Keynote Address Wakil Menteri Perindustrian RI di Seminar Nasional Standardisasi 2012
Click here to load reader
-
Upload
national-standardization-agency-of-indonesia -
Category
Devices & Hardware
-
view
225 -
download
0
Transcript of Keynote Address Wakil Menteri Perindustrian RI di Seminar Nasional Standardisasi 2012
Keynote Address
Wakil Menteri PerindustrianAlex SW Retraubun
“STRATEGI PENINGKATAN EFISIENSI PRODUKSI NASIONAL MENGHADAPI ERA GLOBALISASI
MELALUI PENERAPAN STANDAR”
Senin, 12 nopember 2012
RUANG RAFLESIA, BALAI KARTINI10.30 – 11.00
1
Wakil Menteri Perindustrian Republik Indonesia
KEYNOTE ADDRESS
Strategi Peningkatan Efisiensi Produksi
Nasional Menghadapi Era Globalisasi
Melalui Penerapan Standar
Jakarta, 12 Nopember 2012
Yth. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Gusti Muhammad Hatta, Ms
selaku Menteri Negara Riset dan Teknologi;
Yth. Para Pemakalah;
Yth. Para Undangan dan Saudara Peserta Seminar
Nasional Standardisasi
2
Assalaamu’alaikum Wr.Wb.
Salam Sejahtera untuk kita semua
Pertama-tama marilah kita bersama-sama
memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha
Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya
sehingga pada hari ini kita dapat berkumpul bersama
dalam keadaan sehat wal’afiat untuk menghadiri
Seminar Nasional Standardisasi yang bertujuan untuk
meningkatkan pemahaman penerapan SNI kepada para
stakeholder sebagai upaya untuk memacu industri
dalam meningkatkan efisiensi produksi nasional.
Pada kesempatan yang baik ini, saya mengucapkan
terimakasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya
kepada BSN, yang telah menyelenggarakan seminar ini,
semoga informasi yang diperoleh dapat memberikan
manfaat bagi pengembangan industri nasional. Pada
kesempatan ini pula saya ingin menyampaikan ”Strategi
Peningkatan Efisiensi Produksi Nasional Menghadapi
Era Globalisasi melalui Penerapan Standar”.
3
Para hadirin yang kami hormati,
Pembangunan sektor industri sangat erat kaitannya
dengan perkembangan ekonomi. Beberapa isu global di
bidang ekonomi terutama resesi perekonomian dunia
mulai dari kredit macet di Amerika Serikat (subprime
mortgage) sampai dengan krisis ekonomi di Eropa telah
menyebabkan permasalahan di sektor industri semakin
berat. Namun, Di tengah krisis perekonomian global
Indonesia termasuk negara yang masih mampu
menciptakan pertumbuhan positif.
Sehingga tidak berlebihan apabila Bank Dunia dan
beberapa organisasi internasional memperkirakan
bahwa Indonesia akan menjadi negara dengan
perekonomian yang tumbuh pesat sebagai bagian dari
Asia yang menjadi pusat pertumbuhan perekonomian
dunia bersama-sama dengan Republik Rakyat China,
Korea Selatan, dan India.
4
Hadirin sekalian,
Perkiraan Bank Dunia tersebut memicu keinginan
beberapa Negara untuk melakukan free trade
agreement (FTA) dengan Indonesia. Hal lain yang
menjadi daya tarik Indonesia bagi beberapa Negara
adalah pasar Indonesia yang relative besar dengan
penduduk yang konsumtif.
Maraknya free trade agreement yang semakin
sering dilakukan, membuat kondisi pasar Indonesia yang
relatif sudah sangat terbuka, dimana tingkat tarif
secara perlahan akan diturunkan bahkan akan
dihilangkan menjadi 0 (nol) persen, sehingga tarif sudah
tidak lagi efektif dipergunakan upaya untuk melindungi
industri dalam negeri. Jika dibandingkan dengan
negara-negara anggota G-20, pada tahun 2010 rata-rata
tarif Bea Masuk Indonesia sudah relatif liberal, dimana
saat ini berada di kisaran 6,8%, sedangkan negara
lainnya memiliki rata-rata tarif Bea Masuk yang lebih
5
protektif, seperti Korea (12,1%), Brazil (13,7%), China
(9,1%) dan India (13%).
Jika dilihat dari indeks daya saing, Indonesia
masih lebih rendah dibandingkan dengan beberapa
negara lain seperti Brazil, India, Korea dan China yang
menerapkan tarif bea masuk yang relatif lebih tinggi
dari Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa
negara-negara yang dengan daya saing yang cukup
tinggi pun masih merasa perlu untuk melindungi pasar
dalam negerinya.
Sementara itu, kinerja perdagangan produk
industri Indonesia terhadap mitra dagang negara utama
menunjukkan keadaan yang semakin mengkhawatirkan
selama 5 (lima) tahun terakhir, dimana defisit
perdagangan produk industri semakin melebar terutama
untuk barang modal, termasuk produk
komponen/penunjang dan barang konsumsi. Padahal,
barang-barang ini akan menjadi tumpuan kemandirian
6
negara kita di masa yang akan datang, yang akan
terganggu apabila akses pasarnya dibuka terlalu luas.
Berdasarkan data yang ada nilai neraca
perdagangan dari tahun 2007 sampai 2011 berturut
turut adalah sebagai berikut: 28.4 Miliar (2007), minus
3.5 Miliar (2008), 1.04 Miliar (2009); minus 3.1 Miliar
(2010), dan minus 3,9 Miliar (2011). Data diatas
menggambarkan adanya ancaman pergeseran status dari
net eksporter menjadi net importer bagi barang-barang
hasil industri pengolahan.
Hadirin sekalian,
Kata kunci dalam mencegah pergeseran tersebut
adalah Daya Saing. Persaingan di pasar domestik lebih
berat kepada persaingan harga. Harga yang bersaing
hanya dimungkinkan apabila produksi dilakukan dengan
effisien. Namun pada kenyataannya harga yang
diturunkan dari effisiensi produksi masih lebih tinggi
7
dari harga yang berasal dari produksi masal dengan
skala ekonomis yang besar dan tanpa memperhatikan
kualitas.
Dalam hal ini SNI Wajib memiliki peran strategis
sebagai salah satu alat untuk mencegah lonjakan impor
atas barang-barang yang murah dan tidak memenuhi
ketentuan kualitas mutu, yang telah membanjiri pasar
dalam negeri. Pencegahan lonjakan impor atas barang
murah dan tidak memenuhi ketentuan kualitas mutu ini
diperlukan demi memberikan perlindungan kepada
keselamatan konsumen, kesehatan masyarakat, isu
lingkungan dan keamanan.
Selain berfungsi sebagai sarana pencegahan impor
atas barang murah dan tidak memenuhi ketentuan
mutu, standar juga berfungsi sebagai “tools” penentuan
kualitas minimal suatu produk nasional. Dengan semakin
tingginya standar produk dalam negeri maka diharapkan
dapat meningkatkan daya saing produk nasional yang
8
secara optimis kami yakini bisa kembali mendongkrak
nilai ekspor produk industri Indonesia.
Hadirin sekalian,
Standar dipergunakan untuk memberikan kepastian
dan keyakinan bahwa suatu produk telah memenuhi
“unsur nilai minimal” yang disepakati. Sebagai
satu-satunya standar yang berlaku secara nasional di
Indonesia, SNI memberikan manfaat bagi produsen,
konsumen, dan publik. Dengan SNI, produsen paham
akan kepastian batas yang diterima pasar, konsumen
memperoleh kepastian kualitas dan keamanan produk,
sementara publik dilindungi dari segi keamanan,
kesehatan,keselamatan, dan kelestarian lingkungannya.
Sebagai bangsa yang besar, Indonesia harus terus
mengembangkan serta meningkatkan standarnya, hal ini
perlu dilakukan guna meningkatkan kualitas daya saing
9
produk dalam negeri dan melakukan efisiensi produksi
nasionalnya.
Namun, Indonesia sebagai negara anggota WTO,
dalam mengembangkan standar nasionalnya tidak boleh
ditujukan menciptakan hambatan perdagangan yang
baru seperti yang diamanatkan dalam kesepakatan
technical barrier to trade agreement (Perjanjian TBT).
Sehubungan dengan hal tersebut, maka pengembangan
standar nasional diupayakan untuk: i)mengacu pada
standar internasional, ii) memberikan kesempatan
untuk tanggapan dan masukan dari pihak luar, dan iii)
dipublikasikan secara luas.
Sebagai negara anggota WTO kita juga harus
memperhatikan prinsip “national treatment dan most
favoured nation” dalam memberlakukan ketentuan
mengenai standar, hal ini mengandung pengertian
bahwa Indonesia tidak boleh membedakan standar
produk yang diproduksi di dalam negeri dengan standar
produk yang diproduksi di negara lain, dan tidak
10
mendiskriminasikan standar produk dari suatu negara
tertentu dengan produk dari negara lainnya.
Hadirin sekalian,
Dalam kesempatan ini, ijinkanlah saya mengupas
berbagai konsekuensi yang harus disiapkan dalam
menjalankan Strategi Peningkatan Efisiensi Produksi
Nasional Menghadapi Era Globalisasi melalui Penerapan
Standar, adapun hal–hal tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Pengembangan SNI yang dilakukan oleh Pemerintah
Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan
kualitas produk ternyata membawa dampak
konsekuensi yang besar. Konsumen secara umum
memiliki preferensi untuk membeli produk dengan
harga yang terjangkau daripada produk yang
memenuhi kualitas standar dengan harga yang
relatif lebih tinggi. Dengan adanya hal tersebut
diperlukan upaya edukasi dari Pemerintah,
Akademisi, serta para pihak terkait kepada
11
masyarakat mengenai arti penting suatu standar
mutu produk yang akan dipakai.
2. Standardisasi mutu memiliki arti yang penting bagi
produk industri Indonesia dalam menghadapi
globalisasi, sehingga dalam hal ini Industri harus
menyikapi secara cerdas dengan melakukan inovasi
produk yang memiliki daya saing tinggi, memenuhi
standar dan harga yang terjangkau. Standardisasi
merupakan instrumen bisnis yang sangat penting
dalam perdagangan global dan instrumen ini harus
dikuasai oleh setiap industri agar mampu bersaing di
era global.
3. Dalam penerapan SNI-Wajib diperlukan pengawasan
yang ketat atas barang beredar yang terkait
SNI-Wajib. Saat ini, banyak kita jumpai
membanjirnya produk impor yang tidak memenuhi
standar dan dengan harga yang relatif menjangkau
seluruh kalangan. Dalam hal ini diperlukan adanya
12
mekanisme pengawasan barang beredar dilapangan
yang lebih efektif.
Dalam menjalankan Strategi Peningkatan Efisiensi
Produksi Nasional Menghadapi Era Globalisasi melalui
Penerapan Standar, kementerian perindustrian
berupaya akan terus menambah produk-produk yang
memiliki kategori SNI-wajib, dalam hal ini kami telah
menunjuk 30 Lembaga Sertifikasi Profesi (LS-Pro) dan 53
lab uji yang tersebar di hampir seluruh wilayah
Indonesia guna memfasilitasi proses permohonan
SPPT-SNI wajib. Selain itu, kami terus berupaya untuk
melakukan penguatan infrastruktur standar di lembaga
penilaian kesesuaian di lingkungan Kementerian
Perindustrian.
Hadirin sekalian,
13
Akhir kata, saya ingin menyampaikan bahwa
Industri adalah sektor ekonomi yang dapat
meningkatkan dan membangkitkan sektor riil, membuka
lebih banyak lapangan pekerjaan, dan juga membangun
masyarakat industri yang penting bagi upaya Indonesia
menuju negara maju. Dalam setiap proses untuk
mewujudkan Indonesia sebagai negara maju tersebut
tidaklah terlepas dari globalisasi, dan dalam era
globalisasi tersebut industri selalu ingin menjadikan
produk Indonesia sebagai tuan rumah di negerinya
sendiri dengan produk-produk yang berstandar
internasional.
Sebagai penutup, adanya globalisasi akan memicu
persaingan yang lebih ketat di antara industri dalam
negeri maupun industri dari luar. Dengan adanya
Globalisasi tersebut, industri dalam negeri akan terus
terpacu untuk berinovasi untuk terus memperbaiki
kualitas produknya, namun di sisi lain globalisasi
menyebabkan membanjirnya produk luar dengan harga
14
yang relatif lebih murah. Sehingga dalam hal ini
globalisasi harus disikapi sebagai suatu tantangan untuk
lebih menciptakan efisiensi produksi nasional dengan
penerapan standar.
Terima Kasih
‘Wassalamu Alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh’
Alex SW Retraubun
Wakil Menteri Perindustrian
15