Kinetika Amanda Patricia 11.70.0102
-
Upload
hendra-budi -
Category
Food
-
view
238 -
download
2
description
Transcript of Kinetika Amanda Patricia 11.70.0102
KINETIKA FERMENTASI DALAM PRODUKSI MINUMAN VINEGAR
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM TEKNOLOGI FERMENTASI
KINETIKA FERMENTASI DALAM PRODUKSI MINUMAN VINEGAR
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM TEKNOLOGI FERMENTASI
Disusun oleh : Nama : Amanda Patricia
NIM : 11.70.0102 Kelompok B3
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA
SEMARANG2014
1. HASIL PENGAMATAN
Hasil pengamatan dari kinetika fermentasi pada vinegar apel dari apel dengan analisis kepadatan biomassa yang diteliti dengan metode
haemocytometer dan mengukur konsentrasi biomassa dengan alat spektrofotometer dapat diamati pada tabe 1 berikut.
Tabel 1. Kepadatan dan Konsentrasi Biomassa
Kel Perlakuan Waktu
∑ MO tiap petak Rata-rata /∑ mo tiap petak
Rata-rata /∑ tiap cc
OD pH Total Asam (mg/ml)1 2 3 4
B1Sari apel + Saccharomyces cereviceae
N019 14 18 12 15.75 6,3.104 0,1776 2,96 18,048
N2421 20 21 35 24.25 9,7.104 -0,1453 3,11 20,16
N4840 50 42 45 44 17,6.107 -0,2194 3,13 20,544
N7270 60 40 63 58.25 23,3.107 -0,5796 3,20 17,088
N9643 44 40 25 38 15,2.107 -0,3009 3,29 16,32
B2Sari apel + Saccharomyces cereviceae
N0 42 44 45 43 43,5 1,74 x 108 0,1124 3,01 19,97
N24 62 60 64 68 63,5 2,54 x 108 -0,1453 3,09 20,16
N48 58 61 73 60 63 2,52 x 108 -0,2194 3,12 20,54
N72 68 65 70 75 69,5 2,78 x 108 -0,5796 3,13 20,74
N96 73 78 75 74 73,5 2,94 x 108 -0,1304 3,32 22,08
B3Sari apel + Saccharomyces cereviceae
N0 23 26 24 27 25 108 0,2171 2,94 18,05
N24 21 33 44 54 38 15,2 x 107 0,0476 3,15 18,24
N4860 54 66 67 61.75 24,7 x 107 -0,2155 3,19 18,62
N72 81 92 109 95 94.25 3,77 x 108 -0,5793 3,24 16,32
N96132 138 133 133 133.25 5,33 x 108 0,2191 3,57 15,36
B4Sari apel + Saccharomyces cereviceae
N0 62 49 44 47 50,5 2,02 x 108 0,1450 2,28 15,36
N24 67 60 55 62 61 2,44 x 108 0,6964 3,12 16,32
N48 89 64 63 62 69,5 2,78 x 108 -0,2179 3,12 18,24
N72 90 92 95 67 86 3,44 x 108 -0,3629 3,16 15,36
N96 100 88 114 84 96,5 3,86 x 108 0,0359 3,53 16,32
B5Sari apel + Saccharomyces cereviceae
N0 0 0 0 0 0 0 0,3116 2,52 19,39
N24 38 40 38 32 37 1,48 x 108 -0,1453 3,12 19,58
N48 32 35 28 38 33,25 1,33 x 108 -0,0260 3,12 20,16
N72 68 58 71 92 72,25 2,89 x 108 0,2155 3,18 20,16
N96 50 60 71 70 62,75 2,51 x 108 0,0359 3,68 21,50Keterangan :+ : Ditambahkan denganOD : Optical Density∑ : Jumlah
Dapat dilihat pada tabel diatas fermentasi vinegar yang dilakukan menggunakan bahan yaitu
sari dari apel malang dengan penambahan yeast Saccharomyces cereviceae. Fermentasi
berlangsung selama 5 hari dengan waktu pengamatan yaitu pada tiap harinya. Berdasarkan
tabel diatas dapat kita amati bahwa rata-rata dari jumlah mikroorganisme pada vinegar dari
kelompok B2, dan juga B4 mengalami peningkatan selama proses fermentasi berlangsung.
Peningkatan jumlah sel pada vinegar kelompok B2 dan juga B4 tidak memiliki pola tertentu.
Kelompok B1, B3 dan juga B5 tidak selalu mengalami peningkatan jumlah sel selama
berjalannya proses fermentasi. Pada kelompok B1 jumlah sel mikroorganisme meningkat
pada N0 hingga N72 namun pada N96 jumlah sel pada vinegar apel kelompok B1 mengalami
penurunan. Pada kelompok B2 penurunan yang terjadi pada N48 terjadi dalam jumlah yang
tidak terlalu signifikan. Kelompok B5 mengalami penurunan jumlah sel pada N48.
Berdasarkan data dari hasil penelitian dapat kita amati bahwa nilai OD dari kelompok B1
hingga B5 bersifat fluktuatif dimana nilai OD dari vinegar semua kelompok tidak mengalami
peningkatan ataupun penurunan yang terus menerus. Sedangkan untuk pH dan total asam dari
vinegar apel yang telah diamati dapat kita ketahui bahwa nilai pH dan juga total asam dari
semua kelompok rata rata mengalami peningkatan dari hari ke pertama hingga hari terakhir.
Gambar 1. Grafik Hubungan Jumlah Sel dengan Waktu
N0 N24 N48 N72 N960
100000000
200000000
300000000
400000000
500000000
600000000
Hubungan Jumlah Sel VS Waktu
B1B2B3B4B5
Waktu
Jum
lah
Sel
Pada Gambar 1 diatas dapat kita amati bahwa terjadi peningkatan dan penurunan jumlah sel
seiring dengan berjalanya fermentasi. Namun secara umum dapat kita lihat bahwa rata rata
apabila terjadi peningkatan waktu diiringi dengan peingkatan jumlah sel.
Gambar 2. Grafik Hubungan Jumlah sel dengan pH
0.0000 5.0000 10.000015.000020.000025.000030.00000
100000000
200000000
300000000
400000000
500000000
600000000
Grafik Hubungan Jumlah Sel dengan OD
A1A2A3A4A5
OD
Jum
lah
Sel
Berdasarkan gambar 2 diatas dapat kita amati bahwa jumlah sel dengan pH tidak mengalami
peningkatan atau penurunan yang terus menerus melainkan secara fluktuatif. Namun secara
umum dengan meningkatnya pH diiringi dengan meningkatnya jumlah sel yang terdapat pada
vinegar.
Gambar 3. Grafik Hubungan Jumlah Sel dengan Total asam
15 16 17 18 19 20 21 22 230
100000000200000000300000000400000000500000000600000000
Grafik Hubungan Jumlah Sel dengan Total Asam
B1B2B3B4B5
Total Asam
Jum
lah
Sel
Berdasarkan gambar 3 diatas dapat kita amati bahwa nilai yang didapati yaitu fluktuatif.
Selama proses fermentasi terjadi peningkatan dan juga penurunan dari nilai jumlah sel
dengan total asam yang tidak menentu.
Gambar 4. Grafik Hubungan OD dengan Waktu
N0 N24 N48 N72 N96
-0.8000-0.6000-0.4000-0.20000.00000.20000.40000.60000.8000
Grafik Hubungan OD dengan Waktu
B1B2B3B4B5
Waktu
OD
Berdasarkan grafik 4 diatas yang menunjukan hubungan Onilai OD dengan waktu dapat kita
amati bahwa secara umu seiring dengan meningkatnya waktu seiring dengan bertambahnya
waktu nilai dari OD mengalami peningkatan dan penurunan yang tidak menentu dengan kata
lain nilainya fluktuatif.
Gambar 5. Grafik Hubungan Sel dengan pH
2.2 2.4 2.6 2.8 3 3.2 3.4 3.6 3.80
100000000
200000000
300000000
400000000
500000000
600000000
Hubungan Jumlah Sel dengan pH
B1B2B3B4B5
pH
Jum
lah
Sel
Dari gambar 5 diatas dapat kita ketahui bahwa grafik hubungan sel dengan pH menunjukan
terjadi peningkatan yang fluktuatif. Pada semua kelompok terjadi peningkatan dan penurunan
dari nila pH seiring dengan bertambahnya jumlah sel.
2. PEMBAHASAN
Cuka merupakan suatu cairan yang dihasilkan dari bahan yang memiliki kandungan pati dan
gula melalui dua tahap yaitu fermentasi alkoholik dan juga asetat. Cuka yang pada umumnya
terbuat dari buah-buahan contohnya yaotu cuka apel dan juga cuka salak. Cuka apel
mengandung senyawa antioksidan alami yang memiliki peranan dalam menetralkan radikal
bebas dalam tubuh (Elok, 2011). Cuka sendiri diproduksi dengan metode dan bahan baku
yang beragam. Beberapa bahan yang digunakan sebagai substrat seperti Anggur putih, anggur
merah, anggur sherry, sari buah, alkohol murni dan lain-lain. Pembuatan cuka apel sendiri
beragam dari yang tradisional (didalam tong) hingga yang dengna menggunakan alat modern
(Morales et al, 2011). Cuka tradisional banyak digunakan sebagai pengawet makanan baik
secara alami ataupun sengaja ditambahkan dan berperan sebagai penghambat pertumbuhan
mikroba dan memberikan tambahan rasa ke dalam beberapa makanan (De Ory et al, 2002).
Pada praktikum kali ini yaitu meneliti mengenai kinetika fermentasi dalam produksi
minuman vinegar. Bahan yang digunakan yaitu sari apel malang yang didapatkan melalui
hasil juicer dengan menggunakan inokulum yeast Saccharomyces cereviceae dengan
menggunakan media cair dan akuades steril. Nogueira et al (2007) berpendapat bahwa sari
apel sendiri dapat dihasilkan dari pengepresan buah apel yang dengan melalui proses
fermentasi dapat menghasilkan alkohol. Olahan apel yang cukup dikenal oleh masyarakat
yaitu cider dimana cider sendiri memiliki pengertian minuman alkholoh yang dihasilkan dari
fermentasi sari apel. Cider sendiri merupakan minuman bealkohol namun kandungan
alkoholnya rendah. Berdasarkan AC Nielsen dan Vinegar Institute (Vinegar Istitute 2005)
penjualan dari vinegar tumbuh sebesar 15% selama tahun 2000-2002 dan semakin
berkembang dari produk produk lainya seperti saus oriental dan lain-lain. Pada praktikum ini
menggunakan apel malang yang diambil sarinya tanpa proses pengupasan. Tujuan dari
pengmabilan sari ini yaitu karena kulit apel sendiri juga dapat menambah rasa dan juga aroma
yang khas. Kinetika fermentasi ini memiliki 4 macam analisa yaitu pengukuran biomassa
dengan metode haemocytometer, pengukuran pH, penentuan total asam dan juga menentukan
hubungan absorbansi dengan kepadatan sel
dengan alat spektrofotometer.
Mula-mula 250 ml sari apel yang telah
ditempatkan didalam labu erlenmeyer
Gambar 6. Pasteurisasi Sari Apel
dipasteurisasi dengan waterbath dengan suhu 80oC selama 30 menit. Realita & Debby,
(2010) mengungkapkan teorinya bahwa dengan dilakukannya pasteurisasi dapat membunuh
mikroorganisme kontaminan sehingga dapat meningkatkan kualitas dari cuka yang dihasilkan
karena inokulumnya dapat tumbuh dnegan baik. Gambar dari proses pasteurisasi itu sendiri
dapat dilihat pada gambar 6.
Gambar 7. Proses penambahan 30ml khamir
Gambar 8. Proses pemindahan khamir
Setelah melalui proses pasteurisasi ini
cuka dibiarkan hingga suam-suam kuku
(gambar 9) kemudian dilanjutkan dengan
penambahan khamir instan yaitu
Saccharomyces cereviceae sebanyak 30 ml
yang telah disediakan dengan
menggunakan pipet ukur kemudian
dimasukkan kedalam media secara aseptis.
Dengan membuat cuka menjadi suam
suam kuku dapat mencegah matinya khamir yang ditambahkan. Proses penambahan dari
khamir dapat dilihat pada gambar 7 dan gambar 8. Pemberian inokulum ini dilakukan secara
aseptis karena menurtu teori Hadioetomo (1993) proses ini harus dilakukan secara aaseptis
sehingga hanya terdapat satu jenis biakan.
Gambar 9. Proses pendinginan hingga suam-suam kuku
Pada praktikum kali ini menggunakan khamir Saccharomyces cereviceae yang pada
pertumbuhannya diawali dengan ekspansi (Cooney et al,. 1981). Menurut rahman (1992)
dengan menggunakan khamir jenis ini dapat menfermentasikan glukosa dalam buah apel
untuk menghasilkan alkohol dan juga karbondioksida namun menurut Wang et al (2005)
khamir ini juga memiliki kelemahan dimana diketahui bahwa khamir jenis ini lebih menyukai
glukosa namun didalam apel tidak hanya mengandung glukosa namun juga fruktosa dan juga
sukrosa sehingga dapat menyebabkan kandungan fruktosa menjadi lebih lama untuk dicerna
dan residu gula dari fruktosa menjadi tinggi dan akibat dari residu gula ini yaitu
menyebabkan off-flavor pada produk akhirnya. Menurut jurnal "Pengaruh Lama Fermentasi
dan Konesntrasi Glukosa Terhadap Aktivitas Antibakteri, Polifenol Total dan Mutu Kimia
Kefir Susu Kacang Merah", semakin lama suatu fermentasi berlangsung dan juga semakin
banyak glukosa yang ditambahkan maka mikroorganisme berkembang biak akan semakin
banyak sehingga mengakibatkan kemampuan mikroba memecah glukosa menghasilkan
metabolit primer dan juga metabolit sekunder.
Setelah proses penambahan khamir dilakukan
proses inkubasi selama 5 hari berturut-turut pada
suhu ruang (25-300C) sambil dilakukan
menggunakan shaker dan dilakukan pengamatan
setiap 24 jam dengan pengambilan sampel sebanyak
30ml secara aseptis. Said (1987) mengungkapkan
dengan melakukan penggoyangan ini akan
menghomogenkan suspensi degnan medium nutrisi.
Sampel sebanyak 30 ml yang telah diambil nantinya
akan diuji pH danjuga uji OD kemudian juga dilakukan uji pengukuran biomassa dengan
menggunakan Haemocytometer dan juga uji pennetuan total asam. Hadioetomo, (1993)
menjelaskan bahwa Haemocytometer merupakan suatu ruang hitung yang terdiri dari petak-
petak kecil yang digunakan untuk menghitung jumlah sel dengan menggunakan mikroskop
yang pada umumnya digunakan untuk sel yang ukurannya hampir mirip dengan ukuran dari
sel darah merah dan alat tersebut juga digunakan untuk menghitung jumlah ataupun
kepadatan dari suatu sel di dalam suatu media yang memiliki konsentrasi rendah.Proses uji
biomassa dengan menggunakan alat Haemocytometer ini dimulai engan mengambil sampel
dengan menggunakan pipet tetes dan kemudian diletakkan secara perlahan kedalam alat
Gambar 10. Proses Pengisisian Sari Apel Ke Dalam Haemocytometer
Haemocytometer. Dalam alat Haemocytometer ini tidak boleh terdapat gelembung karena
dengan adanya gelembung akan menghambat penghitungan dari jumlah biomassa dari cuka
apel. Setelah dituang alat Haemocytometer ini ditutup dengan menggunakan deck glass
kemudian diteliti dibawah mikroskop untuk melakukan penghitungan biomassa. Cara
menghitungnya yaitu dengan menghitung rata-rata jumlah dari mikroorganisme tiap petak
dari total mikroorganisme di empat buah kotak denan ukuran 4x4.
Berdasarkan dari data yang didapat dalam praktikum ini diketahui bahwa nilai OD dari
semua kelompok mengalami nilai yang fluktuatif yaitu tidak ada peningkatan atau penurunan
yang menentu. Hal ini dapat disebabkan karena praktikkan ketika melakukan pengambilan
sari apel tidak merata sehingga ada kelompok yang menapatkan sari apel namun juga ada
yang mendapatkan ampas dari jus apel yang digunakan sehingga hal tersebut dapat
mempengaruhi dalam proses pengukuran menggunakan alat Spektrofotometer. Menurut
Pelezar & Chan (1976) nilai dari absorbansi seharusnya meningkat seiiring dengan
meningkatnya jumlah sel namun hal ini tidak sesuai dengan hasil praktikum yang ada.
Menurut jurnal "Pengaruh Panjang Gelombang terhadap cahaya Daya Serap Pupuk NPK
dengan Menggunakan Alat Spektrofotometer" menyebutkan bahwa alat tersebut merupakan
suatu alat yang berfungsi mengukur transmittan ataupun absorban dari suatu sampel sebagai
fungsi panjang gelombang. Sedangkan untuk hubungan antara jumlah sel dan OD
berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh praktikkan menunjukan bahwa semakin
besar absorbansi yang dihasilkan jumlah sel semakin sedikit. Hal ini tidak sesuai dengan teori
yang ada yaitu teori dari Sastrohamidjojo (1991) yang mengatakn bahwa nilai dari absorbansi
akan berbanding lurus dengan peningkatan jumlah sel yang diperoleh.
Dari data yang diambil dari hasil membandingan jumlah sel dengan waktu dapat diketahui
bahwa pada umumnya seiring dengan berjalannya waktu jumlah sel yang terdapat meningkat
namun pada beberapa waktu tertentu mengalami penurunan. Fardiaz, (1992) menjelaskan
bahwapada fase logaritmik mikroba akan membelah dengan cepat dan setelah fase logaritmik
mikroorganisme pertumbuhannya akan melambat dan mulai memasuki tahap stasioner dan
pada fase ini jumlah sel yang hidup sama jumlahnya dengan sel yang mati. Hal ini tidak
sesuai dengan hasil praktkum yang dimana pada beberapa kelompok selalu mengalami
peningkatan namun pada kelompok yang lain sesuai dengan teori yang ada dimana pada
awalnya meningkat secara cepat dan setelah itu mengalami penurunan. Berikut hasil dari
penampakan dengan menggunakan alat haemocytometer.
Gambar 11 No kelompok B3
Gambar 12 N24 Kelompok B3
Gambar 13 N48 kelompok B3
Gambar 14 N72 Kelompok B3
Gambar 15 N96 Kelompok B3
Berdasarkan hasil pengamatan mengenai perbandingan jumlah sel dengan pH dapat kita
amati bahwa seiring dengan meningkatnya jumlah sel maka semakin tinggi pula nilai dari pH.
Selama proses fermentasi pH dari cuka apel bersifat asam yaitu mulai dari 2 hingga 4 hal ini
sesuai dengan pendapat dari Gavimeth et al (2012) yang mengatakan bahwa jumlah sel dan
pH akan menurun seiring dengan peningkatan kadar alkohol dari wine. Hal ini sesuai apabila
dengan hasil praktikum yang dilakukan oleh praktikkan yang menunjukan bahwa semakin
tinggi sel semakin tinggi pula nilai pH yang dihasilkan.
Total asam yang dihasilkan pada praktikum ini didapat melalui metode alkalimetri yaitu
dengan cara menitrasi larutan sampel dengan larutan NaOH dan diberi dengan indikator PP.
berdasarkan data yang dihasilkan dapat kita ketahui bahwa seiring dengan berjalanya
fermentasi kadar dari asam asetat mengalami penurunan hal ini disebabkan karena asam
asetat yang terpecah oleh oksigen dari udara akan berubah menjadi karbondioksida dan air.
3. KESIMPULAN
Semakin lama suatu fermentasi berlangsung dan juga semakin banyak glukosa yang
ditambahkan maka mikroorganisme berkembang biak akan semakin banyak.
Absorbansi meningkat seiiring dengan meningkatnya jumlah sel.
Haemocytometer merupakan suatu ruang hitung yang terdiri dari petak-petak kecil yang
digunakan untuk menghitung jumlah sel dengan menggunakan mikroskop.
Fase logaritmik mikroba akan membelah dengan cepat dan setelah fase logaritmik
mikroorganisme pertumbuhannya akan melambat dan mulai memasuki tahap stasioner
dan pada fase ini jumlah sel yang hidup sama jumlahnya dengan sel yang mati
Semakin tinggi sel semakin tinggi pula nilai pH yang dihasilkan.
Total asam yang dihasilkan pada praktikum ini didapat melalui metode alkalimetri.
Praktikan, Semarang, 02 Juni 2014
Asisten Dosen :
- Andriani Cintya
- Stella Mariss
Amanda Patricia
11.70.0102
4. DAFTAR PUSTAKA
Chandra, Oska Ade. 2011. Pengaruh Panjang Gelombang terhadap cahaya Daya Serap Pupuk
NPK dengan Menggunakan Alat Spektrofotometer. Semarang: Universitas Diponegoro.
Cooney, C.L.; Rehm, H.J. and Reed, G. 1981. Biotechnology volume 1. VCH. Weinheim
De Ory I, Romero LE, Cantero D. 2002. Optimum starting-up protocol of pilot plant scale
acetifier for vinegar production. Journal of Food Engineering 52: 31-37.
Fardiaz, S. 1992. Mikrobiologi Pangan I. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Gavimath C.C., Kalsekar D.P., Raorane C.J.,et al ., 2012. Comparative Analysis of Wine
from Different Fruits. International Journal of Advanced Biotechnology and Research.
Hadioetomo, R. S. (1993). Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek. PT Gramedia Pustaka.
Jakarta.
Kunaepah, Uun. 2008. Pengaruh Lama Fermentasi dan Konesntrasi Glukosa Terhadap
Aktivitas Antibakteri, Polifenol Total dan Mutu Kimia Kefir Susu Kacang Merah. Semarang:
Universitas Diponegoro.
Morales ML, Gustavo A, Gonzalez Jose A, Troncoso Ana M. 2001. Multivariate analysis of
commercial and laboratory produced sherry wine vinegar: influence of acetification and ging.
Journal of food technology 212: 676-682.
Nogueira et al. ( 2007). Effect of Biomass Reduction on the Fermentation of Cider. Brazilian
Archives of Biology and TechnologyVol.50, n. 6 : pp.1083-1092
Pelezar, Michael J. & Chan. E.C.S. (1976). Turbidimetric Measurement of Plant Cell Culture
Growth. Massachussets
Rahman, A. (1992). Teknologi Fermentasi. Penerbit Arcan. Jakarta.Hayes (1995).
Realita, Tita dan M. Sumanti, Debby. 2010. Teknologi Fermentasi. Penerbit : Widya
Padjajaran. Bandung.
Rostini, Iis. 2007. Kultur Fitoplankton (Chlorella sp. Dan Tetraselmis chuii) pada Skala
Laboratorium. Said, E. 1985. Proses Pembuatan PST. Makalah Jurusan TIN. Fateta IPB.
Bogor.
Sa’id, E.G. 1987. Bioindustri Penerapan Teknologi Fermentasi. PT. Melton Putra. Jakarta.
Sastrohamidjojo, H. 1991. Spektroskopi. Liberty. Yogyakarta.
Vinegar Institute. 5775 G Peachtree-Dunwoody Rd., Suite 500 Atlanta, GA 30342. 2005.
http://www.versatilevinegar.org/index.html.
Wang, D.; Y. Xu; J. Hu; & G. Zhao. (2004). Fermentation Kinetics of Different Sugars by
Apple Wine Yeast Saccharomyces cerevisiae. Journal of The Institute of Brewing 110(4),
340-346, 2004.
Zubaidah, Elok. 2011. Pengaruh Pemberian Cuka Apel dan Cuka Salak Terhadap Kadar
GLukosa Darah Tikus Wistar yang Diberi Diet TInggi Gula. Malang: Universitas Brawijaya.
5. LAMPIRAN
5.1. Perhitungan
Rata-rata / ∑ tiap cc :
Jumlah sel/cc = 1
vol petak x rata-rata jumlah MO tiap petak
N0 = 25
2.5 x 10−7 = 108
N24 = 38
2.5 x 10−7 = 15.2 x 107
N48 = 61.75
2.5 x 10−7 = 24.7 x 107
N72 = 94.25
2.5 x 10−7 = 3.77 x 108
N96 = 133.25
2.5 x 10−7 = 5.33 x 108
Total asam
Total asam (mg/ml) = ml NaOH x N NaOH x192
10 m sampel
N0 = 9.4 x 0.1 x 192
10 = 18.05
N24 = 9.5 x0.1 x192
10= 18.24 mg/ml
N48 = 9.7 x0.1 x192
10= 18.62 mg/ml
N72 = 8.5 x0.1 x192
10= 16.32 mg/ml
N96 =8 x0.1 x192
10= 15.36 mg/ml
5.2. Laporan Sementara