Kisah-Kisah Sukses · 2016-06-22 · untuk pemilik dan yang merawatnya, tetapi juga bagi banyak...

15
Kisah-Kisah Sukses Langkah Menuju Pertanian Kakao Profesional

Transcript of Kisah-Kisah Sukses · 2016-06-22 · untuk pemilik dan yang merawatnya, tetapi juga bagi banyak...

Kisah-Kisah Sukses Langkah Menuju Pertanian Kakao Profesional

Kementerian Dalam NegeriRepublik Indonesia Cocoa

R CargillCargill

TM

Kisah-Kisah Sukses - Langkah Menuju Pertanian Kakao Profesional Kisah-Kisah Sukses - Langkah Menuju Pertanian Kakao Profesional

Kata Pengantar Daftar Isi Sejak hari pertama program ini diluncurkan, SCPP bersama dengan mitra swastanya tanpa lelah telah bekerja untuk membangun produksi kakao berkelanjutan yang me-menuhi permintaan dan kualitas standar dari industri kakao.

Pada tahun 2014, Program kami berfokus untuk mengidentifikasi karakteristik dari para petani profesional, seperti mereka yang telah melakukan peningkatan produktivitas, proaktif dalam bertukar pengalaman dengan petani lain, selalu mencari upaya untuk memperbaiki cara bertani untuk meningkatkan pendapatan, dan menerapkan manajemen pertanian profesional termasuk keuangan dan manajemen. Kami temukan bahwa petani yang melakukan banyak aktivitas akan lebih mudah untuk bertransisi untuk menjadi petani yang profesional melalui usaha kewirausahaan.

Pada tahun 2015, Program kami berencana untuk memberikan bantuan lebih intensif untuk mengidentifikasi petani profesional dengan berbagai kegiatan, dan memantau kemajuan mereka untuk menjadikan mereka sebagai pengusaha petani di pertanian kakao.

Edisi terbaru dari kisah-kisah sukses ini menggambarkan pelajaran yang dapat kita petik dari petani terpilih di wilayah implementasi kami, dari petani yang sudah mengambil langkah-langkah kecil menuju pertanian kakao komersial, ketika sebelumnya mereka hanya melakukan pertanian subsisten, hanya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Kami berharap kisah-kisah sukses mereka ini akan menginspirasi petani lain untuk dapat mencapai produksi kakao yang berkelanjutan di Indonesia

Ayo Rawat Kebun!

Pengalaman langsung dari sekolah laPang Petani

manfaat dari Program gizi untuk seluruh keluarga

memaksimalkan ProduksamPingan dari Pohon kakao

Pengelolaan Pertanian kakao yang inovatif

Penghasilan tambahan dengan kelomPok Pembibitan

Pengalaman telah merubah kehiduPan melalui kakao

kebun sayuran membawa berbagai manfaat

bereksPerimen untukProduksi kakao yang lebih baik

manfaat dari bergabung dengan Program yang telah membuka mata kami

doktor kakaoyang berdedikasi

generasi masa dePan Pengusaha kakao

Dewan Editorial

bersama menuju sukses

Pendukung Manfred Borer

Penerbit Swisscontact Indonesia

editOr Chandra Manalu,Megi Wahyuni

Manfred Borer Country Director Indonesia

Asisten editOr noval rahman

disAin & seni roy Prasetyo

Sarifuddin, SH - ADM Cocoa,Desa Wowa Tomboli, Kab. Kolaka,Sulawesi Tenggara

Sunawar - Cargill, Desa Barrakae,Kab. Bone, Sulawesi Selatan

Muhammad Yusuf - Mars,Desa Lumbewe, Kec. Burau,Kab. Luwu Timur, Sulawesi Selatan

Kholifatan - Barry Callebaut,Nagari Lima Kaum, Tanah Datar, Sumatra Barat

Dewo Gede Oka - ECOM, Desa Sausu Taliabo, Kab. Parigi Moutong,Sulawesi Tengah

Musliadi – SECO, Desa Pantee Cremin, Kec. Babahrot, Aceh Barat Daya

Latifah - EKN, Desa Pantee Cermin,Kab. Aceh Barat Daya, Aceh

Ramadhan - Barry Callebaut,Nagari Batu Gadang, Padang Pariaman, Sumatra Barat

Ruslan Abdul Gani - Ecom,Desa Lembah Bomban, Kab. Parigi, Sulawesi Tengah

Rusnadi - Kelompok tani Padang Utama-NESTLÉ, Desa Salukayu, Mamuju, Sulawesi Barat

Mawarni - Cargill, Desa Sengang Palie, Kab. Bone, Sulawesi Selatan

Nursiah Nurdin - EKN, Desa Sinyonyoi, Kec. Kalukku, Kab. Mamuju,Sulawesi Barat

5 7

9 11

13 15

17 19

21 23

25 27

“Mudah-mudahan keberhasilan kami sebagai petani pertama yang memiliki kebun klonal dan entres di Aceh bisa menginsipirasi kelompok tani lainnya untuk membangun kebun klonal yang lebih banyak, karena terbukti bahwa kebun klonal ini membawa beberapa manfaat tidak hanya untuk pemilik dan yang merawatnya, tetapi juga bagi banyak petani lainnya. Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada Swisscontact untuk pelatihan yang berharga dan pemantauan yang berkesinambungan yang membawa saya lebih dekat ke impian saya untuk memiliki keluarga yang mapan dari hasil usaha kakao kami”

5.000

2 Ha 6 Rp. 120

Rp. 20== =

Entres Bersertifikat

Kebun Klonal

Ton Juta

Juta

Pengalaman Langsung dari Sekolah Lapang Petani Musliadi – SECO, Desa Pantee Cermin, Kecamatan Babahrot, Aceh Barat Daya

Ribuan Petani di Aceh Barat Daya dan sekitarnya sekarang bisa lega. Mereka dapat menyambung pucuk bibit mereka dan merehabilitasi pohon kakao mereka yang menua dengan entres yang handal, bersumber dari kebun klonal bersertifikat yang dipelihara oleh Musliadi dan Kelompok Tani Mekar. Dari bulan Juni sampai dengan Desember 2014, kelompok tani ini telah mampu menjual 5.000 cabang entres bersertifikat, sehingga mendapatkan keuntungan Rp. 20 juta. Selanjutnya dari dua hektar kebun klonal, mereka bisa memproduksi hingga enam ton biji kakao per tahun yang setara dengan Rp.120 juta.

Di antara pohon kakao yang sehat berhias buah-buah kakao berwarna merah, seseorang dengan sosok mungil tapi kokoh tampak sibuk memotong cabang dari pohon kakao untuk dibuat menjadi entres/ calon batang. Namanya Musliadi, petani kakao berumur 30 tahun dari Desa Pantee Cermin di Kecamatan Babahrot, Aceh Barat Daya, yang bergabung dengan Swisscontact melalui proyek PEKA (Peningkatan Ekonomi Kakao Aceh) pada tahun 2010.

Melalui proyek PEKA, Swisscontact memberikan petani kakao dari Aceh pelatihan di sekolah lapang sampai dengan Maret 2012. Dengan dukungan dana dari Pemerintah Swiss, Swisscontact secara kontinu membantu rumah tangga petani kakao di lima Kabupaten di Aceh, termasuk Aceh Barat Daya, melalui program penjangkauan bernama Sustainable Cocoa Production Program (SCPP) untuk durasi dari Januari 2012 hingga Desember 2015.

Tahun 2010 yang lalu, Musliadi berpartisipasi dalam pelatihan intensif selama 16 hari dan menghadiri berbagai modul termasuk praktek pertanian yang baik, manajemen pasca panen, dan rehabilitiasi pertanian. Sehingga, ia menjadi petani yang terampil dan termotivasi untuk mengurus kebun kakaonya. “Dengan pengetahuan yang saya peroleh dari sekolah lapang, saya menjadi lebih percaya diri untuk memulihkan produksi dari setengah hektar pertanian. Setelah saya menerapkan semua teknik

yang direkomendasikan untuk pohon kakao, saya melihat perubahan positif, misalnya daun yang sehat dan bunga kakao yang mekar dan tumbuh,” kata Musliadi. Dia juga ditugaskan sebagai ketua dari Kelompok Tani ‘Mekar’, yang membuatnya sebagai panutan di antara anggota kelompoknya.

Kesuksesan Musliadi didengar oleh paman Musliadi bernama Akmansyah yang kebetulan bekerja sebagai pegawai pemerintah di Dinas Perhutanan dan Perkebunan (Disbun) yang juga salah satu pelatih utama Swisscontact di Aceh Barat Daya. Pada saat itu, Akmansyah sadar akan mendesaknya kebutuhan untuk membangun kebun klonal sebagai sumber untuk entres (budwood) yang dapat diandalkan untuk memulihkan produksi kakao lokal. Akmansyah secara sukarela membiarkan lahannya seluas dua hektar ditanami 1.800 bibit kakao unggul, dan meminta Musliadi dengan keterampilan budidaya kakao yang sudah diuji untuk memelihara kebunnya.

Akhirnya, pada tahun 2011, bibit yang dicangkokkan dari klonal unggul S1, S2, TSH858, dan 45 ditanam kembali, seperti yang direkomendasikan selama sekolah lapang. Pendanaan dari bibit didukung oleh Swisscontact dan Disbun lokal. Dengan bantuan dari Akmansyah dan tujuh kelompok tani lainnya, Musliadi merawat kebun seluas dua hektar tersebut. Setelah 1,5 tahun, beberapa pohon mulai menghasilkan. Hasilnya menakjubkan, biji tumbuh dengan berlimpah, dan sehat dan tahan terhadap hama dan

penyakit, dan mengakibatkan tingginya permintaan untuk entres kakao tersebut. “Sebenarnya, semula ide itu hanya untuk membangun kebun klonal, tetapi hasilnya, hingga Desember 2014, enam ton biji kakao telah diproduksi per tahun senilai Rp. 120 juta. Dan dari penjualan 5.000 cabang entres, kami mendapatkan keuntungan sebesarRp. 20 juta,” Musliadi menjelaskan dengan bangga.

Menyaksikan kesuksesan itu, Musliadi dan Akmansyah, dengan dukungan dari Disbun lokal, merencanakan untuk mensertifikasi kebun klonal dengan melibatkan Indonesian Coffee and Cocoa Research Institute (ICCRI) sebagai agen sertifikasi nasional. Selama evaluasi, fasilitator lapangan SCPP - Swisscontact terus memantau perkembangan kebun tersebut dan memberikan masukan-masukan yang berharga. Setelah proses evaluasi selama satu tahun, kebun klonal tersebut akhirnya mendapatkan sertifikat dari ICCRI pada bulan Juni 2014. Sekarang, petani di Aceh Barat Daya tidak perlu khawatir lagi untuk mendapatkan entres yang handal. Kebun klonal bersertifikat siap memenuhi permintaan entres dari ribuan petani, termasuk penerima manfaat SCPP yang datang dari berbagai kabupaten di Aceh. Selain itu, kebun ini juga dapat digunakan sebagai demplot untuk petani yang ingin melakukan percobaan untuk produksi kakao yang lebih baik.

Kisah-Kisah Sukses - Langkah Menuju Pertanian Kakao Profesional Kisah-Kisah Sukses - Langkah Menuju Pertanian Kakao Profesional 4 5

“Kami menjual seikat sayuran seharga Rp. 1,000 kepada tetangga dan pedagang lokal. Untuk memaksimalkan keuntungan, anggota kelompok dengan senang hati membeli dengan harga yang sama.“

10x15m Variasi=Menggarap Sebidang

Tanah

Melon, Terong dan Lain-lain.

Manfaat dari Program Giziuntuk Seluruh Keluarga Latifah - EKN, Desa Pantee Cermin, Kabupaten Aceh Barat Daya, Aceh

Kebun sayur yang dikelola oleh kelompok tani ‘18’ telah menjadi sumber sayuran organik di desa mereka. “Berkat program nutrisi dari Swisscontact dan Kerajaan Belanda, tidak hanya 34 rumah tangga petani yang dapat menikmati tapi seluruh desa dapat menikmati manfaat dari kesehatan yang lebih baik berkat konsumsi sayuran bergizi secara rutin,” Latifah menga-takan dengan penuh syukur.

Tujuh ibu-ibu dengan wajah ceria sedang sibuk menanam bayam di kebun di Desa Pantee Cermin, di Kecamatan Babahrot, Aceh Barat Daya. Salah satunya adalah Latifah (35), istri dari alumnus sekolah lapang SCPP - Swisscontact. Latifah, ibu dari dua anak, bergabung dalam sekolah lapang nutrisi pada bulan April 2014. Selama pelatihan, Latifah ditugaskan sebagai pemimpin, mengawasi 33 wanita lainnya. Mereka semua menerima pelatihan Praktek Gizi yang Baik (Good Nutritional Practices), dengan modul pembelajaran seperti pengenalan untuk diet seimbang atau bagaimana cara meningkatkan teknik berkebun di rumah untuk meningkatkan asupan sayuran bergizi bagi keluarga. “Saya hanya mendengar hal-hal yang baik tentang program Swisscontact. Jadi saya percaya bahwa pelatihan gizi juga akan membawa banyak keuntungan,” kata Latifah. Harapan Latifah menjadi kenyataan. “Kami belajar bagaimana menyiapkan makanan kaya nutrisi untuk keluarga kami berdasarkan piramida makanan, mendapatkan pengetahuan tambahan mengenai fakta gizi dan bagaimana membangun kebun sayuran di rumah untuk memastikan pasokan makanan sehat yang berkelanjutan,” Latifah menguraikan.

Didorong oleh pemikiran bahwa ‘makin besar maka akan makin banyak manfaat’, kelompok mendirikan kebun yang besar sesuai yang disarankan oleh Program.

“Dengan dukungan bersama dari kelompok kami dan dengan memanfaatkan lahan kosong, kami menggarap sebidang tanah berkuran 10 x 15 m,” Latifah menyampaikan. Untuk memberikan dukungan kepada kelompok ini, program SCPP telah menyediakan pagar jaring dan bibit tanaman sayur-sayuran bergizi, seperti kangkung, bayam, sawi, kacang panjang, selada air dan cabai rawit. “Untuk menambah varietas, beberapa anggota kelompok juga menyediakan bibit pare, terong, dan ketimun,” Latifah menambahkan.

Setelah satu bulan, semua anggota kelompok bisa mencicipi sayuran kaya nutrisi hasil panen pertama mereka. “Rasanya berbeda. Timunnya lebih manis dan segar karena kami menanam secara organik,” Latifah menambahkan dengan senyum. Pada hasil panen kedua, kelompok mulai merawat kebun sayuran organik untuk tujuan komersial.

“Kami menjual seikat sayuran seharga Rp. 1.000 kepada tetangga dan pedagang lokal. Untuk memaksimalkan keuntungan, anggota kelompok dengan senang hati membeli dengan harga yang sama,” Latifah menjelaskan. Dari penjualan pertama mereka pada bulan Mei sampai dengan Desember 2014, kelompok telah menabung Rp. 4 juta, yang akan digunakan untuk membeli bibit baru dan sisanya kemudian dibagi antara anggota.

6 7Kisah-Kisah Sukses - Langkah Menuju Pertanian Kakao Profesional Kisah-Kisah Sukses - Langkah Menuju Pertanian Kakao Profesional

“Dengan harga kakao yang menguntungkan, saya yakin bahwa pertanian kakao tidak harus menjadi pekerja yang dibayar dengan upah rendah. Faktanya, pendapatan bisa melebihi upah yang diterima oleh pegawai negeri.”

450 kg 300=Biji Kakao Pohon Sambung Samping

Bereksperimen untukProduksi Kakao yang Lebih Baik Sarifuddin, SH - ADM Cocoa, Desa Wowa Tomboli, Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara

Ketrampilan Sarifuddin dalam membudidayakan kakao didapatkan secara otodidak dengan membaca literatur kakao dengan penuh semangat sejak ia masih duduk di bangku SMA. Sarifuddin tertarik bergabung dengan sekolah lapang petani (Farmer Field School) dari SCPP dan ADM untuk meningkatkan pengetahuannya. Dikenal sebagai pengambil resiko, ia bereksperimen dan menerapkan pengetahuan yang baru ia peroleh – dan dikaruniai dengan hasil panen yang meningkat. Sarifuddin adalah anak muda yang menjadi panutan dan menginsipirasi petani lainnya, terutama generasi muda, untuk memulai bertani kakao.

Sarifuddin, SH (33) adalah seorang petani kakao yang memegang gelar sarjana hu-kum. Pada tahun 2014, ia menghadiri SL di desanya, Wowa Tomboli di Kolaka, Sulawesi Tenggara. Sarifuddin membantu fasilitasi pelatihan bagi petani kakao lainnya dalam kelompok ‘Muara Sipatokkong’, dimana ia juga bertindak sebagai ketua.

Sarifuddin mulai bertani kakao saat ia mewarisi kebun kakao seluas 3 hektar dari orang tuanya pada tahun 2001. Dalam empat tahun, ia memperluas lahan pertani-an menjadi 4,5 hektar dengan sekitar 800 - 1.000 pohon kakao per hektar. Memiliki gelar sarjana hukum tidak menghentikan Sarifuddin untuk bertani kakao.

Kepemimpinan dan kemampuan teknisnya membuat Sarifuddin menjadi panutan yang menginsipirasi generasi muda di sekitarnya untuk tetap bekerja di sektor kakao. Sarifuddin juga menggunakan latar belakang pendidikan dan pengalamannya yang mumpuni untuk memastikan petani lain menerapkan perawatan yang tepat untuk memberikan hasil panen yang berlimpah. Karena melihat wawasan dan antusiasme Sarifudin, banyak petani yang merupakan lulusan universitas juga mulai menjalankan usaha perkebunan kakao.

Untuk meningkatkan produktivitas, Sarifuddin merehabilitasi pohon yang sudah menua melalui sambung samping dengan klon unggul. Dia bahkan mengambil resiko untuk sambung samping pohon yang masih produktif tetapi tidak menghasilkan biji yang banyak. Beberapa orang berpendapat bahwa ia gila, tetapi pohon-pohon yang disambung samping sekarang telah menunjukkan hasil. Selama musim panen raya, ia bisa menghasilkan sampai 450 kg biji dari hanya 300 pohon di sambung samping, sedangkan pada panen di luar musim (off season) bisa menghasilkan sekitar 15-20 kg per minggu. Berkat pelatihan di tempat dan pendekatan langsung di sekolah lapang, petani menyadari bahwa pelajaran yang didapatkan bisa membantu untuk mengatasi tantangan sehari-hari di perkebunan. Dan juga, penyampaian yang ramah dari fasilitator adalah salah satu kunci dari keberhasilan program ini. Sarifuddin menyimpulkan: “Saya sangat bersyukur dan berterima kasih kepada Swisscontact dan ADM Cocoa untuk program yang berharga bagi kami, petani-petani berskala kecil (smallholders)”

8 9Kisah-Kisah Sukses - Langkah Menuju Pertanian Kakao Profesional Kisah-Kisah Sukses - Langkah Menuju Pertanian Kakao Profesional

”Saya merasa berhasil tidak hanya karena telah meningkatkan kesejahteraan keluarga saya, tetapi juga karena telah terpilih oleh Pemerintah Daerah untuk mengunjungi kebun kakao di Luwu, Sulawesi Selatan, untuk studi banding. Saya berterima kasih kepada Swisscontact dan Barry Callebaut. Akhir kata, saya juga berharap agar kesuksesan ini dapat menginspirasi petani lain sehingga mimpi saya untuk mengubah desa saya menjadi desa kakao menjadi kenyataan.”

3.000

800-1.200 Kg

RP. 7

600

=

=

Entres Bersertifikat

Biji Kakao

Juta

PohonSambungSamping

Memaksimalkan Produk Sampingan dari Pohon KakaoRamadhan - Barry Callebaut, Nagari Batu Gadang, Padang Pariaman, Sumatra Barat

Berkat Swisscontact dan Barry Callebaut, kebun kakao milik Ramadhan sekarang dikenal sebagai “taman kakao” Ramadhan mendapatkan keterampilannya dari pelatihan di sekolah lapang untuk membangun sumber pendapatan tambahan dengan memanfaatkan dan men-jual produk-produk dari pohon kakao.

Senyum yang lebar menghiasi wajah Ramadhan yang berkeringat. Belakangan ini, Ramadhan (43), yang tinggal di Nagari Batu Gadang, Kelurahan Sungai Geringging di Padang Pariaman, sering menerima kunjungan dari petani yang ingin melihat perubahan dari “hutan kakao” menjadi taman kakao yang indah. Ramadhan dengan senang hati berbagi pengalamannya, jatuh bangun, sebelum berhasil dan kini dianggap sebagai petani panutan.

“Pada tahun 2004, saya hanya dikenal sebagai petani kakao biasa yang mencoba keberuntungannya dengan memulai usaha kakao,” kata Ramadhan. Dia memilih untuk menanam 600 pohon kakao di lahan 1 hektar miliknya karena ia yakin bahwa tanah itu cocok untuk kakao. Dengan pengetahuan pertanian yang terbatas ia hanya memproduksi 400 kg per tahun. Beberapa tahun kemudian, hama dan penyakit menghancurkan kebunnya dan mengakibatkan hasil panen yang buruk. Ini menurunkan motivasinya dan membuatnya enggan untuk merawat kebunnya; perkebunan milik Ramadhan tampak seperti hutan, banyak tanaman liar yang tumbuh dan tidak terawat.

Ketika Swisscontact dan Barry Callebaut datang ke desanya, Ramadhan dengan antusias bergabung dengan Program ini dan terpilih menjadi ketua kelompok ‘Balkan Sayo’ yang terdiri dari 24 petani lainnya. “Saya setuju lahan saya dijadikan sebagai demplot sehingga kita bersama-sama bisa berlatih teknik budidaya yang baik yang kita pelajari. Bersama-sama kita pangkas, bersihkan,

memberi pupuk, sambung samping, dan meremajakan pohon-pohon kakao secara teratur,” kata Ramadhan dengan bangga.

Perubahan di pertanian Ramadhan memotivasi kelompok, khususnya dalam menjaga dan merawat perkebunan mereka. Sekarang Ramadhan bisa menghasilkan 800 - 1.200 kg per tahun dari 600 pohon yang di sambung samping. Dia menyatakan, “Saya berterima kasih kepada Program ini yang telah memberikan pengetahuan yang berharga untuk mendapatkan penghasilan tambahan, misalnya dengan menjual entres seharga Rp. 3.000. Saya bisa mendapatkan keuntungan sebesar Rp. 7 juta pada tahun 2014.” Ramadhan juga mengembangkan pembibitan bibit kakao unggul, yang memberikan sumber pendapatan tambahan bagi keluarganya. Selain itu, ia mempercantik kebun kakao miliknya sehingga terlihat bagus dan membuatnya betah berlama-lama di kebun.

Itu alasan petani lain menamakan kebun milik saya sebagai “taman kakao.” Saya merasa berhasil tidak hanya karena telah meningkatkan kesejahteraan keluarga saya, tetapi juga karena telah terpilih oleh Pemerintah Daerah untuk mengunjungi kebun kakao di Luwu, Sulawesi Selatan, untuk studi banding. Saya berterima kasih kepada Swisscontact dan Barry Callebaut. Akhir kata, saya juga berharap agar kesuksesan ini dapat menginspirasi petani lain sehingga mimpi saya untuk mengubah desa saya menjadi desa kakao menjadi kenyataan,” Ramadhan berkata.

10 11Kisah-Kisah Sukses - Langkah Menuju Pertanian Kakao Profesional Kisah-Kisah Sukses - Langkah Menuju Pertanian Kakao Profesional

“Setelah pelatihan, saya langsung merehabilitasi perkebunan saya. Saya sering panen biji kakao, memangkas, membersihkan dan memberikan pupuk secara teratur kebun saya untuk mengatasi hama dan penyakit. Hasilnya menggembirakan- sejumlah tunas baru dan tumbuh dengan sehat dari pohon yang disambung samping,”

1.000 Rp. 5=Bibit Juta

Manfaat dari Bergabung dengan Program telah Membuka Mata KamiSunawar - Cargill, Desa Barrakae, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan

Dimulai dengan pembibitan yang dikelola secara berkelompok, Munawar dan 30 petani lainnya sekarang adalah pemilik pembibitan yang dikelola secara individu yang memberikan para petani akses ke bibit unggul dan penghasilan tambahan. Inilah sebabnya mengapa SCPP mendorong petani untuk membangun pembibitan sebagai bagian dari target program untuk menyokong produksi kakao yang tinggi kualitas dan tingkat produktivitasnya.

Di sebelah rumah panggung tradisional di Desa Barrakae di Bone, biji kakao yang berwarna-warni tumbuh di kebun terawat milik Sunawar. Sunawar (48), di daerahnya, dikenal sebagai seorang petani kakao yang rajin. Termotivasi untuk meningkatkan produktivitas kebunnya, Sunawar mendaftarkan diri ke Sekolah Lapang Petani yang difasilitasi oleh Cargill dan Swisscontact pada tahun 2012.

Sunawar baru berusia 19 tahun ketika ia mewarisi kebun kakao seluas 0,5 hektar, ia kemudian menambahkan 0,5 hektar dan memiliki 900 pohon. “Pada saat itu, saya bekerja sebagai pegawai tata usaha di kantor desa kami,” Sunawar menjelaskan. “Tetapi saya bisa menyisihkan waktu untuk menjaga kebun kakao saya.” Pada saat itu, produksi bisa mencapai hingga 1 ton per tahun. “Dengan tabungan dari kakao, saya memperluas usaha saya ke perdagangan biji kakao yang melipat gandakan manfaat bagi saya dari kakao,” Sunawar mengatakan dengan bangga.

Tetapi dalam beberapa tahun terakhir ini, kebun kakao di wilayahnya diserang oleh hama dan penyakit sehingga hasil panen-nya rendah. “Saya kemudian mendengar bahwa Swisscontact dan Cargill akan memfasilitasi pelatihan. Saya yakin bahwa program ini akan membantu mengatasi permasalahan pertanian di perkebunan kami. Sehingga, saya mendaftarkan diri sebagai peserta dan bahkan terpilih sebagai petani andalan setelah Pelatihan untuk Pelatih,“ Sunawar menjelaskan.

Di dalam SL, Sunawar memberikan pelatihan kepada kelompok ‘Maccoli Loloe’. Berbagai bahan pembelajaran disampaikan untuk meningkatkan produktivitas kakao. Setelah pelatihan, saya langsung merehabilitasi kebun saya. Saya memanen biji kakao, memangkas, membersihkan dan memberikan pupuk secara teratur dan sering di kebun saya untuk mengatasi hama dan penyakit. Hasilnya menggembirakan- sejumlah tunas baru tumbuh dengan sehat dari pohon yang disambung samping,” Sunawar menjelaskan.

Kelompok ini juga mendirikan pembibitan untuk mengamankan pasokan bibit unggul. SCPP menyediakan plastik UV dan 1.500 polybag untuk kebun bibit. “Ketika bibit telah siap, setiap anggota kelompok mengambil bagian mereka untuk penanaman kembali di kebun mereka, sementara saya melanjutkan pembibitan saya sendiri,” Sunawar menjelaskan. Ternyata semua anggota ingin memulai pembibitannya sendiri untuk mendapatkan penghasilan tambahan. “SCPP telah membuka mata kami dan kami menyadari bahwa bukan hanya kebun yang bisa menjadi sumber pendapatan namun juga bagian dari pohon kakao yang lain. Jika kita mampu menjual 1.000 bibit per tahun, ini berarti keuntungan tambahan sebesar Rp. 5 juta,” kata Munawar dengan penuh keyakinan.

12 13

CargillCargill

TM

Kisah-Kisah Sukses - Langkah Menuju Pertanian Kakao Profesional Kisah-Kisah Sukses - Langkah Menuju Pertanian Kakao Profesional

“Bergabung dengan sekolah lapang yang dikelola oleh Swisscontact dan Ecom benar-benar keputusan yang tepat. Melalui pelatihan ini, saya sekarang lebih tahu bagaimana menumbuhkan bibit unggul. Seiring dengan meningkatnya permintaan, saya melihat kesempatan untuk mendirikan pembibitan komersial sebagai sumber pendapatan tambahan saya,”

3,5

BeBas LimBaH

35 Fermentasi Pupuk

1.750=Hektar

Perkebunan

Kambing Sekam Kakao Air Seni

PohonKakao

Pengelolaan Pertanian Kakaoyang Inovatif Ruslan Abdul Gani - Ecom, Desa Lembah Bomban, Kabupaten Parigi, Sulawesi Tengah

Pengelolaan kebun kakao terintegrasi yang inovatif milik Ruslan telah memotivasi banyak petani untuk meniru sistem yang dikelolanya. Pengetahuan Ruslan mengenai perawatan bibit unggul telah membawanya untuk memulai menjalankan pembibitan komersial. Ruslan berterima kasih kepada Swisscontact dan Ecom, karena pelatihan yang diterimanya telah memungkinkan Ruslan untuk berinovasi dengan usaha kakao yang ia miliki.

Ruslan Abdul Gani (42), peserta sekolah lapang yang dijalankan oleh Swisscontact dan Ecom pada September 2013 memiliki perkebunan terletak di sebuah lembah di Desa Lembah Bomban di Parigi, Sulawesi Tengah. Kini, ia dikenal sebagai seorang petani kakao yang inovatif, dan ini untuk alasan yang sangat spesifik. Ruslan mulai menanam kakao pada tahun 2004, ketika ia tinggal di Cianjur, Jawa Barat. Pada tahun 2009, Ruslan bertransmigrasi ke Sulawesi Tengah dan mengandalkan mata pencahariannya pada kakao. Ruslan membeli lahan 3,5 hektar dengan 1.750 pohon kakao dengan harga sangat murah karena lokasi yang tidak strategis dan pohon yang sudah menua dan tidak produktif. “Orang-orang mengira saya gila waktu saya membeli tanah ini. Tetapi saya yakin dengan ketekunan dan pengetahuan, saya dapat mengubah tanah ini menjadi sumber penghasilan yang terus menerus,” kata Ruslan.

Ruslan langsung merehabilitasi kebunnya dengan sambung samping klon unggul ke pohon kakaonya. Pada awalnya Ruslan mengkompensasi kurangnya nutrisi tanah dengan menggunakan pupuk kimia, tetapi kemudian ia menyadari bahwa biayanya mahal dan tidak efektif. Ruslan mengintegrasi kebun kakaonya dengan peternakan kambing, peternakan perikanan, dan pertanian tumpang sari dengan pohon pisang.

“Saya lebih menyukai konsep bebas limbah (zero-waste) di kebun saya. Saya menggunakan fermentasi sekam kakao

sebagai pakan untuk kambing saya, yang kemudian memberikan pupuk kaya nutrisi dalam bentuk air seni dan pupuk untuk pohon dan tanah saya.”

Ketika Ruslan mendengar bahwa Swisscontact dan Ecom mengunjungi desanya, ia bergabung dengan Program ini di bawah kelompok tani ‘Harapan Jaya’ untuk lebih meningkatkan pengetahuannya. “Bergabung dengan sekolah lapang yang dikelola oleh Swisscontact dan Ecom benar-benar keputusan yang tepat. Melalui pelatihan ini, saya sekarang lebih tahu bagaimana merawat bibit unggul. Seiring dengan meningkatnya permintaan, saya melihat kesempatan untuk mendirikan pembibitan komersial sebagai sumber pendapatan tambahan saya,” ucap Ruslan. Ruslan mulai membiakan 50 bibit kakao unggul di perkebunannya, Program menyediakan plastik UV, kain peneduh, dan polybag. Program juga akan membeli bibitnya untuk petani yang lain sehingga akan memastikan keberlanjutan usaha Ruslan. Berkat Swisscontact dan Ecom, perkebunan Ruslan meningkat secara pesat dan perkebunannya adalah yang paling produktif di daerahnya. “Dari hasil panen yang meningkat, saya mampu mengembangkan usaha perikanan saya dan membeli 35 ekor kambing,” Ruslan menjelaskan dengan bangga. Dan tentu saja, Ruslan senang hati, berbagi pengetahuannya tentang kebun terpadu dengan ternak dan kolam ikan dengan rekan-rekan petani yang lain, dan bangga jika petani yang lain berhasil mereplikasi sistem di perkebunan mereka sendiri.

14 15Kisah-Kisah Sukses - Langkah Menuju Pertanian Kakao Profesional Kisah-Kisah Sukses - Langkah Menuju Pertanian Kakao Profesional

“Mengingat tingkat aktivitas saya, saya perlu orang untuk membantu saya di kebun. Jadi saya juga menciptakan lapangan kerja bagi petani setempat. Saya bersyukur telah bergabung dengan program yang sangat berguna ini dari Swisscontact dan Mars yang telah memberikan saya kemampuan untuk membantu sesama petani yang membutuhkan. Selain itu, saya telah meningkatkan status ekonomi saya sehingga saya dapat memberikan pendidikan lebih baik bagi keempat anak-anak saya.”

16.000

700 Kg

Rp. 80

1,2 Ton

=

->

Bibit KakaoSambung Pucuk

ProduksiSebelumnya

Juta

Menjadi

Dokter Kakaoyang Berdedikasi Muhammad Yusuf - Mars, Desa Lumbewe, Kecamatan Burau, Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan

Berkat pengetahuan mengenai budidaya kakao yang baru ia peroleh, yang difasilitasi oleh Swisscontact dan Mars, seorang “Dokter Kakao” yang berdedikasi telah mengubah desanya. Bibit unggul miliknya banyak dicari oleh petani lokal dan ia sendiri telah mampu mendapat-kan keuntungan sebesar Rp. 80 juta dari penjualan 16.000 bibit per tahun.

Di kebun pembibitan yang terlihat terawat di Desa Lumbuwe, Luwu Timur, Muhammad Yusuf (41) dengan hati-hati sedang melakukan pucuk sambung bibit kakao yang baru berumur 3 bulan. Akhir-akhir ini, ia menghabiskan banyak waktu di kebun pembibitan miliknya karena meningkatnya permintaan bibit unggul dari petani lokal yang ingin menanam kembali di kebun mereka. Yusuf berpartisipasi dalam Cocoa Productivity and Quality Program (CPQP) yang difasilitasi oleh Swisscontact dan Mars pada tahun 2012. Tidak lama setelah pelatihan, Yusuf merehabilitasi kembali 1.500 pohon yang menua di kebun seluas 2 hektar yang ia miliki dengan pucuk samping pohon dengan klon unggul 45 dan M01.

Pada tahun 2013, Yusuf diundang ke Mars Cocoa Development Center (MCDC). Ia terpilih di antara ratusan petani dari desanya setelah memenuhi beberapa kriteria yaitu memiliki kebun bibit, keterampilan budidaya kakao, dan pengalaman kewirausahaan. Bersama-sama dengan petani lainnya, Yusuf mengikuti kursus selama 7 minggu secara intensif. Ia dilatih dalam topik agronomi dan agribisnis oleh pelatih terampil yang disediakan oleh Mars. Yusuf memperdalam pengetahuannya dalam Praktek Pertanian yang Baik, Pengenalan klon, manajemen pembibitan dan penanaman kembali, serta manajemen keuangan. “Setelah lulus, saya merasa terhomat untuk menerima gelar ‘Dokter Kakao.’ Tetapi saya sekarang memiliki tanggung jawab untuk menyebarkan pengetahuan saya kepada orang lain,” Yusuf menjelaskan.

Sejak mengikuti sekolah lapangan dan pelatihan MCDC, usaha kakao milik Yusuf telah meningkat secara signifikan. “Pada tahun 2013 dan 2014, total keuntungan saya adalah Rp. 80 juta per tahun dengan menjual 16.000 bibit yang telah disambung pucuk. Saya berencana untuk membangun pembibitan tambahan dengan kapasitas 7.000 bibit pada tahun 2015,” Yusuf mengatakan dengan bangga. Pada saat ini, di kebun bibit miliknya yang sekarang menjadi semacam pusat klinik, Yusuf menyambut para petani yang membutuhkan saran dan dukungannya. “Saya merasa bertanggung jawab untuk memastikan bahwa rekan-rekan saya menerapkan teknik yang tepat ketika menanam bibit mereka. Dan tentu saja, dengan senang hati saya akan menjawab semua pertanyaan mereka tentang budidaya kakao,” Yusuf menjelaskan. Yusuf juga telah meningkatkan produksinya menjadi 1,2 ton per tahun dari sebelumnya 700 kg.

“Mengingat tingkat aktivitas saya, saya perlu orang untuk membantu saya di kebun. Jadi saya juga menciptakan lapangan kerja bagi petani setempat. Saya bersyukur telah bergabung dengan program yang sangat berguna ini dari Swisscontact dan Mars yang telah memberikan saya kemampuan untuk membantu sesama petani yang membutuhkan. Selain itu, saya telah meningkatkan status ekonomi saya sehingga saya dapat memberikan pendidikan lebih baik bagi keempat anak-anak saya,” Yusuf menjelaskan.

16 17Kisah-Kisah Sukses - Langkah Menuju Pertanian Kakao Profesional Kisah-Kisah Sukses - Langkah Menuju Pertanian Kakao Profesional

“Setiap hari saya dapat menerapkan apa yang saya pelajari selama di Sekolah Lapang Petani. Saya mengingat pelajaran Praktek Pertanian yang Baik, seperti PsPSP (Panen, Pemangkasan, Sanitasi, dan Pemupukan yang teratur dan sering), yang menurut pengalaman saya akan efektif untuk mengurangi hama dan penyakit yang menyerang perkebunan kakao kami,” Rusnadi menjelaskan. “Saya sangat berterima kasih kepada Swisscontact dan Nestlé yang telah memfasilitasi Sekolah Lapang Petani yang sangat bermanfaat dan Program Pembibitan di desa saya. Saya berharap Program ini akan terus memberikan bimbingan kepada petani, dan membantu mereka mempertahankan produksi kakao mereka sehingga dapat meningkatkan kualitas kehidupan mereka.”

1.000 Rp. 4,5=BibitSambung

Pucuk

Juta

Penghasilan Tambahandengan Kelompok Pembibitan Rusnadi - Kelompok tani Padang Utama-NESTLÉ, Desa Salukayu, Mamuju, Sulawesi Barat

Para anggota kelompok tani Padang Utama tidak perlu lagi membeli bibit kakao yang mahal dari pemasok luar, karena sekarang mereka bisa menghasilkan sendiri bibit berkualitas tinggi. Selain itu, mereka telah mampu menjual 1.000 bibit sambung pucuk ke petani yang bukan anggota dan mendapatkan keuntungan sebesar Rp. 4.500.000 sejauh ini.

Kelompok tani Padang Utama, yang berbasis di Desa Peuweang di Sulawesi Barat, mendirikan Sekolah Lapang Petani yang diselenggarakan oleh Swisscontact dan Nestlé pada tahun 2013. Selama pelatihan, Rusnadi (40) adalah seorang petani yang luar biasa dan antusias dan ia segera bertindak sebagai pemimpin kelompok tani, membimbing 31 petani kakao lainnya.

Rusnadi masih teringat ketika ia menanam bibit kakao pertama kalinya di kebun kakao milik orang tuanya 30 tahun yang lalu. Rusnadi sekarang memiliki lahan seluas dua hektar, yang terdiri dari sekitar 1.000 pohon kakao. Sayangnya, dengan adanya kejadian penyakit pembuluh kayu (vascular-streak dieback) yang sangat ganas beberapa tahun terakhir di Sulawesi Barat, mengakibatkan hasil panen kakao menurun. “Dalam situasi yang sulit ini, saya mendengar bahwa Sustainable Cocoa Production Program (SCPP) akan memfasilitasi Sekolah Lapang Petani di desa saya, dengan memberikan pelatihan kepada petani kakao. Saya percaya bahwa program pelatihan ini bisa memberikan manfaat besar bagi petani kakao di desa kami,” Rusnadi mengatakan.

Namun, itu bukanlah awal yang mudah untuk kelompok tani yang tidak mempunyai pengalaman. Pada awalnya, kelompok tani Rusnadi memberikan pupuk kambing untuk bibit kakao, alih-alih memberikan pupuk kompos yang direkomendasikan. Sebagai konsekuensinya, semua bibit mati.

Saat ini, banyak usaha dan kerjasama yang diperlukan untuk mengurangi kerusakan yang disebabkan oleh ulat dan menyiram bibit setiap hari selama musim kemarau. Sayangnya, hanya enam anggota kelompok yang menunjukkan ketekunan dan secara aktif berkerjasama dengan Rusnadi dalam merawat kebun pembibitan mereka. Meskipun demikian, mereka bisa menghasilkan 2.500 bibit setiap tahunnya. Mereka telah membesarkan 1.200 bibit untuk kebun kakao mereka sendiri dan mendapatkan pendapatan tambahan dari 1.000 bibit yang disambung pucuk kepada petani lainnya, sehingga jumlah keuntungan yang mereka dapat sekitar Rp. 4,5 juta.

“Setiap hari saya dapat menerapkan apa yang saya pelajari selama di Sekolah Lapang Petani. Saya mengingat pelajaran Praktek Pertanian yang Baik, seperti PsPSP (Panen, Pemangkasan, Sanitasi, dan Pemupukan yang teratur dan sering), yang menurut pengalaman saya akan efektif untuk mengurangi hama dan penyakit yang menyerang perkebunan kakao kami,” Rusnadi menjelaskan. “Saya sangat berterima kasih kepada Swisscontact dan Nestlé yang telah memfasilitasi Sekolah Lapang Petani yang sangat bermanfaat dan Program Pembibitan di desa saya. Saya berharap Program ini akan terus memberikan bimbingan kepada petani, dan membantu mereka mempertahankan produksi kakao mereka sehingga dapat meningkatkan kualitas kehidupan mereka.”

18 19Kisah-Kisah Sukses - Langkah Menuju Pertanian Kakao Profesional Kisah-Kisah Sukses - Langkah Menuju Pertanian Kakao Profesional

“Jika saya dapat memastikan produksi yang optimal di kebun saya, saya berencana untuk memiliki lebih banyak pekerja sehingga saya bisa menyebarkan pengetahuan yang saya miliki sekarang kepada orang lain. Saya berterima kasih banyak kepada Swisscontact dan Barry Callebaut karena telah membuat program bantuan kakao yang berharga yang membawa kita lebih dekat dalam mewujudkan impian kita menjadi keluarga petani kakao yang sejahtera.”

500 kg 800 Kg=ProduksiSebelumnya

ProduksiSaat ini

Generasi Masa DepanPengusaha Kakao Kholifatan - Barry Callebaut, Nagari Lima Kaum, Tanah Datar, Sumatra Barat

Di kebun kakao yang terawat dengan baik di Nagari Lima Kaum di Kabupaten Tanah Datar, seorang pemuda sedang sibuk di bawah pohon kakao yang disambung samping, memanen biji kakao matang yang berwarna-warni. Namanya Kholifatan, petani kakao yang baru beru-mur 22 tahun dan salah satu yang termuda di Sekolah Lapang Petani yang difasilitasi oleh Swisscontact dan Barry Callebaut.

Sebelum mengikuti Sekolah Lapang Petani, Kholifatan hanya lulusan dari SMK Pertanian. Sebagai anak yang baik dan berbakti, ia rela membantu mengurus tiga hektar kebun kakao milik keluarganya dengan menggunakan pengetahuan yang ia peroleh di sekolah. Suatu hari, ia harus mengambil alih usaha kakao keluarga karena kondisi kesehatan Bapaknya yang semakin memburuk. “Setelah mengurus kebun kakao dengan hanya menggunakan pengetahuan yang saya terima dari sekolah, saya tidak melihat banyak kemajuan. Daun kakao masih terlihat kering dan tidak begitu banyak bunga yang mekar. Ditambah dengan perusakan oleh monyet dan musang, menyebabkan hasil kakao menurun, meskipun sebagian besar pohon kakao saya telah mencapai usia produktif delapan tahun,” Kholifatan memulai bercerita.

Karena penasaran, ia mengikuti pelatihan sekolah lapang yang diselenggarakan oleh Swisscontact bekerja sama dengan Barry Callebaut di wilayah rumahnya pada tahun 2013 - dengan santai dan tanpa mendaftar. Dia mendengarkan dengan seksama penjalasan yang diberikan oleh fasilitator terampil mengenai praktek pertanian yang baik. Kholifatan menjadi sadar bahwa ia masih kekurangan pengetahuan mengenai pertanian dan membutuhkan bimbingan untuk meningkatkan keterampilan pertaniannya. Kholifatan kemudian bergabung dalam kelompok tani ‘Bukit Bayur’ di angkatan pelatihan sekolah

lapang pertanian berikutnya. Kelompoknya adalah salah satu dari 33 kelompok tani Kabupaten Tanah Datar yang telah memperoleh manfaat dari Program ini. Seperti penerima manfaat yang lain, mereka belajar tentang GAP, mendirikan kebun pembibitan, merehabilitasi pohon yang menua, dan meremajakan pohon kakao. “Di sekolah saya hanya belajar tentang teori pertanian. Tetapi sekolah lapang yang saya terima adalah pelatihan yang praktis yang membantu saya untuk benar-benar memahami teknik pertanian. Pengetahuan yang paling berharga adalah teknik sambung samping dan pemangkasan,” Kholifatan menjelaskan.

Sekarang produksi kebun Kholifatan meningkat sampai 800 Kg per hektar dari sebelumnya hanya 500 Kg per hektar. Dia mengakui bahwa kakao adalah komoditas yang menjanjikan, jika ditangani dengan benar.

“Jika saya dapat memastikan produksi yang optimal di kebun saya, saya berencana untuk memiliki lebih banyak pekerja sehingga saya bisa menyebarkan pengetahuan yang saya miliki sekarang kepada orang lain. Saya berterima kasih banyak kepada Swisscontact dan Barry Callebaut karena telah membuat program bantuan kakao yang berharga yang membawa kita lebih dekat dalam mewujudkan impian kita menjadi keluarga petani kakao yang sejahtera,” Kholifatan menyimpulkan.

20 21Kisah-Kisah Sukses - Langkah Menuju Pertanian Kakao Profesional Kisah-Kisah Sukses - Langkah Menuju Pertanian Kakao Profesional

“Dengan harga penawaran Rp. 32.000 per kilogram, saya memperoleh peng-hasilan sekitar Rp. 33 juta per tahun pada tahun 2014. Tetapi saya yakin, dengan keuletan dan perawatan yang tepat secara kontinu produksi kakao saya akan lebih meningkat. Saya san-gat berterima kasih kepada Program ini, yang mem-berikan keuntungan ini dan telah mengubah kehidupan keluarga saya dan rumah tangga petani lainnya.”

1 Ha

Rp. 32.000

1.025 Kg

Rp. 33

=

=

KebunRehabilitasi

Per kg

Per Tahun

Juta

Pengalaman Melalui Kakaoyang telah Merubah Kehidupan Mawarni - Cargill, Desa Sengang Palie, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan

Berkat Sustainable Cocoa Production Program (SCPP) dan Cargill Cocoa Promise, hidup Mawarni telah berubah. Melalui usaha kakao yang sukses, ia telah memperbaiki ekonomi keluarganya dan dianugerahi sebagai petani yang aktif memberikan kontribusi terhadap negara untuk pertanian yang berkelanjutan.

Di dalam kebun pembibitan kakao yang subur, seorang sosok ibu sedang sibuk menyirami bibit kakao miliknya. Namanya Mawarni, petani kakao berumur 47 tahun yang merupakan salah satu alumnus wanita dari sekolah lapang yang difasilitasi oleh Swisscontact dan Cargill di Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan pada tahun 2012. Swisscontact berkolaborasi dengan Cargill Cocoa Promise dan telah mendukung lebih dari 36.000 petani kakao di wilayah itu untuk meningkatkan produksi dan kualitas kakao mereka dengan memberikan pelatihan mengenai Praktek Pertanian yang Baik (GAP), penanganan pasca panen, manajemen pertanian yang profesional dan juga manajemen kebun pembibitan yang baik.

“Ketika saya bergabung dengan sekolah lapang, tujuan saya hanya untuk meningkatkan produksi kebun kakao saya. Ternyata, saya terpilih di antara ribuan petani lainnya dari Sulawesi Selatan untuk mendapatkan penghargaan atas kontribusi dalam mengembangkan pertanian yang berkelanjutan di Indonesia pada acara 3 tahun Kemitraan Pertanian Berkelanjutan Indonesia (PisAgro) pada Februari 2015 di Jakarta,” Mawarni memulai kisahnya dengan mata berbinar.

“Setelah mengikuti sekolah lapang, saya mampu menerapkan pengetahuan yang saya dapatkan dan memulai untuk merehabilitasi pohon kakao yang menua di 3 hektar lahan kebun kakao milik saya. Tetapi saya menghadapi kesulitan dengan memperoleh bibit kakao unggul. Sesuai dengan yang dipromosikan oleh Program, saya kemudian mengembangkan pembibitan sendiri dengan keterampilan yang diperoleh,” Mawarni menjelaskan. Enam bulan setelah

itu, ia tidak hanya bisa memenuhi kebutuhan bibit sendiri namun juga membantu sesama petani lainnya yang membutuhkan.

Kemudian, Mawarni melihat pembibitan sebagai usaha yang menjanjikan karena tidak ada yang menjual bibit yang unggul. Meskipun, permintaan bibit unggul sangat tinggi. “Dimulai dengan 3.000 pembibitan unggul pada Januari 2013. Saya telah mendapatkan keuntungan sebesar Rp. 12,5 juta dari penjualan 2.500 bibit yang disambung pucuk dan saya akan mendapatkan lebih banyak dalam waktu dekat ini,” Mawarni menceritakan dengan nada senang. Ia kini telah menanam bibit di kebun pembibitan yang kedua, didukung oleh Swisscontact dan Cargill, yang merupakan bagian dari komitmen Swisscontact dan Cargill Cocoa Promise dalam mengamankan keberlanjutan pertanian kakao di daerah dan sebagai upaya untuk mendorong petani untuk berwirausaha.

Kini Mawarni dapat menghasilkan sampai 1.025 Kg per tahun dari 1 hektar pertanian yang direhabilitasi, sementara 2 hektar perkebunan lainnya menunjukkan hasil yang juga menggembirakan dengan tumbuhnya biji yang sehat.

“Dengan harga penawaran Rp. 32.000 per kilogram, saya memperoleh penghasilan sekitar Rp. 33 juta per tahun pada tahun 2014. Tetapi saya yakin, dengan keuletan dan perawatan yang tepat secara kontinu produksi kakao saya akan lebih meningkat. Saya sangat berterima kasih kepada Program ini yang memberikan keuntungan dan telah mengubah kehidupan keluarga saya dan rumah tangga petani lainnya,” Mawarni menyimpulkan.

22 23

CargillCargill

TM

Kisah-Kisah Sukses - Langkah Menuju Pertanian Kakao Profesional Kisah-Kisah Sukses - Langkah Menuju Pertanian Kakao Profesional

“Dengan harga kakao yang menguntungkan, saya yakin bahwa petani kakao tidak harus berpenghasilan rendah. Bahkan mungkin bisa memiliki penghasilan yang lebih besar dari gaji yang diterima oleh pegawai negeri.”

5,000 Rp. 25=Bibit Juta

BersamaMenuju Sukses Dewo Gede Oka - ECOM, Desa Sausu Taliabo, Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah

Menanam bibit kakao unggul secara kolektif dan memelihara kebun pembibitan secara bersama-sama tidak hanya membawa kelompok tani ‘Sri Winangon’ memiliki hasil panen yang tinggi dan sukses, tetapi juga membuat mereka bekerja lebih erat dan saling mengandalkan satu sama lain. Duapuluh enam anggota kelompok dilatih oleh Swisscontact dan Ecom dan mereka semua memperoleh seluruh keterampilan yang diperlukan untuk meningkatkan kualitas dan hasil produksi biji kakao mereka.

Dewo Gede Oka (35) adalah petani kakao yang dihormati dari Desa Sausu Taliabo di Kabupaten Parigi Moutong. Seperti di perkebunan kakao lainnya, mayoritas pohon kakao terinfeksi oleh penyakit pembuluh kayu (VSD = vascular-streak dieback) yang mengerikan sehingga hasil panen berkurang. Oleh karena itu, ia bergabung dengan SCPP pada tahun 2014. Ia berpartisipasi dalam Pelatihan untuk Pelatih dan ditugaskan sebagai petani andalan untuk memfasilitasi SL untuk kelompoknya. Kelompok mereka, beranggota lima perempuan, diberikan pengetahuan yang komprehensif mengenai Praktek Pertanian Terbaik (GAP), teknik rehabilitasi dan peremajaan, dan pembangunan demplot dan kebun pembibitan.

“Kami sangat senang dengan teknologi baru untuk menanam bibit kakao unggul untuk mengatasi masalah hasil panen yang rendah. Kami didorong oleh fasilitator lapangan untuk pembibitan dan menanam bibit klon S1, S2 , TSH 858 dan 45 secara berkelompok. Klon tersebut telah dievaluasi oleh Program ini untuk menghasilkan panen yang lebih banyak, melawan hama dan penyakit, dan menghasilkan biji yang berkualitas tinggi.”

Didorong oleh semangat kelompoknya, Dewo dipindahkan untuk menggarap sebidang tanah dan dengan dana sejumlah Rp. 8.000.000 dari uang sakunya sendiri, Dewo memulai kelompok pembibitan. Swisscontact dan Ecom mendukung upaya

mereka dan memberikan mereka atap plastik UV, bahan pelindung matahari untuk naungan, dan 2.500 polybag. Pada awalnya, kelompok ini berhasil menghasilkan 5.000 bibit sambung pucuk untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri atas bibit berkualitas tinggi. Setelah kebutuhan kelompok terpenuhi mereka berencana untuk menjual bibit kepada sesama petani di daerah sekitarnya, yang juga akan memberikan penghasilan tambahan bagi kelompok. Selain itu, mereka akan promosi dari mulut ke mulut tentang keuntungan dari penanaman bibit sambung pucuk untuk meningkatkan hasil panen, karena sebagian besar dari petani belum mengetahui keuntungan dari teknik sambung pucuk.

“Saya senang bisa berkontribusi untuk ke-berhasilan kelompok saya. Kelompok kami menjadi lebih kuat dan kompak, kami secara sukarela akan membantu satu sama lain un-tuk memangkas atau meremajakan kebun kami. Upaya bersama ini akan mengurangi beban tenaga kerja, memastikan untuk saling tukar pengetahuan dan memperkuat solidaritas kelompok,” Dewo mengatakan dengan senyum. “Terima kasih khususnya untuk fasilitator lapangan program yang terus menerus memberikan kami informasi terbaru mengenai teknologi kakao meski-pun Sekolah Lapang Petani di desa kami telah lama berakhir. Saya percaya bahwa bersama-sama kita bisa bergerak menuju kesuksesan lebih cepat di pertanian kakao,” Dewo menyimpulkan.

24 25Kisah-Kisah Sukses - Langkah Menuju Pertanian Kakao Profesional Kisah-Kisah Sukses - Langkah Menuju Pertanian Kakao Profesional

“Setelah pelatihan, saya menanam berbagai sayuran seperti kangkung, bayam, sawi, kacang panjang, selada air, dan cabai rawit sesuai yang direkomendasikan oleh program karena nilai ekonomi tanaman tersebut tinggi dan kaya nutrisi.”

20 13 7

Rp. 10=PendapatanTambahan

Bayam &Kol

Sawi Buncis

Dari Oktober 2013 hingga Desember 2014

Juta

Kebun SayuranMembawa Berbagai Manfaat Nursiah Nurdin - EKN, Desa Sinyonyoi, Kecamatan Kalukku, Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat

The Sustainable Cocoa Production Program (SCPP) telah membantu Nursiah dan keluarganya untuk meningkatkan hasil kakao mereka dan meningkatkan kesehatan keluarga mereka berkat pengetahuan yang diperoleh dari program gizi. Sekarang, mereka menggarap kebun sayuran kecil dan memiliki berbagai sayuran bergizi yang segar dan siap dikonsumsi. Dan juga, penghasilan tambahan dari penjualan sayur bisa menjadi peluang untuk meningkatkan pendapatan keluarga.

Di kebun sayur di Desa Sinyonyoi di Mamuju, seorang ibu ditemani oleh putranya yang masih kecil sibuk mencabut rumput liar di antara tanaman selada air yang rimbun. Ia adalah Nursiah Nurdin (34), seorang ibu rumah tangga dan seorang alumnus sekolah lapangan yang difasilitasi oleh SCPP.

Di bulan Juli 2013, Nursiah berpartisipasi dalam sekolah lapang nutrisi untuk rumah tangga petani kakao, program ini difasilitasi oleh Swisscontact dengan Kedutaan Kerjaan Belanda. Bersama-sama dengan 25 ibu-ibu yang lain dari kelompok ‘Padang Utama’, Nursiah menerima pelatihan mengenai Praktek Gizi Terbaik (Good Nutrional Practices - GNP) meliputi topik seperti diet yang seimbang, praktek asupan makanan untuk anak yang tepat dan bagaimana mengembangkan kebun sayur dapur untuk meningkatkan asupan keluarga dengan sayuran yang bergizi.

Ketika suaminya mengatakan bahwa Nursiah bisa mengikuti pelatihan tersebut, ia sebetulnya ragu-ragu. Pada waktu itu, saya berpikir bahwa saya hanya akan diajarkan untuk memasak,” kata Nursiah malu-malu. “Tapi ketika saya bergabung, kita benar-benar dilatih dengan topik-topik yang bermanfaat oleh fasilitator lapangan yang terampil. Kami belajar bagaimana memberikan keluarga kita asupan makanan dengan diet yang seimbang dan kaya nutrisi

berdasarkan piramida makanan. Kami memperoleh pengetahuan tentang gizi untuk orang yang lebih sensitif terhadap makanan dan bagaimana membangun kebun sayur rumahan untuk memastikan pasokan makanan yang sehat.”

Selama penanaman bersama pertama di demplot salah satu halaman rumah peserta kelompok, Program mendistribusikan benih tanaman sayuran yang kaya gizi. “Setelah pelatihan, saya menanam berbagai sayuran seperti kangkung, bayam, sawi, kacang panjang, selada air, dan cabai rawit sesuai yang direkomendasikan oleh program karena nilai ekonomi tanaman tersebut tinggi dan kaya nutrisi,” Nursiah menceritakan.

Dari Oktober 2013 hingga Desember 2014, Nursiah panen bayam dan kol lebih dari 20 kali, sawi 13 kali dan buncis 7 kali. Selain untuk konsumsi keluarga, Nursiah dapat menjual sayurannya ke pedagang lokal, dan mendapatkan penghasilan tambahan sampai Rp. 10 juta sejauh ini. Nursiah bukan satu-satunya peserta program yang menjual sayuran ke pedagang lokal. “Para pedagang lebih memilih untuk membeli sayuran dari peserta SCPP dikarenakan penanaman dan pembudidayaan yang tepat, dan sayuran-sayurannya organik, tentunya,” Nursiah menjelaskan.

26 27Kisah-Kisah Sukses - Langkah Menuju Pertanian Kakao Profesional Kisah-Kisah Sukses - Langkah Menuju Pertanian Kakao Profesional

Swisscontact Indonesia Country Office The VIDA Building 5th Floor Kav. 01-04 Jl. Raya Perjuangan, No.8

Kebon Jeruk, Jakarta Barat 11530 | IndonesiaPhone +62 21 2951 0200 | Fax +62 21 2951 0210

Swisscontact - SCPP SulawesiSCPP Sulawesi Graha Pena lantai 11 Kav. 1108 -1109

Jl. Urip Sumoharjo No. 20 | Makassar 90234 Sulawesi Selatan | IndonesiaPhone or Fax +62-411-421370

Swisscontact - SCPP SumateraSCPP Sumatera Komplek Taman Setiabudi Indah

Jl. Chrysant, Blok E No.76 | Medan 20132 Sumatera Utara | IndonesiaPhone +62-61-822-9700 | Fax +62 -61-822-9600

www.swisscontact.org/indonesia