KESENJANGAN DIGITAL ANTARA GENERASI X DAN Y DI …

14
Diakom: Jurnal Media dan Komunikasi | Vol. 3 No. 1, September 2020: Hal. 26-39 DOI: 10.17933/diakom.v3i1.97 | e-ISSN: 2623-122 26 KESENJANGAN DIGITAL ANTARA GENERASI X DAN Y DI PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA THE DIGITAL DIVIDE BETWEEN X AND Y GENERATION IN A GOVERNMENT PROVINCE OF DKI JAKARTA Ninda Putti Arrochmah 1 , Kharisma Nasionalita 2 1,2 Prodi Ilmu Komunikasi FKB Universitas Telkom 1,2 Jl. Telekomunikasi No. 01, Terusan Buah Batu, Sukapura, Dayeuhkolot, Bandung, Indonesia 40257 Email: [email protected] 1) , [email protected] 2) Naskah diterima: 14 Juli 2020, direvisi 10 Agustus 2020, disetujui 15 September 2020 Abstrak Penelitianini mengukur indeks kesenjangan digital antara generasi X dan Y pada PNS di Provinsi DKI Jakarta. Subvariabel kesenjangan digital yang diukur pada penelitian ini adalah: 1) Perilaku Penggunaan Internet; 2) Manfaat Internet; 3) Usage Divide; dan 4) Quality of Use Divide. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan teknik pengumpulan data melalui survei dengan melibatkan seratus responden yang telah terpilih secara random. Pengambilan sampel menggunakan teknik gugus bertahap. Teknik analisis data menggunakan Uji Mann Whitney untuk mengetahui perbandingan nilai kesenjangan digital antarkedua kelompok subjek penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai mean rank generasi Y unggul di setiap subvariabel dibandingkan dengan generasi X. Meski demikian, nilai indeks digital kedua generasi termasuk dalam kategori rendah. Dari keempat subvariabel tersebut, kesenjangan terbesar adalah pada subvariabel Usage Divide antara kedua generasi ini. Usage Divide merujuk pada perbedaan keterampilan penggunaan internet antara masyarakat yang memiliki akses terhadap internet. Kata Kunci: Kesenjangan Digital, Generasi X, Generasi Y, PNS. Abstract This research measures the digital divide index between X and Y generation in civil servants in DKI Jakarta Province. The subvariables of the digital divide that measured in this research are: 1) Internet Usage Behavior; 2) The Advantage of Internet; 3) Usage Divide; and 4) Quality of Use Divide. This study uses quantitative methods with data collection techniques through surveys involving 100 respondents who have been randomly selected. Sampling using a gradual cluster technique. The data analysis technique used the Mann Whitney test to determine the comparison of the value of the digital divide between the two groups of research subjects. The result shows that the mean rank value of generation Y was superior in each sub variable compared to generation X. Nevertheless, the digital index values in the two generations are considered low. Among of these four subvariables, the highest gap between these two generations is the Usage Divide which refers to internet usage skills gap between people who have access to the internet. Keywords: Digital Divide, Generation X, Generation Y, Civil Servant. PENDAHULUAN Pemenuhan kebutuhan dalam segala bidang kehidupan manusia tidak lepas dari peranan dan perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Dalam bidang pemerintahan, penerapan TIK berupa e-government dapat menjalankan pelayanan publik lebih efektif dan efisien. Di Indonesia, implementasi e-government pertama kali diatur dalam Instruksi Presiden (Inpres) nomor 6 tahun 2001. Perkembangan teknologi sudah menjadi paradigma global di mana suatu negara harus berperan aktif dalam pengaplikasiannya agar tidak tertinggal zaman. Bisa dilihat sangat berpengaruhnya “kekuatan” teknologi pada suatu negara untuk menjalankan sistem pemerintahannya. Hasil dari penelitian Yunita & Aprianto (2018) dengan analisis website menyimpulkan bahwa Indonesia lambat dalam mengembangkan e-government. Untuk itu, kajian dari akademisi terkait pengembangan e-government sangat

Transcript of KESENJANGAN DIGITAL ANTARA GENERASI X DAN Y DI …

Page 1: KESENJANGAN DIGITAL ANTARA GENERASI X DAN Y DI …

Diakom: Jurnal Media dan Komunikasi | Vol. 3 No. 1, September 2020: Hal. 26-39

DOI: 10.17933/diakom.v3i1.97 | e-ISSN: 2623-122

26

KESENJANGAN DIGITAL ANTARA GENERASI X DAN Y DI

PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA

THE DIGITAL DIVIDE BETWEEN X AND Y GENERATION IN

A GOVERNMENT PROVINCE OF DKI JAKARTA

Ninda Putti Arrochmah1, Kharisma Nasionalita2

1,2Prodi Ilmu Komunikasi FKB Universitas Telkom 1,2Jl. Telekomunikasi No. 01, Terusan Buah Batu, Sukapura, Dayeuhkolot, Bandung, Indonesia 40257

Email: [email protected]), [email protected])

Naskah diterima: 14 Juli 2020, direvisi 10 Agustus 2020, disetujui 15 September 2020

Abstrak – Penelitianini mengukur indeks kesenjangan digital antara generasi X dan Y pada PNS di

Provinsi DKI Jakarta. Subvariabel kesenjangan digital yang diukur pada penelitian ini adalah: 1)

Perilaku Penggunaan Internet; 2) Manfaat Internet; 3) Usage Divide; dan 4) Quality of Use Divide.

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan teknik pengumpulan data melalui survei dengan

melibatkan seratus responden yang telah terpilih secara random. Pengambilan sampel menggunakan

teknik gugus bertahap. Teknik analisis data menggunakan Uji Mann Whitney untuk mengetahui

perbandingan nilai kesenjangan digital antarkedua kelompok subjek penelitian. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa nilai mean rank generasi Y unggul di setiap subvariabel dibandingkan dengan

generasi X. Meski demikian, nilai indeks digital kedua generasi termasuk dalam kategori rendah. Dari

keempat subvariabel tersebut, kesenjangan terbesar adalah pada subvariabel Usage Divide antara kedua

generasi ini. Usage Divide merujuk pada perbedaan keterampilan penggunaan internet antara

masyarakat yang memiliki akses terhadap internet.

Kata Kunci: Kesenjangan Digital, Generasi X, Generasi Y, PNS.

Abstract – This research measures the digital divide index between X and Y generation in civil servants

in DKI Jakarta Province. The subvariables of the digital divide that measured in this research are: 1)

Internet Usage Behavior; 2) The Advantage of Internet; 3) Usage Divide; and 4) Quality of Use Divide.

This study uses quantitative methods with data collection techniques through surveys involving 100

respondents who have been randomly selected. Sampling using a gradual cluster technique. The data

analysis technique used the Mann Whitney test to determine the comparison of the value of the digital

divide between the two groups of research subjects. The result shows that the mean rank value of

generation Y was superior in each sub variable compared to generation X. Nevertheless, the digital

index values in the two generations are considered low. Among of these four subvariables, the highest

gap between these two generations is the Usage Divide which refers to internet usage skills gap between

people who have access to the internet.

Keywords: Digital Divide, Generation X, Generation Y, Civil Servant.

PENDAHULUAN

Pemenuhan kebutuhan dalam segala bidang

kehidupan manusia tidak lepas dari peranan dan

perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi

(TIK). Dalam bidang pemerintahan, penerapan TIK

berupa e-government dapat menjalankan pelayanan

publik lebih efektif dan efisien. Di Indonesia,

implementasi e-government pertama kali diatur dalam

Instruksi Presiden (Inpres) nomor 6 tahun 2001.

Perkembangan teknologi sudah menjadi paradigma

global di mana suatu negara harus berperan aktif dalam

pengaplikasiannya agar tidak tertinggal zaman. Bisa

dilihat sangat berpengaruhnya “kekuatan” teknologi

pada suatu negara untuk menjalankan sistem

pemerintahannya. Hasil dari penelitian Yunita &

Aprianto (2018) dengan analisis website

menyimpulkan bahwa Indonesia lambat dalam

mengembangkan e-government. Untuk itu, kajian dari

akademisi terkait pengembangan e-government sangat

Page 2: KESENJANGAN DIGITAL ANTARA GENERASI X DAN Y DI …

KESENJANGAN DIGITAL ANTARA GENERASI X DAN Y …

Ninda Putti Arrochman & Kharisma Nasionalita

27

diperlukan khususnya terkait faktor-faktor penyebab

lambatnya perkembangan e-government.

Disebutkan pula dalam Inpres Nomor 3 tahun

2003 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional

Pengembangan E-Government, Sumber Daya Manusia

(SDM) baik sebagai pengembang, pengelola maupun

pengguna e-government merupakan faktor yang turut

menentukan bahkan menjadi kunci keberhasilan

pelaksanaan dan pengembangan e-government. Dari

pernyataan yang sudah disebutkan, menunjukkan

kemampuan SDM menjadi kunci yang sangat penting

bagi terlaksananya e-government dalam pemanfaatan

teknologi yang optimum. Penataan yang dilakukan

oleh pemerintah, termasuk dalam pelaksanaan e-

government mendorong bangsa Indonesia menuju

masyarakat informasi. Menurut Tyas, Budiyanto,

&Santoso, (2015) masyarakat informasi adalah

kelompok masyarakat yang memiliki ciri-ciri dapat

mengimplementasikan informasi dan teknologi

komunikasi terbaru untuk kemungkinan terbaik.

SDM pada instansi pemerintah salah satunya

adalah Aparatur Sipil Negara yang disingkat ASN.

ASN adalah profesi bagi pegawai negeri sipil dan

pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja yang

bekerja pada instansi pemerintah (Pasal 1 Ayat 1 UU

RI No. 5 Tahun 2014). Jika dibandingkan dengan

masalah teknologinya, permasalahan mengenai

ketersediaan SDM di kalangan pemerintah yang

memiliki standar kompetensi TIK lebih sulit. Pegawai

Negeri Sipil (PNS) yang memiliki kompetensi TIK

hanya sekitar tiga hingga lima orang pada sejumlah

kantor pemerintah daerah, beberapa di antaranya

kemungkinan tidak berlatar belakang pendidikan

sarjana bidang informatika atau elektro (Sosiawan,

2008).

Deputi Inovasi Lembaga Administrasi Negara

(LAN), Tri Widodo Utomo yang dilansir dalam

Beritasatu.com (2016) mengungkapkan jika literasi IT

di kalangan birokrat belum merata. ASN yang sudah

berumur dan terutama di daerah pelosok masih cukup

banyak yang mengalami gagap teknologi atau

kurangnya e-literacy. Pada laman tersebut dijelaskan

penggunaan TIK yang baik dapat mendorong tata

laksana pemerintahan yang bersih (good governance).

Namun disayangkan kalangan ASN, khususnya

Pegawai Negeri Sipil (PNS) masih minim penguasaan

terhadap TIK. Masih dalam laman yang sama, ketika

ditanya apakah LAN memiliki data literasi TIK di

kalangan PNS, Tri Widodo menjawab jika ia belum

pernah memperoleh data nasional tentang literasi TIK

di kalangan aparatur. Seiring dengan berkembangnya

era Revolusi Industri 4.0, pengembangan kompetensi

ASN sangat diperlukan sebagai motor penggerak

birokrasi. Sangat disayangkan, ASN di Indonesia

memiliki kualitas yang sangat rendah berdasarkan data

dari World Economy Forum Human Capital (Masrully,

2019).

Tidak meratanya akses dan kemampuan TIK

pada SDM pemerintah dapat menghambat

terlaksananya e-government. Tidak meratanya akses

dan kemampuan TIK pada setiap SDM ini disebut

dengan kesenjangan digital. Tyas, Budiyanto &

Santoso (2015) menjelaskan jika kesenjangan digital

didefinisikan sebagai perbedaan dalam mengakses TIK

dan penggunaan internet untuk berbagai aktivitas

antara satu orang, rumah tangga atau keluarga, bisnis

dan industri, dan wilayah geografis pada tingkat sosial

ekonomi yang berbeda.

Kesenjangan digital pada pegawai pemerintah

yang dalam hal ini adalah ASN perlu diatasi agar

keberhasilan pelaksanaan e-government dapat tercapai

dengan pemanfaatan teknologi dan pelayanan yang

optimum. Mallisa’ (2009 dalam Ariyanti, 2013)

berbicara mengenai kesenjangan digital tidak hanya

persoalan infrastruktur melainkan apa yang mau

diakses dan dikerjakan oleh seseorang dengan

keunggulan teknologi tersebut. Berdasarkan

pernyataan tersebut dapat diasumsikan selain

menggunakan, pemanfaatan teknologi digital bisa

menyebabkan adanya kesenjangan digital.

Badan Pusat Statistik (BPS) mempublikasikan

laporan yang menggambarkan tingkat pembangunan

TIK per wilayah di Indonesia yang berjudul “Indeks

Pembangunan Teknologi Informasi dan Komunikasi

(IP-TIK)”. Tingkat kesenjangan digital berdasarkan

laporan tersebut dapat dilihat dari nilai IP-TIK. BPS

menghitung IP-TIK dengan metode berdasarkan

Measuring Information Society 2016 oleh ITU. Tahun

2019 merupakan tahun keempat BPS melakukan

perhitungan tersebut. Pada tahun 2018, persentase

internet di Indonesia meningkat sebesar 7.56 persen

dari tahun 2017. Provinsi dengan IP-TIK tertinggi

Page 3: KESENJANGAN DIGITAL ANTARA GENERASI X DAN Y DI …

Diakom: Jurnal Media dan Komunikasi | Vol. 3 No. 1, September 2020: Hal. 26-39

DOI: 10.17933/diakom.v3i1.97 | e-ISSN: 2623-122

28

adalah DKI Jakarta yaitu 7,14 di tahun 2018.

Sedangkan provinsi dengan IP-TIK terendah adalah

Papua, yaitu sebesar 3,30 di tahun 2018. Tidak ada

provinsi yang tertinggal pada kategori sangat rendah

dan juga belum ada provinsi yang mencapai IP-TIK

kategori tinggi (Badan Pusat Statistik, 2019). Hal ini

menunjukkan masih adanya kesenjangan digital

antarprovinsi di Indonesia. IP-TIK yang dimiliki

Indonesia tentu saja harus terus ditingkatkan.

Berdasarkan deskripsi latar belakang tersebut,

penelitian ini berusaha untuk menemukan indeks

kesenjangan digital pada ASN khususnya PNS di

provinsi DKI Jakarta. Subjek penelitian adalah unit

analisis yang dituju untuk diteliti oleh peneliti. Subjek

penelitian merupakan subjek atau responden yang

menjadi pusat perhatian peneliti untuk dimintai

keterangan, pendapat maupun suatu fakta (Arikunto,

2006). Pada penelitian ini, PNS dikelompokkan ke

dalam generasi X dan Y sebagai subjek penelitian.

Generasi ini memiliki karakteristik masing-masing

sehingga bisa ditentukan metode yang tepat untuk

mengatasi jika memang ditemukan kesenjangan digital.

Dasar pengelompokkan akan dijelaskan lebih rinci

dalam metode penelitian.

Jurkiewicz (2000) menjelaskan bahwa

menurut Tulgan, generasi X tumbuh dengan keamanan

keuangan/keluarga/sosial, perubahan cepat, keragaman

yang besar, tidak ada tradisi yang kokoh dan mengarah

pada rasa individualisme atas kolektivisme. Akibatnya,

generasi ini memiliki ciri-ciri sebagai individu yang

gigih, sangat mandiri, memiliki tujuan yang jelas, dan

memiliki tenggat waktu serta jam kerja mereka sendiri.

Dikatakan bahwa karena mereka belajar untuk bersaing

dengan dan memilah-milah sejumlah besar informasi

dengan sangat cepat, mereka berkembang dalam

lingkungan yang kreatif. Nilai-nilai yang paling

penting untuk generasi X adalah rasa memiliki atau

kerja sama tim, kemampuan untuk belajar hal-hal baru,

otonomi dan kewirausahaan, keamanan, fleksibilitas,

umpan balik, serta penghargaan jangka pendek. Untuk

menginspirasi motivasi generasi X maka atasan perlu

menghargai inovasi, mendukung pertumbuhan pribadi,

menciptakan peluang untuk memuaskan kerja tim dan

tanggung jawab pribadi, dan membantu bawahan

mencapai visibilitas dalam organisasi.

Menurut Lyons (2003), yang menentukan

karakter generasi Y atau generasi millenial ini adalah

keakrabannya dengan teknologi dari usia dini. Unsur

penting dari periode pembentukan generasi ini adalah

munculnya internet sebagai media informasi komersial

sepanjang paruh akhir tahun 1990-an. Penyebaran

internet yang cepat sebagai inovasi teknologi yang

terjadi pada generasi muda, memungkinkan mereka

untuk mengalami ledakan media baru yang menarik.

Generasi ini kerap kali mengakses teknologi

komunikasi bersifat instan seperti media sosial

contohnya Twitter dan Facebook, dan email.

Penelitian terdahulu, Tyas, Budiyanto, &

Santoso (2016) mengukur kesenjangan digital

menggunakan metode SIBIS. Kelebihan dari metode

SIBIS adalah banyak variabel yang dapat dipilih antara

lain kesiapan internet; kesenjangan digital; keamanan

informasi; tanggapan secepat mungkin terhadap akses;

literasi, pembelajaran serta pelatihan digital; E-

Commerce, E-Work, EScience, E-Government,

EHealth. Sedangkan kekurangan metode SIBIS adalah

kurangnya penekanan pada ekonomi kesenjangan

sosial dan ketidaksetaraan sosial pada indikator

kesenjangan digital (Barzilai-Nahon, 2006). Selain

subjek penelitian yang berbeda, penelitian terdahulu

menjelaskan pengaruh beberapa faktor terhadap

kesenjangan digital, sedangkan penelitian saat ini tidak

menjelaskan pengaruh dari faktor-faktor tersebut.

Salah satu faktor yang diperhatikan pada penelitian

terdahulu adalah faktor gender. Penelitian terdahulu

juga menghitung kesenjangan e-government yang tidak

dihitung dalam penelitian saat ini. Penelitian saat ini

mengelaborasikan indikator yang ada pada penelitian

terdahulu dengan keterampilan internet yang pada

penelitian terdahulu tidak terlalu membahas hal

tersebut. Deursen & Dijk (2010:895) menyatakan

“Perubahan dalam masyarakat menuntut keterampilan

baru, terutama yang terkait dengan internet sebagai

salah satu sarana komunikasi terpenting dalam

masyarakat kontemporer. Karena meningkatnya

jumlah informasi di internet dan meningkatnya

ketergantungan orang pada informasi, keterampilan

internet sekarang harus dianggap sebagai aset vital.”

Dalam buku Encyclopedia Of Communication

Theory, definisi dari kesenjangan digital adalah

kesenjangan antara populasi yang memiliki akses

mudah (easy access) pada teknologi komunikasi dan

informasi (TIK) dengan mereka yang tetap terlayani

oleh TIK. Pada abad ke-21, kualitas hidup diukur dari

Page 4: KESENJANGAN DIGITAL ANTARA GENERASI X DAN Y DI …

KESENJANGAN DIGITAL ANTARA GENERASI X DAN Y …

Ninda Putti Arrochman & Kharisma Nasionalita

29

keterlibatan dalam informasi global dan ekonomi

pengetahuan. TIK disebutkan dapat memberi pengaruh

pada perubahan di masyarakat. Solusi untuk mengatasi

kesenjangan digital dapat melalui proyek e-

government, kios TIK, pemasaran online, atau

komputerisasi informasi tingkat. Lebih dari sekedar

solusi, proyek yang berkelanjutan membutuhkan

kemauan politik, pengembangan kapasitas di tingkat

lokal, ketersediaan perangkat lunak spesifik bahasa,

strategi kerja bersih yang disengaja dengan berbagai

lembaga, pelatihan keterampilan perangkat lunak dan

perangkat keras, dan akses rutin ke pasokan daya yang

tidak terganggu. Kesenjangan digital merupakan

masalah penting bagi ahli teori komunikasi dan

perubahan sosial dan praktisi (Littlejohn & Foss,

2009).

“Istilah 'kesenjangan digital' pada awalnya

mengacu pada kesenjangan dalam akses ke komputer.

Ketika internet menyebar dengan cepat ke dalam

masyarakat dan menjadi jenis komputasi utama, istilah

itu bergeser untuk mencakup kesenjangan tidak hanya

di komputer tetapi juga akses internet” (Deursen &

Dijk, 2010:894). Dari penjelasan tersebut dapat

diasumsikan jika terminologi kesenjangan digital

beranjak karena adanya perkembangan internet itu

sendiri. Melihat internet yang sudah mendunia dan

banyak digunakan dalam kegiatan sehari-hari oleh

manusia, kesenjangan digital juga diartikan sebagai

gap (perbedaan) dalam keterampilan penggunaan

internet.

Terdapat tipe-tipe kesenjangan digital menurut

Molnar (2003 dalam Hadiyat, 2014) yang meliputi

Access Divide (mengacu pada perbedaan atau senjang

antara masyarakat yang mempunyai akses terhadap

TIK dan mereka yang tidak memilikinya), Usage

Divide (mengacu pada kesenjangan antara bagaimana

masyarakat yang memiliki akses terhadap TIK dalam

menggunakannya), Quality of Use Divide

(membedakan masyarakat dalam kualitas penggunaan

TIK dalam penggunaan keseharian).

Berdasarkan pernyataan sebelumnya yang

menyatakan bahwa terminologi kesenjangan digital

beranjak meliputi kesenjangan akses terhadap

komputer dan internet, pada penelitian ini definisi

mengenai tipe kesenjangan digital disusun sebagai

berikut. Definisi dari Usage Divide dalam penelitian ini

merujuk pada perbedaan keterampilan penggunaan

internet antara masyarakat yang memiliki akses.

Sedangkan definisi dari Quality of Use Divide dalam

penelitian ini adalah perbedaan kualitas keterampilan

penggunaan internet pada masyarakat yang

menggunakan internet dalam keseharian.

Penelitian yang dilakukan oleh Deursen & Dijk

(2010) menguji kesenjangan digital berdasarkan

keterampilan internet pada masyarakat Belanda

dengan langsung menguji keterampilan itu. Penelitian

ini menjelaskan mengenai faktor penentu keterampilan

internet dan mengelompokkannya menjadi: 1) medium-

related internet skill (i.e. keterampilan internet

operasional dan keterampilan internet formal); serta 2)

content-related internet skill (i.e. keterampilan

informasi internet dan keterampilan informasi

strategis). Berikut definisi dari masing-masing konsep

yang digagas oleh Deursen &Dijk (2010):

a. Keterampilan Internet Operasional

(Operational Internet Skills) adalah sekumpulan keterampilan dasar dalam

mengakses dan menggunakan teknologi

internet. b. Keterampilan Internet Formal (Formal

Internet Skills) adalah keterampilan navigasi

dan orientasi yang dibutuhkan struktur

hypermedia internet. c. Keterampilan Informasi Internet (Information

Internet Skills) adalah pendekatan bertahap

melalui tindakan yang dilakukan pengguna untuk memenuhi kebutuhan informasi mereka.

d. Keterampilan Internet Strategis (Strategic

Internet Skills) adalah kapasitas untuk menggunakan internet sebagai sarana untuk

mencapai tujuan tertentu dan untuk tujuan

umum meningkatkan posisi seseorang dalam

masyarakat. Penekanannya terletak pada prosedur di mana pembuat keputusan dapat

mencapai solusi optimal seefisien mungkin.

Berdasarkan definisi dari setiap faktor penentu

keterampilan internet di atas, menunjukkan jika

medium-related internet skills berhubungan dengan

keterampilan dan pengetahuan dasar dalam

menggunakan teknologi internet. Sedangkan kelompok

content-related internet skills, berhubungan dengan

kualitas keterampilan yang diimplementasikan dengan

tindakan dalam menggunakan teknologi internet untuk

tujuan tertentu. Oleh karena itu, pada penelitian ini

Page 5: KESENJANGAN DIGITAL ANTARA GENERASI X DAN Y DI …

Diakom: Jurnal Media dan Komunikasi | Vol. 3 No. 1, September 2020: Hal. 26-39

DOI: 10.17933/diakom.v3i1.97 | e-ISSN: 2623-122

30

kelompok medium-related internet skills termasuk ke

dalam tipe Usage Divide dan kelompok content-related

internet skills termasuk ke dalam tipe Quality of Use

Divide.

Untuk subvariabel, pada penelitian ini

dilakukan elaborasi dengan mengacu pada penelitian

Pati & Budiyanto (2017) yang menggunakan berbagai

macam indikator dalam metode SIBIS serta

subvariabel yang didasarkan pada tipe-tipe

kesenjangan digital. Pati dan Budiyanto (2017)

menggunakan indikator Perilaku Penggunaan Internet

serta Manfaat Internet dan Demografi dalam variabel

ukuran Kesenjangan Digital. Sedangkan tipe

kesenjangan digital yang dijadikan subvariabel dalam

penelitian ini adalah Usage Divide dan Quality of Use

Divide. Tipe pertama yaitu Access Divide, tidak

diikutsertakan, melihat subjek yang diteliti berada di

DKI Jakarta di mana akses dan infrastruktur teknologi

yang paling maju di Indonesia melihat dari nilai IP-TIK

berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik. Hasil dari

penelitian yang dilakukan oleh Ariyanti (2013)

menyebutkan DKI Jakarta sebagai provinsi dengan

nilai info-state paling tinggi karena infrastruktur TIK,

serta kemampuan penduduk untuk mengakses/skill

TIK sangat besar. DKI Jakarta sebagai provinsi dengan

tingkat penggunaan TIK paling tinggi dibanding

provinsi lain di Indonesia.

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan yang

diberitakan oleh Sari (2019) menyatakan akan menaati

kebijakan soal PNS bisa bekerja dari rumah jika

kebijakan itu sudah dituangkan ke dalam peraturan.

Masih dalam berita yang sama menjelaskan jika

terobosan ini sesuai dengan perkembangan zaman

sekaligus mempersiapkan ASN bisa seirama dengan

revolusi industri 4.0. Kurang lebih dalam waktu 7 bulan

dari pemberitaan tersebut, Kementerian

Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi

Birokrasi (PAN-RB) mengeluarkan Surat Edaran

Menteri PAN-RB Nomor 19 Tahun 2020 tentang

Penyesuaian Sistem Kerja Aparatur Sipil Negara dalam

Upaya Pencegahan Covid-19 di Lingkungan Instansi

Pemerintah (Hamdani, 2020). Dalam putusan itu

menyebutkan bahwa PNS agar mulai bekerja di rumah

(Work From Home/WFH) karena beberapa alasan yang

disebabkan oleh pandemi. Kebijakan ini menuntut

setiap PNS memiliki infrastruktur dan akses internet

yang diperlukan untuk bekerja dari rumah.

Berikut dijelaskan dari masing-masing

subvariabel:

a. Perilaku Penggunaan Internet Menurut Aydin (2007) Peggunaan interet

membuat hidup lebih mudah, serta alat penting

untuk pertukaran budaya dan pendidikan. Internet sebagai perpustakaan universal, cara tercepat

untuk mengajarkan pengetahuan ataupun

pencarian informasi, dan tempat yang

menciptakan hubungan yang erat di antara masyarakat dengan berkomunikasi di internet.

Menurut Fallows (2004 dalam Tyas,

Budiyanto &Santoso, 2016) internet dapat digunakan sebagai tujuan ilmiah, pencaharian

tempat, informasi kontak, pembelian produk,

berkomunikasi melalui email atau chatting dan

sebagai media hiburan seperti permainan atau menonton video dan lain sebagainya.

Dalam penelitian ini, perilaku

penggunaan internet didefinisikan sebagai aktivitas dalam mengakses Internet untuk

berkomunikasi, mencari informasi, dan

memperoleh manfaat dari internet. “Dalam SIBIS (Statistical Indicators Benchmarking the

Information Society) GPS kesenjangan perilaku

penggunaan internet meliputi penggunaan

komputer, penggunaan internet, akses internet, indeks kesenjangan digital, kesenjangan kegunaan

penggunaan internet meliputi durasi penggunaan

internet, intensitas penggunaan internet, penghentian penggunaan internet, penggunaan

email” (Tyas, Budiyanto & Santoso, 2016:593).

Berikut dijelaskan definisi dari GPS perilaku penggunaan internet dalam penelitian ini:

1. Penggunaan Komputer

Aktivitas menggunakan komputer untuk

berkomunikasi, mencari informasi, dan memperoleh manfaat dari penggunaannya.

2. Penggunaan Internet

Aktivitas menggunakan internet terkait durasi, intensitas, penghentian penggunaan

internet, dan penggunaan e-mail.

3. Akses Internet

Zulkarimen &Nasution (2007 dalam Tyas et al., 2016) menjelaskan bahwa kunci untuk

menuju era ekonomi yang berdasarkan ilmu

pengetahuan merupakan jalan masuk menuju

teknologi informasi. Khalayak bisa

mendapatkan seluruh informasi yang

dibutuhkan selain itu juga bisa menjadi potensi untuk meningkatkan mutu hidup

mereka, semua itu dikarenakan adanya akses

ke internet. Dalam penelitian ini akses

Page 6: KESENJANGAN DIGITAL ANTARA GENERASI X DAN Y DI …

KESENJANGAN DIGITAL ANTARA GENERASI X DAN Y …

Ninda Putti Arrochman & Kharisma Nasionalita

31

internet didefinisikan sebagai jalan masuk ke

jaringan komunikasi elektronik di mana

masyarakat dapat memperoleh informasi yang dibutuhkan, serta dapat menjadi

peluang untuk meningkatkan taraf hidup.

b. Manfaat Internet

Chin (1995 dalam Pati & Budiyanto, 2017)

menyebutkan pemanfaatan internet membuat pekerjaan lebih mudah, menambah produktivitas

yang dimiliki menjadi lebih baik. Pemanfaatan

atau kegunaan internet merupakan manfaat yang

diharapkan oleh pengguna internet dalam

melaksanakan tugasnya. Chin (1995 dalam Tyas,

Budiyanto & Santoso, 2016) menjelaskan pemanfaatan dapat dibagi ke dalam dua kategori,

yaitu pemanfaatan dengan estimasi.

Manfaat internet dalam penelitian ini mengacu

pada dimensi kemanfaatan dan dimensi

keefektifan menurut Tyas, Budiyanto & Santoso(2016). Dimensi kemanfaatan dibagi

menjadi makes job easier, useful, dan increase

productivity. Sedangkan dimensi keefektifan

dibagi menjadi enhance effectiveness, dan

improve job performance. c. Demografi

Aspek demografi yang digunakan dalam

penelitian sebelumnya yaitu umur, jenis

kelamin, pendidikan dan pekerjaan. Dalam

penelitian ini, aspek demografi digunakan

untuk klasifikasi identitas. d. Usage Divide

Yang termasuk Usage Divide adalah kelompok

medium-related internet skills yang terdiri dari

operational internet skills (keterampilan internet

operasional) dan formal internet skills

(keterampilan internet formal).

Tabel 1 Indikator Usage Divide (Medium-Related Internet

Skills)

Keterampilan Internet Operasional

No. Operating an

internet

browser

Operating

internet-based

search

engines

Operating

internet-based

form

1. Memasukkan

URL

Memasukkan

kata kunci di

bidang yang

tepat

Menggunakan

berbagai jenis

bidang dan

tombol pada

formulir

2. Menjelajah

internet

dengan

menggunakan

tombol

browser

Menjalankan

operasi

pencarian

Mengirimkan

formulir

3. Menggunakan

layanan

bookmark

Membuka

hasil

pencarian

4. Menyimpan

file di hard

disk

5. Membuka

berbagai

format file

umum,

misalnya PDF

Keterampilan Internet Formal

No. Navigating on

the internet

Maintaining a sense of location

while navigating on the

internet

1. Menggunakan

hyperlink

dalam berbagai

format

Tidak menjadi bingung ketika

menjelajahi situs web; antar situs

web; membuka dan menelusuri

hasil pencarian

e. Quality of Use Divide

Kelompok content-related internet skills termasuk ke dalam tipe quality of use divide.

Indikator quality of use divide:

Tabel 2 Indikator Quality Of Use Divide (Content-Related

Internet Skills) No. Keterampilan

Informasi

Internet

Keterampilan Internet

Strategis

Locating required

information

Taking advantage of the

Internet

1. Memilih situs web

untuk mencari

informasi

Mengembangkan

orientasi tujuan

2. Menentukan opsi

pencarian

Mengambil tindakan

untuk mencapai tujuan

3. Memilih informasi Membuat keputusan yang

tepat untuk mencapai

tujuan

4. Mengevaluasi

sumber informasi

Mendapatkan manfaat

dari tujuan

Gambar 1 menunjukkan alur penyusunan

operasionalisasi variabel dalam penelitian ini.

Berdasarkan permasalahan dan teori yang dipaparkan,

jawaban sementara atau hipotesis pada penelitian ini

adalah:

1. H0: tidak ada kesenjangan digital antara

generasi X dan generasi Y.

2. H1: terdapat kesenjangan digital antara

generasi X dan generasi Y.

Diharapkan penelitian ini dapat memberikan

gambaran pembenahan yang tepat dilakukan untuk

setiap generasi pada PNS guna memberikan pelayanan

Page 7: KESENJANGAN DIGITAL ANTARA GENERASI X DAN Y DI …

Diakom: Jurnal Media dan Komunikasi | Vol. 3 No. 1, September 2020: Hal. 26-39

DOI: 10.17933/diakom.v3i1.97 | e-ISSN: 2623-122

32

publik berbasis digital melalui program e-government

yang sedang dijalankan dan terwujudnya masyarakat

informasi. SDM menjadi kunci penting berjalannya

sistem e-government. Maka diperlukan penelitian

untuk mencari tahu adakah perbandingan kesenjangan

digital antargenerasi PNS selaku penyelenggara

implementasi dari Inpres Nomor 3 tahun 2003

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode

kuantitatif. Berdasarkan jenis penelitian menurut

tingkat eksplanasi, penelitian ini termasuk ke dalam

penelitian komparatif. Menurut Siregar (2013),

penelitian komparatif adalah suatu penelitian yang

bersifat membandingkan. Variabelnya masih sama

dengan penelitian variabel mandiri tetapi untuk sampel

yang lebih dari satu, atau dalam waktu yang berbeda.

Teknik pengumpulan data primer dilakukan melalui

survei dengan kategori tipe self-administered

questionnaires, artinya bahwa subjek yang menjadi

responden menjawab sendiri pertanyaan yang sudah

disediakan oleh peneliti. Pertanyaan yang diberikan

bersifat tertutup dalam artian disediakan pula pilihan

jawaban, di mana responden tidak bisa menjawab di

luar pilihan yang disediakan.

Dikutip dari Debora (2018), persyaratan umum

yang harus dipenuhi untuk menjadi Pegawai Negeri

Sipil (PNS) sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 11

Tahun 2017 tentang Manajemen Pegawai Negeri Sipil

usia paling rendah adalah 18 tahun. Berdasarkan data

tersebut, dapat diasumsikan bahwa usia 18 tahun

adalah batas bawah usia pada PNS. Sedangkan untuk

batas usia atas, ditetapkan dengan usia pensiun

berdasarkan pasal 4 ayat 1 Peraturan Pemerintah

Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2008. Pasal

tersebut berbunyi “Batas usia pensiun sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 3, dapat diperpanjang bagi

Pegawai Negeri Sipil yang memangku jabatan

tertentu”. Dalam peraturan tersebut diketahui bahwa

usia paling tua untuk memperpanjang PNS adalah 65

tahun.

Terdapat perbedaan pendapat antarahli tentang

kapan dimulai ataupun kapan berakhirnya masing-

masing generasi. Dalam Putra (2016) disediakan tabel

pengelompokan generasi. Jika dijabarkan, perbedaan

pendapat para ahli tentang kapan dimulai dan

berakhirnya generasi adalah sebagai berikut:

1. Generasi Baby Boomers

Gambar 1 Alur Penyusunan Operasionalisasi Variabel

(sumber: olahan peneliti)

Page 8: KESENJANGAN DIGITAL ANTARA GENERASI X DAN Y DI …

KESENJANGAN DIGITAL ANTARA GENERASI X DAN Y …

Ninda Putti Arrochman & Kharisma Nasionalita

33

Dimulai dari rentang waktu tahun 1943 hingga

1947, dan berakhir pada rentang waktu 1960

hingga 1964. 2. Generasi X

Dimulai dari rentang waktu 1960 hingga 1965,

dan berakhir pada rentang waktu tahun 1975

hingga 1981. 3. Generasi Y

Dimulai dari rentang waktu tahun 1976 hingga

1982, dan berakhir pada rentang waktu 1995

hingga 2000.

Penelitian ini menetapkan batasan rentang waktu

paling rendah baik kapan dimulainya generasi maupun

kapan berakhirnya generasi yang diteliti. Berdasarkan

penetapan tersebut, pada tahun 2019 generasi yang

bekerja sebagai PNS adalah generasi baby boomer, X,

Y, dan Z melihat batasan usia aktif PNS yaitu usia 18

tahun sampai dengan 65 tahun.

Berdasarkan data dari Bkddki.jakarta.go.id

(2019), diketahui bahwa generasi X dan Y

mendominasi jumlah Pegawai Negeri Sipil di DKI

Jakarta pada bulan Maret 2019. Populasi dalam

penelitian ini adalah PNS generasi X dan generasi Y di

pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Generasi X adalah

mereka yang berumur 44-58 tahun, dan generasi Y

adalah mereka yang berumur 24-43 tahun.

Data terbaru yang diperoleh dari website Badan

Kepegawaian Daerah Provinsi DKI Jakarta, jumlah

pegawai pada bulan Maret tahun 2019 adalah 64409.

Untuk populasi yang diketahui jumlahnya, menurut

(Sugiyono, 2018), perhitungan sampel dapat memakai

rumus Yamane yaitu jumlah populasi sebanyak 64409

dihasilkan sampel yang diambil untuk penelitian ini

adalah 100. Rumus Yamane dalam Sugiyono (2018)

adalah sebagai berikut

𝑛 = 𝑁

1 + 𝑁(𝑒)2

Mantra dan Kasto (1989) menjelaskan ketika

praktik penelitian, tidak jarang menjumpai populasi

yang letaknya sangat tersebar secara geografis,

sehingga sulit untuk membuat kerangka sampel dari

seluruh unsur dalam populasi tersebut. Untuk

mengatasi hal ini maka unit-unit analisis

dikelompokkan ke dalam gugus-gugus yang

merupakan satuan-satuan dari mana sampel akan

diambil.

Berdasarkan pernyataan tersebut, penelitian ini

menggunakan pengambilan sampel gugus bertahap

melihat populasi yang letaknya tersebar di wilayah

geografis yang luas di Provinsi DKI Jakarta. Pemilihan

wilayah kerja Jakarta Selatan dilakukan secara acak

dengan mengundi tujuh bagian wilayah kerja. Wilayah

kerja tersebut diantaranya adalah bagian provinsi,

Jakarta Utara, Jakarta Selatan, Jakarta Timur, Jakarta

Barat, Jakarta Pusat, dan Kepulauan Seribu. Gambar 2

menunjukkan skema dari langkah dalam pengambilan

sampel gugus bertahap dalam penelitian ini:

Dari penulisan proposal hingga pencarian data

ke lapangan, penelitian memerlukan waktu selama

sembilan bulan, yaitu dari bulan Februari 2019 hingga

bulan Oktober 2019. Sebelum data diolah, terlebih

dahulu dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas. Uji

validitas digunakan untuk mengetahui kelayakan butir-

butir dalam suatu daftar pertanyaan dalam

mendefinisikan suatu variabel. Hasil r hitung

dibandingkan dengan r tabel dimana df=n-2 dengan sig.

5%. Jika r tabel < r hitung maka valid (Sujarweni,

2015).

Gambar 2.Skema Langkah Pengambilan Sampel

Sumber: Olahan Data Penulis (2020)

Reliabilitas (keandalan) merupakan ukuran

suatu kestabilan dan konsistensi responden dalam

menjawab hal yang berkaitan dengan konstruk-

konstruk pertanyaan yang merupakan dimensi suatu

variabel dan disusun dalam suatu bentuk kuesioner.

Jika nilai Alpha > 0,60 maka reliabel (Sujarweni,

2015).

Analisis data pada penelitian ini adalah analisis

univariat karena hanya memiliki satu variabel. Dalam

analisis univariat ini digunakan jenis uji perbedaan

Page 9: KESENJANGAN DIGITAL ANTARA GENERASI X DAN Y DI …

Diakom: Jurnal Media dan Komunikasi | Vol. 3 No. 1, September 2020: Hal. 26-39

DOI: 10.17933/diakom.v3i1.97 | e-ISSN: 2623-122

34

karena ada dua kelompok penelitian yaitu generasi X

dan generasi Y. Penelitian ini berusaha mengetahui

perbedaan antarkelompok generasi sehingga bisa

mengomparasikannya. Sedangkan untuk uji statistik

untuk menguji perbedaan, digunakan Uji Mann

Whitney. Prasetyo &Jannah (2005) menjelaskan jika

pengujian ini digunakan untuk variabel yang berskala

nominal atau ordinal dengan dua kelompok sampel

yang saling tidak berhubungan (independen). Menurut

Sarwono dan Herlina (2012: 42), Uji Mann Whitney

memiliki asumsi “Ukuran kedua kelompok yang

dibandingkan tidak harus sama dan data tidak harus

berdistribusi normal”. Uji ini merupakan uji

nonparametrik yang setara dengan Uji T, yang bisa

dilakukan saat data tidak memenuhi persyaratan seperti

data harus berdistribusi normal atau harus berskala

interval.

Sebelum melakukan Uji Mann Whitney,

dilakukan uji normalitas untuk mengetahui apakah data

sesuai dengan Uji asumsi Mann Whitney atau tidak.

Penelitian ini menggunakan uji Shapiro-Wilk dan

menggunakan taraf signifikansi sebesar 0.05. Hasilnya

adalah data generasi X berdistribusi normal dengan

nilai 0.823. Sedangkan untuk generasi Y memiliki nilai

sig 0,021 dimana kurang dari 0.05, maka data generasi

Y termasuk berdistribusi tidak normal.

Penilaian tingkat kesenjangan digital pada

responden berdasarkan Perilaku Penggunaan Internet,

Manfaat Internet, Usage Divide dan Quality of Use

Divide dikategorikan menjadi lima (Pati & Budiyanto,

2017):

1. Indeks < 20.00 %=sangat tinggi

2. 20.00% ≤ indeks < 40.00%= tinggi

3. 40.00% ≤ indeks < 60.00%= sedang 4. 60.00% ≤ indeks < 80.00%= rendah

5. Indeks ≥ 80.00% = sangat rendah

HASIL DAN PEMBAHASAN

Perbandingan Nilai Indeks Kesenjangan Digital

Pada PNS Generasi X dan Y

Penelitian ini memiliki 38 pernyataan yang

terdiri dari 4 subvariabel. Subvariabel tersebut di

antaranya adalah Perilaku Penggunaan Internet,

Manfaat Internet, Usage Divide, dan Quality Of Use

Divide. Subvariabel Perilaku Penggunaan Internet

terdiri dari 15 pernyataan. Subvariabel Manfaat

Internet terdiri dari lima pernyataan. Subvariabel

Usage Divide terdiri dari 13 pernyataan. Lalu

subvariabel Quality Of Use Divide terdiri dari lima

pernyataan.

Pada tabel 3 berikut ini, menunjukkan

perbandingan nilai Kesenjangan Digital pada generasi

X dan Y. Besar nilai kesenjangan kedua generasi ini

adalah 17.92.

Tabel 3 Perbandingan Nilai Kesenjangan Digital pada

Generasi X dan Generasi Y

Generasi N Mean Rank Sum of

Ranks

Generasi X 50 41.54 2077.00

Generasi Y 50 59.46 2973.00

Total 100

Berikut adalah hasil test statistic dari Uji Mann

Whitney pada penelitian ini:

Tabel 4 Test Statistic

Nilai

U Mann-Whitney 802.000

Wilcoxon W 2077.000

Z -3.090

Asymp. Sig. (2tailed) .002

Penelitian ini memiliki H1 “Terdapat kesenjangan

digital antara generasi X dan generasi Y”. Pada tabel 4,

dihasilkan nilai probabilitas/asymp. Sig. (2-tailed)

sebesar 0.002 di mana kurang dari 0.05. Dengan

menggunakan taraf signifikasi 0.05, dapat diartikan

adanya kesenjangan digital antara generasi X dan

generasi Y. Oleh karena itu, H1 dari penelitian ini

diterima dan H0 dari penelitian ini ditolak.

Berikut adalah tabel nilai probabilitas pada masing-

masing subvariabel:

Tabel 5 Nilai Probabilitas Sub Variabel

Sub Variabel Nilai Probabilitas (sig)

Perilaku Penggunaan

Internet

0.261

Manfaat Internet 0.517

Usage Divide 0.000

Quality of Use Divide 0.095

Ketika dilakukan Uji Mann Whitney pada setiap

subvariabel penelitian, hanya subvariabel Usage

Divide yang memiliki nilai probabilitas (sig) kurang

dari 0.05 pada tabel 5. Artinya, hanya subvariabel ini

yang terbukti memiliki kesenjangan digital di antara

generasi X dan generasi Y. Namun ketika dilakukan uji

Page 10: KESENJANGAN DIGITAL ANTARA GENERASI X DAN Y DI …

KESENJANGAN DIGITAL ANTARA GENERASI X DAN Y …

Ninda Putti Arrochman & Kharisma Nasionalita

35

subvariabel keseluruhan secara bersamaan, nilai

probabilitas yang dihasilkan berbeda, yaitu menerima

H1 dengan nilai probabilitas 0.02 (Tabel 4). Berikut

adalah tabel nilai mean rank pada generasi X dan

generasi Y di setiap subvariabel:

Tabel 6 Perbandingan Nilai Mean Rank antara Generasi X

dan Generasi Y di setiap Sub Variabel

Sub Variabel Nilai Mean Rank Nilai

Kesenjangan Generasi

X

Generasi

Y

Perilaku

Penggunaan

Internet

47.25 53.75 6.5

Manfaat

Internet

48.67 52.33 3.66

Usage Divide 36.57 64.43 27.86

Quality of

Use Divide

45.76 55.24 9.48

Hasil Uji Mann Whitney pada masing-masing

subvariabel pada tabel 6, menunjukkan adanya

kesenjangan nilai mean rank antar generasi X dan Y.

Hasil penelitian dari Uji Mann Whitney menunjukkan

mean rank generasi Y unggul di setiap subvariabel

dibandingkan dengan generasi X. Pertanyaannya

adalah apakah nilai mean rank cukup untuk

membuktikan adanya kesenjangan di antara kedua

generasi? Jawabannya tidak, namun nilai mean rank

dapat memengaruhi ada atau tidaknya kesenjangan

antargenerasi.

Kesenjangan yang paling besar dimiliki oleh

subvariabel Usage Divide hingga mencapai nilai 27.86.

Pada subvariabel Quality of Use Divide, kedua generasi

memiliki kesenjangan mean rank sebesar 9.48.

Sedangkan pada subvariabel Perilaku Penggunaan

Internet, kesenjangan mean rank yang dimiliki adalah

6.5. Lalu kesenjangan terkecil terdapat pada

subvariabel Manfaat Internet dengan nilai 3.66.

Subvariabel Usage Divide menunjukkan

tingkatan responden dalam Keterampilan Internet

Operasional dan Keterampilan Internet Formal.

Pernyataan dalam subvariabel 3 meliputi kemampuan

responden dalam mengoperasikan browser internet

dengan memahami penggunaan tools yang ada, dan

sebagainya. Selain itu, juga meliputi kemampuan

responden dalam memilih informasi di internet. Jika

melihat karakteristik responden, sebagian besar

generasi Y menggunakan internet dengan durasi empat

hingga tujuh jam sehari. Sedangkan sebagian besar

generasi X menggunakan internet dengan durasi satu

hingga tiga jam sehari. Untuk penggunaan internet

lebih dari tujuh jam sehari, perbandingan jumlah

generasi X dan Y adalah 6:7. Dari data tersebut,

generasi Y memiliki karakteristik sebagai pengguna

internet dengan durasi lebih lama dibandingkan

generasi X. Seseorang yang mengakses internet dengan

durasi yang lebih lama dan sering, akan memiliki

pengalaman yang lebih banyak dalam menggunakan

internet dibanding dengan seseorang yang mengakses

internet dengan frekuensi durasi rendah dan/atau

jarang.

Keterampilan Internet Operasional merupakan

indikator yang memiliki nilai mean rank tertinggi dan

terendah pada subvariabel Usage Divide. Keterampilan

seseorang dalam menggunakan internet juga

ditentukan dari apa yang mau dikerjakan ketika

mengakses internet. Contohnya adalah jika seseorang

hanya menggunakan internet untuk chatting atau

menonton video, tidak menentukan Keterampilan

Internet Operasional seseorang itu tinggi. Diperlukan

pengetahuan mengenai pemanfaatan semua tools

dalam browser ketika menjelajahi internet,

pengetahuan layanan bookmark, pengetahuan

penggunaan layanan bookmark, dan pengetahuan

bagaimana menyimpan file di hard disk untuk

meningkatkan skill Keterampilan Internet Operasional.

Komponen tersebut dijadikan sebagai indikator dalam

mengukur Keterampilan Internet Operasional pada

penelitian yang dilakukan oleh Deursen & Dijk (2010).

Selain untuk pekerjaan, kebanyakan responden

generasi X menggunakan internet untuk hiburan.

Sedangkan responden generasi Y kebanyakan

menggunakan internet untuk media sosial. Media

sosial merupakan platform yang sering digunakan oleh

penggunanya untuk menyatakan opini mengenai

berbagi isu tidak terkecuali tentang kebijakan

pemerintah. Selain untuk menyatakan opini, tidak

sedikit pengguna media sosial menjadikan platform ini

sebagai pemenuhan kebutuhan informasi. Informasi

perbaikan pembuatan kebijakan juga dapat diperoleh

dari data perilaku publik di media sosial. Data dapat

berupa administrasi ataupun statistik (Luna-Reyes

(2017 dalam Rumata dan Nugraha, 2020)). Kerangka

penelitian mengenai literasi digital oleh Rumata dan

Nugraha (2020) dapat digunakan untuk mengukur

pengetahuan, keterampilan, serta perilaku digital ASN

Page 11: KESENJANGAN DIGITAL ANTARA GENERASI X DAN Y DI …

Diakom: Jurnal Media dan Komunikasi | Vol. 3 No. 1, September 2020: Hal. 26-39

DOI: 10.17933/diakom.v3i1.97 | e-ISSN: 2623-122

36

dalam konteks media sosial. Dalam penelitian tersebut

terdapat indikator untuk mengukur kemampuan dalam

mengoperasikan serta memanfaatkan fitur aplikasi

untuk komunikasi dalam rangka menunjang aktivitas

kerja. Sedangkan dalam penelitian ini, subvariabel

Manfaat Internet membahas lebih umum mengenai

peran teknologi komunikasi dan informasi berbasis

internet dalam pekerjaan. Selisih mean rank antarkedua

generasi pada subvariabel ini sebesar 3.66 dimana

generasi Y lebih unggul nilainya.

Indikator Dimensi Kemanfaatan memiliki nilai

mean rank tertinggi dan terendah pada subvariabel

Manfaat Internet. Nilai dari indikator ini bisa tinggi jika

responden dapat menggunakan teknologi komunikasi

dan informasi berbasis internet dalam meningkatkan

keterampilan pekerjaan, meningkatkan prestasi kerja,

dan dapat menambah produktivitas kerja.

Selisih nilai mean rank antara generasi Y

dikurangi generasi X untuk subvariabel Perilaku

Penggunaan Internet sebesar 6.5. Indikator Akses

Internet memiliki nilai mean rank yang tertinggi dan

terendah dalam subvariabel ini. Pernyataan yang

menjadi alat ukur dalam indikator ini adalah

pemanfaatan akses internet oleh responden untuk

mencari pengetahuan bersifat ilmiah, mencari lokasi,

hiburan, memenuhi kebutuhan informasi, dan untuk

meningkatkan taraf hidup. Dalam pemanfaatan Akses

Internet dilihat dari karakteristik responden sebagian

besar responden generasi X mengakses internet pada

siang hari. Sedangkan sebagian besar responden

generasi Y mengakses internet pada malam hari.

Selisih nilai mean rank pada subvariabel

Quality of Use Divide antara generasi Y dikurangi

generasi X sebesar 9.48. Nilai mean tertinggi dan

terendah terdapat pada indikator Keterampilan

Informasi Internet. Pernyataan yang menjadi alat ukur

pada indikator ini meliputi keputusan responden dalam

memilih situs website tertentu untuk mencari

informasi, menyaring beberapa pilihan informasi hasil

pencarian online yang dianggap valid, memilih

informasi yang sudah disaring sebelumnya, serta

mengevaluasi kembali sumber informasi yang sudah

dipilih dari internet. Hal ini penting untuk memilih

informasi yang valid dan terhindar dari hoax.

Banjir informasi di media online menyulitkan

publik untuk menyaring informasi yang benar di antara

informasi palsu. Hoax adalah usaha memutarbalikkan

fakta dengan informasi yang dibuat meyakinkan namun

tidak bisa diverifikasi kebenarannya (Gumilar,

Adiprasetio & Maharani, 2017). Tujuan dari hoax yang

disengaja adalah membuat masyarakat merasa tidak

aman, tidak nyaman, dan kebingungan yang dapat

membuat masyarakat mengambil keputusan yang

lemah, tidak meyakinkan, dan bahkan salah. Dalam

perkembangannya, para spin doctor politik melihat

efektivitas hoax sebagai alat black campaign di pesta

demokrasi yang memengaruhi persepsi pemilih

(Indonesia Mendidik (2016 dalam Gumilar,

Adiprasetio & Maharani, 2017)).

Keterampilan informasi internet diperlukan

melihat perkembangan internet yang sangat pesat dan

sebagian besar orang menjadikan Internet sebagai

sumber informasi. Aparatur negara termasuk PNS

sebagai motor penggerak birokrasi sudah sepatutnya

menjadi contoh sebagai pihak yang tidak salah

mengambil keputusan ketika terdapat informasi yang

tidak bisa diverifikasi kebenarannya.

Deskripsi Gambaran Kesenjangan Digital Pada

PNS Generasi X dan Y

Tabel 7 memperlihatkan nilai indeks kesenjangan

digital pada generasi X adalah 74.294%, sedangkan

generasi Y adalah 79.747%. Kedua generasi tersebut

tergolong dalam kategori rendah.

Tabel 7 Perbandingan Tingkat Indeks Kesenjangan Digital

Generasi X dan Generasi Y

Persentase Indeks

Kesenjangan Digital

Kategori Tingkat

Kesenjangan Digital

Generasi

X

Generasi Y Generasi

X

Generasi

Y

74.294% 79.747% Rendah Rendah

Tabel 8 memperlihatkan tingkat kesenjangan

digital pada generasi X dan generasi Y di setiap

subvariabel di mana kebanyakan memiliki kategori

rendah. Sedangkan kategori sangat rendah, hanya

dimiliki oleh generasi Y pada subvariabel Usage

Divide.

Page 12: KESENJANGAN DIGITAL ANTARA GENERASI X DAN Y DI …

KESENJANGAN DIGITAL ANTARA GENERASI X DAN Y …

Ninda Putti Arrochman & Kharisma Nasionalita

37

Tabel 8 Indeks Kesenjangan Digital pada Masing-Masing

Subvariabel

Sub

Variabel

Nilai Indeks

(Dalam Persen)

pada Generasi:

Kategori Tingkat

Kesenjangan

Digital pada

Generasi:

X Y X Y

Perilaku

Penggunaan

Internet

75.3 78.1 Rendah Rendah

Manfaat

Internet

78.16 79.92 Rendah Rendah

Usage

Divide

70.76 81.5 Rendah Sangat

Rendah

Quality of

Use Divide

76.56 79.84 Rendah Rendah

Pada subvariabel Usage Divide, meskipun

generasi X tergolong dalam tingkat kesenjangan digital

‘rendah’, namun hal ini membuktikan terdapat

kesenjangan dibandingkan dengan generasi Y yang

tergolong dalam tingkat kesenjangan digital ‘sangat

rendah’. Semakin rendah tingkatan kesenjangan digital

menunjukkan literasi digital seseorang atau kelompok

orang semakin baik.

Selain untuk mewujudkan pelayanan publik yang

efisien dan efektif, literasi digital pada ASN termasuk

PNS diperlukan untuk memfasilitasi publik dalam

proses pembuatan kebijakan. Inti dari tata kelola digital

(digital governance) yaitu literasi digital pada ASN

(Rumata & Nugraha, 2020). Oleh karena itu,

diperlukan perhatian khusus untuk mengatasi

kesenjangan digital pada ASN. Masrully (2019)

mengatakan salah satu solusi dalam mengatasi gap

kompetensi di antara aparatur adalah dengan

pengembangan kompetensi. Namun, pengembangan

kompetensi kurang diperhatikan oleh instansi

pemerintah dan kurang tersistematis.

KESIMPULAN

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif

dengan Uji Mann Whitney untuk mengomparasikan

kesenjangan digital antara generasi X dan Y pada PNS

di Provinsi DKI Jakarta. Sebanyak 100 PNS

berpartisipasi dengan mengisi kuesioner yang

dibagikan secara langsung. Hasil penelitian

membuktikan bahwa terdapat kesenjangan digital

antara generasi X dan generasi Y sebesar 17.92.

Tingkat kesenjangan digital generasi X dan Y PNS di

DKI Jakarta memiliki kategori rendah. Semakin rendah

tingkatan kesenjangan digital, menunjukkan literasi

digital seseorang atau kelompok orang semakin baik.

subvariabel yang digunakan penelitian untuk

mengukur kesenjangan digital adalah Perilaku

Penggunaan Internet, Manfaat Internet, Usage Divide,

dan Quality of Use Divide.

Dua generasi yang menjadi subjek penelitian

ini memiliki kesenjangan digital pada masing-masing

subvariabel. Subvariabel Usage Divide merupakan

subvariabel yang memiliki kesenjangan paling besar di

mana menunjukkan tingkatan responden dalam

Keterampilan Internet Operasional dan Keterampilan

Internet Formal. Untuk skill Keterampilan Internet

Operasional, diperlukan pengetahuan mengenai

pemanfaatan semua tools dalam browser ketika

menjelajahi internet, pengetahuan layanan bookmark,

pengetahuan penggunaan layanan bookmark, dan

pengetahuan bagaimana menyimpan file di hard disk

untuk meningkatkan. Sementara, untuk meningkatkan

skill Keterampilan Internet Formal, diperlukan

pemahaman dalam penggunaan hyperlink dalam

berbagai format agar tidak menjadi bingung ketika

menjelajahi situs web, antarsitus web, membuka dan

menelusuri hasil pencarian. Penelitian ini dapat

dijadikan sebagai dasar dalam melakukan pembenahan

untuk mengatasi kesenjangan digital pada generasi

yang diteliti. Lalu dapat menjadi rujukan untuk

penelitian selanjutnya sehingga dapat menjawab

permasalahan penelitian yang serupa, serta menambah

wawasan pembaca.

Saran untuk penelitian selanjutnya diharapkan

dapat memberikan hasil penelitian berupa solusi dalam

mengatasi kesenjangan digital di Indonesia. Saran lain

adalah pada penelitian ini fokus pada perbandingan

antara kedua kelompok dan mencari indeks

kesenjangan digital maka selanjutnya diharapkan dapat

mencari faktor-faktor penyebab terjadinya kesenjangan

digital. Saran untuk PNS selaku penyelenggara e-

government, dengan melihat hasil penelitian terdapat

kesenjangan yang paling tinggi pada indikator

Keterampilan Internet Operasional, diharapkan adanya

peningkatan keterampilan internet operasional untuk

setiap generasi pada PNS. Hal ini dilakukan agar PNS

dapat memberikan pelayanan publik berbasis digital

melalui program e-government yang sedang dijalankan

demi terwujudnya masyarakat informasi. Dengan

keterampilan menggunakan teknologi berbasis internet

Page 13: KESENJANGAN DIGITAL ANTARA GENERASI X DAN Y DI …

Diakom: Jurnal Media dan Komunikasi | Vol. 3 No. 1, September 2020: Hal. 26-39

DOI: 10.17933/diakom.v3i1.97 | e-ISSN: 2623-122

38

yang baik dan optimal diharapkan dapat meningkatkan

kualitas pelayanan terhadap publik.

UCAPAN TERIMA KASIH

Terima kasih untuk Ibu Kharisma sebagai

dosen pembimbing di Telkom University yang telah

memberikan masukan terhadap penelitian ini seperti

penyusunan kuesioner, pengolahan dan analisis data

serta publikasi.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto. (2006). Prosedur Penelitian Suatu

Pendekatan Praktek. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Ariyanti, S. (2013). Studi Pengukuran Digital Divide di Indonesia. Buletin Pos Dan Telekomunikasi,

11(4), 281–292.

Aydin, S. (2007). Attitudes of Efl Learners Towards

the Internet. The Turkish Online Journal of Educational Technology, 6(3), 18–26.

Badan Pusat Statistik. (2019). Indeks Pembangunan

Teknologi, Informasi, dan Komunikasi 2018. Retrieved from

https://www.bps.go.id/publication/2019/11/29/0

328ba9a85b461816e917291/indeks-

pembangunan-teknologi-informasi-dan-komunikasi-2018.html

Barzilai-Nahon, K. (2006). Gaps and bits:

Conceptualizing Measurements for Digital Divide/s. The Information Society, 22, 269–278.

https://doi.org/10.1080/01972240600903953

Beritasatu.com. (2016). PNS Harus Menguasai Teknologi Informasi. Retrieved March 15, 2019,

from beritasatu.com website:

https://www.beritasatu.com/foodtravel/397321-

pns-harus-menguasai-teknologi-informasi.html Bkddki.jakarta.go.id. (2019). Rekapitulasi Jumlah

Pegawai Berdasarkan Usia - Maret 2019.

Retrieved from https://bkddki.jakarta.go.id/statistik/read/rekapit

ulasi-jumlah-pegawai-berdasarkan-usia-maret-

2019%0D Debora, Y. (2018). Daftar Persyaratan Umum Seleksi

CPNS 2018. Retrieved from

https://tirto.id/daftar-persyaratan-umum-seleksi-

cpns-2018-cXzd Deursen, A. Van, & Dijk, J. Van. (2010). Internet Skills

and The Digital Divide. Sage Publications, 892–

911. https://doi.org/10.1177/1461444810386774 Gumilar, G., Adiprasetio, J., & Maharani, N. (2017).

Literasi Media: Cerdas Menggunakan Media

Sosial dalam Menganggulangi Berita Palsu

(Hoax) Oleh Siswa SMA. Jurnal Pengabdian

Kepada Masyarakat, 1(1), 35–40.

Hadiyat, Y. D. (2014). Kesenjangan Digital di

Indonesia ( Studi Kasus di Kabupaten Wakatobi ). Jurnal Pekommas, 17(2), 81–90.

Hamdani, T. (2020). Penjelasan Lengkap PNS Boleh

Kerja dari Rumah. Retrieved from https://finance.detik.com/berita-ekonomi-

bisnis/d-4941838/penjelasan-lengkap-pns-boleh-

kerja-dari-rumah

Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2001 tentang Pengembangan dan Pendayagunaan

Telematika di Indonesia, Indonesia. (2001).

Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor3 Tahun 2003tentang Kebijakan dan Strategi Nasional

Pengembangan E-Government, Indonesia.

(2003). Jurkiewicz, C. L. (2000). Generation X and the Public

Employee. Public Personnel Management, 29(1),

55–74.

https://doi.org/10.1177/009102600002900105 Littlejohn, S. W., & Foss, K. A. (2009). Encyclopedia

of Communication Theory. California: Sage

Publication. Lyons, S. (2003). An Exploration of generational

Values in Life and at Work. Carleton University.

Masrully. (2019). Revolusi Industri 4.0 dan

Pengembangan Kompetensi ASN. Retrieved from

https://nasional.sindonews.com/berita/1385847/1

8/revolusi-industri-40-dan-pengembangan-kompetensi-asn

Pati, G. K., & Budiyanto, A. D. (2017). Analisis

Perbandingan Metode Sibis dan Metode Econometric dalam Pengukuran Kesenjangan

Digital di Sumba Barat Daya. Jurnal Sistem Dan

Informatika, 11(2), 10–15.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2008tentang

PerubahanKeduaatasPeraturan Pemerintah

Nomor 32 Tahun 1979, Indonesia. (2008). Prasetyo, B., & Jannah, L. M. (2005). Metode

Peneliatn Kuantitatif. Jakarta: PT RajaGrafindo

Persada. Putra, Y. S. (2016). Theoritical Review: Teori

Perbedaan Generasi. Among Makarti, 9(1952),

123–134.

Rumata, V. M., & Nugraha, D. A. (2020). Rendahnya tingkat perilaku digital ASN kementerian

kominfo : Survei literasi digital pada instansi

pemerintah. Jurnal Studi Komunikasi, 4(July), 467–484. https://doi.org/10.25139/jsk.v4i2.2230

Sari, N. (2019). Soal PNS Kerja dari Rumah, Anies

Akan Taati Aturan Kemenpan RB. Retrieved

from

Page 14: KESENJANGAN DIGITAL ANTARA GENERASI X DAN Y DI …

KESENJANGAN DIGITAL ANTARA GENERASI X DAN Y …

Ninda Putti Arrochman & Kharisma Nasionalita

39

https://megapolitan.kompas.com/read/2019/08/1

3/12083851/soal-pns-kerja-dari-rumah-anies-akan-taati-aturan-kemenpan-rb

Sarwono, J., & Herlina, B. (2012). Statistik Terapan.

Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Singarimbun, M., Effendi, S., Hagul, P., Manning, C.,

Singarimbun, I., Ancok, D., … Sucipto, T.

(1989). Metode Penelitian Survai. Jakarta: PT

Midas Surya Grafiando. Siregar, S. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif:

Dilengkapi Perbandingan Perhitungan Manual

& SPSS. Jakarta: Kencana Prenamedia Group. Sosiawan, E. A. (2008). Tantangan dan Hambatan

dalamImplementasi E-Government di Indonesia.

Seminar Nasional Informatika, 99–108. Sugiyono. (2018). Metode Penelitian Kuantitatif.

Bandung: Alfabeta.

Sujarweni, V. W. (2015). SPSS untuk Penelitian.

Yogyakarta: Penerbit Pustaka Baru Press. Tyas, D. L., Budiyanto, A. D., & Santoso, A. J. (2015).

Pengaruh Kekuatan Media Sosial dalam

Pengembangan Kesenjangan Digital. Scientific Journal of Informatics, 2(2), 147–154.

Tyas, D. L., Budiyanto, A. D., & Santoso, A. J. (2016).

Pengukuran Kesenjangan Digital Masyarakat di

Kota Pekalongan. Seminar Nasional Teknologi Informasi Dan Komunikasi, 590–598.

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang

Aparatur Sipil Negara, (2014). Yunita, N. P., & Aprianto, R. D. (2018). Kondisi

Terkini Perkembangan Pelaksanaan E-

Government di Indonesia : Analisis Website. Seminar Nasional Teknologi Informasi Dan

Komunikasi, 329–336.