KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR DASAR SEBAGAI PENDUKUNG PENINGKATAN PEREKONOMIAN SUATU WILAYAH

23
KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR DASAR SEBAGAI PENDUKUNG PENINGKATAN PEREKONOMIAN SUATU WILAYAH Disampaikan Pada Acara: “Focus Group Discussion Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET)” Lombok, 26 November 2013 Disampaikan Oleh: Ir. Iman Soedradjat, MPM

description

disampaikan oleh Ir. Iman Soedradjat, MPM pada Focus Group Discussion Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET). Lombok, 26 Nopember 2013

Transcript of KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR DASAR SEBAGAI PENDUKUNG PENINGKATAN PEREKONOMIAN SUATU WILAYAH

Page 1: KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR DASAR SEBAGAI PENDUKUNG PENINGKATAN PEREKONOMIAN SUATU WILAYAH

KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR DASAR SEBAGAI PENDUKUNG PENINGKATAN

PEREKONOMIAN SUATU WILAYAH

Disampaikan Pada Acara:“Focus Group Discussion Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET)”

Lombok, 26 November 2013

Disampaikan Oleh:Ir. Iman Soedradjat, MPM

Page 2: KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR DASAR SEBAGAI PENDUKUNG PENINGKATAN PEREKONOMIAN SUATU WILAYAH

OUTLINE

A. PENDAHULUAN Landasan Hukum Penetapan KAPET Sebagai KSN Cakupan Wilayah KAPET Integrasi KAPET dengan MP3EI

B. KONDISI INFRATSRUKTUR DI INDONESIA Kondisi Infrastruktur Indonesia di Level Internasional Pola Penyebaran Infrastruktur di Indonesia

C. KONSEPSI PENATAAN RUANG KSN KAPET

D. PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR KAPET

Page 3: KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR DASAR SEBAGAI PENDUKUNG PENINGKATAN PEREKONOMIAN SUATU WILAYAH

LANDASAN HUKUMPENETAPAN KAPET SEBAGAI KAWASAN STRATEGIS NASIONAL

A.1

UNDANG-UNDANG NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG Pasal 1 point (28):

Kawasan Strategis Nasional adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting secara nasional terhadap kedaulatan negara, pertahanan keamanan negara, ekonomi, sosial, budaya dan/atau lingkungan, termasuk wilayah yang telah ditetapkan sebagai warisan dunia.

Pasal 14 ayat (3) huruf a dan Pasal 21 ayat (1): rencana tata ruang kawasan strategis nasional merupakan rencana rinci untuk Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional yang diatur dengan peraturan presiden.

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 26 TAHUN 2008 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL (Pasal 77 dan Lampiran X)

KAPET merupakan KSN dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi yang ditetapkan dengan kriteria:a. memiliki potensi ekonomi cepat tumbuh;b. memiliki sektor unggulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi nasional;c. memiliki potensi ekspor;d. didukung jaringan prasarana dan fasilitas penunjang kegiatan ekonomi;e. memiliki kegiatan ekonomi yang memanfaatkan teknologi tinggi;f. berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi pangan nasional dalam rangka mewujudkan

ketahanan pangan nasional;g. berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi sumber energi dalam rangka mewujudkan

ketahanan energi nasional; dan/atauh. ditetapkan untuk mempercepat pertumbuhan kawasan tertinggal (KTI vs KBI)

Page 4: KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR DASAR SEBAGAI PENDUKUNG PENINGKATAN PEREKONOMIAN SUATU WILAYAH

CAKUPAN WILAYAH KAPETA.2

PP 26/2008 tentang RTRWN (dalam Lampiran X) telah menetapkan 13 (tiga belas) KAPET, sedangkan cakupan wilayah masing-masing KAPET tersebut ditetapkan dalam Keppres.

1. KAPET Banda Aceh Darussalam2. KAPET Khatulisiwa3. KAPET DAS Kahayan, Kapuas, dan Barito 4. KAPET Samarinda, Sanga-sanga, Muara Jawa, dan

Balikpapan (Sasamba)5. KAPET Batulicin6. KAPET Bima7. KAPET Mbay

8. KAPET Manado-Bitung9. KAPET Parepare10. KAPET Batui diubah menjadi KAPET Palapas11. KAPET Buton, Kolaka, dan Kendari diubah

menjadi KAPET Bank Sejahtera12. KAPET Seram13. KAPET Biak

BAD

Khatulistiwa

DAS Kakab

Batulicin

Sasamba

Parepare Bank Sejahtera

Palapas

Manado-Bitung

Seram

Biak

Bima Mbay

KAPET

Page 5: KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR DASAR SEBAGAI PENDUKUNG PENINGKATAN PEREKONOMIAN SUATU WILAYAH

SEBARAN 13 KAWASAN EKONOMI TERPADU (KAPET)

KAPET CAKUPAN WILAYAH1. BAD (BANDAR ACEH DARUSSALAM) (i) Kota Banda Aceh; (ii) Kab. Aceh Besar; dan (iii) Kab. Pidie2. KHATULISTIWA (i) Kab. Sanggau; (ii) Kab. Sekadau; (iii) Kab. Sambas; (iv) Kab.

Bengkayang; (v) Kota Singkawang; (vi) sebagian Kab. Landak ; (vii) sebagian Kab. Sintang; dan (viii) sebagian Kabupaten Kapuas Hulu

3. SASAMBA (SAMARINDA, SANGA-SANGA, MUARA JAWA, DAN BALIKPAPAN)

(i) Kota Samarinda; (ii) Kota Balikpapan; dan (iii) Sebagian Kab. Kutai Kartanegara

4. BATULICIN (i) Kab. Kotabaru; dan (ii) Kab. Tanah Bumbu5. DAS KAKAB (DAERAH ALIRAN SUNGAI

KAHAYAN, KAPUAS, DAN BARITO)(i) Kota Palangkaraya; (ii) Kab. Barito Selatan; (iii) Kab. Kapuas; dan (iv) Kab. Pulang Pisau

6. MANADO-BITUNG (i) Kota Manado; (ii) Kota Bitung; (iii) Kota Tomohon; (iv) Kab. Minahasa Utara; dan (v) Kab. Minahasa

7. PALAPAS (i) Kota Palu; (ii) Kabupaten Donggala; (iii) Kab. Parigi Moutong; dan (iv) Kab. Sigi

8. PARE-PARE (i) Kota Parepare; (ii) Kab. Barru; (iii) Kab. Pinrang; (iv) Kab. Sidenreng Rappang; dan (v) Kab. Enrekang

9. BANK SEJAHTERA (i) Kota Kendari; (ii) Kab. Kolaka; dan (iii) Kab. Konawe10. BIMA (i) Kota Bima; (ii) Kab. Bima; dan (iii) Kab. Dompu11. MBAY (i) Kab. Ngada; dan (ii) Kab. Nagekeo12. SERAM (i) Kab. Seram Bagian Barat; (ii) Kab. Seram Bagian Timur; dan (iii)

sebagian Kab. Maluku Tengah 13. BIAK (i) Kab. Biak Numfor; (ii) Kab. Supiori; (iii) Kab. Yapen; (iv) Kab.

Waropen; dan (v) Kab. nabire

Page 6: KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR DASAR SEBAGAI PENDUKUNG PENINGKATAN PEREKONOMIAN SUATU WILAYAH

INTEGRASI KAPET DENGAN MP3EIA.3

Hampir seluruh KAPET berada di 6 koridor ekonomi Indonesia dalam MP3EI (Perpres 32/2011)

Momentum yang harus dimanfaatkan agar pengembangan ke-13 KAPET bersinergi dengan kebijakan MP3EI: Sinergisitas dengan MP3EI terkait kebutuhan ruang untuk rencana sentra produksi, sentra

kegiatan industri, dan sentra distribusi yang didukung oleh infrastruktur kawasan. Konsep RTR KAPET diarahkan untuk mendorong (sub) sektor unggulan masing-masing

koridor MP3EI.

BAD

Khatulistiwa

DAS Kakab

Batulicin

Sasamba

ParepareBank Sejahtera

Palapas

Manado-Bitung

Seram

Biak

Bima Mbay

KAPET

Page 7: KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR DASAR SEBAGAI PENDUKUNG PENINGKATAN PEREKONOMIAN SUATU WILAYAH

KAITAN KAPET DAN MP3EI

KAPET KOMODITAS UNGGULAN KAPET

KORIDOR MP3EI KEGIATAN EKONOMI UTAMA MP3EI

BAD Kelapa sawit dan Perkayuan KORIDOR EKONOMI SUMATERA

Kelapa sawit, Karet, Batu Bara, Perkapalan, Besi Baja

Khatulistiwa Padi, Jagung, Kelapa sawit, dan Karet

KORIDOR EKONOMI KALIMANTAN

Kelapa Sawit, Minyak dan Gas, Batubara, Besi Baja, Bauksit, PerkayuanDAS Kakab Padi, Karet,

Sapi, Ikan, dan RotanBatulicin Kelapa sawit dan PerkayuanSasamba Kelapa sawit dan PerkayuanBima Sapi, Jagung, dan Rumput laut KORIDOR EKONOMI

BALI-NUSA TENGGARAPariwisata, Perikanan, Peternakan

Mbay Sapi potongManado-Bitung

Pariwisata (bahari, ekowisata, MICE), Kelapa, Ikan pelagis, dan Rumput laut

KORIDOR EKONOMI SULAWESI

Pertanian Pangan (Padi, Jagung, Kedelai dan Ubi Kayu), Kakao, Perikanan, Nikel, Minyak dan Gas

Parepare Padi, Kopi, Kakao, Udang, dan Sapi

Palapas Kakao dan Rumput lautBank Sejahtera

Kakao, dan Padi sawah

Seram Perikanan tangkap, Kelapa dalam, dan Cengkeh

KORIDOR EKONOMI PAPUA-KEP. MALUKU

Pertanian Pangan – MIFEE, Tembaga, Nikel, Minyak dan Gas Bumi, Perikanan, PeternakanBiak Jeruk manis, Rumput laut,

Udang, Teripang dan Pariwisata

Page 8: KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR DASAR SEBAGAI PENDUKUNG PENINGKATAN PEREKONOMIAN SUATU WILAYAH

Mewujudkan KAPET sebagai pusat pertumbuhan dan penggerak laju

pertumbuhan ekonomi di daerah yang kesenjangannya masih tinggi

Mengembangkan kawasan strategis nasional sebagai pusat pertumbuhan

ekonomi yang memiliki daya saing ekonomi nasional (jangka menengah) dan internasional (jangka panjang)

MELALUI PENINGKATAN

DUKUNGAN INFRASTRUKTUR

Sumber : Bappenas, 2010

ARAHAN RPJMN 2010-2014 DALAM PENGEMBANGAN KAPETA.4

Page 9: KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR DASAR SEBAGAI PENDUKUNG PENINGKATAN PEREKONOMIAN SUATU WILAYAH

B. KONDISI INFRASTRUKTUR DI INDONESIA

Page 10: KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR DASAR SEBAGAI PENDUKUNG PENINGKATAN PEREKONOMIAN SUATU WILAYAH

Argentina Indonesia Philippines Sri Lanka Korea China Vietnam Thailand Malaysia

Infrastructure 86 78 98 62 9 48 95 46 32

Roads 106 90 87 48 17 54 120 39 27

Railroad 103 51 94 37 10 22 68 65 17

Port 101 104 120 45 20 59 113 56 21

Air Transport 115 89 112 57 26 70 94 33 24

Electricity 108 93 98 54 32 59 113 44 35

Telephone 50 78 104 74 4 58 86 95 85

Peringkat Daya Saing Infrastruktur Indonesia Tahun 2012Global Competitiveness Report, 2012 – 2013 (144 negara)

Pada tahun 1996, peringkat daya saing infrastruktur Indonesia berada diatas negara China, Thailand, Taiwan, dan Srilanka. Hal ini menunjukkan

bahwa pembangunan infrastruktur di Indonesia saat ini mengalami kemunduran

Kondisi Infrastruktur Indonesia di Level Internasional

Sumber: The Global Competitiveness Report, 2012-2013

B.1

Page 11: KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR DASAR SEBAGAI PENDUKUNG PENINGKATAN PEREKONOMIAN SUATU WILAYAH

Pola sebaran infrastruktur di Indonesia saat ini pada dasarnya mengikuti pola sebaran penduduk

Tantangan pembangunan infrastruktur timpangnya sebaran penduduk, perbedaan luas wilayah dan keberagaman kondisi topografi

0.0%

10.0%

20.0%

30.0%

40.0%

50.0%

60.0%

70.0%

Wilayah

Pro

po

rsi W

ilayah

, %

% Luas 20.6% 7.2% 4.1% 32.3% 10.8% 25.0%

% Pddk 21.2% 58.6% 5.3% 5.6% 7.3% 2.0%

% rigasi 19.6% 65.1% 6.2% 4.4% 4.5% 0.2%

% J alan 28.4% 27.3% 13.7% 14.9% 11.2% 4.5%

% Air minum 24.6% 58.4% 3.3% 5.8% 6.4% 1.5%

Sumatera J awa Bali & NT Kalimantan SulawesiMaluku &

Papua

Pola Penyebaran Infrastruktur di Indonesia

Pulau Jawa-Bali dengan luas wilayah 7,5% dari luas wilayah Indonesia dihuni oleh 61% penduduk dari total penduduk Indonesia.

Sekitar 70-90 % infrastruktur berada di Pulau Sumatera, Jawa dan Bali. Sisanya sekitar 10-30 % infrastruktur tersebar di pulau lainnya yang luasnya 70 persen dari keseluruhan wilayah Indonesia.

B.2

Page 12: KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR DASAR SEBAGAI PENDUKUNG PENINGKATAN PEREKONOMIAN SUATU WILAYAH

12

Kawasan Barat Indonesia (Pulau Jawa dan Sumatera) merupakan pusat kegiatan ekonomi di Indonesia (Produksi permintaan perjalanan barang di KBI sekitar 94% dari total Indonesia, dimana P. Jawa 81% dan P. Sumatera 13%).

Desire Line Permintaan PERJALANAN BARANG di Indonesia

Page 13: KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR DASAR SEBAGAI PENDUKUNG PENINGKATAN PEREKONOMIAN SUATU WILAYAH

KONSEPSI PENATAAN RUANG KSN KAPETC.

Pengembangan KAPET selama ini berdasar pada Prinsip Growth Pole Theory (teori kutub pertumbuhan)

KONSEP new KAPET SEBAGAI KLASTER EKONOMI/INDUSTRI Berbasis pengembangan ekonomi lokal (local economic development), dengan bertumpu pada

komoditas unggulan lokal secara selektif. Koordinasi dan sinkronisasi antara pemerintah, pemerintah daerah dan dunia usaha. Interkonektivitas dan sinergi kegiatan ekonomi hulu-hilir berkelanjutan berbasis masyarakat. Pengembangan nilai tambah produk unggulan lokal (inovasi). Pengembangan sumber daya manusia/ketenagakerjaan (pendidikan & pelatihan). Pengembangan sistem pembiayaan/permodalan, lembaga-lembaga pendukung dan jaringan

antarpelaku lokal/nasional/internasional. Membentuk keterkaitan (linkage) antara komoditas unggulan mulai dari tahapan awal berupa

usaha-usaha/kegiatan-kegiatan inti yang independent menuju tahapan akhir rencana berupa sinergitas usaha-usaha/kegiatan-kegiatan inti yang membentuk ekonomi wilayah yang kuat dan produktif.

PERUBAHAN PARADIGMA PENGEMBANGAN KAPET

Page 14: KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR DASAR SEBAGAI PENDUKUNG PENINGKATAN PEREKONOMIAN SUATU WILAYAH

TUJUAN PENATAAN RUANG KAPETC.1

Perumusan tujuan penataan ruang KAPET difokuskan pada upaya pemerintah dalam mewujudkan pengembangan klaster ekonomi kawasan melalui pengembangan ekonomi lokal berbasis sektor unggulan selektif (memiliki kekuatan pasar baik lokal, nasional, dan/atau internasional) sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi wilayah dengan membuka kesempatan pengembangan investasi.

PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL

BERBASIS SEKTOR UNGGULAN SELEKTIF

TUJUAN PENATAAN RUANG KAPET

KAPET (SUB) SEKTOR UNGGULAN SELEKTIFBAD perikanan, perkebunan, peternakan, industri, pariwisataKhatulistiwa pertanian tanaman pangan, perkebunan,

agroindustri, kehutanan, dan pariwisataDAS Kakab perkebunan, kehutanan, pertanian tanaman pangan, dan perikananBatulicin perkebunan, kehutanan, industri pengolahan, perikanan, dan pariwisataSasamba perkebunan, pertanian tanaman pangan, perikanan, industri kerajinan,

dan pariwisataBima peternakan, perkebunan, pertanian tanaman pangan, pertanian

hortikultura, perikanan, industri kerajinan, dan pariwisataMbay peternakan, perkebunan, pertanian tanaman pangan, pertanian

hortikultura, perikanan, dan pariwisataManado-Bitung pariwisata, perkebunan, perikanan tangkap, pertanian tanaman pangan,

dan pertanian hortikulturaParepare pertanian tanaman pangan, perkebunan, peternakan, serta perikanan

tangkap dan budidayaPalapas perkebunan, pertanian tanaman pangan, pertanian hortikultura,

perikanan, dan industri pengolahanBank Sejahtera perkebunan, pertanian tanaman pangan, perikanan budidaya, dan

perikanan tangkapSeram perikanan tangkap, perkebunan, pariwisataBiak pertanian hortikultura, perkebunan, perikanan, dan pariwisata

Page 15: KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR DASAR SEBAGAI PENDUKUNG PENINGKATAN PEREKONOMIAN SUATU WILAYAH

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG KAPETC.2

Pengembangan sektor unggulan selektif yang berkelanjutan dan berbasis kemampuan daya dukung lingkungan setempat;

Penguatan sistem pusat pelayanan kegiatan ekonomi dan sistem jaringan prasarana pendukung KAPET; dan

1

2

a. mengembangkan komoditas unggulan selektif beserta produk-produk turunannya;

b. mengembangkan komoditas pendukung, beserta produk-produk turunannya;

c. mengendalikan alih fungsi lahan-lahan komoditas unggulan dan komoditas pendukung untuk kegiatan lain; dan

d. melakukan pengelolaan sumber daya alam yang memperhatikan prinsip pembangunan berkelanjutan.

a. mengembangkan sistem pusat pelayanan kegiatan ekonomi yang dapat berfungsi sebagai pusat pelayanan kegiatan sentra produksi bahan baku, kegiatan sentra industri pengolahan, kegiatan penelitian, kegiatan pendidikan dan pelatihan, kegiatan jasa, dan kegiatan distribusi;

b. mengembangkan keterpaduan sistem jaringan prasarana transportasi untuk meningkatkan konektivitas antara pusat pelayanan kegiatan ekonomi, sentra produksi bahan baku, sentra industri pengolahan, dan pusat distribusi pemasaran; dan

c. mengembangkan sistem jaringan prasarana lainnya berupa sistem jaringan energi, sistem jaringan telekomunikasi, sistem jaringan sumber daya air, dan sistem jaringan pengelolaan limbah yang mendukung pengembangan komoditas unggulan dan komoditas pendukung.

KEBIJAKAN STRATEGI

Page 16: KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR DASAR SEBAGAI PENDUKUNG PENINGKATAN PEREKONOMIAN SUATU WILAYAH

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG KAPET

Pengembangan pengelolaan ekonomi kawasan yang terpadu untuk menciptakan daya saing produk unggulan wilayah.

3

KEBIJAKAN STRATEGI

a. menetapkan kegiatan ekonomi kawasan yang terpadu melalui pengembangan keterkaitan ke depan dan ke belakang komoditas unggulan dan komoditas pendukung;

b. menetapkan target pasar secara bertahap dari lingkup lokal, nasional, regional dan global sesuai tahapan pengembangan KAPET;

c. mengembangkan kualitas sumber daya manusia dengan mempertimbangkan situasi sosial dan budaya setempat terkait pengembangan komoditas unggulan dan komoditas pendukung;

d. mengembangkan kegiatan penelitian dan pengembangan terkait komoditas unggulan dan komoditas pendukung;

e. mengembangkan koperasi, usaha mikro kecil menengah, kerjasama pemerintah-swasta-masyarakat, pelayanan permodalan dan sistem pembiayaan; dan

f. meningkatkan keterpaduan pengelolaan KAPET.

Page 17: KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR DASAR SEBAGAI PENDUKUNG PENINGKATAN PEREKONOMIAN SUATU WILAYAH

17

D. PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR KAPET“Infrastruktur sebagai kunci bagi perkembangan ekonomi dan peningkatan daya saing di dunia internasional, pembentuk struktur wilayah, membuka keterisolasian daerah, serta mengikat wilayah dalam kesatuan NKRI yang berdaulat.”

Page 18: KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR DASAR SEBAGAI PENDUKUNG PENINGKATAN PEREKONOMIAN SUATU WILAYAH

KONSEP PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR KAPETD.1

RENCANA STRUKTUR RUANG KAPET

a. sistem pusat pelayanan kegiatan ekonomi berfungsi sebagai pusat pelayanan kegiatan sentra produksi bahan baku, kegiatan sentra industri pengolahan, kegiatan penelitian, kegiatan pendidikan dan pelatihan, kegiatan jasa, dan kegiatan distribusi.

b. sistem jaringan transportasi meliputi jaringan transportasi darat (jalan, lalu lintas dan angkutan jalan, penyeberangan, dan perkeretaapian); jaringan transportasi laut (tatanan kepelabuhanan dan alur pelayaran); serta jaringan transportasi udara (tatanan kebandarudaraan dan ruang udara untuk penerbangan).

c. sistem jaringan energi meliputi pembangkit tenaga listrik dan jaringan transmisi tenaga listrik (SUTT, GI, dll).

d. sistem jaringan telekomunikasi jaringan terestrial dan jaringan satelit (stasiun bumi, STO, dll)

e. sistem jaringan sumber daya air sumber air (WS, CAT); dan prasarana SDA (irigasi, pengendali banjir, dll)

f. sistem jaringan pengolahan limbah sistem pengelolaan air limbah setempat dan terpusat/IPAL.

Infrastruktur KAPET dikembangkan dalam upaya meningkatkan konektivitas antara pusat-pusat kegiatan ekonomi, klaster industri, outlet (pelabuhan, bandara), dan mendorong perkembangannya dengan didukung oleh infrastruktur listrik, telekomunikasi, sumber daya air, serta jaringan prasarana lainnya. Infrastruktur KAPET direncanakan dan diprogramkan implementasinya dalam Rencana Tata Ruang KAPET.

Page 19: KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR DASAR SEBAGAI PENDUKUNG PENINGKATAN PEREKONOMIAN SUATU WILAYAH

CONTOH DUKUNGAN INFRASTRUKTUR UTAMA SEBAGAI PENDUKUNG PEREKONOMIAN KAPET MANADO-BITUNGD2.

1. Dukungan Pembangunan Jalur Lintas Pulau Sulawesi: Mendukung Distribusi Barang dan Jasa dari Pusat Pelayanan Kegiatan Ekonomi, Sentra Produksi, dan Kawasan Industri Menuju IHP Bitung (Outlet)

Provinsi Sulawesi Utara dilalui oleh 2 (dua) jalur lintas Pulau Sulawesi, yaitu :1.Lintas Barat (Aertembaga – Kauditan – Manado –

Tumpaan – Worotican – Poigar – Kaiya – Maelang – Biontong – Atinggola) sepanjang 332,38 km

2.Lintas Timur (Girian – Kema – Rumbia – Buyat – Molobog – Onggune – Pinolosian – Molibagu – Mamalia – Taludaa) dengan panjang 386,49 km.

Jalan Lintas Barat Pulau Sulawesi

Jalan Lintas Timur Pulau Sulawesi

RENCANA KEK TANJUNG MERAH BITUNG

RENCANA IHP BITUNG

Jalan PengumpanPulau Sulawesi

Page 20: KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR DASAR SEBAGAI PENDUKUNG PENINGKATAN PEREKONOMIAN SUATU WILAYAH

2. Rencana Pembangunan Jalan Bebas Hambatan Manado-Bitung: Mendorong Percepatan Pergerakan Barang/Jasa Menuju KEK Tanjung Merah dan IHP Bitung

Manado

Girian

Airmadidi

Kauditan

Suwaan

RENCANA KEK TANJUNG MERAH BITUNG

RENCANA IHP BITUNG

RENCANA JALAN BEBAS HAMBATAN AMANDO-BITUNG

CONTOH DUKUNGAN INFRASTRUKTUR UTAMA SEBAGAI PENDUKUNG PEREKONOMIAN KAPET MANADO-BITUNGD2.

Page 21: KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR DASAR SEBAGAI PENDUKUNG PENINGKATAN PEREKONOMIAN SUATU WILAYAH

3. Pembangunan Bendungan Sawangan dan Kuwil

Penyediaan air baku untuk kebutuhan domestik, kawasan industri (KEK Tanjung Merah Bitung), kawasan sentra produksi (irigasi pertanian, perikanan, perkebunan, dan pariwisata), dan kawasan IHP Bitung.

Peningkatan pasokan energi listrik

4. Pengembangan Kawasan Industri Tanjung Merah Bitung: Optimalisasi IHP Bitung Sebagai Pusat Distribusi yang Berorientasi Ekspor

I

II

I : LOKASI KEK TANJUNG MERAH-BITUNGII : LOKASI IHP BITUNG

Luas lahan Kawasan Tanjung Merah Bitung yang akan ditetapkan sebagai KEK seluruhnya adalah 534 Ha, dimana 22 Ha masih dalam proses penyelesaian AMDAL

CONTOH DUKUNGAN INFRASTRUKTUR UTAMA SEBAGAI PENDUKUNG PEREKONOMIAN KAPET MANADO-BITUNGD2.

Page 22: KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR DASAR SEBAGAI PENDUKUNG PENINGKATAN PEREKONOMIAN SUATU WILAYAH

5. Rencana Jaringan Kereta Api Lintas Barat Pulau Sulawesi dan Rencana Jaringan Kereta Api Perkotaan Manado-Bitung

Jaringan Kereta Api Lintas Barat Pulau Sulawesi

RPJP Perhubungan 2005-2025

Jaringan Kereta Api Perkotaan Manado-Bitung

Pengembangan Jaringan Kereta Api Lintas Barat Pulau Sulawesi dengan PRIORITAS TINGGI, dalam upaya percepatan pergerakan barang/jasa menuju KEK Tanjung Merah dan IHP Bitung

6. Pemantapan Bandar Udara Pengumpul Skala Pelayanan Primer Sam Ratulangi

Bandar Udara Sam Ratulangi

IHP Bitung

CONTOH DUKUNGAN INFRASTRUKTUR UTAMA SEBAGAI PENDUKUNG PEREKONOMIAN KAPET MANADO-BITUNGD2.

Page 23: KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR DASAR SEBAGAI PENDUKUNG PENINGKATAN PEREKONOMIAN SUATU WILAYAH

TERIMA KASIH