Kitab Minhajul Muslim (bab 2 pasal 5)

18
Adab Terhadap Diri Sendiri (Syaikh Abu Bakar Jabir al- Jaza’iri) Disusun Oleh: Muhammad Ali Mufatihi (Pesantren Teknologi Informasi dan Komunikasi)

Transcript of Kitab Minhajul Muslim (bab 2 pasal 5)

Page 1: Kitab Minhajul Muslim  (bab 2 pasal 5)

Adab Terhadap Diri

Sendiri(Syaikh Abu Bakar Jabir al-Jaza’iri)

Disusun Oleh:

Muhammad Ali Mufatihi(Pesantren Teknologi Informasi dan Komunikasi)

Page 2: Kitab Minhajul Muslim  (bab 2 pasal 5)

Kebaikan dan keburukan berasal dari diri sendiri

Seorang Muslim menyakini bahwa kebahagiaannya di dalam dua kehidupan, yaitu kehidupan pertama (dunia) dan kehidupan kedua (akhirat) tergantung bagaiamana ia beradap kepada dirinya sendiri, menyucikan dan membersihkannya, sebagaimana kesengsaraanya tergantung pada kerusakan, kekeruhan dan kebusukannya. Sebagaimana Allah SWT berfirman:

“Sungguh beruntunglah orang yang menyucikan jiwanya itu, dan sungguh merugilah orang yang mengotorinya.” (Asy-Syams: 9-10)

Juga sabda Rasulullah SAW:“Setiap dari kalian akan masuk surga kecuali yang enggan.” para sahabat bertanya, “Siapakah orang yang enggan itu, wahai Rasulullah?” Beliau bersabda, “Barangsiapa yang mentaatiku, niscaya masuk surga dan barangsiapa yang mendurhakaiku maka sungguh ia telah enggan (masuk surga).” (H.R al-Bukhari, no.7280)

Adab terhadap diri sendiri

Page 3: Kitab Minhajul Muslim  (bab 2 pasal 5)

Kebaikan dan keburukan berasal dari diri sendiri

Oleh karena itu seorang Muslim hidup sebagai orang yang senantiasa berusaha mendidik dirinya, menyucikan, dan membersihkan, karena ia lebih berhak untuk dididik terlebih dahulu, maka ia harus menghiasnya dengan adab yang menyucikannya, dan membersihkan kotoran-kotorannya sebagaimana dia menjauhkannya dari hal-hal yang dapat menodai dan merusaknya berupa keyakinan yang sesat, ucapan dan perbuatan yang batil.Kemudian selalu mendorongnya melakukan amal kebaikan dan mempertahankan amal kebaikan tersebut siang dan malam , mengintrospeksi diri setiap saat. Berikut adalah langkah langkah yang harus diikuti seorang Muslim didalam usaha memperbaiki dan mendidiknya menjadi bersih dan suci

Adab terhadap diri sendiri

Page 4: Kitab Minhajul Muslim  (bab 2 pasal 5)

A. Taubat

Adab terhadap diri sendiri

Taubat berarti, membersihkan diri dari segenapa dosa dan maksiat, menyesali setiap dosa yang telah dilakukannya , bertekad untuk tidak mengulangi perbuatan dosa itu di dalam sisa umurnya.

Firman Allah SWT:“Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya, mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukanmu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. ”(At-Tahrim:8)

FirmanNya,“Dan bertaubatlah kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.”(An-Nur:31)

Page 5: Kitab Minhajul Muslim  (bab 2 pasal 5)

A. Taubat

Adab terhadap diri sendiri

Rasulullah SAW bersabda,“Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah, sesungguhnya aku bertaubat seratus kali dalam sehari.”(H.R. Muslim, no.2702)

Sabda Beliau,“Sesungguhnya Allah membentangkan TanganNya pada malam hari untuk menerima taubat orang yang berbuat kesalahan pada siang hari dan membentangkan TangnNya pada siang hari untuk menerima taubat orang yang berbuat kesalahan pada malam hari, (demikian), hingga matahari terbit dari barat.”(H.R.Muslim,2703)

Allah akan menerima taubat hambanya yang berbuat dosa hingga sampai batas terbitnya matahari dari tempat tenggelamnya dan sampai nyawa sudah sampai di tenggorokan

Page 6: Kitab Minhajul Muslim  (bab 2 pasal 5)

B. Muraqabah

Adab terhadap diri sendiri

Muraqabah adalah sikap seorang Muslim merasa dirinya diawasi oleh Allah SWT, ia senantiasa merasakannya di setiap saat dari kehidupannya sehingga keyakinannya menjadi sempurna bahwa Allah SWT selalu melihatnya, mengetahui rahasia-rahasiannya, memperhatikan amal-amalnya, menegakkan putusan terhadapnya dan terhadap setiap jiwa dengan apa yang telah dilakukan. Oleh karena itu, dirinya tenggelam dalam pengawasan keagungan dan kesempurnaan Allah SWT , merasa damai dengan mengingatNya, memperoleh kenyamanan dengan menjalankan segala yang diperintahkanNya, mengharapkan pahala di sisiNya, menghadap kepadaNya dan berpaling dari selainNya,

Page 7: Kitab Minhajul Muslim  (bab 2 pasal 5)

B. Muraqabah

Adab terhadap diri sendiri

Makna “menyerahkan diri ” di dalam Firman Allah SWt,

“Dan siapakah yang lebih baik agamanya dari pada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia pun mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti agama Ibrahim yang lurus? Dan Allah menjadikan Ibrahim sebagai kesayanganNya.”(An-Nisa: 125)

FirmanNya,

“Dan barang siapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah sedang dia orang yang berbuat kebaikan, maka sesungguhnya dia telah berpegang kepada buhul tali yang kokoh.”(Luqman: 22)

FirmanNya,

“Kamu tidak berada dalam suatu keadaan dan tidak membaca suatu ayat dari al-Qur’an dan kamu tidak mengerjakan suatu pekerjaan, melainkan Kami menjadi saksi atasmu di waktu kamu melakukannya.”(Yunus: 61)

Page 8: Kitab Minhajul Muslim  (bab 2 pasal 5)

Teladan Sifat Muraqqabah

Adab terhadap diri sendiri

Sabda Rasulullah SAW, “Beribadahlah kepada Alla seakan-akan kamu melihatNya, Jika kamu tidak bisa melihatNya, maka sesungguhnya Dia melihatmu.”(Muttafaq’alaih; al—Bukhari, no.50; Muslim,no9)

Itulah sifat yang dimiliki as-Sabiqunal al-Awwalun (generasi pertama) dari as-Salah ash-Shalih umat ini ketika mereka merasa jiwanya seperti hadits Rasulullah tersebut sehingga keyakinan mereka sempurna dan mereka sampai pada derajat orang-orang yang mendekatkan diri kepada Allah SWT, berikut adalah contoh sikap muraqqabah dari mereka:

1. Abdullah bin Dinar berkata, “Aku keluar bersama Umar bin Khattab ke Mekkah, lalu kami singgah untuk istirahat di salah satu jalan, tiba-tiba seorang penggembala dari gunung menemui kami. Umar berkat kepadanya, ‘Hai penggembla, jualah kepada kami seekor kambing dari kumpulan kambing itu’, lalu si penggembala berkata, ‘Sesungguhnya kambing itu ada yang punya.’ Umar berkata ‘Katakan saja kepada tuanmu bahwa kambing tersebut telah dimangsa serigala.’ Buda (penggembala) itu berkata ’DI MANAKAH ALLAH? ’ lalu Umar menangis, dan keesokan harinya Umar mendatangi tuan si penggembala tersebut, kemudian membeli budak tersebut dari tuannya lantas beliau memerdekakannya.”

Page 9: Kitab Minhajul Muslim  (bab 2 pasal 5)

C. Muhasabah (Intropeksi Diri)

Adab terhadap diri sendiri

Dunia adalah ladang amal sebagai persiapan manusia menuju kampung akhirat, maka seyogyanya manusia harus memperhatikan ibadah-ibadah fardhu yang diwajibkan kepadanya seperti seorang pedagang memperhatikan modal hartanya, dan memperhatikan ibadah-ibadah sunnahnya seperti seorang pedagang memperhatikan keuntungan tambahan atas modal hartanya , dan seyogyanya manusia memperhatikan maksiat dan dosa seperti layaknya kerugian di dalam perdagangan. Seorang Muslim harus selalu bermuhasabah (intropeksi diri) di setiap harinya atas amal yang telah dilakukan sepanjang harinya , apabila ia melihat kekurangan di dalam melakukan amalan fardhunya, maka dia harus mencela dan menyatakannya jelek lantas bergegas menutup kekurangannya tersebut. Jika dia meninggalkan ibadah yang boleh di qadha’ maka dia segera mengqadhanya, Apabila ia melihat kekurangan di dalam melakukan amalan sunnahnya, maka dia akan menggantinya dan menutup kekurangannya, Apabila dia melihat kerugian akibat menerjang larangan-larangan , maka dia segera memohon ampunan, menyesal, kembali kepada Allah SWT dan mengerjakan kebaikan yang menurutnya mampu memperbaiki apa yang telah dia rusak.Inilah tujuan dari muhasabah diri. Muhasabah merupakan salah satu metode memperbaiki , melatih, menyucikan dan membersihkan diri. Berikut ini adalah dalil-dalil tentang muhasabah diri:

Page 10: Kitab Minhajul Muslim  (bab 2 pasal 5)

C. Muhasabah (Intropeksi Diri)

Adab terhadap diri sendiri

Firman Allah SWT,

“Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”(Al-Hasyr: 18)

FirmanNya,

“Dan Bertaubatlah kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung. ”(An-Nur: 31)

Sabda Rasulullah SAW,

“Sesungguhnya aku betul-betul bertaubat kepada Allah dan memohon ampunan kepadaNya seratus kali dalam sehari.”(H.R. Muslim)

Page 11: Kitab Minhajul Muslim  (bab 2 pasal 5)

Teladan Sifat Muhasabah (Intropeksi Diri)

Adab terhadap diri sendiri

* Umar bin Khattab RA berkata,” Hisablah dirimu sebelum (amalan ) kamu dihisab.” Dulu apabila malam telah menyelimutinya, beliau memukul kedua telapak kakiny dengan sebuah tongkat dan berkata kepada dirinya, “Apa yang telah kamu lakukan hari ini?”

*Abu Thalhah RA ketika disibukkan oleh kebunya sehingga lalai dari mengerjakan shalat, beliau mengelurkan sedekah kebunya untuk Allah SWT. Beliau melakukan ini karena semata-mata muhasabah diri dan sebagai celaan dan pendidikan baginya (diriwayatkan di dalam hadirs shahih)

*Dikisahkan dari al-Ahnaf bin Qais, bahwasanya beliau mendatangi suatu lampu (yang bersumbu) lalu meletakkan jari jemarinya di dalamnya sehingga merasakan panasnya api, lantas beliau berkata,”Hai Hunaif, apa yang mendorong dirimu berbuat kala itu? Apa yang mendorong dirimu berbuat kala itu?”

Page 12: Kitab Minhajul Muslim  (bab 2 pasal 5)

Teladan Sifat Muhasabah (Intropeksi Diri)

Adab terhadap diri sendiri

* Umar bin Khattab RA berkata,” Hisablah dirimu sebelum (amalan ) kamu dihisab.” Dulu apabila malam telah menyelimutinya, beliau memukul kedua telapak kakiny dengan sebuah tongkat dan berkata kepada dirinya, “Apa yang telah kamu lakukan hari ini?”

*Abu Thalhah RA ketika disibukkan oleh kebunya sehingga lalai dari mengerjakan shalat, beliau mengelurkan sedekah kebunya untuk Allah SWT. Beliau melakukan ini karena semata-mata muhasabah diri dan sebagai celaan dan pendidikan baginya (diriwayatkan di dalam hadirs shahih)

*Dikisahkan dari al-Ahnaf bin Qais, bahwasanya beliau mendatangi suatu lampu (yang bersumbu) lalu meletakkan jari jemarinya di dalamnya sehingga merasakan panasnya api, lantas beliau berkata,”Hai Hunaif, apa yang mendorong dirimu berbuat kala itu? Apa yang mendorong dirimu berbuat kala itu?”

Page 13: Kitab Minhajul Muslim  (bab 2 pasal 5)

Teladan Sifat Muhasabah (Intropeksi Diri)

Adab terhadap diri sendiri

*Dikisahkan bahwa seorang yang shalih sedang berperang lalu tiba-tiba seorang perempuan tersingkap auratnya di hadapnnya dan ia melihatnya, maka ia mengangkat matanya dan menampar matanya sehingga matanya keluar. Ia berkata ,”Sesungguhnya kamu sangat bersemangat kepada hal-hal yang mencelakakan dirimu.”

*Diriwayatkan bahwa seorang yang shalih pergi ke gurun pasir yang panas lalu ia bergulung-gulung diatasnya, ia berkata kepada dirinya, “Rasakanlah ini dan api neraka jahannam lebih panas lagi. Apakah kamu ingin menjadi bangkai dimalam hari dan sebagai penganggurang di siang hari?”

*Suatu hari seorang yang shalih mendongakkan kepalanya ke atas atap, lalu ia melihat seorang wanita dan memandangnya, maka ia bertekad tidak akan melihat ke langit selagi ia masih hidup.

Page 14: Kitab Minhajul Muslim  (bab 2 pasal 5)

Teladan Sifat Muhasabah (Intropeksi Diri)

Adab terhadap diri sendiri

Demikian itulah teladan orang-orang shalih dari umat ini, mereka memuhasabah diri mereka dari menyia-nyiakannya, mencelanya atas keteledorannya, menetapi sifat takwa, menahan dirinya dari hawa nafsunya sebagai pengamalan atas Firman Allah SWT,

“Adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Rabbnya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggalnya” (An-Naziat: 40-41)

Page 15: Kitab Minhajul Muslim  (bab 2 pasal 5)

D. Mujahadah (Perang Terhadap Hawa Nafsu / jiwa)

Adab terhadap diri sendiri

Hendaknya seorang Muslim mengetahui bahwa musuh bebuyutannya adalah hawa nafsu dirinya sendiri. Nafsu menurut tabiatny selalu condong kepada keburukan, dan lari dari kebaikan serta senantiasa menyuruh kepada kejelekan, Allah SWT berfirman,

“Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu ini selalu menyuruh kepada kejahatan.” (Yusuf: 53)

Tujuan dari Mujahadah adalah memerangi hawa nafsu termasuk didalamnya menyukai leha-leha, menganggur, larut bersama hawa narfsu, dilalaikan oleh keinginan-keingingan sementara, dll. Seorang Muslim harus memmpunyai keinginan untuk memerangi hawa nafsu sebagai wujud pengamalan Firman Allah SWT,

“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan ) Kami, benar-banar akan Kami tunjukan kepada mereka jalan-jalan Kami Dan sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang bebuat baik.” (Al-Ankabut: 69)

Page 16: Kitab Minhajul Muslim  (bab 2 pasal 5)

D. Mujahadah (Perang Terhadap Hawa Nafsu / jiwa)

Adab terhadap diri sendiri

Seorang Muslim ketika memerangi nafsu di jalan Allah agar jiwany itu baik, bersih, suci, tentram dan layak menjadi pemilik kemuliaan Allah SWT dan keridhaanNya, mujahadah merupakan kebiasaan orang –orang shalih dan jalan orang-orang yang beriman dengan sebenarnya, maka dia akan mengikuti jalan mereka dan menelusuri jejak-jejak mereka.

Page 17: Kitab Minhajul Muslim  (bab 2 pasal 5)

Teladan Mujahadah (Memerangi Hawa Nafsu/jiwa)

Adab terhadap diri sendiri

* Rasulullah SAW melakukan shalat malam sehingga kedua telapak kaki beliau yang mulia bengkak, beliau pernah bertannya mengapa melakukan seperti itu, maka beliau bersabda ,

“Tidak senangkah aku menjadi hamba yang bersyukur” (H.R. Al-Bukhari,no1130)

*Dari Sahabat Ali Ra, beliau berkata “Demi Allah, aku melihat para sahabat Muhammad SAW dan tidak ada satupun yang menyamai mereka, pada pagi harinya mereka dalam keadaan kusut, berdebu dan kekuning-kuningan (pucat pasi); sungguh mereka telah menghidupkan malam hari dengan sujud dan shalat, membaca kitab Allah dengan berganti-ganti mengisyaratkan antara kaki-kaki mereka dan dahi-dahi mereka. Apabila disebutkan nama Allah, mereka bergoyang laksana bergoyangnya pepohonan di hari yang berangin dan air mata mereka menetes sehingga membasahi baju mereka”

* Umar bin Khattab RA mencaci dirinya karena ketinggalan shalat Ashar secara berjamaah, lalu bersedekah sebidang tanah seharga dua ratus ribu dirham karenanya. Abdullah bin Umar ketika baliau ketinggalan suatu shalat berjamaah, maka beliau menghidupkan malam harinya (dengan shalat malam) semalam suntuk; pada suatu hari beliau ketinggalan shalat Maghrib sehingga terbitlah dua bintang lalu beliau memerdekakan du budak sahaya.

Page 18: Kitab Minhajul Muslim  (bab 2 pasal 5)

DAFTAR PUSTAKA

JUDUL BUKU : KITAB MINHAJUL MUSLIM PENULIS : SYAIKH ABU BAKAR JABIR AL-JAZA ‘IRIPENERBIT : MAKTABAH AL-ULUM WA AL HIKAM, MADINAH

(cet. VI tahun 1419 H)