KIPRAH PERJUANGAN SOLICHAH A. WAHID HASYIM 1950...

87
KIPRAH PERJUANGAN SOLICHAH A. WAHID HASYIM (1950-1994) DALAM PEMBERDAYAAN ORMAS MUSLIMAT NAHDLATUL ULAMA Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Adab dan Humaniora untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Humaniora (S. Hum) DISUSUN OLEH: NUUR HAIRRY PURWANTI 103022027518 PROGRAM STUDI SEJARAH DAN PERADABAN ISLAM FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDATULLAH JAKARTA 1429 H. / 2008 M.

Transcript of KIPRAH PERJUANGAN SOLICHAH A. WAHID HASYIM 1950...

Page 1: KIPRAH PERJUANGAN SOLICHAH A. WAHID HASYIM 1950 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8204/1/NUUR... · abad ke XVIII dan XIX di Nusantara. Dalam hukum kelautan dipakai

KIPRAH PERJUANGAN SOLICHAH A. WAHID

HASYIM (1950-1994) DALAM PEMBERDAYAAN

ORMAS MUSLIMAT NAHDLATUL ULAMA

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Adab dan Humaniora untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Humaniora (S. Hum)

DISUSUN OLEH:

NUUR HAIRRY PURWANTI

103022027518

PROGRAM STUDI SEJARAH DAN PERADABAN ISLAM

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDATULLAH

JAKARTA

1429 H. / 2008 M.

Page 2: KIPRAH PERJUANGAN SOLICHAH A. WAHID HASYIM 1950 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8204/1/NUUR... · abad ke XVIII dan XIX di Nusantara. Dalam hukum kelautan dipakai

KIPRAH PERJUANGAN SOLICHAH A. WAHID

HASYIM (1950-1994) DALAM PEMBERDAYAAN

ORMAS MUSLIMAT NAHDLATUL ULAMA

DISUSUN OLEH:

NUUR HAIRRY PURWANTI

NIM : 103022027518

PROGRAM STUDI SEJARAH DAN PERADABAN ISLAM

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDATULLAH

JAKARTA

1429 H. / 2008 M.

Page 3: KIPRAH PERJUANGAN SOLICHAH A. WAHID HASYIM 1950 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8204/1/NUUR... · abad ke XVIII dan XIX di Nusantara. Dalam hukum kelautan dipakai

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

persyaratan memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S1) di Universitas

Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 17 Mei 2008

Nuur Hairry Purwanti

Page 4: KIPRAH PERJUANGAN SOLICHAH A. WAHID HASYIM 1950 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8204/1/NUUR... · abad ke XVIII dan XIX di Nusantara. Dalam hukum kelautan dipakai

“Ketahuilah, Aku wasiatkan kalian untuk memperlakukan

perempuan dengan sebaik-baiknya. Kamu tidak memiliki mereka

sedikitpun, mereka pun tidak memiliki kamu sedikitpun.” (Diriwatkan oleh

Bukhari, Muslim, dan Ahmad. Berasal dari pesan Nabi Muhammad SAW

di depan jamaah haji pertama.)

KIPRAH PERJUANGAN SOLICHAH A. WAHID HASYIM

(1950-1994) DALAM PEMBERDAYAAN ORMAS MUSLIMAT

NAHDATUL ULAMA

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Adab dan Humaniora

untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Humaniora (S. Hum)

Oleh

Nuur Hairry Purwanti NIM: 103022027518

Di bawah bimbingan

Prof. Dr. H. Budi Sulistiono, M.Hum NIP. 150 236 276

PROGRAM STUDI SEJARAH DAN PERADABAN ISLAM

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1429 H. / 2008 M.

Page 5: KIPRAH PERJUANGAN SOLICHAH A. WAHID HASYIM 1950 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8204/1/NUUR... · abad ke XVIII dan XIX di Nusantara. Dalam hukum kelautan dipakai

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul KIPRAH PERJUANGAN SOLICHAH A. WAHID HASYIM

(1950-1994) DALAM PEMBERDAYAAN ORMAS MUSLIMAT

NAHDATUL ULAMA telah diujikan dalam Sidang Munaqasah Fakultas Adab

dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 6 Juni 2008. Skripsi ini

telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Humaniora

(S.Hum) pada Program Studi Sejarah dan Peradaban Islam.

Jakarta, 6 Juni 2008

Sidang Munaqasah

Ketua Merangkap Anggota, Sekertaris Merangkap Anggota,

Drs. Ma’ruf Misbah, MA Drs. Usep Abdul Matin, M.A, M.A NIP. 150 247 010 NIP. 150 288 304

Anggota,

Pembimbing, Penguji,

Prof. Dr. H. Budi Sulistiono, M. Hum Imas Emalia, M. Hum NIP. 150 236 276 NIP. 150 286 391

Page 6: KIPRAH PERJUANGAN SOLICHAH A. WAHID HASYIM 1950 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8204/1/NUUR... · abad ke XVIII dan XIX di Nusantara. Dalam hukum kelautan dipakai

ABSTRAK

Nuur Hairry Purwanti

Kiprah Perjuangan Solichah A. Wahid Hasyim dalam Pemberdayaan

Ormas Muslimat Nahdlatul Ulama

Solichah A. Wahid Hasyim (11 Oktober 1922-29 Juli 1994), semasa

hidupnya lebih banyak dikenal sebagai seorang aktifis perempuan dan pejuang

persamaan gender juga pejuang kemerdekaan Republik Indonesia. Lebih dari

setengah abad kiprahnya terlihat dalam berbagai organisasi kemasyarakatan juga

dalam kursi pemerintahan yang terlihat sebagai sosok humanis. Setelah

kepergiannya, beliau meninggalkan nama dan kenangan yang patut dipuji bagi

anak dan cucu-cucunya. Perjuangnnya dalam membesarkan Muslimat NU serta

ranting-rantingnya adalah sebuah perjalanan panjang untuk sampai seperti hari ini.

Dengan tetap menyadari beberapa kekurangan sebagai mahluk Allah

SWT, perempuan yang tangguh ini dan memiliki hati lembut, dikenal sebagai

single parent yang telah berhasil dalam mendidik anak-anaknya. Hal ini terlihat

dalam keberhasilan yang telah dicapai oleh putra-putrinya. Dikenang sebagai

politisi yang kukuh pendirian dan memiliki pengabdian dan pergaluan yang cukup

luas serta memiliki pemikiran yang modern, semua terlihat dari aktifitasnya dalam

berbagai macam kalangan. Tentunya hal ini tak lepas dari didikan orang tuanya,

K. H. Bisri Sansuri dan suaminya, K. H. Wahid Hasyim. Atas segala jasa-jasanya,

pemerintah memberikan tanda penghargaan sebagai veteran pejuang

kemerdekaan.

Page 7: KIPRAH PERJUANGAN SOLICHAH A. WAHID HASYIM 1950 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8204/1/NUUR... · abad ke XVIII dan XIX di Nusantara. Dalam hukum kelautan dipakai

KATA PENGANTAR

Bismillahhirahmanirrahim.

Syukur Alhamdulillah, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang

senantiasa mencurahkan kasih sayang-Nya kepada setiap makhluk ciptaan-Nya.

Hanya dengan ridho dan inayah-Nya-lah sehingga penulis dapat menyelesaikan

penulisan skripsi ini. Shalawat dan salam senantiasa terlimpah kepada junjungan

kita baginda Nabi Muhammad SAW dan seluruh utusannya.

Selama dalam proses pembuatan skripsi ini banyak hambatan dan

kesulitan yang dialami penulis, baik yang mengenai pengaturan waktu,

pengumpulan data, pembiayaan, dan proses penyusunan. Namun berkat limpahan

rahmat-Nya dan kerja keras disertai dorongan dan bantuan dari berbagai pihak,

maka kesulitan dan hambatan ini dapat diatasi dengan sebaik-baiknya. Oleh

karena itu, sudah sepantasnya-lah penulis memanjatkan puji syukur kehadirat

Illahi Rabbi dan mengucapkan terimakasih serta menyampaikan penghargaan

yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah membantu.

Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Abdul Chair, MA, Dekan Fakultas Adab dan Humaniora UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta sekaligus Dosen Pembimbing Akademik

Jurusan Sejarah dan Peradaban Islam tahun angkatan 2003.

2. Bapak Drs. Ma’ruf Misbah, MA dan Bapak Usep Abdul Matin, MA, MA,

Ketua dan Sekretaris Jurusan Sejarah dan Peradaban Islam.

Page 8: KIPRAH PERJUANGAN SOLICHAH A. WAHID HASYIM 1950 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8204/1/NUUR... · abad ke XVIII dan XIX di Nusantara. Dalam hukum kelautan dipakai

3. Bapak Prof. Dr. H. Budi Sulistiono, M.Hum, selaku Dosen Pembimbing

Skripsi yang selalu bersahabat dalam memberikan pengarahan dan

bimbingan.

4. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta yang telah banyak memberikan bekal ilmu

pengetahuan, semoga penulis dapat memanfaatkan dan mengamalkan

dengan baik sesuai dengan syariat Islam serta berguna bagi agama, nusa

dan bangsa.

5. Rasa Ta’dzim dan bakti penulis yang tertinggi dan setulus-tulusnya kepada

Ibu dan Bapak-ku tercinta dan tersayang yang selalu memberikan

limpahan kasih sayang dan mengasuh hingga penulis dapat menempuh

pendidikan dengan sebaik-baiknya. Semoga Allah selalu melindungi dan

memberikan limpahan rahmat dan kasih sayang-Nya kepada keduanya.

Kepada keluargaku tercinta (mas Nuur, mba’ Nur, de Imah, de Fathur,

“kura-kura kecilku”, dan aziz “bawel”). Keberadaan kalian memberikan

motivasi kepadaku untuk terus maju. I always love you all forever.

6. Ibu Hj. Aisyah Hamid Baidlowi, Ibu Hj. Asmah Syachroni, Ibu Hj. Latifah

Hasyim, yang telah memberikan banyak informasi, saran-saran, dan data-

data yang dibutuhkan penulis dalam penulisan ini. “Perjuanganmu selalu

membawaku untuk terus melangkah ke arah yang lebih baik!.”

7. Kepada Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah, Perpustakaan Fakultas

Adab dan Humaniora, Perpustakaan PBNU (Terimakasih kepada Pak

Syatiri, yang selalu senang direpotkan….), Perpustakaan Wahid Institute,

Page 9: KIPRAH PERJUANGAN SOLICHAH A. WAHID HASYIM 1950 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8204/1/NUUR... · abad ke XVIII dan XIX di Nusantara. Dalam hukum kelautan dipakai

Perpustakaan DPR RI, Data-data dari Muslimat NU Pusat dan sebagainya.

Yang telah banyak memberikan bantuan dalam pustaka penulis.

8. Untuk teman-temanku di SPI (bu shinta, mpo’ aci, nenenoe, nuril, hamid,

agus, bu riza, babay, deni, mas willy, mpo’ dena dll), teman-teman UKM

(bang jebil/ Muzbi, dynamoet, tante genjreng, k’ abi, bang ar, dll), teman-

teman SAHID (elah, ita, nur, nunik, dhika, acha, teh yayah, the ikah, dll)

yang selalu memberi kesan tersendiri di hati penulis dan yang tak bisa

sebutkan satu persatu.

9. Seluruh staf akademik di Fakultas Adab dan Humaniora UIN Jakarta yang

telah banyak membantu memberikan pelayanan bagi penulis. (Mohon

tingkatkan lagi ya manajemen pelayanan dan SDM-nya).

Kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah turut

membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini, semoga apa yang telah diberikan

kepada penulis diterima sebagai amal saleh dan mendapatkan pahala dari Allah

SWT. Amien.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh

karenanya penulis sangat saran dan kritik pembaca sehingga memotivasi penulis

untuk dapat berkarya lebih baik lagi di masa mendatang. Insya Allah.

Jakarta, 17 Mei 2008

Penulis

Page 10: KIPRAH PERJUANGAN SOLICHAH A. WAHID HASYIM 1950 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8204/1/NUUR... · abad ke XVIII dan XIX di Nusantara. Dalam hukum kelautan dipakai

DAFTAR ISI

ABSTRAK……………………………………………………………………......i

KATA PENGANTAR…………………………………………………………...ii

DAFTAR ISI…………………………………………………………………......v

DAFTAR ISTILAH…………………………………………………………….vii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah…………………………………………………...1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah……………………………………...7

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan…………………………………………….7

D. Metode Penelitian dan Teknik Penulisan………………………………….8

E. Survey Pustaka…………………………………………………………...10

F. Sistematika Penulisan…………………………………………………….12

BAB II SEJARAH PEREMPUAN INDONESIA

A. Perempuan dan Isu Gender…………………………………….……...…13

B. Sejarah Pergerakan Perempuan…………………………………………..18

C. Pergerakan Perempuan Islam…………………………………………….25

D. Kedudukan Perempuan dalam Agama, Sosial, dan Politik……………....28

Page 11: KIPRAH PERJUANGAN SOLICHAH A. WAHID HASYIM 1950 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8204/1/NUUR... · abad ke XVIII dan XIX di Nusantara. Dalam hukum kelautan dipakai

BAB III SOSOK SOLICHAH A. WAHID HASYIM

A. Riwayat Hidup…………………………...………………………………33

B. Aktifitas…………………………………………………………………..40

BAB IV SOLICHAH A. WAHID HASYIM DALAM MEMBERDAYAKAN

MUSLIMAT NAHDATUL ULAMA

A. Solichah sebagai Motor Penggerak dan Pembangun Muslimat NU……..45

B. Pejuang Peningkatan Status, Hak, dan Peran Perempuan...……………...49

C. Solichah Membangun Image Organisasi Perempuan di Mata

Umum……………………………………………………………………55

D. Memberdayakan Perempuan Muslimat melalui Kursi DPR………...…..59

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan……………………………………………...……………….62

B. Saran-saran……………………………………………………………….63

DAFTAR SUMBER..…………………………………………………………...65

Page 12: KIPRAH PERJUANGAN SOLICHAH A. WAHID HASYIM 1950 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8204/1/NUUR... · abad ke XVIII dan XIX di Nusantara. Dalam hukum kelautan dipakai

DAFTAR ISTILAH

Ahlus Sunnah wal Jamaah : Biasa disingkat dengan Aswaja, aliran dalam islam

yang sudah dikenal sejak masa Rasulullah tetapi baru

muncul pada abad ke-3 Hijriyah. Ajaran ini

bersumber dari al-Quran, as-Sunnah, al-Ijma, dan al-

Qiyas. Secara harfiah adalah penganut sunnah Nabi

Muhammad SAW dan sahabat-sahabatnya.

BPS : Biro Pusat Statistik.

Comenda : Sebuah ketentuan yang mengatur tata cara pelayaran

dan perniagaan serta pembelian, penjualan, dan sistem

sewa, juga perjanjian bagi hasil yang dilakukan di

abad ke XVIII dan XIX di Nusantara. Dalam hukum

kelautan dipakai untuk menggambarkan adanya

perjuangan, perebutan, dan perdebatan ketika

penguasa melakukan intervensi dalam perdagangan

melalui kebijakan dan regulasi.

Comrade in arms : Teman seperjuangan.

Dibaan : Pembacaan Kitab Diba’ yaitu sebuah kitab

berbahasa Arab yang berisi riwayat hidup Nabi

Muhammad SAW beserta keluarganya.

Endogamus : Perkawinan yang didasarkan pada kesamaan derajat

seseorang dalam masyarakat, misal: anak seorang

Page 13: KIPRAH PERJUANGAN SOLICHAH A. WAHID HASYIM 1950 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8204/1/NUUR... · abad ke XVIII dan XIX di Nusantara. Dalam hukum kelautan dipakai

kiyai akan menikah dengan anak kiyai pula. Saling

menjodohkan antar sesama keluarga pesantren sudah

menjadi tradisi masyarakat Jombang. Intensitas

komunikasi antar pesantren, ditradisikan dalam forum

Mudzakaroh. Dalam forum inilah masing-masing

pihak dapat saling mengenal.

Fujinkai : Organisasi perempuan di bawah kekuasaan Jepang

yang diizinkan hidup. Kegiatan organisasi ini adalah

di bidang pemberantasan buta huruf dan berbagai

pekerjaan sosial. Perkumpulan wanita yang dibentuk

oleh Jepang. Organisasi ini merupakan kelanjutan dari

impian Jepang akan pembentukan Asia Timur Raya

dengan gerakan AAA (Nippon Pelindung Asia,

Nippon Pemimpin Asia, Nippon Cahaya Asia).

Gerakan Genjer-Genjer : Menurut dokumen-dokumen rahasia PKI yang telah

jatuh ke tangan ABRI pada masa Gestapu, gerakan ini

adalah gerakan yang direncanakan oleh PKI untuk

melakukan tindakan penganiayaan-penganiayaan,

penculikan-penculikan, serta pembunuhan-

pembunuhan terhadap komunitas yang kontra

terhadap keberadaan PKI. Selain itu, ada pula rencana

lain dari gerakan ini untuk menaburkan bubuk DDT

Page 14: KIPRAH PERJUANGAN SOLICHAH A. WAHID HASYIM 1950 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8204/1/NUUR... · abad ke XVIII dan XIX di Nusantara. Dalam hukum kelautan dipakai

di setiap sumur penduduk yang bukan dari

golongannya.

Godhong Jarak : Daun jarak muda yang dipanaskan diatas api lampu

minyak kemudian dipilin-pilin. Setelah halus

ditempelkan pada bagian pusar dan punggung.

Gupuh : Ramah menerima tamu.

Gus : Panggilan untuk anak laki-laki yang berasal dari

keturunan bangsawan atau kiayi di daerah Jawa

Timur.

Kadam : Santri yang merangkap sebagai pembantu rumah

tangga di rumah kiyai. Pada umumnya mereka lebih

banyak mengabdi pada keluarga kiyai karena

dipercaya mendapat barokah.

Kongres : Mukatamar, Rapat, Pertemuan, Perundingan.

Kothekan : Seni lagu dengan diiringi irama musik yang berasal

dari pukulan kayu, kentongan, bangku, atau ala-alat

lain yang dipandang bisa mengeluarkan bunyi ketika

dipukul.

Hadrah : Seni melatunkan baca shalawat yang dilagukan

dengan irama musik rebana.

Jamu Toga : Jamu yang diminumkan pada anak-anak kecil di

pedesaan. Biasanya terbuat dari kunci, kencur, sinom,

temulawak, temuireng yang dihaluskan kemudian

Page 15: KIPRAH PERJUANGAN SOLICHAH A. WAHID HASYIM 1950 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8204/1/NUUR... · abad ke XVIII dan XIX di Nusantara. Dalam hukum kelautan dipakai

dibungkus dengan kain. Lalu dimasukkan kedalam

mulut anak kecil sambil diperas agar tetesan sarinya

tertelan oleh si anak. Rakyat pedesaan biasanya selalu

melakukan hal tersebut yang sudah dilakukan secara

turun-temurun.

Lungguh : Mendudukkan di tempat terhormat.

Macak : Pandai berpakaian, berdandan dan bersolek sebagai

pendamping suami.

Majruron : Seni melantunkan bacaan shalawat atau lagu-lagu

irama gambus dengan musik rebana.

Makarti : Seorang perempuan harus memiliki kemampuan

dan keterampilan.

Manak : Melahirkan dan membesarkan anak-anak dengan

kasih sayang.

Manakkiban : Selamatan sebagai ungkapan rasa syukur atas suatu

keberhasilan, atau biasa disebut selamatan nazar.

Dengan dilengkapi sajian sega gurih (nasi kuning),

engkung (ayam utuh dibumbu kare) yang ditempatkan

dalam maron (kuali tanah).

NGO UN Coorperation Forum : Didirikan pada 1988. PDF menggabungkan

berbagai LSM berinteraksi dengan Pemerintah, dunia

usaha dan badan-badan Internasional dalam suatu

Page 16: KIPRAH PERJUANGAN SOLICHAH A. WAHID HASYIM 1950 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8204/1/NUUR... · abad ke XVIII dan XIX di Nusantara. Dalam hukum kelautan dipakai

forum untuk mengembangkan peran serta berbagai

aktor dalam pembangunan. Kemudian berganti nama

menjadi PDF.

Ning : Panggilan untuk anak perempuan yang berasal dari

keturunan bangsawan atau kiayi di daerah Jawa

Timur.

Nonik : Gadis untuk bangsa Eropa pada masa Hindia

Belanda (Indonesia).

NUM/ NOM : Nahdlatul Ulama Muslimat/ Nahdlatul Oelama

Muslimat. Nama yang dipakai Muslimat sebelum

menjadi badan otonom Nahdlatul Ulama

Nyonya Londo : Panggilan untuk keturunan Eropa yang sudah

berumah tangga pada masa Hindia. Belanda

(Indonesia).

Ortodoks : Sebuah pemahaman keagamaan yang didasarkan

pada semangat untuk menjaga warisan klasik semata

tanpa melakukan kritik terhadap “warisan kultural”

itu. Pemahaman yang demikian, dalam Nahdlatul

Ulama, adalah kehidupan ideal seorang muslim yang

elah dipraktikan dari generasi pendahulu, al-Sabiqun

al-Awwalun, Salfiyyun dan para sahabat Nabi

Page 17: KIPRAH PERJUANGAN SOLICHAH A. WAHID HASYIM 1950 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8204/1/NUUR... · abad ke XVIII dan XIX di Nusantara. Dalam hukum kelautan dipakai

Muhammad SAW merupakan praktek keagamaan

yang ideal dan sempurna.

PDF (Participatory Development Forum) : Biasa dikenal dengan Forum

Pengembangan Kewaspadaan merupakan federasi

dari Forum kerjasama LSM. Diresmikan tahun 1991.

Pujian : Syair berirama dalam bahasa Arab atau Jawa yang

didendangkan pada waktu setelah azan dan iqomat.

Samroh : Seni musik perpaduan antara musik gambus dan

hadrah.

Suguh : Melayani dengan baik.

Transfer of learning : Pengalaman yang turun-termurun.

Qonun : Peraturan-peraturan yang dibuat dalam suatu daerah

dengan memegang teguh ajaran al-Quran dan as-

Sunnah.

Wewaler : Aturan baku yang disakralkan. Dalam budaya santri

tradisional di Jawa Timur aturan tersebut sudah

melekat dalam masyarakat, seperti contoh pakaian

tradisional pedesaan merupakan peraturan yang telah

terbingkai dalam sistem budaya.

Page 18: KIPRAH PERJUANGAN SOLICHAH A. WAHID HASYIM 1950 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8204/1/NUUR... · abad ke XVIII dan XIX di Nusantara. Dalam hukum kelautan dipakai

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Islam seperti halnya Barat, menganggap status perempuan adalah sama

dengan laki-laki. Perintah yang berkenaan dengan kehormatan dan penghormatan

yang diberikan kepada satu jenis kelamin juga diberikan kepada jenis kelamin

lainnya. Keduanya merupakan partisipan dan partner yang sejajar. Karenanya

perempuan harus menerima perlakuan yang sejajar dengan laki-laki dalam bidang

pendidikan, kesempatan kerja, dan politik. Walaupun dalam prakteknya,

perempuan belum berhasil sepenuhnya dalam usaha mendapatkan status yang

sama dengan laki-laki.

Bila dilihat dari jumlah penduduk secara keseluruhan, maka jumlah

perempuan Indonesia saat ini telah melebihi separuh (50,3 %) penduduk

Indonesia.1 Dengan jumlah sebesar itu, jika didukung oleh kualitas yang tinggi

maka perempuan Indonesia merupakan potensi produktif dan modal bagi

pembangunan. Tetapi, sangat disayangkan, lingkungan budaya bangsa Indonesia

yang masih memposisikan perempuan lebih rendah dalam hal pekerjaan

dibandingkan laki-laki. Oleh karenanya perempuan harus dapat memanfaatkan

peluang yang ada untuk menunjukkan peran terbaiknya dalam berbagai kegiatan

pembangunan nasional.

1 Triyuni Soemartono, Pemberdayaan Perempuan Masih Retoriksa, artikel diakses pada

Februari 2008 dari http://www.suarakarya-online.com.

Page 19: KIPRAH PERJUANGAN SOLICHAH A. WAHID HASYIM 1950 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8204/1/NUUR... · abad ke XVIII dan XIX di Nusantara. Dalam hukum kelautan dipakai

Al-Quran secara jelas menegaskan prinsip kesetaraan di antara umat

manusia, laki-laki ataupun perempuan. Dan menjelaskan perbedaan yang

meninggikan dan merendahkan seseorang bukanlah dari jenis kelamin melainkan

ketaqwaan umat manusia kepada Allah. Sebagaimana dalam al-Quran Surat al-

Hujurat ayat 13 yang artinya sebagai berikut:2

Hai manusia sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang

laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-

bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal.

Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah ialah

orang yang paling bertaqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha

Mengetahui lagi Maha Mengenal. (Q. S. al-Hujurat: 13).

Organisasi masyarakat berbasis keagamaan, Nahdlatul Ulama menyambut

baik mengenai pembelaan perempuan dengan kesetaraan antar umat manusia.

Dalam Munas-nya Nahdlatul Ulama (Musyawarah Nasional) yang digelar di Nusa

Tenggara Timur pada November 1997, mengenai peran perempuan, memutuskan

bahwa a. untuk pertama kalinya isu-isu perempuan diangkat dan dipertimbangkan

secara serius, b. perempuan dinilai positif keluar dari lingkup domestik. Diakui

bahwa kebudayaan patrilineal yang selama ini dianut oleh kebanyakan masyarakat

Indonesia telah mengalami distorsi sehingga menimbulkan anggapan yang

merendahkan perempuan, hal ini perlu untuk ditinjau ulang. Keputusan ini

menjelaskan bahwa perbedaan fungsi antara laki-laki dan perempuan merupakan

kodrat dimana, “peran domestik perempuan merupakan ‘kesejatian’, akan tetapi

2 Trisno S. Susanto, “ Tulang Rusuk Adam: Membaca Kembali Kitab Suci dengan Optik

Perempuan, Taswirul Afkar: Jurnal Refleksi dan Pemikiran Keagamaan dan Kebudayaan, No. 5, (Tahun 1999), h. 12.

Page 20: KIPRAH PERJUANGAN SOLICHAH A. WAHID HASYIM 1950 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8204/1/NUUR... · abad ke XVIII dan XIX di Nusantara. Dalam hukum kelautan dipakai

peran publik perempuan, dimana ia sebagai anggota masyarakat harus

melakukan peranannya lebih tegas. Dengan kata lain, kedudukan perempuan

dalam negara dan bangsa telah terbuka lebar, tanpa melupakan fungsi kodrati

perempuan.”3 Oleh karenanya peran perempuan sangat dibutuhkan bukan untuk

dibandingkan, baik hanya dalam lingkup Nahdlatul Ulama dan juga dalam

pembangunan. Perempuan dan laki-laki memiliki fungsi yang sama, saling

menciptakan dan memajukan peradaban.

Di awal abad ke XX, adalah merupakan moment yang cukup penting dan

menentukan sejarah bangsa ini. Karena dalam kurun waktu tersebut merupakan

titik balik kebangkitan bangsa Indonesia. Bangsa ini, mengalami kesadaran baru

yakni ingin bebas dari cengkraman penjajah. Mulai dari yang bersifat tradisional

sampai pada kharisma mulai bangun bahu-membahu untuk perjuangan Indonesia

dengan cara yang terorganisir. Kelahiran gerakan feminis di Indonesia, beriringan

dengan perjuang kemerdekaan, yang telah menyatu dalam kebangkitan nasional.

Emansipasi individual adalah perkembangan yang paling khas dari evolusi

modern masyarakat Indonesia, sudah seharusnyalah kondisi perempuan Indonesia

diperbaharui secara lebih menyeluruh.4

Dinamika politik kebangsaan sangat diwarnai dengan keterlibatan kaum

perempuan. Hal ini tidak hanya terlihat di dalam sekolah-sekolah yang bersifat

agama tetapi juga pada kegiatan perempuan yang bersifat radikal, seperti

Perhimpunan Muslimin Indonesia (Permi). Pada masa pendudukan Jepang di

3 Robin L. Bush, “Wacana Perempuan di Lingkungan Nahdlatul Ulama”, Taswirul Afkar:

Jurnal Refleksi dan Pemikiran Keagamaan dan Kebudayaan, No. 5, (Tahun 1999), h. 28. 4 Cora Vreede-De Stuers, Sejarah Perempuan Indonesia: Gerakan dan Pencapaian,

(Depok: Komunitas Bambu, 2008), h. 1.

Page 21: KIPRAH PERJUANGAN SOLICHAH A. WAHID HASYIM 1950 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8204/1/NUUR... · abad ke XVIII dan XIX di Nusantara. Dalam hukum kelautan dipakai

Tanah Air, semua organisasi atau kegiatan yang memiliki hubungan dengan Asia

Timur Raya, dibekukan, dilarang, termasuk pula dengan organisasi perempuan.

Adanya pergerakan yang dilakukan perempuan Indonesia merupakan bagian yang

tidak dapat dipisahkan dalam sejarah bangsa ini. Pergerakan ini dilandasi juga

dengan ajaran agama tentang kesederajatan antara sesama manusia. Pergerakan

kemajuan perempuan dimulai melalui pendidikan. Walaupun perkembangan

perempuan sangat lambat, tidak memungkinkan perempuan untuk terus maju dan

ikut dalam pembangunan negara. Banyaknya faham-faham baru yang berkembang

di Eropa juga amat berpengaruh di belahan dunia lainnya, misalnya Indonesia.

Seperti lahirnya Budi Utomo (1908) dan Syarikat Islam (1912), menggugah

kesadaran kaum pria dan elit-elit tradisional lainnya untuk untuk meningkatkan

kemajuan rakyat, terutama kaum perempuan.5 Seiring dengan perkembangan

zaman dan ilmu pengetahuan, muncul kesadaran kaum perempuan untuk

memperoleh kedudukan dan kebebasan yang sama seperti halnya perempuan di

Barat yang mendapatkan kesempatan pendidikan untuk mengembangkan diri.6

Banyaknya organisasi yang bermunculan di kalangan elit terpelajar,

sebagian didasarkan atas identitas-identitas kesukuan, dan suatu tanda yang lebih

mencolok adalah lahirnya gerakan pembaharuan Islam, misalnya Nahdatul Ulama

(NU),7 “kebangkitan para ulama”. Organisasi ini didirikan oleh ulama pesantren

dengan kesamaan sikap, tatacara, dan pemahaman, serta penghayatan Islam

5 Saifullah Ma’sum dan Ali Zawawi, ed., 50 Tahun Muslimat NU Berkhidmat untuk

Agama, Negara dan Bangsa,(Jakarta: PP Muslimat NU, 1996), h. 5-13. 6 A. K. Pringgodigdo, Sejarah Pergerakan Rakyat Indonesia, (Jakarta: Dian Rakyat,

1984), h. 111. 7 M. C. Rickles, Sejarah Indonesia Modern 1200-2004, (Jakarta: Serambi Ilmu Semesta,

2005), cet. Ke-3, h. 369.

Page 22: KIPRAH PERJUANGAN SOLICHAH A. WAHID HASYIM 1950 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8204/1/NUUR... · abad ke XVIII dan XIX di Nusantara. Dalam hukum kelautan dipakai

dengan berpegang teguh pada ajaran Ahlus Sunnah wal Jamaah. Didirikan pada

31 Januari 1926, salah satunya oleh K. H. Hasyim Asy’ari. Organisasi

kemasyarakatan ini didirikan atas basis keagamaan yang tergabung dari para kiayi

di Jawa Timur untuk membela kaum tradisional.8

Adanya Muslimat Nahdlatul Ulama yang semula adalah bagian

perempuan dari organisasi Nahdlatul Ulama dengan nama Nahdlatul Ulama

Muslimat (NUM). Muslimat berdiri atas prakarsa kaum perempuan Nahdlatul

Ulama yang ingin memajukan perempuan dalam berbagai bidang dengan tetap

berprinsip pada ajaran Islam. Misalnya, Solichah Wahid Hasyim memiliki

peranan dalam membangun dan mengembangkan Muslimat NU yang merupakan

bagian dari NU. NU juga berkembang didaerah-daerah lain, sama halnya dengan

Muslimat NU yang memiliki cabang di berbagai daerah. Organisasi ini sangat

mendukung kemajuan pendidikan Islam tradisional, pemeliharaan fakir miskin,

dan usaha-usaha ekonomi.

Bersuamikan pejuang menjadikan Solichah memiliki jiwa pejuang.

Semasa mempertahankan kemerdekaan (1945-1949), ia ikut ambil bagian sebagai

kurir yang bertugas untuk mengirimkan bahan makanan atau pesan-pesan ke garis

depan di Mojokerto, Krian dan Jombang. Solichah pintar menyusup kedalam

pertempuran yang berbahaya. Tak heran sampai pada hari tuanya pun masih

bersemangat dalam melakukan berbagai aktivitas dan untuk mengenang jasanya,

8 Kacung Marijan, Quo Vadis NU: Setelah Kembali Ke Khittah 1926, (Jakarta: Erlangga,

1992), h. 1.

Page 23: KIPRAH PERJUANGAN SOLICHAH A. WAHID HASYIM 1950 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8204/1/NUUR... · abad ke XVIII dan XIX di Nusantara. Dalam hukum kelautan dipakai

pemerintah menganugerahkan tanda penghargaan sebagai veteran pejuang

kemerdekaan.9

Solichah aktif dalam pengajian-pengajian masyarakat, membuka ranting-

ranting Muslimat NU baru, dan terlibat di Fujinkai yang membuatnya terlibat di

banyak kalangan. Beliau juga aktif dalam perpolitikan Indonesia yakni aktif dari

Nahdatul Ulama yang kemudian berfusi dengan Partai Persatuan Pembangunan

juga sebagai anggota DPRD mewakili NU. Menurut Mahmudah Mawardi,10

Solichah adalah wanita yang berfikiran maju, ia juga menjadi salah satu motor

penggerak Muslimat NU serta dicintai para anggotanya. Beliau juga sebagai

penyelamat organisasi pada situasi sulit. Pemikirannya banyak memberikan

kemajuan dan perkembangan dalam Muslimat NU. Beliau juga banyak

mendirikan yayasan sosial bersama teman-temannya. Banyak tindakan-tindakan

beliau yang humanis yang dilakukan untuk memberdayakan masyarakat

Indonesia, khususnya perempuan melalui Muslimat NU dan kedudukannya dalam

anggota DPRGR.11

Solichah juga sebagai seorang ibu. Beliau sering berhadapan dengan

situasi zaman yang tidak nyaman. Beliau mengalami zaman yang berbahaya baik

secara fisik, politis dan ideologi. Situasi zaman yang sudah dirasakannya adalah

represi kolonial yang berkelanjutan. Perannya tak lepas bahkan setelah ditinggal

oleh suami tercinta, beliau tetap berusaha membesarkan anak-anaknya sebagai

9 Saifullah Ma’sum dan Ali Zawawi, ed., 50 Tahun Muslimat NU Berkhidmat untuk

Agama, Negara dan Bangsa, (Jakarta: PP Muslimat NU, 1996), h. 126. 10 Sahabat Solichah semasa di Muslimat. Almarhumah adalah mantan Ketua Umum

Muslimat Pusat periode 1950-1979. Keduanya sering disebut dengan “Dua Serangkai yang Tak Terpisahkan.”

11 Syaifullah Amin, Sosok Hj. Nyai Sholichah Munawwarah, artikel diakses pada 20 Maret 2008 dari http://jalantrabas.blogspot.com.

Page 24: KIPRAH PERJUANGAN SOLICHAH A. WAHID HASYIM 1950 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8204/1/NUUR... · abad ke XVIII dan XIX di Nusantara. Dalam hukum kelautan dipakai

pelindung utama. Kesanggupannya sebagai pemimpin domestik telah menjadi

teladan generasi berikutnya sampai menghantarkannya pada kursi pemerintahan.

Solichah mewariskan semangat humanis, kesederhanaan, dan kehangatan sebagai

dasar pembentukan emosional. Tentunya ini tidak terlepas dari pendidikannya

sedari kecil.12

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Untuk lebih memudahkan dalam penulisan ini, penulis hanya membatasi

dan lebih memfokuskan penulisan pada kiprah perjuangan Solichah A. Wahid

Hasyim dalam membangun dan mengembangkan perempuan melalui ormas

Muslimat NU. Berkaitan dengan hal tersebut, maka masalah-masalah yang harus

dirumuskan dalam sebuah pertanyaan riset (major research question) ialah:

1. Bagaimana kiprah perjuangan Solichah A. Wahid Hasyim dalam

pemberdayaan ormas Muslimat NU?

2. Apa yang dilakukan Solichah A. Wahid Hasyim dalam upaya peningkatan

status dan peran perempuan melalui organisasi?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

Adapun tujuan yang ingin penulis capai adalah sebagai berikut.

1. Untuk mengetahui eksistensi Solichah A. Wahid Hasyim dalam Muslimat

2. Untuk memacu lahirnya penulis-penulis lain untuk menambah khazanah

penulisan sejarah

12 Nurinwa Ki. S. Hendrowinoto, dkk, Ibu Indonesia dalam Kenangan, (Jakarta: Bank

Naskah Gramedia dan Yayasan Biografi Indonesia, 2004), h. 5-9.

Page 25: KIPRAH PERJUANGAN SOLICHAH A. WAHID HASYIM 1950 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8204/1/NUUR... · abad ke XVIII dan XIX di Nusantara. Dalam hukum kelautan dipakai

3. Memberikan informasi yang terkait tentang berbagai aspek peranan

Solichah A. Wahid Hasyim dalam memajukan kaum perempuan

Tentunya manfaat yang dapat penulis berikan dan harapkan dalam

penulisan ini adalah sebagai berikut.

1. Menambah koleksi perpustakaan agar bermanfaat, mengenai sejarah tokoh

Indonesia

2. Sebagai bahan penelitian awal untuk dapat dilakukan penelitian lebih

lanjut bagi yang ingin mengetahui sejarah Solichah lebih mendalam baik

kalangan akademika ataupun umum

D. Metode Penelitian dan Teknik Penulisan

Tujuan studi ini adalah untuk mencapai penulisan mengenai kajian sejarah

pergerakan perempuan Islam Indonesia. Oleh karenanya penulis akan

menggunakan metode deskriptif analitis dengan pendekatan sejarah

feminisme, sehingga dapat menggambarkan dan menganalisa kiprah Solichah

A. Wahid Hasyim dalam ruang publik, yakni kiprahnya dalam perkembangan

Muslimat NU. Maka hal inilah yang dapat penulis lakukan untuk mencari dan

meneliti data-data yang akan dijadikan sumber, baik primer atau sekunder.

Dalam mengkaji permasalahan di atas penulis akan mengambil langkah

dalam menggali data yaitu sebagai berikut.

1. Sumber Primer, yang dapat penulis lakukan dengan mengadakan

kunjungan dan penelitian. Dalam hal ini, yang berupa informasi lisan yaitu

dari tokoh yang terkait. Metode sejarah ini dipergunakan sebagai metode

Page 26: KIPRAH PERJUANGAN SOLICHAH A. WAHID HASYIM 1950 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8204/1/NUUR... · abad ke XVIII dan XIX di Nusantara. Dalam hukum kelautan dipakai

pelengkap terhadap bahan documenter.13 Misalnya Ibu Asmah Syahroni

selaku teman seperjuangan semasa di mengembangkan Muslimat Pusat

dan mantan Ketua Umum periode 1984-1995. Selain itu Aisyah Hamid

Baidlowi yang merupakan putri kedua dari Solichah, aktif dalam Muslimat

dan mantan Ketua Umum Muslimat Pusat periode 1995-2004.

2. Sumber Sekunder, berupa bahan pustaka yang diperlukan, yakni berisi

informasi yang bersangkutan dengan sumber primer yakni dengan

menggali data-data dalam bentuk tertulis yakni informasi dari berbagai

perpustakaan. Seperti perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah,

Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora, Perpustakaan PBNU,

Perpustakaan Wahid Institute, Perpustakaan DPR RI, Data-data dari

Muslimat NU Pusat dan sebagainya.

Dari data yang telah terkumpul dari berbagai sumber, kemudian

ditelaah kembali dan diklasifikasikan serta disusun sesuai jenisnya.

Selanjutnya, di dalam metodologi sejarah bahwa sumber-sumber yang

telah didapat tersebut akan diverifikasi keabsahannya melalui kritik intern

dan kritik ekstern.14 Langkah berikutnya adalah menginterpretasikan data-

data yang sudah dianalisa sehingga menjadi suatu karya yang utuh,

sistematis dan kronologis berdasarkan tema dari objek penelitian.

Dalam teknik penulisan ini, penulis berpedoman pada buku

Pedoman Penulisan Karya Ilmiah: Skripsi, Tesis, dan Disertasi yang

diterbitkan oleh UIN Jakarta Tahun 2007, sehingga dalam penyajianya

13 Kuntowijoyo, Metodologi Sejarah, (Yogyakarta: PT. Tiara Wacana, 1994), h. 23. 14 Dudung Abdurrahman, Metode Penelitian Sejarah, (Pamulang: Logos Wacana Ilmu,

1999), cet. Ke. 1, h. 58.

Page 27: KIPRAH PERJUANGAN SOLICHAH A. WAHID HASYIM 1950 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8204/1/NUUR... · abad ke XVIII dan XIX di Nusantara. Dalam hukum kelautan dipakai

akan mendapatkan suatu karya tulis yang bernilai ilmiah baik dari segi isi

maupun cara penulisannya.

E. Survey Pustaka

Sejauh yang penulis ketahui, kajian yang dilakukan mengenai

Solichah A. Wahid Hasyim secara umum dalam buku 50 Tahun Muslimat

Nahdatul Ulama Berkhidmat untuk Agama Negara dan Bangsa.15 Di sini

dijelaskan sedikit, mengenai biografi Sholichah A. Wahid Hasyim,

keluarganya sampai pada kiprah beliau dalam organisasi Nahdlatul Ulama

hingga sampai di panggung perpolitikan. Beliau lebih dikenal dengan

‘Penyelamat Organisasi pada Situasi Sulit.’ Tetapi dalam buku ini tidak

digambarkan mengenai biografi Solichah secara jelas.

Dalam buku lain, “Wanita, Martabat, dan Pembangunan,” oleh

Kardinas Soepardjo Roestam yang diterbitkan oleh Forum Pengembangan

Kewaspadaan (Participatory Development Forum) tahun 1993. Dijelaskan

tentang perempuan secara menyeluruh mengenai peranan perempuan

untuk mensejahterakan lingkungan dan pembangunan masyarakat

terutama dalam pemberdayaan perempuan melalui berbagai kegiatan.

Seperti halnya Solichah, dalam buku ini ditekankan bahwa kesejahteraan

perempuan harus dimulai dan dilakukan oleh kaum perempuan itu sendiri,

baik dengan gerakan perorangan maupun terorganisir. Buku ini merupakan

15 Saifullah Ma’sum dan Ali Zawawi, ed., 50 Tahun Muslimat NU Berkhidmat untuk

Agama, Negara dan Bangsa,(Jakarta: PP Muslimat NU, 1996),h. 123-129.

Page 28: KIPRAH PERJUANGAN SOLICHAH A. WAHID HASYIM 1950 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8204/1/NUUR... · abad ke XVIII dan XIX di Nusantara. Dalam hukum kelautan dipakai

landasan teori untuk melakukan penulisan yang terkait dengan pendekatan

sejarah feminisme.

Diketahui dalam tulisan lainnya dalam buku “Ibu Indonesia dalam

Kenangan”,16 yang diterbitkan oleh Bank naskah Gramedia dan Yayasan

Biografi Indonesia tahun 2004. Dijelaskan tentang sisi kehidupan Solichah

Wahid Hasyim dimasa kanak-kanak yang lebih dikenal dengan ‘Neng

Waroh’ sampai beliau dinikahkan oleh Wahid Hasyim yang tak lain adalah

putra salah satu dari pendiri Nahdlatul Ulama. Sampai kemudian menjadi

’Ibu bagi Banyak Orang’.

Cora Vreede-De Stuers, menulis dalam buku, “Sejarah Perempuan

Indonesia: Gerakan dan Pencapaian.” Menjelaskan mengenai peran

perempuan Indonesia yang banyak dipengaruhi oleh suasana pergerakan

nasional bangsa ini yang ditinjau dari beberapa aspek, a. mengenai

identitas perempuan Indonesia dilihat dari sosio-kultur melawan

perkawinan dan pembodohan, b. merekonstruksi kesadaran personal,

kesadaran organisasi hingga menciptakan suatu gerakan perempuan

nasional dalam ‘Perikatan Perempuan Indonesia’. Pustaka ini dijadikan

acuan bagi penulis sebagai dasar dan konsep dalam penulisan skripsi ini

karena keterkaitan antara variabel-variabel yang diteliti.

16 Nurinwa Ki. S. Hendrowinoto, dkk, Ibu Indonesia dalam Kenangan, (Jakarta: Bank

Naskah Gramedia dan Yayasan Biografi Indonesia, 2004), h. 59-237

Page 29: KIPRAH PERJUANGAN SOLICHAH A. WAHID HASYIM 1950 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8204/1/NUUR... · abad ke XVIII dan XIX di Nusantara. Dalam hukum kelautan dipakai

F. Sistematika Penulisan

Bab I, Pendahuluan yang berisi: Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan

Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penulisan, Metode Penelitian

dan Teknik Penulisan, Survey Pustaka dan Sistematika Penulisan.

Bab II, Sejarah Perempuan Indonesia yang berisi: Perempuan dan Isu Gender,

Sejarah Pergerakan Perempuan, Pergerakan Perempuan Islam dan

Kedudukan Perempuan dalam Agama, Sosial dan Politik.

Bab III, Sosok Solichah A. Wahid Hasyim yang berisi: Riwayat Hidup dan

Aktifitas.

Bab IV, Solichah A. Wahid Hasyim dalam Memberdayakan Muslimat Nahdatul

Ulama berisi: Solichah sebagai Motor Penggerak dan Pembangun

Muslimat NU, Pejuang Peningkatan Status, Hak dan Peran Perempuan,

Solichah Membangun Image Organisasi Perempuan di Mata Umum, dan

Muslimat NU dengan Organisasi lainnya.

Bab V, Penutup yakni berisikan: Kesimpulan dan Saran-saran.

Page 30: KIPRAH PERJUANGAN SOLICHAH A. WAHID HASYIM 1950 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8204/1/NUUR... · abad ke XVIII dan XIX di Nusantara. Dalam hukum kelautan dipakai

BAB II

SEJARAH PEREMPUAN INDONESIA

E. Perempuan dan Isu Gender

Kata seks berasal dari sex, bahasa Inggris, berarti jenis kelamin.

Pemahaman ini kemudian diperjelas dengan ciri-ciri yang membedakan antara

jenis kelamin laki-laki dan perempuan yang bersifat biologis. Sedangkan gender

adalah kelompok kata yang mempunyai sifat maskulin, feminis, atau tanpa

keduanya, netral.17

Perjalanan sejarah perspektif perempuan, memperlihatkan fakta bahwa

perempuan masih hidup dalam dominasi kekuasaan maskulin di sekitar

kehidupannya, baik secara keluarga dan bermasyarakat. Tetapi hal itu tidak

membuat perempuan hanya menjadi sosok sekunder yang hanya menerima

keadaan apa adanya. Baik secara individual atau kekuatan kolektif, seorang

perempuan harus mampu menyerap nilai-nilai dari dunia maskulin secara lebih

baik. Sehingga mampu mendeklarasikan dirinya menjadi rekan sejajar di hadapan

suami maupun laki-laki.18 Isu yang berkembang jika perempuan selalu

ditempatkan pada sektor domestik, perempuan akan lebih dominan tumbuh dalam

aspek emosional ketimbang rasional. Namun jika perempuan berkiprah di sektor

publik dan mendapatkan hak yang sama dengan laki-laki maka perempuan akan

dapat mengembangkan diri. Dari sinilah perempuan akan dapat memanfaatkan

17 Fadilah Suralaga, dkk, Pengantar Kajian Gender, (Jakarta: Pusat Studi Wanita UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta dan McGill-ICIHEP, 2003), h. 54. 18 Nurinwa Ki. S Hendrowinoto, dkk, Ibu Indonesia dalam Kenangan, (Jakarta: Bank

Naskah Gramedia dan Yayasan Biografi Indonesia, 2004), h. 4.

Page 31: KIPRAH PERJUANGAN SOLICHAH A. WAHID HASYIM 1950 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8204/1/NUUR... · abad ke XVIII dan XIX di Nusantara. Dalam hukum kelautan dipakai

kesempatan yang ada dengan jalan atau akses-akses yang telah tersedia untuk

dapat mengembangkan diri lebih maksimal dalam memanfaatkan akses-akses

pembangunan.

Perbedaan antar jenis kelamin yang diungkapkan secara ilmiah oleh

Charles Darwin dalam bukunya The Desent of Man. Uraian Darwin mengenai

perbedaan cukup membuat kontroversial. Ia menyatakan bahwa, “laki-laki dan

perempuan berbeda dalam ukuran, kekuatan tubuh, dan yang lainnya juga dalam

hal pemikiran.” Setelah diteliti lebih lanjut oleh seorang ilmuwan perempuan, M.

A. Hardaker, yang menulis majalah Popular Science Monthly (1822) menjelaskan,

bahwa perempuan mempunyai kemampuan berfikir dan kreatifitas yang lebih

rendah dibanding laki-laki akan tetapi perempuan mempunyai kemampuan intuisi

dan persepsi yang lebih unggul dari laki-laki. Perkembangan selanjutnya, banyak

yang mennyangkal teori Darwin mengenai perbedan kemampuan intelejensia laki-

laki dan perempuan. Secara mendasar biologis perempuan memang berbeda

dengan laki-laki tetapi perbedaan tersebut tidak membuat perempuan memiliki

intelejensia dibawah laki-laki. Kemampuan intelejensia manusia diukur secara

keseluruhan kehidupan, dimana perempuan mampu memasuki dunia pendidikan

yang tadinya dipercaya hanya laki-laki yang mampu. Hal ini mempengaruhi

kebijakan diseluruh negara-negara di dunia, perempuan diberikan hak yang sama

untuk pendidikan dalam Undang-Undang Negara. Bahkan di beberapa negara

maju, perempuan lebih tinggi pendidikannya dibanding laki-laki. Penemuan

terakhir membuktikan bahwa perempuan lebih menggunakan kedua belah otaknya

dalam berfikir sedang laki-laki terkonsentrasi pada otak bagian kiri. Oleh

Page 32: KIPRAH PERJUANGAN SOLICHAH A. WAHID HASYIM 1950 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8204/1/NUUR... · abad ke XVIII dan XIX di Nusantara. Dalam hukum kelautan dipakai

karenanya cara berfikir perempuan lebih naratif dan kontekstual, laki-laki lebih

formal, linear dan abstrak.19

Kultur masyarakat Indonesia yang menempatkan perempuan dalam rumah

tangga, menyebabkan perempuan adalah gambaran orang yang bodoh, buta huruf,

dan sebagainya. Terlebih lagi tidak diberikannya kesempatan untuk mendapatkan

pendidikan karena tanggung jawabnya sebagai istri. Jika dilihat dari faktor

ekonomi perempuan tidak bisa berkembang karena bergantung pada laki-laki.

Kaum perempuan tak memiliki power, atau kontrol terhadap apapun, sehingga

dalam pengambilan keputusan akan cenderung bergantung pada laki-laki. Wacana

yang berkembang bahwa pihak perempuan merasa di diskriminasikan

kedudukannya oleh laki-laki. Perkembangan selanjutnya, banyak perempuan

berusaha untuk menjadi lebih mandiri untuk mendapatkan kedudukan dan partner

yang sejajar dengan laki-laki baik dalam lingkup domestik maupun publik.

Karena mereka memahami tanggung jawabnya akan mendidik calon generasi

masa depan. Kaum perempuan menyadari bahwa pentingnya pendidikan agar

dapat menjadi ibu dan istri yang baik.

Masa sultanat Aceh, perempuan banyak memegang tampuk kekuasaan

untuk kesejahteraan rakyatnya. Perempuan turut duduk dalam pemerintahan untuk

bersama dengan laki-laki mengatur negara demi tegaknya keadilan dan

kemakmuran rakyat. Pemerintah Aceh mengambil Islam sebagai dasar negara dan

Qonun serta Hadist sebagai sumber hukum, bahwa kedudukan perempuan sejajar

dengan laki-laki dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Salah satunya

19 Ratna Megawangi, Membiarkan Berbeda? Sudut Pandang Baru Tentang Relasi

Gender, (Bandung: Mizan, 1999), cet ke-1, h. 87-95.

Page 33: KIPRAH PERJUANGAN SOLICHAH A. WAHID HASYIM 1950 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8204/1/NUUR... · abad ke XVIII dan XIX di Nusantara. Dalam hukum kelautan dipakai

adalah Ratu Nihrasiyah (1400-1428), dengan peranannya yang sangat menonjol

dalam bidang politik dan militer sejak zaman Kerajaan Samudera Pasai.

Setelah kepergian Sultan Iskandar Muda, tampuk kekuasaan Kerajaan

Aceh berturut-turut beralih pada perempuan. Sri Ratu Safiatuddin Syah (1641-

1675), anak dari Sultan Iskandar Muda dan mantan permaisuri Sultan Iskandar

Muda Sani Alauddin Muahyatsyah. Kemudian digantikan oleh Ratu Safiatuddin

dengan gelar Sri Ratu Nurul Alam Nakiatuddin (1675-1678). Namun hanya

menjabat selama 2 tahun. Kemudian digantikan oleh Sri Ratu Nakiatuddin Inayat

Syah. Seorang yang bijaksana dengan pengetahuan yang luas dalam berbagai

bidang. Setelah mangkat digantikan oleh Ratu Kemalat Syah (1678-1688).

Berturut-turut kerajaan Aceh dipimpin oleh seorang perempuan, hal ini

membuktikan perempuan mampu berdiri sebagai pemimpin seperti yang

dilakukan oleh laki-laki yang berani menghadapi berbagai masalah seperti

perjuangan melawan Belanda, Inggris, Portugis, dan lainnya. Masih banyak pula

perempuan Aceh yang turut berjuang untuk kepentingan bersama seperti Cut

Nyak Dien, Cut Mutia, Teuku Fakinah, dan Pocut Baren.20

Di panggung sejarah Kerajaan Demak abad ke-16, Ratu Kalimanyat

mempunyai peranan yang menonjol sebagai penguasa Jepara, ketika kerajaan

Demak mengalami masa-masa suram. Dalam Babad Demak Jilid 2 dimuat silsilah

yang menempatkan Ratu Kalimanyat sebagai putri sulung Sultan Trenggana.

Daerah Kalimanyat yang luas meliputi empat kota pelabuhan di pantai Utara Jawa

Tengah. Oleh karena itu, selain dikenal sebagai penguasa yang kaya raya, yakni

20 Ismail Suny, Bunga Rampai Tentang Aceh, (Jakarta: Bharata Karya Aksara, 1980), h.

291-295.

Page 34: KIPRAH PERJUANGAN SOLICHAH A. WAHID HASYIM 1950 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8204/1/NUUR... · abad ke XVIII dan XIX di Nusantara. Dalam hukum kelautan dipakai

dengan diberlakukanya sistem comenda dalam pelayaran dan perdagangan. Ratu

Kalimanyat juga seorang penguasa politik dan pedagang.

Di bawah pemerintahan Ratu Kalimanyat, Jepara lebih diarahkan kepada

sektor perdagangan dan angkatan laut. Keduanya berkembang dengan baik,

melalui dukungan dan kerjasama dengan beberapa daerah kerajaan maritim

lainnya, seperti: Johor, Maluku, Banten, dan Cirebon. Walaupun telah mengalami

kekalahan dalam pertempuran melawan Portugis, Ratu Kalimanyat tetap berkuasa

dan terus melakukan perlawanan kepada Portugis di Malaka. Orang Portugis

mengakui akan kebesaran Ratu Kalimanyat, dalam bukunya De Couto

menyebutnya sebagai Rainha de Japara, Sembora Pedoresa e rica (Ratu Jepara:

seorang wanita yang kaya dan berkuasa).21

Dalam abad ke-19, selama tahun-tahun menjelang Perang Jawa (1825-

1830) terdapat bukti tentang peranan perempuan dalam perdagangan, militer

politik dan kehidupan sosial di kalangan Istana di Jawa Tengah oleh Nyi Ageng

Serang. Terdapat pula di daerah Timur Indonesia, banyak pula perempuan-

perempuan yang berjuang untuk kepentingan bangsanya. Misalnya, Christina

Tiahahu yang berjuang melawan Belanda di Maluku (1817-1819), perempuan

berperan dalam bidang kesejahteraan masyarakat.22

Di samping suami, perempuan bergerak dengan semangat kepahlawanan

dan kesatriaan untuk melawan imperealisme, kolonialisme, dan kapitalisme yang

hendak menghancurkan Tanah Air. Perempuan berani tampil ke depan medan

21 Chusnul Hayati, dkk, Peranan Ratu Kalimanyat di Jepara pada Abad XVI, (Jakarta:

CV. Putra Prima, 2000), h. 55-67. 22 Restu Gunawan, Seminar Kebangkitan Pergerakan Nasional: 25- 27 Mei 1988,

(Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1988), h. 209-212.

Page 35: KIPRAH PERJUANGAN SOLICHAH A. WAHID HASYIM 1950 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8204/1/NUUR... · abad ke XVIII dan XIX di Nusantara. Dalam hukum kelautan dipakai

perang untuk pemerintahan, pendidikan, dan agama. Hal tersebut membuktikan

bahwa perempuan pun dapat menjadi pemimpin, baik bagi dirinya maupun bagi

kalangan masyarakat.

F. Sejarah Pergerakan Perempuan

Dalam teori umum sosiologi, organisasi dalam suatu perkumpulan

seringkali dimasukkan dalam pengertian kelompok formal pada umumnya, yaitu

suatu kelompok manusia yang sengaja dibentuk karena adanya kepentingan

bersama. Mengapa ada organisasi yang anggota-anggotanya hanya terdiri dari

kaum Hawa saja? Jika dikaitkan, tentunya hal tersebut akan berhubungan dengan

peranan antara laki-laki dan perempuan (sex role differentiation) yang terdapat

dalam masyarakat. Peranan yang diberikan pada kaum perempuan berbeda-beda

dan ditentukan berdasarkan kebudayaan masing-masing. Maka terdapat

perbedaan-perbedaan antara lapangan pekerjaan laki-laki dan perempuan. Akan

tetapi perbedaan tersebut bukan hanya dalam masalah pekerjaan saja, dalam

perihal status, peranan, hak, dan kewajiban, serta fungsi, ditentukan oleh

kebudayaan masing-masing. Dengan berkembangnya masyarakat, maka akan

timbul gejala diferensiasi antara peranan laki-laki dan perempuan akan menjadi

lebih komplek. Misalnya dengan pekerjaan yang dulunya dikerjakan oleh laki-

laki, sekarang dapat dikerjakan oleh perempuan. Diferensiasi berdasarkan jenis

kelamin ialah suatu yang pokok jika dibandingkan dengan diferensiasi

berdasarkan bangsa, golongan dan sebagainya. Adanya perbedaan tersebut tetap

akan ada perbedaan mendasar yakni faktor biologis.

Page 36: KIPRAH PERJUANGAN SOLICHAH A. WAHID HASYIM 1950 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8204/1/NUUR... · abad ke XVIII dan XIX di Nusantara. Dalam hukum kelautan dipakai

Lahirnya paham-paham baru dalam dunia seperti sosialime, nasionalisme,

demokrasi juga emansipasi di negara-negara Eropa berpegaruh pada negara-

negara lain, misalnya Asia. Hal ini memicu lahirnya keinginan kaum perempuan

khususnya di Indonesia untuk sama dengan perempuan Eropa dan melahirkan

perubahan-perubahan besar dalam sejarah. Karena sejarah bukan hanya milik laki-

laki semata.

Gerakan sosial yang dimotori oleh kaum perempuan dirumuskan sebagai

suatu kolektivitas yang berlangsung dalam waktu yang panjang dan mempunyai

tujuan untuk mengadakan perubahan atau menentang terjadinya suatu perubahan

dalam masyarakat. Pendirian suatu gerakan dari suatu kelompok tertentu

mempunyai kegiatan untuk kepentingan dan kesejahteraan bersama.23

Masyarakat Islam Indonesia mulai menyadari bahwa mereka tidak akan

sanggup berkompetisi dengan kekuatan-keuatan kolonial, penetrasi Kristen dan

perjuangan-perjuangan untuk maju di Asia apabila mereka terus menggunakan

cara-cara yang masih bersifat tradisional dalam menegakkan Islam. Mereka mulai

menyadari perlu adanya perubahan-perubahan, baik dalam bidang pendidikan,

sosial, ataupun gerakan. Mereka mulai memerlukan perubahan-perubahan, baik

dimulai dengan menggali mutiara-mutiara Islam dari masa lalu atau dengan

meningkatkan ilmu pengetahuan atau dengan mempergunakan metode-metode

baru yang telah dibawa ke Indonesia oleh pihak kolinial untuk bangkit dari

keterpurukan dan penjajahan.24 Kesadaran baru yang muncul sebagai

23 Sukanti Suryonchondro, Potret Pergerakan Wanita Indonesia, (Jakarta: Rajawali Press,

1984), h. 31 24 Deliar Noer, Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942, (Jakarta: LP3ES, 1988),

cet ke- 4, h. 37.

Page 37: KIPRAH PERJUANGAN SOLICHAH A. WAHID HASYIM 1950 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8204/1/NUUR... · abad ke XVIII dan XIX di Nusantara. Dalam hukum kelautan dipakai

reinterpretasi terhadap pengalaman sejarah yang sebelumnya mengalami

kegagalan demi kegagalan, dengan tumbangnya berbagai kekuatan tradisional.

Perjalanan sejarah sebelumnya memberikan pelajaran berharga bagi

perkembangan bangsa ini. Tanpa adanya persatuan dan kesatuan dari semangat

historis pada akhirnya akan mengalami kerugian.

Dalam masa-masa kolonial, perempuan ikut ambil bagian dalam

pergerakan kemerdekaan Republik Indonesia. Mereka bangkit dengan pribadi

yang mandiri dan tampil di depan publik. Gerakan perempuan pada umumnya

dirumuskan oleh kaum laki-laki seperti dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Pada real-nya gerakan mereka bertumpu pada aktualisasi diri sebagai warga

negara yang tersubordinasi, untuk bangkit dari dominasi sosial yang

membelenggu eksistensi dirinya. Kebangkitan gerakan ini dipengaruhi oleh situasi

politik nasional bangsa dibawah jajahan kolonial.

Secara faktual, politik penjajahan mempunyai pengaruh yang nyata

terhadap perempuan Indonesia, terutama pada masalah poligami, pergundikan,

perkawinan dengan anak-anak perempuan. Perempuan Indonesia menanggung

dari hubungan-hubungan sosial yang tidak sederajat. Pada waktu itu juga,

pemerintah kolonial membiarkan saja seksual dan adat yang tak bermoral terus

berlaku, baik di kalangan biasa maupun bangsawan. Dari sinilah kemudian

bermunculan sosok-sosok seperti Kartini sebagai orang pertama yang mengecam

praktek hubungan sosial yang tak sederajat.25

25 Fadilah Suralaga, dkk, Pengantar Kajian Gender, (Jakarta: Pusat Studi Wanita UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta dan McGill-ICIHEP, 2003), h. 16.

Page 38: KIPRAH PERJUANGAN SOLICHAH A. WAHID HASYIM 1950 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8204/1/NUUR... · abad ke XVIII dan XIX di Nusantara. Dalam hukum kelautan dipakai

Melihat perbedaan jalan kebebasan di Eropa adalah tuntutan persamaan

hak dan kedudukan sosial antara kaum pria dan wanita. Sedang di Indonesia

dalam perkembangan perempuan lebih mengedepankan pembebasan kaum

perempuan dari ketergantungannya dengan orang lain, khususnya laki-laki, yakni

dengan emansipasi yang juga berkembang di Indonesia, perempuan Indonesia

mengaharapkan peluang untuk turut dalam pengambilan keputusan sehubungan

dengan peletakan dasar-dasar kenegaraan yang akan menciptakan iklim guna

menguntungkan kaum perempuan mendapatkan kesempatan untuk menentukan

jalan hidupnya sendiri agar dapat tampil sebagai individu yang mandiri. Demikian

pula dengan bekal ilmu dan kecerdasan tinggi, kaum perempuan dapat

mengembangkan diri secara optimal dengan potensi yang ada dalam dirinya,

sehingga akan lebih mampu dalam mengambil keputusan-keputusan yang penting

bagi dirinya agar dapat tampil sebagai individu yang terhormat.26

Jauh sebelum gerakan feminis terorganisir, Dewi Sartika27 telah banyak

berbicara mengenai ketidakadilan pembagian upah buruh antara laki-laki dan

perempuan. Perempuan mendapatkan upah lebih rendah dibandingkan laki-laki

padahal mereka mengerjakan pekerjaan yang sama. Tahun 1912, mengemukankan

dalam esainya tentang perbaikan derajat perempuan:

Seharusnya kaum kuno juga mempertimbangkan pentingnya

pendidikan bagi kaum perempuan, dan saya seringkali menyinggung hal

26 Syamsudin Arif, Menyikapi Feminisme dan Isu Gender, artikel ini diakses pada 25

Februari 2008 dari http: //www.mulyplay.com. 27 Tokoh nasional Indonesia, salah satu pejuang perempuan setelah Kartini. Kelahiran

Sunda pada 1 Desember 1884, wafat 11 September 1947. Seorang janda muda yang mendirikan sekolah perempuan di Bandung tahun 1904, dikenal dengan Keutamaan Istri. Sekolahnya dibantu dengan beberapa gadis dari keluarga terhormat. Setelah menikah tahun 1906, Dewi Sartika mendapat dukungan dari suaminya, Achmad Djajadiningrat.

Page 39: KIPRAH PERJUANGAN SOLICHAH A. WAHID HASYIM 1950 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8204/1/NUUR... · abad ke XVIII dan XIX di Nusantara. Dalam hukum kelautan dipakai

ini... Masalahnya karena kurangnya pengajaran di sekolah-sekolah

kita…Maka sangat penting memberikan pelatihan kepada bidan,

perempuan yang bekerja di kantor, juru ketik, pembantu rumah tangga,

pekerja perkebunan, dan lain-lain, singkatnya semua pekerjaan yang

sebenarnya diperuntukkan untuk perempuan sekarang telah dikerjakan

oleh laki-laki. Kita tidak boleh lupa bahwa di luar sana masih banyak

perempuan yang harus mengisi ‘bakul nasi’ mereka dengan bekerja di

pabrik atau perkebunan, padahal mereka belum diberikan pelatihan yang

memadai.28

Awalnya gerakan tersebut dilakukan secara perorangan tapi lama

kelamaan berkembang menjadi suatu gerakan yang terorganisir yang dimulai oleh

kalangan perempuan atas dan menengah. Diantaranya adalah organisasi

perempuan pertama, Putri Mardika yang didirikan di Jakarta pada 1912.29

Organisasi ini memperjuangkan pendidikan perempuan, untuk mendorong

perempuan di depan publik dan mengangkat perempuan ke tingkat yang sama

dengan laki-laki. Organisasi yang berdiri atas prakarsa Boedi Oetomo bertujuan

untuk memberikan bantuan, bimbingan, dan penerangan kepada gadis-gadis

pribumi dalam pelajaran.30 Pada 1913 organisasi ini menerbitkan surat kabar

mingguan dengan semboyan: surat kabat memperhatikan perempuan bumi putra

di Indonesia.31 Hadirnya Muslimat NU adalah bagian dari organisasi perempuan

dari golongan keagamaan, yang memberikan kontribusinya dalam tumbuhnya

pergerakan perempuan Indonesia.

28 Cora Vreede-De Stuers, Sejarah Perempuan Indonesia: Gerakan dan Pencapaian,

(Depok: Komunitas Bambu, 2008), h. 75. 29 Fadilah Suralaga, dkk, Pengantar Kajian Gender, (Jakarta: Pusat Studi Wanita UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta dan McGill-ICIHEP, 2003), h. 20. 30 Sukanti Suryonchondro, Potret Pergerakan Wanita Indonesia, (Jakarta: Rajawali Press,

1984), h. 85. 31 Cora Vreede-De Stuers, loc. cit., h. 84.

Page 40: KIPRAH PERJUANGAN SOLICHAH A. WAHID HASYIM 1950 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8204/1/NUUR... · abad ke XVIII dan XIX di Nusantara. Dalam hukum kelautan dipakai

Gerakan organisasi kebangsaan dengan berbagai corak kegiatannya,

sebenarnya telah terbingkai dalam kesatuan visi dan orientasi yang sama, yaitu

berjuang untuk kemerdekaan. Ada yang melakukannya secara radikal

revolusioner dan tidak sedikit yang melakukan pendekatan kultural dengan

memanfaatkan pendidikan sebagai basis perjuangannya. Pada tanggal 22-25

Desember 1928 diadakan Kongres Perempuan Indonesia untuk pertama kalinya

yang dijiwai oleh Sumpah Pemuda. Berlangsungnya kongres ini merupakan

tonggak sejarah penting dimulainya kesatuan pergerakan perempuan.32 Kongres

ini berhasil membentuk ‘Perserikatan Perkoempoelan Perempuan’, yang menjadi

historis badan federasi yang dinamakan KOWANI (Kongres Wanita Indonesia)

sekarang. Berbagai organisasi perempuan kemudian bergabung. Sebagai federasi,

KOWANI (Kongres Wanita Indonesia) diakui dapat mengakomodir dan

mempersatukan kepentingan anggotanya. Tetapi dalam hal-hal tertentu KOWANI

(Kongres Wanita Indonesia) dianggap lamban dan tidak berkutik dalam

mengambil keputusan.33 Banyak anggotanya menyatakan ke luar dari KOWANI

karena KOWANI karena dianggap KOWANI tidak setia pada bangsa dan

negaranya dan hanya mementingkan kepentingan golongan dengan bergabung

dengan Partai Komunis Indonesia untuk melakukan Gestapu.

Kesadaran baru yang diwujudkan dalam gerakan pendidikan kemudian

berkembang dalam bidang yang lebih luas. Lahirnya generasi baru dengan

seperangkat pengetahuan dan wawasan baru membawa kemajuan bagi pergerakan

32 Restu Gunawan, Seminar Kebangkitan Pergerakan Pergerakan Nasional: 25- 27 Mei

1988, (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1988), h. 215. 33 Saifullah Ma’sum dan Ali Zawawi, ed., 50 Tahun Muslimat NU Berkhidmat untuk

Agama, Negara dan Bangsa, (Jakarta: Pucuk Pimpinan Muslimat Nahdlatul Ulama, 1996), h. 6.

Page 41: KIPRAH PERJUANGAN SOLICHAH A. WAHID HASYIM 1950 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8204/1/NUUR... · abad ke XVIII dan XIX di Nusantara. Dalam hukum kelautan dipakai

perempuan. Pergerakan dan berbagai macam perserikatan bermunculan, termasuk

yang dipimpin oleh kaum perempuan. Akan tetapi pada masa pendudukan Jepang,

organisasi-organisasi ini tidak mengalami perkembangan karena dibatasi oleh

pemerintahan Jepang.

Pada saat itu, politik kolonial Jepang membentuk organisasi perempuan

bernama Fujinkai (sejenis Dharma Wanita), Solichah adalah salah satu

anggotanya. Organisasi ini banyak memberikan keterampilan pada kaum

perempuan juga perempuan pribumi. Setelah kemerdekaan Fujinkai berubah

menjadi Persatuan Wanita Indonesia (PERWANI) pada bulan Desember 1945.34

Dalam kurun waktu 1945-1949 kaum perempuan ikut ambil bagian dalam

membela negara dengan membentuk organisasi-organisasi. Di kalangan Muslimah

pun tumbuh berkembang organisasi-organisasi kelaskaran bernama Laskar

Muslimat yang berpusat di Bukittinggi dan Laskar Sabil Muslimat yang ada di

Padang Panjang.

Di tahun yang sama, 1949 kaum perempuan berkumpul untuk meyatukan

kembali organisasi-organisasi perempuan. Tujuannya adalah memperlihatkan

tekad mereka untuk mendapatkan kemerdekaan nasional sepenuhnya. Konferensi

ini juga merumuskan pernyataan lengkap untuk menetapkan kepentingan-

kepentingan organisasi perempuan Indonesia.

34 Nani Soewondo, Kedudukan Wanita Indonesia dalam Hukum dan Masyarakat, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1984), h. 206.

Page 42: KIPRAH PERJUANGAN SOLICHAH A. WAHID HASYIM 1950 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8204/1/NUUR... · abad ke XVIII dan XIX di Nusantara. Dalam hukum kelautan dipakai

G. Pergerakan Perempuan Islam

Jika ditelusuri, gerakan perempuan dan pembangunan dimulai dari

kepedulian orang tentang bagaimana proses pembangunan bukan saja telah

meninggalkan perempuan tetapi juga banyak hal yang telah merugikan, terutama

pada negara-negara yang sedang berkembang. Pada kenyataannya

memperlihatkan adanya akibat dari penjajahan yang sedang berkepanjangan,

keadaan ini sangat memprihatinkan. Sampai pada pembangunan untuk

memulihkan ekonomi negara banyak tak mengindahkan peran perempuan dalam

sektor pembangunan yang menjadi korban dalam pembangunan. Banyak

perempuan yang kehilangan pekerjaan di sektor pertanian sehingga menjadi

pengangguran yang tak berketerampilan. Kebijakan dan keputusan yang diambil

pemerintah tidak mengindahkan kepentingan perempuan.

Pergerakan perempuan Indonesia merupakan bagian yang tak terpisahkan

dalam pergerakan nasional Indonesia. Pergerakan ini didorong oleh lahirnya

keinginan perempuan Indonesia tentang ajaran kesamaan manusia antara sesama

manusia dan yang membedakan hanyalah amal shaleh di sisi Allah SWT.

Organisasi-organisasi perempuan yang ada, semula dibangun dengan basis

pendidikan. Kesadaran untuk mendapatkan pendidikan di kalangan perempuan

muncul seiring dengan keinginan mereka untuk berkembang dan hampir muncul

di setiap daerah di Indonesia.35 Remaja perempuan mulai banyak yang memasuki

pendidikan umum yang didirikan oleh Belanda maupun yang didirikan kalangan

35 Cora Vreede-De Stuers, Sejarah Perempuan Indonesia: Gerakan dan Pencapaian,

(Depok: Komunitas Bambu, 2008), h. 92.

Page 43: KIPRAH PERJUANGAN SOLICHAH A. WAHID HASYIM 1950 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8204/1/NUUR... · abad ke XVIII dan XIX di Nusantara. Dalam hukum kelautan dipakai

ulama. Banyak sekolah agama awalnya hanya menerima murid laki-laki saja,

sampai akhirnya tak sedikit pula sekolah yang menerima murid perempuan.

Organisasi perempuan selalu hadir belakangan, itupun setelah prakarsa

historis kaum laki-laki. Gerakan-gerakan perempuan hadir sebagai bagian dari

organisasi laki-laki, misalnya Aisyiyah yang didirikan tahun 1917 di Yogyakarta

sebagai bagian dari Muhammadiyah. Tahun 1923, barulah menjadi otonom.

Demikian juga dengan kalangan Nahdlatul Ulama. Organisasi ini dibangun untuk

memurnikan ajaran agama dengan Ahlus Sunnah wa Jamaah (1926), yang juga

membina organisasi perempuan dengan nama Nahdlatul Ulama Muslimat (NUM)

tahun 1946 kemudian menjadi otonom tahun 1952. Sama halnya dengan

Perempuan Syarikat Islam Indonesia tahun 1928 (perempuan PSII), Perempuan

Perti (Perti) lahir 1928, dan Persistri (Persis) lahir tahun 1923.36

Muslimat Nahdlatul Ulama merupakan bagian perempuan dan Nahdlatul

Ulama dengan nama Nahdlatul Ulama Muslimat. Organisasi ini berdiri 12 tahun

sejak berdirinya NU, oleh tokoh-tokoh perempuan Nahdlatul Ulama, seperti:

Chadijah Dahlan, pada Kongres Nahdlatul Ulama ke-16 di Purwokerto, Jawa

Tengah. Mereka tergerak untuk mengikutsertakan perempuan dalam organisasi

guna “meningkatkan derajat kaum perempuan”. Karena pada tahun-tahun pasca

kemerdekaan keadaan perempuan masih memprihatinkan. Setelah NU menjadi

partai politik tahun 1952, kedudukan organisasi ini meningkat menjadi badan

otonomi dari Partai NU, dengan nama Muslimat NU. Dengan status tersebut

36 Saifullah Ma’sum dan Ali Zawawi, ed., loc. Cit., h. 13.

Page 44: KIPRAH PERJUANGAN SOLICHAH A. WAHID HASYIM 1950 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8204/1/NUUR... · abad ke XVIII dan XIX di Nusantara. Dalam hukum kelautan dipakai

Muslimat dapat meningkatkan kinerjanya dalam federasi organisasi perempuan

yang mengabdi pada negara yaitu, KOWANI (Kongres Wanita Indonesia).37

Keinginan perempuan Islam Indonesia untuk ikut maju dalam

pembangunan diwujudkan melalui gerakan pendidikan dan perserikatan yang

tetap berkobar untuk merdeka. Sebab idealitas itu merupakan pemahaman

akumulatif terhadap zaman gelap bangsa Indonesia terutama yang mendera kaum

perempuan. Waktu berganti, abad ke-20 adalah kebangkitan bangsa Timur yang

berpengaruh pada perempuan Islam. Berduyun-duyun anak perempuan masuk

sekolah, mulai dari kalangan atas anak priyayi, pamong praja, orang berpangkat,

diiringi oleh kalangan anak-anak menengah, sampai kemudian anak-anak dari

rakyat jelata. Sekolah bukan hanya untuk anak laki-laki tapi juga untuk anak

perempuan. Surau-surau dan pesantren banyak dibanjiri oleh anak-anak

perempuan yang pada awalnya mereka hanya diajar oleh seorang guru dan

berkelompok kemudian memiliki kelas.

Sekolah-sekolah agama timbul bagai jamur dimusim hujan di Jawa,

Sumatra, dan pulau-pulau lainnya. Gerak kemajuan ini berjalan terus. Sekolah-

sekolah menghasilkan perempuan-perempuan terpelajar, guru-guru dan

pemimpin-pemimpin perempuan. Guru-guru agama perempuan pun tak kalah dari

laki-laki. Beriringan dengan itu lahir pula gerakan-gerakan yang dipimpin oleh

perempuan baik yang kebangsaan maupun yang keagamaan.

Dari berbagai macam organisasi perempuan Islam, Muslimat Nahdlatul

Ulama lebih mengacu pada pemikiran lama dalam acuan ibadahnya, Ahlus

37 Sulastri, Perempuan Indonesia Dulu dan Kini, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,

1996), h. 337.

Page 45: KIPRAH PERJUANGAN SOLICHAH A. WAHID HASYIM 1950 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8204/1/NUUR... · abad ke XVIII dan XIX di Nusantara. Dalam hukum kelautan dipakai

Sunnah wal Jamaah. Dalam bidang hukum-hukum Islam menganut Mazhab

Syafi’I, dalam soal tauhid menganut ajaran Imam Abu Hasan al-Asy’ari dan

Imam Abu Mansyur al-Maturidi, sedangkan dalam bidang tasawuf, lebih

menganut dasar-dasar ajaran Imam Abu Qosim al-Junaidi.38 Organisasi-organisasi

Islam yang berdiri pada zaman perjuangan adalah untuk bahu-membahu dalam

memperjuangkan kemerdekaan. Kegiatan dan program-program yang ada lebih

mengacu pada pendidikan, dakwah, dan kegiatan sosial yang bernafaskan Islam,

atas dasar kebutuhan anggota.39 Salah satu wadah yang paling efektif dalam

melaksanakan agenda kegiatan tersebut, misalnya Muslimat adalah dengan

mengadakan Majelis Taklim al-Islah yang sampai sekarang masih berjalan dengan

baik di Jalan Taman Amir Hamzah, Jakarta Pusat atau yang biasa dikenal dengan

Majelis Taklim Masjid Jamie Matraman.40

H. Kedudukan Perempuan dalam Agama, Sosial, dan Politik

Al-Quran dijelaskan secara implisit, dilarang mencela orang-orang yang

mengeluh karena dikarunai anak-anak perempuan. Alasannya cukup jelas, karena

semua anak baik laki-laki atau perempuan adalah pemberian Allah. Dalam Islam,

perempuan dan laki-laki adalah partner yang sejajar dalam mengendalikan

peradaban ini, keduanya memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing serta

memiliki peran tersendiri.

38 Kacung Marijan, Quo Vadis NU: Setelah Kembali Ke Khittah 1926, (Jakarta: Erlangga,

1992), h. 21-22. 39 Sulastri, op. cit., h. 338 40 Wawancara Pribadi dengan Ny. Hj. Aisyah Hamid Baidlowi, Jakarta, 4 April 2008.

Page 46: KIPRAH PERJUANGAN SOLICHAH A. WAHID HASYIM 1950 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8204/1/NUUR... · abad ke XVIII dan XIX di Nusantara. Dalam hukum kelautan dipakai

Sejauh hukum syariat tidak mengingkari peran perempuan dalam

masyarakat dan medelegasikan mereka dalam posisi yang netral sejauh al-Quran

dan sunnah menyuarakan kesetaraan gender dalam ruang sosial, perempuan

memiliki hak untuk berpartisipasi dalam ruang publik. Setiap perempuan bebas

mengekspresikan pandangannya dan memberikan persetujuan atau kritik terhadap

berbagai kebijakan pemerintah. Termaktub dalam al-Quran at-Taubah ayat 71

yang artinya sebagai berikut.

Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan,

sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang

lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang

munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah

dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya

Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (Q. S. at-Taubah: 71)

Dalam ayat tersebut jelas terlihat bahwa perempuan dan laki-laki memang

sudah seharusnya untuk mengerjakan apa yang sudah diperintahkan bersama-

sama. Sehingga manusia tidak individual untuk melakukan segala sesuatunya

untuk selalu bekerjasama. Karena perempuan adalah penolong bagi laki-laki dan

sebaliknya.

Kedudukan mulia dan peranan terhormat kaum perempuan itu terdapat

dalam al-Quran sebagai perlindungan hukum hak-hak kaum perempuan

disamping kewajiban-kewajiban mereka yang wajib dijunjung tinggi. Kedudukan

perempuan dan laki-laki mempunyai kedudukan yang sama serta kewajiban dan

hak yang sama. Masing-masing mempunyai tugas yang akan

Page 47: KIPRAH PERJUANGAN SOLICHAH A. WAHID HASYIM 1950 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8204/1/NUUR... · abad ke XVIII dan XIX di Nusantara. Dalam hukum kelautan dipakai

dipertanggungjawabkan. Perlindungan hukum kaum perempuan termaktub dalam

al-Quran Surat an-Nahl ayat 16 yang artinya sebagai berikut.

Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun

perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami

berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami

beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang

telah mereka kerjakan. (Q. S. an-Nahl: 16)

Dalam ayat tersebut ditekankan bahwa kedudukan laki-laki dan

perempuan dalam agama mempunyai hak dan kewajiban masing-masing yang

nantinya akan dipertanggungjawabkan masing-masing manusia. Dan ditekankan

pula laki-laki dan perempuan dalam Islam mendapat pahala yang sama sesuai

dengan apa yang dikerjakan dan bahwa amal saleh harus disertai iman.

Kedudukan perempuan dalam negara, pada hakikatnya adalah

pembangunan manusia Indonesia dan pembangunan seluruh masyarakat, agar

tercipta masyarakat yang adil dan makmur serta dapat mengikutsertakan laki-laki

dan perempuan sebagai kemitraan yang sejajar. Keharusan perempuan dalam

pertisipasi pembangunan adalah perlu dan merupakan realisasi dari Undang-

Undang Keormasan No. 8 tahun 1985 yang menyatakan bahwa “Ormas-ormas

yang terbentuk adalah berdasarkan sukarela atas dasar visi dan misi yang sama

untuk mencapai tujuan nasional dalam wadah Negara Kesatuan Republik

Indonesia.”

Dalam GBHN, pembangunan yang menyeluruh adalah mengikutsertakan

laki-laki dan perempuan secara maksimal di segala bidang. Perempuan

mempunyai hak, kewajiban dan kesempatan yang sama dengan laki-laki untuk

Page 48: KIPRAH PERJUANGAN SOLICHAH A. WAHID HASYIM 1950 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8204/1/NUUR... · abad ke XVIII dan XIX di Nusantara. Dalam hukum kelautan dipakai

ikut serta dalam pembangunan. Menurut sensus 1990 jumlah penduduk Indonesia

179 juta orang, dengan jumlah perempuan 90 juta orang (50,1%) dan perempuan

Islam merupakan 87 % (BPS 1992). Jumlah yang demikian besar tentunya

terdapat potensi yang dapat diandalkan dalam pembangunan.41

Dalam sejarah pembangunan nasional Indonesia, selama tiga dasawarsa

ini, pasca kemerdekaan memang sedikit banyak telah memberikan manfaat yang

cukup besar terhadap pemberdayaan perempuan. Negara mengakui secara jelas

mengenai status perempuan dalam masyarakat Indonesia. Akan tetapi hal ini baru

dapat dinikmati oleh sebagian kecil perempuan Indonesia. Dalam gambaran

umum mengenai posisi dan kedudukan perempuan dalam negara, terdapat dalam

UUD 1945 diantaranya:42

Pasal 27 ayat 2:

Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan

yang layak bagi kemanusiaan.

Pasal 28:

Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran

dengan lisan dan tulisan ditetapkan dengan undang-undang.

Pasal 30 ayat 1:

Tiap-tiap warga Negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha

pembelaan Negara.

Bukan hanya agama saja yang memberikan kesempatan kepada

perempuan untuk maju terutama dalam pendidikan, dalam Undang-Undang Dasar

41 Sulastri, op. cit, h. 334. 42 Mahkamah Konstitusi, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945 dan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2003 Tentang Mahkamah Konstitusi, (Jakarta: Sekretariat Jendral Republik Indonesia, 2003).

Page 49: KIPRAH PERJUANGAN SOLICHAH A. WAHID HASYIM 1950 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8204/1/NUUR... · abad ke XVIII dan XIX di Nusantara. Dalam hukum kelautan dipakai

Negara Republik Indonesia pun ditekankan demikian. Karena kaum perempuan

harus dipersiapkan agar dapat membimbing diri sendiri dan calon-calon pemimpin

bangsa.

Perempuan sekarang, mulai mengalami peningkatan dari berbagai segi

dibandingkan dengan peranan perempuan dahulu. Walaupun tidak disangkal pula

masih banyak perempuan yang buta huruf, yang menunjukkan tingkatan sosial

dalam masyarakat masih dalam taraf rendah. Sejak beberapa tahun ini, pemerintah

menjadikan program tersebut sebagai program unggulan pemerintahan dengan

nama ‘keaksaraan fungsional’.43 Walaupun sudah digalakkan namun masih

terdapat kendala-kendala yang serius karena kondisi masyarakat yang masih

miskin. Dalam hal ini pemerintah banyak melibatkan ormas-ormas perempuan

seperti: KOWANI, PKK Pertiwi dan sebagainya sebanyak 80 ormas perempuan

untuk menyukseskan program tersebut. Dengan basic Islam, agama mayoritas

dalam bangsa Indonesia menjadikan Aisyiah dan Muslimat sebagai ormas khusus

dalam penyelenggaraan program tersebut. Karena ini akan lebih mudah terlaksana

dengan pemahaman Islam mayoritas Indonesia adalah Muhammadiyah dan

Nahdlatul Ulama.

43 Wawancara Pribadi dengan Ny. Hj. Aisyah Hamid Baidlowi, Jakarta, 4 April 2008.

Page 50: KIPRAH PERJUANGAN SOLICHAH A. WAHID HASYIM 1950 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8204/1/NUUR... · abad ke XVIII dan XIX di Nusantara. Dalam hukum kelautan dipakai

BAB III

SOSOK SOLICHAH A. WAHID HASYIM

C. Riwayat Hidup

Solichah Wahid Hasyim atau yang biasa disapa dengan Bu Wahid,

dilahirkan pada 11 oktober 1922, di Desa Denanyar. Semula namanya adalah

Munawwarah. Biasa dipanggil dengan Neng Waroh.44 Ibunya, bernama Noer

Khadijah adalah keturunan seorang ulama besar dari pesantren Tambakberas,

Jombang di wilayah pedalaman Jawa Timur. Ayahnya adalah Kyai Bisri Syansuri

yang juga keturunan Kyai dari Pesantren Lasem di pesisir Utara Jawa Tengah.45

Kyai Bisri mendirikan pesantren di Denanyar dengan tanah pemberian dari

mertuanya. Pesantren ini kemudian dikenal dengan sebutan Pondok Pesantren

Denanyar.

Solichah lahir dari sebuah keluarga terhormat, tetapi ia adalah bagian dari

pribumi. Perlakuan pemerintah kolonial yang semena-mena dan diskriminatif di

lingkungan kesehatan atau layanan publik kurang memadai, sehingga mereka

menciptakan petugas medis alternative sendiri dengan spesialisasi persalinan,

yakni dukun bayi. Solichah lahir lancar dan baik dengan dibantu oleh “paramedis

hasil didikan rakyat pribumi pedesaan” tersebut.

Pengasuhan Solichah tidak berbeda dengan anak-anak pada masanya. Ia

meminum ASI (Air Susu Ibu) dan juga makanan tambahan berupa pisang raja

44 Syaifullah Amin, Sosok Hj. Nyai Sholichah Munawwarah, artikel ini diakses pada Maret 2008 dari http://jalantrabas.blogspot.com.

45 Nurinwa Ki. S. Hendrowinoto, dkk, Ibu Indonesia dalam Kenangan, (Jakarta: Bank Naskah Gramedia dan Yayasan Biografi Indonesia, 2004), h. 60.

Page 51: KIPRAH PERJUANGAN SOLICHAH A. WAHID HASYIM 1950 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8204/1/NUUR... · abad ke XVIII dan XIX di Nusantara. Dalam hukum kelautan dipakai

yang dilumat dengan nasi. Sebagai tradisi beliau juga diberikan jamu Toga seperti

anak-anak desa lainnya. Bahkan ketika masuk angin pun beliau diberi godhong

jarak yang telah diolesi minyak tanah di badannya. Karena Solichah anak seorang

ulama desa, tentu saja pengobatan yang diberikan juga dengan supelement berupa

jampi-jampi berupa permohonan doa kepada Allah SWT. Ibunda Gus Dur ini

dilahirkan dalam keluarga pesantren dan putri seorang kyai besar, nuansa yang

berkembang dalam kehidupan pesantren tak jauh seperti tradisi yang berkembang

di keraton. Kyai sepuh disesejajarkan seperti seorang sultan dan anggota keluarga

terdekat terlibat dalam proses jalinan “pembangsawanan” dengan menyandang

gelar Raden atau Rara. Solichah menyandang gelar penghormatan “Ning”. Hal

ini diyakini sebagai sesuatu yang memancarkan keberkahan. Dalam pandangan

mereka, menghormati putra-putri kyai sama dengan menghormati orangtuanya.46

Sebagai anak seorang Kyai, Solichah kecil lebih banyak berinteraksi

dengan warga pesantren dan orangtuanya. Pada umumnya masyarakat

beranggapan bahwa menghormati dan mematuhi Kyai dan keluarganya diyakini

akan memperoleh barokah, sedangkan mengecewakannya dipercaya tidak

mendapat barokah, khususnya bagi para santri yang sedang menuntut ilmu.

Aktifitas dan pergaulannya sehari-hari memberikan pengalaman hidup dalam

nuansa kepemimpinan. Solichah telah banyak belajar makna status sosial dari

dimensi prestige yang melekat dan diwarisi sejak lahir.

Solichah kecil banyak memiliki pengalaman, pertama, dari orangtuanya,

ia belajar mematuhi dan menghormati orangtua sekaligus gurunya. Ia menjadi

46 Nurinwa Ki. S. Hendrowinoto, dkk, ibid., h. 63.

Page 52: KIPRAH PERJUANGAN SOLICHAH A. WAHID HASYIM 1950 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8204/1/NUUR... · abad ke XVIII dan XIX di Nusantara. Dalam hukum kelautan dipakai

anak dan santri yang memiliki hubungan emosional dengan gurunya.

Penghormatan tersebut memberikan pembelajaran tentang posisi sebagai

“bangsawan pesantren” dan sebagai santri. Kedua, terhadap saudara-saudara

kandungnya, ia belajar saling menghargai satu sama lain. Mereka adalah para

“Gus” dan “Ning” yang sejak awal menyadari hak-hak istimewa yang tidak

dimiliki oleh orang lain. Dalam hal ini ia belajar bagaimana seharusnya

memperlakukan gelar yang istimewa itu. Ketiga, terhadap para santri dan kadam,

yang setiap hari bergaul dengannya. Perlakuan tersebut memberikan pengertian

akan makna sosial terhadap hak-hak istimewa yang diwarisinya. Ia belajar

menjaga nama baik gelarnya warisan yang dihargai tinggi oleh masyarakat

lingkungannya.

Pengalaman dalam hidupnya mengajarkannya untuk memposisikan dirinya

pada budaya masyarakat yang telah terbentuk, yakni lebih khusus dunia pesantren

yang didirikan orangtuanya. Menginjak usia remaja, Solichah menghadapi dua

pandangan hidup yang saling bertentangan. Di satu sisi, dunia kolonial yang

hanya mementingkan keduniawian dengan memanfaatkan sumber-sumber

kekayaan material. Sedang di sisi lain, masyarakat pribumi yang tertindas dan

tidak memiliki kemampuan atau kesempatan untuk mencapai kehidupan yang

lebih baik dalam segi kekayaan, martabat, pekerjaan dan kekuasaan politik.

Solichah remaja memiliki interaksi sosial yang luas hingga mencapai luar

pesantren, Solichah mengalami transfer of learning pandangan hidup yang

ditransmisikan oleh generasi pendahulunya. Hampir semua masyarakat dari

generasi tua selalu menekankan pada generasi mudanya terutama kaum

Page 53: KIPRAH PERJUANGAN SOLICHAH A. WAHID HASYIM 1950 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8204/1/NUUR... · abad ke XVIII dan XIX di Nusantara. Dalam hukum kelautan dipakai

perempuan agar dijauhkan dari gaya hidup kaum kolonial kafir. Bukan hanya

dalam tata cara pakaian dan budaya tetapi juga dalam bidang pendidikan. Mereka

tidak diperkenankan memakai pakaian ala Nonik atau Nyonya Londo. Mereka

harus mematuhi wewaler yang telah terbentuk dalam sistem budaya santri.

Lingkungan tempat Solichah tinggal juga memiliki kesenian yang digemari para

priyayi. Alunan musik keroncong dan musik gamelan serta karawitan tidak masuk

dalan kultur pesantren. Mereka lebih akrab dengan hadrah, majruron, samroh,

dan irama musik kothekan. Begitu halnya dengan seni suara tidak jauh berbeda.

Mereka lebih akrab dengan lantunan lagu-lagu dalam dibaan, shalawat, pujian,

menunggu iqomat dan shalawat manakiban. Dalam bidang pendidikan, Solichah

mengalami transmisi nilai-nilai budaya dalam dua sudut pandang berbeda. Tetapi

dengan kondisi sosial lingkungannya, ia lebih banyak disibukkan dengan belajar

ilmu-ilmu agama. Ia berguru pada ayah kandungnya sendiri.

Solichah dinikahkan pada usia empat belas tahun dengan Abdurrohim,

putra Kyai Cholil dari Singosari, Malang. Akan tetapi usia perkawinannya tidak

sampai satu tahun. Hanya beberapa bulan mereka membangun rumah tangga,

Abdurrohim telah dipanggil Yang Maha Kuasa. Dengan kepergian suaminya,

Solichah diboyong kembali ke Denanyar untuk menjalani masa pingitannya yang

kedua selama hampir tiga tahun. Tradisi perkawinan yang bersifat endagomus ini

pun diberlakukan oleh Kyai Bisri ketika mencarikan suami untuk putrinya yang

telah menjanda. Calon suami yang kedua pun berasal dari keluarga pondok

pesantren. Calon suaminya adalah putra dari Hadratus Syekh Hasyim Asy’ari

Page 54: KIPRAH PERJUANGAN SOLICHAH A. WAHID HASYIM 1950 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8204/1/NUUR... · abad ke XVIII dan XIX di Nusantara. Dalam hukum kelautan dipakai

(Pimpinan Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang)47, Wahid Hasyim yang pernah

bertemu sebelumnya. Yang istimewa adalah Wahid Hasyim datang sendiri

melamar Solichah tanpa didampingi oleh orangtuanya. Akan tetapi pernikahannya

ditunda karena akan menjelang Bulan Ramadhan. Ketika usianya dua puluh lima

tahun, namanya diganti menjadi Solichah.

Sejak pernikahannya tahun 1939, ia dan suaminya tinggal di Tebuireng,

dengan sebuah pesantren yang besar dan maju. Berkat bimbingan suaminya,

Solichah mengalami kemajuan di berbagai bidang. Ia menjadi gemar membaca

dan bisa membaca huruf latin. Ia tergolong otodidak dalam belajar menguasai

bidang sosial, politik dan ekonomi. Ia juga menyempatkan diri belajar Bahasa

Belanda dan Inggris.

Sebagai istri seorang tokoh nasional, aktifitas Solichah sangat membantu

para pejuang dengan mendirikan dapur umum di dekat Pabrik Gula Tjoekir,48

Jombang, Jatim. Solichah juga menyelamatkan dokumen-dokumen penting ketika

suaminya dikejar-kejar Belanda, termasuk juga menyamar menjadi pembantu

rumah tangga.49

Di tahun 1944 Solichah beserta keluarga pindah ke Jakarta. Tahun 1953,

suaminya mengalami kecelakaan pada usia Solichah menginjak tiga puluh tahun.

47 Saifullah Ma’sum dan Ali Zawawi, ed., 50 Tahun Muslimat NU Berkhidmat untuk

Agama, Negara dan Bangsa, (Jakarta: Pucuk Pimpinan Muslimat Nahdlatul Ulama, 1996), h. 123. 48 Pabrik Gula Tjoekir yang terletak di Desa Cukir, Kecamatan Diwek, Kabupaten

Jombang. Berseberangan dengan Pondok Pesantren Tebuireng, milik Hadratusyekh Hasyim Asy’ari, mertua Solichah. Sampai saat ini pabrik gula tersebut masih beroperasi.

49 Firdaus, Pembaharu Citra Diri Perempuan Indonesia, Khalifah, Edisi 86, (24 April- 07 Mei 2008), h. 5.

Page 55: KIPRAH PERJUANGAN SOLICHAH A. WAHID HASYIM 1950 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8204/1/NUUR... · abad ke XVIII dan XIX di Nusantara. Dalam hukum kelautan dipakai

Ketika itu ia sedang mengandung anak keenamnya. Sejak itu ia berperan menjadi

single parent50, dengan enam orang anak:

1. Abdurrahman ad-Dachil (1939)

2. Siti Aisyah (1940)

3. Salahuddin al-Ayyubi (1942)

4. Umar al-Faruq (1944)

5. Lilik Khadijah (1948)

6. Muhammad Hasyim (1953)51

Satu tahun kemudian kembali ke Jombang. Pada 1955 kembali ke Jakarta.

Di Jakarta, Solichah tetap memegang teguh ajaran ibundanya. Misalnya bila ada

tamu datang ke rumah, ia selalu gupuh, lungguh, dan suguh. Kebiasaan ini selalu

dilakukannya, tak heran rumahnya tak pernah sepi tamu.52

Hal ini juga disebabkan kediaman Solichah dijadikan Kantor Pucuk

Pimpinan Muslimat NU yang sebelumnya bertempat di Surabaya. Selanjutnya

selama berkedudukan di Jakarta, Kantor Pucuk Pimpinan Muslimat NU

berpindah-pindah dari rumah Solichah Wahid Hasyim, di Jalan Taman Amir

Hamzah No. 8, Jakarta Pusat. Pindah ke Jalan Kebon Sirih Barat Dalam No. 90

pada November 1954. Lalu pindah lagi ke Jalan Menteng Raya No. 24 pada

Agustus 1957. Dari Menteng pindah lagi ke Jalan Kramat Raya No. 164 Jakarta

50 Tahun 1950, setelah penyerahan kedaulatan dari Belanda, Wahid Hasyim diangkat

sebagai Menteri Agama RIS. Oleh karena itu, tak lama kemudian Solichah dan keluarga pindah ke Jakarta. Sepeninggal suaminya, ayahnya, Kyai Bisri meminta agar anak-anaknya dirawat oleh pamannya, Solichah tidak mengizinkan.

51 Ibunda Gus Dur Dimakamkan di Tebuireng, Suara Pembaruan, (Jombang, 31 Juli 1994).

52 Saifullah Ma’sum dan Ali Zawawi, ed., 50 Tahun Muslimat NU Berkhidmat untuk Agama, Negara dan Bangsa, (Jakarta: Pucuk Pimpinan Muslimat Nahdlatul Ulama, 1996), h. 125.

Page 56: KIPRAH PERJUANGAN SOLICHAH A. WAHID HASYIM 1950 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8204/1/NUUR... · abad ke XVIII dan XIX di Nusantara. Dalam hukum kelautan dipakai

Pusat. Terakhir pindah ke Jalan Pengadengan Timur Raya, Pancoran Jakarta

Selatan setelah sebelumnya di Jalan Tebet Timur Dalam No. VII.53

Tanggal 30 September 1965, terjadinya G30SPKI. Dua hari setelah

peristiwa berdarah itu, tanggal 2 Oktober 1965, Muslimat NU menyatakan sikap

politiknya mengutuk para pelaku gerakan tersebut sebagai penghianat bangsa dan

meminta pemerintah menindak tegas pelakunya. Tanggal 5 Oktober 1965,

Muslimat NU turut serta dalam menandatangani pernyataan PBNU tentang

pengutukan G30SPKI dan menuntut pembubaran PKI. Termasuk di dalamnya

adalah Solichah Wahid Hasyim dan Ny. Hj. Asmah Syachruni adalah tokoh

Muslimat NU yang sangat berperan pada masa itu.54

Pimpinan NU banyak yang menghindar ke luar Jakarta untuk berjaga-jaga.

Dalam kondisi tersebut, Solichah mengambil sikap tegas. Rumahnya di Jalan

Taman Amir Hamzah Jakarta Pusat, dibuka lebar-lebar sebagai markas untuk

pertemuan para tokoh NU dan tokoh Nasionalis lainnya. Ketika beberapa tokoh

NU ragu-ragu dalam menentukan tindakan terhadap peristiwa tersebut, Ny.

Solichah Wahid Hasyim ini tampil mendesakkan tekadnya untuk membubarkan

PKI. Atas tindakan beliau kemudian dicatat dalam sejarah, bahwa NU termasuk

ormas yang paling awal dalam mengibarkan tuntutan agar PKI dibubarkan.55

Pucuk Pimpinan Muslimat juga membuat pernyataan agar Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan membubarkan Taman Kanak-kanak Melati sebuah

Taman Kanak-kanak yang dikelola oleh Gerwani dan mengambil alih Taman

53 Ny. Saefuddin Zuhri, dkk, Sejarah Muslimat NahdlatulUlama, (Jakarta: PP. Muslimat

NU Jakarta, 1979), h. 154. 54 Mustofa Helmi dan Syaifullah Ma’sum, ed., Asmah Syachruni: Muslimat Pejuang

Lintas Zaman dari Kalangan NU, (Jakarta: Pustaka Indonesia Satu, 2002), h. 52-54. 55 Saifullah Ma’sum dan Ali Zawawi, ed., loc. Cit., h. 127.

Page 57: KIPRAH PERJUANGAN SOLICHAH A. WAHID HASYIM 1950 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8204/1/NUUR... · abad ke XVIII dan XIX di Nusantara. Dalam hukum kelautan dipakai

Kanak-kanak tersebut tanggal 19 Oktober 1965. Sejak saat itu perburuan,

pemilikan, dan penjarahan harta para anggota yang diduga golongan PKI,

simpatisan, dan keturunannya semakin mendapatkan legitimasi karena negara

mengeluarkan TAP MPRS No. 25 tahun 1966 yang berisi kepentingan untuk

melakukan hal tersebut.56

Solichah meninggal dunia pada hari Jumat, tanggal 29 Juli 1994 sekitar jam

23.00 WIB di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta dalam usia 72 tahun.

Setelah menjalani rawat inap selama 17 hari akibat sakit jantung dan gula.57

Sampai menjelang akhir hayatnya, Solichah tetap aktif dalam kegiatan Muslimat

dan aktivitas lainnya di masyarakat. Beliau tetap segar dan semangat walaupun

harus menggunakan tongkat dan dikawal seorang perawat, beliau tetap

menghadiri rapat-rapat organisasi. Sekitar 20.000 pelayat memadati komplek

pemakaman Tebuireng, Jombang. Tidak hanya warga Nahdliyin dan Muslimat

NU saja, tampak pula para petinggi pemerintahan yang menjadi teman kerja

semasa karir politiknya mengantar ‘ibu umat’ ini ke tempat peristirahatan terakhir

pada keesokan harinya jam 17.20.58

D. Aktifitas

Setelah kepergian suaminya, Solichah bertekad akan membesarkan anak-

anaknya di Jakarta. Untuk menyambung hidup, ia banyak menjual barang-barang

56 Ala’i Najib, “Rekonsiliasi Perempuan Islam dan Komunis”, Taswirul Afkar: Jurnal

Refleksi dan Pemikiran Keagamaan dan Kebudayaan, No. 15, (Tahun 2003), h. 48. 57 Firdaus, “Pembaharu Citra Diri Perempuan Indonesia”, Khalifah, Edisi 86, (24 April-

07 Mei 2008), h. 5. 58 Nurinwa Ki. S. Hendrowinoto, dkk,, Ibu Indonesia dalam Kenangan, (Jakarta: Bank

Naskah Gramedia dan Yayasan Biografi Indonesia, 2004), h. 77.

Page 58: KIPRAH PERJUANGAN SOLICHAH A. WAHID HASYIM 1950 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8204/1/NUUR... · abad ke XVIII dan XIX di Nusantara. Dalam hukum kelautan dipakai

miliknya sebelum memperoleh penghasilan. Kemudian Solichah mencoba

berjualan dengan memasok kebutuhan beras untuk pegawai Kementrian Agama.

Selain itu juga menjual barang-barang material di Pelabuhan Tanjung Priok, yang

pada waktu itu pelabuhan sedang dibangun. Sebagai single parent, beliau juga

sangat disiplin dalam mendidik putra-putrinya. Bahkan tidak segan untuk

memukul anak-anaknya dengan sisir atau penggaris, jika mereka mengabaikan

shalat dan membaca al-Quran.

Kedudukan Solichah dalam silsilah Nahdlatul Ulama, menantu Rais ‘Am

Hadratusyekh Hasyim Asy’ari dan anak dari KH. Bisri Sansuri, merupakan

kedudukan yang cukup menguntungkan untuk dapat mengembangkan

Muslimat.59 Di samping itu beliau juga memiliki talenta yang besar dalam

kepemimpinan walaupun beliau hidup dan besar dalam keluarga Islam yang

‘ortodoks’60 namun pemikirannya bersifat modern yang membangun peran

perempuan. Di lingkungan elit wanita, Solichah sangat berperan karena cara dan

tindakannya dalam berargumentasi untuk mengembangkan diri dan organisasi.

Solichah selalu dipercaya sebagai pimpinan diluar Muslimat dan dipercaya

sebagai figur utama. Kemampuannya dalam beradaptasi membuatnya tidak

menjadi orang yang ‘fanatik’, malah beliau lebih ‘merakyat.’61

Solichah berusaha keras memperluas pergaulannya di bidang sosial dan

politik. Dalam organisasi Muslimat NU, keterlibatannya sebagai pengurus sudah

dijalaninya sebelum Kongres XIX NU di Palembang, tahun 1952, ketika itu

59 Muhammad Dahlan dkk, ed., Sholichah A. Wahid Hasyim, Muslimah di Garis Depan,

(Jakarta: Yayasan K. H. A. Wahid Hasyim, 2001), h. 44. 60 Sumanto al-Qurtuby, “NU Gila, Gila NU”, Taswirul Afkar: Jurnal Refleksi Pemikiran

Keagamaan dan Kebudayaan, Edisi 17, (Jakarta: 2004), h. 54. 61 Wawancara Pribadi dengan Ny. Asmah Syachroni, Jakarta, 15 April 2008.

Page 59: KIPRAH PERJUANGAN SOLICHAH A. WAHID HASYIM 1950 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8204/1/NUUR... · abad ke XVIII dan XIX di Nusantara. Dalam hukum kelautan dipakai

Muslimat mulai menjadi organisasi yang otonom dari NU.62 Berbagai aktifitas

yang dijalaninya, mulai dari Anggota Pimpinan Muslimat NU Gambir (1950),

Ketua Muslimat NU Matraman (1954), Ketua Muslimat NU DKI Jaya (1956),

hingga Ketua I Pimpinan Pusat Muslimat NU (1959). Tahun 1956 beliau masuk

sebagai anggota Palang Merah Indonesia (PMI). Ketika NU menjadi partai,

Solichah aktif dalam berbagai kegiatan NU ataupun Muslimat NU sampai

kemudian berfusi dalam Partai Persatuan Pembangunan.63 Karena keaktifan dan

prestasinya dalam berorganisasinya, beliau mulai karirnya dalam politik sebagai

anggota DPRD Jakarta Raya tahun 1957-1960. Pada 1960-1971, beliau menjadi

anggota dalam DPRGR/ MPR dan anggota DPR/ MPR periode 1972-1987,

mewakili Muslimat NU dari Pemilu 1955. Inilah untuk pertama kalinya beliau

terlibat secara praktis sampai dengan Pemilu 1982. Beliau juga aktif dalam

berbagai kegiatan sosial dengan dasar pendidikan keagamaan dan kursus

kemasyarakatan. Sebelumnya beliau aktif dalam Gerakan Hisbullah dan Anggota

Dewan Pembelaan Djawa Timur, pergerakan wanita, dan ikut serta dalam

pengganyangan PKI.64

Sejak tahun 1968-an Solichah sudah memberikan kontribusi nyata terhadap

masalah kependudukan. Solichah menjadi anggota dari LKBN (Lembaga

Keluarga Berencana Nasional) yang dibentuk oleh pemerintah sebagai gerakan

nasional. Fungsinya untuk menekan pertumbuhan penduduk.

62 Saifullah Ma’sum dan Ali Zawawi, ed., 50 Tahun Muslimat NU Berkhidmat untuk

Agama, Negara dan Bangsa, (Jakarta: Pucuk Pimpinan Muslimat Nahdlatul Ulama, 1996), h. 126. 63 Syaifullah Amin, Sosok Hj. Nyai Sholichah Munawwarah, artikel ini diakses pada

Maret 2008 dari http://jalantrabas.blogspot.com. 64 Memperkenalkan Anggota-anggota DPR Hasil Pemilu 1971, (Jakarta: Lembaga

Pemilihan Umum, 1971), h. 29 dan 90.

Page 60: KIPRAH PERJUANGAN SOLICHAH A. WAHID HASYIM 1950 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8204/1/NUUR... · abad ke XVIII dan XIX di Nusantara. Dalam hukum kelautan dipakai

Tahun 1972, orientasi Keluarga Berencana oleh Muslimat tersebut telah

menyebar ke Jawa dan Madura. Jika pertumbuhan penduduk Indonesia tidak

ditekan dan dikendalikan akan akan berakibat kurang baik dengan kondisi rakyat

pada waktu itu.65

Selama menjabat sebagai wakil DPR, Solichah tidak pernah menunjukkan

keangkuhan, walau ia adalah janda mendiang Menteri Agama. Beliau selalu

berbaur bersama masyarakat tanpa pernah menunjukkan rasa ingin dihormati.

Tanpa mengalami perubahan, selama beliau menjadi istri maupun setelah

berstatus menjadi janda pejabat tinggi.66

Beliau adalah seorang perempuan yang mampu menjadi pejuang teladan

yang ulet, sabar, dan tegas dalam bertindak dan menyelesaikan kewajibannya

sebagai seorang muslimah, istri yang setia dan ibu yang bijaksana. Seorang yang

banyak memperjuangkan peningkatan demi kemajuan perempuan. Solichah pula

yang banyak memberikan ide-ide untuk kemajuan Nahdatul Ulama dan Muslimat

NU. Serta rela untuk menyumbangkan pemikiran, waktu dan tenaga juga materi

untuk mewujudkan kemajuan perempuan, bangsa dan negara.

Solichah selalu mengikuti kemajuan dan kemunduran Muslimat NU dan

turut berjuang didalamnya. Beliau menginginkan perempuan Indonesia menjadi

comrade in arms kaum laki-laki. Mereka harus dididik dan dibina agar mampu

melaksanakan keterampilannya dalam pembangunan secara mandiri. Semua itu

65 Wawancara Pribadi dengan Ny. Hj. Aisyah Hamid Baidlowi, Jakarta, 4 April 2008.

Aisyah Hamid Baidlowi adalah putri ke-2 dari Solichah, masih aktif sebagai anggota DPR sampai saat ini, sejak kecil selalu menemani ibunya dalam Muslimat sampai akhirnya menjadi anggota dan pernah diangkat menjadi Ketua Umum PP Muslimat Nahdlatul Ulama periode 1995-2004.

66 Muhammad Dahlan dkk, ed., Sholichah A. Wahid Hasyim, Muslimah di Garis Depan, (Jakarta: Yayasan K. H. A. Wahid Hasyim, 2001), h. 131.

Page 61: KIPRAH PERJUANGAN SOLICHAH A. WAHID HASYIM 1950 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8204/1/NUUR... · abad ke XVIII dan XIX di Nusantara. Dalam hukum kelautan dipakai

diperlukan pendidikan yang bermutu dan pengalaman yang diperlukan dalam

pencaturan politik, ekonomi, social, budaya agar perempuan tidak ketinggalan.

Untuk tetap mengacu pada norma-norma yang berlaku juga diperlukan pendidikan

agama dan pengetahuan tentang Islam.67

67 Muhammad Dahlan dkk, ed., ibid., h. 195.

Page 62: KIPRAH PERJUANGAN SOLICHAH A. WAHID HASYIM 1950 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8204/1/NUUR... · abad ke XVIII dan XIX di Nusantara. Dalam hukum kelautan dipakai

BAB IV

SOLICHAH A. WAHID HASYIM DALAM MEMBERDAYAKAN

MUSLIMAT NAHDLATUL ULAMA

E. Solichah sebagai Motor Penggerak dan Pembangun Muslimat NU

Di akhir abad ke XIX dan XX, pergerakan kebangsaan mencapai tahap yang

menentukan. Semangat ini mulai dialami bangsa Indonesia sampai bergema ke

pesantren yang dikobarkan oleh alim ulama yang semacam perlawanan langsung

dari rakyat yang menolak bekerjasama dengan penjajah. Salah satunya adalah

menolak subsidi dari pemerintah Belanda. Kehidupan masyarakat santri di

Jombang, Nahdlatul Ulama dipahami sebagai sebuah agama. Mereka

beranggapan, Islam adalah Nahdlatul Ulama dan Nahdlatul Ulama adalah Islam.

Tentunya kiprah keluarga besar santri di Jombang tidak dapat dilepaskan dari

Nahdlatul Ulama. Organisasi yang dibangun oleh para Kyai ini tidak terlepas dari

peran utama ayah dan mertua Solichah, Hadratus Syekh Hasyim Asy’ari dan Kyai

Bisri Sansuri. Dalam kehidupan masyarakat Jombang bahwa makna kebahagian

hidup tidaklah diukur dari kesejahteraan material duniawi. Karena kebahagian itu

bersifat semu. Donya iku ngono kanggo sangu ibadah68. Pepatah ini diteruskan

kepada generasi selanjutnya sebagai pijakan untuk kepentingan agama dan umat

beragama juga bangsa dan negara Indonesia.

68 Harta kekayaan duniawi sebagai bekal menyempurnakan ibadah. Pepatah bijak yang

sering disampaikan dari generasi tua kepada generasi selanjutnya dalam tradisi masyarakat pedesaan di Jawa Timur, agar para pemuda Islam lebih memikirkan dan berjuang demi kepentingan agama. Lihat, Nurinwa Ki. S. Hendrowinoto, dkk, Ibu Indonesia dalam Kenangan, (Jakarta: Bank Naskah Gramedia dan Yayasan Biografi Indonesia, 2004), h. 185.

Page 63: KIPRAH PERJUANGAN SOLICHAH A. WAHID HASYIM 1950 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8204/1/NUUR... · abad ke XVIII dan XIX di Nusantara. Dalam hukum kelautan dipakai

Proses historis berdirinya Muslimat Nahdlatul Ulama tidak dapat dilepaskan

dari perkembangan Nahdlatul Ulama (NU). Organisasi keulamaan yang ingin

memurnikan ajaran agama ini, terdapat suatu kecenderungan tertentu dan

memerlukan hadirnya peranan yang dimainkan oleh perempuan NU atau nyai-

nyai (istri-istri para kiai yang ikut muktamar) untuk menangani masalah

‘kewanitaan’. Kaum perempuan Nahdlatul Ulama menganggap bahwa kemajuan

perempuan harus dimulai oleh perempuan itu sendiri kaum laki-laki hanya

memfasilitasi dan memberikan dukungannya.69 Diadakannya Muktamar Nahdlatul

Ulama, istri-istri dari para anggota NU sudah mengadakan pengajian-pengajian,

diskusi-diskusi kecil, dan rapat-rapat, kesemuanya itu dimasukkan dalam agenda

Muktamar.70

Setelah perjalanan panjang dari Kongres Nahdlatul Ulama yang ke-13,

Muslimat yang ikut aktif dalam Kongres Nahdlatul Ulama yang ke-16 yang

diselenggarakan pada 26-29 Maret 1946 di Purwokerto, Banyumas, Muslimat

Nahdlatul Ulama resmi menjadi badan otonom NU. Setelah menjadi badan

otonom dari Nahdlatul Ulama, Muslimat masuk menjadi anggota KOWANI

(Kongres Wanita Indonesia), yang merupakan federasi organisasi perempuan

ditingkat nasional. Tujuan yang sama yakni, memperjuangkan kemajuan

perempuan.

Kemajuan Muslimat dalam KOWANI terbilang baik karena beberapa kali

anggota Muslimat menjabat sebagai dewan pimpinan. Tahun 1956-1965 oleh

69 Wawancara Pribadi dengan Ny. Asmah Syachroni, Jakarta, 15 April 2008. 70 Wawancara Pribadi dengan Ny. Hj. Aisyah Hamid Baidlowi, Jakarta, 4 April 2008.

Page 64: KIPRAH PERJUANGAN SOLICHAH A. WAHID HASYIM 1950 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8204/1/NUUR... · abad ke XVIII dan XIX di Nusantara. Dalam hukum kelautan dipakai

Mahmudah Mawardi sebagai Anggota Presidium mewakili Muslimat. Solichah

menjabat sebagai Anggota Dewan Pimpinan KOWANI tahun 1968-1973.71

Aktifitas Solichah dalam Muslimat mulai terlihat setelah masa pendudukan

Jepang. Di awali dengan mengisi ceramah dalam berbagai pengajian Muslimat,

yang waktu itu masih bernama NUM, organisasi otonom di bawah Nahdlatul

Ulama.72 Selain aktif dalam membuka ranting-ranting baru Muslimat, Solichah

dan teman-temannya juga aktif menjadi penceramah dalam pengajian ibu-ibu

Muslimat. Adapun yang sering dijadikan tema dalam ceramahnya adalah

bagaimana seorang perempuan bisa menjadi ibu yang shalihatun khamilatun,

antara lain dengan menjelaskan tentang kandungan makna al-Quran, perintah

Tuhan untuk mengerjakan ibadah shalat, pentingnya membina kerukunan antar

umat beragama, dan ketauhidan. Dari tema tersebut ia menjabarkan secara

konteks pada sosial kultural yang dihadapi saat itu.73 Solichah selalu

mengingatkan kepada ibu-ibu, khususnya generasi muda perempuan agar tidak

melupakan pentingnya belajar, untuk meningkatkan derajat perempuan di

kemudian hari.

Tahun 1946-1950, Solichah menjabat sebagai Ketua Muslimat NU MWC

(Majelis Wakil Cabang) Kecamatan Diwek, Jombang. Dari sinilah karirnya mulai

melejit hingga ia bersama dengan teman-temannya ikut aktif menyuburkan benih-

benih Muslimat NU di Jakarta, setelah ikut suaminya untuk tinggal di Jakarta.

71 Ny. Saifuddin Zuhri, Sejarah Muslimat Nahdlatul Ulama, (Jakarta: PP Muslimat NU

Jakarta, 1979), h. 65. 72 “Ibunda Gus Dur Dimakamkan di Tebuireng”, Suara Pembaruan, 31 Juli, (Jombang:

1994). 73 Saifullah Ma’sum dan Ali Zawawi, ed., 50 Tahun Muslimat NU Berkhidmat untuk

Agama, Negara dan Bangsa,(Jakarta: PP Muslimat NU, 1996), h. 47.

Page 65: KIPRAH PERJUANGAN SOLICHAH A. WAHID HASYIM 1950 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8204/1/NUUR... · abad ke XVIII dan XIX di Nusantara. Dalam hukum kelautan dipakai

Solichah duduk dalam jajaran Pengurus Pucuk Pimpinan (PP) Muslimat NU sejak

Kongres Ke-4 di Palembang pada 1952, bertepatan dengan Muktamar Ke-19 NU.

Dalam kongres selanjutnya pada 1954 di Surabaya, bertepatan dengan Muktamar

Ke-20 NU, posisinya naik menjadi bendahara. Posisinya tidak berubah hingga

Kongres Ke-6 Muslimat yang diselenggarakan di Medan pada 1959, bertepatan

dengan Muktamar ke-21 NU. Kemudian posisinya naik menjadi Ketua I, pada

Kongres Ke-7 Muslimat NU yang diadakan di Jakarta bertepatan dengan

Muktamar Ke-22 NU. Selama kurang lebih 20 tahun, Solichah menjabat sebagai

Ketua I sampai tahun 1972. Pengabdiannya dalam Muslimat NU terus

berlangsung sampai pada Kongres Ke-12 Muslimat NU di Yogyakarta, Solichah

duduk dalam Penasehat Pucuk Pimpinan Muslimat NU.74

Sebagai pemimpin beliau bukan hanya menganjurkan saja tetapi juga

memberikan contoh nyata terhadap apa yang dianjurkannya itu. Banyak

pengorbanan yang telah beliau lakukan demi kepentingan organisasi. Menurut Ibu

Asmah Syachroni, beliau mempunyai kharisma dan beliau berhasil dalam

memimpin. Keberhasilannya tersebut tak lepas dari didikan almarhum Pak Wahid

Hasyim semasa hidupnya.75 Selama dalam Muslimat banyak prestasi yang telah

dicapai diantaranya: aktifitasnya dalam penumpasan pemberontakan PKI, ia

duduk sebagai muslimah terdepan yang menginginkan pembubaran PKI setelah

peristiwa Gestapu. Kemudian keberhasilannya dalam sosialisasi Program KB

(Keluarga Berencana) kepada masyarakat yang banyak ditentang oleh masyarakat.

74 Muhammad Dahlan dkk, ed., Sholichah A. Wahid Hasyim, Muslimah di Garis Depan,

(Jakarta: Yayasan K. H. A. Wahid Hasyim, 2001), h. 56-58 75 Chatibul Umam, “Sosiawan Muslimah”, Risalah Islamiyah, No. 7 (September 1977), h.

37

Page 66: KIPRAH PERJUANGAN SOLICHAH A. WAHID HASYIM 1950 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8204/1/NUUR... · abad ke XVIII dan XIX di Nusantara. Dalam hukum kelautan dipakai

Kemudian ikut ambil bagian dalam perdamaian antara ‘Kubu Cipete’ dan ‘Kubu

Situbondo’. Dan idenya dalam pembangunan Yayasan Kesejahteraan Muslimat

NU tahun 1963 dan Yayasan Kemaslahatan Keluarga NU tahun1978. Sehingga

beliau dipercaya sebagai pemimpin dari yayasan berdiri hingga beliau wafat tahun

1994. 76

Perhatiannya kepada generasi muda cukup besar. Bahkan, menjelang akhir

hayatnya, beliau masih memikirkan angkatan muda NU, khususnya kalangan

Fatayat77 dan Muslimat NU. Beliau selalu berpesan kepada putrinya, Aisyah

Hamid, agar selalu melestarikan kedekatan dengan angkatan muda, sehingga

merasa terayomi.78

F. Pejuang Peningkatan Status, Hak dan Peran Perempuan Melalui

Muslimat NU

Hampir semua organisasi perempuan di Indonesia memiliki program kerja

yang sama karena disusun berdasarkan kebijakan tentang peranan perempuan di

sektor publik. Pada umumnya, organisasi perempuan memiliki visi dan misi yang

sama, yakni ingin memperjuangkan peran dan kesejahteraan perempuan di

berbagai lingkungan baik domestik maupun publik. Tetapi peranan organisasi

76 Muhammad Dahlan dkk, ed., op. cit., h. 60. 77 Organisasi dari federasi Nahdlatul Ulama. Di awali dengan keaktifan tiga pemudi

Nahdlatul Ulama dalam mengorganisir kegiatan-kegiatan kaum pemudi Nahdlatul Ulama. Kemudian mendirikan Fatayat, dengan SK PBNU No. 574/ U/ Peb pada 26 Rabiu‘stani 1369 atau 14 Februari 1950. Pengakuan resmi DEWAN Pimpinan Fatayat NU sementara adalah Tiga Serangkai itu. Pada Muktamar ke-XVIII di Jakarta mengesahkan Fatayat NU menjadi badan otonom dari NU.

78 Saifullah Ma’sum dan Ali Zawawi, ed., 50 Tahun Muslimat NU Berkhidmat untuk Agama, Negara dan Bangsa,(Jakarta: PP Muslimat NU, 1996), h. 128.

Page 67: KIPRAH PERJUANGAN SOLICHAH A. WAHID HASYIM 1950 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8204/1/NUUR... · abad ke XVIII dan XIX di Nusantara. Dalam hukum kelautan dipakai

perempuan tergantung pada masing-masing organisasi dalam mengantisipasi

berbagai bidang dalam pembangunan.

Dalam rumusan tentang peranan perempuan dalam pembangunan sesuai

dengan Keputusan Presiden RI No. 25 tahun 1983 dirumuskan, direncanakan serta

dikoordinasikan dengan Menteri Negara Urusan Peranan Wanita. Sesuai dengan

analisis Kantor Menteri Negara Urusan Peranan Wanita dalam ‘Analisa Situasi

Wanita Indonesia’ meliputi bidang ekonomi, sosial budaya dan dalam bidang-

bidang politik.79

Hadirnya Muslimat NU dengan sederetan program kerja dan aksinya,

menciptakan semacam pembagian tugas dan peran bidang sosial-agama dan

sosial politik dalam pengertian mikro di kalangan masyarakat Nahdliyat yang

dilakukan secara lebih spesifik di kalangan perempuan sedangkan Nahdlatul

Ulama berkonsentrasi dalam bidang yang lebih luas. Hal ini terbukti setelah

mendapat sentuhan dari kaum ibu Muslimat, bidang sosial ternyata dalam lebih

terurusi dan lebih maju. Nahdlatul Ulama merupakan organisasi besar yang

menghimpun jutaan umat dibidang sosial memiliki keterbatasan. Muslimat lahir

dengan fungsi sebagai suplementer dalam menangani bidang sosial.80 Dalam hal

ini Muslimat sebagai warga Nahdlatul Ulama berkewajiban untuk melaksanakan

program Nahdlatul Ulama di bidang ‘perempuan’. Muslimat hadir dengan tiga

program utamanya yakni sosial, dakwah dan pendidikan. Bertujuan mengangkat

harkat dan derajat kaum perempuan. Muslimat memberdayakan perempuan dalam

79 Sulastri, et al, Perempuan Indonesia Dulu dan Kini, (Jakarta: Pt. Gramedia Pustaka

Utama, 1996), h. 341. 80 Saifullah Ma’sum dan Ali Zawawi, ed., loc. cit., h. 45.

Page 68: KIPRAH PERJUANGAN SOLICHAH A. WAHID HASYIM 1950 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8204/1/NUUR... · abad ke XVIII dan XIX di Nusantara. Dalam hukum kelautan dipakai

masyarakat misalnya bidang pendidikan, salah satunya adalah dengan

memberikan keterampilan, agar kaum perempuan lebih mandiri.81

Rasa sosial dan kedermawanan yang tinggi yang dimilikinya, membuatnya

lebih mengedepankan kepentingan orang banyak, terutama kepada mereka yang

tergolong kurang mampu secara ekonomi. Bersama dengan teman-temannya,

seperti Mahmudah Mawardi dan Asmah Syachroni, Muslimat banyak mencapai

kemajuan khususnya bidang sosial. Beliau sangat bersemangat sekali

memperjuangkan hal-hal yang berhubungan dengan masalah sosial, dan

kesejahteraan warga Muslimat. Selain itu, Solichah dipercaya untuk memegang

jabatan sebagai Ketua I sekaligus Ketua Bidang Sosial.82 Solichah mudah

tersentuh oleh persoalan-persoalan sosial, sehingga ide-idenya banyak mengenai

masalah sosial. Oleh karenanya, warga Nahdliyat terus mempercayainya sebagai

ketua dari Bidang Sosial Muslimat semasa hidupnya, yakni mulai dari berdirinya

YKM NU tahun 1963 sampai akhir hayatnya tahun 1994.

Susunan kepengurusan YKM NU Pusat terdiri atas: Badan Pendiri, Badan

Pengawas dan Badan Pengurus. Yang termasuk Badan Pendiri , Ny. HSA Wahid

Hasyim, Ny. H. Soeparman, Ny. HS Rachmat Mulyomuseno, Ny. Aisyah Hamid

Baidlowi, Ny. Asmah Syahroni, dan Ny. H. Farida Salahuddin. Sedang Badan

Pengawas terdiri dari tiga orang: Ny. H. Musyrifah Ali Masyhar, Ny. H. Moh.

Ilyas dan Ny. H. Latifah Hasyim.83

81 Wawancara Pribadi dengan Ny. Asmah Syachroni, Jakarta, 15 April 2008. 82 Chatibul Umam, “Melalui Berbagai Kesulitan Ibu Wahid Hasyim”, Risalah Islamiyah,

No. 7 (Spetember 1977), h. 38-39. 83 Asyrofuddin Nur Widodo, “YKM Wujudkan Kesehatan Warga NU”, Yasmin Bulletin

Khidmat NU, no. 4, (Oktober, 1992), h. 27.

Page 69: KIPRAH PERJUANGAN SOLICHAH A. WAHID HASYIM 1950 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8204/1/NUUR... · abad ke XVIII dan XIX di Nusantara. Dalam hukum kelautan dipakai

Berkat keuletan Solichah dan usaha teman-teman yang lain, badan sosial

tersebut berhasil dikukuhkan menjadi suatu yayasan yang bernama “Yayasan

Kesejahteraan Muslimat” atau disingkat dengan YKM NU. Yayasan yang

didirikan pada 11 Juni 1963 ini khusus dibentuk oleh Muslimat untuk menangani

amal sosial di kalangan Muslimat dan perempuan Indonesia pada umumnya dan

perempuan Muslimat pada khususnya. Yayasan ini dimaksudkan agar lebih

mengefektifkan pelaksanaan kegiatan sosial yang dilakukan oleh Muslimat. Bu

Wahid adalah pemimpin dari yayasan tersebut. YKM NU juga menjadi anggota

dari DNIKS (Dewan Nasional Indonesia Kesejahteraan Sosial dan tercatat sebagai

anggota NGO UN Coorperation Forum pada 6 Desember 1987 yang kemudian

menjadi PDF (Participatory Development Forum).

Untuk melaksanakan program-program Muslimat dalam bidang sosial,

dalam hal ini Yayasan Kesejahteraan Muslimat melakukan hubungan kerjasama

untuk memperoleh dan dukungan dengan badan-badan sosial lainnya. Misalnya ke

pantiasuhan BKSPA (Badan Kerjasama Panti-Panti Asuhan), Dinas Sosial, Dinas

Kesehatan, juga menjadi anggota BPRB (Badan Perhimpunan Rumah Sakit

Bersalin) tingkat DKI. Disamping itu mengadakan kerjasama dengan salah satu

badan sosial di Amerika, khususnya mengenai Keluarga Berencana. Di samping

itu, aktif mengadakan berbagai seminar mengenai masalah sosial. Beliau pernah

menjadi utusan Yayasan Kesejahteraan Muslimat untuk seminar Keluarga

Berencana di India. Selain itu juga mengadakan pembinaan yang bersifat ekstern

Page 70: KIPRAH PERJUANGAN SOLICHAH A. WAHID HASYIM 1950 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8204/1/NUUR... · abad ke XVIII dan XIX di Nusantara. Dalam hukum kelautan dipakai

seperti kursus-kursus, penataran-penataran pada karyawan, guna meningkatkan

mutu pelayanan.84

Sejak awal didirikannya, Muslimat sudah terlibat aktif dalam kegiatan-

kegiatan sosial. Setelah berdiri dan berkembangnya YKM NU, kegiatan sosial

makin diperluas hingga meliputi sub bidang perlindungan dan kesejahteraan

keluarga seperti yang sekarang dikenal dengan BKIA (Balai Kesehatan Ibu dan

Anak), dan sub bidang bantuan, serta sub bidang kesehatan. Selain itu juga

mengusahakan penyatunan dan pemeliharaan orang lanjut usia atau jompo yang

terlantar, mengusahakan perbaikan lingkungan hidup bagi perempuan pedesaaan

dan menyelenggarakan penelitian, seminar dan pelatihan bagi kaum perempuan.

Kemudian dibentuk pula Ikatan Haji Muslimat (IHM) NU, yang kemudian

menjadi Yayasan Haji Muslimat NU. Di beberapa daerah keberadaanya telah

menjadi sumber pendanaan yang potensial untuk keperluan organisasi dalam

melakukan pelayanan sosial dan kesehatan.

Kegiatan sub bidang sosial kemasyarakatan lainnya dalam YKM NU yang

pernah diketuai oleh Bu Wahid telah memiliki wujud konkrit dengan didirikannya

Rumah Bersalin Muslimat, Panti Asuhan Muslimat, Klinik KB dan juga

memberikan beasiswa kepada putra-putri yang terlantar serta kunjungan yang

kontinyu ke panti-panti sosial. Hal ini diilhami dari Hadits Nabi Muhammad

SAW:

“Barang siapa memelihara anak yatim Islam di rumahnya, yakni

diberikannya minuman dan makanan untuknya, Allah SWT pasti akan

84 Chatibul Umam, “Melalui Berbagai Kesulitan Ibu Wahid Hasyim”, Risalah Islamiyah,

No. 7 (Spetember 1977), h. 39.

Page 71: KIPRAH PERJUANGAN SOLICHAH A. WAHID HASYIM 1950 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8204/1/NUUR... · abad ke XVIII dan XIX di Nusantara. Dalam hukum kelautan dipakai

memasukkan mereka ke dalam syurga, kecuali kalau mereka itu

mengerjakan dosa yang tidak dapat diampuni.” (Hadist Riwayat Imam at-

Turmudzi).

Pada saat yang sama pula, beliau juga aktif dalam perkumpulan “Bunga

Kemboja”, sebuah organisasi sosial yang khusus menangani masalah jenazah dan

penguburan di Jakarta. Bersama-sama dengan teman-temannya, Ny. Lasmidjah

Hardi dari kalangan Nasionalis, Ny. Anie Walandaoe dari golongan Kristen, dan

Mr. Hamid Algadri dari wakil golongan Sosialis, beliau mendirikan Yayasan

tersebut sebagai bukti sosial.

Dalam berorganisasi pun beliau merakyat, bukan hanya di tingkat pusat saja,

akan tetapi beliau juga aktif membimbing beberapa organisasi di tingkat yang

terendah seperti PKK di kelurahan tempat tinggalnya. Beliau juga sering

mengadakan kegiatan sosial dan penyantunan orang-orang jompo di kelurahan

Pegangsaan, Jakarta Pusat. Solichah-lah yang mempunyai prakarsa tentang

penyantunan orang-orang jompo ini, yang kemudian didukung oleh lurah dan

masyarakat setempat, yaitu semacam rumah singgah orang-orang yang telah

berusia 60 tahun ke atas. Prosedur pelaksaan di panti jompo ini dengan

mendirikan dapur umum untuk 40 orang tiap hari. Biayanya setiap hari untuk tiap

orang adalah Rp. 100,-.85

85 Chatibul Umam, “Sosiawan Muslimah”, Risalah Islamiyah, No. 7 (Spetember 1977),

h. 42-43.

Page 72: KIPRAH PERJUANGAN SOLICHAH A. WAHID HASYIM 1950 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8204/1/NUUR... · abad ke XVIII dan XIX di Nusantara. Dalam hukum kelautan dipakai

Tahun 1963, beliau juga mendirikan Pengajian al-Islah. Pengajian ini

bermula dari perkumpulan ibu-ibu Majelis Ta’lim di lingkungan Pegangsaan,

Jakarta Pusat. Kegiatannya antara lain sebagai berikut:86

• Pengajian: Pengajian yang dilakukan dalam bentuk Majelis

Taklim, dengan kegiatan: ceramah-ceramah, pengajian rutin (ibu-

ibu, remaja dan anak-anak) yang diadakan seminggu sekali, dan

taraweh.

• Home Care II/ Pusaka II yakni salah satu bentuk santunan untuk

meningkatkan kesejahteraan sosial bagi orang lanjut usia di daerah

Pegangsaan. Mengajak masyarakat untuk berperan serta dalam

kegiatan sosial. Adapun pembinaannya di bawah BKKS, tanggal

17 November 1976.

• Anak Yatim/ Non Panti: dengan menyantuni keluarga miskin.

• Santi Asih: berupa bimbingan rohani kepada orang-orang yang

sedang mendapat musibah di Rumah Sakit dan yang sedang dalam

Lembaga Pemasyarakatan.

G. Solichah membangun Image Organisasi Perempuan di Mata Umum

Semangat perlawanan yang bersumber dari agama yang kemudian berpadu

dengan semangat kebangsaan yang berkobar adalah disebabkan kesadaran akan

adanya hak kemerdekaan bagi seluruh Hindia Belanda (Indonesia). Hal ini telah

menyulut api revolusi dan mengobarkannya dalam berbagai bentuk kegiatan,

86 Yayasan Kesejahteraan Muslimat, Musyawarah Kerja Nasional, (Jakarta: 17-19

September 1988), h. 4-7.

Page 73: KIPRAH PERJUANGAN SOLICHAH A. WAHID HASYIM 1950 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8204/1/NUUR... · abad ke XVIII dan XIX di Nusantara. Dalam hukum kelautan dipakai

tempat pikiran, dan berbagai kegiatan pengembang kejiwaan. Segala bentuk

kolonialisme yang telah dirasakan oleh rakyat bertahun-tahun dengan bentuk-

bentuk feodalisme telah memisahkan rakyat dengan priyayi pribumi, kerja paksa,

kemiskinan, kemelaratan dan politik memecah belah penjajah menjadi pendorong

pergerakan kebangsaan sampai pada bentuk kegamaan.

Fakta historis membuktikan, dahulu perempuan telah berhasil membongkar

mitos-mitos negatif sekaligus menunjukkan peran penting perempuan di mata

umum, yakni sosial, politik, ekonomi, dan budaya. Misalnya para pahlawan

perempuan seperti: Cut Nyak Dien, Martha Tiahahu, Rasuna Said, Nyi Ahmad

Dahlan, Kartini dan lainnya. Dalam lingkungan, perempuan memiliki hak untuk

mengambil keputusan ataupun memimpin, dengan catatan, perempuan harus dapat

memiliki kapasitas, kemampuan serta profesionalisme tertentu dia berada. Dari

sini dapat terlihat perempuan memiliki kekayaan peran, karena ia dapat peran

domestik juga peran di sektor publik.87

Solichah selalu berkata, “Bersatulah Muslimat jangan sampai bercerai berai,

apapun perbedaan yang terdapat dalam organisasi.” Kita harus tetap membangun

organisasi, dari organisasi biasa, dianggap organisasi orang kampung sampai kita

berhasil mengangkat pamor organisasi menjadi diperhitungkan.88 Beliau

mempunyai cita-cita yang tinggi. Visi beliau adalah perempuan Islam harus

mengangkat derajatnya. Hal itu tidak hanya dikembangkan dalam Anggaran Dasar

tetapi juga dalam program organisasi. Bagaimana mengangkat derajat perempuan

87 Chatibul Umam, “Wanita dan Kepemimpinan”, Yasmin Bulletin Khidmat NU, ibid, h.

7-8. 88 Muhammad Dahlan, dkk, ed., Sholichah A. Wahid Hasyim, Muslimah di Garis Depan,

(Jakarta: Yayasan K. H. A. Wahid Hasyim, 2001), h. 155-157.

Page 74: KIPRAH PERJUANGAN SOLICHAH A. WAHID HASYIM 1950 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8204/1/NUUR... · abad ke XVIII dan XIX di Nusantara. Dalam hukum kelautan dipakai

Islam, tidak hanya perempuan Islam yang berkualitas. Kunci utama yang

diperlukan dalam organisasi adalah ketulus-ikhlasan. Sebagai dasar dalam

membangun suatu organisasi, tujuan apapun, pastinya akan menemukan jalan.

Salah satu bukti kenangan atas kiprahnya dalam organisasi keIslaman di

tingkat lokal adalah masjid peninggalannya di Ciganjur. Yang yang diambil dari

nama kecilnya, “Munawwarah”, diambil dari nama kecilnya. Masjid ini didirikan

pada mulanya dengan swadaya dan bantuan masyarakat sekitar. Dalam hal ini

rupanya Solichah telah berhasil menepis stigma-stigma yang berkembang di

masyarakat tentang isu miring mengenai peran perempuan, khususnya perempuan

pesantren, melalui aktifitasnya tersebut kepada masyarakat, “ini lho bukti bahwa

perempuan pesantren tak kalah bersaing dengan perempuan kota atau laki-laki

sebagai pemimpin dan aktifis masyarakat.”89 Solichah telah membuktikan bahwa

sebagai ibu sekaligus ayah, beliau dapat memberikan kontribusi yang besar

terhadap masyarakat di berbagai lingkungan organisasi. Beliau dapat membagi

waktu antara hak dan kewajiban sebagai seorang istri, ibu, juga ayah. Dengan

berorganisasi akan membuat perempuan lebih maju dan ditunjang dengan

pendidikan, kaum perempuan tidak hanya bergerak dalam sektor domestik saja

juga dalam ruang publik sehingga dapat menjadi partner sejajar dengan laki-laki.

Organisasi Muslimat dianggap kurang modis di awal berdirinya. Oleh

karenanya Solichah selalu mengajarkan berpakaian kebaya dengan menyesuaikan

keserasian karena itu merupakan identitas Muslimat. Orang selalu berpikiran

bahwa memakai kebaya akan sulit melangkah padahal tidak. Muslimat bahkan

89 Firdaus, “Pembaharu Citra Diri Perempuan Indonesia”, Khalifah, Edisi 86, (24 April-

07 Mei 2008), h. 5.

Page 75: KIPRAH PERJUANGAN SOLICHAH A. WAHID HASYIM 1950 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8204/1/NUUR... · abad ke XVIII dan XIX di Nusantara. Dalam hukum kelautan dipakai

mengadakan latihan baris-berbaris sebagai sukarelawati dalam peristiwa Gestapu.

Waktu itu, Muslimat melakukan demonstrasi dengan menaiki tank memakai

kebaya. Seragam Muslimat adalah kebaya. Kalau Gerwani menyanyi “Genjer-

genjer”90, Muslimat menyanyikan Salawat Badar. Muslimat NU bisa membuat

dapur umum sampai mengangkat senjata dengan memakai kebaya. Tidaklah sulit

melakukan hal itu dengan menggunakan kebaya. Sampai dengan mata tertutup

juga melakukan tembak.

Dengan adanya organisasi keagamaan seperti Nahdlatul Ulama juga

melahirkan organisasi perempuan, kaum perempuan dididik mendapatkan

dididikan yang sesuai dengan kehendak dan tuntutan agama. Dan tentunya

disesesuaikan dengan asas dan tujuan Nahdlatul Ulama, suatu perkumpulan yang

sengaja dibentuk untuk mendidik umat Islam ke jalan agama yang seluas-luasnya.

Wahab Hasbullah91 mengatakan bahwa dari kalangan umat Islam, bukan

hanya kaum ‘bapak’ saja yang harus dididik mempelajari dan menjalankan

kewajiban-kewajiban sebagai hamba Allah tetapi kaum ibu juga harus mengikuti

langkah dan gerakan kaum laki-laki. Mereka harus menjalankan segala yang telah

diwajibkan agama Islam.92 Organisasi Muslimat kemudian bergandengan dengan

kaum muda Fatayat NU agar dapat megnubah citranya yang ‘ortodok’ menjadi

organisasi perempuan Islam yang modern, gigih dan cakap dalam melaksanakan

90 Ant, “Gerakan Genjer-Genjer”, Duta Masyarakat: Pembawa Amanat Penderitaan

Rakyat, Tahun ke- XXII, (20 November 1965), h. 1. 91 K. H. Wahab Hasbullah adalah wakil PBNU dari Surabaya pada saat beliau

menyampaikan pidatonya dalam Kongres Nahdlatul Ulama ke XIII, Rapat Umum di Pandeglang, Jawa Barat. Beliaulah yang memberikan petunjuk, nasehat sehingga Muslimat dapat berkembang lebih maju. Dan orang yang pertama kali memberikan kursus kepemimpinan kepada Muslimat di Madiun 1948.

92 Asyrofuddin Nur Widodo, YKM Wujudkan Kesehatan Warga NU, Yasmin Bulletin Khidmat NU, no. 4, (Oktober, 1992), h. 12-14.

Page 76: KIPRAH PERJUANGAN SOLICHAH A. WAHID HASYIM 1950 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8204/1/NUUR... · abad ke XVIII dan XIX di Nusantara. Dalam hukum kelautan dipakai

tugasnya untuk meningkatkan status perempuan dengan berbagai macam

pendidikan.93 Solichah selalu mengikuti perkembangan Muslimat selalu

menjalankan kewajiban sebagai seorang Muslimat dengan 5 M yakni: Macak,

masak, manak, makarti dan mandiri.

H. Memberdayakan Perempuan Muslimat Nahdlatul Ulama melalui Kursi

DPR

Meskipun Solichah adalah orang politik yang merupakan kader PPP dan

duduk di DPR mewakili PPP, namun permainannya dalam politik hampir tidak

tampak. Di awali dengan niatnya bahwa politik adalah untuk ibadah, dan

berpolitik bukan untuk mencapai kekuasaan. Dalam banyak hal Solichah memang

bukan ‘petualang politik’ justru beliau lebih memperlihatkan dirinya sebagai

muslimat, yang memegang teguh komitmen moral keagamaan. Faktor dominan

yang membawanya dalam dunia politik disebabkan ia memang dibutuhkan dalam

PPP. Sebagai tokoh perempuan yang berpengaruh, PPP sengaja dijadikannya

organisasi untuk mendaptkan massa dari kalangan muslim tradisional untuk

mendukung PPP yang akan duduk dalam pemerintahan.94

Pada PEMILU pertama tahun 1955, khususnya buat Nahdlatul Ulama

merupakan surprise yang besar mengingat hasil yang dicapai mencapai hampir

enam kali lipat dibandingkan perwakilannya pada DPRS. Setelah terbentuknya

93 Saifullah Ma’sum dan Ali Zawawi, ed., 50 Tahun Muslimat NU Berkhidmat untuk

Agama, Negara dan Bangsa,(Jakarta: PP Muslimat NU, 1996), h. 196. 94 Muhammad Dahlan dkk, ed., Sholichah A. Wahid Hasyim, Muslimah di Garis Depan,

(Jakarta: Yayasan K. H. A. Wahid Hasyim, 2001), h. 49

Page 77: KIPRAH PERJUANGAN SOLICHAH A. WAHID HASYIM 1950 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8204/1/NUUR... · abad ke XVIII dan XIX di Nusantara. Dalam hukum kelautan dipakai

DPRGR tahun 1960, keanggotan Muslimat dalam DPRGR menjadi: Ny.

Machmudah Mawardi, Ny. H. Solichah A. Wahid Hasyim, Ny. Mariyama

Djunaidi, Ny. Hadiniah Hadi, Ny. Maryam Kantasumpena, Ny. Munir Munawwar

dan Ny. Asmah Syahroni. Dalam PEMILU II, Bu Wahid kembali terpilih sebagai

anggota DPRRI yang merupakan wakil dari Djawa Timur. Kemudian dalam

PEMILU III tahun 1977, Nahdlatul Ulama berfusi dengan PPP dan empat orang

dari Muslimat diantaranya adalah Bu Wahid.

Sebagai anggota legislative di tingkat pusat, Solichah punya banyak waktu

utuk berkunjung ke daerah-daerah jika DPR sedang reses. Dalam hal ini, beliau

lebih sering pergi bersama Ibu Asmah Syachroni. Mereka berdua sering

mengunjungi daerah secara bersamaan walaupun beda komisi. Di tempat yang

telah dijanjikan, Solichah dan Asmah tidak hanya melakukan tugas-tugas

legislative saja. Mereka juga mengerjakan banyak hal yang berkaitan dengan

persoalan Muslimat. Sebelum berkunjung Asmah dan Solichah biasanya telah

menyiapkan banyak acara. Misalnya Musyawarah antar pimpinan cabang

Muslimat NU, konferensi dan sebagainya. Hal ini merupakan kesempatan untuk

mengetahui secara langsung persoalan yang dihadapi Muslimat di tingkat bawah.

Sedangkan bagi mereka ini adalah suatu kehormatan dan kebahagian tersendiri

jika acaranya dihadiri oleh “orang pusat.”95 Hal ini meninggalkan kesan yang

mendalam bagi daerah yang kunjungi karena perhatian yang diberikan Bu Wahid

dan Bu Asmah. Beliau selalu memanfaatkan suasana untuk menjamin tali

silaturahmi.

95 Muhammad Dahlan dkk, edit, ibid., h.46-47.

Page 78: KIPRAH PERJUANGAN SOLICHAH A. WAHID HASYIM 1950 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8204/1/NUUR... · abad ke XVIII dan XIX di Nusantara. Dalam hukum kelautan dipakai

Dari beberapa perempuan yang duduk dalam DPR, termasuk Solichah,

juga ada Bu Walandouw, yang pernah menjabat sebagai sekertaris Bunga

Kemboja, mengenal Bu Wahid dengan baik. Beliau mengatakan sifat positif

Solichah yang menarik adalah kemampuannya untuk dapat berdiri sendiri. Beliau

mudah bergaul dengan siapa saja tanpa membedakan agama. Waktu masih

bersama-sama di KOWANI dan DPR, sama-sama menginginkan agar kaum

perempuan menjadi warga Negara yang baik sesuai dengan tuntutan zaman. Bu

Walandouw dan Solichah bekerjasama dengan masyarakat dalam kegiatan social,

kesehatan dan kesejahteraan.

Page 79: KIPRAH PERJUANGAN SOLICHAH A. WAHID HASYIM 1950 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8204/1/NUUR... · abad ke XVIII dan XIX di Nusantara. Dalam hukum kelautan dipakai

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Di akhir skripsi ini, penulis menarik beberapa kesimpulan dari bab-bab

terdahulu, yakni sebagai berikut.

Kesetaraan dan keadilan gender yang selama ini diperjuangkan oleh

berbagai kalangan baik dalam organisasi masyarakat, maupun organisasi

pemerintahan atau dengan individual sesungguhnya telah banyak

dilakukan dan diperjuangkan oleh Muslimat Nahdlatul Ulama walaupun

dengan istilah yang berbeda. Meskipun Nahdlatul Ulama memberikan

peluang kepada kaum Nadliyyat untuk berorganisasi akan tetapi Muslimat

harus membangun image organisasi dan mengembangkan sendiri

organisasinya agar bermanfaat bagi banyak perempuan dan anak-anak.

Tujuan dari perjuangan Muslimat Nahdlatul Ulama telah terlihat dalam

agenda-agenda kegiatan yang telah berjalan yakni dengan membawa kaum

perempuan Indonesia khususnya jamaah Nadliyat ke arah yang lebih maju

dengan tetap memegang pedoman pada ajaran al-Quran dan Hadits yakni

dengan Ahlus Sunnah wal Jamaah.

Keterlibatan Ny. Solichah A. Wahid Hasyim atau yang biasa dikenal

dengan Bu Wahid dalam perkembangan dan kemajuan Muslimat NU dan

berbagai organisasi kemasyarakatan lainnya merupakan suatu hal yang

membanggakan. Kegigihannya dalam memperjuangkan kaum perempuan

Page 80: KIPRAH PERJUANGAN SOLICHAH A. WAHID HASYIM 1950 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8204/1/NUUR... · abad ke XVIII dan XIX di Nusantara. Dalam hukum kelautan dipakai

dapat dijadikan figure utama bagi perempuan lainnya agar dapat berkarya

seperti dirinya. Dengan lebih dari setengah abad Solichah berkiprah dalam

organisasi, membuatnya memiliki talenta yang besar serta kecakapan

dalam bertindak. Banyak ide-idenya yang membawa Muslimat pada

kemajuan untuk perbedayaan kaum perempuan. Salah satunya dengan

terselenggaranya program Keluarga Berencana dengan kerjasama pihak

luar dan lainnya.

Dalam upaya peningkatan status dan peran perempuan melalui organisasi

Solichah A. Wahid Hasyim banyak menyumbangkan seluruh tenaganya,

imateril maupun materi. Salah satunya adalah Bidang Sosial yang diketuai

semasa hidupnya dalam Yayasan Kesejahteraan Muslimat NU yang

merupakan ide dari beliau sendiri kemudian dirintis bersama-sama

membuatnya lebih dikenal sebagai sosok yang humanis dengan tetap teguh

memegang ajaran agama. Dalam hal perpolitikan pun beliau bukanlah

dikenal sebagai ‘petualang politik’ tetapi lebih dikenal sebagai seorang

perempuan muslimat, politik adalah merupakan akses untuk

memperjuangkan kaum perempuan Islam Indonesia.

B. Saran-saran

Meneliti lebih jauh tentang perkembangan Muslimat NU memang telah

banyak mengalami kemajuan tetapi dalam kepengurusan Muslimat NU

perkembangan tersebut masih kurangnya memaksimalkan fungsi dan

peranan masing-masing anggota. Kendala utama dalam tubuh oraganisasi

Page 81: KIPRAH PERJUANGAN SOLICHAH A. WAHID HASYIM 1950 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8204/1/NUUR... · abad ke XVIII dan XIX di Nusantara. Dalam hukum kelautan dipakai

ini adalah manajemen organisasi. Hal ini merupakan masalah yang cukup

urgent yang tidak bisa dibiarkan begitu saja. Data BASE anggota maupun

data-data yang berupa arsip organisasi kurang terorganisir dengan baik

maka perlu diadakannya suatu perbaikan. Sehingga data-data tersebut

dapat dijadikan bermanfaat bagi khalayak ramai khususnya Nadliyyin.

Tulisan atau buku mengenai Bu Wahid dirasa masih terbilang minim,

perlu digali dan diteliti lebih mendalam lagi mengenai ‘sepak terjang’

beliau dalam berbagai kalangan organisasi. Agar sikap dan wawasannya

dapat membuka kesadaran berorganisasi bagi kalangan muda.

Bagi sejarawan atau pecinta sejarah diharapkan penulisan ini dapat

memberikan manfaat yang berarti. Dan tentunya agar tetap semangat

dalam mengembangkan penulisan mengenai sejarah perempuan Indonesia,

agar dapat dibaca dan dimengerti oleh masyarakat luas.

Page 82: KIPRAH PERJUANGAN SOLICHAH A. WAHID HASYIM 1950 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8204/1/NUUR... · abad ke XVIII dan XIX di Nusantara. Dalam hukum kelautan dipakai

DAFTAR SUMBER

A. Sumber Tertulis

1. Koran

Ant, “Gerakan Genjer-genjer”, Duta Masyarakat: Pembawa Amanat

Penderitaan Umat, (Sabtu, 20 November 1965).

Ibunda Gus Dur Dimakamkan di Tebuireng, Suara Pembaruan, 31 Juli

(Jombang, 1994).

2. Majalah, Tabloid, Jurnal

al-Qurtuby, Sumanto, “NU Gila, Gila NU”, Taswirul Afkar: Jurnal

Refleksi Pemikiran Keagamaan dan Kebudayaan, No. 17 (tahun

2004).

Firdaus, Pembaharu Citra Diri Perempuan Indonesia, Khalifah, Edisi 86,

(24 April- 07 Mei 2008).

L. Bush, Robin, “Wacana Perempuan di Lingkungan Nahdlatul Ulama”,

Taswirul Afkar: Jurnal Refleksi dan Pemikiran Keagamaan dan

Kebudayaan, No. 5, (Tahun 1999).

Najib, Ala’I, “Rekonsiliasi Perempuan Islam dan Komunis”, Taswirul

Afkar: Jurnal Refleksi dan Pemikiran Keagamaan dan

Kebudayaan, No. 15, (Tahun 2003).

Page 83: KIPRAH PERJUANGAN SOLICHAH A. WAHID HASYIM 1950 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8204/1/NUUR... · abad ke XVIII dan XIX di Nusantara. Dalam hukum kelautan dipakai

Nur Widodo, Asyrofuddin, YKM Wujudkan Kesehatan Warga NU,

Yasmin Bulletin Khidmat NU, No. 4, (Oktober, 1992).

PP Muslimat NU Jakarta, “ Laporan Yayasan Kesejahteraan Muslimat

Pusat”, Pada Musyawarah Kerja Nasional di Jakarta: 17-19

September 1988.

PP Muslimat NU, Laporan Petanggungjawaban PP. Muslimat NU Kongres

XI Periode 1979-1984 di Pesantren Nurul Jadid, Probolinggo, Jawa

Timur, 8-12 Desember 1984.

PP Muslimat NU, Laporan Pertanggungjawaban PP Muslimat NU

Kongres XII Periode 1984-1989 di Kaliurang, Yogyakarta, 25-28

November 1989.

PP Muslimat NU, Laporan Pertanggungjawaban PP Muslimat NU

Kongres XIII Periode 1989-1994 di Jakarta, 31 Juli- 4 Agustus

1995.

S. Susanto, Trisno, “ Tulang Rusuk Adam: Membaca Kembali Kitab Suci

dengan Optik Perempuan, Taswirul Afkar: Jurnal Refleksi dan

Pemikiran Keagamaan dan Kebudayaan, No. 5, (Tahun 1999).

Umam, Chatibul, Wanita dan Kepemimpinan, Yasmin Bulletin Khidmat

NU, No. 4, (Oktober, 1992).

--------------------, Sosiawan Muslimah, Risalah Islamiyah, No. 7

(September 1977).

Page 84: KIPRAH PERJUANGAN SOLICHAH A. WAHID HASYIM 1950 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8204/1/NUUR... · abad ke XVIII dan XIX di Nusantara. Dalam hukum kelautan dipakai

--------------------, “Melalui Berbagai Kesulitan Ibu Wahid Hasyim:

Berhasil Mendidik Putra Putrinya, Risalah Islamiyah, No. 7

(September 1977).

3. Buku

Abdurrahman, Dudung, Metode Penelitian Sejarah, (Pamulang: Logos

Wacana Ilmu, 1999), Cet ke. 1.

A. K. Pringgodigdo, Sejarah Pergerakan Rakyat Indonesia, (Jakarta:

Dian Rakyat, 1984).

Dahlan, Muhammad, ed., dkk, Sholichah A. Wahid Hasyim, Muslimah di

Garis Depan, (Jakarta: Yayasan K. H. A. Wahid Hasyim, 2001).

Fayumi, Badriyah, et all, Keadilan dan Kesetaraan Gender: Perspektif

Islam, (Jakarta: Pemberdayaan Perempuan Bidang Agama Dept.

Agama RI, 2001), Cet ke-1.

Gunawan, Restu, dkk, Seminar Kebangkitan Pergerakan Nasional: 25- 27

Mei 1988, (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,

1988).

Hayati, Chusnul, dkk, Peranan Ratu Kalimanyat di Jepara pada Abad ke

XVI, (Jakarta: CV. Putra Prima, 2000).

Helmi, Mustofa dan Ma’sum, Syaifullah, ed., Asmah Syachruni: Muslimat

Pejuang Lintas Zaman dari Kalangan NU, (Jakarta: Pustaka

Indonesia Satu, 2002).

Page 85: KIPRAH PERJUANGAN SOLICHAH A. WAHID HASYIM 1950 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8204/1/NUUR... · abad ke XVIII dan XIX di Nusantara. Dalam hukum kelautan dipakai

Hendrowinoto, Nurinwa Ki. S., dkk, Ibu Indonesia dalam Kenangan,

(Jakarta: Bank Naskah Gramedia dan Yayasan Biografi Indonesia,

2004).

Mahkamah Konstitusi, Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945 dan Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 24 Tahun 2003 Tentang Mahkamah Konstitusi, (Jakarta:

Sekretariat Jendral Republik Indonesia, 2003).

Marijan, Kacung, Quo Vadis NU: Setelah Kembali ke Khittah 1926,

(Jakarta: Erlangga, 1992).

Ma’sum, Saifullah dan Zawawi, Ali, 50 Tahun Muslimat NU Berkhidmat

untuk Agama, Negara dan Bangsa,(Jakarta: PP Muslimat NU,

1996).

M. C. Ricklefs, Sejarah Indonesia Modern 1200-2004, (Jakarta: Serambi

Ilmu Semesta, 2001), Cet. Ke. 3.

Megawangi, Ratna, Membiarkan Berbeda? Sudut Pandang Baru Tentang

Relasi Gender, (Bandung: Mizan, 1999), Cet ke-1.

Memperkenalkan Anggota-anggota DPR Hasil Pemilu 1971, (Jakarta:

Lembaga Pemilihan Umum, 1971).

Nasuhi, Hamid, dkk, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan

Disertasi), (Jakarta: CeQDA UIN Jakarta, 2007), Cet ke-1.

Noer, Deliar, Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942, (Jakarta:

LP3ES, 1988), Cet ke- 4.

Page 86: KIPRAH PERJUANGAN SOLICHAH A. WAHID HASYIM 1950 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8204/1/NUUR... · abad ke XVIII dan XIX di Nusantara. Dalam hukum kelautan dipakai

Kuntowijoyo, Metodologi Sejarah, (Yogyakarta: PT. Tiara Wacana,

1994).

Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, (Yogyakarta: Yayasan Bentang

Budaya, 1995), Cet. Ke 1.

Soewondo, Nani, Kedudukan Wanita Indonesia dalam Hukum dan

Masyarakat, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1984).

Sulastri, Perempuan Indonesia Dulu dan Kini, (Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama, 1996).

Suralaga, Fadilah, dkk, Pengantar Kajian Gender, (Jakarta: Pusat Studi

Wanita UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan McGill-ICIHEP,

2003).

Suny, Ismail, Bunga Rampai Tentang Aceh, (Jakarta: Bharata Karya

Aksara, 1980).

Suryonchondro, Sukanti, Potret Pergerakan Wanita Indonesia, (Jakarta:

Rajawali Press, 1984)

Vreede-De Stuers, Cora, Sejarah Perempuan Indonesia: Gerakan dan

Pencapaian, (Depok: Komunitas Bambu, 2008).

Zuhri, Ny. Saifuddin, Sejarah Muslimat Nahdlatul Ulama, (Jakarta: PP

Muslimat NU Jakarta, 1979)

Page 87: KIPRAH PERJUANGAN SOLICHAH A. WAHID HASYIM 1950 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8204/1/NUUR... · abad ke XVIII dan XIX di Nusantara. Dalam hukum kelautan dipakai

4. Media Elektronik

Sosok Hj. Nyai Sholichah Munawwarah, artikel diakses pada 20 Maret

2008 dari http://jalantrabas.blogspot.com.

Syamsudin Arif, Menyikapi Feminisme dan Isu Gender, artikel ini diakses

pada 25 February 2008 dari http: //www.mulyplay.com.

Triyuni Soemartono, Pemberdayaan Perempuan Masih Retoriksa, artikel

diakses pada Februari 2008 dari http://www.suarakarya-online.com

B. Sumber Lisan

Wawancara Pribadi dengan Ny. Hj. Aisyah Hamid Baidlowi, Jakarta, 4

April 2008

Wawancara Pribadi dengan Ny. Asmah Syachroni, Jakarta, 15 April 2008.