Ketika Media Berat Sebelah

4
PENGARUH MEDIA YANG BERAT SEBELAH TERHADAP SOSIAL POLITIK MASYARAKAT INDONESIA Oleh : ILMAN SORMIN Media berat sebelah atau yang dikenal dengan istilah “media bias” merupakan suatu kondisi yang merujuk pada sikap para pelaku media seperti jurnalis dan penerbit yang berat sebelah dalam menyampaikan informasi kepada masyarakat. Sikap media yang berat sebelah tersebut dapat berupa suatu sikap dimana suatu media dalam menyampaikan informasi memihak pada salah satu pihak dan mengesampingkan pihak lain. Dapat difahami bahawa media berat sebelah merupakan satu bentuk masalah yang dihadapi oleh para pelaku media yang sepatutnya bersikap jujur dan tulus dalam menyampaikan suatu isu-isu atau berita namun mengambil tindakan berat sebelah. Hal ini berlaku apabila pihak media berada pada sebelah pihak atau melebihkan satu pihak namun mengesampingkan sebelah pihak yang lain. Terdapat lima ciri-ciri yang menunjukkan suatu media berat sebelah dalam menyampaikan isu-isu atau berita kepada masyarakat. Ciri yang pertama ialah pemilihan isu tertentu untuk dijadikan bahan dalam berita, seperti sikap suatu media dimana untuk mendukung salah satu pihak maka media memilih-milih berita yang bersifat positif mengenai pihak tersebut dan menutup-nutupi berita negatif mengenai pihak tersebut. Selain itu, dengan menggunakan hanya sumber terpilih merupakan ciri media berat sebelah yang seterusnya. Sumber terpilih artinya, dimana suatu media dalam mendapatkan informasi hanya mengacu pada sumber-sumber yang dipilih tanpa memperhatikan sumber informasi lain demi menghasilkan suatu berita atau informasi yang mendukung satu pihak dan mengesampingkan pihak lain. Ini merupakan asas bagi media berat sebelah yang mana media menerima atau menyokong sebelah pihak dan menolak sebelah pihak yang lainnya. Disamping itu, pemposisian ataupun “Placement” merupakan ciri media berat sebelah yang seterusnya. Ciri ini memberi penekanan kepada peranan editor yang akan

description

media berat sebelah hjbhbbnn jjnnn

Transcript of Ketika Media Berat Sebelah

  • PENGARUH MEDIA YANG BERAT SEBELAH TERHADAP SOSIAL

    POLITIK MASYARAKAT INDONESIA

    Oleh : ILMAN SORMIN

    Media berat sebelah atau yang dikenal dengan istilah media bias merupakan suatu

    kondisi yang merujuk pada sikap para pelaku media seperti jurnalis dan penerbit yang

    berat sebelah dalam menyampaikan informasi kepada masyarakat. Sikap media yang

    berat sebelah tersebut dapat berupa suatu sikap dimana suatu media dalam

    menyampaikan informasi memihak pada salah satu pihak dan mengesampingkan pihak

    lain. Dapat difahami bahawa media berat sebelah merupakan satu bentuk masalah yang

    dihadapi oleh para pelaku media yang sepatutnya bersikap jujur dan tulus dalam

    menyampaikan suatu isu-isu atau berita namun mengambil tindakan berat sebelah. Hal

    ini berlaku apabila pihak media berada pada sebelah pihak atau melebihkan satu pihak

    namun mengesampingkan sebelah pihak yang lain.

    Terdapat lima ciri-ciri yang menunjukkan suatu media berat sebelah dalam

    menyampaikan isu-isu atau berita kepada masyarakat. Ciri yang pertama ialah

    pemilihan isu tertentu untuk dijadikan bahan dalam berita, seperti sikap suatu media

    dimana untuk mendukung salah satu pihak maka media memilih-milih berita yang

    bersifat positif mengenai pihak tersebut dan menutup-nutupi berita negatif mengenai

    pihak tersebut.

    Selain itu, dengan menggunakan hanya sumber terpilih merupakan ciri media berat

    sebelah yang seterusnya. Sumber terpilih artinya, dimana suatu media dalam

    mendapatkan informasi hanya mengacu pada sumber-sumber yang dipilih tanpa

    memperhatikan sumber informasi lain demi menghasilkan suatu berita atau informasi

    yang mendukung satu pihak dan mengesampingkan pihak lain. Ini merupakan asas bagi

    media berat sebelah yang mana media menerima atau menyokong sebelah pihak dan

    menolak sebelah pihak yang lainnya.

    Disamping itu, pemposisian ataupun Placement merupakan ciri media berat sebelah

    yang seterusnya. Ciri ini memberi penekanan kepada peranan editor yang akan

  • merumus sebuah isu atau berita yang menjurus kepada satu sudut pandang. Hal ini dapat

    dilihat pada suatu berita yang semestinya pembaca dapat mengenal pasti pada sudut

    manakah viewpoint penulis atau editor tersebut.

    Pelabelan ataupun Labelling merupakan ciri media berat sebelah yang seterusnya

    terdiri dari dua bentuk yang menjelaskan ciri ini. Bentuk pertama ialah media melabel

    satu pihak dengan pandangan yang buruk atau ekstrim dan pihak lain dengan pandangan

    baik. Hal ini memaparkan dengan jelas media telah berada pada satu pihak dan

    menentang satu pihak yang lainnya. Bentuk yang kedua dari ciri Pelabelan ialah pihak

    media yang tidak menyatakan dengan jelas pihak yang disokongnya tapi menggunakan

    perkataan positif berupa kalimat pujian yang dapat menyokong salah satu pihak tertentu.

    Ciri terakhir yang dapat dikaitkan dengan media berat sebelah ialah, pemutaran atau

    Spin. Ciri ini berlaku apabila suatu berita atau isu menmpunyai hanya satu sudut

    pandang namun diberi pendapat atau opini oleh pihak media khususnya wartawan

    dengan penambahan unsur penambahan fakta demi menunjukkan pihak yang disokong

    lebih baik daripada yang lainnya.

    Media massa sebagai alat kontrol sosial politik dengan artian media massa sebagai

    penyampai (memberitakan) isu-isu atau keadaan yang dibuat oleh pemerintah

    bertentangan dengan kehendak rakyat. Melalui berita-berita yang disiarkan, media

    secara tidak langsung telah memberikan referensi kepada masyarakat untuk

    mempengaruhi keputusan politiknya. Semakin sering berita tersebut diberikan, maka

    akan semakin besar pengaruh yang akan didapatkan oleh masyarakat.

    Persepsi dan nilai-nilai yang disampaikan oleh media massa sering kali dianggap

    sebagai persepsi masyarakat keseluruhan. Dalam masyarakat kontemporer, media massa

    seakan-akan merepresentasikan opini dan persepsi masyarakat secara umum . Oleh

    karena itu, banyak orang yang menggunakan informasi yang ada di media massa sebagai

    referensi karena informasi di media dianggap mewakili persepsi masyarakat.

    Karakteristik media massa tersebut menjadi sangat beresiko untuk dijadikan alat

  • propaganda, karena bisa jadi pesan-pesan yang disampaikan media massa hanyalah hasil

    konstruksi dari pemilik kepentingan-kepentingan tertentu dan sama sekali tidak

    mewakili persepsi masyarakat secara keseluruhan hal ini disebabkan karena para pelaku

    media dalam menyampaikan informasi masih bersifat berat sebelah. Media sangat

    berperan penting dalam mendukung perkembangan keadaan pilitik di Indonesia.

    Kita tahu bahwa media selalu menampilkan berita terupdate dan tidak jarang media

    seperti koran dan liputan berita dijadikan sumber terpercaya oleh masyarakat.

    Sebelumnya masih ingatkah kita tentang orde baru, dijaman itu kebebasan pers menjadi

    salah satu yang terikat. Hanya yang memihak pemerintah yang masih bisa bertahan. Di

    era ini, kita juga bisa liat, contohnya pada pilpres 2014. Sangat terlihat adanya kubu-

    kubu dari media, terlebih pada siaran televisi. Berita menjadi ajang untuk saling

    menjatuhkan. Mereka membangun opini publik yang menguntungkan salah satu pihak.

    Contoh-contoh tersebut merupakan bentuk dari media yang berat sebelah. Mendukung

    seseorang atau oknum tertentu untuk menjatuhkan pihak lainnya. Seharusnya media

    tidak boleh seperti itu. Mengapa? Karena dengan media, suatu negara bisa berperang

    dan karena media juga suatu negara bisa menjadi kuat. Tidak semua dari masyarakat

    menganalisa setiap berita yang diperolehnya dari media, baik cetak ataupun elektronik.

    Dengan keberpihakan media pada oknum tertentu, itu membuat masyarakat yang hanya

    menelan bulat-bulat yang dikatakan media tanpa mengeahui apa yang sebenarnya.

    Apabila kecenderungan yang memihak ini terus menerus terjadi maka kehidupan politik

    di Indonesia akan semakin tidak sehat. Padahal pada saat pemilu 2014 masyarakat

    Indonesia seharusnya membutuhkan media massa yang baik dan berimbang. Menurut

    Presiden SBY, pers berperan penting menyebarkan informasi yang akurat agar

    masyarakat memiliki gambaran soal kandidat Pemilu 2014 (Koran Tempo, 12 Februari

    2013).

    Dengan media massa yang tidak berimbang ini, maka banyak masyarakat Indonesia

    yang akan bingung dengan calon pemimpin yang akan dipilihnya, hal ini akan

    memberikan dampak yang buruk. Masyarakat hanya akan disuguhi mengenai salah satu

  • partai politik saja dan pemberitaannya pun hanya sekedar yang baik-baik saja (menutup-

    nutupi kejelekan).

    Sangat jelas, jika partai politik mendominasi salah satu media massa maka hal ini tak

    ubahnya disebut sebagai pembajakan. Maka mau jadi apakah Indonesia jika pemberitaan

    (media massanya) telah dibajak. Dalam hal ini sangat diharapkan peran serta para insan

    pers untuk memberitakan berita yang positif dan negatif secara obyektif bukan

    subyektif.

    Fungsi memengaruhi media massa secara implisit terdapat pada tajuk/editorial, features,

    iklan, artikel dan sebagainya. Khalayak dapat terpengaruh oleh iklan-iklan yang

    ditayangkan televisi ataupun surat kabar. Saat ini fungsi memengaruhi ini sangat besar

    dampaknya kepada khalayak karena khususnya pada saat dalam rangka merayakan

    Pilpres 2014 kemarin, semua calon sangat kuat iklan atau pemberitaanya yang tayang di

    media. Tujuannya apa, ya jelas tujuannya untuk mempengaruhi masyarakat indonesia

    agar mau memilihnya pada tanggal 9 juli kemarin. Media sepertinya dapat melakukan

    apa saja agar dapat meyakinkan masyarakat kepada calonnya, walaupun dengan

    melakukan tayangan yang jelas-jelas menjatuhkan salah satu lawan. Nah hal inilah yang

    menjadi akar perbincangan kita, dimana sebagaimana besar pengaruh media dalam

    fungsi memengaruhinya kepada khalayak kita.

    Sudah seharusnya kita sadar bahwa tidak semua informasi, berita, pengetahuan yang

    diberitakan oleh media sesuai dengan kenyataan yang sesungguhnya. Banyak informasi

    bertebaran namun sejatinya bukan yang diinginkan atau yang dibutuhkan masyarakat,

    melainkan informasi yang sudah ditunggangi kepentingan penguasa media untuk

    melakukan propaganda terhadap masyarakat, oleh karena itu masyarakat harus lebih jeli

    dalam menilai dan mempercayai informasi ataupun berita yang di beritakan pada media.