat digunakan untuk mengobati berbagai jenis penyakit dengan
izin Allah Subhanhu Wa Ta'ala. Di antaranya untuk mengobati sakit perut, seperti
ditunjukkan dalam hadits berikut ini: “Ada seseorang menghadap Nabi
Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, ia berkata: ‘Saudaraku mengeluhkan
sakit pada perutnya.’ Nabi berkata: ‘Minumkan ia madu.’ Kemudian orang itu
datang untuk kedua kalinya, Nabi berkata: ‘Minumkan ia madu.’ Orang itu datang
lagi pada kali yang ketiga, Nabi tetap berkata: ‘Minumkan ia madu.’ Setelah itu,
orang itu datang lagi dan menyatakan: ‘Aku telah melakukannya (namun belum
sembuh juga malah bertambah mencret).’ Nabi bersabda: ‘Allah Mahabenar dan
perut saudaramu itu dusta. Minumkan lagi madu.’ Orang itu meminumkannya
lagi, maka saudaranya pun sembuh.” (HR. Al- Bukhari no. 5684 dan Muslim no.
5731).
Beberapa hasil penelitian tentang madu:
a. Bakteri tidak mampu melawan madu
Dianjurkan memakai madu untuk mengobati luka bakar. Madu memiliki
spesifikasi anti proses peradangan (inflammatory activity anti)
b. Madu kaya kandungan antioksidan
Antioksidan fenolat dalam madu memiliki daya aktif tinggi serta bisa
meningkatkan perlawanan tubuh terhadap tekanan oksidasi (oxidative stress)
c. Madu dan kesehatan mulut
Bila digunakan untuk bersikat gigi bisa memutihkan dan menyehatkan gigi
dan gusi, mengobati sariawan dan gangguan mulut lain.
d. Madu dan kulit kepala
Dengan menggunakan cairan madu berkadar 90% (madu dicampur air
hangat) dua hari sekali di bagian-bagian yang terinfeksi di kepala dan wajah
diurut pelan-pelan selama 2-3 menit, madu dapat membunuh kutu,
menghilangkan ketombe, memanjangkan rambut, memperindah dan
melembutkannya serta menyembuhkan penyakit kulit kepala.
e. Madu dan pengobatan kencing manis
Madu mampu menurunkan kadar glukosa darah penderita diabetes karena
adanya unsure antioksidan yang menjadikan asimilasi gula lebih mudah di
dalam darah sehingga kadar gula tersebut tidak terlihat tinggi. Madu nutrisi
kaya vitamin B1, B5, dan C dimana para penderita diabetes sangat
membutuhkan vitamin-vitamin ini. Sesendok kecil madu alami murni akan
menambah cepat dan besar kandungan gula dalam darah, sehingga akan
menstimulasi sel-sel pankreas untuk memproduksi insulin. Sebaiknya
penderita diabetes melakukan analisis darah dahulu untuk menentukan takaran
yang diperbolehkan untuknya di bawah pengawasan dokter.
f. Madu mencegah terjadinya radang usus besar (colitis), maag dan tukak
lambung
Madu berperan baik melindungi kolon dari luka-luka yang biasa
ditimbulkan oleh asam asetat dan membantu pengobatan infeksi lambung
(maag). Pada kadar 20% madu mampu melemahkan bakteri pylori penyebab
tukak lambung di piring percobaan.
g. Selain itu madu amat bergizi, melembutkan sistem alami tubuh,
menghilangkan rasa obat yang tidak enak, membersihkan liver,
memperlancar buang air kecil, cocok untuk mengobati batuk berdahak.
Buah-buahan yang direndam dalam madu bisa bertahan sampai enam
bulan.
Madu terbaik adalah yang paling jernih, putih dan tidak tajam serta yang
paling manis. Madu yang diambil dari daerah gunung dan pepohonan liar
memiliki keutamaan tersendiri daripada yang diambil dari sarang biasa, dan
itu tergantung pada tempat para lebah berburu makanannya.
2. Pengobatan dengan habbah sauda` (jintan hitam, Nigella sativa)
Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda:
“Sesungguhnya habbah sauda` ini merupakan obat dari semua penyakit, kecuali
dari penyakit assamu”. Aku (yakni`Aisyah radhiallahu 'anha) bertanya: “Apakah
as-samu itu?” Beliau menjawab: “Kematian.” (HR. Al-Bukhari no. 5687 dan
Muslim no. 5727)
Habbatus sauda’ berkhasiat mengobati segala jenis penyakit dingin, bisa
juga membantu kesembuhan berbagai penyakit panas karena faktor temporal. Biji
habbatus sauda’ mengandung 40% minyak takasiri dan 1,4% minyak atsiri, 15
jenis asam amino, protein, Ca, Fe, Na dan K. kandungan aktifnya thymoquinone
(TQ), dithymouinone (DTQ), thymohydroquimone (THQ) dan thymol (THY).
Telah terbukti dari berbagai hasil penelitian ilmiah bahwa habbatus sauda’
mengaktifkan kekebalan spesifik/kekebalan didapat, karena ia meningkatkan
kadar sel-sel T pembantu, sel-sel T penekan, dan sel-sel pembunuh alami.
Beberapa resep penggunaan dan manfaat habbatus sauda’:
1. Ditumbuk, dibuat adonan dangan campuran madu, kemudian diminum
setelah dicampur air panas, diminum rutin berhari-hari: menghancurkan
batu ginjal dan batu kandung kencing, memperlancar air seni, haid dan
ASI.
2. Diadon dengan air tepung basah atau tepung yang sudah dimasak, mampu
mengeluarkan cacing dengan lebih kuat.
3. Minum minyaknya kira-kira sesendok dicampur air untuk menghilangkan
sesak napas dan sejenisnya.
4. Dimasak dengan cuka dan dipakai berkumur-kumur untuk mengobati sakit
gigi karena kedinginan.
5. Digunakan sebagai pembalut dicampur cuka untuk mengatasi jerawat dan
kudis bernanah.
6. Ditumbuk halus, setiap hari dibalurkan ke luka gigitan anjing gila sebagian
dua atau tiga kali oles, lalu dibersihkan dengan air.
Untuk konsumsi rutin menjaga kesehatan, sebaiknya dua sendok saja.
Sebagian kalangan medis menyatakan bahwa terlalu banyak mengkonsumsinya
bisa mematikan.
3. Pengobatan dengan susu dan kencing unta.
Anas RA menceritakan: “Ada sekelompok orang ‘Urainah dari penduduk
Hijaz menderita sakit (karena kelaparan atau keletihan). Mereka berkata: ‘Wahai
Rasulullah, berilah tempat kepada kami dan berilah kami makan.’ Ketika telah
sehat, mereka berkata: ‘Sesungguhnya udara kota Madinah tidak cocok bagi kami
(hingga kami menderita sakit, pent.).’ Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam
pun menempatkan mereka di Harrah, di dekat tempat pemeliharaan unta-unta
beliau (yang berjumlah 3-30 ekor). Beliau berkata: ‘Minumlah dari susu dan
kencing unta-unta itu. Tatkala mereka telah sehat, mereka justru membunuh
penggembala unta-unta Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam (setelah
sebelumnya mereka mencungkil matanya) dan menggiring unta-unta tersebut
(dalam keadaan mereka juga murtad dari Islam, -pent.). Nabi Muhammad
Shallallahu 'Alaihi wa Sallam pun mengirim utusan untuk mengejar mereka,
hingga mereka tertangkap dan diberi hukuman dengan dipotong tangan dan kaki-
kaki mereka serta dicungkil mata mereka.” (HR. Al-Bukhari no. 5685, 5686 dan
Muslim no. 4329)
4. Pengobatan dengan berbekam (hijamah)
Ibnu ‘Abbas RA mengabarkan:
“Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam berbekam pada bagian
kepalanya dalam keadaan beliau sebagai muhrim (orang yang berihram) karena
sakit pada sebagian kepalanya.” (HR. Al-Bukhari no. 5701)
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam juga bersabda:
“Obat/kesembuhan itu (antara lain) dalam tiga (carapengobatan): minum madu,
berbekam dan dengan kay, namun aku melarang umatku dari kay.” (HR. Al-
Bukhari no. 5680)
BEKAM, TITIK RASUL dan KHASIATNYA
1) TITIK YAFUKH
Lokasinya berada di pertemuan 2 ujung telinga tepat diatas kepala / tempat bertemunya tulang kepala depan dan belakang.Khasiatnya untuk mengatasi masalah2 seperti Stroke, sakit kepala, stress,gangguan jin,
2) TITIK UMMU MUGHITS
Lokasinya di tengah-tengah Kening.
Khasiatnya untuk penyakit di kepala, sinus dan masalah2 mata.
3) TITIK AL-AKHDA’IN
Lokasinya berada di dua sisi urat leher.Khasiatnya untuk masalah2 sakit kepala, wajah, mata, dll
4) TITIK AL-KAHIL
Lokasinya berada di Tengkuk / di ujung atas ruas tulang belakang
diantara duabahu.
Khasiatnya untuk mengatasi berbagai macam penyakit, karena ini
merupakan pertemuan tujuh meridian dalam tubuh dan merupakan serabut
syaraf tulang belakang ke Jantung, Paru-paru, Bronkus serta Lambung.
5) TITIK AL-KATIFAIN
Lokasinya berada di Bahu Kiri dan Kanan.
Khasiatnya untuk menyembuhkan keracunan dan melancarkan pembuluh
darah kekepala dan tangan.
6) TITIK AL-WARIK
Lokasinya di Pinggul Kiri dan Kanan.
Khasiatnya perbaikan syaraf ke organ Ginjal, Pankreas, Usus dan
OrganReproduksi juga melancarkan perderan darah ke kaki.
7) TITIK PANGKAL PAHA
Lokasinya di Pangkal Paha dibawah Pantat Kiri dan Kanan
Khasiatnya untuk melancarkan Peredaran Darah ke Kaki.
8) TITIK ILTIWA’
Lokasinya dibawah Mata Kaki sebelah dalam.
Khasiatnya untuk Peredaran Darah dan Syaraf ke Mata Kaki dan
sekitarnya.
9) TITIK DZOHRIL QODAMI
Lokasinya di Belakang Betis Kiri dan Betis Kanan.
Khasiatnya untuk melancarkan Peredaran Darah dan syaraf ke Kaki.
10) TITIK TEMPURUNG KAKI
Lokasinya pada Tempurung Kaki kiri dan kanan.
Khasiatnya untuk mengatasi masalah Haid, Sakit pada Paha, Betis, dll.
5. Ruqyah
Di antara cara pengobatan nabawi yang bermanfaat dengan izin Allah
Subhanhu Wa Ta'ala adalah ruqyah yang syar’i, yang ditetapkan dalam Al-Qur`an
dan As-Sunnah yang shahih. Ketahuilah, Allah Subhanhu Wa Ta'ala menjadikan
Al-Qur`anul Karim sebagai syifa` (obat/ penyembuh) sebagaimana firman-Nya:
“Dan jikalau Kami jadikan Al-Qur`an itu suatu bacaan dalam selain bahasa Arab
tentulah mereka mengatakan: ‘Mengapa tidak dijelaskan ayat-ayatnya?’ Apakah
(patut Al-Qur`an) dalam bahasa asing, sedangkan (rasul adalah orang) Arab?
Katakanlah: ‘Al-Qur`an itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang yang
beriman’.” (Fushshilat: 44)
“Dan Kami turunkan dari Al-Qur`an apa yang merupakan syifa` dan
rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (Al-Isra`: 82).
Huruf dalam ayat di atas untuk menerangkan jenis, bukan menunjukkan
tab‘idh (makna sebagian). Karena Al-Qur`an seluruhnya adalah syifa` dan rahmat
bagi orang-orang beriman, sebagaimana dinyatakan dalam ayat sebelumnya (yaitu
surat Al-Fushshilat: 44).” (Ad-Da`u wad Dawa`, hal. 7)
Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqalani rahimahullahu berkata ketika
memberikan komentar terhadap hadits yang menyebutkan tentang wanita yang
menderita ayan (epilepsi): “Dalam hadits ini ada dalil bahwa pengobatan seluruh
penyakit dengan doa dan bersandar kepada Allah Subhanhu Wa Ta'ala adalah
lebih manjur serta lebih bermanfaat daripada dengan obat-obatan. Pengaruh dan
khasiatnya bagi tubuh pun lebih besar daripada pengaruh obat-obatan jasmani.
Namun kemanjurannya hanyalah didapatkan dengan dua perkara: 1) dari sisi
orang yang menderita sakit, yaitu lurus niat / tujuannya, 2) dari sisi orang yang
mengobati, yaitu kekuatan bimbingan/arahan dan kekuatan hatinya dengan takwa
dan tawakkal. Wallahu a’lam.” (Fathul Bari 10/115)
Dalam hadits Abu Sa‘id Al-Khudri RA tentang ruqyah dengan surat Al-
Fatihah yang dilakukan salah seorang shahabat, benar-benar terlihat pengaruh
obat tersebut pada penyakit yang diderita sang pemimpin kampung. Sehingga obat
itu mampu menghilangkan penyakit, seakan-akan penyakit tersebut tidak pernah
ada sebelumnya. Cara seperti ini merupakan pengobatan yang paling mudah dan
ringan. Seandainya seorang hamba melakukan pengobatan ruqyah dengan
membaca Al- Fatihah secara bagus, niscaya ia akan melihat pengaruh yang
mengagumkan dalam kesembuhan.
Al-Imam Ibnu Qayyim rahimahullahu berkata: “Aku pernah tinggal di
Makkah selama beberapa waktu dalam keadaan tertimpa berbagai penyakit. Dan
aku tidak menemukan tabib maupun obat. Aku pun mengobati diriku sendiri
dengan Al-Fatihah yang dibaca berulang-ulang pada segelas air Zam-zam
kemudian meminumnya, hingga aku melihat dalam pengobatan itu ada pengaruh
yang mengagumkan. Lalu aku menceritakan hal itu kepada orang yang mengeluh
sakit. Mereka pun melakukan pengobatan dengan Al-Fatihah, ternyata
kebanyakan mereka sembuh dengan cepat.”
Subhanallah! Demikian penjelasan dan persaksian Al-Imam Ibnu Qayyim
rahimahullahu terhadap ruqyah serta pengalaman pribadinya berobat dengan
membaca Al-Fatihah. (Ad-Da`u wad Dawa` hal. 8, Ath-Thibbun Nabawi hal. 139)
Asy-Syaikh Shalih bin Fauzan berkata: “Sungguh Allah Subhanhu Wa
Ta'ala telah menjadikan Al-Qur`an sebagai syifa` bagi penyakit-penyakit hissi
(yang dapat dirasakan indera) dan maknawi berupa penyakit-penyakit hati dan
badan. Namun dengan syarat, peruqyah dan yang diruqyah harus mengikhlaskan
niat. Dan masing-masing meyakini bahwa kesembuhan itu datang dari sisi Allah
Subhanhu Wa Ta'ala. Dan ruqyah dengan Kalamullah merupakan salah satu di
antara sebab-sebab yang bermanfaat.”
Beliau juga berkata: “Pengobatan dengan ruqyah Al-Qur`an merupakan
Sunnah Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam dan amalan salaf. Mereka
dahulu mengobati orang yang terkena ‘ain, kesurupan jin, sihir dan seluruh
penyakit dengan ruqyah. Mereka meyakini bahwa ruqyah termasuk sarana yang
mubah lagi bermanfaat, sementara yang menyembuhkan hanyalah Allah
Subhanhu Wa Ta'ala.” (Al-Muntaqa min Fatawa Asy- Syaikh Shalih Al-Fauzan,
juz 1, jawaban soal no. 77)
Thibbun Nabawi Memberi Pengaruh bagi Kesembuhan dengan Izin Allah
Subhanhu Wa Ta'ala. Mungkin ada di antara kita yang pernah mencoba
melakukan pengobatan dengan thibbun nabawi dengan minum madu misalnya
atau habbah sauda`. Atau dengan ruqyah membaca ayat-ayat Al-Qur`an dan doa-
doa yang diajarkan Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, namun tidak
merasakan pengaruh apa-apa. Penyakitnya tak kunjung hilang. Ujung-ujungnya,
kita meninggalkan thibbun nabawi karena kurang percaya akan khasiatnya, lalu
beralih ke obat-obatan kimiawi. Mengapa demikian? Mengapa kita tidak
mendapatkan khasiat sebagaimana yang didapatkan Al-Imam Ibnu Qayyim
rahimahullahu ketika meruqyah dirinya dengan Al-Fatihah? Atau seperti yang
dilakukan oleh seorang shahabat ketika meruqyah kepala suku yang tersengat
binatang berbisa di mana usai pengobatan si kepala suku (pemimpin kampung)
sembuh seakan-akan tidak pernah merasakan sakit? Di antara jawabannya,
sebagaimana ucapan Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullahu yang telah lewat,
bahwasanya manjurnya ruqyah (pengobatan dengan membaca doa-doa dan ayat-
ayat Al-Qur`an) hanyalah diperoleh bila terpenuhi dua hal di atas.
Al-Imam Ibnu Qayyim rahimahullahu berkata: “Ada hal yang semestinya
dipahami, yakni zikir, ayat, dan doa-doa yang dibacakan sebagai obat dan yang
dibaca ketika meruqyah, memang merupakan obat yang bermanfaat. Namun
dibutuhkan respon pada tempat, kuatnya semangat dan pengaruh orang yang
meruqyah. Bila obat itu tidak memberi pengaruh, hal itu dikarenakan lemahnya
pengaruh peruqyah, tidak adanya respon pada tempat terhadap orang yang
diruqyah, atau adanya penghalang yang kuat yang mencegah khasiat obat tersebut,
sebagaimana hal itu terdapat pada obat dan penyakit hissi.
Tidak adanya pengaruh obat itu bisa jadi karena tidak adanya penerimaan
thabi’ah terhadap obat tersebut. Terkadang pula karena adanya penghalang yang
kuat yang mencegah bekerjanya obat tersebut. Karena bila thabi’ah mengambil
obat dengan penerimaan yang sempurna, niscaya manfaat yang diperoleh tubuh
dari obat itu sesuai dengan penerimaan tersebut.
Demikian pula hati. Bila hati mengambil ruqyah dan doa-doa perlindungan
dengan penerimaan yang sempurna, bersamaan dengan orang yang meruqyah
memiliki semangat yang berpengaruh, niscaya ruqyah tersebut lebih berpengaruh
dalam menghilangkan penyakit.” (Ad-Da`u wad Dawa`, hal. 8)
Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullahu menyatakan, terkadang sebagian
orang yang menggunakan thibbun nabawi tidak mendapatkan kesembuhan. Yang
demikian itu karena adanya penghalang pada diri orang yang menggunakan
pengobatan tersebut. Penghalang itu berupa lemahnya keyakinan akan
kesembuhan yang diperoleh dengan obat tersebut, dan lemahnya penerimaan
terhadap obat tersebut.
6. Lainnya
Disebutkan pula khasiat dari beberapa bahan lainnya (di antaranya
seperti air Zam-zam dan Daun Bidara) yang dapat dikategorikan sebagai
Thibbun Nabawi. Dapat pula kita pergunakan berpuasa untuk pengobatan
secara Thibbun Nabawi. Menurut catatan Mohammad Sholikhin, puasa itu
malah bisa menyembuhkan sakit maag. Sebab, puasa yang kita lakukan
telah didasari niat sebelum fajar bahwa kita pada esok harinya akan
berpuasa dan berbuka sewaktu maghrib. Niat itu direkam oleh otak dan
akan memengaruhi jam biologis, yang seharusnya makan di waktu siang,
tapi terus hingga maghrib kelak.
Padahal, rasa lapar dipengaruhi oleh hipofisis yang bekerja. Ini
akan memengaruhi pankreas dan adrenalin. Pankreas inilah yang
mengeluarkan insulin guna mencerna makanan termasuk karbohidrat. Jadi
dengan puasa itulah, lambungpun mengering selama 13 jam. Dengan
demikian, luka-luka dan borok-borok pada lambung ikut kering. Setelah
berbuka-pun, kita dianjurkan meminum air hangat campur madu segelas
sebagai obat luka pada lambung. Sehingga, bisa disimpulkan puasa dapat
mengeringkan luka dan menjadi kunci untuk "mempuasakan" orang
menjelang operasi di bidang medis
2.3. Pengobatan Alternatif
Pengobatan alternatif menurut Mesh adalah sebagai “kelompok praktik
non-ortodoks yang tidak berkaitan , sering kali disertai sistem penjelasan yang
tidak dapat dijelaskan dengan penjelasan biom
edis konvensional”(Pavek,1996, hlm.25).
Pengobatan alternatif merupakan pengobatan yang menggunakan cara, alat
atau bahan yang tidak termasuk dalam standar pengobatan kedokteran dan
dipergunakan sebagai alternatif atau pelengkap pengobatan kedokteran tersebut
(Turana, 2009).
Definisai awal ini mencerminkan kesulitan yang berkaitan dengan
transfer pemahaman dan praktik yang kompleks dari satu budaya kebudaya
lain.
Tetapi dapat tampak tidak berhubungan saat ditransfer dari budaya
kebudaya lain dan diteliti satu persatu. Baik orang Asia maupun orang Eropa
telah mengembangkan teori medis yang canggih dan memiliki sejarah panjang
mengenai pengalaman dan tradisi yang didokumentasikan secara empiris yang
jelas-jelas berbeda dari orang Amerika Utara. Peng obatan alternatif menyiratkan
prospektif yang “standar”, Coward dan Ratanakul (1999) menerbitkan studi
mengenai masalah etis lintas budaya dalam layanan kesehatan dan melapirkan
bahwa kita sering kali melupakan bahwa pemahaman ilmiah dan praktek
pengobatan Barat adalah fenomena budaya yang memiliki kekuatan dan
kelemahan. Pengobatan barat konfensional bukan standar untuk menilai kelayakan
praktik pengobatan lain.
Jenis-Jenis Pengobatan Alternatif
1. Pengobatan Tradisional Cina
Obat tradisional Cina juga dikenal sebagai TCM, mencakup berbagai
praktek obat tradisional berbeda yang berasal dari Cina. TCM adalah
perawatan standar di Timur selama lebih dari 3000 tahun dan mencakup
berbagai metode penyembuhan seperti – akupunktur, diet, obat-obatan
herbal, gerakan fisik seperti Tai Chi, Qi Gong, dan teknik pijat.
2. Aromaterapi
Aromaterapi termasuk penggunaan berbagai minyak esensial, yang
membantu untuk mengurangi rasa sakit, mengurangi stres, membantu
meningkatkan suasana hati, dan meningkatkan kesehatan secara
keseluruhan. Anda dapat menemukan minyak aromaterapi di banyak toko
perawatan kesehatan, Anda dapat memilih minyak untuk sifat
penyembuhan. Beberapa minyak aromaterapi yang terbaik adalah minyak
lavender, minyak pohon teh, dan minyak dupa.
3. Ayurveda
Ayurveda berasal lebih dari 5.000 tahun yang lalu di India, dan
mendahului semua sistem medis lainnya kita kenal. Dalam Ayurveda tipe
tubuh seseorang dipertimbangkan dan kemudian metode selektif
digunakan untuk pengobatan. Ini memiliki pengobatan dan obat untuk
hampir semua jenis penyakit, langsung dari penghilang rasa sakit dasar
obat-obatan untuk obat yang dapat menyembuhkan kanker.
4. Pengobatan Batu Kristal (Gemstones)
Dalam penyembuhan dengan media batu kristal yang memiliki kekuatan
penyembuhan yang digunakan. Batu-batu ini dapat membantu untuk
meningkatkan mood Anda dan membantu Anda menyingkirkan stres.
Banyak batu juga membantu untuk membersihkan dan merevitalisasi aura.
5. Pengobatan Herbal
Obat herbal juga dikenal sebagai jamu adalah metode pengobatan kuno
yang menggunakan berbagai bumbu dan ekstrak tumbuh-tumbuhan, yang
memiliki penyembuhan khusus, aromatik, atau sifat terapeutik. Anda dapat
menemukan banyak herbal kering atau segar yang dapat Anda gunakan
untuk membuat teh, bubuk, atau sirup, atau hanya menggunakan herbal
dalam memasak untuk membumbui berbagai hidangan. Anda juga dapat
menanam di kebun Anda sebagai apotek hidup yang membutuhkan ruang
yang tidak terlalu luas, dan menggunakan tanaman obat untuk penyakit
yang berbeda.
6. Homoeopati
Homeopati didasarkan pada prinsip bahwa Anda dapat mengobati
‘penyakit dilawan dengan penyebab’, yaitu, suatu zat yang menyebabkan
gejala-gejala ketika diambil dalam dosis besar, dapat digunakan dalam
jumlah kecil untuk mengobati gejala-gejala yang sama. Misalnya, minum
kopi terlalu banyak dapat menyebabkan sulit tidur dan gelisah, jadi
menurut prinsip ini, ketika dibuat menjadi obat homeopati, dapat
digunakan untuk mengobati orang dengan gejala-gejala ini. Konsep ini
kadang-kadang digunakan dalam pengobatan konvensional, misalnya,
Ritalin stimulan digunakan untuk mengobati pasien dengan ADHD, atau
dosis kecil alergen seperti serbuk sari kadang-kadang digunakan untuk
mengurangi sensitifitas pasien alergi. Namun, satu perbedaan utama
dengan obat homeopati adalah bahwa zat yang digunakan dalam
pengenceran sangat tinggi, yang membuat mereka tidak beracun.
7. Hipnoterapi
Hipnoterapi memiliki banyak manfaat dan dapat membantu untuk
menyembuhkan penyakit tertentu yang dapat bersifat psikologis atau
fisiologis, tanpa menggunakan obat apa pun. Hal ini dapat membantu
untuk berhenti merokok atau menurunkan berat badan. Dalam teknik
penyembuhan dimana merupakan kondisi kesadaran yang diubah pada
pasien dapat diberikan baik oleh praktisi atau oleh orang itu sendiri.
8. Terapi Pijat
Terapi pijat bisa sangat membantu untuk merilekskan tubuh dan pikiran,
dapat membantu untuk membuang racun dari tubuh, membersihkan kulit,
dan bahkan membantu dalam penurunan berat badan. Ada ratusan teknik
pijat dan Anda bisa mendapatkan pijat relaksasi atau stimulasi pada setiap
spa kesehatan dan mengkombinasikannya dengan sauna untuk
mendapatkan manfaat kesehatan yang lebih.
9. Meditasi
Banyak teknik meditasi telah dikembangkan oleh orang yang berbeda.
Anda dapat menggunakan Tantra, Yoga, Zen, Tibet, atau teknik
pernapasan dasar untuk membantu Anda menyeimbangkan pikiran.
Sebuah teknik meditasi yang cocok untuk Anda dapat membantu
mengurangi stres, dan meningkatkan kehidupan Anda dengan membawa
keseimbangan dan kesehatan untuk itu.
BAB 3
PENUTUP
3.1. Simpulan
Berobat adalah sunnah (kebiasaan) para Nabi dan orang-orang
Shalih, termasuk pula Rasulullah Muhammad SAW, bahkan beliau
memerintahkan :“Berobatlah kalian wahai hamba-hamba Allah, karena
Allah SWT tidak menciptakan penyakit melainkan juga menciptakan
obatnya, kecuali satu penyakit saja yaitu penyakit tua”. (HR. Abu Daud)”.
“Setiap penyakit ada obatnya, jika suatu obat tepat untuk suatu penyakit
maka dengan seijin Allah penyakit itu akan sembuh“ (HR. Muslim)”. Dan
tatkala Nabi Ibrahim jatuh sakit beliau berkata : “Dan apabila akau sakit
Dialah (Allah SWT) yang menyembuhkan aku”. (QS. Asy-Syu’ara : 80).
Pengobatan & Penyembuhan Cara Nabi SAW ada empat macam :
1. Spiritual Illahiyah, do’a dan dzikir atau dikenal dengan istilah Ruqyah
Syar’iyah.
2. Materi Natural, yaitu obat alamiah bukan obat kimia sintetis, berupa
resep-resep nabawy, seperti : madu, zam-zam, zaitun, habbatussauda’,
talbinah, kurma, jahe, bawang putih, timun, dll.
3. Bersifat Terapi, seperti : Hijamah, al kayy, pemijatan, usapan, dll.
4. Kombinasi dari ketiganya. Ada beberapa hal yang berkaitan dengan
pengobatan cara Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, diantaranya
adalah mengenalkan pengobatan yang sesuai dengan bimbingan wahyu,
serta definisi dari istilah Thibbun Nabawi Pada bagian ke-2 ini, kami hendak
menyuguhkan kepada pembaca sekalian, beberapa hal yang merupakan
kekhususanThibbun Nabawi, anjuran untuk berobat sesuai dengan
bimbingan syariat Islam, dan beberapa contohnya.
Pengobatan Alternatif (Asy Sya’by–al Badiil) dan Kekhususan Thibbun
Nabawi Di kalangan masyarakat tradisional Arab, Persia, India, dan Mesir,
sejak zaman dahulu telah dikenal aneka resep obat dan berbagai jenis
terapi pengobatan. Di antaranya adalah pemanfaatan rerumputan, akar–
akaran, kayu, dedaunan, batuan, dan jenis mineral tertentu sebagai ramuan
pengobatan. Di kalangan mereka juga sudah dikenal istilah pijat atau
massage, kay, hijamah (bekam atau cupping).
Sementara itu, pada zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam, berkembang juga metode pengobatan yang berdasarkan dari wahyu
Allah yang dalam prakteknya merupakan penggabungan berbagai macam
jenis pengobatan yang berasal dari bangsa Arab dan di luar Arab. Metode-
metode pengobatan tersebut telah dibenarkan berdasar wahyu dan tidak
melanggar syariat serta dipandang layak dengan keadaan alam dan kondisi
saat itu.
3.2. Saran
Agar mampu memahami cara pengobatan yang baik dan benar sesuai
dengan syariat Islam.
DAFTAR PUSTAKA
http://bramardianto.com/berbagai-macam-jenis-pengobatan-alternatif.html
http://muslimah.or.id/kesehatan-muslimah/fakta-thibbun-nabawi-habbatus-sauda-
madu-dan-minyak-zaitun.html
http://dakwahsyariah.blogspot.com/2013/08/khasiat-pengobatan-thibbun-
nabawi.html
http://www.arrahmah.com/news/2013/05/18/perlu-penelitian-dan-pengalaman-
dalam-thibbun-nabawi-agar-jadi-obat-mujarab.html