Kista Radikular Pada Gigi Desidui
-
Upload
nataliedavinci -
Category
Documents
-
view
93 -
download
3
Transcript of Kista Radikular Pada Gigi Desidui
LAPORAN KASUS : KISTA RADIKULAR YANG BERKAITAN DENGAN
PERAWATAN ENDODONTIK MOLAR DESIDUI
Abstrak
Kista radikular merupakan suatu kista yang paling sering sering terjadi pada rahang, namun kista ini sangat jarang terjadi pada gigi desidui. Suatu kasus dari kista radikular tumbuh dari molar desidui kedua yang dirawat endodontik, menyebabkan perpindahan tempat dari gigi penggantinya yang menyertai perluasan ke arah bukal, dilaporkan pada kasus ini. Kantong kista diambil dengan bedah dibawah lokal anestesi (LA) sehingga menyebabkan penyembuhan yang lancar. Hubungan antara pulpa gigi yang dirawat dan pertumbuhan yang cepat dari kista radulikar akan dijelaskan disini.
Kata kunci : kista radikular, molar desidui, enukleasi
Pendahuluan
Kista radikular berasal dari sisa-sisa ligament periodontal akibat dari inflamasi yang pada
umumnya akibat dari nekrosis pulpa. Kista radikular diperkirakan jarang terjadi pada gigi desidui
dengan prevalensi hanya sebesar 0,5% hingga 3,3%. Dengan menganggap bahwa mekanisme
perkembangan kista radikular adalah sama antara gigi geligi permanen dan desidui, frekuensi
yang rendah pada gigi sebelumnya (gigi desidui) masih belum jelas.
Tulisan ini akan melaporkan suatu kasus mengenai kista radikular yang berkaitan dengan
molar desidui setelah perawatan pulpa dan mendiskudikan hubungan antara perawatan pulpa dan
pertumbuhan yang cepat dari kista.
Laporan kasus
Seorang pasien anak perempuan dibawa ke bagian rawat jalan pasien dengan keluhan
pembengkakan yang tidak nyeri pada regio belakang bawah kiri rahang sejak 4 bulan lalu.
Riwayat dental pasien menunjukkan ia menjalani perawatan endodontik dari lesi karies yang
dalam pada gigi 75 sekitar 11 bulan lalu. Pemeriksaan ekstraoral (gambar 1) menunjukkan
pembengkakan tulang keras yang tidak nyeri pada sisi kiri bawah mandibula. Pemeriksaan
intraoral (gambar 2) menunjukkan hilangnya sulkus bukalis yang mengindikasikan adanya
perluasan plat kortikal bukal yang meluas dari bagian distal caninus desidui mandibula kiri
hingga molar pertama mandibula kiri. Pembengkakan lunak dan tidak ada nyeri tekan saat di
palpasi. Radiografi periapikal (gambar 3) menunjukkan radiolusen unilokular yang berbatas jelas
meliputi area interdental dan meluas melebihi batas akar gigi 75. Ortopantamogram (gambar 4)
menunjukkan radiolusensi tunggal periapikal berbatas tegas dengan tepian sklerotik berukuran
sekitar 4,5x3 cm meluas dari bagian distal 73 hingga bagian distal 36. Akar distal 74 dan akar
mesial 36 tampak teresorbsi. Premolar kedua kiri mandibula berpindah tempat ke arah tepi
bawah mandibula, jauh dari jalur normal erupsi dan tampak tertutup dalam kavitas. Ruang
follicular dari premolar kedua telah rusak sepenuhnya. Radiograf oklusal (gambar 5)
menunjukkan perluasan plat kortikal bukal dan korteks reaktif yang tipis. Cairan berwarna
kekuningan bercampur dengan sedikit darah didapat dari aspirasi dan dikirim untuk pemeriksaan
sitopatologis dan hasilnya sesuai dengan lesi kistik dengan diagnosis diferensial kista radikular
atau kista dentigerus. Dari riwayatnya, tampilan klinis, serta radiografisnya, dibuat diagnosis
sementara kista radikular. Kista dibuka dengan LA (anestesi lokal) dan dienukleasi sepanjang
gigi yang terlibat dan kemudian dikirim untuk pemeriksaan histopatologis (gambar 6,7).
Penyembuhan pasca operasi berjalan lancar. Pemeriksaan histopatologis menunjukkan adanya
lumen kistik yang dibatasi oleh epitel squamosum berlapis dengan ketebalan 4-5 sel, dilapisi
dengan dinding jaringan ikat fibrous, dengan sel berbentuk spindle menunjukkan suatu kista
radikular (gambar 8).
Diskusi
Kista radikular merupakan suatu kista rahang inflamatori pada apeks gigi dengan pulpa
nekrosis dan terinfeksi. Kista radikular yang muncul dari gigi desidui sangatlah jarang terjadi.
Lebih dari 25 tahun terakhir, 13000 kasus kista radikular yang berkaitan dengan gigi desidui
telah dilaporkan hanya mencakup sekitar 0,5% dari kasus total. Insidensi yang rendah ini dapat
diakibatkan oleh infeksi pulpa dan periapikal pada gigi desidui yang cenderung untuk lebih
mudah mengering dibandingkan gigi permanen.
Radiolusensi radikular berkaitan dengan gigi desidui cenderung untuk diabaikan dan
kemungkinan akan sembuh setelah pengambilan gigi yang bermasalah. Karena lesi ini
menyebabkan gejala yang tidak terlalu parah dibandingkan pada gigi geligi permanen, sehingga
masih tidak dirawat. Faktor lain seperti kesalahan diagnosis, pencabutan gigi desidui tanpa
rujukan untuk pemeriksaan patologis dan regresi dari lesi karena perawatan endodontik juga
menyebabkan terabaikannya kista.
Kasus saat ini didiagnosis sebagai kista radikular pada molar desidui karena memiliki
tampilan klinis dan radiologis berikut – adanya lesi radiolusen yang luas dan tidak nyeri
sehubungan dengan akar molar desidui yang pernah dirawat endodontik, perluasan plat kortikal
bukal mandibula, radiolusen unilokuler yang berbatas tegas, korteks reaktif yang tipis, dan
terjadinya perpindahan tempat gigi penggantinya.
Namun kista radikular yang muncul dari gigi desidui sangat menyerupai kista dentigerus
secara radiografis. Kemungkinan tersebut dapat dikesampingkan pada kasus ini karena lesi
berkaitan dengan molar desidui yang pernah dirawat endodontik. Selama operasi enukleasi hal
yang sama tampak dan ditegaskan secara histopatologis. Kista radikular pada gigi desidui
mengenai gigi geligi mandibula karena gigi tersebut lebih sering terkena karies, berkebalikan
dengan gigi maksilla terutama pada gigi geligi permanen. Sebagian besar kista yang berkaitan
dengan molar desidui berlokasi pada area inter radikuler dan disekitar akar-akarnya, sebaliknya
dengan gigi permanen yang berlokasi pada apeks. Hal ini dikarenakan akar yang pendek dan
sebagian telah teresorbsi dan adanya canalis assesorius pada akar molar desidui.
Pada kasus ini pemeriksaan histologis dari cairan yang diaspirasi tidak menunjukkan
adanya kristal kolesterol yang berkebalikan dengan kista radikular pada gigi permanen. Hal ini
dapat dijelaskan karena lesi yang muncul dari gigi desidui ada hanya dalam waktu / durasi yang
pendek sebelum kemudian diambil / dicabut.
Pada kasus ini kista radikular telah tumbuh hingga ukuran 4,5x3 cm selama 11 bulan.
Berdasarkan Livingstone, laju pertumbuhan diameter kista yaitu 4-5 mm tiap tahunnya. Dengan
pertimbangan temuan ini maka laju pertumbuhan yang tampak pada kasus ini adalah terlalu
cepat. Penelusuran elemen dressing dengan formocresol selama kunjungan awal perawatan
endodontik bersamaan dengan protein jaringan kemungkinan telah menimbulkan suatu reaksi
imun yang menyebabkan perkembangan / perluasan. Kasus yang serupa telah dilaporkan oleh
Takiguchi dkk, dan Elango dkk. Medikamen mengandung zinc oxide eugenol dan hal ini
mungkin yang bertanggung jawab terhadap pertumbuhan yang tidak normal ini. Hal ini juga
dapat menjadi suatu faktor untuk pertumbuhan yang cepat pada kasus ini yang sangat menyerupa
kista dentigerus.
Hipotesis dari Grundy dkk, menyatakan bahwa agen terapeutik pulpa dapat menyebabkan
bahan antigenic nekrotik di dalam saluran akar yang memberikan berlanjutnya stimulus antigenic
pada daerah apical. Hal ini akan mempengaruhi gigi permanen atau menyebabkan
berkembangnya / meluasnya kista. Hipotesis ini tidak berarti bahwa perlu adanya larangan
penggunaan medikamen untuk perawatan pulpa pada gigi desidui, karena insidensi kista
radikular pada gigi desidui sangatlah rendah. Gigi desidui yang menerima perawatan pulpa
haruslah selalu diamati / diobservasi secara periodic. Pada kasus ini faktor etiologi yang
dimungkinkan untuk dimulainya kista dapat berupa sisa-sisa pulpa yang tertinggal selama
perawatan sebelumnya atau stimulasi antigenic karena zinc oksida eugenol.
Kesimpulan
Kasus ini menunjukkan kemungkinan dari medikamen intracanal dalam menstimulasi
perluasan atau perkembangan kista radikular. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk
mengetahui peran yang sebenarnya dari medikamen intracanal tersebut dalam perkembangan
kista. Langkah follow up secara periodic dari gigi yang dirawat pulpa dapat mencegah keparahan
dan kecepatan lesi tersebut seperti yang tampak pada kasus kami ini.
Keterangan gambar
Gambar 1 : fotografi ekstraoral
Gambar 2 : fotografi intraoral
Gambar 3 : periapikal intraoral menunjukkan radiolusensi uniloculer
Gambar 4 : OPG menunjukkan radiolusendi unolucular
Gambar 5 : radiografi oklusal menunjukkan perluasan plat kortikal buka;
Gambar 6 : fotografi intraoperatif
Gambar 7 : fotografi menunjukkan specimen
Gambar 8 : fotomikrograf dari lesi