KINERJA PEMERINTAH

23
Loading…Please wait.. Selamat Mengikuti Presentasi oleh Kelompok IV Ferdy Lay Fernando Andreas Mamahit Topik Kinerja Pemerintah Prodi MAKSI Fak. Ekonomi & Bisnis UNSRAT

description

AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

Transcript of KINERJA PEMERINTAH

Page 1: KINERJA PEMERINTAH

Loading…Please wait..Selamat Mengikuti Presentasi oleh Kelompok IV

Ferdy LayFernando Andreas Mamahit

Topik Kinerja PemerintahProdi MAKSI Fak. Ekonomi & Bisnis UNSRAT

Page 2: KINERJA PEMERINTAH

KINERJA PEMERINTAHKINERJA PEMERINTAH

DISUSUN OLEH :

FERDY LAYFERNANDO ANDREAS MAMAHIT

PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNISUNIVERSITAS SAM RATULANGI

Page 3: KINERJA PEMERINTAH

A. PENDAHULUANSejalan dengan perkembangan gagasan yang terjadi di berbagai negara, peranan negara dan pemerintah bergeser dari peran sebagai pemerintah (government) menjadi kepemerintahan (governance). Pergeseran peran tersebut cenderung menggeser paradigma klasik yang serba negara menuju paradigma yang lebih memberikan peran kepada masyarakat dan swasta.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000 disebutkan bahwa dalam paradigma kepemerintahan yang baik (good governance) terdapat prinsip-prinsip profesionalitas, akuntabilitas, transparansi, pelayanan prima, demokrasi, efisiensi, efektivitas, dan supremasi hukum (Suhadi & Fernanda, 2001). Dalam bahasa yang lebih sederhana, terdapat tiga prinsip utama dalam kepemerintahan yang baik yaitu: partisipasi, transparansi, dan akuntabilitas (Simanjuntak, 2005). Tiga prinsip itu berlaku universal. Selain tiga prinsip itu, ada ahli yang menambahkan satu unsur lagi, misalnya hak asasi manusia (human rights) dan atau rule of law (Seger dan Billah, 2006).

Page 4: KINERJA PEMERINTAH

Perkembangan wacana di tingkat global tentang new public management (NPM) jelas berpengaruh pada perkembangan wacana good governance di Indonesia (Solikin, 2005). Hal ini ditambah lagi dengan pelajaran yang dapat diambil dari krisis ekonomi yang dimulai dari krisis keuangan tahun 1997. Berkaitan dengan krisis tersebut, Indonesia dan negara-negara lain di kawasan, banyak diceramahi tentang kurangnya transparansi dan pentingnya tata pemerintahan yang baik. Menurut penilaian Stiglitz (2006), Indonesia sungguh-sungguh meresapi pesan-pesan tersebut dan mulai ada perubahan cara berpikir.Perubahan cara berpikir tersebut kemudian berbuah dengan penerbitan peraturan perundangan untuk melaksanakan tata pemerintahan yang baik. Sebagai contoh, dalam rangka lebih meningkatkan pelaksanaan pemerintahan yang lebih berdaya guna, berhasil guna, bersih dan bertanggung jawab, pemerintah mengeluarkan Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 (Inpres 7/1999) tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.

Page 5: KINERJA PEMERINTAH

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) tersebut dipandang perlu untuk mengetahui kemampuan setiap instansi dalam pencapaian visi, misi dan tujuan organisasi. Pada praktiknya, LAKIP menggantikan Laporan Tahunan yang harus diterbitkan oleh instansi pemerintah. Pada awalnya, gerakan ini diawali dari Badan Pengawasan keuangan dan Pembangunan (BPKP) yang kemudian melibatkan Kementerian Negara Pendayagunaan Aparatur Negara (MENPAN, dulu Kementearian Negara Koordinator Bidang Pengawasan Pembangunan dan Pendayagunaan Aparatur Negara) serta Lembaga Administrasi Negara (LAN).

Page 6: KINERJA PEMERINTAH

Dalam kaitan dengan pengelolaan keuangan negara,

pemerintah dengan persetujuan DPR RI telah berhasil

menetapkan paket perundang-undangan di bidang keuangan

negara, yaituUndang-Undang Nomor 17 tahun 2003

(UU 17/2003) tentang Keuangan Negara

UU Nomor 1 tahun 2004 (UU 1/2004) tentang Perbendaharaan Negara

UU Nomor 15 tahun 2004 (UU 15/2004) tentang Pemeriksaan

Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara

Page 7: KINERJA PEMERINTAH

Ketiga UU tersebut menjadi dasar bagi reformasi di bidang keuangan negara, dari administrasi keuangan (financial administration) menjadi pengelolaan keuangan (financial management). Reformasi keuangan negara ini dipelopori oleh Departemen Keuangan, sesuai dengan tugas dan fungsinya.

Page 8: KINERJA PEMERINTAH

B. PELAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA Dalam Inpres 7/1999 tersebut disebutkan bahwa

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah merupakan alat untuk melaksanakan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah. Tujuan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah adalah untuk mendorong terciptanya akuntabilitas kinerja instansi pemerintah sebagai salah satu prasyarat untuk terciptanya pemerintah yang baik dan terpercaya.

Page 9: KINERJA PEMERINTAH

Terwujudnya transparansi instansi pemerintah

Terwujudnya partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan nasional

sasaran

Page 10: KINERJA PEMERINTAH

Inpres tersebut juga menentukan bahwa setiap instansi pemerintah sampai dengan eselon 2 per tanggal 30 September 1999 sudah harus mempunyai

perencanaan strategis yang berisi

visi, misi, strategi dan faktor-faktor kunci keberhasilan organisasi

tujuan, sasaran dan aktivitas organisasi

cara mencapai tujuan dan sasaran tersebut

Sedangkan mulai akhir tahun anggaran 2000/2001, setiap instansi pemerintah sudah harus mempunyai LAKIP. LAN

kemudian menindaklanjuti Inpres tersebut dengan mengeluarkan Keputusan Kepala LAN Nomor 589/1X/6/Y/99 tentang Pedoman

Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

Page 11: KINERJA PEMERINTAH

Dalam hal indikator kinerja, sebagai dasar untuk mengukur kinerja, dipakai indikator Input, output,outcome, benefit, dan impact. Dalam kenyataannya, indikator yang dapat dengan tepat diidentifikasi hanyalah input dan output, sedangkan indikator yang lain lebih sulit diukur dan ditentukan keberhasilannya. Selanjutnya, masing-masing indikator kinerja dipecah atau diuraikan, dan setiap sub indikator diberikan bobot tertentu.

Page 12: KINERJA PEMERINTAH

Pada tahun 2003, terbit Keputusan Kepala LAN Nomor 239/1X/6/8/2003 tentang Perbaikan Pedoman Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas Instansi Pemerintah, yaitu menyempurnakan Keputusan Nomor 589/IX/6/Y/99. Dalam keputusan ini, tetap ada Rencana Strategis (Renstra) yang berisi visi, misi, tujuan, sasaran, dan bagaimana mencapai sasaran tersebut (dalam bentuk uraian kebijakan dan program). Renstra meliputi waktu 5 tahun. Kebijakan dan program tersebut kemudian setiap tahun akan dipilih kebijakan dan program mana yang akan dilaksanakan, dalam bentuk kegiatan-kegiatan (Rencana Kinerja Tahunan/RKT). Masih sama dengan peraturan yang lama, indikator kinerja kegiatan masih memakai masukan (input), keluaran (output), hasil (outcome), manfaat (benefit) dan dampak (impact)

Page 13: KINERJA PEMERINTAH

C. PENGUNGKAPAN KINERJA DALAM PELAPORAN KEUANGANSetelah adanya reformasi keuangan negara, UU 17/2003 tentang Keuangan Negara mensyaratkan penyampaian laporan pertanggungjawaban keuangan pemerintah yang disusun dengan mengikuti standar akuntansi pemerintahan. Penyampaian laporan keuangan tersebut dalam rangka mewujudkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara. Dalam Pasal 30 disebutkan bahwa laporan keuangan tersebut setidak-tidaknya meliputi Laporan Realisasi APBN, Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan, yang dilampiri dengan laporan keuangan perusahaan negara dan badan lainnya. Pada Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 2005 (PP 24/2005) tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, selain empat jenis laporan keuangan tersebut (yang disebut dengan laporan keuangan pokok), entitas pelaporan dapat menyajikan Laporan Kinerja Keuangan dan Laporan Perubahan Ekuitas.

Page 14: KINERJA PEMERINTAH

pasal 31 UU 17/2003Laporan Realisasi Anggaran selain

menyajikan realisasi pendapatan dan belanja, juga menjelaskan prestasi kerja setiap kementerian

negara/lembaga

(PP 24/2005), Laporan Realisasi

Anggaran menyajikan ikhtisar sumber, alokasi, dan pemakaian sumber

daya ekonomi yang dikelola oleh pemerintah,

yang menggambarkan perbandingan antara

anggaran dan realisasinya. Unsur yang dicakup dalam laporan

tersebut meliputi pendapatan, belanja,

transfer, dan pembiayaan.

PERBANDINGAN ANTARA (Pasal 31 UU 17/3003 dan PP 24/2005)

Page 15: KINERJA PEMERINTAH

Pada PP 24/2005 pernyataan yang lebih tegas berkaitan dengan prestasi

kerja atau kinerja antara lain dapat ditemukan pada:

1. Catatan atas laporan keuangan

2. Laporan kinerja keuangan

Page 16: KINERJA PEMERINTAH

D. Penggabungan Laporan Keuangan dan Laporan Kinerja

Pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 2006 (PP 8/2006) tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah. Dalam Penjelasan PP ini disebutkan bahwa UU 17/2003 merupakan langkah maju dimana mengharuskan pencantuman informasi tambahan tentang kinerja pengguna anggaran dalam laporan keuangannya. Pencantuman atau penambahan tersebut sejalan dengan paradigma penganggaran yang harus dapat mengidentifikasikan keluaran (output) dari setiap kegiatan dan hasil (outcome) dari setiap program yang didanai dengan APBN/APBD.

Page 17: KINERJA PEMERINTAH

Dalam PP 8/2006 disebutkan bahwa SAKIP tersebut setidaknya dapat menginformasikan perkembangan keluaran dari setiap kegiatan dan hasil dari setiap program sebagaimana yang telah ditetapkan dalam dokumen pelaksanaan anggaran. Berdasarkan UU 1/2004, dalam dokumen pelaksanaan anggaran, yang disusun oleh menteri/pimpinan lembaga, diuraikan sasaran yang hendak dicapai, fungsi, program dan rincian kegiatan, anggaran yang disediakan untuk mencapai sasaran tersebut, dan rencana penarikan dana tiap-tiap satuan kerja, serta pendapatan yang diperkirakan

Page 18: KINERJA PEMERINTAH

Perbandinganantara PP 8/2006 (Lampiran 3) dengan Keputusan Kepala LAN Nomor 239/1X/6/8/2003 (lampiran 1 dan 2)

Dari segi prinsip pelaporan, secara umum sama, yaitu membandingkan antara rencana dan realisasi. Meskipun

demikian, dalam PP 8/2006 antara belanja (baik anggaran maupun realisasi) dengan hasil/keluaran (baik rencana, realisasi,

maupun satuan yang dipakai). Dalam Keputusan Kepala LAN Nomor 239/1X/6/8/2003, belanja juga termasuk yang harus

dilaporkan (terutama dalam Pengukuran Kinerja Kegiatan), tetapi masuk dalam salah satu indikator kinerja input

Dari segi teknik pengukuran, dalam Keputusan Kepala LAN Nomor 239/1X/6/8/2003 untuk melakukan pengukuran kinerja dikenal adanya Formulir PKK untuk mengukur kinerja kegiatan dan Formulir PPS untuk mengukur kinerja program. Sedangkan

dalam PP 8/2006 pembagian tersebut tampaknya tidak ada.

Dari segi pengukuran kinerja, dalam Keputusan Kepala LAN Nomor 239/1X/6/8/2003 dikenal adanya indikator kinerja kegiatan

(dalam inputs, outputs, outcomes, benefits, dan impacts) dan indikator sasaran

Dari segi penyajian laporan, dalam Keputusan Kepala LAN Nomor 239/1X/6/8/2003 terdapat kolom khusus yang berisi

persentase (%) pencapaian target, sebagai hasil perbandingan antara target dengan realisasi. Dalam PP 8/2006, kolom tersebut

tidak ada

Page 19: KINERJA PEMERINTAH

Laporan

Kinerja

diharapkan didasarkan pada SAKIP yang terintegrasi deng

an siste

m perencanaa

n strategis, siste

m penganggaran, dan siste

m akuntansi

pemerintah

an (SAP), dan siste

m perbendaharaan

.

Pada Lampiran IV PP 8/2006 digambarkan tentang

diagram hubungan antara Laporan Kinerja dan Laporan Keuangan untuk pemerintah pusat, pemerintah propinsi,

dan pemerintah kabupaten/kota. Dari

diagram tersebut penggabungan antara

Laporan Kinerja dan Laporan Keuangan yang telah

diaudit, baru dilaksanakan dalam penyusunan

Rancangan Undang-undang tentang

Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBN (RUU P2

APBN).

Penggabungan Laporan Kinerja dan Laporan Keuangan

Berdasarkan PP 8/2006

Page 20: KINERJA PEMERINTAH

Menurut Tim Studi Pengembangan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (2005) informasi kinerja yang dikandung dalam laporan akuntabilitas kinerja memiliki dua fungsi utama :

Pertama, informasi kinerja ini disampaikan kepada publik sebagai bagian dari

pertanggungjawaban penerima amanat kepada pemberi amanat. 

Kedua, informasi kinerja yang dihasilkan dapat digunakan oleh publik maupun

penerima amanat untuk memicu perbaikan kinerja pemerintah.

Page 21: KINERJA PEMERINTAH

Tujuan akuntabilitas akan tercapai apabila laporan

tersebut dapat diakses secara luas oleh

parastakeholders, antara lain dengan mengintegrasikan

secara penuh Laporan Kinerja dan Laporan Keuangan

dalam suatu bentuk Laporan Akuntabilitas.

Page 22: KINERJA PEMERINTAH

E. PenutupPengintegrasian Laporan Kinerja dengan Laporan Keuangan merupakan hal yang sangat penting untuk dilaksanakan di Indonesia. Penyusunan laporan yang terpisah, yang berasal dari sistem yang berbeda dan tidak terkait akan menyulitkan para penyusun laporan keuangan.Dalam kaitan dengan penggabungan tersebut, perlu juga diperhatikan hak publik untuk dapat mengakses laporan tersebut untuk mengoptimalkan manfaat sistem pelaporan. Apabila Laporan Keuangan dapat diakses oleh publik (setidaknya lewat lembaga perwakilan), sebaiknya Laporan Kinerja juga dapat diakses oleh publik dengan mudah.

Page 23: KINERJA PEMERINTAH

TERIMA KASIH

MAHASISWA STAR-BPKP BATCH 2MAGISTER AKUNTANSI FAK. EKONOMI &

BISNISUNIVERSITAS SAM RATULANGI MANADO