Khilafiyah

2
Khilafiyah adalah persoalan yang biasa dikalangan Nahdliyyin. Sebab dalam kitab-kitab fiqihyang menjadi rujukan resmi organisasi, pemandangan seperti itu bukanlah hal yang baru. Bahkan terjadi sejak sebelum organisasi resminya didirikan. Diantara para Imam Madzhab (Syafi’i, Hambali, Hanafi dan Maliki) seringkali berbeda pendapat. Begitu pula Imam Nawawi dan Imam Rafi’i, juga seringkali tidak sependapat. Bahkan keduanya juga tidak jarang harus berbeda keyakinan dengan guru mereka, Imam Syafi’i. Perbedaan itu bila disikapi dengan kaku akan bisa melahirkan perpecahan. Namun bila disikapi dengan toleransi tinggi, justru akan memberikan manfaat yang besar bagi kaum muslimin, Islam menjadi terasa luas. Disinilah akan terlihat bahwa perbedaan adalah sebuah rahmat. Hadist Nabi menyebutkan Ikhtilafu ummati rahmatun (perbedaan umatku adalah suatu rahmat) Dan NU sudah terbiasa dengan perbedaan itu sejak lama. MADZHAB Warga Nahdliyin dikenal sebagai kaum yang bermadzhab, yaitu penganut salah satu madzhab empat (Syafi’i, Hambali, Hanafi dan Maliki). Madzhab artinya jalan yang diterangi untuk mencapai tujuan dalam masalah keagamaan. Madzhab mengandung dua unsur : 1. Unsur “manhaj” artinya pola, metode, dan kumpulan kaidah- kaidah berijtihad yang sudah mapan dan mantap. 2. Unsur “ijtihad” yang dilakukan oleh para mujtahid, berwujud qaul (pendapat). Dikalangan kaum bermadzhab terdapat kebiasaan , kalau disebut mujtahid saja (tanpa penjelasan lain) maksudnya adalah mujtahid mutlak. Dibawah tingkat mujtahid mutlak terdapat para mujtahid muntasib (mujtahid tidak mutlak, mujtahid terbatas) yang masih mengikuti aliran ijtihad seseorang mujtahid mutlak.

description

agama

Transcript of Khilafiyah

Page 1: Khilafiyah

Khilafiyah adalah persoalan yang biasa dikalangan Nahdliyyin. Sebab dalam kitab-kitab fiqihyang menjadi rujukan resmi organisasi, pemandangan seperti itu bukanlah hal yang baru. Bahkan terjadi sejak sebelum organisasi resminya didirikan. Diantara para Imam Madzhab (Syafi’i, Hambali, Hanafi dan Maliki) seringkali berbeda pendapat. Begitu pula Imam Nawawi dan Imam Rafi’i, juga seringkali tidak sependapat. Bahkan keduanya juga tidak jarang harus berbeda keyakinan dengan guru mereka, Imam Syafi’i.

Perbedaan itu bila disikapi dengan kaku akan bisa melahirkan perpecahan. Namun bila disikapi dengan toleransi tinggi, justru akan memberikan manfaat yang besar bagi kaum muslimin, Islam menjadi terasa luas. Disinilah akan terlihat bahwa perbedaan adalah sebuah rahmat. Hadist Nabi menyebutkan Ikhtilafu ummati rahmatun (perbedaan umatku adalah suatu rahmat) Dan NU sudah terbiasa dengan perbedaan itu sejak lama.

MADZHAB

Warga Nahdliyin dikenal sebagai kaum yang bermadzhab, yaitu penganut salah satu madzhab empat (Syafi’i, Hambali, Hanafi dan Maliki). Madzhab artinya jalan yang diterangi untuk mencapai tujuan dalam masalah keagamaan.

Madzhab mengandung dua unsur :

1. Unsur “manhaj” artinya pola, metode, dan kumpulan kaidah-kaidah berijtihad yang sudah mapan dan mantap.

2. Unsur “ijtihad” yang dilakukan oleh para mujtahid, berwujud qaul (pendapat).

Dikalangan kaum bermadzhab terdapat kebiasaan , kalau disebut mujtahid saja (tanpa penjelasan lain) maksudnya adalah mujtahid mutlak. Dibawah tingkat mujtahid mutlak terdapat para mujtahid muntasib (mujtahid tidak mutlak, mujtahid terbatas) yang masih mengikuti aliran ijtihad seseorang mujtahid mutlak.

Kaum muslimin yang awam hanya mampu bermadzhab (mengikuti madzhab), artinya mengikuti pendapat-pendapat para mujtahid , tanpa berpayah-payah mencari dalil atas sesuatu amalan agama.

Pada hakekatnya semua orang pasti bermadzhab. Kalau tidak bermadzhab pada madzhab-madzhab yang lama, tentu mereka bermadzhab kepada madzhab yang baru (mungkin madzhab Muhammad Abduh, mungkin madzhab Fadlur Rahman). Sistem bermadzhab adalah sebagai sarana melestarikan dan mengembangkan ajaran islam, tentunya membutuhkan dinamika dan dinamisasi didalam penerapannya.