Kesling (STBM) Baru OKEY

52
TUGAS KELOMPOK MATA KULIAH : KESEHATAN LINGKUNGAN ANALISIS DAMPAK STBM (SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT) TERHADAP PRILAKU KESEHATAN MASYARAKAT DOSEN PENGAJAR : dr. YUNIAR LESTARI, M.Kes DISUSUN OLEH KELOMPOK 1 DINAS KESEHATAN/ PUSKESMAS 1.Eva Yenita 15203220 2.Riskiyah 1520322036 3.Hartiseni 1520322004 PROGRAM PASCASARJANA KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS PADANG

description

tugas

Transcript of Kesling (STBM) Baru OKEY

TUGAS KELOMPOK

MATA KULIAH : KESEHATAN LINGKUNGAN

ANALISIS DAMPAK STBM (SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT) TERHADAP PRILAKU KESEHATAN MASYARAKAT

DOSEN PENGAJAR : dr. YUNIAR LESTARI, M.Kes

DISUSUN OLEH KELOMPOK 1DINAS KESEHATAN/ PUSKESMAS

1. Eva Yenita 152032202. Riskiyah 15203220363. Hartiseni 1520322004

PROGRAM PASCASARJANA KESEHATAN MASYARAKATFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Untuk mencapai Derajat Kesehatan yang optimal dalam rangka memperkuat pembudayaan

hidup bersih dan sehat, mencegah penyebaran penyakit berbasis lingkungan dan meningkatkan

kemampuan masyarakat serta mengimplementasikan komitmen pemerintah untuk meningkatkan

akses air minum dan sanitasi dasar yang berkesinambungan, perlu disusun strategi nasional

Sanitasi Total Berbasis Masyarakat yang ditetapkan dengan keputusan Menteri Kesehatan.

Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) adalah suatu pendekatan partisipatif yang

mengajak masyarakat untuk menganalisa kondisi sanitasi mereka melalui suatu proses pemicuan,

sehingga masyarakat dapat berfikir dan mengambil tindakan untuk meninggalkan kebiasaan buang

air besar mereka yang masih ditempat terbuka dan sembarang tempat. Pendekatan yang dilakukan

dalam STBM menimbulkan rasa ngeri dan malu kepada masyarakat tentang kondisi lingkungannya.

Melalui pendekatan ini kesadaran akan kondisi yang sangat tidak bersih dan tidak nyaman

ditimbulkan. Dari pendekatan ini juga ditimbulkan kesadaran bahwa sanitasi (kebiasaan BAB

disembarang tempat) adalah masalah bersama karena dapat berimplikasi kepada semua

masyarakat sehingga pemecahannya juga harus dilakukan dan dipecahkan secara bersama.

Program STBM tergolong program yang baru dibidang kesehatan. Hal ini berdasarkan pada

masih rendahnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya prilaku hidup bersih dan sehat yang

berbasis lingkungan. Hal ini dapat kita lihat dari data 10 penyakit terbanyak di Sumatera Barat,

maka penyakit berbasis lingkungan masuk kedalam kelompok 10 penyakit terbanyak tersebut

(Diare, DBD, Ispa,dll).

1.2 TUJUAN

1.2.1 Tujuan Umum

Program STBM bertujuan untuk memicu masyarakat agar memiliki kesadaran sendiri untuk

menghentikan kebiasaan Buang Air Besar Sembarangan (STOP BABS), Membiasakan diri untuk

selalu mencuci tangan pakai sabun (CTPS), mengelola Air Minum dan Makanan Rumah Tangga

(PAMM-RT) secara saniter, Mampu mengelola sampah Rumah Tangga (PS-RT) dan Limbah Cair

Rumah Tangga (PLC-RT) dengan baik.

1

1.2.2 Tujuan Khusus

a. Memfasilitasi masyarakat untuk mengenali masalah kesehatan di lingkungannya sendiri.

b. Menganalisis masalah kesehatan yang ada dilingkungan mereka

c. Mampu memecahkan permasalahan kesehatan tersebut dengan kemampuan mereka sendiri

1.3 MANFAAT

1.3.1 Timbulnya kesadaran masyarakat untuk berprilaku hidup bersih dan sehat yang berbasis

lingkungan.

1.3.2 Tersedianya sumber air bersih dan jamban sehat di masyarakat dan meningkatnya kesadaran

masyarakat untuk selalu menggunakan air bersih dan jamban sehat.

1.3.3 Terlaksananya pengelolaan sampah dan limbah rumah tangga secara mandiri oleh masyarakat.

2

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI

2.1.1 Definisi Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)

Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) adalah pendekatan strategis dan program untuk

merubah prilaku hygienis dan sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat dengan metode

pemicuan.

2.1.2 Definisi Prilaku

Prilaku adalah Keseuruhan (Totalitas) pemahaman dan aktivitas seseorang yang merupakan hasil

bersama antara faktor internal dan aksternal.

2.1.3 Kesehatan Masyarakat adalah Ilmu dan Seni mencegah penyakit, memperpanjang hidup, dan

meningkatkan kesehatan, melalui usaha-usaha pengorganisasian masyarakat untuk:

a. Perbaikan sanitasi lingkungan.

b. Pemberantasan penyakit-penyakit menular

c. Pengorganisasian pelayanan-pelayanan medis dan perawatan untuk diagnosis dini dan

pengobatan.

d. Pengembangan rekayasa sosial untuk menjamin setiap orang terpenuhi kebutuhan hidup yang

layak dalam memelihara kesehatannya.

Dari batasan tersebut tersirat bahwa kesehatan masyarakat adalah kombinasi antara teori (ilmu)

dan praktik (seni) yang bertujuan untuk mencegah penyakit, memperpanjang usia hidup, dan

meningkatkan kesehatan masyarakat. Untuk mencapai ketiga tujuan tersebut winslow

mengusulkan cara yang efektif adalah melalui upaya-upaya pengorganisasian masyarakat.

2.1.4 Masyarakat adalah kumpulan dari sejumlah orang dari suatu tempat tertentu yang menunjukkan

adanya pemilikan norma-norma hidup bersama walaupun di dalamnya terdapat berbagai lapisan

atau lingkungan sosial.

2.1.5 Pemberdayaan masyarakat dalam dimensi kesehatan merupakan proses yang dilakukan oleh

masyarakat (dengan atau tanpa campur tangan pihak luar) untuk memperbaiki kondisi lingkungan,

sanitasi dan aspek lainnya yang secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh dalam

kesehatan masyarakat. Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) adalah sekumpulan prilaku yang

dipraktekkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan seseorang atau

3

keluarga mampu menolong diri sendiri dibidang kesehatan serta berperan aktif dalam

mewujudkan kesehatan masyarakatnya.

2.2. PILAR DAN PENDEKATAN STBM

2.2.1 Stop Buang Air Besar Sembarangan (BABS)

Dilihat dari segi Kesehatan Masyarakat, pembuangan kotoran manusia merupakan masalah yang

pokok untuk sedini mungkin diatasi. Kotoran manusia (Feces) merupakan sumber penyebaran

penyakit yang multikompleks.

Gambar 2.1Skema tinja sebagai penyebar penyakit

Dari skema tersebut tampak jelas bahwa peranan tinja dalam penyebaran penyakit sangat besar.

Benda dan makanan yang telah terkontaminasi oleh tinja dari seseorang yang sudah menderita

suatu penyakit tertentu, maka akan menjadi penyebab penyakit bagi orang lain. Oleh karena itu

pembuangan kotoran manusia harus sesuai dengan prinsip kesehatan lingkungan yaitu melalui

jamban sehat. Perilaku Stop BABS diikuti dengan pemanfaatan sarana sanitasi yang saniter berupa

jamban sehat. Saniter merupakan kondisi fasilitas sanitasi yang memenuhi standar dan persyaratan

kesehatan yaitu:

4

Tinja

air

Makanan, minuman dan sayuran

tangan

Lalat

tanah

mati

Penjamu (host)

Sakit

a. tidak mengakibatkan terjadinya penyebaran langsung bahan-bahan yang berbahaya bagi

manusia akibat pembuangan kotoran manusia; dan

b. dapat mencegah vektor pembawa untuk menyebar penyakit pada manusia dan lingkungan

sekitarnya.

Gambar 2.2 Contoh Perubahan Prilaku Stop BABS

Jamban sehat harus dibangun, dimiliki, dan digunakan oleh keluarga dengan penempatan

(di dalam rumah atau di luar rumah) yang mudah dijangkau oleh penghuni rumah. Standar dan

persyaratan kesehatan bangunan jamban terdiri dari :

a) Bangunan atas jamban (dinding dan/atau atap)

Bangunan atas jamban harus berfungsi untuk melindungi pemakai dari gangguan cuaca dan

gangguan lainnya.

5

Gambar 2.3Contoh Bangunan Atas Jamban

b) Bangunan tengah jamban

Terdapat 2 (dua) bagian bangunan tengah jamban, yaitu:

- Lubang tempat pembuangan kotoran (tinja dan urine) yang saniter dilengkapi oleh konstruksi leher

angsa. Pada konstruksi sederhana (semi saniter), lubang dapat dibuat tanpa konstruksi leher angsa,

tetapi harus diberi tutup.

- Lantai Jamban terbuat dari bahan kedap air, tidak licin, dan mempunyai saluran untuk pembuangan

air bekas ke Sistem Pembuangan Air Limbah (SPAL).

Gambar 2.4Contoh Bangunan Tengah Jamban

c) Bangunan Bawah Jamban

Bangunan bawah jamban merupakan bangunan penampungan, pengolah, dan pengurai

kotoran/tinja yang berfungsi mencegah terjadinya pencemaran atau kontaminasi dari tinja melalui

vektor pembawa penyakit, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Terdapat 2 (dua) macam bentuk bangunan bawah jamban, yaitu:

- Tangki Septik, adalah suatu bak kedap air yang berfungsi sebagai penampungan limbah kotoran

manusia (tinja dan urine). Bagian padat dari kotoran manusia akan tertinggal dalam tangki septik,

6

sedangkan bagian cairnya akan keluar dari tangki septik dan diresapkan melalui bidang/sumur

resapan. Jika tidak memungkinkan dibuat resapan maka dibuat suatu filter untuk mengelola cairan

tersebut.

- Cubluk, merupakan lubang galian yang akan menampung limbah padat dan cair dari jamban yang

masuk setiap harinya dan akan meresapkan cairan limbah tersebut ke dalam tanah dengan tidak

mencemari air tanah, sedangkan bagian padat dari limbah tersebut akan diuraikan secara biologis.

Gambar 2.5Contoh Bangunan Bawah Jamban

2.2.2 Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS)

Beberapa alasan mengenai pentingnya cuci tangan pakai sabun (CTPS) , yakni sebagai berikut :

1. Mencuci tangan pakai sabun dapat mencegah penyakit yang dapat menyebabkan ratusan ribu

anak meninggal setiap tahunnya.

2. Mencuci tangan dengan air saja tidak cukup.

3. CTPS adalah satu-satunya intervensi kesehatan yang paling “cost effective” jika dibanding

dengan hasil yang diperolehnya.

CTPS merupakan perilaku cuci tangan dengan menggunakan sabun dan air bersih yang mengalir.

a) Langkah-langkah CTPS yang benar :

1. Basahi kedua tangan dengan air bersih yang mengalir.

2. Gosokkan sabun pada kedua telapak tangan sampai berbusa lalu gosok kedua punggung

tangan, jari jemari, kedua jempol, sampai semua permukaan kena busa sabun.

3. Bersihkan ujung-ujung jari dan sela-sela di bawah kuku.

4. Bilas dengan air bersih sambil menggosok-gosok kedua tangan sampai sisa sabun hilang.

5. Keringkan kedua tangan dengan memakai kain, handuk bersih, atau kertas tisu, atau mengibas-

ibaskan kedua tangan sampai kering. 7

b) Waktu penting perlunya CTPS, antara lain:

1. sebelum makan

2. sebelum mengolah dan menghidangkan makanan

3. sebelum menyusui

4. sebelum memberi makan bayi/balita

5. sesudah buang air besar/kecil

6. sesudah memegang hewan/unggas

c) Kriteria Utama Sarana CTPS

1. Air bersih yang dapat dialirkan

2. Sabun

3. Penampungan atau saluran air limbah yang aman

Gambar 2.6Contoh Sarana CTPS

2.2.3 Pengelolaan Air Minum dan Makanan Rumah Tangga (PAMM-RT)

A. Pengelolaan Air Minum Rumah Tangga

Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan setelah udara. Sekitar ¾ bagian

tubuh kita terdiri dari air dan tidak seorang pun dapat bertahan hidupp lebih dari 4-5 hari tanpa

minum air. Volume air dalam tubuh manusia rata-rata 65% dari total berat badan dan volume

tersebut masing-masing orang bervariasi bahkan juga bervariasi untuk tiap-tiap organ tubuh

manusia. Ditinjau dari sudut ilmu kesehatan masyarakat, penyediaan sumber air bersih harus

dapat memenuhi kebutuhan masyarakat karena persediaan air bersih yang terbatas memudahkan

timbulnya penyakit. Penyakit yang menyerang manusia dapat ditularkan dan menyebar secara

8

langsung maupun tidak langsung melalui air. Penyakit yang ditularkan melalui air disebut

waterborne disease. Contoh penyakit yang penularannya melaui air adalah kolera, disentri, diare,

typoid, ascariasis, dll.

Syarat air minum yang sehat adalah memenuhi persyaratan sebagai berikut:

1. Syarat Fisik

Persyaratan fisik air minum adalah bening (tidak berwarna), tidak berasa, suhu dibawah suhu

udara diluarnya.

2. Syarat Bakteriologis

Persyaratan air minum adalah bebas dari bakteri, terutama bakteri patogen dengan cara

memeriksa sampel air sebanyak 100 cc air, dan bila hasil pemeriksaan hanya mengandung

kurang dari 4 bakteri E. Coli maka air tersebut memenuhi syarat kesehatan.

3. Syarat Kimia

Persyaratan air minum adalah mengandung zat-zat tertentu dalam jumlah tertentu pula.

Kekurangan atau kelebihan salah satu zat kimia dalam air akan menyebabkan gangguan

fisiologis pada manusia.

Bahan-bahan atau zat kimia yang terdapat dalam air yang ideal adalah pada tabel berikut ini

Tabel 2.1Kandungan Bahan Kimia Dalam Air

JENIS BAHAN KADAR YANG DIBENARKAN

Flour (F) 1-1,5

Chlor (CI) 250

Arsen (As) 0,05

Tembaga (Cu) 1,0

Besi (Fe) 0,3

Zat Organik 10

Ph (Keasaman) 6,5-9,0

Co2 0

9

Sumber-sumber air minum adalah:

Pada prinsipnya semua air dapat diproses menjadi air minum. Adapun sumber air minum

sebagai berikut:

1. Air Hujan

2. Air Sungai dan Danau

3. Mata air

4. Air Sumur Dangkal

5. Air Sumur Dalam

Pengolahan air untuk rumah tangga

a. Air Sumur

Air sumur pompa terutama air sumur pompa dalam sudah memenuhi persyaratan

kesehatan, sedangkan air sumur pompa dangkal (sumur pompa gali) cenderung untuk

tercemar dari kotoran sekitarnya. Oleh karena itu harus memenuhi persyaratan sebagai

berikut:

1. Ada bibir sumur

2. Bagian atas ± 3 meter dari permukaan tanah dan harus ditembok

3. Diberi lapisan kerikil atau tawas pada bagian bawah sumur

b. Air Hujan

Air hujan ditampung melalui penampungan air hujan dari atapnya masing-masing melalui

aliran talang, namun penggunaan air hujan sebagai sumber air minum kurang dianjurkan

karena kandungan zat tertentu dalam air hujan tidak memenuhi standar kesehatan yang

dibutuhkan oleh tubuh.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan Air Minum Rumah Tangga adalah:

1. Wadah Penyimpanan Air Minum

2. Setelah pengolahan air, tahapan selanjutnya menyimpan air minum dengan aman untuk

keperluan sehari-hari, dengan cara:

- Wadah bertutup, berleher sempit, dan lebih baik dilengkapi dengan kran.

- Air minum sebaiknya disimpan di wadah pengolahannya.

- Air yang sudah diolah sebaiknya disimpan dalam tempat yang bersih dan selalu tertutup.

- Minum air dengan menggunakan gelas yang bersih dan kering atau tidak minum air langsung

mengenai mulut/wadah kran.

- Letakkan wadah penyimpanan air minum di tempat yang bersih dan sulit terjangkau oleh

binatang. 10

- Wadah air minum dicuci setelah tiga hari atau saat air habis, gunakan air yang sudah diolah

sebagai air bilasan terakhir.

B. Pengelolaan Makanan Rumah Tangga

Makanan harus dikelola dengan baik dan benar agar tidak menyebabkan gangguan kesehatan dan

bermanfaat bagi tubuh. Cara pengelolaan makanan yang baik yaitu dengan menerapkan prinsip higiene

dan sanitasi makanan. Pengelolaan makanan di rumah tangga, walaupun dalam jumlah kecil atau skala

rumah tangga juga harus menerapkan prinsip higiene sanitasi makanan.

Prinsip higiene sanitasi makanan :

1) Pemilihan bahan makanan

Pemilihan bahan makanan harus memperhatikan mutu dan kualitas serta memenuhi persyaratan yaitu

untuk bahan makanan tidak dikemas harus dalam keadaan segar, tidak busuk, tidak rusak/berjamur, tidak

mengandung bahan kimia berbahaya dan beracun serta berasal dari sumber yang resmi atau jelas. Untuk

bahan makanan dalam kemasan atau hasil pabrikan, mempunyai label dan merek, komposisi jelas,

terdaftar dan tidak kadaluwarsa.

2) Penyimpanan bahan makanan

Menyimpan bahan makanan baik bahan makanan tidak dikemas maupun dalam kemasan harus

memperhatikan tempat penyimpanan, cara penyimpanan, waktu/lama penyimpanan dan suhu

penyimpanan. Selama berada dalam penyimpanan harus terhindar dari kemungkinan terjadinya

kontaminasi oleh bakteri, serangga, tikus dan hewan lainnya serta bahan kimia berbahaya dan beracun.

Bahan makanan yang disimpan lebih dulu atau masa kadaluwarsanya lebih awal dimanfaatkan terlebih

dahulu.

3) Pengolahan makanan

Empat aspek higiene sanitasi makanan sangat mempengaruhi proses pengolahan makanan, oleh karena

itu harus memenuhi persyaratan, yaitu :

- Tempat pengolahan makanan atau dapur harus memenuhi persyaratan teknis higiene sanitasi untuk

mencegah risiko pencemaran terhadap makanan serta dapat mencegah masuknya serangga, binatang

pengerat, vektor dan hewan lainnya.

- Peralatan yang digunakan harus tara pangan (food grade) yaitu aman dan tidak berbahaya bagi

kesehatan (lapisan permukaan peralatan tidak larut dalam suasana asam/basa dan tidak mengeluarkan

bahan berbahaya dan beracun) serta peralatan harus utuh, tidak cacat, tidak retak, tidak gompel dan

mudah dibersihkan.

11

- Bahan makanan memenuhi persyaratan dan diolah sesuai urutan prioritas Perlakukan makanan hasil

olahan sesuai persyaratan higiene dan sanitasi makanan, bebas cemaran fisik, kimia dan bakteriologis.

- Penjamah makanan/pengolah makanan berbadan sehat, tidak menderita penyakit menular dan

berperilaku hidup bersih dan sehat.

4) Penyimpanan makanan matang

Penyimpanan makanan yang telah matang harus memperhatikan suhu, pewadahan, tempat penyimpanan

dan lama penyimpanan. Penyimpanan pada suhu yang tepat baik suhu dingin, sangat dingin, beku

maupun suhu hangat serta lama penyimpanan sangat mempengaruhi kondisi dan cita rasa makanan

matang.

5) Pengangkutan makanan

Dalam pengangkutan baik bahan makanan maupun makanan matang harus memperhatikan beberapa hal

yaitu alat angkut yang digunakan, teknik/cara pengangkutan, lama pengangkutan, dan petugas

pengangkut. Hal ini untuk menghindari risiko terjadinya pencemaran baik fisik, kimia maupun

bakteriologis.

6) Penyajian makanan

Makanan dinyatakan laik santap apabila telah dilakukan uji organoleptik atau uji biologis atau uji

laboratorium, hal ini dilakukan bila ada kecurigaan terhadap makanan tersebut. Adapun yang dimaksud

dengan:

- Uji organoleptik yaitu memeriksa makanan dengan cara meneliti dan menggunakan 5 (lima) indera

manusia yaitu dengan melihat (penampilan), meraba (tekstur, keempukan), mencium (aroma), mendengar

(bunyi misal telur) menjilat (rasa). Apabila secara organoleptik baik maka makanan dinyatakan laik santap.

- Uji biologis yaitu dengan memakan makanan secara sempurna dan apabila dalam waktu 2 (dua) jam

tidak terjadi tanda-tanda kesakitan, makanan tersebut dinyatakan aman.

- Uji laboratorium dilakukan untuk mengetahui tingkat cemaran makanan baik kimia maupun mikroba.

Untuk pemeriksaan ini diperlukan sampel makanan yang diambil mengikuti standar/prosedur yang benar

dan hasilnya dibandingkan dengan standar yang telah baku.

Beberapa hal yang harus diperhatikan pada penyajian makanan yaitu tempat penyajian, waktu

penyajian, cara penyajian dan prinsip penyajian. Lamanya waktu tunggu makanan mulai dari selesai proses

pengolahan dan menjadi makanan matang sampai dengan disajikan dan dikonsumsi tidak boleh lebih dari

4 (empat) jam dan harus segera dihangatkan kembali terutama makanan yang mengandung protein tinggi,

kecuali makanan yang disajikan tetap dalam keadaan suhu hangat. Hal ini untuk menghindari tumbuh dan

berkembang biaknya bakteri pada makanan yang dapat menyebabkan gangguan pada kesehatan.

12

Makanan merupakan salah satu bagian penting untuk kesehatan manusia. Mengingat manusia

bertahan hidup membutuhkan makanan, disisi lain setiap saat dapat saja terjadi penyakit yang diakibatkan

oleh makanan.

Beberapa tipe penyakit yang menyerang manusia berkaiatan dengan makanan:

1. Foodborne Disease

Foodborne disease (penyakit bawaan makanan) adalah suatu gejala penyakit yang terjadi

akibat mengonsumsi makanan yang mengandung mikroorganisme atau toksin baik yang

berasal dari tumbuhan, bahan kimia, kuman maupun binatang.

2. Food Infection

Food infection adalah suatu gejala penyakit yang muncul akibat masuk dan

berkembangbiaknya mikroorganisme dalam tubuh (usus) manusia melalui makanan yang

dikonsumsinya.

3. Food Intoxication

Food intoxication adalah suatu gejala penyakit yang muncul akibat mengonsumsi makanan

yang mengandung racun atau mengonsumsi racun yang ada dalam makanan.

Kasus penyakit yang disebabkan oleh makanan (food borne disease) dapat dipengaruhi oleh

beberapa faktor antara lain, kebiasaan pengolahan makanan secara tidak benar, penyimpanan dan

penyajian makanan yang tidak bersih dan tidak mempunyai persyaratan yang memenuhi sanitasi. Untuk

itu perlu dilakukan sanitasi makanan yaitu upaya yang ditujukan untuk kebersihan dan keamanan

makanan agar tidak menimbulkan bahaya keracunan dan penyakit pada manusia.

2.2.4 Pengamanan Sampah Rumah Tangga

Sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan lagi , tidak dipakai, tidak disenangi lalu dibuang yang

berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya.

Sunber-sumber sampah :

a. Sampah yang berasal dari pemukiman (domestic wastes).

Biasanya berupa bahan padat hasil kegiatan rumah tangga seperti sisa makanan baik yang

sudah dimasak atau belum, kemudian bekas pembungkus baik kertas atau plastik, daun dan

sebagainya.

b. Sampah yang berasal dari tempat umum.

Sampah ini berasal dari pasar, tempat-tempat hiburan,terminal dan stasiun yang berupa kertas,

plastik, botol dan sebagainya.

13

c. Sampah yang berasal dari perkantoran baik instansi maupun perusahaan berupa kertas, plastik,

karbon, klip dan lainnya. Umumnya bersifat kering dan mudah terbakar.

d. Sampah yang berasal dari jalan raya.

Sampah umumnya berupa kertas, kardus, debu, batru-batuan, onderdil kendaraaan, plastik

dan daun-daun yang berguguran

e. Sampah yang berasal dari industri

Sampah umumnya sebagai hasil sisa dari proses produksi dan pengepakan berupa logam,

plastik, kayu, potongan tekstil, kaleng dan sebagainya.

f. Sampah yang berasal dari pertanian/perkebunan

Sampah umumnya sebagai hasil sisa dari pertanian berupa jerami, sisa sayur mayur, batang

padi, batang jagung, ranting kayu dan sebagainya

g. Sampah dari pertambangan

Umumnya berupa hasil sisa dari kegiatan pertambangan misalnya batu-batuan, tanah atau

cadas, pasir, sisa pembakaran (arang) dan sebagainya.

h. Sampah yang berasal dari peternakan/perikanan

Umumnya berupa kotoran ternak, sisa makanan ternak, bangkai binatang dan sebagainya.

Sampah Rumah Tangga merupakan salah satu jenis sampah yang sangat banyak ditemukan. Tujuan

Pengamanan Sampah Rumah Tangga adalah untuk menghindari penyimpanan sampah dalam rumah

dengan segera menangani sampah. Pengamanan sampah yang aman adalah pengumpulan, pengangkutan,

pemrosesan, pendaur-ulangan atau pembuangan dari material sampah dengan cara yang tidak

membahayakan kesehatan masyarakat dan lingkungan.

Prinsip-prinsip dalam Pengamanan sampah:

a. Reduce yaitu mengurangi sampah dengan mengurangi pemakaian barang atau benda yang tidak terlalu

dibutuhkan. Contoh:

- Mengurangi pemakaian kantong plastik.

- Mengatur dan merencanakan pembelian kebutuhan rumah tangga secara rutin misalnya sekali sebulan

atau sekali seminggu.

- Mengutamakan membeli produk berwadah sehingga bisa diisi ulang.

- Memperbaiki barang-barang yang rusak (jika masih bisa diperbaiki).

- Membeli produk atau barang yang tahan lama.

b. Reuse yaitu memanfaatkan barang yang sudah tidak terpakai tanpa mengubah bentuk. Contoh:

14

- Sampah rumah tangga yang bisa dimanfaatkan seperti koran bekas, kardus bekas, kaleng susu, wadah

sabun lulur, dan sebagainya. Barang-barang tersebut dapat dimanfaatkan sebaik mungkin misalnya diolah

menjadi tempat untuk menyimpan tusuk gigi, perhiasan, dan sebagainya.

- Memanfaatkan lembaran yang kosong pada kertas yang sudah digunakan, memanfaatkan buku cetakan

bekas untuk perpustakaan mini di rumah dan untuk umum.

- Menggunakan kembali kantong belanja untuk belanja berikutnya.

c. Recycle yaitu mendaur ulang kembali barang lama menjadi barang baru. Contoh:

- Sampah organik bisa dimanfaatkan sebagai pupuk dengan cara pembuatan kompos atau dengan

pembuatan lubang biopori.

- Sampah anorganik bisa di daur ulang menjadi sesuatu yang bisa digunakan kembali, contohnya mendaur

ulang kertas yang tidak digunakan menjadi kertas kembali, botol plastik bisa menjadi tempat alat tulis,

bungkus plastik detergen atau susu bisa dijadikan tas, dompet, dan sebagainya.

- Sampah yang sudah dipilah dapat disetorkan ke bank sampah terdekat.

Kegiatan Pengamanan Sampah Rumah Tangga dapat dilakukan dengan :

a) sampah tidak boleh ada dalam rumah dan harus dibuang setiap hari

b) pemilahan dalam bentuk pengelompokan dan pemisahan sampah sesuai dengan jenis, jumlah,

dan/atau sifat sampah.

c) pemilahan sampah dilakukan terhadap 2 (dua) jenis sampah, yaitu organik dan nonorganik. Untuk

itu perlu disediakan tempat sampah yang berbeda untuk setiap jenis sampah tersebut. Tempat

sampah harus tertutup rapat.

d) pengumpulan sampah dilakukan melalui pengambilan dan pemindahan sampah dari rumah

tangga ke tempat penampungan sementara atau tempat pengolahan sampah terpadu.

e) Sampah yang telah dikumpulkan di tempat penampungan sementara atau tempat pengolahan

sampah terpadu diangkut ke tempat pemrosesan akhir.

Sampah erat kaitannya dengan kesehatan masyarakat karena dari sampah tersebut akan

hidup berbagai mikroorganisme penyebab penyakit (bakteri patogen) dan juga binatang serangga

sebagai pemindah atau penyebar penyakit (vektor). Oleh sebab itu sampah harus dikelola dengan

baik sampai sekecil mungkin tidak mengganggu atau mengancam kesehatan masyarakat.

2.2.5 Pengelolaan Limbah Cair Rumah Tangga (PLC-RT).

Air limbah adalah sisa air yang dibuang berasal dari rumah tangga, industri maupun tempat

umum lainnya yang mengandung bahan-bahan atau zat-zat yang dapat membahayakan bagi

kesehatan manusia serta mengganggu lingkungan hidup. Volume air limbah ini lebih kurang 80% 15

dari air yang digunakan dalam bentuk air kotor (tercemar) yang bisa menimbulkan penyakit bagi

manusia dan merusak lingkungan. Oleh karena itu air limbah harus dikelola secara baik.

Karakteristik air limbah :

a. Karakteristik fisik.

Umumnya berwarna suram, sedikit berbau

Contoh : larutan sabun cucian, air sisa cucian beras dan sayur dan lain-lain

b. Karakteristik kimia

Umumnya mengandung campuran kimia an organik dan organik bersifat basah, cendrung

asam, dan membusuk

Contoh : urin, lemak sabun dan lain-lain

c. Karakteristik bakteriologis

Mengandung bakteri patogen serta organisme golongan coli

Proses pengamanan limbah cair yang aman pada tingkat rumah tangga untuk menghindari

terjadinya genangan air limbah yang berpotensi menimbulkan penyakit berbasis lingkungan. Untuk

menyalurkan limbah cair rumah tangga diperlukan sarana berupa sumur resapan dan saluran

pembuangan air limbah rumah tangga. Limbah cair rumah tangga yang berupa tinja dan urine disalurkan

ke tangki septik yang dilengkapi dengan sumur resapan. Limbah cair rumah tangga yang berupa air bekas

yang dihasilkan dari buangan dapur, kamar mandi, dan sarana cuci tangan disalurkan ke saluran

pembuangan air limbah.

Prinsip Pengamanan Limbah Cair Rumah Tangga adalah:

a) Air limbah kamar mandi dan dapur tidak boleh tercampur dengan air dari jamban

b) Tidak boleh menjadi tempat perindukan vektor

c) Tidak boleh menimbulkan bau

d) Tidak boleh ada genangan yang menyebabkan lantai licin dan rawan kecelakaan

e) Terhubung dengan saluran limbah umum/got atau sumur resapan.

2.3 TATA CARA PEMICUAN STBM

2.3.1 SASARAN PEMICUAN

Sasaran Pemicuan adalah komunitas masyarakat (RW/dusun/desa), bukan perorangan/keluarga, yaitu :

1. Semua keluarga yang belum melaksanakan salah satu atau lima pilar STBM.

2. Semua keluarga yang telah memiliki fasilitas sanitasi tetapi belum memenuhi syarat kesehatan.

16

2.3.2 PESAN YANG DISAMPAIKAN KEPADA MASYARAKAT

a. Stop Buang air besar Sembarangan

Buang air besar sembarangan akan mencemari lingkungan dan akan menjadi sumber penyakit.

Buang air besar dengan cara yang aman dan sehat berarti menjaga harkat dan martabat diri dan

lingkungan.

Jangan jadikan kotoran yang dibuang sembarangan untuk penderitaan orang lain dan diri sendiri.

Cara hidup sehat dengan membiasakan keluarga buang air besar yang aman dan sehat berarti

menjaga generasi untuk tetap sehat.

b. Cuci Tangan Pakai Sabun

Ingin sehat dan terbebas dari pencemaran kuman lakukan Cuci Tangan Pakai Sabun sebelum

makan dan setelah melakukan pekerjaan.

Banyak penyakit yang dapat dihindari cukup dengan Cuci Tangan Pakai Sabun.

Cukup 20 detik untuk menghindari penyakit dengan Cuci Tangan Pakai Sabun.

c. Pengelolaan Air Minum dan Makanan Rumah Tangga

Memastikan air dan makanan yang akan dikonsumsi adalah air dan makanan yang memenuhi

syarat kesehatan dan aman untuk dikonsumsi.

Melakukan treatment atau penanganan terhadap air sebelum dikonsumsi misalnya dengan

merebus sampai mendidih, klorinasi, penjernihan dan cara-cara lain yang sesuai. Begitu juga

dengan pengolahan makanan yang sehat.

Menutup air minum dan makanan sebelum dikonsumsi.

d. Pengamanan Sampah Rumah Tangga

Sampah akan menjadi sumber petaka apabila tidak dikelola dengan baik

Jangan buang sampah di sembarang tempat

Pilahkan sampah kering dan sampah basah

Sudahkan rumah anda dilengkapi tembuat pembuangan sampah yang aman?

Sampah dapat dikelola dan menghasilkan uang dengan cara pemilahan, komposting dan

pemanfaatan sampah kering menjadi kerajinan.

Disesuaikan dengan kreativitas masing-masing.

e. Pengamanan Limbah Cair Rumah Tangga

Genangan air limbah menjadi tempat bersarangnya penyakit.

17

Jagalah kebersihan lingkungan dan hindari pencemaran dengan mengelola air limbah dengan aman

dan sehat.

Banyak penyakit yang dapat dihindari dengan cara membersihkan lingkungan dari pencemaran air

limbah rumah tangga.

Disesuaikan dengan kreativitas masing-masing

Pesan-pesan tersebut dapat disampaikan melalui berbagai macam media seperti brosur, leaflet,

baliho, papan larangan, video, radio dan lain sebagainya yang bisa dikembangkan sendiri oleh desa. Setiap

desa dapat mengembangkan sesuai dengan kondisi desanya masing-masing tergantung masing-masing

desa untuk mencari pesan yang paling efektif untuk disampaikan.

2.3.3 PRINSIP DASAR PEMICUAN

Boleh dilakukan: Tidak Boleh dilakukan:

Memfasilitasi proses, meminta pendapat dan mendengarkan

Menggurui

Membiarkan individu menyadari sendiri Mengatakan apa yang baik dan buruk (mengajari)

Biarkanlah orang-orang menyampaikan inovasi jamban-jamban/kakus yang sederhana.

Mempromosikan rancangan/desain jamban/kakus khusus

Tanpa subsidi Menawarkan subsidi

2.3.4 PELAKU PEMICUAN

a) Tim Fasilitator STBM Desa/kelurahan yang terdiri dari sedikitnya relawan, tokoh masyarakat, tokoh

agama, dengan dukungan kepala desa, dapat dibantu oleh orang lain yang berasal dari dalam

ataupun dari luar Desa tersebut.

b) Bidan desa, diharapkan akan berperan sebagai pendamping, terutama ketika ada pertanyaan

masyarakat terkait medis, dan pendampingan lanjutan serta pemantauan dan evaluasi.

c) Posyandu diharapkan dapat bertindak sebagai wadah kelembagaan yang ada di masyarakat yang

akan dimanfaatkan sebagai tempat edukasi, pemicuan, pelaksanaan pembangunan, pengumpulan

alternatif pendanaan sampai dengan pemantauan dan evaluasi.

d) Kader Posyandu diharapkan juga dapat sebagai fasilitator yang ikut serta dalam kegiatan pemicuan

di desa.

e) Natural leader dapat dipakai sebagai anggota Tim Fasilitator STBM Desa untuk keberlanjutan

STBM.

18

2.3.5 LANGKAH-LANGKAH PEMICUAN

Dalam program STBM terdapat 3 langkah pemicuan yaitu tahap pra pemicuan, tahap pelaksanaan

pemicuan dan tahap pasca pemicuan. Pentahapan tersebut tidak berarti ada pembagian atau pembatasan

waktu, tetapi merupakan suatu proses yang mengalir dengan teratur dan berkesinambungan, sebagai

suatu kesatuan proses yang utuh dan dinamis.

2.3.5.1 Tahap Pra Pemicuan

a. Pengenalan/identifikasi Lingkungan

Kondisi lingkungan, suatu daerah yang akan dipicu harus benar-benar dikenal dan dicermati

terlebih dahulu oleh seorang fasilitator. Silaturahmi dan menjelajah desa merupakan salah cara untuk

mengidentifikasi dan menganalasis kondisi lingkungan suatu desa.Untuk memahami dan mengenal kondisi

lingkungan suatu daerah, seorang Fasiliator Kesehatan harus sudah tinggal atau berada dalam kurun

waktu yang relatif cukup lama, dan

lebih baik kalau seorang Fasilitator telah tinggal menetap di daerah atau desa yang akan dipicu tersebut.

Apabila seorang Fasilitator sudah tinggal atau menetap disuatu desa, maka

fasilitator akan dianggap sudah sebagai keluarga atau kerabat sendiri, dan bukan dianggap sebagai orang

asing, yang masuk desa dan hanya akan membuat masalah atau mengganggu

ketenangan desa. Kondisi lingkungan suatu daerah yang harus dikenali meliputi lingkungan geofisik

maupun sosial budaya, karena kondisi kedua aspek tersebut nantinya akan sangat berpengaruh dalam

proses pemicuan dan tingkat keberhasilannya. Dari hasil pengenalan atau identifikasi lingkungan geofisik

dan sosial-budaya yang ada dimasyarakat maka akan dapat ditarik kesimpulan unsur-unsur mana yang

masuk dalam kategori sebagai Kekuatan/Peluang atau sebagai Kendala/Tantangan, yang selanjutnya dapat

dijadikan sebagai suatu acuan atau pijakan untuk kegiatan pemicuan.

Aspek Sosial-budaya yang perlu diidentifikasi misalnya tokoh masyarakat, tokoh pemuda Organisasi PKK,

Organisasi kemasyarakatan , Pramuka, Kelompok pengajian, nilai sosial-budaya, kebiasaan orang

berkumpul, kondisi lingkungan.

b. Koordinasi dengan Puskemas dan Tim Kecamatan lainnya

Sebelum pelaksaan pemicuan dilaksanakan, Fasilitator harus sudah melakukan kontak dengan unit

lain yang terkait, terutama PUSKESMAS setempat, agar unit tersebut dapat berdampingan dengan

Fasilitator dalam pelaksanaan pemicuan. Untuk itu seorang Fasilitator harus sudah memberi informasi

kepada Puskesmas kapan dan dimana proses pemicuan akan dilakukan. Selain unsur dari Puskesmas, unit

19

lain yang seyogyanya ikut bergabung dalam proses pemicuan adalah unsur Kecmatan (Camat), PKK dan

tokoh masyarakat setempat ( msl tokoh agama, pemuda, dll).

c. Peran masyarakat sekolah

Sekolah merupakan suatu “laboratorium” yang dapat dijadikan obyek vital sekaligus subyek dalam

penerapan STBM. Dalam lingkup sekolah, rantai pemicuan akan berlangsung secara berjenjang dan

berkesinambungan, yaitu dari guru ke murid dan kemudian murid dapat berperan ganda dalam proses

pemicuan lanjutan, yaitu dari murid ke murid lainnya, dari murid ke orang tua dan dari murid ke

masyarakat sebagai suatu group presure. Effek pemicuan pun dapat diharapkan lebih dahsyat, mengingat

anak usia sekolah pada umumnya

lebih antusias dalam mengadopsi ide-ide baru. Guru dapat mengajak anak murid untuk menciptakan dan

meneriakan yel-yel hidup sehat, dapat menciptakan lagu-lagu bernuansa PHBS khususnya dalam kaitanya

dengan STOP BABS dan CTPS.

d. Pelaksanaan Pemicuan

1. Pengantar pertemuan

Memperkenalkan diri beserta semua anggota tim dan membangun hubungan setara dengan

masyarakat yang akan dipicu. - Menjelaskan tujuan keberadaan kader dan atau fasilitator.

Tujuannya adalah untuk belajar tentang kebiasaan masyarakat yang berhubungan dengan

kesehatan lingkungan.

Menjelaskan bahwa kader dan atau fasilitator akan banyak bertanya dan minta kesediaan

masyarakat yang hadir untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dengan jujur.

Menjelaskan bahwa kedatangan kader dan atau fasilitator bukan untuk memberikan bantuan

dalam bentuk apapun (uang, semen dan lain-lain), melainkan untuk belajar.

2. Pencairan suasana dengan permainan

Pencairan suasana dilakukan untuk menciptakan suasana akrab antara fasilitator dan masyarakat.

3. Identifikasi istilah-istilah yang terkait dengan sanitasi

Fasilitator dan/atau kader dapat memulai dengan pertanyaan, misalnya “Siapa yang melihat

atau mencium bau kotoran manusia pada hari ini?” “Siapa saja yang BAB di tempat terbuka

pada hari ini?”

Setelah itu sepakati bersama tentang penggunaan kata BAB dan kotoran manusia dengan

bahasa setempat yang kasar, misal “berak” untuk BAB dan “tai” untuk kotoran manusia.

Gunakan kata-kata ini selama proses analisis. 20

4. Pemetaan sanitasi

Melakukan pemetaan sanitasi yang merupakan pemetaan sederhana yang dilakukan oleh

masyarakat untuk menentukan lokasi rumah, sumber daya yang tersedia dan permasalahan

sanitasi yang terjadi, serta untuk memicu terjadinya diskusi dan dilakukan di ruangan terbuka

yang cukup lapang.

Menggunakan bahan-bahan yang tersedia di lokasi( daun, batu, batang kayu, dan lain-lain)

untuk membuat peta.

Memulai pembuatan peta dengan membuat batas kampung, jalan desa, lokasi Pemicuan, lokasi

kebun, sawah, kali, lapangan, rumah penduduk (tandai mana yang punya dan yang tidak punya

jamban, sarana cuci tangan, tempat pembuangan sampah, saluran limbah cair rumah tangga).

Memberi tanda pada lokasi-lokasi biasanya digunakan untuk membuang tinja, sampah dan

limbah cair rumah tangga. Selanjutnya membuat garis dari lokasi pembuangan ke rumah

tangga.

Melakukan diskusi tentang peta tersebut dengan cara meminta peserta untuk berdiri

berkelompok sesuai denga dusun/RT. Minta mereka mendiskusikan dusun/RT mana yang

paling kotor? Mana yang nomor 2 kotor dan seterusnya. Catat hasil diskusi di kertas dan

bacakan.

Memindahkan pemetaan lapangan tersebut kedalam kertas flipchat atau kertas manila karton,

karena peta ini akan dipergunakan untuk memantau perkembangan perubahan perilaku

masyarakat.

5. Transect Walk (Penelusuran Wilayah)

Mengajak anggota masyarakat untuk menelusuri desa sambil melakukan pengamatan,

bertanya dan mendengar.

Menandai lokasi pembuangan tinja, sampah dan limbah cair rumah tangga dan kunjungi

rumah yang sudah memiliki fasilitas jamban, cuci tangan, tempat pembuangan sampah dan

saluran pembuangan limbah cair.

Penting sekali untuk berhenti di lokasi pembuangan tinja, sampah, limbah cair rumah tangga

dan luangkan waktu di tempat itu untuk berdiskusi.

6. Diskusi

a. Alur kontaminasi

Menanyangkan gambar-gambar yang menunjukkan alur kontaminasi penyakit.

21

Tanyakan: Apa yang terjadi jika lalat-lalat tersebut hinggap di makanan anda? Di piring anda?

Di wajah dan bibir anak kita?

Kemudian tanyakan: Jadi apa yang kita makan bersama makanan kita?

Tanyakan: Bagaimana perasaan anda yang telah saling memakan kotorannya sebagai akibat

dari BAB di sembarang tempat?

Fasililator tidak boleh memberikan komentar apapun, biarkan mereka berfikir dan ingatkan

kembali hal ini ketika membuat rangkuman pada akhir proses analisis.

b. Simulasi air yang terkontaminasi

Siapkan 2 gelas air mineral yang utuh dan minta salah seorang anggota masyarakat untuk

minum air tersebut. Lanjutkan ke yang lainnya, sampai mereka yakin bahwa air tersebut

memang layak diminum.

Minta 1 helai rambut kepada salah seorang peserta, kemudian tempelkan rambut tersebut ke

tinja yang ada di sekitar kita, celupkan rambut ke air yang tadi diminum oleh peserta.

Minta peserta yang minum air tadi untuk meminum kembali air yang telah diberi dicelup

rambut bertinja. Minta juga peserta yang lain untuk meminumnya. Ajukan pertanyaan: Kenapa

tidak yang ada berani minum?

Tanyakan berapa jumlah kaki seekor lalat dan beritahu mereka bahwa lalat mempunyai 6 kaki

yang berbulu. Tanyakan: Apakah lalat bisa mengangkut tinja lebih banyak dari rambut yang

dicelupkan ke air tadi?

7. Menyusun rencana program sanitasi

Jika sudah ada masyarakat yang terpicu dan ingin berubah, dorong mereka untuk mengadakan

pertemuan untuk membuat rencana aksi.

Pada saat Pemicuan, amati apakah ada orang-orang yang akan muncul menjadi natural leader.

Mendorong orang-orang tersebut untuk menjadi pimpinan kelompok, memicu orang lain

untuk mengubah perilaku.

Tindak lanjut setelah Pemicuan merupakan hal penting yang harus dilakukan, untuk menjamin

keberlangsungan perubahan perilaku serta peningkatan kualitas fasilitas sanitasi yang terus

menerus.

22

Mendorong natural leader untuk bertanggung jawab terhadap terlaksananya rencana aksi dan

perubahan perilaku terus berlanjut dan setelah tercapai status 100% (seratus persen) STBM

(minimal pilar 1), masyarakat didorong untuk mendeklarasikannya, jika perlu memasang papan

pengumuman. Untuk menjamin agar masyarakat tidak kembali ke perilaku semula, masyarakat

perlu membuat aturan lokal, contohnya denda bagi anggota masyarakat yang masih BAB di

tempat terbuka dan mendorong masyarakat untuk hidup hygiene.

23

2.4. STRATEGI DAN TAHAPAN PENYELENGGARAAN STBM

Strategi penyelenggaraan STBM meliputi 3 (tiga) komponen yang saling mendukung satu dengan

yang lain yaitu penciptaan lingkungan yang kondusif, peningkatan kebutuhan sanitasi, dan peningkatan

penyediaan akses sanitasi. Apabila salah satu dari komponen STBM tersebut tidak ada maka proses

pencapaian 5 (lima) Pilar STBM tidak maksimal.

2.4.1. Penciptaan Lingkungan yang Kondusif

Komponen ini mencakup advokasi kepada Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan pemangku

kepentingan dalam mengembangkan komitmen bersama untuk melembagakan program pembangunan

sanitasi perdesaan, yang diharapkan akan menghasilkan:

a. Komitmen Pemerintah Daerah untuk menyediakan sumber daya untuk melaksanakan program

STBM yang dinyatakan dalam surat kepeminatan.

b. Kebijakan daerah dan peraturan daerah mengenai program sanitasi seperti Keputusan Bupati,

peraturan daerah, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), Rencana

Strategis (Renstra), dan lain-lain.

c. Terbentuknya lembaga koordinasi yang mengarusutamakan sektor sanitasi, yang menghasilkan

peningkatan anggaran sanitasi daerah serta koordinasi sumber daya dari Pemerintah maupun

non Pemerintah.

d. Adanya tenaga fasilitator, pelatih STBM, dan program peningkatan kapasitas.

e. Adanya sistem pemantauan hasil kinerja program serta proses pengelolaan pembelajaran.

2.4.2 Peningkatan Kebutuhan Sanitasi

Komponen Peningkatan kebutuhan sanitasi merupakan upaya sistematis untuk mendapatkan

perubahan perilaku yang higienis dan saniter, berupa:

a. Pemicuan perubahan perilaku; promosi

b. Kampanye perubahan perilaku higiene dan sanitasi;

c. Penyampaian pesan melalui media massa dan media komunikasi lainnya;

d. Mengembangkan komitmen masyarakat dalam perubahan perilaku;

e. Memfasilitasi terbentuknya tim kerja masyarakat; dan

f. Mengembangkan mekanisme penghargaan terhadap masyarakat/institusi.

2.4.3 Peningkatan Penyediaan Akses Sanitasi

Peningkatan penyediaan sanitasi secara khusus diprioritaskan untuk meningkatkan dan

mengembangkan percepatan penyediaan akses dan layanan sanitasi yang layak dalam rangka

membuka dan mengembangkan pasar sanitasi perdesaan, yaitu : 24

a. mengembangkan opsi teknologi sarana sanitasi yang sesuai kebutuhan dan terjangkau;

b. menciptakan dan memperkuat jejaring pasar sanitasi perdesaan; dan

c. mengembangkan mekanisme peningkatan kapasitas pelaku pasar sanitasi.

Setelah 3 (tiga) komponen strategi tersebut di atas dipenuhi, maka penyelenggaraan STBM dapat

dilaksanakan dengan tahapan sebagai berikut:

25

26

BAB III

PEMBAHASAN/ ANALISIS MASALAH

3.1 Hasil Penelitian STBM Sebelumnya

Dalam pembuatan makalah ini, kami tidak melakukan studi kasus tetapi hanya berupa studi

literatur dari berbagai sumber hasil penelitian tentang STBM. Dari literature yang kami temukan terdapat

hasil penelitian sebagai berikut:

1. Penelitian di Kabupaten Ogan Ilir

a. Judul : Pengaruh Metode Pemicuan Terhadap Perubahan Perilaku Stop BABS di Desa

Senuro Timur Kabupaten Ogan Ilir

b. Tahun : 2010

c. Nama Penulis : Nur Alam Fajar, Hamzah Hasyim, Asmaripa Ainy

d. Hasil Penelitian: Aspek pengetahuan, masyarakat mengalami perubahan positif tentang

buang air besar, dan tidak mengalami perubahan ke arah negatif. Aspek sikap masyarakat

pun mengalami hal yang sama, yaitu perubahan ke arah yang positif setelah

dilaksanakannya pemicuan. Namun, untuk aspek perilaku masyarakat, hanya sebanyak 70%

responden yang mengalami perubahan ke arah yang lebih baik, dan sisanya mengalami

perubahan ke arah yang negatif. Berdasarkan hasil uji statistik, hal ini berarti bahwa tidak

ada pengaruh pemicuan terhadap perubahan perilaku masyarakat dalam hal buang air

besar sembarangan.

e. Kesimpulan dari penelitian ini adalah program STBM telah berhasil mengubah pengetahuan

dan sikap masyarakat terhadap buang air besar sembarangan, namun belum berhasil dalam

mengubah perilaku masyarakat secara menyeluruh. Hal ini disebabkan karena perubahan

perilaku masyarakat membutuhkan waktu yang lama.

2. Penelitian di Kota Tasikmalaya

a. Judul : Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Keberhasilan Program Sanitasi Total

Berbasis Masyarakat (STBM) di Kota Tasikmalaya

b. Tahun : 2014

c. Nama Penulis : Teguh Priatno, Soesilo Zauhar, Imam Hanafi

27

d. Hasil Penelitian : responden memperhatikan variabel lingkungan dalam melakukan

perencanaan Program STBM. Lingkungan yang dimaksud pun termasuk lingkungan politik

dan sosial, baik antara masyarakat dengan petugas lingkungan, maupun dengan Program

STBM. Lingkungan politik yang sering disebutkan oleh responden adalah dukungan dari

stakeholder lain. Variabel SDM dipertimbangkan oleh 95% responden. Variabel regulasi

dipertimbangkan oleh sebagian besar responden. Variabel iptek cukup dipertimbangkan

oleh responden dalam melakukan perencanaan program, yaitu sebanyak 70%. Variabel

pendanaan menjadi faktor yang dipertimbangkan oleh 95% responden dalam perencanaan

program. Keberhasilan Program STBM, sebanyak 15% puskesmas berhasil, sebanyak 30%

puskesmas tidak berhasil, dan sisanya dikategorikan cukup berhasil. Rendahnya tingkat

keberhasilan program disebabkan oleh rendahnya komitmen pemerintah daerah Kota

Tasikmalaya. Selain itu, fokus pembangunan yang dilakukan adalah yang bersifat fisik

walaupun tidak menghasilkan keberhasilan yang maksimal. Kepedulian masyarakat bukan

menjadi fokus utama dalam meningkatkan level sanitasi. Penelitian ini menghasilkan analisa

bahwa semakin tinggi pertimbangan terhadap variabel lingkungan, SDM, regulasi, IPTEK,

dan variabel pendanaan, maka keberhasilan Program STBM akan semakin tinggi. Variabel

yang paling memiliki pengaruh besar adalah variabel lingkungan, dan yang paling kecil

adalah variabel SDM.

e. Kesimpulan ini adalah Keberhasilan program STBM secara umum belum sesuai dengan

target, namun jika dilihat dari kriteria pencapaian yang ada, program STBM dikategorikan

cukup berhasil. Terdapat hubungan antara seluruh variabel dengan keberhasilan program,

baik secara masing-masing maupun bersama, dengan variabel lingkungan sebagai variabel

yang paling dominan menentukan keberhasilan.

3. Penelitian di Desa Lumajang

a. Judul : Dampak Program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) Pilar Pertama di Desa

Gucialit Kabupaten Lumajang

b. Tahun : 2013

c. Nama Penulis: Moh. Fajar Nugraha

28

d. Hasil Penelitian :

Tabel 3.1Dampak Perubahan Sebelum dan Setelah STBM

DAMPAK SEBELUM STBM SETELAH STBM

Dampak Fisik Kondisi fisik jamban yang dimiliki

masyarakat sebagian besar masih

menggunakan jamban cemplung yang

merupakan jamban tidak sehat karena

tidak memiliki bangunan (penopang)

yang kokoh (terbuat dari bambu/ tanpa

penopang samasekali), tidak memiliki

atap untuk melindungi dari cuaca, tidak

ada air.

Kondisi fisik jamban yang dimiliki

masyarakat sudah menggunakan

jamban kloset. Jamban jenis ini

memiliki bangunan yang lebih kokoh

(terbuat dari beton), memiliki ruangan

dan atap yang melindungi dari cuaca

sehingga tidak mengkontaminasi

lingkungan sekitar, dilengkapi dengan

air.

Dampak Lingkungan Lingkungan sekitar masih kotor, masih

ada pencemaran yang disebabkan oleh

kotoran manusia (bau tidak sedap),

beberapa daerah belum mendapat akses

air dengan mudah.

Lingkungan sekitar sudah terlihat

bersih, sudah tidak ditemukan

pencemaran akibat kotoran manusia,

beberapa daerah yang semula sulit

mendapatkan akses air saat ini sudah

menjadi lebih mudah

Dampak Kesehatan Masih banyapenyakit yang disebabkan

oleh pencemaran lingkungan, misalnya

diare dan penyakit kulit

Penyakit yang disebabkan oleh

pencemaran lingkungan sudah

berkurang

Dampak Budaya Masih ada sebagian masyarakat yang

memiliki kebiasaan BAB (Buang Air

Besar) sembarangan seperti dikebun,

pekarangan dan sebagainya, budaya BAB

dijamban cemplung yang kurang sehat,

belum memiliki kesadaran bahwa

kebiasaan tersebut dpat memicu

berbagai peniyakit.

Sudah tidak ditemukan masyarakat

yang BAB sembarangan , kebiasaan

BAB sembarangan berubah menjadi

budaya BAB hanya pada jamban sehat,

dan masyarakat menjadi lebih sadar

bahwa hal tersebut dapat

menghindarkan mereka dari resiko

terserang penyakit.

e. Kesimpulan :29

program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) membawa beberapa perubahan bagi

masyarakat sasaran khususnya perubahan positif yakni menjadikan masyarakat lebih baik

dalam berbagai bidang seperti lingkungan, sosial, kesehatan maupun budaya. Secara

umum, melalui program STBM ini masyarakat mendapatkan banyak manfaat bagi

kelangsungan hidup mereka terutama dalam hal penggunaan jamban sehat.

4. Penelitian di Kabupaten Bojonegoro

a. Judul : Hubungan Pelaksanaan Program ODF (Open Defecation Free) dengan Perubahan

Perilaku Masyarakat dalam Buang Air Besar di Luar Jamban di Desa Kemiri Kecamatan Malo

Kabupaten Bojonegoro

b. Tahun: 2012

c. Nama Penulis : Siti Solikhah

d. Hasil Penelitian: Diketahui bahwa dari pelaksanaan Program ODF, lebih dari sebagian

responden telah memiliki jamban, sebagai wujud dari terlaksananya program dengan baik.

Hal tersebut dipengaruhi oleh pendidikan masyarakat tentang pentingnya BAB pada

tempatnya. Perubahan perilaku masyarakat dalam BAB yang pada awalnya masih di luar

jamban terjadi pada sebanyak 75,4% responden. Sebagian besar dari responden telah

memiliki jamban. Selain responden yang telah berubah perilaku tersebut, responden

lainnya masih melakukan BAB sembarangan, yaitu di Sungai Bengawan Solo, karena

masyarakat menganggap BAB di sungai lebih praktis. Penelitian pun menunjukan bahwa

terdapat hubungan antara pelaksanaan Program ODF terhadap perubahan perilaku

masyarakat dalam buang air besar di luar jamban.

e. Kesimpulan: Lebih dari sebagian responden telah memiliki jamban. Rata-rata responden

telah BAB pada jamban yaitu 139 responden. Sebanyak 40 responden tidak BAB pada

jamban.

5. Penelitian di Kelurahan Turen Kecamatan Turen Kabupaten Malang

a. Judul : Dampak Program Dana Alokasi Khusus Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat

Terhadap Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan Masyarakat

b. Nama Penulis : Rizky Pratama Putra, Soesilo Zauhar, Abdullah Said

c. Hasil Penelitian : Hasil penelitian ini dilihat dari beberapa hal. Pertama adalah dari

pelaksanaan program, yang dilihat dari kondisi umum permasalahan sanitasi lingkungan pada

kelompok swadaya masyarakat Tirto Utomo dan dari mekanisme pelaksanaannya. Kondisi 30

umum pelaksanaan umum dilihat dari awal mula inisiasi program, yang datangnya dari

masyarakat sendiri dan didukung oleh pemerintahan Kelurahan Turen. Mekanisme

pelaksanaan program dianalisis dari urutan tahap pelaksanaan, dan mengacu pada petunjuk

pelaksanaan penggunaan dana alokasi khusus bidang infrastruktur sub bidang sanitasi dan

petunjuk teknis pelaksanaan program dana alokasi khusus bidang infrastruktur sub bidang

sanitasi.

Kedua adalah dari perubahan kondisi sanitasi lingkungan. Dilihat dari perubahan pada bidang

fisik atau lingkungan, adanya bangunan MCK untuk masyarakat di sekitar Pasar LOR yang dekat

dengan pemukiman warga, adanya jamban bagi warga yang sebelumnya belum memiliki

jamban, dibangunnya Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL), dan keadaan sungai yang sudah

tidak tercemar seperti dulu. Ketiga dilihat dari dampak program sanitasi lingkungan berbasis

masyarakat. Dampak yang dilihat dari aspek ekonomi, diketahui bahwa setelah program

dilaksanakan pengeluaran masyarakat menurun karena tingkat masyarakat terserang diare

menurun. Hal tersebut menyebabkan produktivitas masyarakat semakin meningkat. Dilihat dari

aspek sosial, kepedulian masyarakat terhadap lingkungan semakin meningkat, kebiasaan buang

air besar dan kecil sembarangan sudah hilang, masyarakat semakin memahami pentingnya

menjaga lingkungan, adanya wadah untuk masyarakat berkumpul dan diskusi tentang

lingkungan. Program berjalan dengan baik karena pengelolaannya dikerjakan dan dievaluasi

oleh masyarakat sendiri.

d. Kesimpulan penelitian ini adalah pelaksanaan program berjalan dengan baik karena dalam

prosesnya melibatkan masyarakat dalam pengambilan keputusan. Kondisi fisik setelah program

berjalan pun mengalami perubahan yang cukup baik, dilihat dari terbangunnya berbagai

fasilitas sanitasi seperti MCK dan IPAL yang sangat bermanfaat. Setelah program berjalan,

pengeluaran secara finansial untuk pengobatan anggota keluarga yang terserang diare pun

menurun karena peluang masyarakat terjangkit diare telah menurun pasca perbaikan sarana

sanitasi. Dampak yang ditimbulkan oleh program ini terasa hingga aspek ekonomi dan sosial.

3.2 Analisis Dampak STBM Terhadap Prilaku Kesehatan Masyarakat

Berdasarkan beberapa hasil penelitian diatas dapat diketahui bahwa pelaksanaan STBM

berdampak sebagai berikut:

31

DAMPAK SEBELUM STBM SETELAH STBM

Dampak Fisik Kondisi fisik jamban yang dimiliki

masyarakat sebagian besar masih

menggunakan jamban cemplung

yang merupakan jamban tidak sehat

karena tidak memiliki bangunan

(penopang) yang kokoh (terbuat dari

bambu/ tanpa penopang

samasekali), tidak memiliki atap

untuk melindungi dari cuaca, tidak

ada air.

Kondisi fisik jamban yang dimiliki

masyarakat sudah menggunakan

jamban kloset. Jamban jenis ini

memiliki bangunan yang lebih kokoh

(terbuat dari beton), memiliki ruangan

dan atap yang melindungi dari cuaca

sehingga tidak mengkontaminasi

lingkungan sekitar, dilengkapi dengan

air.

Dampak Lingkungan Lingkungan sekitar masih kotor,

masih ada pencemaran yang

disebabkan oleh kotoran manusia

(bau tidak sedap), beberapa daerah

belum mendapat akses air dengan

mudah.

Lingkungan sekitar sudah terlihat

bersih, sudah tidak ditemukan

pencemaran akibat kotoran manusia,

beberapa daerah yang semula sulit

mendapatkan akses air saat ini sudah

menjadi lebih mudah

Dampak Kesehatan Masih banyapenyakit yang

disebabkan oleh pencemaran

lingkungan, misalnya diare dan

penyakit kulit

Penyakit yang disebabkan oleh

pencemaran lingkungan sudah

berkurang

Dampak Budaya Masih ada sebagian masyarakat

yang memiliki kebiasaan BAB (Buang

Air Besar) sembarangan seperti

dikebun, pekarangan dan

sebagainya, budaya BAB dijamban

cemplung yang kurang sehat, belum

memiliki kesadaran bahwa

kebiasaan tersebut dpat memicu

berbagai peniyakit.

Sudah tidak ditemukan masyarakat

yang BAB sembarangan , kebiasaan

BAB sembarangan berubah menjadi

budaya BAB hanya pada jamban sehat,

dan masyarakat menjadi lebih sadar

bahwa hal tersebut dapat

menghindarkan mereka dari resiko

terserang penyakit.

32

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa keberhasilan pelaksanaan STBM dipengaruhi oleh beberapa

factor yaitu:

1. Pengetahuan masyarakat yang bisa ditingkatkan melalui proses pemicuan yang dilakukan secara

berkesinambungan.

2. Prilaku masyarakat setelah diadakan proses pemicuan belum menjamin sepenuhnya perubahan

prilaku sesuai dengan 5 pilar STBM, hal ini dipengaruhi oleh beberapa factor seperti budaya

setempat yang memiliki kebiasaan BAB disungai, kepedulian Stakeholder terutama dalam

pengambilan kebijakan untuk BAB sembarangan, ketersediaan dana untuk pemantauan dan

pengawasan terhadap tindak lanjut hasil kesepakatan yang diambil saat proses pemicuan.

Setelah proses pemicuan diharapkan terjadinya perubahan total prilaku masyarakat sesuai dengan 5

pilar STBM yaitu:

1. Stop BABS (Stop Buang Air Besar Sembarangan)

Masyarakat menyadari akan bahayanya BAB sembarangan dan pentingnya memiliki jamban

dirumah masing-masing dan memanfaatkannya sehingga terwujudnya Desa ODF(Open Defecation

Free). Hal ini bisa terwujud apabila pemicuan dilakukan secara berkesinambungan serta adanya

monitoring dan pengawasan oleh Natural Leader yang terdiri dari Timpfasilitator STBM (relawan,

tokoh masyarakat, tokoh agama, dengan dukungan kepala desa dan dapat dibantu oleh orang lain

yang berasal dari dalam ataupun dari luar desa tersebut)

2. CTPS ( CuciTangan Pakai Sabun

Masyarakat menyadari akan bahaya tidak mencuci tangan pakai sabun terutama sebelum makan

dan setelah BAB. Sehingga masyarakat menjadikan CTPS sebagai budaya keseharian mereka. Agar

hal ini bisa terwujud apabila pemicuan dilakukan secara berkesinambungan serta adanya

monitoring dan pengawasan oleh Natural Leader yang terdiri dari Tim fasilitator STBM (relawan,

tokoh masyarakat, tokoh agama, dengan dukungan kepala desa dan dapat dibantu oleh orang lain

yang berasal dari dalam ataupun dari luar desa tersebut).

3. Pengelolaan Air Minum dan Makanan Rumah Tangga

Masyarakat harus menyadari bahaya penyakit yang akan timbul dari mengkonsumsi air dan

makanan yang tidak sehat. Sehingga masyarakat menggunakan air bersih untuk aktivitas sehari-

hari dan mengonsumsi makanan yang memenuhi sayarat kesehatan. Untuk mndapatkan air bersih

masyarakat dapat melakukan treatment atau penanganan terhadap air sebelum dikonsumsi

misalnya dengan merebus air sampai mendidih, khlorinasi, penjernihan dan cara-cara lain yang

sesuai. Begitu juga dengan mengonsumsi makanan yang sehat yang dimulai dari pemilihan bahan

33

makanan, penyimpanan bahan makanan, pengolahan makanan, penyimpanan makanan matang,

pengangkutan makanan dan penyajian makanan.

4. Pengamanan Sampah Rumah Tangga

Masyarakat menyadari bahwa sampah akan menjadi sumber penyakit dan malapetaka apabila

tidak dikelola dengan baik. Sehingga masyarakat mampu mengelola sampah rumah tangganya

masing-masing yang dimulai dari penyediaan tempat sampah, memilah jenis sampah sesuai

dengan jenisnya sampai pada pemanfaatan sampah dengan proses composting dan daur ulang

sampah.

5. Pengamanan Limbah Cair Rumah Tangga

Masyarakat menyadari bahwa genangan air limbah akan menjadi tempat bersarangnya penyakit.

Sehingga masyarakat mengelola limbah cair rumah tangga secara benar dengan cara membuat

sumur resapan dan saluran pembuangan air limbah rumah tangga. Limbah umah tangga yang

berupa tinja dan urine disalurkan ke tangki septic yang dilengkapi dengan sumur resapan.

Sedangkan limbah cair rumah tangga yang berupa air bekas yang dihasilkan dari ruangan dapur,

kamar mandi, dan sarana cuci tangan disalurkan ke saluran pembuangan air limbah.

34

BAB IV

PENUTUP

1. Kesimpulan

a. Pembangunan kesehatan khususnya hygiene dan sanitasi dengan menggunakan pendekatan

sanitasi nasional dari pendekatan sektoral berupa penyediaan subsidi perangkat keras belum

memberikan daya ungkit yang lebih terhadap perubahan prilaku hygiene dan peningkatan akses

sanitasi masyarakat. Oleh karena itu pada tahun 2008 dicanangkan program STBM yang dianggap

mampu memberikan daya ungkit yang lebih perubahan prilaku hygienis dan peningkatan akses

sanitasi masyarakat.

b. Strategi Penyelenggaraan STBM meliputi 3 komponen yang saling mendukung yaitu penciptaan

lingkungan yang kondusif, peningkatan kebutuhan sanitasi dan peningkatan penyediaan akses

sanitasi untuk mewujudkan 5 pilar STBM yaitu: Stop BAB, Cuci tangan pakai sabun, Pengelolaan Air

Minum dan Makanan Rumah Tangga, Pengamanan Sampah Rumah Tangga, dan Pengamanan

Limbah Cair Rumah Tangga. Kelima pilar ini bisa terwujud melalui proses pemicuan secara

berkesinambungan yang disertai dengan monitoring dan pengawasan oleh Natural Leader.

c. Apabila STBM telah terlaksana dengan baik, maka akan memberi dampak pada perubahan prilaku

masyarakat baik berupa pengetahuan maupun sikap. Masyarakat menyadari akan pentingnya

memiliki dan memanfaatkan jamban di rumah masing-masing, menjadikan CTPS sebagai budaya

keseharian masyarakat, menggunakan air bersih untuk kegaiatan sehari-hari, mengkonsumsi air

dan makanan yang sehat mulai dari pemilihan bahan makanan sampai dengan penyajiannya,

membuang sampah pada tempatnya menjadi budaya keseharian serta mampu mengelola sampah

dengan baik melalui proses composting dan daur ulang, dan masyarakat mampu mengamankan

limbah cair rumah tangga dengan cara membuat sumur resapan dan saluran pembuangan air

limbah.

d. Keberhasilan pelaksanaan STBM sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain : budaya

setempat, stakeholder sebagai pengambil kebijakan, ketersediaan dana untuk proses pemicuan,

monitoring dan pengawasan oleh pelaku pemicuan (natural leader)

35

2. Saran

a. STBM merupakan perubahan perilaku total masyarakat yang membutuhkan proses dan waktu

yang panjang sehingga diharapkan semua pihak yang terlibat dalam pelaku pemicuan (natural

leader) mempunyai kepedulian yang tinggi untuk memonitor dan mengawasi pelaksanaan hasil

dari pemicuan yang telah disepakati

b. Untuk kelancaran monitoring dan pengawasan STBM (5 pilar STBM) membutuhkan dukungan

dana, oleh karena itu diharapkan para stakeholder mempunyai kepedulian dalam

mengalokasikan dana untuk kegiatan tersebut.

36

DAFTAR PUSTAKA

1. Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-prinsip Dasar. Jakarta. Rineka Cipta

2. Notoatmodjo, Soekidjo. 2011. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni Jakarta. Rineka Cipta3. Chandra, Budiman. 2012. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta. EGC4. Kholid Ahmad.2012.Promosi Kesehatan. Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada5. Maryuni, Anik. 2013. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Jakarta. CV. Transmedia Infomedia6. Permenkes RI No.3 Tahun 2014 tentang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat7. Nugraha, Fajar.2015. Dampak Program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) Pilar Pertama di

Desa Gucialit Kecamatan Gucialit Kabupaten Lumajang. Jurnal Volume 3 No. 2. Kebijakan dan Manjemen Publik. Universitas Airlangga

8. Solikhah, Siti. 2012. Hubungan Pelaksanaan Program Odf (Open Defecation Free) Dengan

Perubahan Perilaku Masyarakat Dalam Buang Air Besar Di Luar Jamban Di Desa Kemiri Kecamatan

Malo Kabupaten Bojonegoro Tahun 2012. Jurnal Vol 02, No.XVIII, Juni 2014.

37