Kir sejarah

28
BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Salah satu muatan paling penting dari suatu undang- undang dasar (konstitusi) adalah bagaimana penyelenggaraan kekuasaan negara itu dijalankan oleh organ-organ negara. Organ atau lembaga negara merupakan subsistem dari keseluruhan sistem penyelenggaraan kekuasaan negara. Sistem penyelenggaraan kekuasaan negara menyangkut mekanisme dan tata kerja antar organ-organ negara itu sebagai satu kesatuan yang utuh dalam menjalankan kekuasaan negara. Sistem penyelenggaraan kekuasaan negara menggambarkan secara utuh mekanisme kerja lembaga- lembaga negara yang diberi kekuasaan untuk mencapai tujuan negara. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sebelum dan setelah perubahan mengandung beberapa prinsip yang memiliki perbedaan- perbedaan mendasar. Perubahan atas sistem penyelenggaraan kekuasaan yang dilakukan melalui perubahan UUD 1945, adalah upaya untuk menutupi berbagai kelemahan yang terkandung dalam UUD 1945 sebelum perubahan yang dirasakan dalam praktek ketatanegaraan selama ini. Karena itu arah perubahan 1

description

 

Transcript of Kir sejarah

Page 1: Kir sejarah

BAB I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Salah satu muatan paling penting dari suatu undang-undang dasar

(konstitusi) adalah bagaimana penyelenggaraan kekuasaan negara itu dijalankan

oleh organ-organ negara. Organ atau lembaga negara merupakan subsistem dari

keseluruhan sistem penyelenggaraan kekuasaan negara. Sistem penyelenggaraan

kekuasaan negara menyangkut mekanisme dan tata kerja antar organ-organ

negara itu sebagai satu kesatuan yang utuh dalam menjalankan kekuasaan

negara. Sistem penyelenggaraan kekuasaan negara menggambarkan secara utuh

mekanisme kerja lembaga-lembaga negara yang diberi kekuasaan untuk

mencapai tujuan negara. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945 sebelum dan setelah perubahan mengandung beberapa prinsip yang

memiliki perbedaan-perbedaan mendasar. Perubahan atas sistem

penyelenggaraan kekuasaan yang dilakukan melalui perubahan UUD 1945,

adalah upaya untuk menutupi berbagai kelemahan yang terkandung dalam UUD

1945 sebelum perubahan yang dirasakan dalam praktek ketatanegaraan selama

ini. Karena itu arah perubahan yang dilakukan adalah antara lain mempertegas

beberapa prinsip penyelenggaraan kekuasaan negara sebelum perubahan yaitu

prinsip negara hukum (rechtsstaat) dan prinsip sistem konstitusional

(constitutional system), menata kembali lembaga-lembaga negara yang ada dan

membentuk beberapa lembaga negara yang baru agar sesuai dengan sistem

konstitusional dan prinsip-prinsip negara berdasar atas hukum. Perubahan ini

tidak merubah sistematika UUD 1945 sebelumnya untuk menjaga aspek

kesejarahan dan orisinalitas dari UUD 1945. Perubahan terutama ditujukan pada

penyempurnaan pada sisi kedudukan dan kewenangan masing-masing lembaga

negara disesuaikan dengan perkembangan negara demokrasi modern.

1

Page 2: Kir sejarah

BAB II

PEMBAHASAN

Dalam perkembangan sistem pemerintahan presidensial di negara Indonesia

terdapat perubahan-perubahan sesuai dengan dinamika sistem pemerintahan di

Indonesia. Hal itu diperuntukkan dalam memperbaiki sistem presidensial yang

lama. Perubahan baru tersebut antara lain, adanya pemilihan presiden langsung,

sistem bikameral, mekanisme cheks and balance dan pemberian kekuasaan yang

lebih besar pada parlemen untuk melakukan pengawasan dan fungsi anggaran.

Secara umum dengan dilaksanakannya amandemen Undang-Undang Dasar

1945 pada era reformasi, telah banyak membawa perubahan yang mendasar baik

terhadap ketatanegaraan (kedudukan lembaga-lembaga negara), sistem politik,

hukum, hak asasi manusia, pertahanan keamanan dan sebagainya. Berikut ini

dapat dilihat perbandingan model sistem pemerintahan negara republik

Indonesia pada masa orde baru dan pada masa reformasi.

2.1. Masa Orde Baru (1966 – 1998)

2.1.1 Kronologis Lahirnya Orde Baru

30 September 1965

Terjadinya pemberontakan G30S PKI

11 Maret 1966

Letjen Soeharto menerima Supersemar dari presiden Soekarno untuk

melakukan pengamanan

12 Maret 1966

Dengan memegang Supersemar, Soeharto mengumumkan pembubaran

PKI dan menyatakannya sebagai organisasi terlarang

2

Page 3: Kir sejarah

22 Februari 1967

Soeharto menerima penyerahan kekuasaan pemerintahan dari presiden

Soekarno

7 Maret 1967

Melalui sidang istimewa MPRS, Soeharto ditunjuka sebagai pejabat

presiden sampai terpilihnya presiden oleh MPR hasil

pemilu

12 Maret 1967

Jenderal Soeharto dilantik menjadi presiden Indonesia kedua sekaligus

menjadi masa awal mula lahirnya era orde baru

2.1.2 Ciri Pokok Orde Baru

Pemerintahan yang diktator tetapi aman dan damai

Tindak korupsi merajalela

Tidak ada kebebasan berpendapat

Pancila terkesan menjadi ideologi tertutup

Pertumbuhan ekonomi yang berkembang pesat

Ikut sertanya militer dalam pemerintahan

Adanya kesenjangan sosial yang mencolok antara orang kaya dan orang

miskin

2.1.3 Kebijakan Pada Masa Orde Baru

Indonesia didaftarkan lagi menjadi anggota PBB pada bulan september 1966

Adanya perbaikan ekonomi dan pembangunan

Pengeksploitasian sumber daya alam secara besar-besaran

Dilaksanakannya kebijakan transmigrasi dan keluarga berencana

Adanya gerakan memerangi buta huruf

Dilakukannya swasembada pangan

3

Page 4: Kir sejarah

Munculnya gerakan Wajib Belajar dan gerakan Nasional Orang Tua Asuh

Dibukanya kesempatan investor asing untuk menanamkan modal di Indonesia

Setelah berhasil memulihkan kondisi politik bangsa Indonesia, langkah

selanjutnya yang ditempuh oleh pemerintah adalah melaksanakan

Pembangunan Nasional. Pembangunan Nasional yang diupayakan pada zaman

Orde Baru direalisasikan melalui Pembangunan Jangka Pendek dan

Pembangunan Jangka Panjang. Pembangunan Jangka pendek dirancang

melalui Pembangunan Lima Tahun (pelita). Setiap pelita memiliki misi

pembangunan dalam rangka mencapai tingkat kesejahteraan bangsa

Indonesia.Untuk memberikan arah dalam usaha mewujudkan tujuan nasional

tersebut, maka MPR telah menetapkan Garis-garis Besar Haluan Negara

(GBHN) sejak tahun 1973, yang pada dasarnya merupakan pola umum

pembangunan nasional dengan rangkaian program-programnya. GBHN

dijabarkan dalam Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita) yang berisi

program-program konkret yang akan dilaksanakan dalam kurun waktu lima

tahun. Pelaksanaan Repelita telah dimulai sejak tahun 1969. Proses

Menguatnya Peran Negara Pada Masa Orde Baru Sejak Orde Baru berkuasa,

telah banyak perubahan yang telah dicapai oleh bangsa Indonesia melalui

tahap-tahap pembangunan di segala bidang. Pemerintah Orde Baru berusaha

meningkatkan peran nagara dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Oleh

karena itu, langkah yang dilakukan pemerintah Orde Baru adalah menciptakan

stabilitas ekonomi politik. Tujuan perjuangan Orde Baru adalah menegakkan

tata kehidupan negara yang didasarkan atas kemurnian pelaksanaan Pancasila

dan UUD 1945. Pada Sidang umum IV MPRS telah diambil suatu keputusan

untuk menugaskan Jenderal Soeharto selaku pengemban Surat Perintah Sebelas

Maret atau Supersemar, yang sudah ditingkatkan menjadi ketetapan MPRS No.

IX/MPRS 1966 untuk membentuk kabinet baru. Pembentukan kabinet baru ini

dinamai Kabinet Ampera. Kabinet Ampera dibebani tugas untuk menciptakan

stabilitas politik dan ekonomi sebagai persyaratan untuk melaksanakan

pembangunan nasional. Tugas itulah yang kemudian dikenal dengan

4

Page 5: Kir sejarah

sebutan Dwi Darma Kabinet Ampera. Adapun program yang dibebankan oleh

MPRS kepada kabinet Ampera adalah:

Memperbaiki kehidupan rakyat terutama di bidang sandang dan pangan.

Melaksanakan Pemilihan Umum dalam batas waktu seperti tercantum dalam

Ketetapan MPRS No. XI/MPRS/1966 yakni 5 JUli 1968.

Melaksanakan politik luar negeri yang bebas aktif untuk kepentingan nasional

sesuai dengan Ketetapan MPRS No. XI/MPRS/1966.

Melanjutkan perjuangan anti imperialisme dan kolonialisme dalam segala

bentuk dan manifestasinya.

Keempat program Kabinet Ampera ini disebut Catur Karya Kabinet Ampera.

Program ini dijalankan oleh pemerintah Orde Baru. Pada tanggal 21 Maret

1968, Jenderal Soeharto selaku Pejabat Presiden menyampaikan laporan

kepada Sidang umum V MPRS mengenai pelaksanaan Dwi Darma dan Catur

Karya Kabinet Ampera. Pertama kali dilaporkan bahwa telah dilaksanakan

usaha mendudukkan kembali posisi, fungsi dan hubungan antar lembaga

negara tertinggi sesuai dengan yang diatur dalam UUD 1945. Menurut UUD

1945, Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) memegang kekuasaan tertinggi

dalam negara Republik Indonesia. Presiden dan Dewan Perwakilan Rakyat

(DPR) berada dibawah MPR. Pada masa Orde Baru tatanan kehidupan

kenegaraan dikembalikan kepada kemurnian pelaksanaan UUD 1945, hal itu

terlihat pada peringatan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, dimana Presiden

Soeharto berbicara langsung di hadapan wakil-wakil rakyat yaitu Dewan

Perwakilan Rakyat (DPR). Pidato kenegaraan Presiden Soeharto selalu

diucapakan di depan sidang DPR.

2.2 Masa Reformasi (1998 – Sekarang)

5

Page 6: Kir sejarah

Munculnya Era Reformasi ini menyusul jatuhnya pemerintah Orde Baru

tahun 1998. Krisis finansial Asia yang menyebabkan ekonomi Indonesia melemah

dan semakin besarnya ketidak puasan masyarakat Indonesia terhadap

pemerintahan pimpinan Soeharto saat itu menyebabkan terjadinya demonstrasi

besar-besaran yang dilakukan berbagai organ aksi mahasiswa di berbagai wilayah

Indonesia.

Pemerintahan Soeharto semakin disorot setelah Tragedi Trisakti pada 12

Mei 1998 yang kemudian memicu Kerusuhan Mei 1998 sehari setelahnya.

Gerakan mahasiswa pun meluas hampir diseluruh Indonesia. Di bawah tekanan

yang besar dari dalam maupun luar negeri, Soeharto akhirnya memilih untuk

mengundurkan diri dari jabatannya.

Mundurnya Soeharto dari jabatannya pada tahun 1998 dapat dikatakan

sebagai tanda akhirnya Orde Baru, untuk kemudian digantikan "Era Reformasi".

Masih adanya tokoh-tokoh penting pada masa Orde Baru di jajaran pemerintahan

pada masa Reformasi ini sering membuat beberapa orang mengatakan bahwa

Orde Baru masih belum berakhir. Oleh karena itu Era Reformasi atau Orde

Reformasi sering disebut sebagai "Era Pasca Orde Baru".

Dalam kurun waktu 1999-2002, UUD 1945 mengalami 4 kali perubahan

(amandemen) yang ditetapkan dalam Sidang Umum dan Sidang Tahunan MPR:

Sidang Umum MPR 1999, tanggal 14-21 Oktober 1999 → Perubahan

Pertama UUD 1945

Sidang Tahunan MPR 2000, tanggal 7-18 Agustus 2000 → Perubahan

Kedua UUD 1945

Sidang Tahunan MPR 2001, tanggal 1-9 November 2001 → Perubahan

Ketiga UUD 1945

Sidang Tahunan MPR 2002, tanggal 1-11 Agustus 2002 → Perubahan

Keempat UUD 1945

Undang-Undang Dasar 1945 berdasarkan Pasal II Aturan Tambahan terdiri

atas Pembukaan dan pasal-pasal. Tentang sistem pemerintahan negara republik

Indonesia dapat dilihat di dalam pasal-pasal sebagai berikut :

6

Page 7: Kir sejarah

1. Negara Indonesia adalah negara Hukum.

Tercantum di dalam Pasal 1 ayat (3). Negara hukum yang dimaksud

adalah negara yang menempatkan kekuasaan kehakiman sebagai kekuasaan yang

merdeka, menghormati hak asasi mansuia dan prinsip due process of law.

Pelaksanaan kekuasaan kehakiman yang merdeka diatur dalam bab IX yang

berjumlah 5 pasal dan 16 ayat. (Bandingkan dengan UUD 1945 sebelum

perubahan yang hanya 2 pasal dengan 2 ayat). Kekuasaan kehakiman merupakan

kekuasaan yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan

hukum dan keadilan (Pasal 24 ayat 1 UUD 1945). Kekuasaan kehakiman

dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan peradilan yang ada di

bawahnya dalam lingkungan peradilan umum, peradilan agama, peradilan militer

dan peradilan tata usaha negara dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi.

Sedangkan badan-badan lainnya yang fungsinya berkaitan dengan kekuasaan

kehakiman diatur dalam undang-undang.

2. Sistem Konstitusional

Sistem Konstitusional pada era reformasi (sesudah amandemen UUD

1945) berdasarkan Check and Balances. Perubahan UUD 1945 mengenai

penyelenggaraan kekuasaan negara dilakukan untuk mempertegas kekuasaan dan

wewenang masing-masing lembaga-lembaga negara, mempertegas batas-batas

kekuasaan setiap lembaga negara dan menempatkannya berdasarkan fungsi-fungsi

penyelenggaraan negara bagi setiap lembaga negara. Sistem yang hendak

dibangun adalah sistem “check and balances”, yaitu pembatasan kekuasaan setiap

lembaga negara oleh undang-undang dasar, tidak ada yang tertinggi dan tidak ada

yang rendah, semuanya sama diatur berdasarkan fungsi-fungsi masing-masing.

Atas dasar semangat itulah perubahan pasal 1 ayat 2, UUD 1945

dilakukan, yaitu perubahan dari “Kedaulatan ditangan rakyat dan dilakukan

sepenuhnya oleh MPR”, menjadi “Kedaulatan di tangan rakyat dan dilaksanakan

menurut Undang-Undang Dasar”. Ini berarti bahwa kedaulatan rakyat yang dianut

adalah kedaulatan berdasar undang-undang dasar yang dilaksanakan berdasarkan

7

Page 8: Kir sejarah

undang-undang dasar oleh lembaga-lembaga negara yang diatur dan ditentukan

kekuasaan dan wewenangnya dalam undang-undang dasar. Oleh karena itu

kedaulatan rakyat, dilaksanakan oleh MPR, DPR, DPD, Presiden, Mahkamah

Agung, Mahkamah Konstitusi, Komisi Yudisial, BPK dan lain-lain sesuai tugas

dan wewenangnya yang diatur oleh UUD. Bahkan rakyat secara langsung dapat

melaksanakan kedaulatannya untuk menentukan Presiden dan Wakil Presidennya

melalui pemilihan umum.

Pada era reformasi diadakan tata urutan terhadap peraturan perundang-

undangan sebanyak dua kali, yaitu :

Menurut TAP MPR III Tahun 2000:

1. UUD 1945

2. TAP MPR

3. UU

4. PERPU

5. PP

6. Keputusan Presiden

7. Peraturan Daerah

Menurut UU No. 10 Tahun 2004:

1. UUD 1945

2. UU/PERPU

3. Peraturan Pemerintah

4. Peraturan Presiden

5. Peraturan Daerah

3. Sistem Pemerintahan

Sistem ini tetap dalam frame sistem pemerintahan presidensial, bahkan

mempertegas sistem presidensial itu, yaitu Presiden tidak bertanggung jawab

8

Page 9: Kir sejarah

kepada parlemen, akan tetap bertanggung kepada rakyat dan senantiasa dalam

pengawasan DPR. Presiden hanya dapat diberhentikan dalam masa jabatannya

karena melakukan perbuatan melanggar hukum yang jenisnya telah ditentukan

dalam Undang-Undang Dasar atau tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden.

DPR dapat mengusulkan untuk memberhentikan Presiden dalam masa jabatannya

manakala ditemukan pelanggaran hukum yang dilakukan Presiden sebagaimana

yang ditentukan dalam Undang-Undang Dasar.

4. Kekuasaan negara tertinggi di tangan Majelis Permusyawaratan

Rakyat.

Sesuai dengan Pasal 2 ayat (1) bahwa MPR terdiri dari anggota DPR dan

anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD). MPR berdasarkan Pasal 3,

mempunyai wewenang dan tugas sebagai berikut :

Mengubah dan menetapkan Undang-Undang Dasar.

Melantik Presiden dan/atau Wakil Presiden.

Dapat memberhentikan Presiden dan/atau Wakil Presiden

dalam masa jabatannya menurut UUD.

5. Presiden ialah penyelenggara pemerintah Negara yang tertinggi

menurut UUD.

Masih relevan dengan jiwa Pasal 3 ayat (2), Pasal 4 ayat (1) dan ayat (2).

Presiden adalah kepala negara dan sekaligus kepala pemerintahan. Pada awal

reformasi Presiden dan wakil presiden dipilih dan diangkat oleh MPR (Pada

Pemerintahan BJ. Habibie, Abdurrahman Wahid, dan Megawati Soekarnoputri

untuk masa jabatan lima tahun. Tetapi, sesuai dengan amandemen ketiga UUD

1945 (2001) presiden dan wakil presiden akan dipilih secara langsung oleh rakyat

dalam satu paket.

6. Presiden tidak bertanggung jawab kepada Dewan Perwakilan Rakyat.

9

Page 10: Kir sejarah

Dengan memperhatikan pasal-pasal tentang kekuasaan pemerintahan

negara (Presiden) dari Pasal 4 s.d. 16, dan Dewan Perwakilan Rakyat (Pasal 19

s.d. 22B), maka ketentuan bahwa Presiden tidak bertanggung jawab kepada DPR

masih relevan. Sistem pemerintahan negara republik Indonesia masih tetap

menerapkan sistem presidensial.

7. Menteri negara ialah pembantu Presiden, menteri negara tidak

bertanggungjawab kepada Dewan Perwakilan Rakyat.

Presiden dibantu oleh menteri-menteri negara. Menteri-menteri diangkat

dan diberhentikan oleh presiden yang pembentukan, pengubahan dan

pembubarannya diatur dalam undang-undang (Pasal 17).

8. Kekuasaan Kepala Negara tidak tak terbatas.

Presiden sebagai kepala negara, kekuasaannya dibatasi oleh undang-

undang. MPR berwenang memberhentikan Presiden dalam masa jabatanya (Pasal

3 ayat 3). Demikian juga DPR, selain mempunyai hak interpelasi, hak angket, dan

menyatakan pendapat, juga hak mengajukan pertanyaan, menyampaikan usul dan

pendapat serta hak imunitas (Pasal 20 A ayat 2 dan 3).

9. Sistem Kepartaian

Sistem kepartaian menggunakan sistem multipartai.

2.2.1 Kronologis Lahirnya Era Reformasi

Keberhasilan Pemerintahan Orde Baru dalam melaksanakan pembangunan

ekonomi, harus diakui sebagai suatu prestasi besar bagi bangsa Indonesia. Di

tambah dengan meningkatnya sarana dan prasarana fisik infrastruktur yang dapat

10

Page 11: Kir sejarah

dinikmati oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Namun, keberhasilan

ekonomi maupun infrastruktur Orde Baru kurang diimbangi dengan pembangunan

mental ( character building ) para pelaksana pemerintahan (birokrat), aparat

keamanan maupun pelaku ekonomi (pengusaha / konglomerat). Kalimaksnya,

pada pertengahan tahun 1997, korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) yang sudah

menjadi budaya (bagi penguasa, aparat dan penguasa)

1. Faktor Penyebab Munculnya Reformasi

Banyak hal yang mendorong timbulnya reformasi pada masa pemerintahan Orde

Baru, terutama terletak pada ketidakadilan di bidang politik, ekonomi dan hukum.

Tekad Orde Baru pada awal kemunculannya pada tahun 1966 adalah akan

melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen dalam

tatanan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Setelah Orde Baru

memegang tumpuk kekuasaan dalam mengendalikan pemerintahan, muncul suatu

keinginan untuk terus menerus mempertahankan kekuasaannya atau status quo.

Hal ini menimbulkan akses-akses nagatif, yaitu semakin jauh dari tekad awal

Orde Baru tersebut. Akhirnya penyelewengan dan penyimpangan dari nilai-nilai

Pancasila dan ketentuan-ketentuan yang terdapat pada UUD 1945, banyak

dilakukan oleh pemerintah Orde Baru.

2. Krisi Politik

Demokrasi yang tidak dilaksanakan dengan semestinya akan menimbulkan

permasalahan politik. Ada kesan kedaulatan rakyat berada di tangan sekelompok

tertentu, bahkan lebih banyak di pegang oleh para penguasa. Dalam UUD 1945

Pasal 2 telah disebutkan bahwa “Kedaulatan adalah ditangan rakyat dan

dilaksanakan sepenuhnya oleh MPR”. Pada dasarnya secara de jore (secara

hukum) kedaulatan rakyat tersebut dilakukan oleh MPR sebagai wakil-wakil dari

rakyat, tetapi secara de facto (dalam kenyataannya) anggota MPR sudah diatur

dan direkayasa, sehingga sebagian besar anggota MPR itu diangkat berdasarkan

ikatan kekeluargaan (nepotisme). Keadaan seperti ini mengakibatkan munculnya

11

Page 12: Kir sejarah

rasa tidak percaya kepada institusi pemerintah, DPR, dan MPR. Ketidak

percayaan itulah yang menimbulkan munculnya gerakan reformasi. Gerakan

reformasi menuntut untuk dilakukan reformasi total di segala bidang, termasuk

keanggotaan DPR dam MPR yang dipandang sarat dengan nuansa KKN. Gerakan

reformasi juga menuntut agar dilakukan pembaharuan terhadap lima paket

undang-undang politik yang dianggap menjadi sumber ketidakadilan, di antaranya

UU No. 1 Tahun 1985 tentang Pemilihan Umum

UU No. 2 Tahun 1985 tentang Susunan, Kedudukan, Tugas dan Wewenang DPR /

MPR

UU No. 3 Tahun 1985 tentang Partai Politik dan Golongan Karya.

UU No. 5 Tahun 1985 tentang Referendum

UU No. 8 Tahun 1985 tentang Organisasi Massa.

Perkembangan ekonomi dan pembangunan nasional dianggap telah menimbulkan

ketimpangan ekonomi yang lebih besar. Monopoli sumber ekonomi oleh

kelompok tertentu, konglomerasi, tidak mempu menghapuskan kemiskinan pada

sebagian besar masyarakat Indonesia. Kondisi dan situasi Politik di tanah air

semakin memanas setelah terjadinya peristiwa kelabu pada tanggal 27 Juli 1996.

Peristiwa ini muncul sebagai akibat terjadinya pertikaian di dalam internal Partai

Demokrasi Indonesia (PDI). Krisis politik sebagai faktor penyebab terjadinya

gerakan reformasi itu, bukan hanya menyangkut masalah sekitar konflik PDI saja,

tetapi masyarakat menuntut adanya reformasi baik didalam kehidupan

masyarakat, maupun pemerintahan Indonesia. Di dalam kehidupan politik,

masyarakat beranggapan bahwa tekanan pemerintah pada pihak oposisi sangat

besar, terutama terlihat pada perlakuan keras terhadap setiap orang atau kelompok

yang menentang atau memberikan kritik terhadap kebijakan-kebijakan yang

diambil atau dilakukan oleh pemerintah. Selain itu, masyarakat juga menuntut

agar di tetapkan tentang pembatasan masa jabatan Presiden. Terjadinya

ketegangan politik menjelang pemilihan umum tahun 1997 telah memicu

munculnya kerusuhan baru yaitu konflik antar agama dan etnik yang berbeda.

12

Page 13: Kir sejarah

Menjelang akhir kampanye pemilihan umum tahun 1997, meletus kerusuhan di

Banjarmasin yang banyak memakan korban jiwa. Pemilihan umum tahun 1997

ditandai dengan kemenangan Golkar secara mutlak. Golkar yang meraih

kemenangan mutlak memberi dukungan terhadap pencalonan kembali Soeharto

sebagai Presiden dalam Sidang Umum MPR tahun 1998 – 2003. Sedangkan di

kalangan masyarakat yang dimotori oleh para mahasiswa berkembang arus yang

sangat kuat untuk menolak kembali pencalonan Soeharto sebagai Presiden. Dalam

Sidang Umum MPR bulan Maret 1998 Soeharto terpilih sebagai Presiden

Republik Indonesia dan BJ. Habibie sebagai Wakil Presiden. Timbul tekanan pada

kepemimpinan Presiden Soeharto yang dating dari para mahasiswa dan kalangan

intelektual.

3. Krisi Hukum

Pelaksanaan hukum pada masa pemerintahan Orde Baru terdapat banyak

ketidakadilan. Sejak munculnya gerakan reformasi yang dimotori oleh kalangan

mahasiswa, masalah hukum juga menjadi salah satu tuntutannya. Masyarakat

menghendaki adanya reformasi di bidang hukum agar dapat mendudukkan

masalah-masalah hukum pada kedudukan atau posisi yang sebenarnya.

4. Krisi Ekonomi

Krisi moneter yang melanda Negara-negara di Asia Tenggara sejak bulan Juli

1996, juga mempengaruhi perkembangan perekonomian Indonesia. Ekonomi

Indonesia ternyata belum mampu untuk menghadapi krisi global tersebut. Krisi

ekonomi Indonesia berawal dari melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar

Amerika Serikat. Ketika nilai tukar rupiah semakin melemah, maka pertumbuhan

ekonomi Indonesia menjadi 0% dan berakibat pada iklim bisnis yang semakin

bertambah lesu. Kondisi moneter Indonesia mengalami keterpurukan yaitu dengan

dilikuidasainya sejumlah bank pada akhir tahun 1997. Sementara itu untuk

membantu bank-bank yang bermasalah, pemerintah membentuk Badan

Penyehatan Perbankan Nasional (KLBI). Ternyata udaha yang dilakukan

13

Page 14: Kir sejarah

pemerintah ini tidak dapat memberikan hasil, karena pinjaman bank-bank

bermasalah tersebut semakin bertambah besar dan tidak dapat di kembalikan

begitu saja. Krisis moneter tidak hanya menimbulkan kesulitan keuangan Negara,

tetapi juga telah menghancurkan keuangan nasional. Memasuki tahun anggaran

1998 / 1999, krisis moneter telah mempengaruhi aktivitas ekonomi yang lainnya.

Kondisi perekonomian semakin memburuk, karena pada akhir tahun 1997

persedian sembilan bahan pokok sembako di pasaran mulai menipis. Hal ini

menyebabkan harga-harga barang naik tidak terkendali. Kelaparan dan

kekurangan makanan mulai melanda masyarakat. Untuk mengatasi kesulitan

moneter, pemerintah meminta bantuan IMF. Namun, kucuran dana dari IMF yang

sangat di harapkan oleh pemerintah belum terelisasi, walaupun pada 15 januari

1998 Indonesia telah menandatangani 50 butir kesepakatan (letter of intent atau

Lol) dengan IMF. Faktor lain yang menyebabkan krisis ekonomi yang melanda

Indonesia tidak terlepas dari masalah utang luar negeri. Utang Luar Negeri

Indonesia Utang luar negeri Indonesia menjadi salah satu faktor penyebab

munculnya krisis ekonomi. Namun, utang luar negeri Indonesia tidak sepenuhnya

merupakan utang Negara, tetapi sebagian lagi merupakan utang swasta. Utang

yang menjadi tanggungan Negara hingga 6 februari 1998 mencapai 63,462 miliar

dollar Amerika Serikat, utang pihak swasta mencapai 73,962 miliar dollar

Amerika Serikat. Akibat dari utang-utang tersebut maka kepercayaan luar negeri

terhadap Indonesia semakin menipis. Keadaan seperti ini juga dipengaruhi oleh

keadaan perbankan di Indonesia yang di anggap tidak sehat karena adanya kolusi

dan korupsi serta tingginya kredit macet. Penyimpangan Pasal 33 UUD 1945

Pemerintah Orde Baru mempunyai tujuan menjadikan Negara Republik Indonesia

sebagai Negara industri, namun tidak mempertimbangkan kondisi riil di

masyarakat. Masyarakat Indonesia merupakan sebuah masyarakat agrasis dan

tingkat pendidikan yang masih rendah. Sementara itu, pengaturan perekonomian

pada masa pemerintahan Orde Baru sudah jauh menyimpang dari sistem

perekonomian Pancasila. Dalam Pasal 33 UUD 1945 tercantum bahwa dasar

demokrasi ekonomi, produksi dikerjakan oleh semua untuk semua di bawah

pimpinan atau pemilikan anggota-anggota masyarakat. Sebaliknya, sistem

14

Page 15: Kir sejarah

ekonomi yang berkembang pada masa pemerintahan Orde Baru adalah sistem

ekonomi kapitalis yang dikuasai oleh para konglomerat dengan berbagai bentuk

monopoli, oligopoly, dan diwarnai dengan korupsi dan kolusi. Pola Pemerintahan

Sentralistis Sistem pemerintahan yang dilaksanakan oleh pemerintah Orde Baru

bersifat sentralistis. Di dalam pelaksanaan pola pemerintahan sentralistis ini

semua bidang kehidupan berbangsa dan bernegara diatur secara sentral dari pusat

pemerintah yakni di Jakarta. Pelaksanaan politik sentralisasi yang sangat

menyolok terlihat pada bidang ekonomi. Ini terlihat dari sebagian besar kekayaan

dari daerah-daerah diangkut ke pusat. Hal ini menimbulkan ketidakpuasan

pemerintah dan rakyat di daerah terhadap pemerintah pusat. Politik sentralisasi ini

juga dapat dilihat dari pola pemberitaan pers yang bersifat Jakarta-sentris, karena

pemberitaan yang berasala dari Jakarta selalu menjadi berita utama. Namun

peristiwa yang terjadi di daerah yang kurang kaitannya dengan kepentingan pusat

biasanya kalah bersaing dengan berita-barita yang terjadi di Jakarta dalam

merebut ruang, halaman, walaupun yang memberitakan itu pers daerah.

5. Krisi Kepercayaan

Demontrasi di lakukan oleh para mahasiswa bertambah gencar setelah pemerintah

mengumumkan kenaikan harga BBM dan ongkos angkutan pada tanggal 4 Mei

1998. Puncak aksi para mahasiswa terjadi tanggal 12 Mei 1998 di Universitas

Trisakti Jakarta. Aksi mahasiswa yang semula damai itu berubah menjadi aksi

kekerasan setelah tertembaknya empat orang mahasiswa Trisakti yaitu Elang

Mulia Lesmana, Heri Hartanto, Hendriawan Lesmana, dan Hafidhin Royan.

Tragedi Trisakti itu telah mendorong munculnya solidaritas dari kalangan kampus

dan masyarakat yang menantang kebijakan pemerintahan yang dipandang tidak

demokratis dan tidak merakyat. Soeharto kembali ke Indonesia, namun tuntutan

dari masyarakat agar Presiden Soeharto mengundurkan diri semakin banyak

disampaikan. Rencana kunjungan mahasiswa ke Gedung DPR / MPR untuk

melakukan dialog dengan para pimpinan DPR / MPR akhirnya berubah menjadi

15

Page 16: Kir sejarah

mimbar bebas dan mereka memilih untuk tetap tinggal di gedung wakil rakyat

tersebut sebelum tuntutan reformasi total di penuhinya. Tekanan-tekanan para

mahasiswa lewat demontrasinya agar presiden Soeharto mengundurkan diri

akhirnya mendapat tanggapan dari Harmoko sebagai pimpinan DPR / MPR. Maka

pada tanggal 18 Mei 1998 pimpinan DPR/MPR mengeluarkan pernyataan agar

Presiden Soeharto mengundurkan diri. Presiden Soeharto mengadakan pertemuan

dengan tokoh-tokoh agama, tokoh-tokoh masyarakat di Jakarta. Kemudian

Presiden mengumumkan tentang pembentukan Dewan Reformasi, melakukan

perubahan kabinet, segera melakukan Pemilihan Umum dan tidak bersedia

dicalonkan kembali sebagai Presiden. Dalam perkembangannya, upaya

pembentukan Dewan Reformasi dan perubahan kabinet tidak dapat dilakukan.

Akhirnya pada tanggal 21 Mei 1998 Presiden Soeharto menyatakan

mengundurkan diri/berhenti sebagai Presiden Republik Indonesia dan

menyerahkan Jabatan Presiden kepada Wakil Presiden Republik Indonesia, B.J.

Habibie dan langsung diambil sumpahnya oleh Mahkamah Agung sebagai

Presiden Republik Indonesia yang baru di Istana Negara.

BAB III

PENUTUP

16

Page 17: Kir sejarah

Pokok-pokok sistem pemerintahan negara Indonesia berdasarkan UUD

1945 sebelum diamandemen atau pada masa orde baru tertuang dalam Penjelasan

UUD 1945 tentang tujuh kunci pokok sistem pemerintahan negara tersebut

sebagai berikut.

1. Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum (rechtsstaat).

2. Sistem Konstitusional.

3. Kekuasaan negara yang tertinggi di tangan Majelis Permusyawaratan

Rakyat.

4. Presiden adalah penyelenggara pemerintah negara yang tertinggi dibawah

Majelis Permusyawaratan Rakyat.

5. Presiden tidak bertanggung jawab kepada Dewan Perwakilan Rakyat.

6. Menteri negara ialah pembantu presiden, menteri negara tidak

bertanggungjawab kepada Dewan Perwakilan Rakyat.

7. Kekuasaan kepala negara tidak tak terbatas.

Berdasarkan tujuh kunci pokok sistem pemerintahan, sistem pemerintahan

Indonesia menurut UUD 1945 menganut sistem pemerintahan presidensial.

Sistem pemerintahan ini dijalankan semasa pemerintahan Orde Baru di bawah

kepemimpinan Presiden Suharto. Ciri dari sistem pemerintahan masa itu adalah

adanya kekuasaan yang amat besar pada lembaga kepresidenan. Hamper semua

kewenangan presiden yang di atur menurut UUD 1945 tersebut dilakukan tanpa

melibatkan pertimbangan atau persetujuan DPR sebagai wakil rakyat.

Sekarang ini sistem pemerintahan di Indonesia masih dalam masa transisi.

Sebelum diberlakukannya sistem pemerintahan baru berdasarkan UUD 1945 hasil

amandemen keempat tahun 2002, sistem pemerintahan Indonesia masih

mendasarkan pada UUD 1945 dengan beberapa perubahan seiring dengan adanya

transisi menuju sistem pemerintahan yang baru.

Pokok-pokok sistem pemerintahan Indonesia pada masa reformasi adalah sebagai

berikut.

17

Page 18: Kir sejarah

1. Bentuk negara kesatuan dengan prinsip otonomi daerah yang luas.

Wilayah negara terbagi dalam beberapa provinsi.

2. Bentuk pemerintahan adalah republik, sedangkan sistem pemerintahan

presidensial.

3. Presiden adalah kepala negara dan sekaligus kepala pemerintahan.

Presiden dan wakil presiden dipilih dan diangkat oleh MPR untuk masa

jabatan lima tahun. Untuk masa jabatan 2004-2009, presiden dan wakil

presiden akan dipilih secara langsung oleh rakyat dalam satu paket.

4. Kabinet atau menteri diangkat oleh presiden dan bertanggung jawab

kepada presiden.

5. Parlemen terdiri atas dua bagian (bikameral), Dewan Perwakilan Rakyat

(DPR) dan Dewan Perwakilan Daerah (DPD). Para anggota dewan

merupakan anggota MPR. DPR memiliki kekuasaan legislatif dan

kekuasaan mengawasi jalannya pemerintahan.

6. Kekuasaan yudikatif dijalankan oleh Makamah Agung dan badan

peradilan dibawahnya.

Dengan demikian, ada perubahan-perubahan baru dalam sistem pemerintahan

Indonesia. Hal itu diperuntukan dalam memperbaiki sistem presidensial yang

lama. Perubahan baru tersebut, antara lain adanya pemilihan secara langsung,

sistem bikameral, mekanisme cheks and balance, dan pemberian kekuasaan yang

lebih besar kepada parlemen untuk melakukan pengawasan dan fungsi anggaran.

DAFTAR PUSTAKA

18

Page 19: Kir sejarah

Sumber Buku :

Soehino. 1992. Hukum Tata Negara Indonesia. Yogyakarta : Liberty.

Undang-Undang Dasar RI 1945 Hasil Amandemen Pertama-Keempat.

Sumber Internet :

http://panmohamadfaiz.com/2007/03/18/sistem-ketatanegaraan-indonesia-pasca-

amandemen/

http://syabab2000.multiply.com/reviews/item/24

http://uzey.blogspot.com/2009/09/sistem-pemerintahan.html

http://hitamandbiru.blogspot.com/2011/01/perbandingan-sistem-

pemerintahan.html#ixzz2aXl8q0uU

19