Kesimpulan Saran Referat

2
Kesimpulan Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) merupakan salah satu bentuk kekerasan terhadap perempuan karena korban KDRT pada umumnya ialah perempuan. Dari data yang ada dapat kita ketahui bahwa dari tahun ke tahun Kekerasan Dalam Rumah Tangga cenderung meningkat. KDRT ialah setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis dan atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga. Berdasarkan UU no 23 Tahun 2004 pasal 5 tentang penghapusan kekerasan dalam rumah tangga, Kekerasan dalam rumah tangga itu sendiri dapat berbentuk kekerasan fisik, kekerasan psikis, kekerasan seksual dan penelantaran rumah tangga. Adapun faktor-faktor penyebab terjadinya kekerasan terhadap perempuan dalam rumah tangga khususnya yang dilakukan oleh suami terhadap istri yaitu adanya hubungan kekuasaan yang tidak seimbang antara suami dan istri adalah Ketergantungan ekonomi, Kekerasan sebagai alat untuk menyelesaikan konflik, Persaingan, Frustasi, Kesempatan yang kurang bagi perempuan dalam proses hukum. KDRT itu sendiri dapat berdampak pada kehidupan seseorang baik dari keadaan fisik, mental/psikologis, seks dan keadaan ekonomi. Semakin besarnya peranan lembaga-lembaga sosial atau WCC dalam menanamkan kesadaran akan hak dan memberikan pendampingan serta perlindungan kepada korban kasus KDRT dipengaruhi oleh lahirnya peraturan perundang-undangan di Indonesia. Lahirnya UU No. 23 Tahun 2004 tentang penghapusan KDRT, peraturan pemerintah No.4 Tahun 2006 tentang Penyelengaraan dan Kerjasama Pemulihan Korban KDRT, Peraturan Presiden No. 65 Tahun 2005 tentang Komisi Nasional Terhadap Perempuan, Undang-Undang No.13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban, dan peraturan perundangan lainnya yang memberikan tugas dan fungsi kepada lembaga-lembaga yang terkoordinasi memberikan perlindungan hukum terhadap kasus KDRT dan termasuk lembaga-lembaga sosial yang bergerak dalam perlindungan terhadap perempuan. Bahkan dalam rencana pembentukan peraturan perundang-undangan tersebut tidak terlepas dari peran lembaga sosial.

description

kdrt

Transcript of Kesimpulan Saran Referat

Kesimpulan Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) merupakan salah satu bentuk kekerasan terhadap perempuan karena korban KDRT pada umumnya ialah perempuan. Dari data yang ada dapat kita ketahui bahwa dari tahun ke tahun Kekerasan Dalam Rumah Tangga cenderung meningkat. KDRT ialah setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis dan atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga. Berdasarkan UU no 23 Tahun 2004 pasal 5 tentang penghapusan kekerasan dalam rumah tangga, Kekerasan dalam rumah tangga itu sendiri dapat berbentuk kekerasan fisik, kekerasan psikis, kekerasan seksual dan penelantaran rumah tangga. Adapun faktor-faktor penyebab terjadinya kekerasan terhadap perempuan dalam rumah tangga khususnya yang dilakukan oleh suami terhadap istri yaitu adanya hubungan kekuasaan yang tidak seimbang antara suami dan istri adalah Ketergantungan ekonomi, Kekerasan sebagai alat untuk menyelesaikan konflik, Persaingan, Frustasi, Kesempatan yang kurang bagi perempuan dalam proses hukum. KDRT itu sendiri dapat berdampak pada kehidupan seseorang baik dari keadaan fisik, mental/psikologis, seks dan keadaan ekonomi. Semakin besarnya peranan lembaga-lembaga sosial atau WCC dalam menanamkan kesadaran akan hak dan memberikan pendampingan serta perlindungan kepada korban kasus KDRT dipengaruhi oleh lahirnya peraturan perundang-undangan di Indonesia. Lahirnya UU No. 23 Tahun 2004 tentang penghapusan KDRT, peraturan pemerintah No.4 Tahun 2006 tentang Penyelengaraan dan Kerjasama Pemulihan Korban KDRT, Peraturan Presiden No. 65 Tahun 2005 tentang Komisi Nasional Terhadap Perempuan, Undang-Undang No.13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban, dan peraturan perundangan lainnya yang memberikan tugas dan fungsi kepada lembaga-lembaga yang terkoordinasi memberikan perlindungan hukum terhadap kasus KDRT dan termasuk lembaga-lembaga sosial yang bergerak dalam perlindungan terhadap perempuan. Bahkan dalam rencana pembentukan peraturan perundang-undangan tersebut tidak terlepas dari peran lembaga sosial.SaranSetelah mengkaji beberapa aspek tentang kekerasan dalam rumah tangga, maka kami menyarankan :1. Bagi Korban Kekerasan dalam Rumah TanggaPada umumnya dapat berbagi dengan anggota keluarga, teman, atau melapor ke LSM bahkan langsung ke pihak berwajib mengenai apa yang sudah dialaminya. Korban dapat bercerita dengan pihak yang dianggapnya mampu untuk menjaga dan membantu memecahkan masalah yang sedang dihadapi. Bagi Masyarakat yang mengetahui adanya tindak kekerasan diharapkan dapat membantu. Masyarakat mengadakan kesepakatan antar warga untuk mengatasi masalah-masalah kekerasan dalam rumah tangga yang terjadi di lingkungan sekitar, melalui penyuluhan warga. Masyarakat dapat membantu korban untuk melaporkan kepada ketua RT dan polisi.2. Bagi Instansi Terkait seperti, LSM, LBH, dan KepolisianAgar dapat cepat tanggap mengatasi masalah korban kekerasan. Hal tersebut diharapkan dapat membantu korban-korban kekerasan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi.