Kimia Oli Bekas

59
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara yang masuk dalam lima besar negara yang memiliki penduduk terbanyak di dunia. Hingga saat ini, penduduk Indonesia mencapai 238 juta jiwa dengan penambahan penduduk 31 juta jiwa selama kurun waktu 10 tahun.Hal ini terlihat bahwa perkembangan demografi di Indonesia sangat siginifikan hampir menyamai RRC (Republik Rakyat China).Pertumbuhan penduduk juga tidak dapat dipungkiri dengan pertumbuhan jumlah kendaraan yang menjadi fasilitas untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Permasalahan limbah B3 dalam konteks lingkungan hidup di Indonesia menjadi fokus Kementerian Negara Lingkungan Hidup.Berbagai aktivitas industri telah menimbulkan lahan terkontaminasi oleh limbah B3. Berdasarkan Mediadatariset, pada tahun 2009, sektor Pertambangan, Energi, dan Migas, menghasilkan limbah B3 sekitar 15.506.387,47 juta ton dan sektor Manufaktur dan Agroindustri sekitar 8.124.360,91 juta ton. Terjadinya peningkatan jumlah bengkel atau usaha perbengkelan terutama yang menyediakan jasa ganti oli semakin bertebaran di berbagai tempat.Yang berarti bahwa terjadi peningkatan pada limbah pelumas bekas. Ditambah lagi pada tempat penampungan sementara limbah pelumas bekas yang hanya ditampung dalam drum atau sejenisnya. Padahal menurut aturan tempat penampungan sementara harus 1

description

Tata cara pengolahan limbah B3 Oli bekas

Transcript of Kimia Oli Bekas

Page 1: Kimia Oli Bekas

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia adalah negara yang masuk dalam lima besar negara yang memiliki penduduk

terbanyak di dunia. Hingga saat ini, penduduk Indonesia mencapai 238 juta jiwa dengan

penambahan penduduk 31 juta jiwa selama kurun waktu 10 tahun.Hal ini terlihat bahwa

perkembangan demografi di Indonesia sangat siginifikan hampir menyamai RRC (Republik

Rakyat China).Pertumbuhan penduduk juga tidak dapat dipungkiri dengan pertumbuhan

jumlah kendaraan yang menjadi fasilitas untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Permasalahan limbah B3 dalam konteks lingkungan hidup di Indonesia menjadi fokus

Kementerian Negara Lingkungan Hidup.Berbagai aktivitas industri telah menimbulkan lahan

terkontaminasi oleh limbah B3. Berdasarkan Mediadatariset, pada tahun 2009, sektor

Pertambangan, Energi, dan Migas, menghasilkan limbah B3 sekitar 15.506.387,47 juta ton

dan sektor Manufaktur dan Agroindustri sekitar 8.124.360,91 juta ton. Terjadinya

peningkatan jumlah bengkel atau usaha perbengkelan terutama yang menyediakan jasa ganti

oli semakin bertebaran di berbagai tempat.Yang berarti bahwa terjadi peningkatan pada

limbah pelumas bekas.

Ditambah lagi pada tempat penampungan sementara limbah pelumas bekas yang hanya

ditampung dalam drum atau sejenisnya. Padahal menurut aturan tempat penampungan

sementara harus mendapat rekomendasi dari Kementerian Negara Lingkungan

Hidup.Berdasarkan PP No. 85 Tahun 1999, pelumas bekas masuk ke dalam limbah B3 dari

sumber yang tidak spesifik dengan kode D1005d.

Sejalan dengan pelaksanaan otonomi daerah, sebagian tugas Pemerintah Pusat

didelegasikan ke pemerintah daerah. Pendelegasian itu merupakan amanat Undang-Undang

No 32 tahun 2004.  Kewenangan pemerintah daerah dijabarkan dalam Peraturan Pemerintah

No 38 tahun 2007.  Berbagai aspek pemerintahan dan pembangunan dirumuskan dalam

Peraturan Pemerintah tersebut termasuk kewenangan dalam pengelolaan dan pengendalian

lingkungan hidup.Akan tetapi ada hal yang agak kurang rasional dalam PP 38/2007

khususnya dalam hal pengelolaan limbah B3, terutama untuk pelumas bekas.

1

Page 2: Kimia Oli Bekas

Sebelum PP 38/2007 terbit, praktis segala sesuatu tentang kewenangan pengaturan,

pengendalian limbah B3 berada pada Pemerintah Pusat yaitu pada Kementerian Negara

Lingkungan Hidup (KNLH). Kewenangan itu termasuk pemberian perijinan untuk

pengumpulan, penyimpanan sementara, pengangkutan dan pengolahan limbah B3. Sesuai PP

38/2007, kewenangan untuk pengaturan dan pengendalian kegiatan pengumpulan limbah B3

diberikan kepada Pemerintah Daerah (Kabupaten dan Kota). Artinya pemerintah Kota atau

Kabupaten diberi kewenangan untuk mengatur dan memberikan ijin bagi kegiatan

pengumpulan sementara limbah B3. Anehnya kewenangan pengumpulan itu mempunyai

pengecualian, yaitu untuk pengumpulan limbah B3 pelumas bekas. 

Berdasarkan PP 38/2007, kewenangan untuk perijinan dan pengendalian pelumas bekas

mulai dari pengumpulan, penyimpanan, pengangkutan dan pengolahan sepenuhnya berada

pada Kementerian Negara Lingkungan Hidup. Ini artinya bila ada bengkel sepeda motor di

kota-kota besar, maka si pengusaha bengkel harus mengajukan permohonan ijin

penyimpanan pelumas bekas ke KNLH di Jakarta. Pengusaha kecil seperti bengkel sepeda

motor, kalau diminta mengurus ijin ke jakarta, maka ia akan memilih tidak mempunyai ijin.

Ketentuanini jelas tidak rasional, kegiatan yang justru sudah sangat banyak di daerah, tetapi

kewenangan pengaturannya di Pemerintah Pusat.

Dalam Permen LH No. 30 Tahun 2009, pemerintah daerah hanya diberikan

kewenangan untuk melakukan pengawasan terhadap perizinan pengelolaan limbah B3 serta

pengawasan pemulihan akibat pencemaran limbah B3. Sementara pemberian izin tetap

dilakukan oleh KMLH berdasarkan Permen LH No. 18 Tahun 2009.Penjelasan mengenai

pengelolaan limbah pelumas bekas diatur dalam Kepdal 255/BAPEDAL/08/1996. Perlunya

pelibatan langsung masyarakat khususnya pekerja dalam pengawasan pengelolaan limbah B3

dan keterbukaan pemerintah mengenai bahaya limbah B3 kepada masyarakat berdasarkan PP

No. 18 Tahun 1999 dan PP No. 74 Tahun 2001.

Data dari BPS (Badan Pusat Statistika) menyebutkan bahwa pada tahun 2009 jumlah

kendaraan bermotor jenis sepeda motor mencapai 52.433.132 buah, jumlah mobil penumpang

mencapai 10.364.125 buah, dan jumlah kendaraan jenis bis mencapai 2.729.572 buah.

Dari banyaknya kendaraan sebagaimana disebutkan di atas, maka dibutuhkan minyak

pelumas yang mampu menjaga performa mesin dengan baik.Namun pemakaian pelumasan

2

Page 3: Kimia Oli Bekas

(minyak pelumas/oli) itu sendiri terdapat batasan-batasan pemakaian oli sesuai spesifikasi

masing-masing oli.Dimana saat mencapai batasan tersebut kualitas oli menurun, dan harus

dilakukan penggantian. Persoalannya adalah bagaimana nantinya limbah oli tersebut akan

diolah setelah pemakaian oli tersebut, dimana limbah oli termasuk dalam limbah B3 (Bahan

Berbahaya Beracun).

Limbah B3 merupakan limbah yang perlu ditangani secara khusus.Limbah B3 dapat

diidentifikasikan menurut sumber dan atau uji karakteristik dan atau uji toksikologi. Hal ini

terdapat dalam PP 85/1999, pasal 7 yang berbunyi sebagai berikut:

1. Jenis limbah B3 menurut sumbernya meliputi:

a. Limbah B3 dari sumber tidak spesifik;

b. Limbah B3 dari sumber spesifik;

c. Limbah B3 dari bahan kimia kadaluarsa, tumpahan, bekas kemasan, dan buangan

produk yang tidak memenuhi spesifikasi.

2. Uji karakteristik limbah B3 meliputi :

a. mudah meledak;

b. mudah terbakar;

c. bersifat reaktif;

d. beracun;

e. menyebabkan infeksi; dan

f. bersifat korosif.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana dampak kesehatan dan lingkungan yang ditimbulkan oleh pelumas

bekas?

2. Bagaimana sanksi peraturan yang ada mengenai pengelolaan limbah B3 pelumas

bekas terhadap pelanggaran yang terjadi?

3. Bagaimana pengetahuan dan keterlibatan masyarakat khususnya pekerja terhadap

bahaya pelumas bekas?

4. Bagaimana tindakan pencegahan dan penanganan keracunan pelumas bekas?

5. Bagaimana pengelolaan limbah B3 jenis pelumas bekas yang baik?

3

Page 4: Kimia Oli Bekas

1.3 Tujuan

1. Mengetahui dampak kesehatan dan lingkungan yang ditimbulkan oleh

pelumas bekas

2. Mengetahui sanksi peraturan yang ada mengenai pengelolaan limbah B3

pelumas bekas terhadap pelanggaran yang terjadi

3. Meningkatkan pengetahuan dan keterlibatan masyarakat khususnya pekerja

terhadap bahaya pelumas bekas

4. Mengetahui tindakan pencegahan dan penanganan keracunan pelumas bekas

5. Mengetahui pengelolaan limbah B3 jenis pelumas bekas yang baik

1.4 Manfaat

1. Bagi Mahasiswa

a. Untuk mengaplikasikan ilmu yang didapat selama di bangku kuliah.

b. Memperkenalkan pada masyarakat proses penanganan limbah oli bekas.

c. Membantu masyarakat dalam penanganan limbah oli bekas.

2. Bagi Masyarakat

a. Mengetahui informasi sumber, dampak, dan karakteristik oli bekas.

b. Mengetahui cara penyimpanan dan pangolahan oli bekas secara baik, benar

dan aman.

c. Dapat lebih menjaga lingkungan hidup dari pencemaran oli bekas.

4

Page 5: Kimia Oli Bekas

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Bentuk Limbah Oli dan Karakteristik

Oli bekas seringkali diabaikan penanganannya setelah tidak bisa digunakan

kembali.Padahal, jika asal dibuang dapat menambah pencemaran di bumi kita yang sudah

banyak tercemar.Jumlah oli bekas yang dihasilkan pastinya sangat besar.Bahaya dari

pembuangan oli bekas sembarangan memiliki efek yang lebih buruk daripada efek tumpahan

minyak mentah biasa.

Minyak pelumas berfungsi sebagai pencegah keausan akibat gesekan komponen

mesin, pendingin, perapat, peredam suara dan mencegah korosi. Dalam menjalankan

fungsinya setelah jangka waktu tertentu minyak pelumas harus diganti karena tidak lagi

memenuhi spesifikasi yang diperlukan oleh mesin. Sejalan dengan lajunya pembangunan,

makin banyak diperlukan alat transportasi dan mesin – mesin yang membutuhkan minyak

pelumas. Hal ini berarti pula makin banyaknya jumlah minyak pelumas bekas yang

dihasilkan. Apabila minyak pelumas bekas tersebut langsung dibuang, tentu saja akan

mencemari lingkungan karena dalam minyak pelumas bekas terkandung kotoran – kotoran

logam, aditif, sisa bahan bakar dan kotoran yang lain. Jika minyak pelumas bekas dipakai

dalam pembakaran langsung akan mencemari lingkungan karena bau dan sisa karbonnya.

Ditinjau dari komposisi kimianya sendiri, oli adalah campuran dari hidrokarbon

kental ditambah berbagai bahan kimia aditif.Oli bekas lebih dari itu, dalam oli bekas

terkandung sejumlah sisa hasil pembakaran yang bersifat asam dan korosif, deposit, dan

logam berat yang bersifat karsinogenik.

Terdapat delapan macam benda pencemar biasa terdapat dalam oli yakni :

1. Keausan elemen. Ini menunjukkan beberapa elemen biasanya terdiri dari tembaga,

besi, chromium, aluminium, timah, molybdenum, silikon, nikel atau magnesium.

2. Kotoran atau jelaga. Kotoran dapat masuk kedalam oli melalui embusan udara

lewat sela – sela ring dan melalui sela lapisan oli tipis kemudian merambat

menuruni dinding silinder. Jelaga timbul dari bahan bakar yang tidak habis.

Kepulan asam hitam dan kotoran filter udara menandai terjadinya jelaga.

3. Bahan bakar

5

Page 6: Kimia Oli Bekas

4. Air. Air ini merupakan produk sampingan pembakaran dan biasanya terjadi

melalui timbunan gas buang. Air dapat memadat di crankcase ketika temperatur

operasional mesin kurang memadai.

5. Ethylene gycol (anti beku).

6. Produk – produk belerang/asam.

7. Produk – produk nitrasi. Nitrasi nampak pada mesin berbahan bakar gas alam.

Tabel 1.1 Kadar logam dalam minyak pelumas menurut sumber asalnya.

No Sumber/Asalnya Unsur Logam Simbol

1 Piston Aluminium, copper dan iron Al, Cu, dan Fe

2 Ring Piston Chromium, Nickel, dan

Molybdenum

Cr, Ni, dan Mo

3 Bantalan Aluminium, Antimon, Cadmium,

Cobalt, Copper, Lead, Magnesium,

Silver, Tin, dan Zinc

Al, Sb, Cd, Co,

Cu, Pb, Mg, Ag,

Sn, dan Zn.

4 Silinder Linear Chromium, Iron Cr, Fe

Sampai saat ini usaha yang di lakukan untuk memanfaatkan oli bekas ini antara lain :

1. Dimurnikan kembali (proses refinery) menjadi refined lubricant. Orang tidak

banyak yang tertarik untuk berbisnis di bidang ini karena cost yang relatif tinggi

terhadap lube oil blending plant (LOBP) dengan bahan baku fresh, sehingga harga

jual ekonomis-nya tidak akan mampu bersaing di pasaran.

2. Digunakan sebagai Fuel Oil / minyak bakar. Yang masih menjadi kendala adalah

tingkat emisi bahan bakar ini masih tinggi.

Perlu dipertimbangkan beberapa hal mengenai pentingnya pemanfaatan kembali oli bekas :

a. Dari tahun ke tahun, regulasi yang pro terhadap teknologi ramah lingkungan akan

semakin strick. Mungkin saja suatu saat nanti, produsen oli juga harus bertanggung

6

Page 7: Kimia Oli Bekas

jawab atas oli bekas yang dihasilkan, sehingga akan muncul berbagai teknologi

pemanfaatan oli bekas.

b. Kedepan, cadangan minyak mentah akan semakin terbatas, berarti harga minyak

mentah akan semakin melambung. Used-Oil refinery akan semakin kompetitif dengan

LOBP konvensional.

2.2 Sumber Limbah Oli Bekas

Setiap harinya, oli/minyak pelumas bekas dihasilkan dari berbagai macam kegiatan

antara lain perbengkelan, mesin/alat berat dan kegiatan industri lainnya.Bagi orang awam

mungkin bertanya-tanya dikemanakan oli bekas itu? Melihat banyaknya bengkel, yang ada

bisa terbayangkan berapa jumlah limbah oli bekas yang dihasilkan, belum termasuk oli bekas

dari mesin- mesin proses produksi.

2.3 Oli Bekas Termasuk Limbah B3

Berdasarkan kriteria limbah yang dikeluarkan oleh Kementrian Lingkungan Hidup, oli

bekas termasuk kategori limbah B3. Meski oli bekas masih bisa dimanfaatkan, bila tidak

dikelola dengan baik, ia bisa membahayakan lingkungan. Sejalan dengan perkembangan kota

dan daerah volume oli bekas terus meningkat seiring dengan pertambahan jumlah kendaraan

bermotor dan mesin – mesin bermotor. Di daerah pedesaan sekalipun, sudah bisa ditemukan

bengkel – bengkel kecil, yang salah satu limbahnya adalah oli bekas. Dengan kata lain,

penyebaran oli bekas sudah sangat luas dari kota besar ke wilayah pedesaan di seluruh

Indonesia.

Sejalan dengan pelaksanaan otonomi daerah, sebagian tugas Pemerintah Pusat

didelegasikan ke pemerintah daerah. Pendelegasian itu merupakan amanat Undang – Undang

No. 32 Tahun 2004. Kewenangan pemerintah daerah dijabarkan dalam Peraturan Pemerintah

No. 38 Tahun 2007. Berbagai aspek pemerintahan dan pembangunan dirumuskan dalam

Peraturan Pemerintah tersebut termasuk kewenangan dalam pengelolaan dan pengendalian

lingkungan hidup. Akan tetapi ada hal yang agak kurang rasional dalam PP 38/2007

khususnya dalam hal pengelolaan limbah B3, terutama untuk oli bekas. Sebelum PP 38/2007

terbit, praktis segala sesuatu tentang kewenganan pengaturan, pengendalian limbah B3 berada

pada Pemerintah Pusat yaitu pada Kementrian Negara Lingkungan Hidup (KNLH).

Kewenangan itu termasuk pemberian perijinan untuk pengumpulan, penyimpanan sementara,

pengangkutan dan pengolahan limbah B3.Sesuai PP 38/2007, kewenangan untuk pengaturan

dan pengendalian kegiatan pengumpulan limbah B3 diberikan kepada Pemerintah Daerah

(Kabupaten dan Kota). Artinya pemerintah Kota atau Kabupaten diberi kewenangan untuk

7

Page 8: Kimia Oli Bekas

mengatur dan memberikan ijin bagi kegiatan pengumpulan sementara limbah B3. Anehnya

kewenangan pengumpulan itu mempunyai pengecualian, yaitu untuk pengumpulan limbah

B3 oli bekas. 

Berdasarkan PP 38/2007, kewenangan untuk perijinan dan pengendalian oli bekas

mulai dari pengumpulan, penyimpanan, pengangkutan dan pengolahan sepenuhnya berada

pada Kementerian Negara Lingkungan Hidup. Ini artinya bila ada bengkel sepeda motor di

kota-kots besar, maka si pengusaha bengkel harus mengajukan permohonan ijin

penyimpanan oli bekas ke KNLH di Jakarta. Pengusaha kecil seperti bengkel sepeda motor,

kalau diminta mengurus ijin ke jakarta, maka ia akan memilih tidak mempunyai ijin.

Ketentuan ini jelas tidak rasional, kegiatan yang justru sudah sangat banyak di daerah, tetapi

kewenangan pengaturannya di Pemerintah Pusat.

Akibat dari ketentuan PP38/2007 untuk oli bekas yang demikian, sudah dapat diduga,

semakin banyak kegiatan pengumpulan, penyimpanan, pengangkutan dan pengolahan oli

bekas yang tidak bisa dikontrol. Adalah tidak masuk akal kalau KNLH mampu melakukan

pengawasan dan pengendalian terhadap oli bekas di seluruh Indonesia. KNLH tidak

mempunyai perangkat dan instrumen untuk melakukan pengawasan sampai keseluruh daerah.

Seharusnya kegiatan yang sudah sangat tinggi volumenya seperti oli bekas, maka

kewenangan pengawasannya diberikan kepada pemerintah daerah. Terlepas dari segala

kekurangan pemerintah daerah dalam melakukan tugas tersebut, tetapi secara rasional,

pengawasan oli bekas tidak mungkin dilakukan oleh KNLH dari Jakarta. Adalah sangat tidak

masuk akal, kalau kebijakan seperti ini terus dipertahankan oleh KNLH.

2.4 Dampak Limbah Oli Bekas

Oli merupakan bahan pelumas yang di gunakan pada kendaraan bermotor.Pada oli

juga terkandung beberapa unsur kimia yang membahayakan. Dan coba kita bayangkan berapa

banyak motor dan mobil yang mengganti oli setiap harinya. Oleh karena itu oli bekas harus di

kelola dengan baik agar tidak menggangu :

1. Kesehatan

8

Page 9: Kimia Oli Bekas

Di dalam kandungan oli terdapat beberapa unsur kimia, unsur kimia tersebut termasuk

dalam logam berat.Sedangkan logam berat apabila telah masuk ke dalam tubuh tidak dapat di

keluarkan lagi dan terakumulasi (menumpuk) di dalam tubuh kita. Apabila telah melebihi

batas kewajaran, tubuh kita tidak akan mampu dan akan sakit.

2. Lingkungan

a. Pencemaran Air

Oli yang tercecer atau tumpah ke selokan dan akhirnya mengalir ke sungai

akan mengakibatkan pencemaran, yang akan mengakibatkan :

1. Oksigen dalam air akan berkurang dan air akan beracun, sehingga ikan

bisa mati.

2. Sisa oli akan mengendap dan terakumulasi dalam tubuh hewan.

3. Oli akan mengalir dan meracuni setiap tempat yang di lalui.

b. Pencemaran Tanah

Oli yang tercecer atau tumpah ke tanah akan mengakibatkan pencemaran,

sedangkan tanah adalah media bagi tumbuhnya tumbuhan. Pencemaran tersebut akan

mengakibatkan :

1. Matinya hewan - hewan yang berada di dalam tanah, seperti cacing, semut

dan bakteri, sedangkan mereka adalah hewan pengurai, penggembur, dan

penyubur tanah.

2. Meresap dan meracuni air tanah yang biasa kita gunakan untuk keperluan

sehari - hari, termasuk untuk minum.

c. Pencemaran Air Laut

Air yang telah tercemar oleh oli dari bengkel akan mengalir ke selokan dan terus

mengalir melewati sungai dan akan bermuara di laut. Akibat tercemarnya air laut akan

mengakibatkan penurunan hasil panen ikan dari laut.

d. Pencemaran Udara

Oli bekas biasanya digunakan untuk membakar keramik dan lain - lain.

Padahal oli bekas apabila di bakar secara sembarangan akan menimbulkan gas

beracun seperti : CO2, CO, Pb, NOx dan HC.

9

Page 10: Kimia Oli Bekas

Jika kita bicara material oli pelumas bekas, maka itu tidak hanya berurusan

dengan olinya sendiri, melainkan juga wadah dan saringan oli. Ketiganya, bila

dibuang sembarangan akan menimbulkan masalah lingkungan. Oli bekas

mengandung sejumlah zat yang bisa mengotori udara, tanah, dan air. Oli bekas itu

mungkin saja mengandung logam, larutan klorin, dan zat – zat pencemar lainnya. Satu

liter oli bekas bisa merusak jutaan liter air segar dari sumber air dalam tanah.

Limbah khusus untuk oli bekas lebih lanjut diatur dengan Keputusan Kepala

Badan Pengelolaan Dampak Lingkungan (Bapedal) No.

KEP-225/BAPEDAL/08/1996 tentang syarat – syarat penyimpanan dan pengumpulan

limbah oli dan minyak pelumas. Ia menuturkan limbah berupa oli bekas jika tidak

dikelola dengan baik dan dibuang secra sembarangan sangat berbahaya bagi

lingkungan.

Oli bekas juga dapat menyebabkan tanah kurus dan kehilangan unsur hara.

Sedangkan sifatnya yang tidak dapat larut dalam air juga dapat membahayakan

habitat air, selain itu sifatnya mudah terbakar yang merupakan karakteristik dari

Bahan Berbahaya dan Beracun.

Demikian pula dengan wadah plastik yang biasa digunakan untuk wadah oli.

Plastik yang tak dapat terurai secara biologis itu jelas akan mencemari tanah dan

memakan ruang di tempat sampah. Sedangkan saringan oli selain masih mengandung

residu oli, juga terbuat dari bahan metal yang tidak mudah terurai secara biologis.

Bukanlah hal yang sulit untuk mendaurulang ketiga komponen itu, sehingga menjadi

produk yang bermanfaat dan tidak lagi menjadi ancaman lingkungan.

Oli bekas memiliki pasar yang bagus. Pengolahan oli bekas secara benar akan

memulihkan kembali sifat pelumasannya. Energi yang diperlukan untuk pengolahan

oli bekas hanyalah sepertiga dari yang dibutuhkan untuk mengolah minyak mentah

menjadi pelumas yang baik. Oli daur ulang juga bisa digunakan dalam campuran

aspal yang akan dipakai untuk membangun jalan raya. Oli daur ulang pun bisa

digunakan untuk bahan bakar.

Saringan oli bekas juga tidak sulit memprosesnya. Pertama dicabik- cabik,

kemudian dilebur dan dijadikan bahan baku produk – produk logam seperti jarum,

kawan dan produk – produk lainnya. Sedangkan wadah plastiknya bisa didaur ulang

menjadi wadah baru, pot bunga, pipa, dan berbagai keperluan lainnya.

2.5 Dampak Kesehatan pada Pekerja

10

Page 11: Kimia Oli Bekas

Karena kandungan dari pelumas bekas dapat menyebabkan iritasi bahkan

keracunan. Gejala-gejala yang terlihat bila terjadi keracunan pelumas bekas, antara

lain:

1. Bila terhirup:

Paparan akut: semprotan/kabut dari minyak pelumas biasanya tidak berbahaya

pada saluran pernapasan meskipun semprotan dengan konsentrasi 5 mg/m3 tidak

nyaman bagi pekerja.

Paparan kronik: paparan yang berulang atau kontak dalam jangka waktu yang

lama dengan minyak pelumas, dapat menyebabkan gangguan paru-paru seperti

peradangan paru-paru dan pembentukan massa menyerupai tumor yang berisi sel

lemak.

2. Bila terkena kulit:

Paparan akut: biasanya respon mukosa terhadap pelumas menyebabkan

kerusakan kulit iritasi, dan rambut kulit mudah rontok karena kerusakan akar.

Ditandai dengan mulainya reaksi akut pada permukaan punggung tangan, jari, dan

kaki, dapat berkembang kemudian menjadi gangguan kulit, yang disebut dengan

perifoliculate papules.Pada beberapa individu dapat menyebabkan sensitivitasi kulit.

Paparan kronik: paparan yang berulang atau dalam jangka waktu yang lama

dapat menyebabkan kerusakan pada kulit, misalnya menyebabkan dermatitis, dan efek

seperti pada paparan akut.

3. Bila terkena mata:

Paparan akut: iritasi ringan

4. Bila tertelan:

Paparan akut: dapat menyebabkan gangguan pencernaan seperti diare. Bila

respirasi ke paru-paru, dapat menyebabkan gangguan paru-paru seperti peradangan

paru-paru dan pembentukan massa menyerupai tumor yang berisi sel lemak.

2.6 Pencegahan dan Penanganan Keracunan

Jika terjadi kontak dalam jangka pendek, pelumas dan produk-produk lainnya

adalah produk-produk yang relatif tidak beresiko terhadap kesehatan.Mereka relatif

aman jika terjadi kontak kulit yang normal saja namun dalam beberapa hal dapat juga

menimbulkan iritasi kulit yang sedang-sedang saja.Tidak ada kesulitan yang luar

biasa seharusnya terjadi di dalam pemakaiannya sepanjang standar yang baik dan

persyaratan kesehatan industri diperhatikan.

11

Page 12: Kimia Oli Bekas

Kontak yang sering dan berlangsung lama dengan pelumas mineral dalam

beberapa hal dapat menimbulkan beragam bentuk iritasi kulit dan dalam hal sangat

khusus, kondisi demikian dapat menyebabkan kanker kulit.Jenis-jenis pelumas yang

berkaitan dengan kondisi kulit yang amat serius muncul bagi jenis pelumas yang

sudah diproses dan yang mengandung lebih banyak aromatics yang lebih polycylic.

Menghirup kabut pelumas, asap dan kabut dalam waktu yang lama harus

dihindarkan dan agar diambil langkah-langkah khusus untuk memastikan bahwa

kandungan kabut pelumas bebas tidak melebihi nilai batas sebesar 5mg/m3. Pelumas

yang mengandung senyawa timahmerupakan suatu bahaya sejak dalam

pembuatannya, karena timah tersebut dapat diserap melalui kulit meski dewasa ini ada

walaupun belum ada kasus racun timah yang diketahui muncul dari sebab ini.

Pelumas yang bertimbal harus tidak dipakai dalam sistem kabut pelumas

karena menghirup pelumas dapat menimbulkan gangguan kesehatan.Karena pelumas

dan produk-produk yang berkaitandapat terkontaminasi selama beroperasi, maka

perhatian khusus harus diambil untuk memperkecil kontak dengan pelumas

bekas.Untuk meyakinkan pemakaian pelumasdan produk-produk yang terkait dengan

aman adalah penting agar di lingkungan tempat kerja, ketentuan kerja dibuat, serta

mempraktekkan standar yang baik mengenai kesehatan perusahaan dan pribadi

dengan mempersiapkan hal-hal sbb:

a. Alat-alat pelindung pada mesin seperti pakaian kerja dan sarung tangan yang kedap

(tak tembus) guna memperkecil kontak dengan pelumas yang tidak perlu.

b. Pengaturan ruangan untuk mengusir kabut pelumas

c. Fasilitas cuci yang pas, tempat cuci yang mudah diakses dan suplai sabun yang cukup,

handuk yang kering dan pembersih yang cocok. Sabun alkalin yang keras sebaiknya

dihindari karena dapat menyebabkan iritasi kulit. Jika memungkinkan, sarung tangan

yang tidaktembus harus disediakan tapi jika pemanfaatannya kurang praktis, maka

pemakaian dengan cream lebih disarankan. Namun demikian, cream (barrier cream)

tidak mampu mencegah penyerapan senyawa timah dalam pelumas ke dalam kulit.

Conditioning cream yang digunakan sesudah cuci tangan dapat menolong mencegah

kulit yang terkena iritiasi.

d. Pertolongan pertama harus didukung dengan fasilitas medis yang memadai

e. Pengawasan untuk meyakinkan ketentuan-ketentuan ini harus dipatuhi.

12

Page 13: Kimia Oli Bekas

Untuk meyakinkan bahwa pekerja tidak dalam bahaya (resiko) adalah perlu

bagi mereka untuk mengikuti standar kesehatan pribadi dan perusahaan dengan baik,

yaitu:

a. Mempergunakan sarung tangan yang kedap ataujika sarung tangan ini tidak dapat

dipakai, pakailah cream barrier tipe penolak minyak yang cocok.

b. Hindarkan kontak yang tidak perlu dengan pelumas dengan mempergunakan kain

pelindung dan pastikan agar pelindung mesin dari cipratan pelumas dipasang dengan

benar.

c. Tidak menaruh kain kotor atau alat-alat kerja ke dalam kantong, khususnya kantong

celana.

d. Tidak mempergunakan kain kotor untuk mengelap pelumas dari kulit bisa

menyebabkan abrasi yang disebabkan oleh partikel metal yang mungkin terdapat

dalam kain yang dapat menyebabkan infeksi dikemudian hari.

e. Singkirkan partikel metal dan swarf dari mesin dengan alat yang disediakan.

f. Dapatkan pertolongan pertama segera untuk setiap luka, betapapun kecilnya.

g. Cucilah secara teratur khususnya sebelum makan, sebelum pergi ke toilet dan sesudah

kerja untuk menyingkirkan pelumas dari kulit, dengan mempergunakan sabun atau

pembersih khusus yang disediakan. Solvent seperti minyak tanah (parafin) dan bensin

dll seharusnya tidak dipergunakan untuk membersihkan pelumas dari kulit. Gunakan

cream conditioner sesudah mencuci bilamana disediakan

h. Jangan gunakan kain basah yang berminyak. Pakaian kerja seharusnya diganti dan

dibersihkan secara teratur. Sifat kehati-hatian harus diperhatikan guna mencegah

pakaian khususnya pakaian dalam terkena minyak.

i. Laporkan setiap gejala pada kulit yang abnormal dan cari saran medis segera

j. Perlu perhatian besar terhadap bahaya kecelakaan akibat penggunaan grease gun

bertekanan tinggi yang mampu menginjeksikan gemuk masuk ke dalam kulit.

Kecelakaan ini dapat menyebabkan kerusakan jaringan yang serius dan membutuhkan

perhatian medis segera.

Medical First Aid Advice/pertolongan pertama, terdiri atas 4 tindakan, antara

lain:

a. Pertolongan Pertama Bila Tertelan: Beri korban 250 ml susu, atau bila tidak tersedia,

beri air, lebih baik disertai "Norit" atau karbon aktif bersama air atau susu. Jangan

memberikan apapun melalui mulut bila korban tidak sadar. Cari segera pertolongan

dokter atau kirim ke rumah sakit.

13

Page 14: Kimia Oli Bekas

b. Bila Terhisap uap atau kabutnya:Pindahkan korban untuk menghirup udara segar. Bila

napas terhenti, beri bantuan dengan alat bantu pernapasan dan segera cari pertolongan

dokter.

c. Bila kena mata: Cuci dengan air selama (minimal) 10 menit. Bila terjadi iritasi,

pertolongan dokter harus diprioritaskan..

d. Bila terkena Kulit:Cuci dengan sabun dan air. Segera cari pertolongan dokter bila

terjadi iritasi pada kulit. Bila terdapat keraguan atas gejalagejala yang terjadsegera

cari pertolongan dokter.

Penanganan bila terjadi keracunan pelumas pada pekerja di tempat kerja, yaiu:

1. Dekontaminasi mata:

Dilakukan sebelum anda membersihkan kulit.

a. Posisi pasien duduk atau berbaring dengan kepala tengadah dan miring ke

sisi mata yang terkena atau terburuk kondisinya.

b. Secara perlahan bukalah kelopak mata yang terkena dan lakukan irigasi

dengan air suam-suam kuku yang banyak atau larutan NaCl 0,9% perlahan

selama 15-20 menit.

c. Hindari bekas air cucian mengenai wajah atau mata lainnya.

d. Jika masih belum yakin bersih, cuci kembali selama 10 menit.

e. Jangan biarkan pasien menggosok matanya.

f. Tutuplah mata dengan kain kassa steril dan segera kirim/konsul ke dokter

mata.

g. Dan lakukan pemeriksaan fluorescein terhadap kerusakan kornea.

2. Dekontaminasi kulit: (termasuk rambut dan kuku)

a. Bawa segera pasien ke air pancuran terdekat.

b. Cuci segera bagian kulit yang terkena dengan air mengalir dingin atau

hangat dengan sabun minimal 10 menit. Jika tidak ada air, sekalah bagian

kulit dan rambut pasien dengan kain atau kertas secara lembut. Jangan

digosok.

c. Lepaskan pakaian, arloji dan sepatu yang terkontaminasi atau

muntahannya dan buanglah dalam wadah/plastik tertutup.

d. Penolong perlu dilindungi dari percikan, misalnya dengan menggunakan

sarung tangan, masker hidung dan apron. Hati-hati untuk tidak

menghirupnya.

e. Keringkan dengan handuk yang kering dan lembut.

14

Page 15: Kimia Oli Bekas

3. Dekontaminasi pulmonal:

a. Pindahkan/jauhkan korban dari tempat kejadian ke tempat dengan udara

yang lebih segar.

b. Monitor adanya kemungkinan gawat nafas.

c. Jika diperlukan berikan bantuan nafas dan oksigen.

4. Dekontaminasi gastrointestinal:

a. Jangan rangsang muntah karena dapat menyebabkan bahaya aspirasi (masuk

ke paru-paru) sehingga dapat menyebabkan terjadinya kejang dan koma

yang terjadi secara cepat dan tiba – tiba.

b. Aspirasi dan kumbah lambung hanya dapat dilakukan di sarana kesehatan

c. Efektif bila dilakukan 2-4 jam pertama dan dengan teknik yang baik. Hanya

dikerjakan setelah pemasangan pipa endotrakheal.

d. Arang aktif

e. Berikan arang aktif jika tersedia dengan dosis dewasa 30 – 100 gram dan

dosis anak-anak 15-30 gram. Cara pemberian dicampur rata dengan

perbandingan 5-10 gram arang aktif dengan 100-200 ml air sehingga seperti

sup kental.

f. Pencahar

2.7 Pengelolaan Limbah Pelumas Bekas

Dalam Kepdal BAPEDAL No. 255 Tahun 1996 diatur mengenai tata cara dan

persyaratan penyimpanan dan pengumpulan minyak pelumas bekas yang umumnya

dilakukan oleh badan usaha skala kecil. Namun perizinan pengelolaan limbah pelumas bekas

harus mendapat izin dari Menteri Lingkungan Hidup berdasarkan Permen NLH No. 18

Tahun 2009.Sedangkan pelaksanaan dan pengawasan terhadap izin pengelolaan ditangani

langsung oleh pemerintah daerah berdasarkan Permen NLH No. 30 Tahun 2009.

Berdasarkan Kepdal BAPEDAL No. 255 Tahun 1996, dijelaskan dalam Pasal 1 ayat 3

menyebutkan bahwa Pengumpul adalah badan usaha yang melakukan kegiatan

pengumpulan dari penghasil minyak pelumas bekas dengan maksud untuk

diolah/dimanfaatkan dan ayat 4 yaitu Pengumpulan dan Penyimpanan adalah rangkaian

proses kegiatan pengumpulan minyak pelumas bekas sebelum diserahkan ke pengolah atau

pemanfaat minyak pelumas bekas.

Secara umum dalam Kepdal No. 1 Tahun 1995 mengatur mengenai ketentuan bagi kegiatan

pengemasan atau pewadahan pelumas bekas di fasilitas:

15

Page 16: Kimia Oli Bekas

1. Penghasil, untuk disimpan sementara di dalam lokasi penghasil

2. Penghasil, untuk disimpan sementara di luar lokasi penghasil tetapi tidak sebagai

pengumpul

3. Pengumpul, untuk disimpan sebelum dikirim ke pengolah

4. Pengolah, sebelum dilakukan pengolahan dan atau penimbunan

Persyaratan pra pengemasan, persyaratan umum kemasan dan prinsip pengemasan limbah

B3, yaitu:

1. Persyaratan pra pengemasan

a. Setiap penghasil/pengumpul limbah B3 harus dengan pasti mengetahui

karakteristik bahaya dari setiap limbah B3 yang dihasilkan/dikumpulkannya.

Apabila ada keragu-raguan dengan karakteristik limbah B3 yang

dihasilkan/dikumpulkannya, maka terhadap limbah B3 tersebut harus

dilakukan pengujian karakteristik di laboratorium yang telah mendapat

persetujuan Bapedal dengan prosedur dan metode pengujian yang ditetapkan

oleh Bapedal.

b. Bagi penghasil yang menghasilkan limbah B3 yang sama secara terus

menerus, maka pengujian karakteristik masing-masing limbah B3 dapat

dilakukan sekurang-kurangnya satu kali. Apabila dalam perkembangannya

terjadi perubahan kegiatan yang diperkirakan mengakibatkan berubahnya

karakteristik limbah B3 yang dihasilkan, maka terhadap masing-masing

limbah B3 hasil kegiatan perubahan tersebut harus dilakukan pengujian

kembali terhadap karakteristiknya.

c. Bentuk kemasan dan bahan kemasan dipilih berdasarkan kecocokannya

terhadap jenis dan karakteristik limbah yang akan dikemasnya

2. Persyaratan umum kemasan

a. Kemasan untuk limbah B3 harus dalam kondisi baik, tidak rusak, dan bebas

dari pengkaratan serta kebocoran.

b. Bentuk, ukuran dan bahan kemasan limbah B3 disesuaikan dengan

karakteristik Limbah B3 yang akan dikemasnya dengan mempertimbangkan

segi keamanan dan kemudahan dalam penanganannya.

c. Kemasan dapat terbuat dari bahan plastik (HDPE, PP atau PVC) atau bahan

logam (teflon, baja karbon, SS304, SS316 atau SS440) dengan syarat bahan

kemasan yang dipergunakan tersebut tidak bereaksi dengan limbah B3 yang

disimpannya

16

Page 17: Kimia Oli Bekas

3. Prinsip pengemasan limbah B3

a. Limbah-limbah B3 yang tidak saling cocok, atau limbah dan bahan yang

tidak saling cocok tidak boleh disimpan secara bersama-sama dalam satu

kemasan;

b. Untuk mencegah resiko timbulnya bahaya selama penyimpanan, maka

jumlah pengisian limbah dalam kemasan harus mempertimbangkan

kemungkinan terjadinya pengembangan volume limbah, pembentukan gas

atau terjadinya kenaikan tekanan.

c. Jika kemasan yang berisi limbah B3 sudah dalam kondisi yang tidak layak

(misalnya terjadi pengkaratan, atau terjadi kerusakan permanen) atau jika

mulai bocor, maka limbah B3 tersebut harus dipindahkan ke dalam kemasan

lain yang memenuhi syarat sebagai kemasan bagi limbah B3.

d. Terhadap kemasan yang telah berisi limbah harus diberi penandaan sesuai

dengan ketentuan yang berlaku dan disimpan dengan memenuhi ketentuan

tentang tata cara dan persyaratan bagi penyimpanan limbah B3.

e. Terhadap kemasan wajib dilakukan pemeriksaan oleh penanggung jawab

pengelolaan limbah B3 fasilitas (penghasil, pengumpul atau pengolah) untuk

memastikan tidak terjadinya kerusakan atau kebocoran pada kemasan akibat

korosi atau faktor lainnya.

f. Kegiatan pengemasan, penyimpanan dan pengumpulan harus dilaporkan

sebagai bagian dari kegiatan pengelolaan limbah B3

Tatacara pengemasan/pewadahan limbah pelumas bekas, yaitu:

1. Persyaratan pengemasan limbah pelumas bekas dalam drum/tong/bak kontainer

a. Kemasan (drum, tong atau bak kontainer)yang digunakan harus:

(1) Dalam kondisi baik, tidak bocor, berkarat atau rusak

(2) Terbuat dari bahan yang cocok dengan karakteristik limbah B3 yang akan

disimpan

(3) Mampu mengamankan limbah yang disimpan di dalamnya

(4) Memiliki penutup yang kuat untuk mencegah terjadinya tumpahan saat

dilakukan pemindahan atau pengangkutan

b. Kemasan yang digunakan untuk pengemasan limbah dapat berupa

drum/tong dengan volume 50 liter, 100 liter atau 200 liter, atau dapat pula

berupa bak kontainer berpenutup dengan kapasitas 2 m3, 4 m3, 8 m3

17

Page 18: Kimia Oli Bekas

c. Limbah B3 yang disimpan dalam satu kemasan adalah limbah yang sama,

atau dapat pula disimpan bersama-sama dengan limbah lain yang memiliki

karakteristik yang sama, atau dengan limbah lain yang karakteristiknya

saling cocok

d. Untuk mempermudah pengisian limbah ke dalam kemasan, serta agar lebih

aman, limbah B3 dapat terlebih dahulu dikemas dalam kantong kemasan

yang tahan terhadap sifat limbah sebelum kemudian dikemas dalam

kemasan dengan memenuhi butir 2) di atas

e. Pengisian limbah B3 dalam satu kemasan harus dengan

mempertimbangkan karakteristik dan jenis limbah, pengaruh pemuaian

limbah, pembentukan gas dan kenaikan tekanan selama penyimpanan

(1) Untuk limbah B3 cair harus dipertimbangkan ruangan untuk

pengembangan volume dan pembentukan gas

(2) Untuk limbah B3 yang bereaksi sendiri sebaiknya tidak menyisakan ruang

kosong dalam kemasan

(3) Untuk limbah B3 yang mudah meledak kemasan dirancang tahan akan

kenaikan tekanan dari dalam dan dari luar kemasan

f. Kemasan yang telah diisi atau terisi penuh dengan limbah B3 harus:

(1) Ditandai dengan simbol dan label yang sesuai dengan ketentuan mengenai

penandaan pada kemasan limbah B3

(2) Selalu dalam keadaan tertutup rapat dan hanya dapat dibuka jika akan

dilakukan penambahan atau pengambilan limbah dari dalamnya

(3) Disimpan di tempat yang memenuhi persyaratan untuk penyimpanan

limbah B3 serta mematuhi tata cara penyimpanannya

g. Terhadap drum/tong atau bak kontainer yang telah berisi limbah B3 dan

disimpan ditempat penyimpanan harus dilakukan pemeriksaan kondisi

kemasan sekurang-kurangnya 1 (satu) minggu satu kali

(1) Apabila diketahui ada kemasan yang mengalami kerusakan (karat atau

bocor), maka isi limbah B3 tersebut harus segera dipindahkan ke dalam

drum/tong yang baru, sesuai dengan ketentuan butir 1 diatas.

(2) Apabila terdapat ceceran atau bocoran limbah, maka tumpahan limbah

tersebut harus segera diangkat dan dibersihkan, kemudian disimpan dalam

kemasan limbah B3 terpisah

18

Page 19: Kimia Oli Bekas

h. Kemasan bekas mengemas limbah B3 dapat digunakan kembali untuk

mengemas limbah B3 dengan karakteristik:

(1) Sama dengan limbah B3 sebelumnya, atau

(2) Saling cocok dengan limbah B3 yang dikemas sebelumnya

Jika akan digunakan untuk mengemas limbah B3 yang tidak saling cocok, maka kemasan

tersebut harus dicuci bersih terlebih dahulu sebelum dapat digunakan sebagai kemasan

limbah B3 dengan memenuhi ketentuan butir 1) di atas.

i. Kemasan yang telah dikosongkan apabila akan digunakan kembali untuk

mengemas limbah B3 lain dengan karakteristik yang sama, harus disimpan

ditempat penyimpanan limbah B3. Jika akan digunakan untuk menyimpan

limbah B3 dengan karakteristik yang tidak saling sesuai dengan

sebelumnya, maka kemasan tersebut harus dicuci bersih terlebih dahulu

dan disimpan dengan memasang “label KOSONG” sesuai dengan

ketentuan penandaan kemasan Limbah B3

j. Kemasan yang telah rusak (bocor atau berkarat) dan kemasan yang tidak

digunakan kembali sebagai kemasan limbah B3 harus diperlakukan

sebagai limbah B3

Secara khusus tata cara dan persyaratan penyimpanan dan pengumpulan minyak pelumas

bekas diatur dalam Kepdal BAPEDAL No. 255 Tahun 1996, yaitu:

Tatacara penyimpanan minyak pelumas bekas harus memperhatikan:

a. Karakteristik pelumas bekas yang disimpan

b. Kemasan harus sesuai dengan karakteristik pelumas bekas dapat berupa drum atau

tangki

Gambar 2.7.1 Kemasan Penyimpanan

limbah pelumas bekas

c. Pola penyimpanan dibuat dengan sistem blok, sehingga dapat dilakukan

pemeriksaan menyeluruh terhadap setiap kemasan jika terjadi kerusakan dan

apabila terjadi kecelakaan dapat segera ditangani

19

Page 20: Kimia Oli Bekas

d. Lebar gang antar blok harus diatur sedemikian rupa, sehingga dapat digunakan

untuklalu lintas manusia, dan kendaraan pengangkut (forklift)

Gambar 2.7.2. Pola Penyimpanan kemasan drum di atas palet dengan jarak maksimum

antar blok

e. Penumpukan kemasan harus mempertimbangkan kestabilan tumpukan kemasan. Jika

berupa drum (isi 200 liter), maka tumpukan maksimum 3 (tiga) lapis dengan tiap lapis

dialasi dengan palet dan bila tumpukan lebih dan 3 (tiga) lapis atau kemasan terbuat

dan plastik, maka harus dipergunakan rak.

f. Lokasi peyimpanan harus dilengkapi dengan tanggul disekelilingnva dan dilengkapi

dengan saluran pembuangan menuju bak penampungan yang kedap air. Bak

20

Gambar 2.7.3.Penyimpanan kemasan limbah pelumas bekas dengan menggunakan rak.

Page 21: Kimia Oli Bekas

penampungan dibuat mampu menampung 110% dari kapasitas volume drum atau

tangki yang ada di dalam ruang penyimpanan, serta tangki harus diatur sedemikian

sehingga bila terguling tidak akan menimpa tangki lain

g. Mempunyai tempat bongkar muat kemasan yang memadai dengan lantai yang kedap

air

Persyaratan bangunan pengumpulan pelumas bekas, antara lain:

1. Pengumpul minyak pelumas bekas wajib memenuhi persyaratan

a. Memiliki fasilitas untuk penanggulangan terjadinya kebakaran, dan

peralatan komunikasi

b. Konstruksi bahan bangunan disesuaikan dengan karakteristik pelumas

bekas

c. Lokasi tempat pengumpulan bebas banjir

2. Persyaratan bangunan pengumpulan

a. Lantai harus dibuat kedap terhadap minyak pelumas bekas, tidak

bergelombang, kuat dan tidak retak

b. Konstruksi lantai dibuat melandai turun ke arah bak penampungan dengan

kemiringan maksimum 1%

c. Bangunan harus dibuat khusus untuk fasilitas pengumpulan minyak pelumas

bekas

d. Rancang bangun untuk penyimpanan/pengumpulan dibuat beratap yang

dapat mencegah terjadinya tampias air hujan ke dalam tempat penyimpanan

atau pengumpulan

e. Bangunan dapat diberi dinding atau tanpa dinding, dan apabila bangunan

diberi dinding bahan bangunan dinding dibuat dari bahan yang mudah

didobrak.

Pengumpulan pelumas bekas wajib:

a. Mempunvai izin dan Badan Pengendalian Dampak Lingkungan

b. Membuat catatan tentang penerimaan dan pengirim minyak pelumas bekas

kepada pengolah atau pemanfaat

c. Mengisi formulir permohonan izin sebagaimana dimaksud dalam lampiran

keputusan ini

d. Melaporkan kegiatan yang dilakukannya kepada Badan Pengendalian Dampak

lingkungan dengan tembusan Bupati/Walikotamadya Daerah Tingkat II dan

21

Page 22: Kimia Oli Bekas

Gubernur Kepala Daerah Tingkat I yang bersangkutan, sekurang-kurangnya

sekali dalam 3 (tiga) bulan

Persyaratan simbol, label, dokumen, dan registrasi mengenai pengumpulan pelumas

bekas, yaitu:

a. Setiap penggangkutan minyak pelumas bekas wajib dilengkapi dengan dokumen

limbah dan mengajukan nomor regisirasi dokumen pelumas bekas sebagaimana

dimaksud dalam Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor

Kep-02/Bapedal/09/1995 tentang Dokumen Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.

b. Setiap alat angkut minyak pelumas bekas wajib dilengkapi dengan simbol dan label

c. Setiap kemasan atau tempat/wadah untuk kegiatan penyimpanan/pengumpulan

pelumas bekas wajib diberi simbol dan label yang menunjukkan karakteristik minyak

pelumas bekas.

*Rekapitulasi rekomendasi pengangkutan limbah pelumas bekas moda darat dan laut

tahun 2011 berdasarkan KMLH.

22

Page 23: Kimia Oli Bekas

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Studi Kasus

1. Kasus I

Selasa, 7 Februari 2012, salah satu lembaga swadaya masyarakat (LSM) di Kota

Parepare, melaporkan bengkel Elnusa anak cabang PT (Persero) Pertamina Kota Parepare,

Sulawesi Selatan, terkait dugaan pencemaran limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)

jenis pelumas bekas yang hanya ditimbun di tanah tanpa wadah penampungan. Seharusnya

limbah semacam ini dibuatkan bak beton, sebelum ditanam di bawah tanah.Menyikapi

laporan tersebut, Badan Lingkungan Hidup Provinsi (BLH) Sulawesi Selatan langsung

melakukan pengambilan sampel di bengkel Elnusa Pertamina Parepare. Pengambilan sampel

selain pada timbunan yang diduga menanam pelumas bekas di dalam tanah, juga akan

mencari titik untuk mengambil sampel air di lokasi sekitar bengkel tersebut. Hasilnya akan

diumumkan oleh BLHD Parepare.

Dijelaskan Kepala bidang Pengawasan dan Penegakan Hukum Lingkungan

BLH Provinis Sulsel, masalah pencemaran lingkungan memang harus mendapat pengawasan

yang ketat, karena dapat mencemarkan lingkungan bahkan membahayakan kesehatan

manusia. BLH Sulsel, dalam waktu dekat akan memanggil pihak bengkel Elnusa, Pertamina

dan LSM yang melaporkan hal tersebut. Dari hasil pemantauan, bengkel yang dinaungi

Pertamina tersebut dinilai tidak memenuhi syarat sebagai bengkel, karena tidak memiliki

wadah pengumpul pelumas bekas yang idealnya terbuat dari beton sebagai lantai penahan

agar pelumas bekas tidak mencemari tanah.Sesuai dengan aturan harusnya pelumas bekas itu

di tampung.Bukannya ditimbun di dalam tanah. Selain ceceran pelumas bekas, di lokasi juga

ada gemuk (grace) dan ceceran karatan bekas rem mobil tangki.

2. Kasus 2

Sebuah drum untuk menampung oli bekas milik PT Timas yang berlokasi di Desa Tambak,

Kecamatan Kibin, Kabupaten Serang, Banten, meledak pada hari Senin, 28 Desember 2009

sekitar pukul 11 siang. Akibat ledakan tersebut, seorang karyawan bagian pengelasan, Siman

23

Page 24: Kimia Oli Bekas

(40) mengalami luka bakar dan harus dilarikan ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)

Serang.

Menurut Kapolres Serang, ledakan tersebut berasal dari drum pelumas yang digunakan

sebagai pengganjal mobil yang sedang dilas oleh korban. Diduga akibat panas, drum pelumas

bekas yang digunakan untuk pengganjal tersebut langsung meledak. Ledakan hebat itu

sempat membuat tubuh korban Siman terpental beberapa meter. Bahkan korban sempat

terkena semburan api, akibatnya ia menderita luka bakar serius terkena semburan api

tersebut. Bunyi ledakan itupun sempat membuat panik karyawan PT Timas. Siman, warga

Kampung Citawa, Desa Tambak, Kecamatan Kibin yang menderita luka bakar di sekujur

tubuh, oleh rekan kerjanya langsung dilarikan ke RSUD Serang untuk diberikan pengobatan

medis.

3.2 Pembahasan

Menurut Kepdal BAPEDAL No. 255 Tahun 1996, oli bekas atau minyak pelumas

bekas selanjutnya disebut minyak pelumas bekas adalah sisa pada suatu kegiatan dan/atau

proses produksi. Dalam peraturan ini juga diatur mengenai tata cara dan persyaratan

penyimpanan dan pengumpulan minyak pelumas bekas yang umumnya dilakukan oleh badan

usaha skala kecil. Berdasarkan NFPA pelumas bekas:

Gambar 3.2.1. NFPA Pelumas Bekas

Keterangan:

Biru : Health Hazard

Merah : Fire Hazard

Kuning : Reactivity

Putih : Specific Hazard

24

Page 25: Kimia Oli Bekas

1. Kasus 1

Terkait kasus 1, maka terdapat kelalaian bengkel Elnusa dalam mengelola

limbah B3 jenis pelumas bekas yang dapat berdampak buruk bagi lingkungan dan biota

air. Berdasarkan sifatnya yang bersifat toksik dan MSDS, hendaknya bengkel Elnusa

lebih waspada akan hal ini dan dapat menangani limbah B3-nya dengan benar dan

menurut aturan yang berlaku, sehingga tidak terjadi hal yang tak diinginkan.

Pelumas bekas sering mengandung bahan berbahaya seperti bahan bakar mudah

terbakar dan bersifat aditif, timah dan logam beracun lainnya.Pelumas bekas tidak

semestinya dibuang begitu saja karena dapat membunuh tumbuhan dan satwa liar dan

mencemari air permukaan dan air tanah. Oleh sebab itu, ilegal untuk:

a. Membuang oli bekas di tanah,

b. Dibuang di saluran air buangan

c. Menempatkan menggunakan minyak dalam sampah, atau

d. Menggunakan oli bekas untuk mengurangi debu di jalan

Berdasarkan Kepdal BAPEDAL No. 255 Tahun 1996 yang mengatur tentang

“Tata Cara dan Persyaratan Penyimpanan Minyak Pelumas Bekas”.

Tatacara penyimpanan minyak pelumas bekas harus memperhatikan:

a. Karakteristik pelumas bekas yang disimpan

b. Kemasan harus sesuai dengan karakteristik pelumas bekas dapat berupa drum

atau tangki

c. Pola penyimpanan dibuat dengan sistem blok, sehingga dapat dilakukan

pemeriksaan menyeluruh terhadap setiap kemasan jika terjadi kerusakan dan

apabila terjadi kecelakaan dapat segera ditangani

d. Lebar gang antar blok harus diatur sedemikian rupa, sehingga dapat digunakan

untuk lalu lintas manusia, dan kendaraan pengangkut (forklift)

e. Penumpukan kemasan harus mempertimbangkan kestabilan tumpukan

kemasan. Jika berupa drum (isi 200 liter), maka tumpukan maksimum 3 (tiga)

25

Page 26: Kimia Oli Bekas

lapis dengan tiap lapis dialasi dengan palet dan bila tumpukan lebih dan 3

(tiga) lapis atau kemasan terbuat dan plastik, maka harus dipergunakan rak

f. Lokasi peyimpanan harus dilengkapi dengan tanggul disekelilingnva dan

dilengkapi dengan saluran pembuangan menuju bak penampungan yang kedap

air. Bak penampungan dibuat mampu menampung 110% dari kapasitas volume

drum atau tangki yang ada di dalam ruang penyimpanan, serta tangki harus

diatur sedemikian sehingga bila terguling tidak akan menimpa tangki lain

g. Mempunyai tempat bongkar muat kemasan yang memadai dengan lantai yang kedap

air

Persyaratan bangunan pengumpulan pelumas bekas, antara lain:

I. Pengumpul minyak pelumas bekas wajib memenuhi persyaratan

a. Memiliki fasilitas untuk penanggulangan terjadinya kebakaran, dan

peralatan komunikasi

b. Konstruksi bahan bangunan disesuaikan dengan karakteristik pelumas

bekas

c. Lokasi tempat pengumpulan bebas banjir

II. Persyaratan bangunan pengumpulan

a. Lantai harus dibuat kedap terhadap minyak pelumas bekas, tidak

bergelombang, kuat dan tidak retak

b. Konstruksi lantai dibuat melandai turun ke arah bak penampungan

dengan kemiringan maksimum 1%

c. Bangunan harus dibuat khusus untuk fasilitas pengumpulan minyak

pelumas bekas

d. Rancang bangun untuk penyimpanan/pengumpulan dibuat beratap

yang dapat mencegah terjadinya tampias air hujan ke dalam tempat penyimpanan atau

pengumpulan

26

Page 27: Kimia Oli Bekas

e. Bangunan dapat diberi dinding atau tanpa dinding, dan apabila

bangunan diberi dinding bahan bangunan dinding dibuat dari bahan yang mudah

didobrak.

Pengumpulan pelumas bekas wajib:

a. Mempunyai izin dan Badan Pengendalian Dampak Lingkungan

b. Membuat catatan tentang penerimaan dan pengirim minyak pelumas

bekas kepada pengolah atau pemanfaat

c. Mengisi formulir permohonan izin sebagaimana dimaksud dalam

lampiran keputusan ini

d. Melaporkan kegiatan yang dilakukannya kepada Badan Pengendalian

Dampak lingkungan dengan tembusan Bupati/Walikotamadya Daerah Tingkat II dan

Gubernur Kepala Daerah Tingkat I yang bersangkutan, sekurang-kurangnya sekali

dalam 3 (tiga) bulan

Persyaratan simbol, label, dokumen, dan registrasi mengenai pengumpulan

pelumas bekas, yaitu:

a. Setiap penggangkutan minyak pelumas bekas wajib dilengkapi dengan

dokumen limbah dan mengajukan nomor regisirasi dokumen pelumas bekas

sebagaimana dimaksud dalam Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak

Lingkungan Nomor Kep-02/Bapedal/09/1995 tentang Dokumen Limbah Bahan

Berbahaya dan Beracun.

b. Setiap alat angkut minyak pelumas bekas wajib dilengkapi dengan

simbol dan label

c. Setiap kemasan atau tempat/wadah untuk kegiatan

penyimpanan/pengumpulan pelumas bekas wajib diberi simbol dan label yang

menunjukkan karakteristik minyak pelumas bekas

Terdapat juga sanksi menyangkut pelanggaran yang dilakukan oleh bengkel

Elnusa berdasarkan PP No. 18 Tahun 1999 diperkuat PP No.85 Tahun 1999, PP No.

74 Tahun 2001, Kepdal BAPEDAL No. 255 Tahun 1996, dan Surat Edaran MNLH

No. 8 Tahun 1997. Menyikapi kasus ini perlu melibatkan peran serta masyarakat dan

27

Page 28: Kimia Oli Bekas

keterbukaan pemerintah dalam menginformasikan bahaya limbah B3 kepada

masyarakat sehingga terjadi pengawasan yang lebih efektif terhadap pelaksanaannnya

sesuai PP No. 74 Tahun 2001 pasal 32, pasal 33, pasal 34, pasal 35, dan pasal 36; dan

PP No. 18 Tahun 1999 pasal 55.

2. Kasus 2

Terlihat bahwa limbah B3 pelumas bekas memiliki sifat cukup mudah terbakar serta cukup

membahayakan kesehatan. Oleh karena itu dalam penanganannya, limbah ini harus dijaga

sehati-hati mungkin agar tidak timbul percikan pada kontainer. Pada MSDS bagian

penyimpanan disebutkan, hindari kegiatan mengelas kontainer.Namun tampaknya hal ini

kurang menjadi perhatian bagi Siman, pekerja yang menjadi korban ledakan kontainer

pelumas bekas di PT Timas. Beliau jelas telah melakukan kesalahan dengan menjadikan drum

limbah pelumas bekas sebagai alas ketika mengelas. Hal ini tentu saja dapat menimbulkan

percikan api, dan ketika berkontak dengan pelumas yang memiliki sifat mudah meledak,

maka muncullah ledakan. Beruntung korban masih bisa terselamatkan meski menderita luka

bakar serius.Hendaknya para pekerja harus lebih disadarkan tentang bahaya limbah B3, dan

perusahaan harus bisa membangkitkan kesadaran pada para pekerjanya.

Menurut MSDS pelumas bekas, dampak yang dapat ditimbulkannya adalah sebagai berikut:

Dampak bagi kesehatan

1. Pernapasan: konsentrasi uap yang tinggi dapat berbahaya jika dihirup.

Konsentrasiyang tinggi dapat mengganggu saluran pernafasan (hidung,

tenggorokan,dan paru-paru). Juga dapat menyebabkan mual, muntah,sakit kepala,

pusing, kehilangankoordinasi, rasa, dan gangguan saraf lainnyapaparan dengan

konsentrasiakutdapatmenyebabkan depresi sistem saraf, pingsan, koma dan/atau

kematian.

2. Mata: menyebabkan iritasi

3. Kulit: dapat menyebabkan dermatitis atau meresap ke dalam kulit dan menimbulkan

dampak seperti pada pernapasan.

4. Pencernaan: dapat berbahaya jika tertelan. Menyebabkan mual, muntah, dan gangguan

saraf lainnya. Jika produk terhirup ketika sedang menelan atau muntah, dapat

menyebabkan kanker paru-paru ataupun kematian.

28

Page 29: Kimia Oli Bekas

5. Kondisi medis yang diperparah oleh paparan: gangguan terhadap jantung, hati,ginjal,

saluran pernapasan (hidung, tenggorokan, paru-paru), sistem saraf pusat,mata, kulit,

dapat semakin diperparah dengan konsentrasi paparan yang tinggi.

6. Sifat karsinogenik: Produk ini mengandung minyak mineral, tidak diolah atau

sedikitdiolah,yangdapatmenyebabkan kanker. Produk ini mungkin berisi hidrokarbon

dan klor, pelarut, logam, dan aromatic polynuclear yang dapat menyebabkan kanker.

Risiko kanker tergantung pada jangka waktu dan tingkat paparan.

Dampak terhadap lingkungan

Lapisan atas tanah dan vegetasi alami biasanya akan menyaring banyak dari polutan keluar,

tetapi lapisan kedap air yang menutupi sebagian besar permukaan di mana polutan tersebut

berasal membawanya tepat ke badan saluran air dan ke sungai, danau, dan laut, yang dapat

meracuni biota laut dan ikan yang kita makan-serta ekosistem. Pencemaran pelumas bekas ini

juga menemukan jalan ke dalam aquafer bawah tanah menuju pasokan air minum kita,

sehingga dapat membahayakan kesehatan manusia.

Pelumas bekas mengandung sejumlah zat yang bisa mengotori udara, tanah dan air.Pelumas

bekas itu mungkin saja mengandung logam, larutan klorin, dan zat-zat pencemar lainnya.

Satu liter pelumas bekas bisa merusak jutaan liter air segar dari sumber air dalam tanah.

Pelumas bekas juga dapat menyebabkan tanah kurus dan kehilangan unsur hara.Sedangkan

sifatnya yang tidak dapat larut dalam air juga dapat membahayakan habitat air, selain itu

sifatnya mudah terbakar yang merupakan karakteristik dari Bahan Berbahaya dan Beracun

(B3).

29

Page 30: Kimia Oli Bekas

BAB IV

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Berdasarkan Keputusan Kepala Bapedal No. 255 Tahun 1996 tentang Tata Cara dan

Persyaratan Penyimpanan dan Pengumpulan Minyak Pelumas Bekas, tatacara penyimpanan

minyak pelumas bekas harus memperhatikan :

1. Karakteristik pelumas bekas yang disimpan.

2. Kemasan harus sesuai dengan karakteristik pelumas bekas

3. Pola penyimpanan dibuat dengan sistem blok

4. Lebar gang antar blok harus diatur sedemikian rupa, sehingga dapat digunakan untuk

lalu lintas manusia, dan kendaraan pengangkut (forklift).

5. Penumpukan kemasan harus mempertimbangkan kestabilan tumpukan kemasan.

6. Lokasi peyimpanan harus dilengkapi dengan tanggul di sekelilingnya dan dilengkapi

dengan saluran pembuangan meriuju bak penampungan yang kedap air.

7. Mempunyai tempat bongkar muat kemasan yang memadai dengan lantai yang kedap

air.

4.2 SARAN

Sebaiknya tata cara penyimpanan minyak pelumas harus dilakukan secara lebih baik

agar terhindar dari bahaya yang tidak diinginkan.Bagi masyarakat hendaknya mengetahui

cara penyimpanan minyak pelumas bekas dengan baik dan mengetahui dampak-dampak yang

ditimbulkan apabila minyak pelumas tersebut mencemari lingkungan.

30

Page 31: Kimia Oli Bekas

DAFTAR PUSTAKA

BPLH Karawang. 2013. Kepka Bapedal. http://bplhkarawang.com/?page_id=1289. Diakses

pada tanggal 17 September 2013.

BLH Yogyakarta. 2012. Penelolaan Oli/Minyak Pelumas Bekas.

http://blh.jogjaprov.go.id/2012/07/pengelolaan-oliminyak -pelumas-

bekas.html Diakses pada tanggal 20 September 2013

Wartawan, AL. 1983. Minyak Pelumas Pengetahuan Dasar dan Cara Penggunaan. Penerbit

Erlangga, Jakarta.

31

Page 32: Kimia Oli Bekas

Lampiran

KEPUTUSANKEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN

NOMOR : KEP-255/BAPEDAL/08/1996

TENTANG :TATA CARA DAN PERSYARATAN PENYIMPANAN DAN

PENGUMPULANMINYAK PELUMAS BEKAS

KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN,

Menimbang :

a. bahwa penyimpanan, pengumpulan, dan pengangkutan minyak pelumas

bekasumumnya dilakukan oleh badan usaha skala kecil;

b. bahwa dalam penyimpanan dan pengumpulan minyak pelumas bekas perlu diaturtata

cara dan pengumpulan pelumas bekas;

c. bahwa sehubungan dengan hal tersebut di atas, perlu ditetapkan KeputusanKepala

Badan Pengendalian Dampak Lingkungan tentang Tata CaraPenyimpanan dan

Pengumpulan Minyak Pelumas Bekas;

Mengingat :

1. Undang-undang Nomor 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan

PokokPengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Tahun 1982 Nomor

2,Tambahan Lembaran Negara Nomor 3215);

2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1994 tentang Pengelolaan Limbah Bahan

Berbahaya dan Beracun (Lembaran Negara Tahun 1994 Nomor 26,

TambahanLembaran Negara Nomor 3551) yang telah diubah dengan Peraturan

PemerintahNomor 12 Tahun 1995 tentang perubahan Peraturan Pemerintah Nomor

19Tahun 1994 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun(Lembaran

Negara Tahun 1995 Nomor 24, Tambahan Lembaran Negara Nomor3595);

3. Keputusan Presiden Nomor 77 Tahun 1994 tentang Badan Pengendalian

DampakLingkungan;

4. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor

68/05/1994tentang Tatacara Memperoleh Izin Penyimpanan, Pengumpulan,

PengoperasianAlat Pengolahan, Pengolahan, dan Penimbunan Akhir Limbah Bahan

Berbahayadan Beracun;

32

Page 33: Kimia Oli Bekas

5. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor

01/09/1995tentang Tatacara dan Persyaratan Teknis Penyimpanan dan Pengumpulan

LimbahBahan Berbahaya dan Beracun;

Memperhatikan :

1. Rapat tanggal 6 Agustus 1996 yang dipimpin Menteri Koordinator Produksidan

Distribusi yang dihadiri oleh Menteri Negara Lingkungan Hidup/ KepalaBapedal,

Menteri Keuangan, Menteri Pertambangan dan Energi, MenteriPerindustrian dan

Perdagangan.

2. Rapat tanggal 9 Agustus 1996 di Kantor Menko Bidang Produksi danDistribusi, yang

menghasilkan kesepakatan bersama untuk mengaturpenanganan minyak pelumas

bekas dengan keputusan Kepala BadanPengendalian Dampak Lingkungan;

M E M U T U S K A N :

Menetapkan :

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAKLINGKUNGAN

TENTANG TATA CARA PENYIMPANAN DANPENGUMPULAN MINYAK PELUMAS

BEKAS;

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Keputusan ini yang dimaksud dengan:

1. Oli bekas atau Minyak Pelumas Bekas selanjutnya disebut Minyak Pelumas Bekas

adalahsisa pada suatu kegiatan dan/atau proses produksi;

2. Badan Usaha adalah orang perorangan atau kelompok usaha yang berbentuk badan

hukum;

3. Pengumpul adalah badan usaha yang melakukan kegiatan pengumpulan dari

penghasilminyak pelumas bekas dengan maksud untuk diolah/dimanfaatkan;

4. Pengumpulan dan Penyimpanan adalah rangkaian proses kegiatan pengumpulan

minyakpelumas bekas sebelum diserahkan ke pengolah atau pemanfaat minyak

pelumas bekas.

33

Page 34: Kimia Oli Bekas

BAB II

TATACARA PENYIMPANAN

Pasal 2

Tatacara penyimpanan minyak pelumas bekas harus memperhatikan :

a. karakteristik pelumas bekas yang disimpan;

b. kemasan harus sesuai dengan karakteristik pelumas bekas dapat berupa drum atau

tangki;

c. pola penyimpanan dibuat dengan sistem blok, sehingga dapat dilakukan

pemeriksaanmenyeluruh terhadap setiap kemasan jika terjadi kerusakan dan apabila

terjadi kecelakaandapat segera ditangani;

d. lebar gang antar blok harus diatur sedemikian rupa, sehingga dapat digunakan untuk

lalulintas manusia, dan kendaraan pengangkut (forklift);

e. penumpukan kemasan harus mempertimbangkan kestabilan tumpukan kemasan. Jika

berupadrum (isi 200 liter), maka tumpukan maksimum 3 (tiga) lapis dengan tiap lapis

dialasidengan palet dan bila tumpukan lebih dan 3 (tiga) lapis atau kemasan terbuat

dan plastik,maka harus dipergunakan rak;

f. lokasi peyimpanan harus dilengkapi dengan tanggul disekelilingnva dan dilengkapi

dengansaluran pembuangan meriuju bak penampungan yang kedap air. Bak

penampungan dibuatmampu menampung 110 % dari kapasitas volume drum atau

tangki yang ada di dalam ruangpenyimpanan, serta tangtki harus diatur sedemikian

sehingga bila terguling tidak akanmenimpa tangki lain;

g. mempunyai tempat bongkar muat kemasan yang memadai dengan lantai yang kedap

air.

BAB III

PERSYARATAN BANGUNAN PENGUMPULAN

Pasal 3

(1) Pengumpul minyak pelumas bekas wajib memenuhi persyaratan

34

Page 35: Kimia Oli Bekas

a. memiliki fasilitas untuk penanggulangan terjadinya kebakaran, dan

peralatankomunikasi;

b. konstruksi bahan bangunan disesuaikan dengan karakteristik pelumas bekas;

c. lokasi tempat pengumpulan bebas banjir;

(2) Persyaratan bangunan pengumpulan;

a. lantai harus dibuat kedap terhadap minyak pelumas bekas, tidak bergelombang,

kuatdan tidak retak;

b. konstruksi lantai dibuat melandai turun ke arah bak penampungan dengan

kemiringa maksimum 1 %;

c. bangunan harus dibuat khusus untuk fasilitas pengumpulan minyak pelumas

bekas;

d. rancang bangun untuk penyimpanan/pengumpulan dibuat beratap yang dapat

mencegahterjadinya tampias air hujan ke dalam tempat penyimpanan atau

pengumpulan; bangunan dapat diberi dinding atau tanpa dinding, dan apabila

bangunan diberi dindingbahan bangunan dinding dibuat dari bahan yang mudah

didobrak.

BAB IV

KEWAJIBAN PENGUMPUL MINYAK PELUMAS BEKAS

Pasal 4

Pengumpul minyak pelumas bekas wajib :

a. mempunvai izin dan Badan Pengendalian Dampak Lingkungan;

b. membuat catatan tentang penerimaan dan pengirim minyak pelumas bekas kepada

pengolahatau pemanfaat;

c. mengisi formulir permohonan izin sebagaimana dimaksud dalam lampiran keputusan

ini;

BAB V

SIMBOL DAN LABEL, DOKUMEN DAN REGISTRASI

Pasal 5

35

Page 36: Kimia Oli Bekas

(1) Setiap pengangkutan minyak pelumas bekas wajib dilengkapi dengan dokumen

limbah danmengajukan nomor registrasi dokumen pelumas bekas sebagaimana

dimaksud dalamKeputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor

Kep-02/Bapedal/09/1995 tentang Dokumen Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.

(2) Setiap alat angkut minyak pelumas bekas wajib dilengkapi dengan simbol dan label;

(3) Setiap kemasan atau tempat/wadah untuk kegiatan penyimpanan/pengumpulan

pelumasbekas wajib diberi simbol dan label yang menunjukkan karakteristik minyak

pelumasbekas.

BAB VI

PELAPORAN

Pasal 6

Pengumpul minyak pelumas bekas wajib melaporkan kegiatan yang dilakukannya kepada

Badan

Pengendalian Dampak lingkungan dengan tembusan Bupati/Walikotamadya Daerah Tingkat

II

dan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I yang bersangkutan, sekurang-kurangnya sekali dalam

3

(tiga) bulan.

BAB VII

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 7

Bagi setiap badan usaha yang telah melakukan kegiatan pengumpulan minyak pelumas bekas

sebelum ditetapkannya keputusan ini, wajib mentaatinya selambat- lambatnya dalam waktu

3(tiga) bulan sejak ditetapkannya Keputusan ini;

BAB VIII

KETENTUAN PENUTUP

36

Page 37: Kimia Oli Bekas

Pasal 8

Ketentuan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di: Jakarta

Pada tanggal: 2 Agustus 1996

Kepala Badan PengendalianDampak Lingkungan,

ttd

Sarwono Kusumaatmadja

Tembusan Keputusan ini disampaikan Kepada Yth.

1. Menteri Pertambangan Dan Energi

2. Gubernur Kepala Daerah Tingkat I

3. Bupati/Wali Kota Madya Daerah Tingkat II

Penyimpanan oli bekas

Penyimpanan limbah B3 harus dilakukan jika limbah B3 tersebut belum dapat diolah

dengan segera.Kegiatan penyimpanan limbah B3 dimaksudkan untuk mencegah terlepasnya

limbah B3 ke lingkungan sehingga potensi bahaya terhadap manusia dan lingkungan dapat

dihindarkan.Untuk meningkatkan pengamanannya, maka sebelum dilakukan penyimpanan

limbah B3 harus terlebih dahulu dikemas. Mengingat keragaman karakteristik limbah B3,

maka dalam pengemasannya perlu pula diatur tata cara yang tepat sehingga limbah dapat

disimpan dengan aman.

Sejalan dengan perkembangan kota dan daerah, volume minyak pelumas bekas terus

meningkat seiring dengan pertambahan jumlah kendaraan bermotor dan mesin-mesin

bermotor. Di daerah pedesaan sekalipun, sudah bisa ditemukan bengkel-bengkel kecil, yang

salah satu limbahnya adalah oli bekas. Dengan kata lain, penyebaran oli bekas sudah sangat

luas dari kota besar sampai ke wilayah pedesaan di seluruh Indonesia.

37

Page 38: Kimia Oli Bekas

Menurut Keputusan Kepala Bapedal No. 255 Tahun 1996 tentang Tata Cara dan

Persyaratan Penyimpanan dan Pengumpulan Minyak Pelumas Bekas pasal 1(1), oli bekas

atau minyak pelumas bekas (selanjutnya disebut minyak pelumas bekas) adalah sisa pada

suatu kegiatan dan/atau proses produksi. Berdasarkan kriteria limbah yang dikeluarkan oleh

Kementerian Lingkungan Hidup, minyak pelumas bekas termasuk kategori limbah B3. Meski

minyak pelumas bekas masih bisa dimanfaatkan, bila tidak dikelola dengan baik, ia bisa

membahayakan lingkungan.

Minyak pelumas bekas mengandung sejumlah zat yang bisa mengotori udara, tanah,

dan air.Minyak pelumas bekas itu mungkin saja mengandung logam, larutan klorin, dan zat-

zat pencemar lainnya. Satu liter minyak pelumas bekas bisa merusak jutaan liter air segar dari

sumber air dalam tanah. Apabila limbah minyak pelumas tumpah di tanah akan

mempengaruhi air tanah dan akan berbahaya bagi lingkungan. Hal ini dikarenakan minyak

pelumas bekas dapat menyebabkan tanah kurus dan kehilangan unsur hara. Sedangkan

sifatnya yang tidak dapat larut dalam air juga dapat membahayakan habitat air, selain itu

sifatnya mudah terbakar yang merupakan karakteristik dari Bahan Berbahaya dan Beracun

(B3).

Berdasarkan Keputusan Kepala Bapedal No. 255 Tahun 1996 tentang Tata Cara dan

Persyaratan Penyimpanan dan Pengumpulan Minyak Pelumas Bekas, tatacara penyimpanan

minyak pelumas bekas harus memperhatikan :

1. Karakteristik pelumas bekas yang disimpan.

2. Kemasan harus sesuai dengan karakteristik pelumas bekas dapat berupa drum atau

tangki.

3. Pola penyimpanan dibuat dengan sistem blok, sehingga dapat dilakukan

pemeriksaan menyeluruh terhadap setiap kemasan jika terjadi kerusakan dan

apabila terjadi kecelakaan dapat segera ditangani.

4. Lebar gang antar blok harus diatur sedemikian rupa, sehingga dapat digunakan

untuk lalu lintas manusia, dan kendaraan pengangkut (forklift).

5. Penumpukan kemasan harus mempertimbangkan kestabilan tumpukan kemasan.

Jika berupa drum (isi 200 liter), maka tumpukan maksimum 3 (tiga) lapis dengan

tiap lapis dialasi dengan palet dan bila tumpukan lebih dan 3 (tiga) lapis atau

kemasan terbuat dan plastik, maka harus dipergunakan rak.

38

Page 39: Kimia Oli Bekas

6. Lokasi peyimpanan harus dilengkapi dengan tanggul di sekelilingnya dan

dilengkapi dengan saluran pembuangan meriuju bak penampungan yang kedap air.

Bak penampungan dibuat mampu menampung 110 % dari kapasitas volume drum

atau tangki yang ada di dalam ruang penyimpanan, serta tangki harus diatur

sedemikian sehingga bila terguling tidak akan menimpa tangki lain.

7. Mempunyai tempat bongkar muat kemasan yang memadai dengan lantai yang

kedap air.

Adapun persyaratan untuk bangunan pengumpulan antara lain:

1. Lantai harus dibuat kedap terhadap minyak pelumas bekas, tidak bergelombang,

kuat, dan tidak retak.

2. Konstruksi lantai dibuat melandai turun ke arah bak penampungan dengan

kemiringan maksimum 1 %.

3. Bangunan harus dibuat khusus untuk fasilitas pengumpulan minyak pelumas

bekas.

4. Rancang bangun untuk penyimpanan/pengumpulan dibuat beratap yang dapat

mencegah terjadinya tampias air hujan ke dalam tempat penyimpanan atau

pengumpulan.

5. Bangunan dapat diberi dinding atau tanpa dinding, dan apabila bangunan diberi

dinding bahan bangunan dinding dibuat dari bahan yang mudah didobrak.

39

Page 40: Kimia Oli Bekas

40

Page 41: Kimia Oli Bekas

41