kewarganegaraan-4

5
TUGAS KEWARGANEGARAAN SUCI HANDAYANI QOLBI 12/331239/PA/14523 1. Apakah yang dimaksud dengan kewarganegaraan ? 2. Sebutkan unsur-unsur yang menjadikan seseorang menjadi warga Negara ! 3. Apakah hukum kewarganegaraan ? 4. Hubungkan tentang persoalan kewarganegaraan antara kontitusi dan undang-undang kewarganegaraan! Jawab : 1. Pengertian Kewarganegaraan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu : a. Kewarganegaraan dalam arti yuridis dan sosilogis Kewarganegaraan dalam arti yuridis ditandai dengan adanya ikatan hukum antara orang-orang dengan negara atau kewarganegaraan sebagai status legal. Dengan adanya ikatan hukum itu menimbulkan akibat-akibat hukum tertentu, bahwa orang tersebut berada di bawah kekuasaan negara yang bersangkutan. Tanda dari adanya ikatan hukum seperti akte kelahiran, surat pernyataan, bukti kewarganegaraan, dan lain-lain. Kewarganegaraan dalam arti sosiologis tidak ditandai dengan adanya ikatan hukum, tetapi ikatan emosional seperti ikatan perasaan, ikatan keturunan, ikatan nasib, dan lain- lain. Dengan kata lain ikatan ini lahir dari penghayatan orang yang bersangkutan. b. Kewarganegaran dalam arti formal dan material Kewarganegaraan dalam arti formal menunjuk pada tempat kewarganegaraan dalam sistematika hukum. Masalah kewarganegaraan atau ha ikhwat mengenai warga negara berada pada hukum publik. Hal ini karena kaidah-kaidah mengenai negara dan warga negara semata-mata bersifat publik. Kewarganegaraan dalam arti material menujuk pada akibat dari status kewarganegaraan, yaitu adanya hak dan kewajiban serta partisipasi warga negara. Kedudukan seseorang sebagai warga negara akan berbeda dengan kedudukan seseorag sebagai orang asing. Kewarganegaraan seseorang mengakibatkan orang tersebut memiliki pertalian hukum serta tunduk pada hukum negara yang bersangutan Orang yang sudah memiiki kewarganegaraan tidak jatuh pada kekuasaan atau kewenangan negara lain. Negara lain tidak berhak memperlakukan kaidah-kaidah hukum pada orang yang bukan warga negaranya. 2. Menentukan seseorang yang menjadi warga negara, digunakan dua kriterium kelahiran yaitu : a. Unsur darah keturunan (Ius Sanguinis) Kewarganegaraan dari orang tua yang menurunkannya menentukan kewarganegaraan seseorang, artinya kalau anak dilahirkan dari orang tua yang berwarganegara Indonesia, ia dengan sendirinya juga warga negara Indonesia. Prinsip ini adalah prinsip asli yang telah berlaku sejak dahulu, yang diantaranya terbukti dalam system kesukuan, dimana anak dari anggota sesuatu suku dengan sendirinya dianggap sebagai anggota suku itu. Sekarang prinsip ini berlaku diantaranya di Inggris, Amerika, Perancis, Jepang, dan juga Indonesia.

description

a

Transcript of kewarganegaraan-4

  • TUGAS KEWARGANEGARAAN SUCI HANDAYANI QOLBI

    12/331239/PA/14523

    1. Apakah yang dimaksud dengan kewarganegaraan ? 2. Sebutkan unsur-unsur yang menjadikan seseorang menjadi warga Negara ! 3. Apakah hukum kewarganegaraan ? 4. Hubungkan tentang persoalan kewarganegaraan antara kontitusi dan undang-undang

    kewarganegaraan!

    Jawab :

    1. Pengertian Kewarganegaraan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu : a. Kewarganegaraan dalam arti yuridis dan sosilogis

    Kewarganegaraan dalam arti yuridis ditandai dengan adanya ikatan hukum antara

    orang-orang dengan negara atau kewarganegaraan sebagai status legal. Dengan adanya

    ikatan hukum itu menimbulkan akibat-akibat hukum tertentu, bahwa orang tersebut

    berada di bawah kekuasaan negara yang bersangkutan. Tanda dari adanya ikatan

    hukum seperti akte kelahiran, surat pernyataan, bukti kewarganegaraan, dan lain-lain.

    Kewarganegaraan dalam arti sosiologis tidak ditandai dengan adanya ikatan hukum,

    tetapi ikatan emosional seperti ikatan perasaan, ikatan keturunan, ikatan nasib, dan lain-

    lain. Dengan kata lain ikatan ini lahir dari penghayatan orang yang bersangkutan.

    b. Kewarganegaran dalam arti formal dan material

    Kewarganegaraan dalam arti formal menunjuk pada tempat kewarganegaraan dalam

    sistematika hukum. Masalah kewarganegaraan atau ha ikhwat mengenai warga negara

    berada pada hukum publik. Hal ini karena kaidah-kaidah mengenai negara dan warga

    negara semata-mata bersifat publik.

    Kewarganegaraan dalam arti material menujuk pada akibat dari status

    kewarganegaraan, yaitu adanya hak dan kewajiban serta partisipasi warga negara.

    Kedudukan seseorang sebagai warga negara akan berbeda dengan kedudukan seseorag

    sebagai orang asing.

    Kewarganegaraan seseorang mengakibatkan orang tersebut memiliki pertalian hukum serta

    tunduk pada hukum negara yang bersangutan Orang yang sudah memiiki kewarganegaraan

    tidak jatuh pada kekuasaan atau kewenangan negara lain. Negara lain tidak berhak

    memperlakukan kaidah-kaidah hukum pada orang yang bukan warga negaranya.

    2. Menentukan seseorang yang menjadi warga negara, digunakan dua kriterium kelahiran yaitu :

    a. Unsur darah keturunan (Ius Sanguinis)

    Kewarganegaraan dari orang tua yang menurunkannya menentukan kewarganegaraan

    seseorang, artinya kalau anak dilahirkan dari orang tua yang berwarganegara Indonesia,

    ia dengan sendirinya juga warga negara Indonesia.

    Prinsip ini adalah prinsip asli yang telah berlaku sejak dahulu, yang diantaranya

    terbukti dalam system kesukuan, dimana anak dari anggota sesuatu suku dengan

    sendirinya dianggap sebagai anggota suku itu. Sekarang prinsip ini berlaku diantaranya

    di Inggris, Amerika, Perancis, Jepang, dan juga Indonesia.

  • TUGAS KEWARGANEGARAAN SUCI HANDAYANI QOLBI

    12/331239/PA/14523

    b. Unsur daerah tempat kelahiran (ius soli)

    Daerah tempat seseorang dilahirkan menentukan kewarganegaraan. Misalnya, kalau

    orang dilahirkan di dalam daerah hukum Indonesia, ia dengan sendirinya menjadi

    warga negara Indonesia. Terkecuali anggota-anggota korps diplomatik dan anggota

    tentara asing yang masih dalam ikatan dinas. Prinsip ini berlaku juga di Amerika,

    Inggris, Perancis, dan juga Indonesia. Tetapi di jepang, prinsip ius soli ini tidak berlaku.

    Karena seseorang yang tidak dapat membuktikan bahwa orang tuanya berkebangsaan

    Jepang, ia tidak dapat diakui sebagai warga negara Jepang.

    c. Unsur pewarganegaraan (Naturalisasi)

    Walaupun tidak dapat memenuhi prinsip ius soli ataupun ius sanguinis, orang dapat

    juga memperoleh kewarganrgaraan dengan jalan pewarganegaraan atau naturalisasi.

    Syarat-syarat dan prosedur menurut kebutuhan yang dibawakan oleh kondisi dan

    situasi negara masing-masing.

    Dalam pewarganegaraan ini ada yang aktif ada pula yang pasif. Dalam pewarganegaran

    aktif, sesseorang dapat menggunakan hak opsi untuk memilih atau mengajukan kehendak

    menjadi warga negara dari suatu negara. Sedangkan dalam pewarganegaraan pasif,

    seseorang yang tidak mau diwarganegarakan oleh sesuatu negara atau tidak mau diberi

    atau dijadikan warga negara suatu negara, maka yang bersangkutan dapat menggunakan

    hak repudiasi, yaitu hak untuk menolak pemberian kewarganegaraan tersebut.

    3. Menurut Kurniatmanto Sutoprawiro, Hukum Kewarganegaraan adalah seperangkat kaidah yang mengatur tentang muncul dan berakhirnya hubungan antara negara dan warga negara.

    Jadi hukum kewarganegaraan mempunyai pokok kajian tentang cara memperoleh dan

    hilangnya kewarganegaraan. Selain pengertian kewarganegarran seperti yang disebutkan

    diatas, pengertian kewarganegaraan dapat pula dilihat dari 2 segi :

    a. segi formal (formale Nasionaliteits) yaitu melihat tempat kewarganegaraan itu dalam

    sistematika hukum, dimana masalah kewarganegaraan itu terletak dalam jajaran bidang

    hukum publik. Mengingat masalah kewarganegaraan terkait dengansalah satu sendi

    negara, yaitu rakyat negara.

    b. segi material (materieel Nationaliteits Bergip) yaitu melihat akibat hukum dari

    pengertian kewarganegaraan, dimana masalah kewarganegaraan erat kaitanya dengan

    masalah hak dan kewajiban yang bersifat timbal balik antara negara dan warganya.

    Sedangkan menurut Ko Swan Sik kewarganegaraan juga dibagi menjadi dua yaitu :

    a. kewarganegaraan yuridis (yuridisce nationaliteit) adalah ikatan hukum antara negara

    dan orang-orang pribadi yang kerena ikatan itu menimbulkan akibat, bahwa orang-

    orang tersebut jatuh kedalam lingkungan kuasa pribadi dari negara yang bersangkutan,

    atau dengan kata lain warganegara tersebut. Dalam kewarganegaraan yuridis, tanda

    tanya ikatan dapat dilihat secara kongkrit pernyataan dalam bentuk surat-surat, baik

    keputusan/keterangan

    b. kewarganegaraan sosiologis (sosiologische nationaliteit), adalah kewarganegaraan yang

    tidak didasarkan pada ikatan yuridis, tetapi sosial politik yang disebut natie.

  • TUGAS KEWARGANEGARAAN SUCI HANDAYANI QOLBI

    12/331239/PA/14523

    Jadi keterikatan tersebut hanyalah karena adanya perasaan kesatuan karena keturunan,

    sejarah, daerah dan penguasa. Orang dianggap sebagai warganegara adalah dari sudut

    penghayatan budaya, tingkah laku maupun cara hidupnya.

    Selain dua sisi diatas, menurut BP. Paulus masih ada satu hal lagi yang merupakan ruang

    lingkup hukum kewarganegaraan. Hal tersebut adalah mengenai status orang-orang yang

    sudah menjadi warga negara sebelum peraturan baru mulai berlaku, yaitu warganegara

    berdasrkan penentuan UU. (Citizen by operation of law).

    Dalam kaitan dengan status kewarganegaraan, maka menurut Moh. Kusnardi Bintan

    Saragih disebutkan bahwa ikatan seseorang yang menjadi warga Negara itu menimbulkan

    suatu hak dan kewajiban baginya. Karena hak dan kewajiban itu, maka kedudukan

    seseorang warga Negara dapat disimpulkan dalam beberapa hal yaitu :

    a. status positif : status positif seorang warganegara adalah memberi hak kepadanya untuk menuntut tindakan positif daripada negara mengenai perlindungan atas jiwa, raga,

    milik, kemerdekaan dan sebagainya. Untuk itu maka negara membentuk badan-badan

    pengadilan, kepolisian, kejaksaan dan sebagainya yang akan melaksanakan

    kepentingan warga negaranya dalam pelanggaran-pelanggaran yang berhubungan

    dengan hal-hal tersebut diatas.

    b. status negatif : status seorang warga negara akan memberi jainan kepadanya bahwa negara tidak boleh ikut campur tangan terhadap hak asai warganya. Campur tangan

    negara terhadap warga negaranya terbatas, untuk mencegah tindakan sewenang-

    wenang dari negara. Meskipun demikian dalam hal-hal tertentu, negara dapat

    melanggar hak tersebut jika ditujukan demi kepentingan umum.

    c. status aktif : suatu status yang memberi hak kepada setiap warga negaranya untuk ikit serta dalam pemerintahan.

    d. status pasif : suat status yang menunjukan kewajiban bagi setiap warga negaranya untuk mentaati dan tunduk kepada segala perintah negaranya.

    4. Dalam perundang-undangan di Indonesia, perkawinan campuran didefinisikan dalam Undang-undang No.1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, pasal 57 : yang dimaksud dengan perkawinan campuran dalam Undang-undang ini ialah perkawinan antara dua orang yang

    di Indonesia tunduk pada hukum yang berlainan, karena perbedaan kewarganegaraan dan

    salah satu pihak berkewarganegaraan Indonesia.

    Selama hampir setengah abad pengaturan kewarganegaraan dalam perkawinan campuran

    antara warga negara indonesia dengan warga negara asing, mengacu pada UU

    Kewarganegaraan No.62 Tahun 1958. Seiring berjalannya waktu UU ini dinilai tidak

    sanggup lagi mengakomodir kepentingan para pihak dalam perkawinan campuran,

    terutama perlindungan untuk istri dan anak.

    Menurut teori hukum perdata internasional, untuk menentukan status anak dan hubungan

    antara anak dan orang tua, perlu dilihat dahulu perkawinan orang tuanya sebagai persoalan

    pendahuluan, apakah perkawinan orang tuanya sah sehingga anak memiliki hubungan

    hukum dengan ayahnya, atau perkawinan tersebut tidak sah, sehingga anak dianggap

    sebagai anak luar nikah yang hanya memiliki hubungan hukum dengan ibunya.

  • TUGAS KEWARGANEGARAAN SUCI HANDAYANI QOLBI

    12/331239/PA/14523

    Dalam sistem hukum Indonesia, Prof. Sudargo Gautama menyatakan kecondongannya

    pada sistem hukum dari ayah demi kesatuan hukum dalam keluarga, bahwa semua anakanak dalam keluarga itu sepanjang mengenai kekuasaan tertentu orang tua terhadap anak

    mereka (ouderlijke macht) tunduk pada hukum yang sama. Kecondongan ini sesuai dengan

    prinsip dalam UU Kewarganegaraan No. 62 tahun 1958.

    Kecondongan pada sistem hukum ayah demi kesatuan hukum, memiliki tujuan yang baik

    yaitu kesatuan dalam keluarga, namun dalam hal kewarganegaraan ibu berbeda dari ayah,

    lalu terjadi perpecahan dalam perkawinan tersebut maka akan sulit bagi ibu untuk

    mengasuh dan membesarkan anak-anaknya yang berbeda kewarganegaraan, terutama bila

    anak-anak tersebut masih dibawah umur.

    Barulah pada 11 Juli 2006, DPR mengesahkan Undang-Undang Kewarganegaraan yang

    baru. Lahirnya undang-undang ini disambut gembira oleh sekelompok kaum ibu yang

    menikah dengan warga negara asing, walaupun pro dan kontra masih saja timbul, namun

    secara garis besar Undang-undang baru yang memperbolehkan dwi kewarganegaraan

    terbatas ini sudah memberikan pencerahan baru dalam mengatasi persoalan-persoalan yang

    lahir dari perkawinan campuran.

    Persoalan yang rentan dan sering timbul dalam perkawinan campuran adalah masalah

    kewarganegaraan anak. UU kewarganegaraan yang lama menganut prinsip

    kewarganegaraan tunggal, sehingga anak yang lahir dari perkawinan campuran hanya bisa

    memiliki satu kewarganegaraan, yang dalam UU tersebut ditentukan bahwa yang harus

    diikuti adalah kewarganegaraan ayahnya. Pengaturan ini menimbulkan persoalan apabila

    di kemudian hari perkawinan orang tua pecah, tentu ibu akan kesulitan mendapat

    pengasuhan anaknya yang warga negara asing.

    Dengan lahirnya UU Kewarganegaraan yang baru, sangat menarik untuk dikaji bagaimana

    pengaruh lahirnya UU ini terhadap status hukum anak dari perkawinan campuran. Definisi

    anak dalam pasal 1 angka 1 UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak adalah :

    Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan.

    Dalam hukum perdata, diketahui bahwa manusia memiliki status sebagai subjek hukum

    sejak ia dilahirkan. Pasal 2 KUHP memberi pengecualian bahwa anak yang masih dalam

    kandungan dapat menjadi subjek hukum apabila ada kepentingan yang menghendaki dan

    dilahirkan dalam keadaan hidup. Manusia sebagai subjek hukum berarti manusia memiliki

    hak dan kewajiban dalam lalu lintas hukum. Namun tidak berarti semua manusia cakap

    bertindak dalam lalu lintas hukum. Orang-orang yang tidak memiliki kewenangan atau

    kecakapan untuk melakukan perbuatan hukum diwakili oleh orang lain.

    Dengan demikian anak dapat dikategorikan sebagai subjek hukum yang tidak cakap

    melakukan perbuatan hukum. Seseorang yang tidak cakap karena belum dewasa diwakili

    oleh orang tua atau walinya dalam melakukan perbuatan hukum. Anak yang lahir dari

    perkawinan campuran memiliki kemungkinan bahwa ayah ibunya memiliki

    kewarganegaraan yang berbeda sehingga tunduk pada dua yurisdiksi hukum yang berbeda.

    Berdasarkan UU Kewarganegaraan yang lama, anak hanya mengikuti kewarganegaraan

    ayahnya, namun berdasarkan UU Kewarganegaraan yang baru anak akan memiliki dua

    kewarganegaraan. Menarik untuk dikaji karena dengan kewarganegaraan ganda tersebut,

    maka anak akan tunduk pada dua yurisdiksi hukum.

  • TUGAS KEWARGANEGARAAN SUCI HANDAYANI QOLBI

    12/331239/PA/14523

    Bila dikaji dari segi hukum perdata internasional, kewarganegaraan ganda juga memiliki

    potensi masalah, misalnya dalam hal penentuan status personal yang didasarkan pada asas

    nasionalitas, maka seorang anak berarti akan tunduk pada ketentuan negara nasionalnya.

    Bila ketentuan antara hukum negara yang satu dengan yang lain tidak bertentangan maka

    tidak ada masalah, namun bagaimana bila ada pertentangan antara hukum negara yang satu

    dengan yang lain, lalu pengaturan status personal anak itu akan mengikuti kaidah negara

    yang mana. Lalu bagaimana bila ketentuan yang satu melanggar asas ketertiban umum

    pada ketentuan negara yang lain.

    Dalam menentukan kewarganegaraan seseorang, dikenal dengan adanya asas

    kewarganegaraan berdasarkan kelahiran dan asas kewaraganegaraan berdasarkan

    perkawinan. Dalam penentuan kewarganegaraan didasarkan kepada sisi kelahiran dikenal

    dua asas yaitu asas ius soli dan ius sanguinis. Ius artinya hukum atau dalil. Soli berasal dari

    kata solum yang artinya negari atau tanah. Sanguinis berasal dari kata sanguis yang artinya

    darah. Asas Ius Soli; Asas yang menyatakan bahawa kewarganegaraan seseorang

    ditentukan dari tempat dimana orang tersebut dilahirkan. Asas Ius Sanguinis; Asas yang

    menyatakan bahwa kewarganegaraan sesorang ditentukan beradasarkan keturunan dari

    orang tersebut.

    Selain dari sisi kelahiran, penentuan kewarganegaraan dapat didasarkan pada aspek

    perkawinan yang mencakupa asas kesatuan hukum dan asas persamaan derajat. Asas

    persamaan hukum didasarkan pandangan bahwa suami istri adalah suatu ikatan yang tidak

    terpecahkan sebagai inti dari masyarakat. Dalam menyelenggarakan kehidupan bersama,

    suami istri perlu mencerminkan suatu kesatuan yang bulat termasuk dalam masalah

    kewarganegaraan. Berdasarkan asas ini diusahakan ststus kewarganegaraan suami dan istri

    adalah sama dan satu.

    Penentuan kewarganegaraan yang berbeda-beda oleh setiap negara dapat menciptakan

    problem kewarganegaraan bagi seorang warga. Secara ringkas problem kewarganegaraan

    adalah munculnya apatride dan bipatride. Appatride adalah istilah untuk orang-orang yang

    tidak memiliki kewarganegaraan. Bipatride adalah istilah untuk orang-orang yang

    memiliki kewarganegaraan ganda (rangkap dua). Bahkan dapat muncul multipatride yaitu

    istilah untuk orang-orang yang memiliki kewarganegaraan yang banyak (lebih dari 2).

    Adapun Undang-Undang yang mengatur tentang warga negara adalah Undang-Undang

    No.12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia. Pewarganegaraan

    adalah tatacara bagi orang asing untuk memperoleh kewarganegaraan Republik Indonesia

    melalui permohonan. Dalam Undang-Undang dinyatakan bahwa kewarganegaraan

    Republik Indonesia dapat juga diperoleh melalui pewarganegaraan.

    Permohonan pewarganegaraan dapat diajukan oleh pemohon juika memenuhi persyaratan

    sebagai berikut: telah berusia 18 (delapan belas) tahun atau sudah kawin, pada waktu

    mengajukan permohonan sudah bertempat tinggal di wilayah negara Republik Indonesia

    paling singkat 5 (lima) tahun berturut-turut atau paling singkat 10 (sepuluh) tahun tidak

    berturut-turut, sehat jasmani dan rohani, dapat berbahasa Indonesia serta mengakui dasar

    negara Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,

    tidak pernah dijatuhi pidana karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana

    penjara 1 (satu) tahun, jika dengan memperoleh kewarganegaraan Indonesia, tidak menjadi

    kewarganegaraan ganda, mempunyai pekerjaan dan/atau berpenghasilan tetap, membayar

    uang pewarganegaraan ke Kas Negara.