KETENTUAN PIDANA DALAM TINDAK PIDANA...

28
KETENTUAN PIDANA DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI Oleh IPTU HADI WALUYO, S.H. KAURBINOPSNAL SATRESKRIM Satreskrim Polres Banyuwangi

Transcript of KETENTUAN PIDANA DALAM TINDAK PIDANA...

KETENTUAN

PIDANA

DALAM TINDAK

PIDANA KORUPSI Oleh

IPTU HADI WALUYO, S.H.

KAURBINOPSNAL SATRESKRIM

Satreskrim

Polres Banyuwangi

Asal kata dari bahasa latin corruptio atau corruptus Dari bahasa latin turun ke banyak bahasa Eropa seperti Inggris:

corruption, corrupt; Perancis corruption; dan Belanda: corruptie (korruptie)

Dari bahasa belanda itulah turun ke bahasa Indonesia menjadi korupsi

Arti harfiah kata tersebut ialah kebusukan, keburukan, kebejatan, ketidakjujuran, dapat disuap, tidak bermoral.

Menurut kamus umum bahasa Indonesia Purwadarminta, korupsi ialah perbuatan yang buruk seperti penggelapan uang, penerimaan uang sogok, dsb.

Di Malaysia dipakai istilah resuah yang diambil dari bahasa Arab riswah yang sama artinya dengan korupsi.

3

Ps. 1 UU 30 /2002 tentang KPK

Tindak Pidana Korupsi adalah tindak pidana

sebagaimana dimaksud dalam UU 31 / 1999 jo

UU 20 / 2001 tentang Pemberantasan Tindak

Pidana Korupsi.

Didalam undang-undang tersebut kita dapat

melihat berbagai-bagai delik yang dirumuskan

sebagai tindak pidana korupsi

Sekilas tentang Korupsi :

PENGERTIAN KORUPSI UU 31/1999 jo UU 20/2001

Delik yg terkait dgn kerugian

keuangan negara

Pasal 2 (1) ; 3

Delik pemberian sesuatu/janji

kpd Peg. Neg/PN (Penyuapan)

Pasal 5 (1) a,b ; Ps 13 ; Ps 5

(2) ; Ps 12 a, b ; Ps 11 ; Ps 6

(1) a.b ; Ps 6 (2) ; Ps 12 c, d

Delik penggelapan dlm

jabatan

Pasal 8 ; Ps 9, Ps 10 a, b, c

Delik perbuatan pemerasan Pasal 12 huruf e, f, g

Delik perbuatan curang Pasal 7 (1) huruf a, b, c, d ;

Ps 7 (2) ; Ps 12 huruf h

Delik benturan kepentingan

dalam pengadaan

Pasal 12 huruf i

Delik gratifikasi Pasal 12B jo. Pasal 12C

Korupsi yang secara langsung terkait dengan kerugian keuangan negara hanya

sebagian kecil dari jenis korupsi yang ada (2 pasal), 28 pasal lain lebih terkait

aspek PERILAKU

Merupakan

delik-delik yang

diadopsi dari

KUHP (berasal

dari Pasal 1 ayat

1 sub c UU No.

3/1971

Pasal 8 ; Ps 9, Ps 10 a, b, c : Pegawai negeri atau orang selain pegawai negeri yang

ditugaskan menjalankan suatu jabatan umum secara terus menerus atau untuk sementara waktu dengan sengaja menggelapakan atau membiarkan orang lain mengambil atau membiarkan orang lain menggelapkan atau membantu dalam perbuatan tersebut itu berupa uang atau surat berharga yang disimpan karena jabatannya (Pasal 8):

contoh : Bendahara Desa yang menggunakan uang milik Desa tanpa seijin dan sepengetahuan dari Kepala Desa dan PTPKD untuk keperluan pribadi dari Bendahara Desa tersebut, kemudian untuk mempertanggungjawabkan keuangan tersebut menggunakan nota/bon fiktif (pasal 9).

Pasal 12 huruf e, f, g : Masyarakat yang mengajukan pengurusan surat-surat tanah atau

surat-surat kependudukan di Desa dimintai uang oleh perangkat Desa dengan alasan bahwa sesuai peraturan dikenakan biaya administrasi, padahal diketahui bahwa sesuai dengan peraturan perundang-undangan tidak ada ketentuan yang mengatur untuk pengurusan surat-surat tanah dan surat-surat kependudukan di ringkat Desa dikenakan biaya administrasi, dan apabila tidak membayar biaya administrasi, maka untuk pelayanan surat-surat tanah dan surat – surat kependudukan tidak dibuatkan dan tidak diberikan.

Pasal 7 (1) huruf a, b, c, d ; Ps 7 (2) ; Ps 12 huruf h :

pemborong, ahli bangunan, atau penjual bahan bangunan melakukan perbuatan curang, pada waktu membuat bangunan atau menyerahkan bahan bangunan yang dapat membahayakan keamanan orang atau keamanan negara dalam keadaan perang.

Pasal 12 huruf i : Pegawai negeri atau penyelenggara negara dengan sengaja

langsung atau tidak langsung turut serta dalam pemborongan, pengadaan atau persewaan pada saat dilakukan perbuatan untuk seluruh atau sebagian ditugaskan untuk mengurus atau mengawasinya.

contoh : Kepala Desa dalam melaksanakan kegiatan pembangunan di

Desa tidak boleh merangkap sebagai tim pelaksana yang mendapatkan honor dari anggaran ADD dan DD

Pasal Pasal 12B jo. Pasal 12C Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang

menerima hadiah ulang tahun berupa 1 (satu) unit mobil Avanza, dan tidak melaporkan hadial yang diterimanya tersebut selama 30 hari kerja kepada KPK.

Pasal 5

Jenis kegiatan dalam pelaksanaan persiapan PTSL meliputi :

a. kegiatan penyiapan dokumen;

b. kegiatan pengadaan patok dan meterai;

c. kegiatan operasional petugas kelurahan/desa.

Pasal 8

Pembiayaan kegiatan operasional petugas kelurahan/desasebagaimana dimaksud

dalam Pasal 5huruf c berupa pembiayaan kegiatan yang meliputi :

a. penggandaan dokumen pendukung;

b. pengangkutan dan pemasangan patok;

c. Petugas Kelurahan/Desa dari kantor kelurahan/desa ke Kantor ATR/BPNdalam

rangka perbaikan dokumen yang diperlukan

Pasal 9

Besaran biaya yang diperlukan untukpersiapan pelaksanaan PTSLsebagaimana

dimaksud dalam Pasal 5, Pasal 6, Pasal 7 dan Pasal 8 yaitu sebesar Rp150.000,00

(seratus lima puluh ribu rupiah).

PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 11 TAHUN 2018 TENTANG

PEMBIAYAAN PERSIAPAN PENDAFTARAN TANAH SISTEMATIS LENGKAP YANG

DIBEBANKAN KEPADA MASYARAKAT

Pasal 10

Pembiayaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 tidak termasuk biaya

pembuatan akta, Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) dan Pajak

Penghasilan (PPh)

MEKANISME PEMBAYARAN

Pasal 11

1) Besaran biayauntuk pelaksanaan persiapan PTSL sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9

dibayarkan/disetorkankepada Pemerintah Desa/Kelurahan melalui bendahara desa atau bendahara

kelurahan.

2) Bendaharadesa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Kepala Desa.

3) Bendahara kelurahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah Pegawai Negeri Sipil pada Kelurahan

yang ditetapkan oleh Bupatiberdasarkan usulan dari Lurah.

4) Terhadap pembayaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1), bendahara desa/bendahara

kelurahanmenyelenggarakan pengadministrasian keuangan denganmemberikan bukti pembayaran.

PERTANGGUNGJAWABAN

Pasal 12

1) KepalaDesa dan Lurahwajib melaporkan penggunaan biaya untuk pelaksanaan persiapan PTSL kepada

Bupati melalui Camat dengan tembusan kepada Kepala Kantor ATR/BPN.

2) Kepala Desadan Lurahbertanggung jawab atas penggunaan biaya pelaksanaan persiapan PTSL sesuai

ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku

PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 11 TAHUN 2018 TENTANG

PEMBIAYAAN PERSIAPAN PENDAFTARAN TANAH SISTEMATIS LENGKAP YANG

DIBEBANKAN KEPADA MASYARAKAT

Grand Strategi KEPOLISIAN RI : Pencegahan Terintegrasi, Penindakan Terintegrasi, Pencegahan dan Penindakan Terintegrasi dengan Pelibatan Peran serta Masyarakat

PERAN SERTA

MASYARAKAT

UU 31 TAHUN 1999

PS. 41 & 42

TUGAS POLRI PASAL

14 AYAT (1) HURUF C

& D

TUGAS POLRI PASAL

14 AYAT (1) HURUF G

membina masyarakat untuk

meningkatkan partisipasi

masyarakat, kesadaran hukum

masyarakat serta ketaatan warga

masyarakat terhadap hukum dan

peraturan perundang-undangan

LAPORAN INFORMASI

ADUAN

turut serta dalam pembinaan

hukum nasional

PENYELIDIKAN

PENYIDIKAN PENCEGAHAN

PENINDAKAN

Peran serta Masyarakat

PP No. 71 Tahun 2000

Pasal 1 ayat (1) : Peran serta masyarakat adalah peran aktif perorangan, organisasi masyarakat, atau lembaga swadaya masyarakat dalam pencegahan dan pemberantasan tindak pidana Korupsi

Potensi Korupsi Dalam Pengelolaan Keuangan di Desa

Sumber-sumber Pendapatan Desa dari APBN

Pendapatan Desa

yang bersumber

dari APBN 2017 :

± Rp. 100 Trilyun

Alokasi Dana Desa :

± 40,4 T

(10% DAU + DBH-DAK) (sebelum dilakukan pemotongan)

Alokasi dari APBN

(Dana Desa : Rp. 61 T)

Baik dana yang bersumber dari DAU + DBH maupun

alokasi dari APBN yang diperuntukan untuk Desa

dialokasikan ke Desa melalui Kabupaten

APBN

Dana Transfer ke Daerah KL

Kabupaten/

kota

KEUANGAN DESA

PROVINSI

6. Program K/L 4. Dana Desa

1. ADD ; 10% dari DAU + DBH 2. 10 % dari bagian pajak & Retribusi 3. Hibah

5. PA Des 6. Sumber Lain

RPJM Des & APB Des

Monitoring &

Evaluasi

Perencanaan: RPJMdes, RKPdes,

APBdes

Rawan: Elit capture, rencana

penggunaan anggaran tidak sesuai

aturan 70% (pembangunan-30%

(operasional); kick back kepada

oknum di Pemda untuk pencairan

Pelaksanaan

kegiatan:

pembangunan,

pemberdayaan

& pemerintahan

Rawan: nepotisme,

tidak transparan,

korupsi

barang/jasa

Penyaluran &

pengelolaan dana Rawan: mark up, tidak

transparan, rekayasa,

korupsi, tidak dilakukan

dengan swakelola,

partisipasi masy rendah

Rawan: Formalitas,

administratif,

terlambat dalam

mendeteksi korupsi

Pertanggung

jawaban

(minimal 2 kali)

Rawan: rekayasa

laporan/fiktif, tidak

transparan

Mekanisme Pencegahan Korupsi dalam Pengelolaan

Keuangan di Desa

Potensi Korupsi dan Strategi Perbaikan di : PENERIMAAN NEGARA

Potensi Korupsi dan Strategi

Perbaikan : BELANJA NEGARA

Potensi Korupsi dan Strategi Perbaikan :

KEUANGAN DAERAH

SEKTOR KORUPSI

POTENSI KORUPSI

STRATEGI

KEUANGAN DAERAH

DANA ALOKASI UMUM/ DANA ALOKASI KHUSUS/ DANA DEKONSENTRASI

MASUK KE APBD: PENYALAHGUNAAN WEWENANG, PENGGELAPAN

PERBAIKAN SISTEM PENGANGGARAN, TRANSPARANSI, PENGAWASAN, AKUNTABILITAS PELAPORAN

SISTEM PELAPORAN PELAKSANAAN DAK/DAU TIDAK MEMILIKI STANDARDISASI

ALOKASI PENGGUNAAN DANA TIDAK TRANSPARAN

PUNGUTAN DAERAH PERDA TIDAK MENGACU KEPADA PERUNDANGAN YANG LEBIH TINGGI

PENERTIBAN PERDA DAN TRANSPARANSI & AKUNTABIILITAS PENGGUNAAN PUNGUTAN

DIJADIKAN SUMBER PENGHASILAN APARAT DI DAERAH

PENINDAKAN

Upaya Pemberantasan Korupsi oleh

KEPOLISIAN di Daerah

o Penanganan Korupsi dalam PBJ

(pengadaan barang & Jasa)

o Perbaikan Layanan Publik

o Pengawasan Pengelolaan Bansos di

Daerah

o Pengawasan Aset daerah

o Pengawasan Perda Bermasalah

o Pengawasan Pemanfaatan SDA : Alih

Status Hutan, Illegal Logging, Kuasa

Pertambangan

o Penanganan Gratifikasi penempatan dana

APBD di Bank Pembangunan Daerah

Membangun Pencegahan Pengelolaan

Keuangan Desa

• Kajian Pengelolaan

Keuangan di Desa

(on going)

•Penyusunan

Rencana Aksi

Bersama

Stakeholder Terkait

2015

•Mendorong Sosialisasi

Pencegahan Korupsi di

Tingkat Desa

•Mendorong Peran serta

masyarakat adalah peran aktif perorangan, organisasi masyarakat, atau lembaga swadaya masyarakat dalam pencegahan dan pemberantasan tindak pidana Korupsi

2016

Koordinasi dan

Pengawasan terkait

Pencegahan Korupsi

Pelaksanaan

Pengelolaan dana desa

bersama STAKE

HOLDER

2017

Langkah Membangun

Budaya Anti Korupsi Bersama-sama

PERBAIKAN

SISTEM

Aturan /

Perundangan

Lembaga/Kewena

ngan

Tata Kelola

Sarana/Prasarana

Lingkungan

Pendukung

PERUBAHAN

PERILAKU

Definisi Nilai

Pembakuan Nilai

Transformasi Nilai

Internalisasi Nilai

Pemeliharaan

Perbuatan

Baik dan Terpuji

PEMBANGUNAN

BUDAYA

Pendidikan

Pengetahuan

Etika Sosial

Pembiasaan

Perilaku –

Tradisi

Pendekatan Agama

Membangun Integritas Nasional dari Individu

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa;

2. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang

Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa

bahwa Seorang Kepala Desa tidak dapat dilakukan penyidikan oleh Pejabat Polisi Negara Republik

Indonesia atau Pegawai Negeri Sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh Undang-Undang,

sebelum mendapat persetujuan tertulis dari Bupati/Walikota setempat. Kecuali hal-hal seperti

tertangkap tangan melakukan tindak pidana kejahatan dan diduga telah melakukan tindak pidana

kejahatan yang diancam dengan pidana mati. Maka penyidikan tersebut akan diberitahukan secara

tertulis oleh Atasan Penyidik kepada Bupati/Walikota paling lama 3 (tiga) hari (Pasal 23 Peraturan

Pemerintah Nomor 75 Tahun 2005 tentang Desa).

Akan tetapi, setelah diundangkannya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun

2014 tentang Desa dan Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, maka Peraturan Pemerintah Nomor 75 Tahun 2005

tentang Desa dinyatakan dicabut dan tidak berlaku lagi.

Setelah dicabutnya Peraturan Pemerintah Nomor 75 Tahun 2005 tentang

Desa, maka para Penyidik boleh melaksanakan penyidikan terhadap

Kepala Desa tanpa harus adanya persetujuan secara tertulis dari

Bupati/Walikota setempat

DASAR HUKUM PEMANGGILAN

KADES TANPA IJIN BUPATI/WALI KOTA