Kesurupan (Trans Possession)

45
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA Sekretariat : Kampus A FK Unsri, Jl. Mayor. Mahidin Komp. RSMH Palembang Kampus B FK Unsri, Zona F Gedung I Kampus Unsri Indralaya, Jl. Palembang-Prabumulih Km. 32 Inderalaya BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam perkembangan peradaban di Indonesia saat ini, fenomena psikologis semakin berkembang. Sebut saja fenomena kesurupan. Saat ini kesurupan merupakan hal yang biasa di kalangan masyarakat Indonesia. Fenomena kesurupan tampak sebagai sifat kebudayaan manusia yang universal dan ditemukan di setiap benua dan setiap waktu. Sebagai contoh, Bourguignon (1973, 1976) melakukan survey pada 488 kelompok masyarakat, dan menemukan kalau 90% nya memiliki bentuk pola budaya yang memuat kondisi kesadaran berubah. Keyakinan pada kesurupan sebagai masuknya jiwa lain ke dalam tubuh ditemukan dalam 74% sampel dan ritual kesurupan ditemukan dalam 52% sampel. Melihat prevalensinya, kesurupan lebih banyak dijumpai pada negara-negara berkembang seperti Indonesia dan India, dimana kedua negara ini mempunyai karaktersitik budaya yang hampir sama. Studi epidemiologi kesurupan telah dilaporkan berhubungan dengan krisis sosial di masyarakat (Luh Ketut Suryani, 2006). Dengan begitu banyaknya pemberitaan mengenai kesurupan kita tentunya sudah tidak asing lagi dengan fenomena tersebut, di mana 1

description

kesurupan

Transcript of Kesurupan (Trans Possession)

Page 1: Kesurupan (Trans Possession)

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Sekretariat:Kampus A FK Unsri, Jl. Mayor. Mahidin Komp. RSMH Palembang

Kampus B FK Unsri, Zona F Gedung I Kampus Unsri Indralaya,Jl. Palembang-Prabumulih Km. 32 Inderalaya

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam perkembangan peradaban di Indonesia saat ini, fenomena

psikologis semakin berkembang. Sebut saja fenomena kesurupan. Saat ini

kesurupan merupakan hal yang biasa di kalangan masyarakat Indonesia.

Fenomena kesurupan tampak sebagai sifat kebudayaan manusia yang universal

dan ditemukan di setiap benua dan setiap waktu. Sebagai contoh, Bourguignon

(1973, 1976) melakukan survey pada 488 kelompok masyarakat, dan menemukan

kalau 90% nya memiliki bentuk pola budaya yang memuat kondisi kesadaran

berubah. Keyakinan pada kesurupan sebagai masuknya jiwa lain ke dalam tubuh

ditemukan dalam 74% sampel dan ritual kesurupan ditemukan dalam 52%

sampel. Melihat prevalensinya, kesurupan lebih banyak dijumpai pada negara-

negara berkembang seperti Indonesia dan India, dimana kedua negara ini

mempunyai karaktersitik budaya yang hampir sama.

Studi epidemiologi kesurupan telah dilaporkan berhubungan dengan krisis

sosial di masyarakat (Luh Ketut Suryani, 2006). Dengan begitu banyaknya

pemberitaan mengenai kesurupan kita tentunya sudah tidak asing lagi dengan

fenomena tersebut, di mana fenomena kesurupan sering kali dan bahkan selalu

dikaitkan dengan adanya gangguan dari roh-roh halus yang mengambil alih tubuh

korban selama beberapa waktu dan membuat korban tidak sadar akan apa yang ia

perbuat. Tidak dapat dipungkiri memang masyarakat masih banyak yang lebih

percaya bahwa kesurupan merupakan peristiwa ghaib daripada ilmiah (Joyanna,

2006). Tentunya paham seperti ini merupakan paham tradisional yang ada,

diturunkan dan berkembang dalam masyarakat kita.

Kesurupan masal yang sering terjadi pada awalnya sebenarnya merupakan

kesurupan individual dan kemudian berubah menjadi masal dikarenakan orang

lain yang melihat peristiwa tersebut menjadi tersugesti. Kesurupan individual

yang terjadi muncul sebagai reaksi atas apa yang sedang dirasakan oleh individu

sebelum proses kesurupan itu terjadi.

1

Page 2: Kesurupan (Trans Possession)

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Sekretariat:Kampus A FK Unsri, Jl. Mayor. Mahidin Komp. RSMH Palembang

Kampus B FK Unsri, Zona F Gedung I Kampus Unsri Indralaya,Jl. Palembang-Prabumulih Km. 32 Inderalaya

Dan orang yang mengalami hal tersebut malah diobati secara tradisional

seperti memanggil paranormal atau orang yang dianggap mampu mengobati

orang-orang yang sedang kesurupan. Padahal belakangan ini di dunia kedokteran

khususnya bidang psikiatri, telah mengetahui bahwa orang-orang dengan gejala

kesurupan merupakan salah satu bentuk dari gangguan kejiwaan, khususnya

kehilangan identitas diri.

Kesurupan dalam istilah medis disebut dengan Dissociative Trance

Disorder (DTD. Penyebabnya lebih banyak karena  masalah psikologis, misalnya

tekanan hidup. Menurut  pendapat para ahli di bidang psikologi dan psikiatri

kesurupan disebabkan oleh reaksi kejiwaan yang dinamakan reaksi disosiasi.

Reaksi yang mengakibatkan hilangnya kemampuan seseorang untuk menyadari

realitas di sekitarnya itu, yang disebabkan adanya tekanan fisik maupun mental.

Pada dasarnya, orang yang mengalami kesurupan masuk kedalam keadaan

trans dimana dirinya berada dalam level ketidaksadaran bukan pada kesadaran.

Dalam level ketidaksadaran, seseorang secara spontan merespon segala sesuatu

stimulus yang muncul di sekitarnya. Sehingga mengakibatkan mengeluarkan

simptom-simptom yang diluar akal sehat. Hal ini yang menjelaskan bahwa pada

saat seseorang mengalami kesurupan, memungkinkan menggumam hal-hal yang

aneh. Perilaku aneh yang muncul  merupakan manifes dari trauma yang ditekan

oleh ego dalam bawah sadar seseorang.

Di Indonesia angka kejadian kesurupan terdengar lebih sering dialami oleh

para siswa sekolahan, pada masa ini remaja sedang mengalami masa storm dan

stres, yang berarti remaja-remaja pada fase ini sangat mudah terpengaruhi oleh

lingkungan sosial yang berdampak dengan tidak adanya pertahan diri sendiri yang

baik. Pada masa ini juga para remaja sangat mudah mengalami masalah psikis bila

kurangnya dukungan dari orang terdekatnya seperti orang tua, kakak, teman dan

guru, tak heran bila para siswa sekolahan tergolong dalam orang-orang yang

rentan terkena gangguan trance dan possession.

Menurut kamus Bahasa Inggris-Indonesia yang disusun oleh Hassan

Shadily, John M. Echols (1997) menyatakan trance = kesurupan. Tetapi pada

2

Page 3: Kesurupan (Trans Possession)

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Sekretariat:Kampus A FK Unsri, Jl. Mayor. Mahidin Komp. RSMH Palembang

Kampus B FK Unsri, Zona F Gedung I Kampus Unsri Indralaya,Jl. Palembang-Prabumulih Km. 32 Inderalaya

beberapa referensi mengatakan bahwa kesurupan berbeda dengan trance.

Kosakata bahasa Inggris kesurupan lebih dekat dengan kata possession. Dalam

fenomena kesurupan, seseorang mengalami keadaan trance akan tetapi tidak

setiap keadaan trance adalah kesurupan. Trance dapat terjadi saat seseorang

fokus, relaks, menikmati, larut dan berminat atas sesuatu.

Fenomena trance mudah dilihat pada saat orang Aceh sedang menarikan

Saman atau mendendangkan kisah perang sabil, saat orang Batak sedang

bagondang, saat penari piring dari ranah minang asyik menari hingga nyaman

berdiri dan menggerakkan kaki di atas tumpukan beling, saat para Jawara

memainkan debus di Banten, saat Aki-aki dari Garsela (Garut Selatan) ngengklak

surak ibra, saat penari jaran kepang tegang dan mengunyah beling, saat penari

Reog Ponorogo tubuhnya kuat membawa topeng macan dengan bulu merak

sambil memanggul warok, saat penari barong di Bali mencabut keris,

memejamkan mata dan menusukkan keris ke dadanya, saat penari bugis

membakar tubuhnya dengan api, saat penari maluku memainkan bambu gila, dan

saat tarian perang dilakukan para pemuda dari papua.

Walaupun perbedaan tranliterasi antara kesurupan dengan trance atau

possession, kali ini kita akan menyamakan persepsi antara kesurupan dengan

trance atau possession.

Maslim dalam Arianto (2004) menulis bahwa pemikiran terhadap budaya

sebagai salah satu faktor etiologik gangguan jiwa berdasar penemuan adanya

perbedaan distribusi dan prevalensi gangguan jiwa pada masyarakat dengan

budaya yang berbeda.

Kelompok diagnostik gangguan jiwa yang berasal dari tekanan-tekanan

budaya disebut dengan culture bound syndrome. Penyakit kejiwaan ini sangat

beragam jenisnya dan mempunyai nama yang sangat variatif berdasarkan atas

tempat terjadinya. Di Indonesia kesurupan merupakan salah satu contoh dari

culture bound syndrome, contoh lainnya ialah gemblak, ludruk, amok,dll.

Namun culture bound syndrome di Indonesia diiringi oleh kurangnya

pengetahuan masyarakat di bidang medis. Banyak penderita culture bound

3

Page 4: Kesurupan (Trans Possession)

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Sekretariat:Kampus A FK Unsri, Jl. Mayor. Mahidin Komp. RSMH Palembang

Kampus B FK Unsri, Zona F Gedung I Kampus Unsri Indralaya,Jl. Palembang-Prabumulih Km. 32 Inderalaya

syndrome harus mengalami pengucilan dalam masyarakat dan juga penanganan

yang kurang tepat dari keluarganya.

Contoh yang paling tepat adalah masih adanya keluarga penderita kesurupan

yang terjadi di desa-desa pedalaman Jawa Timur memasung anggota keluaranya

yang menderita culture bound syndrome. Untuk itulah, pemahaman mengenai hal

ini perlu diusut lebih lanjut dan dipahami oleh setiap masyarakat.

B. Tujuan Penulisan

Mendeskripsikan segala hal terkait kesurupan ditinjau dari aspek kejiwaan

atau psikiatri dan sebagai salah satu syarat dalam pemenuhan tugas kelompok

pada blok 16 (Psikiatri).

4

Page 5: Kesurupan (Trans Possession)

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Sekretariat:Kampus A FK Unsri, Jl. Mayor. Mahidin Komp. RSMH Palembang

Kampus B FK Unsri, Zona F Gedung I Kampus Unsri Indralaya,Jl. Palembang-Prabumulih Km. 32 Inderalaya

BAB II. PEMBAHASAN

A. Konsepsi Gangguan Jiwa Dan Kaitan Dengan Budaya

Budaya terdiri atas nilai-nilai (baik yang dinyatakan eksplisit maupun

implisit), pola perilaku dan berbagai ide atau gagasan yang telah dituturkan

sepanjang sejarah. Simbolik yang menjelma kemudian menjadi produk-produk

kegiatan manusia, yang semuanya merupakan sumber data kreatifitas bagi

berkembangnya lebih lanjut kegiatan-kegiatan berikutnya dan seterusnya.

Oleh sebab itu makna budaya itu: (1) memiliki keterikatan erat dengan

masyarakat; (2) dapat dikuasai dan dipelajari oleh individu; (3) merupakan suatu

kebinekaan dan suatu ke-ekaan secara bersama-sama (unity and diversity); (4)

memiliki simbol-simbol tertentu yang dikomunikasikan melalui berbagai jenis

transmisi simbolik dan (5) mengarah kepada suatu pembinaan integratif.

Sedang gangguan jiwa, oleh Setyonegoro, didefinisikan sebagai suatu

istilah yang dapat dianggap seolah merupakan “lawan” dari istilah gangguan fisik.

Tapi sekarang sudah diketahui, bahwa distingsi antara “jiwa” dan “fisik” adalah

suatu hal yang cenderung menjadi “fiktif”. Dualisme dan dikhotomi tersebut

merupakan suatu anakhronisme reduksionistik, karena itu merupakan suatu hal

yang kurang menguntungkan. Maka secara mutlak, setiap gangguan jiwa harus

memperlihatkan : (1) suatu sindrom atau pola perilaku yang secara signifikan

nampak, dan yang terkait dengan suatu kondisi distress yang nyata (misal,

keadaan nyeri yang mencekam); (2) disabilitas, misal menurunnya fungsi dalam

kehidupan sehari-hari; dan (3) kemungkinan terjadinya resiko yang berat (misal

kematian, kondisi gawat, kehilangan kebebasan).

Beng-Yeong Ng (2004) berpendapat bahwa gejala–gejala primer suatu

gangguan jiwa, seperti: menjadi longgarnya assosiasi fikir, berkabutnya

kesadaran, efek yang bervariasi secara diurnal rupa–rupanya tidak dipengaruhi

oleh budaya maupun motivasi individu. Menurut Beng-Yeong Ng gejala–gejala

sekunder mungkin disesuaikan dengan harapan–harapan budayanya.

Menurut Yustinus (2006), bila gejala–gejala ditolerir, diperkuat, diizinkan

5

Page 6: Kesurupan (Trans Possession)

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Sekretariat:Kampus A FK Unsri, Jl. Mayor. Mahidin Komp. RSMH Palembang

Kampus B FK Unsri, Zona F Gedung I Kampus Unsri Indralaya,Jl. Palembang-Prabumulih Km. 32 Inderalaya

oleh lingkungan, si sakit tidak akan menderita karenanya dan malahan tidak

dianggap “sakit”.

Kompendium yang paling baik dari Leighton dan Hughes mengenai

pengaruh budaya terhadap gangguan mental dengan memakai konsep pengertian

budaya menurut Hallowell sebagai realita psikologis dari corak dan emosi yang

dianut bersama (shared), dapat dikemukakan berikut ini.

1. Budaya bisa memberi corak pada gangguan–gangguan.

2. Budaya bisa menciptakan tipe–tipe kepribadian yang khusus rentan

terhadap gangguan–gangguan tertentu.

3. Beberapa budaya diperkirakan menciptakan lebih banyak kasus-kasus

dalam suatu gangguan psikiatrik tertentu karena praktek–praktek

membesarkan anak-anaknya (child rearing).

4. Budaya bisa membiarkan “malfunctioning” dengan memberinya peranan–

peranan yang penting (perstigeful).

5. Budaya diperkirakan menciptakan gangguan psikiatrik yang berbeda

dalam tingkatan penduduk melalui peranan–peranan yang mempunyai

daya tekanan (stressful) batin yang tinggi.

6. Budaya bisa diperkirakan menciptakan gangguan psikiatrik melalui

indoktrinasi dari anggota–anggotanya dengan suatu sentimen tertentu.

7. Budaya yang kompleks sendiri, diperkirakan menciptakan gangguan

psikiatrik (Freud: Civilization and its Discontents).

8. Budaya mempengaruhi corak–corak kesopan-santunan peraturan

perkawinan secara selektif (Laubscher mendiskusikan perkawinan antar

kemenakan dan timbulnya skizofrenia).

9. Budaya melalui corak–corak hygine yang salah, bisa menimbulkan

keadaan toksik dan defisiensi nutrisi yang mempengaruhi fungsi mental.

6

Page 7: Kesurupan (Trans Possession)

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Sekretariat:Kampus A FK Unsri, Jl. Mayor. Mahidin Komp. RSMH Palembang

Kampus B FK Unsri, Zona F Gedung I Kampus Unsri Indralaya,Jl. Palembang-Prabumulih Km. 32 Inderalaya

B. Sekilas Gambaran Grup Gangguan Disosiatif

Kesurupan atau trance/possession merupakan salah satu dari gangguan

disosiasi bersama dengan amnesia psikogenik fugue psikogenik, kepribadian

ganda, dan depersionalisasi (Holmes 1991).

Berikut pola simtom dominan dalam gangguan-gangguan disosiasi

Gangguan disosiatif

Pola simtom

Amnesia

Disosiatif

Ketidakmampuan yang terjadi secara tiba-tiba untuk

mengingat informasi pribadi yang penting. Ketidakmampuan

mengingat itu tidak dapat dijelaskan dengan kelupaan

yangsifatnya biasa.

Fugue

Disosiatif

Tiba-tiba meninggalkan rumah atau tempat kerja dan tidak

mampu mengingat masa lampaunya. Selama terjadinya fugue,

suatu identitas baru dikembangkan

Kepribadian

Ganda

Di dalam individu terdapat dua atau lebih kepribadian yang

berbeda. Bermacam-macam kepribadian mengendalikan

secara sempurna tingkah laku individu pada waktu yang

berbeda.

Gangguan

epersonalisasi

Mengalami diri sendirri sebagai yang terpisah dan mengamati

diri dari posisi pengamat dari luar atau mengalami perasaan

mekanik atau seolah-olah berada dalam suatu mimpi

Gangguan Disosiatif yang Tidak Ditentukan:Gangguan

Trance

Disosiatif

Suatu keadaan kesadaran yang berubah (trance) di mana

kesadaran berkurang atau secara selektif terfokus pada

stimulus-stimulus tertentu, atau kepercayaan diri kita diambil

alih oleh seseorang (kesurupan)

Sindrom

Ganser

Produksi gejala psikotik yang parah secara volunter, kadang-

kadang digambarkan sebagai memberikan jawaban atau

pembicaraan yang mendekati.

Tabel 1. Pola Simtom Gangguan Disosiasi (David Holmes, 1991)

7

Page 8: Kesurupan (Trans Possession)

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Sekretariat:Kampus A FK Unsri, Jl. Mayor. Mahidin Komp. RSMH Palembang

Kampus B FK Unsri, Zona F Gedung I Kampus Unsri Indralaya,Jl. Palembang-Prabumulih Km. 32 Inderalaya

C. Definisi Kesurupan/ Trance Possession

Kesurupan berasal dari bahasa Jawa yang berarti kemasukan sesuatu hal

yang gaib. Kesurupan memang selalu dikaitkan dengan fenomena gaib, yaitu

seseorang yang kerasukan makhluk halus sehingga manusia yang kerasukan

mempunyai kepribadian ganda dan mulai berbicara sebagai individu lain. Dalam

PPDGJ III gangguan kesurupan dimasukkan dalam kelompok “gangguan

disosiasi”.

Kesurupan atau possession and trance adalah gangguan yang ditandai

dengan adanya gejala utama kehilangan sebagian atau seluruh integrasi normal di

bawah kendali kesadaran antara ingatan masa lalu, kesadaran identitas dan

penginderaan segera, serta kontrol terhadap gerakan tubuh.

Menurut Kaplan dan Saddock, keadaan “kesurupan” (trance) adalah suatu

bentuk disosiasi yang mengundang keingintahuan dan tidak benar-benar

dimengerti. Tampaknya, keadan trance lazim terjadi pada medium yang

mendahului pertemuan dengan roh halus. Medium secara khas memasuki

keadaan disosiatif, saat itu, seseorang dari dunia roh mengambil ahli kesadaran

medium dan memengaruhi pikiran dan pembicaraannya. Dimana Orang tersebut

menjadi lain dalam hal bicara, perilaku, sifat, dan perilakunya menjadi seperti

kepribadian yang “memasukinya”.

Trans yang disebut juga twilight state adalah suatu keadaan yang ditandai

oleh perubahan kesadaran atau hilangnya penginderaan dari identitas diri dengan

atau tanpa suatu identitas alternatif (DSM IV). Trans adalah suatu keadaan

kehidupan separuh sadar (half-light) antara realitas yang nyata dan fantasi yang

gelap (Rob, 1989). Menurut Nietzel (1998), mempunyai persamaan arti dengan

hipnosis, katalepsi dan keadaan ekstasi atau kekaguman dapat juga diartikan

terlena.

D. Sejarah

Trans sudah dikenal sejak zaman Yunani Kuno dan digunakan sebagai

suatu cara pengobatan penyakit fisik dan mental. Pada masyarakat Mesir Kuno

8

Page 9: Kesurupan (Trans Possession)

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Sekretariat:Kampus A FK Unsri, Jl. Mayor. Mahidin Komp. RSMH Palembang

Kampus B FK Unsri, Zona F Gedung I Kampus Unsri Indralaya,Jl. Palembang-Prabumulih Km. 32 Inderalaya

terdapat kuil lelap (temple sleep) tempat orang meminta kesembuhan dengan cara

memasuki keadaan trans yang dibimbing oleh para imam. Kuil ini juga terdapat di

Yunani yang terdapat di Delphi. Pada masyarakat modern identifikasikan sebagai

hipnosis pertama kali oleh Anton Mesmer (abad 18) dikenal dengan sebutan

“magnetisme” dan “Mesmerisme”. Istilah hipnosis diperkenalkan pertama kali

oleh James Braid dan digunakan dalam pengobatan gangguan psikosomatik.

Disosiasi adalah terpecahnya aktivitas mental yang spesifik dari sisa

kesadaran normal, seperti terpecahnya pikiran atau perasaan dari perilaku (misal,

ketika kita bosan mengikuti kuliah, kita melamun dan ketika kuliah usai ternyata

catatan kuliah tetap lengkap-tanpa menyadari bahwa kita telah melakukan hal itu).

Disosiasi minor merupakan fenomena yang lazim terjadi. Gangguan disosiatif

menunjukkan disosiasi berat yang mengakibatkan timbulnya gejala-gejala yang

berbeda dan bermakna dan mengganggu fungsi seseorang. Gangguan tersebut

cukup lazim terjadi, khususnya timbul pada orang yang masa kanak-kanaknya

mengalami kekerasan fisik atau seksual dan sering timbul dalam bentuk

komorbiditas dengan depresi mayor, gangguan somatisasi, gangguan stress pasca

trauma, penyalahgunaan zat, gangguan kepribadian ambang, gangguan konduksi

dan gangguan kepribadian antisosial.

Hal yang paling umum terlihat pada gangguan disosiatif adalah adanya

kehilangan (sebagian/seluruh) dari integrasi normal antara: ingatan masa lalu,

kesadaran akan identitas dan penghayatan dan kendali terhadap gerakan tubuh.

Onset dan berakhirnya keadaan disosiatif sering kali berlangsung mendadak akan

tetapi jarang sekali dapat dilihat kecuali dalam interkasi atau prosedur teknik-

teknik tertentu seperti hipnosis.

E. Epidemiologi

Menurut laporan Eastern Journal of Medicine, kasusnya lebih banyak

dijumpai di negara dunia ketiga dan negara-negara bagian timur daripada bagian

barat. Di India yang kultur dan budayanya mirip Indonesia, kesurupan atau

possesion syndrome atau possesion hysterical merupakan bentuk disosiasi yang

9

Page 10: Kesurupan (Trans Possession)

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Sekretariat:Kampus A FK Unsri, Jl. Mayor. Mahidin Komp. RSMH Palembang

Kampus B FK Unsri, Zona F Gedung I Kampus Unsri Indralaya,Jl. Palembang-Prabumulih Km. 32 Inderalaya

paling sering ditemukan. Angka kejadiannya kurang lebih 1 hingga 4 persen dari

populasi umum.

Kondisi trans biasanya terjadi pada perempuan dan seringkali

dihubungkan dengan stress atau trauma (Wulf, 1997). Hal ini terbukti dari kasus-

kasus yang terjadi sebagian besar adalah perempuan. Hal ini mungkin karena

perempuan lebih sugestible atau lebih mudah dipengaruhi dibandingkan laki-laki.

Mereka yang mempunyai kepribadian histerikal yang salah satu cirinya sugestible

lebih berisiko untuk disosiasi atau juga menjadi korban kejahatan hipnotis.

Berdasarkan usia, sebagian besar korban disosiasi berusia remaja dan dewasa

muda. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa mereka yang berisiko untuk

disosiasi adalah perempuan usia remaja atau dewasa muda yang mudah

dipengaruhi (The American Psychiatric Publishing Textbook of Psychiatry, 5th

Edition). Wulf (1997) menyatakan, ketika individu merasa terlepas dari dirinya

atau seolaholah ia seperti bermimpi, maka dapat dikatakan ia memiliki

pengalaman disosiatif. Kemungkinan besar disosiasi terjadi setelah kejadian-

kejadian yang membuat individu sangat stress. Mungkin juga terjadi ketika psikis

seseorang melemah atau mengalami tekanan mental. Banyak jenis penelitian

menyatakan suatu hubungan antara peristiwa traumatik, khususnya penyiksaan

fisik dan seksual pada masa anakanak, dengan disosiatif (Kaplan, 2010). Kondisi

trans disosiatif adalah fenomena yang sangat mengagumkan dan menarik namun

membingungkan.

Studi epidemiologi possesion telah dilaporkan berhubungan dengan krisis

sosial di masyarakat. Dengan begitu banyaknya pemberitaan mengenai kesurupan

kita tentunya sudah tidak asing lagi dengan fenomena tersebut, di mana fenomena

kesurupan sering kali dan bahkan selalu dikaitkan dengan adanya gangguan dari

roh-roh halus yang mengambil alih tubuh korban selama beberapa waktu dan

membuat korban tidak sadar akan apa yang ia perbuat. Tentunya paham seperti ini

merupakan paham tradisional yang ada, diturunkan dan berkembang dalam

masyarakat kita.

10

Page 11: Kesurupan (Trans Possession)

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Sekretariat:Kampus A FK Unsri, Jl. Mayor. Mahidin Komp. RSMH Palembang

Kampus B FK Unsri, Zona F Gedung I Kampus Unsri Indralaya,Jl. Palembang-Prabumulih Km. 32 Inderalaya

Kemungkinan besar disosiasi terjadi setelah kejadian-kejadian yang

membuat individu sangat stress. Mungkin juga terjadi ketika psikis seseorang

melemah atau mengalami tekanan mental. Anak-anak dapat mengalami periode

amnestic berulang atau keadaan mirip trance setelah penyiksaan fisik atau trauma

(Kaplan dan Saddock, 2010).

F. Etiopatogenesis

1. Multifaktorial, utamanya terkait kondisi psikologis yang tertekan.

Etiologi dari gangguan disosiasi ini diduga bersifat psikologis. Faktor

predisposisinya menurut The American Psychiatric Publishing Textbook of

Psychiatry, 5th Edition antara lain:

a. Memiliki karakter cemas dan takut, karakter histerik

b. Keinginan untuk menarik diri dari pengalaman yang menyakitkan

secara emosional

c. Konflik antarpribadi, kondisi subyektif yang berarti, penyakit, dan

kematian individu atau bermimpi dari individu almarhum

d. Depresi

e. Berbagai stressor dan faktor pribadi, seperti finansial, perkawinan,

pekerjaan, peperangan dan agama.

Menurut Cameron, kondisi ini memang multifaktorial, di mana faktor-

faktor spiritual, sosial, psikologis dan fisik semua mungkin memainkan peran

etiologi. Namun, tidak ada teori biologis tentang asal-usul gangguan. Oleh

karena itu, selain skrining untuk kondisi medis dan psikiatris umum, dokter

juga harus memeriksa konteks budaya tertentu .

Penyebab kesurupan dari sisi ilmiah disimpulkan oleh beberapa pakar

ilmu psikiatri yang menyebutkan tekanan sosial dan mental yang masuk ke

dalam alam bawah sadar sebagai biang penyebab kesurupan. Banjir, tsunami,

gizi buruk, ketidakadilan, upah kecil, kesenjangan yang sangat mencolok,

kelelahan fisik dan jiwa adalah beberapa contoh tekanan tersebut. (Joyanna,

2006 dan Suryani, 2006)

11

Page 12: Kesurupan (Trans Possession)

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Sekretariat:Kampus A FK Unsri, Jl. Mayor. Mahidin Komp. RSMH Palembang

Kampus B FK Unsri, Zona F Gedung I Kampus Unsri Indralaya,Jl. Palembang-Prabumulih Km. 32 Inderalaya

Berikut satu contoh kasus dari keadaan trans disosiatif seperti yang

pernah dialami oleh subyek dalam penelitian Chiu, SN 2007. Subyek pernah

mengalami kondisi trans ketika berusia 20 tahun. Saat kejadian itu subyek

merasa dalam dirinya ada yang mengendalikan, ia berteriak-teriak dan

menangis dan terjadi hampir lima jam lamanya, dia tidak menyadari bahwa

dia dalam keadaan trans. Subyek mengakui sebelum mengalami kondisi trans,

subyek mempunyai berbagai permasalahan yang berat. Saat itu banyak

permasalahan yang dihadapinya, mulai dari masalah pribadi, masalah dengan

keluarga hingga masalah perekonomian yang tidak bisa terselesaikan.

2. Peningkatan kekuatan pita gelombang otak theta dan alpha

Kesurupan yang berhubungan dengan ritual agama atau religi dapat

kita lihat dalam upacara adat di Bali yang disebut Kerauhan. Banyak orang

sehat disini mengalami kerasukan yang sudah pernah didokumentasikan lewat

film oleh Margaret Mead dan Gregory Bateson. Namun, keberadaannya

belum terbukti secara ilmiah sehingga seorang pakar psikologi dan ilmu

syaraf dari Jepang, Manabu Honda, melakukan penelitian pada tahun 2000

untuk mengukur gelombang otak saat masyarakat Bali kesurupan. Honda dan

kawan-kawannya menggunakan sistem telemetri Elektro Encephalogram 

(EEG) multi channel portable untuk mengukur gelombang otak dari 24

orang-orang yang kesurupan saat upacara adat ini. Mereka berhasil untuk

pertama kalinya menunjukkan kalau fungsi otak ternyata berubah menjadi

tidak biasa saat seseorang kerasukan. Kekuatan pita gelombang otak theta dan

alpha dari orang yang kesurupan ternyata meningkat secara signifikan.

Gelombang ini tetap tinggi selama beberapa menit setelah mereka sadar dari

kesurupan. Bukan hanya itu, mereka yang kesurupan memiliki tingkat

konsentrasi beta-endorphin, dopamine dan noradrenalin yang tinggi. Ketiga

zat ini merupakan narkotika endogen, artinya narkotika yang dibuat oleh otak

sendiri. Honda dan kawan-kawannya menyimpulkan kalau kondisi ini

diaktifkan oleh suara alunan gamelan Bali yang mengandung beberapa sinyal

yang tak terdengar tapi dapat memacu kerja syaraf. Penelitian ini

12

Page 13: Kesurupan (Trans Possession)

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Sekretariat:Kampus A FK Unsri, Jl. Mayor. Mahidin Komp. RSMH Palembang

Kampus B FK Unsri, Zona F Gedung I Kampus Unsri Indralaya,Jl. Palembang-Prabumulih Km. 32 Inderalaya

menunjukkan kalau setidaknya, kesurupan tipe ritual merupakan semacam

hiburan seperti halnya dansa atau musik dimana orang terlarut di dalamnya.

3. Orang yang bermasalah dalam isu agama dan budaya

Penelitian untuk kesurupan yang tidak ritualistik lebih sulit dilakukan

karena tidak terduga kapan datangnya, seperti kesurupan massal mendadak

yang sering terjadi di SMP dan SMA di Indonesia. Namun, dua orang

psikolog dari Singapura, Beng-Yeong Ng dan Yiong-Huak Chan baru saja

berhasil menentukan faktor-faktor psikosial yang menyebabkan seseorang

dapat mengalami kesurupan. Mereka melakukan wawancara mendalam

terhadap 58 orang pasien yang pernah mengalami kesurupan dan

membandingkannya dengan 58 pasien yang mengalami depresi berat. Mereka

menemukan kalau orang yang sering mengalami kesurupan adalah orang

yang memiliki masalah dalam isu agama dan budaya; terpaparkan pada

kondisi trans (kesurupan disengaja) dan memiliki peran sosial sebagai

seorang rohaniawan atau pendamping seorang rohaniawan. Penelitian oleh

Berry (2002) dan kawan-kawan di China membenarkan kondisi ini. Mereka

menambahkan data mengenai apa yang terjadi saat seseorang kesurupan.

Berdasarkan wawancara terhadap 20 orang yang pernah kesurupan mereka

memperoleh data sebagai berikut: 19 kehilangan kendali atas tindakan, 18

mengalami perubahan perilaku atau bertindak berbeda, 12 kehilangan

kesadaran atas sekelilingnya, 11 kehilangan identitas pribadi, 10 kehilangan

kemampuan membedakan antara kenyataan dan fantasi, 10 mengalami

perubahan nada suara, 9 mengalami perhatian yang tidak fokus, 9 mengalami

kesalahan dalam menilai, 8 mengalami kesulitan berkonsentrasi, 7 kehilangan

kemampuan menilai waktu, 7 kehilangan ingatan, 6 kehilangan kemampuan

merasa sakit dan 4 percaya kalau dirinya berubah ujud. Dilihat dari agen yang

merasuki, sembilan dirasuki oleh orang yang telah meninggal, lima oleh

dewa/mahluk ghaib yang baik, empat oleh roh hewan, dan 2 oleh setan. Satu

tidak tahu siapa yang merasukinya. Lima melaporkan dimasuki oleh lebih

dari satu agen. Satu percaya kalau ia dirasuki oleh beberapa orang yang telah

13

Page 14: Kesurupan (Trans Possession)

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Sekretariat:Kampus A FK Unsri, Jl. Mayor. Mahidin Komp. RSMH Palembang

Kampus B FK Unsri, Zona F Gedung I Kampus Unsri Indralaya,Jl. Palembang-Prabumulih Km. 32 Inderalaya

meninggal, yang lain percaya kalau ia dirasuki oleh lebih dari satu mahluk

halus seperti dewa baik dan setan yang memasuki dirinya serentak. Gaw et al

bahkan menambahkan bukti dari luar sampelnya kalau di China, seseorang

bahkan bisa kesurupan benda mati, seperti batu dan kayu. Gaw et al

menggabungkannya dalam satu istilah: penyakit atribusi. Penyakit atribusi ini

termasuklah susto di Amerika Latin dimana seseorang merasa dirinya sangat

ketakutan, hwa-byung dari Korea dimana seseorang merasa dirinya sangat

marah, dan kesurupan dimana seseorang merasa dirinya dimasuki mahluk

asing.

4. Terkait fenomena Multiple Personality Disorder

Peneliti Indonesia, Luh Ketut Suryani, dan seorang peneliti barat,

Gordon D Jensen menyimpulkan kalau fenomena kesurupan memiliki analog

paling sesuai dengan fenomena MPD (Multiple Personality Disorder). 

Perbedaannya, kesurupan sangat erat kaitannya dengan kebudayaan. Hal ini

bisa dibilang berlaku pula pada MPD, karena fenomena MPD terjadi di satu

kebudayaan saja, yaitu kebudayaan barat. Dengan kata lain, MPD adalah

salah satu contoh fenomena yang melatarbelakangi kesurupan pula.

5. Pengaruh energi asing, khususnya energi infra merah.

Menurut Jerald Kay kesurupan artinya aura tubuh sedang dipengaruhi

energi asing, khususnya energi infra merah yang tidak dapat dilihat kasat

mata oleh manusia, sesuatu yang punya energi itu artinya masih berjiwa. Roh

sudah tidak berenergi karena sudah tidak memiliki jiwa, tapi makhluk halus

belum tentu. Banyak makhluk halus yang masih mengeluarkan materi dan

energi inframerah. Sedikit berbeda dengan pakar lainnya, ia percaya bahwa

penyebab kesurupan berasal dari mental yang dimasuki energi asing dan tidak

ada hubungannya dengan masalah-masalah fisik seperti kurang gizi dan

lainnya. Energi asing bisa berasal dari lingkungan sekitar dan bisa dicek

menggunakan foto aura. Kesurupan bukan hanya sebuah peristiwa fisik tapi

lebih pada penurunan daya tahan mental. Stres dan gangguan lainnya

14

Page 15: Kesurupan (Trans Possession)

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Sekretariat:Kampus A FK Unsri, Jl. Mayor. Mahidin Komp. RSMH Palembang

Kampus B FK Unsri, Zona F Gedung I Kampus Unsri Indralaya,Jl. Palembang-Prabumulih Km. 32 Inderalaya

mungkin bisa mempengaruhi tapi itu bukan faktor utamanya. Penyebab

utamanya itu karena mentalnya memang sedang tidak kuat.

6. Kekacauan neurotransmitter

Ditinjau dari sistem saraf, kesurupan adalah fenomena serangan

terhadap sistem limbik yang sebagian besar mengatur emosi, tindakan dan

perilaku. Sistem limbik sangat luas dan mencakup berbagai bagian di

berbagai lobus otak. Dengan terganggunya emosi dan beratnya tekanan akibat

kesulitan hidup, timbullah rangsangan yang akan memengaruhi sistem limbik.

Akhirnya, terjadilah kekacauan dari zat pengantar rangsang saraf atau

neurotransmitter. Zat penghantar rangsang saraf yang keluar mungkin

norepinephrin atau juga serotonin yang menyebabkan perubahan perilaku

atau sebaliknya. Kondisi ini bisa terjadi secara tibatiba atau secara bertahap,

bersifat sementara atau kronis. Reaksi disosiasi ini menimpa mereka yang

jiwanya labil ditambah dalam kondisi yang membuatnya tertekan. Stress yang

bertumpuk ditambah pemicu memungkinkan reaksi yang dikendalikan alam

bawah sadar ini muncul ke permukaan, sehingga seseorang yang mengalami

stress berat, maka ia sangat mudah sekali akan mengalami trans disosiasi.

G. Manifestasi Klinis

Menurut David Holmes 1991, ada beberapa gejala yang biasanya

menyerang orang kesurupan diantaranya:

1. Bertindak lepas kontrol dan berbeda dari biasanya

2. Hilang kesadaran akan sekitarnya dan tidak sadar dirinya sendiri

3. Sulit membedakan kenyataan atau fantasi pada waktu yang sama

4. Perubahan nada suara

5. Kesusahan berkonsentrasi

6. Kadang-kadang hilang ingatan

Dan menurut Maramis, 2009 terdapat dua macam keadaan yang

dinamakan kesurupan oleh masyarakat, yaitu:

15

Page 16: Kesurupan (Trans Possession)

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Sekretariat:Kampus A FK Unsri, Jl. Mayor. Mahidin Komp. RSMH Palembang

Kampus B FK Unsri, Zona F Gedung I Kampus Unsri Indralaya,Jl. Palembang-Prabumulih Km. 32 Inderalaya

1. Orang itu merasa bahwa di dalam dirinya ada kekuatan lain yang berdiri di

samping “aku”-nya dan yang dapat menguasainya. Jadi simultan terdapat

dua kekuatan yang bekerja sendiri-sendiri dan orang itu berganti-ganti

menjadi yang satu dan yang lain. Kesadarannya tidak menurun. Perasaan

ini berlangsung kontinu. Dalam hal ini kita melihat suatu permulaan

perpecahan kepribadian yang merupakan gejala khas bagi skizofrenia.

2. Orang itu telah menjadi lain, ia mengidentifikasikan dirinya dengan orang

yang lain, binatang atau benda. Jadi pada suatu waktu tidak terdapat dua

atau lebih kekuatan di dalam dirinya (seperti dalam hal yang pertama), tapi

terjadi suatu metamorphosis yang lengkap. Ia telah menjadi orang yang

lain, binatang atau barang, dan ia juga bertingkah laku seperti orang,

binatang atau barang itu. Sesudahnya terdapat amnesia total atau sebagian.

Keadaan yang kedua ini adalah disosiasi. Bila disosiasi itu terjadi karena

konflik dan stress psikologik, maka keadaan itu dinamakan reaksi disosiasi (suatu

sub jenis dalam nerosa histerik). Bila disosiasi ini terjadi karena pengaruh

kepercayaan dan kebudayaan, maka dinamakan kesurupan. Tidak jarang kedua

keadaan ini secara ilmiah sukar dibedakan karena kepercayaan dan kebudayaan

juga dapat menimbulkan konflik dan stress.

Gejala-gejala beberapa waktu sebelum kesurupan antara lain kepala terasa

berat, badan dan kedua kaki lemas, penglihatan kabur, badan terasa ringan, dan

ngantuk. Perubahan ini biasanya masih disadari oleh subjek, tetapi setelah itu ia

tiba-tiba tidak mampu mengendalikan dirinya, melakukan sesuatu di luar

kemampuan dan beberapa di antaranya merasakan seperti ada kekuatan di luar

yang mengendalikan dirinya.

Mereka yang mengalami kesurupan merasakan bahwa dirinya bukanlah

dirinya lagi, tetapi ada suatu kekuatan yang mengendalikan dari luar. Keadaan

saat kesurupan ada yang menyadari sepenuhnya, ada yang menyadari sebagian,

dan ada pula yang tidak menyadari sama sekali.

Frigerio menyatakan, ada tiga stadium yang dialami orang kesurupan.

16

Page 17: Kesurupan (Trans Possession)

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Sekretariat:Kampus A FK Unsri, Jl. Mayor. Mahidin Komp. RSMH Palembang

Kampus B FK Unsri, Zona F Gedung I Kampus Unsri Indralaya,Jl. Palembang-Prabumulih Km. 32 Inderalaya

1. Irradiation, subjek tetap menyadari dirinya tetapi ada perubahan yang

dirasakan pada tubuhnya.

2. Being diside, subjek berada dalam dua keadaan yang berbeda, namun ada

sebagian yang dialaminya disadarinya.

3. Stadium incorporation, subjek sepenuhnya dikuasai oleh yang

memasukinya dan semua keadaan yang dialami tidak diingatnya.

Kesurupan biasanya berbeda dengan histeria. Jika histeria hanya

mengeluarkan teriakan-teriakan dan tidak mengubah jenis suara, tapi kesurupan

bisa mengubah pita suara. Bisa jadi suaranya berubah menjadi suara laki-laki

padahal ia seorang perempuan atau juga sebaliknya.

H. Klasifikasi Trance

Gangguan trans (trance) dibagi menjadi dua kategori, yaitu dissociative

trance dan possession trance (American psychiatric association, 2000). Fenomena

dissociative trance umumnya ditandai olah adanya perubahan tiba-tiba pada

kesadaran penderita, namun tidak disertai dengan adanya gangguan pada identitas

penderita. Pada dissociative trance ini gejala yang muncul sederhana biasanya

penderita tiba-tiba collapse, imobilisasi, dizziness, menjerit, berteriak, atau

menangis. Gangguan pada memori jarang terjadi, jika terjadi (amnesia) biasanya

bersifat fragmented.

Fenomena dissociative trance sering terjadi secara tiba-tiba dimana ada

perubahan yang ekstrem pada kontrol sensorik dan motorik. Episode tipikalnya

berupa perasaan cemas yang tiba-tiba, diikuti goncangan pada seluruh tubuh yang

mirip kejang. Hal ini kemudian diikuti oleh hiperventilasi, teriakan yang tidak

jelas, agitasi, dan gerakan tubuh yang keras.Seringkali diikuti collapse dan

kehilangan kesadaran yang sifatnya sementara. Setalah episode ini selesai,

penderita akan mengeluh lelah dan kebingungan. Beberapa penderita juga

mengalami amnesia.

Contoh lain dari gangguan trance adalah lata, yang merupakan versi

melayu gangguan trance. Pada episode ini, penderita mengalami penglihatan tiba-

17

Page 18: Kesurupan (Trans Possession)

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Sekretariat:Kampus A FK Unsri, Jl. Mayor. Mahidin Komp. RSMH Palembang

Kampus B FK Unsri, Zona F Gedung I Kampus Unsri Indralaya,Jl. Palembang-Prabumulih Km. 32 Inderalaya

tiba yang sebagian besar bersifat mengancam. Perilaku yang diamati pada

penderita berupa berteriak atau menangis dan gerakan fisik yang berlebihan.

Selain itu ada juga falling out yang umumnya terjadi pada orang afrika-amerika.

Biasanya penderita akan mengalami collapse, ketidakmampuan untuk melihat atau

berbicara, penderita masih sadar sepenuhnya, terlihat kebingungan, dan penderita

tidak amnesia terhadap apa yang terjadi.

Berbeda dengan dissociative trance, pada possession trance terdapat

asumsi identitas lain yang berbeda. Identitas baru ini dianggap dari dewa, leluhur,

atau roh yang telah merasuki pikiran dan tubuh penderita. Berbeda dengan

dissociative trance yang dicirikan agak kasar, simplistic, dan perilaku regresif,

penderita possession trance memiliki perilaku yang lebih kompleks atau rumit.

Selama episode, penderita mengungkapkan sesuatu yang dilarang atau tidak,

perilaku agresif tidak khas dan jarang, dan sering terjadi amnesia pada sebagian

besar episode dimana identitas roh yang mengendalikan penderita. (Jerald Kay

dan Allan Tasman. 2006)

I. Diagnosis PPDGJ III dan DSM IV

Dunia kedokteran internasional, khususnya psikiatri mengakui fenomena

ini dan dituliskan dalam penuntun diagnosis psikiatri yang paling mutakhir

Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder IV (DSM-IV) dan The

International Statistical Classification of Diseases and Related Health Problems

10 (ICD10). DSM-IV memasukkan kerasukan patologis (pathologic possession)

ke dalam diagnosis gangguan disosiatif yang tidak spesifik (dissociative disorder

not otherwise specified). ICD10 mengkategorikan gangguan kerasukan sebagai

trance and possession disorder.

1. Menurut kriteria riset DSM-IV:

a. Salah satu (1) atau (2):

(1) Trance, yaitu, perubahan sementara yang jelas pada keadaan

kesadaran dan hilangnya rasa identitas pribadi yang biasa

sedikitnya salah satu berikut ini :

18

Page 19: Kesurupan (Trans Possession)

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Sekretariat:Kampus A FK Unsri, Jl. Mayor. Mahidin Komp. RSMH Palembang

Kampus B FK Unsri, Zona F Gedung I Kampus Unsri Indralaya,Jl. Palembang-Prabumulih Km. 32 Inderalaya

(a) penyempitan kesadaran akan sekeliling, atau focus selektif

dan sangat, sempit yang tidak biasa terhadap stimulus

lingkungan.

(b) perilaku atau gerakan stereotipik yang dialami seolah-olah

berada di luar kendali seseorang.

(2) Trance “kemasukan”, perubahan tunggal atau episodik keadaan

kesadaran yang ditandai dengan pergantian rasa identitas pribadi

biasa oleh identitas baru. Hal ini dikaitkan dengan pengaruh roh,

kekuatan, dewa atau orang lain, seperti yang dibuktikan oleh satu

(atau lebih) keadaan di bawah ini :

(a) perilaku atau gerakan stereotipik dan ditentukan oleh budaya

yang dialami seolah-olah dikendalikan oleh agen yang

“memasuki”

(b) amnesia penuh atau sebagian untuk peristiwa tersebut.

b. Keadaan trance atau “kemasukan” tidak diterima sebagai bagian

praktik budaya kolektif atau praktik religious.

c. Keadaan trance atau “kemasukan” menimbulkan penderitaan yang

secara klinis bermakna atau hendaya fungsi sosial, pekerjaan, dan

area fungsi penting lain.

d. Keadaan trance atau “kemasukan” tidak hanya terjadi selama

perjalanan gangguan psikotik (termasuk gangguan mood dengan ciri

psikotik dan gangguan psikotik singkat) atau gangguan identitas

disosiatif dan tidak disebabkan oleh efek fisiologis langsung suatu zat

atau keadaan medis umum.

2. Kriteria Diagnosis menurut PPDGJ III

Kriteria diagnosis kesurupan atau trans menurut PPDGJ III (F44.3

gangguan trans dan kesurupan) adalah adanya kehilangan sementara

penghayatan identitas diri dan kesadaran terhadap lingkungannya, individu

berperilaku seakan-akan dikuasai oleh kepribadian lain, kekuatan gaib,

malaikat, atau kekuatan lain. Hanya gangguan trans yang “involunter” (diluar

19

Page 20: Kesurupan (Trans Possession)

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Sekretariat:Kampus A FK Unsri, Jl. Mayor. Mahidin Komp. RSMH Palembang

Kampus B FK Unsri, Zona F Gedung I Kampus Unsri Indralaya,Jl. Palembang-Prabumulih Km. 32 Inderalaya

kemauan individu)dan bukan merupakan aktivitas yang biasa, dan bukan

merupakan kegiatan keagamaan ataupun budaya yang boleh dimasukkan

dalam pengertian ini. Tidak ada penyebab organik (epilepsi, cedera kepala,

intoksikasi zat psikoaktif) dan bukan bagian dari gangguan jiwa tertentu

(skizofrenia, gangguan kepribadian multiple)

J. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang tidak sepenuhnya diperlukan, namun penjelasan

dibawah ini merupakan hasil dari beberapa penelitian yang menunjukkan hasil

yang berbeda dari kondisi normal.

1. Pemeriksaan neurologis rinci, mengungkapkan tidak ada kelainan

neurologis. Namun, Pemeriksaan neuropsikologis menunjukkan bukti

organicity.

2. EEG menunjukkan bilateral gelombang theta dan beta asimetri pada

sementara wilayah, menunjukkan kemungkinan lesi struktural .

3. MRI menunjukkan lesi yang melibatkan beberapa hyperintense

meninggalkan putamen, globus pallidus bilateral, dan bilateral fronto-

parietal materi putih dalam.

K. Tatalaksana

1. Penatalaksanaan, Psikoterapi

Penatalaksanaan dengan menggali kondisi fisik dan neurologiknya.

Bila tidak ditemukan kelainan fisik, perlu dijelaskan pada pasien dan

dilakukan pendekatan psikologik terhadap penanganan gejala yang ada.

Masuk rumah sakit diindikasikan bagi pasien yang memiliki

kecenderungan untuk membahayakan dirinya atau orang lain, ketika efek dari

penggunaan terapi obatnya harus dipantau atau ketika diagnosis sementara

belum dapat ditentukan. Perawatan di rumah sakit memungkinkan pasien

untuk memisahkan diri dari pengaruh lingkungan, penganiayaan fisik dan

seksual, dan stress yang mungkin telah memicu reaksi atau episode amnesia,

20

Page 21: Kesurupan (Trans Possession)

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Sekretariat:Kampus A FK Unsri, Jl. Mayor. Mahidin Komp. RSMH Palembang

Kampus B FK Unsri, Zona F Gedung I Kampus Unsri Indralaya,Jl. Palembang-Prabumulih Km. 32 Inderalaya

kelakuan kompulsif atau kecerobohan mereka. Hal ini juga melindungi

mereka disaat masa membingungkan dalam hidup mereka. Indikasi lain

adalah ketika mereka pernah mencoba atau memiliki tanda atau ide untuk

bunuh diri.

Psikoterapi adalah penanganan primer terhadap gangguan disosiatif

ini. Bentuk terapinya berupa terapi bicara, konseling atau terapi psikososial,

meliputi berbicara tentang gangguan yang diderita oleh pasien jiwa.

Terapinya akan membantu anda mengerti penyebab dari kondisi yang

dialami. Psikoterapi untuk gangguan disosiasi sering mengikutsertakan teknik

seperti hipnotis yang membantu kita mengingat trauma yang menimbulkan

gejala disosiatif.

Penanganan gangguan disosiatif yang lain meliputi :

a. Terapi kesenian kreatif.

Dalam beberapa referensi dikatakan bahwa tipe terapi ini

menggunakan proses kreatif untuk membantu pasien yang sulit

mengekspresikan pikiran dan perasaan mereka. Seni kreatif dapat

membantu meningkatkan kesadaran diri. Terapi seni kreatif meliputi

kesenian, tari, drama dan puisi.

b. Terapi kognitif

Terapi kognitif ini bisa membantu untuk mengidentifikasikan

kelakuan yang negative dan tidak sehat danmenggantikannya dengan

yang positif dan sehat, dan semua tergantung dari ide dalam pikiran

untuk mendeterminasikan apa yang menjadi perilaku pemeriksa

c. Terapi obat

Terapi ini sangat baik untuk dijadikan penanganan awal,

walaupun tidak ada obat yang spesifik dalam menangani gangguan

disosiatif ini. Biasanya pasien diberikan resep berupa anti-depresan dan

obat anti-cemas untuk membantu mengontrol gejala mental pada

gangguan disosiatif ini.

21

Page 22: Kesurupan (Trans Possession)

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Sekretariat:Kampus A FK Unsri, Jl. Mayor. Mahidin Komp. RSMH Palembang

Kampus B FK Unsri, Zona F Gedung I Kampus Unsri Indralaya,Jl. Palembang-Prabumulih Km. 32 Inderalaya

Barbiturat kerja sedang dan singkat, seperti tiopenal dan natrium

amobarbital diberikan secara intravena dan benzodiazepine dapat

berguna untuk memulihkan ingtannya yang hilang. Pengobatan terpilih

untuk fugue disosiatif adalah psikoterapi psikodinamika suportif-

ekspresif.

2. Terapi pada Anak

Menurut freud cara penyelesaian orang jika mengalami suatu

kesurupan adalah dengan cara sebagai berikut :

a. isolasi sesegera mungkin anak yang terkena kesurupan.

b. tempatkan orang yang terkena kesurupan di tempat tertutup namun

yang aman dan udara bisa keluar masuk dalam ruangan dengan baik

c. tenangkan suasana, karena kesurupan cenderung membuat suasana

menjadi gaduh, ketakutan, dan crowded atau ramai.

d. tenangkan anak yang mengalami kesurupan dengan membiarkannya,

jangan dipaksa atau dipegang apalagi diteriaki terlebih di pukul.

e. kalau membaca Al- quran bacakan dengan penuh kekhusyuan dan

dengan nada pelan sehingga akan menenangkan si sakit, kalau dibaca

dengan menghentak hentak anak yang terkena akan semakin histeris

dan teriakan dari pembacaan quran tadi akan memperkeruh keadaan.

Gunakan Al- quran sebagai petunjuk hidup bukan sebagai alat

pengusiran jin.

f. jika keadaan semakin tidak terkendali, jangan memanggil

paranormal, atau memanggil dukun dan sejenisnya. Namun panggilah

dokter untuk memberikan obat penenang kepada orang yang

kesurupan.

3. Pengobatan Alternatif

Ahli terapi biasanya merekomendasikan menggunakan hipnosis yang

biasanya berupa hipnoterapi atau hipnotis sugesti sebagai bagian dari

penanganan pada gangguan disosiatif.

22

Page 23: Kesurupan (Trans Possession)

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Sekretariat:Kampus A FK Unsri, Jl. Mayor. Mahidin Komp. RSMH Palembang

Kampus B FK Unsri, Zona F Gedung I Kampus Unsri Indralaya,Jl. Palembang-Prabumulih Km. 32 Inderalaya

Hipnosis menciptakan keadaan relaksasi yang dalam dan tenang

dalam pikiran. Saat terhipnotis, pasien dapat berkonsentrasi lebih intensif dan

spesifik. Karena pasien lebih terbuka terhadap sugesti saat pasien terhipnotis.

Ada beberapa konsentrasi yang menyatakan bahwa bisa saja ahli hipnotis

akan menanamkan memori yang salah dalam mensugesti.

4. Sekilas mengenai penyembuhan paranormal dan kyai

Gambar 1. Penyembuhan kesurupan oleh paranormal (kiri) dan kyai (kanan)

Di Indonesia masyarakat selalu menggunakan bantuan para dukun atau

kyai dalam mengobati seseorang yang kesurupan. Dukun atau kyai

menggunakan efek-efek sound therapy dengan membacakan suluk dan para

kyai biasanya membacakan doa-doa dalam bahasa arab. Menurut pandangan

mereka suluk maupun doa mampu mengusir roh halus yang masuk dan

menguasai raga dari penderita kesurupan. Berry (2002) menjelaskan mengenai

cara pengobatan dukun (Shaman):

“…banyak komunikasi verbal yang berlangsung adalah antara

penyembuh dengan roh-roh dan bila melibatkan pasien secara langsung,

komunikasi itu ditujukan kepadanya dan tidak memerlukan suatu jawaban..

Memang ada kesamaan verbal, tentunya, terutama yang berhubungan dengan

pengakuan, yang merupakan elemen pokok dari beberapa masyarakat non-

barat…”

Suluk ataupun doa yang diucapkan atau dilantunkan dengan intonasi

yang baik dan teratur sebenarnya merupakan sound therapy sehingga dapat

menimbulkan ketenangan tersendiri bagi si penderita. Kalangan bangsa Barat

menyebut kesurupan dengan nama “exorcist”

23

Page 24: Kesurupan (Trans Possession)

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Sekretariat:Kampus A FK Unsri, Jl. Mayor. Mahidin Komp. RSMH Palembang

Kampus B FK Unsri, Zona F Gedung I Kampus Unsri Indralaya,Jl. Palembang-Prabumulih Km. 32 Inderalaya

BAB III. KESIMPULAN

Kesurupan adalah fenomena budaya. Istilah yang sama untuk kesurupan

adalah kerasukan, kerawuhan, keranjingan. Kata surup, rasuk, rawuh, ranjing

menggambarkan keadaan sesuatu yang berasal dari luar masuk ke dalam dan

mengisi ruang dalam.

Menurut kepercayaan masyarakat, kesurupan terjadi bila roh orang lain

memasuki seseorang dan menguasainya. Orang itu menjadi lain dalam hal bicara,

perilaku dan sifatnya. Perilakunya menjadi seperti kepribadian orang yang rohnya

“memasukinya”. Yang sebenarnya terjadi adalah disosiasi, suatu mekanisme yang

sudah lama dikenal dalam psikiatri.

Kesurupan merupakan reaksi kejiwaan yang dinamakan reaksi disosiasi

atau reaksi yang mengakibatkan hilangnya kemampuan seseorang untuk

menyadari realitas di sekitarnya, yang disebabkan oleh tekanan fisik maupun

mental (berlebihan). Tetapi kalau kesurupannya massal, itu melibatkan sugesti.

Reaksi disosiasi dapat terjadi secara perorangan atau bersama-sama, saling

memengaruhi, dan tidak jarang menimbulkan histeria massal. Kesurupan hanya

terjadi pada diri orang yang memiliki jiwa yang lemah, sehingga ketika mendapat

tekanan tidak mampu untuk mengatasinya. Orang yang lemah dari segi jiwa atau

mental melepaskan ketidak berdayaanya dengan tanpa disadarinya masuk ke

dalam bawah sadarnya. Ketika berada dalam wilayah bawah sadarnya tersebut

terjadilah letupan-letupan emosinya yang tertahan selama ini.

Kondisi trans biasanya terjadi pada perempuan karena perempuan lebih

sugestible atau lebih mudah dipengaruhi dibandingkan laki-laki. Berdasarkan usia,

sebagian besar korban disosiasi berusia remaja dan dewasa muda.

Penyebab kesurupan multifaktorial, terutama kondisi psikologis yang

tertekan, bermasalah dalam isu agama dan budaya, dan penelitian menunjukkan

peningkatan kekuatan pita gelombang otak theta dan alpha, serta Kekacauan

neurotransmitter

24

Page 25: Kesurupan (Trans Possession)

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Sekretariat:Kampus A FK Unsri, Jl. Mayor. Mahidin Komp. RSMH Palembang

Kampus B FK Unsri, Zona F Gedung I Kampus Unsri Indralaya,Jl. Palembang-Prabumulih Km. 32 Inderalaya

Kriteria diagnosis untuk kesurupan dalam PPDGJ III sesuai dengan blok

diangosis F44.3, gangguan trans dan kesurupan. Psikoterapi adalah penanganan

primer terhadap gangguan disosiatif ini. Pencegahan utamanya tertuju pada anak

usia sekolah dan wanita dengan selalu berusaha menghadapi persoalan yang ada

dengan sebaik-baiknya dan memiliki mental pertahanan yang baik sehingga tidak

akan terjadi kondisi psikologis yang tertekan, stress, atau bahkan depresi, yang

pada akhirnya akan menurunkan resiko terjadinya gangguan trance possession

atau kesurupan.

25

Page 26: Kesurupan (Trans Possession)

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Sekretariat:Kampus A FK Unsri, Jl. Mayor. Mahidin Komp. RSMH Palembang

Kampus B FK Unsri, Zona F Gedung I Kampus Unsri Indralaya,Jl. Palembang-Prabumulih Km. 32 Inderalaya

DAFTAR PUSTAKA

Aggleton, P., Hurry, J. & Warwick, I. (2007). Young People and Mental Health.

Chichester: John Wiley & Sons, Ltd

American Psychiatric Association. (2000). Diagnostic and statistical manual of

mental disorders, 4th ed., text revision. Washington, DC: Author.

Beng-Yeong Ng, Yiong-Huak Chan. (2004). Psychosocial stressors that

precipitate dissociative trance disorder in Singapore. Australian and

New Zealand Journal of Psychiatry. Volume 38, Issue 6, pages 426–432.

Berry, J. W., Poortinga. Y. P., Segall, M. H. & Dasen, P. R. (2002). Cross

Cultural Psychology; Research and Applications. 2nd ed. Cambridge:

University Press

Bourguignon, E. (1976). Possession. Prospect Hills. IL: Waveland Press.

Bourguignon, E. (Ed.). (1973). Religion, altered states of consciousness, and

social change. Columbus, OH: Ohio University Press.

Cameron N. (2003). Personality Development and Psychopathology. Boston;

Mifflin Company

Chiu, SN. (2007). Historical, Religious, and Medical Perspectives of Possession

Phenomenon. Hongkong Journal of Psychiatry ; 10 (1):14-18.

Depkes RI Direktorat Jenderal Pelayanan Medik. (1993). Pedoman Penggolongan

dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III. Jakarta. Departemen

Kesehatan.

Fauziah, F., & Widury, J. (2005). Psikologi Abnormal Klinis Dewasa. Jakarta: UI-

Press.

Foster, George M. dan Anderson, Barbara Gellatin (1985) Antropologi Kesehatan.

Jakarta: UI Press

Gelder MG. Lopez-Ibor JJ. Andreasen N. (2004). New Oxford Textbook of

Psychiatry. Oxford: Oxford University Press;.

Holme, David. (1991) Abnormal Psychology, New York: Harper Collins

Publishers, Inc.,

26

Page 27: Kesurupan (Trans Possession)

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Sekretariat:Kampus A FK Unsri, Jl. Mayor. Mahidin Komp. RSMH Palembang

Kampus B FK Unsri, Zona F Gedung I Kampus Unsri Indralaya,Jl. Palembang-Prabumulih Km. 32 Inderalaya

Hukom AJ. (1997). Kuasa dan Pengetahuandalam Kesadaran Transaksional.

Trans menurut gagasan Michael Foucault, Disertasi diajukan sebagai

syarat untuk memperoleh gelar Doktor dalam Ilmu Filsafat pada

Universitas Indonesia, Jakarta.

Ingwantoro S. (2000) Penelaahan Trans Dan Hubungannya Dengan Hipnosis

Serta Manfaatnya Dalam Psikiatri Jiwa. XXXIII (2); 185-193.

Jerald Kay dan Allan Tasman. (2006). Essentials of psychiatry

Joyanna Silberg. Guidelines for the Evaluation and Treatment of Dissociative

Symptoms in Children and Adolescents. Journal of Trauma &

Dissociation, Vol. 5(3) 2006.

Kaplan HI, Sadock BJ. (2010) Synopsis of Psychiatry. seventh edition,

Baltimore;Williams & Wilkins.

Kawai N, Honda M, Nakamura S, Samatra P, Sukardika K, Nakatani Y, Shimojo

N, Oohashi T (2001) Catecholamines and opioid peptides increase in

plasma in humans during possession trances. Neuroreport 12:3419-3423.

Luh Ketut Suryani, Gordon D. Johnson. (2006). Trance and Possession in Bali: A

Window on Western Multiple Personality, Possession Disorder, and

Suicide. Oxford University Press

Maramis WF. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. (2009). Surabaya, Airlangga

University Press,

Marnat, G. G. (1999). Handbook of Psychological Assessment. 3rd edition. New

York: John Wiley & Sons, Inc

Maslim, Rusdi 1986 ‘Psikiatri Budaya di Indonesia (Suatu Tinjauan

Kepustakaan)’. Perilaku Psikiatri Klinis Jilid Satu. Jakarta: Binarupa

Aksara.

Nietzel. M. T., Bernstein, D., Speltz, M. L. & McCauley, E. A. (1998). Abnormal

psychology. Needham Heights: Allyn & Bacon

Oohashi T, Kawai N, Honda M, Nakamura S, Morimoto M, Nishina E, Maekawa

T (2002) Electroencephalographic measurement of possession trance in

the field. Clin Neurophysiol 113:435-445.

27

Page 28: Kesurupan (Trans Possession)

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Sekretariat:Kampus A FK Unsri, Jl. Mayor. Mahidin Komp. RSMH Palembang

Kampus B FK Unsri, Zona F Gedung I Kampus Unsri Indralaya,Jl. Palembang-Prabumulih Km. 32 Inderalaya

Rob McNeilly. Hypnosis, Dissociation and Spontaneous Trance. Australian

Society of Hypnosis 19th National Congress 2nd – 7th September, 1989

Sydney, Australia

Sadily, Hasan dan Echols, John. (1997). Kamus Inggris Indonesia. Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama.

Semiun, Yustinus. (2006). Kesehatan Mental. Yogyakarta. Kanisius

Setyonegoro RK. (1995). Budaya dan Gangguan Jiwa, XXVIII (1):

Steinberg, M., Cicchetti, D., Buchanan, J., Rakfeldt, J., & Rounsaville, B. (2006).

Distinguishing between multiple personality disorder and schizophrenia

using the structured clinical interview for DSM-IV dissociative disorders.

Journal of Nervous and Mental Disease, 182, 495-502.

The American Psychiatric Publishing Textbook of Psychiatry, 5th Edition.

World Health Organization. (1992). International Statistical Classification of

Diseases and Related Health Problems, 1989 Revision. Geneva: World

Health Organization.

Wulf, D.M.(1997). Psychology of Religion Classic and Contemporary. 2nd

edition. New York : John Wiley & Sons, Inc

28