KEWIRAUSAHAAN

11
qwertyuiopasdfghjklzxcvbnmq wertyuiopasdfghjklzxcvbnmqw ertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwe rtyuiopasdfghjklzxcvbnmqwer tyuiopasdfghjklzxcvbnmqwert yuiopasdfghjklzxcvbnmqwerty uiopasdfghjklzxcvbnmqwertyu iopasdfghjklzxcvbnmqwertyui opasdfghjklzxcvbnmqwertyuio pasdfghjklzxcvbnmqwertyuiop asdfghjklzxcvbnmqwertyuiopa sdfghjklzxcvbnmqwertyuiopas dfghjklzxcvbnmqwertyuiopasd fghjklzxcvbnmqwertyuiopasdf KEWIRAUSAHAAN Tenaga Kerja Indonesia di Hongkong 8/30/2014 SMK Caraka Nusantara Nama anggota (Kelompok 2): Ana Soliha Fildzah Nuraini Iqbal Pratama Luthfiyatun Khamidah Radityo Nugroho Stella Mustika Rani

description

ketenagakerjaan / SDM

Transcript of KEWIRAUSAHAAN

Page 1: KEWIRAUSAHAAN

qwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmrtyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqw

KEWIRAUSAHAAN

Tenaga Kerja Indonesia di Hongkong

8/30/2014

SMK Caraka Nusantara

Nama anggota (Kelompok 2): Ana Soliha Fildzah Nuraini Iqbal Pratama Luthfiyatun Khamidah Radityo Nugroho Stella Mustika Rani

Page 2: KEWIRAUSAHAAN

I. Artikel ketenagakerjaan / SDM Indonesia di luar negeri

Tragedi Erwina, TKI Korban “Perbudakan” di Hong Kong.Tangan dan Kakinya Lebam Berat, dan Hasrus Dipapah. Giginya Patah.

ERWIANA SULISTYANINGSIH

Asal: Ngawi

 Lahir pada 7 Januari 1991

Nomer passport: AS 321825

8 bulan bekerja di majikan bernama LAW WAN TUNGberalamat di: Flat J 38 /F BLK 5 Beverly Garden 1 Tong Ming Street Tsueng Kwan O, Kowloon, HKErwiana diberangkatkan oleh P.T. GRAHA AYU KARSA Tangerang. Dan agen di Hong Kong Chans AsiaRecruitment Centre.

Mata Riyanti, seorang warga Indonesia, terpaut pada sesosok perempuan yang terlihat diam, pada Jumat, 10 Januari lalu di Bandara Chek Lap Kok, Hong Kong. Tubuh perempuan itu kurus, kakinya penuh luka, dan dibungkus kain tebal.

"Saya menyapa dia, karena dia terlihat terluka dengan kaki dan tangannya dibungkus kain tebal. Kondisinya lemah, diam dan tidak mau ngomong," ujar Riyanti, yang pada hari itu hendak terbang dari Hong Kong ke Jakarta.

Pada awalnya tak banyak yang diceritakan oleh perempuan malang berumur 21 tahun itu. Dia hanya bungkam di bandara Hong Kong itu. Riyanti lalu membantu perempuan itu berjalan. Tapi Riyanti kian penasaran. Ia agak mengancam tak akan membantu Erwiana berjalan, jika perempuan itu tak mau bercerita mengapa ia tampak begitu menderita.

Beberapa saat setelah pertemuan itu lah publik gempar. Perempuan itu bernama Erwiana Sulistyaningsih. Fotonya yang mengenaskan--ia sedang terkapar di rumah sakit, lalu tersebar di internet. Tubuhnya penuh luka, setengah wajahnya memar, matanya memerah. Tangan dan kakinya menghitam lebam. Giginya patah.

Kepada Riyanti, Erwiana mengisahkan nesatapa yang menimpa dirinya. Ceritanya pun menjadi sorotan media massa dunia.

Page 3: KEWIRAUSAHAAN

Erwiana adalah buruh migran Hong Kong yang disiksa majikan bernama Law Wan Tung selama tujuh bulan bekerja di Apartemen J 38F Blok 5 Beverly Garden 1, Tong Ming Street, Tesung, O Kowloon, Hong Kong. Komite Hak Asasi Manusia Asia dalam laporannya mengatakan bahwa Erwiana kerap dipukuli dengan berbagai benda, di antaranya pipa penyedot debu dan gantungan baju di kepalanya.

Dia juga dilaporkan pernah disiram air panas. Kepada Al Jazeera, Erwiana yang terbujur tidak berdaya di rumah sakit di Sragen, Jawa Tengah, mengaku dipukuli setiap hari oleh majikannya yang gila kebersihan. Tangan dan kakinya terluka, diduga akibat alergi yang semakin parah karena tidak diobati.

"Saya harus bekerja 21 jam sehari. Saya tidak punya kamar sendiri sehingga tidur di lantai. Jika salah satu dari dua anak majikan melihat saya tertidur di tempat yang bukan semestinya, mereka melaporkan ke ibu dan dia memukuli saya lagi," kata Erwiana.

Eli Lestari, juru bicara gerakan Justice for Erwiana dan All Migrant Domestic Workers mengatakan bahwa majikannya itu hanya memberi Erwiana makan roti dan sedikit nasi setiap hari dan minum dari air kran. Dia tidak diperbolehkan tidur di malam hari dan hanya boleh tidur pada pukul 1-5 siang. Paspornya juga disita wanita berusia 40 tahunan itu.

Sebenarnya dia pernah kabur setelah kerja baru sebulan di rumah tersebut. Namun agen pengirimnya, Chan's Recruitment Agency malah mengembalikannya ke tangan Law. Alasannya, Erwiana tidak boleh berhenti sebelum uang penempatannya dia lunasi. Semenjak itu, pintu rumah dikunci rapat-rapat.

Di minggu-minggu terakhir masa kerjanya, luka-luka Erwiana bertambah parah. Darah menetes terus dari lukanya, mengotori karpet majikan. Bukannya kasihan, Law malah membungkus luka tersebut dengan plastik. Namun darah masih bisa keluar.

Akhirnya, majikannya itu memulangkannya ke Indonesia diam-diam. Erwiana diancam dibunuh jika berani menceritakan apa yang dia alami.

“Erwiana ditinggal majikannya di ruang imigrasi di Bandara. Saya ketemu dia duduk sendirian di ruang tunggu, oleh majikan hanya dibekali sandal jepit, dua pampers dan tisu yang dimasukkan dalam tas kecil. Selain itu dia juga diberi uang saku Rp100.000 dan tiket pulang ke Indonesia. Awalnya saya tidak mengetahui apakah dia orang Indonesia atau dari mana," kata Riyanti.

Riyanti membantu Erwiana masuk pesawat dengan mendorongnya di atas troli barang. Di pesawat, Erwiana menceritakan penyiksaan tersebut. Riyanti mengatakan, dalam curhatnya itu Erwiana mengaku selama dipukuli majikannya itu tidak pernah menangis agar majikan tak bertambah emosi.

“Dia tidak bisa menangis setiap kali dipukuli. Dia berpikirnya kalau sampai menangis nanti majikannya akan memukulinya hingga parah. Kasus pemukulan itu terjadi selama tujuh bulan,” ujar Riyanti.

Perempuan naas itu kini terbaring di bangsal Al Huda No II.1 Rumah Sakit Islam (RSI) Amal Sehat, Sragen. Untuk merawat dan mengobati Erwiana dibentuklah tim dokter khusus yang terdiri dari empat dokter, yakni dokter bedah, dokter syaraf, dokter penyakit dalam dan dokter kulit. Dalam CT-Scan, diketahui bahwa Erwiana mengalami pembengkakan di otak akibat pukulan benda keras.

South China Morning Post (SCMP) menuliskan bahwa Erwiana bukan satu-satunya korban kekejaman Law. Setidaknya ada dua TKW asal Indonesia yang pernah jadi bulan-bulanan bogem mentah Law. Salah satunya bernama Susi yang kini masih di Hong Kong, dan TKI lainnya yang tidak disebutkan namanya di Singapura.

Page 4: KEWIRAUSAHAAN

Kasus ini memicu kemarahan pekerja asal Indonesia di Hong Kong. Ada lebih dari 300.000 pekerja migran di Hong Kong, setengahnya berasal dari Indonesia, kebanyakan perempuan. Pada 12 Januari lalu, mereka menggelar aksi damai di depan kantor Konsulat Jenderal RI di Hong Kong. Konjen Hong Kong Chalief Akbar Tjandradiningrat berjanji akan memberikan bantuan hukum untuk Erwiana dan mendesak agen penyalurnya PT Graha Ayu Karsa untuk membiayai seluruh biaya pengobatan Erwiana di Indonesia.

Aksi serupa berlangsung hari Minggu kemarin, diikuti oleh ribuan pekerja asal Indonesia. Mereka menuntut keadilan dan dihentikannya tindakan yang oleh media asing disebut sebagai "perbudakan modern" itu.

Konjen juga berjanji akan mendesak kepolisian Hong Kong untuk menyelidiki tindak kriminal ini. Awalnya, kepolisian Hong Kong menolaknya. Barulah pada 15 Januari lalu kasus ini diselidiki kepolisian distrik Kwun Tong. Kepolisian Hong Kong lantas mengirim tiga penyidik ke Indonesia untuk menanyai Erwiana.

Kabar terbaru dari akun Facebook KJRI Hong Kong, mantan majikan Erwiana mencoba kabur ke Thailand. Beruntung berhasil dicegah petugas imigrasi setelah masuk daftar cekal imigrasi Hong Kong. Hal ini berkat aduan Susi, mantan pekerja Law yang melaporkan kekejamannya ke polisi.

Terlilit utang

Menurut laporan Amnesty International, tidak hanya Erwiana, tapi ada ribuan pekerja wanita asal Indonesia yang terancam menjadi budak di Hong Kong. Menurut Amnesty, TKW ini diacuhkan pemerintah, dieksploitasi oleh agen pencari kerja. Pelanggaran HAM yang terjadi pada mereka antara lain, hilangnya kebebasan bergerak, kekerasan fisik dan seksual, kurang makan, dan pekerjaan dengan waktu yang di luar nalar.

Para TKW ini tidak bisa kabur atau melawan karena mereka terlilit utang oleh agen. Sebelum diberangkatkan, para TKW ini diberikan pelatihan oleh agen. Setiap TKW dikenakan biaya yang tidak murah untuk bisa memperoleh pelatihan tersebut.

Nominalnya bahkan bisa mencapai US$2.700 atau Rp32 juta. Nilai ini lima kali lebih tinggi ketimbang gaji bulanan mereka. Bahkan, nilainya melebihi batas hukum yang ditetapkan di Hong Kong dan Jakarta. Otomatis untuk bisa membayar biaya pelatihan itu, para agen memotong langsung dari gaji para TKI hingga utang itu terlunasi. Dari sini, para TKW terpenjara oleh utang.

"Tidak bisa disangkal bahwa pemerintah Hong Kong dan Indonesia tutup mata terhadap diperdagangkannya ribuan wanita yang rentang untuk kerja paksa. Pemerintah mungkin berkata akan menegakkan hukum nasional untuk perlindungan wanita-wanita ini, tapi hukum ini jarang ditegakkan," kata Norma Kang Muico, Peneliti Hak-hak Migran Asia Pasifik di Amnesty International.

Dalam laporannya berdasarkan wawancara dengan 97 pekerja migran Indonesia dan didukung survei dari 1.000 wanita di Serikat Buruh Migran Indonesia, Amnesty International mendengarkan banyak kesaksian yang memilukan, ini terjadi bahkan saat mereka menjalani pelatihan di Indonesia.

Banyak dari para wanita ini mengaku disuntik alat kontrasepsi saat menjalani pelatihan. Mereka dipenjarakan di tempat bertembok tinggi, jika kabur mereka harus membayar Rp27 juta. Nominal ini mereka tandatangani di lembar kontrak berbahasa Inggris yang tidak mereka paham artinya.

Di Hong Kong, penderitaan makin menjadi. Berdasarkan wawancara, rata-rata pekerja ini bekerja 17 jam sehari, beberapa mengaku dibayar jauh di bawah upah minimum, dilarang melaksanakan ibadah, dan tidak dapat hari libur. Tidak lupa, mereka jadi sasaran penyiksaan.

Page 5: KEWIRAUSAHAAN

"Istri majikan secara fisik menyiksa saya setiap hari. Satu ketika, dia memerintahkan dua anjing menggigit saya. Saya punya 10 luka gigitan di tubuh, yang menembus kulit dan berdarah. Dia merekamnya dengan telepon seluler, dan sering dia putar ulang sambil tertawa-tawa," kata seorang pekerja asal Indonesia.

Menurut kebijakan Asisten Rumah Tangga di Hong Kong, majikan berkewajiban untuk memberikan gaji tidak kurang dari upah minimum, yaitu HKD4.010 atau Rp6.410.000, dicukupi makannya dan perawatan medis gratis. Majikan juga wajib memberikan libur sehari. Namun, tidak ada satupun kewajiban ini yang dipenuhi oleh banyak majikan di Hong Kong, salah satunya majikan Erwiana.

Menyikapi permasalahan ini, Time menyebut Pemerintah Indonesia memiliki rencana baru. Mereka berencana hanya akan mengirim tenaga kerja terlatih seperti juru masak, penjaga rumah, perawat kaum lansia atau bayi mulai tahun 2017 mendatang. Alasannya, kaum profesional ini tidak begitu rentan aksi penyiksaan jika dibandingkan TKI.

Namun, Ketua Aliansi Migran Internasional yang berbasis di Hong Kong, Eni Lestari, mengatakan rencana Pemerintah itu tidak akan berpengaruh banyak. Sebab, kata Eni, para agenlah yang tetap bertanggung jawab terhadap program pelatihan sebelum akhirnya bisa diterjunkan bekerja.

"Pemerintah ingin mengekspor tenaga kerja migran, tapi mereka tidak ingin melakukannya sendiri. Jadi, mereka mempekerjakan pihak ketiga untuk mengerjakan itu," ujar Eni.

Majikan Erwiana Jadi Tahanan Kota

Sidang perdana kasus penganiayaan TKI di Hongkong, Erwiana Sulistyaningsih, 22, berlangsung di Hongkong kemarin. Dalam persidangan, terdakwa penganiayaan sekaligus mantan majikan Erwiana, Law Wan-Tung dikeluarkan dari jeruji besi. Dia ditetapkan sebagai tahanan kota, setelah membayar uang jaminan sebesar HKD 1 juta (sekitar Rp 1,5 miliar). Analis Kebijakan Migrant Care Wahyu Susilo menuturkan, persidangan perdana kasus Erwiana itu digelar kemarin pukul 14.00 sampai 16.30 waktu Hongkong. Dalam persidangan tersebut, Law Wan-Tung belum mendapatkan tuntutan hukuman dari jaksa penuntut umum."Agenda persidangan perdana ini masih pemeriksaan majikan Erwiana," katanya kemarin.

Persidangan berikutnya akan digelar Maret depan. Panjangnya jangka waktu rehat persidangan itu disinyalir mempertimbangkan kondisi Erwiana. Dalam persidangan kedua, Erwiana dijadwalkan

Page 6: KEWIRAUSAHAAN

bisa hadir sebagai saksi korban. Menurut Wahyu, kabar penetapan Law Wan-Tung sebagai tahanan kota setelah membayar uang jaminan Rp 1,5 miliar itu merupakan langkah mundur penegakan hukum di Hongkong. "Padahal sebelumnya penegak hukum di Hongkong dielu-elukan," katanya. Tepatnya ketika delegasi polisi Hongkong memeriksa Erwiana di Indonesia dan menangkap Law Wan-Tung sesaat sebelum terbang meninggalkan Hongkong. Wahyu berharap pemerintah Indonesia bersikap terhadap keputusan tahanan kota untuk Law Wan-Tung itu.

Dia menuturkan, keputusan penetapan tahanan kota itu bisa menimbulkan dampak negatif. Diantaranya adalah Law Wan-Tung bisa merusak atau menghilangkan barang bukti kasus penganiayaan yang ada di rumahnya. Seperti diketahui hampir seluruh aktivitas penganiayaan Erwiana dilakukan Law Wan-Tung di rumahnya. Selain kabar penetapan tahanan kota, Wahyu mendapatkan informasi bahwa Law Wan-Tung sudah pernah menganiaya empat orang TKI sebelum kasus Erwiana mencuat. Dia mengatakan kasus ini harus menjadi pelajaran bagi KJRI di Hongkong. "Harusnya KJRI di Hongkong mem-blacklist nama-nama majikan yang pernah tersangkut kasus penganiayaan TKI," katanya.

Tetapi sebaliknya KJRI di Hongkong justru membiarkan Law Wan-Tung tetap memiliki akses untuk mendapatkan jasa TKI. Wahyu berharap kebijakan blacklist bagi majikan TKI yang nakal harus segera dipatenkan di seluruh negara jujukan TKI. Di tempat terpisah KBRI di Kuala Lumpur kemarin mulai memfasilitasi pemulangan 33 orang TKI dan 3 anak yang bermasalah di negeri jiran itu. KBRI di Kuala Lumpur merinci bahwa 23 orang diantara TKI yang dipulangkan itu adalah korban tindak pidana perdagangan orang (TPPO). Sedangkan sepuluh orang TKI plus tiga orang anak, merupakan TKI yang bermasalah dan selama ini ditampung di penampungan KBRI di Kuala Lumpur. Rencananya kepulangan 33 orang TKI dan 3 anak itu dilaksanakan hari ini.

Dari keterangan resmi KBRI di Kuala Lumpur menyebutkan bahwa 23 orang TKI yang menjadi korban TPPO itu merupakan hasil razia Unit Anti-Pemerdagangan Orang (ATIP) Malaysia pada 30 Oktober 2013 di wilayah Bandar Klang. Saat itu jumlah TKI yang diamankan mencapai 40 orang. Saat ini 17 diantaranya masih belum bisa dipulangkan karena harus menjalani persidangan lebih lanjut. Setibanya di Indonesia, 23 TKI korban TPPO itu akan diserahkan ke Bareskrim Mabes Polri. Tujuannya adalah untuk menelusuri pihak-pihak yang terkait dengan perdagangan manusia di Indonesia. KBRI di Kuala Lumpur menduga praktek TPPO ini melibatkan orang-orang di Indonesia sebagai perekrut dan penyalur. (wan/kim)

II. Sistim Perlindungan Calon TKI/TKI

Memang tidak dipungkiri, bahwa di samping TKI yang berhasil selama bekerja di luar negeri juga ada yang belum berhasil atau gagal/bermasalah, namun prosentase TKI yang bermasalah sangat kecil. Sesuai data yang dihimpun oleh UPT P3TKI, tahun 2009 jumlah penempatan TKI sebanyak 46.418 TKI, sedangkan yang bermasalah sebanyak 1.654 TKI atau 0,036 persen. Pemerintah dalam hal mengatasi permasalahan tersebut dengan mengupayakan mekanisme sistim perlindungan bagi calon TKI/TKI.

Sistim perlindungan calon TKI/TKI sangat berhubungan erat dengan mekanisme atau prosedur penempatan TKI dengan melibatkan instansi terkait. Dalam hal ini yang dimaksudkan adalah bahwa keberhasilan perlindungan TKI sangat ditentukan oleh sistim perlindungan yang dijalankan melalui mekanisme dan prosedur yang telah ditetapkan dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku, baik di negara Indonesia maupun di negara penempatan.

Page 7: KEWIRAUSAHAAN

Selain itu, bahwa sistim perlindungan bagi calon TKI/TKI juga bersifat koordinatif, yaitu dijalankan dengan melibatkan instansi terkait. Oleh karena itu, proses penyelesaian permasalahan tidak semudah membalik telapak tangan, akan tetapi relatif memakan waktu karena tidak menutup kemungkinan memerlukan konfirmasi pihak-pihak lain seperti perwakilan RI (KBRI/KJRI), agency di luar negeri atau majikan serta instansi teknis di luar negeri (misalnya Kepolisian, rumah sakit dan lain-lain).

Ada beberapa upaya dalam mengatasi masalah kurangnya perlindungan terhadap para TKI yang bekerja di luar negeri diantaranya :

1. Dari segi sumber daya manusia (SDM) : Menciptakan SDM yang unggul dengan memperbaiki faktor kesehatan sejakdari

kandungan, anak-anak, remaja dan orang dewasa. Menciptakan lapangan kerja dengan menitikberatkan pada pengembanganpasar

domestic, agar ada alternative lain selain mencari pekerjaan keluar negeri.2. Dari segi peraturan pemerintah :

Undang-undang Nomor 39 Tahun 2004 tentang PPTKLN perlu direvisi yang lebih berprespektif perlindungan.

Bila masih belum memungkinkan paling tidak peraturan pelaksananya agar dilengkapi untuk mendukung dan mempermudah implementasi pelaksanaannya.

Perlu dirumuskan mekanisme yang jelas dan tegas dalam pengawasan perlindungan TKI.

Menindak tegas kepada pihak-pihak yang memeras/pungli terhadap TKI.

3. Pra Penempatan Perlu sosialisasi Undang-undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang PTPPO ke kantong-

kantong TKI secara lebih intensif, perlu melibatkanorganisasi perempuan hingga tingkat paling bawah, yang lebihmengetahui keadaan lapangan dan dapat mendampingi sertasosialisasi hak-hak TKI dan melibatkan badan PP dan KB di tingkatProvinsi/Kabupaten/Kotab.

Pelanggaran pada BLK PPTKIS, perlu dicari terobosan agar dapatmemperbanyak pengawas ketenagakerjaan yang professional dankredibelc.

Penguatan jejaring melalui forum perlindungan TKI yang melibatkan seluruh pemangku kepentingan baik pemerintah, dunia usahamaupun elemen masyarakat.

Penampungan di PPTKIS, harus menyediakan tempat penampungan yang lebih memadai dan manusiawi sesuai standar yang disyaratkanPermennaker Nomor R-07/Men/IV/200.

Perlu dilakukan percepatan proses dokumen untuk pemberangkatan di PPTKIS agar TKI tidak menunggu terlalu lama sehingga menumpuk di penampungan.

Asuransi TKI, perlu dilakukan sosialisasi tentang hak TKI perempuan tentang asuransi, polis asuransi seharusnya bersifat personal bukan kolektif.

4. Penempatan Perlu dilakukan percepatan proses dokumen baik di KBRI/KJRI agarTKI tidak menunggu

terlalu lama sehingga menumpuk dipenampungan, disamping itu perlu dipikirkan perluasan shelter sesuai dengan daya tamping.

Page 8: KEWIRAUSAHAAN

Paspor sebaiknya disimpan di KBRI/KJRI, sedangkan TKI diberikan identitas (ID card) sebagai pengganti paspor, masalah paspor perlu dimasukkan dalam MOU dengan Negara tujuan penempatan TKI.

Perlu dibangun sekolah-sekolah berasrama diperbatasan untuk menampung anak-anak TKI, karena dengan membangun sekolah diperbatasan lebih menguntungkan yaitu: anak didik mendapatkan pelajaran cinta tanah air, dan asetnya tetap milik Pemerintah Indonesia.

III. Kebijakan Pemerintah Untuk Mengurangi Tingkat Imigrasi

Usaha yang dilakukan dalam mengatsi migrasi penduduk lebih menekankan pada dampak migrasi yang bersifat negatif. Beberapa usaha pemerintah untuk menanggulangi permasalahan migrasi, adalah sebagai berikut :

1. Persebaran pembangunan industri sampai ke daerah-daerah.2. Peningkatan pendapatan masyarakat desa melalui intensifikasi dan Koperasi Unit Desa.3. Pembangunan fasilitas yang lebih lengkap seperti pendidikan dan kesehatan.4. Pembangunan jaringan jalan sampai ke desa-desa sehingga hubungan antara desa dan kota

menjadi lancar.5. Meningkatkan penyuluhan program Keluarga Berencana untuk mengendalikan pertumbuhan

penduduk di pedesaan