Kinerja LEI dalam 2005-2008 · merupakan buah dari kerja bersama seluruh organ LEI dan para...

2
Luasan areal hutan bersertifikat LEI meningkat pesat, dari ± 90.000 ha menjadi 1.5 juta ha lebih, dalam kurun waktu 4 tahun sejak 2004 sampai 2008, jumlah itu terus meningkat. Capaian ini merupakan buah dari kerja bersama seluruh organ LEI dan para stakeholder yang memiliki kesamaan visi yaitu mewujudkan pengelolaan sumberdaya alam yang adil dan lestari. Dari luasan tersebut, Program-program LEI untuk mendorong peningkatan luasan hutan yang bersertifikat adalah program akreditasi dan penyempurnaan dan pengembangan sistem sertifikasi, pengembangan kapasitas, serta komunikasi dan advokasi. Peran stakeholder juga penting dalam mendorong perluasan wilayah sertifikasi LEI. Sebagai lembaga akreditasi, LEI melakukan akreditasi penuh terhadap lembaga sertifikasi (LS) agar LS yang terseleksi dan terakreditasi merupakan LS yang kredibel, kompeten dalam menjalankan sistem sertifikasi LEI sesuai standar, dan memiliki kapasitas yang cukup. Program pengembangan kapasitas terus berjalan mencetak asesor lapangan yang terlatih dan secara berkala melakukan uji kompetensi para panel pakar pengambil keputusan sertifikasi. Sistem sertifikasi LEI terus dikembangkan dan direvisi untuk mengakomodasi perkembangan yang terjadi agar semakin layak terap untuk pengelolaan hutan di Indonesia. Pengembangan standar dilakukan terhadap sertifikasi hutan adat dan menyusul sertifikasi NTFP. Sedangkan revisi standar dilakukan terhadap sertifikasi lacak balak yang kini mengharuskan bahan baku produk kayu mengandung 100% bahan baku kayu dari hutan bersertifikat LEI. Peran stakeholder secara langsung maupun tidak langsung penting baik dalam mendorong perluasan wilayah bersertifikasi LEI maupun mempromosikan ketajaman pisau sertifikasi LEI dalam bentuk yang tranparan dan demokratis. Para stakeholder yang menonjol perannya pada dasarnya merupakan pengembangan dari Forum Komunikasi Daerah yang pembentukannya diinisiasi LEI. Mereka ini berperan dalam membantu kondisi pemungkin di daerah agar kegiatan sertifikasi dapat diterima dan terlaksana dengan baik. Stakeholder seperti PPSHK Kalimantan Barat, AMA Kalbar, LBBT, PPSDAK penting bagi keberhasilan dan dukungan pelaksanaan sertifikasi dan yang terkait pengembangan sistem sertifikasi di Kalimantan pada umumnya. Khususnya sertifikasi hutan adat Sungai Utik, dukungan terhadap pengembangan sistem sertifikasi bertahap dan sertifikasi hutan alam. Persepsi Wonogiri, Arupa, SHOREA, Asmindo Komda Surakarta, dan Aliansi Pendukung Sertifikasi sangat berperan dalam keberterimaan sertifikasi di daerah Jawa Tengah dan DIY sekaligus membantu melapangkan jalan menuju perluasan area bersertifikasi LEI di wilayah itu. Jikalahari, PPJ Jambi, dan FWI sangat kritis terhadap pelaksanaan sistem sertifikasi LEI di wilayah Sumatera namun suara dan keberadaannya justru mendukung dan memperlihatkan LEI FACTSHEET Kinerja LEI dalam 2005-2008 Peningkatan Areal Hutan Bersertifikasi LEI Manfaat Pasar dari Sertifikasi LEI Adanya sertifikat lacak balak LEI memberikan competitive advantage bagi pengusaha ekspor furnitur skala kecil menengah. Menurut Okky pemilik PT. Jawa Furni Lestari, perusahaan furnitur skala menengah yang berlokasi di DI Yogyakarta, “ kami menggunakan sertifikasi lacak balak LEI karena memiliki competitive advantage terhadap pasar ekspor. Dari segi produksi lebih mudah karena bahan baku bersertifikat LEI tersedia di Indonesia. Bahan baku bersertifikasi ekolabel yang lain harus mengimpor dulu karena tidak tersedia di Indonesia. Dihitung dari ongkos produksi hal itu tidak memungkinkan untuk saat ini.” Dari sisi keberterimaan pasar, beberapa negara pembeli telah menerima produk yang berlabel LEI sebagai produk yang layak dipercaya. Menurut Okky, dari target ekspor PT. Jawa Furni Lestari ke Eropa, Kanada dan Amerika Serikat, beberapa jaringan pembeli telah bersedia membeli furnitur bersertifikat LEI. Di Prancis, Maisons du Monde sebuah jaringan toko yang memiliki 246 toko di Prancis, Spanyol dan Italia telah menyatakan menerima produk bersertifikat LEI melalui pamflet promosi yang menerangkan keberpihakan Maisons du Monde terhadap kelestarian hutan. Sasu's Playhouse sebuah jaringan pembeli di Finlandia juga telah bersedia membeli furnitur bersertifikat LEI. Di Amerika Serikat, jaringan pembeli Pottery Barn sudah bersedia menerima furnitur bersertifikat LEI produksi PT. Jawa Furni Lestari. 1.800.000 1.600.000 1.400.000 1.200.000 1.000.000 800.000 600.000 400.000 200.000 0 2001 Hektar Luas Areal Sertifikasi LEI Tahun 2002 2003 2004 Tahun 2005 2006 2007 2008 Grafik 1. Peningkatan Luas Areal Bersertifikasi LEI.

Transcript of Kinerja LEI dalam 2005-2008 · merupakan buah dari kerja bersama seluruh organ LEI dan para...

Page 1: Kinerja LEI dalam 2005-2008 · merupakan buah dari kerja bersama seluruh organ LEI dan para stakeholder yang memiliki ... Peran stakeholder juga penting dalam mendorong perluasan

Luasan areal hutan bersertifikat LEI meningkat pesat, dari ± 90.000 ha menjadi 1.5 juta ha lebih, dalam kurun waktu 4 tahun sejak 2004 sampai 2008, jumlah itu terus meningkat. Capaian ini merupakan buah dari kerja bersama seluruh organ LEI dan para stakeholder yang memiliki kesamaan visi yaitu mewujudkan pengelolaan sumberdaya alam yang adil dan lestari.

Dari luasan tersebut,

Program-program LEI untuk mendorong peningkatan luasan hutan yang bersertifikat adalah program akreditasi dan penyempurnaan dan pengembangan sistem sertifikasi, pengembangan kapasitas, serta komunikasi dan advokasi.

Peran stakeholder juga penting dalam mendorong perluasan wilayah sertifikasi LEI. Sebagai lembaga akreditasi, LEI melakukan akreditasi penuh terhadap lembaga sertifikasi (LS) agar LS yang terseleksi dan terakreditasi merupakan LS yang kredibel, kompeten dalam menjalankan sistem sertifikasi LEI sesuai standar, dan memiliki kapasitas yang cukup. Program pengembangan kapasitas terus berjalan mencetak asesor lapangan yang terlatih dan secara berkala melakukan uji kompetensi para panel pakar pengambil keputusan sertifikasi.

Sistem sertifikasi LEI terus dikembangkan dan direvisi untuk mengakomodasi perkembangan yang terjadi agar semakin layak terap untuk pengelolaan hutan di Indonesia. Pengembangan standar dilakukan terhadap sertifikasi hutan adat dan menyusul sertifikasi NTFP. Sedangkan revisi standar dilakukan terhadap sertifikasi lacak balak yang kini mengharuskan bahan baku produk kayu mengandung 100% bahan baku kayu dari hutan bersertifikat LEI.

Peran stakeholder secara langsung maupun tidak langsung penting baik dalam mendorong perluasan wilayah bersertifikasi LEI maupun mempromosikan ketajaman pisau sertifikasi LEI dalam bentuk yang tranparan dan demokratis. Para stakeholder yang menonjol perannya pada dasarnya merupakan pengembangan dari Forum Komunikasi Daerah yang pembentukannya diinisiasi LEI. Mereka ini berperan dalam membantu kondisi pemungkin di daerah agar kegiatan sertifikasi dapat diterima dan terlaksana dengan baik. Stakeholder seperti PPSHK Kalimantan Barat, AMA Kalbar, LBBT, PPSDAK penting bagi keberhasilan dan dukungan pelaksanaan sertifikasi dan yang terkait pengembangan sistem sertifikasi di Kalimantan pada umumnya. Khususnya sertifikasi hutan adat Sungai Utik, dukungan terhadap pengembangan sistem sertifikasi bertahap dan sertifikasi hutan alam. Persepsi Wonogiri, Arupa, SHOREA, Asmindo Komda Surakarta, dan Aliansi Pendukung Sertifikasi sangat berperan dalam keberterimaan sertifikasi di daerah Jawa Tengah dan DIY sekaligus membantu melapangkan jalan menuju perluasan area bersertifikasi LEI di wilayah itu. Jikalahari, PPJ Jambi, dan FWI sangat kritis terhadap pelaksanaan sistem sertifikasi LEI di wilayah Sumatera namun suara dan keberadaannya justru mendukung dan memperlihatkan

LEI FACTSHEET

Kinerja LEI dalam 2005-2008

Peningkatan Areal Hutan Bersertifikasi LEIManfaat Pasar dari Sertifikasi LEIAdanya sertifikat lacak balak LEI memberikan competitive advantage bagi pengusaha ekspor furnitur skala kecil menengah. Menurut Okky pemilik PT. Jawa Furni Lestari, perusahaan furnitur skala menengah yang berlokasi di DI Yogyakarta, “ kami menggunakan sertifikasi lacak balak LEI karena memiliki competitive advantage terhadap pasar ekspor. Dari segi produksi lebih mudah karena bahan baku bersertifikat LEI tersedia di Indonesia. Bahan baku bersertifikasi ekolabel yang lain harus

mengimpor dulu karena tidak tersedia di Indonesia. Dihitung dari ongkos produksi hal itu tidak memungkinkan untuk saat ini.”

Dari sisi keberterimaan pasar, beberapa negara pembeli telah menerima produk yang berlabel LEI sebagai produk yang layak dipercaya. Menurut Okky, dari target ekspor PT. Jawa Furni Lestari ke Eropa, Kanada dan Amerika Serikat, beberapa jaringan pembeli telah bersedia membeli furnitur bersertifikat LEI. Di Prancis, Maisons du Monde sebuah jaringan toko yang memiliki 246 toko di Prancis, Spanyol dan Italia telah menyatakan menerima produk bersertifikat LEI melalui pamflet promosi yang menerangkan keberpihakan Maisons du Monde terhadap kelestarian hutan. Sasu's Playhouse sebuah jaringan pembeli di Finlandia juga telah bersedia membeli furnitur bersertifikat LEI.

Di Amerika Serikat, jaringan pembeli Pottery Barn sudah bersedia menerima furnitur bersertifikat LEI produksi PT. Jawa Furni Lestari.1.800.000

1.600.000

1.400.000

1.200.000

1.000.000

800.000

600.000

400.000

200.000

02001

Hek

tar

Luas ArealSertifikasi LEI

Tahun

2002 2003 2004Tahun

2005 2006 2007 2008

Grafik 1. Peningkatan Luas Areal Bersertifikasi LEI.

Page 2: Kinerja LEI dalam 2005-2008 · merupakan buah dari kerja bersama seluruh organ LEI dan para stakeholder yang memiliki ... Peran stakeholder juga penting dalam mendorong perluasan

LEI menjalani kerjasama internasional yang strategis untuk meningkatkan pengakuan atas skema sertifikasi LEI di forum global.

Kerjasama dengan Jepang seperti dengan UNU, IGES, dan Friends of the Earth Japan dilakukan dengan bentuk riset maupun campaign bersama. Kerjasama LEI dengan Japan Forestry Technology Association (JAFTA) dan Japan Lumber Inspection Association (JLIRA) menghasilkan sistem pelacakan kayu dengan barcode dua dimensi yang kini terus disempurnakan. Kerjasama dengan lembaga-lembaga ini mendekatkan LEI pada berbagai lembaga penting di Jepang seperti Forestry Agency di Kementerian Pertanian, Perikanan dan Kehutanan. Karena kerjasama ini maka kontak-kontak intensif LEI dengan pengambilan keputusan di Jepang bisa berjalan mulus. Buahnya adalah pengakuan skema sertifikasi LEI dalam Kebijakan Pembelian Hijau (Green Ko Nyuho). Kerjasama dengan lembaga-lembaga internasional di Uni Eropa seperti The Nature Conservancy, Royal Institute for International Affairs (RIIA) di London, The Forest Dialogues membuahkan pengenalan LEI di tingkat internasional, sebagai salah satu skema sertifikasi yang perlu diperhitungkan.

Sementara itu LEI di dalam ASEAN secara aktif memainkan peran dan menjadi partner penting dalam pembentukan standard ASEAN untuk langkah menuju SFM dan pembangunan kapasitas bagi negara-negara anggota ASEAN terkait dalam pengembangan skema sertifikasi nasional di masing-masing negara.

Berbagai kerjasama itu telah membuahkan pengenalan LEI di tingkat internasional, sebagai salah satu skema sertifikasi yang perlu diperhitungkan. Partisipasi LEI dalam forum-forum multilateral seperti ITTO melahirkan adanya studi perbandingan berbagai skema sertifikasi Internasional. Studi ini juga memunculkan pengakuan kepada keberadaan LEI, dan dalam batas tertentu mengungkap beberapa kekuatan LEI ke dunia internasional.

Pengakuan Internasional

Menyelamatkan Hutan Adat melalui SertifikasiBerbeda dengan skema sertifikasi yang lain, visi LEI adalah mewujudkan pengelolaan sumberdaya alam yang adil dan lestari. Kata 'adil' merupakan ciri khas LEI yang membedakannya dengan yang lain. Sebagai salah satu pelaksanaan misi untuk mencapai visi itu, LEI telah mengembangkan sistem sertifikasi untuk hutan adat, dan mengembangkan kapasitas para pihak, sehingga akhirnya hutan adat pertama di Indonesia dapat disertifikasi. Sertifikasi pertama itu diberikan kepada pengelola hutan adat Sui Utik, di Kalimantan Barat. Sertifikasi dari LEI mendorong proses-proses pengakuan formal atas hak ulayat masyarakat hukum adat di Sui Utik, dan menginspirasi masyarakat hukum adat di wilayah lain.

Tindak Lanjut ke DepanUpaya LEI dalam kurun waktu ini menjalankan program-programnya untuk membuahkan hasil yang baik, tentunya beberapa program penting layak dilakukan tindak lanjut. Di lain pihak beberapa program yang dimandatkan oleh Rakernas II LEI belum dapat terlaksana dan dapat dimasukkan ke dalam program LEI untuk tindak lanjut, di antaranya adalah pengembangan sertifikasi kelautan, pertambahan jumlah lembaga sertifikasi yang berbasis masyarakat, dan keleluasaan pendanaan bagi program-program LEI ke depan. Kita semua perlu kerja lebih keras untuk melunasi utang-utang kita tersebut, dan menyempurnakan LEI agar bisa menghadapi tantangan ke depan.

Sertifikasi Pengelolaan Hutan Alam Produksi Lestari

Sertifikasi Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat Lestari

Sertifikasi Lacak Balak

Sertifikasi Pengelolaan Hutan Tanaman Lestari

100 0 100 200 300 Miles

N

S

EW

1

2

3

4 6

12

7

89

1014

13

15

16

11

5

Peta 1. Peta unit manajemen hutan bersertifikat LEI.

Keterangan:1. PT. Diamond Raya Timber

2. PT. Sumalindo Lestari Jaya II

3. PT. Erna Djuliawati

4. PT. Sari Bumi Kusuma

5. PT. Intraca Wood Mfg.

6. PT. Sarmiento Parakantja Timber

7. FKPS Selopuro

8. FKPS Sumberrejo

9. Koperasi Wana Manunggal Lestari

10. GOPHR “Wono Lestari Makmur”

11. PPHR “Catur Giri Manunggal”

12. UM Rumah Panjae Menua Sui Utik

13. PT. Uniseraya

14. PT. Jawa Furni Lestari

15. PT. RAPP SK Menhut No. 137/Kpts-II/1997

16. PT. Wira Karya Sakti

Peran Politik LEIUntuk mengupayakan LEI agar diterima sebagai lembaga sekaligus instrumen sertifikasi yang layak dipercaya oleh semua pihak, LEI juga menjalankan peran-peran lain yang perlu untuk mendorong keberterimaan sertifikasi di tingkat Pemerintah. Dengan Departemen Kehutanan, LEI mencoba berperan menjadi partner yang penting dalam pengembangan kapasitas personel verifikasi kinerja pengelolaan hutan para pemegang ijin konsesi hutan alam produksi dan hutan tanaman. LEI juga berperan aktif dalam memfasilitasi pengembangan sistem verifikasi legalitas kayu (SVLK) untuk Indonesia. Upaya-upaya yang selama ini dilakukan membuahkan kepercayaan terhadap LEI sebagai lembaga independen yang kredibel, sehingga Departemen Kehutanan mau memberikan beberapa insentif atas unit manajemen yang telah bersertifikat LEI. Insentif itu berupa ijin ekspor Ramin (Gonystylus bancanus) dan ijin penebangan sesuai kapasitas lestari unit manajemen sehingga tidak terpaku pada peraturan yang membatasi penebangan. Menteri Kehutanan MS. Kaban juga secara langsung memberikan apresiasi kepada LEI atas tersertifikasinya hutan adat Dayak Iban Sui Utik di Kalimantan Barat, dimana sertifikasi ini memberi pengakuan atas kemampuan masyarakat dengan adat istiadat yang dipelihara turun temurun mampu mempertahankan fungsi hutan seutuhnya yang memberi penghidupan bagi masyarakat adat maupun flora dan fauna yang hidup di dalamnya.

Kapasitas LEIUntuk menjalankan program-program di atas LEI memiliki 19 personil yang berdedikasi untuk memajukan pengelolaan sumber daya alam yang adil dan lestari. Berkat dukungan para anggotanya LEI juga berhasil memiliki kantor sendiri sehingga memberi rasa aman bekerja dan mengurangi biaya sewa kantor. Sistem dan tatalaksana organisasi kendati telah memadai namun tetap perlu terus disempurnakan. Ke depan LEI akan dikembangkan sehingga bisa duduk sama rendah berdiri sama tinggi dengan skema internasional. Pengembangan itu menuju pada pemisahan badan pengembangan standar dengan badan akreditasi, memiliki badan akreditasi yang bersertifikat ISO 17011, dan memiliki kondisi keuangan yang aman.

Untuk informasi lebih lanjut, hubungi:LEMBAGA EKOLABEL INDONESIA

The Indonesian Ecolabelling Institute

Taman Bogor Baru Blok B IV/12 Bogor 16152 IndonesiaTelp. : +62 251 8340 744, 8325 872 ; Fax. : +62 251 8340 744

E-mail : [email protected] : Website: http://www.lei.or.id