KHITBAH.docx
-
Upload
ahmadsuhaemy -
Category
Documents
-
view
8 -
download
0
Transcript of KHITBAH.docx
![Page 1: KHITBAH.docx](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082614/5695d3801a28ab9b029e219a/html5/thumbnails/1.jpg)
A. Pendahuluan
Pernikahan atau munakahat merupakan suatu hal yang sangat sakral dalam
kehidupan dua orang insan. Janji sehidup semati yang diikrarkan dalam
pernikahan bukanlah hal yang mudah untuk diwujudkan. Lika-liku perjalanan
hidup mengarungi bahtera pernikahan akan dijalani.
Tidak sedikit pasangan hidup yang telah terikat dalam pernikahan tapi tidak
mampu mempertahankan pernikahan mereka. Banyak faktor penyebab masalah
ini. Salah satunya adalah tidak saling kenalnya pasangan nikah ini.
Salah satu hal yang halal namun sangat dibenci oleh Allah Swt. adalah
perceraian. Oleh karena itu, Islam mensyariatkan agar calon pasangan suami istri
saling mengenal sebelum melangkah ke jenjang pernikahan dengan tujuan
memantapkan hati mereka satu sama lain dalam menempuh hidup berumah
tangga. Khitbah dalam istilah Islam inilah yang dimaksud dengan pengenalan
tahap awal atau pertunangan.
Berkhalwat adalah seorang laki-laki dan perempuan berduaan di tempat yang
sepi dan merekah bukanlah muhrim dalam hal ini perbutan ini sangatlah dilarang
oleh agama Islam seperti halnya dalam sebuah hadistnabi yang berbunyi
محر دى مع اال ة مراء باء كم احو يخلون ال“ Janganlah salah seorang diantara kamu (laki-laki) menyepi berdua-duaan
dengan seorang wanita kecuali bersama dengan seorang muhrim.
Dalam makalah ini akan dibahas mengenai khitbah dan larangan berkhalwat,
moga makalah ini menjadi pelajaran bagi pembaca serta perlu adanya kritikan dan
saran demi erbaikan makalah ini menjadi lebih baik.
B. Pengertian Khitbah
Secara bahasa, khitbah berasal dari bahasa Arab, yang berarti bicara.
Khitbah bisa juga diartikan sebagai ucapan yang berupa nesihat, ceramah, pujian,
1
![Page 2: KHITBAH.docx](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082614/5695d3801a28ab9b029e219a/html5/thumbnails/2.jpg)
dan sebagainga.1 Kata khitbah dalam bahasa Arab secara literal berarti pinangan
atau lamaran. Yang dimaksud dengan pinangan atau lamaran secara istilah adalah
pernyataan keinginan untuk menikah yang disampaikan oleh salah satu pihak
kepada pihak yang lain dengan cara-cara yang ma’ruf dalam masyarakat2 atau
dengan cara yang lumrah dan biasa dilakukan dalam masyarakat.3
Pelaku khitbah disebut khatib atau khitb. Khitbah merupakan
pendahuluan dari pernikahan.4 Yang umum berlaku dalam masyarakat bahwa laki-
laki yang mengkhitbah perempuan, sehingga khitbah diterjemahkan oleh fuqaha
dengan:
“Pernyataan keinginan untuk menikah terhadap seorang perempuan yang
telah jelas dan perempuan itu memberitahukan keinginan tersebut kepada
walinya.”5
Namun, kebiasaan umum ini tidak selamanya berlaku dalam suatu
masyarakat, tergantung tradisi masyarakat tetempat. Selain itu, karena laki-laki
dan perempuan mempunyai hak yang sama dalam hal khitbah.
C. Dasar Hukum dan Khitbah
Meski khitbah dalam masyarakat sangat sering dilakukan dalam masyarakat,
namun mayoritas fuqaha menyatakan bahwa khitbah memang syari’at Islam,
tetapi seseorang tidak wajib melakukan khitbah sebelum menikah karena tidak ada
satu dalil pun, baik al-Qur’an atau Sunnah, yang menunjukkan secara eksplisit
akan kewajiban melakukan khitbah.6
1Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, (Jakarta Pusat: Pena Pundi Akasara, 2009), hlm. 4712Ahmad Azharuddin Latif, Pengantar Fiqih, (Jakarta: Pusat Studi Wanita UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2005), hlm. 189 3Sayyid Sabiq, Op.Cit, hlm.4724Ibid.hlm.4725Ahmad Azharuddin Latif, Op. Cit.hlm.1896Ibid., hlm. 190
2
![Page 3: KHITBAH.docx](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082614/5695d3801a28ab9b029e219a/html5/thumbnails/3.jpg)
D. Wanita yang boleh dipinang
Tidak semua wanita itu bisa dikawini oleh laki-laki. Ada yang tidak bisa
dikawin untuk selama-selamanya, yaitu karena adanya hubungan darah , hubungan
semenda maupun hubungan susunan. Dan ada pula yang tidak boleh dikawin
sementara waktu. Hal ini berlaku juga dalam pinagan , ada wanita yang boleh
dipinang dan ada juga yang tidak boleh dipinang.
Adapun wanita yang boleh dipinang ialah :
a. Tidak ada halangan –halangan menurut ketentuan syara’ untuk dapat dikawini
seketika, misalnya : wanita tidak ada hubungan muhrim dengan laki-laki
hendak meminang, wanita yang tidak ada dalam hubungan perkawinan
dengan orang lain atau wanita yang tidak sedang menjalani iddah talaq raj’i.
b. Wanita yang tidak sedang dipinang oleh laki-laki lain.
E. Kriteria Wanita yang Dipinang
Adapun kriteria wanita yang dipinang terdapat dua yaitu secara mustahsinah
dan Lazimah
1. Mustahsinah
Yang dimaksud dengan syarat mustahsinah ialah syarat yang berupa anjuran
kepada pihak laki yang akan meminang seorang wanita agar ia meneliti dahulu
wanita yang akan dipinangnya tersebut. Adapun syarat-syarat dari mustasina itu
sendiri sebagai berikut :
a. Wanita yang akan dipinang itu telah diteliti tentang keluarganya, akhlak dan
agamanya, sesuai dengan sabda Rasulullah SAW :
عليه الله صلى النبى عن عنه االله رضى يرة هر أبى عنولدينها ولجملها ولحسبها لها لما آلربع المرأة تنكح وسلم
الترمذي . اال عه الجما روه يداك تربت الدين بذات فاظفرArtinya : dari Abu Hurairah ra. Dan Nabi saw beliau bersabda : Wanita itu
dinikahi karena 4 perkara, karena hartanya, kebangsawanannya/nasabnya, karena kecantikannya, dan karena agamanya. Maka pilihlah pilihlah yang
3
![Page 4: KHITBAH.docx](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082614/5695d3801a28ab9b029e219a/html5/thumbnails/4.jpg)
beragama, mudah-mudahan engkau berhasil baik. (HR. Jamaah ahli hadis kecuali At-Tirmidzi).
b. Wanita yang dipinang adalah wanita yang mempunyai keturunan dan
mempunyai sifat kasih sayang. Sabda Nabi saw :
الله صلى النبى الله رسول كان قال عنه االله رضى أنس عن . ويقول شديدا نهيا التبتل عن وينهى يأمربالبأة وسلم عليه
. روه القيامة يوم األنبياء بكم ثر مكا فاءنى تزوجواالودوداالولوداحمد
Artinya : Dari Anas ra. Beliau berkata, Rasulullah saw menyuruh orang yang sanggup kawin, dan melarang dengan sangat hidup membujang selamanya. Selanjutnya Beliau bersabda : “Kawinilah wanita yang mempunyai sifat kasih saying dan mempunyai keturunan, sesungguhnya aku bangga pada hari kiamat nanti dengan melihat jumlahmu yang banyak dibandingkan dengan jumlah ummat nabi-nabi yang lain (HR. Ahmad).7
c. Wanita yang dipinang itu mempunyai hubungan darah yang jauh dengan laki-
laki yang meminang. Agama melarang seorang laki-laki menikahi seorang
wanita yang sangat dekat hubungan darahnya.8 Sayyidina Umar ibnu khatab
menatakan kepada bani Sa’ab :
. فانكحواالغراءب ضعفتم فقدArtinya : sesungguhnya kamu dalah lemah-lemah, maka nikahlah dengan
orang-orang asing (yang jauh hubungan darahnya denganmu).
2. Lazimah
Yang dimaksud dengan lazimah adalah syarat yang wajib dipenuhi sebelum
peminangan dilakukan.Sahnya peminangan tergantung pada adanya syarat-syarat
lazimah tersebut. Yang termasuk dalam syarat lazimah antara lain :
a. Wanita yang tidak dalam pinangan orang lain atau sedang dalam pinangan
akan tetapi orang yang meminangnya melepaskan hak pinangannya.
Sabda Nabi saw :
7Djaman Nur, Fiqih Munakahat, (Semarang : Dina Utama, 1993), hlm 148Lihat Al-Qur’an Suroh An-Nisaa Ayat 22 dan 23
4
![Page 5: KHITBAH.docx](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082614/5695d3801a28ab9b029e219a/html5/thumbnails/5.jpg)
أخيه بيع على يبتاع أن له يحل فال أخوالمؤمن المؤمنمسلم . و أحمد روه يزر حتى أخيه خطبة على واليخطب
Artinya : orang mukmin adalah bersaudara, tidak boleh menawar barang yang sedang ditawar oleh saudaranya, dan tidak boleh melamar wanita yang sedang dilamar oleh saudaranya sampai saudaranya itu membatalkan tawaran atau pinangannya. (HR.Ahmad dan Muslim).
b. Wanita yang dipinang hendaklah wanita yang halal untuk dinikahi dalam artian
wanita tersebut bukanlah menjadi mahram dari laki-laki yang meminangnya.
F. Larangan Berkhalwat
Khalwat atau bersama-sama dengan orang lain dalam suatu tempat adalah
suatu hal yang sering dilakukan oleh manusia sebagai makhluk yang berasaskan
zoon politicon atau makhluk sosial, namun Islam sebagai agama yang universal
dan kaffah memberikan tuntunan di dalam melakukan khalwat ini, khususnya
ketika dilakukan bersama-sama antara laki-laki dan perempuan yang bukan
mahram dengan tujuan agar tetap terjaganya kehormatan masing-masing dan
terjauh dari kemudharatan.
Berkenaan dengan hal ini, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
OهOمNا Qث Nال ث NانNطR ي Sالش SنQ فNإ VةN أ NرRمQ Qا ب RمO NحNدOك أ SنNوO ل RخN ي Nال
Janganlah salah seorang dari kalian berkhalwat dengan seorang wanita karena sesungguhnya syaitan menjadi orang ketiga diantara mereka berdua.9
Di dalam hadits lain Rasulullah juga bersabda:
مNعNهNا NسR Nي ل VةN أ NرRمQ Qا ب SنNوO ل RخN ي NالNف QرQاآلخ Q NوRم Rي وNال QاللهQ ب OنQمRؤO ي NانN ك RنNمNو
OانNطR ي Sالش NهOمNا Qث Nال ث SنQ فNإ RهNا مQن V م NرRحNم RوOذ
9Ibnul Atsir, An-Nihayah fi goribil hadits, (Darul Ma’rifah, tahqiq Syaikh Kholil Ma’mun, tt), hlm.116.
5
![Page 6: KHITBAH.docx](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082614/5695d3801a28ab9b029e219a/html5/thumbnails/6.jpg)
Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka janganlah ia berkhalwat dengan seorang wanita tanpa ada mahrom wanita tersebut, karena syaitan menjadi orang ketiga diantara mereka berdua.10
Nا ي NالNقNف XلOج Nر NامNقNف V م NرRحNم RيQذ NعNم SالQ إ VةN أ NرRمQ Qا ب XلOج Nر SنNوO ل RخN ي Nال NذNا وNك NذNا ك QةNو RزNغ RيQف OتR Nب Nت Rت Qك وNا حNاجNة\ RتNج NرNخ RيQ Nت أ NرRمQ ا Qالله NلRو Oس Nر
NكQ Nت أ NرRمQ ا NعNم SجOحNف RعQج RرQ ا NالNقDari Ibnu Abbas, bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Janganlah seorang laki-laki berkhalwat dengan seorang wanita kacuali jika bersama dengan mahrom sang wanita tersebut”. Lalu berdirilah seseorang dan berkata, “Wahai Rasulullah, istriku keluar untuk berhaji, dan aku telah mendaftarkan diriku untuk berjihad pada perang ini dan itu”, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Kembalilah!, dan berhajilah bersama istrimu.11
Di dalam hadits di atas, nabi saw mengatakan bahwa syaitan akan menjadi
orang ketiga diantara mereka berdua. Berkata Al-Munawi mengenai hal ini,
menurut beliau maksudnya adalah syaitan menjadi penengah (orang ketiga)
diantara keduanya dengan membisikan mereka (untuk melakukan kemaksiatan)
dan menjadikan syahwat mereka berdua bergejolak dan menghilangkan rasa malu
dan sungkan dari keduanya serta menghiasi kemaksiatan hingga nampak indah di
hadapan mereka berdua, sampai akhirnya syaitan pun menyatukan mereka berdua
dalam kenistaan (yaitu berzina) atau (minimal) menjatuhkan mereka pada perkara-
perkara yang lebih ringan dari zina yaitu perkara-perkara pembukaan dari zina
yang hampir-hampir menjatuhkan mereka kepada perzinaan.”12
Berkata As-Syaukani, “Sebabnya adalah lelaki senang kepada wanita karena
demikanlah ia telah diciptakan memiliki kecondongan kepada wanita, demikian
juga karena sifat yang telah dimilikinya berupa syahwat untuk menikah. Demikian
10HR Ahmad dari hadits Jabir 3/339. Dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Irwaul Golil jilid 6 no 1813
11Imam An-Nawawi, Al-Minhaj syarh shahih Muslim, (Dar Ihyaut Turots, cetakan ketiga, tp, tt), hlm.321
12Ibnu Hajar Al-Asqolani, Fathul Bari, (Darus Salam, cetakan pertama, tp, 1421 H), hlm.271
6
![Page 7: KHITBAH.docx](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082614/5695d3801a28ab9b029e219a/html5/thumbnails/7.jpg)
juga wanita senang kepada lelaki karena sifat-sifat alami dan naluri yang telah
tertancap dalam dirinya. Oleh karena itu syaitan menemukan sarana untuk
mengobarkan syahwat yang satu kepada yang lainnya maka terjadilah
kemaksiatan.”13
Imam An-Nawawi berkata, “…Diharamkannya berkhalwat dengan seorang
wanita ajnabiah dan dibolehkannya berkholwatnya (seorang wanita) dengan
mahramnya, dan dua perkara ini merupakan ijma’ (para ulama)”
Dari A’isyah ia berkata : nabi SAW membaiat para perempuan dengan
perkataan tidak perna tangan rasulullah memegang tangan para perempuan,kecuali
tangan perempuan yang telah menjadi miliknya ( artinya perempuan yang telah
dimilikinya) yaitu istri nabi sendiri ( HR. Bukhari )
Allah berfirman dalam Al-Qur’an surat An-Nur ayat 30 yang berbunyi:
Artinya Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih Suci bagi mereka, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang mereka perbuat".(SQ.An-Nur ayat 30)
Asbabul nuzul dari ayat diatas ialah Ada seorang laki-laki pada massa
rosululloh yang berjalan di lorong kota madinah, lalu ia bertemu dengan seorang
perempuan Lalu kedua nya saling menatap dan memandang karna saling
terpesona. laki-laki itupun terus berjalan sambil memandangi perempuan itu dan
akhir nya ia menabrak sebuah dinding sehinggah hidung seorang laki-laki itupun
pecah dan berdarah ,lalu laki-laki itu pun berkata kepada seorang perempuan
tersebut “aku tidak akan membasuh darahku sebelum aku tanyakan apa yang
terjadi padaku ini”, kepada rosullulloh. kemudian laki-laki itu pun datang
menemui rosul dan menceritakan apa yang baru saja ia alami.14
13Ibnu Hajar al-Asqolani, Bulughul Maram, (Singapura:Haramain, tt), hlm.11314Ibnu Mas’ud dan Zainal Abidin, Fiqh Madzhab Syafi’i, (Bandung :Pustaka Setia, 2007),
hlm.34
7
![Page 8: KHITBAH.docx](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082614/5695d3801a28ab9b029e219a/html5/thumbnails/8.jpg)
G. Kesimpulan
Adapun yang menjadi kesimpulan makalah ini adalah :
a. Khitbah adalah pernyataan keinginan untuk menikah yang disampaikan oleh
satu pihak kepada pihak yang lain dengan cara-cara yang ma’ruf dalam
masyarakat.
2. Khitbah hukumnya tidak wajib.
3. Hikmah khitbah adalah saling mengenal kepribadian calon pasangan suami
istri.
4. Tata cara khitbah ada berupa sindiran dan ada yang secara langsung,
disesuaikan dengan keadaan pihak yang dikhitbah. Orang yang mengkhitbah
dan dikhitbah harus memenuhi syarat tertentu. Bagian tubuh pihak yang
dikhitbah juga memiliki batasan yang dapat ddilihat oleh pihak yang
mengkhitbah.
5. Bila khitbah telah disepakati dua belah pihak, konsekuensi khitbah berlaku,
yaitu pintu khitbah sudah tertutup bagi tertutup bagi orang lain terhadap
mereka.
6. Berkhalawat adalah dimana seorang laki-laki dan perempuan berduaan di
tempat sepi dan mereka bukanlah muhrim, sesungguhnya berkhalawat atau
berduaan dengan seorang yang bukan muhrimnya sangat dilarang oleh
agama dan dapat menimbulkan fitnah ditengah-tengah masyarakat dan juga
bisa merusak nama baik kita dimasyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Azharuddin Latif, Pengantar Fiqih, Jakarta: Pusat Studi Wanita UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2005.
8
![Page 9: KHITBAH.docx](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082614/5695d3801a28ab9b029e219a/html5/thumbnails/9.jpg)
Djaman Nur, Fiqih Munakahat, Semarang : Dina Utama, 1993.
HR Ahmad dari hadits Jabir 3/339. Dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Irwaul Golil jilid 6 no 1813
Ibnu Hajar al-Asqolani, Bulughul Maram, Singapura:Haramain, tt.
Ibnu Hajar Al-Asqolani, Fathul Bari, Darus Salam, cetakan pertama, tp, 1421 H.
Ibnu Mas’ud dan Zainal Abidin, Fiqh Madzhab Syafi’i, Bandung :Pustaka Setia, 2007.
Ibnul Atsir, An-Nihayah fi goribil hadits, Darul Ma’rifah, tahqiq Syaikh Kholil Ma’mun, tt.
Imam An-Nawawi, Al-Minhaj syarh shahih Muslim, Dar Ihyaut Turots, cetakan ketiga, tp, tt.
Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, Jakarta Pusat: Pena Pundi Akasara, 2009.
9