KIAT-kiat Meraih Ilmu Syari

5
KIAT-KIAT MERAIH ILMU SYAR’I Sudah dimaklumi bersama bahwa jika seseorang ingin menuju ke suatu ke tempat, maka dia harus mengetahui jalan ke tempat itu. Jika ada beberapa jalan, maka dia harus mengetahui jalan yang terdekat dan termudah. Oleh karena itu, termasuk hal yang sangat penting bagi penuntut ilmu adalah membangun metode pencarian ilmunya di atas beberapa landasan yang pokok, tidak melangkah secara membabi-but (tidak bertahap). Siapa yang tidak menetapkan landasan pokok , dia tidak akan berhasil. Yang dimaksud landasan pokok adalah dalil-lail dari al Quran dan as Sunnah serta kaidah-kaidah dan batasan-batasan yang diambil dengan cara menelaah keduanya. Untuk meraih ilmu ada dua jalan: Pertama, mengkaji dari kitab-kitab terpercaya yang dikarang oleh para ulama yang ilmunya, amanahnya, dan keelamatan aqidahnya dari bid’ah dan khurafat (memang) telah dikenal. Mengambil ilmu langsung dari berbagai kitab pasti mengantarkan sesorang pada tujuan tertentu, tetapi akan timbul dua rintangan: lamanya waktu dan pada umumnya ilmu orang yang mengambil ilmu dari kitab itu lemah, tidak dibangun di atas kaidah dan landasan yang kuat. Kedua, mengkaji ilmu dari seorang guru yang terpercaya dalam ilmu dan agamanya. Cara ini lebih cepat dalam meraih ilmu dan agamanya karena terkadang cara perta mapat membuat penuntut ilmu sesat tanpa disadari, baik karena salah memahami maupun karena keterbatasan ilmunya atau karena sebab lainnya. Adapun cara kedua, di dalamnya terdapat diskusi, memberi dan meneriman dengan para pengajar sehingga terbukalah pintu yang lebar bagi penuntut ilmu untuk memahami, menyelidiki, serta mengetahui cara membela pendapat yang benar dan membantah pendapat yang lemah. Jika penuntut ilmu menggabungkan kedua cara diatas, maka akan lebih baik dan lebih sempurna. Syaikh Bakr Abu Zaid rahimahullaah mengatakan “Barangsiapa belum menekuni dasar-dasar ilmu niscaya tidak akan bisa menguasai ilmu yang dinginkan. Dan barangsiapa ingin mendapatkan ilmu sekaligus, maka ilmu itu akan hilang darinya secara sekaligus pula.” Ada sebuah ungkapa mengatakan, “penuh sesaknya ilmu yang didengarkan secara bebarengan akan menyesatkan pemahaman.” Dari sini maka harus ada pendasaran terhadap setiap ilmu yang ingin anfa kuasai, (yaitu) dengan cara menekuni dasar-dasar ilmu dan kitab yang ringkas pada

description

kiat mereaih ilmu agama Islam

Transcript of KIAT-kiat Meraih Ilmu Syari

KIAT-KIAT MERAIH ILMU SYARI

Sudah dimaklumi bersama bahwa jika seseorang ingin menuju ke suatu ke tempat, maka dia harus mengetahui jalan ke tempat itu. Jika ada beberapa jalan, maka dia harus mengetahui jalan yang terdekat dan termudah. Oleh karena itu, termasuk hal yang sangat penting bagi penuntut ilmu adalah membangun metode pencarian ilmunya di atas beberapa landasan yang pokok, tidak melangkah secara membabi-but (tidak bertahap). Siapa yang tidak menetapkan landasan pokok , dia tidak akan berhasil.

Yang dimaksud landasan pokok adalah dalil-lail dari al Quran dan as Sunnah serta kaidah-kaidah dan batasan-batasan yang diambil dengan cara menelaah keduanya.

Untuk meraih ilmu ada dua jalan:

Pertama, mengkaji dari kitab-kitab terpercaya yang dikarang oleh para ulama yang ilmunya, amanahnya, dan keelamatan aqidahnya dari bidah dan khurafat (memang) telah dikenal. Mengambil ilmu langsung dari berbagai kitab pasti mengantarkan sesorang pada tujuan tertentu, tetapi akan timbul dua rintangan: lamanya waktu dan pada umumnya ilmu orang yang mengambil ilmu dari kitab itu lemah, tidak dibangun di atas kaidah dan landasan yang kuat.

Kedua, mengkaji ilmu dari seorang guru yang terpercaya dalam ilmu dan agamanya. Cara ini lebih cepat dalam meraih ilmu dan agamanya karena terkadang cara perta mapat membuat penuntut ilmu sesat tanpa disadari, baik karena salah memahami maupun karena keterbatasan ilmunya atau karena sebab lainnya. Adapun cara kedua, di dalamnya terdapat diskusi, memberi dan meneriman dengan para pengajar sehingga terbukalah pintu yang lebar bagi penuntut ilmu untuk memahami, menyelidiki, serta mengetahui cara membela pendapat yang benar dan membantah pendapat yang lemah. Jika penuntut ilmu menggabungkan kedua cara diatas, maka akan lebih baik dan lebih sempurna.

Syaikh Bakr Abu Zaid rahimahullaah mengatakan Barangsiapa belum menekuni dasar-dasar ilmu niscaya tidak akan bisa menguasai ilmu yang dinginkan. Dan barangsiapa ingin mendapatkan ilmu sekaligus, maka ilmu itu akan hilang darinya secara sekaligus pula.

Ada sebuah ungkapa mengatakan, penuh sesaknya ilmu yang didengarkan secara bebarengan akan menyesatkan pemahaman. Dari sini maka harus ada pendasaran terhadap setiap ilmu yang ingin anfa kuasai, (yaitu) dengan cara menekuni dasar-dasar ilmu dan kitab yang ringkas pada seorang guru yang mumpuni, bukan dengn cara otodidak serta harus berjenjang (bertahap) dalam belajar

Allah Taala berfirman, (QS, al Israa: 106)

Allah Taala juga berfirman, (QS. Al Furqaan: 32)

Juga firman-Nya, (QS. Al Baqarah: 121)

Berikut ini beberapa perkara yang harus anda perhatikan pada setiap disiplin ilmu yang hendak anda pelajari.

1. Menghafal kitab ringkasan tentang ilmu tersebut.

2. Menguasainya dengn bimbingan guru yang ahli di bidangnya.

3. Tidak meyibukkan diri dengan kitab-kitab besar yang panjang lebar merinci permasalahan sebelum menguasai pokok permasalahannya.

4. Tidak pindah dari satu kitab ke kitab lainnya tanpa ada sebab (tuntutan) karena ini termasuk sifat bosan.

5. Mencatat fawaa-id (faedah-faedah) dan kaidah-kaidah ilmiah.

6. Membulatkan tekad untuk menuntut ilmu dan meningkatkan keilmuannya serta penuh perhatian dan mempunyai keinginan keras untuk bisa mencapai derajat yang lebih tinggi sehingga bisa menguasai kitab-kitab besar dan panjang lebar dengan sebuah dasar yang kokoh.

Dan diantara kiat-kiat yang harus ditempuh oleh seorang penuntut ilmu untuk mendapatkan ilmu syari adalah sebagai berikut:

KIAT PERTAMA: MENGIKHLASKAN NIAT DALAM MENUNTUT ILMU

Dalam menuntut ilmu kita harus ikhlas karena Allah Taala, dan seseorang tidak akan mendapatkan ilmu yang bermanfaat jika ia tidak ikhlas karena Allah. Banyak sekali ayat-ayat al Quran dan hadist-hadist Nabi Muhammad shallallaahu alaihi wa sallam yan memerintahkan kita unutk ikhlas. Allah Subhaanahu wa Taala berfirman, (QS. Al Bayyinah: 5)

Menuntut ilmu syari adalah ibadah yang paling agung dan mulia di sisi Allah Taala, karena itu wajib ikhlas dalam menuntut lmu semata-mata karena Allah Taala. Rasulullaah Muhammad shallallaahu alaihi wa sallam bersabda, Sesungguhnya amalan-amalan itu terganrung niatnya, dan setiap orang hanya akan menadapatkan dari apa yang ia niatkan. Maka barangsiapa yang hijarhnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya itu karena Allah dan Rasul-Nya. Dan barangsiapa yang hijrahnya karena dunia yang hendak diraihnya atau karena wanita yang akan dinikahinya, maka hijrahnya desuai dengan niat hijrahnya itu. (HR. Bukhari no 1, 54, 2529)

Menuntut ilmu bukan karena Allah termasuk dosa besar, penyebab tercegah dari aroma surga, dan Allah Taala menyediakan adzab yang pedih bagi orang yang meniatkannya bukan karena Allah. Rasulullaah Muhammad shallallaahu alaihi wa sallam bersabda, barangsiapa yang menuntut ilmu syari yang semestinya ia lakukan untuk mencari wajah Allah dengan ikhlas, namun ia tidak melakukannya melainkan untuk mencari keuntungan duniawi, maka ia tidak akan mendapatkan harumnya aroma surga pada hari Kiamat. (HR. Ahmad II/338)

Bahkan, orang yang menuntut ilmu bukan karena mengharap wajah Allah termasuk orang yang pertama kali dipanaskan api neraka untuknya. Dalam sebuah hadist yang shahih Rasulullaah Muhammad shallallaahu alaihi wa sallam bersabda, (HR. Muslim no.1905)

Rasulullaah Muhammad shallallaahu alaihi wa sallam juga menjelaskan mengenai hal ini dalam hadist-hadist yang lain.

Kita tidak boleh menuntut ilmu dengan tujuan untuk berbantahan dengan ulama atau membantah orang-orang yang bodoh, atau agar kita meraa lebih hebat dalam suatu majelis. Barangsiapa yang melakukan yang demikian, maka berhati-hatilah terhadap neraka. Karena Rasulullaah Muhammad shallallaahu alaihi wa sallam bersabda, (HR. Ibnu Majah no. 254)

Para ulama dan pendahulu kita yang shalih memberikan motivasi agar kaum muslimin menuntut ilmu syari semata-mata mencari keridhaan Allah Taala dan memberikan peringatan yang keras kepada orang yang menuntut ilmu bukan karena mengharap keridhaan Allah Taala.

Israil bin Yunus (wafat 160 H) rahimahullaah berkata, barangsiapa menuntut ilmu ini karena Allah Taala, maka ia mulia dan bahagia di dunia. Dan barangiapa menuntut ilmu bukan karena Allah, maka ia merugi di dunia dan di akhirat.

Al Khatib al Baghdadi (wafat 463 H) rahimahullaah berkata, Kemudian aku wasiatkan kepadamu, wahai penuntut ilmu! Luruskanlah niat dalam menuntut ilmu dan bersungguh-sungguhlah dalam mengamalkannya. Karena, ilmu syari ibarat pohon dan amal itu merupakan buahnya. Dan sesesorang tidak dianggap sebagai orang yang berilmu selama ia belum mengamalkan ilmunya.

Hisayam bin Abi Abdillah ad-Dustuwa-i (wafat 152 H) rahimahullaah mengatakan, Demi Allah! Aku tidak akan sanggup mengatakan bahwa aku pernah pergi pada suatu hari untuk mencari suatu hadist semata-mata mengharap wajah Allah. Imam adz-Dzahabi rahimahullah berkata mengomentari perkataan beliau, Demi Allah! Tidak juga aku.

Para imam diatas tidak mengatakan bahwa mereja adalah orang-orang yang ikhlas. Akan tetapi, mereka berusaha semaksimal mungkin untuk ikhlas karena Allah Taala , dan mereka selalu memohon kepada Allah Taala agar dikaruniakan keikhlasan serta mereka memohon kepada Allah Taala agar amal-amall mereka diterima.

Bagaimana seorang muslim dapat ikhlas dam menuntut ilmu syari?

Imam Badaruddin bin Abi Ishaq Ibrahim bin Abil Fadhl Sadullah Ibnu Jamaah al Kinani yang terkenal dengan naman Imam Ibnu Jamaah (wafat 733 H) rahimahullaah menjawab, Niat yang baik dalam menuntut ilmu adalah hendaklah ditujukan hanya mengharap wajah Allah, beramal dengannya, menghidupkan syariat, menerangi hatinya, menghiasi batinnya, dan mengharap kedekatan dengan Allah pada Hari Kiamat, serta mencari segala apa yang Allah sediakan untuk ahlinya (ahli ilmu) berupa keridhaan dan karunia-Nya yang besar. Dan janganlah ia bertujuan dengan menuntut ilmu itu untuk memperoleh keuntungan duniawi, seperti kepemimpinian, jabatan, kehormatan, dan harta, berbangga di hadapan teman-temannya, diagungkan manusia, menjadi pemimpin di mejleis dan yang sepertinya.

KIAT KEDUA: MEMOHON ILMU YANG BERMANFAAT KEPADA ALLAJ TAALA

Hendaknya setiap penuntut ilmu senantiasa memohon ilmu yang bermanfaat kepada Allah Taala dan memohon pertolongan kepada-Nya dalam mencari ilmu serta selalu merasa butuh kepada-Nya.

Allah Subhaanahu wa Taala telah memerintahkan Nabi-Nya untuk memohon ilmu dan tambahan ilmu. Allah Taala berfirman, (QS. Thaahaa: 114). Dan diantara doa yang Rasulullaah Muhammad shallallaahu alaihi wa sallam ucapkan adalah: (HR. Ahmad VI/322)

Juga doa beliau : (HR. At Tirmidzi no. 3599)

Rasulullaah Muhammad shallallaahu alaihi wa sallam menganjurkan kita untuk selalu memohon ilmu yang bermanfaat kepada Allah Subhaanahu wa Taala dan berlindung kepada-Nya dari ilmu yang tidak bermanfaat. Rasulullaah Muhammad shallallaahu alaihi wa sallam bersabda, (HR. Ibnu Majah no. 3843).

Rasulullaah Muhammad shallallaahu alaihi wa sallam memerintahkan hal diatas karena banyak kaum muslimin yang justru mempelajari ilmu yang tidak bermanfaat, seperti mempelajari ilmu filsafat, ilmu kalam, ilmu hukum sekuler, dan lainnya. Maka kita memohon kepada Allah Taala ilmu yang bermanfaat dan dijauhkan dari ilmu yang tidak bermanfaat. Rasulullaah Muhammad shallallaahu alaihi wa sallam pernah berdoa, (HR. Muslim no. 2722)

KIAT KETIGA: BERSUNGGUH-SUNGGUH DALAM MENUNTUT ILMU DAN RINDU UNTUK MENDAPATKANNYA

Pembaca yang budiman, dalam menuntut ilmu diperlukan kesungguhan. Tidak layak para penuntut ilmu bermalas-malasan dalam mencarinya. Kita akan mendapatkan ilmu yang bermanfaat-dengan izin Allah- apabila kita berungguh-sungguh dalam menuntutnya.

Seorang penuntut ilmu harus selalu hadir di majelis ilmu dan berusaha agar datang lebih awal di majelis tidak boleh terlambatm karena menuntut ilmu lebih penting daripada amal-amal sunnat dan wajib kifayah. Penuntut ilmu harus bersungguh-sungguh, sebab tanpa kesungguhan kita tidak akan memperoleh ilmu yang bermanfaat.

Imam asy Syafii rahimahullah pernah mengatakan dalam syairnya,

Saudaraku, engkau tidak akan mendapat ilmu, melainkan dengan enam perkara.

Kukabarkan kepadamu rinciannya dengan jelas

Kecerdasan, kemauan keras, bersungguh-sungguh, bekal yang cukup, bimbingan ustadz, dan waktunya yang lama.

Keenam hal inilah yang diwasiatkan Imam asy-Syafii rahimahullaah bagi para penuntut ilmu.

Rasulullaah Muhammad shallallaahu alaihi wa sallam bersabda, (HR. Muslim no. 2664)

Seorang penuntut ilmu wajib bersungguh0sungguh dalam menuntut ilmu. Seseorang tidak mungkin mendapat ilmu dengan santai. Yahya bin Abi Katsir (wafat 132 H) rahimahullaah berkata, Ilmu tidak akan diperoleh dengan tubuh yang dimanjakan (dengan santai).

Rasulullaah Muhammad shallallaahu alaihi wa sallam pernah bersabda, (HR.