KINERJA LINGKUNGAN, LEVERAGE, PROFIL DAN …lib.unnes.ac.id/22571/1/7211411020-s.pdf ·...
Transcript of KINERJA LINGKUNGAN, LEVERAGE, PROFIL DAN …lib.unnes.ac.id/22571/1/7211411020-s.pdf ·...
1
KINERJA LINGKUNGAN, LEVERAGE, PROFIL DAN
PERTUMBUHAN PERUSAHAAN; PENGARUHNYA
TERHADAP CSR DISCLOSURE
SKRIPSI
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
pada Universitas Negeri Semarang
Oleh
Novi Nurjanah
NIM 7211411020
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2015
i
KINERJA LINGKUNGAN, LEVERAGE, PROFIL DAN
PERTUMBUHAN PERUSAHAAN; PENGARUHNYA
TERHADAP CSR DISCLOSURE
SKRIPSI
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
pada Universitas Negeri Semarang
Oleh
Novi Nurjanah
NIM 7211411020
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2015
ii
iii
iv
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto
Pekerjaan besar tidak dihasilkan dari kekuatan, melainkan oleh ketekunan.
(Samuel Johnson)
“Mulai” adalah kata yang penuh kekuatan. Cara terbaik untuk menyelesaikan
sesuatu adalah “mulai”. Tapi juga mengherankan, pekerjaan apa yang dapat kita
selesaikan kalau kita hanya memulainya.
(Clifford Warren)
Kesulitan itu ibarat seorang bayi. Hanya bisa berkembang dengan cara
merawatnya.
(Douglas Jerrold)
Skripsi ini Kupersembahkan Kepada:
Ayah dan Bunda Tercinta
Adikku Robbi Tersayang
Kakakku Rismawan Terkasih, dan
Semua Sahabat Terbaikku
vi
PRAKATA
Alhamdulillahirabbil „alamin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat
Allah SWT yang telah melimpahkan berbagai ni‟mat dan kasih sayang-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Kinerja Lingkungan,
Leverage, Profil dan Pertumbuhan Perusahaan; Pengaruhnya terhadap CSR
Disclosure” sebagai syarat untuk mendapatkan gelar sarjana ekonomi pada
Universitas Negeri Semarang.
Selama penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bimbingan,
bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan kali
ini penulis ingin berterima kasih kepada :
1. Drs. Wahyono, M.M, Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri
Semarang.
2. Drs. Fachrurrozie, M.Si, Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Negeri Semarang.
3. Kiswanto, SE, M.Si, Dosen Wali Akuntansi A Universitas Negeri
Semarang.
4. Badingatus Solikhah, SE, M.Si, Dosen pembimbing skripsi yang telah
memberikan arahan, dukungan dan pengertian selama penyusunan skripsi
ini hingga dapat selesai tepat waktu.
5. Segenap Dosen dan Staff Administrasi Prodi Akuntansi SI Universitas
Negeri Semarang.
vii
6. Ayah dan Bunda tercinta yang tak henti-henti mendoakan dan memberi
kasih sayangnya sepanjang hayat.
7. Adikku Robbi Firmansyah dan seluruh Keluarga tercinta Kakek, Nenek
yang telah mendukung dan memberikan semangat kepada penulis.
8. Kakakku Rismawan Dwi Putra yang selalu memberikan motivasi dan
menguatkan penulis di setiap saat.
9. Sahabat-sahabat terbaik, Riskah, Nisa, Yuni, Andri, Mba Ajeng yang
selalu menghibur di saat penulis merasa lelah.
10. Komting Sukses Fahad Aditama yang membantu memberikan masukan
yang sangat berarti bagi penulis.
11. Keluarga besar Akuntansi A, terimakasih atas kebersamaannya selama
hampir 4 tahun ini, semoga semua sukses dan tetap seperti keluarga. Dan,
12. Semua pihak yang telah terlibat dalam penyusuan skripsi ini yang tidak
bisa di sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan keterbatasan
dalam penyusunan skripsi ini. Sehingga kritik dan saran yang membangun sangat
penulis harapkan demi perbaikan di kemudian hari. Semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhakan.
Semarang, 03 Maret 2015
Penulis
viii
SARI
Nurjanah, Novi. 2015. “Kinerja Lingkungan, Leverage, Profil dan Pertumbuhan
Perusahaan; Pengaruhnya terhadap CSR Disclosure”. Skripsi. Jurusan Akuntansi.
Fakultas Ekonomi. Universitas Negeri Semarang. Pembimbing Badingatus
Solikhah, SE, M.Si.
Kata kunci : CSR Disclosure, Kinerja Lingkungan, Leverage, Profil, Pertumbuhan
Perusahaan.
Isu tentang CSR disclosure mengalami peningkatan yang cukup pesat,
sedangkan peneltian terkait dengan CSR disclosure menghasilkan berbagai
temuan yang beragam. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk
menjelaskan pengaruh kinerja lingkungan, leverage, profil dan pertumbuhan
perusahaan terhadap CSR disclosure, dengan ukuran perusahaan sebagai variabel
kontrol.
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2013. Sejumlah 117 perusahaan dijadikan
sebagai sampel dengan menggunakan teknik purposive sampling. Metode analisis
yang digunakan adalah analisis regresi linear berganda. CSR disclosure diukur
dengan menggunakan indeks GRI Versi 4.0 yang belum banyak digunakan dalam
penelitian sebelumnya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel kinerja lingkungan
berdasarkan sertifikasi ISO 14001, dan profil perusahaan terbukti berpengaruh
positif terhadap CSR disclosure. Sedangkan variabel leverageyang diukur dengan
rasio total hutang per total aset tidak berpengaruh terhadap CSR disclosure.
Begitu pula dengan pertumbuhan yang dilihat dari pertumbuhan aset perusahaan
juga tidak memiliki pengaruh terhadap CSR disclosure. Ukuran perusahaan
sebagai variabel kontrol secara signifikan berpengaruh positif terhadap CSR
disclosure pada perusahaan manufaktur di Indonesia. Besar kecilnya perusahaan
ditentukan berdasarkan total aset yang dimilikinya.
Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa
perusahaan dengan kinerja lingkungan yang baik, akan cenderung
mengungkapkan tanggung jawab sosialnya kepada pemangku kepentingan. Begitu
juga dengan perusahaan yang termasuk dalam kategori high-profile dan berskala
besar. Saran yang berkaitan dengan hasil penelitian ini adalah untuk semua
perusahaan tanpa terkecuali seharusnya mengungkapkan tanggung jawab
sosialnya dengan baik. Hal ini bertujuan agar kebutuhan stakeholders akan
informasi yang lengkap mengenai kinerja perusahaan dapat terpenuhi guna
djadikan sebagai alat bantu dalam pengambilan keputusan ekonomi.
ix
ABSTRACT
Nurjanah, Novi. 2015. “Environmental Performance, Leverage, Profile, and
Company‟s Growth; The Influence on CSR Disclosure”. Final Project.
Accounting Departement. Faculty of Economics. State University of Semarang.
Advisor Badingatus Solikhah, SE, M.Si.
Keywords: CSR Disclosure, Environmental Performance, Leverage, Profile,
Company Growth.
The issue about CSR disclosure increases rapidly, while the research
related to CSR disclosure result dissimilar findings. The purpose of this study is to
analyze the effect of environmental performance, leverage, profile and company‟s
growth on CSR disclosure. This study also uses the size of company as a control
variable to decrease influence from other variabels
The population of this study is manufacturing companies listed in
Indonesia Stock Exchange in 2013. Using purposive sampling technique, 117
companies is used as research sample. The analytical method applies multiple
regression analysis. CSR disclosure is measured by using the GRI index 4.0
Version, which has not been widely used in previous studies.
The results show that the environmental performance variable based on
the ISO 14001 certification, and company‟s profile having positive influence on
CSR disclosure. While leverage is measured by the ratio of debt to total asets,it‟s
not affected to CSR disclosure. Similar with leverage, the growth noticed from the
growth of the company's asets also doesn‟t have an influence on CSR disclosure.
The size ofcompany as a control variable has significantly positive effect on CSR
disclosure in Indonesianmanufacturing companies. The size of a company is
determined by total asets.
Based on the results, the conclution is companies with good
environmental performance, would tend to reveal the social responsibility fortheir
stakeholders. Companies included in high-profilecategory and large-scale is the
same. Suggestions relating to the results are companies, without exception,
supposed to disclosesocial responsibility well. Because, CSR disclosure provide
the information about company's performance, thatcan be used as a tool to make
economic decisions.
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN KELULUSAN .......................................... iii
PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI ........................................... iv
MOTO DAN PERSEMBAHAN .............................................................. v
PRAKATA .............................................................................................. vi
SARI ....................................................................................................... viii
ABSTRACT ............................................................................................ ix
DAFTAR ISI ........................................................................................... x
DAFTAR TABEL ................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xvii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah ....................................................................... 10
1.3. Tujuan Penelitian ........................................................................ 11
1.4. Kegunaan Penelitian .................................................................... 12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................. 14
2.1. Telaah Teori ................................................................................ 14
xi
2.1.1. Teori Stakeholder ................................................................ 14
2.1.2. Teori Legitimasi .................................................................. 17
2.1.3. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan ..................................... 21
1. Definisi dan Konsep Tanggung Jawab Sosial Perusahaan .... 21
2. Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan ............. 23
3. Pengukuran CSR Disclosure................................................ 27
2.1.4. Kinerja Lingkungan ............................................................. 29
1. Definisi dan Konsep Kinerja Lingkungan ............................ 29
2. Pengukuran Kinerja Lingkungan ......................................... 31
2.1.5. Leverage ............................................................................. 35
1. Definisi dan Konsep Leverage ............................................. 35
2. Pengukuran Leverage .......................................................... 36
2.1.6. Profil Perusahaan ................................................................. 37
1. Definisi dan Konsep Profil Perusahaan ................................ 37
2. Pengukuran Profil Perusahaan ............................................. 38
2.1.7. Pertumbuhan Perusahaan ..................................................... 39
1. Definisi dan Konsep Pertumbuhan Perusahaan .................... 39
2. Pengukuran Pertumbuhan Perusahaan ................................. 40
2.1.8. Ukuran Perusahaan .............................................................. 41
1. Definisi dan Konsep Ukuran Perusahaan ............................. 41
2. Pengukuran Ukuran Perusahaan .......................................... 41
2.2. Penelitian Terdahulu .................................................................. 42
2.3. Kerangka Pemikiran Teoritis dan Hipotesis Penelitian ................ 46
xii
2.3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis ............................................... 46
1. Pengaruh Kinerja Lingkunganterhadap CSR Disclosure ...... 46
2. PengaruhLeverageterhadapCSR Disclosure ......................... 48
3. Pengaruh Profil Perusahaan terhadapCSR Disclosure .......... 49
4. Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan terhadapCSR Disclosure 50
5. Pengaruh Variabel Kontrol terhadap CSR Disclosure .......... 51
2.3.2 Hipotesis Penelitian ............................................................. 52
BAB III METODE PENELITIAN ........................................................... 53
3.1. Jenis dan Desain Penelitian ........................................................ 53
3.2. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel ................... 53
3.3. Variabel Penelitian ..................................................................... 54
3.3.1. Variabel Dependen .............................................................. 54
3.3.2. Variabel Independen ............................................................ 56
1. Kinerja Lingkungan ............................................................. 56
2. Leverage ............................................................................. 57
3. Profil Perusahaan................................................................. 57
4. Pertumbuhan Perusahaan ..................................................... 58
3.3.3. Variabel Kontrol .................................................................. 59
3.3.4. Definisi Operasional Variabel .............................................. 60
3.4. Metode Pengumpulan Data......................................................... 61
3.5. Metode Analisis Data ................................................................. 61
3.5.1. Analisis Statistik Deskriptif ................................................. 61
xiii
3.5.2. Analisis Statistik Inferensial ................................................ 62
1. Uji Asumsi Klasik ............................................................... 62
a. Uji Normalitas ................................................................ 62
b. Uji Multikolinearitas ....................................................... 63
c. Uji Heteroskedastisitas .................................................... 63
2. Uji Hipotesis ....................................................................... 64
a. Regresi Linear Berganda ................................................. 64
b. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t) ..... 65
c. Koefisien Determinasi..................................................... 66
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................. 67
4.1. Hasil Penelititan ......................................................................... 67
4.1.1. Deskripsi Objek Penelitian .................................................. 67
4.1.2. Uji Statistik Deskriptif ......................................................... 68
1. CSR Disclosure ................................................................... 68
2. Kinerja Lingkungan Perusahaan .......................................... 71
3. Leverage ............................................................................. 72
4. Profil perusahaan ................................................................. 73
5. Pertumbuhan Perusahaan ..................................................... 74
6. Ukuran Perusahaan .............................................................. 75
4.1.3. Uji Statistik Inferensial ........................................................ 75
1. Uji Kualitas Data ................................................................. 75
a. Uji normalitas ............................................................... 76
xiv
b. Uji Multikolinearitas ..................................................... 78
c. Uji Heteroskedastisitas ................................................. 79
2. Uji Hipotesis ....................................................................... 80
a. Uji Regresi Linear Berganda ......................................... 80
b. Uji Signifikansi Individual ............................................ 81
c. Uji Koefisien Determinasi ............................................ 83
4.2. Pembahasan ............................................................................... 85
4.2.1. Pengaruh Kinerja Lingkungan terhadap CSR Disclosure ..... 85
4.2.2. PengaruhLeverage terhadap CSR Disclosure ....................... 88
4.2.3. Pengaruh Profil Perusahaan terhadap CSR Disclosure ......... 89
4.2.4. Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan terhadap CSR Disclosure 91
4.2.5. Pengaruh Variabel Kontrol terhadap CSR Disclosure .......... 93
BAB V PENUTUP ................................................................................. 96
5.1. Simpulan .................................................................................... 96
5.2. Saran .......................................................................................... 97
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 98
LAMPIRAN ............................................................................................ 103
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Deskirpsi Operasional Variabel .............................................. 60
Tabel 4.1 Perolehan Sampel Penelitian .................................................. 67
Tabel 4.2 Deskripsi Statistik .................................................................. 68
Tabel 4.3 CSR Disclosure berdasarkan Indeks GRI ............................... 70
Tabel 4.4 Kinerja Lingkungan berdasarkan ISO Sertifikasi 14001 ......... 71
Tabel 4.5 Komposisi Perusahaan berdasarkan Leverage ........................ 72
Tabel 4.6 Jumlah Perusahaan berdasarkan Profil ................................... 73
Tabel 4.7 Tingkat Pertumbuhan Perusahaan .......................................... 74
Tabel 4.8 Komposisi Perusahaan berdasarkan Total Aktiva ................... 75
Tabel 4.9 Hasil Uji Normalitas .............................................................. 76
Tabel 4.10 Hasil Uji Multikolinearitas ..................................................... 78
Tabel 4.11 Hasil Uji Heteroskedastisitas dengan Uji Park ....................... 79
Tabel 4.12 Hasil Regresi Linear Berganda............................................... 81
Tabel 4.13 Hasil Uji Koefisien Determinasi tanpa Variabel Kontrol ........ 84
Tabel 4.14 Hasil Uji Koefisien Determinasi dengan Variabel Kontrol ..... 84
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ............................................... 52
Gambar 4.1 Uji Normalitas ..................................................................... 77
Gambar 4.2 Uji Heteroskedastisitas ........................................................ 80
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Daftar Sampel Penelitian ..................................................... 103
Lampiran 2 Indeks GRI Versi 4.0 ........................................................... 106
Lampiran 3 Data Penelitian .................................................................... 113
Lampiran 4 CSR Disclosure per Sektor Manfaktur ................................. 116
Lampiran 5 Jumlah Perusahaan Per Tipe (Profil) Perusahaan ................. 117
Lampiran 6 Output Analisis Hasil Penelitian .......................................... 118
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Teori legitimasi menyatakan bahwa terdapat kontrak sosial antara
perusahaan dengan masyarakat yang berada di sekelilingnya (Karina, 2013). Hal
tersebut menunjukkan bahwa setiap kegiatan operasi yang dilakukan oleh
perusahaan harus selaras dengan nilai dan norma yang terdapat dalam masyarakat
serta sesuai dengan harapan masyarakat itu sendiri. Teori ini mendukung teori
stakeholder yang menyatakan bahwa sebuah perusahaan tidak hanya didirikan
untuk beroperasi demi kepentingannya sendiri, namun juga harus memiliki
manfaat bagi pemegang kepentingan (stakeholders) yang lain seperti investor,
kreditor, konsumen, supplier, pemerintah, dan juga masyarakat sekitar (Harahap,
2011). Kedua teori tersebut menujukan bahwa perusahaan memiliki kewajiban
untuk bertanggungjawab terhadap semua pihak terkait dengan aktivitas operasi
yang dijalankan berdasarkan bidang usahanya.
Segala jenis kegiatan usaha terutama yang bergerak dalam bidang
pemanfaatan sumber daya baik secara langsung maupun tidak langsung sudah
pasti memberikan dampak terhadap lingkungan sekitarnya, seperti masalah-
masalah pencemaran lingkungan, tenaga kerja, dan juga masalah terkait produk
yang dihasilkan (Nur dan Priantinah, 2012). Oleh karena itu dibutuhkan suatu
komitmen dari perusahaan untuk meyakinkan dan mendapatkan kepercayaan para
2
pemegang kepentingan terutama masyarakat bahwa perusahaan telah memenuhi
tanggung jawab tersebut yaitu melalui kegiatan yang mampu meningkatkan
kesejahteraan masyarakat itu sendiri. Kepercayaan yang didapat dari masyarakat
sangat berpengaruh terhadap kemampuan perusahaan dalam mempertahankan
keberlanjutan usahanya (going concern) (Rahajeng, 2010). Setiap perusahaan
akan berupaya menarik simpati dan kepercayaan masyarakat melalui kegiatan-
kegiatan positif yang berpihak pada kepentingan masyarakat. Kegiatan-kegiatan
inilah yang disebut dengan tanggung jawab sosial perusahaan.
Tanggung jawab sosial perusahaan atau corporate social responsibility
merupakan sebuah gagasan yang menjadikan perusahaan tidak lagi dihadapkan
pada tanggung jawab yang berpijak pada single bottom line yaitu nilai perusahaan
(corporate value) yang direfleksikan dalam kondisi keuangan (financial) saja,
tetapi tanggung jawab tersebut harus berpijak pada triple bottom lines dengan
turut memperhatikan masalah sosial dan lingkungan (Daniri 2008). Tanggung
jawab sosial perusahaan menyediakan berbagai informasi baik keuangan maupun
non-keuangan berkaitan dengan interaksi organisasi dengan lingkungannya.
Kegiatan berkenaan dengan tanggung jawab tersebut dapat berupa pemberian
sumbangan dana kepada masyarakat sekitar, perbaikan lingkungan, pembangunan
dan pemeliharaan fasilitas umum, keselamatan kerja karyawan, termasuk juga
tanggung jawab terhadap konsumen atas produk yang dihasilkan oleh perusahaan.
Tanggung jawab sosial perusahaan sendiri di Indonesia sudah menjadi
suatu kewajiban seiring dengan berlakunya Undang-undang Republik Indonesia
No. 40 tahun 2007 tentang perseroan terbatas yang menyebutkan bahwa
3
“Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan atau berkaitan
dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan
lingkungan”. Akan tetapi berlakunya peraturan tersebut tidak serta merta
membuat perusahaan berbondong-bondong untuk melaksanakan kegiatan CSR-
nya dengan baik.
Fakta yang terjadi di Indonesia saat ini menunjukkan bahwa masih banyak
konflik industri seperti kerusakan akibat pemanfaatan sumber daya yang
berlebihan tanpa diimbangi dengan perlindungan dan perbaikan lingkungan.
Akibatnya banyak masalah lingkungan yang ditimbulkan karena kelalaian
tersebut, salah satunya adalah masalah limbah dan polusi pabrik yang sangat
merugikan. Selain itu kesejahteraan karyawan juga merupakan salah satu masalah
yang menjadi perhatian terkait dengan pelaksanaan tanggung jawab perusahaan.
Akhir-akhir ini banyak terjadi aksi demo dan mogok kerja yang dilakukan oleh
karyawan perusahaan sebagai bentuk protes dengan menuntut berbagai kebijakan
dari perusahaan yang tidak selaras dengan kepentingan karyawan, antara lain
masalah mengenai pemberian upah yang tidak sesuai dan pemberian fasilitas
kesejahteraan lain yang diterapkan oleh perusahaan yang belum mencerminkan
keadilan.
Beberapa permasalahan yang terjadi belakangan ini antara lain seperti
kerusakan lingkungan di Kabupaten Karawang, di mana ratusan hektar tanah yang
dulu merupakan daerah resapan dalam waktu 2 hingga 3 tahun telah berubah
menjadi kawasan industri, sehingga daerah Karawang selalu dilanda banjir setiap
tahunnya. Selain itu, lebih dari 100 perusahaan yang dibangun di bantaran sungai
4
Citarum Kabupaten Karawang dianggap tidak melakukan pengolahan limbah
industrinya dengan benar (detik.com). Selain masalah lingkungan, masalah
ketenagakerjaan juga sering terjadi. Beberapa di antaranya adalah kasus yang
terjadi di Sragen berupa aksi dari karyawan PT. Delta Merlin Sandang Tekstil
yang berdemo menuntut pihak perusahaan mengangkat buruh menjadi karyawan
tetap dan mendapatkan upah yang layak (Solopos.com). Hal serupa juga
dilakukan oleh ratusan karyawan PT. Siantar Jaya Ekatama dengan tuntutan yang
sama mereka menggelar aksi demo di Kantor DISNAKERTRANS Gersik
(Tribunnews.com). Aksi-aksi ini dilakukan guna meningkatkan kesejahteraan
karyawan perusahaan yang membuktikan bahwa perusahaan belum melaksanakan
tanggung jawab sosialnya dengan baik.
Perusahaan yang memiliki tanggung jawab sosial yang baik akan serta
merta mengungkapkan aktivitas sosialnya tersebut dalam laporan tahunan
perusahaan guna mendapatkan respon positif dari para pemangku kepentingannya.
Pengungkapan CSR di Indonesia didukung dengan adanya PSAK No. 01 Revisi
2009 paragraf 12 yang menyarankan kepada perusahaan untuk menyajikan
laporan mengenai lingkungan hidup khususnya untuk industri yang banyak
berhubungan dengan lingkungan dan menganggap karyawan sebagai salah satu
pemegang kepentingan dalam perusahaan. Peraturan tersebut diperkuat dengan
keputusan ketua BAPEPAM-LK No. KEP-431/BL/2012 mengenai penyampaian
laporan tahunan emiten atau perusahaan publik yang di dalamnya memuat
peraturan mengenai pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan (CSR
disclosure). Isi yang tertuang dalam keputusan ketua BAPEPAM-LK ini
5
menganjurkan semua perusahaan publik untuk melaporkan tanggung jawab sosial
perusahaan yang meliputi kebijakan, jenis program dan biaya yang dikeluarkan.
Sebagian besar perusahaan di Indonesia mengklaim bahwa mereka telah
melaksanakan kegiatan dan pengungkapan tanggung jawab sosialnya terhadap
lingkungan sekitar mereka terkait aktivitas usahanya (Putra, 2011). Akan tetapi
beberapa penelitian terdahulu yang menguji luas pengungkapan CSR di Indonesia
beberapa dekade terakhir ini tidak menunjukkan hal yang demikian. Beberapa di
antaranya adalah penelitian yang dilakukan Sari (2012) yang menunjukkan bahwa
pengungkapan CSR di Indonesia sampai tahun 2010 hanya sebesar 20,92%.
Bahkan ada perusahaan yang hanya mengungkapkan sebanyak 5%. Penelitian ini
di perkuat oleh Hastuti (2014) yang menemukan hasil bahwa pengungkapan CSR
di Indonesia sampai tahun 2014 masih relatif rendah yaitu hanya sebesar 30,15%
dan ada perusahaan yang hanya memiliki tingkat CSR disclosure sebanyak 11%.
Uraian-uraian di atas menunjukkan bahwa perusahaan belum melaksanakan
aktivitas dan pengungkapan CSR-nya secara maksimal.
Beberapa permasalahan dan kasus terkait CSR yang melibatkan
perusahaan manufaktur di Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan
manufaktur memiliki andil yang cukup besar dalam permasalahan lingkungan dan
sosial yang terjadi. Permasalahan ini dilatarbelakangi oleh sifat perusahaan
manufaktur yang merupakan perusahaan yang paling banyak berinteraksi dengan
masyarakat. Kegiatan produksi yang dilakukan perusahaan manufaktur akan
menghasilkan limbah yang dapat mengakibatkan pencemaran lingkungan. Selain
itu dalam proses produksi mengharuskan perusahaan mempunyai tenaga kerja di
6
bagian produksi yang erat kaitannya dengan masalah keselamatan dan
kesejahteraan kerja (Permana, 2012). Perusahaan manufaktur merupakan
perusahaan yang menjual produk kepada konsumen, sehingga perlu
mengungkapkan hal-hal yang berkaitan dengan keselamatan dan keamanan
produknya. Inilah beberapa hal yang menjadi alasan kuat untuk melakukan
penelitian tentang pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan di sektor
manufaktur.
Pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan dalam bentuk CSR
reporting sudah sedikit mengalami perkembangan (Nurkin, 2009). Praktik
akuntansi yang dibarengi dengan pengungkapan aktivitas tanggung jawab sosial
yang dilakukan oleh perusahaan diharapkan dapat memberikan nilai tambah yang
didapat dari para pemegang kepentingannya. Namun demikian masih saja ada
perusahaan yang berlum mengungkapkan aktivitas sosialnya. CSR disclosure
sendiri dapat dipengaruhi oleh bebarapa hal, seperti kinerja lingkungan, leverage
profil dan pertumbuhan perusahaan.
Kinerja lingkungan sering dikaitkan dengan praktik pengungkapan
corporate social responsibility(CSR disclosure)yang dilakukan oleh perusahaan.
Perusahaan dengan kinerja lingkungan yang baik, akan mendapatkan penilaian
yang baik pula dari para stakeholders. Oleh karena itu, perusahaan akan
cenderung memiliki tingkat CSR disclosureyang tinggi dengan harapan dapat
menjadi bahan pertimbangan investor dalam pengambilan keputusan investasi
yang tidak hanya melihat kinerja perusahaan dari segi finansial saja, tetapi juga
dengan memperhatikan kinerja lingkungan yang dilakukan.
7
Lucyanda dan Siagian (2012), serta Oktariani dan Mimba (2014)
melakukan penelitian tentang faktor yang mempengaruhi pengungkapan tanggung
jawab sosial pada perusahaan yang ada di Indonesia dan hasilnya menunjukkan
adanya pengaruh positif yang signifikan dari kinerja lingkungan terhadap
pengungkapan tanggung jawab sosial. Hasil yang berbeda ditunjukkan oleh
Anggraini (2006) yaitu bahwa kinerja lingkungan tidak berpengaruh terhadap
pengungkapan tanggung jawab lingkungan dan sosial perusahaan.
Faktor lain yang dapat mempengaruhi tingkat CSR disclosure adalah
leverage. Leverage mencerminkan seberapa besar perusahaan tergantung pada
kreditor dalam hal membiayai aset perusahaan. Perusahaan dengan tingkat
leverage yang tinggi akan mengurangi pengungkapan tanggung jawab sosial yang
dibuatnya agar tidak menjadi sorotan dari para debtholders (Belkaoui dan Karpik,
1989).
Beberapa penelitian yang pernah dilakukan guna menguji pengaruh
leverage terhadap CSR disclosure antara lain penelitian yang dilakukan oleh
Shubiri et al.(2012) menunjukkan adanya pengaruh negatif signifikan antara
leverage dengan CSR disclosure. Hal ini didukung dengan penelitian yang
dilakukan oleh Oktariani dan Mimba (2014) yang menemukan bahwa leverage
berpengaruh negatif terhadap CSR disclosure suatu perusahaan. Akan tetapi hasil
tersebut tidak sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Untari (2010),
Lucyanda dan Siagian (2012), serta Check et al. (2013) yang menemukan hasil
bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan antara leverage dengan CSR
disclosure.
8
Tingkat pengungkapan corporate social responsibility juga dapat dilihat
dari tipe atau profil perusahaan. Tipe perusahaan yang lebih tinggi (high-profile)
akan lebih banyak mengungkapkan kegiatan sosial perusahaan dibandingkan
dengan tipe perusahaan yang lebih rendah (low-profile) (Putra, 2011). Hal ini
dikarenakan perusahaan yang tergolong industri high-profil dianggap lebih
banyak menghasilkan limbah dan kerusakan lingkungan terkait dengan proses
produksinya dari pada perusahaan yang low-profile. Penelitian yang pernah
dilakukan oleh Putra (2011) dan Permana (2012) menemukan adanya pengaruh
positif signifikan yang terjadi antara profil perusahaan dengan CSR disclosure.
Suryanto (2013) menguji pengaruh profil perusahaan terhadap pengungkapan
corporate social responsibility menunjukkan hasil yang bertolak belakang dengan
peneilitian sebelumnya. Hasil penelitiannya menyebutkan bahwa profil
perusahaan bukan merupakan faktor yang mempengaruhi luasnya pengungkapan
sosial yang dilakukan perusahaan. Penelitian ini didukung oleh temuan Karina
(2013), dimana tipe perusahaan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap CSR
disclosuredi Indonesia.
Penelitian yang menguji pengaruh pertumbuhan terhadapCSR disclosure
pernah dilakukan Shubiri et al.(2012) yang menguji praktik CSR disclosuredi
Yordania memberikan hasil yang menunjukkan bahwa perusahaan dengan
pertumbuhan yang tinggi akan lebih banyak mengungkapkan informasi mengenai
corporate social responsibility dibandingkan dengan perusahaan dengan
pertumbuhan yang rendah. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Lucyanda dan Siagian (2012) yang menyebutkan bahwa
9
tidak ada pengaruh yang signifikan antara pertumbuhan perusahaan dengan CSR
disclosure.
Penelitian yang menguji pengaruh pertumbuhan perusahaan terhadap CSR
disclosuresendiri masih merupakan sesuatu yang baru dan belum banyak
dilakukan. Sesuai konsep ekonomi, perusahaan yang memiliki pertumbuhan yang
baik maka dapat menjamin keberlangsungan kegiatan ekonominya.
Keberlangusungan ini merupakan hal yang dapat mencerminkan kemampuan
perusahaan dalam melaksanakan tanggung jawab sosialnya dengan maksimal
lebih dari perusahaan dengan pertumbuhan yang kurang baik. Begitu juga dengan
pengungkapan yang terkait dengan tanggung jawab yang telah dilaksanakan guna
mendapatkan respon yang positif dari pemegang kepentingan.
Beberapa hal di atas menguraikan penelitian-penelitian yang dilakukan
terkait dengan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tingkat CSR disclosure.
Namun demikian, dari penelitian-penelitian tersebut masih terlihat adanya
ketidakkonsistenan hasil yang diperoleh, terutama terkait pengaruh dari kinerja
lingkungan, leverage, profil dan pertumbuhan perusahaan terhadap CSR
disclosure. Hal ini yang menjadikan penulis tertarik untuk menguji kembali
sejauh mana faktor-faktor tersebut mempengaruhi pengungkapan corporate social
responsibility(CSR disclosure).
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah CSR disclosureyang diukur
dengan menggunakan Indeks Global Reporting Initiative versi 4.0 yang
diberlakukan mulai tahun 2013. Ini merupakan suatu pembaruan dimana
penelitian-penelitian terdahulu kebanyakan menggunakan GRI index versi 3.0 dan
10
3.1 tahun 2002-2006. Selain itu alasan penggunaan indeks GRI versi 4.0 juga
dikarenakan masalah-masalah terkait dengan corporate social responsibility
merupakan isu yang cepat mengalami perubahan seiring dengan perkembangan
zaman, sehingga dibutuhkan indeks pengukuran dan pengungkapan CSR terbaru
yang dapat menggambarkan CSR disclosure secara lebih tepat.
Penelitian ini juga menggunakan variabel kontrol berupa ukuran
perusahaan. Hal ini dikarenakan banyak pengujian secara empiris yang meneliti
pengaruh ukuran perusahaan terhadap CSR disclosureyang menunjukkan
kekonsistenan hasil. Sehingga dapat disimpulkan hasil penelitan tersebut tidak
dapat terbantahkan kebenarannya. Perusahaan berukuran besar memiliki
pemegang kepentingan yang lebih banyak dibandingkan dengan perusahaan
dengan skala kecil, inilah yang menyebabkan perusahaan besar harus memiliki
pengungkapan informasi yang lebih luas demi terpenuhinya kebutuhan
stakeholders akan informasi terkait kepentingannya. Beberapa penelitian terdaulu
telah memposisikan ukuran perusahaan sebagai variabel kontrol dalam pengujian
CSR disclosure. Penelitan tersebut antara lain yang pernah dilakukan oleh
Nurkhin (2009) dan Erdanu (2010).
1.2. Rumusan Masalah
Atas dasar latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Apakah kinerja lingkungan berpengaruh terhadap CSR disclosure pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
11
2. Apakahleverage berpengaruh terhadap CSR disclosure pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
3. Apakah profil perusahaan berpengaruh terhadap CSR disclosure pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?, dan
4. Apakahpertumbuhan perusahaan berpengaruh terhadap CSR disclosure
pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
1.3. Tujuan Penelitian
Atas dasar rumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Menguji secara empiris pengaruh kinerja lingkungan terhadap CSR
disclosureperusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
2. Menguji secara empiris pengaruh leverage terhadap CSR disclosure
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
3. Menguji secara empiris pengaruh profil perusahaan terhadap CSR
disclosure perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia,
dan
4. Menguji secara empiris pengaruh pertumbuhan perusahaan terhadap CSR
disclosureperusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
1.4. Kegunaan Penelitian
Adapun hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan
sebagai berikut :
12
1. Kegunaan bagi Akademisi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang berarti
dalam pengembangan ilmu ekonomi, khususnya kajian mengenai tanggung jawab
sosial perusahaan. Selain itu, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi
bahan referensi dan perbandingan untuk penelitian-penelitian selanjutnya,
terutama penelitian yang berkaitan dengan CSR disclosure.
2. Kegunaan bagi Praktisi
a. Bagi Pihak Perusahaan/ Manajemen
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi bagi
pihak manajemen perusahaan dalam pengambilan keputusan dan pembuatan
kebijakan-kebijakan perusahaan mengenai pengungkapan tanggung jawab sosial
perusahaan dalam laporan tahunan yang disajikan.
b. Bagi Calon Investor
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang informasi
dalam laporan keuangan tahunan perusahaan, sehingga dapat dijadikan sebagai
acuan untuk pembuatan keputusan investasi.
3. Kegunaan bagi Masyarakat
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan stimulus sebagai
pengontrol atas perilaku-perilaku perusahaan. Selain itu, penelitian ini juga
diharapkan dapat meningkatkan kesardaran masyarakat akan hak-hak yang harus
diperoleh.
13
4. Kegunaan bagi Pemerintah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan bagi penyusunan standar akuntansi yang saat ini sedang bersama-
sama dengan kementrian lingkungan hidup menyusun standar akuntansi
lingkungan. Selain itu hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi bahan
pertimbangan bagi pemerintah dalam membuat kebijakan-kebijakan terkait CSR
disclosure.
14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Telaah Teori
2.1.1. Teori Stakeholder
Teori stakeholder menyatakan bahwa perusahaan bukanlah entitas yang
hanya beroperasi untuk kepentingannya sendiri, akan tetapi perusahaan juga
dituntut mampu memberikan manfaat bagi para pemegang kepentingannya.
Sehingga, keberadaan suatu perusahaan sangat dipengaruhi oleh dukungan yang
diberikan stakeholder perusahaan tersebut (Saputro 2013). Crowther dan Aras
(2008, p 28) mendefinisikan stakeholders sebagai berikut:
“Those group without whose support the organization would cease to
exist. Stakeholders is any group of individual who can affect or affected by
the achivment of the organization objectives. The most commod groups
who consider to be stakeholders include : managers, employees,
customers, investors, shareholders, and suppliers. Then there are more
generic groups who are often included : government, society at large, the
local community. Thus many people also concider that there is and
additional stakeholders to an organization; namely The environment”.
Gray, Kouhy dan Adams (1994, p 53) dalam Ghozali dan Chariri (2007)
mengatakan bahwa kelangsungan hidup perusahaan tergantung pada dukungan
stakeholders dan dukungan tersebut harus dicari sehingga aktivitas perusahaan
adalah untuk mencari dukungan tersebut. Makin powefullstakeholders, makin
besar usaha perusahaan untuk beradaptasi. Pengungkapan sosial dianggap sebagai
bagian dari dialog antara perusahaan dengan stakeholder-nya.
Harahap (2011) mengatakan bahwa disamping tujuan mencari untung,
perusahaan juga harus memperhatikan pihak-pihak tertentu dengan siapa ia
15
mempunyai kepentingan. Hal ini dicontohkan dengan perbaikan kesejahteraan
karyawan, manajemen, menjamin hubungan yang baik dengan kelompok
masyarakat tertentu, dan lain-lain. Apapun definisinya, pokok penting mengenai
teori stakeholder adalah bahwa stakeholder merupakan sistem yang secara
eksplisit berbasis pada pandangan tentang suatu organisasi dan lingkungannya,
memiliki sifat saling mempengaruhi antara keduanya yang kompleks dan dinamis.
Stakeholders dan organisasi saling mempengaruhi, hal ini dapat dilihat dari
hubungan sosial kedunya yang berbentuk responsibilitas dan akuntabilitas. Oleh
karena itu organisasi memiliki akuntabilitas terhadap para pemegang
kepentingannya (Nur dan Priantinah, 2012).
Salah satu aspek penting yang mendukung keberhasilan implementasi
program CSR adalah sinergisitas yang positif antara seluruh stakeholder terkait.
Karina (2013) mengkategorikannya kedalam empat kelompok, yaitu pemerintah
(goverment), sektor privat (private sector), lembaga swadaya masyarakat (LSM)
Non-Govermental Organization (NGOs), dan masyarakat (community).
Stakeholder pada dasarnya dapat mengendalikan atau memiliki
kemampuan untuk mempengaruhi pemakaian sumber-sumber ekonomi yang
digunakan oleh perusahaan. Teori stakeholder dapat dibagi menjadi dua
berdasarkan kartakeristiknya yaitu stakeholder primer dan stakeholder sekunder
(Clarkson, 1995). Stakeholder primer adalah seseorang atau kelompok yang
tanpanya perusahaan tidak dapat mempertahankan goingconcern-nya, yaitu
meliputi : shareholders dan investor, karyawan, konsumen dan pemasok, bersama
dengan yang didefinisikan sebagai stakeholder publik, yaitu: pemerintah dan
16
komunitas (organisasi lingkungan). Kelompok stakeholder sekunder didefinisikan
sebagai mereka yang mempengaruhi, atau dipengaruhi perusahaan, namun mereka
tidak berhubungan dengan transaksi yang terjadi di perusahaan dan tidak esensial
kelangsungannya, misalnya media masa dan masyarakat luas.
Atas dasar uraian di atas dapat dikatakan stakeholder primer memiliki
pengaruh yang paling besar bagi keberlangsungan perusahaan karena mempunyai
kekuasaan yang cukup tinggi terhadap ketersediaan sumber daya perusahaan.
Kekuasaan tersebut dapat berupa kemampuan untuk membatasi pemakaian
sumber daya ekonomi yang terbatas seperti modal dan tenaga kerja yang dimiliki
perusahaan. Selain itu dengan kekuasaannya,stakeholder primer dapat
mempengaruhi akses terhadap media, kemampuan mengatur perusahaan, atau
kemapuan untuk mempengaruhi konsumsi atas barang dan jasa yang dihasilkan
oleh perusahaan (Karina, 2013). Ullman (1985) mengungkapkan bahwaketika
stakeholder mengendalikan sumber ekonomi yang penting bagi perusahaan, maka
perusahaan akan bereaksi dengan cara-cara memuaskan keinginan stakeholder
(Ghozali dan Chariri, 2007).
Argumen-argumen di atas menyimpulkan bahwa teori stakeholder
sebenarnya berkaitan dengan cara-cara yang dilakukan oleh perusahaan untuk
mengatur para pemangku kepentingannya. Cara-cara yang dilakukan tersebut
tergantung pada strategi yang diadopsi perusahaan. Salah satu strategi untuk
menjaga hubungan dengan para stakeholder perusahaan adalah dengan
melaksanakan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Adanya
pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan diharapkan kebutuhan dan
17
keinginan dari para pemangku kepentingan dapat terakomodasi dengan baik,
sehingga tercapai hubungan yang harmonis antara perusahaan dengan pemangku
kepentingannya.
Tekanan dari investor selaku stakeholder primer, membuat manajemen
perusahaan harus mengungkapkan tanggung jawab perusahaannya di samping
pengungkapan kinerja keuangannya ini menunjukkan adanya kepedulian investor
terhadap isu-isu sosial seperti hak asasi manusia, pendidikan, tenaga kerja dan
lingkungan sebagai unsur penting yang harus diungkapkan dalam laporan
tahunan perusahaan. Masyarakat luas yang termasuk dalam stakeholder sekunder
juga memiliki peran terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.
Adanya tekanan dari masyarakat membuat perusahaan lebih memperhatikan
kegiatan produksinya yang berinteraksi langsung dengan lingkungan sektiar
entitas bisnisnya. Perusahaan harus bertindak sesuai dengan kepentingan
masyarakat, dengan tidak melanggar hak-hak masyarakat sekitar perusahaan.
2.1.2. Teori Legitimasi
Legitimasi organisasi dapat dilihat sebagai suatu yang diberikan
masyarakat kepada perusahaan dan sesuatu yang diinginkan atau dicari oleh
perusahaan dari masyarakat, dengan demikian legitimasi memiliki manfaat untuk
mendukung keberlangsungan hidup suatu perusahaan. Adanya legitimasi
dianggap dapat menyamakan persepsi atau asumsi bahwa tindakan yang dilakukan
oleh suatu entitas adalah tindakan yang diinginkan, pantas maupun sesuai dengan
sistem norma, nilai, kepercayaan dan definisi yang dikembangkan secara sosial
18
(Suchman,1995 dalam Rahajeng 2010). Legitimasi dianggap penting bagi
perusahaan karena legitimasi masyarakat kepada perusahaan menjadi faktor yang
strategis bagi perkembangan perusahaan ke depan.
Teori legitimasi menjelaskan bahwa perusahaan beroperasi dalam
lingkungan eksternal yang berubah secara konstan dan mereka berusaha
meyakinkan bahwa perilaku sesuai dengan batas-batas dan norma masyarakat
(Brown dan Deegan, 1998 dalam Karina, 2013). Dowling dan Prefer (1975,
p.122) dalam Ghozali dan Chariri (2007) menyatakan organisasi berusaha
menciptakan keselarasan antara nilai-nilai sosial yang melekat pada kegiatannya
dengan norma-norma perilaku yang ada dalam sistem sosial masyarakat di mana
organisasi adalah bagian dari sistem tersebut. Selama kedua sistem nilai tersebut
selaras, kita dapat melihat hal tersebut sebagai legitimasi perusahaan. Ketika
ketidakselarasan aktual dan potensial terjadi di antara kedua sistem tersebut, maka
ada ancaman terhadap legitimasi perusahaan.
Teori legitimasi menganjurkan perusahaan untuk meyakinkan bahwa
aktivitas dan kinerjanya dapat diterima oleh masyarakat. Perusahaan dapat
memanfaatkan pengungkapan tanggung jawab sosial yang dilakukan perusahaan
dalam laporan tahunan mereka untuk membangun kesan positif, sehingga
perusahaan dapat diterima dalam masyarakat. Penerimaan yang didapatkan dari
masyarakat diharapkan dapat meningkatkan nilai perusahaan sehingga profit yang
diperoleh-pun mengalami peningkatan.
Teori legitimasi menyediakan prespektif yang lebih komprehensif terkait
pengungkapan corporate social responsibility. Teori ini secara eksplisit mengakui
19
bahwa bisnis dibatasi oleh kontrak sosial yang menyebutkan bahwa perusahaan
sepakat untuk menunjukkan berbagai aktivitas sosial perusahaan agar perusahaan
memperoleh penerimaan masyarakat akan tujuan perusahaan yang pada akhirnya
akan menjamin kelangsungan hidup perusahaan (Brown and Deegan, 1998 dalam
Karina 2013). Gray et al.(1995) memperlihatkan bahwa sebagian besar
pengetahuan yang berkaitan dengan CSR disclosure berasal dari penggunaan
kerangka teori yang menyebutkan bahwa pengungkapan lingkungan dan sosial
merupakan jalan untuk melegitimasi kelangsungan hidup dan operasi perusahaan
pada masyarakat.
Pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan atau corporate social
responsibility disclosure merupakan salah satu mekanisme yang dapat digunakan
untuk mengkomunikasikan perusahaan dengan stakeholders dan disarankan
bahwa pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan merupakan jalan masuk
dimana beberapa organisasi menggunakannya untuk memperoleh keuntungan atau
memperbaiki legitimasi (Nurkhin, 2009). Guthrie dan Parker (1977) menyarankan
bahwa organisasi mengungkapkan kinerja lingkungan mereka dalam berbagai
komponen untuk mendapatkan reaksi positif dari lingkungan dan mendapatkan
legitimasi atas usaha perusahaan (Hui dan Bowrey, 2008). Deegan et al. (2000)
dalam Rahajeng (2010) menyatakan legitimasi dapat diperoleh manakala terdapat
kesesuaian antara keberadaan perusahaan tidak mengganggu atau sesuai
(congruent) dengan eksistensi sistem nilai yang ada dalam masyarakat dan
lingkungan. Ketika terjadi pergeseran yang menuju ketidaksesuaian maka pada
saat itu legitimasi perusahaan dapat terancam.
20
Barkmeyer (2007) mengungkapkan bahwa penjelasan mengenai kekuatan
teori legitimasi organisasi dalam konteks tanggung jawab sosial perusahaan di
negara berkembang terdapat dua hal; pertama kapabilitas untuk menempatkan
motif maksimalisasi keuntungan membuat gambaran lebih jelas tentang motivasi
perusahaan memperbesar tanggung jawab sosialnya. Kedua, legitimasi organisasi
dapat untuk memasukkan faktor budaya yang membentuk tekanan institusi yang
berbeda dalam konteks yang berbeda pula.
Dasar pemikiran teori legitimasi ini adalah organisasi atau perusahaan
akan terus berlanjut keberadaannya jika masyarakat menyadari bahwa organisasi
beroperasi untuk sistem nilai yang sepadan dengan sistem nilai masyarakat itu
sendiri. Teori legitimasi menjelaskan bahwa perusahaan memiliki kontrak sosial
dengan masyarakat. Teori ini menganjurkan perusahaan untuk meyakinkan bahwa
aktivitas operasi yang dilakukan oleh perusahaan telah sesuai dengan kepentingan
masyarakat dan juga dapat diterima oleh masyarakat. Tanggung jawab sosial
dapat diungkapkan dalam laporan tahunan perusahaan guna membangun kesan
positif dari masyarakat mengenai pelaksanaan tanggung jawab tersebut oleh
perusahaan, sehingga keberadaan perusahaan dapat diterima oleh masyarakat.
Beberapa uraian di atas menyimpulkan bahwa teori legitimasi merupakan
salah satu teori yang mendasari CSR disclosuresuatu perusahaan. Corporate
social responsibility disclosure(CSRD) yang dilakukan guna mendapakan nilai
positif dan legitimasi dari masyarakat. Nilai positif yang didapat dari masyarakat
ini akan membantu perusahaan dalam mempertahankan keberlangsungan
usahanya. Selain itu dengan kesan baik tersebut perusahaan dapat meningkatkan
21
nilainya di mata masyarakat sehingga diharapkan perusahaan dapat meningkatkan
keuntungannya.
2.1.3. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
1. Definisi dan Konsep Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR)
Beberapa definisi mengenai tanggung jawab sosial perusahaan antara lain
dikemukakan oleh bank dunia (2002), yaitu bahwa:
“Corporate social responsibility as “the commitment of business to
contribute to sustainable economic development, working with employees,
their families, the local community and society at large to improve their
quality of life, in ways that are both good for business good for
development.”
UE Commission [(2002) 347 final 5] dalam Crowther dan Aras (2008, p
12) mengungkapkan definisi CSR sebagai berikut:
“CSR is a concept whereby companies integrate social and environmental
concerns in their business operations and in their interaction with their
stakeholders on a voluntary basis”.
Indonesia CSR Awardmendefinisikan tanggung jawab sosial perusahaan
sebagai komitmen dan upaya perusahaan yang beroperasi secara legal dan etis
untuk meminimalkan risiko kehadiran perusahaan, kontribusi terhadap
pembangunan sosial, ekonomi dan lingkungan serta pembangunan berkelanjutan
guna meningkatkan kualitas hidup pemangku kepentingan.
Berdasarkan uraian-uraian di atas tekait pengertian corporate social
responsibility dapat ditarik kesimpulan CSR merupakan bentuk tangung jawab
perusahaan kepada sosial dan lingkungan sebagai wujud komitmen bisnis
22
perusahaan yang dilakukan secara berkesinambungan dan dilakukan dengan
prosedur yang legal guna meningkatkan kualitas hidup pemegang kepentingan.
Pelaksanaan tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan tidak
terbatas pada tanggung jawab yang bersifat reaktif saja, yaitu tanggung jawab
yang dilakukan karena perusahaan telah menimbulkan dampak negatif bagi
masyarakat dan lingkungan. Perusahaan juga perlu merancang program dan upaya
untuk mencegah potensi terjadinya dampak negatif atau risiko aktivitas ekonomi
perusahaan terhadap masyarakat dan lingkungan yang merupakan stakeholders
perusahaan (Lako, 2010).
Menurut Moon (2004) dalam Putra (2010) CSR adalah konsep yang sulit
diartikan. Konsep CSR telah mengalami peningkatan dalam beberapa tahun
terakhir. CSR merupakan sebuah konsep yang telah menarik perhatian dunia dan
juga mendapatkan perhatian dalam ekonomi global. Namun demikian, konsep
CSR ini masih belum seragam dengan pandangan yang masih beragam tentang
kegunaan dan aplikabilitas potensialnya.
Lako (2010) menyatakan bahwa CSR merupakan suatu keharusan yang
harus dilakukan. CSR harus dijadikan sebagai kebutuhan hakiki yang
terinernalisasi dalam sistem manajemen dan praktik bisnis serta budaya
organisasi. Kebutuhan untuk menjadikan CSR sebagai kebutuhan hakiki dirasakan
kian mendesak. Hal ini dikarenakan pertama, tindakan tersebut justru bakal
mendatangkan berkah berlimpah bagi perusahaan, dan kedua karena dunia bisnis
sedang dan akan terus menghadapi tekanan eksternal agar peduli CSR. Tekanan
tersebut berasal dari para pelaku pasar, khususnya investor dan kreditor yang kian
23
peduli dan sensitif terhadap isu-isu sosial dan lingkungan (CSR) karena terkait
dengan risiko dan prospek investasi dan kredit. Selain itu lembaga-lembaga
internasional seperti PBB, Bank Dunia, IMF, Uni Eropa dan lainnya, yang kian
menekankan pentingnya internalisasi CSR dalam debijakan serta praktik bisnis
korporasi. Tekanan yang terakhir adalah dari pemerintah yang kemungkinan bakal
kian meningkat seiring dengan meluasnya degradasi sosial dan lingkungan di
Tanah Air. Oleh karena itu, para pelaku bisnis harus segera mereformasi
paradigma bisnisnya yang selama ini cenderung konservatif dan pragmatis ke arah
yang lebih ramah CSR.
2. Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR disclosure)
Tujuan utama pengungkapan laporan tahunan perusahaan adalah untuk
memberikan informasi baik keuangan maupun non-keuangan kepada para
pemangku kepentingan guna dijadikan alat bantu dalam pembuatan keputusan
bisnis. Hendriksen (1992) dalam Permana (2012) menyebutkan kata disclosure
atau pengungkapan memiliki arti tidak menutupi atau tidak menyembunyikan.
Apabila dikaitkan dengan laporan keuangan, disclosure mengandung arti bahwa
laporan keuangan harus memberikan informasi dan penjelasan mengenai hasil
aktivitas suatu unit usaha.
Adanya pengungkapan oleh perusahaan akan membangun akuntabilitas
antara perusahaan dengan para stakeholders-nya, sehingga diharapkan perusahaan
akan lebih dapat bersaing di dunia bisnis. Menurut keputusan ketua BAPEPAM
24
No.38/PM/1996, terdapat dua jenis pengungkapan dalam laporan tahunan
perusahaan, yakni:
1. Mandatory Disclosure
Mandatory disclosure dikatakan sebagai pengungkapan yang diwajibkan
oleh peraturan pemerintah. Bagi emiten setelah go public pengungkapan
wajib merupakan pengungkapan minimum yang disyaratkan oleh standar
akuntansi yang berkala. Pengungkapan wajib setelah go public dapat
terjadi selama perusahaan masih merupakan perseroan terbuka.
2. Voluntary Disclosure
Voluntary disclosure atau pengungkapan sukarela merupakan
pengungkapan yang dilakukan perusahaan diluar apa yang diwajibkan oleh
standar akuntansi atau peraturan badan pengawas.
Pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan sendiri termasuk salah
satu jenis pengungkapan yang bersifat sukarela (voluntary disclosure). Oleh
karena itu perusahaan memiliki kebebasan untuk mengungkapkan informasi
mengenai kegiatan yang berkaitan dengan tanggung jawab sosial yang telah
dilakukan. Karena sifat voluntary-nya, tidak ada format baku mengenai
pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Hal ini menyebabkan
pengungkapan sosial yang dilakukan antara perusahaan yang satu dengan yang
lain menjadi berbeda tergantung persepsi masing-masing perusahaan.
Menurut Hackston dan Milne (1996) pengungkapan tanggung jawab sosial
perusahaan sering juga disebut sebagai corporatesocialresponsibility atau social
disclosure, corporate social reporting, social reporting merupakan proses
25
pengkomunikasian dampak sosial lingkungan dari kegiatan ekonomi organisasi
terhadap kelompok khusus yang berkepentingan dan terhadap masyarakat secara
keseluruhan. Hal tersebut memperluas tanggung jawab organisasi dalam hal ini
perusahaan, diluar peran tradisionalnya untuk menyediakan laporan keuangan
kepada pemilik modal khususnya pemegang saham.
Penjelasan mengenai pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan
tertuang di dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No 1 (Revisi
2009) paragraf 12, yang mengatakan :
“Entitas dapat pula menyajikan, terpisah dari laporan keuangan, laporan
mengenai lingkungan hidupdan laporan nilai tambah (value added
statement), khususnya bagi industri dimana faktor lingkungan hidup
memegang peranan penting dan bagi industri yang menganggap karyawan
sebagai kelompok pengguna laporan yang memegang peranan penting.
Laporan tambahan tersebut diluar lingkup Standar Akuntansi Keuangan”.
Penjelasan di atas diperkuat dengan Keputusan Ketua Bapepam-LK No.
KEP-431/BL/2012 tentang penyampaian laporan tahunan emiten atau perusahaan
publik yang menyebutkan bahwa emiten atau perusahaan publik dapat
mengungkapkan informasi pada laporan tahunan atau laporan tersendiri yang
disampaikan bersamaan dengan laporan tahunan kepada Bapepam dan LK, seperti
laporan berkelanjutan (sustainability report) atau laporan tanggung jawab sosial
perusahaan (corporate social responsibility report).
Selain pernyataan tersebut, dalam keputusan Ketua Bapepam-LK juga
terdapat bahasan lain mengenai pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.
Bahasan tersebut mengatakan bahwa tanggung jawab sosial perusahaan meliputi
kebijakan, jenis program dan biaya yang dikeluarkan terkait beberapa aspek,
yaitu:
26
1. Lingkungan hidup, seperti penggunaan material dan energi yang ramah
lingkungan dan dapat didaur ulang, sistem pengolahan limbah perusahaan,
sertifikasi di bidang lingkungan yang dimiliki, dan lain-lain;
2. Praktik ketenagakerjaan, kesehatan, dan keselamatan kerja, seperti
kesetaraan gender dan kesempatan kerja, sarana dan keselamatan kerja,
tingkat perpindahan (turnover) karyawan, tingkat kecelakaan kerja,
pelatihan dan lain-lain;
3. Pengembangan sosial dan kemasyarakatan, seperti penggunaan tenaga
kerja lokal, pemberdayaan masyarakat sekitar perusahaan, perbaikan
sarana dan prasarana sosial, bentuk donasi lainnya, dan;
4. Tanggung jawab produk seperti kesehatan dan keselamatan konsumen,
informasi produk, sarana, jumlah, dan penanggulangan atas pengendalian
konsumen
Lako (2010) mengatakan bahwa meskipun dalam jangka pendek investasi
dalam pelaksanaan kegiatan dan pengungkapan CSR dapat menguras kas dan
menurunkan laba, akan tetapi dalam jangka panjang ternyata mendatangkan
banyak manfaat ekonomi bagi perusahaan. Manfaat ekonomi tersebut antara lain:
(1) Sebagai investasi sosial yang menjadi sumber keunggulan kompetitif bagi
perusahaan dalam jangka panjang; (2) Memperkokoh profitabilitas dan kinerja
keuangan perusahaan; (3) Meningkatnya akuntabilitas dan apresiasi positif dari
komunitas, investor, kreditor, pemasok, dan konsumen; (4) Meningkatnya
komitmen, etos kerja, efisiensi, dan produktivitas karyawan; (5) Meningkatkan
citra dan reputasi perusahaan; (6) Menurunnya gejolak sosial dan resistensi dari
27
komunitas sekitarnya karena diperhatikan serta dihargai perusahaan; dan (7)
Meningkatkan reputasi, goodwill, dan nilai perusahaan dalam jangka panjang.
Penjelasan-penjelasan di atas jika dikaitkan dengan teori stakeholder dan
legitimasi, dapat disimpulkan bahwa untuk membangun akuntabilitas perusahaan
terhadap pemangku kepentingan, perusahaan dapat melaksanakan pengungkapan
aktivitas CSR-nya. Pengungkapan ini juga memiliki banyak manfaat bagi
perusahaan serta dapat meningkatkan nilai perusahaan dimata pemangku
kepentingan termasuk masyarakat dan lingkungan sekitar perusahaan. Hal tersebut
dapat dimanfaatkan oleh perusahaan untuk mempertahankan keberlangsungan
operasinya yang diikuti dengan naiknya keuntungan yang diperoleh perusahaan.
Namun demikian berbagai keuntungan dari CSR disclosureini tidak serta merta
membuat semua perusahaan berbondong-bondong mengungkapkan kegiatan
CSR-nya. Hal ini dikarenakan pengungkapan corporate social responsibility
masih bersifat sukarela, sehingga perusahaan memliki kebebasan dalam
melakukan pengungkapannya.
3. Pengukuran CSR Disclosure
Berbagai cara pengukuran CSR disclosure yang telah dilakukan dalam
penelitian-penelitian sebelumnya. Antara lain pengukuran menggunakan indikator
GRI (Global Reporting Initiatives) seperti yang dilakukan oleh Nurkhin (2009),
Untari (2010), Lucyanda dan Siagian (2012), Bangun et al.(2012), serta Nur dan
Priantinah (2012). Indikator GRI terdiri dari tiga fokus pengungkapan, yaitu
ekonomi, lingkungan dan sosial.
28
Selain pengukuran CSR menggunakan Indikator GRI, terdapat alternatif
lain yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat CSR disclosure antara lain
dengan menggunakan pengukuran berdasarkan ISO 26000 seperti yang dilakukan
oleh Saputro (2013). Pengukuran CSR disclosurejuga dapat dilakukan dengan
menghitung jumlah kalimat yang diungkapkan terkait kegiatan tanggung jawab
sosial perusahaan seperti yang dilakukan oleh Chek et al.(2013).
Berdasarkan beberapa metode pengukuran tersebut cara pengukuran
menggunakan indikator GRI dianggap paling tepat untuk digunakan. Hal ini
dikarenakan indikator GRI ini merupakan salah satu Indeks terlengkap yang dapat
digunakan untuk mengukur CSR disclosure. Selain itu Indikator GRI merupakan
aturan internasional yang telah diakui oleh perusahaan-perusahaan di dunia
(Nurkhin, 2009). Penelitian-penelitian terdahulu yang menggunakan indeks GRI
sebagai alat pengukur CSR disclosuremasih mengacu pada indeks GRI versi 3.0
dan 3.1 tahun 2002-2006 (G3). Mengingat isu-isu terkait tanggung jawab sosial
perusahaan merupakan isu yang terus berkembang mengikuti perkembangan
zaman, maka perlu dilakukan pembaruan indikator-indikator untuk mengukur
pengungkapan itu sendiri.
Menanggapi hal tersebut Gobal reporting initiatives telah
mengembangkan indeks GRI versi 4.0 (G4) yang dapat digunakan sebagai
pedoman pelaporan berdasarkan GRI yang secara berkala ditinjau untuk
memberikan panduan yang terbaik dan termutakhir bagi pelaporan yang efektif.
Global Reporting Initiatives dalam website resminya yaitu
www.globalreporting.orgmenjelaskan bahwa dibandingkan dengan versi
29
sebelumnya, G4 memberikan penekanan yang lebih besar atas kebutuhan
organisasi tentang fokus dalam proses pelaporan dan laporan final yang berisi
topik-topik yang bersifat material bagi bisnis dan pemangku kepentingan. Fokus
terhadap materialitas ini akan menghasilkan pengungkapan yang lebih relevan dan
kredibel. Indeks GRI versi 4.0 ini merupakan pembaruan dan penyempurnaan dari
versi sebelumnya, yang bisa dijadikan pedoman oleh perusahaan untuk
pengungkapan laporannya di tahun 2013.
2.1.4. Kinerja Lingkungan
1. Definisi dan Konsep Kinerja Lingkungan
Badan Standar Nasional Indonesia (2005) mengatakan bahwa berbagai
macam organisasi semakin meningkatkan kepedulian terhadap pencapaian dan
penunjukan kinerja lingkungan yang baik melalui pengendalian dampak
lingkungan yang terkait dengan kegiatan, produk dan jasa organisasi yang
bersangkutan, konsisten dengan kebijakan dan tujuan lingkungan mereka. Hal
tersebut dilaksanakan dalam konteks semakin ketatnya peraturan perundang-
undangan, pengembangan kebijakan ekonomi dan perangkat lain yang mendorong
perlindungan lingkungan. Selain itu juga untuk meningkatkan kepedulian pihak-
pihak yang berkepentingan terhadap lingkungan.
Ketika perusahaan melakukan kegiatan operasinya, maka proses bisnis
yang dilakukan oleh perusahaan tersebut berpotensi untuk menimbulkan dampak
terhadap lingkungan, baik dampak positif maupun negatif. Dampak yang
timbulkan pada prinsipnya dapat berupa dampak fisik dan dampak sosial. Dampak
30
fisik yang mungkin ditimbulkan misalnya adalah pencemaran air, udara, dan
karusakan keanekaragaman hayati, ataupun pengurangan cadangan air tanah
(Renjani, 2013). Besarnya kerusakan yang ditimbulkan dari kegiatan organisasi
ini dan penanggulangan terhadap masalah tersebut dapat tercerminkan dari kinerja
lingkungan perusahaan.
Kinerja lingkungan adalah kinerja perusahaan dalam menciptakan
lingkungan yang baik (Suratno et al., 2006). Perusahaan memberikan perhatian
terhadap lingkungan sebagai wujud tanggung jawab dan kepedulian perusahaan
terhadap lingkungan. Kinerja lingkungan sendiri dapat dilakukan dengan
menerapkan akuntansi lingkungan. Fitriyani (2012) menyebutkan bahwa
akuntansi lingkungan merupakan pengungkapan dan integrasi dampak isu-isu
lingkungan pada sistem akuntansi tradisional suatu perusahaan. Akuntansi
lingkungan tidak hanya menghitung biaya dan manfaat ekonomi perusahaan, akan
tetapi juga mempertimbangkan biaya lingkungan yang merupakan eksternalitas
ekonomi negatif atau biaya-biaya yang timbul di luar pasar.
Terkait dengan teori legitimasi, kinerja lingkungan yang baik harus
dimiliki oleh perusahaan sebagai upaya mewujudkan organisasi yang ramah
lingkungan atau peduli terhadap lingkungan sekitar, sehingga dapat meningkatkan
legitimasi perusahaan di mata masyarakat. Organisasi standar internasional
mengungkapkan bahwa dalam pencapaian kinerja lingkungan yang baik, harus
menerapkan sistem manajemen lingkungan yang baik pula. Sistem Manajemen
lingkungan yang handal, efektif, dan terdokumentasi akan mendorong
31
peningkatan kinerja perusahaan dengan adanya kontrol terhadap semua aspek
yang berdampak negatif terhadap lingkungan.
2. Pengukuran Kinerja Lingkungan
Beberapa cara pengukuran kinerja lingkungan telah dilakukan oleh
peneliti-peneliti sebelumnya. Pengukuran kinerja biasanya dilakukan dengan
menggunakan PROPER yang dikeluarkan oleh kementrian lingkungan hidup
Indonesia. Penelitian yang menggunakan PROPER KLH dalam pengukuran
kinerja lingkungan ini telah dilakukan oleh banyak peneliti, di antaranyanya
Fitriyani (2012), Permana (2012), serta Oktariani dan Mimba (2014). Penilaian
kinerja lingkungan berdasarkan PROPER sesungguhnya mudah diperoleh. Akan
tetapi karena sebagian PROPER melakukan pengujian secara sektoral, sehingga
untuk perusahaan yang besar yang memiliki anak perusahaan, cabang, ataupun
pabrik, kadang kala tidak memiliki peringkat yang sama. Hal tersebut menjadi
kendala dalam melakukan penilaian untuk menghasilkan estimasi yang akurat
(Agustin, 2010).
Cara lain yang dapat digunakan dalam pengukuran kinerja lingkungan
adalah berdasarkan peraihan ISO 14001 oleh perusahaan. ISO 14001 mulai
diperkenalkan pada tahun1990-an yang merupakan suatu perkembangan aspek
manajemen atau pengelolaan mutu. Organisasi standar internasional dalam
website resminya www.iso.org menjelaskan bahwa ISO 14001 ini merupakan
standar internasional tentang penerapan sistem manajemen lingkungan yang
dikeluarkan oleh International Standards for Organization (ISO). Standar ini
32
memadukan dan menyeimbangkan kepentingan bisnis dengan lingkungan hidup.
Sehingga upaya perbaikan kinerja yang dilakukan oleh perusahaan akan
disesuaikan dengan sumber daya perusahaan baik sumber daya alam, manusia,
teknis, maupun finansial. Sistem manajemen lingkungan (SML) berdasarkan ISO
14001 merupakan bagian dari keseluruhan sistem manajemen yang termasuk di
dalamnya struktur organisasi, aktivitas perencanaan, tanggung jawab, praktik,
prosedur-prosedur, proses dan sumber daya untuk pengembangan, penerapan,
pencapaian, pengkajian, dan pemeliharaan kebijaksanaan lingkungan.
Penerapan ISO 14001 adalah pendekatan sistem, jadi dengan menerapkan
standar tersebut berarti memperbaiki sistem. ISO 14001 bukanlah dominasi dari
perusahaan-perusahaan besar saja, Standar ISO 14001 bersifat sangat fleksibel,
dapat diterapkan di berbagai jenis dan skala kegiatan. Penerapan sistem dapat
dimulai dan dilakukan oleh sumber daya yang ada dengan memberikan pelatihan-
pelatihan. Tujuan utama penerapan sistem bukanlah semata-mata untuk
mendapatkan sertifikasi, akan tetapi adalah untuk dapat memperbaiki sistem dan
mendapatkan keuntungan baik secara finansial maupun bagi lingkungan itu
sendiri.
Sertifikasi atas ISO 14001 mempunyai arti bahwa sistem manajemen
lingkungan dari perusahaan diakses, dinilai atau dievaluasi dan hasilnya telah
memenuhi persyaratan-persyaratan yang sesuai dengan SML ISO 14001. Terdapat
3 komponen dasar dalam ISO 14001 yaitu program lingkungan tertulis,
pendidikan dan pelatihan, dan pengetahuan mengenai peraturan perundang-
undangan lokal dan nasional. International Standard Organization
33
mengemukakan bahwa ISO 14001 merupakan standar yang paling diakui di dunia
terkait kerangka kerja sistem manajemen lingkungan. Keuntungan penetapan
standar ISO 14001 antara lain:
1. Perlindungan Lingkungan
Sistem manajemen lingkungan (SML) 14001 memungkinkan manusia dan
lingkungan hidup tetap eksis dengan kondisi baik.
2. Manajemen Lingkungan yang Lebih Baik
Standar SML 14001 memberikan perusahaan kerangka menuju
manajemen lingkungan yang lebih konsisten dan diandalkan.
3. Mempertinggi Daya Saing
Mempertinggi peluang untuk berusaha dan bersaing dalam pasar bebas
dalam era globalisasi.
4. Menjamin Ketaatan terhadap Peraturan Perundang-undangan
SML 14001 menjamin perusahaan yang memilikinya memenuhi
perundang-undangan yang berlaku karena ada dokumen yang tertulis.
5. Penerapan Sistem Manajemen yang Efektif
Penerapan ISO 14001 menanggung berbagai teknik manajemen yang baik
yang meliputi manajemen personel, akuntansi, pengendalian pemasok,
pengendalian dokumen, dan lain-lain yang diperlukan.
6. Pengurangan Biaya
Selain mempermudah jalan untuk memenuhi persyaratan konsumen tanpa
harus repot memenuhinya kembali, juga dapat mengurangi pemakaian
bahan kimia maupun limbah dan B3 yang harus diproses kembali.
34
7. Hubungan Masyarakat yang Lebih Baik
Sebagian besar prosedur yang ada pada ISO 14001 mensyaratkan tindakan
yang proaktif, setiap tindakan proaktif terhadap lingkungan ini akan
meningkatkan citra perusahaan dalam hal lingkungan terhadap masyarakat.
8. Kepercayaan dan Kepuasan Pelanggan yang Lebih Baik
Terkait hubungan masyarakat yang lebih baik adalah kepercayaan dan
kepuasan pelanggan. Bila perusahaan telah memperoleh sertifikat ISO
14001, pelanggan akan lebih merasa aman karena adanya perlindungan
lingkungan.
Sertifikasi ISO 14001 umumnya berlaku untuk jangka waktu dua atau tiga
tahun dan dalam periode waktu tersebut, audit secara berkala dilakukan oleh
lembaga yang melakukan sertifikasi. Audit SML ini mencakup proses verifikasi
yang sistematis dan terdokumentasi yang secara objektif menentukan dan
mengevaluasi bukti audit untuk menentukan apakah suatu sistem pengolahan
lingkungan suatu organisasi telah sesuai dengan kriteria SML audit dan
mengkomunikasikan hasil dari proses ini kepada klien. Adanya audit SML ini
dapat menjamin bahwa suatu perusahaan benar-benar layak untuk memperoleh
sertifikasi ISO 14001 dengan kinerja sistem manajemen lingkungan yang baik dan
memenuhi kriteria SML ISO 14001.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwaISO 14001 membantu
organisasi untuk mengelola dengan lebih baik dampak dari kegiatan mereka
terhadap lingkungan. Salah satu tujuan dari ISO 14001 ini adalah mendorong
upaya dan melakukan pendekatan untuk pengelolaan lingkungan hidup dan
35
sumberdaya alam dan kualitas pengelolaannya diseragamkan pada lingkup global.
Sertifikat ISO 14001 dapat dijadikan bukti kelayakan suatu organisasi, bisnis, dan
fasilitas manufaktur dalam menunjukkan tanggung jawab terhadap lingkungan.
Sertifikasi ini sangat penting untuk bisnis atau entitas agar tetap kompetitif di
pasar nasional maupun internasional di era kesadaran lingkungan ini. ISO 14001
sendiri telah diadopsi oleh Indonesia sebagai standar nasional yaitu SNI 19-
14001: 2005. Hal tersebut membuktikan bahwa standar internasional ISO 14001
dapat diterapkan di Indonesia.
2.1.5. Leverage
1. Definisi dan Konsep Leverage
Berbagai definisi mengenai leverage telah banyak diungkapkan oleh para
ahli. Leverage dapat dikatakan sebagai alat untuk mengukur seberapa besar
perusahaan tergantung pada kreditor dalam membiayai aset perusahaan (Karina,
2013). Perusahaan yang mempunyai tingkat leverage yang tinggi berarti sangat
bergantung pada pinjaman luar untuk membiayai asetnya, sedangkan perusahaan
yang mempunyai tingkat leverage lebih rendah lebih banyak membiayai asetnya
dengan modal sendiri. Tingkat leverage perusahaan menggambarkan risiko
keuangan perusahan (Purnasiswi, 2011). Adawiyah (2013) menyebutkan bahwa
rasio leverage berhubungan dengan keputusan pendanaan dimana perusahaan
lebih memilih pembiayaan hutang dibandingkan dengan modal sendiri. Rasio ini
juga menunjukkan seberapa besar perusahaan dibiayai oleh pihak luar atau
kreditor.
36
Sesuai dengan teori stakeholderperusahaan dengan tingkat leverage yang
tinggi akan lebih mempertimbangkan pemanfaatan hasil usaha dan kekayaannya
(aset) untuk membayar kewajibannya kepada para debtholders dibandingkan
untuk membiayai aktivitas tanggung jawab sosialnya dan pengungkapannya,
sehingga penyampaian informasi yang dibutuhkan oleh pemangku kepentingan
tidak maksimal. Hal ini dapat menimbulkan penilaian yang negatif dari para
pemangku kepentingan terhadap bisnis perusahaan.
2. PengukuranLeverage
Menurut Riyanto (1978; p:266-270) dalam Munawir (2010) rasio leverage
dapat diukur dengan menggunakan beberapa cara, antara lain total debt to equity
ratio, total debt to total capital aset, long term debt to equity ratio, tangible asets
debt coverage, dan time interest earned ratio. Adawiyah (2013) menyebutkan
bahwa leverage merupakan salah satu rasio keuangan. Rasio-rasio yang dapat
digunakan untuk mengukur tingkat leverage antara lain dengan menggunakan
total debt to equity ratio yang membandingkan antara hutang dengan ekuitas
dalam pendanaan perusahaan dan menunjukkan kemampuan modal perusahaan
untuk memenuhi seluruh kewajibannya. Rasio lainnya adalah total debt to tatal
aset ratio yang membandingkan antara hutang lancar dan hutang jangka panjang
dengan jumlah seluruh aktiva yang diketahui. Rasio ini menunjukkan beberapa
bagian dari keseluruhan aktiva yang dibelanjai oleh hutang.
37
2.1.6. Profil Perusahaan
1. Definisi dan Konsep Profil Perusahaan
Profil perusahaan merupakan salah satu faktor potensial yang
mempengaruhi praktik pengungkapan sosial perusahaan. Robert (1992) dalam
Karina (2013) mendefinisikan industri yang high-profile sebagai perusahaan yang
mempunyai tingkat sensitivitas yang tinggi terhadap lingkungan (consumer
visibility), tingkat risiko politik yang tinggi atau tingkat kompetensi yang kuat.
Keadaan yang demikian membuat perusahaan mendapatkan sorotan lebih dari
masyarakat luas mengenai aktivitas perusahaannya. Industri low-profile adalah
kebalikannya, perusahaan ini memiliki tingkat consumer visibility, tingkat risiko
politik dan tingkat kompetensi yang lebih rendah, sehingga tidak banyak
mendapatkan sorotan dari masyarakat luas mengenai aktivitas usahanya meskipun
dalam melakukan kegiatan operasinya perusahaan melakukan kesalahan dan
kegagalan dalam proses maupun hasil produksinya.
Tingkat consumer visability dan risiko politis dapat dilihat dari apakah
suatu industri berorientasi menghasilkan barang konsumsi atau barang industri.
Industri yang menghasilkan barang konsumsi dapat dikategorikan ke dalam
perusahaan high-profile. Rahajeng (2010) menjelaskan bahwa industri yang
berorientasi pada barang konsumsi akan lebih sensitif terhadap masalah keamanan
produk dan lingkungan sekitar, dan hal ini dapat secara langsung berpengaruh
terhadap persepsi konsumen dan keputusan pembelian. Jika dikaitkan dengan teori
legitimasi, perusahaan yang tergolong dalam kategori high-profile cenderung
lebih banyak mengungkapkan tanggung jawab sosialnya, hal ini dilakukan
38
perusahaan untuk melegitimasi kegiatan operasinya dan menurunkan tekanan dari
para aktivis sosial dan lingkungan.
2. Pengukuran Profil Perusahaan
Pengukuran profil perusahaan dilakukan berdasarkan klasifikasi
perusahaan yang termasuk dalam kategori high-profile dan low-profile. Penelitian
yang dilakukan Hendrasaputra (2007) serta Lucyanda dan Siagian (2012)
perusahaan yang termasuk kategori high profile adalah perusahaan yang bergerak
di bidang otomotif, penerbangan, agrobisnis, tembakau dan rokok, makanan dan
minuman,media dan komunikasi, energi (listrik), kesehatan dan transportasi.
Sementara perusahaan yang termasuk kategori low-profile adalah perusahaan
yang ada dibidang perusahaan konstruksi, keuangan dan perbankan, penyedia
peralatan medis, real estate, ritel, tekstil, produk personal dan produk rumah
tangga.
Sementara Utomo (2000), Hasibunan (2001) dan Permana (2012)
mengelompokan perusahaan yang bergerak di bidang perminyakan dan
pertambangan, kimia, hutan, kertas, otomotif, agrobisnis, tembakau dan rokok,
makanan dan minuman, media dan komunikasi, kesehatan, transportasi dan
pariwisata kedalam kategori perusahaan high-profile. Perusahaan yang bergerak di
bidang bangunan, keuangan dan perbankan, supplier peralatan medis, retailer,
tekstil dan produk tekstil, produk personal dan produk rumah tangga
dikategorikan kedalam perusahaan low-profile.
39
Putra (2011) dan Karina (2013) menggunakan pengelompokan yang
disampaikan oleh Roberts (1992), Preston (1977) dan Patten (1991) dalam
Hakston dan Milne (1996) yang mengelompokan industri migas, kehutanan,
pertanian, pertambangan, perikanan, kimia, otomotif, barang konsumsi, makanan
dan minuman, kertas, farmasi, plastik dan konstruksi sebagai industri high-profile.
2.1.7. Pertumbuhan Perusahaan
1. Definisi dan Konsep Pertumbuhan Perusahaan
Lucyanda dan Siagian (2012) mendeskripsikan pertumbuhan perusahaan
sebagai gambaran kekuatan perusahaan untuk bertahan hidup. Pertumbuhan
perusahaan dapat menunjukkan kinerja keuangan perusahaan. Pertumbuhan
perusahaan merupakan salah satu faktor pertimbangan yang dapat membantu
investor dalam membuat keputusan investasinya. Perusahaan yang memiliki
pertumbuhan yang baik diharapkan akan memberikan profitabilitas yang tinggi
dan lebih persisten, sehingga investor akan tertarik untuk berinvestasi di
perusahan tersebut.
Jika dikaitkan dengan stakeholder theory, Sari (2012) menyebutkan
perusahaan dengan pertumbuhan yang tinggi akan mendapatkan banyak sorotan
dari para pemangku kepentingan, sehingga perusahaan yang memiliki
pertumbuhan yang tinggi cenderung lebih banyak melakukan pengungkapan,
termasuk pengungkapan tanggung jawab sosial. Perusahaan yang memiliki
pertumbuhan yang baik secara konsep ekonomi akan dapat menjamin
keberlangsungan kegiatan ekonominya. Keberlangsungan ini merupakan hal yang
40
dapat mencerminkan kemampuan perusahaan dalam melaksanakan tanggung
jawab sosialnya dengan maksimal lebih dari perusahaan dengan pertumbuhan
yang kurang baik. Oleh karena itu perusahaan akan cenderung melakukan
pengungkapan yang lebih terkait dengan tanggung jawab sosial yang telah
dilaksanakan guna memperlihatkan keunggulan perusahaan yang mampu
bertumbuh sehingga mampu menghadapi persaingan dalam dunia bisnis untuk
mendapatkan respon yang positif dari pemegang kepentingan.
2. Pengukuran Pertumbuhan Perusahaan
Pertumbuhan perusahaan dapat dilihat berdasarkan penambahan atau
pengurangan aset perusahaan, modal kerja, penjualan dan keuntungan yang
diperoleh perusahaan (Sari 2012). Jika terdapat penambahan terhadap akun-akun
tersebut maka dikatakan perusahaan memiliki pertumbuhan yang positif. Begitu
juga sebaliknya jika aset, modal kerja, penjualan, ataupun laba mengalami
penurunan, maka perusahaan memiliki pertumbuhan yang negatif.Pengukuran
tingkat pertumbuhan perusahaan dengan menggunakan pertumbuhan aset
perusahaan juga dilakukan oleh Shubiri et al. (2012). Pertumbuhan perusahaan
dapat digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk meningkatkan
ukurannya (Wakid, 2013).
41
2.1.8. Ukuran Perusahaan
1. Definisi dan Konsep Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan merupakan salah satu variabel yang cukup banyak
digunakan untuk menjelaskan pengungkapan sosial yang dilakukan perusahaan
dalam laporan tahunannya. Cowen et al. (1987) dalam Yao,Wang dan Song
(2011) menunjukkan bahwa perusahaan besar cenderung mendapatkan perhatian
yang lebih dari masyarakat umum, oleh karena itu perusahaan besar mendapatkan
tekanan publik yang lebih besar untuk menunjukkan tanggung jawab sosialnya.
Rouf (2011) menyatakan alasan perbedaan pengungkapan antara perusahaan
berskala besar dengan perusahaan skala kecil adalah bahwa manajer perusahaan
yang lebih besar mungkin menyadari kemungkinan untuk memperoleh manfaat
yang lebih banyak dari pengungkapan yang dilakukannya, sedangkan perusahaan
kecil mungkin merasa bahwa pengungkapan informasi secara penuh dapat
membahayakan posisi kompetitif mereka.
Jika dikaitkan dengan teori stakeholder, perusahaan berukuran besar
memiliki pemegang kepentingan yang lebih banyak dibandingkan dengan
perusahaan dengan skala kecil, inilah yang menyebabkan perusahaan besar harus
memiliki pengungkapan informasi yang lebih luas demi terpenuhinya kebutuhan
stakeholders akan informasi terkait kepentingannya.
2. Pengukuran Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan dapat diukur berdasarkan jumlah aktiva (baik aktiva
tetap, tidak berwujud, dan lain-lain), jumlah tenaga kerja, volume penjualan dan
42
kapitalisasi pasar (Purnasiwi, 2011). Pengukuran ukuran perusahaan dengan
menggunakan total aset pernah dilakukan oleh Yao et al. (2011), Shubiri et al.
(2012), dan Check et al. (2013). Sedangkan pengukuran dengan menggunakan
total penjualan pernah dilakukan oleh Rouf (2011).
2.2. Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian terdahulu terkait faktor-faktor yang mempengaruhi
CSRdisclosure menunjukkan hasil yang beragam dan menarik untuk dikaji lebih
mendalam. Penelitian-penelitian tersebut antara lain:
1. Yao et al. (2011)
Yao dkk. menguji determinan pengungkapan tanggung jawab sosial
perusahaan dengan ukuran perusahaan, environmental sensitivity measure,
consumer proximity measure, media exposure, umur, konsentrasi
kepemilikan, dan kepemilikan saham institusional sebagai variabel
penelitiannya. Penelitian ini menunjukkan hasil ukuran perusahaan,
konsentrasi kepemilikan, kepemilikan institusional dan media exposure
berpengaruh positif signifikan dengan tingkat CSR disclosure. Umur
perusahaan berpengaruh negatif dengan tingkat CSR disclosure,
sedangkan variabel lain tidak berpengaruh terhadap CSR disclosure.
2. Rouf (2011)
Penelitian yang dilakukan tahun 2011 ini bertujuan untuk menguji
pengaruh komisaris independen, dan ukuran perusahaan terhadap CSR
disclosure di Bangladesh. Penelitian ini menggunakan struktur
43
kepemimpinan, komite audit, dan profitabilitas sebagai variabel kontrol.
Hasil penelitian menunjukkan komisaris independen dan semua variabel
kontrol berpengaruh positif terhadap CSR disclosure. Sementara size tidak
berpengaruh terhadap CSR disclosure.
3. Putra (2011)
Penelitian yang dilakukan oleh Putra ini mengadopsi beberapa variabel
dari penelitian-penelitian terdahulu yaitu ukuran dewan komisaris, tipe
industri, ukuran perusahaan, profitabilitas, kepemilikan saham asing dan
kepemilikan saham publik. Hasil dari pengujian empiris yang dilakukan
menunjukkan ukuran dewan komisaris, kepemilikan saham asing,
kepemilikan saham publik tidak berpengaruh terhadap CSR disclosure.
Tipe perusahaan, ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap CSR
disclosure. Sedangkan variabel profitabilitas berpengaruh negatif terhadap
CSR disclosure.
4. Shubiri et al. (2012)
Penelitian ini menguji faktor keuangan dan non-keuangan terhadap CSR
disclosure pada perusahaan industri yang terdaftar di Bursa Efek Amman,
Yordania. Variabel yang digunakan adalah growth, DPR, size, umur,
kepemilikan investor individu, kepemilikan institusional, pemegang saham
mayoritas dan leverage. Hasil penelitian menunjukkan variabel ukuran
perusahaan, growth, dan umur perusahaan berpengaruh positif signifikan
terhadap CSR disclosure, variabel DPR, kepemilikan individu, pemegang
saham mayoritas dan leverage berpengaruh negatif signifikan terhadap
44
CSR disclosure. Kepemilikan institusional tidak berpengaruh signifikan
terhadap CSR disclosure.
5. Lucyanda dan Siagian (2012)
Penelitian yang berjudul The Influence of Company Characteristic toward
Corporate Social Responsibility Disclosure ini menguji ukuran
perusahaan, profitabilitas, leverage, dewan komisaris, profil perusahaan,
umur perusahaan, kepemilikan manajemen, laba bersih per saham, kinerja
lingkungan dan pertumbuhan perusahaan sebagai faktor yang
mempengaruhi CSR disclosure. Hasil penelitian yang menggunakan
analisis regresi linear berganda ini menunjukkan bahwa ukuran
perusahaan, profitabilitas, profil perusahaan, laba per saham, dan kinerja
lingkungan berpengaruh positif terhadap CSR disclosure. Sementara
leverage, dewan komisaris umur perusahaan, kepemilikan manajemen dan
pertumbuhan tidak berpengaruh terhadap CSR disclosure.
6. Nur dan Priantinah (2012)
Nur dan Priantinah dalam penelitiannya yang menguji pengaruh variabel
profitabilitas, ukuran perusahaan, kepemilikan publik, dewan komisaris,
leverage dan pengungkapan media terhadap CSR disclosure. Hasil yang
ditunjukkan adalah variabel profitabilitas, kepemilikan publik, dan
pengungkapan media tidak berpengaruh signifikan terhadap CSR
disclosure. Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap CSR
disclosure, sedangkan dewan komisaris dan leverage berpengaruh negatif
terhadap CSR disclosure.
45
7. Check et al. (2013)
Penelitian dengan judul Corporate Social Responsibility (CSR) Disclosure
in Consumer Products and Plantation Industry in Malaysia ini menguji
ukuran perusahaan, profitabilitas dan leverage terhadap pengungkapan
tanggung jawab sosial perusahaan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan
ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap CSR disclosure.
Sedangkan leverage dan profitabilitas tidak berpengaruh terhadap tingkat
CSR disclosure.
8. Oktariani dan Mimba (2014)
Penelitian dengan menggunakan analisis regresi linear berganda yang
dilakukan oleh Oktariani dan Mimba menguji pengaruh karakteristik
perusahaan yang terdiri dari hutang, profitabilitas ukuran perusahaan,
kepemilikan saham asing, dewan komisaris dan tanggung jawab
lingkungan terhadap CSR disclosure. Hasil penelitian ini menunjukkan
variabel hutang dan profitabilitas berpengaruh negatif signifikan terhadap
CSR disclosure. Ukuran perusahaan, kepemilikan asing dan komposisi
dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap CSR disclosure. Sedangkan
tanggung jawab lingkungan berpengaruh positif signifikan terhadap CSR
disclosure.
46
2.3. Kerangka Pemikiran Teoritis dan Hipotesis Penelitian
2.3.2. Kerangka Pemikiran Teoritis
Corporate social responsibilitydisclosuremerupakan salah satu bentuk
pertanggungjawaban perusahaan yang luas kepada masyarakat dan lingkungan.
Penelitian-penelitian terdahulu dan kajian teoritis serta permasalahan yang timbul
belakangan ini berkaitan dengan tanggung jawab sosial perusahaan perlu
dilakukan pengujian secara empiris mengenai berbagai faktor yang mempengaruhi
CSR disclosure. Penulis mengindikasi faktor kinerja lingkungan, leverage, profil
dan pertumbuhan perusahaan sebagai variabel independen yang berpengaruh
terhadap CSR disclosure. Sedangkan variabel ukuran perusahaan digunakan
sebagai variabel kontrol dalam pengujian ini, karena dari penelitian-penelitian
sebelumnya variabel ukuran perusahaan telah banyak diuji, dan hasilnya
cenderung menunjukkan hasil yang konsisten. Penjabaran kerangka pemikiran
teoritis adalah sebagai berikut:
1. Pengaruh Kinerja Lingkungan terhadap CSR disclosure
Guthrie dan Parker (1977) menyarankan kepada organisasi untuk
mengungkapkan kinerja lingkungan mereka dalam berbagai komponen untuk
mendapatkan reaksi positif dari lingkungan dan mendapatkan legitimasi atas
usaha perusahaan (Nurkhin 2009). Organisasi standar internasional
mengungkapkan bahwa dalam pencapaian kinerja lingkungan yang baik, harus
menerapkan manajemen lingkungan yang baik pula. Hal ini dilakukan sebagai
upaya mewujudkan organisasi yang ramah lingkungan atau peduli terhadap
lingkungan sekitar. Manajemen lingkungan yang handal, efektif, dan
47
terdokumentasi akan mendorong peningkatan kinerja perusahaan dengan adanya
kontrol terhadap semua aspek yang berdampak negatif terhadap lingkungan.
Kinerja lingkungan yang baik harus memenuhi standar yang berlaku dalam
lingkup global. Standardisasi sistem manajeman lingkungan yang baik telah
dikeluarkan oleh organisasi standar internasional dalam bentuk sertifikasi ISO
14001. Sertifikasi ini menjamin penerapan kinerja lingkungan yang baik yang
dilakukan oleh perusahaan.
Perusahaan dengan kinerja lingkungan yang baik akan cenderung
memilikiCSR disclosure yang lebih banyak dibandingkan dengan perusahaan
dengan kinerja lingkungan yang buruk. Hal ini dikarenakan perusahaan akan
mendapatkan respon positif dari masyarakat terkait prestasinya dalam kinerja
lingkungannya yang akan meningkatkan nilai perusahaan dimata masyarakat dan
pemegang kepentingan. Hal ini dapat memberikan keuntungan lebih pada
perusahaan, terutama dalam mempertahankan keberlangsungan usahanya yang
berujung pada naiknya laba perusahaan. Kinerja lingkungan ini akan diungkapkan
dalam corporate social responsibility report guna memperoleh keuntungan
tersebut. Selain itu, jika perusahaan telah memiliki kinerja lingkungan yang baik
maka perusahaan tersebut juga memiliki kesadaran yang baik pula dalam
pengungkapan CSR-nya. Penelitan sebelumnya yang dilakukan oleh Lucyanda
dan Siagian (2012) menemukan adanya pengaruh positif signifikan antara kinerja
lingkungan terhadap CSR disclosure. Hasil yang sama diperoleh dari penelitian
yang dilakukan oleh Putra (2011).
48
2. Pengaruh Leverage terhadap CSR disclosure
Leverage dapat dikatakan sebagai alat untuk mengukur seberapa besar
perusahaan tergantung pada kreditor dalam membiayai aset perusahaan.
Perusahaan yang mempunyai tingkat leverage yang tinggi berarti sangat
bergantung pada pinjaman luar untuk membiayai asetnya. Sedangkan perusahaan
yang mempunyai tingkat leverage lebih rendah, dapat dikatakan perusahaan
tersebut lebih banyak membiayai asetnya dengan modal sendiri. Tingkat leverage
perusahaan menggambarkan risiko keuangan perusahan (Purnasiswi, 2011).
Sesuai dengan teori stakeholders perusahaan dengan tingkat leverage yang
tinggi akan lebih mempertimbangkan pemanfaatan hasil usaha dan kekayaannya
(aset) untuk membayar kewajibannya kepada para debtholders dibandingkan
untuk membiayai aktivitas tanggung jawab sosialnya dan juga pengungkapannya,
sehingga penyampaian informasi yang dibutuhkan oleh pemangku kepentinga
tidak maksimal. Hal ini dapat menimbulkan penilaian yang negatif dari para
pemangku kepentingan terhadap bisnis perusahaan.
Beberapa penelitian yang dilakukan untuk menguji pengaruh leverage
terhadap CSR disclosureyang mendukung teori stakeholderini adalah penelitian
yang dilakukan oleh Shubiri et al. (2012), Nur dan Priantinah (2012) serta
Oktariani dan Mimba (2014) yang menemukan adanya pengaruh negatif dari
leverage terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.
49
3. Pengaruh Profil Perusahaan terhadap CSR disclosure
Penelitian-penelitian yang berkaitan dengan profil perusahaan kebanyakan
mendukung bahwa industri high-profile mengungkapkan informasi mengenai
tanggung jawab perusahaan lebih banyak dibandingkan dengan industri low-
profile. Robert (1992) dalam Karina (2013) mendefinisikan industri yang high-
profile sebagai perusahaan yang mempunyai tingkat sensitivitas yang tinggi
terhadap lingkungan (consumer visibility), tingkat risiko politik yang tinggi atau
tingkat kompetensi yang kuat. Keadaan yang demikian membuat perusahaan
mendapatkan sorotan lebih dari masyarakat luas mengenai aktivitas
perusahaannya.
Industri low-profile adalah kebalikannya, perusahaan ini memiliki tingkat
consumer visibility, tingkat risiko politik dan tingkat kompetensi yang lebih
rendah, sehingga tidak banyak mendapatkan sorotan dari masyarakat luas
mengenai aktivitas usahanya meskipun dalam melakukan kegiatan operasinya
perusahaan melakukan kesalahan dan kegagalan dalam proses maupun hasil
produksinya. Hal ini yang mendorong perusahaan high-profil lebih banyak
mengungkapkan aktivitas tanggung jawab sosialnya, demi menanggapi tekanan
dari para pemangku kepentingan khususnya masyarakat dan lingkungan.
Uraian di atas mendukung adanya teori stakeholder. Penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Putra (2011) dan Permana (2012) menemukan
adanya pengaruh positif signifikan yang terjadi antara profil perusahaan dengan
CSR disclosure.
50
4. Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan terhadap CSR disclosure
Penelitian yang menguji pengaruh pertumbuhan perusahaan terhadap
pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan pernah dilakukan Shubiri et
al.(2012) yang menguji praktik CSR disclosure di Yordania memberikan hasil
yang menunjukkan bahwa perusahaan dengan pertumbuhan yang tinggi akan
lebih banyak mengungkapkan informasi mengenai corporate social responsibility
dibandingkan perusahaan dengan pertumbuhan yang rendah.
Pengujian pengaruh pertumbuhan perusahaan terhadap CSR disclosure
sendiri masih merupakan sesuatu yang baru dan masih belum banyak dilakukan.
Perusahaan yang memiliki pertumbuhan yang baik secara konsep ekonomi dapat
menjamin keberlangsungan kegiatan ekonominya. Keberlangsungan ini
merupakan hal yang dapat mencerminkan kemampuan perusahaan dalam
melaksanakan tanggung jawab sosialnya dengan maksimal lebih dari perusahaan
dengan pertumbuhan yang kurang baik.Oleh karena itu perusahaan akan
cenderung melakukan pengungkapan yang lebih terkait dengan tanggung jawab
sosial yang telah dilaksanakan guna memperlihatkan keunggulan perusahaan yang
mampu bertumbuh sehingga mampu menghadapi persaingan dalam dunia bisnis
sehingga akan mendapatkan respon yang positif dari pemegang kepentingan.
Selain itu dengan adanya pertumbuhan perusahaan mengindikasi adanya
peningkatan kemampuan perusahaan dalam membiayai aktivitas dan
pengungkapan CSR sehingga kebutuhan stakeholder akan informasi yang lengkap
dapat terpenuhi dengan baik.
51
Jika dikaitkan dengan stakeholder theory, Sari (2012) menyebutkan
perusahaan dengan pertumbuhan yang tinggi akan mendapatkan banyak sorotan
dari para pemangku kepentingan, sehingga perusahaan yang memiliki
pertumbuhan yang tinggi cenderung lebih banyak melakukan pengungkapan,
termasuk pengungkapan tanggung jawab sosial.
5. Pengaruh Variabel Kontrol terhadap CSR disclosure
Variabel kontrol dalam penelitian ini adalah ukuran perusahaan. Ukuran
perusahaan sendiri termasuk salah satu variabel yang cukup banyak dipakai dalam
penelitian yang mengkaji CSR disclosure.Beberapa penelitian yang menguji
pengaruh ukuran perusahaan terhadap CSR disclosure dan menemukan hasil yang
konsistenanara lain dilakukan oleh Yao et al.(2011), Shubiri et al. (2012),
Lucyanda dan Siagian (2012), dan Check et al. (2013). Penelitian-penelitian
tersebut menunjukkan bahwa ukuran perusahaan memiliki pengaruh yang positif
terhadap CSR disclosure.Hal tersebut mengindikasi bahwa semakin besar ukuran
perusahaan maka perusahaan tersebut akan melakukan pengungkapan CSR yang
lebih banyak.
Cowen et al. (1987) dalam Yao,Wang dan Song (2011) mengungkapkan
bahwa perusahaan besar cenderung mendapatkan perhatian yang lebih dari
masyarakat umum, oleh karena itu perusahaan besar mendapatkan tekanan publik
yang lebih besar untuk menunjukkan tanggung jawab sosialnya. Jika dikaitkan
dengan teori stakeholder, perusahaan berukuran besar memiliki pemegang
kepentingan yang lebih banyak dibandingkan dengan perusahaan dengan skala
52
kecil, inilah yang menyebabkan perusahaan besar harus memiliki pengungkapan
informasi yang lebih luas demi terpenuhinya kebutuhan stakeholders akan
informasi terkait kepentingannya.
Kerangka pemikiran yang dapat dibangun menurut uraian-uraian di atas
adalah seperti yang terlihat dalam gambar 2.1.
Gambar 2.1 : Kerangka Pemikiran Teoritis
2.3.3. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan ulasan di atas hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut:
H1 : Kinerja lingkungan berpengaruh positif terhadap CSR disclosure.
H2 : Leverage berpengaruh negatif terhadap CSR disclosure.
H3 : Profil perusahaan berpengaruh positif terhadap CSR disclosure.
H4 : Pertumbuhan perusahaan berpengaruh positif terhadap CSR disclosure.
H1
H2
H3
H4
Kinerja Lingkungan
Leverage
Variable Kontrol:
---------------------------
Ukuran Perusahaan
Pertumbuhan Perusahaan
Profil Perusahaan
CSR Disclosure
53
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis dan Desain Penelitian
Sebuah penelitian dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa sudut
pandang, salah satunya dilihat dari pendekatan analisisnya. Penelitian ini
merupakan penelitan yang menggunakan pendekatan kuantitatif yang bertujuan
untuk mendapatkan jawaban atas kejelasan hubungan kausalitas antara variabel-
variabel melalui analisis data dalam rangka pengujian hipotesis.
Penelitian ini dirancang untuk menjelasakan pengaruh variabel independen
yaitu kinerja lingkungan, leverage, profildan pertumbuhan perusahaan, terhadap
CSR disclosure, dengan ukuran perusahaan sebagai variabel kontrol. Penelitian
ini dilakukan melalui beberapa proses yaitu mengumpulkan, menyusun, dan
menganalisis data serta menafsirkan data tersebut.
3.2. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Tahun penelitian adalah 2013, karena tahun
2013 merupakan periode pengungkapan laporan tahunan yang terbaru bagi setiap
perusahaan. Selain itu, tahun 2013 merupakan periode berlakunya standar
pelaporan terbaru dari Global Reporting Initiatives yaitu Indeks GRI versi 4.0
yang merupakan penyempurnaan standar pelaporan sebelumnya yang digunakan
54
untuk mengukur tingkat CSR disclosure pada perusahaan sampel. Sampel yang
dipilih menggunakan metode purposive sampling dengan kriteria :
a. Perusahaan termasuk dalam kategori perusahaan manufaktur yang listing
di Bursa Efek Indonesia tahun 2013.
b. Perusahaan mengungkapkan laporan CSR dalam laporan tahunan untuk
periode akuntansi tahun 2013 yang dapat diakses melalui website resmi
Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id).
3.3. Variabel Penelitian
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
3.3.1. Variabel Dependen
Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah CSR
disclosure. CSR disclosure adalah bentuk tanggung jawab perusahaan kepada
sosial dan lingkungan secara berkesinambungan dan dilakukan dengan prosedur
yang legal dan etis sebagai bentuk komitmen bisnis guna meningkatkan kualitas
hidup pemegang kepentingan.
Pengukurancorporate social responsibility (CSR) dalam penelitian ini
menggunakan proksi CSRDI (Corporate Social Responsibility Disclosure Index)
berdasarkan indikator GRI (Global Reproting Initiatives) Versi 4.0 yang diperoleh
dari website resminya yaitu www.globalreporting.org. Indikator GRI ini terdiri
dari 3 fokus pengungkapan, yaitu ekonomi, lingkungan dan sosial. Indikator ini
dipilih kerena merupakan aturan internasional yang telah diakui oleh perusahaan
dunia.
55
Pengukuran ini mengacu pada penelitian-penelitian sebelumnya seperti
Nurkhin (2009), Putra (2011), Lucyanda dan Siagian (2012), Bangun et al.(2012),
dan juga Nur dan Priantinah (2012), yang menggunakan content analysis dalam
mengukur variety dari CSRDI. Akan tetapi terdapat perbedaan versi indeks yang
digunakan. Karena isu-isu mengenai CSR disclosure merupakan isu yang cepat
sekali berkembang, maka butuh pembaruan-pembaruan terhadap indeks yang
diggunakan untuk mengukurnya. GRI telah mengembangkan indeks GRI versi 4.0
(G4) sebagai penyempurna versi sebelumnya yang dapat digunakan sebagai
pedoman pelaporan berdasarkan GRI yang secara berkala ditinjau untuk
memberikan panduan yang terbaik dan termutakhir bagi pelaporan yang efektif.
Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan dikotomi dimana setiap
item CSR dalam instrumen penelitian diberi nilai 1 jika diungkapkan, dan nilai 0
jika tidak diungkapkan. Selanjutnya, skor dari setiap item dijumlahkan untuk
memperoleh keseluruhan skor untuk setiap perusahaan. Rumus perhitungan
CSRDI adalah sebagai berikut:
∑Xij
CSRDIj = ----------------
nj
Keterangan:
CSRDIj = Corporate Social Responsibility Disclosure Index perusahaan j
∑Xij = Dummy variable. 1= jika item i diungkapkan; 0= jika item i tidak
diungkapkan. Dengan demikian, 0 ≤ CSRDIj ≤ 1.
nj = Jumlah item untuk perusahaan j, nj ≤ 91.
56
3.3.2. Variabel Independen
Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kinerja
lingkungan, leverage, profil dan pertumbuhan perusahaan.
1. Kinerja Lingkungan
Kinerja lingkungan adalah kinerja perusahaan dalam menciptakan
lingkungan yang baik (Suratno et al., 2006). Orgnanisasi standar internasional
mengungkapkan bahwa dalam pencapaian kinerja lingkungan yang baik, harus
menerapkan manajemen lingkungan yang baik pula. Hal ini dilakukan sebagai
upaya mewujudkan organisasi yang ramah lingkungan atau peduli terhadap
lingkungan sekitar.
Kinerja lingkungan dalam penelitian ini dilihat berdasarkan keikutsertaan
sertifikasi ISO 14001 tentang sistem manajemen lingkungan perusahaan.
Sertifikasi ini merupakan standar yang dapat mencerminkan kualitas kinerja
lingkungan perusahaan dimana terdapat penyeimbangan kepentingan bisnis
dengan lingkungan sosialnya. Selain itu sertifikasi ISO 14001 merupakan
sertifikasi yang dikeluarkan oleh organisasi standar internasional, sehingga dapat
dipastikan standar tersebut dapat diterima secara global, bukan hanya di Indonesia
saja.
Dummy variable digunakan untuk mengukur kinerja lingkungan ini.
Angka 1 diberikan untuk perusahaan yang dianugerahi sertifikat ISO 14001, dan
angka 0 diberikan untuk perusahaan tanpa sertifikasi ISO 14001. Pengukuran ini
sebelumnya telah digunakan dalam penelitian Lucyanda dan Siagian (2012).
57
2. Leverage
Leverage adalah alat untuk mengukur seberapa besar perusahaan
tergantung pada kreditor dalam membiayai aset perusahaan. Perusahaan yang
mempunyai tingkat leverage yang tinggi berarti sangat bergantung pada pinjaman
luar untuk membiayai asetnya. Sedangkan perusahaan yang mempunyai tingkat
leverage lebih rendah lebih banyak membiayai asetnya dengan modal sendiri
Pengukuran leveragedalam penelitian ini dilakukan berdasarkan rasio total
hutang terhadap total aset. Rasio ini digunakan untuk mengetahui seberapa besar
kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan yang berasal dari hasil pinjaman kepada
kreditor.
TU
Lev = -----------
TA
Keterangan:
Lev : Leverage
TU : Total utang
TA : Total aset
3. Profil Perusahaan
Profil perusahaan merupakan salah satu faktor potensial yang
mempengaruhi praktik pengungkapan sosial perusahaan. Robert (1992) dalam
Karina (2013) mendefinisikan industri yang high-profile sebagai perusahaan yang
mempunyai tingkat sensitivitas yang tinggi terhadap lingkungan (consumer
visibility), tingkat risiko politik yang tinggi atau tingkat kompetensi yang kuat.
58
Keadaan yang demikian membuat perusahaan mendapatkan sorotan lebih dari
masyarakat luas mengenai aktivitas perusahaannya dan industri low-profile adalah
kebalikannya.
Profil perusahaandalam penelitian ini diukur dengan menggunakan
pengukuran seperti yang dilakukan oleh Putra (2011) dan Karina (2013)
menggunakan pengelompokan yang disampaikan oleh Roberts (1992), Preston
(1977) dan Patten (1991) dalam Hakston dan Milne (1996) yang mengelompokan
industri migas, kehutanan, pertanian, pertambangan, perikanan, kimia, otomotif,
barang konsumsi, makanan dan minuman, kertas, farmasi, plastik dan kontruksi
sebagai industri high-profile.Pengukuran profil perusahaan mengunakan dummy
variable dengan pemberian angka 1 untuk jenis industri high-profile dan angka 0
diberikan untuk industri yang termasuk kategori low-profile.
4. Pertumbuhan Perusahaan
Lucyanda dan Siagian (2012) mendeskripsikan pertumbuhan perusahaan
sebagai gambaran kekuatan perusahaan untuk bertahan hidup. Perusahaan yang
memiliki pertumbuhan yang baik maka dapat menjamin keberlangsungan kegiatan
ekonominya. Pertumbuhan perusahaan dalam penelitian ini diukur dengan
menggunakan pertumbuhan total aset perusahaan. Hal ini dilakukan untuk
menguji seberapa besar pengaruh perubahan aset perusahaan terhadap CSR
disclosure.Pertumbuhan yang terjadi pada aset perusahaan, mengindikasi adanya
peningkatan kemampuan perusahaan dalam membiayai kegiatan CSR dan
pengungkapannya dengan menggunakan aset yang dimiliki.
59
TAt – TAt-1
Growth = ----------------------
TAt-1
Keterangan:
Growth : Pertumbuhan perusahaan
TAt : Total aset perusahaan pada tahun t
TAt-1 : Total aset perusahaan pada tahun t-1
3.3.3. Variabel Kontrol
Penelitian ini menggunakan variabel kontrol yaitu ukuran perusahaan. Hal
ini dikarenakan banyak pengujian secara empiris yang meneliti pengaruh ukuran
perusahaan terhadap CSR disclosure yang menunjukkan kekonsistenan hasil.
Sehingga dapat disimpulkan hasil penelitan tersebut tidak dapat terbantahkan
kebenarannya. Penelitian terdahulu yang menggunakan ukuran perusahaan
sebagai variabel kontrol antara lain Nurkhin (2009) dan Erdanu (2010). Ukuran
perusahaan (size) merupakan skala untuk menentukan besar kecilnya suatu
perusahaan. Variabel kontrol ukuran perusahaan dalam penelitian ini diukur
dengan menggunakan log natural atas total aset untuk menentukan besarnya
ukuran perusahaan. Hal ini dikarenakan total aset perusahaan sampel yang sangat
beragam. Penggunaan total aset dikarenakan aset perusahaan dianggap mampu
menggambarkan kekayaan perusahaan yang dapat digunakan untuk membiayai
pengungkapan yang dilakukan oleh perusahaan.
60
3.3.4. Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional dan pengukuran variabel dirangkum dalam Tabel 3.1
berikut ini:
Tabel 3.1
Pengukuran Variabel
No Variabel Indikator Pengukuran
1. Variabel Dependen
CSR disclosure
Luas CSR disclosure dengan membandingkan
jumlah item yang diungkapkan dengan item yang
seharusnya diungkapkan.
Mengacu pada penelitian Putra (2011) dan Bangung et al,(2012). Perbedaannya terletak pada
Versi Indeks.
Indeks GRI V.4.0
∑Xij
CSR:---------------
91
2. Variabel
Independen
Kinerja
Lingkungan
Leverage
Profil Perusahaan
Kinerja lingkungan diukur berdasarkan sertifikasi
ISO 14001. Perusahaan bersertifikat ISO 14001
dikatakan memiliki kinerja lingkungan yang lebih
baik.
Mengacu pada penelitian Lucyanda dan Siagian
(2012)
Leverage diukur berdasarkan debt to asset ratio.
Mengacu pada penelitian Untari (2010)
Profil perusahaan dibagi menjadi dua, yaitu high-
profile dan low profile. Pengelompokan profil
perusahaan berdasarkan Hakston dan Milne
(1996). perusahaan high-profile terdiri dari industri migas, kehutanan, pertanian,
pertambangan, perikanan, kimia, otomotif, barang
konsumsi, makanan dan minuman, kertas,
farmasi, plastic, dan konstruksi.
DummyVariabel,
Angka 1 untuk
perusahaan
bersertifikasi ISO
14001, dan angka 0,
untuk perusahaan tanpa sertifikasi ISO
14001.
TU
Lev:-------------
TA
DummyVariabel,
Angka 1 untuk
perusahaan high-
profile, dan angka 0, untuk perusahaan
low-profile.
Pertumbuhan
Perusahaan
Pertumbuhan perusahaan dilihat berdasarkan
pertumbuhan asset perusahaan.
Mengacu pada penelitian Shubiri et al (2012)
TAt-TAt-1
Growth:---------------
TAt-1
3. Variabel Kontrol
Ukuran
Perusahaan
Ukuran Perusahaan dilihat dari total asset yang dimiliki perusahaan.
Mengacu pada penelitian Yao et al (2011), Check
et al (2013)
Size: Ln Total Aset
61
3.4. Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder
berupa annualreportperusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia. Data sekunder tersebut diperoleh dari website resmi Bursa Efek
Indonesia(www.idx.co.id)dan dicocokan dengan data yang diperoleh langsung
dari kantor Bursa Efek Indonesia. Selain itu informasi terkait indeks GRI Versi
4.0 mengenai CSRdisclosure didapatkan dari websiteresminya
www.globalreporting.org. Sedangkan informasi mengenai ISO 14001 tentang
manajemen lingkungan didapatkan langsung dari website ISO yaitu www.iso.org.
Metode yang digunakan adalah metode dokumenter.
3.5. Metode Analisis Data
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari analisis
statistik deskriptif dan analisis statistik inferensial. Kedua teknik ini digunakan
demi mendapatkan hasil yang optimal.
3.5.1. Analisis Statistik Deskriptif
Analisis deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran mengenai
variabel penelitian. Statistik deskriptif yang digunakan antara lain : mean, median,
minimum, maximum, dan standar deviasi. Selain itu dalam analisis deskriptif juga
disajikan tabel deskripsi tiap variabel penelitian.
62
3.5.2. Analisis Statistik Inferensial
Analisis statistik inferensial digunakan untuk menganalisis kualitas data
(uji asumsi klasik) dan pengujian hipotesis. Analisis statistik yang digunakan
adalah regresi linear berganda dengan metode Ordenary Least Square (OLS).
1. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik dilakukan untuk menjadikan model regresi dapat
digunakan untuk keperluan estimasi serta mengurangi bias data. Uji asumsi klasik
yang dilakukan meliputi uji normalitas, uji multikolinearitas, dan uji
heteroskedastisitas.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah model dalam regresi,
seperti variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Pengujian
normalitas data secara statistik menggunakan one sample kolmogorv-smirnov.
Besarnya nilai kolmogorov-smirnov harus menunjukkan hasil yang tidak
signifikan (> 0,05) agar data yang digunakan dapat dikatakan normal. Jika
hasilnya signifikan maka data tersebut dikatakan tidak normal (Ghozali, 2013).
Model regresi yang baik memiliki distribusi data yang normal atau mendekati
normal.
Selain itu normalitas juga dapat diperkuat menggunakan probability plot.
Analisis menggunakan plot membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi
normal. Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal, dan ploting
akan dibandingkan dengan garis diagonal. Jika distribusi data residual normal,
maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis
63
diagonalnya. Jika data residual menyebar luas jauh dari garis diagonalnya maka
dapat disimpulkan data residual tidak berdistribusi normal.
b. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang
baik seharusnya tidak terjadi korelasi antara variabel independen. Untuk
mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas dalam regresi dapat dilihat dari :
(1) nilai tolerance dan lawannya, (2) variance inflation factor
(VIF).Multikolinearitas terjadi jika nilai tolerance labih kecil dari 0,1 yang berarti
tidak ada kolerasi antar variabel independen yang nilainya lebih dari 95%. Dan
nila VIF lebih bersar dari 10. Apabila nila VIF kurang dari 10 dan tolerance lebih
dari 0,1 dapat dikatakan bahwa variabel model regresi terbebas dari adanya
multikolinearitas (Ghozali, 2013).
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Jika variance dari pengamatan satu ke pengamatan yang
lain tetap, maka disebut homoskedastisitas. Jika tidak maka disebut
heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau
tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali 2013). Salah satu cara mendeteksi ada
atau tidaknya heteroskedastisitas adalah dengan menggunakan Uji Park. Uji ini
dapat mendeteksi adanya heteroskedastisitas dengan cara melihat signifikansi
64
masing-masing variabel. Jika variabel independen signifikan secara statistik
(<0,05), dapat disimpulkan bahwa dalam data model empiris terdapat
heteroskedastisitas. Begitu juga sebaliknya.
Selain uji park cara mendeteksi adanya heteroskedastisitas juga dapat
dilakukan dengan melihat grafik scatterplot antara nilai prediksi variabel terikat
(dependen) yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID. Sumbu Y adalah Y yang
telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Y prediksi – Y sesungguhnya)
yang telah di-studentized. Dasar analisisnya adalah :
1) Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu
yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit) akan
mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.
2) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik penyebaran di atas dan di
bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
2. Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini digunakan regresi linear berganda,
uji signifikansi parameter individual dan koefisien determinasi.
a. Regresi Linear Berganda
Metode analisis regresi linear berganda ditujukan untuk menganalisis
pengaruh dua atau lebih variabel independen terhadap variabel dependen dengan
menggunakan skala pengukur. Variabel independen yang digunakan dalam
penelitian ini adalah kinerja lingkungan, leverage, profil dan pertumbuhan
perusahaan. Sedangkan variabel dependennya adalah CSR disclosure. Penelitian
65
ini juga menggunakan variabel kontrol yaitu ukuran perusahaan. Adapun
persamaan untuk menguji hipotesis pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
CSRDI = β0 + β1 EP- β2Lev + β3 Profile + β4 Growth + β5 SIZE + έ
Keterangan :
CSRDI : Corporate social responsibility disclosure index
EP :Enviromental performance (kinerja lingkungan)
Lev : Leverage
Profile : Profil Perusahaan
Growth : Pertumbuhan Perusahaan
Size : Ukuran Perusahaan
β0 : Konstata
β1,…,β5 : Koefisien regresi
έ : error
b. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji statistik t)
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu
variabel independen secara individual dalam menerangkan variabel dependen
(Ghozali, 2013). Uji t dilakukan dengan menggunakan level signifikansi 0,05 (α
=5%). Kesimpulan yang diambil dalam uji t ini adalah dengan melihat signifikansi
(α) dengan ketentuan :
1) α > 5% : hipotesis ditolak (tidak signifikan). Hal ini menujukan secara
parsial variabel independen tersebut tidak mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap variabel dependennya.
66
2) α < 5% : hipotesis diterima (signifikan). Hal ini menujukan secara parsial
variabel independen tersebut mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap variabel dependennya.
c. Koefisien Determinasi
Koefisien detrminasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai R2 yang
kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi
variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti semua variabel
independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk
memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2013).
96
BAB V
PENUTUP
5.1. Simpulan
Hasil penelitian dan pembahasanmenerangkan bahwa tingkat CSR
disclosure perusahaan manufaktur di Indonesia masih relatif kecil. Kinerja
lingkungan yang dilihat dari kepemilikan sertifikasi ISO 14001 tentang sistem
manajemen lingkungan terbukti berpengaruh positif terhadap CSR disclosure.
Variabel leverageyang diukur dengan rasio total hutang terhadap total
asettidak terbukti berpengaruh terhadap CSR disclosure. CSR disclosure lebih
bergantung pada total aset perusahaan secara keseluruhan yang digunakan untuk
membiayainya, tanpa melihat seberapa besar aset yang diperoleh dari hutang
kepada kreditor.
Profil perusahaan terbukti berpengaruh positif terhadap CSR disclosure.
Perusahaan high-profile cenderunglebih banyak melaksanakan CSR disclosure
dari pada perusahaan low-profilekarena tipe perusahaan tersebut lebih rentan pada
kemungkinan terjadinya pelanggaran terkait bidang usahanya.
Pertumbuhan perusahaan yang dilihat dari pertumbuhan total aset tidak
terbukti berpengaruh terhadap CSR disclosure.Sehingga meskipun terjadi
pertumbuhan negatif dalam perusahaan yang dilihat dari penurunan aset
perusahaan, tidak akan mengurangi tingkat pengungkapan CSR selama
perusahaan masih memiliki aset yang cukup untuk membiayai pelaksanaan dan
pengungkapan CSR-nya. Begitu juga sebaliknya.
97
5.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, dapat diberikan beberapa saran sebagai
berikut:
1. Penelitian ini hanya terbatas pada perusahaan manufaktur sehingga hasil
dari penelitian ini tidak dapat digeneralisasikan untuk perusahaan sektor
lain. Penelitan selanjutnya dapat menggunakan objek lain untuk sampel
penelitiannya seperti perusahaan keuangan, perusahaan tambang,
agrobisnis, dan lain sebagainya guna mendapatkan hasil yang lebih akurat
dari setiap sektor industri.
2. Peneliti selanjutnya dapat menggunakan variabel lain seperti
mediaexposure, dan juga rasio-rasio keuangan perusahaan yang lain untuk
menemukan suatu model standar pendugaan CSR disclosure.
3. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat CSR disclosure perusahaan
manufaktur di Indonesia masih relatif rendah. Sehingga diharapkan
perusahaan manufaktur untuk melakukan pengungkapan CSRnya dengan
lebih baik dan mencakup semua aspek baik ekonomi, lingkungan dan juga
sosial sehingga kebutuhan stakeholder akan informasi yang lengkap dari
perusahaan dapat terpenuhi dengan baik.
98
DAFTAR PUSTAKA
Adawiyah, Ira Roblah. 2013. “Pengaruh Tipe Industri, Ukuran Perusahaan,
Profitabilitas, dan Leverage terhadap Pengungkapan Corporate Social
Responsibility”. Skirpsi. Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Agustian, Widi. 2014. Ekonomi Global. http://www.okezone.com. (6 Januari
2015).
Agustin, RR Triani. 2010. “Analisis Hubungan antara Kinerja Ekonomi dan
Kinerja Lingkungan dengan Alokasi Dana CSR pada Perusahaan
Ekstraktif”. Skripsi. Semarang: Universitas Diponegoro.
Anggraini, F. R.R. 2006. “Pengungkapan Informasi Sosial dan Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Pengungkapan Informasi Sosial dalam Laporan
Keuangan Tahunan (Studi Empiris pada Perusahaan-perusahaan yang
Terdaftar di Bursa Efek Jakarta)”. Dalam Simposium Nasional Akuntansi
IX. Padang 2-15.
Badan Standar Nasional Indonesia. 2005. Sistem Manajemen Lingkungan-
Persyaratan dan Panduan Penggungaan.
https://qhseconbloc.files.wordpress.com. (29 Januari 2015).
Bangun, Nuraniun., Juwita Octavia, dan Krisnawati Br. Trigan. 2012. “Pengaruh
Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, dan Profitabilitas
terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility”. Dalam Jurnal
Akuntansi. Volume 12. No. 2; November. Hal. 717-738.
Barkmeyer, Ralf. 2007. “Legitimacy as A Key Driver and Determinant of CSR in
Developing Countries”. Dalam Paper for The 2007 Marie Curie Summer
School on Earth System Governance 28 May- 06 June 2007. Amsterdam.
Belkaoui, Ahmed., Philip G. Karpik. 1989. “Determinants of The Corporate
Decision to Disclose Social Information”. Dalam Accounting, Auditing,
& Accountability Journal. Volume 2. Hal. 36-51.
Check, Ibrahim T., Zam Z. Bt Mohamad, Jamal N. Yunus, dan Norlita M.
Norwani. 2013. “Corporate Social Responsibility (CSR) Disclosure in
Consumer Products and Plantation Industry in Malaysia”. Dalam
International Journal of Contemporary Research. Volume 3. No 5; Mei.
Hal. 118-125.
99
Clarkson, Max B. E. 1995. ”A Stakeholder Fremework for Analyzing and
Evaluating Corporate Social Performance”. Dalam Academy of
Management Review. Volume 20. No.1. Hal. 92-117.
Crowther, David., dan Guler Aras. 2008. “Corporate Social Responsibility”.
http:www.bookboon.com. (12 Januari 2015).
Daniri, Mas Achmad. 2008. Standarisasi Tanggung Jawab Sosial Persahaan (Bag
I). http://www.madani-ri.com. (15 Januari 2015).
Ekowati, Lilis., Prasetyo, dan Anis Wulandari. 2014. “Pengaruh Profitabilitas,
Likuiditas, Growth, dan Media Exposure terhadap Pengungkapan
Tanggung Jawab Sosial Perusahaan(Studi pada Perusahaan Manufaktur
yang terdaftar di BEI tahun 2010-2012)”. Dalam Simposium Nasional
Akuntansi XVII. Mataram 1-24.
Fitriyani. 2012. “Keterkaitan Kinerja Lingkungan, Pengungkapan Corporate
Social Responsibility (CSR) dan Kinerja Finanfial”. Skripsi. Semarang:
Universitas Diponegoro.
Ghozali, Imam. 2012. Aplikasi Analisi Multivariate dengan Program IMB SPSS
21. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Ghozali, Imam., dan Anis Chariri. 2007. Teori Akuntansi. Semarang: Badan
Penerbit Universitas Diponegoro.
Global Reporting Initiatives. 2013. G4 Pedoman Pelaporan Bekelanjutan.
http://www.globalreporting.org. (6 Januari 2015)
Gray, Rob., Reza Kouhy, dan Simon Leavers. 1995. “Conturcting a Research
Database of Social and Environmental Reporting by UK Companies”.
Dalam Accounting, Auditing, & Accountability Journal. Volume 8. Hal.
78-101.
Hackston, David., dan Markus J. Milne. 1996. “Some Determinants of Social and
Environmental Disclosure in New Zealand Companies”. Dalam
Accounting, Auditing, & Accountability Journal. Volume 9. Hal. 77-108.
Harahap, Sofyan Syfri. 2011. Teori Akuntansi. Jakarta: Rajawali Pers.
Hasibunan, Muhaman Rizal. 2001. “Pengaruh Karakteristik Perusahaan terhadap
Pengungkapan Sosial (Social Disclosure) dalam Laporan Tahunan
Emiten di BEJ dan BES”. Tesis. Semarang: Universitas Diponegoro.
100
Hastuti, Widya. 2014. “Pengaruh Ukuran Perusahaan, Pertumbuhan Perusahaan
dan Tipe Industri terhadap Pengungkapan Tnggung Jawab Sosial
Perusahaan dalam Laporan Tahunan (Studi Empiris pada Perusahaan
Manufaktur yang Listing di BEI). Dalam Artikel Universitas Negeri
Padang. Hal. 1-23.
Hendrasaputra, A. A. R. 2007. “Pelaksanaan Corporate Social Responsibility pada
Perusahaan-perusahaan High Profile dan Low Profile yang Listed di BEI
Tahun 2004”. Skripsi. Jakarta: Universitas Indonesia.
Ikatan Akuntan Indonesia. 2009. “Standar Akuntansi Keuangan”. Jakarta:
Salemba Empat.
International Standard Organization. 2009. Environmental Management The ISO
14000 Family of International Standards. http://www.iso.org. (29 Januari
2015).
----------. 2014. ISO 14000-Enviromental Management.http://www.iso.org. (9
Januari 2015).
Karina, Lovink A. D., dan Etna N. A. Yuyetta. 2013. “Analisis Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Pengungkapan CSR”. Dalam Diponegoro Journal of
Accounting. Volume 2. No.2. Hal. 1-12.
Keputusan Ketuan Bapepam-LK No. KEP-431/BL/2012 mengenai Penyampaian
Laporan Tahunan Emiten atau Entitas Publik.
Lako, Andreas. 2011. Dekonstruksi CSR & Reformasi Paradigma Bisnis &
Akuntansi. Jakarta: Erlangga.
Lucyanda, Jurica., dan Lady G. P. Siagian. 2012. “The Influence of Company
Characteristic toward Corporate Social Responsibility Disclosure”.
Dalam International Conference on Business and Management. Phuket,
Thailand.
Munawir, S. 2010. Analisa Laporan Keuangan. Yogyakarta: Liberty Yogyakarta.
Nur, Marzully., dan Denies Priantinah. 2012. “Analisis Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Pengungkapan Corporate Social Responsibility di
Indonesia”. dalam Jurnal Nominal. Volume. 1. No. 1. Hal. 22-24.
Nurkhin, Ahmad. 2009. “Corporate Governance dan Profitabilitas; Pengaruhnya
terhadap Pengungkapan Tanggungjawab Sosial Perusahaan: Studi
Empiris pada Perusahaan yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia”. Tesis.
Semarang: Univesitas Diponegoro.
101
Oktariani, Ni Wayan., dan Ni Putu S. H. Mimba. 2014. “ Pengaruh Karakteristik
Perusahaan dan Tanggung Jawab Lingkungan pada Pengungkapan
Tanggung Jawab Sosial Perusahaan”. dalam Jurnal Akuntansi Udayana.
Volume 6. No 3. Hal. 402-418.
Permana, Virgiawan Aditya dan Raharja 2012. “ Pengaruh Kinerja Lingkungan
dan Karakteristik Perusahaan terhadap Corporate Social Responsibility
(CSR) Disclosure (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang
Terdaftar di BEI)”. Dalam Diponegoro Journal of Accounting. Volume.
1. No.1. Hal. 1-12.
Purnasiwi, Jayanti. 2011. “ Analisis Pengaruh Size, Profitabilitas dan Leverage
terhadap Pengungkapan CSR pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia”. Skripsi. Semarang: Universitas Diponegoro.
Putra, Eka Nanda. 2011. “Pengaruh Karakteristik Perusahaan terhadap
Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR). Skripsi.
Semarang: Universitas Diponegoro.
Rahajeng, Rahmi Galuh. 2010. “Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Pengungkapan Sosial (Social Disclosure) dalam Laporan Tahunan
Perusahaan (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek
Indonesia)”. Skripsi. Semarang: Universitas Diponegoro.
Renjani, Rangga A. 2013. Mengenal ISO 14001 Sistem Manajemen Lingkungan.
http://wordpress.com. (9 Januari 2015).
Rouf, MD. Abdur. 2011. “The Corporate Social Responsibility Disclosure: A
Study of Listed Companies in Bangladesh”. Dalam Business and
Economic Research Jounal. Volume 2. No.3. Hal. 19-32.
Saputro, Temmy Deny. 2013. “Pengaruh Profitabilitas, Umur Perusahaan, Tipe
Perusahaan, dan Kepemilikan Manajerial terhadap Kinerja Sosial
Perusahaan Berdasarkan ISO 26000”. Skripsi. Semarang: Universitas
Diponegoro.
Sari, Rizkia Anggita. 2012. “Pengaruh Karakteristik Perusahan terhadap
Corporate Social Responsibility Disclosure pada Peruahaan Manufaktur
yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Dalam Jurnal Nominal.
Volume 1 No.1. Hal. 124-140.
Shubiri, Faris N. Al., Abedalfattah Z. Al Abeddallat, dan Marwan M. A Orabi.
2012”. Dalam Journal of Knowladge Management, Economic, and
Information Tecnology. Issue 5.
102
Sugiyono, Surya. 2014. Puluhan Tahun Tidak Diangkat Karyawan, Ratusan
Buruh Demo Disnaker Gersik.http://www.tribunnews.com. (6 Januari
2015).
Suratno, Ignatius Bondan., et al.. 2006. “Pengaruh Environmental Performance
terhadap Environmental Disclosure dan Economic Performance (Studi
Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek
Jakarta Periode 2001-2004). Dalam Simposium Nasional Akuntansi IX.
Padang
Suryanto. 2013. “Pengaruh Profil Perusahaan terhadap Hubungan antara Praktik
Pengungkapan Sosial dan Nilai Perusahaan”. Dalam Jurnal Bisnis dan
Akuntansi. Volume 15. No.1. Hal. 73-81.
Undang-Undang Negara Republik Indonesia No 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas.
Untari, Lisna. 2010. “Effec on Company Characteristics Corporate Social
Responsibility Disclosures in Corporate Annual Reports of Consumption
Listed in Indonesia Stock Exchange”. Dalam Undergraduate Program
Gunadara University. Hal. 1-17.
Utami, Sri., dan Prastiti Sawitri Dwi. 2011. “Pengaruh Karakteristik Perusahaan
terhadap Social Disclosure”. Dalam Jurnal Ekonomi Bisnis. Volume 16.
No 1. Maret. Hal. 63-69.
Utomo, M. Muslim. 2000. “Praktik Pengungkapan Sosial pada Laporan Thunan
Perusahaan di Indonesia”. dalam Simposium Nasional Akuntansi III.
Jakarta.
Wahyuni, Tri. 2014. Lingkungan Rusak, Karawang Korban
Investasi.http://detik.com. (6 Januari 2015).
Yao, Shujie., Jianling Wang, dan Lin Song. 2011. “Determinan of Social
Responsibility Disclosure by Chinese Firms”. Dalam Paper 72. Hal 1-29.
Yustiningsih, Rini. 2014. Demo Buruh Sragen: Karyawan Delta Merlin GELAR
Aksi, Ini Tuntutan Mereka.http://solopos.com. (6 Januari 2015).
103
Lampiran 1 Daftar Sampel Penelitian
1 ADES PT. Aska Wira Internasional Tbk.
2 ADMG PT. Polychem Indonesia Tbk.
3 AISA PT. Tiga Pilar Sejahtera Tbk.
4 AKKU PT. Alam Karya Unggul Tbk.
5 AKPI PT. Argha Karya Prima Industry Tbk.
6 ALDO PT. Alkindo Naratama Tbk.
7 ALKA PT. Alaska Industrindo Tbk.
8 ALMI PT. Alumindo Light Metal Industri Tbk.
9 ALTO PT. Tri Banyan Tirta Tbk
10 AMFG PT. Asahimas Flat Glass Tbk.
11 APLI PT. Asiaplast Industries Tbk.
12 ARGO PT. Argo Pantes Tbk.
13 ARNA PT. Arwana Citramulya Tbk.
14 ASII PT. Astra Intternasional Tbk.
15 AUTO PT. Astra Otoparts Tbk.
16 BAJA PT. Saranacentral Bajatama Tbk.
17 BIMA PT. Primarindo Asia Infrastruktur Tbk.
18 BRAM PT. Indo Kordsa Tbk.
19 BRNA PT. Berlina Tbk.
20 BRPT PT. Barito Pacific Tbk.
21 BUDI PT. Budi Strach & Seweetener Tbk.
22 CPIN PT. Charoen Pokphand Indonesia Tbk.
23 CTBN PT. Citra Tubindo Tbk.
24 DAVO PT. Davomas Abadi Tbk.
25 DLTA PT. Delta Djakarta Tbk.
26 DPNS PT. Duta Pertiwi Nusantara Tbk.
27 DVLA PT. Darya-Varia Laboratoria Tbk
28 ERTX PT. Eratec Djaja Tbk.
29 ESTI PT. Ever Shine Textile Industry Tbk.
30 ETWA PT. Eterindo Whanatama Tbk.
31 FASW PT. Fajar Surya Wasesa Tbk.
32 FPNI PT. Lotte Chemical Titan Tbk.
33 GDST PT. Gunawan Dianjaya Steel Tbk.
34 GDYR PT. Goodyear Indonesia Tbk.
35 GGRM PT. Gudang Garam Tbk.
36 GJTL PT. Gajah Tunggal Tbk.
37 HDTX PT. Panasia Indo Resources Tbk.
38 HMSP PT. HM Samporna Tbk.
INDEKS NAMA PERUSAHAANNo.
104
39 ICBP PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk.
40 IGAR PT. Champion Pacific Indonesia Tbk.
41 IMAS PT. Indomobil Sukses Internasional Tbk.
42 INAF PT. Indofarma (Persero) Tbk.
43 INAI PT. Indal Alumunium Industry Tbk.
44 INCI PT. Intanwijaya Internasional Tbk.
45 INDF PT. Indofood Sukses Makmur Tbk.
46 INDR PT. Indo-Rama Syntetics Tbk.
47 INKP PT. Kiat Pulp & Paper Tbk.
48 INRU PT. Toba Pulp Lestari Tbk.
49 INTP PT. Indocement Tunggal Perkasa Tbk.
50 IPOL PT. Indopoly Swakarsa Industry Tbk.
51 JECC PT. Jembo Cable Company Tbk.
52 JKSW PT. Jakarta Kyoei Steel Works Tbk.
53 JPFA PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk.
54 JPRS PT. Jaya Pari Steel Tbk.
55 KAEF PT. Kimia Farma (Persero) Tbk.
56 KBLI PT. KMI Wire and Cable Tbk.
57 KBLM PT. KabelindoMurni Tbk.
58 KBRI PT. Kertas Basuki Rachmat Indonesia Tbk.
59 KDSI PT. Kedawung Setia Industrial Tbk.
60 KIAS PT. Keramika Indonesia Assosiasi Tbk.
61 KICI PT. Kedaung Indah Can Tbk.
62 KLBF PT. Kalbe Farma Tbk.
63 KRAH PT. Grand Kartech Tbk.
64 KRAS PT. Krakatao Steel (Persero) Tbk.
65 LION PT. Lion Metal Works Tbk.
66 LMPI PT. Langgeng Makmur Industri Tbk.
67 LMSH PT. Lionmesh Prima Tbk
68 LPIN PT. Multi Prima Sejahtera Tbk.
69 MAIN PT. Malindo Feedmill Tbk.
70 MASA PT. Multistrada Arah Sarana Tbk.
71 MBTO PT. Martina Berto Tbk.
72 MERK PT. Merck Tbk.
73 MLBI PT. Multi Bintang Indonesia Tbk
74 MLIA PT. Mulia Industrindo Tbk.
75 MRAT PT. Mustika Ratu Tbk.
76 MYOR PT. Mayora Indah Tbk
77 MYTX PT. Apac Citra Centerindo Tbk.
INDEKS NAMA PERUSAHAANNo.
105
78 NIKL PT. Pelat Timah Nusantara Tbk.
79 NIPS PT. Nippres Tbk.
80 PBRX PT. Pan Brother Tbk.
81 PICO PT. Pelangi Indah Canindo Tbk.
82 POLY PT. Asia Pacific Fibers Tbk.
83 PSDN PT. Prasidha Aneka Niaga Tbk.
84 PTSN PT. Sat Nusapersada Tbk.
85 RMBA PT. Bentoel Internasional Investama Tbk.
86 ROTI PT. Nippon Indosari Corpindo Tbk
87 SCCO PT. Superme Cable Manufacturing & Comerce Tbk.
88 SCPI PT. Merck Sharp Dohme Pharma Tbk.
89 SIAP PT. Sekawan Intipratama Tbk.
90 SIDO PT. Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk.
91 SIMA PT. Siwani Makmur Tbk.
92 SIPD PT. Sierad Produce Tbk.
93 SKBM PT. Sekar Bumi Tbk.
94 SKLT PT. Sekar Laut Tbk.
95 SMBR PT. Semen Baturaja Tbk.
96 SMSM PT. Selamat Sempurna Tbk.
97 SOBI PT. Sorini Argo Asia Corporindo Tbk.
98 SPMA PT. Suparma Tbk.
99 SQBB PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk.
100 SRIL PT. Sri Rejeki Isman Tbk.
101 SRSN PT. Indo Acidatama Tbk.
102 SSTM PT. Sunson Textile Manufacturer Tbk.
103 STAR PT. Star Petrochem Tbk.
104 SULI PT. SLJ Global Tbk.
105 TCID PT. Mandom Indonesia Tbk.
106 TFCO PT. Tifco Fiber Indonesia Tbk.
107 TIRT PT. Tirta Mahakam Resources Tbk.
108 TOTO PT. Surya Toto Indonesia Tbk.
109 TPIA PT. Chandra Asri Petrochemical Tbk.
110 TRIS PT. Trisula International Tbk.
111 ULTJ PT. Ultrajaya Milk Industry & Trading Co. Tbk.
112 UNIC PT. Unggul Indah Cahaya Tbk.
113 UNIT PT. Nusantara Inti Corpora Tbk.
114 UNVR PT. Unilever Indonesia Tbk.
115 VOKS PT. Voksel Electric Tbk.
116 WIIM PT. Wismilak Inti Makmur Tbk.
117 YPAS PT. Yanaprima Hastapersada Tbk.
INDEKS NAMA PERUSAHAANNo.
106
Lampiran 2 indeks GRI V. 4.0
Indeks Pengungkapan CSR berdasarkan GRI V. 4.0
NO KODE INDIKATOR
KATEGORI : EKONOMI
Aspek : Kinerja Ekonomi
1. EC1 Nilai ekonomi langsung yang dihasilkan dan
didistribusikan
2. EC2 Implikasi finansial dan risiko serta peluang lainnya kepada
kegiatan organisasi karena perusbahan iklim
3. EC3 Cakupan kewajiban organisasi atas program imbalan pasti
4. EC4 Bantuan finansial yang diterima dari pemerintah
Aspek : Keberadaan di Pasar
5. EC5
Rasio upah standar pegawai pemula (entry level) menurut
gender dibandingakan dengan upah minimum regional di
lokasi-lokasi operasional yang signifikan
6. EC6 Perbandingan manajemen senior yang dipekerjakan dari
masyarakat lokal di lokasi operasi yang signifikan
Aspek : Dampak Ekonomi Tidak Langsung
7. EC7 Pembangunan dan dampak dari investasi infrastruktur dan
jasa yang diberikan
8. EC8 Dampak ekonomi tidak langsung yang signifikan, termasuk
besarnya dampak
Aspek : Praktik Pengadaan
9. EC9 Perbandingan pembelian dari pemasok lokal di lokasi
operasional yang signifikan
KATEGORI : LINGKUNGAN
Aspek : Bahan
10. EN1 Bahan yang digunakan berdasarkan bobot atau volume
11. EN2 Persentase bahan yang digunakan yang merupakan bahan
input daur ulang
Aspek : Energi
12. EN3 Konsumsi energi dalam organisai
13. EN4 Konsumsi energi di luar organisasi
14. EN5 Intensitas energy
15. EN6 Pengurangan konsumsi energy
16. EN7 Pengurangan kebutuhan energi pada produk dan jasa
Aspek : Air
17. EN8 Total pengambilan air berdasarkan sumber
18. EN9 Sumber air yang secara signifikan dipengaruhi oleh
pengambilan air
19. EN10 Persentase dan total volume air yang didaur ulang dan
107
digunakan kembali
Aspek : Keanekaragaman Hayati
20. EN11
Lokasi-lokasi operasional yang dimiliki, disewa dan
dikelola di dalam, atau yang berdekatan dengan kawasan
lindung dan kawasan dengan nilai keanekaragaman hayati
tinggi di luar kawasan lindung
21. EN12
Uraian dampak signifikan kegiatan, produk, dan jasa
terhadap keanekaragaman hayati di kawasan lindung dan
kawasan dengan nilai keanekaragaman hayati tinggi di luar
kawasan lindung
22. EN13 Habitat yang dilindungi atau dipulihkan
23. EN14
Jumlah total spesies dalam IUCN Red List dan spesies
dalam daftar spesies yang dilindungi nasional dengan
habitat di tempat yang dipengaruhi operasional,
berdasarkan tingkat risiko kepunahan
Aspek : Emisi
24. EN15 Emisi gas rumah kaca (GRK) langsung (cakupan 1)
25. EN16 Emisi gas rumah kaca (GRK) tidak langsung (cakupan 2)
26. EN17 Emisi gas rumah kaca (GRK) tidak langsung lainnya
(cakupan 3)
27. EN18 Intensitas emisi gas rumah kaca(GRK)
28. EN19 Pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK)
29. EN20 Emisi bahan perusak ozon (BPO)
30. EN21 NOx, SOx, dan emisi udara signifikan lainnya
Aspek : Efluen dan Limbah
31. EN22 Total air yang dibuang berdasarkan kualitas dan tujuan
32. EN23 Bobot total limbah berdasarkan jenis dan metode
pembuangan
33. EN24 Jumlah dan volume total tumpahan signifikan
34. EN25
Bobot limbah yang dianggap berbahaya menurut ketentuan
konvensi Basel Lampiran I, II, III, dan VIII yang diangkut,
diimpor, diekspor, atau diolah, dan persentase limbah yang
diangkut untuk pengiriman internasional
35. EN26
Identitas, ukuran, status lindung, dan nilai keanekaragaman
hayati dari badan air dan habitat terkait yang secara
signifikan terkena dampak dari pembuangan air limpasan
dari organisasi
Aspek : Produk dan Jasa
36. EN27 Tingkat mitigasi dampak terhadap lingkungan produk dan
jasa
37. EN28 Prosentase produk yang terjual dan kemasannya yang
direklamasi menurut kategori
Aspek : Kepatuhan
38. EN29 Nilai moneter denda signifikan dan jumlah total sanksi
non-moneter atas ketidakpatuhan terhadap undang-undang
108
dan peraturan lingkungan
Aspek : Transporasi
39. EN30
Dampak lingkungan signifikan dari pengangkutan produk
dan barang lain serta bahan untuk operasional organisasi
dan pengangkutan tenaga kerja
Aspek : Lain-lain
40. EN31 Total pengeluaran dan investasi perlindungan lingkungan
berdasarkan jenis
Aspek : Asesmen Pemasok atas Lingkungan
41. EN32 Persentase penapisan pemasok baru menggunakan kriteria
lingkungan
42. EN33 Dampak lingkungan negatif signifikan aktual dan potensial
dalam rantai pasokan dan tindakan yang diambil
Aspek : Mekanisme Pengaduan Masalah Lingkungan
43. EN34
Jumlah pengaduan tentang dampak lingkungan yang
diajukan, ditangani, dan diselesaikan melalui mekanisme
pengaduan resmi
KATEGORI : SOSIAL
Sub-Kategori : Praktik Ketenagakerjaan dan Kenyamanan
Bekerja
Aspek : Kepegawaian
44. LA1
Jumlah total dan tingkat perekrutan karyawan baru dan
turnover karyawan menurut kelompok umur, gender, dan
wilayah
45. LA2
Tunjangan yang diberikan bagi karyawan purnawaktu yang
tidak diberikan bagi karyawan sementara atau paruh waktu,
berdasarkan lokasi operasi yang signifikan
46. LA3 Tingkat kembali bekerja dan tingkat retensi setelah cuti
melahirkan, menurut gender
Aspek : Hubungan Industrial
47. LA4
Jangka waktu minimum pemberitahuan mengenai
perubahan operasional, termasuk apakah hal tersebut
tercantum dalam perjanjian bersama
Aspek : Kesehatan dan Keselamatan Kerja
48. LA5
Persentase total tenaga kerja yang diwakili dalam komite
bersama formal manajemen-pekerja yang membantu
mengawasi dan memberikan saran program kesehatan dan
keselamatan kerja
49. LA6
Jenis dan tingkat cedera, penyakit akibat kerja, hari hilang,
dan kemangkiran, serta jumlah total kematian akibat kerja
menurut daerah dan gender
50. LA7 Pekerja yang sering terkena atau berisiko tinggi terkena
penyakit yang terkait dengan pekerjaan mereka
51. LA8 Topik kesehatan dan keselamatan yang tercakup dalam
perjanjian formal dengan serikat pekerja
109
Aspek : Pelatihan dan Pendidikan
52. LA9 Jam pelatihan rata-rata pertahun per karyawan menurut
gender, dan menurut kategori karyawan
53. LA10
Program untuk manajemen ketrampilan dan pembelajaran
seumur hidup yang mendukung keberlanjutan kerja
karyawan dan membantu mereka mengelola purna bakti
54. LA11
Peresentase karyawan yang menerima review kinerja dan
pengembangan karier secara regular, menurut gender dan
kategori karyawan
Aspek : Keberagaman dan Kesetaraan Peluang
55. LA12
Komposisi badan tata kelola dan pembagian karyawan
perkategori karyawan menurut gender, kelompok usia
keanggotaan kelomok minoritas, dan indikator
keberagaman lainnya
Aspek : Kesetaraan Remunerasi Perempuan dan Laki-laki
56. LA13
Rasio gaji pokok dan remunerasi bagi perempuan terhadap
laki-laki menurut kategori karyawan, berdasarkan lokasi
operasional yang signifikan
Aspek : Asesmen Pemasok atas Praktik Ketenagakerjaan
57. LA14 Persentase penapisan pemasok baru menggunakan kriteria
praktik ketenagakerjaan
58. LA15
Dampak negatif aktual dan potensial yang signifikan
terhadap praktik ketenagakerjaan dalam rantai pasokan dan
tindakan yang diambil
Aspek : Mekanisme Pengaduan Masalah Ketenagakerjaan
59. LA16
Jumlah pengaduan tentang praktik ketenagakerjaan yang
diajukan, ditangani, dan diselesaikan melalui mekanisme
pengaduan resmi
Sub-Kategori : Hak Asasi Manusia
Aspek : Investasi
60. HR1
Jumlah total dan persentase perjanjian dan kontrak
investasi yang signifikan yang menyertakan klausul terkait
hak asasi manusia atau penapisan berdasarkan hak asasi
manusia
61. HR2
Jumlah waktu pelatihan karyawan tentang kebijakan atau
prosedur hak asasi manusia terkait dengan aspek hak asasi
manusia yang relevan dengan operasi termasuk persentase
karyawan yang dilatih
Aspek : Non- Diskriminasi
62. HR3 Jumlah total insiden diskriminasi dan tindakan korektif
yang diambil
Aspek : Kebebasan Berserikat dan Perjanjian Kerja Bersama
63. HR4
Operasi dan pemasok yang diidentifikasi untuk melatih
kebebasan dari asosiasi dan collective bargaining dalam
risiko yang signifikan dan aksi yang diambil untuk
110
mendukung hal tersebut
Aspek : Pekerja Anak
64. HR5
Operasi dan pemasok yang diindetifikasi berisiko tinggi
melakukan eksploitasi pekerja anak dan tindakan yang
diambil untuk berkontribusi dalam penghapusan pekerja
anak yang efektif
Aspek : Pekerja Paksa atau Wajib Kerja
65. HR6
Operasi dan pemasok yang diidentifikasi berisiko tinggi
melakukan pekerja paksa atau wajib kerja dan tindakan
untuk berkontribusi dalam penghapusan segala bentuk
pekerja paksa atau wajib kerja
Aspek : Praktik Pengamanan
66. HR7
Persenatase petugas pengaman yang dilatih dalam
kebijakan atau prosedur hak asasi manusia di organisasi
yang relevan dengan operasi
Aspek: Hak Adat
67. HR8 Jumlah total insiden pelanggaran yang melibatkan hak-hak
masyarakat adat dan tindakan yang diambil
Aspek : Asesmen
68. HR9 Jumlah total dan persentase operasi yang telah melakukan
review atau asesmen dampak hak asasi manusia
Aspek : Asesmen Pemasok atas Hak Asasi Manusia
69. HR10 Persentase penapisan pemasok baru menggunakan kriteria
hak asasi manusia
70. HR11
Dampak negatif aktual dan potensial yang signifikan
terhadap hak asasi manusia dalam rantai pasokan dan
tindakan yang diambil
Aspek : Mekanisme Pengaduan Masalah Hak Asasi Manusia
71. HR12
Jumlah pengaduan tentang dampak terhadap hak asasi
manusia yang diajukan, ditangani, dan diselesaikan melalui
mekanisme pengaduan formal
Sub-Kategori : Masyarakat
Aspek : Masyarakat Lokal
72. SO1
Persentase operasi dengan pelibatan masyarakat lokal,
asesmen dampak, dan program pengembangan yang
diterapkan
73. SO2 Operasi dengan dampak negatif aktual dan potensial yang
signifikan terhadap masyarakat
Aspek : Anti-Korupsi
74. SO3
Jumlah total dan persentase operasi yang dinilai terhadap
risiko terkait dengan korupsi dan risiko signifikan yang
teridentifikasi
75. SO4 Komunikasi dan pelatihan mengenai kebijakan dan
prosedur anti-korupsi
76. SO5 Insiden korupsi yang terbukti dan tindakan yang diambil
111
Aspek : Kebijakan Publik
77. SO6 Nilai total kontribusi politik berdasarkan negara dan
penerima/ penerima manfaat
Aspek : Anti-Persaingan
78. SO7 Jumlah total tindakan hukum terkait anti-persaingan, anti-
trust, serta praktik monopoli dan hasilnya
Aspek : Kepatuhan
79. SO8
Nilai moneter denda yang signifikan dan jumlah total
sanksi non-moneter atas ketidakpatuhan terhadap undang-
undang dan peraturan
Aspek : Asesmen Pemasok atas Dampak pada Masyarakat
80. SO9 Persentase penapisan pemasok baru menggunakan kriteria
untuk dampak terhadap masyarakat
81 SO10 Dampak negatif aktual dan potensial yang signifikan
terhadap masyarakat dalam rantai pasokan dan tindakan
Aspek : Mekanisme Pengaduan Dmpak terhadap Masyarakat
82. SO11
Jumlah pengaduan tentang dampak terhadap masyarakat
yang diajukan, ditangani, dan diselesaikan melalui
mekanisme pengaduan resmi
Sub-Kategori : Tanggung Jawab atas Produk
Aspek : Kesehatan dan Keselamatan Pelanggan
83. PR1
Persentase kategori produk dan jasa yang signifikan
dampaknya terhadap kesehatan dan keselamatan yang
dinilai untuk peningkatan
84. PR2
Total jumlah insiden ketidakpatuhan terhadap peraturan
dan koda sukarela terkait dampak kesehatan dan
keselamatan dari produk dan jasa sepanjang daur hidup,
menurut jenis hasil
Aspek : Pelabelan Produk dan Jasa
85. PR3
Jenis informasi produk dan jasa yang diharuskan oleh
prosedur organisasi terkait dengan informasi dan pelabelan
produk dan jasa, serta persentase kategori produk dan jasa
yang signifikan harus mengikuti persyaratan informasi
sejenis
86. PR4
Jumlah total insiden ketidakpatuhan terhadap peraturan dan
koda sukarela terkait dengan informasi dan pelabelan
produk dan jasa menurut hasil
87. PR5 Hasil survey untuk mengukur kepuasan pelanggan
Aspek : Komunikasi Pemasaran
88. PR6 Penjualan produk yang dilarang atau disengketakan
89. PR7
Jumlah total insiden ketidakpatuhan terhadap peraturan dan
koda sukarela tentang komunikasi pemasaran, termasuk
iklan, promosi, dan sponsor,menurut jenis hasil
Aspek : Privasi Pelanggan
90. PR8 Jumlah total keluhan yang terbukti terkait dengan
112
pelanggaran privasi pelanggan dan hilangnya data
Aspek : Kepatuhan
91. PR9
Nilai moneter denda yang signifikan atas ketidakpatuhan
terhadap undang-undang dan peraturan terkait penyediaan
dan penggunaan produk jasa
113
Lampiran 3 Data Peneltian
Eko Lingk Sos Jml
1 ADES 5,00 6,00 5,00 0,18 0 0,40 1 0,13 7,61
2 ADMG 6,00 2,00 7,00 0,17 0 0,40 0 0,31 13,00
3 AISA 5,00 3,00 8,00 0,18 0 0,53 1 0,30 15,63
4 AKKU 3,00 2,00 4,00 0,10 0 0,95 1 3,27 15,43
5 AKPI 5,00 6,00 6,00 0,19 0 0,51 1 0,22 10,72
6 ALDO 3,00 4,00 7,00 0,16 0 0,54 1 0,40 14,55
7 ALKA 4,00 3,00 5,00 0,13 0 0,75 1 0,64 12,62
8 ALMI 4,00 2,00 5,00 0,12 0 0,68 1 0,46 12,40
9 ALTO 4,00 1,00 3,00 0,09 0 0,64 1 0,69 14,83
10 AMFG 6,00 10,00 8,00 0,27 1 0,22 1 0,14 14,22
11 APLI 4,00 2,00 5,00 0,12 1 0,42 1 -0,09 15,08
12 ARGO 3,00 2,00 3,00 0,09 0 0,86 0 0,30 12,62
13 ARNA 5,00 7,00 5,00 0,19 1 0,32 1 0,21 14,67
14 ASII 5,00 8,00 9,00 0,24 0 0,50 1 0,17 13,94
15 AUTO 5,00 6,00 15,00 0,29 1 0,24 1 0,42 19,18
16 BAJA 5,00 3,00 8,00 0,18 0 0,79 1 0,03 16,35
17 BIMA 4,00 4,00 2,00 0,11 0 2,73 0 0,18 13,64
18 BRAM 4,00 4,00 7,00 0,17 0 0,32 1 0,31 11,68
19 BRNA 3,00 3,00 7,00 0,14 1 0,73 1 0,46 14,88
20 BRPT 5,00 5,00 7,00 0,19 1 0,54 1 0,38 13,93
21 BUDI 4,00 5,00 7,00 0,18 0 0,64 1 0,04 17,16
22 CPIN 5,00 1,00 6,00 0,13 0 0,37 1 0,27 14,68
23 CTBN 5,00 12,00 9,00 0,29 1 0,45 1 0,29 16,57
24 DAVO 5,00 1,00 5,00 0,12 0 0,07 1 0,01 15,02
25 DLTA 5,00 2,00 6,00 0,14 1 0,22 1 0,16 14,75
26 DPNS 5,00 6,00 7,00 0,20 0 0,13 1 0,39 13,67
27 DVLA 4,00 2,00 7,00 0,14 1 0,23 1 -0,08 12,45
28 ERTX 4,00 2,00 5,00 0,12 0 0,77 0 0,28 13,57
29 ESTI 3,00 1,00 4,00 0,09 0 0,59 0 0,15 13,23
30 ETWA 5,00 3,00 7,00 0,17 1 0,65 1 0,34 13,71
31 FASW 6,00 7,00 7,00 0,22 1 0,54 1 0,02 14,07
32 FPNI 4,00 3,00 1,00 0,09 0 0,66 1 0,15 15,55
33 GDST 5,00 3,00 6,00 0,16 0 0,26 1 0,02 15,08
34 GDYR 4,00 5,00 8,00 0,19 1 0,49 1 0,13 13,99
35 GGRM 5,00 3,00 4,00 0,13 0 0,41 1 0,22 14,12
36 GJTL 4,00 6,00 8,00 0,20 1 0,63 1 0,19 17,74
37 HDTX 2,00 2,00 3,00 0,08 0 0,73 0 0,75 16,55
38 HMSP 2,00 4,00 4,00 0,11 0 0,48 1 0,04 14,68
39 ICBP 6,00 5,00 10,00 0,23 1 0,38 1 0,19 17,13
40 IGAR 6,00 2,00 7,00 0,17 0 0,28 1 0,01 16,87
41 IMAS 3,00 3,00 8,00 0,16 0 0,70 1 0,27 12,66
42 INAF 5,00 3,00 5,00 0,14 0 0,54 1 0,09 16,92
43 INAI 3,00 2,00 2,00 0,08 0 0,84 1 0,25 14,07
44 INCI 3,00 3,00 3,00 0,10 0 0,07 1 0,03 13,55
45 INDF 6,00 4,00 10,00 0,22 1 0,51 1 0,31 11,82
46 INDR 4,00 3,00 6,00 0,14 0 0,59 0 0,35 18,17
47 INKP 5,00 11,00 9,00 0,28 1 0,66 1 0,24 16,01
48 INRU 4,00 9,00 7,00 0,22 1 0,61 1 0,29 18,08
49 INTP 6,00 9,00 7,00 0,24 1 0,14 1 0,17 15,18
50 IPOL 5,00 4,00 5,00 0,16 1 0,55 1 0,24 10,19
Growth Size2013No. INDEKS
Pengungkapan CSR Kinerja
Lingkunga
n
Lev
Profil
Perusaha
an
114
Eko Lingk Sos Jml
51 JECC 4,00 3,00 9,00 0,18 1 0,88 1 0,75 15,03
52 JKSW 3,00 2,00 0,00 0,06 0 2,55 1 -0,06 14,03
53 JPFA 3,00 3,00 9,00 0,17 1 0,65 1 0,36 12,48
54 JPRS 5,00 1,00 5,00 0,12 0 0,04 1 -0,06 16,52
55 KAEF 6,00 4,00 7,00 0,19 1 0,34 1 0,19 12,84
56 KBLI 6,00 2,00 5,00 0,14 1 0,34 1 0,15 14,72
57 KBLM 3,00 2,00 5,00 0,11 1 0,59 1 -0,09 14,11
58 KBRI 4,00 3,00 3,00 0,11 0 0,12 1 0,06 13,39
59 KDSI 4,00 1,00 3,00 0,09 0 0,59 0 0,49 13,58
60 KIAS 4,00 2,00 5,00 0,12 0 0,10 1 0,06 13,65
61 KICI 4,00 1,00 3,00 0,09 0 0,25 0 0,04 14,64
62 KLBF 5,00 5,00 12,00 0,24 1 0,25 1 0,20 11,50
63 KRAH 5,00 2,00 3,00 0,11 0 0,73 0 -0,01 16,24
64 KRAS 6,00 8,00 9,00 0,26 1 0,47 1 0,17 12,39
65 LION 4,00 2,00 3,00 0,10 0 0,17 1 0,15 17,18
66 LMPI 4,00 2,00 5,00 0,12 0 0,26 0 0,01 13,12
67 LMSH 5,00 1,00 4,00 0,11 0 0,22 1 0,10 13,62
68 LPIN 5,00 2,00 3,00 0,11 0 0,27 1 0,14 11,86
69 MAIN 5,00 1,00 5,00 0,12 0 0,87 1 0,23 12,19
70 MASA 6,00 2,00 8,00 0,18 1 0,40 1 0,27 14,61
71 MBTO 5,00 4,00 7,00 0,18 1 0,26 1 0,00 15,85
72 MERK 4,00 3,00 12,00 0,21 0 0,27 1 0,22 13,32
73 MLBI 5,00 6,00 5,00 0,18 0 0,45 1 0,21 13,45
74 MLIA 5,00 2,00 4,00 0,12 1 0,83 1 0,10 14,39
75 MRAT 3,00 2,00 4,00 0,10 1 0,14 1 -0,03 15,79
76 MYOR 4,00 1,00 6,00 0,12 0 0,60 1 0,05 12,99
77 MYTX 4,00 2,00 4,00 0,11 1 1,05 0 0,16 15,98
78 NIKL 5,00 4,00 9,00 0,20 1 0,65 1 0,42 14,56
79 NIPS 5,00 4,00 8,00 0,19 1 0,70 1 0,52 14,23
80 PBRX 4,00 4,00 5,00 0,14 1 0,58 0 0,41 13,59
81 PICO 4,00 1,00 3,00 0,09 0 0,65 1 0,05 14,86
82 POLY 5,00 1,00 4,00 0,11 0 0,01 0 0,10 13,34
83 PSDN 5,00 1,00 4,00 0,11 0 0,39 1 0,00 15,28
84 PTSN 5,00 4,00 9,00 0,20 1 0,38 1 0,17 13,43
85 RMBA 5,00 2,00 5,00 0,13 0 0,90 1 0,33 13,85
86 ROTI 5,00 3,00 7,00 0,17 0 0,57 1 0,51 16,04
87 SCCO 4,00 2,00 6,00 0,13 0 0,60 1 0,19 14,42
88 SCPI 3,00 3,00 5,00 0,12 0 1,00 1 0,72 14,38
89 SIAP 3,00 3,00 5,00 0,12 0 0,63 0 0,48 13,51
90 SIDO 4,00 4,00 4,00 0,13 0 0,11 1 0,37 12,52
91 SIMA 4,00 4,00 5,00 0,14 0 0,62 1 0,34 14,90
92 SIPD 5,00 1,00 10,00 0,18 0 0,59 1 -0,04 11,09
93 SKBM 5,00 1,00 8,00 0,16 0 0,60 1 0,72 14,96
94 SKLT 4,00 2,00 4,00 0,11 0 0,54 1 0,21 13,12
95 SMBR 5,00 5,00 8,00 0,20 1 0,09 1 -0,31 12,62
96 SMSM 5,00 2,00 7,00 0,16 1 0,41 1 0,09 16,27
97 SOBI 4,00 2,00 7,00 0,14 0 0,39 1 0,03 14,35
98 SPMA 5,00 5,00 5,00 0,17 0 0,57 1 0,06 14,12
99 SQBB 4,00 3,00 1,00 0,09 0 0,18 1 0,06 14,38
100 SRIL 5,00 1,00 8,00 0,16 1 0,59 0 0,31 12,95
101 SRSN 5,00 2,00 5,00 0,13 0 0,25 1 0,05 15,54
Growth Size2013No. INDEKS
Pengungkapan CSR Kinerja
Lingkunga
n
Lev
Profil
Perusaha
an
115
Eko Lingk Sos Jml
102 SSTM 4,00 1,00 3,00 0,09 0 0,66 0 -0,01 12,95
103 STAR 4,00 1,00 5,00 0,11 0 0,35 0 0,00 13,59
104 SULI 4,00 6,00 5,00 0,17 0 1,40 1 -0,34 13,53
105 TCID 4,00 4,00 6,00 0,16 0 0,19 1 0,15 13,75
106 TFCO 3,00 1,00 3,00 0,08 0 0,19 0 0,19 14,19
107 TIRT 5,00 4,00 5,00 0,16 0 0,92 1 0,06 15,30
108 TOTO 4,00 2,00 5,00 0,12 1 0,41 0 0,15 13,49
109 TPIA 5,00 4,00 9,00 0,20 1 0,55 1 0,13 14,37
110 TRIS 4,00 3,00 6,00 0,14 1 0,46 0 0,08 14,46
111 ULTJ 5,00 2,00 6,00 0,14 1 0,28 1 0,16 12,50
112 UNIC 4,00 3,00 7,00 0,16 1 0,46 1 0,08 14,85
113 UNIT 3,00 2,00 5,00 0,11 0 0,47 0 0,21 12,50
114 UNVR 5,00 5,00 10,00 0,22 1 0,68 1 0,11 13,04
115 VOKS 5,00 3,00 5,00 0,14 1 0,69 1 0,15 16,41
116 WIIM 4,00 2,00 5,00 0,12 0 0,36 1 0,02 14,49
117 YPAS 4,00 1,00 5,00 0,11 0 0,72 0 0,76 14,02
Growth Size2013No. INDEKS
Pengungkapan CSR Kinerja
Lingkunga
n
Lev
Profil
Perusaha
an
116
Lampiran 4 CSR Disclosureper Sektor Manufaktur
No Sampel Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial
Sektor Jml Skor Jml Eko Ling Sos
BASIC INDUSTRY & CHEMICAL
1 Cement 2 0.22 20.00 5.50 7.00 7.50
2 Ceramics, Glass, Porcelain 5 0,16 14.80 4.80 4.60 5.40
3 Metal and Allied Products 13 0,15 13.07 4.46 3.38 5,23
4 Chemicals 9 0.16 14,67 4.44 3.67 6.56
5 Plastic & Packaging 10 0.13 12.10 4.10 3.00 5.00
6 Animal Feed 4 0.15 13.50 4.50 1.50 7.50
7 Woods Industries 2 0.16 14.50 4.50 5.00 5.00
8 Pulp & Paper 6 0.19 17.33 4.50 6.50 6.33
MISCELLANEOUS INDUSTRY
9 Machinery & Heavy Equipment 1 0.11 10.00 5.00 2.00 3.00
10 Automotive & Components 10 0.19 16.90 4.60 4.20 8.10
11 Textile, Garment 15 0.12 10.47 3.87 1.87 4.73
12 Footwear 1 0.11 10.00 4.00 4.00 2.00
13 Cable 5 0.14 12.80 4.40 2.40 6.00
14 Electronics 1 0.20 18.00 5.00 4.00 9.00
CONSUMER GOODS INDUSTRY
15 Food & Beverages 14 0.15 13.85 4.93 2.71 6.21
16 Tobacco Manufacturers 4 0.13 11.25 4.00 2.75 4.50
17 Pharmaceutils 8 0.16 14.39 4.37 3.38 6.63
18 Cosmetics & Household 4 0.16 14.75 4.25 3.75 6.75
19 Housware 3 0.10 9.00 4.00 1.33 3.67
Total 117
Rata-rata 13.76 4.49 3.54 5.74
Seharusnya diungkapkan 90 9 33 49
Skor Rata-rata 0.15 0.50 0.11 0.12
117
Lampiran 5 Jumlah Perusahaan per Tipe (Profil) Industri
No Profile High
Profile
Low
Profile
BASIC INDUSTRY & CHEMICAL
1 Cement 2
2 Ceramics, Glass, Porcelain 5
3 Metal and Allied Products 13
4 Chemicals 9
5 Plastic & Packaging 10
6 Animal Feed 4
7 Woods Industries 2
8 Pulp & Paper 6
MISCELLANEOUS INDUSTRY
9 Machinery & Heavy Equipment 1
10 Automotive & Components 10
11 Textile, Garment 15
12 Footwear 1
13 Cable 5
14 Electronics 1
CONSUMER GOODS INDUSTRY
15 Food & Beverages 14
16 Tobacco Manufacturers 4
17 Pharmaceutils 8
18 Cosmetics & Household 4
19 Housware 3
Total 97 20
Persentase 82.91% 17.09%
118
Lampiran 6 Output Analisis Hasil Penelitian
1. Statistik Deskriptif
Tabel 4.2
Deskripsi Statistik CSR Disclosure
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
CSRDI 117 ,06 ,29 ,1510 ,04891
Valid N (listwise) 117
Sumber: output SPSS, 2015
Tabel 4.3
CSR Disclosure berdaraskan Indeks GRI V.4.0
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
ECO 117 ,22 ,67 ,4910 ,10358
ENV 117 ,03 ,36 ,0990 ,06606
SOC 117 ,00 ,31 ,1226 ,05226
Valid N (listwise) 117
Sumber: Output SPSS, 2015
Tabel 4.4
Kinerja Lingkungan Berdasarkan Sertifikasi ISO 14001
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Tanpa ISO 14001 72 61,5 61,5 61,5
Dengan ISO 14001 45 38,5 38,5 100,0
Total 117 100,0 100,0
Sumber: Output SPSS, 2015
119
Tabel 4.5
Komposisi Perusahaan Berdasarkan Leverage
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
LEVERAGE 117 ,01 2,73 ,5279 ,37252
Valid N (listwise) 117
Sumber: Output SPSS, 2015
Tabel 4.6
Jumlah Perusahaan Berdasarkan Profil
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Low Profile 20 17,1 17,1 17,1
High Profile 97 82,9 82,9 100,0
Total 117 100,0 100,0
Sumber: Output SPSS, 2015
Tabel 4.7
Tingkat Pertumbuhan Perusahaan
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
GROWTH 117 -,34 3,27 ,2381 ,35876
Valid N (listwise) 117
Sumber: Output SPSS, 2015
Tabel 4.8
Komposisi Perusahaan Berdasarkan Total Aset
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
SIZE 117 10,19 19,18 14,2712 1,58713
Valid N (listwise) 117
Sumber: Output SPSS, 2015
120
2. Uji Asumsi Klasik
Tabel 4.9
Uji Normalitas Kolmogorov- Smirnov
Sumber: Output SPSS, 2015
Gambar 4.1 : Uji Normalitas Data dengan Probability Plot Sumber: Output SPSS, 2015
Unstandardized
Residual
N 117
Normal Parametersa,b Mean ,0000000
Std. Deviation ,03623575
Most Extreme Differences
Absolute ,077
Positive ,077
Negative -,037
Kolmogorov-Smirnov Z ,835
Asymp. Sig. (2-tailed) ,488
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
121
Tabel 4.10
Uji Multikolinearitas
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1
EP ,922 1,085
LEVERAGE ,959 1,042
PROFIL ,964 1,037
GROWTH ,976 1,024
SIZE ,926 1,080
a. Dependent Variable: CSRDI
Sumber: Output SPSS, 2015
Tabel 4.11
Uji Heteroskedastisitas dengan Uji Park
Model Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients
T Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) -8,916 1,921 -4,642 ,000
EP -,271 ,424 -,062 -,640 ,524
LEVERAGE ,529 ,545 ,092 ,971 ,334
PROFIL ,825 ,535 ,146 1,542 ,126
GROWTH -,679 ,560 -,114 -1,211 ,228
SIZE ,031 ,130 ,023 ,235 ,815
a. Dependent Variable: Ln_U2i
Sumber: Output SPSS, 2015
122
Gambar 4.2 : Uji Heteroskedastisitas dengan Scatter Plots
Sumber: Output SPSS
Tabel 4.12
Hasil Regresi Linear Berganda
Model Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients
T Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) -,021 ,033 -,639 ,524
EP ,041 ,007 ,408 5,569 ,000
LEVERAGE -,011 ,009 -,086 -1,195 ,235
PROFIL ,034 ,009 ,263 3,679 ,000
GROWTH ,005 ,010 ,033 ,467 ,641
SIZE ,009 ,002 ,303 4,144 ,000
a. Dependent Variable: CSRDI
Sumber: Output SPSS, 2015
123
Tabel 4.13
Hasil Uji Koefisien Determinasi tanpa Variabel Kontrol
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 ,605a ,366 ,344 ,03963
a. Predictors: (Constant), GROWTH, EP, PROFIL, LEVERAGE
Sumber: Output SPSS, 2015
Tabel 4.14
Hasil Uji Koefisien Determinasi dengan Variabel Kontrol
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 ,672a ,451 ,426 ,03704
a. Predictors: (Constant), SIZE, PROFIL, GROWTH, LEVERAGE,
EP
Sumber: Output SPSS, 2015