kinerja panitia pengadaan

download kinerja panitia pengadaan

of 3

Transcript of kinerja panitia pengadaan

SAMARINDA, 25 Juli 2011 - Kinerja panitia lelang di Dinas Pendidikan (Disdik) Kaltim disoal. Kali ini, mereka dianggap lalai karena tidak melaporkan file rekanan yang tak terbaca program Aplikasi Pengaman Dokumen (Apendo) ketika mendaftar lelang melalui LPSE (Layanan Pengadaan Secara Elektronik) Panitia lelang tetap melanjutkan proses lelang dengan alasan karena proses lelang sudah terlanjur berjalan. Alasan ini sangat aneh. Padahal prosedurnya harus dilakukan uji forensik oleh Lembaga Sandi Negara untuk membaca file yang tak terbaca tersebut, ungkap Ketua Gabungan Pengusaha Konstruksi Indonesia (Gapkindo) Kaltim Nur Zaid. Hal ini diungkapkannya, karena panitia lelang kegiatan rehab sedang dan berat gedung kantor Disdik Kaltim dengan nilai anggaran sebesar Rp 30 miliar tetap melanjutkan proses lelang tanpa menunggu hasil uji forensik. Jelas ini memberatkan salah satu perusahaan yang bernaung di bawah Gapkindo, yakni PT Zainindo Raya yang dinyatakan tidak lulus hanya karena file persyaratan yang dikirim melalui website LPSE tidak terbaca dalam program Apendo. Kami tahu kalau panitia melaporkan file yang tak terbaca ke LPSE. Tapi itu setelah kami menyoal melalui media. Sebenarnya, tanggal 7 Juli lalu hasil uji forensik sudah dapat diketahui. Tetapi itu sudah tidak berguna, karena panitia tetap melanjutkan proses lelang, bebernya. Menurutnya, tidak ada yang salah dengan LPSE dalam proses lelang. Bahkan dikatakan sangat membantu rekanan. Yang disesalkannya, LPSE kerap dijadikan kambing hitam oleh panitia lelang dalam pengambilan keputusan. Panitia lelang Disdik Kaltim dianggap telah melanggar Perpres RI No 54 tahun 2010 tentang pengadaan barang dan jasa pemerintah. Terutama pada Bab XIII tentang pengadaan secara elektronik. Dalam pasal 107, ayat a disebutkan, meningkatkan transparansi dan akuntabilitas, serta ayat b yang berbunyi, meningkatkan akses pasar dan persaingan usaha yang sehat. Pengebirian rekanan lelang tak hanya terjadi di dalam kegiatan rehab sedang dan berat untuk gedung kantor Disdik Kaltim, tetapi juga terindikasi terjadi di kegiatan lainnya. Misalnya, pembangunan ruang kelas SMK 17 Samarinda yang dilakukan instansi yang sama. Di proyek itu, Zaid mempersoalkan pemanggilan rekanan di tahapan evaluasi kualifikasi. Yang disoal, mengenai pemanggilan rekanan yang hanya lulus kualifikasi administrasi dan teknis. Itu mengakibatkan rekanan yang tak dipanggil, tidak mengetahui alasan mereka tidak lulus. Seharusnya dibuka forum tanya jawab atau klarifikasi. Ini menunjukkan kalau keputusan lelang benar-benar mutlak pada hasil telaahan panitia terhadap bacaan server LPSE. Padahal masih ada tahapan lain, seperti uji forensik yang juga harus dilakukan, tegasnya. Gapkindo Kaltim memastikan tidak akan membiarkan panitia lelang memanfaatkan celah LPSE untuk memuluskan langkah memenangkan perusahaan tertentu dalam proses lelang. Sebab

kenyataannya, dalam praktek LPSE yang terjadi saat ini, oknum panitia lelang dianggap memanfaatkan celah tersebut dengan memberikan telaahan mereka sebagai keputusan final. Sebelumnya, Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Kaltim melalui Kabid Aptel Diskominfo, Alwi Gasim juga angkat bicara mengenai file yang tidak terbaca di LPSE. Dia mengatakan, meski sebagai penanggung jawab server LPSE, institusinya tidak memiliki wewenang atas file yang bermasalah. Kewenangan melakukan uji forenstrik terhadap file yang dianggap bermasalah adalah Lembaga Sandi Negara yang bernaung di bawah Departemen Pertahanan dan Keamanan Negara melalui LKPP (Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Lembaga Sandi Negara ini adalah pihak yang berkompeten terhadap pembuatan aplikasi Apendo (Aplikasi Pengaman Dokumen) untuk mendukung keamanan pelaksanaan tender secara elektronik tersebut. Sesuai dengan prosedur, apabila terdapat file yang tidak dapat dibuka atau dibaca, maka panitia wajib menginformasikan ke LPSE dan akan diteruskan ke Lembaga Sandi Negara melalui LKPP untuk dilakukan uji forenstrik. Terkat persoalan yang melilit dalam proses lelang di Disdik Kaltim, Alwi mengatakan sudah melakukan klarifikasi kepada panitia maupun penyedia sambil menunggu uji forenstrik dari LSN/LKPP. Seperti diberitakan, PT Zainindo Raya dinyatakan tidak lulus setelah file persyaratan yang dikirim melalui website LPSE tidak dapat terbaca dalam program Apendo LPSE. Dari 10 persyaratan yang dikirim, hanya 5 file persyaratan yang terbaca dan 5 file lainnya tak terbaca. Kepala Dinas Pendidikan Kaltim, Musyahrim mengatakan, institusinya tidak ikut campur dalam urusan lelang dengan metode LPSE. Semua perusahaan, menurutnya, telah mendapat pelatihan cara pengiriman berkas penawaran. Sedangkan Sekretaris Panitia Lelang, Surya Febriansyah mengatakan, berkas PT Zainindo Raya dianggap panitia tidak lengkap. Karena dari dua berkas yang dikirim, hanya satu berkas yang dapat terbaca Apendo. Ada dua kemungkinan yang menyebabkan hal tersebut, yakni, kesalahan rekanan saat mengirim berkas dan kesalahan server LPSE. (ak/far) (kaltimpost.co,id)Salatiga, CyberNews. Merasa tidak puas dengan kinerja panitia lelang yang ada di Unit Layanan dan Pengadaan (ULP) Barang dan Jasa Kota Salatiga, puluhan rekanan jasa konstruksi di Salatiga protes dan mengajukan sanggahan kepada pejabat pembuat komitmen (PPKom). Hal itu dilakukan karena mereka menduga ada rekayasa yang dilakukan panitia untuk memenangkan salah satu peserta lelang. Beberapa proyek yang diprotes dan disanggah oleh para rekanan antara lain adalah paket proyek pembangunan fisik di Dinas Kesehatan Kota (DKK) Salatiga, meliputi pembangunan Puskesmas Tingkir Rp 411 Juta, Puskesmas Cebongan Rp 730 juta, Puskesmas Sidorejo Rp 790 juta, Puskesmas Kalicacing Rp 511 Juta dan Gudang Farmasi Rp 1,7 miliar.

Rekanan menyanggah lelang proyek fisik saluran Banyuputih yang ada di Dinas Pekerjaan Umum (DPU) karena diduga panitia melakukan kecerobohan dalam pengumuman dan proses lelang evaluasi dan pengumuman pemenangnya. Protes para rekanan ditujukan surat ke ULP Barang dan Jasa Kota Salatiga dan ditembuskan kepada Walikota Salatiga serta Kejaksaan Negeri Salatiga. Salah satu rekanan, Titik Anida yang juga Direktur CV Muda Jaya Abadi Salatiga, menyebutkan bahwa indikasi rekayasa adalah dengan dialihkannya tempat pembukaan dokumen lelang. Seharusnya dilakukan di ULP Kota Salatiga tetapi ternyata dialihkan di ruang rapat DPU di Jalan Ahmad Yani 14. Pemindahan pembukaan dokumen ini diduga ada permainan antara panitia dan rekanan tertentu yang sudah ada permainan. Sanggahan juga dikemukakan Nugroho Budi S dari CV Tirta Manunggal Salatiga yang mempersoalkan lelang Rehabilitasi Jaringan Irigasi Banyuputih. Dia menyebutkan bahwa saat pengumuman di sebuah surat kabar tertulis proyek itu untuk Rehabilitasi Jaringan Irigasi Banyuputih. Saat itu ada beberapa rekanan yang mendaftar termasuk rekanan yang memiliki sertifikasi sub bidang bendungan yang lalu menjadi pemenang lelang. Sementara itu Koordinator ULP Salatiga, Drs Suseno Gunawi MM ketika dikonfirmasi wartawan, mengelak untuk memberi komentar. Dia hanya mengungkapkan bila soal proses lelang merupakan hak panitia sepenuhnya. "Itu semua menjadi otonomi panitia lelang masing-masing proyek," tegasnya.