Kk Tagguh_lesson Learn

18
MEMPERKUAT KETANGGUHAN MASYARAKAT TERHADAP BENCANA (Deepening Resilient Projec : Studi Kasus Pada 36 Keluarga Rentan, UMKM, dan Kelompok Komunitas Di Nagari Tiku Selatan Kecamatan Tanjung Mutiara Kabupaten Agam)

description

dokumen ini merupakan pembelajaran dari program membangun ketangguhan masyarakat terhadap bencana

Transcript of Kk Tagguh_lesson Learn

Page 1: Kk Tagguh_lesson Learn

MEMPERKUAT KETANGGUHAN MASYARAKAT TERHADAP BENCANA

(Deepening Resilient Projec : Studi Kasus Pada 36 Keluarga Rentan, UMKM, dan Kelompok Komunitas Di Nagari Tiku Selatan Kecamatan Tanjung Mutiara Kabupaten Agam)

Page 2: Kk Tagguh_lesson Learn

PENGANTAR

Sepertinya tidak ada orang yang akan mau tinggal dalam kondisi rentan, namun berbagai kondisi mengharuskan beberapa dari masyarakat di nagari ini untuk tinggal dalam kondisi tersebut. Dari beberapa cerita fasilitator masyarakat, keluarga rentan itu tinggal di sebuah rumah yang tidak layak huni, terbuat dari kayu, lantainya beralas tanah, dan atapnya terkadang ada yang berlobang sehingga jika hujan, akan mangairi rumah tersebut. Di beberapa sudut bangunan akan terlihat beberapa kayu yang sudah mulai rapuh dan ditumbuhi dengan beberapa tanaman sejenis lumut. Tanah yang mereka tempati untuk bangunan rumah juga belum memiliki sertifikat, sehingga bagi keluarga nelayan yang ingin mendapatkan bantuan pinjaman modal agak kesulitan dalam mengakses bantuan tersebut.

Kondisi bangunan yang tidak layak ini, ternyata juga berada di daerah yang rawan bencana. Beberapa keluarga yang tinggal di rumah yang permanen terlihat dinding yang retak dan bahagian rumah yang belum diperbaiki akibat gempa bumi tahun 2009. Selain itu, sebagain rumah berada di lokasi yang tidak jauh dari pantai dan daerah banjir. Tidak jarang rumah mereka juga sering terkena abrasi dan atau banjir.

Sebagaian besar keluarga yang diceritakan, tidak memiliki struktur angggota keluarga yang utuh. Keluarga ini lebih banyak berkepala keluarga perempuan, atau tidak punya suami, sebagian lagi tidak punya anak, dan ada yang tinggal dengan menantu. Anak-anak mereka lebih banyak berada di rantau dengan alasan merantau adalah

pilihan terbaik untuk memperbaiki kelangsungan kehidupan mereka. Selain itu, sebagian dari mereka terkadang juga sengaja menitipkan anak mereka pada saudara atau orang lain dengan alasan ekonomi. Harapanya si Anak mendapatkan kebutuhan hidup yang lebih baik dan mendukung keuangan keluarga mereka di kampung nantinya.

Keluarga ini tidak memiliki mata pencaharian yang tetap, terkadang si Ayah bekerja sebagi buruh nelayan. Namun kondisi cuaca ekstrim yang sering menghambat kelaut, mengharuskan Si Ayah untuk bekerja di tempat lain seperti jasa ojek dengan menggunakan

Page 3: Kk Tagguh_lesson Learn

motor kredit, mengambil pinang, ataupun hal lain yang bisa dilakukan untuk bisa memenuhi kebutuhan pokok keluarganya untuk satu hari. Terkadang kondisi ini juga mengharuskan si Ibu untuk membantu keuangan keluarga seperti mencuci baju di rumah orang lain, membuat gorengan, ataupun Maneri (menjemur ikan). Usaha yang mereka lakukan tersebut, masih belum mencukupi kebutuhan keluarga mereka.

Tidak ada yang berbeda dalam siklus kehidupan mereka dengan keluarga yang tidak rentan. Pagi pukul 05.00 mereka bangun, membantu anak untuk persiapan sekolah, masak, bekerja , istirahat dan pulang. Namun hal yang sedikit berbeda adalah dalam penggunaan jam produktif mereka dalam bekerja, termasuk beragamnya jenis pekerjaan yang mereka lakukan. Jika seorang PNS pukul 08.00 hingga pukul 16.00 berada di kantornya, maka keluarga ini pada pukul tersebut akan berada di beberapa tempat dan melakukan kegiatan ekonomi yang beragam, namun tetap saja hasil yang mereka perloleh tidak akan sebanding dengan seorang PNS. Walaupun jenis kegiatan ekonomi mereka beragam, biasanya keluarga ini memiliki waktu istirahat yang lebih banyak di sela-sela pertukaran kegiatan ekonomi mereka dibandingkan dengan jumlah jam produktifnya dalam bekerja.

Tingkat pendidikan keluarga ini juga tidak begitu baik. Beberapa diantara mereka hanya sampai pada tingkat Sekolah Menengah Pertama

(SMP). Sementara itu anak-anak mereka yang pada umumnya lebih dari 3 orang, hanya berkisar SD hingga SMP dan sebagian tidak sekolah. Hal ini disebabkan karena biaya pendidikan yang mahal dan si anak dapat membantu orang tua dalam pemenuhan kebutuhan hidup

keluarga. Kondisi ini menyebabkan anak-anak mereka tidak punya keahlian apalagi bersaing dalam memperoleh lapangan kerja yang memadai.

kondisi di dalam rumah keluarga ini juga memprihatinkan, hanya ada peralatan yang seadanya. Biasanya hanya ada satu kamar tidur dan satu ruang lepas, bahkan ada juga sebagian dari mereka yang tidak mempunyai kamar. Kondisi dapur mereka juga tidak begitu baik, hanya ada tumpukan piring dan peralatan lainnya di atas tanah. Rata-rata keluarga dalam kategori ini tidak mempunyai MCK, biasanya mereka lebih senang menggunakan wilayah pantai atau sungai yang dekat dengan posisi rumah mereka. Fasilitas tersedia hanya bersifat standar seperti tikar untuk alas tidur, lemari, dan peralatan untuk kebutuhan makan dan minum. Untuk bepergian biasanya mereka berjalan kaki. Kondisi yang tidak lebih baik ini menjadikan mereka

Page 4: Kk Tagguh_lesson Learn

juga rentan dengan penyakit, beberapa keluarga ada yang terjangkit penyakit Demam Berdarah, Chikungunya, dan TBC.

Dengan kondisi tersebut, keluarga ini berupaya untuk mempertahankan keberlangsungan hidup mereka. Selain dari semua anggota keluarga berkontribusi dalam aktivitas ekonomi, biasanya anak –anak mereka lebih memutuskan untuk pergi merantau atau ikut dengan keluarga lain, bahkan ada juga sebagian dari mereka yang sengaja menitipkan anak mereka pada saudara atau orang lain dengan alasan ekonomi. Harapanya si Anak mendapatkan kebutuhan hidup yang lebih baik dan mendukung keuangan keluarga mereka di kampung nantinya.

Catatan :

Perempuan yang tinggal di Gasan Kaciak ini, memiliki kondisi yang cukup memprihatinkan. Pasca gempa 2009, rumahnya roboh dan tidak layak huni, ayahnya dalam kondisi sakit dan menghidupi keluarganya dengan menjual lontong di sebuah SD. Pasca Gempa 2009 telah memberikan keyakinan bahwa bencana memberikan dampak pada kebertahanan ekonominya. Dia memiliki semangat dalam memperjuangkan hidup dan berencana ingin mengembangkan usaha ternak kambing.

Ibu yang memiliki 5 orang anak ini, tinggal di lingkungan yang sangat terjal, rawan longsor dan sangat jauh dari akses jalan utama (terisolir). Rumah dibuat dari kayu, berlantai semen kasar, berlokasi di tempat kemiringan yang terjal mencapai 70 .⁰ Suaminya bekerja Serabutan, seperti buruh tani, julo-julo kongsi, sedangkan istri mengurus kebun milik orang lain. Anak masih kecil-kecil dan sedang terserang penyakit campak. Pendapatan keluarga tidak menentu , tetapi biaya hidup 30.000/hari. Ibu ini berharap bisa mengembangkan usaha ternak kambing.

Merupakan sosok pekerja keras yang memiliki keahlian dalam usaha makanan. Untuk menghidupi keluarganya, ibu ini bekerja sebagai penjual kerupuk dan onde-onde dengan pendapatan 14.000-20.000/hari. Ibu yang berstatus janda ini, memiliki 4 orang anak (1 orang anak kakak) dan 1 orang kakak yang dalam kondisi sakit. Keluarga ini tinggal di bangunan kayu , banyak sisi rumah kayu yang sudah rapuh dan atap dari rumbio yang bocor, dan bagian belakang rumah tidak bisa digunakan. Ketika hujan, ibu ini tidak bisa menggunakan dapurnya untuk memasak. Ibu ini berharap dapurnya bisa diperbaiki dan mengembangkan usaha makanannya. Selain itu, untuk mendukung bahan mentah makanan kerupuknya, ibu ini berencana akan memanfaatkan ladangnya untuk berladang ubi.

Istri dari Bapak Yurman ini, memiliki 5 orang tanggungan. Ibu ini tinggal di rumah Semi permanen, berlantai kasar, dan Jika terjadi banjir tidak ada akses keluar . Suami bekerja “mairiak”padi dan istri “maupah” sawah. Kegiatan “maupah” sawah menggunakan sistem bagi tiga, dengan hasil padi 150 padi, atau berkisar 3 juta. Namun utnuk mengembangkan usahanya, bapak Yurman memiliki keahlian dalam membuat sate dan ingin mengembangkan usaha ternak ayam.

Page 5: Kk Tagguh_lesson Learn

Saat ini, Sarinayan bekerja sebagai buruh tani. Kegiatan yang dilakukannya seperti memotong rumput, menanam dan membersihkan lahan dari tanaman hama. Penghasilan yang diperolehnya dalam 1 hari beragam, tergantung pada permintaan jasanya dalam menggarap sawah orang lain, atau dalam bahasa lokal disebut maupah. Kalau dirata-ratakan, maka penghasilannya dalam 1 bulan bisa mencapai Rp.300.000-Rp.500.000,-Untuk mencukupi kebutuhan hidup, ia dibantu salah seorang anaknya yang berumur 22 tahun sebagai penjual kayu bakar. Dari penjualannya tersebut, ia bisa mendapatkan penghasilan hingga Rp.500.000/bulan. Jika di jumlahkan, maka pendapatan keluarga Sarinayan, bisa mencapai Rp.700.000 hingga Rp.1.000.000/bulan. Untuk Pengeluarannya, dalam 1 hari bisa mencapai 80.000-100.000/hari. Jumlah ini tentu tidak mencukupi dari kebutuhannya.

Page 6: Kk Tagguh_lesson Learn

FEATURE KK YASNI

Perjuangan dan Optimisme KK Perempuan*

(By : Zeni Eka Putri)

Sosok yang pekerja keras. Itulah hal pertama yang dirasakan ketika bertemu dengan Ibu Yasni (41 tahun). Bagaimana tidak, Ibu Yasni harus berjuang menghidupi dirinya dan lima orang anggota keluarganya pada kondisi serba kekurangan. Dia harus menghidupi tiga orang anak (satu diantaranya adalah anak kakak) dan seorang kakaknya yang pada saat ini tidak bisa membantu untuk perekonomian keluarga karena stres yang diderita. Walaupun demikian, Ibu Yasni tidak mau menyerah akan nasib, dia selalu berjuang agar bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarga dengan berusaha kecil-kecilan seperti sambaramuna (keripik ubi-red) dan onde-onde. Ibu Yasni adalah kepala keluarga semenjak suaminya meninggal.

Mengunjungi rumah Ibu Yasni yang berlokasi di Puncak Lariang-Dusun 1, Gasan Kaciak, penulis harus menelusuri jalan setapak yang masih bisa dilalui oleh kendaraan bermotor. Lokasi tempat tinggal Ibu Yasni berpotensi longsor dan banjir. Apabila sungai meluap dan hujan terus menerus maka rumahnya akan terkena banjir dan longsor. Kondisi ini menyebabkan Ibu Yasni cemas, akan tetapi dia tidak bisa untuk pindah, karena tidak memiliki tempat tinggal lainnya.

Menuju rumah Ibu Yasni, kita menjumpai banyak pohon kelapa, jalan menuju lokasi masih belum beraspal, masih jalan tanah dan berkerikil. Lokasi tempat tinggal Ibu Yasni terpencil serta jauh dari akses jalan utama. Rumahnya terletak paling ujung. Didekatnya hanya memiliki satu orang tetangga dan selebihnya hanya dikelilngi oleh pepohonan. Hal ini menyebabkan ibu Yasni juga terbatas terhadap akses informasi.

Sesampainya di rumah Ibu Yasni, sejenak penulis merenung melihat kondisi rumah yang sebenarnya sudah tidak lagi layak huni. Rumah berukuran 4x6 m, beratapkan seng tua dan berkarat. Kalau hujan, rumah Ibu Yasni akan dimasuki air karena atapnya bocor. Tiang kayu penyangga di depan rumah pun sudah longgar dan sewaktu-waktu bisa saja roboh. Selain itu, dinding rumah

Page 7: Kk Tagguh_lesson Learn

bagian bagian depan terbuat dari kayu yang sudah mulai lapuk dan dinding bagianbelakang terbuat dari anyaman bambu yang sudah longgar.

(gambar 1. tambahkan foto rumah tampak depan)

Memasuki rumah Ibu Yani, penulis melihat lantai yang sudah bersemen, akan tetapi sudah retak dan berlubang di banyak bagian rumah. Bagian depan rumah, kita tidak menemui ruang tamu, akan tetapi hanya ada sedikit sekat yang dijadikan untuk kamar tidur Ibu Yasni bersama anak-anaknya. Sebenarnya ada dua kamar di rumah Ibu Yasni, akan tetapi, satu kamar tidak layak huni lagi disebabkan lantai semennya sudah berlobang. Kamar ini hanya dijadikan tempat meletakan lemari dan pakaian Ibu Yasni dan anggoa keluarga lainnya.

Penulis kemudian menuju ke bagian dapur rumah Ibu Yasni. Dapurnya pun sebenarnya tidak layak digunakan. Di sekeliling dapur, dinding dibuat dari seng-seng yang sudah berkarat dan bocor. Sebagian seng yang dijadikan dinding sudah lepas, sehingga sebagian dapur Ibu Yuni terbuka. Bagian dapur hanya beralas tanah. Apabila hujan, Ibu Yasni kesulitan untuk memasak di dapur karena kehujanan. Ibu Yasni terkadang memasak dengan kayu, terkadang memasak dengan minyak kompor. Hanya disinilah uni Yasni dan keluarga bisa berteduh. Dia dan keluarganya tetap menghuni rumah tersebut karena memang tidak ada tempat lain yang bisa ditinggali. Rumah yang mereka tempati itu pun adalah bantuan dari keluarga.

(gambar 2. tambahkan foto dapur)

Dalam segi pendidikan, Ibu Yasni tidak menamatkan pendidikan Sekolah Dasar. Akan tetapi, dia berharap anaknya bisa melanjutkan sekolah. Sekarang dua orang anaknya sedang duduk di bangku sekolah dasar. Segala keterbatasan yang ada, tidak memudarkan semangat anak-anak ibu Yasni untuk melanjutkan sekolah. Malahan, salah seorang anak ibu yasni, ikut membantu berjualan dagangan onde-onde di sekolah.

Demi memenuhi kebutuhan sehari-hari. Ibu Yani membuat membuat onde-onde dan sambaramuna (keripik ubi-red). Akan tetapi, hanya onde-onde yang rutin dibuat setiap harinya. Setiap hari, Ibu Yasni bisa membuat 50 buah onde-onde yang dijual anak perempuannya di sekolah dengan harga Rp500/ buah. Sedangkan sambaramuna tidak rutin dibuat setiap harinya. Tergantung ketersedian bahan dan stok yang dititipkan ke warung sudah habis atau belum.

Pendapatan Ibu Yani sehari tidak tetap. Berkisar Rp14.000 – Rp.20.000. Terkadang, Ibu Yani mendapatkan tambahan uang apabila ada panggilan seperti untuk menjaga anak warga di jorongnya atau dipanggil untuk mencuci piring apabila ada warga yang kenduri/ acara lainnya. Dengan melakukan pekerjaan tersebut, ibu Yani bisa mendapatkan tambahan penghasilan sebesar Rp10.000 –

Page 8: Kk Tagguh_lesson Learn

Rp15.000/ hari. Dengan penghasilan yang pas-pasan, Ibu Yasni tidak bisa menyisihkan sebagian uangnya u tuk menabung.

(gambar 3. tambahkan foto keripik Ibu Yasni)

Ibu Yasni selalu mensyukuri setiap reski yang bisa diperoleh tiap harinya. Karena dia dan keluarganya masih bisa makan dan memenuhi kebutuhan sehari-hari walaupun harus hidup dengan sederhana. Ibu Yasni memiliki lahan tidak produktif sebanyak 10 piriang. Dahulu lahan tersebut sempat dijadikan sawah Akan tetapi, sekarang dibiarkan begitu saja. Karena tidak ada biaya untuk mengolah sawah tersebut.

Kedepannya, Ibu Yasni berharap bisa mengembangkan usahanya. Karena keterbatasan modal menyebabkan dia tidak mampu untuk memproduksi sambaramuna dan onde-onde dengan jumlah lebih banyak. Selain itu, Ibu Yani ingin bisa menggarap kembali lahan yang dimilikinya.Dia ingin bertanam ubi, karena ini merupakan bahan mentah bagi usaha Ibu Yasni dalam berjualan sambaramuna dan onde-onde. Selain itu, ibu Yasni ingin memperbaiki dapurnya, agar nanti dapurnya tidak basah lagi ketika hujan. (*zep)

Page 9: Kk Tagguh_lesson Learn

1. FEATURE KK GOMBAK

Memupuk Harapan, Mengalahkan Keterbatasan*

Keluarga Bapak Gombak merupakan salah satu KK rentan yang ada di Jorong Gasan Kaciak, Nagari Tiku Selatan. Pada saat berkunjung ke rumah keluarga Gombak, kita harus melalui jalan terjal dan menelusuri perbukitan. Lokasi rumah Bapak Gombak terisolir karena jauh dari akses jalan utama. Di sekeliling jalan menuju rumah Bapak Gombak hanya ditemukan pepohonan, jalan terjal dan kiri kanannya jurang yang curam. Akan tetapi, keluarga Bapak Gombak tetap bertahan tinggal di lokasi ini, hal ini disebabkan karena tidak adanya lahan lain untuk bisa mereka tinggali.

Keluarga gombak hidup dalam kondisi yang sangat sederhana. Tinggal di sebuah rumah kayu berukuran 3x4 m, beratapkan rumbia dan seng, serta berlantai semen yang kasar. Rumahnya berlokasi di atas perbukitan yang memiliki jurang curam dengan kemiringan 70o. Di dalam rumah tidak ada MCK. Keluarga Bapak Gombak biasanya harus untuk MCK dan mendapatkan akses air bersih harus turun bukit terlebih dahulu melewati jalan setapak.

Memprihatinkan, itu hal yang pertama dirasakan ketika berkunjung ke rumah Bapak Gombak. Bagaimana tidak, karena kehidupan yang serba minim ditambah lokasi dan kondisi rumah keluarga Bapak Gombak sangat rawan apabila terjadi bencana alam. Kenapa bisa dikatakan demikian? Pertama; dari segi lokasi, apabila terjadi gempa dan longsor, maka rumah keluarga Bapak Gombak sangat rawan roboh dan bahkan lengser ke jurang. Hal ini juga disebabkan oleh kondisi tanah yang tidak stabil karena kiri kanan dikelilingi jurang curam. Kedua; dari segi kondisi rumah, apabila terjadi angin angin puting beliung, maka rumah Bapak Gombak yang beratap rumbia bisa rusak diterjang badai. Karena atap tidak kokoh dan hilang diterbang angin.

Page 10: Kk Tagguh_lesson Learn

Kondisi rumah keluarga gombak

Sesampainya di rumah Bapak Gombak, penulis bertemu dengan istri dari bapak gombak (Ibu Turnita). Pada saat itu, penulis tidak sempat bertemu dengan bapak Gombak karena bapak gombak sedang bekerja menjadi buruh tani di ladang. Ibu Turnita mulai bercerita tentang kondisi keluarga. Ibu Turnita tinggal di rumahnya bersama Bapak Gombak dan 4 orang anak mereka yang masih kecil. Sebenarnya, anak Bapak Gombak berjumlah 5 orang, akan tetapi, anak paling besar sekarang dibawa ke Jakarta oleh keluarganya.

Bapak Gombak dan Ibu Turnita sadar bahwa mereka berdua tidak memiliki pendidikan tinggi. Mereka tidak bersekolah. Akan tetapi, mereka tetap berupaya agar anak-anak mereka bisa bersekolah walaupun hidup serba terbatas. Anak Bapak Gombak masih mengenyam pendidikan di bangku Sekolah Dasar (SD) sebanyak tiga orang dan satu orang belum bersekolah. Untuk menuju sekolah, anak-anak harus berjalan kaki, karena keluarga ini tidak memiliki kendaraan apapun, baik itu sepeda ataupun motor

Biasanya, keluarga Bapak Gombak harus mengeluarkan uang Rp 30.000/ hari untuk biaya hidup enam orang anggota keluarga. Demi memenuhi kebutuhan sehari-hari tersebut, Bapak Gombak bekerja apa saja asalkan halal. Bapak Gombak bekerja serabutan seperti; Pertama, menggarap sawah milik orang lain (menjadi buruh tani) dan membajak. Misalnya, bapak gombak diminta menanam padi atau membajak sawah kemudian diberikan upah tergantung si pemilik lahan. Kedua; ikut dalam julo-julo kongsi. Dalam hal ini, Bapak Gombak ikut julo-julo kongsi dengan kelompok tani. Julo-julo ini bukan berbentuk uang, akan tetapi julo-julo berbentuk tenaga. Jadi, apabila ada lahan yang akan diolah, mereka bisa

Page 11: Kk Tagguh_lesson Learn

mengerjakan bersama-sama, sehingga tidak perlu lagi membayar upah bagi tenaga oranglain untuk mengolah lahan apabila ada yang meminta tenaga mereka.

Sedangkan istri Bapak Gombak, Turnita (36 tahun), membantu suami dengan mengurus kebun milik orang lain. Kebun yang diurus Ibu Turnita adalah kebun sawit. Adapun sistem yang diberlakukan adalah sistem bagi hasil, yaitu 1/3 untuk yang mengurus dan 2/3 untuk pemilik. Selain itu, keluarga ini juga memelihara dua ekor sapi milik orang lain. Keluarga gombak sudah memelihara sapi milik orang lain selama dua tahun. Nantinya akan ada sistem bagi hasil bagi si pemilik. Istilahnya sakaki untuak yang memeliharo, tigo kaki untuak yang punyo (sistem bagi hasilnya 25% untuk yang memelihara dan 75% untuk pemilik). Bekerja serabutan menyebabkan pendapatan sehari-hari tidak menentu. Di masa yang akan datang, ibu turnita berharap untuk bisa beternak kambing. Karena memiliki keahlian dalam memelihara ternak seperti sapi dan kambing.

Keluarga Gombak sangat minim akses untuk bisa bersosialisasi karena di sekeliling mereka tidak ada rumah lainnya. Keluarga Bapak Gombak tinggal terpencil sehingga mereka tidak memiliki tetangga. Keluarga bapak Gombak memiliki keterbatasan terhadap berbagai akses informasi. Sehingga sering tidak tahu tentang informasi di Jorong Gasan Katik. Lokasi rumah yang letaknya terisolir dan jauh dari jalan utama, secara tidak langsung juga mempengaruhi kehidupan sosial keluarga gombak.

Oleh karena itu, dapat dilihat bahwa keluarga gombak memiliki kerentanan dalam menghadapi bencana. Hal ini disebabkan karena berbagai hal, baik dari lokasi dan kondisi rumah yang sangat rentan, kondisi ekonomi yang tidak memungkinkan sehingga keluarga gombak harus tetap bertahan di lokasi rawan bencana dan bekerja serabutan untuk memenuhi kebutuhan dan juga terbatasnya akses terhadap jalan utama dan lingkungan sekitar. (*zep)

Page 12: Kk Tagguh_lesson Learn

3. FEATURE KK ERLENAWATI

Ibu Erlenawati (40 tahun), perempuan paruh baya ini merupakan salah satu korban yang merasakan langsung dampak gempa pada tahun 2009 lalu. Rumahnya yang berlokasi di Dusun 2 Gasan Kaciak menjadi salah satu rumah yang rusak akibat gempa dan tidak layak huni lagi.

Rumahnya Ibu Erlenawati merupakan rumah semi permanen, sebagian dinding bangunannya terbuat dari kayu dan sebagiannya lagi terbuat dari batu. Pada saat terjadi gempa 2009, Ibu Erlenawati menunuturkan, bahwa pada sore itu dia baru selesai membuat lontong yang akan dia jual esok harinya. Tiba-tiba terjadi gempa, pada saat itu warga panik dan sempat mengungsi. Pada saat di tempat pengungsian, Ibu ini bertahan hidup dari bantuan yang diperolehnya sekedar untuk memenuhi makan sehari-hari. Dia mendapatkan bantuan seperti mie, beras, minyak, cabe dan lain sebagainya. Bantuan itu dijemput ke Surau Nango di Dusun 2 Gasan Kaciak.

Memprihatinkan, itulah hal pertama yang penulis rasakan ketika mengunjungi ibu dengan empat orang anak ini. Pasca terjadi gempa, kondisi keluarga Ibu Erlenawati tak kunjung membaik. Hal ini disebabkan karena berbagai keterbatasan yang mereka punya. Pasca Gempa 2009 tersebut, Ibu Erlenawati harus merelakan rumahnya rusak dan hampir roboh. Hal ini menyebabkan dia dan keluarganya mau tidak mau harus pindah ke rumah senyum Rumah senyum ini merupakan rumah penampungan milik PMI untuk korban gempa. Rumah ini terbuat dari dari triplek dan beratapkan seng. Disinilah ibu Erlenawati tinggal bersama keluarganya. Mereka tetap bertahan tinggal disini karena ketiadaan biaya untuk membangun rumah mereka kembali.

Memang, ketika mengunjungi rumah Ibu Erlenawati yang rusak akibat gempa tersebut, dapat dilihat bahwa lokasinya sangat rentan dengan bencana banjir dan tsunami. Kenapa dikatakan demikian? Karena lokasi rumahnya sangat dekat dan kawasan pantai dan sungai. Jarak rumahnya dari sungai hanya 500 m

Page 13: Kk Tagguh_lesson Learn

dari bibir pantai. Lokasi ini merupakan zona merah bagi tsunami. Karena, apabila terjandi gempa yang berpotensi tsunami, maka rumah ibu Erlenawati dapat dipastikan akan terkena dampak serius karena jaraknya yang dekat dengan pantai tersebut. Selain itu, rumah Ibu Erlenawati hanya berjarak 300 m dari sungai. Hal ini menyebabkan rumahnya kebanjiran apabila air sungai meluap.

Saat ini, Ibu Erlenawati harus berjuang untuk menghidupi keluarganya. Dia merupakan seorang janda dengan empat orang anak yang memiliki semangat juang untuk selalu optimis di semua keterbatasan yang dimiliki. Berjuang menghidupi ke empat orang anaknya dan seorang ayahnya yang tidak bisa lagi membantu dalam perekonomian keluarga karena sering sakit-sakitan. Ditengah kehidupan yang pas-pasan membuat Ibu Erlenawati tidak mampu untuk membawa ayahnya berobat ke dokter. Ibu Erlenawati hanya mencoba obat-obat kampung untuk ayahnya.

Pada saat sekarang ini, Ibu Erlenawati tetap berusaha agar anak-anaknya bisa untuk sekolah. Keterbatasan tidak menyurutkan harapannya agar anak-anaknya bisa memperoleh pendidikan lebih baik. Dia tidak ingin anak-anaknya tidak berpendidikan seperti dirinya.

Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, dia berjualan lontong di sebuah sekolah dasar. Biasanya yang membeli dagangannya adalah anak-anak sekolahan ataupun guru yang berada di Sekolah Dasar tersebut. Penghasilan dari berjualan lontong adalah Rp40.000/ hari. Uang ini sebagian nantinya diputar kembali untuk modal usaha di hari berikutnya dan sebagian lagi untuk membeli beras dan lauk pauk sederhana. Keadaan ini membuat Ibu Erlenawati tidak bisa menyisihkan uangnya untuk ditabung.

Kedepannya, Ibu Erlenawati berharap bisa untuk mengembangkan usahanya sehingga bisa menambah pendapatan keluarga. Selain berjualan lontong, dia juga ingin mengembangkan usaha berjual kain dan berternak kambing. (*zep)