Ketentuan Teknis Perancangan Site
-
Upload
syafrian-adiguna-pangerang -
Category
Documents
-
view
36 -
download
10
description
Transcript of Ketentuan Teknis Perancangan Site
2. Ketentuan Teknis Site Perancangan
Beberapa ketentuan teknis yang harus diperhatikan pada site perencanaan
bangunan yaitu berupa Ketentuan umum peraturan zonasi, Koefisien Dasar
Bangunan (KDB) dan Koefisien Lantai Bangunan (KLB), Garis Sempadan
Bangunan (GSB), Garis Sempadan Pagar (GSP), Garis Sempadan Sungai, dan
Koefisien Dasar Hijau (KDH).
a. Ketentuan Umum Peraturan Zonasi untuk Kawasan Pariwisata
Aturan kawasan Pariwisata diambil dalam Rencana Tata Ruang
Kota Kendari adalah kawasan Pariwisata dengan pertimbangan bahwa
kawasan komersil perkantoran dalan Studio Desain Komunikasi Visual
ini belum bersifat formil dan lebih banyak menggunakan jasa desainer
freelance. Untuk itulah maka kawasan Pariwisata diambil sebagai tolak
ukur pembangunan gedung yang bersangkutan.
Berdasarkan ketentuan intensitas pemanfaatan ruang dalam
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Kendari Tahun 2010-2030
Pasal 74 bahwa:
1). Koefisien Wilayah Terbangun (KWT) maksimum 40%
2). Koefisien Dasar Bangunan (KDB) maksimum 40%
3). Koefisien Dasar Hijau (KDH) 60%
4). Garis Sempadan Bangunan (GSB) setengan Ruang Milik Jalan
ditambah satu meter jika lebar ruang milik jalan lebih dari 8 meter
b. Koefisien Dasar Bangunan
Untuk mendapatkan luas lantai dasar bangunan (Lbd) dari
keseluruhan luas tanah (lt) sesuai dengan persyaratan KDB dapat
digunakan rumus sebagai berikut.
Lbd=¿ x KDB
Maka daripada itu jumlah luas lantai dasar bangunan untuk Studio
Desain Komunikasi Visual dengan Gaya Arsitektur Futuristik di
Kendari dapat ditemukan dengan perhitungan sebagai berikut:
Lbd = 82.428,87 m2 x 40%
= 32.971,548 m2
Sehingga luas lantai dasar maksimum dan Koefisien Wilayah
Terbangun (KWT) adalah sebesar 32.971,548 m2
c. Koefisien Dasar Hijau
Selain KDB dan KLB, sebuah bangunan yang baik juga harus
mengikuti ketentuan ketersediaan ruang terbuka hijau. Dengan
demikian keseimbangan alam di lingkungan sekitasr bangunan tersebut
terjaga dengan baik.
Ketentuan mengenai ketersediaan ruang terbuka hijau dikenal
dengan koefisien dasar hijau (KDH). KDH minimal 10% untuk daerah
sangat padat/padat. Dan untuk wilayah pariwisata di kota Kendari
menurut ketentuan umum Rencana Tata Ruang Wilayah kota Kendari
untuk zonasi pariwisata adalah sebesar 60%. KDH menentukan besaran
minimum daerah hijau bangunan (DHB), yang harus ada dalam lahan
suatu bangunan. DHB juga dapat berupa taman atap (roof garden).
Luas DHB diperhitungkan sebagai luas ruang terbuka hijau pekarangan
(RTHP), tetapi tidak lebih dari 25% luas RTHP.
Untuk tapak Studio Desain Komunikasi Visual dengan Pendekatan
Gaya Arsitektur Futuristik di Kendari dapat ditemukan dengan cara
sebagai berikut:
Maka diperoleh perhitungan:
RTHP = 82.428,87 m2 x 60%
RTHP=¿x KDH
= 49.457,322 m2
d. Garis Sempadan Bangunan
Garis sempadan bangunan adalah garis pembatas yang menandai
jarak minimum sisi bangunan terluar yang diizinkan, yang diukur dari
daerah milik jalan (Damija) sampai dengan sisi dinding bangunan
terluar. (Sabaruddin Arief, 2012: 42)
Tujuan GSB adalah untuk menjamin kualitas lingkungan mikro
yang lebih baik. Selain itu, beberapa keuntungan bila memiliki GSB
yang cukup pada sebuah bangunan antara lain terdapatnya pekarangan
hijau dengan tanaman sebagai buffer terhadap udara kotor/pencemaran
udara dari jalan raya sehingga udara yang masuk ke dalam rumah
merupakan udara bersih. Dari sisi arsitektur, GSB dapat dimanfaatkan
menjadi ruang semi publik untuk menjaga privasi bangunan dengan
kualitas yang baik, area parkir, tangki septik, tempat sampah, sumur
resapan, taman, dan sebagainya.
Gambar III. Pengaturan Garis Sempadan Bangunan
(Sumber: Sabaruddin Arief, 2013)
Untuk zonasi pariwisata kota Kendari seperti yang disebutkan
dalam poin 4) ketentuan intensitas pemanfaatan ruang, Rencana Tata
Ruang Wilayah (RTRW) Kota Kendari Tahun 2010-2030 Pasal 74 di
atas. Sehingga GSB pada tapak Studio Desain Komunikasi Visual
dengan pendekatan Gaya Arsitektur Futuristik adalah dapat ditemukan
dengan cara analisa sebagai berikut:
Lebar jalan (lj) di depan tapak = meter (< 8 meter)
Maka GSB nya adalah:
e. Garis Sempadan Sungai
Sama seperti bangunan, sungai juga memiliki pembatas yang
menandai jarak minimum antara sisi kanan dan atau kiri nya dengan sisi
terluar bangunan.
Di kota Kendari sendiri aturan mengenai garis sempadan sungai
sudah diatur dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota
Kendari Tahun 2010-2030 Pasal 27 dimana disebutkan bahwa :
1). Kawasan sempadan sungai Wanggu dengan lebar sempadan
minimal 50 meter sisi kiri dan kanan sungai.
2). Kawasan sempadan sungai Mata, sungai Abeli, sungai Wua-Wua,
dan sungai Labibia dengan lebar sempadan 15 meter sisi kiri dan
kanan sungai.
3). Kawasan sempadan sungai Kadia dengan lebar sempadan 5 meter
sisi kiri dan kanan sungai.
4). Kawasan sempadan sungai Kassilampe, sungai Sodohoa, sungai
Benubenua, sungai Tipulu, sungai Transito, sungau Lapulu, sungai
Punggolaka dan sungai Puuwatu dengan lebar sempadan 8 meter sisi
kiri dan kanan sungai.
GSB=12
lj
5). Kawasan sempadan sungai Mandonga, sungai Tipulu, sungai
Kelinci, dan sungai Dapudapura dengan lebar sempadan 5 meter sisi
kiri dan kanan sungai
6). Kawasan sempadan pantai dengan lebar sempadan 100 meter
sepanjanh pantai sesuai dengan bentuk dan kondisi fisik pantai.
Oleh karena itu dilihat dari kondisi eksisting lokasi tapak Studio
Desain Komunikasi Visual dengan Pendekatan Gaya Arsitektur
Futuristik di Kendari ini dilalui oleh sungai Kadia yang memiliki
sempadan 5 meter sisi kiri dan kanan sungai.