Keuangan Negara Dan Pajak

download Keuangan Negara Dan Pajak

of 18

description

edited

Transcript of Keuangan Negara Dan Pajak

  • Diktat Ekonomi Kelas XI IPS 20

    BAB II

    KEUANGAN NEGARA dan PAJAK

  • Diktat Ekonomi Kelas XI IPS 21

    A. Pengertian , Fungsi , Tujuan APBN dan APBD

    1. Pengertian APBN dan APBD

    Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yaitu merupakan daftar

    sistematis dan terperinci yang memuat rencana penerimaan dan pengeluaran

    negara selama satu tahun.

    Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yaitu merupakan daftar

    sistematis dan terperinci yang memuat rencana penerimaan dan pengeluaran

    daerah selama satu tahun.

    2. Fungsi APBN dan APBD

    Dalam UU No.17 Tahun 2003, pasal 3 ayat (4) , dijelaskan beberapa fungsi yang diemban oleh APBN,

    sebagai berikut:

    a. Fungsi otorisasi, yaitu bahwa anggaran negara/daerah menjadi dasar untuk melaksanakan

    pendapatan dan belanja pada tahun yang bersangkutan.

    b. Fungsi perencanaan, artinya bahwa anggaran negara dapat menjadi pedoman bagi negara untuk

    merencanakan kegiatan pada tahun tersebut.

    c. Fungsi pengawasan,berarti anggaran negara harus menjadi pedoman untuk menilai apakah

    kegiatan penyelenggaraan pemerintahan negara sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan.

    d. Fungsi alokasi, mengandung arti bahwa anggaran negara/daerah harus diarahkan untuk

    mengurangi pengangguran dan pemborosan sumber daya, serta meningkatkan efisiensi dan

    efektivitas perekonomian.

    e. Fungsi distribusi, yaitu bahwa kebijakan anggaran negara harus memperhatikan rasa keadilan dan

    kepatutan.

    f. Fungsi stabilisasi, artinya bahwa anggaran pemerintah menjadi alat untuk memelihara dan

    mengupayakan keseimbangan fundamental perekonomian.

    3. Tujuan APBN dan APBD

    Yaitu mengatur pembelanjaan negara dan daerah dari penerimaan yang direncanakan supaya dapat

    mencapai sasaran yang ditetapkan, yaitu menciptakan pertumbuhan ekonomi dan kemakmuran

    masyarakat.

    Penyusunan Anggaran

    a. Prinsip Penyusunan APBN

    1) Berdasarkan Aspek Pendapatan

    Intensifikasi penerimaan anggaran dalam hal jumlah dan kecepatan penyetoran

    Intensifikasi penagihan dan pemungutan piutang negara

    Penuntutan ganti rugi atas kerugian yang diderita oleh negara dan penuntutan denda

    2) Berdasarkan Aspek Pengeluaran

    Hemat, efisien dan sesuai dengan kebutuhan

    Terarah, terkendali, sesuai dengan rencana program atau kegiatan

    Semaksimal mungkin menggunakan hasil produksi dalam negeri dengan memperhatikan

    kemampuan atau potensi nasional

    b. Azas Penyusunan APBN

    Kemandirian, yaitu meningkatkan sumber penerimaan dalam negeri

    Penghematan atau peningkatan efisiensi dan produktifitas

    Penajaman prioritas pembangunan

    c. Landasan Hukum APBN

    UUD 1945 pasal 23 ayat 1 tentang APBN yang ditetapkan setiap tahun

    Undang-undang yang ditetapkan setiap tahun tentang pendapatan dan belanja negara

    Keputusan Presiden yang ditetapkan setiap tahun tentang pelaksanaan APBN

  • Diktat Ekonomi Kelas XI IPS 22

    d. Cara Penyusunan APBN

    Presiden dibantu para menterinya menyusun RAPBN dalam bentuk nota keuangan yang

    kemudian disampaikan kepada DPR (Dewan Perwakilan Rakyat) untuk disidangkan. RAPBN

    biasanya disampaikan sebelum tahun anggaran berjalan.

    RAPBN yang diajukan presiden kepada DPR akan disidangkan dan dibahas oleh DPR mengenai

    kelayakannya.

    Jika disetujui oleh DPR, RAPBN tersebut akan menjadi APBN. APBN ini akan dikembalikan

    kepada pemerintah untuk dilaksanakan

    Apabila RAPBN tersebut ditolak DPR, pemerintah harus menggunakan kembali APBN tahun

    lalu tanpa perubahan.

    4. Siklus Penyusunan APBN

    5. Asumsi dasar penyusunan APBN

    Indikator makro yang digunakan sebagai asumsi dasar penyusunan APBN yaitu:

    a. Produk Domestik Bruto (miliar Rp)

    b. Pertumbuhan ekonomi tahunan (%)

    c. Inflasi tahunan (%)

    d. Nilai tukar rupiah per US $

    e. Suku bunga SBI (%)

    f. Harga minyak dunia (US $/barel)

    g. Lifting minyak Indonesia (juta barel/hari)

  • Diktat Ekonomi Kelas XI IPS 23

    B. Sumber sumber Penerimaan Pemerintah Pusat dan Daerah

    1. Sumber APBN

    Terdiri dari dua sumber :

    a. Penerimaan dalam negeri, yaitu penerimaan yang sumbernya berasal dari kemampuan dalam

    negeri.

    1) Penerimaan Perpajakan

    Pajak dalam negeri, misalnya: pajak penghasilan, pajak pertambahan nilai, pajak bumi dan

    bangunan, bea perolehan hak atas tanah dan bangunan, cukai

    Pajak Perdagangan Internasional, misalnya: bea masuk dan pajak/pungutan ekspor

    2) Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)

    Penerimaan SDA

    Bagian Laba BUMN

    PNBP lainnya

    Pendapatan BLU

    b. Hibah, sumbernya berasal dari hadiah luar negeri

    2. Sumber APBD

    Sumber-sumber pelaksanaan pembangunan daerah terdiri atas :

    a. Pendapatan Asli Daerah

    Merupakan pendapatan yang diperoleh daerah dari sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri

    yang dipungut berdasarkan peraturan daerah yang berlaku. Yang termasuk Pendapatan Asli

    Daerah, yaitu :

    hasil pajak daerah

    hasil retribusi daerah

    hasil perusahaan milik daerah

    hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan

    lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah

    b. Dana Perimbangan

    Merupakan alokasi dana yang disetujui secara bersama antara pemerintah pusat dan pemerintah

    daerah. Yang termasuk Dana Perimbangan, yaitu :

    Bagian daerah dari dana PBB, Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan, dan Penerimaan

    Sumber Daya Alam.

    Dana alokasi umum, yaitu jumlah alokasi umum untuk propinsi dan kabupaten/kota, antara

    lain dana transmigrasi, dana pembangunan prasarana baru dan dana reboisasi.

    c. Pinjaman Daerah Pendamping

    Merupakan dana pinjaman dari pihak luar selain modal dan pendapatan daerah. Berikut yang

    termasuk Pinjaman Daerah Pendamping :

    Pinjaman dari Sumber Dalam Negeri merupakan pinjaman yang bersumber dari pemerintah

    pusat, lembaga komersial dan penerbitan obligasi daerah.

    Pinjaman dari Sumber Luar Negeri merupakan pinjaman dari negara lain yang disalurkan

    melalui pemerintah pusat.

    d. Lain-lain Penerimaan yang Sah

    Merupakan penerimaan yang berasal dari hibah, dana darurat dan penerimaan lain sesuai

    peraturan perundang-undangan yang berlaku.

    3. Pengaruh APBN dan APBD terhadap perekonomian

    a. Apabila suatu negara dalam APBN-nya menunjukkan prioritas dalam bidang industri,

    perekonomiannya cenderung mengarah kepada peningkatan di bidang industri.

    b. Jika di dalam APBN suatu negara memprioritaskan pembangunan sarana dan prasarana,

    perekonomian negara tersebut ingin memotivasi para investor baru untuk membuka dan

    meningkatkan investasi.

    c. Jika APBN dikaji dari segi moneter, pengaruhnya akan tampak pada gejala-gejala penyakit

    ekonomi, yaitu inflasi dan deflasi. Hal ini bisa terjadi apabila suatu negara menganut salah satu

  • Diktat Ekonomi Kelas XI IPS 24

    asas penyusunan APBN defisit dan surplus. Jika menganut APBN defisit, artinya pengeluaran

    negara lebih besar daripada penerimaan negara. Biasanya negara yang menganut APBN defisit,

    dalam mengatasi kekurangan penerimaannya akan melakukan pencetakan uang baru demi

    terhindar dari pinjaman luar negeri yang terlalu besar. Pencetakan uang baru ini akan

    menyebabkan jumlah uang yang beredar makin banyak, suku bunga turun dan harga-harga barang

    naik. Gejala inilah yang disebut penyakit ekonomi inflasi. Jika suatu negara menganut APBN

    surplus, pengeluaran negara lebih kecil daripada penerimaannya. Hal ini berarti pengeluaran-

    pengeluaran negara menjadi sedikit yang akan menyebabkan jumlah uang beredar menjadi

    berkurang. Akibatnya, tingkat suku bunga akan naik dan harga-harga barang akan turun. Inilah

    yang disebut deflasi.

    d. Apabila suatu negara menganut APBN berimbang, artinya pengeluaran negara sama dengan

    penerimaan negara sehingga diharapkan negara tersebut mengalami pertumbuhan ekonomi yang

    stabil, terutama di bidang moneter.

    C. Jenis-jenis Pengeluaran Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah

    Belanja Negara

    Terdiri atas:

    1. Anggaran belanja pemerintah pusat

    Terdiri dari :

    a. Belanja Kementrian/Lembaga (K/L)

    b. Belanja Non K/L, antara lain: Pembayaran bunga utang

    Subsidi

    Subsidi energi (BBM dan Listrik)

    Subsidi Non Energi

    Belanja lain-lain

    2. Transfer ke daerah

    Terdiri dari:

    a. Dana Perimbangan, misalnya

    Dana Bagi Hasil

    Ditujukan untuk menghilangkan kesenjangan antara pemerintah pusat dengan pemerintah

    daerah.Bersumber dari pajak dan sumber daya alam

    Sumber Dana Bagi Hasil dari Pajak terdiri dari:

    Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)

    Bea Perolehan atas Hak Tanah dan Bangunan(BPHTB)

    Pajak Penghasilan (PPh) pasal 25 dan pasal 29 WP orang pribadi dalam negeri dan PPh

    pasal 21

    Sumber Dana Bagi Hasil dari SDA terdiri dari

    Kehutanan

    Pertambangan Umum

    Perikanan

    Pertambangan minyak bumi

    Pertambangan gas bumi

    Pertambangan panas bumi

    Dana Alokasi Umum (DAU)

    DAU dialokasikan untuk tujuan pemerataan dengan memperhatikan potensi daerah, luas

    daerah, keadaan geografis, jumlah penduduk dan tingkat pendapatan masyarakat di daerah

    sehingga perbedaan antara daerah maju dengan daerah yang belum berkembang dapat

    diperkecil (horizontal fiscal imbalance)

    Pagu DAU ditetapkan sekurang-kurangnya 26% dari Penerimaan Dalam Negeri Netto

  • Diktat Ekonomi Kelas XI IPS 25

    Dana Alokasi Khusus (DAK)

    DAK bertujuan untuk membantu membiayai kebutuhan-kebutuhan khusus daerah dan untuk

    menanggulangi keadaan mendesak, seperti bencana alam

    b. Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian

    Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara tahun 2008 dan 2009 (dalam triliun rupiah)

    Sumber Penerimaan 2008 2009

    A. Pendapatan Negara dan Hibah

    I. Penerimaan Dalam Negeri

    1. Penerimaan Perpajakan

    a. Pajak Dalam Negeri

    i. PPh

    ii. PPN

    iii. PBB

    iv. BPHTB

    v. Cukai

    vi. Pajak Lainnya

    b. Pajak Perdagangan Internasional

    i. Bea Masuk

    ii. Bea Keluar

    2. Penerimaan Negara Bukan Pajak

    a. Penerimaan Sumber Daya Alam

    i. Migas

    ii. Non-Migas

    a. Bagian Laba BUMN

    b. PNBP lainnya

    c. Pendapatan BLU

    II. Hibah

    B. Belanja Negara

    I. Belanja Pemerintah Pusat

    1. Belanja K/L

    2. Belanja Non-K/L, a.l:

    a. Pembayaran bunga utang

    b. Subsidi

    II. Belanja Ke Daerah

    1. Dana perimbangan

    2. Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian

    C. Keseimbangan Primer

    D. Surplus/Defisit Anggaran (A-B)

    E. Pembiayaan ( I + II )

    I. Pembiayaan dalam Negeri

    1. Perbankan dalam Negeri

    2. Non-Perbankan dalam Negeri

    II. Pembiayaan Luar Negeri

    1. Penarikan Pinjaman LN (bruto)

    2. Pembayaran Cicilan Pokok Utang LN

    895,0

    892,0

    609,2

    580,2

    305,0

    195,5

    25,3

    5,4

    45,7

    3,4

    29,0

    17,8

    11,2

    282,8

    192,8

    182,9

    9,8

    31,2

    53,7

    5,1

    2,9

    989,5

    697,1

    290,0

    407,0

    94,8

    234,4

    292,4

    278.4

    14,0

    0,3

    -94,5

    94,5

    107,6

    -11,7

    119,3

    -13,1

    48,1

    -61,3

    985,7

    984,8

    725,8

    697,3

    357,4

    249,5

    28,9

    7,8

    49,5

    4,3

    28,5

    19,2

    9,3

    258,9

    173,5

    162,1

    11,4

    30,8

    49,2

    5,4

    0,9

    1037,1

    716,4

    322,3

    394,1

    101,7

    166,7

    320,7

    297,0

    23,7

    50,3

    -51,3

    51,3

    60,8

    16,6

    44,2

    -9,4

    52,2

    -61,6

    Sumber: fiskal.depkeu.go.id

  • Diktat Ekonomi Kelas XI IPS 26

    Struktur Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

    Uraian Jumlah

    I. Penerimaan

    1. Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun yang Lalu

    2. Pendapatan Asli Daerah

    a. Hasil Pajak Daerah

    b. Hasil Retribusi Daerah

    c. Hasil BUMD dan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan

    d. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah

    3. Dana Perimbangan

    a. Bagian Daerah dari Bagi Hasil

    b. Dana Alokasi Umum

    c. Dana Alokasi Khusus

    4. Lain-lain Pendapatan yang Sah

    xxx

    xxx

    xxx

    xxx

    xxx

    xxx

    xxx

    xxx

    xxx

    xxx

    xxx

    xxx

    II. Pengeluaran

    1. Pengeluaran Belanja

    a. Belanja Rutin

    1) Administrasi Umum

    a) Belanja Pegawai

    b) Belanja Barang

    c) Belanja Perjalanan Dinas

    d) Belanja Pemeliharaan

    2) Operasi dan Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Umum

    b. Belanja Investasi

    1) Publik

    2) Aparatur

    2. Pengeluaran Transfer

    a. Angsuran Pinjaman dan Bunga

    b. Bantuan

    c. Dana Cadangan

    3. Pengeluaran Tak Terduga

    Xxx

    xxx

    xxx

    xxx

    xxx

    xxx

    xxx

    xxx

    xxx

    xxx

    xxx

    xxx

    xxx

    xxx

    xxx

    xxx

    xxx

    III. Surplus/Defisit Anggaran Xxx

    IV. Pembiayaan

    1. Dalam Negeri

    2. Luar Negeri

    Xxx

    xxx

    xxx

    D. Kebijakan Pemerintah di Bidang Fiskal

    Kebijakan Fiskal

    1. Pengertian

    Kebijakan fiskal merupakan kebijakan pemerintah di bidang ekonomi yang bertujuan untuk mengatur

    pendapatan dan pengeluaran negara guna mencapai kestabilan ekonomi sehingga dapat

    meningkatkan kesejahteraan umum.

    2. Tujuan Kebijakan Fiskal

    Kebijakan yang diambil pemerintah di bidang fiskal punya beberapa tujuan, yakni :

    a. menciptakan stabilitas perekonomian

    b. memacu atau mendorong terjadinya pertumbuhan ekonomi

    c. memperluas dan menciptakan lapangan kerja

    d. menciptakan terwujudnya keadilan sosial bagi masyarakat

    e. mewujudkan pendistribusian dan pemerataan pendapatan

  • Diktat Ekonomi Kelas XI IPS 27

    3. Macam-macam Kebijakan Fiskal

    Kebijakan fiskal ada dua jenis yaitu :

    1. Kebijakan fiskal ekspansioner (expansionary fiscal policy)

    Kebijakan ini dilakukan apabila kondisi perekonomian lesu dan angka pengangguran tinggi

    sehingga dirasa perlu untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan menurunkan angka

    pengangguran. Kebijakan ini dapat dijalankan dengan cara meningkatkan pengeluaran/belanja

    pemerintah dan/ menurunkan pajak.

    2. Kebijakan fiskal Kontraksioner

    Kebijakan ini dilakukan apabila kondisi perekonomian dalam keadaan inflasi tinggi . Kebijakan ini

    dilaksanakan dengan cara menurunkan pengeluaran/belanja pemerintah dan / menaikkan pajak

    Kebijakan fiskal sering juga disebut kebijakan anggaran. Hal ini disebabkan kebijakan ini memang

    berhubungan erat dengan anggaran pemerintah untuk memacu pertumbuhan ekonomi. Secara

    teoritis kebijakan anggaran dapat dijalankan melalui empat jenis pembiayaan yaitu :

    a. Pembiayaan fungsional (Functional Finance)

    b. Dalam hal ini, pengeluaran pemerintah ditentukan dengan melihat akibat tidak langsung yang

    ditimbulkan terhadap pendapatan nasional terutama untuk peningkatan kesempatan kerja.

    Penerimaan pajak dipakai untuk mengatur pengeluaran swasta, bukan untuk meningkatkan

    penerimaan pemerintah. Sementara pinjaman pemerintah. Sementara itu pinjaman pemerintah

    dipakai sebagai alat untuk menekan inflasi lewat pengurangan dana yang tersedia dalam

    masyarakat.

    c. Pengelolaan anggaran ( The Managed Budget Approach)

    Dalam pendekatan ini, pengeluaran pemerintah, penerimaan pajak dan pinjaman pemerintah

    dimaksudkan untuk mencapai kestabilan ekonomi yang lebih mantap. Dalam pendekatan ini selalu

    diusahakan anggaran belanja yang seimbang.

    d. Stabilisasi Anggaran Otomatis (The Stabilizing Budget)

    e. Dalam stabilisasi anggaran ini diharapkan atau dengan sendirinya terdapat keseimbangan antara

    penerimaan dan pengeluaran tanpa campur tangan pemerintah yang disengaja.

    f. Anggaran belanja seimbang ( Balanced Budget Approach)

    g. Anggaran yang disesuaikan dengan keadaan, tujuannya adalah tercapainya anggaran berimbang

    dalam jangka panjang.

    Selain itu, berikut ini adalah macam-macam anggaran yang biasa ditempuh beberapa negara dalam

    mencapai manfaat tertingi dalam mengelola anggaran.

    1) Kebijakan Anggaran Defisit

    Adalah kebijakan anggaran dimana pengeluaran pemerintah lebih besar dibandingkan dengan

    penerimaan dalam satu tahun anggaran. Contoh kebijakan anggaran defisit adalah APBN tahun

    2000.

    Selisih akibat lebih besarnya pengeluaran pemerintah ini diatasi dengan melakukan pinjaman

    kepada :

    a. Individu, perusahaan dan lembaga-lembaga keuangan dalam sektor swasta melalui penjualan

    obligasi pemerintah dengan bunga yang tinggi agar para kreditur tersebut tertarik untuk

    membeli obligasi pemerintah.

    b. Sektor luar negeri melelui penjualan surat-surat berharga pemerintah. Hal ini akan berdampak

    terhadap neraca pembayaran.

    c. Sektor perbankan komersial meleui penerbitan surat-surat berharga keuangan pada bank-

    bank komersial tersebut.

    2) Kebijakan Anggaran Surplus

    Adalah kebalikan dari kebijakan anggaran defisit. Kebijakan ini menyatakan penerimaan

    pemerintah lebih besar dari pengeluaran pemerintah.

    3) Kebijakan Anggaran Berimbang

    Kebijakan ini menyatakn suatu keadaan penerimaan pemerintah sama besar dengan pengeluaran

    pemerintah. Kebijakan ini sering dipakai oleh pemerintah orde baru.

  • Diktat Ekonomi Kelas XI IPS 28

    4) Kebijakan Anggaran Dinamis

    Adalah suatu bentuk anggaran

    4. Pajak

    a. Pengertian

    Pajak adalah iuran kepada negara yang terutang oleh yang wajib membayarnya (wajib pajak)

    berdasarkan undang-undang dengan tidak mendapat prestasi kembali (balas jasa) secara langsung.

    Berdasarkan pengertian tersebut pajak mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

    1) Pungutan pajak berdasarkan undang-undang. 2) Wajib pajak tidak mendapatkan balas jasa secara langsung. 3) Pihak yang berwenang memungut pajak adalah pemerintah, baik pemerintah pusat maupun

    pemerintah daerah.

    4) Wajib pajak yang tidak memenuhi kewajibannya dapat dikenai sanksi sesuai dengan peraturan (undang-undang yang berlaku).

    5) Pendapatan pajak digunakan untuk pembelanjaan negara dan pembiayaan investasi masyarakat. 6) Pajak dapat digunakan sebagai alat unruk mengatur pemerataan pendapatan. 7) Pajak merupakan iuran wajib kepada negara atau pemerintah. 8) Pembayar pajak disebut wajib pajak.

    b. Pungutan Resmi selain Pajak

    Pungutan resmi selain pajak adalah sebagai berikut :

    1) Bea ekspor dan bea impor Bea ekspor adalah pungutan resmi kepada eksportir yang akan mengekspor barang dagangannya

    ke luar negeri.

    2) Bea impor adalah pungutan terhadap importir saat mengimpor barang dari

    luar negeri. Besar kecilnya pungutan

    diatur dengan peraturan pemerintah.

    3) Cukai Adalah pungutan resmi yang harus

    dibayar oleh pengusaha atau

    produsen kepada pemerintah yang

    diatur berdasarkan peraturan

    pemerintah. Contohnya : cukai

    tembakau, minyak wangi dan

    minuman beralkohol.

    4) Retribusi Adalah pungutan yang harus dibayar

    oleh wajib pajak kepada pemerintah

    karena wajib pajak telah menerima atau mendapatkan imbalan jasa secara langsung. Retribusi

    dapat berarti bahwa wajib bayar telah memperoleh fasilitas secara langsung. Contohnya : bea

    parkir, sewa pasar dan bea pungutan sampah.

    5) Ipeda dan Ireda Pungutan ini diatur dengan peraturan daerah atau perda. Baik Ipeda maupun Ireda merupakan

    sumber pendapatan daerah. Saat ini nama tersebut lebih dikenal dengan PBB (pajak bumi dan

    bangunan).

  • Diktat Ekonomi Kelas XI IPS 29

    Perbedaan pajak dengan pungutan resmi lainnya :

    Indikator Pajak Pungutan resmi

    lainnya

    1. Imbalan jasa

    (kontraprestasi)

    2. Dasar pemungutan

    3. Cara perhitungan

    4. Jatuh tempo

    5. Sanksi hukum

    6. Surat ketetapan

    (kohir)

    7. Sifat pemungutan

    Tidak diterima secara

    langsung

    Menurut undang-undang

    Dihitung sendiri oleh wajib

    pajak

    Sesuai tahun pajak

    Ada dalam undang-

    undang

    Ada surat ketetapan

    pajaknya

    Bayar paksa

    Diterima secara langsung

    PP, Kepmen, Kep. Daerah

    Aparatur pemerintah

    Sesuai pemakaian

    Sesuai kebijakan pemerintah

    Tidak ada kohirnya

    Sesuai kebijaksanaan

    pemerintah

    c. Asas-asas Pajak

    Berikut ini asas-asas pajak menurut beberapa tokoh:

    Adam Smith

    Adam Smith mengemukakan asas-asas sebagai berikut :

    1) Ability to Pay

    Adalah asas perpajakan yangdidasarkan atas kemampuan membayar para wajib pajak. Asas ini

    memperhitungkan kondisi wajib pajak.

    2) Asas Kepastian (Certainty)

    Untuk memungut pajak pemerintah harus memberikan jaminan / kepastian terhadap pungutan

    tersebut. Artinya, aturan pungutan harus pasti dan jelas.

    3) Asas Kesenangan (Convenience)

    Sebaiknya pajak dipungut pada saat wajib pajak baru menerima uang (penghasilan / gaji) dan

    waktunya tidak mendadak / tiba-tiba.

    4) Asas Ekonomi (Economy)

    Pungutan pajak diupayakan seefektif dan seefisien mungkin dengan mengacu agar beban / biaya

    pemungutan pajak ditekan sekecil mungkin.

    WJ. Langen

    WJ. Langen mengemukakan asas-asas sebagai berikut :

    1) Asas Kesamaan

    Asas ini mengandung makna bahwa pungutan pajak dikenakan bagi semua warga tanpa ada

    pengecualian sehingga pemungutan pajak dirasakan adil.

    2) Asas Daya Pikul

    Beban pajak didasarkan pada kemampuan wajib pajak, sehingga masyarakat yang penghasilannya

    besar akan dikenakan pajak yang besar dan masyarakat yang penghasilannya kecil beban pajaknya

    rendah.

    3) Asas Manfaat

    Asas ini mengandung makna bahwa selain pungutan pajak didasarkan atas barang dan jasa yang

    dinikmati wajib pajak, juga mengandung arti bahwa hasil pungutan pajak yang telah diterima

    pemerintah hendaknya dapat dibelanjakan untuk pembelanjaan atau pengeluaran yang benar-

    benar bermanfaat bagi kemajuan perekonomian masyarakat.

    4) Asas Kesejahteraan

    Pungutan pajak yang diterima pemerintah dapat dibelanjakan sesuai dengan pos yang telah

    ditetapkan, dengan tujuan agar dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

    5) Asas Beban Sekecil-kecilnya

    Pungutan pajak yang diterima pemerintah selalu diusahakan serendah-rendahnya.

  • Diktat Ekonomi Kelas XI IPS 30

    6) Asas Istimewa

    Asas ini khusus diperuntukkan bagi masyarakat yang mendapatkan penghasilan secara istuimewa

    7) Asas Pelaksaan

    Pelaksanaan pungutan pajak diusahakan sebaik mungkin meskipun sering terjadi hambatan dan

    keluhan dari para wajib pajak.

    Adolf Wagner

    Adolf Wagner mengemukakan asas-asas sebagai berikut :

    1) Asas Politik Potensial

    Asas ini berisikan bahwa pungutan pajak mempunyai dua sasaran, yaitu :

    a) pungutan pajak harus bersifat dinamis

    b) perolehan hasil pungutan pajak jumlahnya memadai

    2) Asas Ekonomis

    Sasaran penarikan pajak harus tepat, antara lain terhadap pendapatan, penanaman modal, barang

    mewah dan sebagainya.

    3) Asas Keadilan

    Asas ini mengandung pengertian :

    a) pungutan pajak hendaknya bersifat umum dan universal

    b) terhadap obyek pajak yang sama harus ada kesamaan beban

    4) Asas Administrasi

    Asas ini berisikan pengertian :

    a) pungutan pajak harus disertai dasar pungutan yang pasti (undang-undang, peraturan

    pemerintah atau peraturan daerah.

    b) cara pemungutan atau penagihan harus fleksibel atau luwes dan tidak memaksa atau tidak ada

    unsur tekanan.

    c) biaya pemungutan pajak diusahakan sekecil mungkin.

    5) Asas Yuridis

    Asas ini mengandung makna :

    a) pungutan pajak harus didasarkan pada undang-undang yang berlaku

    b) penafsiran kata pada undang-undang harus seragam dan punya pengertian yang sama

    d. Pembagian Pajak

    1) Berdasarkan golongan Pajak langsung adalah pajak yang bebannya harus ditanggung sendiri oleh wajib pajak dan

    tidak dapat dialihkan kepada pihak lain, contohnya : pajak penghasilan.

    Pajak tidak langsung adalah pajak yang bebannya dapat dialihkan kepada pihak lain, contoh :

    PPN dan PPnBM.

    2) Berdasarkan wewenang pemungut pajak Pajak pusat atau pajak negara adalah pajak yang dipungut oleh

    pemerintah pusat atau negara meleui Dirjen Pajak, contoh : PPh

    dan PBB.

    Pajak daerah adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah,

    yang dalam hal ini ditangani oleh Dinas Pendapatan Daerah, yaitu

    antara lain:

    Propinsi; Pajak Kendaraan Bermotor, Bea balik Nama

    kendaraan bermotor, Pajak bahan Bakar Kendaraan Bermotor

    dan Kendaraan di atas air, Pajak Pengambilan dan

    Pemanfaatan Air Bawah tanah dan air Permukaan

    Kabupaten; Pajak hotel, pajak reklame, pajak restoran, pajak

    hiburan, pajak penerangan jalan

    3) Berdasarkan sifat Pajak subjektif adalah pajak yang memperhatikan kondisi wajib pajak yang akan dikenakan

    pajak.

  • Diktat Ekonomi Kelas XI IPS 31

    Pajak objektif adalah pajak yang pada awalnya memperhatikan obyek yang menyebabkan

    timbulnya kewajiban membayar, kemudian dicari subyeknya, baik pribadi atau badan.

    e. Fungsi Pajak

    1) Fungsi anggaran Maksudnya bahwa pajak adalah andalan pendapatan negara. Fungsi ini menjelaskan bahwa pajak

    merupakan bagian dari pendapatan negara yang sangat penting.

    2) Fungsi mengatur Pajak dapat berfungsi sebagai alat pendistribusian pendapatan masyarakat dan sekaligus sebagai

    alat pemerataan pendapatan masyarakat.

    3) Fungsi stabilisasi Dengan pendapatan dari pajak, pemerintah dapat membelanjai pengeluaran-pengeluarannya, baik

    rutin maupun pengeluaran pembangunan. Bila pemerintah dapat membelanjai pengeluaran-

    pengeluarannya sesuai dengan anggaran belanja yang telah ditetapkan berarti tidak akan terjadi

    fluktuasi, hambatan ataupun keresahan di dalam penyelenggaraan perekonomian negara yang

    berarti stabilitas ekonomi dapat terjamin.

    f. Pajak Penghasilan (PPh)

    Subyek Pajak Penghasilan

    Yang menjadi subyek pajak penghasilan adalah sebagai berikut :

    1) Orang pribadi.

    2) Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak.

    3) Badan, terdiri dari perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, BUMN dan

    BUMD dengan nama dan dalam bentuk apapun, persekutuan, perkumpulan, firma, kongsi,

    koperasi, yayasan atau organisasi yang sejenis, lembaga, dana pensiun dan bentuk badan usaha

    lainnya.

    4) Bentuk usaha tetap.

    Subyek pajak ini terdiri dari subyek pajak dalam negeri dan subyek pajak luar negeri. Yang

    dimaksud subyek pajak dalam negeri adalah sebagai berikut :

    1) Orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia atau orang pribadi yang berada di

    Indonesia.

    2) Badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia.

    3) Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak.

    Yang dimaksud subyek pajak luar negeri adalah sebagai berikut :

    1) Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia tidak lebih

    dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak

    bertempat kedudukan di Indonesia yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui

    bentuk usaha tetap di Indonesia.

    2) Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia tidak lebih

    dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak

    bertempat kedudukan di Indonesia yang dapat menerima atau memperoleh penghasilan dari

    Indonesia bukan dari menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap

    di Indonesia.

  • Diktat Ekonomi Kelas XI IPS 32

    Perbedaan perlakuan pengenaan PPh antara Wajib pajak Dalam Negeri dan Wajib Pajak Luar

    Negeri

    Keterangan Wajib Pajak Dalam Negeri Wajib pajak Luar negeri

    Objek pajak Penghasilan baik yang diterima

    atau diperoleh dari Indonesia dan

    dari luar Indonesia

    Penghasilan yang berasal dari

    sumber penghasilan di Indonesia

    Dasar Pengenaan

    Pajak

    Penghasilan Netto Penghasilan Bruto

    Tarif Pasal 17 UU PPh Pasal 26 UU PPh

    Pelaporan Wajib menyampaikan Surat

    Pemberitahuan (SPT)

    Tidak Wajib menyampaikan SPT

    Bentuk usaha tetap adalah bentuk usaha yang dipergunakan oleh orang pribadi yang tidak

    bertempat tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka

    waktu 12 bulan atau badan yang tidak bertempat kedudukan di Indonesia untuk menjalankan

    usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia yang dapat berupa :

    1) tempat kedudukan manajemen

    2) cabang perusahaan

    3) kantor perwakilan

    4) gedung kantor

    5) pabrik

    6) bengkel

    7) pertambangan dan penggalian sumber alam wilayah kerja pengeboran yang digunakan

    eksplorasi pertambangan.

    8) Perikanan, peternakan, pertanian, perkebunan atau kehutanan.

    9) Proyek konstruksi, instalasi atau perakitan oleh orang lain sepanjang dilakukan lebih dari 60

    hari dalam jangka waktu 12 bulan.

    10) Orang atau badan yang berlaku sebagai agen yang kedudukannya tidak bebas.

    11) Agen atau pegawai dari perusahaan asuransi yang tidak didirikan dan tidak bertempat

    kedudukan di Indonesia yang menerima premi asuransi atau menanggung risiko di Indonesia.

    Yang tidak termasuk subyek pajak adalah sebagai berikut :

    1) Badan perwakilan negara asing

    2) Pejabat-pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat-pejabat lain dari negara

    asing, dan orang-orang yang diperbantukankepada mereka yang bekerja pada dan bertempat

    tinggal bersama-sama mereka dengan syarat bukan warga Indonesia dan di Indonesia tidak

    menerima atau memperoleh penghasilan lain di luar jabatan atau pekerjaannya tersebut serta

    negara yang bersangkutan memberi perlakuan timbal balik.

    3) Organisasi-organisasi internasional yang ditetapkan oleh Keputusan Menteri Keuangan,

    dengan syarat :

    a) Indonesia menjadi organisasi tersebut

    b) Tidak menjalankan usaha atau tuntutan lain untuk memperoleh penghasilan dari

    Indonesia dan tidak menjalankan usaha atau kegiatan atau pekerjaan lain yang

    memperoleh penghasilan dari Indonesia

    4) Pejabat-pejabat perwakilan organisasi internasional yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan

    dengan syarat:

    i. Bukan warga negara Indonesia

    ii. Tidak menjalankan usaha atau kegiatan atau pekerjaan lain untuk memperoleh

    penghasilan dari Indonesia

  • Diktat Ekonomi Kelas XI IPS 33

    Obyek Pajak

    Yang menjadi obyek pajak adalah penghasilan, yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang

    diterima atau diperoleh wajib pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia yang

    dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan wajib pajak yang bersangkutan,

    dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk :

    1) Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima termasuk gaji,

    upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun atau imbalan dalam bentuk

    lainnya kecuali ditentukan lain dalam undang-undang ini.

    2) Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan dan penghargaan.

    3) Laba usaha.

    4) Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta

    5) Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya.

    6) Bunga termasuk premium, diskonto dan imbalan karena jaminan pengembalian utang.

    7) Dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dari perusahaan asuransi kepada

    pemegang polis dan pembagian SHU koperasi.

    8) Royalti.

    9) Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta.

    10) Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala.

    11) Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah tertentu yang ditetapkan

    dengan peraturan pemerintah.

    12) Keuntungan karena selisih kurs mata uang asing.

    13) Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva.

    14) Premi asuransi.

    15) Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri dari wajib pajak

    yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas.

    16) Tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan belum dikenakan pajak.

    Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

    Menurut UU Pajak No.36 tahun 2008, besarnya PTKP adalah sebagai berikut:

    PTKP setahun diberikan sebesar :

    1) Rp 15.840.000,00 untuk wajib pajak orang pribadi.

    2) Rp 1.320.000,00 tambahan untuk wajib pajak yang kawin.

    3) Rp 15.840.000,00 tambahan untuk seorang isteri yang penghasilannya digabung dengan

    penghasilan suami sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 ayat (1)

    4) Rp 1.320.000,00 tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dan sekeluarga, semenda

    dalam garis keturunan lurus serta anak angkat yang menjadi tanggungan sepenuhnya, paling

    banyak 3 orang untuk setiap keluarga.

    Penetapan PTKP ditentukan oleh keadaan pada awal tahun pajak atau awal bagian tahun pajak.

    Penyesuaian besarnya PTKP ditetapkan dengan keputusan menteri keuangan.

    Tarif Pajak Penghasilan

    Tarif pajakPasal 17 UU Pajak Penghasilan yang diterapkan adalah sebagai berikut :

    1) Wajib pajak orang pribadi dalam negeri

    a) Penghasilan sampai dengan Rp 50.000.000,00, tarif pajak 5 %.

    b) Penghasilan di atas Rp 50.000.000,00 sampai dengan Rp 250.000.000,00, tarif pajak

    15 %

    c) Penghasilan di atas Rp 250.000.000,00 sampai dengan Rp 500.000.000,00, tarif pajak 25 %

    d) Penghasilan di atas Rp500.000.000,00, tarif pajak 30 %

    2) Wajib pajak badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap adalah 28%

  • Diktat Ekonomi Kelas XI IPS 34

    Contoh penghitungan pajak yang terutang untuk wajib pajak orang pribadi:

    Jumlah penghasilan kena pajak Rp 700.000.000,00

    Pajak penghasilan yang terutang:

    5% x Rp 50.000.000,00 = Rp 2.500.000,00

    15% x Rp 200.000.000,00 = Rp 30.000.000,00

    30% x Rp 200.000.000,00 = Rp 60.000.000,00

    Rp155.000.000,00

    g. Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa (PPN) dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPnBM)

    I. PPN

    PPN diatur dengan UU Nomor 18 Tahun 2000.

    1. Subyek PPN adalah Pengusaha Kena Pajak (PKP), yaitu pengusaha yang melakukan penyerahan

    Barang Kena Pajak (BKP) atau Jasa Kena Pajak (JKP).

    Obyek dari PPN adalah :

    (a) Penyerahan BKP dan JKP di dalam daerah pabean yang dilakukan

    oleh Pengusaha Kena Pajak (PKP), baik barang berwujud maupun

    tidak berwujud dalam rangka kegiatan usaha atau pekerjaannya.

    (b) Impor dan ekspor BKP oleh PKP.

    (c) Pemanfaatan BKP tidak berwujud dan JKP dari luar daerah pabean

    di dalam daerah pabean.

    (d) Kegiatan membangun sendiri yang dilakukan tidak dalam kegiatan

    usaha atau pekerjaan oleh orang pribadi atau badan yang hasilnya

    digunakan sendiri atau digunakan pihak lain

    (e) Penyerahan aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk

    diperjualbelikan (bukan inventory) oleh PKP, sepanjang pajak

    masukan yang dibayar pada saat perolehannya menurut ketentuan

    dikreditkan

    2. Jenis-jenis barang yang tidak dikenakan PPN

    Menurut UU No. 18 Tahun 2000 jenis barang yang tidak dikenakan PPN yaitu:

    Barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran yang diambil langsung dari sumbernya,

    meliputi: minyak mentah, gas bumi, panas bumi, pasir dan kerikil, batubara sebelum diproses

    menjadi briket batu bara, bijih ( timah, besi, nikel, perak, bauksit)

    Barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh rakyat banyak, yaitu: segala jenis beras

    dan gabah, segala jenis jagung, sagu, segala jenis kedelai, garam, makanan dan minuman

    (tidak termasuk makanan dan minuman yang diserahkan oleh usaha katering atau usaha jasa

    boga), uang, emas batangan dan surat-surat berharga

    3. Pengecualian JKP berdasarkan peraturan pemerintah tidak dikenakan PPN adalah kelompok jasa

    sebagai berikut:

    Jasa di bidang kesehatan medis

    Jasa di bidang pelayanan sosial

    Jasa di bidang pengiriman surat dengan perangko

    Jasa di bidang perbankan, asuransi dan sewa guna usaha dengan dengan hak opsi

    Jasa di bidang keagamaan

    Jasa di bidang pendidikan

    Jasa di bidang tenaga kerja dan bidang yang dilaksanakan instansi pemerintah

    4. Cara Kerja Sistem Pajak Pertambahan Nilai

    PPN dikenakan atas pertambahan nilai (value added) dari barang yang dihasilkan atau diserahkan

    oleh PKP. Pajak dipungut secara bertingkat pada jalur produksi dan distribusi dengan tidak ada unsur

    pajak berganda.

    II. PPnBM

    PPnBM adalah pajak yang dikenakan terhadap penyerahan atau impor barang-barang berwujud

    yang tergolong mewah. PPnBM hanya dikenakan satu kali pada sumbernya, yaitu pabrikan atau

  • Diktat Ekonomi Kelas XI IPS 35

    saat impor dan tidak dapat dikreditkan. PPnBM tidak dapat dikenakan tersendiri tanpa PPN. Jadi

    penarikan PPnBM harus selalu bersama PPN.

    Subyek PPnBM adalah PKP yang menghasilkan barang mewah dalam lingkungan perusahaan atau

    pekerjaannya dan pengusaha yang mengimpor barang yang tergolong mewah.

    Obyek PPnBM adalah penyerahan barang berwujud yang tergolong mewah dan impor barang yang

    tergolong mewah, seperti sedan built-up, komputer dan lain-lain barang berwujud yang tergolong

    mewah sebagaimana ditetapkan oleh peraturan pemerintah.

    Tarif PPN dan PPnBM

    Tarif PPN adalah 10%

    Tarif PPnBM adalah paling rendah 10% dan paling tinggi 75%

    h. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)

    PBB diatur melalui UU no 12 tahun 1994. Pajak ini dikenakan pada bumi atau tanah dan bangunan

    yang dibangun pada tanah atau bumi tersebut. Ketentuan perhitungan pungutan PBB adalah 0,5 %

    dari 20 % nilai jual obyek pajak. Nilai jual obyek pajak adalah taksiran nilai jual bumi dan bangunan

    dikurangi dengan bangunan tidak kena pajak (BTKP). BTKP bagi tiap-tiap wajib pajak sebesar Rp

    8.000.000,00. Bagi seorang wajib pajak yang memiliki tanah dan bangunan lebih dari satu buah, maka

    BTKP hanya diberikan pada satu bangunan saja.

    1. Obyek Pajak

    a) Yang menjadi obyek pajak adalah bumi dan/atau bangunan. b) Klasifikasi obyek pajak sebagaimana dimaksud di atas diatur oleh menteri keuangan.

    2. Obyek Pajak yang tidak Dikenakan PBB

    a) Obyek pajak yang tidak dikenakan PBB adalah obyek pajak yang :

    Digunakan semata-mata untuk melayani kepentingan umum di bidang ibadah, sosial,

    kesehatan, pendidikan dan kebudayaan nasional yang tidak dimaksudkan untuk

    memperoleh keuntungan.

    digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala atau yang sejenis dengan itu.

    merupakan hutan lindung, hutan suaka alam, hutan wisata, taman nasional, tanah

    penggembalaan yang dikuasai oleh desa, dan tanah negara yang belum dibebani suatu hak

    digunakan oleh badan atau perwakilan organisasi internasional yang ditentukan oleh

    menteri keuangan.

    b) Obyek pajak yang digunakan oleh pemerintah untuk penyelenggaraan pemerintahan,

    penentuan pengenaan pajaknya diatur dengan peraturan pemerintah.

    c) Batas nilai jual Bangunan Tidak Kena Pajak akan disesuaikan dengan suatu faktor penyesuaian

    yang ditetapkan oleh menteri keuangan.

    3. Subyek Pajak

    Adalah orang atau badan yang secara nyata mempunyai hak atas bumi dan/atau memperoleh

    manfaat atas bumi, dan/atau memiliki, menguasai dan/atau memperoleh manfaat atas bangunan.

    4. NJOP

    Adalah harga rata-rata yang diperoleh dari transaksi jual beli yang rejadi secara wajar

    5. Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP)

    Adalah surat yang digunakan oleh wajib pakjak untuk melaporkan data objek menurut ketentuan

    undang-undang pajak bumi dan bangunan

    6. Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT)

    Adalah surat yang digunakan oleh DJP untuk memberitahukan besarnya pajak terutang kepada

    wajib pajak

    7. Tarif Pajak

    Tarif pajak yang dikenakan atas obyek pajak adalah sebesar 0,5 %.

    8. Dasar Pengenaan dan Cara Menghitung Pajak

    a) Dasar pengenaan pajak adalah nilai jual kena pajak (NJKP)

    40% untuk objek pajak perumahan yang wajib pajaknya perseorangan dengan NJOP sama

    atau lebih dari Rp 1.000.000.000,00.

  • Diktat Ekonomi Kelas XI IPS 36

    b) Nilai Objek Pajak Tidak Kena Pajak (NJOPTKP)

    Mulai 1 Januari 2001 NJOPTKP untuk setiap daerah ditetapkan setinggi-tingginya Rp

    12.000.000,00 untuk tiap wajib pajak

    7. Dasar perhitungan PBB

    Dasar perhitungan PBB adalah Nilai Jual Kena Pajak (NJKP).

    Besarnya persentase NJKP adalah sebagai berikut:

    Objek pajak perkebunan adalah 40%

    Objek pajak kehutanan adalah 40%

    Objek pajak pertambangan adalah 40%

    Objek pajaklainnya (pedesaan dan perkotaan):

    Apabila NJOP-nya lebih besar atau sama dengan Rp 1.000.000.000,00 adalah 40%

    Apabila NJOP-nya kurang dari Rp 1.000.000.000,00 adalah 20%

    Contoh soal.

    Manohara memiliki sebidang tanah seluas 300 m2. Di atas tanah tersebut berdiri sebuah bangunan seluas

    150 m2. taksiran harga tanah per m2 Rp 160.000,00 dan taksiran nilai jual bangunan per m2 Rp 180.000,00.

    Hitunglah besar PBB yang harus dibayar oleh Manohara !

    Jawab :

    Nilai jual tanah/bumi = 300 X Rp 160.000,00 Rp 48.000.000,00

    Nilai jual bangunan = 150 X Rp 180.000,00 Rp 27.000.000,00

    Taksiran nilai jual bumi dan bangunan Rp 75.000.000,00

    NJOPTKP (Rp 12.000.000,00)

    Nilai jual obyek pajak Rp 63.000.000,00

    Nilai jual kena pajak 20 % X Rp 63.000.000,00 = Rp 12.600.000,00

    Besarnya PBB = 0,5 % x Rp 12.600.000,00 = Rp 63.000,00

    i. Pajak Ekspor dan Impor

    Pajak ekspor adalah pajak yang dikenakan pada barang yang akan diekspor ke luar negeri. Yang

    menghitung besar kecilnya pajak ekspor adalah petugas pabean. Pajak impor adalah pajak yang

    dikenakan pada barang yang diimpor dari luar negeri.

    j. Pajak Kendaraan Bermotor

    Merupakan pendapatan daerah, sehingga tidak dimasukkan dalam APBN. Pajak ini dipungut dimana

    kendaraan bermotor tersebut berdomisili. Besar kecilnya pajak didasarkan pada jenis, bahan bakar,

    kekuatan (cc), bobot dan tahun pembuatan.

    k. Bea Materai

    Tarif bea materai ada dua, yaitu Rp 6.000,00 dan Rp 3.000,00, yang penggunaannya sebagai berikut

    1) Tarif bea materai Rp 6.000,00

    Surat perjanjian dan surat-surat lainnya yang dibuat dengan tujuan untuk digunakan sebagai

    alat pembuktian mengenai perbuatan, kenyataan atau keadaan yang bersifat perdata

    Akta akta notaris termasuk salinannya

    Akta yang dibuat PPAT termasuk rangkap-rangkapnya

    Surat yang memuat jumlah uang yang mempunyai harga nominal lebih dari Rp 1.000.000,00

  • Diktat Ekonomi Kelas XI IPS 37

    2) Tarif bea materai Rp 3.000,00

    Dokumen yang mempunyai harga nominal lebih dari Rp 250.000,00 sampai dengan

    Rp 1.000.000,00

    Cek dan bilyet giro tanpa batas pengenaan besarnya harga nominal

    Efek

    l. Tarif Pajak

    1. Tarif tunggal

    a) Tarif tetap, tarif yang jumlahnya tetap, tidak bergantung kepada besar kecilnya objek pajak.

    b) Tarif proporsional, yaitu tarif pajak yang menggunakan persentase tetap, berapapun jumlah objek

    pajak.

    2. Tarif tidak tunggal

    a) Sistem Progresif

    Pajak progresif adalah pajak yang dikenakan semakin besar kepada wajib pajak yang mempunyai

    pendapatan semakin tinggi. Contoh : pajak penghasilan.

    b) Sistem Degresif

    Adalah kebalikan dari sistem progresif., dimana persentase pajak yang dikenakan akan semakin

    besar jika pendapatan semakin rendah dan akan semakin kecil jika pendapatan semakin besar.

    l. Sistem Pemungutan Pajak

    a) Official Assesment System (OAS)

    Yaitu cara pemungutan pajak yang memberi wewenang

    kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya

    pajak yang terutang oleh wajib pajak

    b) Self Assesment System (SAS)

    Yaitu cara pemungutan pajak yang memberi wewenang

    kepada wajib pajak untuk menentukan sendiri besarnya

    pajak yang terutang

    c) Semi Self Assesment System (SSAS) dan With Holding

    System (WHS)

    Semi self Assesment System yaitu cara pemungutan pajak

    yang memberikan wewenang kepada wajib pajak dan fiskus untuk sama-sama menentukan

    besarnya pajak terutang.

    With Holding System adalah cara pemungutan pajak yang tidak memberikan wewenang kepada

    wajib pajak dan fiskus untuk menentukan besarnya pajak terutang, tetapi diserahkan kepada pihak

    ketiga yang ditunjuk.