Klasifikasi ASA.doc

23
Klasifikasi ASA Klasifikasi status fisik yang lazim digunakan untuk menilai kebugaran fisik sese yang berasal dari The American Society of Anesthesiologist (ASA). Klasifikasi AS lain : • ASA I : asien dalam kondisi sehat • ASA II: asien dengan kelainan sistemik ringan ! sedang yang tidak berhubungan embedahan" dan asien masih daat melakukan akti#itas sehari$hari. • ASA III : asien dengan gangguan sistemik berat sehingga akti#itas rutin terbat • ASA I% : asien dengan kelainan sistemik berat tidak daat melakukan akti#itas enyakitnya meruakan ancaman kehiduannya setia saat (mengancam &i'a dengan a tana embedahan). • ASA % : asien tidak diharakan hidu setelah &am 'alauun dioerasi atau • ASA %I : brain$dead *ika akan dilakukan oerasi darurat daat mencantumkan tanda darurat +. KLASIFIKASI ASA (The American Society Of Anesthesiologists) Skor ASA (the American Society of Anesthesiologists) telah digunakan bertahun$ta sebagai indikator risiko erioeratif. ,anitia ASA ertama kali mengemukakan kon tersebut ada tahun - -" sebagai metoda untuk standarisasi status fisik di rek rumah sakit untuk ka&ian statistik di bidang anestesia. /anya serangkaian eruba telah dikenakan selama bertahun$tahun dan #ersi mutakhir dari klasifikasi ini ya diselesaikan ada tahun - 0 oleh the /ouse of 1elegates of the ASA disa&ikan 2.-. asien diberi skor menurut kebugaran fisik mereka dan huru + ditambahkan & rosedur yang direncanakan bersifat darurat (emergensi). 3alauun skor mudah dan raktis digunakan" skor ini kurang keteatan ilmia eneraannya. 1okter anestesi mungkin tidak setu&u terhada kalsifikasi asien$asien tertentu. Tabel 6.1 klasifikasi ASA dari status fisik Kelas Stats fisik !ontoh I ,asien normal yang sehat ,asien bugar dengan hernia inguinal II ,asien dengan enyakit sistemik ringan /iertensi esensial" diabetes ringan III ,asien dengan enyakit sistemik berat yang tidak melemahkan (incaacitating) Angina" insufisiensi ulmoner sedang samai berat I% ,asien dengan enyakit sistemik yang melemahkan dan meruakan ancaman konstan terhada kehiduan ,enyakit aru stadium lan&ut" gagal &antung % ,asien sekarat yang dierkirakan tidak bertahan selama &am dengan atau 4utur aneurisma aorta" emboli aru massif

description

ASA

Transcript of Klasifikasi ASA.doc

Klasifikasi ASA

Klasifikasi status fisik yang lazim digunakan untuk menilai kebugaran fisik seseorang ialah yang berasal dari The American Society of Anesthesiologist (ASA). Klasifikasi ASA antara lain : ASA I : pasien dalam kondisi sehat ASA II : pasien dengan kelainan sistemik ringan sedang yang tidak berhubungan dengan pembedahan, dan pasien masih dapat melakukan aktivitas sehari-hari. ASA III : pasien dengan gangguan sistemik berat sehingga aktivitas rutin terbatas ASA IV : pasien dengan kelainan sistemik berat tidak dapat melakukan aktivitas rutin dan penyakitnya merupakan ancaman kehidupannya setiap saat (mengancam jiwa dengan atau tanpa pembedahan). ASA V : pasien tidak diharapkan hidup setelah 24 jam walaupun dioperasi atau tidak. ASA VI : brain-deadJika akan dilakukan operasi darurat dapat mencantumkan tanda darurat E.

KLASIFIKASI ASA (The American Society Of Anesthesiologists)

Skor ASA (the American Society of Anesthesiologists) telah digunakan bertahun-tahun sebagai indikator risiko perioperatif. Panitia ASA pertama kali mengemukakan konsep skor tersebut pada tahun 1941, sebagai metoda untuk standarisasi status fisik di rekam medis rumah sakit untuk kajian statistik di bidang anestesia. Hanya serangkaian perubahan kecil telah dikenakan selama bertahun-tahun dan versi mutakhir dari klasifikasi ini yang diselesaikan pada tahun 1974 oleh the House of Delegates of the ASA disajikan pada Tabel 6.1. pasien diberi skor menurut kebugaran fisik mereka dan hurup E ditambahkan jika prosedur yang direncanakan bersifat darurat (emergensi). Walaupun skor mudah dan praktis digunakan, skor ini kurang ketepatan ilmiah dalam penerapannya. Dokter anestesi mungkin tidak setuju terhadap kalsifikasi yang tepat untuk pasien-pasien tertentu.Tabel 6.1 klasifikasi ASA dari status fisikKelasStatus fisikContoh

IPasien normal yang sehatPasien bugar dengan hernia inguinal

IIPasien dengan penyakit sistemik ringanHipertensi esensial, diabetes ringan

IIIPasien dengan penyakit sistemik berat yang tidak melemahkan(incapacitating)Angina, insufisiensi pulmoner sedang sampai berat

IVPasien dengan penyakit sistemik yang melemahkan dan merupakan ancaman konstan terhadap kehidupanPenyakit paru stadium lanjut, gagal jantung

VPasien sekarat yang diperkirakan tidak bertahan selama 24 jam dengan atau tanpa operasiRuptur aneurisma aorta, emboli paru massif

EKasus-ksus emergensi diberi tambahan hurup E ke angka.

Di samping itu, risiko pembedahan dan pembiusan tergantung pada faktor-faktor lain yang tidak dipertimbangkan atau dicakup dengan skor. Ini mencakup usia, berat badan, jenis kelamin, dan kehamilan. Grade dokter spesialis bedah dan spesialis anestesi, fasilitas untuk perawatan pasca bedah dan bantuan untuk tim bedah juga tidak diperhitungkan. Skor ASA telah digunakan dalam kajian NCEPOD dan penggunaannya tersebar luas pada banyak audit pembedahan dan anestesia. Telah diketahui bahwa risiko perioperatif meninggi dengan skor ASA pasien. Akan tetapi walaupun berguna, keterbatasan skor ini mencegahnya untuk berperan lebih dari penuntun kasar pada masing-masing pasien. Ada beberapa sistem penentu skor prognostik yang lebih baik yang diuraikan dalam buku ini dan berkenaan dengan kondisi-kondisi medis spesifik.Parameter Respon Pasien

SkorERespon membuka mata terbaik mata terbuka spontan 4mata terbuka oleh seruan/panggilan 3mata terbuka oleh rasa sakit 2tidak ada respon membuka mata 1MRespon motorik terbaik mematuhi perintah verbal 6gerakan terarah untuk merespon rasa nyeri 5menarik anggota badan dari rangsang nyeri 4fleksi kejang/abnormal 3postur ekstensor (kaku) thd nyeri 2tidak ada respon 1

V

Respon verbal terbaikpercakapan normal 5percakapan kacau 4mengucapkan kata-kata tidak jelas 3bersuara 2tidak bersuara 1

Skor GCS Total (E + M + V) = 3 sampai 15. Intrepretasi atas skor total GCS pada umumnya adalah sebagai berikut:

* 15 = normal* 13-15 = cedera kepala ringan* 9-12 = cedera kepala sedang* 3 8 = cedera kepala berat* < 7 = koma* 3 = koma dengan kematian otak

Manfaat GCS

Manfaat utama GCS adalah sebagai sistem klasifikasi universal untuk derajat keparahan cedera otak. Hal ini memungkinkan para spesialis saling berkomunikasi lebih mudah karena mereka mengacu pada patokan yang sama. Namun, validitas skor GCS tergantung pada beberapa faktor. Skor GCS pada pasien di bawah pengaruh obat/narkoba, memiliki gangguan wicara atau fungsi mata mungkin perlu interpretasi khusus.

Sumber http://id.shvoong.com/medicine-and-health/epidemiology-public-health/2132379-apakah-skala-koma-glasgow/#ixzz2McVCbe1aDefinisi :Peristiwa ilangnya sensasi, perasaan ( panas, raba, posture ) dan nyeri bahkan hilangnya kesadaran, sehingga memungkinkan dilakukannya tindakan pembedahan

Trias Anestesi :1. Analgesia ( Hilangnya nyeri )2. Hipnotik ( Hilang kesadaran )3. Relaksasi otot ( Muscle Relaxan )

Ruang lingkup kerja anestesi :1. Ruang operasi2. ICU3. UGD

Persiapan Anestesi :Tujuan :1. Mempersiapkan mental dan fisik penderita secara optimal2. Merencanakan & memilih tehnik & obat-obat anestesi yang sesuai3. Mengurangi angka kesakitan4. Mengurangi angka mortalitas

Tahap :1. Informed consent2. Periksa keadan ummum pasien :- Anamnesis- Fisik diagnostik- Pemeriksaan Lab- Kelas / status penyakit3. ASA Menentukan grade operasi4. Masukan oral dibatasi ( Puasa )5. Tehnik operasi6. Resiko operasi7. Premedikasi

Tujuan Premedikasi :1. Menenangkan penderita2. Mengurangi rasa sakit3. Memudahkan induksi4. Mengurangi dosis obat- obat anestesi5. Menngurangi refleks yang tidak diinginkan6. Mengurangi sekresi kelainan mulut & saluran nafas7. Mencegah mual dan muntah pasca bedah8. Mencegah penderita ingat situasi selama operasi ( menciptakan amnesia )

Obat obatan Premedikasi :1. Sedativa, transquilizer2. Analgetika narkotika3. Alkaloid belladona :- Anti sekresi- Mengurangi efek vagal terhadap jantung dari obat-obat- Impuls afferent abdomen, thorax, mata4. Anti emetik

Klasifikasi Status Fisik :- ASA I : Pasien normal / sehat- ASA II : Pasien dengan penyakit sistemik ringan- ASA III : Pasien dgn peny. Sistemik berat sehingga aktivitas rutin terbatas- ASA IV : Pasien dengan peny. Sistemik berat tidak dapat melakukan aktivitas rutin dan penyakitnya mengancam kematian- ASA V : Pasien emergensi / muribund, dengan atau tanpa operasi hidupnya tidak lebih dari 24 jam

Tehnik Anestesi :1. Umum ( Narkose Umum )2. Lokal / Regional AnestesiYang membedakan : Kesadaran

Anestesi UmumTehnik :1. Inhalasi2. Intravena3. Intra Muscular- Pada operasi anak anak- Operasi yang sebentar

Tehnik Penguasaan jalan nafas :1. SungkupDibagi 2 :- Triple- ManuverIndikasi :- Untuk operasi yang sebentar- Untuk pasien yang posisinya tidak sulit

2. Intubasi ( ETT ) ada 2 :a. Spontan : Nafas sendiri tanpa muscle relaxanb. Kontrol : Dengan muscle relaxanIndikasi Intubasi :- Pasien operasi- Pasien bukan operasi ( Cth : Stroke, gagal nafas, koma )

Komplikasi Intubasi :a. Pada saat intubasi( Sudah terjadi kompilkasib. Selama Intubasi- Aspirasi- Trauma ggigi geligi- Laserasi bibir, gusi, laring- Hipertensi, takikardi- Spasme Bronchusc. Setelah Intubasi :- Spasme laring- Aspirasi- Gangguan fonasi- Edema glotis sunglotis- Infeksi larinng, faring, trakhea

Indikasi anestesi umum1. Infant & anak usia muda2. Dewasa yang memilih anestesi ummum3. Pembedahannya luas / eskstensif4. Penderita sakit mental5. Pembedahan lama6. Pembedahan dimana anestesi lokal tidak praktis atau tidak memuaskan7. Riwayat penderita tksik / alergi obat anestesi lokal8. Penderita dengan pengobatan antikoagulantia

Anestesi Lokal :Tehnik :1. Topikal ( Anestesi permukaan )2. Infiltrasi lokal3. Field Block ( Anestesi / lapaangan )4. Nerve Block ( Block Syaraf )5. Spinal Block ( LCS )6. Epidural Block7. Intravenous local anestesi

Obat obat anestesi lokal :1. Potensi rendah, lama kerja pendekEx : Procain, chloroprocain2. Potensi sedang, lama kerja sedangEx : Lidocain, Mopivacain, prilokain3. Potensi kuat, lama kerja panjangEx : Bupivacain , Tetracain

Golongan obat anestesi lokal :1. Golongan eter ( -COOC )Kokain, Benzokain, Ametocaine, Prokain ( Novokain), Tetrakain ( Pentokain ), Chloropocain ( Nesakain )2. Golongan Amida ( NHCO )Lidocain, Mepivacain, Prilocain, Bupivacain, Etidokain, Dibukain, ropivakain, levobupivacain

Sebelum dilakuan sungkup atau intubasi ada : Induksi :- Inhalasi- Parenteral ( IV & IM )

Selama operasi harus ada pemantauan ( Tanda tanda vital : yaitu : Tensi, suhu, respirasi, nadi ). Tujuannya adalah untuk mengurangi terjadinya komplikasi anestesi operasi.

Setelah operasi dilakukan :Ekstubasi :( RR ( Recovery Room ) Bisa terjadi komplikasi juga. EX : Muntah, tensi tinggi, dll( Di RR : Setelah 2 jam atau kurang dihitung ALDRENE SCORE ( Sadar, tensi stabil, nafas lagi )( Jika ALDRENE SCORE :- > 8 ( Masuk ruang perawatan- < 7 ( ICU

Indikasi pasien masuk ICU :1. Gagal nafas2. Gagal jantung3. Koma4. Post operasi besar5. Post cardiac arrest

Selain itu pasien dari :1. UGD ( Pasien karena trauma kapitis, stroke )2. Ruang perawatanPasien masuk ICU diharapkan = harapan hidupnya lebih besar

Perioperatif :1. Therapi cairan :- Maintenance ( Pemeliharaan )- Resusitasi ( Pasien shock, perdarahan )

Normal cairan didalam tubuh : 60 70 % BB/TBW ( Total body water )

2. Therapi darah :

Faktor yang mempengaruhi dosis obat :1. Usia2. Suhu3. Emosi4. Penyakit

Obat Premedikasi :1. Golongan antikolinergik- Atropin- Scopolamin ( Hyoscine )- Glycopyrolat2. Golongan hipnotik sedative- barbiturat : Phenobarbital ( Luminal )- Benzodizepine , diazepam3. Golongan Analgetik narkotik- Morphin- Petidin4. Golongan Transquilizer ( Anti Histamin )- Phenotiazine : Phenergen- Chlorpomazine : Largactil5. Golongan Nevroleptik- Deperidol- Dehydrobenzoperidol

Enteral :( Masuk Usus melalui NGT :- Gastrostomi- Yeyenostomi- Illeustomi

Nutrien : Adalah zat nutrisi yang masuk dalam tubuh1. Karbohidrat2. Protein : 4 kal3. Lipid : ( kal4. Trace element

Kebutuhan kalori : 25 kal / kgBB

TBW :- Cairan intrasel (40%)a. Terdiri dari : kalium, Mg, fosfat (kalium paling banyak)b. Otak, Hb, eritrosit- Cairan Ekstrasel (20%)a. Cairan interstisial (antar sel) : 15%b. Plasma (cairan intravaskular) : 5%c. Terdiri dari : Na, Cl (Na paling banyak)

( Kehilangan cairan lebih dari 20 % harus di intervensi (dikompensasi).

Jenis jenis cairan :1. Koloid (plasma ekspander) ( intravena- Gelatin (lemak sel, gelafundin, gelofusin)- Polimer dextrosa (dextran 40, dextran 70)- Turunan kanji- Hidroksi etil starch (haes, ekspafusin)2. Kristaloid (elektrolit)- Dextrosa 5 % (dewasa)- Ringer laktat (RL)- NaCl 0,9 %- Asetat ringer (asering)

Indikasi transfusi darah :1. Perdarahan akut sampai Hb < 8 gr % atau Ht < 30 %Pada orang tua, kelainan paru, kelainan jantung,Hb < 10 gr %2. Bedah mayor kehilangan darah 20 % volume darah

RJPO (Resusitasi jantung dan paru)

Adalah tindakan untuk memulihkan keadaan pasien dengan tahapan A B C D.

Indikasi RJPO :- Henti jantung- Henti nafas

Therapi oksigen : Sebelum, selama, setelah operasi

Indikasi :- Post operasi ada gangguan nafas (dekomp kordis)- Depresi nafas

Kadar oksigen murni di ruangan : 20 21 %Kadar oksigen dalam tabung : 100 %

teknik pemberian1. Nasal kateter2. Nasal kanul3. Fis mas (sungkup) :- non rebiliting (tanpa balon)- rebiliting (dengan balon)

Tidal volume : 8 15Minute volume (MV) = tidal volume x RRCardiac output (CO) = stroke volume x RR (5 8 liter)

Nutrisi : parenteral, enteral

Parenteral : Masuk ke pembuluh darah :- Perifer, melalui : V. Radialis, V. Femoralis- Sentral, melalui : pembuluh darah besar, V. Subclavia, V.cava.

Batasan kekentalan osmoler : 900 ml osm900 ml osm ( sentral

SpinalIndikasi :Untuk pembedahan, daerah tubuh yang dipersyarafi cabang T 4 Kebawah

Kontra Indikasi ;Kelainan pembekuan darah, syok hypopolemia, septocemia, Peningkatan tekanan intrakranial, infeksi klulit pada daerah fungsi

Komplikasi :- Dini : Gangguan pada sirkulasi, respirasi, GIT- Terjadi kemudian ( Delayed )

Pemeriksaan Pra bedah / Persiapan pasien :Dasar tinadakan pertolongan gawat darurat :1. Evaluasi * pengendalian jalan nafas2. Ventilasi dan oksigenasi3. Pengendalian sirkulasi4. Tindakan hemostatis5. Evaluasi terhadap cedera6. Monitoring

Kasus :- Bedah ( Illeus, hernia incarcerata- Kebidanan ( Plasenta previa, solutio plasenta- Syaraf ( Perdarahan intra cranii, fraktur basis cranii- Mata ( Trauma Bulbi

Penyakit :- lambung penuh- Syok- Gangguan alektrolit & asam basa- Kadar gula darah naik

Pengelolaan pasca Bedah :1. Awasi keadaan vital2. Perbaiki deposit cairan, darah dan elektrolit3. Tangulangi penyakit yang menyertai

Pada Pasien tanpa mondokPilihan pasien :1. Sebaiknya termasuk kategori ASA I, dapat status fisik ASA II2. Pembedahan superfisial, bukan tindakan bedah didalam kranium, toraks atau abdomen3. Lama pembedahan tidak melebihi 60 menit4. Perdarahan & perubahan fisiologis yang terjadi minat

EX : - Insisi Abses- Sirkumsisi- Kuretase- Hernia Inguinalis ( Pada anak )- Reposisi fraktur

Syarat TM1. Induksi cepat & lancar2. Analgesi cukup baik3. Cukup dalam untuk pembedahan4. Masa pulih sadar cepat5. Komplikasi anestesi pasaca bedah luminal

Tehnik Anestesi- Lokal- Prokain 1% 2,5%- Lidokain 0,5% 1%- Regional- Intra vena - Block Subarachnoid- Block regional - Umum

Komplikasi ( Nyeri kepala )- Mual- Muntah- Nyeri pada otot- Nyeri pada tenggorok- Batuk batuk

Anestesi Obstetrik :- Analgesi lokal1. Spinal2. Epidural3. Caudal4. Paraservcikal

( Tehnik ini ( Anest. Obstetrik ) dikontraindikasikan pada :- Infeksi didaerah fungsi- Gangguan pembekuan darah- Hipovolemia- Pasien menolak( Hipotensi, muntah,meningitis/ encephalitis

- Komplikasi1. Aspirasi paru2. Gangguan respirasi3. Gangguan kardiovasculer

Anestesi Pediatrik :Permasalahan :- Pernafasan - Suhu tubuh- Kardio sirkulasi - Cairan tubuh

Massa anestesi :- Intubasi- Induksi inhalasi- Induksi intravena

SEJARAH ILMU ANESTESI16 Oktober 1846 dicatat sebagai revolusi dalam bidang pengobatan. William T.G Morton menyediakan anestesi kepada pasien bernama Edward G. A., menggunakan dietil eter untuk pertama kali pada operasi pengangkatan lesi vaskuler pada leher Edward. Nyeri yang diderita pada pasien ini tidak dirasakannya. 16 Oktober 1846, tanggal penting tentang sejarah pengobatan tetapi juga penting terhadap penyediaan anestesi. Hal itu adalah pengukuhan dari yang ahli untuk teknik pengurangan rasa sakit. Diruang operasi, di medan perang, kamar bersalin, dan klinik-klinik, pasien-pasien mendapat keuntungan dari team anestesi yang mengikuti jejak para pendahulunya. Sebuah perusahaan mengerti aspek bersejarah dari pembangunan teknik dan teknologi dari anestesi dan sebuah penghargaan kepada segala kepribadiaan yang mendalam atau ilmu anestesiologi, dimana praktek untuk menguragi rasa sakit adalah lebih dari suatu skill namun itu merupakan suatu seni.Sejarah awal ilmu anestesiaologiLatar BelakangKontrol sakit selama operasi tidak selalu sepenting seperti sekarang ini. Penulis roman, Celcius menyatakan tanpa kasihan adalah karakteristik esensial dri seorang ahli bedah, selama berabad-abad. Meskipun beberapa ahli bedah mengaku bahwa mereka menemukan elemen yang menyebabkan pekerjaannya yang selalu terganggu, kebanyakan menjadi terbiasa dengan kemauan dari pasien tersebut. Peelajar kedokteran bertanding dengan guru-guru mereka, biasanya menghilangkan segala taksiran distress dari pasiennya sementara mereka mencatat apa yang disaksikannya. Bahkan tulisan dari penulis dari pimpinan ahli bedah biasanya menolak menulis nyeri pembedahan sebagai topik diskusinya. Sebelum kedatangan anestesi, edisi 1842 elemen dari pembedahandari Robert Liston meliputi deskripsi detail dari prosedur elektif dan emergensi pada ekstremitas, kepala dan leher, dada dan genital, tapi mengabaikan diskusi dari segala bentuk analgesik. Pada jaman Liston, dalam beberapa tahun sebelumnya, nyeri merupakan hal yang dipertimbangkan sebagai simptom yang penting.Terhadap perkenalandari dietil eter yang diberikan sebelumnya, banyak ahli bedah menyetujui pendapat Liston, bahwa nyeri merupakan konsekuensi yang pasti terjadi dari pembedahan. Disamping pendapat-pendapat tersebut banyak sarana yang dipergunakan untuk memperoleh anestesi. Dioscorides, ahli dari abad Iberkomentar bahwa Madragora, obat yang dipersiapkan dari kulit pohon dan daun tanaman Manrake. Dia menyatakan bahwa substansi tanaman dapat direbus dalam anggur dan dipergunakan bila orang yang akan dibedah, bila mereka mau untuk di anestesi,. Mandragora masih sering dipergunakan untuk menganestesi pasien sampaidengan abad ke 17.Dari abad ke 9-13, spons dengan obat tidur adalah mode yang doinan untuk mengurangi sakit selama operasi. Daun Mandrake dengan tanaman beracun, candu dan tumbuhan lain, direbus bersama-sama dan disiramkan ke atas spons.Spons tersebut lalu disusun kedalam air panas dan diletakan ke hidung pasien selama pembedahan. Sebagai publikasi dari laporan pada saat itu. Spons tersebut pada umumnya mengandung mofin dan skopolamin dalam jumlah yang bervariasi, obat yang dipergunakan dalam anestesi modern. Sebagai tambahan daripada menggunakan spons tidur orang Eropa mengurangi rasa nyeri dengan hipnosis dengan meminum alkohol, tumbuhan dan ekstrak dari tanaman yang telah dipersiapkan dan sebagai anestesi topikal yaitu dengan tekanan atau memakai es.Pada abad ke 11, efek anestesi dari air dingin dan es mulai ditemukan. Pada pertengahan abad ke 17, Marco Aurelio Severino medeskripsikan anestesi kulkas meletakan salju dalam garis paralel melintasi lapangan insisi, dia dapat membuat tempat operasi menjadi tidak bersensasi dalam beberapa menit. Teknik ini tidak pernah menjadi terkenal, mungkin karena tantangan dari penyimpanan salju tahunan yang tidak cukup.Dietil eter telah diketahui selama berabad-abad karena penggunaannya dahulu sebagai anestesi pembedahan. Hal itu dilakukan bersama, pada mulanya pada abad ke-8 oleh filsafat Arab, Jabri Ibnu Hayyam atau mungkin oleh Raymond Lully, pada abad ke 13, seorang ahli kimia Eropa. Tetapi dietil eter baru pertama kali diketahui pada abad ke-16 oleh Valerius Cordus dan Paracelcius, yang mempersiapkan hal itu dengan menyuling asam sulfur (minyak dari vitriol) dengan anggur dicampur alkohol untuk memproduksi oleum Vitroli dulce (minyak panas dari vitriol). Paracelsius (1493-1541) mengobservasi bahwa hal itu membuat ayam tertidur dan bangun tanpa kesakitan. Dia menjadi waspada terhadap kualitas analgetik tesebut. Walaupun demikian tidak ada catatan bahwa sarannya tersebut diikuti.Tiga abad kemudian, hal yang sederhana ini meninggalkan agen terapetik dengan hanya penggunaannya yang secara kebetulan. Beberapa dari milik tersebut diperiksa oleh beberapa ilmuwan Inggris termasuk Robert Boyle, Isaac Newton dan Michael Faraday, namun tanpa ketertarikan. Hal itu hanya merupakan alikasi rutin dan merupakan obat rekreasi yang tidak mahal diantara orang-orang miskin di Inggris dan Irlandia, dimana kadang-kadang meminum satu atau dua eter yang mana karena pajak membat kepemilikannya menjadi mahal. Variasi Amerika dari praktek ini dilakukan oleh sekelompok pelajar yang membasuh muka dengan handuk bereter pada aktu malam gurauan eter.Seperti eter, nitrat oksida diketahui berguna untuk menginduksi sehingga kepala terasa ringan dan sering dihirup oleh orang yang mendapat ketegangan. Barang ini jarang dipergunakan seperti eter karena lebih kompleks untuk dipersiapkan dan kaku untuk disimpan. Benda itu diproduksi dengan memanaskan amonium nitrat. Gas yang bekerja lambat melewati air untuk mengeliminasi oksida oksik dari nitrogen sebelum disimpan. Nitrat oksida pertama kali dipersiapkan tahun 1773 oleh Joseph Prietsley, seorang ilmuwan Inggris. Dalam tahun pembelajarannya, Prietsley mempersiapkan dan memeriksa beberapa gas termasuk nitrat oksida, amonia, sulfur dioksida, oksigen, karbon monooksida dan karbon dioksida.Pada akhir abad ke-19 di Inggris, ada keinginan yang kuat dalam dugaan penggunaan efek yang menyehatkan dari air mineral dan gas. Hal ini membuat pembangunan tempat air panas untuk umum. Partikel air dan gas dipercaya untuk mencegah dan mengobati penyakit. Hal itu membuat penggunaan dari gas untuk menyembuhkan sariawan, tuberkulosis dan penyakit lain membuat Thomass Beddoes untuk membuka Institut pneumonia dekatdengan pemandian kecil dari Hotwells, dikota Bristol, dimana dia menyewa Humphry Davy pada tahun 1798 untuk menjalankan proyek penelitiannya.Humphry Davy (1778 1892) adalah seorang muda dengan penuh kemampuan. Dia mempertunjukan seri-seri penelitian yang luar biasa dari beberapa gas, namun terutama di fokuskan pada nitrat oksida, dimana dia bersama temannya menghirup melalui masker wajah yang didesain untuk perusahaan James Watt, penemu dari mesin uap. Davy mempergunakan mesin ini untuk mengukur rata-rata pengambilan nitrat oksida dan efeknya pada pernapasan dan aksinya pada sistem saraf pusat. Hasil ini dikombinasikan dengan penelitian properti fisik dari nitrat oksida, 580 halaman buku dipublikaasikan pada tahun 1800. Uraian yang mengesankan ini sekarang diingat sebagai beberapa observasi yang tanpa sengaja. Komentar Davy bahwa nitrat oksida secara sementara meringankan sakit kepala yang berat, membebaskan sakit kepala yang ringan dan menghilangkan rasa sakit gigi. Kutipan yng paling sering diutarakan :seperti nitrat oksida dalam operasi yang liuas muncul dengan kemampuan untuk menghilangkan rasa nyeri, benda itu mungkin dapat dipergunakan dalam operasi pembedahan dengan pancaran darah yang tidak besar. Meskipun Davy tidak mengikuti ramalan ini, mungkin karena mengatur karirnya dalam dasar penelitiannya, dia menguangkan sifat dari nitrat oksida sebagai gas tertawa.John Snow ; Ahli anestesi pertama John Snow telah merupakan ilmuwan yang ternama yang telah mempresentasikan makalah dari subjek fisiologis waktu kabar dari anestesi eter telah mencapai Inggris pada Desember 1846. Dia menunjukan ketertarikannya dalam praktek anestesi dan dalam waktu singkat diundang untuk bekerja sama dengan ahli bedah pada waktu itu. Dia tidak hanya fasih dalam penyediaan anestesi tetapi juga seorang peneliti yang ulet. Deskripsi inovatif tentang derajat anestesi berdasarkan respon pasien tidak dapat ditingkatkan selama 70 tahun.Sebagai tambahan untuk membangun aspek yang kuat untuk memperdalam fisiologi anestesi, Snow juga mempromosikan pengembangan alat-alat anestesi. Dia segera menyadari bahwa pengisapan eter yang tidak adekuat pada waktu pasien bernapas dengan alat yang ditempelkan pada mulut. Setelah berlatih anestesi hanya selama 2 minggu, Snow merancang seri pertana dari eter inhaler. Peralatannya mengandung katup unudireksional. Masker wajah sederhana buatan sendiri, yang mendekati bentuk masker wajah modern. Bagian dari wsjah tersebut dihubungkan kedalam alat penguapan dengan sebuah tabung pernapasan, yang mana dirancang lebih lebar dari trakea manusia sehingga meskipun pernapasan yang epat tidak akan terbuang. Kait besi didalam alat memastikan pengangkutan dari eter. Objek tersebut menggantung tempat dari air hangat untuk mengatur agen yang cenderung setelah tercukupi dengan membeikan observasi secara Cuma-Cuma. Tidak ada batasan kebanggaan dalam membuatnya.Pada tahun berikutnya, John Snow memperkenalkan inhaler kloroform, dia telah mengenal sifat-sifatnya dan memilihnya sebagai bahan uji coba. Pada saat yang bersamaan, dia menyatakan bahwa untuk menjadi seri percobaan yang luar biasa harus meliputi lingkungan dan sikap.Snow menyadari bahwa ahli anestesi yang baik tidak hanya menghilangkan nyeri, tetapi juga mencegah pergerakan. Dia menganestesi beberapa spesies binatang dan beberapa variasi konsentrasi daripada eter dan kloroform untuk mengetahui konsentrasi yang tepat untuk mencegah gerakan terhadap stimulus yang tajam. Meskipun adanya keterbatasan teknologi pada tahun 1848, elemen dari pekerjaannya mengantisipasi konsep modern dari konsentrasi alveolar minimal (MAC). Snow menyatakan bahwa aksi dari anestesi dalam jumlah yang potensial dan meskipun dia tidak menemukan pengganti terhadap kloroform atau eter, dia menemukan hubungan antara kelarutan, gaas, tekanan dan potensi anestesi yang tidak terlalu dihargai sampai setelah perang dunia II dimana Charles Suckling memerintahkan prinsip Sow dalam menciptakan halotan. Dia juga membuat percobaan dengan peralatan sirkuit tertutup yang subjeknya Snow sendiri, menghirup oksigen sambil mengeluarkan karbondioksida yang di absorbsi oleh potasium hidroksida. Snow menciptakan 2 buku Inhalasi dari bentuk gas eter (1847) dan kloroform dan anestesi lainnya (1858) yang hampir selesai ketika dia meninggal karena stroke pada umur 45 tahun.Penyelidikan Snow tidak membatasi ilmu anestesi. Memorinya juga dihargai oleh berbagai spesialis dalam bidang penyakit infeksi dan tropis yang di buktikn dengan studi epidemologi pada tahun 1854, dimana kolera ditrnsmisikan melalui air. Padasaat itu sebelum perkembangan mikrobiologi oleh Louis Pasteur dan Robert Koch banyakilmuwan di Amrika utara dan Eropa menyangka bahwa bahaya epidemi kolera berulang karena kontaminasi dari udara. Dalam beberapa tahun, Snow telah percaya bahwa karena penyakit tersebut disebabkan oleh traktus gastrointestinal maka agen penyebabnya pasti karena termakan, bukan karena pernapasan. Pada tahun 1854 dia memperoleh kesempatan membuktikan tesisnya ketika kolera melanda daerahnya di London dan menyebabkan kematiaan 500 orang di dekat kediamannya. Snow menyatakan bahwa persediaan suplai air dari orang-orang tersebut berasal dari pompa di broad street. Dia menyipkan apa yang menjadi survey epidemologi pertamanya. Dengan informasi tersebut dia dapat meyakinkan orang-orang pada daerah tersebut untuk mencari sumber air lain. Masalah epidemologi tersebut terselesaikan.Penemuan Anestesia Regional pada Abad XIX Anestetik lokal pertama yang efektif adalah kokain, ektrak dari daun coca. Kemampuannya dalam mematirasakan membran mukosa dan jaringan terbuka telah diketahui selama berabad-abad di Peru. Albert Niemann memurnikan alkaloid aktif tersebut dan menamainya cocaine. Carl Koller (1857 1944), seorang dokter mata di Wina, Austria, pertama kali menggunakan kokain pada praktek kliniknya pada 1884. Sebelumnya, banyak operasi mata tanpa anestesia dan empat dekade setelah ditemukannya eter, anestesi umum memiliki keterbatasan. Dokter-dokter bedah Amerika dengan cepat mengembangkan aplikasi kokain:Oktober 1884, anetesia terhadap hidung, mulut, laring, trakea, rektum dan uretra.November 1884, injeksi subkutan.Desember 1884, Wiliam Halstead dan Richard Hall menjabarkan blok sensorik muka dan lengan Kecanduan kokain dan morfin merupakan masalah yamng sering timbul pada akhir abad XIX. Teknik anestesia lokal lainnya dilakukan sebelum akhir abad XIX. Tahun 1885, Leonard Corning, dokter ahli saraf, melakukan anestesia spinal dan mengusulkan substitusi eter untuk tindakan bedah genitourinaria atau cabang-cabang bedah lainnya. August Bier dan Theodor Tuffier, menjelaskan anestesia spinal otentik. Dalam comparative review dari artikel asli dari Bier, Tuffier, dan Corning, disimpulkan bahwa injeksi Corning merupakan anestesia ekstradural dan Bier berjasa dalam memperkenalkan anestesia spinal.SKOPE ANESTESIOLOGY MODERN Pengamatan perkembangan anesthesiology dapat diperluas sampai waktu yang tidak terbatas oleh sebuah eksplorasi masing-masing subbagian, tetapi suatu penilaian dari pekerjaan kita langsung akan tampak oleh personal survey tempat dimana kita bertugas. Setelah pembedahan, pasien dipindahkan ke perawatan posenestesia atau ruang pemulihan, sebuah tempat yang sekarang dianggap sebagai bangsal ahli anestesi. Limapuluh tahun yang lalu, dibawa secara langsung dari ruang operasi ke bangsal bedah dan hanya diikuti oleh perawat junior. Orang tersebut beruntung baik ketrampilan dan intervensi peralatan ketika komplikasi terjadi. Setelah perang dunia II berpikir tentang pentingnya perawatan sentral. Tahun 1960, perawatan kritis berkembang melalui penggunaan ventilator mekanik. Pasien yang membutuhkan beberapa hari pengobatan intensif dan perawatan dirawat di sudut ruang pemulihan. Pada waktu itu, beberapa tempat tidur diberi sekat dan direlokasi menjadi intensice care units. Prinsip perawatan resusitasi dan suportif didirikan oleh ahli anestesi mentansformasi critical care medicine. Masa depan anestesiologi sangat cerah. Obat-obat yang lebih aman yang sekali direvolusi merawat pasien-pasien setelah pembedahan dengan konstan akan terus diperbaiki. Tugas anestesi berlanjut meluas, sebagai dokter dengan latar belakang spesialis telah mengembngkan klinik kontrol nyeri kronik dan pasien bedah rawat jalan. Praktek anestesi, baik didalam maupun diluar kamar operasi, akan menjadi bagian dari pengalaman di atas meja operasi..Sejarah Anestesi

Kemajuan kemampuan pembedahan tidak terbayangkan pada zaman sebelum pertengahan abad ke 19.Karena cara-cara menghilangkan rasa sakit yang efisien belum ditemukan. Pembedahan kebanyakan dilakukan untuk kelainan yang kecil saja, dan atau bersifat darurat. Ambang rasa sakit diturunkan antara lain dengan ramuan-ramuan dari dedaunan, candu, alkohol, yang tentunya tidak efektif. Karena tidak efektif, kadang-kadang kepala dipukul atau dicekik lehernya hingga pingsan. Seperti gambar di bawah ini:

Pasien juga harus dipegang erat-erat oleh beberapa orang agar pasien tidak melompat dari meja operasi karena kesakitan. Tapi, semua itu berubah total setelah seorang dokter gigi yang bernama William Thomas Greene Morton pada tahun 1846, mendemonstrasikan dietil eter (suatu ikatan kimia) dengan cara dihirup dapat menghilangkan rasa nyeri secara sempurna sehingga operasi dapat dilakukan dengan baik tanpa tergesa-gesa.Penemuan ini merupakan titik balik sejarah ilmu bedah karena telah membuka cakrawala kemungkinan pembedahan yang lebih luas, mudah, dan manusiawi. Tepat sekali bila penemuan ini dianggap sebagai "The Most Humane Discovery in History of Mankind." Keadaan tanpa rasa sakit yang ditimbulkan oleh eter kemudian diberi nama anestesia (dari bahasa Yunani, a = tanpa, aesthesis = rasa/sensasi). Sejak ini, ilmu bedah maju pesat, sedangkan bidang anestesi berjalan tersendat karena pemberian anestesi dianggap sebagai tindakan teknis belaka dan tidak memiliki daya tarik bagi para praktisi kesehatan. Menjelang tahun 1940, bidang anestesi maju pesat karena banyak dokter mulai aktif mempelajari dasar-dasar ilmunya dan kemudian berhasil mengembangkan menjadi ilmu kedokteran dengan nama Anestesiologi.