Kinetika Reaksi
-
Upload
wahyu-d-saputra -
Category
Documents
-
view
284 -
download
2
description
Transcript of Kinetika Reaksi
LAPORAN PRAKTIKUM REKAYASA PROSES
PENGOLAHAN PANGAN DAN HASIL PERTANIAN
PERUBAHAN TEKSTUR DAN WARNA PADA WORTEL DENGAN
VARIASI SUHU 60°C, 70°C, 80°C, DAN 90°C PADA PEMANASAN
SELAMA 10, 20, 30,40, DAN 50 MENIT MENGGUNAKAN
UNIVERSAL TESTING MACHINE (UTM) DAN LOVIBOND
TINTOMETER
Disusun oleh :
Olivia Witrahno Golongan II / 10 10/297348/TP/09678
Laurencia Lola Karlina Golongan II / 10 10/297405/TP/09684
Tri Agung Widyarizki Golongan II / 10 10/297406/TP/09685
Mustiko Warih Golongan II / 10 10/297415/TP/09686
Chrisnila Andriani Golongan II / 10 10/297417/TP/09687
Daniel Yonan Golongan II / 10 10/297527/TP/09702
LABORATORIUM REKAYASA PANGAN DAN PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN
JURUSAN TEKNOLOGI PANGAN DAN HASIL PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2013
PERUBAHAN TEKSTUR PADA WORTEL DENGAN VARIASI SUHU 60°C,
70°C, 80°C, DAN 90°C PADA PEMANASAN SELAMA 10, 20, 30,40, DAN 50
MENIT MENGGUNAKAN UNIVERSAL TESTING MACHINE (UTM)
I. TUJUAN
Menentukan nilai K, Ea, nilai D, dan nilai Z pada perubahan tekstur sampel wortel
dengan perlakuan pemanasan suhu 60°C, 70°C, 80°C, dan 90°C selama 10, 20,
30, 40, dan 50 menit menggunakan Universal Testing Machine (UTM)
II. LANDASAN TEORI
Kinetika dapat didefinisikan sebagai suatu ilmu yang terlibat dalam
mempelajari kecepatan reaksi kimia beserta mekanisme reaksinya. Pemahaman
yang baik terhadap mekanisme reaksi kimia yang didukung dengan kemampuan
menghitung konstanta kecepatan akan memfasilitasi dalam pemilihan kondisi
proses yang terbaik.
Kinetika reaksi dapat dinyatakan sebagai nilai K. Nilai K menunjukkan
konstanta reaksi yang menunjukkan kecepatan reaksi. Nilai K makin besar maka
reaksi semakin cepat. Penambahan panas mempercepat tercapainya energi aktivasi
yang juga mempercepat reaksi perubahan tekstur pada sampel (wortel). Variasi
suhu maupun waktu juga sangat berpengaruh dalam perubahan tersebut (Anonim
1, 2012).
Nilai D merupakan waktu yang diperlukan untuk membunuh 90% mikrobia
pada suhu tertentu (Stumbo, 1973). Makin tinggi suhu memberikan nilai D yang
makin kecil (Richardson, 2001). Pada praktikum, nilai D diasosiasikan terhadap
waktu yang diperlukan untuk menurunkan satu log cycle tekstur yang nilainya
ditera menggunakan alat Universal Testing Machine (UTM). Nilai Z adalah suhu
yang diperlukan untuk menurunkan nilai D sebesar satu log cycle. Nilai Z
biasanya diasosiakan sebagai peningkatan suhu guna mempercepat proses
destruksi mikrobia. Untuk mencapai hal ini, biasanya ditentukan terlebih dahulu
nilai D pada suhu tertentu, lalu dicari delta suhunya pada keadaan satu log cycle
waktu yang diperlukan (Anonim 2, 2012). Pada praktikum, nilai Z adalah suhu
yang diperlukan untuk menurunkan nilai D tekstur sebesar satu log cycle.
Adapun faktor – faktor yang mempengaruhi laju atau kinetika reaksi, yakni :
1. Aktivitas Air
Panas kering resistensi umumnya jauh lebih tinggi dari yang untuk kondisi
basah, namun dengan pengalengan konvensional sangat jarang di gunakan.
2. pH
pH kurang dari 4,5 (tinggi asam produk), proses pasteurisasi yang relatif
ringan.
3. lipid dan bahan berminyak (dielektrik)
4. spesies ion
5. kekuatan ion
6. tingkat oksigen
7. asam organik dan antibiotik
(Hersom and Hulland (1980) dan Vas (1970).
III. METODE PERCOBAAN
A. Alat
• Pisau
• Penggaris
• Waterbath (heater)
• Universal Testing Machine (UTM)
B. Bahan
• Wortel
• Air
C. Cara kerja
Pertama – tama wortel dipotong ukuran (3x2x1) cm sebanyak 21 potong.
Kemudian penyiapan waterbath untuk masing – masing variasi suhu, yaitu 60°C,
70°C, 80°C, dan 90°C. Setelah selesai penyiapan, wortel yang telah dipotong
dimasukkan dalam masing – masing waterbath yang berbeda suhu. Dilakukan
pengamatan tiap 10 menit selama 50 menit, yakni dengan mengambil sampel
wortel dan diuji dengan Universal Testing Machine (UTM). Juga dilakukan
pengujian sampel wortel sebelum dipanaskan ke waterbath dan dianggap sebagai
menit ke-0.
Hasil pengukuran tekstur dengan UTM selanjutnya dianalisis untuk dapat
diperoleh nilai K dan Ea menggunakan Microsoft Excel, serta nilai D dan nilai Z
dengan plotting data menggunakan kertas semilog.
IV. ANALISIS DATA
Teori kinetika selama pemanasan atau penurunan jumlah mikrobia selama
pemanasan mengikuti persamaan :
CkdtdC .=−
...(1)
Persamaan (1) di atas dapat diubah dalam bentuk :
dtkCdC .=−
...(2)
Jika persamaan (2) di atas diintegralkan, maka diperoleh :
∫ ∫=−C
C
t
dtkCdC
0 0 ( ) ( )00 .lnln ttkCC −=−−− ...(3)
tkCC Δ=− .lnln 0 ...(4)
tkCC
Δ−= .ln0 ...(5)
tkCCe Δ−= .log0 ...(6)
tkeCC Δ−= .
0 ...(7)
Metode Penentuan Konstanta Kinetika Reaksi
Perlu diketahui konsentrasi awal dan konsentrasi pada tiap selang waktu pada
suhu tertentu. Dengan persamaan tkCC
Δ−= .ln0
, dapat dibuat garis linier ln(C/C0)
vs waktu (t) pada grafik Cartesius.
Dari grafik di atas, dapat diketahui nilai K pada suhu tertentu.
Metode Kecepatan Reaksi dengan Persamaan Arrhenius
Penurunan konsentrasi (mikrobia maupun zat gizi) dipengaruhi oleh faktor
misalnya, suhu, tekanan, dan laju reduksi. Dalam kinetika kimia, persamaan
Arrhenius digunakan untuk menggambar laju atau konstanta laju.
RTE
eAk−
= . ...(8)
Nilai A dapat dieliminasi, sehingga diperoleh :
Persamaan Arrhenius :
RTE
eer
e ekkΔ
−
∞+= logloglog ...(10)
RTE
r ekkΔ
−
∞= . ...(11)
t
Ln (C/C0)
Waktu (t)
Slope = -k
TREkkr1.lnln Δ
−∞= …(9)
y a b x
Waktu (menit)
Jumlah mikrobia
0 2 4 6 8 10 12103
104
105
106
D-value4 menit
Temperatur
Jumlah mikrobia
0 2 6
101
102
z-value10 C0
z
Metode Penentuan D-value dan Z-value
D-value adalah waktu yang dibutuhkan untuk membunuh 90% mikroorganisme
pada suhu tertentu atau waktu yang diperlukan untuk menurunkan 1 log cycle
mikroorganisme (Stumbo, 1973). Pada grafik semilog dapat diperoleh garis:
Berdasarkan definisi di atas, dapat diperoleh persamaan di bawah ini.
DtNN =− loglog 0
...(12)
NNtDloglog 0 −
= ...(13)
Dt
NN −
= 100 ...(14)
Z-value adalah suhu yang diperlukan untuk menurunkan D-value sebanyak 1 log
cycle (Stumbo, 1973). Pada grafik semilog, dapat diperoleh garis:
Hubungan D-value dan Z-value dengan Teori Kinetika
Selain menggunakan grafik di atas, nilai D dapat dicari menggunakan cara lain.
Saat D-value tercapai maka mikroorganisme atau konsentrasi yang tersisa adalah
10% (Stumbo, 1973).
Dengan menggunakan persamaan (7) dan (14):
ktDt
e−−
=10 ...(15)
ktDt
−=− 10ln ...(14)
Dk 10ln=
...(15)
Dk 303.2=
...(16)
kD 303.2=
...(17)
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
Tujuan dari percobaan ini adalah menentukan nilai K, nilai Ea, nilai-D, dan
nilai-Z terhadap perubahan tekstur pada sampel wortel yang dipanaskan dengan
variasi suhu 60°C, 70°C, 80°C, dan 90°C selama 10, 20, 30, 40, dan 50 menit.
a) Penentuan nilai K (konstanta kinetika reaksi)
Tabel 1. Nilai K
Suhu (K) K (menit-1)
333 0.0173
343 0.0183
353 0.0490
363 0.0498
Nilai K merupakan konstanta reaksi yang menunjukkan kecepatan
reaksi. Makin besar nilai K, makin cepat reaksi berlangsung. Pada hasil
percobaan menunjukkan makin tinggi suhu, nilai K juga meningkat (nilai K
pada 363K > 353K > 343K > 333K). Hasil ini sudah sesuai dengan teori.
b) Penentuan nilai Ea (Energi Aktivasi)
Ea atau energi aktivasi merupakan energi minimum yang diperlukan
untuk terjadinya suatu reaksi. Jika energi minimum tidak tercapai maka tidak
terjadi reaksi. Digunakan konsep Arrhenius dimana reaksi antara dua
komponen terjadi jika terjadi tumbukan satu dengan yang lainnya. Jika
tumbukan tersebut melewati energi minimum yang diperlukan untuk
terjadinya suatu reaksi maka tumbukan tersebut akan menghasilkan komponen
baru. Pada suhu rendah hanya sebagian kecil fraksi yang ikut berpartisipasi
pada tumbukan sampai terjadinya suatu reaksi. Jika suhu meningkat maka
energi molekul meningkat sampai di atas energi aktivasi minimum sehingga
reaksi berjalan lebih cepat.
Dalam percobaan, diperoleh nilai Ea sebesar 41.765,7009 Joule/mol.
Faktor yang berpengaruh terhadap nilai Ea dalam percobaan ini adalah
ketebalan bahan. Semakin tebal bahan, kecepatan transfer panas turun, nilai Ea
semakin besar. Nilai Ea yang membesar menunjukkan bahwa semakin banyak
energy minimum yang dibutuhkan untuk melakukan reaksi. Jika dilakukan
pada suhu rendah, reaksi akan berjalan lambat. Sementara pada suhu tinggi,
reaksi akan berjalan lebih cepat karena energi molekul yang bertumbukan satu
sama lain semakin besar. Pengaruh Energi Aktivasi (Ea) terhadap percobaan
ini adalah terjadinya perubahan tekstur pada wortel. Bila Ea yang digunakan
kecil, maka perubahan (penurunan tekstur) sebanyak 1 log cycle juga makin
rendah. Dan sebaliknya bila Ea besar, maka penurunan tekstur 1 log cycle
makin tinggi.
c) Penetuan nilai D
Nilai D adalah waktu yang diperlukan untuk menurunkan sifat tekstural
berupa kekerasan sebanyak 1 logcycle pada sampel wortel dengan suhu (T)
tertentu. Berikut hasil nilai D.
Tabel 2. Nilai D
Suhu
(ºC)
Nilai D grafik
(menit)
Nilai D rumus
(menit)
60 128,5 133,1214
70 76,5 125,8470
80 80 47,0000
90 50 46,2450
Dari tabel hasil percobaan diatas, diperoleh data bahwa makin tinggi
suhu, makin kecil nilai D (berbanding terbalik). Hal ini sudah sesuai dengan
teori, bahwa semakin tinggi suhu yang digunakan dalam proses, semakin
sedikit waktu yang dibutuhkan untuk menurunkan sifat tekstural dalam
konteks ini kekerasan sebanyak 1 log cycle. Bila dibandingkan nilai D antara
metode grafik dengan metode rumus/perhitungan, terdapat perbedaan yang
cukup signifikan. Perhitungan nilai D rumus akan lebih akurat dibandingkan
dengan nilai D grafik. Penentuan nilai D grafik bersifat subyektif tergantung
pada ketelitian dalam mem-plotting titik dan membuat grafik.
Hubungan nilai D dengan konstanta kinetika reaksi yakni berbanding
terbalik. Bila kenaikan nilai K berbanding lurus dengan kenaikan suhu dan
kenaikan suhu berbanding terbalik dengan nilai D, maka nilai D berbanding
terbalik pula dengan nilai K. Kecepatan reaksi meningkat seiring
bertambahnya suhu, menyebabkan waktu yang dibutuhkan untuk menurunkan
sifat kekerasan dari tekstur sebanyak 1 log cycle lebih singkat sehingga nilai D
makin kecil.
d) Penentuan nilai Z
Nilai Z merupakan kisaran atau batasan suhu yang dibutuhkan untuk
menurunkan jumlah mikrobia sebanyak 1 logcycle. (Estiasih & Ahmadi,
2009). Hasil nilai Z percobaan sebagai berikut.
Tabel 3. Nilai Z
Nilai Z
grafik (K)
Nilai Z
rumus (K)
69,5 55,5555
Dari hasil percobaan di atas diperoleh nilai Z rumus lebih kecil
dibandingkan dengan nilai Z grafik. Perbedaan ini juga diakibatkan adanya
pem-plottingan grafik secara subjektif.
Hubungan nilai D dengan nilai Z yaitu, makin meningkatnya suhu
mengakibatkan turunnya nilai D yang diikuti penurunan nilai Z juga.
VI. KESIMPULAN
1. Nilai K pada suhu : 333K = 0,0173 menit-1; 343K = 0,0183 menit-1; 353K =
0,0490 menit-1; 363K = 0.0498 menit-1
2. Nilai Ea = 41.765,7009 Joule/mol
3. Nilai D metode grafik suhu 60°C = 128,5 menit; suhu 70°C = 76,5 menit;
suhu 80°C = 80 menit; suhu 90°C = 50 menit. Sedangkan nilai D metode
rumus atau perhitungan suhu 60°C = 133,1214 menit; suhu 70°C = 125, 8470
menit; suhu 80°C = 47 menit; suhu 90°C = 46,2450 menit
Keseluruhan : nilai D rumus > nilai D grafik
4. Nilai Z grafik = 69,5 K dan Z rumus = 55,5555 K
V. DAFTAR PUSTAKA
Hersom, A. C., & Hulland, E. D. 1980. Canned foods. Thermal processing and
microbiology (7th Edition). Edinburgh: Churchill Livingstone.
Richardson, P. 2001. Fruit Process: Nutrition Product and Quality Management
2nd edition. Aspec Publication: Gaitthersburg.
Stumbo. 1973. Thermobacteriology in Food Processing. Academic Press: London.
Vas, K. 1970. Problems of thermal processing. J. Appl. Bact., 33, 157–166.
Anonim1. 2012. F-Value. http://www.ellab.com/Applications/F-Value.aspx.
diakses pada hari Sabtu, tanggal 20 Maret 2013 pukul 20.29 WIB
Anonim2. 2012. Kinetika kimia. http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-
smk/kelas_x/kinetika-kimia-definisi-laju-reaksi-dan-hukum-laju/. Diakses
pada 20 Maret 2013 pukul 20.47 WIB
VI. LEMBAR PENGESAHAN
Yogyakarta, 21 Maret 2013
Mengetahui, Praktikan,
Asisten,
( ) (Olivia Witrahno)
(Laurencia Lola Karlina)
(Tri Agung Widyarizki)
(Mustika Warih)
(Chris Nila Andriani)
(Daniel Yonan Cahyanto)
VII. LAMPIRAN
Tabel Hasil Percobaan
Suhu
°C
Waktu (menit)
0 10 20 30 40 50
60 7.1308 3.0710 4.0544 3.1366 2.8027 2.3591
70 7.1308 2.6383 2.8356 2.1632 2.0408 2.4444
80 7.1308 1.7674 0.9128 0.6891 0.5217 0.5094
90 7.1308 1.3695 1.1784 1.1045 0.4285 0.4447
Tabel Hasil ln
Suhu
°C
Waktu (menit)
0 10 20 30 40 50
60 1.9644 1.1220 1.3998 1.1431 1.0306 0.8583
70 1.9644 0.9701 1.0422 0.7716 0.7133 0.8936
80 1.9644 0.5695 -0.0912 -0.3724 -0.6507 -0.6745
90 1.9644 0.3144 0.1642 0.0994 -0.8475 -0.8104
y = -‐0.0173x + 1.6860 R² = 0.6887
0 0.5 1
1.5 2
2.5
0 20 40 60
ln
waktu (menit)
Suhu 60
y = -‐0.0183x + 1.5160 R² = 0.5525
0 0.5 1
1.5 2
2.5
0 20 40 60
ln
waktu (menit)
Suhu 70
y = -‐0.0490x + 1.3482 R² = 0.8200
-‐2
-‐1
0
1
2
3
0 20 40 60
ln
waktu (menit)
Suhu 80
y = -‐0.0498x + 1.3920 R² = 0.8279
-‐2
-‐1
0
1
2
3
0 20 40 60
ln
waktu (menit)
Suhu 90
Grafik waktu vs Ln pada masing-masing suhu:
Nilai K didapatkan dari –b dari persamaan y=bx+a dari grafik t vs ln diatas :
suhu (K) 1/T K ln K
333 3.003x10-3 0.0173 -4.0570
343 2.2155x10-3 0.0183 -4.0008
353 2.8329x10-3 0.0490 -3.0159
363 2.7548x10-3 0.0498 -2.9997
y = -‐5,023.8494x + 10.9329 R² = 0.8272
-‐4.5 -‐4
-‐3.5 -‐3
-‐2.5 -‐2
-‐1.5 -‐1
-‐0.5 0 0.0027 0.00275 0.0028 0.00285 0.0029 0.00295 0.003 0.00305
1/T vs ln K
Dari tabel di atas, dibuat grafik 1/T vs ln K untuk menentukan nilai Ea
Nilai Ea = -b * R, -b didapatkan dari persamaan di atas, maka nilai Ea = 41765.7009
Joule/mol
Untuk menentukan nilai D pada masing – masing suhu, digunakan rumus : 𝐷 = !,!"!!
,
sehingga diperoleh :
• D333 = !.!"!!.!"#$
= 133.1214
• D343 = !.!"!!.!"#$
= 125.8470
• D353 = !.!"!!.!"#!
= 47.0000
• D363 = !.!"!!.!"#$
= 46.2450
Setelah mendapat nilai D untuk masing
– masing suhu, nilai D di log-kan :
suhu (°C) D Log D
60 133.1214 2.1242
70 125.8470 2.0998
80 47.0000 1.6721
90 46.2450 1.6651
y = -‐0.0181x + 3.2440 R² = 0.8272
0
0.5
1
1.5
2
2.5
0 20 40 60 80 100
Log D
Suhu (°C)
Suhu vs Log D
Suhu vs Log D
Linear (Suhu vs Log D)
Setelah itu, diplotting suhu vs log D :
Dari persamaan tersebut, dicari nilai X1 dan X2 dengan rumus : 𝑥 = !!!!
; dengan nilai
untuk y1 = 1 dan y2 = 2.
• X1 = !! !!.!"#!!.!""#
= 124.6722
• X2 = !!(!!.!"#!)!.!""#
= 69.1167
Sehingga nilai Z :
Z = 124.6722 – 69.1167
= 55.5555 K
HASIL UTM
GRAFIK SEMILOG
PERUBAHAN WARNA PADA WORTEL DENGAN VARIASI SUHU
(60,70,80,dan 90oC) PADA PEMANASAN SELAMA 0,10,20,30,40,DAN 50
MENIT MENGGUNAKAN LOVIBOND TINTOMETER
I. TUJUAN
Mengetahui nilai konstanta reaksi (k), energi aktivasi (Ea), nilai D dan nilai Z
pada penurunan intensitas warna merah dan kuning pada sampel wortel (Daucus
carota) dengan Lovibond Tintometer dengan pemanasan suhu 60°C, 70ºC, 80°C,
90ºC selama 10,20,30,40,dan 50 menit.
II. LANDASAN TEORI
Kinetika reaksi dapat dinyatakan sebagai nilai K. Nilai K menunjukkan
konstanta reaksi yang menunjukkan kecepatan reaksi. Nilai K makin besar maka
reaksi semakin cepat. Penambahan panas mempercepat tercapainya energi aktivasi
yang juga mempercepat reaksi perubahan warna maupun tektur pada sampel
nanas. Variasi suhu maupun waktu memegang peranan penting dalam perubahan
tersebut (Anonim1, 2012).
Nilai D adalah waktu yang diperlukan untuk membunuh 90% mikrobia pada
suhu tertentu (Stumbo, 1973). Makin tinggi suhu memberikan nilai D yang makin
kecil (Richardson, 2001). Pada praktikum, nilai D diasosiasikan terhadap waktu
yang diperlukan untuk menurunkan satu log cycle warna yang nilainya ditera
menggunakan alat (Lovibond meter).
Nilai Z adalah suhu yang diperlukan untuk menurunkan nilai D sebesar satu
log cycle. Nilai Z biasanya diasosiakan sebagai peningkatan suhu guna
mempercepat proses destruksi mikrobia. Untuk mencapai hal ini, biasanya
ditentukan terlebih dahulu nilai D pada suhu tertentu, lalu dicari delta suhunya
pada keadaan satu log cycle waktu yang diperlukan (Anonim 2, 2012). Pada
praktikum, nilai Z adalah suhu yang diperlukan untuk menurunkan nilai D tekstur
maupun warna sebesar satu log cycle.
Faktor- Faktor yang mempengaruhi kinektika reaksi:
1. Aktivitas air
Panas kering resistensi umumnya jauh lebih tinggi dari yang
untuk kondisi basah, namun dengan pengalengan konvensional sangat
jarang di gunakan.
2. pH
pH kurang dari 4,5 (tinggi asam produk), proses pasteurisasi yang relatif
ringan
3. lipid dan bahan berminyak bahan dielektrik
4. spesies ion
5. kekuatan ion
6. tingkat oksigen
7. asam organik dan antibiotik.
(Hersom and Hulland (1980) dan Vas (1970).
Menurut sumber lain, laju reaksi dipengaruhi oleh beberapa faktor,
antara lain luas permukaan sentuh, suhu, katalis, molaritas, dan konsentrasi. Luas
permukaan sentuh memperbesar kemungkinan kontak antara media, sehingga
reaksi dapat berjalan secara serempak pada waktu yang bersamaan. Suhu tinggi
menyebabkan partikel semakin aktif bergerak, sehingga terjadi lebih banyak
tumbukan yang menyebabkan reaksi berlangsung. Katalis menyediakan
alternative lain yang energy aktivasinya lebih rendah untuk media bereaksi.
Molaritas dan konsentrasi memegang peranan dalam laju reaksi karena
hubungannya dengan jumlah partikel yang terlarut. Makin banyak partikel artinya
makin banyak kesempatan untuk bereaksi (Anonim 3, 2012).
III. METODE PERCOBAAN
A. Alat
Lovibond tintometer 1 buah
Waterbath suhu 60,70,80,dan 90º 1 buah (masing-masing)
Kuvet 1 buah
Nampan 1 buah
Penjepit 1 buah
Pisau 2 buah
B. Bahan
Wortel 21 potong
Air secukupnya
C. Cara Kerja
Dalam pengujian warna, yang pertama dilakukan yaitu mengupas dan
memotong sampel wortel menjadi potongan-potongan kecil berbentuk balok
dengan ukuran 3x2x1 cm (panjang x lebar x tinggi). Wortel untuk pengujian
warna ini dibagi menjadi 21 potong.
Sampel dimasukkan ke dalam waterbath dengan suhu 60°C, 70°C, 80°C,
90 °C. Setiap waterbath diisi dengan 10 buah sampel untuk mewakili hasil
pengujian pada variabel waktu yaitu 10,20,30,40,dan 50 menit. Sehingga, pada
setiap waktu yang ditentukan tersebut diambil 2 buah sampel dari waterbath. Dari
dua sampel tersebut, satu sampel untuk pengujian tekstur dan satu buah untuk
warna, termasuk satu buah sampel yang digunakan sebagai kontrol sehingga tidak
dilakukan pemanasan.
Tahap berikutnya yang dilakukan yaitu pengamatan waktu setiap 10
menit selama 50 menit, sampel diambil dan dianalisa warna dengan Lovibond
tintometer. Dengan analisa ini, dapat diketahui pengaruh suhu dan waktu tertentu
terhadap perubahan warna sampel. Penggunaan Lovibond dilakukan dengan
pengecekan chamber untuk memastikan tidak ada sampel yang tertinggal pada
chamber lid. Kemudian alat dinyalakan sehingga dalam posisi ON, serta
pemastian halon white standard bersih dan posisi sudah tepat. Sampel
dimasukkan ke kuvet (kira-kira 1/3 kuvet), tempatkan di depan halon white
standart dan sample chamber lid ditutup. Lalu amati sampel pada lubang yang
terbagi menjadi dua bagian yaitu sample colour (kiri) dan matched colour
(kanan). Yang harus dilakukan yaitu mengubah skala baik skala merah maupun
kuning sehingga matched colour sesuai dengan sample colour. Setelah sampel
diamati dan warna telah sesuai, skala merah dan kuning dicatat.
Hasil pengukuran yang diperoleh selanjutnya akan digunakan metode
perhitungan sehingga diperoleh nilai k dan Ea. Sedangkan nilai D dan Z diperoleh
dari grafik semilog.
IV. ANALISIS DATA
Menurut Singh (2001), teori kinetika untuk degradasi zat gizi selama pemanasan
atau penurunan jumlah mikrobia selama pemanasan mengikuti kinetika orde
pertama yang memiliki persamaan:
CkdtdC .=−
...(1)
Persamaan (1) di atas dapat diubah ke dalam bentuk:
dtkCdC .=−
...(2)
Jika persamaan (2) di atas diintegralkan maka diperoleh persamaan:
∫ ∫=−C
C
t
dtkCdC
0 0 ...(3)
( ) ( )00 .lnln ttkCC −=−−− ...(3)
tkCC Δ=− .lnln 0 ...(4)
tkCC
Δ−= .ln0 ...(5)
tkCCe Δ−= .log0 ...(6)
tkeCC Δ−= .
0 ...(7)
Metode Penentuan Konstanta Kecepatan Reaksi
Untuk menentukan konstanta kecepatan reaksi, harus diketahui konsentrasi awal
dan konsentrasi pada tiap selang waktu tertentu pada suhu tertentu. Dengan
persamaan tkCC
Δ−= .ln0
, dapat dibuat garis linier ln (C/C0) vs t pada grafik
Cartesius.
Dari grafik di atas dapat diketahui nilai k pada suhu tertentu.
Hubungan Kecepatan Reaksi dengan Persamaan Arrhenius
Penurunan konsentrasi mikrobia atau zat gizi dipengaruhi oleh faktor-faktor luar
bahan, misalnya suhu, tekanan, laju reduksi. Dalam kinetika kimia, persamaan
Arrhenius digunakan untuk menggambarkan konstanta laju.
RTE
eAk−
= . ...(8)
Nilai A dapat dieliminasi, hingga diperoleh persamaan:
Persamaan Arrhenius
...(9)
y a b x
RTE
eer
e ekkΔ
−
∞+= logloglog ...(10)
RTE
r ekkΔ
−
∞= . ...(11)
ln (C/C0)
t
-‐k = slope
TREkkr1.lnln Δ
−∞=
Metode PenentuanEnergi Aktivasi
Dari beberapa k pada setiap variasi suhu tertentu, maka dapat digambarkan grafik
hubungan nilai k dengan suhu. Dari persamaan TR
Ekkt1.lnln 0
Δ−= , energi
aktivasi dapat dicari dengan membuat garis linier ln k vs 1/T.
R adalah konstanta gas, sebesar 8.314.10-3 kJ/mol.K, sehingga dari persamaan
garis di atas dapat dicari nilai energi aktivasinya.
Ea= b*R
B= slope
Metode Penentuan D-value dan Z-value
D-value adalah waktu yang dibutuhkan untuk membunuh 90% mikroorganisme
pada suhu tertentu atau waktu yang diperlukan untuk menurunkan 1 log cycle
mikroorganisme (Stumbo, 1973). Pada grafik semilog dapat diperoleh garis:
Waktu (menit)
Jumlah mikrobia
0 2 4 6 8 10 12103
104
105
106
D-value4 menit
ln k
1/T (1/K)
-‐ΔE/R = slope ln k0
Berdasarkan definisi di atas, dapat diperoleh persamaan di bawah ini.
DtNN =− loglog 0
...(12)
NNtDloglog 0 −
= ...(13)
Dt
NN −
= 100 ...(14)
Z-value adalah suhu yang diperlukan untuk menurunkan D-value sebanyak 1 log
cycle (Stumbo, 1973). Pada grafik semilog, dapat diperoleh garis:
Temperatur
Jumlah mikrobia
0 2 6
101
102
z-value10 C0
z Hubungan D-value dan Z-value dengan Teori Kinetika
Selain menggunakan grafik di atas, nilai D dapat dicari menggunakan cara lain.
Saat D-value tercapai maka mikroorganisme atau konsentrasi yang tersisa adalah
10% (Stumbo, 1973).
Dengan menggunakan persamaan (7) dan (14):
ktDt
e−−
=10 ...(15)
ktDt
−=− 10ln ...(14)
Dk 10ln=
...(15)
Dk 303.2=
...(16)
kD 303.2=
...(17)
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. WARNA MERAH
Tabel hasil nilai k
Nilai k merupakan konstanta reaksi. Nilai konstanta reaksi ini menunjukkan
kecepatan reaksi sehingga semakin besar nilai-nya, semakin cepat reaksi terjadi.
Seharusnya semakin tinggi suhu, nilai k yang diperoleh juga semakin besar. Hal
ini disebabkan pada suhu rendah hanya sebagian kecil fraksi yang ikut
berpartisipasi pada tumbukan sampai terjadinya suatu reaksi. Jika suhu
meningkat, maka energi molekul meningkat sampai diatas minimum energi
aktivasi sehingga reaksi berjalan lebih cepat. Juga sesuai dengan konsep
Arrhenius dalam persamaan : 𝑘 = 𝑘𝑜 𝑒![!"!"] dengan R adalah konstanta gas ideal
(8.314 J/moloK); T adalah suhu (K); Ea adalah energi aktivasi (J/mol) dan ko
adalah konstanta Arrhenius. Hubungan antara konstanta kecepatan reaksi dengan
suhu adalah eksponensial sehingga perubahan suhu akan berpengaruh sangat besar
terhadap konstanta kecepatan reaksi (k).
Berdasarkan tabel, diperoleh hasil dengan nilai k yang berubah dan tidak
beraturan pada setiap kenaikan suhu. Pada suhu 333,343,dan 353 K nilai
konstanta reaksi yang diperoleh justru semakin menurun. Sedangkan pada 363 K,
nilai k diperoleh meningkat dibanding sebelumnya. Hasil ini menunjukkan
kecepatan reaksi di awal peningkatan suhu justru menurun, kemudian pada suhu
363 K kecepatan meningkat. Sehingga, hasil percobaan yang diperoleh tidak
sesuai dengan teori (menyimpang) karena seharusnya semakin meningkatnya suhu
dan makin lama waktu, makin tinggi kecepatan reaksi untuk pengurangan warna
karena makin lama kontak dengan panas, bahan lebih mudah kehilangan warna.
Suhu
(K) 1/T k
333 3.003 x 10-3 1.788 x 10-3
343 2.9154 x 10-3 - 2.6863 x 10-3
353 2.8329 x 10-3 - 6.7971 x 10-3
363 2.7548 x 10-3 - 4.0766 x 10-3
Adanya penyimpangan ini dapat disebabkan perbedaan persepsi dalam
menentukan kesamaan warna pada Lovibond tintometer. Setiap orang memiliki
persepsi berbeda, sehingga hasil yang diperoleh kurang akurat dan bersifat
subjektif. Hal ini akan mempengaruhi skala warna yang diperoleh, yang akan juga
mempengaruhi perhitungan dan diperoleh nilai k negatif. Nilai k yang negatif ini
menyebabkan perhitungan selanjutnya untuk menghitung nilai D, Z, dan Ea tidak
dapat dilakukan.
Ea (energi aktivasi) adalah energi minimum yang diperlukan untuk
terjadinya suatu reaksi. Jika energi minimum tidak tercapai maka tidak terjadi
reaksi. Digunakan konsep Arrhenius dimana reaksi antara dua komponen terjadi
jika terjadi tumbukan satu dengan yang lainnya. Jika tumbukan tersebut melewati
energi minimum yang diperlukan untuk terjadinya suatu reaksi maka tumbukan
tersebut akan menghasilkan komponen baru. Pada reaksi yang lambat, tumbukan
terjadi lambat sehingga tidak semua tumbukan akan terjadi suatu reaksi.
Energi aktivasi ditentukan dengan mengambil slope dari grafik yang
menggambarkan hubungan 1/T (sumbu x) dan ln k (sumbu y), yang dikalikan
dengan nilai R. Namun dalam percobaan nilai Ea tidak dapat ditentukan karena
nilai k yang negatif sehingga perhitungan untuk mendapatkan nilai ln k tidak
dapat dilanjutkan. Ea akan mempengaruhi reaksi pada bahan. Semakin kecil Ea,
maka semakin kecil energi yang diperlukan untuk menurunkan warna sebanyak 1
log cycle. Semakin besar Ea, maka semakin besar pula energi yang diperlukan
untuk menurunkan warna sebanyak 1 log cycle.
Nilai D adalah waktu yang diperlukan untuk menurunkan nilai intensitas
warna pada sampel wortel sebanyak 1 logcycle suhu (T) tertentu. Nilai D
ditentukan dengan rumus D = 2,303/k. Sehingga dapat dikatakan nilai D
berbanding terbalik dengn nilai k. Hal ini menunjukkan jika semakin besar nilai D
maka semakin kecil nilai k. Atau semakin lama waktu yang diperlukan untuk
menurunkan intensitas warna sebesar 1 log cycle semakin kecil nilai konstanta
kecepatan reaksi untuk menurunkan intensitas warna pada suhu tertentu.
Nilai Z adalah jumlah suhu yang diperlukan untuk menurunkan nilai D
sebanyak 1 log cycle. Nilai Z ini dapat diperoleh dengan 2 cara yaitu dengan
metode perhitungan dan metode grafik (dengan kertas semilog).
Tabel hasil nilai D
Suhu (ºC ) D (menit)- grafik D (menit)-perhitungan
60 93 -
70 101 -
80 170 -
90 65 -
Berdasarkan tabel, diperoleh pada metode perhitungan, nilai D tidak dapat
ditentukan. Hal ini disebabkan nilai k yang negatif, dan perhitungan tidak dapat
dilanjutkan. Sehingga nilai Z yang berhubungan dengan D (dari persamaan yang
menyatakan hubungan log D dan suhu) juga tidak dapat ditentukan dengan
perhitungan. Sedangkan dengan metode grafik, nilai D yang diperoleh tidak dapat
ditentukan tren nya. Hal ini karena semakin tinggi suhu pemanasan, nilai D naik
pada suhu 60,70,dan 80 ºC, lalu mengalami penurunan pada suhu 90ºC. Hal ini
tidak sesuai teori, seharusnya nilai D akan semakin kecil dengan seiring dengan
meningkatnya suhu. Hal ini disebabkan semakin tinggi suhu kecepatan reaksi
akan semakin tinggi dan waktu yang diperlukan untuk menurunkan intensitas
warna semakin sedikit/singkat. Dengan demikian seharusnya urutan nilai D yang
diperoleh adalah D 60ºC>D 70ºC>D 80ºC>D 90ºC. Nilai Z dengan grafik
diperoleh sebesar 94.5°C.
Nilai Z merupakan suhu yang diperlukan untuk menurunkan nilai D
sebanyak 1 log cycle. Sedangkan D merupakan waktu yang diperlukan untuk
menurunkan intensitas warna sebanyak 1 log cycle pada masing masing variasi
suhu. Hubungan keduanya yaitu dalam penentuan nilai Z diperlukan nilai D pada
masing-masing variasi suhu. Selanjutnya melalui plotting dapat dilihat penurunan
nilai D seiring meningkatnya suhu pemanasan sehingga dapat ditentukan berapa
rentang suhu yang diperlukan untuk menurunkan nilai D sebesar 1 log cycle.
B. WARNA KUNING
Tabel hasil nilai k :
Nilai k merupakan konstanta reaksi. Nilai konstanta reaksi ini menunjukkan
kecepatan reaksi sehingga semakin besar nilai-nya, semakin cepat penurunan
warna terjadi. Hubungan antara konstanta kecepatan reaksi dengan suhu adalah
eksponensial sehingga perubahan suhu akan berpengaruh sangat besar terhadap
konstanta kecepatan reaksi.
Pada percobaan diperoleh tiga nilai k yang negatif, yaitu pada suhu
343,353,dan 363 K. Nilai yang negatif ini menunjukkan bahwa semakin lama
waktu pemanasan, kecepatan reaksi makin rendah. Hal tersebut tidak sesuai
dengan teori, seharusnya semakin lama waktu reaksi, makin tinggi kecepatan
reaksi untuk pengurangan warna karena makin lama kontak dengan panas, bahan
lebih mudah kehilangan warna. Adanya penyimpangan ini dapat disebabkan
perbedaan persepsi dalam menentukan kesamaan warna pada Lovibond
tintometer. Setiap orang memiliki persepsi berbeda, sehingga hasil yang diperoleh
kurang akurat dan bersifat subjektif. Hal ini akan mempengaruhi skala warna yang
diperoleh, yang akan juga mempengaruhi perhitungan dan diperoleh nilai k
negatif. Nilai k yang negatif ini menyebabkan perhitungan selanjutnya untuk
menghitung nilai D, Z, dan Ea tidak dapat dilakukan.
suhu
(K) 1/T k
333
3.003 x
10-3 0.0184
343
2.9154
x 10-3 -0.0268
353
2.8329
x 10-3 -0.0459
363
2.7548
x 10-3
-2.4154 x
10-3
Energi aktivasi ditentukan dengan mengambil slope dari grafik yang
menggambarkan hubungan 1/T (sumbu x) dan ln k (sumbu y), yang dikalikan
dengan nilai R. Namun dalam percobaan nilai Ea tidak dapat ditentukan karena
nilai k yang negatif sehingga perhitungan untuk mendapatkan nilai ln k tidak
dapat dilanjutkan. Ea akan mempengaruhi reaksi pada bahan. Semakin kecil Ea,
maka semakin kecil energi yang diperlukan untuk menurunkan warna sebanyak 1
log cycle. Semakin besar Ea, maka semakin besar pula energi yang diperlukan
untuk menurunkan warna sebanyak 1 log cycle.
Tabel nilai D
Suhu (ºC ) D (menit)- grafik D (menit)-perhitungan
60 36 -
70 60 -
80 51.5 -
90 66.85 -
Berdasarkan tabel, diperoleh pada metode perhitungan, nilai D tidak dapat
ditentukan. Hal ini disebabkan nilai k yang negatif, dan perhitungan tidak dapat
dilanjutkan. Sehingga nilai Z yang berhubungan dengan D (dari persamaan yang
menyatakan hubungan log D dan suhu) juga tidak dapat ditentukan dengan
perhitungan. Sedangkan dengan metode grafik, nilai D yang diperoleh tidak dapat
ditentukan tren nya. Di awal yaitu pada 70ºC nilai D mengalami peningkatan,
kemudian pada suhu 80ºC menurun, namun meningkat lagi pada suhu 90ºC. Hal
ini tidak sesuai teori, seharusnya nilai D akan semakin kecil dengan seiring
dengan meningkatnya suhu. Hal ini disebabkan semakin tinggi suhu kecepatan
reaksi akan semakin tinggi dan waktu yang diperlukan untuk menurunkan
intensitas warna semakin sedikit/singkat. Dengan demikian seharusnya urutan
nilai D yang diperoleh adalah D 60ºC > D 70ºC > D 80ºC > D 90ºC. Nilai Z pada
warna kuning dengan grafik diperoleh sebesar 165°C.
Nilai Z merupakan suhu yang diperlukan untuk menurunkan nilai D
sebanyak 1 log cycle. Sedangkan D merupakan waktu yang diperlukan untuk
menurunkan intensitas warna sebanyak 1 log cycle pada masing masing variasi
suhu. Hubungan keduanya yaitu dalam penentuan nilai Z diperlukan nilai D pada
masing-masing variasi suhu. Selanjutnya melalui plotting dapat dilihat penurunan
nilai D seiring meningkatnya suhu pemanasan sehingga dapat ditentukan berapa
rentang suhu yang diperlukan untuk menurunkan nilai D sebesar 1 log cycle.
KETERKAITAN ANTAR 3 ACARA :
Keterkaitan antara ketiga acara dalam praktikum ini yaitu bahwa pada acara
distribusi panas medium yang digunakan adalah air dan steam. Setelah diperoleh
hasilnya, media pemanas yang baik adalah steam. Hal ini karena steam memiliki
pengikatan panas yang tinggi dibanding air. Pada sterilisasi pemanasan tidak
boleh dilakukan terlalu lama, oleh karena itu pada acara sterilisasi media pemanas
yang digunakan adalah steam. Distribusi panas akan mempengaruhi sterilisasi
karena faktor media mempengaruhi kecepatan sterilisasi. Sterilisasi menggunakan
steam yang dilakukan pada sampel wortel akan mempengaruhi sifak fisik wortel
sebagai sampel. Dan faktor dari pemanasan dengan menggunakan berbagai suhu
dan waktu akan berdampak pada sifat fisik dari sampel akan diamati pada
praktikum kinetika reaksi. Kinetika reaksi akan mempengaruhi proses sterilisasi
karena semakin tinggi nilai Z, semakin kecil nilai Lethal Rate-nya. Pada acara
kinetika reaksi, dapat diketahui konstanta laju perubahan tekstur dan warna.
VI. KESIMPULAN
a) Warna Merah
• Nilai k warna merah pada suhu 333 K = 1,788 x 10-3, suhu 343 K = -
2,6863 x 10-3, suhu 353 K= -6,7971 x 10-3, suhu 363 K = -4,0766 x 10-3.
Urutan intensitas nilai k warna merah pada sampel wortel pada suhu 353
K < 363 K < 343 K < 333 K.
• Nilai Ea tidak dapat ditentukan karena terdapat nilai k yang negatif.
• Berdasarkan plotting grafik, diperoleh nilai D warna merah yaitu D80°C
(170 menit) > D70ºC (101 menit) > D60°C (93 menit) > D90º (65 menit).
Sedangkan berdasarkan perhitungan tidak dapat ditentukan karena
terdapat nilai k yang negatif.
• Berdasarkan plotting grafik, nilai Z yang diperoleh adalah 94.5°C.
Sedangkan berdasar perhitungan tidak dapat ditentukan karena terdapat
nilai k yang negatif.
b) Warna Kuning
• Nilai k warna kuning pada suhu 333 K = 0,0184, suhu 343 K = -0,0268,
suhu 353 K = -0,0459, suhu 363 K = -2,4154 x 10-3. Urutan intensitas
nilai k warna Kuning pada sampel wortel adalah pada suhu 363 K < 353
K < 343 K < 333 K.
• Nilai Ea tidak dapat ditentukan karena terdapat nilai k yang negatif.
• Berdasar plotting grafik semilog, diperoleh nilai D warna kuning pada
D90°C (66.85 menit) > D70ºC (60 menit) > D80°C (51.5 menit) > D60º
(36 menit). Sedangkan dengan metode perhitungan, nilai D tidak dapat
ditentukan karena terdapat nilai k yang negatif.
• Berdasar plotting grafik, nilai Z yang diperoleh adalah 165ºC. Sedangkan
berdasar perhitungan tidak dapat ditentukan karena terdapat nilai k yang
negatif.
VII. DAFTAR PUSTAKA
Anonim1. 2012. Kinetika kimia. http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-
smk/kelas_x/kinetika-kimia-definisi-laju-reaksi-dan-hukum-laju/. Diakses
pada 21 Maret 2013 pukul 16.00 WIB.
Anonim 2. 2012. Z Value. http://en.wikipedia.org/wiki/Z-value. Diakses pada 21
Maret 2013 pukul16.10 WIB.
Anonim3. 2012. Laju Reaksi. http://id.wikipedia.org/wiki/Laju_reaksi. Diakses
pada 21 maret 2013, 17.00
Hersom, A. C., & Hulland, E. D. 1980. Canned foods. Thermal processing and
microbiology (7th Edition). Edinburgh: Churchill Livingstone.
Richardson, P. 2001. Fruit Process: Nutrition Product and Quality Management
2nd edition. Aspec Publication: Gaitthersburg.
Singh, R.P. 2001. Introduction to food Engineering. California:Academic Press.
Stumbo, C. R. 1973. Thermobacteriology in food processing (2nd Edition). New
York:Academic Press.
VIII. LEMBAR PENGESAHAN
Yogyakarta, 21 Maret 2013
Mengetahui, Praktikan,
Asisten,
( ) (Olivia Witrahno)
(Laurencia Lola Karlina)
(Tri Agung Widyarizki)
(Mustika Warih)
(Chris Nila Andriani)
(Daniel Yonan Cahyanto)
IX. LAMPIRAN
(Metode Perhitungan)
Warna Merah
Suhu Waktu
0 10 20 30 40 50
60 7 10 10 8 7 8
70 7 10 10 8 8 10.1
80 7 8.2 9 9 10 10
90 7 10 10 7 10 10
Suhu ln hasil
0 10 20 30 40 50
60 1.9459 2.3026 2.3026 2.0794 1.9459 2.0794
70 1.9459 2.3026 2.3026 2.0794 2.0794 2.3125
80 1.9459 2.1041 2.1972 2.1972 2.3026 2.3026
90 1.9459 2.3026 2.3026 1.9459 2.3026 2.3026
y = bx + a
k = -b
Suhu 60°C
y = (-1.788 x 10-3)x + 2.154
k = 1.788 x 10-3
Suhu 70°C
y = (2.6863 x 10-3 ) x + 2.1032 k = - 2.6863 x 10-3
Suhu 80°C
y = (6.7971 x 10-3)x + 2.0050 k = - 6.7971 x 10-3
Suhu 90°C
y = (4.0766 x 10-3)x + 2.0818
Sk= - 4.0766 x 10-3
Suhu
(K) 1/T k ln k
333 3.003 x 10-3 1.788 x 10-3 - 6.3267
343 2.9154 x 10-3 - 2.6863 x 10-3 -
353 2.8329 x 10-3 - 6.7971 x 10-3 -
363 2.7548 x 10-3 - 4.0766 x 10-3 -
Nilai D, Z, dan Ea tidak bisa ditentukan karena nilai k bernilai negatif.
Grafik (suhu vs ln hasil)
Grafik 1/T vs ln k tidak dapat digambar karena perhitungan yang tidak dapat dilanjutkan
(nilai k negatif sehingga ln k tidak dapat dihitung).
suhu 60 : y = -‐0.0018x + 2.154
suhu 70 : y = 0.0027x + 2.1032
suhu 80 : y = 0.0068x + 2.005
suhu 90: y = 0.0041x + 2.0818 0
1
2
3
0 10 20 30 40 50 60
ln hasil
waktu (menit)
Warna Merah -‐ GraFik waktu vs ln hasil
suhu 60
suhu 70
suhu 80
suhu 90
Linear (suhu 60) Linear (suhu 60) Linear (suhu 80)
Warna Kuning
Suhu Waktu
0 10 20 30 40 50
60 3 99.9 30 9 9.9 4.2
70 3 5 9 9 4.1 22
80 3 4 8 4.9 99 12
90 3 9 9.9 9 3 7
Suhu ln hasil
0 10 20 30 40 50
60 1.0986 4.6402 3.4012 2.1972 2.2925 1.4315
70 1.0986 1.6094 2.1972 2.1972 1.4110 3.0910
80 1.0986 1.3863 2.0794 1.5892 4.5951 2.4849
90 1.0986 2.1972 2.2925 2.1972 1.0986 1.9459
y = bX + a
k = -b
Suhu 60°C
y = -0.0184x + 2.9660
k = 0.0184
Suhu 70°C
y = 0.0268x + 1.2650
k= - 0.0268
Suhu 80°C
y = 0.0459x + 1.0579
k= - 0.0459
Suhu 90°C
y = (5.9888. 10-3x) + 1.8265
k= - 5.9888. 10-3
Suhu (K) 1/T k ln k
333 3.003 x 10-3 0.0184 -3.9954
343 2.9154 x 10-3 -0.0268 -
353 2.8329 x 10-3 -0.0459 -
363 2.7548 x 10-3 -2.4154 x 10-3 -
Nilai D, Z, dan Ea tidak dpat ditentukan karena nilai k negatif.
Grafik (suhu vs ln hasil)
Grafik 1/T vs ln k tidak dapat digambar karena perhitungan yang tidak dapat dilanjutkan
(nilai k negatif sehingga ln k tidak dapat dihitung).
suhu 60: y = -‐0.0188x + 2.9804
suhu 70: y = 0.0268x + 1.265
suhu 80: y = 0.0459x + 1.0579 suhu 90: y = 0.0024x + 1.7446
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
4
4.5
5
0 10 20 30 40 50 60
ln hasil
waktu (menit)
Warna Kuning -‐ GraFik waktu vs ln hasil
suhu 60
suhu 70
suhu 80
suhu 90
Linear (suhu 60) Linear (suhu 70) Linear (suhu 80)
GRAFIK SEMILOG
PERALATAN
Waterbath
60˚C 70˚C
80˚C 90˚C
Sampel Wortel Lovibond Tintometer