KESESUAIAN LAHAN BUDIDAYA TAMBAK BERKELANJUTAN...

14
939 Kesesuaian lahan budidaya tambak berkelanjutan di Kabupaten Lamongan ... (Utoyo) KESESUAIAN LAHAN BUDIDAYA TAMBAK BERKELANJUTAN DI KABUPATEN LAMONGAN, JAWA TIMUR DENGAN PERTIMBANGAN KARAKTERISTIK DAN PENGELOLAAN LAHAN Utojo, Andi Marsambuana Pirzan, dan Akhmad Mustafa Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payau Jl. Makmur Dg. Sitakka No. 129, Maros 90512, Sulawesi Selatan E-mail: [email protected] ABSTRAK Kabupaten Lamongan memiliki lahan pertambakan yang sangat luas, namun belum ditentukan kesesuaian lahannya. Umumnya lahan tambak yang disurvai terdapat di areal ekosistem laut dan daratan. Karakteristik lahan seperti topografi, tanah, hidrologi, vegetasi, dan iklim penting dalam menentukan lokasi terbaik, komoditas yang sesuai, tingkat teknologi budidaya, dan musim tanam yang tepat, serta kelestarian lingkungan, sedangkan pengelolaan lahan untuk meningkatkan produktivitas tambak. Data yang diperlukan untuk analisis kesesuaian lahan tambak yaitu data sekunder berupa peta jenis tanah dan peta curah hujan tahunan Provinsi Jawa Timur, peta kelerengan, dan peta Rupabumi Indonesia kawasan Lamongan skala 1:50.000, dan peta citra ALOS AVNIR-2 tahun 2009. Data primer atau data lapangan berupa topografi, kualitas air, kualitas tanah, dan pasang surut. Stasiun pengamatan dan pengambilan contoh ditentukan secara acak dan sistematik, yang setiap stasiunnya ditentukan posisi koordinatnya dengan alat Global Positioning System (GPS). Data primer dan sekunder dikumpulkan di dalam software dan dianalisis secara spasial menggunakan teknologi Sistem Informasi Geografis (SIG) yang diintegrasikan dengan data penginderaan jauh (data citra satelit ALOS). Berdasarkan hasil survai dan analisis menunjukkan bahwa lahan tambak udang vaname sebagai komoditas unggulan Kabupaten Lamongan seluas 27.126,35 ha. Tidak ada yang tergolong sangat sesuai (Kelas S3), yang tergolong cukup sesuai (Kelas S2) seluas 24.550 ha, tersebar di Kecamatan Paciran, Brondong, Glagah, Karangbinangun, Karanggeneng, Babat, Kalitengah, Turi, Deket, dan Sukodadi, yang tergolong kurang sesuai seluas 2.576,35 ha; terdapat di Kecamatan Sekaran, Maduran, dan Lamongan. Tambak di Kabupaten Lamongan umumnya lama tergenang, tidak memiliki saluran irigasi dan adanya unsur-unsur toksik di dasar tanah tambak sehingga tanah dan airnya perlu diremediasi melalui pengeringan, perendaman, pencucian dan pengapuran. KATA KUNCI: kesesuaian lahan, tambak udang vaname, SIG, Lamongan PENDAHULUAN Pengembangan kawasan pesisir untuk kegiatan budidaya tambak yang berkelanjutan di suatu daerah seperti di Kabupaten Lamongan, kondisi lahannya berbeda dengan daerah lain, umumnya memiliki karakteristik sumberdaya alam yang spesifik, hal ini harus dilakukan dengan pendekatan keterpaduan dan keseimbangan ekologis antara ekosistem kawasan pesisir dengan perairan di sekitarnya. Sedangkan aspek budidaya secara keseluruhan meliputi lahan, sistem budidaya, permasalahan budidaya, komoditas yang sesuai untuk dikembangkan, dan kebutuhan sarana/ prasarana pendukung budidaya dengan kaidah pengelolaan budidaya tambak berwawasan lingkungan, serta ditunjang dengan perencanaan tata ruang wilayah yang sesuai dengan peruntukannya (Anonim, 2010). Salah satu faktor penting yang menyebabkan rendahnya produktivitas tambak dan tidak berlanjut yaitu kesalahan dalam pemilihan lokasi dan komoditas yang dibudidayakan. Tahapan awal dari pemilihan lokasi berdasarkan atas karakteristik lahan tambak itu sendiri. Data dan informasi mengenai karakteristik lahan dan iklim dapat menjadi dasar bagi pembudidaya untuk menentukan lokasi yang terbaik, komoditas yang sesuai, pola, teknologi, dan musim tanam yang tepat. Pemanfaatan sumberdaya alam pesisir yang melebihi daya dukung alaminya, selain akan merusak lingkungan juga aktivitas budidaya itu sendiri. Untuk mengantisipasi kerusakan dan menjaga kelestarian

Transcript of KESESUAIAN LAHAN BUDIDAYA TAMBAK BERKELANJUTAN...

Page 1: KESESUAIAN LAHAN BUDIDAYA TAMBAK BERKELANJUTAN …bppbapmaros.kkp.go.id/wp-content/uploads/2016/07/FITA-029FILE... · dan rumput laut, kecuali udang vaname sebagian besar dikelola

939 Kesesuaian lahan budidaya tambak berkelanjutan di Kabupaten Lamongan ... (Utoyo)

KESESUAIAN LAHAN BUDIDAYA TAMBAK BERKELANJUTANDI KABUPATEN LAMONGAN, JAWA TIMUR DENGAN PERTIMBANGAN

KARAKTERISTIK DAN PENGELOLAAN LAHAN

Utojo, Andi Marsambuana Pirzan, dan Akhmad MustafaBalai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payau

Jl. Makmur Dg. Sitakka No. 129, Maros 90512, Sulawesi SelatanE-mail: [email protected]

ABSTRAK

Kabupaten Lamongan memiliki lahan pertambakan yang sangat luas, namun belum ditentukan kesesuaianlahannya. Umumnya lahan tambak yang disurvai terdapat di areal ekosistem laut dan daratan. Karakteristiklahan seperti topografi, tanah, hidrologi, vegetasi, dan iklim penting dalam menentukan lokasi terbaik,komoditas yang sesuai, tingkat teknologi budidaya, dan musim tanam yang tepat, serta kelestarian lingkungan,sedangkan pengelolaan lahan untuk meningkatkan produktivitas tambak. Data yang diperlukan untukanalisis kesesuaian lahan tambak yaitu data sekunder berupa peta jenis tanah dan peta curah hujan tahunanProvinsi Jawa Timur, peta kelerengan, dan peta Rupabumi Indonesia kawasan Lamongan skala 1:50.000,dan peta citra ALOS AVNIR-2 tahun 2009. Data primer atau data lapangan berupa topografi, kualitas air,kualitas tanah, dan pasang surut. Stasiun pengamatan dan pengambilan contoh ditentukan secara acak dansistematik, yang setiap stasiunnya ditentukan posisi koordinatnya dengan alat Global Positioning System(GPS). Data primer dan sekunder dikumpulkan di dalam software dan dianalisis secara spasial menggunakanteknologi Sistem Informasi Geografis (SIG) yang diintegrasikan dengan data penginderaan jauh (data citrasatelit ALOS). Berdasarkan hasil survai dan analisis menunjukkan bahwa lahan tambak udang vaname sebagaikomoditas unggulan Kabupaten Lamongan seluas 27.126,35 ha. Tidak ada yang tergolong sangat sesuai(Kelas S3), yang tergolong cukup sesuai (Kelas S2) seluas 24.550 ha, tersebar di Kecamatan Paciran, Brondong,Glagah, Karangbinangun, Karanggeneng, Babat, Kalitengah, Turi, Deket, dan Sukodadi, yang tergolongkurang sesuai seluas 2.576,35 ha; terdapat di Kecamatan Sekaran, Maduran, dan Lamongan. Tambak diKabupaten Lamongan umumnya lama tergenang, tidak memiliki saluran irigasi dan adanya unsur-unsurtoksik di dasar tanah tambak sehingga tanah dan airnya perlu diremediasi melalui pengeringan, perendaman,pencucian dan pengapuran.

KATA KUNCI: kesesuaian lahan, tambak udang vaname, SIG, Lamongan

PENDAHULUAN

Pengembangan kawasan pesisir untuk kegiatan budidaya tambak yang berkelanjutan di suatudaerah seperti di Kabupaten Lamongan, kondisi lahannya berbeda dengan daerah lain, umumnyamemiliki karakteristik sumberdaya alam yang spesifik, hal ini harus dilakukan dengan pendekatanketerpaduan dan keseimbangan ekologis antara ekosistem kawasan pesisir dengan perairan disekitarnya. Sedangkan aspek budidaya secara keseluruhan meliputi lahan, sistem budidaya,permasalahan budidaya, komoditas yang sesuai untuk dikembangkan, dan kebutuhan sarana/prasarana pendukung budidaya dengan kaidah pengelolaan budidaya tambak berwawasan lingkungan,serta ditunjang dengan perencanaan tata ruang wilayah yang sesuai dengan peruntukannya (Anonim,2010).

Salah satu faktor penting yang menyebabkan rendahnya produktivitas tambak dan tidak berlanjutyaitu kesalahan dalam pemilihan lokasi dan komoditas yang dibudidayakan. Tahapan awal daripemilihan lokasi berdasarkan atas karakteristik lahan tambak itu sendiri. Data dan informasi mengenaikarakteristik lahan dan iklim dapat menjadi dasar bagi pembudidaya untuk menentukan lokasi yangterbaik, komoditas yang sesuai, pola, teknologi, dan musim tanam yang tepat. Pemanfaatansumberdaya alam pesisir yang melebihi daya dukung alaminya, selain akan merusak lingkunganjuga aktivitas budidaya itu sendiri. Untuk mengantisipasi kerusakan dan menjaga kelestarian

Page 2: KESESUAIAN LAHAN BUDIDAYA TAMBAK BERKELANJUTAN …bppbapmaros.kkp.go.id/wp-content/uploads/2016/07/FITA-029FILE... · dan rumput laut, kecuali udang vaname sebagian besar dikelola

Prosiding Indoaqua - Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2012 940

sumberdaya lahan, serta meningkatkan produktivitas tambak, maka pemberdayaan sumberdaya lahantersebut harus dikelola dan direncanakan sebaik mungkin (Mustafa et al., 2004).

Pemanfaatan dan pengelolaan di kawasan pesisir yang tidak terkendali dengan penataan ruangwilayah yang belum ada batasan dan peruntukannya secara jelas menyebabkan terjadinya degradasibiofisik lingkungan pesisir, konflik pemanfaatan dan kewenangan penggunaan wilayah pesisir sehinggadapat merusak sumberdaya lahan dan ekosistem pesisir serta mengurangi efektivitas pengelolaan.Oleh karena itu, dalam pengembangan usaha budidaya tambak harus berhati-hati, terkendali, efektif,ekonomis, dan ramah lingkungan.

Kajian tentang kesesuaian lahan tambak melalui survai, diharapkan dalam pengembanganbudidayanya dapat diketahui karakteristik biofisika kimia tanah dan air sebagai unsur utama dayadukung lahan sehingga diharapkan mampu meminimasi degradasi mutu lingkungan tambak dankerusakan ekosistem pesisir.

Pengelolaan sumberdaya alam berkelanjutan harus dikelola secara bijaksana agar kemampuandaya dukung lahan untuk berproduksi dapat meningkat dari waktu ke waktu, dengan pertimbanganasas pelestarian dan konservasi harus setara dengan asas pemanfaatannya (Sugandhy & Hakim,2007).

Pada umumnya kriteria kesesuaian lahan budidaya tambak dapat bervariasi dari satu tempat ketempat lain, yang penting didasarkan pada faktor-faktor meteorologi, tanah, topografi, danketersediaan air, di mana kategori penting dari informasi lingkungan tersebut dibutuhkan untukpenilaian kesesuaian lahan budidaya tambak (Dennis et al., 2004).

Salah satu aspek penting yang harus diperhatikan dalam rangka pembangunan sentrapengembangan budidaya tambak berkelanjutan secara ekologis sesuai tata ruang dan harus dilandasidengan perencanaan yang tepat, menyeluruh, dan terpadu dengan sektor lain (Dahuri et al., 1996).

Penggunaan teknologi sistem informasi geografis (SIG) yang diintegrasikan dengan data citrasatelit ALOS AVNIR-2, untuk mendapatkan data dan informasi secara cepat, akurat dan terkini tentangpotensi dan kesesuaian lahan budidaya tambak, disajikan dalam bentuk peta tematik. Upayapeningkatan produktivitas tambak, sangat diperlukan informasi mengenai kesesuaian, karakteristikdan pengelolaan lahan budidaya tambak. Hasil dari penelitian ini diharapkan menjadi masukan bagipemerintah daerah di Kabupaten Lamongan sebagai bahan penyusunan rencana tata ruang wilayahpesisir mengenai batasan dan peruntukan yang jelas untuk lokasi pengembangan budidaya tambak.

BAHAN DAN METODE

Penelitian dilaksanakan di wilayah pesisir Kabupaten Lamongan pada bulan April dan Mei 2011.Lokasi penelitian antara lain di Kecamatan Glagah, Karangbinangun, Paciran, Brondong, Lamongan,Turi, Sukodadi, Babat, Karanggeneng, Kalitengah, Deket, Sekaran, dan Maduran. Survai di lokasipenelitian tersebut dilakukan dengan memperhatikan morfologi pantai dan keragaman kawasanlokasi budidaya serta vegetasi mangrove sebagai zonasi penyangga. Informasi spasial kesesuaianlahan budidaya tambak yang akurat dan terkini di Kabupaten Lamongan dengan klasifikasi sampaipada tingkat kategori kelas, di peroleh dari hasil pengolahan data menggunakan teknologi SistemInformasi Geografis (SIG) yaitu mengintegrasikan data hasil klasifikasi citra ALOS AVNIR 2 tahun2009 dengan data primer dan data sekunder.

Data primer didapatkan melalui pengamatan langsung di lokasi survai yaitu topografi pesisir danpeubah kualitas tanah (pHF, pHFOX, dan potensial redoks) yang diambil pada kedalaman tanah 0-20cm dan 20-40 cm. Peubah kualitas tanah hasil analisis laboratorium meliputi tekstur tanah, bahanorganik, PO4, N total, Fe, dan Al. Pengukuran pasang surut selama 39 jam dengan interval waktusetiap jam. Pengukuran kualitas air dan pengambilan contoh air dilakukan di laut, muara sungai,sungai dan tambak. Peubah kualitas air yang diukur langsung di lokasi survai yaitu suhu, pH, salinitas,dan oksigen terlarut. Peubah kualitas air hasil analisis laboratorium meliputi NH4, NO2, NO3, PO4,bahan organik total, kekeruhan, dan padatan tersuspensi total mengikuti petunjuk APHA (2005).

Page 3: KESESUAIAN LAHAN BUDIDAYA TAMBAK BERKELANJUTAN …bppbapmaros.kkp.go.id/wp-content/uploads/2016/07/FITA-029FILE... · dan rumput laut, kecuali udang vaname sebagian besar dikelola

941 Kesesuaian lahan budidaya tambak berkelanjutan di Kabupaten Lamongan ... (Utoyo)

Jenis-jenis vegetasi mangrove diidentifikasi di lokasi survai yaitu di pinggir laut, tambak, daerahaliran Sungai Bengawan Solo, dan Sungai Kali Lamong, serta diklasifikasi sampai pada tingkat sukudengan buku petunjuk Bengen (2004). Setiap titik pengukuran dan pengambilan contoh di lokasisurvai ditentukan posisinya dengan menggunakan Global Positioning System (GPS). Jumlah titikpengukuran dan pengambilan contoh di lokasi survai ditentukan berdasarkan luas lokasi, kondisilokasi, dan tingkat keragaman lokasi. Sebaran titik pengukuran dan pengambilan contoh di lokasisurvai disajikan pada Gambar 1.

Data sekunder didapatkan dari penelusuran laporan tahunan, pustaka hasil penelitian danpengamatan, data meteorologi dari berbagai instansi terkait, peta jenis tanah skala 1:250.000, danpeta curah hujan tahunan Provinsi Jawa Timur, peta kelerengan, peta Rupabumi Indonesia skala1:50.000 dan peta administrasi Kabupaten Lamongan. Menggunakan data citra ALOS AVNIR-2, 2009yang terkoreksi secara radiometrik, geometrik, dan teregistrasi. Penajaman citra untuk mendapatkan

Gambar 1. Peta sebaran titik pengukuran dan pengambilan contoh untuk kesesuaianlahan budidaya tambak di Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

Page 4: KESESUAIAN LAHAN BUDIDAYA TAMBAK BERKELANJUTAN …bppbapmaros.kkp.go.id/wp-content/uploads/2016/07/FITA-029FILE... · dan rumput laut, kecuali udang vaname sebagian besar dikelola

Prosiding Indoaqua - Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2012 942

gambar lokasi penelitian yang baik. Klasifikasi citra satelit dengan menggunakan software SIG. Hasilklasifikasi citra tersebut telah divalidasi melalui survai lapangan yang dilakukan pada bulan Aprildan Mei 2011, kemudian diintegrasikan dengan peta dasar dari peta Rupabumi Indonesia hasil skandan dijitasi menggunakan program Er Mapper 7.1 serta mengklasifikasi secara terbimbing untukmendapatkan data/informasi tentang tutupan lahan di lokasi penelitian (Lillesand & Kiefer, 2000).Informasi spasial lain yang didapatkan dari data primer dan sekunder juga diintegrasikan denganpeta penutup/penggunaan lahan.

Data primer, sekunder dan peta penutup/penggunaan lahan yang sudah dikumpulkan, dianalisissecara spasial menggunakan teknologi SIG. Kemudian menginterpolasi pada setiap parameter dalambentuk layer-layer peta tematik. Mempertimbangkan kriteria kesesuaian lahan budidaya tambak udangvaname (Litopenaeus vannamei), peta-peta tematik tersebut dioverlay (tumpang susun) pada softwaredan image analysis dalam ArcView 3.3. Hasil analisis spasial yang didapatkan berupa peta tematikkesesuaian lahan budidaya tambak udang vaname yang akurat dan terkini di Kabupaten Lamongan.

HASIL DAN BAHASAN

Kondisi Umum Lahan

Topografi lahan pesisir Kabupaten Lamongan sebagian besar relatif datar dan elevasinya rendah.Wilayah dataran rendah tersebut membentang dari Utara ke Selatan, sebagian di wilayah tengah-utara terdapat lahan rawa, dan di bagian Selatan serta Utara terdapat sebagian lahan pegununganbatu kapur. Kabupaten Lamongan memiliki wilayah dataran rendah tengah Utara sampai tengahSelatan berupa lahan pertambakan yang sangat luas, airnya tawar (0,12-0,46 ppt) dan sebagianbesar berasal dari konversi sawah serta tersebar di 25 kecamatan, sedangkan di wilayah dataranrendah utara berupa lahan pertambakan air payau yaitu di Kecamatan Paciran (18,89-18,98 ppt) danBrondong (20,02-26,11 ppt). Berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 41tahun 2009 yang menetapkan lokasi minapolitan di Kabupaten Lamongan dengan merevitalisasitambak yaitu mulai dari dataran rendah bagian tengah Selatan termasuk di Kecamatan Kedungpring,Babat, Sugio, Sukodadi, Pucuk, Lamongan, Deket, Tikung, Sarirejo, dan Kembangbahu hingga bagiantengah Utara berupa dataran berawa, termasuk di Kecamatan Sekaran, Maduran, Laren, Karanggeneng,Kalitengah, Turi, Karangbinangun, dan Glagah, sesuai untuk peruntukan budidaya tambak air tawaryaitu sawah tambak. Di Kecamatan Paciran dan Brondong, sesuai untuk peruntukan budidaya tambakair payau. Kawasan minapolitannya dipusatkan di Kecamatan Glagah dengan kecamatan penyangganya(hinterland) di Kecamatan Karangbinangun, Kalitengah, Karanggeneng, Deket, Lamongan, danKecamatan Turi serta komoditas unggulannya udang vaname. Sumber air yang dapat dimanfaatkanuntuk kegiatan budidaya tambak air tawar yaitu Sungai Bengawan Solo dan Sungai Kali Lamong,yang saat musim kemarau untuk kegiatan budidaya sawah dan saat musim hujan untuk budidayatambak. Sumber air utama untuk kegiatan budidaya tambak air payau yaitu menggunakan air lautdan air tanah (Anonim, 2009).

Saat ini lahan pertambakan air payau di Kabupaten Lamongan dikelola secara tradisional dantradisional plus dengan komoditas budidayanya yaitu bandeng, udang windu, udang vaname, kerapudan rumput laut, kecuali udang vaname sebagian besar dikelola secara intensif. Lahan pertambakanair tawar untuk komoditas budidaya bandeng, udang vaname, nila, tombro, dan lele yang dikelolasecara tradisional dan tradisonal plus dengan pola monokultur atau polikultur serta produktivitasnyarelatif rendah. Dalam rangka memenuhi kebutuhan benih untuk kegiatan budidaya tambak air payaudan air tawar di Kabupaten Lamongan, terdapat 40 unit perbenihan udang vaname dan udang winduskala rumah tangga yaitu di Kecamatan Paciran dan Brondong serta terdapat 3 unit perbenihanrakyat dengan komoditas lele, tombro, bandeng, dan nila yaitu di Kecamatan Babat, Deket, danKaranggeneng. Sampai dengan tahun 2010, kegiatan pertambakan air payau di Kabupaten Lamonganseluas 1.745,40 ha dengan produksi sebesar 3.606,022 ton, sedangkan kegiatan pertambakan airtawar seluas 23.454,73 ha dengan produksi sebesar 30.516,871 ton (Anonim, 2010). Tanahpertambakan di Kabupaten Lamongan tergolong tanah aluvial non sulfat masam dengan sumber airutama untuk pertambakan berasal dari laut, Sungai Bengawan Solo, Sungai Kali Lamong danpercabangannya, serta air tanah.

Page 5: KESESUAIAN LAHAN BUDIDAYA TAMBAK BERKELANJUTAN …bppbapmaros.kkp.go.id/wp-content/uploads/2016/07/FITA-029FILE... · dan rumput laut, kecuali udang vaname sebagian besar dikelola

943 Kesesuaian lahan budidaya tambak berkelanjutan di Kabupaten Lamongan ... (Utoyo)

Di lahan pesisir Kecamatan Paciran dan Brondong sering terjadi abrasi akibat dari tingginyaintensitas pengembangan pemukiman, industri, dan pelabuhan perikanan nusantara sehingga peluanguntuk reboisasi hutan mangrove sangat sempit dan rawan terjadinya intrusi air laut, siltasi, danberbagai jenis limbah yang masuk ke wilayah daratan termasuk pertambakan. Pentingnya fungsivegetasi mangrove dan daratan sebagai pelindung kawasan pertambakan, pencegah intrusi air laut,filter alami berbagai jenis limbah, resapan, dan penyimpan air, habitat sumberdaya perikanan dansatwa. Dengan demikian diharapkan Pemerintah Daerah Kabupaten Lamongan untukmerekomendasikan ke pengguna melalui rencana tata ruang wilayah pesisir tentang penetapanpengelolaan kawasan lindung atau zonasi jalur hijau vegetasi mangrove di sepanjang pesisir dankanan kiri sungai dalam kawasan sentra pertambakan sesuai Keppres Nomor 32 Tahun 1990.

Karakteristik Lahan

Kabupaten Lamongan memiliki 27 kecamatan, yang dilakukan karakterisasi di lahan budidayatambak 13 kecamatan, terdiri atas 2 kecamatan memiliki lahan budidaya tambak air payau yaitu diKecamatan Paciran dan Brondong serta 11 kecamatan memiliki lahan budidaya tambak air tawar(sawah tambak) yaitu di Kecamatan Glagah, Karangbinangun, Lamongan, Turi, Sukodadi, Babad,Karanggeneng, Kalitengah, Deket, Sekaran, dan Maduran. Apabila dilihat kembali sebelumnya bahwalahan merupakan suatu ekosistem biofisik yang penyusunnya terdiri atas topografi, tanah, hidrologi,vegetasi, dan iklim. Kemampuan lahan dapat menurun, apabila terjadi kegiatan budidaya tambakatau aktivitas yang lain secara berlebihan dan dapat ditingkatkan kemampuannya melalui pengelolaanlahan secara tepat, meminimalkan limbah dari aktivitas budidaya tambak dan lainnya, diikuti dengankegiatan pelestarian ekosistem hutan. Oleh karena itu, setiap penyusun dari lahan tersebut akandibahas pada bagian berikut.

Topografi

Pada umumnya kawasan pesisir Kabupaten Lamongan memiliki topografi yang relatif rendah dandatar serta lahannya membentang dari wilayah Utara dekat laut sampai ke daratan wilayah Selatan.Lahan di wilayah Utara terdapat pertambakan air payau yang letaknya berhadapan langsung denganLaut Jawa, perairan lautnya terbuka dan relatif dangkal. Tambak yang dibangun di lahan dekat lauthasil konversi lahan mangrove, airnya payau hingga asin, sumber air utama tambak berasal dari lautdan air tanah, sebagian besar untuk budidaya tambak udang vaname intensif. Tambak yang dibangundi lahan jauh dari laut hasil konversi lahan sawah dan rawa, airnya tawar, sumber air utama tambakberasal dari Sungai Bengawan Solo dan Sungai Kali Lamong. Lahan pesisir yang baik untuk budidayatambak yaitu memiliki topografi relatif rendah dan datar serta elevasinya landai, apabila areal tersebutdibangun tambak yang meliputi desain, tata letak dan konstruksi, serta dalam pengelolaan tambaknyamemerlukan biaya yang relatif murah (Poernomo, 1992).

Tanah

Tekstur tanah dan kualitas tanah di kawasan pesisir Kabupaten Lamongan dapat dilihat pada(Tabel 1). Hasil analisis tekstur tanah pada kedalaman 0-40 cm cukup bervariasi mulai dari liat,lempung, lempung berliat, lempung berdebu, lempung liat berpasir sampai liat berpasir. Teksturtanah tersebut didominasi oleh fraksi liat, lempung, dan debu yang berasal dari hulu sungai,sedangkan fraksi pasir berasal dari laut. Tekstur tanah sangat menentukan tingkat porositas tambakdan sebagai tempat tumbuhnya pakan alami ikan dan udang. Tekstur tanah tambak yang baik untukbudidaya ikan dan udang yaitu liat, lempung, lempung berliat, lempung liat berdebu, lempungberdebu, dan lempung liat berpasir (Ilyas et al., 1987). Pada umumnya tanah tambak di KabupatenLamongan memiliki kandungan liat dan lempung yang sangat tinggi serta debu dan pasir yangrelatif sedikit. Material tanah yang ideal untuk konstruksi tambak terdiri atas campuran partikelyang berbeda ukurannya dengan kandungan minimum 30% liat (Boyd, 1995). Pada usaha budidayatambak ikan dan udang yang dikelola secara tradisional dan tradisional plus, kandungan liat tanahini masih baik dan diperlukan bagi perlekatan dan pertumbuhan klekap dan lumut sebagai pakanalaminya.

Page 6: KESESUAIAN LAHAN BUDIDAYA TAMBAK BERKELANJUTAN …bppbapmaros.kkp.go.id/wp-content/uploads/2016/07/FITA-029FILE... · dan rumput laut, kecuali udang vaname sebagian besar dikelola

Prosiding Indoaqua - Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2012 944

Selisih nilai pHF dan pHFOX tanah tambak sampai kedalaman 40 cm sangat kecil dan relatif sama.

Jenis tanah tambak yang demikian adalah ciri tanah aluvial non sulfat masam. Selisih nilai pHF danpHFOX digunakan untuk menentukan potensi kemasaman tanah. Semakin besar nilai selisihnya,semakin tinggi nilai potensi kemasamannya. Rendahnya potensi kemasaman tanah sangat ditentukanoleh rendahnya kandungan bahan organik yang didapatkan. Pada kawasan tambak yang memilikitanah sulfat masam, selisih nilai pHF dan pHFOX dapat mencapai > 5. Potensi kemasaman tanahtambak yang didapatkan pada kawasan tambak dekat laut dan muara sungai agak tinggi, berasaldari hasil akumulasi bahan organik dari sisa-sisa vegetasi mangrove seperti di Kecamatan Pacirandan Brondong. Untuk kawasan tambak di semua kecamatan yang jauh dari laut dan muara sungai,

Tabel 1. Kisaran nilai setiap peubah kualitas tanah dan tekstur tanah tambak pada kedalaman0-20 cm dan 20-40 cm di Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

Sumber: *) = Poernomo (1992); **) = Boyd dalam Widigdo (2003); ***) = Karthik et al. (2005); ****)= Boyd (2002); *****)= Boyd (2008)

Kedalaman (cm)

Kisaran nilai (n = 57)

Nilai ideal

0-20- Pasir (%) 36-46- Liat (%) 0-48- Debu (%) 12-54

Tekstur 20-40- Pasir (%) 36-52- Liat (%) 0-54- Debu (%) 8-50

0-20 6,48-7,51 6,5-7,0*)

20-40 6,31-7,54

0-20 5,20-7,8120-40 5,14-8,30

0-20 (-273)-(+74) Minimal + 50 mV**)

20-40 (-249)-(+264)

0-20 10,89-214,1620-40 10,35 –1.780,64

0-20 0,00-4,02 1,7%-5,2% baik untuk tambak ****) 20-40 0,31-4,31

0-20 0,0-395,5Tergantung kandungan pirit

yang teroksidasi saat kering *)

20-40 0,0-806,5

0-20 0,0-171,0Tergantung kandungan pirit

yang teroksidasi saat kering *)

20-40 0,0-215,0

0-20 0,06-0,35

20-40 0,06-0,30

Peubah kualitas tanah

Tekstur

pHF

pHFOX

Potensial redoks (mV)

Fe (mg/L)

Al (mg/L)

N total (%)

> 60 mg/L: tambak tradisional,

tambak intensif kurang diperlukan***)

Rasio C:N yang ideal untuk tambak berkisar 8:1-12:1 *****)

PO4 (mg/L)

Bahan organik (%)

Lempung berdebu, lempung liat berpasir,

lempung berliat dan liat

Lempung liat berpasir, liat berpasir,

lempung berliat, liat dan lempung

Lempung liat berpasir : tambak

tradisional semi-intensif *)

Lempung berpasir : tambak intensif *)

Page 7: KESESUAIAN LAHAN BUDIDAYA TAMBAK BERKELANJUTAN …bppbapmaros.kkp.go.id/wp-content/uploads/2016/07/FITA-029FILE... · dan rumput laut, kecuali udang vaname sebagian besar dikelola

945 Kesesuaian lahan budidaya tambak berkelanjutan di Kabupaten Lamongan ... (Utoyo)

lahannya berasal dari hasil konversi lahan sawah dan sebagian dari lahan rawa yang memiliki jenistanah aluvial non sulfat masam.

Potensial redoks tanah merupakan gambaran kondisi tanah tambak saat tereduksi atau teroksidasi.Data potensial redoks tanah tambak di Kabupaten Lamongan pada lapisan atas tanah dasar tambaksampai kedalaman 20 cm bermuatan negatif (tereduksi) artinya di lapisan tanah dasar tambak sampaikedalaman 20 cm terjadi pembusukan akibat dari air tambak jarang dikeringkan, kondisinya anaerob,berlumpur hitam, dan adanya senyawa beracun yang dapat mematikan udang. Kondisi tanah tambakyang baik, saat persiapan, lumpur hitam dibuang, tanah dasar tambak dikeringkan atau teroksidasiselanjutnya dikapur dengan kapur dolomit untuk memperbaiki sifat biofisik tanah, meningkatkanmineralisasi bahan organik dan menghilangkan senyawa-senyawa beracun berupa hidrogen sulfida(H2S), amonia (NH3), nitrit (NO2), dan metan (CH4). Untuk mengembalikan kondisi tanah dasar tambakyang baik diperlukan nilai potensial redoks minimal + 50 mV dengan nilai pH 6,5-8,5 (Boyd dalamWidigdo, 2003).

Konsentrasi fosfat tanah tambak yang didapatkan sampai kedalaman 40 cm bervariasi mulai daritergolong rendah hingga tinggi. Di tambak, fosfat sebagai unsur esensial bagi tanaman, alga akuatikdan produktivitas primer yang dapat meningkatkan produksi ikan herbivor di tambak (Effendi, 2003).Ketersediaan fosfat > 60 mg/L dalam tanah tambak, tergolong baik untuk peningkatan kesuburanperairan tambak (Karthik et al., 2005). Tanah tambak yang memiliki konsentrasi fosfat tinggi (1.780,643mg/L), didapatkan di Desa Kentong Kecamatan Glagah dan tanah tambak di Desa KanugrahanKecamatan Maduran memiliki konsentrasi fosfat tinggi (214,16 mg/L). Letak tambaknya jauh darilaut dan saluran air tambaknya melalui sawah dan pemukiman. Tingginya konsentrasi fosfat tanahtambak lebih banyak dipengaruhi oleh limbah pupuk pertanian (SP36) dan limbah rumah tanggayang terbuang ke tambak melalui saluran.

Kandungan bahan organik tanah tambak di Kabupaten Lamongan sampai kedalaman 40 cm sangatrendah yaitu berkisar 0,00%-4,31%. Kandungan bahan organik tanah yang tinggi (4,31%), didapatkandi tambak Desa Labuhan Kecamatan Brondong. Tanah tambak di desa tersebut bukan merupakantanah gambut karena kandungan bahan organiknya jauh lebih rendah dari 20% dan apabila kandunganbahan organik tanah lebih dari 20% tergolong tanah gambut. Menurut Boyd (2002), kandunganbahan organik tanah yang baik untuk tambak berkisar 1,7%-5,2%. Kandungan bahan organik tanahyang rendah disertai dengan kandungan N-total yang sangat rendah berdampak pada sangat tingginyarasio C:N tanah tambak di Kabupaten Lamongan. Rasio C:N yang ideal untuk tambak berkisar 8:1-12:1 (Boyd, 2008). Pada tanah tambak dengan rasio C:N tinggi, dapat menghambat aktivitasmikrobiologi tanah dalam proses transformasi nitrogen untuk memenuhi kebutuhan metabolismenya.

Kandungan Fe dan Al tanah yang didapatkan di kawasan tambak sepanjang daerah aliran sungaiyang letaknya jauh dari laut dan muara sungai relatif kecil, tingginya kandungan Fe tanah sampaipada kedalaman 40 cm yaitu 806,5 mg/L; didapatkan di tambak yang menggunakan sumber air dariair tanah letaknya di Desa Tlogo Sadang Kecamatan Paciran. Tambak yang dibangun dari hasil konversilahan mangrove, tanahnya mengandung pirit (FeS2). Saat tanah dasar tambak kering, ion besi fero(Fe2+) teroksidasi menjadi ion besi feri (Fe3+) dalam bentuk ferihidroksida Fe(OH)3 yang banyakmengendap di dasar tanah tambak berwarna karat besi kemerahan. Banyaknya ion besi feri bersumberdari banyaknya pirit dalam tanah tambak yang teroksidasi dan terikut air tanah keluar pada saatdipompa.

Hidrologi

Keberadaan laut, Sungai Bengawan Solo, Sungai Kali Lamong, dan beberapa cabang sungainya,serta air tanah sebagai sumber air utama untuk pertambakan di Kabupaten Lamongan dapatmemberikan salinitas air tambak cukup bervariasi seperti terlihat pada Tabel 2. Salinitas air di kawasanbudidaya tambak air tawar berkisar 0,12-0,46 ppt dan di kawasan budidaya tambak air payau berkisar18,89-26,11 ppt serta di kawasan tambak yang menggunakan air tanah dengan kedalaman 15 mdan 20 m, masing-masing salinitasnya 25,73 ppt dan 26,52 ppt. Komoditas yang dibudidayakan ditambak sebaiknya sesuai dengan kisaran salinitas optimumnya agar sintasannya tinggi dan lajupertumbuhannya cepat. Udang windu, udang vaname, ikan bandeng, rumput laut, dan organisme

Page 8: KESESUAIAN LAHAN BUDIDAYA TAMBAK BERKELANJUTAN …bppbapmaros.kkp.go.id/wp-content/uploads/2016/07/FITA-029FILE... · dan rumput laut, kecuali udang vaname sebagian besar dikelola

Prosiding Indoaqua - Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2012 946

lain yang bersifat eurihalin sebaiknya dibudidayakan di tambak air payau yaitu di Kecamatan Pacirandan Brondong, sedangkan ikan gurami, tombro, nila, tawes, lele, dan organisme air tawar lainnyayang bernilai ekonomis sebaiknya dibudidayakan di tambak air tawar yaitu di wilayah tengah Utaradan tengah Selatan Kabupaten Lamongan. Kisaran salinitas yang diperlukan untuk pertumbuhanoptimum udang windu, udang vaname dan rumput laut jenis Gracilaria verrucosa yaitu 15-25 ppt(Poernomo, 1988; Menz & Blake, 1980; Angadiredja, 2006) dan ikan bandeng dapat tumbuh denganbaik pada salinitas 18-30 ppt (Ismail et al., 1993).

Suhu air tambak di Kabupaten Lamongan berkisar 29,03°C-35,13°C. Suhu air yang tinggi,didapatkan di tambak dekat sawah dan pemukiman yang airnya sangat dangkal sekitar 8 cm sertasaat pengukuran pada sore hari yaitu di Desa Dukuh Kecamatan Glagah. Batas kelayakan suhu airuntuk budidaya udang windu berkisar 26°C-32°C dengan suhu optimumnya berkisar 29°C-30°C(Poernomo, 1988). Suhu air yang optimum untuk budidaya rumput laut berkisar 26°C-30°C(Anggadiredja, 2006). Untuk budidaya bandeng memiliki kisaran suhu air yang baik antara 25°C dan32°C (Ismail et al., 1993). Suhu air yang optimum untuk pertumbuhan udang vaname berkisar 25°C-35°C (Ponce-Palatox et al., 1997).

Nilai pH air tambak yang didapatkan di Kabupaten Lamongan berkisar 8,30-10,49 relatif agaktinggi, namun masih dalam batas baik untuk budidaya tambak. Rata-rata tingginya pH air tambakkarena jenis tanahnya yang aluvial non sulfat masam dan kandungan bahan organik tanah relatifrendah. Kisaran pH air yang baik untuk budidaya udang windu 7,5-8,5 dengan optimum 8,0-8,5(Poernomo, 1988). Menurut Effendi (2003), sebagian besar biota akuatik sensitif terhadap perubahanpH dan menyukai nilai pH sekitar 7-8,5. Kisaran nilai pH air tambak yang didapatkan alkalis danmasih dalam batas baik sebagai media budidaya tambak udang. Pada tambak yang sudah lamaberoperasi umumnya pH air alkalis 7,5-8,5; sedangkan tambak baru di kawasan mangrove yangbelum diremediasi, pH air sangat rendah yaitu di bawah 5 dan pengaruh langsung pH rendah yaituudang menjadi kropos dan selalu lembek.

Konsentrasi oksigen terlarut di pertambakan Kabupaten Lamongan berkisar 5,54-8,32 mg/L. Kisarannilai konsentrasi oksigen terlarut tersebut masih baik dan sesuai untuk kegiatan budidaya tambaktradisional dan tradisional plus yang saat ini diaplikasikan oleh pembudidaya tambak di KabupatenLamongan, walaupun terdapat konsentrasi oksigen terlarut yang rendah masih belum menjadimasalah. Menurut Poernomo (1992), kecepatan dan besarnya konsumsi oksigen meningkat seiringdengan meningkatnya suhu air serta udang tumbuh pesat pada suhu 30°C-31°C dan batas oksigenterlarut untuk udang windu berkisar 3-10 mg/L dan optimumnya 4-7 mg/L. Kandungan oksigenterlarut yang mematikan udang vaname adalah 1 mg/L (Hopkins et al., 1991). Menurut Effendi (2003),konsentrasi oksigen terlarut di perairan alami biasanya kurang dari 10 mg/L dan berfluktuasi secaraharian dan musiman, tergantung pada pencampuran dan pergerakan massa air, aktivitas fotosintesis,respirasi, dan limbah yang masuk ke badan air. Konsentrasi oksigen terlarut yang kurang dari 2 mg/L dapat mematikan udang. Konsentrasi oksigen terlarut terlalu rendah atau tinggi menyebabkan lajupertumbuhan udang lambat (Poernomo, 1988).

Kandungan molekul amonia (NH3) di tambak Kabupaten Lamongan berkisar 0,2281-12,352 mg/L;relatif tinggi untuk budidaya tambak. Tingginya kandungan amonia akibat limbah pupuk pertanian(urea) dan limbah domestik karena sebagian besar tambak letaknya berbatasan dengan sawah danpemukiman. Sumber kandungan amonia di perairan berasal dari hasil pemecahan nitrogen organik(urea) dan reduksi gas nitrogen yang berasal dari limbah domestik. Batas kelayakan kandunganamonia untuk budidaya tambak udang 0,25 mg/L dengan optimumnya 0 mg/L (Poernomo, 1992).Menurut Effendi (2003), amonia jarang didapatkan di perairan yang cukup pasokan oksigen dankandungan amonia yang tinggi terdapat di dasar perairan tanpa oksigen. Amonia bebas (NH3) tidakdapat terionisasi dan bersifat toksik terhadap organisme akuatik, sedangkan amonium (NH4

+) dapatterionisasi dan tidak bersifat toksik terhadap organisme akuatik.

Kandungan nitrit di kawasan pertambakan Kabupaten Lamongan berkisar 0,0125-0,1145 mg/L.Nitrit bersifat toksik terhadap ikan atau udang, karena mengoksidasikan besi (Fe) di dalam hemoglo-bin atau hemocyanin sehingga kemampuan darah ikan atau udang untuk mengikat oksigen sangatlemah (Poernomo, 1988). Kisaran nilai kandungan nitrit tersebut masih dalam batas baik sebagai

Page 9: KESESUAIAN LAHAN BUDIDAYA TAMBAK BERKELANJUTAN …bppbapmaros.kkp.go.id/wp-content/uploads/2016/07/FITA-029FILE... · dan rumput laut, kecuali udang vaname sebagian besar dikelola

947 Kesesuaian lahan budidaya tambak berkelanjutan di Kabupaten Lamongan ... (Utoyo)

media budidaya tambak. Kandungan nitrit pada perairan relatif kecil karena segera dioksidasi menjadinitrat. Batas kandungan nitrit sebagai media budidaya tambak udang 0,25 mg/L dengan optimumnya0 mg/L (Poernomo, 1992).

Kandungan nitrat (NO3) di perairan tambak di Kabupten Lamongan berkisar 0,0324-2,2999 mg/L;masih baik sebagai media budidaya tambak. Banyak sedikitnya kandungan nitrat di perairan,tergantung dari kecepatan proses nitrifikasi yang berperan di dalamnya seperti bakteri nitrifikasi,nilai pH, kandungan oksigen terlarut dan suhu. Kandungan oksigen terlarut < 2 mg/L, reaksi nitrifikasiakan berjalan lambat. Nilai pH yang optimum untuk proses nitrifikasi berkisar 8-9 dan pada pH < 6,reaksi nitrifikasi akan berhenti. Suhu optimum untuk proses nitrifikasi berkisar 20°C-25°C dan kecepatanpertumbuhan bakteri nitrifikasi lebih lambat dari pada bakteri heterotrof. Apabila di perairan banyakterdapat bahan organik, maka pertumbuhan bakteri heterotrof akan melebihi pertumbuhan bakterinitrifikasi (Effendi, 2003). Kandungan nitrat di perairan alami hampir tidak pernah lebih dari 0,1 mg/L. Nitrat tidak bersifat toksik terhadap organisme akuatik dan kandungan nitrat lebih dari 0,2 mg/Ldi perairan, dapat mengakibatkan eutrofikasi (Effendi, 2003).

Kandungan fosfat (PO4) di kawasan tambak Kabupaten Lamongan berkisar 0,0020-1,1161 mg/L;masih tergolong baik sebagai media budidaya tambak. Tingginya kandungan fosfat, didapatkan ditambak Desa Dibee Kecamatan Kali Tengah yang berbatasan dengan persawahan dan pemukiman,diduga limbah pupuk pertanian dan limbah domestik terikut masuk ke dalam tambak melalui saluran.Menurut Effendi (2003), terdapat 3 tingkat kesuburan perairan yaitu tingkat kesuburan rendah dengankandungan fosfat total 0-0,02 mg/L; tingkat kesuburan sedang dengan kandungan fosfat total 0,021-0,05 mg/L; dan tingkat kesuburan tinggi dengan kandungan fosfat total 0,051-0,1 mg/L. Berdasarkankriteria tersebut, maka tambak di Kabupaten Lamongan tergolong memiliki tingkat kesuburan rendahsampai tinggi. Kandungan fosfat air tambak sangat diperlukan bagi kegiatan tambak tradisionalsebagai sumber utama pakan alami bagi ikan dan udang.

Tabel 2. Kisaran nilai setiap peubah kualitas air tambak di KabupatenLamongan Provinsi Jawa Timur

Sumber: *) = Poernomo (1992); **) = Kementerian Kependudukan dan LingkunganHidup (2004); ***) = Alabaster & Lioyd (1982) dalam Effendi (2003)

Kisaran nilai (n = 57)

Nilai ideal

- Laut (ppt) 29,88-30,66 30-35*)

- Muara sungai (ppt) 25,92-30,03 25-30*)

- Sungai (ppt) 0,27-2,87 10-25*)

- Tambak 0,12-26,11 15-25*)

29,03-35,13 29-31*)

8,30-10,49 7,0-8,5**)

5,54-8,32 4-7*)

0,2281-12,352 0,30**)

0,0125-0,1145 0,25*)

0,0324-2,2999 0,008**)

0,0020-1,1161 0,015**)

1,91-78,0 20-30*)12-155 < 25***)

3,29-27,25 29,50*)Bahan organik total (mg/L)

Salinitas

Peubah

Suhu (oC)pH

Oksigen terlarut (mg/L)

NH3 (mg/L)

NO2 (mg/L)

NO3 (mg/L)

PO4 (mg/L)

Kekeruhan (NTU)Padatan tersuspensi total (mg/L)

Page 10: KESESUAIAN LAHAN BUDIDAYA TAMBAK BERKELANJUTAN …bppbapmaros.kkp.go.id/wp-content/uploads/2016/07/FITA-029FILE... · dan rumput laut, kecuali udang vaname sebagian besar dikelola

Prosiding Indoaqua - Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2012 948

Kandungan bahan organik total di kawasan tambak Kabupaten Lamongan berkisar 3,29-27,25mg/L dengan padatan tersuspensi total 12-155 mg/L dan kekeruhan 1,91-78,0 NTU. Kisaran nilaikandungan bahan organik total dan padatan tersuspensi total yang didapatkan masih baik sebagaimedia budidaya tambak. Padatan tersuspensi berkorelasi positif dengan kekeruhan, semakin tingginilai padatan tersuspensi, nilai kekeruhan juga semakin tinggi.

Tingginya nilai padatan tersuspensi total dan kekeruhan akibat lumpur halus, didapatkan dikawasan tambak Desa Gendong Kulon Kecamatan Babat yang berbatasan dengan persawahan danair tambaknya agak keruh berwarna putih kehijauan karena baru dipupuk. Berdasarkan Alabaster &Lioyd (1982) dalam Effendi (2003), nilai padatan tersuspensi < 25 mg/L, baik untuk budidayaperikanan; 25-80 mg/L, sedikit berpengaruh untuk budidaya perikanan; 81-400 mg/L, kurang baikuntuk budidaya perikanan dan > 400 mg/L, tidak baik untuk budidaya perikanan. Kandungan bahanorganik total di perairan, di atas 26 mg/L, tergolong subur (Reid, 1961).

Tunggang pasang surut di kawasan pesisir Kabupaten Lamongan 110 cm. Secara gravitasi, kondisipasang surut tersebut cukup baik pengaruhnya terhadap kuantitas dan kualitas air sebagai mediabudidaya tambak terutama dari pengeringan dan pergantian air. Laju kecepatan aliran air selamapasang tinggi untuk mengairi tambak dipengaruhi oleh frekuensi amplitudo pasang, kontur tanah,dan elevasi. Menurut Poernomo (1992), pelaksanaan budidaya ekstensif dan semi-intensif di kawasanintertidal dengan pergantian air secara gravitasi saat pasang, lokasi dengan elevasi sedang dandapat diairi saat pasang tinggi serta dapat dikeringkan saat surut terendah merupakan lokasi yangideal untuk pembangunan unit tambak.

Vegetasi

Jenis vegetasi mangrove yang didapatkan di Kabupaten Lamongan berjumlah 11 jenis, 6 marga,dan 4 suku, sedangkan vegetasi daratannya berjumlah 12 jenis, 12 marga, dan 8 suku (Tabel 3). Dari12 jenis vegetasi daratan, terdapat 6 jenis vegetasi daratan yang mampu beradaptasi dan tumbuh dilahan dekat laut seperti Hibiscus sp., Pluchea sp., Leucaena sp., Sesbania sp., Ricinus sp., dan Jatiopha sp.Menurut Bengen (2004), karakteristik habitat hutan mangrove umumnya tumbuh pada daerah inter-tidal yang jenis tanahnya berlumpur, berlempung atau berpasir, menerima pasokan air tawar yangcukup atau mendapatkan air bersalinitas payau (2-22 ppt) hingga asin (mencapai 38 ppt), danterlindung dari gelombang besar dan arus pasang surut yang kuat.

Jenis vegetasi mangrove di tepi laut didominasi oleh Rhizophora sp. dan Sonneratia sp., sedangkanjenis vegetasi mangrove di kawasan lahan tambak didominasi oleh Avicennia sp., Aegiceras sp., Ceriopssp., dan Bruguiera sp. Terdapat 6 marga vegetasi mangrove di Kabupaten Lamongan yang halopitikyaitu memiliki kemampuan untuk tumbuh dalam tanah dasar perairan yang asin dan termasuk dalamvegetasi berbunga yaitu Avicennia sp., Sonneratia sp., Rhizophora sp., Bruguiera sp., Ceriops sp., danAegiceras sp., serta didapatkan 3 marga vegetasi mangrove yang memiliki kemampuan untukberadaptasi dalam tanah dasar perairan yang berkadar oksigen rendah bahkan anaerob yaitu Avicenniasp., Sonneratia sp., dan Rhizophora sp.

Kelompok vegetasi ini merupakan vegetasi tetap pada habitat mangrove, berkemampuanmembentuk tegakan murni, secara morfologi memiliki bentuk akar dan viviparitas (biji yang dapatberkecambah di pohon) untuk beradaptasi khusus terhadap lingkungan mangrove dan memilikimekanisme fisiologis dalam mengontrol garam sehingga kelompok vegetasi tersebut yangmenentukan ciri penyusun komunitas mangrove (Supriharyono, 2009).

Frekuensi penggenangan pasang surut dan sebaran salinitas secara langsung dapat mempengaruhilaju pertumbuhan dan sintasan serta zonasi mangrove. Formasi jenis vegetasi penyusun komunitasmangrove dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti kekeringan, energi gelombang, kondisi pasangsurut, sedimentasi, dan mineralogi (Idawaty, 1999).

Untuk mengembalikan fungsi ekologis hutan mangrove yang telah rusak akibat alih fungsi lahanyaitu merehabilitasi dan melindungi hutan mangrove agar tetap lestari. Pemanfaatan hutan man-grove yang lestari yaitu menggabungkan antara kepentingan ekologis (konservasi hutan mangrove)dengan kepentingan sosial ekonomi masyarakat di sekitar hutan mangrove (Bengen, 2004).

Page 11: KESESUAIAN LAHAN BUDIDAYA TAMBAK BERKELANJUTAN …bppbapmaros.kkp.go.id/wp-content/uploads/2016/07/FITA-029FILE... · dan rumput laut, kecuali udang vaname sebagian besar dikelola

949 Kesesuaian lahan budidaya tambak berkelanjutan di Kabupaten Lamongan ... (Utoyo)

Iklim

Unsur iklim yang paling besar pengaruhnya terhadap kegiatan budidaya tambak yaitu curah hujan.Curah hujan di Kabupaten Lamongan 1.403 mm/tahun atau rata-rata 116,92 mm/bulan. Curah hujanbulanan yang rendah terjadi pada Mei-Oktober, curah hujan yang tinggi terjadi pada November-April. Curah hujan di Kabupaten Lamongan 1.403 mm/tahun atau rata-rata 116,92 mm/bulan. Curahhujan antara 2.000-3.000 mm/tahun dengan bulan kering 2-3 bulan cukup baik digunakan untukkegiatan budidaya tambak. Dengan demikian curah hujan di Kabupaten Lamongan masih cukupbaik dalam menunjang kegiatan budidaya tambak.

Kesesuaian dan Pengelolaan Lahan

Hasil analisis kesesuaian lahan menunjukkan bahwa luas tambak udang vaname yang ada diKabupaten Lamongan saat ini seluas 27.126,35 ha; tidak ada tambak udang vaname yang tergolongsangat sesuai (kelas S1), cukup sesuai (kelas S2) seluas 24.550 ha dan yang kurang sesuai atau sesuaimarjinal (kelas S3) seluas 2.576,35 ha (Gambar 2). Lahan tambak yang cukup sesuai artinya sebelum

Tabel 3. Jenis vegetasi mangrove dan daratan yang didapatkan di KabupatenLamongan Provinsi Jawa Timur

Suku Marga JenisKomunitas vegetasi

mangrove dan daratan

Anacardiaceae Mangifera Mangifera indica Sedang

Asteraceae Pluchea Pluchea indica Melimpah

Avicenniaceae Avicennia Avicennia alba SedangAvicennia marina

Euphorbiaceae Excoecaria Excoecaria agallocha TerbatasRicinus Ricinus communis Sedang

Jatiopha Jatiopha curcas Sedang

Fabaceae Tamarindus Tamarindus indica TerbatasSesbania Sesbania grandiflora SedangLeucaena Leucaena leucocephala Sedang

Malvaceae Hibiscus Hibiscus tiliaceus Terbatas

Musaceae Musa Musa paradisiaca Sedang

Myrsinaceae Aegiceras Aegiceras corniculatum Sedang

Pontederiaceae Euchornia Euchornia crasipes Melimpah

Poaceae Bambusa Bambusa glancesce Sedang

Rhizophoraceae Rhizophora Rhizophora apiculata SedangRhizophora mucronata

Bruguiera Bruguiera parviflora SedangBruguiera gymnorrhiza

Ceriops Ceriops tagal SedangCeriops decandra

Sonneratiaceae Sonneratia Sonneratia alba SedangSonneratia caseolaris

Page 12: KESESUAIAN LAHAN BUDIDAYA TAMBAK BERKELANJUTAN …bppbapmaros.kkp.go.id/wp-content/uploads/2016/07/FITA-029FILE... · dan rumput laut, kecuali udang vaname sebagian besar dikelola

Prosiding Indoaqua - Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2012 950

atau saat lahan dikelola sudah terdapat kendala atau faktor pembatas yang diatasi dan apabila akanmeningkatkan produksi, disarankan dilakukan pengelolaan lahan. Lahan tambak yang kurang sesuaiartinya sebelum atau saat lahan dikelola banyak kendala atau faktor pembatas yang harus diatasidan apabila akan meningkatkan produksi, harus dilakukan pengelolaan lahan. Lahan yang cukupsesuai diperuntukan bagi kegiatan budidaya udang tradisional plus dan semi-intensif, lahan yangkurang sesuai diperuntukan bagi kegiatan monokultur udang dan bandeng tradisional atau polikulturudang dan bandeng, udang dan rumput laut, bandeng dan rumput laut.

Faktor utama pembatas kesesuaian lahan untuk budidaya tambak di Kabupaten Lamongan yaitukandungan bahan organik dan unsur nitrogen total tanah tambak yang relatif rendah hampir disemua kecamatan. Pengelolaan lahannya dengan mengaplikasikan pupuk yang mengandung nitro-gen seperti urea diharapkan dapat menurunkan rasio C:N tanah yang dapat mempercepat prosesdekomposisi atau penguraian bahan organik. Pada tanah tambak yang mengandung liat lebih besar60% dan kandungan bahan organiknya lebih rendah 8% tergolong baik, faktor pembatasnya mudahdiatasi (Boyd, 1995) dan disarankan memberikan pupuk kandang untuk menambah bahan organiktanah dan memperbaiki struktur tanah tambak, diharapkan pertumbuhan pakan alami ikan dan udangmenjadi lebih baik. Kedua faktor tersebut penting dalam pelaksanaan kegiatan budidaya tambak diKabupaten Lamongan yang dikelola secara tradisional dan tradisional plus. Tambak di KabupatenLamongan umumnya lama tergenang dan jarang dikeringkan serta adanya lumpur H2S, amonia danmetan yang beracun di dasar tambak, berwarna hitam dan berbau busuk dalam kondisi anaerob

Gambar 2. Peta kesesuaian lahan budidaya udang vaname di tambak Kabupaten LamonganProvinsi Jawa Timur

Page 13: KESESUAIAN LAHAN BUDIDAYA TAMBAK BERKELANJUTAN …bppbapmaros.kkp.go.id/wp-content/uploads/2016/07/FITA-029FILE... · dan rumput laut, kecuali udang vaname sebagian besar dikelola

951 Kesesuaian lahan budidaya tambak berkelanjutan di Kabupaten Lamongan ... (Utoyo)

dapat mematikan udang dan ikan. Hanya sebagian tambak di Desa Tlogo Sadang Kecamatan Paciranmenggunakan sumber air tambak dari air tanah dan memiliki kandungan besi feri (Fe3+) tanah yangtinggi (806,5 mg/L) sebagai hasil oksidasi pirit penyebab kemasaman tanah. Cara mengurangi potensikemasaman, kandungan besi dan unsur-unsur beracun di dasar tambak saat persiapan denganremediasi melalui pengeringan, perendaman, pembilasan, dan pengapuran. Pengeringan tanah dasartambak dilakukan selama 2 minggu saat cuaca cerah untuk mengoksidasi pirit, tambak diisi airsetinggi 0,5 m dan direndam selama 1-2 hari saat air surut terendah dan air rendaman dibuang.Perendaman untuk melarutkan dan menetralisir kemasaman serta pembilasan untuk membuanghasil oksidasi dan meminimalkan cadangan unsur-unsur beracun dalam tanah. Perendaman danpembilasan tambak dilakukan sebanyak 3 kali dalam satu minggu saat air pasang tinggi. Prosesremediasi dapat dilakukan 2 sampai 3 kali hingga kondisi tanah dasar tambak menjadi lebih baik.Tahap terakhir remediasi berupa pengapuran saat tambak dalam kondisi kering untuk menghilangkanunsur-unsur beracun dan unsur-unsur penyebab kemasaman tanah yang masih tersisa dalam tanah.Kegiatan budidaya tambak yang menggunakan sumber air tanah yang memiliki kandungan besi feri(Fe3+) yang cukup tinggi. Cara mengatasinya yaitu sebelum air tanah dipompa dan dimasukkan kedalam petakan tambak, terlebih dahulu airnya ditampung dalam petakan tandon dan di aerasi untukmengurangi kandungan besi tersebut.

KESIMPULAN DAN SARAN

Hasil analisis kesesuaian lahan tambak udang vaname yang ada di Kabupaten Lamongan saat iniseluas 27.126,35 ha; tidak ada tambak udang vaname yang tergolong sangat sesuai (kelas 1), cukupsesuai (kelas S2) seluas 24.550 ha dan yang kurang sesuai atau sesuai marjinal (kelas S3) seluas2.576,35 ha. Tanah dasar tambak di Kabupaten Lamongan terdapat unsur atau senyawa beracun,disarankan meremediasi tanah melalui pengeringan, perendaman, pembilasan, dan pengapuran.Tambak yang mengandung bahan organik tanah dan N total tanah yang relatif rendah, disarankanmemberikan pupuk yang mengandung nitrogen seperti urea pada areal yang memiliki rasio C:Ntanah yang tinggi serta pemberian pupuk kandang pada tanah yang mengandung liat lebih besar60% dan bahan organik kurang dari 8%. Kondisi jaringan irigasi tambak saat ini sangat dangkalsehingga memerlukan upaya pengerukan untuk memperlancar penyediaan air tambak yang cukupdan berkualitas baik.

DAFTAR ACUAN

Anggadiredja, J.T., Zatnika, A., Purwoto, H., & Istini, S. 2006. Rumput Laut. Pembudidaya, pengelolaan,dan pemasaran komoditas perikanan potensial. Seri Agribisnis, cetakan 2. Penerbit Swadaya. Jakarta,hlm. 105-108.

Anonim. 2010. Lamongan Dalam Angka 2010. Kerjasama Badan Pusat Statistik Kabupaten Lamongandan Pemerintah Daerah Kabupaten Lamongan, 371 hlm.

Anonim. 2009. Executive Summary Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Lamongan Tahun2008-2028. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Pemerintah Kabupaten Lamongan, I-1 – X-3.

APHA (American Public Health Association). 2005. Standart Methods for Examinition of Water andWastewater. APHA-AWWA-WEF. Washington D.C., 1,185 pp.

Bengen, D.G. 2004. Pedoman Teknis Pengenalan dan Pengelolaan Ekosistem Mangrove. Pusat KajianSumberdaya Pesisir dan Lautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor, 59 hlm.

Boyd, C.E. 1995. Bottom Soils, Sediment and Pond Aquaculture. Chapman and Hall. New York, 348pp.

Boyd, C.E., Wood, C.W., & Thunjai, T. 2002. Aquaculture Pond Bottom Soil Quality Management.Oregon State University. Corvallis. Oregon, 41 pp.

Boyd, C.E. 2008. Pond bottom soil analysis. Global Aquaculture Advocate September/October, p. 91-92.

Dahuri, R., Rais, J.R., Ginting, S.P., & Sitepu, M.J. 1996. Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir danLautan Secara Terpadu. PT Pradnya Paramita. Jakarta.

Page 14: KESESUAIAN LAHAN BUDIDAYA TAMBAK BERKELANJUTAN …bppbapmaros.kkp.go.id/wp-content/uploads/2016/07/FITA-029FILE... · dan rumput laut, kecuali udang vaname sebagian besar dikelola

Prosiding Indoaqua - Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2012 952

Dennis, M., Tammy, T., Baldwin, K., & Kevin, F. 2004. Aquaculture development potential in Arizona:a GIS-based approach. World Aquaculture, 34(4): 32-35.

Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan lingkungan Perairan. PenerbitKanisius (Anggota IKAPI). Yogyakarta, 258 hlm.

Hopkins, J.S., Stokes, A.D., Bowdy, C.L., & Sandifer, P.A. 1991. The relationship between feeding rate,paddle wheel rate and expected dawn dissolved oxygen in intensive shrimp ponds. AquaculturalEngineering, 10: 281-290.

Idawaty. 1999. Evaluasi Kesesuaian Lahan dan Perencanaan Lansekap Hutan Mangrove di Muara SungaiCisadane, Kecamatan Teluk Naga, Jawa Barat. Tesis Magister Program Pascasarjana Institut PertanianBogor. Bogor, 128 hlm.

Ismail, A., Poernomo, A., Sunyoto, P., Wedjatmiko, Dharmadi, & Budiman, R.A.I. 1993. PedomanTeknis Usaha Pembesaran Ikan Bandeng di Indonesia. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan.Jakarta, 679 hlm.

Ilyas, S., Cholik, F., Poernomo, A., Ismail, W., Arifudin, R., Daulay, T., Ismail, A., Koesoemadinata, S.,Rabegnatar, I.N.S., Soepriyadi, H., Suharto, H.H., Azwar, Z.I., & Wardoyo, S.E. 1987. PetunjukTeknis bagi Pengoperasian Unit Usaha Pembesaran Udang Windu. Pusat Penelitian danPengembangan Perikanan. Jakarta, 100 hlm.

Karthik, M., Suri, J., Saharan, N., & Biradar, R.S. 2005. Brackhiswater aquaculture site selection inPalghar Taluk, Thane District of Maharashtra, India, using the techniques of remote sensing andGeographical Information System. Aquacultural Engineering, 32: 285-302.

KLH. 2004. Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup, No. 51 tahun 2004,tanggal 8 April 2004 tentang Baku Mutu Air Laut. Kementerian Lingkungan Hidup. Jakarta, 11hlm.

Lillesand, T.M. & Kiefer, R.W. 2000. Remote Sensing and Image Interpretation. Fourth Edition. JohnWiley & Sons. New York, USA, 736 pp.

Menz, A. & Blake, B.F. 1980. Experiments on the growth of Penaeus vannamei Boone, Journal of Experi-mental Marine Biology and Ecology, 48: 99-111.

Mustafa, A., Tarunamulia, & Hanafi, A. 2004. Karakteristik dan kesesuaian lahan budi daya tambak diKecamatan Sampara Kabupaten Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara. J. Pen. Perik. Indonesia, 10(2):1-13.

Poernomo, A. 1988. Pembuatan Tambak Udang di Indonesia. Seri Pengembangan No. 7. DepartemenPertanian, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Balai Penelitian Perikanan BudidayaPantai. Maros, 30 hlm.

Poernomo, A. 1992. Pemilihan Lokasi Tambak Udang Berwawasan Lingkungan. Pusat Penelitian danPengembangan Perikanan. Jakarta, 40 hlm.

Ponce-Palatox, J., Martinez-Palacios, C.A., & Ross, L.G. 1997. The effect of salinity and temperature onthe growth and survival rates of juvenile white shrimp, Penaeus vannamei, Boone, 1931. Aquacul-ture, 157: 107-115.

Reid, G.K. 1961. Ecology Inland Water Estuaries. Rein Hald Published Co. New York, 37 pp.Sugandhy, A. & Hakim, R. 2007. Prinsip Dasar Kebijakan Pembangunan Berkelanjutan Berwawasan

Lingkungan. Diterbitkan PT Bumi Aksara, Edisi 1 Cetakan 1, Juli 2007, Jakarta, 157 hlm.Supriharyono. 2009. Konservasi Ekosistem Sumberdaya Hayati di Wilayah Pesisir dan Laut Tropis.

Edisi II Cetakan I Maret 2009. Diterbitkan oleh Penerbit Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 470 hlm.Widigdo, B. 2003. Permasalahan dalam budidaya udang dan solusinya. Jurnal Ilmu-ilmu Perairan dan

Perikanan Indonesia, 10(1): 18-23.