Kinerja Organisasi Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) Di Kelurahan Melong Kecamatan Cimahi Selatan...
Transcript of Kinerja Organisasi Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) Di Kelurahan Melong Kecamatan Cimahi Selatan...
1
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang menuju perubahan-
perubahan ke arah yang lebih baik untuk dapat memajukan bangsa. Namun
demikian, dalam mencapai tujuan perubahan tersebut Indonesia dihadapkan pada
berbagai cobaan dan permasalahan seperti bencana alam, kerusuhan, kriminalitas,
kemiskinan, korupsi dan masih banyak permasalahan lainnya yang perlu untuk
diselesaikan. Pemerintah merupakan pihak yang paling bertanggung jawab dalam
mengatasi permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh negara. Namun
demikian hal tersebut akan dapat diatasi secara efektif dan efisien dengan adanya
partisipasi masyarakat. Dengan membentuk suatu wadah organisasi masyarakat
berpartisipasi membantu pemerintah dalam mengatasi masalah. Banyaknya
organisasi-organisasi di tingkat lokal sangat membantu pemerintah dalam
mengatasi permasalahan yang ada di masyarakat.
Krisis ekonomi yang melanda negara Indonesia membawa dampak yang
besar bagi kehidupan masyarakat. Kesulitan ekonomi tersebut berpengaruh
terhadap kemampuan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidup secara wajar
baik kebutuhan pangan, sandang, papan, pendidikan dan kesehatan. Kondisi ini
apabila dibiarkan akan membawa dampak terhadap ketahanan masyarakat dan
ketertiban sosial masyarakat. Oleh karena itu, perlu ada upaya untuk
memberdayakan sistem-sistem sosial yang ada di masyarakat dalam rangka
memenuhi kebutuhan warga masyarakat secara memadai. Pemerintah menyadari
2
bahwa untuk mengatasi masalah kesejahteraan sosial dengan paradigma baru ini
tidak mudah sehingga ini tidak bisa dilaksanakan sendiri tanpa partisipasi
masyarakat. Oleh karena itu, masyarakat dan swasta diberi kesempatan yang
seluas-luasnya untuk membantu pemerintah dalam penyelesaian masalah ini,
sehingga mulai berdirilah berbagai Lembaga Pelayanan Sosial (LPS) untuk
membantu pemerintah dalam melaksanakan pelayanan sosial bagi masyarakat.
Bahkan dalam kenyataan peran lembaga pelayanan sosial mendapat respon positif
dari masyarakat dan lebih menyentuh permasalahan warga. Sebagaimana
dilukiskan oleh Harry Hikmat (2004: 130), sebagai berikut :
...ditinjau dari sisi pemerintah, penanganan masalah kemiskinan dan penanggulangan dampak sosial krisis ekonomi merupakan hasil dari perencanaan dari atas sehingga masyarakat akhirnya hanya sebagai pelaksana. Walaupun dalam perencanaan pembangunan dikatakan bahwa masyarakat bertindak sebagai subyek pembangunan, pada kenyataannya keterlibatan mereka secara langsung dalam proses perencanaan dari bawah sulit dilaksanakan. Keadaan ini berbeda dengan pembangun masyarakat yang biasa dilakukan oleh LSM. Secara umum, ini terjadi karena LSM dapat melepaskan diri dari keterikatan kepada struktur organisasi pemerintah, baik secara vertikal maupun horizontal (maksudnya wilayah adminitrasi) sehingga LSM dapat mengembangkan masyarakat yang mereka kelola secara lebih leluasa dan disesuaikan dengan kebutuhan aktual masyarakat yang bersangkutan
Organisasi merupakan bagian yang mendasar dalam kehidupan manusia
sehari-hari. Setiap kita adalah anggota, belajar, dan melakukan kegiatan-kegiatan
dalam organisasi, dan dari organisasi pula setiap kita memperoleh pelayanan-
pelayanan penting yang selaras dengan kebutuhan-kebutuhan kita. Kebanyakan
dari kita juga bekerja di organisasi-organsasi dan menghabiskan sebagian besar
dari waktu, energi, komitmen, tujuan dan harapan pada organisasi di mana kita
berada. Disisi lain, sering kita temui bahwa kebanyakan organisasi juga tidak
berfungsi secara baik dalam memberikan pelayanan kepada anggota dan
3
masyarakat sekitarnya yang juga mengakibatkan kebosanan dan ketidakbetahan
bagi pengurusnya. Tetapi sebaliknya, jika organisasi dinilai memberi kontribusi
yang baik dan menguntungkan anggotanya maka organisasi tersebut semakin
berkembang karena memotivasi semangat dari para pengurusnya untuk bekerja
dengan segala modifikasi/kegiatan yang akan menambah eksisnya organisasi
tersebut. Oleh karena itu, dalam suatu organisasi diperlukan kinerja yang baik.
Demikian pula dengan organisasi Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM)
di Kelurahan Melong Kecamatan Cimahi Selatan Kota Cimahi, untuk mengatasi
masalah kemiskinan pemerintah telah mengeluarkan salah satu program yaitu
Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) dengan membentuk Badan
Keswadayaan Masyarakat (BKM) dengan standar pengelolaan yang sudah
ditetapkan, ditambah dengan kebijakan intern kepengurusan BKM itu sendiri.
Berdasarkan wilayah administratif BKM Melong Sejahtera mencakup satu
Kelurahan Melong yang luas wilayahnya 313.060 Ha, yang juga merupakan
daerah padat penduduk sebanyak 62.3006 Orang, kepadatan penduduk/ Ha kurang
lebih sebanyak 197 Jiwa, dan jumlah Kepala Keluarga sebanyak 16.011 KK yang
terbagi atas 36 RW dan 187 RT.
Dalam rangka peningkatan kinerja BKM, melalui pencapaian sasaran dan
tujuan, baik untuk meningkatkan pelayanan kepada anggota maupun
meningkatkan kemampuan untuk memperoleh hasil yang baik, maka BKM
sebagai organisasi perlu meningkatkan daya saingnya, agar dalam menjalankan
fungsi dan tugas yang dilaksanakan selalu berpedoman pada efisiensi dan
efektifitas kinerja. Cara terbaik untuk melaksanakan tugas dan fungsi berdasar
4
kepada unsur-unsur efisiensi dan efektifitas kinerja adalah melalui pelaksanaan
sistem manajemen yang baik.
Salah satu fungsi manajemen yang sangat berpengaruh untuk meningkatkan
efisiensi dan efektivitas adalah pengendalian, perencanaan, pengorganisasian dan
pelaksanaan. Mengingat bahwa di dalam organisasi BKM pengurus/ anggota
adalah sebagai pemilik dan pengguna jasa, maka kinerja pengurus organisasi perlu
ditingkatkan agar dapat melakukan pengendalian terhadap organisasi. Dengan
meningkatnya kinerja pengurus, maka fungsi untuk menjalankan tugas dan fungsi
semakin baik. Disadari bahwa dalam organisasi BKM mempunyai pengawas yang
bertugas untuk melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijaksanaan dan
pengelolaan organisasi. Namun pengendalian oleh anggota tidak bertentangan
dengan pengawasan yang dilakukan oleh pengawas, dan juga tidak tumpang
tindih, karena merupakan suatu kesatuan yang saling mendukung untuk
meningkaktan kinerja BKM. Pengendalian yang paling sederhana yang dapat
dilaksanakan oleh anggota terhadap kegiatan dan organisasi BKM adalah melalui
pelaksanaan rapat anggota.
Namun demikian sejak berdirinya BKM Melong Sejahtera di kelurahan
Melong Kecamatan Cimahi Selatan Kota Cimahi pada tahun 2000, kinerja BKM
tersebut mengalami penurunan terutama dalam hal “penerimaan” dana masyarakat
pada periode 2005-2009. Hal ini disebabkan oleh “kekurangpahaman” masyarakat
terhadap fungsi BKM itu sendiri. Selain itu, juga karena kinerja pengurus BKM
yang belum optimal. Oleh karena itu, perlu ditingkatkan kinerja pengurus/
anggota agar organisasi BKM berkembang kearah yang lebih baik. Beberapa
5
tahun belakangan ini BKM mengalami beberapa masalah terutama pada tahun
2007 penerima manfaat dana P2KP yang dilaksanakan oleh BKM sebanyak 740
KSM. Terhitung dari tahun 2000 BKM yang masih aktif atau belum melunasi
dana simpan pinjam ke BKM sebanyak 704 Kelompok. Jumlah dana yang ada di
masyarakat sebesar Rp. 1.569.615.575’00 dengan asumsi kemacetan sebesar Rp.
775.386.905’00, atau dana yang beredar di masyarakat sebesar 62% dari nilai
akumulasi pinjaman yang macet dari tahun 2000-2005 diasumsikan 38%. Jumlah
penerima manfaat pinjaman P2KP dengan cara berkelompok sebanyak 5.492
orang, sedangkan penerima manfaat pinjaman kredit mikro sebanyak 559 orang,
Pada tahun 2006 kualitas program BKM telah mengalami banyak perubahan ke
arah perbaikan yang signifikan berkat adanya kerjasama dan komitmen bersama
yang lebih mengutamakan kepada mayarakat miskin.
Kinerja BKM dapat dilihat dari beberapa program yang pernah di jalankan
pada tahun 2007, yaitu Penanggulangan bencana banjir yang terjadi di RW 02
serta pelaksanaan pembangunan kiermier di wilayah RW 26, 14, 36 pertengahan
bulan juni 2008. Program tersebut bertujuan membantu masyarakat yang
mengalami musibah serta pembangunan wilayah untuk perbaiakan sarana dan
prasarana. Adapun pelaksanaan program perbaikan rumah dilaksanakan untuk
membantu masyarakat miskin yang teridentifikasi memiliki Rumah Tidak Layak
Huni (RTLH). Program ini bertujuan untuk menghindari masalah kesehatan
seperti penyakit yang diakibatkan oleh lingkungan yang tidak sehat. Selain itu
juga, dilaksanakan pembuatan MCK di RW 26 dan RW 35 yang pada umumnya
merupakan wilayah masyarakat miskin.
6
Hasil evaluasi sementara menunjukan bahwa ada beberapa hal yang
mempengaruhi penurunan kinerja BKM sejak tahun 2007 adalah; a) Tidak semua
anggota BKM memiliki waktu yang cukup untuk aktif di kegiatan-kegiatan BKM;
b) Kredit macet dari tahun anggaran sebelumnya (tahun 2005) menyebabkan dana
operasional kelembagaan mengambil dari modal awal; c) Adanya ketidakjelasan
alih kelola atau pertanggungjawaban dari pengurus lama; d) BKM belum
tersosialisasikan (kurang dipahami masyarakat) terutama mengenai tugas pokok
dan fungsinya. BKM lebih dikenal sebagai lembaga peminjaman modal; e) Tidak
semua anggota BKM mengetahui isi AD/ART.
Suatu organisasi untuk dapat berkembang dan mempertahankan
eksistensinya diperlukan kinerja yang baik dan sungguh-sungguh baik dari
pengurus maupun dari anggota organisasi tersebut. Untuk menunjang hal tersebut
diperlukan upaya peningkatan pengetahuan dan keterampilan melalui pemberian
latihan dan bimbingan agar organisasi tersebut memahami kemampuannya/
potensi yang diperlukan untuk berkembang. Artinya suatu penilaian kapasitas
kemampuan kinerja suatu organisasi yang dilakukan secara bersama-sama oleh
pengurus dan anggota organisasi itu sendiri sangat diperlukan sebagai salah satu
cermin pribadi suatu organisasi, yang hasilnya menjadi pijakan untuk memperkuat
dan mengembangkan kemampuan organisasi dalam usaha mencapai cita-citanya.
Dari uraian tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai “Kinerja Pengurus Organisasi Badan Keswadayaan Masyarakat
(BKM) Melong Sejahtera di Kelurahan Melong Kecamatan Cimahi Selatan
Kota Cimahi”.
7
Permasalahan Penelitian
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas, peneliti tertarik untuk
meneliti tentang kinerja pengurus organisasi BKM dalam melaksanakan tugas dan
fungsinya di Kelurahan Melong Kecamatan Cimahi Selatan Kota Cimahi. Masalah
penelitian tersebut dirumuskan dalam permasalahan penelitian “Bagaimanakah
Kinerja Pengurus Organisasi BKM Melong Sejahtera di Kelurahan Melong
Kecamatan Cimahi Selatan Kota Cimahi”.
Untuk lebih mudah dalam memahami permasalahan penelitian tersebut,
maka di paparkan dalam sub-sub permasalahan penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana karakteristik pengurus BKM?
2. Bagaimana ketepatan waktu pengurus BKM dalam pelaksanaan program?
3. Bagaimana tingkat inisiatif pengurus BKM dalam pelaksanaan tugasnya?
4. Bagaimana tingkat kemampuan pengurus BKM dalam pelaksanaan/ pencapaian
tugas dan fungsinya?
5. Bagaimana komunikasi pengurus BKM dalam pelaksanaan tugas?
6. Bagaimana kualitas kerja (hasil kerja) pengurus organisasi BKM dalam
pelaksanaan tugasnya?
7. Hambatan yang dialami dalam pelaksanaan tugas?
8. Upaya yang dilakukan dalam mengatasi hambatan?
8
Tujuan Penelitian
Berdasarkan penelitian diatas, tujuan penelitian ini adalah:
1. Penulisan penelitian ini betujuan untuk memperoleh gambaran tentang aspek-
aspek dari kinerja pengurus organisasi BKM dalam pelaksanaan program BKM
di Kelurahan Melong Kecamatan Cimahi Selatan Kota Cimahi.
2. Penulisan ini juga bertujuan untuk menyusun dan mengembangkan secara
sistematis alternatif program peningkatan kemampuan kinerja melalui penilaian
organisasi khususnya bagi pengurus BKM agar dapat mengembangkan dan
mempertahankan eksistensinya.
Manfaat Penelitian dan Manfaat Teoritis Bagi Profesi Pekerjaan Sosial
Adapun manfaat teoritis dan manfaat praktis adalah:
Manfaat Teoritis
Penelitian ini dapat memberikan wawasan pengetahuan dalam merancang program
penguatan kapasitas organisasi lokal, melalui pemanfaatan teknologi pekerjaan
sosial.
Manfaat Praktis
1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi kepada pemerintah
dalam menentukan kebijakan yang berkaitan dengan pengembangan
masyarakat melalui organisasi BKM khususnya di Kelurahan Melong
Kecamatan Cimahi Selatan Kota Cimahi.
2. Penelitian ini dapat memberikan kontribusi bagi peneliti untuk memiliki
wawasan dan pengalaman dalam penanganan masalah kinerja bagi pengurus
9
BKM khususnya di Kelurahan Melong Kecamatan Cimahi Selatan Kota
Cimahi.
Sistematika Penulisan
Penulisan karya ilmiah ini disusun dengan sistematika penulisan sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Berisi mengenai latar belakang masalah, masalah penelitian, tujuan
penelitian, manfaat penelitian serta sistematika penulisan
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
berisi mengenai kerangka pemikiran yang mendasari penelitian dan
penyusunan program secara teoritik
BAB III : METODE PENELITIAN
berisi mengenai prosedur penelitian yang digunakan untuk
menjawab masalah penelitian dan atau membuktikan hipotesis
penelitian yang diajukan
BAB IV : DESKRIPSI DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
Deskripsi hasil penelitian menyajikan dan menguraikan
data/informasi sebagai jawaban atas masalah yang menjadi fokus
penelitian
BAB V : KESIMPULAN
berisi perincian tentang penemuan-penemuan hasil interpretasi
terhadap data yang diperoleh dalam penelitian
BAB VI : REKOMENDASI PROGRAM
Berisi mengenai program pemecahan masalah/penanggulangan
masalah/ pengembangan sosial masyarakat suatu bentuk
perencanaan logis yang secara sistematis untuk menjawab temuan
10
penelitian
Daftar Pustaka
Lampiran-lampiran
BAB II
11
KERANGKA PIKIR
Tinjauan Tentang Kinerja
Pengertian Kinerja
“Performance” diterjemahkan dalam bahasa Indonesia adalah kinerja, juga
berarti prestasi kerja, pelaksanaan kerja, pencapaian kerja atau hasil kerja/ unjuk
kerja/ penampilan kerja (L.A.N 1992:3).
Dalam Sedarmayanti (2001) dinyatakan bahwa:
Kinerja mempunyai hubungan erat dengan masalah produktivitas karena merupakan indikator dalam menentukan bagaimana usaha untuk mencapai produktivitas yang tinggi dalam suatu organisasi, sehubungan dengan hal tersebut maka upaya untuk mengadakan penilaian terhadap kinerja disuatu organisasi merupakan hal penting
Kinerja pengurus BKM Melong Sejahtera sangat erat kaitannya dengan
produktivitas kerja, karena kinerja pengurus BKM ini nantinya yang sangat
menentukan dalam hasil pelaksanaan kegiatan di lapangan. Kinerja pengurus
BKM di Kelurahan Melong menunjukan bagaimana pengurus BKM memainkan
peranannya baik secara individu maupun kelompok dalam menjalankan suatu
program yang telah direncanakan.
Laeham dalam sedarmayanti (2001) berpendapat bahwa produktivitas dapat
dinilai dari apa yang dilakukan oleh individu tersebut dalam kerjanya. Dengan
kata lain, produktivitas individu adalah bagaimana seseorang melaksanakan
pekerjaannya atau unjuk kerja.
Whitmore dalam Sedarmayanti (2001) juga menegaskan bahwa:
12
Produktivitas sebagai ukuran atas penggunaan sumber daya dalam suatu organisasi yang biasanya dinyatakan sebagai rasio dari keluaran yang dicapai dengan sumber daya yang digunakan. Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa pengertian produktivitas memiliki dua dimensi, yakni efektivitas dan efisiensi. Dimensi pertama berkaitan dengan pencapaian unjuk kerja yang maksimal, kualitas dan waktu. Sedangkan dimensi kedua berkaitan dengan upaya membandingkan masukan dengan realitas penggunaannya atau bagaimana pekerjaan tersebut dilaksanakan
Dalam Alain Mitrani (1995:47) mengemukakan bahwa kinerja adalah
pernyataan sejauh mana seseorang telah menemukan bagiannya dalam
melaksanakan strategi organisasi, baik dalam mencapai sasaran khusus yang
berkaitan dengan peranan perseorangan dan atau dengan memperhatikan
kompetisi yang dirasakan relevan bagi organisasi.
Berdasarkan pengertian-pengertian diatas, kinerja berkaitan dengan
kemampuan seseorang dalam melaksanakan strategi organisasi untuk mencapai
tujuan organisasi sesuai dengan status dan perannya baik yang diperoleh melalui
proses belajar maupun dukungan sikap seseorang dalam melaksanakn tugas dan
fungsinya untuk mencapai tujuan organisasi. Jadi, seseorang dapat dikatakan
mempunyai kinerja yang baik apabila ia bisa menunjukan hasil kerja yang sesuai
dengan tanggung jawab yang melekat padanya, untuk mencapai hasil kerja
tersebut, maka seseorang harus memiliki pengetahuan dan keterampilan yang
berhubungan dengan tugas dan fungsinya.
Fitt dalam Mitrani (1995:13) mengemukakan bahwa:
Kinerja pada dasarnya menggambarkan seberapa besar tugas-tugas yang telah terwujud dan terlaksana yang berhubungan dengan tanggung jawab yang dimiliki untuk mencapai hasil kerja yang baik, selanjutnya kinerja adalah pernyataan sejauh mana seseorang telah memainkan bagiannya dalam melaksanakan strategi organisasi yang baik dalam mencapai sasaran khusus yang berkaitan dengan peranan perseorangan dengan memeperhatikan kompetensi yang dirasakan relevan bagi organisasi
13
Hubungan antara kinerja dengan pengurus BKM adalah bagaimana
menerpakan pengetahuan dan keterampilan yang dimilikinya sesuai dengan tugas
dan fugsinya dalam organisasi tersebut, serta bagaimana pelaksanaan dan
penerapannya di lapangan. Organisasi dengan kinerja yang baik maka akan
memudahkan pencapaian tujuan bersama melalui suatu wadah pembinaan,
pengembangan dan pemberdayaan suatu organisasi beserta pengurus/anggotanya.
Untuk mengidentifikasi dalam menentukan suatu kinerja dapat dilihat
berdasarkan aspek-aspek kinerja itu sendiri. Menurut Mitchel dalam Sedarmayanti
(2001:51), dikatakan bahwa kinerja meliputi beberapa aspek, yaitu; a) Kualitas
Kerja (Quality of Work); b) Ketepatan Waktu (Promptness); c) Inisiatif
(Initiative); d) Kemampuan (Capability); dan e) Komunikasi (Communication).
Untuk lebih jelasnya penulis menguraikan indikator dari aspek-aspek kinerja
menurut Sondang P. Siagian (1995:56), sebagai berikut:
a. Kualitas Kerja (Quality of Work) Indikatornya;1) Hasil kerja yang diperoleh2) Kesesuaian hasil kerja dengan tujuan organisasi3) Manfaat hasil kerja
b. Ketepatan Waktu (Promptness) Indikatornya;1) Penataan rencana kegiatan/ rencana kerja2) Ketepatan rencana kerja dengan hasil kerja3) Ketepatan waktu dalam menyelesaikan tugas
c. Inisiatif (Initiative) Indikatornya;1) Pemberian ide/ gagasan dalam berorganisasi2) Tindakan yang dilakukan untuk menyelesaikan permasalahan yang
dihadapid. Kemampuan (Capability) Indikatornya;
1) Kemampuan yang dimiliki2) Keterampilan yang dimiliki3) Kemampuan memanfaatkan sumber daya atau potensi
e. Komunikasi (Communication) Indikatornya;1) Komunikasi intern (ke dalam) organisasi
14
2) Komunikasi ekstern (ke luar) organisasi3) Relasi dan kerjasama dalam pelaksanaan tugas
Indikator tersebut menunjukan bahwa untuk mengukur suatu kinerja
organisasi dapat dilihat dari kualitas/ hasil kerja, ketepatan waktu yang digunakan
pengurus dalam pelaksanaan kegiatan/ program, inisiatif dan kemampuan dalam
melaksanakan tugas pokok dan fungsinya yang berkaitan dengan keterampilan
serta berkomunikasi antara sesama pengurus BKM seperti memberikan informasi
atau saling menukar informasi dan juga pengalaman, sedangkan dari pihak luar
organisasi BKM pengurus mampu mensosialisasikan tugas, fungsi, maksud,
tujuan, serta visi dan misi.
Kinerja yang baik dan memadai sangat bergantung pada berbagai factor
yang mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut berasal dari (faktor internal) dan
dari luar/ lingkungan (faktor eksternal). Faktor-faktor yang menentukan kinerja
dikemukakan oleh Scott A. Snell dalam A. Dale Timpe (1992:329), yang
dinyatakan bahwa ada terdapat 3 elemen penentu kinerja, yaitu;
a. Tingkat KeterampilanKeterampilan adalah bahan mentah yang dibawa seseorang ketempat kerja yang meliputi: pengetahuan, kemampuan, kecakapan-kecakapan interpersonal serta kecakapan-kecakapan teknis.
b. Tingkat UpayaUpaya dapat digambarkan sebagai motivasi yang diperlukan seseorang untuk menyelesaikan pekerjaan. Meskipun seseorang memiliki tingkat keterampilan untuk melakukan pekerjaan, mereka tidak akan bekerja dengan baik bila hanya sedikit berupaya atau tidak ada upaya sama sekali. Tingkat keterampilan berhubungan dengan apa yang dapat dilakukan seseorang, sedangkan tingkat upaya berkaitan dengan apa yang akan dilakukan seseorang.
c. Kondisi-Kondisi EksternalSejauh mana kondisi-kondisi eksternal mendukung produktivitas seseorang. Meskipun seseorang memiliki tingkat keterampilan dan upaya yang diperlukan untuk berhasil, seseorang tersebut mungkin saja tidak
15
berhasil. Hal ini diakibatkan oleh kondisi yang tidak mendukung diluar dirinya.
Berdasarkan ketiga faktor tersebut sangat berkaitan dengan organisasi BKM,
dilihat dari tingkat keterampilan, tingkat upaya dan kondisi-kondisi eksternal yang
sangat mempengaruhi kinerja organisasi BKM untuk berhasil dalam
menyelesaikan tugas dan tujuannya. Maka, ketiga elemen tersebut merupakan
penentu dalam meningkatkan kinerja suatu organisasi untuk pengurus
/anggotanya.
Krietria Kinerja
Menurut PM. Gallegos dalam Timpe A. Dale (1992:397), bahwa ada lima kriteria
kinerja yaitu;
1. BurukKinerja dibawah harapan sasaran minimal seperti yang dilihatkan dengan membandingkan hasil-hasil yang dicapai selama penilaian dengan sasaran yang telah ditetapkan terlebih dahulu.
2. SedangPengurus dalam suatu organisasi memenuhisebagian besar harapan kerja minimal yang diterapkan bagi individu mengambil beberapa tindakan sendiri biasanya masih tergantung kepada pengawas dan pengarahan sekali-kali.
3. BaikKinerja yang cukup memuaskan bila dibandingkan dengan hasil yang dicapai dengan sasaran-sasaran yang telah ditentukan oelh organisasi terlebih dahulu, umumnya dapat mengantisipasi masalahdan mencari bantuan yang diperlukan untuk mengambil tindakan yang korektif.
4. Sangat BaikKinerja diatas normal pencapaian hasil yang berada di atas harapan organisasi, telah memperlihatkan kemampuan untuk mencapai hasil dalam banyak bidang yang dibutuhkan untuk memenuhi sasaran-sasaran yang ditetapkan.
5. Baik SekaliPrestasi dan hasil kerja yang sangat tinggi, dan semua tanda menunjukan bahwa tingkat kinerja akan tinggi selama beberapa waktu. Pengurus dapat menangani masalah-masalah atau situasi-situasi yang paling sulit dan hanya membutuhkan bimbingan sekali-kali
Tinjauan Tentang Organisasi BKM Sebagai Organisasi Lokal
16
Definisi Organisasi Lokal
Organisasi lokal adalah organisasi-organisasi yang ada di wilayah kelurahan
Melong yang didirikan oleh dan untuk para anggota serta masyarakat setempat,
meliputi organisasi resmi sponsor pemerintah (goverment organization), dan
organisasi akar rumput yang di bentuk oleh masyarakat itu sendiri (traditional
community grouping), serta organisasi/LSM dari luar yang memberikan pelayanan
pada masyarakat setempat (outside agencies).
Definisi lainnya mengenai organisasi lokal adalah kelompok (group) yang
bersifat non-formal yang didirikan oleh dan untuk para anggota serta masyarakat
setempat. Alasan utama dari pembentukan organisasi ini didasari oleh kepentingn
sosial, ekonomi, pendidikan, kesehatan atau tujuan-tujuan peningkatan solideritas
dan partisipasi warga masyarakat. Seperti yang dikemukakan oleh Edi Suharto
(1997) menegaskan bahwa organisasi lokal adalah:
Lembaga, kelompok atau organisasi yang ada dan terlibat dalam kegiatan pembangunan di tingkat lokal (setempat), misalnya desa/ kelurahan atau unit-unit yang lebih kecil seperti kampung atau RW, yang dibentuk secara sukarela dan mewakili kepentingan para anggotanya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, baik dalam bidang sosial, ekonomi, pendidikan ataupun kesehatan.
Jenis-jenis organisasi lokal itu sendiri meliputi: a) Organisasi Resmi Sponsor
Pemerintah, misalnya: RT, RW, Dewan Kelurahan, Karang Taruna, KSU, dan
sebagainya; b) Organisasi akar rumput, misalnya; Kelompok Arisan, Organisasi
Pemuda, Lembaga Keuangan, Majelis Taqlim, Perkumpulan do’a dan sebagainya.
(Paulus Wirutomo, “Format Pemberdayaan Masyarakat Komunitas di DKI
Jakarta”, 2001:9).
Pengertian BKM Sebagai organisasi lokal
17
Berdasarkan latar belakang berdirinya organisasi BKM yaitu Kelurahan
Melong Kecamatan Cimahi Selatan Kota Cimahi pada tahun 1999 mengajukan
data angka kemiskinan, dari data tersebut ditindaklanjuti oleh Kimpraswil
bersama-sama dengan KMW (Konsultan Manajemen Wilayah) serta pemerintah
Kabupaten Bandung yang pada tahun 2000 tepatnya bulan Pebruari terbentuklah
Forum BKM Kelurahan Melong yang personilnya merupakan hasil musyawarah
di tingkat kelurahan. Dalam meresmikan organisasi BKM, maka BKM Melong
Sejahtera memiliki dasar hukum yaitu : a) Musyawarah warga tertanggal 31
Desember 2005 tentang pengesahan anggaran dasar dan rumah tangga; b) Akta
notaris Nita Amalia, SH. No. 07 tanggal 15 Pebruari 2006.
Organisasi BKM disini didefinisikan sebagai sekelompok orang yang
berkumpul secara bersama-sama untuk mencapai suatu tujuan yang sama dengan
harapan, tujuan tersebut dapat dicapai. Dalam banyak kasus tujuannya adalah
mengerjakan produktivitas dan keuntungan yang baik bagi organisasi sosial lokal
berdasarkan produktivitas dan keuntungannya adalah pelayanan sosial profesional
yang dapat menjamah segala kepentingan anggota dalam rangka pemecahan
masalah serta pemenuhan kebutuhan para anggotanya dan keberadaan organisasi
Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) Melong Sejahtera merupakan lembaga
yang kedudukannya hanya ditingkat lokal.
Dalam buku Laporan Refleksi Kelembagaan BKM (2008),menjelaskan
bahwa Secara umum pengertian Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) adalah
sebuah badan yang melakukan kegiatan usaha sebagai penyalur dana pemerintah
18
kepada kelompok masyarakat di kelurahan sasaran, dengan tujuan untuk
menanggulangi kemiskinan.
Adapun fungsi BKM yaitu memberikan pinjaman/kredit kepada masyarakat
kecil secara berkelompok maupun perseorangan kelompok tersebut sering disebut
KSM (Kelompok Swadaya Masyarakt). BKM Melong Sejahtera memiliki
pengertian yang berbeda secara umum mengenai tugas dan fungsinya yaitu tidak
hanya memberikan pinjaman modal saja namun dalam pelaksanaannya beberapa
program yang telah dilaksanakan mengarah pada penuntasan kemiskinan sebagai
mitra pemerintah dalam menyelesaikan masalah di bidang ekonomi, sosial, dan
politik.
Tugas Pokok dan Fungsi BKM
Dengan jalan membagi-bagi tugas-tugas kompleks menjadi pekerjaan-
pekerjaan yang terspesialisasi, maka suatu organisasi dapat memanfaatkan
sumber-sumber daya manusianya secara efisien. Pembagian kerja
memungkinakan para anggota organisasi-organisasi menjadi lebih terampil dan
mampu karena tugas-tugas terspesialisasi dilaksanakan berulang-ulang.
Adapun tugas pokok dan fungsi organisasi BKM Melong Sejahtera dalam
buku Angaran Dasar dan Angaran Rumah Tangga AD/ART organisasi BKM
melong Sejahtera (2008), sebagai berikut:
Tugas Pokok BKM Melong Sejahtera- Menetapkan kebijakan-kebijakan dan keputusan-keputusan yang berkaitan
dengan pelaksanaan P2KP khususnya, dan penanggulangan kemiskinan umumnya.
- Mengorganisir penyusunan Program Penanggulangan Kemiskinan (PJM Pronangkis dan Renta Pronangkis) di Kelurahan Melong berdasarkan aspirasi dan kebutuhan masyarakat.
19
- Melembagakan nilai-nilai universal dalam pelaksanaan penanggulangan kemiskinan dan kehidupan bermasyarakat di Kelurahan Melong.
- Memonitor, mengawasi dan mengendalikan pelaksanaan kebijakan-kebijakan dan keputusan yang ditetapkan BKM dalam pelaksanaan penggulangan kemiskinan dan membangun kontrol sosial masyarakat Kelurahan Melong.
- Mengorganisir dan mensinergikan potensi dan kekuatan masyarakat bagi optimalisasi upaya penanggulangan kemiskinan diwilayahnya.
- Mendorong berlangsungnya proses pembangunan partisipatif dari tahap identifikasi kebutuhan, perencanaan, pelaksanaan pemeliharaan dan monitoring-evaluasi.
- Memverifikasi penilaian proposal yang telah dilaksanakan oleh UP-UP.- Memberi masukan untuk berbagai kebijakan maupun program pemerintah
lokal.- Membangungun transparasi BKM dan masyarakat.- Membangun akuntabilitas BKM dan masyarakat.- Membuka akses dan kesempatan kepada masyarakat untuk melakukan
kontrol terhadap kebijakan, keputusan dan kegiatan UP-UP, termasuk penggunaan keuangan.
- Memfasilitasi usulan program penanggulangan kemiskinan untuk diintegrasikan (disatu-padukan) dengan kebijakan pemerintah kelurahan, kecamatan dan pemerintah kota.
- Membangun kepercayaan pihak luar untuk menjalin kerjasama dan kemitraan, serta memfasilitasi perjalinan jaringan kerjasama dengan pihak lain.
- BKM berfungsi menjamin semua asset dan keuangan BKM yang telah dikelola secara tepat.
- BKM bertanggung jawab atas aset organisasi kepada penerima manfaat dan donator, dan bertanggung jawab untuk menjamin bahwa aset (BLM) digunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
- BKM harus menjamin bahwa catatan dan buku akuntansi digunakan dengan tepat, laporan dan catatan tahunan disajikan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
- BKM dan unit operasionalnya menjamin bahwa sistem dan prosedur keuangan organisasi selalu ditaati, dan melaporkan segala setiap terjadi perbedaan atau penimpangan. Kasus yang terjadi di level unit operasional dilaporkan ke manajer Unit Pengelolanya kemudian diteruskan ke level BKM. Kasus di level anggota BKM dilaporkan ke Rapat Anggota BKM.
- BKM memonitori ketaatan seluruh pelaksana terhadap keuangan yang ditetapkan dalam dokumen kebijakan BKM.
- Memberi saran dan dukungan kepada Sekretariat, UP-UP dan BKM mengenai masalah-masalah manajemen keuangan.
- Menyajikan atau memberikan gambaran masalah-masalah yang berkaitan dengan manajemen keuangan organisasi kepada BKM.
- Bertanggung jawab atas auditor yang ditunjuk dan menyajikan laporan akuntansi tahunan yang teraudit pada saat Rapat Umum Tahunan (RUT).
20
- Menyetujui dan menetapkan sistem, prosedur, dan manajemen keuangan.- Menyetujui dan menetapkan anggaran tahunan.- Memonitor penerimaan dan pengeluaran keuangan- Menyetujui semua honorarium/ insentif, pos-pos baru, dan perjanjian-
perjanjian yang telah disepakati.- Melakukan otorisasi dan menandatangani semua rekening Bank.- Setiap tahun akuntansi, BKM yang dibantu oleh sekretariat dan UPK akan
menyusun anggaran yang tepat dan realistik dalam menaksir penerimaan dan pengeluaran organisasi dan disajikan dihadapan Anggota BKM.
Fungsi BKM Melong Sejahtera- Penggerak dan penumbuh kembali nilai-nilai luhur kemanusiaan, prinsip-
prinsip kemasyarakatan, serta prinsip pembanguan berkelanjutan (Tridaya) dalam kehidupan nyata Warga Kelurahan Melong.
- Penggalang Solideritas dan kesatuan sosial warga untuk membangun gerakan kepedulian dan kebersamaan masyarakat dalam penanggulangan kemiskinan.
- Pengorganisir segenap potensi masyarakat untuk optimalisasi penangan masalah kemiskinan dan pembangunan lingkungan perumahan dan pemukiman.
- Motor penggerak dan agen perubahan perilaku masyarakat yang lebih kondusif bagi upaya penanggulangan kemiskinan serta pembangunan lingkungan perumahan dan pemukiman.
- Membudayakan sikap keberpihakan pada masyarakat miskin, terutama dengan melembagakan proses pengambilan keputusan dan kebijakan yang adil, jujur, transparan, ikhlas, dan akuntabel melalui mekanisme kolektif dan partisipatif.
- Membangun gerakan kepedulian dari relawan-relawan masyarakat dalam rangka memperkuat kesetiakawanan social yang dilandasi keikhlasan/ kerelawanan, kepedulian, keberpihakan pada warga tertinggal dan komitmen kemajuan bersama.
- Lembaga kepercayaan milik masyarakat yang mampu bekerjasama dan mengembangkan jaringan dengan pihak luar masyarakat, termasuk dengan pemerintah Kota Cimahi, baik untuk menyuarakan aspirasi masyarakat Kelurahan Melong, amupun dalam rangka mengakses berbagai potensi sumber daya yang ada di luar untuk melengkapi sumber daya yang dimiliki masyarakat.
- Pusat pembelajaran masyarakat melalui pengembangan Komunitas Belajar Kelurahan dengan mengoptimalkan peran relawan-relawan setempat sebagai motor penggerak masyarakat untuk membudayakan control social dan kepedulian serta keberpuhakan pada masyarakat miskin.
21
Visi dan Misi BKM Melong Sejahtera
Suatu organisasi dapat berkembang dikarenkan dapat memandang kedepan
yaitu dengan memiliki visi dan misi. Seperti organisasi BKM dalam melaksanakan
tugas dan fungsinya dikarenakan memiliki visi dan misi, sebagai berikut:
1. Visi BKM adalah terwujudnya masyarakat madani yang maju dan
sejahtera dalam lingkungan yang sehat, produktif, dan lestari di Kelurahan
Melong.
2. Misi BKM adalah membangun masyarakat Kelurahan Melong melalui
penguatan kapital sosial dengan menumbuhkan kembali prinsip-prinsip
kemasyarakatan, nilai-nilai kemanusiaan dan menggalang solideritas serta
kesatuan sosial semua warga, serta mampu menjalin kebersamaan dan sinergi
dengan pemerintah maupun kelompok peduli dalam menanggulangi
kemiskinan secara efektif, dan mampu mewujudkan suatu kondisi lingkungan
yang sehat, produktif, dan lestari di Kelurahan Melong.
Kegiatan-Kegiatan BKM
Dalam kegiatannya BKM mengacu pada “TRIDAYA” pembangunan
masyarakat, yaitu: 1) Pembangunan Ekonomi Berbasis Kerakyatan; 2)
Pembangunan sarana dan prasarana Dasar Lingkungan; dan 3) Pembangunan
Sosial Masyarakat yang meliputi bidang; pendidikan, kesehatan, dan
pemberdayaan masyarakat, dalam buku Laporan Kegiatan BKM (2008). Tridaya
ini merupakan pilar pembangunan yang harus sinergis antara yang satu dengan
yang lainnya, artinya berkesinambungan, sehingga sangat diperlukan peran aktif
dan koordinasi dengan berbagai elemen masyarakat dan lembaga formal yang ada
22
ditingkat kelurahan baik itu RT, RW, LPM, MUI, PKK dan tokoh masyarakat
serta para Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) yang nota bene sebagai mitra
BKM dalam melaksanakan aktivitas dalam bidang ekonomi.
Berdasarkan hasil kinerjanya BKM Melong Sejahtera mengacu pada 3
aspek yang ada di Kelurahan Melong, yaitu: a) aspek sosial; ruang lingkup
identifikasi masalah sosial lebih mengedepankan unsur-unsur yang langsung
dirasakan dan dialami masyarakat seperti : Masalah Jompo Keluarga Miskin,
Rumah tidak layak Huni, Pengangguran, Pembuatan Pos Yandu & ruang kantor
RW, Kesehatan Ibu dan anak, Keluarga miskin yang melahirkan, pembangunan
sarana pendidikan anak usia dini (PAUD) serta masalah-masalah lain yang erat
kaitannya dengan situasi dan kondisi yang dialami masyarakat. b) aspek ekonomi;
Identifikasi masalah ekonomi masyarakat lebih banyak mengedepankan kepada
unsur dunia usaha terutama Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) serta faktor
keterampilan manajerial masyarakat dalam menunjang pelaksanaan manajemen
usaha dan koperasi, serta modal usaha bagi masyarakat miskin. c) aspek
lingkungan; masalah lingkungan banyak dihadapkan kepada persoalan
inprastruktur seperti; jalan lingkungan, jalan setapak, MCK, drainase, kirmier
rehabilitasi saluran / kali, air bersih , taman/ tempat bermain anak-anak. tempat
sampah, roda sampah dan penerangan jalan umum (PJU). Hasil dari identifikasi
tersebut merupakan bahan yang harus dianalisa sesuai kebutuhan warga
masyarakat serta melihat potensi yang dimiliki oleh RW atau daerah yang perlu
penanganan segera
23
Pada tahun 2007 penerima manfaat dana P2KP yang dilaksanakan oleh
BKM sebanyak 740 KSM terhitung dari tahun 2000 dan masih aktif atau belum
lunas ke BKM sebanyak 704 Kelompok jumlah dana yang ada di masyarakat
sebesar Rp. 1.569.615.575’00 dengan asumsi kemacetan sebesar Rp.
775.386.905’00 atau dana yang beredar di masyarakat sebesar 62% dari nilai
akumulasi pinjaman yang macet dari tahun 2000-2005 dengan asumsi 38%.
Menerima manfaat pinjaman P2KP untuk kategori kelompok sebanyak 5.492
orang. Menerima manfaat pinjaman mini mikro sebanyak 559 orang, c) aspek
lingkungan; masalah lingkungan banyak dihadapkan kepada persoalan
inprastruktur seperti; jalan lingkungan, jalan setapak, MCK, drainase, kirmier
rehabilitasi saluran / kali, air bersih , taman/ tempat bermain anak-anak. tempat
sampah, roda sampah dan penerangan jalan umum (PJU). Hasil dari identifikasi
tersebut merupakan bahan yang harus dianalisa sesuai kebutuhan warga
masyarakat serta melihat potensi yang dimiliki oleh RW atau daerah yang perlu
penanganan segera.
Adapun kegiatan yang yang dilakukan BKM pada periode 2007-2009
berkaitan dengan pembangunan Sarana dan Prasarana Dasar Lingkungan antara
lain; a) Pembuatan MCK 7 Unit dana bersumber dari PAKET P2KP dan APBD
Kota Cimahi tahun anggaran 2006, b) Pembuatan Jalan Setapak (Paving Block)
sepanjang 900 meter dengan alokasi dana bersumber dari PAKET P2KP, c)
Pembuatan Drainase sepanjang 455 meter dengan alokasi dana PAKET dan
APBD Kota Cimahi, d) Kegiatan sosial khitanan masal yang diikuti oleh 52 orang
anak dari keluarga Miskin (Gakin).
24
Kegiatan-kegiatan tersebut adalah merupakan realisasi dari kegiatan yang
dilaksanakan oleh BKM pada tahun sebelumnya, yang sebetulnya pelaksanaan
kegiatan BKM bukan hanya pemberian modal pinjaman, namun juga dalam
kegiatan yang dilaksanakan berupa fisik. Permasalahan yang muncul bukan saja
terjadi di masyarakat namun terjadi di dalam organisasi BKM itu sendiri, karena
masih banyak masyarakat menilai BKM sebagai objek pemberian bantuan dana
untuk masyarakat, padahal tugas dan fungsi BKM bukan hal itu saja. Oleh karena
itu pengurus BKM sering kali mendapatkan kesulitan yang dapat dilihat bahwa
kinerja pengurus BKM belum optimal terutama dalam mensosialisasikan BKM
pada masyarakat awam.
Tinjauan Tentang Kepemimpinan
Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan menurut George R. Terry (1966) adalah “aktivitas
mempengaruhi orang-orang agar dengan sukarela menuju tujuan bersama,
Kepemimpinan juga merupakan tingkah laku yang dapat mempengaruhi tingkah
laku orang lain yang dipimpinnya”. Definisi tersebut bila dihubungkan dengan
organisasi BKM bahwa seorang pengurus diperlukan jiwa kepemimpinan
terutama pada dirinya sendiri dan orang lain maupun untuk organisasinya. Oleh
karena itu kepemimpinan seseorang menentukan kinerja seseorang dalam
menjalankan tugas sesuai dengan fungsinya dalam orgnisasi tersebut.
Pengurus BKM adalah tim penggerak yang telah mendapatkan pembinaan
sehingga mereka diharapkan mampu menggerakan dan mengorganisir anggotanya
25
dalam melaksanakan usahanya. Pengurus BKM dituntut untuk menampilkan
peran kepemimpinan yaitu mengarahkan serta mempengaruhi orang lain untuk
untuk mencapai tujuan/visi dan misi
Faktor-faktor yang menentukan seseorang menjadi pemimpin adalah: a)
Operational Leadership; orang yang paling inisiatif, dapat menarik dan dinamis,
menunjukan pengabdiannya yang tulus, serta menunjukan prestasi kerja yang baik
dalam kelompoknya; b) Popularity: orang yang banyak dikenal mempunyai
kesempatan yang lebih banyak untuk menjadi pemimpin; c) The Assumed
Representative; Orang yang dapat mewakili kelompoknya mempunyai
kesempatan untuk menjadi pemimpin; dan d) Prominet Talent: seseorang yang
memiliki bakat kecakapan yang menonjol dalam kelompoknya mempunyai
kesempatan untuk menjadi pemimpin.
Untuk menjadi seorang pemimpin diperlukan sifat-sifat kepemimpinan,
yaitu: a) cakap; b) kepercayaan; c) rasa tanggung jawab dan d) Berani mengambil
keputusan. Dalam hal ini, seorang pemimpin harus cakap dalam arti memiliki
kemampuan dalam suatu bidang sehingga rasa kepercayan diri lebih kuat dengan
penuh tanggung jawab dalam melaksanakan tugas dan fungsinya serta berani
dalam mengambil keputusan demi suatu tujuan.
Relevansi Masalah dengan Pekerjaan Sosial
Walter A. Friedlander dan Robert Z. Apte dalam Sukoco (1991:6)
Mendefinisikan Pekerja Sosial sebagai “Social work is a professional service,
based on scientific knowledge and skill in humas relations. Wich help individuals,
26
groups, or communities obtain social or personal satisfaction and independence”.
Pekerja Sosial merupakan suatu pelayanan profesional, yang prakteknya
didasarkan pada pengetahuan dan keterampilan ilmiah tentang reaksi manusia,
sehingga dapat membantu individu, kelompok dan masyarakat mencapai kepuasan
pribadi dan social serta kebebasan.
Pekerja Sosial merupakan suatu profesi pertolongan yang berdasarkan
pada ilmu pengetahuan, keterampilan, dan nilai dalam memberikan
pertolongannya kepada klien baik individu, kelompok, maupun masyarakat. Hal
utama yang membedakan Pekerja Sosial dengan profesi pertolongan lainnya
adalah pada keberfungsian sosial. Fokus utama pekerjaan sosial yang membantu
mengembalikan keberfungsian klien sejalan dengan peranan pekerja sosial dalam
membantu meningkatkan kinerja pengurus organisasi. Dengan demikian
diharapkan organisasi tersebut dapat mencapai tujuan secara optimal.
Allen Pincus dan Minahan dalam Sukoco (1991:45) menyatakan fungsi
pekerjaan sosial, adalah
a) Membantu orang meningkatkan dan menggunakan kemampuannya secara efektif untuk melaksanakan tugas-tugas kehidupan dan memecahkan masalah-masalah sosial yang mereka alami;
b) Mengaitkan orang dengan sistem sumber; c) Memberikan fasilitas interaksi dengan sistem-sistem sumber; d) Memberikan fasilitas interaksi di dalam sistem-sistem sumber; e) Mempengaruhi kebijakan sosial; f) Memeratakan atau menyalurkan sumber-sumber material; dan g) Memberikan pelayanan sebagai pelaksana kontrol sosial”
Dari penjelasan fungsi pekerjaan sosial tersebut, dapat diketahui bahwa
salah satu fungsi pekerjaan sosial adalah membantu orang meningkatkan dan
menggunakan kemampuannya secara efektif untuk melaksanakan tugas-tugas
27
kehidupan dan memecahkan masalah-masalah sosial yang mereka alami.
Meningkatkan kemampuan pengurus organisasi BKM dapat dipengaruhi melalui
penelitian ini agar kinerja pengurus organisasi BKM lebih optimal secara efektif
dan efisien yang mengarah pada kesejahteraan sosial. Untuk mempengaruhi
kinerja pengurus organisasi BKM di Kelurhan Melong Kecamatan Cimahi Selatan
Kota Cimahi tersebut, dilakukan melalui suatu proses penilaian kinerja organisasi
masyarakat. Hasil dari proses penilaian tersebut menjadi pijakan untuk
memperkuat dan mengembangkan organisasi dalam usaha mencapai cita-citanya
untuk mencapai tujuan organiasi.
28
BAB III
METODE PENELITIAN
Desain Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah survei deskriptif dengan
pendekatan kuantitatif, dilakukan dengan mencari data seluas mungkin untuk
menggambarkan suatu (karakteristik suatu kelompok/populasi atau
membandingkan beberapa kelompok, frekuensi terjadinya sesuatu, atau hubungan
antar variabel atau antar karakteristik) yang dimiliki oleh populasi penelitian.
Survei Deskriptif bertujuan menemukan gambaran yang bersifat general dan
universal. Gambaran general ini diperoleh dari penggolongan, kategorisasi,
klasifikasi dari berbagai fenomena/kejadian yang ditunjuk oleh konsep/variabel
(tidak terbatas pada satu atau beberapa kejadian/fenomena, tapi dari banyak
fenomena/kejadian yang diamati pada sejumlah subjek yang diteliti berasal dari
wilayah/kelompok penelitian.
Metofe survei adalah penyelidikan yang diadakan untuk memperoleh
fakta-fakta dari gejala-gejala yang ada dan mencari keterangan-keterangan secara
faktual. Metode Survei membedah dan menguliti serta mengenal masalah-
masalah serta mendapatkan pembenaran terhadap keadaan dan praktek-praktek
ang sedang berlangsung. Dalam metode survei juga dikerjakan evaluasi serta
perbandingan-perbandingan terhadap masalah yang serupa dan hasilnya dapat
digunakan dalam pembuatan rencana dan pengambilan keputusan di masa
mendatang. Penelitian dilakukan dalam waktu yang bersamaan terhadap sejumlah
29
individu atau unit, baik secara sensus atau dengan meggunakan sampel sehingga
dalam penelitian ini mendapatkan suatu kesimpulan secara empirik salah satunya
mengenai kinerja pengurus BKM dalam pelaksanaan program BKM Melong
Sejahtera di Kelurahan Melong Kecamatan Cimahi Selatan Kota Cimahi.
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah Pengurus BKM Melong Sejahtera yang
berada di Kelurahan Melong Kecamatan Cimahi Selatan Kota Cimahi. Secara
keseluruhan jumlah populasi BKM adalah 23 orang yang merupakan pengurus dan
akan di jadikan responden oleh peneliti dalam meningkatkan kinerjanya. Jadi,
dalam penelitian ini tidak dilakukan pengambilan sampel karena semua populasi
dijadikan responden. Adapun Struktur BKM Melong Sejahtera Kelurahan Melong
berdasarkan nama dan jabatannya yang terdiri dari;
Definisi Operasional
a. Kinerja adalah unjuk kerja pengurus organisasi BKM dalam melaksanakan
tugas, fungsi dan peranannya dalam menggerakan masyarakat yang meliputi;
kualitas kerja, ketepatan waktu, tingkat inisiatif, tingkat kemampuan,
komunikasi dan hambatan beserta upaya yang di lakukan oleh pengurus BKM
Melong Sejahtera Kelurahan Melong Kecamatan Cimahi Selatan Kota Cimahi.
b. Pengurus BKM adalah individu yang telah mengikuti atau mendapatkan
pelatihan dalam berorganisasi sebagai bekal dalam melaksanakan tugas dan
fungsi dalam kegiatan BKM Melong sejatera di Kelurahan Melong Kecamatan
Cimahi Selatan Kota Cimahi.
30
c. Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) adalah organisasi sosial masyarakat
yang berada pada tingkat kelurahan dengan anggota sebagai motor penggerak
yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin di
Kelurahan Melong Kecamatan Cimahi Selatan Kota Cimahi.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
a. Angket (Self-administered questionnaire)
Yaitu teknik pengumpulan data dengan menyerahkan atau mengirimkan daftar
pertanyaan untuk diisi sendiri oleh responden.
b. Wawancara
Yaitu pengumpulan data melalui tanya jawab sesuai dengan item-item
pertanyaan yang telah disusun dalam pedoman wawancara. Moh. Nazir (1993,)
mengemukakan definisi wawancara sebagai berikut:
Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka anatar sipenanya atau pewawancara dengan sipenjawab atau responden dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide (Pedoman Wawancara)
Wawancara yang digunakan penulis, antara lain kepada aparat terutama
Lurah, dan para tokoh masyarakat seperti tokoh agama, tokoh pemuda, ketua
RW dan RT, dan tak lupa adalah warga masyarakat penerima bantuan program
BKM. Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran yang lengkap
tentang keadaan dan kenyataan yang sedang berlangsung baik kondisi
kehidupannya maupun program-program yang sedang berlangsung dan sudah
dilaksanakan.
31
c. Studi Dokumentasi
Cara pengumpulan data dengan mempelajari literatur-literatur, bahan-
bahan, arsip dan dokumentasi yang ada kaitannya dengan pembinaan pengurus
BKM. Dalam hal ini penulis mempelajari permasalahan yang diberikan dengan
permasalahan kinerja pengurus BKM yang ada di Kelurahan Melong
Kecamatan Cimahi Selatan Kota Cimahi terutama dalam pelaksanaan program
Validitas dan Realibilitas Alat Ukur
Sebelum alat ukur digunakan dalam penelitian ini, terlebih dahulu dilakukan uji
coba alat ukur dengan tujuan untuk melihat apakah alat ukur tersebut dapat
digunakan atau tidak, serta untuk menghindari kesalahpahaman dan kemungkinan
adanya penyimpangan data yang akan diteliti. Uji coba alat ukur ini sekaligus
berperan sebagai uji validitas alat ukur. Uji validitas yang akan digunakan dalam
penelitian ini adalah validitas muka. Validitas muka yaitu dengan cara menyusun
instrumen penelitian sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti kemudian
dikonsultasikan kepada dosen pembimbing.
Teknik Analisa Data
Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa
kuantitatif. Data yang dijaring dari responden akan dituangkan dalam tabel
distribusi dan akan disusun alternatif jawaban responden berdasarkan frekuensi
dan persentase dari jawaban kemudian akan dianalisa.
Teknik Analisis adalah kegiatan mengelompokan, membuat suatu urutan,
memanipulasi, menyingkatkan data, sehingga mudah untuk dibaca dan
32
dipersentasikan. Moh. Nazir (1999:405), dalam bukunya Metode Penelitian
mengemukakan bahwa analisa data merupakan bagian yang amat penting dalam
metode ilmiah, karena dengan analisa data tersebut dapat diberi arti dan makna
yang berguna dalam memecahkan masalah penelitian. Langkah-langkah analisa
data kuantitatif adalah :
a. Mengumpulkan data kedalam kelompok yang sama dan membuat kode,
sehingga data tersebut mempunyai makna untuk menjawab maalah
penelitaian.
b. Memasukan data yang telah dikelompokan kedalam tabel/diagram untuk
melhjat hubungan antar fenomena.
c. Menganalisa data yang telah dikelompokan dalam tabel dan membuat
penafsiran-penafsiran terhadap hubungan antar fenomena yang ada.
Jadwal dan Langkah-langkah Penelitian
Tabel 9
No KegiatanTahun 2009
Feb Mar Apr Mei Jun Juli Agu
1 Pengajuan Judul
2 Seleksi Judul
3 Penyusunan Proposal
4 Seminar Proposal
5Bimbingan Bab I, II, III dan Instrument
Penelitian
6 Penelitian
7 Penyusunan Hasil Penelitian
8 Bimbingan Bab IV, V, VI
9 Penyelesaian KIA
10 Pengesahan KIA
33