KESUKSESAN TAMAN BACAAN MASYARAKAT RUMAH DUNIA … · Kesuksesaan Taman Bacaan Masyarakat Rumah...

147
KESUKSESAN TAMAN BACAAN MASYARAKAT RUMAH DUNIA DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PROGRAM LITERASI INFORMASI Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Perpustakaan (S.IP) Oleh: Gita Rizki Hastari NIM : 1111025100009 PROGRAM STUDI ILMU PERPUSTAKAAN FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436 H / 2015

Transcript of KESUKSESAN TAMAN BACAAN MASYARAKAT RUMAH DUNIA … · Kesuksesaan Taman Bacaan Masyarakat Rumah...

KESUKSESAN TAMAN BACAAN MASYARAKAT RUMAH

DUNIA DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI

PROGRAM LITERASI INFORMASI

Skripsi

Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Perpustakaan (S.IP)

Oleh:

Gita Rizki Hastari

NIM : 1111025100009

PROGRAM STUDI ILMU PERPUSTAKAAN

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1436 H / 2015

i

ABSTRAK

Gita Rizki Hastari (NIM: 1111025100009).

Kesuksesaan Taman Bacaan Masyarakat Rumah Dunia dalam Pemberdayaan

Masyarakat melalui Program Literasi Informasi. Dibawah bimbingan Pungki

Purnomo, MLIS, Program Studi Ilmu Perpustaaan Fakultas Adab dan Humaniora,

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015

Tujuan penelitian ini adalah pertama, untuk mengetahui penyebab usaha taman

bacaan masyarakat Rumah Dunia sukses dalam pemberdayaan masyarakat

melalui program literasi informasi. Kedua, untuk mengetahui solusi mengatasi

kendala dalam melakukan pemberdayaan masyarakat. Penelitian ini menggunakan

metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Hasil dari penelitian

menunjukkan bahwa usaha yang menyebabkan Rumah Dunia sukses dalam

pemberdayaan masyarakat yaitu karena dua faktor. Pertama, faktor dari program

Rumah Dunianya sendiri, yaitu program-program literasi informasi. Kedua, nama

besar Gol A Gong juga tidak dapat terlepas dari suksesnya Rumah Dunia.

Sedangkan usaha yang dilakukan dalam pemberdayaan masyarakat melalui

program literasi informasi ada enam usaha, yaitu: kelas menulis Rumah Dunia,

jurnalisme warga, Gong travelling, pertunjukkan teater, bedah buku dan ode

kampung. Untuk mengatasi kendala-kendala yang dihadapi Rumah Dunia, yaitu

karakter yang berbeda-beda dari masyarakat yang dating ke Rumah Dunia. Solusi

untuk mengatasi masalah tersebut dengan mengubah karakter masyarakat yang

kurang baik menjadi lebih baik. Sedangkan untuk sarana dan prasarana, Gol A

Gong dan relawan Rumah Dunia berupaya mencari dana untuk memperbaiki

sarana dan prasarana di Rumah Dunia, caranya dengan menerbitkan buku dan

membuat film layar lebar. Hasil dari royalti tersebut akan disumbangkan untuk

memperbaiki fasilitas di Rumah Dunia.

Kata Kunci: Kesuksesan, Taman Bacaan Masyarakat, Rumah Dunia,

Pemberdayaan Masyarakat, Literasi Informasi

iii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah

SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini dengan sebaik-baiknya. Shalawat serta salam tak lupa dicurahkan

kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menuntut kita dari zaman kegelapan

hingga zaman terang benderang, serta para sahabat dan pengikutnya hingga akhir

zaman.

Penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dan dukungan

dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih

kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Sukron Kamil, M. Ag selaku Dekan Fakultas Adab dan

Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Bapak Pungki Purnomo, MLIS selaku ketua Jurusan Ilmu Perpustakaan

dan dosen pembimbing. Terima kasih atas saran-saran dan bimbingan

yang diberikan kepada penulis, sehingga penyusunan skripsi ini dapat

diselesaikan dengan baik.

3. Bapak Mukmin Suprayogi, M.Si, selaku sekretaris Jurusan Ilmu

Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

4. Bapak Parhan Hidayat, M.Hum, selaku pembimbing akademik IP A 2011

dan penguji dua, terima kasih atas waktu dan saran yang diberikan,

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

iv

5. Ibu Ida Farida, MLIS selaku dosen penguji satu. Terima kasih untuk

kesediaan waktu dan sarannya, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan

dengan baik.

6. Seluruh Bapak dan Ibu dosen Jurusan Ilmu Perpustakaan yang telah

mengajar dan memberikan ilmu kepada penulis semasa perkuliahan.

7. Pendiri TBM Rumah Dunia, Gol A Gong beserta istrinya, Tias Tatanka

yang telah memberikan waktunya selama penulis berada di Rumah Dunia.

8. Presiden TBM Rumah Dunia, Ahmad Wayang, beserta relawan Rumah

Dunia: Abdul Salam, Muhzen Den, Suni Ahwa dan relawan Rumah Dunia

lainnya, yang telah direpotkan dan memberikan bantuan, motivasi dan

kesediaan waktunya untuk wawancara serta saran-saran yang telah

diberikan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

9. Keluarga penulis, Kedua orang tua, Rusmadi dan Haslin Marianti, S.pd

yang sangat teristimewa dan selalu melantunkan doa-doa untuk penulis

demi kesuksesan masa depan penulis. Kedua kakak penulis Yogi Satya

Hardi dan Rheza Prima Yoga serta keluarga besar penulis yang tidak dapat

disebutkan satu persatu yang selalu memberikan dukungan dan doa dalam

menyelesaikan skripsi ini.

10. Teman-teman seperjuangan JIPers 2011, khususnya IP A. Terima kasih

atas kebersamaannya selama ini. Kalian tidak akan terlupakan.

11. Teman-teman Forum Lingkar Pena cabang Ciputat: Kak Amal, Akma,

Kiki, Azmi, Belda, Rifki, Oliq, Said, Ocol, Andik dan teman-teman yang

lainnya, tidak dapat disebutkan satu persatu. Terima kasih telah menjadi

v

keluarga baru selama penulis berada di Ciputat, bantuan dan saran dari

teman-teman selama ini sangat membantu penulis.

12. Teman-teman dan kakak-kakak di tim MOTION FLP Ciputat, terima kasih

atas dukungannya dan maaf belum bisa menjadi manager yang baik untuk

kalian. Terus berkarya!

13. Teman-teman peserta Kelas Menulis Rumah Dunia angkatan 25. Terima

kasih untuk waktu dan kebersamaan selama penulis belajar di Rumah

Dunia.

14. Teman-teman BPH HMJ Ilmu Perpustakaan periode 2013-2014, Rizca

Amelia Akbar, Imroatus Solihah, Muthia Fariza, Eko Raharjo dan Al-

Maliki serta segenap pengurus HMJ Ilmu Perpustakaan periode 2013-

2014.

15. Teman-teman KKN Momentum 78, terima kasih untuk kebersamaannya

selama ini.

16. Teman-teman University Day Out Banten, UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, Titin, Ikna, Aji, Shinta, Tika dan yang lainnya yang tidak dapat

disebutkan satu persatu. Terima kasih, kalian yang terindah.

17. Teman-teman di Komunitas Pencinta Bacaan Anak (KPBA) dan Ibu Murti

Bunanta, SS., MA, terima kasih telah memberikan ilmu baru bagi penulis.

18. Sahabat seperjuangan dari SMP dan SMA: Ratna, Veni, Fauziah, Tiara,

Tria, Diesty, Siti, Pida Afif, Pras dan Qochar. Terima kasih untuk

persahabatan yang sampai detik ini masih terjaga.

19. Untuk orang-orang terdekat penulis selama masa kuliah: Dini Hafidzah,

Linna Lathifah, Astrid Brenda Maharani dan Firman Faturrahman. Terima

vi

kasih atas kesediannya mendengarkan keluh kesah, serta dukungan dan

sarannya selama ini, tanpa kalian penulis bukanlah apa-apa.

Serta seluruh teman-teman yang tidak dapat disebutkan satu persatu,

penulis mengucapkan banyak terima kasih atas ketulusan dan kebaikan hati

kalian, semoga Allah membalasnya. Penulis tahu, dalam penulisan skripsi ini

masih ada kekurangan, oleh karena itu segala bentuk kritik dan saran penulis

terima dengan senang hati. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi siapa saja

yang memberikan kontribusi untuk ilmu pengetahuan.

Waalaikumsalam Wr. Wb

Jakarta, Juni 2015

Gita Rizki Hastari

vii

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN

SURAT PERNYATAAN

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI

ABSTRAK ................................................................................................... i

ABSTRACT ................................................................................................. ii

KATA PENGANTAR ................................................................................. iii

DAFTAR ISI ................................................................................................ vii

DAFTAR TABEL ........................................................................................ x

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ................................................. 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ............................ 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...................................... 7

D. Definisi Istilah ................................................................ 8

E. Sistematika Penulisan .................................................... 9

BAB II TINJAUAN LITERATUR

A. Kesuksesan

1. Definisi Kesuksesan ................................................. 11

2. Faktor Pendukung Kesuksesan ................................ 12

B. Taman Bacaan Masyarakat

1. Pengertian Taman Bacaan Masyarakat .................... 14

2. Tujuan Taman Bacaan Masyarkat ............................ 18

3. Fungsi Taman Bacaan Masyarakat .......................... 19

4. Manfaat Taman Bacaan Masyarakat ........................ 22

C. Pemberdayaan Masyarakat

1. Definisi Pemberdayaan Masyarakat ......................... 24

2. Strategi Pemberdayaan Masyarakat ......................... 25

3. Kendala dalam Pemberdayaan Masyarakat ............. 27

D. Literasi Informasi

1. Definisi Literasi Informasi ....................................... 29

2. Manfaat Literasi Informasi ...................................... 32

3. Karakteristik Orang Literat Informasi ...................... 34

4. Literasi Informasi di Taman Bacaan Masyarakat .... 36

E. Penelitian Terdahulu ...................................................... 40

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian ..................................... 42

B. Sumber Data ................................................................... 42

C. Pemilihan Informan ........................................................ 43

D. Teknik Pengolahan Data ................................................ 44

E. Teknik Analisis Data ...................................................... 46

F. Jadwal Penelitian ............................................................ 48

viii

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Profil Taman Bacaan Masyarakat Rumah Dunia

1. Sejarah Berdirinya Taman Bacaan Masyarakat

Rumah Dunia ............................................................ 49

2. Visi dan Misi ............................................................ 51

3. Personalia ................................................................. 52

4. Susunan Pengurus .................................................... 52

5. Koleksi Buku ........................................................... 53

6. Sarana dan Prasarana ............................................... 54

7. Program Kegiatan .................................................... 59

B. Hasil Penelitian .............................................................. 61

C. Pembahasan .................................................................... 76

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan .................................................................... 85

B. Saran .............................................................................. 86

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 87

LAMPIRAN-LAMPIRAN

BIODATA PENULIS

x

DAFTAR TABEL

1. Tabel 1 Jadwal Penelitian ................................................................... 48

2. Tabel 2 Sarana di Taman Bacaan Masyarakat Rumah Dunia ............ 54

3. Tabel 3 Prasarana di Taman Bacaan Masyarakat Rumah Dunia ........ 55

4. Tabel 4 Kegiatan Reguler di TBM Rumah Dunia .............................. 59

5. Tabel 5 Kegiatan Unggulan di TBM Rumah Dunia ........................... 60

xi

DAFTAR LAMPIRAN

1. Lampiran 1 Surat Tugas Menjadi Pembimbing

2. Lampiran 2 Surat Izin Penelitian

3. Lampiran 3 Surat Pergantian Judul Skripsi

4. Lampiran 4 Pedoman Wawancara

5. Lampiran 5 Transkrip Wawancara

6. Lampiran 6 Transkrip Obrolan Non-Formal

7. Lampiran 7 Transkrip Obrolan Lewat Facebook Messenger

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dengan berkembangnya zaman, kemudahan dan penyebaran informasi

menjadi lebih pesat. Hal ini disebabkan karena melimpahnya informasi yang

tersedia, baik informasi tercetak, terekam maupun digital yang setiap harinya

terus bertambah.

Masyarakat pun dituntut untuk berubah menjadi masyarakat informasi, di

mana setiap individu harus memperlakukan informasi dan pengetahuan

sebagai sumber yang penting. Agar masyarakat dapat hidup lebih unggul,

maka setiap individu harus memiliki kemampuan dan kemauan untuk terus

belajar. Hal ini bertujuan agar pengetahuan yang dimilikinya tidak usang

terlindas kemajuan.

Orang-orang yang memiliki keterampilan literasi informasi, pasti memiliki

karaktersitik lainnya. Selain mampu mengakses, mengevaluasi dan

menggunakan informasi dengan bijak, mereka juga belajar tentang hal-hal

yang baru. Mampu mencari informasi untuk memenuhi kebutuhan pribadi,

menghormati hukum hak cipta dan kebebasan intelektual, menggunakan

wawasan untuk memprediksi hasil atau membuat keputusan.1 Apabila hal-hal

1 Helen M Thompson dan Susan A. Henley. Fostering Information Literacy: Connecting

National Standards Goals 200, and the SCANS Report (Colorado: Teacher Ideas Press, 2000), h.

3.

2

tersebut sudah kita miliki, pastinya kita sudah mampu menjadi masyarakat

literasi informasi.

Dalam dunia nyata, apabila kita mampu memiliki kompetensi literasi

informasi, maka kita bisa menjadi seseorang yang dapat sukses dalam menjadi

masyarakat informasi dan secara khusus dalam penerapan kurikulum berbasis

kompetensi di sekolah dan perguruan tinggi. Sebagai contoh, apabila kita

dihadapkan dalam dua pilihan ketika ingin membeli barang, maka kita

memerlukan informasi mengenai kedua merek tersebut. Disini kita

membutuhkan informasi. Setelah tahu produk mana yang bagus, kita membeli,

menggunakan informasi dan memakai sabun tersebut sambil memikirkan

apakah kita akan kembali membeli produk itu atau tidak-mengevaluasi hasil.

Literasi informasi sendiri memiliki arti bagaimana kita belajar, mencari

informasi, mengevaluasi, dan menggunakannya dengan bijak dan efektif.2

Selain itu, literasi informasi dapat juga berarti kemampuan seseorang untuk

memanajemen pengetahuan dan kemampuan untuk belajar terus-menerus.3

Dengan kata lain, literasi informasi adalah kemampuan seseorang untuk

belajar, mencari informasi, mengevaluasi dan menggunakannya secara efektif.

Penguasaan literasi informasi dipandang penting sebagai proses pembelajaran,

sehingga menjadi sebagai sebuah kebutuhan di masyarakat. Dalam hal yang

2 Helen M Thompson dan Susan A. Henley. Fostering Information Literacy: Connecting

National Standards Goals 200, and the SCANS Report (Colorado: Teacher Ideas Press, 2000), h.

1. 3 Diao Ai Lein dkk. Literasi Informasi: Tujuh Langkah Knowledge Management. (Jakarta:

Universitas Atma Jaka, 2010), h. 2.

3

lebih luas, program literasi informasi sebenarnya adalah program

pemberdayaan masyarakat, khususnya dalam bidang informasi.

Pemberdayaan masyarakat yang dimaksud disini yaitu sebagai upaya

memberikan wewenang dan kepercayaan kepada setiap individu dalam sebuah

organisasi, serta mendorong mereka untuk terus kreatif dan berkaraya agar

dapat menyelesaikan tugas mereka dengan baik.4 Bila kita telusuri lebih lanjut

lagi, sebenarnya konsep pemberdayaan masyarakat ini lebih mengacu pada

kepedulian seseorang, komunitas atau lembaga dalam memerangi kebodohan,

kemiskinan, pengangguran serta keterbelakangan masyarakat. Cara yang

dilakukan bisa berupa menindaklanjuti dan memberdayakan masyarakat, hal

ini ditujukan agar masyarakat bisa berkembang serta mempunyai semangat

kerja untuk kelangsungan hidup mereka.

Salah satu bentuk pemberdayaan masyarakat yang bisa dilakukan yaitu dengan

cara membangun sebuah taman bacaan masyarakat (selanjutnya disingkat

dengan TBM). TBM merupakan sebuah wadah atau tempat pembelajaran

nonformal, dimana masyarakat dapat belajar atau hanya sekedar mencari

sebuah informasi yang mereka butuhkan. Sebenarnya TBM dan perpustakaan

sama-sama merupakan tempat mencari informasi, hanya saja yang

membedakannya yaitu TBM bisa menjadi tempat pemberdayaan masyarakat,

dimana masyarakat dapat mengembangan kreatifitas mereka melalui program-

program yang diadakan oleh pihak pengurus TBM.

4 Agus Purbathin Hadi, “Konsep Pemberdayaan, Partisipasi dan Kelembagaan dalam

Pembangunan,” artikel diakses pada 1 April 2015 dari www.suniscome.50webs.com

4

Menjamurnya TBM pada saat ini juga perlu diperhatikan. Hal ini

membuktikan bahwa kesadaran masyarakat dalam mencari kebutuhan

informasi sudah mulai berkembang. Sehingga bukan hanya perpustakaan saja

yang bisa menyediakan kebutuhan informasi, namun dari masyarakat sendiri

pun ingin menyediakan fasilitas yang sama guna memenuhi kebutuhan

informasi khayalak maka dibangunlah TBM yang pendiriannya berada di

lingkungan masyarakat.

TBM berperan penting membantu masyarakat dengan menyediakan sumber

informasi dan memberikan layanan dibidang bahan bacaan, berupa; buku,

majalah, tabloid, koran, komik dan bahan multimedia lainnya, juga dilengkapi

dengan ruangan untuk membaca. Taman bacaan tidak hanya menyediakan

layanan bacaan saja, melainkan juga menyediakan layanan baca di tempat,

layanan peminjaman buku, layanan pembelajaran, layanan praktik

keteramplilan, melaksanakan berbagai macam perlombaan dan mengadakan

kegiatan literasi.

Dalam hal ini, TBM dapat dijadikan sebagai sarana untuk pemberdayaan

masyarakat sekaligus mempelajari kegiatan-kegiatan literasi infomasi.

Pemberdayaan masyarakat di TBM bisa berupa kegiatan-kegiatan yang

dilaksanakan menurut visi dan misi TBM sendiri, misalnya mengadakan

kegiatan daur ulang kertas, budidaya lele, mengajari anak-anak menggambar

dan sebagainya. Sedangkan kegiatan literasi informasi yang dimaksud pada

5

TBM yaitu merupakan kegiatan yang menyenangkan dan bermanfaat, seperti;

bedah buku, diskusi mengenai isu yang sedang berkembang, workshop

kepenulisan, temu penulis dan belajar menulis cerpen atau puisi.5

Salah satu TBM yang menggabungkan kegiatan pemberdayaan masyarakat

dengan kegiatan literasi informasi adalah taman bacaan masyarakat Rumah

Dunia. Taman bacaan masyarakat ini terletak di Komp. Hegar Alam 40,

Ciloang, Serang Banten 42118. TBM ini dibangun atas kegelisahan Gol A

Gong yang merasa bahwa di Banten tidak ada tempat yang bisa memacu

kreatifitas masyarakat.6 Kemudian atas kegelisahannya itu, Gol A Gong dan

istrinya; Tias Tatanka beserta sahabat mereka Toto ST Radik dan (alm) Rys

Revolta, Maulana Wahid Fauzi dan Andi ST Trisnahadi mendirikan taman

bacaan masyarakat Rumah Dunia.7

Rumah Dunia merupakan “lerarning centre”; pusat belajar jurnalistik, sastra,

menggambar, teater, musik, dongeng dan film bagi anak-anak, pelajar,

mahasiswa bahkan umum yang digulirkan sejak 2002.8 Banyak anak-anak di

lingkungan sekitar yang memanfaatkan fasilitas Rumah Dunia sebagai sarana

belajar. Rumah Dunia sendiri tidak memungut biaya untuk anak-anak yang

ingin belajar menggambar, menonton film dan wisata dongeng.

5 Kemendikbud, Petunjuk Teknis Pengajuan dan Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat

(Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal dan Informasl, 2012), h. 4. 6 Wawancara pribadi dengan Ahmad Wayang., Serang, Pada 16 November 2014.

7 Gol A Gong, “Rumah Dunia.” Diakses pada 1 April 2015 dari rumahdunia.com/isi/profil-

rumah-dunia 8 Gol A Gong, “Redaksi,” diakses pada 20 Desember 2014 dari rumahdunia.com/isi/about

6

Rumah Dunia mempunyai program unggulan yaitu kelas menulis. Dimana

kelas menulis ini sudah sampai pada angkatan 25 dan sudah banyak mencetak

penulis-penulis yang mampu menggetarkan dunia literasi. Salah satunya

adalah Endang Rukmana. Dia adalah seorang anak dari kuli bangunan dan

tukang cuci yang mempunyai hobi gemar membaca sejak anak-anak. Endang

Rukmana sendiri merupakan angkatan pertama kelas menulis Rumah Dunia

dan hingga sekarang dia telah melahirkan sepuluh novelnya yang diterbitkan

oleh Gagas Media dan Bentang Pustaka. Beberapa novelnya yang diterbitkan

oleh GagasMedia yaitu; sakit ½ Jiwa, Gotcha, Pahe Telecinta, Blackforest

Blossom dan masih banyak lagi. Selain itu, Gol A Gong yang mempunyai

misi untuk terus menggerakkan taman bacaan masyarakat sebagai wadah

masyarakat untuk terus berkarya dan menggetarkan dunia literasi.

Bagi penulis, hal ini sangat menarik, karena taman bacaan masyarakat yang

lain belum begitu terlihat kesuksesannya dalam pemberdayaan masyarakat.

Bahkan cendrung TBM Rumah Dunia ini dijadikan acuan oleh TBM yang lain

dalam program kegiatan atau yang lainnya. Hal tersebut yang membuat

penulis tertarik untuk mengajukan judul penelitian Kesuksesan Taman

Bacaan Masyarakat Rumah Dunia dalam Pemberdayaan Masyarakat

melalui Program Literasi Informasi.

7

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Dalam penelitian ini, penulis hanya membatasi masalah pada usaha yang

dilakukan dan solusi untuk mengatasi hambatan dalam melakukan

program pemberdayaan melalui literasi informasi.

2. Perumusan Masalah

Setelah objek penelitian difokuskan pada pemberdayaan masyarakat

melalui program literasi informasi saja dan agar penelitian ini lebih

terorganisir serta terarah, maka dikemukakan perumusan masalah sebagai

berikut:

1. Bagaimana usaha yang menyebabkan Rumah Dunia sukses dalam

pemberdayaaan masyarakat melalui program literasi informasi?

2. Bagaimana solusi untuk mengatasi kendala dalam melakukan

pemberdayaan masyarakat?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan penelitian

a. Untuk mengetahui usaha yang menyebabkan Rumah Dunia sukses

dalam pemberdayaan masyarakat melalui program literasi informasi.

b. Untuk mengetahui solusi mengatasi kendala dalam melakukan

pemberdayaan masyarakat.

8

2. Manfaat Penelitian

a. Bagi Taman Bacaan Masyarakat

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan motivasi kepada peneliti

untuk memberikan saran dan masukan yang bermanfaat bagi pihak

taman bacaan masyarakat Rumah Dunia. Dengan adanya saran dan

masukan dari peneliti, diharapkan pihak taman bacaan masyarakat

dapat dijadikan saran dan masukan untuk dijadikan bahan

pertimbangan dan evaluasi dalam menjadikan taman bacaan

masyarakat dalam pemberdayaan masyarakat melalui program literasi

informasi.

b. Bagi Peneliti

Penelitian ini bermanfaat untuk meningkatkan pengetahuan dan

pemahaman peneliti mengenai kesukseksesan taman bacaan

masyarakat Rumah Dunia dalam pemberdayakan masyarakat melalui

program literasi informasi.

D. Definisi Istilah

Taman bacaan masyarakat adalah lembaga pembudayaan kegemaran

membaca masyarakat yang menyediakan dan memberikan layanan di bidang

bahan bacaan, berupa; buku, majalah, tabloid, koran, komik dan bahan

multimedia lain yang dilengkapi dengan ruangan membaca, diskusi, bedah

buku, menulis dan kegiatan literasi lainnya yang didukung oleh pengelola

yang berperan sebagai motivator.9

9 Kemendikbud, Petunjuk Teknis Pengajuan dan Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat.

(Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Non Formal dan Informal., 2012) h. 4

9

Pemberdayaan masyarakat dapat diartikan sebagai upaya memberikan

wewenang dan kepercayaan kepada setiap individu dalam sebuah organisasi,

serta mendorong mereka untuk terus kreatif dan berkaraya agar dapat

menyelesaikan tugas mereka dengan baik.10

literasi informasi adalah kemampuan seseorang untuk memanajemen

pengetahuan dan kemampuan untuk belajar terus-menerus.11

E. Sistematika Penulisan

Dalam sistematika ini penulis membagi penulisan dalam lima bab, yang mana

tiap bab membahas secara sistematis bagian-bagian yang dipaparkan, kelima

bab itu adalah :

BAB I Pendahuluan

Dalam bab ini akan dikemukakan latar belakang, pembatasan dan

perumusan masalah, manfaat penelitian, definisi istilah dan

sistematika penulisan.

BAB II Tinjauan Literatur

Bab ini membahas teori-teori yang berasal dari kajian

kepustakaan. Pembahasan teori ini mencakup tentang definisi

taman bacaan masyarakat, tujuan taman bacaan masyarakat,

fungsi taman bacaan masyarakat, manfaat taman bacaan

masyarakat, definisi pemberdayaan masyarkaat, strategi

10

Agus Purbathin Hadi, “Konsep Pemberdayaan, Partisipasi dan Kelembagaan dalam

Pembangunan.” Artikel diakses pada 1 April 2015 dari www.suniscome.50webs.com 11

Diao Ai Lein dkk., Literasi Informasi: Tujuh Langkah Knowledge Management. (Jakarta:

Universitas Atma Jaka, 2010), h. 2.

10

pemberdayaan masyarakat, kendala dalam pemberdayaan

masyarakat, definisi literasi informasi, manfaat literasi informasi,

karakteristik orang yang literat informasi dan literasi informasi di

taman bacaan masyarakat.

BAB III Metode Penelitian

Bab ini akan membahas tentang jenis dan pendekatan penelitian,

sumber data, pemilihan informan, teknik pengolahan data, teknik

analisis data dan jadwal penelitian.

BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

Pada bab ini dibagi menjadi dua pembahasan, yang pertama

terdiri dari; sejarah berdirinya taman bacaan masyarakat, visi

dan misi taman bacaan masyarakat, personalia, susunan

pengurus, koleksi buku, sarana dan prasarana dan program

kegiatan. Selain itu, pada bab ini juga akan membahas tentang

hasil penelitian yang terdiri dari usaha yang dilakukan dalam

pemberdayaan masyarakat melalui program literasi informasi

dan solusi untuk mengatasi kendala dalam melakukan program

pemberdayaan masyarakat.

BAB V Penutup

Bab ini merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan dari

keseluruhan pokok bahasan dan saran-saran yang berhubungan

dengan pelaksanaan penelitian.

Daftar Pustaka

Lampiran-lampiran

11

BAB II

TINJAUAN LITERATUR

A. KESUKSESAN

1. Definisi Kesuksesan

Bila kita memikirkan makna „sukses‟ tentulah banyak definisi yang

terlintas dipikiran. Banyaknya definisi mengenai kesuksesan, membuat

orang semakin bingung dengan arti kesuksesan. Merujuk pada salah satu

buku, Percy mendefinisikan sukses sebagai pencapaian akan hal-hal yang

telah didambakan, direncanakan, atau diusahakan; Pencapaian ketenaran

dan kemakmuran atau hal-hal semacamnya; hasil yang sudah lama

diharapkan.12

Sedangkan, Ralph Waldo Emerson dalam buku success, menjelaskan

bahwa kesuksesan itu sebagai sebuah simbol untuk tertawa, untuk

mendapatkan penghargaan dari orang-orang terhormat dan kasih sayang

dari anak-anak, untuk mendapatkan kritik yang jujur dan mengatasi teman

yang berkhianat, untuk menghargai keindahan, untuk dapat melihat sisi

baik orang lain, untuk melihat dunia menjadi tempat yang lebih baik, baik

dengan adanya generasi yang sehat, kebun yang terawat atau lingkungan

yang aman dan untuk mengetahui bahwa kehidupan orang lain menjadi

lebih mudah karena kehadiran anda.13

12

Percy “Master P” Miller, Guaranteed Success: Bila anda pantang menyerah. Penerjemah

Isma Noor Anggraini (Bandung: PT. Salamadani Pustaka Semesta, 2008) h. 19 13

J. Pincott, Success. Penerjemah Ratih Purnamasari (Bandung: Salamadani, 2008) h. 2-3

12

Lain lagi dengan Deepak Chopra dalam success, dia mendefinisikan

kesuksesan sebagai kemampuan untuk mencintai dan mendapatkan

perhatian. Kesuksesan adalah kapasitas untuk merasakan kebahagiaan dan

menyebarkannya kepada orang lain. Kesuksesan adalah rasa aman untuk

mengetahui bahwa hidup ini berharga dan memiliki tujuan. Kesuksesan

adalah rasa terhubung dengan kekuatan besar yang ada di alam.

Kesuksesan kemampuan untuk memenuhi tujuan2 hidup. Kesuksesan

berarti realisasi progresif atas tujuan-tujuan yang berharga. Kesuksesan

berarti pula perluasan kebahagiaan. Ketika semua itu telah dimiliki,

keuntungan berupa materi, kenyamanan, dan kemewahan akan

mengikuti.14

Berdasarkan dari beberapa definisi diatas, kesuksesan dapat diartikan

sebagai sebuah keberhasilan dari hal-hal yang telah direncanakan atau

didampakan. Bukan hanya itu saja, dapat bermanfaat bagi orang lain,

membuat orang lain tertawa, melihat sisi baik orang lain juga dapat

dikatakan sukses. Sehingga kesuksesan bukan hanya diri sendiri saja yang

merasakan, melainkan orang disekitar kita ikut merasakan kesuksesan

yang kita capai.

14

Success h. 4

13

2. Faktor Pendukung Kesuksesan

Banyak hal yang menyebabkan seseorang sukses atau berhasil. Salah satu

yang menyebabkan seseorang sukses adalah dukungan dari orang lain.

Berikut merupakan faktor kesuksesan menurut Relcky Saragih:15

a. Bekerja dengan hati

Yang dimaksud dengan‟bekerja dengan hati‟ yaitu bukan hanya

bekerja berdasarkan perintah atau SOP. Tapi berikan yang terbaik

terhadap apa yang kita kerjakan, bahkan kalau bisa lakukan melebihi

apa yang diharapkan oleh orang lain.

b. Selalu mengandalkan Tuhan di setiap kesempatan

Dalam melakukan kegiatan apapun dan sebagai makhluk ciptaan-Nya,

sebaiknya disertai dengan doa. Karena segala usaha dan hasil yang

diperoleh merupakan izin dari Tuhan. Dengan begitu, jalur menuju

pintu kesuksesan akan terbuka semakin lebar.

c. Menggali pengalaman sedalam-dalamnya

Dalam hal ini, yang dicari bukanlah pengalaman yang sebanyak-

banyaknya. Sedalam-dalamnya yang dimaksud yaitu fokus dan asah

kemampuan yang ada pada diri sendiri sehingga bukan hanya sekedar

tahu atau bisa, melainkan menjadi ahli.

d. Disiplin waktu, tempat dan pekerjaan

Salah satu hal yang membedakan karyawan teladan dengan yang tidak

teladan adalah soal disiplin. Karyawan yang teladan umumnya masuk

kantor tepat waktu, tidak pernah terlambat jika mengatur janji, dan dia

akan menyelesaikan pekerjaan dengan tepat waktu.

e. Percaya terhadap diri sendiri

Percaya diri yang dimaksud adalah ketika seseorang telah dapat

mengenal diri dengan baik, maka akan dapat mengetahui batas

kemampuan saat ini. Jadi, jika seseorang dapat menempatkan diri di

tempat yang tepat dengan percaya diri karena sudah tahu bahwa dia

mampu melakukan itu.

15

Relecky Saragih. What Is Success (Jakarta: Grasindo, 2015) h. 128

14

f. Mampu bersosialisasi dengan baik

Jika seseorang mampu bersosialisasi dengan baik, itu artinya dia dapat

membuat networking atau jaringan yang lebih luas lagi.

g. Mengenal batas kemampuan diri sendiri

Kalau seseorang telah mampu mengenal diri dengan baik, tentunya dia

akan tahu batas kemampuannya sampai di mana, kelebihan dan

kekurangannya. Misalnya, si A pandai dalam matematika tetapi tidak

paham Bahasa Indonesia. Suatu saat si adik meminta untuk

mengerjakan PR Bahasa Indonesia, tetapi si A tidak dapat membantu

karena kurang paham. Daripada salah, lebih baik minta tolong kepada

teman atau orang yang paham tentang Bahasa Indonesia. Jangan hanya

karena masalah gengsi atau malu, jadi memaksakan.

h. Rendah hati

Hal yang terakhir ini merupakan yang paling penting untuk menuju

pintu kesuksesan. Sebagai makluk ciptaan-Nya, manusia tidak boleh

sombong. Hal itu disebabkan karena segala bentuk kegiatan atau

keberhasilan yang kita capai, ada peran orang lain yang turut

membantu. Jika seseorang sombong, maka akan hancurlah segala hal

yang telah dicapai.

B. TAMAN BACAAN MASYARAKAT

1. Pengertian Taman Bacaan Masyarakat

Banyak masyarakat yang berpendapat bahwa antara perpustakaan dengan

taman bacaan masyarakat (selanjutnya disingkat dengan TBM) sebenarnya

sama saja, sama-sama menyediakan informasi yang dibutuhkan oleh

masyarakat. Tapi apabila ditelusur lebih dalam lagi, sebenarnya antara

perpustakaan dengan TBM mempunyai perbedaan, walaupun tidak terlihat

signifikan.

15

Taman bacaan masyarakat atau yang biasa kita kenal dengan sebutan

TBM, sebenarnya bukanlah sebuah perpustakaan pada umumnya yang

harus memenuhi standar koleksi, sarana dan prasarana, layanan dan tenaga

perpustakaan nasioal. TBM merupakan fasilitas membaca yang berada di

tengah-tengah masyarakat dan komunitas yang dikelola secara sederhana

oleh masyarakat yang bersangkutan.16

Perbedaan antara perpustakaan dengan TBM terdapat dari segi

pengelolaanya. Jika perpustakaan dikelola oleh pemerintah dan diatur

dengan sistem pelayanan yang baku, mulai dari pengunjung sampai

pengelolaan bahan pustaka. Sedangkan TBM merupakan lembaga non

formal yang dikelola secara swasembada oleh masyarakat, sistem

pengelolaan bahan pustaka dan pengunjungnya pun kadang tidak diatur.

Namun, karena pengelolaan bahan pustaka tidak diatur itulah sering terjadi

kehilangan buku di TBM.

Dari kedua perbedaan tersebut, dapat didefinisikan bahwa TBM

merupakan sebuah lembaga yang berdiri di lingkungan masyarakat guna

melayani kebutuhan informasi ilmu pengetahuan dalam bentuk bacaan

atau bahan pustaka lainnya.17

Dengan disediakannya bahan bacaan oleh

TBM, diharapkan dapat menyadarkan masyarakat sekitar tentang

pentingnya membaca serta diharapkan mampu menjadikan membaca

sebagai sebuah kebiasaan.

16

Sutarno NS, Membina Perpustakaan Desa (Jakarta: Sagung Seto, 2008), h. 127. 17

Muhsin Kalida, Jogja TBM Kreatif (Yogyakarta: Forum Taman Bacaan Masyarakat

Daerah Istimewa Yogyakarta, 2012), h. 3.

16

Taman bacaan masyarakat dapat juga diartikan sebagai sebuah

perpustakaan yang posisinya sangat dekat dengan masyarakat. Hal ini

disebabkan karena sasaran utama TBM adalah masyarakat di lingkungan

sekitar, bahkan TBM sering tumbuh langsung dari masyarakat, terutama di

daerah yang sulit dijangkau oleh perpustakaan umum.18

Menurut Departemen Pendidikan Nasional, TBM merupakan sebuah

lembaga atau tempat yang digunakan untuk mengelola bahan kepustakaan,

seperti buku dan bahan-bahan bacaan lainnya yang dibutuhkan oleh

masyarakat. TBM juga dapat digunakan sebagai tempat penyelenggaraan

program pembinaan kemampuan membaca dan belajar sekaligus sebagai

tempat untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan oleh masyarakat

sekitar.19

Sedangkan menurut Kemendikbud, TBM merupakan lembaga

pembudayaan gemar membaca yang menyediakan dan memberikan bahan

bacaan kepada masyarakat. Bahan bacaan tersebut bisa berupa buku,

majalah, koran, komik serta bahan bacaan lainnya. Selain itu TBM juga

dilengkapi dengan ruangan atau pendopo untuk membaca dan diskusi,

18

Ratih Rahmawati dan Blasius Sudarsono, Perpustakaan Untuk Rakyat Dialog Anak dan

Bapak (Jakarta: Sagung Seto, 2012), h. 29. 19

Departemen Pendidikan Nasional, Pedoman Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat

(TBM) (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah, 2006), h. 1.

17

bedah buku, kegiatan menulis serta berbagai kegiatan literasi lainnya yang

didukung oleh pihak pengelola yang berperan sebagai motivator.20

Berdasarkan beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa TBM

merupakan sebuah lembaga pendidikan non-formal yang didirikan oleh

masyarakat, untuk para pembelajar dan masyarakat sekitar guna

menyediakan kebutuhan informasi dan bahan bacaan yang mereka

butuhkan. TBM juga dilengkapi dengan fasiltas-fasilitas lainnya seperti

ruangan untuk membaca, menulis, diskusi, bedah buku dan kegiatan

literasi lainnya.

Taman bacaan masyarakat didirikan bersama masyarakat di lingkungan

sekitar. Masyarakat yang belum mendapatkan kesempatan untuk belajar

secara formal dapat belajar di TBM. Sebagaimana layaknya sebuah

perpustakaan, TBM juga merupakan sebuah tempat belajar untuk

masyarakat sepanjang hayat. TBM didirikan untuk siapa saja tanpa

membedakan golongan, ras, agama serta kelompok masyarakat tertentu.21

Hal ini disebabkan karena TBM merupakan sebuah lembaga non-profit,

dimana masyarakat dibebaskan untuk membaca dan mencari kebutuhan

informasi.

20

Kemendikbud, Petunjuk Teknis Pengajuan dan Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat

Tahun 2012 (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Non Formal dan Informal,

2012), h. 4 E-book diunduh pada 28 Februari 2015 www.paudni.kemdikbud.go.id 21

Tri Hardiningtyas, “Taman Bacaan Masyarakat: sebagai mitra perpustakaan,” artikel

diakses pada 17 Maret 2015 dari http://pustaka.uns.ac.id/

18

Taman bacaan masyarakat dibangun atas kerjasama masyarakat sekitar

yang sadar akan pentingnya pendidikan dan ilmu pengetahuan.

Diharapakan dengan adanya TBM, masyarakat sekitar dapat

mengembangkan dan meningkatkan kemampuan minat baca. Selain itu,

TBM juga bisa dikatakan sebagai pendidikan non formal, dimana

masyarakat yang tidak sempat mendapatakan pendidikan formal di

sekolah, dapat belajar di TBM, tentunya didukung dengan program-

program literasi yang diadakan oleh pihak pengelola.

2. Tujuan didirikannya Taman Bacaan Masyarakat

Dengan didirikannya taman bacaan masyarakat, diharapkan baik kaum

pembelajar atau masyarakat sekitar bisa mendapatkan informasi secara

mudah. Hal ini disebabkan karena salah satu tujuan didirikannya taman

bacaan masyarakat yaitu untuk menyediakan berbagai jenis bahan bacaan.

Tujuan didirikannya taman bacaan masyarakat menurut Peraturan

Gubernur Provinsi DKI Jakarta sebagai berikut:22

a. Mencerdaskan kehidupan masyarakat dan menumbuhkan daya

kreasi, prakarsa dan swadaya masyarakat melalui peningkatan

b. Menjadikan masyarakat gemar membaca dan bersemangat dalam

belajar.

c. Menunjang pelaksanaan wajib belajar dan program-program

pendidikan keterampilan masyarakat

22

Republika Indonesia, “Undang-undang tentang Taman Bacaan Masyarakat No. 169 Tahun

2009, Pasal II, Bab 2.” Artikel diakses pada 17 Maret 2015 dari http://bpadjakarta.net

19

d. Menyediakan sarana edukasi, rekreasi, penerangan, informasi dan

pengembangan ilmu pengetahuan bagi masyarakat.

Sedangkan menurut Kemendikbud dalam Petunjuk Teknis Pengajuan

Taman Bacaan Masyarakat Tahun 2012, Tujuan taman bacaan masyarakat

adalah untuk:23

a. Meningkatkan kemampuan membaca dengan tujuan agar tidak ada

lagi masyarakat yang buta aksara.

b. Membangun masyarakat gemar membaca dan belajar.

c. Menumbuhkembangkan minat dan kegemaran membaca untuk

masyarakat sehingga tercipta masyarakat yang cerdas.

d. Mewujudkan kualitas dan kemandirian masyarakat yang

mempunyai ilmu pengetahuan, keterampilan, berbudaya maju dan

beradab.

e. Mendorong terciptanya masyarakat yang cerdas sepanjang hayat.

Dengan kata lain, tujuan didirikannya TBM yaitu untuk meminimalisir

masyarakat yang buta aksara. Caranya dengan menjadikan masyarakat

yang gemar membaca, supaya tercipta masyarakat yang cerdas. Selain itu,

TBM dapat juga berfungsi sebagai sarana edukasi dan rekreasi.

3. Fungsi Taman Bacaan Masyarakat

Pada dasarnya, antara taman bacaan masyarakat dan perpustakaan

memiliki fungsi yang hampir sama. Dari segi persamaannya, keduanya

23

Kemendikbud, h. 1

20

mempunyai tujuan yang sama yaitu memenuhi kebutuhan masyarakat akan

informasi, baik untuk memupuk kegemaran membaca maupun berbagai

fungsi seperti pendidikan hingga rekreasi. Akan tetapi, keduanya pasti

mempunyai perbedaan antara satu dengan yang lainnya. Perbedaannya

terdapat pada segi pengelolaannya. Kalau perpustakaan tenaga

pengelolanya orang yang profesional dan mengelola dengan sistem yang

baku. Sedangkan taman bacaan masyarakat tenaga pengelolanya hanya

berperan sebagai motivator dengan menyediakan koleksi maupun kegiatan

literasi lainnya.24

Berikut ini merupakan fungsi taman bacaan masyarakat

atau People Reading Park menurut Manifesto UNESCO:25

a. Menjadi tempat mengumpulkan atau menghimpun informasi secara

aktif. Dengan arti lain, Taman Bacaan Masyarakat tersebut

mempunyai kegiatan secara terus-menerus untuk mengumpulkan

sumber informasi untuk di koleksi.

b. Sebagai tempat mengola semua bahan pustaka dengan metode

tertentu, seperti registrasi, klasifikasi, katalogisasi serta

kelengkapan lainnya dengan maksud agar koleksi mudah

digunakan.

c. Menjadi tempat memelihara dan menyimpan bahan bacaan.

Artinya, ada kegiatan untuk mengatur, menyusun, menata,

memelihara dan merawat koleksi agar tidak mudah rusak dan

hilang.

24

Ratih Rahmawati h. 29-30 25

Alexandra Landmann “Taman Bacaan Masyarakat dan Budaya Lisan Masyarakat Adat

Kanekes,” Artikel diakses pada 17 Maret 2015 dari http://wiwitan.org

21

d. Sebagai salah satu pusat informasi, sumber belajar, penelitian serta

kegiatan lainnya.

e. Membangun tempat informasi yang up to date bagi perkembangan

ilmu pengetahuan.

Sedangkan menurut Kemendikbud, fungsi taman bacaan masyarakat

adalah sebagai berikut:26

a. Sebagai sumber belajar. Taman bacaan masyarakat menyediakan

buku sebagai bahan bacaan utama yang mendukung masyarakat

pembelajar sepanjang hayat, seperti buku pengetahuan sebagai

penambahan wawasan, juga beberapa keterampilan praktis yang

bisa dipraktekkan setelah membaca, misalnya praktek memasak,

budidaya ikan dan sebagainya.

b. Sebagai sumber informasi. Taman bacaan masyarakat juga

menyediakan bahan bacaan lainnya seperti koran, tabloid,

referensi, booklet atau leaflet dan akses internet yang digunakan

untuk mencari berbagai informasi.

c. Sebagai tempat rekreasi-edukasi. Dengan buku-buku fiksi dan non-

fiksi yang disediakan oleh pihak TBM, diharapkan dapat

memberikan hiburan yang mendidik dan menyenangkan.

Secara garis besar, fungsi taman bacaan masyarakat dengan perpustakaan

nyaris sama. Hanya saja, pada TBM pengunjung bebas datang kapan saja

26

Kemendikbud. h. 2

22

dia mau, bahkan hari libur pun masyarakat bisa datang ke TBM.

Sedangkan perpustakaan, jam kunjung dibatasi oleh jam kerja rata-rata.

Selain itu, TBM juga bisa dijadikan sebagai tempat sarana belajar, dimana

setelah masyarakat membaca buku mengenai budidaya lele, cara menanam

cabai dan sebagainya, mereka bisa langsung mempraktekkannya, tentu

dengan pengawasan para motivator di taman bacaan masyarakat

4. Manfaat Taman Bacaan Masyarakat

Taman bacaan masyarakat selain memiliki tujuan dan fungsi, tentunya

mempunyai manfaat tersendiri, baik itu manfaat untuk masyarakat sekitar

ataupun manfaat untuk pengelola TBM sendiri.

Menurut direktorat pendidikan masyarakat, TBM dapat memberikan

manfaat bagi warga sekitar maupun masyarakat luar, diantaranya:27

a. Taman bacaan masyarakat dapat menumbuhkan minat baca serta

kecintaan terhadap budaya membaca.

b. Memperkaya kegemaran membaca bagi masyarakat.

c. Menumbuhkembangkan kegiatan belajar mandiri.

d. Mempercepat proses penguasaan teknik membaca bagi masyarakat

yang ingin belajar membaca.

e. Membantu pengembangan masyarakat dalam hal kecakapan

membaca.

27

Departemen Pendidikan Nasional. h. 2

23

f. Menambah dan membuka wawasan tentang perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi.

g. Membantu kelancaran dalam hal penyelesaian tugas sekolah atau

kuliah melalui diskusi bersama pengurus TBM atau sesama

anggota TBM.

h. Meningkatkan pemberdayaan masyarakat dalam berbagai bidang.

Sedangkan menurut Gol A Gong, manfaat taman bacaan masyarakat bagi

pihak pengelola atau bisa juga disebut sebagai pihak motivator yaitu TBM

bisa dijadikan sebagai sarana untuk belajar dan mengembangkan bakat

yang dimiliki oleh masing-masing pengelola TBM. Seperti pada TBM

Rumah Dunia yang didirikan oleh Gol A Gong, selain memberikan ilmu

bagaimana mengelola TBM, beliau juga memberikan beasiswa untuk

pengelola yang ingin kuliah di perguruan tinggi negeri. Sudah ada

beberapa pengelola TBM Rumah Dunia yang berhasil dikuliahkan TBM

Rumah Dunia melalui program beasiswa.28

Jika dipahami lebih dalam lagi, manfaat TBM bisa lebih terlihat langsung

pada diri masyarakat daripada perpustakaan. TBM bukan hanya dijadikan

sebagai tempat rak dan buku-buku yang dipajang begitu saja, bukan juga

sebagai tempat untuk penelitian seperti perpustakaan. TBM dapat

dijadikan sebagai tempat mengembangkan kemampuan diri untuk

28

Gol A Gong dan Agus M. Irkham, Gempa Literasi: Dari Kampung untuk Nusantara

(Jakarta, Kepustakaan Populer Gramedia, 2012), h. 288.

24

masyarakat sekaligus pihak pengelolanya melalui berbagai program

kegiatan yang diadakan di TBM.

C. Pemberdayaan Masyarakat

1. Definisi Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya untuk meningkatkan harkat

dan martabat lapisan masyarakat, dimana kondisi masyarakat tersebut

apabila mengandalkan dirinya sendiri mereka tidak mampu untuk keluar

dari perangkap kemiskinan.29

Dengan adanya program pemberdayaan

masyarakat, masyarakat yang tergolong kurang mampu baik secara

ekonomi, sosial maupun ilmu pengetahuan, mereka dapat dibantu untuk

mengembangkan potensi yang ada dalam diri masing-masing.

Menurut Ife dalam Rafi Ramadhan, pemberdayaan masyarakat berarti

menyiapkan sumber daya, ilmu pengetahuan serta keahlian untuk

meningkatkan kualitas diri dalam menentukan masa depan. Selain itu,

dapat mengarahkan masyarakat untuk berpartisipasi dan mempengaruhi

kehidupan mereka agar lebih terarah dan maju.30

Dengan kata lain, pemberdayaan masyarakat dapat diartikan sebagai upaya

untuk meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat. Hal tersebut

dapat dilakukan dengan cara memberikan ilmu pengetahuan serta

29

Anwar, Manajemen Pemberdayaan Perempuan: Perubahan Sosial Melalui Pembelajaran

Vocational Skills pada Keluarga Nelayan. (Bandung: Alfabeta, 2007), h. 1. 30

Rafi Ramadhan, “Analisis Aktifitas Pemberdayaan Masyarakat dalam Meningkatkan Minat

Baca pada Komunitas Insan Baca,” Media Libri-Net Vol. 2 No. 2 (Juli, 2013)

25

meningkatkan keahlian individu masing-masing agar menjadi masyarakat

yang kreatif dan bisa terbebas dari perangkap kemiskinan.

2. Strategi Pemberdayaan Masyarakat

Berdasarkan pengertian mengenai pemberdayaan masyarakat, dapat

diambil kesimpulan bahwa salah satu tujuan pemberdayaan masyarakat

yaitu untuk memandirikan masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan dasar,

keterbelakangan ilmu pengetahuan dan kesenjangan sosial.

Dari situ, dapat diciptakan strategi atau cara yang dapat diterapkan dalam

pemberdayaan masyarakat, diantaranya:31

a. Menciptakan suasana, memperkuat potensi dan melindungi

Pertama-tama, yang harus dilakukan adalah menciptakan suasana

bagaimana masyarakat menyadari bahwa setiap individu memiliki

potensi yang dapat dikembangakan.

Selanjutnya memperkuat potensi atau daya yang dimiliki dalam

masyarakat. Perlu diketahui, bahwa pemberdayaan masyarakat bukan

hanya pada individunya saja, melainkan pada sarana dan prasarana

dasar, misalnya pembuatan jalan, irigasi, listrik maupun sekolah atau

fasilitas kesehatan yang dapat dijangkau oleh masyarakat. Selain itu,

perlu juga menanamkan nilai-nilai budaya modern, seperti kerja keras,

hemat, keterbukaan dan tanggung jawab. Itu semua merupakan bagian

31

Cholisin. “Pemberdayaan Masyarakat,” artikel diakses pada 6 April 2015 dari

staff.uny.ac.id

26

pokok dalam pemberdayaan. Yang terpenting adalah partisipasi rakyat

dalam proses pengambilan keputusan yang menyangkut diri dan

masyarakat.

Terakhir, melindungi. Dalam konsep pemberdayaan masyarakat, harus

ada pencegahan kaum yang lemah agar bisa menghadapi kaum yang

kuat. Oleh karena itu, perlindungan dan pemihakan terhadap kaum

yang lemah sifatnya sangat mendasar dalam pemberdayaan

masyarakat.

b. Program pembangunan desa

Pemerintah di Negara-negara berkembang, termasuk Indonesia telah

merencanakan program pembangunan desa, diantaranya pembangunan

pertanian, industrialisasi pedesaan, pembangunan masyarakat desa

terpadu dan strategi pusat pertumbuhan.

Dalam program pembangunan pertanian, merupakan program untuk

meningkatkan output dan pendapatan para petani. Selain itu

diharapkan juga untuk memenuhi kebutuhan dasar industri kecil dan

rumah tangga.

Tujuan program industrialisasi pedesaan yaitu untuk mengembangkan

industri kecil dan kerajinan. Program ini merupakan jalan alternatif

untuk menjawab persoalan mengenai sempitnya pemilikan dan

penguasaan lahan dan lapangan kerja di pedesaan.

27

Sedangkan tujuan program pembangunan masyarakat terpadu untuk

memperbaiki kualitas hidup penduduk dan memperkuat kemandirian.

Dengan adanya strategi pemberdayaan masyarakat, diharapkan

masyarakat dapat tersadarkan bahwa dirinya mempunyai potensi yang

dapat dikembangkan. Hal itu disadarkan melalui strategi-strategi

pemberdayaan masyarakat seperti membuat rasa nyaman pada setiap

individu, menyiapkan sarana dan prasarana dasar yang dibutuhkan,

melindungi dari ketertindasan serta mengadakan program

pembangunan desa.

3. Kendala dalam pemberdayaan masyarakat

Lowe menyampaikan hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Harbridge

Consulting Grup mengenai “individu dalam organisasi atau komunitas

merasa terancam oleh proses perubahan.” Ternyata hasil dari penelitian

tersebut muncul pandangan tentang pemberdayaan sebagai suatu ancaman

(personality threatening) yang muncul dalam bentuk sebagai berikut:32

a. Ketakutan (fear)

Merupakan sebuah bentuk pemberdayaan yang lebih menunjukkan

rasa takut. Bentuk ketakutan ini diperlihatkan oleh:

1. Individu pada level menengah dan yunior. Ditunjukkan ketika

mereka takut akan hukuman jika melakukan kesalahan. Selain itu

32

A. Priyatna “Pemberdayaan Masyarakat dalam Perspektif Pengukuran Keberdayaan

Komunitas Lokal,” artikel diakses pada 16 Mei 2015 dari file.upi.edu

28

juga menghalangi atau secara penuh memblok kemajuan

pemberdayaan yang menekankan pada kebebasan untuk

mengambil resiko.

2. Jika terjadi kesalahan, individu takut apabila tidak mendapatkan

dukungan atau perlindungan yang dijanjikan atasannya.

3. Takut akan kehilangan pekerjaan.

4. Takut kegagalan, hal ini bukan disebabkan karena hukuman,

namun karena secara nyata nampak „kebodohannya.‟

b. Kejelasan peran (role clarity)

Muncul ketika seseorang merasakan ketidaknyamanan dalam

pekerjaan dan kebingungan atas rasa kurang senangnya terhadap peran

baru setelah pemberdayaan. Pada aspek ini pun, ditunjukkan hasil

penelitian yang dilakukan olrh Harbridge Consulting Grup,

menyatakan bahwa:

1. Masyarakat merasa dilangkahi oleh suatu kebijakan pemberdayaan.

Apabila ada penyerahaan kekuasan dari tingkat di atas mereka

kepada tingkat di bawah mereka dan ditambah dengan tidak

membebankan sesuatu apapun kepada mereka.

2. Masyarakat merasa kurang memiliki pemahaman untuk mengenal

sesuatu hal yang diperlukan mereka dengan penerapan sistem baru.

3. Masyarakat yang merasa tidak mempunyai apa-apa untuk

menggantikan kewenangan, merasa bahwa mereka sudah kalah.

29

4. Masyarakat merasa sulit menerima suatu perubahan dalam peran

sebagai „polisi‟ dan cendrung berkeinginan untuk melawan dengan

tetap mempertahankan metode control mereka sendiri.

c. Kecendrungan untuk memilih

Disini munculnya kecendrungan yang terlihat pada beberapa organisasi

baik pada pemimpin atau masyarakat untuk mempertahankan apa yang

sudah dimilikinya dalam mengerjakan sesuatu. Misalnya, organisasi

atau komunitas yang lebih menekankan pada manajemen kerja

daripada manajemen perorangan, maka yang berorientasi pada

manajemen orang tidak diperlukan.

Dalam sebuah organisasi atau komunitas, jika ada sesuatu hal yang

terlihat baru, sering disikapi dengan rasa takut dan tidak akan ada

pengecualian, sehingga muncul anggapan bahwa pemberdayaan

merupakan perubahan yang tidak serius. Yang lebih di khawatirkan

masyarakat curiga bahwa kebijakan pemberdayaan yang didukung

adalah yang dirancang untuk membuatnya terlihat berlebihan.

D. Literasi Informasi

1. Definisi Literasi Informasi

Kata literasi berasal dari Bahasa Inggris literacy yang berarti kemampuan

untuk membaca dan menulis. Sedangkan literacy berasal dari kata latin

littera yang berarti huruf, sehingga literacy sering diterjemahkan sebagai

30

melek huruf. Karena huruf sama artinya dengan dengan aksara, maka

diperkenalkan istilah melek huruf. Selain itu, literate juga dapat diartikan

sebagai educate yang berarti terdidik atau berpendidikan. Hal ini

dikarenakan untuk bisa membaca dan menulis, seseorang perlu

mendapatkan pendidikan dari orang lain.33

Pengertian yang luas tentang

literasi sebagai terdidik mengakibatkan kata literasi banyak digunakan

untuk berbagai istilah, termasuk istilah literasi informasi.

Dalam Rosa Widyawan, literasi informasi pertama kali dilaporkan oleh

Paul G Zurkowski pada tahun 1974 dalam proposalnya yang ditujukan

kepada The National Commission on Libraries and Information Science

(NCLIS). Zurkowski mengungkapkan bahwa literasi informasi merupakan

keterampilan dan teknik yang dimiliki oleh seseorang yang literat

informasi untuk memanfaatkan sejumlah sarana informasi yang juga

sebagai sumber utama dalam membuat solusi informasi terhadap masalah

mereka.34

Sedangkan menurut Burchinal pada tahun 1976, dalam makalah

presentasinya di Perpustakaan Universitas Texas A&M menjelaskan

bahwa untuk menjadi seseorang yang literat informasi harus memiliki satu

paket keterampilan. Termasuk bagaimana menemukan dan menggunakan

informasi yang diperlukan untuk memecahkan masalah dan mengambil

33

Arif Rifai Dwiyanto, “Peran Perpustakaan Nasional RI dalam Mengembangkan Literasi

Informasi sebagai Amanat Konstitusi,” artikel diakses pada 1 April 2015 dari www.pnri.go.id 34

Rosa Widyawan, Pelayanan Referensi Berawal dari Senyuman. (Bandung: CV. Bahtera

Ilmu, 2012), h. 166-167

31

keputusan secara efektif dan efisien.35

Melihat perkembangan zaman yang

semakin maju dan banyaknya informasi yang dikemas dalam berbagai

macam bentuk yang bisa diakses secara mudah, masyarakat diharuskan

memiliki kemampuan literasi informasi agar mampu mengikuti

perkembangan informasi.

Sedangkan menurut Chartered Institution for Library and Information

Professional (CILIP) dalam Rhoni Rodin, literasi informasi merupakan

cara mengetahui kapan dan bagaimana membutuhkan informasi, di mana

menemukannya, dan bagaimana menyaring informasi yang didapat, juga

menggunakan dan berkomunikasi dengan cara yang baik.36

Merujuk pada salah satu definisi yang diberikan oleh UNESCO dalam

Diao Ai Lein, maka literasi informasi dapat berarti sebagai kemampuan

untuk menyadari kebutuhan informasi saat informasi tersebut diperlukan,

mengidentifikasi dan menemukan lokasi informasi yang diperlukan,

mengevaluasi informasi secara kritis, mengorganisasikan dan

mengintegrasikan informasi dalam pengetahuan yang sudah ada,

memanfaatkan serta mengkomunikasikannya secara efektif, legal dan

etis.37

35

Michael B Eisenbe.rg, dkk., Information Literacy: Essential Skills for the information Age.

(Libraries Unlimited: Westpost, 2004), h. 3. 36

Rhoni Rodin, “Literasi Informasi di Perpustakaan Perguruan Tinggi,” Media Pustakawan,

Vol. 20 No. 4 (2013), h. 41. 37

Diao Ai Lein dkk., Literasi Informasi: Tujuh Langkah Knowledge Management. (Jakarta:

Universitas Atma Jaya, 2010), h. 2.

32

Berbeda dengan UNESCO, ODLIS (Online Dictionary for Library and

Information Science) menjelaskan bahwa literasi informasi merupakan

keterampilan dalam mencari satu kebutuhan, termasuk pemahaman

tentang bagaimana mengorganisasian, pemahaman tentang sumber daya

informasi yang mereka berikan (termasuk format informasi dan alat

pencarian otomatis), dan pengetahuan teknik penelitian yang umum

digunakan. Konsep ini juga mencakup keterampilan yang diperlukan

untuk mengevaluasi secara kritis konten informasi dan menggunakannya

secara efektif.38

Apabila kita telusuri lebih lanjut, kata literasi sebenarnya dapat diartikan

sebagai kemampuan membaca dengan memaknai dan memahami bacaan.

Namun, memaknai bacaan disini bukan hanya sekedar membaca teks,

tetapi juga memahami isi dari bacaan tersebut.

Dengan kata lain, literasi informasi dapat diartikan sebagai keterampilan

dan kemampuan seseorang untuk belajar terus-menerus dalam mencari

kebutuhan informasi, mengevaluasi informasi yang ada serta

menggunakan informasi dalam memecahkan masalah. Apabila seseorang

telah berhasil menjadi orang yang literat informasi, tentunya bisa

menghadapi ledakan informasi yang semakin cepat.

2. Manfaat Literasi Informasi

38

Rhoni Rodin, h. 41

33

Kehidupan saat ini merupakan sebagai proses belajar mengajar. Dimana

kita dihadapkan pada sebuah keadaan yang menuntut kita untuk

memahami lingkungan. Meskipun kita tidak suka pada keadaan tersebut,

tetapi setidaknya kita harus mencoba memahaminya, karena pasti disetiap

kejadian mengandung pelajaran yang dapat dipetik.

Pada saat seperti itulah literasi informasi diperlukan untuk membantu kita

menemukan masalah utama dan merumuskannya, serta memecahkannya.

Dalam setiap sisi kehidupan, kita harus memutuskan suatu pilihan.

Sebelum memutuskan suatu pilihan ada beberapa tahap yang perlu dikaji,

yaitu merumuskan masalahnya, mengumpulkan informasi dan

menggunakan informasi.39

Menurut Adam, bahwa terdapat beberapa manfaat literasi informasi40

yaitu:

a. Membantu mengambil keputusan

Literasi informasi berperan dalam membantu memecahkan suatu

permasalahan. Kita harus mengambil suatu keputusan ketika

memecahkan masalah, sehingga dalam mengambil keputusan tersebut

seseorang harus memiliki informasi yang cukup.

b. Menjadi manusia pembelajar di era ekonomi pengetahuan

39

Diao Ai Lein dkk., h. 2. 40

Yusuf Dzul Ikram Al-Hamidy, “Kemampuan Literasi Informasi Mahasiswa pada Layanan

American Corner di UPT Perpustakaan IAIN Walisongo Semarang menurut Association Of

College and Research Library” artikel diakses pada 2 April 2015 dari ejournal-s1.undip.ac.id

34

Kemampuan literasi informasi berperan penting dalam membantu

meningkatkan kemampuan seseorang menjadi manusia pembelajar.

Semakin terampil dalam mencari, menemukan, mengevaluasi, dan

menggunakan informasi, semakin terbukalah kesempatan untuk selalu

melakukan pembelajaran sehingga dapat belajar secara mandiri.

c. Menciptakan pengetahuan baru

Suatu negara dapat dikatakan berhasil apabila dapat menciptakan

pengetahuan baru. Seseorang yang memiliki literasi informasi akan

mampu memilih informasi mana yang benar dan mana yang salah.

Sehingga tidak mudah percaya dengan informasi yang diperoleh.

3. Karakteristik Orang Literat Informasi

Biasanya, seseorang yang literat informasi atau sudah mempunyai

kemampuan literasi informasi dia dapat memecahkan masalah dan

menyampaikan masalah tersebut kembali dengan baik. Dalam hal

penyampaian ide tersebut, biasanya orang yang literat informasi akan

mempertahankan argumentasinya dengan alasan-alasan yang logis. Selain

itu, orang yang literat informasi apabila ada suatu hal yang baru, dia akan

mempelajarinya dengan baik. Apabila ada pendapat yang salah, dia tentu

akan menolaknya.

Menurut American Library Association Presidential Committee on

Information Literacy, untuk menjadi seorang yang literat informasi,

35

seseorang harus dapat bisa sanggup untuk mengakui ketika informasi

diperlukan dan harus mempunyai kemampuan untuk menemukan,

mengevaluasi, dan menggunakan informasi yang diperlukan secara

efektif.41

Pada tahun 1992, Doyle menerbitkan hasil penelitiannya bahwa ciri-ciri

orang yang literat informasi adalah sebagai berikut:42

a. Mengakui bahwa informasi yang akurat dan lengkap adalah dasar

pengambilan keputusan yang tepat.

b. Mengenali kebutuhan informasi apa saja yang dibutuhkan secara tepat.

c. Merumuskan pertanyaan berdasarkan kebutuhuhan informasi.

d. Mengidentifikasi secara potensial mengenai sumber informasi yang

sudah didapatkan.

e. Mengembangkan strategi pencarian dengan sukses.

f. Mengakses sumber-sumber informasi yang ada, termasuk sumber

informasi berbasis komputer dan teknologi lainnya.

g. Mengevaluasi informasi yang sudah didapat.

h. Mengatur informasi untuk diterapkan dan disebarkan kembali.

i. Mengintegrasikan informasi yang baru ke dalam ilmu pengetahuan

yang sudah ada.

j. Menggunakan informasi dengan cara berpikir secara kritis untuk

memecahkan masalah yang ada.

41

Michael B. Eisenberg, dkk. h.4 42

Michael B. Eisenberg, dkk. h.4

36

Sedangkan Australian and New Zealand Information Framework (2004)

menyatakan bahwa orang yang melek informasi adalah mereka yang dapat

mengenal akan informasi yang dibutuhkan dan dapat menentukan

informasi mana yang bisa disampaikan kembali, bisa menggunakan

informasi secara efektif dan efisien, dapat mencari informasi dan

mengevaluasi informasi secara kritis, bisa menggunakan informasi yang

baru terlebih dahulu untuk memulai ide yang baru atau ide yang suda ada,

serta dapat menggunakan informasi dengan pemahaman ilmu

pengetahuan, budaya, ekonomi dan isu sosial.43

Dari beberapa pendapat para ahli terhadap karakteristik orang yang literat

informasi, dapat disimpulkan bahwa orang yang literat informasi yaitu

orang yang dapat mengenali informasi di sekelilingnya dengan baik,

kemudian informasi yang telah didapat bisa di evaluasi kembali agar bisa

disampaikan kepada masyarakat. Selain itu, orang yang literat informasi

juga menggunakan informasi yang baru kemudian diintegrasikan ke dalam

ilmu pengetahuan yang sudah ada.

4. Literasi Informasi di Taman Bacaan Masyarakat

Tidak hanya perpustakaan, perguruan tinggi atau sekolah saja yang

mempunyai literasi informasi. Taman bacaan masyarakat juga memiliki

43

Philllips Imam HW, “Studi Komparatif Pentingnya Literasi Informasi Bagi Mahasiswa,”

Visi Pustaka, Vol. 15 No. 2 (Agustus, 2013)

37

program-program yang mendukung kegiatan literasi informasi,

diantaranya:44

a. Membaca bersama

Membaca merupakan salah satu bentuk dari literasi informasi. Dengan

membaca, kita bisa tahu peristiwa masa lalu dan masa sekarang yang

terjadi di lingkungan sekitar. Begitu juga dengan kegiatan literasi

informasi yang satu ini di taman bacaan masyarakat.

Bentuk kegiatan yang dapat dilakukan bisa dengan membaca bersama

mengenai satu buku yang sama. Minta pengunjung untuk menuliskan

komentar sekitar empat sampai enam paragraf tentang buku yang

dibacanya, lalu tempel didinding.

Kegiatan seperti ini, secara tidak langsung dapat merangsang

pengunjung atas rasa keingintahuan mereka terhadap apa yang

dibacanya dan juga dapat memberanikan pengunjung untuk mulai

mengajukan pendapatnya.

b. Menulis bersama penulis

Menulis merupakan salah satu bentuk dari literasi informasi. Dengan

menulis berarti kita berusaha menjadi orang yang literat informasi,

karena menulis merupakan cara menyebarkan informasi dengan bentuk

tulisan.

44

Ella Yulaelawati, ed., Taman Bacaan Masyarakat Kreatif (Jakarta: Kementrian Pendidikan

Nasional, 2010) h. 49

38

Kegiatannya bisa dimulai dengan menulis resensi, berita, cerita, esay,

opini dan sebagainya. Bila tak mampu mengundang penulis, carilah

guru atau orang yang setidaknya mengerti bagaimana teknik menulis.

Lalu ajaklah mereka untuk menulis satu hal mengenai peristiwa yang

mereka lihat, atau bisa juga dengan menulis satu hal yang sudah

diketahui. Dengan begitu, keterampilan dalam hal penyebaran

informasi sudah berhasil dikuasai.

c. Pertunjukkan teater

Pertunjukkan teater, bukan hanya sekedar kegiatan bermain peran saja.

Melainkan sebuah bentuk kegiatan menerjemahkan teks ke dalam

bentuk ekspresi, yaitu dengan cara pementasan atau pertunjukkan

teater.

Bentuk kegiatannya seperti meminta beberapa orang anak-anak atau

pengunjung yang ada di TBM untuk memerankan tokoh favorit yang

ada dalam buku bacaan yang mereka sukai, memakai kostum dan

mengucapkan beberapa dialog pendek di depan penonton.

d. Bedah buku

Mengacu pada Petunjuk Teknis Pengajuan dan Pengelolaan Taman

Bacaan Masyarakat, bedah buku merupakan salah satu kegiatan

literasi. Dengan adanya bedah buku, masyarakat bisa mengenali

informasi apa saja yang ada pada buku tersebut.

39

Pihak pengelola TBM baiknya dapat mengundang penulisnya

langsung. Namun apabila hal ini tidak memungkinkan, bisa juga

dilakukan share sesama pembaca untuk mengulas isi satu buku

tersebut.

e. Belajar jurnalisme warga

Jurnalisme warga atau yang biasa dikenal dengan sebutan citizen

journalism, bisa dikategorikan sebagai salah satu bentuk kegiatan

literasi informasi. Karena secara tidak langsung, masyarakat belajar

menyebarkan informasi dari warga untuk warga. Contoh sehari-hari

yang biasa kita lihat di televisi adanya kiriman video amatir.

Dengan adanya citizen journalism, masyarakat bisa belajar mencari

informasi, kemudian disampaikan lagi kepada masyarakat lain,

tentunya setelah ditelusuri, apakah berita itu benar-benar ada.

Pada TBM, kegiatan ini bisa dilakukan dengan cara melatih beberapa

orang warga yang tertarik pada dunia jurnalistik untuk menjadi

wartawan kampung. Setelah itu, masyarakat diajari untuk mendalami

informasi yang disampaikan oleh masyarakat lain apabila informasi

yang pertama kali didapat belum terasa valid. Perlu diingatkan juga,

agar masyarakat hati-hati dengan sebuah isu atau gosip. Disinilah,

diperlukan keterampilan literasi informasi.

40

Berdasarkan uraian diatas, dapat dijelaskan bahwa literasi informasi bukan

hanya sekedar proses mencari dan menelusur informasi saja. Melainkan

literasi informasi dapat juga menjadikan seseorang mempunyai skill untuk

mengevaluasi, mengelola dan menyebarluaskan informasi yang telah

diperoleh. Hal ini diperkuat dengan teori model empowering 8, disebutkan

bahwa salah satu kemampuan literasi informasi yaitu dapat menciptakan

informasi menggunakan kata-kata sendiri, kemudian informasi yang telah

dihasilkan dapat dipresentasikan dan disebarluaskan.

D. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu merupakan suatu studi tentang pemberdayaan masyarakat

disebuah komunitas atau TBM. Penelitian terdahulu dijadikan sebagai acuan

yang diharapakan dapat memberikan gambaran tentang pemberdayaan

masyarakat melalui program literasi informasi.

1. Jurnal

Rafi Ramadhan pada tahun 2013. “Penelitian ini berjudul “Analisis

Aktivitas Pemberdayaan Masyarakat dalam Meningkatkan Minat Baca

pada Komunitas Insan Baca.” Tipe penelitian yang digunakan pada artikel

ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan metode penelitian

kuantitatif. Skripsi ini membahas tentang aktivitas yang dilakukan oleh

komunitas Insan Baca dengan menggunakan pendekatan pemberdayaan

masyarakat.45

45

Rafi Ramadhan, “Analisis Aktifitas Pemberdayaan Masyarakat dalam Meningkatkan Minat

Baca pada Komunitas Insan Baca,” Media Libri-Net Vol. 2 No. 2 (Juli, 2013)

41

2. Skripsi

Syamsul Bahri (2013) jurusan Pengembangan Masyarakat Islam fakultas

Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga,

Yogyakarta. Penelitiannya berjudul “Peran TBM Cakruk Pintar dalam

Pemberdayaan Masyarakat Nologaten Caturtunggal Sleman, Yogyakarta.”

Dalam skripsi ini jenis penelitian yang digunakan adalah kualitatif,

menggunakan metode deskriptif yang sumber datanya berasal dari teknik

wawancara, observasi dan dokumentasi. Yang membedakan pada

penelitian ini terletak diperumusan masalahnya. Peneliti membahas skripsi

tentang upaya TBM dan solusi mengatasi hambatan dalam pemberdayaan

masyarakat melalui program literasi informasi. Sedangkan Syamsul Bahri

memfokuskan pada peran dan perubahan masyarakat setelah mengikuti

program pemberdayaan masyarakat.

42

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian

1. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis peneliti deskriptif.

Penelitian deskriptif merupakan suatu penelitian yang dilakukan

dengan tujuan untuk membuat deskripsi secara sistematis, faktual dan

akurat yang berhubungan antara fenomena yang di teliti.46

Dalam

penelitian ini, peneliti menggambarkan permasalahan yang ada dengan

menganalisis objek yang akan diteliti dan memaparkannya secara

detail.

2. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang dipakai adalah penelitian kualitatif.

Penelitian kualitatif merupakan sebuah prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari

orang-orang dan perilaku yang akan diamati.47

Pada penelitian ini,

instrument utama dalam pengumpulan data adalah wawancara. Selain

itu, teknik pendukung lainnya berupa observasi dan dokumentasi.

46

Prasetya Irawan, Logika dan Prosedur Penelitian (Jakarta: STIA-LAN, 1999), h. 60. 47

Muhammad, Metode Penelitian Bahasa (Yogyakarta: Ar-ruzz Media, 2011), h. 30.

43

B. Sumber Data

Sumber data dalam suatu penelitian merupakan hal yang sangat penting

dalam penelitian untuk dijadikan sebagai pertimbangan dalam

mengumpulkan data. Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah:

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya,

tanpa perantara. Sumber yang dimaksud disini adalah benda, situs atau

manusia.48

Pada penelitian ini, peneliti melakukan wawancara

langsung kepada narasumber yang dianggap dapat memberikan

informasi yang relevan.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diambil secara tidak langsung dari

sumbernya, biasanya data diambil dari dokumen-dokumen seperti

laporan, karya tulis, majalah dan koran.49

Pada penelitian ini, sumber

data yang diambil yaitu dari bahan pustaka seperti buku, majalah,

koran, artikel dari internet dan sebagainya yang berkaitan dengan

penulisan penelitian ini.

C. Pemilihan Informan

Informan adalah orang yang diwawancari dan dijadikan sebagai

narasumber untuk memberikan informasi yang dibutuhkan. Dalam

penelitian ini, peneliti memilih beberapa narasumber yang dapat

memberikan informasi untuk membantu peneliti dalam mendapatkan data

48

Prasetya Irawan h. 86 49

Prasetya Irawan h. 87

44

yang diperlukan. Informan pertama dalam penelitian ini adalah Gol A

Gong (Heri Hendrayana Harris) selaku pendiri TBM Rumah Dunia, kedua;

Ahmad Wayang (Sobirin) selaku presiden TBM Rumah Dunia.

Dalam pemilihan informan, peneliti menggunakan cara purposive

sampling, yaitu salah satu strategi penentuan sampel dengan

mempertimbangkan kriteria pengumpulan data berdasarkan maksud dan

tujuan penelitian.50

Informan yang dimaksud merupakan orang yang

terlibat dengan objek yang di teliti dan mengerti dengan permasalahan

yang terkait dengan objek penelitian.

D. Teknik Pengolahan Data

Teknik pengolahan data dalam penelitian ini adalah:

1. Wawancara

Dalam penelitian kualitatif, wawancara merupakan teknik

pengumpulan data yang sering digunakan. Wawancara pada penelitian

kualitatif tidak seperti percakapan pada umumnya, melainkan

ditujukan untuk menggali pertanyaan-pertanyaan lebih mendalam

untuk memenuhi informasi yang dibutuhkan oleh peneliti.

Wawancara adalah suatu percakapan yang dengan sengaja diarahkan

pada satu permasalahan tertentu, ini merupakan proses tanya jawab

secara lisan, dimana dua orang atau lebih berhadap-hadapan secara

50

Sari Wahyuni, Qualitative Research Method (Jakarta: Salemba Empat, 2012), h. 32.

45

fisik.51

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan wawancara sebagai

teknik pengeumpulan data utama. Wawancara dalam penelitian ini

peneliti lakukan dengan cara mengajukan beberapa pertanyaan

langsung kepada informan yang berhubungan dengan masalah yang

ada di taman bacaan masyarakat Rumah Dunia.

Dalam teknik wawancara ini, peneliti melakukan wawancara dengan

dua tipe. Pertama wawancara tersturktur, dimana wawancara ini

dilakukan secara sistematis menggunakan pedoman wawancara yang

sudah terstruktur dan pertanyaan-pertanyaannya sudah tidak dapat

diganggu gugat lagi. Kedua, wawancara tidak terstruktur, yaitu

wawancara yang dilakukan seacara ilmiah untuk menggali idea tau

gagasan baru secara alamiah dan tidak perlu mengacu pada pedoman

wawancara.

2. Observasi

Observasi merupakan salah satu teknik penelitian yang melakukan

kegiatan memperhatikan atau mengamati dan mencatat fenomena yang

sedang terjadi secara langsung.52

Dari pengamatan secara langsung

itulah, dapat memberikan manfaat dan pengalaman langsung di

lapangan. Serta memungkinkan bagi peneliti untuk mengamati

berbagai peristiwa yang berkaitan dengan pengetahuan yang relevan

maupun pengetahuan yang berasal dari data.

51

Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif; Teori dan Praktik (Jakarta: Bumi Aksara,

2013), h. 160. 52

Irawan Soehartono, Metode Penelitian Sosial: Suatu teknik Penelitian Bidang

Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Sosial Lainnya (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011), h. 69.

46

Observasi pada penelitian ini dilakukan dengan cara mengamati secara

langsung fenomena tentang pemberdayaan masyarakat melalui

program literasi informasi yang ada pada TBM Rumah Dunia yang

berlokasi di Serang, Banten. Dalam observasi, peneliti melakukan

pengamatan secara langsung dari Januari 2015. Peneliti telah

mencermati berbagai kegiatan di TBM Rumah Dunia yang

berhubungan dengan program literasi informasi.

3. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang tidak

langsung dilakukan pada objek penelitian. Teknik ini dimaksudkan

untuk melengkapi data-data penelitian, baik itu data beruba tulisan,

film, gambar dan karya-karya lainnya yang dapat memberikan

informasi dalam proses penelitian. Dalam penelitian kali ini, peneliti

mengumpulkan data melalui dokumen, foto dan catatan yang terkait

dengan penelitian di TBM Rumah Dunia.

E. Teknik Analisis Data

Setelah melakukan teknik pengolahan data, langkah selanjutnya adalah

menganalisis data. Analisis data adalah menguarai dan mengolah data

mentah menjadi data yang dapat ditafsirkan dan dipahami secara lebih

spesifik serta diakui dalam perspektif yang sama. Data-data yang didapat

dari hasil wawancara, observasi dan dokumentasi akan diteliti dan

dianalisis terlebih dahulu, kemudian baru diolah dan disajikan dalam

47

bentuk deskriptif yang bertujuan untuk mengemukakan permasalahan

dalam penelitian serta menemukan solusinya. Analisis data yang dilakukan

dengan:

1. Reduksi Data

Reduksi data adalah kegiatan pemilihan hal-hal pokok, merangkum

serta memfokuskan pada hal yang penting saja. Pada tahap ini, hal

yang harus dilakukan adalah pemilihan kerelevanan antara data dengan

tujuan penelitian. Data yang telah direduksi akan memberikan

gambaran yang lebih jelas untuk memudahkan penyajian data. Data

yang diperoleh dari hasil wawancara, observasi dan dokumentasi

semuanya akan peneliti gunakan, namun akan direduksi terlebih

dahulu.

2. Penyajian Data

Setelah data direduksi, langkah selanjutnya adalah penyajian data.

Penyajian data merupakan pemaparan data yang telah disusun sebagai

kumpulan informasi. Penyajian data dilakukan untuk meningkatkan

pemahaman dan acuan dalam mengambil tindakan berdasarkan pada

pemahaman. Penyajian data pada penelitian ini akan dipaparkan dalam

bentuk teks yang bersifat narasi.

3. Penarikan Kesimpulan

Setelah reduksi data selesai, hal yang dilakukan selanjutnya adalah

penarikan kesimpulan. Penarikan kesimpulan merupakan hasil dari

penelitian yang menjawab dan menyimpulkan hasil penelitian

berdasarkan wawancara dan observasi. Setelah data-data terakum dan

48

dijabarkan, peneliti akan membuat kesimpulan yang nantinya dapat

digunakan untuk menjawab rumusan masalah yang sudah dibuat

sebelumnya.

F. Jadwal Penelitian

Penelitian ini dilakukan di taman bacaan masyarakat Rumah Dunia, yang

terletak di Komp. Hegar Alam 40, Ciloang, Serang Banten 42118

penelitian dilakukan dari bulan Maret 2015 sampai Mei 2015 dengan

rincian sebagai berikut:

Tabel 1

Jadwal Penelitian

No Kegiatan 2014 2015

Desember Maret April Mei Juni Juli

1 Penyusunan

Proposal

2 Pengajuan

Proposal

3 Bimbingan

Skripsi

4 Penelitian

5 Penyusunan

Skripsi

6 Pengajuan Sidang

7 Sidang Skripsi

49

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Profil Taman Bacaan Masyarakat Rumah Dunia

1. Sejarah berdirinya taman bacaan masyarakat Rumah Dunia

Rumah Dunia bukanlah keinginan satu malam. Rumah Dunia sudah

menjadi obsesi Gol A Gong di usia SMA (1982). Kehendak itu

dikolaborasikan dengan teman-teman SMA-nya: Toto ST Radik dan Rys

Revolta (alm). Kemudian dia mendapat penyaluran obsesinya dengan

mendirikan organisasi sosial dan kepemudaan bernama Cipta Muda

Banten (1989) bersama Roni Chaeroni, Toni Bule, Edi Setiady, Reni

Arifin, Romli Taufik Rohman, Andi T. Trisnahdi, Maulana Wahid Fauzi

dan Mhaex Rangkuti. Tapi itu ternyata tidak memuaskan Gol A Gong.

Kemudian, pada 6 Februari 1998, Gol A Gong menunggui istrinya, Tias

Tatanka yang baru melahirkan anak pertama mereka, Nabila Nurkhalishah

Harris, di sebuah klinik bersalin di Neglasari, Serang. Saat itu Gong

terinspirasi ketika melihat banyak ibu yang melahirkan “Klinik ini tempat

di mana manusia pertama kali melihat dunia. Berarti ini adalah „Rumah

Dunia‟ tempat para bayi pertama kali melihat dunia.” Begitu Gong

beranalogi.

Sejak saat itu, Gong sudah mereka-reka nama yang akan disematkan di

gelanggang remaja idamannya. Kemudian pada tahun 2000 Gol A Gong

50

bersama istrinya, Tias Tatanka mendirikan Rumah Dunia. Toto, Rys,

Andi, Uzi dan Abdul Malik mendukung. Dengan visi “membentuk dan

mencerdaskan generasi baru” yang kreatif dan kritis di Banten lewat dunia

baca tulis. Rumah Dunia terus menyebarkan semangat literasi untuk

warga sekitar. Pada awal berdiri, Rumah Dunia menempati area seluas

1000 (milik pribadi di halaman belakang Gol A Gong).

Rumah Dunia diresmikan tiga tahun berikutnya, ketika struktur organisasi

pertama Rumah Dunia terbentuk pada 3 Maret 2002. Sampai akhirnya

sekarang Rumah Dunia berlindung di lini sosial Yayasan Pena Dunia,

berakta notaris Fachrul Kesuma Dharma, SH, nomor 006 pada 12 Juni

2006.

Rumah Dunia disebut sebagai “learning centre” pusat belajar jurnalistik,

sastra, menggambar, teater, musik dan film bagi anak-anak, pelajar

mahasiswa bahkan umum yang didirikan sejak 2002. Di halaman Rumah

Dunia terdapat beberapa fasilitas penunjang segala aktivitas yang terdiri

dari: panggung utama serbaguna (untuk ragam diskusi dan pementasan),

perpustakaan ruang sekretariat, laboratorium kursus komputer gratis, mes

relawan, mushala, pendopo, teater terbuka, audiotorium surosowan, dan

lapangan badminton terbuka.

Melihat persoalan daya tampung yang kerap kali kurang setiap kali

menggelar kegiatan berskala nasional, pada tahun 2008 Rumah Dunia

51

melakukan penggalangan dana baik di dunia nyata maupun di dunia maya

untuk membebaskan tanah seluas 3.000 .

Pada tahun 2010, Rumah Dunia mendapat penghargaan sebagai TBM

Kreatif dari Kementrian Pendidikan Nasional RI sebagai pusat pendidikan

masyarakat nonformal yang bergerak di bidang jurnalistik, sastra, teater,

seni rupa, film bagi masyarakat luas, terutama kalangan pelajar dan

mahasiswa. Hingga pada tahun 2011, Rumah Dunia tidak lagi menempati

areal di halaman belakang rumah Gol A Gong, tapi di areal seluas

3.000 , persis di depan Rumah Dunia.53

2. Visi dan Misi

Visi : Mencerdaskan dan membentuk generasi baru.

Misi : 1. Menyelenggarakan kegiatan literasi seperti bazar buku,

pelatihan menulis, penerbitan buku, peluncuran dan bedah

buku.

2. Menyelenggarakan lomba literasi seperti mengarang cerita

pendek, menggambar dan pembacaan puisi.

3. Mendorong pendirian taman bacaan masyarakat.

53

Jang Ru Dun, “Rumah Dunia: Spirit Banten untuk Dunia,” dalam “Relawan Dunia” Firman

Venayaksa dkk., (Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia, 2011) h. 178

52

3. Personalia

Isitilah personalia, personel atau kepegawaian mengandung suatu arti

yang berkaitan dengan keseluruhan orang-orang yang bekerja pada suatu

organisaasi. Seperti halnya di TBM Rumah Dunia. Namun dalam hal ini

personalia di TBM Rumah Dunia lebih akrab disebut dengan „relawan

Rumah Dunia.‟ Personalia di TBM Rumah terdiri dari:

a. Pendiri TBM Rumah Dunia

b. Dewan Penasihat

c. Presiden TBM Rumah Dunia

d. Sekretaris TBM Rumah Dunia

e. Bendahara TBM Rumah Dunia

f. Penanggung jawab kegiatan

4. Susunan Pengurus

Dewan Penasihat : 1. Gol A Gong

2. Toto ST. Radik

3. Firman Venayaksa

4. Ahmad Mukhlis Yusuf

5. Jay Teroris

6. Agus Setiawan

7. Das Albantani

8. Abdul Hamid

9. Andi Suhus

10. Jaya Komarudin Cholik

53

Presiden Rumah Dunia : Ahmad Wayang

Sekretaris : Hilman Sutedja

Bendaraha : Aeni Asma

Pj. Pudekdok : Jack Alawi

Pj. Kegiatan : Ariep Baehaqi

Pj. Jurnalistik : Ardian Je

Pj. Sastra : Abdul Salam

Pj. Peralatan : Zaenal dan Farhan

5. Koleksi Buku

Koleksi merupakan salah satu unsur yang sangat penting untuk

mendapatkan informasi. Selain itu, koleksi dapat dijadikan sebagai daya

tarik sendiri untuk menarik minat baca dan perhatian pengunjung untuk

datang ke perpustakaan atau taman bacaan. Begitu juga dengan taman

bacaan masyarakat Rumah Dunia.

Taman bacaan masyarakat Rumah Dunia memiliki tiga buah

perpustakaan; yaitu „perpustakaan pink,‟ perpustakaan surosowan dan

perpustakaan keliling. Ketiga perpustakaan tersebut memiliki koleksi

lebih dari 10.000 judul. Terdiri dari berbagai macam jenis buku,

diantaranya: buku sastra, agama, filsafat, sosial politik, cerita anak, novel

remaja sampai dewasa, komik, seri flora dan fauna, cerita berbahasa

inggris, cerita bergambar tentang nabi-nabi, majalah anak dan buku-buku

lainnya yang memacu kreativitas.

54

Ketiga perpustakaan tersebut diperuntukan untuk siapa saja yang ingin

membaca dan mencari informasi. Sistem pengelolaan koleksi pada

perpustakaan Rumah Dunia sama sekali belum menggunakan sistem DDC

atau LC. Mereka hanya mengelompokkan koleksi berdasarkan subjek

bukunya saja. Misalnya buku politik, pada raknya diberi label „politik‟,

buku sastra, pada raknya diberi label „sastra‟, buku agama, diberi label

„agama,‟ Dan buku anak-anak, ada di raknya tersendiri, begitu seterusnya.

6. Sarana dan Prasarana

a. Sarana

Berikut ini beberapa sarana yang terdapat di TBM Rumah Dunia:

Tabel 2.

Sarana di TBM Rumah Dunia

No. Nama Barang Jumlah

1 Rak buku kayu 8 buah

2 Etalase 5 buah

3 Meja lipat 1 buah

4 Papan tulis 1 buah

5 Kursi plastik 2 buah

6 Kulkas 1 buah

7 Dispenser 1 buah

8 Proyektor 1 buah

9 Komputer 1 unit

55

b. Prasarana

Rumah Dunia dibangun di area seluas 3.000 meter persegi di Komp.

Hegar Alam 40, Ciloang, Serang Banten 42118. Adapun prasarana

yang disediakan oleh Rumah Dunia sebagai berikut:

Tabel 3

Prasarana TBM Rumah Dunia

No. Keterangan Jumlah

1 Rumah relawan 1 unit

2 Teater terbuka 1 buah

3 Mushola 1 buah

4 Perpustakaan 3 buah

5 Pendopo 1 buah

6 Auditorium Surosowan 1 buah

7 Laboratorium komputer 1 buah

8 Kamar mandi 2 buah

9 Saung 3 buah

Adapun fungsi serta keterangan prasarana di TBM Rumah Dunia sebagai

berikut:

1. Rumah relawan

Rumah relawan, disediakan untuk para relawan Rumah Dunia. Sampai

saat ini ada sepuluh orang yang tinggal di rumah relawan. Namun

tidak semua orang yang ingin tinggal di rumah relawan diizinkan oleh

Gol A Gong. Mereka adalah orang-orang yang dipilih sendiri oleh Gol

A Gong untuk tinggal di rumah relawan dan siap mendedikasikan

dirinya untuk Rumah Dunia.

56

2. Teater terbuka

Letak teater terbuka atau yang biasa disebut sebagai teater terbuka

tasik kardi, letaknya persis di depan gedung „perpustakaan pink‟.

Teater ini berbentuk lingkaran dengan tempat duduk disekelilingnya

yang berbentuk seperti anak tangga. Biasanya digunakan untuk

pementasan teater.

3. Mushola

Dibangun pada tahun 2004 dengan lebar sekitar 5x6 meter. Letak

mushola berada di dalam Rumah Dunia. Biasanya sering digunakan

oleh masyarakat umum apabila di Rumah Dunia sedang ada acara.

4. Perpustakaan

Perpustakaan yang disediakan di TBM Rumah Dunia terdiri dari tiga

macam, yaitu perpustakaan yang kini disebut „perpustakaan pink‟,

perpustakaan surowoswan dan perpustakaan keliling. Untuk

perpustakaan pink diberi nama rintisan balai belajar bersama.

Didirikan pada tahun 2010 dan pernah direnovasi pada tahun 2014.

Perpustakaan ini merupakan perpustakaan istana komik dan

perpustakaan untuk orang dewasa.

Kedua, perpustakaan surosowan yaitu perpustakaan yang ada di

auditorium surosowan. Didirikan dengan tujuan untuk mendekatkan

buku kepada anak-anak di lingkungan sekitar. Koleksi di perpustakaan

ini sebagian besar merupakan koleksi buku anak-anak, namun tidak

57

menutup kemungkinan kalau perpustakaan ini disediakan untuk

umum.

Sedangkan perpustakaan keliling, merupakan hadiah dari Majalah

Ummi pada 31 Mei 2014 sebagai wujud syukur merayakan ulang

tahun yang ke-25. Mobil baca ini kemudian dijadikan sebagai salah

satu program dan diberi nama „Pusling Rumah Dunia‟ (Perpustakaan

Keliling Rumah Dunia). Pusling Rumah Dunia dilaksanakan sebulan

sekali pada Sabtu dan Minggu. Crew dari Pusling Rumah Dunia

berjumlah sepuluh orang, kesepuluh orang tersebut adalah relawan

Rumah Dunia. Mereka nantinya akan merangkap sebagai mentor di

setiap kegiatan di lokasi tempat singgah.

Pusling Rumah Dunia diadakan di kampung-kampung di wilayah

Banten. Tidak sekedar singgah dan membuka layanan peminjaman

buku saja, tapi ada kegiatan lain berupa: rolling buku, eksebishi

menggambar bagi 50 anak, pertunjukkan seni (baca puisi, teater dan

musik), pemutaran film dan pelatihan menulis, teater dan teknologi.

5. Pendopo

Bangunan yang terletak di halaman Rumah Dunia ini didirikan pada

tahun 2013. Pendopo sering digunakan untuk acara diskusi terbuka.

6. Auditorium Surosowan

Auditorium surosowan berada di halaman depan Rumah Dunia.

Didirikan pada tahun 2013. Biasanya auditorium ini digunakan ketika

58

ada acara besar di Rumah Dunia, seperti acara rapat persiapan dan

pembentukan komunitas film banten dan berbagai macam acara

seminar.

7. Laboratorium Komputer Rumah Dunia

Pada Novermber 2008, laboratorium komputer didirikan. Ada sekitar

lima buah komputer sumbangan dari XL dan Yayasan Nurani Dunia

yang disimpan diruangan itu. Adapun tujuan didirikannya

laboratorium komputer tersebut agar masyarakat sekitar tidak gagap

teknologi.

Sedangkan ukuran laboratorium komputer sendiri sekitar 3 x 7 meter

(24 meter persegi). Dinding luarnya ditempeli batu alam, atap asbes,

dua pintu (sisi utara dan selatan) serta 4 jendela. Namun kini

laboratorium komputer sudah jarang digunakan, hal itu disebabkan

karena banyak komputer yang sudah rusak dan tidak diperbaiki.

8. Lapangan Badminton Terbuka

Lapangan badminton biasanya digunakan oleh masyarakat umum,

terutama dipakai oleh anak-anak di sekitar Rumah Dunia untuk

bermain.

59

7. Program Kegiatan

Taman bacaan masyarakat Rumah Dunia, mempunyai beberapa program

kegiatan yang nantinya dibagi menjadi program kegiatan regular dan

kegiatan unggulan. Adapun program kegiatan tersebut sebagai berikut:

a. Kegiatan Regular

Rumah Dunia mempunyai kegiatan regular, di mana kegiatannya

dilaksanakan hampir setiap hari di Rumah Dunia. Adapun rincian

kegiatannya sebagai berikut:

Tabel. 4

Kegiatan Regular

No. Hari Waktu Kegiatan

1. Senin dan

Selasa

13.00-17.00 WIB Wisata Gambar

2. Rabu 13.00-17.00 WIB Wisata Mengarang

3. Kamis 13.00-17.00 WIB Wisata Lakon

4. Jumat 13.00-17.00 WIB

Wisata Dongeng dan

English on Friday

5. Sabtu Klub Diskusi Rumah

Dunia

6. Minggu Kelas Bahasa Inggris dan

Bahasa Jerman

Kelas Menulis Rumah

Dunia oleh Gol A Gong

dan Majelis Puisi oleh

Toto ST Radik

60

b. Kegiatan Unggulan

Diluar kegiatan regular yang dilaksanakan hampir setiap hari, Rumah

Dunia juga mempunyai kegiatan unggulan. Kegiatan ini diadakan

untuk merayakan hari besar nasional dan program rutin yang

dilaksanakan sebulan sekali atau setahun sekali. Adapun rincian

kegiatannya sebagai berikut:

Tabel. 5

Kegiatan Unggulan

No. Bulan Kegiatan

1 Maret Pesta ulang tahun Rumah Dunia

2. April Hari Kartini

World Book Day

3. Mei Hari Buku Nasional

4. Juli Pesta Anak

5. Agustus Proklamasi RI

Keranda Merah Putih

6. Nyenyore (biasanya diadakan setiap bulan

puasa) dan kado lebaran

Selain itu ada juga kegiatan lainnya seperti:

1. Gong traveling

2. Jambore taman bacaan masyarakat

3. Ode kampung

4. Bazar buku

5. Jumpa pengarang

6. Pelatihan menulis

61

7. Lomba pembacaan puisi

8. Pertunjukan teater

B. HASIL PENELITIAN

Berdasarkan tujuan penelitian, penulis akan memaparkan hasil penelitian yang

penulis peroleh melalui metode wawancara. Adapun hasil penelitian yang

diperoleh sebagai berikut:

1. Usaha yang dilakukan oleh TBM Rumah Dunia dalam

pemberdayaan masyarakat melalui program literasi informasi.

Sebagai salah satu komunitas yang ada di Banten, TBM Rumah Dunia

mempunyai program-program yang di laksanakan setiap hari atau setiap

bulannya untuk pemberdayaan masyarakat. Usaha yang dilakukan oleh

TBM yaitu dengan melaksanakan program tersebut dengan sebaik-

baiknya. Adapun program pemberdayaan masyarakat yang diterapkan

oleh TBM Rumah Dunia sebagai berikut:54

a. Kelas Menulis

Menulis merupakan salah satu keterampilan dan teknik yang dimiliki

oleh seseorang untuk memanfaatkan sarana informasi. Pada TBM

Rumah Dunia, kelas menulis merupakan program unggulan yang

disediakan agar masyarakat mempunyai kemampuan lebih

dibandingkan dengan masyarakat lain. Kelas menulis di Rumah Dunia

diadakan selama enam bulan sekali. Dalam waktu enam bulan itu,

peserta diajarkan teknik menulis, mulai dari menulis feature, essay,

54

Wawancara dengan Gol A Gong, Serang, 26 April 2015

62

artikel sampai cerpen dan puisi. Sampai saat ini, Kelas Menulis

Rumah Dunia (selanjutnya disingkat KMRD) sudah mencapai pada

angkatan 25.55

Tentunya selama pelatihan enam bulan itu, ada manfaat yang

dirasakan oleh peserta kelas menulis. Salah satunya seperti: peserta

KMRD mempunyai ilmu baru dibidang jurnalistik. Selain jurnalistik,

manfaat lain yang dirasakan oleh peserta KMRD selama mengikuti

pelatihan yaitu bisa menghasilkan beberapa tulisan berbentuk cerpen

atau puisi.

Dari pelatihan menulis itulah, Gol A Gong berharap, bahwa kelas

menulis yang dia selenggarakan bisa bernilai ekonomi jika dijalankan

dengan serius. Selama pelatihan, peserta akan dikasih tugas-tugas, lalu

diuji, kemudian direkomendasikan ke penerbit.56

Manfaat tersebut mulai dirasakan oleh salah satu peserta KMRD

angkatan 25, sebagaimana dalam perbincangan non formal melalui

voice note whatsapp antara penulis dengan salah satu peserta KMRD,

sebagai berikut:

“Manfaat yang saya dapatkan selama mengikuti kelas menulis di

Rumah Dunia angkatan 25 ini sangat banyak. Diantaranya melalui

materi jurnalistik, saya banyak belajar mengenai bagaimana cara

menjadi seorang wartawan, cara mewawancari dan bagaimana cara

membuat berita yang baik hingga saya bisa menghasilkan sebuah

55

Hasil keterlibatan dan pengamatan penulis dalam beberapa kegiatan di TBM Rumah

Dunia. 56

Wawancara dengan Gol A Gong, Serang, 26 April 2015

63

berita yang kemudian saya publikasikan dan Alhamdulillah mendapat

pujian dari beberapa teman saya. Selain itu, dari materi fiksi saya

mendapatkan banyak hal berupa bagaimana cara membuat cerpen

yang baik, dengan menerapakan rumus 5 W + 1 H, hingga saya dapat

menghasilkan beberapa cerpen yang Alhamdulillah menurut teman

saya cukup baik. Hal itu tentunya nggak pernah saya dapatkan di

kampus. Hanya saya dapatkan di kelas menulis Rumah Dunia ini.”57

Jika dikaitkan dengan harapan Gol A Gong terhadap peserta kelas

menulis, Ari Aksara belum mampu menjadikan kemampuan yang dia

miliki agar dapat bernilai ekonomi atau diterbitkan di media masa atau

dalam bentuk buku. Namun Ari Aksara sudah mampu menyerap ilmu

yang disampaikan oleh Gol A Gong selama pelatihan penulis yang

sudah berjalan sekitar lima bulan.

b. Citizen Journalism atau Jurnalisme Warga

Secara tidak langsung, TBM Rumah Dunia mengajarkan kepada

peserta KMRD untuk melakukan kegiatan citizen journalisme. Seperti

apa yang dituturkan oleh salah satu peserta KMRD sebelumnya,

bahwa dia bisa belajar jurnalistik ketika pelatihan menulis.

Biasanya Gol A Gong mengajarkan kepada peserta KMRD untuk

menuliskan berita tentang apa yang peserta KMRD lihat di lingkungan

tempat tinggalnya. Misalnya saat pertemuan kedua pelatihan

jurnalistik di Rumah Dunia, Gol A Gong meminta teman-teman

KMRD untuk menuliskan berita seputar masjid di tempat teman-

57

Karena posisi narasumber berada di Kabupaten Tangerang, sedangkan penulis berada di

Cilegon, maka perbincangan dilakukan melalui voice note whatsapp antara penulis dengan Ari

Aksara, pada 27 April 2015

64

teman KMRD tinggal. Kemudian apabila ada hasil tulisan yang bagus,

tulisan tersebut akan dimuat di www.rumahdunia.com.

Kemudian pada acara-acara selanjutnya, Gol A Gong dan para

relawan Rumah Dunia menekankan pada teman-teman KMRD untuk

terus menuliskan berita di sekitar rumah, sekolah atau kampus mereka.

Hal ini dimaksudkan untuk mengasah kemampuan menulis teman-

teman KMRD.58

c. Gong Travelling

Kegiatan Gong travelling merupakan sebuah kegiatan yang bukan

sekedar jalan-jalan saja, melainkan jalan-jalan sambil menulis buku.

Nantinya hasil dari jalan-jalan tersebut akan ditulis dalam bentuk

cerita kemudian dijadikan sebuah buku. Saat ini Gong travelling sudah

pergi ke dua negara, yaitu Singapore dan Bangkok. Biasanya acara

Gong travelling diadakan sebulan dua kali.59

Kegiatan Gong travelling bukanlah kegiatan yang menghambur-

hamburkan uang dan senang-senang saja. Selama perjalanan di

Singapore atau Bangkok, Gol A Gong berperan sebagai tour guide

yang akan berbicara dan memperkenalkan tentang sejarah dan

kebudayaan negara yang dituju.60

58

Hasil keterlibatan dan pengamatan penulis dalam beberapa kegiatan di TBM Rumah

Dunia. 59

Wawancara susulan dengan Ahmad Wayang, Serang, 30 April 2015 60

Wawancara dengan Gol A Gong, Serang, 26 April 2015

65

Dengan adanya program Gong travelling, diharapkan masyarakat

dapat memahami kebudayaan negara yang dituju. Dari situ, nantinya

mereka akan mengungkapkan apa yang mereka cari dan lihat melalui

sebuah tulisan.

Tentunya acara Gong travelling ini memberikan manfaat untuk

masyarakat yang mengikutinya. Seperti apa yang dituturkan oleh salah

satu masyarakat yang mengikuti kegiatan Gong travelling. Dia jadi

mempunyai cita-cita untuk kuliah di luar negeri. Hal ini dituturkan

ketika terjadi perbincangan non-formal antara penulis dengan

masyarakat yang mengikuti kegiatan Gong travelling ke Singapore:

Salam menuturkan bahwa setelah dia mengikuti kegiatan Gong

travelling, dia yang berasal dari kampung jadi mempunyai spirit untuk

kuliah di luar negeri. Selain itu, dia mempunyai paradigma baru

tentang Indonesia di luar Bagaimana Indonesia yang secara geografis

lebih besar, ternyata ketika di luar negeri begitu kecil. Selain itu,

Salam bisa membandingkan bagaimana pendidikan di Indonesia

dengan di luar negeri, yang pada akhirnya bermuara pada cita-cita

Salam untuk kuliah di luar negeri.61

61

Hasil perbincangan non-formal antara penulis dengan Abdul Salam, Serang, 30 April 2015

66

d. Pertunjukkan teater

Pertunjukkan teater di Rumah Dunia biasanya diadakan setiap sebulan

sampai dua bulan sekali, namun kadang tidak tentu juga. Dulu, Rumah

Dunia aktif dalam melaksanakan pertunjukkan teater, namun sekarang

Rumah Dunia lebih memfokuskan hanya sebagai fasilitator. Misalkan

ada dari komunitas lain yang ingin menampilkan pertunjukan

teaternya, maka pihak Rumah Dunia mengundang mereka untuk

tampil di Rumah Dunia.62

Biasanya mereka tampil di depan pinky

library, tempat yang sengaja disediakan untuk pertunjukkan teater.

Namun kalau dari pihak Rumah Dunia sendiri, ada juga kegiatan

teater. Biasanya yang melatih teater ada Sauni dan teman-teman.

Mereka melatih anak-anak di sekitar kampung Ciloang untuk

berakting. Sedangkan bentuk teater yang ditampilkan dari Rumah

Dunia, biasanya pementasan teater dalam bentuk dramatisasi puisi

atau cerpen. Mereka tampil ketika ada acara besar di Rumah Dunia,

seperti launching dan bedah buku.63

e. Bedah buku

Taman bacaan masyarakat Rumah Dunia juga mempunyai program

bedah buku. Dalam hal ini, biasanya buku-buku yang di bedah di

TBM Rumah Dunia merupakan buku populer dan buku baru.

62

Wawancara susulan dengan Ahmad Wayang, Serang, 30 April 2015 63

Wawancara susulan dengan Ahmad Wayang, Serang, 30 April 2015

67

Untuk buku populer, biasanya yang di bedah merupakan buku-buku

dari pengarang populer seperti: Helvy Tiana Rosa, Pipit Senja,

Habiburrahman El Shirazy dan masih banyak lagi. Ada juga buku baru

yang di launching saat itu dan langsung di bedah.

Kegiatan ini biasanya dilakukan supaya pembaca tahu apa kelebihan

buku tersebut, terutama untuk buku yang baru terbit. Waktu

pelaksanaan acara bedah buku yang diadakan oleh Rumah Dunia tidak

tentu, tergantung pada permintaan orang yang ingin bukunya di bedah

di Rumah Dunia atau ada buku populer seperti bukunya

Habiburrahman El Shirazy, maka mereka mendatangkan penulisnya

langsung.64

f. Ode kampung

Ode kampung merupakan agenda paling favorite di Rumah Dunia,

karena skalanya kegiatannya yang tingkat nasional. Bentuk dari

kegiatan ini adalah diskusi tentang sastra dengan mendatangkan

sastrawan-sastrawan se-Indonesia, misalnya seperti Budi Darma, Putu

Wijaya, Taufiq Ismail, Gunawan Muhammad dan sebagainya.65

Ode kampung berlangsung selama tiga hari. Selama tiga hari tersebut,

para sastrawan diinapkan di rumah warga sekitar Rumah Dunia.

Kegiatan ode kampung ini dilaksanakan dengan tujuan untuk

64

Wawancara susulan dengan Ahmad Wayang, Serang, 30 April 2015 65

Wawancara susulan dengan Ahmad Wayang, Serang, 30 April 2015

68

memberikan pengaruh yang cukup besar bagi regenerasi kesusasteraan

di Indonesia. Selain itu, masing-masing komunitas yang hadir pada

acara ode kampung, diharapkan dapat memacu adrenalin kesustraan

dan menjadi studi banding. Ode kampung bukan hanya sekedar

kegiatan diskusi sastra saja, melainkan ada kegiatan lainnya seperti

workshop menulis dan teater, pertunjukkan, bedah buku dan lain-lain.

Sampai saat ini, kegiatan ode kampung sudah sampai pada ode

kampung ke lima, yaitu dilaksanakan pada 3-5 Desember 2010.

Sebelumnya kegiatan ode kampung ini diadakan hampir setiap tahun,

namun karena keterbatasan dana, maka sampai pada tahun 2015, ode

kampung belum diadakan lagi.

Dari kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh Rumah Dunia, baik itu

kegiatan regular atau unggulan, tentunya TBM Rumah Dunia melalukan

kegiatan promosi dalam memperkenalkan atau memberitahu kegiatan yang

akan dilaksanakan. Adapun usaha yang dilakukan dalam memperkenalkan

kegiatan yang ada di Rumah Dunia melalui media online seperti facebook,

twitter atau rumahdunia dot com. Selain itu, Rumah Dunia juga melakukan

kegiatan promosi dengan cara menyebarkan undangan atau leaflet. Sering juga

Rumah Dunia bekerja sama dengan tv lokal atau nasional. Untuk tv nasional

biasanya acara yang diliput berupa acara talk show tentang profil Rumah

Dunia.66

66

Wawancara dengan Gol A Gong, Serang, 26 April 2015

69

Antusias masyarakat dengan kegiatan yang dilaksanakan oleh Rumah Dunia

cukup banyak. Misalnya dari acara untuk anak-anak, banyak anak-anak yang

datang ke Rumah Dunia. Seperti acara ulang tahun Rumah Dunia yang baru

dilaksanakan sebulan lalu, banyak anak-anak yang ikut serta dalam

perlombaan menggambar dan mewarnai.67

Adapun ditinjau dari segi perubahan yang dirasakan oleh masyarakat sekitar

sebelum adanya TBM Rumah Dunia dan sesudah adanya TBM Rumah Dunia

sebagai berikut:

a. Segi pendidikan

Sebelum adanya Rumah Dunia, masyarakat sekitar belum begitu peduli

terhadap pendidikan. Anak-anak lebih memilih untuk membantu orang tua

mereka daripada sekolah dan kebanyakan masyarakat sekitar masih

lulusan SD. Para orang tua di kampung Ciloang pun sebagian besar

berprofesi sebagai pedagang, tukang becak, tukang ojeg dan petani.

“Keberadaan Rumah Dunia pada awalnya sudah didukung oleh

masyarakat sekitar. Sehingga ketika Rumah Dunia dibangun di kampung

Ciloang, pola pikir masyarakat mulai berubah. Masyarakat mulai

menganggap bahwa pendidikan itu penting. Para orang tua mulai

memperdulikan nasib anak-anak mereka dan mulai menyekolahkan anak-

anak mereka hingga SMA bahkan sampai kuliah.”68

67

Wawancara dengan Ahmad Wayang, Serang, 26 April 2015 68

Karena narasumber berada di Jakarta dan saat itu kondisinya tidak bisa ditemui, obrolan

dilakukan menggunakan fasilitas facebook messenger dengan Muhzen Den, Cilegon, 1 April 2015

70

Seperti apa yang dirasakan oleh salah satu masyarakat kampung Ciloang

yang kini telah sukses setelah belajar di Rumah Dunia.

Muhzen Den, atau yang akrab disapa dengan kang Deden menuturkan

bahwa dia bergabung di Rumah Dunia sejak kelas 2 SMP. Kang Deden

mendedikasikan dirinya ke Rumah Dunia untuk mengubah hidupnya

dengan terus belajar, sehingga dia bisa menikmato pendidikan sampai

perguruan tinggi. Manfaat secara pribadi, dia bisa mengakses buku dengan

mudah, sehingga jadi gemar membaca dan menulis. Kemudian perubahan

yang dia rasakan ketika bergabung di Rumah Dunia adalah dia jadi

memiliki keluarga sosial yang sama-sama mempunyai mimpi untuk

berubah. Melihat latar belakang keluarga kang Deden yang sebagai anak

pemulung, sehingga dia terbantu dengan adanya Rumah Dunia. Dengan

begitu, dia mempunyai harapan besar untuk semangat belajar dan bercita-

cita. 69

Muhzen Den ini merupakan generasi pertama di kampung Ciloang yang

pertama kali berhasil mendapatkan gelar sarjana pendidikan dari program

studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Sultan Ageng

Tirtayasa dan sampai sekarang mulai banyak teman-teman Muhzen Den

yang mengikuti jejaknya, belajar sampai perguruan tinggi. Kini Muhzen

Den telah menjadi seorang editor di koran Seputar Indonesia.

69

Karena narasumber berada di Jakarta dan saat itu kondisinya tidak bisa ditemui, obrolan

dilakukan menggunakan fasilitas facebook messenger dengan Muhzen Den, Cilegon, 1 Mei 2015

71

Jelas sekali, perubahan yang dirasakan oleh masyarakat kampung Ciloang

setelah berdirinya TBM Rumah Dunia. Berkat adanya Rumah Dunia, kini

banyak masyarakat yang melanjutkan pendidikannya sampai perguruan

tinggi.

b. Seni

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, sebelum adanya Rumah Dunia,

masyarakat cendrung untuk bekerja. Namun setelah adanya Rumah Dunia,

masyarakat mulai kreatif dalam bidang seni. Meskipun belum terlihat

begitu signifikan, namun Rumah Dunia berhasil menjadikan seni sebagai

kegiatan yang menyenangkan.

Adapun kegiatan dalam bidang seni di Rumah Dunia ada dua, yaitu: seni

musik dan seni teater. Untuk seni musik, Rumah Dunia lebih

memfokuskan pada musikalisasi puisi. Bentuk kegiatan ini berupa

menjadikan puisi sebagai sebuah lagu yang nantinya bisa dinyanyikan

dengan diiringi alat musik gitar. Kegiatan ini pertama kali ini rintis oleh

Firman Venayaksa. Kemudian sekarang diteruskan oleh Muhammad Arif

Baehaqi dan teman-teman.70

Selain itu ada juga seni pertunjukkan teater. Seni teater di Rumah Dunia

sudah ada sejak pertama kali Rumah Dunia dibangun, yaitu pada tahun

2002. Yang pertama kali merintis seni teater ini merupakan relawan

70

Hasil keterlibatan dan pengamatan penulis dalam beberapa aktivitas di Rumah Dunia

72

Rumah Dunia terdahulu seperti Teh Nazlah, Kak Budi, Kak Peter, Teh

Mut, Kak Dedi dan Teh Ade.71

Setelah ke enam relawan tersebut, barulah

generasi Suni dan Aeni yang meneruskannya.

Rumah Dunia sudah sering menampilkan pertunjukkan teater, baik tampil

di Rumah Dunia, kampus-kampus di Banten dan pernah juga beberapa kali

tampil di Jakarta. Terakhir pentas pada acara jambore TBM se-Indonesia

yang kebetulan acaranya bertempat di Rumah Dunia. Kemudian setelah

acara itu, mereka diundang oleh dompet dhuafa ke Bulungan, Jakarta

Timur, mereka menampilkan pementasan teater yang berjudul “Dampu

Awang Rumah Dunia.”72

2. Solusi mengatasi kendala dalam melakukan pemberdayaan

masyarakat

Dalam pemberdayaan masyarakat, TBM Rumah Dunia sebagai fasilitator

di lingkungan sekitar, tentunya ada berbagai macam kendala yang

dihadapi. Adapun berbagai macam kendala yang dihadapi oleh TBM

Rumah Dunia dalam melakukan pemberdayaan masyarakat sebagai

berikut:

71

Karena penulis berada di Jakarta, sedangkan narasumber di Serang, sehingga tidak

memungkinkan untuk bertemu. Maka obrolan dilakukan melalui facebook messenger dengan Suni

Ahwa, pada 4 Mei 2015 72

Karena penulis berada di Jakarta, sedangkan narasumber di Serang, sehingga tidak

memungkinkan untuk bertemu. Maka obrolan dilakukan melalui facebook messenger dengan

Suni Ahwa, pada 4 Mei 2015

73

1) Karakter

Karakter merupakan kendala utama yang dihadapi oleh TBM Rumah

Dunia dalam hal pemberdayaan masyarakat. Adanya berbagai sifat

yang datang silih berganti ke Rumah Dunia setiap tahunnya,

merupakan tugas utama Gol A Gong sebagai pendiri sekaligus

penasihat di TBM Rumah Dunia.

Misalnya pada satu kejadian, masyarakat di sekitar Rumah Dunia,

menginginkan Rumah Dunia bisa menyejahterakan masyarakat dalam

hal materi. Namun Rumah Dunia tidak bisa memberikan itu semua.

Hal itu disebabkan karena keterbatasan dana yang dimiliki oleh

Rumah Dunia. Rumah Dunia hanya bisa memberikan ilmunya saja,

lalu mereka yang menerapkan dalam kehidupan sehari-hari. Kasarnya,

Rumah Dunia hanya bisa memberikan umpan, bukan ikan.73

Itu

merupakan salah satu contoh karakter yang ada, jadi tugas Gol A

Gong dan relawan Rumah Dunia yaitu perlahan mengubah karakter

dan pola pikir masyarakat.

Untuk mengatasi masalah perbedaan karakter tersebut, Rumah Dunia

memberikan pengertian kepada masyarakat atau orang luar yang

datang ke Rumah Dunia untuk belajar agar mereka bisa mengubah

karakter yang tidak baik menjadi baik. Karakter yang dibawa dari

73

Wawancara dengan Ahmad Wayang, Serang, 26 April 2015

74

rumah ke Rumah Dunia didiskusikan bersama sampai akhirnya

masyarakat menyadari bahwa kolektifitas itu penting.74

Selain itu, Gol A Gong terus berupaya untuk memberikan yang

terbaik kepada masyarakat yang ingin belajar. Meskipun tidak dapat

memberikan bantuan secara materi, namun Gol A Gong mengajarkan

kepada relawan untuk memberikan tenaga, pikiran dan waktunya

untuk didedikasikan kepada masyarakat. Menurut Gol A Gong, ini

merupakan jihad di jalan Allah, karena dia sebagai orang yang

dituakan di Rumah Dunia harus mencontohkan bahwa harus total

dalam mengurusi Rumah Dunia, termasuk menghadapi perbedaan

karakter yang ada di masyarakat.75

2) Sarana dan prasarana

Kendala selanjutnya yang dihadapi TBM Rumah Dunia yaitu sarana

dan prasarana. Meskipun jika dilihat sekilas mata, TBM Rumah

Dunia sudah mempunyai gedung yang terlihat mewah, tapi menurut

Gol A Gong gedung tersebut belum selesai. Di dalam gedung

tersebut, ada sarana yang sebenarnya belum lengkap, misalnya audio

visual. Gol A Gong menginginkan di Rumah Dunia bisa memutar

film setiap minggunya, sehingga ada kegiatan nonton bersama di

Rumah Dunia.76

Namun karena karena ketebatasan infocus yang ada

satu buah dan kadang dipakai untuk kegiatan perpustakaan keliling

74

Wawancara dengan Gol A Gong, Serang, 26 April, 2015 75

Wawancara dengan Gol A Gong, Serang, 26 April 2015 76

Wawancara dengan Gol A Gong, Serang 26 April 2015

75

juga, menyebabkan kegiatan nonton bersama di Rumah Dunia belum

terlaksana sepenuhnya.

Selain itu, fasilitas seperti komputer dan ruang sekretariat masih apa

adanya. Meskipun dulu Rumah Dunia sempat mendapatkan komputer

beberapa unit dari sponsor, namun untuk saat ini komputer yang ada

di Rumah Dunia hanya tinggal satu buah. Itu pun kadang sering rusak

dan terkena virus. Kemudian, sekretariat yang belum sempurna juga

merupakan salah satu kendala di Rumah Dunia. Gol A Gong

menginginkan ruang sekretariat bisa diperbaiki lagi supaya bisa

digunakan untuk kegiatan rapat pengurus atau hal yang lainnya.

Untuk mengatasi masalah tersebut, Gol A Gong berupaya untuk

mencari dana tambahan dari usahanya sendiri. Hal ini disebabkan

karena dari pihak pemerintah kurang mendukung pada komunitas

yang terlalu mengkritik Banten. Gol A Gong beserta Rumah Dunia

memang kurang suka terhadap pemerintah Banten, apalagi terhadap

masalah korupsi.

Oleh karena itu, Gol A Gong lebih senang mencari dana sendiri,

misalnya dengan cara para relawan atau peserta Rumah Dunia

menerbitkan buku, lalu keuntungan dari hasil penjualan buku tersebut

disumbangkan ke Rumah Dunia untuk membantu acara-acara

selanjutnya. Selain itu, saat ini Gol A Gong sedang merintis film layar

76

lebar, kalau box office sebagian dananya akan disisihkan untuk

memperbaiki sarana dan prasarana di Rumah Dunia.77

Meskipun ada beberapa kendala yang dihadapi oleh Rumah Dunia, Gol A

Gong berharap bisa menjadikan Rumah Dunia dan kampung Ciloang

sebagai kampung kreatif. Konsepnya dengan menyediakan kios-kios di

sekitar Rumah Dunia. Dengan adanya kampung kreatif, nantinya orang-

orang yang datang ke Rumah Dunia dan ingin membeli oleh-oleh khas

Banten, Rumah Dunia bisa menyediakannya. Seperti kaos Banten, buku

karya anak-anak Banten dan sebagainya. Tentu semua itu butuh usaha dan

kerja keras, terutama modal yang tidak sedikit.78

Oleh karena itu, Gol A

Gong terus berupaya untuk mengumpulkan dana demi harapannya

tersebut.

C. PEMBAHASAN

1. Usaha yang dilakukan oleh TBM Rumah Dunia dalam pemberdayaan

masyarakat melalui program literasi informasi.

Taman bacaan masayarakat (selanjutnya disingkat TBM), dapat dijadikan

sebagai salah satu alternatif dalam memperoleh informasi dan ilmu

pengetahuan secara gratis. TBM dapat lebih berarti apabila dapat

memberdayakan masyarakat di lingkungan sekitar agar lebih maju dan

peduli akan pentingnya pendidikan.

77

Wawancara dengan Gol A Gong, Serang, 26 April 2015 78

Wawancara dengan Gol A Gong, Serang, 26 April 2015

77

Begitu juga pada TBM Rumah Dunia. TBM Rumah Dunia ini merupakan

TBM yang berada di daerah Banten, tepatnya di kampung Ciloang,

Serang, yang bisa dikatakan cukup terkenal sehingga namanya sudah

menyebar ke nasional.

Menurut Gol A Gong, selaku Presiden taman bacaan masyarakat periode

22 April 2010-22 April 2015, menuturkan bahwa salah satu usaha yang

dilakukan TBM Rumah Dunia dalam pemberdayaan masyarakat melalui

program literasi informasi, yaitu dengan cara memberitahu bahwa kelas

menulis yang ada di Rumah Dunia dapat bernilai ekonomis, jika para

peserta mengikuti silabus dan mengerjakan tugas-tugas yang dikasih,

maka Gol A Gong akan merekomendasikan ke penerbit.79

Berikut ini penjelasan mengenai pemberdayaan masyarakat melalui

program literasi informasi pada TBM Rumah Dunia, jika dikaitkan

berdasarkan teori mengenai literasi informasi pada TBM yang

diungkapkan oleh Ella Yulaelawati diantaranya:

a. Membaca bersama

Membaca merupakan salah satu bentuk dari literasi informasi. Dengan

membaca, kita bisa tahu peristiwa masa lalu dan masa sekarang yang

terjadi di lingkungan sekitar. Begitu juga dengan kegiatan literasi

informasi yang satu ini di taman bacaan masyarakat.

79

Wawancara pribadi dengan Gol A Gong, Serang, 25 April 2015

78

Bentuk kegiatan yang ada pada TBM Rumah Dunia biasanya

dilakukan ketika para relawan menyuruh teman-teman KMRD untuk

membaca satu buah novel atau cerpen. Dari hasil membaca tersebut

kita menuliskannya ke dalam bentuk narasi yang kemudian dibacakan

dan disampaikan kepada teman-teman yang lain.

b. Menulis bersama penulis

Menulis merupakan salah satu bentuk dari literasi informasi. Dengan

menulis berarti kita berusaha menjadi orang yang literat informasi,

karena menulis merupakan cara menyebarkan informasi dengan bentuk

tulisan.

Begitu juga pada TBM Rumah Dunia. Rumah Dunia mempunyai

program unggulan, yaitu kelas menulis. Kelas menulis di Rumah

Dunia ini diajarkan langsung oleh Gol A Gong.80

Tentunya nama Gol

A Gong sudah cukup dikenal oleh orang-orang penggiat literasi.

Kelas menulis Rumah Dunia diadakan enam bulan sekali, saat ini

sudah mencapai pada angkatan 25. Di kelas menulis inilah, Gol A

Gong mengajarkan peserta KMRD cara menulis, mulai dari menulis

berita, esay, artikel, opini, cerpen, puisi sampai novel.

c. Pertunjukkan teater

80

Penulis Balada si Roy dan telah menulis lebih dari 50 buku.

79

Pertunjukkan teater, bukan hanya sekedar kegiatan bermain peran saja.

Melainkan sebuah bentuk kegiatan menerjemahkan teks ke dalam

bentuk ekspresi, yaitu dengan cara pementasan atau pertunjukkan

teater.

Taman bacaan masyarakat Rumah Dunia juga memiliki program

teater. Biasanya Rumah Dunia menampilkan teater ke dalam bentuk

dramatisasi puisi atau cerpen. Namun tidak jarang juga Rumah Dunia

menampilkan pertunjukkan teater dalam bentuk bermain peran. Anak-

anak di sekitar Rumah Dunia, biasanya diajarkan oleh relawan Rumah

Dunia untuk beradu akting. Teater Rumah Dunia pernah juga tampil di

berbagai kampus di Serang dan diundang ke Jakarta dalam berbagai

acara.

d. Bedah Buku

Mengacu pada Petunjuk Teknis Pengajuan dan Pengelolaan Taman

Bacaan Masyarakat, bedah buku merupakan salah satu kegiatan

literasi. Dengan adanya bedah buku, masyarakat bisa mengenali

informasi apa saja yang ada pada buku tersebut. Pihak pengelola TBM

baiknya dapat mengundang penulisnya langsung. Namun apabila hal

ini tidak memungkinkan, bisa juga dilakukan share sesama pembaca

untuk mengulas isi satu buku tersebut.

80

Pada TBM Rumah Dunia, juga memiliki program bedah buku.

Biasanya buku-buku yang dibeda di TBM Rumah Dunia merupakan

buku populer dan buku baru. Untuk buku populer, biasanya yang

dibedah merupakan buku-buku dari pengarang populer seperti Helvy

Tiana Rosa, Pipit Senja, Habiburrahman El Shirazy dan masih banyak

lagi. Yang lebih menariknya lagi, TBM Rumah Dunia mendatangkan

langsung penulis-penulis ternama tersebut.

e. Belajar Jurnalisme warga

Jurnalisme warga atau yang biasa dikenal dengan sebutan citizen

journalism, bisa dikategorikan sebagai salah satu bentuk kegiatan

literasi informasi. Karena secara tidak langsung, masyarakat belajar

menyebarkan informasi dari warga untuk warga. Contoh sehari-hari

yang biasa kita lihat di televisi adanya kiriman video amatir.

Pada TBM Rumah Dunia, Gol A Gong mengajarkan kepada setiap

peserta KMRD untuk menuliskan berita tentang apa yang peserta

KMRD lihat di lingkungan tempat tinggalnya. Misalnya saat

pertemuan ke dua pelatihan jurnalistik di Rumah Dunia, Gol A Gong

meminta teman-teman KMRD untuk menuliskan berita seputar masjid

di tempat teman-teman KMRD tinggal. Hasil berita yang bagus akan

dimuat di www.rumahdunia.com.

81

2. Solusi mengatasi kendala dalam melakukan pemberdayaan

masyarakat

Menurut Lowe, dalam artikelnya yang berjudul Pemberdayaan Masyarakat

dalam Perspektif Pengukuran Pemberdayaan Masyarakat Komunitas

Lokal, secara umum ada tiga hal yang menjadi kelemahan TBM di

Indonesia, diantaranya: Fear, Role Clarity dan Resistance to Change.81

Dari ke tiga hal tersebut, sevara umum role clarity lah yang menjadi

kendala utama pada TBM Rumah Dunia.

Sebagai wadah untuk mencerdaskan dan membentuk generasi baru, ada

dua hal yang menjadi kendala yang dihadapi oleh TBM Rumah Dunia,

diantaranya: karakter dan sarana. Jika dikaitakan dengan teori,

penjelasannya sebagai berikut:

d. Ketakutan (fear)

Fear atau ketakutan merupakan bentuk pemberdayaan yang lebih

menunjukkan pada rasa takut yang dialami oleh individu. Pada TBM

Rumah Dunia, ditunjukkan pada peserta KMRD yang baru pertama

kali belajar di Rumah Dunia. Gol A Gong sering memberikan tugas

kepada peserta KMRD, ketika seminggu kemudian Gol A Gong atau

relawan Rumah Dunia meminta untuk mengumpulkan tugas, ada

beberapa peserta KMRD yang merasakan ketakutan karena tidak

mengumpulkan tugas.

81

A. Priyanta, Pemberdayaan Masyarakat dalam Persepektif Pengukuran Pemberdayaan

Masyarakat Komunitas Lokal

82

Ada juga, jika peserta KMRD melakukan kesalahan dalam

mengerjakan tugasnya, selanjutnya mereka takut tidak didukung lagi.

Padahal pada kenyataanya, baik Gol A Gong ataupun relawan Rumah

Dunia sangat toleran kepada peserta KMRD. Jika mereka tidak

mengumpulkan tugas, itu terserah mereka. Gol A Gong dan relawan

Rumah Dunia hanya memfasilitasi saja.

Solusi untuk mengatasi masalah tersebut yaitu hampir setiap

pertemuan Gol A Gong dan relawan Rumah Dunia selalu memberikan

motivasi kepada peserta KMRD untuk selalu mengerjakan tugas yang

diberikan. Gol A Gong mengatakan jangan takut salah kalau

mengerjakan tugas yang diberikan, di Rumah Dunia ini sama-sama

belajar. Jadi diharapkan kepada peserta KMRD untuk selalu

mengerjakan tugas yang diberikan. Dengan begitu, keahlian dalam

membaca dan merangkai kata bisa semakin terasah.

e. Kejelasan peran (role clarity)

Role clarity atau kejelasan peran merupakan ketidaknyamanan dan

kebingungan atas rasa kurang senangnya akibat pemberdayaan

masyarakat. Pada TBM Rumah Dunia, ditunjukkan dengan perbedaan

karakter setiap individu yang datang ke Rumah Dunia. Misalnya,

karena masyarakat tahu bahwa nama Rumah Dunia telah

berkumandang secara nasional atau internasional, maka masyarakat

ingin Rumah Dunia mensejahterakan mereka dalam materi.

83

Namun, Rumah Dunia tidak dapat memenuhi itu semua. Rumah Dunia

hanya bisa memberikan ilmunya saja, bukan materi atau uang

kasarnya. Disini masyarakat kurang terhadap pemahaman untuk

mengenal sesuatu hal yang diperlukan.

Untuk mengatasi masalah tersebut, Gol A Gong terus berupaya

mencari dana dengan merintis film box office. Selain itu, para relawan

Rumah Dunia, peserta KMRD atau masyarakat lain apabila mereka

menerbitkan buku, sebagian dananya disisihkan untuk masuk ke kas

Rumah Dunia.

f. Kecendrungan untuk memilih

Resistance to change atau kecendrungan untuk memilih, terlihat pada

beberapa organisasi baik pada pemimpin atau masyarakat untuk

mempertahankan apa yang sudah dimilikinya dalam mengerjakan

sesuatu. Pada masyarakat sekitar TBM Rumah Dunia, dulunya orang

tua tidak peduli dengan apa yang dilakukan oleh anak-anak mereka.

Orang tua hanya tahu kalau anak-anaknya sekolah, pulang dan

bermain. Tetapi tidak tahu apa yang dilakukan anak-anak ketika

mereka bermain, keinginan mereka dan apa anak-anak mereka sudah

bisa membaca atau belum. Orang tua cendrung memikirkan diri sendiri

dan mencari uang, sehingga anak-anak mereka kurang diperhatikan.

84

Solusi untuk mengatasi masalah tersebut yaitu Rumah Dunia ingin

memfokuskan pendidikan kepada anak-anak terlebih dahulu. Setelah

itu, bertahap ke remaja dan dewasa.82

Ada baiknya pemerintah ikut serta memberikan bantuan dalam kegiatan

yang diadakan oleh Rumah Dunia. Karena setelah saya berada di Rumah

Dunia kurang lebih sekitar lima bulan dan mengikuti beberapa kegiatan

yang diadakan oleh Rumah Dunia, kegiatan tersebut sangatlah bagus.

Sangat disayangkan jika pihak pemerintah kurang peduli terhadap kegiatan

yang ada di Rumah Dunia. Kegiatan tersebut sangat membantu

masyarakat, apalagi ketika Rumah Dunia berhasil mengubah pandangan

masyarakat terhadap pentingnya pendidikan dan sudah ada masyarakat

yang berhasil melanjutkan pendidikan sampai perguruan tinggi bahkan

sekarang sudah ada yang bekerja di koran atau televisi nasional.

Setidaknya, pemerintah sadar dan memberikan dukungannya terhadap

Rumah Dunia.

82

Wawancara dengan Muhzen Den, Cilegon, 18 Mei 2015

85

BAB V

PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis tentang kesuksesan

taman bacaan masyarakat Rumah Dunia dalam pemberdayaan masyarakat melalui

program literasi informasi, maka diperoleh kesimpulan dan saran sebagai berikut:

A. Kesimpulan

1. Sebagai sebuah TBM yang mempunyai visi mencerdaskan dan

membentuk generasi baru, TBM Rumah Dunia telah sukses dalam hal

melakukan pemberdayaan masyarakat melalui program literasi

informasi. Program pemberdayaan masyarakat yang ada pada TBM

Rumah Dunia terdiri dari enam program literasi informasi. Adapun ke

enam program literasi informasi sebagai berikut: kelas menulis Rumah

Dunia, Jurnalisme warga atau citizen journalism, Gong travelling,

pertunjukkan teater, bedah buku dan Ode kampung.

2. Dalam melakukan program pemberdayaan masyarakat, tentunya TBM

Rumah Dunia memiliki kendala yang dihadapi, diantaranya: karakter

dan sarana dan prasarana. Karakter yang berbeda-beda mengharuskan

Gol A Gong dan para relawan Rumah Dunia untuk mengubah karakter

yang kurang baik menuju karakter yang lebih baik. Sedangkan sarana

dan prasarana, TBM Rumah Dunia masih belum sempurna. Gedung

yang belum selesai serta ruangan sekretariat dan jumlah komputer

86

yang hanya satu buah menjadikan TBM Rumah Dunia belum

maksimal dalam melaksanakan program pemberdayaan masyarkat.

3. Untuk mengatasi kendala yang dihadapi, TBM Rumah Dunia

melakukan berbagai macam cara, diantaranya: untuk kendala karakter,

TBM Rumah Dunia memberikan pengertian kepada masyarakat atau

orang luar yang datang ke TBM Rumah Dunia untuk bisa mengubah

karakter yang kurang baik menjadi baik. Sedangkan untuk sarana dan

prasarana, Gol A Gong dan relawan Rumah Dunia berupaya untuk

mencari dana tambahan. Yaitu dengan cara menerbitkan buku yang

nantinya royalty dari buku tersebut akan disumbangkan kepada TBM

Rumah Dunia. Selain itu, Gol A Gong juga sedang merintis film layar

lebar, kalau box office, sebagian dananya akan disumbangakan untuk

memperbaiki sarana dan prasarana di TBM Rumah Dunia.

B. Saran

1. Program pemberdayaan masyarakat yang ada pada TBM Rumah Dunia

sudah sangat bagus. Untuk program gong travelling, alangkah baiknya

disediakan secara gratis untuk masyarakat yang berprestasi dan kurang

mampu. Hal itu bisa berguna agar masyarakat yang berprestasi tersebut

bisa mengenal budaya selain Indonesia.

2. Lebih ditingkatkan lagi dalam hal pembentukkan karakter masyarakat.

Misalnya dengan cara membuat program pendidikan karakter, agar

masyarakat bisa berpikir lebih luas lagi.

87

3. Taman bacaan masyarakat Rumah Dunia harus lebih giat lagi membuat

wirausaha, seperti: memjual kaos Banten, makanan khas Banten atau

kerajinan tangan Banten. Nantinya keuntungan dari usaha tersebut bisa

digunakan untuk menambah kas Rumah Dunia dan bisa memperbaiki

fasilitas yang ada di Rumah Dunia.

88

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Anwar, Manajemen Pemberdayaan Perempuan: Perubahan Sosial Melalui

Pembelajaran Vocational Skills pada Keluarga Nelayan. Bandung: Alfabeta,

2007.

Diao Ai Lien dkk. Literasi Informasi: Tujuh Langkah Knowledge Management.

Jakarta: Universitas Atma Jaya, 2010.

Departemen Pendidikan Nasional, Pedoman Pengelolaan Taman Bacaan

Masyarakat (TBM). Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah,

2006.

Ella Yulaelawati, ed., Taman Bacaan Masyarakat Kreatif. Jakarta: Kementrian

Pendidikan Nasional, 2010

Firman Venayaksa, dkk., Relawan Dunia. Jakarta: Kepustakaan Populer

Gramedia, 2011.

Gol A Gong dan Agus M. Irkham, Gempa Literasi: Dari Kampung untuk

Nusantara. Jakarta, Kepustakaan Populer Gramedia, 2012

89

Helen M Thompson dan Susan A. Henley. Fostering Information Literacy:

Connecting National Standards Goals 200, and the SCANS Report. Colorado:

Teacher Ideas Press, 2000.

Irawan Soehartono. Metode Penelitian Sosial: Suatu teknik Penelitian Bidang

Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 2011.

Imam Gunawan. Metode Penelitian Kualitatif; Teori dan Praktik. Jakarta: Bumi

Aksara, 2013.

J. Pincoot. Success. Penerjemah Ratih Purnamasari. Bandung: Salamadani, 2008.

Kemendikbud. Petunjuk Teknis Pengajuan dan Pengelolaan Taman Bacaan

Masyarakat Tahun 2012. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Anak

Usia Dini, Non Formal dan Informal, 2012.

Michael B Eisenberg, dkk., Information Literacy: Essential Skills for the

information Age. Libraries Unlimited: Westpost, 2004.

Muhammad. Metode Penelitian Bahasa. Yogyakarta: Ar-ruzz Media, 2011.

Muhsin Kalida, Jogja TBM Kreatif. Yogyakarta: Forum Taman Bacaan

Masyarakat Daerah Istimewa Yogyakarta, 2012.

Prasetya Irawan, Logika dan Prosedur Penelitian. Jakarta: STIA-LAN, 1999.

90

Percy “Master P” Miller, Guaranteed Success: Bila Anda Pantang Menyerah.

Penerjemah Isma Noor Anggraini. Bandung: PT. Salamadani Pustaka

Semesta, 2008.

Ratih Rahmawati dan Blasius Sudarsono, Perpustakaan Untuk Rakyat: Dialog

Anak dan Bapak. Jakarta: Sagung Seto, 2012.

Relecky Saragih. What Is Success. Jakarta: Grasindo, 2015.

Rosa Widyawan. Pelayanan Referensi Berawal dari Senyuman. Bandung: CV.

Bahtera Ilmu, 2012.

Sari Wahyuni. Qualitative Research Method. Jakarta: Salemba Empat, 2012.

Sutarno, NS. Membina Perpustakaan Desa. Jakarta: Sagung Seto, 2008.

ARTIKEL JURNAL

Philllips Imam HW, “Studi Komparatif Pentingnya Literasi Informasi Bagi

Mahasiswa,” Visi Pustaka, Vol. 15 No. 2 (Agustus, 2013)

Rafi Ramadhan, “Analisis Aktifitas Pemberdayaan Masyarakat dalam

Meningkatkan Minat Baca pada Komunitas Insan Baca,” Media Libri-Net

Vol. 2 No. 2 (Juli, 2013)

91

Rhoni Rodin, “Literasi Informasi di Perpustakaan Perguruan Tinggi,” Media

Pustakawan, Vol. 20 No. 4 (2013)

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Republika Indonesia, Undang-undang tentang Taman Bacaan Masyarakat No.

169 Tahun 2009, Pasal II, Bab 2, dalam Peraturan Gubernur Provinsi

Daerah Khusus Ibukota Jakarta.

WEB

Agus Purbathin Hadi. “Konsep Pemberdayaan, Partisipasi dan Kelembagaan

dalam Pembangunan.” Artikel diakses pada 1 April 2015 dari

www.suniscome.50webs.com

Arif Rifai Dwiyanto, “Peran Perpustakaan Nasional RI dalam Mengembangkan

Literasi Informasi sebagai Amanat Konstitusi.” Artikel diakses pada 1 April

2015 dari www.pnri.go.id

Alexandra Landmann, “Taman Bacaan Masyarakat dan Budaya Lisan

Masyarakat Adat Kanekes,” Artikel diakses pada 17 Maret 2015 dari

http://wiwitan.org

A. Priyatna “Pemberdayaan Masyarakat dalam Perspektif Pengukuran

Keberdayaan Komunitas Lokal,” artikel diakses pada 18 Mei 2015 dari

file.upi.edu

92

Cholisin. “Pemberdayaan Masyarakat.” Artikel diakses pada 6 April 2015 dari

staff.uny.ac.id

Gol A Gong. “Redaksi” diakses pada 20 Desember 2014 dari

rumahdunia.com/isi/about

Gol A Gong. “Rumah Dunia.” Diakses pada 1 April 2015 dari

rumahdunia.com/isi/profil-rumah-dunia

Tri Hardiningtyas, “Taman Bacaan Masyarakat: sebagai mitra perpustakaan,”

artikel diunduh pada 17 Maret 2015 dari http://pustaka.uns.ac.id

Yusuf Dzul Ikram Al-Hamidy, “Kemampuan Literasi Informasi Mahasiswa pada

Layanan American Corner di UPT Perpustakaan IAIN Walisongo

Semarang menurut Association Of College and Research Library” artikel

diakses pada 2 April 2015 dari ejournal-s1.undip.ac.id

HASIL WAWANCARA

Wawancara pribadi dengan Gol A Gong. Serang, 26 April 2015

Wawancara pribadi dengan Ahmad Wayang. Serang, 26 April 2015

Wawancara pribadi dengan Ahmad Wayang. Serang, 30 April 2015

Wawancara pribadi dengan Gol A Gong. Serang, 31 Juli 2015

93

OBROLAN NON-FORMAL

Obrolan non formal dengan Ari Aksara melalui voice note whatsapp, Cilegon, 27

April 2015

Obrolan non formal dengan Abdul Salam, Serang, 30 April 2015

Obrolan non formal dengan Muzen Den melalui facebook messenger, Cilegon 1

Mei 2015

Obrolan non formal dengan Muzen Den melalui facebook messenger, Cilegon 18

Mei 2015

Obrolan non formal dengan Suni Ahwa melalui facebook messenger, Cilegon 1

Mei 2015

Lampiran

Sarana dan Prasarana

Rak koleksi Ruang baca

Tempat pementasan teater Pinky library

Auditorium Surosowan

Kelas menulis Rumah Dunia

*)

Kunjungan mahasiswa ke Rumah Dunia

Pertunjukkan teater **)

Kegiatan Gong Travelling *)

Musikalisasi Puisi

Perpustakaan keliling Rumah Dunia *)

Launching dan bedah buku

Temu penulis

*)

Ketetangan:

*) Foto diambil dari facebook Gol A Gong dan Tias Tatanka

**) Foto diambil dari facebook Suni Ahwa

TRANSKRIP WAWANCARA

Informan : Gol A Gong (inisial G)

Jabatan : Pendiri Taman Bacaan Masyarakat Rumah Dunia

Tanggal Wawancara : 26 April 2015

Waktu : 09.25-10.00

A. Pertanyaan Umum

Penulis : Bagaimana arti literasi informasi sendiri menurut bapak?

G : Literasi itu kan kalau secara terminologi itu keaksaraan, ya;

keaksaraan difungsikan. Jadi literasi buat saya, satu upaya dari

kita untuk meningkatkan kualitas hidup. Jadi bagaimana, ehem…

literasi itu kita berdayakan memiliki e… daya guna, berdaya

gunalah. Apalagi jika bisa bernilai ekonomi. Nah maka untuk

mencapai nilai ekonomi sebenarnya ada profesi literasi informasi

itu, yaitu wartawan, script writer, eee… apalagi, pengarang ya,

esayes, pokoknya semua pekerjaan yang berhubungan dengan

literasi, copy writer penulis iklan. Kalau tour guide literasi bukan,

Ned? Heh. Tour Guide. Tour guide juga sebenarnya bagian dari

literasi karena ada proses membaca disana. Nah itu yang

sebetulnya yang ingin saya bagikan di Rumah Dunia. Juned salah

satu eee… berbeda dari yang lain. Eee… Selain wartawan dia

meniru jejak saya tuh sebagai tour guide. Hehehe.

Penulis : Jadi dari kemampuan literasi informasi itu dapat meningkatkan

kualitas hidup ya?

G : He.. Eh kualitas hidup. Dengan literasi. Terus apa literasi

informasi, dengan apa ya tadi, keterampilan menulis.

Penulis : Program literasi informasi apa saja yang ada di TBM Rumah

Dunia?

G : Gimana?

Penulis : Program literasi informasi yang ada di TBM Rumah Dunia apa

saja?

G : Di Rumah Dunia maksudnya? Kelas menulis sudah pasti. Wisata

mengarang untuk anak-anak. Eee… Diskusi ya diskusi… Eee…

Merayakan hari-hari besar misalnya kaya world book day hari ini.

Terus ada… yang sifatnya kegiatan regular yang tadi kelas

menulis, majelis puisi, wisata mengarang, ada wisata study. Terus

ada yang sifatnya perayaan. Disitu lebih ke out comenya ya.

Bagaimana manfaatnya dari proses eee… apa stimulus-stimulus

tadi disimulasikan dalam bentuk perayaan, yaitu launching buku,

disitu udah ada manfaatnya, dampaknya, impactnya itu. Launcing

buku, pembacaan puisi terus pementasan teater; bagaimana teks di

eee… teks ditafsirkan lalu dikonfersi menjadi bentuk lain yaitu

pementasan teater. Itu sebenarnya. Seni ya. Jadi berat. Eee… pada

akhirnya bersinggungan dengan seni literasi itu

Penulis : Kalau Gong travelling itu termasuk?

G : He… Eh… Gong travelling itu aaa… betul-betul literasi. Pertama

misalnya yang tadi meningkatkan kualitas hidup. Orang selalu

menganggap jalan-jalan itu menghambur-hamburkan uang.

Dengan 2 juta setengah ke Singapore bisa dapat buku ya, bisa

menulis buku. Disana eee… saya jadi tour guide juga berbeda

bukan hanya sekedar senang-senang tapi bicara soal sejarah,

kebudayaan karakter, eee… ada transformasi eee… apa ya,

transformasi nilailah disana. Itu sebetulnya. Jadi Gong travelling

bagian dari varian produk eee… dari saya ya yang nanti

diupayakan untuk mensubsidi kegiatan literasi tingkat dasar

disini, di Rumah Dunia.

Penulis : Terus kalau selain meningkatkan kualitas hidup ada nggak

tujuan lain dari program literasi informasi ?

G : Program apa?

Penulis : Program literasi informasinya

G : Eee… Sebuah gerakan kebudayaan. Di Rumah Dunia bukan

masjid. Secara konsisten terus menerus memberikan eee…

memberitahu komitmen yang ada di Rumah Dunia bahwa eee…

apa bahwa eee… apa… kita kampanye literasi, berkegiatan di

literasi sesuatu kegiatan yang diwajibkan oleh Allah dan jika apa,

jika kita mengikuti perintah Allah, maka Allah akan membalas.

Kaya gitu.

B. Pertanyaan usaha yang dilakukan oleh TBM Rumah Dunia dalam

pemberdayaan masyarakat

Penulis : Bagaimana usaha yang dilakukan oleh TBM Rumah Dunia

dalam memperkenalkan kegiatan yang ada kepada

masyarakat?

G : Eee… pake komunikasi masa tadi, ya. Misalnya publikasi eee…

kita memakai metode tadi ya komunikasi masa dengan leaflet,

dengan eee… online dot com, website ya, faebook, twitter, cara-

cara seperti eee… yang sangat yang konvensional ya leaflet,

nyebar-nyebarin undangan, SMS. Oh iya satu lagi, eee… program

TV, networking. Kita sering bikin program TV lokal, kalau

program tv nasional kita di support dengan cara talk show, eee…

apa feature, mereka membuat feature profil Rumah Dunia. Itu

bagian dari sosialisasi, dokumentasi, publikasi itu, bagian dari

promosinya.

Penulis : Terus kalau dari pemberdayaan masyarakat sendiri?

G : Ya. Ehm. Pemberdayaannya misalnya eee… ketika ada kelas

menulis saya memberitahu bahwa kelas menulis ini bisa bernilai

ekonomi jika serius. Ya, maka ikuti silabus ini, penuhi tugas-

tugasnya nanti tanpa disadari kualitas dari para peserta itu

meningkat. Memiliki keterampilan, lalu diuji, kan, saya

rekomendasikan ke penerbit, selebihnya terserah masing-masing.

Kalau dia, aah ituu! Pemberdayaannya di sana sebenarnya. Saya

hanya membuka pintu-pintu, setelah itu, selebihnya kualitas dari

masing-masing peserta.

Penulis : Itu dari kelas menulisnya ya?

G : Ya, terutama kelas menulis.

Penulis : Bagaimana perubahan yang dirasakan di masyarakat

sebelum adanya TBM Rumah Dunia dan sesudah adanya

TBM Rumah Dunia?

G : Dalam pendidikan, literasi, ada. Mereka mulai menganggap

bahwa pendidikan itu penting dan seni itu ternyata

menyenangkan. Itu yang saya lihat. Pertama, eee… kami,

keberadaan kami didukung, tidak ada masalah, persoalan anak

kecil nakal kaya gitu, soal sampah kaya gitu, itu bagian dari

dinamika lah. Itu semua tempat ada. Itu bagian dari perjuangan

relawan. Itu pembentukkan karakter relawan. Tapi secara

keseluruhan, eee… pola mikir masyarakat bahwa pendidikan yang

waktu awal saya datang ke sini tidak jadi urusan pertama,

sekarang saya lihat mereka eee… mulai mementingkan sekolah,

anak-anak banyak yang sekolah, walaupun kemudian pada

akhirnya masing-masing anak menentukan eee… pilihannya.

Dengan generasi Deden, Sauni si Aeni itu generasi pertama yang

memang mulai mendapatkan apa, manfaat dari literasi yang ada di

Rumah Dunia.

Penulis : Jadi dalam pendidikan ya, yang lebih terasa?

G : He eh… dan tadi dari seni yang tadi yang kata saya seni lebih

menyenangkan. Mereka senang berteater.

Penulis : Bagaimana peran pemerintah dalam menyelenggarakan

kegiatan yang ada?

G : Eee… saya melihat diskriminatif pemerintah itu. Kalau komunitas

itu tukang ngeritik maka tidak perlu diperhatikan. Itu tampak

sekali, terasa dan saya rasakan itu sejak SMA. Jadi sulit kalau

saya harus mengubah diri saya agar saya tidak kritis, sulit!

Mendingan saya nggak usah baca buku, nggak usah baca buku

ikut saja. Karena saya suka baca buku sehingga saya kritis, itu

susah. Itu manfaat dari membaca buku. Nah kemudian itu menjadi

karakter saya. Itu yang saya lihat diskriminatif, pemerintah

Banten. Ya, diskriminatif. Eee… ya rasanya tidak masuk akallah

kalau komunitas seperti Rumah Dunia tidak di support ya,

misalnya dalam eee… penganggaran misalnya, tidak… tidak…

mereka tidak berpihak ke gerakan yang kami selenggarakan.

Penulis : Jadi tidak pernah ya, pemerintah ikut serta?

G : Kalau disebut nggak pernah, nggak juga. Pernah misalnya… Tapi

itu lebih ke secara pribadi saja. Misalnya, kepala dinas yang

memahami itu, maka kami diraih, didekati lalu mereka sering

bilang bahwa ini urunan, kaya gitu. Nggak murni dari anggaran.

Karena kami tidak pernah mengajukan proposal. Itu apa… Sering

orang menganggap kalau itu kelemahan kami, ya nggak apa-apa.

Kami tidak… tidak aktif membuat proposal, mengajukan sana

sini, karena itu bahaya buat eee… apa… anak-anak yang belajar

di sini, nanti saya mengajarkan cara modus mendapatkan uang,

jadi programnya enggak. Saya lebih kepada program lalu

meyakini jika program itu bagus, maka rezeki itu akan datang.

Dan itu kamu bisa riset, orang yang sering dapat dana hibah sama

yang tidak seperti Rumah Dunia, Rumah Dunia mah jalan aja

terus sampai dapat gedung. Itu yang… Jadi artinya bukan pada

eee… penting tidaknya hibah, tapi pada SDMnya, relawannya

menjadi kuat, menjadi kreatif, nyetak lah disitu. Nah itu literasi.

Penulis : Berarti kalau dari pemerintahnya langsung nggak ada ya?

G : He…eh nggak. Kecuali di pusat ya. Kebanyakan, kan di pusat tu,

gedung itu dari Menpora, ya bagian dari apresiasi mereka. Mereka

jelas cara kerjanya, ada tim lit… apa… development, input-input

data dari media masa, mereka kelola lalu menjadi… menjadi basic

untuk eee… apa… untuk penyaluran dana. Nah disini nggak ada,

input-input datanya hanya… Itu komunitas itu mendukung nggak,

mendukung nggak.

Penulis : Sejauh ini, adakah masyarakat yang sudah berhasil

menerapkan atau melaksanakan dari program literasi

informasi tersebut?

G : Masyarakat atau perorangan? Kalau masyarakat sebetulnya

berhasil, secara keseluruhan. Saya melihat sering kami nih,

menyebut bahwa Rumah Dunia ini episentrum, titik gempa literasi

maka saya lahir buku gempa literasi itu. Indikatornya Rumah

Dunia sering dijadikan tempat berkumpul… tempat berkumpul,

lalu Rumah Dunia sering menginisiasi, mendukung pendirian

taman bacaan-taman bacaan. Jadi… Kelompok… Masyarakat-

masyarakat ini kemudian membuat komunitas mereka terinspirasi

Rumah Dunia, membuatlah itu di kampung-kampung mereka.

Nah kami men-suport, men-suport, membantu, distribusi buku,

saya datang memotivasi mereka ya Rumah Dunia lah ya,

menghibur. Kita membuat pertunjukkan di sana. Bayangkan kalau

misalkan kami dapat… tidak diberlakukan diskriminatif, dapat

dana seperti komunitas lain, apa yang terjadi. Mungkin

programnya bisa lebih dinamis ya, lebih continu, apa… lebih

konsisten.

Penulis : Kalau dari perorangannya sendiri?

G : Perorangan sendiri… eee… juga kurang maksimal. Lebih pada

orang-orang Banten yang sukses di luar. Jadi ciri-ciri, orang yang

mendukung Rumah Dunia tuh biasanya dia sekolah di luar

Banten, sukses di luar. Lalu mereka eee… yakin bahwa Rumah

Dunia steril, membantu. Kalau orang yang tinggal di sininya, saya

lihat begitu kuat muatan politisnya, kaya gitu. Banyak teman-

teman dekat saya sama sekali tidak menggubris apa yang saya

lakukan disini, padahal itu dekatnya luar biasa. Karena berbeda

orientasi politik, kemudian eee… mereka tidak peduli dengan apa

yang kami lakukan disini.

Penulis : Kalau misalkan dari relawannya sendiri, sukses dalam

melaksanakan atau menerapkan program literasi informasi? Kaya

wartawan gitu?

G : Ada-ada, he eh… ada banyak. Tiap angkatan banyak. Bisa…

yang sekarang tadi ya. Hilman sama Wayang masuk ke Banten

Raya, ada Ali Sobri di majalah Hai, Deden di koran Seputar

Indonesia, ada yang di tv lokasl, ada yang mendirikan PH PH,

eee… apa… itu mungkin yang membuat Rumah Dunia bertahan

hingga hari ini, karena banyak orang merasakan manfaatnya. Gitu.

Jadi, apa yang dipelajarin oleh mereka, aplikatif gitu.

C. Solusi untuk mengatasi hambatan

Penulis : Bagaimana kendala yang dihadapi TBM Rumah Dunia dalam

proses pemberdayaan masyarakat?

G : Karakter. Karakter hehehe yang dari rumah itu yang sedang…

yang selalu. Kan tiap, tiap ang… tiap tahun itu datang yang baru

lagi baru lagi, ya itu pekerjaan rumah saya. Tapi so far so good

lah. Jadi selalu harus… nah itu mungkin bagian dari interaksi

eee… apa komunikasi antar relawan. Jadi justru lebih bagus,

banyak ketemunya, dibereskan… kalau ada karakter dari rumah di

bawa ke sini lalu kita… kita diskusikan sampai eee… sampai

mereka menyadari bahwa kolektifitas itu penting.

Penulis : Selain itu?

G : Eee… sarana, sarana mungkin ya disini yang belum maksimal.

Karena tadi dana kurang. Kita banyak di kegiatan-kegiatan

program, ada sarana yang kurang tidak mendukung sebetulnya

Misalnya lab komputer eee… selalu rusak ya di sini, faktor alam.

Terus misalnya…

Penulis : Tapi itu lab komputer masih digunakan?

G : Eee… sekarang udah nggak ada komputernya, udah tinggal

berapa karena rusak tadi, karena kami tidak punya dana rutin jadi

nggak… itu yang sering saya kasih tau. Tapi itu kan karakter, jadi

susah ya. Nah saya salah satunya mengenalkan cara berpikir

modern juga. Dengan kondisi digital ini, serba digital di Rumah

Dunia sekarang masuk ke era digital sebetulnya. Udah mulai

ada… Dulu kita simulasinya bikin… kelas menulis bikin majalah.

Itu… biasanya saya suka dapat rezeki lalu saya eee… apa

modalin. Jadi kenapa Rumah Dunia ini bisa sampai bertahan?

Karena saya yang dituakan ini mencontohkan bahwa harus total

dalam mengurusi Rumah Dunia. Nabi Muhammad aja hartanya

buat perang kan di… apa dikorbankan. Selayaknya begitu di jalan

Allah. Sering orang melupakan bahwa sebetulnya… kami yang

lakukan disini itu sebetulnya di jalan Allah, yang Allah

perintahkan membaca menulis itu. Dua hal itu. Nah saya meyakini

kurang orang, relawan nggak… nggak mampu dalam materi,

tenaga pikirannya, waktunya, dedikasikan. Ini jihad di jalan Allah

ini. Nah alhamdulillah walaupun tidak banyak yang eee… yang

memahami itu, dari yang sedikit itulah Rumah Dunia bisa

bertahan. Apa banyak!

Penulis : Berarti kendalanya selain karakter, sarana yang kurang

mendukung?

G : Bukan sarana yang kurang mendukung kali ya, kurang komplit

kali ya. Karena orang pasti eee… wah gedung udah bagus, bagi

saya gedung itu belum selesai itu. Cuma harusnya disitu eee… ada

yang sarana penunjangnya. Misalnya audio visualnya tuh kurang

apa, kurang komplit. Harusnya bisa muter film tiap minggu

misalnya. Eee… kemudian apa, hmm… apa lagi ya di sini. Ya

tadi sekretariat kita belum punya yang apa… yang representative

lah. Ya sekretariatnya masih… begitu.

Penulis : Bagaimana solusi untuk mengatasi kendala tersebut?

G : Eee… pertama mensyukuri yang ada sambil berupaya… ya kalau

saya secara pribadi, secara kolektif sebetulnya agak sulit. Karena

eee… kesenjangan ekonomi terutama ya. Tidak semua mapan.

Sambil saya secara pribadi berupaya misalnya membuat film layar

lebar sedang merintis, nanti mudah-mudahan box office, kalau

box office mungkin ya ada yang disisihkan. Nanti diperbaiki

sarana. Ya bagi saya eee… selalu mengatakan bahwa inisiatif itu

harus dimulai dari yang punya ide. Maka yaa… nanti kalau saya

nggak mampu eee… disebarkan ke teman-teman.

Penulis : Bagaimana planning TBM Rumah Dunia ke depannya dalam

pemberdayaan masyarakat melalui program literasi

informasi?

G : Ehem… eee… saya ingin ke sosial preneur tadi. Misalnya eee…

beberapa orang sudah ada yang memahami bahwa Rumah Dunia

itu arahnya ke sana. Bahwa berbisnis itu pakai ilmu sedekah itu.

Misalnya eee… dulu sebenarnya pernah dicoba memberi modal

ke beberapa apa, penduduk, ada berapa orang, satu dua tiga

empat. Ada e… dimodalin jualan siomay. Ya mungkin bisnis itu

tidak semudah apa yang kita bayangkan. Eee… saya lebih tertarik

sebenarnya mengajak entah bagaimana ya, mengajak ke eee…

menjadikan ini kampung kreatif. Kampung kreatif… Apa, ada

ekonomi kreatifnya di sana. Lalu mereka misalnya kampung

Ciloang ini, saya dari dulu terobsesi ingin menjadikan kampung

Ciloang ini salah satu eee… destinasi wisata eee… ekonomi

budaya atau ekonomi kreatif tadi. Jadi di sini ada… ada unsur

seninya. Orang-orang datang ke Rumah Dunia misalnya, saya

pengen satu blok itu kios buku semua, satu blok itu kaos semuaa...

merchandise. Jadi orang kalau pengen belanja merchandise

Banten, ke sini. Udah ada batik Banten kan? Sudah ada batik

Banten, nanti kaosnya, bukunya. Nah… itu sulit juga kalau

berurusan dengan pemerintah. Karena banyak aturan… nah

otomatis pertama saya harus punya uang sendiri dulu, kedua

mengajak teman-teman. Baru setelah itu pemerintah biasanya

melihat. Jadi seperti Rumah Dunia itu diawali semuanya dari

dalam, setelah itu baru pemerintah melihat. Eh sebentar… Jadi

kampung kreatif. Pernah saya coba ya mungkin… eee… apa…

sesuatu hal yang baru ya, di sini tuh send of art nya kurang,

mereka lebih pada ke pekerjaan-pekerjaan kasar ya. Eee… ke

kinestetis, lebih ke fisik, buruh, sopir ojeg, ketika eee… apa

rasanya itu diajak untuk melakukan sesuatu yang sifatnya seni,

harus… harus… butuh waktu yang banyak. Mudah-mudahan

nanti saya ada rezeki. Harus dimulai dulu. Bikin kios di sana,

sablon. Mengajari anak-anak muda ke sana, membuat kaos. Kaos

Banten misalnya.

Informan : Ahmad Wayang (inisial W)

Jabatan : Presiden Taman Bacaan Masyarakat Rumah Dunia

Tanggal Wawancara : 26 April 2015

Waktu : 12.00-12.25

A. Pertanyaan Umum

Penulis : Bagaimana pemahaman literasi informasi menurut anda?

W : Kenapa, Git?

Penulis : Pemahaman literasi informasi?

W : Eee… Gimana? Untuk?

Penulis : Eee… Bagi Masnya sendiri?

W : Bagi saya? Arti literasi informasi, itu kan kegiatan menulis ya.

Maksudnya lebih pribadi?

Penulis : Ya, pemahaman pribadi dulu?

W : Hmmm… literasi informasi itu kan menulis ya… hmm… teeet…

boleh pas nggak? Hehehe.

Penulis : Engga. Hehehe. Ayo

W : Hmm… Pemahaman literasi informasi ya. Saya suka menulis dan

menulis itu seperti kata Pram itu buat keabadian. Dari situ saya

nggak tahu kenapa tiba-tiba pas baca buku… baca buku cerita

gitu, ya, kaya tertantang aja, kaya pengen bisa. Eee… masa orang

lain bisa saya nggak bisa gitu. Saya ketemu Rumah Dunia dan

belajar dan saya memperdalam ilmu itu, tentang literasi. Jadi

yang suka.

Penulis : Seberapa penting pengaruh TBM Rumah Dunia dalam

proses pemberdayaan masyarakat?

W : Hmm… Sangat penting. Karena di sini, apa ya… Semua

diajarkan. Langsung diposisikan apa ya… sebagai guru sekaligus

sahabat. Jadi kita merasa dekat dan nggak ada sekat gitu ya. Di…

informasi atau ilmu-ilmu yang Mas Gong berikan itu langsung

ya… asik bisa menyerap, cepat diserap pada relawan dan sangat

penting soal peran dunia, khususnya pada relawan. Eee… itu di

sini diajarin salah satunya untuk berani, berani karena benar ya.

Dan… apa ya, mengkritisi sebuah… misalnya pemerintahan

yang kacau, yang salah dengan sebuah tulisan. Tanpa anarki.

Penulis : Terus kalau dilungkangan masyarakat sekitar ini, ada nggak

pengaruhnya Rumah Dunia ini?

W : Hemm… Kalau itu harus tanya ke masyarakatnya.

Penulis : Ya, menurut yang anda lihat, bagaimana?

W : Eee… gitu. Saya rasa, ada. Pasti ada ya. Meskipun sedikit. Nanti

itu kamu harus… langsung tanya ke masyarakatnya. Nanti kalau

ke saya, ke dalamnya, ntar dikira ngarang-ngarang, iya nggak?

Hehe. Atau gimana gitu… Harus dari narasumber di luar, jadi

yang merasakannya langsung.

B. Pertanyaan usaha yang dilakukan TBM Rumah Dunia dalam

pemberdayaan masyarakat

Penulis : Bagaimana usaha yang dilakukan oleh TBM Rumah Dunia

dalam memperkenalkan kegiatan yang ada kepada

masyarakat?

W : Usahanya kita lewat media. Eee… lewat media, nulis, leaflet.

Eee… ini ya perannya?

Penulis : Usahanya dalam memperkenalkan kegiatan yang ada?

W : Hmm… awal-awal kita ada ini… di rubrik salam Rumah Dunia.

Saya waktu belum ke sini, tahunya dari situ. Jadi di media lokal,

teman-teman relawan Rumah Dunia itu nulis tentang kegiatan

kecil apa pun di Rumah Dunia. Itu di koran Radar Banten. Terus

ada juga di media online, di… Rumah Dunia dot net sekarang

jadi dot com sama facebook sama leaflet sama speaker masjid…

Eh nggak, Teh hehe.

Penulis : Bagaimana antusias masyarakat sekitar dalam mengikuti

setiap program literasi informasi yang diadakan oleh TBM

Rumah Dunia?

W : Antusiasnya cukup banyak, cukup baik. Eee… kalau ada acara-

acara kegiatan, kita ini ya tergantung acaranya ya. Karena ada

acara untuk orang dewasa, buat anak-anak. Kalau kegiatan buat

anak-anak, ya rame juga Alhamdulillah. Kaya misalnya nanti

ada… apa, kemarin ulang tahun Rumah Dunia itu kan acaranya

buat anak-anak. Buat anak-anak jadi ada… menggambar dan

sebagainya, mendongeng, nggak. Menggambar, mewarnai itu

lah. Tergantung ininya.

Penulis : Sejauh ini, adakah masyarakat yang sudah berhasil

menerapkan atau melaksanakan dari program literasi

informasi tersebut?

W : Hemm… Ada. Itu angkatan pertama di… ada si di facebook, di

apa… di dot com, itu Endang dia angkatan pertama yang udah

nulis puluhan buku, terus… banyak sih ya. Kang Langlang,

lulusan Belanda, Kang Deden.

Penulis : Terus kalau dari masyarakat sekitarnya sendiri, ada nggak sih

yang berhasil?

W : Ya sebenarnya Kang Deden juga dari masyarakat situ ya, hehe.

Nanti bisa ditanyain ke Kang Deden. Kang Deden jadiin sebagai

sampel masyarakat aja yang apa… dapat pendidikan di Rumah

Dunia. Yang tadi itu. Orangnya di depan Rumah Dunia itu, di

seberang.

Penulis : Program unggulan yang ada di Rumah Dunia apa saja?

W : Yang unggulan kita ada… Ode kampung, itu… acara besar.

Awal-awal tiap satu tahun sekali, tapi karena ke sini-sini

membutuhkan dana yang besar ya, jadi dua tahun, tiga tahun

sekali sekarang. Karena itu melibatkan, mengundang kita

sastrawan-sastrawan dari luar, kita inapkan disini dan berdiskusi

dan apa, ngomongin tentang sastra di sini. Semua sastrawan

dimulai dari yang senior-senior bisa di cek di rd com, mudah-

mudahan masih ada. Itu terus jamboree TBM, terus hmm…

Penulis : Kalau jambore TBM itu berapa tahun sekali?

W : Hmm… itu tahunan, setahun sekali. Itu bergilir. Eee… jadi ada

komunitas apa, @TBM ya, Forum Taman Bacaan Masyarakat,

kemarin Rumah Dunia yang menjadi tuan rumah, eee…

besoknya bisa diserahkan ke yang lain, TBM yang lain. Itu

perkumpulan TBM khusus, jadi eee… apa, teman-teman TBM

dibuka stand, ada diskusinya juga, pentas seni sasta gitu. Tadinya

mau ini ni, mau ngadain Mei tapi nggak keburu, dananya juga

belum ada. Jambore TBM dicancel.

Penulis : Selain itu?

W : Selain itu ada nyenyore, terus kado lebaran sama ulang tahun

RD. Salah satunya ini, perayaan world book day sama… kalau

lebaran itu kado lebaran ya.

Penulis : Itu kalau kado lebaran kaya gimana acaranya?

W : Tiap lebaran. Itu… perayaan biasa buat anak. Ada lomba-lomba.

Sama biasanya kita ngasih apa ya, pemenangnya nggak hanya

dikasih hadiah, eee… misalnya buku tulis, tapi ada angpao itu

yang unggulan. Kalau biasanya menggambar sama ini aja, buat

anak-anak. Gambar menulis, bikin-bikin apa tuh, origami kaya

gitulah.

C. Pertanyaan solusi mengatasi hambatan

Penulis : Bagaimana kendala yang dihadapi TBM Rumah Dunia

dalam porses pemberdayaan masyarakat?

W : Kendalanya… masyarakat itu… apa ya. Eee… pengen

maksudnya… adanya Rumah Dunia, Rumah Dunia tuh bisa

mensejahterakan mereka dalam hal… materi ya. Kami tetap

nggak bisa. Jadi… jadi Rumah Dunia, apa, istilahnya. Bisa

ngasih ilmu, eee... di… soal menulis ya buat teman-teman,

intinya ngasih pancing, nggak ngasih ikan ya. Nah masyarakat

pengennya dikasih ikan, itu. Cuma kita nggak bisa, karena kita…

dananya juga dari pribadi, dari donatur, bukan dari pemerintah.

Penulis : Kalau pemerintah memangnya nggak ngasih dana ya?

W : Beberapa ada. Kan ambil dananya buat bangunan, gedung yang

di depan itu.

Penulis : Terus selain itu, kendala yang lain ada nggak?

W : Kendala yang lain. Hmm… ya pasti ya. Apa, masyarakat eee…

nggak semua senang sastra ya, karena kita memperkenalkan

sastra.

Penulis : Bagaimana solusi untuk mengatasi kendala tersebut?

W : Kalau kita lagi, dapat ada dana, kaya kemarin rintisan balai

belajar bersama ada… apa ya… beuh… ada pos-pos eee… dana

buat pemberdayaan masyarakat di sana. Misalnya dikasih uang

segini, tapi bikin warung, bikin koperasi kaya gitu. Nah kita

kemarin tidak sempat gitu. Tapi akhirnya karena uangnya udah

abis, nggak balik modal, akhirnya berhenti. Dulu di depan. Yang

warung-warung Teh Amal itu dulunya ke sini, nih, ke RD yang

di… yang kita sapu-sapuin itu. Lama-lama ya mereka pengen

terus dibantu ya, ya susah. Ehem…

Penulis : Selain itu, ada nggak lagi nggak solusinya?

W : Solusinya… Ya kita… Ehem… Mencoba apa, yang aktif di

Rumah Dunia menular ke kampung-kampung gitu ya. Ya itu,

apa… kita… Kaya Kang Deden ini kan, yang aktif di sini kita

kasih beasiswa. Kaya si Aen, kan.dari kelas menulis juga itu.

Gitu.

Penulis : Bagaimana planning TBM Rumah Dunia ke depannya dalam

pemberdayaan masyarkat melaui program literasi

informasi?

W : Rumah Dunia ke depan… Pengennya sih jadi pusat apa, belajar,

pusat kebudayaan, pusat literasi di Banten. Dan bukan cuma buat

orang Banten, lebih luasnya buat Indonesia. Jadi intinya Rumah

Dunia ini buat warisan bersama lah. Regenerasi. Saya nanti juga

kalau udah punya istri bisa pulang ke sini kan? Regenerasi, buat

warisan bersama.

Penulis : Planning yang lain?

W : Planningnya ya itu tadi, bisa lebih… apa yaa.. jadi… lebih pusat

literasi atau kegiatan belajar tentang menulis. Ya intinya bisa

bermanfaat buat masyarakat luas.

TRANSKRIP WAWANCARA SUSULAN

Informan : Ahmad Wayang (inisial W)

Jabatan : Presiden Taman Bacaan Masyarakat Rumah Dunia

Tanggal Wawancara : 30 April 2015

Penulis : Pertunjukkan teater biasanya diadainnya kapan?

W : Kalau pertunjukkan teater… pokoknya intinya Rumah Dunia itu

setiap bulan ada aja kegiatannya. Antara dua sampai tiga kegiatan.

Kalau teater… kalau dulu aktif, kalau sekarang kita lebih ke

fasilitator. Jadi… ada teman-teman teater dari mana, datang ke sini,

bentuknya lebih kerja sama. Kalau dulu ada Kang Depi, dia tutor

teater… tutor sekaligus pelaku teater. Jadi aktif tuh dulu kalau sama

Kang Depi yang di Banten TV, sekarang mah udah d Jakarta.

Sekarang mah generasinya Sauni CS itu, Sauni… Aeni… mereka

yang ngajarinnya, setiap minggu sore atau pagi.

Penulis : Kalau pementasnnya bagaimana? Rutin?

W : Rutin. Pokoknya sebulan itu kadang ada, kadang nggak gitu…

Penulis : Kalau yang main anak-anak sini atau orang luar?

W : Kalau acara dari luar, orang luar. Kalau ada acara bedah buku atau

launching… Kaya kemarin ada air mata kopi, kita tampil. Eee…

dramatisasi puisi… apa… dari buku itu.

Penulis : Jadi teaternya bentuknya dalam dramatisasi puisi gitu ya?

W : Kalau dari kita, iya... Pernah juga pementasan teater, tapi udah lama.

Apa itu ya… merah putih atau setengah tiang apa itu ya…

Penulis : Terus kalau launching buku dengan bedah buku satu kegiatan

atau nggak?

W : Launching buku sama bedah buku… eee… beda ini ya… kalau

launching, launching. Kalau bedah, bedah. Biasanya kalau yang

launching tu yang baru, ada buku baru. Terus ada yang di launching

doang, ada yang dibedah. Kalau dibedah, ada pematerinya

Penulis : Kalau launching buku itu kegiatannya bagaimana? Orang

Rumah Dunia yang launching atau dari luar?

W : Orang sini, sama kita dari luar juga…

Penulis : Kalau bedah buku yang dibedah buku-buku populer atau yang

seperti apa?

W : Iya yang populer ada… yang baru ada. Eee… kita menyediakan juga

untuk orang-orang dari luar juga…

Penulis : Itu waktunya kapan?

W : Waktunya setiap sabtu minggu. Antara sabtu dan minggu. Kenapa

sabtu minggu, karena Relawan Rumah Dunia ada yang kerja ada

yang… kebanyakan mahasiswa, jadi ngambil waktu libur.

Penulis : Itu sabtu dan minggu, launching bukunya atau bedah buku?

W : Macam-macam… ada yang… nanti bisa dilihat di jadwal. Itu kan

tergantung… yang dari luar. Gita aja misalnya, dari luar misalnya,

mau… dari misalnya, dari kaya… FLP Ciputat, mau bedah buku

disini… ya tergantung Gitanya… Siapnya kapan gitu… terserah

penulisnya. Tapi kalau nantinya Gitanya siapnya sabtu, eh misalnya

senin. Nah senin itu kita kesulitan masa. Anak-anak pada sekolah,

kuliah. Jadi kita tawarkan pada hari sabtu dan minggu.

Penulis : Kalau diskusi kegiatannya setiap hari minggu atau gimana?

W : Diskusi? Diskusi... yang kemarin diskusi tentang rektor. Terus…

Dulu sempat diskusi perbulan. Perbulan berapa kali ya. Pokoknya

intinya dalam sebulan Rumah Dunia. Eee… kegiatannya yang kita

susun antara dua sampai tiga perbulan. Kebanyakan sih dari luar

yang minta kalau diskusi.

Penulis : Kalau yang ode kampung, lebih detailnya seperti apa sih

kegiatannya?

W : Ode kampung. Ode kampung itu… Agenda yang paling eee…

paling favorit sebenarnya. Itu agenda nasional, cakupannya.

Sekarang udah ode kampung yang ke empat atau lima ya, agak lupa.

Penulis : Yang terakhir kapan?

W : Terakhir dua ribu… lupa, Git. Dua ribu berapa ya. Dua ribu sebelas

atau dua ribu sepuluh. Ntar cari google ya

Penulis : Berarti udah lama ya?

W : He eh. Kenapa? Dulu ode kampung setiap setahun sekali. Terus dua

tahun sekali, sampai sekarang… nggak tahu nih belum… bisa tiga

tahun, bisa mundur ya… Kenapa? Karena ode kampung itu

membutuhkan dana yang besar. Kalau dulu kan mas Gong masih di

RCTI, ya. Terus ada pemasukan, jadi bisa di handle mas Gong. Ode

kampung itu kegiatan besar, eee… melibatkan sastrawan nasional

juga. Kemarin itu kita undang sastrawan senior ke sini. Mulai dari

Budi Darma, terus eee… yang sakit kemarin itu siapa ya. Aduh...

Siapa. Putu Wijaya, Gunawan Muhammad, terus Taufik Ismail. Kita

undang ke sini.

Penulis : Itu dananya dari Rumah Dunia semua?

W : Dari Rumah Dunia. Ada juga yang beberapa kerja sama, kemarin

itu… dari Dindik, atau apa gitu… Tapi kita lebih sering iuran.

Penulis : Itu diskusinya tentang apa? Sastra?

W : Di temain, kan… Setiap moment ada temanya masing-masing. Itu

banyak mengundang apa… teman-teman yang lain dan yang ini…

yang dari luar nginep selama tiga hari. Kita inapkan di rumah warga.

Konsep kita gitu, nggak ke hotel.

Penulis : Nextnya kapan?

W : Eee… belum tentu. Tapi kalau ada suatu perusahaan atau dari mana.

Kaya kemarin… kemarin kita dapat dana rintisan balai belajar

bersama. Kita undang Habiburrahman, bikin buku juga. Jadi acara

besar.

Penulis : Itu tahun kapan?

W : Tahun dua ribu… lupa saya, Git, kalau soal tahun-tahun. Saya sudah

pikun ya ternyata. Nanti sambil cari di buku aja, ya.

Penulis : Lalu yang Gong travelling?

W : Ya. Itu juga Gong travelling salah satu, apa ya… cara Rumah Dunia

ehem… mencari dana tambahan. Berapa persennya disumbangin ke

Rumah Dunia, hasil dari keuntungan itu.

Penulis : Itu ke Singapore dan ke Bangkok aja? Atau ada yang lain?

Perasaan waktu itu ada yang ke ekspedisi anak gunung

Krakatau, benar?

W : Ya. Itu bulan depan kalau nggak salah.

Penulis : Kalau Gong travelling itu berapa bulan sekali diadakannya?

W : Sebulan dua. Sebulan dua kali kayanya. Dulu itu ada website kita

rumah dunia dot net. Tapi di rumah dunia dot com juga ada.

TRANSKRIP WAWANCARA SUSULAN

Informan : Gol A Gong

Jabatan : Pendiri TBM Rumah Dunia

Tanggal Wawancara : Jumat, 31 Juli 2015

Waktu : 10.40

Penulis : Faktor apakah yang menyebabkan TBM Rumah Dunia Sukses?

Dari nama besar Gol A Gongnya sendiri atau program kegiatan

yang ada di Rumah Dunia?

Gol A Gong (G) : Program yang dibuat oleh pakar-pakar birokrat atau teknokrat di

Indonesia programnya itu programnya bagus-bagus. Misalnya kalau

kita lihat, eee… program pengentasan kemiskinan bagus-bagus. Nah

saya lihat operatornya nih yang kadang kala… K13 gimana nggak

bagus coba. Tapi SDM dari guru-gurunya kadang kala harus di

upgrade lagi, workshop lagi. Nah. Ketika saya membuat Rumah

Dunia, saya merujuk ke Al-Qur’an itu… bahwa sesuatu yang

dilakukan oleh bukan ahlinya maka kehancuran akan tiba. Nah saya

tidak pernah beranjak pada membuat program yang tidak saya

kuasai. Kemudian agar regenerasi jalan, maka saya mendidik aaa…

relawan dengan apa yang saya kuasai. Kemudian untuk

memperkaya maka saya mendatangkan ahlinya. Narasumber

didatangkan. Iya kan? Kemudian saya menjadi fasilitator. Jadi saya

tidak akan mengajarkan seni tari, tapi ahli tari yang datang ke sini.

Eee… tutor menggambar, eh menggambar misalnya yang datang

saya panggil sarjana seni. Nah sekali waktu saya jadi fasilitator atau

memanage itu, sekali waktu saya menjadi mentornya. Saya hati-hati

tidak akan membuat program yang tidak eee… dibarengi SDM

mentornya tadi. Kaya ini bambu, ya… saya datangkan ahlinya. Saya

nggak menyuruh relawan ayo bikin eee… instalasi bambu. Itu

program dan eee… yang kita sebut mentor ya, yang ahli dibidang

tersebut. Harus ada relevansinya.

Informan : Abdul Salam

Jabatan : Relawan TBM Rumah Dunia

Tanggal Wawancara : Jumat, 31 Juli 2015

Waktu : 13.15

Penulis : Faktor apakah yang menyebabkan TBM Rumah Dunia Sukses?

Dari nama besar Gol A Gongnya sendiri atau program kegiatan

yang ada di Rumah Dunia?

Abdul Salam (A) : Saya menjawab tidak akan langsung, ya. Tapi dengarkan sendiri.

Eee… kalau melihat sekarang kan Rumah Dunia sedang dalam

tahapan proses ya. Kalau dilihat… eee… program-program Rumah

Dunia sudah sukses… tidak begitu kita katakan sukses karena ada

beberapa kawan-kawan yang ikut bergabung juga, bergabung

akhirnya tertarik di depan lebih baik. Tapi kalau kita langsung

mengatakan dengan program Rumah Dunia sukses, dalam tahap ini

sebenarnya Rumah Dunia masih dalam tahap proses. Ya mungkin

sampai akhirnya Rumah Dunia itu sebuah proses. Kalau di program-

program ya berjalan. Tapi kalau dikatakan sukses, tidak bisa diambil

kesimpulan dalam waktu singkat. Pertanyaan ini seperti halnya

lahirnya… Seperti perkataan ini lahir ‘Rumah Dunia itu golnya

apa.’ Karena Rumah Dunia bukan permainan bola, ya otomatis

bukan mencari gol. Tapi ya maksudnya sesuai Mas Gol A Gong

visinya ya khoirunnas … tadi, jadi selama kita hidup, ya berikanlah

kebaikan ya mungkin disitu. Kalau… Tapi kalau kita targetin gol

terus kita berhenti itu tidak baik. Jadi kalau kita golnya kapan, entah

kapan golnya karena proses manusia itu proses lahir dan tidak akan

berhenti sampai nanti pada suatu titik kita kembali. Ceileeeh hahaha

Penulis : Jadi kalau dikatakan sukses, belum ya?

A : Tidak bisa. Apa namanya… Mengatakan sesuatu itulah…

Memunculkan eee… apa ya, statement itu lah untuk mengatakan

sukses. Tapi disatu sisi, program eksis. Tapi kalau dikatakan sukses,

ya belum.

Penulis : Berarti, dikatakan sukses karena programnya ya bukan karena

nama Gol A Gongnya?

A : Iya karena programnya. Kan program Rumah Dunia itu program

kemanusiaan ya. Jadi dimana untuk membentuk generasi bukan

program untuk membikin gerabah. Kalau gerabah bisa dilihat

hasilnya. Kalau generasi kan belum.

Walaupun ketika program tersebut berjalan Mas Gong nggak ada

ditempat itu… tapi tetap jalan. Tapi orang melihat Mas Gol A Gong.

Penulis : Jadi, programnya atau nama Gol A Gongnya nih?

A : Saling berpengaruhanlah. Ada simbosis. Ada saling mendukung.

Eee… Program jalan oke karena nama Mas Gol A Gong ada di

sana. Kalau Mas Gongnya ada juga tapi programnya nggak ada,

eee… kira-kira ketimpangan juga. Jadi jawabannya simbiosis, saling

mendukung antara program dan… Saling support. Dengan adanya

Mas Gol A Gong, program jadi mudah dan berjalan.

Informan : Muhzen Den

Wawancara melalui Facebook Messenger pada 4 dan 5 Agustus 2015

Penulis : Menurut Kang Deden, sukses itu apa?

Muhzen Den (D) : Sukses itu adalah kemampuan menggali potensi diri sehingga dapat

meraih harapan dan keinginan yang dicita-citakan. Dengan begitu

apa yang didapatkan dalam proses pembelajaran dan pengalaman

bisa bermanfaat bagi diri sendiri dan orang banyak.

Penulis : Faktor apakah yang menyebabkan TBM Rumah Dunia Sukses?

Dari nama besar Gol A Gongnya sendiri atau program kegiatan

yang ada di Rumah Dunia?

D : Figur Mas Gong tidak dapat dilepaskan dari Rumah Dunia. Tapi

kesuksesan Rumah Dunia tidak hanya oleh Mas Gong, tapi juga

konsistensi program kegiatan yang diselenggarakan para relawan.

Keberadaan masyarakat kampung dan para donator juga andil dalam

kesuksesan Rumah Dunia. Kesuksesan Rumah Dunia bukan hanya

karena satu orang, tapi semua orang saling berkaitan.

Informan : Ahmad Wayang

Wawancara melalui Facebook Messenger pada 4 dan 5 Agustus 2015

Penulis : Menurut Kak Wayang, sukses itu apa?

Ahmad Wayang (W) : Sukses ya… bagi saya sukses itu punya banyak karya ratusan,

ribuan dan best seller semua dan di filmin.

TRANSKRIP OBROLAN NON-FORMAL

1. Ari Aksara (inisial A), peserta KMRD angkatan 25

Pada 27 April 2015 melalui voice note whatsapp

Penulis : Apa manfaat yang dirasakan setelah mengikuti kegiatan

kelas menulis Rumah Dunia selama kurang lebih empat

bulan ini?

A : Manfaat yang saya dapatkan selama mengikuti kelas menulis di

Rumah Dunia angkatan 25 ini sangat banyak. Diantaranya

melalui materi jurnalistik, saya banyak belajar mengenai

bagaimana cara menjadi seorang wartawan, cara mewawancari

dan bagaimana cara membuat berita yang baik hingga saya bisa

menghasilkan sebuah berita yang kemudian saya publikasikan

dan Alhamdulillah mendapat pujian dari beberapa teman saya.

Selain itu, dari materi fiksi saya mendapatkan banyak hal

berupa bagaimana cara membuat cerpen yang baik, dengan

menerapakan rumus 5 W + 1 H, hingga saya dapat

menghasilkan beberapa cerpen yang Alhamdulillah menurut

teman saya cukup baik. Hal itu tentunya nggak pernah saya

dapatkan di kampus. Hanya saya dapatkan di kelas menulis

Rumah Dunia ini.

2. Abdul Salam (inisial S) , peserta Gong travelling

Serang, 30 April 2015

Penulis : Apa manfaat setelah mengikuti kegiatan Gong travelling?

S : Banyak banget manfaat yang saya dapati setelah ikut Gong

travelling. Pertama, karena saya berasal dari kampung saya jadi

mempunyai spirit untuk kuliah di luar negeri. Kedua, saya

mempunyai paradigma Indonesia di luar, bagaimana Indonesia

secara geografis yang lebih besar ternyata ketika di luar negeri

begitu kecil. Selain itu, saya bisa membandingkan bagaimana

pendidikan di Indonesia dengan di luar negeri. Pada akhirnya

bermuara pada cita-cita saya agar bisa kuliah di luar negeri.

TRANSKRIP OBROLAN LEWAT FACEBOOK MESSENGER

1. Muhzen Den (inisial D), warga kampung Ciloang yang pertama kali

berhasil mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan. Mengambil prodi di

jurusan bahasa dan sastra Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Cilegon, 1 Mei 2015

Penulis : Kalau menurut Kang Deden sendiri, perubahan dan

manfaat yang dirasakan sebelum dan sesudah adanya

Rumah Dunia bagaimana?

D : Manfaat secara pribadi, saya bisa mengakses buku dengan

mudah, sehingga jadi gemar membaca dan menulis. Kemudian

perubahan yang saya rasakan ketika bergabung di Rumah

Dunia adalah saya memiliki keluarga sosial yang sama-sama

mempunyai mimpi untuk berubah. Melihat latar belakang saya

sebagai anak pemulung, sehingga terbantu dengan adanya

Rumah Dunia.

Saya bergabung di Rumah Dunia sejak keals 2 SMP. Saya

mendedikasikan diri ke Rumah Dunia untuk mengubah hidup

saya dengan terus belajar. Sehingga saya bisa menikmati

pendidikan sampai perguruan tinggi.

Penulis : Kalau dari masyarakatnya, sebelum adanya Rumah Dunia,

bagaimana, Kang?

D : Kampung saya itu bisa dikategorikan terbelakang. Meskipun

akses ke kota Serang dekat, tetapi secara pendidikan

masyarakatnya masih lulusan SD. Para orang tua di kampung

saya kebanyakan berprofesi pedagang, tukang becak, tukang

ojek dan petani waktu dulu. Tetapi setelah ada RD, yang

awalnya tidak begitu peduli dengan terhadap pendidikan, mulai

tampak menyekolahkan anak-anaknya hingga SMA bahkan

kuliah. Saya dikatakan pemuda yang pertama kali bergelar

sarjana dan sampai sekarang mulai banyak teman-teman saya

yang kuliah.

2. Suni Ahwa (inisial S), warga kampung Ciloang yang mengajarkan

seni pertunjukkan teater

Penulis : Kalau teater yang ada di Rumah Dunia itu sejak kapan?

Awalnya yang merintis pertama kali siapa? Bentuk

penampilannya seperti apa? Pernah tampil di mana saja?

S : Sejak saya gabung, berarti dari tahun 2002-an atau 2003-an.

Hmm… relawan Rumah Dunia, misalnya Teh Nazlah, Kak

Budi, Kak Peter, Teh Mut, Kak Dedi dan Teh Ade. Wah nggak

kehitung. Dari pentas di Rumah Dunia, kampus dan di Jakarta.

Lalu setelah mereka, barulah kami yakni Aeni dan saya sendiri

yang mentutori teater.

Penulis : Beberapa pementasan aja, Teh. Yang terakhir aja. Kalau

yang di Jakarta pas acara apa? Oh iya, kalau musik,

biasanya dalam bentuk musikalisasi puisi kan? Yang

pertama kali merintis musikalisasi puisi siapa ya?

S : Yang dibina sama saya terakhir pentas di acara jamboree TBM

dan diundang oleh dompet dhuafa ke Bulungan, Jakarta Timur.

Acara yang di Bulungan itu saya lupa. Tapi kalau yang jambore

TBM se-Indonesia. Firman Venayaksa, yang pertama kali

mengenalkan musikalisasi puisi.

Penulis : Itu bulan apa yang ke Bulungan, Jakarta Timur? Yang

ditampilkan pementasan apa? Judulnya mungkin.

S : Bulan puasa tahun lalu. Ya pementasan teater “Dampu Awang”

Rumah Dunia.

Cuplikan Dari Hasil Wawancara

No. Kategori Sub Kategori Uraian

1. Definisi

Kesuksesan

Banyak karya “Sukses adalah punya banyak karya

ratusan, ribuan dan best seller semua

dan di filmkan”. (Ahmad Wayang)

Mampu menggali

potensi

“Sukses adalah kemampuan

menggali potensi diri sehingga dapat

meraih harapan dan keinginan yang

dicita-citakan. Dengan begitu apa

yang didapatkan dalam proses

pembelajaran dan pengalaman bisa

bermanfaat bagi diri sendiri dan

orang banyak.” (Muhzen Den)

Pola pikir

masyarakat mulai

berubah

“Sebelum adanya Rumah Dunia,

pola pikir masyarakat mulai berubah.

Masyarakat mulai menganggap

bahwa pendidikan itu penting. Para

orang tua mulai memperdulikan

nasib anak-anaknya dan mulai

menyekolahkan sampai SMA bahkan

kuliah.” (Muhzen Den)

2. Faktor Penyebab

Kesuksesan

Program Rumah

Dunia

“Program yang ada di Rumah Dunia

sudah bagus. Untuk mendukung

kemajuan program, maka saya

mendatangkan para ahli dibidangnya

masing-masing. Jadi kesuksesan

Rumah Dunia ikut dibantu oleh

orang-orang luar.” (Gol A Gong)

Simbiosis

mutualisme antara

program Rumah

Dunia dan nama

besar Gol A Gong

“Kalau dilihat, program-program

yang ada di Rumah Dunia belum

bisa dikatakan sukses. Sebenarnya

Rumah Dunia masih dalam tahapan

proses, karena kita hidup di dunia ini

adalah sebuah proses. Namun jika

dikatakan antara Program dan nama

besar Mas Gong, menghasilkan

simbiosis mutualisme, sama-sama

mendukung untuk kesuksesan

Rumah Dunia.” (Abdul Salam)

Nama Gol A Gong,

relawan, donatur

dan masyarakat

“Figur Mas Gong tidak dapat

dilepaskan dari Rumah Dunia. Tapi

kesuksesan Rumah Dunia tidak

hanya oleh Mas Gong, tapi juga

konsistensi program kegiatan yang

diselenggarakan para relawan.

Keberadaan masyarakat kampung

dan para donator juga andil dalam

kesuksesan Rumah Dunia.

Kesuksesan Rumah Dunia bukan

hanya karena satu orang, tapi semua

orang saling berkaitan.” (Muhzen

Den)

3. Program Kegiatan Kelas menulis,

wisata mengarang

untuk anak-anak,

diskusi, world book

day, majelis puisi,

wisata study,

launching buku,

pementasan teater,

gong travelling.

“Kelas menulis sudah pasti, wisata

mengarang untuk anak-anak, diskusi.

Terus merayakan hari-hari besar

seperti world book day hari ini.

Terus ada kegiatan regular yang kaya

tadi, yaitu kelas menulis, majelis

puisi, wisata study. Ada juga yang

sifatnya perayaan, seperti: launching

buku dan pementasan teater. Ada

juga Gong travelling.” (Gol A Gong)

Ode kampung,

jambore TBM,

nyenyore dan kado

lebaran

“Selain program harian, Rumah

Dunia juga mempunya program

unggulan. Yaitu ode kampung yang

diadakan tiga tahun sekali. Bentuk

acara ini seperti diskusi tentang

sastra. Biasanya kami mendatangkan

sastrawan-sastrawan dari luar dan

kita inapkan di sini. Lalu jamboree

TBM. Dan ketika lebaran ada acara

nyenyore ala Rumah Dunia, biasanya

dilakukan untuk menunggu buka

puasa. Kalau kado lebaran, perayaan

biasa buat anak-anak.” (Ahmad

Wayang)

4. Definisi Literasi

Informasi

Berdaya guna dan

meningkatkan

kualitas hidup

“Literasi informasi itu dapat

berdayaguna dan meningkatkan

kualitas hidup. Selain itu berkegiatan

di literasi merupakan kegiatan yang

diwajibkan oleh Allah dan jika

mengikuti perintah Allah, maka

Allah akan membahas.” (Gol A

Gong)

Kegiatan menulis

“Literasi informasi itu sebagai

kegiatan menulis. Karena dengan

menulis bisa membuat dirinya

abadi.” (Ahmad Wayang)

5. Perubahan yang

dirasakan sebelum

dan sesudah adanya

Rumah Dunia

Dalam pendidikan “Mereka mulai menganggap bahwa

pendidikan itu penting dan seni itu

ternyata menyenangkan. Masyarakat

mulai mementingkan sekolah dan

anak-anak banyak yang sekolah.

Walaupun pada akhirnya masing-

masing anak menentukan

pilihannya.” (Gol A Gong)

Pola pikir

masyarakat mulai

berubah

“Keberadaan Rumah Dunia pada

awalnya sudah didukung oleh

masyarakat sekitar. Sehingga ketika

Rumah Dunia dibangun di kampung

Ciloang, pola pikjir masyarakat

mulai berubah. Masyarakat mulai

menganggap bahwa pendidikan itu

penting. Para orang tua mulai

memperdulikan nasib anal-anak

mereka dan mulai menyekolahkan

anak-anak mereka hingga SMA

bahkan kuliah.” (Muhzen Den)

6. Promosi Kegiatan Promosi secara

online

“Lewat online, seperti: facebook,

twiiter dan website. Melalui leaflet

dan SMS juga. Lalu membuat

networking dengan bikin program

TV.” (Gol A Gong)

Media online “Melalui media online seperti

facebook. Kemudian leaflet. Ada

juga yang nulis di radar banten. Dan

dulu ada rumah dunia dot net dan

rumah dunia dot com.” (Ahmad

Wayang)

7. Peran Pemerintah Pemerintah

diskriminatif

“Kalau komunitas itu tukang

ngeritik, tidak perlu diperhatikan. Itu

tampak sekali, terasa dan saya

rasakan itu sejak SMA. Tapi kalau

dibilang tidak pernah, nggak juga.

Pernah misalnya, tapi itu atas nama

pribadi bukan instansi. Misalnya

kepala dinas yang memahami, maka

memberikan bantuan.” (Gol A Gong)

8. Kendala

Pemberdayaan

Masyarakat

Karakter yang

berbeda-beda

“Karakter yang berbeda-beda dan

sulit untuk diubah menjadi lebih baik

dan sarana dan prasaran yang masih

kurang memadai.” (Gol A Gong)

Pola pikir “Pola pikir masyarakat yang masih

ingin diberikan materi oleh Rumah

Dunia. Padahal Rumah Dunia tidak

mampu memberikan itu. Rumah

Dunia hanya mampu memberikan

ilmunya saja.” (Ahmad Wayang)

9. Planning Rumah

Dunia

Sosial preneur “Saya ingin Rumah Dunia menjadi

sosial preneur. Seperti menjadikan

kampung Ciloang sebagai destinasi

wisata. Dimana ada unsure seninya.

Nantinya disediakan kios-kios untuk

merchandise Banten.” (Gol A Gong)

Pusat belajar, pusat

kebudayaan dan

pusat literasi

“Pengennya Rumah Dunia jadi pusat

belajar, pusat kebudayaan, pusat

literasi di Banten. Dan bukan hanya

untuk orang Banten saja, lebih

luasnya untuk Indonesia. Jadi

intinya, Rumah Dunia ini warisan

bersama lah, regenerasi. Saya nanti

juga kalau udah punya istri bisa

pulang ke sini kan?” (Ahmad

Wayang)

BIODATA PENULIS

Gita Rizki Hastari. Dilahirkan di Serang, 22 April

1993. Penulis merupakan anak bungsu dari tiga

bersaudara, pasangan Rusmadi dan Haslin Marianti, S.pd.

Penulis beralamat di Lingkungan Tegal Wangi Sambi

Payung RT 04/RW 02 No. 58, Kelurahan Rawa Arum,

Kecamatan Grogol, Cilegon-Banten 42436. Penulis

mempunyai hobi travelling, fotografi dan menulis.

Pada tahun 1998, penulis menempuh pendidikan di

TK Bina Athfal Merak dan lulus pada tahun 1999. SDN

Bujang Gadung pada tahun 1999 dan lulus pada tahun

2005. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan ke SMP Negeri 3 Cilegon dan

lulus pada tahun 2008. Pada tahun 2008, penulis melanjutkan pendidikan ke SMA

N 4 Cilegon, namun pada semester dua, penulis pindah ke SMA N 2 KS Cilegon

dan lulus pada tahun 2011. Pada tahun 2011, penulis sempat diterima di

Politeknik Negeri Media Kreatif prodi konsentrasi penerbitan. Kemudian penulis

ikut tes di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang Alhamdulillah diterima dan

memilih untuk kuliah di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan mengambil

program studi ilmu perpustakaan, fakultas adab dan humaniora (FAH). Selama

kuliah penulis pernah melaksanakan praktek kerja lapangan di Pusat Layanan

Pustaka Universitas Terbuka.

Selama masa sekolah dan kuliah, penulis pernah mengikuti organisasi,

diantaranya:

1. Pramuka, tahun 2005-2011

2. Kordinator tim ketertiban Karya Ilmiah Remaja (KIR) IPS, tahun 2010-

2011

3. Bendahara umum di HMJ Ilmu Perpustakaan, tahun 2013-2014

4. FLP Ciputat, tahun 2011-2015

5. Komunitas Pencinta Bacaan Anak (KPBA), tahun 2014-sekarang

6. Kelas menulis Rumah Dunia angkatan 25, tahun 2015-sekarang

Adapun semasa kuliah, penulis pernah menulis cerita atau pun artikel yang

sudah diterbitkan atau dijadikan sebagai antalogi, diantaranya:

1. Antalogi Cerpen: Terpana#2. Judul: Jatuh Cinta Pada Pandangan

Pertama #11projects11days. nulisbuku.com, November 2011

2. Antalogi Cerpen: Salah. Judul: Bukan Kamu tapi Aku

#11projects11days. nulisbuku.com, November 2011

3. Antalogi Cerpen: Menari#2 Judul: Happy Anniversary 4 tahun Fitri,

Sayang #11projects11days. nulisbuku.com, November 2011

4. Antalogi Cerpen: Lagu Pilihan#4. Judul: Aku Pulang, Rosa

#11projects11days. nulisbuku.com, November 2011

5. Antalogi Cerpen: Cemburu#2. Judul: Aku Menunggumu, Lisa

#11projects11days. nulisbuku.com, November 2011

6. Antalogi Cerpen Gilalova#4: Kado Untuk Ratu

Judul: Mereka yang Terlupakan. Serang: Gong Publishing, 2011

7. Antalogi Cerpen Primadona

Judul: Sesuatu di tanggal satu. Yogyakarta: LeutikaPrio, 2012

8. Cerpen: Malu. Harian Radar Banten. Minggu, 4 Maret 2012

9. Cerpen: Dua Puluh. Harian Radar Banten: Minggu, 8 September 2013

10. Antalogi Cerpen: Public Transportation Stories Vol. 3

Judul: Sepenggal kisah di 510. Bandung: Ellunar, 2014

11. Motion. Jurus Edan Menaklukkan Ujian Mandiri UIN Jakarta. Bogor:

Herya Media, 2015

12. Artikel: Pemberdayaan Masyarakat Melalui TBM. Harian Radar Banten.

Sabtu, 6 Juni 2015

13. Artikel: Mantan dan Patah Hati. Dimuat di www.jombloo.co pada

Minggu, 14 Juni 2015

14. Artikel: Tiga Alasan Kenapa Mahasiswa Semester Akhir Pantas dijadikan

Pacar. Dimuat di www.jombloo.co pada 3 Juli 2015

15. Gita Rizki Hastari. Dua ekor kambing. Ciputat: Motion Publishing, 2015

Dan masih ada beberapa karya penulis yang akan datang