Klp 2 Fartoks

44
MAKALAH FARMAKOLOGI - TOKSIKOLOGI “JALUR PEMBERIAN OBAT” OLEH : FARMASI B (KELOMPOK 2) NI’MA NURMAGFIRAH NOFRIANI SAFITRI NUR REZKI AMALIA K NUR FAEDAH SINAR NUR HIDAYAH KAMIL ULFAH FITRIASARI PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) ALAUDDIN MAKASSAR

description

tugas

Transcript of Klp 2 Fartoks

MAKALAH FARMAKOLOGI - TOKSIKOLOGI

“JALUR PEMBERIAN OBAT”

OLEH :

FARMASI B

(KELOMPOK 2)

NI’MA NURMAGFIRAH

NOFRIANI SAFITRI

NUR REZKI AMALIA K

NUR FAEDAH SINAR

NUR HIDAYAH KAMIL

ULFAH FITRIASARI

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) ALAUDDIN MAKASSAR

SAMATA-GOWA2013

Makalah Jalur Pemberian Obat (Farmakologi Dasar)

KATA PENGANTAR

Puji Syukur atas kehadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan

karunia-Nya Makalah ini dapat terselesaikan dengan baik, tepat pada waktunya.

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Mata Kuliah

Farmakologi-Toksikologi Dasar pada semester IV, tahun ajaran 2013/2014, yang

berjudul “Jalur Pemberian Obat”. Dengan menyelesaikan tugas ini penulis

diharapkan untuk lebih mengetahui tentang apa sebenarnya jalur dan pemberian

obat, keuntungan dan kerugian dari tiap jalur, bentuk sediaan bagi jalur tiap

pemberian, serta sudut prespektif islam dalam memandang jalur pemberian obat

yang merupakan salah satu sub bab dari materi Pengantar Farmakologi Dasar.

Penulis sadar, sebagai mahasiswa yang masih dalam proses pembelajaran,

penulisan makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis sangat

mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat positif, guna penulisan

makalah yang lebih baik di masa yang akan datang. Penulis berharap, semoga

makalah sederhana ini, dapat menjadi pengetahuan dan informasi baru yang

dikemas dalam bentuk singkat, padat dan jelas.

Makassar, 18 Mei 2013

Penulis

Kelompok 2 (Farmasi B) Page 2

Makalah Jalur Pemberian Obat (Farmakologi Dasar)

DAFTAR ISI

Halaman JudulKata PengantarDaftar Isi

BAB I. PendahuluanA. Latar Belakang…………………………………………….3B. Rumusan Masalah…………………………………………4

BAB II. Tinjauan PustakaA. Jalur Pemberian Obat…………………………………….5B. Keuntungan dan Kerugian Jalur Pemberian Obat………...11C. Tepat Pemberian Obat…………………………………….13D. Bentuk Sediaan Berdasarkan Jalur Pemberian Obat……...15

BAB III. Tinjauan Islam A. Sains dan Teknologi Kesehatan dalam Pandangan Islam..20B. Obat Bagi Segala Macam Penyakit……………………….21C. Hukum Jalur Pemberian Obat…………………………….22

KesimpulanDaftar Pustaka

Kelompok 2 (Farmasi B) Page 3

Makalah Jalur Pemberian Obat (Farmakologi Dasar)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rute pemberian obat (Routes of Administration) merupakan salah satu

faktor yang mempengaruhi efek obat, karena karakteristik lingkungan fisiologis

anatomi dan biokimia yang berbeda pada daerah kontak obat dan tubuh

karakteristik ini berbeda karena jumlah suplai darah yang berbeda; enzim-enzim

dan getah-getah fisiologis yang terdapat di lingkungan tersebut berbeda. Hal-hal

ini menyebabkan bahwa jumlah obat yang dapat mencapai lokasi kerjanya dalam

waktu tertentu akan berbeda, tergantung dari rute pemberian obat.1

Memilih rute penggunaan obat tergantung dari tujuan terapi, sifat obatnya

serta kondisi pasien. Oleh sebab itu perlu mempertimbangkan masalah-masalah

seperti berikut:

a. Tujuan terapi menghendaki efek lokal atau efek sistemik

b. Apakah kerja awal obat yang dikehendaki itu cepat atau masa kerjanya lama

c. Stabilitas obat di dalam lambung atau usus

d. Keamanan relatif dalam penggunaan melalui bermacam-macam rute

e. Rute yang tepat dan menyenangkan bagi pasien dan dokter

f. Harga obat yang relatif ekonomis dalam penyediaan obat melalui bermacam-

macam rute

g. Kemampuan pasien menelan obat melalui oral.

Bentuk sediaan yang diberikan akan mempengaruhi kecepatan dan besarnya

obat yang diabsorpsi, dengan demikian akan mempengaruhi pula kegunaan dan

efek terapi obat. Bentuk sediaan obat dapat memberi efek obat secara lokal atau

sistemik. Efek sistemik diperoleh jika obat beredar ke seluruh tubuh melalui

peredaran darah, sedang efek lokal adalah efek obat yang bekerja setempat

misalnya salep2

1 Katzug, Basic and Clinical Pharmacology, 9th ed, 2003. PP. Hal 15672 Anief. Ilmu Meracik Obat. UGM Press: Yogyakarta. 2010. Hal 52

Kelompok 2 (Farmasi B) Page 4

Makalah Jalur Pemberian Obat (Farmakologi Dasar)

Efek sistemik dapat diperoleh dengan cara:

a. Oral melalui saluran gastrointestinal atau rectal

b. Parenteral dengan cara intravena, intra muskuler dan subkutan

c. Inhalasi langsung ke dalam paru-paru.

Efek lokal dapat diperoleh dengan cara:

a. Intraokular, intranasal, aural, dengan jalan diteteskan ada mata, hidung,

telinga

b. Intrarespiratoral, berupa gas masuk paru-paru

c. Rektal, uretral dan vaginal, dengan jalan dimasukkan ke dalam dubur,

saluran kencing dan kemaluan wanita, obat meleleh atau larut pada

keringat badan atau larut dalam cairan badan

B. Rumusan Masalah

1. Apa saja jalur pemberian obat?

2. Apa keuntungan dan kerugian dari tiap jalur pemberian obat?

3. Bagaimana optimalisasi tepat pemberian obat?

4. Apa saja bentuk sediaan berdasarkan jalur pemberian obat?

5. Bagaimana sains dan teknologi kesehatan dalam pandangan islam?

6. Dalil tentang obat segala macam penyakit

7. Bagaimana hukum jalur tiap pemberian obat menurut islam?

Kelompok 2 (Farmasi B) Page 5

Makalah Jalur Pemberian Obat (Farmakologi Dasar)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Jalur Pemberian Obat

Jalur pemberian obat turut menetukan kecepatan dan kelengkapan resorpsi obat.

Tergantung dari efek yang diinginkan, yaitu efek sistemik (di seluruh tubuh)

atau efek local (setempat) keadaan pasien dan sifat-sifat fisiko-kimiawi obat,

dapat dipilih dari banyak cara untuk memberikan obat.

1. Efek Sistemik

a. Oral

Pemberian obat melalui mulut (per oral) adalah cara yang paling

lazim, karena sangat praktis, mudah dan aman. Namun tidak semua obat

dapat diberikan peroral, misalnya obat yang bersifat merangsang (emetin,

aminofilin) atau yang diuraikan oleh getah lambung, seperti

benzilpenisilin, insulin, oksitosin dan hormone steroida.

Sering kali, resorpsi obat setelah pemberian oral tidak teratur dan

tidak lengkap meskipun formulasinya optimal, misalnya senyawa

ammonium kwartener (thiazianium, tetrasiklin, kloksasilin dan digoksin)

(maksimal 80%). Keberatan lain adalah obat segtelah direpsorbsi harus

melalui hati, dimana dapat terjadi inaktivasi sebelum diedarkan ke lokasi

kerjanya.

Untuk mencapai efek local di usus dilakukan pemberian oral, misalnya

obat cacing atau antibiotika untuk mensterilkan lambung-usus pada

infeksi atau sebelum pembedahan (streptomisin, kanamisin, neomisin,

beberapa sulfonamida). Obat-obat ini justru tidak boleh diserap.3

b. Sublingual

Obat setelah dikunyah halus (bila perlu) diletakkan di bawah lidah

(sublingual), tempat berlangsungnya rebsorpsi oleh selaput lender

setmpat ke dalam vena lidah yang banyak di lokasi ini. Keuntungan cara

ini ialah obat langsung masuk ke peredaran darah besar tanpa melalui

3 Tjay dkk. Obat-obat Penting. Pt. Alex Media Komputindo; Jakarta. 2006. hlm. 18

Kelompok 2 (Farmasi B) Page 6

Makalah Jalur Pemberian Obat (Farmakologi Dasar)

hati. Oleh karena itu, cara ini digunakan bila efek yang pesat dan lengkap

diinginkan, misalnya pada serangan angina (suatu penyakit jantung),

asma atau migrain (nitrogliserin, isoprenalin, ergotamin juga

metiltesteron). Kebertannya adalah kurang praktis untuk digunakan

terus-menerus dan dapat merangsang mukosa mulut. Hanya obat yang

bersifat lipofil saja yang dapat diberikan dengan cara ini.4

c. Injeksi

Pemberian obat secara parenteral (berarti “di luar usus”) biasanya dipilih

bila diinginkan efek yang cepat, kuat dan lengkap atau untuk obat yang

merangsang atau dirusak oleh getah lambung (hormon), atau tidak

diresorpsi usus (streptomisin). Begitu pula pasien yang tidak sadar atau

tidak mau kerja sama. Keberatannya adalah cara ini lebih mahal dan

nyeri serta sukar digunakan oleh pasien sendiri. selain itu ada pula

bahaya terkena infeksi kuman (harus steril) dan bahaya merusak

pembuluh atau saraf jika tempat suntikan tidak dipilih dengan tepat.5

- Subkutan (hipodermal)

Injeksi dibawah kulit dapat dilakukan hanya dengan obat

yang tidak merangsang dan melarut baik dalam air atau minyak.

Efeknya tidak secepat injeksi intramuscular atau intravena.

Mudah dilakukan sendiri, misalnya insulin pada pasien penyakit

gula.

- Intrakutan

Absorpsi sangat lambat, mislanya injeksi tuberculin dari

Mantoux.

- Intramuscular

Dengan injeksi di dalam otot, obat yang terlarut bekerja

dalam waktu 10-30 menit. Guna memperlambat resorpsi dengan

maksud memperpanjang kerja obat, sering kali digunakan larutan

atau suspensi dalam minyak, misalnya suspensi penisilin dan

4 Ibid, Hal 18-195 Ibid, Hal 19

Kelompok 2 (Farmasi B) Page 7

Makalah Jalur Pemberian Obat (Farmakologi Dasar)

hormone kelamin. Tempat injeksi umumnya dipilih pada otot

bokong yang tidak memiliki banyak pembuluh dan saraf.

- Intravena

Injeksi ke dalam pembuluh darah menghasilkan menghasilkan

efek tercepat: dalam waktu 18 detik, yaitu waktu satu peredaran

darah, obat sudah tersebar ke seluruh jaringan. Tetapi lama kerja

obat biasanya hanya singkat. Cara ini digunkan untuk mencapai

pentakaran yang tepat dan dapat dipercaya, atau efek yang sangat

cepat dan kuat. Tidak untuk obat yang tak larut air atau

menimbulkan endapan dengan protein atau butir darah.

Bahaya injeksi i.v. adalah dapat mengakibatkan terganggunya

zat-zat kolida darah dengan reaksi hebat, karena dengan cara ini

‘benda asing’ langsung dimasukkan ke dalam sirkulasi , misalnya

tekanan darah mendadak turun dan timbul shock. Bahaya ini

lebih besar bila injeksi dilakukan terlalu cepat, sehingga kadar

obat setempat dalam darah meningkat terlalu pesat. Oleh karena

itu setiap injeksi i.v. sebaiknya dilakukan dengan amat perlahan,

antara 50 dan 70 detik lamanya.

Infus tetes intravena dengan obat sering kali dilakukan di

rumah sakit pada keadaan darurat atau dengan obat yang cepat

metabolisme dan ekskresinya guna mencapai kadar plasma yang

tetap tinggi.

- Intra-arteri

Injeksi ke pembuluh nadi adakalanya dilakukan untuk

“membanjiri” suatu organ, misalnya hati, dengan obat yang

sangat cepat diinaktifkan atau terikat pada jaringan, misalnya obat

kanker nitrogenmustard.

- Intralumbal

Intralumbal (antara ruas tulang belakang), intraperitoneal (ke

dalam ruang selaput perut), intrapleural (selaput paru-paru),

intracardial (jantung) ddan anti-artikuler (ke celah-celah sendi)

Kelompok 2 (Farmasi B) Page 8

Makalah Jalur Pemberian Obat (Farmakologi Dasar)

adalah beberapa cara injeksi lainnya untuk memasukkan obat

langsung ke tempat yang diinginkan.

- Implantasi subkutan

Implantasi subkutan adalah memasukkan obat yang berbentuk

pellet steril (tablet silindris kecil) ke bawah kulit dengan

menggunkan suatu alat khusus (trocar). Obat ini terutama

digunakan untuk efek sistemis lama, misalnya hormon kelamin

(estradiol dan testosteran. Akibat resorpsi yangh lambat, satu

pellet dapat melepaskan zat aktifnya secara teratur selama 3-5

bulan lamanya. Bahkan dewasa ini tersedia implantasi obat

antihamil dengan lama kerja 3 tahun (Implanon, Norplant).

- Rektal

Rektal adalah pemberian obat melalui rectum (dubur) yang

layak untuk obat yang merangsang atau yang diuraikan oleh asam

lambung, biasanya dalam bentuk suppositoria, kadang-kadang

sebagai cairan (klisma: 2-10 mL, lavemen: 10-500 mL). Obat ini

terutama digunakan pada pasien yang mual atau muntah-muntah

(mabuk jalan atau migrain) atau yang terlampau sakit untuk

menelan tablet. Adakalanya juga untuk efek lokal yang cepat,

misalnya laksans (suppose, bisakodil/gliserin) dan klisma

(prednisone atau neomisin).

Sebagai bahan dasar (basis) suppositoria digunakan lemak

yang meleleh pada suhu tubuh (k.l. 36,80C), yakni oleum cacao

dan gliserida sintetis (Estarin, Wittepsol). Demikian pula zat-zat

hidrofil yang melarut dalam getah rectum, misalnya tetrasiklin,

kloramfenikol dan sulfonamida (hanya 20%). Karena ini

sebaiknya diberikan dosis oral dan digunakan pada rectum kosong

(tanpa tinja). Akan tetapi, setelah obat diresopsi, efek sistemiknya

lebih cepat dan lebih kuat dibandingkan pemberian per oral,

berhubung vena-vena bawah dan tengah dari rectum tidak

tersambung pada system porta dan obat tidak melalui hati pada

Kelompok 2 (Farmasi B) Page 9

Makalah Jalur Pemberian Obat (Farmakologi Dasar)

peredaran darah pertama, sehingga tidak mengalami perombakan

First Pass Effect. Pengecualian adalah bila obat diserap di bagian

atas rectum dan oleh vena porta dan kemudian ke hati. Misalnya

thiazianium.

Dengan demikian, penyebaran obat di dalam rectum yang

tergantung dari basis suppositoria yang digunakan, dapat

menentukan rutenya ke sirkulasi darah besar. Suppositoria dan

salep juga sering digunakan untuk efek local pada gangguan

poros usus misalnya wasir. Keberatannya ialah dapat

menimbulkan peradangan bila digunakan terus-menerus.

2. Efek Lokal

a. Intranasal

Mukosa lambung-usus dan rectum, juga selaput lendir lainnya dalam

tubuh, dapat menyerap obat dengan baik dan menghasilkan terutama efek

setempat. Secara intranasal (melalui hidung) digunakan tetes hidung pada

selesma untuk menciutkan mukosa yang bengkak (efedrin,

ksilometazolin). Kadang-kadang obat juga untuk memberikan efek

sistemis, misalnya vasopressin dan kortikosteroida (heklometason,

flunisolida).6

b. Intra-okuler dan Intra-aurikuler (dalam mata dan telinga)

Obat berbentuk tetes atau salep digunakan untuk mengobati penyakit

mata atau telinga. Pada penggunaan beberapa jenis obat tetes harus

waspada, karena obat dapat diresorpsi ke darah dan menimbulkan efek

toksik, misalnya atropin.7

c. Inhalasi (Intrapulmonal)

Gas, zat terbang, atau larutan sering kali diberikan sebagai inhalasi

(aerosol), yaitu obat yang disemprotkan ke dalam mulut dengan alat

aerosol. Semprotan obat dihirup dengan udara dan resorpsi terjadi

melalui mukosa mulut, tenggorokan dan saluran napas. Tanpa melalui

6 Ibid, hal 207 Ibid

Kelompok 2 (Farmasi B) Page 10

Makalah Jalur Pemberian Obat (Farmakologi Dasar)

hati, obat dapat dengan cepat memasuki predaran darah dan

menghasilkan efeknya. Yang digunakan secara inhalasi adalah anestetika

umum (eter, halotan) dan obat-obat asam (adrenalin, isoprenalin,

budenosida dan klometason) dengan maksud mencapai kadar setempat

yang tinggi dan memberikan efek terhadap brochia. Untuk maksud ini,

selain larutan obat, juga dapat digunakan zat padatnya (turbuhaler) dalam

keadaan sangat halus (microfine: 1-5 mikron), misalnya

natriumkromoglikat, beklometason dan budesonida.8

d. Intravaginal

Untuk mengobati gangguan vagina secara local tersedia salep, tablet atau

sejenis suppositoria vaginal (ovula) yang harus dimasukkan ke dalam

vagina dan melarut di situ. Contohnya adalah metronidazol pada vaginitis

(radang vagina) akibat parasit trichomonas dan candida. Obat dapat pula

digunakan sebagai cairan bilasan. Penggunaan lain adalah untuk

mencegah kehamilan, di mana zat spermicide (dengan daya mematikan

sel-sel mani) dimasukkan dalam bentuk tablet busa, krem atau foam.9

e. Kulit (topical)

Pada penyakit kulit, obat yang digunakam berupa salep, krim, atau lotion

(kocokan). Kulit yang sehat dan utuh sukar sekali ditembus obat, tetapi

resorpsi berlangsung lebih mudah bila ada kerusakan. Efek sistemis yang

menyusul kadang-kadang berbahaya, seperti degan dengan kortikosterida

(kortison, betametason, dll), terutama bila digunakan dengan cara

occlusi.10

B. Keuntungan dan Kerugian Jalur Pemberian Obat

8 Ibid9 Ibid, Hal 2110 Ibid

Kelompok 2 (Farmasi B) Page 11

Makalah Jalur Pemberian Obat (Farmakologi Dasar)

Secara umum, keuntungan dan kerugian dalam jalur pemberian obat adalah11

1. Oral

Keuntungan

- Sangat menyenangkan

- Biasanya harganya terjangkau

- Aman, tidak merusak pertahanan kulit

- Pemberian biasanya tidak menyebabkan stress

Kerugian

- Sulit bagi yang enggan menelan obat

- Rasa cenderung pahit

- Proses cenderung lama

2. Sublingual

Keuntungan

- Proses absorpsi cepat, langsung pada vena mukosa

- Bentuk kecil tidak ribet diletakkan pada bawah lidah atau pipi

Kerugian

- Pemakaian bisanya hanya untuk seseorang yang pingsan

- Dapat merangsang mukosa mulut

3. Rectal

Keuntungan

- Terhindar dari rasa pahit

- Absorpsi cepat karena langsung memasuki vena mukosa

- Cepat melebur pada suhu tubuh

Kerugian

- Pemakaian kurang menyenangkan

- Sediaan mudah tengik dan harus di jaga kesterilannya dari

mikroorganisme.

4. Topical

Keuntungan

11 Nastity, Gemy. Farmakologi. Cakrawala Publishing; Yogyakarta. 2009. hlm. 46

Kelompok 2 (Farmasi B) Page 12

Makalah Jalur Pemberian Obat (Farmakologi Dasar)

- Memberikan efek local

- Efek samping sedikit

Kerugian

- Mungkin kotor dan dapat mengotori pakaian

- Cepat memasuki tubuh melalui abrasi dan efek sistematik

5. IM

Keuntungan

- Nyeri akibat iritasi kurang

- Dapat diberikan dalam jumlah yang besar dari pemberian SC

- Obat diabsorpsi dengan cepat

Kerugian

- Merusak barier kulit

- Dapat menyebabkan kecemasan

6. Sub Cutan

Keuntungan

- Kerja obat lebih cepat dari pemberian oral

Kerugian

- Harus menggunakan teknik steril karena merusak barier kulit

- Diberikan hanya dalam jumlah kecil

- Lebih lambat dari pemberian intaramuscular

- Lebih mahal dari obat oral, beberapa obat dapat mengiritasi

jaringan kulit dan menyebabkan nyeri

- Dapat menimbulkan kecemasan

7. Intar Dermal

Keuntungan

- Absorpsi lambat

- Digunakan untuk melihat reaksi alergi

Kerugian

- Jumlah obat yang digunakan harus kecil

Kelompok 2 (Farmasi B) Page 13

Makalah Jalur Pemberian Obat (Farmakologi Dasar)

- Merusak barier kulit

8. IV

Keuntungan

- Efek kerja cepat

Kerugian

- Terbatas pada obat dengan daya larut tinggi

- Distribusi obat mungkin dihambat oleh sirkulasi darah yang

menurun

9. Inhalasi

Keuntungan

- Pemberian obat melalui saluran pernapasan

- Obat dapat diberikan pada pasien yang tidak sadar

Kerugian

- Obat dimaksudkan pada efek setempat

- Menghasilkan efek sistemik

- Hanya digunakan untuk saluran pernapasan

C. Tepat Pemberian Obat

Farmasis mempunyai tanggungjawab yang besar berkaitan dengan pemberian

obat. Antara lain harus mengecek mulai dari perintah melalui (telepon, resep,

catatan medik), frekuensi pemberian (jika perlu, 1 kali perhari atau 4 kali

perhari), indikasi, dosis dan jalur pemberian. Setelah pengecekan, paramedic

harus memastikan bahwa pemberian obat yang diberikan mengikuti 6 benar atau

tapat, yaitu tepat pasien, obat, waktu, dosis jalur pemberian dan tepat

dokumentasi.12

1. Tepat Pasien

Pemberian obat yang tidak tepat pasien dapat terjadi seperti pada saat

ordernya lewat telepon, pasien yang masuk bersamaan, kasus penyakit sama,

suasana pasien sedang kusut atau adanya pindahan pasien dari ruang satu ke

ruang lainnya.

12 Priyanto. Farmakologi Dasar. Leskonfi:Yogyakarta. 2008. Hlm. 17-19

Kelompok 2 (Farmasi B) Page 14

Makalah Jalur Pemberian Obat (Farmakologi Dasar)

2. Tepat obat

Untuk menjamin obat yang diberikan benar, label atau etiket harus dibaca

dengan teliti setiap akan memberikan obat. Label atau etiket yang perlu

diteliti antara lain nama obat, sediaan, konsentrasi, dan cara pemberiaan serta

Experied date. Kesalahan pemberian obat sering terjadi jika perawat

memberikan obat yang disiapkan oleh perawat lain atau pemberian obat

melalui wadah (spuit) tanpa identitas atau label yang jelas. Harus diusahakan

menyiapkan sendiri obat yang akan diberikan.

3. Tepat Waktu

Pemberian obat berulang, lebih berpotensi menimbulkan pemberian obat

yang tidak tepat waktu. Banyak obat yang pemberiannya menuntut harus

tepat waktu. Misalnya pada kasus gawat darurat henti jantung, efinefrin

diberikan setiap 3-5 menit, jika tidak dipatuhi akan menghasilkan kadar obat

yang tidak sesuai. Kekurangan atau kelebihan keduanya sangat berbahaya.

Termasuk tepat waktu juga mencakup tepat kecepatan pemberian obat

melalui injeksi (bolus atau lambat) atau pemberian melalui infus. Banyak

obat yang menuntut harus tepat waktu pemberian obat terlalu cepat atau

lambat dapat berakibat serius. Contoh dopamin harus diberikan antara 2-10

g/kg/menit, atropin harus diberikan melalui injeksi IV bolus (cepat).

Pemberian dopamin secara bolus dapat menimbulkan kematian, sedangkan

pemberian atropin secara lambat akan memperparah brandikardi

(perlambatan denyut jantung) yang paradoksial. Adenosin yang mempunyai

waktu paruh (t1/2) sangat pendek harus diberikan dengan cepat supaya efektif.

4. Tepat dosis

Dosis yang tidak tepat dapat menyebabkan kegagalan terapi atau timbul efek

yang berbahaya. Kesalahan dosis sering terjadi pada pasien anak-anak, lansia

atau pada orang obesitas. Perhitungan dosis secara cermat harus dilakukan

juga pada obat yang diberikan melalui infus, termasuk perhitungan

kecepatan tetesan setiap menitnya.

5. Tepat rute

Kelompok 2 (Farmasi B) Page 15

Makalah Jalur Pemberian Obat (Farmakologi Dasar)

Jalur atau rute pemberian obat adalah jalur obat masuk kedalam tubuh. Jalur

pemberian yang salah dapat berakibat fatal atau minimal obat yang diberikan

tidak efektif. Sebagai contoh epinefrin diberikan secara subkutan pada pasien

asma karena diabsorbsi secara lambat dan dapat berefek kira-kira 20 menit.

Jika diberikan secara injeksi IM akan menyebabkan nekrosis jaringan karena

terjadi vasokonstriksi berlebihan selain pasien juga tidak akan mendapatkan

manfaat dari cara pemberian ini. Ketika diminta memberikan efinefrin secara

subkutan dan diberikan secara injeksi IV dapat menimbulkan efek

detrimental pada pasien dewasa karena peningkatan kebutuhan oksigen di

jantung. Sebaliknya pemberian obat secara subkutan untuk pengurangan rasa

sakit yang seharusnya diberikan secara injeksi IV akan menyebabkan

perlambatan efek atau obat kurang efektif.

6. Tepat Dokumentasi

Aspek dokumentasi sangat penting dalam pemberian obat karena sebagai

sarana untuk evaluasi. Menurut beberapa ahli, dokumentasi merupakan

bagian dari pemberian obat yang rasional. Pemberian obat yang harus

didokumentasikan meliputi nama obat, dosis, jalur pemberian, tempat

pemberian, alasan pemberian obat, dan tandatangan yang memberikan.

D. Bentuk Sediaan Berdasarkan Jalur Pemberian

1. Sediaan Oral

a. Tablet yang digunakan melalui mulut13

Tablet kempa atau tablet kempa standar

Kategori ini menunjukan bahwa tablet yang tidak disalut standar

dibuat dengan pencetakan dan penggunaan salah satu dari

pembuatan tablet yaitu granulasi basah pencetakan ganda dan

pencetakan langsung.

Tablet kempa ganda

Tablet kempa ganda adalah dua kelompok tablet yang dikempa

beberapa kali yaitu tablet berlapis dari tablet yang disalut

13 Lachman. Teori dan Praktik Farmasi Industri II. UIP: Jakarta. 2008. Hlm. 707-712

Kelompok 2 (Farmasi B) Page 16

Makalah Jalur Pemberian Obat (Farmakologi Dasar)

dengan pengempaan. Kedua jenis tablet ini merupakan system

dua komponen atau tiga lapisan adalah salah satu tablet di dalam

tablet.

Tablet dengan kerja berulang

Cara kerja dari tablet dengan kerja berulang dan batasan yang

berdasarkan pada pengosongan lambung yang tidak dapat

dikontrol dan tidak dapat diamalkan.

Tablet aksi dipertama dan tablet salut enteric

Bentuk sediaan tablet pertama dimasukkan untuk melepaskan

obat sesudah penundaan beberapa lama atau setelah tablet

melalui satu bagian saluran cerna bagian lainnya.

Contohnya : tablet salut enteric

Tablet salut gula dan tablet salut coklat

Tablet yang disalut dengan coklat sebetulnya sudah kuno. Anak-

anak sudah salah sangka dikira permen. Tablet yang disalut

dengan gulayang menyebabkan kerugian serupa.

Tablet bersalut lapis tipis

Tablet yang disalut dengan lapisan tipis atau film sudah

dikembangkan sebagai suatu alternatif produsen untuk

pembentukan tablet salut yang obatnya tidak diperlukan dalam

penyalutan.

Tablet kunya

Tablet kunya dimaksudkan untuk dikunya dimulut sebelum

ditelan dan bukan untuk ditelan utuh. Tujuan dari tablet kunya

adalah untuk memberikan suatu bukan pengobatan yang dapat

diberikan dengan mudah kepada anak-anak atau orang tua yang

mungkin sukar menelan obat utuh.

b. Tablet yang digunakan dalam rongga mulut14

Tablet buccal atau sublingual

14 Ibid, Hlm. 713-714

Kelompok 2 (Farmasi B) Page 17

Makalah Jalur Pemberian Obat (Farmakologi Dasar)

Kedua jenis tablet ini dimaksudkan untuk diletakkan di dalam

mulut agar dapat melepaskan ibatnya sehingga di serap langsung

oleh selaput lendir.

Traches dan lotenges

Kedua jenis ini adalah bentuk lain tablet untuk pemakaian dalam

rongga mulut, penggunaan kedua jenis tablet ini dimasukkan

untuk member efek local pada mulut atau kerongkongan.

Kerucut gigi (dental cones)

Adalah suatu bentuk tablet yang cukup kecil dirancang untuk di

tempatkan di dalam gigi yang kosong setelah pencabutan gigi.

c. Tablet yang digunakan untuk membuat larutan15

Tablet effervercent

Tablet ini di masukkan untuk menghasilkan larutan secara cepat

dengan menghasilkan CO2 secara serentak.

Tabet Dispending (DT)

Tablet dimaksudkan untuk ditambahkan kedalam air dengan

volume larutan oleh ahli farmasi atau konsumen untuk mendapat

suatu larutan obat dengan kosentrasi tertentu.

Tablet Hipodermik (HT)

Tablet ini terdiri dari suatu obat atau lebih dengan bahan yang

lain dengan secara larut dalam air dan dimasukkan untuk di

tambahkan kedalam air yang sehat/air untuk injeksi.

Tablet Triturasi (TT)

Biasanya kecil dan silindris dibuat dengan menuang atau dengan

mengempa.

2. Sediaan Rectal dan Vaginal

Sediaan rectal/vaginal antara lain;16

15 Ibid, Hlm. 715-71716 Lachman. Teori dan Praktik Farmasi Industri III. UIP: Jakarta. 2008. Hlm. 1177-1178

Kelompok 2 (Farmasi B) Page 18

Makalah Jalur Pemberian Obat (Farmakologi Dasar)

a. Suppositoria rektal/analia

Untuk dewasa kalau tidak dinyatakan lain beratnya adalah 3 g; bentuk

lonjong pada salah satu atau kedua ujungnya, sedangkan untuk anak-

anak kalau tidak dinyatakan lain beratnya adalah 2 g.

b. Suppositoria vaginal/ovula

Berbentuk bulat atau bulat telur, umumnya memiliki berat 5-15 g,

sering disebut tablet vaginal.

c. Suppositoria urethal

Ukuran untuk pria adalah panjang 125-140 mm, diameter 3-6 mm,

massa 4 g. Sedangkan untuk wanita panjangnya 50-70 mm dan

massanya 2 g (setengah ukuran laki-laki).

d. Suppositoria Suspensi

Bentuk ini memiliki kelarutan bahan obat yang rendah di dalam basis

sehingga bahan obat berada dalam bentuk tersuspensi (suspensi beku).

e. Suppositoria Emulsi

Basis pengemulsi mempunyai berbagai keuntungan dalam teknologi

pembuatan dan biofarmasi. Sedangkan kerugiannya adalah pengerasan

akibat penguapan airnya, mudah mengering, mudah tercemari mikroba,

mempengaruhi stabilitas bahan obat dan masa lemak, serta dapat

mengurangi resorpsi bahan obat

3. Sediaan Implantasi

Sediaan Implantasi yakni17

Tablet inplantasi atau tablet depo

Dimasukkan untuk ditanam di bawah kulit manusia dan hewan

4. Sediaan Parenteral

Sediaan Prenteral meliputi18

17 Lachman. Teori dan Praktik Farmasi Industri II. UIP: Jakarta. 2008. Hlm. 71418 Ibid, Hlm. 1295

Kelompok 2 (Farmasi B) Page 19

Makalah Jalur Pemberian Obat (Farmakologi Dasar)

a. Obat, larutan, atau emulsi yang digunakan untuk injeksi ditandai

dengan nama: injeksi. Contoh: Injeksi Insulin

b. Sediaan padat kering atau cairan pekat yang tidak mengandung dapar,

pengencer, atau bahan tambahan lain dan larutan yang diperoleh setelah

penambahan pelarut yang memenuhi persyaratan injeksi. Kita dapat

membedakan dari nama bentuknya: steril. Contoh: Sodium steril

c. Sediaan seperti tertera pada no. 2, tetapi mengandung satu atau lebih

dapar, pengencer, atau bahan tambahan lain dan dapat dibedakan dari

nama bentuknya: untuk injeksi. Contoh: Methicillin Sodium untuk

injeksi.

d. Sediaan berupa suspensi serbuk dalam medium cair yang sesuai dan

tidak disuntikan secara intravena atau ke dalam saluran spinal. Kita

dapat membedakannya dari nama bentuknya: suspensi steril. Contoh:

Cortison Suspensi steril

e. Sediaan padat kering dengan bahan pembawa yang sesuai membentuk

larutan yang memenuhi semua persyaratan untuk suspensi steril setelah

penambahan pembawa yang sesuai. kita dapat membedakan dari nama

bentuknya: steril untuk suspensi

BAB III

TINJAUAN ISLAM

Kelompok 2 (Farmasi B) Page 20

Makalah Jalur Pemberian Obat (Farmakologi Dasar)

A. Sains dan Teknologi Kesehatan dalam Pandangan Islam

Tolak ukur era modern ini adalah sains dan teknologi. Sains dan teknologi

mengalami perkembangan yang begitu pesat bagi kehidupan manusia. Dalam

setiap waktu para ahli dan ilmuwan terus mengkaji dan meneliti sains dan

teknologi sebagai penemuan yang paling canggih dan modern. Keduanya sudah

menjadi simbol kemajuan pada abad ini. Oleh karena itu, apabila ada suatu

bangsa atau negara yang tidak mengikuti perkembangan sains dan teknologi,

maka bangsa atau negara itu dapat dikatakan negara yang tidak maju dan

terbelakang.

Islam tidak pernah mengekang umatnya untuk maju dan modern. Justru

Islam sangat mendukung umatnya untuk melakukan research dan bereksperimen

dalam hal apapun, termasuk sains dan teknologi. Bagi Islam sains dan teknologi

adalah termasuk ayat-ayat Allah yang perlu digali dan dicari keberadaannya.

Ayat-ayat Allah yang tersebar di alam semesta ini, dianugerahkan kepada

manusia sebagai khalifah di muka bumi untuk diolah dan dimanfaatkan dengan

sebaik-baiknya.19

Pandangan Islam tentang sains dan teknologi dapat diketahui prinsip-

prinsipnya dari analisis wahyu pertama yang diterima oleh Nabi Muhammad

saw:

خلق الذي ربك بسم علق اقرأ من اإلنسان اقرأ خلق

األكرم باالقلم وربك علم يعلم الذي مالم اإلنسان علم

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia

Telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan

Tuhanmulah yang Maha pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan

perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak

diketahuinya. (QS. Al-Alaq: 1-5)”

19 Abbas, At Tibyan wal Ittikhaf Fi Ahkamis Shiyam Wal I’tikaf. Saudi Arabia: Darul Qiyam. 2003. Hlm. 109

Kelompok 2 (Farmasi B) Page 21

Makalah Jalur Pemberian Obat (Farmakologi Dasar)

Peradaban Islam pernah memiliki khazanah ilmu yang sangat luas dan

menghasilkan para ilmuwan yang begitu luar biasa. Ilmuwan-ilmuwan ini

ternyata jika kita baca, mempunyai keahlian dalam berbagai bidang. Sebut saja

Ibnu Sina. Dalam umurnya yang sangat muda, dia telah berhasil menguasai

berbagai ilmu kedokteran. Mognum opusnya al-Qanun fi al-Thib menjadi

sumber rujukan utama di berbagai Universitas Barat.

Selain Ibnu Sina, al-Ghazali juga bisa dibilang ilmuwan yang representatif

untuk kita sebut di sini. Dia teolog, filosof, dan sufi. Selain itu, dia juga terkenal

sebagai orang yang menganjurkan ijtihad kepada orang yang mampu melakukan

itu. Dia juga ahli fiqih. Al-Mushtasfa adalah bukti keahliannya dalam bidang

ushul fiqih. Tidak hanya itu, al-Ghazali juga ternyata mempunyai paradigma

yang begitu modern. Dia pernah mempunyai proyek untuk menggabungkan,

tidak mendikotomi ilmu agama dan ilmu umum. Baginya, kedua jenis ilmu

tersebut sama-sama wajib dipelajari oleh umat Islam.20

B. Obat bagi Segala Penyakit

Salah satu nikmat dari Allah Azza wajalla, ketika Allah Subhaanahu

wata’aala, memberikan obat dari penyakit apa saja yang diderita oleh seorang

hamba. Telah disebutkan dalam sahih Bukhari dari hadits Abu Hurairah

Radhiallohu Anhu bahwa Rasulullah Shallallohu ‘alaihi wasallam, bersabda:

له َل� �َز� �ْن َأ إال َد�اًء� الله َل� �َز� �ْن َأ َف�اًء�ما ِش�

“Tidaklah Allah menurunkan satu penyakit melainkan Allah telah

menurunkan untuknya obat penyembuh.” (HR.Bukhari).

Demikian pula disebutkan dalam sahih Muslim dari hadits Jabir radiallohu anhu,

bahwa Rasulullah Shallallohu ‘alaihi wasallam, bersabda:

وجل عَز %ه� الل �ْذ�ِن� �ِإ ِب� َأ �َر� ِب الَّد%اًء� َد�و�اًء, ,ِص�يَب� َأ فِإْذا َد�و�اًء1 َد�اًء2 ,ل3 �ُك ل

“Setiap penyakit ada obatnya, jika obat itu sesuai dengan penyakitnya, akan

sembuh dengan izin Allah Azza wajalla,”(HR.Muslim).

20 Ibid

Kelompok 2 (Farmasi B) Page 22

Makalah Jalur Pemberian Obat (Farmakologi Dasar)

Disebutkan pula dari hadits Usamah bin Syarik radiallohu anhu, berkata :

Telah datang seorang Baduwi kepada Rasulullah Shallallohu ‘alaihi wasallam,

lalu berkata: Wahai Rasulullah, Siapakah manusia terbaik? Beliau menjawab:

yang paling baik akhlaknya. Lalu Ia bertanya lagi: Wahai Rasulullah, Apakah

boleh kami berobat? Jawab Rasulullah Shallallohu ‘alaihi wasallam, :

�ه, ِه�ل ج� من �ه, و�ج�ِه�ل �َم�ه, ع�ل من �َم�ه, ع�ل َف�اًء� ِش� له َل� �َز� �ْن َأ َأال َد�اًء� َل� �َز3 ,َن ُي لم %ه� الل فاِن �َّد�او�و�ا َت

“Berobatlah wahai hamba Allah, sesungguhnya Allah tidak menurunkan satu

penyakit melainkan Allah menurunkan obat untuknya, ada yang mengetahuinya

dan ada pula yang tidak mengetahuinya.”

 Dalam riwayat lain dengan lafaz:

�لم ِإ�ن وجل عز وَل$ الل�َه$ ُس) ر$ يا قالوا ٍد* و$اِح� َد$اٍء* غير َد$و$اٍء1 لَه َل$ $ن2ز$ أ ِإ�ال َد$اٍء1 ي)ْن2ز�َل2

م) ر$ ال2َه$ قاَل هو وما الل�َه�

“Sesungguhnya Allah Azza wajalla, tidak menurunkan satu penyakit melainkan

Allah menurunkan untuknya obat, kecuali satu penyakit”. Mereka bertanya: apa

itu wahai Rasulullah?, Beliau menjawab: “Pikun”.(HR.Ahmad lafazh yang kedua

diriwayatkan oleh Abu Dawud, Thabarani dalam al-kabir, Ibnu Hibban, Al-Hakim

dalam Al-Mustadrak, Al-Humaidi dalam musnad, Al-Mukhtarah, disahihkan Al-

Albani dalam shahih al-jami’).

C. Hukum Jalur Pemberian Obat.

Pada dasarnya, semua jalur pemberian obat diperbolehkan sesuai dengan

dalil-dalil obat bagi segala macam penyakit pada bagian sebelumnya. Namun,

dalam keadaan puasa ada beberapa pendapat dan fatwa mengenai kehalalan jalur

pemberian obat saat puasa antara lain;

1. Hukum Suntik Saat Berpuasa

Kelompok 2 (Farmasi B) Page 23

Makalah Jalur Pemberian Obat (Farmakologi Dasar)

Marilah kita simak teks Arab di bawah ini dengan seksama supaya

diperoleh hukum yang jelas.21

Dari teks di atas, dapat diketahui bahwa hukum mengenai suntik

pengobatan adalah tidak membatalkan puasa. Pendapat ini merupakan

pendapat Syaikh Abdul Aziz bin Baz, Syaikh Muhammad Utsaimin,

Syaikh Muhammad Bukhoit, Syaikh Muhammad Syaltut, Dr. Fadhl

Abbas, Dr Muhammad Haitu, dan Muhammad Basyir as Saqfah. Mereka

berpendapat demikian karena puasa itu tetap sah sampai ada dalil yang

menunjukkan kerusakannya dan injeksi (suntik) tidak termasuk kategori

makan, tidak termasuk kategori minum, dan tidak bisa disamakan dengan

makan dan minum. Sehingga suntik tidak membatalkan puasa.

2. Hukum Tetes Telinga Saat Berpuasa

Obat tetes telinga adalah obat farmasi yang diteteskan pada telinga.

Apakah obat ini membatalkan puasa ataukah tidak? maka marilah kita

simak teks dibawah ini supaya tidak terjadi kesimpangsiyuran dalam

memahami masalah yang ada22:

21 Abdul.Majmuul Fatawa al Mu’ashiroh. Saudi Arabia: Darul Ilmi. 2003.Hlm 25722 Utsaimin. Majmuul Fatawa al Mu’ashiroh. Saudi Arabia: Darus Salam. Hlm. 220-221

Kelompok 2 (Farmasi B) Page 24

Makalah Jalur Pemberian Obat (Farmakologi Dasar)

Dari teks di atas dapat diketahui bahwa hukum obat tetes telinga

masih diperselisihkan. Pendapat pertama, Madzhab Hanafi dan Maliki

menghukumi batal puasanya sedangkan Madzhab Syafi’i dan hambali

menghukumi batal puasanya jika obat yang diteteskan tersebut sampai ke

otak. Pendapat ini didasarkan pada alasan jika obat yang diteteskan tadi

sampai pada otak atau tenggorokan. Sedangkan pendapat kedua

menyatakan tidak membatalkan puasa. Pendapat ini disampaikan oleh

sebagian pengikut Madzhab syafi’i dan Ibnu Hazm al Andalusy

dikarenakan apa yang diteteskan tidak sampi ke otak dan hanya sampai

pada pori-pori.

Selain itu, kedokteran modern telah menjelaskan bahwa tidak ada

saluran antara telinga dan otak yang bisa menghantarkan benda cair

kecuali pada satu keadaan, yaitu jika terjadi kerusakan celah pada gendang

telinga. Berdasarkan hal ini, maka yang benar adalah obat tetes telinga

tidak membatalkan puasa. Permasalahannya sekarang, Jika ada celah pada

gendang telinga, apakah hal tersebut membatalkan puasa. Apabila hal ini

terjadi maka ketika itu pengobatan melalui jalur telinga hukumnya sama

dengan pengobatan melalui jalur hidung.

Kelompok 2 (Farmasi B) Page 25

Makalah Jalur Pemberian Obat (Farmakologi Dasar)

3. Hukum Tetes Mata Saat Berpuasa

Marilah kita simak teks dibawah ini supaya tidak terjadi kesimpangsiyuran

dalam memahami masalah yang ada:23

Dari teks di atas dapat diketahui bahwa hukum obat tetes mata

dalam konteks pembatal puasa adalah adalah: Pendapat pertama, Bahwa

obat tetes mata tidak membatalkan puasa. Ini pendapat Syaikh Abdul

Aziz Ibnu Baz, Syaikh Muhammad Sholeh Ibnu Utsaimin, Dr Fadhl

Abbas, Dr Hasan Haitu, Wahbah Az Zuhaily,  Dr Ujail an Nasyimy, dan

Ali As Salusy. Mereka berdalil bahwa satu tetes obat mata ini = 0,06

cm3. Dan ukuran ini tidak sampai ke dalam perut. Karena tetesan ini

dalam perjalanannya melewati saluran air mata diserap seluruhnya dan

tidak akan sampai pada tenggorokan. Jika kita katakan ada yang masuk

ke dalam perut, maka itu adalah sangat sedikit sekali. Dan sesuatu yang

sangat sedikit bisa dimaafkan. Sebagaimana dimaafkannya air yang

tersisa dari kumur-kumur. Selain itu, alasan lainnya adalah obat tetes ini

bukanlah perkara yang ada nashnya, dan tidak pula yang semakna dengan

perkara yang ada nashnya. Pendapat kedua membatalkan puasa.

23 Syalthut, Al Fatawa. Saudi Arabia: Darul Ilmiyah.2005. Hlm.136

Kelompok 2 (Farmasi B) Page 26

Makalah Jalur Pemberian Obat (Farmakologi Dasar)

Pendapat tersebut diprakarsai dua ahli fiqih kontemporer yaitu Dr

Muhammad Mukhtar as Salamy dan Dr Muhamad Alfy. Alasan  mereka

adalah obat tetes mata tersebut di dianalogikan kepada celak. Adapun

analogi terhadap celak, maka tidak bisa dibenarkan (i) Karena celak

sendiri belum jelas apakah membatalkan puasa, sedangkan hadits yang

ada tentangnya adalah hadits yang dhoif (lemah) (ii) Karena itu adalah

analogi terhadap sesuatu perkara yang masih diperselisihkan (iii) Dan

karena dalil-dalil yang telah disebutkan pada pendapat yang pertama.

Karena itu hal ini qiyasnya tidak benar.

Pendapat yang paling kuat adalah pendapat yang pertama. Hal ini

dikarenakan pada dasarnya obat tetes mata tidak hukumi sama dengan

makan dan minum. karena dia tidak semakna dengan makan dan minum.

Oleh karena itu, puasanya tidak batal jika seseorang melakukan ini.

Kelompok 2 (Farmasi B) Page 27

Makalah Jalur Pemberian Obat (Farmakologi Dasar)

KESIMPULAN

Jalur Pemberian obat dikelompokkan berdasarkan efeknya. Efek sistemis meliptuti; oral, sublingual, injeksi, implantasi dan rectal. Sedangkan efek local meliputi; intranasal, inhalasi, intravaginal dan topical.

Setiap jalur pemberian memiliki keuntungan dan kerugian Enam tepat pemberian obat meliputi; tepat pasien, obat, waktu, dosis, rute dan

dokumentasi Setiap jalur pemberiann obat memiliki bentuk-bentuk sediaan tertentu yang

mendukung jalur pemberian tersebut. Islam menghalalkan sains dan teknologi kesehatan berdasarkan (QS: al-

A’laq: 1-5) Terdapat hadits-hadits yang menyatakan obat bagi segala macam penyakit Hukum jalur pemberian obat, hingga kini masih menjadi perdebatan para

ulama.

DAFTAR PUSTAKA

Kelompok 2 (Farmasi B) Page 28

Makalah Jalur Pemberian Obat (Farmakologi Dasar)

Abbas, At Tibyan wal Ittikhaf Fi Ahkamis Shiyam Wal I’tikaf. Saudi Arabia: Darul

Qiyam. 2003.

Abdul.Majmuul Fatawa al Mu’ashiroh. Saudi Arabia: Darul Ilmi. 2003.

Anief, Moeh. Ilmu Meracik Obat. UGM Press: Yogyakarta. 2010.

Handayani, Gemy Nastity. Farmakologi. Cakrawala Publishing; Yogyakarta.

2009.

Katzug,B.G. Basic and Clinical Pharmacology, 9th ed, PP. 2003

Lachman. Teori dan Praktik Farmasi Industri II. UIP: Jakarta. 2008.

Lachman. Teori dan Praktik Farmasi Industri III. UIP: Jakarta. 2008.

Priyanto. Farmakologi Dasar. Leskonfi:Yogyakarta. 2008.

Utsaimin. Majmuul Fatawa al Mu’ashiroh. Saudi Arabia: Darus Salam. 2008

Syalthut, Al Fatawa. Saudi Arabia: Darul Ilmiyah.2005. Hlm.136

Tjay, Tan Hoan, dkk. Obat-obat Penting. PT. Alex Media Komputindo; Jakarta.

2006.

Kelompok 2 (Farmasi B) Page 29