KESUKSESAN PENGADOPSIAN E-MONITORING … · KESUKSESAN PENGADOPSIAN E-MONITORING PELAKSANAAN ......
Transcript of KESUKSESAN PENGADOPSIAN E-MONITORING … · KESUKSESAN PENGADOPSIAN E-MONITORING PELAKSANAAN ......
xi
KESUKSESAN PENGADOPSIAN E-MONITORING PELAKSANAAN
ANGGARAN DI LINGKUNGAN KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN
AGAMA PROVINSI BALI
ABSTRAK
Penelitian ini dilatarbelakangi semakin meningkatnya kebutuhan
pengelolaan data secara elektronik pada organisasi pemerintah yang lebih dikenal
sebagai electronic government (e-government), untuk menyediakan pelayanan
yang cepat dan efisien. Penelitian ini mengkaji kesuksesan pengadopsian
elektronik monitoring pelaksanaan anggaran (E-MPA) dengan menggunakan
model Unified Theory of Acceptance and Use of Technology (UTAUT) yang
dimodifikasi di lingkungan yang mewajibkan pengguna menggunakan sistem
informasi (pengaturan wajib), dengan menambahkan variabel konteks teknologi
dari Model Kesuksesan Sistem Informasi. Secara lebih spesifik, penelitian ini
bertujuan menguji faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan pengguna E-MPA
di Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Bali yang berlandaskan budaya
lokal Tri Hita Karana (THK). THK merupakan konsep budaya lokal yang
berkembang di Bali yang mengandung elemen-elemen yaitu hubungan harmonis
antara manusia dengan Tuhan (parahyangan), manusia dengan manusia
(pawongan) dan manusia dengan lingkungannya (palemahan).
Data penelitian dikumpulkan melalui metode survei dengan teknik
kuesioner. Sampel penelitian diambil menggunakan metode sampel jenuh dengan
unit analisis personal in charge aplikasi E-MPA pada masing-masing satuan
kerja. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis partial least squares
(PLS).
Hasil empiris memperkuat model UTAUT dengan konstruk faktor sosial
budaya (dalam konteks THK) sebagai pengganti konstruk faktor sosial pada
model UTAUT. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekspektansi kinerja, faktor
sosial budaya dan kualitas informasi berpengaruh positif pada kepuasan
pengguna.
Kata kunci: UTAUT, e-government, pengaturan wajib, kepuasan pengguna,
budaya tri hita karana.
xii
THE SUCCESS OF THE ADOPTION OF E-MONITORING BUDGET
IMPLEMENTATION IN REGIONAL OFFICE MINISTRY OF RELIGIOUS
AFFAIRS IN THE PROVINCE BALI
ABSTRACT
This research motivated to the increasing needs of the management of data
electronically in the government known as electronic government (e-government)
to provide services quickly and efficiently. This study examines the success of the
adoption of electronic monitoring budget implementation using the model of the
Unified Theory of Acceptance and Use of Technology (UTAUT) that are modified
in a mandatory setting by adding technology context variables from Success
Model of Information Systems. More specifically, this study aims to examine the
factors that affect user satisfaction of electronic monitoring budget applications,
which called Elektronik Monitoring Pelaksanaan Anggaran (E-MPA) at the
Regional Office Ministry Of Religious Affairs in the Province Bali which is based
on local culture Tri Hita Karana (THK). THK is the concept of local culture
growing in Bali that contains elements harmony with God (parahyangan),
harmony among people (pawongan), and harmony with nature or environment
(palemahan).
Data were collecting through a survey method with questionnaire
technique. Samples were taken using saturated sampling with a unit of analysis of
an individual personal in charge applications E-MPA on each unit. Data analysis
technique used is the analysis of partial least squares (PLS).
The empirical results reinforce UTAUT to construct models of
sociocultural factors (in the context of Tri Hita Karana) as the replacement
construct social factors in the model UTAUT. The results showed that
performance expectancy, sociocultural factors, and quality of information have a
positive effect on user satisfaction.
Keywords: UTAUT, e-government, mandatory setting, user satisfaction,
culture tri hita karana..
xiii
KESUKSESAN PENGADOPSIAN ELEKTRONIK MONITORING
PELAKSANAAN ANGGARAN DI LINGKUNGAN KANTOR WILAYAH
KEMENTERIAN AGAMA PROVINSI BALI
RINGKASAN
Penelitian ini dilatarbelakangi semakin meningkatnya kebutuhan
pengelolaan data secara elektronik pada organisasi pemerintah yang lebih dikenal
sebagai electronic government (e-government), untuk menyediakan pelayanan
yang cepat dan efisien. Terkait hal itu, Kementerian Agama juga mengenalkan
elektronik monitoring pelaksanaan anggaran (E-MPA) sebagai salah satu bentuk
e-government yang bertujuan meningkatkan kinerja pelaksanaan anggaran. Akan
tetapi dalam evaluasi yang dilakukan di Kantor Wilayah Kementerian Agama
Provinsi Bali, ditemukan bahwa 53,7% dari 95 satuan kerja, belum melakukan
pemutakhiran data pelaporan dengan E-MPA tersebut. Dengan demikian E-MPA
belum digunakan secara optimal dan terdapat keengganan pengguna untuk
menyelesaikan pelaporan E-MPA.
Penelitian dalam bidang sistem informasi (SI) telah banyak dilakukan
dengan berbagai model penelitian salah satunya Unified Theory of Acceptance
and Use of Technology (UTAUT) yang menyintesis beberapa model adopsi SI
sebelumnya (Venkatesh et al., 2003). Penelitian ini mengkaji UTAUT pada
lingkungan yang bersifat wajib, dengan menambahkan variabel konteks teknologi
dari Model Kesuksesan Sistem Informasi DeLone and Mclean (1992). Secara
lebih spesifik, penelitian ini bertujuan menguji faktor-faktor yang mempengaruhi
kepuasan pengguna aplikasi E-MPA di Kantor Wilayah Kementerian Agama
Provinsi Bali yang berlandaskan budaya lokal Tri Hita Karana (THK). THK
merupakan konsep budaya lokal yang berkembang di Bali yang mengandung
elemen-elemen yaitu hubungan harmonis antara manusia dengan Tuhan
(parahyangan), manusia dengan manusia (pawongan) dan manusia dengan
lingkungannya (palemahan).
Berdasarkan tinjauan pustaka dan penelitian terdahulu, penelitian ini
membangun beberapa hipotesis yaitu, (1) ekspektansi kinerja berpengaruh positif
pada kepuasan pengguna E-MPA, (2) ekspektansi usaha berpengaruh positif pada
kepuasan pengguna E-MPA, (3) faktor sosial budaya berpengaruh positif pada
kepuasan pengguna E-MPA, (4) Kondisi-kondisi pemfasilitasi berpengaruh positif
pada kepuasan pengguna E-MPA, (5) kualitas sistem berpengaruh positif pada
kepuasan pengguna E-MPA, (6) kualitas informasi berpengaruh positif pada
kepuasan pengguna E-MPA, (7a) bidang pendidikan memperkuat pengaruh
ekspektansi kinerja pada kepuasan pengguna E-MPA, (7b) bidang pendidikan
memperkuat pengaruh ekspektansi usaha pada kepuasan pengguna E-MPA, (7c)
bidang pendidikan memperkuat pengaruh faktor sosial budaya pada kepuasan
pengguna E-MPA, (7d) bidang pendidikan memperkuat pengaruh kondisi-kondisi
pemfasilitasi pada kepuasan pengguna E-MPA, (7e) bidang pendidikan
xiv
memperkuat pengaruh kualitas sistem pada kepuasan pengguna E-MPA, (7f)
bidang pendidikan memperkuat pengaruh kualitas informasi pada kepuasan
pengguna E-MPA.
Data penelitian dikumpulkan melalui metode survey dengan teknik
kuesioner. Sampel penelitian diambil menggunakan metode sampel jenuh dengan
unit analisis seorang individu personal in charge aplikasi E-MPA di masing-
masing satuan kerja. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel
manifes, eksogen dan endogen. Variabel manifes dalam penelitian ini adalah
indikator-indikator variabel dan variabel moderating bidang pendidikan yang
nilainya dapat dilihat langsung dari jawaban responden di kuesioner. Variabel
eksogen dalam penelitian ini adalah ekspektansi kinerja, ekspektansi usaha, faktor
sosial budaya, kondisi-kondisi pemfasilitasi, kualitas sistem, dan kualitas
informasi. Variabel endogen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kepuasan
pengguna. Skala Likert 5 point digunakan untuk mengukur variabel ekspektansi
kinerja, ekspektansi usaha, faktor sosial budaya, kondisi-kondisi pemfasilitasi,
sedangkan variabel kualitas sistem, kualitas informasi dan kepuasan pengguna
diukur dengan skala diferensial semantik 5 titik. Teknik analisis data yang
digunakan adalah analisis partial least squares (PLS) dengan bantuan SmartPLS
3.24.
Hasil empiris memperkuat model UTAUT dengan konstruk faktor sosial
budaya (dalam konteks Tri Hita Karana) sebagai pengganti konstruk faktor sosial
pada model UTAUT. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tiga hipotesis diterima,
yang berarti ekspektansi kinerja, faktor sosial budaya dan kualitas informasi
berpengaruh positif pada kepuasan pengguna. Hipotesis lainnya tidak diterima,
yang bermakna ekspektansi usaha, kondisi-kondisi pemfasilitasi dan kualitas
sistem tidak berpengaruh pada kepuasan pengguna. Bidang pendidikan tidak
memperkuat pengaruh ekspektansi kinerja, ekspektansi usaha, faktor sosial
budaya, kondisi-kondisi pemfasilitasi, kualitas sistem dan kualitas informasi pada
kepuasan pengguna.
xv
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DALAM .............................................................................................. i
PERSYARATAN GELAR .................................................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. iii
PENETAPAN PANITIA PENGUJI .................................................................... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH MAHASISWA ..................... v
UCAPAN TERIMA KASIH ................................................................................ vi
ABSTRAK ........................................................................................................... xi
ABSTRACT ........................................................................................................... x
RINGKASAN ...................................................................................................... xi
DAFTAR ISI ......................................................................................................xiii
DAFTAR TABEL ..............................................................................................xvi
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xvii
DAFTAR SINGKATAN ................................................................................ xviii
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................xix
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................... 11
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................... 12
1.4 Manfaat Penelitian ......................................................................... 12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori ............................................................................. 14
2.1.1 Teori keperilakuan individu dalam sistem informasi ........... 14
2.1.2 Akar teori UTAUT ............................................................... 15
2.1.3 Unified Theory of Acceptance and Use of
Technology (UTAUT) ........................................................... 21
2.1.4 Model kesuksesan sistem informasi ..................................... 27
2.1.5 Pengertian electronic government (e-government) .............. 30
2.1.6 Elektronik monitoring pelaksanaan anggaran ...................... 32
2.1.7 Perilaku volitional dan mandatory ....................................... 33
2.1.8 Tri Hita Karana sebagai budaya organisasi yang terkait
dengan pengadopsian dan pemanfaatan SI. ......................... 34
2.1.9 Bidang pendidikan ............................................................... 36
2.2 Pembahasan Hasil Penelitian Sebelumnya.................................... 37
xvi
BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS
PENELITIAN
3.1 Kerangka Berpikir ....................................................................... 40
3.2 Konsep Penelitian ......................................................................... 42
3.3 Hipotesis Penelitian ..................................................................... 42
3.3.1 Pengaruh ekspektansi kinerja pada kepuasan
pengguna ......................................................................... 43
3.3.2 Pengaruh ekspektansi usaha pada kepuasan pengguna .... 44
3.3.3 Pengaruh faktor sosial budaya pada kepuasan
pengguna ......................................................................... 45
3.3.4 Pengaruh kondisi-kondisi pemfasilitasi pada
kepuasan pengguna ......................................................... 48
3.3.5 Pengaruh kualitas sistem pada kepuasan pengguna ......... 49
3.3.6 Pengaruh kualitas informasi pada kepuasan pengguna .... 51
3.3.7 Pengaruh bidang pendidikan memperkuat hubungan
antara ekspektansi kinerja, ekspektansi usaha, faktor
sosial budaya, kondisi-kondisi pemfasilitasi, kualitas
sistem dan kualitas informasi pada kepuasan
pengguna .......................................................................... 53
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1 Rancangan Penelitian ................................................................... 55
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................................... 56
4.3 Penentuan Sumber Data, Populasi dan Sampel ............................ 56
4.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional .............................. 56
4.4.1 Identifikasi variabel ........................................................... 57
4.4.2 Definisi operasional variabel............................................. 58
4.5 Metode Pengumpulan Data .......................................................... 66
4.6 Instrumen Penelitian ..................................................................... 67
4.7 Analisa Data ................................................................................. 68
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Pengujian Instrumen .......................................................... 76
5.2 Hasil Pengumpulan Data ............................................................. 78
5.3 Karakteristik Responden ............................................................. 78
5.4 Statistik Deskriptif Konstruk ....................................................... 79
5.5 Evaluasi Model ............................................................................ 82
5.5.1 Uji Validitas ...................................................................... 82
xvii
5.5.2 Uji Reliabilitas ................................................................. 84
5.5.3 Goodness of fit .................................................................. 85
5.6 Pengujian Hipotesis ..................................................................... 86
5.6.1 Pengujian hipotesis tanpa efek moderasi ........................ 86
5.6.2 Pengujian hipotesis efek moderasi ................................... 88
5.7 Pembahasan Hasil Penelitian ...................................................... 89
5.7.1 Pengaruh ekspektansi kinerja pada kepuasan pengguna .. 89
5.7.2 Pengaruh ekspektansi usaha pada kepuasan pengguna .... 91
5.7.3 Pengaruh faktor sosial budaya pada kepuasan pengguna 94
5.7.4 Pengaruh kondisi-kondisi pemfasilitasi pada kepuasan
pengguna ........................................................................ 97
5.7.5 Pengaruh kualitas sistem pada kepuasan pengguna ......... 101
5.7.6 Pengaruh kualitas informasi pada kepuasan pengguna .... 104
5.7.7 Bidang pendidikan memperkuat pengaruh ekspektansi
kinerja, ekspektansi usaha, faktor sosial budaya,
kondisi-kondisi pemfasilitasi, kualitas sistem, dan
kualitas informasi pada kepuasan pengguna ................. 107
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN
6.1 Simpulan ...................................................................................110
6.2 Saran .........................................................................................112
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................114
LAMPIRAN-LAMPIRAN ..................................................................................122
xviii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
4.1 Role of Thumb Evaluasi Model Pengukuran .......................................... 74
4.2 Role of Thumb Evaluasi Model Struktural ............................................. 75
5.1 Hasil Estimasi Uji Instrumen Pilot Test ................................................. 77
5.2 Tingkat Pengembalian Kuesioner .......................................................... 78
5.3 Statistik Deskriptif Konstruk .................................................................. 80
5.4 Hasil Estimasi Algoritma ........................................................................ 83
5.5 Hasil Reestimasi Algoritma ................................................................... 84
5.6 Hasil Pengujian Hipotesis Tanpa Efek Moderasi ................................... 86
5.7 Hasil Pengujian Hipotesis Efek Moderasi .............................................. 88
5.8 Statistik Deskriptif Konstruk Ekspektansi Kinerja ................................ 91
5.9 Statistik Deskriptif Konstruk Ekspektansi Usaha .................................. 93
5.10 Statistik Deskriptif Konstruk Faktor Sosial Budaya .............................. 97
5.11 Statistik Deskriptif Konstruk Kondisi-Kondisi Pemfasilitasi ................ 99
5.12 Statistik Deskriptif Konstruk Kualitas Sistem ....................................... 102
5.13 Statistik Deskriptif Konstruk Kualitas Informasi ................................... 106
xix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
3.1 Kerangka Berpikir ................................................................................... 41
3.2 Konsep Penelitian ................................................................................... 42
4.1 Rancangan Penelitian .............................................................................. 55
4.2 Diagram Jalur Model Penelitian.............................................................. 71
xx
DAFTAR SINGKATAN
C-TAM-TPB : Combined TAM and TPB
E-MPA : Elektronik Monitoring Pelaksanaan Anggaran
IDT : Innovation Diffusion Theory
Kanwil : Kantor Wilayah
Kemenag : Kementerian Agama
MM : Motivational Model
MPCU : Model of Personal Computer Utilization
Satker : Satuan Kerja
SCT : Social Cognitive Theory
SEM : Structural Equation Modeling
SI : Sistem Informasi
PC : Personal Computer
PEOU : Perceived Ease of Use
PMA : Peraturan Menteri Agama
PLS : Partial Least Squares
PU : Perceived Usefulness
TAM : Technology Acceptance Model
THK : Tri Hita Karana
TPB : Theory of Planned Behavior
TRA : Theory of Reason Action
UTAUT : Unified Theory of Acceptance and Used of Technology
xxi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Penelitian Sebelumnya ............................................................................ 122
2. Variabel dan Indikator Penelitian............................................................ 129
3. Kuesioner ................................................................................................ 130
4. Tabulasi Data Pilot Test .......................................................................... 136
5. Estimasi Cross Loadings Uji Validitas Pilot Test ................................... 141
6. Reestimasi Cross Loadings Uji Validitas Pilot Test ............................... 142
7. Tabulasi Data Penelitian ........................................................................ 143
8. Karakteristik Responden ........................................................................ 148
9. Hasil Estimasi Uji Validitas Konvergen ................................................ 149
10. Hasil Reestimasi Uji Validitas Konvergen ............................................ 150
12. Hasil Reestimasi Cross Loadings Uji Validitas Diskriminan ................ 151
13. Statistik Deskriptif Variabel .................................................................... 152
1
BAB I
PENDAHULUAN
Bab ini membahas mengenai latar belakang penelitian, rumusan masalah,
tujuan penelitian dan manfaat dari penelitian. Bagian 1.1 menjelaskan mengenai
latar belakang penelitian, bagian 1.2 menjelaskan mengenai rumusan masalah,
bagian 1.3 menjelaskan mengenai tujuan penelitian, dan bagian 1.4 menjelaskan
mengenai manfaat penelitian. Penjelasan terperinci untuk masing-masing bagian
tersebut akan dijelaskan dalam subbab-subbab berikut ini.
1.1 Latar Belakang
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah menjadi tren
global dewasa ini, termasuk digitalisasi sektor pemerintahan yang lebih dikenal
dengan electronic government (e-government). Pengembangan e-government oleh
suatu institusi pemerintah bertujuan untuk meningkatkan konektivitas informasi
dan layanan secara cepat dan efisien, tidak hanya antar institusi tetapi juga dengan
masyarakat sebagai pengguna layanan publik. Seiring dengan penyebaran internet
secara global, e-government secara aktif digunakan di seluruh dunia. Hal ini
dibuktikan dengan fakta bahwa hampir semua negara telah mengembangkan situs
web pemerintah. Transformasi layanan e-government memiliki banyak manfaat
seperti penyediaan layanan hemat biaya, pengurangan biaya administrasi, dan
percepatan pengambilan keputusan-keputusan manajerial (Ahmadjayadi, 2004)
Sejalan dengan pemikiran tersebut, Kementerian Agama sebagai salah satu
instansi pemerintah yang menjalankan fungsi pelayanan terhadap masyarakat juga
2
mulai merancang dan mengembangkan prinsip-prinsip penggunaan mekanisme
teknologi telematika (elektronik), salah satunya dalam hal monitoring dan
pelaporan pelaksanaan anggaran. Dengan jumlah satuan kerja sebanyak 4.484
satuan kerja, Kementerian Agama sudah sewajarnya mengembangkan sebuah
sistem informasi (SI) yang dapat memudahkan pengendalian pelaksanaan
anggarannya. Oleh karena itu, untuk mewujudkan kinerja pelaksanaan program
dan anggaran yang transparan, efisien, efektif dan akuntabel pada Kementerian
Agama, maka dipandang perlu untuk melakukan monitoring kinerja pelaksanaan
anggaran dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.
Penguatan pengendalian dan evaluasi pelaksanaan anggaran secara
elektronik ini, dilaksanakan dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri Agama
Nomor 47 Tahun 2014 tentang Monitoring Pelaksanaan Anggaran Secara
Elektronik pada Kementerian Agama (PMA 47/2014). Dengan PMA 47/2014
tersebut maka diperkenalkan penggunaan Elektronik Monitoring Pelaksanaan
Anggaran (E-MPA) untuk seluruh satuan kerja (satker) di bawah struktur
organisasi Kementerian Agama RI.
Kanwil Kementerian Agama Prov. Bali adalah salah satu satker
Kementerian Agama RI yang mewilayahi satker instansi vertikal Kementerian
Agama di Provinsi Bali. Dalam struktur organisasinya, Kanwil Kementerian
Agama Prov. Bali terdiri dari 95 satker, yang sesuai PMA 47/2014 adalah satker
yang wajib melaksanakan monitoring pelaksanaan anggaran secara elektronik
melalui aplikasi E-MPA pada website www.e-mpa.kemenag.go.id paling lambat
tanggal 20 bulan berikutnya setiap bulan.
3
Akan tetapi dalam perkembangannya, ternyata cukup banyak satuan kerja
yang belum melakukan pemutakhiran data pelaporan hasil pelaksanaan program
sesuai batas waktu yang ditentukan. Dalam surat Kepala Kantor Wilayah
Kementerian Agama Provinsi Bali Nomor: KW.18.1/1/OT.01.2/18663/2015
tanggal 27 November 2015 tentang Laporan E-MPA sampai bulan November
2015, disebutkan bahwa sampai bulan tersebut terdapat 51 satuan kerja yang
belum melakukan pemutakhiran data pelaporan E-MPA. Dari keseluruhan satuan
kerja di lingkungan Kanwil Kementerian Agama Provinsi Bali yang berjumlah 95
satuan kerja, maka satuan kerja yang belum melakukan pemutakhiran data
pelaporan E-MPA berjumlah 53,7%. Dengan tingkat penyelesaian pelaporan
sampai November 2015 yang baru mencapai 46,3% maka dapat dianggap E-MPA
belum dimanfaatkan secara efektif dalam proses pengendalian dan pelaporan
kinerja pelaksanaan anggaran di Kanwil Kementerian Agama Prov. Bali.
Dari data tersebut terlihat bahwa terdapat keengganan untuk
menyelesaikan pelaporan kinerja pelaksanaan anggaran dengan menggunakan E-
MPA. E-MPA sejatinya diimplementasikan untuk menunjang aktivitas
pengendalian dan pelaporan satuan kerja di semua tingkatan. Penggunaan E-MPA
di semua tingkatan satuan kerja dilaksanakan untuk meningkatkan kualitas
pengendalian pelaksanaan program anggaran pada satuan kerja. Oleh karena itu E-
MPA seharusnya dapat diterima dan digunakan oleh seluruh satuan kerja di
Kementerian Agama. Dalam Jogiyanto (2008:1) disebutkan bahwa kegagalan
implementasi SI di organisasi di samping dapat diakibatkan oleh kualitas teknis SI
4
yang kurang baik, juga dapat diakibatkan oleh aspek keperilakuannya
(behavioral).
Penelitian terhadap penerimaan sebuah teknologi baru pada tingkat
individu dan organisasi adalah salah satu aliran paling matang dalam penelitian
sistem informasi (SI) (Venkatesh et al., 2007). Penelitian sebelumnya tentang
pemanfaatan SI telah banyak dilakukan terutama di lingkungan yang
menggunakan SI secara sukarela. Akan tetapi penerapan hasil-hasil temuannya
dalam lingkungan yang bersifat mandatory (wajib) relatif belum begitu jelas.
Penelitian sebelumnya tentang pengadopsian SI telah menggunakan
sejumlah model teoritis untuk menguji penerimaan individu terhadap sebuah
teknologi. Adapun teori-teori yang digunakan misalnya Theory of Reason Action
(TRA), Technology Acceptance Model (TAM), dan Theory of Planned Behavior
(TPB). Model teoritis penelitian tentang pengadopsian SI ini selanjutnya
disatukan dalam sebuah teori yang dikenal sebagai Unified Theory of Acceptance
and Use of Technology (UTAUT) yang menyintesis beberapa model
pengadopsian sebelumnya (Venkatesh et al., 2003). UTAUT menyajikan empat
faktor penentu utama dari penerimaan pengguna dan penggunaan SI yaitu
ekspektansi kinerja (performance expectancy), ekspektansi usaha (effort
expectancy), pengaruh sosial (social influence) dan kondisi-kondisi pemfasilitasi
(facilitating conditions) (Jogiyanto, 2008: 314).
Ekspektansi kinerja didefinisikan sebagai tingkat keyakinan seorang
individu bahwa dengan menggunakan sistem akan membantu dalam
meningkatkan kinerjanya dalam pekerjaan. Ekspektansi usaha merupakan tingkat
5
kemudahan penggunaan sistem oleh individu, yang akan dapat mengurangi upaya
baik tenaga maupun waktu dalam melakukan pekerjaannya. Pengaruh sosial
didefinisikan sebagai tingkat dimana seorang individu merasa bahwa orang-orang
yang penting baginya percaya bahwa sebaiknya dia menggunakan SI. Kondisi-
kondisi pemfasilitasi didefinisikan sebagai tingkat kepercayaan individu terhadap
ketersediaan infrastruktur teknik dan organisasional untuk mendukung
penggunaan SI. Kondisi-kondisi pemfasilitasi dioperasionalkan dengan
memasukkan aspek-aspek lingkungan teknologikal atau organisasional yang
dirancang untuk menghilangkan halangan-halangan menggunakan sistem.
Keempat variabel ini berpengaruh signifikan terhadap niat dan penggunaan SI
dalam lingkungan wajib dan sukarela. Dengan demikian keempat variabel ini
merupakan faktor penentu utama dalam UTAUT yang berperan dalam
memprediksi perilaku individu dalam pengadopsian SI.
Model UTAUT yang dikembangkan Venkatesh et al. (2003) telah banyak
digunakan dalam penelitian pengadopsian SI, akan tetapi lebih banyak digunakan
dalam penelitian di lingkungan SI yang bersifat sukarela. Penggunaan model
UTAUT pada pengadopsian SI di organisasi sektor publik dalam lingkungan yang
diwajibkan (mandatory) relatif belum banyak dibuktikan. Oleh karena itu,
penerapan model ini dalam pengadopsian SI organisasi sektor publik di
lingkungan yang diwajibkan menjadi menarik untuk diteliti.
Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa hubungan yang melandasi
model pengadopsian SI di lingkungan sukarela dapat berbeda apabila diterapkan
dalam konteks lingkungan yang diwajibkan. Brown et al. (2002) mencatat bahwa
6
model penerimaan teknologi yang telah ada tidak sesuai untuk menjelaskan
pengadopsian SI dalam konteks lingkungan yang diwajibkan. Secara khusus
ditunjukkan bahwa variabel penggunaan SI bukan variabel dependen yang tepat
dalam keadaan penggunaan SI yang diwajibkan. Dalam lingkungan penggunaan
wajib, pengguna diharuskan untuk menggunakan teknologi yang spesifik atau
sistem tertentu untuk melakukan pekerjaannya. Pengguna harus menggunakan
sistem tersebut, terlepas dari apakah ia berniat untuk menggunakannya (Brown et
al., 2002; Chan et al., 2010).
Oleh karena itu, sikap pengguna terhadap (user’s attitudes toward)
penggunaan SI dan niat mereka (intentions) untuk menggunakan teknologi tidak
memiliki hubungan dalam lingkungan penerapan SI yang diwajibkan. Mereka
mencatat bahwa dalam lingkungan yang diwajibkan, niat untuk menggunakan SI
mungkin lebih terkait dengan keyakinan lain, seperti reward dan punishment,
dibanding keyakinan terhadap SI itu sendiri. Dengan demikian, pengujian niat
(intentions) dan antesedennya menjadi kurang relevan dalam konteks lingkungan
yang diwajibkan.
Sebaliknya kepuasan pengguna (user satisfaction), bukan niat perilaku
(behavioral intentions) untuk menggunakan SI, adalah variabel dependen yang
lebih tepat bila SI dimaksudkan dalam skala besar dan terintegrasi serta
penggunaannya diamanatkan/ diwajibkan (Brown et al., 2002; 2008). Hasil
penelitian ini didukung oleh Chan et al. (2010) dan Al-Khowaiter, et al. (2013),
yang menyatakan bahwa ekspektansi kinerja, ekspektansi usaha, faktor sosial dan
kondisi pemfasilitasi memiliki efek langsung pada kepuasan pengguna. Lebih
7
lanjut, kepuasan pengguna secara luas telah diakui sebagai matriks kunci indikator
kesuksesan SI (DeLone dan Mclean, 1992; 2003). Kepuasan pengguna merupakan
variabel yang digunakan untuk mengukur kesuksesan efektivitas SI. Penggunaan
kepuasan pengguna kelihatannya merupakan pengukuran yang paling banyak
digunakan untuk mengukur keberhasilan informasi. Hal ini cukup beralasan
karena kalau pengguna SI merasa puas maka dianggap sebagai keberhasilan SI
tersebut (Jogiyanto, 2007:25). Dalam DeLone dan Mclean (1992) dijelaskan
bahwa kepuasan pengguna dipengaruhi oleh kualitas sistem dan kualitas
informasi.
Baridwan (2012) melakukan penelitian dengan menggabungkan model
penerimaan (model UTAUT) dan model kesuksesan SI. Baridwan (2012)
menambahkan variabel pada model UTAUT dengan variabel kualitas sistem dan
kualitas informasi. Dalam Baridwan (2012) disebutkan bahwa faktor penentu dari
minat keperilakuan dalam model UTAUT (Venkatesh et al., 2003) adalah konteks
individu (ekspektansi kinerja dan ekspektansi usaha) dan konteks sosial (pengaruh
sosial). Hal ini adalah kelemahan dari model UTAUT karena belum memasukkan
konteks teknologi. DeLone dan Mclean (2003) berpendapat bahwa konteks
teknologi merupakan salah satu faktor yang perlu dipertimbangkan sebagai
penentu minat keperilakuan. Konstruk dalam konteks teknologi ini adalah kualitas
sistem dan kualitas informasi. Mason (1978) berpendapat bahwa kualitas sistem
dan kualitas informasi akan menentukan sikap dari pemakai sistem.
Dengan mempertimbangkan konteks teknologi ini, maka konstruk yang
digunakan dalam UTAUT akan semakin lengkap karena mempertimbangkan tiga
8
konteks yaitu konteks individu, konteks sosial dan konteks teknologi. Konteks
teknologi ini telah digunakan dalam beberapa penelitian antara lain DeLone dan
Mclean (1992), Molla dan Licker (2001), DeLone dan Mclean (2003), Roldan dan
Leal (2003) serta Livari (2005), dalam model kesuksesan sistem informasi. Dari
penelitian-penelitian tersebut dikemukakan bahwa kualitas sistem dan kualitas
informasi berpengaruh terhadap kepuasan pengguna (Jogiyanto, 2007).
Berkaitan dengan konteks sosial dan peran manusia dalam penerimaan dan
penggunaan SI, maka faktor budaya perlu dipertimbangkan karena budaya
mempunyai dampak besar terhadap perilaku dan praktik manusia dalam
melaksanakan kegiatannya termasuk dalam organisasi sektor publik. Susanto, et
al. (2008) menjelaskan bahwa budaya organisasi menjadi faktor penting yang
menentukan keberhasilan atau kegagalan perusahaan. Demikian halnya, Lippert
and Volkmar (2007) menjelaskan bahwa budaya organisasi menjadi faktor penting
yang membentuk konteks utilisasi teknologi dan kinerja. McCoy et al. (2007)
berpendapat bahwa budaya secara luas dipercaya mempunyai dampak besar
terhadap perilaku dan praktik orang-orang di seluruh dunia. Pada saat yang
bersamaan proses penerimaan teknologi semakin penting dalam organisasi dan
dalam masyarakat luas. Hal ini menunjukkan bahwa budaya termasuk budaya Tri
Hita Karana (THK) mempunyai kaitan dengan SI karena SI merupakan bagian
kecil dari salah satu kegiatan kemasyarakatan, yaitu termasuk bidang ekonomi
(Windia dan Dewi 2007:23).
Menurut Hofstede (2010:46) budaya lokal akan memengaruhi budaya
organisasi. Hal ini disebabkan sebelum bergabung dengan organisasi, individu
9
(pekerja) terlebih dahulu telah dipengaruhi oleh berbagai lembaga atau institusi
sosial yang secara rutin menanamkan nilai-nilai dan norma-norma serta
membentuk perilaku seperti keluarga, komunitas, bangsa, sistem pendidikan,
suku, dan agama. THK adalah konsep budaya lokal yang telah diadopsi menjadi
budaya organisasi dan sudah ada sejak berabad-abad yang lalu.
THK telah dijadikan filosofi hidup yang bersifat holistik dan unik karena
hanya ada di Bali yang berakar dari agama Hindu. Menurut Windia dan Dewi
(2007:2) dan Wiana (2007:8) THK adalah sistem kebudayaan yang mengandung
elemen-elemen; (1) parahyangan, hubungan harmonis antara manusia dengan
Tuhan Yang Maha Esa. (2) palemahan, hubungan harmonis antara manusia
dengan lingkungannya. (3) pawongan, hubungan harmonis antara manusia dengan
manusia. Dengan demikian, tujuan THK adalah mencapai kebahagiaan hidup
dengan mengedepankan prinsip-prinsip kebersamaan, keselarasan atau harmoni
dan keseimbangan antara motif ekonomi, pelestarian lingkungan, budaya, estetika,
dan spiritual.
Ariyanto (2014) melakukan penelitian yang menekankan peran budaya
dalam perilaku pengadopsian dan pemanfaatan SI dengan dimensi THK yang
mempertimbangkan hubungan manusia dengan manusia, manusia dengan alam,
dan manusia dengan Tuhan. Dalam penelitiannya dilakukan rekonstruksi definisi
dan pengukuran konstruk pengaruh sosial (social influence) dari perspektif budaya
organisasi dan tingkat spiritual (khususnya budaya THK di Bali) dengan
mengganti konstruk pengaruh sosial menjadi konstruk faktor sosial budaya
(sosiocultural factor). Hal ini sejalan dengan Al-Gahtani et al. (2007),
10
Bandyopadhyay dan Fraccastoro (2007), serta Venkatesh dan Zang (2010), yang
melakukan penggantian, pengembangan atau modifikasi konstruk pengaruh sosial
dalam model UTAUT akibat adanya perbedaan budaya dalam konteks
penelitiannya. Hasil penelitiannya menemukan bahwa faktor sosial budaya (THK)
berpengaruh positif terhadap niat pengadopsian dan pemanfaatan SI. Faktor sosial
merupakan prediktor langsung niat mengadopsi dan menggunakan SI serta
dipengaruhi oleh budaya tempat SI diaplikasikan. Hasil ini konsisten dengan
penelitian Suardikha (2012) yang menemukan bahwa budaya THK berpengaruh
terhadap penggunaan SI.
Hal lain yang menarik dari penelitian Ariyanto (2014) adalah penggunaan
variabel moderating bidang pendidikan. Penggunaan variabel pemoderasi bidang
pendidikan dilakukan karena bidang pendidikan akan mempengaruhi daya pikir
dan pengetahuan seseorang yang memudahkan seseorang mengadaptasi SI yang
bersifat baru, seperti dalam penelitian Zmud (1979), Roger (1983), Agarwal dan
Prasad (1999), Iqbaria et al. (1996) serta Burton-Jone dan Hubona (2003).
Berkaitan dengan pengadopsian dan pemanfaatan SI, bidang pendidikan (umum
dan keagamaan) akan memperkuat niat dan perilaku pengadopsian dan
pemanfaatan SI karena adanya perbedaan kedalaman pemahaman tentang
akuntansi dan sistem informasi. Oleh karenanya di lingkungan yang diwajibkan,
bidang pendidikan ini diharapkan memperkuat kepuasan pengguna karena adanya
perbedaan kedalaman pemahaman tentang akuntansi dan sistem informasi.
Dengan latar belakang tersebut, peneliti akan melakukan pengujian model
UTAUT dalam kondisi lingkungan yang diwajibkan dengan mengganti variabel
11
dependen niat dan penggunaan dengan variabel kepuasan pengguna sesuai temuan
Brown et al. (2002; 2008) dan Chan et al. (2010). Penelitian ini juga melakukan
pengembangan konstruk dalam model UTAUT (Venkatesh et al., 2003) yaitu
dengan memasukkan konteks teknologi dalam hal ini kualitas sistem dan kualitas
informasi seperti dalam Baridwan (2012). Selanjutnya dilakukan rekonstruksi
definisi dan pengukuran konstruk pengaruh sosial dari perspektif budaya
organisasi dan tingkat spiritual (khususnya THK) dengan mengganti konstruk
pengaruh sosial menjadi konstruk faktor sosial budaya (sosiocultural factor)
seperti dalam penelitian Ariyanto (2014). Penelitian ini juga menggunakan
variabel moderating kemampuan kognitif umum dan kecerdasan yang diproksikan
dengan bidang pendidikan yaitu bidang pendidikan umum dan keagamaan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka permasalahan dalam penelitian ini
dapat dirumuskan sebagai berikut:
1) Apakah ekspektansi kinerja berpengaruh pada kepuasan pengguna E-MPA?
2) Apakah ekspektansi usaha berpengaruh pada kepuasan pengguna E-MPA?
3) Apakah faktor sosial budaya berpengaruh pada kepuasan pengguna E-MPA?
4) Apakah kondisi-kondisi pemfasilitasi berpengaruh pada kepuasan pengguna
E-MPA?
5) Apakah kualitas sistem berpengaruh pada kepuasan pengguna E-MPA
6) Apakah kualitas informasi berpengaruh pada kepuasan pengguna E-MPA?
12
7) Apakah bidang pendidikan memperkuat pengaruh ekspektansi kinerja,
ekspektansi usaha, faktor sosial budaya, kondisi-kondisi pemfasilitasi kualitas
sistem dan kualitas informasi pada kepuasan pengguna E-MPA?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah sebelumnya maka tujuan dari penelitian ini
adalah memperoleh bukti empiris untuk mengetahui:
1) Pengaruh ekspektansi kinerja pada kepuasan pengguna E-MPA.
2) Pengaruh ekspektansi usaha pada kepuasan pengguna E-MPA.
3) Pengaruh faktor sosial budaya pada kepuasan pengguna E-MPA.
4) Pengaruh kondisi-kondisi pemfasilitasi pada kepuasan pengguna E-MPA.
5) Pengaruh kualitas sistem pada kepuasan pengguna E-MPA.
6) Pengaruh kualitas informasi pada kepuasan pengguna E-MPA.
7) Bidang pendidikan memperkuat pengaruh ekspektansi kinerja, ekspektansi
usaha, faktor sosial budaya dan kondisi-kondisi pemfasilitasi, kualitas
sistem dan kualitas informasi pada kepuasan pengguna E-MPA.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini akan memberikan manfaat teoritis bagi khasanah ilmu
pengetahuan dan manfaat praktis bagi pengambilan keputusan pada organisasi
yaitu:
1) Manfaat teoritis
Penelitian ini dapat memberikan gambaran serta wawasan yang lebih luas
dalam bidang teknologi sistem informasi, serta memperoleh pemahaman
13
yang lebih baik tentang teori keperilakuan sistem informasi baik yang
berbasis individu (UTAUT) maupun yang berbasis proses (DeLone &
Mclean). Secara lebih spesifik penelitian ini memberikan pemahaman
yang lebih luas tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan
pengguna pada pengadopsian SI (e-government) yang diwajibkan dalam
organisasi sektor publik dengan rekonstruksi definisi dan pengukuran
konstruk pengaruh sosial dengan mengaitkannya dengan budaya Tri Hita
Karana.
2) Manfaat praktis
Hasil penelitian ini memberikan sumbangan pemikiran dan masukan bagi
organisasi dalam melakukan keputusan implementasi teknologi sistem
informasi dengan mempertimbangkan dampak kepuasan pengguna
teknologi sistem informasi terhadap kinerja, dan membuka wawasan
dalam organisasi mengenai pentingnya pemahaman faktor sosial budaya
dalam mendorong karyawan untuk memanfaatkan teknologi sistem
informasi yang tersedia dalam rangka meningkatkan kinerja.